kajian ekonomi dan keuangan regional - bi.go.id · indonesia provinsi nusa tenggara timur di daerah...

104
Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur

Upload: vokhanh

Post on 11-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Agustus 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

KPW BI Provinsi NTT

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

ii

Kata Pengantar

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting

dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter.

Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap

perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank

Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis

ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi

eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta

stakeholder lainnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini

mencakup Ekonomi Makro Regional, Keuangan Pemerintah Daerah, Perkembangan

Inflasi, Stabilitas Keuangan Daerah, Perkembangan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan

Uang Rupiah, Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan serta Prospek Perekonomian Daerah

2016. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank

Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan,

oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan

kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun

dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami

mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus

berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Agustus 2016

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

iii

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

iv

Daftar Isi

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------------------- i Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------------ ii Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------------------- iv Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------------------- vi Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------------------- ix Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------------------- x Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur ----------------------------- xiii

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum----------------------------------------------------------------------------- 1 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ------------------------------------------ 2 1.2.1. Konsumsi --------------------------------------------------------------------------- 3 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto/Investasi --------------------------------- 7 1.2.3. Ekspor dan Impor ---------------------------------------------------------------- 8 1.2.3.1 Ekspor dan Impor Antar Daerah ------------------------------------- 8 1.2.3.2 Ekspor dan Impor Luar Negeri --------------------------------------- 9 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral ------------------------------------------------ 10 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan & Perikanan -------------------------------- 11

1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial - 13 1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor --- 14 1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya ----------------------------------------------------------- 16 BOKS 1. Potensi Kepariwisataan di NTT ------------------------------------------------ 20 BOKS 2. Kondisi Konektivitas Angkutan Laut di Provinsi NTT --------------------- 23

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 2.1 Kondisi Umum----------------------------------------------------------------------------- 25 2.2 Pendapatan Daerah ---------------------------------------------------------------------- 25 2.3 Belanja Daerah ---------------------------------------------------------------------------- 27 2.3.1. Belanja APBN ---------------------------------------------------------------------- 29 2.3.2. Belanja Pemerintah Provinsi NTT ---------------------------------------------- 29 2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/ Kota ---------------------------------------- 30 2.4 Dana Pemerintah di Perbankan -------------------------------------------------------- 31

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI 3.1. Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------------- 33 3.1.1. Inflasi Tahunan ------------------------------------------------------------------- 34 3.1.2. Inflasi Triwulanan ---------------------------------------------------------------- 35 3.1.3. Inflasi Bulanan -------------------------------------------------------------------- 36 3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas ------------------------------------------ 39 3.2.1. Bahan Makanan ----------------------------------------------------------------- 39 3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ---------------------------- 40 3.2.3. Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau --------------------------------- 41 3.2.4. Komoditas Lainnya -------------------------------------------------------------- 42 3.3. Disagregasi Inflasi NTT ------------------------------------------------------------------ 43 3.3.1 Kelompok Volatile foods ------------------------------------------------------- 44 3.3.2 Kelompok Administered prices ------------------------------------------------ 45

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

v

3.3.3 Inflasi Inti (Core) ------------------------------------------------------------------ 46 3.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota ---------------------------------------------------------- 46 3.4.1 Inflasi Kota Kupang -------------------------------------------------------------- 46 3.4.2 Inflasi Kota Maumere ----------------------------------------------------------- 48 3.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID -------------------------------------------- 49

BOKS 3. Kondisi Angkutan Udara di NTT dan Permasalahannya ----------------- 51

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 4.1. Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------------- 54 4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga ------------------------------------------------ 55 4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga ---------------- 55

4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan ------------------------------------- 56 4.3. Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM ------------------------------------- 58

4.3.1 Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha ------------------------------------------ 58 4.3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM ---------------------------------- 59 4.3.3 Perkembangan Risiko Kredit UMKM ---------------------------------------- 61

4.4. Asesmen Ketahanan Korporasi ------------------------------------------------------- 62 4.4.1 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi ------------------------------- 62 4.5. Asesmen Perbankan --------------------------------------------------------------------- 64

4.5.1 Kinerja Bank Umum ------------------------------------------------------------- 64 4.4.1 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat --------------------------------------------- 65

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1 Kondisi Umum----------------------------------------------------------------------------- 67 5.2 Transaksi Pembayaran Tunai ----------------------------------------------------------- 68

5.2.1 Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (outflow) -------- 68 5.2.2 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) ----------------------------- 69 5.2.1 Perkembangan Uang Palsu (UPAL) ------------------------------------------- 70

5.3 Transaksi Pembayaran Non Tunai ----------------------------------------------------- 71 5.4 Perkembangan Layanan Keuangan Digital ------------------------------------------ 72

BAB VI KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN 6.1 Kondisi Umum----------------------------------------------------------------------------- 73 6.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan -------------------------------------------------- 73 6.3 Indeks Pengembangan Manusia (IPM) ----------------------------------------------- 75 6.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) ------------------------------------------------------- 76 6.5 Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang --------- 77 6.6 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha --------------------------------------------------- 78

BOKS 3.Hari Keluarga Nasional Ke-23 di Provinsi NTT ------------------------------ 79

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 7.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT ------------------------------------------------- 81

7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV 2016 ------------------------------ 81 7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016 ------------------------------------ 82

7.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan -------------------------------------- 82 7.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral -------------------------------------------- 83

7.2 Inflasi ---------------------------------------------------------------------------------------- 84

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

vi

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibandingkan Nasional------ ----------------------------------------- 2 Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT,Bali, NTB & Nasional----- 2 Grafik 1.3 Survei Penjualan Eceran ---------------------------------------------------- 4 Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi BBM----- -------------------------------------- 4 Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen ------------------------------------------------ 5 Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga ---------------------- 5 Grafik 1.7 Indeks Kegiatan Dunia Usaha --------------------------------------------- 5 Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi ----------------------------------------------- 5 Grafik 1.9 Perkembangan Survei Konsumen ---------------------------------------- 6 Grafik 1.10 Perkembangan Survei Penjualan Eceran -------------------------------- 6 Grafik 1.11 Proyeksi Indeks Tendensi Konsumen ------------------------------------ 6 Grafik 1.12 Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT --------------------------------- 8 Grafik 1.13 Perkembangan Peti Kemas------------------------------------------------- 9 Grafik 1.14 Aktivitas Bongkar Muat ---- ------------------------------------------------ 9 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor dan Impor ---------------------------------------- 10 Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor ------------------------------------------------------- 10 Grafik 1.17 Data Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------- 11 Grafik 1.18 Data Pengiriman Ternak dari Pelabuhan Tenau ----------------------- 11 Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Petani ---------------------------------------- 12 Grafik 1.20 Perkembangan SKDU Pertanian ------------------------------------------ 12 Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Pertanian ------------------------------------------ 12 Grafik 1.22 Proyeksi SKDU Pertanian --------------------------------------------------- 13 Grafik 1.23 Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah --------------------------------- 14 Grafik 1.24 Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan ----------------- 14 Grafik 1.25 Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan ---------------------------- 15 Grafik 1.26 Perkembangan Survei Konsumen ---------------------------------------- 15 Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan ---------------------------- 15 Grafik 1.28 Proyeksi SKDU Perdagangan ---------------------------------------------- 16 Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel ------------------------------------------------ 17 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Bandara ------------------------------------ 17 Grafik Boks 1.1. Jumlah Tamu Hotel Wisman di 15 Provinsi Destinasi Utama di Indonesia ------------------------------------------------------------- 20 Grafik Boks 1.2. Jumlah Wisatawan di NTT dan Pertumbuhannya --------------- 20 Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT-------------------------------------- 25 Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN ----------------------------- 26 Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/Kab-Kota ----- 26 Grafik 2.4 Pangsa Belanja Kabupaten/Kota ------------------------------------------- 27 Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja -------------------------------------------- 28 Grafik 2.6 Perkembangan Realisasi Belanja Modal----------------------------------- 28 Grafik 2.7 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kab/Kota NTT ------- 29 Grafik 2.8 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN Pemerintah dan APBD --- 30 Grafik 2.9 Realisasi Belanja dan Komponennya Pemerintah Provinsi, dan Kab/Kota di NTT ---------------------------------------------------------- 30 Grafik 2.10 Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan NTT -------------------- 31 Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional ------------------------------ 34 Grafik 3.2 Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan Nasional --------------------------- 34

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

vii

Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia --------------------------- 38 Grafik 3.4 Perbandingan Inflasi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara ------------ 38 Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ---------------------------------------- 40 Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub Kelompok Komoditas -------------------------------------------------------- 40 Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ------ 41 Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas -------------------- 41 Grafik 3.9 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi,Minuman dan Tembakau secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan ---------------- 42 Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Komoditas Komoditas Makanan Jadi,Minuman

Dan Tembakau per Sub Kelompok Komoditas ------------------------ 42 Grafik 3.11 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 43 Grafik 3.12 Disagregasi Inflasi dan Sumbangan Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur --------------------------------------------- 43 Grafik 3.13 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 Bulan ke Depan -------------- 46 Grafik 3.14 Inflasi Tahunan Kota Kupang --------------------------------------------- 47 Grafik 3.15 Inflasi Triwulanan Kota Kupang ------------------------------------------ 47 Grafik 3.16 Inflasi Bulanan Kota Kupang ---------------------------------------------- 47 Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Kota Maumere ------------------------------------------ 48 Grafik 3.18 Inflasi Triwulanan Kota Maumere --------------------------------------- 48 Grafik 3.19 Inflasi Bulanan Kota Maumere -------------------------------------------- 48 Grafik Boks 3.1. Volatillitas Inflasi Angkutan Udara Bulanan ---------------------- 51 Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi RT terhadap Agregat ------------------------------ 55 Grafik 4.2 IKK, IKE dan IEK ---------------------------------------------------------------- 55 Grafik 4.3 Indeks Pengeluaran Berdasarkan Kelompok Komoditas -------------- 56 Grafik 4.4 Indeks Sikap Masyarakat Terhadap Kasus Kejahatan Perbankan --- 56 Grafik 4.5 Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga ---------------- 57 Grafik 4.6 Pertumbuhan DPK ------------------------------------------------------------- 57 Grafik 4.7 Preferensi DPK Rumah Tangga --------------------------------------------- 57 Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga ---------------------------------------- 57 Grafik 4.9 Kredit Rumah Tangga -------------------------------------------------------- 58 Grafik 4.10 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga --------------------------------------- 58 Grafik 4.11 Perkembangan Dunia Usaha ---------------------------------------------- 59 Grafik 4.12 Kondisi Keuangan ----------------------------------------------------------- 59 Grafik 4.13 Pertumbuhan Kredit UMKM ----------------------------------------------- 60 Grafik 4.14 NPL UMKM -------------------------------------------------------------------- 60 Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha -------------- 60 Grafik 4.16 Pertumbuhan Kredit UMKM 7 Sektor Ekonomi ----------------------- 61 Grafik 4.17 NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha------------------------------------ 62 Grafik 4.18 NPL UMKM 3 Sektor -------------------------------------------------------- 62 Grafik 4.19 Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi ------------------------------- 62 Grafik 4.20 NPL Kredit Sektor Korporasi ----------------------------------------------- 62 Grafik 4.21 NPL Kredit 2 Sektor Korporasi --------------------------------------------- 63 Grafik 4.22 Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy) ------------------------------- 64 Grafik 4.23 Perkembangan LDR ---------------------------------------------------------- 64 Grafik 4.24 BOPO dan ROA Bank Umum ---------------------------------------------- 65 Grafik 4.25 LDR dan CAR BPR ------------------------------------------------------------ 66

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

viii

Grafik 4.26 BOPO, ROA, NPL BPR ------------------------------------------------------- 66 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai --------------------------------------------- 68 Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring ------------------------------------------- 68 Grafik 5.3 Perkembangan Inflow, Outflow dan UTLE ------------------------------- 69 Grafik 5.4 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)--------------------- 69 Grafik 5.5 Perkembangan UTLE di Provinsi NTT -------------------------------------- 71 Grafik 5.6 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT -------------------------------------- 71 Grafik 6.1 Perbandingan Prosentase Kemiskinan NTT dan Nasional ------------- 74 Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Prosentase Penduduk Miskin Tertinggi --- 74 Grafik 6.3 Prosentase Penduduk Miskin NTT ------------------------------------------ 74 Grafik 6.4 Perkembangan Garis Kemiskinan ------------------------------------------ 75 Grafik 6.5 Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan ------------------------- 75 Grafik 6.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan --------------------------------------------- 75 Grafik 6.7 Indeks Keparahan Kemiskinan ---------------------------------------------- 75 Grafik 6.8 IPM Provinsi di Indonesia (2015) ------------------------------------------- 76 Grafik 6.9 Angka Partisipasi Sekolah ---------------------------------------------------- 77 Grafik 6.10 Angka Partisipasi Murni ---------------------------------------------------- 77 Grafik 6.11 Presentase Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Sedang dan Besar ------------------------------------------------------------ 78 Grafik 6.12 Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang ------------------------------------------------------------------------- 78 Grafik 6.13 Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU ---------------------------- 78 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan-IV 2016 -------------- 81 Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT 2016 ----------------------------- 82 Grafik 7.3 Survei Konsumen -------------------------------------------------------------- 83 Grafik 7.4 Prediksi Inflasi Akhir Tahun 2016 ------------------------------------------ 85

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

ix

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Tw-II 2016 ------------ 3 Tabel 1.2 PDRB Komponen Konsumsi RT Provinsi NTT Tw-II 2016 ------------- 3 Tabel 1.3 PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah NTT Tw-II 2016 ------------ 5 Tabel 1.4 PDRB Komponen Investasi Provinsi NTT Tw-II 2016 ------------------- 7 Tabel 1.5 Realisasi Investasi Modal Asing & Penanaman Modal DN ------------ 8 Tabel 1.6 PDRB Provinsi NTT berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-II 2016 ------- 10 Tabel Boks 1.1 Kapasitas Industri Pariwisata di NTT --------------------------------- 22 Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten ---------- 29 Tabel 2.2 Komposisi DPK Pemerintah di NTT ---------------------------------------- 31 Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah ----------- 32 Tabel 3.1 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan di NTT --------- 35 Tabel 3.2 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulanan di NTT ------ 36 Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan di NTT -------------- 37 Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan di NTT ------------- 38 Tabel 3.5 Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas------------ 39 Tabel 3.6 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas ---------- 48 Tabel 3.7 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas -------- 49 Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan KPw BI Provinsi NTT -------------------------- 70 Tabel 5.1 Perkembangan Kegiatan KPw BI Provinsi NTT -------------------------- 70

DAFTAR GAMBAR Gambar Boks 1.1 Sebaran Kunjungan Pariwisata dan Hotel di NTT ------------- 21 Gambar Boks 2.1 Peta Alur Angkutan Laut Penumpang --------------------------- 23 Gambar 2.1 Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan II 2016 Sebaran Pembentukan TPID ---------------------------------------------------------- 50 Gambar Boks 3.1 Peta Konektivitas Angkutan Udara di NTT ---------------------- 52 Gambar 6.1 IPM Kabupaten/Kota di NTT (2015) ------------------------------------- 76 Gambar Boks 4.1 Kapasitas Angkutan Udara dan Penginapan di Kupang ----- 79 Gambar Boks 4.2 Kapasitas Rumah Makan dan Taksi di Kota Kupang --------- 79

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

x

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV-2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Nilai Nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT pada

triwulan II-2016 mencapai Rp 20,68 triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar

5,29% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I-2016 yang sebesar 5,08% (yoy)

dan dibandingkan nasional yang sebesar 5,18% (yoy). Adanya kegiatan Tour de

Flores, rapat koordinasi pemerintah di hotel, masa liburan sekolah, peningkatan

konsumsi Pemerintah seiring realisasi gaji ke-13 dan ke-14 Pegawai Negeri Sipil, dan

meningkatnya konsumsi menjelang perayaan Idul Fitri mampu menjadi pendorong

utama pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT di triwulan II 2016.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-III diperkirakan akan

cenderung sedikit meningkat dengan kisaran 5,1-5,5% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

triwulan III diperkirakan didorong oleh kegiatan investasi seiring dengan penyerapan

belanja modal yang masih cukup rendah. Konsumsi diperkirakan juga menjadi

pendorong pertumbuhan seiring dengan adanya masa liburan sekolah yang masih

berlangsung, tahun ajaran baru,untuk pendidikan dasar dan pendidikan tinggi,

kegiatan nasional Harganas serta adanya perayaan hari kemerdakaan republik

Indonesia.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Perkembangan realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT telah

mencapai Rp 12,7 triliun atau 51,36% dari total rencana pendapatan 2016 sebesar

Rp 24,7 triliun. Sementara itu, realisasi belanja APBN dan APBD Pemerintah di

Provinsi NTT hingga semester-I 2016 masih mencapai Rp 10,46 triliun atau 29,81%

dari pagu belanja yang sebesar Rp 35,08 triliun, namun tercatat lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang hanya sebesar 23,92% atau Rp

7,43 triliun. Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan upaya

percepatan realisasi anggaran oleh pemerintah, melalui himbauan Presiden dan

didukung adanya sanksi kepada pemerintah daerah yang memiliki kinerja realisasi

anggaran yang rendah. Selain itu, realisasi gaji ke-13 serta ke-14 Pegawai Negeri

Sipil pada bulan Juni 2016 juga mendorong adanya peningkatan belanja pemerintah.

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

xi

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi pada triwulan II 2016 mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Provinsi NTT mencapai 1,23% (qtq) lebih

tinggi dibanding inflasi nasional yang sebesar 0,44% (qtq) dan menjadi provinsi

dengan nilai inflasi triwulanan tertinggi ke-8 di Indonesia. Namun demikian,

besarnya deflasi pada bulan Juli 2016 yang mencapai -0,32% (mtm) mampu kembali

menurunkan nilai inflasi NTT menjadi hanya 0,87% (qtq) dan menjadi daerah

dengan nilai inflasi triwunan terendah di Indonesia.

Tingginya inflasi pada triwulan II 2016 lebih disebabkan oleh turunnya

produksi bahan pangan sehingga harga cenderung meningkat. Adanya beberapa

kegiatan di NTT seperti Tour De Flores pada bulan Mei 2016, libur sekolah,

penyaluran gaji ke-14 dan hari raya Idul Fitri juga memberi tekanan inflasi terlebih

pada angkutan udara dan sandang.

Pada triwulan III 2016, inflasi Provinsi NTT diperkirakan akan cenderung

rendah dikarenakan oleh deflasi yang terjadi pada bulan Juli 2016 karena cukupnya

pasokan bahan pangan, masih berpotensi terjadinya deflasi pada bulan Agustus

seiring dengan kembali normalnya aktivitas paska libur sekolah, Hari Raya Idul Fitri

dan Harganas, serta potensi inflasi rendah di bulan September seiring dengan tidak

adanya aktivitas khusus yang mampu menekan inflasi.

PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN

Kondisi Stabilitas Keuangan (SSK) Daerah Provinsi NTT pada triwulan laporan

masih terjaga, di tengah meningkatnya risiko global dan domestik. Masih tingginya

keyakinan rumah tangga terhadap kemampuan perekonomian ke depan, cukup

banyaknya simpanan rumah tangga dan rendahnya tingkat risiko kredit rumah

tangga di perbankan menjadi penguat stabilitas keuangan rumah tangga. Stabilitas

keuangan UMKM relatif terjaga yang terlihat dari peningkatan kredit yang cukup

tinggi disertai dengan resiko gagal bayar yang rendah. Industri perbankan juga

menunjukkan kinerja yang positif yang terlihat dari terjaganya rasio LDR, kecukupan

modal (CAR) maupun potensi gagal bayar nasabah yang relatif terjaga. Adapun yang

perlu mendapat perhatian adalah stabilitas keuangan tingkat korporasi yang

menunjukkan adanya peningkatan resiko gagal bayar kredit walaupun secara nilai

nominal tidak signifikan.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

xii

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran di Provinsi NTT mengalami peningkatan yang

cukup besar seiring dengan adanya peningkatan ekonomi pada triwulan II 2016.

Pertumbuhan tranksaksi pembayaran tunai secara triwulanan (qtq) maupun tahunan

(yoy) mengalami peningkatan yang signifikan dikarenakan oleh besarnya permintaan

uang tunai masyarakat dan pelaku usaha menjelang hari raya idul Fitri, libur sekolah

dan pencairan gaji ke-14. Di sisi lain, Perkembangan transaksi pembayaran non tunai

juga ikut mengalami peningkatan yang terlihat dari tingginya pertumbuhan SKNBI

dan Layanan Keuangan Digital (LKD)

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Indikator kesejahteraan dan ketenagakerjaan di Provinsi NTT menunjukkan

adanya peningkatan yang terlihat dari penurunan kemiskinan, kenaikan nilai IPM dan

peningkatan indikator tenaga kerja SKDU. Penurunan penduduk miskin juga

diimbangi oleh ketimpangan pendapatan yang menurun. Sementara itu, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2015 tercatat sebesar 62,67 atau

meningkat dari 62,26 (2014) walaupun tidak sebesar peningkatan IPM di daerah

lain.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan IV-2016 diperkirakan meningkat dan

berada pada rentang 5,2-5,6% (yoy). Sepanjang tahun 2016, pertumbuhan ekonomi

diperkirakan bertumbuh sebesar 5,1-5,5% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

ekonomi pada triwulan-IV diperkirakan didorong oleh sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib serta sektor Perdagangan Besar

dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi NTT sepanjang tahun 2016 diperkirakan didorong oleh konsumsi

pemerintah dan investasi.

Di sisi lain, inflasi hingga akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran 3,5-

4,0% (yoy). Adanya deflasi pada bulan Juli dan potensi deflasi bulan Agustus

diperkirakan mampu menurunkan proyeksi inflasi hingga akhir tahun. Adanya hari

ibu nasional di bulan Desember diperkirakan tidak akan menimbulkan inflasi sebesar

perayaan HKSN dan natal bersama tahun 2015 dikarenakan oleh jumlah peserta

yang diyakini tidak sebanyak kedua acara tersebut.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

xiii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

2015 2015

%yoy*) II I II % qtq**) %yoy***)

Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 68,598.5 76,432.5 5.02 18,568.9 19,689.8 20,681.0 4.54 5.29

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20,447.4 22,665.7 2.93 5,716.9 5,740.8 5,982.2 5.41 0.47

Pertambangan dan Penggalian 1,070.3 1,307.6 6.42 324.3 314.9 354.4 10.92 1.75

Industri Pengolahan 843.7 940.9 5.23 222.4 239.1 250.9 3.80 7.07

Pengadaan Listrik dan Gas 31.8 40.0 10.19 9.3 12.7 12.7 3.87 11.25

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 45.5 47.2 2.07 11.5 11.4 12.1 4.62 0.86

Konstruksi 7,096.0 7,908.2 5.22 1,899.8 2,048.2 2,187.0 6.64 6.32

Perdagangan Besar&Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor 7,296.7 8,274.0 6.09 1,994.7 2,098.4 2,221.8 4.60 4.26

Transportasi dan Pergudangan 3,566.9 3,976.0 5.49 955.5 1,058.3 1,086.7 2.09 7.25

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 422.4 487.1 6.17 117.1 128.0 137.7 7.05 10.85

Informasi dan Komunikasi 5,134.4 5,477.4 7.14 1,321.9 1,383.6 1,414.7 2.24 6.10

Jasa Keuangan dan Asuransi 2,698.9 2,995.5 5.76 703.3 781.8 844.1 7.17 16.34

Real Estate 1,860.9 2,054.3 3.85 499.4 526.1 538.5 3.40 2.94

Jasa Perusahaan 210.9 235.5 4.61 57.4 59.8 61.5 2.39 1.41

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan JamSos Wajib 8,392.7 9,399.6 7.09 2,193.8 2,502.5 2,701.3 5.19 12.36

Jasa Pendidikan 6,568.2 7,367.7 4.85 1,737.9 1,936.7 1,989.4 0.80 6.37

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,414.6 1,616.4 5.52 397.9 425.5 448.6 3.52 5.27

Jasa lainnya 1,497.0 1,639.5 3.72 405.6 421.8 437.4 3.04 3.03

Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 68,598.5 76,432.5 5.02 18,568.9 19,689.8 20,681.0 4.54 5.29

1. Konsumsi Rumah Tangga 50,952.8 56,027.9 6.33 13,078.6 14,712.8 15,290.1 3.01 5.87

2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 2,323.8 2,539.4 4.49 603.8 583.5 631.3 7.53 0.79

3. Konsumsi Pemerintah 20,592.3 23,705.4 7.97 5,194.9 3,195.8 5,729.4 77.83 4.14

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,693.0 32,505.8 17.19 8,144.7 8,187.8 9,046.6 8.94 0.67

5. Perubahan Inventori 1,024.3 967.6 -15.22 149.7 23.5 255.4 991.01 54.21

6. Ekspor Luar Negeri 1,382.3 1,608.8 19.99 379.2 305.2 357.2 11.94 -11.14

7. Impor Luar Negeri 527.2 261.5 -54.99 90.2 55.2 74.3 32.25 -20.01

8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor) -33,842.9 -40,660.9 18.66 -8,891.7 -7,263.6 -10,554.8 35.39 1.84

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Ekspor

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 18,410 24,018 30.46 6,595 5,516 6,610 19.83 0.22

Volume Ekspor Nonmigas (ton) 61,410 83,016 35.18 17,277 20,530 24,171 17.73 39.90

Impor

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 26,013 5,352 -79.43 3,653 8,289 38 -99.54 -98.96

Volume Impor Nonmigas (ton) 76,708 3,042 -96.03 1,503 20,199 71 -99.65 -95.29

Ket: Dalam Rp Miliar (ADHB)

*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014

**) Pertumbuhan Q2 2016 dibandingkan Q1 2016

***) Pertumbuhan Q2 2016 dibandingkan Q2 2015

****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

INDIKATOR 2014 20152016

II. INFLASI

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Indeks Harga Konsumen

NTT 104.41 104.78 108.66 110.58 112.52 113.27 113.15 119.15 118.59 120.07 120.78 125.02 124.56 126.10

- Kota Kupang 104.56 104.91 108.85 110.84 112.91 113.63 113.50 120.06 119.47 121.09 121.54 126.15 125.64 127.42

- Maumere 103.39 103.96 107.42 108.85 110.00 110.93 110.85 113.20 112.81 113.42 115.77 117.60 117.50 117.47

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT 7.11 5.26 8.29 8.41 7.78 8.10 4.13 7.76 5.39 6.01 6.74 4.92 5.04 5.02

- Kota Kupang 7.06 5.56 8.88 8.84 7.99 8.31 4.27 8.32 5.81 6.57 7.08 5.07 5.16 5.23

- Maumere 7.38 3.73 5.32 6.24 6.39 6.70 3.19 4.00 2.55 2.24 4.44 3.89 4.16 3.57

20162014 2015INDIKATOR

2013

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2016|

xiv

II. PERBANKAN

I II III IV I II III IV I II

A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset 25,600 28,602 23,316 26,398 27,114 25,600 29,877 32,778 32,750 28,602 30,931 33,626

2. DPK 18,571 21,478 17,078 18,791 19,092 18,571 19,798 21,764 22,341 21,478 21,945 23,527

- Giro 3,717 4,372 4,137 5,516 5,091 3,717 5,474 6,379 6,537 4,372 5,604 6,893

- Tabungan 10,385 11,933 8,577 8,568 9,041 10,385 9,092 9,149 9,644 11,933 10,449 10,507

- Deposito 4,469 5,173 4,363 4,707 4,960 4,469 5,232 6,236 6,159 5,173 5,893 6,127

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 17,094 19,483 15,071 15,947 16,532 17,094 17,226 18,198 18,897 19,492 19,546 20,587

- Modal Kerja 5,252 5,917 4,322 4,742 5,008 5,252 5,218 5,626 5,848 5,922 5,742 6,275

- Investasi 1,309 1,381 1,115 1,201 1,235 1,309 1,318 1,359 1,338 1,381 1,317 1,401

- Konsumsi 10,534 12,185 9,634 10,004 10,289 10,534 10,690 11,212 11,710 12,189 12,487 12,912

4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 17,759 20,284 15,756 16,652 17,220 17,759 16,907 17,845 18,552 20,284 20,525 21,731

- Modal Kerja 5,316 6,110 4,439 4,881 5,122 5,316 5,011 5,392 5,618 6,110 6,127 6,693

- Investasi 1,537 1,650 1,344 1,444 1,444 1,537 1,260 1,303 1,286 1,650 1,567 1,696

- Konsumsi 10,905 12,524 9,972 10,326 10,654 10,905 10,636 11,150 11,648 12,524 12,830 13,342

LDR (%) 92.0% 90.7% 88.3% 84.9% 86.6% 92.0% 87.0% 83.6% 83.7% 89.9% 88.3% 91.2%

Kredit UMKM 5,162 6,075 4,185 4,753 5,000 5,162 5,234 5,611 5,996 6,080 6,188 6671

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

Total Aset 415 510 343 355 374 415 437 454 482 513 535 545

Dana Pihak Ketiga 309 381 250 257 275 309 311 331 353 382 403 412

Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 319 366 270 294 306 319 330 349 354 369 368 389

LDR (%) 79.4% 76.7% 82.6% 85.6% 84.1% 79.4% 80.5% 82.4% 80.5% 76.70% 77.6% 79.8%

C. Grand Total (A+B) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset 26,016 29,112 23,660 26,753 27,487 26,016 30,314 33,232 33,232 29,115 31,466 34,170

2. Dana Pihak Ketiga 18,880 21,859 17,328 19,048 19,367 18,880 20,109 22,095 22,694 21,860 22,348 23,939

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang18,077 19,849 16,026 16,946 17,527 18,077 17,237 18,194 18,906 20,652 20,893 22,120

D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total

1. Total Aset (%) 1.6% 1.8% 1.5% 1.3% 1.4% 1.6% 1.4% 1.4% 1.4% 1.8% 1.7% 1.6%

2. Dana Pihak Ketiga (%) 1.6% 1.7% 1.4% 1.4% 1.4% 1.6% 1.5% 1.5% 1.6% 1.7% 1.8% 1.7%

3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%)1.8% 1.8% 1.7% 1.7% 1.7% 1.8% 1.9% 1.9% 1.9% 1.8% 1.8% 1.8%

III. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I

Transaksi Tunai

Inflow (Rp. Triliun) 3.4 3.7 1.4 0.7 0.8 0.5 1.8 0.5 0.8 0.5 1.8 0.7

Outflow (Rp. Triliun) 4.6 5.6 0.3 0.8 1.3 2.1 0.4 0.9 1.7 2.6 0.3 1.7

Uang Palsu (lembar) 72 1098 14 11 39 8 27 966 52 53 25 89

Transaksi Non Tunai

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) 92.71 136 14.18 13.05 29.84 35.63 34.61 43.75 41.55 15.84 8.69 6.76

Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat) 33,747 21,758 7,809 7,868 8,776 9,294 5,984 6,086 5,877 3,811 323 335

Kliring

Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun) 3.79 6.32 0.84 0.85 0.91 1.19 0.99 0.93 1.38 3.01 3.11 3.36

Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat)152,284 201,975 34,677 36,188 37,809 43,610 39,971 40,708 48,453 72,843 67,315 75,723

Cek/BG Kosong 897 1,203 179 175 276 267 300 254 342 307 229 247

20142014 2015

2016

To NTT

2015

INDIKATOR 20142015

20152014

INDIKATOR

BI-RTGS

2016

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam
Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 1

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-II 2016 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan I-2016.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan II-2016 mencapai 5,29% (yoy)

meningkat dibandingkan triwulan I-2016 yang sebesar 5,08% (yoy) dan

dibandingkan nasional yang sebesar 5,18% (yoy).

Dari sisi penggunaan, peningkatan konsumsi rumah tangga dan adanya

perlambatan impor antar daerah menjadi faktor utama pendorong

pertumbuhan ekonomi NTT, sementara itu dari sisi sektoral, pertumbuhan

ditopang oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib.

Sementara itu, tracking pertumbuhan ekonomi pada triwulan III

diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan terutama didorong oleh

sektor investasi.

1.1 Kondisi Umum

Nilai Nominal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTT pada

triwulan II-2016 mencapai Rp 20,68 triliun dengan pertumbuhan tahunan

sebesar 5,29% (yoy). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga

menjadi yang tertinggi dengan angka mencapai 5,87% (yoy) yang terutama ditopang

oleh konsumsi bidang Restoran dan Hotel yang tumbuh mencapai 55,58% (yoy) seiring

adanya kegiatan Tour de Flores, Rapat koordinasi pemerintah di hotel dan masa liburan

sekolah. Pertumbuhan juga ditunjang oleh peningkatan konsumsi kolektif Pemerintah

sebesar 5,40% (yoy) seiring realisasi gaji ke-13 dan ke-14 Pegawai Negeri Sipil serta

impor antar daerah yang hanya tumbuh sebesar 1,84% (yoy). Dari sisi sektoral,sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib menjadi pendorong

utama dengan pertumbuhan mencapai 12,36% (yoy) yang diperkirakan juga ditunjang

oleh realisasi gaji ke-13 dan ke-14 serta sektor Konstruksi yang salah satunya didorong

oleh proyek-proyek pemerintah, seperti bendungan, jalan dan Pos Lintas Batas Negara

(PLBN).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-II sebesar 5,29% (yoy)

tersebut juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar

5,18% (yoy).Pertumbuhan nasional terutama didorong oleh peningkatan konsumsi

rumah tangga seiring membaiknya daya beli masyarakat dan meningkatnya konsumsi

menjelang perayaan Idul Fitri serta peningkatan konsumsi pemerintah. Namun,

pertumbuhan ekonomi NTT masih cenderung lebih rendah apabila dibandingkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 2

dengan Provinsi Bali yang mencapai 6,53% (yoy) yang masih ditopang oleh

pertumbuhan sektor utama, yaitu penyediaan akomodasi dan makan minum serta

konstruksi. Pertumbuhan ekonomi NTT juga masih lebih rendah apabila dibandingkan

dengan NTB sebesar 9,92% (yoy) yang masih ditunjang sektor pertambangan dan

penggalian.

Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTT dibanding Nasional

Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT, Bali, NTB dan Nasional

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan-III diperkirakan akan

cenderung sedikit meningkat dengan kisaran 5,1-5,5% (yoy). Pertumbuhan

ekonomi triwulan III diperkirakan didorong oleh kegiatan investasi. Hal ini terutama

berasal dari Investasi Pemerintah seiring dengan realisasi belanja modal pemerintah

yang hingga akhir bulan Juni baru mencapai 13,9% atau Rp 1,3 triliun dari total pagu

belanja pemerintah sebesar Rp 9,7 triliun di tahun 2016. Investasi lainnya diperkirakan

masih berasal dari realisasi investasi sektor swasta. Sementara itu, belanja konsumsi

rumah tangga juga diperkirakan masih tumbuh positif seiring dengan masa liburan

sekolah dan ajaran baru serta dorongan belanja setelah realisasi tunjangan kinerja ke-

13 untuk PNS di Bulan Juli.

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Pada triwulan II 2016 pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar

5,87% (yoy) menjadi pendorong utama perekonomian NTT. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi restoran dan hotel yang

meningkat hingga 55,58% (yoy) yang terutama disebabkan oleh adanya even bersifat

nasional seperti Tour de Flores, kegiatan rapat di hotel-hotel, serta tibanya musim

liburan sekolah. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan

cukup tinggi sebesar 4,14% dengan didorong oleh pertumbuhan konsumsi kolektif

pemerintah sebesar 5,40% (yoy) seiring realisasi gaji ke-13 dan 14.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 3

Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan II-2016

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

1.2.1 Konsumsi

Secara umum, pengeluaran konsumsi pada triwulan II menunjukkan

pertumbuhan sebesar 5,28% (yoy) melambat apabila dibandingkan triwulan I-

2016 yang sebesar 5,75% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah yang melambat

dari 6,87% (yoy) pada triwulan-I 2016 menjadi 4,14% (yoy) di triwulan-II 2016 seiring

dampak upaya penghematan anggaran pemerintah diperkirakan menjadi salah satu

penyebab utama. Sementara itu, perkembangan pada setiap komponen pembentuk

konsumsi adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan-II sebesar 5,87%

(yoy) meningkat dibandingkan triwulan-I yang sebesar 5,60%

(yoy).Pertumbuhan terutama didorong oleh restoran dan hotel yang mencapai

55,58%(yoy) dan diperkirakan disebabkan oleh adanya even bersifat nasional,

peningkatan frekuensi kegiatan rapat di hotel dan tibanya musim liburan sekolah.

Peningkatan juga terjadi pada komponen yang memiliki bobot terbesar pada

komponen konsumsi, yaitu konsumsi makanan dan minuman yang tumbuh sebesar

3,77% (yoy) seiring masa liburan sekolah dan momen menjelang Idul Fitri. Adanya gaji

ke-13 dan ke-14 Pegawai Negeri Sipil serta masa panen komoditas padi juga menjadi

pendorong peningkatan konsumsi masyarakat NTT.

Tabel 1.2. PDRB Komponen Konsumsi Rumah Tangga Provinsi NTT Triwulan II-2016

Sumber: BPS (diolah)

2015

2014 2015 TW II TW I TW II1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 50,952,750 56,027,892 13,078,616 14,712,817 15,290,144 73.9 5.87

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,323,762 2,539,408 603,754 583,485 631,294 3.1 0.79

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20,592,320 23,705,393 5,194,853 3,195,817 5,729,408 27.7 4.14

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26,693,029 32,505,797 8,144,679 8,187,777 9,046,634 43.7 0.67

5. Perubahan Inventori 1,024,332 967,562 149,693 23,514 255,447 1.2 54.21

6. Ekspor Luar Negeri 1,382,328 1,608,842 379,197 305,214 357,151 1.7 -11.14

7. Impor Luar Negeri 527,152 261,549 90,151 55,159 74,286 0.4 -20.01

8. Net Ekspor Antar Daerah (33,842,869) (40,660,869) (8,891,748) (7,263,645) (10,554,837) -51.0 1.84

P D R B 68,598,500 76,432,477 18,568,891 19,689,820 20,680,956 100.0 5.29

UraianYOY

Bobot2016

yoy

2015

2014 2015 TW II TW I TW IIKons Makanan dan Minuman 20,652,675 22,787,208 5,469,348 5,914,915 6,279,283 41.1 3.77

Kons Pakaian & Alas Kaki 1,981,604 2,221,724 256,227 548,409 611,510 4.0 3.09

Kons Perumahan & Perl RT 9,354,500 9,643,623 2,290,279 2,470,458 2,452,525 16.0 -0.54

Kesehatan & Pendidikan 3,717,431 4,358,224 865,265 1,113,479 1,163,667 7.6 17.87

Transportasi & Komunikasi 12,226,260 12,900,929 3,182,515 3,619,762 3,632,993 23.8 4.31

Restoran & Hotel 1,311,689 2,683,934 701,683 639,004 720,896 4.7 55.58

Konsumsi Lainnya 1,708,591 1,432,250 313,297 406,789 429,271 2.8 8.40

Konsumsi 50,952,750 56,027,892 13,078,616 14,712,817 15,290,144 100.0 5.87

UraianYOY 2016

Bobot yoy

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 4

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga dapat terlihat dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang

meningkat pada periode triwulan II tahun 2016. Pertumbuhan penjualan SPE terdapat

pada usaha makanan dan tembakau, peralatan rumah tangga serta pakaian dan

perlengkapannya yang secara omset tumbuh cukup tinggi. Pertumbuhan juga terjadi

pada konsumsi BBM (Premium, Pertamax, Minyak Tanah, Solar dan Bio Solar) yang

meningkat sebesar 0,61% (yoy) setelah dilakukan konversi ke dalam rupiah.

Grafik 1.3. Survei Penjualan Eceran Grafik 1.4. PerkembanganKonsumsi BBM

Sumber : Bank Indonesia Sumber : PT Pertamina, diolah

Indikasi peningkatan juga terlihat dari angka Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) dan pertumbuhan kredit konsumsi. Dari survei BPS, seiring dengan kenaikan

angka indeks pendapatan rumah tangga, angka ITK menunjukkan peningkatan menjadi

sebesar 103,87 pada triwulan II-2016 dibandingkan triwulan I yang hanya sebesar

98,15. Pertumbuhan juga tercatat pada konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh

sebesar 5,5% (yoy) melambat dibandingkan triwulan-I yang tumbuh 10,67% (yoy)

namun mencatat angka pemakaian listrik rumah tangga tertinggi triwulanan selama

beberapa tahun terakhir dengan total pemakaian 122.618 ribu Kwh. Indikator yang

mendukung adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II diantaranya

adalah indikator Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang

menunjukkan peningkatan angka indeks kegiatan dunia usaha, harga jual dan tenaga

kerja pada triwulan II 2016. Sementara itu, dari indikator perbankan, pertumbuhan

kredit konsumsi mencapai 15,3%(yoy) atau dengan nominal outstanding sebesar Rp

13,3 triliun.

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 5

Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sumber : BPS, diolah Sumber : PT PLN, diolah

Grafik 1.7. Indeks Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga

(LNPRT) tumbuh 0,79% (yoy) melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang

sebesar 3,92% (yoy).Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan masih belum

adanya kegiatan pilkada ataupun kegiatan lembaga swadaya masyarakat yang bersifat

massif pada triwulan II 2016.

Perkembangan Konsumsi Pemerintah pada triwulan II-2016 tumbuh

sebesar 4,14% (yoy) melambat dibandingkan triwulan I-2016 yang tumbuh

6,87% (yoy).Melambatnya komponen konsumsi pemerintah terutama berasal dari

terbatasnya pertumbuhan konsumsi individu pemerintah yang hanya tumbuh sebesar

1,90% (yoy) seiring dengan masih terbatasnya peningkatan belanja untuk jaminan

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan serta adanya arahan Presiden untuk

melakukan penghematan belanja konsumsi.

Tabel 1.3. PDRB Komponen Konsumsi Pemerintah Provinsi NTT Triwulan II-2016

Sumber: BPS (diolah)

Sementara itu, berdasarkan data realisasi belanja konsumsi Pemerintah (APBN,

APBD Kab/Kota, APBD Provinsi) hingga akhir triwulan II-2016 di NTT tercatat telah

2015

2014 2015 TW II TW I TW IIKons Kolektif Pemerintah 11,865,895 13,704,950 3,280,943 1,902,033 3,638,326 63.5 5.40

Kons Individu Pemerintah 8,726,426 10,000,443 1,913,909 1,293,784 2,091,082 36.5 1.90

Konsumsi Pemerintah 20,592,320 23,705,393 5,194,853 3,195,817 5,729,408 100.0 4.14

UraianYOY 2016

Bobot yoy

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 6

mencapai Rp 9,1 triliun atau 36,14% dari pagu anggaran 2016. Jumlah tersebut

mengalami peningkatan sebesar 40% (yoy) dari realisasi belanja konsumsi pada

triwulan-II 2015 yang hanya mencapai Rp 6,5 triliun. Peningkatan belanja konsumsi

pemerintah diperkirakan turut didorong oleh realisasi gaji ke-13 dan ke-14 di bulan

Juni.

Perkembangan pada triwulan berjalan menunjukkan adanya optimisme

pertumbuhan. Hasil Survei Konsumen-Bank Indonesia menunjukkan adanya

kecenderungan perlambatan untuk indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) namun dengan

angka indeks yang masih diatas 100 maka masih menunjukkan optimisme konsumen

untuk menghadapi triwulan-II. Indikasi optimisme juga terlihat dari indikator Survei

Penjualan Eceran yang menunjukkan proyeksi peningkatan untuk bulan Juli dan

Agustus serta Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan proyeksi kenaikan

pada triwulan-III 2016. Sementara itu, berdasarkan tracking kegiatan masyarakat,

adanya kegiatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di kota Kupang yang dihadiri

12.000 sd 15.000 orang dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, momen liburan

sekolah dan libur keagamaan, serta masuknya masa ajaran baru juga diperkirakan

dapat turut mendorong konsumsi secara umum.

Grafik 1.9. Perkembangan Survei Konsumen Grafik 1.10. Perkembangan Survei Penjualan Eceran

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 1.11.Proyeksi Indeks Tendeksi

Konsumen

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 7

Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan mengalami

perlambatan. Perlambatan disebabkan oleh turut adanya arahan Presiden untuk

melakukan penghematan anggaran. Selain itu, adanya pemotongan anggaran diluar

belanja infrastruktur seiring dengan tidak tercapainya target pemasukan pajak juga

diperkirakan dapat menjadi salah satu faktor penyebab perlambatan. Salah satu hal

yang dapat menghambat perlambatan adalah realisasi tunjangan kinerja PNS ke-13 dan

realisasi dana desa serta belanja hibah.

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/ Investasi

Pertumbuhan investasi/PMTB di NTT pada triwulan II-2016 mengalami

pertumbuhan terbatas sebesar 0,67% (yoy) melambat jika dibandingkan

triwulan-I yang tumbuh sebesar 9,33% (yoy). Perlambatan diperkirakan terjadi

karena terbatasnya pertumbuhan investasi baik dari komponen PMTB bangunan yang

hanya tumbuh 0,86% (yoy) serta PMTB non bangunan yang tumbuh hanya sebesar

0,11% (yoy). Hal ini diperkirakan juga disebabkan oleh tingginya investasi pemerintah

di Provinsi NTT pada tahun sebelumnya, sebagai contoh pengembangan bandara tahun

2015 yang mencapai 14 buah sementara saat ini hanya 9 buah. Saat ini peningkatan

investasi lebih pada pembangunan bendungan (Raknamo dan Rotiklot) dan investasi

swasta. Sementara itu belanja modal pemerintah yang merupakan gambaran investasi

pemerintah hingga akhir triwulan-II baru mencapai Rp 1,35 triliun atau 13,88%.

Tabel 1.4. PDRB Komponen Investasi Provinsi NTT Triwulan II-2016

Sumber: BPS (diolah)

Data realisasi investasi BKPM dan Penjualan Semen menunjukkan

adanya indikasi peningkatan investasi di NTT. Berdasarkan data BKPMD Provinsi

NTT, pada triwulan-II 2016 telah terealisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar US$ 22,58 juta dan Rp 504,84 miliar.

Angka ini meningkat dibandingkan triwulan I-2016 yang tercatat US$ 9,4 juta dan Rp

369,37 miliar. Sehingga total realisasi investasi NTT hingga semester-I mencapai US$

32,02 Juta dan Rp 874,21 miliar. Secara spasial, total realisasi investasi tertinggi pada

semester-I 2016 ada di Kota Kupang dengan nilai realisasi Rp 355,73 miliar dengan

total 6 perusahaan yang berinvestasi (2 sektor sekunder dan 4 tersier) yang mampu

menyerap lebih dari 1500 tenaga kerja. Di sisi lain, Penanaman Modal Asing (PMA)

2015

2014 2015 TW II TW I TW IIPMTB Bangunan 20,049,429 24,648,097 6,226,198 6,087,531 6,558,857 72.5 0.86

PMTB Non Bangunan 6,643,600 7,857,700 1,918,480 2,100,246 2,487,776 27.5 0.11

PMTB 26,693,029 32,505,797 8,144,679 8,187,777 9,046,634 100.0 0.67

UraianYOY 2016

Bobot yoy

Sumber : KBI Kupang

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 8

tercatat cukup tinggi di Kab. Rote Ndao (US$ 5,7 juta), Kab. Timor Tengah Utara (US$ 5

Juta) dan Kab. Flores Timur (US$ 4,6 Juta). Secara umum, investasi terbanyak di Provinsi

NTT berada pada sektor tersier sebanyak 41 perusahaan. Dari indikator penjualan

semen, terlihat adanya pertumbuhan penjualan semen sebesar 5,8% (yoy) pada

triwulan II-2016 atau melambat dibandingkan triwulan-I yang tumbuh mencapai

37,91% (yoy). Pertumbuhan penjualan semen yang melambat ini merupakan penguat

indikasi perlambatan kegiatan investasi terutama di sektor PMTB Bangunan.

Tabel 1.5. Realisasi Investasi Modal Asing & Penanaman Modal Dalam Negeri

Grafik 1.12. Realisasi Konsumsi Semen Provinsi NTT

Sumber : BKPMD NTT, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sementara itu, berdasarkan tracking triwulan berjalan, diperkirakan

perkembangan PMTB/Investasi akan kembali meningkat pada triwulan-III.

Indikasi tersebut terlihat dari serapan belanja modal pemerintah yang baru mencapai

13,9% hingga bulan Juni 2016 dan diperkirakan kembali meningkat sepanjang

triwulan-III. Selain itu, masih berjalannya proyek bendungan, jalan negara dan provinsi,

serta pengembangan pelabuhan diperkirakan dapat pula menjadi pendorong. Selain

itu, adanya rencana investasi swasta dan BUMN seperti pengembangan proyek

perumahan seiring adanya permintaan rumah paska pameran perumahan yang

diadakan di Kota Kupang pada bulan Juli. Nilai transaksi pada pameran tersebut

mencapai Rp 40,2 miliar dengan total 201 rumah terjual, pengembangan parking stand

pesawat serta berbagai investasi swasta di bidang tersier dan sekunder.

1.2.3 Ekspor Impor

1.2.3.1 Ekspor-Impor Antar Daerah

Pertumbuhan net impor antar daerah pada triwulan II-2016 sebesar

1,84% (yoy) tercatat melambat apabila dibandingkan dengan triwulan I yang

sebesar 8,93% (yoy). Perlambatan impor turut didorong oleh adanya pertumbuhan

ekspor antar daerah sebesar 4,35% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan impor antar daerah yang hanya sebesar 2,17% (yoy). Pertumbuhan

Uraian Tw-I Tw-II Total

PMA (US$) 9,440,669 22,578,115 32,018,784

PMA (Rp) 369,374,956,150 (781,708,200)

PMDN (Rp) 505,619,508,200 874,212,756,150

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 9

ekspor diperkirakan turut ditunjang oleh pengoperasian kapal ternak yang sudah mulai

rutin melakukan pengiriman kapal ke Pulau Jawa setiap 2 minggu sekali. Sementara itu,

perlambatan impor terjadi seiring dengan perlambatan investasi/PMTB di NTT pada

triwulan-II yang mengindikasikan penurunan kebutuhan impor untuk kegiatan investasi

di NTT. Perlambatan ini juga terkonfirmasi dari penurunan kegiatan peti kemas sebesar

-2,7% (yoy). Namun disisi lain, kegiatan bongkar muat menunjukkan angka net

bongkar yang cukup tinggi mencapai 88.361 ton atau meningkat hingga 739% (yoy)

yang mengindikasikan masih banyaknya frekuensi pengiriman kebutuhan pangan atau

barang bersifat curah ke Provinsi NTT.

Grafik 1.13. Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.14. Aktivitas Bongkar Muat

Sumber : Pelindo III, diolah Sumber : Pelindo III, diolah

Perkembangan net impor dalam negeri pada triwulan-III diperkirakan

turut meningkat. Masih terbatasnya industri pengolahan dan produksi lokal

menyebabkan masih tingginya ketergantungan Provinsi NTT dari daerah lain. Pada

triwulan-III 2016, diperkirakan adanya peningkatan kegiatan investasi dan kebutuhan

pemenuhan bahan pokok (seperti beras) seiring telah lewatnya musim panen

diperkirakan mendorong peningkatan impor dari daerah lain. Di sisi lain, kebutuhan

masyarakat akan sapi untuk perayaan Idul Adha diperkirakan dapat menahan

pertumbuhan net impor dari sisi pertambahan ekspor.

1.2.3.2 Ekspor-Impor Luar Negeri

Aktivitas ekspor luar negeri NTT pada triwulan-II 2016 masih mengalami

penurunan sebesar -8,3% (yoy) namun membaik dibanding penurunan net

ekspor triwulan-I 2016 yang sebesar -28,6% (yoy). Berdasarkan data ekspor-impor

Bank Indonesia, pada triwulan-II 2016 Provinsi NTT mengalami net ekspor sebesar US$

6,9 juta. Ekspor utama NTT terutama kendaraan serta suku cadangnya dan semen ke

negara Timor Leste.

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 10

Grafik 1.15.Perkembangan Ekspor dan Impor Grafik 1.16. Negara Tujuan Ekspor

Sumber : Pelindo III, diolah Sumber : Pelindo III, diolah

Aktivitas ekspor luar negeri NTT pada triwulan-III 2016 diperkirakan

tidak akan tumbuh terlalu tinggi. Ekspor luar negeri NTT diperkirakan masih

didorong oleh pengiriman semen dan kendaraan serta suku cadangnya ke negara

Timor Leste (transit). Namun, pertumbuhan ekspor diharapkan pula dapat didorong

oleh peningkatan komoditas ikan (tuna dan cakalang) serta perkebunan (jambu mete

dan kakao) seiring tibanya musim panen dan cuaca yang biasanya mendukung

peningkatan produksi.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2016 didorong oleh

sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Peningkatan sektor Administrasi Pemerintahan tercatat sebesar 12,36% (yoy) yang

salah satunya disebabkan oleh realisasi gaji ke-13 dan 14 Pegawai Negeri Sipil.

Pertumbuhan juga terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi yang mencapai

16,34% (yoy) dan sektor konstruksi sebesar 6,32% (yoy).

Tabel 1.6. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II 2016

Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah) *Dalam Juta Rp

2015

2014 2015 TW II TW I TW IIA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20,447,428 22,665,673 5,716,892 5,740,821 5,982,164 28.9 0.47

B Pertambangan dan Penggalian 1,070,349 1,307,566 324,312 314,905 354,389 1.7 1.75

C Industri Pengolahan 843,708 940,862 222,408 239,111 250,936 1.2 7.07

D Pengadaan Listrik dan Gas 31,840 40,001 9,348 12,740 12,744 0.1 11.25

EPengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang45,529 47,150 11,494 11,405 12,099 0.1 0.86

F Konstruksi 7,095,979 7,908,227 1,899,771 2,048,240 2,186,957 10.6 6.32

GPerdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor7,296,703 8,273,959 1,994,737 2,098,437 2,221,823 10.7 4.26

H Transportasi dan Pergudangan 3,566,950 3,975,985 955,527 1,058,306 1,086,688 5.3 7.25

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum422,443 487,091 117,133 128,017 137,718 0.7 10.85

J Informasi dan Komunikasi 5,134,426 5,477,449 1,321,882 1,383,555 1,414,671 6.8 6.10

K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,698,906 2,995,475 703,325 781,762 844,076 4.1 16.34

L Real Estate 1,860,878 2,054,341 499,416 526,120 538,473 2.6 2.94

M,N Jasa Perusahaan 210,879 235,528 57,442 59,801 61,466 0.3 1.41

OAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib8,392,732 9,399,572 2,193,833 2,502,540 2,701,344 13.1 12.36

P Jasa Pendidikan 6,568,193 7,367,666 1,737,853 1,936,741 1,989,418 9.6 6.37

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,414,584 1,616,418 397,896 425,545 448,574 2.2 5.27

R,S,T,U Jasa lainnya 1,496,973 1,639,515 405,622 421,774 437,416 2.1 3.03

PDRB 68,598,500 76,432,477 18,568,891 19,689,820 20,680,956 100 5.29

YOYUraianKategori Bobot

2016yoy

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 11

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Secara tahunan, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan-II2016

sebesar 0,47% (yoy) cenderung meningkat apabila dibandingkan triwulan-I

2016 yang hanya tumbuh 0,23% (yoy). Peningkatan terjadi seiring dengan panen

komoditas beras pada triwulan-II 2016 walaupun secara tahunan masih tumbuh

terbatas seiring adanya permasalahan kekeringan dan serangan hama di berbagai

tempat, seperti hama putih di Flores Timur, hama ulat batang di Manggarai Barat dan

hama wereng cokelat di Kab. Nagekeo. Pertumbuhan yang terbatas juga diperkirakan

terjadi akibat penurunan harga komoditas, seperti rumput laut serta kondisi gelombang

dan cuaca yang fluktuatif sehingga mengakibatkan terbatasnya produksi ikan tangkap

nelayan. Namun demikian, produksi pertanian juga tertopang oleh adanya peningkatan

pengiriman sapi melalui kapal ternak. Di sisi lain, pada triwulan II-2016 tercatat

pengiriman sapi ke luar NTT mencapai 25.025 ekor dengan tujuan paling banyak ke

Provinsi Jawa Barat sebanyak 9.977 ekor, pengiriman juga dilakukan untuk ternak

kerbau (2.025 ekor) dan kuda (2.780 ekor) dengan pengiriman paling banyak ke

Provinsi Sulawesi Selatan. Perkembangan pengiriman ternak juga terlihat dari data

Pelindo yang menunjukkan adanya pertumbuhan pengiriman ternak sebesar 97% (yoy)

dengan jumlah 10.382 ekor pada triwulan II melambat dibandingkan triwulan I yang

tumbuh sebesar 120,8% (yoy) namun secara kuantitas masih lebih tinggi dibandingkan

triwulan I yang hanya 5.361 ekor.

Di sisi lain, indikasi pertumbuhan sektor pertanian yang terbatas juga terlihat

dari angka Nilai Tukar Petani (NTP) yang menurun dari 101,18 (triwulan-I) menjadi

100,26 (triwulan-II) yang ditengarai sebagai dampak dari permasalahan kekeringan dan

hama yang menyerang berbagai lahan pertanian di NTT.

Grafik 1.17. Data Pengiriman Ternak Grafik 1.18. Data Pengiriman Ternak dari Pelabuhan Tenau

Sumber : Dinas Peternakan NTT, diolah Sumber : Pelindo II, diolah

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 12

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS, diolah

Di sisi lain, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di sektor pertanian,

perkebunan dan kehutanan searah dengan pertumbuhan PDRB yang

menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan terlihat dari angka indeks kegiatan

usaha, harga jual dan tenaga kerja pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

mengalami peningkatan pada triwulan II. Hal yang sama juga terjadi pada

pertumbuhan kredit pertanian yang mengalami peningkatan dari 9,7% (yoy) pada

triwulan-I 2016 menjadi 28,9% (yoy) pada triwulan-II 2016.

Grafik 1.20. Perkembangan SKDU Pertanian

Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Pertanian

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha terlihat adanya perlambatan

pada triwulan III-2016. Perlambatan diperkirakan lebih pada belum tibanya musim

panen ke-2 untuk komoditas padi sebagai komoditas pertanian utama di Provinsi

NTT.Faktor yang menjadi penyumbang pertumbuhan pada triwulan-III lebih berasal dari

komoditas perkebunan (jambu mete, asam, kopi dan kakao), peningkatan produksi

ikan tangkap seiring dukungan cuaca serta peningkatan pengiriman sapi ke pulau lain

(Jawa dan Kalimantan) untuk kebutuhan Idul Adha. Tercatat pengiriman ternak ke luar

daerah pada bulan Juli telah mencapai 2.710 ekor dengan rincian: sapi (2.597 ekor),

kerbau (56 ekor) dan kuda (57 ekor) dan dengan tujuan pengiriman sapi terbanyak ke

Jawa Barat sebesar 1.888 ekor.

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 13

Grafik 1.22. Proyeksi SKDU Pertanian

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.3.2 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Pertumbuhan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib pada triwulan II 2016 sebesar 12,36% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan-I yang hanya sebesar 8,86% (yoy).Pertumbuhan sektor ini

diperkirakan turut ditunjang oleh adanya realisasi gaji ke-13 dan ke-14 Pegawai Negeri

Sipil (PNS) pada akhir bulan Juni 2016. Selain itu adanya realisasi dana desa tahap I

pada triwulan II juga menjadi pendorong lainnya. Hal ini terkonfirmasi dari data realisasi

belanja pegawai Pemerintah di NTT hingga semester-I 2016 yang telah mencapai Rp

5,43triliun atau meningkat 31,4% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Kenaikan cukup tinggi juga terjadi pada belanja barang dan jasa yang

menunjukkan adanya usaha percepatan kegiatan lelang untuk kegiatan barang dan jasa

pemerintah, serta kenaikan pada belanja hibah dan bantuan keuangan yang

diperkirakan didorong oleh realisasi dana desa.

Sementara itu, indikator peningkatan realisasi belanja juga terlihat dari simpanan

pemerintah di perbankan mengalami perlambatan mencapai -6,2% (yoy) pada triwulan

II-2016 atau sebesar Rp 6,93 triliun. Angka ini melanjutkan trend perlambatan seperti

pada triwulan-I yang tumbuh sebesar -3,1% (yoy). Hal ini mengkonfirmasi percepatan

penyerapan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 14

Grafik 1.23. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah

Grafik 1.24. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Pada triwulan-III 2016 sektor Administrasi Pemerintahan diperkirakan

masih tumbuh walaupun cenderung melambat.Perlambatan lebih disebabkan oleh

tingginya pertumbuhan sektor ini pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya,

selain itu adanya pemotongan anggaran konsumsi pemerintah seiring tidak tercapainya

target pajak diperkirakan menjadi penyebab lainnya. Untuk triwulan-III 2016

pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh adanya realisasi tunjangan kinerja

PNS ke-13 pada bulan Juli, adanya target realisasi dana desa sebesar 40% pada bulan

Agustus (total nominal Rp 739 miliar) serta kemungkinan realisasi dana hibah

pemerintah daerah kepada masyarakat.

1.3.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor pada triwulan-II 2016 sebesar 4,26% (yoy) cenderung meningkat

apabila dibandingkan triwulan-I yang sebesar 4,14% (yoy). Peningkatan

diperkirakan didorong pula oleh faktor peningkatan daya beli masyarakat seiring

peningkatan pendapatan melalui gaji ke-13 dan ke-14 serta panen raya komoditas

padi, selain juga dorongan peningkatan kebutuhan belanja memasuki masa liburan

sekolah dan menjelang Idul Fitri. Penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT

juga menjadi indikasi adanya perbaikan daya beli masyarakat.

Peningkatan juga terlihat dari Indikator Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) dan Survei Konsumen (SK). Indikator SKDU berupa indeks kegiatan usaha,

harga jual dan tenaga kerja menunjukkan peningkatan yang mengindikasikan adanya

peningkatan kegiatan perdagangan pada triwulan II. Indikasi yang sama juga terlihat

pada Survei Konsumen-Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Dari sisi kredit, kredit

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 15

perdagangan hingga akhir triwulan II-2016 mencapai Rp 5,17 triliun atau tumbuh

sebesar 9,3% (yoy).

Grafik 1.25. Perkembangan SKDU Sektor Perdagangan

Grafik 1.26. Perkembangan Survei Konsumen

Sumber : SKDU Bank Indonesia, diolah Sumber : SK-Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha-SKDU sektor

Perdagangan terlihat adanya proyeksi peningkatan pada triwulan-III.

Peningkatan terjadi pada indeks kegiatan usaha, indeks harga jual dan indeks tenaga

kerja. Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh optimisme masyarakat menjelang

panen komoditas perkebunan, kebutuhan untuk masa ajaran baru, serta dukungan dari

realisasi proyek-proyek pemerintah yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru

untuk buruh di bidang kontraktor. Selain itu adanya kegiatan pameran, seperti

Pameran Pembangunan di Kota Kupang dan Hari Keluarga Nasional diperkirakan dapat

pula mendorong belanja masyarakat dan mendukung pertumbuhan sektor

perdagangan.

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 16

Grafik 1.28. Proyeksi SKDU Perdagangan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.3.4 Sektor-sektor Lainnya

Pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan-II 2016 sebesar 6,32%

(yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan-I yang sebesar 8,69%

(yoy). Faktor penyebab melambatnya pertumbuhan sektor konstruksi disebabkan oleh

lebih tingginya kegiatan proyek pada tahun 2015, sementara untuk tahun 2016

kegiatan proyek agak menurun, seperti contohnya kegiatan pengembangan bandara

yang berkurang dari 14 Bandara (2015) menjadi 9 Bandara (2016). Kegiatan proyek

yang tercatat hingga saat ini adalah penyelesaian bendungan Raknamo dan Rotiklot

serta Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Motaain, Motamasin, dan Winni.

Selain juga terdapat pembangunan gedung pemerintahan dan jalan (cth. Sabuk

Perbatasan sepanjang 81 KM).Tracking untuk triwulan III diperkirakan terjadi

perlambatan yang lebih disebabkan oleh siklus pertumbuhan sektor konstruksi pada

triwulan-III yang cenderung tinggi. Namun, pertumbuhan diperkirakan masih tetap

terjadi karena turut didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah, dan

dukungan cuaca yang secara siklikal cukup baik.

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan-II 2016

masih tumbuh tinggi namun melambat menjadi sebesar 10,85% (yoy)

dibandingkan triwulan-I yang tumbuh 12,53% (yoy). Hal ini mengindikasikan

bahwa kegiatan masyarakat yang menggunakan hotel masih cukup tinggi pada

triwulan-II. Adanya beberapa kegiatan seperti Tour De Flores turut mendukung

pertumbuhan sektor ini. Sementara itu, tingginya pertumbuhan terjadi lebih karena

pertumbuhan sektor akomodasi yang secara siklikal tumbuh cukup tinggi setiap

triwulan-II. Hal ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan penumpang pesawat yang

mencapai 40,6% (yoy) atau 832.113 orang pada triwulan-II 2016.

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 17

Grafik 1.29 Perkembangan Tamu Hotel Grafik 1.30. Perkembangan Penumpang Bandara

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Pada triwulan-III 2016, diperkirakan terjadi peningkatan cukup signifikan pada

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Hal ini terkait dengan adanya

kegiatan bersifat nasional seperti Hari Keluarga Nasional (Harganas) pada akhir Juli

2016 yang dihadiri sekitar 12.000-15.000 orang dari seluruh Indonesia dan sempat

membuat langkanya kamar hotel saat penyelenggaraan acara. Selain itu, terdapat pula

kegiatan Expo Alor dan pemeran pembangunan (kota Kupang) yang dilaksanakan pada

pertengahan Agustus dan dapat mendukung pula pertumbuhan sektor akomodasi.

Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi tercatat tumbuh cukup tinggi

sebesar 16,34% (yoy) lebih tinggi dari triwulan-I yang sebesar 5,26% (yoy).

Peningkatan cukup tinggi ini didukung pula oleh pertumbuhan kredit di NTT yang

mencapai 14,93% (yoy) atau sebesar Rp 21,73 triliun dan Dana Pihak Ketiga yang

tumbuh 10,41% (yoy) dengan nominal Rp 23,83 triliun. Peningkatan juga terjadi pada

kegiatan sistem pembayaran yang terlihat dari pertumbuhan kliring yang mencapai

261,82% (yoy) atau dengan nominal Rp 3,36 triliun serta perputaran kas masuk/keluar

di Bank Indonesia yang mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 117,9% (yoy) atau

dengan nominal net keluar Rp 945,8 miliar.

Pada triwulan III, pertumbuhan sektor jasa keuangan diperkirakan cukup stabil

karena belum adanya kebutuhan jasa keuangan terutama untuk kredit dan sistem

pembayaran yang meningkat signifikan seperti saat menjelang musim tanam ataupun

masa liburan sekolah dan hari natal. Berdasarkan data kas, pertumbuhan net outflow

pada bulan Juli tercatat -89,7% (mtm) dibandingkan bulan Juni yang mengindikasikan

penurunan kebutuhan pelayanan terkait pembayaran tunai di awal triwulan-III.

Sektor transportasi dan pergudangan tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 7.25% (yoy) melambat dibandingkan triwulan-I yang sebesar 8,71%

(yoy). Perlambatan diperkirakan terjadi karena proses penambahan rute trayek kapal

atau pesawat yang biasanya terjadi di awal tahun atau triwulan-I. Di sisi lain, terdapat

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 18

beberapa penambahan kegiatan pada sektor ini diantaranya:1) Penambahan penyedia

jasa transportasi laut melalui KM Egon tipe roll-on/roll-off dengan rute Surabaya-

Labuan Bajo-Maropokot-Makassar (PP). 2) Penambahan frekuensi penerbangan seperti

NAM Air tujuan Denpasar-Labuan Bajo dan Lion Air yaitu Kupang-Alor dan Kupang-

Atambua dari 1x per hari menjadi 2x per hari diperkirakan menjadi pendorong. 3)

Penambahan jalur Kapal Barang (Permata Nusantara 01) yang melayani Rote-Sabu-

Surabaya. 4) Pengoperasian kapal feri yang melayani Larantuka-Adonara-Maumere

serta kapal feri jurusan Bolok-Kupang-Waibalun-Larantuka dengan frekuensi 3 kali

seminggu. Tracking sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan mengalami

pertumbuhan yang melambat pada triwulan-III 2016 yang lebih disebabkan oleh telah

dibukanya rute-rute baru, baik kapal maupun pesawat terbang pada periode

sebelumnya. Namun, melambatnya pertumbuhan diperkirakan dapat tertahan oleh

adanya peningkatan penumpang terutama untuk transportasi laut (mencapai 30%) dan

transportasi udara pada bulan Juli seiring libur sekolah dan keagamaan, serta adanya

perayaan Hari Keluarga Nasional yang membutuhkan fasilitas transportasi udara.

Sektor real estate tercatat tumbuh 2,94% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan-I yang sebesar 5,10% (yoy).Hal ini lebih terjadi karena perlambatan

kegiatan penjualan real estate pada triwulan-I yang tercatat mencapai 270 unit untuk

rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sementara untuk triwulan II

ketiadaan kegiatan pameran perumahan (baru diadakan pada bulan Juli) juga

menyebabkan pertumbuhan penjualan yang terbatas. Tracking pada triwulan III

diperkirakan meningkat seiring adanya kegiatan REI Expo 2016 pada awal Bulan Juli

yang dapat membukukan total transaksi Rp 40,2 miliar. Total rumah yang terjual

sebanyak 201 unit dengan rincian 154 unit rumah FLPP dan 47 unit non FLPP.

Sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 7,07% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan-I yang sebesar 4,98% (yoy). Pertumbuhan yang meningkat

turut didukung oleh mulai beroperasinya beberapa pabrik pengolahan di NTT,

diantaranya pengolahan rumput laut menjadi Alkali Treated Cattonii (ATC) di Kab. Sabu

Raijua serta berproduksinya pabrik pengolahan tepung di Lembata yang kembali

memproses 300 ton ikan tembang menjadi tepung ikan untuk diekspor ke Thailand dan

Jepang.Tracking pada triwulan III diperkirakan masih tumbuh stabil dengan triwulan II

karena belum adanya penambahan pabrik pengolahan baru yang dapat meningkatkan

produk olahan lokal NTT secara signifikan. Praktis industri pengolahan NTT masih

bertumpu pada semen, makanan jadi, rumput laut dan tepung ikan.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab I - Ekonomi Makro Regional 19

Sektor pengadaan listrik dan gas tercatat tumbuh 11,25% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan-I yang sebesar 12,78% (yoy). Perlambatan lebih

disebabkan pada kegiatan penambahan jaringan listrik yang masih terbatas. Beberapa

kegiatan pada triwulan-II diantaranya: 1) penambahan tiga Mesin PLN di Larantuka

dengan kapasitas masing-masing 500 Kw, 2)Pengoperasian Gardu Induk (GI)

Nonohanis 1X20 MVA dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 KV Bolok-

Maulafa-Naibonat-Nonohonis di Soe, Kab. TTS. 3) Terdapat penambahan kapasitas

terutama untuk jaringan Kupang sebesar 5 MW seiring adanya tambahan mesin sewa

oleh PT. PLN, serta 4) Program Indonesia Terang di Rote Ndao dengan penambahan

kapasitas listrik melalui mesin diesel 500 KW pada April 2016.

Sementara itu, sektor lainnya seperti Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Perusahaan,

sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta sektor Jasa

Lainnya cenderung mengalami perlambatan.

Secara umum, tracking untuk sektor lainnya pada triwulan-III diperkirakan turut

meningkat. Hal ini terutama didukung oleh kegiatan investasi baik pemerintah maupun

swasta, serta percepatan realisasi anggaran yang dilakukan di berbagai sektor di

Provinsi NTT.

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 1. | Potensi Kepariwisataan di NTT 20

Pariwisata NTT menunjukkan adanya perkembangan yang cukup menjanjikan.

Dengan lebih dari 450 destinasi wisata yang menawarkan keunikan di tiap destinasi,

pariwisata NTT menjadi sangat kaya untuk dijelajahi. Setidaknya terdapat 12 jenis

destinasi wisata yang bisa ditemui seperti pantai, keindahan alam, danau, diving dan

snorkeling, hingga obyek wisata budaya seperti tempat bersejarah, kampung

tradisional, festival tradisional, wisata rohani, kuliner, belanja hingga wisata buatan.

Wisata alam dan pantai menjadi obyek wisata terbanyak dengan total sebanyak 238

obyek wisata, dan wisata budaya sebanyak 227 obyek wisata, sehingga wisata alam

dan budaya menjadi ciri khas wisata di NTT.

Secara nasional, tingkat kunjungan wisata di NTT hanya menempati urutan ke-

25 dilihat dari total jumlah penggunaan kamar tahun 2014 yang mencapai 791 ribu

kamar. Namun demikian, apabila dilihat dari jenis turisnya, Provinsi NTT menempati

urutan ke-11 total kunjungan jumlah turis asing dilihat dari pemesanan hotel di NTT.

Hal ini menunjukkan adanya potensi devisa yang cukup besar ke depan apabila

pariwisata dikelola secara maksimal. Pertumbuhan pemesanan hotel pada tahun 2014

juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup besar hingga hampir 50% seiring

dengan adanya sail komodo yang waktu itu diadakan oleh pemerintah pusat di NTT.

Total kunjungan wisatawan pada tahun 2015 mampu tumbuh 11% dengan total

wisatawan sebanyak 441 ribu orang.

Grafik Boks 1.1. Jumlah Tamu Hotel Wisman di

15 Provinsi destinasi utama di Indonesia Grafik Boks 1.2. Jumlah wisatawan di NTT dan

Pertumbuhannya

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan sebaran daerah, Kabupaten Manggarai Barat menjadi pintu

gerbang pariwisata dan paling diminati wisatawan mancanegara, disusul oleh

pariwisata Danau Kelimutu di Ende, Wisata dataran tinggi Ruteng di Manggarai dan

rumah adat Bena di Ngada. Tingginya kunjungan wisatawan mancanegara di

Manggarai dan Ngada bahkan melampaui tiga kawasan strategis pariwisata nasional

lainnya yang sudah ditetapkan pemerintah di NTT yaitu Kabupaten Sumba Barat, Alor

dan Rote Ndao. Kedekatan wilayah dengan Labuan Bajo diduga menjadi penyebab

tingginya kunjungan wisata di kedua obyek wisata tersebut.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 1. | Potensi Kepariwisataan di NTT 21

Untuk wisata domestik, pusat aktivitas pariwisata berada di Kota Kupang yang

terlihat dari tingginya kunjungan wisata domestik di Kota Kupang yang mencapai 185

ribu orang pada tahun 2015. Tingginya kunjungan wisatawan tersebut diduga

didorong oleh kunjungan MICE, adanya proyek pemerintah, atau dalam perjalanan

transit kunjungan ke daerah lain. Hal ini didukung oleh sistem konektivitas angkutan

udara di Provinsi NTT yang masih terpusat di Kota Kupang sebagai hub penerbangan ke

daerah lain.

Gambar Boks 1.1. Sebaran Kunjungan Pariwisata dan Hotel di NTT

Sumber : Badan Pusat Statistik, riset Bank Indonesia, diolah

Tingginya kunjungan wisatawan, harus didukung oleh jumlah industri yang

mencukupi. Berdasarkan data total, jumlah industri baik jumlah hotel, kapasitas kamar

dan jumlah restaurant masih relatif mencukupi. Permasalahan yang ada adalah besaran

kapasitas hotel yang terkesan kurang mencukupi ketika terdapat acara khusus seperti

contoh semana santa di Larantuka, pasola di Sumba ataupun Sail Indonesia dan MICE

yang diadakan di NTT.

Rasio kamar dibanding jumlah kapasitas penumpang sebesar 1,03 yang berarti

jumlah kamar relatif sebanding untuk memenuhi permintaan kamar oleh wisatawan.

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan tingkat penghunian kamar yang hanya

sekitar 30%, dapat diketahui bahwa penggunaan angkutan udara lebih untuk sarana

transportasi penduduk dan bukan untuk tujuan pariwisata. Rendahnya okupansi hotel

salah satunya diduga berasal dari minimnya penerbangan ke daerah tujuan wisata

seperti lembata, Alor dan Rote sehingga hotel kesulitan mendapatkan pengunjung dan

kontraproduktif terhadap industri pariwisata di daerah tersebut.

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 1. | Potensi Kepariwisataan di NTT 22

Tabel Boks 1.1. Kapasitas Industri Pariwisata di

NTT Grafik Boks 1.3. Perbandingan Tarif Angkutan

Udara 3 Destinasi Wisata Utama NTT dan LN

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Weego Senin, 15 Agustus 2016, diolah

Terbatasnya sarana transportasi tersebut berdampak pada mahalnya biaya

transportasi ke daerah tujuan wisata yang berakibat pada melemahnya daya saing

pariwisata di NTT. Berdasarkan data biaya perjalanan ke tiga obyek wisata utama di

NTT yaitu Labuan Bajo, Ende dan Tambolaka, dibandingkan dengan biaya perjalanan ke

tiga negara tujuan utama wisata luar negeri yaitu Singapura, Kuala Lumpur dan

Bangkok Thailand didapatkan bahwa hanya perjalanan dari Bali yang relatif berdaya

saing dari segi biaya transportasi. Bagi wisatawan yang berasal dari Surabaya dan

terlebih Jakarta, biaya wisata ke NTT cenderung lebih mahal dibandingkan pergi ke tiga

Negara tujuan wisata. Hal ini membuat orang lebih cenderung pergi ke luar negeri

dikarenakan adanya keunggulan dari sisi biaya transportasi, obyek wisata yang sudah

tertata maupun pengalaman ke luar negeri yang didapat. Lagipula dengan total

penerbangan dari Surabaya, Jakarta, Denpasar dan Makasar yang hanya sebanyak 26

penerbangan per hari membuat estimasi jumlah turis yang datang tidak akan lebih dari

800 ribu dalam waktu satu tahun, mengkonfirmasi jumlah kunjungan wisatawan di

NTT saat ini yang masih di kisaran 400 ribu wisatawan per tahun.

Pemerintah tidak dapat berharap perusahaan penerbangan menambah

penerbangan ke NTT karena mereka juga harus memikirkan profit perusahaan yang

dapat diperoleh bila menambah frekuensi penerbangan ke NTT. Yang pemerintah bisa

lakukan adalah terus mengkomunikasikan keindahan alam dan keunikan budaya NTT,

sehingga semakin banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke NTT. Ketika pesawat

penuh, maka perusahaan penerbangan pasti berpikir untuk menambah penerbangan

dikarenakan potensi profit yang mereka peroleh. Promosi dan even pariwisata yang

sudah efektif dilakukan saat ini juga harus didukung oleh pembenahan destinasi

wisata, penyediaan sarana dan prasaran serta industri pariwisata yang memadai.

Diharapkan, pelayanan yang diberikan dapat memenuhi atau bahkan melampaui

ekspektasi yang diharapkan, sehingga pariwisata yang berkelanjutan di NTT dapat

berjalan dan semakin banyak orang mengunjungi NTT. Semakin banyak permintaan

wisata ke NTT berarti semakin banyak penerbangan yang dibutuhkan. Semakin banyak

penerbangan ke NTT cenderung akan lebih menstabilkan tarif penerbangan, dan

banyaknya frekuensi juga mendorong tarif untuk turun yang berarti daya saing

transportasi wisata NTT juga akan mengalami peningkatan.

Kabupaten Kabupaten

Alor 11 6 123 143 Nagakeo 92 7 88

Belu 78 14 310 144 RoNda 29 8 118 72

Ende 53 34 405 495 SaRai 8 6 55

Flotim 24 16 207 50 Sikka 55 31 530 381

Kupang 15 3 51 SumBar 21 7 162

Lembata 23 5 135 50 SBD 6 8 163 360

Malaka - SumTeng 6

Manggarai 72 18 299 50 SumTim 14 8 157 246

Mabar 33 50 801 879 TTS 15 10 237

Matim 12 7 66 TTU 52 9 187

Ngada 88 23 290 144 Kota Kupang253 64 2,107 3,702

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 2. | Kondisi Konektivitas Angkutan Laut di NTT 23

Sebagai Provinsi Kepulauan, angkutan laut tetap memegang peranan penting

sebagai sarana transportasi antar pulau satu ke pulau yang lain. Selain angkutan rakyat,

saat ini terdapat 15 kapal yang dioperasikan oleh PT PELNI, ASDP dan PT. Flobamora

yang digunakan untuk melayani penyeberangan antar pulau di NTT. Dengan kapasitas

angkut antara 200 1.700 orang per kapal, dalam satu tahun estimasi kapasitas

angkut kapal dapat mencapai lebih dari 1,6 juta penumpang. Apabila diasumsikan

penumpang naik dan turun di tiap pemberhentian, perkiraan kapasitas angkut kapal di

NTT dapat mencapai sekitar 2,5 juta penumpang, lebih banyak dibanding total

kapasitas angkutan udara di NTT yang sebesar 1,7 juta penumpang. Namun demikian,

dikarenakan pertimbangan waktu tempuh dan kenyamanan, banyak masyarakat lebih

suka menggunakan angkutan udara dibanding angkutan laut yang terlihat dari rasio

penumpang angkutan laut yang relatif rendah. Bertambahnya beberapa rute pesawat

baru di NTT yang diikuti oleh penurunan tarif membuat masyarakat beralih

menggunakan pesawat. Walaupun demikian, bukan berarti angkutan laut akan

ditinggalkan masyarakat. Dengan tarif penyeberangan yang jauh lebih murah dan

potensi membawa barang dalam jumlah banyak membuat angkutan laut tidak akan

pernah ditinggalkan oleh masyarakat. Apalagi dengan kondisi sosial ekonomi

masyarakat di NTT yang sebagian besar masih berpenghasilan rendah, maka bepergian

menggunakan angkutan laut menjadi pilihan logis yang akan terus digunakan oleh

masyarakat.

Gambar Boks 2.1. Peta Alur Angkutan Laut Penumpang

Sumber : PELNI, ASDP, PT Flobamora, diolah

Berdasarkan rute penyebarangan, ke lima belas kapal tersebut menyinggahi 13

Kabupaten/Kota di NTT dan beberapa pelabuhan di kabupaten tersebut. PT ASDP dan

PT Flobamora khusus melayani pelayaran di wilayah NTT, sedangkan lima kapal PT

PELNI juga melayani pelayaran luar NTT meliputi Bima (NTB), Makasar, Kaltim, Kalsel,

Kaltara, Maluku, Papua, Surabaya, Semarang, Jakarta, hingga Kepulauan Riau. Waktu

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 2. | Kondisi Konektivitas Angkutan Laut di NTT 24

perjalanan kapal antara dua kali sehari hingga 21 hari sekali mengikuti rute perjalanan

kapal yang panjang. Apabila dalam angkutan udara, Denpasar, Surabaya dan Jakarta

menjadi tujuan utama mobilisasi penumpang dari dan ke NTT, maka pada angkutan

laut, tujuan utama pelayaran adalah ke Makasar, Bima dan Maluku. Dengan total

estimasi kapasitas penumpang ke luar NTT yang hanya sekitar 150 ribu orang,

angkutan laut jelas tidak dapat digunakan sebagai indikator mobilisasi masyarakat ke

luar NTT. Lamanya waktu perjalanan menjadi penyebab utama masyarakat enggan

menggunakan angkutan laut ke luar Provinsi NTT.

Berdasarkan sebaran rute pelayaran, terlihat bahwa rute pelayaran kapal

penumpang sangat berbeda dengan rute penerbangan di NTT. Apabila dalam angkutan

udara peran Bandara El Tari sangat vital sebagai hub penerbangan di NTT, pada

angkutan laut, hub pelayaran hampir tidak dikenal. Walaupun rute pelayaran ke

Kupang masih relatif besar, hal ini semata-mata karena arus migrasi melalui Kupang

juga relatif tinggi. Selain menjadi sentra penyeberangan laut untuk Pulau Timor, Migrasi

ke Kupang juga lebih karena adanya aktivitas ekonomi atau pendidikan. Total

penyeberangan melalui Kabupaten dan Kota Kupang mencapai 17 rute pelayaran

dengan total estimasi kapasitas per tahun mencapai 700 ribu penumpang.

Berdasarkan total jumlah rute penyeberangan, Pelayaran di Kupang masih kalah

dengan rute penyeberangan di Larantuka yang mencapai 18 rute, belum termasuk

banyaknya kapal rakyat yang juga melayani rute pendek seperti Pulau Solor, Adonara

maupun Lembata. Sebagai kabupaten kepulauan, angkutan laut memang menjadi

sarana utama penyeberangan orang di wilayahnya. Selain itu, Larantuka juga menjadi

titik terdekat yang menghubungkan Pulau Flores dan Pulau Timor, sehingga

penyeberangan antar pulau tersebut dipusatkan di Larantuka. Total estimasi kapasitas

penumpang yang mampu diangkut mencapai sekitar 400 ribu orang per tahun.

Banyaknya rute perjalanan laut di beberapa daerah kemungkinan besar juga

menjelaskan mengapa beberapa daerah seperti Alor, Rote Ndao, Larantuka, Lembata,

dan Sabu Raijua hanya memiliki satu sampai dua penerbangan per hari. Besarnya

kapasitas angkutan laut cukup menggantikan kekurangan angkutan udara.

Dengan banyaknya lubang pelayanan yang belum dilayani oleh angkutan udara

dan keunggulan dari sisi harga dan kapasitas angkut, angkutan laut diyakini tidak akan

terpengaruh cukup besar oleh keberadaan angkutan udara. Yang perlu diperhatikan

adalah kejelian dalam melihat peluang pelayaran laut yang belum dilayani oleh

angkutan udara dan kejelian dalam melihat peluang ekonomi terlebih sebagai sarana

memindahkan hasil bumi ke daerah lain yang membutuhkan, yang pastinya tidak akan

dapat dilawan oleh angkutan udara.

Sementara itu, berdasarkan informasi terbaru terdapat penambahan kapasitas kapal

angkut di perairan NTT dengan beroperasinya KM Egon tipe roll-on/roll-off yang

berlayar dengan rute Surabaya-Labuan Bajo-Maropokot-Makassar (PP) dan dapat

memuat 27 kendaraan serta 443 penumpang dengan panjang kapal 95,5 meter dan

gross tonase (GT) 4.916.

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 25

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan II-2016 mencapai Rp 12,7

triliun (51,36%) dari pagu rencana pendapatan sebesar Rp 24,73 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 10,46 triliun

(29,81%) dibandingkan pagu belanja sebesar Rp 35,08 triliun.

2.1 Kondisi Umum

Perkembangan realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTT telah mencapai

Rp 12,7 triliun atau 51,36% dari total rencana pendapatan 2016 sebesar Rp 24,7

triliun. Realisasi pendapatan tertinggi berada di sisi APBN Pemerintah Pusat yang

terutama masih berasal dari realisasi Pajak Penghasilan (PPh) yang tidak termasuk dalam

rencana pendapatan namun merupakan pendapatan utama dalam struktur APBN di

daerah. Sementara itu, realisasi belanja pemerintah di NTT telah mencapai Rp 10,46

triliun atau 29,81% dari total pagu belanja sebesar Rp 35,08 triliun. Pencapaian

tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan semester-I 2015 yang sebesar Rp 7,44 triliun

atau 23,92% dari pagu anggaran. Pencapaian realisasi belanja tertinggi diperoleh oleh

Pemerintah Provinsi sebesar 40,19%.

Grafik 2.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

2.2 Pendapatan Daerah

Total pendapatan pemerintah di Provinsi NTT hingga semester-I 2016

mencapai Rp 12,7 triliun. Berdasarkan level kewenangan pemerintah, pendapatan

APBN telah mencapai Rp 1,04 triliun atau 408,66% dari target dengan pendapatan

terbesar berasal dari Pajak Penghasilan sebesar Rp 513,7 miliar atau 49,31% dari total

pendapatan APBN. Pendapatan yang menyumbang porsi cukup besar lainnya adalah

Pajak Pertambahan Nilai (Rp 234,28 miliar) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Rp

217,88 miliar) yang terdiri dari Pendapatan Pendidikan, Pendapatan Jasa dan

Pendapatan lainnya. Di tingkat kabupaten kota, realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 26

tercatat cukup tinggi mencapai 54,67% atau sebesar 7,1 triliun. Untuk tingkat Provinsi,

realisasi DAU hingga semester-I 2016 mencapai Rp 657,4 miliar (33,8% dari total

realisasi pendapatan hingga semester I-2016) dan merupakan yang penerimaan

tertinggi ke-2 di tingkat Provinsi setelah Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mencapai Rp

689,4 miliar (35,5%). Di sisi lain, pendapatan untuk tingkat Kabupaten/Kota didominasi

oleh penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp 6,4 triliun (66,4%).

Sementara itu, porsi Penerimaan Asli Daerah (PAD) untuk Provinsi NTT tergolong cukup

tinggi yaitu Rp 557,24 miliar (28,7%). Hal yang berbeda terjadi pada tingkat

Kabupaten/Kota, dimana porsi PAD masih cukup kecil sebesar Rp 443,91 miliar atau

4,6% dari total realisasi pendapatan di tingkat Kabupaten/Kota. Penggalian potensi-

potensi sumber ekonomi yang didorong dengan peningkatan investasi, terutama

swasta perlu terus dilakukan guna meningkatkan pendapatan PAD yang dapat

menunjang kemandirian fiskal di daerah.

Dari sisi spasial, porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pembiayaan

kegiatan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT cenderung kecil dengan rata-rata

5,89% dari total sumber pendapatan. Kota Kupang menjadi daerah yang memiliki porsi

PAD terbesar yaitu 12% dari total pendapatan, sementara Kab. Malaka menjadi yang

terendah sebesar 3,08%. Sementara itu, Kab. Manggarai Barat dengan daerah

wisatanya yang terkenal (Labuan Bajo) memiliki porsi PAD yang juga masih tergolong

kecil sebesar 8,84%. Di sisi lain, apabila melihat porsi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang

merupakan dana perimbangan untuk penugasan khusus dari Pemerintah Pusat, Kab.

Ende memiliki porsi terbesar yaitu 27,67% dari total pendapatan. Sementara itu,

apabila dilihat dari segi realisasi pendapatan, rata-rata realisasi pendapatan Permerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi NTT mencapai 47,03% . Kab. Manggarai Barat menjadi

Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan

APBN

Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/ Kab-Kota

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT Sumber: Biro Keuangan Provinsi NTT

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 27

kabupaten dengan pencapaian realisasi pendapatan tertinggi sebesar 53,89%, disusul

oleh Kab. Sumba Barat (51,43%) dan Sumba Tengah (51,24%). Sementara itu,

pencapaian realisasi terendah berada di Kab. Sabu Raijua sebesar 36,49% seiring

dengan rendahnya penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang baru mencapai Rp

2,46 miliar atau 1,93% dari target DAK tahun 2016 sebesar Rp 127,47 miliar.

2.3 Belanja Daerah

Realisasi belanja APBN dan APBD Pemerintah di Provinsi NTT hingga semester-I

2016 mencapai Rp 10,46 triliun atau 29,81% dari pagu belanja yang sebesar Rp 35,08

triliun. Pencapaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

2015 yang hanya sebesar 23,92% atau Rp 7,43 triliun. Peningkatan realisasi terjadi di

semua tingkat pemerintahan, baik APBN, APBD Kabupaten/Kota serta APBD Provinsi.

Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan upaya percepatan realisasi

anggaran oleh Pemerintah, melalui himbauan Presiden dan didukung adanya sanksi

kepada pemerintah daerah yang memiliki kinerja realisasi anggaran yang rendah. Selain

itu, realisasi gaji ke-13 serta ke-14 Pegawai Negeri Sipil pada bulan Juni 2016 juga

mendorong adanya peningkatan belanja pemerintah.

Sementara itu, berdasarkan pangsa belanja masing-masing Pemerintah terlihat

bahwa belanja pegawai masih menjadi komponen utama untuk tingkat

kabupaten/Kota. Kota Kupang memiliki pangsa belanja pegawai tertinggi sebesar

56,2% diikuti oleh Kab.Timor Tengah Utara (51,3%) dan Kab. Belu (47,3%). Sementara

itu, pangsa tertinggi belanja modal yang terutama digunakan untuk belanja

infrastruktur berada di Kab. Sabu Raijua sebesar 39,2% diikuti Kab. Sumba Barat (33%)

dan Kab. Malaka (32%).

Grafik 2.4. Pangsa Belanja Kabupaten/Kota

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 28

Apabila dilihat dari sisi belanja modal, realisasi belanja tercatat baru mencapai

13,9% atau Rp 1,35 triliun pada semester-I 2016, namun masih lebih tinggi

dibandingkan pencapaian semester-I 2015 sebesar 10,15% atau Rp 931,55 miliar.

Pembangunan pada semester-I 2016, terutama terbantu oleh kegiatan proyek

multiyears seperti bendungan serta gedung pemerintah, serta pembangunan berbagai

fasilitas publik, seperti jalan dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di beberapa tempat

Di sisi lain, belanja

modal yang masih tergolong rendah diperkirakan masih terjadi karena kontraktor yang

belum mengambil termin pembayaran dan adanya perpanjangan proyek pemerintah di

triwulan I-2016 yang berlanjut pada triwulan-II yang masih belum memasuki kriteria

penyelesaian untuk dapat dilakukan proses untuk pembayaran. Dalam hal belanja

modal, realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi juga menjadi yang tertinggi sebesar

27% atau Rp151,6 miliar dari total pagu sebesar Rp 562,1 miliar.

Berdasarkan komposisinya, belanja konsumsi menjadi yang tertinggi di Provinsi

NTT dengan total 36,1%. Tingginya realisasi belanja tersebut mendukung pula asumsi

dorongan realisasi gaji ke-13 dan ke-14 yang menjadi salah satu faktor peningkatan

belanja pemerintah pada semester-I. Hal ini juga terlihat dari realisasi belanja pegawai

yang telah mencapai Rp 5,42 triliun atau 51,87% dari pangsa total realisasi belanja

pemerintah pada semester-I 2016. Realisasi belanja konsumsi tertinggi berada di

Pemerintah Provinsi sebesar 44,2% atau Rp 1,41 triliun dari total pagu belanja

konsumsi sebesar Rp 3,2 triliun.

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Belanja Grafik 2.6. Perkembangan Realisasi Belanja Modal

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan Sumber: Ditjen Perbendaharaan Prov. NTT & Biro Keuangan

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 29

Grafik 2.7. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Nominal %

BELANJA DAERAH 35,084.6 10,460.0 29.81 100

Belanja Modal 9,756.1 1,354.1 13.88 12.95

Belanja Konsumsi 25,194.8 9,105.9 36.14 87.05

Belanja Pegawai 12,307.8 5,425.6 44.08 51.87

Belanja Barang dan Jasa 7,834.2 1,945.2 24.83 18.60

Belanja Hibah 1,606.6 842.3 52.43 8.05

Belanja Bantuan Sosial 86.5 16.0 18.48 0.15

Belanja Bagi Hasil 666.9 158.7 23.79 1.52

Bantuan Keuangan 2,615.3 711.9 27.22 6.81

Konsumsi Lainnya 77.3 6.3 8.10 0.06

Belanja Lainnya 133.7 - -

URAIAN RENCANAREALISASI PANGSA

(%)

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Berdasarkan perkembangan realisasi belanja dari masing-masing tingkat

pemerintahan, maka dapat diketahui hal-hal berikut:

2.3.1 Belanja APBN

Realisasi belanja APBN hingga semester-I mencapai Rp 2,8 triliun atau 29,64%

dari total pagu belanja APBN tahun 2016 sebesar Rp 9,45 triliun. Porsi realisasi belanja

APBN terbesar hingga semester-I dipergunakan untuk belanja pegawai yaitu sebesar Rp

1,23 triliun (43,8%) dan diikuti oleh belanja barang dan jasa sebesar Rp 899,15 miliar

(32,1%). Di sisi lain, pangsa realisasi belanja modal pada APBN juga masih tergolong

tinggi sebesar 24,08 atau Rp 674,6 miliar. Realisasi tersebut dipergunakan bagi

pembangunan beberapa infrastruktur utama seperti bendungan, embung, rekonstruksi

jalan, pembangunan jembatan, serta pemeliharaan jalan rutin.

2.3.2 Belanja Pemerintah Provinsi NTT

Hingga semester-I 2016, realisasi belanja Pemerintah Provinsi telah mencapai Rp

1,56 triliun atau 40,19% dari pagu belanja sebesar Rp 3,89 triliun. Belanja Pemerintah

Provinsi lebih didominasi oleh belanja hibah yang mencapai Rp 789 miliar atau 50,36%

dari total realisasi belanja yang diperkirakan dipergunakan untuk penyaluran dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta mendukung kelanjutan program pemerintah,

seperti Desa Mandiri Anggur Merah. Dari komponen belanja konsumsi, belanja pegawai

memiliki pangsa realisasi tertinggi sebesar Rp 288,24 miliar atau 18,4% diikuti belanja

barang dan jasa yang mencapai Rp 252,86 miliar atau 16,4%. Sementara itu, realisasi

belanja modal baru mencapai Rp 151,65 miliar atau 9,68%.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 30

Grafik 2.8. Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN Pemerintah dan APBD

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

2.3.3 Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota hingga semester-I 2016 mencapai

Rp 6,09 triliun atau 28,03% dari total pagu belanja sebesar Rp 21,7 triliun. Komponen

realisasi terbesar pada triwulan-II adalah belanja pegawai sebesar Rp 3,91 triliun

(64,19%) diikuti belanja barang dan jasa sebesar Rp 793,2 miliar (13,02%), sementara

itu realisasi belanja modal baru mencapai Rp 527,88 miliar. Secara spasial, presentase

belanja pemerintah di tiap Kabupaten/Kota di Provinsi NTT hingga semester-I 2016

mencapai rata-rata 28,11%, sementara belanja modal sebesar 9,86%.

Grafik 2.9. Realisasi Belanja dan Komponennya Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi NTT, diolah

Presentase belanja pemerintah tertinggi ada di Kabupaten Flores Timur sebesar

43,35%, diikuti oleh Kab. Rote (39,1%) dan Kab. Manggarai Barat (36,5%). Namun

dari sisi komponen belanja, sebagian besar realisasi digunakan untuk belanja pegawai

yang bahkan mencapai lebih dari 80% untuk beberapa kabupaten, diantaranya Kab.

Timor Tengah Utara, Kab. Belu, Kab. Malaka dan Kab. Timor Tengan Selatan.

Sementara itu, belanja terendah berada di Kabupaten Malaka (17,32%) dengan

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 31

komponen realisasi terbesar adalah belanja pegawai (83,4%). Optimalisasi penggunaan

anggaran guna mendorong efek turunan terhadap pertumbuhan perekonomian daerah

perlu untuk dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui identifikasi (dialog

dan koordinasi internal) terhadap permasalahan penghambat realisasi dan melakukan

koordinasi dengan pihak eksternal (Biro Keuangan Provinsi dan Ditjen Perbendaharaan).

2.4 Dana Pemerintah di Perbankan

Berdasarkan data perbankan hingga Triwulan II-2016, tercatat Dana Pihak Ketiga

(DPK) Pemerintah dalam bentuk simpanan pada lembaga perbankan sebesar Rp 6,93

triliun. DPK tersebut meningkat 24,6% (qtq) apabila dibandingkan triwulan I-2016 yang

sebesar Rp 5,56 triliun. Peningkatan menjadi indikasi belum optimalnya penggunaan

anggaran Pemerintah daerah hingga triwulan-II 2016 walaupun di sisi lain juga

menunjukkan perbaikan penyerapan anggaran dibanding tahun sebelumnya yang

terlihat dari penurunan posisi DPK pemerintah dibanding tahun lalu. Total DPK

pemerintah sendiri paling banyak berada pada komponen Giro sebesar Rp 5,27 triliun.

Grafik 2.10. Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan NTT

Tabel 2.2. Komposisi DPK Pemerintah di NTT

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Rp miliar

PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK

PUSAT 88.57 0.07 - 88.64

PROVINSI 276.04 9.68 204.64 490.36

KOTA 523.98 23.46 151.10 698.55

KABUPATEN 4,384.00 176.10 1,095.01 5,655.10

TOTAL 5,272.60 209.31 1,450.75 6,932.65 Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab II - Keuangan Daerah 32

Lampiran:

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rp jutaan

APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL

PENDAPATAN DAERAH 254,657 20,596,566 3,876,020 24,727,244 1,040,683 9,713,825 1,944,495 12,699,003

BELANJA DAERAH 9,451,875 21,734,099 3,898,591 35,084,565 2,801,089 6,092,295 1,566,656 10,460,040

Belanja Modal 3,699,403 5,494,514 562,136 9,756,053 674,603 527,886 151,649 1,354,139

Belanja Konsumsi 5,752,472 16,239,585 3,202,708 25,194,766 2,126,486 5,564,408 1,415,007 9,105,901

Belanja Pegawai 2,430,060 9,204,001 673,780 12,307,840 1,226,676 3,910,637 288,240 5,425,552

Belanja Barang dan Jasa 3,299,677 3,878,752 655,806 7,834,235 899,147 793,183 252,897 1,945,226

Belanja Hibah - 147,693 1,458,914 1,606,606 - 53,291 789,031 842,322

Belanja Bantuan Sosial 22,736 41,932 21,830 86,498 663 13,678 1,645 15,987

Belanja Bagi Hasil - 309,245 357,699 666,944 - 87,259 71,407 158,666

Bantuan Keuangan - 2,590,659 24,679 2,615,338 - 700,258 11,632 711,890

Konsumsi Lainnya - 67,305 10,000 77,305 - 6,102 156 6,258

Belanja Lainnya - - 133,746 133,746 - (0) - -

SURPLUS/DEFISIT (9,197,218) (1,137,533) (22,570) (10,357,321) (1,760,406) 3,621,531 377,838 2,238,962

PEMBIAYAAN DAERAH

Penerimaan 1,154,085 82,570 1,236,656 768,948 159,325 928,273

SILPA Tahun Lalu 1,138,901 75,000 1,213,901 768,348 158,726 927,074

Lainnya 15,184 7,570 22,755 601 599 1,199

Pengeluaran 102,285 60,000 162,285 39,360 51,978 91,338

Penyertaan Modal 96,200 50,000 146,200 38,000 50,000 88,000

Lainnya 6,085 10,000 16,085 1,360 1,978 3,338

PEMBIAYAAN NETTO 1,051,800 22,570 1,074,371 729,588 107,347 836,935

SILPA SEKARANG (85,733) - (85,733) 4,351,119 485,185 4,836,304

APBN/APBD REALISASI

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 33

33

Sepanjang triwulan II 2016, inflasi Provinsi NTT cenderung meningkat lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Ketika secara nasional inflasi bulan April cenderung deflasi, NTT justru mengalami inflasi. Demikian pula pada bulan Mei dan Juni yang juga mengalami inflasi. Tingginya inflasi tersebut akhirnya dapat diredam oleh deflasi bulan Juli 2017, yang di saat bersamaan, daerah lain mengalami inflasi karena libur hari raya Idul Fitri dan Libur sekolah. Kembali terpenuhinya pasokan bahan pangan diduga menjadi penyebab utama deflasi di bulan Juli 2016.

Kelompok komoditas bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi

triwulan II 2016, diikuti oleh inflasi kelompok komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau, dan kelompok komoditas sandang. Terbatasnya

produksi pangan akibat dari terbatasnya ketersediaan air, kenaikan cukai

rokok dan pakaian anak menjadi penyebab utama kenaikan harga pada

kelompok komoditas di atas.

Sepanjang triwulan berjalan, NTT justru mengalami deflasi yang cukup

besar hingga -0,32% di bulan Juli 2016 dan menjadi satu dari dua daerah

yang mengalami deflasi di bulan ini.Dengan kondisi harga komoditas yang

masih stabil dan cenderung turun di bulan Agustus 2016, inflasi triwulan III

2016 diperkirakan akan cukup rendah. Potensi inflasi di Bulan September

lebih karena pembalikan harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan yang

sudah cukup rendah.

3.1. Kondisi Umum

Inflasi pada triwulan II 2016 mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Provinsi NTT mencapai 1,23% (qtq) lebih

tinggi dibanding inflasi nasional yang sebesar 0,44% (qtq) dan menjadi daerah

dengan nilai inflasi triwulanan tertinggi ke-8 di Indonesia. Namun demikian,

besarnya deflasi pada bulan Juli 2016 yang mencapai -0,32% (mtm) mampu

kembali menurunkan nilai inflasi NTT menjadi hanya 0,87% (qtq) dan menjadi

daerah dengan nilai inflasi triwunan terendah di Indonesia. Tingginya inflasi pada

triwulan II 2016 lebih disebabkan oleh kurangnya pasokan air di NTT terlebih di Pulau

Timor, sehingga produksi bahan pangan mengalami penurunan dan harga cenderung

meningkat. Adanya beberapa kegiatan di NTT seperti Tour De Flores pada bulan Mei

2016, ataupun libur sekolah dan hari raya Idul Fitri juga memberi tekanan inflasi

terlebih pada angkutan udara. Adanya penyaluran gaji ke-13 dan 14 juga memberikan

tekanan inflasi terutama pada inflasi sandang yang menunjukkan adanya kenaikan

harga seiring dengan adanya peningkatan penjualan. Adanya sedikit hujan akibat dari

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 34

34

anomali cuaca La Nina diduga mampu menaikkan produksi hortikultura yang terlihat

dari deflasi bahan makanan yang cukup tinggi di bulan Juli 2016. Hingga bulan

Agustus harga komoditas bahan makanan masih cenderung turun paska even nasional

Harganas. Hingga akhir triwulan III 2016, inflasi di NTT diprediksi masih akan

cenderung rendah.

Grafik 3.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan

Nasional Grafik 3.2. Inflasi Triwulanan Provinsi NTT dan

Nasional

3.1.1 Inflasi Tahunan Secara tahunan, Inflasi Provinsi NTT triwulanan II 2016 mencapai 5,02%

(yoy), sedikit menurun dibanding inflasi triwulan I 2016 yang sebesar 5,04%

(yoy) namun masih jauh lebih tinggi dibanding inflasi tahunan nasional yang

hanya sebesar 3,45% (yoy). Besarnya gap inflasi dengan nasional lebih disebabkan

oleh relatif lebih tingginya inflasi NTT pada bulan April dan Mei 2016 ketika di saat

yang sama, inflasi nasional justru mengalami perlambatan. Tingginya inflasi bahan

makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau masih menjadi penyebab utama

inflasi tahunan di NTT. Dari total 10 komoditas utama penyumbang inflasi utama di NTT

dalam satu tahun terakhir, terdapat 5 komoditas bahan makanan ( sawi putih, daging

ayam ras, ikan kembung, kubis, dan tomat sayur), dan 4 komoditas makanan jadi,

minuman dan tembakau ( rokok kretek filter, rokok kretek, nasi dengan lauk dan gula

pasir) yang persisten menjadi penyumbang inflasi utama. Di sisi lain, deflasi lebih

disebabkan oleh turunnya harga BBM dan listrik karena turunnya harga BBM, serta

bahan bangunan seiring dengan adanya penurunan permintaan.

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 35

35

Tabel 3.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Adanya deflasi di bulan Juli 2016 mampu menurunkan inflasi tahunan

NTT. Adanya penurunan harga bahan makanan setelah mengalami kenaikan cukup

tinggi dalam beberapa bulan terakhir mampu menurunkan inflasi tahunan NTT di bulan

Juli menjadi hanya sebesar 3,59% (yoy). Gap inflasi tahunan dengan nasional juga

mengecil dengan inflasi tahunan nasional sebesar 3,21% (yoy). Inflasi tahunan agustus

diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan inflasi Juli 2016. Walaupun diprediksi

masih mengalami deflasi, namun penurunan inflasi diperkirakan tidak sebesar tahun

sebelumnya. Demikian pula dengan inflasi September 2016 yang diperkirakan tidak

serendah di tahun sebelumnya.

3.1.2 Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2016 mencapai

1,24% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya inflasi lebih disebabkan

oleh adanya kenaikan bahan makanan dan makanan jadi. Adanya kegiatan Tour

De Flores, libur sekolah dan hari raya Idul Fitri juga membuat penggunaan angkutan

udara mengalami kenaikan cukup besar yang berakibat pada terjadinya kenaikan tarif

angkutan udara. Membaiknya kondisi cuaca serta adanya panen raya padi mampu

menurunkan harga beras dan ikan tangkap di NTT. Menurunnya kegiatan proyek

setelah perpanjangan deadline penyelesaian proyek pemerintah hingga bulan Maret

2016 juga telah menurunkan harga komoditas bahan bangunan. Menurunnya harga

minyak dunia juga membuat harga BBM dan tarif listrik secara umum mengalami

penurunan. Namun demikian, adanya keterbatasan sumber daya air membuat produksi

hortikultura cenderung menurun sehingga harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

cenderung meningkat. Adanya kenaikan harga pakan juga telah meningkatkan harga

daging ayam ras, sehingga secara total NTT mengalami inflasi yang cukup tinggi di

triwulan II 2016.

komoditas Inflasi yoysum

yoykomoditas Deflasi yoy

sum

yoy

Sawi Putih 82.23 0.89 Bensin (11.80) (0.31)

Daging Ayam Ras 47.56 0.56 Besi Beton (14.07) (0.11)

Rokok Kretek Filter 23.29 0.41 Batako (14.00) (0.06)

Kembung 30.22 0.34 Seng (6.17) (0.06)

Kubis 132.42 0.29 Solar (25.36) (0.05)

Nasi dengan Lauk 8.23 0.18 Tarip Listrik (1.36) (0.04)

Tomat Sayur 34.85 0.16 Laptop/Notebook (8.96) (0.03)

Semen 6.44 0.16 Kangkung (3.27) (0.03)

Rokok Kretek 23.14 0.15 Kakap Merah (12.92) (0.02)

Gula Pasir 16.82 0.15 Jeruk (19.49) (0.02)

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 36

36

Tabel 3.2. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Dari 10 komoditas penyumbang utama inflasi, 7 diantaranya disumbang oleh

komoditas bahan makanan antara lain daging ayam, sawi putih, kubis, cabai merah,

kangkung, bawang merah dan bayam. Tiga komoditas lainnya adalah gula pasir yang

mengalami kenaikan karena kurangnya pasokan secara nasional, rokok kretek filter

yang meningkat karena kenaikan cukai dan kenaikan harga angkutan udara. Sementara

itu, deflasi disumbang oleh 4 komoditas bahan makanan (beras, tongkol, kembung dan

cabai rawit) karena panen dan membaiknya cuaca, 3 komoditas dalam kontrol

pemerintah (bensin, solar, tarif listrik), 2 komoditas bahan bangunan (semen dan besi

beton) dan gelas minum.

Inflasi triwulanan pada triwulan berjalan diperkirakan mengalami penurunan

cukup besar seiring dengan penurunan inflasi Bulan Juli, potensi deflasi bulan Agustus

dan tidak adanya even besar di bulan September.

3.1.3 Inflasi Bulanan Sepanjang triwulan II 2016, Provinsi NTT selalu mengalami inflasi di tiap

bulannya. Pada bulan April 2016, terjadi inflasi sebesar 0,04% (mtm) terutama

disebabkan oleh meningkatnya harga bahan makanan, sedangkan di sisi lain terjadi

penurunan harga BBM dan tarif listrik seiring dengan penurunan tarif oleh pemerintah.

Pada bulan Mei 2016, terjadi inflasi sebesar 0,61% (mtm) terutama disebabkan oleh

even Tour De Flores, kekurangan pasokan bahan makanan maupun kenaikan harga

bahan makanan dari Jawa. Pada bulan Juni 2016, terjadi inflasi sebesar 0,58% (mtm)

terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan, makanan jadi dan

transportasi karena adanya kenaikan pendapatan seiring dengan diterimanya gaji ke-13

oleh PNS, libur sekolah, lomba selancar di Rote Ndao maupun hari raya Idul Fitri.

Pada bulan Juli 2016, NTT justru mengalami deflasi sebesar -0,32% (mtm)

terendah ke-2 di Indonesia setelah Provinsi Papua. Adanya peningkatan pasokan bahan

komoditas Inflasi qtqsum

qtqkomoditas Deflasi qtq sum qtq

Angkutan Udara 13.82 0.39 Beras (3.55) (0.24)

Daging Ayam Ras 32.09 0.38 Kembung (20.85) (0.23)

Sawi Putih 19.19 0.21 Bensin (7.18) (0.19)

Kol Putih/Kubis 79.27 0.17 Semen (4.25) (0.10)

Cabai Merah 73.88 0.17 Tongkol (17.64) (0.07)

Kangkung 18.07 0.16 Gelas Minum (16.49) (0.03)

Gula Pasir 15.00 0.13 Besi Beton (4.01) (0.03)

Rokok Kretek Filter 6.77 0.12 Tarip Listrik (1.15) (0.03)

Bawang Merah 23.74 0.12 Cabai Rawit (19.25) (0.02)

Bayam 36.60 0.11 Solar (8.85) (0.02)

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 37

37

makanan yang cukup besar membuat harga bahan makanan mengalami penurunan

cukup besar. Walaupun di saat yang sama terjadi kenaikan yang cukup besar pada

komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau, komoditas sandang dan transportasi

seiring dengan adanya libur panjang dan hari raya serta even harganas, deflasi tetap

terjadi seiring besarnya bobot bahan makanan terhadap total konsumsi masyarakat.

Pada bulan Agustus NTT masih berpotensi deflasi seiring dengan masih turunnya harga

bahan makanan, sedangkan bulan September berpotensi terjadi inflasi seiring dengan

harga komoditas yang sudah rendah.

Tabel 3.3. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan Komoditas utama penyumbang inflasi dalam 4 bulan terakhir, total

terdapat 24 komoditas yang masuk dalam 10 komoditas penyumbang inflasi utama.

Angkutan udara, kangkung, gula pasir dan bayam telah menjadi komoditas yang secara

persisten menjadi penyumbang inflasi utama selama 3 bulan. Selain itu, terdapat 8

komoditas yang menjadi penyumbang inflasi utama selama 2 bulan1, dan terdapat 12

komoditas2 yang sekali menjadi penyumbang inflasi utama. Komoditas bahan makanan

masih menjadi penyumbang inflasi utama dengan total 18 komoditas yang lebih

disebabkan oleh kurangnya pasokan terlebih pada triwulan II 2016. Angkutan udara

secara persisten menjadi penyumbang inflasi utama lebih disebabkan oleh tingginya

permintaan seiring dengan adanya acara Tour De Flores, libur sekolah dan hari raya Idul

Fitri, dan di sisi lain, suplai angkutan udara relatif terbatas.

1 Daging ayam ras, sawi putih, tongkol, tembang, rokok kretek filter, cabai merah, kentang, dan kubis

2 Kembung, bawang merah, tahun mentah, telur ayam ras, pasir, tarif listrik, bawang putih, wortel, tomat

sayur, mie, ayam hidup, kakap merah

KomoditasInflasi

(%)

Andil

(%)Komoditas

Inflasi

(%)

Andil

(%)Komoditas Inflasi (%) Andil (%) Komoditas Inflasi (%) Andil (%)

Kangkung 13.15 0.08 Angkutan Udara 11.06 0.29 Daging Ayam Ras 22.84 0.27 Angkutan Udara 10.93 0.31

Sawi Putih 8.29 0.07 Sawi Putih 23.19 0.20 Angkutan Udara 4.51 0.13 Tongkol 33.42 0.16

Tahu Mentah 14.68 0.05 Kangkung 20.69 0.15 Kembung 10.52 0.12 Tembang 40.68 0.09

Kol Putih/Kubis 32.74 0.04 Bawang Merah 19.07 0.08 Tongkol 21.59 0.08 Pasir 5.23 0.05

Cabai Merah 30.30 0.04 Bayam 29.53 0.07 Rokok Kretek Filter 3.73 0.07 Gula Pasir 4.87 0.04

Rokok Kretek Filter 2.31 0.04 Gula Pasir 7.92 0.06 Gula Pasir 5.94 0.05 Tarif Listrik 1.37 0.04

Daging Ayam Ras 3.40 0.04 Cabai Merah 32.40 0.06 Bayam 15.36 0.05 Mie 2.74 0.03

Bawang Putih 11.75 0.04 Kentang 33.97 0.05 Kentang 18.99 0.04 Bayam 7.73 0.03

Wortel 24.07 0.04 Telur Ayam Ras 7.19 0.05 Ayam Hidup 4.49 0.03 Kangkung 3.52 0.03

Tomat Sayur 8.75 0.03 Kol Putih/Kubis 31.55 0.05 Tembang 9.92 0.02 Kakap Merah 12.65 0.02

JuliApril Mei Juni

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 38

38

Tabel 3.4. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT

Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan 10 Komoditas utama penyumbang deflasi dalam 4 bulan terakhir,

hanya terdapat 9 komoditas yang persisten menyumbang inflasi yaitu komoditas semen

yang mengalami 3 kali penurunan harga lebih disebabkan oleh penurunan harga paska

penyelesaian perpanjangan proyek pemerintah dan 8 komoditas3 yang dua kali

mengalami deflasi dalam 4 bulan terakhir. Penurunan harga lebih disebabkan oleh

meningkatnya pasokan pada komoditas bahan makanan tidak tahan lama (sayur-

sayuran dan ikan), beberapa dikarenakan panen komoditas, kembali ke harga normal

setelah mengalami kenaikan tinggi di bulan sebelumnya, ataupun karena kebijakan

pemerintah (premium, solar dan tarif listrik).

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi 5 regional di

Indonesia Grafik 3.4. Perbandingan Inflasi di Wilayah

Balinusra

Berdasarkan wilayah, inflasi di wilayah Balinusra secara tahunan pada triwulan II

2016 masih cukup rendah sebesar 3,72% (yoy), demikian pula pada inflasi triwulanan

yang hanya sebesar 0,43% (qtq). Baik secara tahunan maupun triwulanan, Bali menjadi

provinsi dengan Pengendalian inflasi terbaik di wilayah Balinusra, disusul oleh NTB dan

NTT.

3 Ayam hidup, kentang, bawang merah, sawi hijau, tomat sayur, beras, sawi putih, kembung.

KomoditasDeflasi

(%)

Andil

(%)Komoditas

Deflasi

(%)

Andil

(%)Komoditas

Deflasi

(%)

Andil

(%)Komoditas

Deflasi

(%)

Andil

(%)

Bensin (7.14) (0.21) Kembung (27.51) (0.43) Kangkung (13.54) (0.12) Sawi Putih (38.19) (0.35)

Semen (2.18) (0.06) Beras (3.02) (0.21) Sawi Putih (10.66) (0.11) Daging Ayam Ras (14.83) (0.21)

Angkutan Udara (1.93) (0.05) Tongkol (32.09) (0.18) Sawi Hijau (25.96) (0.05) Tomat Sayur (34.62) (0.15)

Kentang (20.48) (0.04) Semen (1.42) (0.04) Buncis (20.34) (0.03) Kubis (53.30) (0.12)

Tarip Listrik (1.53) (0.04) Ayam Hidup (4.61) (0.03) Tomat Sayur (5.76) (0.03) Kembung (7.76) (0.09)

Minuman Ringan (7.57) (0.04) Gelas Minum (8.70) (0.02) Wortel (12.42) (0.02) Bawang Merah (15.80) (0.07)

Cabai Rawit (22.05) (0.04)

Celana Pendek

Laki (11.20) (0.02) Sepatu (7.55) (0.02) Sawi Hijau (28.70) (0.05)

Beras (0.39) (0.03) Besi Beton (1.77) (0.01) Bawang Merah (3.99) (0.02) Ayam Hidup (4.56) (0.03)

Bayam (8.58) (0.02) Seng (1.21) (0.01) Semen (0.71) (0.02) Bawang Putih (9.10) (0.03)

Solar (8.85) (0.02) Kayu Balokan (2.17) (0.01) Daun Singkong (11.38) (0.02) Kentang (10.30) (0.03)

JuliApril Mei Juni

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 39

39

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

Secara tahunan, Tingginya inflasi pada triwulan II 2016 disebabkan oleh

tingginya inflasi komoditas bahan makanan dan makanan jadi. Namun

demikian, berdasarkan kondisi inflasi sepanjang tahun berjalan, makanan jadi,

minuman dan tembakau justru menjadi penyumbang inflasi utama baik pada

triwulan II 2016 maupun proyeksi di triwulan III 2016. Secara triwulanan, bahan

makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau masih menjadi

penyumbang inflasi utama pada triwulan II 2016. Namun demikian, kondisi

inflasi bergeser pada bulan Juli yang justru menunjukkan angkutan udara

sebagai penyumbang utama inflasi, disusul oleh kenaikan harga makanan jadi,

minuman dan tembakau. Tingginya inflasi makanan jadi, minuman dan tembakau

lebih disebabkan oleh adanya kenaikan cukai rokok, kenaikan harga gula pasir secara

nasional maupun kenaikan harga makanan jadi seiring dengan adanya kenaikan harga

komoditas bahan makanan. Kenaikan tarif angkutan udara terutama disebabkan oleh

adanya beberapa even nasional dan internasional seperti Harganas dan Tour De Flores,

serta libur sekolah dan hari raya Idul Fitri. Kenaikan harga bahan makanan terutama

disebabkan oleh adanya penurunan pasokan pangan.

Tabel 3.5. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

3.2.1 Bahan Makanan

Inflasi tahunan komoditas bahan makanan pada triwulan II 2016 mengalami

kenaikan cukup besar mencapai sebesar 11,03% (yoy) dibanding tahun sebelumnya

dan menjadi nilai inflasi bahan makanan terbesar dalam 5 tahun terakhir. Adanya

penurunan pasokan terlebih pada komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

menjadi penyebab utama kenaikan harga bahan makanan sepanjang triwulan II 2016.

Selain itu, adanya pengurangan DOC dan kenaikan harga pakan masih menjadi

penyebab utama tingginya kenaikan harga daging-daging terutama daging ayam ras.

Apr Mei Jun Jul Tw II Jul Tw II Jul Tw II Jul Apr Mei Jun Jul

INFLASI UMUM 124.6 125.4 126.1 125.7 5.02 3.59 0.87 0.55 1.24 0.88 0.04 0.61 0.58 (0.32)

Bahan Makanan 122.0 122.7 124.6 120.1 11.03 7.14 2.08 (1.58) 3.21 (1.55) 1.06 0.57 1.54 (3.59)

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau137.6 139.5 140.8 142.7 10.17 10.69 6.10 7.47 2.80 3.70 0.41 1.40 0.96 1.29

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar122.5 122.1 121.9 122.3 2.10 1.88 (0.60) (0.34) (0.72) (0.20) (0.26) (0.35) (0.12) 0.27

Sandang 122.3 123.5 123.4 123.7 5.73 3.14 2.51 2.69 1.68 1.14 0.72 0.99 (0.04) 0.18

Kesehatan 113.9 114.8 114.3 114.1 3.71 2.85 1.47 1.30 0.85 0.17 0.52 0.76 (0.43) (0.17)

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga123.4 123.4 123.3 123.6 3.22 1.30 (0.14) 0.07 0.02 0.17 0.05 (0.01) (0.03) 0.20

Transportasi, Komunikasi dan Jasa127.1 129.1 130.0 132.3 (1.48) (2.32) (2.60) (0.86) 0.66 4.10 (1.58) 1.59 0.68 1.78

KomoditiIHK 2016 MTMQTQYTDYOY

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 40

40

Grafik 3. 5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan secara Triwulanan, Tahunan dan

Bulanan

Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan

Makanan per Sub Kelompok Komoditas

Pada triwulan III 2016, inflasi bahan makanan diperkirakan mengalami

penurunan seiring dengan terjadinya deflasi bulan Juli terutama disebabkan oleh

meningkatnya pasokan komoditas sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan daging ayam

ras. Pada bulan Agustus 2016, bahan makanan juga berpotensi deflasi. Peningkatan

harga berpotensi terjadi pada bulan September seiring dengan pembalikan harga.

3.2.2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di triwulan II 2016 masih

relatif terkendali yang ditunjukkan oleh nilai inflasi yang sebesar 0,66% (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Setelah mengalami deflasi pada bulan April, komoditas

transportasi kembali mengalami inflasi pada bulan Mei dan Juni 2016 seiring dengan

adanya even Tour De Flores, hari libur sekolah dan hari raya Idul Fitri. Walaupun

mengalami peningkatan inflasi triwulanan, baik secara tahunan maupun tahun berjalan

justru menunjukkan terjadi deflasi, yang berarti kenaikan harga yang terjadi tidak

sebesar posisi harga sektor transportasi baik dibanding triwulan II 2015 maupun kondisi

harga transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di akhir tahun.

Berdasarkan komoditas, hanya komoditas angkutan udara yang mengalami

kenaikan cukup besar pada triwulan II 2016 sedangkan komoditas lainnya cenderung

stabil. Dibandingkan tahun sebelumnya, komoditas transportasi justru menunjukkan

adanya penurunan yang menunjukkan posisi harga rata-rata tahun ini tidak setinggi

tahun sebelumnya. Deflasi terutama terjadi pada penurunan harga BBM seiring dengan

penurunan harga oleh pemerintah mengikuti penurunan harga minyak dunia. Kenaikan

inflasi hanya terjadi pada sarana dan penunjang transport serta komoditas jasa

keuangan.

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 41

41

Grafik 3. 7. Inflasi Kelompok Komoditas

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Komoditas

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan per

Sub Kelompok Komoditas

Pada bulan Juli 2016, Inflasi kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan mengalami kenaikan cukup besar hingga 1,78% (mtm) terutama

disebabkan oleh tingginya kenaikan harga tiket angkutan udara seiring dengan adanya

libur sekolah, hari raya Idul Fitri maupun pelaksanaan Hari Keluarga Nasional (Harganas)

yang jatuh pada bulan Juli 2016. Tarif angkutan udara kembali menurun pada bulan

Agustus berdasarkan pengamatan harga hingga minggu ke-3 dan berpotensi tetap

menurun hingga akhir triwulan III 2016 disebabkan oleh tidak adanya aktivitas even

nasional yang berpotensi menimbulkan lonjakan permintaan.

3.2.3 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Kelompok komoditas Makanan jadi, Minuman dan Tembakau pada triwulan II

2016 maupun hingga bulan Juli 2016 menjadi satu-satunya komoditas yang secara

persisten selalu mengalami inflasi dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Inflasi tahunan

pada triwulan II mencapai 10,17% (yoy), tertinggi kedua setelah inflasi bahan makanan.

Bahkan pada bulan Juli 2016 inflasi komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau

mencapai 10,69% dan menjadi kelompok komoditas dengan inflasi tertinggi di bulan

Juli 2016. Kenaikan cukai rokok yang dibebankan tiap bulan mampu menjadi

pendorong utama tingginya inflasi kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau.

Selain itu, tingginya inflasi bahan makanan dan masih relatif minimnya persaingan

usaha, membuat pedagang juga ikut menaikkan harga makanan jadi yang mereka jual.

Adanya penurunan pasokan gula pasir dalam tiga bulan terakhir juga berdampak pada

kenaikan inflasi minuman tidak beralkohol yang mengalami kenaikan signifikan pada

bulan Juni dan Juli 2016. Hingga akhir triwulan III 2016, kenaikan inflasi akibat

kenaikan cukai rokok masih menjadi ancaman inflasi. kelompok minuman tidak

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 42

42

beralkohol diperkirakan deflasi seiring dengan peningkatan pasokan gula mengikuti

kondisi panen dan giling tebu di Jawa. Harga makanan jadi diperkirakan relatif stabil.

Grafik 3. 9. Inflasi Kelompok Komoditas

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau secara

Triwulanan, Tahunan dan Bulanan

Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Komoditas Makanan

Jadi, Minuman dan Tembakau per Sub Kelompok

Komoditas

Dibandingkan posisi akhir tahun 2015, kenaikan inflasi pada kelompok komoditas ini

sudah mencapai 7,47% (ytd) dengan pendorong utama kenaikan pada komoditas tembakau

dan minuman beralkohol yang naik hingga 13,40% (ytd). Secara triwulanan, kenaikan harga

komoditas minuman tak beralkohol menjadi penyumbang utama inflasi terutama disebabkan

oleh kenaikan harga gula yang mencapai 20,03% (qtq) dalam 3 bulan terakhir.

3.2.4 Komoditas Lainnya

Inflasi pada komoditas lainnya seperti komoditas perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar, komoditas sandang, kesehatan maupun pendidikan masih relatif stabil.

Kenaikan harga di triwulan II 2016 hanya terjadi pada komoditas sandang terutama

disebabkan oleh meningkatnya belanja sandang paska penyaluran gaji ke-13. Demikian

pula dengan peningkatan harga sandang di Bulan Juli yang disebabkan oleh adanya

tambahan penghasilan berupa gaji ke-14 bagi PNS.

Kelompok komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan

II 2016 justru mengalami deflasi terutama disebabkan oleh menurunnya tarif listrik.

Inflasi pada komoditas pendidikan relatif stabil walaupun pada bulan Juni dan Juli 2016

terdapat kenaikan kelas dan tahun ajaran baru pada pendidikan dasar. Inflasi kelompok

komoditas kesehatan juga relatif stabil diduga disebabkan oleh banyaknya masyarakat

yang mengikuti program BPJS kesehatan, sehingga biaya kesehatan menjadi cenderung

tetap.

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 43

43

3.3. Disagregasi Inflasi

Pada triwulan II 2016, inflasi volatile food menjadi pendorong utama

inflasi di Provinsi NTT dengan nilai sebesar 4,12% (qtq) dibanding triwulan

sebelumnya. Komoditas administered price relatif mengalami sedikit kenaikan

(1,47%-qtq) terutama disebabkan oleh kenaikan cukai rokok, sedangkan

komoditas bahan bakar, penerangan dan air mengalami penurunan karena

adanya penurunan tarif listrik. Komoditas transportasi juga sempat mengalami

penurunan terutama di bulan April seiring dengan penurunan harga BBM,

namun kembali meningkat di bulan Mei dan Juni seiring dengan kenaikan tarif

angkutan udara. Secara tahunan, komoditas volatile food (11,85%-yoy) masih

menjadi penyumbang utama inflasi berdasarkan disagregasi inflasi, diikuti oleh inflasi

pada komoditas inti (core inflation) sebesar 4,05% (yoy) dan administered price

(1,99%-yoy). Terbatasnya pasokan pangan, adanya beberapa even nasional4 dan

internasional5 serta kenaikan harga komoditas secara nasional berpengaruh terhadap

tingginya inflasi di triwulan II 2016.

Grafik 3. 11. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan

Inflasi Tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Grafik 3.12. Disagregasi Inflasi dan Sumbangan

Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pada bulan Juli 2016, Provinsi NTT mengalami deflasi yang cukup besar hingga -

0,32% (mtm). Dibanding triwulan sebelumnya, Provinsi NTT mengalami inflasi 0,88%

(qtq) melambat dibanding capaian inflasi triwulanan bulan sebelumnya. Volatile food

menjadi pendorong utama penurunan inflasi dengan total mengalami deflasi sebesar -

1,64% (qtq). Kelompok administered price menjadi penyumbang inflasi utama bulan

Juli 2016 dengan nilai inflasi triwulanan mencapai 4,17% (qtq), diikuti oleh inflasi

komoditas inti yang mencapai 0,74% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Hingga

4 Hari Keluarga Nasional (Harganas), hari raya Idul Fitri, libur sekolah

5 Tour De Flores, Lomba Selancar di Rote Ndao

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 44

44

akhir triwulan III 2016, inflasi diperkirakan cenderung rendah disebabkan oleh

menurunnya inflasi volatile food dan kembali menurunnya tarif angkutan udara dan

gula yang sudah mulai memasuki masa giling di Jawa.

3.3.1 Kelompok Volatile Foods

Baik secara tahunan (yoy), posisi tahun berjalan (ytd), triwulanan (qtq)

maupun bulanan (mtm), komoditas Inflasi komoditas yang bergejolak (volatile

foods) menjadi penyumbang utama inflasi provinsi NTT di sepanjang triwulan II

2016. Penurunan pasokan komoditas sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

karena keterbatasan pasokan air serta kenaikan harga pakan dan DOC pada

komoditas daging ayam ras menyebabkan inflasi komoditas volatile food

mengalami kenaikan yang cukup besar. Inflasi tahunan volatile food mencapai

11,85% (yoy) tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Inflasi posisi tahun berjalan sebesar

2,95% (ytd) dan inflasi triwulanan sebesar 4,12% (qtq).

Berdasarkan komoditas pendorong inflasi utama, Kenaikan harga daging ayam

ras menjadi penyumbang inflasi utama dikarenakan kenaikan harga pakan dan DOC

yang terjadi secara nasional. Beberapa komoditas sayur juga menjadi penyumbang

inflasi utama seperti kol putih, kangkung dan bayam yang disebabkan oleh kurangnya

pasokan karena keterbatasan sumber daya air. Demikian pula dengan komoditas cabe

merah dan bawang merah yang juga mengalami kenaikan karena keterbatasan

pasokan di pasar.

Penurunan harga terjadi pada komoditas padi-padian dan ikan segar seiring

dengan dengan adanya panen raya di beberapa daerah di Indonesia maupun

meningkatnya hasil tangkapan ikan seiring membaiknya cuaca di triwulan II 2016.

Inflasi volatile food pada bulan Juli 2016 mengalami perlambatan seiring dengan

terjadinya deflasi pada bulan Juli 2016 sebesar 3,59% (mtm) dibanding bulan

sebelumnya. Secara tahunan, inflasi volatile food menjadi berkurang signifikan menjadi

hanya 7,26% (yoy). Bahkan dibanding posisi akhir tahun, Provinsi NTT mengalami

deflasi -1,31% (ytd). Secara triwulanan, juga masih terjadi deflasi -1,64 (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Meningkatnya pasokan sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan

seiring dengan perbaikan cuaca serta menurunnya harga daging ayam ras menjadi

penyebab utama penurunan inflasi volatile food di bulan Juli 2016. Kondisi ini

diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir triwulan III 2016.

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 45

45

3.3.2 Kelompok Administered Prices

Secara umum, inflasi administered price pada triwulan II 2016 relatif

terjaga yang terlihat dari nilai inflasi yang relatif rendah. Adanya penurunan

harga BBM, dan tarif listrik mampu menahan inflasi administered price. Namun

demikian, kenaikan cukai telah mendorong inflasi komoditas tembakau. Tarif

angkutan udara yang sangat berfluktuasi telah menyebabkan fluktuasi inflasi

yang cukup besar pula. Pada bulan April, kelompok administered price mengalami

deflasi -0,96% (mtm) terutama disebabkan oleh menurunnya harga BBM, 12 golongan

tarif listrik dan angkutan udara. Kenaikan cukai menjadi penghambat utama deflasi.

Pada bulan Mei 2016, Kelompok administered price berbalik mengalami inflasi 1,49%

(mtm) seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara karena adanya event internasional

Tour De Flores dan kenaikan cukai rokok. Pada bulan ini masih terjadi penurunan tarif

listrik pada beberapa golongan sehingga dapat menahan laju inflasi yang terjadi. Pada

bulan Juni 2016, kelompok administered price kembali mengalami inflasi sebesar

0,92% (mtm) terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dan cukai rokok

seiring dengan adanya libur sekolah, menjelang hari raya Idul Fitri maupun even

internasional lomba surfing di Kabupaten Rote Ndao.

Secara triwulanan, kelompok administered price mengalami inflasi sebesar

1,47% (qtq) dengan komoditas tembakau dan minuman beralkohol menjadi

penyumbang inflasi utama. Dibandingkan dengan posisi inflasi akhir tahun 2015, inflasi

tahun berjalan justru mengalami deflasi 0,60% (ytd) dengan pendorong utama adalah

penurunan tarif angkutan udara. Secara tahunan, kelompok administered price

mengalami inflasi 1,99% (yoy) dan kenaikan harga tembakau dan minuman beralkohol

menjadi penyebab utama dengan kenaikan mencapai 20,19% (yoy) dibanding tahun

sebelumnya dikarenakan oleh kenaikan cukai tembakau dan bahan baku rokok.

Inflasi Administered price pada bulan Juli 2016 mengalami kenaikan 1,69%

(mtm) terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan adanya

libur sekolah, hari raya Idul Fitri dan hari keluarga nasional yang tahun ini dipusatkan di

Kota Kupang. Pada bulan ini juga terjadi kenaikan tarif listrik pada beberapa golongan

tarif dan kenaikan harga rokok dan tembakau.Inflasi diperkirakan akan kembali

menurun di bulan Agustus dan September seiring dengan tidak adanya aktivitas yang

bisa menimbulkan lonjakan permintaan angkutan udara. Kenaikan cukai rokok masih

menjadi ancaman inflasi di triwulan III 2016.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 46

46

3.3.3 Kelompok Inti (core)

Inflasi kelompok inti pada triwulan II 2016 relatif stabil sebesar 0,16%

(qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Adanya kenaikan harga pada komoditas

makanan jadi dan minuman tak beralkohol, diimbangi dengan adanya

penurunan harga bahan bangunan di triwulan ini. Sepanjang semester 1 2016,

inflasi komoditas inti mencapai 0,64% (ytd) dengan kenaikan harga komoditas

makanan jadi dan minuman tak beralkohol sebagai penyumbang utama inflasi.

Kenaikan gula pasir menjadi pendorong utama kenaikan harga pada komoditas

minuman tak beralkohol, sedangkan kenaikan makanan jadi terjadi mengikuti kenaikan

bahan makanan yang terjadi. Minimnya persaingan antar penjual makanan jadi juga

memudahkan penjual dalam menaikkan harga apabila dirasa terjadi kenaikan harga

bahan makanan untuk menjaga keuntungan mereka. Tekanan inflasi inti triwulanan III

diperkirakan mereda seiring dengan adanya peningkatan produksi gula di Jawa.

Perkiraan inflasi dalam 3 dan 6 bulan ke depan menunjukkan bahwa inflasi

dalam 3 bulan ke depan akan cenderung menurun seiring dengan tidak adanya even

nasional. Peningkatan inflasi diperkirakan akan terjadi di akhir tahun seiring dengan

adanya persiapan natal dan tahun baru.

Grafik 3.13. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6

bulan ke Depan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.4. Inflasi NTT Berdasarkan Kota

3.4.1 Inflasi Kota Kupang

Pada triwulan II 2016, Kota Kupang selalu mengalami inflasi di tiap

bulannya. Inflasi triwulan II mencapai 1,42% (qtq) meningkat dibanding inflasi

triwulan I 2016 yang mengalami deflasi -0,40% (qtq). Kenaikan harga bahan

makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau serta kenaikan tarif angkutan

udara menjadi penyebab utama inflasi yang terjadi. Secara tahunan, Kota Kupang

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 47

47

mengalami inflasi 5,23% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan harga bahan

makanan hingga 12,04% (yoy) dan makanan jadi, minuman dan tembakau sebesar

10,59% (yoy) menjadi penyebab utama tingginya inflasi di Kota Kupang. Secara

bulanan, Kota Kupang juga senantiasa mengalami inflasi dengan kenaikan terbesar

terjadi pada bulan Juni 2016 seiring dengan menurunnya pasokan sayur-sayuran dan

bumbu-bumbuan, adanya libur sekolah dan persiapan libur hari raya Idul Fitri.

Grafik 3.14. Inflasi Tahunan

Kota Kupang Grafik 3.15. Inflasi Triwulanan

Kota Kupang Grafik 3.16. Inflasi Bulanan

Kota Kupang

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Pada bulan Juli 2016, Kota Kupang mengalami deflasi sebesar -0,35%

(mtm) dan membuat inflasi tahunan juga mengalami penurunan menjadi

sebesar 3,79% (yoy) demikian pula inflasi triwulanan melambat menjadi

sebesar 0,97% (qtq). Adanya peningkatan pasokan bahan makanan telah

menurunkan harga rata-rata bahan makanan. Inflasi terutama disebabkan oleh

kenaikan cukai rokok yang menyebabkan kenaikan harga komoditas makanan,

minuman dan tembakau sebesar 11,30% (yoy). Komoditas transportasi juga mengalami

kenaikan sebesar 1,94% (mtm) namun relatif lebih rendah dibanding tahun

sebelumnya yang terlihat dari deflasi transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

sebesar -2,06% (yoy). Adanya penambahan frekuensi penerbangan diduga menjadi

penyebab penurunan harga secara tahunan. Namun demikian, kebutuhan angkutan

udara dirasakan masih kurang yang terlihat dari fluktuasi harga yang terjadi.

Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan antara lain komoditas sandang

seiring dengan kenaikan permintaan paska pemberian gaji ke-13 dan 14 PNS. Harga

pendidikan dan kesehatan relatif stabil seiring dengan tidak adanya kenaikan biaya

yang cukup berarti di sektor pendidikan ataupun penggunaan BPJS kesehatan yang

sudah mulai meluas. Komoditas perumahan, air, listrik dan gas sedikit menurun lebih

disebabkan oleh adanya penurunan tarif listrik pada beberapa golongan. Hingga akhir

triwulan III 2016, inflasi Kota Kupang diperkirakan justru mengalami penurunan.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 48

48

Tabel 3.6. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

3.4.2 Inflasi Kota Maumere

Berbeda dengan Inflasi Kota Kupang, Kota Maumere pada triwulan II

2016 justru mengalami deflasi -0,03% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Penurunan harga bahan makanan menjadi penyebab utama deflasi berbanding

terbalik dengan kondisi di Kupang. Dibanding posisi akhir tahun 2015, inflasi Kota

Maumere masih mengalami deflasi -0,11% (ytd). Secara tahunan, Kota Maumere

mengalami inflasi 3,57% (yoy), tidak terlalu jauh berbeda dengan inflasi nasional yang

sebesar 3,45% (yoy). Di saat Kota Kupang mengalami inflasi karena kenaikan harga

bahan makanan, Kota Maumere justru mengalami deflasi bahan makanan terutama

komoditas sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan padi-padian.

Pada bulan Juli 2016, Kota Maumere kembali mengalami deflasi sehingga nilai

inflasi tahunan menjadi hanya 2,16% lebih rendah dibanding inflasi nasional yang

sebesar 3,21% (yoy) atau inflasi NTT yang mencapai 3,79% (yoy). Selama semester 1

2016, Maumere mengalami deflasi sebesar -0,16% (ytd) terutama disebabkan oleh

turunnya harga bahan pangan dan trasportasi dibanding posisi di akhir tahun 2015.

Grafik 3.17. Inflasi Tahunan

Kota Maumere Grafik 3.18. Inflasi Triwulanan

Kota Maumere Grafik 3.19. Inflasi Bulanan

Kota Maumere

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Komoditas bahan makanan menjadi penyumbang utama deflasi triwulanan Kota

Maumere di Triwulan II 2016. Turunnya harga komoditas sayur-sayuran, bumbu-

bumbuan, padi-padian dan ikan segar berdampak pada rendahnya inflasi di Kota

Maumere. Hal ini menunjukkan pula bahwa tidak terjadi permasalahan pasokan karena

permasalahan iklim sebagaimana terjadi di Kota Kupang. Kelompok komoditas

Apr Mei Jun Jul Tw II Jul Tw II Jul Tw II Jul Apr Mei Jun Jul

INFLASI UMUM 125.8 126.6 127.4 127.0 5.23 3.79 1.01 0.65 1.42 0.97 0.09 0.70 0.62 (0.35)

Bahan Makanan 124.6 125.5 127.6 122.6 12.04 8.06 2.99 (1.07) 3.74 (1.60) 1.27 0.73 1.70 (3.94)

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau136.9 139.0 140.5 142.5 10.59 11.30 6.25 7.77 3.03 4.05 0.43 1.53 1.04 1.43

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar123.3 122.8 122.6 123.0 1.76 1.50 (1.15) (0.87) (0.80) (0.26) (0.26) (0.40) (0.15) 0.29

Sandang 124.1 125.4 125.4 125.6 6.28 3.29 2.61 2.82 1.87 1.25 0.81 1.10 (0.06) 0.20

Kesehatan 114.3 115.3 114.6 114.4 3.83 2.83 1.52 1.31 0.87 0.09 0.57 0.88 (0.57) (0.21)

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga120.8 120.8 120.7 121.0 2.76 1.30 (0.17) 0.07 0.02 0.21 0.05 (0.01) (0.02) 0.24

Transportasi, Komunikasi dan Jasa129.3 131.5 132.4 135.0 (1.17) (2.06) (2.52) (0.63) 0.75 4.41 (1.64) 1.71 0.70 1.94

KomoditiIHK 2016 MTMYOY YTD QTQ

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 49

49

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga mengalami deflasi terutama

disebabkan oleh turunnya tarif listrik dan harga bahan bangunan. Di sisi lain, makanan

jadi, minuman dan tembakau masih menjadi penyebab utama inflasi dikarenakan oleh

kenaikan gula pasir dan cukai rokok.

Secara bulanan, Pada bulan April 2016, Kota Maumere mengalami deflasi -

0,29% (mtm) terutama disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan, tarif listrik

dan BBM. Pada bulan Mei, Kota Maumere masih mengalami deflasi sebesar -0,01%

(mtm) terutama masih disebabkan oleh turunnya harga bahan makanan, dan tarif

listrik. Adanya Tour De Flores meningkatkan tarif angkutan udara namun tidak terlalu

besar. Pada bulan Juni 2016, Kota Maumere mengalami inflasi 0,27% (mtm) terutama

disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan setelah mengalami penurunan dalam

3 bulan sebelumnya dan kenaikan harga makanan jadi, minuman dan tembakau

terutama harga gula pasir dan cukai rokok. Pada bulan Juli 2016, Kota Maumere

kembali mengalami deflasi terutama disebabkan oleh kembali menurunnya harga

bahan makanan terutama sayur-sayuran dan buah-buahan. Harga makanan jadi,

minuman dan tembakau mengalami kenaikan karena kenaikan gula pasir dan cukai

rokok dan kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan adanya libur sekolah dan hari

raya Idul Fitri.

Tabel 3.7. Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas

Sumber : BPS, diolah

3.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

Selama triwulan II 2016, TPID provinsi NTT setidaknya telah

menyelenggarakan 2 kali rapat teknis, 2 kali rapat koordinasi untuk Pulau

Timor dan Flores, 1 kali HLM, 1 kali inspeksi bersama SKPD, Operasi pasar dan 1

kali press conference. Pada bulan Juli, Kabupaten Malaka telah memiliki TPID,

sehingga saat ini Provinsi NTT memiliki 23 TPID yang terdiri dari 1 provinsi dan

seluruh kabupaten/kota di NTT. Adapun beberapa permasalahan struktural yang

berhasil digali antara lain : 1). Adanya potensi gagal tanam dan kerawanan pangan di

Apr Mei Jun Jul Tw II Jul Tw II Jul Tw II Jul Apr Mei Jun Jul

INFLASI UMUM 117.2 117.2 117.5 117.4 3.57 2.16 (0.11) (0.16) (0.03) 0.21 (0.29) (0.01) 0.27 (0.05)

Bahan Makanan 104.9 104.2 104.6 103.7 3.50 0.53 (4.65) (5.43) (0.84) (1.15) (0.51) (0.65) 0.32 (0.82)

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau141.8 142.6 143.3 143.9 7.56 6.89 5.14 5.57 1.32 1.49 0.24 0.63 0.45 0.40

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar117.5 117.5 117.6 117.8 4.46 4.54 3.31 3.49 (0.17) 0.23 (0.23) (0.01) 0.07 0.17

Sandang 110.6 110.8 110.9 111.0 1.82 2.02 1.72 1.80 0.32 0.31 0.08 0.14 0.10 0.07

Kesehatan 111.8 111.8 112.4 112.6 2.87 3.00 1.08 1.20 0.73 0.69 0.16 - 0.56 0.12

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga140.5 140.5 140.5 140.5 5.92 1.33 0.02 0.02 0.02 (0.04) 0.06 - (0.04) -

Transportasi, Komunikasi dan Jasa112.7 113.5 114.1 114.7 (3.77) (4.26) (3.22) (2.66) 0.02 1.79 (1.18) 0.67 0.54 0.58

KomoditiIHK 2016 MTMYOY YTD QTQ

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab III Perkembangan Inflasi Daerah 50

50

NTT, 2). Masih ditemukan pengiriman beras ke luar NTT, 3). Terdapat potensi

kekurangan pasokan angkutan udara, 4). Potensi tekanan inflasi dari realisasi gaji ke-13

dan 14, libur sekolah, hari raya Idul Fitri dan Harganas, 5). Adanya La Nina berpotensi

melakukan penanaman di luar musim untuk mengurangi potensi kerawanan pangan

yang ada.

Beberapa langkah aksi yang direncanakan untuk dilakukan antara lain : 1).

BULOG mengambil beras dari Jawa Timur untuk menanggulangi kerawanan pangan,

2). Dilakukan operasi pasar dan sidak dalam menanggulangi inflasi hari raya, 3). PT.

Pelindo melakukan prioritas bongkar kepada komoditas bahan pangan selama hari

raya, 4). BKP telah membuat rumah pangan untuk menampung hasil panen petani, 5).

Pertamina akan menambah depot pertamina di Kalabahi, Atapupu, Ende dan Reo, 6).

Operasional stasiun pengisian LPG dilakukan di bulan September, 7). Terkait

kekurangan frekuensi angkutan udara, Angkasa Pura akan menambah apron untuk 2

pesawat, mengusulkan penambahan frekuensi pada even-even nasional/ tertentu, dan

mohon pertimbangan untuk penurunan batas tarif atas, 8). Seluruh SKPD diminta

untuk membuat laporan inflasi bulanan dan dilaporkan di tiap rapat teknis, 9).

Pembahasan Road Map TPID dilakukan dalam format FGD oleh panitia khusus.

Gambar 3.1. Kegiatan TPID Provinsi NTT Triwulan II 2016 dan

Sebaran Pembentukan TPID

Sumber : Sekretariat TPID, diolah

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 3. | Kondisi Angkutan Udara di NTT dan Permasalahannya 51

Angkutan udara saat ini menjadi alat transportasi utama di Provinsi NTT. Dengan kondisi

geografis wilayah yang merupakan provinsi kepulauan, maka angkutan utama untuk

menghubungkan antar wilayah yang dipisahkan oleh lautan hanyalah menggunakan pesawat

maupun kapal laut. Dengan keunggulan waktu tempuh yang pendek, angkutan udara saat ini

cenderung menjadi pilihan utama penduduk maupun wisatawan untuk bepergian ke daerah

lain di NTT. Pada tahun 2016, sebagaimana disampaikan GM Angkasa Pura 1, jumlah frekuesi

angkutan udara di Bandara El Tari meningkat signifikan dari 25 frekuensi per hari di tahun 2015

menjadi 37 frekuensi per hari di tahun 2016. Total penerbangan komersial saat ini mencapai

lebih dari 26 ribu penerbangan per tahun dengan total kapasitas lebih dari 1,7 juta

penumpang, jauh lebih besar dibanding kondisi 2014 yang mampu mengangkut 1,1 juta

penumpang dan 22 ribu penerbangan setahun.

Berdasarkan bobot nilai konsumsi dalam inflasi, saat ini, bobot konsumsi angkutan

udara sudah menjadi komoditas dengan konsumsi terbesar ke-2 setelah beras. Pada survei biaya

hidup BPS pada tahun 2012, bobot angkutan udara masih menempati posisi 7 konsumsi

terbesar di NTT setelah beras, bensin, tukang bukan mandor, angkutan dalam kota, semen, dan

akademi/ perguruan tinggi. Tingginya permintaan angkutan udara mendorong harga angkutan

udara mengalami peningkatan yang cukup besar. PT Angkasa Pura dan UPT angkutan udara

sebenarnya sudah berusaha keras untuk selalu meningkatkan penerbangan di NTT yang terlihat

dari penambahan frekuensi yang relatif banyak terlebih di tahun 2015-2016, namun demikian

dikarenakan semakin besarnya permintaan angkutan udara, membuat penambahan angkutan

yang ada cenderung tidak bisa mengimbangi permintaan penerbangan, terlebih pada saat hari

raya ataupun pada even-even nasional yang diadakan di NTT.

Grafik Boks 3.1. Volatilitas Inflasi Angkutan

Udara Bulanan Tabel Boks 3.1. Sumbangan Inflasi Angkutan

Udara terhadap Inflasi di NTT

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Berdasarkan pola inflasi angkutan udara dalam 6 tahun terakhir, terlihat bahwa inflasi

akan cenderung melambat di awal tahun dan berangsur meningkat dengan puncak inflasi pada

pertengahan tahun seiring dengan datangnya libur sekolah dan hari raya Idul Fitri. Inflasi akan

cenderung turun setelah libur sekolah dan hari raya Idul Fitri yang ditunjukkan oleh

kecenderungan deflasi pada waktu tersebut dan kembali meningkat pada akhir tahun seiring

tingginya permintaan pada saat libur natal dan tahun baru.

10 besar penyumbang inflasi 10 Besar penyumbang Deflasi

Inflasi > 10 besar Deflasi > 10 besar

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 3. | Kondisi Angkutan Udara di NTT dan Permasalahannya 52

Dengan terbatasnya kapasitas angkut penumpang di Bandara El Tari yang lebih kurang

saat ini hanya sebesar 3.600 orang per hari, maka setiap kali libur sekolah, penduduk NTT yang

bepergian ke luar NTT akan cenderung meningkat signifikan. Apalagi ketika berbarengan

dengan momen hari raya Idul Fitri, maka jumlah penumpang akan meningkat sangat signifikan.

Dengan mayoritas pedagang dan pekerja proyek masih banyak menggunakan tenaga kerja dari

Jawa, maka dengan adanya momen hari raya, sebagian besar pekerja dari Jawa akan

cenderung pulang kampung dan membuat permintaan angkutan udara meningkat signifikan.

Berdasarkan pemantauan, Kondisi tiket akan cenderung habis pada 1 minggu sebelum dan

sesudah lebaran. Bahkan, pada tahun ini, kondisi tiket balik ke NTT habis hingga 2 minggu

setelah lebaran dikarenakan berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan nasional yang

diselenggarakan di Kota Kupang. Harga tiket juga mengalami kenaikan hingga lebih dari dua

kali lipat dikarenakan adanya kenaikan permintaan yang luar biasa.

Berdasarkan pergerakan harga, Tarif angkutan udara saat ini juga semakin berfluktuasi

yang terlihat dari besar sumbangan tarif angkutan udara dalam menyumbang inflasi di NTT.

Dalam 6 tahun terakhir, tarif angkutan udara setidaknya menyumbang hingga 8-9 bulan

sebagai komoditas utama penyumbang inflasi di NTT. Bahkan pada tahun 2015, tarif angkutan

udara dalam 12 bulan mampu menjadi penyumbang utama inflasi di NTT dengan dua kali

penyumbang deflasi utama dan lima kali penyumbang inflasi utama. Pada tahun 2016, dari 7

bulan yang sudah dilalui, angkutan udara mampu menyumbang 6 kali sebagai komoditas

penyumbang inflasi dan deflasi utama. Hal ini menunjukkan fluktuasi kenaikan dan penurunan

tarif angkutan udara yang semakin besar dari tahun ke tahun.

PT Angkasa Pura sudah melakukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan

frekuensi angkutan udara yang terlihat dari penambahan frekuensi yang cukup banyak,

penambahan waktu kerja hingga pukul 22.00 WITA maupun perbaikan kualitas layanan dan

kapasitas terminal. Dalam kondisi normal, kapasitas angkut masih memenuhi, namun pada

kondisi khusus seperti libur sekolah dan hari raya Idul Fitri dan Natal serta adanya even-even

nasional dan Internasional seperti Harganas, HKSN, Natal nasional bersama, Tour De Flores,

terlihat bahwa kapasitas angkutan udara tidak memenuhi. Gambar Boks 3.1. Peta Konektivitas Angkutan Udara di NTT

Sumber : Wego, traveloka, diolah

Kurangnya daya tamping tersebut selain karena tingginya permintaan angkutan udara,

Bandara El Tari juga berfungsi sebagai hub penerbangan ke 13 bandara lainnya di NTT selain

juga bandara Ngurah Rai Bali. Saat ini terdapat 3 daerah utama tujuan penerbangan ke luar

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 3. | Kondisi Angkutan Udara di NTT dan Permasalahannya 53

NTT yaitu Surabaya, Bali dan Jakarta, serta 1 kali penerbangan ke Makasar. Dari total 37

frekuensi penerbangan yang ada di El Tari Kupang, total kapasitas angkut ke luar NTT hanya

sekitar 2.600 orang per hari. Kondisi ini menjelaskan mengapa pada saat harganas bulan Juli

2016 lalu tiket relatif sulit didapat. Dengan estimasi peserta mencapai 15 ribu orang, maka

diperlukan waktu 1 minggu untuk bisa pulang pergi. Tentunya tidak semua menggunakan

angkutan udara terlebih peserta yang berasal dari NTT.

Rendahnya kapasitas angkut penumpang juga berpotensi adanya permainan harga

dengan membooking terlebih dahulu tiket dikarenakan tingginya permintaan. Hal ini memacu

harga meningkat lebih cepat. Adanya keterbatasan daya tampung pesawat di Bandara El Tari

juga sedang dibenahi berupa peningkatan apron untuk dua buah pesawat maupun

peningkatan kapasitas terminal. Namun demikian, hal ini tentunya membutuhkan waktu untuk

penyelesaiannya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sekiranya diperlukan beberapa langkah

konkrit untuk mengatasi permasalahan khusus yang terjadi di NTT. Penambahan frekuensi

angkutan udara pada saat tertentu sekiranya dapat menjadi alternatif yang paling

memungkinkan untuk dilakukan, sebagaimana juga dilakukan oleh organisasi pemuda yang

beberapa bulan lalu mengadakan rakornas di Maumere. Berdasarkan pergerakan pesawat di El

Tari, terlihat bahwa rata-rata keberangkatan dan kedatangan pesawat masih dalam rentang 10

menit lebih per pergerakan dengan konsentrasi penerbangan pada pagi dan siang hari,

sehingga penambahan frekuensi masih memungkinkan. Tinggal menyesuaikan dengan waktu

senggang di bandara tujuan. Penggunaan pesawat yang lebih besar sekiranya juga menjadi

alternatif seperti yang sudah dilakukan oleh salah satu maskapai, selain penambahan apron dan

terminal yang sedang dikerjakan oleh PT Angkasa Pura 1. Dalam menarik industri penerbangan

untuk menambah frekuensi penerbangan salah satunya adalah dengan menggiatkan industri

pariwisata di NTT. Dengan peningkatan pariwisata, pertumbuhan generik angkutan udara

dapat diakselerasi berkat tingginya jumlah wisatawan yang ingin berkunjung ke NTT.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam
Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 54

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Stabilitas Sistem Keuangan Daerah Provinsi NTT di triwulan II 2016 tetap

terjaga didukung oleh kinerja sektor rumah tangga dan UMKM yang relatif

kondusif

Kredit sektor rumah tangga tumbuh sebesar 13,45% (yoy) dan secara

agregat memiliki rasio NPL sebesar 0,50%.

Meski sempat mengalami perlambatan di awal tahun 2015, kredit UMKM

mulai menunjukkan tren pertumbuhan hingga triwulan laporan.

Pertumbuhan tercatat sebesar 19,23% (yoy) dan didukung dengan rasio NPL

yang relatif baik yakni sebesar 3,00%.

Meski sumbangan kredit korporasi relatif kecil dari keseluruhan kredit yang

disalurkan di Provinsi NTT, perbankan perlu mencermati peningkatan risiko

gagal bayar yang dialami oleh beberapa sektor korporasi.

Industri perbankan masih menunjukkan kinerja yang positif.

4.1 Kondisi Umum

Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Daerah Provinsi NTT pada triwulan

laporan masih terjaga, di tengah meningkatnya risiko global dan domestik. Hal tersebut

ditopang oleh kondusifitas kinerja sektor rumah tangga dan UMKM. Meskipun,

pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama perekonomian

menunjukkan tren perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya, optimisme rumah

tangga terhadap kondisi perekonomian ke depan relatif meningkat. Tingkat risiko

kredit rumah tangga di perbankan juga cukup terjaga yang diindikasikan oleh non

performing loan yang relatif rendah.

Kondisi saat ini dan prospek untuk sektor usaha UMKM masih terpantau relatif

baik. Sektor UMKM masih menunjukkan geliat yang positif dan didukung oleh

peningkatan kredit dengan risiko gagal bayar yang relatif tetap terjaga. Namun

demikian, perlu dicermati tekanan risiko yang dialami oleh sektor korporasi karena

terjadi penurunan kredit yang diikuti dengan adanya peningkatan potensi risiko gagal

bayar.

Sementara itu, industri perbankan secara umum masih menunjukkan kinerja

yang positif. Meskipun terjadi penurunan posisi aset ditriwulan laporan, kinerja

penyaluran kredit relatif kondusif dengan rasio LDR yang senantiasa tetap terjaga

dalam interval optimal (78%-92%). Begitu pula halnya dengan kinerja intermediasi

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 55

5.87%

3.01%

-8%-6%-4%-2%0%2%4%6%8%10%

02000400060008000

100001200014000160001800020000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

RT LNPRT Pemerintah g RT (yoy) g RT (qtq)

120.7

106.7

134.7

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Bank Perkreditan Rakyat yang senantiasa terjaga dengan ditopang rasio Capital

Adequacy Ratio (CAR) yang cukup tinggi.

4.2 Asesmen Ketahanan Rumah Tangga

4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Sektor rumah tangga sebagai kontributor utama dalam PDRB pada triwulan II

2016 mengalami perlambatan pertumbuhan yang tercermin dari pertumbuhan

konsumsi RT yang melambat 5,87% (yoy) di triwulan laporan atau lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,43% (yoy). Namun demikian secara

triwulanan, konsumsi RT tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 3,01% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang turun sebesar 4,25% (qtq).

Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Konsumsi Agregat

Grafik 4.2. IKK, IKE, dan IEK

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Perlambatan konsumsi RT dibandingkan tahun lalu, tercermin pula dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK), yang menggambarkan keyakinan konsumen terhadap

kondisi perekonomian, mengalami penurunan. Meski membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tidak sebaik

tahun sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penurunan optimisme

konsumen terhadap penghasilan saat ini dan pesimisme konsumen terhadap

kemudahan mencari pekerjaan. Namun demikian, konsumen optimis terhadap kondisi

perekonomian 6 bulan mendatang. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya peningkatan

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Juni 2016 terkonfirmasi

bahwa perlambatan konsumsi secara tahunan diantaranya disebabkan oleh adanya

penurunan indeks pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan yang turun dari

193,0 di Juni 2015 menjadi 181,9 di Juni 2016. Di samping itu, indeks pengeluaran

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 56

193.0

179.8 181.9

161.5 147.2

178.5 167.8

136.2

150.3

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan dan Energi

1.55

1.79

1.66

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

untuk biaya perumahan dan energi juga terpantau turun dari 167,8 di Juni 2015

menjadi 150,3 di Juni 2016. Penurunan tersebut salah satunya disebabkan karena

dampak penurunan harga Tarif Tenaga Listrik (TTL) sejak awal tahun. Penurunan

pengeluaran di beberapa kelompok komoditas tampaknya dialihkan untuk pembelian

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang terpantau naik dari 161,5 di Juni

2015 menjadi 178,5 di Juni 2016. Di sisi lain, Indeks kepercayaan masyarakat terhadap

jasa perbankan menunjukkan perbaikan yang terlihat dari penurunan nilai indeks dari

sebelumnya 1,79 di triwulan I 2016 menjadi 1,66 di triwulan laporan. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat masih percaya untuk menyimpan dananya di

perbankan terlebih karena dana mereka masih dalam nilai penjaminan pemerintah.

Grafik 4.3. Indeks Pengeluaran Berdasarkan Kelompok Komoditas

Grafik 4.4. Indeks Sikap Masyarakat Terhadap Kasus Kejahatan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Indeks lain yang menggambarkan tingkat ketahanan keuangan sektor rumah

tangga menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Indeks keterlambatan rumah tangga

membayar cicilan triwulan laporan masih memperlihatkan kondisi yang cukup baik

yakni sebesar 1,45. Meski lebih tinggi dibandingkan tahun lalu dan triwulan

sebelumnya yang masing-masing sebesar 1,18 dan 1,41; rumah tangga masih

dikategorikan aman dari keterlambatan pembayaran cicilan untuk konsumsi. Hal

tersebut juga didukung oleh indeks kepemilikan dana cadangan rumah tangga untuk

kebutuhan tak terduga yang menunjukkan bahwa rumah rata-rata memiliki dana

cadangan lebih dari 1 bulan pendapatan belum termasuk dana cadangan non tunai.

Dengan demikian, kekhawatiran terjadinya keterlambatan pembayaran cicilan dapat

diminimalisasi.

4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan

Terjadi peningkatan pertumbuhan DPK RT pada triwulan laporan. DPK tumbuh

sebesar 20,54% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 57

20.54%

-0.74%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II

2015 2016

RT/ Perseorangan Non RT

28.49%

21.95%

15.54%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

I II III IV I II

2015 2016

Giro Tabungan Deposito

58.42 53.56 54.1067.95 60.56 58.34

41.58 46.44 45.9032.05 39.44 41.66

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

I II III IV I II

2015 2016

RT/ Perseorangan Non RT

3.52 4.40 5.18 7.46 4.10 4.69

69.57 69.08 77.85 97.87 69.50 69.88

26.91 26.52 28.90 29.85 26.40 25.42

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II

2015 2016

Giro Tabungan Deposito

15,91% (yoy). Sektor RT masih mendominasi porsi DPK perbankan yakni sebesar

58,34%. Porsi DPK RT mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 60,56%, namun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015

sebesar 53,56%.

Grafik 4.5. Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga

Grafik 4.6. Pertumbuhan DPK

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah Preferensi RT dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-

masing dengan porsi sebesar 69,88% dan 25,42% pada triwulan laporan. Pertumbuhan

DPK dalam bentuk tabungan meningkat dibanding triwulan sebelumnya dari 15,79%

(yoy) menjadi 21,95% (yoy) dan lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2015 sebesar

5,39%. Selain itu, deposito juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya

yaitu dari 13,73% (yoy) menjadi 15,54% (yoy).

Sementara itu, berbeda halnya dengan giro pemerintah daerah yang mengalami

penurunan akibat adanya akselerasi realisasi anggaran, giro rumah tangga masih tetap

tumbuh walau melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni

dari 42,81% (yoy) menjadi 28,49% (yoy).

Grafik 4.7. Preferensi DPK Rumah Tangga Grafik 4.8. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sementara itu, kredit sektor RT pada triwulan laporan secara agregat masih

dalam tren pertumbuhan yakni sebesar 13,45%. Meski Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 58

13.45

-10

0

10

20

30

40

50

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Rumah Tinggal KKB Multiguna g total

16.24

2.33

-1.04

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

g Multiguna g Rumah Tinggal g KKB

melambat dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami penurunan, pertumbuhan

berhasil ditopang oleh tumbuhnya kredit multiguna sebesar 16,24%.

Grafik 4.9. Kredit Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.10. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah Kebijakan pelonggaran Loan To Value (LTV) atau Financing To Value (FTV) di

tahun 2015 belum berhasil mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan di

sektor properti maupun kendaraan bermotor. KPR secara keseluruhan mengalami tren

perlambatan sejak tahun 2014 dan mengalami pertumbuhan paling kecil pada triwulan

laporan yakni sebesar 2,33% lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang tumbuh

16,60%. Begitu pula halnya dengan KKB yang justru mengalami tren penurunan pasca

diberlakukannya kebijakan pelonggaran FTV.

Perlambatan KPR dan penurunan KKB diiringi dengan penurunan rasio NPL yang

sampai saat ini masih terjaga di bawah level 1%. Selain itu, secara agregat kredit yang

disalurkan pada sektor RT memiliki NPL yang sangat baik yakni sebesar 0,50% dan

lebih rendah dibandingkan beberapa triwulan sebelumnya. Namun demikian, NPL harus

tetap dicermati mengingat masih rentannya kondisi perekonomian domestik yang

dapat memengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya,

terutama kepada perbankan.

4.3 Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.3.1 Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha

Dunia usaha memandang bahwa kondisi ekonomi saat ini masih cukup

kondusif. Peningkatan kegiatan usaha diantaranya disebabkan oleh sektor pertanian

dengan SBT sebesar 9,70%, sektor jasa-jasa sebesar 18,54%, serta sektor konstruksi

sebesar 5,39%. Namun demikian, prospek kegiatan dunia usaha di triwulan III 2016

diperkirakan akan menurun sebagaimana tercermin dari SBT yang sebesar 9,74%.

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 59

37.06

9.74

4.54

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2013 2014 2015 2016

SBT Kegiatan Usaha (skala kiri) % PDRB qtq (skala kanan) %

38.10

3.00

0.00.51.01.52.02.53.03.54.04.5

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

SBT Kondisi Keuangan % (skala kiri) NPL % (skala kanan)

Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh kegiatan usaha di sektor pertanian

yang diprediksi turun di triwulan III seiring belum tibanya musim panen.

Grafik 4.11. Perkembangan Dunia Usaha Grafik 4.12. Kondisi Keuangan

Sumber: Bank Indonesia, 2016

Kondisi usaha yang cukup kondusif pada triwulan laporan juga didukung

dengan kondisi keuangan yang relatif baik. SBT kondisi keuangan meningkat menjadi

sebesar 38,10% pada triwulan laporan dari sebelumnya sebesar 33,80%. Pelaku usaha

menganggap bahwa peningkatan kinerja usaha pada triwulan laporan berdampak

positif pada likuiditas perusahaan sehingga pelaku usaha mampu memenuhi

kewajiban-kewajiban terutama kepada perbankan. Hal tersebut juga terkonfimasi dari

data NPL untuk kredit sektor usaha sebesar 3,00% pada triwulan laporan yang turun

dari sebelumnya sebesar 3,49% pada triwulan I 2016.

4.3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM

Meski mengalami tren perlambatan di awal tahun 2015, kredit UMKM mulai

menunjukkan tren pertumbuhan hingga triwulan laporan. Pertumbuhan didukung pula

oleh rasio NPL yang senantiasa terjaga di bawah level 5%. Penyaluran kredit Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada triwulan laporan mencapai 6,93 triliun atau

mencapai 31,85% dari total penyaluran kredit perbankan di NTT. Penyaluran kredit

UMKM tersebut tumbuh sebesar 19,23% (yoy), meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang sebesar 18,01% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan di periode yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar

18,00% (yoy). Peningkatan kredit UMKM mengindikasikan adanya geliat positif pada

sektor riil di Provinsi NTT.

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 60

19.23%

19.76%

16.65%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%, yoyRpmiliar

Modal Kerja Investasi Growth Kredit

g Modal Kerja g Investasi

3.00%3.03%

2.84%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Kredit UMKM Modal Kerja Investasi Batas

1,8

21

2,9

29

2,1

85

19.25%

15.09%

26.53%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%, yoyRpmiliar

MIKRO KECILMENENGAH g Menengahg Kecil g Mikro

Grafik 4.13. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.14. NPL UMKM

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh komponen kredit baik Kredit Investasi

(KI) maupun Kredit Modal Kerja (KMK). KI mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,65%

(yoy) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 12,69% (yoy) dan periode yang sama tahun 2015 sebesar 11,34% (yoy).

Sementara itu, KMK terpantau mengalami pertumbuhan sebesar 19,76% (yoy) dan

sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama

tahun 2015 yang masing-masing sebesar 19,18% (yoy) dan 19,48% (yoy). Selain itu

berdasarkan jenis usaha, meski kredit menengah mengalami perlambatan

dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit secara keseluruhan berhasil

ditopang oleh kenaikan pertumbuhan kredit dari usaha mikro dan kecil yang tumbuh

masing-masing sebesar 26,53% dan 15,09% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 20,31% dan 12,83% (yoy).

Grafik 4.15. Pertumbhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan pertumbuhan kredit UMKM terjadi

hampir di seluruh sektor, bahkan beberapa sektor mengalami peningkatan yang cukup

signifikan antara lain sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, dan penyedia

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 61

-21.75%

8.34%

-21.98%

22.76%

41.62%39.95%

62.67%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016

Adm Pemerintahan Konstruksi perantara keuangan Perdagangan

Industri Pengolahan Pertanian Perikanan

akomodasi. Adapun sektor yang tercatat mengalami penurunan cukup dalam antara

lain sektor perantara keuangan dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan

jaminan sosial wajib yang masing-masing mencatatkan penurunan sebesar -21,98%

(yoy) dan -21,75% (yoy).

Grafik 4.16. Pertumbuhan Kredit UMKM 7 Sektor Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

4.3.3 Perkembangan Risiko Kredit UMKM

Pada triwulan laporan, rasio NPL gross mengalami penurunan menjadi 3,00%

dari 3,49% pada triwulan sebelumnya dan 3,03% pada periode yang sama tahun

2015. Berdasarkan jenis usaha, pada triwulan laporan risiko kredit untuk usaha

menengah, kecil, dan mikro mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan NPL terbesar terjadi pada kredit mikro yaitu dari 3,05% pada triwulan II

2015 menjadi 1,78% pada triwulan laporan. Selain itu, rasio NPL gross kredit usaha

kecil terpantau turun dari 3,65% pada triwulan II 2015 menjadi 3,09% pada triwulan

laporan, serta kredit usaha menengah turun dari 5,11% menjadi 3,88%.

Bila dibandingkan tahun sebelumnya, hampir seluruh sektor mengalami

penurunan NPL dengan sektor listrik, gas, dan air yang mengalami penurunan NPL

paling tinggi yakni dari sebelumnya sebesar 38,98% di triwulan II 2015 menjadi

10,51% di triwulan laporan, namun rasio NPL harus terus dicermati karena masih

melebihi 5%. Selain itu, terdapat beberapa sektor lain yang memiliki NPL tinggi, yakni

sektor konstruksi (9,48%) dan sektor perantara keuangan (7,59%).

Adapun NPL sektor konstruksi didominasi oleh subsektor jalan raya yang

mencatatkan rasio sebesar 15,82% di triwulan laporan. Dari sektor listrik, air, dan gas,

NPL didominasi oleh subsektor ketenagalistrikan yang tercatat sebesar 12,19%.

Sementara itu dari sektor perantara keuangan, NPL didominasi oleh subsektor

perantara keuangan dari koperasi non simpan pinjam yang tercatat sebesar 8,28%.

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 62

1.78%

3.09%

3.88%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

10.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

MIKRO KECIL MENENGAH Batas

9.48%

10.51%

7.59%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Konstruksi Listrik, Gas Dan Air Batas Perantara Keuangan

957

532

-4.73%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

%, yoyRpmiliar

Modal Kerja Investasi Growth Kredit

6.07%

7.43%

3.63%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

Kredit Modal Kerja Investasi Batas

Grafik 4.17. NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha Grafik 4.18. NPL UMKM 3 Sektor

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Secara keseluruhan risiko kredit UMKM masih dalam taraf yang terjaga.

Meskipun demikian, perbankan harus lebih selektif dalam memperhitungkan risiko

debitur untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan NPL di masa yang akan datang

terutama untuk sektor yang di triwulan laporan mencatatkan NPL di atas 5%.

4.4 Asesmen Ketahanan Korporasi

4.4.1 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Kredit korporasi menyumbang 6,84% dari keseluruhan penyaluran kredit di

provinsi NTT. Secara tahunan, penyaluran kredit korporasi mengalami penurunan di

triwulan laporan, namun penurunan tersebut melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Rasio NPL secara industri juga mengalami peningkatan hingga lebih dari

5%.

Grafik 4.19. Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi Grafik 4.20. NPL Kredit Sektor Korporasi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Kredit korporasi terdiri atas kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 64,26%

atau 957 milyar dan kredit investasi sebesar 35,73% atau 532 milyar. Pada triwulan

laporan terjadi penurunan sebesar -4,73% (yoy) atau turun dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 11,97% (yoy), namun penurunan sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -7,96% (yoy).

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 63

6.56%

23.91%

100.00%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Listrik, Gas Dan Air

Konstruksi

Batas

Pertambangan dan Penggalian

Kredit perbankan kepada sektor korporasi mengalami penurunan pada hampir

seluruh sektor dengan sektor yang mengalami penurunan cukup dalam antara lain

sektor perikanan sebesar -87,03% (yoy), dan sektor transportasi pergudangan sebesar -

85,72% (yoy). Sementara itu, berdasarkan pangsa kredit, penyaluran kredit perbankan

didominasi oleh sektor perdagangan sebesar 42,66%, diikuti sektor penyediaan

akomodasi sebesar 15,10%, dan sektor konstruksi sebesar 13,54%.

Penurunan kredit korporasi pada triwulan laporan disertai dengan terjadinya

peningkatan risiko kredit. Rasio NPL pada sektor korporasi naik dari 4,99% di triwulan I

2016 menjadi 6,07% dengan risiko kredit modal kerja yang meningkat menjadi 7,43%.

Peningkatan NPL terjadi pada beberapa sektor terutama sektor perdagangan besar dan

eceran, sektor listrik air dan gas, serta sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan.

Grafik 4.21. NPL Kredit 2 Sektor Korporasi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Perlu dicermati potensi risiko gagal bayar yang tercermin dari rasio NPL untuk

sektor korporasi antara lain di sektor konstruksi; pertambangan, serta listrik, gas, dan

air. Dari sektor listrik, gas, dan air; NPL terbesar disumbang oleh perusahaan swasta/

perseorangan dari subsektor ketenagalistrikan. Sementara itu, tingginya NPL di sektor

pertambangan dan penggalian sejak triwulan I 2016 berasal dari Kabupaten Kupang

yang ditengarai dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan galian C yang terganggu

akibat adanya penolakan warga terhadap kegiatan eksplorasi. Di samping itu, NPL di

sektor konstruksi yang cenderung tinggi disebabkan salah satu diantaranya adalah

adanya proyek di tahun 2016 yang seharusnya menggunakan anggaran tahun 2015

yang saat ini pembayarannya masih dalam tahap menunggu proses perubahan

anggaran di tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 64

16.87%

10.41%13.99%

14.93%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

I II III IV I II

2015 2016

DPK Kredit

87.61%

91.19%

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

96%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

I II III IV I II

2015 2016

DPK Kredit LDR

4.5 Asesmen Perbankan

4.5.1 Kinerja Bank Umum

Total aset industri perbankan pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar

Rp.32,32 triliun, mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari 3,53% (yoy) menjadi -1,39% (yoy). Hal ini disebabkan

diantaranya adalah karena terdapat penurunan jumlah posisi aset antar kantor sebesar

-16,04% (yoy) di triwulan laporan atau terjadi pemindahan aset kantor beberapa

cabang bank di NTT ke kantor bank di provinsi lain.

Grafik 4.22. Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy)

Grafik 4.23. Perkembangan LDR

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Pertumbuhan kredit perbankan cenderung meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya, sedangkan DPK tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK

(yoy) pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar 16,87% (yoy). Sementara itu,

pertumbuhan kredit naik tipis dari 13,99% (yoy) pada triwulan yang sama tahun 2015

menjadi 14,93% (yoy) pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK yang lebih rendah

dibandingkan kredit tersebut salah satunya menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR)

naik dari 87,61% menjadi 91,19% pada triwulan laporan. Hal tersebut masih dinilai

wajar karena berada pada rentang optimal LDR yakni sebesar 78-92%.

Berdasarkan jenis simpanan, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada giro

dan deposito yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,22% (yoy) dan

1,04%, dibandingkan 18,44% (yoy) dan 32,17% pada triwulan yang sama tahun

2015. Perlambatan pertumbuhan giro dan deposito disumbang oleh sektor non rumah

tangga yang mencatatkan penurunan total DPK sebesar -0,74% (yoy).

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 65

67.8 67.65

4.0

4.11

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

4.0

4.1

4.2

4.3

4.4

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

I II III IV I II

2015 2016

% BOPO (skala kiri) % ROA (skala kanan)

Sementara itu dari sisi kredit, terpantau bahwa kredit modal kerja dan kredit

investasi di triwulan laporan mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yakni dari 18,16% (yoy) dan 13,71% menjadi 17,46% (yoy) dan

3,39%. Namun demikian, perlambatan tersebut berhasil ditahan oleh relaksasi

pertumbuhan kredit konsumsi dari sebelumnya 12,08% (yoy) pada triwulan II 2015

menjadi 15,32% di triwulan laporan. Peningkatan kredit konsumsi salah satunya

ditopang oleh kredit multiguna yang tumbuh sebesar 16,24%.

Selain itu, pertumbuhan kredit juga mempengaruhi efisiensi bank umum secara

industri pada triwulan laporan yang sedikit mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya (BOPO turun dari 67,8% menjadi 67,65%) karena adanya

peningkatan pendapatan bunga. Dengan demikian profitabilitas bank yang terpantau

melalui ROA juga mengalami kenaikan dari sebelumnya 4,0% menjadi 4,11%.

Grafik 4.24. BOPO dan ROA Bank Umum

Sumber: Bank Indonesia, diolah

4.5.2 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat

Rasio LDR yang mencerminkan kinerja intermediasi mengalami penurunan pada

triwulan laporan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari

82,38% menjadi 79,83%. Hal ini disebabkan salah satunya karena secara tahunan DPK

tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit. Rasio LDR tersebut

dinilai masih dalam kondisi wajar karena berada pada rentang 78-92% dan ditopang

dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang senantiasa masih tinggi yakni sebesar

29,69% pada triwulan laporan.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah 66

79.83

29.69

24

25

26

27

28

29

30

31

32

72

74

76

78

80

82

84

86

88

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

% LDR (skala kiri) % CAR (skala kanan)

82.42

2.61

6.2

0

1

2

3

4

5

6

7

72

74

76

78

80

82

84

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016

% BOPO (skala kiri) % ROA (skala kanan)

% NPL (skala kanan)

Grafik 4.25. LDR dan CAR BPR Grafik 4.26. BOPO, ROA, NPL BPR

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Namun demikian, rasio NPL perlu mendapatkan perhatian karena sejak tahun 2015

berada pada posisi di atas batas NPL yang aman. Pada triwulan laporan rasio NPL sebesar

6,2% dan menyentuh angka tertinggi selama 3 tahun terakhir. Dengan demikian, ke

depan BPR perlu lebih berhati-hati dalam memperhitungkan risiko calon debitur yang

akan melakukan peminjaman dana.

Peningkatan NPL ditengarai juga berdampak pada efisiensi BPR di triwulan laporan

yang secara umum mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (BOPO

meningkat dari 81,31% menjadi 82,42%). Hal tersebut berdampak pula pada penurunan

rasio profitabilitas BPR secara industri yang tercermin dari turunnya ROA menjadi 2,61%

dari sebelumnya sebesar 2,86%.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam
Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 67

Transaksi sistem pembayaran di Provinsi NTT mengalami peningkatan yang

cukup besar seiring dengan adanya peningkatan ekonomi pada triwulan II

2016.

Pertumbuhan tranksaksi pembayaran tunai secara triwulanan (qtq) maupun

tahunan (yoy) mengalami peningkatan yang signifikan dikarenakan oleh

besarnya permintaan uang tunai masyarakat dan pelaku usaha menjelang

hari raya idul Fitri, libur sekolah dan pencairan gaji ke-14

Perkembangan transaksi pembayaran non tunai juga ikut mengalami

peningkatan yang terlihat dari tingginya pertumbuhan SKNBI dan Layanan

Keuangan Digital (LKD)

5.1. KONDISI UMUM

Secara umum perkembangan sistem pembayaran di Provinsi NTT pada triwulan II

2016 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sistem Pembayaran Tunai mengalami

net-outflow sebesar Rp.945,77 miliar atau tumbuh 117,86% lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun lalu pada periode yang sama. Besarnya Net outflow terutama disebabkan

oleh momentum perayaan bulan puasa dan Idul Fitri serta momen tahun ajaran baru

2016 yang membuat konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan.

Sementara itu, uang palsu yang ditemukan pada triwulan ini sebanyak 89

lembar, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Temuan uang palsu

ini disebabkan oleh meningkatnya pemahaman dan kesadaran perbankan tentang uang

palsu, serta aktifnya sosialisasi ciri-ciri uang rupiah dari Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT kepada masyarakat. Sementara itu, pihak kepolisian juga

berperan aktif dalam membantu mengungkapkan kasus uang palsu tersebut.

Peningkatan pertumbuhan tidak hanya pada transaksi pembayaran tunai, namun

peningkatan yang signifikan juga terjadi pada transaksi pembayaran secara non tunai.

Penggunaan transaksi pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) di Provinsi NTT dari sisi volume maupun nominal mengalami peningkatan

masing-masing sebesar 86,02% (yoy) dan 261,82% (yoy). Selain itu, pertumbuhan

transaksi pembayaran melalui SKNBI di Provinsi NTT masih tetap berada di atas

pertumbuhan Nasional. Tingginya penggunaan SKNBI sebagai alat transfer dana

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 68

tersebut terutama disebabkan oleh diberlakukannya peraturan transfer dana yang baru

tentang batasan nominal transaksi penggunaan fasilitas BI-RTGS maupun SKNBI. Hal ini

mengakibatkan kegiatan transfer dana menggunakan SKNBI mengalami peningkatan

signifikan. Sebaliknya, kegiatan BI-RTGS justru mengalami penurunan cukup besar.

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2. Transaksi Pembayaran Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,

diantaranya jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke stakeholder (outflow),

jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), dan kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta temuan uang palsu (UPAL)

5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran Uang Keluar (Outflow)

Pada triwulan II 2016 perkembangan uang tunai di Provinsi NTT

mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh peningkatan outflow atau uang yang

beredar sebesar 81,78% (yoy) atau mencapai Rp.1.683,68 miliar, lebih tinggi dari

triwulan I 2016 yang justru turun sebesar 6,14% (yoy) dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu, aliran inflow atau uang yang disetor di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT mengalami penurunan, dari Rp.1.832.88 miliar pada triwulan I

2016, menjadi Rp.737,91 miliar. Tingginya uang yang diedarkan (outflow) dibanding

uang yang ditarik (inflow) ini menyebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat

mengalami peningkatan hingga sebesar Rp.945,77 miliar, meningkat 117,86% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

ekonomi yang cukup tinggi di Provinsi NTT terlebih untuk kebutuhan konsumsi

masyarakat dan investasi (realisasi proyek).

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

-100,00%

0,00%

100,00%

200,00%

300,00%

400,00%

500,00%

Y-o-Y

Volume Kliring Nominal Kliring

Nominal Cek/BG Kosong Volume Cek/BG Kosong

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 69

Uang beredar di masyarakat maupun perbankan hingga triwulan II 2016 sejak

tiga tahun terakhir ini terjadi ekspansi sebesar 4,06 triliun rupiah. Hal ini dilihat dari

uang yang masuk (inflow) dan uang yang keluar (outflow) di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi NTT. Sejak tahun 2013 jumlah uang yang beredar terus mengalami

peningkatan, walupun pada tahun 2014 sempat melambat namun kembali meningkat

di tahun 2015 dan 2016. Selain itu hal ini juga menggambarkan perkembangan

ekonomi yang meningkat pada tahun 2015 dan 2016.

Grafik 5.3 Perkembangan Inflow, Outflow dan

UTLE

Grafik 5.4 Perkembangan Arus Uang Tunai

(Inflow-Outflow)

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2.2. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang telah dimusnahkan di Provinsi NTT

hingga triwulan II 2016 mencapai Rp.517,72 miliar atau meningkat 87,21%

(yoy). Sementara itu, rasio pemusnahan UTLE di Provinsi NTT dibandingkan Nasional

pada triwulan II 2016 yaitu sebesar 1,06% semakin meningkat bila dibandingkan

triwulan-triwulan sebelumnya. Peningkatan ini sebagai wujud komitmen Bank Indonesia

untuk menyediakan uang layak edar dimasyarakat, sehingga uang tidak layak edar

(UTLE) atau yang dimusnahkan dari peredaran semakin meningkat. Selain itu, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT juga melakukan kegiatan dropling. Kegiatan ini

dilakukan sebagai tindak lanjut atas hasil survei ULE yang telah dilakukan. Pada

prakteknya, program dropling akan menyasar pada 3 pelaku ekonomi yang akan

dilakukan penukaran UTLE yaitu pasar, pedagang besar dan perbankan. Dalam

pelaksanaannya, program dropling juga dibarengkan dengan sosialisasi CIKUR agar

dapat menekan peredaran uang palsu di daerah.

Sementara itu, jumlah setoran UTLE di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

NTT pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp.556,95 miliar, atau melambat 33,06%

(yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

-2.000,00

-1.500,00

-1.000,00

-500,00

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

Inflow (Rp. Miliar) UTLE Outflow (Rp. Miliar) Net Outflow

-80,00%

0,00%

80,00%

160,00%

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

Tw1

-12

Tw2

-12

Tw3

-12

Tw4

-12

Tw1

-13

Tw2

-13

Tw3

-13

Tw4

-13

Tw1

-14

Tw2

-14

Tw3

-14

Tw4

-14

Tw1

-15

Tw2

-15

Tw3

-15

Tw4

-15

Tw1

-16

Tw2

-16

Inflow (Rp. Miliar) Outflow (Rp. Miliar) yoy inflow yoy outflow

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 70

Rp.716,63 miliar atau tumbuh 50,22% (yoy). Hal ini diperkirakan karena tingginya

setoran UTLE pada triwulan I 2016, sehingga pada triwulan II 2016 UTLE yang disetor

tidak terlalu banyak. Selain itu, UTLE yang beredar juga mulai berkurang karena

banyaknya ULE pada triwulan IV 2015 dan triwulan II 2016.

Tabel 5.1.Perkembangan Kegiatan KPw BI Provinsi NTT

Untuk mendukung kelancaran pengedaran uang serta ketersediaan Uang Layak

Edar (ULE) di daerah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT bekerjasama

dengan perbankan di daerah membuka 3 wilayah Kas Titipan, yaitu di Kabupaten Sikka,

Kabupaten Sumba Timur, dan Kabupaten Belu. Kegiatan-kegiatan dalam rangka kas

titipan yang dilakukan diantaranya melakukan droping Uang Layak Edar (ULE) dan

menarik Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dari wilayah kas titipan dimana untuk tahun

2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT telah melaksanakan sebanyak 13

kali droping.

Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT secara rutin melakukan

Kas Keliling dalam kota dan luar kota, dimana sampai dengan Juli 2016 telah

dilaksanakan sebanyak 57 kali dan 56% merupakan kas keliling luar kota. Kegiatan kas

keliling khususnya luar kota sangat penting untuk menjaga ketersediaan uang di daerah

terlebih Provinsi NTT merupakan provinsi dengan daerah yang luas dan terdiri dari

banyak pulau.

5.2.3. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)

Pada triwulan II 2016 temuan uang palsu yang tercatat di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah lembar uang palsu meningkat

dari 25 lembar menjadi 89 lembar pada triwulan laporan. Uang palsu yang ditemukan

pada triwulan II 2016 umumnya uang kertas pecahan Rp.100.000,- dan Rp.50.000,-.

Peningkatan uang palsu yang ditemukan menggambarkan bahwa kegiatan pengenalan

ciri-ciri keaslian uang rupiah berdampak positif dan terus diperlukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat.

Periode Kota/Kab

Indikator *)Sumba Timor Flores Jumlah Sumba Timor Flores Jumlah

Kas Keliling 2 10 7 19 3 23 12 38

Kas Titipan 2 1 1 4 4 3 2 9

Total 4 11 8 23 7 26 14 47

*) Frekuens iSumber : KPw BI Provins i NTT diolah

TW1 2016 TW2 2016

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71

Grafik 5.5. Perkembangan UTLE di Provinsi NTT Grafik 5.6. Perkembangan UPAL di Povinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT juga terus mengupayakan untuk

mencegah beredarnya uang palsu di Provinsi NTT. Upaya yang telah dilakukan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT untuk mencegah uang palsu adalah dengan

cara melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR) kepada masyarakat,

akademisi maupun aparat.

Pada tahun 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT telah

melakukan sosialisasi sebanyak lima kali, yang diadakan di Kota Kupang, Kabupaten

Sumba Timur, Kabupaten Ngada, dan Kabupaten Manggarai Timur.

5.3. Transaksi Pembayaran Non Tunai

Perkembangan transaksi menggunakan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) pada triwulan II 2016 dari sisi volume maupun nominal

mengalami peningkatan yang signifikan. Dari sisi volume mengalami peningkatan

sebesar 86,02% (yoy) atau mencapai 75.723 transaksi, sedangkan berdasarkan nominal

mengalami peningkatan sebesar 261,82% (yoy) atau sebesar 3,36 triliun. Tingginya

penggunaan SKNBI sebagai alat pembayaran transfer dana tersebut terutama

disebabkan oleh diberlakukannya BI-RTGS Gen 2. Sejak tanggal 16 November 2015

sampai dengan 30 Juni 2016, nilai nominal transfer dana antar bank peserta sistem BI-

RTGS minimal Rp.500 juta per instruksi setelmen dana. Sementara itu, untuk nilai

nominal transfer dana melalui SKNBI tidak dibatasi. Pada tanggal 1 Juli 2016, minimal

nilai nominal transfer dana menggunakan BI-RTGS turun menjadi Rp.100 juta per

instruksi setelmen dana. Sementara itu, maksimal nilai nominal transfer dana

menggunakan SKNBI dibatasi maksimal Rp. 500 juta per transaksi. Tingginya

peningkatan transaksi kliring juga disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas

ekonomi yang juga dikuatkan oleh indikator sistem pembayaran tunai. Selain itu,

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

1400%

1600%

1800%

2000%

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

Inflow (Rp. Miliar) Outflow (Rp. Miliar) UTLE QtQ UTLE YoY UTLE

-50

50

150

250

350

450

550

650

750

850

950

Tw1-

12

Tw2-

12

Tw3-

12

Tw4-

12

Tw1-

13

Tw2-

13

Tw3-

13

Tw4-

13

Tw1-

14

Tw2-

14

Tw3-

14

Tw4-

14

Tw1-

15

Tw2-

15

Tw3-

15

Tw4-

15

Tw1-

16

Tw2-

16

UPAL

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72

pertumbuhan SKNBI di provinsi NTT juga masih berada jauh di atas pertumbuhan SKNBI

secara Nasional.

5.4. Perkembangan Layanan Keuangan Digital

Branchless banking atau yang dikenal dengan Layanan keuangan digital

merupakan kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang

dilakukan tanpa melalui kantor fisik, namun dengan menggunakan sarana teknologi

antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga (agen), dengan

target layanan masyarakat unbanked dan underbanked. Dikarenakan perbankan tidak

dapat melakukan sendiri secara efisien , dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain, yaitu

terutama perusahaan telekomunikasi. Selain itu, tujuan semula yang hanya berupaya

untuk memperluas akses keuangan, kini semakin berkembang menjadi upaya

peningkatan aktivitas ekonomi berbasis teknologi. Dengan mempertimbangkan hal

tersebut, maka branchless banking diperluas menjadi Layanan Keuangan Digital (LKD).

Jumlah agen Layanan Keuangan Digital (LKD) di Provinsi NTT mengalami

perlambatan, namun dari sisi penggunaan tranksaksi LKD oleh masyarakat

mengalami peningkatan yang signifikan. Pada triwulan II 2016, jumlah agen LKD

tumbuh 6,43% (qtq), sedikit melambat dibanding triwulan I 2016 yang mencapai

10,75% (qtq). Namun demikian, pertumbuhan jumlah transaksi menggunakan LKD

meningkat 142% (qtq) atau sebanyak 768.867 transaksi. Hal ini menunjukkan

masyarakat sudah mulai menerima dan menggunakan transaksi digital dalam aktivitas

mereka. Berdasarkan data transaksi terlihat bahwa rata-rata jumlah transaksi agen LKD

di Provinsi NTT yang berjumlah 1.009 agen mencapai 8 transaksi per hari untuk tiap

agennya, meningkat dibandingkan rata-rata transaksi triwulan sebelumnya yang hanya

sebanyak 4 transaksi per agen per hari.

Beberapa kegiatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dalam usaha

meningkatkan jumlah LKD didaerah diantaranya adalah :

a. Melakukan MoU antara Bank Indonesia, perbankan dan instansi daerah terkait

pembayaran gaji (elektronifikasi).

b. Melakukan sosialisasi LKD kepada pemerintah daerah dan universitas serta

pengusaha.

c. Melakukan kerjasama antara perbankan dan universitas untuk pembayaran

beasiswa kepada mahasiswa.

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 73

73

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Indikator kesejahteraan dan ketenagakerjaan di Provinsi NTT menunjukkan adanya peningkatan yang terlihat dari penurunan kemiskinan, kenaikan nilai IPM dan peningkatan indikator tenaga kerja SKDU.

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT mengalami penurunan. Penurunan penduduk miskin juga diimbangi oleh ketimpangan pendapatan yang menurun.

Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2015 tercatat sebesar 62,67 atau meningkat dari 62,26 (2014) namun tidak sebesar peningkatan IPM di daerah lain.

Indeks ketenagakerjaan mengalami peningkatanbaik pada triwulan II maupun proyeksi triwulan III 2016.

66..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Kondisi kesejahteraan masyarakat NTT menunjukkan perbaikan yang

terlihat dari adanya penurunan presentase penduduk miskin. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi NTT pada bulan Maret 2016 sebesar 1.149,92 ribu orang atau

menurun sebesar 10.610 orang dibandingkan bulan September 2015 yang sebesar

1.160,53 ribu orang. Hal ini didukung oleh membaiknya kondisi perekonomian yang

didorong peningkatan investasi serta daya beli masyarakat.

Di sisi lain, perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

NTT pada tahun 2015 mencapai 62,67. IPM NTT cenderung meningkat apabila

dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 62,26. Namun, apabila dibandingkan Provinsi

lain di Indonesia, Provinsi NTT hanya berada pada peringkat ke-32 di atas Provinsi

Papua Barat (61,73) dan Provinsi Papua (57,25). Sementara itu, Angka Partisipasi

Sekolah (APS) di NTT mengalami sedikit peningkatan. APS untuk kelompok umur

7-12 tahun pada tahun 2015 mencapai 98,1% meningkat dibandingkan 2014 yang

sebesar 98%, sementara kelompok umur 13-15 tahun mencapai 94,4%, sedangkan

untuk kelompok 16-18 tahun mencapai 74,3%.

66..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann

Persentase penduduk miskin NTT masih lebih tinggi dibandingkan

persentase penduduk miskin nasional. Persentase penduduk miskin NTT pada bulan

Maret 2016 sebesar 22,19% dan berada di atas angka nasional yang sebesar 10,86%.

Jumlah penduduk miskin untuk tataran nasional mencapai 28,01 juta orang dengan

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 74

74

jumlah terbanyak masih berada di pedesaan (17,67 juta orang). Provinsi yang memiliki

presentasi penduduk miskin paling sedikit adalah Provinsi Bangka Belitung (5,22%),

Kalimantan Utara (6,23%) dan Kalimantan Timur (6,11%). Sementara itu Provinsi NTT

masih berada di peringkat ke-3 terbawah, di atas Papua Barat (25,43%) dan Papua

(28,54%).

Dari sisi komposisi, penduduk miskin di NTT yang berada di perkotaan

menunjukkan peningkatan sebesar 15,4% dari 97,06 ribu (Sept 2015) menjadi 112,02

ribu (Maret 2016). Peningkatan ini salah satunya ditengarai terjadi karena migrasi

masyarakat dari pedesaan ke perkotaan dan disertai dengan ketersediaan lapangan

kerja yang masih terbatas di perkotaan. Sementara itu, penduduk miskin di kawasan

pedesaan mengalami penurunan sebesar 2,4% dari 1.063,47 ribu (Sept 2015) menjadi

1.037,9 ribu (Maret 2016). Penurunan diperkirakan didorong pula oleh panen produksi

perkebunan di pedesaan.

Grafik 6.3. Persentase Penduduk Miskin di NTT

Sumber : BPS, diolah

Di sisi lain, adanya kenaikan tingkat harga beberapa komoditas mendorong

peningkatan garis kemiskinan di Provinsi NTT sebesar 5,12% dari Rp 307.224,-/kapita

(Sept 2015) menjadi Rp 322.947,-/kapita (Maret 2016). Peningkatan tertinggi terjadi

pada komoditas bukan makanan sebesar 7,47% dengan komponen terbesar adalah

biaya perumahan. Peningkatan harga kontrak rumah juga menjadi salah satu

Grafik 6.1 Perbandingan Persentase Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.2 Sepuluh Provinsi dengan Jumlah Persentase Penduduk Miskin Tertinggi

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 75

75

penyumbang inflasi tertinggi di bulan Maret. Dari sisi peringkat, nilai garis kemiskinan

Provinsi NTT berada di peringkat ke-8 terendah di atas Jawa Timur, Sulawesi Utara,

Jawa Tengah dan Sulawesi Barat. Peningkatan garis kemiskinan yang diiringi oleh

penurunan jumlah penduduk miskin mengindikasikan adanya perbaikan daya beli

masyarakat di NTT.

Grafik 6.4. Perkembangan Garis Kemiskinan Grafik 6.5. Sepuluh Peringkat Terendah Garis Kemiskinan

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada Maret 2016 tercatat sebesar 4,69, sedikit

meningkat dibandingkan September 2015 (4,62) yang mengindikasikan melebarnya rata-

rata pengeluaran penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dari garis kemiskinan.

Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan (P2) tercatat menurun dari 1,44 (Sept 2015)

menjadi 1,30 (Maret 2016) yang mengindikasikan adanya penurunan ketimpangan

pengeluaran di antara penduduk miskin di NTT.

Grafik 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 6.7. Indeks Keparahan Kemiskinan

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

66..33.. IINNDDEEKKSS PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN MMAANNUUSSIIAA ((IIPPMM))

Berdasarkan perhitungan IPM terbaru tahun 2015, Provinsi NTT memiliki angka

IPM 62,67 dan berada di peringkat ke-32 dari 34 Provinsi. Sementara itu berdasarkan

perhitungan dari setiap indikator pembentuk IPM terlihat bahwa komponen

Pengeluaran Riil Per Kapita (PPK) Provinsi NTT sebesar Rp 7.003.000,- (peringkat ke-33

Nasional), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS): 6,93 tahun (ke-32), serta Angka Harapan

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 76

76

Hidup (AHH): 65,96 tahun (ke-29) merupakan komponen yang tergolong rendah di

tingkat nasional. Sementara itu, komponen Harapan Lama Sekolah (HLS): 12,84 tahun

tergolong cukup baik karena berada pada peringkat ke-12 nasional. Berdasarkan

penilaian komponen tersebut, diperlukan adanya pengembangan investasi dan sektor

ekonomi baru sehingga dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Selain itu,

diperlukan pula perbaikan terhadap masalah infrastruktur kesehatan dan sanitasi guna

mendorong peningkatan AHH.

Apabila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota, angka IPM tertinggi di Provinsi NTT

ada pada Kota Kupang (77,95) sementara yang terendah adalah Kab. Sabu Raijua

(53,28). Dari 22 Kab/Kota di Provinsi NTT, hanya kota Kupang yang memiliki IPM >70,

sementara 2 Kabupaten pada rentang 65-70, 10 Kabupaten 60-65, serta 9 Kabupaten

≤60. Dari sisi indikator pembentuk IPM, indikator Angka Harapan Hidup (68,34),

Harapan Lama Sekolah (15,75), Rata-Rata Lama Sekolah (11,43) dan Pengeluaran Rill

Per Kapita (Rp 12,88 juta) Kota Kupang menjadi yang tertinggi di NTT. Sementara itu,

Kab. Sabu Raijua memiliki Angka Harapan Hidup Terendah (58,38) dan Pendapatan Rill

Per Kapita (Rp 4,78 juta) terendah, Kab. Manggarai Timur: Angka Harapan Lama

Sekolah terendah (10,3), serta Kab. Sumba Tengah: Rata-Rata Lama Sekolah terendah

(5,12).

Grafik 6.8. IPM Provinsi di Indonesia (2015) Gambar 6.1. IPM Kabupaten/Kota di NTT (2015)

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

66..44.. AANNGGKKAA PPAARRTTIISSIIPPAASSII SSEEKKOOLLAAHH ((AAPPSS))

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi dari semua anak yang

masih sekolah pada satu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan

kelompok umur yang sesuai. Perkembangan APS Provinsi NTT menunjukkan angka

yang cukup tinggi pada tahun 2015. Jumlah penduduk sekolah untuk usia 7-12 tahun

mencapai 98,13%, usia 13-15 tahun (94,39%) dan usia 16-18 tahun (74,25%).

Namun, proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77

77

tepat pada tingkat kelompok umurnya atau Angka Partisipasi Murni (APM) masih

menunjukkan proporsi yang cukup rendah untuk tingkat >SMP. Tercatat partisipasi

sekolah untuk tingkat SMP hanya sebesar 66,32 sementara untuk tingkat SMA (52,51).

Hal yang berbeda terjadi pada tingkat SD yang tercatat sudah cukup baik sebesar

94,95%.

Masih rendahnya angka APS dan APM tersebut menunjukkan bahwa kesadaran

penduduk NTT untuk menempuh pendidikan yang sesuai dengan kelompok umurnya

masih tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan karena kecenderungan pemuda untuk

bekerja terlebih dahulu, terutama di sektor pertanian, selain kemampuan ekonomi

keluarga yang tidak mencukupi. Namun, kesadaran tersebut mulai muncul seiring

adanya kebutuhan untuk peningkatan kemampuan diri seiring perkembangan umur.

Grafik 6.9. Angka Partisipasi Sekolah Grafik 6.10. Angka Partisipasi Murni

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

66..55.. KKoonnddiissii TTeennaaggaa KKeerrjjaa SSeekkttoorr IInndduussttrrii MMaannuuffaakkttuurr BBeessaarr ddaann

SSeeddaanngg

Dari data survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) BPS Provinsi NTT

Triwulan I-2016, diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh industri

barang galian bukan logam (35,95%) dan diikuti oleh industri makanan (28,09%).

Sementara itu, tingginya porsi tenaga kerja industri barang galian bukan logam juga diikuti

oleh tingkat produktivitas yang tertinggi sebesar Rp 29,81 juta/tenaga kerja, walaupun

mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2016 yang sebesar Rp 31,29 juta/tenaga

kerja. Secara umum, pada triwulan II-2016 terjadi penurunan pada industri barang galian

bukan logam, furnitur dan industri minuman, sementara industri makanan mengalami

peningkatan.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 78

78

66..66.. HHaassiill SSuurrvveeii KKeeggiiaattaann DDuunniiaa UUssaahhaa ((SSKKDDUU))

Dari hasil SKDU di wilayah NTT, terlihat bahwa indikator ketenagakerjaan

menunjukkan peningkatan pada triwulan II-2016. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan dalam penggunaan tenaga kerja di Provinsi NTT, terutama pertanian,

perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi. Sementara itu,

untuk periode triwulan III 2016, penyerapan tenaga kerja diperkirakan kembali

meningkat yang terlihat dari peningkatan indeks proyeksi penggunaan tenaga kerja

yang diperkirakan terutama berada pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Grafik 6.11. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Sedang dan Besar

Grafik 6.12. Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.13. Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 4. | Hari Keluarga Nasional ke-23 di NTT 79

-

Pada tanggal 27 30 Juli 2016, Kota Kupang menjadi tuan rumah

hari keluarga nasional (Harganas) ke-23. Acara puncak yang diikuti secara

langsung oleh presiden ini dihadiri oleh sekitar 12-15 ribu orang, dan

menjadi salah satu acara terbesar nasional di NTT dalam satu tahun terakhir,

bersama dengan hari kesetiakawanan sosial nasional (HKSN) dan natal

nasional bersama di akhir tahun 2015. Untuk mengantisipasi banyaknya peserta

yang datang, panitia sudah mempersiapkan segala informasi terkait akomodasi selama di

Kupang, meliputi peta Kota Kupang, Lokasi Kegiatan, jadwal penerbangan, hotel dan

penginapan, info pariwisata, kuliner, souvenir, jadwal acara, rental kendaraan hingga peta dan

jadwal kegiatan selama acara berlangsung.

Pelaksanaan acara tersebut juga patut diapresiasi karena walaupun mendatangkan

sekian banyak peserta dari berbagai macam daerah, inflasi Kota Kupang relatif cukup terkendali

bahkan tercatat deflasi 0,35% (mtm) dan menjadi satu dari dua provinsi di Indonesia yang bisa

mencapai deflasi pada bulan Juli 2016. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi perayaan HKSN dan

natal bersama yang berdampak terhadap kenaikan inflasi hingga 2,67% (mtm) di bulan

Desember 2016 karena adanya kekurangan pasokan pada komoditas bahan makanan seperti

daging ayam, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Pelaksanaan Harganas saat ini juga

didukung oleh kondisi cuaca yang cukup bersahabat sehingga tidak terdapat permasalahan

berarti dengan kondisi pasokan bahan makanan. Permasalahan yang cukup berarti hanya

didapatkan pada kapasitas angkut pesawat dan kebutuhan kamar yang dirasa kurang

mencukupi.

Gambar Boks 4.1. Kapasitas Angkutan Udara

dan Penginapan di Kota Kupang Gambar Boks 4.2. Kapasitas Rumah Makan dan

Taksi di Kota Kupang

Sumber : DJPK Kemenkeu RI, Biro Keuangan NTT, diolah Sumber : DJPK Kemenkeu RI, diolah

Berdasarkan perhitungan, total kapasitas angkut pesawat dari bandara El Tari Kupang

ke Surabaya, Jakarta dan Denpasar sekitar 2.600 orang per hari, sehingga untuk mengangkut

peserta masuk dan keluar Kota Kupang dibutuhkan beberapa hari hingga semua peserta dapat

kembali ke daerah masing-masing. Berdasarkan hasil pencarian, tiket pesawat sudah habis

seminggu sebelum dan setelah acara sehingga menyulitkan peserta yang akan mengikuti dan

kembali ke daerah asal. Total kamar yang tersedia di Kota Kupang untuk hotel dan homestay

lebih kurang hanya sebanyak 3.300 kamar sehingga banyak peserta yang harus mencari tempat

kos atau menumpang rumah warga untuk dapat mengikuti acara. Total rumah makan yang ada

dirasa sudah mencukupi dengan rasio per rumah makan melayani 20 pembeli per hari. Armada

taksi juga relatif memadai dengan 60 taksi argo, 79 jasa rental mobil yang masing-masing

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

Boks 4. | Hari Keluarga Nasional ke-23 di NTT 80

memiliki beberapa buah mobil belum termasuk taksi bandara yang armadanya juga mencapai

puluhan.

Adanya kekurangan angkutan udara tersebut sekiranya dapat diberlakukan kebijakan

khusus untuk NTT terlebih terkait penambahan frekuensi pesawat. Terbatasnya armada

pesawat yang melayani penerbangan ke Kupang tersebut menyebabkan angkutan udara

menjadi penyumbang inflasi utama di bulan Juli 2016. Adanya penambahan angkutan udara

diharapkan dapat menekan potensi inflasi yang terjadi. Kekurangan penginapan sebenarnya

sudah dapat diatasi oleh peserta dan panitia yang membantu mencarikan kos ke rumah warga.

Penekanan perbaikan ke depan lebih kepada prioritas penggunaan hotel untuk tamu prioritas

seperti kepala daerah atau pejabat pemerintah yang diundang. Secara keseluruhan, acara

berhasil diselenggarakan dengan baik dan dengan tetap menjaga kecukupan pasokan bahan

pangan yang ada, sehingga inflasi dapat terkendali. Semoga pelaksanaan acara tersebut dapat

menjadi contoh pelaksanaan acara serupa ke depannya.

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VII Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 81

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan IV-2016 diperkirakan meningkat dan

berada pada rentang 5,2-5,6% (yoy) dan prediksi sepanjang tahun 2016

diperkirakan masih sesuai proyeksi sebelumnya sebesar 5,1-5,5% (yoy). Di sisi

lain, inflasi hingga akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran 3,5-4,0%

(yoy).

Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan-IV diperkirakan didorong

oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun

2016 diperkirakan didorong oleh konsumsi pemerintah dan investasi.

Dari sisi inflasi, adanya pencapaian deflasi pada beberapa periode bulan di

Provinsi NTT menyebabkan proyeksi inflasi NTT pada akhir tahun

diperkirakan berada pada rentang 3,5-4,0% (yoy).

7.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT

7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV 2016

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan IV-2016 diperkirakan mengalami

sedikit peningkatan pada rentang 5,2-5,6% (yoy) yang disebabkan oleh dorongan

sektor Administrasi Pemerintahan seiring dengan peningkatan realisasi belanja di akhir

tahun serta peningkatan sektor Perdagangan Besar dan Eceran seiring dorongan

belanja masyarakat memasuki momen libur keagamaan di akhir tahun.

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV 2016

Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VII Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 82

7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diperkirakan masih

berada pada rentang 5,1-5,5% (yoy). Peningkatan terjadi terutama disebabkan oleh

peningkatan realisasi belanja pemerintah di banding tahun sebelumnya. Dana desa

diharapkan juga dapat terealisasi cukup besar dari total anggaran yang mencapai Rp

1,85 triliun. Selain itu, adanya gaji ke-13 dan ke-14 Pegawai Negeri Sipil dan

peningkatan produksi komoditas pertanian dan perkebunan diharapkan dapat

mendorong kenaikan konsumsi masyarakat hingga akhir tahun. Dorongan juga berasal

dari berbagai kegiatan proyek-proyek seperti bendungan (Raknamo dan Rotiklot) serta

berbagai kegiatan proyek lainnya, seperti pengembangan irigasi, jalan, Pos Lintas Batas

Negara dan berbagai sarana perhubungan (dermaga dan bandara) dan juga dorongan

dari investasi swasta di berbagai sektor, terutama sektor pariwisata dan industri

pengolahan.

Grafik 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2016

Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah

7.1.2.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan

IV diperkirakan meningkat yang terindikasi dari Survei Konsumen. Peningkatan

terlihat dari berbagai indikator indeks, diantaranya Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang

akan datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang serta kondisi

ekonomi Indonesia 6 bulan yang akan datang yang menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi kenaikan belanja

rumah tangga masyarakat pada akhir tahun 2016.

Kinerja investasi diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan-IV.

Peningkatan kinerja diperkirakan berasal dari tingginya realisasi investasi pemerintah.

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VII Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 83

Dengan realisasi investasi yang masih 13,9%, penyerapan investasi diperkirakan akan

kembali meningkat signifikan di triwulan IV 2016.

Grafik 7.3. Survei Konsumen

Sumber :Bank Indonesia, diolah Kinerja net impor antar daerah dan ekspor luar negeri NTT pada triwulan

IV diperkirakan juga akan meningkat. Peningkatan impor antar daerah disebabkan

oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan dari daerah lain, terutama

dalam rangka memenuhi kebutuhan perayaan natal serta kebutuhan pembangunan

proyek di akhir tahun. Sementara itu, ekspor ke luar NTT juga diperkirakan meningkat

karena pengiriman kendaraan, suku cadang dan semen ke Timor Leste dan ekspor

komoditas perikanan terutama ikan tongkol/tuna.

7.1.2.2 Pertumbuhan Sisi Sektoral

Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan-IV 2016

diperkirakan mengalami peningkatan. Peningkatan pada sektor pertanian terutama

berasal dari tibanya masa panen holtikultura, padi dan perkebunan rakyat. Adanya

perbaikan sarana irigasi di berbagai tempat diharapkan dapat menunjang peningkatan

produksi pertanian di NTT. La Nina yang terjadi juga memungkinkan bagi petani untuk

melakukan penanaman di luar musim. Sementara itu, adanya kapal ternak dapat pula

menunjang stabilnya pengiriman ternak dari NTT. Di sisi lain, karena faktor musiman,

sektor perikanan diperkirakan akan melambat karena cuaca dan gelombang yang

kurang baik di akhir tahun.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

diperkirakan mengalami perlambatan. Perlambatan pada triwulan-IV lebih

disebabkan oleh adanya program penghematan belanja karena potensi tidak

terealisasinya target pajak. Selain itu, realisasi anggaran pemerintah yang terealisasi

lebih cepat juga membuat realisasi di triwulan IV tidak setinggi tahun

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VII Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 84

sebelumnya.namun diperkirakan masih terjadi karena pola realisasi anggaran

pemerintah yang biasanya meningkat cukup tinggi di akhir tahun. Selain itu, potensi

keterlambatan pencairan dana desa juga menjadi penyumbang pertumbuhan triwulan

IV-2016.

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

diperkirakan mengalami pelambatan pada Triwulan-IV. Perlambatan juga

didorong oleh tingginya pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2015. Namun,

pertumbuhan pada triwulan IV-2016 diperkirakan masih cukup tinggi dengan dorongan

dari kegiatan masyarakat memasuki liburan sekolah dan keagamaan. Selain itu,

pendapatan masyarakat paska panen yang meningkat serta adanya kegiatan proyek-

proyek pemerintah yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru diperkirakan dapat

menopang pertumbuhan sektor ini.

Sektor konstruksi diperkirakan mengalami peningkatan di triwulan-IV.

Peningkatan diperkirakan disebabkan oleh realisasi penyelesaian proyek-proyek

multiyears dan tahun tunggal di NTT, seperti bendungan (raknamo dan rotiklot),

jembatan petuk, jalan sabuk perbatasan (81 KM), kantor Gubernur NTT serta Pos Lintas

Batas Negara.

7.2 Inflasi

Secara tahunan, pertumbuhan inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan

berada pada kisaran 3,5-4% (yoy). Rendahnya inflasi pada akhir tahun 2016

didorong oleh pencapaian deflasi pada beberapa periode bulan di tahun 2016,

diantaranya bulan Februari, Maret dan Juli. Selain itu, di sisa tahun 2016 diperkirakan

masih terdapat potensi adanya pencapaian satu kali deflasi. Dari sisi komoditas, Inflasi

yang cukup rendah ditopang oleh stabilnya harga bahan makanan secara umum.

Fluktuasi harga yang cukup tinggi hanya terjadi di beberapa komoditas utama seperti

daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras dan sawi putih. Sementara itu, komoditas

yang memiliki fluktuasi cukup tinggi sebagai pendorong inflasi adalah tarif angkutan

udara seiring adanya beberapa momen bersifat nasional yang diadakan di tahun 2016,

seperti Hari Keluarga Nasional, Alor Expo dan Tour de Flores. Guna menjaga agar

proyeksi pencapaian inflasi hingga akhir tahun dapat tercapai, peningkatan koordinasi

dalam lingkup Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT perlu untuk tetap

terus dilakukan. Beberapa program TPID seperti pemantauan harga secara berkala,

operasi pasar dan pengawasan terhadap ketersediaan stok maupun langkah aksi terkait

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam

| Bab VII Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 85

penyediaan stok bahan makanan perlu dilakukan. Dengan adanya pola siklikal inflasi

NTT akan cukup tinggi pada periode November dan Desember, maka ketersediaan stok

pada momen liburan sekolah, liburan keagamaan dan peningkatan kegiatan

pemerintah dari segi pembangunan proyek di akhir tahun harus tetap dijaga.

Grafik 7.4. Prediksi Inflasi Akhir Tahun 2016

Sumber: BPS & Bank Indonesia, diolah

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam