bisnis plan pdam tirta sukapura tasikmalaya
DESCRIPTION
PDAM TasikTRANSCRIPT
BAB I
GAMBARAN UMUM
1.1 Umum
Profil daerah dalam penyusunan Bisnis Plan Air Bersih PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya ini tidak dibatasi oleh batas administrasi, tetapi
mencakup semua wilayah pelayanan sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya yaitu mencakup Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya. Berikut data administrasi Tasikmalaya, secara umum memiliki
luas lahan ± 271.242,71 Ha. Terdiri dari 39 Kecamatan dan 351 Desa.
Kebijakan otonomi darah menuntut Pemerintah Daerah untuk dapat
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengembangkan
kemampuan daerah secara lebih mandiri.
Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk lebih
mengoptimalkan pengelolaan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di
wilayahnya. Ketersediaan Air Bersih merupakan kebutuhan dasar,
perkembangan pembangunan dan pertambahan penduduk menimbulkan
permasalahan baru terhadap kondisi sarana dan prasarana Sistem Penyediaan
Air Bersih.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Komitmen Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebagai dasar pencapaian target
pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, yang perlu
disikapi dan direspon oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya mempunyai tanggung jawab untuk dapat memenuhi
kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Tasikmalaya
dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang memenuhi syarat.
1.2 Latar Belakang PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya
1.2.1 Sejarah
Sistem penyediaan air bersih Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
sebenarnya sudah ada sejak tahun 1925, sejak jaman Belanda. Air bersih yang
didistribusikan berasal dari sumber mata air Cibunigeulis yang terletak di Desa
Cibunigeulis Kecamatan Indihiang. Debit produksi saat itu sebesar ± 20
liter/detik dan ditampung dulu di reservoar air 400 M3 sebelum didistribusikan
kepada 1500 pelanggan di Kota tasik. Dengan jumlah pelanggan hanya 1500
pelanggan, maka debit produksi berlebih dan dimanfaatkan untuk tempat wisata
kolam renang Gunungsinga.
Pengelolaan pelayanan air bersih tersebut dilakukan oleh pihak Belanda
dan setelah Indonesia merdeka, pengelolan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Tasikmalaya.
1.2.2 Legalitas
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Tasikmalaya
didirikan pada tanggal 11 Juni 1975 dan ditetapkan berdasarkan Perda No. 7
tahun 1975 yang disahkan oleh Gubernur Jawa Barat dengan SK No.
210.33/HK/-011/SK/76 tanggal 14 Januari 1976 dan diundangkan dalam
Lembaran Daerah No. 3 Tahun 1977 seri C.
Sesuai dengan bentuk hukumnya PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya
sudah merupakan suatu lembaga otonomi dan merupakan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD). Dengan demikian seluruh pengelolaan kegiatan perusahaan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan. Hubungan dengan
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sebagai pemilik perusahaan
diformulasikan dalam bentuk penetapan Pemkab sebagai Badan Pengawas.
Pada tanggal 15 Agustus 2003 berdasarkan SK Bupati No. 539/Kep.234-
EK/PDAM/2002 PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya ditetapkan namanya
sebagai “PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya”.
PDAM sebagai perusahaan milik pemerintah daerah memiliki tugas
utama dalam pengelolaan dan penyediaan air minum, berikut adalah fungsi dari
PDAM :
Perencanaan dan pengelolaan penyediaan air dengan kualitas air
minum.
Pengoperasian dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum.
Pengendalian terhadap pelaksanaan program pengembangan pelayanan
sistem penyediaan air minum.
Berdasarkan tugas-tugas dan tanggung jawab PDAM tersebut di atas,
maka secara garis besar tujuan PDAM adalah :
Membangun dan meningkatkan pelayanan penyediaan air minum secara
seimbang dan merata, berlandaskan kegiatan yang sedang berlangsung dan
mendukung perkembangan ekonomi daerah.
Dalam mencapai tujuannya, PDAM dapat melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak lain, setelah memperoleh persetujuan.
1.3 Visi Dan Misi
Visi PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya memiliki Visi, yaitu :
Menjadikan PDAM Tasikmalaya sebagai penyedia Air Bersih yang terbaik
melalui pengelolaan dan pelayanan yang profesional.
Sedangkan Misinya adalah, sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
2. Meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih bagi masyarakat
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
4. Menyediakan salah satu sarana penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1.4 Potensi Permasalahan
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta
mengembangkan sistem pelayanan PDAM perlu dilakukan beberapa
terobosan. Dalam menentukan terobosan-terobosan tersebut perlu diketahui
permasalahan apa saja yang timbul saat ini yang dapat menghambat kinerja
dan performa PDAM. Berikut ini potensi permasalahan yang ada di PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya, diantaranya :
1. Kehilangan/kebocoran air
2. Kapasitas Produksi
3. Cakupan Pelayanan
4. Sarana dan Prasarana
Semua potensi di atas berkaitan dengan pembangunan komponen air
bersih yang dalam hal ini memerlukan investasi.
Gambar 1.1 Kerangka kebijakan SPAM Nasional Dan Sasaran yang akan dicapai
1.5 Program Stimulan 10. 000 Pelanggan
1.6 Maksud Dan Tujuan Program Stimulan 10.000 Pelanggan
BAB II
KONDISI EKSISTING PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA
2.1 Gambaran Umum
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan, untuk itu
dalam melangsungkan kehidupannya manusia memerlukan air yang baik,
dalam arti layak untuk digunakan, yaitu air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan. Selain kualitas dan kuantitas, air bersih pun diperlukan masyarakat
untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari baik itu untuk air minum, mandi,
cuci dan lain-lain. Air bersih tidak hanya diperlukan oleh masyarakat (keperluan
domestik), tetapi tempat-tempat Komersil maupun Industri sangat perlu akan air
bersih (keperluan non domestik).
Perancangan sistem air bersih membutuhkan data yang cukup mengenai
volume dan debit air yang dialirkan serta hubungannya dengan jumlah
penduduk dan periode perancangan. Fungsi dasar dari suatu perancangan
adalah memproyeksikan jumlah penduduk dengan menginterpretasikan
perkembangan sosial dan ekonomi di daerah perancangan serta
memperkirakan kebutuhan air dimasa yang akan datang.
2.2 Cakupan Pelayanan
Pelayanan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya meliputi Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dengan jenis
pelayanan kepada pelanggan dilakukan melalui sambungan rumah dan hidran
umum.
A. Sistem regional
Sistem pelayanan pada sistem regional terdiri dari 6 cabang dan unit IKK
yaitu : cabang Tasikmalaya, Cabang Cibeureum, Cabang Singaparna, Unit IKK
Leuwisari, Unit IKK Kawalu, dan unit IKK Manonjaya.
B. Sistem Unit IKK
Sistem pelayanan pada daerah studi untuk sistem unit IKK terdiri dari
unit IKK Salawu, Cabang Indihiang, Unit IKK Karangninggal, Unit IKK
Bantarkalong, Unit IKK Cineam, Unit IKK Rajapolah, Unit IKK Cibalong, Unit
IKK Pagerageung, dan Unit IKK Ciawi.
Jumlah sambungan pelanggan saat ni sebesar 30.916 sambungan,
dimana jumlah sambungan rumah (SR) sebanyak 30.753 unit SR dan Hidran
Umum (HU) sebanyak 163 unit HU. Sambungan rumah aktif (SR aktif) saat ini
sebanyak 39.206 unit SL.
Jumlah penduduk yang terlayani dengan sistem tersebut di atas ±
230.381 jiwa dari jumlah penduduk daerah pelayanan sebesar ± 524.738 jiwa.
Sehingga cakupan pelayanan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya saat ini
mencapai sebesar ± 44 % dimana cakupan pelayanan Kota Tasik sebesar ±
47.36 % dan Kabupaten Tasikmalaya sebesar ± 38 %.
Jika dilihat dari jumlah penduduk Kota dan Kabupaten secara
keseluruhan sesuai dengan data BPS 2006, maka cakupan pelayanan air
bersih PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya baru mencapai ± 10 %. Selain
dengan menggunakan SR dan HU PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya juga
menggunakan tanki air untuk melayani pelanggan sesuai dengan permintaan.
Untuk masyarakat daerah pelayanan yang belum tersentuh pelayanan
air bersi PDAM, umumnya menggunakan sumber air tanah berupa sumur
dangkal. Berdasarkan kondisi di lapangan umunya kualitas ait sumur
masyarakat tersebut secara visual cukup jernih dan tidak berbau/berasa.
2.3 Sumber Dan Potensi Air Baku
Dalam pemilihan dan penentuan sumber air yang akan dijadikan sebagai
sumber air baku untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya digunakan kriteria sebagai berikut :
Sumber air baku memiliki kuantitas yang cukup, artinya pengambilan air
untuk keperluan air bersih tidak mengganggu tataguna perairan yang ada
sekalipun pada saat kondisi debit minimum (kemarau).
Sumber air memliki kualitas air sesuai standar kualitas air baku untuk air
bersih sehingga masih dapat diolah dengan teknologi pengolahan yang ada
dan familiar sehingga secara teknis dan biaya dianggap layak.
Lokasi sumber air berada tidak jauh dari daerah pelayanan dan
diprioritaskan yang memiliki elevasi menguntungkan sehingga pengaliran
dapat dilakukan secara gravitasi tanpa menggunakan pompa. Lokasi
sumber air juga harus memilki aksesibilitas untuk memudahkan
pembangunan.
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Tasikmalaya memiliki 14
(empat belas) sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yang tersebar
di seluruh wilayah PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya, yang terdiri dari 11
sumber air dari mata air dan 3 sumber air dari air permukaan seperti
ditampilkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Sumber Air Baku PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya
2.3.1 Rekomendasi Sumber Air Baku
Berdasarkan rencana induk PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya sumber
air baku yang diusulkan sebagai sumber air baku pengembangan PDAM adalah
:
a. Sumber Air Permukaan
Sumber air permukaan yang dianggap layak teknis dan non teknis untuk
dijadikan sebagai sumber air baku pengembangan sistem penyediaan air
regional PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah sungai Cikunten dengan
pertimbangan, sebagai berikut :
Secara kuantitas sumber ini memiliki debit relatif besar sehingga bila
disadap untuk keperluan air bersih sampai akhir tahun perencanaan masih
tidak memberikan dampak kepada tataguna perairan saat ini dan kedepan.
Secara kualitas sumber ini memiliki kualitas fisik, kimia dan bakteriologis
yang masih memenuhi persyaratan baku mutu sumber air baku sehingga
masih dapat diolah.
Berdasarkan data yang ada, debit air sungai ini ada sepanjang tahun dan
belum pernah kering pada saat musim kemarau panjang sekalipun. Dengan
demikian sumber ini memiliki kontinuitas yang dapat diandalkan.
Lokasi sumber air dekat dengan sumber air baku sistem penyediaan air
bersih regional Cipondok dan memiliki aksesibilitas cukup baik, sehingga
tidak akan menyulitkan dalam pembangunan.
Lokasi sumber memiliki elevasi yang menguntungkan yaitu ± 610 mdpl,
sehingga pengaliran air bisa dilakukan secara gravitasi tanpa menggunakan
pompa.
b. Sumber Mata Air
Sumber air mata air yang diusulkan menjadi salah satu sumber air
pengembangan sistem penyediaan air bersih regional PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya adalah mata air Cipondok dan mata air Cikawali. Mata air
Cipondok merupakan sumber air baku sistem regional eksisting yang masih
memiliki sisa kapasitas sebesar ± 267,73 liter/detik. Mata air Cikawali berada
dekat dengan mata air Cipondok dengan elevasi ± 606 dan memiliki kapasitas
yang bisa dimanfaatkan sebesar ± 40 liter/detik.
2.4 Kapasitas Produksi Dan Distribusi
Sistem penyediaan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya, saat ini memiliki total kapasitas produksi sebesar ± 376,69
liter/detik yang terdiri dari 4 unit cabang dan 14 unit IKK.
2.4.1 Unit produksi
Unit produksi yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura dapat
dikelompokan sebagai berikut :
A. Sistem Regional
Unit produksi untuk sistem regional yang berada di sekitar sumber air
baku mata air Cipondok Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi yang meliputi :
Bangunan pengolahan air berupa CO2 removal
Chlorinasi dan reservoar air bersih
B. Sistem Unit/IKK
Unit produksi untuk sistem unit/IKK umumnya adalah hanya chlorinasi
saja, kecuali untuk unit yang menggunakan sumber air baku sungai
menggunakan pengolahan lengkap.
Secara lengkap unit produksi dapat dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2 Unit Produksi Sistem Unit/IKK PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya
2.4.2 Unit Distribusi
A. Sistem Regional
Pada sistem regional jumlah dan kapasitas reservoar yang ada adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Unit Distribusi Sistem Regional PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya
B. Sistem Unit/IKK
Sistem distribusi air bersih dari unit produksi ke pelanggan di daerah
pelayanan menggunakan sistem jaringan perpipaan dengan pengaliran
umumnya secara gravitasi, kecuali pada unit Salawu, unit Karangnunggal dan
unit Bantar Kalong. Sebelum air bersih didistribusikan ke pelanggan terlebih
dahulu ditampung di reservoar air bersih distribusi masing-masing unit IKK.
2.5 Kendala Pelayanan
Berikut ini beberapa permasalahan yang terjadi saat ini di PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya :
A. Sistem Regional (Cabang Tasikmalaya, Cabang Cibeureum, Cabang
Singaparna, Unit Kawalu, Unit Leuwisari, dan Unit Manonjaya).
Unit Produksi
Kapasitas sumber air yang digunakan saat ini, mata air Cipondok
semakin lama debitnya semakin berkurang. Hal ini dimungkinkan karena
telah terjadi perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air hujan
(Catchment Area) yang mensupplai air ke mata air Cipondok.
Kinerja CO2 removal menurun akibat penyumbatan pada media
filternya, sehingga kapasitas pengolahan menurun, hal ini terlihat dengan
banyaknya jumlah air yang melimpas keluar dari bak melalui pipa peluap
(over flow Pipe). Dengan banyaknya air yang keluar dari unit CO2 removal
maka terjadi kehilangan air pada unit produksi dan berakibat kepada volume
air yang didistribusikan juga berkurang.
Dilakukan tapping pada pipa transmisi unit produksi untuk
keperluan pelayanan air bersih Singaparna dan Leuwisari sehingga
berpengaruh terhadap pola hidrolis baik debit maupun tekanan pada aliran
menuju reservoar induk.
Sebagian meter induk rusak sehingga perhitungan debit produksi
yang dilakukan saat ini menjadi kurang akurat karena berdasarkan
pendekatan dari pengukuran debit sesaat.
Reservoir dan BPT tidak difungsikan dan melakukan bypass. Hal
ini oleh PDAM dilakukan dengan harapan mendapatkan tambahan tekanan
yang sangat diperlukan oleh sistem distribusi. Hal ini berakibat pengurangan
fungsi instalasi pengolah air untuk mengatasi fluktuasi pemakaian air
distribusi dan penggunaan ukuran pipa yang tidak sesuai dengan rancangan
yang seharusnya mengikuti siklus pemakaian jam puncak.
Unit Distribusi
Kehilangan tekanan di darah distribusi tinggi. Hal ini disebabkan karena
banyaknya sambungan baru, percabangan pipa, tapping yang kurang tepat.
Jumlah sambungan baru akan meningkatkan jumlah pemakaian air dan juga
mengurangi tekanan hidrolis air dalam pipa. Demikian juga dengan
banyaknya percabangan pipa, secara teoritis pipa induk distribusi tidak
boleh ditapping untuk melayani pelanggan. Tapping hanya diperbolehkan
dilakukan pada pipa induk distribusi di lokasi yang telah ditentukan
berdasarkan perhitungan tekanan hidrolis. Tapping yang salah di pipa induk
akan mengurangi tekanan hidrolis, terutama di lokasi yang terjauh dari
sumber air/instalasi pengolah air.
Tingkat kebocoran masih tinggi sebesar 31 %. Kebocoran yang terjadi ini
terdiri dari kebocoran teknis maupun administrasi. Kebocoran teknis
kebanyakan berasal dari banyaknya pipa yang pecah atau bocor (faktor
umur pipa dan jenis pipa = ACP). Selain itu juga banyak meter air pelanggan
yang kurang baik bahkan rusak.
Pengambilan air untuk sistem baru dilakukan dengan membuat tapping
pada pipa transmisi. Hal ini akan mengurangi kapasitas air yang masuk ke
sistem yang lama.
Unit Pelayanan
Kebutuhan air bersih di wilayah pelayanan sistem regional terus
meningkat dan pengembangan pelayanan hanya dilakukan melalui tapping
dari pipa eksisting tanpa memperhitungkan dampak terhadap sistem hidrolis
secara keseluruhan sehingga pola aliran pelayanan jaringan berubah
akibatnya aliran air sering tidak lancar dan tekanan di pelanggan jadi
berkurang. Kebocoran air secara teknis juga terjadi akibat meter air
pelanggan banyak tidak berfungsi dengan baik.
B. Sistem Unit/IKK
1. Cabang Indihiang
Unit Produksi
Tidak difungsikannya unit CO2 removal, karena elevasi sumber air lebih
rendah dari unit CO2 removal, sehingga suplai air bersih langsung ke
konsumen tanpa melalui pengolahan.
Unit Distribusi
Tidak dapat melayani konsumen secara maksimal pada saat pemakaian
puncak, karena tidak menggunakan reservoar sedangkan sistem distribusinya
menggunakan sistem gravitasi.
Unit Pelayanan
Tingkat kebocoran yang tidak dapat dihitung secara pasti, karena tidak
adanya meter induk di sumber.
2. Unit Karangnunggal
Unit produksi
Kondisi instalasi sudah kurang layak lagi, karena faktor usia instalasi
yang sudah lebih dari 20 tahun.
Unit Distribusi
Sistem distribusi menggunakan perpompaan, dan pada unit ini tidak
menggunakan meter air baik pada unit distribusi maupun produksi.
Unit Pelayanan
Masih terdapat konsumen yang belum tidak terlayani, karena elevasi
yang tinggi.
3. Unit IKK Bantarkalong
Unit Produksi
Kondisi instalasi sudah kurang layak karena faktor umur instalasi yang
sudah sangat tua, dengan kondisi unit produksi sudah banyak yang rusak.
Unit Distribusi
Sistem perpompaan yang ada hanya mampu melayani bagian selatan
kecamatan Bantarkalong. Kondisi reservoar sudah tidak layak digunakan.
Unit Pelayanan
Konsumen di wilayah tengah dan utara belum dapat terlayani karena
elevasi unit produksi dan unit distribusi Ada posisi terendah.
4. Unit IKK Rajapolah
Unit Produksi
Unit IKK ini tidak menggunakan unit pengolahan, hanya menggunakan
sistem chlorinasi. Hal ini kurang baik untuk kualitas air yang dihasilkan.
Unit Distribusi
Sistem distribusi pada unit ini terdapat permasalahan dimana sistem
pada unit ini menggunakan 4 unit BPT yang kemudian masuk ke reservoar
dengan volume 450 m3, tetapi jalur ini dibypass karena kurangnya tekanan
pada saat masuk ke reservoar. Penyebabnya adalah banyaknya tapping yang
dilakukan pada sistem induk sebelum masuk ke reservoar sehingga sistem
distribusi terganggu.
Unit Pelayanan
Akibat dari banyaknya tapping yang dilakukan pada jaringan induk
sebelum masuk reservoar menyebabkan sistem pelayanan terganggu, dimana
volume dan tekanan air yang diharapkan tidak tercapai. Sistem kehilangan air
pada unit ini juga tidak dapat dihitung dengan akurat karena tidak adanya meter
air baik pada unit produksi maupun unit distribusi.
5. Unit IKK Cibalong
Unit IKK Cibalong tidak aktif, karena tidak ada sumber air yang dapat
digunakan selain itu juga karena reservoar distribusi berada pada elevasi yang
cukup tinggi, sehingga sulit untuk mensuplai air ke reservoar. Tidak aktifnya unit
IKK ini menyebabkan aset PDAM banyak yang diambil masyarakat baik aset
reservoar maupun aset jaringan pipa distribusi.
6. Unit IKK Cineam
Unit IKK Cineam tidak aktif, karena tidak ada sumber air yang dapat
digunakan.
7. Unit IKK Pagerageung
Unit Produksi
Sumber air berasal dari mata air Cipanyusupan dengan broncaptering
dan kemudian chlorinasi. Pada unit ini juga tidak menggunakan CO2 removal,
dimana sistem yang digunakan pada unit ini hanya broncaptering dengan
chlorinasi dan langsung didistribusikan.
Unit Distribusi
Sistem distribusi unit IKK ini menggunakan BPT tetapi di bypass dengan
alasan kurang tekanan didalam pipa untuk sampai ke reservoar.
Unit Pelayanan
Sistem pelayanan di pegerageung tidak dapat maksimal untuk saat ini.
Elevasi unit distribusi terletak pada leavasi terendah pada kecamatan
Pagerageung. Saat ini pelayanan di IKK Pagerageung menggunakan sistem
gravitasi sehingga dengan sistem yang ada wilayah yang dapat dilayani masih
hanya disekitar titik suplai.
8. Unit IKK Salawu
Unit Produksi
Kapasitas produksi yang terpasang di unit IKK Salawu sebesar 16 l/dtk,
dimana sistem poduksi menggunakan sistem perpompaan dengan sumber air
berasal dari Cisitu dan Cibatur. Sistem pengolahan di unit IKK ini hanya
menggunakan chlorinasi yang kemudian langsung didistribusikan.
Unit Distribusi
Sistem distribusi pada unit IKK Salawu menggunakan sistem
perpompaan dikarenakan elevasi daerah pelayanannya makin naik.
Unit Pelayanan
Daerah pelayanan yang ada pada saat ini berdasarkan pada
kemampuan pompa distribusi yang ada. Permasalahan PDAM disini adalah
investasi dalam membiayai sistem yang menggunakan pompa.
9. Unit IKK Ciawi
Unit Produksi
Sumber air berasal dari 2 (dua) mata air yaitu mata air sangiang dan
mata air Cihaneut dengan broncaptering. Permasalahan terdapat pada sumber
air Cihaneut dimana debit mata air tidak dapat diandalkan pada saat musim
kemarau, sedangkan untuk mata air Sangiang saat ini masih bermasalah
dengan masyarakat sekitar.
Unit Distribusi
Sistem distribusi Unit IKK Ciawi ini menggunakan reservoar dengan
sistem gravitasi.
Unit Pelayanan
Daerah pelayanan yang dilayani belum sampai ke daerah dengan
elevasi lebih tinggi. Untuk melayani daerah yang lebih tinggi. Untuk melayani
daerah yang lebih tinggi harus menggunakan penambahan sistem dengan
sistem perpompaan. Pada unit IKK Ciawi jumlah kehilangan air dihitung
berdasarkan lapangan, karena meter air untuk distribusi dan konsumen masih
aktif.
BAB III
KONSEPSI PENGEMBANGAN PDAM TIRTA SUKAPURA TASIKMALAYA
3.1 Indikasi Program
Didasari oleh permasalahan seperti diuraikan di atas dan juga
didasarkan oleh kebutuhan air bersih, maka strategi pengembangan PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
Optimalisasi sistem Eksisting
Pengembangan sistem Penyediaan Air Bersih
3.1.1 Optimalisasi system Eksisting
Optimalisasi sistem eksisting meliputi perbaikan pada unit produksi,
distribusi dan unit pelayanan.
A. Unit Produksi
Perapihan system pengambilan/tapping pada unit produksi untuk
pelayanan air bersih singaparna dan Leuwisari.
Pengambilan air bersih untuk Singaparna dan Leuwisari dilkaukan
langsung dari unit CO2 removal tidak dari tapping pipa antara CO2 removal
dan BPT.
Memfungsikan kembali reservoir induk Gn. Tajur untuk pelayanan
Cabang Tasik, Cibeureum, Kawalu dan Manonjaya.
Memfungsikan kembali BPT C.
B. Unit Distribusi
Pembenahan tapping pelayanan dari pipa induk (transmisi) air bersih.
Reanalisa hidrolis pembebanan jaringan sesuai dengan kondisi
eksisting.
Penurunan kebocoran melalui :
a. Penggantian berkala Kran dan meter air pelanggan,
terutama meter air yang rusak atau hilang.
b. Melakukan tes bend air dan program kalibrasi meter air.
c. Penggantian pipa berusia diatas 20 tahun secara
bertahap mulai dari pipa transmisi sampai pipa induk distribusi.
d. Pemasangan meter induk di setiap cabang atau zona
pelayanan.
e. Zonasi penyediaan air berdasarkan daerah pelayanan.
C. Sumber air Baku
Kapasitas sumber air yang semakin menurun memerlukan alternative
pengganti atau penambahan agar pelayanan PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya tetap terjaga. Perbaikan dan alternative sumber air petensial dapat
dilakukan dengan beberapa program :
Melakukan perlindungan dan perbaikan pada unit broncaptering.
Mencari sumber air lain yang letaknya dekat dengan sumber air yang
telah dimanfaatkan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya saat ini.
Memanfaatkan sumber air lain selain mata air seperti air permukaan dan
air tanah.
Diharapkan melalui program optimalisasi system eksisting diperoleh
peningkatan kapasitas produksi dan distribusi yaitu :
Kapasitas produksi sesuai dengan kapasitas terpasang yaitu 300
liter/detik.
Pemanfaatan kapasitas dari sumber air mata air Cipondok menjadi 420
liter/detik.
Pendekatan kebocoran air sampai 25 %.
3.2 Strategi Pengembangan Sistem
Pengembangan system penyediaan air bersih PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya dilakukan secara bertahap, dalam hal ini akan diuraikan tahap
yang sangat urgen untuk pancapaian target tahun 2008 sampai dengan 2010
pada saat ini yaitu dengan program penambahan sambungan, investasi untuk
pembangunan komponen air bersih, dan pemeliharaan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Tasikmalaya secara umum,
perbaikan kualitas pelayanan, dan meningkatkan performa PDAM Tirta
Sukapura Tasikmalaya. Program tersebut terkorelasi dengan Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum dan Komitmen Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 sebagai dasar pencapaian target pelayanan air bersih yang
memenuhi syarat kualitas, kuantitas.
3.3 Rencana Pengembangan system
Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya pada periode tahun 2008 sampai tahun 2010 sebesar 606
liter/detik, dapat dilihat data kebutuhan air bersih untuk wilayah pelayanan
PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya pada tabel dibawah ini,
Tabel 3.1 Kebutuhan Air Bersih
A. Unit Air Baku
Sumber air baku terpilih yang akan digunakan untuk pengembangan
penyediaan air minum di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya adalah :
a. Mata Air
Mata air Cipondok
Dari mata air ini direncanakan dapat dimanfaatkan sisa kapasitas sebesar 120
L/dtk sampai tahap I perencanaan.
Mata air Cikawali
Direncanakan dari mata air ini dapat dimanfaatkan sebesar 40 L/dtk.
b. Air Permukaan
Sungai Cikunten
Direncanakan dari sungai Cikunten dapat memenuhi kebutuhan air
minum sampai dengan akhir tahun perencanaan dimana pemanfaatan sungai
Cikunten dilakukan pada tahap mendesak (2008-2010) sebesar 300 L/dtk.
Tabel 3.2 Rencana Kapasitas Produksi dan Pengambilan Air Baku
B. Unit Produksi
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas sumber air terpilih untuk
pengembangan penyediaan air bersih di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya,
maka :
a. Mata Air
Berdasarkan pada data kualitas mata air Cipondok dan mata air
Cikawali, system pengolahannya cukup dengan chlorinasi saja. Untuk sumber
dari mata air biasanya terdapat kandungan CO2 agresif, sehingga diperlukan
unit CO2 removal dengan aerasi sehingga aman untuk dikonsumsi.
b. Air Permukaan
Sesuai dengan hasil pemeriksaan air sungai Cikunten setelah
dibandingkan dengan standar baku mutu air minum, maka parameter yang
harus diturunkan adalah :
Warna
Kekeruhan
Besi (Fe3+)
Mangan
Mikrobiologi
Maka pengolahan yang diperlukan adalah pengolahan lengkap
(complete Treatment).
C. Unit Pelayanan
Rencana pengembangan untuk unit pelayanan adalah meningkatkan
pelayanan pada daerah pelayanan yang sudah pada tahap berikutnya
menambah daerah pelayanan ke daerah terjangkau yang belum mendapat air
bersih. Untuk memenuhi target pelayanan sampai akhir tahun perencanaan
maka dilakukan perencanaan penambahan kapasitas reservoir, sambungan
rumah (SR), dan Hidran Umum (HU). Untuk detail penambahan pada tahap
mendesak (2008-2010) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Rencana Penambahan Kapasitas Reservoar, jumlah SR, dan
Jumlah HU
Dari uraian di atas, maka direncanakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya pada tahap
mendesak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sebesar 606 liter/detik,
sebagai berikut :
Perbaikan Broncaptering Cipondok
Pembenahan jaringan pipa pada unit produksi
Uprating CO2 Removal eksisting kapasitas 300 liter/detik
Pembangunan reservoir baru kapasitas ± 6900 m3
Pembangunan pipa interkoneksi antara reservoir 2 x 1100 m3 ke
reservoir 350 m3.
Pembangunan pipa pelayanan
Pembangunan Sambungan Rumah 16087 Unit dan Hidran Umum 239
Unit.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air dengan debit 300 liter/detik dari
sumber Sungai Cikunten.
3.4 Kondisi Keuangan PDAM
3.4.1 Kelayakan Finansial
Sasaran dari usulan komponen air bersih adalah untuk mengurangi
tingkat kebocoran, pemanfaatan kapasitas produksi dari system yang ada dan
perluasan pelayanan. Usulan proyek ini didasarkan pada studi kebutuhan,
namun dilakukan beberapa penyesuaian sehubungan dengan kondisi.
Berdasarkan dari hasil analisa perhitungan yang dimuat dalam Tabel Lampiran
Analisa Keuangan terlihat bahwa Nilai Net Present Value (NPV) untuk
komponen air bersih terkait dengan rencana pengembangan air bersih PDAM
Tirta Sukapura Tasikmalaya sampai dengan tahun 2010, menunjukan angka
positif yang berarti investasi yang dlikaukan akan memberikan tambahan
pendapatan dari retribusi yang semakin besar dan menguntungkan. Besaran
NVP ini berlaku untuk besaran investasi sebesar Rp. 70.175.000.000,-. Dengan
perkiraan masa teknis 20 tahun. Sedangkan dilihat dari kelayakan
mengembalikan investasi, hasil analisa diatas juga menunjukan tingkat
Financial Rate Of Return (FIRR) adalah sebesar 28,1 %. Angka ini lebih besar
dari asumsi tingkat bunga yang berlaku saat ini yaitu sebesar 9,5 %. Dengan
angka tersebut dapat dikatakan bahwa program penambahan investasi sector
Air Bersih di PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya dapat dikatakan Layak dan
akan Menguntungkan Secara Keuangan.
Mengingat kondisi keuangan PDAM tirta Sukapura Tasikmalaya relative
terbatas, disis lain besaran dan investasi yang diperlukan cukup besar, maka
program ini PERLU dibiayai dari luar PDAM, yaitu dari APBD ataupun pihak
swasta. Untuk mendukung analisa keuangan tersebut, PDAM tirta Sukapura
Tasikmalaya perlu melakukanpeningkatan tariff sebesar 30 % pada tahun 2009
ini dan selanjutnya sebesar 30 % setiap 3 tahun sekali. Analisa lengkap
mengenai kemampuan keuangan PDAM dapat dilihat pada Lampiran analisa
Keuangan.
3.4.2 Affordability
Tingkat affordability adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam
pembayaran pembebanan langsung atas jasa yang diterima dari komponen air
bersih. Hal ini akan dikatakan layak apabila pembebanan maksimum yang
terjadi pada komponene air bersih masih tetap dapat ditanggung oleh
pengguna jasa (rumah tangga) dengan parameter besarnya tagihan bulanan
masih dibawah 4% dari pendapatan rumah tangga.
Dari hasil perhitungan rata-rata pendapatan rangking terkecil di
Kabupaten Tasikmalaya menunjukan bahwa besaran rata-rata iuran air bersih
per bulan tidak melebihi rata-rata kelompok pendapatan terkecil. Dengan
demikian pembebanan tariff dapat dikatakan wajar dan sesuai dengan kriteria
affordability.
3.4.3 Resiko Sub Project
Resiko proyek dianalisa berdasarkan sensirivitas kelayakan proyek perlu
dilakukan untuk mengantisipasi berbagai resiko keadaan kondisi penerimaan
dan biaya. Resiko ini perlu diperhitungkan terhadap factor-faktor sebagai
berikut :
Adanya kenaikan biaya investasi sebesar 10 %
Adanya penurunan pendapatan sebesar 10 %
Adanya kenaikan biaya sebesar 10 % dan penurunan pendapatan
sebesar 10 %.
Hasil analisa terhadap resiko akan memberikan gambaran kelayakan
terhadap kondisi-kondisi di atas, apakah masih layak atau tidak. Hasil
perhitungan analisa resiko proyek yang dapat dilihat pada Lampiran Analisa
Keuangan dengan kondisi-kondisi diatas terhadap nilai FIRR adalah terlihat
sebagai berikut :
Tabel 3.4 Resiko Proyek
Kondisi Nilai FIRR Kriteria
1. Kasus dasar 28,1 Layak
2. Biaya Plus 10 % 24,4 Layak
3. Revenue Minus 10 % 24,1 Layak
4. Biaya Naik 10 %
Revenue Minus 10 %21,0 Layak
Sumber : Laporan Master Plan PDAM Tirta Sukapura, 2007
BAB IV KESIMPULAN
Kondisi Eksisting
Rencana Penambahan
Rencana Penyebaran
Perkiraan Biaya
BAB VPENUTUP
LAMPIRAN