jurusan pendidikan bahasa dan sastra indonesia …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan...

83
PENGARUH MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA CERPEN PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 MANDAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmadiyah Makassar Oleh ANIK WULANDARI 105331109516 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

PENGARUH MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP

KEMAMPUAN MEMBACA CERPEN PELAJARAN BAHASA

INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 MANDAI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhmadiyah Makassar

Oleh

ANIK WULANDARI

105331109516

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik
Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik
Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ JANGAN MENJELASKAN DIRIMU KEPADA SIAPA PUN, KARENA YANG MENYUKAIMU

TIDAK BUTUH ITU. DAN YANG MEMBENCIMU TIDAK PERCAYA ITU. (Ali Bin Abi Thalib)

Kupersembahkan karya ini buat

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

ABSTRAK

Anik Wulandari, 2020. Pengaruh Model Membaca Total terhadap

Kemampuan Membaca Cerpen Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

VII SMP 5 Mandai di Kabupaten Maros. Skripsi. Jurusan Pendidikan

Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammdiyah Makassar. Pembimbing I Hambali dan Pembimbing II

Indramini.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan

membaca cerpen siswa ketika menggunakan model membaca total dan

tidak menggunakan model membaca total. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui model membaca total terhadap kemampuan membaca siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan

metode quasi experimental design atau ekperimen semu. Data penelitian

ini berupa data kuantitatif dengan sumber data yakni dalam melakukan

penelitian, peneliti memberikan perhatian penuh terhadap perlakuan yang

diberikan pada posttest perlakuan yang dimaksud yaitu model membaca

total. Data tersebut dikumpulkan dengan mengikuti prosedur: tes awal,

perlakuan, dan tes akhir. Populasi dalam penelitian ini yakni siswa kelas

VII SMP Negeri 5 Mandai. Sampel dalam penelitian ini yang digunakan

adalah pretest dan posttest. Pada tahap awal pretest siswa tidak diberikan

perlakuan dengan menggunakan model membaca total. Sedangkan,pada

tahap akhir posttest siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan

model membaca total untuk menentukan kemampuan membaca cerpen

siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil analisis

statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

pada posttest dengan kemampuan membaca siswa pada pretest yang

menggunakan model membaca total. Sehingga penarikan dengan hasil

nilai uji-t yakni N 30 Df 28 thitung 7.539 Ttabel 1.701. Jadi

kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai hipotesis adalah ditolak dan

diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

nilai membaca cerpen pada materi unsur intrinsik cerpen dan

pengamatannya pada pretest sebelum melakukan perlakuan dan posttest

setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

Kata kunci : pengaruh, model membaca total dan membaca cerpen

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah Swt

yang selalu senantiasa memberikan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah, serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam tak luput pula terucap atas junjungan nabi Muhammad saw yang

menyempurnakan Islam serta membawa manusia dari zaman biadab menuju zaman

yang beradab karena atas nikmat kesehatan yang diberikan penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Membaca Total terhadap

Kemampuan Membaca Cerpen Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP

Negeri 5 Mandai” dapat dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Univeritas Muhammadiyah Makassar.

Penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun

sebagai manusia biasa tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan keterbatasan

sehingga masih jauh dari sempurna, baik dari segi sistematika penulisan maupun isi

yang terkandung dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun penulis harapkan.

ix

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang

membantu kelancaran skripsi ini, baik berupa moril dan materil. Karena penulis yakin

tanpa bantuan dari mereka, sulitnya rasanya bagi penulis menyelesaikan skripsi ini.

Izinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada Allah Swt yang telah

memberikan nikmat, kesehatan dan kelancaran serta petunjuk menyelesaikan skripsi

ini.

Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan luar biasa sangat spesial

penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis. Ibunda Syamriani dan Ayahanda

Usnuri dengan segala pengorbanan dan jasa-jasa mereka. Doa, restu, nasihat, dan

petunjuk dari mereka merupakan dorongan moril yang efektif.

Terima kasih kepada Prof. Dr.H. Ambo Asse., M.Ag. selaku rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar dan terima kasih kepada dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D serta para wakil

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia Dr. Munirah, M.Pd

serta sekertaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr.

Muhammad Akhir, M.Pd. Terkhusus kepada Drs. Hambali, S.Pd., M.Hum.

pembimbing I dan Indramini, S.Pd., M.Pd. pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk bimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

x

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

Semoga bantuan, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan

kepada penulis senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah

Subahanahu wa taala, akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis

menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna dan tak luput dari kesalahan dan

kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menghrapakan tanggapan, kritikan dan

saran sehingga penulis dapat berkarya pada masa yang akan datang. Semoga segala

bantuan dan bimbingan dari semua pihak mendapat berkat dan rahmat Allah. Mudah-

mudahan dapat memberi manfaat bagi pembaca, terutama bagi diri penulis. Aamiin

yaa rabbal alamiin.

Makassar, Juli 2020

Penulis

xi

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

SURAT PERNYATAAN........................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .................................................................. ……….ix

DAFTAR ISI ................................................................................. ……….xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ................................................................................... 8

1. Penelitian Relevan ....................................................................... 8

2. Teori Pembelajaran Bahasa ......................................................... 10

3. Teori Pembelajaran Membaca..................................................... 14

4. Kemampuan ................................................................................ 20

xii

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

5. Cerpen ......................................................................................... 21

6. Model Membaca Total ................................................................ 34

B. Karangka Pikir .................................................................................. 44

C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 48

B. Desain Penelitian ............................................................................... 48

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 49

D. Variabel Penelitian ............................................................................ 50

E. Instrumen Penelitian.......................................................................... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 50

G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 55

B. Pembahasan ....................................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................... 68

B. Saran .................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

masyarakat gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan

melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh

pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan

kecerdasannya sehingga mereka dapat mampu menjawab tentang hidup pada

masa-masa mendatang Rahim (2009:1).

Informasi yang dapat ditemukan dari kegiatan membaca. Orang yang

banyak membaca akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dibandingkan

dengan orang yang jarang membaca bahkan tidak pernah membaca. Melalui

pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengomunikasikan kembali

informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kegiatan

membaca dapat membantu seseorang untuk meningkatkan keterampilan

berkomunikasi dalam bentuk lain. Apalagi dalam masyarakat modern seperti

sekarang ini, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti

perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam membaca

merupakan cacat yang serius dalam kehidupan. Dengan demikian kemampuan

membaca sangat penting peranannya dalam berbagai hal.

1

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

2

Peranan membaca dalam masyarakat dapat diperoleh dari pendidikan

di sekolah. Perkembangan pendidikan khususnya membaca sangat ditentukan

oleh lingkungan hidup sosial ekonomi latar belakang kebudayaan di

masyarakat (Tarigan, 2013:71). Generasi muda yang tidak mampu membaca

dengan baik dan benar tentunya akan berakibat fatal pada kualitas sumber

daya manusia (SDM). Sampai saat ini, jelaslah kemampuan membaca siswa

sangat penting peranannya bagi keberhasilan dirinya sendiri. Dari penjelasan

sebelumnya membaca begitu penting dalam perkembangan siswa, hendaknya

pengajaran membaca mendapat perhatian dari pendidik. Farr (dalam Dalman

2014:5) juga mengemukakan bahwa membaca merupakan jantung

pendidikan.Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa.

Kehadiran pengajaran membaca yang terencana dengan baik sangat

diperlukan mengingat pentingnya kegiatan membaca khususnya kemampuan

membaca bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun sayangnya,

dalam proses belajar mengajar saat ini pengajaran membaca pemahaman

masih kurang optimal seperti, siswa tidak mampu melakukan aktivitas

membaca dengan baik dan benar.

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

3

Kemampuan membaca siswa dalam mengikuti pembelajaran

merupakan sesuatu yang penting dalam kelancaran proses belajar mengajar.

Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dalam proses pembelajaran dapat

menunjang proses belajar mengajar untuk semakin baik, begitupun sebaliknya

kemampuan membaca siswa yang rendah maka kualitas pembelajaran akan

menurun dan akan berpengaruh pada hasil belajar.

Dalman (2014:187) menjelaskan bahwa model membaca total sangat

efektif digunakan sebagai model membaca dalam kemampuan membaca

siswa. Model ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

informasi fokus terhadap teks dan memperbaiki proses pembelajaran

membaca yang kaku dan terlalu formal serta membosankan menjadi

menyenangkan. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa dapat menemukan

informasi fokus seperti ide pokok atau gagasan utama dari teks bacaan. Model

ini juga memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami bacaan

menggunakan gaya somatis, auditori, visual, dan intelektual atau dikenal

dengan gaya SAVI. Model membaca total membuat siswa mengingat isi teks

bacaan lebih lama. Oleh karena itu, model membaca total diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan dalam membaca.

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

4

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 5

Mandai, saat ini proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran

konvensional, yang monoton dalam ceramah, dan pemberian tugas, hal ini

siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan siswa kurang aktif

dan bersikap acuh tak acuh, ini semua tentunya berdampak pada rendahnya

hasil belajar setiap mata pelajaran, khususnya bahasa Indonesia pada semester

sebelumnya yang tampak pada presentasi hasil belajar siswa sebesar 22

persen, hal tersebut tentulah berada dalam kategori rendah.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan solusi yang tepat

dengan mengadakan perbaikan dalam proses pengajaran melalui penggunaan

model pembelajaran yang tepat. Dalam sebuah strategi pembelajaraan dapat

diterapkan lebih dari satu model pembelajaran. Macam-macam model

pembelajaran yaitu : 1) model pembelajaran inquiry; 2) model pembelajaran

kontekstual; 3) model pembelajaran ekspositori; 4) model pemeblajaran

berbasis masalah; 5) model pembelajaran kooperatif; 6) model pembelajaran

PAIKEM; 7) model pembelajaran quantum (Quantum Learning); 8) model

pembelajaran terpadu; 9) model pembelajaran kelas rangkap; 10) model

pembelajaran tugas terstruktur; 11) model pembelajaran portopolio; 12)

model pembelajaran tematik.

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

5

Selain itu, berdasarkan hasil sosialisasi kurikulum 2013, untuk

mendukung keterlaksanaanya pemerintah juga menganjurkan penggunaan

beberapa model pembelajaran, diantaranya : Guided inquiri, PBL (Promblem

Based Learning), PBL (Project Based Learning), Discovery Learning. Maka

dari beberapa metode pembelajaran tersebut peneliti tertarik untuk

menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Problem

Solving dan model pembelajaran Discovery.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

peneliti tertarik dan termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Model Membaca Total terhadap Kemampuan Membaca Cerpen Pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP 5 Mandai di Kabupaten Maros ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut ini.

Bagaimana kemampuan membaca cerpen siswa kelas VII SMP Negeri

5 Mandai di Kabupaten Maros sebelum dan sesudah menggunakan model

membaca total?

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat

dinyatakan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni:

Untuk mengetahui kemampuan membaca cerpen siswa kelas VII SMP

Negeri 5 Mandai di Kabupaten Maros menggunakan model membaca total

pada siswa dengan tidak menggunakan model membaca total.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian dengan model membaca total dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan membaca cerpen siswa. Selain itu siswa dapat

menambah kajian tentang hasil penelitian membaca cerpen.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis diantaranya sebagai berikut:

a. Bagi siswa, manfaat model membaca total adalah siswa dapat

membaca cepat dan memahami isi bacaaan secara total. Selain itu,

siswa dapat mengetahui teknik-teknik membaca yang benar agar

membaca tidak lagi menjadi kegiatan yang membosankan.

b. Bagi guru, penerapan model membaca total diharapkan dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan baru. Sebagai bahan

masukan dan bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran yang lebih variatif.

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

7

c. Bagi sekolah, penerapan model membaca total diharapkan dapat

dijadikan bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran

yang bermanfaat dalam rangka perbaikan kemampuan membaca

siswa.

d. Bagi peneliti, mengembangkan wawasan mengenai penggunaan

model membaca total dalam proses pembelajaran. Mengetahui

pengaruh model membaca total terhadap kemampuan membaca

siswa. Dapat diterapkan dalam proses pembelajaran ketika peneliti

nanti menjadi tenaga pendidik.

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Relevan

Pengertian relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah

pernah dibuat dan dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan

judul dan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya

pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.

Beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya dari Waluyo (2016)

yang mengkaji tentang “Keefektifan Model Membaca Total terhadap

Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Gugus Erlangga”. Hasil

penelitian Waluyo menunjukkan bahwa model membaca total efektif digunakan

pada keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Gugus Erlangga.

Febriana (2014) yang meneliti tentang “Pengaruh Model Membaca Total

terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa kelas V B SDN 1

Sumberagung Jetis Kabupaten Bantul” Berdasarkan analisis data hasil penelitian

dan pembahasan menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif penggunaan

model membaca total terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa

kelas V B SD Negeri 1 Sumberagung Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.

Oktaviyani (2013) yang meneliti tentang “Keefektifan Metode Pembelajaran

Cooperative Script dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

8

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

9

Siswa Kelas VII SMP Negeri1 Manisrenggo”. Hasil penelitian Oktaviani

menunjukkan bahwa Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan

metode Cooperative Script lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

membaca pemahaman yang menggunakan metode konvensional.

a. Perbedaan dan Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Febriana

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Febriana yaitu sama-sama menggunakan variabel bebas model membaca

total. Selain itu, pada penelitian ini juga menggunakan metode penelitian yang

sama dengan yang dilakukan oleh Febriana yaitu menggunakan metode

eksperimen. Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada variabel

terikat antara penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Febriana yaitu

kemampuan membaca pemahaman. Selain itu, metode yang dilakukan yaitu

sebelum instrumen tes digunakan, dilakukan uji validitas dan uji reliabitas.

b. Perbedaan dan Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Waluyo

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Waluyo yaitu sama-sama menggunakan variabel bebas model membaca

total. Sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada metode penelitian

yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji t.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

10

2. Teori Pembelajaran Bahasa

Djumingin (2011:44) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran

bahasa adalah seperangkat asumsi atau kerangka teori tentang hakikat bahasa,

pengajaran bahasa, serta belajar bahasa yang mendasari penyusunan suatu

metode pengajaran bahasa tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis (dapat

diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian) yang menyatakan pendirian,

filsafah, keyakinan, tetapi tidak mesti dibuktikan.

Hakikat bahasa adalah bersifat lisan, mencerminkan lingkungan,

bahasa mengalami proses perubahan, dan bahasa memiliki struktur sendiri.

Pengajaran bahasa adalah kegiatan pembelajaran bahasa yang harus melibatkan

empat faktor, yakni guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran bahasa, dan

materi pelajaran. Belajar bahasa adalah proses belajar bahasa yang telah ada

sejak zaman dahulu kala, khususnya diperlukan dalam berkomunikasi yang

digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

untuk mengidentifikasikan diri.

Berbicara mengenai hakikat bahasa, Anderson (dalam Tarigan, 2009:

3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar, yaitu:

a. Bahasa adalah suatu sistem.

b. Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran).

c. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbols).

d. Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas.

e. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

11

f. Bahasa adalah alat komunikasi.

g. Bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada.

h. Bahasa itu berubah-ubah.

Djardjowidjojo (2003: 10) mengemukakan bahwa bahasa adalah

sebuah sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu

masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya,

berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.Sejalan dengan

pendapat tersebut Chaer dan Leonie (2010: 15) mengemukakan bahwa bahasa

adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen

yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.Bloch dan Trater (dalam

Lubis, 1994: 1) menyatakan bahwa aspek terpenting dalam bahasa adalah

sistem, lambang, vokal, dan arbitrer.

Bahasa merupakan sebuah sistem yang bersifat sistematis. Selain

bersifat sistematis, juga bersifat sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun

menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sistemis

artinya sistem bahasa itu bukan merupakan suatu sistem tunggal, melainkan

terdiri dari sebuah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi,

subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon. Menurut sistem bahasa Indonesia

baik bentuk kata maupun urutan kata sama-sama penting, dan kepentingannya

itu berimbang. Oleh karena itu, lazim juga disebut bahwa bahasa itu bersifat

unik, meskipun juga bersifat universal. Unik artinya memiliki ciri atau sifat

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

12

khas yang tidak dimiliki oleh bahasa lain, dan universal berarti memiliki ciri

yang sama pada semua bahasa.

Sistem-sistem bahasa yang dibicarakan tersebut berupa lambang-

lambang dalam bentuk bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa.

Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau

konsep.

Menurut Chaer dan Leonie (2009: 16.18), Lambang bunyi bahasa dapat

digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Lambang bunyi bahasa yang bersifat arbitrer. Artinya, hubungan antar

lambang dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah,

dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepsi makna

tertentu.

b. Lambang bunyi bahasa bersifat konvensional. Artinya, setiap penutur suatu

bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang

dilambangkannya.

c. Lambang bunyi bahasa itu bersifat produktif. Artinya, dengan sejumlah unsur

yang terbatas, namun dapat dibuat satu-satuan ujaran yang hampir tak

terbatas.

d. Lambang bunyi bahasa itu bersifat dinamis. Artinya, bahasa itu tidak terlepas

dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Perubahan itu dapat terjadi pada berbagai tataran , baik pada tataran fonologi,

morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Yang tampak jelas biasanya

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

13

pada tataran leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja ada kosakata baru yang

muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

e. Lambang bunyi bahasa itu sifatnya beragam. Artinya, meskipun sebuah

bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa

itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang

sosial dan kebiasaan berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam.

f. Lambang bahasa bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi

verbal hanya dimiliki manusia.

Menurut Brown (dalam Tarigan, 2009: 3), setelah menelaah batasan

bahasa dari enam sumber, membuat rangkuman sebagai berikut:

a. Bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem

generatif.

b. Bahasa adalah seperangkat lambang mana suka atau simbol arbitrer.

c. Lambang-lambang tersebut terutama sekali bersifat vokal, tetapi mungkin

juga bersifat visual.

d. Lambang-lambang itu mengandung makna konvensional.

e. Bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi.

f. Bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa (a speech community) atau

budaya.

g. Bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak

terbatas pada manusia saja.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

14

h. Bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir bersamaan;

bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri-ciri kesemestaan (universal

charateristics).

Deese (dalam Tarigan, 2009: 4) mengemukakan bahwa bahasa memang unik,

dan dimanifestasikan oleh orang yang berbicara dengan bahasa atau dialek

tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Hal ini sangat

penting diketahui dan dipahami oleh para guru bahasa di tanah air kita ini,

karena para siswa yang duduk dalam satu kelas mungkin saja berasal dari

berbagai suku yang mempunyai latar belakang bahasa dan budaya yang

beraneka ragam.

3. Teori Pembelajaran Membaca

a. Pengertian membaca

Klein dkk (dalam Rahim, 2009:3) mengemukakan bahwa membaca

mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi

dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan

utama dalam membentuk makna, (2) membaca adalah strategis. Pembaca yang

efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan

konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca, (3) membaca

interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks bergantung pada konteks. Orang

yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemukan beberapa

tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah

dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

15

Hodgson (dalam Tarigan 2013:7) membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses

yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual

akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan

yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak

terlaksana dengan baik.

Farr (dalam Dalman, 2014:5) mengemukakan, reading is the heart of

education yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini,

orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan ia akan memiliki

wawasan yang luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skemata

baginya. Skemata ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

seseorang. Jadi, semakin sering seseorang membaca, semakin besarlah peluang

mendapatkan skemata dan berarti semakin maju pulalah pendidikannya. Hal

inilah yang melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca

sama dengan membuka jendela dunia.

Berbeda dengan pendapat di atas Andreson (dalam Dalman, 2014:6)

menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

membaca sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali

(recording) digunakan dalam menggantikan istilah membaca (reading) karena

mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

16

dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu

penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Menurut

Harjasujana dan Mulyati (dalam Dalman, 2014:6) membaca merupakan

perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada

mambaca kritis. Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah

disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses

perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.

b. Tujuan Membaca

Rahim (2009:11), membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena

seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami

dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan membaca

menunjukkan fokus dari aktivitas membaca. Jika pembaca telah menentukan

tujuannya dalam membaca maka dapat diketahui yang akan diperoleh pembaca

setelah aktivitas membaca tersebut. Blanton dkk (dalam Rahim, 2009:11)

menjelaskan tujuan membaca mencakup: (1) Kesenangan, (2) menyempurnakan

membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui

pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan

informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan

lisan dan tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8)

menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh

dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,

dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

17

Menurut Anderson (dalam Dalman, 2014:11), ada tujuh macam tujuan

dari kegiatan membaca yaitu: (1) reading for details or fact (membaca untuk

memperoleh fakta dan perincian), (2) reading formain ideas (membaca untuk

memperoleh ide-ide utama), (3) reading for sequence or organization

(membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan), (4) reading for

inference (membaca untuk menyimpulkan), (5) reading to classify (membaca

untuk mengelompokkan/ mengklasifikasikan), (6) reading to evaluate

(membaca untuk menilai, mengevaluasi), dan (7) reading to compare or

contrast (membaca untuk membandingkan/ mempertentangkan).

Tarigan (2013:9), tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari

serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Hal

senada juga diungkapkan oleh Dalman (2014:11) pada dasarnya kegiatan

membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami

makna melalui bacaan dari beberapa pendapat di atas mengenai membaca,

sebelum melakukan kegiatan membaca, pembaca perlu menentukan tujuan

membaca terlebih dahulu karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan,

cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai

tujuan. Tujuan membaca menunjukkan fokus dari aktivitas membaca.Namun,

setiap kegiatan membaca pada dasarnya bertujuan untuk memahami isi atau

informasi dari teks bacaan.

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

18

c. Aspek-aspek Membaca

Membaca merupakan aktivitas yang kompleks yang melibatkan

serangkaian keterampilan untuk mencapai tujuan dari membaca tersebut.

Menurut Tarigan (2013:12) terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

(1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat

dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order), yang mencakup

pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem,

kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain), pengenalan

hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan

bahan tertulis) dan kecepatan membaca ke taraf lambat dan (2) Keterampilan

yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada

pada urutan yang lebih tinggi (hingher order), yang mencakup memahami

pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal), memahami signifikasi

atau makna, evaluasi atau penilaian dan kecepatan membaca fleksibel yang

mudah disesuaikan dengan keadaan.

d. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (2013:14) mengemukakan bahwa keterampilan

membaca dibagi kedalam dua jenis yaitu membaca nyaring dan membaca

dalam hati. (1) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang

merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan

orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,

pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Dalman (2014:63) juga

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

19

berpendapat bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan

mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa

dengan suara yang cukup keras, (2) membaca dalam hati dapat dibagi atas: (a)

Membaca Ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi

membaca sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Membaca ekstensif meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca

dangkal dan (b) membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan

penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas

yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.Membaca

intensif pada hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari

500 kata (yang dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan

kira-kira 5 kata dalam satu detik). Tujuan utama adalah untuk memperoleh

sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis,

urutan-urutan retoris, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang

bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan pengarang, dan juga

sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dan yang

termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ialah membaca telaah isi dan

membaca telaah bahasa.

Dalman (2014:71) membedakan membedakan membaca intensif

menjadi dua yaitu telaah isi dan telaah bahasa tetapi, peneliti berfokus pada

telaah isi. Telaah isi terdiri atas membaca teliti, membaca pemahaman,

membaca kritis, membaca ide, dan membaca kreatif sedangkan membaca

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

20

telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa (Foreign Language Reading), dan

membaca sastra (Literary Reading).Dari definisi di atas peneliti berfokus pada

penelitian tentang membaca pemahaman.

4. Kemampuan

a. Pengertian kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa ( bisa, sanggup )

melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,

kekuatan ( Tim Kamus Besar Bahasa Indonesi, 1989: 552-553). Kemampuan

(ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan. (Stephen, P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57).

Menurut Soelaiman (2007) Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau

dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaan,

baik secara mental ataupun fisik. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun

dimotivasi dengan baik, tetapi tidak semua memiliki kemampuan untuk bekerja

dengan baik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peran utama dalam

perilaku dan kinerja individu. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang

individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Menurut Akhmat Sudrajat adalah menghubungkan kemampuan

dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

21

ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan

siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Kemampuan juga bisa

disebut dengan kompetisi. Kata kompetisi berasal dari bahasa inggris

“competence” yang berarti ability, power, authority, skill, knowledge, dan

kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetisi berasal dari kata

competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk melakukan

sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu :

1. Kemampuan Intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yan dibutuhkan untuk melakukan

berbagai aktivitas mental berpikir, menalar, dan memecahkan masalah.

2. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina,

keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

5. Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Cerita pendek tidak ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan

cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh dala cerita itu, melainkan lebih

disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk

karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu digolongkan ke

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

22

dalam jenis cerita prapendek jika ruang lingkup dan permasalahannya yang

diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.

Selanjutnya Suharianto (1982) juga menambahkan bahwa “cerita pendek biasanya

adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian

kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi

sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan

permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan

juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur dan latar yang terbatas. Cerpen

memuat penceritaan kepada satu peristiwa pokok, peristiwa pokok itu tidak selalu

“sendirian” ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.

b. Unsur-unsur Pembangun Cerpen

Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan

erat antara satu dengan yang lainnya. Berkaitan antara unsur-unsur pembangun

cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak, koherensi dan

keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat

menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan

sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas : tema, amanat, alur atau plot tokoh

dan penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa.

1) Tema

Cerpen harus mempunyai tema atau dasar. Dasar itu adalah tujuan dari

cerpen itu, dengan dasar ini pengarang dapat melukiskan watak-watak dari

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

23

orang yang diceritakan dalam cerpen itu dengan maksud yang tertentu,

demikian juga segala kejadian yang dirangkaikan berputar kepada dasar itu.

Menurut Stanton (dikutip oleh Nurgiyantoro 2005) tema sebagai makna

sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya

dengan cara yang sederhana. Tema suatu karya sastra dapaat terrsurat dan

dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tidak secara tegas dinyatakan,

tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang.

Amiruddin (2002) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita

sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan

karya fiksi yang diciptakannya.

Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan

dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementera kita

sebagai pembaca baru memahami tema setelah kita selesai memahami unsur-

unsur pembangun yang menjadi media pemaparan tersebut. Oleh karena itu,

untuk memahami tema kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur

pembangunnya, menyimpulkan makna yang dikandungnya serta

menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.

Unsur lain dapat kita peroleh sewaktu berusaha memahami tema cerita

adalah unsur pokok pikiran atau subject matter. Melalui pemahaman terhadap

pokok pikiran tersebut pada langkah lebih lanjut kita akan dapat menemukan

nilai-nilai diktaktisyang berhubungan dengan masalah manusia dan

kemanusiaan serta hidup kehidupan. Untuk menentukan nilai-nilai yang

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

24

terkandung di dalam prosa fiksi tidaklah mudah. Prosa fiksi itu harus dibaca

secara sungguh-sungguh dan disikapi secara kritis. Perhatian membaca tidak

boleh hanya diarahkan pada jalan ceritanya saja semua kata dan kalimat harus

benar-benar dirasakan dan diresapi sebab penyampaian dalam nilai-nilai prosa

fiksi berbeda dengan karangan tentang ajaran budi, misalnya. Penyampaian

nilai-nilai dalam prosa fiksi bukan secara tersurat melainkan secara tersirat.

Waluyo (2003) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan pokok

yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair.

Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak

salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus (diacu

dari penyair, objektif), (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas

(bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).

Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan

dasar pemikiran yang melandasi dasar suatu karya sastra. Melalui tema inilah

pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan,

sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

2) Amanat

Waluyo (2003) mengungkapkan amanat, pesan, nasehat merupakan

kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca cerpen. Amanat dirumuskan

sendiri oleh pembaca. cara menyimpulkan amanat cerpen sangat beerkaitan

dengan cara pandang pembaca teerhadap suatu hal. Meskipun ditentukan

berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema da nisi

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

25

cerpen yang dikemukakan penulis. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa amanat merupakan makna tersirat yang disampaikan penulis dalam

cerpennya. Secara ringkas, unsur-unsur yang membangun gaya seorang

pengarang meliputi 1) unsur leksikal, 2) gramatikal, dan 3) sarana retorika.

Unsur leksikal menyangkut diksi, yakni penggunaan kata-kata yang sengaja

dipilih pengarang. Unsur gramatikal menyangkut struktur kalimat yang

digunakan pengarang dalam cerita rekaan yang ditulisnya. Adapun sarana

retorika meliputi penggunaan pencitraan, bahasa kita, dan penyiasatan

struktur.

3) Alur atau Plot

Nurgiantoro (2005) mengatakan alur berkaitan dengan masalah urutan

penyajian cerita beserta urutan kejadian memperlihatkan tingkah laku tokoh

dalam aksinya. Alur merupakan aspek pertama yang harus dipertimbangkan

karena aspek ini yang menentukan menarik tidaknya cerita atau memiliki

kekuatan untuk mengajak pembaca secara total untuk mengikuti cerita. Alur

membuat segala sesuatu yang dikisahkan bergerak dan terjadi. Alur

menghadirkan cerita yang dicari untuk menikmati atau untuk dibaca.

Suharianto (2005) mendefinisikan alur sebagai jalinan peristiwa secara

beruntun dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab

akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.

Alur menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca.

kemenarikan terrsebut terbentuk melalui jalinan peristiwa-peristiwa secara

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

26

menyeluruh, padu, bulat, dan utuh sehingga cerita tersebut menjadi indah. Jadi

alur cerita yaitu jalianan peristiwa dalam sebuah prosa fiksi yang

memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan

keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.

4) Tokoh dan Penokohan

Cerita sastra merupakan cerita yang mengisahkan kehidupan manusia

dengan segala serbaneka kehidupannya. Dengan pemahaman tersebut tentulah

diwajibkan adanya tokoh sebagai perwujudan dari manusia dan kehidupannya

yang akan diceritakan. Tokoh dalam cerita ini akan melakukan tugasnya

menjadi “sumber cerita”. Tokoh merupakan benda hidup (manusia) yang

memiliki fisik dan memiliki watak.

Aminuddin (2002) berpendapat bahwa tokoh adalah pelaku yang

mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita. Niko dan Rafa (2004) menyatakan tokoh adalah orang-

orang dalam cerita. Ditinjau dari segi keteerlibatannya dalam keseluruhan

cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh

tambahan (Sayuti:1988).

Penokohan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan

lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya,

keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. (Suharianto 1982).

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

27

Menurut Jones (dalam Nurgiantoro 2002) penokohan adalah gambaran

yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pengertian

ini mengacu pada bagaimana cara pengarang memberikan perwatakan pada

tokoh-tokoh ceritanya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh adalah individu

rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengemban peristiwa dalam cerita.

Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita pendek tokoh merupakan

unsur yang penting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah

cerita.

5) Latar atau Setting

Suharianto (2005) menyatakan bahwa setting atau yang biasa disebut

latar yaitu waktu terjadi cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah

lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oelh satu atau

beberapa orang tokoh pada suatu waktu disuatu tempat. Latar dalam sebuah

cerita tidak hanya sebagai petunjuk kapan dan di mana peristiwa itu terjadi,

melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai pengarang melalui

ceritanya tersebut.

Nurgiantoro (2005) menyatakan bahwa latar adalah pijakan cerita

secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis

kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-

sungguh akan terjadi. Dengan demikian pembaca merasa dipermudah

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

28

mengapresiasikan daya imajinasinya, di samping itu dimungkinkan untuk

berperan serta secara kritis.

Menurut pendapat Aminuddin (2002) membedakan dua buah latar,

yaitu latar yang bersifat fisikal dan latar yang bersifat psikologis. Latar yang

bersifat fisikal adalah latar yang berhubungan dengan tempat, misalnya kota

Semarang, daerah kumuh, sungai, pasar, serta benda-benda dalam lingkungan

tentu yang tidak menuansakan makna apa-apa. Latar fisikal hanya terbatas

pada sesuatu yang bersifat fisik. Sedangkan latar psikologis adalah latar yang

berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu

menuansaka suatu makna serta mampu memengaruhi emosi pembaca. latar

psikologis dapat berupa suasana maupun sikap.

Latar atau setting adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa

tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi

psikologis (Aminuddin 2002). Abrams (dikutip Nurgiyantoro 2005:216)

menambahi bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Pengarang menampilkan latar cerita sedemikian rupa sehingga latar

tidak hanya sekedar sebagai petunjuk tetapi juga menjadi tempat pengambilan

nilai-nilai yang ingin diungkapkan oleh pengarang melalui cerita tersebut. Jadi

setting atau latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Setting atau latar

dalam prosa fiksi meliputi segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

29

berkaitan dengan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa dalam

cerita.

6) Sudut Pandang (point of view)

Sudut pandang merupakan cara memandang yang digunakan

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan

sebagai peristiwa yang berbentuk cerita (Suharianto 2005). Pada hakikatnya

sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih

pengarang untuk mengemukakan gagasan dalam ceritanya (Haryati 2007).

Barhin (1985) menyatakan sudut pandang ada empat macam yaitu, 1)

pengarang sebagai tokoh cerita, 2) pengarang sebagai tokoh samping, 3)

pengarang sebagai orang ketiga, 4) pengarang sebagai pemain dan narator.

Menurut Haryati (2007) sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu sudut

pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang

pertama yaitu pencerita sebagai salah satu tokoh dalam cerita dan dalam

berkisah mengacu pada dirinya dengan sebutan aku atau saya. Apabila dalam

cerita pencerita bertindak sebagai tokoh utama disebut sudut pandang orang

pertama akuan sertaan, sedangkan apabila pencerita menjadi menjadi tokoh

bawahan disebut sudut pandang orang pertama akuan sertaan.

Sudut pandang orang ketiga, peristiwa berada di luar cerita. Dalam

kisahnya pencerita mengacu pada tokoh-tokoh cerita dengan menggunakan

kata ganti orang ketiga (ia, dia) atau menyebut nama tokoh. Sudut pandang

orang ketiga mempunyai dua kemungkinan. Yang pertama orang ketiga maha

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

30

tahu apa bila pencerita mengetahui dan dapat menceritakan segala sesuatu

tentang tokoh dan peristiwa yang berlaku dalam cerita. Yang kedua, orang

ketiga terbatas apabila pencerita hanya menceritakan apa yang diamati dari

luar.

7) Gaya Bahasa

Suharianto (2005) mengatakan bahwa gaya bahasa dalam karya sastra

mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat penyampaian maksud pengarang

dan sebagai penyampai perasaan. Artinya, melalui karya sastra seorang

pengarang bukan hanya sekedar bermaksud memberitahukan kepada pembaca

mengenai apa yang dilakukan dan dialami tokoh dalam ceritanya, melainkan

bermaksud pula untuk mengajak pembacanya untuk ikut merasakan apa yang

dilakukan oleh tokoh cerita. Demi tercapainya maksud tersebut pengarang

menempuh cara-cara dengan jalan menggunakan perbandingan-perbandingan,

menghidupkan benda-benda mati, melukiskan atau menggambarkan sesuatu

yang tidak sewajarnya, dan lain sebagainya sehingga cerita terasa tersebut

terasa hidup dan mengesankan. Dengan begitu, pembaca benar-benar

merasakan keindahan dan karakteristik seorang pengarang terhadap karya

sastra yang ditulisnya.

Haryati (2007) mendefinisikan gaya merupakan cara mengungkapkan

seseorang yang khas atau gaya adalah cara pemakaian bahasa yang khas oleh

seorang pengarang. Gaya menentukan sebuah cerita, secara tradisional

dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan apa yang dikatakan, tetapi

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

31

bagaimana mengatakannya. Unsur-unsur yang membangun gaya seseorang

pengarang meliputi unsur leksikal, gramatikal, dan saran retorika. Unsur

leksikal menyangkut diksi, yakni penggunaan kata yang sengaja dipilih

pengarang. Unsur gramatikal menyangkut struktur kalimat yang digunakan

pengarang dalaam cerita rekaan yang ditulisnya. Adapun sarana retorika

meliputi pengunaan citraan, bahasa kias, dan penyiasatan struktur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya dan nada

adalah cara peningkatan seorang pengarang yang khas atau gaya adalah cara

pemakaian bahasa oleh seorang pengarang. Selain itu, dapat diartikan pula

sebagai sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan agar seorang

pembaca mengetahui dan ikut merasakan apa yang dilakukan oleh tokoh

cerita.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia. Dalam bidang

pendidikan, strategi diartikan sebagai aplan, method, or series of activities

designed to achieves a particular educational goal David J.R (dalam Azis,

2015:20) menurut pengertian ini, strategi pembelajaran meliputi rancana,

metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sejalan dengan pendapat tersebut Rakajoni. T (dalam Azis, 2015:20)

mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan

pembelajaran-pengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

32

Azis (2015:20) dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah

rencana, kegiatan yang masih bersifat umum dan belum merupakan tindakan.

d. Metode Pembelajaran

Metode menurut Hidayat (dalam Azis, 2015:20) berasal dari bahasa

Yunani yaitu methodos, yang berarti jalan atau cara. Dalam filsafat dan ilmu

pengetahuan, metode diartikan sebagai cara memikirkan sesuatu hal menurut

rencana tertentu, atau cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pengajaran

metode diartikan sebagai rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan

urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan dan strategi tertentu.

Pengertian ini menegaskan bahwa metode merupakan cara melakukan

pekerjaan yang didasarkan pada strategi dan pendekatan tertentu. Artinya,

pendekatan dan strategi mendasari penyusunan suatu metode.

Djumingin (2011:75) membagi menjadi empat motode pembelajaran

yaitu:

1. Metode Tanya Jawab

Browm (dalam Djumingin (2011:78) menyatakan bahwa tanya jawab

adalah persyaratan yang menguji atau menumbuhkan pengetahun dalam

diri siswa. Dengan demikian, tanya jawab adalah sebagai format interaksi

antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru

untuk mendapatkan respon lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan

pengetahuan baru pada diri siswa.

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

33

2. Diskusi

Giristrap dan Martin (dalam Djumingin, 2011:79) mengutarakan bahwa

teknik diskusi merupakan suatu kegiatan sejumlah orang membicarakan

secara bersama- sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik untuk

mencari jawaban dan suatu masalah berdasarkan semua fakta yang

memungkinkan untuk itu. Depdikbud (dalam Djumingin, 2011:79), teknik

diskusi adalah cara penguasaan isi pelajaran melalui wacana tukar

pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna

memecahkan suatu masalah.

3. Metode Kerja Kelompok

Istilah kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerja sebagai siswa, baik

sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau terbagi menjadi kelompok-

kelompok yang lebih kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara

bersama-sama. Kerja kelompok dilandasi oleh adanya tugas bersama,

pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya tugas anggota dalam

penyelesaian tugas kelompok.

4. Metode Eksperimen

Winarto (dalam Djumingin, 2011:87) mengemukakan bahwa eksperimen

adalah kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta

mengamati proses dan hasil percobaan itu.

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

34

e. Teknik Pembelajaran

Pendekatan, strategi, dan metode adalah suatu konsep yang masih bersifat

teoretik yang mendasari pelaksanaan suatu pembelajaran. Di samping ketiga

istilah tersebut, ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran itu. Inilah yang disebut teknik.Teknik menurut

Hidayat (dalam Azis, 2015:20) adalah cara-cara dan alat-alat yang digunakan

dalam kelas. Menurut Azis (2015:20) teknik adalah daya upaya, usaha-usaha,

atau cara-cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam

pelaksanaan pembelajaran pada saat itu.

f. Model Pembelajaran

Andreas (dalam Suprijono, 2012:46)mengungkapkan bahwa model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang

menggambarkan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar.Sagala (dalam Fathurrohman 2015:29)

mengemukakan model dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.Model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku buku, film, komputer, kurikulum,

dan lain-lain.

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

35

6. Model Membaca Total

a. Pengertian Model Membaca Total

Dalman (2014:156) menjelaskan bahwa model membaca total adalah

sebuah bentuk atau pola pembelajaran membaca pemahaman yang di dalamnya

berisi tujuan, sumber belajar, kegiatan, dan evaluasi yang dapat dijadikan

sebagai alat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus

terhadap teks bacaan secara total. Model membaca total dapat meningkatkan

kemampuan siswa memahami informasi focus terhadap teks bacaan dan dapat

memperbaiki proses pembelajaran membaca menjadi menyenangkan.

Dalman (2014:156), pelaksanaan model membaca total menggunakan

dua teknik, yaitu: skimming dan scanning. Teknik skimming dan scanning

dilakukan secara berkesinambungan ketika melaksanakan kegiatan membaca.

Membaca teks dengan teknik skimming dan scanning bertujuan untuk

mengetahui informasi fokus dari bacaan secara tepat.Informasi fokus berupa

ide bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, kalimat utama, dan

kata-kata kunci dari teks bacaan.

Dalman (2014:163) menjelaskan bahwa untuk mendalami pemahaman

isi bacaan dalam model membaca total, membaca teks dengan melibatkan

somatis, auditoris, visual, dan intelektual (SAVI). Menurut Meier (dalam

Dalman 2014:165) yang dinamakan belajar dengan model SAVI itu, unsur-

unsurnya, yaitu: (1) somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat, (2)

auditoris: belajar dengan berbicara dan mendengar, (3) visual: belajar dengan

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

36

mengamati dan menggambarkan, (4) intelektual: belajar dengan memecahkan

masalah dan merenung.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model

membaca total merupakan teknik yang membuat pembaca secara total ikut

memahami makna-makna setiap paragraf dalam teks bacaan. Model membaca

total sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan

dan memahami ide pokok dari teks bacaan. Model ini juga dapat memperbaiki

proses pembelajaran membaca menjadi lebih menyenangkan karena

melibatkan model SAVI.

b. Informasi Fokus

Tampubolon (dalam Dalman, 2014:155) menyatakan hal yang penting

dalam membaca adalah mendapatkan informasi. Berbagai informasi penting

yang diinginkan dapat diperoleh melalui informasi fokus atau hal-hal

terpenting yang tersebar dalam teks bacaan seperti ide pokok isi bacaan, ide

pokok paragraf, ide pokok pendukung paragraf, dan ide pokok kalimat. Oleh

sebab itu, jika informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan tersebut dapat

diketahui atau ditentukan, efisiensi membaca akan lebih baik karena

konsentrasi perhatian dan pikiran dapat diarahkan pada informasi itu.

Uraian tentang informasi fokus di atas sejalan dengan pendapat

Djamarah (dalam Dalman, 2014:155) yang mengatakan informasi fokus

merupakan hal yang tidak lepas dari pembicaraan masalah membaca. Bahkan

informasi fokus ini yang menjadi persoalan mendasar bagi kegiatan membaca

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

37

seseorang. Hasil membaca yang optimal akan banyak dibantu dengan

mempergunakan informasi fokus. Dengan demikian, dasar utama untuk

memahami isi bacaan adalah memahami informasi fokus.

Dalman (2014:156) Kemampuan membaca total yang dimaksud

adalah kemampuan siswa memahami hal-hal penting atau informasi penting

yang terdapat pada teks bacaan berupa kemampuan menemukan dan

memahami ide pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf,

ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci, dan kemampuan untuk membuat

rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan

berdasarkan pengalaman/skemata yang dimiliki dan menggunakan bahasa

sendiri.

c. Teknik Skimming dan Scanning

Teknik Skimming (membaca layap) artinya menjelajahi keseluruhan isi

buku secara cepat. Melihat permukaan halaman demi halaman buku dengan

kecepatan tinggi, untuk menemukan informasi yang diperlukan. Gerakan mata

mengarah ke bawah. Seseorang dapat diakatakan mampu men-skim artinya

mampu dengan cepat mengambil sesuatu yang diperlukan dari bahan bacaan

secara cepat dan tidak banyak membuang waktu. Hanya dalam beberapa menit

saja (Nurhadi, 2010:97).

Mengapa skimming itu penting? Siswa yang mengetahui teknik skimming

dan mampu merekapnya dengan baik memperoleh suatu manfaat ganda dalam

kebiasaan membaca. Manfaat itu antara lain: (1) mencari sesuatu informasi

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

38

khusus yang diperlukan dari sebuah teks atau buku secara cepat dan efisien, (2)

tidak banyak membuang waktu untuk mencari informasi dari bacaan.

Adapun yang penting dalam men-skim aspek detil dan kesan umum

tentang buku yaitu: (1) skimming pada aspek detil. Yang perlu diperhattikan

dalam men-skim detil (artinya, ingin tahu aspek-aspek tertentu dari

bacaan/buku) adalah tidak perlu memusatkan perhatian pada kata demi kata.

Sebaiknya meloncat-loncat sampai menemukan hal yang dicari. Gerak mata

bukan ke arah samping kanan seperti biasanya membaca tetapi dari atau ke

bawah (vertikal), dan (2) skimming ide dasar (kesan umum) yaitu, untuk

mengetahui kesan umum buku; menarik atau tidak; baik atau buruk; penting

atau tidak; dan sebagainya. Tujuan men-skim ini untuk memutuskan apakah

perlu atau tidak membaca secara detil buku tersebut. Bila yang ingin dibaca

karya ilmiah maka baca daftar isi, carilah kata kunci, gambar-gambar, grafik,

atau diagram untuk memperoleh kesan umum dari bacaan dan jika ingin

membaca novel (karya fiksi) maka cukup bagian-bagian tertentu saja (bebas

pada halaman berapa saja) kemudian meloncat pada bagian lain. Teknik

membaca tatap (scanning) membaca memindai disebut juga dengan membaca

tatap (scanning) membaca memindai ialah membaca sangat cepat. Ketika

seseorang membaca menindai, dia akan malampaui banyak kata (Rahim,

2009:52). Menurut Mikulecky & Jeffries (dalam Rahim, 2009:52), membaca

memindai penting untuk menigkatkan kemampuan membaca. Siswa yang

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

39

menggunakan teknik membaca memindai akan mencari beberapa informasi

secepat mungkin.

d. Model SAVI ( Somatis, Auditoris, Visual, dan Intelektul)

Menurut (Dalman, 2014:163) pembelajaran yang terbaik adalah justru

siswa dituntut untuk lebih kreatif dan dapat menyatukan tubuh dengan pikiran

dalam proses pembelajaran, hingga hasil yang dicapai menjadi lebih baik dan

merasa senang dalam belajar.

1. Somatis

Mengikuti teori Meier (dalam Dalman 2014:168) dalam proses

pembelajaran membaca agar pikiran kita bergerak maka membaca juga perlu

berdiri atau sambil jalan-jalan. Kalau belajar sambil jalan-jalan sulit dilakukan

dapat juga mencoba melakukan kegiatan disela membaca seperti setiap

beberapa menit berhenti membaca lalu bergerak dengan melakukan senam otak

misalnya, menggerakkan kaki kiri bersamaan dengan tangan kanan dan kaki

kanan bergerak bersama tangan kiri. Dalam hal ini, siswa lebih semangat

belajar karena tercipta jaringan baru yang menyegarkan otak. Dengan

menggunakan somatis dalam membaca pemahaman siswa merasa senang

sehingga dapat dengan mudah menghubungkan apa yang dibaca dengan

skemata (pengalaman) yang dimiliki. Oleh sebab itu, somatis baik digunakan

dalam proses pembelajaran membaca pemahaman melalui model membaca

total.

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

40

2. Auditoris

Dalman (2014:167), Siswa dapat berkali-kali membaca dengan

bersuara keras apabila mendapatkan kalimat yang sukar dipahami, pikiran yang

tadinya pasif akan menjadi aktif kembali karena adanya proses itu akan timbul

energi baru dan siswa dapat dengan mudah menghubungkan dengan bacaan

dengan skemata yang dimiliki, sehingga kalimat tersebut dapat dipahami

maksudnya.

Sejalan dengan pendapat Hernowo (dalam Dalman, 2014:169)

mengemukakan bahwa membaca dengan keras adalah membaca dengan

bersuara hingga telinga lahir ikut mendengarkan.Membaca dengan keras

merupakan kebalikan membaca batin. Dalam hal ini, dengan mempraktikkan

membaca dengan keras, pembaca akan mendapat energi baru dalam membaca.

Sebab selain melihat, pembaca juga mendengar.

3. Visual

Menurut Hernowo (dalam Dalman, 2014:170) yang dimaksud dengan

gaya visual tersebut bukan membaca dengan menggunakan mata untuk

membaca tetapi, mata di sini adalah kekuatan membayangkan (imajinasi).

Begitu siswa selesai membaca sebuah kalimat yang memberikan makna

kepadanya. Hal-hal yang perlu dipertanyakan adalah: (a) apa yang dimaksud

dengan kalimat yang bermakna itu?, (b) apa yang tergambar di dalam benak

yang berkaitan dengan maksud kalimat tersebut?, (c) apa ada kaitanya dengan

pengalaman kita?

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

41

4. Intelektual

Dalman (2014:171) menyatakan bahwa membaca dengan melibatkan

intelek pada dasarnya sangat terkait dengan membaca melibatkan somatis,

auditoris, maupun visual karena pada kegiatan membaca.

Hernowo (dalam Dalman, 2014:171) kegiatan membaca yang diakhiri

dengan gaya intelektual yaitu merupakan proses “mengikat makna”. Dalam hal

ini pembaca menghubungkan kembali hasil pemahamannya terhadap isi bacaan

dengan pengalaman atau skemata yang dimilikinya.

e. Langkah-Langkah Model Membaca Total

Model Membaca Total merupakan serangkaian kegiatan untuk

memahami isi teks bacaan secara total. Menurut Dalman (2014:181), adapun

langkah-langkah pembelajaran dengan Model Membaca Total sebagai berikut.

1. Mengetahui Isi Umum Teks Bacaan dengan Teknik Skimming dan

Scanning

Rahim (2009:61) menjelaskan bahwa membaca layap (skimming) adalah

membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu

bacaan. Mikulecky & Jeffries (dalam Rahim, 2009:62) membaca layap

dibutuhkan untuk mengetahui, sudut pandang penulis tentang sesuatu,

menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan utama

dengan cepat. Sedangkan membaca tekniktatap (scanning) Rahim

(2009:52) menjelaskan bahwa membaca memindai adalah membaca

sangat cepat. Ketika membaca memindai pembaca akan melampaui

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

42

banyak kata. Mikulecky & Jeffries (dalam Rahim, 2009:52) membaca

memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Dalam hal

ini, siswa diminta untuk membaca teks dengan teknik baca layap

(skimming) dan baca tatap (scanning) secara berkesinambungan untuk

menemukan dan memahami ide pokok bacaan, ide pokok paragraf, ide

pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci yang terdapat

dalam teks.

Membaca dengan Model SAVI (Somatis, Auditoris, Visual, dan

Intelektul) Siswa yang telah selesai membaca suatu teks bacaan, diminta

untuk memperagakan hasil pemahamannya terhadap isi bacaan

menggunakan model SAVI. (1) siswa diminta untuk membaca dengan

somatis yaitu siswa dibebaskan untuk membaca teks dengan cara yang

mereka senangi (2) siswa diminta untuk membaca dengan auditoris, yaitu

membaca dengan keras atau dengan bersuara apabila menemukan kata-

kata yang sulit dipahami, (3) siswa diminta untuk membaca dengan visual,

yaitu membaca dengan membayangkan, siswa harus berhenti sejenak

untuk membayangkan kalimat yang memberikan makna atau kesan

tersendiri. Dengan mempertanyakan, (a) apa yang dimaksud dengan

kalimat yang bermakna itu?, (b) apa yang tergambar di dalam benak yang

berkaitan dengan maksud kalimat tersebut?, (c) apa ada kaitanya dengan

pengalaman kita?

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

43

Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat digunakan pembaca untuk

meningkatkan daya pemahaman pembaca terhadap materi yang dibaca.

Dalam hal ini, pembaca lebih diarahkan agar lebih memfokuskan diri

kepada makna atau maksud kalimat, (4) siswa diminta membaca dengan

intelektual, yaitu membaca dengan cara merenung, agar siswa benar-benar

memahami maksud kalimat tersebut.

2. Membuat Rangkuman Isi Bacaan

Siswa diminta untuk membuat rangkuman isi bacaan dengan cara

mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan

skemata atau pengalaman yang dimiliki dengan menggunakan bahasa

sendiri.

3. Membuat Rangkuman Isi Bacaan

Siswa diminta untuk membuat rangkuman isi bacaan dengan cara

mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan

skemata atau pengalaman yang dimiliki dengan menggunakan bahasa

sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran membaca pemahaman menggunakan model membaca total

melalui lima langkah yaitu: a) mengetahui isi umum teks bacaan dengan

teknik skimming dan scanning, b) membaca dengan model SAVI, dan c)

membuat rangkuman.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

44

f. Kelebihan Model Membaca Total Model

Dalman (2014:176), membaca total memiliki beberapa kelebihan

antara lain: (1) siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk memahami

informasi fokus dalam teks bacaan, (2) siswa dapat membaca dengan cepat dan

dapat memahami secara total isi bacaan, (3) siswa dapat menentukan dan

memahami ide pokok setiap paragraf dalam teks bacaan dengan cepat dan

tepat, (4) siswa dapat berpikir secara kritis dan dapat pula mengembangkan ide

pokok setiap paragraf dan ide pokok dari isi bacaan, (5) siswa dapat mengingat

kembali isi bacaan dalam waktu yang lebih lama, (6) penggunaan model ini

akan berdampak pada penguasaan kompetensi berbahasa lainnya, yaitu siswa

juga dapat menulis dengan baik dan menyimak atau mendengarkan dengan

baik, (7) proses pembelajaran membaca pemahaman dapat lebih

menyenangkan dan terhindar dari kejenuhan belajar.

B. Karangka Pikir

Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 5 Mandai di Kabupaten Maros

adalah Kurikulum 2013, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, ada 4

keterampilan yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa, diantaranya

keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca dengan fokus

pembahasan keterampilan membaca.

Salah satu model pembelajaran membaca yang dapat membantu dalam

minat baca siswa adalah model membaca total. Model membaca total adalah

sebuah bentuk atau pola pembelajaran membaca pemahaman yang

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

45

mengajarkan pembaca untuk memahami informasi fokus dari teks bacaan.

Informasi fokus merupakan hal terpenting yang ada dalam teks bacaan.

Informasi fokus dari suatu bacaan berupa ide pokok bacaan, ide pokok

paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci

dalam bacaan.

Penelitian ini meliputi variabel bebas dan terikat yang saling berhubungan

erat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model membaca total,

sedangkan variabel terikat penelitian adalah kemampuan membaca cerpen.

Perlakuan (treatment) menggunakan model membaca total. Sebelum

pelaksanaan pembelajaran dengan model membaca total, peneliti memberikan

pretest terlebih dahulu pada pertemuan pertama. Hal ini bertujuan untuk

melihat bahwa kemampuan awal siswa tidak terdapat pengaruh. Selanjutnya

diadakan posttest, untuk mengetahui pengaruh skor sebelum diberi perlakuan

pretest dengan skor sesudah diberi perlakuan posttest, apakah perbandingan

skornya mengalami peningkatan, sama, atau justru penurunan. Apabila hasil

analisis meningkat maka model membaca total efektif dan apabila hasil analisis

tidak sama atau menurun maka model membaca total tidak efektif diterapkan

pada kemampuan membaca cerpen. Kerangka pikir lebih jelas akan disajikan

pada bagan berikut ini.

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

46

Bagan Kerangka Pikir

Berbicara Membaca Menulis Menyimak

Pembelajaran Bahasa

Indonesia Kurikulum 2013 SMP

Hasil Hasil

Model Membaca Total

Kemampuan Membaca Cerpen

Analisis

Tidak Efektif Efektif

Posttest Treatment Pretest

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

47

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir,

maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.

1. Ho: Tidak terdapat kemampaun membaca cerpen siswa kelas VII SMP

Negeri 5 Mandai di Kabupaten Maros menggunakan model membaca total

dan tanpa menggunakan model membaca total.

Ha: Terdapat kemampuan membaca cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 5

Mandai di Kabupaten Maros yang menggunakan model membaca total

dan tanpa menggunakan model membaca total.

2. H0: Kemampuan membaca cerpen tidak lebih efektif dengan tidak

menggunakan model membaca total siswa kelas VII SMP Negeri 5

Mandai di Kabupaten Maros.

Ha: Kemampuan membaca cerpen efektif dengan menggunakan model

membaca total siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai di Kabupaten

Maros.

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif eksperimen. Adapun penelitian eksperimen yang

digunakan adalah quasi experimental design atau eksperimen semu.

Penggunaan eksperimen semu ini dikarenakan terdapat beberapa variabel

yang tidak dapat dikontrol secara langsung oleh peneliti. Peneliti hanya

mengontrol satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat

yaitu model membaca total terdadap kemampuan membaca.

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan memberikan perhatian

penuh terhadap perlakuan yang diberikan pada posttest perlakukan yang

dimaksud yaitu model membaca total sebagai variabel bebas dan dapat

dikendalikan oleh peneliti.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian tersebut desain penelitian yang digunakan

adalah quasi experimental design atau eksperimen semu dengan

menggunakan pretest dan posttest.

48

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

49

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

E O1 X1 O2

K O1 X2 O2

Sumber: Adaptasi dari Furchan (2007:395)

Keterangan:

E: Eksperimen

K: Kontrol

O1: Pretest (tes awal)

O2: Posttest (tes hasil belajar)

X1: perlakuan menggunakan model membaca total

X2: perlakuan tanpa menggunakan model membaca total

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai

2. Sampel

Dalam penelitian ini yang digunakan yaitu :

a) pretest

b) posttest

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

50

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:3). Variabel dalam

penelitian ini adalah penerapan model membaca total sebagai variabel bebas dan

kemampuan membaca cerpen sebagai variabel terikat.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2016:305) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Di dalam sebuah penelitian pasti membutuhkan instrumen penelitian menjadi alat

ukur untuk memperoleh data penelitian.

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks cerpen

pada pretest dan posttest. Peneliti juga menyiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) digunakan sebagai acuan dan pedoman pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan mengikuti prosedur: Tes Awal,

Perlakuan, dan Tes Akhir

Tes Awal atau Pretest

Prosedur yang ditempuh pada tahapan awal pengumpulan data penelitian

adalah memberi tes awal kepada kedua kelompok penelitian: pretest dan posttest.

Pada tes awal, siswa diberikan teks cerpen. Tujuan utama pemberian teks ini

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

51

adalah untuk mengetahui kemampuan awal dalam membaca siswa sebelum diberi

perlakuan atau treatment.

Perlakuan atau Treatment

Kegiatan yang ditempuh pada tahap ini adalah memberi perlakuan pada

kemampuan membaca siswa dengan menggunakan model membaca total untuk

posttest dan tanpa menggunakan model membaca total untuk pretest. Dalam hal

ini pembelajaran membaca ada yang menggunakan model dan tanpa

menggunakan model. Kegiatan perlakuan ini dilakukan guna membekali siswa

pengetahuan yang memadai tentang kemampuan membaca.

Adapun kegiatan kemampaun membaca dengan menggunakan model

membaca total yaitu sebagai berikut: (1) peneliti menjelaskan pengertian ide

pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pokok pendukung paragraf, ide pokok

kalimat, dan kata-kata kunci dalam teks, (2) menjelaskan cara membaca dengan

teknik membaca skimming dan scanning, (3) menjelaskan cara membaca dengan

model SAVI (somatis, auditoris, visual, dan intelektual), (4) siswa diminta untuk

membaca teks selama 3-4 menit dengan menggunakan teknik skimming dan

scanning berkesinambungan untuk menemukan ide pokok isi bacaan, ide pokok

paragraf, ide pokok pendukung paragraf, dan ide pokok kalimat, (5) siswa

diarahkan untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan dengan

menggunakan model SAVI, (9) siswa diminta untuk membuat rangkuman

dengan mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan

pengalaman atau skemata yang dimiliki dengan menggunakan bahasa sendiri.

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

52

Tes Akhir atau Posttest

Pada tahap ini diberikan teks cerpen tetapi, telah diberikan perlakuan dengan

menggunakan model membaca total. Pretest kembali diberikan teks cerpen tanpa

menggunakan model membaca total seperti halnya dengan yang dilakukan pada

tahapan tes awal.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan teknik

analisis statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial, yaitu sebagai berikut.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk

menggambarkan skor perolehan hasil belajar dalam pembelajaran membaca

cerpen berdasarkan hasil desain penelitian quasi eksperimen.

2. Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang

didapatkan memiliki distribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam statistik

parametrik. Dengan kata lain, data yang diperoleh berasal dari populasi yang

berdisrtibusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

nilai pretest dan posttes berdistribusi normal atau tidak.

b. Uji-t

Analisis data dengan statistik inferensial digunakan dalan kaitannya

dengan pengujian hipotesis penelitian. Untuk pengujian hipotesis penelitian

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

53

yang digunakan yaitu t-test untuk membuktikan kemampuan membaca

sebelum dan sesudah menggunakan model membaca total dengan taraf

signifikasi α = 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan, Ho diterima dan

Ha ditolak jika value-p < 0,05. Dengan mengunakan program aplikasi SPSS

versi 24 untuk membantu perhitungan analisis data.

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian dan akan dibahas secara

rinci berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Sesuai dengan jenis

penelitian yang telah dipaparkan pada bab 3, yaitu jenis penelitian eksperimen.

Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kuantitatif yang

dinyatakan dalam bentuk angka-angka untuk mengetahui pengaruh model

membaca total terhadap kemampuan membaca cerpen pelajaran bahasa

indonesia siswa kelas VII SMP 5 Mandai di Kabupaten Maros.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial jenis

uji-t. Data penelitian diperoleh dari pretest dan posttest. Pretest tidak diberikan

perlakuan menggunakan model membaca total sedangkan untuk posttest

mendapat perlakuan dengan menggunakan model membaca total yang

diterapkan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil analisis pretest dengan jumlah siswa 15 orang nilai

keseluruhan siswa dengan rata-rata 66,73 frekuensi total dan kategori

kemampuan membaca hasil dari klasifikasi pada pretest ini menunjukkan

bahwa kategori tinggi diperoleh dua orang siswa (6,66%), kategori sedang

diperoleh empat orang siswa (13,33%) dan kategori rendah diperoleh delapan

orang siswa (26,66%). Berdasarkan hasil pretest siswa berada pada kategori

54

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

55

rendah. Sedangkan posttest dengan jumlah siswa 15 orang nilai keseluruhan

siswa 85,86 dengan frekuensi total dan kategori kemampuan membaca hasil

dari klasifikasi pada posttest ini ada beberapa siswa yang memeroleh klasifikasi

sangat tinggi. Siswa yang kategori sangat tinggi diperoleh delapan orang siswa

(26,66%); pada kategori tinggi terdapat lima orang siswa (16,66%); dan siswa

yang berada pada klasifikasi sedang yang diperoleh sebanyak dua orang

(6,66%).

A. Hasil Penelitian

Kemampuan membaca cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai

di Kabupaten Maros sebelum dan sesudah menggunakan model membaca total.

1. Kemampuan Membaca Cerpen Sebelum Menggunakan Model Membaca

Total

Pada tahap awal pretest siswa tidak diberikan perlakuan dengan

menggunakan model membaca total. Siswa hanya diberikan penjelasan mengenai

kemampuan membaca dan cara-cara mencari informasi fokus (ide pokok isi

bacaan, ide pokok paragraf, ide pokok pendukung paragraf, dan ide pokok

kalimat) yang ada di dalam teks “persahabatan yang indah” pada pertemuan

pertama dan “kotak cinta untuk ibu” pada pertemuan kedua. Kemudian, pada

pertemuan ketiga siswa menentukan unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.

Tujuan utama pemberian tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal dalam

membaca.

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

56

Data yang diperoleh dari hasil pretest siswa kelas VII dengan jumlah siswa

sebanyak 15 orang diperoleh gambaran yaitu: Dari 15 orang siswa tidak satu pun

memeroleh nilai maksimal yaitu 100. Nilai tertinggi diperoleh tiga orang siswa

yakni 80 dan skor terendah diperoleh empat orang siswa yakni 60.

Tabel a. Daftar Nilai Siswa Pretest Sebelum Diberi Perlakuan

No. Subjek Nilai Siswa

1. S1 65

2. S2 60

3. S3 75

4. S4 80

5. S5 62

6. S6 70

7. S7 80

8. S8 62

9. S9 65

10. S10 60

11. S11 72

12. S12 60

13. S13 60

14. S14 60

15. S15 70

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

57

Rata-rata 66,73

Berdasarkan pemerolehan kemampuan membaca nilai siswa pretest

pada tabel di atas kemampuan membaca cerpen pada siswa kemudian

dideskripsikan berdasarkan frekuensi total dan kategori nilai siswa untuk

mengetahui tingkat kemampuan membaca siswa berada pada kategori

tertentu. Dengan nilai rata-rata 66,73 kemampuan membaca cerpen siswa

pada pretest digambarkan sebagai berikut.

Tabel b. Frekuensi Total dan Kategori Kemampuan Membaca pada

Pretest

No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. 86-100 - - Sangat Tinggi

2. 76-85 2 6,66% Tinggi

3. 66-75 4 13,33% Sedang

4. 51-65 8 26,66% Rendah

5. 0-50 - - Sangat Rendah

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

58

Hasil klasifikasi pada pretest ini menunjukkan bahwa kategori tinggi

diperoleh dua orang siswa (6,66%), kategori sedang diperoleh empat orang siswa

(13,33%) dan kategori rendah diperoleh delapan orang siswa (26,66%).

Berdasarkan hasil pretest siswa berada pada kategori rendah.

2. Kemampuan Membaca Cerpen Setelah Menggunakan Model Membaca Total

Pada tahap posttest, siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan

model membaca total dan diberikan penjelasan mengenai informasi fokus.

Kemudian, setelah diberikan penjelasan siswa menentukan unsur intrinsik yang

ada di dalam cerpen. Tujuan utama pemberian tes ini adalah untuk mengetahui

kemampuan awal dalam membaca cerpen setelah diberi perlakuan atau treatment.

Peneliti mendapatkan hasil dari 15 siswa, tidak satu pun siswa yang

memeroleh skor 100 yang menjadi tolak ukur maksimal penilaian. Pemerolehan

kemampuan membaca dari yang tertinggi hingga yang terendah yaitu : siswa yang

memiliki kemampuan membaca dengan skor tertinggi yaitu 90 hanya diperoleh

empat orang siswa, siswa yang memiliki kemampuan membaca dengan skor

sedang yaitu 80 hanya diperoleh delapan orang siswa.

Tabel a. Daftar Nilai Siswa Setelah Diberi Perlakuan

No. Subjek Nilai Siswa

1. S1 85

2. S2 92

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

59

3. S3 75

4. S4 83

5. S5 76

6. S6 86

7. S7 95

8. S8 90

9. S9 75

10. S10 85

11. S11 92

12. S12 90

13. S13 92

14. S14 82

15. S15 90

Rata-rata 85,86

Berdasarkan pemerolehan kemampuan membaca cerpen siswa pada

tabel di atas, kemampuan membaca cerpen pada siswa kemudian

dideskripsikan berdasarkan frekuensi total dan kategori nilai siswa untuk

mengetahui tingkat kemampuan membaca cerpen siswa berada pada kategori

tertentu. Dengan nilai rata-rata 85,86 kemampuan membaca siswa pada

posttest digambarkan sebagai berikut.

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

60

Tabel b. Frekuensi Total dan Kategori Kemampuan Membaca pada Posttest

No. Nilai

Siswa

Frekuensi Persentase

(%)

Kategori

1. 86-100 8 26,66% Sangat Tinggi

2. 76-85 5 16,66% Tinggi

3. 66-75 2 6,66% Sedang

4. 51-65 - - Rendah

5. 0-50 - - Sangat

Rendah

Hasil klasifikasi pada posttest ini sesuai pada tabel di atas

menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memeroleh klasifikasi sangat

tinggi. Siswa yang kategori sangat tinggi diperoleh delapan orang siswa

(26,66%); pada kategori tinggi terdapat lima orang siswa (16,66%); dan siswa

yang berada pada kategori sedang diperoleh sebanyak dua orang (6,66%).

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan deskripsi data dan uji persyaratan analisis telah menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Maka pengujian hipotesis dapat

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

61

dilakukan untuk keperluan hipotesis digunakan statistika interfensial dengan

bantuan SPSS versi 24 yaitu statistika uji-t sampel independen

Kriteria pengujian adalah hipotesis diterima dan diterima jika t hitung <

t table, artinya tidak ada perbedaan antara dua perlakuan yang diberikan. Sebaliknya,

hipotesis ditolak dan diterima jika nilai t hitung > t table, artinya hasil belajar

kelas eksperimen yang diajar dengan metode pembelajaran outdoor learning lebih

baik daripada hasil belajar kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan

model membaca total dalam pembelajaran membaca cerpen dengan materi cerita

pendek dan pengamatannya dibuktikan dengan hasil angka yang diperoleh yakni t

hitung > t tabel, sehingga ditolak dan diterima. Hal ini berarti ada perbedaan

kemampuan hasil membaca dengan menggunakan model membaca total dan tanpa

menggunakan model membaca total. Jadi penggunaan model membaca total

terbukti berpengaruh dalam pembelajaran membaca cerpen dengan materi cerita

pendek dan pengamatannya pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mandai. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

62

Tabel a. Uji Independent Samples T Test

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Differe

nce

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Hasil

Belajar

Siswa

Equal

variances

assumed

.461 .503 7.539 28 .000 19.13

3 2.538

13.93

5 24.332

Equal

variances

not

assumed

.

7.539

27.69

8 .000

19.13

3 2.538

13.93

2 24.335

(Sumber SPSS Versi 24)

Keterangan : N 30

Df 28

thitung 7.539

Ttabel 1.701

Jadi kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai hipotesis

adalah ditolak dan diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan antara nilai membaca cerpen pada

materi unsur intrinsik cerpen dan pengamatannya pada pretest sebelum

melakukan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan yang

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

63

berbeda. Hal ini berarti penggunaan model membaca total berpengaruh

pada pembelajaran membaca cerpen pada materi unsur intrinsik cerpen

dan pengamatannya siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Mandai.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil kemampuan membaca

siswa yang diajar sebelum menggunakan model membaca total dengan peserta

didik yang diajar setelah menggunakan model membaca total. Materi yang

diajarkan pada penelitian ini adalah membaca cerpen yang diperoleh pada

penelitian ini berupa hasil kemampuan membaca cerpen pada posttest dan pretest.

Dalam hal ini posttest diajar dengan menggunakan model membaca total dan

pretest diajar dengan tidak menggunakan model membaca total.

Berdasarkan data yang diperoleh maka data hasil penelitian dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1. Hasil Kemampuan Membaca Peserta Didik yang Diajar Menggunakan Model

membaca total

Sebelum memberi perlakuan pada posttest, terlebih dahulu peneliti

memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dengan

instrument uji coba membaca cerpen. Dalam penerapannya, model membaca

total diharapkan mampu menjadikan pembelajaran yang berpusat pada siswa

atau student center.

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

64

Hambatan lain yang ditemukan dalam penerapan model membaca total

adalah tidak semua peserta didik menyukai keterampilan dalam membaca

dengan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana hampir seluruh

kegiatan pembelajaran dibutuhkan partisipasi aktif oleh peserta didik.

Kurangnya pemahaman guru mengenai konsep proses belajar mengajar

menggunakan model membaca total juga menjadi penyebab tidak efektifnya

hasil kemampuan membaca cerpen pada posttest.

Model membaca total yang diterapkan pada posttest memperoleh hasil

kemampuan membaca dari 15 peserta didik, jumlah peserta didik yang

memiliki kemampuan membaca dengan kategori sangat tinggi hanya delapan

peserta didik dengan persentase 26,66%.

2. Hasil Kemampuan Membaca Peserta Didik yang Diajar dengan tidak

Menggunakan Model Membaca Total

Pretest dengan kegiatan pembelajarannya diterapkan metode dengan

tidak menggunakan model membaca total.

Metode model membaca total yang tidak diterapkan di pretest

memperoleh hasil kemampuan membaca dari lima belas peserta didik.

Sedangkan jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori rendah adalah

delapan peserta didik dengan persentase 26,66%.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

65

3. Hasil Kemampuan Membaca Posttest dan Hasil Kemampuan Membaca

Pretest

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, data hasil penelitian berupa

hasil membaca posttest dan pretest masing-masing adalah 85,86 dan 66,73

dimana posttest mengalami pengaruh peningkatan setelah diberi perlakuan.

Jika dilihat dari skor tersebut maka posttest memiliki nilai rata-rata yang lebih

tinggi dibanding pretest.

Selanjutnya, jika ditinjau dari persentase ketuntasan kemampuan

membaca, maka posttest memperoleh persentase ketuntasan peserta didik

sebesar 49,98% sedangkan pretest memperoleh persentase ketuntasan peserta

didik sebesar 46,65%. Hal ini menunjukkan bahwa yang diajar menggunakan

metode model membaca total memperoleh persentase ketuntasan yang lebih

besar dengan yang diajar dengan tidak menggunakan model membaca total.

Pada hasil penelitian pengaruh kemampuan membaca cerpen yang

digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model membaca total

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada posttest. Berdasarkan tabel

persentase peserta didik yang tuntas sebesar 49,98%. Jika ditinjau dari kriteria

pengaruh model membaca total, 49,98% berada dalam rentang 50-80% maka

pengaruh pembelajaran menggunakan model membaca total termasuk dalam

kategori “Efektif”.

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

66

Hasil analisis statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa

terdapat kemampuan membaca cerpen peserta didik pada posttest yang diajar

menggunakan model membaca total dengan kemampuan membaca cerpen

peserta didik pada pretest yang tidak menggunakan model membaca total,

sehingga penarikan kesimpulannya sama dengan uji-t.

Tabel a. Uji Independent Samples T Test

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Differe

nce

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Hasil

Belajar

Siswa

Equal

variances

assumed

.461 .503 7.539 28 .000 19.13

3 2.538

13.93

5 24.332

Equal

variances

not

assumed

.

7.539

27.69

8 .000

19.13

3 2.538

13.93

2 24.335

(Sumber SPSS Versi 24)

Keterangan : N 30

Df 28

thitung 7.539

Ttabel 1.701

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

67

Jadi kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai hipotesis

adalah ditolak dan diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kemampuan antara nilai membaca cerpen pada

materi unsur intrinsik cerpen dan pengamatannya pada pretest sebelum

melakukan perlakuan dan posttest setelah diberikan perlakuan yang

berbeda. Hal ini berarti penggunaan model membaca total berpengaruh

pada pembelajaran membaca cerpen pada materi unsur intrinsik cerpen

dan pengamatannya siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Mandai.

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

68

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uji statistik diperoleh, hasil kemampuan membaca peserta

didik yang diajar menggunakan model membaca total dengan hasil kemampuan

membaca peserta didik yang diajar dengan tidak menggunakan model membaca

total.

Pada hasil penelitian telah disajikan tabel kriteria pembelajaran yang

digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh model membaca total dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia pada posttest. Berdasarkan tabel persentase

peserta didik yang tuntas sebesar 49,98%. Jika ditinjau dari kriteria pengaruh

pembelajaran, 49,98% berada dalam rentang 50-80% maka pengaruh

pembelajaran menggunakan model membaca total termasuk dalam kategori

“Efektif”.

Hasil analisis statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa bentuk

hasil kemampuan membaca peserta didik pada posttest yang diajar menggunakan

model membaca total dengan hasil kemampuan membaca peserta didik pada

pretest yang tidak menggunakan model membaca total. Sehingga penarikan

dengan hasil nilai uji-t yakni N 30 Df 28 thitung 7.539 Ttabel 1.701.

Jadi kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai hipotesis adalah ditolak dan

diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

68

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

69

antara nilai membaca cerpen pada materi unsur intrinsic cerpen dan

pengamatannya pada pretest sebelum melakukan perlakuan dan posttest setelah

diberikan perlakuan yang berbeda.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran-saran yang diajukan

adalah sebagai berikut.

1. Guru seharusnya membiasakan peserta didik diajar menggunakan model

pembelajaran yang perpusat pada peserta didik (student center), sehingga

peserta didik perlahan akan beradaptasi menjadikan dirinya sebagai peserta

didik yang aktif dalam proses pembelajaran.

2. Peneliti ini memiliki begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

berbagai aspek. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian tentang model membaca total agar kiranya memahami dengan baik

konsep model pembelajaran yang akan digunakan atau diterapkan di dalam

kelas.

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2008. Pelajaran Keterampilan Membaca. Padang: FBSS UNP.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: RinekaCipta.

Azis, Abdul. 2015. Teori Belajar Bahasa. Universitas Negeri Makassar.

Aminuddin, D. MPd. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Cet. IV. Bndung:

Penerbit Sinar Baru Algensindo Offset.

Amiruddin, A. 2002. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI

UNSUR INTRINSIK CERPEN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN

INKUIRI SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 5 BIROMARU. BAHASA

NTODEA, 3(4).

Chaer Abdul, Agustine, Lernie (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, S. (2003). Psikolinguistik: Pengantar pemahaman bahasa manusia.

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Djamarah, SyaifulBahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tuadan Anak Dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Djumingin, Sulastriningsih. 2011. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif

Bahasa Dan Sastra Indonesia. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Dalman. 2014.Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.

Fajridan Senja. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Aneka Ilmu

Bekerja Sama Difa Publisher.

Febriana, Nunung. 2014. Pengaruh Model Membaca Total Terhadap Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas V B SD N 1 Sumber agung Jetis

Kabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan Dasar: Universitas Negeri

Jogjakarta. Vol. 2. (3): 13.

Fitriyani, Dwi. 2017. Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan

Metode Survey, Question, Read, Recite, dan Review (SQ3R). STKIP

Muhammadiyah Pringsewu. STKIP Muhammadiyah Pringsewu. Jurnal

Pesona, Volume 3 Nomor. 1, hlm. 43-49.

Furchan, A. (2007). Pengantar dalam Penelitan Pendidikan.

70

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Haryati, M. (2007). Model dan teknik penilaian pada tingkat satuan

pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.

Iskandar wassid & Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Remaja Rosda karya.

Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Malang: Sinar

Baru Algesindo.

Nurgiyantoro, B. (2005). Teori pengkajian sastra. Yogyakarta: Gajah Mada

University.

Nuryanti, L. (2008). Psikologi anak. Jakarta: PT. Indeks.

Oktaviyani, Vani. 2013. Keefektifan Metode Pembelajaran Cooperative Script dalam

Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Manisrenggo. Skripsi: Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahim, Farida. 2009. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahman, B. (2014). Kemitraan orang tua dengan sekolah dan pengaruhnya terhadap

hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Progresif, 4(2), 129-138.

Robbins, S. P. (2009). and Timothy A. A. Judge, Aletta Odendaal, and Gert Roodt.

Kemampuan (ability).

Sagala, A. A. (2018). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Perilaku Kenakalan

Remaja Pada Peserta DidikDalam Perspektif Ilmu Pendidikan Agama

Islam Di Smp Muhammadiyah 1 Malang (Doctoral dissertation, University

of Muhammadiyah Malang).

Sayuti, S. A. (1988). Dasar-dasar Analisis Fiksi.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta:

GrahaIlmu.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudiati dan Nurhidayah. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Membaca Pemahaman

Berdasarkan Strategi Plan (Predict, Locate, Add, Note). Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Volume 16 Nomor 1, hlm 114-

128.

71

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

Suhana, C. (2014). Konsep srategi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Suharyanto, H., & Hadna, A. H. (2005). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Yogyakarta: Penerbit Graha Guru.

Slameto. 2003. Belajardan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Syah, M. (2003). Psikologi belajar. PT Rajagrafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Membaca Sebagai Suatu Ketramp ilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung.

Walgito, B. (2010). Pengantar Umum Psikologi. Yogyakarta: Andi Offset.

Waluyo, D. E. (2003). Teori Ekonomi Makro. Malang: Penerbit UMM.

Waluyo, K.F. 2016. Keefektifan Model Membaca Total Terhadap Keterampilan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Gugus Erlangga. Skripsi:

Semarang. Universitas Negeri Semarang.

72

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …statistik inferensial dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca antara hasil kemampuan membaca peserta didik

RIWAYAT HIDUP

Anik Wulandari. Dilahirkan di kaluku Kabupaten Luwu Utara

pada tanggal 19 Januari 1998. dari pasangan Ayahanda Usnuri

dan Syamriani. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di

SDN 173 Sukamaju 2 Kabupaten Luwu Utara dan tamat tahun

2010, tamat SMP Negeri 1 Sukamaju tahun 2013, dan tamat SMA

Negeri 1 Sukamaju tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis (2016) penulis

melanjutkan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar dan Selesai tahun 2020