documentka

54
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA – ANDAL) “RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN BALUSU BARRU (PBLB) DI KECAMATAN BALUSU, KABUPATEN BARRU” OLEH: KELOMPOK I MUH. HAIDIR ANSAL H411 11 235 DILAH ARDILLAH DINAR RAMDHA MAWADDHA H411 12 005 ARINI PRASISKA H411 12 007 FITRIANI Y. H411 12 011

Upload: rhiny-elfshawolsaranghaekimhyunjoong

Post on 08-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Amdal

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP(KA ANDAL)

RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN BALUSU BARRU (PBLB) DI KECAMATAN BALUSU, KABUPATEN BARRU

OLEH:

KELOMPOK IMUH. HAIDIR ANSALH411 11 235DILAH ARDILLAH DINARRAMDHA MAWADDHAH411 12 005ARINI PRASISKAH411 12 007FITRIANI Y.H411 12 011

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HANUDDINMAKASSAR2015

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangPelabuhan perikanan dalam pengelolaannya tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi dan sosial, tetapi aspek ekologi juga penting di perhatikan dalam pengelolaan pelabuhan perikanan. Perpaduan aspek ekologi, ekonomi dan sosial merupakan suatu model pendekatan pengelolaan pelabuhan berwawasan lingkungan yang riil demi keberlanjutan pembangunannya. Pengelolaan pelabuhan yang melakukan pemeliharaan integritas ekologi atau pemeliharaan lingkungan merupakan inti dari konsep Eco Port, maka dari itu untuk tercapainya pelabuhan perikanan berwawasan lingkungan itu, perlu penerapan manajemen pelabuhan yang pro lingkungan.Perencanaan pembangunan pelabuhan yang berbasis lingkungan ini berlokasi di Kabupaten Barru yang secara administratif terdiri dari lima kecamatan yang berada di wilayah pantai, dengan luas sekitar 113.02 ha. Sedangkan luas mangrove dari lima kecamatan: kecamatan Balusu 62,10 ha, kecamatan Barru 52,70 ha, kecamatan Balusu 45,35 ha, kecamatan Soppeng Riaja 73,30 ha dan kecamatan Mallusetasi 41,82 ha dengan total keseluruhan 265,27 ha, yang aktual atau masih kondisi baik 32,38 ha dan yang kritis 232,89 ha Pelabuhan yang akan dibangun berada di Kecamatan Balusu Barru yang rencananya akan diberi nama Pelabuhan Soppeng Riaja Barru (PBLB). PBLB diharapkan menjadi pelabuhan dengan kompleksitas aktifitas yang ada dapat mempengeruhi kualitas lingkungan pelabuhan. Hal ini juga di pertegas oleh Amsyari (1995) bahwa aktifitas manusia dan pengembangan teknologi akan menimbulkan akumulasi bahan pencemaran dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Rencana pembangunan kawasan ekonomi pesisir Barru terutama pembangunan pelabuhan. Secara ekonomi perkembangan aktivitas ekonomi wilayah akan memberikan peluang positif bagi penyediaan kesempatan kerja dan berusaha sehingga mampu mengurangi tekanan terhadap sumberdaya lahan pertanian. Pada sisi lain, perkembangan wilayah akan menyebabkan tekanan terhadap lahan akibat meningkatnya permintaan atau kebutuhan lahan non-pertanian.

I.2 Tujuan Rencana KegiatanPembangunan PBLB di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru bertujuan untuk:a. Membangun pelabuhan yang berbasis lingkungan dan ekonomi,b. Mendistribusikan hasil pengolahan dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berupa emas yang berada di Kelurahan SepeE, Kelurahan Mangempang dan Desa Siawung.

I.3 Manfaat Rencana KegiatanManfaat pembangunan PBLB di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru adalah sebagai berikut:a. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di Desa Siawung, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru,b. Motor penggerak perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat,c. Mobilisasi hasil pengolahan dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berupa emas.I.4 PeraturanLokasi pembangunan PBLB terletak di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru memiliki kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 4 ayat (9) huruf a berbunyi mengembangkan kawasan potensial ekonomi SepeE, Mangempang dan Siawung (Emas) termasuk kawasan Pelabuhan Garongkong di PKW;2. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 8 ayat (3) yang berbunyi sistem jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, di Kabupaten Barru berupa pelabuhan penyeberangan;3. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 10 ayat (1) huruf a yang berbunyi Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, di Kabupaten Barru terdiri dari: a. tatanan kepelabuhanan;4. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 10 ayat (3) huruf a yang berbunyi alur pelayaran lokal, yaitu alur yang menghubungkan pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan di Kabupaten Barru dengan pelabuhan pengumpan lainnya di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;5. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 48 ayat (2) huruf d yang berbunyi Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pelabuhan penyeberangan diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan;6. Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 Pasal 48 ayat (2) huruf a, b, dan c yang berbunyi Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pelabuhan utama, pelabuhan pengumpan dan pelabuhan pengumpul terdiri dari: a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional pelabuhan, kegiatan penunjang operasional pelabuhan dan kegiatan pengembangan kawasan peruntukan pelabuhan serta kegiatan pertahanan dan keamanan negara secara terbatas; b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKrP) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP), dan jalur transportasi laut dengan mendapat izin sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu kegiatan di DLKrP, DLKP, jalur transportasi laut dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi pelabuhan utama, pelabuhan pengumpan dan pelabuhan pengumpul.

BAB IIRENCAN DAN USAHA KEGIATAN2.1 Pelaksana Studi1. a. PemrakarsaNama dan Alamat PerusahaanNama Perusahaan: PT. Pelindo IV MakassarAlamat: Jl. Soekarno No 1, MakassarTelepon/ Fax: 0838-5313-1722/90173Nama dan Alamat Penanggung JawabKegiatanNama Penanggung Jawab: Ir. ASRAN R.Alamat: Jl. Soekarno No 1, MakassarTelepon/ Fax: 0838-5313-1722/901731. Penyusun Studi AMDALNama dan Alamat PerusahaanNama Perusahaan: PT. Pelindo IV MakassarAlamat: Jl. Soekarno No 1, MakassarTelepon/ Fax: 0838-5313-1722/90173Nama dan Alamat Penanggung Jawab Penyusun AMDALNama Penanggung Jawab: Ir. Fitriani Y. S,si. M.Si., Alamat: Jln Malino Pakatto Caddi, No. 32, GowaTelepon/ Fax: 0823498153291. Susunan Tim Penyusun Studi AMDALTim penyusun studi AMDAL Rencana Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru terdiri atas staf PT. Pelindo IV Makassar dibantu tenaga ahli di bidang masing-masing dari Universitas Hasanuddin. Ketua tim penyusun AMDAL memiliki sertifikat AMDAL Penyusun (Tipe B) sedangkan anggota tim umumnya memiliki sertifikat AMDAL Dasar dan/atau Penyusun Tipe A/B atau memiliki keahlian sesuai dengan objek studi. Susunan tim Penyusun Studi AMDAL Rencana Pembanguna Pelabuhan Balusu Barru, sebagai berikut:Ketua Tim: Ir. Fitriani Y. S,si. M.Si., Anggota: 1. Ir. Muh Haidir Ansal (Konstruksi) 2. Ardillah Dinar, ST, MT (Transportasi) 3. Ir. Ramdha Mawwaddha, MS (Hidrogeologi/Tanah) 4. DR. Arini Prasiska (Kimia) 5. Ir. Daud Thana, M.Si. (Biologi Perairan/ Kualitas Air) 6. Drs. Andika, M.Si. ( Biologi Darat) 7. Drs. Hidayat Elly, SE, M.Si. (Sosial Ekonomi) 8. Ir. Yopie Lumoindong, MS (Sosial Budaya) 9. Hasnawati, SKM, M.Sc. (Kesmas/ Kesling) 10. Muh. Rezki Bages, ST. (Planologi/SIG)

2.2 PelingkupanPelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006).Pelibatan masyarakat dalam proses pelingkupan merupakan salah satu tahap yang cukup penting dalam menjaring isu-isu pokok yang menjadi perhatian masyarakat serta menampung aspirasi yang berkembang di masyarakat menyangkut kegiatan Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru Kota Makassar. Kegiatan pelibatan masyarakat dalam Studi AMDAL Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 Tahun 2000. Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru yang akan beroperasi selama 30 tahun memerlukan tiga pendekatan pengelolaan lingkungan yang sangat urgent dan high risk, masing-masing Biaya Tinggi (high cost), teknologi canggih (ultra-sophysticated technolgy) dan budaya-disiplin semua multi-pihak (stakeholders) dalam pemanfaatan fasilitas. Berbagai dampak potensial akan timbul dan heterogen akibat kegiatan Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru akan ditelusuri melalui proses pelingkupan. 2.2. Proses Pelingkupan Proses ini meliputi kegiatan-kegiatan: identifikasi dampak potensial (primer dan sekunder) yang secara potensial dapat timbul akibat kegiatan yang direncanakan; evaluasi dampak hipotetik untuk memperoleh dampak penting, selanjutnya dampak penting hipotetik diklasifikasi dan diprioritaskan sebagai dampak penting hipotetik yang akan terjadi selama kegiatan Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru.

DAMPAK POTENSIALDAMPAK PENTING HIPOTETIKRONA LINGKUNGAN RENCANA KEGIATANPrioritasDampakPentingHipotetikIDENTIFIKASI DAMPAKEVALUASI DAMPAK KLASISFIKASI & PRIORITAS SARAN & TANGGAPAN, MASYARAKAT KEGIATAN LAIN SEKITAR PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIKGambar 01.Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik Rencana Pembangunan Pelabuhan Balusu Barru

2.3 Hasil Pelingkupan 1. Tahap Prakonstruksia. Survei LokasiLokasi pelabuhan terletak di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Dalam rangka pembangunan pelabuhan Kabupaten Barru, maka sejumlah studi telah dilakukan, diantaranya: (1) studi kelayakan Proyek Pembangunan Pelabuhan yang dilaksanakan oleh konsultan PT. Pelindo IV Makassar; (2) Penyusunan DED Pembangunan Pelabuhan Kabupaten Barru yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2015 oleh Daya Bina. Survei yang telah dilaksanakan antara lain: (1) survei awal/pendahuluan; (2) survei topografi; (3) survei oseanografi yang terdiri dari: pasang surut, arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang, dan survei hidrometri/echosounding. Pekerjaan ini telah selesai dilaksanakan dan tidak akan ditelaah dalam studi AMDAL.b. Konpensasi Pemanfaatan LahanKebutuhan lahan pada pembangunan PBLB adalah 11 ha. Lahan tersebut digunakan untuk keperluan pembangunan Lokasi untuk pembangunan pelabuhan Balusu Kabupaten Barru sebahagian besar telah dibebaskan, namun masih ada sebahagian kecil akan dibebaskan kemudian. Kemudian dampak yang diprakirakan akan timbul dari kegiatan ini akan ditelaah dalam Studi AMDAL.Kegiatan ini diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi dan keresahan masyarakat, terutama dengan masyarakat pemilik lahan. Dampak tersebut dapat diakibatkan oleh ketidakcocokan harga antara pemilik lahan dengan pihak pelaksana pembangunan pelabuhan.

2. Tahap Konstruksia. Penerimaan Tenaga Kerja KonstruksiPenerimaan tenaga kerja meliputi tenaga konstruksi, tenaga mekanikal, elektrikal, dan lingkungan, social budaya, transportasi, dan sipil air. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama pelaksanaan konstruksi PBLB sekitar 5000 orang. Tenaga kerja tersebut berasal dari luar dan di sekitar lokasi PBLB.b. Mobilisasi Tenaga Kerja KonstruksiSejumlah tenaga kerja akan dibutuhkan pada pekerjaan konstruksi, yang akan ditempatkan pada berbagai kegiatan antara lain penimbunan pada pekerjaan reklamasi, pembangunan dermaga serta pembangunan fasilitas penunjang dan pendukung. Klasifikasi tenaga kerja yang digunakan meliputi mandor, kepala tukang batu, kepala tukang besi, tukang kayu, tukang besi, pekerja, operator dan supir. Pada tahap konstruksi diperkirakan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 2500 HOK.c. Mobilisasi Peralatan dan Material- PeralatanPada saat kegiatan konstruksi dilaksanakan akan dibutuhkan sejumlah peralatan berat untuk berbagai jenis pekerjaan. Peralatan tersebut antara lain escavator, motor grader 100 HP, mesin gilas 3 roda 6-8 ton, truk tangki air 115 HP, mesin penyemprot aspal 400 liter dan dumptruck. Peralatan ini akan digunakan untuk pekerjaan penimbunan dan pemadatan pada areal reklamasi, penyiraman dan pengaspalan. MaterialMobilisasi material yang dimaksud adalah untuk keperluan pekerjaan penimbunan dan pembangunan gedung. Adapun material utama yang akan ditinjau dalam pekerjaan ini meliputi tanah/pasir galian, batu kosong, batu gunung, batu bata, semen, kerikil, kayu, beton pancang, bahan cat, dan bahan lainnya. Bahan tersebut akan diambil dari luar lokasi seperti Kabupaten Barru, Pangkep atau Makassar.d. Pembuatan Jalan AksesPembangunan jalan akses dimaksudkan untuk memperlancar proses pembangunan dan oprasional PBLB. Untuk dapat mengakses lokasi perkantoran di sekitar pelabuhan akan dibangun jaringan jalan. Lebar badan jalan yang rencananya akan dibangun adalah 6 m dengan permukaan aspal beton. Di sisi badan jalan akan dilengkapi dengan drainase selebar 50 cm. e. Pembangunan Lapangan Penumpukan Saat ini sudah tersedia lapangan penumpukan di sekitar pelabuhan dengan luasan kurang lebih 500 m2. Pekerjaan yang akan dilaksanakan tinggal pematangan tanah dasar untuk kemudian pemadatan dan di lapisan atas diberikan paving blok K-300. Luas gudang standar adalah 25 m x 10.5 m dengan tebal lantai 30 cm.f. Pembangunan Fasilitas PenunjangFasilitas penunjang kegiatan pelabuhan meliputi gudang, lapangan penumpukan, terminal penumpang, jalan, perkantoran dan instalasi penunjang seperti instalasi listrik, instalasi air dan instalasi limbah.Kegiatan konstruksi ini diidentifikasi sebagai kegiatan yang potensial menimbulkan dampak. Pekerjaan ini akan berlangsung dalam waktu yang relatif cukup lama. Adapun fasilitas penunjang yang rencananya dibangun pada pelabuhan Barru adalah:1) PerkantoranBangunan perkantoran yang akan dibangun hanya satu buah dengan ukuran 11,5 m x 11 m. Bangunan ini akan dilengkapi dengan beberapa beberapa fasilitas umum seperti wc/km, ruang tunggu dan mushalla.2) Jalan dan drainaseUntuk dapat mengakses lokasi perkantoran di sekitar pelabuhan akan dibangun jaringan jalan. Lebar badan jalan yang rencananya akan dibangun adalah 6 m dengan permukaan aspal beton. Di sisi badan jalan akan dilengkapi dengan drainase selebar 50 cm. 3) Intalasi Penunjang lainnya.Instalasi penunjang lainnya yang dimaksud pada bagian ini adalah instalasi listrik dan instalasi air. Tenaga listrik di pelabuhan dibutuhkan untuk penerangan jalan, trestle, causeway dan perkantoran. Besarnya daya listrik yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah 5.000 watt. Kebutuhan listrik di pelabuhan Barru ini disuplai oleh PT (persero) PLN. Kebutuhan air untuk kegiatan pelabuhan disuplai oleh perusahaan daerah air minum (PDAM) kota Bantaeng. Untuk menjaga ketersedian air di lokasi pelabuhan dibangun bak reservoir dengan ukuran 4 m x 4 m x 4 m dan konstruksi beton.g. Pembangunan DermagaKonstruksi dermaga yang akan dibangun terdiri dari tiang pancang, balok topi, balok beton, lantai beton dan kolom realing. Luas dermaga yang dibangun adalah 500 m2 (10 m x 50 m). Pembangunan dermaga ini akan menggunakan tiang pancang sebanyak 118 bh. Untuk jalan dermaga di atas laut yang luasnya 102 m2 (panjang 17 m dan lebar 6 m).Konstruksi dermaga terdiri dari tiang pancang, balok topi, balok beton, lantai beton dan kolom realing. Pembangunan dermaga, jalan dermaga dan tiang pancang akan menggunakan tenaga kerja sekitar 2450 HOK.

3. Tahap OperasionalKegiatan yang ditelaah dalam operasional Pelabuhan Balusu, Kabupaten Barru adalah kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting. Kegiatan dimaksud adalah sebagai berikut

a. Pemakaian Tenaga Kerja OperasionalPada tahap operasional Pelabuhan Balusu Kabupaten Barru akan diperlukan sejumlah personil yang akan terhimpun dalam sebuah organisasi pengelola Pelabuhan Balusu Kabupaten Barru. Kualifikasi personil akan terdiri dari tenaga manager, tenaga teknis dan tenaga administrasi. Di samping itu juga akan diperlukan tenaga kerja yang bertugas untuk menjaga kebersihan pada areal pelabuhan. b. Pengoperasian Fasilitas PenunjangPengoperasian fasilitas penunjang (kantor, kantin dan toilet umum) akan menghasilkan sejumlah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat perkantoran dapat berupa sisa-sisa kertas, karton dan plastik. Limbah padat kantin dapat berupa sisa-sisa makanan, kertas, karton, tissu, kaleng dan plastik, sedangkan limbah padat toilet umum dapat berupa tissu dan kaleng. Limbah cair perkantoran, kantin dan toilet umum berupa air kotor, selain itu, sisa-sisa pencucian barang kantin berupa limbah cair yang bercampur dengan limbah padat.c. Pengoperasian DermagaPada saat pengoperasian dermaga, sejumlah kapal penumpang akan berlabuh di dermaga. Limbah padat dan limbah cair sisa pembersihan kapal yang dihasilkan berpotensi mencemari perairan. Selain itu, secara alami kondisi hidro-oseanografi di pelabuhan Balusu akan mengalami perubahan.d. Pemeliharaan Fasilitas KepelabuhananPada saat pengoperasian fasilitas kepelabuhanan, limbah padat dan limbah cair sisa pembersihan kapal yang dihasilkan berpotensi mencemari perairan.e. Pemeliharaan Alur PelayaranUntuk tetap mencapai kedalaman alur/kolam pelayaran maka dilakukan pengerukan secara berkala. Komponen yang diperkirakan akan terpengaruh oleh kegiatan pengerukan alur pelayaran adalah kualitas perairan laut, ekosistem perairan dan kondisi hidro-oseanografi.

II.2 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup AwalII.2.1 Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak1) Lingkup Komponen Biologi

A. Biota DaratPembangunan Pelabuhan Balusu, Kabupaten Barru bertujuan untuk menunjang pengembangan sistem tranportasi di Sulawesi Selatan khususnya di Barru. Proses pembangunan pelabuhan tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya, salah satu komponennya adalah komponen yang berhubungan dengan aspek biologisnya. Komponen biologi yang diamati di lokasi pembangunan Pelabuhan Balusu meliputi flora, fauna dan hidrobiota di lokasi dan sekitarnya.a) FloraVegetasi pada lokasi penelitian sebagian besar merupakan tipe vegetasi pantai. Beberapa jenis ditemukan tumbuh alami pada habitat tanah berpasir yang terbentuk dari endapan marin yang berhadapan langsung dengan laut, sebahagian lagi merupakan jenis-jenis yang sengaja ditanam oleh penduduk untuk tanaman penguat pinggiran pantai. Pada beberapa tempat juga ditemukan vegetasi sekunder yang didominasi oleh tumbuhan-tumbuhan alami yang sepenuhnya dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Beberapa jenis tumbuhan yang berupa pohon juga ditemukan diintroduksi dengan sengaja oleh manusia. Jenis tumbuhan yang terdapat di lokasi, secara garis besar meliputi jenis mangrove Rhizoporaceae, Sonneratiaceae, Avicvenniaceae, dan Meliaceae. Dan terdapat pula pandan Pandanus tectorius, waru Hibiscus teliaceus, jenis-jenis tumbuhan yang merupakan vegetasi tanaman menjalar yaitu formasi pescaprae seperti Ipomea pescapre. Tabel 1. Daftar Jenis Tumbuhan yang Tercatat di Sekitar Kecamatan Balusu

Pandanus tectorius

Hibiscus teliaceus

Ipomea pescapre

Sumber: Hasil Survei, 2012b) FaunaBerdasarkan pengamatan di lapangan terhadap fauna yang ada di lokasi penelitian menunjukkan bahwa burung merupakan fauna yang umum dijumpai. Tercatat sebanyak 20 jenis burung yang ditemukan pada saat pengamatan di sekitar lokasi penelitian. Sementara jenis fauna lainnya jarang ditemukan, kecuali jenis fauna yang sengaja didomestikasi seperti ayam, anjing dan kambing. Berdasarkan infromasi dari penduduk yang melakukan aktivitas di sekitar lokasi penelitian, jenis fauna yang pernah dijumpai seperti ular, tikus dan binatang melata lainnya juga dicatat serta berbagai jenis serangga berupa kupu-kupu, capung dan semut.Di sekitar lokasi juga terdapat areal persawahan merupakan habitat tempat mencari makan beberapa jenis burung, seperti blekok sawah Ardeola speciosa dan beberapa jenis burung kuntul. Burung pipit/ bondol merupakan kelompok yang dominan pada daerah sawah yang padinya sedang berbuah. Beberapa jenis burung yang merupakan pengunjung pepohonan dan semaksemak , yaitu burung kacamata Zosterops chloris, kekep Arthamus leucorynchus, dan kutilang Pycnonotus aurigaster, yang umumnya merupakan burung pemakan serangga, dan juga ditemukan burung madu , yang merupakan pemakan nektar.Hasil pengamatan terhadap jenis-jenis burung pada lokasi pengamatan menunjukkan bahwa kelompok jenis ini seluruhnya memanfaatkan vegetasi alami dan dataran tepi pantai yang dangkal sebagai mencari makan, beristirahat maupun sebagai sarang atau tempat berkembang biak. Sebahagian jenis burung yang tercatat merupakan jenis-jenis migran dan tiba di lokasi penelitian sebagai tempat beristirahat dan mencari makan. Satu jenis burung tercatat sebagai jenis yang sengaja didomestikasi yaitu burung merpati. Keseluruhan jenis burung yang tercatat pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel-5.12. Untuk jenis fauna lainnya di lokasi penelitian disajikan pada Tabel-5.13.

Tabel-5.12 Daftar Jenis Burung yang Tercatat pada Lokasi PenelitianNo.Nama JenisNama IlmiahSuku

1.Burung trulekPluvialis squarratolaCharadriidae

2.Itik liarAnas superciliosaAnatidae

3.Burung trinil pantaiActinis hypoleucosScolopacidae

4.Bondol kepala pucatLonchura pallidaPloceidae

5.Burung cekakak suciTodirampus sanctaAlcedinidae

6.Burung murai airHeterophasia picaudesLeiothrichidae

8.Kirik-kirik lautMerops philippinusMeropidae

10.Burung gerejaPasser montanusPasseridae

11.Burung pelatukMulerpicus fulvusPicidae

12.Burung cangak abuArdea cinereaArdeidae

13.Burung madu kelapaAntheptes malaccensisNectariniidae

16.Elang laut dada putihHaliastur leucogasterAccipitridae

17.Cucak kutilangPycnonotus aurigasterPycnonotidae

18.MerpatiColumba liviaColumbidae

19.Burung laying-layangHirundo rusticaHirundinidae

20.Burung madu bakauNecterinia calcostethaNectainidae

*)= dilindungi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sumber: Hasil survei, 2006

Tabel 2. Daftar Jenis Beberapa Fauna Lainnya yang Tercatat pada Lokasi Penelitian.No.Nama JenisNama IlmiahSuku

1.TikusRattus sp.Muridae

2.KadalMaboya sp.Scinoidae

3. Sapi Bos indicusBovidae

4.KambingCapra sp.Bovidae

5. AyamGallus-gallusPhasianidae

6.Itik Anas spAnatidae

7.BiawakVaranus salvatorVaranidae

8.Ular hijauTrimeresurus spCrotalidae

9.AnjingCanis sp.Canidae

10.Ular sancaPhyton reticulatusBoidae

11.Capung Onodonta sp-

12.Belalang Bractiola sp-

Sumber: Hasil survei, 2006

B. Biota Perairan1. Planktona. Komposisi Jenis PlanktonHasil identifikasi sampel plankton dari ketiga lokasi pengambilan sampel, didapatkan komposisi jenis fitoplankton seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Fitoplankton yang ditemukan terbagi dalam 3 (tiga) kelas yaitu Diatom, Chlorophyceae dan Cyanophyceae. Dari ketiga kelas tersebut, kelas Bacyllaryophyceae yang terbanyak ditemukan yaitu sebanyak 10 genera, sedang Chlorophyceae dan Cyanophyceae masing-masing terdiri dari 3 (tiga) genera. Banyaknya genus Diatom yang ditemukan karena jenis plankton ini sifatnya kosmopolit, tahan terhadap kondisi ekstrim mudah beradaptasi dan mempunyai daya produksi tinggi.Jumlah genus zooplankton yang ditemukan tidak banyak. Hasil analisis sampel plankton, genus zooplankton yang teridentifikasi hanya terdiri dari 4 (empat) genera yaitu Rotifer , Diaptomus , Cyclops dan Zypris b. Kelimpahan PlanktonHasil perhitungan kelimpahan plankton diperoleh kelimpahan plankton pada ketiga lokasi pengambilan sampel relatif tinggi yaitu berkisar antara 7.020 -13.900 individu/l (Tabel 4). Kelimpahan tertinggi ditemukan pada Stasiun-1 (muara Sungai Ajakkang), sedang kelimpahan terendah ditemukan pada stasiun-3 (Pelabuhan).Kelimpahan plankton yang relatif lebih tinggi pada Stasiun-1 (muara Sungai Ajakkang), diduga ada kaitannya dengan banyaknya input bahan organik dari daratan melalui aliran sungai Lampoko , sehingga kandungan hara cukup mendukung pertumbuhan plankton di daerah ini. Sedang kelimpahan plankton terendah ditemukan pada Stasiun-3 (Pelabuhan) diduga adanya pengaruh minyak yang menghambat fotosinthesa fitoplankton di daerah ini.Tabel 3 Hasil Analisis Jenis dan Kelimpahan Plankton di Lokasi Pemantauan.No.Jenis PlanktonUnitLokasi Pengamatan

(1)(2)(3)

I.Fitoplankton

A.Diatom

1CossinodiscusIndividu/l1200-600

2DiatomaIndividu/l7001300600

3SkeletonemaIndividu/l960800-

4RhizosoleniaIndividu/l-600-

5Nitzschia spIndividu/l17601260900

6Gyrosygma spIndividu/l-790780

7Surirella spIndividu/l1900--

8Navicula spIndividu/l1400--

9Synedra spIndividu/l-2300-

10Streptotheca

B.Clorophyceae

11Closrerium spIndividu/l1700900-

12Dimorphococcus spIndividu/l1800-600

13Gloecystus spIndividu/l-12001900

C.Cyanophyceae

14AphanocapsaIndividu/l--1280

15 Anabaenopsi spIndividu/l1800900-

16MicrocystisIndividu/l--300

IIZooplankton

1Rotifer spIndividu/l2508020

2Diaptomus gracilisIndividu/l130130-

3Zypris candidaIndividu/l--20

4Cyclops spIndividu/l30014020

TotalIndividu/l13.9009.2007.020

Keterangan : 1. Muara S. Ajakkang 2. Muara S. Lampoko 3. Pelabuhan

2. BenthosMakrozoobenthos yang ditemukan di ketiga lokasi sampling terdiri dari 2 (dua) kelas (Gastropoda dan Bivalvia) dan 8 genus (Tabel 4). Genus yang dominan ditemukan hanya jenis Corbicula javanicus. Kelimpahan benthos yang relatif tinggi ditemukan pada Stasiun muara Sungai Lampoko yaitu sebanyak 21 individu/m2, sedang kelimpahan benthos 3 5 individu/m2 . Tabel-4. Benthos yang Ditemukan di Lokasi SamplingNo.Jenis BenthosUnitLokasi Pengamatan

(1)(2)(3)

A.Gastropoda

1.Terebralia polustrisIndividu/m21-2

2.Clypeomorus coraliumIndividu/m221-

3.Melonoides spIndividu/m2-1-

B.Bivalvia

4Anadara granosaIndividu/m22--

5Perna viridisIndividu/m22--

6Corbicula javanicusIndividu/m2121

7Scapharca spIndividu/m21-

8Modiolus micropterusIndividu/m213-

TotalIndividu/m22153

Keterangan : 1 = Muara S. Ajakkang 2 = Muara S. Lampoko 3 = Pelabuhan

3. Keragaman Jenis Plankton dan BenthosAnalisis keragaman jenis plankton dan benthos ditujukan untuk mengetahui struktur komunitas kedua organisme tersebut pada suatu ekosistim perairan. Untuk maksud tersebut, ada tiga jenis indeks keragaman jenis yang digunakan yaitu indeks keanekaragaman jenis (H), indeks keseragaman jenis (E) dan indeks dominansi (d).Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman jenis plankton pada ketiga lokasi pengamatan adalah berkisar antara 2,843 - 3,313, indeks keseragaman antara 0,823 - 0,924, dan indeks dominansi antara 0,0091 - 0,015. Sedang nilai indeks keanekaragaman jenis benthos adalah berkisar antara 0,918 - 2,058, indeks keseragaman antara 0,733 - 0,918, indeks dominansi antara 0,045 - 0,167 (Tabel 5). Tingginya nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman serta rendahnya nilai indeks dominansi yang diperoleh menunjukkan bahwa stabilitas ekosistim perairan sekitar lokasi proyek masih relatif tinggi. Tabel 5. Indeks Keragaman Jenis Plankton dan Benthos

Jenis BiotaLokasi Pengamatan

(1)(2)(3)

Plankton

H'3,3133,2172,843

E0,9240,8970,823

d0,00910,00960,015

Benthos

H'2,0581,3720,918

E0,7330,8650,918

d0,0450,10,167

Sumber: Hasil analisisKeterangan : 1 = Muara S. Ajakkang 2 = Muara S. Lampoko 3 = Pelabuhan

4. NektonNekton berupa ikan yang banyak ditemukan di perairan pantai Kabupaten Barru kebanyakan ikan-ikan karang serta jenis ikan lainnya yang bernilai ekonomis penting seperti ikan selar (famili Carangidae) dan ikan tembang (famili Clupeidae).

II.2.2 Usaha yang Ada di Sekitar Lokasi KegiatanKegiatan di sekitar lokasi rencana pembangunan PBLB adalah sebagai berikut:1. Aktivitas Pertanian MasyarakatKomoditi unggulan di Kecamatan Balusu meliputi padi dan jagung. Pengolahan tanah pertanian, penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida dapat menurunkan kualitas air sungai.

II.3 Hasil Pelibatan MasyarakatPertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Maret 2015 bertempat di Kantor Desa Balusu, Kecamatan Balusu. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 82 orang peserta meliputi unsur pemerintah daerah atau staf Bapedalda Kabupaten Barru, Komisi III DPRD Kabupaten Barru, aparat kecamatan Balusu, LSM Masyarakat Tani, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pihak Pemrakarsa (PT. Pelindo IV Makassar).Adapun hasil pelibatan mayarakat pada kegiatan PKM adalah sebagai berikut:1. Mengikutsertakan masyarakat pada saat pelaksanaan survei2. Pemberdayaan masyarakat local berupa pelibatan pada setiap pembangunan PBLB Barru3. Memperhatikan budaya dan adat istiadat masyarakat4. Melengkapi izin-izin sebelum pelaksanan PBLB Barru

2.4 Dampak Penting Hipotetik2.4.1 Identifikasi Dampak PotensialDampak yang diperkirakan timbul akibat kegiatan pembangunan PBLB Barru oleh PT. Pelindo IV, ditelusuri melalui proses pelingkupan. Proses ini meliputi kegiatan identifikasi dampak potensial (primer atau sekunder) yang secara potensial dapat timbul akibat kegiatan yang direncanakan, selanjutnya dilakukan evaluasi dampak potensial untuk memperoleh dampak penting hipotetik.Dampak potensial diperoleh melalui identifikasi dampak potensial sebagai hasil kajian interaksi antar kegiatan yang akan terkena dampak. Identifikasi dampak potensial diperoleh melaui konsultasi dan diskusi dengan berbagai pihak antara lain pakar, instansi terkait, pemrakarsa, masyarakat yang terkait langsung dengan aktivitas serta hasil tinjauan lapangan.Identifikasi dampak potensial dalam studi ini dilakukan dengan menggunakan metode matriks. Berdasarkan atas jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta komponen lingkungan di dalam dan sekitar lokasi rencana kegiatan, maka dapat diidentifikasi jenis dampak potensial yang diprakirakan timbul. Hasil identifikasi dampak potensial kegiatan pembangunan PBLB oleh PT. Pelindo IV dapat diuraikan sebagai berikut:1. Tahap Konstruksia) Kegiatan Survei Lokasi Presepsi MasyarakatKegiatan survey lokasi untuk pembangunan PBLB Barru oleh PT. Pelindo IV berpotensi menimbulkan dampak terhadap presepsi masyarakat. Dampak presepsi masyarakat terutama terjadi pada masyarakat yang bermukim di Desa Siawung, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Munculnya beragam presepsi masyarakat disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap tujuan pelaksanaan survei. Keresahan MasyarakatDampak keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari munculnya presepsi negatif masyarakat di Desa Siawung, Kecamatan Balusu terkait dengan kegiatan survei lokasi.b) Kegiatan Kompensasi Pemanfaatan Lahan Pendapatan MasyarakatLahan yang akan dibebaskan antara lain lahan yang digunakan untuk lokasi rencana pembangunan jalan akses, lapangan penumpukan, pembangnan dermaga,perkantoran, dan drainase. Kegiatan pembebasan lahan akan mengurangi pendapatan masyarakat.

Presepsi Masyarakat Munculnya presepsi masyarakat akibat kegiatan pembebasan lahan bersumber dari ketidaktahuan maysrakat terhadap luas areal yang akan dibebaskan dan besarnya nilai pembebasan lahan untuk pembangunan PBLB Barru. Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari munsulnya presepsi negatif akibat kegiatan pembebasan lahan untuk pembangunan PBLB Barru. 2. Tahap Konstruksia) Kegiatan Peneriamaan Tenaga Kerja Konstruksi Kesempatan Kerja dan BerusahaKegiatan penerimaan tenaga kerj diperkirakan akan berpengaruh terhadap penurunan angka pencari kerja yang ada di sekitar lokasi kegiatan utamanya masyarakat Desa Siawung, Kecamatan Balusu. Tenaga kerja yang dibutuhkan terdiri dari tenaga kerja skill dan tenaga kerja non skill. Pada saat kegiatan konstruksi dilakukan diperkirakan akan terbuka pula kesempatan berusaha bagi masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Kesempatan berusaha yang diperkirakan akan muncul adalah usaha di sector informal misalnya kos-kosan, warung dan beberapa usaha jasa lainnya. PendapatanDampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak lanjutan dari keterlibatan masyarakat sebagai tenaga kerja dan kesempatan berusaha. Akumulasi upah sebagai tenaga kerja dan penghasilan dari kegiatan berusaha secara potensial akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Presepsi MasyarakatPerlibatan masyarakat sebagai tenaga kerja pada tahap konstruksi dan terciptanya kesempatan berusaha bagi masyarakat local dapat memunculkan presepsi positif masyarakat.b) Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material Kualitas UdaraPeralatan yang akan dimobilisasi dan demobilisasi adalah escavator, motor grader 100 HP, mesin gilas 3 roda 6-8 ton, truk tangki air 115 HP, mesin penyemprot aspal 400 liter dan dumptruck dan lain-lain. Penurunan kualitas udara bersumber dari meningkatnya konsentrasi gas polutan di sekitar jalur jalan yang dilalui kendaraan pengangkut yang digunakan. Polutan bersumber dari emisi gas buang kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan. Selain emisi gas yang dihasilkan, konsentrasi partikel debu di sekitar jalur jalan masuk lokasi kegiatan diperkirakan juga akan meningkat akibat adanya resuspensi debu ke udara oleh adanya tekanan roda kendaraan pengangkat material dan peralatan. BisingMeningkatnya intensitas bising diakibatkan dari suara kendaraan pengangkut peralatan dan material yang digunakan. Peningkatan bising diperkirakan terutama terjadi di jalur jalan yang menanjak. AksesibilitasGangguan aksesibilitas berupa terjadinya kemacetan lalulintas berpotensi terjadi akibat penurunan laju percepatan kendaraan yang ada di belakang kendaraan pengangkut peralatan dan material. Escavator, motor grader 100 HP, mesin gilas 3 roda 6-8 ton, truk tangki air 115 HP, mesin penyemprot aspal 400 liter dan dumptruck, pengangkutan turbin dan generator, maka seluruh badan jalan akan terblokir. Selain itu kegiatan mobilisasi peralatan dan material juga berdampak pada kerusakan jalan apabila tonase pengangkutan tidak sesuai dengan kelas kemampuan jalan. Presepsi Masyarakat Munculnya presepsi negatif masyarakat akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas udara, peningkatan bising serta terjadinya gangguan lalulintas dan kerusakan bdan jalan. Keresahan MasyarakatKeresahan masyarakat merupakan dampak lanjutan dari persepsi negatif masyarakat sebagai dampak dari penurunan kualitas udara, peningkatan bising, gangguan aksesibilitas dan kesehatan masyarakat akibat kegiatan pengangkutan peralatan dan material. Kesehatan MasyarakatTimbulnya gangguan kesehatan masyarakat terutama gangguan pernafasan bagian atas diakibatkan oleh penurunan kualitas udara selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material.c) Kegiatan Pembuatan Jalan Akses Erosi dan SedimentasiKegiatan pembuatan jalan akses diprakirakan berdampak terhadap erosi dan sedimentasi . Hal ini disebabkan karena pembuatan jalan akses dimulai dengan kegiatan pengupasan, perataan dan pemadatan lahan. Kegiatan ini akan mengakibatkan tanah pada tapak pembuatan jalan menjadi labil dan dapat terbawah oleh aliran air permukaan dan masuk ke dalam badan air sungai. Kualitas AirPembangunan jalan akses dapat diprakirakan menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air merupakan dampak lanjutan dari peningkatan laju erosi dan sedimentasi akibat konstruksi jalan akses. Biota DaratKegiatan pembuatan jalan akses potensial memberikan dampak terhadap biota darat berupa gangguan kehidupan flora dan fauna. Dampak ini disebabkan karena pada kegiatan pembuatan jalan dilakukan pembersihan lahan sehingga berbagai jenis tanaman yang ada pada lokasi tapak pembuatan jalan akan hilang. Biota PerairanGangguan biota perairan merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air sungai selama pembuatan jalan akses. Peningkatan kekeruhan badan air berdampak lanjut pada biota perairan.d) Kegiatan Konstruksi Lapangan Penumpukan Erosi dan SedimentasiDampak terhadap erosi dan sedimentasi diprakirakan dapat terjadi pada saat konstruksi lapangan penumpukan dilakukan. Hal ini disebabkan karena pembuatan lapangan penumpukan dilakukan dengan cara pengerukan dasar dan pinggiran sungai serta penimbunan tanah sehingga tanah sisa pengerukan akan terbawah oleh arus air dan akan terjadi sedimentasi di sepanjang aliran sungai. Kualitas AirPenurunan kualitas air merupakan dampak turunan dari meningkatnya erosi dan sedimentasi di dalam sungai. Erosi dan sedimetasi tersebut selanjutnya meningkatkan kekeruhan badan air.

Biota Perairan Meningkatnya kekeruhan di dalam air akibat kegiatan konstruksi lapangan penumpukan menyebankan organisme prodeuser terganggu. Dampak ini mengakibatkan produktivitas air menurun yang berdampak lanjut pada gangguan kehidupan organisme konsumer.e) Kegiatan Konstruksi Fasilitas Penunjang Erosi dan SedimentasiKegiatan konstruksi fasilitas penunjang diprakirakan berdampak terhadap erosi dan sedimentasi. Hal ini disebabkan karena sebagian material sedimen hasil galian konstruksi berpotensi besar terangkut oleh aliran permukaan dan masuk kedalam badan air sehingga terjadi sedimentasi. Kualitas Air Penurunan kualitas air merupakan dampak turunan dari meningkatnya erosi dan sedimentasi di dalam sungai. Erosi dan sedimetasi tersebut selanjutnya meningkatkan kekeruhan badan air. Biota Perairan Meningkatnya kekeruhan di dalam air akibat kegiatan konstruksi lapangan penumpukan menyebankan organisme prodeuser terganggu. Dampak ini mengakibatkan produktivitas air menurun yang berdampak lanjut pada gangguan kehidupan organisme konsumer. Biota Daratf) Kegiatan Konstruksi Dermaga Erosi SedimentasiMaterial hasil galian pada saat metode konstruksi dermaga berpotensi masuk ke..... bersama dengan aliran air permukaan pada saat hujan terjadi. Dampak in diprakirakan bersifat negatif tidak penting bersifat hipotetik mengingat tingkat erosi yang terjadi akibat kegiatan ini sangat kecil, sehingga dampak ini tidak perlu dikaji lebih lanjut pada studi ANDAL. Kualitas AirDampak penurunan kualitas air akibat kegiatan konstruksi dermaga merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air. Selama kegiatan konstruksi dermaga, tanah hasil penggalian yang tererosi oleh aliran permukaan sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi kualitas air

BAB IIIMETODE STUDI

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis DataData yang akan dikumpulkan dalam studi AMDAL rencana pembangunan Pelabuhan Balusu Barru (PBLB) di Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, meliputi dat primer dan data sekunder dari sejumlah komponen lingkungan yang akan ditelaah. Data primer diperoleh melalui pengukuran, pengamatan serta wawancara dengan menggunakankuesioner. Data sekunder diperoleh melalui kantor Badan Meterorologi Geofisika, Badan Statistik. Kabupaten Barru, Kantor Kecamatan, Puskesmas, Kantor Desa, Kasintuwu, serta beberapa nstansi terkait lainnya.DA

3.1.1. Komponen Biologia. FloraDalam pelaksanaan pengumpulan data vegetasi dilapangan , peralatan yang diperlukan antara lain kompas, tali meteran, rol, kaliper, pita diameter dan alat tulis. Dalam pengumpulan data ini, orientasi lapangan terlebih dahulu dilakukan untuk mempelajari komunitas tumbuhan yang ada pada lokasi penelitian. Selanjutnya penentuan penempatan sampel plot dilakukan secara purposive pada setiap tipe komunitas tumbuhan yang ada di dalam lokasi penelitian , dengan ukuran plot 20 m x 20 m dan didalamnya dibuat lagi plot anakan 5 m x 5 m. semua tumbuhan tingkat tinggi yang ditemukan pada setiap plot sampling dicatat nomor individunya dan diukur diameternya pada tinggi 130 cm dari permukaan tanah atau diukur presentase penutupan biomassa tumbuhannya yang ada diatas tanah,. Tumbuhan yang tingginya kurang dari 130 cm yang ada didala sub plot 5 m x 5 m selain dihitung jumlah individunya juga dihitung penutupan biomassanya. Selain itu jga dicatat jenis-jenis tumbuhan yang sekiranya sengaja dibudidayakan oleh masyarakat yang tumbuh disekitar tapak proyek.

Untuk mengetahui kerapatan relatif jenis-jenis tumbuhan yang tercatat pada plot pengamatan digunakan rumus :

Jumlah individu suatu jenisKerapatan (K) Luas plot contoh

Kerapatan suatu jenisKerapatan relatif (KR) = x 100% Kerapatan seluruh jenis

Untuk mengetahui frekuensi relatif digunakan rumus : Jumlah plot ditemukan suatu jenis Frekuensi - Jumlah seluruh plot

Frekuensi dari suatu jenisFrekuensi Relatif = Frekuensi dari seluruh jenis

Untuk mengetahui dominansi relatif digunakan rumus :Jumlah luas bidang dasar suatu jenisDominansi - Luas petak contoh

Dominansi suatu jenisDominansi Relatif = x 100% Dominansi seluruh jenis

Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting digunakan rumus :Indeks Nilai Penting = KR + FR + DRUntuk perhitungan keanekaragaman jenis dari sampling yang dilakukan secara purposive dan acak untuk komunitas atau subkomunitas yang relatif luas dengan jenis-jenis yang melimpah dapat digunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (Browe, Zar and Von Ende, 1990):H = -pi log pi,Dimana pi = n1/N,

Dimana n1 adalah jumlah individu jenis i dan N adalah total individu dari seluruh jenis. Selanjutnya indeks keseragamn dihitung dengan rumus:J = H/ Hmax

Dimana Hmax = log s.S = jumlah jenis dalam semua plot sampling.

b. FaunaPengamatan terhadap fauna akan dilakukan terhadap satwa liar. Metode pengumpulan data satwa liar sedapat mungkin akan dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan (data primer) dengan menggunakan metode IPA (Indeks Punctualle de Abondance) khusus untuk sata liar burung, untuk satwa liar lainnyadengan pengamatan langsung serta wawancara dengan penduduk disekitar lokasi untukmengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat disekitar areal. Pengamatan langsung akan dilakukan baik berdasarkan perjumpaan langsung, suara, jejak atau tanda-tandalain yang ditinggalkan.

Hasil perhitungan kerapatan jenis, sekiranya akan disajikan dalam bentuk kerapatan setiap jenis dan kerapatan seluruh jenispada setiap penggunaan lahan. Demikian puladengan indeks keanekaragaman jenis juga akan disajikan berdaarkan tipe penggunaan lahan. Untuk satwa liar yang informasinya didapatkan berdasarkan wawancara, hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel dengan informasi kelimpahan berdasarkan skalatetapan, yakni melimpah, jarang dan kurang.

c. Biota Perairan Pengamatan terhadap biota perairan dilakukan di sungai Balusuru, melalui pengambilan contoh air secara komposit sebanyak 50 liter dengan menggunakan Water Kemmerer Sampler, kemudian disaring dengan jaring plankton nomor 25. Contoh plankton kemudian diawetkan dengan formalin 4% yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. Parameter yang akan ditelaah meliputi komposisi jenis, kelimpahan dan keragaman jenis.

Sampel benthos akan diambil dari dasar perairan dengan alat Eikman-Redge. Sampel benthos dipisahkan dari tanah dan lumpur kemudian dikumpulkan pada kantong sampel dan diawetkan dengan formalin 10% selanjutnya diamati di Laboratorium.

Parameter yang akan ditelaah adalah komposisi jenis kelimpahan dan keragaman jenis. Informasi tentang jenis yang akan ditelusuri melalui pengamatan terhadap hasil tangkapan dan wawancara dengan nelayan setempat. Lokasi pengamatan biota perairan dilakukan di sungai Balusuru.

Untuk menghitung kelimpahan, indeks kerapatan, keanekaragaman jenis, dan dominansi plankton digunakan persamaan di bawah ini : Kelimpahan: T B V 1N = xxx L P v ADimana:N= Jumlah jasad penyusun (sel/ml)L= Jumlah kotak SRC satu lapang pandangT= Jumlah kotak SRCB= Jumlah jasad yang terlihatP= Jumlah kotak SRC yang diamatiV= Volume sample dalam botol/hasil saringanv= Volume sample dalam SRCA= Volume air yang disaring

Indeks keanekaragaman dihitung dengan persamaan :

n

Nn1Nn1H - ( )1n( ) i=1dimana: H = Indeks keanekaragaman Shanonni = Jumlah individu jenis ke-iN = Jumlah total seluruh jenis Indeks keseragaman dihitung dengan persamaan H(E) = Hmaxdimana :H = Indeks keseragaman jenisHmax = 1n S/ 1n eS = Jumlah spesies dalam komunitas Indeks dominansi dihitung dengan persamaan :

n12 n

i-1N(D) = Dimana : D = Indeks ShimsonData komposisi jenis, populasi dan indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-3.6.

Tabel-3.6. Metode pengumpulan Data BiologiKomponen LingkunganParameterMetode Pengupulan DataAnalisis Data

MetodeLokasi

1. Flora Keanekaragaman jenis Struktur dan komposisi flora Jenis flora yang bernilai ekonomi Jenis flora endemik dan dilindungi

Transek/plot Data sekunder WawancaraSekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Balusuru Perhitungan INP Indeks keanekaragaman

2. Fauna Keanekaragaman jenis Struktur dan komposisi fauna Jenis fauna yang bernilai ekonomi Jenis fauna endemik dan dilindungi

Metode IPA WawancaraSekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Balusuru Kelimpahan Indeks keanekaragaman

3. Biota perairan Nekton Benthos Plankton

Keanekaragaman jenis Struktur dan komposisi fauna Jenis fauna yang bernilai ekonomi Jenis fauna endemik dan dilindungi

Wawancara Observasi Ekman grab Netplankton Pipa paralon SRC mikroskopPerairan sekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Balusuru Kelimpahan Indeks keanekaragaman

Sumber : Fahrul, 2007, Soeparmo, 1992

Komponen Biologi1. Biota DaratPrakiraan besaran dampak pada komponen bita darat menggunakan persamaan yang sama dengan metode analisis data untuk mendapatkan rona lingkungan hidup awal, yang dijelaskan sebelumnya.2. Biota Perairan Prakiraan densitas plankton didasarkan pada perubahan parameter kualitas air utamanya kekeruhan air. Perubahan kekeruhan air dapat menyebabkan laju fotosintesis fitoplankton menurun sehingga densitasnya berkurang. Perubahan densitas plakton akibat kekeruhan air dapat diduga dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan eksponential yang dikemukakan oleh Goldman C.R (1983) yaitu dengan persamaan sebagai berikut:Pt=P0egtdimana :Pt = Populai plankton pada waktu tP0 = Populasi plankton pada waktu t0g = Laju pertumbuhane = Bilangan alami

Adapun metode kajian yang digunakan sebagai berikut: Penentuan ukuran sampel; jumlah populasi yang teridentifikasi berada disekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Balusuru sebanyak 8,343 jiwa, maka metode penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan persamaan Solvin dan galat penduga sebesar 10%, maka diperoleh jumlah responden yang akan diwawancarai sebanyak 289 orang. Untuk lebih jelasnya jumlah sampel yang akan dipilih pada desa dapat dilihat pada tabel-3.7.Tabel-3.7. Jumlah responden pada Satu DesaNo.Lokasi Pelabuhan BalusuruNn

1.Desa Siawung8,343289

Keterangan:N = Ukuran populasin = Ukuran sampel/ respondend = Galat penduga (10%)

Teknik sampling pada data kuantitatif, teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling (menggunakan prinsip random). Pengambilan sampelnya dapat dilakukan satu tahap (simple cluster sampling). Jenis data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder ditelusuri dari kantor Desa/kecamatan serta SKPD terkat di Kabupaten Barru. Data tersebut digunakan untuk mendeskripsikan keadaan demografi, sosial ekonomi dan budaya di lokasi pembangunan Pelabuhan Balusuru. Sementara data primer bersumber dari data hasil wawancara. Metode pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara/interview dan kuesioner/ daftar pertanyaan (questionare).