kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · karena dengan rahmat dan ridha-nya keuangan...
TRANSCRIPT
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA
Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
-----
Keterangan Cover:
Industri Pengolah Kakao di Ranomeeto, Konawe Selatan
Fotografer: KKI
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA i
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan ridha-Nya
Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara November
dapat diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan
asesmen terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara,
keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan
akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek
perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini di samping bertujuan untuk memberikan
masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial
maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para
stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah
kerjanya.
Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga
bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-
dinas terkait, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi
Tenggara, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang membantu penyusunan buku ini.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
perekonomian Sulawesi Tenggara. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan
untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.
Kendari, 22 November 2018
Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara
Minot Purwahono
KATA PENGANTAR
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 ii
VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian
Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan
moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan
makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial
Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan
sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta
mitra strategis lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan
fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi,
termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga
di tingkat daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan
sistem informasi Bank Indonesia.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and
Teamwork yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
VISI MISI BANK INDONESIA
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Visi Misi Bank Indonesia ii
Daftar Isi iii
Daftar Grafik v
Daftar Tabel viii
Tabel Indikator Terpilih ix
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5
1.1. KONDISI UMUM 6
1.2. SISI PERMINTAAN 7
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8
1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9
1.2.3. Investasi 10
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri 11
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 13
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 15
1.3.3. Industri Pengolahan 16
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 17
1.3.5. Konstruksi 19
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 19
BOKS 01 MENDORONG PEREKONOMIAN SULTRA MELALUI EKSPOR 21
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 25
2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PERUBAHAN PROVINSI TAHUN 2017 26
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 27
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 27
2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 28
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN 29
2.3.1. Realisasi APBN Provinsi 29
2.3.2. Realisasi APBN Kabupaten/Kota 31
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33
3.1. KONDISI UMUM INFLASI 34
3.2. PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH) 35
3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR) 37
3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA 39
3.5. INFLASI TRIWULAN IV 2018 41
3.6. INFLASI TAHUN 2018 42
3.7. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 42
BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 45
4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS KEUANGAN DAERAH 46
4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 46
DAFTAR ISI
iv
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 46
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 47
4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 51
4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 51
4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 54
4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 54
4.3.2. Kinerja Korporasi 55
4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 58
4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 60
4.4.1. Aset Bank Umum 60
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 61
4.4.3. Penyaluran Kredit 63
4.4.4. Perbankan Syariah 66
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat 68
4.5. AKSES KEUANGAN 69
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 69
4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 70
BOKS 02 REGIONAL FINANSIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET (RFABS)
SULTRA
72
BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 77
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 78
5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 79
5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 80
5.1.3 Penyelenggara Trandfer Dana (PTD) 81
5.1.4 Kegiatan Usana Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA-BB) 82
5.1.5 Layanan Keuangan Digital (LKD) 82
5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 83
5.2.1. Aliran Uang Kartal 83
5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 84
5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 85
BOKS 03 KENDARI DAN BAU-BAU MENGIMPLEMENTASIKAN BPNT 87
BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 89
6.1. GAMBARAN UMUM 90
6.2. KETENAGAKERJAAN 90
6.3. KESEJAHTERAAN 92
BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 95
7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL 96
7.1.1. Prospek Perekonomian Global 96
7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional 97
7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA 98
7.2.1 Triwulan IV 2018 98
7.2.2. Tahun 2018 99
7.3. PROSPEK INFLASI 100
7.3.1. Triwulan IV 2018 100
7.3.2. Tahun 2018 100
Daftar Istilah
v
Tim Penyusun
Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6
Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III 2018 6
Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IIII 2018 6
Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan 7
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen 9
Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen 9
Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara 10
Grafik 1.8 Realisasi Investasi Sulawesi Tenggara 10
Grafik 1.9 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.10
Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.11
Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 12
Grafik
1.12
Pangsa Komoditas Ekspor 12
Grafik
1.13
Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 13
Grafik
1.14
Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13
Grafik
1.15
Source of Growth Sisi Penawaran 13
Grafik
1.16
Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 15
Grafik
1.17
Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 15
Grafik
1.18
Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.19
Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.20
Produksi Ore Nickel 16
Grafik
1.21
Kredit Industri Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.22
Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.23
Transaksi Perdagangan Luar Negeri 18
Grafik
1.24
Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.25
Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.26
Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 20
Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara
29
Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara 29
DAFTAR GRAFIK
vi
Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (YoY) 34
Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan III 2018 34
Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 35
Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara 35
Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 38
Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari 38
Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau 40
Grafik 3.8 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari
dan Kota Baubau
40
Grafik 3.9 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan 41
Grafik
3.10
Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan 41
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 46
Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 46
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 47
Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 47
Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 47
Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 47
Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 48
Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 48
Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 48
Grafik
4.10
Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan
Membayar Cicilan
48
Grafik
4.11
Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 49
Grafik
4.12
Saving Ratio Rumah Tangga 49
Grafik
4.13
Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 50
Grafik
4.14
Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 50
Grafik
4.15
Kepemilikan Produk Perbankan 50
Grafik
4.16
Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 50
Grafik
4.17
Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 51
Grafik
4.18
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 51
Grafik
4.19
Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 51
Grafik
4.20
Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 51
Grafik
4.21
Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 52
Grafik
4.22
Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 52
Grafik
4.23
Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 52
Grafik
4.24
NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 52
Grafik
4.25
Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 53
Grafik
4.26
NPL Dan Suku Bunga KPR 53
Grafik
4.27
Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 53
Grafik
4.28
NPL dan Suku Bunga KKB 53
Grafik
4.29
Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 54
vii
Grafik
4.30
NPL dan Suku Bunga Multiguna 54
Grafik
4.31
Harga Nikel Internasional 54
Grafik
4.32
Pangsa Komoditas Ekspor 54
Grafik
4.33
Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 56
Grafik
4.34
Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 56
Grafik
4.35
Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 56
Grafik
4.36
Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 58
Grafik
4.37
Pertumbuhan Kredit Korporasi 58
Grafik
4.38
Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 59
Grafik
4.39
Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 59
Grafik
4.40
Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 59
Grafik
4.41
Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 59
Grafik
4.42
Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 60
Grafik
4.43
Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 60
Grafik
4.44
DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 61
Grafik
4.45
Pertumbuhan DPK Per Penempatan 61
Grafik
4.46
Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 63
Grafik
4.47
Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi 63
Grafik
4.48
Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 66
Grafik
4.49
Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 66
Grafik
4.50
Pangsa Perbankan Syariah 67
Grafik
4.51
Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 67
Grafik
4.52
Perkembangan DPK Syariah 67
Grafik
4.53
Perkembangan Pembiayaan Syariah 67
Grafik
4.54
Perkembangan Aset BPR 68
Grafik
4.55
Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 68
Grafik
4.56
Pertumbuhan Kredit BPR 68
Grafik
4.57
Pangsa Kredit BPR per Sektoral 68
Grafik
4.58
Pangsa Kredit UMKM 69
Grafik
4.59
Pertumbuhan Kredit UMKM 69
Grafik
4.60
Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 69
Grafik
4.61
NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 69
viii
Grafik
4.62
Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 70
Grafik
4.63
Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 70
Grafik
4.64
Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 70
Grafik
4.65
Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 70
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 68
Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 68
Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 68
Grafik 5.4 Rata-Rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara 68
Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 69
Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 69
Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di
Sulawesi Tenggara
69
Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 79
Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 80
Grafik
5.10
Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 80
Grafik
5.11
Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 80
Grafik
5.12
Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 80
Grafik
5.13
Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 81
Grafik
5.14
Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 81
Grafik
5.15
Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Dari Luar Negeri 81
Grafik
5.16
Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Dari Luar Negeri 81
Grafik
5.17
Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Domestik 82
Grafik
5.18
Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Domesti 82
Grafik
5.19
Transaksi Pembelian Uang Kertas Asing 82
Grafik
5.20
Pangsa Pembelian mata Uang Asing Per Pecahan 82
Grafik
5.21
Perkembangan Jumlah Agen LKD di Sulawesi Tenggara 83
Grafik
5.22
Aliran Transaksi Transfer Dana Inflow Domestik per Kabupaten 83
Grafik
5.23
Perkembangan Rekening Uang Elektronik di Sulawesi Tenggara 83
Grafik
5.24
Jenis Transaksi Yang Dilakukan di Agen LKD 83
Grafik
5.25
Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 84
Grafik
5.26
Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 84
Grafik
5.27
Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 85
Grafik
5.28
Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 85
Grafik
5.29
Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 86
Grafik
5.30
Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 86
Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Kerja 90
Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 90
ix
Grafik 6.3 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara 91
Grafik 6.4 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor 91
Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Februari 2018 91
Grafik 6.6 Indeks Penghasilan Konsumen 92
Grafik 6.7 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 92
Grafik 6.8 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 93
Grafik 6.9 Gini Rasio Sulawesi Tenggara 93
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 96
Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 98
Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 98
Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia 100
Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao 100
Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia 100
Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 100
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8
Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 14
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara Pada Triwulan II 2018 27
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara Pada Triwulan II 2018 28
Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada
Triwulan II 2018 30
Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018 30
Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten 31
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 35
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 36
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 37
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi
Tenggara 40
Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 60
Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 61
Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 62
Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya 62
Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 63
Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya 63
Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 64
Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II 2018 65
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara 91
Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen
2010-2017 94
Tabel 7.1 Asumsi Makro APBN 2019 97
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 99
Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 99
DAFTAR TABEL
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ix
PDRB DAN IHK
I II III IV I II III IV I II III
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 120.18 120.72 121.65 121.68 123.06 128.17 125.89 125.28 125.98 129.54 128.03
- Baubau 126.94 128.20 129.58 128.87 129.29 131.62 132.65 132.74 132.42 136.56 133.46
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Tenggara 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 1.40
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,645 4,797 4,834 5,046 4,914 5,109 5,209
2. Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,954 3,875 4,193 3,971 4,411 4,489 4,571 4,231 4,651 4,835
3. Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247 1,294 1,294 1,308 1,331 1,291 1,304
4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11
5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39 39 39 39 39 40 43
6. Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,367 2,531 2,720 2,979 2,420 2,770 2,959
7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,192 2,394 2,632 2,564 2,321 2,596 2,757 2,773 2,516 2,770 2,845
8. Transportasi dan Pergudangan 825 882 957 940 906 970 992 997 976 1,053 1,085
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 106 113 116 119 112 119 124 127 120 127 133
10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489 494 508 514 535 537 541
11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 462 474 477 495 486 493 485
12. Real Estate 303 314 300 327 308 329 329 331 318 337 334
13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42 45 45 46 44 48 48
14. Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1,035 967 1,089 1,106 1,115 1,004 1,131 1,176
15. Jasa Pendidikan 932 935 967 941 949 958 1,002 981 987 1,022 1,098
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 190 188 195 193 194 200 200 199 204 212 215
17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285 294 302 311 307 311 314
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516 9,769 9,954 10,020 10,010 10,386 10,605
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212 218 222 222 226 238 240
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,278 2,886 2,802 3,026 2,462 2,946 3,021 3,220 2,525 3,140 3,258
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,851 8,195 8,936 8,213 8,441 8,907 9,507 8,358 9,140 9,575
5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 358 449 357 401 364 (257) 194
6. Eksport Luar Negeri 430 654 691 1,164 881 983 1,302 1,430 3,086 2,730 3,267
7. Import Luar Negeri 1,177 1,547 1,410 1,918 2,325 2,024 2,422 2,850 1,648 2,373 1,859
8. Net Eksport Antar Daerah (1) (10) (137) (436) (2) (132) (109) (105) (2,478) (1,092) (2,644)
Total PDRB (Rp Miliar) 17,918 19,322 19,924 20,584 19,315 20,650 21,230 21,844 20,444 21,912 22,637
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5.5 6.8 6.0 7.7 7.8 6.9 6.6 6.1 5.8 6.1 6.6
2017Indikator
2016 2018
TABEL INDIKATOR
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 x
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
I II III IV I II III IV I II III
Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194 25,207 24,383 25,795 26,151 27,284 28,341
- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900 24,881 24,073 25,483 25,843 26,967 28,031
- BPR 271 292 274 309 294 327 310 311 307 317 310
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882 17,058 17,072 17,009 17,807 18,994 19,369
- Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016 4,529 4,017 2,218 4,003 4,576 4,753
- Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635 8,109 8,157 9,631 8,844 9,375 9,399
- Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230 4,420 4,898 5,160 4,960 5,043 5,218
Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813 19,450 19,904 20,604 21,329 21,827 22,403
- Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155 5,490 5,518 5,570 5,608 5,781 5,930
- Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968 1,854 1,909 1,892 1,925 1,957 2,132
- Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690 12,105 12,478 13,141 13,796 14,089 14,341
NPL Bank Umum(%) 2.61 2.48 2.79 2.69 3.23 3.27 3.12 2.72 2.46 2.56 2.42
LDR (%) 110 114 117 123 118 114 117 121 120 115 116
- Inflow 1,279 579 1,140 492 1,243 667 1,339 445 1,322 1,024 798
- Outflow 282 1,612 1,044 1,550 403 2,089 871 1,923 504 1,995 768
- Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840 (1,422) 468 (1,479) 819 (971) 30
- Volume (ribu transaksi) 58 64 56 62 55 46 51 54 51 51 53
- Nominal (Rp miliar) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000 1,634 1,850 2,025 1,856 1,790 2,019
- Volume (transaksi) 481 529 478 539 525 504 518 716 673 582 677
- Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587 631 748 917 888 882 1,261
2016
RTGS dari Perbankan Sultra
Indikator
Kas (Rp miliar)
Perbankan
Kliring
2017 2018
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 2
Pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara
kembali mengalami
akselerasi pertumbuhan.
Akselerasi tersebut
didorong oleh
peningkatan konsumsi
rumah tangga dan
konsumsi pemerintah
serta penurunan kinerja
impor.
Tekanan inflasi Sultra
mengalami penurunan
yang disebabkan oleh
kondisi cuaca yang jauh
lebih kondusif dan upaya
pengendalian inflasi
untuk meningkatkan
produksi dan pasokan
pangan strategis dengan
ikan dan sayuran sebagai
fokus utama.
Realisasi belanja
pemerintah, terutama
yang bersumber dari
APBN mengalami
penurunan sementara
realisasi belanja dan
pendapatan pada ABPD
Provinsi mengalami
peningkatan.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pada triwulan III 2018 ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar
6,6% (yoy), mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 6,1% (yoy). Dari
sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian didorong oleh akselerasi
yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah
serta terkontraksinya impor. Sementara itu dari sisi penawaran,
akselerasi pada lapangan usaha utama seperti lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha pertambangan
dan penggalian dan lapangan usaha industri pengolahan mendorong
pertumbuhan perekonomian yang terjadi. Memasuki triwulan IV 2018,
perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara
mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan
diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 6,7% - 7,1% (yoy). Sektor
ekonomi yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja yaitu
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, Lapangan usaha
industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran. Dengan capaian tersebut,
perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 diperkirakan
masih akan mengalami pertumbuhan meskipun kecenderungan
melambat dengan tumbuh pada kisaran 6,2% 6,6% (yoy)
dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2017 yang sebesar 6,8%
(yoy).
Inflasi Daerah
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018
mencapai 1,40% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (yoy). Cuaca yang kondusif
pada triwulan laporan mendorong terjadinya peningkatan produksi di
kelompok bahan makanan. Meskipun demikian, penurunan inflasi ini
tertahan akibat peningkatan tekanan inflasi pada kelompok
penyumbang inflasi lainnya. Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan
oleh pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara selama
triwulan III 2018 difokuskan pada pengendalian inflasi sayur-sayuran
dan ikan segar untuk mencegah terjadinya efek berkelanjutan.
Keuangan Pemerintah
Pada triwulan III 2018, realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dibandingkan
dengan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun
sebelumnya dengan capaian masing-masing sebesar 73,59% dan
62,37%. Meskipun demikian, realisasi belanja APBN di provinsi ini
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja modal
karena adanya penundaan proyek infrastruktur prioritas di Sulawesi
Tenggara dan pelaksanaan beberapa proyek lainnya pasca Pilkada
2018.
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3
Stabilitas keuangan
daerah masih terjaga dan
mendukung peningkatan
kinerja institusi keuangan
di Sultra.
Transaksi nontunai yang
didominasi oleh transaksi
kliring mengalami
akselerasi sejalan dengan
terakselerasinya konsumsi
pemerintah dan konsumsi
rumah tangga. Sementara
untuk transaksi tunai
terjadi net outflow.
Kondisi ketenagakerjaan
terindikasi mengalami
perbaikan yang didorong
oleh peningkatan
permintaan tenaga kerja.
Kesejahteraan juga
mengalami perbaikan
yang tercermin dari
peningkatan indeks NTP
Stabilitas Keuangan Daerah
Pada triwulan III 2018, di tengah ketidakpastian global, kondisi
stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi
tersebut tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah tangga,
sektor korporasi, UMKM dan institusi keuangan yang menunjukkan
perkembangan yang positif dengan risiko yang relatif terkendali.
Ketahanan keuangan sektor rumah tangga terus terjaga dengan
peningkatan penghasilan, optimisme konsumsi, perilaku berhutang
yang aman dan kemampuan keuangan yang masih cukup untuk
berbagai keperluan. Ketahanan pada sektor korporasi juga terus
terjaga. Selanjutnya, dari sisi institusi keuangan, indikator aset bank
umum, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi yang
aman juga terlihat dari sisi risiko kredit yang masih terkendali.
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Selama triwulan III 2018, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai di
Sulawesi Tenggara mencapai Rp3,28 triliun, mengalami akselerasi
pertumbuhan sebesar 26,3% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,0% (yoy). Kondisi ini sejalan
dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut yang
terutama disebabkan oleh akselerasi pada konsumsi pemerintah dan
konsumsi rumah tangga. Dari preferensi penggunaannya, transaksi
nontunai secara nominal di Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh
penggunaan SKNBI sebesar 61,6% dan sisanya sebesar 38,4%
menggunakan BI-RTGS. Sementara itu, transaksi pembayaran tunai
pada triwulan III 2018 memiliki pola net-inflow, sesuai dengan pola di
tahun sebelumnya. Bank Indonesia secara berkala terus menjaga
ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat. Selama Juli hingga
September 2018, kegiatan kas keliling di Sulawesi Tenggara telah
dilakukan sebanyak 22 (dua puluh dua) kali.
Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya. Peningkatan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan
terutama dipengaruhi oleh adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018. Indikasi perbaikan
ketenagakerjaan terutama berasal dari penawaran tenaga kerja yang
meningkat serta adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja yang
dirasakan oleh rumah tangga. Namun, tingkat kesejahteraan petani
sedikit menurun ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani yang mengalami
sedikit penurunan dibandingkan triwulan II 2018.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 4
Pertumbuhan ekonomi
Sultra pada tahun 2019
diperkirakan akan
melambat sementara
tekanan inflasi tetap
terjaga pada level yang
rendah dan stabil.
Prospek Perekonomian
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2019
diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy), cenderung
mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang diprakirakan tumbuh
sebesar 6,7% - 7,1% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh
perlambatan yang terjadi pada beberapa lapangan usaha utama
seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan
usaha industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi dan lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran meskipun tertahan dengan
akselerasi yang terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan
penggalian. Dengan memperhitungkan hal tersebut, maka pada tahun
2019 perekonomian Sultra diperkirakan akan mengalami akselerasi
pertumbuhan pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy). Akselerasi tersebut
didukung oleh pertumbuhan yang terjadi pada lapangan usaha
nonpertambangan meskipun tertahan oleh lapangan usaha
pertambangan.
Di sisi lain, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2019
mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu
sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara
diperkirakan sekitar 2,8% - 3,2% (yoy), cenderung stabil dibandingkan
dengan perkiraan inflasi selama tahun 2018 yang berada pada kisaran
2,8% - 3,2% (yoy). Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam mendorong peningkatan produksi perikanan dan sayur-sayuran
yang selama ini menjadi penyebab utama inflasi di Sulawesi Tenggara
dapat menjadi faktor yang mendorong stabilnya capaian inflasi di
Sulawesi Tenggara.
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5
1
EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari
Foto: Daniel
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 6
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan III 2018, perekonomian Sulawesi
Tenggara melanjutkan tren membaik setelah
mengalami tren melambat sejak triwulan II 2017
hingga triwulan I 2018. Pada periode laporan,
perekonomian Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh
sebesar 6,6% (yoy), mengalami akselerasi
pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan II 2018 yang sebesar 6,1% (yoy)
(Grafik 1.1). Pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara tersebut justru sedikit berbeda
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional yang cenderung mengalami perlambatan
dengan tumbuh sebesar 5,2% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,3% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian
Sulawesi Tenggara didorong oleh akselerasi pada
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah
serta perlambatan pertumbuhan impor. Sementara
itu dari sisi penawaran, pertumbuhan didorong
oleh akselerasi kinerja lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan, lapangan usaha
pertambangan dan lapangan usaha industri
pengolahan.
Meskipun berada dalam tren yang meningkat,
sumbangan perekonomian Sulawesi Tenggara
terhadap perekonomian regional Sulawesi dan
perekonomian nasional masih cukup terbatas.
Pada triwulan III 2018, Sulawesi Tenggara masih
menjadi provinsi dengan andil perekonomian
terbesar ketiga di Sulawesi setelah Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tengah dengan pangsa
sebesar 12,9%. Sumbangan tersebut sedikit
mengalami penurunan dibandingkan dengan
sumbangan pada periode sebelumnya yang
Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah
Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan II 2018
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2018
6.1%6.6%
5.3%5.2%
3.0%
4.0%
5.0%
6.0%
7.0%
8.0%
9.0%
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
%, yoy
Sultra2016=6,5%
Sultra2017=6,8%
5,0% ≤ PDRB < 6,0% 4,0% ≤ PDRB < 5,0% 0,0% ≤ PDRB < 4,0% PDRB < 0%
PDRB ≥ 7,0% 6,0% ≤ PDRB < 7,0%
SUMATERA 4,7% ACEH 5,7% SUMUT 5,3% RIAU 2,4%
SUMBAR 5,1% LAMPUNG 5,4% KEPRI 4,5%
BENGKULU 5,1% KEP. BABEL 4,5% SUMSEL 6,1% JAMBI 4,7%
KALIMANTAN 3,3% KALBAR 5,2% KALSEL 4,6%
SULAWESI 6,7% SULUT 5,8% GORONTALO 7,5% SULTENG 6,0%
KALTIM 1,8% KALTENG 5,7% KALTARA 4,6%
SULBAR 6,6% SULSEL 7,4% SULTRA 6,1%
BANTEN 5,6% JAKARTA 5,9% JABAR 5,6% JATENG 5,5% YOGYAKARTA 5,9% JATIM 5,6%
BALINUSRA 3,8% BALI 6,1% NTB -0,8% NTT 5,2%
MALUKU 5,5% MALUKU UTARA 7,3% PAPUA 24,7% PAPUA BARAT 12,8%
MAPUA 18,2%
(YoY)
JAWA 5,7%
PERTUMBUHAN
NASIONAL
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 7
sebesar 13,0%. Sementara itu, sumbangan
perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap
perekonomian nasional sepanjang tahun 2018
cukup stabil dengan pangsa sebesar 0,8%.
Meskipun memiliki pangsa yang masih cukup
rendah, namun dengan berbagai kekayaan alam
yang dimiliki Sulawesi Tenggara masih memiliki
potensi yang cukup tinggi untuk mendorong
perekonomian regional Sulawesi dan
perekonomian nasional.
Memasuki triwulan IV 2018, perkembangan
beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara
mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren
meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada
kisaran 6,7% - 7,1% (yoy). Hasil survei yang
dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi
yang dilakukan melalui liaison juga
mengindikasikan akan terjadi perbaikan kondisi
usaha, penjualan dan investasi. Berdasarkan hasil
proyeksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan serta lapangan usaha industri
pengolahan masih akan melanjutkan akselerasinya
pada triwulan IV 2018 diikuti pula dengan
peningkatan kinerja pada lapangan usaha
konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran. Namun perlambatan pada lapangan
usaha pertambangan dan penggalian diperkirakan
akan menahan laju akselerasi perekonomian pada
periode tersebut. Sementara dari sisi permintaan,
percepatan pertumbuhan pada sektor utama
seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah dan investasi diperkirakan mampu
mendorong akselerasi perekonomian Sulawesi
Tenggara pada periode mendatang.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen
pengeluaran pada PDRB), akselerasi pertumbuhan
yang terjadi pada triwulan III 2018 berasal dari
meningkatnya aktivitas konsumsi rumah tangga,
konsumsi pemerintah dan perlambatan impor.
Sementara itu, perlambatan terjadi pada investasi
dan ekspor luar negeri. Berdasarkan pangsanya,
perekonomian Sulawesi Tenggara masih
didominasi oleh 3 sektor, yaitu konsumsi rumah
tangga, investasi dan konsumsi pemerintah
dengan pangsa masing-masing sebesar 49,0%,
40,1% dan 14,8% (Tabel 1.1).
Selanjutnya pada triwulan IV 2018, diperkirakan
akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi
yang didorong oleh peningkatan konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.
Perayaan Hari Besar Keagamaan dan periode libur
akhir tahun diperkirakan akan mendorong
terjadinya peningkatan permintaan masyarakat.
Selain itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan
akan mengalami peningkatan seiring dengan
penyelesaian proyek dan kegiatan sesuai dengan
APBD yang telah ditetapkan. Penyelesaian proyek
oleh pemerintah juga menjadi salah satu faktor
yang mendorong terjadinya peningkatan kinerja
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan
3.39 3.31 2.89 2.40 3.07 3.24 2.78 2.66 2.63 3.09 3.15 2.46 2.98 2.93
4.38 4.05
2.84 1.26
5.50 3.05 3.57 2.77
0.75
3.38 3.15 1.78 3.09 3.68
(2.52)
(1.55)
2.40
2.52
1.70 3.07 1.29
11.42 8.46 9.26
(1.27)
2.13
(2.63)(1.38) (0.25)
(6.40)(2.47)
(5.08) (4.53)(1.69)
0.74
(1.04)(4.59)
(12.81)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2015 2016 2017
Konsumsi Kons. Pemerintah Investasi Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor AD
%
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 8
investasi di Sulawesi Tenggara. Akselerasi pada
investasi juga didorong oleh masih tingginya minat
investor asing pada komoditas-komoditas
unggulan di Sulawesi Tenggara seperti rencana
pembangunan pabrik gula di Bombana dan
kerjasama budidaya tanaman penghasil energi
biomassa.
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga
Realisasi Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 konsumsi rumah tangga
tercatat tumbuh sebesar 6,5% (yoy), mengalami
akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,3%
(yoy). Hal ini didorong oleh capaian inflasi yang
terjaga sepanjang periode laporan sehingga daya
beli masyarakat cukup terjaga.
Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga
tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen Bank
Indonesia yang mengalami peningkatan. Rata-rata
IKK pada triwulan III 2018 sebesar 134,1,
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
rata-rata IKK periode sebelumnya yang sebesar
125,7 (Grafik 1.6). Peningkatan keyakinan tersebut
didorong oleh ketersediaan lapangan kerja saat ini
dan pengeluaran masyarakat untuk konsumsi
barang tahan lama jauh lebih baik dibandingkan
dengan periode 6 bulan yang lalu. Selain itu,
konsumen juga memiliki keyakinan bahwa
perekonomian Sulawesi Tenggara dalam 6 bulan
mendatang akan semakin baik yang ditandai
dengan peningkatan indeks pada perkiraan
penghasilan dan perkiraan ketersediaan tenaga
kerja pada 6 bulan yang akan datang.
Meskipun mengalami peningkatan aktivitas
konsumsi, namun kredit konsumsi pada triwulan III
2018 cenderung mengalami perlambatan. Pada
periode tersebut, kredit konsumsi tercatat tumbuh
sebesar 14,4% (yoy), sedikit mengalami
perlambatan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,5% (yoy).
Meskipun demikian, outstanding kredit konsumsi
mengalami peningkatan sebesar Rp275,0 miliar,
yaitu dari Rp15,0 triliun pada triwulan II 2018
menjadi Rp15,3 triliun pada triwulan III 2018.
Tracking Triwulan IV 2018
Memasuki triwulan IV 2018, perkembangan
berbagai indikator terkini mengindikasikan
pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan
mengalami peningkatan. Perayaan Hari Besar
Keagamaan dan periode libur akhir tahun
diperkirakan mampu meningkatkan daya beli
masyarakat. Selain itu, masyarakat cenderung
memiliki ekspektasi positif terhadap perekonomian
Sulawesi Tenggara di periode mendatang. Hal
tersebut yang tercermin dari hasil Survei
Konsumen bahwa Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK)
untuk triwulan IV 2018 sebesar 133,8, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan III
2018 yang sebesar 128,4. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat meyakini kondisi
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw III 2018 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga
Sumber: BPS, ADHK, diolah
I II III IV I II III IVP
Konsumsi Rumah Tangga 5.9 6.6 5.6 5.7 5.2 6.3 6.5 6.6 - 7.0 49.0
Konsumsi LNPRT 12.1 12.5 9.5 5.1 7.0 9.4 8.4 7.7 - 8.1 1.0
Konsumsi Pemerintah 6.7 1.0 7.6 6.4 2.5 6.9 7.9 8.1 - 8.5 14.8
PMTB 14.8 8.7 10.9 6.4 1.8 8.0 7.5 9.1 - 9.5 40.1
Perubahan Inventori (2332.4) 252.9 121.7 246.2 1.5 (157.2) (45.5) (178.7) - (178.3) 0.6
Eksport Luar Negeri 106.5 52.6 91.4 22.8 250.4 178.0 150.9 118.5 - 118.9 12.3
Import Luar Negeri 162.6 46.2 104.8 48.6 (29.1) 19.4 (23.2) 8.4 - 8.8 8.8
Net Eksport Antar Daerah (14.8) 21.8 17.3 (75.9) 100759.9 688.1 2317.0 1014.3 - 1014.7 (9.0)
PDRB 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.6 6.7 - 7.1
* Keterangan Meningkat Melambat Stabil
RasioKomponen Pengeluaran2017 2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9
perekonomian triwulan IV 2018 akan lebih baik
dibandingkan dengan periode sebelumnya
Tracking Tahun 2018
Pada tahun 2018, konsumsi masyarakat
diperkirakan akan mengalami akselerasi
pertumbuhan dengan capaian berada pada kisaran
6,0% - 6,4% (yoy). Capaian tersebut lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
2017 yang sebesar 6,0% (yoy). Akselerasi tersebut
didukung oleh terjadinya peningkatan pendapatan
oleh ASN di Sulawesi Tenggara dan pertumbuhan
lapangan utama nontambang yang memiliki
penyerapan tenaga kerja paling tinggi sehingga
mendorong peningkatan daya beli masyarakat
Sulawesi Tenggara secara menyeluruh.
1.2.2. Konsumsi Pemerintah
Realisasi Triwulan III 2018
Akselerasi konsumsi pemerintah turut menjadi
faktor pendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018.
Pada periode tersebut konsumsi pemerintah
mampu tumbuh sebesar 7,9% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,6% (yoy). Telah terpilihnya
pemimpin baru di beberapa daerah di Sulawesi
Tenggara mendorong terjadinya peningkatan
konsumsi pemerintah terutama guna mendukung
penyusunan RPJMD tahun 2019 2024. Selain itu,
berlangsungnya seleksi CPNS, penyaluran gaji ke-
14 dan beberapa event lain mendukung terjadinya
peningkatan konsumsi pemerintah pada periode
laporan.
Tracking Triwulan IV 2018
Pada triwulan IV 2018, pertumbuhan konsumsi
pemerintah diperkirakan akan kembali mengalami
akselerasi. Peningkatan tersebut didukung oleh
beberapa hal, antara lain adalah penyelesaian
proyek pembangunan pemerintah, masih
berlangsungnya pelaksanaan seleksi CPNS dan
finalisasi RPJMD. Selain itu, masih cukup tingginya
pagu APBD pemerintah juga menjadi faktor yang
dapat mendorong terjadinya peningkatan kinerja
konsumsi pemerintah pada periode mendatang.
Tracking Tahun 2018
Konsumsi pemerintah diperkirakan akan
mengalami akselerasi pertumbuhan pada tahun
2018 dengan capaian berada pada kisaran 6,3%
6,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
tahun 2017 yang sebesar 6,0% (yoy). Peningkatan
tersebut didukung oleh berlangsungnya Pemilihan
Gubernur serta Walikota/Bupati di Sulawesi
Tenggara, peningkatan pembayaran gaji ke-13
bagi ASN dan mulai memasukinya tahap akhir dari
proyek pembangunan seperti Kendari New Port
sehingga mampu mendorong konsumsi
pemerintah secara menyeluruh. Selain itu,
berbagai pengeluaran pemerintah terkait dengan
penyusunan RPJMD juga meningkatkan konsumsi
pemerintah pada tahun ini seiring dengan sudah
terpilihnya pimpinan daerah yang baru.
Sumber: BPS
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen
90
95
100
105
110
115
120
125
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2018Indeks Tendensi Konsumen
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen
indeks
134.1
128.2
139.9
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
optimis
INDEKS
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 10
1.2.3. Investasi
Realisasi Triwulan III 2018
Investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III
2018 cenderung mengalami perlambatan dan
menjadi faktor yang menahan akselerasi
pertumbuhan yang terjadi pada periode laporan.
Pada periode tersebut, investasi tumbuh sebesar
7,5% (yoy), mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Kondisi
perekonomian global yang kurang kondusif serta
perbaikan perekonomian negara maju
menyebabkan investor cenderung untuk
menanamkan modalnya pada negara yang
dianggap memiliki tingkat risiko lebih rendah.
Perlambatan pada investasi juga tercermin dari
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh KPw BI Sultra. Investasi yang pada
triwulan III 2018 tercatat tumbuh sebesar 8,4%
(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan investasi pada triwulan III 2017 yang
sebesar 12,8% (qtq). Sejalan dengan perlambatan
kinerja investasi, pertumbuhan kredit investasi juga
mengalami perlambatan pada periode laporan.
Kredit investasi pada periode laporan terkontraksi
sebesar 9,4% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 3,1% (yoy). Dari sisi outstanding-nya,
kredit investasi juga mengalami penurunan sebesar
Rp160,2 miliar, yaitu dari Rp4,4 triliun pada
triwulan II 2018 menjadi Rp4,3 triliun pada
triwulan III 2018 (Grafik 1.11).
Tracking Triwulan IV 2018
Pada triwulan berjalan, kegiatan investasi di
Sulawesi Tenggara diperkirakan akan terakselerasi.
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara dan
Indonesia yang masih cukup kuat ditengah kondisi
global yang kurang kondusif serta telah berlalunya
masa politik dapat memberikan citra baik dan
keyakinan bagi para investor untuk menanamkan
modalnya kembali di Sulawesi Tenggara. Selain itu,
fokus pemerintah dalam pengembangan sektor
dan komoditas utama juga diyakini dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
Tracking Tahun 2018
Kondisi perekonomian global yang kurang
kondusif menyebabkan terjadi perlambatan kinerja
investasi di Sulawesi Tenggara pada tahun 2018.
Pada tahun tersebut, investasi diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy),
mengalami perlambatan dibandingkan dengan
kinerja pada tahun 2017 yang tumbuh sebesar
8,9% (yoy). Selain kondisi perekonomian global
yang kurang kondusif, perlambatan kinerja
investasi tersebut juga disebabkan oleh lebih
rendahnya jumlah pembangunan smelter baru
dibandingkan dengan pembangunan yang
dilakukan oleh investor asing pada tahun 2017.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Sultra
Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi
Tenggara Grafik 1.8 Realisasi Investasi Sulawesi Tenggara
15.30
14.4%
10.0%
11.0%
12.0%
13.0%
14.0%
15.0%
16.0%
17.0%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Rp Triliun yoy
12.8
8.4
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
% (QTQ)
Realisasi Investasi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 11
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri
Realisasi Ekspor Triwulan III 2018
Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada
triwulan III 2018 tercatat kembali mengalami
penurunan kinerja meskipun masih tumbuh pada
level yang tinggi. Pada periode tersebut ekspor
Sulawesi Tenggara tumbuh hingga 150,9% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 177,8% (yoy).
Perlambatan pada kinerja ekspor tersebut
disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan
ekspor komoditas utama yaitu bijih nikel kadar
rendah dan feronikel.
Ekspor bijih nikel pada triwulan III 2018 hanya
tumbuh sebesar 102,1% (yoy), mengalami
penurunan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh
sebesar 668,4% (yoy). Hal tersebut disebabkan
oleh terjadinya shifting permintaan bijih nikel oleh
Tiongkok yang selama ini didominasi dari Sulawesi
Tenggara namun dalam 2 periode terakhir sudah
didominasi dari Maluku Utara. Selain itu, perang
dagang yang terjadi juga menyebabkan terjadinya
penurunan permintaan bijih ekspor bijih nikel
kadar rendah dari Tiongkok. Kondisi yang sama
juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadi
perlambatan pertumbuhan kinerja ekspor feronikel
pada periode laporan. Pada periode tersebut,
ekspor feronikel tumbuh sebesar 120,3% (yoy),
mengalami perlambatan dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 221,2%
(yoy). Selain kedua komoditas utama tersebut,
penurunan kinerja ekspor juga terjadi pada
beberapa komoditas lainnya seperti perikanan
yang pada triwulan III 2018 terkontraksi sebesar
2,9% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 0,9%
(yoy) dan aspal yang tumbuh 25,0% (yoy)
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
II 2018 yang mencapai 514% (yoy).
Meskipun demikian, terdapat beberapa ekspor
komoditas yang menunjukkan peningkatan,
terutama ekspor komoditas kakao olahan. Ekspor
komoditas tersebut tumbuh sebesar 338,6% (yoy),
mengalami peningkatan yang sangat signifikan
jika dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 100,0% (yoy). Hal
tersebut menjadi indikasi positif untuk mendorong
kinerja ekspor di masa yang akan datang dan
dapat mengurangi ketergantungan terhadap
ekspor hasil pertambangan.
Dari sisi negara mitra dagang, Tiongkok masih
menjadi negara tujuan ekspor utama dengan
pangsa sebesar 75,8% kemudian diikuti oleh India
dan Korea Selatan dengan pangsa masing-masing
sebesar 15,0% dan 4,0%. Tingginya pangsa
ekspor Sulawesi Tenggara ke Tiongkok perlu
mendapat perhatian khusus mengingat perang
dagang yang tengah terjadi antara Amerika Serikat
dan Tiongkok.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.9 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara
Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara
4.28
-9.4%-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
-
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)
Rp Triliun yoy
226
304
170.9%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 12
Realisasi Impor Luar Negeri Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, impor Sulawesi Tenggara
tercatat mengalami kontraksi dan menjadi salah
satu faktor yang mendorong pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara. Aktivitas impor pada
periode tersebut terkontraksi sebesar 28,3% (yoy),
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,3%
(yoy).
Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil
dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara
pada periode laporan adalah sebesar 72,2 juta
dolar Amerika, menurun jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang sebesar 100,7 juta dolar
Amerika. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh
jenis barang, dengan barang antara sebagai
penyebab utama. Pada triwulan III 2018, impor
barang antara terkontraksi sebesar 40,8% (yoy),
menurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy).
Impor barang modal juga tercatat mengalami
kontraksi pada periode laporan dengan capaian
sebesar 18,6% (yoy). Capaian tersebut mengalami
penurunan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan periode yang sebelumnya yang tumbuh
hingga 311,6% (yoy). Selain itu, impor barang
konsumsi juga tercatat mengalami perlambatan
pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 79,3%
(yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan II 2018 yang mencapai 229,8% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, impor Sulawesi Tenggara
masih didominasi oleh barang modal dengan
pangsa sebesar 63,1% kemudian diikuti oleh
impor barang antara dengan pangsa sebesar
36,5% dan sisanya adalah impor barang konsumsi.
Sementara untuk sumber barangnya, kegiatan
impor Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh
barang-barang dari Tiongkok dengan pangsa
hampir mencapai 85,5% kemudian diikut oleh
Australia dengan pangsa sebesar 6,9% dan Korea
Selatan sebesar 3,5%.
Tracking Triwulan IV 2018
Memasuki triwulan IV 2018, kinerja ekspor luar
negeri diperkirakan akan kembali mengalami
perlambatan. Perlambatan tersebut disebabkan
oleh based effect point serta telah stabilnya ekspor
bijih nikel kadar rendah sehingga tidak terjadi
peningkatan yang signifikan. Selain itu, harga nikel
juga cenderung mengalami penurunan yang
disebabkan oleh kondisi perekonomian global
yang kurang stabil.
Di sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan
berjalan diperkirakan akan kembali terakselerasi.
Masih tingginya kebutuhan Sulawesi Tenggara
terhadap barang impor untuk mendorong
pembangunan infrastruktur menjadi faktor yang
menyebabkan terjadi peningkatan impor pada
periode laporan.
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.11 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara Grafik 1.12 Pangsa Komoditas Ekspor
157
262.1%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
Minyak Nilam, 0.19%Perikanan,
1.57%
Feronikel, 76.36%
Bijih Nikel, 20.57%
Lainnya, 1.31%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 13
Tracking Tahun 2018
Pada tahun 2018, kinerja ekspor Sulawesi
Tenggara diperkirakan akan mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dengan
capaian berada pada kisaran 165,5% - 165,9%
(yoy) dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang mengalami pertumbuhan sebesar 56,3%
(yoy). Pertumbuhan kinerja ekspor yang baik pada
komoditas utama seperti bijih nikel dan feronikel
menjadi pendorong utama peningkatan kinerja
ekspor pada tahun 2018 dengan pertumbuhan
masing-masing per YTD September 2018 adalah
140,3% (Ytd) dan 107,6% (Ytd). Selain itu,
peningkatan pada beberapa komoditas lainnya
seperti kakao olahan dan aspal turut menjadi
faktor peningkatan kinerja ekspor Sulawesi
Tenggara. Sementara itu, kinerja impor
diperkirakan akan mengalami perbaikan dengan
terkontraksi pada kisaran 6,5% - 6,9% (yoy),
mengalami penurunan yang signifikan
dibandingkan dengan kinerja pada tahun 2017
yang tumbuh sebesar 59,0% (yoy).
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA
UTAMA
Dari sisi penawaran, akselerasi pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018
didorong oleh pertumbuhan lapangan usaha
utama yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan, lapangan usaha penggalian dan
pertambangan serta lapangan usaha industri
pengolahan. Berdasarkan pangsanya,
perekonomian Sulawesi Tenggara masih
didominasi oleh lapangan usaha primer yaitu
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan dan lapangan usaha pertambangan dan
penggalian dengan pangsa masing-masing sebesar
23,0% dan 21,4%. Selain itu, Sulawesi Tenggara
juga memiliki 3 lapangan usaha utama lainnya,
yaitu lapangan usaha konstruksi dengan pangsa
sebesar 13,1%, lapangan usaha perdagangan
besar dan eceran sebesar 12,6% dan lapangan
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.15 Source of Growth Sisi Penawaran
391
67
2,877
51
1,031
1,473
319 140
2,623
34
861 774
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita Daging Ikan
Tw II 2018 Tw III 2018
ribu USD
72.2
-28%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
2.52 1.35 1.27
2.04 1.19 1.49 1.28 1.45 1.39 1.51 1.76 1.78 1.35
(1.50)
0.82
(1.27)
2.05 3.11 2.37 3.08 1.84 1.34 1.16
1.63
2.02 0.06
2.58
1.03 1.05
1.16
0.72 1.24
0.27 0.01 0.24
0.27 1.16 1.12
1.72 0.99
0.42 0.74 0.78 1.96
1.34 0.72
1.04 0.63
1.01 1.01 0.84
0.42 1.05 1.22
0.86
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2015 2016 2017
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 14
usaha industri pengolahan sebesar 5,8%. Struktur
ekonomi tersebut tidak mengalami perubahan
yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada triwulan IV, diperkirakan akan terjadi
percepatan pertumbuhan ekonomi yang
disebabkan oleh akselerasi pada lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan
usaha industri pengolahan, lapangan usaha
konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran. Namun pertumbuhan tersebut
diperkirakan akan tertahan oleh perlambatan pada
lapangan usaha pertambangan dan penggalian.
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Realisasi Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut
usaha pertanian) mengalami akselerasi
pertumbuhan. Lapangan usaha tersebut mampu
tumbuh sebesar 7,7% (yoy) dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,5%
(yoy). Akselerasi tersebut terjadi didorong oleh
akselerasi pertumbuhan produksi pertanian yang
tercatat sebesar 25,8% (yoy) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
4,0% (yoy) (Grafik 1.16). Selain itu, peningkatan
kinerja lapangan usaha ini juga didukung oleh
adanya peningkatan produksi perikanan. Produksi
perikanan pada triwulan III 2018 mencapai 6,21
ribu ton, mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar 4,82
ribu ton (Grafik 1.17). Kondisi gelombang yang
jauh lebih stabil dan kembali normalnya aktivitas
melaut nelayan setelah Ramadhan dan Lebaran
menjadi faktor yang mendorong terjadinya
peningkatan produksi pada lapangan usaha
tersebut.
Akselerasi yang terjadi pada lapangan usaha
pertanian turut mendorong terjadinya
peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut.
Outstanding kredit usaha pertanian pada triwulan
III 2018 sebesar Rp1.041,3 miliar atau tumbuh
sebesar 58,6% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp965,0
miliar atau tumbuh sebesar 32,1% (yoy) (Grafik
1.18).
Tracking Triwulan IV 2018
Pada periode berjalan, lapangan usaha pertanian
diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi
dengan perkiraan berada pada kisaran 8,1% -
8,5% (yoy). Akselerasi pada lapangan usaha
tersebut yang didukung oleh peningkatan hasil
panen tabama yang tercermin dari luas tanam
yang mengalami peningkatan pada triwulan III
2018, yaitu seluas 57,7 ribu hektar dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang seluas 39,1 ribu
hektar. Meskipun demikian, terjadinya penurunan
Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra
Sumber: BPS, ADHK, diolah
I II III IV I II III IVP
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.8 6.4 5.5 6.3 5.7 6.5 7.7 8.1 - 8.5 23.0
Pertambangan dan Penggalian 17.2 12.3 15.9 9.0 6.5 5.4 7.7 5.8 - 6.2 21.4
Industri Pengolahan 7.4 8.8 4.3 5.2 6.8 (0.2) 0.7 3.0 - 3.4 5.8
Pengadaan Listrik, Gas 3.0 4.6 7.8 8.2 0.1 2.2 2.6 1.8 - 2.2 0.1
Pengadaan Air 0.0 3.6 (3.2) 0.3 0.7 3.3 9.3 5.2 - 5.6 0.2
Konstruksi 10.4 2.1 0.1 1.7 2.2 9.4 8.8 9.5 - 9.9 13.1
Perdagangan Besar dan Eceran 5.9 8.4 4.8 8.1 8.4 6.6 3.2 6.0 - 6.4 12.6
Transportasi dan Pergudangan 9.8 10.2 3.8 6.0 7.6 8.6 9.3 10.9 - 11.3 4.8
Akomodasi dan Makan Minum 7.1 7.0 9.4 6.1 7.1 6.4 7.0 8.0 - 8.4 0.6
Informasi dan Komunikasi 9.4 9.8 8.6 6.2 9.5 8.6 6.6 10.8 - 11.2 2.4
Jasa Keuangan 5.8 4.0 3.8 4.6 5.1 4.1 1.8 4.6 - 5.0 2.1
Real Estate 1.5 4.7 9.8 1.1 3.5 2.6 1.7 4.9 - 5.3 1.5
Jasa Perusahaan 3.9 6.6 6.8 6.6 4.5 6.9 6.0 7.7 - 8.1 0.2
Administrasi Pemerintahan 0.3 1.1 7.0 7.8 3.9 3.9 6.4 0.7 - 1.1 5.2
Jasa Pendidikan 1.8 1.8 2.8 4.2 4.1 6.7 9.6 5.7 - 6.1 4.8
Jasa Kesehatan dan Sosial 1.3 6.3 2.6 3.1 5.4 6.0 7.4 7.7 - 8.1 0.9
Jasa Lainnya 2.0 0.6 4.2 4.1 7.7 5.9 4.1 4.4 - 4.8 1.4
PDRB 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.6 6.7 - 7.1
* Keterangan Meningkat Melambat Stabil
Komponen Pengeluaran2017
Pangsa2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 15
hasil produksi perikanan diperkirakan menjadi
faktor yang dapat menahan akselerasi
pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut.
Tracking Tahun 2018
Pada tahun 2018, lapangan usaha pertanian
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,9% -
7,3% (yoy), mengalami akselerasi pertumbuhan
dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun
2017 yang sebesar 5,8% (yoy).Hal tersebut
didukung oleh kondisi cuaca yang jauh lebih
kondusif dan berbagai program bantuan
pemerintah sehingga mendorong terjadinya
peningkatan produksi terutama pada kelompok
tabama.
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian
Realisasi Triwulan III 2018
Kinerja lapangan usaha pertambangan dan
penggalian pada periode triwulan III 2018
mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada periode
tersebut kinerja lapangan usaha ini tumbuh
sebesar 7,7% (yoy), mengalami akselerasi
pertumbuhan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,4% (yoy).
Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KPw
BI Sultra ke pelaku usaha pertambangan di
Sulawesi Tenggara, peningkatan kinerja pada
lapangan usaha tersebut didukung oleh
peningkatan kapasitas utilitas terutama pada
komoditas nikel, yaitu sebesar 80% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar
77%.
Meskipun demikian, penyaluran kredit
pertambangan oleh perbankan justru cenderung
mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2018,
kredit pertambangan kembali mengalami
kontraksi sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh
sebesar 14,6% (yoy), (Grafik 1.19). Outstanding
kredit juga mengalami penurunan yang cukup
dengan capaian sebesar Rp2,2 triliun
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
sebesar Rp2,5 triliun.
Tracking Triwulan IV 2018
Memasuki triwulan IV 2018, kinerja lapangan
usaha ini diperkirakan akan mengalami
perlambatan pertumbuhan. Perlambatan
pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
berlangsungnya perang dagang antara Amerika
Serikat dan Tiongkok. Hal tersebut berdampak
pada perekonomian Tiongkok dan juga
menyebabkan terjadinya penurunan permintaan
nikel oleh Tiongkok untuk mendukung kinerja
industrinya.
Tracking Tahun 2018
Kinerja lapangan usaha pertambangan pada tahun
2018 diperkirakan akan mengalami perlambatan
pertumbuhan pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy)
dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai
13,0% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh telah
berlangsungnya relaksasi ekspor bijih nikel kadar
rendah pada tahun 2017 sehingga pertumbuhan
produksi pertambangan cenderung mengalami
penurunan.
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah
Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah
Grafik 1.16 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.17 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari
44
25.8%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
Thousands
Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)
Luas (ribu Ha) yoy
6.21
6.8%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
4
5
6
7
8
9
10
11
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
Thousands
Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)
Jumlah (ribu ton) yoy
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 16
1.3.3. Industri Pengolahan
Realisasi Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, lapangan usaha industri
pengolahan mengalami akselerasi pertumbuhan
dan menjadi salah satu faktor yang mendorong
pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara.
Lapangan usaha tersebut mengalami akselerasi
sebesar 0,7% (yoy), mengalami peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya yang
mengalami kontraksi sebesar 0,2% (yoy).
Peningkatan tersebut didukung oleh peningkatan
produksi industri skala sedang dan besar meskipun
sedikit tertahan oleh perlambatan pertumbuhan
produksi industri skala mikro dan kecil.
Pada triwulan III 2018, industri skala sedang dan
besar mengalami pertumbuhan sebesar 0,46%
(yoy), mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 0,41% (yoy). Akselerasi tersebut didorong
oleh masih tumbuh positifnya industri kayu
dengan capaian sebesar 37,6% (yoy). Selain itu,
perbaikan produksi pada industri percetakan dan
reproduksi media rekaman juga mengalami
perbaikan produksi meskipun masih tercatat
mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar -
44,7% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 64,9%
(yoy). Meskipun demikian, akselerasi tersebut
sedikit tertahan oleh penurunan kinerja industri
makanan yang mengalami kontraksi sebesar
35,4% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 29,3%
(yoy).
Peningkatan pada lapangan usaha pengolahan
tersebut sedikit tertahan oleh perlambatan kinerja
yang terjadi pada industri mikro dan kecil. Pada
triwulan III 2018, industri tersebut hanya tumbuh
sebesar 29,0% (yoy), mengalami perlambatan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah
Grafik 1.18 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara Grafik 1.20 Produksi Ore Nikel
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.19 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.21 Kredit Industri Sulawesi Tenggara
1,041.34
58.6%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
296
-6.1%-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I II III IV I II III IV I II Juli
2016 2017 2018
Thousands
Produksi nikel (MWT) yoy
Volume (WMT) yoy
2,146.24
-0.4%-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy567.15
10.2%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
140.0%
-
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 17
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 37,9% (yoy). Perlambatan
signifikan disebabkan oleh melambatnya industri
bahan makanan, pada triwulan III 2018 tumbuh
sebesar 13,0% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 87,7%
(yoy). Berlalunya periode lebaran sehingga
produksi makanan olahan seperti kue cenderung
mengalami penurunan menjadi faktor utama yang
melatarbelakangi penurunan tersebut.
Berbeda dengan kinerja lapangan usaha industri
pengolahan yang mengalami akselerasi,
penyaluran kredit ke industri pengolahan
cenderung mengalami perlambatan. Pada triwulan
III 2018, penyaluran kredit untuk industri
pengolahan hanya tumbuh sebesar 10,2% (yoy),
mengalami perlambatan dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,2%
(yoy). Meskipun demikian, baki kredit lapangan
usaha tersebut mengalami peningkatan sebesar
Rp14,5 miliar, yaitu dari Rp552,6 miliar pada
triwulan II 2018 menjadi Rp576,1 miliar pada
triwulan III 2018 (Grafik 1.21). Hal ini
mengindikasikan sikap wait and see kalangan
usahawan, sehingga belum seluru fasilitas kredit
dimanfaatkan.
Tracking Triwulan IV 2018
Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha
industri pengolahan diperkirakan akan kembali
mengalami akselerasi. Berlangsungnya panen
diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan
produksi industri makanan dan minuman.
Peningkatan juga terjadi pada industri pengolahan
nikel yang didukung oleh masuknya bahan baku
bijih nikel kadar tinggi dari Halmahera untuk
dilakukan pengolahan di Sulawesi Tenggara.
Namun, hasil perikanan yang diperkirakan akan
mengalami penurunan dapat menjadi risiko yang
menahan peningkatan kinerja pada lapangan
usaha tersebut.
Tracking Tahun 2018
Sepanjang tahun 2018, kinerja lapangan usaha
industri pengolahan diperkirakan akan mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada tahun 2017. Penurunan bahan
baku ikan segar pada tahun 2018 menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya
perlambatan kinerja lapangan usaha tersebut.
Meskipun demikian, peningkatan produksi padi
dan feronikel menjadi faktor yang menahan
perlambatan kinerja pada industri pengolahan
pada tahun 2018.
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran
Realisasi Triwulan III 2018
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
pada triwulan III 2018 tercatat mengalami
perlambatan sehingga menahan akselerasi
pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Lapangan
usaha tersebut tumbuh sebesar 3,2% (yoy)
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 6,7% (yoy). Perlambatan tersebut
didorong oleh penurunan yang terjadi pada
perdagangan luar negeri.
Pada triwulan III 2018, volume ekspor Sulawesi
Tenggara tercatat mengalami penurunan yang
sangat signifikan dengan hanya tumbuh sebesar
115,2% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 728,0%
(yoy). Penurunan secara signifikan terjadi pada
volume ekspor bijih nikel kadar rendah yang pada
triwulan II 2018 mampu tumbuh sebesar 765,9%
sementara pada triwulan III 2018 tercatat hanya
sebesar 110,1% (yoy). Salah satu faktor yang
menyebabkan penurunan kinerja ekspor bijih nikel
kadar rendah adalah terjadinya shifting
permintaan bijih nikel kadar rendah oleh Tiongkok.
Sejak diberlakukannya kebijakan relaksasi ekspor
bijih nikel kadar rendah, Sulawesi Tenggara
merupakan provinsi pengekspor bijih nikel terbesar
ke Tiongkok dengan rata-rata pangsa 53,3%
sepanjang April 2017 hingga Maret 2018. Namun
sejak April 2018, terjadi perubahan peta
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 18
perdagangan dengan Maluku Utara sebagai
provinsi pengekspor bijih nikel kadar tertinggi ke
Tiongkok dengan rata-rata pangsa mencapai
62,0% hingga September 2018.
Meskipun kinerja perdagangan luar negeri
mengalami perlambatan, namun hal tersebut
tertahan oleh peningkatan kinerja perdagangan
dalam negeri. Berdasarkan hasil survei kegiatan
dunia usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI
Sultra, kinerja lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran tercatat mengalami peningkatan yang
sangat signifikan. Pada triwulan III 2018, lapangan
usaha tersebut mampu tumbuh sebesar 10,57%
(qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan III 2017 yang sebesar
1,33% (qtq).
Selain itu, perlambatan tersebut juga tertahan oleh
terjadinya peningkatan penyaluran kredit oleh
perbankan ke lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran. Pada triwulan III 2018, penyaluran
kredit perbankan mengalami pertumbuhan
sebesar 2,4% (yoy), mengalami akselerasi
pertumbuhan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,7% (yoy).
Akselerasi tersebut juga mendorong terjadinya
peningkatan baki kredit dari Rp5,1 triliun pada
triwulan II 2018 menjadi Rp5,2 triliun pada
triwulan III 2018. (Grafik 1.24).
Tracking Triwulan IV 2018
Memasuki triwulan IV 2018, kinerja usaha
perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan
mengalami akselerasi dengan tumbuh pada
kisaran 6,0% - 6,4% (yoy). Berlangsungnya
periode natal dan libur akhir tahun diperkirakan
mampu mendorong terjadinya peningkatan
permintaan oleh masyarakat sehingga terjadi
peningkatan perdagangan domestik. Meskipun
demikian, perang dagang yang terjadi antara
Amerika Serikat dan Tiongkok berpotensi
menyebabkan terjadinya penurunan kinerja pada
perdagangan luar negeri.
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah
Grafik 1.22 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.24 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sum Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah
Grafik 1.23 Transaksi Perdagangan Luar Negeri Grafik 1.25 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara
2,122.33
115.2%
-2000%
0%
2000%
4000%
6000%
8000%
10000%
12000%
14000%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
Ekspor Sultra (volume) g Ekspor Sultra (sb.kanan)
Volume (ribu ton) yoy5,162.75
2.4%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
4,300
4,400
4,500
4,600
4,700
4,800
4,900
5,000
5,100
5,200
5,300
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
304
72.2
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
Nilai Eksport Nilai Import
Juta USD1,075.00
0.3%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 19
Tracking Tahun 2018
Sepanjang tahun 2018, kinerja lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar
6,8% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh
penurunan yang terjadi pada perdagangan
domestik. Meskipun demikian, perlambatan
tersebut dapat tertahan oleh perdagangan luar
negeri yang didorong oleh tingginya permintaan
nikel dan didukung oleh harga yang tinggi.
1.3.5. Konstruksi
Realisasi Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, kinerja lapangan usaha
konstruksi tercatat mengalami perlambatan dan
menjadi faktor yang menahan akselerasi
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada
periode tersebut, lapangan usaha konstruksi
tumbuh sebesar 8,8% (yoy), mengalami
perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan
kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
9,4% (yoy). Kurang stabilnya perekonomian global
dan masih berlangsungnya masa periode politik
pada awal triwulan III 2018 memberikan dampak
terhadap investor yang cenderung wait and see.
Hal tersebut memberikan dampak terhadap proyek
pembangunan yang dilakukan oleh investor asing
dan pemerintah.
Perlambatan juga terjadi pada penyaluran kredit ke
lapangan usaha konstruksi. Pada triwulan III 2018,
kredit lapangan usaha tersebut hanya tumbuh
sebesar 0,3% (yoy), mengalami perlambatan
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,6% (yoy). Meskipun demikian,
outstanding kredit konstruksi mengalami
peningkatan dari Rp997,3 miliar menjadi
Rp1.075,0 miliar (Grafik 1.25).
Tracking Triwulan IV 2018
Pada triwulan IV 2018, lapangan usaha konstruksi
diperkirakan akan mengalami akselerasi.
Berlangsungnya penyelesaian proyek
pembangunan oleh pemerintah seperti Kendari
New Port diperkirakan menjadi salah satu faktor
yang mendorong akselerasi lapangan usaha
tersebut. Selain itu, penyelesaian beberapa proyek
oleh swasta seperti pembangunan tower 14 lantai
Bank Sultra juga diperkirakan akan mendorong
akselerasi lapangan usaha tersebut.
Tracking Tahun 2018
Kinerja lapangan usaha konstruksi pada tahun
2018 diperkirakan berada pada kisaran 7,5% -
7,9% (yoy). Capaian tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian tahun 2017 yang
sebesar 3,2% (yoy). Kondisi cuaca yang jauh lebih
kondusif pada tahun 2018 menyebabkan proyek
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
dan swasta dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Selain itu, pembangunan smelter yang masih
berlangsung dan beberapa pabrik untuk
mendorong komoditas utama di Sulawesi
Tenggara juga mendorong peningkatan kinerja
lapangan usaha tersebut.
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA
LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN
Realisasi Triwulan III 2018
Kuatnya pertumbuhan perekonomian Sulawesi
Tenggara ditopang oleh cukup stabilnya
pertumbuhan perekonomian nontambang. Pada
triwulan III 2018, perekonomian nontambang
tumbuh sebesar 6,3% (yoy) cenderung stabil
dibandingkan periode sebelumnya yang juga
tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Hal tersebut terjadi
disebabkan oleh pertumbuhan pada lapangan
usaha utama seperti lapangan usaha pertanian dan
lapangan usaha industri pengolahan tertahan oleh
perlambatan pada lapangan usaha utama lainnya,
yaitu lapangan usaha konstruksi dan lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran.
Akselerasi pertumbuhan produksi hasil tabama
dan peningkatan produksi perikanan menjadi salah
satu faktor yang mendorong pertumbuhan
perekonomian nontambang. Peningkatan bahan
baku tersebut turut memberikan dampak terhadap
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 20
peningkatan kinerja industri pengolahan.
Meskipun demikian, perlambatan yang terjadi
pada lapangan usaha utama lainnya seperti
lapangan usaha konstruksi yang disebabkan oleh
kondisi perekonomian global yang kurang stabil
dan lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran yang disebabkan oleh penurunan kinerja
perdagangan luar negeri menjadi faktor penahan
akselerasi yang terjadi. Dari sisi rasio komponen
lapangan usaha terhadap total PDRB
nonpertambangan, lapangan usaha pertanian
masih mendominasi perekonomian Sulawesi
Tenggara dengan rasio sebesar 30,0% diikuti oleh
lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran dengan masing-
masing pangsa sebesar 17,5% dan 15,9%.
Tracking Triwulan IV 2018
Pada triwulan IV 2018 mendatang lapangan usaha
nonpertambangan diperkirakan akan kembali
mengalami akselerasi dengan pertumbuhan
berada di kisaran 7,0% - 7,4% (yoy). Akselerasi
pertumbuhan yang terjadi disebabkan oleh
akselerasi pada seluruh lapangan usaha utama,
yaitu lapangan usaha pertanian, lapangan usaha
konstruksi, lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran serta lapangan usaha industri
pengolahan.
Peningkatan hasil produksi tabama menjadi faktor
yang mendorong terjadinya peningkatan lapangan
usaha pertanian. Peningkatan produksi bahan
baku tersebut dan operasional smelter yang
semakin baik diperkirakan akan mampu
mendorong kinerja lapangan usaha industri
pengolahan. Selain itu, masih berlangsungnya
pembangunan oleh pemerintah dan swasta juga
menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan
perekonomian nontambang.
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
2015 2016 2017 I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra
%, (YoY)
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 21
BOKS 01
MENDORONG PEREKONOMIAN SULAWESI TENGGARA MELALUI PENGUATAN
KINERJA EKSPOR
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 dan 2014 berada pada tren penurunan yang cukup
signifikan setelah sempat mencapai 2 digit pada tahun 2012, yaitu sebesar 11,7% (yoy), kemudian
mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan hingga hanya tumbuh sebesar 6,3% (yoy)
pada tahun 2014. Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada lapangan
usaha pertambangan dan penggalian yang memiliki korelasi sangat tinggi terhadap perekonomian
Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 0,85. Perlambatan pada lapangan usaha tersebut disebabkan oleh
berlakunya UU Minerba sehingga berdampak pada kinerja ekspor bijih nikel yang merupakan komoditas
ekspor utama Sulawesi Tenggara.
Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sulawesi
Tenggara Tahun 2011 2017 (%, yoy)
Grafik 2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Tenggara (dalam
ribu USD)
Dampak penurunan kinerja ekspor terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara perlu diantisipasi dengan
baik sehingga kinerja ekspor dapat kembali pulih dan dapat memberikan dampak optimal terhadap
perekonomian Sulawesi Tenggara. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui
beberapa metode, Sulawesi Tenggara memiliki ragam komoditas lain yang berpotensi mendorong kinerja
ekspor. Potensi tersebut didasari oleh beberapa hal seperti data historis kinerja ekspor komoditas, daya
saing komoditas dan data historis permintaan dunia (impor). Dengan beberapa metode yang dilakukan,
diperoleh beberapa sektor yang dapat menjadi unggulan untuk mendorong ekspor, yaitu sektor
perikanan, perkebunan dan pertambangan bijih logam
Grafik 3. Hasil Analisis Komoditas Ekspor Unggulan Sulawesi Tenggara
Namun dalam upaya pengembangan ketiga sektor tersebut, masih terdapat beberapa tantangan yang
perlu diselesaikan oleh seluruh pihak. Berdasarkan akses pasarnya, bea masuk menjadi salah satu kendala
Product Space Dynamic RCA IM & EM CAGR
Cocoa Butter & Paste Fresh Fish (Excl. Fillet) Fresh Fish (Excl. Fillet) Minerals, Crudes, N.E.S
Ferroalloy Fish Fillet (Fresh / Chilled) Frozen Fish (Excl. Fillet) Essential Oils, Concretes & Absolute; Resinoids
Minerals, Crudes, N.E.S Fresh / Frozen Crustaceans & Molluscs Fresh / Frozen Crustaceans & Molluscs Cocoa Butter & Cocoa Paste
Pepper, Pimento Prepared Crustaceans & Molluscs Edible Nuts (Excl. Nuts Used for The Extract of Oil) Fresh / Frozen Crustaceans & Molluscs
Essential Oils, Concretes & Absolute; Resinoids Edible Nuts (Excl. Nuts Used for The Extract of Oil) Cocoa Butter & Cocoa Paste Frozen Fish (Excl. Fillet)
Crustaceans & Mollucs Cocoa Butter & Cocoa Paste Pepper, Pimento Edible Nuts (Excl. Nuts Used for The Extract of Oil)
Fresh Fish (Excl. Fillets) Pepper, Pimento Spices (Excl. Pepper & Pimento) Pepper, Pimento
Frozen Fish (Excl. Fillets) Spices (Excl. Pepper & Pimento) Minerals, Crudes, N.E.S Fresh Fish (Excl. Fillet)
Other Materials of Vegetable Origins Essential Oils, Concretes & Absolute; Resinoids Other Materials of Vegetbale Origin, N.E.S Other Materials of Vegetbale Origin, N.E.S
Spices (Excl. Pepper & Pimento) Mineral or Chemical Fertilizers Essential Oils, Concretes & Absolute; Resinoids Spices (Excl. Pepper & Pimento)
Edible Nuts (Excl. Nuts Used for The Extract of Oil) Boxes, Bags & Other Packing Containers Ferroalloy
Chairs and Other Seats & Parts Builderscarpentry and Joinery
Boxes, Bags & Other Packing Containers
Chairs and Other Seats & Parts
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 22
utama dalam mendorong kinerja ekspor terutama hasil perikanan dan perkebunan. Indonesia memiliki
bea masuk yang cukup tinggi ke beberapa negara tujuan ekspor utama seperti Uni Eropa dan Jepang
sementara negara produsen lain seperti Filipina, Vietnam dan Thailand sebagai produsen ikan serta Pantai
Gading dan Ghana sebagai negara produsen kakao justru memiliki bea masuk yang lebih murah bahkan
mendapatkan hak istimewa yaitu bebas bea masuk. Selain itu, kualitas dari hasil perkebunan dan
perikanan tersebut juga masih perlu ditingkatkan sehingga penolakan atas ekspor komoditas-komoditas
tersebut dapat dikurangi. Sementara itu, kondisi cukup berbeda justru dialami oleh sektor pertambangan
bijih logam yang didominasi oleh nikel dan olahannya. Kinerja ekspor pada komoditas tersebut tidak
terdiversifikasi dengan baik dengan Tiongkok sebagai negara tujuan utamanya sehingga memunculkan
kerentanan yang cukup tinggi terutama dalam kondisi terjadinya perang dagang antara Tiongkok dan
Amerika Serikat saat ini.
Selain dari akses pasar, kendala juga muncul dari sisi faktor produksi. Masih cukup rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh petani dan nelayan menyebabkan cara berkebun dan melaut yang dilakukan
oleh para petani dan nelayan masih tradisional sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas pada
kedua sektor tersebut. Selain itu, permodalan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terhambatnya kinerja ekspor. Akses keuangan oleh petani dan nelayan masih cukup rendah sehingga
menjadi hambatan bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan berdampak pada
tingkat produksi yang rendah dan tidak stabil. Dengan kondisi tersebut, maka kinerja ekspor akan sulit
untuk berkembang karena importir memerlukan kepastian terkait dengan jumlah yang dapat disediakan
dalam jangka panjang.
Berkaca kepada permasalahan tersebut, KPw BI Sultra berupaya untuk membuat suatu rekomendasi yang
dapat menjadi masukan bagi pemerintah sebagai strategi pertumbuhan perekonomian Sulawesi
Tenggara. Dalam menyusun rekomendasi tersebut, difokuskan kepada faktor produksi dengan alasan
bahwa permasalahan tersebut merupakan permasalahan utama dalam pengembangan sektor potensial
di Sulawesi Tenggara dan Pemerintah Daerah memiliki wewenang penuh atas kebijakan pengembangan
daerah sehingga implementasi kebijakan dapat dilakukan secara lebih optimal. Dalam menentukan
rekomendasi yang tepat sebagai strategi pertumbuhan perekonomian, dilakukan simulasi kepada masing-
masing sektor tersebut dengan asumsi yang difokuskan pada pengembangan kompetensi sumber daya
manusia, peningkatan produktivitas melalui pemanfaatan teknologi atau bibit unggul dan peningkatan
permodalan atau kapital dari masing-masing sektor.
Tabel 1. Hasil Simulasi Strategi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Dengan simulasi yang dilakukan, stimulus pada sektor perikanan memberikan dampak yang paling
signifikan dengan potensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 1.63% terhadap baseline.
Pemanfaatan teknologi menjadi faktor utama yang mampu mendorong pertumbuhan paling signifikan
pada simulasi subsektor perikanan. Selain itu, pemanfaatan teknologi pada subsektor pertambangan bijih
logam juga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21% dari baseline. Sementara itu,
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 23
pertambangan bijih logam dan perkebunan merupakan komoditas utama yang berpotensi mendorong
ekspor secara signifikan pada kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Pemanfaatan teknologi secara baik
mampu mendorong produksi dan kinerja ekspor. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat
konsumsi masyarakat atas komoditas-komoditas yang dihasilkan pada kedua subsektor tersebut. Guna
mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sesuai dengan simulasi yang
dilakukan, maka perlu dilakukan pengembangan di masing-masing subsektor untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Tabel 2. Roadmap Pengembangan Sektor Perikanan
Tabel 3. Roadmap Pengembangan Sektor Perkebunan
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 24
Tabel 4. Roadmap Pengembangan Sektor Pertambangan Bijih Logam
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 25
n
KEUANGAN PEMERINTAH
2
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 26
2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PROVINSI
TAHUN 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018
mengalami peningkatan plafon pendapatan, yaitu
sebesar 0,56% (yoy) menjadi Rp3,52 triliun (Grafik
2.1). Peningkatan anggaran pendapatan terjadi
karena pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi
Tenggara berhasil membukukan pendapatan
sebesar 100,93% dari target. Meskipun palfon
pendapatan mengalami peningkatan, namun pos
belanja mengalami penurunan sebesar 11,07%
(yoy) dibandingkan dengan APBD Perubahan
Tahun 2017, yaitu dari Rp3,87 triliun menjadi
Rp3,45 Triliun. Penurunan tersebut dipengaruhi
oleh rasionalisasi anggaran terhadap realisasi
belanja tahun 2017 yang hanya sebesar 91,73%
atau sebesar Rp3,55 triliun.
Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran
pendapatan terjadi pada transfer dari pemerintah
pusat. Pendapatan transfer tersebut ditargetkan
sebesar Rp2,90 triliun atau meningkat 5,03% jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
terutama terjadi pada komponen Dana Alokasi
Khusus (DAK) seiring dengan meningkatnya
anggaran pariwisata dan anggaran pendidikan
yang kini berada di tingkat provinsi. Di sisi lain,
alokasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami
penurunan anggaran, pada tahun 2018
ditargetkan sebesar Rp620,40 miliar atau turun
15,89% jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan ini terutama terjadi pada komponen
pendapatan pajak daerah. Anggaran pendapatan
pada tahun 2018 tersebut masih didominasi oleh
pendapatan transfer dengan pangsa sebesar
82,4%, dengan alokasi terbesar untuk Dana
Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1,57 triliun dan
diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar
Rp1,21 triliun. Sementara itu, PAD masih relatif
rendah dengan pangsa sebesar 17,6%, dengan
sumber terbesar berasal dari pajak daerah sebesar
Rp446,4 miliar (Grafik 2.2).
Dari sisi belanja, penurunan anggaran belanja pada
tahun 2018 disebabkan oleh penurunan belanja
operasi, belanja modal dan belanja transfer ke
kabupaten/kota. Pada tahun ini anggaran belanja
operasi hanya sebesar Rp2,45 triliun atau turun
sebesar 1,40% (yoy), bahkan anggaran belanja
modal hanya sebesar Rp764,13 miliar atau turun
sebesar 23,51% (yoy). Selain itu, anggaran belanja
transfer ke kabupaten/kota sebesar Rp215,78
miliar, mengalami penurunan lebih signifikan
sebesar 43,29% (yoy). Dengan demikian,
anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tahun 2018 masih didominasi oleh belanja operasi
dengan pangsa sebesar 70,96%. Komponen
belanja terbesar untuk belanja operasi adalah
belanja pegawai sebesar Rp1,33 triliun dan belanja
hibah sebesar Rp694,7 miliar. Turunnya belanja
modal pemerintah daerah pada tahun ini
menyebabkan pangsa komponen tersebut hanya
sebesar 22,17%, lebih rendah daripada tahun
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Ket: APBD 2017 adalah APBD Perubahan 2017
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Provinsi Sulawesi Tenggara
2,47
3,50 3,52
2,82
3,87 3,56
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pendapatan Belanja
Rp Triliun
21,1%
78,9%
64,0%
25,8%
9,8%17,6%
82,4%71,0%
22,2%
6,3%
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
PAD TRANSFER OPERASI MODAL TRANSFER
PENDAPATAN BELANJAAPBD 2017 APBD 2018
pangsa
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 27
sebelumnya yang dapat mencapai pangsa sebesar
25,78%.
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN
APBD PROVINSI
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan
Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara hingga periode laporan terealisasi
sebesar 73,59% dari total anggaran APBD 2018,
atau sebesar Rp2,59 triliun (Tabel 2.1). Capaian
tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
realisasi periode yang sama pada tahun 2017 yang
tercatat sebesar Rp2,50 triliun atau 71,38%.
Peningkatan realisasi disebabkan oleh adanya
peningkatan yang terjadi di komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh membaiknya pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018
yang tumbuh sebesar 6,6% (yoy). Peningkatan
yang terjadi mempengaruhi kinerja sektor swasta
dan pendapatan rumah tangga sehingga
berdampak pada penerimaan pajak yang lebih
tinggi. Meskipun demikian, capaian ini masih lebih
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
realisasi selama lima tahun terakhir sebesar
76,94%.
Sumber pendapatan triwulan III 2018 di Provinsi
Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh
pendapatan transfer atau dana perimbangan
(Daper). Pada triwulan laporan, pangsa Daper
tercatat 82,09%, sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2017 yang sebesar 81,03%. Kondisi ini
mengindikasikan kemandirian fiskal pemerintah
provinsi yang tidak sekuat periode sebelumnya.
Lebih jauh, jika dibandingkan dengan target APBD,
maka realisasi Daper mencapai 73,34%, relatif
tidak jauh berbeda dibandingkan realisasi periode
yang sama tahun 2017 sebesar 73,32%. Relatif
stabilnya realisasi Daper tersebut ditopang oleh
realisasi DAU yang sebesar 83,33%, meskipun
rendahnya pendapatan DBH Pajak yang hanya
mencapai 37,40% dari target APBD 2018
menahan serapan pada pos Daper.
Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara
pada triwulan III 2018 tercatat sebesar Rp464,10
miliar atau mencapai 74,81%, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya
yang sebesar 64,29%. Peningkatan tersebut
berasal dari realisasi pajak daerah yang semakin
meningkat sejalan dengan tingginya pembelian
kendaraan bermotor akibat ekspansi taksi online.
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan III
Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)
PENDAPATAN 2.474,02 1.942,86 78,53 3.502,20 2.499,79 71,38 3.521,77 2.591,85 73,59
PENDAPATAN ASLI DAERAH 638,18 446,79 70,01 737,57 474,16 64,29 620,40 464,10 74,81
Pendapatan Pajak Daerah 500,31 371,60 74,27 591,12 324,46 54,89 446,43 297,96 66,74
Hasil Retribusi Daerah 10,88 9,29 85,39 12,04 11,35 94,25 16,75 13,49 80,52
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,45 24,27 103,49 37,91 37,91 100,00 37,91 47,01 124,00
Lain-lain PAD 103,54 41,63 40,21 96,50 100,44 104,08 119,32 105,65 88,54
PENDAPATAN TRANSFER 1.825,36 1.496,07 81,96 2.762,39 2.025,46 73,32 2.901,37 2.127,75 73,34
Transfer Pemerintah Pusat 1.820,36 1.066,17 58,57 2.709,84 1.972,91 72,81 2.884,87 2.119,50 73,47
Dana Bagi Hasil Pajak 58,87 39,14 66,47 60,87 - - 57,71 21,58 37,40
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 34,53 36,53 105,78 38,20 - - 37,12 24,39 65,70
Dana Alokasi Umum 983,24 891,83 90,70 1.563,33 - - 1.575,96 1.313,30 83,33
Dana Alokasi Khusus 743,71 98,67 13,27 1.047,43 - - 1.214,08 760,23 62,62
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 5,00 429,90 8.598,04 52,55 52,55 100,00 16,50 8,25 50,00
Dana Otonomi Khusus - - - - - - 16,50 8,25 50,00
Dana Penyesuaian 5,00 429,90 8.598,04 52,55 - - - - -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 10,47 - - 2,25 0,18 7,79 - - -
Pendapatan Hibah 11,00 - - 0,18 - - - - -
Pendapatan Dana Darurat - - - 2,07 - - - - -
Pendapatan Lainnya - - - - - - - - -
U R A I A N
Kumulatif Tw III 2018Kumulatif Tw III 2017Kumulatif Tw III 2016
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 28
Pajak daerah yang dapat dipungut oleh
Pemerintah Provinsi adalah pajak kendaraan
bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor,
pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air
permukaan dan pajak rokok. Dengan demikian,
sumber pemasukan PAD Sulawesi Tenggara yang
sudah tercatat pada triwulan III 2018 sebagian
besar berasal dari komponen pendapatan pajak
daerah dengan pangsa sebesar 64,20%, diikuti
oleh lain-lain PAD (22,76%), dan hasil pengelolaan
yang dipisahkan (10,13%).
2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja
Sejalan dengan peningkatan realisasi pendapatan,
penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi
Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018 juga
mengalami peningkatan. Realisasi belanja
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada
triwulan laporan tercatat 62,73% atau sebesar
Rp2,16 triliun (Tabel 2.2). Capaian ini lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 51,87% atau dalam nominal
sebesar Rp2,01 triliun. Peningkatan tersebut
berasal dari penyerapan belanja operasi, belanja
modal, serta belanja transfer yang lebih besar.
Pada triwulan III 2018, realisasi belanja operasional
sebesar Rp1,64 triliun atau sudah terealisasi
sebesar 66,97% dari target APBD. Peningkatan
penyerapan terutama terjadi pada pos belanja
hibah dan pos belanja pegawai. Belanja hibah
mengalami peningkatan realisasi menjadi 72,30%
atau Rp502,32 miliar, dari sebelumnya 59,67%
pada triwulan III 2017. Peningkatan ini terjadi
untuk bantuan keuangan kabupaten/kota, yang
diarahkan untuk pembangunan infrastruktur di
daerah. Adapun belanja pegawai meningkat
menjadi 68,38% atau Rp913,14 miliar, lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu yang sebesar 65,63%.
Peningkatan belanja pegawai ini sejalan dengan
kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang
mengundang berbagai dinas di tingkat
kabupaten/kota.
Lebih jauh, realisasi belanja modal pada periode
laporan menunjukkan kinerja meningkat dengan
tingkat realisasi sebesar 39,29% atau senilai
Rp300,19 miliar. Kondisi tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 36,53%
dari target. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
meningkatnya komponen belanja jalan, irigasi, dan
jaringan yang terealisasi sebesar 45,16%, dari
sebelumnya 39,35%. Peningkatan ini juga terjadi
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan III
Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)
BELANJA 2.823,45 1.668,44 59,09 3.874,39 2.009,46 51,87 3.445,48 2.161,28 62,73
BELANJA OPERASI 1.686,18 1.161,47 68,88 2.479,94 1.481,80 59,75 2.445,24 1.637,62 66,97
Belanja Pegawai 624,16 448,87 71,92 1.321,31 867,15 65,63 1.335,40 913,14 68,38
Belanja Barang 406,27 222,69 54,81 501,35 224,80 44,84 378,20 196,80 52,03
Belanja Bunga 18,81 16,49 87,68 12,23 11,02 90,17 6,60 6,04 91,52
Belanja Hibah 582,64 436,85 74,98 610,41 364,25 59,67 694,77 502,32 72,30
Belanja Bantuan Keuangan 54,30 36,57 67,34 34,64 14,58 - 30,27 19,32 -
BELANJA MODAL 832,42 388,83 46,71 998,96 364,89 36,53 764,13 300,19 39,29
Belanja Tanah 14,30 9,94 69,50 23,10 1,32 5,70 - - -
Belanja Peralatan dan Mesin 64,34 33,73 52,42 121,19 49,90 41,18 168,83 72,52 42,96
Belanja Bangunan dan Gedung 293,89 156,47 53,24 375,12 134,40 35,83 315,55 115,09 36,47
Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 459,26 188,09 40,95 444,75 175,02 39,35 248,47 112,20 45,16
Belanja Aset Tetap Lainnya 0,64 0,61 96,35 34,80 4,26 12,23 31,27 0,37 1,20
BELANJA TIDAK TERDUGA 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -
Belanja Tak Terduga 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -
TRANSFER 289,39 118,14 40,82 380,49 161,70 42,50 215,78 223,46 103,56
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 289,39 118,14 40,82 380,49 161,70 42,50 215,78 223,46 103,56
U R A I A N
Kumulatif Tw III 2017 Kumulatif Tw III 2018Kumulatif Tw III 2016
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 29
pada komponen belanja peralatan dan mesin
menjadi 42,96%, dari sebelumnya 41,18%.
Berdasarkan sumbangannya, pangsa belanja
modal terbesar adalah belanja bangunan dan
gedung (38,34%), diikuti oleh pembangunan
jalan, irigasi dan jaringan (37,38%), dan belanja
peralatan dan mesin (24,16%)
Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per
bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga
triwulan III 2018 relatif baik. Pada triwulan laporan,
kondisi realisasi keuangan Pemprov Sultra
mencapai 66,00% (Grafik 2.3). Meskipun masih di
bawah target 84,89%, capaian ini lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada triwulan III 2017 yang
tercatat sebesar 57,01%. Sementara itu, kondisi
penyelesaian fisik mencapai 65,16%, di bawah
target yaitu sebesar 87,08% (Grafik 2.4). Namun
demikian, pencapaian tersebut juga lebih tinggi
jika dibandingkan periode tahun sebelumnya yang
sebesar 64,27%. Untuk proses pengadaan barang
dan jasa, hingga triwulan III 2018, tercatat bahwa
dari total aktivitas strategis yang terdiri dari 517
paket atau senilai Rp876,16 miliar, sebanyak 178
paket telah berjalan dengan sebagian besar proyek
telah melakukan aktivitas pelaksanaan kontrak
kerja.
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN
APBN
2.3.1 Realisasi APBN Provinsi
Pada tahun ini, alokasi APBN di Provinsi Sulawesi
Tenggara sebesar Rp1,50 triliun, lebih rendah
daripada tahun sebelumnya yang mencapai
Rp1,72 triliun. Berdasarkan jenisnya, belanja modal
dianggarkan sebesar Rp793,61 miliar dengan
pangsa sebesar 52,77% dari total APBN Provinsi
Sulawesi Tenggara 2018, diikuti oleh belanja
barang sebesar Rp689,82 miliar (pangsa 45,87%),
belanja pegawai sebesar Rp15,59 miliar (pangsa
1,04%) dan belanja bantuan sosial Rp4,95 miliar
(0,33%). Komposisi tersebut relatif tidak jauh
berbeda jika dibandingkan periode tahun 2017.
Selama triwulan III 2018, realisasi belanja APBN di
Sulawesi Tenggara justru mengalami penurunan.
Pada periode laporan, realisasi belanja hanya
sebesar Rp739,43 miliar atau baru terserap sebesar
49,17% dari anggaran yang tersedia, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang
dapat terealisasi sebesar Rp877,78 miliar atau
50,98% dari anggaran.
Ditinjau berdasarkan jenisnya, realisasi belanja
pegawai tercatat sebesar Rp11,00 miliar atau
sebesar 70,55%, meningkat dibandingkan periode
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp8,74 miliar atau 68,00%. Peningkatan belanja
pegawai sejalan dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tenggara pada
triwulan III 2018. Sementara itu, realisasi belanja
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 30
barang pada tahun 2018 sebesar Rp434,17 miliar
atau 62,94% dari total yang dianggarkan dalam
APBN 2018. Angka tersebut secara nominal lebih
rendah dibandingkan realisasi tahun 2017 yaitu
Rp477,93 miliar, meskipun secara persentase lebih
tinggi dibandingkan tahun 2017 yang
mencatatkan realisasi 54,71% dari total anggaran.
Realisasi belanja modal pada tahun 2018 tercatat
sebesar Rp292,63 miliar atau 36,87% dari total
anggaran, lebih rendah dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya sebesar
Rp388,04 miliar atau 46,69% dari total anggaran
belanja modal dalam APBN 2017 (Tabel 2.3).
Penurunan tersebut disebabkan oleh penundaan
proyek infrastruktur prioritas di Sultra pada tahun
berjalan, yaitu Bendungan Pelosika, dan beberapa
proyek lainnya pasca Pilkada. Adapun realisasi
belanja bantuan sosial pada triwulan III 2018
sebesar 33,23% atau Rp1,64 miliar, lebih rendah
dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 69,26%
atau Rp3,07 miliar.
Dana Desa
Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Sulawesi Tenggara, pada triwulan III 2018,
besaran Dana Desa yang telah direalisasikan
adalah sebesar 59,71% dari total pagu Dana Desa
Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,41 triliun.
Sebagian besar kabupaten mencatatkan realisasi
sebesar 60%, sesuai dengan penyaluran dana desa
tahap I dan II pada triwulan sebelumnya. Hanya
terdapat empat kabupaten yang realisasinya
sedikit di bawah 60%, yakni Kab. Konawe, Kab.
Konawe Kepulauan, Kab. Konawe Selatan, dan
Kab. Muna (Tabel 2.4). Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Kemdes PDTT) menyebutkan,
pencairan dana desa untuk tahap III di tahun 2018
ini sedikit tertunda. Terlambatnya pencairan tahap
III itu lantaran adanya syarat dari Kementerian
Keuangan yang menentukan pencairan tahap
ketiga itu dapat dilakukan apabila minimal realisasi
Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018
Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Triwulan III 2018
Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Kabupaten/Kota Pagu (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) Realisasi (%)
Kab. Bombana 90,64 54,38 60,00%
Kab. Buton 63,34 38,00 60,00%
Kab. Buton Selatan 50,85 30,51 60,00%
Kab. Buton Tengah 54,30 32,58 60,00%
Kab. Buton Utara 59,87 35,92 60,00%
Kab. Kolaka 75,17 45,10 60,00%
Kab. Kolaka Timur 84,61 50,77 60,00%
Kab. Kolaka Utara 106,45 63,87 60,00%
Kab. Konawe 201,47 118,34 58,74%
Kab. Konawe Kepulauan 65,31 38,45 58,87%
Kab. Konawe Selatan 225,02 134,81 59,91%
Kab. Konawe Utara 110,38 66,23 60,00%
Kab. Muna 102,57 60,93 59,40%
Kab. Muna Barat 66,82 40,09 60,00%
Kab. Wakatobi 57,44 34,47 60,00%
Total 1414,25 844,46 59,71%
Belanja Pegawai 10,42 8,28 79,48% 12,85 8,74 68,00% 15,59 11,00 70,55%
Belanja Barang 0,00 0,00 0,00% 873,52 477,93 54,71% 689,82 434,17 62,94%
Belanja Modal 817,41 363,20 44,43% 831,07 388,04 46,69% 793,61 292,63 36,87%
Belanja Bantuan Sosial 8,44 7,32 86,70% 4,43 3,07 69,26% 4,95 1,64 33,23%
Total 836,28 378,80 45,30% 1721,87 877,78 50,98% 1503,97 739,43 49,17%
% Thd
Target
Jenis
Kumulatif Tw III 2016 Kumulatif Tw III 2017 Kumulatif Tw III 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiPagu Realisasi% Thd
Target
% Thd
Target
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 31
penyerapan dana desa pada tahap I dan tahap II
mencapai 75%.
2.3.2 Realisasi APBN Kabupaten/Kota
Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara
untuk kabupaten/kota pada tahun 2018 tercatat
sebanyak Rp8,86 triliun. Dana ini dibagikan
kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Anggaran APBN Kabupaten/kota
terbagi atas anggaran belanja pegawai sebesar
Rp1,89 triliun atau 21,33% dari total anggaran
APBN untuk Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tenggara, anggaran belanja barang sebesar
Rp2,57 triliun (29,08%), belanja modal sebesar
Rp1,30 triliun (14,68%), belanja bantuan sosial
Rp4,75 miliar (0,05%), Dana Alokasi Khusus Fisik
Rp1,67 triliun (18,90%), dan Dana Desa Rp1,41
triliun (15,97%).
Ditinjau per jenisnya, realisasi anggaran belanja
pegawai untuk 17 kabupaten/kota di Sulawesi
Tenggara ini tercatat sebesar 75,02%, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai
dari APBN Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebesar
70,55%. Hal ini berbeda untuk realisasi belanja
barang. Secara total, realisasi belanja barang
kabupaten/kota mencapai 54,76% pada triwulan
III 2018, lebih rendah dibandingkan realisasi
belanja barang APBN Provinsi Sulawesi Tenggara
yang sebesar 62,94% (Tabel 2.5). Sementara itu,
realisasi belanja modal kabupaten/kota tercatat
lebih tinggi dibandingkan realisasi APBN Provinsi
Sulawesi Tenggara. Pada triwulan laporan,
anggaran belanja modal kabupaten/kota telah
terealisasi sebesar 57,65%, sementara di tingkat
provinsi hanya terealisasi sebesar 36,87%.
Kab. Konawe Utara menjadi daerah yang
mencatatkan realisasi tertinggi, yaitu 87,95%.
Sementara itu, Kab. Konawe Kepulauan menjadi
kabupaten dengan realisasi belanja modal
terendah, yakni hanya sebesar 12,66% dari total
anggaran. Lebih jauh, belanja bantuan sosial dari
APBN kabupaten/kota pada triwulan III 2018
terealisasi sebesar 43,18%. Capaian ini lebih tinggi
dibandingkan belanja bantuan sosial Provinsi
Sulawesi Tenggara yang sebesar 33,23%. Tercatat,
realisasi belanja bantuan sosial pada triwulan
laporan ini hanya terjadi di Kota Kendari.
Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten
Keterangan: Belanja dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja ModalBelanja Bantuan
SosialDAK Fisik
Kab. Bombana 71,19% 49,17% 74,72% 0,00% 60,29%
Kab. Buton 70,71% 52,08% 54,35% 0,00% 67,23%
Kab. Buton Selatan 72,80% 49,26% 42,69% 0,00% 70,00%
Kab. Buton Tengah 65,53% 49,72% 71,13% 0,00% 63,36%
Kab. Buton Utara 63,82% 45,94% 33,44% 0,00% 70,00%
Kab. Kolaka 74,03% 59,36% 59,60% 0,00% 70,47%
Kab. Kolaka Timur 75,37% 61,44% 55,94% 0,00% 59,97%
Kab. Kolaka Utara 69,42% 48,32% 56,87% 0,00% 80,47%
Kab. Konawe 75,56% 67,83% 60,33% 0,00% 71,83%
Kab. Konawe Kepulauan 73,84% 49,60% 12,66% 0,00% 71,39%
Kab. Konawe Selatan 72,19% 60,36% 79,46% 0,00% 69,72%
Kab. Konawe Utara 67,81% 44,61% 87,95% 0,00% 62,67%
Kab. Muna 73,24% 56,85% 65,08% 0,00% 70,31%
Kab. Muna Barat 68,35% 45,29% 72,64% 0,00% 70,50%
Kab. Wakatobi 72,86% 72,87% 59,09% 0,00% 63,17%
Kota Baubau 79,35% 52,68% 29,47% 0,00% 70,48%
Kota Kendari 76,44% 53,76% 58,63% 43,18% 48,33%
% Realisasi
Kabuaten/Kota
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 32
Halaman Ini Sengaja Dikososngkan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH
3
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 34
3.1. KONDISI UMUM INFLASI
Pada triwulan III 2018, inflasi tahunan (yoy)
Sulawesi Tenggara kembali mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1
pada triwulan III 2018 sebesar 1,40% (yoy), lebih
rendah jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mencapai 1,79% (yoy) demikian
pula dibandingkan dengan historis pada triwulan
III selama 3 tahun terakhir yaitu sebesar 4,48%
(yoy). Dengan kondisi tersebut, inflasi Sulawesi
Tenggara mencatatkan capaian yang lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar
2,88% (yoy) maupun inflasi Sulawesi sebesar
2,49% (yoy). Secara spasial, di Kawasan Timur
1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan
data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.
Indonesia, inflasi di Sulawesi Tenggara merupakan
provinsi dengan capaian inflasi tahunan terendah
setelah Provinsi Maluku.
Berdasarkan kelompoknya, penurunan tekanan
inflasi pada periode tersebut disebabkan oleh
penurunan yang terjadi secara signifikan
disumbangkan oleh penurunan tekanan inflasi
pada kelompok bahan makanan. Cuaca yang
kondusif pada triwulan laporan mendorong
terjadinya peningkatan produksi di kelompok
bahan makanan. Meskipun demikian, penurunan
inflasi ini tertahan akibat peningkatan tekanan
inflasi pada kelompok penyumbang inflasi lainnya.
Peningkatan inflasi terutama terjadi pada
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
Sumber: BPS, Perhitungan Bank Indonesia
Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (yoy) dan Kelompok Utama
Sumber: BPS
Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan III 2018
%, yoy %, yoy %, yoy %, yoy
Inf ≥ 5,0%
4,0% ≤ Inf < 5,0%
SUMATERA 2,5%
ACEH 2,3%
SUMUT 1,6%
RIAU 2,5%
SUMBAR 2,7%
LAMPUNG 2,9%
KEPRI 3,2%
BENGKULU 2,9%
KEP. BABEL 3,5%
SUMSEL 2,6%
JAMBI 3,3%
KALIMANTAN 3,1% KALBAR 2,9%
KALSEL 2,1%
SULAWESI 2,5% SULUT 1,5%
GORONTALO 1,8%
SULTENG 2,5%
KALTIM 3,6%
KALTENG 3,7%
KALTARA 2,8%
SULBAR 2,0%
SULSEL 3,1%
SULTRA 1,4%
JAWA 3,0% BANTEN 3,4%
JAKARTA 2,9%
JABAR 3,2%
JATENG 2,8%
YOGYAKARTA 2,8%
JATIM 2,8%
BALINUSRA 3,2% BALI 3,6%
NTB 3,1%
NTT 1,9%
MALUKU -0,6%
MALUKU UTARA 3,7%
PAPUA 5,3%
PAPUA BARAT 4,1%
MAPUA 2,9%
INFLASI NASIONAL
(YoY)
3,0% ≤ Inf < 4,0%
Inf < 3,0%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 35
keuangan; kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar; dan kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga.
3.2 PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN
(MONTH TO MONTH)
Secara bulanan, pergerakan inflasi IHK Sulawesi
Tenggara selama triwulan III 2018 mengalami
trend yang menurun, meskipun pada akhir periode
mengalami peningkatan tekanan inflasi. Pada Juli
2018, Sulawesi Tenggara tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,81% (mtm), lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar
1,99% (mtm). Inflasi terus mengalami penurunan
pada bulan selanjutnya, dengan capaian deflasi
1,62% (mtm) pada Agustus 2018. Pada bulan
September 2018, tekanan inflasi meningkat
meskipun masih mencatatkan deflasi sebesar
0,65% (mtm) (Grafik 3.3). Dengan capaian
tersebut, rata-rata inflasi bulanan Sulawesi
Tenggara pada periode laporan yang sebesar -
0,49% (mtm) lebih tinggi dari rata-rata inflasi
bulanan di triwulan III dalam 3 tahun terakhir yang
sebesar 0,16% (mtm). Dengan trend inflasi
bulanan mengalami penurunan, rata-rata inflasi
bulanan pada triwulan III jauh lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,96% (mtm).
Cuaca yang semakin kondusif dengan
berkurangnya intensitas hujan lebat di ketiga lokasi
stasiun cuaca, terutama di Kendari dan sekitarnya
yang merupakan sentra produksi tangkapan ikan
segar, memberikan dampak terhadap terjadinya
penurunan tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara.
(Grafik 3.4). Berdasarkan kelompok barang,
penurunan tekanan inflasi rata-rata bulanan ini
disumbangkan oleh kelompok bahan makanan.
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Ket: Berdasarkan lokasi stasiun cuaca yang ada di Sultra
Sumber: BMKG, diolah
Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi
Tenggara Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)
Sumber: BPS, Perhitungan BI
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2017 2018
Baubau Kendari Kolaka
Apr Mei Jun Rerata Juli Agust Sept Rerata Apr Mei Jun Rerata Juli Agust Sept Rerata
Bahan Makanan -1,22 3,62 5,82 2,74 1,96 -5,26 -3,20 -2,17 -0,31 0,89 1,47 0,69 0,51 -1,40 -0,82 -0,57
Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 0,58 0,61 0,09 0,42 0,18 0,11 0,06 0,12 0,06 0,07 0,01 0,05 0,02 0,01 0,01 0,01
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 0,03 0,08 0,09 0,07 0,04 0,05 0,10 0,06 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,03 0,02
Sandang 0,45 0,17 0,41 0,34 0,45 0,34 0,16 0,32 0,03 0,01 0,03 0,02 0,03 0,02 0,01 0,02
Keseharan 0,29 0,29 -0,26 0,11 0,06 0,18 1,42 0,55 0,01 0,01 -0,01 0,00 0,00 0,01 0,06 0,02
Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 0,00 0,03 0,06 0,03 1,15 0,05 0,01 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 0,03
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0,18 0,38 2,43 1,00 1,24 -1,71 0,29 -0,06 0,04 0,07 0,47 0,19 0,24 -0,33 0,06 -0,01
Inflasi (mtm) -0,16 1,06 1,99 0,96 0,81 -1,62 -0,65 -0,49 -0,16 1,06 1,99 0,96 0,81 -1,62 -0,65 -0,49
Kelompok
Inflasi (%,mtm) Andil (%,mtm
Tw II 2018 Tw III 2018 Tw II 2018 Tw III 2018
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 36
Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan III 2018
mengalami penurunan tekanan inflasi yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Pada triwulan III 2018, kelompok
tersebut memiliki rata-rata inflasi sebesar -2,17%
(mtm) atau rata-rata andil sebesar -0,57%, jauh
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang memiliki rata-rata inflasi sebesar
2,74% (mtm) atau rata-rata andil sebesar 0,69%.
Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya
harga komoditas ikan segar dan sayur-sayuran.
Kondusifnya cuaca yang disertai dengan
gelombang yang lebih tenang mendorong
peningkatan aktivitas pelayaran oleh nelayan.
Cuaca baik dengan intensitas hujan relatif kondusif
juga membuat produksi sayur-sayuran mengalami
peningkatan. Namun demikian, penurunan
tekanan inflasi tersebut sedikit tertahan oleh
kenaikan harga beras seiring habisnya masa panen
di sebagian besar kawasan penghasil di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan III 2018, kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan rata-
rata inflasi sebesar -0,06% (mtm) dengan rata-rata
andil sebesar -0,01%. Normalisasi harga pasca Idul
Fitri dan libur sekolah yang diselenggarakan pada
triwulan lalu mendorong adanya penurunan inflasi
pada kelompok ini. Capaian ini lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu yang terpantau dengan
rata-rata inflasi sebesar 1,00% (mtm) atau rata-
rata andil sebesar 0,19%. Kembalinya harga ke
titik normalnya pasca periode Idulfitri dan libur
sekolah menjadi faktor utama yang mendorong
penurunan harga tarif angkutan udara, yang
merupakan penyumbang utama penurunan inflasi
pada kelompok tersebut.
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air,
listrik dan bahan bakar pada triwulan III 2018
cukup stabil, dengan kecenderungan menurun jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Rata-
rata inflasi bulanan kelompok tersebut pada
triwulan III 2018 sebesar 0,06% (mtm), sedikit
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)
1 Tarif Pulsa Ponsel 0,24 Tomat Buah 0,04 Tarif Rumah Sakit 0,06
2 Tomat Sayur 0,15 Tomat Sayur 0,03 Angkutan Udara 0,04
3 Kacang Panjang 0,14 Cabai Rawit 0,03 Layang/Benggol 0,03
4 Cabai Rawit 0,11 Daging Ayam Ras 0,02 Obat Dengan Resep 0,01
5 Bayam 0,07 Beras 0,02 Terong Panjang 0,01
6 Kangkung 0,06 Baju Kaos Berkerah 0,01 Baju Muslim 0,01
7 Akademi/Perguruan Tinggi 0,04 Minyak Goreng 0,01 Ice Cream 0,00
8 Sawi Hijau 0,04 Pepaya 0,01 Semen 0,00
9 Tomat Buah 0,03 Celana Panjang Jeans 0,01 Emas Perhiasan 0,00
10 Beras 0,03 Shampo 0,01 Celana Pendek 0,00
1 Cumi-cumi -0,09 Cakalang -0,35 Tomat Sayur -0,18
2 Ikan Kembung -0,04 Ikan Kembung -0,34 Kacang Panjang -0,11
3 Ikan Layang -0,04 Angkutan Udara -0,29 Ikan Kembung -0,11
4 Angkutan Udara -0,03 Ikan Layang -0,15 Cakalang -0,07
5 Cakalang -0,02 Kangkung -0,12 Cabai rawit -0,06
6 Bawang Merah -0,01 Bayam -0,08 Bayam -0,04
7 Baronang -0,01 Rambe -0,08 Bandeng -0,04
8 Pepaya -0,01 Sawi Hijau -0,06 Tomat Buah -0,04
9 Mie Kering Instant -0,01 Kacang Panjang -0,06 Rambe -0,03
10 Gula pasir -0,01 Ekor Kuning -0,05 Teri -0,03
Penyumbang Inflasi
Penyumbang Deflasi
No.JULI 2018 AGUSTUS 2018 SEPTEMBER 2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 37
mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang sebesar 0,07% (mtm).
Beberapa komoditas yang menunjukkan adanya
penurunan tekanan inflasi meliputi komoditas
bahan bangunan, yaitu cat kayu/besi, paku, pipa
paralon, dan keramik.
Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Tekanan inflasi pada kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga mengalami peningkatan.
Pada triwulan laporan, rata-rata inflasi tercatat
sebesar 0,40% (mtm), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,03% (mtm).
Peningkatan ini terutama terjadi pada bulan
Agustus, saat sebagian besar institusi pendidikan,
dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi
memasuki tahun ajaran baru. Lebih lanjut,
kenaikan biaya juga terpantau untuk tingkat
akademi/perguruan tinggi pada bulan September
2018 seiring dengan masih terdapatnya
pembukaan tahun ajaran bagi mahasiswa.
3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR
ON YEAR)
Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada
triwulan III 2018 mencapai 1,40% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,79% (yoy) (Grafik 3.5). Kondisi
tersebut sejalan dengan kondisi inflasi nasional
yang juga mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan
kelompoknya, penurunan tersebut disebabkan
oleh melemahnya tekanan inflasi pada kelompok
bahan makanan. Di sisi lain, terjadi peningkatan
tekanan inflasi pada kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; dan
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan III 2018
mengalami deflasi sebesar 0,76% (yoy), jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan capaian periode
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,03%
(yoy). Penurunan harga yang terjadi pada
komoditas ikan segar sejalan dengan
meningkatnya pasokan, menjadi faktor utama
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
inflasi pada periode laporan. Dengan capaian
inflasi tahunan yang rendah, kelompok bahan
makanan menjadi satu-satunya pemberi andil
deflasi di Sulawesi Tenggara pada periode laporan,
yaitu deflasi sebesar 0,19%-yoy (Tabel 3.3).
Lebih jauh, subkelompok ikan segar mencatatkan
penurunan inflasi menjadi 1,86% (yoy) pada
triwulan laporan, dari sebelumnya 23,24% (yoy)
pada triwulan II 2018. Penurunan terjadi untuk
sebagian besar komoditas ikan, yakni ikan
kembung, layang, cakalang, bandeng, dan ekor
kuning. Membaiknya tangkapan ikan terjadi di
tengah kondisi cuaca yang mulai kondusif,
sehingga frekuensi nelayan dalam melaut
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan jumlah
tangkapan ikan di Kota Kendari yang mengalami
peningkatan (Grafik 3.6).
Meskipun demikian, kecenderungan menurunnya
inflasi pada kelompok bahan makanan ini tertahan
akibat tekanan inflasi pada subkelompok padi-
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)
Sumber: BPS, Perhitungan BI
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
Bahan Makanan 11.83 12.07 4.30 3.13 -0.11 8.96 7.40 6.20 5.73 2.03 -0.76 2.74 2.83 1.04 0.75 -0.03 2.26 1.81 1.49 1.38 0.53 -0.19
Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 9.67 8.00 8.53 8.08 6.39 5.17 3.09 3.33 2.51 3.60 3.64 0.97 0.81 0.87 0.83 0.67 0.54 0.33 0.36 0.27 0.38 0.51
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1.53 0.97 0.94 0.52 1.57 3.20 2.52 2.86 1.88 0.81 1.12 0.43 0.27 0.26 0.14 0.43 0.86 0.67 0.77 0.51 0.21 0.39
Sandang 2.26 2.90 4.70 4.18 2.51 2.42 0.61 1.61 1.38 2.30 2.65 0.16 0.20 0.32 0.28 0.17 0.17 0.04 0.11 0.10 0.15 0.30
Keseharan 5.40 4.98 5.59 6.92 4.83 4.88 4.35 2.89 2.01 1.65 2.76 0.23 0.21 0.24 0.29 0.21 0.21 0.19 0.13 0.09 0.07 0.12
Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 2.84 3.46 7.31 7.45 6.82 6.16 0.78 0.71 0.75 0.59 1.46 0.19 0.24 0.50 0.51 0.46 0.42 0.06 0.05 0.05 0.04 0.10
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.07 -2.30 0.33 -0.90 1.32 3.26 -0.53 -0.58 -0.64 1.90 2.66 0.02 -0.48 0.07 -0.18 0.26 0.64 -0.10 -0.12 -0.13 0.36 0.18
Inflasi (yoy) 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 1.40 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 1.40
Kelompok
Inflasi (%,yoy)
2016 2017 2018 2016 2017 2018
Andil (%,yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 38
padian dan sayur-sayuran. Pada triwulan laporan,
subkelompok padi-padian mencatatkan kenaikan
inflasi menjadi 3,37% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang sebesar 2,25% (yoy). Komoditas
beras mengalami peningkatan inflasi seiring
dengan keterbatasan pasokan di tengah masa
tanam. Selain itu, terdapat indikasi bahwa panen
gabah dan produksi beras yang berada di Provinsi
Sulawesi Tenggara, banyak dikirim untuk untuk
memenuhi pasokan luar provinsi. Lebih jauh,
terdapat peningkatan tekanan inflasi tahunan
pada subkomoditas sayur-sayuran. Peningkatan ini
terutama terjadi karena tingginya harga bayam
dan kangkung dibandingkan periode tahun lalu,
meskipun secara bulanan mengalami penurunan
(base effect).
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi
sebesar 2,66% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan
dengan inflasi pada periode sebelumnya yang
mencatatkan inflasi 1,90% (yoy). Peningkatan ini
didorong oleh kebijakan perusahaan
telekomunikasi untuk menaikkan tarif pulsa
ponsel. Pada triwulan laporan, tarif pulsa ponsel
sebesar 9,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (yoy).
Lebih lanjut, tarif angkutan udara terpantau
mengalami penurunan inflasi secara tahunan, dari
sebelumnya 15,41% (yoy) pada triwulan II 2018,
menjadi 11,39% (yoy) pada triwulan laporan.
Penurunan ini tidak terlepas dari normalisasi harga
pasca periode Idul Fitri yang terjadi pada triwulan
sebelumnya. Meskipun demikian, penurunan ini
tertahan di tengah kenaikan harga minyak dunia,
termasuk avtur, sehingga pemerintah menaikkan
tarif bawah tiket angkutan udara dari 30%
menjadi 35% pada triwulan laporan. Adapun
untuk tarif taksi di terpantau rendah dengan
capaian deflasi 14,30% (yoy). Sesuai dengan hasil
liaison, menjamurnya taksi online mendorong taksi
konvensional untuk bersaing dengan menjaga tarif
taksi pada level harga yang kompetitif, lebih
rendah dibandingkan periode tahun lalu, saat
belum terdapat taksi online di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
Seperti halnya kelompok transpor, komunikasi,
dan jasa keuangan, peningkatan tekanan inflasi
juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar. Peningkatan ini didorong
oleh meningkatnya harga elpiji atau Bahan Bakar
Rumah Tangga (BBRT) pada triwulan laporan.
Tercatat, komoditas BBRT mengalami peningkatan
inflasi menjadi 6,09% (yoy) dari sebelumnya
1,62% (yoy). Sementara itu, tarif listrik masih
terpantau stabil dibandingkan dengan kondisi
awal tahun 2017. Kondisi ini tercermin dari APBN
2018 yang mengalami peningkatan pada
Ket: 2016 =100;
Produksi ikan: Pendaratan ikan di PPS Kendari dan PPI Sodoha Kendari
Sumber: BPS, perhitungan BI
Sumber: BPS, perhitungan BI
Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari
1,40%
2,88%
3,54%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018
%, YoY
Sultra Nasional Sulawesi
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
indeks
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 39
anggaran subsidi energi. Anggaran subsidi energi
pada APBN 2018 mencapai Rp103,37 triliun atau
meningkat sebesar 15,03% dibandingkan dengan
tahun 2017. Anggaran subsidi tersebut terdiri dari
subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3
kilogram sebesar Rp51,13 triliun serta subsidi listrik
sebesar Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA
dan 900 VA.
Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok ini juga
dipengaruhi oleh meningkatnya inflasi pada
subkelompok biaya tempat tinggal, meliputi
semen dan kontrak rumah. Komoditas semen
mengalami inflasi sebesar 8,81% (yoy), meningkat
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 7,67%
(yoy). Peningkatan ini sejalan dengan aktivitas
pembangunan infrastruktur yang meningkat pasca
momen Idulfitri dan pemilihan daerah pada
triwulan lalu. Sementara itu, tarif kontrak rumah
mengalami peningkatan sebesar 0,57% (yoy) dari
sebelumnya 0,03% (yoy). Peningkatan tarif
kontrak rumah ini sejalan dengan meningkatnya
harga pasar. Dengan kondisi tersebut, inflasi
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar mengalami peningkatan dari 0,81% (yoy)
pada triwulan II 2018 menjadi 1,12% (yoy) pada
triwulan III 2018.
Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Pada triwulan III 2018, kelompok ini mengalami
peningkatan yang terutama disumbangkan oleh
subkelompok pendidikan. Tercatat, biaya
akademi/perguruan tinggi mengalami inflasi
2,69% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terpantau
stabil tidak terdapat inflasi. Peningkatan ini sejalan
dengan dimulainya tahun ajaran baru bagi tingkat
pendidikan setara perguruan tinggi pada akhir
triwulan III 2018. Peningkatan biaya pendidikan
juga terjadi untuk tingkat pendidikan lainnya,
meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, dengan
masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 3,10%
(yoy), 2,38% (yoy), dan 5,65% (yoy).
3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA
Secara spasial Sulawesi Tenggara, peningkatan
tekanan inflasi tahunan didorong oleh terjadinya
peningkatan tekanan inflasi pada Kota Kendari.
Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 1,70%
(yoy) pada triwulan III 2018, lebih tinggi jika
dibandingkan dengan inflasi pada periode
sebelumnya yang sebesar 1,07% (yoy). Di sisi lain,
Kota Bau-Bau justru mengalami penurunan
tekanan inflasi dari 3,75% (yoy) pada triwulan II
2018 menjadi 0,61% (yoy) pada periode laporan
(Grafik 3.7).
Peningkatan inflasi tahunan di Kota Kendari
disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa
kelompok komoditas, yaitu kelompok bahan
makanan, kelompok kesehatan, kelompok
perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, serta
kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
Peningkatan tekanan inflasi yang terjadi pada
kelompok bahan makanan merupakan faktor yang
dominan menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan inflasi di Kota Kendari. Peningkatan
tekanan ini terutama berasal dari subkelompok
sayur-sayuran, dari -32,08% (yoy) pada triwulan II
2018, meningkat menjadi -3,50% (yoy) pada
triwulan laporan. Beberapa komoditas sayur-
sayuran yang mengalami kenaikan tekanan inflasi
meliputi bayam, kacang panjang, kangkung, dan
sawi hijau. Meskipun tercatat meningkat, tekanan
inflasi pada kelompok bahan makanan di Kota
Kendari ini tertahan dengan adanya penurunan pada
subkelompok ikan segar, di tengah kondusifnya
cuaca sehingga tangkapan ikan menjadi lebih
banyak.
Selain kelompok bahan makanan, kelompok
kesehatan juga memberikan sumbangan yang
cukup tinggi bagi peningkatan inflasi Kota
Kendari. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan tarif
rumah sakit, dari sebelumnya terpantau stabil
0,00% (yoy) pada triwulan II 2019, meningkat
menjadi inflasi 15,08% (yoy) pada triwulan
laporan. Peningkatan tarif rumah sakit terjadi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 40
seiring upaya rumah sakit untuk meningkatkan
layanan kepada pasien.
Selain itu, dari kelompok perumahan, air, listrik
dan bahan bakar, pelemahan nilai tukar rupiah
pada periode laporan berimbas pada kenaikan
harga bahan-bahan bangunan. Komoditas paku
menjadi salah satu sumber peningkatan tekanan
inflasi di Kota Kendari yang sebelumnya -0,26%
(yoy) pada triwulan lalu, meningkat menjadi
5,44% (yoy) pada periode laporan (Grafik 3.8).
Di lain pihak, penurunan inflasi di Kota Bau-Bau
disebabkan oleh menurunnya harga pada
kelompok bahan makanan, terutama pada
komoditas ikan segar dan sayur-sayuran.
Subkelompok ikan segar mengalami penurunan
tekanan dari sebelumnya inflasi 26,12% (yoy) pada
triwulan II 2018, menjadi deflasi 4,27% (yoy) pada
triwulan III 2018. Penurunan terjadi untuk berbagai
jenis ikan, meliputi cakalang, kembung, layang,
dan cumi. Cuaca dan gelombang yang kondusif di
kawasan Bau-Bau menyebabkan peningkatan
tangkapan ikan oleh nelayan yang pergi melaut.
Lebih jauh, komoditas sayur-sayuran juga
terpantau mengalami penurunan tekanan dari
sebelumnya deflasi 15,75% (yoy) menjadi deflasi
24,71% (yoy). Penurunan ini terutama berasal dari
meningkatnya produksi kacang panjang dan tomat
sayur seiring masa panen di beberapa sentra
pemasok, didukung oleh cuaca yang kondusif.
Selain itu, pada subkelompok bumbu-bumbuan,
terjadi penurunan tekanan inflasi untuk komoditas
asam dan cabai merah di Bau-Bau.
Meskipun demikian, penurunan inflasi di Kota Bau-
Bau ini sedikit tertahan akibat adanya kenaikan
harga pada kelompok transportasi, yang utamanya
berasal dari tarif angkutan udara. Tercatat, tarif
angkutan udara naik menjadi 32,33% (yoy) pada
triwulan laporan dari sebelumnya 10,62% (yoy).
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau
Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, Perhitungan BI
1.07
3.75
1.79
3.18 3.14
1.70
0.61
1.40
2.88 2.89
Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimurTw II 2018 Tw III 2018
% (yoy)
0.00
5.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
Bah
an
Makanan
Makanan J
adi
Peru
mahan
San
dang
Kese
hata
n
Pen
did
ikan
Tra
nspor
Tw II 2018 Tw III 2018
Kendari
%yoy
Baubau
%yoy
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
INFLASI UMUM
Sulawesi Tenggara 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40 4,75 4,12 3,28 2,69 2,25 5,21 3,18 2,97 2,39 1,79 1,40
Kota Kendari 4,82 4,37 3,09 3,07 2,40 6,17 3,49 2,96 2,37 1,07 1,70 4,82 4,37 3,09 3,07 2,40 6,17 3,49 2,96 2,37 1,07 1,70
Kota Baubau 4,57 3,49 3,77 1,71 1,85 2,67 2,37 3,00 2,42 3,75 0,61 4,57 3,49 3,77 1,71 1,85 2,67 2,37 3,00 2,42 3,75 0,61
INFLASI BAHAN MAKANAN
Sulawesi Tenggara 11,83 12,07 4,30 3,13 -0,11 8,96 7,40 6,20 5,73 2,03 -0,76 2,74 2,83 1,04 0,75 -0,03 2,26 1,81 1,49 1,38 0,53 -0,19
Kota Kendari 12,94 14,41 3,76 3,54 0,02 11,96 7,73 6,28 5,94 0,26 1,63 2,93 3,27 0,90 0,84 0,00 2,98 1,86 1,49 1,42 0,07 0,41
Kota Baubau 9,18 6,76 5,63 2,14 -0,43 1,63 6,62 5,98 5,20 6,81 -6,62 2,25 1,73 1,42 0,54 -0,11 0,43 1,70 1,50 1,30 1,78 -1,77
2017 2018
Andil (%,yoy)
Kelompok
Inflasi (%,yoy)
2016 2017 2018 2016
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 41
Kenaikan ini sejalan dengan kebijakan kenaikan
tarif batas bawah yang dilakukan oleh pemerintah
pada akhir triwulan III 2018.
3.5. INFLASI TRIWULAN IV 2018
Mengawali triwulan IV 2018, Sulawesi Tenggara
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm)
pada Oktober 2018, terjadi peningkatan inflasi
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang
yang mengalami deflasi sebesar 0,65% (mtm).
Meningkatnya inflasi terjadi di dua kota
perhitungan inflasi, yakni di Kota Kendari dan Kota
Bau-Bau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik,
gas & bahan bakar. Peningkatan tekanan inflasi
pada kelompok bahan makanan didorong oleh
meningkatnya harga ikan segar dan padi-padian.
Terutama peningkatan inflasi pada ikan segar.
Tidak kondusifnya cuaca mengakibatkan produksi
ikan tangkap berkurang sehingga mendorong
kuatnya tekanan inflasi. Berdasarkan informasi
liaison, panasnya suhu di musim kemarau
menyebabkan perubahan salinitas di permukaan
air laut sehingga ikan jenis pelagis (cakalang,
tongkol, layang, dsb) yang biasanya berada di
kisaran permukaan laut, menjadi berada di
kedalaman air yang lebih dalam. Hal ini kemudian
mendorong tangkapan ikan segar mengalami
penurunan karena kapasitas kapal dan jenis alat
tangkap yang tidak mampu mengambil ikan lebih
dalam. Tercatat, komoditas ikan cakalang
mengalami peningkatan tekanan inflasi menjadi
6,11% (mtm) pada Oktober 2018, setelah
sebelumnya mencatatkan deflasi sebesar 5,09%
(mtm) pada bulan sebelumnya.
Selain itu, kemarau panjang yang terjadi juga
mengakibatkan banyak sawah yang mengalami
gagal panen, terutama di pulau Jawa. Kondisi ini
menyebabkan sebagian pasokan beras lokal di
Sulawesi Tenggara harus dikirim di pulau Jawa.
Hal ini berdampak pada peningkatan harga beras
di Sulawesi tenggara akibat stok yang menipis.
Komoditas beras mencatatkan kenaikan tekanan
inflasi sebesar 0,58% (mtm) pada Oktober 2018
dari bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi
sebesar 0,04% (mtm).
Meskipun demikian, peningkatan tekanan inflasi
bahan makanan ini tertahan oleh penurunan harga
sandang yang mencatatkan deflasi sebesar 1,49%
(mtm), lebih dalam dari bulan sebelumnya yang
mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm). Ditinjau
dari komoditasnya, penurunan harga terutama
pada sandang laki-laki, seperti celana panjang
jeans dan celana pendek laki-laki.
Selanjutnya, pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok & tembakau; terjadi peningkatan
harga mie di tengah meningkatnya harga bahan
baku tepung terigu yang utamanya berasal dari
impor. Selain akibat pelemahan nilai tukar rupiah,
meningkatnya harga mie juga ditengarai juga
Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra
Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra
Grafik 3.11 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan
Grafik 3.12 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Tomat Sayur Bayam Tomat Buah
inflasi (%,yoy)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Bandeng Tongkol Kembung
inflasi (%,yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 42
berasal dari meningkatnya permintaan guna
kebutuhan logistik pasca bencana alam di Sulawesi
Tengah. Tercatat, komoditas mie mengalami inflasi
sebesar 4,04% (mtm), lebih tinggi dari periode
sebelumnya yang sebesar 0,00% (mtm).
Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi
Tenggara pada Oktober 2018 mencapai 2,50%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
pada September 2018 yang sebesar 1,40% (yoy).
Peningkatan tekanan inflasi tahunan didorong
oleh peningkatan pada kelompok bahan makanan
dengan capaian 3,69% (yoy) dibandingkan
dengan bulan sebelumnya yang mencatatkan
deflasi sebesar 0,76% (yoy). Secara umum,
capaian yang tinggi tersebut terutama didorong
oleh peningkatan inflasi pada ikan segar dengan
capaian 9,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar 1,86%
(yoy).
Sejalan dengan peningkatan tekanan inflasi pada
Oktober 2018, laju inflasi tahunan Sulawesi
Tenggara pada triwulan IV 2018 diperkirakan juga
akan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada triwulan IV 2018 mendatang, inflasi tahunan
diperkirakan akan berkisar pada 2,8% - 3,2%
(yoy), namun masih dalam rentang kendali target
inflasi. Hal tersebut didorong oleh kecenderungan
peningkatan harga pada kelompok bahan
makanan dan kelompok makanan jadi. Namun
demikian, terkendalinya harga pada kelompok
perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar
diperkirakan mampu menahan laju inflasi yang
terjadi pada tahun 2018. Meningkatnya tekanan
inflasi pada triwulan IV 2018 ini sejalan dengan
indeks harga pada Survei Konsumen. Berdasarkan
survei, konsumen memperkirakan terjadi
peningkatan tekanan inflasi pada triwulan IV 2018
dibandingkan dengan triwulan III 2018.
Peningkatan ini tercermin baik pada indeks harga
3 bulan mendatang maupun 6 bulan mendatang.
3.6. INFLASI TAHUN 2018
Inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada tahun
2018 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun
lalu yang sebesar 2,97% (yoy). Faktor utama yang
diperkirakan mendorong inflasi terutama berasal
dari kelompok bahan makanan, seiring dengan
proyeksi tangkapan ikan segar pada triwulan IV
2018 yang diperkirakan lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, masih
terdapat risiko kenaikan harga beras seiring
dengan permasalahan tata niaga yang belum
dapat teratasi. Sebagian produksi Sulawesi
Tenggara dikirim untuk memenuhi kebutuhan luar
provinsi, yang mengakibatkan kenaikan harga
beras di dalam provinsi Sulawesi Tenggara.
Meskipun demikian, produksi hortikultura
diperkirakan masih dapat terjaga dengan baik,
seiring dengan upaya peningkatan produksi yang
dilakukan oleh TPID Provinsi dan Kota/Kabupaten
di Sulawesi Tenggara bersama dengan masyarakat.
Sementara itu, kenaikan juga terjadi untuk
kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan. Peningkatan ini salah satunya berasal
dari kenaikan tarif angkutan udara di tengah
kebijakan pemerintah untuk menaikkan batas
bawah, serta meningkatnya permintaan pada
periode liburan Natal dan Tahun Baru. Adapun
untuk kelompok perumahan, air, listrik dan bahan
bakar diperkirakan relatif stabil, seiring dengan
komitmen pemerintah untuk tidak menaikkan
harga energi hingga akhir tahun 2018.
Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada
pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy).
Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus
diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah
risiko terkait gejolak harga pangan, dan risiko
moderat kenaikan harga tarif angkutan sejalan
dengan kebijakan pemerintah.
3.7. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah bersama Bank Indonesia
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 43
melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan III
2018 difokuskan pada upaya meningkatkan
intensitas koordinasi dalam rangka penyusunan
rencana kerja pengendalian inflasi pada tahun
2019.
Tingginya harga komoditas ikan segar dan sayur-
sayuran sepanjang triwulan III 2018 menjadi fokus
utama kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TPID
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mencegah
terjadinya efek berkelanjutan. Secara ringkas
langkah-langkah pengendalian inflasi yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi
antar TPID.
Dalam rangka penguatan koordinasi, telah
dilaksanakan Sosialisasi Roadmap
Pengendalian Inflasi Daerah Tahun
2019-2021. Dalam hal tersebut dilakukan
pembahasan terkait dengan faktor-faktor
utama penyebab inflasi yang terjadi di
Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 seperti
sayuran dan ikan segar yang masih konsisten
menjadi penyumbang inflasi. Oleh karena itu,
dilakukan penyusunan rencana pengendalian
inflasi untuk kedua komoditas tersebut dan
juga permasalahan lain seperti infrastruktur
sebagai upaya pengendalian inflasi di Sulawesi
Tenggara. Beberapa hasil yang diperoleh dari
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Mengoptimalkan kerjasama antar
daerah dan antar instansi (TIPD dan
satgas pangan) untuk mendukung
keseimbangan ketersediaan stok di
seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Tenggara.
2) Menjaga pasokan beberapa
komoditas utama penyebab terjadinya
inflasi, seperti ikan segar dan sayur-
sayuran. Salah satu yang dilakukan
melalui inisiasi gerakan menanam
sayuran secara mandiri.
3) Melakukan koordinasi dengan
Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia terkait dengan
perkembangan harga sembilan bahan
pokok di Sulawesi Tenggara.
Koordinasi tersebut juga dilakukan
bersama dengan dinas terkait serta
para pelaku usaha sehingga dapat
diperoleh informasi secara lebih
terperinci.
4) Melakukan aktivitas sidak pasar untuk
mengetahui perkembangan harga
terkini dan ketersediaan stok serta
permasalahan yang terjadi sehingga
harga yang dirasakan oleh masyarakat
berada dalam tingkat yang wajar.
2. Rapat TPID Provinsi Sulawesi Tenggara dan
Seluruh TPID Kabupaten
TPID Provinsi Sulawesi Tenggara dan TPID
seluruh kabupaten/kota menghadiri kegiatan
rapat korodinasi pusat dan daerah yang
dilaksanakan pada 18 Oktober 2018 di
Jakarta. Pada kegiatan tersebut dilakukan
evaluasi atas roadmap pengendalian inflasi
2015-2018 dan pembahasan terkait dengan
roadmap pengendalian inflasi tahun 2019-
2021. Hal tersebut diharapkan menjadi acuan
bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
dalam menyusun rencana kerja daerah dan
program pengendalian inflasi dalam periode
tersebut.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 44
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
45
STABILITAS KEUANGAN
DAERAH
4
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 46
4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS
KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan III 2018, di tengah ketidakpastian
global, kondisi stabilitas sistem keuangan di
Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi tersebut
tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah
tangga, sektor korporasi, UMKM dan institusi
keuangan yang menunjukkan perkembangan yang
positif dengan risiko yang relatif terkendali.
Ketahanan keuangan sektor rumah tangga terus
terjaga dengan peningkatan penghasilan,
optimisme konsumsi, perilaku berhutang yang
aman dan kemampuan keuangan yang masih
cukup untuk berbagai keperluan. Ketahanan pada
sektor korporasi juga terus terjaga. Selanjutnya,
dari sisi institusi keuangan, indikator aset bank
umum, penghimpunan dana pihak ketiga dan
kredit menunjukkan peningkatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Kondisi yang aman
juga terlihat dari sisi risiko kredit yang masih
terkendali.
4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
Rumah Tangga
Rumah tangga (RT) merupakan salah satu
komponen penting dalam perekonomian dan
sistem keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal
tersebut ditunjukkan dengan kontribusi maupun
keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah,
lembaga keuangan lainnya dan korporasi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi keuangan RT adalah tingkat pendapatan,
tingkat konsumsi, tingkat pengangguran dan
kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah tangga.
Secara umum, tingkat pendapatan, tingkat
pengangguran dan tingkat konsumsi RT
dipengaruhi oleh kinerja perekonomian.
Peranan RT dalam perekonomian yang tinggi juga
terlihat dari pangsanya di dalam PDRB Sulawesi
Tenggara, namun secara historis pada triwulan III
mengalami penurunan pangsa dari triwulan
sebelumnya (Grafik 4.1). Secara rata-rata
penurunan peranan rumah tangga dalam PDRB
tersebut juga terjadi pada provinsi-provinsi di
Sulawesi.
Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara, tingkat konsumsi RT
yang dihitung sebagai bagian dari komponen
permintaan dalam PDRB juga mengalami
percepatan. Pada triwulan III 2018, konsumsi RT
tumbuh sebesar 6,5% (yoy) lebih tinggi dari
sebelumnya yang sebesar 6,3% (yoy). Hal ini
didukung oleh terjaganya optimisme rumah
tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini dan di
masa mendatang yang terlihat dari indikator
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sesuai hasil
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara. Pada periode laporan rata-rata IKK
mencapai 134,1, lebih tinggi daripada periode
sebelumnya yang hanya sebesar 131,1 (Grafik 4.3).
Kenaikan optimisme tersebut bersumber dari
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara
Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-Sulawesi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
47
tingginya ekspektasi konsumen terhadap
penghasilan dan lapangan kerja (Grafik 4.4).
Dari sisi pendapatan RT, hasil SK menunjukkan
adanya peningkatan penghasilan pada triwulan III
2018 yang dialami oleh 57% responden, bahkan
1% dari responden tersebut merasakan
peningkatan yang berarti. Namun untuk menjadi
perhatian, sebanyak 13% responden mengalami
penurunan penghasilan. Sementara itu, sisanya
masih mendapatkan penghasilan yang sama
dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.
Berdasarkan lapangan usahanya, responden yang
menjadi pekerja pada usaha Pertanian,
Pertambangan, Industri, Air, dan Jasa Pendidikan
tidak ada yang mengalami penurunan penghasilan
(Grafik 4.5). Ke depan, ketahanan keuangan
sektor RT juga diperkirakan akan semakin kuat
seiring dengan bertambahnya optimisme
terjadinya peningkatan penghasilan 6 bulan yang
akan datang. Sebanyak 25% responden RT
memperkirakan kenaikan penghasilan tersebut
berasal dari pendapatan tambahan lainnya, 9%
responden berekspektasi akan terjadi kenaikan gaji
dan 6% responden memperkirakan kenaikan
omset (Grafik 4.6).
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga
Pada triwulan III 2018, RT lebih banyak melakukan
pengeluaran untuk keperluan konsumsi, yaitu
sebesar 59,6% dari pendapatannya (Grafik 4.7).
Kondisi tersebut tidak berbeda jauh jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi
lain, pangsa penggunaan dana untuk tabungan
mengalami penurunan menjadi sebesar 27,6%
dari total pengeluaran, setelah pangsa pada
periode sebelumnya mencapai 30,4%. Relatif
stabilnya konsumsi dan penurunan tabungan
diimbangi dengan meningkatnya pangsa
pembayaran cicilan menjadi 12,8% dari total
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan
dengan 6 Bulan yang lalu
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 48
pengeluaran, setelah pada periode sebelumnya
hanya sebesar 10,1%.
Berdasarkan klasifikasi pengeluaran RT, pada
triwulan III 2018 kelompok RT dengan
pengeluaran Rp5,1 juta s.d Rp6 juta mencatatkan
pangsa konsumsi yang paling tinggi, yaitu sebesar
66,0% dan pengeluaran Rp2,1 juta s.d. 3 juta
mencatatkan porsi pengeluaran untuk cicilan
terbesar yaitu mencapai 14,2%. Porsi pengeluaran
terbesar untuk tabungan terdapat pada kelompok
RT dengan pengeluaran Rp6,1 juta s.d. Rp7 juta
yaitu sebesar 33,3% (Grafik 4.8).
Debt Service Ratio
Dalam melihat perilaku meminjam RT, salah satu
indikator yang digunakan adalah debt service ratio
(DSR). Institusi keuangan menilai bahwa threshold
aman untuk DSR adalah 30%. Rumah tangga
dengan DSR>30% dianggap memiliki risiko kredit
yang tinggi karena porsi pendapatan yang
digunakan untuk membayar hutang sudah relatif
besar, dapat mengganggu cash flow RT dan
menyulitkan RT dalam melakukan pengembalian
hutang sehingga berpotensi meningkatkan Non
Performing Loan (NPL) di institusi keuangan dan
mengganggu ketahanan sistem keuangan.
Berdasarkan nilai DSR sesuai dengan hasil SK, risiko
kredit RT di Sulawesi Tenggara pada triwulan III
2018 menunjukkan kondisi yang relatif terkendali.
Jumlah responden RT dengan DSR<30% masih
mendominasi dengan pangsa sebesar 74,6%,
angka tersebut lebih rendah dibanding periode
sebelumnya sebesar 81,9% responden. Meskipun
demikian, sebanyak 20,5% responden RT dengan
DSR diantara 30% hingga 50% dan 4,9% RT
dengan DSR>50% perlu diperhatikan secara
khusus agar tidak memicu peningkatan NPL (Grafik
4.9).
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan
Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
49
Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank
Indikator lainnya dalam menilai kinerja keuangan
RT adalah kecukupan pendapatan RT yang menjadi
debitur institusi keuangan untuk membayar
kewajibannya. Berdasarkan hasil SK pada triwulan
III 2018, secara dominan RT (pangsa 83,7%)
memiliki kondisi keuangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan dan
masih terdapat sisa untuk ditabung guna
pemenuhan kebutuhan kesehatan dan
pendidikan. Bahkan sebanyak 29,1% responden
RT menyatakan bahwa pendapatan yang diterima
sangat cukup sehingga terdapat dana lebih untuk
investasi dan rekreasi. Kelompok masyarakat yang
berada dalam kondisi pas-pasan juga
memperlihatkan perbaikan dari 21,4% pada
Triwulan II 2018 menjadi 14,5% pada triwulan III
2018. Namun, terdapat hal yang perlu menjadi
perhatian khusus karena sebanyak 1,8%
responden RT menyatakan bahwa kondisi
keuangannya tidak mencukupi (Grafik 4.10).
Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang
Selain ekspektasi pendapatan dan kecukupan
keuangan debitur, kondisi keuangan RT juga dapat
dikategorikan berada dalam kondisi yang aman
karena RT memperkirakan beban cicilan/pinjaman
akan semakin ringan. Sesuai hasil SK, sebanyak
52,7% responden RT memperkirakan bahwa posisi
pinjaman mereka pada 6 bulan mendatang akan
berkurang (Grafik 4.11). Sebagian besar
pengurangan tersebut terjadi karena pelunasan
sesuai dengan jadwal pembayaran cicilan dan
hanya sebagian kecil terjadi karena adanya
percepatan pelunasan. Sementara itu, RT yang
memperkirakan posisi pinjaman akan sama
dengan periode sebelumnya adalah sebanyak
45,5%. Di sisi lain, terdapat 1,8% responden
rumah tangga yang memperkirakan beban
cicilannya akan sangat bertambah, namun disertai
dengan peningkatan pendapatan sehingga
diperkirakan risiko kredit RT akan tetap terjaga.
Saving Ratio
Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran
rumah tangga, sebesar 96,3% responden RT dari
hasil SK menyisihkan pendapatannya untuk
menabung. Hal tersebut mencerminkan penetrasi
perbankan di Sulawesi Tenggara yang relatif baik,
bahkan pada triwulan III 2018 pangsa RT yang
memiliki saving ratio > 30% mencapai 49,3% dari
total responden (Grafik 4.12). Dengan pola
menabung yang sehat, RT di Sulawesi Tenggara
memiliki ketahanan keuangan yang baik dan
mendukung kinerja institusi keuangan.
Dana Cadangan
Dalam menjaga likuiditasnya, RT dapat melakukan
antisipasi pengeluaran tidak terduga dengan
menyediakan dana cadangan sebagai buffer. Hasil
SK mengindikasikan rumah tangga di Sulawesi
Tenggara memiliki cadangan dana yang relatif
baik, terlihat dari kepemilikan dana cadangan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank
Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 50
dalam bentuk tabungan, deposito maupun uang
tunai oleh 89,3% responden. Pangsa tersebut
mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
83,0% (Grafik 4.13). Sebagian besar dana
cadangan yang dimiliki oleh RT disimpan dalam
bentuk simpanan berjangka waktu singkat dan
sedang, yang merupakan indikasi berjaga-jaga
karena kecenderungan dana yang siap dicairkan
untuk keperluan tidak terduga. Secara detail,
sebesar 20,1% responden memiliki dana
cadangan sampai dengan 1 bulan pendapatannya.
Sedangkan 37,7% dan 24,3% responden RT
masing-masing memiliki dana cadangan sebesar 1-
3 bulan dan 3-6 bulan pendapatannya. Selain itu,
sebesar 1,5% dan 0,4% RT sudah memiliki dana
cadangan dengan jangka waktu yang lebih
panjang yaitu 6-12 bulan dan di atas 1 tahun
(Grafik 4.14).
Kepemilikan Produk Perbankan
Secara umum, RT di Sulawesi Tenggara yang
menjadi responden SK relatif telah memiliki
produk-produk perbankan. Sebanyak 99,7%
responden telah memiliki tabungan di bank dan
sebanyak 84,0% telah memiliki kartu debit yang
merupakan fasilitas standar tabungan perbankan
(Grafik 4.15). Sementara dari sisi kredit, instrumen
yang paling banyak dimanfaatkan oleh RT adalah
kredit kendaraan yang pangsanya mencapai
12,3% dan kartu kredit yang dimiliki oleh 2,0%
responden. Dalam menentukan pilihan simpanan
bank, beberapa faktor mempengaruhi preferensi
RT. Secara agregat, RT memilih simpanan bank
berdasarkan faktor keamanan (30%) seperti
adanya jaminan pemerintah atau Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), selanjutnya faktor
pelayanan (24%) dan faktor ketiga utama adalah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa
Tabungan/Deposito/Cash
Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya
Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
51
lokasi bank dan kepemilikan bank (17%) (Grafik
4.16).
4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di
Perbankan
Sektor RT masih mendominasi dana pihak ketiga
(DPK) yang berada di perbankan Sulawesi
Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa DPK
perseorangan yang mencapai 68,1% dari
keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan
nominal mencapai Rp13,18 triliun (Grafik 4.17).
Pada triwulan III 2018, DPK perseorangan tumbuh
sebesar 13,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,1%
(yoy) (Grafik 4.18).
Produk simpanan perbankan yang dimanfaatkan
RT didominasi produk tabungan yang pangsanya
mencapai 68,7%, sedikit lebih rendah dari periode
sebelumnya yang mencatatkan proporsi 69,0%.
Produk deposito memiliki proporsi sebesar 28,2%
sedikit lebih tinggi dari periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 27,8%. Sementara produk giro
hanya memiliki proporsi sebesar 3,1% (Grafik
4.19).
Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan III
2018 tabungan perseorangan tercatat tumbuh
sebesar 15,3% (yoy), sedikit menurun dari periode
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 15,7%
(yoy). Sementara itu deposito tumbuh sebesar
15,2% (yoy) dan giro tumbuh positif sebesar 2,8%
(yoy) (Grafik 4.20).
4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah
Tangga
Selain DPK, keterkaitan RT dengan perbankan juga
dapat terlihat dari penyaluran kredit perbankan. Di
Sulawesi Tenggara kredit ke RT mendominasi
realisasi penyaluran kredit pada triwulan III 2018.
Hal tersebut terlihat dari pangsa kredit untuk
perseorangan yang mencapai 81,9% dari total
kredit yang direalisasikan (Grafik 4.21). Sebagian
besar kredit tersebut masih digunakan untuk
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan
Sulawesi Tenggara Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis
Penempatan
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 52
konsumsi dengan pangsa sebesar 69.8%.
Sementara itu, pangsa kredit produktif modal
kerja dan investasi masing-masing mencapai
22,1% dan 8,1% dari total kredit pada triwulan III
2018. Sementara itu, mayoritas kredit konsumsi
yang diberikan oleh bank berupa kredit multiguna
dengan pangsa 75,0% (Grafik 4.22).
Dari sisi kinerjanya, pada triwulan III 2018 kredit
konsumsi RT tumbuh sebesar 14,4% (yoy), sedikit
lebih rendah dari periode sebelumnya yaitu 15,3%
(yoy). Moderasi laju pertumbuhan tersebut
disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit
multiguna dari 17,5% (yoy) pada triwulan II 2018
menjadi 15,3% (yoy) pada triwulan III 2018.
Meskipun demikian, perbaikan pada kredit
kendaraan bermotor (KKB) dan kredit kepemilikan
rumah/apartemen (KPR/KPA) dapat menahan
perlambatan lebih jauh (Grafik 4.23).
Dilihat dari sisi suku bunganya, bertolak belakang
dengan perkembangan suku bunga acuan, suku
bunga kredit konsumsi RT di Sulawesi Tenggara
justru mengalami penurunan. Pada triwulan III
2018, suku bunga tertimbang kredit perseorangan
di Sulawesi Tenggara mencapai 12,0% per tahun
sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya
yang tercatat sebesar 12,2% per tahun (Grafik
4.24). Penurunan pada suku bunga tersebut tidak
berdampak terhadap risiko kredit yang
ditunjukkan terjaganya NPL kredit konsumsi
perseorangan di level yang sangat rendah yaitu
sebesar 1,3%, sama dengan risiko kredit konsumsi
periode triwulan II 2018.
Kredit Kepemilikan Rumah
KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan
III 2018 tumbuh sebesar 11,66% (yoy), mengalami
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 10,43% (yoy). Percepatan
tersebut terutama disebabkan oleh melonjaknya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
53
kredit untuk pembelian rumah tipe besar (KPR
>70). Kredit untuk pembelian rumah tipe besar
tersebut tumbuh sebesar 24,05% (yoy) pada
triwulan III 2018, dibandingkan dengan periode
sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar
19,29% (yoy) (Grafik 4.25). Selain percepatan
pertumbuhan, risiko kredit KPR terus terjaga.
Indikator NPL KPR pada periode pelaporan tercatat
sebesar 4,03%, turun dari sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,10% (Grafik 4.26). Namun,
penyaluran KP Ruko tetap perlu mendapatkan
perhatian khusus dari perbankan karena melewati
threshold NPL 5% yaitu mencapai 8,93%.
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 tumbuh sebesar
18,1% (yoy), meningkat dari periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 11,4% (yoy). Perbaikan ini
didorong oleh pertumbuhan positif KKB untuk
kategori kendaraan roda 2 (sepeda motor) sebesar
27,8% (yoy) yang pada periode sebelumnya
tumbuh sebesar 4,0% (yoy). Sesuai dengan hasil
liaison, kondisi tersebut didorong oleh
peningkatan pembelian sepeda motor untuk ojek
online. Sementara itu, penyaluran kredit
kendaraan roda 4 (mobil) kembali tumbuh lebih
tinggi sebesar 20,2% (yoy) dari periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 16,0% (yoy).
Gairah transportasi online dan meningkatnya
kebutuhan kaum urban akan kendaraan bermotor
menjadi penyebab berlanjutnya pertumbuhan KKB
roda 4 yang tinggi (Grafik 4.27).
Pada periode laporan, risiko KKB yang tercermin
dari NPL gross masih terjaga pada level yang
rendah yaitu 3,6%, lebih rendah jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
3,8% (Grafik 4.28). Pada triwulan III 2018, NPL
KKB Kendaraan roda 4 adalah 3,8%, mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan II 2018
yang tercatat sebesar 4,1%. Sementara itu risiko
kredit kendaraan bermotor roda 2 mengalami
penurunan dengan NPL tercatat sebesar 1,9%,
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 54
lebih rendah daripada periode sebelumnya sebesar
2,0%.
Kredit Multiguna
Pangsa kredit multiguna terhadap total kredit
konsumsi di triwulan III 2018 sebesar 75,0%.
Besarnya penggunaan kredit konsumsi
perseorangan untuk multiguna menunjukkan
bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga
untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan untuk
memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun
peralatan rumah tangga masih sangat besar. Hal
ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna yang
relatif lebih mudah dengan jaminan/agunan yang
relatif ringan dan dana yang diterima dapat secara
leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam
melakukan aktivitas yang tidak mengikat jenisnya.
Pada triwulan III 2018, kredit multiguna tumbuh
sebesar 15,3% (yoy) sedikit lebih rendah
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh
sebesar 17,5% (yoy) (yoy) (Grafik 4.29).
Perlambatan tersebut disebabkan oleh moderasi
pertumbuhan kredit multiguna di semua kategori
nominal. Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga
untuk fasilitas multiguna masih terkendali. Pada
periode laporan, NPL kredit multiguna tercatat
sebesar 0,4%, relatif sama dengan periode
sebelumnya (Grafik 4.30).
4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Kondisi sektor korporasi yang tercermin dari
kinerja perekonomian dari sisi penawaran
terpantau relatif baik. Sektor pertambangan dan
pertanian yang menjadi tulang punggung
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
mengalami peningkatan pertumbuhan. Namun
perlu diperhatikan bahwa pada triwulan III 2018
terdapat beberapa lapangan usaha yang
mengalami perlambatan kinerja, yaitu sektor
Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Informasi dan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit
Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2016 2017 2018
Harga Nikel Growth
Minyak Nilam, 0.19%Perikanan,
1.57%
Feronikel, 76.36%
Bijih Nikel, 20.57%
Lainnya, 1.31%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
55
Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real
Estate, Jasa Perusahaan dan Jasa lainnya.
Perlambatan di sektor-sektor tersebut terjadi
akibat normalisasi konsumsi masyarakat seiring
telah berlalunya bulan Ramadhan & Idul Fitri, serta
usainya libur sekolah.
Selain itu, terdapat pula dampak perlambatan
perdagangan internasional terutama adanya
perang dagang antara Amerika Serikat dengan
Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan komoditas
utama ekspor Sulawesi Tenggara adalah hasil
pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan)
dengan pangsa mencapai 96,9% yang merupakan
salah satu bahan baku pembuatan mesin yang
termasuk dalam komoditas terdampak perang
dagang (Grafik 4.32). Ketergantungan terhadap
nikel semakin memberikan risiko yang cukup besar
karena harga nikel dunia sangat dipengaruhi oleh
permintaan dunia. Pada akhir triwulan III 2018,
harga nikel mampu tumbuh sebesar 10,5% (yoy)
dan berada dalam tren melambat sejak triwulan
sebelumnya (Grafik 4.31).
4.3.2. Kinerja Korporasi
Omset Penjualan
Berdasarkan hasil Liaison yang dilakukan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara, penjualan domestik pada
triwulan III 2018 menunjukkan kinerja yang
melambat. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kinerja beberapa sektor yang telah dibahas di
bagian sebelumnya.
Kinerja perusahaan di sektor pertanian mengalami
perlambatan, meliputi komoditas kelapa sawit,
perikanan, dan tabama. Korporasi yang
memproduksi kelapa sawit menyatakan bahwa
terjadi penurunan penjualan CPO. Sementara itu,
korporasi di subsektor perikanan mengungkapkan
bahwa hasil produksi hingga periode laporan hanya
berada pada kisaran 100-150 ton, mengalami
penurunan yang cukup dalam dibandingkan kondisi
di tahun sebelumnya sebesar 300 ton. Di sisi lain,
korporasi penggilingan padi mengungkapkan bahwa
untuk saat ini penjualan Jan-Agustus 2018 ini relatif
lebih rendah dibandingkan periode sama tahun
sebelumnya.
Selain itu, korporasi sektor pertambangan yang
memproduksi aspal mengalami penurunan
permintaan. Korporasi pada sektor tersebut
menjelaskan bahwa tingkat penjualan aspal sangat
bergantung dengan realisasi proyek pembangunan
jalan oleh pemerintah.
Korporasi di sektor perdagangan secara umum juga
mengalami perlambatan. Korporasi perdagangan
kakao menginformasikan menjelaskan bahwa
tingkat pembelian biji kakao dari petani sampai
dengan triwulan ini sangat menurun. Cuaca yang
kurang kondusif pada daerah sentra penyuplai kakao
menjadi penyebab berkurangnya pasokan tersebut.
Sementara itu, mulai maraknya petani lokal yang
melakukan alih fungsi lahan menjadi tanaman merica
dan cengkeh ikut berdampak terhadap penurunan
tingkat produksi kakao itu sendiri. Hal tersebut juga
berdampak pada kinerja penjualan sektor industri
pengolahan kakao yang menurun pada tahun 2018.
Korporasi menyatakan bahwa terjadi penurunan
produksi akibat semakin sulitnya mencari bahan baku
biji kakao yang berkualitas dan memenuhi standar.
Kapasitas produksi dari sisi hulu yang cenderung
menurun juga terjadi karena banyaknya tanaman
kakao yang mulai berumur tua.
Sementara itu, korporasi subsektor telekomunikasi
menyatakan bahwa terjadi penurunan customer base
dari tahun sebelumnya sekitar 5%. Penurunan ini
terjadi akibat regulasi pemerintah terkait registrasi
sim card dengan menggunakan nomor KTP dan KK,
sehingga menyebabkan adanya penurunan
penjualan bagi masyarakat yang membeli terputus
(calling card).
Meskipun demikian, terdapat pula korporasi yang
mengalami peningkatan kinerja penjualan, yaitu
korporasi konstruksi dan pengangkutan. Korporasi di
sektor konstruksi secara umum mengalami
peningkatan terutama yang terkait dengan
infrastruktur non jalan yang bersumber dari APBN &
APBD. Beberapa pembangunan infrastruktur yang
masih berjalan yaitu Jembatan Teluk Kendari, Kendari
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 56
New Port, dan Bendungan Ladongi. Sementara itu,
pada sektor pengangkutan, penjualan tumbuh
sebesar 16%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
pertumbuhan yang hanya sebesar 5%.
Biaya
Tekanan biaya yang dikeluarkan oleh korporasi
secara umum meningkat. Hal ini terlihat dari nilai
likert scale agregat hasil Liaison sebesar 1,35; lebih
tinggi dibandingkan triwulan I dan triwulan II 2018
yang masing-masing sebesar 0,92 dan 0,64.
Peningkatan biaya produksi tersebut terutama
terjadi pada komponen bahan baku dan energi,
seiring dengan kelangkaan pasokan komoditas
pertanian dan meningkatnya harga minyak dunia.
Selain itu, upah tenaga kerja juga mengalami
peningkatan di tengah upaya penyesuaian dengan
kenaikan UMP.
Korporasi di sektor pertanian mengalami
peningkatan biaya akibat kenaikan biaya
pembelian bahan baku di subsektor tabama dan
perikanan, sementara subsektor perkebunan
cenderung stabil. Korporasi menjelaskan bahwa
naiknya biaya pembelian gabah karena
keterbatasan pasokan gabah di tengah masa
tanam di musim kemarau serta adanya persaingan
dengan perusahaan serupa dari Sulawesi Selatan
Keterangan Skala Likert:
+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi
+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal
+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya
+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya
Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
57
yang mampu membeli gabah Sultra dengan harga
lebih tinggi. Begitu pula dengan Korporasi di
subsektor perikanan yang menginformasikan
bahwa peningkatan biaya terjadi disebabkan harga
beli ikan yang tinggi dari nelayan seiring dengan
belum masuknya masa angin teduh yang
menyulitkan nelayan memperoleh hasil tangkapan.
Sementara itu, korporasi di sektor pertambangan
mengalami peningkatan biaya energi. Biaya energi
merupakan komponen biaya dengan pangsa
terbesar dibandingkan dengan komponen biaya
lainnya, sehingga mendorong kenaikan cash
cost/biaya produksi nikel olahan per satuan ton.
Peningkatan biaya energi terjadi karena adanya
peningkatan harga batubara dan solar industri.
Komponen biaya lainnya mencakup biaya jasa,
seperti jasa penambangan dan iklan, biaya
perizinan, meliputi pajak retribusi, izin eksploitasi,
dan CSR pada korporasi juga mengalami kenaikan
secara wajar.
Biaya pada sektor konstruksi juga mengalami
peningkatan, terutama dari sisi bahan baku atau
material konstruksi. Selain itu, untuk bahan baku
pabrikan, seperti besi baja dan semen, juga
mengalami kenaikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Adapun biaya energi terutama dalam
bentuk kebutuhan solar mengalami peningkatan
sejalan dengan kenaikan harga BBM. Solar
tersebut digunakan untuk mesin molen serta
kendaraan produksi.
Meskipun demikian, terdapat penurunan biaya
pada korporasi di subsektor pengangkutan udara.
Penurunan tersebut berasal dari efisiensi BBM, di
tengah tren kenaikan harga minyak dunia.
Margin Keuntungan
Dari hasil Liaison, korporasi mengambil langkah
untuk menaikkan harga jual dan menurunkan
margin, di tengah upaya perusahaan untuk tetap
kompetitif di tengah peningkatan biaya. Margin
usaha yang turun terlihat dari likert scale agregat
yang tercatat sebesar 0,60 pada triwulan III 2018
setelah pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar
1,10.
Penurunan margin keuntungan lebih banyak
terjadi pada korporasi pertanian dan komunikasi.
Pada korporasi pertanian, tingkat margin relatif
lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Margin yang didapatkan oleh
korporasi berada pada kisaran 2,0%-2,5%.
Korporasi juga mengungkapkan
kecenderungannya untuk menurunkan tingkat
margin dalam rangka menjaga persaingan dan
daya beli, terutama dengan perusahaan
penggilingan di luar Sultra. Sementara itu,
korporasi di subsektor telekomunikasi menyatakan
penetapan tarif harga jual ditentukan oleh kantor
pusat, dengan nilai yang relatif stabil dibanding
tahun lalu. Sejalan dengan hal tersebut, margin
keuntungan korporasi secara umum juga
diperkirakan sedikit mengalami penurunan.
Sementara di subsektor perikanan, Korporasi
mengungkapkan bahwa harga jual ikan relatif
sedikit mengalami kenaikan meski masih terbatas
jika dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya. Di
sisi lain, meski harga jual mengalami kenaikan
namun tingkat margin diakui Korporasi relatif
stabil jika dibandingkan kondisi di tahun
sebelumnya.
Meskipun demikian, korporasi pertambangan dan
industri pengolahan nikel mengalami peningkatan
harga jual dan margin. Korporasi menyatakan
bahwa harga jual nikel terus menunjukkan tren
peningkatan dibandingkan dengan harga pada
periode yang sama di tahun sebelumnya. Korporasi
menjelaskan bahwa harga jual nikel cenderung
berpatokan/mengikuti pergerakan harga nikel
dunia. Korporasi juga turut mengkonfirmasi atas
kenaikan tingkat margin jika dibandingkan kondisi
di tahun sebelumnya. Korporasi mengungkapkan
bahwa margin dari penjualan feronikel pada
periode laporan sekitar 33%. Lebih jauh, Korporasi
menginformasikan bahwa margin yang diterima
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 58
perusahaan sejatinya lebih besar dari penjualan
bijih nikel yang mencatatkan margin 45%-50%.
Kondisi likuiditas keuangan korporasi
Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan III 2018
secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi
terpantau dalam kondisi yang cukup solid walau
terlihat terdapat sedikit peningkatan tekanan. Hal
ini tercermin dari persentase responden yang
menyatakan kondisi likuiditas perusahaan dalam
kondisi baik mengalami penurunan dari 33,53%
pada triwulan lalu menjadi 23,38% pada triwulan
laporan. Jumlah responden yang menyatakan
kondisi likuiditas perusahaan cukup besar,
68,83%, lebih besar dari pangsa triwulan lalu
yang tercatat sebesar 64,12%. Sementara itu,
tekanan terlihat dari kenaikan responden yang
menyatakan kondisi likuiditas perusahaan berada
pada kondisi yang buruk untuk memenuhi
kebutuhan operasionalnya menjadi 7,79% pada
triwulan III 2018, naik dari 2,35% pada triwulan
lalu (Grafik 4.34).
Jika dilihat secara sektoral, hampir seluruh
korporasi memiliki tingkat liku
hotel dan restoran
serta industri yang memiliki korporasi yang
memiliki kondisi likuiditas keuangan yang
korporasi melakukan adjusment dan terus berhati-
hati agar tidak berlanjut sampai dengan solvabilitas
yang buruk. Di lain sisi, sektor jasa-jasa konstruksi
memiliki likuiditas yang sangat baik dengan 80%
korporasi yang bergerak di bidang tersebut
memiliki likuiditas yang baik dan 20% memiliki
likuiditas yang cukup (Grafik 4.35).
4.3.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi
Selain pemetaan risk factor dan kerentanan sektor
korporasi, untuk memitigasi risiko sistemik
diperlukan juga analisis interkoneksi antarsektor.
Dalam usahanya, sektor korporasi sangat terkait
erat dengan sektor perbankan dengan adanya
penempatan DPK korporasi pada perbankan dan
penyaluran kredit perbankan kepada korporasi
untuk modal kerja dan investasi. Eksposur kredit
perbankan pada sektor korporasi pada triwulan III
2018 tercatat sebesar 18,1% dari total kredit di
Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi proyek).
Meskipun eksposur kredit perbankan pada sektor
korporasi masih berada di bawah kredit rumah
tangga, namun korporasi menjadi sumber
pendapatan rumah tangga (melalui jalur tenaga
kerja) sehingga gangguan pada korporasi pada
akhirnya berdampak pada sistem keuangan
melalui jalur rumah tangga tersebut.
Secara nominal, kredit perbankan pada sektor
korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III
2018 mencapai Rp4,81 triliun mengalami
pertumbuhan sebesar 0,5% (yoy) (Grafik 4.38)
jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,0% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan
oleh penurunan penyaluran kredit untuk investasi.
Pada periode laporan, kredit investasi yang
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.36 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.37 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
59
memiliki pangsa sebesar 51,7% masih mengalami
kontraksi sebesar 22,9% (yoy). Sebaliknya, kredit
modal kerja yang memiliki pangsa sebesar 47,5%
dapat tumbuh sebesar 49,2% (yoy) dan kredit
konsumsi yang memiliki pangsa 0,8% tumbuh
sebesar 29,2% (yoy).
Kredit Modal Kerja Korporasi
Posisi kredit modal kerja korporasi di Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 terus tumbuh
tinggi sebesar 49,2% (yoy) dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 41,9%
(yoy). Dari sisi nominalnya, penyaluran kredit
modal kerja korporasi pada periode laporan
mencapai Rp2,28 triliun. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit
modal kerja pada sektor konstruksi dan
pertambangan. Seiring dengan menggiatnya
pembangunan daerah, sektor Konstruksi yang
pada periode pelaporan memiliki pangsa sampai
dengan 31,6% dari total kredit modal kerja
korporasi mengalami pertumbuhan sebesar 2,2%
(yoy) dari sebelumnya terkontraksi 9,1% (yoy)
pada triwulan II 2018. Sedangkan kredit
perdagangan yang memiliki pangsa 21,9% masih
terkontraksi sebesar 5,4% (yoy) namun lebih baik
dari periode sebelumnya yang mengalami
kontraksi 6,8% (yoy). Sementara itu, kredit modal
kerja pertambangan yang pada triwulan III 2018
memiliki pangsa sebesar 39,7% melanjutkan pola
pertumbuhan eksplosif dari 497,5% (yoy) pada
periode sebelumnya menjadi tumbuh 546,7%
(yoy) pada periode laporan (Grafik 4.39). Dari sisi
risiko kredit, secara umum terjadi perbaikan risiko.
Hal ini terlihat dari indikator NPL kredit modal kerja
korporasi yang menurun dan tetap berada di
bawah threshold 5%. NPL kredit tersebut pada
triwulan III 2018 tercatat sebesar 3,06% lebih
rendah dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat 3,55% (Grafik 4.40).
Kredit Investasi Korporasi
Kredit investasi korporasi yang disalurkan sampai
dengan triwulan III 2018 mencapai Rp2,48 triliun,
mengalami kontraksi sebesar 22,9% (yoy),
bergerak lebih dalam dibanding dengan periode
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan
Grafik 4.40 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.39 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi Grafik 4.41 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 60
sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar
11,2%. Kredit investasi sektor pertambangan
memiliki pangsa terbesar mencapai 46,8% dan
mengalami kontraksi sebesar 40,8% (yoy) lebih
dalam dari periode sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 22,1% (yoy). Kredit investasi sektor
pertanian yang memiliki pangsa sebesar 14,7%
kembali mencatatkan pertumbuhan yang positif.
Pada periode laporan, kredit pada sektor tersebut
tumbuh sebesar 18,5% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh
sebesar 17,8% (yoy) Sementara kredit investasi
sektor perhotelan yang memiliki pangsa sebesar
9,0% terkontraksi sebesar 0,7% (yoy), lebih baik
dari periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
11,7% (yoy) (Grafik 4.41).
Walaupun mengalami kontraksi lebih dalam, risiko
kredit investasi korporasi tetap terjaga pada level
yang rendah di bawah threshold 5%. Pada
triwulan III 2018, NPL kredit investasi korporasi
terpantau di level 0,84% relatif stabil
dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,76% (Grafik 4.41).
4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN
(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA
4.4.1. Aset Bank Umum
Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada
di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018
mencapai Rp28,03 triliun, tumbuh lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya, dari 8,4%
(yoy) menjadi 16,4% (yoy), (Grafik 4.42). Kenaikan
pertumbuhan tersebut terjadi pada bank
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.42 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.43 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank
Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, Pertumbuhan Aset secara yoy Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Tw II 2018 Tw III 2018
Kab. Bombana 320.9 1.1 30.8 24.6
Kab. Buton Utara 195.5 0.7 (12.5) 22.6
Kab. Konawe Utara 397.6 1.4 64.8 50.2
Kab. Wakatobi 392.2 1.4 25.3 33.6
Kab. Kolaka Utara 315.2 1.1 27.0 21.7
Kab. Konawe Selatan 564.2 2.0 25.2 20.7
Kab. Buton 205.3 0.7 12.4 40.0
Kota Baubau 3,108.7 11.1 7.5 8.5
Kota Kendari 16,511.0 58.9 6.7 16.3
Kab. Kolaka 3,508.2 12.5 8.4 20.5
Kab. Konawe 641.7 2.3 19.6 16.6
Kab. Muna 1,870.2 6.7 2.4 9.7
Sulawesi Tenggara 28,030.8 100.0 12.9 16.4
Kota/Kabupaten Aset (Rp miliar) Pangsa thd Sultra (%)Pertumbuhan Aset (%, yoy)
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
61
Pemerintah maupun bank swasta nasional.
Berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih
mendominasi industri perbankan di Sulawesi
Tenggara dengan porsi aset mencapai 84,6% dari
total aset bank umum, sedangkan pangsa total
aset bank swasta nasional hanya sebesar 15,4%
dari total aset bank umum di Sulawesi Tenggara
(Grafik 4.43).
Secara spasial, aset perbankan masih
terkonsentrasi di Kota Kendari dengan pangsa
mencapai 58,9% dari keseluruhan aset bank
umum yang ada di Sulawesi Tenggara. Kondisi
tersebut masih menunjukkan bahwa perbankan
masih terkonsentrasi di daerah ibu kota provinsi
sebagai motor penggerak perekonomian.
Daerah selain Kota Kendari yang memiliki aset
bank cukup besar adalah Kabupaten Kolaka dan
Kota Bau-Bau dengan pangsa masing-masing
sebesar 12,5% dan 11,1%. Dari sisi
perkembangannya, pertumbuhan aset pada 3
daerah dominan tersebut berada di sekitar rata-
rata pertumbuhan aset Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan aset bank yang tinggi justru terjadi
pada daerah-daerah dengan pangsa aset yang
relatif kecil seperti di Kabupaten Konawe Utara,
dan Kabupaten Buton. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perbankan juga melakukan ekspansi bisnis
ke berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara
(Tabel 4.1).
Daerah selain Kota Kendari yang memiliki aset
bank cukup besar adalah Kabupaten Kolaka dan
Kota Bau-Bau dengan pangsa masing-masing
sebesar 12,5% dan 11,1%. Dari sisi
perkembangannya, pertumbuhan aset pada 3
daerah dominan tersebut berada di sekitar rata-
rata pertumbuhan aset Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan aset bank yang tinggi justru terjadi
pada daerah-daerah dengan pangsa aset yang
relatif kecil seperti di Kabupaten Konawe Utara,
dan Kabupaten Buton. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perbankan juga melakukan ekspansi bisnis
ke berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara
(Tabel 4.1).
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun
oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 mencapai
Rp19,37 triliun, tumbuh sebesar 13,5% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito
Kab. Buton 1,314.2 228,134 6.8% 9.4% -3.5% 31.1% 53.5% 15.3%
Kab. Muna 1,562.7 251,572 8.1% 10.4% -1.4% 22.6% 54.3% 23.1%
Kab. Kolaka 2,614.2 362,025 13.5% 14.9% 8.8% 32.4% 48.1% 19.6%
Kab. Wakatobi 346.7 64,501 1.8% 2.7% 4.5% 14.8% 63.7% 21.5%
Kab. Konawe 473.5 140,179 2.4% 5.8% -15.7% 18.2% 68.8% 13.0%
Kab. Konawe Selatan 164.9 71,136 0.9% 2.9% 3.7% 2.3% 81.3% 16.3%
Kab. Bombana 266.5 77,160 1.4% 3.2% 2.8% 0.7% 81.6% 17.7%
Kab. Kolaka Utara 166.1 59,566 0.9% 2.5% -0.5% 3.7% 85.3% 11.0%
Kab. Buton Utara 13.3 1,452 0.1% 0.1% - 0.2% 87.0% 12.8%
Kab. Konawe Utara 21.5 3,823 0.1% 0.2% -12.9% 9.0% 38.1% 52.8%
Kab. Kolaka Timur 5.9 1,073 0.0% 0.0% - 0.0% 100.0% 0.0%
Kab. Buton Tengah - 0 0.0% 0.0% -
Kota Baubau 2,834.2 301,420 14.6% 12.4% 3.9% 30.7% 51.6% 17.7%
Kota Kendari 9,592.9 865,094 49.5% 35.6% 2.0% 22.1% 42.4% 35.5%
Sulawesi Tenggara 19,376.7 2,427,135 100% 100% 12.2% 24.5% 48.5% 26.9%
Kota/Kabupaten gDPKPangsaPangsa thd SultraDPK
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 62
tumbuh sebesar 11,3% (yoy) (Grafik 4.44).
Sebagian besar DPK yang dihimpun oleh bank
umum di Sulawesi Tenggara ditempatkan dalam
bentuk tabungan dengan pangsa 48,5%.
Sedangkan untuk giro dan deposito pada triwulan
III 2018 masing-masing tercatat memiliki pangsa
pasar sebesar 24,5% dan 26,9%.
Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen,
pada triwulan III 2018, peningkatan pertumbuhan
DPK disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan
giro secara signifikan menjadi sebesar 18,3% (yoy),
dari periode lalu yang tercatat sebesar 1,0% (yoy).
Namun di sisi lain baik tabungan maupun deposito
mengalami penurunan pertumbuhan menjadi
15,2% (yoy) dan 6,5% (yoy) dari periode
sebelumnya yang masing-masing sebesar 15,6%
(yoy) dan 14,1% (yoy) (Grafik 4.45).
Secara spasial, DPK Sulawesi Tenggara masih
terpusat di Kota Kendari baik secara nominal
maupun jumlah rekeningnya. Pangsa secara
nominal untuk Kota Kendari mencapai 49,5%
sementara dari jumlah rekening mencapai 35,6%.
Selanjutnya diikuti oleh Kota Bau-Bau dan Kab.
Kolaka dengan pangsa masing-masing sebesar
14,6% dan 13,5%. Ketiga daerah tersebut
menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan
pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Sulawesi
Tenggara. Dari sisi pertumbuhan spasial, Kab.
Kolaka mencatatkan tingkat pertumbuhan
tertinggi dengan tumbuh 8,8% (yoy), hal ini
mengindikasikan perbankan juga sudah aktif
menjangkau daerah kabupaten dan kesadaran
masyarakat untuk menabung juga semakin
meningkat (Tabel 4.2).
Tabungan
Pada triwulan III 2018, penghimpunan dana
tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara
tumbuh sebesar 15,2% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,6% (yoy).
Secara nominal, total tabungan masyarakat di
Sulawesi Tenggara sampai dengan periode laporan
mencapai Rp9,39 triliun. Pangsa terbesar
pemegang rekening tabungan adalah nasabah
perseorangan sebesar 96,34%, diikuti oleh
korporasi sebesar 3,48% dan sisanya adalah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.44 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.45 Pertumbuhan DPK Per Penempatan
Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda
Pemerintah 0.04% 0.02% 0.08%
Pemda 0.02% 0.02% 0.88%
Korporasi 2.75% 1.65% 9.59%
Perseorangan 97.19% 98.31% 89.45%
Total 100.00% 100.00% 100.00%
TabunganNominal
(Rp miliar)Rekening % Nominal % Rekening
0-100 Jt 5,148.72 2,393,932.00 54.77% 99.27%
100Jt-500Jt 2,978.16 16,849.00 31.68% 0.69%
500Jt -1 M 485.17 720.00 5.16% 0.03%
> 1 M 788.24 385.00 8.39% 0.02%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
63
nasabah pemerintah. Preferensi penempatan oleh
pemilik dana dari pemerintah pusat dan daerah
lebih besar menempatkan dananya di bank pemda
(Tabel 4.3). Berdasarkan nilai tabungannya,
sebagian besar penabung di Sulawesi Tenggara
memiliki tabungan sampai dengan Rp100 juta
yaitu mencapai 99,27% dari total jumlah rekening
tabungan. Sementara itu penabung dengan nilai di
atas Rp1 miliar masih sedikit dengan pangsa
rekening hanya sebesar 0,02%. Meskipun sangat
kecil, namun penabung dengan nilai di atas Rp1
miliar tersebut menguasai 8,39% dari total
tabungan (Tabel 4.4).
Deposito
Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di
Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2018 tumbuh
sebesar 6,5%, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,1%
(yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai
periode laporan mencapai Rp5,21 triliun. Deposito
di Sultra didominasi oleh deposan besar (nilai
deposito di atas Rp1 miliar) yang sampai dengan
triwulan III 2018 memiliki pangsa 6,8% total
deposito Sulawesi Tenggara walau secara rekening
hanya mencatatkan 3,02% total rekening
deposito. Dominasi pangsa deposito pada
sejumlah rekening tersebut membutuhkan
perhatian khusus agar ketahanan dari sisi DPK
berupa deposito tetap terjaga (Tabel 4.6).
Dari sisi pemilik rekening, seperti halnya tabungan,
nasabah perseorangan masih mendominasi
pangsa deposito Sulawesi Tenggara untuk dana
yang ditempatkan di bank Persero, bank swasta
maupun bank pemda. Korporasi memiliki pangsa
terbesar kedua diikuti oleh deposito milik pemda.
Jangka penempatan deposito yang tidak
terkonsentrasi pada salah satu tenor tertentu
merupakan indikasi yang baik untuk menjaga
ketahanan perbankan, namun diperlukan
perhatian khusus agar perbankan terhindar dari
mismatch karena lebih dari 50% dana biaya tinggi
perbankan (deposito) memiliki tenor yang relatif
pendek (<1 tahun).
Giro
Pada triwulan III 2018, penempatan dana di giro
tumbuh positif 18,3% (yoy) lebih baik jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 1,0% (yoy). Perbaikan pertumbuhan giro
ini disebabkan oleh perbaikan laju pertumbuhan
pada giro yang dimiliki oleh pemerintah,
pemerintah daerah, korporasi. Dari sisi
kepemilikan, pangsa terbesar pemilik giro adalah
nasabah pemerintah, disusul oleh korporasi,
perseorangan dan pemerintah daerah.
4.4.3. Penyaluran Kredit
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan
penghimpunan dana pihak ketiga, pada triwulan III
2018 penyaluran kredit perbankan oleh bank
umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara
keseluruhan juga mengalami peningkatan. Kredit
perbankan tumbuh sebesar 12,6% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan dengan kinerja periode
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.46 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.47 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi
Tenggara
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 64
sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,2% (yoy).
Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan
sampai dengan triwulan III 2018 mencapai
Rp22,40 triliun (Grafik 4.46).
Kredit Berdasarkan Lokasi Bank
Secara spasial, penyaluran kredit masih
terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa
sebesar 57,1% dari seluruh nominal penyaluran
kredit yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi
Tenggara. Selain itu, Kota Kendari juga masih
mendominasi untuk kepemilikan rekening kredit
dengan pangsa sebesar 57,1%. Meskipun
demikian, pertumbuhan kredit di Kota Kendari
hanya sebesar 8,9% (yoy) berada di bawah rata-
rata pertumbuhan kredit Sulawesi Tenggara.
Kabupaten lain selain Kota Kendari dan Kota Bau-
Bau mencatatkan pertumbuhan total kredit yang
cukup tinggi (Tabel 4.7). Pertumbuhan kredit
tertinggi berada di Kabupaten Konawe Utara
sebesar 50,5% (yoy), diikuti oleh penyaluran di
Kab. Buton Utara dan Kab. Bombana yang masing-
masing tumbuh sebesar 27,6% (yoy) dan 25,9%
(yoy).
Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,
perbankan di sebagian besar kabupaten masih
menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi
yang tercermin dari terjadinya peningkatan pangsa
kredit konsumsi dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Terdapat 8 kabupaten dari 12
kabupaten/kota yang memiliki pangsa kredit
konsumsi di atas 90% dari total kredit yang
disalurkan di daerah tersebut. Sedangkan untuk
kegiatan produktif, hanya terdapat 4 daerah yang
memiliki pangsa kredit modal kerja di atas 20%,
yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Kolaka dan
Kab. Muna.
Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja
dan investasi menunjukkan peningkatan laju
pertumbuhan sedangkan kredit konsumsi
menunjukkan penurunan laju penyaluran pada
Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan III 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda
Pemerintah 6.28% 0.00% 0.47%
Pemda 2.80% 0.00% 0.16%
Korporasi 7.63% 7.24% 49.98%
Perseorangan 83.29% 92.76% 49.39%
Total 100.00% 100.00% 100.00%
DepositoNominal
(Rp miliar)Rekening % Nominal % Rekening
0-100 Jt 462 9,219 8.9% 59.91%
100Jt-500Jt 1,203 4,974 23.1% 32.32%
500Jt -1 M 591 732 11.3% 4.76%
> 1 M 2,963 464 56.8% 3.02%
Nominal Rekening %Nominal %Rekening K.MK K.INV K.KONS
Kab. Buton 129 1,231 0.6% 0.5% -5.5% 4.4% 0.6% 95.0%
Kab. Muna 1,708 28,334 7.6% 11.2% 20.0% 29.2% 3.6% 67.3%
Kab. Kolaka 3,135 45,169 14.0% 17.9% 15.0% 35.8% 7.6% 56.6%
Kab. Wakatobi 178 1,916 0.8% 0.8% 7.4% 2.7% 0.9% 96.4%
Kab. Konawe 630 4,325 2.8% 1.7% 16.7% 1.0% 0.1% 98.9%
Kab. Konawe Selatan 560 3,697 2.5% 1.5% 20.1% 1.8% 1.1% 97.0%
Kab. Bombana 314 2,299 1.4% 0.9% 25.9% 1.7% 0.4% 97.9%
Kab. Kolaka Utara 302 2,286 1.3% 0.9% 24.1% 4.7% 1.8% 93.4%
Kab. Buton Utara 165 1,402 0.7% 0.6% 27.6% 3.6% 0.8% 95.7%
Kab. Konawe Utara 395 2,338 1.8% 0.9% 50.5% 1.6% 0.2% 98.1%
Kota Baubau 2,093 30,329 9.3% 12.0% 15.6% 30.5% 8.4% 61.1%
Kota Kendari 12,794 128,954 57.1% 51.1% 8.9% 28.2% 12.8% 59.0%
Sulawesi Tenggara 22,403 252,280 100.0% 100.0% 12.6% 26.5% 9.5% 64.0%
Kota/KabupatenKredit Pangsa thd Sultra
gKreditPangsa
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
65
triwulan III 2018. Kredit modal kerja yang memiliki
pangsa pasar sebesar 26,5 % dari total kredit
perbankan mengalami peningkatan menjadi
tumbuh sebesar 7,5% (yoy) pada triwulan II 2018
dari sebelumnya tumbuh sebesar 5,3% (yoy).
Kredit investasi juga mengalami akselerasi
penyaluran dari tumbuh 5,6% (yoy) pada triwulan
II 2018 menjadi tumbuh sebesar 11,7% (yoy) pada
triwulan III 2018. Namun secara proporsi, pangsa
kredit investasi masih memiliki pangsa terkecil
yaitu sebesar 9,5%, hampir sama seperti periode
sebelumnya. Sementara itu, kredit konsumsi yang
pada triwulan III 2018 tetap memiliki pangsa
terbesar yaitu 64,0% dari total kredit perbankan.
Peningkatan pangsa ini tidak diikuti peningkatan
laju penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh
sebesar 14,9% (yoy) pada periode pelaporan, lebih
rendah dari sebelumnya yang tumbuh sebesar
16,4% (yoy) (Grafik 4.47).
Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Berdasarkan penyaluran kredit menurut sektor
ekonomi, mayoritas mengalami kenaikan
pertumbuhan kredit. Pertumbuhan terbesar
dicatatkan oleh sektor adm. pemerintahan yang
mencatatkan pertumbuhan sebesar 4.999,4%
(yoy) dan sektor listrik gas yang mencatatkan
pertumbuhan sebesar 159,9% (yoy). Sektor
perdagangan yang memiliki pangsa terbesar untuk
kategori kredit produktif (62,6% dari total kredit
produktif) mengalami perubahan positif. Pada
triwulan III 2018, kredit di sektor tumbuh sebesar
3,2% (yoy) lebih tinggi daripada pertumbuhan
pada triwulan II 2018 yang terkontraksi sebesar
0,3% (yoy). Sektor pertanian dan konstruksi yang
memiliki pangsa masing-masing 8,9% dan 8,3%
mencatatkan pertumbuhan double digit masing-
masing sebesar 39,9% (yoy) dan 11,2% (yoy)
(Tabel 4.8).
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan
intermediasi perbankan adalah indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio
penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh
perbankan. Pada triwulan III 2018 LDR bank umum
di Sulawesi Tenggara mencapai 115,66%, lebih
tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 114,92% (Grafik 4.48). Peningkatan LDR
tersebut terjadi karena secara peningkatan
nominal penyaluran kredit lebih tinggi kenaikan
nominal DPK pada perbankan di Sulawesi
Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh
DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi
Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan III 2018
Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Tw III 2017 Tw IV 2017 Tw I 2018 Tw II 2018 Tw III 2018
Pertanian 711 8.9% 65.5 67.8 45.7 38.9 39.9 1.5
Pertambangan 56 0.7% 39.7 45.9 25.7 -18.6 3.3 7.8
Industri Pengolahan 390 4.9% 27.5 18.8 17.3 5.7 3.9 2.7
Listrik Gas 10 0.1% -39.3 -24.0 44.8 118.7 159.9 0.0
Air 6 0.1% -2.9 5.0 27.3 64.6 103.6 8.3
Konstruksi 666 8.3% 12.5 22.9 20.1 27.6 11.2 6.4
Perdagangan 5,006 62.6% 2.2 2.0 0.1 -0.3 3.2 5.3
Transportasi-Pergudangan 125 1.6% 11.5 7.4 2.2 7.7 8.1 3.2
Akomodasi Makan Minum 430 5.4% -7.3 -7.4 -7.8 -9.1 0.1 5.1
Informasi Komunikasi 2 0.0% -13.8 -33.7 -40.8 -24.6 -27.8 4.7
Jasa Keuangan 10 0.1% -62.6 -33.7 -26.0 75.5 111.1 0.0
Real Estate 94 1.2% -6.2 -7.2 -0.6 3.4 7.1 4.3
Jasa Perusahaan 44 0.5% 3.1 -64.7 -61.9 -59.5 -56.5 3.2
Adm Pemerintahan 27 0.3% 56.4 27.5 9.0 1,071.1 4,999.4 0.0
Jasa Pendidikan 21 0.3% -9.8 -9.4 -29.4 -20.6 4.4 31.7
Jasa Kesehatan Sosial 31 0.4% 9.1 10.8 8.1 -8.2 18.7 0.1
Jasa Lainnya 368 4.6% 6.5 5.0 41.8 41.3 49.4 2.9
Kredit Produktif 7,997 100% 9.8 12.8 13.4 12.2 12.6 4.8%
NPL (%)gKredit (%, yoy)
% NominalSektor EkonomiNominal
(Rp miliar)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 66
Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit.
Sedangkan pencapaian pada triwulan III 2018
menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan
kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara
memerlukan dana dari daerah lain. Kondisi ini
terlihat dari adanya peningkatan kewajiban
antarkantor (penerimaan dari kantor bank yang
sama di daerah lain) sebesar 5,66% (yoy) pada
triwulan III 2018. Tingkat LDR yang terlalu tinggi
maupun terlalu rendah dapat menjadi sumber
kerentanan apabila tidak disertai dengan tingkat
risiko kredit yang terjaga di tingkat yang aman.
Non Performing Loan (NPL)
Pada triwulan III 2018, peningkatan pertumbuhan
penyaluran kredit dibandingkan dengan periode
sebelumnya disertai dengan perbaikan risiko
kredit. Penurunan risiko kredit tersebut terlihat dari
menurunnya indikator Non Performing Loan (NPL)
Gross dari 2,56% pada triwulan II 2018 menjadi
2,42% pada triwulan III 2018 dan angka tersebut
masih berada di bawah threshold 5% (Grafik
4.49).
Pada periode laporan, penyaluran kredit investasi
memiliki risiko kredit terbesar dan melewati
threshold 5% dengan NPL tercatat sebesar 5,11%,
menurun dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 5,54%. Selain itu, kredit modal kerja juga
memiliki NPL mendekati threshold yang pada
triwulan III 2018 tercatat sebesar 4,65%, turun dari
5,06% pada triwulan II 2018. Penyaluran kredit
konsumsi memiliki NPL di bawah 5% dengan
mencatatkan NPL sebesar 1,10% pada periode
laporan, sedikit menurun dari periode sebelumnya
yang mencatatkan NPL sebesar 1,12%.
Secara sektoral, NPL dari sektor dengan pangsa
penyaluran kredit terbesar yaitu sektor
perdagangan tercatat di atas threshold 5% yaitu
sebesar 5,3%, lebih rendah dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,5%.
Di sisi lain, sektor konstruksi mencatatkan NPL di
atas 5% yaitu sebesar 6,4%. Selain itu perlu
menjadi perhatian bahwa nilai sektor jasa
pendidikan memiliki NPL yang sangat tinggi yaitu
31,7%. Sementara itu, sektor pertanian dan
konstruksi yang adalah sektor dengan pangsa
terbesar kedua memiliki NPL yang sangat berbeda.
Sektor pertanian memiliki NPL yang terjaga pada
level yang sangat rendah sehingga dapat menjadi
peluang ekspansi kredit perbankan di Sulawesi
Tenggara.
4.4.4. Perbankan Syariah
Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara
masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah
hanya memiliki aset sebesar Rp1,37 triliun, atau
sebesar 4,9% dari keseluruhan aset bank umum di
Sulawesi Tenggara. Pangsa ini lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya yang
mencatatkan 4,8% dari pangsa bank umum
(Grafik 4.50). Kondisi yang sama juga terjadi pada
penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan.
Pada triwulan III 2018, pangsa pembiayaan hanya
mencapai 4,8% dari total realisasi pembiayaan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.48 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara
Grafik 4.49 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
67
oleh bank umum, meningkat dibandingkan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,7%.
Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah
mencapai 4,6% meningkat dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang yaitu 4,3% dari seluruh
DPK perbankan di Sulawesi Tenggara.
Apabila dibandingkan dengan kinerja perbankan
syariah di Pulau Sulawesi, secara umum
perkembangan aset bank syariah di Sulawesi
Tenggara tergolong relatif baik. Pertumbuhan aset
bank syariah di Sulawesi Tenggara mencapai
34,20% (yoy), lebih tinggi daripada rata-rata
pertumbuhan aset bank syariah se-Sulawesi yang
hanya tumbuh sebesar 17,06% (yoy) pada
triwulan III 2018. Sementara itu, pangsa aset bank
syariah di Sulawesi Tenggara yang mencapai
4,90% sudah berada di atas rata-rata pangsa aset
bank syariah di Sulawesi yang hanya sebesar
4,29%. Secara komposisi, Sulawesi Tenggara
merupakan provinsi dengan aset perbankan
syariah terbesar kedua di Sulawesi setelah Provinsi
Sulawesi Selatan yang aset perbankan syariahnya
mencapai 5,24% terhadap keseluruhan aset
perbankan di provinsi tersebut (Grafik 4.51).
Sampai dengan triwulan III 2018, penyaluran
pembiayaan syariah terus mengalami laju
pertumbuhan double digit. Pada periode laporan
pembiayaan syariah tumbuh sebesar 23,7% (yoy)
dengan baki debet sebesar Rp1,16 triliun, lebih
tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 11,4% (yoy) dengan baki
debet sebesar Rp1,02 triliun (Grafik 4.54). Sama
dengan penyaluran perbankan umum, penyaluran
pembiayaan syariah juga paling banyak dilakukan
untuk penggunaan konsumsi sebanyak 66,4%
yang mampu tumbuh sebesar 18,5% (yoy).
Sementara itu, pembiayaan untuk modal kerja
dengan pangsa sebanyak 15,4% menunjukkan
pertumbuhan yang sehat di angka 7,9% (yoy). Dari
sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko
pembiayaan masih terkendali. Hal ini terlihat dari
NPF (Non Performing Financing) yang masih di
bawah threshold 5% yaitu 4,17%.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.50 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.52 Perkembangan DPK Syariah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.51 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi
Grafik 4.53 Perkembangan Pembiayaan Syariah
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 68
Sejalan dengan kinerja pembiayaannya,
penghimpunan DPK perbankan syariah juga
menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 2018,
jumlah DPK bank syariah mencapai 890.45 miliar
atau tumbuh sebesar 25,6% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 19,0% (yoy). Peningkatan
tersebut didorong oleh akselerasi laju
pertumbuhan penempatan DPK di fasilitas
deposito yang tumbuh sebesar 29,9% (yoy),
tabungan yang tumbuh sebesar 21,0% (yoy) dan
giro yang tumbuh sebesar 40,3% (yoy) (Grafik
4.53).
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat
Pada triwulan III 2018, kinerja BPR menunjukkan
penurunan. Dalam hal akumulasi aset, pada
triwulan III pertumbuhan aset BPR tercata sebesar
0,3% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 2,9% (yoy). Meskipun
mengalami pertumbuhan aset, namun nominal
aset BPR cenderung mengalami penurunan dari
Rp317,24 miliar mencapai Rp310,35 miliar (Grafik
4.54). Sementara itu, penghimpunan dana dari
masyarakat mengalami perbaikan walau masih
mengalami kontraksi. Penghimpunan DPK
terkontraksi sebesar 4,7% (yoy) atau tercatat
sebesar Rp110,5 miliar, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan periode sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 17,5% (yoy) (Grafik 4.55).
Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, BPR juga
membaik walau masih melanjutkan perlambatan
dan terkontraksi sebesar 0,8% (yoy) dengan
nominal total penyaluran kredit sebesar Rp231,9
miliar (Grafik 4.56). Perbaikan tersebut terjadi
karena perbaikan pada kredit modal kerja yang
terkontraksi 6,8% (yoy) membaik dibandingkan
periode lalu yang terkontraksi sebesar 7,6% (yoy)
dan perbaikan kredit konsumsi yang tumbuh
positif sebesar 20,5% (yoy) lebih tinggi dari
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
8,4% (yoy). Dengan kondisi tersebut, LDR BPR
pada triwulan III 2018 mencapai 209,8% yang
berarti kredit yang disalurkan oleh BPR
menggunakan dana dari institusi keuangan
lainnya. Dengan demikian risiko yang terjadi pada
BPR dapat menyebabkan risiko pada institusi
keuangan lainnya. Sementara itu, risiko kredit
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.54 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.56 Pertumbuhan Kredit BPR
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.55 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.57 Pangsa Kredit BPR per Sektoral
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
69
pada BPR sangat tinggi tercermin dari NPL sebesar
20,67%, jauh di atas threshold .
4.5. AKSES KEUANGAN
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM
Pada triwulan III 2018, kredit yang diterima oleh
UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi
proyek) mencapai Rp7,25 triliun. Secara pangsa
mencapai 24,16% dari total kredit di Sulawesi
Tenggara. Kredit kepada UMKM tersebut,
sebagian besar diberikan kepada usaha kecil
sebesar 44,86% dan usaha mikro dengan pangsa
sebesar 36,16%. Sedangkan untuk usaha
menengah memiliki pangsa sebesar 24,16% dari
total kredit UMKM (Grafik 4.58). Seiring dengan
moderasi pertumbuhan kredit perbankan secara
umum, pada triwulan III 2018 laju pertumbuhan
kredit UMKM juga mengalami peningkatan
menjadi sebesar 9,0% (yoy) dibandingkan dengan
pertumbuhan sebesar 7,1% (yoy) pada triwulan II
2018. Hal ini terjadi karena kredit usaha mikro dan
menengah yang mengalami peningkatan laju
pertumbuhan masing-masing menjadi sebesar
21,0% (yoy) dan 1,9% (yoy) sedangkan kredit
usaha kecil mengalami penurunan laju
pertumbuhan menjadi sebesar 4,5% (yoy) (Grafik
4.59).
Secara sektoral, kenaikan laju pertumbuhan kredit
UMKM tersebut dipengaruhi oleh kenaikan laju
pertumbuhan kredit UMKM pada sektor
perdagangan, konstruksi dan hotel restoran.
Perdagangan yang merupakan kontributor
terbesar dengan pangsa 63,8% pada triwulan III
2018 tumbuh sebesar 3,8% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 2,1% (yoy). Selain itu sektor
pertanian juga mengalami pertumbuhan sebesar
41,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode
lalu yang tumbuh sebesar 44,5% (yoy) (Grafik
4.60) Dari sisi risiko kreditnya, NPL kredit UMKM
mengalami perbaikan dibandingkan triwulan II
2018 dan masih di bawah threshold 5%. Pada
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.58 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.59 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.61 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 70
triwulan III 2018 NPL kredit UMKM tercatat sebesar
4,81%, lebih rendah dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,86%
(Grafik 4.61).
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR
(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat
peningkatan penyaluran kredit kepada usaha
rakyat. Sampai dengan triwulan III 2018, baki
debet KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,76
triliun dengan jumlah debitur aktif mencapai
82.360 nasabah (Grafik 4.62). Penyaluran KUR di
Sulawesi Tenggara masih terkonsentrasi pada
usaha di sektor perdagangan yang mencapai
59,8%. Sementara itu penyaluran pada sektor
primer seperti ke pertanian dan perikanan sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu
industri pengolahan dan sektor penyediaan
akomodasi dan penyediaan makan minum juga
terus mengalami peningkatan.
4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara
terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami
peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio
jumlah rekening DPK terhadap penduduk
angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tetap
menunjukkan rasio yang tinggi, pada triwulan III
2018 tercatat sebesar 192,6% (Grafik 4.64). Rasio
yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa
terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi
Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih
dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga
mengindikasikan adanya penduduk bukan
angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti
siswa sekolah maupun mahasiswa.
Sementara itu, pada triwulan III 2018 rasio jumlah
rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja
di Sulawesi Tenggara masih stabil pada kisaran
20,0% (Grafik 4.66). Rasio tersebut cenderung
menurun karena pada awal tahun 2016 rasio
dapat mencapai 21,0. Masih rendahnya rasio
rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas
pembiayaan masih sedikit digunakan oleh
masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat
ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.62 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.64 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.63 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara
Grafik 4.65 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
71
masa yang akan datang. Upaya pengembangan
akses keuangan memiliki peran penting dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI Provinsi
Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan
memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi keuangan
yang bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai produk dan jasa keuangan serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat pada
umumnya untuk menabung dan melakukan
pengelolaan keuangan.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 72
BOKS 02
REGIONAL FINANCIAL ACCOUNT AND BALANCE SHEET (RFABS)
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Pengalaman krisis moneter dan keuangan yang menimpa Asia dan dunia pada tahun 1997/1998 dan
2008/2009 mendorong dunia berpikir kembali mengenai stabilitas makroekonomi dan sistem sistem
keuangan. Pendekatan mikroprudensial yang sebelumnya diandalkan dianggap belum cukup untuk
mencegah terjadinya krisis yang bersumber dari sistem keuangan. Meningkatnya kompleksitas,
interkoneksi dan ukuran institusi keuangan yang ada di sistem keuangan, dunia sadar akan pentingnya
pendekatan makroprudensial. Perbedaan mendasar antara pendekatan mikroprudensial dan
makroprudensial adalah cara memandang institusi keuangan dan risiko yang dapat ditimbulkan. Dalam
pendekatan mikroprudensial melihat risiko yang timbul dari individu institusi keuangan sedangkan
pendekatan makroprudensial melihat risiko sistemik yang dapat timbul di suatu sistem keuangan dengan
mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, substitusi dan interkoneksi institusi keuangan.
Melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia diberi
mandat dalam pengawasan dan pengaturan makroprudensial. Banyak langkah yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam hal pengawasan dan pengaturan makroprudensial. Salah satu inisiatif yang dilakukan
sejak tahun 2014 sebagai perangkat pemantauan untuk memitigasi risiko sistemik adalah Financial
Account & Balance Sheet (FABS). Analisis FABS terdiri atas analisis tingkat nasional dan regional. FABS
menggunakan National Balance Sheet (NBS) dan Regional Balance Sheet (RBS) untuk menghitung
kompilasi datan. NBS dan RBS mencatat posisi aset dan kewajiban berdasarkan National Financial Account
(NFA) dan Regional Financial Account (RFA) pada periode tertentu.
Dalam penyusunan tool tersebut, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementrian Keuangan, BPS dan
stakeholder terkait lainnya terutama mengenai ketersediaan data karena luasnya sektor dan instrument
yang menjadi lingkup pendekatan tersebut. Sektor yang terkait dan berbagai instument yang dicatat
dapat dilihat dalam bagan berikut
Bagan 1
Sektor dan Instrumen FABS
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
73
Pendekatan FABS memberikan sudut pandang baru dalam menilai risiko sistemik karena dengan FABS,
analisis risiko yang dilakukan bukan hanya data flow/transaksi seperti asesmen keuangan pada umumnya
namun juga melakukan perhitungan data posisi (stock) instrumen keuangan dengan menghubungkan
sektor-sektor di dalamnya. Dari analisis FABS adalah Bank Indonesia dapat mematau risiko dan
ketidakseimbangan (imbalances) keuangan antar institusi, antar region dan antar negara. Dengan analisa
FABS diharapkan kondisi fundamental ketahanan sistem keuangan terkini dapat terlihat lebih jelas.
Berikut gambaran terkait hubunga data yang dicapture dalam FABS:
Bagan 2
Arus Lingkaran FABS
Dalam RFABS terdapat beberapa hal yang menjadi fokus analisis, antara lain struktur aset dan kewajiban
serta analisis network. Dari analisis struktur aset dan kewajiban, pada triwulan II 2018 terlihat bahwa
kepemilikan aset di Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi dalam bentuk aset non keuangan (52,77%
dari total aset) dan sisanya dalam bentuk aset keuangan (47,23% dari total aset). Aset finansial tersebut
terdiri dari pinjaman sebesar 42% serta instrumen kas dan simpanan sebesar 48%. Dari sisi kewajiban,
94,01% proporsi kewajiban di Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi utang dan sisanya sebesar 5,99%
dalam bentuk ekuitas. Utang Sulawesi Tenggara tersebut terdiri atas 49% pinjaman, 41% kas dan
simpanan serta sisanya dalam bentuk saham, obligasi dan lainnya. Bila kita melihat komponen penyusun
aset dan kewajiban keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara, instrumen pinjaman serta kas dan simpanan
masih mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi keuangan yang dilakukan masih sederhana.
Baik instrumen pinjaman maupun simpanan terpapar risiko suku bunga. Pergerakan suku bunga acuan
harus diperhatikan dampaknya terhadap Sulawesi Tenggara.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 74
Grafik 1 Pangsa Kemilikan Aset Grafik 2 Pangsa Kepemilikan Kewajiban
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Selanjutnya, untuk keterkaitan (interconnectedness) antar sektor dan juga dengan sektor eksternal
(provinsi lain bahkan luar negeri), Bank Indonesia menggunakan analisis network. Dari analisis tersebut,
terlihat bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum mencatatkan net aset baik kepada provinsi lain
maupun luar negeri Interkoneksi. Hasil tersebut menunjukkan keterbukaan sistem keuangan Provinsi
Sulawesi Tenggara, dimana aset keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang di tempatkan di luar Provinsi
Sulawesi Tenggara (baik provinsi lain maupun luar negeri) lebih besar dari pada kewajiban Provinsi
Sulawesi Tenggara ke luar Provinsi Sulawesi Tenggara (baik provinsi lain maupun luar negeri). Namun di
sisi lain, dengan adanya transaksi dengan luar Provinsi Sulawesi Tenggara, sistem keuangan Provinsi
Sulawesi Tenggara terpapar risiko perambatan dari luar.
Grafik 3 Interkoneksi Transaksi Keuangan Grafik 4 Interkoneksi Posisi Keuangan
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
75
Lebih dalam terkait analisis network, keterkaitan antar sektor dan juga dengan sektor eksternal dapat
dilihat dari sisi transaksi dan sisi posisi. Dilihat dari sisi transaksi, terlihat perbankan Provinsi Sulawesi
Tenggara sedang mendorong fungsi intermediasinya karena pada triwulan II 2018 perbankan
mencatatkan net outflow terbesar. Aliran dana tersebut disalurkan ke rumah tangga dan korporasi dalam
bentuk pinjaman. Di sisi lain, inflow terbesar perbankan Provinsi Sulawesi Tenggara berasal dari
Pemerintah Daerah dalam bentuk kas dan simpanan. Hal ini normal, karena kerjasama yang terjadi di
antara kedua belah pihak dan karakter Pemerintah Daerah yang menjaga likuiditas anggaran tahun
berjalan. Selain inflow dari perbankan, rumah tangga dan korporasi Provinsi Sulawesi Tenggara juga
banyak mencatatkan inflow dari provinsi lain. Hal ini ditengarai terjadi karena masih tingginya konsumsi
rumah tangga dan korporasi Provinsi Sulawesi Tenggara sedang melakukan ekspansi. Disisi lain, perlu
menjadi catatan bahwa Industri Keuangan Non Bank Provinsi Sulawesi Tenggara belum terlihat
menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik karena hanya tercatat melakukan transaksi outflow ke
perbankan tidak ke rumah tangga maupun korporasi. Provinsi lain juga terlihat memiliki peran yang cukup
penting di sistem keuangan Sulawesi Tenggara.
Serupa dengan analisis network transaksi keuangan, dari sisi posisi, perbankan Provinsi Sulawesi Tenggara
masih menjadi pusat dari sistem keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara. Perbankan mencatatkan net aset
keuangan terbesar pada triuwulan II 2018. Hubungan keuangan paling erat perbankan Provinsi Sulawesi
Tenggara terjadi dengan rumah tangga dalam bentuk pinjaman serta kas dan simpanan dengan tetap
menjaga likuiditas dan solvabilitasnya di level yang aman. Selanjutnya, rumah tangga dan korporasi masih
mencatatkan net kewajiban. Untuk rumah tangga net kewajiban tersebut mayoritas didominasi oleh
pinjaman kepada perbankan, tingginya konsumsi karena ekspektasi masyarakat yang baik (tercermin dari
Survey Konsumen) menjadi pendorong hal tersebut. Sedangkan untuk korporasi, optimisme menyambut
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik yang terutama didorong perbaikan harga komoditas dan
pelonggaran ketentuan ekspor hasil tambang mendorong peningkatan liabilitas yang salah satunya
berupa pinjaman ke korporasi di provinsi lain. Selain perbankan, pemerintah juga menjadi salah satu
central role player karena terkoneksi ke seluruh sektor keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Posisi net
aset pemerintah yang besar pada periode pelaporan merupakan hal yang wajar karena akumulasi SILPA,
belum cairnya dana transfer serta baru ditransfernya dana desa. Untuk menjaga likuiditas yang
dibutuhkan dalam mengelola operasional pemerintahan dan proyek, pemerintah daerah menempatkan
aset tersebut dalam bentuk simpanan di perbankan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara umum,
berdasarkan posisi, sistem keuangan Sultra mencatatkan posisi net aset dengan negara asing dan provinsi
lain.
Kerangka RFABS masih terus dalam pengembangan dimana terdapat tantangan dalam fitting data yang
tepat. Dengan benchmarking dan studi lebih lanjut, diharapkan pengembangan dapat menghasilkan
RFABS yang semakin baik. Namun secara umum, berdasarkan hasil analisis dalam framework RFABS,
Pada tahun 2018 triwulan II, risiko sistem keuangan Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Perhatian khusus
untuk sektor korporasi dan rumah tangga perlu dilakukan untuk mencegah risiko sistemik karena
interkoneksi yang tinggi dan ukuran kekuatan keuangan yang besar.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 76
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 77
SISTEM PEMBAYARAN
& PENGELOLAAN
UANG RUPIAH
5
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 78
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
NONTUNAI
Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di
provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS).
Kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan
lancar selama triwulan III 2018. Penguatan
infrastruktur dan kebijakan sistem pembayaran
yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara
konsisten dan berkesinambungan mampu
memitigasi risiko kredit, likuiditas, dan operasional
dalam sistem pembayaran.
Selama triwulan III 2018, nilai transaksi sistem
pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara
mencapai Rp3,28 triliun mengalami akselerasi
pertumbuhan sebesar 26,25% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
18%-yoy (Grafik 5.1). Meskipun demikian, jumlah
transaksi sistem pembayaran nontunai hanya
tumbuh sebesar 6,38% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 9,62%-yoy (Grafik 5.2).
Dari preferensi penggunaannya, transaksi
nontunai secara nominal masih didominasi oleh
penggunaan SKNBI sebesar 61,6% dan sisanya
sebesar 38,4% menggunakan BI-RTGS. Sementara
dari sisi jumlah transaksi, penggunaan SKNBI
mencapai 98,73% sedangkan penggunaan BI-
RTGS hanya sebesar 1,27% (Grafik 5.3). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
transaksi perekonomian di Sulawesi Tenggara
masih merupakan transaksi ritel dengan rata-rata
sebesar Rp38,12 juta per transaksi. Sementara
untuk transaksi sistem pembayaran nilai besar
yang menggunakan BI-RTGS rata-rata dapat
mencapai sebesar Rp1,86 miliar per transaksi
(Grafik 5.4).
Selain peningkatan pada kedua sistem
pembayaran nontunai tersebut, terdapat pula
peningkatan aliran transfer dana yang masuk ke
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara
2,952
3,362
2,8613,160
2,5872,264
2,598
2,9422,743 2672
3280
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS
Rp miliar
SKNBI BI-RTGS
Transaksi1,13%
Nominal33%
TW II 2018
61,483
64,110
56,588
63,054
55,254
46,87450,426
54,973
49,317 5138753646
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS
transaksi
38,12
61,14
3035404550556065
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Rp J
uta
SKNBI BI-RTGS SP Nontunai
1,86
1,0
1,5
2,0
Rp m
iliar
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 79
Sulawesi Tenggara dari luar negeri dan begitu pula
sebaliknya. Pada triwulan III 2018, transaksi
transfer dana luar negeri ke Sulawesi Tenggara
tercatat sebanyak Rp25,86 miliar atau meningkat
sebesar 44,4% (yoy), sementara transaksi ke luar
negeri tercatat sebesar Rp1,16 miliar atau
meningkat sebesar 127,9% (yoy).
5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring
Selama triwulan III 2018, nilai transaksi sistem
pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi
Tenggara mencapai Rp2,09 triliun, mengalami
peningkatan sebesar 26,23% (yoy). Sementara itu,
total transaksi SKNBI selama periode tersebut
sebesar 52.969 kali, mengalami kenaikan sebesar
6,38% (yoy). Dilihat dari sisi penggunaannya,
sebagian besar transaksi kliring tersebut secara
nominal adalah dengan menggunakan kliring
kredit dengan pangsa sebesar 73,45%, sementara
penggunaan kliring debet hanya sebesar 26,55%.
Pada periode tersebut rata-rata kliring kredit
adalah sebesar Rp44,66 juta per transaksi,
sementara kliring debet hanya sebesar Rp25,26
juta per transaksi. Kliring kredit secara umum
dikenal sebagai transfer antar bank dan dilakukan
secara paperless, sementara kliring debet
dilakukan dengan menggunakan warkat seperti
cek dan bilyet giro. Peningkatan kemudahan
transfer antar bank, baik melalui teller bank, ATM
maupun dengan penggunaan e-banking maupun
sms banking semakin memperbesar penggunaan
kliring kredit.
Dilihat dari sisi perputaran hariannya, transaksi
SKNBI di Sulawesi Tenggara masih berada pada
tren yang stabil dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada triwulan III 2018, perputaran
kliring mencapai Rp32,57 miliar/hari dengan
jumlah transaksi mencapai 849,08 transaksi/hari.
Perputaran kliring kredit dapat mencapai Rp23,93
miliar/hari sementara kliring debet mencapai
Rp8,65 miliar/hari (Grafik 5.8).
Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik
rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian
2.3192.488
2.172
2.359
2.000
1.634
1.8502.025
1.8551.7902.019
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring
Rp miliar
73,4%
26,5%
share
222,01 Miliar
Cek Bilyet Giro Lain
223,94 Miliar cek
24,83%
0,29%
Transaksi4908 Cek
14793 BG
58 Lain
Nominal
59,08%
0,11%
323,81 Miliar BG
0,33 Miliar Lain
TW III2018
40,85%
74,86%
61,153
63,581
56,110
62,515
54,729
46,370
49,90854,25750,611
5080552643
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet
transaksi
63,1%
36,9%
share 23,93
8,65
32,57
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring
Rp miliar/ hari
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 80
Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan III 2018,
sebanyak 59,08% transaksi kliring debet adalah
dengan menggunakan BG dengan nominal
mencapai Rp323,81 miliar. Sementara itu,
pemanfaatan cek sebanyak 40,85% dengan nilai
sebesar Rp223,94 miliar, sedangkan penggunaan
warkat lain sebesar 0,06% dari total transaksi
kliring debet. Dari sisi kepatuhan dan risiko kredit,
penarikan cek dan BG kosong mengalami
penurunan setelah sebelumnya tercatat sebanyak
327 lembar menjadi 226 lembar dengan nominal
mencapai Rp12,02 miliar (Grafik 5.9). Dengan
demikian, tingkat penarikan Cek/BG kosong pada
triwulan III 2018 hanya sebesar 2,2% dari total
penarikan kliring debet, sedikit lebih rendah
daripada triwulan sebelumnya yang mencapai
2,6%. (Grafik 5.10).
Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan
dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal
mencapai 69,68% dari total transaksi kliring di
Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota
Kendari mencapai Rp1,4 triliun dan sudah
menunjukkan kondisi perbaikan karena sejak
triwulan IV 2016 berada pada trend yang terus
menurun. Kondisi perbaikan juga diikuti oleh Kota
Bau-Bau dengan transaksi kliring mencapai
Rp370,69 miliar dengan pangsa mencapai 18,35%
(Grafik 5.12).
5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS
Pada triwulan III 2018 transaksi BI-RTGS di Sulawesi
Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. Pada
periode tersebut transaksi BI-RTGS mencapai
Rp1,26 triliun, atau tumbuh sebesar 26,23% (yoy),
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar
18%-yoy (Grafik 5.13). Pemanfaatan sistem
pembayaran nontunai melalui BI-RTGS mengalami
peningkatan disebabkan oleh meningkatnya
kinerja lapangan usaha perdagangan. BI-RTGS
merupakan sistem pembayaran nontunai dengan
minimal nilai transaksi sebesar Rp100 juta
sehingga lebih banyak digunakan untuk aktivitas
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten
12,02
326
0
200
400
600
800
1000
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Nominal Transaksi (sb.kanan)
Rp miliar transaksi
Kendari69,68%
Baubau18,35%
Muna8,4%
Konut 3,05% Konawe0,27%
Bombana0,26%
TW II2018
0,019
0,016
0,022
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018
Series1 BG Total
% tolakan
370,69
169,65
61,620
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018Kendari Baubau Muna Konut
Rp miliar
1407,93
8001.0001.2001.4001.6001.800
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 81
ekonomi skala besar khususnya dalam jual beli
komoditas.
Sementara itu untuk volume transaksi, pada
triwulan III 2018 tercatat mencapai 677 transaksi.
Dengan demikian pada periode tersebut rata-rata
transaksi BI-RTGS mencapai Rp1,86 miliar, lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar
Rp1,51 miliar.
5.1.3. Penyelenggara Transfer Dana (PTD)
Penyelenggara Transfer Dana diatur dan diawasi
oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.14/23/PBI/2012 tentang transfer
dana. Transfer dana adalah kegiatan yang
bertujuan untuk memindahkan sejumlah dana dari
pengirim kepada penerima yang dapat berupa
uang tunai maupun melalui rekening. Kegiatan
transfer dana yang dilayani oleh PTD selain bank
dapat berupa transaksi domestik maupun transaksi
luar negeri.
Pada triwulan III 2018, transaksi transfer dana luar
negeri Sulawesi Tenggara mengalami net inflow.
Aliran inflow dari luar negeri ke Provinsi Sulawesi
Tenggara tercatat sebanyak Rp25,86 miliar atau
meningkat sebesar 44,4%-yoy, sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp25,84 miliar (Grafik 5.15). Aliran inflow ini jauh
lebih besar dibandingkan dengan outflow dana
dari Sulawesi Tenggara ke luar negeri yang tercatat
sebesar Rp1,16 miliar. Secara nominal, transaksi
outflow ini meningkat sebesar 127,89%-yoy
(Grafik 5.16).
Sementara itu, pada triwulan III 2018 transaksi
transfer dana domestik di Sulawesi Tenggara
mengalami net outflow. Jumlah aliran dana yang
masuk (inflow) ke Sulawesi Tenggara pada
triwulan III 2018 sebesar Rp17,07 miliar atau
tumbuh sebesar 102,88%-yoy jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2018 yaitu sebesar
Rp9,58 miliar (Grafik 5.17). Jumlah aliran inflow ini
jauh lebih kecil dibandingkan aliran outflow yang
tercatat sebesar Rp52,77 miliar, tumbuh
131,99%-yoy (Grafik 5.18).
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi
Tenggara Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi
Sulawesi Tenggara
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.15 Aliran Transaksi Transfer Dana inflow Dari Luar
Negri Grafik 5.16 Aliran Transaksi Transfer Dana Outflow Ke Luar
Negri
1260,58
677
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018Nominal Transaksi
Rp miliar transaksi
20,33
10,92
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018Rata rata harian nominal Rata rata harian transaksi
Rp miliar/hari transaksi/hari
25.865
7.669
6.000
6.500
7.000
7.500
8.000
8.500
15000
17000
19000
21000
23000
25000
27000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2017 2018
Nominal Volume Transaksi sb Kanan
Rp, Juta Transaksi
1.169
227
0
50
100
150
200
250
300
350
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2017 2018
Nominal Volume Transaksi sb Kanan
Rp, Juta Transaksi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 82
5.1.3. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
Bukan Bank (KUPVA-BB)
Bank Indonesia memiliki wewenang untuk
mengawasi kegiatan jual beli valuta asing bukan
bank dengan pihak lain. Pengawasan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya tindak pidana
pencucian uang, pendanaan terorisme dan
kejahatan lainnya.
Pada triwulan III 2018, transaksi penjualan Uang
Kertas Asing (UKA) di Sulawesi Tenggara
meningkat 158,28%-yoy. Transaksi ini didominasi
oleh mata uang Singapura (SGD) yang memiliki
pangsa 59,6% dari seluruh transaksi KUPVA pada
periode laporan.
5.1.4. Layanan Keuangan Digital (LKD)
Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah kegiatan
layanan jasa sistem pembayaran dan Keuangan
yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak
ketiga, serta menggunakan sarana dan perangkat
teknologi berbasis mobile/web dalam rangka
Keuangan inklusif. Agen LKD yang merupakan
perpanjangan tangan dari perbankan yang
diharapkan dapat menyentuh seluruh lapisan
masyarakat terutama unbanked people yang saat
ini masih memiliki pangsa sebesar 59% penduduk
dewasa di Indonesia. Selain itu, agen LKD juga
diharapkan dapat meningkatkan tingkat inklusi
Keuangan yang ditargetkan mencapai 75% pada
tahun 2019.
Pada triwulan III tahun 2018, jumlah agen LKD
yang tersebar di wilayah Sulawesi Tenggara adalah
sebanyak 2.895 agen atau meningkat cukup
signifikan dibandingkan periode yang sama pada
tahun 2017 yaitu hanya 250 agen (tumbuh sebesar
1.058% yoy). Daerah yang memiliki agen
terbanyak adalah Kota Kendari yaitu sebanyak 726
agen atau 25,1% dari seluruh agen di Sulawesi
Tenggara.
Peningkatan juga terjadi pada jumlah kepemilikan
rekening uang elektronik di Sulawesi Tenggara
yang tercatat 2930 rekening pada triwulan III
2018, naik sebesar 866,99%-yoy. Kenaikan yang
cukup signifikan ini juga disebabkan oleh adanya
program bantuan sosial non tunai yang sudah
dijalankan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Tenggara, sementara pada tahun 2017 program
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.17 Aliran Transfer Dana Inflow Domestik Grafik 5.18 Aliran Transfer Dana Outflow Domestik
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.19 Transaksi Pembelian Uang Kertas Asing Grafik 5.20 Pangsa Pembelian Mata Uang Asing per Pecahan
17.074
16.844
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2017 2018
Nominal Volume Transaksi sb Kanan
Rp, Juta Transaksi
52.775
23.169
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
10000
20000
30000
40000
50000
60000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2017 2018
Nominal Volume Transaksi sb Kanan
Rp, Juta Transaksi
11,18
1,05
1,56
1,88
2,31
2,71
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2017 2018
Indeks
USD 29,4%
lainnya 4,5% CNY 3%JPY 1,5%
SAR 2%
TW III2018
SGD 59,6%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 83
bansos non tunai baru berjalan di 9 (sembilan)
kabupaten/kota yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau,
Kabupaten Buton, Muna, Kolaka, Wakatobi,
Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Utara dan
Bombana.
Transaksi yang dapat dilakukan di agen LKD terdiri
atas isi ulang, pembayaran tagihan rutin/berkala,
fasilitator registrasi pemegang, transfer person to
person, dan transfer person to account. Dilihat dari
nominal transaksinya, total transaksi di agen LKD
pada triwulan III 2018 adalah Rp2,95 miliar,
meningkat signifikan dibandingkan triwulan III
2017 sebesar Rp6,9 juta. Transaksi yang paling
banyak dilakukan di agen LKD adalah tarik tunai
yaitu sebesar Rp1,3 miliar dan pembayaran tagihan
sebesar Rp1,28 miliar.
5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI
5.2.1. Aliran Uang Kartal
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2018
memiliki pola net-inflow, yaitu aliran uang yang
masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih
besar dibandingkan dengan uang yang keluar.
Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun
sebelumnya. Aliran outflow pada periode tersebut
mencapai Rp767,74 miliar, turun 11,89%
dibandingkan dengan periode sama tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp871,33 miliar.
Sementara itu untuk aliran inflow atau aliran uang
masuk ke KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara pada
periode yang sama tercatat sebesar Rp797,59
miliar, turun signifikan 40,45% dibandingkan
dengan periode sama tahun sebelumnya yang
mencapai Rp1,32 triliun. Secara keseluruhan,
karena jumlah inflow yang lebih besar daripada
outflow, maka pada triwulan III 2018 terjadi net-
inflow sebesar Rp29,84 miliar (Grafik 5.26).
Kondisi net-inflow tersebut disebabkan arus masuk
uang kartal yang beredar pasca lebaran ke Bank
Indonesia, baik dalam kondisi Uang Layak Edar
(ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
Untuk memperluas cakupan layanan kas ke
seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank
Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan. Kas
Titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah
milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.21 Perkembangan Jumlah Agen LKD di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.22 Aliran Transfer Dana Outflow Domestik
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.23 Perkembangan Rekening Uang Elektronik di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.24 Jenis Transaksi Yang Dilakukan di Agen LKD
10 60 250
62
2.343 2.418
2.895
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I II III IV I II III
2017 2018
Baubau 3,3%
Buton 14,3%
Kolaka 14,1%Wakatobi 1,6%
Konsel 10,5%
Bombana 7,3%
Kolut 6,7%
Muna 12,5%
Lainnya 4,7%
Kendari 25,1%
TW III 2018
145 164 303
883 693
1.541
2.930
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I II III IV I II III
2017 2018
- 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000
Isi Ulang
Pembayaran Tagihan
Tarik Tunai
Fasilitator Registrasi
Transfer P2P
Transfer P2A
TW III 2018 TW II 2018
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 84
satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-
bank dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu. Saat
ini di Sulawesi Tenggara, KPw BI Sulawesi
Tenggara sudah memiliki 3 (tiga) Kas Titipan yang
sudah berjalan yaitu Kas Titipan Bau-Bau, Kas
Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Muna yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Uang
Layak Edar (ULE) dan meningkatkan kualitas uang
yang beredar di daerah tersebut.
Pada triwulan III 2018, penarikan perbankan dari
Kas Titipan Bau-Bau, Kolaka dan Muna
berlangsung efektif sekitar 42,29% dari total
akumulatif penarikan bank se-Sultra. Hal tersebut
tercermin dari realisasi penarikan ketiga Kas Titipan
tersebut yang masing-masing mencapai 3,52%,
16,55% dan 21,66% dari total outflow pada
periode tersebut (Grafik 5.27). Dengan semakin
tersebarnya layanan kas titipan, maka masyarakat
dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan uang
kartal dalam jumlah nominal yang cukup serta
kondisi Uang Layak Edar (ULE) dengan kualitas
yang lebih baik.
5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Bank Indonesia secara berkala terus menjaga
ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.
Uang layak edar adalah uang rupiah asli yang
memenuhi persyaratan untuk diedarkan
berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Penyediaan uang rupiah yang
berkualitas sangat penting untuk menjaga
integritas rupiah sebagai salah satu simbol
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu, ULE akan memberikan kenyamanan
dalam bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah
dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar
Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah,
antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan
coretan atau uang yang fisiknya berubah karena
terbakar, berlubang atau robek.
Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank
Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga
memperluas jaringan pelayanan penukaran uang
pecahan kecil dan uang lusuh/rusak dari
masyarakat melalui penandatanganan MoU
dengan Perbarindo Sultra. KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara juga tetap berupaya secara langsung
menyediakan uang layak edar melalui pelayanan
penukaran uang cacat, rusak, dicabut dan ditarik
dari peredaran pada hari kerja tertentu. Pada
triwulan III 2018, kegiatan penukaran uang di loket
BI mencapai Rp975,60 juta, turun sebesar 92,77%
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp13,49 miliar. Hal ini disebabkan efektif dan
optimalnya mekanisme layanan penukaran uang
pecahan kecil yang juga dilaksanakan di loket
perbankan.
Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga
melakukan kegiatan Kas Keliling di dalam kota
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.25 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi
Tenggara Grafik 5.26 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi
Tenggara
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 85
maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah
terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan
perbankan. Kas Keliling adalah kegiatan
penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia
kepada masyarakat atau pihak lain yang
melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia
dengan menggunakan moda transportasi;
dilakukan dengan mekanisme retail (kepada
masyarakat umum) dan wholesale (kepada
perbankan). Selama bulan Juli hingga September
2018, kegiatan kas keliling telah dilakukan
sebanyak 22 (dua puluh dua) kali kegiatan, dengan
rincian 9 (sembilan) kali kegiatan di luar Kota
Kendari dan 13 (tiga belas) kali kegiatan di dalam
Kota Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari
tersebut dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan,
Kasipute dan P. Kabaena Kabupaten Bombana,
Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe
Kepulauan, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten
Konawe, Kabupaten Muna Barat, dan Kabupaten
Kolaka Timur.
Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang
beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik,
Bank Indonesia juga secara berkala melakukan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE). Pada triwulan III 2018, uang yang telah
dimusnahkan mencapai Rp443,07 miliar, dengan
rasio 55,55% terhadap inflow di periode yang
1Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak
edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.
sama (Grafik 5.29). Hal tersebut sejalan dengan
kebijakan clean money policy melalui peningkatan
standar kualitas uang (soil level1) yang diedarkan.
Tingkat soil level untuk Uang Pecahan Besar (UPB)
di Sulawesi Tenggara dituntut pada minimal level
9 dan Uang Pecahan Kecil (UPK) pada minimal level
7.
5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli
Pecahan besar masih mendominasi peredaran
uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan III
2018. Selama triwulan III 2018, telah ditemukan
uang tidak asli sebanyak 133 lembar, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan penemuan
pada triwulan III tahun sebelumnya. Temuan uang
tidak asli selama triwulan III 2018 didominasi oleh
pecahan uang Rp100.000,- sebanyak 105 lembar,
26 lembar pecahan uang Rp50.000,- dan 2 lembar
pecahan uang Rp20.000,- (Grafik 5.30). Temuan
uang tidak asli tersebut hanya berasal dari laporan
bank.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran
uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi
masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,
KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga senantiasa
melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang
rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik
secara kontinu kepada seluruh komponen di
Sulawesi tenggara di setiap kegiatan yang
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.27 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas Grafik 5.28 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 86
dilakukan Bank Indonesia maupun bersama
stakeholder dalam berbagai kegiatan lainnya
melalui slogan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).
Selain itu untuk menjaga kualitas uang beredar,
Bank Indonesia juga mengampanyekan 5 Jangan
dalam memperlakukan uang, yakni jangan
distaplles, jangan dibasahi, jangan dilipat, jangan
dicoret, dan jangan diremas.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.29 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow Grafik 5.30 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 87
BOKS 3
KENDARI DAN BAUBAU MENGIMPLEMENTASIKAN
BANTUAN PANGAN NON TUNAI
Dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia memiliki 3 pilar
utama yaitu moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran. Bauran ketiga kebijakan
digunakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kondusif. Salah satu hal yang amat penting
di era milenial ini yaitu kelancaran sistem pembayaran. Hal ini sejalan pula dengan misi Bank Indonesia
untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman, lancar dan handal. Sebagai regulator sistem
pembayaran, bank Indonesia telah menginisiasi berbagai hal seperti penggunaan e-money,
pengembangan financial technology dan menginisiasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Kegiatan
terakhir ini telah di- launching pada tanggal 14 Agustus 2014. Inisiasi GNNT dilatarbelakangi oleh
tingginya pangsa pembayaran tunai yaitu 89,7% (secara volume) dan 66,7% (secara nominal). Tingginya
pangsa transaksi tunai tentu saja disebabkan oleh tingginya preferensi masyarakat untuk bertransaksi
tunai. Kondisi ini juga mengindikasikan, tingginya angka unbanked people atau masyarakat dewasa yang
belum memiliki akses keuangan ke perbankan, pada tahun 2014 sebesar 64%. Kondisi ini mendorong
pemerintah untuk meningkatkan angka inklusi keuangan dengan target 75% banked people pada tahun
2019.
Dalam rangka mewujudkan target tersebut serta memberikan bantuan yang tepat sasaran kepad
masyarakat, pemerintah bersama perbankan menginisiasi adanya program bantuan pangan non tunai
yang menyasar masyarakat berpendapatan menengah kebawah. Program ini antara lain terdiri dari
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai. Kedua program ini merupakan
program pemerintah yang dahulu disebut Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras Sejahtera (Rastra).
Dengan adanya perubahan penyaluran bantuan sosial dari tunai menjadi non tunai yang sudah dijalankan
mulai tahun 2016, maka jumlah banked people telah meningkat menjadi 49% pada tahun 2017 dan
akan terus meningkat seiring dengan adanya perluasan penyaluran bantuan. Untuk Sulawesi Tenggara,
wilayah yang menjadi titik awal dari perluasan penyaluran BPNT pada tahun 2018 adalah kota Kendari
dan Kota Baubau dengan jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebanyak 10.143 dan di Baubau
sebanyak 7313 KPM.
Launching BPNT Kota Kendari dilakukan di salah satu elektronik warung gotong royong (e-
warong) dan dihadiri oleh ratusan masyarakat penerima bantuan. Tak kalah dengan Kendari, launching
GNNT di Kota Baubau dilaksansakan di kantor kecamatan Batupoaro yang dihadiri oleh ratusan penerima
bantuan, dilakukan pula kunjungan ke salah satu e-warong terdekat untuk melakukan simulasi transaksi.
Sebelum melaksanakan launching, Bank Indonesia terlebih dahulu menyelenggarakan sosialisasi bersama
dinas sosial dan Bank Rakyat Indonesia mengenai tatacara pencairan bantuan dan penggunaan Kartu
Keluarga Sejahtera (KKS). Untuk selanjutnya, dana bantuan akan masuk ke rekening KPM paling lambat
tanggal 25 setiap bulannya dan tidak dapat dicairkan dalam bentuk uang. BPNT merupakan program
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 88
khusus dimana bantuan yang telah diberikan hanya dapat dibelikan beras dan telur. Selain itu, penyaluran
bantuan hanya dapat dilakukan di agen bank, e-warong dan Rumah Pangan Kita (RPK) yang telah
terdapat di setiap kecamatan. Dengan di-launching nya program ini di kota Baubau maka dua wilayah di
Sulawesi Tenggara sudah tidak menyalurkan Rastra sementara lima belas kabupaten lainnya masih
menyalurkan bantuan dalam bentuk Rastra. Pada tahun 2019, seluruh wilayah Sulawesi Tenggara akan
beralih dari Rastra menuju Bantuan Pangan Non Tunai.
Sosialisasi BPNT sebelum dilaksanakan launching
BPNT Kota Kendari
Launching Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Kota
Kendari di salah satu e-warong
Launching Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Kota
Baubau
Sosialisasi Bantuan Pangan Non Tunai setelah
launching BPNT Kota Baubau
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 89
KONDISI TENAGA KERJA
& KESEJAHTERAAN
6
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 90
6.1. GAMBARAN UMUM
Kondisi ketenagakerjaan masyarakat Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 lebih baik
dibandingkan periode sebelumnya sementara dari
sisi kesejahteraan belum menunjukkan adanya
peningkatan yang berarti. Peningkatan kondisi
ketenagakerjaan terutama dipengaruhi oleh
adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018. Indikasi perbaikan
ketenagakerjaan terutama berasal dari penawaran
tenaga kerja yang meningkat serta adanya
peningkatan penyerapan tenaga kerja yang
dirasakan oleh rumah tangga. Kenaikan kuantitas
penawaran tenaga kerja yang dicerminkan oleh
naiknya tingkat partisipasi angkatan kerja di bulan
Agustus 2018 dibandingkan dengan kondisi di
bulan Agustus 2017. Di sisi lain, masih belum
adanya peningkatan pada kesejahteraan
masyarakat terlihat dari indikator nilai tukar petani
(NTP) yang belum meningkat, gini rasio dan angka
kemiskinan pedesaan yang masih tinggi.
6.2. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara
pada triwulan III 2018 diindikasikan mengalami
perbaikan. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh
adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018. Indikasi perbaikan
terutama berasal dari permintaan tenaga kerja
(demand of labor) yang membaik. Sementara itu,
dari sisi penawaran tenaga kerja (supply of labor)
juga mengalami kenaikan ditandai dengan naiknya
tingkat partisipasi angkatan kerja dan menurunnya
jumlah bukan angkatan kerja.
Permintaan Tenaga Kerja
Membaiknya kondisi penawaran tenaga kerja juga
terindikasi dari Survei Konsumen (SK) dengan
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada triwulan
III 2018 tercatat sebesar 121,0 mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang hanya 115,7. (Grafik 6.1).
Optimisme juga ditunjukkan dari sisi ketersediaan
lapangan kerja. Hal tersebut diindikasikan pada
Indeks Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja oleh
pelaku usaha yang masih berada pada level yang
tinggi sesuai hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) pada triwulan III 2018 sebesar 9,6%,
meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 10,1% (Grafik
6.1). Berdasarkan jenis usahanya, peningkatan
penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada
lapangan usaha bank dan jasa Keuangan,
pertanian, pertambangan serta hotel dan restoran.
Pada lapangan usaha bank dan jasa keuangan,
terdapat 43% pelaku usaha mengalami
peningkatan tenaga kerja, sementara pada usaha
pertanian, pertambangan serta hotel dan restoran
pelaku usaha yang mengalami peningkatan tenaga
kerja berturut turut sebanyak 13%, 13%, dan
12%. Penambahan penggunaan tenaga kerja
tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas
produksi termasuk untuk kebutuhan operator
Sumber: SK & SKDU KPw BI Sultra, diolah
Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah
Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 91
mesin/peralatan baru. Meskipun demikian,
kenaikan ini sedikit tertahan karena terdapat
beberapa usaha yang mengalami penurunan
terutama pada usaha real estate yang disebabkan
oleh adanya pegawai yang mengundurkan diri.
(Grafik 6.2). Optimisme pelaku usaha dicerminkan
melalui indeks realisasi penggunaan, yaitu terdapat
11% pelaku usaha yang mengalami peningkatan
tenaga kerja, sementara pelaku usaha yang
mengalami penurunan hanya sebesar 4% dan
sisanya sebesar 85% pelaku usaha tidak
mengalami perubahan jumlah tenaga kerja.
Penawaran Tenaga Kerja
Pada triwulan III 2018, kondisi penawaran tenaga
kerja di Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya
peningkatan. Hal ini dicerminkan dengan adanya
kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
pada Agustus 2018 yaitu sebesar 69,78%, lebih
tinggi daripada kondisi di bulan Agustus 2017
sebesar 68,70%. Dengan TPAK yang lebih tinggi,
maka jumlah penawaran tenaga kerja menjadi
lebih tinggi karena penduduk dengan usia yang
produktif memilih untuk masuk ke dalam
angkatan kerja.
Preferensi penduduk yang memilih untuk masuk
ke dalam angkatan kerja tersebut terlihat dari
adanya peningkatan jumlah angkatan kerja
sebesar 3,97% (yoy) sehingga pada bulan Agustus
2018 jumlahnya mencapai 1.248.212 jiwa (Grafik
6.3). selain itu, penduduk dengan katagori bukan
angkatan kerja mengalami penurunan sebesar
1,15%yoy atau menjadi 540.663 jiwa. Penurunan
tersebut terjadi pada jumlah penduduk yang
melakukan aktivitas mengurus rumah tangga
sebesar 12,19% (yoy).
Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran
Sesuai dengan data dari Sakernas Agustus 2018,
jumlah penduduk yang bekerja mencapai
1.207.488 jiwa, mengalami peningkatan sebesar
Sumber: BPS (Sakernas), diolah
Sumber: BPS (Sakernas), diolah
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Di Sulawesi Tenggara
Grafik 6.3 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS diolah
Sumber: BPS Prov Sultra
Grafik 6.4 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor
Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Februari 2018
JENIS KEGIATAN 2017 2018
Penduduk Usia Kerja 1.726.913 1.788.875
Angkatan Kerja 1.261.448 1.248.212
Bekerja 1.221.884 1.207.488
Pengangguran 39.564 40.724
Bukan Angkatan Kerja 465.465 540.663
Sekolah 148.879 165.099
Mengurus Rumah Tangga 265.906 318.807
Lainnya 50.680 56.757
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 73,05 69,78
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,14 3,26
2,412,37
-4,23
3,97
20,80
-1,15
-20,00
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Ags 2014 Ags 2015 Ags 2016 Ags 2017 Ags 2018
Penduduk >15 th Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
%, yoy
35,42
2,6
8,97
0,55
6,4
17,56
3,2 3,617,09 8,24
2,08
0
10
20
30
40
Pert
ania
n
Ta
mb
an
g
Industr
i
LG
A
Konstr
uksi
Perd
ag
anga
n
Tra
npo
rtasi
Akom
odasi &
Mka
n M
inu
m
Jasa P
endid
ikan
Ad
min
istr
asi
Pem
eri
nta
han
Ja
sa
La
inn
ya
Ags 17 Ags 18
%, pangsa
6,0
4
5,7
5
5,6
1
4,4
5
3,5
9
3,5
2
3,2
62
,76
2,6
2
2,6
2
2,4
3
2,3
2,1
8
1,7
6
1,6
1,5
3
1,1
9
0,7
0
2
4
6
8
Ke
nd
ari
Ba
ub
au
Mu
na
Bu
ten
g
Ko
nu
t
Bu
se
l
SU
LT
RA
Ko
ltim
Ko
nse
l
Mu
ba
r
Wa
ka
tob
i
Ko
na
we
Ko
laka
Bu
tur
Bu
ton
Ko
lut
Ko
nke
p
Bo
mb
ana
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 92
4,01% (yoy), sementara jika dibandingkan dengan
kondisi bulan Februari 2017, terjadi sedikit
penurunan sebesar 3,46%. Jika dilihat dari sektor
ekonominya, sektor pertanian masih mendominasi
penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 35,42%
disusul oleh sektor jasa perdagangan sebesar
17,56% dan sektor industri pengolahan 8,97%
(Grafik 6.4). Sementara untuk jenis pekerjaan yang
dominan pada bulan Agustus 2018 adalah
kelompok orang yang bekerja sebagai
buruh/karyawan yaitu sebesar 33,08%.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang
menganggur pada bulan Agustus 2018 adalah
sebanyak 40.724 jiwa, bertambah sebanyak 1.093
jiwa atau sebesar -2,76% (yoy) dibandingkan
dengan kondisi pada bulan yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu jika dibandingkan
dengan kondisi pada bulan Februari 2017, terjadi
peningkatan jumlah pengangguran sebesar
13,46%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengurangan pengangguran masih bersifat
musiman dan belum terjadi perbaikan secara
struktural.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara
pada bulan Agustus 2018 tercatat sebesar 3,26%
Capaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kondisi pada bulan Februari 2018 yang
tercatat sebesar 2,79% dan sedikit lebih rendah
dibandingkan Agustus 2017 yang sebesar 3,30%.
Secara spasial, tingkat pengangguran terbesar
justru terdapat di daerah perkotaan yaitu di Kota
Kendari (TPT 6,04%) dan Kota Bau-Bau (TPT
5,75%). Sementara itu di daerah kabupaten
tingkat penganggurannya relatif rendah dan hanya
terdapat 5 daerah dengan TPT di atas TPT Sulawesi
Tenggara yaitu di Kab. Muna, Kab. Konawe Utara,
Kab. Buton Tengah dan Kab. Buton Selatan (Grafik
6.5).
6.3. KESEJAHTERAAN
Kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Tenggara sedikit mengalami penurunan pada
triwulan III 2018. Hal ini terlihat dari penurunan
indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar
Petani (NTP) pada periode tersebut jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Indikasi peningkatan tingkat penghasilan
masyarakat terlihat dari hasil Survei Konsumen
yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara yang menunjukkan penurunan Indeks
Penghasilan Konsumen (IPK) dari 153 pada
triwulan II 2018 menjadi 145 pada triwulan III 2018
(Grafik 6.6).
Penghasilan Petani (NTP)
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor
pertanian merupakan sektor penyerap tenaga
kerja terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP
merupakan suatu indikator kemampuan tukar
produk pertanian untuk keperluan memproduksi
produk pertanian. Penghasilan petani merupakan
salah satu tolok ukur dalam menentukan
kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian. Pada triwulan III 2018, NTP Sulawesi
Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah
Sumber: BPS Prov Sultra, diolah
Grafik 6.6 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.7 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 93
Tenggara tercatat sebesar 95,3 atau sedikit
menurun dibandingkan dengan triwulan II 2018
yang tercatat sebesar 95,8 (Grafik 6.7). Penurunan
NTP terjadi pada subsektor perkebunan rakyat, dan
tanaman rakyat. NTP yang berada di bawah 100
menunjukkan bahwa rumah tangga yang bergerak
di lapangan usaha pertanian secara umum masih
harus mengeluarkan uang lebih besar daripada
total pendapatannya. Kondisi tersebut terutama
terjadi pada hampir seluruh subsektor kecuali pada
subsektor perikanan dengan NTP sebesar 117,1,
dan peternakan dengan NTP sebesar 107.
Kemiskinan
Masih rendahnya NTP di Sulawesi Tenggara
menjadi indikasi masih relatif tingginya tingkat
kemiskinan di daerah pedesaan. Sesuai data BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa
penduduk miskin pada bulan Maret 2018 (rilis
bulan Mei 2018) tercatat sebanyak 307,1 ribu
orang atau sebesar 11,63 % dari total penduduk
Sulawesi Tenggara (Grafik 6.8). Jumlah tersebut
menurun jika dibandingkan dengan data pada
bulan September 2017 yang tercatat sebanyak
11,97%. Dari jumlah penduduk miskin tersebut,
78,4% atau 240,69 ribu jiwa berada di daerah
pedesaan sedangkan sisanya sebesar 21,6 % atau
66,41 ribu jiwa berada di perkotaan. Penurunan
kondisi kemiskinan pada daerah perkotaan dan
daerah pedesaan terjadi di tengah peningkatan
garis kemiskinan karena tekanan inflasi. Garis
kemiskinan meningkat dari Rp300.258,- per kapita
per bulan pada September 2017 menjadi
Rp303.618,- per kapita per bulan pada Maret
2018. Kondisi tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kesejahteraan secara umum karena
peningkatan garis kemiskinan tidak berdampak
terhadap peningkatan tingkat kemiskinan.
Ketimpangan Pengeluaran
Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan
menjadi tantangan pembangunan ekonomi oleh
pemangku kepentingan khususnya pemerintah
daerah, mengingat potensi sumber daya alam
Sulawesi Tenggara yang dominan berada di daerah
pedesaan khususnya di sektor primer yaitu sektor
pertanian namun hasilnya belum secara optimal
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di pedesaan secara lebih luas. Sementara itu,
jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan yang
terus cenderung stagnan juga harus mendapatkan
perhatian khusus mengingat jumlahnya pada
bulan September 2017 merupakan yang tertinggi
dalam periode 3 tahun terakhir sementara pada
bulan Maret 2018 hanya menurun 0,01%.
Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi
Tenggara juga belum mengalami perbaikan
bahkan cenderung semakin besar. Hal tersebut
tercermin dari adanya peningkatan gini ratio dari
0,404 pada September 2017 menjadi 0,409 pada
Maret 2018 (data terakhir). Semakin tinggi nilai
gini ratio menunjukkan ketimpangan suatu daerah
yang semakin tinggi. Berdasarkan daerah tempat
tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi di daerah
Sumber: BPS Prov Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah
Grafik 6.8 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi
Tenggara
Grafik 6.9 Gini Rasio Sulawesi Tenggara
66,41
240,69
11,63
10
11
12
13
14
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18
Penduduk Miskin Desa
Penduduk Miskin Kota
Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)
ribu jiwa %
0,420
0,370
0,409
0,3
0,32
0,34
0,36
0,38
0,4
0,42
0,44
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret
2015 2016 2017 2018
Perkotaan Pedesaan SULTRA
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 94
1perkotaan. Untuk daerah perkotaan gini ratio
pada September 2017 tercatat sebesar 0,409,
meningkat menjadi sebesar 0,420 pada periode
Maret 2018. Sementara untuk daerah pedesaan
gini ratio sedikit menurun 0,373 pada bulan
September 2017 menjadi 0,370 pada bulan Maret
2018.
Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas
hidup manusia. IPM Sulawesi Tenggara meningkat
dari 65,99 pada tahun 2010 menjadi 69,86 pada
tahun 2017. Sejak tahun 2016, status
pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara telah
hingga 2017, komponen pembentuk IPM juga
mengalami peningkatan. Pertama, bayi yang baru
lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 70,47
tahun, meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun
sebelumnya. Kedua, anak-anak usia 7 tahun
memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,36
tahun, meningkat 0,12 tahun dibandingkan
dengan tahun 2016. Ketiga, penduduk usia 25
tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh
pendidikan selama 8,46 tahun, meningkat 0,14
tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu,
pengeluaran per kapita (harga konstan 2012)
masyarakat telah mencapai Rp9,094 juta pada
tahun 2017, meningkat Rp223 ribu dibandingkan
tahun sebelumnya.
Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen 2010 - 2017
Sumber: BPS (Sakernas)
KOMPONEN SATUAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 69,65 69,85 70,06 70,28 70,39 70,44 70,46 70,47
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12,15 12,30 12,45 12,45 12,78 13,07 13,07 13,36
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7,67 7,67 7,76 7,93 8,02 8,18 8,32 8,46
Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8.126 8.249 8.396 8.537 8.555 8.697 8.697 9.094
IPM 65,99 66,52 67,07 67,55 68,07 68,75 69,31 69,86
Pertumbuhan IPM % ─ 0,80 0,82 0,72 0,78 0,99 0,81 0,79
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 95
PROSPEK PEREKONOMIAN
DAERAH
7
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 96
7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN
NASIONAL
7.1.1. Prospek Perekonomian Global
Perekonomian global pada tahun 2019
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang
cukup stabil dibandingkan dengan tahun 2018.
Berdasarkan hasil World Economic Outlook yang
diterbitkan oleh IMF pada Oktober 2018,
perekonomian global pada tahun 2019 akan
tumbuh sebesar 3,7% (yoy), relatif stabil dengan
pertumbuhan tahun 2018 yang diperkirakan
sebesar 3,7% (yoy). Namun pertumbuhan tersebut
sedikit terkoreksi dibandingkan dengan proyeksi
pada Juli 2018 yang memperkirakan pertumbuhan
ekonomi global pada tahun 2018 dan 2019
tumbuh sebesar 3,9% (yoy).
Masih cukup stabilnya pertumbuhan ekonomi
global didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang
stabil dari perekonomian negara berkembang
meskipun perekonomian negara maju cenderung
mengalami perlambatan. Perekonomian India
diperkirakan masih akan tumbuh cukup kuat pada
tahun 2019 dengan capaian sebesar 7,4% (yoy)
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
pada 2018 yang diperkirakan sebesar 7,3% (yoy).
Namun pertumbuhan tersebut tertahan dengan
perekonomian Tiongkok yang diperkirakan akan
kembali mengalami perlambatan. Perang dagang
yang terjadi masih akan memberikan dampak
negatif pada perekonomian Tiongkok sepanjang
tahun 2019. Selain itu, kenaikan suku bunga yang
terjadi hampir di seluruh dunia sepanjang tahun
2018 juga memberikan dampak buruk terhadap
Tiongkok yang selama ini menstimulus
pertumbuhan ekonominya melalui kemudahan
kredit yang didukung oleh suku bunga yang
rendah. Apabila tetap mempertahankan kebijakan
tersebut, maka dapat mendorong terjadinya
capital otuflows dan menyebabkan semakin
melemahnya Yuan.
Sementara itu, perekonomian negara maju
diperkirakan akan mengalami perlambatan secara
merata dengan Amerika Serikat sebagai
pendorong utamanya. Pada tahun 2019, ekonomi
Amerika Serikat diperkirakan tumbuh sebesar
2,5% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2018
yang sebesar 2,9% (yoy). Kebijakan fiskal yang
diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada
tahun 2018 diperkirakan sudah tidak lagi
memberikan stimulus yang signifikan terhadap
perekonomian negara tersebut. Tingkat
pengangguran yang rendah juga perlu diantisipasi
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: World Economic Outlook-IMF Oktober 2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 97
oleh pemerintah Amerika Serikat karena dapat
mendorong peningkatan daya beli yang secara
bersamaan dapat meningkatkan impor dan defisit
transaksi berjalan. Selain itu, perang dagang yang
masih terjadi diperkirakan akan mulai memberikan
dampaknya secara global karena mendorong
terjadinya volatilitas pasar keuangan dan dapat
menghambat investasi serta perdagangan global.
Perlambatan perekonomian global yang terjadi
ditengarai dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain kebijakan perang dagang yang
dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Tiongkok
diperkirakan akan semakin memberatkan
perekonomian kedua negara secara khusus dan
perekonomian global secara umum serta
kebijakan moneter yang ketat juga diyakini masih
akan terjadi sepanjang tahun 2019 melalui
peningkatan suku bunga.
7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional
Di tengah perekonomian global yang dilanda
ketidakpastian, perekonomian Indonesia pada
tahun 2019 diperkirakan terakselerasi dan dapat
tumbuh pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy),
mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2018 yang berada pada kisaran 5,0% -
5,4% (yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut
didorong oleh berlangsungnya pemilu presiden
dan kebijakan fiskal yang diterapkan oleh
pemerintah seperti insentif pajak dapat
mendorong investasi untuk tetap tumbuh tinggi
pada tahun mendatang.
Optimisme akan tumbuhnya perekonomian
Indonesia pada tahun 2019 dan beberapa
indikator lainnya menjadi dasar penentuan belanja
pemerintah dalam RAPBN tahun 2019 yang
sebesar Rp2.439,7 triliun atau meningkat sebesar
9.86% dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang sebesar Rp2.220,7 triliun. Asumsi nilai rupiah
yang mencapai Rp15.000, menjadi salah satu
faktor yang mendorong terjadinya peningkatan
yang cukup signifikan dalam peningkatan RAPBN
2019.
Meskipun belanja pemerintah diperkirakan akan
mengalami peningkatan, namun pemerintah
memastikan bahwa pembiayaan proyek melalui
utang akan mengalami penurunan. Pada tahun
2019, pembiayaan melalui utang diperkirakan
akan sebesar Rp359,3 triliun, menurun
dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar
Rp387,4 triliun. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pendapatan adalah menaikkan
target penerimaan pajak sebesar 15,4%
dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2018.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia hingga
November 2018 memutuskan untuk
meningkatkan suku bunga kebijakan (BI 7-day
Reverse Repo Rate) menjadi sebesar 6,00%. Hal
tersebut dilakukan sebagai respons terhadap
kondisi perekonomian global dan kebijakan-
kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral di
negara-negara lain. Mempertimbangkan dampak
kebijakan moneter yang membutuhkan waktu
dalam proses transmisinya ke dalam
perekonomian, maka diharapkan pada tahun 2018
kebijakan moneter tersebut dapat memberikan
dampak pada stabilnya kondisi perekonomian dan
keuangan dari tekanan sisi eksternal.
Adapun inflasi nasional pada tahun 2019
diperkirakan masih sama dengan tahun
sebelumnya, yaitu berada pada kisaran sasaran
sebesar 3,5%+1%. Hal ini didukung oleh semakin
kuatnya koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam mengatasi risiko. Kebijakan
pemerintah dalam menaikkan anggaran subsidi
energi diyakini dapat meredam inflasi bahan bakar.
Selain itu, cukai rokok juga dipastikan tidak akan
Sumber: Kemenkeu
Tabel 7.1 Asumsi Makro APBN
Asumsi Dasar 2018 2019
Pertumbuhan Ekonomi (YoY) 5.40% 5.30%
Inflasi (YoY) 3.50% 3.50%
Nilai Tukar 13,400 15,000
Suku Bunga SPN 5.20% 5.30%
Harga Minya Mentah (USD per barel) 48 70
Lifting Minyak (barel per hari) 800,000 775,000
Lifting Gas (barel setara minyak) 1,200,000 1,250,000
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 98
mengalami peningkatan meskipun target
penerimaan pajak pada tahun 2019 meningkat.
7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
SULAWESI TENGGARA
7.2.1. Triwulan I 2019
Pada triwulan I 2019, perekonomian Sulawesi
Tenggara diperkirakan akan tumbuh pada kisaran
6,6% - 7,0% (yoy), sedikit mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV 2018 yang
diperkirakan berada pada kisaran 6,7% - 7,1%
(yoy). Perlambatan tersebut juga didukung oleh
hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI
Sultra. Pada triwulan I 2019, Indeks Perkiraan
Kegiatan Usaha diperkirakan akan mengalami
perlambatan yang signifikan, yaitu dari 162,0 pada
triwulan IV 2018 menjadi 145,0 pada triwulan I
2019. Meskipun demikian, penurunan yang
signifikan dari sisi konsumen tersebut masih sedikit
tertahan oleh indikator kinerja perusahaan yang
diperoleh dari liaison yang dilakukan dengan
penjualan pada periode mendatang diperkirakan
akan mengalami peningkatan.
Dari sisi penawaran, perlambatan kinerja pada
periode tersebut diperkirakan berasal dari
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan, lapangan usaha industri pengolahan,
lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran. Perlambatan
kinerja pada lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan diperkirakan didorong oleh
penurunan produksi padi seiring dengan belum
masuknya masa panen. Meskipun demikian,
penurunan pada lapangan usaha tersebut sedikit
tertahan oleh peningkatan produksi perikanan
seiring dengan kondisi cuaca yang cukup kondusif.
Penurunan pasokan bahan baku dari lapangan
usaha tersebut juga turut memberikan dampak
terhadap penurunan kinerja industri pengolahan
yang didominasi oleh industri makanan dan
minuman. Selain itu, perlambatan yang terjadi
pada lapangan usaha konstruksi didorong oleh
masih belum berlangsungnya proyek
pembangunan baru oleh pemerintah. Lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran juga
terpantau mengalami perlambatan pada triwulan I
2019 seiring dengan kembali normalnya
permintaan masyarakat dan perdagangan luar
negeri yang masih cenderung belum stabil
disebabkan oleh tensi perdagangan global yang
terjadi.
Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan
perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I
2019 disumbangkan oleh perlambatan yang
terjadi di seluruh sektor. Konsumsi rumah tangga
diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring
dengan kembali normalnya permintaan oleh
masyarakat. Berlalunya periode Natal dan libur
akhir tahun menyebabkan penurunan konsumsi
oleh masyarakat. Selain itu, penurunan juga terjadi
pada konsumsi pemerintah yang disebabkan oleh
proyek pemerintah yang masih berada dalam
Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah
Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
100.0
110.0
120.0
130.0
140.0
150.0
160.0
170.0
180.0
I II III IV I II III IV I II III IVP IP
2016 2017 2018 2019
%,YoYSBT
Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q) PDRB (Sb. Kanan)
-2.50
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019
skala likert
LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor
LS Ekspektasi Penjualan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 99
tahap lelang pada periode awal tahun. Hal
tersebut juga memberikan dampak terhadap
kinerja investasi di Sulawesi Tenggara. Kinerja
ekspor juga cenderung mengalami penurunan
yang merupakan dampak dari perlambatan
perekonomian Tiongkok sebagai mitra dagang
utama Sulawesi Tenggara.
7.2.2. Tahun 2019
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil
survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada tahun 2019 diprakirakan berada
pada kisaran 6,8% - 7,2% (yoy) mengalami
akselerasi pertumbuhan jika dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun 2018 yang berada pada
kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Pembangunan smelter
yang sudah berlangsung dalam 2 tahun terakhir
diperkirakan akan mulai memberikan dampaknya
dan mulai mendorong terjadinya shifting dari
perekonomian yang berbasis barang mentah
menuju perekonomian yang berbasis industri.
Fokus pemerintah dalam pengembangan sektor-
sektor potensial lainnya seperti perikanan dan
perkebunan dengan berorientasi pada industri
pengolahannya juga dapat menjadi stimulus yang
baik bagi perekonomian Sulawesi Tenggara karena
sektor tersebut merupakan sektor dengan serapan
tenaga kerja paling tinggi di Sulawesi Tenggara.
Meskipun demikian, terdapat beberapa risiko yang
dapat menjadi faktor penahan pertumbuhan
perekonomian di Sulawesi Tenggara, salah satunya
adalah penurunan kinerja ekspor komoditas
utama. Sejak diberlakukannya relaksasi ekspor bijih
nikel kadar rendah pada tahun 2017, komoditas
tersebut menjadi salah satu komoditas utama
dalam perdagangan luar negeri Sulawesi Tenggara
dengan Tiongkok sebagai mitra dagang utamanya.
Namun dengan kondisi perang dagang yang
terjadi dan wacana Amerika Serikat akan semakin
agresif dalam menetapkan perang dagangnya
dengan Tiongkok dapat berdampak kepada
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI
Tabel 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI
2019
I II III IVP IP
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.8 6.5 7.7 8.1 - 8.5 7.4 - 7.8 6.9 - 7.3 7.5 - 7.9
Pertambangan dan Penggalian 6.5 5.4 7.7 5.8 - 6.2 6.1 - 6.5 6.2 - 6.6 5.2 - 5.6
Industri Pengolahan 6.8 (0.2) 0.7 3.0 - 3.4 2.7 - 3.1 2.4 - 2.8 6.7 - 7.1
Pengadaan Listrik, Gas 0.1 2.2 2.6 1.8 - 2.2 3.9 - 4.3 1.6 - 2.0 1.9 - 2.3
Pengadaan Air 0.7 3.3 9.3 5.2 - 5.6 9.4 - 9.8 4.5 - 4.9 7.6 - 8.0
Konstruksi 2.2 9.4 8.8 9.5 - 9.9 9.4 - 9.8 7.5 - 7.9 8.8 - 9.2
Perdagangan Besar dan Eceran 8.4 6.7 3.2 6.0 - 6.4 5.9 - 6.3 5.8 - 6.2 7.3 - 7.7
Transportasi dan Pergudangan 7.6 8.6 9.3 10.9 - 11.3 9.5 - 9.9 9.0 - 9.4 9.8 - 10.2
Akomodasi dan Makan Minum 7.1 6.4 7.0 8.0 - 8.4 7.2 - 7.6 7.0 - 7.4 8.7 - 9.1
Informasi dan Komunikasi 9.5 8.6 6.6 10.8 - 11.2 9.2 - 9.6 8.7 - 9.1 11.3 - 11.7
Jasa Keuangan 5.1 4.1 1.8 4.6 - 5.0 5.9 - 6.3 3.7 - 4.1 7.3 - 7.7
Real Estate 3.5 2.6 1.7 4.9 - 5.3 5.1 - 5.5 3.0 - 3.4 4.5 - 4.9
Jasa Perusahaan 4.5 6.9 6.0 7.7 - 8.1 10.4 - 10.8 6.1 - 6.5 8.6 - 9.0
Administrasi Pemerintahan 3.9 3.9 6.4 0.7 - 1.1 2.3 - 2.7 3.5 - 3.9 2.1 - 2.5
Jasa Pendidikan 4.1 6.7 9.6 5.7 - 6.1 5.6 - 6.0 6.4 - 6.8 4.2 - 4.6
Jasa Kesehatan dan Sosial 5.4 6.0 7.4 7.7 - 8.1 6.7 - 7.1 6.5 - 6.9 5.8 - 6.2
Jasa Lainnya 7.7 5.9 4.1 4.4 - 4.8 3.4 - 3.8 5.3 - 5.7 5.2 - 5.6
PDRB 5.8 6.1 6.6 6.7 - 7.1 6.6 - 7.0 6.2 - 6.6 6.8 - 7.2
2018P 2019P2018
Komponen Pengeluaran
2019
I II III IVP IP
Konsumsi Rumah Tangga 5.2 6.3 6.5 6.6 - 7.0 6.2 - 6.6 6.0 - 6.4 6.5 - 6.9
Konsumsi LNPRT 7.0 9.4 8.4 7.7 - 8.1 3.2 - 3.6 8.0 - 8.4 7.4 - 7.8
Konsumsi Pemerintah 2.5 6.6 7.9 8.1 - 8.5 7.6 - 8.0 6.3 - 6.7 8.6 - 9.0
PMTB 1.8 8.3 7.5 9.1 - 9.5 8.4 - 8.8 6.6 - 7.0 7.6 - 8.0
Eksport Luar Negeri 250.4 177.8 150.9 118.5 - 118.9 4.9 - 5.3 165.5 - 165.9 19.3 - 19.7
Import Luar Negeri (29.1) 17.3 (23.2) 8.4 - 8.8 11.9 - 12.3 (6.9) - (6.5) 12.3 - 12.7
Net Eksport Antar Daerah 100659.7 728.5 2317.0 1014.3 - 1014.7 (24.6) - (24.2) 2017.8 - 2018.2 20.3 - 20.7
PDRB 5.8 6.1 6.6 6.7 - 7.1 6.6 - 7.0 6.2 - 6.6 6.8 - 7.2
20182018P 2019PKomponen Pengeluaran
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 100
perekonomian Tiongkok secara menyeluruh. Hal
tersebut juga dapat mempengaruhi permintaan
bijih nikel kadar rendah oleh Tiongkok dari
Indonesia dan dapat memberikan dampak buruk
terhadap kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Hal
tersebut disebabkan Sulawesi Tenggara
menyumbang 44,8% ekspor bijih nikel kadar
rendah Indonesia ke Tiongkok sejak tahun 2017
hingga September 2018. Oleh karena itu, di
tengah perlambatan perekonomian Tiongkok yang
terjadi, sangat penting untuk mendorong
diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor
untuk hasil pertambangan dan peningkatan
kinerja ekspor komoditas unggulan lainnya seperti
perikanan dan kakao.
7.3. PROSPEK INFLASI SULAWESI TENGGARA
7.3.1. Triwulan I 2019
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I
2019 mendatang diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan proyeksi pada
triwulan IV 2018. Inflasi pada akhir triwulan I 2019
diperkirakan berada pada kisaran 3,1% - 3,5%
(yoy), sementara inflasi pada triwulan IV 2018
diperkirakan hanya sebesar 2,8% - 3,2% (yoy).
Belum memasuki masa panen padi menjadi faktor
utama yang memberikan tekanan pada capaian
inflasi di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut juga
dapat dipacu oleh tingginya permintaan beras dari
luar Sulawesi Tenggara sehingga menyebabkan
terbatasnya pasokan beras untuk konsumsi
masyarakat Sulawesi Tenggara.
7.3.2. Tahun 2019
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun
2019 mendatang diperkirakan masih berada pada
sasaran inflasi nasional yaitu sebesar 3,5% + 1%.
Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara
diperkirakan berada pada kisaran 2,8% - 3,2%
(yoy), cenderung stabil dibandingkan dengan
capaian inflasi pada tahun 2018 yang diperkirakan
berada pada kisaran 2,8% - 3,2% (yoy). Berbagai
Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) Oktober 2018, BI Sumber: World Bank Commodity Forecast Price November 2018
Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao
Sumber: World Bank Commodity Forecast Price November 2018 Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
5.00
6.00
7.00
8.00
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
2015 2016 2017 2018P 2019P
%, YoY%, YoY
Indonesia Dunia Sultra (Sb. Kanan)
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
15,000
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
USD/KgUSD/Kg
Nickel Cocoa
40
45
50
55
60
65
70
75
80
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
USD/bbl
60,5
61,0
61,5
62,0
62,5
63,0
63,5
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)
Total
Produktif
%, yoy % share
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 101
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
mendorong peningkatan produksi perikanan dan
sayur-sayuran yang selama ini menjadi penyebab
utama inflasi di Sulawesi Tenggara dapat menjadi
faktor yang mendorong stabilnya capaian inflasi di
Sulawesi Tenggara.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2018 102
Halaman ini sengaja dikosongkan
Administered
price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi daerah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor
Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non
Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel
Imported
inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh
perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---
100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
DAFTAR ISTILAH
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan
cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.
Non Performing
Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban
meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
menurun danmengabaikan jawaban sama .
Skala Likert Skala kualitatif untuk mengkonversi skala kualitatif yang digunakan dalam
kegiatan liaison.
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi
dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Minot Purwahono
KOORDINATOR PENYUSUN
Surya Alamsyah
EDITOR
Daniel Agus Prasetyo
TIM PENULIS
Anto Yuliyanto
Bhaskara Adiwena
Randy Cavendish
Nazla
Dadan Priyoko
KONTRIBUTOR
Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan
Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan
Unit Pengawasan SP, PUR dan Keuangan Inklusif
Unit Pengelolaan Uang Rupiah
Unit Operasional Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
TIM PENYUSUN