kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · kerja, badan penanaman modal dan pelayanan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMIKEUANGAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
KAJIAN EKONOMIKEUANGAN REGIONAL
PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN
KAJIAN EKONOMI DANREGIONAL
PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN II 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab:
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan BaratJl. Ahmad Yani No.2, PontianakTelp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238Faks : 0561 – 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
Kajian Ekonomi dan Keuangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan
merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan
Barat pada triwulan II 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi,
inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan,
pengelolaan uang, ketenagakerjaan
pada triwulan mendatang.
Kami menyadari penyusunan
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
data, seperti Badan Pusat Statistik, Din
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa
yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
KATA PENGANTAR
dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat
merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan
. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,
dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran
, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah
menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II
PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa
yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak, Agustus
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
i
KATA PENGANTAR
Kalimantan Barat Triwulan II 2014
sistem keuangan Provinsi Kalimantan
keuangan pemerintah,
sistem pembayaran dan
perekonomian daerah
kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
sebuah sumbangan yang besar bagi kami di
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
as Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Gapkindo, PT. Pelindo II
PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain
Agustus 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GRAFIK vii
RINGKASAN UMUM 1
Perkembangan Perekonomian Daerah 1
Perkembangan Inflasi Daerah 1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2
Perkembangan Keuangan Pemerintah 3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3
Prospek Perekonomian Daerah 4
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7
1.1 Kajian Umum 7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7
1.2.1 Konsumsi 8
1.2.2 Investasi 9
1.2.3 Ekspor - Impor 9
1.3 PDRB Sektoral 11
1.3.1 Sektor Pertanian 12
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 14
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 15
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 16
1.3.5 Sektor Lainnya 18
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 21
2.1. Gambaran Umum 21
2.2. Inflasi Tahunan 22
2.3. Inflasi Triwulanan 23
2.4. Inflasi Kelompok Komoditas 24
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 24
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 26
2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 27
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi 28
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
2.5. Disagregasi Inflasi 30
2.5.1. Faktor Fundamental 30
2.5.2. Faktor Non Fundamental 33
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 37
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 37
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 37
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 39
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 43
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) 46
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 47
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 48
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 49
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang ValutaAsing (PVA) 50
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 50
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 50
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 52
3.6.4.3 Pemusnahan 55
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 56
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 58
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 60
4.2. Realisasi Belanja Daerah 62
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 65
5.1 Ketenagakerjaan 65
5.2 Kesejahteraan 68
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 68
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014 69
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 71
5.2.2 Inflasi Pedesaan 72
5.2.4 Tingkat Kemiskinan 73
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 75
6.1 Prospek Perekonomian Daerah 75
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 77
LAMPIRAN xi
DAFTAR ISTILAH xiv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) ............................................ 7
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)............................... 9
Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 10
Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD).................................. 11
Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 11
Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) .............................................................. 12
Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)............................. 30
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 37
Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di KalimantanBarat (Miliar Rupiah)........................................................................................... 39
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat (miliar Rupiah) .......................................................................... 42
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat............. 43
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) .................................... 44
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat ................................................................................................ 45
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)............................................... 48
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 49
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)... 53
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 54
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 56
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar) ............. 59
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)... 61
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 66
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 70
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 72
Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72
Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan .................................. 74
vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga................................. 8
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan...................... 8
Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 10
Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)............................................................... 10
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan........................................................................ 12
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB....................................................................... 12
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 13
Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 13
Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 13
Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang..................................................................................... 14
Grafik 1. 12 Volume Petikemas.............................................................................................. 14
Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 15
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 15
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 15
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 16
Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO..................................................................... 16
Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18
Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18
Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat................................................................... 19
Grafik 1. 22 Penjualan Air...................................................................................................... 19
Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan..................................................................................... 19
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 21
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 21
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 22
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ....... 22
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa.... 23
Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ...................... 24
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ........................ 25
Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat.............................. 26
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang................................ 26
Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat................................ 28
viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................................. 28
Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ........................ 28
Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianakdan Singkawang ................................................................................................. 29
Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak............................................. 30
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di KalimantanBarat .................................................................................................................. 31
Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut KelompokKomoditas di Kalimantan Barat............................................................................ 31
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang......................................................... 32
Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar ................................................................................... 32
Grafik 2.19 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33
Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir............................................................ 33
Grafik 2.21 SPH Bumbu......................................................................................................... 33
Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur.......................................................................................... 34
Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34
Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak....................................... 34
Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak.................................... 34
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 38
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 38
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 38
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 39
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 40
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 40
Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 41
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 42
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat...................................... 44
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 45
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 46
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (RpMiliar) ................................................................................................................. 46
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 47
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 51
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat........................................... 52
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 54
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan RasioPemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 ix
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II 2014................................................. 59
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60
Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)................................................ 61
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ................................................................ 62
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) ................................................................ 62
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin).................................................................. 63
Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan......................... 65
Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan.............. 66
Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%,yoy) .................................................................................................................... 67
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat ................................................................................. 68
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 68
Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72
Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat ........................................................... 73
Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat (dalam Rp)...................................................... 73
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 75
Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat......................................................... 75
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 76
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 77
x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 1
RINGKASAN UMUM
Perkembangan Perekonomian Daerah
Sejalan dengan perlambatan perekonomian secara nasional, pada triwulan II 2014,
perekonomian Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian
Kalimantan Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan I 2014,
yang tercatat sebesar 4,80% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada
sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan
dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor.
Di sisi sektoral, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan
Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut
memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar
4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi
oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa
60,04% terhadap total PDRB.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi klaimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah dari triwulan I
2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya
beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan
inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika
dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami
penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan
Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang
mencapai 6,70% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 disebabkan oleh
terjaganya inflasi khususnya dari sisi fundamental, meskipun tekanan inflasi
komoditas yang bersifat non-fundamental masih relatif tinggi. Berlalunya perayaan even
musiman Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menyebabkan tekanan permintaan
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
terhadap tiket angkutan udara relatif mereda sehingga harga tiket angkutan udara cenderung
turun. Sementara ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan II 2014 mengalami
kenaikan, terutama ekspektasi inflasi jangka pendek. Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II
2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, persiapan
puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih
cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,70% (yoy). Akselerasi
perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana
pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun,
lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu,
penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan,
tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut
menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to
Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan.
Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans
(NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun
mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS. Transaksi kliring selama triwulan II
2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring
penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq).
Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun
mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi
19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun.
Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat
74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi.
Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014
nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan
(outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah
uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun.
Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 3
Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun.
Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah
uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih
besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem
pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow
masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan
nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan II 2013. Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II
2014 tercatat sebesar Rp1.817,20 miliar, lebih besar dari realisasi pada triwulan II 2013 yang
mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan II 2014
mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang mencapai
Rp626,58 miliar.
Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan II 2014
terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Penerimaan alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pelaksanaan
pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden memberikan pengaruh terhadap peningkatan
DAU di triwulan laporan. Sementara kenaikan PAD terutama didorong oleh kenaikan realisasi
Pajak Daerah dari pajak kendaraan bermotor dan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan
tarif tenaga listrik. Dari sisi belanja, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) mendominasi
realisasi belanja secara keseluruhan. Secara lebih mendalam, diketahui bahwa tingginya realisasi
Belanja Tidak Langsung/rutin salah satunya didorong oleh penyerapan belanja hibah.
Sementara, realisasi Belanja Langsung terutama didorong oleh penyerapan Belanja Barang dan
Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, Pelaksanaan pembangunan infrastruktur
khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran menjadi salah satu faktor pendorong
belanja Barang dan Jasa.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,
jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah
sebanyak 3.280 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 1,61% (yoy)
dibandingkan hasil survei pada Bulan Februari 2013. Jumlah angkatan kerja tercatat
4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak 2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan
kerja tersebut lebih kecil dari peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari
pendidikan terakhir yang ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan
Universitas (SMA-Universitas) menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan
bahwa adanya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah
penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi
sebanyak 2.309 orang. Sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami
penurunan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih
mencari kerja saat ini telah mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan
Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014
yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga
yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83.
Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan mengalami
akselerasi jika dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1 –
5,5% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada Juli 2014. Sementara itu, dari sisi sektoral,
akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor
perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat,
didorong oleh dimulainya periode panen padi pada akhir triwulan mendatang dan peningkatan
produksi TBS. Selain itu, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi
didorong oleh industri pengolahan logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan
dengan tingginya investasi pada industri tersebut. Secara umum, kinerja perekonomian
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari sisi
penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 5
kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari
implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan
permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh
sektor pertanian dan pertambangan.
Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada di level yang
moderate dengan puncak inflasi di awal triwulan. Tekanan inflasi yang relatif tinggi
diperkirakan terjadi di awal triwulan III 2014, seiring berlangsungnya puasa dan lebaran. Pada
pertengahan hingga akhir triwulan, tekanan inflasi diperkirakan relatif mereda seiring
berlalunya even musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian
besar komoditas. Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat
beberapa faktor yang berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan
pembatasan konsumsi BBM bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. (ii)
Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii)
Kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai
tukar. Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy).
Relatif rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base
effect dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara untuk
keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran
7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan
inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan
penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola
dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional dan (4)
Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat
beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi
dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif
lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported
inflation (3) Kondisi cuaca pada akhir 2014 yang diperkirakan relatif kering dan (4) kondisi sosial
politik pasca pemilu presiden.
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.80 4.63
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062
- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,465 1,973
- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 160
- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,420 1,486
- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 39
- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 859
- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,905 1,981
- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 935
- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 551
- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924 1,077
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070- Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95- Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,163- PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602- Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 282 276- Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,343- Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,487
Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 151- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 137
Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 65- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 90
Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 36,648- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 29,606- Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 10,517- Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 6,758- Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 12,330
Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 11,243- Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 7,510- Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733- Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 -
Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 952 1,437- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 956 875Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 168 169- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,890 4,198
20142012 2013Indikator
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 7
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
1.1 Kajian Umum
Sejalan dengan perlambatan
perekonomian secara nasional, pada
triwulan II 2014, perekonomian
Kalimantan Barat juga tercatat mengalami
perlambatan. Perekonomian Kalimantan
Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat
dibandingkan triwulan I 2014, yang
tercatat sebesar 4,80% (yoy).
Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut
juga tercatat lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan nasional yang berada pada
level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan,
perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan
investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh
kontraksi pada sektor pertanian, sementara pertumbuhan sektor lainnya tercatat mengalami
akselerasi.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat
bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai
98,54% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pada sisi lain,
investasi mencatat sedikit perlambatan. Sementara itu, perlambatan yang lebih dalam ditunjukkan
oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, dimana ekspor mengalami kontraksi yang
cukup dalam dan impor mengalami perlambatan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070
Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95
Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,163
PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602
Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 282 276
Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,343
Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,487
PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062
2014Jenis Penggunaan
2012 2013
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
%
Milia
rR
p
Nilai g Nasional (yoy)
g Kalbar (yoy)
8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
1.2.1Konsumsi
Pada triwulan II 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,53% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Konsumsi pemerintah juga
menunjukkan akselerasi dari 7,88% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 8,41% (yoy) pada triwulan
laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode
laporan antara lain didorong oleh peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya masa
Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan persiapan masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden, periode liburan sekolah dan persiapan memasuki bulan Ramadhan.
Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,
dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 141,00 pada triwulan
laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,17.
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barang elektronik dan peralatan
rumah tangga. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi
Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk
konsumsi rumah tangga dari 110,83 menjadi 112,45 pada triwulan laporan.
Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah pada triwulan II 2014 sejalan dengan
meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada periode laporan. Peningkatan tersebut antara lain
didorong oleh cairnya Dana Alokasi Umum (DAU), khususnya penyaluran dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) untuk mendukung pelaksanaan tahun ajaran baru, dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Selain itu, tingginya konsumsi pemerintah juga didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat
di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif dan Pemilu Presiden serta
pembangunan infrastruktur, khususnya terkait persiapan dalam menghadapi perayaan Idul Fitri.
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani –Konsumsi Rumah Tangga
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa KomoditiMakanan dan Bukan Makanan
96
98
100
102
104
106
108
110
112
114
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga
95.00
105.00
115.00
125.00
135.00
145.00
155.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Indeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 9
1.2.2 Investasi
Pada triwulan II 2014, investasi di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang melambat,
sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat
sebesar 8,78% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,87% (yoy).
Perlambatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data total realisasi investasi Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana
pada triwulan II 2014 terealisasi investasi sebesar Rp3,66 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,20 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi pada
subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit. Sementara itu,
investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar.
Implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang
mineral mentah mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat,
khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
1.2.3Ekspor - Impor
Pada triwulan II 2014, kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan kontraksi cukup dalam, dimana
ekspor mengalami kontraksi 13,98% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mampu
tumbuh positif meskipun hanya 1,86% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat tumbuh 7,67%
(yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 14,61% (yoy).
Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,
dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 150,62 juta USD atau
mengalami kontraksi 55,54% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang
signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat
sebesar 137,37 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,85% (yoy). Kontraksi tersebut
terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit akibat
1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat DaerahKab/Kota di Bidang Penanaman Modal
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
PMDN 0.85 0.66 2.51 0.07 1.35 1.54
PMA 1.57 0.60 1.44 2.58 0.90 0.74
PDKPM**) 1.95 1.38
TOTAL 2.42 1.26 3.95 2.65 4.20 3.66
Keterangan2013
N/A
2014
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
dampak implementasi ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mentah dan karet seiring
dengan penurunan permintaan dunia.
Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 4 Ekspor Karet
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi 37,57% (yoy), atau lebih besar
dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,14% (yoy). Kontraksi
pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh perlambatan permintaan seiring dengan potensi
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain
itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan II 2014
harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 237,02 USD
Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg,
yang antara lain dipengaruhi oleh munculnya sentimen negatif terkait tingginya stok karet di negara
produsen.
Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama didorong oleh melemahnya kinerja investasi dan
perdagangan. Hal ini sejalan dengan agenda rebalancing perekonomian Tiongkok untuk beralih dari
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 131,103 144,527 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473 85,329
Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,092 49,225 46,006 46,548 50,039 45,869 41,360 46,907 39,454 44,546
Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,880 5,567 4,301 6,724 4,039 - 11,839 8,943
Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133
Biji-bijian berminyak (HS12) 805 385 527 707 774 604 615 443 1,026 1,438
Ikan dan Udang (HS03) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,057 2,174 2,782 2,866 1,416
Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08) 359 482 546 92 162 290 179 383 530 1,355
Perabot, penerangan rumah (HS94) 263 771 717 1,003 540 357 490 690 646 821
Olahan dari Tepung (HS19) 779 356 379 838 472 611 239 476 393 547
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 70,221 136,281 105,872 138,295 163,950 137,140 18,880 103
Total 10 Golongan 349,524 366,001 258,104 341,056 322,503 334,774 340,324 345,451 206,929 148,631
Total Ekspor 351,261 375,792 260,315 345,926 326,599 338,795 344,414 350,014 210,622 150,620
2012 2013 2014Komoditas
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I
2012 2013 2014
Nominal (ribu USD)
Growth-RHS (yoy)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 11
struktur ekonomi yang selama ini bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi ekonomi yang
ditopang oleh konsumsi. Aktivitas perekonomian Tiongkok melambat ditandai oleh penurunan kinerja
produksi industri, indeks PMI manufaktur dan Fixed Asset Investment (FAI).
Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Dari sisi impor, perlambatan impor diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang
menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat
sebesar 65,31 juta USD atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 74,06 juta USD. Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 90,44
ribu ton atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 133,56 ribu ton. Secara
volume, impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, bahan
kimia serta pupuk. Sementara secara nominal, impor didominasi oleh komoditas mesin, kapal dan
pupuk.
1.3 PDRB Sektoral
Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan II 2014
ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat,
yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,250 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 10,524 16,376
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,780 33,122 13,347
Pupuk (HS31) 4,746 5,097 2,758 5,793 1,084 206 1,228 1,153 4,281 6,150
Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,072 4,169 1,234 4,940 1,825 455 299 795 3,171 5,680
Kendaraan dan Bagiannya (HS87) 586 424 1,137 887 1,331 639 856 580 1,357 3,365
Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,302 1,447 5,889 353 2,082 3,530 1,808 1,780 2,666
Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 310 222 674 515 5,003 1,135 809 1,334 2,720 2,429
Biji-bijian berminyak (HS12) 1,479 905 3,260 1,075 1,741 1,207 814 1,542 678 2,181
Perlengkapan rumah tangga (HS94) 248 273 96 632 210 157 1,381 317 865 1,877
Total 10 Golongan Barang 35,137 74,129 79,791 114,402 47,272 39,917 71,246 40,574 62,796 56,681
Total Impor 43,761 88,315 87,695 122,893 62,715 47,262 81,255 50,351 74,061 65,309
Komoditas2012 2013 2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.27% -0.25%
2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 4.80%
3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.06% 7.38%
4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81% 3.56%
5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.60%
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.40%
7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 6.71%
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 6.05%
9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% 1.34%
PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.80% 4.63%
2014Sektor
20132012
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar
3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur
perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan
sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 60,04% terhadap total PDRB.
1.3.1 Sektor Pertanian
Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 0,25% (yoy),
sementara pada triwulan sebelumnya sektor pertanian mampu tumbuh mencapai 4,27% (yoy).
Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan
(tabama), sementara itu subsektor utama lainnya, yaitu tanaman perkebunan menunjukkan
pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi cukup dalam sebesar 12,04% (yoy),
sementara pada triwulan I 2014 subsektor tabama mampu tumbuh 3,83% (yoy). Kontraksi tersebut
antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar
35,99 ribu Ha, atau mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 31,70% (yoy). Berlalunya masa panen
yang mencapai puncaknya pada triwulan I 2014 merupakan faktor utama yang mempengaruhi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,465 1,973
a. Tanaman Bahan Makanan 1,111 527 750 817 1,110 665 822 922 1,153 585
b. Tanaman Perkebunan 708 758 784 801 772 814 874 845 818 872
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 217 222 228 229 216 229 236 240 228 243
d. Kehutanan 88 92 94 90 88 90 91 89 87 88
e. Perikanan 173 176 181 180 177 180 187 185 179 185
20142012 2013Sektor
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
-0.06%
0.08%
1.18%
0.02%
1.03%
1.17%
0.68%
0.36%
0.16%
Pertanian
Pertambangan
Industri
LGA
Bangunan
PHR
Angkutan
Keuangan
Jasa
Pertanian21.77%
Pertambangan1.77%
Industri16.40%
LGA0.43%
Bangunan9.48%
PHR21.86%
Angkutan &Komunikasi
10.32%
Keuangan,Persewaan &
Jasa Perusahaan6.09%
Jasa - jasa11.88%
Lainnya, 36.08%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 13
kontraksi tersebut. Selain mulai berakhirnya masa panen, terjadi gagal panen di Kabupaten Sanggau
dan Sekadau akibat kondisi cuaca ekstrim yang tidak menentu, dimana terkadang terjadi cuaca yang
sangat kering namun terkadang terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi.
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi
Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah
Grafik 1. 9 Curah Hujan
Sementara itu, kinerja subsektor tanaman
perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana
pada triwulan laporan subsektor tanaman
perkebunan tumbuh 7,16% (yoy), atau lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 5,93% (yoy). Akselerasi tersebut
didorong oleh kinerja subsektor perkebunan
kelapa sawit, dimana produksi tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit mencapai 1,33 juta
ton, atau tumbuh signifikan 61,45% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
dimana pertumbuhan tercatat sebesar
18,72% (yoy). Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada
membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Selain itu, mulai berproduksinya
lahan-lahan sawit baru juga turut mendorong tingginya produksi TBS pada periode laporan. Dari sisi
harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan sedikit peningkatan, dimana pada triwulan laporan
harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.757/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat pada level Rp1.724/kg.
Di sisi lain, produksi tanaman karet mengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh
getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut disebabkan oleh kurang bergairahnya petani akibat
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Hekta
r
Luas Panen
Pertumbuhan-yoy (RHS)
0
100
200
300
400
500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
mm
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Ton
Produksi gProduksi-RHS (yoy)
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada
pada kisaran Rp6.000 - Rp8.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat internasional, harga karet
masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada
level 237,02 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level
243,78 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan
perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok, serta kondisi tanaman karet di Kalimantan Barat yang
membutuhkan peremajaan.
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan II 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,40% (yoy) atau
menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Berdasarkan
subsektornya, peningkatan kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan hotel,
sementara subsektor restoran menunjukkan sedikit perlambatan.
Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,40% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,91% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume
bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak, khususnya volume impor. Impor barang
meningkat signifikan 75,95% (yoy) menjadi sebesar 117,88 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya
yang hanya tercatat sebesar 66,99 ribu ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga
diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 32,10% (yoy), atau lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,69% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor
perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan
terutama seiring dengan masa persiapan memasuki bulan Ramadhan 2014.
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah
Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah
Grafik 1. 12 Volume Petikemas
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
V. Bongkar (ton)
V. Impor (ton)
Pertumbuhan-RHS (yoy)
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Ton
Dlm Negeri Luar Negeri
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 15
Sementara itu, subsektor hotel juga menunjukkan kinerja
yang meningkat, dimana pada triwulan laporan tumbuh
6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014
yang tumbuh 5,94% (yoy). Akselerasi pertumbuhan
subsektor hotel antara lain diindikasikan oleh
peningkatan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan
Barat dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar
51,58%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 49,20%. Perkembangan subsektor hotel antara
lain didorong oleh rangkaian pelaksanaan kampanye
Pemilihan Umum dan periode liburan sekolah pada
triwulan laporan.
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah WisatawanMancanegara
Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan mengalami akselerasi sebesar 6,71%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40% (yoy). Peningkatan tersebut
antara lain tercermin pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat sebanyak 7.194 orang, sementara pada
triwulan sebelumnya tercatat sebanyak 7.002 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, terutama
yang menggunakan kapal laut, juga menunjukkan peningkatan, dimana jumlah penumpang yang
berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 32,98 ribu penumpang pada triwulan II 2014, atau
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 23,36 ribu orang.
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Orang
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Orang
Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah
Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel
0
10
20
30
40
50
60
70
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
%
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan II 2014, kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, dimana sektor
tersebut tumbuh 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06%
(yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh di level 5,37% (yoy). Akselerasi terutama dipengaruhi
oleh perkembangan kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO), dimana produksi CPO
pada triwulan laporan tercatat mencapai 294,20 ribu ton atau tumbuh signifikan 64,81% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,34% (yoy). Peningkatan kinerja
industri CPO juga didorong oleh peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor CPO, terutama
menjelang Ramadhan, serta peningkatan penyerapan untuk industri biodiesel di Amerika Serikat.
Selain itu, program mandatori biodiesel yang ditetapkan oleh pemerintah juga mendorong
terjaganya perkembangan kinerja industri tersebut di pasar domestik.
Meskipun demikian, harga komoditas CPO internasional tercatat cenderung melemah, dimana pada
triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. Berdasarkan hasil liaison,
penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh berlangsungnya masa panen minyak nabati lainnya,
seperti minyak kedelai, rapeseed dan bunga matahari, serta penurunan harga minyak dunia.
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO
Selain industri pengolahan CPO, kinerja industri pengolahan juga didorong oleh perkembangan
industri pengolahan logam seiring dengan mulai beroperasinya smelter di Kalimantan Barat, antara
lain smelter PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, yang mengolah
bauksit menjadi chemical grade alumina (CGA). Berdasarkan liaison kepada PT. ICA, produk CGA
akan terserap optimal di pasar baik domestik maupun ekspor, seiring dengan tingkat persaingan yang
relatif rendah serta pesatnya perkembangan industri turunan yang menggunakan CGA sebagai bahan
baku utama, khususnya pada industri elektronik. Perkembangan industri pengolahan logam juga
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
USDcent/kg
USD/metricton
Harga CPO Harga Karet
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 17
diindikasikan oleh pertumbuhan indeks produksi industri manufaktur2, dimana industri logam dasar
menunjukkan pertumbuhan sebesar 35,65% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 22,65% (yoy).
Sementara itu, kinerja sektor industri utama lainnya di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan
karet menunjukkan perlambatan. Produksi karet pada triwulan laporan tercatat mencapai 45,89 ribu
ton atau mengalami kontraksi 8,33% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya produksi karet
mampu mencatat pertumbuhan produksi sebesar 12,43% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi
oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil liaison diakui pelaku usaha industri
pengolahan karet bahwa permintaan akan karet
masih lemah. Selain itu, berdasarkan informasi
Gapkindo3 Kalimantan Barat, akibat level harga yang
rendah, sejumlah pabrik pengolahan karet di
Kalimantan Barat menempuh strategi menahan
ekspor untuk mengurangi kerugian dan menunggu
harga karet di pasar dunia kembali naik. Harga
internasional karet pada triwulan laporan tercatat
pada level 237,02 USD Cent/kg, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya dimana harga
internasional karet tercatat sebesar 243,78 USD
Cent/kg. Melemahnya harga karet tersebut antara lain dipengaruhi oleh berkembangnya sentimen
negatif akan tingginya stok karet di negara-negara produsen.
2 Data BPS Provinsi Kalimantan Barat3 Gabungan Perusahaan Karet Indonesia
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar
Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
TonVolume gVolume-RHS (yoy)
18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
1.3.5Sektor Lainnya
Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada
triwulan laporan tercatat tumbuh 11,60% (yoy) ,
atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 7,58% (yoy). Akselerasi
tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih
terjaganya kinerja investasi, khususnya berupa
PMDN, dan pembangunan infrastruktur di
Kalimantan Barat. Kinerja sektor konstruksi pada
triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh
realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat
yang tercatat mencapai 286,40 ribu ton atau
tumbuh 26,80% (yoy), setelah mengalami
kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 0,43% (yoy).
Pada triwulan II 2014, kinerja sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mencatat pertumbuhan sebesar 6,05% (yoy),
atau mengalami akselerasi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
2,78% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain
tercermin pada akselerasi industri perbankan.
Pada periode laporan, aset perbankan di
Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp47,83
Triliun atau tumbuh 19,10% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan periode triwulan sebelumnya
yang tercatat tumbuh 11,97% (yoy).
Perkembangan kinerja perbankan tersebut terutama didorong oleh perkembangan penghimpunan
dana pihak ketiga, meskipun penyaluran pembiayaan perbankan relatif melambat.
Akselerasi juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air, dimana sektor tersebut tumbuh 3,56% (yoy)
pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 2,81%
(yoy). Hal tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan listrik PLN Wilayah Kalimantan Barat dan
air oleh PDAM Tirta Khatulistiwa. Penjualan listrik Kalimantan Barat tercatat tumbuh 7,28% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 5,20% (yoy). Sementara itu, penjualan air
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Ton
Volume
Pertumbuhan-RHS (yoy)
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Mil
iar
Rp
Total AsetGrowth-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 19
tercatat tumbuh 14,97% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,00% (yoy).
Sumber : PLN Wilayah Kalimantan Barat, diolah
Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat
Sumber : PDAM Tirta Khatulistiwa, diolah
Grafik 1. 22 Penjualan Air
Di sisi lain, perlambatan kinerja ditunjukkan oleh
sektor jasa, dimana pada triwulan laporan,
sektor jasa tumbuh 1,34% (yoy), atau lebih
lambat dibandingkan triwulan II 2014 yang
tercatat sebesar 4,85% (yoy). Perlambatan
kinerja sektor jasa tersebut terjadi terutama
sektor jasa pemerintah, dari 5,08% (yoy) pada
triwulan I 2014 menjadi 0,91% (yoy) pada
triwulan laporan. Perlambatan pada sektor jasa
antara lain ditandai dengan perolehan pajak
hiburan di Kota Pontianak yang hanya tumbuh
0,08% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,73% (yoy).
0%
4%
8%
12%
16%
20%
24%
28%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
MwH
Penjualan Listrik
Pertumbuhan-RHS (yoy)
200
220
240
260
280
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Ribu SRRibu M3
V. Air Terjual Jmlh Pelanggan
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Pajak HiburanPertumbuhan-RHS (yoy)
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 21
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Gambaran Umum4
Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah
dari triwulan I 2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut
seiring berlalunya beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur.
Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih
rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun
mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi
Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional
yang mencapai 6,70% (yoy).
Menurunnya tekanan inflasi tersebut tercermin dari perkembangan inflasi secara triwulanan,
dimana laju inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 1,41% (qtq) relatif lebih
rendah dari triwulan I 2014 dan triwulan II 2013 yang masing-masing mencapai 2,17% (qtq)
dan 1,69% (Grafik 2.1 dan 2.2).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat danNasional
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Baratdan Nasional
Realisasi inflasi triwulan II 2014 tidak terlepas dari dinamika inflasi bulanan selama
periode laporan. Laju inflasi bulanan selama triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan
Juni 2014 sebesar 0,92% (mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni
2014 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan seiring dengan tingginya
permintaan dalam menghadapi puasa. Kondisi tersebut diindikasikan oleh sumbangan inflasi
beberapa komoditas bahan makanan, seperti telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah,
4 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahundasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkanperhitungan yang dilakukan secara mandiri.
5,536,15
8,53 8,90 8,98 8,69
5,025,41
7,90 8,087,32
6,70
I II III IV I II
2013 2014
%-yoy Kalbar Nasional
2,0
9
1,6
9
3,8
1
1,0
5
2,1
7
1,4
1
2,1
3
1,1
7
3,7
8
0,8
0 1,4
1
0,5
7
I II III IV I II
2013 2014
%-qtq Kalbar Nasional
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
dan sawi hijau yang masing-masing memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,21%, 0,18%,
0,08%, dan 0,04% (mtm). Sementara itu, harga tiket angkutan udara relatif terkendali
sehingga dapat meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014. Tercatat andil
inflasi angkutan udara mencapai 0,08% (mtm).
Di sisi lain, laju inflasi bulanan
terendah terjadi pada April 2014.
Tercatat Provinsi Kalimantan Barat
pada bulan April 2014 mengalami
deflasi 0,01% (mtm). Terjaganya
pasokan bahan makanan menjadi
peredam inflasi yang terjadi pada
bulan April 2014. Selain itu, deflasi
yang terjadi pada bulan April 2014
menunjukkan bahwa pelaksanaan
pemilu legislatif pada bulan April 2014 tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap
perkembangan harga.
2.2. Inflasi Tahunan
Secara tahunan, tekanan inflasi pada
sebagian besar kelompok komoditas
berada di level yang relatif tinggi,
terutama Bahan Makanan.
Kelompok komoditas Bahan Makanan
menjadi salah satu komoditas yang
mengalami kenaikan inflasi serta
memberikan sumbangan inflasi tertinggi
pada triwulan II 2014. Tercatat sumbangan
inflasi kelompok Bahan Makanan pada
periode laporan mencapai 2,51% (yoy)
dengan tekanan inflasi sebesar 10,33%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi
triwulan I 2014 yang mencapai 9,70%
(yoy). Selain komoditas Bahan Makanan,
sumbangan inflasi yang relatif tinggi terjadi pada komoditas Makanan Jadi, Perumahan dan
Transpor. Andil inflasi masing-masing kelompok tersebut pada triwulan II 2014 mencapai
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2013 2014
% mtm
Kalbar Nasional
3,14
7,94
9,24
6,54
13,33
9,81
9,70
8,98
3,74
10,71
9,77
5,87
8,89
9,76
10,33
8,69
0,22
0,48
0,56
1,06
1,59
2,30
2,51
8,69
0 5 10 15
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Makanan jadi
Transpor
Perumahan
Bahan Makanan
Umum
% (yoy)
Andil II-2014
II-2014
I-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 23
1,06%, 2,30%, dan 1,59% (yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas
tersebut juga relatif besar, masing-masing mencapai 5,87%, 9,76%, dan 8,89% (yoy).
Realisasi kenaikan BBM Bersubsidi pada 2013 memberikan pengaruh signifikan sehingga
memicu tingginya indeks harga konsumen (IHK) yang terjadi sejak triwulan III 2013. Kondisi
tersebut menyebabkan IHK triwulan II 2014 lebih tinggi dari IHK triwulan II 2013 sehingga
memicu tingginya tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2014 (base effect). Selain itu,
persiapan masyarakat dalam menghadapi puasa yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014
semakin menambah tekanan inflasi pada periode laporan.
2.3. Inflasi Triwulanan
Meskipun tekanan inflasi tahunan pada
triwulan II 2014 mengalami kenaikan
akibat pengaruh base effect, namun laju
inflasi triwulanan mengalami penurunan.
Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi
triwulanan yang mencapai 1,41% (qtq) lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang
mencapai 2,17% (qtq). Berdasarkan kelompok
komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok
komoditas mengalami penurunan laju inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan
laju inflasi terutama terjadi pada kelompok
komoditas Transpor dan Kesehatan, masing-
masing sebesar 3,80% dan 3,95% (qtq).
Realisasi kenaikan fuel surcharge dan penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups (INA-
CBG’s) untuk biaya pengobatan menjadi salah satu pemicu kenaikan laju inflasi pada kedua
kelompok komoditas tersebut.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
7,37
0,89
1,57
1,55
1,55
2,56
-3,91
2,17
-0,05
0,64
0,81
0,84
3,95
1,48
3,80
1,41
-0,01
0,04
0,05
0,20
0,21
0,26
0,64
1,41
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8
Bahan Makanan
Pendidikan
Sandang
Perumahan
Kesehatan
Makanan Jadi
Transpor
Umum
% (qtq)
Andil II-2014
II-2014
I-2014
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
2.4. Inflasi Kelompok Komoditas
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan
Kenaikan tekanan inflasi pada
komoditas ikan segar memicu kenaikan
inflasi bahan makanan pada triwulan II
2014.
Tercatat inflasi kelompok Bahan Makanan
pada triwulan II 2014 sebesar 10,33%
(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi
triwulan I 2014 yang mencapai 9,70%
(yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan
seluruh kelompok komoditas bahan
makanan terutama ikan segar, padi-padian,
sayuran, dan daging.
Secara tahunan, relatif tingginya tekanan
inflasi Bahan Makanan pada triwulan II
2014 salah satunya dipicu oleh
keterbatasan pasokan pada komoditas
padi-padian. Kondisi tersebut tercermin dari
penurunan luas panen padi, dimana pada
triwulan II 2014 mencapai 35.989 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013
yang mencapai 51.008 ha (lihat Bab I). Selain itu, kondisi cuaca yang kurang baik juga
memberikan pengaruh terhadap tingginya inflasi komoditas ikan segar. Berdasarkan informasi
BMKG, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Bagian Barat selama triwulan II 2014 berkisar
1,2 meter hingga 2 meter, relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi pada triwulan II 2013 yang
berkisar 0,3 meter hingga 1,5 meter. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap.
Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada komoditas bumbu-bumbuan.
Tercatat tekanan inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan II 2014 mencapai
3,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,10% (yoy).
Salah satu faktor yang mempengaruhi terkendalinya inflasi bumbu-bumbuan adalah kondisi
pasokan yang relatif mencukupi, terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan di daerah
sentra penghasil. Selain itu, sebagai upaya pengendalian inflasi komoditas bumbu-bumbuan,
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok BahanMakanan Kalimantan Barat
12,64
18,74
13,10
3,13
16,42
17,62
6,24
-0,89
26,62
6,45
7,80
9,70
15,11
5,69
3,75
5,72
14,04
19,64
12,85
10,63
17,18
5,94
8,77
10,33
0,01
0,04
0,05
0,08
0,10
0,23
0,35
0,36
0,36
0,37
0,38
2,51
-5 0 5 10 15 20 25 30
Bahan Makanan Lainnya
Ikan Diawetkan
Bumbu
Lemak dan Minyak
Kacang
Buah
Telur, Susu
Daging
Sayuran
Padi
Ikan Segar
BAHAN MAKANAN
% (yoy)
Andil II 2014
II-2014
I-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 25
khususnya bawang merah, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerjasama dengan Lapas Klas IIA
Kota Pontianak menginisiasi pengembangan budidaya bawang merah (lihat boks).
Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi
di kedua kota yang menjadi dasar
perhitungan inflasi di Kalimantan Barat
berada di level yang relatif tinggi,
terutama di Kota Pontianak. Tercatat
tekanan inflasi bahan makanan di Kota
Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai
9,18% (yoy). Tingginya inflasi tersebut
terutama disebabkan oleh kenaikan harga
pada subkelompok daging, ikan segar, dan
telur, masing-masing sebesar 14,36%, 8,26% dan 14,96% (yoy). Kenaikan tersebut terutama
disebabkan persiapan masyarakat menjelang puasa. Kondisi kenaikan harga tersebut tercermin
dari hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, terutama
pada komoditas daging, dimana rata-rata harga komoditas daging sapi dan daging ayam ras
selama triwulan II 2014 mencapai Rp119.000/kg dan Rp24.000/kg, lebih tinggi dari posisi yang
sama tahun 2013 sebesar Rp94.000/kg dan Rp22.500/kg.
Sementara itu, meskipun relatif tinggi, namun tekanan inflasi di Kota Singkawang pada
triwulan II 2014 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, tekanan
inflasi pada triwulan II 2014 mencapai 5,77% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2014 yang
mencapai 8,46% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut salah satunya disebabkan oleh
deflasi pada komoditas sayuran yang mencapai 1,87% (yoy). Kondisi pasokan komoditas
sayuran yang relatif terjaga menjadi salah satu faktor penurunan inflasi di Kota Singkawang.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan KotaPontianak dan Singkawang
9,18
5,77
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
% (yoy)
Pontianak
Singkawang
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar
Tekanan inflasi kelompok Perumahan di
Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
relatif stabil dibandingkan triwulan
sebelumnya, namun berada di level
yang tinggi. Tekanan inflasi kelompok
Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan
inflasi komponen biaya tempat tinggal, dari
10,19% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi
10,58% (yoy) pada triwulan II 2014.
Komponen lain yang mengalami kenaikan
inflasi adalah penyelenggaraan rumah
tangga yang mencapai 8,94% (yoy) pada
triwulan II 2014, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,94% (yoy). Penyesuaian biaya sewa rumah5 (termasuk
indekos), seiring berlangsungnya tahun ajaran baru, menjadi salah satu komponen pemicu
kenaikan inflasi biaya tempat tinggal. Sementara itu, tingginya tekanan inflasi pada komponen
penyelenggaraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh penyesuaian biaya keamanan.
Berdasarkan daerahnya, kenaikan
inflasi kelompok Perumahan terutama
terjadi di Kota Singkawang, meskipun
dengan magnitude yang lebih rendah
dari inflasi Kota Pontianak. Tercatat
inflasi perumahan di Kota Singkawang
pada triwulan II 2014 mencapai 8,50%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,76% (yoy).
Tingginya kenaikan tekanan inflasi di Kota
Singkawang salah satunya dipicu oleh
5 Definisi sewa menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dengan pembayaran sewanya secara teraturdan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. Sedangkan definisi kontrak rumah menurut BPS adalah jikatempat tinggal tersebut disewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik danpemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus dimuka atau dapat diangsur menurutpersetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggalyang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrakbaru.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokPerumahan Kalimantan Barat
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianakdan Singkawang
9.81
10.19
9.39
12.55
7.42
9.76
10.58
8.23
10.62
8.94
2.27
1.36
0.52
0.20
0.20
0 5 10 15
PERUMAHAN
Biaya tempat tinggal
Bahan bakar, penerangan danair
Perlengkapan rumah tangga
Penyelenggaraan rumahtangga
% (yoy)
andil II 2014
II-2014
I-2014
10.47
8.50
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
% (yoy)
Pontianak
Singkawang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 27
kenaikan tarif tukang bukan mandor. Tekanan faktor ekspektasi terhadap faktor musiman
puasa dan lebaran terindikasi oleh kenaikan upah tukang bukan mandor. Sementara itu, inflasi
kelompok Perumahan di Kota Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai 10,47% (yoy), relatif
stabil dibanding triwulan I 2014 yang mencapai 10,67% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi
Kalimantan Barat, salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi perumahan di Kota Pontianak
adalah penyesuaian biaya keamanan.
2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan II 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun masih memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi secara umum di triwulan II 2014. Tekanan
inflasi pada kelompok ini di triwulan II 2014 tercatat mencapai 8,89% (yoy), lebih rendah dari
inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,33% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan II 2014 masih berada di level yang cukup tinggi yaitu
sebesar 1,49% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi
pada subkelompok Transpor, dari 22,02% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 15,93% (yoy) di
triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa pengaruh masa liburan sekolah terhadap harga tiket angkutan udara
relatif lebih kecil dibandingkan pelaksanaan even keagamaan seperti Imlek, Cap Go Meh dan
Sembahyang Kubur yang berlangsung pada triwulan I 2014. Selain itu, kebijakan pemerintah
untuk menaikkan fuel charge6 angkutan udara mulai pertengahan triwulan I 2014
menyebabkan harga tiket menjadi lebih tinggi dari tahun 2013.
6 Terhitung sejak Februari 2014 pemerintah secara nasional memberlakukan kenaikan fuel charge sebesar Rp60.000per jam untuk penerbangan pesawat tipe jet dan Rp50.000 per jam untuk jenis pesawat turbo propeler.
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan,
dari 21,64%(yoy) di triwulan I 2014 menjadi 7,63% (yoy) di triwulan II 2014. Sementara di Kota
Singkawang, inflasi kelompok ini relatif stabil, dari 10,75% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi
11,12% (yoy) di triwulan II 2014. Sejalan dengan kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif
angkutan udara pasca perayaan even keagamaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di kedua kota
tersebut.
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi
Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi
pada triwulan II 2014 mengalami
penurunan dibanding triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan,
sumbangan terhadap inflasi umum yang
relatif tinggi diberikan oleh kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau mencapai 1,04% (yoy). Meskipun
berada di level yang relatif tinggi, namun
tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok
ini mengalami penurunan, mencapai 5,87% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang
mencapai 6,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh
inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 5,00% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokTranspor Kalimantan Barat
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianakdan Singkawang
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokMakanan Jadi Kalimantan Barat
13.33
22.02
0.15
3.54
0.13
8.89
15.93
0.05
3.69
0.13
1.49
1.56
0.00
0.06
0.00
0 5 10 15 20 25
TRANSPOR
Transpor
Komunikasidan pengiriman
Saranadanpenunjang
transpor
Jasa keuangan
% (YOY)
Andil II 2014
II-2014
I-2014
15,31
7,36
-5
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
% (yoy)
Pontianak
Singkawang
6,54
5,00
8,92
9,16
5,87
4,77
6,76
8,75
1,04
2,76
1,65
1,56
0 2 4 6 8 10
Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau
Makanan jadi
Tembakau dan minumanberalkohol
Minuman tidak beralkohol
% (yoy)
andil II-2014
II-2014
I-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 29
4,77% (yoy) pada triwulan II 2014. Relatif stabilnya harga komoditas makanan jadi menjadi
salah satu faktor terkendalinya inflasi makanan jadi. Selain itu, penurunan harga bahan baku,
khususnya bumbu-bumbuan juga memberikan pengaruh positif terhadap inflasi makanan jadi.
Meskipun secara umum, inflasi makanan jadi relatif terkendali, namun siklus musiman puasa
yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014 masih memberikan pengaruh pada inflasi
makanan jadi. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi
di triwulan II 2014. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi di triwulan II 2014 mencapai angka 176, lebih tinggi dibandingkan triwulan II
2013 yang mencapai 148,5.
Berdasarkan daerahnya, penurunan
tekanan inflasi kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
terjadi di kedua kota perhitungan
inflasi, terutama Kota Singkawang.
Tercatat inflasi Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau di Kota Singkawang
pada triwulan II 2014 mencapai 3,87%
(yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang
mencapai 5,34% (yoy). Sementara di Kota
Pontianak, inflasi Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau juga mengalami
penurunan dari 7,01% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,49% (yoy) pada triwulan II 2014.
Berlalunya kegiatan musiman Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu
faktor penyebab penurunan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di
kedua kota. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat terhadap siklus musiman puasa
menyebabkan inflasi masih berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.2 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan
Singkawang
6,49
3,87
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
% (yoy)Pontianak
Singkawang
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
2.5. Disagregasi Inflasi
Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi Kalimantan Barat
pada triwulan II 2014 dipicu oleh tingginya tekanan inflasi komoditas yang bersifat
non-fundamental. Sementara itu, dari sisi fundamental, tekanan inflasi cenderung
mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga komoditas Volatile Foods menjadi
pemicu tingginya tekanan inflasi, seiring keterbatasan pasokan pada komoditas padi-padian
dan ikan segar. Tercatat inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan II 2014 mencapai
10,18% (yoy), naik dari triwulan I 2014 yang mencapai 9,03% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan II
2014 mencapai 8,53% (yoy), meskipun mengalami penurunan dari triwulan I 2014 yang
sebesar 9,06% (yoy), namun masih berada di level yang relatif tinggi, sejalan dengan ekspektasi
inflasi masyarakat terhadap puasa. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 9,19% (yoy) menjadi 7,59%
(yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan pemerintah di awal tahun.
Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)
Sumber : BPS Kalbar, diolah
2.5.1. Faktor Fundamental
Perkembangan inflasi pada
kelompok komoditas Inti pada
triwulan II 2014 cenderung
terkendali. Berlalunya perayaan even
musiman Imlek, Cap Go Meh dan
Sembahyang Kubur yang berlangsung
pada triwulan I 2014 menyebabkan
tekanan permintaan terhadap tiket
angkutan udara relatif mereda
sehingga harga tiket angkutan udara
cenderung turun. Hasil Survei
Pemantauan Harga (SPH) yang
I II III IV I II III IV I II III IV I IIInflasi Inti 4.55 4.53 4.39 4.99 4.88 5.36 4.84 4.65 5.68 5.76 7.83 8.36 9.06 8.53Volatile Foods 11.59 9.65 6.42 5.57 7.78 11.80 8.09 9.78 8.75 5.52 9.30 5.36 9.03 10.18Adm Prices 8.62 12.80 10.64 5.95 6.41 5.72 4.49 6.28 4.52 9.83 8.14 15.18 9.19 7.59Umum 7.10 7.39 6.16 5.22 5.82 7.00 5.48 6.19 6.12 6.39 8.21 8.90 8.98 8.69
2013 20142012Kelompok
2011
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di KotaPontianak
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V
Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14
Maskapai I Maskapai II
Maskapai III Tren Rata-rata Harga
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 31
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan
udara tersebut, dimana pada triwulan II 2014, harga tiket angkutan udara mengalami
penurunan sebesar 18,07% (qtq) jika dibandingkan triwulan I 2014.
Sementara itu, tekanan inflasi
terutama dipicu oleh kenaikan
ekspektasi inflasi masyarakat. Hasil
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di
triwulan II 2014 mengalami kenaikan,
terutama ekspektasi inflasi jangka pendek.
Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II
2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa
hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, faktor musiman puasa, dan tahun ajaran baru yang
mendorong peningkatan permintaan.
Berdasarkan kelompok
komoditasnya, kenaikan
ekspektasi inflasi tersebut
terlihat di seluruh kelompok.
Angka indeks ekspektasi
tertinggi terjadi pada Kelompok
Bahan Makanan, Pendidikan,
Makanan Jadi, dan Transpor
yang masing-masing mencapai
189, 176,5, 175, dan 168,5.
Selain itu, indeks pengeluaran
konsumen pada triwulan II
2014 juga berada di level yang
relatif tinggi mencapai 168. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh pelaksanaan
kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi, seiring tingginya
ekspektasi inflasi masyarakat. Ke depan, diperlukan berbagai upaya nyata dari pemerintah
daerah bersama dinas dan instansi terkait serta TPID khususnya terkait dengan pengelolaan
ekspektasi masyarakat sehingga inflasi dapat lebih terkendali.
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Hargamenurut Konsumen di Kalimantan Barat
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga KonsumenMenurut Kelompok Komoditas
di Kalimantan Barat
0
2
4
6
8
10
12
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
I-2
01
3
II-2
01
3
III-
20
13
IV-2
01
3
I-2
01
4
II-2
01
4
% (yoy)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)
0
2
4
6
8
10
12
100
120
140
160
180
200
I-20
13
II-2
013
III-
2013
IV-2
013
I-20
14
II-2
014
%, yoyIndeks
InflasiAktual (sumbu kanan) Bahan makanan Makanan Jadi
Perumahan Sandang Kesehatan
Transpor Pendidikan
32 Kajian EkonomiTriwulan II
Komoditas lain yang menjadi pemicu
satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif
biaya perawatan dan pengobatan.
Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama
mengalami kenaikan inflasi (Grafik 2.14).
Malaysia8 relatif mengalami penurunan.
mendalam dapat diketahui bahwa
penurunan inflasi pada subkelompok komoditas Pangan
2014, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan II 2014
kisaran USD1.290/oz. Sementara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami
pelemahan, dari Rp11.360/USD pada triwulan
2014 atau melemah 4,68% (qtq).
imported inflation pada triwulan ini meskipun relatif minimal.
7 Dalam program Jaminan Kesehatan Nasionalpembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan.regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasimempertimbangkan jarak dan perbedaan harga antartarif hingga 7%.
8 Malaysia memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilkajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yangmasuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi NegaraDagang
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
I II III IV I II
2012 2013
% (yoy)
China Malaysia Singapura
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Komoditas lain yang menjadi pemicu tingginya inflasi Inti adalah tarif rumah sakit yang
satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups
atan dan pengobatan.
Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
Laju inflasi negara mitra dagang utama relatif stabil, hanya Singapura yang
(Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra dagang tersebut,
relatif mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih
mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi tersebut terutama di
inflasi pada subkelompok komoditas Pangan, dari 3,90% (yoy)
2014, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan II 2014. Harga emas dunia relatif masih stabil pada
mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami
pelemahan, dari Rp11.360/USD pada triwulan I 2014 menjadi Rp11.892/USD pada triwulan II
melemah 4,68% (qtq). Kondisi tersebut memberikan pengaruh terhadap tekanan
pada triwulan ini meskipun relatif minimal.
alam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah menggunakan INA-CBG'spembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Tarif INA-CBG's menerapkan skemaregionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi
arak dan perbedaan harga antar wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan
memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilIndonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang
masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong.
Perkembangan Inflasi Negara Mitra
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.18 Perkembangan
2,3
3,3
1,8
III IV I II
2013 2014
Singapura
alimantan Barat
Inti adalah tarif rumah sakit yang salah
(INA-CBG’s)7 untuk
Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
relatif stabil, hanya Singapura yang
mitra dagang tersebut, inflasi
Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih
inflasi tersebut terutama disebabkan oleh
3,90% (yoy) pada triwulan I
relatif masih stabil pada
mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami
/USD pada triwulan II
sebut memberikan pengaruh terhadap tekanan
yang merupakan sistemBG's menerapkan skema
regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi
wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan
memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilIndonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang
Perkembangan Nilai Tukar
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 33
2.5.2. Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi kelompok volatile foods pada
triwulan II 2014 terutama berasal dari subkelompok Padi-padian dan Ikan Segar. Inflasi
subkelompok Padi-padian, terutama dipicu oleh keterbatasan pasokan seiring penurunan luas
panen padi di triwulan II 2014 yang lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013.
Selain itu, kondisi gelombang laut pada triwulan II 2014 yang lebih tinggi menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap.
Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar
modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa
komoditas khususnya ikan menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara hasil
survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan bahwa harga beras
mengalami kenaikan pada triwulan II 2014.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan GulaPasir
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.21 SPH Bumbu
1706,38 1717,86
1290,02
0
400
800
1200
1600
2000
I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
$/OZ
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
14,000
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14
Rp/kgBeras Minyak Goreng Gula Pasir
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14
Rp/kg
Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih
34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Sementara itu, penerapan beberapa kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan
pada triwulan I 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered
prices pada triwulan II 2014 mengalami penurunan. Salah satu kebijakan yang telah
direalisasikan pada triwulan I 2014 adalah kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% yang
memicu kenaikan harga rokok pada periode tersebut.
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di
Kota Pontianak
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di
Kota Pontianak
50,000.00
60,000.00
70,000.00
80,000.00
90,000.00
100,000.00
110,000.00
18,000
19,000
20,000
21,000
22,000
23,000
24,000
25,000
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14
Sapi (Rp/Kg)Rp/kg
Daging Ayam Ras Telur Daging Sapi (RHS)
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
50,000
I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14
Rp/kgIkan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri Ikan Tongkol Udang
9.850
10.500
8.875
9000
8.500
9.000
9.500
10.000
10.500
11.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2013 2014
Rupiah/Kg
Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium)
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2013 2013 2014
Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih
Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa
Cabe Rawit
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 35
Boks
Pengembangan Demplot Komoditas Bawang Merah Bekerja Sama dengan Lapas KotaPontianak
Bawang Merah merupakan salah satu
komoditas di Kalimantan Barat dengan
tingkat ketergantungan pasokan dari luar
daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan
informasi Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat,
kebutuhan konsumsi bawang merah di
Kalimantan Barat pada 2014 mencapai
8.073 ton, meningkat dari 2013 yang
mencapai 7.945 ton. Dari jumlah tersebut,
seluruhnya dipenuhi dari luar daerah,
khususnya Jawa, sehingga kendala distribusi dan produksi relatif lebih sulit dikelola secara optimal
yang pada akhirnya berpotensi besar untuk memberikan tekanan inflasi. Selain itu, faktor lain yang
menyebabkan tingginya harga bawang merah di Kalimantan Barat adalah bibit bawang merah yang
masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini disebabkan bibit yang tersedia di Provinsi Kalbar dari segi
kualitas belum memenuhi kriteria petani, dan secara kuantitas belum mencukupi. Sebagai informasi,
inflasi tahunan rata-rata bawang merah selama tahun 2013 mencapai 65,68% (yoy) dengan rata-
rata sumbangan mencapai 0,13% (yoy).
Terkait hal tersebut, TPID Provinsi Kalimantan Barat berinisiatif untuk melakukan pengembangan
demplot bawang merah. Sebagai upaya awal, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan
Lapas Klas II A Pontianak. Ketersediaan lahan dan konsistensi Sumber Daya Manusia untuk
melakukan pengawasan menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pengembangan demplot. Selain
itu, pengembangan demplot tersebut juga memberikan pengetahuan keterampilan kepada
penghuni lapas.
Dalam pelaksanaannya, telah dilakukan penanaman bawang merah dengan polybag sebanyak 1000
buah polybag pada Triwulan I 2014. Kemudian pada April 2014, telah dilakukan panen perdana
yang dihadiri oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI. Dari 1000 buah polybag tersebut,
diperoleh hasil panen sebesar 102 Kg akan digunakan sebagai bibit. Ke depan, direncanakan akan
dilakukan penambahan jumlah polybag sebanyak 1.000 buah. Selain itu, Kementerian Pertanian RI
program serupa dapat juga dikembangkan secara nasional. Atas keberhasilan demplot ini
Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikutura akan mengalokasikan DIPA klaster bawang
merah di 3 (tiga) lokasi yaitu Kabupaten Melawi (35 ha), Kabupaten Kubu Raya (24 ha) dan Kota
Pontianak (16 ha) pada tahun 2015.
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 1. Inflasi Bawang Merah Kalimantan Barat
-38,78
102,83
72,27
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
%(yoy)
36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Berdasarkan hasil evaluasi pasca panen, serta informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Kalbar diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Produksi bawang merah masih dapat ditingkatkan melalui intensifikasi dengan asumsi 1 kg
bibit bawang merah (umbi) mampu menghasilkan 7-10 kg bawang merah.
2. Bibit bawang merah berupa umbi dapat diganti dengan biji (tuktuk) yang membutuhkan ½
Kg untuk 1000 polybag, dibandingkan dengan 40 Kg bibit bawang merah (umbi) yang
dibutuhkan untuk 1000 polybag.
Pengembangan Demplot Bawang Merah di Lapas Klas IIA Pontianak
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 37
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1Perkembangan Indikator Umum Perbankan
Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II
2014 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih
cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,70% (yoy). Akselerasi
perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana
pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun,
lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu,
penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan,
tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut
menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to
Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan.
Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans
(NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan.
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh
15,33% (yoy) menjadi sebesar Rp38,65 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat mengalami
akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,34% (yoy). Pertumbuhan
tersebut juga lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 dimana penghimpunan dana pihak
ketiga hanya tercatat sebesar 10,40% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat
masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp19,73 triliun.
Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 6,84% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 8,23% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat mengalami akselerasi, masing-
masing sebesar 19,75% (yoy) dan 30,69% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi
masing-masing sebesar Rp8,12 triliun dan Rp10,80 triliun. Akselerasi pada giro didorong oleh
pertumbuhan giro pemerintah seiring siklus anggaran pemerintah. Sementara itu, akselerasi
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-o-y
1. Total Asset 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 47,834 8.83 19.10
2. DPK 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 6.16 15.33
- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 27.51 19.75
- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 9.91 30.69
- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 (2.40) 6.84
3. Kredit 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 32,200 4.88 16.70
4. LDR (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32
5. NPLs (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31
2014INDIKATOR
Pertumbuhan (%)2012 2013
38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh
pergerakan suku bunga deposito seiring dengan bertahannya suku bunga acuan BI rate pada
level yang relatif tinggi 7,50%.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum diKalimantan Barat (miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga DepositoKalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan golongan nasabah pemilik
rekening, DPK yang dihimpun perbankan
Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah
perorangan dengan pangsa yang cukup
tinggi mencapai 71,90%. Jumlah DPK milik
perorangan tersebut mencapai Rp27,79
Triliun, atau tumbuh 13,97% (yoy), relatif
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 13,52% (yoy).Sementara itu,
DPK milik pemerintah mencatat akselerasi
yang cukup tinggi sebesar 16,97% (yoy)
menjadi sebesar Rp5,03 Triliun setelah
mengalami kontraksi 2,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Akselerasi tersebut terutama
didorong oleh peningkatan nominal giro pemerintah pada triwulan laporan sesuai siklus
anggaran pemerintah. Peningkatan nominal giro juga didorong oleh dana hibah pemerintah
baik dana untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta Pemilihan Umum. Di sisi lain, DPK
milik swasta mencatat perlambatan sebesar 18,06% (yoy) menjadi sebesar Rp4,16 triliun
dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 22,25% (yoy).
5,663 6,3456,206
4,628 5,9706,780 6,688
4,873
6,368 8,120
7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,5959,396 9,826
10,800
15,70916,669
17,492
19,82418,676 18,465
19,438
22,004
20,213
19,728
Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
Giro Deposito Tabungan
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
Rp Miliar%
Deposito (RHS) BI Rate SB Deposito
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilikdi Kalimantan Barat
PemerintahDaerah13.02%
Perseorangan71.90% Sektor
Swasta10.75%
Lainnya4.33%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 39
Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp24,16
triliun atau 62,51% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya
DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan
tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan
sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat,
dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi.
Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan
Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,28 triliun, Rp2,23
triliun dan Rp2,13 triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, akselerasi terjadi di hampir
seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang dan
Kabupaten Landak dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 41,94% (yoy) dan 41,76%
(yoy). Sementara itu, perlambatan penghimpunan DPK oleh perbankan terjadi di Kota Pontianak
dan Kabupaten Kapuas Hulu masing-masing sebesar 10,02% (yoy) dan 20,99% (yoy), dari
sebesar 14,55% (yoy) dan 21,16% (yoy) pada triwulan I 2014.
Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
(Miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum MenurutKabupaten/Kota di Kalimantan Barat
3.3Penyaluran Kredit Sektor Produktif
Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan
laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan perlambatan, dimana
pada triwulan II 2014 tumbuh 19,36% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh mencapai 21,97% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada
triwulan II 2014 mencapai Rp19,75 triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap
dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total
DPK
(Rp Miliar)
Kab. Pontianak 1,603 4.15%
Kab. Sambas 898 2.32%
Kab. Ketapang 1,938 5.01%
Kab. Sanggau & Sekadau 2,130 5.51%
Kab. Sintang & Melawi 2,227 5.76%
Kab. Kapuas Hulu 1,018 2.63%
Kab. Bengkayang 321 0.83%
Kab. Landak 675 1.75%
Kab. Kubu Raya 397 1.03%
Kota Pontianak 24,160 62.51%
Kota Singkawang 3,280 8.49%
Total 38,648 100.00%
Kabupaten Pangsa
40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
kredit pada triwulan laporan mencapai 61,34%, atau mengalami peningkatan dari 60,65%
pada triwulan sebelumnya.
Perlambatan penyaluran kredit produktif
terutama terjadi pada jenis kredit modal
kerja dari 18,05% (yoy) menjadi 12,99%
(yoy) atau mencapai Rp11,01 triliun.
Sementara itu, kredit investasi tercatat
mengalami akselerasi dari 27,42% (yoy)
menjadi 28,49% (yoy) pada triwulan
laporan atau mencapai Rp8,74 triliun.
Akselerasi pada penyaluran kredit
investasi terutama didorong oleh
akselerasi pada subsektor perkebunan
dan industri pengolahan.Hal tersebut
juga sejalan dengan pertumbuhan
keduanya pada triwulan laporan. Akselerasi pada penyaluran kredit investasi tersebut di tengah
kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku
bisnis di Kalimantan Barat. Sementara itu, perlambatan pada penyaluran kredit modal kerja
terutama dipengaruhi oleh melambatnya pembiayaan modal kerja di sektor konstruksi dan
perdagangan.
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit
produktif oleh perbankan di Kalimantan Barat
masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi
utama, yaitu sektor Perdagangan Besar dan
Eceran (42,10% dari total kredit yang
disalurkan), sektor pertanian (26,04% dari total
kredit yang disalurkan), serta sektor
transportasi, pergudangan dan komunikasi
(9,39% dari total kredit yang disalurkan).
Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan
laporan ditandai dengan akselerasi pada
penyaluran kredit sektor pertanian sebesar
34,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 19,55% (yoy).
Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit sektor pertanian adalah perkebunan
kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,51 triliun, atau tumbuh 37,38%
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja danInvestasi di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut SektorEkonomi di Kalimantan Barat
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
TW I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II
2012 2013 2014
%, yoyRp MiliarModal Kerja Investasi
gModal Kerja gInvestasi
Pertanian26.04%
Industri4.59%
Konstruksi4.58%Perdagangan
42.10%
Akomodasi2.79%
Transportasi9.39%
RealEstate4.95%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 41
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,86% (yoy). Hal tersebut
sejalan dengan meningkatnya investasi di subsektor perkebunan kelapa sawit pada triwulan II
2014. Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor konstruksi yang
tumbuh 14,31% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
29,88% (yoy). Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak penerbitan kebijakan Loan to
Value oleh Bank Indonesia yang dirasakan dampaknya terutama oleh pengusaha konstruksi
perumahan menengah ke atas.
Outstanding kredit yang disalurkan
oleh perbankan untuk pembiayaan
proyek produktif yang berlokasi di
Kalimantan Barat pada triwulan
laporan mencapai Rp17,28 triliun atau
tercatat tumbuh cukup tinggi 29,69%
(yoy), lebih cepat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai
24,39% (yoy). Penyaluran kredit untuk
lokasi proyek di Kalimantan Barat
tersebut seluruhnya dilakukan oleh
perbankan yang berlokasi di
Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran kredit tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di
Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp19,75 triliun. Hal ini mengindikasikan
terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan
Kalimantan Barat.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyekdan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
11,675
12,92713,165
14,62015,268
16,54717,167
18,437
16,149
19,751
10,92512,156
12,345
13,80414,360
15,445
15,972
17,170
18,622
17,276
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
Lokasi KantorLokasi Proyek
42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri
perbankan masih dominan ke Kota
Pontianak dengan outstanding kredit
mencapai Rp8,29 triliun atau mencapai
47,97% dari total kredit sektor produktif
yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal
tersebut didorong oleh pola bisnis para
pelaku usaha yang masih terpusat di Kota
Pontianak. Selain Kota Pontianak,
kabupaten/kota lainnya di Kalimantan
Barat dengan tingkat penyerapan kredit
sektoral yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Pontianak, Kabupaten
Sintang, dan Kabupaten Sanggau.
Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar
dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada
sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan.
Di tengah perlambatan pertumbuhan
kredit, risiko kredit sektor yang
tercermin dari rasio Non Performing
Loans (NPLs) gross perbankan
tercatat sedikit meningkat. Rasio
NPLs gross kredit sektoral pada
triwulan laporan tercatat pada level
1,59%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat pada level 1,53%.
Peningkatan rasio NPL gross terjadi
terutama pada sektor Pertambangan
dan sektor Konstruksi/Bangunan. NPL
pada sektor pertambangan tercatat mencapai 10,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,70%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal
maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring
dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil
tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan dari 1,85% menjadi
5,26% pada triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar
Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit ProduktifKalimantan Barat
Kab. Pontianak 1,967 11.39
Kab. Sambas 733 4.24
Kab. Ketapang 972 5.62
Kab. Sanggau 1,144 6.62
Kab. Sintang 1,279 7.40
Kab. Kapuas Hulu 478 2.77
Kab. Bengkayang 485 2.81
Kab. Landak 299 1.73
Kab. Sekadau 223 1.29
Kab. Melawi 175 1.02
Kab. Kayong Utara 38 0.22
Kab. Kubu Raya 301 1.74
Kota Pontianak 8,286 47.97
Kota Singkawang 895 5.18
Total 17,276 100.00
Kredit Produktif
(Rp Milyar)
Pangsa
(%)Kabupaten
1.59
1.00
0.42
5.26
1.66
10.52
-1.00
1.00
3.00
5.00
7.00
9.00
11.00
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 43
penyempurnaan loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti,
khususnya properti tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas.
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana
persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 3,10%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh
peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada subsektor restoran/penyediaan makanan
minuman. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten
Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada
level 2,97% dan 2,78%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh sektor transportasi,
sementara di Kabupaten Kapuas Hulu, penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi.
3.4Penyaluran Kredit Rumah Tangga
Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah
tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,45 triliun, atau tumbuh 12,71% (yoy).
Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan
penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 15,14% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh
kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit,
khususnya KPR.
I II III IV I II III IV I II
Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73% 0.92%
Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37% 2.97%
Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94% 1.43%
Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93% 1.91%
Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76% 2.07%
Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03% 2.78%
Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12% 1.02%
Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28% 0.43%
Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15% 1.39%
Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40% 3.10%
Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53% 1.59%
2012 2013Kabupaten
2014
44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan jenis penggunaannya,
penyaluran kredit rumah tangga di
Kalimantan Barat sebagian besar
merupakan kredit multiguna dengan
outstanding mencapai Rp7,18 triliun.
Pada triwulan laporan, penyaluran kredit
multiguna tersebut menunjukkan
akselerasi sebesar 6,66% (yoy) yang
antara lain didorong oleh tingginya
kegiatan konsumsi masyarakat pada
triwulan II 2014 seiring dengan
persiapan tahun ajaran baru dan memasuki bulan Ramadhan. Selain multiguna, penyaluran
kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai
Rp3,55 triliun yang tercatat melambat sebesar 14,63% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 yang
mampu tumbuh sebesar 33,98% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR
tersebut antara lain dipengaruhi oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti
perumahan sebagai dampak penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya
larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30
September 2013. Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, baik karet maupun minyak kelapa sawit
(CPO).
I II III IV I II III IV I II
KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602 3,553
KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188 238
Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3 4
Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878 7,184
Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410 1,471
Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081 12,450
2014Jenis Kredit
Rumah Tangga
2012 2013
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga diKalimantan Barat
12.71%
14.63%
26.74%
6.66%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Total kreditKPRKKBMultiguna
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 45
Secara spasial, penyaluran kredit
rumah tangga paling banyak
disalurkan oleh perbankan di Kota
Pontianak dengan outstanding
mencapai Rp6,39 triliun atau
mencapai pangsa 51,31% dari total
kredit rumah tangga yang disalurkan
di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat
konsumsi rumah tangga di Kota
Pontianak mendorong tingginya
penyaluran kredit konsumsi di daerah
tersebut. Daerah lainnya dengan
outstanding penyaluran kredit rumah
tangga yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Sanggau & Sekadau, Kota Singkawang, serta Kabupaten Sintang & Melawi.
Tingginya aktivitas sektor utama perekonomian di daerah-daerah tersebut mendorong tingginya
konsumsi masyarakat.
Secara umum, risiko kredit yang tercermin
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga
berada di batas aman di bawah 5%.
Namun demikian, di tengah perlambatan
penyaluran kredit, terjadi tren peningkatan
rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio
NPL gross kredit rumah tangga pada
triwulan laporan tercatat sebesar 0,87%
atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 0,79%. Berdasarkan
jenis penggunaannya, kredit rumah tangga
dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR
dengan tingkat NPL mencapai 1,89%.
Peningkatan NPL KPR selain dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan LTV pada triwulan III
2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring
dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah TanggaMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit SektorRumah Tangga di Kalimantan Barat
Kab. Pontianak 686.60 5.52
Kab. Sambas 487.32 3.91
Kab. Ketapang 811.55 6.52
Kab. Sanggau & Sekadau 951.78 7.65
Kab. Sintang & Melawi 868.36 6.97
Kab. Kapuas Hulu 490.23 3.94
Kab. Bengkayang 240.13 1.93
Kab. Landak 412.39 3.31
Kab. Kubu Raya 168.27 1.35
Kota Pontianak 6,387.97 51.31
Kota Singkawang 945.09 7.59
Total 12,449.69 100.00
Kredit Rumah
Tangga (Rp Milyar)
Pangsa
(%)Kabupaten
1.89%
0.79%
0.44%0.51%0.59%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
KPR KKB
Multiguna Lainnya
Perlengkapan
46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
3.5Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)
Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar
Rp11,24 triliun atau tumbuh 29,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tercatat mencapai 31,62% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM
terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat
meningkat menjadi 56,93%.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKMKalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM MenurutJenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha menengah (nominal antara Rp500 juta
sampai dengan Rp5 miliar) mencapai 42,24% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau
sebesar Rp4,75 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha kecil (nominal antara Rp50 juta
sampai dengan Rp500 juta) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing
tercatat sebesar Rp4,43 triliun dan Rp2,07 triliun.
Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal
kerja, mencapai Rp7,51 triliun. Sementara Rp3,73 triliun disalurkan untuk kepentingan
investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan
besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor
perkebunan karet dan kelapa sawit.
Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk
membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari
-
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
%, yoyRp Miliar Nominal Growth
4,106
4,5954,861
5,380
5,609
6,141
6,365
6,763
6,910
7,5101,970
2,0011,870
1,961 2,018
2,538 2,6342,851
3,128
3,733
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II
2012 2013 2014
Modal Kerja
Investasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 47
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya
dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Sejalan dengan tren peningkatan
risiko kredit perbankan umum
Kalimantan Barat, risiko kredit
UMKM juga tercatat menunjukkan
peningkatan pada triwulan laporan.
Pada triwulan II 2014, rasio NPL
gross kredit UMKM tercatat sebesar
2,58% atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,16%.
Peningkatan NPL terutama terjadi
pada debitur usaha menengah dan
kecil, dimana masing-masing tercatat sebesar 2,15% dan 3,04%. Sementara itu, penyaluran
kredit untuk usaha mikro mencatat penurunan NPL dari 2,61% menjadi 2,57%.
3.6Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat
pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada
transaksi melalui BI-RTGS. Nominal transaksi kliring meningkat 0,85% (qtq) menjadi sebesar
Rp10,16 Triliun. Sementara nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami
kontraksi 19,27% (qtq) menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Dari sisi sistem pembayaran tunai di
Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan
pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah
uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq)
menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar
Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow,
dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara
tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di
sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
3.04
2.15
2.58
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM
48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi
namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS
mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya
menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak
86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar
dan transaksi RTGS masuk di Kalimantan Barat masing-masing mengalami kontraksi sebesar
3,69% (qtq) dan 26,64% (qtq), menjadi sebesar Rp25,24 triliun dan Rp19,60 triliun. Hal yang
sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi
sebesar 36,70% (qtq) menjadi sebesar Rp7,67 triliun. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran
kredit perbankan dan kinerja ekspor daerah Kalimantan Barat yang tumbuh melambat.
Dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan II 2014 mengalami kontraksi
sebesar 53,69% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp608,83 juta per transaksi
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,31 Miliar per
transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami kontraksi sebesar 49,64%
(yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp1,21 miliar per
transaksi.
Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar
29,09% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat mencapai Rp74,05
triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 40,83% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 61.241 transaksi.
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
(Miliar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIRTGS Keluar- Jumlah Transaksi 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282 31.186- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205 25.239
RTGS Masuk- Jumlah Transaksi 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301 36.534- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720 19.601
RTGS Lokal- Jumlah Transaksi 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891 18.525- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116 7.669
TOTAL- Jumlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474 86.245- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041 52.509
Keterangan20132012 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 49
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
Transaksi kliring selama triwulan II 2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat
sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang
ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 7,91% (qtq) menjadi 251.872 lembar. Ditinjau
dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro9, nilai transaksi kliring
mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,86% (qtq) menjadi sebesar Rp134,56 miliar. Namun dari
sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami peningkatan sebesar 18,23% (qtq) menjadi
sejumlah 3.846 lembar warkat. Berdasarkan penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring
karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.429 lembar (63,16% dari total jumlah warkat kliring
pengembalian), pengembalian/penolakan kliring karena cek kosong sebanyak 731 lembar
(19,01% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), dan sebanyak 686 lembar (17,84%
dari total jumlah warkat kliring pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya.
Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat
selama triwulan II 2014 mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy) jika dibandingkan
dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp8,86 triliun. Dari sisi jumlah warkat yang
ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 1,50% (yoy) yang pada triwulan II 2013
tercatat sebesar 248.144 lembar.
Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan II 2014 nominal rata-rata
transaksi sebesar Rp40,25 juta per warkat atau terjadi kontraksi sebesar 6,72% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp43,14 juta per warkat. Namun demikian,
secara tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat mengalami peningkatan sebesar
12,80% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 sebesar Rp35,68 juta per warkat.
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
9 Definisi bilyet giro lihat di daftar istilah
(Miliar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKliring Penyerahan- Jumlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404 251.872- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072 10.157- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890 4.198- Rata-Rata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168 169
Kliring Pengembalian- Jumlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253 3.846- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139 135- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54 64- Rata-Rata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3 2,2TOTAL- Jumlah Warkat (lbr) 235.938 262.087 296.238 301.436 231.529 250.857 253.113 269.132 236.657 255.718- Nominal 7.715 8.762 11.308 8.803 8.363 8.950 10.051 11.160 10.210 10.291
Keterangan2012 2013 2014
50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan PedagangValuta Asing (PVA)
Pada triwulan II 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat
tercatat sebanyak 35 perusahaan atau mengalami penurunan apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebanyak 36 perusahaan. Secara umum, perkembangan
PVA di Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 cenderung mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan II 2014
jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp110,66 juta atau mengalami peningkatan
sebesar 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak
Rp107,47 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga mengalami
peningkatan sebesar 4,26% (qtq) menjadi sebanyak Rp111,23 juta apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp106,69 juta. Peningkatan tersebut
antara lain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.194 orang atau meningkat 2,74%
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 7.002 orang wisatawan.
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp1,50 Triliun atau
meningkat 137,99% (qtq) dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar
Rp629,83 miliar. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami
peningkatan sebesar 55,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar
Rp964,00 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan II 2014
didominasi oleh uang pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 9,64 juta lembar (31,61% dari
total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 9,41 juta
lembar (30,85% dari total uang kertas yang diedarkan).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 51
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp1,20
triliun atau mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,77%
(qtq). Namun demikian, jika dilihat secara tahunan jumlah uang masuk tersebut mengalami
peningkatan sebesar 40,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar
Rp850,12 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan II 2014 didominasi
oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 8,94 juta lembar (37,05% dari
total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak
6,90 juta lembar (28,60% dari total uang kertas yang masuk).
Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih
besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar
Rp302,82 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan
uang kartal pada triwulan II 2014, antara lain disebabkan pada triwulan II 2014 bertepatan
dengan awal tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA) sehingga kebutuhan uang kartal meningkat untuk pendaftaran sekolah dan pemenuhan
kebutuhan perlengkapan sekolah. Selain itu peningkatan kebutuhan uang juga dipengaruhi
oleh meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan
Pemilihan Presiden.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2012 2013 2014
Pecahan Rp10000 Pecahan Rp5000 Pecahan Rp2000
52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak
edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)
penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;
dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja
sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani
penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.
Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
selama triwulan II 2014 mencapai Rp27,91 miliar, atau mengalami kontraksi 6,60%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,89 miliar.
Berdasarkan denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan
denominasi Rp50.000,00 yang mencapai 184,02 ribu lembar atau senilai Rp9,20 miliar, serta
pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 177,22 ribu lembar atau senilai Rp17,72 miliar.
Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat
adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,21 juta lembar atau senilai Rp4,43 miliar serta
pecahan uang logam Rp500,00 yang mencapai 1,64 juta keping atau senilai Rp820,49 juta.
Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada
triwulan II 2014 meningkat 25,23% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp22,29
miliar.
-1.500
-1.000
-500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
2012 2013 2014
Mil
iar
Rp
Inflow Outflow Net Outflow (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 53
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)(Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara
rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling
bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme ”jemput bola”
langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.
Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah
perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama
dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.
Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui
kegiatan kas keliling mencapai Rp19,07 miliar, atau meningkat 4,82% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,57 miliar. Selama triwulan
II 2014, kegiatan kas keliling dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten
Mempawah, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Singkawang, di wilayah
perbatasan Aruk-Biawak, serta kegiatan kas keliling secara simultan di Kabupaten Kapuas Hulu.
Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami peningkatan
yang relatif signifikan yaitu sebesar 286,46% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar
Rp4,93 miliar.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIUang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 29.880.243 27.901.920
100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 19.555.000 17.722.10050.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 9.275.000 9.201.15020.000 221.960 183.680 202.380 237.060 361.600 228.120 158.020 206.600 244.800 244.18010.000 243.140 158.640 203.440 256.230 373.680 301.240 239.310 263.880 402.340 329.9605.000 118.035 98.830 115.955 115.990 186.820 115.695 107.465 469.750 125.205 143.9352.000 51.816 59.488 72.014 95.242 152.904 128.912 122.358 154.656 176.376 162.4461.000 169.966 151.377 130.971 134.441 161.468 121.470 97.159 90.673 101.054 98.068
500 679 405 351 425 2.732 357 73 186 188 64100 137 209 171 296 517 246 103 164 280 17
Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 2.810 2.142 3.489 6.527 4.790 10.4441.000 5.499 4.749 195 2.544 20 8 60 210 225 934
500 9.274 5.470 2.381 4.956 1.194 1.002 2.020 3.552 1.891 5.881200 2.368 1.555 628 846 662 273 627 1.230 838 1.822100 2.119 1.488 654 903 694 712 754 1.373 1.013 94250 1.037 362 167 38 215 147 28 163 823 68725 314 59 7 0 25 0 0 0 0 178
2012 20142013Pecahan
54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling(Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank
Indonesia bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan.
Kegiatan kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang
pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi
Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang.
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow)
mencapai Rp126,46 miliar atau mengalami kontraksi 17,15% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp152,62 miliar. Berdasarkan denominasinya,
selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,01 juta
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIUang Kertas 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873 19.070.540
100.000 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900 10.446.30050.000 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000 4.740.05020.000 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540 1.282.50010.000 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790 1.377.7905.000 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205 726.7702.000 265.670 471.798 177.712 316.404 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584 401.8801.000 493.463 484.137 337.030 268.234 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815 95.236
500 327 69 3 378 14 107 0 121 19 10100 138 591 0 74 3 18 0 15 20 4
Uang Logam 407 100 310 0 0 2.316 0 6.019 27 4601.000 177 0 100 0 0 0 0 508 0 123
500 0 0 150 0 0 999 0 3.808 0 320200 0 0 0 0 0 952 0 664 0 10100 165 100 50 0 0 350 0 915 27 750 65 0 10 0 0 15 0 124 0 025 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2014Kas Keliling
2012 2013
-100
-50
0
50
100
150
200
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2014
Mili
arR
p
Inflow Outflow Net Outflow
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 55
lembar (54,59% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang
tercatat sebanyak 475,00 ribu lembar (25,80% dari total uang kertas yang masuk).
Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan
II 2014 tercatat sebesar Rp466,86 miliar atau meningkat 100,58% dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp232,76 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama
triwulan II 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00
yang masing-masing mencapai 3,04 juta lembar (38,34% dari total uang kertas yang keluar),
diikuti dengan pecahan Rp2.000,00 yang tercatat sebanyak 590,00 ribu lembar (7,44% dari
total uang kertas yang keluar).
3.6.4.3 Pemusnahan
Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan
setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan
pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang
Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek
keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Selama triwulan II 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI
Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp242,79 miliar atau meningkat 13,71% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp213,52
miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan
Rp2.000,00 yang mencapai 2,50 juta lembar, Rp50.000,00 mencapai 2,34 juta lembar, serta
Rp5.000,00 dan Rp10.000,00 yang masing-masing mencapai 1,85 dan 1,69 juta lembar.
Meningkatnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar dan turunnya jumlah aliran uang
masuk (cash inflow) menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang
masuk meningkat menjadi 20,30%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya
tercatat sebesar 11,47%.
56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan UangTidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang
sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu
maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat
tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan
masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang
Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait
uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk
menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional
bank.
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selama triwulan II 2014, ditemukan 268 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat,
yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,47%) dilakukan oleh pihak perbankan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
Mil
iar
Rp
Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.0002009 111 596 12 7 2 0 0 7282010 239 531 12 3 7 0 2 7942011 389 286 9 0 1 0 0 6852012 312 322 12 10 6 12 0 6742013 643 264 5 3 2 0 0 9172014 745 84 3 1 0 0 0 833Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565Tw II 223 43 2 0 0 0 0 268
PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH
(bilyet)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 57
Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan
Rp100.000,00 sebanyak 223 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 43 lembar.
Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang
ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0014% (14/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan
Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan II 2014. Dalam rangka
pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama
dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan
melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan
masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 59
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014
menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan
nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan II 2013.
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan II 2014 tercatat
sebesar Rp1.817,20 miliar atau mencapai
48,72% dari target APBD Tahun
Anggaran 2014 yang sebesar
Rp3.729,90 miliar. Secara nilai, realisasi
pendapatan tersebut lebih besar dari
realisasi pada triwulan II 2013 yang
mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara
itu, realisasi penyerapan belanja pada
triwulan II 2014 menunjukkan
perkembangan yang relatif baik. Secara
nilai, penyerapan anggaran belanja pada
triwulan II 2014 mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang
mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan rasio penyerapan terhadap target APDB, realisasi
belanja pada triwulan II 2014 mencapai 27,60% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan
triwulan II 2013 yang mencapai 18,06%. Realisasi penyerapan belanja yang relatif baik perlu
dipertahankan dan ditingkatkan terlebih untuk belanja yang terkait dengan pembangunan
infrastruktur pendukung perekonomian di Kalimantan Barat.
2013 2014 II 2013 II 2014 II 2013 II 2014Pendapatan 3,307.93 3,729.90 1,693.25 1,817.20 51.19 48.72Belanja 3,469.97 3,754.90 626.58 1,036.53 18.06 27.60
KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II2014
51.19
18.06
48.72
27.60
0
10
20
30
40
50
60
Pendapatan Belanja
%
II 2013
II 2014
60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Berdasarkan komponennya,
kenaikan realisasi pendapatan
pada triwulan II 2014 terutama
didorong oleh peningkatan
realiasasi Dana Perimbangan.
Tercatat realisasi Dana Perimbangan
pada triwulan II 2014 mencapai
Rp829,09 miliar meningkat 8,35%
(yoy) dari triwulan II 2013 yang
mencapai Rp765,18 triliun. Selain itu,
komponen Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang
Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan II 2014, masing-masing mencapai 6,60%
dan 6,14% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen
pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 45,62%, 39,26% dan 15,11%.
Berdasarkan komponennya,
kenaikan realisasi PAD pada
triwulan II 2014 terutama
didorong oleh realisasi Pajak
Daerah, mengingat kontribusinya
terhadap PAD yang relatif besar
mencapai 82,60%. Tercatat
realisasi Pajak Daerah pada
triwulan II 2014 mencapai
Rp589.38 miliar, lebih tinggi dari
triwulan II 2013 yang mencapai
Rp530,85 miliar. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi komponen
Pajak Daerah mencapai 41,21%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah selain masih ditopang oleh
pajak kendaraan bermotor, juga didorong oleh kenaikan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring
kenaikan tarif tenaga listrik10. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010
tentang Pajak Daerah Kota Pontianak, dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang
10 Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaiankWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai JualTenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktupemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
PAD669.35
PAD713.52
DanaPerimbangan
765.18
DanaPerimbangan
829.09
Lain-lainPendapatan
yang Sah
258.72
Lain-lainPendapatan
yang Sah
274.59
II 2013 II 2014
530.85589.38
56.97 40.8154.47 62.2227.06 21.11
II 2013 II 2014
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 61
dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrik yang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN
maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yang berasal dari PLN ditetapkan sebesar
9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrik yang berasal dari sumber
lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan
sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri,
tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual.
Sementara itu, realisasi Dana
Perimbangan pada triwulan II
2014 didorong oleh tingginya
realisasi Dana Alokasi Umum
(DAU). Pada triwulan laporan,
realisasi DAU di Provinsi Kalimantan
Barat tercatat mencapai Rp752,63
miliar, meningkat 12,71% (yoy)
dari realisasi triwulan II 2013.
Kenaikan realisasi DAU salah
satunya terkait dengan penerimaan
alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung
kegiatan penerimaan siswa tahun ajaran baru. Selain itu, pelaksanaan pemilu legislatif dan
persiapan pemilu presiden juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan
laporan.
Nilai realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan II
2014 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Terkait
hal tersebut, pemerintah pusat menyalurkan DAU yang terutama dimaksudkan untuk
mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)
PADDana
Perimbangan
Lain-lainPendapatan yang
Sah
TotalPenerimaan
DaerahPAD/TPD
DanaPerimbangan/TPD
Lain-lain/TPD
713.52 829.09 274.59 1,817.20 39.26% 45.62% 15.11%Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBaratGrafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)
Dana Bagi HasilPajak & Non
Pajak
75.18
Dana Bagi HasilPajak & Non
Pajak
76.46
DAU667.75
DAU752.63
DAK22.25
DAK-
II 2013 II 2014
62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
4.2. Realisasi Belanja Daerah
Realisasi penyerapan belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan II 2014
relatif lebih baik dari periode
sebelumnya. Tercatat rasio
penyerapan anggaran provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan II
2014 mencapai 27,60% dari target
anggaran belanja 2014. Rasio
tersebut relatif meningkat
dibanding triwulan II 2013 yang
mencapai 18,06%.
Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih mendominasi realisasi
belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan II 2014
mencapai 76,02% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target anggaran 2014
mencapai 49,63%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-Rutin), yang
digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 23,98% dari target
anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai
19,63%.
Secara lebih mendalam, diketahui
bahwa tingginya realisasi Belanja
Tidak Langsung/rutin salah satunya
didorong oleh penyerapan belanja
hibah. Kondisi tersebut relatif
sejalan dengan alokasi DAU, terkait
penyaluran BOS11 untuk
mendukung pelaksanaan tahun
ajaran baru serta pelaksanaan
pemilu legislatif dan pemilu
presiden. Pada triwulan II 2014,
11 Berdasarkan Permendagri Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah,BOS dianggarkan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung, Jenis Belanja Hibah, Obyek Belanja Hibah kepada satuanpendidikan dasar dan rincian objek kepada satuan pendidikan dasar se Kabupaten/Kota.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
34.70
19.05
49.63
19.63
0
10
20
30
40
50
60
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
%
II 2013
II 2014
190.59
288.77
222.37
302.65
0
50
100
150
200
250
300
350
Belanja Pegawai Belanja Hibah
Rp. Miliar
II 2013
II 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 63
nilai realisasi belanja hibah mencapai Rp302,65 miliar, atau 46,16% dari target tahun anggaran
2014. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai BOS yang telah
disalurkan di Kalimantan Barat hingga triwulan II 2014 berkisar Rp282 miliar. Sementara itu,
realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp222,37 miliar atau 38,57% dari target tahun 2014.
Meskipun realisasi belanja gaji mengalami kenaikan, namun secara nilai masih lebih rendah
dibandingkan belanja hibah. Hal tersebut menjadi indikasi yang positif karena Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat telah menunjukkan upaya nyata untuk mengurangi ketimpangan
antar daerah.
Sementara itu, realisasi komponen
Belanja Langsung yang digunakan
untuk pelaksanaan proyek masih
belum optimal, mencapai 19,63%
dari target APBD Tahun Anggaran
2014. Realisasi Belanja Langsung
tersebut terutama didorong oleh
penyerapan Belanja Barang dan Jasa
yang secara nilai mencapai Rp212,74
miliar, atau 21,80% dari target tahun
anggaran 2014. Penyerapan Belanja
Barang dan Jasa tersebut salah
satunya didorong oleh realisasi berbagai proyek pembangunan infrastruktur khususnya terkait
persiapan dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan
II 2014 mencapai Rp68,84 miliar, atau 12,74% dibanding target 2014. Ke depan, untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan daerah maka realisasi penyerapan
belanja Modal dan belanja Barang dan Jasa perlu lebih dioptimalkan lagi.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
BelanjaPegawai
49.46
BelanjaPegawai
45.44
BelanjaBarang &
Jasa
193.58
BelanjaBarang &
Jasa
212.74
BelanjaModal74.05
BelanjaModal68.84
II 2013 II 2014
Rp. Miliar
64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 65
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1Ketenagakerjaan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari
2014, jumlah penduduk usia kerja (usia
15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan
Barat adalah sebanyak 3.280 ribu
orang, atau mengalami peningkatan
sebesar 1,61% (yoy) dibandingkan
hasil survei pada Bulan Februari 2013.
Sementara jumlah angkatan kerja tercatat
meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak
2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah
angkatan kerja tersebut lebih kecil dari
peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari pendidikan terakhir yang
ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan Universitas (SMA-Universitas)
menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan
kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Peningkatan penduduk dengan
pendidikan SMA-Universitas di Kalimantan Barat juga didorong oleh adanya penetapan standar
minimal pendidikan terakhir tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Sementara
itu, jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada periode yang sama juga mengalami kenaikan
sebesar 3,52% (yoy) yang tercatat sebanyak 911 ribu orang. Berdasarkan data historis,
kelompok penduduk bukan angkatan kerja yang paling besar terdapat pada kelompok
penduduk yang sekolah dengan rata-rata sebesar 56,92% dari jumlah penduduk bukan
angkatan kerja, sedangkan rata-rata kelompok penduduk yang mengurus rumah tangga
sebesar 43,08%.12 Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia kerja
merefleksikan adanya peningkatan potensi SDM di Provinsi Kalimantan Barat.
Selanjutnya, jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy)
dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Berdasarkan kelompok
angkatan kerja, diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan
sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami penurunan. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih mencari kerja saat ini telah
12 Dengan asumsi perbandingan menggunakan rata-rata penduduk bukan angkatan kerja yang masukkedalam usia sekolah (15-34 tahun) dari tahun 2008-2012.
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan KerjaBerdasarkan Pendidikan
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
0
100
200
300
400
500
600
700
Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14
SMU - Universitas
Pertumbuhan (%)
66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
mendapatkan pekerjaan. Kondisi tersebut juga diperkuat dengan hasil survei konsumen yang
dilakukan Bank Indonesia, dimana pada periode yang sama ekspektasi masyarakat terhadap
ketersediaan lapangan pekerjaan berada pada level yang relatif tinggi sebesar 113,50 lebih
tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 111,50.
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Berdasarkan dari status pekerjaan,
penyerapan tenaga kerja pada sektor
informal mengalami penurunan sebesar
0,98% (yoy) pada Februari 2014 apabila
dibandingkan Februari 2013 yang tercatat
sebanyak 1.529 ribu orang. Secara
tahunan, penduduk yang berstatus sebagai
pekerja bebas dan berusaha sendiri
mengalami peningkatan, masing-masing
sebesar 123,91% (yoy) dan 2,14% (yoy).
Sementara penduduk yang berstatus sebagai
pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap mengalami kontraksi yang
masing-masing tercatat sebesar 12,42% (yoy) dan 0,80% (yoy). Pada sisi lain penduduk yang
bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 9,50% (yoy). Peningkatan tenaga
kerja di sektor formal terjadi baik pada kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha
yang memiliki buruh/karyawan tetap maupun kelompok penduduk yang berstatus
buruh/karyawan, mengalami peningkatan yang masing-masing tercatat sebesar 10,96% (yoy)
dan 9,34% (yoy).
2014Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags '13 (%) Feb '13 (%)
Jumlah Penduduk Usia Kerja 3,011 3,021 3,031 3,041 3,228 3,068 3,280 6.91 1.61
Angkatan Kerja 2,257 2,233 2,258 2,183 2,349 2,140 2,369 10.69 0.85
a. Bekerja 2,144 2,146 2,182 2,107 2,276 2,054 2,309 12.42 1.45
b. Pencari Kerja 113 87 76 76 73 86 60 -30.51 -17.81Bukan Angkatan Kerja 754 788 773 858 879 928 911 -1.83 3.64
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 75 74 75 72 73 70 72
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5 4 3 3 3 4 3
2011 2012Keterangan
Perubahan Feb '14 Thdp2013
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk YangBekerja Menurut Status Pekerjaan
-
400
800
1,200
1,600
2,000
Feb Feb Ags Feb Ags Feb
2011 2012 2013 2014
Informal Formal
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 67
Ditinjau dari sisi sektoral, pada
Februari 2014 sebagian besar sektor di
Kalimantan Barat mengalami
peningkatan kecuali sektor lembaga
keuangan, sektor industri dan sektor
pertanian. Peningkatan paling tinggi
terjadi pada sektor LGA sebesar 100%
(yoy). Meskipun demikian pangsa
penyerapan tenaga kerja di sektor LGA
hanya sebesar 0,26% dari total penduduk
yang bekerja. Selanjutnya sektor yang
mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yang relatif tinggi adalah sektor transportasi,
sektor konstruksi dan sektor perdagangan yang masing-masing tercatat sebesar 22,22% (yoy),
14,89% (yoy), dan 14,43% (yoy). Di sisi lain, terjadi kontraksi pada sektor lembaga keuangan,
sektor industri dan sektor pertanian yang masing-masing tercatat sebesar 12,90% (yoy), 9,88%
(yoy), dan 3,72% (yoy). Sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling
banyak di Kalimantan Barat mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan aktivitas panen
yang ditandai dengan luas panen padi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada triwulan II 2014 luas panen padi mencapai 35.989 ha, lebih rendah apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama mencapai 51.008 ha. Selain
itu juga, penurunan di sektor pertanian juga disebabkan oleh berkurangnya aktivitas
penyadapan karet oleh petani dikarenakan harga karet yang masih rendah, sehingga petani
kurang bergairah untuk menyadap karet. Sementara penurunan penyerapan tenaga kerja yang
terjadi pada sektor industri terutama disebabkan oleh kurang optimalnya industri pengolahan
karet karena pengaruh cuaca dan harga yang rendah.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga KerjaKalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)
-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
LGA
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi
Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
5.2 Kesejahteraan
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan
indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara
membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin
tinggi tingkat kesejahteraan petani.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan
Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut
mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014
yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh
peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang
dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq)
dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga
yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan
dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83.
Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Juni 2014
mengalami peningkatan sebesar 1,35% dibandingkan NTP bulan Juni 2013 yang tercatat
sebesar 95,76.
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
112
114
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
2012 2013 2014
NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%
-0,50%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
2012 2013 2014
Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 69
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan Juni
2014 sebesar 107,91, atau meningkat 1,97% (qtq) dibandingkan bulan Maret 2014
yang tercatat sebesar 105,83. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada
indeks yang dibayar petani, namun tidak sebesar peningkatan indeks yang diterima petani.
Pada bulan Juni 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 111,19, atau meningkat
1,28% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Maret 2014 yang
tercatat sebesar 109,78. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan
indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4, laju pertumbuhan It
cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan bahwa
penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang meningkat dan dapat digunakan
untuk konsumsi dan pembelian barang modal, serta memiliki dana yang dapat disisihkan untuk
menabung (savings).
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014
Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014 tercatat mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan bulan Maret 2014. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan
subsektor Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi
bulan Maret 2014. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija
yang mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar
1,82% (qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,78% (qtq). Pada sisi penggunaan,
secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami
peningkatan. Ib yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Tangkap
sebesar 1,45% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor Hortikultura sebesar 1,38% (qtq), dan subsektor
Padi Palawija sebesar 1,33% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah
Tangga mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan
Penambahan Barang Modal. Pada bulan Juni 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar
112,45 atau mengalami peningkatan sebesar 1,46% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan
Maret 2014. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar
107,36 atau mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan
Maret 2014.
Seiring dengan meningkatnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada Juni
2014 juga mengalami peningkatan kecuali NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan
subsektor Perikanan Budidaya yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar
0,40% (qtq) dan 0,07% (qtq). Peningkatan paling besar terjadi pada NTP subsektor Padi
70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Palawija yaitu sebesar 2,07% (qtq) diikuti dengan peningkatan NTP subsektor Peternakan dan
NTP subsektor Hortikultura masing-masing sebesar 0,51% (qtq) dan 0,43% (qtq).
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Juni 2014 sebesar 98,98 atau
mengalami peningkatan sebesar 2,07% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat
sebesar 96,97. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani tanaman
padi dan palawija lebih rendah apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang
diterima petani. Indeks harga yang dibayar petani padi palawija sebesar 112,22 atau meningkat
sebesar 1,33% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,75. Sementara indeks
harga yang diterima petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq) menjadi
111,08.
NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Juni 2014 sebesar 104,78 atau mengalami
peningkatan 0,43% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 104,33. Hal
ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura
lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura.
Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 111,95 atau meningkat sebesar 1,38%
(qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,43. Sedangkan indeks harga yang
diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,82% (qtq) menjadi 117,30.
NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Juni 2014 sebesar 93,77 atau
mengalami kontraksi sebesar 0,40% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang
tercatat sebesar 94,15. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami
peningkatan sebesar 0,87% (qtq) dari posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 102,93. Indeks
harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Juni 2014 sebesar 110,72 atau
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Mar 2014 (qtq) Jun 2013 (yoy)1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 99,57 99,25 100,23 100,74 101,08 100,44 102,00 103,99 105,83 107,91 1,97% 7,44%
1.1. Padi Palawija 99,07 99,22 100,48 102,75 103,24 102,72 103,97 103,83 107,39 111,08 3,44% 8,14%
1.2. Hortikultura 102,91 104,73 105,69 106,15 106,20 105,70 111,35 112,11 115,20 117,30 1,82% 10,97%
1.3. Perkebunan Rakyat 101,62 99,59 100,18 98,15 98,28 96,77 97,08 102,71 102,93 103,83 0,87% 7,30%
1.4. Peternakan 96,47 96,44 96,72 97,34 97,64 98,09 100,68 101,45 102,66 104,36 1,66% 6,39%1.5. Perikanan 100,68 101,08 102,69 102,62 103,60 104,58 105,90 105,74 108,04 109,67 1,51% 4,87%
1.5.1. Perikanan Tangkap 107,75 110,37 112,34 1,78%
1.5.2. Perikanan Budidaya 102,73 104,56 105,68 1,07%2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 99,30 100,25 101,78 102,74 104,44 104,88 107,15 108,02 109,78 111,19 1,28% 6,01%
2.1. Padi Palawija 99,68 100,65 102,29 103,17 105,05 105,49 108,07 109,08 110,75 112,22 1,33% 6,38%
2.2. Hortikultura 99,45 100,41 102,14 103,27 104,97 105,48 107,78 108,78 110,43 111,95 1,38% 6,14%2.3. Perkebunan Rakyat 99,45 100,39 101,79 102,90 104,45 104,92 106,64 107,39 109,33 110,72 1,27% 5,53%
2.4. Peternakan 98,78 99,68 100,97 101,82 103,52 103,82 105,89 106,65 108,19 109,43 1,15% 5,40%
2.5. Perikanan 100,49 101,39 102,73 103,58 104,49 105,02 107,62 108,32 109,97 111,43 1,33% 6,10%2.5.1. Perikanan Tangkap 108,47 110,24 111,84 1,45%
2.5.2. Perikanan Budidaya 108,10 109,57 110,83 1,15%
3. Nilai Tukar Petani 100,27 99,01 98,47 98,05 96,78 95,76 95,19 96,26 96,40 97,05 0,67% 1,35%3.1. Padi Palawija (NTPP) 99,38 98,58 98,23 99,60 98,28 97,37 96,22 95,19 96,97 98,98 2,07% 1,65%
3.2. Hortikultura (NTPH) 103,48 104,31 103,49 102,80 101,17 100,22 103,32 103,07 104,33 104,78 0,43% 4,55%
3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 102,17 99,19 98,42 95,38 94,09 92,22 91,03 95,64 94,15 93,77 -0,40% 1,68%3.4. Peternakan (NTPT) 97,66 96,75 95,80 95,61 94,33 94,50 95,09 95,13 94,89 95,37 0,51% 0,92%
3.5. Perikanan (NTPN) 100,17 99,67 99,95 99,06 99,12 99,56 98,38 97,61 98,24 98,42 0,18% -1,15%
3.5.1. Perikanan Tangkap 99,33 100,12 100,45 0,33%
3.5.2. Perikanan Budidaya 95,04 95,43 95,36 -0,07%
No Uraian2012 2013 Pertumbuhan thd2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 71
mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq). Penurunan NTP subsektor Tanaman Perkebunan
Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional yang masih menunjukkan tren
pelemahan.
NTP subsektor Peternakan pada Juni 2014 sebesar 95,37 atau mengalami peningkatan
sebesar 0,51% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat sebesar 94,89.
Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Juni 2014 sebesar 104,36 atau
meningkat sebesar 1,66% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga
mengalami peningkatan sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat
sebesar 108,19.
NTP subsektor Perikanan pada Juni 2014 sebesar 98,42 atau mengalami peningkatan
sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat 98,24. Hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan sebesar
1,51% (qtq) yang tercatat 109,67, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani
subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,33% (qtq) yang tercatat
111,43 dibandingkan dengan Maret 2014.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Pada bulan Juni 2014, NTP gabungan di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi
Kalimantan Timur mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,67% (qtq) dan
0,06% (qtq) dibandingkan Maret 2014. Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi
Kalimantan Tengah mengalami kontraksi masing-masing sebesar 1,30% (qtq) dan 1,23% (qtq)
dibandingkan dengan posisi Maret 2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan di provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan
posisi bulan Juni 2013 yang masing-masing tercatat sebesar 1,35% (yoy) dan 0,45% (yoy).
Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami kontraksi
masing-masing sebesar 1,38% (yoy) dan 0,26% (yoy) dibandingkan dengan posisi Juni 2013.
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 97,05,
bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila
dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 101,23, diikuti oleh Kalimantan
Selatan sebesar 99,89 dan Kalimantan Timur sebesar 99,77.
72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
5.2.2 Inflasi Pedesaan
Tekanan harga kebutuhan konsumsi
barang dan jasa di pedesaan semakin
meningkat seiring tingginya
permintaan karena pola musiman
puasa dan lebaran. Indeks Konsumsi
Rumah Tangga (IKRT) pada Juni 2014
sebesar 112,45 atau mengalami inflasi
6,41% (yoy), lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
pada periode yang sama yang tercatat
sebesar 5,34% (yoy). Inflasi IKRT
terutama didorong oleh inflasi pada
kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 12,11% (yoy), diikuti oleh kelompok bahan
makanan dan kelompok makanan jadi yang masing-masing sebesar 7,97% (yoy) dan 5,60%
(yoy). Sementara itu inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan dan olah raga sebesar
3,25%, diikuti oleh kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing sebesar
3,64% (yoy) dan 4,48% (yoy).
Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep Des Mar Juni Mar 2014 (qtq) Jun 2013 (yoy)
1 100.27 99.01 98.47 98.05 96.78 95.76 95.19 96.26 96.4 97.05 0.67% 1.35%
2 102.97 102.37 102.05 101.75 101.25 101.49 100.26 102.41 102.49 101.23 -1.23% -0.26%
3 103.10 102.66 102.46 101.92 101.19 101.29 99.31 100.44 101.21 99.89 -1.30% -1.38%
4 102.75 102.42 102.22 101.30 99.87 99.32 98.14 98.54 99.71 99.77 0.06% 0.45%Kalimantan Timur
No Uraian2012 2013
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Pertumbuhan thd2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II1 Bahan Makanan 5.82% 7.00% 7.32% 7.97% 7.75% 6.76% 7.22% 6.90% 6.31% 7.97%2 Makanan Jadi 6.04% 5.60% 6.46% 5.82% 4.62% 3.93% 3.77% 4.10% 4.01% 5.60%3 Perumahan 5.66% 5.39% 4.25% 3.66% 3.24% 3.40% 3.50% 3.24% 4.13% 3.64%4 Sandang 5.11% 5.34% 5.25% 5.41% 5.02% 4.42% 3.56% 2.79% 4.05% 4.48%5 Kesehatan 2.48% 3.40% 4.61% 4.61% 4.37% 4.43% 4.02% 3.82% 4.83% 5.33%6 Pendidikan, & Olah Raga 2.48% -19.55% 1.92% 2.15% 1.49% 1.83% 2.30% 2.02% 3.10% 3.25%7 Transportasi dan Komunikasi 1.55% 2.05% 2.53% 2.73% 1.42% 1.27% 10.24% 11.05% 12.36% 12.11%
Inflasi Pedesaan/IKRT 5.42% 5.95% 6.22% 6.42% 5.99% 5.34% 5.78% 5.53% 5.37% 6.41%
UraianNo2012 2013 2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy)
4.00%
4.50%
5.00%
5.50%
6.00%
6.50%
7.00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012 2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 73
5.2.3 Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan Susenas yang dilakukan oleh BPS,
tingkat kemiskinan diukur dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan non makanan yang dikonversi
dengan nilai uang yang disebut sebagai garis
kemiskinan. Pada Maret 2014, jumlah
penduduk miskin di Kalimantan Barat
tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa, atau
mencapai 8,54% dari total penduduk di
Kalimantan Barat. Jumlah tersebut
mengalami penurunan apabila dibandingkan
dengan periode survei sebelumnya yang
tercatat sebanyak 407,34 ribu jiwa, namun
apabila dibandingkan dengan periode tahun
sebelumnya yang tercatat sebanyak 369,01 ribu jiwa jumlah tersebut mengalami peningkatan.
Dari sisi persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk Kalimantan Barat juga
mengalami penurunan dibandingkan September 2013 sebesar 8,74% dan Maret 2014 sebesar
8,54%.
Berdasarkan daerah tempat tinggal
penduduk, jumlah penduduk miskin tercatat
lebih banyak di daerah pedesaan, dimana
pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin
di daerah pedesaan mencapai 319,46 ribu
jiwa, lebih tinggi dibandingkan di daerah
perkotaan sebesar 82,05 ribu jiwa. Tingkat
kemajuan ekonomi di daerah perkotaan
yang lebih unggul dibandingkan di desa
mendorong lebih tingginya kemampuan
masyarakat kota dibandingkan masyarakat
pedesaan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Selain itu tersedianya jumlah lapangan pekerjaan yang lebih banyak di perkotaan
dibandingkan di pedesaan menjadikan penduduk di daerah perkotaan lebih mudah untuk
mendapatkan sumber penghasilan yang lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin KalimantanBarat
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat(dalam Rp)
7,4
7,6
7,8
8
8,2
8,4
8,6
8,8
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
420
Maret Sept Maret Sept Maret
2012 2013 2014
%Ribu Orang
Jumlah % Thdp Total Penduduk
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Maret Sept Maret Sept Maret
2012 2013 2014
Total Kota Desa
74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
didaerah pedesaan. Meskipun demikian, garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi
dibandingkan pedesaan, dimana pada Maret 2014 garis kemiskinan kota sebesar Rp291.532,00
dan desa sebesar Rp279.049,00. Sedangkan, apabila dilihat secara keseluruhan garis
kemiskinan gabungan perkotaan dan pedesaan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar
Rp285.290,00.
Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Dibandingkan dengan Maret 2013, sebagian Provinsi di Wilayah Kalimantan mengalami
peningkatan penduduk miskin, kecuali Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang
mengalami penurunan yang masing-masing tercatat sebesar 0,90% (yoy) dan 0,21% (yoy) pada
Maret 2014. Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mengalami peningkatan yang
masing-masing tercatat sebesar 1,86% (yoy) dan 0,66% (yoy). Dibandingkan dengan Provinsi
lain di Kalimantan, jumlah penduduk miskin tertinggi dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Barat
yang tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa. Begitupula dari sisi persentase penduduk miskin
terhadap total penduduk, Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki angka tertinggi yaitu sebesar
8,54%.
Jumlah Jumlah
(Ribu Org) (Ribu Org)
Kalimantan Barat 369.01 8.24 401.51 8.54
Kalimantan Tengah 136.95 5.93 146.32 6.03
Kalimantan Selatan 181.74 4.77 182.88 4.68
Kalimantan Timur 237.96 6.06 253.6 6.42
Maret 2014
% Thdp Total
Penduduk
% Thdp Total
Penduduk
PROVINSI
Maret 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 75
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat
pada triwulan III 2014 diperkirakan
mengalami akselerasi jika
dibandingkan triwulan II 2014 yang
tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan
mendatang diperkirakan tumbuh
pada kisaran 5,1 – 5,5% (yoy).
Akselerasi diperkirakan didorong oleh
meningkatnya aktivitas perekonomian
pada triwulan mendatang, antara lain
dipengaruhi oleh pelaksanaan Pemilihan
Umum Presiden dan periode Ramadhan
serta perayaan Idul Fitri. Optimisme terhadap perkembangan ekonomi pada triwulan
mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana terdapat
peningkatan SBT pada triwulan III 2014 sebesar 8,62% dibandingkan dengan realisasi kegiatan
usaha pada triwulan II 2014.
Di sisi permintaan, peningkatan
pertumbuhan terutama didorong oleh
konsumsi, baik konsumsi swasta maupun
konsumsi pemerintah, sebagai dampak
dari pelaksanaan Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden pada Juli
2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan
meningkat seiring Ramadhan dan
perayaan Idul Fitri pada triwulan
mendatang. Peningkatan konsumsi juga
ditunjukkan oleh perkiraan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III
2014 sebesar 110,51, yang menunjukkan
optimisme masyarakat akan kondisi
ekonomi dibandingkan triwulan II 2014, dimana realisasi ITK tercatat sebesar 110,02.
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan EkonomiKalimantan Barat (yoy)
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen KalimantanBarat
4.00%
4.50%
5.00%
5.50%
6.00%
6.50%
7.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3P
2012 2013 2014
109.06107.47110.13109.62111.61111.70108.74108.86109.25107.47108.05108.12111.56114.58111.50111.47108.54114.80115.14110.02110.51
100 105 110 115 120
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2012
2013
2014
76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga pasca terpilihnya
pemerintahan baru pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan
masih belum optimal. Meskipun ekspor barang tambang dan turunannya sudah mulai
dilakukan pada triwulan III 2014, ketidakpastian kondisi makroekonomi Tiongkok diperkirakan
berdampak pada rendahnya permintaan terhadap barang ekspor Kalimantan Barat.
Dari sisi sektoral, akselerasi
perekonomian Kalimantan Barat
diperkirakan masih bersumber dari
sektor perekonomian utama
Kalimantan Barat. Sektor pertanian
diperkirakan akan tumbuh moderat,
didorong oleh dimulainya periode
panen padi pada akhir triwulan
mendatang dan peningkatan produksi
TBS. Namun demikian, kondisi cuaca
ekstrim berpotensi membuat produksi
tidak maksimal, khususnya untuk padi
dan karet. Sementara itu, sektor
industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi didorong oleh industri pengolahan
logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan dengan tingginya investasi pada
industri tersebut. Terjaganya permintaan dunia akan minyak nabati setelah berlalunya masa
panen rapeseed, kedelai dan bunga matahari turut mendorong kinerja industri pengolahan
CPO. Di pasar domestik, pembatasan pasokan solar bersubsidi juga mendukung langkah
pemanfaatan biodiesel sebagai salah satu alternatif pengganti BBM, sehingga diperkirakan
mendorong permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Di sisi lain, tren pelemahan harga
komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri.
Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan
relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari
sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat
kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari
implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan
permintaan dari negara Tiongkok. Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan
bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum.
Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan
pembangunan pabrik CPO serta industri pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral,
Sumber : Bloomberg
Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III*
2012 2013 2014
USDcent/kg
USD/metricton
CPO Karet
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 77
perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Sementara,
faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor industri
pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja industri pengolahan minyak kelapa
sawit dan pengolahan logam.
6.2Perkiraan Inflasi Daerah
Inflasi Kalimantan Barat pada
triwulan III 2014 diperkirakan berada
di level yang moderate dengan
puncak inflasi di awal triwulan.
Tekanan inflasi yang relatif tinggi
diperkirakan terjadi di awal triwulan III
2014, seiring berlangsungnya puasa dan
lebaran. Pada pertengahan hingga akhir
triwulan, tekanan inflasi diperkirakan
relatif mereda seiring berlalunya even
musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas.
Berdasarkan pengamatan sementara, komoditas yang mengalami koreksi harga di Agustus
2014 adalah tarif angkutan udara yang mencapai kisaran Rp895.000, turun dibanding Juli 2014
yang berkisar Rp940.000.
Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan II 2014, dimana ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang mengalami
penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke
depan) mencapai level 174, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai
level 178. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan I 2014 yang
masing-masing mencapai 176 dan 180.
Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat beberapa faktor yang
berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan pembatasan konsumsi BBM
bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. Meskipun pengaruhnya
diperkirakan relatif lebih rendah dari kebijakan kenaikan BBM, namun pembatasan konsumsi
tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah khususnya terkait kelancaran
distribusi komoditas dan potensi spekulasi. (ii) Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya
dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii) kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara
berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai tukar.
Sumber : Survei KonsumenBI, diolah
Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
120
130
140
150
160
170
180
190
I-2
01
3
II-2
01
3
III-
20
13
IV-2
01
3
I-2
01
4
II-2
01
4
Indeks
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek
Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat
pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy). Relatif
rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect
dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xi
LAMPIRANInflasi Tahunan Menurut Kota (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok BahanMakanan (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok MakananJadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 6.61 4.17 7.10 3.81 9.05 6.14 9.71 6.59 9.58 7.17 9.33 6.52
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 9.86 6.92 6.96 3.51 10.17 10.57 6.33 7.20 7.89 8.46 9.18 5.77
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87
Sandang 8.32 2.72 7.80 2.17 10.79 3.64 12.82 4.39 10.67 7.76 10.47 8.50
Kesehatan 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.37 0.01 11.16 0.93 12.14 3.73 10.96 4.34 10.07 8.28 13.42 8.48
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71
Umum 6.01 4.00 14.39 6.28 13.57 3.24 22.70 10.22 21.64 7.22 15.31 7.36
IV I III II III
20142013
Kelompok
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 9.30 5.66 6.47 2.47 9.67 9.13 5.96 6.23 7.89 8.46 9.18 5.77
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.35 0.34 8.99 1.03 7.49 5.33 5.25 8.08 5.72 9.86 5.39 8.62
Daging dan Hasil-hasilnya -2.84 -8.69 2.77 -3.98 24.00 10.88 -1.22 2.30 2.75 0.51 14.36 10.38
Ikan Segar 13.17 27.52 0.42 7.93 6.86 18.04 7.33 -3.35 6.79 3.49 8.26 1.03
Ikan Diawetkan 3.98 10.89 16.60 8.39 18.10 10.22 24.27 18.49 27.32 15.41 12.51 1.98
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5.37 7.26 4.98 3.87 7.05 9.23 6.66 8.89 8.82 -3.26 14.96 5.73
Sayur-sayuran 23.63 5.40 14.75 0.44 3.04 7.65 -0.85 13.78 16.40 32.38 6.97 -1.87
Kacang - kacangan 1.99 11.84 4.61 8.32 11.89 6.29 14.04 5.40 16.66 3.29 13.44 3.26
Buah - buahan 15.76 9.59 16.51 15.18 8.43 9.38 4.23 12.47 23.35 12.79 23.18 12.25
Bumbu - bumbuan 33.79 18.84 9.10 2.89 28.57 10.77 26.72 12.82 16.34 10.25 5.95 2.92
Lemak dan Minyak -3.13 -6.78 -3.60 -5.78 -8.93 -0.43 0.48 3.66 3.83 3.36 6.48 5.75
Bahan Makanan Lainnya 8.56 3.64 7.09 3.90 8.54 3.98 9.73 4.77 12.89 7.02 15.14 10.27
2014*2013
I IIIVKelompok I II III
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87
Makanan jadi 2.49 3.68 4.13 6.03 4.25 6.68 5.02 6.63 4.56 4.47 4.78 2.28
Minuman tidak beralkohol 8.87 6.69 8.95 3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54 2.04 11.42 5.08
Tembakau dan minuman beralkohol 7.81 5.61 8.15 9.54 8.13 9.36 9.78 9.28 9.21 8.99 7.09 5.87
Kelompok
2013
I II III IV I II
2014
xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan,Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang(%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan(%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8.24 1.79 7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50
Biaya tempat tinggal 11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89
Bahan bakar, penerangan dan air 1.46 1.13 2.82 2.30 6.06 3.77 7.46 5.23 8.39 7.89 7.20 6.81
Perlengkapan rumah tangga 8.04 2.31 8.55 1.83 9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13
Penyelenggaraan rumah tangga 7.00 0.66 4.94 0.67 7.32 0.51 10.67 2.27 9.47 5.48 11.14 6.51
IVKelompok I III II III
20142013
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Sandang 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51
Sandang laki-laki 4.08 -0.30 2.83 1.11 15.85 1.15 14.38 5.03 15.99 4.27 16.51 4.35
Sandang wanita 3.20 1.22 2.91 1.16 3.13 1.33 3.65 2.32 6.06 1.97 6.92 1.48
Sandang anak-anak 8.22 1.27 9.09 1.62 104.23 0.97 93.91 3.49 98.85 3.06 97.74 5.64
Barang pribadi dan sandang lain 2.09 3.57 2.23 -1.32 40.70 -1.93 27.99 -4.52 27.82 0.55 28.94 1.68
III IV I II
2014
Kelompok
2013
I II
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Kesehatan 11.37 1.50 11.16 0.93 12.14 1.00 10.96 2.46 10.07 2.36 13.42 3.51
Jasa kesehatan 19.21 -0.30 20.81 1.11 32.84 1.15 24.35 5.03 24.03 4.27 34.24 4.35
Obat-obatan 8.13 1.22 6.63 1.16 49.85 1.33 53.15 2.32 45.79 1.97 49.09 1.48
Jasa perawatan jasmani 12.37 1.27 13.34 1.62 39.85 0.97 44.37 3.49 51.02 3.06 53.68 5.64
Perawatan jasmani dan kosmetik 7.87 3.57 6.87 -1.32 9.00 -1.93 9.15 -4.52 8.02 0.55 7.20 1.68
2014
II III IV I III
2013
Kelompok
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71
Jasa pendidikan 0.48 2.76 0.48 2.81 32.11 8.93 53.93 9.82 53.92 7.42 53.93 7.38
Kursus-kursus/pelatihan 0.00 -0.89 0.83 1.34 4.92 0.05 8.49 0.20 14.75 1.50 13.81 1.50
Perlengkapan/peralatan pendidikan -1.47 4.56 0.97 4.59 2.00 -6.60 3.50 -4.34 5.66 6.58 4.13 6.68
Rekreasi 4.72 45.94 3.06 46.68 15.67 -15.77 32.07 -15.77 31.92 15.26 37.89 13.20
Olahraga 6.87 6.37 7.83 4.81 8.25 4.80 6.94 4.80 7.21 -1.48 21.62 0.00
II
2014
I II III IV IKelompok
2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xiii
Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan (%,yoy)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3.03 7.19 10.81 7.42 8.35 1.06 16.96 9.49 21.64 7.22 15.31 7.36
Transpor 3.75 11.10 15.13 11.28 11.04 1.23 23.46 14.27 32.36 10.75 23.33 11.12
Komunikasi dan pengiriman -0.29 0.00 -0.24 0.00 -0.24 0.00 0.53 0.00 0.41 0.00 0.27 0.00
Sarana dan penunjang transpor 4.59 1.13 3.58 1.11 5.30 1.93 3.78 1.82 3.60 1.56 3.77 1.54
Jasa keuangan 1.24 2.50 1.24 2.50 0.45 0.91 0.45 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00
20142013
IIIVI II IIIKelompok I
xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xv
DAFTAR ISTILAH
PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah
yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk
skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto).
Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu
periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IHK).
Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga
Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.
Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)
Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang
mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK
akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).
BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara
periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal
(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga
indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon
kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
tidak efisien operasi bank.
xvi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014
NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata
jumlah asset dalam satu periode.
NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh
bank.
NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di
perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara
jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan
bank.
ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih
dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
Bilyet Giro Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada
bank tersebut, untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening
nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam
bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya.
Cek Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar
sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau
kepada pemegang cek tersebut.
Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui
kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses
penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau
pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,
sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang
Fit For Circulation untuk bertransaksi.