jurusan pendidikan bahasa dan sastra...

116
RELIGIOSITAS DALAM BUKU KUMPULAN PUISI “GARAM GARAM HUJAN” KARYA JAMAL D. RAHMAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Muhamad Ihsan Husaini NIM: 1111013000104 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: hoangdung

Post on 06-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

RELIGIOSITAS DALAM BUKU KUMPULAN PUISI “GARAM – GARAM HUJAN”

KARYA JAMAL D. RAHMAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhamad Ihsan Husaini

NIM: 1111013000104

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

!embar Pengesaha Skrips

RELIGIOSITAS DALAM KUMPULAN PUISI GA RAM- GARAMHUJAN KARVA JAMAL D RAH-MAN DAN

IMI'LIKASIN VA D!EL' . ltD T14IItft fltV QtCrDt

LIJLjL.n JJfIILCkL)ft IJri. t xJf L !I.#J±

Sk'ripsi

Diajukan kepada Fakuhas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatuiiab Jakarta Sebagai Salab Saw Syarat Untuk Menempuh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Okh

TT....:..: xvi .sn.asI.a,.s sn,a.. is ,.aanu.

1111013000102

Mengetahui

TTT) fl lOA44 4iV • .LO+.LJ.LUL

iIJ.U3 L UUI

JURUSAN PENDIDIKAN IAHASA DAN SASTRA LNDONESL4

FAKULTAS LM1J TAKIil lAB DAN KEGUIRUAN

UNWERSITAS ISLAM NEGERI

C'f A ! T It II A ' A TI I 1 4 II . I rtr,j.I LLw2 t I AI U LjLittLI

JAKARTA

2016

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul "Religiositas dalam Kumpulan Puisi Garam - Garam Hujan Karya Jamal D. Rahman dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)" disusun oleh Muhamad Ihsan Husaini, NIM 1111013000104, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada 18 November 2016 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjanaa SI (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 26 Januari 2016

Panitia Ujian Munaqasah

(Ketua Panitia/Ketua JurusarIPrograin Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Makyun Subuki. M. Hum. .. P—W—~

NIP. 19800305 200901 1 015

Sekretaris JurusanlProgram Studi

Toto Edidarmo, M. A NIP. 19760225 200801 1 020

Penzuji I

Rosida Erowati, M. Hum. ............. . . ---

NIP. 19771030 2008012 009

Penguji II

Ahmad Bahtiar. M. Hum. NIP. 19760118 200912 1 002

Tabiyah dan

*

JAKARTA

rt

955021 h8203 1 007

.

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

* •M

KEMENTERIAN AGAMA I UIN JAKARTA FORM (FR)

I. .. I FITK I L.!IjJ J1.Ir.n.JuandallosCipu:a:/S4i2Indonesia I

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit : I Maret 2010 No. Revisi: : 01

I Hal

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah mi,

Nama : Muhamad Ihsan Husaini

Tempat'Tgl.Lahir : Bogor, 16 Mei 1993

NIM 1111013000104

Jurusan / Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Religiositas Dalam Kumpulan Puisi Garam - Garam

Hujan Karya Jamal D Rahman dan Implikasinya pada

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Doscn Pembimbing : Novi Diah Haryanti, M. Hum

NIP :19841126201503 2 007

Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar basil karya sendiri

dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan mi dibuat sebagai salah satu syarat rnenempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 10 Oktober 2016 Mj4isw Ybs.

''Go. M /IBURUPIAH

Muhamad Ibsan 1-usaini NIM. 1111013000104

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

ABSTRACT

MUHAMMAD IHSAN HUSAINI: Skripsi: Religiosity in the Anthology of

“Garam-Garaam Hujan” by Jamal D. Rahman and its implication towards

Indonesian Language and Literature Learning in Senior High School Students. Department of Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiya and Teachers’

Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2016.

Poetry is description of value that is expressed through language and

expression that represents the feeling of the poet. The presence of Jamal D. Rahman

deserves to be regarded as religious poet because the messages that he delivered can

not be separated from religiosity of God, man and nature.

This research aims to identify the religiosity of Jamal D. Rahman, “Rubaiyat

Matahari” and “Bernafaslah Pada Ombak”. This research adopted qualitative

method to collect data or document towards the two relating poetry to be analyzed.

Based on the result it, can be concluded that there are five aspects of

religiosity in “Rubaiyat Matahari” including ideological, ritualistic, experiential,

intellectual, and consequential. In the other hand, in the poetry entitled “Bernafaslah

Pada Ombak” consist two aspects including ritualistic and ideological.

Keywords: Religiosity, poetry “Rubaiyat Matahari” and “Bernafaslah Pada

Ombak”, Jamal D. Rahman, Indonesian Language and Literature Learning.

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

RELIGIOSITAS DALAM BUKU KUMPULAN PUISI

“GARAM- GARAM HUJAN” KARYA JAMAL D. RAHMAN DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN

SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Muhamad Ihsan Husaini

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Puisi merupakan penggambaran tentang suatu nilai yang diungkapkan melalui

bahasa dan ekspresi yang mewakili perasaan sang penyair. Kehadiran Jamal D

Rahman layak dianggap sebagai hadirnya penyair religius, sebab pesan pesan

yang disampaikanya tidak terlepas dari unsur unsur religiositas tentang tuhan,

manusia dan alam.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi religiositas yang

terkandung dalam dua puisi karya Jamal D Rahman, yaitu Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu

teknik pengumpulan data atau dokumen lalu menganalisis data-data yang

berkenaan dengan dua puisi tersebut kemudian menarik kesimpulannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan; terdapat

lima aspek religiositas dalam puisi “Rubaiyat Matahari” yaitu, aspek ideologis,

ritualistik, eksperiensial, intelektual dan konsekuensial. Sedangkan dalam puis

“Bernafaslah Pada Ombak” hanya terdapat dua aspek yaitu, aspek ritualistik dan

ideologis.

Kata kunci: Religiositas, Puisi Rubaiyat Matahari dan Bernafaslah Pada

Ombak, Jamal D Rahman, Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah atas segala yang ada di semesta jagad raya yang

telah memberi limpahan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Religiusitas Dalam Kumpulan Puisi Garam-

Garam Hujan karya Jamal D Rahman dan Implikasinya pada Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

limpahkan untuk Nabi besar Muhammad, keluarga, para sahabat, dan umatnya.

Penulisan skripsi ini ditujukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan.

Dalam proses penulisan penelitian ini penulis banyak mendapat masukan,

bimbingan, saran, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Semua itu tak lain

untuk menjadikan penulis menjadi pribadi yang lebih baik dan kaya

informasi. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang memudahkan dalam segala proses baik formal maupun informal;

3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

berusaha meluangkan waktu untuk penulis dalam proses bimbingan skripsi, sabar

dalam membimbing dan memberikan masukan untuk referensi tulisan hingga

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dan

dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya yang telah

memberikan ilmu dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

iv

5. Ucapan terimakasih ditujukan kepada sahabat sekaligus penasihat yang selalu

bersedia meluangkan waktu untuk menjadi tempat berkeluh kesah dan berdiskusi

dalam proses penulisan skripsi ini, yaitu Nugroho, Naz Arafi, Taufik Hidayatullah

Ivan, Salaman Ayu, Madensia, Nova Liana, dan Syifa Fauziah.

6. Ucapan teristimewa ditujukan kepada keluaga tersayang terutama Ayah dan Ibu

tercinta yaitu Aneng Iskandar dan Neneng Rosilah yang telah merawat, mendidik,

membimbing, memotivasi penulis untuk menjadi manusia yang baik dan

bijaksana, yang tiada hentinya memanjatkan doa kepada Sang pencipta dan

memberikan dukungan moril serta materil sehingga penulis dapat

mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan tanda cinta. Tak lupa kecup

sayang untuk adik tercinta yaitu Tresna Nurfitriyanti, Putri Nurfatimah dan Nur

Muhammad Riksa Tama yang telah memberikan motivasi, keceriaan, kehangatan,

dan kasih sayang dalam perjalanan hidup hingga saat selesainya skripsi ini;

Terimakasih pula untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

proses penyelesaian penelitian ini yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga

limpahan rahmat Allah, Tuhan yang maha kuasa terhikmat kepada kita semua.

Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar penelitian ini

dapat bermanfaat, baik untuk penulis pribadi maupun pembaca.

Jakarta, 26 September 2016

Penulis

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4

D. Perumusan Masalah ................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

G. Metode Penelitian..................................................................... 6

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

vii

1. Sumber Data/Objek Penelitian ........................................... 6

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 7

3. Teknik Analisis Data .......................................................... 7

BAB II ACUAN TEORITIS

A. Religiositas ............................................................................... 8

1. Pengertian Religiositas ....................................................... 8

2. Religiositas dalam Karya Sastra......................................... 10

3. Wujud Religositas .............................................................. 10

B. Puisi .......................................................................................... 12

1. Pengertian Puisi ............................................................ 12

2. Unsur-Unsur Puisi ........................................................ 13

3. Fungsi Puisi .................................................................. 17

C. Implikasi .................................................................................. 18

D. Penelitian Relevan .................................................................... 21

BAB III BIOGRAFI PENGARANG

A. Biografi Jamal D Rahman ........................................................ 24

B. Jamal D Rahman dan Kepenyairanya ...................................... 24

C. Jamal D Rahman dan Pemikiranya .......................................... 25

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Fisik dan Batin Puisi Rubaiyat Matahari ................. 30

a. Analisis Struktur Fisik Puisi Rubaiyat Matahari .......... 30

b. Analisis Struktur Batin Puisi Rubaiyat Matahari ...........48

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

viii

B. Struktur Fisik dan Batin Puisi Bernafaslah pada Ombak ...... 55

a. Analisis Struktur Fisik Puisi Bernafaslah pada Ombak 55

b. Analisis Struktur Batin Puisi Bernafaslah pada Ombak 64

C. Representasi Religiositas Pada Puisi Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak ....................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................... 82

B. Saran ......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membicarakan sastra dengan tema ke Tuhanan biasanya menunjukkan

pengalaman keberagamaan seorang sastrawan. Pengalaman religi atas tingkat

kedalaman seseorang terhadap agamanya atau yang lebih luas lagi terhadap

Tuhan. Banyak karya sastra khususnya puisi yang menunjukan pengalaman yang

cukup meskipun tidak menunjukkan identitas agama tertentu. Dalam suasana

demikin, sastrawan termasuk penyair dapat mewakili semua manusia dalam

mengatasi semua perbedaan agama, bangsa, suku, dan warna kulit. Sastra pada

akhirnya bersifat universal.

Puisi merupakan salah satu genre sastra, memiliki bentuk yang khas, unik,

dan menggunakan bahasa yang lebih padat dan lebih subtil dibandingkan jenis

sastra lainnya, seperti cerpen, novel, dan drama. Puisi merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam bentuk yang paling

berkesan.1

Puisi juga merupakan salah satu materi ajar dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di sekolah – sekolah, namun terkadang puisi sering dianggap

bukan bagian dari pendidikan oleh masyarakat ataupun guru yang pada umumnya

menilai puisi itu hanyalah hiburan belaka. Seyogyanya puisi itu sendiri adalah alat

komunikasi penyair dalam menyampaikan nilai - nilai pada pembacanya, nilai

agama, nilai nasionalisme dan masih banyak lagi.

Karya sastra, khususnya puisi berperan penting dalam pembentukan

karakter seseorang. Terbentuknya karakter seseorang ditentukan oleh 2 faktor,

yaitu faktor alami dan pendidikan. Malalui pendidikan karakter seseorang bisa

1 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 2000),

h. 7

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

2

dikembangkan pada arah yang lebih positf dan meminimalisi tindak kriminal yang

bisa disebabkan oleh anak akibat dari pergaulan yang salah.

Pada 2011, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat

kasus anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai pelaku) yang diajukan

ke pengadilan meningkat hingga 70 persen, 1.851 pengaduan anak berhadapan

dengan hukum. Angka ini mengalami peningkatan dibanding pengaduan pada

tahun 2010, yakni 730 kasus.2

Oleh karena itu, diperlukan media ataupun sarana yang bisa memberikan

sebuah nilai kereligiusan yang perlu diajarkan, yaitu melalui media puisi. Banyak

sekali puisi - puisi yang mempunyai nilai kereligiusan, salah satunya yaitu,

kumpulan puisi “Garam – Garam Hujan” karya Jamal D. Rahman.

Alasan menganalisis aspek religiositas terhadap kumpulan puisi “Garam –

Garam Hujan”, karena di dalamnya terdapat tema-tema religius yang dapat

dihubungkan dengan aspek - aspek religiositas. Tema religius yang dimaksud

yaitu suatu perasaan mendalam yang dirasakan oleh „aku lirik‟ yang berhubungan

dengan Tuhan dan keimanan serta sosial. Beberapa puisi yang terdapat dalam

buku kumpulan puisi “Garam – Garam Hujan” karya Jamal D. Rahman

merupakan cerminan dari keagamaan pengarangnya walaupun bukan kehidupan

beragama sebagai latar belakangnya. Dalam hal ini, kehidupan beragama

dijadikan dasar pemecahan masalah. Dalam sastra religius, agama bukan suatu

kekuasaan, melainkan alat pendemokrasian yang bisa dijadikan wadah untuk

mengutarakan ataupun mengekspresikan diri dari segala macam bentuk

keyakinan.

Salah satu alasan peneliti memilih teks puisi Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak, dikarenakan kedua puisi tersebut cukup kental dengan

unsur kereligiositasannya yang dapat dijadikan alat pembebasan terhadap

pemecahan masalah. Selain itu, struktur fisik dan batin yang terdapat pada kedua

puisi tersebut tetap diperhatikan dengan bentuk yang sangat rapi, sehingga tidak

kehilngan nilai estetik. Hal tersebutlah yang menjadikan peneliti tertarik untuk

2http://metro.news.viva.co.id/news/read/273781-4-622-anak-indonesia-mendekam-di-penjar,

diunduh pada tanggal 16 September 2015

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

3

melakukan penelitian terhadap kedua teks tersebut. Jamal D. Rahman, selaku

penulis buku kumpulan puisi “Garam – Garam Hujan”, tetap konsisten

mempertahankan bahkan mengutamakan bentuk tanpa mengabaikan makna yang

tersirat.

Tingkat religiositas pada remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya.

Apabila remaja memiliki tingkat religiositas yang tinggi, maka remaja akan

menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang

memiliki tingkat religiositas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah

hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini berarti remaja memiliki potensi untuk

melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kenakalan-kenakalan terhadap

ajaran agama yang dianutnya.

Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran

hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain

karena merupakan intimitasi jiwa.3 Artinya, merupakan sebuah cita rasa

mencakup totalitas kedalaman si pribadi manusia. Oleh karena itu, pada dasarnya

religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari agama yang tampak formal, resmi.

Dalam khasanah sastra Indonesia, spirit sastra religius dapat dilihat pada

karya-karya Kuntowijoyo, A. Mustofa Bisri, Rukmi Wisnu Wardhani, dan Din

M.Yanwari serta Emha Ainun Najib, sedangkan dalam skripsi ini akan membahas

puisi karya Jamal D. Rahman. Melalui puisi tersebut kita dapat merasakan aspek

religiositas pada tiap larik-larik puisi tersebut. Melalui karya sastra, pembaca tidak

hanya diajak menikmati dan menghayati nilai- nilai moral, didaktis, sosial dan

religius yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jamal D. Rahman sendiri selaku sastrawan yang mencipta buku kumpulan

puisi “Garam – Garam Hujan” mempunyai peranan penting dalam

perkembangan sastra Indonesia. Ia kerap diundang mengikuti acara-acara sastra di

dalam dan luar negeri, antara lain Festival Seni Ipoh III, Negeri Perak, Malaysia

(1998), Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara bidang Esai di Cisarua,

Bogor (1999), Seminar Kritikan Sastra Melayu Serantau, Kuala Lumpur (2001),

3 Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, ( Yogyakarta: Kanisius, 1994). h. 12

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

4

dan Pertemuan Penulis Asia Tenggara (South-East Asian Writers Meet) di Kuala

Lumpur (2001), Festival Poetry on the Road di Bremen, Jerman (2004). Puisi-

puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Dimuat dalam

berbagai antologi. Tulisan-tulisannya juga dimuat dalam sejumlah buku,

diantaranya Islam dan Tranformasi Sosial-Budaya (1993), Romo Mangun di

Mata Para Sahabat (1997), Tarekat Nurcholishy (2001), dan Ulama Perempuan

Indonesia (2002).

Berdasarkan paparan tersebut peneliti mengambil judul skripsi Religiositas

Pada Kumpulan Puisi “Garam – Garam Hujan” Karya Jamal D. Rahman dan

Implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka identifikasi

masalah dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman masyarakat dan guru pada puisi sebagai sarana

pendidikan dan pembentuk karakter

2. Kurangnya minat baca peserta didik terhadap karya sastra khususnya

pada puisi

3. Kurangya pembahasan tentang nilai religiositas pada puisi, khususnya

pada puisi Jamal D. Rahman

C. Pembatasan Masalah

Setelah melihat latar belakang, maka diperlukan pembatasan

masalah agar lebih terfokus aspek yang akan dibahas, yaitu: Religiositas

Dalam Kumpulan Puisi “Garam-Garam Hujan” karya Jamal D. Rahman

dengan judul puisi: Rubaiyat Matahari dan Bernafaslah Pada Ombak pada

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah struktur fisik dan batin puisi “Rubaiyat Matahari

dan Bernafaslah Pada Ombak” karya Jamal D. Rahman?

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

5

2. Bagaimanakah religiositas dalam kumpulan puisi “Garam-Garam

Hujan” karya Jamal D. Rahman dengan judul puisi: Rubaiyat

Matahari dan Bernafaslah Pada Ombak serta Implikasinya pada

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan bentuk dan struktur puisi dalam kumpulan

puisi “Garam-Garam Hujan” karya Jamal D. Rahman dengan

judul: Rubaiyat Matahari dan Bernafaslah Pada Ombak

2. Menanamkan dan mengimplikasikan religiositas pada peserta

didik melalui kumpulan puisi “Garam-Garam Hujan” karya Jamal

D. Rahman pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :

a. Teoretis

Penelitian tentang nilai religiositas dalam kumpulan puisi “Garam –

garam Hujan” karya Jamal D. Rahman, diharapkan mampu mengupas religiositas

yang terdapat pada karya sastra khususnya pada puisi.

b. Praktis

1. Bagi Guru

Sebagai sarana belajar bagi guru untuk lebih memahami arti dari

religiositas yang tersirat pada puisi untuk kemudian dipraktikan dalam kehidupan

sehari hari.

2. Bagi Siswa

Siswa lebih mudah dalam belajar dan dibimbing, karena dalam kumpulan

puisi “Garam – Garam Hujan” menawarkan sebuah alternatif pembelajaran yang

menghibur tanpa kehilangan esensi nilai nilai pendidikan. Siswa pun dapat

mengaplikasikan pesan - pesan yang bermuatan positif dalam kehidupan sehari –

hari.

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

6

3. Bagi Orangtua

Dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua dapat mengetahui

sampai di mana tingkat keberhasilan guru mendidik putra-putrinya dengan cara

melihat perkembangan pola tingkah laku putra dan putrinya.

G. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika. Artinya, baik metode

hermeutika, kualitatif, dan analisis, secara keseluruhan memanfaatkan cara-

cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.4

Salah satu cara penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasi

suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada, tanpa dilebih - lebihkan. Penelitian

deskriptif sering disebut sebagai noneksperimen, dikatakan demikian karena dalam

penelitian ini seseorang yang meneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan

juga selalu mengutamakan fakta, sehingga penelitian ini murni menjelaskan dan

menggambarkannya.

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan literatur yang membahas secara langsung objek

permasalahan pada penelitian ini, data primer di penelitian ini adalah kumpulan

puisi karya Jamal D. Rahman yang berjudul “Garam-Garam Hujan.”

Buku kumpulan puisi Garam – Garam Hujan terbit pada tahun 2004

dengan penerbit Hikayat Publishing, Yogyakarta, terdiri dari 101 halaman. Dua

puisi yang menjadi penelitian dalam skripsi ini terdapat pada halaman 17 dan 28.

4Nyoman, KuthaRatna, Teori,Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,(Yogyakarta:PustakaPelajar.

2006), h .46.

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

7

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber penunjang yang dijadikan alat untuk

membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber sumber dari penulis

lain yang berbicara terkait dengan objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data yang ada, maka teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara teknik pengumpulan pustaka yaitu teknik pengumpulan

data melalui dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi sebagai bahan dasar

analisis. Teknik ini didapat dari berbagai sumber di antaranya buku, skripsi, dan

dokumen lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pembacaan hermeneutik. Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan sebagai

suat teori atau filsafat tentang interpretasi makna.5 Karya sastra perlu ditafsirkan

sebab di satu pihak karya sastra terdiri dari bahasa sedangkan di dalam bahasa

banyak tersimpan makna ataupun pesan tersembunyi atau dengan sengaja

disembunyikan untuk kemudian diinterpretasikan.

4. Pendekatan Objektif

Pendekatan objektif menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Karya

sastra menjadi suatu yang inti. Karya sastra dipandang sebagai tanda, lepas dari

fungsi referensial atau mimetiknya. Karya sastra menjadi tanda yang otonom,

yang hubungannya dengan kenyataan tidak bersifat langsung.6Pendekatan objektif

mempunyai arti bahwa teks dalam karya sastra merupakan objek utama dalam

5 Edi Mulyono, Belajar Hermeneutika, (Yogyakarta: Ircisod), h. 15

6 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo), h. 183

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

8

sebuah kajian, dengan begitu hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal

balik menjadi sesuatu yang sangat penting dalam telaah yang dilakukan.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

8

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Religiositas

1. Pengertian Religiositas

Religius menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, bersifat religi;

bersifat keagaamaan; yang bersangkut paut dengan religi.1 Hal tersebut berarti

religius sangatlah erat kaitan-nya dengan religi yang tak bisa dipisahkan dari

agama.

Religiositas mencakup keagamaan. Keagamaan berkaitan dengan agama.

Sikap-sikap yang ada dalam agama, yaitu berdiri khidmat, membungkuk, dan

mencium tanah, selaku ekspresi bakti kepada Tuhan, mengatupkan mata selaku

konsentrasi diri pasrah sumarah dan setiap mendengarkan sabda illahi dalam hati.

Semua itu seolah-olah menyatakan bahwa manusia religius yang otentik, baik

dalam agama Islam, Kristen, Yahudi dan agama-agama lainya.2

Religiositas memang berkaitan dengan agama, namun agama sendiri lebih

merujuk kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan -

peraturan dan hukum – hukumnya, serta keselurahan organisasi tafsir Alkitab dan

sebagainya yang melingkupi segi – segi kemasyarakatan.3 Maka dari itu

religiositas sendiri pada dasarnya lebih dalam dari agama yang tampak formal dan

resmi.

Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran

hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain,

karena menapaskan intimitasi jiwa, “du coeur”dalam arti Pascal, yakni cita rasa

yang mencakup totalitas kedalaman pribadi manusia.4

1 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, ( Jakarta: Balai Pusraka, 2005), h.

244. 2 Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, (Jakarta: Sinar Harapati, 1982), h. 12.

3 Ibid.

4 Ibid.

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

9

Menurut Jalaluddin Rahmat, keberagamaan seseorang terdiri dari lima

aspek, yaitu :

1) Aspek Ideologis.

Adalah seperangkat kepercayaan (belief) yang memberikan premis

eksistensial.

2) Aspek Ritualistik.

Aspek ritualistik dalah aspek pelaksanaan ritual/ibadah suatu agama

3) Aspek Eksperiensial.

keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan ajaran agama,

yang membawa pada religious feeling.

4) Aspek Intelektual.

Pengetahuan agama : seberapa jauh tingkat melek agama pengikut

agama yang bersangkutan, tingkat ketertarikan penganut agama untuk

mempelajari agamanya.

5) Aspek Konsekuensial.

Disebut juga aspek sosial. Aspek ini merupakan implementasi

sosial dari pelaksanaan ajaran agama sehingga dapat menjelaskan efek

ajaran agama terhadap etos kerja, kepedulian, persaudaraan, dan lain

sebagainya. Dua aspek yang pertama tersebut, menurut Rahmat

merupakan aspek kognitif keagamaan. Dua yang terakhir merupakan

aspek behavioral, dan yang lainnya merupakan aspek afektif

keberagaman.5

Kelima aspek tersebut murapakan satu kesatuan yang saling yang

melengkapi berkaitan dengan keberagamaan seseorang, namun terkadang tidak

dapat dipungkiri bahwa setiap orang tentu saja memiliki alasan tersendiri untuk

meyakini agama yang dipeluknya.

Orang menganut agama tertentu karena jaminan materi dan karir politik

atau cukup beragama untuk status belaka sehingga tidak memiliki cita rasa

terhadap agamanya. Di sisi lain orang beragama banyak yang religius dan

seharusnya memang demikianlah, paling tidak diandaikan seorang agamawan

sepantasnya sekaligus homo religious.6

2. Religiositas dalam Karya Sastra

Mangunwijaya dalam “Sastra dan Religiositas” mencatat suatu pernyataan

hitam putih, “Pada awal mulanya, segala sastra adalah religius”.7 Oleh karena itu

5Jalaluddin Rahmat, Penelitian Agama, dalam Taufiq A.bdullah dan Rusli Karim (ed), Penelitian

Agama : Sebuah Pengantar. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989), h. 93.

6 Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, (Jakarta: Sinar Harapati,1982), hlm. 13

7 Ibid, hlm. 11

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

10

karya sastra yang baik selalu membawa nilai religius yang setidaknya mampu

mempengaruhi pola perilaku seseorang.

Dalam sebuah puisi selalu terdapat aspek, salah satunya adalah aspek religi.

Aspek religi merupakan suatu ketentuan atau merupakan nilai-nilai yang tertuang

dalam karya sastra khususnya puisi. Aspek religi ini memberikan pengaruh yang

sangat besar dalam suatu karya sastra, karena dalam aspek ini terkandung pesan –

pesan yang sangat dibutuhkan oleh pembaca untuk meningkatkan hubungan

dengan Tuhan.

3. Wujud Religiositas

Mengapresiasi puisi adalah untuk menemukan pesan yang ada di dalamnya.

Jika suatu karya mengandung pesan religius, jenis dan wujud religiositas yang

terdapat dalam karya sastra bergantung pada keyakinan, dan minat pengarang.

Biasanya menyangkut dengan masalah kehidupan yang cukup luas.

Masalah religiositas yang akan dikaji dalam penelitian ini, meliputi berbagai

macam hubungan. Hubungan hubungan tersebut meliputi;

1) Hubungan manusia dengan Tuhan

Manusia sebagai makhluk yang dicipta pastilah sangat erat kaitanya

dengan sang penciptanya, wujud dari hubungan itu bisa berupa doa-doa ataupun

upacara-upacara. Doa dan upacara tersebut dilakukan oleh manusia, karena

kesadaran atau rasa sadar bahwa semua yang ada di alam raya ini ada yang

menciptakan.

2) Hubungan manusia dengan masyarakat

Nilai kehidupan dalam hubungan manusia dengan lingkungan dan

masyarakatnya, menampilkan nilai-nilai berikut, (1) gotong royong (2)

musyawarah (3) kepaTuhan terhadap adab dan kebiasaan (4) cinta tanah kelahiran

dan lingkungan tempat menjalani hidup. Keempat nilai tersebut memperhatikan

bagaimana individu mengikatkan diri dalam kelompoknya. Individu – individu

akan selalu berhubungan satu sama lainnya dalam suatu kelompok. Kelompok

tersebut adalah masyarakat. Individu sebagai anggotanya akan selalu mematuhi

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

11

dan mentaati segala peraturan di dalamnya. Hal itu dilakukan sebagai pengikatan

diri.

3) Hubungan sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial. Kehidupan manusia di muka bumi tidak

akan terlepas dari kehidupan manusia lainnya. Dalam hubungan sesama manusia,

kedua belah pihak saling membutuhkan, saling bekerjasama, tolong – menolong

dan menghargai. Walaupun sesama manusia dapat terjadi karena adanya benturan

kepentingan atau perbedaan kepentingan di antara mereka.

4) Hubungan manusia dengan dirinya

Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga mahluk pribadi yang telah

mengutamakan kepentingan sendiri, sebagai makhluk pribadi, manusia

mempunyai hak untuk menentukan sikap, pandangan hidup, perilaku sesuai

dengan kemampuannya dan itulah yang membedakan dari manusia lainnya. Hak

untuk menentukan keinginannya sendiri itulah yang mencerminkan hubungan

manusia dengan diri sendiri.8

B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Horatius, seorang kritikus Romawi, mensyaratkan dua hal bagi puisi, yaitu

puisi harus indah dan menghibur (dulce), namun pada saat yang sama puisi juga

haru berguna dan mengajarkan sesuatu (utile).9

Sementara itu William Wordsworth, penyair Romantik Inggris, memahami

puisi sebagai suatu luapan spontan dari perasaan – perasaan yang kuat.10

Puisi,

adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair

secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan

sturuktur batinnya.11

Berkaitan dengan pernyataan di atas yang mengatakan bahwa

8 Muhammad Pujiaono, Analisis cerita Nilai – nilai religius dalam cerita pendek Karya Mizawan

Kenzi, Repository.usu.ac.id/bitstream, diakses pada Jumat Tanggal 28 Agustus 2015, Pkl. 10.00

WIB. 9 Melani Budianta, Membaca Sastra, ( Magelang: Indonesia Tera, 2006), h. 39

10 Ibid.

11Djarmis, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h.

108.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

12

puisi adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan perasaan penyair secara

imajinatif, begitu pun dengan Jamal D. Rahman dalam buku kumpulan puisinya

“Garam Garam Hujan”. Dalam puisi tersebut, nilai kereligiusan begitu pekat dan

begitu kentara.

Membaca puisi adalah memasuki suatu kelangsungan pengalaman rohani

yang tidak hanya memerlukan kerja pikiran, tapi juga hati dan perasaan, yang

sedianya dilengkapi oleh kemampuan imajinatif dan kepekaan intuitif.12

Ini berarti

puisi dimulai dengan daya imajinatif dan intuitif. Mereka yang mencipta dengan

sungguh – sungguh tahu bahwa dalam kesenian terdapat proses komunikasi antara

manusia dengan realita sosial yang melingkupinya.

Subjek yang bermonolog di dalam puisi disebut sebagai subjek-lirik. Puisi

tidak terlalu mengandaikan suatu pola yang dalam prosa disebut alur. Namun

batas – batas itu di antara keduanya tidaklah tegas atau jika dicermati hanya akan

menemui kesulitan. Sebab seringkali terdapat kemiripan karena aspek - aspek

yang terdapat di dalam teks puisi kadang ditemukan di dalam teks nonpuisi.13

2. Unsur – Unsur Puisi

a) Struktur Fisik Puisi

1) Tipografi

Tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik

perwajahannya.14

Tipografi menempati posisi yang penting dalam puisi. Tipografi

tidaklah diciptakan secara sembarangan oleh penyair, tetapi tipografi turut

menentukan makna sebuah puisi. Hal yang menonjol dalam tipografi adalah aspek

visualnya. Bermacam - macam tipografi telah diciptakan oleh penyair, ada puisi

yang ditampilkan dengan tipografi teratur dan rapi. Penyair sengaja menyusunnya

dengan memperhitungkan jumlah kata dan suku kata untuk menghasilkan efek

tertentu.

12

Emha Ainun Najib, Budaya Tanding, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 131. 13

Ibid., h. 175. 14

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 113.

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

13

Wahyudi Siswanto dalam bukunya, Pengantar Teori Sastra menjelaskan

seberapa jauh pengaruh perwajahan puisi dengan ruang pemaknaan pada puisi. Ia

menjelaskan sebagai berikut:

Pada puisi konvensional, kata – katanya diatur dalam deret yang

disebut larik atau baris. Setiap larik tidak selalu mencerminkan satu

pernyataan. Mungkin saja satu pertanyaan ditulis dalam satu atau dua larik,

bahkan bisa lebih. Larik dalam puisi tidak selalu dimulai dengan huruf

besar dan diakhiri dengan titik(.). Kumpulan pernyataan dalam puisi tidak

membentuk paragraph, tapi membentuk bait. Sebuah bait dalam suatu

puisi mengandung satu pokok pikiran.15

2) Bunyi

Bunyi di dalam puisi memegang peranan yang fital, dengan bunyi yang di

tata secara apik, maka akan timbul nilai kepuitisan yang begitu eksotis. Puisi

Jamal D. Rahmansarat dengan permainan bunyi. Bunyi, di samping hiasan dalam

puisi, juga mempunyai tugas penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan,

menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan

suasana yang khusus dan sebagainya16

.

3) Diksi (pilihan kata)

Unsur lain selain bunyi adalah kata. Pemilihan kata berhubungan erat

dengan latar belakang penyair, semakin luas wawasan penyair, maka kaya dan

berbobot kata kata yang digunakan.17

Kata dalam puisi bukan sekedar kata sembarang dan bukan hanya sekedar

untuk dihafalkan. Biasanya di dalam kata yang diciptakan oleh penyair,

mengandung pandangan ataupun ideologi yang ingin disampaikan. Penyair

religius, akan menggunkan banyak kata berbau agama ataupun Tuhan.

Dalam puisi, kata - kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang

menghubungkan pembaca dengan ide penyair, seperti peran kata kata kongret

15

Ibid., h.133 16

Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2010),

h. 22. 17

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo. 2008), h. 114.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

14

dalam bahasa sehari – hari, gaya bahasa asonansi atau gaya bahasa dalam wujud

pengulangan yang sama.18

4) Gaya Bahasa

Kumpulan puisi Garam - Garam Hujan karya Jamal D. Rahmanbanyak

menggunakan gaya bahasa metafora dan simile. Simile adalah gaya bahasa

dengan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun masih memiliki

kesamaan - kesamaan tertentu19

.

Namun terdapat pula gaya bahasa personifikasi. Personifikasi adalah gaya

bahasa yang mengungkapkan ataupun menggambarkan benda mati seolah - olah

bernyawa.20

5) Rima

Rima merupakan persamaan bunyi pada puisi baik di awal, tengah dan

akhir. Sedangkan jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rima

merupakan pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun

pada akhir larik sajak, yang berdekatan.21

Wahyudi Siswanto beranggapan bahwa rima mencakup tiga hal, yaitu

sebagai berikut:

a) Onomatope: tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi bunyi - bunyi ini memberikan

warna suasana tertentu seperti yang diharapkan oleh penyair, misalnya pada setiap

konsonan huruf – huruf terdapat pemaknaan – pemaknaan tersendiri, seperti sifat,

suasana atau bahkan sebuah sugesti.

b) Bentuk intern pola bunyi: merupakan aliterasi, asonansi, persamaan awal atau

akhir, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi dan lainya.

18

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 130. 19

Siswanto, op. cit., h. 41 20

Ibid. 21

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.

256.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

15

c) Pengulangan kata atau ungkapan: pengulangan kata kata tidak terbatas pada

bunyi, namun mungkin kata – kata atau ungkapan. Pengulanan bunyi, bunyi,

kata, dan frasa memberikan efek magis yang murni.22

Sementara Wellek dan Warren mengartikan rima sebagai “pengulangan

(atau mendekati pengulangan) bunyi, rima mempunyai fungsi efoni.”23

Wellek

dan Warren pun di sini menambahkan, bahwa efek bunyi berbeda dari satu bahasa

ke bahasa lainya, sebab tiap bahasa mempunyai sistem fonetiknya sendiri.24

Wellek dan Warren tak lupa menekankan pula, yang terpenting untuk

diingat bahwa rima mempunyai makna dan sangat terlibat dalam membentuk ciri

puisi secara keseluruhan. Kata – kata disatukan, dipersamakan dan dikontraskan

oleh rima.25

Adapun contoh rima bisa kita lihat dari puisi karya Ali Hasjmy, yaitu rima

berupa pemenggalan baris – baris puisi menjadi dua bagian / frasa dengan rima

a/i/a/i, sebagai berikut:

Pagiku hilang / sudah melayang

Hari mudaku / sudah pergi

Kini petang / sudah melayang

Batang usiaku / sudah meninggi26

6). Imaji

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapakan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan raba atau sentuh.27

Adapun contoh imaji bisa kita lihat dari puisi Jamal D. Rahman dengan judul

puisi Rubaiyat Matahari :

Atas sepi perahuku bercahaya

membawa matahari ke jantung Madura

22

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (jakrta: Grasindo, 2008), h. 122. 23

Rene Wellek & Austin Werren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 199. 24

Ibid., h. 198. 25

Ibid. 26

Ibid, h. 95. 27

Wahyudi Siswanto,Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 118.

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

16

Kata cahaya dalam larik tersebut jelas sekali menggambarkan imaji

pengelihatan, karena cahaya hanya mampu ditangkap oleh indera pengelihata

seperti mata.

b). Struktur Batin Puisi

1) Tema

Mursal Esten mengatakan bahwa “sebuah cerita rekaan membutuhkan

tema. Tema ini akan dijalin di dalam sebuah plot cerita.”28

Jika melihat dalam

konteks puisi, tema sendiri merupakan gagasan pokok yang ingin disampaikan

oleh pengarang yang dimuat dalam karyanya.29

Secara singkat tema dapat diartikan sebagai gagasan dasar yang menopang

isi yang ada dalam karya sastra. Oleh sebab itu tema mengacu pada sebuah makna

yang mengikat keseluruhan unsur-unsur apa yang ingin disampaikan oleh penyair

sehingga hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.

2) Rasa

Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan dalam

puisinya.30Dalam menciptakan karya, perasaan penyair ikut diekspresikan dan

harus dapat dihayati pembaca bagaimana suasana yang dibangun oleh penyair,

contohnya saja, dalam menghadapi tema keadilan sosial atau kemanusiaan.

Penyair banyak menampilkan bagaimana kehidupan pengemis, gelandangan atau

orang-orang yang termarjinalkan.

3) Amanat dan Tujuan

Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Ia

merupakan pesan dari pengarang yang memerlukan penafsiran sebagai bentuk

bahwa kita mampu memetik manfaat dari setiap karya. Setiap pembaca berbeda -

beda menafsirkan makna dalam sebuah karya.

28

Mursal Esten, Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 134. 29

Siswanto, op. cit., h.100 30

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 124.

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

17

Sadar atau tidak, ada tujuan yang mendorong penyair membuat puisi.

Tujuan itu bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi ataupun dapat

ditemukan dalam isi puisi tersebut31.

3. Fungsi Puisi

Sastra memiliki peran sebagai penggugah rasa, sebab merupakan

ungkapan pengalaman pengarangnya. Pengetahuan kita terhadap sebuah situs

sejarah misalnya, akan lebih hidup dan berarti jika kita mengetahui latar belakang

situs sejarah tersebut lewat cerita, semacam memberikan penggugah rasa atau

mengevokasi energi-energi yang dirasakan stagnan, dari mekanisme yang statis

sehingga lebih dinamis atau bernyawa. Namun seorang sastrawan Amerika yang

bernama Edgar Allan Poe mengkritik bahwa fungsi puisi tidak terbatas sifatnya

yang didaktis saja, Poe beranggapan sastra berfungsi menghibur, dan sekaligus

mengajarkan sesuatu.32

Karya sastra merupakan peneladanan dan peniruan, sumber inspirasi dan

kebenaran, sehingga melalui karya sastra tersebut masyarakat dapat bercermin,

melihat eksistensinya melalui orang lain yang disebut pengarang atau penyair.

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa karya sastra menunjukkan kepada pembaca,

yaitu jalan yang sebaiknya ditempuh. Sementara Subagio Sastrowardoyo

mengungkapkan bahwa lewat puisi kita diajak merefleksikan kembali kondisi

yang ada di sekeliling kita, sehingga kehadiran puisi bagi masyarakat tidak bisa

dianggap angin lalu. Lewat puisi juga penyair mengajak masyarakat agar

mempunyai persepsi bahwa “aku” di dalam bait-bait puisi adalah “kita”, guna

membangun perasaan, tanggung jawab dan solodaritas yang kini semakin terkikis.

Subagio menjelaskan bahwa “setidak - tidaknya puisi hendak menyatakan nasib

manusia yang terjepit, suatu human predicament yang tidak dapat dihindari,

apakah nasib buruk itu diderita oleh penyairnya sendiri secara pribadi atau oleh

manusia pada umumnya.33

31

Ibid. 32

Rene Wellek & Austin Werren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 25. 33

Subagiyo Sastrowardoyo, Pengarang Moderen Sebagai Manusia Perbatasan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989), h. 109.

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

18

Puisi sebagai bagian dari karya sastra dan seni berfungsi sebagai media

pengetahuan dan hiburan, mengacu pada kenyataan bahwa puisi merupakan

komunikasi antara penyair yang mengajak pembacanya merefleksikan keadaan

guna membangun perasaan, tanggung jawab, dan hubungan sosial.

C. Implikasi Religiositas Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sebuah nilai ataupun etika bisa ditanamkan pada peserta didik dengan

sebuah cara yang sederhana, membaca. Membaca cermat dan menghayati secara

mendalam serta memaknainya merupakan efesiensi mendoktrin para peserta didik,

terlebih jika hal itu dilakukan secara menarik dan menyenangkan. Allahpun

berfirman “Bacalah dan Tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajarkan

manusia dengan pena34

.”

Kehidupan masyarakat modern dengan segala hiruk pikuknya, seringkali

menimbulkan gejolak dalam pribadi maupun sosial masyarakat. Hal ini bisa

berakibat pada kehidupan yang pada gilirannya orang kehilangan pegangan,

hanyut terbawa arus globalisasi dan lepas dari tali agama. Kondisi ini kadang

berimbas pada kesehatan rohani (jiwa) ataupun jasmani. Berbekal dari hal

tersebut, maka agama menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan (Q.S, Al Isra’ ayat

9). Hal ini disebabkan agama dengan segala konsekuensi ajarannya akan

membawa pengaruh pada kesehatan jiwa mereka atau emosi mereka dalam

hubungan antar agama dan kesehatan jiwa.35

Pembelajaran sastra khususnya puisi seringkali menjumpai banyak

kesulitan, entah dari minat siswanya yang kurang, dengan alasan mulai dari

sulitnya memahami bahasa puisi yang dianggap di luar kebiasaan dari proses

berkomunikasi sehari-hari, sampai dengan alasan yang menganggap bahwa

membaca atau menulis puisi merupakan proses yang membosankan dan tak lagi

berguna dibandingkan bidang studi lainnya yang memberikan ilmu pengetahuan

secara jelas. Bahkan seringkali proses pembelajaran puisi menjadi tersendat

34

Usamah ar-Rifai. Tafsirul Wajiz. (Depok: Gema Insani, 2008), h. 598. 35

ibid., h. 283

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

19

karena disebabkan para guru bahasa dan sastra sendiri cenderung menghindarinya

karena merasa kesulitan untuk mengajarkannya.

Hal yang paling penting menurut Rahmanto adalah agar para pengajar

tidak terlalu terburu-buru dalam membebani para siswa dengan istilah-istilah

teknis dan gaya bahasa yang kompleks.36

Dalam beberapa hal, puisi memang

merupakan bahasa yang padat dan penuh arti, jadi apabila bahasa dan pokok

persoalan puisi itu mempunyai keselarasan, niscaya siswa akan merasa dirinya

menghadapi sesuatu yang mengesankan dan memerlukan perhatian khusus dalam

praktik pembelajaran bahasa dan sastra.

Pada bab sebelumnya telah dijabarkan bagaimana sifat sastra yang pada

hakikatnya tidak hanya menghibur namun juga mendidik, dan pada praktiknya

kita dapat menilai bagaimana sastra serta implikasinya dalam proses belajar.

Pertama, sastra berperan dalam mengembangkan proses keterampilan berbahasa.

Pada umumnya ada empat unsur dalam keterampilan berbahasa, yaitu: (1)

menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Mengikut sertakan

pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih

keterampilan membaca, dan mungkin ditambah keterampilan menyimak, bicara

dan menulis.

B. Rahmanto menjelaskan sebagai berikut, “Belajar sastra pada dasarnya

adalah belajar bahasa dalam praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada

realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi

siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis dan diintegrasikan”.37

Sastra sebagai media pendidikan yang memuat pembelajaran moral

diharapkan dapat menjadi tuntunan ke arah pembentukan etika, sebagaimana

ungkapan Nyoman Kutha Ratna bahwa “Memahami karya sastra pada gilirannya

merupakan pemahaman terhadap nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran,

kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan

sebagainya.”38

36

B . Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 1988), h. 48. 37

Ibid, h. 38. 38

Kutha Ratna, Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), h. 438.

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

20

Rahmanto berpendapat bahwa seseorang yang telah banyak mendalami

berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk

menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai sebab dibanding

pelajaran-pelajaran lainnya, ia mengatakan bahwa “Sastra mempunyai

kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian

kemungkinan hidup manusia39

.”

Rahmanto beranggapan bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat

memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian

anak didik sehingga ia akan mampu menghadapi masalah masalah - hidup dengan

pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam.

Menurut Rahmanto, pada umumnya dalam usaha mengajarkan bagaimana

cara menikmati puisi, dijumpai dua macam hambatan yang cukup mengganggu.

Yang pertama, adanya anggapan kebanyakan orang yang menyatakan bahwa

secara praktis puisi sudah tak berguna lagi, merujuk pada gaya hidup kekinian

dalam dunia praktis yang banyak tergantung pada ilmu bisnis, ilmu pengetahuan

alam (fisika, kimia, dan biologi), serta teknologi modern.40

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan alat

untuk mendidik. Terlebih jika dikaitkan dengan pesan muatannya, hampir secara

keseluruhan karya sastra merupakan sarana – sarana pembelajaran guna mengasah

keterampilan berbahasa, menambah wawasan dan membentuk etika religius pada

kepribadian peserta didik.

D. Penelitian Relevan

Hasil dari proses penelitian atau analisis merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak

langsung dengan pemasalahan yang dibahas oleh seorang peneliti. Sebuah karya

ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau sumber acuan guna menopang

peelitian yang dikerjakannya. Tinjauan pustaka dapat bersumber dari makalah,

skripsi, jurnal, internet atau yang lainnya.

39

Rahmanto, op. cit., h .24. 40

Ibid, h. 44.

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

21

Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada yang meneliti terkait persoalan

“Religiositas Dalam Puisi Bernafaslah Pada Ombak dan Rubaiyat Matahari

Karya Jamal D. Rahmandan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di SMA”. Dalam hal ini peneliti memaparkan bagaimana dalam

dua puisi karya Jamal D. Rahman terdapat suatu gambaran tentang dinamika

hubungan manusia dengan Tuhannya yang mempengaruhi juga dalam proses

pembentukan karakter seseorang yang tidak hanya berdampak pada sisi materi,

namun menyentuh pada sisi yang lebih dalam lagi dalam kehidupan manusia,

yaitu sisi moril.

Untuk penelitian terhadap karya – karya dari Jamal D. Rahman sendiri

sebelumnya pernah dilakukan oleh Arik Hendrawan dengan judul Gaya dan Nada

Sajak – sajak Air Mata Diam Karya Jamal D. Rahman: Sebuah Strategi

Pembacaan Intertekstual, Skripsi S1, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga, Surabaya 1996-1997.

Selain itu ada pula Muhammad Musyaffa, Eksistensi Tuhan dalam

Kumpulan Puisi Reruntuhan Cahaya Karya Jamal D. Rahman (Kajian

Hermenutika Paul Ricoeur), Skripsi S1, Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah,

Purwokerto, 2015. Muhammad Musyaffa dalam penelitianya menyimpulkan,

secara tematik puisi Reruntuhan Cahaya tidak berbeda jauh dengan puisi - puisi

lain yang hendak menggambarkan perasaan rindu ataupun hubungan manusia

degan Tuhan. Jika banyak penyair sufi atau puisi – puisi yang sering dianggap

menyuarakan semangat profetik atau sufistik, simbol – simbol yang digunakan

berkaitan dengan kata – kata mabuk, cawan dan tuhan, maka Jamal D. Rahman

coba keluar dengan usahanya memanfaatkan benda – benda alam untuk

menggambarkan eksistensi Tuhan.

Berdasarkan tinjauan tersebut, maka sangat memungkinkan bagi penulis

untuk menulis penelitian tentang Nilai Religiositas Pada Buku Kumpulan Puisi

“Garam – Garam Hujan Karya Jamal D. Rahman dengan judul Puisi: Rubaiyat

Matahari dan Bernafaslah pada ombak Serta Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

22

Dua puisi karya Jamal D Rahman, yaitu Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak merupakan proses kreatif yang merujuk pada sebuah

pengamatan fenomena - fenomena atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi

dalam kehidupan sehari-hari penyairnya sendiri. Implikasi puisi Jamal D. Rahman

dalam pembelajaran adalah bagaimana peserta didik memahami bahwa di dalam

puisi terdapat semacam bentuk komunikasi secara artistik yang dapat menciptakan

kembali situasi kemanusiaan dan hubungan kemanusiaan. Ini dimaksudkan untuk

menanamkan kesadaran pada peserta didik, bahwa puisi memiliki fungsi yang

esensial dalam pembinaan proses pemanusiaan insan-insan modern yang selalu

dilanda oleh konflik-konflik yang tak terselesaikan.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

23

BAB III

PEMIKIRAN JAMAL D. RAHMAN

A. Biografi Singkat Jamal D. Rahman

Jamal D. Rahman, alumnus Pondok Pesantren Al – amien Prenduan,

Sumenep, Madura dan kemudian IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

menyelesaikan S2 pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia (FIB-UI). Menulis puisi, esai, kritik sastra, masalah kesenian dan

kebudayaan di berbagai media massa seperti Kompas, Republika, Suara

Pembaruan, Pikirian Rakyat, Jawa Pos, Media Indonesia, Horison dan Jurnal

Puisi.

Pria kelahiran Lenteng Timur, Sumenep, Madura, 4 Desember 1967 ini

kerap diundang mengisi acara acara sastra di dalam dan luar negeri, antara lain

Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara Bidang Esai di Cisarua,

Bogor (1999), Seminar Kritikan Sastera Melayu Serantu, Kuala Lumpur

(2001), dan Pertemuan Penulis Asia Tenggara (South- Est Asian Wtiters Meet)

di Kuala Lumpur (2001), Pertemuan Sastra Nusantara (PNS) XII di Singapura

(2003), Festival Poetry on the Road di Bremen, Jerman (2004).1

B. Jamal D. Rahman dan Kepenyairannya

Air Mata Diam adalah kumpulan puisi tunggalnya yang terbit pada

tahun 1993. Puisi – puisnya juga dimuat dalam sejumlah antologi bersama, di

antaranya: Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (2000), dari Fansuri ke

Handayani: Sastra Indonesia dalam Program Sastrawan Bicara Siswa

Bertanya (2001), dan Horison Sastra Indonesia1: Kitab Puisi (2002). Tulisan

– tulisanya juga dimuat dalam sejumlah buku, di antaranya Islam dan

Transformasi Sosial – Budaya (1993), Romo Mangun di Mata Para Sahabat

1 Jamal D. Rahman, Garam – Garam Hujan, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2004), h. 107.

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

24

(1997), Tarekat Nurcholishy (2001) dan Ulama Perempuan Indonesia

(2002).2

Jamal D. Rahman juga menjadi editor (bersama) beberapa buku:

Wacana Baru Fiqih Sosial: 70 Tahun KH Ali Yafe (Bandung: Mizan, 1997),

dari Fansuri ke Handayani: Sastra Indonesia dalam Program Sastrwan

Bicara Siswa Bertanya (Jakarta: Horison, 2001), Horison Sastra Indonesia 1-

4 (Jakarta: Horison, 2002), Kakilangit Sastra Pelajar (Jakarta: Horison,

2002), dan Horison Esai Indonesia 1-2 (Jakarta: Horison, 2003), Sastra

Kota: Bunga Rampai Esai Temu Sastra Jakarta (Yogyakarta: Bentang, 2003),

Kota yang bernama dan Tak Bernama: Antologi Cerpen Temu Sastra Jakarta

(Yogyakarta: Bentang, 2003), Bisikan Kata, Teriakan Kota: Antologi Puisi

Temu Sastra Jakarta (Yogyakarta: Bentang, 2003), Leksikon Sastra Jakarta

(Yogyakarta: Bentang, 2003).

Di samping itu, dia pernah menjadi redaktur jurnal Pemikir Islam

Islamika (1993 – 1995), wartawan majalah Ummat (1995 – 1999), dan

redaktur majalah sastra Horison ( sejak 1993). Jamal D. Rahman pun pernah

menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah Horison dan sekretaris Dewan

Pekerja Harian Kesenian Jakarta (DPH-DKJ) periode 2003-2006. Kumpulan

puisinya, Airmata Diam (1993) dan Reruntuhan Cahaya (2003). Puisi

puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman.3

C. Jamal D. Rahman dan Pemikirannya

a. Jamal D. Rahman serta Multikulturalisme

Dikalangan masyarakat tertentu, penyair memperoleh gelar terhormat

lantaran dianggap “seorang nabi”. Di Cina misalnya, Pramoedya menuliskan

pengalamannya dalam menghadiri suatu konfrensi yang diadakan di Cina,

yang dimuat dalam Mimbar Indonesia pada tahun 1957. Pramoedya

menuliskan kesan - kesannya sebagai berikut:

2 Jamal D. Rahman, Reruntuhan Cahaya, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003), h. 93.

3 Jamal D. Rahman, Garam – Garam Hujan, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2004), h. 107.

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

25

Para penulis Cina menempati kedudukan yang

tinggi. Suara mereka didengarkan oleh masyarakat.

Bersama dengan politikus, mereka menjadi para

pemimpin spiritual yang memegang peran sangat

penting dalam pembangunan bangsa di zaman kita. Ini

turut menjelaskan mengapa penulis diperlakukan

sangat baik oleh masyarakat.4

Jamal D. Rahman sebagai seorang sastrawan tentu saja memiliki

ideologi yang bersifat persuasif untuk mempengaruhi pola pikir pembaca

ataupun masyarakat. Ideologi tersebut dituangkan dalam bentuk karya karya

yang bersifat mendidik seperti puisi, ataupun makalah - makalah yang

bersifat ilmiah untuk sebuah seminar.

Sebuah makalah seminar yang ditulis oleh Jamal D. Rahman sendiri

setidaknya memberikan gambaran tentang pola pikir sang sastrawan. Dalam

makalah tersebut Jamal mengatakan:

Multikulturalisme memberikan harapan baru

bagi keinginan untuk hidup bersama dalam pluralisme

budaya. Ia memperkuat landasan dan wawasan tata

kebudayaan, demi lebih menjamin hubungan dan

pergaulan yang adil antar unsur kebudayaan itu sendiri.5

Sejalan dengan kutipan di atas, Indonesia jelas merupakan negara

multietnis dan multikultural, dan sastra Indonesia telah menyuarakan

keragaman budaya Indonesia itu sendiri. Pengalaman Indonesia dan

kesusastraannya dalam bersinggungan dengan modernisasi, yang

menyeretnya pada pilihan-pilihan orientasi kebudayaan antara modernisasi

dan tradisi, Barat dan Timur, dan seterusnya, telah memperlihatkan suatu

dinamika budaya dan intelektual yang mengasyikkan. Hasil dari dinamika itu

sejalan dengan apa yang nanti merupakan semangat multikulturalisme,

khususnya dalam hal menggaris bawahi keragaman budaya.

4 Sebenarnya pendapat Pramoedya ini pertama kali ditulis di Mimbar Indonesia dengan judul

“Sedikit tentang Pengarang Tiongkok” pada tanggal 19 Januari 1957, di halaman 57, namun pada

penelitian ini penulis menyitir pendapat Pramoedya dari: Hong Liu, Goenawan Mohamad dan

Summit 5http://www.horisononline.or.id/esai/multikulturalisme-dan-kemungkinan-sastra-indonesia,

diunduh pada tanggal 26 Juni 2016.

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

26

Jamal D. Rahman dalam essai tersebut pun mengatakan, “Dalam

hubungannya dengan multikulturalisme, apa yang menarik di sini adalah

bahwa sastra Indonesia sebagai etalase keragaman budaya sejalan dengan

semangat multikulturalisme. Menekankan sedemikian rupa perbedaan dalam

politik keragaman, beberapa multikulturalis enggan mencapai kesetaraan

lewat jalan asimilasi budaya.”6

Jamal D. Rahman sebagai seorang penyair sangatlah paham tentang

nilai - nilai ke Indonesian yang menjembatani perbedaan dengan

multikultularismenya. Keragaman budaya serta agama bagi Jamal Sendiri

dipandang sebagai sesuatu yang menjadi tolak ukur mencapai etalase

keragaman.

Oleh karena itu, multikulturalisme sangatlah erat kaitanya dengan

religiositas, karena jelas dengan adanya keragaman budaya akan muncul

nilai - nilai keagamaan yang bisa saling menghargai baik dari segi idelogis

ataupun ritulaistik

b. Jamal D. Rahman serta Imajinasi Sastra Indonesia

Kelahiran Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa-baru mengubah

imajinasi Indonesia sepenuhnya. Indonesia lahir dengan sejumlah masalah

yang mesti direspon dan dipecahkan. Maka sejak pertengahan abad ke-20,

imajinasi Indonesia dalam puisi merupakan respon terhadap realitas dan isu-

isu aktual, terutama di bidang sosial dan politik. Ia merupakan usaha

mengawal Indonesia di tengah kuatnya fenomena penyimpangan dari

imajinasi awal tentang Indonesia, yakni dari cita-cita berdirinya sebuah

negara-bangsa baru, juga dari cita-cita kemerdekaan.

Sejalan dengan apa yang dikatan oleh Jamal D. Rahman dalam essai

sastranya yang mengatakan;

6ibid.

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

27

Di zaman revolusi, imajinasi Indonesia merupakan respon dan

dorongan terhadap perjuangan merebut kemerdekaan; di zaman Orde

Lama respon terhadap pertarungan politik dan ideologi; di zaman

Orde Baru respon terhadap cacat-cacat pembangunan; di zaman

Reformasi respon terhadap masalah moral dan etik yang sangat

parah.7

Imajinasi muncul berdasarkan reaksi dari sebuah keadaan. imajinasi –

imajinasi tersebut dituangkan ke dalam karya sastra berdasarkan keadaan

ataupun kondisi masyarkat pada saat itu. Sastra dan imajinasi tidaklah bisa

terlepas dari kondisi sosial budaya serta politik yang melekat pada

masyarakatnya.

Jamal D. Rahman mengatakan, “Perubahan corak imajinasi ini

menggambarkan perkembangan perasaan dan ide tentang Indonesia dalam

puisi sebagai segi mikro dari perasaan dan ide tentang Indonesia secara

makro. Puisi bagaimanapun merefleksikan perasaan umum, sekaligus

mengekspresikan sikap umum terhadap kenyataan.”8

Di sisi lain Jamal D. Rahman, mengkritisi para penyair yang mulai

kehilangan imajinasi romantik yang melukiskan kemurnian serta keindahan

yang bercorak keindonesiaan, “Kita kehilangan imajinasi Indonesia yang

romantik. Kita kehilangan imajinasi Indonesia yang steril dari kekecewaan

dan kejengkelan atas kenyataan. Kita kehilangan imajinasi yang

mengemukakan kembali ide tentang Indonesia yang diimpikan.9

c. Jamal D. Rahman serta Sastra, Pesantren, dan Radikalisme

Islam

Salah satu khazanah pesantren yang sangat hidup hingga sekarang

adalah sastra, khususnya puisi. Di pesantren, santri membaca atau

menyanyikan puisi setiap hari. Tak ada hari tanpa santri membaca puisi,

sendiri-sendiri atau bersama-sama. Mereka membaca atau menyanyikan

7 https://jamaldrahman.wordpress.com/2016/02/08/merindukan-imajinasi-indonesia/, diunduh pada

tanggal 26 juni 2016. 8 Ibid.,

9 Ibid.,

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

28

puisi Abu Nuwas, Sayyida Ali r.a., Imam Syafi’i, al-Bushiri, prosa al-

Barzanji, dan lain-lain. Mereka membaca doa-doa, yang hampir semuanya

berbentuk puisi. Bahkan tauhid dan tata bahasa Arab pun mereka pelajari

melalui puisi, sambil menyanyikannya pula.

Jamal D. Rahman dalam Essainya mengatakan, “Tentu saja,

hubungan sastra dengan pesantren adalah hubungan sastra dengan Islam.

Dan itu bisa ditarik jauh ke wahyu pertama. Kita tahu, wahyu pertama adalah

perintah untuk membaca dan menulis.”10

Tidaklah mengherankan kalau belakangan ini istilah “sastra

pesantren” kian sering digunakan. Istilah itu sendiri menunjuk pada

setidaknya tiga pengertian: (1) sastra yang hidup di pesantren, seperti antara

lain disebutkan di atas; (2) sastra yang ditulis oleh orang-orang (kiai, santri,

alumni) pesantren; (3) sastra yang bertemakan pesantren, seperti Umi

Kalsum Djamil Suherman, Geni Jora Abidah El-Khalieqy, dan Maria &

Maryam Farahdiba. Dengan tiga pengertian itu, khazanah sastra pesantren

mengalami perluasan dan pengayaan, baik dalam bentuk, isi, maupun

lingkungan pergaulannya.11

Jamal D. Rahman dalam essainya jelas menolak stigma yang

mengatakan bahwa pesantren - pesantren adalah tempat munculnya bibit

radikalisme. Hal tersebut sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa

sastra dan pesantren sangatlah lekat, kelekatan tersebut mampu menepis

radikalisme yang menjadi racun pada santri. Jamal D. Rahman mempertegas

hal tersebut dengan mengatakan “Mengakarnya sastra di lingkungan

pesantren pastilah membawa serta watak dan citarasa sastra itu sendiri di

dunia pesantren. Watak atau citarasa sastra adalah menyentuh sesuatu

dengan hati terbuka. Sebagaimana seni pada umumnya, sastra membebaskan

manusia dari kejumudan dan kecupetan perasaan”.12

10

https://jamaldrahman.wordpress.com/2008/10/25/sastra-pesantren-dan-radikalisme-islam/, diunduh pada tanggal 26 Juni 2016 11

Ibid., 12

Ibid.,

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

29

Oleh karena itu sangatlah penting peranan karya sastra khususnya

puisi dalam membentuk karakter seseorang berkaitan dengan ideologi

ataupun pengaruh negatif dari sebuah lingkungan. Dibutuhkan media yang

mampu mengajak secara halus seperti puisi untuk meminimalisir arus

negatif dari pergaulan dan lingkungan.

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

29

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktur Fisik dan Batin Puisi Rubaiyat Matahari

a. Analisis Struktur Fisik Puisi Rubaiyat Matahari

Rubaiyat Matahari

1

Dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

Kueja namamu di rubaiyat matahari

Kau dengar aku menangis sepanjang hari

Karena dari november-desember selalu lahir matahari

1

Secara tipografi, bait di puisi Rubaiyat Matahari terdiri dari 4 larik

sebagaimana layaknya puisi Rubaiyat Jalaluddin Rumi yang rata - rata terbentuk

dari puisi 4 larik dan tersusun secara sistematis dengan rima a/a/a/a dan a/b/a/b

sehingga meninbulkan efek musikal dalam puisi tersebut.

Jika dilihat dari jumlah kata pada puisi Rubaiyat Matahari dalam setiap

lariknya berbeda - beda seperti pada bait pertama pada larik pertama terdiri dari 6

susunan kata, pada larik kedua terdiri dari 5 susunan kata, pada larik ketiga terdiri

dari 6 susunan kata dan pada larik keempat terdiri dari 7 susunan kata, dengan

total jumlah kata pada bait pertama ini terdiri dari 24 kata.

Jenis puisi yang digunakan oleh Jamal D. Rahman adalah puisi lirik dan

banyak dijumpai larik - larik yang mengandung diksi formal1. Bait pertama,

dimulai dari larik pertama sampai dengan larik keempat yang mengedepankan sisi

1 Diksi formal adalah ragam bahasa yang ditandai dengan pemakaian tatabahasa, kosa kata serta

ucapan standar. Khusus untuk kosakata, bahasa formal tidak menggunakan kata – kata jenis slang atau kolokial yang bersifat tidak baku. Baca: Siswantoro, Metode Penelitian Sastra,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.105

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

30

kesadaran eksistensi keberadaan Tuhan; “Dengan bismillah berdarah di rahim

sunyi”

Pada bait ini penyair menyelipkan majas metafora2 dengan menekankan

kata “bismillah” dan mengulanginya dengan kata yang lain, yaitu “Kueja

namamu:”

Dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

Kueja namamu di rubaiyat matahari.

Pada hakikatnya kedua kata tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu

memberikan eksistensi pada sang pencipta. Selain itu dengan adanya perbedaan

kata tersebut akan tercipta sebuah variasi ungkapan dan dilain pihak kedua baris

tersebut membentuk satu kesatuan ide sehingga secara struktur mereka padu.

Jamal D. Rahman pada bait pertama ini mencoba mendeskripsikan luka,

rasa sedih, kesendirian, bahkan keterasingannya, namun semua rasa itu ia

kembalikan kepada Tuhannya. Pada hakikatnya Jamal mencoba pula untuk

menggambarkan proses perenungan hidupnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Hingga ia mengikutsertakan bahkan mendahulukan Tuhan dalam kegiatan dan

aktifitasnya.

Kata kongkret yang terdapat dalam bait ini adalah “matahari”, sedangkan

imaji pengelihatan yaitu “berdarah di rahim sunyi” dan imaji pendengaran yaitu

“engkau dengar aku menangis” dan yang digunakan oleh penyair untuk

menguatkan suasana atau keadaan yang tengah terjadi dalam bait ini.

2

Engkaulah sepi di jemari hujan

Kabar semilir dari degup gelombang

Engkaulah api di jemari awan

Membakar cintaku hingga degup bintang gemintang

2 Metafora terkait dengan perbandingan antara dua objek atau ide masing – masing berperan

sebagai tenor dengan vehicle. Ada dua jenis metafora, yaitu eksplesit dan implisit. Baca

Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 207.

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

31

Pada bait kedua ini, secara tipografi sama dengan puisi pada bait pertama

yang tersusun dari 4 larik namun dengan jumlah kata yang berbeda pada bait

pertama, larik pertama pada bait kedua ini terdiri dari 5 susunan kata, larik kedua

terdiri dari 5 susunan kata, larik ketiga terdiri dari 5 susunan kata, larik keempat

terdiri dari 6 susunan kata. Jumlah kata pada larik kedua ini adalah 21 kata.

Pemilihan diksi formal oleh Jamal D. Rahman dalam bait ini masih

dipertahankan, namun secara struktur diksi, Jamal D Rahaman menggunakan diksi

dan pengulangan bunyi asonansi3, yaitu asonansi bunyi /i/ pada frase “sepi di

jemari” dan asonansi bunyi /a/ pada frase “bintang gemintang”

Pada bait ini terdapat penggambaran sosok “Engkau” yang diungkapkan

oleh Jamal D. Rahman dengan perlambangan “Sepi di jemari hujan / Engkaulah

sepi jemari awan”. Dilihat dari kata-kata yang digunakan; sepi di jemari hujan dan

api di jemari awan. Ini semua berhubungan dengan langit. Lewat larik ini penyair

seolah ingin menggambarkan sosok yang tinggi. Namun kelihaian penyair untuk

menimbulkan tanya pada para pembaca. Sebab tokoh engkau yang digambarkan

itu hanya dijawab dengan sepi dan api.

“Engkaulah sepi di jemari hujan

Kabar semilir dari degup gelombang

Engkaulah api di jemari awan”

Jika berhubungan dengan langit, maka tokoh “engkau” adalah tokoh yang

diagung-agungkan, dipuja, tinggi, sekaligus masih misteri dan teka-teki. Namun

dari semua misteri itu sepertinya tokoh “aku” ingin menceritakan tentang rasa

cintanya pada tokoh “engkau”. Ini terlihat dari petikan kalimat berikut;

“Membakar cintaku hingga degup bintang-gemintang”.

Majas yang digunakan dalam bait kedua ini adalah majas personifikasi,

gaya bahasa yang melukiskan benda mati yang diungkapkan seperti manusia.

3 Asonansi merujuk kepada pengulangan bunyi vokal atau hidup dengan tujuan yang sama seperti

tujuan aliterasi dan kosonasi, yaitu memberi tekanan makna pada kata tertentu dan menciptakan

rangkaian suara yang musikal. Baca Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 233.

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

32

Dalam bait ini Jamal D Rahman melukiskan kata “Gelombang” yang berdegup

seolah layaknya manusia;“Kabar semilir dari degup gelombang”

Kata kongkret yang terdapat dalam bait ini adalah, jemari, hujan, awan,

gelombang dan api. Sedangkan imaji pendengaran dan visual begitu ditekankan

oleh penyair seperti “Engkaulah sepi di jemari hujan” dan “Engkaulah api di

jemari awan” serta “membakar cintaku hingga degup bintang gemintang” yang

menggambarkan imaji visual. Sedangkan imaji pendengaran yaitu; “Kabar semilir

dari degup gelombang”.

3

Atas sepi perahuku bercahaya

Membawa matahari ke jantung madura

Atas bara api cintaku menyala

Menantang matahari di lubuk semesta

Bait III

Bait ketiga pada puisi Rubaiyat Matahari dilihat dari segi tipografi

tidaklah berbeda dari bait pertama dan kedua yaitu bentuk puisi yang

konvensional4, jumlah kata pada larik pertama yaitu 4 susunan kata, larik kedua 5

susunan kata, larik ketiga 5 susunan kata dan larik keempat 5 susunan kata, hal ini

menunjukan rata rata jumlah kata pada setiap larik dibait ketiga ini terdiri dari 5

susunan kata hanya larik pertamalah yang bebeda. Jumlah total susanan kata pada

bait ketiga ini adalah 19 susunan kata .

Majas yang digunakan dalam bait ketiga ini pun adalah majas

personifikasi, gaya bahasa yang melukiskan benda mati yang diungkapkan seperti

manusia sebagaimana seperti pada bait kedua. Penggambaran kata benda Madura

yang seolah – olah memiliki organ vital seperti jantung oleh Jamal D. Rahman

seakan menggiring pembaca bahwa Madura itu hidup selayaknya manusia;

“Membawa matahari ke jantung Madura”

4 Puisi konvensional adalah puisi yang kata – katanya diatur oleh larik atau baris. Baca: Wahyudi

Siswanto, Pengantar Teori Sastra, ( Jakarta: Grasindo, 2008), h. 113.

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

33

Kata kongkret yang terdapat pada bait ketiga ini tergolong cukup banyak

yaitu, perahu, bara, Madura dan api. Hal menarik dari bait ini adalah kata

kongkret Madura, Jamal D. Rahman adalah salah satu penyair kelahiran Madura,

dengan adanya kata Madura dari bait ini menggambarkan sosok Jamal D. Rahman

yang sangat mencintai tanah kelahiranya

Imaji yang terdapat pada bait ketiga ini berkaitan dengan imaji sensasi

internal5 dan imaji visual. Berkaitan dengan imaji sensasi internal Jamal D.

Rahman menggunakan kata “sepi” sebagai proses perenungan, jika dihubungkan

dengan kata-kata sebelumnya, sepertinya kata ini bisa diartikan sebagai hasil dari

sebuah perenungan dan “sepinya” tokoh “aku” lirik. Lantaran proses

perenungannya, pencarian jawaban atas pertanyaan tentang hidupnya, tokoh “aku”

lirik menemukan jawaban yang membuatnya lebih bercahaya, lebih tahu. Dengan

kata lain, karena perenungan dan pemikiran akan hidupnya maka perjalanan

(perahu) hidup itu akan bercahaya, terarah.

tokoh “aku” lirik menemukan sesuatu atas proses “sepi’nya tersebut pada

perahu yang bercahaya. Sedangkan imaji visual terdapat pada larik pertama 1

yaitu; “Atas sepi perahuku bercahaya”

Kata cahaya dalam larik tersebut jelas sekali menggambarkan imaji visual

karena cahaya hanya mampu ditangkap oleh indera pengelihatan seperti mata,

penggunaan imaji visual dalam larik tersebut memberikan suasana kesendirian

dan memberikan kesan sunyi namun rasa sepi dan sunyi tersebut ada perahu yang

bercahaya seolah ingin memberikan tumpangan sebagai alat yang memberikan

jalan pada sosok “aku”

Majas yang digunakan Jamal D. Rahman adalah metafora dengan kata

“perahu” yang melambangkan sebuah kendaraan, alat perjalanan, kendaraan yang

digunakan untuk mempercepat sampai ke tujuan.

“Atas sepi perahuku bercahaya

Membawa matahari ke jantung Madura”

5 Imaji sensasi internal terkait dengan aspek dalam seperti: pikiran, rasa mual, rasa mabuk, emosi

dan lain lain. Baca: Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.

119.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

34

Tokoh “aku” lirik mencoba menjelaskan tentang makna hidup yang harus

bermanfaat, menjadi cahaya. Cahaya yang bukan untuk dirinya sendiri karena

sifat cahaya akan menyinari segala sesuatu yang berada di sekitarnya.

4

Aku peras laut jadi garam

Mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi

Aku bakar langit temaram

Bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api

Bait IV

Pada bait keempat ini jika dilihat dari segi tipografi sama halnya dengan

bait pertama, kedua dan kedua yaitu terdiri dari 4 larik, namun pola rima pada bait

keempat ini sedikit berbeda dengan rima pada bait – bait sebelumnya, pada bait

ini tercipta pola yang lebih bervariasi yaitu a/i/a/i.

Jumlah kata pada setiap lirik pada bait keempat ini yaitu, larik pertama

terdiri dari 5 susunan kata, larik kedua terdiri dari 6 susunan kata, larik ketiga

terdiri dari 4 susunan kata dan larik keempat terdiri dari 6 susunan kata. Jumlah

keseluruhan kata pada bait ini adalah 21 kata.

Penggunaan diksi pada bait keempat ini, dari pengecekan keseluruhan kosa

kata dalam bait ini tidak ada satu kata pun yang termasuk kata slang, Jamal D.

Rahman tetap menggunakan diksi formal pada bait keempat ini sebagai contoh:

ladang, sunyi, bakar, kobaran, api.

Jamal D. Rahman dalam bait keempat ini menanamkan Optimisme yang

memuat nilai-nilai keyakinan, pantang menyerah dan penananaman jiwa

pemenang dalam menghadapi masa depan yang masih misteri. Hal ini diperkuat

dengan majas oksimoron6. Majas oksimoron disisipi pada saat si subjek-lirik

6 Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk

mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan oksimoron adalah gaya bahasa yang

mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang

sama, dan sebab itu sifatnya lebih tajam dan padat dari paradoks. Baca: Gorys Keraf, Diksi dan

Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 136.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

35

penuh keyakinan “Aku bakar langit temaram”dan membuat subjek aku dalam lirik

bisa bersiasat “Bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api” yang seolah telah

mengalahkan langit yang diilustrasikan sebagai ketidakpastian atau masa depan.

Tapi bukan tidak ada kemungkinan untuk mengubah masa depan setidaknya

seperti yang kita inginkan, harapkan, cita-citakan, dan impikan lewat proses

“perubahan” saat ini. Hal itu digambarkan sebagai berikut;

“Aku peras laut jadi garam

Mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi

Aku bakar langit temaram

Bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api”

Kata kongkret pada bait keempat yaitu, laut, garam, langit dan kobaran

api. Kata kongkret tersebut merepresentasikan sebuah keadaan dan suasana tokoh

aku dalam puisi “Rubaiyat Matahari” karya Jamal D. Rahman, jika melihat puisi

“Rubaiyat Matahari” pada bait keempat ini ada kata “Memeras laut”

“Aku peras laut jadi garam

Mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi.”

Melihat sekilas tanpa melihat lebih dalam lagi “Memeras laut” adalah hal

yang masih abstrak. Namun diksi yang abstrak ini bisa menyatakan bahwa hal

yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Interpretasi yang lain adalah ada

penggambaran tentang proses dari sesuatu menjadi sesuatu, mengolah bahan

menjadi bahan, atau mungkin dari tiada menjadi ada, dari yang abstrak dan misteri

menjadi nyata.

Dalam puisi “Rubaiyat Matahari” karya Jamal D. Rahman selalu terdapat

imaji yang mempunyai peran penting untuk menciptakan gambaran suatu objek,

peristiwa agar gambaran tersebut terasa lebih hidup dan kongkret. Maka dari itu

pada bait keempat ini Jamal D. Rahman memberikan sentuhan imaji visualnya

dengan penanda yang merupakan aktivitas yang terlihat oleh mata:

“Aku peras laut jadi garam

Mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi

Aku bakar langit temaram

Bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api”

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

36

5

Batu karam perahu karam

Tenggelam di rahang lautan

Darahku bergaram darahmu bergaram

Menyeduh asin doa di cangkir kehidupan

Bait V

Tipografi pada bait kelima dalam puisi Rubaiyat Matahari karya Jamal D.

Rahman ini berbentuk sama dengan bait - bait sebelumnya, yaitu pada satu bait

terdiri dari 4 larik, jumlah kata dalam bait kelima ini yaitu, larik pertama terdiri

dari 4 susunan kata, larik kedua terdiri 4 susunan kata, larik ketiga terdiri dari 4

susunan kata dan larik keempat terdiri dari 6 susunan kata, jumlah keseluruhan

kata dalam bait ini adalah 20 susunan kata.

Penyair pada bait ini memberikan bunyi asonansi yaitu dengan

memperlihatkan banyak pengulangan kata vokal /a/ yang memberikan kesan

musikal dan memberikan tekanan kata pada kata tertentu. Contoh asonansi bunyi

/a/ pada kata “karam, bergaram, doa dan kehidupan.”

Penyair dalam bait ini memberikan sebuah penggambaran bahwa sikap

optimis dan keyakinan yang terlalu (berlebihan) bisa menyebabkan seseorang

menjadi ambisius. Pribadi yang keras, tegas karena sudah mengetahui tujuan

hidup tidak serta merta akan lurus dan lancar dalam perjalanannya. Ia akan

mengalami kegoyahan. Kata “Batu” dalam bait kelima tersebut dapat disimbolkan

sebagai sebuah keyakinan sedang frase “Perahu” sebagai alat ataupun kendaraan

untuk mencapai yang diinginkan. Pribadi dan hidup bahkan jalannya akan

mengalami dengan apa yang disebut kegoyahan (ujian).

Jamal D. Rahman ingin mengingatkan tentang salah satu fitrah manusia,

yaitu sikap ketika menghadapi perubahan. Ketika menghadapi sesuatu yang

berbeda dan berubah, manusia ada yang siap ada yang tidak, ada yang menerima

dan berusaha menyesuaikan diri, ada yang tidak. Seperti iman pada diri seorang

yang kadang naik kadang turun. Penggambaran tentang posisi manusia yang

elastis dan tidak stagnan.

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

37

Di sisi lain pada larik kedua penyair menuliskan larik “Tenggelam di

rahang lautan” yang memberikan arti bahwa manusia bisa jatuh dan tenggelam,

terpuruk dan menyesal. Penyair mengingatkan pula bahwa manusia tersebut tidak

jatuh ke dasar lautan. Manusia (yang jatuh) hanya berada di rahang lautan.

Bukankah rahang itu masih berada di area mulut, yang bisa saja terbuka,

kapanpun dan dimanapun dan ini memberikan jalan untuk manusia keluar dari

mulut itu.

Kata kongkret yang terdapat dalam bait kelima ini terdiri dari batu, perahu,

rahang dan cangkir. Sedangkan imaji yang disisipkan oleh Jamal D. Rahman

dalam puisinya Rubaiyat Matahari yaitu imaji visual hal tersebut dapat dilihat

sebagai berikut:

“Batu karam perahu karam

Tenggelam di rahang lautan”

Pada larik selanjutnya penyair menuliskan “Darahku bergaram dan

darahmu bergaram”. Darah itu aliran kehidupan. Tokoh aku dan kamu bisa jadi

merasakan hidup yang yang dibumbui namun mereka merasakan hal tersebut

dengan rasa yang berbeda. Subjektivitas terhadap rasa. namun esensi dari hal ini

adalah bahwa hidup setiap orang (tokoh kamu dan aku) selalu dibumbui baik itu

dengan masalah, ujian, dan kejadian-kejadian lain yang semuanya itu merupakan

bagian dari cobaan hidup.

“Menyeduh asin doa di cangkir kehidupan” larik terakhir dari bait kelima

ini seolah memberikan penegasan bahwa kehidupan itu adalah sebuah proses.

Proses adalah membuat, mengerjakan sesuatu untuk menjadikan sesuatu. Penyair

menggunakan kalimat menyeduh asin doa, untuk mempertegas kedudukan, posisi

dan eksistensi dirinya (existence of human) terhadap eksistensi Tuhan (Existence

of God). Doa itu harapan, keinginan yang diucapkan seorang hamba pada

Tuhannya. Ada keyakinan yang mendalam pada diri penyair akan “intervensi”

Tuhan pada dirinya. Ada kesadaran akan keterbatasan sebagai makhluk.

6

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

38

Karena laut menyimpan teka-teki

Di puncak suaramu kurenungi debur gelombang

Karena layar hanya selembar sepi

Di puncak doamu kukibarkan bintang-gemintang

Bait VI

Secara tipografi bait ini terdiri atas empat larik yang merupakan bait

keenam dalam puisi ini. Pada bait keenam jumlah kata pada setipa lariknya yaitu,

larik pertama terdiri dari 5 susunan kata, larik kedua terdiri dari 6 susunan kata,

larik ketiga terdiri dari 5 susunan kata dan larik keempat terdiri dari 6 susunan

kata, dengan begitu jumlah keseluruhan kata dalam bait keenam ini adalah 21

susunan kata. Di sisi lain dalam bait ini laut menjadi metafor tentang sebuah

misteri atau teka - teki;

“Karena laut menyimpan teka-teki

Di puncak suaramu kurenungi debur gelombang”.

Ketika tokoh “aku” lirik menyadari bahwa laut adalah misteri dan penuh

teka-teki, maka tokoh “aku” lirik penggunakan laut tersebut untuk merenung.

Menggunakan daya pikir dan kreasinya untuk menjawab dan menggunakan teka-

teki tersebut dari sudut pandang yang berbeda dan pada Rubaiyat Matahari ini,

penyair menggunakan kemisteriusan tersebut untuk merenungi salah satu unsur

yang ada pada laut, yaitu debur gelombang.

Kata kongkret dalam bait ini adalah “Laut”, “Gelombang”, “Layar”,

“Bintang gemintang”. Imaji visual meliputi, “Dipuncak” dan “Bintang

gemintang”, sedangkan imaji pendengaran meliputi “Debur Gelombang”.

Pada kalimat selanjutnya “Debur gelombang” juga memiliki interpretasi

yang beragam. Gelombang bisa berarti sebagai kekuatan yang dahsyat, irama atau

bahkan musik yang dilahirkan laut, bisa juga berarti segala hal yang membuat

manusia terombang ambing (dalam hal ini; masalah, ujian hidup), dan hal terakhir

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

39

inilah yang ingin direnungi oleh penyair pada setiap kejadian dan fenomena yang

dialami.

Pada kalimat berikutnya lagi-lagi penyair masih menggunakan kata yang

berhubungan dengan laut. Penyair menggunakan kata layar. Layar yang identik

dengan perahu. Layar yang menjadi pusat kekuatan perahu untuk bergerak di

lautan. Kekuatan untuk mengarungi lautan. Lautan yang bisa digambarkan sebagai

proses perjalanan kehidupan. “Karena layar hanya selembar sepi”.

Layar yang digunakan penyair hanya selembar sepi. Sepi yang identik

dengan kesendirian. Penyair ingin menegaskan posisi pribadi manusia sebagai

individu yang bertanggung jawab pada hidupnya sendiri. Namun sepi tokok “aku”

lirik bukan sikap egois tidak peduli dengan orang lain bahkan tidak

memperdulikan eksistensi yang lain, sepi bagi penyair adalah proses perenungan.

Lagi-lagi, Jamal D. Rahman sepertinya ingin mengedepankan proses perenungan

akan hidup.

“Dipuncak doamu kukibarkan bintang gemintang” inilah lirik terakhir dari

bait keenam. Perenungan ini untuk mengibarkan bintang gemintang. Bintang

gemintang yang mengandung cahaya. Cahaya yang terang dan indah. Bintang itu

identik sebagai sesuatu yang indah dan penghias malam dan keindahan itu

dikibarkan penyair pada puncak doa. Puncak doa ketika doa mungkin sudah

terkabulkan.

7

Pohon cemara ikan cemara

Menggelombang biru di riak-riak senja

Antara pohon dan ikan kita adalah cemara

Mendekap cakrawala di dasar samudera

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

40

Bait VII

Puisi yang dipahami sebagai persamaan bunyi di akhir baris, sekilas tidak

memiliki peran penting di dalam struktur puisi. Sebenarnya peran puisi tidaklah

hanya sebatas itu, sesungguhnya puisi terkait erat dengan unsur internal lain

dalam membentuk sturktur yang padu.

Puisi Rubaiyat Matahari secara tipografi terpengaruh oleh bentuk

Rubaiyat model penyair parsi seperti Umar Khayam dan Jalaluddin Rumi. Pada

bait ke tujuh ini jumlah larik dalam satu bait terdiri dari 4 larik, sama halnya

dengan larik larik sebelumnya, namun jumlah kata dalam setiap lariknya berbeda

beda, seperti pada larik pertama terdiri dari 4 susunan kata, larik kedua terdiri dari

6 susunan kata, larik ketiga terdiri dari 7 susunan kata dan larik keempat terdiri

dari 5 susunan kata. Jumlah keseluruhan kata pada bait ini adalah 22 susunan kata.

Secara ragam diksi dalam bait ketujuh ini penyari menggunakan ragam

formal dengan struktur diksi aliterasi7, seperti pada bunyi /c/ pada frase “Cemara

ikan cemara.” Pada bait ini penyair mengawali kalimatnya dengan pohon cemara.

Pohon yang memiliki bentuk yang khas, seperti bentuk segitiga yang menjulang

tinggi. Pohon yang sering digunakan umat kristiani pada perayaan natal. Pohon

cemara yang bisa dikatakan lambang dan simbol kebahagiaan, keceriaan.

Pada bait ini kata kongkret yang diselipkan oleh penyair yaitu, “Pohon

cemara”, “Ikan”, “Kita”, “Samudera”. Majas dalam bait ketujuh ini adalah gaya

bahasa paradoks, di mana Jamal D. Rahman melukiskan “Mendekap cakrawala di

dasar samudera”, tentu saja cakrawala dan dasar samudera adalah sesuatu yang

berlawanan, biasanaya cakrawala selalu direferensikan dengan sesuatu yang

tinggi, sedang dasar samudra selalu dikaitkan dengan kerendahan seseorang.

Imaji selalu menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah puisi dalam

menggambarkan suasana penyair, dalam bait ini penyair menggunakan Imaji

pengelihatan;

“Pohon cemara ikan cemara

Menggelombang biru di riak-riak senja”

7 Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan pada awal konstruksi. Baca: Siswantoro, Metode

Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 205.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

41

Jamal D. Rahman sebagai salah satu penyair yang menciptakan puisi

dengan penuh misteri pada setiap kata yang ia cipta, pada bait ini melukiskan

tentang aspek kebahagian dan ketenangan. Tidak ada definisi yang tepat ketika

menginterpretasikan sebuah hal atau fenomena. Begitu pula dengan kata “Cemara

terutama ikan cemara”. Penyair ingin menggambarkan tentang sebuah rasa

bahagia. Ketika bahagia datang, maka kehidupan akan terlihat dan terasa indah.

Apakah hal ini berkaitan dengan warna biru yang dikatakan penulis pada kalimat

berikutnya, “Menggelombang biru di riak-riak senja”. Warna biru identik dengan

sesuatu yang bersifat luas dan tenang. Sepertinya ketenangan ini yang ingin

digambarkan penyair ketika seseorang merasa bahagia, sebab bahagia itu bisa

menimbulkan ketenangan dalam hidup manusia.

8

Di rahang rahasia rinduku abadi

Sampai runtuh seluruh sepi

Rinduku adalah ketabahan matahari

Menerima sepi di relung puisi

Bait VIII

Tipografi pada bait kedelapan ini tentu saja tidaklah berbeda jauh dengan

bait pertama hingga bait ketujuh, penyair benar benar memperhatikan bentuk pada

puisi Rubaiyat Matahari, hal ini terlihat dari jumlah larik yang sama pada setiap

baitnya yaitu berjumlah 4 larik.

Puisi Rubaiyat Matahari pada larik kedelapan ini, jika dilihat dari segi

jumlah kata pada setiap lariknya cukup bervariasi dengan jumlah kata pada larik

pertama yaitu terdiri dari 5 susunan kata, larik kedua terdiri dari 4 susunan kata,

larik keempat terdiri dari 4 susunan kata dan larik keempat terdiri dar 5 susunan

kata, jumlah keseluruhan jumlah kata pada bait kedelapan ini adalah 18 susunan

kata.

Seorang penyair memang kadang menjadi seorang yang termarjinalkan

entah oleh keadaan atau mungkin zaman. tokoh “aku” lirik seperti berada dalam

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

42

ketiadaan, wujudnya ada namun seperti tidak ada. Hal ini terasa benar pada bait

ini. Penyair menggambarkan tentang keadaan sepi dan tabahnya penyair dengan

puisi-puisinya. “Menerima sepi di relung puisi”

Berkaitan dengan pemilihan diksi tentu saja Jamal D. Rahman sebagai

penyair sangat selektif dalam penempatanya, seperti dalam bait kedelapan ini

Jamal D. Rahman menempatkan bunyi asonansi /u/ pada kata “Runtuh” dan

“Seluruh” sehingga menciptakan sebuah efek yang artistik dengan bunyi yang

musikal. Kata kongkret yang ada pada bait ini adalah “Rahang”, “Runtuh” dan

“Matahari”.

tokoh “aku” lirik pada bait ini meluapkan sebuah rasa rindu yang begitu

menggebu dan abadi. Rindu yang tersimpan sebagai rahasia. Rindu yang tidak

diketahui siapapun. Rindu yang akan terus tersimpan hingga runtuh seluruh sepi.

Hingga rindu itu terpenuhi dengan bertemunya sang perindu dengan orang yang

dirindui;

“Di rahang rahasia rinduku abadi

Sampai runtuh seluruh sepi”

Dalam bait kedelapan ini penyair menyelipkan gaya bahasa personifikasi

untuk menimbulkan kesan bernyawa pada matahari “Rinduku adalah ketabahan

matahari”, frase tersebut pun menggambarkan kerinduan yang melahirkan

kegelisahan yang mendalam karena ini berkaitan dengan dorongan psikologis

dari dalam diri manusia. Dorongan fitrah pada diri manusia. Dorongan alamiah

yang membuat gelisah jika tidak segera diobati rindunya. Hanya ketabahan yang

bisa meredam dan membentenginya dari kegelisahan bahkan kesedihan.

9

Di relung-relung malam lambaianku menua

Juga pandanganmu di kaca jendela

Alangkah dalam makna senja

Menanggung berat perpisahan kita

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

43

Bait IX

Tipografi pada puisi Rubaiyat Matahari di bait kesembilan ini tentu saja

terdiri dari 4 larik dalam satu baitnya, penyair secara konsisten mempertahankan

bentuk puisi 4 seuntai dengan jumlah kata pada tiap lariknya yang tidak jauh

berbeda dengan jumlah kata pada bait bait sebelumnya. Larik pertama pada bait

kesimbilan ini terdiri dari 5 susunan kata, larik kedua terdiri dari 5 susunan kata,

larik ketiga terdiri dari 4 susunan kata dan larik keempat terdiri dari 4 susunan

kata. Jumlah keseluruhan kata pada bait ini adalah 18 susunan kata.

Struktur diksi pada bait kesembilan ini terdiri dari struktur asonansi

dengan banyak pengulangan bunyi vokal /u/ pada “relung – relung”, dan vokal /a/

“pada alangkah dalam makna senja”.

Keselektifan Jamal D. Rahman dalam memilih bunyi tentu saja

menjadikan puisi Rubaiyat Matahari menjadi lebih artistik dengan rentetan bunyi

yang musikal. Kata kongkret pada bait ini terdiri dari “lambainku”, “kaca

jendaela”.

Sudah fitrah dan alamiah, manusia semakin hari menjadi semakin tua dan

pada akhirnya akan meninggal dunia. Hal ini juga disadari oleh Jamal D. Rahman

lewat kata-kata; “Lambaianku menua”. Menjadi tua adalah hak mutlak dan pasti

bagi manusia. Siapapun ia, berprofesi apapun ia, semua yang bernama manusia

bahkan semua makhluk ciptaan Tuhan akan menjadi tua.

Penyair dalam bait ini mendeskripsikan tentang perputaran waktu dengan

menggunakan imaji visual , kata “tua dan senja serta malam” tentulah hal tersebut

tidaklah berlainan. Tua dan senja adalah sebuah kata yang memiliki arti yang

sama jika di ibaratkan usia, keduanya adalah batas dari waktu yang melukiskan

akhir dari sebuah kehidupan. Melihat kata yang digunakan; malam, oleh penyair

pada Rubaiyat Matahari ini, bisa dikatakan sangat tepat, sebab malam identik

dengan waktu istirahat. Waktu melepaskan lelah ketika sudah seharian (ketika

siang) beraktivitas dan bekerja. Waktu yang digunakan untuk tidur. Bukankah

tidur itu setengahnya mati. Orang yang sedang tidur bisa dianggap setengah mati.

Sangatlah tepat penyair menggunakan kata malam yang dihubungkannya dengan

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

44

kata “menua”. Menua yang identik dengan kelemahan dan dekatnya dengan

kematian.

“Di relung-relung malam lambaianku menua

Juga pandanganmu di kaca jendela”

Dari proses menjadi tua ini, penyair mencoba mengingatkan tentang

makna yang terdapat di dalamnya. Apakah manusia hanya akan menjadi sekedar

tua tanpa ada makna. Menua lantas mati tidak ada bekas dan sisanya. Terkubur

bersama jasadnya. Bagi seorang penyair, menjadi tua adalah proses memberi

makna karena ketika muda (masa-masa sebelum tua) dia terus merenungi segala

dan hal inilah yang didapatkan dari proses perenungannya. Proses perenungan

untuk mendapatkan makna. Makna inilah yang akan menjadi warisannya. Walau

ia sudah tiada (meninggal dunia) ada pelajaran dan makna yang ditinggalkannya.

Inilah proses “penggaraman” yang dimaksud penyair pada bait-bait sebelumnya

memberikan manfaat bagi manusia yang lain lewat makna yang disampaikan pada

puisi-puisinya, walaupun bukan makna yang diserap manusia di sekitarnya,

setidaknya proses berfikir yang disebarkan lewat puisi.

“Alangkah dalam makna senja

Menanggung berat perpisahan kita”

10

Dari pintu ke pintu ketukanku kembali

Tak lelah-lelah mencari januari di reremang pagi

Dari rindu ke rindu aku pun mengaji

Tak tamat-tamat membaca cinta di aliflammim puisi

Bait X

Konsitensi penyair dalam mempertahankan bentuk dari puisi menunjukan

betapa matangnya proses pembuatan puisi Rubaiyat Matahari dengan puisi 4

seuntainya. Selain itu, puisi ini juga bisa dikatakan berbentuk sajak. Ini bisa

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

45

dilihat dari rima akhirnya. Penyair tidak hanya ingin menyampaikan makna,

namun perantara penyampai makna yaitu puisi ini begitu memperhatikan bentuk

estetika dalam penulisannya. Jumlah kata pada setiap larik dalam bait kesepuluh

ini terdiri dari, 6 susunanan kata pada larik pertama, 8 susunan kata pada larik

kedua, 7 susunan kata pada larik ketiga dan 8 susunan kata pada larik keempat.

Jumlah keseluruhan kata pada bait kesepuluhan ini adalah 29 susunan kata.

Sebagai penyair, Jamal D. Rahman, mencoba mencari arti dan makna akan

cinta melalui proses perenungan dalam puisi-puisinya. Pada kalimat “dari pintu

ke pintu ketukanku kembali”, seakan tokoh “aku” lirik sedang berada pada sebuah

nostalgia. Mencoba mengingat apa-apa yang sudah lewat. Berada pada kenangan

dari semua proses yang sudah ia lakukan.

tokoh “aku” lirik mengingatkan bahwa ketika seseorang sudah berada pada

masa tuanya, maka ingatan-ingatan akan masa lalunya akan hadir. Entah dalam

bentuk penyesalan atau bentuk kepuasan dan itu menjadi sebuah pilihan. Pilihan

ketika manusia masih muda dan bisa bergerak, bekerja, dan beraktifitas dengan

segala daya dan potensi yang ada.

Pada bait terakhir ini, penyair menyisipkan bentuk ungkapan tak langsung

atau majas metafora, “Dari pintu ke pintu ketukanku kembali”. Penyajian baris

yang menggambarkan suasana tenang lagi menghanyutkan sesungguhnya

merupakan ungkapan meraforis yang merujuk ke peristiwa mengingat masa lalu.

Pada setiap bait yang di buat dalam puisi Rubaiyat Matahari selalu ada

kongkret yang diselipkan oleh penyair. Kata kongkret pada bait ini adalah “pintu”,

“ketukan”, “pagi”, “membaca”, “puisi”. Sedangakan imaji yang terdapat pada bait

ini yaitu tipe sensasi internal atau perasaan, hal itu terungkap pada baris pertama

hingga baris ketiga;

“Dari pintu ke pintu ketukanku kembali

Tak lelah-lelah mencari januari di reremang pagi

Dari rindu ke rindu aku pun mengaji....”

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

46

Tabel 1

Tabel Kata Kongkret Puisi Rubaiyat Matahari

Bait Baris Kata Kongkret

1 1 Berdarah dan Rahim

2 Matahari

2 1 Jemari dan Hujan

2 Gelombang

3 Api dan Awan

4 Membakar dan Bintang -

gemintang

3 1 Perahu

2 Matahari, Jantung dan Madura

3 Bara, Api

4 Semesta

4 1 Peras, Laut dan Garam

2 Ladang – ladang

3 Bakar dan Langit

4 Kobaran dan Api

5 1 Batu, Karam dan Perahu

2 Lautan

3 Darahmu dan Bergaram

4 Cangkir

6 1 Laut

2 Gelombang

3 Layar

4 Bintang gemintang

7 1 Pohon cemara, Ikan cemara

4 Samudera

8 1 Rahang

3 Matahari

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

47

9 2 Kaca jendela

10 1 Pintu

2 Januari

b. Analisis Struktur Batin Puisi Rubaiyat Matahari

1) Tema

Tema merupakan suatu gagasan yang menjadi dasar dari sebuah cerita.

Sebuah cerita mengandung tema bukan hanya satu saja, bahkan dua atau lebih.

Menurut Burhan Nurgiantoro, tema terbagi ke dalam dua jenis, yakni tema mayor

dan tema minor. Tema mayor merupakan tema pokok atau tema utama yang

menjadi dasar sebuah karya, sedangkan tema minor merupakan tema tambahan

atau tema bagian yang terdapat pada beberapa bagian dari sebuah cerita dan

makna tambahan berdiri sendiri, terpisah dari tema inti cerita yang berkaitan

dengan novel yang menjadi satu kesatuan.8

Tema yang terdapat pada novel ini bukan hanya satu jenis saja sebagai

intinya, tetapi dua jenis yaitu:

a. Tema Mayor

Tema mayor merupakan tema utama, pada puisi Rubaiyat Matahari, tema

utamanya adalah religiositas. Religiositas yang merupakan suatu hubungan antara

manusia dengan Tuhan memiliki keterkaitan dengan kebudayaan dan agama yang

terdapat dalam kehidupan. Keterkaitan tersebut terwujudkan bukan hanya dalam

bentuk ritual ibadah, tetapi dapat dalam bentuk kegiatan yang sesuai ajaran-ajaran

agama. Pada puisi ini, religiositas terepresentasikan dalam berbagai bidang

dimensi, bukan hanya pada ritual ibadah, tetapi kegiatan sehari-hari manusia. Hal

ini sudah terlihat dari awal puisi tersebut. Gambaran religius pada puisi ini

tergambarkan pada bait berikut.

8 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2013), h. 133-134

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

48

“Dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

Kueja namamu di rubaiyat matahari

Kau dengar aku menangis sepanjang hari

Karena dari november-desember selalu lahir matahari”

Penyair pada larik tersebut mengedepankan keberadaan Tuhan (existence

of God) pada syairnya yang notebene refleksi dan representasi dari dirinya.

Menyediakan ruang pada persoalan teologi sebagai kerangka dan acuan berpikir –

berkarya, berarti menyediakan ruang pada rasio kita bahwa Tuhan ikut berperan,

berkehendak, dan mengintervensi, segala hal pada hidup manusia. Walau, sebagai

manusia, akal kita tidak akan pernah sampai pada maksud yang sebenarnya dari

tindakan, kehendak bahkan intervensi-Nya.

“Kueja namamu”. Melihat kata yang digunakan, mengeja bisa

diasosiasikan dengan seseorang yang masih belajar, lantaran ia belum lancar

membaca. Maka ia mengeja setiap kata-kata. Ada kesadaran spritual dan logis

bahwa sebagai makhluk ciptaan, penyair sadar bahwa dirinya masih belum tahu

apa-apa dan masih terus “mengeja”. Namun di sisi lain, ini menampakkan tentang

pengetahuan yang dimilikinya, bukankah ada ucapan ketika seseorang itu semakin

tahu maka ia akan mengatakan ia semakin tidak tahu bahkan tidak tahu apa-apa.

Penyair sadar akan eksistensi ketuhananya, bahwa ia tidak tahu dan masih terus

mengeja dan belajar.

Dengan kata lain penyair sendiri ingin mengajak pada perenungan tentang

hidup sebagai proses pembelajaran. Tentang bagaimana manusia harus sadar diri

tentang asalnya, penciptaannya, ketiadaannya, dan lain sebagainya. Ada proses di

mana dalam hidup Tuhan selalu hadir dalam setiap apa yang kita lakukan,

mengawasi dan bereksistensi pada kehidupan yang kita jalani.

b. Tema Minor

Tema minor merupakan tema atau makna dari sebuah cerita yang hanya

terdapat pada beberapa bagian saja dan tema tambahan yang dapat berdiri sendiri.

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

49

Puisi Rubaiyat Matahari memiliki beberapa tema minor, yakni kebahagian, dan

kerinduan

1. Kebahagian.

Puisi ini memang termasuk pusi religi, akan tetapi sang penyair

menghadirkan tema tambahan, salah satunya yaitu tema kebahagiaan. Tema ini

hadir di dalam puisi sebagai salah satu daya tarik.

“Pohon cemara ikan cemara

Menggelombang biru di riak-riak senja

Antara pohon dan ikan kita adalah cemara

Mendekap cakrawala di dasar samudera”

Pada bait ini penyair mengawali kalimatnya dengan pohon cemara. Pohon

yang memiliki bentuk yang khas. Seperti bentuk segitiga yang menjulang tinggi.

Pohon yang sering digunakan umat kristiani pada perayaan natal. Pohon cemara

yang bisa dikatakan lambang dan simbol kebahagiaan, keceriaan. Tidak ada

definisi yang tepat ketika menginterpretasikan sebuah hal atau fenomena. Begitu

pula dengan kata cemara terutama ikan cemara ini. Namun sepertinya penyair

ingin menggambarkan tentang sebuah rasa bahagia dan sepertinya ini ada

kaitannya dengan bait sebelumnya “mengibarkan bintang-gemintang”.

Ketika bahagia datang, maka kehidupan akan terlihat dan terasa indah.

Apakah hal ini berkaitan dengan warna biru yang dikatakan penulis pada kalimat

berikutnya, “menggelombang biru di riak-riak senja”. Warna biru identik dengan

sesuatu yang bersifat luas dan tenang. Sepertinya ketenangan ini yang ingin

digambarkan penyair ketika seseorang merasa bahagia, sebab bahagia itu bisa

menimbulkan ketenangan dalam hidup manusia. Atau mungkin penyair malah

ingin menenekankan aspek ketenangan itu sendiri. Ketenangan yang

bergelombang, memenuhi rasa pada diri manusia.

Jika memang ketenangan itu yang ingin digambarkan penyair, maka

tepatlah kata yang digunakan penyair selanjutnya; riak-riak senja. Karena senja

identik dengan suasana damai dan tenang. Ketika hiruk pikuk dan panasnya siang

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

50

akan berakhir maka senjalah yang menjadi tanda kelahiran hal tersebut. Bisa

dikatakan, ketika senja lahir maka hiruk pikuk dan panas siang akan berakhir.

2. Kerinduan

Tema kerinduan dalam puisi Rubaiyat Matahari cukup menonjol. Penyair

sendiri menjadikan rasa rindu tersebut sebagai sebuah bentuk dari cinta, cinta dan

rindu keduanya saling berkaitan dimana rindu akan membuat cinta dan sebaliknya

cinta akan membuat rindu dan pada akhirnya akan menciptakan sebuah

kegelisahan.

“Di rahang rahasia rinduku abadi

Sampai runtuh seluruh sepi

Rinduku adalah ketabahan matahari

Menerima sepi di relung puisi”

Seorang penyair sering bergulat (dalam perenungannya) dengan hal-hal

yang bersifat misteri. Misteri yang masih teka-teki. Teka-teki yang belum

terjawab secara pasti. Maka hal ini mempengaruhi penyair dalam proses

penciptaan puisi. Begitu juga dalam rubaiyat Matahari ini. Kata-kata dan kalimat

yang berhubungan dengan misteri digunakan untuk mendeskripsikan tentang

kerinduannya. Entah rindu akan apa. Apakah rindu pada sosok dan tokoh “kamu”

yang berpengaruh baginya, atau rindu siapa pada siapa saja.

Rindu yang tersimpan sebagai rahasia. Rindu yang tidak diketahui

siapapun. Rindu yang akan terus tersimpan hingga runtuh seluruh sepi. Hingga

rindu itu terpenuhi dengan bertemunya sang perindu dengan orang yang dirindui.

Sepi yang hadir ketika sendiri. rindu yang makin menggebu dalam sendiri pilu.

Ya, rindu memang bisa dikatakan sebagai penyakit yang perlu diobati. Obatnya

adalah bertemu dengan orang yang dirindu dan jika sudah bertemu dengan orang

yang dirindu, jika sudah diobati rindu itu maka sepi yang hadir dan menyerang

sang perindu akan runtuh. Rindunya akan hilang tak berbayang.

Rindu bisa diartikan sebagai rasa menggebu ingin bertemu. Bertemu

dengan sosok dan tokoh “kamu” yang begitu berpengaruh. Kerinduan ini sering

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

51

melahirkan kegelisahan bahkan kesal yang mendalam. Karena ini berkaitan

dengan dorongan psikologis dari dalam diri manusia. Dorongan fitrah pada diri

manusia. Dorongan alamiah yang membuat gelisah jika tidak segera diobati

rindunya. Hanya ketabahan yang bisa meredam dan membentenginya dari

kegelisahan bahkan kesedihan. Hal ini dijelaskan penyair pada kalimat; “rinduku

adalah ketabahan matahari”.

2). Suasana

Suasana selalu berkaitan dengan keadaan tokoh dalam sebuah syair , di

mana tokoh tersebut mengalami sebuah guncangan ataupun cobaan, secara

keseluruhan pada puisi ini Jamal D Rahma mendeskripsikan luka, kesendirian,

bahkan keterasingannya, sehingga menimbulkan rasa sedih dan gelisah yang

begitu lekat pada tokoh aku. Hal tersebut terwakili pada bait pertama larik ke-2

dan ke 3 dan pada bait ke 3.

“Kau dengar aku menangis sepanjang hari

Karena dari november-desember selalu lahir matahari”

Pada bait selanjutnya penyair menggunakan kata sepi. Sepi bisa

digambarkan sebagai suasana yang tidak ramai dan gaduh. Tidak ada orang lain.

Hening. Sendiri. suasana seperti ini sangat tepat untuk dijadikan waktu untuk

meditasi, merenung. Dalam perenungan itu biasanya seseorang menanyakan dan

bertanya tentang sesuatu. Dalam keadaan hening itu jawaban biasanya akan lahir

dari apa yang kita tanyakan. Jawaban diri sendiri atas pertanyaan diri sendiri.

karena tidak ada unsur-unsur penggangu dalam mencari jawaban atas perenungan.

“Atas sepi perahuku bercahaya

Membawa matahari ke jantung madura

Atas bara api cintaku menyala

Menantang matahari di lubuk semesta”

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

52

3). Amanat

Jamal D. Rahman sebagai penyair tentu saja dalam puisi – puisinya

memiliki pesan yang ingin ia sampaikan pada pembaca, dengan kata lain selalu

ada amanat atau pesan yang disisipkan oleh penyair. Penyair mengungkapkan

pengalaman nalar dan indrawi. Menyatakan kegelisahan terhadapa apa yang

dialaminya. Segala keresahan tetap ia curahkan kepada Tuhan dalam doanya.

Dalam puisinya Jamal D. Rahman memposisikan penyair sebagai tokoh

utamanya (aku lirik). Puisi ini di awali dengan pembukaan yang mengesankan,

begitu Tuhan memiliki peranan yang sangat besar. Pada bait pertama, yang

tampak pada larik pertama adalah kata bismilah yang mencerminkan penyair

sebagai tokoh religius yang tak pernah lupa akan doa di awal segala apa yang

akan dilakuaknya. Dengan bismilah berdarah di rahim sunyi juga kata rahim yang

memilki makna kasih sayang. Sangat imajinatif. Kata bismilah pun dapat saya

maknai dengan arti doa, semua yang kita jalani dan lakukan tidak akan lepas dari

kata bismilah yang merupakan awal kita melakukan sesuatu hal. Dan disegala

doanya tak lepas nama tempat yang menjadi kehidupannya untuk tetap terus

memberikan kehangatan dan cahaya.

“Karena laut menyimpan teka-teki

Di puncak suaramu kurenungi debur gelombang

Karena layar hanya selembar sepi

Di puncak doamu kukibarkan bintang-gemintang”

Pesan lainya yang ingin disampaikan oleh penyair adalah bahwa hidup itu

proses, proses perenungan, proses ujian dan porses kebahagian Setiap fenomena

(kejadian alam, atau kejadian yang dialami manusia pada kehidupannya) adalah

bahan. Perenungan atas kemisteriusan (eksistensi, kausalitas dan sebagainya).

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

53

B. Analisis Struktur Fisik dan Batin dalam “Puisi Bernafaslah Pada

Ombak”

a. Analisis Struktur Fisik dalam Puisi Bernafaslah pada Ombak

Bait 1

Bernafaslah pada ombak. karena danau

terlanjur menyimpan buih. Membendung gelombang zaman

dan menghanyutkan doa. dari bukit sukmamu

batu batu pun hanyut ke dalam sujud muara,

memadatkan tangis benua

1

Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilaii

keindahan yang khusus untuk puisi. Sifat sifat puitis itu bisa membangkitkan

perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan dan bisa pula menimbulkan

keharuan. Kepuitisan dalam puisi bisa ditimbulkan dengan bermacam – macam

cara, misal melalui bentuk visual atau unsur intrinsik pada puisi itu sendiri

contohnya melalui tipografi, susunan bait, bunyi, diksi, imaji, majas serta aliterasi

dan asonansi.

Tipografi selalu menyangkut bentuk atau perwajahan puisi. Secara

tipografi puisi Bernafaslah Pada Ombak, ditulis layaknya puisi konvensional

yang kata - katanya diatur dalam deret yang disebut larik, namun dengan

penambahan penggunaan tanda baca seperti titik dan koma sebagai tanda baca

penjedaan, hal ini jelas terlihat pada larik pertama hingga larik keempat dalam

bait pertama pada puisi Bernafaslah Pada Ombak.

Kalimat dalam bait pertama menekankan pada judul untuk mengajak kita

bernafas pada ombak di laut yang memang seakan ombak selalu memiliki tujuan

yang sama yaitu menyentuh pantai, ombak sebagai representasi kehidupan yang

terus bergerak bersama dengan waktu. Gelagat ombak sebagai cerminan

kehidupan yang dinamis oleh penyair dikontraskan dengan danau yang hanya

berdiam pada tempat dan menghasilkan sesuatu yang kecil layaknya buih:

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

54

“Bernafaslah pada ombak. karena danau

terlanjur menyimpan buih. Membendung gelombang

zaman”

Pada puisi Bernafaslah Pada Ombak, penyair menggunakan rima u/a/u/a/a

dengan bunyi a yang lebih dominan pada setiap larik di bait pertama ini. Jumlah

kata pada bait pertama puisi Bernafaslah Pada Ombak yaitu, larik pertama terdiri

dari 5 susunan kata, larik kedua terdiri dari 6 susunan kata, larik ketiga terdiri dari

6 susunan kata, larik keempat terdiri dari 8 susunan kata dan larik kelima terdiri

dari 3 susunan kata. Jumlah keseluruhan kata pada bait pertama adalah 23

susunan kata. Jumlah keseluruhan kata pada bait pertama tersebut memiliki

jumlah pola kata yang sama berkisar 20 dengan beberapa puisi yang dibuat

oleh Jamal D Rahman, di antaranya dapat dilihat pada puisi Rumput Biru, Kado

Ulang Tahun, Badai, dan Perempuan, hal tersebut menunjukan bahwa penyair

sendiri dalam buku kumpulan puisi Garam – Garam Hujan memberikan

konsistensi jumlah keseluruhan kata pada setiap lariknya walupun disisi lainnya

penyair pun menuliskan beberapa puisi yang terdiri dari 30 susunan kata lebih.

Penyair pada puisi Bernafaslah Pada Ombak, ada penggambaran suasana

keintiman pada upaya mengajak pembaca untuk memasuki dunia kesunyian

seorang penyair dan perenungannya yang intens. Adakalanya terasa lembut dan

merayu.

“Bernafaslah pada ombak. karena danau

terlanjur menyimpan buih. Membendung gelombang

zaman”

Di samping itu puisi “Bernafaslah Pada Ombak” pada bait pertama ini

pun penyair berupaya untuk meneropong manusia dan kehidupannya. Meski figur

– figur yang dipinjamnya sebagai referensi dan kiasan yang berupa seperti kata

“ombak, “danau” dan “benua”. Pada larik pertama hingga larik ketiga, penyair

melukiskan gambaran keintiman meditatif penyairnya tentang keprihatinan bathin

manusia yang selalu melupakan dunia di mana mereka hidup dan berada, dengan

demikian dapatlah dikatakan religiositas pada bait pertama ini adalah sejenis

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

55

religiositas yang memandang dan mengakrabi dunia sebagai sebuah kosmologi

dimana manusia dan dunia tidak mungkin dapat dipisahkan.

“Bernafaslah pada ombak. karena danau

terlanjur menyimpan buih. Membendung gelomobang

zaman

dan menghanyutkan doa. dari bukit sukmamu”

Penyair pada bait pertama puisi Bernafaslah Pada Ombak, menggunakan

diksi formal dengan pemilihan kata yang selektif baik dari larik pertama hingga

larik kelima, jika dicermati kata - kata yang dipilih secara langsung selalu

berkaitan dengan “air”, seperti kata “ombak”, “danau”, “buih”, “gelombang” dan

“muara”. Kata air sendiri sering dikaitkan dengan simbol kehidupan. Dikatakan

selektif dari segi diksi puisi Bernafaslah Pada Ombak, karena jika dilihat dari

rima pun cukup rapih dengan pola u/a/u/a/a. Kombinasi bunyi asonansi pada bait

pertama ini tentu saja menciptakan sebuah suasana tertentu, karena menurut teori

simbolisme, tugas puisi adalah mendekati kenyataan ini, dengan cara tak usah

memikirkan arti katanya, melainkan mengutamakan suara, lagu, irama dan rasa

yang timbul karenaya dan tanggapan – tanggapan yang mungkin dibangkitkanya.1

Kombinasi bunyi u/a/u/a/a/a adalah kombinasi bunyi vokal (asonansi)

yang berima berat dan rendah, biasanya mengekspresikan perasaan yang sedih,

gundah, murung. Perasaan - perasaan tersebut sangatlah berkaitan dengan suasana

pada Puisi “Bernafaslah Pada Ombak” yang menggambarkan suasana penyair

dalam keadaan gundah dalam kesunyianya.

Kata konkret pada bait pertama dalam puisi Bernafaslah Pada Ombak

yaitu, “ombak”, “danau”, “buih”, “gelombang”, “bukit”, “batu” dan “benua”.

Majas yang digunakan penyair pada bait pertama ini adalah majas personifikasi,

majas yang memberikan gambaran benda mati yang seolah hidup serta memiliki

perasaan hingga bisa memberikan suasana kesedihan perasaan haru dan iba. Hal

ini terlihat pada larik kelima pada puisi Bernafaslah Pada Ombak. “Memadatkan

tangis benua”

1 Rachmat Djoko Pradopo, pengkajian Puisi, (Yogykarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h.

23.

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

56

Pada puisi Bernafaslah Pada Ombak, penyair sendiri menghadirkan

benda-benda sebagai sejumlah entitas yang akrab dan berbicara kepada penyair.

Seperti benua yang menangis. Pengakraban tersebut lahir dari keintiman seorang

penyair pada kesekitaran dan keseharian yang dialami dan dihidupinya secara

personal, dengan itu pula dunia dan benda - benda dalam sajaknya tidak lagi

dipandang sebagai objek, melainkan subjek-subjek yang dekat dan menyapa

penyair dalam kesunyian penyair itu sendiri.

Perlu diketahui sisi penting lain dalam sebuah puisi adalah imaji. Imaji

selalu ada untuk menimbulkan gambaran - gambaran angan sehingga memberikan

kesan lebih hidup dalam sebuah puisi. Pada puisi “Bernafaslah Pada Ombak”,

penyair menggunakan imaji visual yang memberikan sebuah pengalaman inderaan

objek - objek yang terlihat. Penyair membawa kita seakan melihat apa yang

dilihat oleh penyair, seperti “ombak”, “danau”, dan “buih”, dengan menggunakan

kata - kata tersebut penyair membawa kita seolah - olah menyaksikan apa yang

ada di sekitar penyair. Angan kita dibawa untuk melihat apa yang dikemukakan

oleh penyair. Hal ini terbukti pada bait pertama yang dimulai dari larik pertama

hingga larik kelima:

“Bernafaslah pada ombak. karena danau

terlanjur menyimpan buih. Membendung gelombang zaman

dan menghanyutkan doa. dari bukit sukmamu

batu batu pun hanyut ke dalam sujud muara,

memadatkan tangis benua”

Bait II

dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang

di keluasaan matamu. mengedipkan mata ikan

pada kail dan jala yang mulai cemas

menunggu. di sini, lumpur mengampar,

menenggak air sembahyang dari cangkir – cangkir kecemasan

Puisi Bernafaslah Pada Ombak karya Jamal D Rahman ini cukup

ringkas, hanya terdiri dari dua bait saja. Seluruh lariknya ditulis dalam bentuk

bait. Pada setiap permulaan kalimat penyair selalu menyertakan ikon ombak yang

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

57

seolah memiliki hubungan dengan kehidupan manusia . Kata ombak yang selalu

digunakan untuk berkata-kata, pada puisi ini laut yang disandingkan dengan

ombak digambarkan sebagai personifikasi bagi manusia sedang ombak adalah

sesuatu yang memberikan energi ataupun gelora pada laut itu sendiri.

“dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang

di keluasaan matamu.”

Jika dilihat dari segi tipografi, puisi Bernafaslah Pada Ombak dalam bait

kedua ini terdiri dari 6 larik yang tersusun sehingga itu berarti antara larik

pertama hingga larik terakhir merupakan satu kesatuan makna yang digambarkan

oleh pengarang. Bila dihitung jumlah kata secara keseluruhan per-lariknya pada

bait kedua ini, sebenarnya puisi Bernafaslah Pada Ombak ini hanya memiliki 7

susunan kata pada larik pertamanya, pada larik kedua terdiri dari 6 susunan kata,

larik ketiga terdiri dari 6 susunan kata, larik keempat terdiri dari 7 susunan kata,

larik kelima terdiri dari 5 susunan kata dan larik keenam teridri dari 7 susunan

kata.

Penyair pada puisi Bernafaslah Pada Ombak tetap konsisten

menggunakan diksi formal seperti pada puisi - puisi lainnya di dalam kumpulan

puisi Garam – Garam Hujan sehingga memberikan kesan serius dan realistis serta

mendalam pada setiap kata - kata yang tertuang. Disamping itu, bunyi - bunyi

yang dirangkai pada puisi Bernafaslah Pada Ombak memberikan efek estetik atau

nilaii seni. Misalnya dalam larik pertama dan kedua pada bait kedua ini ada

asonansi a dan u

“dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang”

Sedangkan pada larik kelima ada aliterasi r yang diselipkan oleh penyair

untuk menimbulkan variasi bunyi dalam puisi Bernafaslah Pada Ombak

“menunggu. di sini, lumpur mengampar”.

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

58

Bunyi tidak hanya sekedar media untuk memunculkan nilaii estetik pada

sebuah puisi itu sendiri, bunyi juga dapat menginterpretasi suasana dan perasaan

penyair melalui rankaingan pola atau kombinasi bunyi – bunyi vokal dan bunyi –

bunyi konsonan. Pada bait kedua puisi Bernafaslah Pada Ombak, penyair banyak

memberikan bunyi asonansi a dan u yang memberikan suasana gundah dan sedih

sama halnya seperti pada bait pertama.

“dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang”

Kegundahan penyair itu sendirii seolah ingin ia curahkan melalui ombak

yang mampu menguras isi laut, dalam kesunyian dan sepinya malam penyair

menganggap bahwa semua yang nampak hanyalah sebuah hiasan yang bersinar

seperti bintang, bahkan dalam larik selanjutnya kegelisahan tersebut semakin

bertambah dengan kecemasan ketika penyair tidak bisa mendapatkan apa yang

diharapkan atas penantian dan waktu yang ia korbankan

“di keluasaan matamu. mengedipkan mata ikan

pada kail dan jala yang mulai cemas

menunggu. di sini, lumpur mengampar,”

Pada puisi, bunyi bersifat estetik, merupakan unsur puisi untuk

mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi ini erat hubungannya dengan

anasir-anasir musik, misalnya : lagu, melodi, irama, dan sebagainya. Bunyi di

samping hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu

untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan

angan yang jelas ; menimbulkan suasana yang khusus dan sebagainya. Bunyi –

bunyi yang diberikan penyair dalam puisi Bernafaslah Pada Ombak, dalam bait

kedua ini tidaklah berbeda jauh dengan bait pertama. Pada bait kedua ini, banyak

sekali bunyi - bunyi yang ditimbulkan dari bunyi vokal (asonansi) a/u/i yang

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

59

berkombinasi dengan aliterasi berbunyi liquid r, yang memberikan gambaran

penuh curahan perasaan penyair.

“menunggu. di sini, lumpur mengampar,

menenggak air sembahyang dari cangkir – cangkir

kecemasan”

Unsur estetik lainnya dalam Puisi Bernafaslah Pada Ombak adalah rima.

Setiap penyair memiliki pola pandang yang berbeda pada rima, terkadang

menggunakan pola rima yang acak, terkadang juga menggunakan pola yang

begitu rapi. Penggunaan rima ini biasanya mempengaruhi bentuk sebuah puisi

dari segi estetiknya, karena kecenderungan pembaca biasanya melihat rima

sebagai sesuatu yang berseni dengan pola yang tersistem. Puisi Bernafaslah Pada

Ombak, adalah salah satu puisi yang memiliki pola rima yang begitu rapi, hal

tersebut bisa dilihat pada bait pertama hingga bait kedua ini, bait kedua penyaiar

memberikan pola rima yang sama hingga larik terakhir yaitu, a/a/a/a/a/a. Hal ini

menunjukan bahwa konsistensi penyair dalam menjaga bentuk estetik pada puisi -

puisinya merupakan suatu apresiasi pada bentuk keindahan itu sendirii.

Unsur lain yang terdapat pada puisi Bernafaslah Pada Ombak yaitu kata

konkret, hampir pada setiap larik di bait kedua ini terdapat kata kongkret yang

saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya seperti laut dan ombak pada

larik pertama, lampu, nelayan dan bintang di larik kedua, lalu kail dan jala pada

larik keempat serta air dan cangkir pada larik kelima, keterkaitan kata kongkret

tersebut tentulah bukan hal kebetulan semata yang dibuat penyair, penyair dengan

kematanganya memilah antara kata kongkret yang satu dengan yang lainnya

sehingga kata kongkret tersebut saling menguatkan makna dalam puisi

Bernafaslah Pada Ombak. Adapun kata kongkret lainnya yaitu, mata ikan dan

lumpur pada larik ketiga dan kelima.

Puisi Bernafaslah Pada Ombak dan termasuk saja-sajak lainnya karya

Jamal D. Rahman adalah sejumlah dunia dan keseharian yang menyingkapkan

dirinya secara telanjang di hadapan seorang penyair ketika seorang penyair

mengintimi dan mengakrabi kesunyian dirinya dan kesunyian dunia serta

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

60

keseharian yang dihidupi bahkan dialaminya dengan sepenuh penerimaan. Hal

tersebut dapat kita lihat pula pada puisi - puisi yang dia ciptakan dalam buku

kumpulan puisi Garam – Garam Hujan, di antaranya Rubaiyat Matahari,

Rumputan Biru, Hujan Dari Air Mata

Khusus pada puisi Rubiayat Matahari dan Bernafaslah Pada Ombak, kita

akan melihat dan menemukan beberapa gambaran tentang laut yang hubungannya

dengan manusia. Puisi Bernafaslah Pada Ombak tidaklah terlepas dari unsur laut

yang sebagai pesan dari sebuah perlambangan yang utuh dari laut dan ombak

sebagai metafora kehidupan.

“dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang

di keluasaan matamu. mengedipkan mata ikan”

Unsur kepuitisan lainnya yang tak kalah penting adalah majas. Majas

dapat menyababkan sebuah puisi menarik, segar, hidup dan dapat menimbulkan

kejelasan dengan memberikan gambaran yang jelas serta hidup. Maka dari itu

peranan majas tak bisa dikesampingkan karena majas sendirii biasanya

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Majas dalam bait kedua puisi Bernafaslah Pada Ombak yaitu, majas

personifikasi yang mempersamakan benda dengan manusia. Majas personifakasi

pada bait kedua ini memberikan kejelasan beberan yang kongkret berkaitan

dengan klausa “lampu – lampu menggeliat” dan “pada kail jala yang mulai cemas.

Penyair melukiskan sebuah proses penantian dan ketabahan yang jika di ibaratkan

seperti sedang memancing menggunakan kail dan jala.

“pada kail dan jala yang mulai cemas

menunggu. di sini, lumpur mengampar”,

Selanjutnya ada imaji. Dalam bait kedua puisi Bernafaslah Pada Ombak

imaji visual begitu kentara terlihat dari larik pertama hingga keenam. Imaji

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

61

ataupun gambaran yang diciptakan oleh penyair merupakan alat bantu untuk lebih

menciptakan angan atapun gambaran terhadap suatu objek. misal dalam

Bernafaslah Pada Ombak ini, imaji visual mengkokohkan pikiran kita terhadap

benda benda yang diciptakan penyair, seperti memperjelas sesuatu yang sudah

terlihat menjadi semakin terlihat, seperti pada kata “ombak”, “danau”, dan “laut”

sebagai metafor kehidupan.

Tabel 2 Kata Konkret Puisi Bernafaslah Pada Ombak

No Larik Kata Konkret

1 1 Ombak

2 1 Danau

3 2 Buih

4 2 Gelombang

5 3 Bukit

6 4 Batu – batu

7 4 Sujud

8 4 Muara

9 5 Tangis dan Benua

10 6 Laut dan Ombak

11 7 Lampu, Nelayan dan Bintang

12 8 Mata dan Mata ikan

13 9 Kail dan Jala

14 10 Lumpur

15 11 Air dan Cangkir - cangkir

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

62

b. Analisis Struktur Batin dalam Puisi Bernafaslah pada Ombak

Puisi merupakan kesatuan yang utuh atau bulat, maka perlu dipahami

secara utuh dan bulat pula. Untuk memudahkan pemahaman seperti itu, maka

perlulah sebuah analasis yang tidak hanya berdasarkan pada unsur intrinsiknya

saja, dibutuhkan pula analisis unsur ekstrinsik untuk memudahkan pemahaman

tentang ambiguitas pada puisi itu sendirii.

Penyair dengan pergulatanya dengan kesunyian dan penantian (ketabahan)

yang memandang dan mengakrabi dunia sebagai sebuah kosmologi di mana

manusia dan dunia serta Tuhan tidak mungkin dapat dipisahkan memberikan

gambaran yang berkaitan dengan tema kereligiusan tentang relasi Tuan-hamba;

relasi ini melibatkan, Tuhan sebagai Tuan (Rabb), manusia sebagai “hamba”-Nya.

Hal tersebut terlihat pada larik ke tujuh hingga sepuluh yang menunjukan tokoh

kamu sebagai sesuatu yang memiliki kuasa yang sedang ditunggun oleh tokoh

lainnya dalam puisi tersebut.

“lampu – lampu nelayan menggeliat, jadi bintang

di keluasan matamu. mengedipkan mata ikan”

“pada kail dan jala yang mulai cemas

menunggu di sini, mengampar lumpur menghampar,”

Tema pada puisi Bernafaslah Pada Ombak tersebut tentu saja merupakan

merupakan salah satu kepekaan emosi penyair atas penghayatan akan nilai

filosofis ketuhanan, alam dan manusia. Oleh karena itu setidaknya kereligiusan

penyair menjadi ruh dalam menghidupkan puisi Bernafaslah Pada Ombak.

Suasana yang diciptakan oleh penyair pada puisi Bernafaslah Pada

Ombak semacam rasa gelisah dan cemas dalam proses penantian dalam kesunyian

yang intim. Kecemasan tersebut muncul oleh karena proses pengharapan penyair

terhadap tokoh kamu yang memiliki kuasa atas segala apa yang ada.

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

63

“di keluasan matamu. mengedipkan mata ikan

pada kail dan jala yang mulai cemas”

Dalam setiap karya sastra selalu ada pesan ataupun ajaran positif yang

ingin disampaikan oleh pengarangnya, tak terkecuali pada puisi. Puisi sebagai

sebuah media yang memilki sifat menghibur tidaklah boleh terlepas dari sifat

mendidiknya. Tidaklah berimbang jika sesuatu yang memiliki keestetikan tidak

dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitaranya.

Puisi Bernafaslah Pada Ombak mengajari kita bahwa dibalik semua

kehidupan selalu ada yang menghidupkan. jika pada larik pertama nafas di

ibaratkan sebagai sumber kehidupan manusia, maka ombak pun adalah sesuatu

yang menjadikan laut hidup hingga ia terlihat berbeda dengan danau “Bernfaslah

pada ombak. karena danu terlanjur menyimpan buih.” Diantara nafas dan ombak

itu sendirii tercipta tokoh kamu yang diciptakan penyari sebagai sosok yang cukup

ambigu, namun tokoh kamu tersebut adalah tokoh yang memiliki kuasa sehingga

ia mampu melihat dalam keluasaan pada setiap apa yang ingin ia lihat, pada larik

ketujuh dan kedelapan hal tersebut dapat dillihat “lampu – lampu nelayan

menggeliat”,/ “jadi bintang di keluasan matamu”.

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

64

C. Representasi Religiositas Pada Puisi “Rubaiyat Matahari dan Bernafaslah

Pada Ombak”

Representasi religiositas merupakan perwakilan tentang hal religi, baik

nilai-nilai religi, atau pun dimensi religi pada puisi “Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak,”penggambaran religi ditunjukkan bukanlah dalam

bentuk ritual ibadah saja, tetapi bentuk keyakinan terhadap Tuhan yang

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan ajaran agama.

Menurut Jalaluddin Rahmat, keberagamaan seseorang terdiri dari lima

aspek, yaitu, “Idelogis, ritualistik/ibadah, eksperesnsial, intelektual dan

konsekuensial”. Kelima aspek tersebut menjadi acuan pada religiositas yang

terdapat dalam dua puisi karya Jamal D. Rahman “Rubaiyat Matahari dan

Bernafaslah Pada Ombak”.

Karya sastra, salah satunya puisi dapat digunakan untuk membentuk sikap

dan kepribadian yang matang dan dewasa. Sastra juga merupakan sarana untuk

menanamkan kesadaran dan penghayatan tentang nilai-nilai kemanusiaan secara

mendalam.Karya satra memberikan pesan moral yang berwujud nilai religius.

Nilai sangat mempengaruhi prilaku dan tindakan manusia baik yang dilakukan

secara perorangan maupun kelompok. Religiositas dalam karya sastra sangat

diperlukan karena sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius.

1. Religiositas pada puisi “Rubaiyat Matahari”

Pada puisi “Rubaiyat Matahari memiliki;

a. Nilai Ibadah / Ritualistik

Ibadah merupakan bentuk penyembahan terhadap Tuhan. Bentuk

penyembahan terhadap Tuhan bukanlah hanya seperti Sholat bagi umat Islam,

mengahadiri kebaktian bagi umat Kristen di Gereja. Bentuk ibadah manusia

terhadap Tuhan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari hari serta berdoa, terutama

sesuai ajaran agama masing – masing.

Dalam setiap ibadah selalu ada pengharapan yang ingin dicapai, salah satu

pengharapan tersebut bisa diutarakan melalui doa. Doa merupakan salah satu

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

65

bentuk ketakwaan ibadah seorang hamba kepada Tuhan. Dengan berdoa, Allah

akan mengabulkan segala permintaan, karena apabila tidak berdoa, maka Allah

pun akan marah terhadap hamba-Nya. Nilai ibadah dalam puisi “Rubaiyat

Matahari”tertuju pada tokoh kamu.

Karena laut menyimpan teka teki

di puncak suaramu kurenungi debur gelombang

karena layar hanya selembar sepi

di puncak doamu kukibarkan bintang gemintang

Larik tersebut mengajarkan kita bahwa doa adalah bentuk dari ibadah,

bahwa doa ini adalah inti atau otak ibadah. Ini membuktikan bahwa doa adalah

sebagian dari ibadah yang perlu kita amalkan dalam kehidupan seharian.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda, “Doa adalah hakikat

ibadah” lalu Rasulullah membaca ayat di bawah ini. Demikian artinya,

“Dan Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. “sesungguhnya orang – orang yang menyombongkan diri

dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina

(Ghfir: 60)1. Penegasan ini menunjukan bahwa hakikat doa adalah sebuah ibadah,

sedangkan enggan berdoa kepada Allah mengandung isyarat sebuah bentuk

kesombongan.

Imam Ibnul Qoyim pernah menegaskan sebagai berikut:

“Doa itu termasuk obat yang paling bermanfaat. ia adalah penangkal

musibah yang bisa menolak, mengatasi, dan menahannya sebelum terjadi ataupun

meringankan jika memang sudah terjadi. selain itu doa adalah senjata insan

mukmin.2Perumpaan doa adalah senjata yang dipakai untuk melawan musuh,

mengandung makna ketenangan dan ketentraman, para ulama menegaskan seakan

– akan orang yang berdoa itu sedang berperang melawan musibah dan bencana

yang melanda, serta dampak negatif apa pun yang dikhawatirkan akan terjadi.

1Ibrahim M. Hasan, Dahsyatnya Doa Untuk Kesembuhan, ( Surakarta: Ziyad, 2012), h. 20

2Ibid., h.22

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

66

Selain doa, bentuk ibadah ataupun ritual lainya dalam umat Islam adalah

membaca Al –Qur‟an. Penyair, pada puisi“Rubaiyat Matahari” menyadari betapa

pentingnya membaca kitab suci tersebut untuk sekedar melepas rindu pada sang

pencipta. Penyair sendiri sadar bahwa kecintaanya pada sang pencipta tidaklah

akan habis.

Penyair dalam usaha membaca dan mendengar Al – Qur‟an tidak hanya

sebatas mendengar irama nan indah tanpa ada usaha internalisasi atau usaha

memahami kandungan nila dari bacaan tersebut. Kata kuncinya adalah

perenungan, atau kehendak yang diikuti usaha yang kuat untuk menyingkap

makna yang dikandungya.

“dari rindu ke rindu aku pun mengaji

tak tamat – tamat membaca cinta di aliflammim puisi”

Berikut disebutkan beberapa keterangan dari Rasulullah tentang

keutamaan membaca Al – Qur‟an:“Dengan membaca Al Qur‟an, Allah

meninggikan sebagian manusia dan merendahkan sebagian manusia lain”. (H. R.

Muslim)”.3

Kerinduan penyair dalam puisi “Rubaiyat Matahari” menunjukan

pehaman yang berkaitan dengan kompleksitas ilmu yang ada dalam Al Qur‟an,

mampu melihat keunggulan dan keutamaan dari segala aspeknya serta

menuturkan kecintaanya pada sang pencipta hingga menciptakn kerendahan hati

penyair itu sendiri, penyair tahu bahwa dalam hidupnya Allah lah yang

memberikan mukzizat serta nikmat atas segala hal yang ada di dunia ini.

Menurut Daradjat, terdapat ruang lingkup psikologi agama dengansalah

satunya yaitu pengaruh ayat-ayat Al-Qur‟an terhadap orang

yangmempercayainya, baik setelah membacanya atau mendengar ayat-ayat

tersebut.4 Mempercayai ayat-ayat suci Al-Qur‟an kemudianmengaplikasikannya

di dalam hidup kita merupakan suatu hal yang baik. Karena setiap firman Allah

adalah kebenaran.

3Ahmad Izzan, A. Abdul Qodir, Bersedihlah, (Bandung: Arkan Publishing, 2012), h. 8

4 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 11

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

67

Inilah Al – Qur‟an, penyair mengetahui betapa berpengaruhnya membaca

Al – Qur‟an terhadap segala aspek kehidupanya, maka penyair membuat tokoh

aku pada puisi “Rubaiyat Matahari” yang tak pernah henti dan bosan membaca

Al – Qur‟an “tak tamat – tamat membaca cinta di aliflammim puisi”

Firman Allah“Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah

musuhku, kecuali Rabb semsta alam, (yaitu Allah) yang telah menciptakan aku,

maka Dialah yang menunjuki aku, dan Rabbku, yang Dia memberi makan dan

minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan

yang akanmematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).” (asy –

Syu‟ara :77 – 81 ).5

Sesuai dengan kandungan ayat tersebut dengan membaca Al – Qur‟an

terdapat ayat suci yang menjadi dalil sekaligus mengandung nasihat bagi siapa

pun yang benar – benar mamanfaatkan hati yang dimilikinya serta memperhatikan

dengan seksama, baik dengan telinga dan mata, sudah jelas bahwa Allah adalah

sang pencipta sekaligus Zat yang memberi hidayah menuju jalan lurus. Dialah Zat

yang memberi makan dan minum seluruh jenis makhluk hidup di dunia ini.

b. Nilai Ideologis

Nilai ideologis adalah seperangkat kepercayaan (belief) yang memberikan

premis aksistensial yang menilai manusia, lebih tepatnya merupakan subjek

sekaligus objek dan harus mencari kebenaran hidup secara aktif dan autentik.

Manusia mencari sejumlah makna bagi hidup mereka.Selain itu ideologi

membentuk identitas kelompok ataupun individu dalam seperangkat kepercayaan.

Pada puisi “Rubaiyat Matahari”,nilai ideologis tersebut dilekatkan pada

tokoh aku yang menjadi cerminan atapun pembawa seperangkat kepercayaan

agama Islam.

“Dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

kueja namamu di rubaiyat matahari

kau dengar aku menangis sepanjang hari

karena dari November – Desember selalu lahir januari”

5Ibrahim M. Hasan, Dahsyatnya Doa Untuk Kesembuhan, (Surakarta: Ziyad Books, 2012), h.75

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

68

Penyair berdasarkan larik tersebut membuka sebuah puisi dengan kata

“Bismillah”yaitu dengan menyebut nama Allah. Bagi umat Islam membaca

bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita hendak

memulai aktivitas yang baik.Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas yang baik)

yang tidak dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)".(HR

Al-Bukhari dan Muslim).6Membaca bismillah memberikan motivasi dan spirit

keTuhanan untuk 'menghadirkan' dan 'mengikutsertakan' Tuhan dalam kehidupan

kita.

Penyair pun sadar betul bahwa kata bismillah adalah gerbang menuju

keikhlasan dan harapan mulia, yaitu meraih mardhatillah (ridha

Allah).Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak

melupakan Allah.

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu

Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-

orang yang fasik."(QS.Al-Hasyr59:19). Setiap Muslim pasti pernah membaca

bismillah atau bismillahirrahmanirrahim. Selain menjadi bacaan rutin atau harian,

bismillah juga merupakan bacaan mulia yang didesain Allah SWT sebagai bacaan

pembuka semua surat dalam Alquran kecuali surat at-Taubah atau al-Bar‟ah.

Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-

Nur, bismillah itu bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya

sebagai bacaan pembuka bagi Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah

memiliki tiga keagungan, yaitu:7

Pertama keagungan Uluhiyyah, (KeTuhanan). Semua mahkluk bersandar,

bergantung, dan memerlukan pertolongan-Nya. Menyebut “Dengan nama Allah

yang Maha pengasih dan Maha penyayang,” berarti meyakini sepunuh hati, Allah

SWT adalah sumber kehidupan, poros kebajikan, tujuan pengabdian, dan muara

segala nilai keberkahan.

6Damanhuri Zuhir, Keagungan Bismillah, di unggah pada tanggal 17 April 2013, pukul 17:22

WIB, (http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/hikmah/13/04/17/mlea68-keagungan-

bismillah). 7ibid.

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

69

Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan

doa bagi Muslim untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah

menjadi pintu tercurahnya rahmat Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.

Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan

kepada semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim,

terutama di akhirat kelak.Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah

itu mengatasi segalanya, sehingga hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan

dan pertolongan pada hari perhitungan (yaumul hisab) nanti. mengucapkan

bismillah, Muslim diingatkan agar selalu beristighfar kepada-Nya karena Allah

Mahapengampun dan Mahapenyayang.

Pada puisi “Rubaiyat Matahari”, penyair sadar betul dengan meletakan

kata “Bismillah” yang didahulukan pada awal larik. Rahasia penting peletakan

“bismillah” erat kaitanya dengan “la ilahailla Allah”, yang pada giliranya menjadi

“bismillah” menjadikan Allah sebagai sebab utama dalam setiap tindakan.

Penyair dengan gamblang dalam proses penghambaanya telah

mendeklarasikan nama teragung dalam alam semesta yang menunjukan satu dari

sekian tanda bukti dan penghambaanya pada Allah satu – satunya yang memiliki

hak mempunyai pujian, nama termulia yang pernah ada, penguasa langit dan

bumi , Allah yang disembah oleh alam semesta.

c. Nilai Eksperiensial

Nilai Eksperensial adalah keterlibatan emosional dan sentimental pada

pelaksanaan ajaran agama, yang membawa pada religious feeling. Perasaan

religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.

Seseorang akan merasa tenteram dan damai jika mereka rajin beribadah, rajin

melakukan perbuatan baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Pada puisi “Rubaiyat

Matahari” keterlibatan emosional tertpatri pada tokoh aku yang diciptakan oleh

penyair.

“batu karam perahu karam

tenggelam di rahang lautan

darahku bergaram darahmu bergaram

menyeduh asin doa di cangkir kehidupan”

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

70

Pada larik tersebut, penyair memberikan sebuah proses penggaraman

dalam hidup, penggaraman tersebut adalah hasil dari reaksi “batu karam, perahu

karam”. Proses penggaram memberikan tanda bahwa dalam hidup selalu ada aksi

dan reaksi, garam pada larik tersebut menunjukan pemberian rasa pada hidup

yang menggiring tokoh “aku” pada fase mencurahkan isi hatinya melalui doa.

Emosi manusia memainkan peran penting dalam kehidupan.Hal ini

wajar, tetapi kita semua menyadari bahwa kadang-kadang emosi mampu

mengacaukan pemikiran orang , sehingga dapat melakukan hal-hal yang tidak

seharusnya. M. Tairas (1990) dalam tulisannya yang berjudul “when a person

mature?” mengatakan:“Bahwa individu yang matang emosinya mampu

mengendalikan rangsangan-rangsangan yang muncul dengan sendirinya. Ketika

reaksi emosi muncul, maka individu berusaha menahan dan menunda reaksi emosi

tersebut sampai menemukan saat yang tepat. Sementara, Endah Puspita Sari dan

Sartini Nuryoto (2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah

kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin

dan berani.8"

Emosi juga berfungsi sebagai pembangkit energi yang memberikan

kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan

pembawa pesan. Berdasarkan larik tersebut penyair memberikan perasaan religi,

yang menjadikan tokoh aku mengeluarakan curahan hatinya melalui sebuah doa.

d. Nilai Intelektual

Nilai intelektual berkaitan dengan pengetahuan agama.Seberapa jauh

tingkat melek agama pengikut agama yang bersangkutan, Tingkat ketertarikan

penganut agama untuk mempelajari agamanya.Islam merupakan agama rahmatan

lil „alamin, ia sangat menekankan umatnya agar menjadi umat yang unggul dalam

segala bidang sehingga bentuk kesucian dan keagungan Islam termanifestasi lewat

keluhuran umatnya.Oleh karena itu tidak heran bila terdapat banyak ayat al-

Qur‟an yang menyerukan kepada penggunaan akal, seperti “afala ta’qiluun, afala

8Administrator, Kematangan Emosi dan Faktro – Faktor Yang Mempengaruhinya, di unggah pada

tanggal 12 September 2013, 10:26 WIB, (http://www.yai.ac.id/karyailmiah-upi-42-kematangan-

emosi-dan-faktorfaktor-yang-mempengaruhinya.html)

Page 84: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

71

tatafakkaruun, la’allakum ta’qiluun, la’allakum tadzakkaruun.”Bahkan ayat

pertama yang diturunkan adalah iqra‟ (baca). Ini menunjukkan bahwa Islam

sangat peduli terhadap peningkatan intelektualitas umatnya.

“dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

kueja namamu di rubaiyat matahari

kau dengar aku menangis sepanjang hari

Karena dari november-desember selalu lahir januari”

Pada larik di atas, penyair melalui sosok “aku” mengalami proses

pembelajaran dalam hidupnya. Sosok aku yang dilukiskan sebagai sosok yang

mencoba mendalami pengetahuan dan penghayatanya terhadap apa yang ia yakini.

“Kueja namamu di rubaiyat matahari”, kata “kueja” dalam larik tersebut adalah

pengambaran sosok “aku” yang masih mecoba belajar membaca dengan walau

mengalami hambatan.Mengeja bukan berarti bisa membaca, tetapi berlatih untuk

bisa membaca kebesaran sosok “kamu” dalam larik tersebut.

Perintah membaca juga mengandung pemaknaan untuk menalar dan

memahami jejak-jejak Tuhan yang memuliakan manusia dengan ilmu.Dengan

membaca, Allah mengaruniakan kepada manusia berbagai macam ilmu yang tidak

pernah diketahui sebelumnya. Dengan ilmu tersebut, Allah memuliakan umat

manusia.9

e. Nilai Konsekuensial

Nilai konsekuensial merupakan implementasi sosial dari pelaksanaan

ajaran agama sehingga dapat menjelaskan efek ajaran agama terhadap etos kerja,

kepedulian, persaudaraan, dan lain sebagainya. Dua aspek yang pertama tersebut,

menurut Rahmat merupakan aspek kognitif keagamaan. Dua yang terakhir

9Sri Handayani, Menggapai Kemuliaan dengan Membaca, di unggah pada tanggal 19 Februari

2016, 11:00 WIB, (http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/19/o2s0g7-

menggapai kemuliaan-dengan-membaca)

Page 85: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

72

merupakan aspek behavioral, dan yang lainnya merupakan aspek afektif

keberagaman.

“dari pintu ke pintu ketukanku kembali

tak lelah – lelah mencari januari di reremang pagi

dari rindu ke rindu aku pun mengaji

tak tamat tamat membaca di alimlammin puisi”

Berdasarkan larik di atas, penyair menggambarkan aspek

konsekuensionalnya melalui kata kunci “tak lelah – lelah”, hal tersebut

menunjukan bahwa dalam Islam berkaitan dengan etos kerja ataupun dalam hal

usaha.

Islam mendidik kita semua agar bekerja sekeras kerasnya dan tidak

menimbulkan kerugian pada diri orang lain. Di samping itu pribadi pantang

menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa

lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya.

Hal tersebut pun dipertegas kembali oleh penyair, dengan mengatakan

“dari rindu – kerindu aku pun mengaji, tak tamat tamat membaca di alimlammin

puisi”. larik tersebut memberikan sebuah pesan tersirat bahwa jika kita memiliki

sebuah cita cita maka terusalah berusaha dengan tidak mengesampingkan sisi

batin dan iman kita.

2. Religiositas pada puisi “Bernafaslah Pada Ombak”

Salah satu peran karya satra memberikan pesan moral yang berwujud nilai

religius. Nilai sangat mempengaruhi prilaku dan tindakan manusia baik yang

dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Religiositas dalam karya sastra

sangat diperlukan karena sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius.

Dengan adanya nilai religius, dapat memberi kesadaran batin untuk membuat

kebaikan, dan perlu ditanamkan kesadaran tentang pemahaman dan penghayatan

terhadap nilai religius terutama pada zaman globalisasi sekarang ini sangat

diperlukan sebuah karya fiksi berupa novel atau roman memiliki nilai religius

sebagai pembangun iman. Karya sastra dapat digunakan untuk membentuk sikap

Page 86: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

73

dan kepribadian yang matang dan dewasa. Sastra juga merupakan sarana untuk

menanamkan kesadaran dan penghayatan tentang nilai-nilai kemanusiaan secara

mendalam. Berbeda dengan puisi Rubaiyat Matahari”, pada puisi Bernafaslah

Pada Ombak hanya terdapat dua nilai relgiusitas, yaitu:

a. Nilai Ibadah

Banyak pemahaman orang tentang hakikat dan makna ibadah,ada yang

memandang bahwa ibadah itu adalah sebagai sebuah persekutuan yang melakukan

ritus ditempat – tempat tertentu.Ada juga yang memandang bahwa ibadah hanya

sebagai sebuah kegiatan liturgis pada waktu – waktu tertentu, dan ada juga yang

mangatakan bahwa adalah urusan pribadi dengan Tuhanya.

Pada dasarnya ibadah sendiri merupakan praktek agama, sebuah kegiatan

pengahambaan pada sang pencipta. Di Indonesia sendiri, sejak zaman pra-sejarah

sudah berkembang berbagai agama dan kepercayaan, baik agama asli seperti

animisme, dinamisme, maupun agama impor yang dibawa oleh pendatang dari

Barat maupun Timur.Agama-agama ini dibawa melalui jalur perdagangan, politik

imperialisme, dan misi agama (gold, glory, and gospel). Semenjak itulah agama-

agama yang ada di Indonesia terus berkembang dan diikuti oleh semakin

bertambahnya jumlah para pemeluk, hingga saat ini tak kurang ada enam agama

resmi yang diakui oleh negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan

Konghuchu, ditambah dengan bermacam-macam aliran/sekte lainnya. Meskipun

demikian situasi kerukunan umat beragama di Indonesia relatif terpelihara dengan

baik.10

Hal tersebut menunjukan betapa banyaknya variasi agama di Indonesia

yang berarti menunjukan perbedaan ritual pada setiap agamanya.

Dalam puisi “Bernafaslah Pada Ombak” nilai ibadah/ritualistik erat

kaitanya dengan Shalat dalam agama Islam, hal itu dikarenakan latar belakang

penyair yang memiliki identitas sebagai pemeluk agama Islam.

Penyair sebagai seorang sastrawan religius tentu saja tidak ingin

melepaskan karyanya dari aspek yang bisa mendekatkan diri dengan dengan sang

Tuhan.Kedekatan dengan sang Tuhan, penyair ciptakan salah satunya melaui

10

Agus Saputra, Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, di Unggah pada

14 Maret 2016, (http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499)

Page 87: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

74

kegiatan ritualistik yang dibawa dan disampaikan melalui karya yang ia ciptakan.

dalam puisi “Bernafaslah Pada Ombak”, penyair mengatakan “Menenggak air

sembahyang dari cangkir cangkir kecemasan”.kata kunci “sembahyang” tersebut

tentunya berkaitan dengan cara peribadatan atau ritual yang berkaitan dengan

identitas agama penyair, yaitu Islam dan ritual yang ada dalam agama Islam salah

satunya shalat.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah

Mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam

perjalanan.Shalat itu sendiri menjadi salah satu sarana komunikasi antara hamba

dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan

yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan.Shalat sebagai ajaran

potensial, dicirikan dengan kesakralan upacara pelaksanaanya. Secara legal –

formal dan normatif fikih, sebelum melakukannya, kita harus memenuhi sejumlah

persyaratan dan rukun – rukun tertentu.

Sebuah Hadist mengatakan, “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari

amal seorang hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Maka apabila shalatnya baik,

menangla dia terbebas dari siksa Allah. Dan apabila rusak shalatnya, sungguh

rugila dia serta sia sia (gugur) amalanya.” (HR Abu Dawud).11

Pada puisi “Bernafaslah Pada Ombak,”ada penggambaran kegelisahan

serta kecemasan yang diutarakan oleh penyair “Menenggak air sembahyang dari

cangkir - cangkir kecemasan”,kecemasan pada larik tersebut coba di atasi dengan

menenggak “air sembahyang”. Hal tersebut cukup beralasan karena pada dasarya

kegelisahan kecemasan adalah masalah psikologis seseorang terhadap reaksi yang

ada dilingkungan sekitaranya, maka salah satu solusi untuk mententramkan hal

tersebut bisa dengan cara mendekatkan diri dengan Allah melalui sembahnyang.

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar- Ra‟d: 28).

Penyair sadar dalam kecemasan ia harus tetap tegak dan tidaklah runtuh

oleh kecemasan itu sendiri, maka yang dilakukan yaitu “menenggak air

sembahyan” agar ia tetap kokoh pada keyakinanya. Ia tahu bahwa shalat sendiri

menempati posisi strategis dan potensial sebagai salah satu ajaran pokok.

11

Kasmadi, “Sungguh Shalat Itu Indah”, (Depok : Gema Insani, 2011), hlm. 13

Page 88: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

75

Seseorang yang melaksanakan shalat berarti sedang membangun kekokohan

agama, sebaliknya jika meninggalkanya secara terang – terangan, pelan tapi pasti,

orang tersebut berarti tengah merobohkan bangunan agamanya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Al Syukahair r.a, ia berkata, “Aku pernah

melihat Rasulullah sedang shalat. Dari dadanya terdengar seperti ada suara air

mendidih dan dipanaskan di atas tungku perapian, bergolak, disebabkan beliu

menangis. (H.R. Ahmad dan Ibnu Al Mubarak)”12

b. Nilai Ideologis

Ideologi adalah sebagai suatu nilai yang menyeluruh dan mendalam

tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan

adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan. Selain itu

masing - masing dari individu pastilah memiliki ideologi yang ia jadikan sebagai

pandangan hidup.

Setiap orang biasanya memiliki bayangan tentang suatu keadaan yang

ideal. Itu artinya ideologi bukanlah sekadar pengetahuan teoritis belaka, tetapi

merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu

pilihan yang jelas menuntut komitmen untuk mewujudkannya. Semakin

mendalam kesadaran ideologis seseorang semakin tinggi pula rasa komitmentnya

untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang

meyakini ideologinya sebagai ketentuan-ketentuan normatif yang harus ditaati

dalam hidup.

Dalam puisi “Bernafaslah Pada Ombak”, penyair memberikan ideologi

atau pandangan hidupnya pada larik larik yang bermakna deklaratif seperti;

“bernafaslah pada ombak. Karena danau terlanjur

Menyimpan buih. Membendung gelombang zaman

dan menghanyutkan doa.”

Pada larik tersebut penyair menyuarakan pendapat sekaligus mengajak

pada sebuah perenungan mendalam, dalam proses perenungan tersebut penyair

12

Ahmad Izzan, A. Abdul Qodir, “Bersedihlah”, (Bandung, Arkan Publishing, 2008), h. 23

Page 89: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

76

seolah tetap tidak ingin melepaskan kedekatanya dengan Sang Pencipta yang

berarti menunjukan bahwa, penyair sendiri dalam puisi menunjukan ideologi atau

pandangan hidupnya yang tidak ingin terlepas dari eksistensi Tuhan melalui kata

“doa”.

دعىة الداع إذا دعان و إذا سألك عبادي عن فئن قريب أجيب

فليستجيبىا ل وليؤمنىا ب لعلهم يرشدون

“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)

sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengijabah doa orang yang bedoa bila ia

berdoa kepada-Ku. Maka hendaknya mereka memenuhi (seruan)Ku dan

hendaknya mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam

bimbingan.” (Al-Baqarah: 186).

Pada buku kumpulan puisi “Garam – Garam Hujan”, dalam beberapa

puisinya selalu menyertakan kata “doa” diantaranya puisi “Di Irak Bahkan Doa

Pun Remuk”, “Rubaiyat Matahari”, “Di Batu – Batu Nisan Aksara Menua

Sendiri”, hal ini menegaskan bahwa penyair sendiri adalah sosok penuh

pengharapan pada sang Maha Kuasa mencoba berinteraksi dengan memperbanyak

doa dan hal itu menunjukan kerendahan hatinya pada pencipta. Imam al – Hakim

dalam kitab al – Mustadrak dari Salman al – Farisi meriwayatkan Rasulullah yang

pernah bersabda, “Barangsiapa yang merasa senang dikabulkan doanya oleh Allah

saat menderita dan ditimpa musibah, maka hendaklah mau memperbanyak doa

saat bahagia.”13

Munculnya kata “doa” dalam beberapa puisi pada buku kumpulan puisi

“Garam – Garam Hujan”, menunjukan bahwa kepasrahan penyair dalam gelisah

dan bahagianya, penyair tidak tidaklah lupa pada Tuhanya, itu berarti Munculnya

kata “doa” pada puisi puisinya memberikan gambaran ketidakingkaranya pada

Tuhan,

“Dan apabila Manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam

keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu

darinya , dia kembali melalu jalanya yang sesat, seolah – olah dia tidak pernah

13

Ibrahim M.Hasan, Dahsyatnya Doa Untuk Kesembuhan, (Surakarta: Ziyid Books, 2012), h.26

Page 90: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

77

berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya.

Begitulah orang – orang yang malampaui batas itu memandang baik apa yang

selalu meraka kerjakan.” (yunus: 12).14

Doa merupakan suatu bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhan.

Baik dalam meminta petunjuk dan kekuatan, maupun menuangkan keluh

kesahnya yang terjadi di kehidupannya terhadap Allah ataupun memohon

ampunan dalam menjalankan hidup, terasa akan lebih baik jika kita berlandaskan

ajaran Tuhan yang disampaikan melalui agama yang kita yakini. Berikut ini

kutipan yang berisikan pelajaran hidup yang mengajarkan hidup dengan berlandas

agama

Seorang manusia yang hidup di bumi Allah yang Maha Pemurah lagiMaha

Penyayang, setiap detik kehidupannya dapat mendekatkan hatinya kepada Allah,

memohon petunjuk dan kekuatan dalam kehidupan setiap hari dan manusia

punberhubungan langsung kepada Allah tanpa perantara manusia untuk berdoa

kepada Tuhannya.15

B. Implikasi Religiositas Pada Puisi “Rubaiyat Matahari dan “Bernafaslah

Pada Ombak” dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Kurikulum 2013 adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2013 menjelaskan

bahwa pusat pembelajaran lebih mengarah kepada siswa, bukan hanya pada

seorang pendidik. Maka dari hal tersebut, pembelajaran setiap mata pelajaran

lebih mengarah kepada siswa walaupun guru ikut berkontribusi. Pembelajaran

sastra di sekolah diprogramkan oleh pihak kurikulum ataupun sekolah untuk

membina daya potensi kreativitas siswa, baik dalam ketenangan mental, sikap

yang baik, maupun kreativitas berpikir siswa. Apabila pembelajaran berjalan

dengan baik, maka program yang dicanangkan akan teraplikasikan di dalam

keseharian siswa dan membuat mereka menjadi manusia yang memiliki daya cipta

di kehidupan.

14

ibid., h.27 15

Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. 8,

Diindonesiakan oleh Saafroedin Bahar, h. 272

Page 91: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

78

Melalui pembelajaran sastra, seorang siswa akan lebih terbina pada hal

emosional atau ekspresi, kreativitas, dan sensitivitas atau daya tangkap mereka

selain potensi yang mereka miliki. Tujuan pembelajaran sastra yang

mengharapkan siswa dapat menuangkan daya imajinasi mereka ke dalamsebuah

wadah, searah dengan Kurikulum 2013. Maka, siswa dapat membuat cerpen,

puisi, pantun, atau pun teks drama berdasarkan luapan ekspresi mereka yang

diarahkan dengan baik oleh pembelajaran sastra.

Dalam pembelajaran terkadang terdapat sikap siswa yang tidak

diharapakan terjadi. Oleh karena itu, pada pembelajaran sastra dibutuhkan nilai -

nilai kehidupan yang diajarkan dan diaplikasikan kepada murid melalui media

sastra. Salah satunya yaitu religiositas. Nilai kehidupan yang terdapat dalam karya

sastra direlevansikan dengan pembelajaran siswa di sekolah. Ini bertujuan untuk

mengetahui arti penting nilai kehidupan pada karya sastra jika diterapkan di dalam

pembelajaran.

Relevansi dapat diartikan yakni memiliki hubungan atau keterkaitan

terhadap suatu hal.Relevansi representasi religi berarti terdapat keterkaitan religi

di dalam pembelajaran sastra. Sehingga hal-hal tentang religiositas dapatdijadikan

salah satu bahan untuk pembelajaran. Pada penelitian ini, representasi religiositas

pada puisi “Rubaiyat Matahari dan “Bernafaslah Pada Ombak”karya Jama D

Rahman direlevansikan dengan pembelajaran Bahasa dan SastraIndonesia di

SMA.

Representasi religiositas pada puisi “Rubaiyat Matahari” dan

“Bernafaslah Pada Ombak”banyak mendeskripsikan hal religiositas yang dapat

diambil hikmahnya, baik. Religiositas yang terdapat di dalam puisi tersebut, patut

untuk diaplikasikan oleh para masyarakat terutama guru bahasa Indonesia, karena

religiositas memberikan pesan-pesan yang positif dengan kegiatan sehari-hari

sebagai contohnya, sehingga membangun pribadi siswa lebih baik. Oleh karena

itu, representasi religi dapat direlevansikan dengan pembelajaran sastra pada

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu pada aspek membaca, terutama

karya sastra yang mengandung religiositas.

Page 92: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

79

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua puisi karya

Jamal D. Rahman, yaituRubaiyat Mataharidan Bernafaslah Pada Ombak, maka

dapat diambil beberapa simpulan, yaitu:

1. Dalam puisi Rubaiyat Matahari karya Jamal D. Rahman terdapat lima

aspek kereligiositasan yaitu, aspek ideologis, Ritualistik, ekserensial,

intelektual dan konsekuensial. sedangkan dalam puisi Bernafaslah Pada

Ombak hanya terdapat dua aspek yaitu aspek ritualistik dan ideologis

2. Secara bentuk, puisi Rubaiyat Matahari terdiri dari sepuluh bait dan

setiap baitnya terdiri dari empat baris. Gaya bahasa yang digunakan Jamal

D. Rahman dalam puisi ini cenderung naratif dan banyak dijumpai larik-

larik yang mengandung diksi-diksi yang formal. Bait pertama, dimulai dari

larik pertama sampai dengan larik keempat yang mengacu pada penegasan

eksistensi aku- lirik beserta Tuhan pada puisi ini atau yang disebut dengan

subjek- lirik. Secara singkat, dapat dikatakan tema pada puisi ini adalah;

Religiositas seseorang yang mengaggumi kebesaran Tuhanya, dan amanat

yang dapat diambil dari keseluruhan puisi ini adalah agar bagaimana kita

sebagai manusia seharusnya sadar bahwa Tuhan selalu ada dalam setiap

tingkah dan laku yang kita lakukan, eksistensi Tuhan tidaklah terbantahkan

dalam kehidupan sehari – hari.Sedangkan dalam puisi yang berjudul

Bernfaslah Pada Ombaksecara bentuk, terdiri atas 12 larik dari 2 bait.

Penyair menggunakan alam sebagai metafordengan mengahadirkan benda-

benda sebagai sejumlah entitas yang akrab dan berbicara kepada penyair.

Seperti benua yang menangis.Amanat dalam puisi Bernafaslah Pada

Ombak mengajari kita bahwa dibalik semua kehidupan selalu ada yang

menghidupkan. jika pada larik pertama nafas di ibaratkan sebagai sumber

Page 93: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

80

kehidupan manusia, maka ombak pun adalah sesuatu yang menjadikan laut

hidup hingga ia terlihat berbeda dengan danau.

3. Pada puisi yang berjudul Bernafaslah Pada Ombak melukiskan

gambaran keintiman meditatif penyairnya tentang keprihatinan bathin

manusia yang selalu melupakan dunia di mana mereka hidup dan berada,.

Sedangkan dalam puisi yang berjudul Rubaiyat Mataharterdapat semacam

gambaran mengenai keeksistensian Tuhan dan kerinduan serta kegelisihan

tokoh aku pada Tuhannya

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan melalui penelitian ini berdasarkan

analisis dan implikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah semestinya

meningkatkan minat baca peserta didiknya terhadap karya sastra yang

bermutu dan memberi tugas kepada peserta didiknya untuk membaca dan

meresapi religiositas yang terdapat dalam karya sastra yang dibacanya

dengan fenomena- fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata.

2. Selain menanamkan nilai moral, guru dalam pelajaran sastra dituntut

untuk dapat menuntun peserta didiknya agar menangkap fenomena -

fenomena sosial seperti apa saja yang terekam dalam karya sastra, dan

diharapkan puisipuisi karya Jamal D. Rahman bisa dijadikan sebagai

bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia di sekolah-

sekolah.

3. Selain guru, orang tua juga sudah selayaknya meningkatkan minat baca

anaknya terhadap karya sastra yang bermutu dan memberikan pengarahan

yang baik untuk pembentukan karakter anak.

Page 94: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Metodelogi Penelitian Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 1989.

Administator. “Kematangan Emosi dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya.

http://yai.ac.id/karyailmiah-upi-42-kematangan-emosi-dan-faktor-yang-

mempengaruhinya.html

Ainun Nadjib, Emha. Budaya Tanding. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka,

2005.

Ar-Rifai, Usamah. Tafsirul Wajiz. Depok: Gema Insani, 2008

B. Mangunwijaya, Yusuf. Sastra dan Religiositas. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

Budianta, Melani. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera, 2006.

Djoko Pradopo, Rachmat. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1987.

D. Rahman, Jamal. Garam – Garam Hujan. Yogyakarta: Hikayat Publishing,

2004

D. Rahman, Jamal. “Sastra Pesantren dan Radikalisme Islam”

http://jamaldrahman.wordpress.com/2008/10/25/sastra-pesantren-dan-

radikalisme-islam diunduh 07 Februari 2016

D. Rahman, Jamal. “Merindukan Imajinasi Indonesia”

http://jamaldrahman.wordpress.com/2016/02/08/merindukan-imajinasi-indonesia

diunduh 26 juni 2016

D. Rahman, Jamal. Reruntuhan Cahaya. Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003.

Endraswara, Suwardi. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress,

2003.

Esten, Mursal. Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultural. Bandung: Angkasa,

1982.

Page 95: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

82

Handayani, Sri. Menggapai Kemuliaan dengan Membaca.

http://republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/o209g7-menggapai

kemuliaan-dengan-membaca diundung 07 Februari 2016

Http://horisononline.or.id/esai/multikulturalime-dan-kemungkinan-sastra-

indonesia diunduh 26 Juni 2016

Izzan, Ahmad. Bersedihlah. Bandung: Arkan Publishing, 2008.

Kasmadi. Sungguh Shalat itu Indah. Jakarta: Gema Insani, 2011

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004

Mulyono, Edi. Belajar Hermeneutikka. Yogyakarta: Ircisod, 2012

M.,Hasan, Ibrahim. Dahsyatnya Doa Untuk Kesembuhan. Surakarta: Ziyad

Books, 2012

M.,S, Sugihastuti. Teori Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1995

Priliawito, Eko. “Anak Indonesia Mendekam di Penjara”

http://metro.news.viva.co.id/news/read273781-4-662-anak-indonesia-mendekam-

di-penjara diunduh 07 Februari 2016

Pujiono, Muhammad. “Analisis Cerita Nilai – Nilai Religius dalam Cerita Pendek

Karya Mizawan Kenzi http://repository.usu.id/bitstream diunduh 07 Februari

2016

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius 1988

Saputra, Agus. “Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”

http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=449

Sastrowadoyo, Subagio. Sekilas Soal Sastra dan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka,

1999.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008

Page 96: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

83

Siswantoro. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2010

Wellek dan Austin. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia, 1989.

Zuhir, Damanhuri. “Keagungan Bismillah” http://republika.co.id/berita/dunia-

islam/hikmah/13/04/17/mlea68-keagungan-bismillah

Page 97: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

NAMA SEKOLAH SMA Negeri 9 Kota Bogor

MATA PELAJARAN Bahasa dan Sastra Indonesia

KELAS /SEMESTER XII/II

ASPEK PEMBELAJARAN Membaca

STANDAR KOMPETENSI 7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen

KOMPETENSI DASAR 7.1. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen

Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya dan

Karakter Bangsa

Kewirausahaan/

Ekonomi Kreatif

Membacakan puisi dengan

memperhatikan intonasi,

pelafalan, mimik dan gestur.

Menjelaskan unsur-unsur intrinsik

puisi (tema, gaya bahasa, diksi,

rima dan amanat)

Bersahabat/

komunikatif

Gemar membaca

Tanggung jawab

Rasa hormat dan

perhatian

Kreatif

Keorisinilan

Kepemimpinan

ALOKASI WAKTU 4 x 40 menit (2 pertemuan)

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN Peserta didik mampu membacakan puisi dengan

memeprhatikan intonasi, pelafalan, mimik dan gestur

Peserta didik mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik puisi

(tema, gaya bahasa, diksi, rima dan amat).

MATERI POKOK

PEMBELAJARAN Pengertian puisi

Unsur-unsur intrinsik puisi (tema, gaya bahasa, diksi, rima dan

amanat)

METODE PEMBELAJARAN

Tanya jawab

Ceramah

Diskusi kelompok

CTL (Contextual Teaching and

Learning)

Penugasan dan resitasi

SUMBER BELAJAR

Pustaka rujukan Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk Sekolah Menengah

Atas dan Madrasah Aliyah Kelas XII Program Studi IPA-

IPS karya Demas Marsudi, dkk., terbitan Pusat Perbukuan

2009 halaman 45.

Kumpulan puisi Garam – Garam Hujan karya Jamal D

Page 98: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

Rahman , terbitan Hikayat Publishing 2004

Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro, terbitan

Gadjah Mada University, Edisi Revisi 2013.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA ALOKASI

WAKTU

Pertemuan ke 1 1

PEMBUKA

Guru mengucapkan salam

dan menanyakan kabar

kepada peserta didik.

Guru dan peserta didik

berdoa bersama sebelum

pembelajaran.

Guru melakukan absensi

kelas.

Guru mengingatkan peserta

didik tentang tugas

sebelumnya yakni

membentuk tiga kelompok

dan masing-masing

kelompok membaca puisi

yang telah ditentukan oleh

guru yaitu: “Rubaiyat

Matahari” (kelompok 1),

dan Bernafaslah Pada

Ombak” (kelompok 2)

dalam kumpulan puisi

Garam – Garam Hujan

karya Jamal D Rahman.

Guru memberikan informasi

mengenai kompetensi,

materi, tujuan, manfaat, dan

langkah pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

Peserta didik menjawab

salam dan kabar dari

guru.

Peserta didik dipimpin

oleh ketua kelas berdoa

bersama guru.

Peserta didik

menyebutkan teman

sekelas yang tidak hadir.

Peserta didik diharapkan

menyimak apa yang

disampaikan guru

terkait informasi

kompetensi, meteri,

tujuan, manfaat, dan

langkah pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

10 menit

INTI Eksplorasi

Guru memberikan stimulus

kepada peserta didik untuk

mengukur pengetahuan

mereka tentang puisi, baik

terkait konsep maupun puisi

yang pernah dibaca

sebelumnya.

Guru memberikan umpan

balik terhadap jawaban

Peserta didik diharapkan

menjawab dengan

antusias.

Peserta didik menyimak

penjelasan dari guru.

Peserta didik mencatat

hal-hal penting dari

penjelasan guru

mengenai beberapa

15 menit

Page 99: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

peserta didik.

Guru menjelaskan secara

lebih mendetail beberapa

unsur intrinsik yaitu tema,

gaya bahasa, diksi, rima dan

amanat yang akan menjadi

fokus pembahasan dalam

tayangan slide.

Guru memberikan

kesempatan kepada peserta

didik untuk bertanya apabila

ada penjelasan yang belum

dimengerti.

Guru mengintruksikan

kepada peserta didik untuk

segera berkumpul dengan

kelompok masing-masing

yang telah dibentuk pada

pertemuan sebelumnya.

Elaborasi

Guru menunjuk salah satu

anggota tiap kelompok

untuk membacakan kembali

isi puisi yang telah dibaca.

Guru memberi tugas secara

berkelompok untuk

menguatkan informasi yang

telah didapat, peserta didik

ditugaskan:

menjelaskan unsur

intrinsik (tema, gaya

bahasa, diksi, rima, dan

amanat) pada puisi

“Rubaiyat Matahari”,

“Bernafaslah Pada

Ombak” dalam kumpulan

puisi Garam – Garam

Hujan karya Jamal D

Rahman.

Guru memberitahu waktu

pengerjaan tugas kelompok

dan mengingatkan agar

dapat menyelesaikan

dengaan tepat waktu

unsur intrinsik yaitu

tema, gaya bahasa, diksi,

rima, dan amanat yang

akan menjadi fokus

pembahasan.

Peserta didik diharapkan

bertanya dengan bahasa

yang santun.

Peserta didik berkumpul

dengan kelomok

masing-masing.

Salah satu anggota

kelompok yang ditunjuk

membacakan kembali isi

puisi dengan bahasa

memeperhatikan

intonasi, pelafalan,

mimik dan gestur.

Sementara anggota

kelompok yang lain

mendengarkan dengan

antusias dan penuh rasa

hormat.

kelompok diharapkan

fokus dalam berdiskusi

dan memastikan anggota

kelompok dapat

mengerjakan tugas yang

diberikan:

menjelaskan unsur

intrinsik (tema, gaya

bahasa, diksi, rima,

dan amanat) pada

puisi “Rubaiyat

Matahari” dan

35 menit

Page 100: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

Konfirmasi

Guru menanyakan kepada

tiap kelompok kendala

apa saja yang didapat saat

proses pengerjaan tugas.

“Bernafaslah Pada

Ombak” pada

kumpulan puisi

Garam – Garam

Hujan karya Jamal D

Rahman dengan data

yang mendukung.

Tiap kelompok dapat

mengatur proses

penyelesaian tugas

dengan tepat waktu.

Tiap kelompok

mengemukakan

kendala yang didapat

saat proses

penyelesaian tugas.

10 menit

PENUTUP

Guru menyimpulkan hasil

pembelajaran dan

mengingatkan tugas untuk

pertemuan selanjutnya

yakni mempresentasikan

hasil diskusi.

Guru meminta ketua kelas

memimpin doa.

Peserta didik

diharapkan menyimak

apa yang disampaikan

guru terkait simpulan

hasil pembelajaran dan

informasi tugas untuk

pertemuan selanjutnya.

Peserta didik berdoa.

10 menit

Pertemuan ke 2

PEMBUKA Guru mengucapkan salam

dan menanyakan kabar

peserta didik.

Guru dan peserta didik

berdoa bersama sebelum

pembelajaran.

Guru melakukan absensi

kelas.

Guru memberikan

informasi kompetensi,

meteri, tujuan, manfaat,

dan langkah pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

Peserta didik menjawab

salam dan kabar dari

guru.

Peserta didik dipimpin

oleh ketua kelas berdoa

bersama guru.

Peserta didik

menyebutkan teman

sekelas yang tidak

hadir.

Peserta didik diharapkan

menyimak apa yang

disampaikan guru

terkait informasi

kompetensi, meteri,

tujuan, manfaat, dan

langkah pembelajaran

10 menit

Page 101: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

yang akan dilaksanakan.

INTI

Eksplorasi

Guru kembali

memberikan stimulus

kepada peserta didik

untuk mengukur

pengetahuan mereka

tentang pelajaran

sebelumnya

Guru memberikan umpan

balik terhadap jawaban

peserta didik.

Elaborasi

Guru meminta peserta

didik untuk berkumpul

dengan kelompok masing-

masing.

Guru memanggil salah satu

nomor peserta didik di

setiap kelompok.

Guru memberikan nilai,

ulasan dan tanggapan atas

setiap hasil presentasi

kelompok.

Konfirmasi

Guru meminta peseta didik

mengungkapkan

pengetahuan mereka

tentang religiositas yang

terdapat dalam puisi

Peserta didik

diharapkan menjawab

dengan antusias.

Peserta didik

diharapkan menyimak

penjelasan dari guru.

Peserta didik berkumpul

dengan kelompok

masing-masing.

Secara bergantian, nomor

yang dipanggil

melaporkan hasil

diskusinya.

Kelompok lain diberi

kesempatan untuk

memberikan tanggapan.

Peserta didik

mengungkapkan

pengetahuan mereka

tentang religiositas yang

terdapat dalam puisi

10 menit

40 menit

10 menit

Page 102: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

PENUTUP

Guru memberikan kuis

“Teka-teki Silang” untuk

menilai pemahaman

peserta didik mengenai

konsep-konsep yang telah

dipelajari.

Guru meminta ketua kelas

memimpin doa.

Peserta didik menjawab

kuis “Teka-teki Silang”

untuk mengetahui

pemahaman mereka

mengenai konsep-konsep

yang telah dipelajari.

Peserta didik berdoa.

10 menit

PENILAIAN

TEKNIK

DAN

BENTUK

Tugas:

Peserta didik diminta membaca puisi “Rubaiyat Matahari”, dan

“Bernafaslah Pada Ombak”, dalam kumpulan puisi Garam –

Garam Hujan karya Jamal D Rahman.

Berdiskusi untuk memahami unsur intrinsik (tema, gaya bahasa,

diksi, rima, dan amanat) pada puisi “Rubaiyat Matahari”, ,dan

“Bernafaslah Pada Ombak” dalam kumpulan puisi Garam – Garam

Hujan karya Jamal D Rahaman.

Peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengetahuan mereka

tentang religiositas yang terdapat dalam puisi.

Observasi kinerja/Demontrasi:

Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian.

Kelompok lain menyimak dan menanggapi setiap hasil presentasi

kelompok.

Tes tulis:

Peserta didik menjawab kuis “Teka-teki Silang” untuk mengukur

pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah dipelajari.

Bogor, 24 April 2016

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Bahasa Indonesia

........................... ...................................

NIP./NIK. NIP./NIK.

Page 103: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

Uraian Materi

A. Pengertian Puisi

Secara Umum, Pengertian Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil

ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima,

penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Puisi mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan

kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi mengutamakan

bunyi, bentuk dan juga makna yang ingin disampaikan yang mana makna sebagai

bukti puisi baik jika terdapat makna yang mendalam dengan memadatkan segala

unsur bahasa. Puisi merupakan seni tertulis menggunakan bahasa sebagai kualitas

estetiknya (keindahan). Puisi dibedakan menjadi dua yaitu puisi lama dan juga

puisi baru. Puisi Menurut Para Ahli:

Herman Waluyo: Pengertian puisi menurut herman waluyo adalah karya

sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.

Pradopo: Pengertian puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman

manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.

1. Unsur-Unsur Puisi

a. Struktur Fisik Puisi

Perwajahan Puisi (Tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang

tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi

yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal

tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

Diksi ialah pemilihat kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-katanya dapat

mengungkapkan banyak, hal maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,

dan urutan kata.

Imaji, yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman

indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi atas tiga

yakni imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh

Page 104: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

(imaji taktil). Imaji mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar,

dan merasakan apa yang dialami penyair.

Kata Konkret, adalah kata yang memungkinkan memunculkan imaji

karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan dengan kiasan

atau lambang. Seperti kata konkret "salju" dimana melambangkan kebekuan cinta,

kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan

tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dll.

Gaya Bahasa, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif

yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna

atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-macam majas yaitu

metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,

anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,

totem pro parte, hingga paradoks

Rima/Irama ialah persamaan bunyi puisi dibaik awal, tengah, dan akhir

baris puisi. Rima mencakup yakni: Onomatope (tiruan terhadap bunyi seperti /ng/

yang memberikan efek magis puisi staudji C. B); Bentuk intern pola bunyi

(aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak

berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; Pengulangan

kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya

bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

b. Struktur Batin Puisi

Tema/Makna (sense); ide pokok yang mendasari suatu cerita atapun teks.

Rasa (Feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat

dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang

sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis

kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis

dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan

dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili

kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan,

Page 105: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang

sosiologis dan psikologisnya.

Nada (tone) adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada

berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik

dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam

pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada

sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

Amanat/tujuan maksud (intention) adalah pesan yang akan disampaikan

penyair kepada pembaca yang terdapat dalam puisi tersebut.

Page 106: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

PENILAIAN KINERJA KELOMPOK

a. Penilaian Tugas kelompok

No Aspek Penilaian Bobot Nilai

1 Membacakan puisi

a. Sesuai (5)

b. Kurang Sesuai (3)

c. Tidak Sesuai (1)

5

2 Kemampuan mendiskusikan dan

menjelaskan unsur intrinsik

a. Tepat (5)

b. Kurang Tepat (3)

c. Tidak Tepat (1)

5

3 Menemukan unsur religiositas dalam

puisi

a. Tepat (5)

b. Kurang Tepat (3)

c. Tidak Tepat (1)

5

4 Kemampuan menyimpulkan hasil

diskusi (presentasi)

a. Tepat (5)

b. Kurang Tepat (3)

c. Tidak Tepat (1)

5

Skor = jumlah skor yang diperolehx 100

skor maksimal (20)

b. Penilaian Sikap

Kelompok ke- :

Anggota kelompok :

Kelas :

Tanggal penilaian :

No. Aspek-aspek yang dinilai Nilai

A B C D

1. Antusiasme peserta kelompok dalam

penyusunan tugas.

2. Kemampuan bekerjasama atau berdiskusi.

3. Ketuntasan menyelesaikan tugas.

4. Keberanian dalam mengemukakan

pendapat.

5. Tingkat perhatian pada kelompok lain

yang sedang mempresentasikan hasil

Page 107: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

diskusi.

Petunjuk:

Lembar ini diisi oleh guru untuk menilai kelompok dalam menyelesaikan tugas

dan mengemukakan pendapat. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom skor sesuai

dengan sikap sosial yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam kelompok dengan

kriteria sebagai berikut:

Baik sekali (A) : skor 81-90

Baik (B) : skor 71-80

Cukup (C) : skor 61-70

Kurang (D) : skor 51-60

B. Latihan!!

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!!

1. Sebutkan Pengertian Puisi menurut Pradopo!

2. Tema dalam sebuah puisi berkaitan erat dengan?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya bahasa?

4. Sebutkan lima jenis gaya bahasa yang sering digunakan dalam sebuah puisi!

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan struktur fisik puisi!

Kunci Jawaban

1. Rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam

wujud yang paling berkesan.

2. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan

psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas

sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,

dan pengetahuan

3. Gaya Bahasa, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif

Page 108: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 1

yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna

atau kaya makna.

4. Macam-macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,

sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,

antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks

5. Perwajahan Puisi (Tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang tidak

dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang

tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal

tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

Jumlah benar 20x5 = 100

Page 109: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 2

Puisi Rubaiyat Matahari dan Bernafaslah Pada Ombak

A. Rubaiyat Matahari

1

Dengan bismillah berdarah di rahim sunyi

Kueja namamu di rubaiyat matahari

Kau dengar aku menangis sepanjang hari

Karena dari november-desember selalu lahir matahari

2

Engkaulah sepi di jemari hujan

Kabar semilir dari degup gelombang

Engkaulah sepi di jemari awan

Membakar cintaku hingga degup bintang gemintang

3

Atas sepi perahuku bercahaya

Membawa matahari ke jantung madura

Atas bara api cintaku menyala

Menantang matahari di lubuk semesta

4

Aku peras laut jadi garam

Mengasinkan hidupmu di ladang-ladang sunyi

Aku bakar langit temaram

Bersiasat dengan bayangmu dalam kobaran api

5

Batu karam perahu karam

Tenggelam di rahang lautan

Darahku bergaram darahmu bergaram

Menyeduh asin doa di cangkir kehidupan

6

Karena laut menyimpan teka-teki

Di puncak suaramu kurenungi debur gelombang

Page 110: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 2

Karena layar hanya selembar sepi

Di puncak doamu kukibarkan bintang-gemintang

7

Pohon cemara ikan cemara

Menggelombang biru di riak-riak senja

Antara pohon dan ikan kita adalah cemara

Mendekap cakrawala di dasar samudera

8

Di rahang rahasia rinduku abadi

Sampai runtuh seluruh sepi

Rinduku adalah ketabahan matahari

Menerima sepi di relung puisi

9

Di relung malam lambaianku menua

Juga pandanganmu di kaca jendela

Alangkah dalam makna senja

Menanggung berat perpisahan kita

10

Dari pintu ke pintu ketukanku kembali

Tak lelah-lelah mencari januari di reremang pagi

Dari rindu ke rindu aku pun mengaji

Tak tamat-tamat membaca cinta di aliflammim puisi1

2002-2003

1Jamal D Rahman, Garam – Garam Hujan, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2004), h. 17-26.

Page 111: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Lampiran 2

B. Bernafaslah Pada Ombak

bernafaslah pada ombak. karena danau telanjur

meyimpan buih. membendung gelombang zaman

dan menghanyutkan doa. dari bukit sukmamu

batu-batu pun hanyut ke dalam sujud muara,

memadatkan tangis benua

dari dasar laut, ombak membangun gelora malam.

lampu-lampu nelayan menggeliat jadi bintang

di keluasan matamu. mengedipkan mata ikan

pada kail dan jala yang mulai cemas

menunggu. di sini, lumpur menghampar,

menenggak air sembahyang dari cangkir-cangkir kecemasan2

19987

2 ibid., h. 28

Page 112: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

UJI REFERENSI

Nama : Muhammad Ihsan 1-lusaini

Nim : 1111013000104

Judul Skripsi : Religiusitas Dalam Kumpulan Puisi "Garczm - Garam

Hujan" Karya Jamal D Rahman dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia Di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Dosen Pembimbing : Novi Diah Haryanti, M.Hum.

No Referensj Halaman Paraf dalam Dosen Buku

1 Abdullah, Taufik. Metodelogi Penelitian Agama. 93 Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1989.

2 Administator. "Kematangan Emosi dan Faktor -

Faktor yang Mempengaruhinya. http://yai . ac.id/karyailrniah-upi-42-kematangan- ernosi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya.html

3 Ainun Nadjib, Emha. Budaya Tanding. Yogyakaita: 54 Pustaka Pelajar, 1995.

4 AIwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 244,256 ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

5 Ar-Rifai, Usamah. Tafsirul Wajiz. Depok: Gema 283, 598 Insani, 2008

6 Budianta, Melani. Membaca Sastra. Magelang: 8 Indonesia Tera, 2006.

7 B. Mangunwijaya, Yusuf. Sastra dan Religiositas. 12,1 3) Yogyakarta: Kanisius, 1988

Page 113: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

8 Djoko Pradopo, Rachmat. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987. .

7, 22, 23

~E 9 D. Rahman, Jamal. Garam - Gararn Hujan. 107

Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2004

10 D. Rahman, Jamal. "Sastra Pesantren dan Radikalisme Islam" http:Hiainaldrahman.word press.com/2008/10/25/sas tra-pesantren-dan-radikalisme-islain diunduh 07 Februari 2016

11 D. Rahman, Jamal. "Merindukan Imajinasi Indonesia" ht!p:Hjamald-rahman.wor ,.Ipress.com/20!.6/02/08/ine rindukan-imajinasi-indonesia diunduh 26 iuni 2016

12 D. Rahman, Jamal. Reruntuhan Cahaya. 93 Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003.

13 Endraswara, Suwardi. Metodelogi Penelitian 30 Sastra. Yogyakarta: Medpress, 2003.

14 Esten, Mursal. Sastra Indonesia dan Tradisi 130 Sub/cultural. Bandung: Anglasa, 1982.

15 Handayani, Sri. Menggapai Kemuliaan dengan Membaca. http:u/republika.co.id/berita/koran/dialog- iumatll 6/02/o209g7-rnenggi kemuliaan-dengan- membaca diundung 07 Februari 2016

16 Http://horisonon ii ne.or. id/esai/multikulturalirne- dan-kcrnungki nan-sastra-indonesi a diunduh 26 Juni 2016

17 Izzan, Ahmad. Bc'rselihlah. Bandung: Arkan 8 1 23 Publishing, 2008.

18 Kasmadi. Sungguh Shalat itu lndah. Jakarta: Gema 1 3

Insani, 2011

19 Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: 130,136 _____ Gramedia Pustaka Utama. 1996.

Page 114: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

20 Kutha Ratna, Nyoman. Teori, Metode, Teknik 46,438 Penelitian Sastrq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

21 Mulyono, Edi. Belajar Hermeneutikka. Yogyakarta: 15 Ircisod, 2012

22 M.,Hasan, Ibrahim. Dahsyatnya Doa Untuk 26, 27, 75

Kesembuhan. Surakarta: Ziyad Books, 2012

23 Sastrowardoyo, Subagiyo. Penga rang Moderen 109 Sebagai Manusia Perbatasan, Jakarta: Balai Pustaka, 1989

24 Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. 133-134 Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995

25 Pujiono, Muhammad. "Analisis Cerita Nilai - Nilai Religius dalam Cerita Pendek Karya Mizawan Kenzi http://reDository.usu. id/bitstream diunduh 07 Februari 2016

26 Priliawito, Eko. "Anak Indonesia Mendekam di Penjara" http://rnetro.news.viva.co.id/news/read273 781-4- 662-anak-indonesia-mendekam-di-peni ara diunduh 07 Februari 2016

27 Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra, 24, 38, Yogyakarta: Kanisius 1988 44,48

28 Saputra, Agus. "Kebijakan dan Strategi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia" httD://riau I .kenienag. go.id/i ndex .Dhp?a=artikel&id =449

29 Sastrowadoyo, Subagio .Sck i/as Soal Sasira clan 23 Budaya. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

30 Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008

41, 113, 114, 118, 120,122,1 24, 133,22

31 Siswantoro. Metode Pencil/ian Sastra. Yogyakarta: 105, 11 3, Pustaka Pelajara, 2010 119,207,

205, 233 32 Wellek dan Austin. Teori Kesusastraan. Jakarta: 198, 199

Gramedia, 1989.

33 Zuhir, Darnanhuri. iKeagungan Bismillab"

Page 115: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

Nip.19841126201503 2 007

Jakarta, 26

Dosen Per

2016

http://repubIika.co.idTheriWdu islamlhikrnah/1 3/04/1 7/rnlea68-keagungan-bismillah

LEMBAR UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skirpsi berjudul "Religiusitas

Dalain Kumpulan Puisi "Garam - Garam Hujan" Karya Jamal D Rahman clan

Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

telah disetujui kebenaranya oleh dosen pembimbing skripsi pada tangga:

Page 116: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34398/1/MUHAMAD... · religiositas dalam buku kumpulan puisi “garam – garam hujan”

PROFIL PENULIS

Muhamad Ihsan Husaini lahir di Bogor pada 16 Mei 1993.

Riwayat pendidikannya dimulai dari SD Negri 04 Parakan, SMP

(Plus) Muthahhari Lembang Gede, Bandung dan MA Negeri 2 Kota

Bogor. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan menempuh Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2011.

Tujuan utamanya menempuh pendidikan di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk ikut berperan

mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seperti dalam pembukaan UUD tahun

1945. Putra dari Aneng Iskandar dan Neneng Rosilah ini mempunyai impian yang amat besar

yakni menjadi anak yang bermanfaat bagi kedua orang tua, keluarga, dan negara. Semoga

dengan terciptanya karya yang pertama ini skripsi dengan judul “Religiositas Pada Kumpulan

Puisi Garam – Garam Hujan Karya Jamal D Rahman Serta Implikasinya Terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah Menengah Atas” menjadi awal yang

baik dari karya-karya selanjutnya dan kesuksesan di masa mendatang.