kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · kerja, badan penanaman modal dan pelayanan...

96
KA KEU PROV KA JIAN EKONOM UANGAN REGI VINSI KALIMANTAN TRIWULAN ANTOR PERWAKILAN BANK PROVINSI KALIMAN MI DAN IONAL N BARAT N II 2014 INDONESIA NTAN BARAT

Upload: vuongminh

Post on 09-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMIKEUANGAN

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

KAJIAN EKONOMIKEUANGAN REGIONAL

PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN

KAJIAN EKONOMI DANREGIONAL

PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN II 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN BARAT

Penanggung Jawab:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan BaratJl. Ahmad Yani No.2, PontianakTelp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238Faks : 0561 – 732033

Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Kajian Ekonomi dan Keuangan

Kajian Ekonomi dan Keuangan

merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan

Barat pada triwulan II 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi,

inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan,

pengelolaan uang, ketenagakerjaan

pada triwulan mendatang.

Kami menyadari penyusunan

untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan

pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan

masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan

data, seperti Badan Pusat Statistik, Din

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga

Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,

Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa

yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

KATA PENGANTAR

dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan

. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,

dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran

, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah

menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami

untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan

pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di

masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan

data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II

PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa

yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak, Agustus

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hilman Tisnawan

i

KATA PENGANTAR

Kalimantan Barat Triwulan II 2014

sistem keuangan Provinsi Kalimantan

keuangan pemerintah,

sistem pembayaran dan

perekonomian daerah

kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami

untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan

sebuah sumbangan yang besar bagi kami di

masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan

as Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga

Gapkindo, PT. Pelindo II

PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain

Agustus 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hilman Tisnawan

ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GRAFIK vii

RINGKASAN UMUM 1

Perkembangan Perekonomian Daerah 1

Perkembangan Inflasi Daerah 1

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2

Perkembangan Keuangan Pemerintah 3

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3

Prospek Perekonomian Daerah 4

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7

1.1 Kajian Umum 7

1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7

1.2.1 Konsumsi 8

1.2.2 Investasi 9

1.2.3 Ekspor - Impor 9

1.3 PDRB Sektoral 11

1.3.1 Sektor Pertanian 12

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 14

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 15

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 16

1.3.5 Sektor Lainnya 18

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 21

2.1. Gambaran Umum 21

2.2. Inflasi Tahunan 22

2.3. Inflasi Triwulanan 23

2.4. Inflasi Kelompok Komoditas 24

2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 24

2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 26

2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 27

2.4.4. Kelompok Makanan Jadi 28

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

2.5. Disagregasi Inflasi 30

2.5.1. Faktor Fundamental 30

2.5.2. Faktor Non Fundamental 33

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 37

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 37

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 37

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 39

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 43

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) 46

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 47

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 48

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 49

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang ValutaAsing (PVA) 50

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 50

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 50

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 52

3.6.4.3 Pemusnahan 55

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 56

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 58

4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 60

4.2. Realisasi Belanja Daerah 62

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 65

5.1 Ketenagakerjaan 65

5.2 Kesejahteraan 68

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 68

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014 69

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 71

5.2.2 Inflasi Pedesaan 72

5.2.4 Tingkat Kemiskinan 73

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 75

6.1 Prospek Perekonomian Daerah 75

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 77

LAMPIRAN xi

DAFTAR ISTILAH xiv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) ............................................ 7

Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)............................... 9

Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 10

Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD).................................. 11

Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 11

Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) .............................................................. 12

Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)............................. 30

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 37

Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di KalimantanBarat (Miliar Rupiah)........................................................................................... 39

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat (miliar Rupiah) .......................................................................... 42

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat............. 43

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) .................................... 44

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat ................................................................................................ 45

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)............................................... 48

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 49

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)... 53

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 54

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 56

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar) ............. 59

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)... 61

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 66

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 70

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 72

Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72

Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan .................................. 74

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga................................. 8

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan...................... 8

Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 10

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)............................................................... 10

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan........................................................................ 12

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB....................................................................... 12

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 13

Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 13

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 13

Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang..................................................................................... 14

Grafik 1. 12 Volume Petikemas.............................................................................................. 14

Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 15

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 15

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 15

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 16

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO..................................................................... 16

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18

Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18

Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat................................................................... 19

Grafik 1. 22 Penjualan Air...................................................................................................... 19

Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan..................................................................................... 19

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 21

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 21

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 22

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ....... 22

Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa.... 23

Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ...................... 24

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ........................ 25

Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat.............................. 26

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang................................ 26

Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat................................ 28

viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................................. 28

Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ........................ 28

Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianakdan Singkawang ................................................................................................. 29

Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak............................................. 30

Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di KalimantanBarat .................................................................................................................. 31

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut KelompokKomoditas di Kalimantan Barat............................................................................ 31

Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang......................................................... 32

Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar ................................................................................... 32

Grafik 2.19 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33

Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir............................................................ 33

Grafik 2.21 SPH Bumbu......................................................................................................... 33

Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur.......................................................................................... 34

Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34

Grafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak....................................... 34

Grafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak.................................... 34

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 38

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 38

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 38

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 39

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 40

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 40

Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 41

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 42

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat...................................... 44

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 45

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 46

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (RpMiliar) ................................................................................................................. 46

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 47

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 51

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat........................................... 52

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 54

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan RasioPemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 56

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 ix

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II 2014................................................. 59

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60

Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 60

Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)................................................ 61

Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ................................................................ 62

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) ................................................................ 62

Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin).................................................................. 63

Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan......................... 65

Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan.............. 66

Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%,yoy) .................................................................................................................... 67

Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat ................................................................................. 68

Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 68

Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 72

Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat ........................................................... 73

Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat (dalam Rp)...................................................... 73

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 75

Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat......................................................... 75

Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 76

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 77

x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 1

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Sejalan dengan perlambatan perekonomian secara nasional, pada triwulan II 2014,

perekonomian Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian

Kalimantan Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan I 2014,

yang tercatat sebesar 4,80% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,12% (yoy). Pada

sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan

dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan perlambatan kinerja ekspor.

Di sisi sektoral, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan

Barat, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut

memberikan kontribusi sebesar 3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar

4,63% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi

oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa

60,04% terhadap total PDRB.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi klaimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah dari triwulan I

2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut seiring berlalunya

beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur. Tercatat, tekanan

inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih rendah jika

dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun mengalami

penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan

Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang

mencapai 6,70% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 disebabkan oleh

terjaganya inflasi khususnya dari sisi fundamental, meskipun tekanan inflasi

komoditas yang bersifat non-fundamental masih relatif tinggi. Berlalunya perayaan even

musiman Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur menyebabkan tekanan permintaan

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

terhadap tiket angkutan udara relatif mereda sehingga harga tiket angkutan udara cenderung

turun. Sementara ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan II 2014 mengalami

kenaikan, terutama ekspektasi inflasi jangka pendek. Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II

2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, persiapan

puasa, dan tahun ajaran baru yang mendorong peningkatan permintaan.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih

cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,70% (yoy). Akselerasi

perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana

pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun,

lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu,

penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan,

tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut

menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to

Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan.

Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans

(NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun

mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS. Transaksi kliring selama triwulan II

2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring

penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq).

Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi namun

mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi

19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun.

Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat

74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi.

Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014

nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan

(outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow). Jumlah

uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun.

Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 3

Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun.

Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah

uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih

besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem

pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow

masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan

nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan II 2013. Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II

2014 tercatat sebesar Rp1.817,20 miliar, lebih besar dari realisasi pada triwulan II 2013 yang

mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan II 2014

mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang mencapai

Rp626,58 miliar.

Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan II 2014

terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Penerimaan alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pelaksanaan

pemilu legislatif dan persiapan pemilu presiden memberikan pengaruh terhadap peningkatan

DAU di triwulan laporan. Sementara kenaikan PAD terutama didorong oleh kenaikan realisasi

Pajak Daerah dari pajak kendaraan bermotor dan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring kenaikan

tarif tenaga listrik. Dari sisi belanja, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) mendominasi

realisasi belanja secara keseluruhan. Secara lebih mendalam, diketahui bahwa tingginya realisasi

Belanja Tidak Langsung/rutin salah satunya didorong oleh penyerapan belanja hibah.

Sementara, realisasi Belanja Langsung terutama didorong oleh penyerapan Belanja Barang dan

Jasa yang secara nilai mencapai Rp212,74 miliar, Pelaksanaan pembangunan infrastruktur

khususnya terkait persiapan dalam menghadapi lebaran menjadi salah satu faktor pendorong

belanja Barang dan Jasa.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014,

jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah

sebanyak 3.280 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 1,61% (yoy)

dibandingkan hasil survei pada Bulan Februari 2013. Jumlah angkatan kerja tercatat

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak 2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah angkatan

kerja tersebut lebih kecil dari peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari

pendidikan terakhir yang ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan

Universitas (SMA-Universitas) menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan

bahwa adanya peningkatan kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah

penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi

sebanyak 2.309 orang. Sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami

penurunan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih

mencari kerja saat ini telah mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan

Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut

mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014

yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh

peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang

dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq)

dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga

yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan

dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan mengalami

akselerasi jika dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian

Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1 –

5,5% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi,

baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada Juli 2014. Sementara itu, dari sisi sektoral,

akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor

perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat,

didorong oleh dimulainya periode panen padi pada akhir triwulan mendatang dan peningkatan

produksi TBS. Selain itu, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi

didorong oleh industri pengolahan logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan

dengan tingginya investasi pada industri tersebut. Secara umum, kinerja perekonomian

Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari sisi

penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 5

kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari

implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan

permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh

sektor pertanian dan pertambangan.

Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada di level yang

moderate dengan puncak inflasi di awal triwulan. Tekanan inflasi yang relatif tinggi

diperkirakan terjadi di awal triwulan III 2014, seiring berlangsungnya puasa dan lebaran. Pada

pertengahan hingga akhir triwulan, tekanan inflasi diperkirakan relatif mereda seiring

berlalunya even musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian

besar komoditas. Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat

beberapa faktor yang berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan

pembatasan konsumsi BBM bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. (ii)

Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii)

Kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai

tukar. Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy).

Relatif rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base

effect dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara untuk

keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran

7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan

inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan

penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola

dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional dan (4)

Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat

beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi

dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif

lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported

inflation (3) Kondisi cuaca pada akhir 2014 yang diperkirakan relatif kering dan (4) kondisi sosial

politik pasca pemilu presiden.

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.80 4.63

Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062

- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,465 1,973

- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 160

- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,420 1,486

- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 39

- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 859

- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,905 1,981

- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 935

- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 551

- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924 1,077

Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070- Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95- Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,163- PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602- Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 282 276- Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,343- Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,487

Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 151- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 137

Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 65- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 90

Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69

Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 36,648- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800

Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 29,606- Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 10,517- Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 6,758- Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 12,330

Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 11,243- Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 7,510- Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733- Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 -

Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 952 1,437- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 956 875Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 168 169- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,890 4,198

20142012 2013Indikator

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 7

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

Sejalan dengan perlambatan

perekonomian secara nasional, pada

triwulan II 2014, perekonomian

Kalimantan Barat juga tercatat mengalami

perlambatan. Perekonomian Kalimantan

Barat tumbuh 4,63% (yoy), lebih lambat

dibandingkan triwulan I 2014, yang

tercatat sebesar 4,80% (yoy).

Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut

juga tercatat lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan nasional yang berada pada

level 5,12% (yoy). Pada sisi permintaan,

perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan dipengaruhi oleh perlambatan

investasi dan perlambatan kinerja ekspor. Di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh

kontraksi pada sektor pertanian, sementara pertumbuhan sektor lainnya tercatat mengalami

akselerasi.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat

bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai

98,54% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Pada sisi lain,

investasi mencatat sedikit perlambatan. Sementara itu, perlambatan yang lebih dalam ditunjukkan

oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, dimana ekspor mengalami kontraksi yang

cukup dalam dan impor mengalami perlambatan.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070

Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95

Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,163

PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602

Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 282 276

Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,343

Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,487

PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,101 9,062

2014Jenis Penggunaan

2012 2013

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

%

Milia

rR

p

Nilai g Nasional (yoy)

g Kalbar (yoy)

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

1.2.1Konsumsi

Pada triwulan II 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,53% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Konsumsi pemerintah juga

menunjukkan akselerasi dari 7,88% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 8,41% (yoy) pada triwulan

laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode

laporan antara lain didorong oleh peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya masa

Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan persiapan masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden, periode liburan sekolah dan persiapan memasuki bulan Ramadhan.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,

dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 141,00 pada triwulan

laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,17.

Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barang elektronik dan peralatan

rumah tangga. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi

Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk

konsumsi rumah tangga dari 110,83 menjadi 112,45 pada triwulan laporan.

Sementara itu, meningkatnya konsumsi pemerintah pada triwulan II 2014 sejalan dengan

meningkatnya realisasi belanja pemerintah pada periode laporan. Peningkatan tersebut antara lain

didorong oleh cairnya Dana Alokasi Umum (DAU), khususnya penyaluran dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) untuk mendukung pelaksanaan tahun ajaran baru, dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Selain itu, tingginya konsumsi pemerintah juga didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat

di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif dan Pemilu Presiden serta

pembangunan infrastruktur, khususnya terkait persiapan dalam menghadapi perayaan Idul Fitri.

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani –Konsumsi Rumah Tangga

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa KomoditiMakanan dan Bukan Makanan

96

98

100

102

104

106

108

110

112

114

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Konsumsi Rumah Tangga

95.00

105.00

115.00

125.00

135.00

145.00

155.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Indeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 9

1.2.2 Investasi

Pada triwulan II 2014, investasi di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang melambat,

sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat

sebesar 8,78% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,87% (yoy).

Perlambatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data total realisasi investasi Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana

pada triwulan II 2014 terealisasi investasi sebesar Rp3,66 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,20 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi pada

subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit. Sementara itu,

investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar.

Implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang

mineral mentah mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat,

khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.

Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

1.2.3Ekspor - Impor

Pada triwulan II 2014, kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan kontraksi cukup dalam, dimana

ekspor mengalami kontraksi 13,98% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mampu

tumbuh positif meskipun hanya 1,86% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat tumbuh 7,67%

(yoy) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 14,61% (yoy).

Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,

dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 150,62 juta USD atau

mengalami kontraksi 55,54% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang

signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat

sebesar 137,37 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,85% (yoy). Kontraksi tersebut

terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit akibat

1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat DaerahKab/Kota di Bidang Penanaman Modal

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

PMDN 0.85 0.66 2.51 0.07 1.35 1.54

PMA 1.57 0.60 1.44 2.58 0.90 0.74

PDKPM**) 1.95 1.38

TOTAL 2.42 1.26 3.95 2.65 4.20 3.66

Keterangan2013

N/A

2014

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

dampak implementasi ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mentah dan karet seiring

dengan penurunan permintaan dunia.

Tabel 1.3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 4 Ekspor Karet

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi 37,57% (yoy), atau lebih besar

dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,14% (yoy). Kontraksi

pada ekspor karet tersebut antara lain didorong oleh perlambatan permintaan seiring dengan potensi

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. Selain

itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada triwulan II 2014

harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 237,02 USD

Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg,

yang antara lain dipengaruhi oleh munculnya sentimen negatif terkait tingginya stok karet di negara

produsen.

Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama didorong oleh melemahnya kinerja investasi dan

perdagangan. Hal ini sejalan dengan agenda rebalancing perekonomian Tiongkok untuk beralih dari

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 131,103 144,527 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473 85,329

Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,092 49,225 46,006 46,548 50,039 45,869 41,360 46,907 39,454 44,546

Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,880 5,567 4,301 6,724 4,039 - 11,839 8,943

Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133

Biji-bijian berminyak (HS12) 805 385 527 707 774 604 615 443 1,026 1,438

Ikan dan Udang (HS03) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,057 2,174 2,782 2,866 1,416

Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08) 359 482 546 92 162 290 179 383 530 1,355

Perabot, penerangan rumah (HS94) 263 771 717 1,003 540 357 490 690 646 821

Olahan dari Tepung (HS19) 779 356 379 838 472 611 239 476 393 547

Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 70,221 136,281 105,872 138,295 163,950 137,140 18,880 103

Total 10 Golongan 349,524 366,001 258,104 341,056 322,503 334,774 340,324 345,451 206,929 148,631

Total Ekspor 351,261 375,792 260,315 345,926 326,599 338,795 344,414 350,014 210,622 150,620

2012 2013 2014Komoditas

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I

2012 2013 2014

Nominal (ribu USD)

Growth-RHS (yoy)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 11

struktur ekonomi yang selama ini bertumpu pada investasi dan ekspor menjadi ekonomi yang

ditopang oleh konsumsi. Aktivitas perekonomian Tiongkok melambat ditandai oleh penurunan kinerja

produksi industri, indeks PMI manufaktur dan Fixed Asset Investment (FAI).

Tabel 1.4 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Dari sisi impor, perlambatan impor diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang

menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat

sebesar 65,31 juta USD atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 74,06 juta USD. Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 90,44

ribu ton atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 133,56 ribu ton. Secara

volume, impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, bahan

kimia serta pupuk. Sementara secara nominal, impor didominasi oleh komoditas mesin, kapal dan

pupuk.

1.3 PDRB Sektoral

Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan II 2014

ditandai dengan perlambatan kinerja pada sektor perekonomian utama Kalimantan Barat,

yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan

ekonomi Kalimantan Barat besumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,250 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 10,524 16,376

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,780 33,122 13,347

Pupuk (HS31) 4,746 5,097 2,758 5,793 1,084 206 1,228 1,153 4,281 6,150

Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,072 4,169 1,234 4,940 1,825 455 299 795 3,171 5,680

Kendaraan dan Bagiannya (HS87) 586 424 1,137 887 1,331 639 856 580 1,357 3,365

Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,302 1,447 5,889 353 2,082 3,530 1,808 1,780 2,666

Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611

Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 310 222 674 515 5,003 1,135 809 1,334 2,720 2,429

Biji-bijian berminyak (HS12) 1,479 905 3,260 1,075 1,741 1,207 814 1,542 678 2,181

Perlengkapan rumah tangga (HS94) 248 273 96 632 210 157 1,381 317 865 1,877

Total 10 Golongan Barang 35,137 74,129 79,791 114,402 47,272 39,917 71,246 40,574 62,796 56,681

Total Impor 43,761 88,315 87,695 122,893 62,715 47,262 81,255 50,351 74,061 65,309

Komoditas2012 2013 2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.27% -0.25%

2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 4.80%

3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.06% 7.38%

4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.81% 3.56%

5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.60%

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.40%

7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 6.71%

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 6.05%

9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% 1.34%

PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.80% 4.63%

2014Sektor

20132012

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

restoran (PHR), serta sektor bangunan, dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar

3,38% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, struktur

perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan

sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 60,04% terhadap total PDRB.

1.3.1 Sektor Pertanian

Tabel 1.6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 0,25% (yoy),

sementara pada triwulan sebelumnya sektor pertanian mampu tumbuh mencapai 4,27% (yoy).

Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan

(tabama), sementara itu subsektor utama lainnya, yaitu tanaman perkebunan menunjukkan

pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi cukup dalam sebesar 12,04% (yoy),

sementara pada triwulan I 2014 subsektor tabama mampu tumbuh 3,83% (yoy). Kontraksi tersebut

antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar

35,99 ribu Ha, atau mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 31,70% (yoy). Berlalunya masa panen

yang mencapai puncaknya pada triwulan I 2014 merupakan faktor utama yang mempengaruhi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

PERTANIAN 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,465 1,973

a. Tanaman Bahan Makanan 1,111 527 750 817 1,110 665 822 922 1,153 585

b. Tanaman Perkebunan 708 758 784 801 772 814 874 845 818 872

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 217 222 228 229 216 229 236 240 228 243

d. Kehutanan 88 92 94 90 88 90 91 89 87 88

e. Perikanan 173 176 181 180 177 180 187 185 179 185

20142012 2013Sektor

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB

-0.06%

0.08%

1.18%

0.02%

1.03%

1.17%

0.68%

0.36%

0.16%

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Bangunan

PHR

Angkutan

Keuangan

Jasa

Pertanian21.77%

Pertambangan1.77%

Industri16.40%

LGA0.43%

Bangunan9.48%

PHR21.86%

Angkutan &Komunikasi

10.32%

Keuangan,Persewaan &

Jasa Perusahaan6.09%

Jasa - jasa11.88%

Lainnya, 36.08%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 13

kontraksi tersebut. Selain mulai berakhirnya masa panen, terjadi gagal panen di Kabupaten Sanggau

dan Sekadau akibat kondisi cuaca ekstrim yang tidak menentu, dimana terkadang terjadi cuaca yang

sangat kering namun terkadang terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi.

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi

Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah

Grafik 1. 9 Curah Hujan

Sementara itu, kinerja subsektor tanaman

perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana

pada triwulan laporan subsektor tanaman

perkebunan tumbuh 7,16% (yoy), atau lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 5,93% (yoy). Akselerasi tersebut

didorong oleh kinerja subsektor perkebunan

kelapa sawit, dimana produksi tandan buah

segar (TBS) kelapa sawit mencapai 1,33 juta

ton, atau tumbuh signifikan 61,45% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

dimana pertumbuhan tercatat sebesar

18,72% (yoy). Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada

membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Selain itu, mulai berproduksinya

lahan-lahan sawit baru juga turut mendorong tingginya produksi TBS pada periode laporan. Dari sisi

harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan sedikit peningkatan, dimana pada triwulan laporan

harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.757/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat pada level Rp1.724/kg.

Di sisi lain, produksi tanaman karet mengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh

getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut disebabkan oleh kurang bergairahnya petani akibat

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Hekta

r

Luas Panen

Pertumbuhan-yoy (RHS)

0

100

200

300

400

500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

mm

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Ton

Produksi gProduksi-RHS (yoy)

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada

pada kisaran Rp6.000 - Rp8.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat internasional, harga karet

masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada

level 237,02 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level

243,78 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan

perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok, serta kondisi tanaman karet di Kalimantan Barat yang

membutuhkan peremajaan.

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan II 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,40% (yoy) atau

menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Berdasarkan

subsektornya, peningkatan kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan hotel,

sementara subsektor restoran menunjukkan sedikit perlambatan.

Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,40% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 4,91% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume

bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak, khususnya volume impor. Impor barang

meningkat signifikan 75,95% (yoy) menjadi sebesar 117,88 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya

yang hanya tercatat sebesar 66,99 ribu ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga

diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 32,10% (yoy), atau lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,69% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor

perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan

terutama seiring dengan masa persiapan memasuki bulan Ramadhan 2014.

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 11 Volume Bongkar Barang

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 12 Volume Petikemas

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

V. Bongkar (ton)

V. Impor (ton)

Pertumbuhan-RHS (yoy)

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Ton

Dlm Negeri Luar Negeri

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 15

Sementara itu, subsektor hotel juga menunjukkan kinerja

yang meningkat, dimana pada triwulan laporan tumbuh

6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014

yang tumbuh 5,94% (yoy). Akselerasi pertumbuhan

subsektor hotel antara lain diindikasikan oleh

peningkatan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan

Barat dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar

51,58%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 49,20%. Perkembangan subsektor hotel antara

lain didorong oleh rangkaian pelaksanaan kampanye

Pemilihan Umum dan periode liburan sekolah pada

triwulan laporan.

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah WisatawanMancanegara

Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan mengalami akselerasi sebesar 6,71%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40% (yoy). Peningkatan tersebut

antara lain tercermin pada peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat sebanyak 7.194 orang, sementara pada

triwulan sebelumnya tercatat sebanyak 7.002 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, terutama

yang menggunakan kapal laut, juga menunjukkan peningkatan, dimana jumlah penumpang yang

berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 32,98 ribu penumpang pada triwulan II 2014, atau

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 23,36 ribu orang.

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Orang

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Orang

Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah

Grafik 1. 13 Tingkat Hunian Hotel

0

10

20

30

40

50

60

70

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

%

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan II 2014, kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, dimana sektor

tersebut tumbuh 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06%

(yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh di level 5,37% (yoy). Akselerasi terutama dipengaruhi

oleh perkembangan kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO), dimana produksi CPO

pada triwulan laporan tercatat mencapai 294,20 ribu ton atau tumbuh signifikan 64,81% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,34% (yoy). Peningkatan kinerja

industri CPO juga didorong oleh peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor CPO, terutama

menjelang Ramadhan, serta peningkatan penyerapan untuk industri biodiesel di Amerika Serikat.

Selain itu, program mandatori biodiesel yang ditetapkan oleh pemerintah juga mendorong

terjaganya perkembangan kinerja industri tersebut di pasar domestik.

Meskipun demikian, harga komoditas CPO internasional tercatat cenderung melemah, dimana pada

triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. Berdasarkan hasil liaison,

penurunan harga tersebut dipengaruhi oleh berlangsungnya masa panen minyak nabati lainnya,

seperti minyak kedelai, rapeseed dan bunga matahari, serta penurunan harga minyak dunia.

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO

Selain industri pengolahan CPO, kinerja industri pengolahan juga didorong oleh perkembangan

industri pengolahan logam seiring dengan mulai beroperasinya smelter di Kalimantan Barat, antara

lain smelter PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, yang mengolah

bauksit menjadi chemical grade alumina (CGA). Berdasarkan liaison kepada PT. ICA, produk CGA

akan terserap optimal di pasar baik domestik maupun ekspor, seiring dengan tingkat persaingan yang

relatif rendah serta pesatnya perkembangan industri turunan yang menggunakan CGA sebagai bahan

baku utama, khususnya pada industri elektronik. Perkembangan industri pengolahan logam juga

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

USDcent/kg

USD/metricton

Harga CPO Harga Karet

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 17

diindikasikan oleh pertumbuhan indeks produksi industri manufaktur2, dimana industri logam dasar

menunjukkan pertumbuhan sebesar 35,65% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 22,65% (yoy).

Sementara itu, kinerja sektor industri utama lainnya di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan

karet menunjukkan perlambatan. Produksi karet pada triwulan laporan tercatat mencapai 45,89 ribu

ton atau mengalami kontraksi 8,33% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya produksi karet

mampu mencatat pertumbuhan produksi sebesar 12,43% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi

oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi

perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil liaison diakui pelaku usaha industri

pengolahan karet bahwa permintaan akan karet

masih lemah. Selain itu, berdasarkan informasi

Gapkindo3 Kalimantan Barat, akibat level harga yang

rendah, sejumlah pabrik pengolahan karet di

Kalimantan Barat menempuh strategi menahan

ekspor untuk mengurangi kerugian dan menunggu

harga karet di pasar dunia kembali naik. Harga

internasional karet pada triwulan laporan tercatat

pada level 237,02 USD Cent/kg, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya dimana harga

internasional karet tercatat sebesar 243,78 USD

Cent/kg. Melemahnya harga karet tersebut antara lain dipengaruhi oleh berkembangnya sentimen

negatif akan tingginya stok karet di negara-negara produsen.

2 Data BPS Provinsi Kalimantan Barat3 Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

TonVolume gVolume-RHS (yoy)

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

1.3.5Sektor Lainnya

Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada

triwulan laporan tercatat tumbuh 11,60% (yoy) ,

atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,58% (yoy). Akselerasi

tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih

terjaganya kinerja investasi, khususnya berupa

PMDN, dan pembangunan infrastruktur di

Kalimantan Barat. Kinerja sektor konstruksi pada

triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh

realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat

yang tercatat mencapai 286,40 ribu ton atau

tumbuh 26,80% (yoy), setelah mengalami

kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 0,43% (yoy).

Pada triwulan II 2014, kinerja sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

mencatat pertumbuhan sebesar 6,05% (yoy),

atau mengalami akselerasi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh

2,78% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain

tercermin pada akselerasi industri perbankan.

Pada periode laporan, aset perbankan di

Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp47,83

Triliun atau tumbuh 19,10% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode triwulan sebelumnya

yang tercatat tumbuh 11,97% (yoy).

Perkembangan kinerja perbankan tersebut terutama didorong oleh perkembangan penghimpunan

dana pihak ketiga, meskipun penyaluran pembiayaan perbankan relatif melambat.

Akselerasi juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air, dimana sektor tersebut tumbuh 3,56% (yoy)

pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 2,81%

(yoy). Hal tersebut diindikasikan oleh pertumbuhan penjualan listrik PLN Wilayah Kalimantan Barat dan

air oleh PDAM Tirta Khatulistiwa. Penjualan listrik Kalimantan Barat tercatat tumbuh 7,28% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 5,20% (yoy). Sementara itu, penjualan air

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 20 Aset Perbankan di Kalimantan Barat

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Ton

Volume

Pertumbuhan-RHS (yoy)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Mil

iar

Rp

Total AsetGrowth-RHS (yoy)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 19

tercatat tumbuh 14,97% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 6,00% (yoy).

Sumber : PLN Wilayah Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 21 Penjualan Listrik di Kalimantan Barat

Sumber : PDAM Tirta Khatulistiwa, diolah

Grafik 1. 22 Penjualan Air

Di sisi lain, perlambatan kinerja ditunjukkan oleh

sektor jasa, dimana pada triwulan laporan,

sektor jasa tumbuh 1,34% (yoy), atau lebih

lambat dibandingkan triwulan II 2014 yang

tercatat sebesar 4,85% (yoy). Perlambatan

kinerja sektor jasa tersebut terjadi terutama

sektor jasa pemerintah, dari 5,08% (yoy) pada

triwulan I 2014 menjadi 0,91% (yoy) pada

triwulan laporan. Perlambatan pada sektor jasa

antara lain ditandai dengan perolehan pajak

hiburan di Kota Pontianak yang hanya tumbuh

0,08% (yoy), lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,73% (yoy).

0%

4%

8%

12%

16%

20%

24%

28%

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

MwH

Penjualan Listrik

Pertumbuhan-RHS (yoy)

200

220

240

260

280

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Ribu SRRibu M3

V. Air Terjual Jmlh Pelanggan

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 23 Perolehan Pajak Hiburan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Pajak HiburanPertumbuhan-RHS (yoy)

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 21

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Gambaran Umum4

Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 lebih rendah

dari triwulan I 2014, namun masih berada di level yang relatif tinggi. Kondisi tersebut

seiring berlalunya beberapa even musiman seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur.

Tercatat, tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 8,69% (yoy), lebih

rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan I 2014 yang mencapai 8,98% (yoy). Meskipun

mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi

Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional

yang mencapai 6,70% (yoy).

Menurunnya tekanan inflasi tersebut tercermin dari perkembangan inflasi secara triwulanan,

dimana laju inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 mencapai 1,41% (qtq) relatif lebih

rendah dari triwulan I 2014 dan triwulan II 2013 yang masing-masing mencapai 2,17% (qtq)

dan 1,69% (Grafik 2.1 dan 2.2).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat danNasional

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Baratdan Nasional

Realisasi inflasi triwulan II 2014 tidak terlepas dari dinamika inflasi bulanan selama

periode laporan. Laju inflasi bulanan selama triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan

Juni 2014 sebesar 0,92% (mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni

2014 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan seiring dengan tingginya

permintaan dalam menghadapi puasa. Kondisi tersebut diindikasikan oleh sumbangan inflasi

beberapa komoditas bahan makanan, seperti telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah,

4 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahundasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkanperhitungan yang dilakukan secara mandiri.

5,536,15

8,53 8,90 8,98 8,69

5,025,41

7,90 8,087,32

6,70

I II III IV I II

2013 2014

%-yoy Kalbar Nasional

2,0

9

1,6

9

3,8

1

1,0

5

2,1

7

1,4

1

2,1

3

1,1

7

3,7

8

0,8

0 1,4

1

0,5

7

I II III IV I II

2013 2014

%-qtq Kalbar Nasional

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

dan sawi hijau yang masing-masing memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,21%, 0,18%,

0,08%, dan 0,04% (mtm). Sementara itu, harga tiket angkutan udara relatif terkendali

sehingga dapat meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014. Tercatat andil

inflasi angkutan udara mencapai 0,08% (mtm).

Di sisi lain, laju inflasi bulanan

terendah terjadi pada April 2014.

Tercatat Provinsi Kalimantan Barat

pada bulan April 2014 mengalami

deflasi 0,01% (mtm). Terjaganya

pasokan bahan makanan menjadi

peredam inflasi yang terjadi pada

bulan April 2014. Selain itu, deflasi

yang terjadi pada bulan April 2014

menunjukkan bahwa pelaksanaan

pemilu legislatif pada bulan April 2014 tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap

perkembangan harga.

2.2. Inflasi Tahunan

Secara tahunan, tekanan inflasi pada

sebagian besar kelompok komoditas

berada di level yang relatif tinggi,

terutama Bahan Makanan.

Kelompok komoditas Bahan Makanan

menjadi salah satu komoditas yang

mengalami kenaikan inflasi serta

memberikan sumbangan inflasi tertinggi

pada triwulan II 2014. Tercatat sumbangan

inflasi kelompok Bahan Makanan pada

periode laporan mencapai 2,51% (yoy)

dengan tekanan inflasi sebesar 10,33%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi

triwulan I 2014 yang mencapai 9,70%

(yoy). Selain komoditas Bahan Makanan,

sumbangan inflasi yang relatif tinggi terjadi pada komoditas Makanan Jadi, Perumahan dan

Transpor. Andil inflasi masing-masing kelompok tersebut pada triwulan II 2014 mencapai

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2013 2014

% mtm

Kalbar Nasional

3,14

7,94

9,24

6,54

13,33

9,81

9,70

8,98

3,74

10,71

9,77

5,87

8,89

9,76

10,33

8,69

0,22

0,48

0,56

1,06

1,59

2,30

2,51

8,69

0 5 10 15

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Makanan jadi

Transpor

Perumahan

Bahan Makanan

Umum

% (yoy)

Andil II-2014

II-2014

I-2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 23

1,06%, 2,30%, dan 1,59% (yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas

tersebut juga relatif besar, masing-masing mencapai 5,87%, 9,76%, dan 8,89% (yoy).

Realisasi kenaikan BBM Bersubsidi pada 2013 memberikan pengaruh signifikan sehingga

memicu tingginya indeks harga konsumen (IHK) yang terjadi sejak triwulan III 2013. Kondisi

tersebut menyebabkan IHK triwulan II 2014 lebih tinggi dari IHK triwulan II 2013 sehingga

memicu tingginya tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2014 (base effect). Selain itu,

persiapan masyarakat dalam menghadapi puasa yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014

semakin menambah tekanan inflasi pada periode laporan.

2.3. Inflasi Triwulanan

Meskipun tekanan inflasi tahunan pada

triwulan II 2014 mengalami kenaikan

akibat pengaruh base effect, namun laju

inflasi triwulanan mengalami penurunan.

Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi

triwulanan yang mencapai 1,41% (qtq) lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

mencapai 2,17% (qtq). Berdasarkan kelompok

komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok

komoditas mengalami penurunan laju inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan

laju inflasi terutama terjadi pada kelompok

komoditas Transpor dan Kesehatan, masing-

masing sebesar 3,80% dan 3,95% (qtq).

Realisasi kenaikan fuel surcharge dan penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups (INA-

CBG’s) untuk biaya pengobatan menjadi salah satu pemicu kenaikan laju inflasi pada kedua

kelompok komoditas tersebut.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

7,37

0,89

1,57

1,55

1,55

2,56

-3,91

2,17

-0,05

0,64

0,81

0,84

3,95

1,48

3,80

1,41

-0,01

0,04

0,05

0,20

0,21

0,26

0,64

1,41

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8

Bahan Makanan

Pendidikan

Sandang

Perumahan

Kesehatan

Makanan Jadi

Transpor

Umum

% (qtq)

Andil II-2014

II-2014

I-2014

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

2.4. Inflasi Kelompok Komoditas

2.4.1. Kelompok Bahan Makanan

Kenaikan tekanan inflasi pada

komoditas ikan segar memicu kenaikan

inflasi bahan makanan pada triwulan II

2014.

Tercatat inflasi kelompok Bahan Makanan

pada triwulan II 2014 sebesar 10,33%

(yoy), lebih tinggi jika dibandingkan inflasi

triwulan I 2014 yang mencapai 9,70%

(yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan

seluruh kelompok komoditas bahan

makanan terutama ikan segar, padi-padian,

sayuran, dan daging.

Secara tahunan, relatif tingginya tekanan

inflasi Bahan Makanan pada triwulan II

2014 salah satunya dipicu oleh

keterbatasan pasokan pada komoditas

padi-padian. Kondisi tersebut tercermin dari

penurunan luas panen padi, dimana pada

triwulan II 2014 mencapai 35.989 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013

yang mencapai 51.008 ha (lihat Bab I). Selain itu, kondisi cuaca yang kurang baik juga

memberikan pengaruh terhadap tingginya inflasi komoditas ikan segar. Berdasarkan informasi

BMKG, tinggi gelombang di perairan Kalimantan Bagian Barat selama triwulan II 2014 berkisar

1,2 meter hingga 2 meter, relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi pada triwulan II 2013 yang

berkisar 0,3 meter hingga 1,5 meter. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap.

Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada komoditas bumbu-bumbuan.

Tercatat tekanan inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan II 2014 mencapai

3,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,10% (yoy).

Salah satu faktor yang mempengaruhi terkendalinya inflasi bumbu-bumbuan adalah kondisi

pasokan yang relatif mencukupi, terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan di daerah

sentra penghasil. Selain itu, sebagai upaya pengendalian inflasi komoditas bumbu-bumbuan,

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok BahanMakanan Kalimantan Barat

12,64

18,74

13,10

3,13

16,42

17,62

6,24

-0,89

26,62

6,45

7,80

9,70

15,11

5,69

3,75

5,72

14,04

19,64

12,85

10,63

17,18

5,94

8,77

10,33

0,01

0,04

0,05

0,08

0,10

0,23

0,35

0,36

0,36

0,37

0,38

2,51

-5 0 5 10 15 20 25 30

Bahan Makanan Lainnya

Ikan Diawetkan

Bumbu

Lemak dan Minyak

Kacang

Buah

Telur, Susu

Daging

Sayuran

Padi

Ikan Segar

BAHAN MAKANAN

% (yoy)

Andil II 2014

II-2014

I-2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 25

khususnya bawang merah, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerjasama dengan Lapas Klas IIA

Kota Pontianak menginisiasi pengembangan budidaya bawang merah (lihat boks).

Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi

di kedua kota yang menjadi dasar

perhitungan inflasi di Kalimantan Barat

berada di level yang relatif tinggi,

terutama di Kota Pontianak. Tercatat

tekanan inflasi bahan makanan di Kota

Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai

9,18% (yoy). Tingginya inflasi tersebut

terutama disebabkan oleh kenaikan harga

pada subkelompok daging, ikan segar, dan

telur, masing-masing sebesar 14,36%, 8,26% dan 14,96% (yoy). Kenaikan tersebut terutama

disebabkan persiapan masyarakat menjelang puasa. Kondisi kenaikan harga tersebut tercermin

dari hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, terutama

pada komoditas daging, dimana rata-rata harga komoditas daging sapi dan daging ayam ras

selama triwulan II 2014 mencapai Rp119.000/kg dan Rp24.000/kg, lebih tinggi dari posisi yang

sama tahun 2013 sebesar Rp94.000/kg dan Rp22.500/kg.

Sementara itu, meskipun relatif tinggi, namun tekanan inflasi di Kota Singkawang pada

triwulan II 2014 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, tekanan

inflasi pada triwulan II 2014 mencapai 5,77% (yoy) lebih rendah dari triwulan I 2014 yang

mencapai 8,46% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut salah satunya disebabkan oleh

deflasi pada komoditas sayuran yang mencapai 1,87% (yoy). Kondisi pasokan komoditas

sayuran yang relatif terjaga menjadi salah satu faktor penurunan inflasi di Kota Singkawang.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan KotaPontianak dan Singkawang

9,18

5,77

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (yoy)

Pontianak

Singkawang

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar

Tekanan inflasi kelompok Perumahan di

Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

relatif stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya, namun berada di level

yang tinggi. Tekanan inflasi kelompok

Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan

inflasi komponen biaya tempat tinggal, dari

10,19% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi

10,58% (yoy) pada triwulan II 2014.

Komponen lain yang mengalami kenaikan

inflasi adalah penyelenggaraan rumah

tangga yang mencapai 8,94% (yoy) pada

triwulan II 2014, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 8,94% (yoy). Penyesuaian biaya sewa rumah5 (termasuk

indekos), seiring berlangsungnya tahun ajaran baru, menjadi salah satu komponen pemicu

kenaikan inflasi biaya tempat tinggal. Sementara itu, tingginya tekanan inflasi pada komponen

penyelenggaraan rumah tangga salah satunya disebabkan oleh penyesuaian biaya keamanan.

Berdasarkan daerahnya, kenaikan

inflasi kelompok Perumahan terutama

terjadi di Kota Singkawang, meskipun

dengan magnitude yang lebih rendah

dari inflasi Kota Pontianak. Tercatat

inflasi perumahan di Kota Singkawang

pada triwulan II 2014 mencapai 8,50%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,76% (yoy).

Tingginya kenaikan tekanan inflasi di Kota

Singkawang salah satunya dipicu oleh

5 Definisi sewa menurut BPS adalah jika tempat tinggal tersebut disewa dengan pembayaran sewanya secara teraturdan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. Sedangkan definisi kontrak rumah menurut BPS adalah jikatempat tinggal tersebut disewa dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik danpemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus dimuka atau dapat diangsur menurutpersetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggalyang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrakbaru.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokPerumahan Kalimantan Barat

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianakdan Singkawang

9.81

10.19

9.39

12.55

7.42

9.76

10.58

8.23

10.62

8.94

2.27

1.36

0.52

0.20

0.20

0 5 10 15

PERUMAHAN

Biaya tempat tinggal

Bahan bakar, penerangan danair

Perlengkapan rumah tangga

Penyelenggaraan rumahtangga

% (yoy)

andil II 2014

II-2014

I-2014

10.47

8.50

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (yoy)

Pontianak

Singkawang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 27

kenaikan tarif tukang bukan mandor. Tekanan faktor ekspektasi terhadap faktor musiman

puasa dan lebaran terindikasi oleh kenaikan upah tukang bukan mandor. Sementara itu, inflasi

kelompok Perumahan di Kota Pontianak pada triwulan II 2014 mencapai 10,47% (yoy), relatif

stabil dibanding triwulan I 2014 yang mencapai 10,67% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi

Kalimantan Barat, salah satu komponen pemicu kenaikan inflasi perumahan di Kota Pontianak

adalah penyesuaian biaya keamanan.

2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan II 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun masih memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi secara umum di triwulan II 2014. Tekanan

inflasi pada kelompok ini di triwulan II 2014 tercatat mencapai 8,89% (yoy), lebih rendah dari

inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 13,33% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan II 2014 masih berada di level yang cukup tinggi yaitu

sebesar 1,49% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi

pada subkelompok Transpor, dari 22,02% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 15,93% (yoy) di

triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa pengaruh masa liburan sekolah terhadap harga tiket angkutan udara

relatif lebih kecil dibandingkan pelaksanaan even keagamaan seperti Imlek, Cap Go Meh dan

Sembahyang Kubur yang berlangsung pada triwulan I 2014. Selain itu, kebijakan pemerintah

untuk menaikkan fuel charge6 angkutan udara mulai pertengahan triwulan I 2014

menyebabkan harga tiket menjadi lebih tinggi dari tahun 2013.

6 Terhitung sejak Februari 2014 pemerintah secara nasional memberlakukan kenaikan fuel charge sebesar Rp60.000per jam untuk penerbangan pesawat tipe jet dan Rp50.000 per jam untuk jenis pesawat turbo propeler.

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan,

dari 21,64%(yoy) di triwulan I 2014 menjadi 7,63% (yoy) di triwulan II 2014. Sementara di Kota

Singkawang, inflasi kelompok ini relatif stabil, dari 10,75% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi

11,12% (yoy) di triwulan II 2014. Sejalan dengan kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif

angkutan udara pasca perayaan even keagamaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di kedua kota

tersebut.

2.4.4. Kelompok Makanan Jadi

Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi

pada triwulan II 2014 mengalami

penurunan dibanding triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan,

sumbangan terhadap inflasi umum yang

relatif tinggi diberikan oleh kelompok

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau mencapai 1,04% (yoy). Meskipun

berada di level yang relatif tinggi, namun

tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok

ini mengalami penurunan, mencapai 5,87% (yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang

mencapai 6,54% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh

inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 5,00% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokTranspor Kalimantan Barat

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianakdan Singkawang

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokMakanan Jadi Kalimantan Barat

13.33

22.02

0.15

3.54

0.13

8.89

15.93

0.05

3.69

0.13

1.49

1.56

0.00

0.06

0.00

0 5 10 15 20 25

TRANSPOR

Transpor

Komunikasidan pengiriman

Saranadanpenunjang

transpor

Jasa keuangan

% (YOY)

Andil II 2014

II-2014

I-2014

15,31

7,36

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (yoy)

Pontianak

Singkawang

6,54

5,00

8,92

9,16

5,87

4,77

6,76

8,75

1,04

2,76

1,65

1,56

0 2 4 6 8 10

Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

Makanan jadi

Tembakau dan minumanberalkohol

Minuman tidak beralkohol

% (yoy)

andil II-2014

II-2014

I-2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 29

4,77% (yoy) pada triwulan II 2014. Relatif stabilnya harga komoditas makanan jadi menjadi

salah satu faktor terkendalinya inflasi makanan jadi. Selain itu, penurunan harga bahan baku,

khususnya bumbu-bumbuan juga memberikan pengaruh positif terhadap inflasi makanan jadi.

Meskipun secara umum, inflasi makanan jadi relatif terkendali, namun siklus musiman puasa

yang berlangsung pada akhir triwulan II 2014 masih memberikan pengaruh pada inflasi

makanan jadi. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi

di triwulan II 2014. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi di triwulan II 2014 mencapai angka 176, lebih tinggi dibandingkan triwulan II

2013 yang mencapai 148,5.

Berdasarkan daerahnya, penurunan

tekanan inflasi kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

terjadi di kedua kota perhitungan

inflasi, terutama Kota Singkawang.

Tercatat inflasi Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau di Kota Singkawang

pada triwulan II 2014 mencapai 3,87%

(yoy), lebih rendah dari triwulan I 2014 yang

mencapai 5,34% (yoy). Sementara di Kota

Pontianak, inflasi Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau juga mengalami

penurunan dari 7,01% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,49% (yoy) pada triwulan II 2014.

Berlalunya kegiatan musiman Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur menjadi salah satu

faktor penyebab penurunan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di

kedua kota. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat terhadap siklus musiman puasa

menyebabkan inflasi masih berada di level yang relatif tinggi, terutama di Kota Pontianak.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2.2 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan

Singkawang

6,49

3,87

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (yoy)Pontianak

Singkawang

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

2.5. Disagregasi Inflasi

Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi Kalimantan Barat

pada triwulan II 2014 dipicu oleh tingginya tekanan inflasi komoditas yang bersifat

non-fundamental. Sementara itu, dari sisi fundamental, tekanan inflasi cenderung

mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, kenaikan harga komoditas Volatile Foods menjadi

pemicu tingginya tekanan inflasi, seiring keterbatasan pasokan pada komoditas padi-padian

dan ikan segar. Tercatat inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan II 2014 mencapai

10,18% (yoy), naik dari triwulan I 2014 yang mencapai 9,03% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan II

2014 mencapai 8,53% (yoy), meskipun mengalami penurunan dari triwulan I 2014 yang

sebesar 9,06% (yoy), namun masih berada di level yang relatif tinggi, sejalan dengan ekspektasi

inflasi masyarakat terhadap puasa. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 9,19% (yoy) menjadi 7,59%

(yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan pemerintah di awal tahun.

Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)

Sumber : BPS Kalbar, diolah

2.5.1. Faktor Fundamental

Perkembangan inflasi pada

kelompok komoditas Inti pada

triwulan II 2014 cenderung

terkendali. Berlalunya perayaan even

musiman Imlek, Cap Go Meh dan

Sembahyang Kubur yang berlangsung

pada triwulan I 2014 menyebabkan

tekanan permintaan terhadap tiket

angkutan udara relatif mereda

sehingga harga tiket angkutan udara

cenderung turun. Hasil Survei

Pemantauan Harga (SPH) yang

I II III IV I II III IV I II III IV I IIInflasi Inti 4.55 4.53 4.39 4.99 4.88 5.36 4.84 4.65 5.68 5.76 7.83 8.36 9.06 8.53Volatile Foods 11.59 9.65 6.42 5.57 7.78 11.80 8.09 9.78 8.75 5.52 9.30 5.36 9.03 10.18Adm Prices 8.62 12.80 10.64 5.95 6.41 5.72 4.49 6.28 4.52 9.83 8.14 15.18 9.19 7.59Umum 7.10 7.39 6.16 5.22 5.82 7.00 5.48 6.19 6.12 6.39 8.21 8.90 8.98 8.69

2013 20142012Kelompok

2011

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.14 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di KotaPontianak

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V

Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14

Maskapai I Maskapai II

Maskapai III Tren Rata-rata Harga

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 31

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan

udara tersebut, dimana pada triwulan II 2014, harga tiket angkutan udara mengalami

penurunan sebesar 18,07% (qtq) jika dibandingkan triwulan I 2014.

Sementara itu, tekanan inflasi

terutama dipicu oleh kenaikan

ekspektasi inflasi masyarakat. Hasil

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kalimantan Barat menunjukkan bahwa

ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di

triwulan II 2014 mengalami kenaikan,

terutama ekspektasi inflasi jangka pendek.

Kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan II

2014 terutama dipengaruhi oleh beberapa

hal, seperti pelaksanaan pemilu legislatif, faktor musiman puasa, dan tahun ajaran baru yang

mendorong peningkatan permintaan.

Berdasarkan kelompok

komoditasnya, kenaikan

ekspektasi inflasi tersebut

terlihat di seluruh kelompok.

Angka indeks ekspektasi

tertinggi terjadi pada Kelompok

Bahan Makanan, Pendidikan,

Makanan Jadi, dan Transpor

yang masing-masing mencapai

189, 176,5, 175, dan 168,5.

Selain itu, indeks pengeluaran

konsumen pada triwulan II

2014 juga berada di level yang

relatif tinggi mencapai 168. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh pelaksanaan

kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi, seiring tingginya

ekspektasi inflasi masyarakat. Ke depan, diperlukan berbagai upaya nyata dari pemerintah

daerah bersama dinas dan instansi terkait serta TPID khususnya terkait dengan pengelolaan

ekspektasi masyarakat sehingga inflasi dapat lebih terkendali.

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Hargamenurut Konsumen di Kalimantan Barat

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga KonsumenMenurut Kelompok Komoditas

di Kalimantan Barat

0

2

4

6

8

10

12

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

I-2

01

3

II-2

01

3

III-

20

13

IV-2

01

3

I-2

01

4

II-2

01

4

% (yoy)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)

0

2

4

6

8

10

12

100

120

140

160

180

200

I-20

13

II-2

013

III-

2013

IV-2

013

I-20

14

II-2

014

%, yoyIndeks

InflasiAktual (sumbu kanan) Bahan makanan Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan

Transpor Pendidikan

32 Kajian EkonomiTriwulan II

Komoditas lain yang menjadi pemicu

satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif

biaya perawatan dan pengobatan.

Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama

mengalami kenaikan inflasi (Grafik 2.14).

Malaysia8 relatif mengalami penurunan.

mendalam dapat diketahui bahwa

penurunan inflasi pada subkelompok komoditas Pangan

2014, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan II 2014

kisaran USD1.290/oz. Sementara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami

pelemahan, dari Rp11.360/USD pada triwulan

2014 atau melemah 4,68% (qtq).

imported inflation pada triwulan ini meskipun relatif minimal.

7 Dalam program Jaminan Kesehatan Nasionalpembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan.regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasimempertimbangkan jarak dan perbedaan harga antartarif hingga 7%.

8 Malaysia memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilkajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yangmasuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong.

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi NegaraDagang

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II

2012 2013

% (yoy)

China Malaysia Singapura

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Komoditas lain yang menjadi pemicu tingginya inflasi Inti adalah tarif rumah sakit yang

satunya disebabkan oleh penyesuaian tarif Indonesia Case Based Groups

atan dan pengobatan.

Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

Laju inflasi negara mitra dagang utama relatif stabil, hanya Singapura yang

(Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra dagang tersebut,

relatif mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih

mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi tersebut terutama di

inflasi pada subkelompok komoditas Pangan, dari 3,90% (yoy)

2014, menjadi 3,51% (yoy) pada triwulan II 2014. Harga emas dunia relatif masih stabil pada

mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami

pelemahan, dari Rp11.360/USD pada triwulan I 2014 menjadi Rp11.892/USD pada triwulan II

melemah 4,68% (qtq). Kondisi tersebut memberikan pengaruh terhadap tekanan

pada triwulan ini meskipun relatif minimal.

alam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pemerintah menggunakan INA-CBG'spembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Tarif INA-CBG's menerapkan skemaregionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi

arak dan perbedaan harga antar wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan

memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilIndonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang

masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas Entikong.

Perkembangan Inflasi Negara Mitra

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.18 Perkembangan

2,3

3,3

1,8

III IV I II

2013 2014

Singapura

alimantan Barat

Inti adalah tarif rumah sakit yang salah

(INA-CBG’s)7 untuk

Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

relatif stabil, hanya Singapura yang

mitra dagang tersebut, inflasi

Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih

inflasi tersebut terutama disebabkan oleh

3,90% (yoy) pada triwulan I

relatif masih stabil pada

mentara itu, nilai tukar rupiah pada triwulan II 2014 mengalami

/USD pada triwulan II

sebut memberikan pengaruh terhadap tekanan

yang merupakan sistemBG's menerapkan skema

regionalisasi yang terdiri atas regional 1 (Jawa dan Bali), regional 2 (Sumatera), regional 3 (Kalimantan, Sulawesi,dan Nusa Tenggara Barat), serta regional 4 (Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur). Regionalisasi

wilayah. Untuk alat medis habis pakai, terdapat perbedaan

memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat. Selain berbatasan langsung, hasilIndonesia juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 30 jenis komoditi yang

Perkembangan Nilai Tukar

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 33

2.5.2. Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi kelompok volatile foods pada

triwulan II 2014 terutama berasal dari subkelompok Padi-padian dan Ikan Segar. Inflasi

subkelompok Padi-padian, terutama dipicu oleh keterbatasan pasokan seiring penurunan luas

panen padi di triwulan II 2014 yang lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan II 2013.

Selain itu, kondisi gelombang laut pada triwulan II 2014 yang lebih tinggi menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja produksi perikanan, khususnya tangkap.

Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar

modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa

komoditas khususnya ikan menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara hasil

survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan bahwa harga beras

mengalami kenaikan pada triwulan II 2014.

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.20 SPH Beras, Minyak Goreng dan GulaPasir

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat

Grafik 2.21 SPH Bumbu

1706,38 1717,86

1290,02

0

400

800

1200

1600

2000

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

$/OZ

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV

Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14

Rp/kgBeras Minyak Goreng Gula Pasir

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV

Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14

Rp/kg

Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Sementara itu, penerapan beberapa kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan

pada triwulan I 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered

prices pada triwulan II 2014 mengalami penurunan. Salah satu kebijakan yang telah

direalisasikan pada triwulan I 2014 adalah kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% yang

memicu kenaikan harga rokok pada periode tersebut.

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.22 SPH Daging dan Telur

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2.23 SPH Komoditas Ikan

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2.24 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di

Kota Pontianak

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2.25 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di

Kota Pontianak

50,000.00

60,000.00

70,000.00

80,000.00

90,000.00

100,000.00

110,000.00

18,000

19,000

20,000

21,000

22,000

23,000

24,000

25,000

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV

Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14

Sapi (Rp/Kg)Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Daging Sapi (RHS)

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV

Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14

Rp/kgIkan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri Ikan Tongkol Udang

9.850

10.500

8.875

9000

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2013 2014

Rupiah/Kg

Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium)

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2013 2013 2014

Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih

Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa

Cabe Rawit

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 35

Boks

Pengembangan Demplot Komoditas Bawang Merah Bekerja Sama dengan Lapas KotaPontianak

Bawang Merah merupakan salah satu

komoditas di Kalimantan Barat dengan

tingkat ketergantungan pasokan dari luar

daerah yang relatif tinggi. Berdasarkan

informasi Badan Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat,

kebutuhan konsumsi bawang merah di

Kalimantan Barat pada 2014 mencapai

8.073 ton, meningkat dari 2013 yang

mencapai 7.945 ton. Dari jumlah tersebut,

seluruhnya dipenuhi dari luar daerah,

khususnya Jawa, sehingga kendala distribusi dan produksi relatif lebih sulit dikelola secara optimal

yang pada akhirnya berpotensi besar untuk memberikan tekanan inflasi. Selain itu, faktor lain yang

menyebabkan tingginya harga bawang merah di Kalimantan Barat adalah bibit bawang merah yang

masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini disebabkan bibit yang tersedia di Provinsi Kalbar dari segi

kualitas belum memenuhi kriteria petani, dan secara kuantitas belum mencukupi. Sebagai informasi,

inflasi tahunan rata-rata bawang merah selama tahun 2013 mencapai 65,68% (yoy) dengan rata-

rata sumbangan mencapai 0,13% (yoy).

Terkait hal tersebut, TPID Provinsi Kalimantan Barat berinisiatif untuk melakukan pengembangan

demplot bawang merah. Sebagai upaya awal, TPID Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan

Lapas Klas II A Pontianak. Ketersediaan lahan dan konsistensi Sumber Daya Manusia untuk

melakukan pengawasan menjadi faktor utama dalam pelaksanaan pengembangan demplot. Selain

itu, pengembangan demplot tersebut juga memberikan pengetahuan keterampilan kepada

penghuni lapas.

Dalam pelaksanaannya, telah dilakukan penanaman bawang merah dengan polybag sebanyak 1000

buah polybag pada Triwulan I 2014. Kemudian pada April 2014, telah dilakukan panen perdana

yang dihadiri oleh Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian RI. Dari 1000 buah polybag tersebut,

diperoleh hasil panen sebesar 102 Kg akan digunakan sebagai bibit. Ke depan, direncanakan akan

dilakukan penambahan jumlah polybag sebanyak 1.000 buah. Selain itu, Kementerian Pertanian RI

program serupa dapat juga dikembangkan secara nasional. Atas keberhasilan demplot ini

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikutura akan mengalokasikan DIPA klaster bawang

merah di 3 (tiga) lokasi yaitu Kabupaten Melawi (35 ha), Kabupaten Kubu Raya (24 ha) dan Kota

Pontianak (16 ha) pada tahun 2015.

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. Inflasi Bawang Merah Kalimantan Barat

-38,78

102,83

72,27

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

%(yoy)

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Berdasarkan hasil evaluasi pasca panen, serta informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Kalbar diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Produksi bawang merah masih dapat ditingkatkan melalui intensifikasi dengan asumsi 1 kg

bibit bawang merah (umbi) mampu menghasilkan 7-10 kg bawang merah.

2. Bibit bawang merah berupa umbi dapat diganti dengan biji (tuktuk) yang membutuhkan ½

Kg untuk 1000 polybag, dibandingkan dengan 40 Kg bibit bawang merah (umbi) yang

dibutuhkan untuk 1000 polybag.

Pengembangan Demplot Bawang Merah di Lapas Klas IIA Pontianak

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 37

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

3.1Perkembangan Indikator Umum Perbankan

Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan II

2014 tercatat mencapai Rp47,83 triliun, atau tumbuh cukup baik sebesar 19,10% (yoy), lebih

cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,70% (yoy). Akselerasi

perkembangan volume usaha tersebut terjadi terutama dipengaruhi oleh penghimpunan dana

pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat yang tumbuh 15,33% (yoy) menjadi Rp38,65 triliun,

lebih cepat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,34% (yoy). Sementara itu,

penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan,

tercatat tumbuh 16,70% (yoy) menjadi Rp32,20 triliun, lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh 19,19% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit tersebut

menyebabkan penurunan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to

Deposit Ratio/ LDR) dari 84,33% pada triwulan I 2014 menjadi 83,32% pada triwulan laporan.

Di sisi lain, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans

(NPLs) menunjukkan peningkatan dari 1,24% menjadi 1,31% pada triwulan laporan.

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

3.2Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh

15,33% (yoy) menjadi sebesar Rp38,65 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat mengalami

akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,34% (yoy). Pertumbuhan

tersebut juga lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 dimana penghimpunan dana pihak

ketiga hanya tercatat sebesar 10,40% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat

masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp19,73 triliun.

Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 6,84% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 8,23% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat mengalami akselerasi, masing-

masing sebesar 19,75% (yoy) dan 30,69% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi

masing-masing sebesar Rp8,12 triliun dan Rp10,80 triliun. Akselerasi pada giro didorong oleh

pertumbuhan giro pemerintah seiring siklus anggaran pemerintah. Sementara itu, akselerasi

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-o-y

1. Total Asset 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 47,834 8.83 19.10

2. DPK 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 6.16 15.33

- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 27.51 19.75

- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 9.91 30.69

- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 (2.40) 6.84

3. Kredit 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 32,200 4.88 16.70

4. LDR (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32

5. NPLs (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31

2014INDIKATOR

Pertumbuhan (%)2012 2013

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh

pergerakan suku bunga deposito seiring dengan bertahannya suku bunga acuan BI rate pada

level yang relatif tinggi 7,50%.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum diKalimantan Barat (miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga DepositoKalimantan Barat terhadap BI Rate

Berdasarkan golongan nasabah pemilik

rekening, DPK yang dihimpun perbankan

Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah

perorangan dengan pangsa yang cukup

tinggi mencapai 71,90%. Jumlah DPK milik

perorangan tersebut mencapai Rp27,79

Triliun, atau tumbuh 13,97% (yoy), relatif

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 13,52% (yoy).Sementara itu,

DPK milik pemerintah mencatat akselerasi

yang cukup tinggi sebesar 16,97% (yoy)

menjadi sebesar Rp5,03 Triliun setelah

mengalami kontraksi 2,91% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Akselerasi tersebut terutama

didorong oleh peningkatan nominal giro pemerintah pada triwulan laporan sesuai siklus

anggaran pemerintah. Peningkatan nominal giro juga didorong oleh dana hibah pemerintah

baik dana untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta Pemilihan Umum. Di sisi lain, DPK

milik swasta mencatat perlambatan sebesar 18,06% (yoy) menjadi sebesar Rp4,16 triliun

dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 22,25% (yoy).

5,663 6,3456,206

4,628 5,9706,780 6,688

4,873

6,368 8,120

7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,5959,396 9,826

10,800

15,70916,669

17,492

19,82418,676 18,465

19,438

22,004

20,213

19,728

Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Rp Miliar%

Deposito (RHS) BI Rate SB Deposito

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilikdi Kalimantan Barat

PemerintahDaerah13.02%

Perseorangan71.90% Sektor

Swasta10.75%

Lainnya4.33%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 39

Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp24,16

triliun atau 62,51% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya

DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan

tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan

sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat,

dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi.

Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan

Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,28 triliun, Rp2,23

triliun dan Rp2,13 triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, akselerasi terjadi di hampir

seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang dan

Kabupaten Landak dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 41,94% (yoy) dan 41,76%

(yoy). Sementara itu, perlambatan penghimpunan DPK oleh perbankan terjadi di Kota Pontianak

dan Kabupaten Kapuas Hulu masing-masing sebesar 10,02% (yoy) dan 20,99% (yoy), dari

sebesar 14,55% (yoy) dan 21,16% (yoy) pada triwulan I 2014.

Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

(Miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum MenurutKabupaten/Kota di Kalimantan Barat

3.3Penyaluran Kredit Sektor Produktif

Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan

laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan perlambatan, dimana

pada triwulan II 2014 tumbuh 19,36% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh mencapai 21,97% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada

triwulan II 2014 mencapai Rp19,75 triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap

dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total

DPK

(Rp Miliar)

Kab. Pontianak 1,603 4.15%

Kab. Sambas 898 2.32%

Kab. Ketapang 1,938 5.01%

Kab. Sanggau & Sekadau 2,130 5.51%

Kab. Sintang & Melawi 2,227 5.76%

Kab. Kapuas Hulu 1,018 2.63%

Kab. Bengkayang 321 0.83%

Kab. Landak 675 1.75%

Kab. Kubu Raya 397 1.03%

Kota Pontianak 24,160 62.51%

Kota Singkawang 3,280 8.49%

Total 38,648 100.00%

Kabupaten Pangsa

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

kredit pada triwulan laporan mencapai 61,34%, atau mengalami peningkatan dari 60,65%

pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan penyaluran kredit produktif

terutama terjadi pada jenis kredit modal

kerja dari 18,05% (yoy) menjadi 12,99%

(yoy) atau mencapai Rp11,01 triliun.

Sementara itu, kredit investasi tercatat

mengalami akselerasi dari 27,42% (yoy)

menjadi 28,49% (yoy) pada triwulan

laporan atau mencapai Rp8,74 triliun.

Akselerasi pada penyaluran kredit

investasi terutama didorong oleh

akselerasi pada subsektor perkebunan

dan industri pengolahan.Hal tersebut

juga sejalan dengan pertumbuhan

keduanya pada triwulan laporan. Akselerasi pada penyaluran kredit investasi tersebut di tengah

kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku

bisnis di Kalimantan Barat. Sementara itu, perlambatan pada penyaluran kredit modal kerja

terutama dipengaruhi oleh melambatnya pembiayaan modal kerja di sektor konstruksi dan

perdagangan.

Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit

produktif oleh perbankan di Kalimantan Barat

masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi

utama, yaitu sektor Perdagangan Besar dan

Eceran (42,10% dari total kredit yang

disalurkan), sektor pertanian (26,04% dari total

kredit yang disalurkan), serta sektor

transportasi, pergudangan dan komunikasi

(9,39% dari total kredit yang disalurkan).

Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan

laporan ditandai dengan akselerasi pada

penyaluran kredit sektor pertanian sebesar

34,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 19,55% (yoy).

Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit sektor pertanian adalah perkebunan

kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,51 triliun, atau tumbuh 37,38%

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja danInvestasi di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut SektorEkonomi di Kalimantan Barat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

TW I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II

2012 2013 2014

%, yoyRp MiliarModal Kerja Investasi

gModal Kerja gInvestasi

Pertanian26.04%

Industri4.59%

Konstruksi4.58%Perdagangan

42.10%

Akomodasi2.79%

Transportasi9.39%

RealEstate4.95%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 41

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 35,86% (yoy). Hal tersebut

sejalan dengan meningkatnya investasi di subsektor perkebunan kelapa sawit pada triwulan II

2014. Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor konstruksi yang

tumbuh 14,31% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

29,88% (yoy). Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak penerbitan kebijakan Loan to

Value oleh Bank Indonesia yang dirasakan dampaknya terutama oleh pengusaha konstruksi

perumahan menengah ke atas.

Outstanding kredit yang disalurkan

oleh perbankan untuk pembiayaan

proyek produktif yang berlokasi di

Kalimantan Barat pada triwulan

laporan mencapai Rp17,28 triliun atau

tercatat tumbuh cukup tinggi 29,69%

(yoy), lebih cepat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai

24,39% (yoy). Penyaluran kredit untuk

lokasi proyek di Kalimantan Barat

tersebut seluruhnya dilakukan oleh

perbankan yang berlokasi di

Kalimantan Barat. Namun demikian, angka penyaluran kredit tersebut masih lebih rendah

dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di

Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp19,75 triliun. Hal ini mengindikasikan

terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan

Kalimantan Barat.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyekdan lokasi kantor bank (Rp Miliar)

11,675

12,92713,165

14,62015,268

16,54717,167

18,437

16,149

19,751

10,92512,156

12,345

13,80414,360

15,445

15,972

17,170

18,622

17,276

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Lokasi KantorLokasi Proyek

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri

perbankan masih dominan ke Kota

Pontianak dengan outstanding kredit

mencapai Rp8,29 triliun atau mencapai

47,97% dari total kredit sektor produktif

yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal

tersebut didorong oleh pola bisnis para

pelaku usaha yang masih terpusat di Kota

Pontianak. Selain Kota Pontianak,

kabupaten/kota lainnya di Kalimantan

Barat dengan tingkat penyerapan kredit

sektoral yang cukup tinggi adalah

Kabupaten Pontianak, Kabupaten

Sintang, dan Kabupaten Sanggau.

Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar

dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada

sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan.

Di tengah perlambatan pertumbuhan

kredit, risiko kredit sektor yang

tercermin dari rasio Non Performing

Loans (NPLs) gross perbankan

tercatat sedikit meningkat. Rasio

NPLs gross kredit sektoral pada

triwulan laporan tercatat pada level

1,59%, sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat pada level 1,53%.

Peningkatan rasio NPL gross terjadi

terutama pada sektor Pertambangan

dan sektor Konstruksi/Bangunan. NPL

pada sektor pertambangan tercatat mencapai 10,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,70%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal

maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring

dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil

tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan dari 1,85% menjadi

5,26% pada triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar

Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit ProduktifKalimantan Barat

Kab. Pontianak 1,967 11.39

Kab. Sambas 733 4.24

Kab. Ketapang 972 5.62

Kab. Sanggau 1,144 6.62

Kab. Sintang 1,279 7.40

Kab. Kapuas Hulu 478 2.77

Kab. Bengkayang 485 2.81

Kab. Landak 299 1.73

Kab. Sekadau 223 1.29

Kab. Melawi 175 1.02

Kab. Kayong Utara 38 0.22

Kab. Kubu Raya 301 1.74

Kota Pontianak 8,286 47.97

Kota Singkawang 895 5.18

Total 17,276 100.00

Kredit Produktif

(Rp Milyar)

Pangsa

(%)Kabupaten

1.59

1.00

0.42

5.26

1.66

10.52

-1.00

1.00

3.00

5.00

7.00

9.00

11.00

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 43

penyempurnaan loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti,

khususnya properti tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas.

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana

persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 3,10%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh

peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor

perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada subsektor restoran/penyediaan makanan

minuman. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten

Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada

level 2,97% dan 2,78%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh sektor transportasi,

sementara di Kabupaten Kapuas Hulu, penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi.

3.4Penyaluran Kredit Rumah Tangga

Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah

tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,45 triliun, atau tumbuh 12,71% (yoy).

Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan

penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 15,14% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh

kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit,

khususnya KPR.

I II III IV I II III IV I II

Kab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.73% 0.92%

Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 1.37% 2.97%

Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 1.94% 1.43%

Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.93% 1.91%

Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.76% 2.07%

Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 3.03% 2.78%

Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.12% 1.02%

Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.28% 0.43%

Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.15% 1.39%

Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 5.40% 3.10%

Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.53% 1.59%

2012 2013Kabupaten

2014

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan jenis penggunaannya,

penyaluran kredit rumah tangga di

Kalimantan Barat sebagian besar

merupakan kredit multiguna dengan

outstanding mencapai Rp7,18 triliun.

Pada triwulan laporan, penyaluran kredit

multiguna tersebut menunjukkan

akselerasi sebesar 6,66% (yoy) yang

antara lain didorong oleh tingginya

kegiatan konsumsi masyarakat pada

triwulan II 2014 seiring dengan

persiapan tahun ajaran baru dan memasuki bulan Ramadhan. Selain multiguna, penyaluran

kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai

Rp3,55 triliun yang tercatat melambat sebesar 14,63% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 yang

mampu tumbuh sebesar 33,98% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR

tersebut antara lain dipengaruhi oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti

perumahan sebagai dampak penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya

larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30

September 2013. Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih

rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, baik karet maupun minyak kelapa sawit

(CPO).

I II III IV I II III IV I II

KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602 3,553

KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188 238

Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3 4

Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878 7,184

Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410 1,471

Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081 12,450

2014Jenis Kredit

Rumah Tangga

2012 2013

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga diKalimantan Barat

12.71%

14.63%

26.74%

6.66%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Total kreditKPRKKBMultiguna

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 45

Secara spasial, penyaluran kredit

rumah tangga paling banyak

disalurkan oleh perbankan di Kota

Pontianak dengan outstanding

mencapai Rp6,39 triliun atau

mencapai pangsa 51,31% dari total

kredit rumah tangga yang disalurkan

di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat

konsumsi rumah tangga di Kota

Pontianak mendorong tingginya

penyaluran kredit konsumsi di daerah

tersebut. Daerah lainnya dengan

outstanding penyaluran kredit rumah

tangga yang cukup tinggi adalah

Kabupaten Sanggau & Sekadau, Kota Singkawang, serta Kabupaten Sintang & Melawi.

Tingginya aktivitas sektor utama perekonomian di daerah-daerah tersebut mendorong tingginya

konsumsi masyarakat.

Secara umum, risiko kredit yang tercermin

dari rasio NPL gross kredit rumah tangga

berada di batas aman di bawah 5%.

Namun demikian, di tengah perlambatan

penyaluran kredit, terjadi tren peningkatan

rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio

NPL gross kredit rumah tangga pada

triwulan laporan tercatat sebesar 0,87%

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 0,79%. Berdasarkan

jenis penggunaannya, kredit rumah tangga

dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR

dengan tingkat NPL mencapai 1,89%.

Peningkatan NPL KPR selain dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan LTV pada triwulan III

2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring

dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah TanggaMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit SektorRumah Tangga di Kalimantan Barat

Kab. Pontianak 686.60 5.52

Kab. Sambas 487.32 3.91

Kab. Ketapang 811.55 6.52

Kab. Sanggau & Sekadau 951.78 7.65

Kab. Sintang & Melawi 868.36 6.97

Kab. Kapuas Hulu 490.23 3.94

Kab. Bengkayang 240.13 1.93

Kab. Landak 412.39 3.31

Kab. Kubu Raya 168.27 1.35

Kota Pontianak 6,387.97 51.31

Kota Singkawang 945.09 7.59

Total 12,449.69 100.00

Kredit Rumah

Tangga (Rp Milyar)

Pangsa

(%)Kabupaten

1.89%

0.79%

0.44%0.51%0.59%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

KPR KKB

Multiguna Lainnya

Perlengkapan

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

3.5Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)

Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar

Rp11,24 triliun atau tumbuh 29,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang tercatat mencapai 31,62% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM

terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat

meningkat menjadi 56,93%.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKMKalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM MenurutJenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)

Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha menengah (nominal antara Rp500 juta

sampai dengan Rp5 miliar) mencapai 42,24% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau

sebesar Rp4,75 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha kecil (nominal antara Rp50 juta

sampai dengan Rp500 juta) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing

tercatat sebesar Rp4,43 triliun dan Rp2,07 triliun.

Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal

kerja, mencapai Rp7,51 triliun. Sementara Rp3,73 triliun disalurkan untuk kepentingan

investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan

besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor

perkebunan karet dan kelapa sawit.

Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk

membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari

-

5

10

15

20

25

30

35

40

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar Nominal Growth

4,106

4,5954,861

5,380

5,609

6,141

6,365

6,763

6,910

7,5101,970

2,0011,870

1,961 2,018

2,538 2,6342,851

3,128

3,733

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II

2012 2013 2014

Modal Kerja

Investasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 47

sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)

oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya

dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Sejalan dengan tren peningkatan

risiko kredit perbankan umum

Kalimantan Barat, risiko kredit

UMKM juga tercatat menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan.

Pada triwulan II 2014, rasio NPL

gross kredit UMKM tercatat sebesar

2,58% atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 2,16%.

Peningkatan NPL terutama terjadi

pada debitur usaha menengah dan

kecil, dimana masing-masing tercatat sebesar 2,15% dan 3,04%. Sementara itu, penyaluran

kredit untuk usaha mikro mencatat penurunan NPL dari 2,61% menjadi 2,57%.

3.6Perkembangan Sistem Pembayaran

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat

pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada

transaksi melalui BI-RTGS. Nominal transaksi kliring meningkat 0,85% (qtq) menjadi sebesar

Rp10,16 Triliun. Sementara nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami

kontraksi 19,27% (qtq) menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Dari sisi sistem pembayaran tunai di

Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan

pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah

uang masuk (inflow). Jumlah uang yang beredar mengalami peningkatan 137,99% (qtq)

menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar

Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow,

dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara

tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di

sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM

3.04

2.15

2.58

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS

Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalami kontraksi di sisi nominal transaksi

namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS

mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya

menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak

86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar

dan transaksi RTGS masuk di Kalimantan Barat masing-masing mengalami kontraksi sebesar

3,69% (qtq) dan 26,64% (qtq), menjadi sebesar Rp25,24 triliun dan Rp19,60 triliun. Hal yang

sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi

sebesar 36,70% (qtq) menjadi sebesar Rp7,67 triliun. Hal ini sejalan dengan kondisi penyaluran

kredit perbankan dan kinerja ekspor daerah Kalimantan Barat yang tumbuh melambat.

Dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan II 2014 mengalami kontraksi

sebesar 53,69% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp608,83 juta per transaksi

apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,31 Miliar per

transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami kontraksi sebesar 49,64%

(yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp1,21 miliar per

transaksi.

Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar

29,09% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat mencapai Rp74,05

triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi peningkatan sebesar 40,83% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 61.241 transaksi.

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

(Miliar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIRTGS Keluar- Jumlah Transaksi 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282 31.186- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205 25.239

RTGS Masuk- Jumlah Transaksi 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301 36.534- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720 19.601

RTGS Lokal- Jumlah Transaksi 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891 18.525- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116 7.669

TOTAL- Jumlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474 86.245- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041 52.509

Keterangan20132012 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 49

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring

Transaksi kliring selama triwulan II 2014 relatif meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat

sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat 0,85% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang

ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 7,91% (qtq) menjadi 251.872 lembar. Ditinjau

dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro9, nilai transaksi kliring

mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,86% (qtq) menjadi sebesar Rp134,56 miliar. Namun dari

sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami peningkatan sebesar 18,23% (qtq) menjadi

sejumlah 3.846 lembar warkat. Berdasarkan penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring

karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.429 lembar (63,16% dari total jumlah warkat kliring

pengembalian), pengembalian/penolakan kliring karena cek kosong sebanyak 731 lembar

(19,01% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), dan sebanyak 686 lembar (17,84%

dari total jumlah warkat kliring pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya.

Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat

selama triwulan II 2014 mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy) jika dibandingkan

dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp8,86 triliun. Dari sisi jumlah warkat yang

ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 1,50% (yoy) yang pada triwulan II 2013

tercatat sebesar 248.144 lembar.

Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan II 2014 nominal rata-rata

transaksi sebesar Rp40,25 juta per warkat atau terjadi kontraksi sebesar 6,72% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp43,14 juta per warkat. Namun demikian,

secara tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat mengalami peningkatan sebesar

12,80% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 sebesar Rp35,68 juta per warkat.

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

9 Definisi bilyet giro lihat di daftar istilah

(Miliar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKliring Penyerahan- Jumlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404 251.872- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072 10.157- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890 4.198- Rata-Rata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168 169

Kliring Pengembalian- Jumlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253 3.846- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139 135- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54 64- Rata-Rata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3 2,2TOTAL- Jumlah Warkat (lbr) 235.938 262.087 296.238 301.436 231.529 250.857 253.113 269.132 236.657 255.718- Nominal 7.715 8.762 11.308 8.803 8.363 8.950 10.051 11.160 10.210 10.291

Keterangan2012 2013 2014

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan PedagangValuta Asing (PVA)

Pada triwulan II 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat

tercatat sebanyak 35 perusahaan atau mengalami penurunan apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebanyak 36 perusahaan. Secara umum, perkembangan

PVA di Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 cenderung mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan II 2014

jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp110,66 juta atau mengalami peningkatan

sebesar 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak

Rp107,47 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga mengalami

peningkatan sebesar 4,26% (qtq) menjadi sebanyak Rp111,23 juta apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp106,69 juta. Peningkatan tersebut

antara lain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.194 orang atau meningkat 2,74%

dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 7.002 orang wisatawan.

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI

Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp1,50 Triliun atau

meningkat 137,99% (qtq) dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar

Rp629,83 miliar. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami

peningkatan sebesar 55,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar

Rp964,00 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan II 2014

didominasi oleh uang pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 9,64 juta lembar (31,61% dari

total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 9,41 juta

lembar (30,85% dari total uang kertas yang diedarkan).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 51

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil

Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp1,20

triliun atau mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 35,77%

(qtq). Namun demikian, jika dilihat secara tahunan jumlah uang masuk tersebut mengalami

peningkatan sebesar 40,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar

Rp850,12 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan II 2014 didominasi

oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 8,94 juta lembar (37,05% dari

total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak

6,90 juta lembar (28,60% dari total uang kertas yang masuk).

Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih

besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar

Rp302,82 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan

uang kartal pada triwulan II 2014, antara lain disebabkan pada triwulan II 2014 bertepatan

dengan awal tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

(SMA) sehingga kebutuhan uang kartal meningkat untuk pendaftaran sekolah dan pemenuhan

kebutuhan perlengkapan sekolah. Selain itu peningkatan kebutuhan uang juga dipengaruhi

oleh meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan

Pemilihan Presiden.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2012 2013 2014

Pecahan Rp10000 Pecahan Rp5000 Pecahan Rp2000

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak

edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)

penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;

dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja

sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani

penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.

Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

selama triwulan II 2014 mencapai Rp27,91 miliar, atau mengalami kontraksi 6,60%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,89 miliar.

Berdasarkan denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan

denominasi Rp50.000,00 yang mencapai 184,02 ribu lembar atau senilai Rp9,20 miliar, serta

pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 177,22 ribu lembar atau senilai Rp17,72 miliar.

Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat

adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,21 juta lembar atau senilai Rp4,43 miliar serta

pecahan uang logam Rp500,00 yang mencapai 1,64 juta keping atau senilai Rp820,49 juta.

Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada

triwulan II 2014 meningkat 25,23% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar Rp22,29

miliar.

-1.500

-1.000

-500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

2012 2013 2014

Mil

iar

Rp

Inflow Outflow Net Outflow (RHS)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 53

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)(Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara

rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling

bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme ”jemput bola”

langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.

Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah

perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama

dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan

Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.

Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui

kegiatan kas keliling mencapai Rp19,07 miliar, atau meningkat 4,82% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,57 miliar. Selama triwulan

II 2014, kegiatan kas keliling dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten

Mempawah, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Singkawang, di wilayah

perbatasan Aruk-Biawak, serta kegiatan kas keliling secara simultan di Kabupaten Kapuas Hulu.

Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami peningkatan

yang relatif signifikan yaitu sebesar 286,46% (yoy) dari triwulan II 2013 yang tercatat sebesar

Rp4,93 miliar.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIUang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 29.880.243 27.901.920

100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 19.555.000 17.722.10050.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 9.275.000 9.201.15020.000 221.960 183.680 202.380 237.060 361.600 228.120 158.020 206.600 244.800 244.18010.000 243.140 158.640 203.440 256.230 373.680 301.240 239.310 263.880 402.340 329.9605.000 118.035 98.830 115.955 115.990 186.820 115.695 107.465 469.750 125.205 143.9352.000 51.816 59.488 72.014 95.242 152.904 128.912 122.358 154.656 176.376 162.4461.000 169.966 151.377 130.971 134.441 161.468 121.470 97.159 90.673 101.054 98.068

500 679 405 351 425 2.732 357 73 186 188 64100 137 209 171 296 517 246 103 164 280 17

Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 2.810 2.142 3.489 6.527 4.790 10.4441.000 5.499 4.749 195 2.544 20 8 60 210 225 934

500 9.274 5.470 2.381 4.956 1.194 1.002 2.020 3.552 1.891 5.881200 2.368 1.555 628 846 662 273 627 1.230 838 1.822100 2.119 1.488 654 903 694 712 754 1.373 1.013 94250 1.037 362 167 38 215 147 28 163 823 68725 314 59 7 0 25 0 0 0 0 178

2012 20142013Pecahan

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling(Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank

Indonesia bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan.

Kegiatan kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang

pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi

Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang.

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan

Selama triwulan II 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow)

mencapai Rp126,46 miliar atau mengalami kontraksi 17,15% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp152,62 miliar. Berdasarkan denominasinya,

selama triwulan II 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,01 juta

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIUang Kertas 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873 19.070.540

100.000 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900 10.446.30050.000 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000 4.740.05020.000 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540 1.282.50010.000 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790 1.377.7905.000 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205 726.7702.000 265.670 471.798 177.712 316.404 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584 401.8801.000 493.463 484.137 337.030 268.234 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815 95.236

500 327 69 3 378 14 107 0 121 19 10100 138 591 0 74 3 18 0 15 20 4

Uang Logam 407 100 310 0 0 2.316 0 6.019 27 4601.000 177 0 100 0 0 0 0 508 0 123

500 0 0 150 0 0 999 0 3.808 0 320200 0 0 0 0 0 952 0 664 0 10100 165 100 50 0 0 350 0 915 27 750 65 0 10 0 0 15 0 124 0 025 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2014Kas Keliling

2012 2013

-100

-50

0

50

100

150

200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2014

Mili

arR

p

Inflow Outflow Net Outflow

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 55

lembar (54,59% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang

tercatat sebanyak 475,00 ribu lembar (25,80% dari total uang kertas yang masuk).

Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan

II 2014 tercatat sebesar Rp466,86 miliar atau meningkat 100,58% dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp232,76 miliar. Berdasarkan denominasinya, selama

triwulan II 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00

yang masing-masing mencapai 3,04 juta lembar (38,34% dari total uang kertas yang keluar),

diikuti dengan pecahan Rp2.000,00 yang tercatat sebanyak 590,00 ribu lembar (7,44% dari

total uang kertas yang keluar).

3.6.4.3 Pemusnahan

Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan

setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan

pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang

Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek

keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.

Selama triwulan II 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI

Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp242,79 miliar atau meningkat 13,71% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp213,52

miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan

Rp2.000,00 yang mencapai 2,50 juta lembar, Rp50.000,00 mencapai 2,34 juta lembar, serta

Rp5.000,00 dan Rp10.000,00 yang masing-masing mencapai 1,85 dan 1,69 juta lembar.

Meningkatnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar dan turunnya jumlah aliran uang

masuk (cash inflow) menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang

masuk meningkat menjadi 20,30%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya

tercatat sebesar 11,47%.

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan UangTidak Layak Edar Terhadap Inflow

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi

kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang

sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu

maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat

tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan

masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-

Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang

Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait

uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk

menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional

bank.

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selama triwulan II 2014, ditemukan 268 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat,

yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,47%) dilakukan oleh pihak perbankan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Mil

iar

Rp

Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)

100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.0002009 111 596 12 7 2 0 0 7282010 239 531 12 3 7 0 2 7942011 389 286 9 0 1 0 0 6852012 312 322 12 10 6 12 0 6742013 643 264 5 3 2 0 0 9172014 745 84 3 1 0 0 0 833Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565Tw II 223 43 2 0 0 0 0 268

PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH

(bilyet)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 57

Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan

Rp100.000,00 sebanyak 223 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 43 lembar.

Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang

ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0014% (14/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan

Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan II 2014. Dalam rangka

pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama

dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan

melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan

masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 59

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014

menunjukkan peningkatan realisasi yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan

nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan II 2013.

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan II 2014 tercatat

sebesar Rp1.817,20 miliar atau mencapai

48,72% dari target APBD Tahun

Anggaran 2014 yang sebesar

Rp3.729,90 miliar. Secara nilai, realisasi

pendapatan tersebut lebih besar dari

realisasi pada triwulan II 2013 yang

mencapai Rp1.693,25 miliar. Sementara

itu, realisasi penyerapan belanja pada

triwulan II 2014 menunjukkan

perkembangan yang relatif baik. Secara

nilai, penyerapan anggaran belanja pada

triwulan II 2014 mencapai Rp1.036,53 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan II 2013 yang

mencapai Rp626,58 miliar. Berdasarkan rasio penyerapan terhadap target APDB, realisasi

belanja pada triwulan II 2014 mencapai 27,60% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan

triwulan II 2013 yang mencapai 18,06%. Realisasi penyerapan belanja yang relatif baik perlu

dipertahankan dan ditingkatkan terlebih untuk belanja yang terkait dengan pembangunan

infrastruktur pendukung perekonomian di Kalimantan Barat.

2013 2014 II 2013 II 2014 II 2013 II 2014Pendapatan 3,307.93 3,729.90 1,693.25 1,817.20 51.19 48.72Belanja 3,469.97 3,754.90 626.58 1,036.53 18.06 27.60

KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan II2014

51.19

18.06

48.72

27.60

0

10

20

30

40

50

60

Pendapatan Belanja

%

II 2013

II 2014

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014

Berdasarkan komponennya,

kenaikan realisasi pendapatan

pada triwulan II 2014 terutama

didorong oleh peningkatan

realiasasi Dana Perimbangan.

Tercatat realisasi Dana Perimbangan

pada triwulan II 2014 mencapai

Rp829,09 miliar meningkat 8,35%

(yoy) dari triwulan II 2013 yang

mencapai Rp765,18 triliun. Selain itu,

komponen Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang

Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan II 2014, masing-masing mencapai 6,60%

dan 6,14% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen

pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 45,62%, 39,26% dan 15,11%.

Berdasarkan komponennya,

kenaikan realisasi PAD pada

triwulan II 2014 terutama

didorong oleh realisasi Pajak

Daerah, mengingat kontribusinya

terhadap PAD yang relatif besar

mencapai 82,60%. Tercatat

realisasi Pajak Daerah pada

triwulan II 2014 mencapai

Rp589.38 miliar, lebih tinggi dari

triwulan II 2013 yang mencapai

Rp530,85 miliar. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi komponen

Pajak Daerah mencapai 41,21%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah selain masih ditopang oleh

pajak kendaraan bermotor, juga didorong oleh kenaikan pajak penerangan jalan (PPJ), seiring

kenaikan tarif tenaga listrik10. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010

tentang Pajak Daerah Kota Pontianak, dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang

10 Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaiankWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai JualTenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktupemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)

PAD669.35

PAD713.52

DanaPerimbangan

765.18

DanaPerimbangan

829.09

Lain-lainPendapatan

yang Sah

258.72

Lain-lainPendapatan

yang Sah

274.59

II 2013 II 2014

530.85589.38

56.97 40.8154.47 62.2227.06 21.11

II 2013 II 2014

Pajak Daerah Retribusi Daerah

Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 61

dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrik yang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN

maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yang berasal dari PLN ditetapkan sebesar

9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrik yang berasal dari sumber

lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PPJ ditetapkan

sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri,

tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual.

Sementara itu, realisasi Dana

Perimbangan pada triwulan II

2014 didorong oleh tingginya

realisasi Dana Alokasi Umum

(DAU). Pada triwulan laporan,

realisasi DAU di Provinsi Kalimantan

Barat tercatat mencapai Rp752,63

miliar, meningkat 12,71% (yoy)

dari realisasi triwulan II 2013.

Kenaikan realisasi DAU salah

satunya terkait dengan penerimaan

alokasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung

kegiatan penerimaan siswa tahun ajaran baru. Selain itu, pelaksanaan pemilu legislatif dan

persiapan pemilu presiden juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan DAU di triwulan

laporan.

Nilai realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan II

2014 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Terkait

hal tersebut, pemerintah pusat menyalurkan DAU yang terutama dimaksudkan untuk

mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam

upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II 2014 (Rp miliar)

PADDana

Perimbangan

Lain-lainPendapatan yang

Sah

TotalPenerimaan

DaerahPAD/TPD

DanaPerimbangan/TPD

Lain-lain/TPD

713.52 829.09 274.59 1,817.20 39.26% 45.62% 15.11%Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBaratGrafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)

Dana Bagi HasilPajak & Non

Pajak

75.18

Dana Bagi HasilPajak & Non

Pajak

76.46

DAU667.75

DAU752.63

DAK22.25

DAK-

II 2013 II 2014

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

4.2. Realisasi Belanja Daerah

Realisasi penyerapan belanja

pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan II 2014

relatif lebih baik dari periode

sebelumnya. Tercatat rasio

penyerapan anggaran provinsi

Kalimantan Barat pada triwulan II

2014 mencapai 27,60% dari target

anggaran belanja 2014. Rasio

tersebut relatif meningkat

dibanding triwulan II 2013 yang

mencapai 18,06%.

Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih mendominasi realisasi

belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan II 2014

mencapai 76,02% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target anggaran 2014

mencapai 49,63%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-Rutin), yang

digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 23,98% dari target

anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai

19,63%.

Secara lebih mendalam, diketahui

bahwa tingginya realisasi Belanja

Tidak Langsung/rutin salah satunya

didorong oleh penyerapan belanja

hibah. Kondisi tersebut relatif

sejalan dengan alokasi DAU, terkait

penyaluran BOS11 untuk

mendukung pelaksanaan tahun

ajaran baru serta pelaksanaan

pemilu legislatif dan pemilu

presiden. Pada triwulan II 2014,

11 Berdasarkan Permendagri Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah,BOS dianggarkan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung, Jenis Belanja Hibah, Obyek Belanja Hibah kepada satuanpendidikan dasar dan rincian objek kepada satuan pendidikan dasar se Kabupaten/Kota.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)

34.70

19.05

49.63

19.63

0

10

20

30

40

50

60

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

%

II 2013

II 2014

190.59

288.77

222.37

302.65

0

50

100

150

200

250

300

350

Belanja Pegawai Belanja Hibah

Rp. Miliar

II 2013

II 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 63

nilai realisasi belanja hibah mencapai Rp302,65 miliar, atau 46,16% dari target tahun anggaran

2014. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai BOS yang telah

disalurkan di Kalimantan Barat hingga triwulan II 2014 berkisar Rp282 miliar. Sementara itu,

realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp222,37 miliar atau 38,57% dari target tahun 2014.

Meskipun realisasi belanja gaji mengalami kenaikan, namun secara nilai masih lebih rendah

dibandingkan belanja hibah. Hal tersebut menjadi indikasi yang positif karena Pemerintah

Provinsi Kalimantan Barat telah menunjukkan upaya nyata untuk mengurangi ketimpangan

antar daerah.

Sementara itu, realisasi komponen

Belanja Langsung yang digunakan

untuk pelaksanaan proyek masih

belum optimal, mencapai 19,63%

dari target APBD Tahun Anggaran

2014. Realisasi Belanja Langsung

tersebut terutama didorong oleh

penyerapan Belanja Barang dan Jasa

yang secara nilai mencapai Rp212,74

miliar, atau 21,80% dari target tahun

anggaran 2014. Penyerapan Belanja

Barang dan Jasa tersebut salah

satunya didorong oleh realisasi berbagai proyek pembangunan infrastruktur khususnya terkait

persiapan dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan

II 2014 mencapai Rp68,84 miliar, atau 12,74% dibanding target 2014. Ke depan, untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan daerah maka realisasi penyerapan

belanja Modal dan belanja Barang dan Jasa perlu lebih dioptimalkan lagi.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)

BelanjaPegawai

49.46

BelanjaPegawai

45.44

BelanjaBarang &

Jasa

193.58

BelanjaBarang &

Jasa

212.74

BelanjaModal74.05

BelanjaModal68.84

II 2013 II 2014

Rp. Miliar

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 65

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1Ketenagakerjaan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari

2014, jumlah penduduk usia kerja (usia

15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan

Barat adalah sebanyak 3.280 ribu

orang, atau mengalami peningkatan

sebesar 1,61% (yoy) dibandingkan

hasil survei pada Bulan Februari 2013.

Sementara jumlah angkatan kerja tercatat

meningkat 0,85% (yoy) menjadi sebanyak

2.369 ribu orang. Peningkatan jumlah

angkatan kerja tersebut lebih kecil dari

peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Apabila dilihat dari pendidikan terakhir yang

ditamatkan, penduduk dengan pendidikan SMA sampai dengan Universitas (SMA-Universitas)

menunjukkan adanya tren peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan

kualitas SDM yang lebih baik di Provinsi Kalimantan Barat. Peningkatan penduduk dengan

pendidikan SMA-Universitas di Kalimantan Barat juga didorong oleh adanya penetapan standar

minimal pendidikan terakhir tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Sementara

itu, jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada periode yang sama juga mengalami kenaikan

sebesar 3,52% (yoy) yang tercatat sebanyak 911 ribu orang. Berdasarkan data historis,

kelompok penduduk bukan angkatan kerja yang paling besar terdapat pada kelompok

penduduk yang sekolah dengan rata-rata sebesar 56,92% dari jumlah penduduk bukan

angkatan kerja, sedangkan rata-rata kelompok penduduk yang mengurus rumah tangga

sebesar 43,08%.12 Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia kerja

merefleksikan adanya peningkatan potensi SDM di Provinsi Kalimantan Barat.

Selanjutnya, jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy)

dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Berdasarkan kelompok

angkatan kerja, diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan

sementara di sisi lain jumlah penduduk yang mencari kerja mengalami penurunan. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang sebelumnya masih mencari kerja saat ini telah

12 Dengan asumsi perbandingan menggunakan rata-rata penduduk bukan angkatan kerja yang masukkedalam usia sekolah (15-34 tahun) dari tahun 2008-2012.

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.1 Pertumbuhan Penduduk Angkatan KerjaBerdasarkan Pendidikan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0

100

200

300

400

500

600

700

Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14

SMU - Universitas

Pertumbuhan (%)

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

mendapatkan pekerjaan. Kondisi tersebut juga diperkuat dengan hasil survei konsumen yang

dilakukan Bank Indonesia, dimana pada periode yang sama ekspektasi masyarakat terhadap

ketersediaan lapangan pekerjaan berada pada level yang relatif tinggi sebesar 113,50 lebih

tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 111,50.

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Berdasarkan dari status pekerjaan,

penyerapan tenaga kerja pada sektor

informal mengalami penurunan sebesar

0,98% (yoy) pada Februari 2014 apabila

dibandingkan Februari 2013 yang tercatat

sebanyak 1.529 ribu orang. Secara

tahunan, penduduk yang berstatus sebagai

pekerja bebas dan berusaha sendiri

mengalami peningkatan, masing-masing

sebesar 123,91% (yoy) dan 2,14% (yoy).

Sementara penduduk yang berstatus sebagai

pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap mengalami kontraksi yang

masing-masing tercatat sebesar 12,42% (yoy) dan 0,80% (yoy). Pada sisi lain penduduk yang

bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 9,50% (yoy). Peningkatan tenaga

kerja di sektor formal terjadi baik pada kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha

yang memiliki buruh/karyawan tetap maupun kelompok penduduk yang berstatus

buruh/karyawan, mengalami peningkatan yang masing-masing tercatat sebesar 10,96% (yoy)

dan 9,34% (yoy).

2014Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags '13 (%) Feb '13 (%)

Jumlah Penduduk Usia Kerja 3,011 3,021 3,031 3,041 3,228 3,068 3,280 6.91 1.61

Angkatan Kerja 2,257 2,233 2,258 2,183 2,349 2,140 2,369 10.69 0.85

a. Bekerja 2,144 2,146 2,182 2,107 2,276 2,054 2,309 12.42 1.45

b. Pencari Kerja 113 87 76 76 73 86 60 -30.51 -17.81Bukan Angkatan Kerja 754 788 773 858 879 928 911 -1.83 3.64

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 75 74 75 72 73 70 72

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5 4 3 3 3 4 3

2011 2012Keterangan

Perubahan Feb '14 Thdp2013

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk YangBekerja Menurut Status Pekerjaan

-

400

800

1,200

1,600

2,000

Feb Feb Ags Feb Ags Feb

2011 2012 2013 2014

Informal Formal

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 67

Ditinjau dari sisi sektoral, pada

Februari 2014 sebagian besar sektor di

Kalimantan Barat mengalami

peningkatan kecuali sektor lembaga

keuangan, sektor industri dan sektor

pertanian. Peningkatan paling tinggi

terjadi pada sektor LGA sebesar 100%

(yoy). Meskipun demikian pangsa

penyerapan tenaga kerja di sektor LGA

hanya sebesar 0,26% dari total penduduk

yang bekerja. Selanjutnya sektor yang

mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja yang relatif tinggi adalah sektor transportasi,

sektor konstruksi dan sektor perdagangan yang masing-masing tercatat sebesar 22,22% (yoy),

14,89% (yoy), dan 14,43% (yoy). Di sisi lain, terjadi kontraksi pada sektor lembaga keuangan,

sektor industri dan sektor pertanian yang masing-masing tercatat sebesar 12,90% (yoy), 9,88%

(yoy), dan 3,72% (yoy). Sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling

banyak di Kalimantan Barat mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan aktivitas panen

yang ditandai dengan luas panen padi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada triwulan II 2014 luas panen padi mencapai 35.989 ha, lebih rendah apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama mencapai 51.008 ha. Selain

itu juga, penurunan di sektor pertanian juga disebabkan oleh berkurangnya aktivitas

penyadapan karet oleh petani dikarenakan harga karet yang masih rendah, sehingga petani

kurang bergairah untuk menyadap karet. Sementara penurunan penyerapan tenaga kerja yang

terjadi pada sektor industri terutama disebabkan oleh kurang optimalnya industri pengolahan

karet karena pengaruh cuaca dan harga yang rendah.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga KerjaKalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)

-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri

LGA

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Lembaga Keuangan

Jasa-jasa

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

5.2 Kesejahteraan

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)

Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan

indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara

membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi

maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin

tinggi tingkat kesejahteraan petani.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan II 2014, atau bulan

Juni 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 97,05. Nilai tersebut

mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Maret 2014

yang tercatat sebesar 96,40. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh

peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang

dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,28% (qtq)

dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 109,78. Sementara indeks harga

yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,97% (qtq) dibandingkan

dengan posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 105,83.

Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan

kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Juni 2014

mengalami peningkatan sebesar 1,35% dibandingkan NTP bulan Juni 2013 yang tercatat

sebesar 95,76.

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

92

94

96

98

100

102

104

106

108

110

112

114

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

2012 2013 2014

NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%

-0,50%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2012 2013 2014

Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 69

Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan Juni

2014 sebesar 107,91, atau meningkat 1,97% (qtq) dibandingkan bulan Maret 2014

yang tercatat sebesar 105,83. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada

indeks yang dibayar petani, namun tidak sebesar peningkatan indeks yang diterima petani.

Pada bulan Juni 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 111,19, atau meningkat

1,28% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Maret 2014 yang

tercatat sebesar 109,78. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan

indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4, laju pertumbuhan It

cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan bahwa

penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang meningkat dan dapat digunakan

untuk konsumsi dan pembelian barang modal, serta memiliki dana yang dapat disisihkan untuk

menabung (savings).

5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2014

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi

Kalimantan Barat pada bulan Juni 2014 tercatat mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan bulan Maret 2014. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan

subsektor Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi

bulan Maret 2014. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija

yang mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar

1,82% (qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,78% (qtq). Pada sisi penggunaan,

secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami

peningkatan. Ib yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Tangkap

sebesar 1,45% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor Hortikultura sebesar 1,38% (qtq), dan subsektor

Padi Palawija sebesar 1,33% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah

Tangga mengalami peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan

Penambahan Barang Modal. Pada bulan Juni 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar

112,45 atau mengalami peningkatan sebesar 1,46% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan

Maret 2014. Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar

107,36 atau mengalami peningkatan sebesar 0,67% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan

Maret 2014.

Seiring dengan meningkatnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada Juni

2014 juga mengalami peningkatan kecuali NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan

subsektor Perikanan Budidaya yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar

0,40% (qtq) dan 0,07% (qtq). Peningkatan paling besar terjadi pada NTP subsektor Padi

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Palawija yaitu sebesar 2,07% (qtq) diikuti dengan peningkatan NTP subsektor Peternakan dan

NTP subsektor Hortikultura masing-masing sebesar 0,51% (qtq) dan 0,43% (qtq).

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Juni 2014 sebesar 98,98 atau

mengalami peningkatan sebesar 2,07% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat

sebesar 96,97. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani tanaman

padi dan palawija lebih rendah apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang

diterima petani. Indeks harga yang dibayar petani padi palawija sebesar 112,22 atau meningkat

sebesar 1,33% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,75. Sementara indeks

harga yang diterima petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 3,44% (qtq) menjadi

111,08.

NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Juni 2014 sebesar 104,78 atau mengalami

peningkatan 0,43% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 104,33. Hal

ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura

lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura.

Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 111,95 atau meningkat sebesar 1,38%

(qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat sebesar 110,43. Sedangkan indeks harga yang

diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 1,82% (qtq) menjadi 117,30.

NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Juni 2014 sebesar 93,77 atau

mengalami kontraksi sebesar 0,40% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang

tercatat sebesar 94,15. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami

peningkatan sebesar 0,87% (qtq) dari posisi Maret 2014 yang tercatat sebesar 102,93. Indeks

harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Juni 2014 sebesar 110,72 atau

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Mar 2014 (qtq) Jun 2013 (yoy)1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 99,57 99,25 100,23 100,74 101,08 100,44 102,00 103,99 105,83 107,91 1,97% 7,44%

1.1. Padi Palawija 99,07 99,22 100,48 102,75 103,24 102,72 103,97 103,83 107,39 111,08 3,44% 8,14%

1.2. Hortikultura 102,91 104,73 105,69 106,15 106,20 105,70 111,35 112,11 115,20 117,30 1,82% 10,97%

1.3. Perkebunan Rakyat 101,62 99,59 100,18 98,15 98,28 96,77 97,08 102,71 102,93 103,83 0,87% 7,30%

1.4. Peternakan 96,47 96,44 96,72 97,34 97,64 98,09 100,68 101,45 102,66 104,36 1,66% 6,39%1.5. Perikanan 100,68 101,08 102,69 102,62 103,60 104,58 105,90 105,74 108,04 109,67 1,51% 4,87%

1.5.1. Perikanan Tangkap 107,75 110,37 112,34 1,78%

1.5.2. Perikanan Budidaya 102,73 104,56 105,68 1,07%2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 99,30 100,25 101,78 102,74 104,44 104,88 107,15 108,02 109,78 111,19 1,28% 6,01%

2.1. Padi Palawija 99,68 100,65 102,29 103,17 105,05 105,49 108,07 109,08 110,75 112,22 1,33% 6,38%

2.2. Hortikultura 99,45 100,41 102,14 103,27 104,97 105,48 107,78 108,78 110,43 111,95 1,38% 6,14%2.3. Perkebunan Rakyat 99,45 100,39 101,79 102,90 104,45 104,92 106,64 107,39 109,33 110,72 1,27% 5,53%

2.4. Peternakan 98,78 99,68 100,97 101,82 103,52 103,82 105,89 106,65 108,19 109,43 1,15% 5,40%

2.5. Perikanan 100,49 101,39 102,73 103,58 104,49 105,02 107,62 108,32 109,97 111,43 1,33% 6,10%2.5.1. Perikanan Tangkap 108,47 110,24 111,84 1,45%

2.5.2. Perikanan Budidaya 108,10 109,57 110,83 1,15%

3. Nilai Tukar Petani 100,27 99,01 98,47 98,05 96,78 95,76 95,19 96,26 96,40 97,05 0,67% 1,35%3.1. Padi Palawija (NTPP) 99,38 98,58 98,23 99,60 98,28 97,37 96,22 95,19 96,97 98,98 2,07% 1,65%

3.2. Hortikultura (NTPH) 103,48 104,31 103,49 102,80 101,17 100,22 103,32 103,07 104,33 104,78 0,43% 4,55%

3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 102,17 99,19 98,42 95,38 94,09 92,22 91,03 95,64 94,15 93,77 -0,40% 1,68%3.4. Peternakan (NTPT) 97,66 96,75 95,80 95,61 94,33 94,50 95,09 95,13 94,89 95,37 0,51% 0,92%

3.5. Perikanan (NTPN) 100,17 99,67 99,95 99,06 99,12 99,56 98,38 97,61 98,24 98,42 0,18% -1,15%

3.5.1. Perikanan Tangkap 99,33 100,12 100,45 0,33%

3.5.2. Perikanan Budidaya 95,04 95,43 95,36 -0,07%

No Uraian2012 2013 Pertumbuhan thd2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 71

mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq). Penurunan NTP subsektor Tanaman Perkebunan

Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional yang masih menunjukkan tren

pelemahan.

NTP subsektor Peternakan pada Juni 2014 sebesar 95,37 atau mengalami peningkatan

sebesar 0,51% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat sebesar 94,89.

Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Juni 2014 sebesar 104,36 atau

meningkat sebesar 1,66% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga

mengalami peningkatan sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan Maret 2014 yang tercatat

sebesar 108,19.

NTP subsektor Perikanan pada Juni 2014 sebesar 98,42 atau mengalami peningkatan

sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan Maret 2014 yang tercatat 98,24. Hal ini disebabkan

oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan sebesar

1,51% (qtq) yang tercatat 109,67, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani

subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,33% (qtq) yang tercatat

111,43 dibandingkan dengan Maret 2014.

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Pada bulan Juni 2014, NTP gabungan di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi

Kalimantan Timur mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,67% (qtq) dan

0,06% (qtq) dibandingkan Maret 2014. Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi

Kalimantan Tengah mengalami kontraksi masing-masing sebesar 1,30% (qtq) dan 1,23% (qtq)

dibandingkan dengan posisi Maret 2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan di provinsi

Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan

posisi bulan Juni 2013 yang masing-masing tercatat sebesar 1,35% (yoy) dan 0,45% (yoy).

Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami kontraksi

masing-masing sebesar 1,38% (yoy) dan 0,26% (yoy) dibandingkan dengan posisi Juni 2013.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi

Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 97,05,

bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila

dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi

dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 101,23, diikuti oleh Kalimantan

Selatan sebesar 99,89 dan Kalimantan Timur sebesar 99,77.

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

5.2.2 Inflasi Pedesaan

Tekanan harga kebutuhan konsumsi

barang dan jasa di pedesaan semakin

meningkat seiring tingginya

permintaan karena pola musiman

puasa dan lebaran. Indeks Konsumsi

Rumah Tangga (IKRT) pada Juni 2014

sebesar 112,45 atau mengalami inflasi

6,41% (yoy), lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya

pada periode yang sama yang tercatat

sebesar 5,34% (yoy). Inflasi IKRT

terutama didorong oleh inflasi pada

kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 12,11% (yoy), diikuti oleh kelompok bahan

makanan dan kelompok makanan jadi yang masing-masing sebesar 7,97% (yoy) dan 5,60%

(yoy). Sementara itu inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan dan olah raga sebesar

3,25%, diikuti oleh kelompok perumahan dan kelompok sandang masing-masing sebesar

3,64% (yoy) dan 4,48% (yoy).

Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep Des Mar Juni Mar 2014 (qtq) Jun 2013 (yoy)

1 100.27 99.01 98.47 98.05 96.78 95.76 95.19 96.26 96.4 97.05 0.67% 1.35%

2 102.97 102.37 102.05 101.75 101.25 101.49 100.26 102.41 102.49 101.23 -1.23% -0.26%

3 103.10 102.66 102.46 101.92 101.19 101.29 99.31 100.44 101.21 99.89 -1.30% -1.38%

4 102.75 102.42 102.22 101.30 99.87 99.32 98.14 98.54 99.71 99.77 0.06% 0.45%Kalimantan Timur

No Uraian2012 2013

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Pertumbuhan thd2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II1 Bahan Makanan 5.82% 7.00% 7.32% 7.97% 7.75% 6.76% 7.22% 6.90% 6.31% 7.97%2 Makanan Jadi 6.04% 5.60% 6.46% 5.82% 4.62% 3.93% 3.77% 4.10% 4.01% 5.60%3 Perumahan 5.66% 5.39% 4.25% 3.66% 3.24% 3.40% 3.50% 3.24% 4.13% 3.64%4 Sandang 5.11% 5.34% 5.25% 5.41% 5.02% 4.42% 3.56% 2.79% 4.05% 4.48%5 Kesehatan 2.48% 3.40% 4.61% 4.61% 4.37% 4.43% 4.02% 3.82% 4.83% 5.33%6 Pendidikan, & Olah Raga 2.48% -19.55% 1.92% 2.15% 1.49% 1.83% 2.30% 2.02% 3.10% 3.25%7 Transportasi dan Komunikasi 1.55% 2.05% 2.53% 2.73% 1.42% 1.27% 10.24% 11.05% 12.36% 12.11%

Inflasi Pedesaan/IKRT 5.42% 5.95% 6.22% 6.42% 5.99% 5.34% 5.78% 5.53% 5.37% 6.41%

UraianNo2012 2013 2014

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.6 Pertumbuhan Inflasi Pedesaan (yoy)

4.00%

4.50%

5.00%

5.50%

6.00%

6.50%

7.00%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 73

5.2.3 Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan Susenas yang dilakukan oleh BPS,

tingkat kemiskinan diukur dengan

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non makanan yang dikonversi

dengan nilai uang yang disebut sebagai garis

kemiskinan. Pada Maret 2014, jumlah

penduduk miskin di Kalimantan Barat

tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa, atau

mencapai 8,54% dari total penduduk di

Kalimantan Barat. Jumlah tersebut

mengalami penurunan apabila dibandingkan

dengan periode survei sebelumnya yang

tercatat sebanyak 407,34 ribu jiwa, namun

apabila dibandingkan dengan periode tahun

sebelumnya yang tercatat sebanyak 369,01 ribu jiwa jumlah tersebut mengalami peningkatan.

Dari sisi persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk Kalimantan Barat juga

mengalami penurunan dibandingkan September 2013 sebesar 8,74% dan Maret 2014 sebesar

8,54%.

Berdasarkan daerah tempat tinggal

penduduk, jumlah penduduk miskin tercatat

lebih banyak di daerah pedesaan, dimana

pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin

di daerah pedesaan mencapai 319,46 ribu

jiwa, lebih tinggi dibandingkan di daerah

perkotaan sebesar 82,05 ribu jiwa. Tingkat

kemajuan ekonomi di daerah perkotaan

yang lebih unggul dibandingkan di desa

mendorong lebih tingginya kemampuan

masyarakat kota dibandingkan masyarakat

pedesaan untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya. Selain itu tersedianya jumlah lapangan pekerjaan yang lebih banyak di perkotaan

dibandingkan di pedesaan menjadikan penduduk di daerah perkotaan lebih mudah untuk

mendapatkan sumber penghasilan yang lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin KalimantanBarat

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.8 Garis Kemiskinan Kalimantan Barat(dalam Rp)

7,4

7,6

7,8

8

8,2

8,4

8,6

8,8

320

330

340

350

360

370

380

390

400

410

420

Maret Sept Maret Sept Maret

2012 2013 2014

%Ribu Orang

Jumlah % Thdp Total Penduduk

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

Maret Sept Maret Sept Maret

2012 2013 2014

Total Kota Desa

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

didaerah pedesaan. Meskipun demikian, garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi

dibandingkan pedesaan, dimana pada Maret 2014 garis kemiskinan kota sebesar Rp291.532,00

dan desa sebesar Rp279.049,00. Sedangkan, apabila dilihat secara keseluruhan garis

kemiskinan gabungan perkotaan dan pedesaan di Provinsi Kalimantan Barat sebesar

Rp285.290,00.

Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Regional Kalimantan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Dibandingkan dengan Maret 2013, sebagian Provinsi di Wilayah Kalimantan mengalami

peningkatan penduduk miskin, kecuali Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang

mengalami penurunan yang masing-masing tercatat sebesar 0,90% (yoy) dan 0,21% (yoy) pada

Maret 2014. Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mengalami peningkatan yang

masing-masing tercatat sebesar 1,86% (yoy) dan 0,66% (yoy). Dibandingkan dengan Provinsi

lain di Kalimantan, jumlah penduduk miskin tertinggi dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Barat

yang tercatat sebanyak 401,51 ribu jiwa. Begitupula dari sisi persentase penduduk miskin

terhadap total penduduk, Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki angka tertinggi yaitu sebesar

8,54%.

Jumlah Jumlah

(Ribu Org) (Ribu Org)

Kalimantan Barat 369.01 8.24 401.51 8.54

Kalimantan Tengah 136.95 5.93 146.32 6.03

Kalimantan Selatan 181.74 4.77 182.88 4.68

Kalimantan Timur 237.96 6.06 253.6 6.42

Maret 2014

% Thdp Total

Penduduk

% Thdp Total

Penduduk

PROVINSI

Maret 2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 75

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

6.1Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat

pada triwulan III 2014 diperkirakan

mengalami akselerasi jika

dibandingkan triwulan II 2014 yang

tumbuh 4,63% (yoy). Perekonomian

Kalimantan Barat pada triwulan

mendatang diperkirakan tumbuh

pada kisaran 5,1 – 5,5% (yoy).

Akselerasi diperkirakan didorong oleh

meningkatnya aktivitas perekonomian

pada triwulan mendatang, antara lain

dipengaruhi oleh pelaksanaan Pemilihan

Umum Presiden dan periode Ramadhan

serta perayaan Idul Fitri. Optimisme terhadap perkembangan ekonomi pada triwulan

mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana terdapat

peningkatan SBT pada triwulan III 2014 sebesar 8,62% dibandingkan dengan realisasi kegiatan

usaha pada triwulan II 2014.

Di sisi permintaan, peningkatan

pertumbuhan terutama didorong oleh

konsumsi, baik konsumsi swasta maupun

konsumsi pemerintah, sebagai dampak

dari pelaksanaan Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden pada Juli

2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan

meningkat seiring Ramadhan dan

perayaan Idul Fitri pada triwulan

mendatang. Peningkatan konsumsi juga

ditunjukkan oleh perkiraan Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III

2014 sebesar 110,51, yang menunjukkan

optimisme masyarakat akan kondisi

ekonomi dibandingkan triwulan II 2014, dimana realisasi ITK tercatat sebesar 110,02.

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan EkonomiKalimantan Barat (yoy)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen KalimantanBarat

4.00%

4.50%

5.00%

5.50%

6.00%

6.50%

7.00%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3P

2012 2013 2014

109.06107.47110.13109.62111.61111.70108.74108.86109.25107.47108.05108.12111.56114.58111.50111.47108.54114.80115.14110.02110.51

100 105 110 115 120

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Perkiraan

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

2012

2013

2014

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga pasca terpilihnya

pemerintahan baru pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan

masih belum optimal. Meskipun ekspor barang tambang dan turunannya sudah mulai

dilakukan pada triwulan III 2014, ketidakpastian kondisi makroekonomi Tiongkok diperkirakan

berdampak pada rendahnya permintaan terhadap barang ekspor Kalimantan Barat.

Dari sisi sektoral, akselerasi

perekonomian Kalimantan Barat

diperkirakan masih bersumber dari

sektor perekonomian utama

Kalimantan Barat. Sektor pertanian

diperkirakan akan tumbuh moderat,

didorong oleh dimulainya periode

panen padi pada akhir triwulan

mendatang dan peningkatan produksi

TBS. Namun demikian, kondisi cuaca

ekstrim berpotensi membuat produksi

tidak maksimal, khususnya untuk padi

dan karet. Sementara itu, sektor

industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi didorong oleh industri pengolahan

logam dan perkembangan industri CPO yang juga sejalan dengan tingginya investasi pada

industri tersebut. Terjaganya permintaan dunia akan minyak nabati setelah berlalunya masa

panen rapeseed, kedelai dan bunga matahari turut mendorong kinerja industri pengolahan

CPO. Di pasar domestik, pembatasan pasokan solar bersubsidi juga mendukung langkah

pemanfaatan biodiesel sebagai salah satu alternatif pengganti BBM, sehingga diperkirakan

mendorong permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Di sisi lain, tren pelemahan harga

komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri.

Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan

relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 4,9%-5,3% (yoy). Dari

sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat

kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari

implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan

permintaan dari negara Tiongkok. Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan

bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum.

Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan

pembangunan pabrik CPO serta industri pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral,

Sumber : Bloomberg

Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II III*

2012 2013 2014

USDcent/kg

USD/metricton

CPO Karet

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 77

perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan. Sementara,

faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor industri

pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja industri pengolahan minyak kelapa

sawit dan pengolahan logam.

6.2Perkiraan Inflasi Daerah

Inflasi Kalimantan Barat pada

triwulan III 2014 diperkirakan berada

di level yang moderate dengan

puncak inflasi di awal triwulan.

Tekanan inflasi yang relatif tinggi

diperkirakan terjadi di awal triwulan III

2014, seiring berlangsungnya puasa dan

lebaran. Pada pertengahan hingga akhir

triwulan, tekanan inflasi diperkirakan

relatif mereda seiring berlalunya even

musiman lebaran yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas.

Berdasarkan pengamatan sementara, komoditas yang mengalami koreksi harga di Agustus

2014 adalah tarif angkutan udara yang mencapai kisaran Rp895.000, turun dibanding Juli 2014

yang berkisar Rp940.000.

Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan II 2014, dimana ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang mengalami

penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke

depan) mencapai level 174, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai

level 178. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan I 2014 yang

masing-masing mencapai 176 dan 180.

Meskipun diperkirakan mengalami penurunan, namun masih terdapat beberapa faktor yang

berpotensi manjadi pemicu kenaikan inflasi seperti (i) kebijakan pembatasan konsumsi BBM

bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak awal Agustus 2014. Meskipun pengaruhnya

diperkirakan relatif lebih rendah dari kebijakan kenaikan BBM, namun pembatasan konsumsi

tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah khususnya terkait kelancaran

distribusi komoditas dan potensi spekulasi. (ii) Perayaan Sembahyang Kubur yang puncaknya

dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. (iii) kebijakan penyesuaian TDL akan dilakukan secara

berkala setiap 2 bulan dan (iv) fluktuasi nilai tukar.

Sumber : Survei KonsumenBI, diolah

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen

120

130

140

150

160

170

180

190

I-2

01

3

II-2

01

3

III-

20

13

IV-2

01

3

I-2

01

4

II-2

01

4

Indeks

Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek

Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Berdasarkan kondisi yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat

pada triwulan III 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,59%-7,09% (yoy). Relatif

rendahnya tekanan inflasi tahunan tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect

dari 2013, dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xi

LAMPIRANInflasi Tahunan Menurut Kota (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok BahanMakanan (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok MakananJadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 6.61 4.17 7.10 3.81 9.05 6.14 9.71 6.59 9.58 7.17 9.33 6.52

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 9.86 6.92 6.96 3.51 10.17 10.57 6.33 7.20 7.89 8.46 9.18 5.77

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87

Sandang 8.32 2.72 7.80 2.17 10.79 3.64 12.82 4.39 10.67 7.76 10.47 8.50

Kesehatan 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.37 0.01 11.16 0.93 12.14 3.73 10.96 4.34 10.07 8.28 13.42 8.48

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71

Umum 6.01 4.00 14.39 6.28 13.57 3.24 22.70 10.22 21.64 7.22 15.31 7.36

IV I III II III

20142013

Kelompok

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 9.30 5.66 6.47 2.47 9.67 9.13 5.96 6.23 7.89 8.46 9.18 5.77

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.35 0.34 8.99 1.03 7.49 5.33 5.25 8.08 5.72 9.86 5.39 8.62

Daging dan Hasil-hasilnya -2.84 -8.69 2.77 -3.98 24.00 10.88 -1.22 2.30 2.75 0.51 14.36 10.38

Ikan Segar 13.17 27.52 0.42 7.93 6.86 18.04 7.33 -3.35 6.79 3.49 8.26 1.03

Ikan Diawetkan 3.98 10.89 16.60 8.39 18.10 10.22 24.27 18.49 27.32 15.41 12.51 1.98

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5.37 7.26 4.98 3.87 7.05 9.23 6.66 8.89 8.82 -3.26 14.96 5.73

Sayur-sayuran 23.63 5.40 14.75 0.44 3.04 7.65 -0.85 13.78 16.40 32.38 6.97 -1.87

Kacang - kacangan 1.99 11.84 4.61 8.32 11.89 6.29 14.04 5.40 16.66 3.29 13.44 3.26

Buah - buahan 15.76 9.59 16.51 15.18 8.43 9.38 4.23 12.47 23.35 12.79 23.18 12.25

Bumbu - bumbuan 33.79 18.84 9.10 2.89 28.57 10.77 26.72 12.82 16.34 10.25 5.95 2.92

Lemak dan Minyak -3.13 -6.78 -3.60 -5.78 -8.93 -0.43 0.48 3.66 3.83 3.36 6.48 5.75

Bahan Makanan Lainnya 8.56 3.64 7.09 3.90 8.54 3.98 9.73 4.77 12.89 7.02 15.14 10.27

2014*2013

I IIIVKelompok I II III

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87

Makanan jadi 2.49 3.68 4.13 6.03 4.25 6.68 5.02 6.63 4.56 4.47 4.78 2.28

Minuman tidak beralkohol 8.87 6.69 8.95 3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54 2.04 11.42 5.08

Tembakau dan minuman beralkohol 7.81 5.61 8.15 9.54 8.13 9.36 9.78 9.28 9.21 8.99 7.09 5.87

Kelompok

2013

I II III IV I II

2014

xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan,Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang(%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan(%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8.24 1.79 7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50

Biaya tempat tinggal 11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89

Bahan bakar, penerangan dan air 1.46 1.13 2.82 2.30 6.06 3.77 7.46 5.23 8.39 7.89 7.20 6.81

Perlengkapan rumah tangga 8.04 2.31 8.55 1.83 9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13

Penyelenggaraan rumah tangga 7.00 0.66 4.94 0.67 7.32 0.51 10.67 2.27 9.47 5.48 11.14 6.51

IVKelompok I III II III

20142013

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Sandang 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51

Sandang laki-laki 4.08 -0.30 2.83 1.11 15.85 1.15 14.38 5.03 15.99 4.27 16.51 4.35

Sandang wanita 3.20 1.22 2.91 1.16 3.13 1.33 3.65 2.32 6.06 1.97 6.92 1.48

Sandang anak-anak 8.22 1.27 9.09 1.62 104.23 0.97 93.91 3.49 98.85 3.06 97.74 5.64

Barang pribadi dan sandang lain 2.09 3.57 2.23 -1.32 40.70 -1.93 27.99 -4.52 27.82 0.55 28.94 1.68

III IV I II

2014

Kelompok

2013

I II

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Kesehatan 11.37 1.50 11.16 0.93 12.14 1.00 10.96 2.46 10.07 2.36 13.42 3.51

Jasa kesehatan 19.21 -0.30 20.81 1.11 32.84 1.15 24.35 5.03 24.03 4.27 34.24 4.35

Obat-obatan 8.13 1.22 6.63 1.16 49.85 1.33 53.15 2.32 45.79 1.97 49.09 1.48

Jasa perawatan jasmani 12.37 1.27 13.34 1.62 39.85 0.97 44.37 3.49 51.02 3.06 53.68 5.64

Perawatan jasmani dan kosmetik 7.87 3.57 6.87 -1.32 9.00 -1.93 9.15 -4.52 8.02 0.55 7.20 1.68

2014

II III IV I III

2013

Kelompok

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71

Jasa pendidikan 0.48 2.76 0.48 2.81 32.11 8.93 53.93 9.82 53.92 7.42 53.93 7.38

Kursus-kursus/pelatihan 0.00 -0.89 0.83 1.34 4.92 0.05 8.49 0.20 14.75 1.50 13.81 1.50

Perlengkapan/peralatan pendidikan -1.47 4.56 0.97 4.59 2.00 -6.60 3.50 -4.34 5.66 6.58 4.13 6.68

Rekreasi 4.72 45.94 3.06 46.68 15.67 -15.77 32.07 -15.77 31.92 15.26 37.89 13.20

Olahraga 6.87 6.37 7.83 4.81 8.25 4.80 6.94 4.80 7.21 -1.48 21.62 0.00

II

2014

I II III IV IKelompok

2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xiii

Inflasi Tahunan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan (%,yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3.03 7.19 10.81 7.42 8.35 1.06 16.96 9.49 21.64 7.22 15.31 7.36

Transpor 3.75 11.10 15.13 11.28 11.04 1.23 23.46 14.27 32.36 10.75 23.33 11.12

Komunikasi dan pengiriman -0.29 0.00 -0.24 0.00 -0.24 0.00 0.53 0.00 0.41 0.00 0.27 0.00

Sarana dan penunjang transpor 4.59 1.13 3.58 1.11 5.30 1.93 3.78 1.82 3.60 1.56 3.77 1.54

Jasa keuangan 1.24 2.50 1.24 2.50 0.45 0.91 0.45 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00

20142013

IIIVI II IIIKelompok I

xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014 xv

DAFTAR ISTILAH

PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan

pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah

yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk

skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto).

Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu

periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga

sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar

masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IHK).

Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga

Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.

Atau sering disingkat (mtm).

Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).

Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)

Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang

mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga

Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK

akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).

BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara

periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal

(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga

indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon

kebijakan moneter Bank Indonesia.

BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin

tidak efisien operasi bank.

xvi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan II 2014

NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata

jumlah asset dalam satu periode.

NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh

bank.

NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di

perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang

lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara

jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan

bank.

ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih

dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.

Bilyet Giro Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada

bank tersebut, untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening

nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam

bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya.

Cek Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang

memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar

sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau

kepada pemegang cek tersebut.

Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui

kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses

penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau

pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.

PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,

sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang

Fit For Circulation untuk bertransaksi.