percobaan pembuatan garam rangkap dan garam kompleks
DESCRIPTION
Percobaan Pembuatan Garam Rangkap Dan Garam KompleksTRANSCRIPT
Percobaan Pembuatan Garam Rangkap dan garam kompleks
PERCOBAAN VIPEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
ABSTRAK I. TUJUAN PERCOBAAN Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamintembaga (II) sulfat monohidrat.
II. DASAR TEORI2.1. Garam
Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam dan basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik yang lebih tinggi dari pada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida dari logam alkali dan alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa kadmium, dan berilium adalah garam lemah. Ditinjau dari sifat-sifat hasil pembentukannya, garam dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Garam netralGaram netral merupakan garam yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa secara sempurna.Contoh: NaCl yang dibentuk dari reaksi antara asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH).
2. Garam asamGaram asam merupakan garam yang terbentuk jika sebagian hidrogen asam yang mampu digusur oleh logam atau kation lain.Contoh: NaHCO3, NaHSO4.
3. Garam basaGaram basa merupakan garam yang terbentuk apabila tidak semua gugus OH dari basa tersusun oleh suatu radikal asam.Contoh: Mg(OH)Br, Bi(OH)2Cl. (Arsyad, 2001) 2.2. Garam rangkap dan garam kompleks. Berdasarkan keadaan-keadaan ketika dilarutkan dalam sebuah pelarut, garam dapat diklasifikasikan menjadi 2:
1. Garam kompleksGaram kompleks merupakan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan. Misalnya: Co(NH3)Cl3, K3Fe(CN)6.
2. Garam rangkapGaram rangkap merupakan garam yang merupakan campuran bermacam-macam ion sederhana yang akan mengion apabila dilarutkan kembali. Garam rangkap terbentuk melalui kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekuivalen atau lebih garam tertentu
dengan perbandingan tertentu pula. Garam ini memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya.Contoh: FeSO4(NH4)2SO4.5H2O K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. (Rivai, 1995)
2.3 Senyawa kompleks Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul/ atom donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi atau kovalen koordinasi dengan suatu atom-atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak sebagai akseptor donor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik. Kompleks merupakan suatu senyawa yang ligannya (ion, molekul atau gugus atom donor elektronnya) membentuk ikatan-ikatan koordinasi dengan ion atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak selaku akseptor pasangan elektron tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik, syarat terbentuknya senyawa kompleks:
a. Lebih mudah terbentuk jika jari-jari ion atau atom pusatnya kecil tetapi memiliki muatan besar.
b. Ion tersebut mempunyai orbital kosong dengan tingkat tenaga yang hampir sama. (Arsyad, 2001) Terbentuknya senyawa kompleks dibagi atas 2:
1. Atom pusat menerima elektron sehingga membentuk orbital yang stabil dan tiap orbital yang stabil ini memiliki sepasang elektron dengan spin berlawanan.
2. Atom pusat menerima molekul-molekul koordinasi yang cukup sehingga molekul-molekul yang mempunyai atom pusat tadi membentuk struktur yang simetris yang biasanya berupa kubus tetrahedron dan oktahedron.
Misal: CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4.
(Cotton, 1992)
2.4. Kompleks Werner dan Kompleks logam karbonil Kompleks Werner adalah kompleks yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks sianida. Kompleks logam karbonil adalah kompleks yang paling sedikit berisi ikatan logan karbon. Senyawa golongan ini tidak mempunyai sifat garam seperti garam kompleks Werner dan bersifat kovalen. Umumnya larut dalam pelarut non polar, mempunyai titik leleh dan titik lebur rendah. (Sukardjo, 1992) 2.5. Kompleks Inert dan Labil Suatu kompleks disebut labil apabila ligannya dapat diganti dengan ligan lain secara rapat, disebut inert apabila penggantian ini berjalan secara lambat. Walaupun biasanya kompleks yang stabil bersifat inert dan kompleks yang tidak stabil, nama sebenarnya antara kediuanya tidak ada hubungan. (Sukardjo, 1992)
2.6. Stabilitas kompleks Adalah kestabilan ion-ion kompleks secara kuantitatif, diantaranya dipengaruhi oleh:
a. Ion pusat- Besar dan muatan dari ion
makin besar perbandingan muatan jari-jari maka makin stabil kompleks yang dibentuk.
- Faktor CFSE- Faktor distribusi muatanb. Ligan- Besar dan muatan dari ion
Semakin besar muatan dan jari-jarinya semakin kecil maka semakin stabil kompleks yang dibentuk.
- Sifat basamakin basa logam maka makin stabil kompleks.
- Faktor pembentuk Chellat- Faktor besarnya lingkungan- Faktor ruang.
(Sukardjo, 1985)
2.7. Ligan Ligan merupakan spesies yang memiliki atom yang dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion logam merupakan asam lewis. Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor electron. Ada beberapa jenis ligan yaitu:
1. Ligan monodentatLigan seperti ini menyumbangkan sepasang electron kepada sebuah atom ligan, umumnya adalah I-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, OH, dan lain-lain.
2. Ligan bidentatLigan seperti ini mengandung dua atom yang masing-masing secara serempak membentuk dua donor elektron kepada ion logam yang sama.Contoh: diammine, difosfin.
3. Ligan polidentatLigan ini mengandung lebih dari dua atom yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan ion logam yang sama, biasanya disebut ligan Chellat.Contoh: EDTA. (Cotton, 1992)
2.8. Teori medan ligan Untuk memahami kation antara struktur elektron dengan sifat ion dan molekul kompleks. Uraian tentang struktur electron dikembangkan menurut teori medan kristal dan teori ligan. Dalam teori medan ligan yang asli, efek netto dari setiap ligan dianggap sebagai suatu muatan negatif yang menolak elektron-elektron ion atau atom pusat. Teori medan ligan bukan hanya menimbang penolakan muatan ini, tetapi juga mempertimbangkan sifat kovalen dari ikatan antara ligan dan ion atau atom pusat.
Sifat ligan, entah itu suatu molekul netral atau ion negatif, menyumbang sepasang electron untuk membentuk sebuah ikatan dengan ion atau atom pusat. Gaya yang diadakan terhadap ion atau atom pusat oleh electron-elektron ini, dan oleh muatan netto ligan-ligan disebut medan ligan. (Keenan, 1991)
2.9. Hibridisasi pada ion [Cu(NH3)4]2+
Ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ termasuk ion kompleks planar segi empat yang membentuk ikatan hibrida dsp2. data eksperimen memberi petunjuk bahwa ion [Cu(NH3)4]2+ mempunyai bentuk geometri planar segi empat dan sepasang electron yang tidak berpasangan. Hibridisasi yang terjadi pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah seperti berikut:
29Cu= [Ar] 3d10 4s1
[Ar] 3d 4s
Cu2+= [Ar] 3d9 4s
[Ar] [Ar 4s 4p 4d
Cu2+ dalam ion [Cu(NH3)4]2+
[Ar] 3d dsp2 4p 4d (Syarifuddin, 1994)
2.10. Reaksi ion tembaga (II) Larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit, maka akan terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
2Cu2+ + SO4 + 2NH3 + 2H2O Cu (OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Yang larut dalam reagensia berlebihan, dimana terjadi warna biru tua, yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraammin kuprat(ll)
Cu(OH)2. CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- +
2OH-
Jika larutan mengandung garam ammonium (atau larutan itu sangat asam dan ammonia yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tidak terjadi sama sekali, tetapi warna biru langsung terbentuk.
Ion tembaga juga dapat membentuk akuo komplek [Cu(H2O)4 ]2+ rumus umum yang biasanya berupa tembaga sulfat pentahidrat [Cu(H2O)4 ], [SO4(H2O)] atau CuSO4.5H2O.
(Vogel, 1990)
2.11. Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu proses pengubahan cairan menjadi padatan dengan cara cairan tersebut dilarutkan dalam pelarut panas kemudian didinginkan. Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk memperoleh kristal yang bebas dari pengotornya. Kristalisasi dilakukan dengan pelarut yang tepat. Tahap-tahap kristalisasi:
a. melarutkan zat dalam pelarut panasb. menyaring larutan panas untuk menghilangkan kotoran yang tidak larutc. mendinginkan larutan dan mengendapkan kristalnya
d. menyaring larutan yang dingin untuk memisahkan kristal dari larutane. mencuci kristal untuk menghilangkan pelarut yang melekatf. mengeringkan kristal untuk menghilangkan sisa pelarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi;1. Temperatur
Temperatur meningkat maka kristal sulit dibentuk2. Konsentrasi
Konsentrasi besar maka kristal sulit dibentuk.3. Tekanan
Tekanan akan mempengaruhi konsentrasi4. Ion sejenis
Kelarutan meningkat dengan adanya ion sejenis menyebabkan kristal sulit dibentuk. (Wilcox, 1985)
2.12. Proses kristalisasi Proses kristalisasi dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu;
· Pengkristalan dengan pendinginanMetode ini diterapkan pada zat terlarut yang akan mengalami perubahan kelarutan besar bila suhu diturunkan.
· Pengkristalan dengan penguapanMetode ini diterapkan pada larutan dengan zat terlarut tidak akan mengalami perubahan kelarutan besar apabila suhu diturunkan.
· Pendinginan dengan adiabatikMetode ini merupakan gabungan antara metode pengkristalan dengan pendinginan dan pengkristala dengan penguapan. Pendinginan bertujuan memperkecil daya larut sedangkan penguapan bertujuan memperkecil tekanan total permukaan sehingga lebih kecil daripada tekanan uap pada suhu tersebut.
· Pengkristalan dengan salting outMetode ini merupakan pengkristalan dengan penambahan zat baru untuk menurunkan zat terlarut dengan tidak ada pendinginan dan penguapan. (Brady, 1987)
Dalam proses lanjut kristalisasi maka digunakan sebuah pelarut tertentu dengan pemilihan mengacu pada daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran yang diperkirakan masih tertinggal. Beberapa persyaratan pelarut yang dapat digunakan dalam proses lanjut krisataslisasi antara lain:
- pelarut tersebut memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor.
- Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal- Mudah dipisahkan dari kristal- Bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan kristal).
(Cahyono, 1991)
2.13. Pengaruh penurunan suhu terhadap terjadinya kristal§ Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuhnya inti kristal lebih
cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal, sehingga kristal yang diperoleh kecil-kecil, rapuh dan banyak.
§ Bila penurunan suhu dilakukan perlahan-lahan maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan inti kristal, sehingga kristal-kristal yang dihasilkan besar-besar, liat dan elastis. (Austin, 1986) 2.14. Sturuktur morfologi dan kemurnian endapan
Endapan dapat disaring dan dicuci tergantung pada sturtur morfologi endapan adalah pada bentuk dan ukuran kristalnya. Makin besar kristal yang terbentuk saat berlangsungnya pangendapan, makin mudah disaring dan makin cepat krustal-kristal itu akan turun ke bawah keluar dari larutan. Struktur yang sederhana seperti kubus oktahedral. Jarum-jarum sangat menguntungkan karena meski dicuci setelah disaring kristal dengan stuktur yang lebih kompleks yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang akan menahan cairan.
Ukuran dibentuk kristal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:a. laju pembentukan intilaju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu, jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
b. Laju pertumbuhan kristalLaju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi, kristal-kristal besar terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh. (Vogel, 1990)
2.15. Rekristalisasi Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian padatan (dalam bentuk serbuk) yaitu
dengan mengulang kristalisasi agar diperoleh zat kristal murni, kristalisasi senyawa organik dipengaruhi oleh pelarut, pelarut yang umum digunakan untuk tujuan kristalisasi adalah air, metal alkohol, etil alkohol, etil asetat, aseton, etil eter, kloroform, benzen, karbon tetraklorida (CCl4).
(S.M. James, 1967)
2.16. Analisa bahan 2.16.1. CuSO4. 5H2O (kupri sulfat pentahidrat)
a. Sifat fisikØ Berat molekul: 159,61 g/mol
Ø Komposisi Cu: 39,81% ; O: 40% ; S: 20,09%
Ø Larut dalam airØ Tidak alrut dalam alcoholØ Densitas: 3,6 g/ml
Ø Bersifat higroskopis (Budaveri, 1976) b. sifat kimia - ----> CuO + H2SO4 CuSO4. 5H2O (Achmadi, 1994)2.16.2. (NH4)2SO4 (ammonium sulfat) Sifat-sifat (NH4)2SO4 sebagai berikut:
Ø Padatan rombus putihØ Mengurai pada temperatur 235oCØ Sangat larut dalam air tidak larut dalam etanol
(Daintith, 1994)Ø Kristal abu-abu kecoklatan hingga putih yang larut dalam air, akan tetapi tidak larut
dalam aseton/ alkohol. Amonium sulfat dibuat dari reaksi uap-uap amoniakal destilasi destruktif batubara dengan H2SO4 dan dikristalkan. Banyak digunakan sebagai pupuk, untuk pemurnian air, industri, penyamakan dan zat aditif makanan.
Ø Densitas: 1,77 g/mlØ Titik leleh: 513oC.
(Arsyad, 2001)Ø 2NH3 + H2SO4 ----> (NH4)2SO4
(Achmadi, 1994) 2.16.3. NH3 (amoniak)
Ø Berwujud gas, tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat dan khas, dapat larut dalam air, menghasilkan larutan alkali, digunakan sebagai larutan pendingin, dapat digunakan sebagai pupuk. (Pringgodigdo, 1990)
Ø Berat molekul: 17 g/molØ Berat jenis: 0,91 g/ml
(budaveri, 1976)2.16.4. H2O (aquades)Ø Densitas 1 g/mlØ Berat molekul: 18 g/molØ Titik didih: 100oCØ Titik leleh: 0oCØ Larut dalam alkohol dan eterØ Pelarut universalØ Tidak berbau, tidak berasa, merupakan basa lemah (Elizabeth, 1961) 2.16.5. C2H5OH (etanol)
Ø Berat molekul: 46,07 g/molØ Cairan encer tidak berwarna, berbau wangi, berasa pedasØ Titik didih: 78,3oCØ Berat jenis: 0,79 g/mlØ Titik leleh: -114,5oC
Ø Mudah terbakar, larut dalam air,alkohol dan eter. (Basri, 1996) C6H12O6 ---> 2C2O5OH + 2CO2
(Achmadi, 1994)
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam RangkapA. JUDUL PERCOBAANPembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap
B. TUJUAN PERCOBAANMempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetrammintembaga (II) sulfat monohidrat.
C. LANDASAN TEORITembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-. Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi berwarna biru oleh karena pendesakan ligan Cl- dan ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl2 dalam air ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau gas.[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia menurut reaksi:[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq) [Cu(NH3)(4-5)]2+ + 5H2Obiru biru tuaReaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida kke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1 – 0,5), secara bertetes dengan kecepatan 1 ml/menit mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II) hidroksi sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2 menurut persamaan reaksi:[CuSO4 nCu(OH)12(s) + 6(n+1)H2O(l)(n+1)[Cu(H2O)6]2+ (aq) + SO4 (aq) + 2n OH- (aq) Biru mudaReaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH = 8 dan nilai n berpariasi bergantung pada temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan, sebagai contoh denngab laju penambahan reaksi -1 ml/menit, reaksi tersebut menghasilkan CuSO4 3Cu(OH)2 jika reaksi berlangsung pada 20oC dan CuSO4 4Cu(OH)2 pada 24oC. (Sugiyarto, 2003 : 17,6-17,7).Tembaga tidak melimbah (55 ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam, dalam sulfida, arsenida, dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopirite CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba,yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi,
superfisial dan uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (dari SO2 dalam atmosfer).Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak,dapat ditampa dan liat, tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC karena potensial elektrodanya positif (+0,34 V) utuk pasangan Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu (I) sangat mudah teroksida menjadi Cu (II). Namun oksidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam sebagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4 . 5 H2O yang paling dikenal. (Anonim, 2010 : 1 ).Garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya neksamin cobalt (III) klorida, CO(NH4)6 Cl3 dan kalium heksasianoferrat (III), K3Fe(CN)6.Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap, garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki instruktur sendiri dan tidak harus sama dengan instruktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang bisa dijumpai adalah garam alumina, Kae(SO4)2 . 12H2O dan farroamonium sulfat, Fe (NH4)2(SO4) . 6 H2O. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (biasanya terhidrat) (Tim Dosen Kimia, 2010 : 17)Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-garam dengan molekul-molekul arau ion-ion tertentu. Penelitian-penelitian pertama selalu memakai amoniak dan tat yang terjadi disebut logammine. Kemudian ternyata, bahwa anion-anion seperti CN-, NO2-, NCS-. Dan Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam.Fenny (1851-1852) memberi nama senyawa-senyawa kompleks berdasarkan warnanya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa kloramin dari kobal (III) dan krom (III) dengan jumlah amoniak sama, mempunyai warna hampir sama. namun demikian hal ini kemudian tidak menjadi dasar lagi, seperti pada IrCl3 . 6 H2O yang diberi nama iuteoridium klorida yang warnanya tidak kuning tapi putih (Ramlawati, 2005 : 2-3 )Senyawa yang mengandung ion kompleks (dapat berupa kation kompleks atau anion kompleks 1. Senyawa tersusun dari ion kompleks atau kation kompleks, dan ion atau kation kompleks biasa disebut dengan senyawa kompleks (senyawa koordinasi) atau garam kompleks. Ion kompleks terdiri dari atom pusat (atom logam) dan ligan yang terikat pada atom pusat melalui ikatan koordinasi, sedangkan garam rangkap merupakan bila semua gugus –H dari asam digantikan oleh ion logam tak senama, atau semua gugus –OH dari basa digantikan oleh ion sisa asam tak senama. (Mulyono, 2005 : 143 & 375)Dalam percobaan ini akan dipelajari pembuatan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat monohidrat dan garam rangkap kupri ammonium sulfat dari garam kupri sulfat dan amonium sulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. (Tim Dosen Kimia, 2010 : 18).
D. ALAT DAN BAHANa) Alat1. Gelas kimia 100 ml 2 Buah2. Gelas kimia 250 ml 1 Buah3. Gelas ukur 25 ml 1 Buah4. Gelas ukur 10 ml 2 Buah5. Termometer 100oC 1 Buah
6. Cawam penguap 1 Buah7. Kaca arloji 1 Buah8. Pengaduk kaca 1 Buah9. Corong kaca 1 Buah10. Kaca asbes + kaki tiga 1 Buah11. Pembakar spritus 1 Buah12. Botol semprot 1 Buah13. Pipet tetes 4 Buah14. Tabung reaksi kecil 4 Buah15. Rak tabung reaksi 1 Buah
b) Bahan1. CuSO4 . 5 H2O2. (NH4)2 SO43. Larutan NH4OH 15 M4. Etanol5. CuSO4 anhydrat6. Larutan NH4OH 6 M7. Aquadest8. Es batu9. Kertas saring10. Tissue11. Korek api
E. CARA KERJAa) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat. CuSO4 . (NH4)2 SO4 H2O1. Melarutkan 4,9 gram CuSO4 . 5 H2O dan 2,6 gram ammonium sulfat (NH4)2 SO4 dengan 100 ml H2O dalam gelas kimia 250 ml. Memanaskan secara pelan-pelan sampai semua garam larut sempurna.2. Membiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal3. Menyaring larutan tersebut untuk memisahkan kristal dari larutan4. Mengeringkan kristal dalam kertas saring5. Menimbang kristal yang dihasilkan
b) Pembuatan garam kompleks tetramminkoper (II) sulfat monohidrat, CuSO4 (NH)2 . SO4 . 6H2O1. Menempatkan 8 ml larutan ammonia 15 m dan mengencerkan dengan 5 ml H2O dalam cawam penguap2. Menimbang 4,3 gram CuSO4 . H2O yang berbentuk powder. Menambahkan keristal itu kedalam kristal amonia dan sampai semua kristal larut sempurna.3. Menambahkan 8 ml etil alkohol secara pelan-pelan melalui dinding cawam penguap sehingga larutan ditutupi oleh alkohol. Jangan mengaduk atau menggoyang. Menutup dengan kaca arloji. Dan mendinginkan pada suhu kamar lalu dalam es batu.4. Setelah mendiamkan beberapa menit, mengaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara sempurna. Memisahkan kristal yang terbentuk dengan melakukan penyaringan. Mencuci kristal dengan 5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama.5. Mencuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 5 ml etil alkohol dan menyaring kristal6. Mengeringkan kristal yang diperoleh dan menimbangnya.
c) Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.1. Menambahkan 0,5 gram kristal CuSO4 dalam tabung reaksi, mencatat perubahan yang terjadi apabila 1 ml H2O ditambahkan. Kemudian menambahkan larutan ammonium 4 ml. Mencatat yang terjadi.2. Melarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam 3 ml H2O kedalam tabung reaksi. Melakukan hal serupa dengan garam kompleks hasil percobaan bagian b. Membandingkan warna larutan. Mengencerkan setiap larutan dengan 10 ml H2O dan mencatat perubahan warnanya.3. Menempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b dalam tabung reaksi yang berbeda. Memanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan mencatat perubahan warnanya. Mengamati dan mencium gas yang dihasilkan.
F. HASIL PENGAMATANa) Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO4 . (NH4)2 SO4 6 H2O larutan berwarna biru muda dinginkan kristal didekantir kristal berwarna biru muda4,9 g CuSO4 . 5 H2O + 2,6 g (NH4)2 SO4 + 10 ml aquadest Pada suhu kamarDikeringkan kristal 6,1 gram.b) Pembuatan garam kompleks tetra amintembaga (II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4] So4 . H2O larutan berwarna biru tua + 8 ml etanol secara larutan berwarna biru Larutan NH4OH (bening) + 4,9 gram CuSO4 . 5 H2O 8 ml NH4OH 15 M + 10 ml H2O Perlahan-lahantua didinginkan kristal + larutan disaring kristal dicuci campuran 5 ml amonia dandengan kristal biru tua dikeringkan kristal biru tua dicuci 5 ml etanol etil alkohol dengankristal 4,5 gram.c) Perbandingan beberapa garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks. larutan berwarna biru tua larutan berwarna biru muda + 4 ml NH4OH setetes demi setetes 1) Kristal CuSO4 anhidrat + 2 ml H2O larutan berwarna biru muda. larutan berwarna biru muda + 10 ml H2O Kristal / garam rangkap (a) + 3 ml H2O 2) larutan berwarna biru tua. larutan berwarna biru tua + 10 ml H2O Garam kompleks (b) + 3 ml H2O uap air dan tidak berbau. Garam rangkap (a) 3) Bau amonia Garam kompleks (b)
G. ANALISIS DATAa) Pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2ODiketahui : Massa CuSO4 5 H2O = 4,9 gram
Mr CuSO4 5 H2O = 249,55 g/molMr CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = 399,5 g/molBerat praktek = 6,1 gramDitanyakan : Rendemen = ...........?Penyelesaian : Reaksi yang terjadi : CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O Mula-mula 0,02 mol 0,02 molReaksi 0,02 mol 0,02 mol + 0,02 molSisa - - + 0, 02 mol MrMassa CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O = mol 399,5 g/mol= 0,02 mol = 7,99 gramRendemen Berat praktek 100 % Berat teori=
6,1 gram 100 %= 7,99 gram= 76 %
b) Pembuatan garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat CuSO4 (NH4)2 SO4 . H2ODiketahui : mol CuSO4.H2O = 0,02 molBerat praktek = 4,54 gramMr Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,62 g/molDitanya : Rendemen =…….?Peny :Reaksi yang terjadi: Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O 1 mol CuSO4 5H2O 1 mol Cu(NH3)4SO4.H2OMassa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol x Mr
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = 0,02 mol x 245,62 g/mol= 4,912 gramRendemen = Berat praktek x 100%Berat teori= 4,54 gram x 100%4,912 gram= 92 %
H. PEMBAHASANa) Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OPembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, dengan melarutkan kristal CuSO4.5H2O dan Kristal (NH4)2 SO4 dalam aquadest menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. Lalu dipanaskan agar kristal dapat melarut dan proses reaksi dapat dipercepat akibat pemanasan.
Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah ditimbang, diperoleh berat kristal 6,1 gram.Adapun reaksinya: CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2OCuSO4 5 H2O + (NH4)2 SO4 + H2O Kristal biru mudaDari hasil reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2 SO4 . 6 H2O apabila yang merupakan garam rangkap, karena garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dari hasil analisis data diperoleh rendemen sebesar 76 %. Dari hasil rendemen dapat diketahui bahwa masih ada Kristal yang belum terbentuk.b) Pembuatan Garam Kompleks Tetrammincopper (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2OPada pembuatan garam ini, larutan ammonia yang berfungsi sebagai penyedia ligan, dengan Kristal CuSO4.5H2O yang berfungsi sebagai penyedia atom pusat, diencerkan dengan aquadest dimana H2O ini sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3 karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru menjadi biru tua. Ditambahkan etil alkohol setetes demi tetes agar alkohol tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etil alcohol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Reaksinya:Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2Adapun fungsi etil alcohol yaitu mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Didinginkan pada es batu agar proses pembentukan kristal lebih cepat, kemudian disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Setelah itu kristal dicuci dengan ammonia hidroksi untuk mempermantap ligan dan dicuci dengan etil alcohol untuk mengikat air. Kemudian kristal dikeringkan dan ditimbang diperoleh berat Kristal 4,54 gram. Adapun reaksinya: Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2O4 NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O Dari reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.H2O, kristal berwarna biru tua. Dari hasil analisis data diperoleh rendemen sebesar 97 %. Rendemen yang diperoleh ini sudah cukup baik, karena berarti kristal yang diperoleh sudah benar-benar kering.c) Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks.1. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat direaksikan dengan aquadest (H2O) menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO4 anhidrat merupakan penyedia atom pusat dan H2O merupakan penyedia ligan. Lalu direaksikan lagi dengan NH4OH yang merupakan penyedia ligan dihasilkan larutan biru tua. Terjadinya perubahan warna larutan karena terjadi pergantian ligan H2O menjadi NH3. Adapun reaksi yang terjadi:CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O2. Garam rangkap dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru muda pekat, lalu diencerkan dengan H2O menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam rangkap terurai menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan warna biru muda encer. Adapun reaksinya:CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2OGaram kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru tua. Lalu diencerkan dengan
H2O lagi menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O3. Kristal garam rangkap dipanaskan melepaskan uap H2O yang tidak menimbulkan bau, sedangkan kristal garam kompleks menghasilkan gas ammonia (NH3).Adapun reaksinya:CuSO4(NH4)2SO4. 6 H2O CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6 H2O ↑Cu(NH3)4SO4.H2O CuSO4 (s) + H2O (l) + ↑ NH3 (g)
I. PENUTUPa) KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 dengan berat yang diperoleh sebesar 7,99 gram dan rendemenya 76 %.2. Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH4OH dengan berat yang diperoleh 4,912 g dan rendemen 92 %.3. Garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terionisasi menjadi Cu2+, SO42+, NH4+, dan H2O. sedangkan garam Cu(NH3)4SO4.H2O menjadi [Cu(NH3)4]2+ dan SO42+.4. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O bila dipanaskan tidak menghasilkan bau. Sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menghasilkan bau amoniak.
b) SaranDiharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dalam melakukan percobaan khususnya pada saat mereaksikan zat dan penimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. http://annisanfushie.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Mei 2010Muliyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara
Kristian, Sugiarto. 2003. Kimia anorganik II. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Ramiawati. 2005. Buku Ajar Kimia Anorganik Fisik. Makassar Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Wilkinson, Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI- Press.
Analisis Pembuatan Garam Rangkap dan Garam KompleksPUKUL 22.10 RABU, 23 NOVEMBER 2011
1. Pembuatan Garam Rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2OPada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang menjadi ion pusat adalah Cu2+, sedangakan yang
menjadi liganya adalah SO42- dan NH4
+. Ion Cu2+ ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti terdapat empat
buah ruangan yang tersedia disekitar atom Cu2+ yang dapat diisi oleh sebuah ligan pada masing-masing ruangan.
Jadi pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dua buah ruangan diisi oleh SO42- sedangkan 2 sisanya diisi oleh
NH4+. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4 seperti Cu2+ ini umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tapi
kadang-kadang ditemukan juga molekul yang memiliki susunan datar (atau hampir datar), dimana ion puat berada
dipusat suatu bujur sangkar dan keempat ion menempati keempat sudut bujur sangkar (Svehla, 1990: 95).
Pada proses pembuatan garam rangkap, yaitu melarutkan 1,25 gram Kristal CuSO4.5H2O dengan 0,66 gram (NH4)2SO4 dalam 5 mL aquades dihasilkan warna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna (heterogen). Reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4+ H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2OPelarut aquades digunakan karena air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. dan karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air serta tetap berupa satu spesies ion. Larutan kemudian dipanaskan agar semua kristal dapat melarut dan dihasilkan larutan biru yang homogen. Pemanasan juga bertujuan untuk memperepat proses reaksi. Larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan berat kristal yang konstan.
Dalam percobaan pembuatan garam rangkap didapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar 1,453 gram., sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah 1,9977 gram. Dapat dilihat dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis maka didapatkan persen hasilnya yaitu sebesar 72,7 %.
2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2OPada pembuatan garam rangkap, yaitu mereaksikan kristal CuSO4.5H2O dengan Larutan
ammonia pekat yang sudah diencerkan dengan aquades. Reaksi yang terjadi adalah:CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4.5H2O
Larutan ammonia (NH3) berfungsi sebagai penyedia ligan, dan Kristal CuSO4.5H2O yang berfungsi sebagai penyedia atom pusat, sedangkan pengenceran dengan auades adalah sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh NH3karena NH3 sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru menjadi biru tua. Kemudian ditambahkan etanol secara perlahan-lahan melalui dinding tabung agar alkohol tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat menutupi larutan. Karena jika tercampur, etanol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+ membentuk Cu(OH)2. Reaksinya:
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Etanol berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Setelah penambahan etanol, langsung ditutp dengan kaca arloji dengan tujuan agar Etanol tidak menguap karena etanol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya. Proses selanjutnya yaitu didinginkan pada es batu agar proses pembentukan kristal lebih cepat, kemudian disaring untuk memisahkan kristal dari larutannya. Setelah Kristal dipisahkan dari larutan, kristal dicuci dengan ammonia hidroksi (campuran ammonia pekat dengan etanol) untuk mempermantap ligan dan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan. Setelah itu dicuci dengan etanol sekali lagi untuk mengikat air. Adapun reaksinya:
4NH4OH + CuSO4 5H2O + H2O Cu(NH3)4SO4.H2O + 8 H2OKristal yang diperoleh kemudian dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang betul-betul kering. Setelah dikeringkan, kristal ditimbang untuk mendapatkan berat kristal yang konstan.
Dalam percobaan pembuatan garam kompleks didapatkan berat kristal secara praktek yaitu sebesar 1,229 gram., sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah1,7188 gram. Dapat dilihat dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa Kristal secara teoritis maka didapatkan persen hasilnya yaitu sebesar 71,5 %.
3. Perbandingan beberapa sifat garam rangkap dan garam kompleksPada uji dengan H2O, garam rangkap dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru
muda, lalu diencerkan dengan H2O menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam rangkap terurai menjadi ion-ion penyusunnya sehingga menghasilkan warna biru muda encer. Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2 SO4.6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO42- + 2 NH4+ + H2O
Sedangkan garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan larutan biru muda+. Lalu diencerkan dengan H2O lagi menghasilkan larutan biru muda encer. Hal ini karena garam kompleks juga terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
Pada uji dengan penambahan HCl encer, larutan garam rangkap yang sebelumnya berwarna biru muda berubah menjadi tak berwarna. Sedangkan garam kompleks ditambah HCl encer menghasilkan larutan hijau jernih. Hal ini dikarenakan pada garam rangkap membentuk NH4Cl dan H2SO4 dan pada garam kompleks menghasilkan [Cu(NH3)4]Cl2 yang berwarna hijau. Reaksinya adalah:
CuSO4(NH4)2 SO4.6 H2O + HCl NH4Cl + H2SO4
Cu(NH3)4SO4.H2O + HCl [Cu(NH3)4]Cl2
Pada uji dengan penambahan NaOH encer, larutan garam rangkap yang sebelumnya berwarna biru muda berubah menjadi tak berwarna dan terbentuk endapan biru. Sedangkan garam kompleks ditambah NaOH encer menghasilkan larutan biru keruh dan ada endapan (koloid) biru. Hal ini dikarenakan pada garam rangkap membentuk NH4OH dan Na2SO4 dan pada garam kompleks menghasilkan endapan [Cu(NH3)4](OH)2 yang berwarna biru. Reaksinya adalah:
CuSO4(NH4)2 SO4.6 H2O + NaOH NH4OH+ Na2SO4
Cu(NH3)4SO4.H2O + NaOH [Cu(NH3)4](OH) 2
Pada uji pemanasan, kristal garam rangkap dipanaskan melepaskan uap air yang tidak menimbulkan bau dan kristal berubah warna menjadi hijau, sedangkan kristal garam kompleks dipanaskan menghasilkan gas yang berbau menyengat, dimana bau gas tersebut merupakan gas ammonia (NH3) dan warna kristal berubah menjadi hijau. Adapun reaksinya:
CuSO4(NH4)2SO4. 6 H2O Dipanaskan CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O ↑ Cu(NH3)4SO4.H2O Dipanaskan CuSO4 (s) + H2O (l) + ↑ NH3 (g)
Gas yang keluar dari pemanasan garam rangkap diuji dengan kertas lakmus merah, warna kertas lakmus tidak berubah dan ketika diuji dengan spatula yang dicelup dengan HCl pekat dihasilkan uap karena gas yang keluar adalah uap air. Sedangkan pengujian pada garam kompleks, kertas lakmus merah berubah jadi biru karena gas yang dihasilkan adalah gas Amonia.
Pada pengujian titik leleh, diperoleh titik leleh garam rangkap sebesar 218oC sedangkan titik leleh garam kompleks sebesar 240oC. Titik leleh garam kompleks lebih tinggi daripada titik leleh garam rangkap. Hal ini dikarenakan garam kompleks memiliki struktur ikatan yang kompleks sehingga untuk memutuskan ikatan tersebut membutuhkan energy yang lebih tinggi.
KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 . Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH3 pekat.
2. Berat garam rangkap yang dihasilkan dari percobaan sebesar 1,453 gram dan persen hasilnya sebesar 72,7%, sedangkan berat garam kompleks yang dihasilkan dari percobaan sebesar 1,229 gram dan persen hasilnya sebesar 71,5%.
3. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terionisasi menjadi Cu2+, SO42-, NH4
+, dan H2O. sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menjadi [Cu(NH3)4]2+ dan SO4
2-.4. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O bila dipanaskan tidak menghasilkan bau, sedangkan
garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menghasilkan bau amoniak.5. Titik leleh garam kompleks lebih tinggi daripada titik leleh garam rangkap. Hal ini dikarenakan
garam kompleks memiliki struktur ikatan yang kompleks sehingga untuk memutuskan ikatan tersebut membutuhkan energy yang lebih tinggi.
GARAM KOMPLEKS DAN RANGKAP
I. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
II. TUJUAN PERCOBAAN : Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.
III. LATAR BELAKANG Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya ialah reaksi netralisasi. Sejumlah asam dan basa murni ekuivalen yang dicampur dan larutannya diuapkan, maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal yang disebut dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa, garam terdiri dari kation dan anion. Kation dan anion tersebut ada yang merupakan ion kompleks sehingga membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam kompleks berlainan dengan garam rangkap. Senyawa atau garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Pembelajaran mengenai senyawa kompleks ini merupakan hal yang penting dalam kimia anorganik, maka perlu dilakukan percobaan untuk mempelajari pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.
IV. TEORI DASARPembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih pasangan
elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses pembentukan ikatan antara pemberi-penerima elektron tersebut dapat dituliskan dengan persamaan :
M + :L ↔ M:LDimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (rivai, 1995). Senyawa koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompleks netral dan ion yang dalam hal ini paling sedikit satu dari ion tersebut harus merupakan ion kompleks. Salah satu karakteristik karakteristik senyawa kompleks ialah bahwa ion kompleks atau kompleks netral yang menyusun senyawa tersebut masih seringkali mempertahankan identitasnya dalam larutan. Meskipun dapat terjadi disosiasi parsial. Misalnya senyawa yang semula ditulis 2 KBr.HgBr2sebetulnya mengandung ion tetrahedral [HgBr4]2- dalam padatan Kristal dan ion ini
tetap mempertahankan keutuhannya jika dimasukkan dalam larutan dan harga disosiasi menjadi kecil (Day dan Selbin, 1993). Garam kompleks merupakan garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam yang dapat membentuk ion-ion dan salah satunya ion kompleks). Contoh dari garam kompleks ialah Cu(SO4)2(NH4)2. Garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya ketika dilarutkan. Contoh lain dari garam kompleks yakni [Co(NH3)6]Cl3 atau CoCl3.6NH3 yang berfungsi sebagai ligan ialah NH3 sedangkan Cl ialah diluar daerah koordinasi (sukardjo, 1985).
V. METODE PERCOBAAN4.1 Alat dan Bahan1. Alat
Alat-Alat yang digunakan dalam pecobaan ini yaitu tabung reaksi dan gelas beaker.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu serbuk CuSO4.5H2O, ammonium sulfat dan etil alcohol.
4.2 Prosedur KerjaA. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat1. Sebanyak 2,5 g CuSO4 dilarutan dan ammonium sulfat 1 g dalam 10 mL akuades, dipanaskan
pelan-pelan sampai semua garam larut.2. Larutan didinginkan sampai terbentuk endapan dalam penangas es, dan didiamkam satu malam.3. Endapan dipisahkan dan dikeringkan kemudian ditimbang.4. Rendemen yang diperoleh dihitung.B. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga(II) Sulfat1. Sebanyak 2,5 g CuSO4.5H2O ditimbang, dilarutan kedalam 5 mL ammonia pekat.2. Sebanyak 8 mL etil alcohol ditambahkan secara perlahan-lahan melalui dinding gelas sehingga
larutan tertutupi oleh alcohol. Jangan diaduk/digoyang, ditutupi dengan kaca arloji, dibiarkan satu malam sampai endapan terbentuk.
3. Endapan yang terbentuk dipisahkan, dicuci dengan campuran larutan ammonia dengan etil alcohol (1:1).
4. Larutan dicuci dengan etil alcohol.5. Endapan dikeringkan dan ditimbang.6. Mol ammonia yang bereaksi dihitung.
C. Perbandingan Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks1. Sedikit CuSO4 dimasukan dalam tabung reaksi ditambahkan 5 mL akuades, warna larutan
diamati.2. Sedikit garam pada percobaan (A) dilarutkan dalam 5 mL akuades, demikian juga garam pada
percobaan (B). Warna larutan yang terjadi dibandingkan.3. Garam (A) dan (B) dipanaskan, diamati yang terjadi.
VI. HASIL DAN PEMBAHASANA. Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
-Amonium sulfat ditimbang 1,0054 g ( kristal )-CuSO4 ditimbang 2,5034 g-CuSO4 dan amonium sulfat dilarutkan dalam 10 ml akuades-Larutan didinginkan dalam kulkas selama 2 hari sampai terbentuk endapan-Endapan dipisahkan dikeringkan dan ditimbang
-Kristal berwarna biru muda-Kristal bening-Larutan berwarna biru
-Kristal mengendap ( warna biru muda )
-Berat kertas saring = 0,3189 g-Berat kristal = 1,6996g-0,3189g=1,3807
-Endapan dihitung rendemennya
1. Pembuatan gaam rangkap kupri ammonium sulfat
2. Pembuatan Garam Kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
Perlakuan Pengamatan
-CusO4.H2O ditimbang =2,5032 g-Kristal dilarutkan dalam 5 ml ammonia pekat-Larutan ditambah etil alkohol melalui dinding gelas-Ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan dua hari-Endapan dipisahkan dan dicuci dengan campuran ammonia: etanol (1:1)-Dicuci dengan etanol-Dikeringkan dan ditimbang
-Kristal berwarna biru muda-Larutan berwarna biru tua-Terbentuk dua lapisan, bwah biru tua ; atas bening-Kristal mengendap (warna ungu)-Endapan terpisah dengan filtrat
-Berat kertas saring = 0,3385 g-Berat endapan = 2,4930 g- 0,3385 g = 2,1545 g
3. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks
Perlakuan Pengamatan
Sedikit CuSO4 + 5 mL akuades Sedikit garam A + 5 mLakuades Sedikit garam B + 5 mLakuades Dipanaskan, larutan percobaan A dan B
Larutan berwarna biru muda (++) Larutan berwarna biru muda (+) Larutan Ungu A = Warna tetap
B = coklat + endapan coklat
B. Perhitungan1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
Reaksi CuSO4 . 5 H2O + 2 (NH4)2 SO4 Cu (NH4)3(SO4)3
M 0,01003 7,617 x 10-3 -
R 3,81 x 10-3 7,617 x 10-3 3,81 x 10-3
S 6,22x 10-3 0 3,81 x 10-3
Massa Cu (NH3)4 (SO4)3 = 3,81 x 10-3 x 419,5 = 1,5982 gram
= 2. Pembuatan garam kompleks
Mol NH3
Berat amonia yang dipakai = 0,32 x 4,4 = 1,408 gram
Reaksi[Co(H2O)5]SO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O
Mula-mula : 0,0100 0,0828 -Reaksi : 0,0
100 0,0400 0,0100Setimbang : - 0,0428 0,0100
C. PembahasanPercobaan ini adalah mengenai pembuatan garam rangkap dan garam kompleks. Garam
merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, prosesnya disebut netralisasi dimana sejumlah asam dan basa murni yang ekivalen dicampur dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu kristal yang tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa (Vogel, 1990). Garam rangkap dibentuk jika dua garam mengkristal bersamaan dalam perbandingan mol tertentu, dan
dalam larutan garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Rivai, 1995). Garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam-garam yang dapat membentuk ion-ion, salah satunya ialah ion kompleks disebut garam kompleks) (Sukardjo, 1985).
Percobaan yang pertama adalah pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat. Ammonium sulfat ditimbang 1,0054 gram dan CuSO4 ditimbang 2,5039 gram. Ammonium sulfat dan CuSO4 selanjutnya dilarutkan dalam 10 ml aquades sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru. Garam ammonium sulfat merupakan garam yang kristal stabil dari ion NH4
+ tetrahedral yang kebanyakan larut dalam air. Garam dari asam kuatnya terionisasi sebelumnya dan larutannya sedikit bersifat asam, reaksi yang terjadi :
NH4+ + H2O NH3 + H3O+ (Vogel, 1990)
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun larutan air (Vogel, 1990).
Larutan selanjutnya didinginkan di dalm lemari es selama dua malam. Pendinginan dilakukan untuk mempercepat pembentukan atau pengendapan garam kupri ammonium sulfat, dilakukan selama dua malam karena kompleks Cu membutuhkan waktu yang lam dalam penggantian ligannya. Gambar larutan yang sudah didinginkan adalah berikut :
Endapan terlihat pada gambar di atas dimana endapan ini adalah merupakan garam kupri ammonium sulfat. Larutan ammonia jika ditambahkan pada larutan tembaga (II) sulfat dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa) dengan reaksi :
CuSO4 .5H2O + 2 (NH4)2SO4 Cu (NH3)4 (SO4)3
Jika reagensia yang diberikan berlebihan maka endapan dapat larut kembali dan warna menjadi biru tua, yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamino kuprat (II).
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2 [Cu(NH3)4]2+ + SO42- +
2OH- (Vogel, 1990)Endapan kristal disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan kristal
dari filtratnya, lalu dikeringkan di dalam oven agar sisa larutan dalam kristal hilang. Kristal yang
telah kering ditimbang dan beratnya 1,3807 gram. Rendemen yang dihasilkan adalah 86,39 % yang berarti garam ammonium sulfat dari hasil reaksi terbentuk sebanyak 86%. Gambar kristal ammonium sulfat dari percobaan adalah
Kristal yang dihasilkan berwarna biru muda. Zat yang menyerap warna pada panjang gelombang tertentu dari sinar tampak, maka zat itu akan meneruskan warna komplementer yang nampak pada mata kita. CuSO4 anhidrat berwarna biru karena menyerap sinar inframerah, CuSO4. 5H2O biru karena menyerap warna kuning, Cu(OH)2(NH3) 4]2+ berwarna biru karena menyerap warna hijau kekuningan (Soekardjo, 1985). Warna biru yang terjadi disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamin tembaga(II) [Cu(NH3) 4]2+. Struktur dari garam rangkap kupri ammonium sulfat ini adalah.
SO4
NH3 NH3
SO4 Cu SO4 NH3 NH3
SO4
(Cotton dan Wilkinson,1989)Sebenarnya ada dua molekul H2O dalam kompleks tersebut, namun jaraknya terhadap ion pusat sangat jauh disbanding dengan tempat NH3 yang ada. Garis putus-putus yang menghubungkan SO4 dengan Cu merupakan valensi primer dimana SO4 ada diluar daerah koordinasi sehingga mudah putus dan terbentuk ion [Cu(NH3) 4]2+. .Hal ini menunjukan bahwa garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan terionisasi (Soekardjo, 1985). Percobaan kedua adalah pembuatan garam komplek tetraamin tembaga(II) sulfat. CuSO4. H2O ditimbang 2,5032 gram lalu dilarutkan dalam 5 ml asam ammonia pekat yang dilakukan
dalam ruang asam, karena ammonium yang digunakan bersifat pekat dan mudah menguap. Larutan yang dihasilkan berwarna biru tua. Ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan menggantikan ligan pergi (H2O). Ligan NH3 lebih kuat daripada H2O sehingga akan lebih mudah bagi NH3 untuk menggantikan H2O (Soekardjo, 1985).
Larutan ditambahkan etil alkohol melalui dinding gelas beaker sehingga larutan tertutupi oleh etil alkohol. Penambahan etanol bertujuan untuk mengikat molekul air yang terdapat dalam larutan yang mungkin dapat menggangu proses pengendapan. Larutan ditutup dengan kaca arloji untuk menghindari kontak dengan udara, lalu didiamkan selama dua malam. Larutan jangan sampai mengalami goncangan karena dapat mempengaruhi proses pengendapan.
Kompleks Cu membutuhkan waktu yang lama untuk penggantian ligan-ligannya. Senyawa kompleks yang membutuhkan waktu yang lama dalam penggantian ligan-ligannya disebut senyawa kompleks lembam (Rivai, 1995). Gambar larutan setelah didiamkan selama dua malam adalah sebagai berikut :
Larutan yang dihasilkan berwarna ungu dengan adanya endapan. Endapan yang terbentuk disaring dengan kertas saring. Kemudian dicuci dengan campuran ammonia : etil alkohol (1:1) yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan kontaminan yang terdapat dalam endapan karena molekul pelarut ammonia akan menarik molekul-molekul ammonia sisa yang mungkin tidak bereaksi, sedangkan etil alkohol akan menarik molekul etil alkohol yang sebelumnya ditambahkan. Pencucian dilakukan lagi menggunakan etanol 2 ml untuk mencegah terjadinya ionisasi,karena jika ditambahkan dengan aquades garam akan terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya (Khopkar,2003) Endapan dikeringkan didalam oven agar terbebas dari filtratnya,lalu ditimbang dan beratnya sebesar 2,1545 g.Gambar dari Kristal yang sudah kering adalah sebagai berikut
Kristal yang dihasilkan berwarna ungu yang merupakan Kristal dari garam kompleks tetraamin tembaga(II)sulfat.Kristal ungu merupakan warna kompleks dengan bentuk planar segitiga
H3N SO4 NH3
Cu
H3N NH3
Garam kompleks tetraamin tembaga(II)sulfat (Sukardjo,1985) Rendemen Kristal yang terbentuk dihitung,Rendemen yang dihasilkan adalah 94,7%.Hal ini menunjukkan cukup banyak garam yang terbentuk dari percobaan ini yaitu 94,7%. Percobaan terakhir adalah perbandingan sifat garam tunggal dengan garam rangkap dan garam kompleks,sedikit CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 5 ml aquades menghasilkan larutan berwarna biru muda(++).Reaksi yang terjadi pada garam tunggal adalah sebagai berikut
CuSO4 + 4H2O (Cu(OH)4)2+ + SO42- (Vogel.1990)
Larutan ini merupaka garam tunggal Cu(II) yang memiliki warna biru baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air, warna ini khas untuk ion tetra akuokuprat(II) (Vogel, 1990). Garam pada percobaan A dan B juga masing-masing dilarutkan dalam 5 ml akuades. Larutan pada garam rangkap berwarna biru muda (+) namun kurang pekat daripada garam tunggal, sedangkan garam kompleks larutannya berwarna ungu. Perbedaan warna ini terjadi pada garam-garam tersebut karena adanya perbedaan penyerapan sinar tampak dengan panjang gelombang yang berbeda pula. Warna yang terlihat merupakan merupakan warna komplementer yang diteruskan dari warna yang diserap (Soekardjo, 1985). Ketiga larutan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Perlakuan selanjutnya adalah memanaskan larutan garam rangkap dan garam kompleks
selama beberapa menit. Larutan garam rangkap tidak mengalami perubahan warna setelah pemanasan sedangkan larutan garam kompleks berwarna coklat dengan endapan coklat. Perubahan warna yang tidak terjadi pada larutan garam rangkap disebabkan pemanasan member kenaikan energy level pada splitting dari orbital d pada logam Cu. Sehingga jarak dari orbital eg ke t2g menjadi lebik jauh sehingga eksitasi elektron agak sulit dan tidak terjadi perubahan warna yang berarti. Reaksi yang terjadi saat garam rangkap dilarutkan dalam 5 ml akuades adalah :
Cu (NH3)4 (SO4)3 cu 2+ + 3SO4 2- + 4 NH3
(Vogel, 1990)Warna coklat pada larutan garam kompleks disebabkan oleh terbentuendapan hitam yang relative banyak. Endapan hitam berasal dari cu(II) yang teroksidasi menjadi cu(III) karena adanya pemanasan dan membebaskan gas SO2 yang mudah dikenali dari bau yang seperti telur busuk . Hali inilah yang membedakan garam kompleks dengan garam rangkap. Garam kompleks yang dilarutkan dalam air dan tidak meembentuk ion-ionya namun menjadi ion-ion kompleknya. Reaksi yang terjadi adalah :
Cu (NH3)4 SO4 + 2H2O [ Cu (OH2) 2( NH3)4] 2+ + SO4 2-
( vogel, 1990)
VII. KESIMPULANSifat dari garam kompleks yakni jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi kompleks
dan ionnya, sedangkan sifat garam rangkap jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi ion- ion pembentuknya.
DAFTAR PUSTAKACotton, F.A dan Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI press, Jakarta.Day, M.C dan J. Selbin, 1993, Kimia Anorganik Teori, UGM Press, Yogyakarta.Khopkar, S.M, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.Rivai, H, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia Edisi Pertama, UI, Jakarta.Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif makro dan Semi Mikro Jilid 1, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
APRIL 22, 2009 BY ANNISANFUSHIE
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
MAKINGS COMPLEX SALT AND DUAL SALT
ANNISA SYABATINI
JIB107032
KELOMPOK 1
PS S-1 KIMIA FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
ABSTRACT
To the effect of experimental it is study makings and salt character wores two
hats kupriammonium sulphate and tetrammintembaga’s complex salt (II) monohidrat’s
sulphate. Kupriammonium‘s dual salt sulphate, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O molded as a result
reaction among CuSO4.5H2O and (NH4)2SO4. Pentahidrat cupric sulfate salt CuSO4.5H2O young
blue chromatic where as salt ammonium sulphate (NH4)2SO4 white chromatic and mixed it
results color solution blue feculent. Dual salt crystal one is gotten as big as 3,34 g and
rendemen which is gotten which is 83,596 %. Tetramminocopper’s complex salt (II.)
monohidrat’s sulphate, Cu(NH3)4SO4.6H2O resultant with mixing among salt CuSO4.5H2O blue
color one with NH’s solution 3 already been thinned by akuades what do as solution of
transparent. Of second mixture material it was resulted by solution dark blue. Base crystals
observing result salt complex one be gotten which is 2,52 g and rendemennya 73,306 %.
Key Words : kupriammonium
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam
rangkap kupriammonium sulfat dan garam kompleks tetrammintembaga (II) sulfat
monohidrat. Garam rangkap kupriammonium sulfat, CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O terbentuk
sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat
CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna
putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam
rangkap yang diperoleh sebesar 3,34 g dan rendemen yang diperoleh yaitu 83,596 %.
Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan
dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH3yang
telah diencerkan dengan akuades yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan
ini dihasilkan larutan biru tua.Berdasarkan hasil pengamatan kristal garam kompleks yang
diperoleh yaitu 2,52 g dan rendemennya 73,306 %.
Kata Kunci : kupriammonium
PENDAHULUAN
Phull, 1981, dan Fuithlerr, 1981, menuliskan teori
mekanisme terbentuknya deposit senyawa garam yang
mayoritas komposisinya adalah kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg). Turnbull, 1993, La Que dan May, 1982, menerangkan
bahwa senyawa garam yang terbentuk,
dinamakan calcareous, dapat mengurangi kebutuhan arus [1].
Zat padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan
amorf. Dalam kristal, atom atau molekul penyusun memiliki
struktur tetap (tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya
pasti. Zat padat memiliki volume dan bentuk tetap. Ini
disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat
menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul
zat padat juga mengalami gerakan namun sangat
terbatas [2].
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang
lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga dapat melebur pada
suhu 1038oC. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu / Cu2+tembaga tidak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya
oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I)
sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Namun osidasi
selanjutnya menjadi Cu(II) adalah sulit. Terdapat kimiawi
larutan Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam
berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam
air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru,
CuSO4.5H2O yang paling dikenal. Senyawa ini dapat terhidrasi
membentuk anhidrat yang benar–benar putih. Penambahan
ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion
kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan [3].
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu
disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang
mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks, misalnya
heksamminkobalt(III) kloroda Co(NH3)6Cl3 dan kalium
heksasianoferat(III) K3Fe(CN)6. Bila suatu kompleks dilarutkan,
akan terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya
terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa
(tidak berdisosiasi), komponen-komponennya misalnya :
Ag(NH3)2+ Ag+ + 2NH3
[4].
Suatu zat cair jika didinginkan, terjadi gerakan translasi
molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul-
molekul makin besar hingga setelah mengkristal molekul
mempunyai kedudukan tertentu dalam kristal. Panas yang
terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan.
Selama pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun
lagi saat pengkristalan selesai [3].
Salah satu contoh garam rangkap yaitu
FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan,
garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana
yang akan mengion jika dilarutkan lagi.Jadi, jelas berbeda
dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion
kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut
terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari
komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang
mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin,
dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya
meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu.
Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral[2].
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan
molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur
tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang
terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri,
tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam
hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi
sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih
banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan
[Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap adalah garam
alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat,
Fe(NH3)2(SO4).6H2O [4].
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi
ion-ion komponennya. Garam kompleks berbeda dengan
garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat
merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup
pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit sekali terdisosiasi.Satu contoh adalah reaksi ion perak
dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks
Ag(CN)2- yang sangat stabil [2].
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas ukur 10 ml, gelas arloji, pemanas, gelas ukur 50 ml, gelas beaker 100 ml, dan pompa vakum.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kristal kupri sulfat pentahidrat, kristal ammonium sulfat, NH4OH, etil alkohol, dan akuades.
B. Cara Kerja1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO4(NH4)2SO4.6H2OSebanyak 2,5 g garam CuSO4H2O dan 1,32 g
(NH4)2SO4 dilarutkan dalam 10 ml akuades dalam gelas beaker 100 ml. Dipanaskan secara perlahan-lahan sampai semua garam larut sempurna. Larutan tersebut dibiarkan menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal dan dibiarkan selama satu malam. Campuran didinginkan dalam waterbath, kemudian didekantir untuk memisahkan kristal dari larutan. Kristal dikeringkan dalam kertas saring. Kemudian kristal yang dihasilkan ditimbang.
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II)
sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O
Sebanyak 4 ml larutan ammonia 15 M diencerkan dengan
2,5 ml akuades dalam cawan penguapan. Kemudian
ditimbang 2,5 gram CuSO4H2O yang berbentuk powder. Kristal
itu ditambahkan ke dalam larutan ammonia dan diaduk
sampai kristal larut sempurna. Ditambahkan 8 ml etil alkohol
secara pelan-pelan melalui dinding beaker sehingga larutan
tertutup alkohol. Jangan diaduk atau digoyang. Campuran
ditutup dengan gelas arloji dan dibiarkan selama satu malam.
Setelah itu diaduk secara pelan-pelan untuk mengendapkan
secara sempurna. Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan
melakukan dekantir. Kristal dipindahkan ke dalam kristal
saring. Dan dicuci dengan 3–5 ml campuran larutan ammonia
15 M dengan etil alkohol yang perbandingan volume sama.
Dicuci sekali lagi kristal dengan 5 ml etil alkohol dan disaring
dengan pompa vakum. Kristal kering yang dihasilkan
kemudian ditimbang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
menimbang CuSO4H2O
menimbang (NH4)2SO4
melarutkan CuSO4H2O dan (NH4)2SO4 dengan 10 ml akuades dalam beaker gelas
memisahkan kristal dgn cara dekantir
menimbang kristal
berat = 2,5 gr
berat = 1,32 gr
berat kristal = 3,34 gram
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O
No. Langkah Percobaan Hasil pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengencerkan larutan ammonia 15 M dengan akuades dalam cawan
menimbang CuSO4H2O
memasukkan ke dalam larutan ammonia tersebut
menambahkan etil alkohol
mendiamkan selama satu malam
memisahkan kristal dgn larutan
mencuci kristal dengan ammonia 15 M dan etil alkohol
menyaring dengan kertas saring dan ditimbang kristal
Vammonia = 4 ml
V aquades = 2,5 ml
2,5 gram
8 ml
Massa kristal = 2,52 g
warna kristal = biru tua
B. Perhitungan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui :
m CuSO4.5H2O = 2,5 gram
m(NH4)2SO4 = 1,32 gram
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 3,34 gram
BMCuSO4.5H2O = 399,54 g/mol
BM(NH4)2SO4 = 132 g/mol
BMCuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,54 g/mol
Ditanya : % garam rangkap = … ?Jawab :
CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4→CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
m : 0,01 0,01
r : 0,01 0,01 0,01
s : - - 0,01
mCuSO4(NH4)2SO4.6H2O = mol x BM
= 0,01mol x 399,54 g/mol
= 3,9954 gram
% garam rangkap
= 83,596 % = 105,19 %
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II)
sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O
Diketahui :m CuSO4.H2O = 2,5 gram
m Cu(NH3)4SO4.H2O = 2,52 gram
BM CuSO4.H2O = 177,54 g/molBM Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,54 g/mol
V NH3 15M = 4 ml = 0,004 L
Ditanya : % garam kompleks = … ?
Jawab :
CuSO4.H2O + 4NH3 → Cu(NH3)4SO4.H2O
m : 0,014 0,06
r : 0,014 0,014 0,014
s : - 0,046 0,014
m Cu(NH3)4SO4.H2O = mol x BM
= 0,014 molx245,54 g/mol
= 3,4376 gram
% garam rangkap
= 73,306 %
C. Pembahasan
1. Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam
rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini
terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O
berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat
(NH4)2SO4 berwarna putih.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan
menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Warna biru
keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang
sempurna (heterogen) namun setelah pemanasan,
kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk
larutan homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol
yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk
membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka
digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi
dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion.
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air
murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera
ditutupi dengan kaca arloji sehingga dapat mencegah
menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat
membentuk kristal monoklin sempurna.
Percobaan ini mendapatkan garam rangkap
kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru
bening seberat 3,34 gram. Warna biru pada kristal-kristal
tersebut merupakan warna dari ion Cu2+yang menjadi salah
satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. dengan
% rendemen sebesar 83,596%. Reaksi yang terjadi dalam
pembuatan garam ini yaitu : CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4→CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
2. Pembuatan Garam Kompleks tetramminocopper(II) sulfat monohidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O
Garam kompleks yang akan dibuat dihasilkan dari
mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru
dengan larutan NH3 yang telah diencerkan dengan akuades
yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini
dihasilkan larutan biru tua. Reaksi antara senyawa-senyawa
ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau
menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak pekat.
Larutan ini ditutup dengan hati-hati menggunakan etil alkohol
melalui dinding bekker. Penetesan alkohol melalui dinding
tabung dimaksudkan agar etil alkohol tersebut benar-benar
berada pada permukaan dan tidak menyebabkan terjadinya
pengadukan pada campuran.
Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik
karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi
solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong sebagai pelarut yang
mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya.
Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan
etanol langsung dilakukan penutupan gelas bekker
menggunakan gelas arloji untuk mengurangi penguapan
selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan
pembentukan garam rangkap, proses pembentukan garam
tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan
selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan
kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Endapan berupa kristal yang terbentuk kemudian disaring
lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan etil alkohol. Pencucian
dilakukan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor
yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam
garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan
sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Hal ini
diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk.
Seharusnya, kertas saring yang digunakan memiliki membran
yang lebih rapat. Pemisahan molekul air dari tumpukan
kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik. Masih
banyak molekul air yang menempel pada kristal-kristal
tersebut, sehingga dilakukan pengeringan menggunakan
oven, untuk mengurangi molekul air yang terdapat pada
kristal.
Setelah endapan dikeringkan didapatkan massa kristal
garam kompleks sebesar 2,52 g dengan rendemen
sebesar 73,306 %. Reaksi yang terjadi pada saat
pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO4.5H2O+ 4NH3 → Cu(NH3)4SO4.5H2O
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. garam
rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O
berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat
(NH4)2SO4 berwarna putih dan campuran ini menghasilkan
larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap
kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru
bening seberat 3,34 gram dan rendemennya 83,596 %.
Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan dengan mereaksikan antara
garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan
NH3 yang telah diencerkan dengan akuades yang berupa
larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan
larutan biru tua. Kristal garam kompleks sebesar 2,52 g
dengan rendemen sebesar 73,306 %.
REFERENSI
1. Asmara, Yuli Panca. 2005. Karakteristik Arus dan Potensial
Katodik pada Perlindungan Sistem Arus Terpasang
terhadap Stainless Steel Type 304 di Lingkungan Air Laut.
Diakses, 6 April 2009.
2. Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
3. Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
4. Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia.
Jakarta.
pembuatan garam KOMPLEKS dan garam RANGKAPPosted: Mei 28, 2011 in Uncategorized Kaitkata:Garam kompleks dan garam rangkap
0
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN VI
(PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP)
OLEH :
NAMA : HANIFA NUR HIKMAH
STAMBUK : A1C4 09001
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : LA BOYO, S.Pd
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI 2011
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-sifat
garam rangkap kupri ammonium (II) sulfat monohidrat.
B. PRINSIP PERCOBAAN
Garam kompleks mengandung ion-ion kompleks yang dibentuk oleh ion logam
transisi dengan molekul atau ion yang terikat lebih kuar dari pada molekul air. Dam
garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam
perbandingan molekul tertentu.
TEORI
Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi
atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III) klorida, Co(NH3)6Cl3 dan
kalium heksasiano ferrat (III), K3Fe(CN)5.Garam kompleks berbeda dengan garam
rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama
dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur sendiri
dengan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam
rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, K(SO4)12H2O dan
ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO4.6H2O, garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya. (Arifin, 2011).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi
yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks
terdiri dari satu atom (ion pusat) dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan
kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu,
meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik.
Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang
stabil dengan satu atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan
yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan
koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (Svehla, 1985).
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2¬¬O dan
K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa
ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan
garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua
garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari
komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat
kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena
kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu. Kristal-
kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Proses pembentukan dari garam rangkap
terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan
molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus
sama dengan struktur garam komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru
yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk
ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-
masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak
komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan [Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam
rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat,
Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Annisa, 2010).
Sebuah ligan yang mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam biasanya
molekul netral dan ligan ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam. Ligan
karben atau karbin merupakan kekecualian. Rumus kimia senyawa organologam
diungkapkan dalam banyak kasus dengan menggunakan kurung siku seperti untuk
senyawa kompleks (Tarro, 1990).
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation
yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah
membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam tunggal penyusunnya.
Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr. Kombinasi antara ammonium
besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan ammonium nikel sulfat. Ketiga
garam tersebut memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan atom pusat yang
berbeda. Secara umum garam mohr berbentuk kristal berwarna hijau muda, gram
mohr mempunyai rumus (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan
garam besi (II) sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam mohr ini lebih stabildi
udara. Selain itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat membentuk
garam rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain
seperti K, Rb, Cs, atau NH4. Apabila dengan jumlah mol yang sama, masing-masing
dari besi (II) sulfat dilarutkan sampai jenuh didalam air panas, sedangkan ke dalam
besi (II) sulfat dilarutkan sedikit asam sulfat kemudian dicampur. Pada proses
pendinginan akan mengkristal menjadi garam berbentuk kristal monoklin yang
berwarna hijau agak kebiruan (Anggraini, 2006).
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Tabung reaksi besar dan
kecil, Gelas ukur 10 ml, Gelas ukur 100 ml, Gelas Arloji, Kertas saring, Pipet skala 2
ml, 1 set Pemanas, Botol timbang, filler, pipet volume dan Botol semprot. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : Kristal kupri hidrat sulfat pentahidrat,
Kristal ammonium sulfat, Etil alcohol, Larutan ammonia dan Aquades.
PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
- dilarutkan dengan 10 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
- dipanaskan sampai semua garam larut sempurna
- didiamkan semalam, sampai terbentuk Kristal yang banyak
- disaring dengan menggunakan kertas saring.
- dikeringkan
- ditimbang
- dicatat jumlah mol reaktan dan dan mol kristal hasil
- dihitung persn hasilnya
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O.
- diencerkan dengan 2,5 ml aquades dalam cawan penguapan
- ditambahkan ke dalam ammonia
- diaduk sampai larut sempurna
- ditambahkan 8 ml etil alkohol melalui dinding gelas kimia sehingga larutan
tertutupi alkohol
- dipindahkan Kristal kedalam kertas saring
- dicuci dengan 3-5 ml campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang
perbandingan volumenya sama
- dicuci sekali lagi dalam corong dengan 5 ml etil alkohol
- dikeringkan
- ditimbang
- dihitung persen hasilnya
3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Garam Rangkap, Dan Garam
Kompleks
- ditempatkan ke dalam tabung reaksi ukuran kecil
- ditambahkan 2-3 ml aquades
- dicatat perubahan warna yang terjadi
- ditambahkan larutan ammonia 6 M sebanyak 5 ml
- dilarutkan masing-masing dalam 5 ml aquades dalam tabung reaksi besar
- dibandingkan warna larutan
- dibandingkan warna larutan jenis ion yang menyebabkan warna larutan
- diencerkan setiap larutan dengan ± 20 ml aquades
dicatat perubahan warnanya
- ditempatkan dalam tabung reaksi berbeda
- dipanaskan masing-masing tabung
-dicatat perubahan warnanya
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Data Tabel Pengamatan
Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat
Perlakuan Hasil Pengamatan
2,5 g CuSO4 .5 H2O + 1,32 g NH4 SO4 + 10 ml aquades
warna larutan bening biru
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,3 g
Berat Kristal = 3,3 gram – 1,1 gram
= 2,2 gram
Pembuatan garam kompleks tetraamin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O.
Perlakuan Hasil Pengamatan
4 ml Ammonia 15 M + 2,5 ml aquades + 2,5 g CuSO4 .5H2O
Warna larutan biru pekat
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat Kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal = 3,2 gram – 1,1 gram
= 2,1 gram
Perbandingan Beberapa Sifat Gara Tunggal, Garam Rangkap, dan Garam Kompleks
Perlakuan Hasil Pengamatan
Garam hasil perc. 1 + 5 ml aguades.
Garam hasil perc. 2 + 5 ml aquades
Garam hasil perc. 1 dipanaskan
Garam hasil perc. 2 dipanaskan
1 gram Kristal kupri sulfat anhidrat + 2 ml aquades
+ 5 ml ammonia 6 M
Warna larutan bening, endapan kristalnya tidak hancur
Warna larutan biru muda, kristalnya hancur
Mengeluarkan uap
Mengeluarkan uap
Berwarna biru bening dan garamnya larut semua
Larutan menjadi biru tua
Reaksi yang Terjadi
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4.5H2O + 4NH4OH Cu(NH4OH)SO4 + H2O
Perhitungan
Garam Rangkap
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat (NH4)SO4 yang ditimbang = 1,32 gram
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O + kertas saring = 3,3 gram
Berat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 33 gram – 1,1 gram
= 2,2 gram
Berat garam rangkap secara teoritis
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O mol (NH4)2SO4 Mol CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol (NH4)2SO4 = gram(NH4)2SO4/(Mr (NH4)2SO4)
= 1,32/132
= 0,01 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M 0,0099 mol 0,01 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,0001 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2O . Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,0099 mol x 399,5 gram/mol
= 3,95505 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,2/3,95505 x 100%
= 0,632 x 100 %
= 55,625 %
Garam Kompleks
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Berat CuSO4.5H2O yang ditimbang = 2,495 gram
Berat NH4OH yang dipakai = 4 mL
Berat kertas saring = 1,1 gram
Berat kristal + kertas saring = 3,2 gram
Berat Kristal garam rangkap = 3,2 gram – 1,1 gram
= 2,1 gram
Berat garam kompleks secara teoritis
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O mol NH4OH Mol CuSO4.5H2O
Mol CuSO4.5H2O = ( gram CuSO4.5H2O)/(Mr CuSO4.5H2O)
= (2,495 gram)/(251 gram/mol)
= 0,0099 mol
Mol NH4OH = M NH4OH x V NH4OH
= 15 M x 4 mL
= 60 mmol = 0,6 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
M 0,0099 mol 0,6 mol
T 0,0099 mol 0,0099 mol 0,0099 mol
S 0 0,5901 mol 0,0099 mol
Massa teoritis = mol Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O. Mr Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
= 0,0099 mol x 309 gram/mol
= 3,0591 gram
Rendemen = (berat kristal hasil praktek)/(berat kristal teoritas) x 100%
= 2,1/3,0591 x 100%
= 0,68648 x 100% = 68,648 %
PEMBAHASAN
Tembaga sangat mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat dengan
adanya oksigen. Ia juga larut dalam larutan KCN atau amonia dengan adanya
oksigen seperti dicirikan dengan potensialnya.
Cu + 2NH3 [Cu(NH3)2]2+ [Cu(NH3)4]2+
Garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks
dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Dalam praktikum ini
Garam rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk
sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat
pentahidrat CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda sedangkan garam ammonium
sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih. Sehingga diperoleh larutan bewarna biru muda
menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia.
Garam kompleks yang telah dibuat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara
garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH4OH yang telah
diencerkan dengan aquades yang berupa larutan bening.
CuSO4.5H2O + NH4OH Cu(NH3)2(SO4)2 .H2O
Kemudian campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan yang berwarna Biru tua.
Reaksi antara senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang cukup
menyengat. Bau menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Endapan
berupa kristal yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M
dan etil alkohol. Adapun fungsi etil alcohol yaitu mencegah terjadinya penguapan
pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan akan habis sebab
ammonia merupakan penyedia ligan. Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk
senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-
ion. Etil alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya
dengan sifat alkohol lainnya.
Pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung dilakukan pada corong
untuk mengurangi penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan
pembentukan garam rangkap, proses pembentukan garam tersebut sangat lambat
sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar
pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Selain untuk mencegah penguapan amoniak, tujuan lain dari pencucian garam
kompleks dengan etil alkohol adalah untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor
yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk
pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama
filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk. Seharusnya,
kertas saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat. Pemisahan
molekul air dari tumpukan kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik.
Walaupun telah dikeringkan didalam oven.
Dalam percobaan pembuatan garam kompleks kita dapatkan berat kristal secara
praktek yaitu sebesar 2,2 gram, sedangkan berat Kristal secara teoritis adalah
3,0591 gram. Dapat dilihat dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek
dengan massa Kristal secara teoritis maka didapatkan rendemennya yaitu sebesar
55,625 %.
Perlakuan selanjutnya yaitu kita membandingkan beberapa sifat garam tunggal,
garam rangkap dan garam kompleks. Kristal kupri sulfat anhidrat, CuSO4 anhidrat
direaksikan dengan aquadest (H2O) maka akan menghasilkan larutan biru muda,
dimana CuSO4 anhidrat merupakan penyedia atom pusat dan H2O merupakan
penyedia ligan. Kemudian direaksikan lagi dengan NH3 6 M. yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna larutan karena terjadi pergantian ligan H2O menjadi
NH3. Maka reaksi yang terjadi dituliskan sebagai:
CuSO4 + 4 H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O
Kemudian dilakukan pemanasan dimana diperoleh larutan bewarna bening kebiruan
dengan reaksi sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2 SO4. 6 H2O + H2O Cu2+ + 2 SO4 + 2 NH4+ + H2O
Setelah Garam kompleks dilarutkan dalam H2O menghasilkan dan menghasilkan
larutan biru keruh. Kekeruhan ini agaknya karena larutan tidak bercampur
sempurna. Larutan kemudian diencerkan dengan H2O lagi menghasilkan larutan
biru muda keputihan . Hal ini karena garam kompleks terurai menjadi ion-ion
penyusunnya. Adapun reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2 H2O
Pada proses pemansan terjadi penguapan dimana pada kristal garam rangkap uap
H2O (air) yang tidak menimbulkan bau, sedangkan untuk kristal garam kompleks
sendiri menghasilkan gas ammonia (NH3).
Simpulan
Setelah melakukan praktikum ini, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan
bahwa garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O terbentuk
sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat
pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru tua sedangkan garam ammonium sulfat
(NH4)2SO4 berwarna putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna
biru keruh. Garam kompleks tetramminocopper (II) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O
yang berwarna biru dengan larutan NH3 yang telah diencerkan dengan akuades
yang berupa larutan bening. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan biru
muda.
DAFTAR PUSTAKA.
Anggraini, Devina I.2006. Pengaruh pH Terhadap Pembentukan Senyawa Kompleks
Kobal(II)hipoksantin.http://eprints.undip.ac.id/5959/2/Abstrak_Devina_IA.pdf. [23 Mei
2011].
Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Laboratorium Pengembangan
Unit Kimia FKIP. Universitas Haluoleo. Kendari
Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Permission Of Iwanami Shorter Publisheis.
Tokyo.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT.
Media Kalman Pustaka. Jakarta
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN 6
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
NAMA : RADEN ALIP RAHARJO
STAMBUK : A1C4 08 027
KELOMPOK :
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
I. Tujuan dan Prinsip PercobaanA. Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.
B. Prinsip PercobaanPrinsip percobaan praktikum ini adalah pengkristalan dimana bebarapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat.
II. TeoriDalam proses reaksinya, terjadi perubahan warna pada larutan logam. Perubahan warna tersebut dimungkinkan berasal dari proses kompleksasi Cu(II) dari fasa cair dengan etilendiamin yang berada pada fasa padatan membran. Warna yang dihasilkan mendekati warna kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sistem larutan tersebut mengandung campuran kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1 dengan ion Cu(II) bebas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pergeseran puncak absorbsi dari masing-masing larutan tersebut (gambar 9-11). Berdasarkan hasil tersebut, selain pergeseran panjang gelombang juga terjadi kenaikan intensitas absorbansi pada larutan hasil reaksi. Kenaikan tersebut muncul akibat adanya spesies kompleks Cu(en)2+ didalam larutan yang terbentuk pada saat proses reaksi antara Cu (II) dengan membran nata-en. Adanya campuran ion Cu(II) bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan berkaitan dengan proses pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan dengan proses kesempurnaan reaksi antara Cu(II) dengan etilendiamin. Dalam hal ini, reaksi tersebut berlangsung pada kondisi dimana jumlah molekul Cu(II) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah molekul etilendiamin. Dapat dinyatakan bahwa Cu(II) merupakan pereaksi pembatas dalam proses reaksi tersebut (Kuswandi, 2008)
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dalam
pertandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, KaI(SO4)12H2O dan ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO46H2O. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Arifin, 2010)
Menurut Saito[3], untuk mendapatkan pemisahan yang baik 90Y3+ harus dikondisikan agar membentuk senyawa kompleks anion. Perbedaan muatan antara 90Y dengan 90Sr menjadi dasar pemisahan dengan menggunakan resin penukar kation. Ion Sr2+ akan terikat pada resin penukar kation dan kompleks anion itrium seperti [YCl6]3- terelusi keluar kolom secara keseluruhan. Pengembangan generator 90Sr/90Y untuk produksi 90Y secara lokal telah dilakukan dan dikembangkan di India berdasarkan pada teknik pemisahan menggunakan membran sel, dan teknik yang dikembangkan ini berhasil memisahkan sampai 70 mCi 90Y dari 100 mCi 90Sr yang digunakan sedangkan dengan metode ekstraksi pelarut hasil yang tertinggi diperoleh 75% 90Y[4] (Kundari, 2007)
Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H2O atau NH3, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat) (Firdaus, 2009)
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O
secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi [5] (Syabatini, 2008)
Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam beberapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik coulomb. Beberapa kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan kompleks demikian dikatakan labil (Underwood, 1980)
Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah kemampuannnya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral, seperti karbon monoksida, isosianida, fosfin tersubtitusi, arsin dan stibin, nitrat oksida, dan berbagai molekul dengan orbital π yang terdelokalisasi, seperti piridin, 2,2-bipiridin dan 1,10-fenontrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks yang beragam, beranah dari molekul senyawaan biner seperti Cr(CO)6 atau Ni(PF3)4 sampai ion kompleks seperti [Fe(CN)5CO]3-, [Mo(CO)5I]-, [Mn(CNR)6]+, dan [Vfen]+ (Cotton, 1989)
III. Metode PraktikumA. Alat dan bahan yang digunakanAlat alat yang digunakan pada praktikum ini adalaha) 3 buah tabung reaksi besar dan kecilb) 1 buah gelas ukur 50 mlc) 1 buah gelas ukur 10 mld) 2 buah gelas ukur 100 mle) 2 buah gelas arlojif) Kertas saringg) Pipet skala 1 mlh) 1 set pemanasi) 1 set pompa vakumBahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalaho Kristal CuSO4.5H2O
o Kristal(NH4)2SO4o Etil alkohol dan ammonia serta aquades
C. Pembahasan
Garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi yang terikat oleh sejumlah molekul air hidrat. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna (heterogen) namun setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan kaca arloji sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin sempurna.
Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih seperti yang kita lakukan dalam percobaan ini hingga terbentuk larutan yang jenuh dimana ketika telah mencapai keadaan ini dan melewatinya maka akan memperkecil hasil kali kelarutannya sehingga ketika didinginkan maka akan terbentuk endapan berupa kristal garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat yang berwarna hijau. Kristal ini kemudian kita timbang dan didapatkan beratnya sebesar 4,45 gram. Dari perhitungan secara teori, berat garam rangkap yang dihasilkan adalah sebesar 3,995 gram sehingga dengan membandingkan berat eksperimen dan berat teoritisnya maka didapatkan rendamen sebesar 111,4 %. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam percobaan ini, kristal yang didapatkan melebihi. Mungkin dikarenakan saat pengeringan kristal, kristal tersebut belum terlalu kering, sehingga masih ada titik-titik air yang masih bercampur pada kristal tersebut.
Adapun percobaan selanjutnya yaitu pembuatan garam kompleks yang merupakan suatu garam yang terbentuk karena ion atom pusat dan
ligan saling mengkompleks sehingga membentuk senyawa kompleks yang merupakan senyawa berwarna. Pada umumnya, atom pusat pada senyawa kompleks berasal dari logam-logam transisi yang dalam percobaan ini adalah tembaga yang bersifat elektropositif. Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks karena memiliki orbital-orbital yang masih kosong. Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan menyediakan orbital-orbital kosong yang dimilikinya. Sedangkan molekul netral atau anion yang bertindak sebagai ligan akan menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbital-orbital kosong yang tersedia.
Untuk logam tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa kompleks, maka kompleks tembaga (II) mempunyai bilangan koordinasi enam, dimana empat ligan bertetangga dalam bidang segi empat membentuk struktur oktahedral. Pada pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat, CuSO4.5H2O direaksikan dengan ammonium hidroksida dimana yang bertindak sebagai atom pusat yaitu tembaga (ion Cu2+) sedangkan yang menjadi ligannya adalah tetra amin. Tembaga tersebut akan menerima pasangan elektron bebas dari ligan yaitu tetra amin sehingga akan membentuk senyawa kompleks melalui ikatan koordinasi dengan bilangan koordinasi enam sehingga akan membentuk struktur oktahedral. Garam kompleks yang diperoleh yaitu berwarna biru tua. Larutan garam kompleks ini didiamkan hingga membentuk kristal. Kemudian setelah itu disaring dan dikeringkan agar bisa ditimbang yang didapatkan berat kristalnya adalah sebesar 2,67 gram. Adapun secara teoritis, berat garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat diperoleh sebesar 1,955 gram. Dari hasil ini kita membandingkan antara berat praktik dan teori yaitu dengan rendamen sebesar 136,57%. Hal ini tentu menunjukkan bahwa terdapat kristal yang berlebih pada penimbangan secara praktiknya. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kristal yang belum kering dimana masih terdapat molekul-molekul air dari larutan sehingga ketika ditimbang menambah berat kristal dari yang seharusnya.
V. SimpulanKesimpulan dari percobaan ini adalah garam rangkap dapat disintesis dengan mereaksikan Cu(SO4)4.5H2O dan amonium sulfat. Rendamen yang diperoleh pada pembentukan garam rangkap adalah 111,4%. Pembentukan garam kompleks dapat dilakukan dengan mereaksikan CuSO4.5H2O yang logam Cu bertindak sebagai atom pusat dan NH4OH
yang gugus amina bertindak sebagai ligan. Rendamen yang diperoleh pada pembentukan garam kompleks sebesar 136,57 %.
Daftar Pustaka
Arifin. 2010. Penuntun Kimia Anorganik II. Universitas Haluoleo. Kendari.Cotton, Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar I. Universitas Indonesia. Jakarta.Day, Underwood, A. L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.Kundari, N.A. 2010. Pemisahan dan Karakterisasi Spesi Senyawa Kompleks Ytrium-90 dan Stronsium-90 Dengan Elektroforesis Kertas . Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15310, BantenPisesidharta .E, Zulfikar, Kuswandi B .2008 . Preparasi membran Nata de Coco etilendiammin dan Studi Karakteristik Pengikatnya terhadap Ion Cu 2+.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks. http://www.chem-is-try.org. Diakses pada 9 November 2009.Syabatini, Annisa. 2008. Garam Mohr (NH4)2.6H2O. http://google.com/ garam-mohr-nh426h2o.html.diakses 10 juni 2010.