jurusan tafsir hadis fakultas ushuluddin dan...

80
CHIGIENITAS PERSPEKTIF HADIS (KAJIAN HADIS-HADIS TENTANG KEBERSIHAN MAKANAN, SUMBER AIR, RUMAH DAN JALANAN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: Ahmad Erwan NIM: 103034027910 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H

Upload: lybao

Post on 02-Mar-2019

267 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

CHIGIENITAS PERSPEKTIF HADIS (KAJIAN HADIS-HADIS TENTANG KEBERSIHAN

MAKANAN, SUMBER AIR, RUMAH DAN JALANAN)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh: Ahmad Erwan

NIM: 103034027910

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2008 M/1429 H

Page 2: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Higienitas Perspektif Hadis (Kajian Hadis-Hadis Tentang Kebersihan Makanan, Sumber Air, Rumah dan Jalanan)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana program Strata I (S1) pada Jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 31 Maret 2008

Ketua Merangkap Anggota

Dra. Ida Rasyidah, MA. NIP. 150 242 267

Sekretaris Merangkap Anggota

Jauharotul Jamilah, M.Si. NIP. 150 282 401

Anggota

Drs. Harun Rasyid, MA. NIP. 150 232 921

Drs. Bustamin, MBA. NIP. 150 289 320

Syarifah Rusydah, Lc., MA. NIP: 150 300 333

Page 3: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâh, segala puji syukur hanya penulis panjatkan kehadirat Allah

Swt. yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri

tauladan manusia Nabi Muhammad Saw., keluarga, para sahabat dan kita semua yang

selalu mengikuti sunahnya hingga akhir masa. Âmîn...

Merupakan suatu kebahagiaan yang tak terhingga bagi penulis, karena telah

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Higienitas Perspektif Hadis (Kajian

Hadis-hadis tentang Kebersihan Makanan, Sumber air, Rumah dan Jalanan)”

sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh

gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan

Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai

rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat.

2. Bapak Drs. Bustamin, M.B.A selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis.

3. Bapak Edwin Syarif, M.Ag, Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

4. Ibu Syarifah Rusydah, M.A. sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta seluruh civitas

akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan

bimbingan selama penulis berada dalam masa perkuliahan.

Page 4: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

6. Seluruh staf perpustakaan UIN dan perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat serta

perpustakaan Iman Jama’ atas tersedianya buku-buku yang dapat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang

tua; ibunda Sunarsih dan ayahanda Murtado yang selalu merawat, mendidik

dan juga yang selalu memberikan doa, motivasi dan tak henti-hentinya

memberikan pengorbanan baik materi maupun non materi. Semoga Allah

Yang Maha Kuasa memberikan ampunan, rahmat dan kesehatan bagi mereka.

8. Keluarga penulis semuanya, saudara-saudara, keponakan-keponakan yang

telah menemani di saat penulis mengerjakan skripsi ini dan khususnya untuk

kak Maria Ulfa, S.Pd terima kasih bantuan dan motivasinya.

9. Teman-teman jurusan Tafsir Hadis angkatan 2003 terutama TH/C juga TH/A

dan TH/B yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini khususnya Agus, Iful, Zainuddin, Nunung,

Nurjaman, Arif, Zaeni, Yayah, Ana, Afif, Robi, Hadi, Rudin, Agustin,

Mikoyah, Laifa dan teman teman yang lain yang tak bisa disebutkan satu

persatu. Thank’s very much, sukses selalu buat kalian.

Akhir kata, penulis berharap kritik dan saran terhadap karya tulis ini yang jauh

dari sempurna dan semoga karya tulis yang sederhana ini bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca. Wassalam…

Depok, 27 Maret 2008

Ahmad Erwan

Page 5: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................6

C. Tujuan Penelitian ..............................................................6

D. Metodologi Penelitian.......................................................7

E. Sistematika Penulisan .......................................................8

BAB II TINJAUAN UMUM KEBERSIHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN ................9

A. Pengertian Kebersihan ......................................................9

B. Kebersihan dalam Pandangan Islam ...............................11

C. Hubungan Kebersihan dengan Kesehatan ......................16

BAB III HADIS-HADIS TENTANG HIGIENITAS............................24

A. Kebersihan Makanan dan Minuman ...............................24

B. Kebersihan Sumber Air...................................................31

C. Kebersihan Rumah dan Jalanan ......................................35

BAB IV ANALISA HADIS-HADIS KEBERSIHAN MAKANAN, SUMBER

AIR, RUMAH DAN JALANAN..............................................40

A. Pandangan Ulama ..........................................................40

B. Analisa Matan Hadis.......................................................54

BAB V PENUTUP.....................................................................................76

A. Kesimpulan ......................................................................76

Page 6: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

B. Saran-saran .......................................................................77

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 78

PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf arab Huruf latin Keterangan Tidak dilambangkan ا b Be ب t Te ت

Page 7: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

ts Te dan es ث j Je ج h H dengan garis bawah ح kh Ka dan ha خ d De د dz De dan zat ذ r er ر z zet ز s es س sy Es dan ye ش s Es dengan garis bawah ص d De dengan garis bawah ض t Te dengan garis bawah ط z Zet dengan garis bawah ظ Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع gh Ge dan ha غ f Ef ف q Ki ق k Ka ك l El ل m Em م n En ن w We و h Ha ه Apostrof ء y ye ي

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab di

lambangkan dengan dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda vokal arab Tada vokal latin Keterangan â A dengan topi di atas ئا î I dengan topi di atas ئي û U dengan topi di aas ئو

Kata sandang yang dalam aksara arab dilambangkan dengan huruf ڵا yaitu

dialihaksarakan menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf

qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku

Page 8: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsyiyah.

Page 9: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada umat

manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya

membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai

berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil

berbagai aspek itu adalah al-Quran dan hadits.1

Bagi umat Islam, hadis diyakini sebagai sumber kedua (second source) setelah

al-Quran. Hadis yang disebut juga sunnah adalah segala sesuatu yang dinisbahkan

kepada Nabi Muhammad Saw. baik perkataan, perbuatan, maupun taqrîr (ketetapan)

atau sifat2. Fungsi hadis sebagai menetapkan dan memperkuat hukum-hukum al-

Quran, menafsirkan atau menjelaskankan kandungan ayat-ayat al-Quran, merincikan

yang mutlak, mentakhsis (penentuan khusus) ayat-ayat al-Quran yang masih umum

dan kadangkala memberi keputusan hukum yang tidak terdapat dalam al-Quran.3

Ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup, ajaran-ajaran Allah tercermin

dalam kehidupan beliau sehari-hari. Sementara sesudah beliau wafat, ajaran-ajaran

Allah tercermin dalam hadis yang beliau tinggalkan.4

Salah satu di antara ajaran-ajaran Islam adalah anjuran hidup bersih dan sehat.

Islam menganjurkan agar kita memperhatikan kebersihan sebagai salah satu cara

untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang

tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai

1 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1978) cet. Ke-2,

jilid 1, h. 24 2 Subhi al-Salih, Ulûm al-Hadîs wa Mushthalahu, (Dar al-Ilm al-Malayin, 1997), h. 3 3 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: Al-Ma’arif, 2000), h. 65 4 Ali Mushtofa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 35

Page 10: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bahkan Islam

mengkategorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban setiap muslim.

Dalam kitab-kitab syarî’ah, bab pertama selalu diawali dengan bâb al-tahârah

yakni kebersihan. Dengan demikian, fiqih pertama yang dipelajari umat Islam ialah

masalah kebersihan.5

Memperhatikan masalah kebersihan adalah salah satu unsur penting dalam

perilaku beradab. Islam menganggap kebersihan sebagai suatu sistem peradaban dan

ibadah. Karena itu, kebersihan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seorang

muslim. Di sini, dapat kiranya disadari bila Islam mewajibkan kepada semua muslim,

laki-laki dan perempuan untuk melakukan salat lima kali dalam sehari semalam.

Dalam Islam, salat merupakan kunci surga. Salat seorang muslim tidak sah selama ia

tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan hadas besar

dengan mandi. Dalam sehari, wudhu dilakukan beberapa kali dengan maksud untuk

membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran, keringat, dan debu; misalnya

wajah –juga mulut dan hidung- dan kepala, serta kedua tangan, kaki dan telinga.6

Al-Quran dan hadis telah mengajarkan kebersihan dan menganjurkan hidup

sehat. Dalam beberapa ayat al-Quran, dapat kita lihat bahwa surat yang pertama yang

diturunkan adalah seruan untuk menuntut ilmu, sedangkan yang kedua adalah

panggilan kepada kebersihan. Surat pertama yang diturunkan adalah ayat “iqra’” yang

artinya “bacalah”, sedangkan surat kedua adalah:

)٤: المدثر( “Dan pakaianmu bersihkanlah”. (Q.S. Al-Mudatsir: 4)

Allah suka kebersihan sebagaimana firman-Nya:

5 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan,

(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Terj. Faizah Firdaus, h. 190 6Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. h. 361

Page 11: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

)٢٢٢: البقرة( ☺

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (Q.S. al-Baqarah: 222)

Allah memuji memuji penghuni masjid Quba dan memuji kebiasaan mereka yang

mencintai kebersihan. Allah berfirman:

☺ )١٠٨: التوبة(

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak

hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Q.S. al-Taubah: 108)

Karena itu, kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan. Sampai

ada kata-kata yang terkenal di kalangan umat Islam yang mengatakan: “Al-nazhâfat

min al-îmân (kebersihan sebagian dari iman)”. Sebagian orang Islam menganggap

kalimat tersebut sebagai hadis, padahal ia bukan hadis.7 Sebenarnya hadis yang sahih

berbunyi: “al-Tuhûr syatr al-îmân”8 (artinya: kebersihan sebagian dari iman).

Maksudnya setengahnya iman.

Perhatian al-Quran dan hadis terhadap higienitas9 dan kebersihan tidak hanya

dengan wudhu dan mandi saja. Akan tetapi, keduanya sangat memperhatikan

higienitas lain yang dibutuhkan manusia. Makanan, air bersih merupakan hal penting

yang menunjang kesehatan manusia. Kebanyakan manusia terserang penyakit akibat

mengkonsumsi jajanan yang tidak higienis karena tercampurnya makanan oleh debu

7 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’, h. 365 8Abu al-Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, (Saudi: Baitul Afkar Al-

Dauliyah, 1998), hal. 119. (Dari Abu Malik al-Asy’ari dalam “al-Tahârah” hadis no. 223). 9 Berasal dari kata higene yakni sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan serta

berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Lihat: Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara/LPKN, 2000). Cet. Ke-2, h. 340

Page 12: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

jalanan sehingga menumbuhkan bakteri. Menurut penelitian WHO, lebih dari 1,1

milyar orang pada wilayah pedesaan dan perkotaan kini kekurangan akses terhadap air

minum bersih. WHO memperkirakan 4500 balita setiap tahun meninggal akibat air

yang tidak aman dan kurangnya higienitas. Keterkaitan kebersihan dengan kesehatan

dalam Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan akidah dan

syariatnya.10

Dalam sejarah manusia, Islam merupakan akidah pertama, bahkan norma

ilmiah pertama yang memperkenalkan dan memerintahkan steril yang diidentikkan

dengan “bersuci” (tahârah). Istilah “bersuci (tahârah) adalah membersihkan atau

membebaskan sesuatu dari bakteri atau benda yang mengandung bakteri, sedang

sesuatu yang kotor atau mengandung jamur diidentikkan dengan “najis”.11

Dalam hadis, dijelaskan bahwa untuk menghilangkan najis adalah dengan

mencuci dengan air atau dipanaskan di atas api. Menghilangkan najis berarti

menghilangkan atau membersihkan dari bakteri hingga hilang warna, bau dan

rasanya. Dengan demikian, Islam merupakan perintis pertama yang memberi

peringatan bahwa perubahan warna, bau dan rasa menunjukkan adanya bakteri yang

hidup dan aktif. Adapun benda-benda najis yang diisyaratkan oleh al-Quran dan hadis

dan ia mengandung bakteri, antara lain: nanah, kotoran hajat, darah, tumpahan

(muntah), air liur anjing, babi dan segala sesuatu yang telah membusuk seperti sisa-

sisa hewan yang mati atau potongan hewan yang hidup.

Dengan melihat ajaran-ajaran Nabi itu, maka hadis memiliki kekayaan fakta-

fakta ilmiah yang jika dikembangkan dengan pola sains modern akan muncul berbagai

disiplin ilmu pengetahuan yang bermanfaat; khususnya ilmu kesehatan. Akan tetapi,

10 Depkes, “Kekurangan Akses Terhadap Air Minum dan Sanitasi Dasar”. Artikel diakses

tanggal 4 Januari 2007 dari http: //www. Depkes.go.id./index.php.option=news&task. 11 Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Bumii Aksara,

1996), h. 10

Page 13: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

kurangnya kita menyadari akan hal itu. Masih terdapat kaum muslim yang tidak

memperhatikan kebersihannya serta kurangnya melihat bahwa Islam sebagai agama

dan peradaban juga pengaruhnya terhadap dunia kesehatan.

Permasalahan kebersihan makanan, sumber air, rumah dan jalanan menjadi

perhatian penulis untuk dikaji karena memandang bahwa permasalahan kebersihan

tersebut masih banyak kita lihat; tidak sedikit sungai yang tercemar, sampah

berserakan di mana-mana terutama di jalanan dan bahkan di lingkungan rumah kita

serta makanan yang kurang higienis.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih mendalam

bagaimana pandangan hadis-hadis mengenai kebersihan makanan, sumber air, rumah

dan jalanan? Apakah amalan-amalan hadis itu hanya cocok untuk zaman Nabi saja

atau dapat diimplikasikan pada zaman sekarang?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada skripsi ini akan dibatasi pada masalah penelitian hadis-hadis tentang

kebersihan. Kebersihan yang akan dikaji pada skripsi ini adalah hanya kebersihan

yang berkenaan dengan makanan, sumber air, rumah dan jalanan. Untuk

mempermudah dalam penelusuran hadis-hadis yang akan diteliti, penulis hanya

meneliti hadis yang termasuk dalam al-kutub al-sittah serta dibahas dari segi matan

hadis saja.

Agar masalah-masalah di atas lebih jelas dan sistematis, maka pada skripsi ini,

penulis akan merumuskan pembahasan tentang hadis-hadis kebersihan, yakni:

1. Bagaimana konsep higienitas dalam tinjauan hadis?

2. Bagaimana pandangan ulama mengenai hadis-hadis kebersihan makanan,

sumber air, rumah dan jalanan?

Page 14: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui perhatian hadis terhadap kebersihan khususnya kebersihan

makanan, sumber air, rumah dan jalanan serta dapat diamalkan bagi setiap

orang.

2. Untuk menggali kembali hadis-hadis yang berkenaan dengan lingkungan.

3. Untuk mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam

bidang hadis.

4. Memenuhi persyaratan dalam rangka penyelesaian studi sarjana S1.

D. Metodologi Penelitian.

Untuk memperoleh data dan informasi, penulis melakukan penelitian

kepustakaan atau library research, yaitu dengan cara menelaah buku-buku dan tulisan

yang memiliki kaitan secara langsung maupun secara tidak langsung. Usaha ini

dilakukan untuk memperoleh kerangka teori dan pendapat-pendapat yang

dikemukakan oleh ulama yang kompeten dalam masalah tersebut.

Selanjutnya pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu melalui pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar

untuk kemudian ditelaah dan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan. Adapun untuk

menganalisa hadis ini, penulis merumuskan langkah-langkah dalam melakukan

penelitian sebagai berikut:

1. Menelusuri sanad hadis melalui lafaz dalam matan hadis dengan

menggunakan kamus hadis yakni: Mu’jam Mufahras Li Alfâzil al-Hadîts al-

Nabawî yang ditaqrîr oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. Kemudian mencari

data yang telah diperoleh dari kamus dengan merujuk ke kitab aslinya.

Page 15: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

2. Melakukan penelitian kandungan matan hadis tentang kebersihan makanan,

sumber air, rumah dan jalanan melalui beberapa pendekatan, antara lain:

pendekatan al-Quran, hadis sahih, bahasa dan ilmu kesehatan.

Untuk pengolahan data menjadi kesimpulan penulis menggunakan metode

induktif, yaitu berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah data secara khusus untuk

kemudian diambil kesimpulan secara general. Kemudian, sebagai pedoman penulisan

skripsi ini penulis menggunakan buku Pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan kedalam lima bab,

masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan mengenai topik-topik

tertentu, yaitu:

Bab pertama, pendahuluan yaitu global tentang materi yang akan dibahas dari

latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, metodologi penulisan,

dan sistematika penulisan.

Pada bab kedua yaitu tinjauan umum kebersihan dalam pandangan Islam dan

hubungannya dengan kesehatan yang meliputi pengertian kebersihan, kebersihan

dalam pandangan Islam dan hubungan kebersihan dengan kesehatan

Pada bab ketiga, yaitu tentang hadis-hadis higienitas terdiri dari hadis-hadis

kebersihan makanan, kebersihan sumber air, kebersihan rumah dan jalan.

Selanjutnya pada bab keempat, membahas tentang analisa hadis-hadis

kebersihan makanan, sumber air dan rumah dan jalanan, terdiri dari pendapat ulama

dan analisa matan hadis.

Dan bab kelima atau terakhir yaitu penutup, terdiri dari: kesimpulan dari isi

keseluruhan skripsi dan beberapa saran.

Page 16: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

BAB II

TINJAUAN UMUM KEBERSIHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN

A. Pengertian Kebersihan

Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan keadaan lahiriyah suatu

benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan sebagainya. Terkadang

bersih digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci. Dalam hukum

Islam, setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan”, yaitu:

1. Nazâfah atau nazîf, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah,

dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air.

2. Tahârah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan

lahiriyah dan batiniyah.

3. Tazkiyah, mengandung arti ganda yaitu membersihkan dari sifat atau perbuatan

tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji.12

Sedangkan dalam istilah fuqahâ, tahârah berarti kebersihan dari sesuatu yang

khusus yang di dalamnya terkandung makna ta’abbud (menghambakan diri) kepada

Allah. Ia merupakan salah satu perbuatan yang dicintai Allah.13 Sebagaimana Allah

menyatakan pujian-Nya pada sekelompok orang. Allah berfirman dalam surat al-

Taubah: 108, yaitu:

)١٠٨: التوبة(☺ “Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”.

12Tim Lembaga Penelitian UIJ, Konsep Agama Tentang Bersih dan Implikasi dalam

Kehidupan Masyarakat Islam, (Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 1993), h. 14 13 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson

Rahman, MA. h. 3

Page 17: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Kebersihan yang dimaksud adalah baik kebersihan inderawi (yang bisa

diindera/dirasakan) yakni kebersihan pribadi kebersihan umum, maupun kebersihan

maknawi yang hanya diketahui oleh nurani, yaitu bersih dari sifat syirik, munafik,

dengki dan sifat tercela lainnya.14

Bersih (tahârah) inderawi ada dua macam yaitu bersih dari sesuatu yang kotor

dan bersih dari hadas. Adapun yang dimaksud dengan bersih dari kotoran (khabats)

adalah membersihkan dari najis yang bisa dilihat dan dirasa yang mengenai badan,

pakaian, atau tempat. Najis seperti ini memiliki rasa, warna dan bau. Sedangkan yang

dimaksud dengan bersih dari hadas adalah membersihkan atau bersuci dari najis

hukmiyah yang diluarnya tidak ada sesuatu yang dirasakan dan dilihat mata, diraba,

dicium atau dirasakan. Ia tak lain adalah suatu perkara yang ditetapkan oleh syariat

bahwa hal itu mewajibkan wudu jika ia adalah hadas kecil dan mewajibkan mandi jika

ia berupa hadas besar.15

Kebersihan merupakan suatu kegiatan atau kebiasaan membersihkan sesuatu

yang dianggap kotor, supaya menjadi bersih. Hanya standar bersih ini tidak sama

tergantung pada tingkat pendidikan, kebiasaan dan mungkin juga dana yang dimiliki.

Kebersihan pada masa ini, bukan hanya sekedar untuk menghindari menjangkitnya

suatu penyakit tetapi kebersihan sudah merupakan suatu kebutuhan hidup yang erat

hubungannya dengan keindahan, ketertiban untuk mencapai hidup sehat, bersih,

indah, nyaman dan tenteram.16

B. Kebersihan dalam Pandangan Islam

Ajaran kebersihan dalam agama Islam berpangkal atau merupakan

konsekuensi dari iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci atau bersih

14Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’, h. 365 15 Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, h. 11 16 H. Wagino Ali Mashuri, Kebersihan dan Kesehatan Islam, (Pasuruan: PT. GBI Pasuruan,

1995), cet. Ke-4. h. 1

Page 18: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

agar ia berpeluang mendekat dan akrab kepada Allah Swt.; Tuhan Yang Maha Suci

itu. Hal ini dapat dipahami dari beberapa hadis sebagai berikut:

)رواه مسلم( 17الإيمان شطر الطهور “Kebersihan itu setengah dari iman”.

وأدناها الله إلا إله لا قول فأفضلها شعبة وستون بضع أو وسبعون بضع الإيمان 18)متفق عليه( الإيمان من شعبة والحياء الطريق عن الأذى إماطة

“Iman itu 70 cabang lebih atau lebih dari 60 cabang. Seutama-utamanya iman

adalah ucapan ‘Lailâha illallâh’ dan serendah-rendahnya iman adalah membuang gangguan (duri) dari jalan dan malu itu sebagian dari iman”. (Muttafaqun ‘alaih)

Hadis-hadis tersebut memberi petunjuk bahwa kebersihan itu bersumber dari

iman dan bagian dari iman. Dengan demikian, kebersihan dalam ajaran Islam

mempunyai aspek ibadah dan aspek moral.19

Agama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat dan

melebihi Islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebersihan manusia,

kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya. Hingga

tersebar kata-kata seperti hadis di atas “kebersihan itu sebagian dari iman”. Padahal

para pemuka agama di abad pertengahan –seperti pendeta di Barat- melakukan

taqarrub kepada Allah dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air.

Sampai di antara mereka ada yang mengatakan; semoga Allah memberikan rahmatnya

pada sang pendeta fulan, sebab dia telah hidup selama lima puluh tahun dengan tidak

pernah membasuh kedua kakinya.20

Sebagian yang lain mengatakan; ada orang yang hidup sebelum kita sepanjang

hayatnya dia tidak pernah membasahi badannya dengan air. Namun, kita sekarang

masuk dalam zaman yang manusia masuk ke dalam kamar mandi. Demikian al-

17 Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, h. 119. hadis no. 223 18Abu Zakaria Yahya bin Musyrif Al-Nawawi, Riyad Al-Salihîn, (Beirut: Dar Al-Kutb Al-

Islami,t.th.), h. 78. (diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.) 19Majelis Ulama Indonesia, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut ajaran

Islam, (Jakarta: MUI, 2000), h. 36 20 Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah. h. 12

Page 19: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Qardhawi menukil dari Allamah Abul Hasan Al-Nadwi dalam bukunya Madza

khasira al-a’lam bi inhitah al-muslimîn.

Bagi orang-orang yang berilmu dari kalangan Islam; yang mampu

menggabungkan antara kesahihan teks dan kejelasan rasio, akan melihat jelas bahwa

kebaikan dan keburukan itu merupakan sesuatu yang bisa ditangkap secara rasio

melalui perbuatan-perbuatan, seperti sesuatu yang indah dan yang jelek atau dalam

suatu benda, seperti barang yang wangi dan barang yang kotor. Sesungguhnya tidak

diragukan lagi bahwa seseorang akan lebih cenderung memilih yang baik dan akan

senantiasa menghindari yang kotor. Hanya saja akal tidak mampu memberikan

detilnya. Kadang hanya sebagian orang yang mampu menangkapnya, seperti antara

keadilan dan kezaliman atau antara air dan tinja. Maka datanglah syariat untuk

menerangkan detilnya dengan menerangkan posisinya dalam sesuatu yang dirasakan

dan menerangkan batasannya dalam rasio.

Syariat memerintahkan untuk menjauhinya dan menyingkirkannya setelah

melakukannya. Yang demikian ini disebut dengan tathîr dan tazkiyah. Sedangkan

penyucian yang berkenaan dengan batiniyah/maknawi adalah dengan taubat dan yang

kebersihan lahiriyah/mahsûsat (dirasakan) adalah dengan cara disucikan dengan air

dan yang serupa dengannya. Oleh sebab itulah, Allah menggabungkan antara

keduanya, dalam firman-Nya:

)٢٢٢: البقرة( ☺

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang membersihkan diri”. (Q.S. Al-Baqarah:222)

Kemuliaan makhluk adalah karena kedekatannya dengan Penciptanya. Maka

beragamlah kondisi makhluk itu. Oleh sebab itulah, syariat memerintahkan agar

seseorang menjauhkan dirinya dari najis dalam segala kondisinya. Allah mewajibkan

untuk membersihkan diri dalam semua hal saat akan menghadap Tuhannya seperti

Page 20: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

saat salat. Sebab salat adalah puncak dari pendekatan diri kepada Allah. Oleh

karenanya, pada saat itu diperintahkan untuk menggunakan perhiasan dan dianjurkan

bersuci pada saat melakukan tawaf di ka’bah.21, sebagaimana Allah berfirman:

)٣١ : األعراف( “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap kali memasuki

masjid” (Q.S. Al-A’raf:31)

Ajaran kebersihan tidak hanya sekedar slogan, motto atau teori belaka. Tetapi

harus dijadikan pola hidup praktis yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang

masa. Ajaran kebersihan atau kesucian dalam Islam antara lain terlihat dari

pensyariatan ibadah salat yang dilakukan setiap hari. Salat dapat menyucikan

lahiriyah melalui wudhu yang merupakan syarat sah sebelum melaksanakannya. Di

samping itu juga, dapat pula menyucikan batiniyah melalui pengesaan Allah Swt.22

Tahârah merupakan salah satu syarat untuk melakukan ibadah kepada Allah

Swt. untuk melakukan salat misalnya, seseorang terlebih dahulu harus melakukan

wudhu dan membersihkan najis dan kotoran yang melekat di badannya, pakaiannya

serta tempat yang akan digunakan. Demikian juga halnya dengan puasa yang tidak

boleh dilakukan oleh orang yang dalam keadaan haid dan nifas. Jadi, fungsi tahârah

adalah sebagai syarat untuk keabsahan suatu ibadah. 23

Kebersihan badan atau jasmani seorang muslim tidak hanya menghilangkan

najis, beristinja dan berwudu saja, tetapi adakalanya harus melakukan pembersihan

badan secara menyeluruh dengan ghusl (mandi). Membersihkan diri dengan mandi

menjadi suatu kewajiban dalam rangka pelaksanaan ibadah manakala seseorang junub

(setelah melakukan hubungan seksual atau ihtilâm) atau seusai haid dan nifas (khusus

21Al-Qaradhawi, Fiqh Thaharah, h. 13 22 A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h.

18 23 Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah,. h. 18

Page 21: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

bagi wanita). Selain itu, ajaran Islam menekankan anjurannya supaya orang itu mandi

dalam hubungannya dengan pelaksanaan ibadah tertentu, yang disebut al-ightisâlât

al-masnûnah24 (beberapa mandi yang disunnahkan), antara lain: salat jum’at, salat

idul fitri, salat idul adha, salat istisqo, salat kusuf, salat khusuf, orang yang usai

memandikan jenazah, orang kafir (non muslim) yang baru saja menganut agama

Islam, orang gila yang baru sadarkan diri, orang pingsan yang baru sadar, orang yang

akan mengenakan pakaian ihram (untuk memulai ibadah umroh/haji), orang yang

akan memasuki kota suci Makkah, orang yang akan wukuf di Arafah, orang yang

akan mabit di Muzdalifah, orang yang akan melontar jumroh dan orang yang akan

melakukan tawaf.

Islam juga memperhatikan kebersihan beberapa anggota badan tertentu,

misalnya mulut. Menurut sunnah, alat yang digunakan untuk membersihkan mulut

adalah siwak, karena siwak adalah alat yang paling mudah didapatkan oleh penduduk

di jazirah Arab. Rasulullah Saw. bersabda: “Siwak itu mebersihkan mulut dan

mendapatkan ridho Allah”. Contoh anggota tubuh lain yang mendapatkan pehatian

Rasul, antara lain: rambut, dalam hadis disebutkan “Barang siapa memiliki rambut

maka hendaklah ia merawatnya dengan baik”. Selain itu juga, Rasul memerintahkan

untuk mencukur rambut yang tumbuh di ketiak dan kemaluan, memotong kuku dan

menganggap bahwa perbuatan tersebut sesuai dengan fitrah.25

Islam juga memperhatikan masalah kebersihan makanan dan minuman.

Kebersihan memiliki dampak keindahan dengan bersihnya pakaian juga kebersihan

lingkungan atau apa yang diistilahkan oleh para dokter sebagai kesehatan lingkungan

termasuk kebersihan sumber air, rumah dan jalan merupakan persoalan mendapatkan

perhatian serius dari Rasulullah dan dijadikan prinsip dasar bagi penjagaan tubuh dari

24Musthofa Daib al-Bagho, Al-Tadzhib fi Adillati Matn Al-Ghoyah wa Al-Taqrib, (surabaya: Bungkul Indah, 1978)cet. Ke-1. h. 25

25 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’,h. 192

Page 22: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

penyakit-penyakit menular ataupun dari hal-hal yang tidak semestinya akan

menimbulkan berbagai macam penyakit.26

Perhatian Islam terhadap kebersihan adalah menjadi kelebihan dan keutamaan

yang besar bagi Islam. Hal ini disebabkan karena dua hal27:

pertama, karena orang Arab (pada masa itu) adalah masyarakat yang lebih

cenderung mengikuti perilaku masyarakat Badui. Mereka pada umumnya tidak

memperhatikan kebersihan badan, pakaian dan rumah. Misalkan mereka sering buang

air di tempat umum, di tempat air yang diam (tidak mengalir) yang airnya dipakai

untuk mandi dan keperluan membersihkan. Islam datang membawa perubahan

menjadi perdabaan yang lebih baik.

Kedua, agama yang dipeluk oleh masyarakat jazirah Arab dan sekitarnya

bukanlah agama yang memperhatikan dan mendorong untuk hidup bersih. Bahkan

dalam sebagian hadis diceritakan orang-orang Yahudi adalah orang yang tidak

memperhatikan kebersihan rumah. Karena itu, Rasulullah Saw. bersabda:

28باليهود تشبهوا ولا أفنيتكم فنظفوا

“Bersihkan teras rumah kalian dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi.” (H.R. Tirmidzi)

C. Hubungan Kebersihan dengan Kesehatan

Banyak ungkapan yang menyatakan bahwa bersih itu sebagian dari iman,

bersih itu sehat, bersih itu indah dan sebagainya. Setiap orang tentu senang akan

kebersihan, karena dalam kebersihan terdapat keimanan, kesehatan dan keindahan.

Pengertian sebaliknya adalah bahwa orang yang tidak peduli terhadap kebersihan

26 Dr. Najib Al-Kailani, Tuntunan Kesehatan Menurut Jejak Rasulullah, (Surabaya: PT.

Bungkul Indah, 1994) Alih Bahasa M. Husaini, h. 22 27Al-Qaradhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah SebagaiParadigma Ilmu Pengetahuan ’, h. 368-

369 28Al-Tirmizi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.) Jilid 4, h. 365 hadis no. 2808

Page 23: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

adalah orang kurang iman, kurang sehat dan tidak tahu keindahan. Menjaga

kebersihan diri lingkungan berarti memelihara kesehatan diri dan bersama.29

Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran Islam bertujuan untuk memelihara

lima hal pokok, yaitu: agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan) dan kesehatan.

Setiap usaha yang dapat mendukung tercapainya salah satu usaha dari tujuan tersebut

walaupun belum ditemukan dalam al-Quran ataupun sunnah mendapat dukungan

penuh dari ajaran Islam.30

Ajaran Islam menganjurkan kepada umat Islam agar menjadi manusia yang

sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rohani. Hanya dengan jasmani dan rohani

yang sehat, umat Islam bisa menikmati kebahagiaan hidup, bisa beribadah dengan

baik, bisa mengamalkan berbagai perintah agama. Al-Quran dan hadis telah

memberikan perhatian yang mendalam terhadap masalah kesehatan manusia; baik

kesehatan badan maupun jiwa. Dalam masalah ini, hadis telah memberikan berbagai

ilmu pengetahuan serta pengertian yang dianggap sebagai kekayaan yang tak ternilai

harganya bagi mereka yang benar-benar menghargai manusia.

Pada skripsi ini, akan mencoba membahas sebagian prinsip dan pengertian

mendasar yang terdapat dalam al-Quran dan telah dijelaskan secara rinci oleh hadis,

yaitu mengenai masalah kesehatan dan keselamatan manusia dari berbagai penyakit

serta kemampuannya untuk mencapai prestasi dan memberikan kontribusi di samping

usaha melawan berbagai penyakit dan wabah yang selalu menyerang kesehatan

manusia.

Prinsip, nilai dan pengertian yang diperhatikan oleh hadis Nabi Saw. ialah

menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang

29Hario Tilarso dkk, Panduan Peningkatan Kesehatan Santri, (Jakarta: CV. KutaBoloh

Manunggal, 2005) h. 27 30 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992). Cet. Ke-2, h. 286

Page 24: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

harus diterima dengan rasa syukur, sehingga kenikmatan itu diharapkan akan semakin

bertambah. Allah berfirman pada surat Ibrahim ayat 7:

⌧ ⌧ ⌧ ⌧

)٧: ابراهيم(

“Sungguh jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim: 7)

Bentuk syukur terhadap nikmat kesehatan ini ialah dengan senantiasa menjaga

kesehatan sesuai dengan sunnatullâh yang berkaitan dengan segala sebab dan akibat,

dan mengikuti Nabi mengenai cara menjaga kesehatan karena petunjuk Nabi itu

adalah sebaik-baik petunjuk dan yang paling sempurna.31

Imam Ibn al-Qayyim berpendapat bahwa siapa yang merenungkan petunjuk

Nabi, maka dia akan menyadari bahwa petunjuk Nabi itu adalah petunjuk yang paling

baik untuk menjaga kesehatan. Cara menjaga kesehatan itu tidak hanya terbatas pada

pengaturan tempat makan, tempat minum, pakaian dan tempat tinggal dengan sebaik-

baiknya. Tetapi juga meliputi pengaturan udara, waktu tidur, dan jaga, pengaturan

gerak, istirahat, hubungan seksual dan memanfaatkan waktu senggang. Jika semua ini

bisa dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan badan dan tempat tinggal, sesuai

dengan umur dan kebiasaan, maka inilah cara terbaik untuk menjaga kesehatan.32

Orang yang diberi kesehatan dan keselamatan maka hendaklah ia menjaganya,

memperhatikan dan melindunginya dari berbagai hal yang dapat menghancurkan

keberadaannya. Karena kesehatan merupakan nikmat Allah yang terbesar dan paling

sempurna yang diberikan kepada hamba-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

31 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’, h. 187 32Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, h.188

Page 25: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

مغبون نعمتان وسلم عليه الله صلى النبي قال قال اعنهم الله رضي عباس ابن عن )رواه البخارى (33والفراغ الصحة الناس من آثير فيهما

“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia, yakni

kesehatan dan waktu luang”.

Selain Islam mewajibkan kebersihan/kesucian sebagai salah satu syarat ibadah

kepada Allah Swt., kebersihan juga sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan.

“Menjaga kesehatan” sebagai upaya preventif dari berbagai penyakit, meliputi dua

hal, yaitu: menjaga kebersihan dan hidup yang sehat serta menyediakan makanan

yang bergizi dan baik.

Sekalipun penemuan sains modern berkembang begitu pesat dan bahkan

mengantarkan ilmu medis kepada puncak penemuannya, sehingga mampu

mendiagnosis berbagai penyakit dan dikeluarkannya berjuta poundsterling untuk

biayanya, tetapi menjaga kesehatan dan menjaga lingkungan tetap lebih baik daripada

mengobatinya. Menjaga kesehatan dan kebersihan lebih mahal harganya daripada

upaya pengobatan itu sendiri.

Manfaat menjaga kebersihan pada dasarnya kembali kepada beberapa sebab,

antara lain:

1. Menjaga kebersihan itu sendiri lebih efektif dalam mencegah timbulnya berbagai

penyakit, seperti: kolera, tipus, penyakit kuning daripada mencegah atau

memberantas setelah berkembang menjadi wabah. Umumnya di negara-negara

berkembang tidak begitu baik kualitasnya dalam pelayanan makanan umum

(misalnya kantin), lebih mudah dijumpai jika melancong ke berbagai negara

terbelakang dan mudah dijumpai tempat kotor dan berbagai wabah berjangkit di

dalamnya.

33 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, h. 1232. Kitâb al-Riqâq bâb Mâ jâa fî al-sihhat wa al-farâgh,

hadis no. 6412

Page 26: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

2. Sesungguhnya kantin-kantin seperti itu tidak akan menarik pembeli dan tidak

higienis serta tidak steril (terbebas dari penyakit). Jika setiap makanan tertentu

sebagai penyebar penyakit maka menjaga kebersihan dari lingkungan kotor adalah

keharusan.

3. Sekalipun sains modern begitu pesat perkembangannya, faktanya lingkungan

kotor seperti jamban kotor dan sarang-sarang penyakit lainnya dengan mudah kita

jumpai. Suatu masalah bagi Departemen Kesehatan untuk mengentaskannya.34

Sebagaimana yang telah penulis bahas di atas, Islam banyak menitikberatkan

perhatian pada kebersihan pribadi yang merupakan faktor pokok bagi penjagaan

kesehatan manusia dari berbagai bahaya penyakit. Oleh karena itu, kita perhatikan

bahwa wudu memiliki peranan yang sangat berarti dalam masalah ini. Studi dari

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Bangladesh menyatakan bahwa untuk

penggunaan air bersih dalam mencuci tangan misalnya, sekitar 95% meninggalkan

kuman.35

Setiap muslim berwudu lima kali dalam sehari untuk melaksanakan salat.

Sesungguhnya wudu menghilangkan debu-debu yang melekat pada kulit,

menghilangkan keringat dan zat kimia yang mungkin bagi mereka yang bekerja di

pabrik atau pertambangan misalnya serta memelihara kulit dari terjakitnya macam-

macam kanker yang tumbuh akibat masuknya zat kimia ke dalam tubuh melalui pori-

pori.

Oleh sebab itu, penelitian dunia telah menguatkan bahwa orang yang sakit

kanker kulit di negara Islam lebih sedikit daripada di negara-negara non Islam. Untuk

hal itu, tidak ada alasan lain bahwa seorang muslim itu berwudu lima kali sehari

34 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, h. 202 35 Al-Kailani, Tuntunan Kesehatan “Dalam Perilaku Raulullah” h. 20

Page 27: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

hingga kulitnya bersih dari debu dan kotoran keringat serta bebas dari segala yang

menyebabkan kanker.36

Dalam hal kebersihan makanan dan minuman, Rasulullah menyuruh menutup

tempat makanan dan minuman agar kuman, debu dan lalat tidak masuk dan menjadi

sarang penyakit. Bersih atau tidaknya suatu makanan akan mempengaruhi tingkat

kehigieniesan makanan tersebut. Begitu juga ketika akan memakan makanan, kita

harus memperhatikan kuku tangan kita. Rasulullah menyuruh untuk memotong kuku.

Dikatakan dalam hadis, bahwa setan banyak bersemayam pada kuku-kuku yang

panjang.37

Riset yang telah dilakukan oeh para peneliti mengungkapkan bahwa

pengendapan kotoran yang terjadi di bawah kuku mengandung banyak kuman

berbahaya yang berkemungkinan besar akan berpindah kepada makanan pada waktu

makan, atau kepada kulit pada waktu mengaruk-garuk. Bahkan ada sejenis parasit

yang dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain melalui tangan. Dan orang

yang tidak mencuci tangannya setelah keluar dari wc, kadang-kadang dapat

menyebabkan perpindahan penyakit menular dari kotoran ke mulutnya38. Berkenaan

dengan kebersihan makanan, Nabi menganjurkan untuk mencuci tangan sesudah atau

sebelum makan. Nabi bersabda:

)رواه أبو داود (39بعده والوضوء قبله الوضوء الطعام برآة

“Keberkahan makanan itu wudu sebelum dan sesudah makan”. (H.R. Abu Dawud)

36Seikh Abdul Mun’im Qindi, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-Quran dan As-Sunnah,

(Jakarta: Akademika Presindo, 2001), h.18 37 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, h. 24 38 Al-Kailani, Tuntunan Kesehatan “Dalam Perilaku Raulullah” h. 20 39 Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistani,. Sunan Abu Daud, (Beirut, Dar

Ibn Hazm, t.th.) jilid 4, h. 140, dalam kitâb al-at’imah bâb fî ghasl al-yad qabla al-ta’am.

Page 28: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Nabi juga mewasiatkan para sahabat untuk mencuci tangan mereka

sesudah bangun tidur, Nabi bersabda:

لا أحدآم فإن وضوئه في يدخلها أن قبل يده فليغسل نومه من أحدآم استيقظ ذاإ

)رواه البخارى (40 يده باتت أين يدري“Jika di antara kalian bangun tidur maka cucilah tangannya sebelum

memasukan (tangan ke dalam wadah) untuk berwudu, sesungguhnya tidak seorang pun di antara kalian mengetahui di mana tangannya berada (waktu dia tidur)”. (HR. al-Bukhari)

Demikian halnya dengan kebersihan lingkungan (sumber air, rumah dan jalan)

yang merupakan kebutuhan manusia dan digunakan setiap harinya. Kebersihan

perkara itu semua mempengaruhi tingkat kehigienisan atau kesehatan kehidupan

manusia. Lingkungan yang kotor disamping tidak sedap dipandang mata, juga

memungkinkan menjadi sarang penyakit. Sebaliknya, lingkungan yang bersih akan

memberikan keindahan dan memungkinkan memberikan kesehatan bagi para

penghuni lingkungan. Oleh kerena itu, kebersihan lingkungan menjadi sangat penting

untuk terwujudnya kesehatan bersama.41 Dari semua ini, kita dapat menyimpulkan

bahwa ‘kebersihan dan menjaga kesehatan’ merupakan faktor pertama dan prinsip

dalam upaya preventif tehadap penyakit di muka bumi ini.

40 Al-Bukhari, Sâhih al-Bukhâri, (Kairo: Lajnah Ahya Kutub al-Sunnah, 1990 M/1410 H),

Cet. Ke-2, h. 131, juz 1, kitab wudu bab al-istijmar witran, hadis no. 152 41 Hario Tilarso, Panduan Peningkatan Kesehatan Santri, h. 30

Page 29: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

BAB III

HADIS-HADIS HIGIENITAS

Berbagai upaya untuk memperbaiki, mewujudkan dan mempertahankan

kesehatan salah satunya adalah dengan kebersihan. Ajaran kebersihan atau kesucian

dalam pandangan Islam merupakan konsekuensi iman kepada Allah dan cara

mendekatkan diri kepadaNya. Selain itu, kebersihan merupakan sistem peradaban

sebagai cara menjaga kesehatan. Banyak hadis yang membicarakan tentang

kebersihan. Pada bab ini, akan memaparkan hadis-hadis kebersihan makanan, sumber

air, rumah dan jalan.

A. Hadis Kebersihan Makanan

1. Menutup Tempat makanan dan minuman serta tidak membiarkannya untuk

debu, lalat atau bakteri. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda:

عليه ليس بإناء يمر لا وباء فيها ينزل ليلة السنة في فإن السقاء وأوآوا الإناء غطوا لوباءا ذلك من فيه نزل إلا وآاء عليه ليس سقاء أو غطاء

“Tutuplah wadah makanan dan minumanmu, sesungguhnya dalam setahun ada satu malam yang di dalamnya turun wabah, tidak terlewatkan suatu tempat yang tidak ada tutup padanya atau tempat air yang tidak ada tutup padanya melainkan wabah itu masuk ke dalamnya”.42

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah

44 وآى dan 43غطى

Adapun kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî menyajikan

sebagai berikut:

غطى

-Hadis ini ada di dalam kitab Sahih Muslim, kitâb asyribah bab 96 dan 99

42 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h. 25 43Arnold J. Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî, ditaqrîr oleh

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Jilid 4, h. 528 44 Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî, jilid 7, h. 307

Page 30: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

-Hadis ini juga terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah, kitâb asyribah bab 16

-dan juga ada di dalam kitab Musnad Ahmad bin Hanbal Jilid 3, h. 355.

وآى

Hadis ini terdapat pada kitab Sahih al-Bukhari kitab asyribah bab 22, kitab bad’u al-

khalqi bab 16, Sahih Muslim kitab asyribah bab 96,97,99 juga ada di Sunan al-

Tirmizi kitab at’imah bab 15, Sunan Ibn Majah kitab asyribah bab 16, al-Muwatha’

kitab sifat al-Nabi bab 21 dan kitab Ahmad ibn Hanbal jilid 3 hal. 301, 306, 355 374,

jilid 5 hal. 82 dan 262.

Adapun teks dan terjemahnya sebagai berikut:

Adapun hadis secara lengkap yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:

أبي عن الليث أخبرنا رمح بن محمد حدثنا و ح ليث حدثنا سعيد بن قتيبة حدثنا وأوآوا الإناء غطوا قال أنه وسلم عليه الله صلى الله رسول عن جابر عن الزبير ولا بابا يفتح ولا سقاء يحل لا الشيطان فإن السراج وأطفئوا الباب وأغلقوا السقاء فليفعل الله اسم ويذآر عودا إنائه على يعرض أن إلا أحدآم يجد لم فإن إناء يكشف 45بيتهم البيت أهل على تضرم فويسقةال فإن

Qutaibah ibn Sa’id mengabarkan kami; Laits mengabarkan kami. (pindah riwayat) Muhammad ibn Rumh mengabarkan kami; al-Laits mengabarkan kami dari Abu al-Zubair dari Jabir ibn ‘Abdullah dari Rasulullah Saw. bersabda: “Tutuplah bejanamu (wadah makanan), tutuplah tempayanmu, kuncilah pintu, padamkan lampu (ketika hendak tidur) karena setan tidak pandai membuka tutup tempayan, tidak pandai membuka pintu dan tidak pandai membuka penutup bejana. Jika kamu tidak mempunyai penutup segalanya maka boleh membentangkan pada bejananya sepotong kayu sambil menyebut nama Allah. Lakukanlah yang demikan karena si penjahat kecil (tikus, kecoa dll) dapat menyalakan api sehingga membakar rumah mereka”.

عبد بن يزيد حدثني سعد بن الليث حدثنا القاسم بن هاشم حدثنا الناقد عمرو حدثنا الحكم بن الله عبد بن جعفر عن سعيد بن يحيى عن الليثي الهاد بن أسامة بن الله عليه الله صلى الله رسول سمعت قال الله عبد بن جابر عن حكيم بن القعقاع نع

بإناء يمر لا وباء فيها ينزل ليلة السنة في فإن السقاء وأوآوا الإناء غطوا يقول وسلم 46الوباء ذلك من فيه نزل إلا وآاء عليه ليس سقاء أو غطاء عليه سلي

45 Al-Qusyairi, Sahîh Muslîm, h. 835, hadis no. 2012 46 Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, h. 836, hadis no. 2014

Page 31: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

‘Amr al-Naqid mengabarkan kami; Hasyim ibn al-Qasim mengabarkan kami; al-Laits mengabarkan kami; Yazid ibn ‘Abdullah ibn Usamah ibn al-Hadi al-Laitsi mengabarkan kepadaku dari Yahya ibn Sa’id dari Ja’far ibn ‘Abdullah ibn al-Hakam dari al-Qa’qa’ ibn Hakim dari Jabir ibn ‘Abdullah, katanya: saya telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Tutuplah wadah makanan dan minumanmu, sesungguhnya dalam setahun ada satu malam yang di dalamnya turun wabah, tidak terlewatkan suatu tempat yang tidak ada tutup padanya atau tempat air yang tidak ada tutup padanya melainkan wabah itu masuk ke dalamnya”.

Hadis yang mukharrijnya Ibnu Majah yakni:

عن الله عبد بن جابر عن الزبير أبي عن سعد بن الليث أنبأنا رمح بن محمد حدثنا السراج وأطفئوا السقاء وأوآوا الإناء غطوا قال أنه وسلم عليه الله صلى الله رسول يجد لم فإن إناء يكشف ولا بابا يفتح ولا سقاء يحل لا الشيطان فإن الباب وأغلقوا تضرم الفويسقة فإن فليفعل الله اسم ويذآر عودا إنائه على يعرض أن إلا أحدآم

47بيتهم البيت أهل لىع

Muhammad ibn Rumh mengabarkan kami. Al-Laits ibn Sa’d memberitakan kami dari Abu al-Zubair dari Jabir ibn ‘Abdullah dari Rasulullah Saw. bahwasanya beliau bersabda: “Tutuplah bejanamu (wadah makanan), tutuplah tempayanmu, padamkan lampu (ketika hendak tidur) dan kuncilah pintu, karena setan tidak pandai membuka tutup tempayan, tidak pandai membuka pintu dan tidak pandai membuka penutup bejana. Jika kamu tidak mempunyai penutup segalanya maka boleh membentangkan pada bejananya sepotong kayu sambil menyebut nama Allah. Lakukanlah yang demikan karena si penjahat kecil (tikus, kecoa dll) dapat menyalakan api sehingga membakar rumah mereka”.

Sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari adalah:

أخبرني قال جريج ابن أخبرنا عبادة بن روح أخبرنا منصور بن إسحاق حدثنا الله صلى الله رسول قال يقول عنهما الله رضي الله عبد بن جابر سمع أنه عطاء حينئذ تنتشر الشياطين فإن صبيانكم فكفوا أمسيتم أو الليل جنح آان ذاإ وسلم عليه لا الشيطان فإن الله اسم واذآروا الأبواب فأغلقوا فحلوهم الليل من ساعة ذهب فإذا ولو الله اسم واذآروا آنيتكم وخمروا الله اسم واذآروا قربكم وأوآوا مغلقا بابا يفتح 48مصابيحكم وأطفئوا شيئا عليها تعرضوا أن

Ishaq ibn Mashur mengabarkan kami; Rawh ibn ‘Ubadah mengabarkan kami;

bahwa Ibn Juraij mengabarkan kami, katanya: ‘Atha’ telah mendengar Jabir ibn ‘Abdullah r.a. berakata: Rasulullah Saw. bersabda: “Jika telah datang (menjelang) malam atau sore maka jagalah anak-anak kalian karena sesungguhnya setan menyebar pada waktu itu. Dan jika waktu datang malam maka tidurkan mereka (anak-anak), tutuplah pintu dan sebutlah nama Allah karena sesungguhnya setan

47 Muhammad ibn Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah (Beirut: Dar al-Fikr, tth,

1995M/1415H) Jilid 2, Pentahqiq. Muhammad Shidqi Jamil al-‘Athor, h. 321. Bab 16, hadis no. 3410 48 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, h. 632. hadis no. 3316

Page 32: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

tidak dapat membuka pintu yang tertutup, dan ikatlah wadah air kamudan sebutlah nama Allah. Tutuplah wadah makanan kamu dan sebutlah nama Allah meskipun kamu bentangkan dengan sesuatu apapun dan padamkanlah lampumu”.

Hadis yang mukharrijnya al-Tirmizi adalah:

عليه الله صلى النبي قال قال جابر عن الزبير أبي عن أنس بن مالك عن قتيبة حدثنا المصباح وأطفئوا الإناء خمروا أو الإناء وأآفئوا السقاء وأوآئوا الباب أغلقوا وسلم ىعل تضرم الفويسقة وإن آنية يكشف ولا وآاء يحل ولا غلقا يفتح لا الشيطان فإن

49بيتهم الناس

Qutaibah mengabarkan kami dari Malik ibn Anas dari Abu Zubair dari Jabir seraya berkata: Nabi Saw. bersabda: “Tutuplah pintu, ikatlah tempat airmu, tutuplah wadah makananmu, padamkanlah lampumu karena sesungguhnya setan tidak dapat mebuka yang tertutup, tidak dapat membuka yang terikat dan tiadak pandai membuka wadah. Sesungguhnya si penjahat kecil dapat membakar rumah manusia”.

2. Cara Membersihkan tempat makanan yang tekena najis terutama air liur anjing

بالتراب أولاهن مرات سبع يغسله أن الكلب فيه ولغ إذا مأحدآ إناء طهور

“Sucinya tempat makanan di antara kamu apabila dijilat anjing hendaknya dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali dan permulaannya dengan debu”.50

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah طهر 51

dan 52 ولغ. Adapun kitab Mu’jam menyajikan sebagai berikut:

طهر

- Hadis tersebut ada di kitab Sahîh Muslim kitâb tahârah bab 91, 92.

- Hadis itu juga terdapat di kitab Sunan Abu Daud kitâb tahârah bab 37

- Dan di kitab Musnad Ahmad bin Hanbal Jilid 2, h. 427

ولغ

Hadis tersebut terdapat dalam beberapa kitab, yaitu:

49 Muhammad ibn Isa al-Tirmizi, Sunan al-Tirmidzî (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.)Juz 4, h. 531, hadis no. 1872

50 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h. 26 51 Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî Jilid 4, h. 33

52 Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 7, h. 320

Page 33: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Sahîh al-Bukhârî pada kitab wudû bab 33, Sahîh Muslim kitâb tahârah bab 89, 91, 92

dan 93, Sunan Abu Dawud kitâb tahârah bab 37, Sunan Tirmizi kitâb tahârah bab 68,

Sunan al-Nasa’I kitâb tahârah bab 50-52, kitab miyâh (air) bab 7 dan 8, Sunan Ibnu

Majah kitâb tahârah bab 31, Sunan Darimi kitab wudu bab 59 dan Musnad Ahmad

juz 2 hal. 240, 253, 265, 271, 314, 360, 398, 424, 427, 480, dan 482.

Hadis yang mukharijnya Imam Muslim adalah:

بن محمد عن حسان بن هشام عن إبراهيم بن إسمعيل حدثنا حرب بن زهير حدثنا و أحدآم إناء طهور وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال هريرة أبي عن سيرين

53بالتراب أولاهن مرات سبع يغسله أن الكلب يهف ولغ إذا

Zuhair ibn Harb mengabarkan kami; Isma’il ibn Ibrahim mengabarkan kami dari Hisyam ibn Hassan dari Muhammad ibn Sirin dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Sucinya tempat makanan di antara kamu apabila dijilat anjing hendaknya dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali dan permulaannya dengan debu”.

Hadis yang mukharrijnya Abu Daud adalah:

عن هريرة أبي عن محمد عن هشام حديث في زائدة حدثنا يونس بن أحمد حدثنا سبع يغسل أن الكلب فيه ولغ إذا أحدآم إناء طهور قال وسلم عليه الله صلى النبي ح محمد عن الشهيد بن وحبيب أيوب قال وآذلك داود أبو قال بتراب أولاهن مرار حماد حدثنا عبيد بن محمد حدثنا و ح سليمان ابن يعني المعتمر حدثنا مسدد حدثنا ولغ وإذا وزاد عاهيرف ولم بمعناه هريرة أبي عن محمد عن أيوب عن جميعا زيد بن 54 مرة غسل الهر

“Ahmad ibn Yunus mengabarkan kami; Zaidah mengabarkan kami dalam

hadis Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “Sucinya tempat makanan di antara kamu apabila dijilat anjing hendaknya dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali dan permulaannya dengan debu”. Abu daud berkata juga Ayyub dan Habib ibn Syahid berkata dari Muhammad mengabarkan kami Musaddad mengabarkan kami; al-Mu’tamir yakni Ibn Sulaiman mengabarkan kami; Muhammad ibn ‘Ubaid mengabarkan kami; Hammad bin Zaid mengabarkan kami; seluruhnya dari Ayyub dari Muhammad dari Abu Hurairah r.a. dengan makna hadis yang sama dan keduanya tidak memarfu’kannya dan menambahkan: “dan jika dijilat kucing maka dibasuh sekali”.

53 Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, h. 836 54 Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut, Dar

Ibn Hazm, tth) Jilid 1, h. 19

Page 34: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Hadis yang mukharrijnya al-Bukhari adalah:

قال هريرة أبي عن الأعرج عن الزناد أبي عن مالك عن يوسف بن الله عبد حدثنا فليغسله أحدآم ءإنا في الكلب شرب إذا قال وسلم عليه الله صلى الله رسول إن

55سبعا

Abdullah bin Yusuf mengabarkan kepada kami dari Malik dari Abu Zinad dari al-‘Araj dari Abu Hurairah, beliau berkata: sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila seekor anjing minum di wadah/tempat di antara kalian maka cucilah sebanyak tujuh kali”.

Hadis yang yan diriwayatkan oleh al-Nasai adalah:

بن زياد أخبرني جريج ابن قال قال حجاج حدثنا قال الحسن بن إبراهيم أخبرني رسول قال يقول هريرة أبا سمع أنه أخبره زيد بن الرحمن عبد مولى ثابتا أن سعد 56مرات سبع فليغسله أحدآم إناء في الكلب ولغ إذا وسلم عليه الله صلى الله

Ibrahim ibn al-Hasan mengabarkan kepada saya, dia berkata: Hajjaj

mengabarkan kepada kami, seraya berkata: Ibn Juraij berkata; Ziyad ibn Sa’ad mengabarkan saya bahwasanya Tsabit maula Abdurrahman ibn Zaid mengabarkannya, bahwasanya dia telah mendengar Abu Hurairah berkata, beliau mengatakan: Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila seekor anjing menjilati wadah di antara kalian maka cucilah (wadah tersebut) sebanyak tujuh kali”.

Hadis yang mukharrijnya Tirmidzi adalah:

يحدث أيوب سمعت قال سليمان بن المعتمر حدثنا العنبري الله عبد بن سوار حدثنا يغسل قال أنه وسلم عليه الله صلى النبي عن هريرة أبي عن سيرين بن محمد عن الهرة فيه ولغت وإذا بالتراب أخراهن أو أولاهن مرات سبع الكلب فيه ولغ إذا إناءال

57مرة غسل

Sawwar ibn ‘Abdillah al-‘Anbari mengabarkan kepada kami; al-Mu’tamir ibn Sulaiman mengabarkan kami seraya berkata: saya telah mendengar Ayyub menceritakan dari Muhammad ibn Siirin dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Bahwasanya beliau bersabda: “suatu wadah dicuci jika terjilat oleh anjing sebanyak tujuh kali di awal (cuciannya) atau di akhirnya dengan memakai tanah dan jika terjilat oleh kucing maka dicuci satu kali”.

Hadis yang mukharrijnya Ibnu Majah adalah:

55 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, h. 58. hadis no. 172 56 Ahmad ibn Syu’aib al-Nasa’i, Sunan al-Nasâ’i (Beirut: Dar al-Fikr, tth) Juz 1, h. 76 57 Muhammad ibn Isa al-Tirmizi, Sunan al-Tirmidzi (Beirut: Dar al-Fikr, tth) Juz 1, h. 184 .

Dalam al-thaharah bab 68, hadis 91.

Page 35: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

سمعت قال التياح أبي عن شعبة حدثنا شبابة حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو حدثنا إذا قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن المغفل بن الله عبد عن يحدث مطرفا 58بالتراب الثامنة وعفروه مرات سبع فاغسلوه الإناء في الكلب ولغ

Abu Bakr ibn Abu Syaibah mengabarkan kami; Syababah mengabarkan kami;

Syu’bah mengabarkan kami dari Abu al-Tayyah seraya berkata: saya telah mendengar Mutharrif menceritakan dari Abdullah ibn al-Mughaffal bahwasanya Rasulullag Saw. berasabda: “Jika suatu wadah terjilat oleh anjing maka cucilah (wadah tersebut) sebanyak tujuh kali dan lumurkan cucian yang ke delapan dengan tanah”.

B. Kebersihan Sumber air

1. Rasulullah saw. Bersabda:

والظل الطريق وقارعة الموارد في البراز الثلاثة الملاعن اتقوا

“Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: buang hajat di sumber air, tempat berlalunya manusia dan di tempat berteduh”.59

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah 60وقى.

Adapun kitab Mu’jam menyajikan sebagai berikut:

- Hadis ini ada di kitab Sahîh Muslim kitâb tahârah bab 96

- Hadis ini ada di kitab Sunan Abu Daud kitâb tahârah bab 14 (hadis no. 25 dan no.

26)

- Hadis ini juga ada di kitab Sunan Ibnu Majah kitâb tahârah bab 21

- dan juga terdapat di kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal Jilid 2 h. 372

Setelah penulis telusuri, yang memiliki makna yang sama dengan hadis yang

diteliti hanya dalam sunan Abu Dawud no. 25 dan sunan Ibnu Majah.

Adapun hadis yang mukharrijnya Abu Dawud adalah:

58 Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, Juz 1, h. 40 59 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, 365 dan Al-

Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h. 28 60 Wensink, Al-Mu’jam Mufahras li Alfazal-Hadîts, Jilid 7, h. 298

Page 36: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

بن سعيد أن أتم وحديثه حفص أبو الخطاب بن وعمر الرملي سويد بن إسحق حدثنا الحميري سعيد أبا أن شريح بن حيوة حدثني يزيد بن نافع أخبرنا قال حدثهم الحكم الملاعن اتقوا وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال جبل بن معاذ عن دثهح

61والظل الطريق وقارعة الموارد في البراز الثلاثة

Ishaq ibn Suwaid al-Ramli dan ‘Umar ibn al-Khaththab mengabarkan kami dan hadisnya lebih sempurna; bahwasanya Sa’id ibn al-Hakam mengabarkan kepada mereka, katanya: Nafi’ ibn Yazid mengabarkan kami, Haywah ibn Syuraih mengabarkan kepadaku bahwa Abu Sa’id al-Himyari mengabarkannya dari Mu’adz ibn Jabal, seraya berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: buang hajat pada sumber air, tempat berlalunya manusia dan pada tempat berteduh”.

Hadis yang mukharrijnya Ibn Majah adalah:

بن حيوة عن يزيد بن نافع أخبرني وهب بن الله عبد حدثنا يحيى بن حرملة حدثنا يسمع لم بما يتحدث جبل بن معاذ آان قال حدثه الحميري سعيد أبا أن شريح

بن الله عبد فبلغ سمعوا عما ويسكت وسلم عليه الله صلى الله ولرس أصحاب هذا يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمعت ما والله فقال به يتحدث ما عمرو بن الله عبد يا معاذ فقال فلقيه معاذا ذلك فبلغ الخلاء في نكميفت أن معاذ وأوشك على إثمه وإنما نفاق وسلم عليه الله صلى الله رسول عن بحديث التكذيب إن عمرو البراز الثلاث الملاعن اتقوا يقول وسلم عليه الله صلى الله سولر سمعت لقد قاله من62الطريق وقارعة والظل الموارد في

Harmalah ibn Yahya mengabarkan kami; ‘Abdullah ibn Wahb mengabarkan kami; Nafi’ ibn Yazid mengabarkanku dari Haywah ibn Syuraih bahwa Abu Sa’id al-Himyari mengabarkannya, katanya: Mu’adz ibn Jabal menceritakan sesuatu yang belum didengar oleh para sahabat dan dia diam terhadap apa yang mereka dengar. Maka ‘Abdullah ibn ‘Amr menyampaikan apa yang diceritakan lalu dia (Ibn ‘Amr) berkata: Demi Allah, saya telah mendengar Rasulullah mengatakan demikian ini. Mu’adz hampir menyesatkan kalian tentang lapangan (tempat buang air) maka sampailah berita tersebut kepada Mu’adz. Maka Mu’adz berkata: “Wahai ‘Abdullah ibn ‘Amr, sesungguhnya dusta dari hadis Rasulullah Saw. adalah perbuatan munafik dan berdosa bagi yang mengatakannya. Sungguh saya telah mendengar Rasulullah bersabda: “Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: buang hajat pada sumber air, tempat berteduh dan tempat berlalunya manusia”.

2. Rasul melarang buang air di tempat air yang diam atau tidak mengalir dan

menggunakan air tersebut karena padanya menimbulkan masalah. Rasulullah

bersabda:

61 Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud Jilid 1, h. 12. hadis no. 26 62 Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah Jilid 1, h. 119. Bab 21, hadis no. 328.

Page 37: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

فيه يغتسل ثم يجري لا الذي الدائم الماء في أحدآم يبولن لا

“Janganlah kamu kencing pada tempat air yang tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya”.63

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah 64 بال

Adapun kitab mu’jam menyajikan sebagai berikut:

Hadis tersebut terdapat dalam beberapa kitab yakni:

- Shahih Bukhari kitab wudu bab 68.

- Hadis itu juga ada di Sahih Muslim kitâb tahârah bab 94 sampai 96

- Juga terdapat di Sunan Abu Dawud kitab tahârah bab 36

- Juga ada di Sunan Tirmidzi kitab tahârah bab 51

- Di Sunan an-Nasa’I kitab tahârah bab 45, 139 dan kitab ghusl bab 1

- Sunan ibn Majah kitab tahârah bab 25

- Sunan al-Darimi kitab wudûbab 54

- Dan Musnad Ahmad ibn Hanbal Jilid 2 hal. 259, 265, 288, 316, 346, 362, 394,

433, 463, 492, 529, 532 dan jilid 3 hal. 341, 350.

Berikut teks hadis secara lengkap yang diriwayatkan oleh imam Bukhari adalah:

هرمز بن الرحمن عبد أن الزناد أبو أخبرنا قال شعيب أخبرنا قال اليمان أبو حدثنا لا يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمع أنه هريرة أبا سمع أنه حدثه الأعرج 65فيه يغتسل ثم يجري لا الذي الدائم الماء في أحدآم يبولن

Abu al-Yaman mengabarkan kami, ia berkata: Syu’aib mengabarkan kami,

seraya berkata: Abu Zinad mengabarkan kami bahwa Abdrahman ibn Hurmuz al-A’raj mengabarkannya, sungguh dia telah mendengar Abu Hurairah, bahwasanya dia telah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang diam yang tidak mengalir dan mandi di dalamnya”.

Hadis yang mukharrijnya Imam Muslim adalah:

63 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, h. 368 64 Wensink, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadîts, Jilid 1, h. 233. 65 Al-Bukhari, Sahîh Bukhâri, h. 68, hadis no. 239

Page 38: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

عن هريرة أبي عن سيرين ابن عن هشام عن جرير حدثنا حرب بن زهير حدثني و 66منه يغتسل ثم الدائم الماء في أحدآم يبولن لا قال وسلم عليه الله صلى النبي

Zuhair ibn Harb mengabarkan kepadaku; Jarir mengabarkan kami dari Hisyam

dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Bersabda: “Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang diam kemudian mandi dari air tersebut”.

Hadis yang mukharrijnya Abu Dawud adalah:

عن هريرة أبي عن محمد عن هشام حديث في زائدة حدثنا يونس بن أحمد حدثنا 67منه يغتسل ثم الدائم الماء في أحدآم يبولن لا قال وسلم عليه الله صلى النبي

Ahmad ibn Yunus mengabarkan kami; Zaidah mengabarkan kami dalam sanad

hadis Hisyam dari Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Bersabda: “Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang tenang kemudian mandi di dalamnya”.

هريرة أبي عن يحدث أبي سمعت قال عجلان بن محمد عن حيىي حدثنا مسدد حدثنا يغتسل ولا الدائم الماء في أحدآم يبولن لا وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال 68الجنابة من فيه

Musaddad mengabarkan kami; Yahya mengabarkan kami dari Muhammad ibn ‘Ajlan seraya berkata: saya telah mendengar ayah saya menceritakan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: “Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang tenang dan jangan mandi janabah di dalamnya”.

Hadis yang mukharrijnya Imam al-Nasai adalah:

الله صلى الله رسول عن جابر عن الزبير أبي عن الليث حدثنا قال قتيبة أخبرنا 69الراآد الماء في البول عن نهى أنه وسلم عليه

“Qutaibah mengabarkan kami, dia berkata: al-Laits mengabarkan kami dari

Abu al-Zubair dari Jabir dari Rasulullah Saw. Bahwasanya beliau melarang dari buang air di air yang tenang”.

Hadis yang mukharrijnya Imam Tirmizi adalah:

أبي عن منبه بن امهم عن معمر عن الرزاق عبد حدثنا غيلان بن محمود حدثنا يتوضأ ثم الدائم الماء في أحدآم يبولن لا قال وسلم عليه الله صلى النبي عن هريرة 70منه

66 Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, h. 136. hadis no. 282 67 Al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, jilid 1, h. 19. hadis no. 69 68 Al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, jilid 1, h. 19, hadis no. 70 69 Al-Nasa’I, Sunan Al-Nasâ’î, (Beirut, Dar al-Fikr, tth), jilid 1, h. 68, hadis no. 57 70 Al-Tirmizi, Sunan al-Tirmidzî, Juz 1, h. 129

Page 39: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Mahmud ibn Ghailan mengabarkan kami; Abd al-Razaq mengabarkan kami dari Ma’mar dari Hammam ibn Munabbih dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Bersabda: “Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang tenang kemudian berwudu dengan air tersebut”.

Hadis yang mukharrijnya Ibn Majah adalah:

أبي عن أبيه عن عجلان ابن عن الأحمر خالد أبو حدثنا بةشي أبي بن بكر أبو حدثنا 71الراآد الماء في أحدآم يبولن لا وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال هريرة

Abu Bakr ibn Abu Syaibah mengabarkan kami; Abu Khalid al-Ahmar

mengabarkan kami mengabarkan kami dari Ibn ‘Ajlan dari ayahnya dari Abu Hurairah, seraya berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang tenang”.

C. Kebersihan Rumah dan Jalan

1. Dalam hal kebersihan rumah, Rasulullah Saw. Bersabda:

الجود يحب جواد الكرم يحب آريم النظافة يحب نظيف الطيب يحب طيب الله إن

باليهود تشبهوا ولا أفنيتكم فنظفوا

“Sesungguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci (bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah itu Penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah teras rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi”.72

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata 73نظف. Adapun kitab Mu’jam

menyajikan sebagai berikut:

- Hadis tersebut terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi kitab adâb bab 41

Berikut hadis dalam kitab sunan al-Tirmidzi:

أبي بن صالح عن إلياس بن دخال حدثنا العقدي عامر أبو حدثنا بشار بن محمد حدثنا يحب نظيف الطيب يحب طيب الله إن يقول المسيب بن سعيد سمعت قال حسان تشبهوا ولا كمأفنيت قال أراه فنظفوا الجود يحب جواد الكرم يحب آريم النظافة أبي بن سعد بن عامر حدثنيه فقال مسمار بن لمهاجر ذلك فذآرت قال باليهود 74نيتكمأف نظفوا قال أنه إلا مثله وسلم عليه الله صلى النبي عن أبيه عن وقاص

71 Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, Juz. 1, h. 123, hadis no. 344 72 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, h. 192 73 Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz li al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 6, h. 483 74 Al-Tirmizi, Sunan at-Tirmidzi, Jilid 4, h. 365 hadis no. 2808

Page 40: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Muhammad ibn Basyar mengabarkan kami; Abu ‘Amir al-‘Aqdi mengabarkan kami; Khalid ibn Ilyas mengabarkan kami dari Shalih ibn Abu Hassan seraya berkata: saya telah mendengar Sa’id ibn al-Musayyab berkata: “sesungguhnya Allah itu baik, menyukai kebaikan, suci (bersih) menyukai kebersihan, Allah itu maha Mulia menyukai kemuliaan, maha Penderma menyukai kedermawanan maka bersihkanlah, saya mengira dia berkata “bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi lalu saya menyebutkan (perkataan tersebut didengar) dari Muhajir ibn Mismar. ‘Amir ibn Sa’ad mengabarkannya kepadaku dari Ayahnya (Sa’ad ibn Abi Waqash) dari Nabi Saw., seraya bersabda dengan lafaz yang sama selain menyebutkan bersihkanlah halaman rumahmu”.

2. Rasul mendorong kaum muslim untuk rajin membersihkan lingkungan jalan di

sekitarnya dan bagi yang melakukannya akan mendapatkan pahala sedekah.

Rasulullah bersabda:

صدقة الطريق عن الأذى وتميط

“Menyingkirkan suatu kotoran dari jalan maka baginya sedekah”.75

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah 76أذى.

Adapun kitab Mu’jam menyajikan sebagai berikut:

- Hadis tersebut ada di Sahîh al-Bukhârî kitab mazhâlim bab 24 dan kitab jihâd

bab128

- Hadis ini juga ada di Sahîh Muslim kitab zakât bab 55 dan kitab tatawwu’ bab

12

- Dan hadis terdapat pula di Musnad Ahmad jilid 2 hal. 316, 329, 350 dan jilid 5

hal. 178.

Hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari adalah:

الله رضي هريرة أبي عن همام عن معمر أخبرنا الرزاق عبد أخبرنا إسحاق حدثني آل صدقة عليه الناس من سلامى آل وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه عليها فيحمل دابته على رجلال ويعين صدقة الاثنين بين يعدل الشمس فيه تطلع يوم الصلاة إلى يخطوها خطوة وآل صدقة الطيبة والكلمة صدقة متاعه عليها يرفع أو

77صدقة الطريق عن الأذى ويميط صدقة

75 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, h. 573. kitab jihad bab 128, hadis no. 2989 76 Wensink, Al-Mu’jam Mufahras li alfâz al-Hadits, Jilid 1, h. 51 77 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, h. 573. kitab jihad bab 128, hadis no. 2989

Page 41: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Ishaq mengabarkanku bahwa ‘Abd al-Razaq mengabarkan kami; Ma’mar

mengabarkan kami dari Hamam dari Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: “setiap tulang jari manusia memperoleh pahala sedekah setiap hari di mana matahari terbit; berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang atas binatang ternaknya lalu ia memikul atau mengangkatnya sebagai hartanya merupakan sedekah, (mengucapkan) kalimat tayyibah adalah sedekah, setiap langkah yang ia lewati menuju melaksanakan salat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan (kotoran) dari jalan adalah sedekah”.

Sedangkan hadis yang mukharrijnya imam Muslim adalah:

قال منبه بن همام عن معمر حدثنا همام بن الرزاق عبد حدثنا رافع بن محمد حدثنا أحاديث فذآر وسلم عليه الله صلى الله رسول محمد عن هريرة بوأ حدثنا ما هذا يوم آل صدقة عليه الناس من سلامى آل وسلم عليه الله صلى الله رسول وقال منها أو عليها فتحمله دابته في الرجل وتعين صدقة الاثنين بين تعدل قال الشمس فيه تطلع الصلاة إلى تمشيها خطوة وآل صدقة الطيبة والكلمة قال صدقة متاعه عليها له ترفع 78صدقة الطريق عن ذىالأ وتميط صدقة

Muhammad ibn Rafi’ mengabarkan kami bahwa Abd al-Razaq ibn Hammam

mengabarkan kami; Ma’mar mengabarkan kami dari Hammam ibn Munabbih, katanya: hadis ini adalah yang diceritakan oleh Abu Hurairah dari Muhammad Rasulullah Saw. lalu saya menyebutkan beberapa hadais darinya. Rasulullah Saw. bersabda: “setiap tulang jari manusia memperoleh pahala sedekah setiap hari di mana matahari terbit; berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang atas binatang ternaknya lalu ia memikul atau mengangkatnya sebagai hartanya merupakan sedekah, (mengucapkan) kalimat tayyibah adalah sedekah, setiap langkah yang ia lewati menuju melaksanakan salat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan (kotoran) dari jalan adalah sedekah”.

3. Rasul melarang buang hajat di jalan umum atau jalan yang sering dilewati

manusia dan tempat berteduh. Hal ini akan mengakibatkan kutukan bagi orang

yang melakukannya. Rasulullah Saw. bersabda:

أو الناس طريق في يتخلى الذي قال الله سولر يا اللعانان وما قالوا اللعانين اتقوا ظلهم في

“Takutlah dua hal yang terkutuk. Sahabat bertanya: apa dua hal yang terkutuk itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu orang yang buang hajat di jalan yang dilalui manusia atau di tempat berteduh mereka”.79

78 Al-Qusyairi, Sahîh Muslim, h. 390. kitab zakat bab 55, hadis no. 1009 79 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, h. 193

Page 42: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Dari matan hadis ini, penulis mengutip penggalan kata yang ditelusuri adalah 80وقى.

Adapun kitab Mu’jam menyajikan sebagai berikut:

- Hadis ini ada di kitab Sahîh Muslim kitâb tahârah bab 96

- Hadis ini ada di kitab Sunan Abu Daud kitâb tahârah bab 14

- Hadis ini juga ada di kitab Sunan Ibnu Majah kitâb tahârah bab 21

- dan juga terdapat di kitab Musnad Ahmad bin Hanbal Jilid 2 h. 372

Setelah penulis telusuri, yang memiliki makna yang sama dengan hadis yang

diteliti hanya dalam Sahih Muslim dan Sunan Abu Dawud no 25. Adapun hadis yang

diriwayatkan oleh Muslim adalah:

أيوب ابن قال جعفر بن إسمعيل عن جميعا حجر وابن وقتيبة أيوب بن يحيى حدثنا عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عن أبيه عن العلاء أخبرني إسمعيل حدثنا طريق في يتخلى الذي قال الله رسول يا اللعانان وما قالوا اللعانين اتقوا قال موسل 81ظلهم في أو الناس

Yahya ibn Ayyub, Qutaibah dan Ibn Hujr mengabarkan kami; semuanya dari

Isma’il ibn Ja’far. Ibnu Ayyub berkata: Isma’il mengabarkan kami; al-‘Ala mengabarkan kepadaku dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Takutlah dua hal yang terkutuk. Sahabat bertanya: apa dua hal yang terkutuk itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu orang yang buang hajat di jalan yang dilalui manusia atau di tempat berteduh mereka”.

Sedangkan hadis yang mukharrijnya Abu Dawud adalah:

عن أبيه عن الرحمن عبد بن العلاء عن جعفر بن إسمعيل حدثنا سعيد بن قتيبة حدثنا اناللاعن وما قالوا اللاعنين اتقوا قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي 82ظلهم أو الناس طريق في يتخلى الذي قال الله رسول يا

Qutaibah ibn Sa’id mengabarkan kami; Isma’il ibn Ja’far mengabarkan kami

dari al-‘Ala ibn Abdrahman dari Ayahnya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Takutlah dua hal yang terkutuk. Sahabat bertanya: apa dua hal yang terkutuk itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu orang yang buang hajat di jalan yang dilalui manusia atau di tempat berteduh mereka”.

80 Wensink, Al-Mu’jam Mufahras li Alfâz al-Hadits, Jilid 7, h. 298 81 Al-Nawawi, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawi (Beirut: Dar al-Fikr, t.th., 1981)Juz 1, h. 161 82 Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud (Beirut: Dar Ibn Hazm, t.th.) Jilid 1, h. 12. hadis no. 25

Page 43: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

BAB IV

ANALISA HADIS-HADIS KEBERSIHAN

(Kebersihan Makanan, Sumber air, Rumah dan Jalan)

Pada bab ini, penulis akan memaparkan bagaimana pendapat ulama mengenai

kebersihan dan menganalisis hadis-hadis kebersihan makanan, sumber air, rumah dan

jalan. Karena hadis-hadis ini memiliki hubungan dengan ilmu kesehatan, maka

penulis selain mengutip pendapat ulama yang ahli hadis dan fiqh juga mengutip

pendapat ulama yang juga ahli dalam bidang ilmu kesehatan.

A. Pendapat Ulama

Hadis Kebersihan Makanan

الإناء غطوا يقول وسلم عليه الله صلى الله سولر سمعت قال الله عبد بن جابر عن أو غطاء عليه ليس بإناء يمر لا وباء فيها ينزل ليلة السنة في فإن السقاء وأوآوا 83 الوباء ذلك نم فيه نزل إلا وآاء عليه ليس سقاء

“Tutuplah wadah makanan dan minumanmu, sesungguhnya dalam setahun ada satu malam yang di dalamnya turun wabah, tidak terlewatkan suatu tempat yang tidak ada tutup padanya atau tempat air yang tidak ada tutup padanya melainkan wabah itu masuk ke dalamnya”.

Al-Nawawi menyebutkan perintah untuk menutup wadah makanan dan tempat

air memiliki empat faedah: pertama, terjaga dari setan, karena sesungguhnya setan

tidak dapat membuka penutup makanan dan ikatan tempat air minum. Kedua, terjaga

dari wabah yang turun pada suatu malam dalam setahun. Ketiga, terjaga dari najis,

debu dan kotoran. Dan yang keempat, terlindung dari binatang-binatang kecil dan

serangga. Maka boleh jadi jika terkena ke dalam wadah atau tempat air tersebut lalu ia

tidak mengetahuinya dan meminumnya maka hal itu akan dapat membahayakannya.

83 Al-Qusyairi, Sahîh Muslîm, h. 836, hadis no. 2014

Page 44: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurut al-Nawawi, wabah yang dimaksud merupakan wabah atau penyakit tahunan

yang biasanya membawa kepada kematian.84

Menurut al-Mubarakfuri, menutup wadah makanan yaitu yang dengan

mengucapkan asma Allah (basmalah), maka akan terjaga dari beberapa gangguan

karena barokah basmalah itu. Begitu juga ketika membuka penutup makanan, maka

mengucapkan basmalah.85

(Hadis II)

فيه ولغ إذا أحدآم إناء طهور قال وسلم عليه الله صلى النبي عن هريرة أبي عن 86بتراب أولاهن مرار سبع يغسل أن الكلب

“Sucinya tempat makanan di antara kamu apabila dijilat anjing hendaknya

dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali dan permulaannya dengan debu”.

Adapun hadis ini merupakan dalil yang jelas bagi mazhab al-Syafi’i dan yang

lainnya yang menyebutkan bahwa anjing adalah najis. Sesungguhnya penyucian atau

membersihkan itu ada karena adanya hadas atau najis. Dan yang dimaksud di sini

bukanlah hadas akan tetapi najis ‘ain (yang nyata).87

Beberapa ulama mazhab mengeluarkan beberapa hukum dari dalil (hadis) ini.

Menurut pendapat ulama mazhab Hanafi, anjing bukanlah najis ‘ain karena ia berguna

untuk kawalan atau buruan, tidak seperti babi. Babi adalah najis ‘ain karena huruf ha

yang terdapat dalam al-Quran88 ditujukan kepadanya (babi) karena kedudukannya

yang lebih hampir dengan ha itu. Mulut, air dan tahi anjing saja yang dihukumi

najis.89

84 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî (Kairo: Dar al-Hadis, t.th.), Juz 7, h. 206 85 Muhammad ‘Abdrahman ibn ‘Abdrahim al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzî Bisyarh Jâmi’

al-Tirmidzî, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.) Juz 5, h. 531 86 Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, Jilid 1, h. 19 87 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî juz 3, h. 135 88 Lihat surat al-Nahl ayat 115. 89 Wahbah Zuhaili, Fiqh dan Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,

1995), Penterj. Ahmad Syed Husaain, jilid 1, h. 135

Page 45: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Ulama mazhab Maliki berkata bahwa secara mutlaknya, anjing sama

kedudukannya dengan anjing kawalan, buruan ataupun tidak, hanya jilatannya saja

yang wajib dibasuh sebanyak tujuh kali secara ta’abbud menurut pendapat yang

masyhur dari kalangan mereka.

Sedangkan mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat bahwa anjing, babi dan

keturunan yang lahir dari keduanya adalah najis ‘ain. Oleh karena itu, hendaklah

dibasuh apa saja yang disentuhnya sebanyak tujuh kali salah satunya dengan tanah

sebagaimana ditetapkan hukum kenajisan mulut anjing itu dengan nash hadis ini.

Walaupun mulut adalah anggota badan yang terbaik bagi dirinya karena ia

sering membuka mulut dan mengeluarkan lidahnya, tetapi ia tetap dihukumi najis.

Dengan demikian, sudah tentu bagian badan yang lainnya lebih utama lagi dihukumi

najis.90

Tidak ada perbedaan antara anjing baduwî atau dari hadhorî dan anjing

manapun. Karena kata al-kalbu menunjukkan keumuman lafaz. Menurut mazhab

Syafe’i (mazhab yang dianut oleh al-Nawawi), Malik, Ahmad dan jumhur ulama

berpendapat bahwa bila suatu wadah bila terkena jilatan anjing maka wajib mencuci

tujuh kali. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat cukup mencucinya tiga kali.91

Menurut al-Nawawi, yang dimaksud mencuci dengan tanah adalah

mencampurkan air dengan tanah atau debu hingga keruh. Sebaiknya cucian yang

memakai tanah itu dilakukan bukan pada basuhan yang terakhir tetapi dilakukan pada

basuhan yang pertama agar dapat dibersihkan dengan air selanjutnya.92

90 Zuhaili, Fiqh dan Perundangan Islam, jilid , h. 136 91 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî, juz 3, h. 185 92 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî, juz 3, h. 186

Page 46: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurut Sayyid Sabiq, jika anjing menjilat ke dalam bejana yang berisi

makanan kering, maka hendaklah ia (makanan itu) dibuang mana yang kena dan

sekelilingnya sedang sisanya tadi tetap dipergunakan karena masih sucinya tadi.93

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah, hadis tersebut memberikan petunjuk bahwa

air yang sedikit dapat menjadi najis dengan terjatuhnya suatu najis walaupun (airnya)

tidak berubah. Karena biasanya, air ludah (jilatan anjing) tidak dapat merubah

keadaan air yang terdapat dalam suatu wadah.94

Imam Syaukani berpendapat bahwa menghilangkan najis, menghilangkan

bekasnya adalah memiliki sikap ta’abbud. Baik itu dengan cara menjauhkannya dan

tidak meninggalkan sesuatu yang tersisa dari najis itu dan warnanya. Sebagaimana

disebutkan tentang mencuci sebanyak tujuh kali yang dicampur dengan tanah karena

jilatan anjing. Dengan sebab ini, bisa menghapus bekas jilatan anjing itu. Menurutnya,

tidak usahlah kita membicarakan tentang ‘illat kenapa harus demikian. Sebab masalah

itu adalah masalah ta’abbud kita. Kita telah melakukan ini sebagai ibadah melalui

penyucian jilatan anjing, baik kita mengetahui ‘illatnya ataupun tidak. Inilah wahyu

yang harus dilakukan.95

Kebersihan Sumber Air

(Hadis III)

الملاعن اتقوا وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال جبل بن معاذ عن حدثه 96والظل الطريق وقارعة الموارد في البراز الثلاثة

“Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: buang hajat pada sumber air,

tempat berlalunya manusia dan pada tempat berteduh”.

93 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 1 (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1990) Alih Bahasa: Mahyudin

Syaf, Cet. ke-10, h. 58 94 Ibn Qayyim al-Jauziyah, ‘Aun al-Ma’bûd Syarh Sunan Abu Dawud (Beirut: Dar al-Fikr,

t.th.), Juz 1, h. 135 95 Al-Qaradhawi, Fiqh Thaharah, h. 71 96 Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud Jilid 1, h. 12. hadis no. 26 dan Al-Qazwaini, Sunan Ibn

Majah Jilid 1, h. 119. Bab 21, hadis no. 328.

Page 47: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurut al-Jaziri, pengertian tiga kutukan dalam sabda Rasul tersebut adalah

tempat-tempat menyebabkan mendapatkan kutukan karena orang yang buang air di

tempat-tempat tersebut berarti menyediakan dirinya untuk dikutuk.97

Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa Rasulullah Saw. telah menghimbau

agar kita jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang biasanya dikerjakan oleh

orang-orang bodoh; orang-orang yang tidak memperhitungkan akibatnya. Kebiasaan

mereka ini merupakan penyakit menular yang berbahaya dan merupakan fenomena

yang dapat mencemari lingkungan sebab perbuatan tersebut bertentangan dengan cita

rasa yang sehat dan tidak mencerminkan ciri-ciri manusia yang maju.

Di antara perbuatan-perbuatan itu ialah kencing dalam air –khususnya air yang

keruh- dalam tempat mandi, buang air di tempat yang teduh, di jalan tempat orang

lewat atau di sumber tempat mengalirnya air. Rasulullah menyebut hal ini sebagai

“Tiga perbuatan yang dilaknat”. Ketiganya bisa mendatangkan laknat Allah, para

malaikat dan laknat orang-orang yang saleh.98

(Hadis IV)

لا الذي الدائم الماء في أحدآم يبولن لا يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمع )رواه البخارى (99فيه يغتسل ثم يجري

“Janganlah seorang di antara kalian buang air di air yang diam yang tidak

mengalir dan mandi di dalamnya”. Hadis tentang larangan buang hajat di air tenang seperti di kolam dan

semisalnya. Larangan ini menunjukkan hukum makrûh tahrîm melakukannya.

Menurut al-Nawawi, berdasarkan pemahaman hadis secara tekstual, maka dapat

diambil masalah yakni tidak apa-apa jika buang air di air yang banyak dan mengalir.

97 Abdrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1994), Penterj. Moh.

Zuhri, Jilid 1, h. 167 98 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’, h. 193 99 Al-Bukhari, Sahîh Bukhâri, h. 68, hadis no. 239

Page 48: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Akan tetapi, yang lebih utama adalah menjauhinya meskipun air itu sedikit dan

mengalir.

Al-Nawawi menambahkan, jika ada air itu banyak dan tenang sebagian ulama

ada yang memakruhkan dan tidak haram meskipun sebagian lain berpendapat haram.

Menurut ahli usûl, bentuk nahi atau larangan menuntut kepada keharaman dan di

dalamnya terdapat alasan yaitu perbuatan tersebut dapat mengotori dan boleh jadi

membuat air itu menjadi najis.

Apabila air itu sedikit dan tenang para ulama mutlak mengaharamkan buang

air di dalamnya karena dapat membuat air yang suci itu berubah menjadi najis

sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.100 Bahkan Imam al-Dzahabi berpendapat,

orang yang melakukan itu adalah dosa besar.101

Mazhab Maliki berpendapat bahwa buang air di dalam air yang tidak mengalir

itu haram jika air itu hanya sedikit. Akan tetapi, jika air itu banyak seperti air yang

berada di danau, taman-taman yang besar atau kolam-kolam yang luas maka

hukumnya tidak haram kecuali jika milik orang lain dan ia tidak mengijinkan untuk

dipakai atau mengijinkan pemakaiannya tapi tidak memperbolehkan kencing di sana.

Dengan demikian, buang air di tempat tersebut haram hukumnya.

Sedangkan menurut mazhab Hanafi, buang air di air sedikit dan tidak mengalir

itu haram hukumnya. Jika air itu banyak maka hukumnya makruh tahrim dengan

pengertian bahwa keharamannya itu lebih ringan lantaran banyaknya air tesebut. Jika

air itu mengalir maka buang air di tempat itu hukumnya makrûh tanzîh.

Mazhab Hanbali mengatakan bahwa buang air besar di air tenang atau yang

mengalir itu haram hukumnya, baik air itu sedikit maupun banyak, kecuali air laut.

100 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî, (Beirut, Dar al-Fikr, 1981). Juz 3, h. 178-

179 101 ‘Abd al-Rauf al-Manawi, Faid al-Qadîr Bisyarh al-Jâmi’ al-Saghîr, (Beirut: Dar al-

Ma’rifat, 1972) Juz 1, h. 136

Page 49: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Adapun buang air kecil di air yang tenang hukumnya makruh tapi tidak haram dan

tidak dimakruhkan kencing di air sedikit yang mengalir.

Sedangkan mazhab Syafi’i berpendapat bahwa buang air di air sedikit atau

banyak hukumnya tidak haram tapi hanya makruh, kecuali air itu milik orang lain dan

tidak mengijinkan untuk dipakai atau diwakafkan dan tidak terlalu banyak. Dalam dua

keadaan ini, buang air hukumnya haram. Hukum tersebut di atas merupakan aturan

yang terbaik yang ditetapkan secara ilmiah dan sejalan dengan akal sehat. Karena

mengotori air yang disiapkan untuk dimanfaatkan adalah suatu perbuatan tercela

apalagi bila hal tersebut mengakibatkan menularnya fires atau penyakit-penyakit yang

lain. Salah satu kebaikan Islam adalah dijadikannya bentuk ibadah kepada Allah

sejalan dengan kemaslahatan manusia itu sendiri.102

Menurut H. Abujamin Rohan, adapun yang dimaksud dengan air yang tak

mengalir ialah air /sungai yang mungkin masih dipakai atau mengenai orang lainnya.

Tentu saja, biarpun air sungai itu mengalir tetapi air limbah tersebut mengenai orang

lain, maka najis, polusi, dan bahayanya akan mengancam kesehatan dan kesucian

jasmani. Sementara diketahui air dan fungsinya ialah bersih dan membersihkan.103

Menurut Dr. Mahmud Ahmad Nadjib, orang Islam janganlah buang hajat di

tempat-tempat sumber dan air yang tergenang. Hal ini mencegah penyebaran penyakit

bilharziasis (schistosomiasis) yang menyebabkan terjadi kanker kandung kemih.

Kerusakan hati berjangkit karena bilharziasis yang mengakibatkan pembengkakan

hati, limpa dan bisa menjadi kanker hati, demikian pula wabah kolera dan radang

hati.104

102 Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab Jilid 1, h. 166 103 Drs. H. Abujamin Rohan, “Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup”, (Jakarta: Media

Da’wah, 1998) h. 63-64 104 Dr. Mahmud Ahmad Nadjib, Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka

Mantiq. 1994) Cet. Ke-4. Penterj. Lembaga Penterjemah dan Penulis Indonesia, h. 63

Page 50: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurut KH. Ahmad Mudjab Mahalli, hadis tersebut menerangkan tentang

makruhnya buang air kecil atau besar di dalam air yang tidak mengalir, kemudian

menjadikan air tersebut sebagai alat mandi atau mencuci pakaian atau membasuh

sesuatu di dalam air tersebut, maka yang demikian adalah makruh hukumnya. Secara

tegas bisa dikatakan, bahwa kencing di dalam air yang tidak mengalir, padahal air

tersebut masih dimanfaatkan untuk mandi maupun yang lain, maka itu adalah

makruh.105

Kebersihan Rumah

(Hadis V)

الجود يحب جواد الكرم يحب آريم النظافة يحب نظيف الطيب يحب طيب الله إن )رواه الترمذى (106باليهود تشبهوا ولا أفنيتكم فنظفوا

“Sesungguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci

(bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah itu Penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah rumahmu dan lingkunganmu dan janganlah kalian menyerupai kaum Yahudi”.

Imam Al-Mubarakfuri berpendapat, jika kita telah teguh bahwa Allah itu

Mulia, maha Pemurah, dan menyukai kebersihan, maka kita sebagai hamba

perindahlah dan perbagusilah segala sesuatu yang memungkinkan dapat diperindah

dan diperbaiki dan juga bersihkanlah segala sesuatu yang mudah bagi kalian

membersihkannya hingga halaman/perkarangan rumah. Hal tersebut merupakan

kinayah (kata kiasan) dari semulia-muliaNya dan benar-benar kemurahanNya, karena

sesungguhnya halaman atau perkarangan rumah jika luas dan bersih adalah suatu

keindahan.

105 KH. Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-hadis Muttafaq ‘alaih Bagian Ibadah, (Jakarta:

Kencana 2003) h. 188 106 Al-Tirmizi, Sunan al-Tirmidzi, Jilid 4, h. 365 hadis no. 2808

Page 51: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurutnya, janganlah kita menyerupai kaum Yahudi yang tidak menerapkan

kesucian dan kebersihan (lahir dan batin), sedikit wangi, bakhil, jorok, hina dan

rendah.107

Dalam riwayat Al-Bazzar, dinyatakan:

“Dan janganlah menyerupai orang-orang Yahudi, mereka mengumpulkan sampah di rumah-rumah mereka”.108

Menurut Al-Kailani, tumpukan sampah hasil sapuan di rumah menjadi

penyebab banyaknya serangga, seperti lalat, lipas dan nyamuk serta membantu

berkembangnya kuman-kuman dan memindahkan penyakit-penyakit yang bersumber

dari jamur dan parasit kepada orang yang sehat.

Rasulullah menasehatkan agar tidak membuang hajat di dalam air yang

bertakung, lindungan pepohonan dan di tengah jalan. Tindakan ini menyerupai apa

yang kita kenal sekarang sebagai sanitasi atau kesehatan lingkungan yang berpangkal

dari kebersihan rumah. Para ilmuwan telah menetapkan beberapa karakteristik rumah

sehat yang pada prinsipnya tidak keluar dari kerangka yang ditetapkan oleh sunnah

Nabi yang mulia. Semuanya itu dimaksudkan untuk menghindari dari berbagai jenis

penyakit menular.109

Menurut Wagino Ali Mashuri, hadis kebersihan lingkungan ini juga diuraikan

pada kitab Bidâyatul Hidâyah pada bab Jum’ah yaitu bab yang membahas tentang

perlunya setiap muslim membersihkan dirinya maupun lingkungannya pada setiap

hari Jumat. Pada kitab tersebut diuraikan, setelah masuk waktu Subuh setiap orang

yang sudah balig diwajibkan mandi yang betul-betul bersih, sikat gigi, memotong

kuku, kumis, lalu menghias dirinya, pakai pakaian warna putih dan pakai minyak

107 Muhammad ‘Abd al-Rahman ibn ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzî

Bisyarh Jâmi’ al-Tirmidzî, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.) Juz 8, h. 82 108 TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), h. 26 109 Al-Kailani, Tuntunan Kesehatan Menurut Jejak Rasulullah, h. 19

Page 52: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

wangi. Dan ditekankan supaya membersihkan segala yang perlu dibersihkan sudah

barang tentu isi rumah tangga serta lingkungannya.110

Bila lafaz al-tayyibu dibaca al-tîbu maka berarti harum-haruman. Jadi, Allah

menyukai hal-hal yang berbau wangi atau harum. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah,

harum-haruman merupakan makanan jiwa. Jiwa menjadi kuat. Kekuatan jiwa sangat

berfaedah untuk kesehatan otak, hati dan seluruh anggota tubuh bagian dalam,

menyenangkan hati dan menggembirakan jiwa yang pada akhirnya akan berpengaruh

positif terhadap jasmani manusia. Rasulullah menunjukkan tentang harum-haruman

(wewangian) sebagai pemelihara kesehatan tubuh/jasmani. Nabi Saw. bersabda:

“Sesungguhnya Allah maha Baik, Ia menyukai yang harum-harum. Maha Pemurah

(Penderma), Ia menyukai kedermawanan….”

Menurutnya, harum-haruman (wewangian) mempunyai keistimewaan, antara

lain: malaikat menyukainya sedangkan syaitan lari karenanya, karena yang disukai

syaitan adalah bau busuk dan menusuk. Jiwa-jiwa yang suci menyukai wangi yang

harum-harum, sedangkan jiwa yang rusak menyenangi bau-bauan yang busuk.

Setiap jiwa lebih cenderung kepada sesuatu yang menyerupainya. Laki-laki

yang keji suka kepada wanita yang keji, demikian pula sebaliknya. Dan laki-laki yang

baik senang kepada wanita yang baik, begitu juga sebaiknya.

Harum-haruman ini mencakup segala segi, baik yang harum pada perkataan,

perbuatan, pada makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya.

Hal ini dapat dilihat dari umumnya lafaz hadis di atas ataupin keumuman pengertian

dari maknanya.111

Kebersihan Jalan

(Hadis VI)

110 Mashuri, Kebersihan dan Kesehatan Islam. h. 130 111 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi, (Semarang: Dina Utama Semarang,

1984), h. 20-22

Page 53: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

112صدقة الطريق عن الأذى ويميط “Barang siapa menyingkirkan suatu gangguan dari jalan maka baginya

sedekah”. Menurut Al-Fanjari, Maksud dari “gangguan” di jalan adalah suatu yang

membahayakan dan yang mengotori jalan atau menajiskan dan menjadikan jalan

becek, seperti: sampah, paku, batu dan sebagainya.113

Menurut Al-Kirmani, makna sedekah di atas adalah memberikan manfaat pada

orang lain. Menyingkirkan gangguan adalah sebab kepada keselamatan saudara

semuslim dari gangguan itu maka seakan-akan ia bersedekah kepadanya dengan

memberikan keselamatan dan kenyamanan padanya.114

(Hadis VII)

وما قالوا اللعانين اتقوا قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عن 115ظلهم في أو الناس طريق في يتخلى الذي قال الله رسول يا اللعانان

Hadis yang menyatakan: “Takutlah dua hal yang terkutuk. Sahabat bertanya: apa dua hal yang terkutuk itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu orang yang buang hajat di jalan yang dilalui manusia atau di tempat berteduh mereka”.

Menurut al-Nawawi, maksud lafaz al-la’ânain terdapat pada riwayat Muslim

dan Abu Dawud adalah dua hal yang membawa kelaknatan bagi manusia dan orang

yang melakukan dua hal tersebut mendapat caci makian dan laknat dari orang, yakni

pada biasanya orang mermukainya.116

Al-Jaziri berpendapat bahwa pengertian “dua kutukan” adalah dua perbuatan

yang menyebabkan pelakunya mendapat kutukan, karena orang yang buang air di

jalan yang dilewati orang banyak berarti menyerahkan dirinya untuk dikutuk.117

112 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, h. 573. kitab jihad bab 128, hadis no. 2989 dan Al-Qusyairi,

Sahîh Muslîm, h. 390. kitab zakat bab 55, hadis no. 1009 113 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam, h. 25 114 Al-Kirmani, Sahîh Bukhâri Bisyarh al-Kirmani. (Beirut: Dar al-Fikr, t.th). Juz 10, h. 33 115 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm bi Syarh al-Nawawi (Beirut: Dar al-Fikr, tth, 1981)Juz 1, h. 161 116 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî, Juz 3, h. 161 117 Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab Jilid I, h. 167

Page 54: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Menurut al-Khaththabi, yang dimaksud dengan al-zilli adalah suatu tempat

yang orang-orang bernaung, berlindung dan berteduh di tempat itu. Mereka

menjadikannya sebagai tempat bercakap-cakap dan tempat perhentian; mereka

berhenti di sana dan duduk-duduk di dalamnya. Tidak ada tempat berteduh manapun

yang diharamkan untuk duduk di bawahnya. Dan sesungguhnya Nabi pernah duduk di

bawah sekitar pohon kurma karena keperluannya dan beliau berteduh.

Menurut imam al-Nawawi, larangan buang air besar di tempat orang berteduh,

di jalan umum dan di tempat-tempat lainnya yang dilarang adalah karena hal tersebut

dapat menyakiti kaum muslim yang lewat dan berteduh dengan najisnya dan dapat

mengotorinya serta mengeluarkan bau yang tidak sedap.118

Menurut mazhab Syafi’i dan Hanafi, buang air di tempat-tempat itu hukumnya

makruh, asal tidak diwakafkan untuk dilewati atau milik orang lain. Jika demikian,

buang air di tempat tersebut haram hukumnya.

Para imam mazhab yang empat itu telah sepakat dilarangnya buang air di

tempat-tempat umum yang dilewati orang banyak, tempat mengambil air dan di

tempat-tempat mereka berteduh, hanya saja ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah

menjadikan larangan itu makruh sedangkan ulama Malikiyah dan Hanabilah

menetapkan hukum haram atas larangan tersebut.

Jika pebuatan (buang air) itu sangat menggangu kesehatan umum, ijmak telah

memutuskan bahwa perbuatan itu haram hukumnya. Karena semua tindakan yang

menyebabkan madhorot atau menyakitkan orang banyak atau mendatangkan penyakit

bagi mereka hukumnya sangat dilarang (haram).119

Menurut Yusuf al-Qardhawi, Rasulullah memperhatikan kebersihan jalan.

Karena itu menyingkirkan benda-benda berbahaya dari jalan dianggap sedekah.

118 Al-Nawawi, Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî Juz 3, h. 161-162 119 Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab Jilid I, h. 166

Page 55: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Termasuk ke dalam hal ini ialah menyingkirkan najis dan segala jenis kotoran.

Sebagian orang Arab –karena mereka adalah orang Badui- ada yang membuang air

kecil atau air besar di jalan tempat orang lalu lalang, atau di bawah pohon tempat

orang berteduh, maka Rasulullah mengingatkan mereka supaya tidak melakukan

perbuatan tersebut. Rasulullah menganggap perbuatan demikian sebagai sebab-sebab

laknat, yaitu laknat Allah dan laknat manusia.120

B. Analisa Matan Hadis

Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan matan

memiliki kedududukan yang sama penting, meskipun dalam prakteknya penelitian

sanad didahulukan daripada penelitian matan. Karena menurut muhadditsîn, sebuah

hadis barulah dinyatakan berkualitas sahih apabila sanad dan matannya sama-sama

berkualitas sahîh. Ibnu al-Jawzi memberikan tolok ukur kesahihan matan, yaitu:

Setiap hadis yang bertentangan dengan akal sehat ataupun berlawanan dengan ketentuan pokok agama, pasti hadis tersebut tergolong hadis mawdû’, karena Rasulullah tidak mungkin menetapkan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, demikian pula terhadap ketentuan pokok agama, seperti: menyangkut aqidah dan ibadah.121

Sedangkan Shalah al-Din al-Adabi memberikan kriteria kesahihan matan hadis

ada empat, yaitu: pertama, hadis tersebut tidak bertentangan dengan al-Quran. Kedua,

tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat. Ketiga, tidak bertentangan dengan

akal sehat, indera dan sejarah. Dan keempat, susunan pernyataannya menunjukkan

ciri-ciri sabda kenabian.122

120 Al-Qaradhawi, Fiqh Peradaban ‘Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan’, h. 364 121 Bustamin dan M.Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis. (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004), h. 63 122 Bustamin dan M.Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 64

Page 56: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Sebelum menganalisa matan hadis ini, penulis menjabarkan sanad hadis.

Berikut ini informasi jalur sanad hadis-hadis tentang kebersihan makanan, sumber air,

rumah dan jalan.

Pada masalah kebersihan makanan, untuk hadis pertama yang diriwayatkan

oleh Muslim, al-Bukhari, Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan Malik dengan jalur sanad

yang berbeda, namun tetap pada satu sahabat yaitu Jabir bin Abdullah. Mengenai

kualitas hadisnya, hadis ini termasuk dalam kategori sahîh.123 Hadis ini diriwayatkan

oleh Bukhari dan Muslim. Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

sudah dipercaya akan kesahihannya. Menurut Mahmud Thahan, kitab Sahîh Bukhârî

dan Sahîh Muslîm adalah kitab yang paling sahih setelah al-Quran.

Hadis yang kedua tentang sucinya wadah jika terkena jilatan anjing maka

harus dibasuh sebanyak tujuh kali salah satunya dengan tanah; hadis ini diriwayatkan

oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad ibn

Hanbal dengan sanad yang berbeda. Dari hadis yang diteliti, sahabat yang

meriwayatkan seluruhnya dari Abu Hurairah kecuali Ibnu Majah yang diriwayatkan

oleh Abdullah ibn Mughaffal.

Hadis ketiga, hadis masalah kebersihan sumber air yang menjelaskan larangan

buang air di sumber air diriwayatkan oleh Abu Dawud melalui sahabat Mu’adz ibn

Jabal dan Ibn Majah melalui sahabat ‘Abdullah ibn ‘Amr sedangkan hadis yang

dikeluarkan oleh Ahmad ibn Hanbal melalui Ibnu ‘Abbas.

Hadis keempat yang menginformasikan tentang larangan buang air di air

tenang yang tidak mengalir kemudian menggunakannya untuk mandi diriwayatkan

oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad ibn Hanbal

dan al-Darimi dengan sanad yang berbeda. Dari hadis yang terdapat dalam al-kutub

123 Al-Manawi, Faidh al-Qadîr Bisyarh al-Jâmi’ al-Saghîr, Juz 4, h. 405

Page 57: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

al-sittah, seluruhnya melalui sahabat Abu Hurairah kecuali hadis yang diriwayatkan

oleh al-Nasai melalui sahabat Jabir ibn ‘Abdullah.

Hadis kelima yang menginformasikan tentang perintah membersihkan

halaman atau perkarangan rumah dan lingkungan; hadis ini diriwayatkan oleh Tirmizi

dari Muhammad bin Basyar dari Abu ‘Amir dari Khalid bin Ilyas dari Shalih bin Abu

Hassan telah mendengar dari Sa’id bin Al-Musayyab.

Hadis keenam yang menginformasikan bahwa menyingkirkan gangguan dari

jalan merupakan sedekah diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad ibn Hanbal

dengan sanad yang berbeda namun tetap pada satu sahabat yaitu Abu Hurairah.

Hadis ketujuh tentang masalah kebersihan jalan yang membahas perintah

menjauhi dua perbuatan yang terkutuk yakni buang air di jalan umum dan tempat

berteduh; hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dengan sanad yang

berbeda namun tetap pada satu sahabat yakni Abu Hurairah.

Analisis Hadis

Penulis meneliti matan hadis kebersihan makanan, sumber air, rumah dan

jalanan melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan al-Quran, hadis sahih, bahasa

dan ilmu kesehatan. Setelah itu, penulis memberikan kesimpulan atau pelajaran pada

setiap pembahasan.

Kebersihan Makanan

Pada masalah kebersihan makanan hadis pertama tentang perintah menutup

wadah makanan dan tempat air minum. Rasulullah Saw. bersabda:

124السقاء وأوآوا الإناء غطوا

“Tutuplah wadah makanan dan ikatkan tempat minum”.

124 Al-Qusyairi, Shahih Muslim, h. 835, hadis no. 2012, 2014. lihat juga Sunan Ibn Majah, h.

321. Bab 16, hadis no. 3410,

Page 58: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Hadis itu menjelaskan agar menutup tempat makanan dan minuman agar tidak

terkena debu, kotoran, najis dan sebagainya sehingga dapat mengotori makanan atau

minuman tersebut dan dapat menimbulkan penyakit. Makanan adalah aspek

terpenting yang menjadi perhatian dalam menjaga kesehatan sesuai dengan petunjuk

al-Quran. Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 88:

☺ ⌧ ⌧

)٨٨:المائدة(

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (Q.S. al-Maidah: 88)

Sehat lewat makanan dapat diidentifikasi dengan bersihnya makanan itu, porsi

makanan yang cukup tidak terlalu kekenyangan dan etika makan yang baik; Nabi

menyuruh sebelum dan sesudah makan mencuci tangan dahulu, tidak makan sambil

tidur-tiduran dan tidak lupa membaca doa sebelum dan sesudahnya.

Istilah al-Quran makanan yang halâlan tayyiban. Halâl di sini baik dari

substansinya, cara mendapatkannya, cara mengolahnya, kualitas dan kuantitasnya.

Tayyib maksudnya baik untuk kesehatan dan gizi.125

Hadis ini memiliki beberapa hadis riwayat bi al-ma’na126 dalam beberapa

kitab hadis. Hadis-hadis tersebut selain memerintahkan untuk menutup wadah

makanan dan tempat air minum juga menyuruh untuk menutup pintu rumah serta

mengingatkan berzikir asma Allah; Dia yang memberi kesehatan dan Dia juga yang

memberi penyakit. Akan tetapi, dengan mengambil ajaran-ajaran yang bersumber dari

al-Quran dan hadis lalu kita amalkan maka akan terjaga kesehatan. Sebagaimana

hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari:

125Muhammad Ali Toha Assegaf, Smart Healing, Kiat Hidup Sehat menurut Nabi (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), h. 107

126Riwayat bil ma’na yakni beberapa hadis yang walaupun berbeda lafaznya namun memiliki kesamaan makna.

Page 59: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

قربكم مغلقا وأوآوا بابا يفتح لا الشيطان فإن الله اسم واذآروا الأبواب فأغلقوا شيئا عليها تعرضوا أن ولو الله اسم واذآروا آنيتكم وخمروا الله اسم واذآروا 127صابيحكمم وأطفئوا

“Tutuplah pintu dan sebutlah nama Allah karena sesungguhnya setan tidak

dapat membuka pintu yang tertutup, dan ikatlah wadah air kamudan sebutlah nama Allah. Tutuplah wadah makanan kamu dan sebutlah nama Allah meskipun kamu bentangkan dengan sesuatu apapun dan padamkanlah lampumu”.

Pada hadis Muslim, Tirmizi dan Ibnu Majah, terdapat lafaz الفويسقة (penjahat

kecil/pembuat kerusakan yang kecil) adalah isim tasghîr dari فاسقة yang artinya

penjahat/pembuat kerusakan. Maksudnya binatang kecil (seperti tikus, dsb) yang

keluar pada malam hari, mencari makan dan bisa saja dapat menjatuhkan lampu (api)

sehingga api dapat menjalar hingga membakar rumah.

Ada empat faedah yang bisa kita ambil dari hadis-hadis tersebut yaitu dua di

antaranya tersurat dalam hadis yakni: pertama, makanan tersebut terjaga dari syeitan.

Kedua, terjaga dari wabah penyakit yang turun suatu malam dalam setahun. Menurut

riwayat, wabah itu akan turun pada bulan Desember.128 Kedua, faedah lainnya yang

tersirat dari hadis yakni: makanan dan minuman terjaga dari serangga dan hewan-

hewan kecil lainnya, seperti: lalat, kecoa, tikus, dsb. Serta terlindung dari najis dan

kotoran seperti debu. Rasulullah Saw. bersabda: “ittaqû al-dzurra fa inna fîhi al-

nasamata” (“Jauhilah olehmu debu sesungguhnya debu terdapat penyakit”).129

Sebelum ditemukan mikroskop, bakteri dan cara berpindahnya penyakit

menular, fakta ilmiah menunjukkan bahwa sebagian dari penyakit menular itu

berpindah melalui hujan gerimis dan udara yang berdebu. Hal ini disebabkan bakteri

127 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhâri, h. 632. hadis no. 3316 128 Sebagaimana dalam riwayat Muslim:

يوما السنة في فإن قال أنه غير بمثله الإسناد بهذا سعد بن ليث حدثنا أبي حدثني الجهضمي علي بن نصر حدثنا الأول آانون في ذلك يتقون عندنا فالأعاجم الليث قال الحديث آخر في وزاد وباء فيه ينزل

Menurut kaum ‘Ajam (non Arab), mereka takut wabah itu karena akan turun pada bulan kânun al-awwâl (bulan Desember). Lihat Sahîh Muslîm Bisyarh al-Nawawî. Juz 7, h. 206. -berarti bulan Desemer. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi, Kamus al-‘Asri (Kontemporer) Arab آانون الأولIndonesia. (Yogyakarta, Yayasan Ali Maksum, 1998), h. 1489

129 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, h. 25

Page 60: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

itu terbang bersama debu yang terbawa angin. Dengan demikian, sampailah penyakit

itu dari orang yang sakit kepada orang yang sehat melalui mulut, hidung atau tempat

makanan dan minuman.

Kita berharap agar setiap penjual keliling dan pada tempat menjajakan

dagangannya, sayur-sayuran, buah-buahan dan segala jenis makanan agar menutup

dan melindungi makanan dan minuman yang dijajakan dari virus yang dibawa lalat

atau meletakkannya dalam kaca yang tertutup rapi.

Dalam hal lalat, lalat mempunyai racun (kuman penyakit) yang terletak pada

sengatannya yang merupakan senjata bagi dirinya. Jika ia jatuh atau hinggap pada

suatu makanan maka yang pertama menyentuh adalah senjatanya tadi. Oleh sebab itu,

Nabi memerintahkan agar mencelupkannya (menenggelamkannya) ke dalam makanan

atau minuman yang dihinggapinya. Tujuannya agar kuman penyakit itu menjadi tawar

(tidak berfungsi lagi) dan hilanglah kemudharatan.130 Sebagaimana hadis yang

diriwayatkan al-Bukhari. Rasulullah Saw. bersabda:

شراب في الذباب وقع إذا وسلم عليه الله صلى النبي قال داء جناحيه إحدى في فإن لينزعه ثم فليغمسه أحدآم

شفاء والأخرى “Apabila lalat jatuh ke dalam bejana (gelas) seseorang di antara kamu, maka

rendamkanlah. Sesungguhnya pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat penyembuh (obatnya)”.

Jika tidak sempat ditenggelamkan maka kemungkinan makanan atau minuman

tersebut telah terkontaminasi oleh racunnya.

Makanan yang aman bagi kesehatan selain harus bergizi lengkap dan

seimbang, makanan harus bersih dari kuman, cemaran, racun, tidak mengalami

perubahan bentuk, warna, aroma, rasa dan diolah dengan cara yang benar sehingga

130 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Sistem Kedokteran Nabi (Semarang: Dina Utama, 1994) Alih Bahasa: Said Agil Hussain al-Munawwar dkk, cet. ke-4, h. 58

131 Al-Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, h. 203. Hadis no. 3320, bab 17. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Page 61: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

kandungan gizinya tidak rusak dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut

(halal). Makanan yang aman dan sehat merupakan faktor penting untuk meningkatkan

derajat kesehatan. Tanda umum makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain:

berlendir, berjamur, aroma dan rasa serta warna berubah. Adapun beberapa makanan

atau bahan makanan yang terbuka akan lebih cepat basi dibandingkan dengan

makanan yang tertutup rapi, bersih dan steril.

Akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman dapat menimbulkan

keracunan dengan gejala mual, muntah, sakit perut, diare dan demam sehingga

dianjurkan untuk makan makanan yang aman bagi kesehatan.132

Jadi, hadis tentang menutup makanan dan minuman ini dapat dijadikan hujjah

dan merupakan anjuran Nabi dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan

makanan.

Hadis yang kedua. Hadis Nabi Saw.

133بالتراب أولاهن مرات سبع يغسله أن الكلب فيه ولغ إذا أحدآم إناء طهور

“Sucinya tempat makanan di antara kamu apabila dijilat anjing hendaknya dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali dan permulaannya dengan debu”.

Hadis sahih ini menjelaskan bahwa air ludah anjing adalah najis dan kotor.

Jika air ludah itu terkena suatu wadah makanan, maka wajib disucikan. Ajaran Islam

tentang kebersihan makanan menyatukan aspek dari segi kesehatan dan kebersihan

dalam arti makanan yang halal sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surat al-

Baqarah: 182, yaitu:

)١٧٢: البقرة(

132Baequni dan Narila Mutia Nasir, Islam dan Kesehatan (Pengantar Kesehatan Masyarakat

dan Islam), hal. 153 133 Al-Qusyairi, Sahîh Muslîm, h. 836. dan Sunan Abu Dawud Jilid 1, h. 19

Page 62: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.

Mengenai keharusan waktu mencuci dengan tanah memiliki perbedaan

pendapat; beberapa riwayat ada yang mengatakan permulaanya, riwayat lain yang

terakhir memakai tanah, ada yang mengatakan basuhan yang ketujuh dan ada yang

mengatakan basuhan yang kedelapan menggunakan tanah. Kapanpun letak

basuhannya dengan menggunakan tanah, hal ini merupakan pilihan bagi kita. Yang

terpenting salah satu dari basuhan-basuhan itu harus memakai tanah.

Adapun cara mencucinya dengan tanah maksudnya mencampurkan air dan

tanah hingga keruh lalu cuci dengan air tersebut ke tempat yang terkena najis. Tidak

boleh digantikan dengan hanya merendamkan di dalam air yang banyak lalu

didiamkan selama kira-kira sebanyak tujuh kali cucian. Berbeda dengan hewan-hewan

lain; selain anjing dan babi, seperti kucing, dsb. Jika terkena jilatan kucing maka

cukup dibasuh dengan air sekali.

Pensucian jilatan anjing dengan memakai sarana air dan tanah/debu karena

tanah pada masa itu merupakan satu-satunya alat untuk menghilangkan sisa-sisa

makanan dari minyak dan lemak dan belum mengenal alat-alat yang lebih praktis,

seperti sabun dan lainnya. Dialah yang dapat mematikan bakteri. Walaupun sekarang

ini telah mengenal sabun, pemakaian dengan tanah masih tetap harus digunakan.

Karena cara tersebut merupakan aturan baku dari Rasulullah dan ta’abbud kita kepada

Allah.

Hadis ini memberi keterangan bahwa air liur anjing itu adalah najis dan kotor.

Menurut ilmu kesehatan, dalam perut anjing terdapat cacing pita anjing (echino

coccusgranulosus), sedang telur-telur cacing tersebut keluar bersama ludah anjing.

Telur itu dapat merusak tubuh manusia dan membentuk sarang hidated pada usus,

Page 63: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

paru-paru, usus dan pada otak yang dapat mengakibatkan lumpuh pucat, kebutaan dan

penurunan gerak refleks.134 Oleh karena itu, Nabi melarang memelihara dan

bercengkerama dengan anjing agar tidak terjadi pemindahan baksil penyakit-penyakit

berbahaya dari anjing ke tubuh manusia. Malaikat tidak mau datang ke dalam rumah

yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala amalnya akan berkurang dua qirât setiap

hari.135

Dengan demikian, hadis cara mensucikan jilatan anjing merupakan kewajiban

karena kualitas sanad hadis ini sahîh dan memiliki beberapa mutâbi’ dan musyâhid.

Selain itu, matan hadis sesuai dengan kriteria kesahihannya. Maka perintah Nabi ini

harus dilaksanakan bagi umat Islam sebagai suatu bentuk ibadah dan pencegahan dari

penyakit.

Kebersihan Sumber Air

Hadis ketiga tentang kebersihan sumber air. Hadis ini menginformasikan agar

menjauhi tiga hal yang terkutuk, yaitu buang hajat pada saluran sumber air, pada

tempat berteduh dan tempat berlalunya manusia. Perintah untuk menjauhi perbuatan-

perbuatan tersebut adalah untuk mencegah pencemaran lingkungan. Lingkungan yang

tidak bersih dan tidak higienis akan mempengaruhi kesehatan manusia. Apalagi jika

air itu telah tercemar dan terkontaminasi oleh limbah akan mengakibatkan penyakit

134 Nadjib, Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam, h. 27 135 Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

عمله من يوم آل نقص ضارية أو ماشية بكلب ليس آلبا اقتنى من قال وسلم عليه الله صلى النبي عن عنهما قيراطان

“Barang siapa yang memelihara anjing kecuali yang digunakan untuk menjaga binatang ternak atau untuk berburu maka akan dikurangilah ganjaran kebaikannya setiap hari sebanyak dua kirat”. Lihat Sahih Bukhari, h. 1082, dalam kitâb al-dzabaih wa al-saidi, bab man iqtana kalban.., hadis no. 5482. Lihat juga Sahih Muslim, h. 642, dalam kitâb al-masâqah, bab al-amru bi qatli al-kilâb, hadis no. 1574.

Page 64: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

pada tubuh manusia. Hal ini sejalan dengan ayat al-Quran yang melarang manusia

membuat kerusakan di bumi. Allah Swt berfirman:

)٧٧: القصص( ☺“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Hadis ini memberikan aturan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang

merusak lingkungan dan sarana umum lainnya khususnya sumber air sehingga

mengganggu banyak orang termasuk kaum muslim lainnya. Nabi Saw. bersabda:

أبي بن وإسماعيل السفر أبي بن الله عبد عن شعبة حدثنا قال إياس أبي بن آدم حدثنا عليه الله صلى النبي عن عنهما الله رضي عمرو بن الله عبد عن الشعبي عن خالد )رواه البخارى(136ويده لسانه من المسلمون سلم من المسلم قال وسلم

“Orang muslim adalah dimana orang muslim yang lainnya merasa selamat

dari lisannya dan perbuatannya”. Pembuangan limbah di tempat sumber air/saluran air dan di tempat lainnya

yang dapat mengganggu orang lain merupakan perbuatan yang dilaknat Allah dan

manusia. Ulama berpendapat perbuatan demikian hukumnya haram dan mendapatkan

dosa besar.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan air yang bersih dan aman tersebut, antara lain:

bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari substansi kimia yang

berbahaya dan beracun, tidak berasa dan berbau, memenuhi standar minimal yang

ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Air dinyatakan tercemar bila

mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia dan sampah.137

136 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, h. 26 dalam kitab al-Iman bab 4 hadis no. 10 137 Budiman Chandra, Kesehatan Lingkungan (Jakarta: EGC, 2006), h. 40

Page 65: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Air merupakan kebutuhan primer manusia, sehingga kesejahteraan masyarakat

dalam suatu negara dapat diukur dari banyaknya air bersih yang dikonsumsikan oleh

setiap orang dalam negara tersebut.

Perbaikan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, antara lain melalui

kebersihan dan kesehatan lingkungan. Hal ini mengingat permasalahan kesehatan

lingkungan masih di sekitar pemenuhan sanitasi dasar, seperti penggunaan sarana air

bersih yang tidak memenuhi syarat, buang air besar di sembarang tempat,

pembuangan sampah di tempat yang tidak semestinya dan buangan limbah rumah

tangga tanpa saluran sehingga menimbulkan genangan air.138

Fenomena yang saling bertentangan tampak pada penggunaan sungai di

Indonesia. Selain untuk keperluan irigasi, sungai diperlukan untuk keperluan air

minum dan keperluan sehari-hari. Pada saat bersamaan, sungai dijadikan tempat

pembuangan kotoran manusia dan pembuangan limbah rumah tangga maupun industri

yang menimbulkan pencemaran.

Kenyataan menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat di banyak

negara di dunia juga masih cukup memprihatinkan, yang salah satu penyebabnya

adalah air. Kadangkala karena kurang air atau karena air tidak bersih atau tidak sehat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa ada 17 masalah yang

berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang salah satunya dan masalah yang paling

serius adalah air.

Sejarah telah membuktikan ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih

dan penyakit diare, khususnya kholera. Korban kejadian luar biasa kholera apabila

138 MUI, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan, h. 19

Page 66: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

diselidiki ternyata mereka telah mempergunakan air minum yang sama dan diperoleh

dari satu sumber air yang telah tercemar limbah/kotoran.139

Pengaruh yang sangat dominan adalah faktor kemiskinan,

kekurangtahuan/kebodohan, kekurangan gizi serta buruknya kondisi sanitasi

lingkungan, khususnya masalah air bersih dan sarana pembuangan kotoran manusia

yang kurang memenuhi syarat.

Dengan demikian, untuk menjaga kesehatan manusia maka hendaklah selalu

menjaga lingkungan di antaranya menghindari buang air atau mengotori sumber air,

tempat berteduh dan jalanan. Dalam hadis tersebut, dinyatakan siapa yang

melakukannya akan mendapatkan laknat dari Allah dan Nabi.

Pada hadis yang keempat, juga masih berhubungan tentang menjaga higienitas

air. Nabi melarang agar tidak membuang air kecil di air yang diam dan tidak

mempergunakannya, seperti: mandi, berwudhu, minum, mencuci dan sebagainya di

air yang tenang dan menjadi najis itu. Air keruh itu adalah sumber kotoran karena air

tersebut tidak mengalir dan tidak berganti yang baru. Nabi bersabda:

140فيه يغتسل ثم يجري لا الذي الدائم الماء في أحدآم يبولن لا

“Jangan kalian buang air di air yang tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya”.

Secara teks, larangan buang air hanya di air yang tenang/diam. Air yang tak

mengalir ialah air/sungai yang mungkin masih dipakai atau mengenai orang lainnya.

Tentu saja, biarpun air sungai itu mengalir tetapi air limbah tersebut mengenai orang

lain, maka najis, polusi, dan bahayanya akan mengancam kesehatan dan kesucian

jasmani. Secara teks, perbuatan yang dilarang hanya buang air kecil yakni pada lafaz

139 MUI, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan, h. 21 140 Al-Bukhari, Sahîh Bukhâri, h. 68, hadis no. 239

Page 67: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Akan tetapi, yang dimaksud adalah juga termasuk buang air besar karena .بال

perbuatan tersebut lebih parah dan makin buruk dampaknya.

Kotoran manusia pada dasarnya adalah limbah; saripatinya sudah diambil dan

ampasnya dibuang; baik yang berupa air seni maupun berupa kotoran tahi (tinja)

begitu juga bila membuang limbah rumah tangga, limbah industri, kotoran binatang

dan sampah lainnya. Ketika kotoran itu dibuang pada sembarangan tempat atau lewat

jamban yang tidak memenuhi syarat, maka baunya akan menyengak hidung, najisnya

akan ditebar lalat dan langau, sementara bakteri dengan penyakit dari produknya akan

mewabah bahkan ikut merusak pemandangan dan kesehatan masyarakat.

Bahaya wabahnya pun akan lebih cepat terjadi di sungai-sungai. Air sungai

adalah sebagai alat transportasi jitu, alat mencuci, mandi dan gosok gigi yang umum;

apalagi jika ia dipakai untuk berwudu (mengilangkan hadas).141 Rasulullah

mengingatkan: “Janganlah seseorang di antara kamu buang air pada air yang tak

mengalir lalu mandi di dalamnya.”142

Para ulama mengharamkan pembuangan limbah di air yang tidak mengalir

ataupun sungai yang masih digunakan oleh banyak orang. Hal itu akan merugikan dan

memberikan ketidaknyamanan bagi penduduk setempat. Bentuk lafaz nahi pada lafaz

dengan penambahan nun tasydid merupakan takîd (penguat). Hal ini لا يبولن

menandakan bahwa perbuatan tersebut benar-benar harus dihindarkan. Mereka yang

melakukannya akan mendapatkan laknat dari Allah, Nabi dan manusia.

Penyakit yang diakibatkan parasit pada manusia umumnya disebabkan oleh

protozoa dan cacing. Bentuk kista dan tropozoid yang seringkali ditemukan pada tinja,

kulit dan bentuk pembuangan lain pada manusia. Kelompok cacing yang

141 Rohan, “Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup”, h 64 142 Al-Bukhari, Sahîh Bukhâri, h. 68, hadis no. 239. lihat juga Sahîh Muslîm, h. 136. hadis no.

282. Sunan Abi Dawud, jilid 1, h. 19. hadis no. 69. Sunan Al-Nasâ’i, jilid 1, h. 68, hadis no. 57. Sunan al-Tirmizi, Juz 1, h. 129.

Page 68: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

menyebabkan penyakit ditemukan dalam tinja manusia, kulit maupun saluran

pembuangan lain biasanya berbentuk telur.143

Peranan air dalam memindahkan penyakit, dapatlah diuraikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Menular melalui air (water borne)

Kuman dapat berada dalam air minum untuk manusia. Bila air yang mengandung

kuman ini terminum maka dapat terjadi penyakit pada yang bersangkutan, seperti:

penyakit diare/kholera, thypoid, , dysentri basiler.

2. Menular melalui peralatan (water washed)

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum alat-

alat, terutama alat-alat dapur dan makan serta kebersihan perorangan (mandi,

cuci). Contoh penyakit dalam kelompok ini serupa dengan yang terdapat pada

jalur melalui air, yaitu: penyakit diare/kholera, thypoid, dysentri basiler.

3. Menular melalui penampungan air (water based)

Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan perantara. Perantara ini hidup di dalam

air. Contoh penyakit ini adalah penyakit schistosomiasis (demam keong). Penyakit

ini sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti

menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

4. Menular melalui serangga (water related insect)

Penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di

dalam air. Contoh penyakit yang mekanisme penularan semacam ini, antara lain:

filariasis, dengue, malaria dan yellow fever.144

143 Baequni, SKM, M.Kes dan Narila Mutia Nasir, Islam dan Kesehatan (Pengantar

Kesehatan Masyarakat dan Islam), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004). Cet. Ke-1. hal. 183-185 144 MUI, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan, h. 22-23. Lihat juga Chandra,

Pengantar Kesehatan Lingkungan. h. 42

Page 69: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Dengan demikian, hadis ini menganjurkan kepada kita agar menjaga sumber

atau saluran air dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesehatan dan kenyamanan

bagi manusia. Hadis ketiga dan keempat ini dapat dijadikan hujjah karena telah

memenuhi kriteria kesahihan sanad dan matan hadis dan dapat diimplikasikan pada

zaman sekarang.

Kebersihan Rumah dan Jalan

Pada hadis ini, membahas masalah tentang kebersihan rumah dan halaman

serta jalanan. Hadis Nabi Saw.:

أبي بن صالح عن إلياس بن خالد حدثنا العقدي عامر أبو حدثنا ربشا بن محمد حدثنا يحب نظيف الطيب يحب طيب الله إن يقول المسيب بن سعيد سمعت قال حسان تشبهوا ولا أفنيتكم قال أراه فنظفوا الجود يحب ادجو الكرم يحب آريم النظافة 145باليهود

Sa’id ibn al-Musayyab berkata: “Sesungguhnya Allah itu baik, menyukai

kebaikan, suci (bersih) menyukai kebersihan, Allah itu maha Mulia menyukai kemuliaan, maha Penderma menyukai kedermawanan maka bersihkanlah, saya mengira dia berkata “bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi”.

Allah mencintai hal-hal yang baik, wangi, bersih/suci, indah. Agar manusia

dicintai Allah, maka seharusnya manusia memiliki sesuatu yang dicintai Allah. Bila

Allah mencintai kebersihan maka manusia pun harus selalu bersuci dan bersih. Allah

berfirman dalam surat al-Taubah ayat 108:

)١٠٨: بةالتو( ☺“Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”.

Dalam hadis ke lima ini, terdapat perintah membersihkan halaman rumah.

Walaupun disebutkan hanya halaman rumah, tentunya termasuk dalam rumah pun

145 Al-Tirmizi, Sunan at-Tirmidzi, Jilid 4, h. 365 hadis no. 2808

Page 70: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

harus dibersihkan karena orang yang senang kebersihan akan dicintai Allah dan

kebersihan dianggap sebagai salah bukti keimanan seseorang.146 Orang yang datang

ke rumah untuk bertamu atau berkunjung juga merasa senang dan nyaman di

rumahnya dan senang kepada pemilik dan penghuni rumah itu.

Rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia merupakan tempat

membangun kehidupan keluarga. Bentuk rumah seharusnya dapat memberikan wadah

kegiatan bagi seluruh anggota keluarga dengan baik. Arti rumah bagi keluarga adalah

1) sebagai tempat berlindung, 2) tempat pembinaan keluarga dan 3) tempat kegiatan

keluarga.147

Rasulullah melarang menyerupai kaum Yahudi yang tidak senang bersuci dan

segan bersih-bersih sehingga rumah dan lingkungan mereka kumuh, kotor dan berbau

yang tidak sedap. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk senantiasa menjaga

kebersihan jasmani dengan berwudu atau mandi, memakai wewangian dan sebagainya

serta menjaga kebersihan lingkungan terutama rumah dan halaman sekitarnya.

Dengan demikian, rumah jadi sehat, kita akan sehat dan terhindar dari penyakit.

Salah satu indikator dari kurangnya kebersihan adalah banyaknya lalat di

sekitar kita. Jika banyak lalat berterbangan di sekitar kita, maka harus segera dicari

penyebabnya. Banyaknya sampah yang menumpuk, sisa makanan yang tercecer di

lingkungan rumah dan bau busuk menjadi tempat yang paling disenangi lalat dan

tempat berkembangbiaknya. Oleh karena itu, hendaknya diupayakan agar sampah dan

sisa-sisa makanan dibersihkan; disapu dan dibuang ke tempat tertutup atau diurug

dalam tanah sehingga akan berguna sebagai pupuk tanaman.148

146 Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Muslim, Nabi bersabda: الإيمان الطهور شطر (kebersihan itu sebagian dari iman). Lihat Al-Qusyairi, Sahîh Muslîm, h. 119. (Dari Abu Malik al-Asy’ari dalam “al-Tahârah” hadis no. 223)

147 Mashuri, Kebersihan dan Kesehatan dalam Ajaran Islam, h. 133 148 Tilarso, Panduan Peningkatan Kesehatan Santri, h. 31

Page 71: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Hal itu semua bertujuan untuk menciptakan kesehatan lingkungan khususnya

rumah dan pemukiman. Kesehatan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar baik

terhadap manusia maupun terhadap keseimbangan ekologi dan sumber daya alam.

Oleh karena itu, kesehatan lingkungan pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengendalikan semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang

diperkirakan menimbulkan berbagai hal yang merugikan perkembangan fisiknya,

kesehatan, kesejahteraannya ataupun kelangsungan hidupnya.

Lingkungan yang bersih akan memberikan dampak positif bagi kesehatan

manusia dan sebaliknya lingkungan yang tidak bersih akan memberikan dampak

negatif terhadap kesehatan manusia. Dampak negatifnya, seperti: dapat menunjangnya

berjangkit suatu penyakit; keluarga yang tinggal di sebuah rumah yang berhawa

lembab dan kotor, maka mereka mudah sekali terserang penyakit TBC.149

Walaupun hadis kelima ini berkualitas hasan sahih menurut Abu ‘Isa,

muhaditsîn dan fuqahâ menggunakan hadis hasan sebagai hujjah. Dengan demikian,

hadis membersihkan rumah dan halaman dapat dijadikan hujjah bagi amalan umat

dalam kehidupannya. Mengingat Allah mencintai kebersihan maka kita pun harus

mempunyai apa yang Dia senangi.

Hadis keenam, Rasul juga memperhatikan kebersihan jalan. Rasulullah Saw.

memberikan motivasi kepada orang yang menyingkirkan gangguan dari jalan maka

dia akan mendapatkan pahala sedekah. Maksud dari األذى (gangguan) di jalan adalah

suatu yang membahayakan bagi manusia dan yang mengotori jalan atau menajiskan

dan menjadikan jalan becek, seperti: sampah, paku, batu dsb.

Dengan menyingkirkan gangguan dari jalan, dia memberikan keselamatan dan

kenyamanan bagi pengguna jalan. Mungkin saja bila ia mengacuhkan atau

149 MUI, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan, h. 100

Page 72: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

membiarkan gangguan itu di jalan bisa jadi akan terjadi suatu bahaya atau kecelakaan

dan terluka akibat benda tajam dan sebagainya.

Allah akan berterima kasih dan mengampuni kepada orang yang

menyingkirkan gangguan dari jalan sehingga memberikan kenyamanan dan

keselamatan bagi yang melewati jalan itu. Rasulullah Saw. bersabda:

رجل بينما قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن عنه الله رضي هريرة أبي عن 150له فغفر له الله فشكر فأخذه الطريق على شوك غصن وجد بطريق ييمش

“Ketika seseorang melewati di jalan, tiba-tiba ia menemukan ranting berduri

lalu ia singkirkan, maka Allah akan berterima kasih dan memberikan ampunan baginya”.

Akan tetapi, orang yang sengaja mengganggu orang lain apalagi sesama

muslim di suatu jalan maka ia akan mendapat kutukan atau laknat dari Allah dan

manusia. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh al-Thabrani, Rasulullah Saw.

bersabda: “man adza al-muslimîna wajabat ‘alaihim la’anatuhum”151 (artinya:“siapa

yang menyakitkan kaum muslim di jalan mereka, maka ia wajib menerima kutukan

dari mereka”).

Kebersihan jalan dalam hadis juga dinyatakan pada hadis yang ketujuh;

menjelaskan larangan buang air (baik buang air kecil maupun besar) di tempat-tempat

umum, di jalanan dan di tempat berteduh. Rasulullah Saw. bersabda:

أيوب ابن قال جعفر بن إسمعيل عن جميعا حجر وابن وقتيبة أيوب بن يحيى حدثنا عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عن أبيه عن العلاء أخبرني عيلإسم حدثنا طريق في يتخلى الذي قال الله رسول يا اللعانان وما قالوا اللعانين اتقوا قال وسلم 152ظلهم في أو الناس

150 Al-Bukhari, Sahîh Bukhârî, h. 467 dalam kitab al-mazalim, bab man akhadza al-ghusna.

lihat juga Sahîh Muslîm, h. 1052 dalam kitab al-birru wa al-silah wa al-adâb, , hadis no. 1914 dan Al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzi Bisyarh Sunan tirmidzi Jilid 6, h. 192.

151 Sulaiman ibn ‘Abdrahman al-‘Isa, 101 Kekeliruan dalam Thaharah (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), penterj. Kathur Suhardi, h. 90

152 Al-Nawawi, Sahîh Muslim bi Syarhi al-Nawawî Juz 1, h. 161 dan lihat juga Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud Jilid 1, h. 12. hadis no. 25

Page 73: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

“Takutlah kamu dengan dua yang terkutuk, yaitu: buang hajat pada jalan berlalunya manusia dan tempat berteduh mereka”.

tersebut yaitu dua perbuatan yang menyebabkan (Dua kutukan) اللعانين

pelakunya mendapat kutukan karena orang yang buang air di jalan umum yang

dilewati orang banyak berarti menyerahkan dirinya untuk dikutuk, mendapat caci

makian orang, membuat mereka marah dan kesal serta mendapatkan laknat dari Allah.

Perbuatan tersebut dilarang (bahkan menurut ulama diharamkan) karena hal

tersebut dapat mengganggu dan merugikan orang banyak (pengguna jalan dan tempat

umum lainnya). Karena kotorannya itu, dapat menajiskan jalan, mengotori bagi yang

lewat, mengeluarkan bau tidak enak, mengundang banyak lalat sehingga

memungkinkan mendatangkan penyakit dan madarat. Sebagaimana telah dijelaskan,

bahwa kebersihan lingkungan mempengaruhi kesehatan manusia. Jika lingkungan

yang bersih akan memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia dan sebaliknya

lingkungan yang tidak bersih akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan

manusia.

Oleh karena itu, jalan harus dipelihara agar tetap bersih, indah dan sehat. Jika

ditemukan sampah, kotoran, paku, duri atau gangguan lainnya di suatu jalan maka

sebisa mungkin dibuang atau disingkirkan. Membuang gangguan dari jalan adalah

termasuk hak jalan. Jangan sekali-kali membuang sampah sembarangan atau

mengotori jalan karena akan meyebabkan penyakit dan mengganggu orang lain.

Jalanan dibuat untuk dilalui. Pembuat jalan dan orang-orang terkait akan

mendapat pahala yang mengalir sepanjang niat mengerjakan jalan itu sebagai ibadah

dan jalan tersebut dimanfaatkan. Tanpa ada jalan apalagi yang sengaja diatur rapi,

pasti hubungan antara manusia sulit dilakukan. Karena itu, jalan sebagai sarana yang

sangat strategis. Padanya terdapat hubungan sosial, ekonomi, sosial kemasyarakatan

Page 74: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

dan masih lebih luas lagi. Jalan umum merupakan kepentingan masyarakat banyak

haruslah saling menjaga.

Hadis keenam dan ketujuh dapat dijadikan hujjah dan diamalkan bagi kaum

muslim dalam kehidupaanya. Dengan demikian, membuang gangguan atau kotoran

dapat menjadi investasi pahala sedekah dan mendapatkan ampunan dari Allah untuk

hamba-Nya sebagaimana hadis yang disabdakan Nabi. Selain itu, janganlah buang air,

mengotori atau menganggu sarana umum, seperti: jalan, tempat berteduh dan saluran

air agar tidak membuat kemarahan atau kebencian orang lain. Dengan amalan

demikian, kita menjaga kepentingan dan kenyamanan manusia.

Page 75: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

Nabi menganjurkan bahwa segala aspek kehidupan harus selalu bersih. Kebersihan

atau higienitas dalam tinjauan hadis adalah sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah serta cara untuk menjaga kesehatan. Banyak hadis

yang membicarakan tentang kebersihan atau higienitas terutama pada kebersihan

makanan, sumber air, rumah dan jalan.

Menurut ulama, Nabi mengajarkan agar senantiasa menjaga kebersihan

makanan dengan menutup tempat makanan atau minuman yang disertai mengucap

basmallâh agar terlindung dari wabah yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia

dan jika suatu wadah terkena jilatan anjing, maka hendaklah dicuci sebanyak tujuh

kali permulaannya dengan memakai tanah/debu. Sedangkan dalam hal kebersihan

sumber air, Nabi mengingatkan untuk tidak buang air di sumber air. Sebagian ulama

berpendapat perbuatan tersebut haram, ada juga yang mengatakan makruh. Hal ini

disebabkan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan dan sangat mengganggu

manusia

Dalam hal kebersihan rumah dan jalan, ulama berpendapat membersihkan

rumah dan halaman rumah, selain dapat memperindah rumah, penghuni rumah akan

terpelihara kesehatannya dan kenyamanan sebagaimana Allah menyukai keindahan

dan kebersihan. Menyingkirkan gangguan dari jalan, seperti: kotoran, sampah, duri

Page 76: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

dan sebagainya bagaikan sedekah baginya karena memberikan kenyamanan dan

keselamatan bagi orang lain. Rasul melaknat dua perbuatan, yaitu: buang air di jalan

yang dilewati manusia dan di tempat berteduh karena perbuatan tersebut menyakiti

dan mengganggu manusia dari segi penciuman, pemandangan dan kesehatan. Menurut

ulama, bimbingan Nabi ini adalah cara yang lebih dulu dikenal manusia untuk

menjaga kebersihan lingkungan dari pencemaran yang diatasnamakan agama.

B. Saran

Setelah menyimpulkan dan mempelajari higienitas perspektif hadis, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Setiap orang hendaknya senantiasa menjaga dan melestarikan kebersihan

lingkungannya (makanan, sumber air, rumah dan jalan) agar tetap terpelihara

kesehatannya dan sebagai upaya preventif dari berjangkitnya penyakit.

2. Umat Islam hendaknya tidak menganggap ajaran kebersihan hanya sekedar

slogan atau motto tetapi dijadikan pola hidup yang mendidik manusia hidup

bersih dan sehat.

3. Dalam upaya menuju atau memperbaiki kesehatan, tidak hanya melalui

kebersihan baik kebersihan makanan, sumber air, rumah ataupun jalan. Untuk

itu, perlu mengkaji lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi kesehatan baik dalam perspektif al-Quran maupun hadis.

Page 77: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

DAFTAR PUSTAKA

Asqalani al-, Ibn Hajar. Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri. Beirut: Dar al-Kutub

al-Alamiyah, tth. juz 1, 10

Assegaf, Muhammad Ali Toha Dr. Smart Healing: Kiat Hidup Sehat menurut Nabi.

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007

Baequni, SKM, M.Kes dan Narila Mutia Nasir. Islam dan Kesehatan (Pengantar

Kesehatan Masyarakat dan Islam). Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004. Cet. Ke-

1

Bagho al-, Musthofa Daib. Al-Tadzhib fi Adillati Matn Al-Ghoyah wa Al-Taqrib.,

Surabaya: Bungkul Indah, 1978

Bukhari al-, Muhammad ibn Isma’il. Sahih al-Bukhari. Riyadh: Bait al-Afkar al-

Dauliyah, 1998

Bustamin dan M.Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004

Chandra, Budiman Dr. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC, 2006

Dagun, Save M.. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara/LPKN, 2000

Fanjari Al-, Ahmad Syauqi, Dr. Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1996

‘Isa al-, Sulaiman ibn ‘Abdrahman. 101 Kekeliruan dalam Thaharah. Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 1997. penterj. Kathur Suhardi

Jauziyah al-, Ibn Qayyim, ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud. Beirut: Dar al-Fikr, tth. Juz 1

, Sistem Kedokteran Nabi. Semarang: Dina Utama Semarang, 1984

Jaziri al-, Abdrahman, Fiqh Empat Mazhab. Semarang: CV. Asy-Syifa, 1994, Penterj.

Moh. Zuhri, Jilid 1

Kailani Al-, Najib, Dr. Tuntunan Kesehatan Menurut Jejak Rasulullah. Surabaya: PT.

Bungkul Indah, 1994. Alih Bahasa M. Husaini

Mahalli. Ahmad Mudjab KH, Hadis-hadis Muttafaq ‘alaih Bagian Ibadah, Jakarta:

Kencana 2003

Page 78: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Majelis Ulama Indonesia, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut

ajaran Islam. Jakarta: MUI, 2000

Mashuri, H. Wagino Ali, Kebersihan dan Kesehatan Islam. Pasuruan: PT. GBI

Pasuruan, 1995), cet. Ke-4

Mubarakfuri al-, Muhammad ‘Abd al-Rahman ibn ‘Abd al-Rahim, Tuhfah al-Ahwadzi

Bisyarh Jami’ al-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Juz 5, 6, 8

Nadjib, Mahmud Ahmad Dr. Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam. Jakarta: CV.

Pustaka Mantiq, 1994. Cet. Ke-4. Penterj. Lembaga Penterjemah dan Penulis

Indonesia

Nasa’i al-, Ahmad ibn Syu’aib. Sunan al-Nasa’i. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Juz 1

Nasution, Harun Prof. Dr, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press,

1978. Cet. ke-2, jilid 1

Nawawi Al-, Abu Zakaria Yahya bin Musyrif, Riyadh Al-Shalihin. Beirut: Dar Al-Kutb Al-Islami,tth.

,Sahih Muslim Bisyarh al-Nawawi. Kairo: Dar al-Hadis,t.th. Juz 3, 7,8 Pratiknya, Ahmad Watik dan Abdul Salam M. Sofro, Islam, Etika, dan Kesehatan.

Jakarta: Rajawali, 1986. Cet. ke-1

Qardhawi Al-, Yusuf, Dr. Fiqh Peradaban ‘Sunnah sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. Surabaya: Dunia Ilmu, 1997. Terj. Faizah Firdaus

,Fiqh Thaharah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004. terj. Samson

Rahman, MA.

Qazwaini al-, Muhammad ibn Yazid. Sunan Ibn Majah. Beirut: Dar al-Fikr, t.th,

1995M/1415H. Pentahqiq. Muhammad Shidqi Jamil al-‘Athor. Jilid 2

Qindi, Seikh Abdul Mun’im, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-Quran dan As-

Sunnah. Jakarta: Akademika Presindo, 2001

Qusyairi Al-, Abu al-Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim. Saudi: Bait al

Afkar Al-Dauliyah, 1998. Jilid 1.

Rahman, Fatchur, Drs. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung: Al-Ma’arif, 2000.

Ritonga, A. Rahman Dr. dan Drs. Zainuddin MA, Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media

Pratama, 1997

Rohan, Abujamin “Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup”. Jakarta: Media

Da’wah, 1998

Rohan, H. Abujamin Drs. “Peranan Masjid Pada Lingkungan Hidup”. Jakarta: Media

Da’wah, 1998

Page 79: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah Jilid 1. Bandung: PT. al-Ma’arif, 1990. Alih Bahasa:

Mahyudin Syaf, Cet. ke-10

Shalih, al-, Subhi, Ulum al-Hadis wa Mushthalahu. Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin,

1997

Shiddieqy Ash-, Teungku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.,

Semarang: Pustaka rizki Putra, 1999. Cet. Ke-4.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992. Cet. Ke-2

Sijistani al-, Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq. Sunan Abu Daud. Beirut,

Dar Ibn Hazm, t.th. jilid 1

Su’dan, R.H., dr, SKM, Al-Qur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, (Yogyakarta:

PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1997)

Thahan, Mahmud Dr, Taisir Mushtholah al-Hadits. Bogor: Pustaka Thariq al-‘Izzah,

2005. Terj. Abu Fuad.

Tilarso, Hario SpKO dkk, Panduan Peningkatan Kesehatan Santri. Jakarta: CV.

KutaBoloh Manunggal, 2005

Tim Lembaga Penelitian UIJ, Konsep Agama Tentang Bersih dan Implikasi dalam

Kehidupan Masyarakat Islam. Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 1993

Tim Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag)

Tirmidzi al-, Muhammad ibn Isa. Sunan al-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Juz 1, 4

Yaqub, Ali Mushtofa, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)

Zuhaili, Wahbah, Fiqh dan Perundangan Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka, 1995. Penterj. Ahmad Syed Husaain, jilid 1

Page 80: JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7498/1/AHMAD... · tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan