peran pendidikan religiositas terhadap …
TRANSCRIPT
PERAN PENDIDIKAN RELIGIOSITAS TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS VIII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh:
Oleh:
Mekhtilde Daso NIM: 051124014
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2010
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
kepada
Kongregasi Suster-Suster Cintakasih
Santo Carolus Borromeus
iv
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “PERAN PENDIDIKAN RELIGIOSITAS TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA”. Penulis memilih judul ini karena prihatin bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan religiositas sebagai komunikasi iman, sebagai sarana pembentukan pribadi ke arah hidup yang lebih baik belum dicapai secara maksimal. Kenyataan menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran pendidikan religiositas siswa seringkali ngobrol, ribut, kurang menghargai dan menganggap remeh pelajaran pendidikan religiositas, mudah ikut-ikutan teman membolos serta kurang disiplin waktu. Siswa cenderung kurang memperhatikan guru selama proses pelajaran berlangsung. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas dan membantu mendampingi siswa dalam memperkembangkan sikap hidup yang lebih baik.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menjelaskan peran pendidikan religiositas di dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Untuk menjawab masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis menyebarkan kuesioner yang berhubungan dengan judul skripsi kepada para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta kemudian mengolah hasil kuesioner tersebut. Di samping itu, penulis membutuhkan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat membantu guru dalam mendampingi siswa.
Untuk menanggapi persoalan-persoalan tersebut, penulis menawarkan rencana program pembelajaran yang membantu meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas demi mengembangkan kecerdasan spiritual siswa. Rencana pembelajaran akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan apabila guru memiliki spritualitas yang mendalam serta terciptanya suasana yang mendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
viii
ABSTRACT
The title of this thesis is “THE ROLE OF RELIGION LESSON IN THE
SPIRITUAL INTELLIGENCE DEVELOPMENT OF THE STUDENT CLASS VIII OF STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA”. The writer chose this title because she is concerned about the process of religiosity lesson as a faith communication, as means of personality formation to the better life did not maximal yet. In the process of religion lesson, the students often talked to each other, noisy, not appreciated and disparaged the religion lesson, absent, and not disciplined. The students did not pay attention to the teacher in the lesson process. May this thesis can help the teachers to increase the implementation of religion lesson and to accompany the students to the better attitude development.
The main problem in this thesis was how to explain the role of religion lesson in the spiritual intelligence development of the student of Stella Duce 2 junior high school class VIII Yogyakarta. To answer this problem the writer need accurate data. So the writer gave questionnaire to the students class VIII of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta, and processed the result of the questionnaire. Beside it the writer need literature to get scientific ideas to help the teachers to accompany the students.
To response the problem, the writer offers lesson planning program to help the teachers to increase the implementation of religion lesson to develop the students spiritual intelligence. It will be going smoothly and reach the goal if the teachers have a deep spiritual and create the good atmosphere in the lesson process.
ix
KATA PENGANTAR
Dalam segala kelemahan dan keterbatasan penulis menghaturkan puji dan
syukur ke hadirat Tuhan, karena berkat limpahan dan kasih sayang-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN PENDIDIKAN
RELIGIOSITAS TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN
SPIRITUAL SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.
Skripsi ini ditulis sebagai bentuk keterlibatan penulis akan perkembangan
proses pembelajaran pendidikan religiositas di masa sekarang dan masa yang
mendatang. Tujuan pendidikan religiositas sebagai pendidikan keimanan dan
pengembangan sikap ke arah hidup yang lebih baik masih belum tercapai secara
maksimal. Maka penulis menawarkan rencana program pembelajaran untuk
membantu meningkatkan pelaksananaan pendidikan religiositas yang membantu
guru dalam mendampingi siswa. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis percaya bahwa selesainya skripsi ini berkat rahmat dan kebaikan
Tuhan melalui dukungan dan perhatian banyak pihak. Maka menyadari semua itu,
pada kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam
kepada semua pihak yang telah menaburi penulis dengan begitu banyak cinta dan
kasih sayang terutama kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., selaku dosen pembimbing
utama yang senantiasa memberikan perhatian, semangat, menyediakan waktu
x
khusus, mengusulkan ide-ide dan saran-saran serta membimbing penulis
selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih untuk semua kesempatan,
bimbingan, kesabaran, perhatian serta kepercayaan yang Romo berikan
sehingga penulis terus berjuang dan termotivasi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
dan sekaligus dosen penguji II yang telah membimbing dan mendampingi
penulis selama masa perkuliahan di IPPAK serta memberikan dukungan dan
dorongan untuk semakin berkembang serta meluangkan waktu mempelajari
keseluruhan isi skripsi.
3. Bapak Y. Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen penguji III yang memberikan
dukungan serta kesediaan beliau meluangkan waktu untuk mempelajari
keseluruhan isi skripsi.
4. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J. yang sangat membantu, memberi dukungan,
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta membantu penulis
untuk melengkapi data-data yang diperlukan.
5. Segenap staf dosen, sekretariat dan perpustakaan, karyawan piket dan parkir
Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, yang telah begitu melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian,
dukungan, bimbingan serta senyuman sapaan yang selalu menguatkan penulis
menjalani proses studi di kampus ini.
xi
6. Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo
Carolus Borromeus yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan pada
penulis untuk menimba ilmu dan mengembangkan diri di kampus IPPAK.
7. Para suster Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus
khususnya komunitas Suryodiningratan yang sangat mendukung penulis
dalam masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini
8. Seluruh staff, para guru, siswa dan karyawan di SMP Stella Duce 2 yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Sahabat-sahabat mahasiswa angkatan 2005 yang berjuang bersama-sama
penulis selama masa perkuliahan dan masa penulisan skripsi ini.
10. Kepada keluarga yang selalu mendukung dalam doa-doa yang sungguh
memberikan kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini telah
menjadi bagian yang sangat berarti dalam hidup penulis serta memampukan
penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan ketidaksempurnaan dalam
penulisan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 14 Mei 2010
Penulis,
Mekhtilde Daso
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 5
E. Metode Penulisan.............................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 6
BAB II. GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN RELIGIOSITAS.......................... 8
A. Pendidikan Pada Umumnya .............................................................. 9
1. Pengertian Pendidikan Pada Umumnya................................ 9
2. Tujuan Pendidikan Pada Umumnya...................................... 11
B. Pendidikan Religiositas..................................................................... 13
1. Pengertian Religiositas................................................................ 13
2. Pengertian Pendidikan Religiositas............................................. 16
C. Latar Belakang Pendidikan Religiositas ........................................... 18
1. Tujuan Pendidikan Religiositas................................................... 19
xiii
2. Fungsi Pendidikan Religiositas ................................................... 20
3. Visi Pendidikan Religiositas ....................................................... 21
4. Misi Pendidikan Religiositas ...................................................... 22
5. Pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas ................................ 23
6. Pendekatan Pendidikan Religiositas ........................................... 24
7. Langkah-langkah Pelaksanaan Pendidikan Religiositas ............. 26
8. Usaha Menggairahkan Proses Pembelajaran Pendidikan
Religiositas.............................................................................. 27
9. Rambu-rambu dalam Pendidikan Religiositas ........................... 28
10. Alternatif Pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas ............... 31
D. Hal-hal Positif Pendidikan Religiositas ............................................ 34
E. Kecerdasan Spiritual ......................................................................... 36
1. Pengertian Spiritual........................................................................... 36
2. Pengertian Kecerdasan Spiritual ....................................................... 36
3. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ........................................................... 38
4. Pendidikan Religiositas Memperkembangkan Kecerdasan
Spiritual ......................................................................................... 38
BAB III. PENDIDIKAN RELIGIOSITAS YANG TELAH DILAKSANAKAN DI KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.................... 40
A. Gambaran Keadaan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta............ 41
1. Sejarah Singkat Perkembangan SMP Stella Duce
2 Yogyakarta .......................................................... 41
2. Keadaan Jumlah Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Periode
2007 - 2009 ....................................................................................... 42 3. Keadaan Jumlah Guru SMP Stella Duce 2
Yogyakarta Perode 2007- 2009 ........................................................................................ 44
4. Visi Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta... 45
5. Misi Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta .. 46
6. Strategi Pendidikan SMP Stella Duce 2
Yogayakarta ........................................................... 47
xiv
7. Tujuan Pendidikan SMP Stella Duce 2
Yogyakarta ............................................................. 49
B. Bentuk-bentuk Kegiatan yang Telah Dilaksanakan di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta...................................................... 50
1. Kegiatan Internal Sekolah ................................................................. 50
2. Kegiatan Eksternal Sekolah .............................................................. 56
C. Penelitian Mengenai Pendidikan Religiositas yang
Dilaksanakan di ....................................................................
Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Akademik
2009/2010.................................................................................................. 57
1. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 57
2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 58
3. Metode Penelitian ............................................................................. 59
4. Laporan Angket dan Hasil Penelitian ............................................... 62
5. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 68
6. Kesimpulan Hasil Penelitian ............................................................. 81
BABA IV. UPAYA PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN RELIGI- OSITAS DEMI PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL.... SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA......... 84
A. Spiritualitas Guru .......................................................................................... 86
B. Sikap-sikap yang Perlu Diwujudkan oleh Guru............................................ 88
C. Rencana Program Pembelajaran ................................................................... 89
1. Pengertian Rencana Program Pembelajaran ..................................... 89
2. Tujuan Rencana Program Pembelajaran ........................................... 90
3. Langkah-langkah Rencana Program Pembelajaran .......................... 91
D. Usulan Rencana Program Pembelajaran ....................................................... 93
1. Latar Belakang Pemilihan Rencana Program Pembelajaran............. 93
2. Alasan Pemilihan Tema .................................................................... 93
3. Silabus Pendidikan Religiositas ........................................................ 96
E. Contoh Persiapan Rencana Program Pembelajaran ...................................... 99
F. Membangun Suasana Kelas yang Kondusif.................................................. 117
xv
BAB V. PENUTUP................................................................................................... 120
A. Kesimpulan ................................................................................................... 120
1. Pendidikan Religiositas..................................................................... 120
2. Pelaksanaan Pendidikan Religiositas ................................................ 122
3. Usaha Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Religiositas ............. 121
B. Saran.............................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 123
LAMPIRAN.............................................................................................................. 125
Lampiran 1: Surat Persetujuan Penelitian dari Kaprodi................................ (1)
Lampiran 2: Surat Penelitian dari Kepala Sekolah ....................................... (2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian................................................................. (3)
Lampiran 4: Tuntunan Pertanyaan Wawancara kepada Guru....................... (6)
Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Guru ................................................ (7)
Lampiran 6: Tuntunan Pertanyaan Wawancara kepada Siswa ..................... (8)
Lampiran 7: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Siswa .......................... (9)
Lampiran 8: Kisah tentang ”Seorang menemukan Kepompong Seekor.......
Kupu-kupu ............................................................................... (10)
Lampiran 9: Contoh Jawaban Kuesioner ...................................................... (11)
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BK : Bimbingan Konseling
Dr : Doktor
Drs : Doktorandus
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Jml : Jumlah
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
KLS : Kelas
KOMKAT : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
L : Lulus
LKTD : Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar
MPK : Majelis Pendidikan Katolik
N : Naik
OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PPR : Pendekatan Pendidikan Reflektif
RPP : Rencana Program Pengajaran
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TL : Tidak Lulus
TN : Tidak Naik
xvii
SQ : Spiritual Quotient
VCD : Video Compact Disc
Yoh : Yohanes
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia terus-menerus mengalami perubahan dan
perkembangan. Untuk menghadapi perubahan dan perkembangan diperlukan usaha
yang terus-menerus agar cita-cita dan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah agar siswa mampu menjadi
pribadi yang berkualitas dan bertanggung jawab akan masa depannya. Melalui
pendidikan para siswa dibantu untuk berkembang baik dari segi mental maupun
spiritual. Ryanto (2002: 3) menegaskan bahwa
tujuan pendidikan adalah demi pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan diri peserta didik agar menjadi pribadi yang matang, dewasa, dan mampu menghadapi permasalahan dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggung jawab, proaktif dan kooperatif sekaligus memiliki pribadi yang berwatak dan berbudi pekerti luhur. Demikian juga dengan pendidikan yang dilaksanakan di SMP Stella Duce 2
sesuai dengan visi dan misi pendidikan yayasan Tarakanita antara lain adalah
menyelenggarakan pendidikan religiositas yang membantu peserta didik
mengembangkan watak yang baik, bersikap jujur, adil dan budi pekerti yang luhur.
Melalui pendidikan religiositas siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap
saling mencintai, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong guna
mengembangkan diri sehingga menjadi manusia utuh (MPK dan Komkat KAS,
2001: 11). Siswa diharapkan semakin berkembang tidak hanya dari segi intelektual
2
tetapi terutama adalah sebagai pribadi dengan seluruh dinamika hidupnya menuju
perkembangan diri yang menyeluruh.
Menyadari pentingnya kemajuan dan perkembangan pribadi siswa demi
hidup dan masa depannya, maka pendidikan religiositas merupakan salah satu sarana
yang membantu siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual. Penulis memiliki kesan bahwa sampai
sekarang ini belum semua siswa menyadari pentingya pendidikan religiositas demi
masa depan dan cita-citanya dan belum semua mewujudkannya dalam hidup sehari-
hari. Tak jarang di antara siswa kurang menyadari tugas dan tanggung jawabnya
dalam belajar misalnya malas, menyontek, bolos sekolah serta mudah terpengaruh
teman sehingga menyebabkan prestasi belajar menurun bahkan ada siswa yang tidak
naik kelas. Tentu saja keadaan demikian sangat menghambat dan mempengaruhi
perkembangan pribadi serta masa depan hidup mereka. Oleh karena itu peran
pendidikan religiositas amat penting dalam membantu mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa.
Agar tercapai tujuan pendidikan religiositas tentunya membutuhkan usaha
perjuangan terus menerus dan membutuhkan pribadi yang bertanggung jawab,
mandiri dan dewasa. Memiliki kecerdasan spiritual berarti seseorang mampu untuk
bekerja mandiri, mempunyai komitmen dan bertindak penuh tanggung jawab, serta
mampu memaknai hidup. Dengan terpenuhi tanda-tanda kecerdasan spiritual
diharapkan seseorang akan membuka diri terhadap setiap pengalaman yang
ditemuinya kemudian dapat menangkap makna yang terkandung di dalamnya.
Seseorang akan menjadi tegar dalam menghadapi setiap permasalahan dan membuka
3
diri untuk memandang kehidupan dengan cara baru dan melihat permasalahan secara
holistik (Zohar dan Marshall, 2000: 14).
Selain itu, Sukidi (2002: 90) menggambarkan pribadi yang mempunyai
kecerdasan spiritual adalah pribadi yang mempunyai kesadaran diri yang mendalam.
Mereka mempunyai standar moral yang tinggi dan kecenderungan untuk merasa
gembira. Mereka mampu memberi perhatian kepada kepentingan orang lain. Dengan
kecerdasan spiritual, siswa mampu untuk terus maju dan berjuang dalam memaknai
setiap peristiwa hidup sehari-hari. Siswa menyadari bahwa melalui tugas dan
tanggung jawabnya ia semakin berkembang. Siswa dikatakan sukses dan berhasil
tidak hanya dilihat dan diukur dari kemampuan intelektual yang dimiliki tetapi dapat
dilihat dari perwujudan sikap dan hidupnya.
Oleh karena itu rencana program pembelajaran membantu guru di dalam
meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas demi mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Membantu guru mendampingi dan
memotivasi siswa untuk menyadari pentingnya peran pendidikan religiositas dalam
hidup sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin menggali dan mengetahui sejauh mana
peran pendidikan religiositas dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa
kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Dalam rangka ini penulis memberi judul
skripsi ini yakni ”PERAN PENDIDIKAN RELIGIOSITAS TERHADAP
PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS VIII SMP
STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA”.
4
Melalui penulisan skripsi ini penulis ingin mengajak para pendidik untuk
semakin memperdalam dan mengembangkan proses pembelajaran melalui berbagai
macam metode pembelajaran yang membantu siswa untuk semakin maju dan
berkembang menjadi pribadi yang utuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penulisan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan religiositas?
2. Sejauh mana pelaksanaan pendidikan religiositas sudah mengembangkan
kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta?
3. Bagaimana cara meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Memperoleh gambaran mengenai pendidikan religiositas siswa kelas VIII SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pendidikan religiositas sudah
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
5
3. Menemukan cara meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas di dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi Pendidik:
Memberi sumbangan gagasan dan hasil penulisan demi tercapainya tujuan dan
maksud pendidikan religiositas dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Bagi penulis:
Menambah pemahaman, pengalaman, pengetahuan serta wawasan akan
pentingnya peranan pendidikan religiositas dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh
melalui studi pustaka dan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai peran
pendidikan religiositas di dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.
6
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini,
penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan latar
belakang permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta
sistematika penulisan.
Bab kedua menguraikan gambaran umum pendidikan religiositas yang
dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, yang terdiri dari lima
bagian. Bagian pertama mengenai pendidikan pada umumnya mencakup pengertian
dan tujuan pendidikan. Bagian kedua mengenai pendidikan religiositas yang terdiri
dari pengertian religiositas dan pengertian pendidikan religiositas. Bagian ketiga
mengenai latar belakang pendidikan religiositas terdiri atas tujuan, fungsi, visi, misi,
pola pembelajaran, pendekatan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, usaha
menggairahkan pembelajaran, rambu-rambu serta alternatif pola pembelajaran
pendidikan religiositas. Bagian keempat mengenai hal-hal positip pendidikan
religiositas dan kelima mengenai kecerdasan spiritual terdiri dari pengertian
spiritual, pengertian kecerdasan spiritual, manfaat dan ciri-ciri serta pendidikan
religiositas mengembangkan kecerdasan spiritual.
Bab ketiga menguraikan pendidikan religiositas yang telah dilaksanakan di kelas
VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama
mengenai gambaran keadaan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang terdiri dari sejarah
singkat perkembangan, keadaan jumlah siswa, keadaan jumlah guru, visi, misi,
7
strategi serta tujuan pendidikan. Bagian kedua mengenai bentuk-bentuk kegiatan
yang dilaksanakan dalam pendidikan religiositas mencakup kegiatan internal dan
eksternal, selanjutnya mengenai penelitian pendidikan religiositas yang
dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang terdiri dari latar
belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, laporan, pembahasan serta
kesimpulan hasil penelitian.
Bab keempat berisi uraian mengenai upaya peningkatan pelaksanaan pendidikan
religiositas demi pengembangan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta terdiri dari enam bagian. Bagian pertama mengenai spiritualitas
guru. Kedua mengenai sikap-sikap yang perlu diwujudkan oleh guru, bagian ketiga
tentang rencana program pembelajaran yang mencakup pengertian, tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran. Keempat mengenai usulan rencana program
pembelajaran terdiri dari latar belakang, alasan pemilihan tema, serta silabus. Kelima
mengenai contoh persiapan rencana program pembelajaran dan terakhir adalah
membangun suasana kelas yang kondusif.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang
sebaiknya dilakukan untuk semakin membantu dalam meningkatkan pelaksanaan
pendidikan religiositas serta mengembangkan metode pendidikan yang lebih menarik
demi perkembangan dan kemajuan siswa.
8
BAB II
GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
Kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan karena pendidikan
hanya menghasilkan pribadi-pribadi yang mementingkan segi intelektual tetapi
kurang memperhatikan segi afektif, nilai-nilai hidup, moral, sosial dan psikomotorik.
Akibatnya seringkali terjadi kurang penghargaan terhadap martabat hidup, terjadi
berbagai bentuk kenakalan dalam diri siswa misalnya siswa membolos pada saat jam
pelajaran berlangsung, minum minuman keras dan menyontek, ataupun melakukan
tawuran, tindakan kekerasan, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
pendidikan agama Katolik sangat membutuhkan pendidikan religiositas sebagai
sarana penanaman nilai dan mutu hidup siswa. Pendidikan religiositas menjadi salah
satu model pendidikan untuk membantu pembentukan sikap siswa.
Pendidikan religiositas mengajak siswa untuk saling mengkomunikasikan
imannya, sehingga siswa mampu menerima setiap perbedaan. Pendidikan religiositas
menjadi sarana bagi siswa untuk menjalin dan memupuk kasih persaudaraan dan
bukan hanya membentuk aspek intelektual (kognitif) yaitu pengetahuan,
pemahaman, tetapi juga membentuk penanaman nilai-nilai hidup dan penerapannya
dalam hidup sehari-hari. Penekanan segi afeksi agar siswa mampu menemukan nilai-
nilai kasih persaudaraan, mampu bersyukur dan berefleksi. Sedangkan aspek
psikomotorik agar siswa mampu bertoleransi dengan sesama yang berbeda agama.
Pemahaman yang lebih luas mengenai pendidikan religiositas akan lebih jelas
jika penulis membahasnya lebih lanjut dalam tiga bagian berikut. Bagian pertama
9
mengenai pendidikan pada umumnya yang mencakup pengertian dan tujuan
pendidikan. Bagian kedua tentang pendidikan religiositas yang terdiri dari latar
belakang, visi, misi, tujuan, fungsi, pola pembelajaran, pendekatan, langkah-langkah
pelaksanaan, rambu-rambu dan alternatif pelaksanaan pendidikan religiositas.
Sedangkan bagian ketiga mengenai hal-hal positif dari pendidikan religiositas.
A. Pendidikan Pada Umumnya.
1. Pengertian Pendidikan Pada Umumnya
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menguraikan
bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan potensi dirinya. Siswa
diharapkan mampu untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
dan akhlak mulia.
Pengertian pendidikan menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 di atas
dipertegas lagi oleh Djahiri Kosasih (1980: 3) yang menyatakan bahwa pendidikan
sebagai upaya yang terorganisir, berencana, dan berlangsung kontinyu membina
peserta didik menjadi insan dewasa dan berbudaya.
Usaha sadar dan terencana dapat diartikan bahwa pendidikan dilakukan secara
sadar melalui pemikiran yang sistematis dan terprogram untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Pemikiran yang sistematis dan terprogram tersebut tertuang dalam
peraturan-peraturan yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar rasa percaya diri, kreatifitas, tanggung jawab dan moral peserta
didik terwujud dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat.
10
Pendidikan sebagai usaha sadar dijabarkan lebih terperinci oleh Mardiatmadja
(1986: 50-51) bahwa pendidikan membantu seseorang agar menyadari nilai-nilai
luhur kemanusiaan dan peranannya dalam hidup bersama. Pendidikan membantu
seseorang agar mengerti tentang arti kemanusiaan, sehingga dapat bersikap dan
bertindak sebagai manusia yang penuh kasih. Pendidikan hendaknya juga
mengusahakan adanya perkembangan spiritual, yang meliputi sikap dan nilai hidup,
pengetahuan, ketrampilan, pengembangan daya estetik, serta perkembangan jasmani
sehingga mampu membangun masyarakat serta membudayakan alam sekitarnya.
Oleh karena itu pendidikan seharusnya berusaha membentuk seseorang menjadi
manusia budaya yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Driyarkara (1966: 69) mendefenisikan pendidikan sebagai pemanusiaan
manusia muda. Pendidikan membantu seseorang secara tekun dan mau bertindak
sebagai manusia dan mengusahakan agar seluruh sikap dan perbuatan sungguh-
sungguh bersifat manusiawi. Pendidikan yang menekankan segi kemanusiaan ini
dipahami sebagai proses humanisasi. Proses humanisasi merupakan suatu usaha yang
sungguh-sungguh bersifat manusiawi yang membantu peserta didik untuk lebih
menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Oleh
karena itu, pendidikan membantu peserta didik untuk lebih manusiawi sebagai proses
yang berlangsung terus-menerus berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan
diberikan agar menyadarkan peserta didik supaya memiliki tanggung jawab terhadap
segala tindakannya serta terbuka terhadap orang lain sehingga menumbuhkan sikap
persahabatan satu sama lain.
11
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas, maka penulis memahami bahwa
hakikat pendidikan pada umumnya merupakan suatu proses, usaha yang terus-
menerus dilakukan untuk membantu peserta didik menjadi pribadi yang utuh, dewasa
dan berkembang secara menyeluruh. Pendidikan hendaknya mampu mengarahkan
siswa untuk mewujudkan sikap dan tindakannya dalam hidup sehari-hari baik dalam
lingkup keluarga, sekolah, masyarakat dan negara. Pendidikan juga dapat membantu
peserta didik agar lebih menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Tujuan
pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu kepada peserta didik melainkan suatu
pembinaan watak, agar peserta didik mengenal dan menghayati nilai-nilai manusiawi
yang terluhur (Mardiatmaja, 1986: 54). Pendidikan hendaknya sungguh-sungguh
mengarahkan dan menjadikan siswa sebagai pribadi manusia dewasa yang utuh yang
sungguh berkembang demi masa depan dan cita-cita mereka. Siswa sebagai subyek
pendidikan yang perlu untuk dihargai sebagai pribadi.
2. Tujuan Pendidikan Pada Umumnya
Tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi seseorang secara bertahap agar
semakin tumbuh menjadi dewasa, bukan hanya dalam hal kemampuan atau
ketrampilan saja, tetapi juga dapat berkembang dalam hal rohani. Tujuan pendidikan
adalah membantu seseorang semakin sadar akan karunia iman yang diterimanya
sehingga dapat menghayati hidup dengan jujur, suci dan benar (Mardiatmadja, 1986:
53).
Pendidikan membentuk pribadi seseorang secara bertahap, artinya pendidikan
membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang semakin menjadi dewasa.
12
Pendidikan membutuhkan suatu proses yang panjang dan waktu yang lama.
Pendidikan membantu seseorang berkembang menjadi dewasa, artinya melalui
pendidikan seseorang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang berguna demi
masa depannya serta bertanggung jawab atas perkembangan hidupnya. Pendidikan
secara bertahap membantu seseorang agar semakin sadar akan karya Allah dan
karunia iman sehingga dengan kesadaran iman yang dimilikinya memampukan
seseorang menghayati hidupnya dengan tulus dan jujur. Pendidikan harus
mengembangkan semua segi-segi kepribadian lahir dan batin siswa secara
menyeluruh sehingga sikap dan tindakannya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan
tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang hendak
dicapai adalah mampu mengembangkan segala potensi yang telah dianugerahkan
Tuhan dan bersyukur atas anugerah yang diterimanya. Siswa diharapkan mampu
mewujudkan sikap hidup sebagai orang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan melalui
sikap dan tindakannya dalam hidup sehari-hari.
Ryanto Theo (2002: 3) menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah demi
pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan diri siswa agar menjadi pribadi yang
matang dan dewasa, mampu menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan diharapkan menghasilkan pribadi yang lebih manusiawi, bertanggung
jawab, proaktif dan kooperatif, sekaligus memiliki pribadi yang berwatak dan
berbudi pekerti luhur. Pendidikan memampukan siswa menjadi pribadi yang dewasa
13
dan matang. artinya, siswa mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan yang
dialami. Siswa dibimbing dan diarahkan agar lebih bertanggung jawab, percaya diri
dan mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan sehingga menghasilkan
pribadi-pribadi yang berguna dan membawa pengaruh yang baik dalam hidup
bermasyarakat.
Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan tersebut di atas maka
penulis dapat mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu siswa agar
berkembang secara utuh. Tujuan pendidikan adalah membantu siswa menjadi pribadi
yang matang dan dewasa, baik dari segi jasmani maupun rohani sehingga mampu
mewujudkan sikap dan tindakannya dalam hidup sehari-sehari. Pendidikan yang
dialami oleh siswa tidak cukup hanya berkembang dari segi intelektual tetapi
sungguh-sungguh membawa siswa semakin berkembang menjadi pribadi yang
matang dan dewasa demi mencapai masa depan.
B. Pendidikan Religiositas
1. Pengertian Religiositas Kata religiositas berasal dari bahasa latin religiosus yang artinya relasi
(Hardjana, 2005: 29). Relasi yang dimaksud adalah relasi antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan sesama, manusia dengan alam dan manusia dengan dirinya
sendiri. Berdasarkan arti kata itu, maka pendidikan religiositas lebih ditempatkan
dalam kerangka pendidikan untuk menumbuhkembangkan semangat dan sikap yang
terbuka dari siswa untuk membangun relasi yang mesra dan mendalam dengan
Tuhan, sesama, alam dan dirinya sendiri menurut agama dan kepercayaan masing-
14
masing (MPK dan Komkat KAS, 2005: 9). Relasi dengan Allah mendorong
seseorang semakin hidup dalam suasana kasih, persaudaraan serta percaya antara
satu dengan yang lain menurut agama dan kepercayaannya. Relasi dengan Allah
memampukan seseorang untuk lebih menghargai sesama, menghargai kehidupan
serta lingkungan alam.
Relasi antara manusia dengan Allah dapat dikatakan sebagai pengalaman
pribadi berjumpa dengan Allah. Pengalaman perjumpaan dengan Allah mendorong
orang untuk menceritakan perjumpaan itu kepada orang lain. Seseorang akan
menceritakan pengalamannya akan Allah itu, seperti apa Allah yang dialaminya,
dimana, kapan, pengalaman itu terjadi, bagaimana kejadiannya, dalam keadaan
seperti apa atau sedang berbuat apa ketika pengalaman itu terjadi. Seseorang akan
menceritakan bagaimana perasaan serta dampak pengalaman itu dalam diri dan
hidupnya (Hardjana, 2005: 48). Pengalaman perjumpaan mendorong seseorang untuk
melakukan hal-hal yang baik yang sesuai dengan kehendak Allah. Segala sikap dan
tindakannya mencerminkan pengalaman perjumpaan pribadi dengan Allah.
Relasi dengan Allah dapat dibangun melalui doa pribadi, doa bersama serta
menjalankan ibadat. Perjumpaan dengan Allah memampukan sesorang mewujudkan
sikap hidupnya yang konkret dengan sesama, maupun dengan alam ciptaan Tuhan
(Hardjana, 2005: 49). Relasi dengan Allah yang terus-menerus dapat membawa
perubahan sikap dalam diri seseorang. Perubahan sikap yang dimaksud adalah
mengarahkan sikap hidupnya ke arah yang lebih baik dan mendorong seseorang
untuk menghayatinya dalam hidup sehari-hari.
15
Kata religiositas berarti suatu sikap yang hikmat dan hormat terhadap hal-hal
yang suci atau diidentikan dengan agama dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Sikap ini dapat membawa kita pada suatu kesadaran dan pemahaman akan
Tuhan yang konkret yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari, yang menekankan
sikap menghargai kehidupan yang memuliakan kedudukan manusia, yang membuat
manusia dapat saling menghargai sesamanya walaupun berbeda keyakinan agama
(Hardjana, 2005: 50).
Religiositas merupakan suatu sikap dasar terhadap Tuhan, yang sifatnya lebih
personal, lebih melihat aspek yang ada dalam lubuk hati serta lebih bersifat batin.
Sikap dasar tersebut tidak hanya di dalam batin seseorang namun diungkapkan dan
diwujudkan dalam berbagai bentuk dan berbagai cara, seperti dalam ritual agama.
Hardjana (2005: 47) menegaskan bahwa
manusia perlu mengembangkan kepekaan terhadap kehadiran Allah dalam peristiwa-peristiwa hidup yang dialaminya. Dengan demikian pengetahuan dan pengalaman akan Allah tidak terjadi dengan sendirinya tetapi perlu suatu usaha. Dengan demikian religiositas merupakan sumber, pangkal, jiwa, semangat dan roh agama. Dalam religiositas itu, agama mendapatkan semangat dan roh yang sebenarnya. Tanpa religiositas agama menjadi kering kerontang seperti tanah tanpa air, sepi seperti rumah tanpa penghuni, kaku seperti batang pohon yang sudah mati, dan dingin seperti badan tanpa nyawa. Manusia perlu mengembangkan kepekaan terhadap kehadiran Allah dalam
setiap peristiwa hidup artinya manusia tidak hanya dapat mengetahui, mengenal
Allah, melainkan juga dapat mengalami dalam hidup nyata. Oleh karena itu dalam
mengembangkan kepekaan terhadap kehadiran Allah tersebut perlu suatu usaha
yang terus-menerus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa religiositas lebih
penting diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Iman tidak cukup untuk diketahui
sebagai pengetahuan dasar tetapi juga harus dihayati dalam hidup sehari-hari.
16
Dalam hal ini penulis dapat mengartikan bahwa religiositas adalah sikap batin
yang hakiki atau sikap dasar yang selalu mengarahkan hidupnya kepada Tuhan dan
diwujudkannya dalam hidup sehari-hari. Religiositas juga merupakan relasi pribadi
antara manusia dengan Allah atau pengalaman perjumpaan dengan Allah sehingga
mampu mewujudkan, mengungkapkan pengalaman tersebut dalam sikap hidup
sehari-hari.
2. Pengertian Pendidikan Religiositas
Pengertian Pendidikan Religiositas menurut Komisi Kateketik Keuskupan
Agung Semarang (2005: 8):
merupakan salah satu bentuk komunikasi iman, baik antar siswa yang seagama dan sekepercayaan maupun siswa yang berbeda agama dan kepercayaan agar membantu siswa menjadi manusia yang religius, bermoral, terbuka dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial, demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera, lahir dan batin, berdasarkan nilai-nilai universal seperti kasih, kerukunan, kedamaian, keadilan, kejujuran, pengorbanan, kepedulian, persaudaraan.
Pendidikan religiositas merupakan komunikasi iman antar siswa dan
membantu siswa menjadi manusia yang religius artinya siswa bersikap sesuai dengan
iman dan kepercayaannya pada Tuhan. Sikap dan tindakan siswa sungguh
berdasarkan pada pengalaman perjumpaan dengan Allah atau berdasarkan
pengalaman relasi dengan Allah. Siswa menghayati hidupnya sesuai dengan apa
yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Komunikasi iman membantu siswa menjadi manusia bermoral artinya
melalui pengalaman iman yang dimilikinya dan dibagikan tersebut, memampukan
dan medorong siswa untuk bersikap dan bertingkah laku yang lebih baik serta
17
bersikap terbuka terhadap sesama yang berlainan agama sehingga mampu membawa
dampak yang baik dalam hidup bermasyarakat sehingga terciptalah suasana
persaudaraan, kerukunan dan kedamaian.
Menurut Listia (2007: 151) pendidikan religiositas merupakan komunikasi
iman mengenai pengalaman hidup antar siswa seagama maupun yang berbeda agama
untuk menumbuhkembangkan sikap batin seseorang agar mampu melihat kebaikan
Tuhan dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya serta mampu melihat
aneka perbedaan sebagai anugerah Tuhan untuk saling melengkapi sehingga mereka
terbantu menjadi pribadi yang utuh.
Pendidikan religiositas memampukan siswa untuk mengembangkan sikap
hidup, nilai-nilai hidup beriman yang lebih baik serta mengajak siswa untuk terbuka
melihat setiap perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada mendorong siswa untuk
saling melengkapi, saling membantu serta saling memperkaya satu terhadap yang
lain. Berdasarkan pengertian pendidikan religiositas tersebut di atas, penulis dapat
mengartikan bahwa pendidikan religiositas sebagai komunikasi iman, dimana dalam
komunikasi iman terjadi dialog antar siswa yang saling terbuka dan percaya satu
dengan yang lain. Pendidikan religiositas memampukan siswa untuk saling berbagi
pengalaman iman masing-masing dan menerima setiap perbedaan sebagai suatu
anugerah sehingga mampu mewujudkan pengalaman imannya dalam hidup sehari-
hari.
18
C. Latar Belakang Pendidikan Religiositas
Pendidikan religiositas dilaksanakan berdasarkan berbagai pertimbangan
mengenai situasi dan keadaan siswa serta perkembangan kemajuan pendidikan
bangsa Indonesia. Situasi dan jumlah siswa dari berbagai latar belakang budaya,
agama serta suku yang beraneka ragam tentunya memampukan dan mendorong
siswa untuk hidup rukun bersatu padu dan terbuka terhadap aneka perbedaan.
Pendidikan agama yang selama ini diterima di sekolah-sekolah dimaksudkan agar
membentuk pribadi siswa ke arah yang lebih baik ternyata kurang diwujudkan dalam
hidup konkret. Oleh karena itu pendidikan religiositas yang telah dilaksanakan di
sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Semarang merupakan salah satu mata
pelajaran yang menggantikan Pendidikan Agama Katolik karena melihat bahwa
pendidikan religiositas merupakan media yang cocok digunakan dan sesuai dengan
keadaan dan situasi siswa.
Majelis Pendidikan Katolik dan Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang
(2009: 18-23) memaparkan beberapa alasan yang melatarbelakangi diadakannya
pelaksanaan pendidikan religiositas antara lain:
Pendidikan agama dalam kenyataan tidak menghasilkan pribadi seperti yang dicita-
citakan, bahkan menghasilkan orang-orang yang berpandangan sempit dan
meremehkan orang lain yang tidak seagama maupun sealiran. Pribadi yang
diharapkan dalam pendidikan agama adalah pribadi yang saling menghargai,
menerima setiap perbedaan serta terbuka terhadap sesama yang berbeda agama.
Kenyataan yang dihadapi bahwa pribadi-pribadi yang diharapkan tersebut dalam
sikap dan tindakan yang dilakukan kurang mencerminkan nilai-nilai agama dan
19
kepercayaan yang dianutnya, sehingga suasana kasih, persaudaraan, kerukunan antar
sesama yang berbeda agama, suku serta budaya kurang diwujudkan.
Pendidikan agama yang dilaksanakan lebih mementingkan segi intelektual dan
hafalan dari setiap bahan pelajaran yang diberikan. Bahan pelajaran yang diberikan
kadang hanya memenuhi persyaratan kurikulum yang berlaku. Kurang
memperhatikan bagaimana siswa memahami dan mengolah secara lebih mendalam
bahan pelajaran. Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang diperoleh dalam pendidikan
agama kurang diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Siswa kurang mampu mengolah
pengalaman-pengalaman melalui bahan pelajaran yang diterima dalam upaya
memperkembangkan dan memperkaya hidupnya. Siswa-siswi yang menerima
pelajaran agama di sekolah Katolik sebagian besar adalah siswa-siswi yang
beragama non Katolik. Jumlah siswa yang demikian terasa kurang relevan apabila
diberi pelajaran agama Katolik, sehingga pendidikan agama yang diberikan kurang
membawa pengaruh terhadap perkembangan sikap siswa.
Dengan adanya latar belakang tersebut di atas, maka pendidikan religiositas
diberikan untuk menggantikan Pendidikan Agama Katolik yang sekarang sedang
berlaku khususnya di wilayah Keuskupan Agung Semarang. Oleh karena itu, siswa
perlu mengetahui, mendengarkan hal-hal baik dari setiap ajaran agama sehingga
kerukunan dan kerjasama dapat terwujud.
1. Tujuan Pendidikan Religiositas
Pendidikan religiositas memiliki tujuan agar apa yang disampaikan kepada
siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan religiositas
20
menurut Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang (2009: 29) adalah
menumbuhkan sikap batin siswa agar mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri
sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya sehingga memiliki kepedulian dalam hidup
bermasyarakat. Di sampng itu membantu siswa menemukan dan mewujudkan nilai-
nilai kasih, menghormati, menghargai serta menumbuhkembangkan kerjasama lintas
agama dan kepercayaan dengan semangat persaudaraan sejati.
Kebaikan Allah dalam diri siswa merupakan anugerah Allah yang diberikan
dengan segala potensi, kemampuan untuk mengembangkan diri menjadi manusia
utuh. Kebaikan Allah juga dianugerahkan kepada sesamanya meskipun ada
perbedaan-perbedaan, sehingga melalui perbedaan itu siswa mampu saling
membantu, menolong, bekerjasama dan saling melengkapi, antara satu dengan yang
lain. Siswa diharapkan dapat mengalami cinta Tuhan dan menanggapi cinta Tuhan
melalui perwujudan sikap hidup sehari-hari baik dengan sesama maupun dengan
alam lingkungan sehingga terwujud suasana persaudaraan sejati (Suhardiyanto, 2008:
2). Melalui tujuan tersebut diharapkan siswa semakin hari semakin berkembang
dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Fungsi Pendidikan Religiositas
Fungsi pendidikan religiositas berdasarkan hasil Komisi Kateketik dan Majelis
Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Semarang (2005: 8) adalah
a. Mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional seperti tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yakni mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
21
Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa dan
disemangati oleh persaudaraan sejati. Siswa perlu dibimbing dan diberi
kesempatan untuk mengembangkan segala potensi, bakat serta kemampuan yang
dimiliki sehingga menjadi pribadi yang beriman, bertanggung jawab demi masa
depannya dan demi kepentingan bangsa dan negara.
b. Mendukung agama-agama dan kepercayaan dalam mengemban tugas untuk
mewartakan firman Tuhan dan mewujudkan dalam hidup bernegara dan
bermasyarakat. Setiap agama diharapkan mampu mewartakan firman Tuhan
sehingga mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan firman.
c. Mendukung keluarga-keluarga dalam mengembangkan sikap religiositas siswa
yang sudah mereka miliki agar semakin menjadi manusia religius, bermoral dan
terbuka. Keluarga adalah anggota masyarakat yang mendukung dan berusaha
mengembangkan potensi siswa sehingga mendorong siswa semakin menjadi
manusia religius yang beriman, bermoral dan terbuka.
d. Mendukung siswa dalam membangun komunitas manusiawi yang dinamis
melalui kegiatan komunikasi pengalaman iman. Siswa diharapkan mampu
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam mengembangkan
imannya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan membantu siswa untuk saling
berbagi pengalaman iman antar satu dengan yang lain.
3. Visi Pendidikan Religiositas
Visi pendidikan religiositas adalah komunikasi iman antar siswa yang seagama
maupun berlainan agama mengenai pengalaman hidupnya yang digali atau
22
diungkapkan sehingga siswa terbantu menjadi manusia utuh (Suhardiyanto, 2008: 3).
Menjadi manusia utuh artinya, mampu berkembang baik dari segi mental, moral
maupun spiritual sehingga dapat bertindak dan melakukan sesuatu dengan baik dan
bertanggung jawab.
Pengalaman hidup yang diolah dan direfleksikan dalam iman dan kepercayaan
masing-masing tersebut dibagikan kepada teman-teman yang berlainan agama. Siswa
terbantu untuk saling terbuka menerima, menghargai setiap perbedaan dan mampu
mewujudkan dalam hidup sehari-hari.
4. Misi Pendidikan Religiositas
Misi dari pendidikan religiositas adalah menumbuhkan sikap batin siswa agar
mampu melihat kebaikan Tuhan dalam diri sendiri, sesama dan lingkungan hidupnya
sehingga memiliki kepedulian terhadap masyarakat, alam dan lingkungan
(Suhardiyanto, 2008: 3). Sikap batin yang dimiliki siswa menggerakkan siswa untuk
semakin peka akan segala sesuatu yang terjadi yang ada di sekitarnya. Siswa mampu
menangkap segala kebaikan, anugerah Tuhan dan bersyukur atas anugerah yang
diterimanya.
Kebaikan Tuhan merupakan anugerah dan potensi-potensi yang ada dalam diri
siswa guna mengembangkan diri menjadi manusia utuh. Perbedaan-perbedaan yang
ada dimaksudkan Tuhan untuk saling melengkapi sehingga para siswa mampu
membangun dan menjalin persaudaraan sejati. Siswa dapat merefleksikan kebaikan-
kebaikan Tuhan yang telah dialaminya dan mampu mewujudkan dalam hidup
23
bersama (Suhardiyanto, 2008: 4). Refleksi yang dilakukan semakin membantu dan
mengarahkan siswa dalam bersikap dan bertindak.
5. Pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas
Proses pembelajaran pendidikan akan berjalan dengan baik apabila memiliki
suatu pola pembelajaran. Maka pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas adalah
komunikasi iman. Siswa saling berbagi pengalaman hidup sesuai dengan ajaran
agamanya masing-masing. Siswa diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman
imannya kepada sesamanya sehingga melalui komunikasi iman siswa saling
memperkaya satu dengan yang lainnya (Suhardiyanto, 2008: 6).
Dalam proses pembelajaran pendidikan religiositas, siswa diajak untuk
membagikan pengalaman yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Pengalaman-pengalaman yang ditemukan siswa kemudian direfleksikan agar siswa
mampu menemukan nilai-nilai kasih dan persaudaraan. Siswa diajak untuk melihat
nilai-nilai universal yang telah ditemukan dari segi iman sesuai dengan ajaran
agama. Siswa dapat mengetahui bahwa ajaran agama lainpun mempunyai
pandangan serupa atas nilai-nilai dari pengalaman tersebut. Pengalaman-pengalaman
yang telah ditemukan diharapkan supaya siswa mampu mewujudkan dalam
perbuatan konkret. Proses pembelajaran ini diakhiri dengan kegiatan evaluasi.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran secara
menyeluruh (Suhardiyanto, 2008: 6). Komunikasi iman sebagai pola pembelajaran
pendidikan religiositas amat penting dalam berproses serta mengolah bahan
pelajaran sesuai dengan pengalaman siswa.
24
6. Pendekatan Pendidikan Religiositas
Proses pembelajaran pendidikan religiositas menggunakan pendekatan
pendidikan refleksi dengan menggunakan tiga unsur yaitu unsur pengalaman, refleksi
dan aksi. Dalam menjabarkan ketiga unsur tersebut, penulis terinspirasi oleh tulisan
Tim Redaksi Kanisius dalam sebuah buku yang berjudul “Paradigma Pedagogik
Reflektif” (2008: 42-44). Unsur pengalaman dimaksudkan agar siswa mampu
menumbuhkan persaudaraan sejati, mampu berkomunikasi berinteraksi serta peduli
pada sesama. Pengalaman dapat diperoleh melalui mendengar cerita dari guru,
melalui gambar, film dan sebagainya. Pengalaman yang telah diperoleh mengajak
siswa agar belajar melihat dan mengalami. Pengalaman dapat dialami dan diperoleh
dari kehidupan sehari-hari misalnya pengalaman ketidakadilan, kekerasan, sehingga
menggerakkan siswa untuk berani mengambil sikap dan bertindak sesuai dengan
norma, moral, etika serta nilai-nilai yang mendukung demi perkembangan
pribadinya.
Unsur pengalaman tidak dapat dipisahkan dari unsur refleksi karena unsur
refleksi sangat membantu siswa mendalami dan memahami serta menemukan
makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya. Guru memberikan pertanyaan
penuntun agar siswa terbantu dalam merefleksikan pengalaman. Siswa diharapkan
agar melalui pengalaman yang ditemukan mampu membentuk pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pengalamannya. Refleksi yang ditemukan
siswa sungguh bermakna jika diwujudkan dalam aksi. Unsur aksi dimaksudkan agar
siswa mampu membangun niat dan mewujudkan dalam perbuatan konkret sesuai
dengan hasil refleksinya.
25
Suhardiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa pola pendidikan refleksi
merupakan penerapan prinsip bimbingan retret ke dalam pendidikan di sekolah.
Dalam prinsip bimbingan retret, pembimbing retret memaparkan pokok-pokok
renungan secara singkat dan ringkas kepada peserta agar menemukan buah-buah
rohani. Peserta retret diharapkan tekun dan aktif sehingga mampu mendalami dan
mencari makna bagi kehidupannya sendiri, karena bukannya berlimpah pengetahuan,
melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenaran, itulah yang
memuaskan jiwa. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran pendidikan
religiositas. Pengetahuan yang diperoleh sungguh-sungguh dicerna, diolah sehingga
menjadi semakin mendalam, bermakna serta berguna demi masa depan.
Proses pembelajaran dengan prinsip bimbingan retret ini diharapkan siswa
mendalami dan mengulang kembali materi pelajaran. Siswa mampu mengolah materi
yang diterima sehingga menggerakkan hati agar menjalani dan melaksanakan sesuai
dengan apa yang telah diterima dan diolah bersama. Selama proses pembelajaran
tersebut, guru diharapkan mampu menjelaskan secara ringkas pokok-pokok bahan
yang akan disampaikan. Guru mengaktifkan siswa dalam mengolah bahan pelajaran.
Guru mampu melihat proses perkembangan siswa dan sejauh mana siswa mampu
mengolah bahan yang diberikan.
Proses pembelajaran dalam pendidikan refleksi ini yang sangat penting adalah
siswa aktif mengolah bahan misalnya siswa bertanya, mendalami dan mengambil
makna dari pelajaran. Guru lebih berperan sebagai pendamping yang memacu siswa
agar siswa aktif dan menemukan makna dan nilai sehingga mampu mewujudkannya
dalam hidup sehari-hari (Suhardiyanto, 2008: 7).
26
Guru sebagai pendamping artinya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
berkembang, berpikir sesuai dengan kemampuan, potensi siswa. Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami dan
dimengerti. Oleh karena itu pola pendidikan reflektif sungguh membantu,
mengarahkan siswa untuk lebih mendalami materi pelajaran sehingga mampu
mengolah dan mencerna serta mewujudkan dalam sikap dan tindakan konkret.
7. Langkah-langkah Pelaksanaan Pendidikan Religiositas
Agar siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan religiositas,
maka diperlukan langkah-langkah yang sesuai dengan proses pembelajaran.
Berdasarkan Komisi Keteketik Keuskupan Agung Semarang langkah-langkah
pembelajaran dapat dijabarkan dalam tiga tahap antara lain sebelum pelajaran
dimulai, selama dan sesudah pelajaran.
Tahap pertama adalah sebelum pelajaran dimulai. Pada tahap ini siswa diberi
tugas untuk membaca atau mempersiapkan bahan pelajaran di rumah dengan
pertanyaan penuntun. Pertanyaan membantu siswa agar memahami bahan atau
materi pelajaran. Siswa diberi tugas sebelum pelajaran yang berhubungan dengan
materi atau bahan yang akan diolah bersama di kelas misalnya melalui pertanyaan
agar siswa sungguh siap dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Tahap kedua adalah selama proses pelajaran berlangsung. Siswa dilibatkan
dalam diskusi kelompok dengan membuat laporan diskusi, praktikum serta
eksperimen. Siswa mempresentasikan bahan di depan kelas, berupa penjelasan atau
pengerjaan soal. Siswa diberi kebebasan untuk mengumpulkan gagasan, ide dan
27
pertanyaan sehingga menemukan jalan pemecahan persoalan. Siswa diajak untuk
mencari dan menemukan makna dari bahan atau materi pelajaran yang dipelajari
untuk hidup mereka.
Tahap ketiga adalah evaluasi yakni siswa diajak untuk mengadakan evaluasi
bersama. Evaluasi dimaksudkan agar siswa berlatih untuk merefleksikan tentang apa
yang telah diterima dan dipelajari selama proses pembelajaran. Merefleksikan
bersama mengenai materi atau bahan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
siswa dan mengajak siswa untuk mengaplikasikan di dalam kehidupan konkret.
Setelah mengadakan evaluasi dan merefleksikan kembali proses pelajaran, siswa
diberi tugas untuk mengerjakan tugas tambahan yang lebih kontekstual dengan hidup
mereka. Tugas tambahan yang diberikan dimaksudkan agar siswa mempersiapkan
pelajaran yang akan datang (Suhardiyanto, 2008: 8).
Langkah-langkah tersebut di atas sangat membantu siswa untuk aktif
mempersiapkan dengan sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran secara
keseluruhan. Bukan hanya guru yang berinisiatif dan aktif melainkan siswa diberikan
kesempatan untuk aktif, berinisiatif dan bertanya serta menemukan makna dari
pelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
8. Usaha Menggairahkan Proses Pembelajaran Pendidikan Religiositas
Dalam proses pembelajaran pendidikan religiositas, perlu adanya usaha untuk
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menggembirakan bagi siswa.
Suasana yang aman, nyaman, damai serta menyenangkan merupakan faktor yang
sangat penting dalam mendukung siswa selama proses pembelajaran, sehingga
28
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Dalam proses
pembelajaran, lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, potensi atau bakat
yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran pendidikan religiositas yang diberikan kepada siswa
dimaksudkan agar mampu mengembangkan pribadi siswa secara utuh beserta bakat,
kemampuan, potensi yang dimiliki siswa. Potensi dasar manusia dapat dibagi
menjadi tujuh kemampuan yakni kemampuan logis matematis, kemampuan bahasa,
kemampuan visual, kemamupan musik, kemampuan gerak, kemampuan
interpersonal dan kemampuan intra personal. Ketujuh kemampuan dasar tersebut
menjadi bagian dari setiap pribadi untuk berkembang secara utuh. Maka
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menggembirakan amat
penting sehingga mampu mengembangkan kemampuan secara maksimal, maka
belajar tidak hanya memperkembangkan sebagian kecil kemampuan yang ada,
melainkan mempekembangkan banyak kemampuan yang lainnya agar terciptalah
kepribadian yang utuh (Suhardiyanto, 2008: 14).
Agar proses pembelajaran sungguh aktif maka guru perlu memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Guru akrab dengan siswa tanpa membeda-
bedakan siswa. Guru memberi pertanyaan yang mudah dan mengena dengan siswa.
9. Rambu-rambu dalam Pendidikan Religiositas
Rambu-rambu dalam pendidikan religiositas artinya syarat yang perlu dimiliki
oleh guru maupun siswa dalam seluruh proses pembelajaran. Adapun syarat yang
29
perlu dimiliki oleh guru yakni sebagai fasilitator dan pendamping. Guru mempunyai
semangat kreatif, terbuka dan mau belajar pada hal-hal yang baru. Guru mampu
merefleksikan dan memaknai pengalaman hidup dan imannya (MPK KAS, 2005: 12-
13). Guru sebagai fasilitator artinya guru mampu membantu memperlancar proses
pembelajaran. Guru memberi inspirasi bagi siswa dalam berpikir, memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya serta memotivasi siswa untuk lebih mengerti
dan memahami pelajaran.
Guru sebagai pendamping artinya guru mampu mengarahkan dan
membimbing siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa agar siswa mampu
menemukan dan memecahkan masalahnya. Siswa perlu dibimbing ke arah
terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan sesamanya. Guru menghargai dan
memahami pribadi siswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Guru
perlu memiliki sikap demokratis dan partisipatif artinya tidak memaksakan
kehendaknya kepada siswa namun memberikan kepada siswa kesempatan untuk
berkembang sesuai dengan potensi bakat kemampuan yang mereka miliki. Guru
perlu berpatisipasi aktif agar memotivasi siswa untuk aktif dan terlibat dalam seluruh
proses pembelajaran.
Guru memiliki semangat kreatif, terbuka dan belajar pada hal-hal baru.
Semangat dan kreatifitas seorang guru sangat penting karena tanpa adanya kreatifitas
dapat menyebabkan kejenuhan, kebosanan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu perlu kreatifitas dari guru dan perlu juga sikap terbuka terhadap
gagasan baru yang mendukung proses pembelajaran.
30
Guru mampu merefleksikan dan memaknai pengalaman hidup dan imannya
sehingga siswa dapat belajar dari pengalaman guru. Siswa mampu meneladan
pengalaman hidup dan pengalaman iman yang telah dikomunikasikan. Untuk
memahami tentang peran guru yang mampu mengamati perkembangan pribadi
siswa, penulis terinspirasi oleh tulisan Thoifuri dalam bukunya “Menjadi Guru
Inisiator” (2007: vi) bahwa guru sebagai inisiator adalah mampu mengetahui dan
memahami kondisi siswa, lingkungan siswa, bakat, kecenderungan, kondisi orang tua
siswa, keberhasilan dan kegagalan siswa. Guru sangat berperanan penting dalam
mengetahui, mengerti, memahami keadaan siswa sehingga mengarahkan siswa untuk
berkembang.
Guru mampu memahami setiap pembelajaran. Guru perlu persiapan mengajar
dengan membuat rencana pembelajaran, sehingga materi yang akan disampaikan dan
diolah sesuai tujuan yang telah direncanakan. Persiapan dan perencanaan yang
matang akan sangat membantu memperlancar proses pembelajaran sehingga siswa
lebih mampu memahami seluruh proses pembelajaran.
Siswa perlu mempelajari dan mendalami ajaran agama dan kepercayaannya
sendiri. Siswa memiliki sikap terbuka artinya menerima, menghargai, menghormati
perbedaan agama dan kepercayaan lain. Siswa aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran artinya siswa berani mengungkapkan pengalaman hidup dan ajaran
agamanya, berani mengekspresikan bakat yang dimiliki dalam proses pembelajaran.
Siswa mampu merefleksikan dan memaknai pengalaman hidup dan imannya serta
mewujudkan hasil refleksi dalam perbuatan nyata (MPK KAS, 2005: 12). Memiliki
sikap terbuka sangat penting bagi siswa sehingga membantu siswa saling berbagi
31
pengalaman imannnya. Melalui pengalaman berbagi, siswa semakin mampu dan
terdorong untuk mendalami ajaran agama dan kepercayaannya. Dalam proses
pembelajaran siswa diajak untuk aktif menyampaikan gagasan ataupun ide-ide
sehingga bukan hanya guru yang aktif namun siswa sungguh terlibat dan kreatif.
10. Alternatif Pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas
Alternatif Pola Pembelajaran Pendidikan Religiositas yang ditawarkan oleh
MPK dan KOMKAT KAS dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pembukaan.
Dalam proses pembelajaran perlu adanya tahap pembukaan yang bertujuan
untuk menghantar pokok bahasan yang akan diolah bersama. Tahap pembukaan
pelajaran terdiri dari pengantar yang mengajak siswa untuk memulai proses
pembelajaran. Siswa mengawali seluruh proses pembelajaran dengan berdoa. Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk memimpin doa sesuai dengan agama
yang dianutnya.
b. Pengungkapan Pengalaman.
Pengungkapan pengalaman dapat berupa cerita rakyat atau cerita kehidupan
yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Pengalaman atau
cerita rakyat sebagai titik tolak untuk memasuki pengalaman siswa. Dalam proses
pengungkapan pengalaman, guru dapat menggunakan berbagai media, film, artikel,
komik, gambar sebagai sarana untuk membantu siswa memperdalam refleksi
32
pengalaman, sehingga siswa semakin menemukan makna dari setiap pengalaman
yang telah diungkapkan melalui cerita tersebut.
c. Refleksi atas pengalaman
Refleksi atas pengalaman bertujuan mengajak siswa untuk menemukan nilai-
nilai atas pengalaman tersebut. Nilai-nilai tersebut terdiri dari refleksi atas
pengalaman misalnya nilai persaudaraan, kasih sayang, tolong menolong dan lain
sebagainya, sehingga pengalaman yang telah ditemukan serta direfleksikan tersebut
sunggguh menjadi milik siswa yang tidak mudah dilupakan namun menjadi suatu
arah untuk mengahayatinya dalam hidup.
d. Pengembangan Refleksi Religiositas.
Pengembangan refleksi religiositas artinya siswa melihat nilai-nilai universal
yang ditemukan sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing kemudian
dikomunikasikan dengan teman-teman yang beragama lain. Setelah siswa
menemukan nilai melalui refleksinya, siswa diajak untuk saling mengkomunikasi
atau mendialogkan nilai refleksi tersebut dengan ajaran agamanya masing-masing
mengenai masalah-masalah yang ada sebagai bahan refleksi. Siswa mendapat
peneguhan atas nilai-nilai yang mereka temukan dan siswa dapat mengetahui bahwa
ajaran agama lainpun mempunyai pandangan serupa atas nilai-nilai dari pengalaman-
pengalaman tersebut.
33
e. Rangkuman dan Peneguhan.
Guru menyampaikan rangkuman dan peneguhan melalui hasil refleksi yang
ditemukan oleh siswa. Guru perlu menekankan hal-hal yang penting bagi siswa
sehingga siswa sungguh memahami, mengerti dan memperoleh peneguhan selama
proses pembelajaran.
f. Pra Aksi dan Aksi
Pra Aksi merupakan aktivitas dalam proses pembelajaran yang menjadi bagian
siswa dalam upaya mengekspresikan refleksi yang telah ditemukan dapat berupa
simbol atau lambang. Siswa dapat mengekspresikan hasil refleksi melalui dinamika
kelompok, melalui permainan-permainan dapat berupa gerak dan lagu atau melalui
alat musik lainnya. Siswa mampu mengekspresikan ide-ide, perasaan, pemikiran
melalui bahan-bahan visual seperti membuat gambar atau lukisan, membuat
dekorasi, dan lain sebagainya. Siswa dapat mengekspresikan ide-ide, perasaan dan
pemikiran ke dalam bentuk penulisan puisi, cerpen, surat serta artikel.
Aksi merupakan perwujudan konkret siswa dari nilai-nilai yang telah
ditemukan yang dilaksanakan sebagai buah dari seluruh proses pembelajaran. Aksi
sangat penting sebagai perwujudan konkret dari refleksi-refleksi yang ditemukan
dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari.
g. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana seluruh proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan
34
yang akan dicapai. Guru dapat mengetahui bagaimana perkembangan serta kemajuan
siswa baik dari segi ilmu maupun dari segi kepribadian siswa.
h. Penutup
Penutup merupakan akhir dari seluruh proses pembelajaran. Penutup diakhiri
dengan doa penutup yang dipimpin oleh guru atau siswa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
Alternatif pola pembelajaran pendidikan religiositas tersebut di atas sungguh
membantu siwa untuk mampu menemukan nilai-nilai hidup dari setiap peristiwa
atau pengalaman yang dijumpai. Pengalaman yang telah direfleksikan tersebut
memampukan siswa untuk saling mengkomunikasikannya kepada teman-teman dan
mendukung mereka untuk saling terbuka dalam berbagi pengalaman serta saling
memperkaya satu dengan yang lain. Makna dari setiap pengalaman yang telah
ditemukan bersama tersebut diwujudkan dalam sikap dan tindakan konkret sehari-
hari, sehingga melalui proses pembelajaran yang telah diterima dan dialami serta
diolah bersama sungguh menjadi suatu makna yang sangat mendalam dan berarti
demi kemajuan dan perkembangan siswa.
D. Hal-hal positif dari Pendidikan Religiositas
Pendidikan religiositas merupakan pendidikan yang membantu siswa untuk
saling terbuka dan berbagi pengalaman iman antar siswa yang berbeda agama dan
kepercayaan. Melalui pendidikan religiositas siswa sungguh dilatih diberi
kesempatan untuk mengetahui, mengerti, memahami serta belajar dari pengalaman
35
iman sesama yang beragama lain. Siswa mengalami dan merasa diperkaya melalui
pengalaman-pengalaman. Hal ini dapat dilihat dari pola, metode, langkah-langkah
yang ada dalam proses pembelajaran pendidikan religiositas. Sebagai contoh
misalnya siswa diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman, kemudian pengalaman
iman yang diperoleh disharingkan kepada teman-temannya yang berbeda agama.
Siswa diajak untuk menemukan makna dan arti dari pengalaman tersebut serta
merefleksikan apa yang telah diterima selama proses pembelajaran. Refleksi yang
telah ditemukan menggerakkan siswa untuk mewujudkan dalam bentuk aksi dan
diakhiri dengan evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan religiositas yang
sedang berlangsung khususnya di Keuskupan Agung Semarang masih sangat relevan
dengan situasi dan keadaan siswa yang beraneka ragam agama, latar belakang dan
budaya.
Penulis menarik kesimpulan bahwa pendidikan religiositas merupakan
pendidikan yang sungguh membantu sisiwa untuk berkembang secara utuh dan
menyeluruh. Pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang, bukan hanya dari segi intelektual namun seluruh proses perkembangan
pribadi siswa baik segi moral, intelektual maupun spiritual siswa. Siswa sungguh
dilatih untuk mengolah hati dan perasaan, sehingga sungguh menjadi pribadi,
menjadi manusia yang bermoral yang membawa perubahan sosial baik dalam hidup
bermasyarakat maupun negara, sehingga suasana kasih, persaudaraan, solidaritas
dapat terwujud.
36
E. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Spiritual
Hardjana (2005: 64) mengatakan bahwa Spiritualitas berasal dari kata spiritus
yang berarti roh, jiwa, semangat. Spiritualitas sering diartikan hidup saleh dan
berbakti kepada Allah, devosi, hidup batin, hidup rohani. Hidup menurut bimbingan
roh Allah. Spiritualitas merupakan peningkatan hidup beragama yang bersumber
pada religiositas. Dengan menghayati spiritualitas, orang beragama menjadi orang
spiritual, yaitu orang yang menghayati Roh Allah dalam hidup nyata sehari-hari
sesuai dengan panggilan dan peran hidupnya berdasarkan nilai-nilai spiritualitas dan
menciptakan gaya hidup serta perilaku menurut nilai-nilai spiritual itu.
Ariwibowo dan Irianti (2003: xiii) mengatakan bahwa kata spiritual memiliki
akar kata spirit yang berarti roh. Kata spirit berasal dari bahasa latin, spiritus yang
berarti bernapas. Spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni. Roh dapat
diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat kita dapat hidup, bernapas dan
bergerak. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa spiritualitas
adalah kekuatan Roh Allah yang ada dalam batin manusia yang menjadi daya gerak
dan memberi daya tahan dalam diri sesorang yang menjalani kehidupannya.
2. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall (2001: 4) mengatakan bahwa Kecerdasan Spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai.
Kecerdasan spiritual menempatkan perilaku kita dalam konteks makna, nilai, tujuan,
dan motivasi yang lebih tinggi. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dipakai
37
untuk merengkuh makna, nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi. Kecerdasan
spiritual adalah cara orang menggunakan makna, nilai, tujuan dan motivasi tertinggi
dalam proses berpikir, dalam keputusan-keputusan yang dibuat dan dalam segala
sesuatu yang patut dilakukan.
Kecerdasan spiritual memampukan seseorang untuk menemukan makna, nilai,
tujuan dan motivasi lebih tinggi dalam perilakunya dibandingkan dengan orang lain.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan moral yang memampukan sesorang untuk
membedakan yang benar dan yang salah. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
yang digunakan untuk membuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang
dalam hidup. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, kecerdasan yang
membuat orang menjadi utuh, dapat mengintegrasikan dalam kehidupan, dalam
aktivitas dan keberadaannya.
Ariwibowo dan Irianti (2003: xiv) mengatakan bahwa Kecerdasan spiritual
adalah kemampuan untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Memiliki
kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat
kehidupan yang kita jalani dan kemana kita akan pergi. Menjadi cerdas secara
spiritual berarti mampu menemukan siapa diri kita yang sebenarnya serta tujuan
hidup kita.
Wisnubrata (2002: 17) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah suatu
kecerdasan dimana kita berusaha menyelesaikan masalah-masalah hidup berdasarkan
makna dan nilai. Suatu kecerdasan dimana kita berusaha menempatkan tindakan-
tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas serta lebih
38
bermakna. Sukidi (2002: 49) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan
kemampuan menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Hal ini berarti
mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin kita.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka yang dimaksud kecerdasan
spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menemukan makna dan nilai dalam
seluruh aspek kehidupan yang dilakukannya.
3. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2001: 14) bahwa orang yang cerdas secara
spiritual memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memiliki tingkat kesadaran yang tinggi,
memiliki sikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Orang
menghadapi penderitaan, rasa sakit dan kesulitan hidup dengan sabar dan tenang,
tidak mudah mengeluh. Bertaqwa kepada Tuhan atau mempunyai keyakinan
terhadap nilai hidup yang kuat. Orang bijak dan bertanggung jawab, hidup yang
damai, tenang dan bahagia. Mampu mendengarkan orang lain, memiliki komitmen,
dedikasi dan iman yang teguh.
Oleh karena itu siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu
memberi makna dari setiap usahanya, memiliki kekuatan untuk terus maju dan
berjuang serta memiliki kegairahan dalam belajar.
4. Pendidikan Religiositas Memperkembangkan Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2001: 11-12) manfaat kecerdasan spiritual adalah
menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan dengan eksistensi manusia: kemana
39
tujuan hidup manusia, untuk apa manusia hidup serta makna penderitaan manusia.
Kecerdasan spiritual bermanfaat untuk menghadapi persoalan-persoalan moral: baik
dan jahat, bijaksana atau tidak bijaksana, untuk serta untuk memberi arti dan makna
nilai hidup. Melalui kecerdasan spiritual orang semakin dilatih untuk lebih bersikap
jujur dan berani dalam mengambil keputusan.
Ryanto Theo dan Martin Handoko ( 2008: 59) mengatakan bahwa salah satu
kesuksesan orang yang cerdas secara spiritual adalah melaksanakan tugas hidup
seperti yang dikehendaki Tuhan. Dapat dikatakan bahwa manfaat kecerdasan
spiritual adalah mampu menjadi berkat bagi orang lain, sehingga dengan memiliki
kecerdasan spiritual seseorang mampu untuk semakin menjadi berkat bagi sesama.
Melalui pendidikan religiositas diharapkan bahwa siswa mampu mengembangkan
kecerdasan spiritual yang dimiliki.
Siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi sadar akan panggilan
hidupnya, mengetahui dan menghayati bahwa lewat tugas dan tanggung jawab
memampukannya untuk berkembang. Siswa mengetahui arah dan tujuan hidupnya
dan hidup dalam relasi dengan Tuhan. Orang yang berelasi dengan Tuhan memiliki
semangat tinggi dalam bekerja. Semangat ini merupakan daya dorong untuk
mengungkapkannya kepada yang lain.
Setelah penulis memaparkan gambaran pendidikan religiositas dan gambaran
mengenai kecerdasan spiritual tersebut di atas, maka penulis akan menggali sejauh
mana peran pendidikan religiositas sudah memperkembangkan kecerdasan spiritual
siswa melalui penelitian di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Suryodiningratan yang
akan dibahas pada Bab III.
40
BAB III
PENDIDIKAN RELIGIOSITAS YANG TELAH DILAKSANAKAN DI
KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
Sesudah penulis menguraikan secara umum dalam Bab II mengenai pendidikan
religiositas, maka penulis ingin menggali secara khusus tentang pendidikan
religiositas yang sudah dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Oleh karena itu dalam bab III ini penulis ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan
pendidikan religiositas telah membantu mengembangkan kecerdasan spiritual siswa
kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Kecerdasan spiritual yang dimaksud
adalah sebagaimana telah diuraikan di dalam bab II.
Pada Bab III, penulis membagi isi bab ini menjadi tiga bagian. Bagian
pertama mengenai gambaran keadaan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang terdiri
dari sejarah singkat perkembangan, keadaan jumlah siswa, keadaan jumlah guru,
visi, misi, strategi serta tujuan pendidikan. Bagian kedua mengenai bentuk-bentuk
kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan religiositas mencakup kegiatan
internal dan eksternal, selanjutnya mengenai penelitian pendidikan religiositas yang
dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang terdiri dari latar
belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, laporan, pembahasan serta
kesimpulan hasil penelitian.
Maksud penulis membagi isi Bab III ke dalam tiga bagian adalah untuk
mengetahui konteks penelitian tentang peran pendidikan religiositas terhadap
perkembangan sikap siswa ke arah yang lebih baik. Penulis ingin mengetahui apakah
41
bentuk-bentuk kegiatan pembinaan iman, mental maupun spiritual serta pendidikan
religiositas yang selama ini dilaksanakan sungguh membawa suatu perubahan dalam
diri siswa baik di lingkup sekolah, keluarga maupun masyarakat.
A. Gambaran Keadaan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
1. Sejarah Singkat Perkembangan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Untuk mengetahui sejarah singkat perkembangan SMP Stella Duce 2 penulis
akan menguaraikannya berdasarkan profil sekolah (2002: 8). Pada tahun 1971 SMP
Stella Duce 2 mulai dirintis oleh Sr. Bernardia, CB dan dibantu oleh bapak
Suhardiman. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta berada di jalan Suryodiningratan nomor
33 dan memiliki luas tanah + 8000 m2 dengan gedung yang bercirikan Dalem
Pangeran. Tanah tersebut dibeli dan dibenahi pada tanggal 16 November 1967 serta
ditempati mulai tanggal 18 November 1967.
Semula SMP Stella Duce 2 adalah sekolah khusus untuk putri, namun melihat
perkembangan jumlah siswa yang semakin banyak dan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan situasi dan keadaaan pada saat itu maka SMP Stella Duce 2 pada tahun
1968 mulai menerima siswa putra. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa putra mulai
mendaftarkan untuk masuk sekolah pada saat itu berjumlah 83 orang.
Tahun 1971 SMP Stella Duce 2 mulai berkembang dan mulai membangun
gedung-gedung baru. Langkah-langkah pembaharuan di bidang pendidikan telah
dilakasanakan melalui proses belajar mengajar demi tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan visi dan misi sekolah. Langkah-langkah pembaharuan khususnya
42
dalam hal pengadaan sarana-sarana dan media pendidikan memungkinkan
terlaksananya proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2. Keadaan Jumlah Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Periode 2007-2009
Data statistik di sekolah SMP Stella Duce 2 menunjukkan bahwa perode
tahun 2007-2008 keadaan jumlah siswa kelas VII sebanyak 142 orang. Siswa yang
naik kelas berjumlah 138 orang sedangkan yang tidak naik kelas 4 orang. Jumlah
siswa kelas VIII berjumlah 153 orang. Siswa yang naik kelas berjumlah 152 orang
dan siswa yang tidak naik kelas berjumlah 1 orang. Jumlah siswa kelas IX 175 orang.
Siswa yang lulus berjumlah 163 orang, sedangkan yang tidak lulus berjumlah 12
orang, dan prosentase kelulusan siswa pada periode tahun 2007-2008 adalah 93,
14%. Periode tahun 2008-2009 jumlah siswa kelas VII 178 orang, jumlah siswa yang
naik kelas 178 orang. Jumlah siswa kelas VIII 192 orang, siswa yang naik kelas
sebanyak 182 orang, sedangkan tidak naik kelas 10 orang. Jumlah siswa kelas IX
136 orang. Siswa yang lulus 159 orang, dan siswa tidak lulus 7 orang, dan prosentase
kelulusan adalah 94,85 %. Peride tahun 2009-2010 Jumlah siswa kelas VII 193
orang, kelas VIII 152, kelas IX berjumlah 177 orang dan proseantase kelulusan
adalah 89,39%. Untuk melihat secara lebih terperinci penulis memaparkan
perkembangan jumlah siswa dalam bentuk tabel di bawah ini berdasarkan sumber
data yang penulis peroleh dari informasi pihak sekolah.
43
Tabel 1 : Gambaran Keadaan Jumlah Siswa SMP Stella Duce 2
Periode 2007-2009
TAHUN KLS
VII
KLS
VIII
KLS
IX
JML
SELURUH
SISWA
PROSENTASE
KELULUSAN
2007-2008 Jml: 142
N :138
TN : 4
Jml: 153
N : 152
TN: 1
Jml:175
L : 163
TL: 12
470 93,14 %
2008-2009 Jml: 178
N :178
Jmlh: 192
N :182
TN : 10
Jml: 136
L: 159
TL: 7
506 94,85 %
2009-2010 193 152 177 522 89’39%
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah perkembangan siswa semakin
bertambah. Sedangkan jumlah siswa berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2: Jumlah Siswa berdasarkan agama yang dianut Periode 2007-2009
TAHUN AGAMA
Periode Katolik Islam Hindu Kristen
2007 - 2008 317 70 3 80
2008 - 2009 355 82 1 68
2009 - 2010 367 92 3 60
44
Data di atas menunjukkan bahwa para siswa menganut berbagai macam agama.
Jumlah siswa yang beragama Katolik lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang
beragama non Katolik.
3. Keadaan Jumlah Guru SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Periode 2007-2009
Jumlah guru sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran dan
membantu perkembangan peserta didik. Oleh karena itu penulis memaparkan
keadaaan jumlah guru berdasarkan data yang penulis peroleh dari sekolah. Pada
tahun 2007 jumlah guru 28 orang. Guru yang menganut agama Katolik berjumlah 27
orang, beragama Islam 1 orang. Tahun 2008 jumlah guru bertambah menjadi 29
orang, terdiri dari agama Katolik 28 orang dan beragama Islam 1 orang. Jumlah guru
2009 adalah 28 guru, yang beragama Katolik 27 dan beragama Islam1 orang. Untuk
melihat secara lebih terperinci maka penulis memaparkan perkembangan jumlah
guru dari tahun 2007-2009 berdasarkan data dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3: Keadaan Jumlah Guru SMP Stella Duce 2 Periode 2007-2009
TAHUN JML GURU AGAMA
Katolik Non Katolik
2007-2008 28 27 1
2008-2009 29 28 1
2009-2010 28 27 1
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah guru SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
sudah mencukupi untuk terlaksananya proses pembelajaran. Jumlah guru tersebut
45
sangat membantu siswa-siswi maju, berkembang mencapai harapan dan cita-cita
serta masa depan yang lebih baik.
4. Visi Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya visi.
Adapun arah dan tujuan pendidikan diselenggarakan adalah demi tercapainya cita-
cita yang diharapkan. Visi pendidikan SMP Stella Duce 2 adalah
mengutamakan pelayanan pendidikan yang penuh kasih sayang, keteladanan dan kesederhanaan, berbela rasa bagi yang berkesesakan hidup, dijiwai sikap jujur, terbuka dan disiplin dengan semangat kekeluargaan demi terwujudnya perkembangan peserta didik yang utuh dan optimal sebagai citra Allah (Profil Sekolah, 2002: 4).
Mengutamakan pelayanan yang penuh kasih artinya dalam proses
pembelajaran sungguh memperhatikan siswa sebagai pribadi yang perlu dihargai dan
dihormati sebagai pribadi yang adalah citra Allah. Oleh karena itu pelayanan yang
penuh kasih persaudaraan sangat mendukung dalam proses pembelajaran. Pelayanan
penuh kasih perlu didasari sikap sederhana dari para pendidik. Sikap sederhana dari
pendidik sangat penting karena menjadi teladan kepada para siswa untuk bersikap
dan bertindak yang baik dan benar.
Sikap bela rasa bagi yang berkesesakan hidup artinya pelayanan pendidikan
sungguh memperhatikan dan mengutamakan siswa yang miskin, tersisih yang
sungguh-sungguh membutuhkan pendampingan serta perhatian. Pelayanan
pendidikan yang mampu mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal
artinya peserta didik berkembang dalam segala segi kehidupan. Perkembangan
peserta didik antara lain dalam hal sikap misalnya peserta didik semakin mampu
46
peduli kepada sesama yang ada di sekitar mereka, lebih menghargai guru dan
menghormati orang tua
5. Misi Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Pendidikan yang berlangsung di SMP Stella Duce 2 tentunya memiliki misi
yang perlu dijalankan. Oleh karena itu penulis akan memaparkan misi pendidikan
SMP Stella Duce 2 berdasarkan profil sekolah (2002: 4) adalah:
a. Guru mampu mengembangkan secara optimal kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa.
Kemampuan siswa meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, kematangan afektif,
kecerdasan emosional, moral dan mental. Dengan mengembangkan kemampuan
tersebut siswa diharapkan mampu memiliki kepribadian yang tangguh, mandiri,
disiplin dan bertanggung jawab. Siswa diharapkan mampu berkembang secara
intelektual artinya segala kemampuan, talenta yang dianugerahkan Tuhan perlu
dikembangkan. Melalui segi intelektual yang dimiliki ini siswa diharapkan semakin
mengalami kebaikan Tuhan dan mensyukuri segala rahmat yang telah Tuhan berikan.
Siswa diajak untuk berpikir kritis, kreatif dalam menghadapi tantangan jaman dan
tidak mudah terpengaruh terhadap tawaran dunia jaman ini.
b. Mengikutsertakan orang tua dalam proses pendidikan dan menyadarkan bahwa
orang tua sebagai pendidik pertama dan utama.
47
Membangun dan menjalin kerjasama dengan orang tua sangat penting dalam proses
pembentukan kepribadian siswa. Dukungan dan keterlibatan orang tua sebagai
pendidik sungguh sangat membantu demi perkembangan dan kemajuan siswa.
c. Menciptakan komunitas karya pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan
nilai-nilai kasih, menumbuhkan kepedulian (solidaritas) terhadap yang berkesesakan
hidup.
Nilai-nilai kasih perlu diperjuangkan agar siswa dapat mengalami kasih dan
kebaikan Allah. Siswa diharapkan mampu bersikap solider dan peka terhadap
kebutuhan sesama.
d. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan menyediakan sarana serta prasarana
yang memadai.
Kerjasama dengan lingkungan masyarakat sungguh sangat membantu
perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Demikian pula dalam hal sarana
dan prasarana sangat mendukung dan membantu siswa dalam seluruh kegiatan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
6. Strategi Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Agar visi dan misi pendidikan dapat terwujud maka perlu adanya strategi dalam
pelaksanaan pendidikan. Profil sekolah (2002: 6) menegaskan bahwa strategi
pendidikan SMP Stella Duce 2 adalah:
48
a. Meningkatkan ketrampilan proses pembelajaran.
Guru sebagai seorang pendidik perlu dan penting dalam usaha untuk meningkatkan
ketrampilan proses pembelajaran, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan dan potensi yang mereka miliki. Guru harus sungguh-sunggguh
berkompeten dalam bidangnya sehingga materi yang disampaikan dalam seluruh
proses pembelajaran mampu memperkembangkan siswa.
b. Meningkatkan semangat membaca dengan menyiapkan ruang baca yang menarik
dan memadai, serta penambahan buku-buku baru bagi siswa maupun guru. Semangat
dan motivasi dalam membaca sangat membantu dan mendukung demi memperluas
wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan dapat
berkembang terus-menerus.
c. Menambah jam pelajaran bagi siswa kelas IX untuk persiapan ujian akhir. Tujuan
menambah jam pelajaran agar siswa kelas IX sungguh-sungguh mempersiapkan
ujian dengan baik sehingga mencapai hasil yang baik.
d. Menyelenggarakan kegiatan yang membantu memperkembangkan kehidupan
rohani siswa antar lain perayaan ekaristi pada kesempatan khusus misalnya pada
pembukaan tahun ajaran pendidikan. Penerimaan sakramen pengampunan dosa
setiap masa Adven dan Prapaskah dan mengadakan ret-ret bersama. Kegiatan
tersebut membantu siswa untuk semakin berkembang dalam hidup rohani.
49
e. Menyelenggarakan rapat guru setiap bulan.
Tujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pendidikan yang telah
dilaksanakan. Mengadakan perbaikan demi perkembangan dan pelaksanaan
pendidikan.
f. Mengadakan lomba seni, pameran dan pentas kreativitas.
Pengadaan kegiatan ini dimaksudkan agar meningkatkan daya kreatifitas guru
maupun siswa. Strategi pembelajaran tersebut sungguh-sungguh membantu guru dan
siswa demi kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolah SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
7. Tujuan Pendidikan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Pendidikan yang dilaksanakan di SMP Stella Duce 2 memiliki tujuan yang
hendak dicapai. Profil sekolah (2002: 5) menegaskan tujuan pendidikan yang
diselenggarakan adalah:
a. Meningkatkan mutu pendidikan yang meliputi semangat belajar guru maupun
peserta didik.
Semangat belajar dan daya juang yang tinggi sangat mendukung keberhasilan nilai
akademik siswa. Guru maupun peserta didik diharapkan mampu berkembang dalam
hal bakat, minat, kemampuan dan mampu memupuk sikap solidaritas sehingga
tujuan pendidikan dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
50
b. Mempertahankan kelangsungan SMP Stella Duce 2 dengan berjuang menanggapi
segala tantangan dan kebutuhan jaman serta terus-menerus mengadakan promosi
sekolah. Tantangan dan kebutuhan jaman semakin berkembang pesat sehingga perlu
adanya usaha untuk mempertahankan pendidikan. Agar pelaksanaan pendidikan
dapat berjalan terus-menerus maka lembaga pendidikan SMP Stella Duce 2
mengadakan kegiatan promosi sekolah.
B. Bentuk-bentuk Kegiatan yang telah Dilaksanakan di SMP Stella Duce 2
Yogyakarta
Seluruh proses kegiatan yang dilaksanakan di sekolah berdasarkan visi misi
sekolah yang ada. Maka seluruh bentuk kegiatan di sekolah merupakan penjabaran
konkret dari visi misi tersebut, sekaligus sebagai usaha untuk mencapai dan
mewujudkan visi misi pendidikan. Secara lebih terperinci, penjabaran konkret visi
misi pendidikan nampak dalam berbagai aktivitas sekolah sebagaimana dijelaskan di
bawah ini berdasarkan profil sekolah (2002: 14-24).
1. Kegiatan Internal Sekolah
Kegiatan internal sekolah adalah segala kegiatan yang dilaksanakan dalam
lingkup sekolah atau melibatkan unsur-unsur sekolah baik secara perorangan maupun
lembaga. Kegiatan internal sekolah terdiri dari:
a. Kegiatan intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler adalah semua kegiatan proses belajar mengajar di lingkungan
sekolah berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum. Kegiatan intrakurikuler mencakup
51
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran di SMP Stella Duce 2
dilaksanakan dengan mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Kegiatan pembelajaran ini tidak hanya merupakan kegiatan di dalam kelas yang
sifatnya monolog, namun proses pembelajaran juga memberi kesempatan pada siswa
untuk kreatif dan berkembang misalnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan di
laboratorium di mana siswa secara aktif menemukan suatu ilmu atau pengetahuan
baru dengan bimbingan dan bantuan guru.
b. Kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar proses
pembelajaran yang bertujuan untuk memberi wadah bagi pengembangan bakat,
minat dan kreativitas siswa di bidang seni, olahraga maupun ketrampilan khusus
lainnya. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuer dilaksanakan pada sore hari mulai pukul
15.30 WIB-17.00 WIB. Para pendamping kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari guru-
guru SMP Stella Duce 2 dan guru pendamping yang berasal dari luar yang bukan
dari SMP Stella Duce 2. Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan antara
lain: kegiatan olah raga yang terdiri dari bola voli, bola basket dan pencak silat.
Kegiatan kesenian antara lain: paduan suara, ensamble musik, band, dan seni tari.
Kegiatan ketrampilan misalnya komputer, menjahit serta kegiatan pramuka.
c. Kegiatan kokurikuler.
Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di luar kegiatan intrakurikuler maupun
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan berhubungan dengan
52
yang dilaksanakan berhubungan dengan usaha pencapaian visi dan misi sekolah.
Kegiatan kokurikuler merupakan usaha sekolah untuk memberikan sebanyak
mungkin kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan diri di luar bidang
akademis khususnya dalam segi ketrampilan, kepribadian dan kehidupan sosial
kemasyarakatan. Kegiatan kokurikuler yang dilaksanakan di SMP Stella Duce 2
antara lain:
1) Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi dilaksanakan pada kesempatan-kesempatan khusus yakni
pada pembukaan dan penutupan tahun ajaran, persiapan ulangan umum baik
semester ganjil maupun semester genap, perayaan ulang tahun sekolah serta pada
perayaan Natal dan Paskah. Perayaan ekaristi biasanya diadakan di sekolah atau di
Gereja paroki Hati Kudus Yesus Pugeran Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan salah
satu wahana pembinaan mental spiritual baik bagi guru maupun siswa. Selain itu
melalui kegiatan perayaan Ekaristi siswa memiliki kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan khususnya berkaitan dengan liturgi
misalnya sebagai lektor, dirigen, putra altar dan sebagainya
2) Pembinaan Mental Spiritual
Kegiatan pembinaan mental spiritual adalah seluruh kegiatan yang bertujuan
khusus untuk mengembangkan kualitas mental dan spiritual peserta didik. Oleh
karena itu pembinaan mental spiritual lebih menekankan unsur psikologis maupun
rohani. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kepribadian dengan berbagai
53
macam kegiatan yang menarik sekaligus mendidik. Kegiatan pembinaan mental
spiritual antara lain:
a. Gladi Rohani
Gladi rohani merupakam suatu bentuk lain dari kegiatan rekoleksi atau retret
singkat. Kegiatan gladi rohani dilaksanakan tidak hanya untuk siswa yang beragama
Katolik melainkan bagi seluruh siswa kelas tiga. Oleh karena itu, materi yang
diproses lebih menitikberatkan pada proses pengolahan batin atau hati nurani dengan
metode refleksi dan meditasi. Siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan hidup
mereka di hadapan Tuhan. Siswa diharapkan mengalami dan mendapatkan
penyegaran dan pencerahan rohani yang dapat membentuk pola kepribadian mereka.
Siswa diharapkan juga semakin mampu mensyukuri rahmat kehidupan yang telah
diterima.
b. Kemah Rohani
Kegiatan kemah rohani secara khusus untuk siswa kelas VII sebagai
kelanjutan dari kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir tahun
ajaran setelah diadakan ulangan umum. Melalui kegiatan kemah rohani ini, siswa
diajak untuk melatih dan mengembangkan nilai-nilai hidup yang menyangkut
kemandirian, solidaritas, cinta lingkungan, kemampuan bekerjasama dengan teman-
teman mereka dan berinteraksi dengan masyarakat. Siswa semakin mampu
menginternalisasikan nilai-nilai hidup dalam diri mereka dan mengembangkannya
dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah maupun dalam hidup
bermasyarakat.
54
c. Penyuluhan tentang Narkotika dan Obat-obat Terlarang
Penyuluhan tentang narkotik dan obat-obat terlarang penting dilaksanakan
agar siswa tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang.
Sekolah bekerjasama dengan dengan berbagai pihak misalnya pihak kepolisian,
pihak kehakiman dan kejaksaan serta pihak lain misalnya Yayasan Cipta Anak
Bangsa dalam menyelenggarakan penyuluhan tentang narkotika dan obat-obat
terlarang. Siswa diberi informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang berbagai
macam jenis narkotik dan obat-obat terlarang serta akibat penyalahgunaannya baik
dari segi mental, kesehatan, maupun dari segi hukum.
d. Bulan Kesehatan
Setiap bulan Agustus SMP Stella Duce 2 Yogyakarta menyelenggarakan
kegiatan pembinaan kesehatan bagi para siswa. Kegiatan pembinaan khususnya pada
bulan Agustus adalah adalah pendidikan seksualitas. Siswa diharapkan semakin
memahami perkembangan seksualitas mereka sehingga mampu mengambil sikap dan
tindakan yang tepat terhadap diri sendiri maupun terhadap teman-teman.
e. Konseling
SMP Stella Duce 2 menyelenggarakan program bimbingan dan konseling
dengan maksud memberikan pendampingan dan pembinaan yang efektif bagi
perkembangan siswa. Mengadakan kerjasama dengan para orangtua siswa dan
mengundang para orang tua siswa ke sekolah untuk membahas permasalahan dan
perkembangan studi anak-anak mereka. Para guru Bimbingan Konseling
55
mengadakan kunjungan ke rumah para siswa khususnya yang mengalami suatu
permasalahan dalam studi. Program ini dimaksud untuk mengetahui secara lebih
dekat latar belakang siswa agar dapat menentukan kebijakan pendampingan dan
bimbingan secara lebih efektif.
f. Studi Wisata.
Studi wisata merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam
bentuk paket wisata. Siswa diberi kesempatan untuk mengolah setiap pengalaman,
peristiwa yang mereka temukan dan alami dalam kegiatan wisata. Agar tujuan
kegiatan dapat tercapai maka para siswa dibantu dengan tugas-tugas yang diberikan
oleh para guru, sehingga siswa sungguh mampu mengolah setiap pengalamannya
masing-masing.
g. Gelar Musik dan pameran seni
Gelar musik biasanya diselenggarakan pada bulan April dan dikelola
sepenuhnya oleh para murid. Para guru khususnya guru seni musik bertindak sebagai
pendamping. Hal ini dilakukan agar para murid memiliki kesempatan yang besar
untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam berorganisasi. Pameran seni dan
pagelaran musik merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan hasil
karya mereka dalam bidang seni. Siswa diajak untuk mampu bekerjasama dengan
teman-teman.
56
h. Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD)
Latihan kepemimpinan tingkat dasar merupakan salah satu kegiatan dari proses
pembentukan pengurus OSIS. LKTD merupakan kesempatan bagi para siswa
khususnya para pengurus OSIS yang baru dalam menyusun program kegiatan untuk
jangka waktu satu periode kepengurusannya. Para siswa diajak untuk melatih dan
mengembangkan potensi-potensi kepemimpinan yang ada dalam diri mereka.
Dengan demikian mereka diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka
sebagai pengurus OSIS. Siswa mampu menjadi penggerak bagi teman-teman mereka
sebagai pengurus OSIS dan penggerak bagi teman-teman mereka di sekolah dalam
usaha menciptakan lingkungan sekolah yang semakin kondusif bagi terwujudnya
proses pembelajaran yang baik.
2. Kegiatan Eksternal Sekolah
Kegiatan eksternal adalah kegiatan yang dilakukan di luar lingkup sekolah dan
berkaitan dengan aktivitas lembaga lain. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin
kerjasama yang baik dengan pihak atau lembaga lain serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk melatih dan mengembangkan kepekaan serta kepedulian sosial
kemasyarakatan. Penulis akan menguaraikan kegiatan-kegiatan eksternal sekolah
berdasarkan profil sekolah (2002: 22-24) adalah sebagai berikut:
a. Bakti Sosial
Kegiatan bakti sosial merupakan kegiatan rutin yang diprogramkan oleh OSIS
dan dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
57
dana sosial setiap bulan dan diserahkan ke panti asuhan dengan tujuan untuk
membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu.
b. Kegiatan Festival dan Perlombaan.
Kegiatan festival dan perlombaan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
pada siswa untuk berkespresi dan memiliki kepercayaan diri. Kegiatan perlombaan
yang dilaksanakan misalnya mengikuti lomba majalah dinding, cerdas cermat dalam
bahasa Inggris sehingga membantu siswa agar mampu berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris secara baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
tersebut di atas merupakan bentuk kegiatan yang membantu agar siswa berkembang
baik dari segi mental, spiritual dan potensi serta melatih untuk lebih terbuka dan
bekerjasama dengan orang lain.
C. Penelitian Mengenai Pendidikan Religiositas yang Dilaksanakan di Kelas
VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Akademik 2009/2010
1. Latar Belakang Penelitian
Siswa SMP Stella Duce 2 merupakan remaja awal yang mempunyai latar
belakang dan karakteristik yang berbeda-beda baik kondisi fisik, psikis, serta
lingkungan keluarga, suku, budaya dan agama. Perbedaan tersebut sangat
mempengaruhi bagaimana cara bertindak siswa baik di lingkungan masyarakat
maupun di lingkungan sekolah. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut seringkali
menjadi sumber konflik atau sumber masalah di sekolah. Masalah yang terjadi
misalnya siswa kurang menghargai teman yang berbeda agama, mudah terpengaruh
58
dan ikut-ikutan teman yang membolos, kurang disiplin, menyontek pada saat
ulangan, pergaulan bebas serta kurang disiplin waktu.
Situasi yang demikian menunjukkan bahwa pendidikan keagamaan yang
dilaksanakan di sekolah belum mampu membentuk kepribadian dan sikap siswa
untuk hidup ke arah yang lebih baik. Pendidikan yang dilakukan lebih mementingkan
dan menekankan segi intelektual, sehingga pendidikan kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk peduli, bersosialisasi serta berinteraksi dengan orang
lain. Semuanya itu sangat mempengaruhi perkembangan psikologis dan moral siswa
dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari.
Sebagai upaya membantu siswa agar berkembang dalam aneka perbedaan,
maka usaha sekolah adalah menggunakan pendidikan religiositas sebagai salah satu
cara membantu mengembangkan sikap hidup siswa ke arah yang lebih baik. Melalui
pendidikan religiositas ini siswa diharapkan untuk saling menghargai, menghormati
dan bekerja sama. Siswa mampu berbagi pengalaman sesuai dengan ajaran agama
yang dianut sehingga siswa sungguh mengalami diperkaya antar satu dengan yang
lain. Maka melalui penelitian penulis ingin mengetahui sejauhmana peran pendidikan
religiositas sudah membantu mengembangkan sikap siswa kelas VIII SMP Stella
Duce 2 ke arah hidup yang lebih baik.
2. Tujuan Penelitian
a. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pendidikan religiositas siswa kelas
VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
59
b. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan religiositas di SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta.
c. Menemukan kendala-kendala pelaksanaan pendidikan religiositas dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
3. Metode Penelitian
a. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah
metode observasi dan kuesioner. Metode observasi artinya penulis terlibat secara
langsung misalnya penulis hadir secara langsung di dalam kelas bersama siswa-siswi
untuk mengamati aktivitas pelaksanaan pembelajaran pendidikan religiositas di kelas
VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Sedangkan metode kuesioner maksudnya
bahwa responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari sekian banyak
jawaban yang sudah disediakan untuk mendapat informasi secara langsung tentang
diri responden. Jenis kuesioner yang digunakan bersifat semi tertutup (Purwanto,
2007:34).
b. Populasi dan sampel.
Populasi penelitian ini adalah para siswa-siswi kelas VIII tahun ajaran
2009/2010 di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 182 siswa. Terdiri dari
lima kelas yakni kelas Bromo, kelas Semeru, kelas Lawu, kelas Muria dan kelas
Rinjani. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling,
60
adalah pengambilan sampel berdasarkan keperluan penelitian. Artinya setiap
individu dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (Purwanto, 2007:
47). Pertimbangan tertentu artinya sesuai dengan kebutuhan serta keadaan situasi
yang ada dalam hal ini misalnya dari pihak sekolah menentukan kelas untuk
dijadikan sampel dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan keadaan dan kebutuhan data penelitian serta berdasarkan hasil
wawancara serta pertimbangan dari pihak sekolah. Adapun proses pengambilan
sampel adalah penulis mengadakan wawancara singkat dengan kepala sekolah SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta. Dengan maksud bahwa sampel tersebut sungguh sesuai
dengan kebutuhan dan kebijakan dari pihak sekolah. Berdasarkan pertimbangan dan
pembicaraan dengan kepala sekolah pada tanggal 30 Agustus 2009, maka responden
yang akan digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas Lawu dan kelas Muria.
Kepala sekolah menentukan kelas Lawu dan kelas Muria dijadikan sampel karena
alasannya bahwa kelas ini kebanyakan siswa nakal dan selalu ribut pada saat jam
pelajaran berlangsung, sehingga sangat perlu untuk diperhatikan dan membutuhkan
pendampingan khusus. Kelas Lawu berjumlah 30 siswa dan kelas Muria berjumlah
30 siswa sehingga diharapkan jumlah 60 siswa ini sudah bersifat repesentatif artinya
dapat mewakili keseluruhan siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan angka mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data dengan menghitung frekuensi dan prosentase hingga pembahasan
hasil data (Purwanto, 2007: 63).
61
d. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan pada kelas VIII di SMP Stella Duce
Yogyakarta. Waktu penelitian diadakan pada bulan Oktober 2009.
e. Variabel Penelitian.
Variabel Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pendidikan religiositas siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
2. Tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan religiositas di SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
3. Kendala-kendala pelaksanaan pendidikan religiositas.
Alasan penulis memilih variabel tersebut di atas sebagai variabel penelitian
adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran religiositas
di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Penulis ingin mengetahui bagaimana
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan interaksi antar siswa
sendiri. Penulis juga ingin mengetahui apakah pelaksanaan pendidikan religiositas
sudah berhasil atau belum, apakah siswa terbantu dalam mengembangkan sikap
yang lebih baik. Penulis ingin mengetahui hambatan atau kendala dalam
pelaksanaan pendidikan religiositas agar dapat menemukan cara dalam mengatasi
hambatan sehingga mampu meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas di
kelas VIII SMP StellaDuce 2 Yogyakarta.Variabel tersebut dapat dilihat dalam
bentuk tabel di bawah ini:
62
Tabel 4: Variabel Penelitian
No Variabel No. Item Jumlah
1 Pelaksanaan pendidikan religiositas di
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
1, 2, 3, 4, 5 5
2 Tingkat keberhasilan pelaksanaan
pendidikan religiositas
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15
10
3 Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan
religisositas
16, 17, 18,19,20 5
Total 20
4. Laporan Angket dan Hasil Penelitian
a. Laporan Angket.
Sebelum penulis memberikan angket kepada kepala sekolah SMP Stella Duce
2 Yogyakarta pada tanggal 2 September 2009, penulis mengadakan survei terlebih
dahulu untuk mengetahui keadaan dan situasi siswa-siswi pada umumnya dan secara
khusus siswa-siwi kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Angket yang dibagikan
kepada siswa kelas VIII berjumlah 60 eksemplar.
Angket tersebut rencana semula akan diserahkan kepada wali kelas Bromo
dan wali kelas Semeru dan selanjutnya akan dibagikan kepada siswa-siswi, namun
pada tanggal 4 dan 5 September 2009 guru yang bersangkutan berhalangan dan
kepala sekolah memberikan kesempatan kepada penulis secara langsung untuk
masuk ke ruang kelas selama dua hari untuk mengadakan pengisian angket.
Sebelum mengadakan pengisian angket, penulis menjelaskan maksud dan
tujuan angket tersebut kepada siswa. Setelah pengisian angket tersebut penulis segera
63
memeriksa kelengkapan jawaban dan jumlah keseluruhan angket tersebut. Angket
yang dikumpul berjumlah 60 eksemplar sesuai dengan jumlah siswa-siswi yang ada
di kelas Bromo dan kelas Semeru. Maka data yang telah diperoleh akan disajikan dan
dibahas pada bagian berikut ini.
b. Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian dan pembahasannya
berdasarkan variabel penelitian seperti yang tercantum pada tabel 4 di atas.
1) Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Religiositas di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Gambaran pelaksanaan pendidikan religiositas terdiri dari proses pembelajaran
berlangsung baik dari guru maupun murid, cara penjelasan guru serta metode yang
digunakan guru. Siswa-siswi diharapkan mengerti, memahami serta mengetahui
sejauh mana proses pelaksanaan pendidikan religiositas sunggguh dijalankan dengan
baik. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan religiositas tersebut dapat
dilihat dari hasil angket dalam tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5: Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Religiositas di SMP Stella Duce 2
Yogyakarta, N = 60
No item
Pernyataan Frek. %
1
Selama proses pembelajaran guru dan murid saling
berbagi pengalaman hidup
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
14
34
10
2
0
23,33
56,66
16,66
3,33
0
64
No item
Pernyataan Frek. %
2
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mensharingkan pengalaman sesuai ajaran agama
masing-masing
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
16
33
11
0
0
26,66
55,00
18,33
0
0
3
Selama perlajaran guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
46
14
0
0
0
76,66
33,33
0
0
0
4
Selama pelajaran sarana yang digunakan guru selalu
berfariasi
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
17
24
14
5
0
28,33
40,00
23,33
8,33
0
5
Guru menjelaskan dengan baik materi pelajaran
S = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
34
21
5
0
56,66
35,00
8,33
0
65
Item nomor 1 dalam tabel di atas menunjukkan sekaligus memberi gambaran
bahwa selama proses pembelajaran berlangsung guru dan murid saling berbagi
pengalaman. Responden yang menjawab setuju 56,66%. Menurut penulis jawaban
tersebut dapat bersifat representatif artinya mewakili pernyataan para siswa secara
keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa selama proses pelajaran berlangsung para
siswa umumnya mengalami saling berbagi pengalaman antar guru dan murid,
sedangkan 3,33% responden menjawab tidak setuju apabila selama proses
pembelajaran guru dan murid saling berbagi pengalaman hidup. Beberapa siswa
mengungkapkan alasan mengapa mereka tidak setuju apabila dalam peroses
pelajaran adanya saling berbagi pengalaman hidup bahwa mereka malu kalau
pengalaman hidupnya diceritakan dan diketahui oleh teman-temannya maupun oleh
guru sehingga mereka memilih tidak setuju.
Jawaban responden dalam item nomor 2 menunjukkan bahwa guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman sesuai
ajaran agama masing-masing. Responden memilih jawaban setuju sebanyak 33 orang
atau 55,00%. Hal ini memberi gambaran bahwa siswa-siswi di SMP Stella Duce 2
Yogyakarta mendapatkan kesempatan untuk mensharingkan pengalaman sesuai
ajaran agama masing-masing. Responden yang memilih ragu-ragu dalam
memberikan jawaban 18,33%. Menurut penulis ada 11 orang yang masih ragu-ragu
dalam memberikan jawaban. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa-siswi masih
merasa belum pasti dalam memberikan jawaban sehingga dikatakan ragu-ragu bahwa
selama pelajaran guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk mensharingkan
pengalaman sesuai dengan ajarannya masing-masing.
66
Para reponden sebagian besar menjawab sangat setuju bahwa selama pelajaran
berlangsung guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya yaitu sekitar
76,6% dan menjawab setuju 33,33%. Maka berdasarkan frekuensi yang terlihat
dalam item di atas dapat digambarkan bahwa siswa-siswi kelas VIII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta sungguh mengalami kesempatan untuk bertanya pada saat
pelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil jawaban dalam item nomor 4, para responden menjawab
setuju bahwa sarana yang dipakai guru selama pelajaran selalu berfariasi 40%.
Responden yang menjawab tidak setuju 8,33%. Menurut pemahaman penulis bahwa
sarana yang digunakan guru selama proses pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga
sungguh membantu dalam proses pembelajaran.
Jawaban pertanyaan nomor 5 dalam tabel di atas menggambarkan responden
yang menjawab sangat setuju dengan pernyataan bahwa guru menjelaskan dengan
baik materi pelajaran ada 34 orang atau 56,66%. Sedangkan responden yang
menjawab ragu-ragu 8,33%. Menurut pemahaman penulis dapat dikatakan bahwa
sebagian besar siswa-siswi mengalami bahwa guru menjelaskan dengan baik materi
pelajaran pendidikan religiositas.
2) Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Pendidikan Religiositas di kelas VIII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Pada bagian ini, penulis mengemukakan mengenai tingkat keberhasilan
pelaksanaan pendidikan religiositas di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tersebut penulis memberikan sepuluh pertanyaan.
67
Kesepuluh pertanyaan ini saling berhubungan antara satu dengan yang lain untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah memahami dan menghayati pendidikan
religiositas yang diterimanya dalam kehidupan konkret sehari-hari. Hal ini akan
terlihat dari hasil angket dalam tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6: Tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan religiositas di SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta, N = 60
No Item
Pernyataan Frek %
6
Saya semakin menghargai dan bekerjasama dengan
teman yang berbeda agama
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
35
23
2
0
0
58,33
38,33
3,33
0
0
7 Saya lebih senang dan bersemangat mengikuti
pelajaran pendidikan religiositas
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
7
37
13
3
0
11,66
61,66
21,66
5,00
0
8 Saya semakin terbuka untuk berbagi pengalaman
dengan teman yang berbeda agama
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
23
23
13
1
38,33
38,33
21,66
1,66
68
No Item
Pernyataan Frek %
STS = Sangat Tidak Setuju
0 0
9
Saya semakin mampu menemukan kebaikan-kebaikan
Tuhan dalam diri sesama
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
34
22
4
0
0
56,66
36,66
6,66
0
0
10
Saya semakin rajin dan tekun dalam belajar
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
16
24
20
0
0
26,66
40,00
33,33
0
0
11 Saya tidak tergoda untuk membolos dan mencari-cari
alasan untuk tidak mengikuti pelajaran pendidikan
religiositas
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
36
13
6
3
2
60,00
21,66
10,00
5,00
3,33
13
Saya semakin mudah bergaul dengan teman tanpa
memandang perbedaan agama, suku, dan ras
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
42
16
2
0
70,00
26,66
3,33
0
69
No Item
Pernyataan Frek %
STS = Sangat Tidak Setuju 0 0
14
Saya tidak membuang sampah di sembarang tempat
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
14
30
16
0
0
23,33
50,00
26,66
0
0
15 Saya tidak menyontek pada saat ujian
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
19
28
12
1
0
31,66
46,66
20,00
1,66
0
Hasil jawaban responden pada item nomor 6 menunjukkan penghayatan sikap
siswa seperti dalam pernyataan bahwa saya semakin menghargai dan bekerjasama
dengan teman yang berbeda agama. Dari pernyataan tersebut ternyata para responden
lebih banyak menjawab sangat setuju 58,33%, sedangkan 3,33% responden
menjawab tidak setuju. Penulis memberi gambaran bahwa melalui pendidikan
religiositas siswa semakin menghargai dan bekerjasama dengan teman yang berbeda
agama sehingga semangat kerjasama serta suasana kasih persaudaraan dapat
terwujud.
Para responden dalam item nomor 7 memilih senang dan bersemangat
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas, ini terlihat dari jawaban responden. Dari
60 responden, ada 37 orang atau 61,66% yang mengatakan setuju dan 5,00%
70
responden menjawab tidak setuju. Tampak bahwa siswa senang dan bersemangat
dalam mengikuti pelajaran pendidikan religiositas.
Responden semakin terbuka untuk berbagi pengalaman dengan teman yang
berbeda agama, hal ini dirasakan oleh 38,33% yang mengatakan sangat setuju dan
38,33% yang mengatakan setuju. Sedangkan 1,66% menjawab tidak setuju. Menurut
analisa penulis, jawaban responden tersebut dapat menggambarkan bahwa melalui
pendidikan religiositas yang telah diterima sungguh menyadarkan siswa serta
mendorong meraka untuk semakin berani dan terbuka berbagi pengalaman dengan
teman yang berbeda agama. Di samping itu, para siswa juga lebih mengenal satu
dengan yang lain dalam aneka perbedaan yang ada. Ketika ditanya apakah mereka
mampu menemukan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam diri sesama seperti tercantum
dalam item nomor 9, ada 56,66% responden menjawab sangat setuju dan hanya
6,66% responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para
siswa mampu menemukan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam diri sesama.
Siswa semakin rajin dan tekun dalam belajar serta sebagian besar responden
menyatakan pendapat setuju 40% sedangkan 33,33% responden menyatakan ragu-
ragu dalam memberikan jawaban pada item nomor 10. Menurut analisa penulis
berdasarkan hasil yang ada bahwa perlu usaha untuk meningkatkan semangat serta
memotivasi para siswa agar semakin semangat, rajin dan tekun dalam belajar.
Dalam item nomor 11, diungkapkan bahwa siswa tidak tergoda untuk membolos dan
mencari-cari alasan untuk tidak mengikuti pelajaran pendidikan religiositas 60%
responden menyatakan pendapat sangat setuju, 3,33% responden menyatakan sangat
71
tidak setuju dengan pendapat tersebut. Tampak bahwa para siswa memiliki sikap
untuk tidak suka membolos.
Responden semakin menghormati guru dan orang tua, hal ini terlihat dari
jawaban bahwa 53,33% responden menyatakan pendapat sangat setuju dan 5,00%
menyatakan ragu-ragu dalam memberikan jawaban atas pernyataan tersebut.
Tindakan menghormati, menghargai guru dan orang tua merupakan perwujudan
kasih yang tercermin dalam pribadi siswa. Nilai kasih yang ada dalam diri siswa juga
nampak dalam sikap bahwa mereka semakin mudah bergaul dengan teman tanpa
memandang perbedaan agama, suku dan ras. Atas pernyataan ini dalam item nomor
13 ada 42 atau 70,00% responden menjawab sangat setuju terhadap pernyataan
tersebut. Jawaban dari para reponden tersebut menurut penulis telah mewakili
pemahaman dan perwujudan konkret dalam kehidupan sehari-hari yang mereka
alami melalui pendidikan religiositas yang telah diterimanya.
Pada item nomor 14 dalam tabel di atas, 50% responden menjawab setuju
terhadap pernyataan bahwa tidak membuang sampah di sembarang tempat dan
23,33% menyatakan sangat setuju. Apabila menghadapi ujian di sekolah para
responden dalam item nomor 15 mengatakan bahwa sebagian besar responden
(46,66%) menjawab setuju bila saat ujian tidak menyontek, sedangkan 1,66%
responden menjawab ragu-ragu terhadap pernyataan tersebut. Menurut asumsi
penulis bahwa 1.66% yang menjawab ragu-ragu kemungkinan menyontek pada saat
ulangan atau ujian.
72
3) Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Religiositas
Pada bagian ini, penulis ingin mengetahui hal-hal yang menghambat siswa
dalam pelaksanaan pendidikan religiositas. Hambatan yang dialami tersebut dapat
dilihat dari jawaban responden dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 7: Hambatan pelaksanaan pendidikan religiositas, N = 60
No Item
Pernyataan Frek %
16
Saya terlambat atau kurang disiplin dalam mengikuti
pelajaran pendidikan religiositas
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
14
15
11
3
17
23,33
25,00
8,33
18,33
5,00
17 Saya malas mengikuti pelajaran pendidikan religiositas
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
20
29
9
2
0
33,33
48,33
15,00
3,33
0
18 Saya kurang menghargai pelajaran pendidikan
religiositas
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
19
33
6
2
0
31,66
55,00
10,00
3,33
0
19
Saya sering ngobrol ketika guru memberikan
penjelasan
73
No Item
Pernyataan Frek %
penjelasan
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
8
19
27
6
0
13,33
31,66
45,00
10,00
0
20
Saya mudah lalai dalam tugas yang diberikan guru
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
21
20
5
2
0
35,00
33,33
8,33
3,33
0
Hasil jawaban responden pada item nomor 16 menunjukkan bahwa 25%
responden menjawab setuju apabila terlambat atau kurang disiplin waktu dalam
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas sedangkan 5, 00% responden menjawab
sangat tidak setuju bila dikatakan mereka terlambat atau kurang disiplin waktu dalam
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas. Menurut penulis bahwa siswa yang
terlambat atau kurang disiplin waktu dapat menghambat proses pembelajaran.
Pada item nomor 17 para responden menjawab setuju apabila malas dalam
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas. Sedangkan 3,33% responden
menyatakan pendapat bahwa tidak setuju bila dikatakan mereka malas mengikuti
pelajaran pendidikan religiositas. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ada
kecenderungan para responden malas dalam mengikuti pelajaran pendidikan
religiositas. Sikap yang demikian juga nampak pada nomor 18 bahwa 55%
74
responden menyatakan setuju apabila kurang menghargai pelajaran pendidikan
religiositas dan 3,33% responden menjawab tidak setuju atas pernyataan tersebut.
Para reponden dalam item 19 mengatakan bahwa sering ngobrol ketika guru
memberikan penjelasan. Dari pernyataan tersebut 45,00% responden ragu-ragu
dalam memberikan jawaban dan 10,00% responden menjawab tidak setuju terhadap
pernyataan bahwa sering ngobrol ketika pelajaran berlangsung. Para reponden
menjawab setuju atas pernyataan pada nomor 20 bahwa mudah lalai dalam tugas
yang diberikan guru. Dari pernyataan tersebut 35,00% responden menyatakan setuju
sedangkan 3,33% responden menyatakan pendapat bahwa mereka tidak setuju bila
dikatakan mudah lalai dalam tugas yang diberikan guru.
5. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil jawaban siswa pada tabel 5 mengenai pelaksanaan
pendidikan religiositas, menurut penulis bahwa proses pembelajaran pendidikan
religiositas yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta berjalan
dengan baik. Hal ini nampak bahwa adanya saling berbagi pengalaman antara guru
dengan siswa maupun antar siswa sendiri. Selain itu juga guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya. Kesempatan bertanya ini lebih
mempermudah siswa untuk mengerti dan memahami materi yang diberikan
guru. Diharapkan melalui materi yang diperoleh ini siswa semakin berkembang
bukan hanya aspek kognitif saja tetapi juga berkembang dalam hal sikap dan
tindakan hidup sehari-hari, sehingga proses pembelajaran pendidikan religiositas ini
perlu ditingkatkan.
75
Sarana yang digunakan guru menurut jawaban sebagian para siswa adalah
selalu berfariasi, namun ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa guru kurang
berfariasi dalam menggunakan sarana. Maka perlu peningkatan penggunaan sarana
yang lebih baik demi keberhasilan proses pembelajaran terlebih sejauh mana tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh siswa.
Tabel 6 hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat keberhasilan pelaksanaan
pendidikan religiositas. Hal ini diperjelas dari hasil jawaban siswa bahwa melalui
pelajaran pendidikan religiositas siswa semakin menghargai dan bekerjasama dengan
teman yang berbeda agama. Siswa semakin rajin dan tekun dalam belajar serta lebih
menghormati guru dan orang tua. Siswa semakin terbuka untuk berbagi pengalaman
dengan teman yang berbeda agama meskipun ada beberapa siswa yang malu dan
takut untuk mensharingkan pengalaman atau berbagi pengalaman mereka dengan
teman ataupun guru. Karena itu diharapkan perlu adanya dorongan yang terus-
menerus agar siswa semakin berani mensharingkan pengalaman mereka dengan
teman yang berbeda agama. Selain itu beberapa siswa menjawab ragu-ragu terhadap
pernyataan menyontek pada saat ulangan dan membolos pada saat pelajaran
berlangsung. Dapat dikatakan bahwa mereka yang membolos ataupun menyontek
adalah karena mudah ikut-ikutan serta terpengaruh teman. Oleh karena itu, perlu
adanya perhatian terhadap guru maupun pendamping agar peran pendidikan
religiositas sungguh membantu perkembangan hidup siswa.
Mengenai hambatan dalam pelaksanaan pendidikan religiositas (laporan hasil
penelitian, Tabel. 7) penulis menemukan banyak di antara sikap dan tindakan siswa
kurang mendukung pelaksanaan pendidikan religiositas. Hal ini dapat dilihat dari
76
hasil jawaban siswa bahwa sebagian besar siswa terlambat atau kurang disiplin
dalam pelajaran pendidikan religiositas, malas, kurang menghargai pelajaran, sering
ngobrol saat pelajaran berlangsung serta mudah lalai dalam tugas. Menurut penulis,
jawaban tersebut sungguh menjadi suatu tantangan bagi semua pendidik karena
ketertiban dan kedisiplinan yang tertanam dalam diri siswa sungguh didukung oleh
pendampingan serta perhatian guru. Justru siswa yang semacam itulah yang
membutuhkan pendekatan secara personal sehingga semakin sadar akan pentingnya
pendidikan religiositas dalam hidup mereka.
Penulis akan memaparkan hasil jawaban siswa terhadap kuesioner dalam
bentuk essay yakni mengenai harapan, kesan, usul dan saran dari responden. Penulis
juga merangkum hasil jawaban dari para responden dan hasil tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 8: Harapan, usul, saran dari responden, N=60
No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah % 1 Apakah anda merasa puas
terhadap proses
pembelajaran Pendidikan
Religiositas, di kelas VIII
SMP Stella Duce 2
Yogyakarta? Mengapa?
Merasa puas karena dapat
mendalami pelajaran
religiositas dan mengerti
ajaran setiap agama.
21 35,00
Merasa puas karena dapat
menambah wawasan
tentang agama, dan
terbuka dengan agama lain
17 28,33
Merasa senang karena cara
penyampaian materi jelas
9 15,00
77
No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah % Merasa puas karena
pendidikan religiositas
menambah kedekatan
dengan Tuhan
7 11,66
Merasa puas karena guru
mengajar dengan santai
2 3,33
Merasa tidak puas karena
guru tidak menggunakan
metode yang menarik dan
fariasi.
3 5,00
Merasa puas karena tidak
membuat siswa bosan.
1 1,66
Apakah anda senang
terhadap metode atau cara
guru dalam proses
pelaksanaan Pendidikan
Religiositas? Mengapa?
Senang karena guru
menjelaskan dengan baik
dan tidak membosankan.
21 35,00
Merasa senang karena guru
berbagi pengalaman
14 23,33
Senang karena cara
penyampain guru menarik,
terperinci, dan mudah
dipahami
14 23,33
Merasa tidak senang
karena cara mengajar guru
monoton dan
membosankan
5 8,33
2
Lumayan karena guru
menerangkan dengan telti
dan jeli
3 5,00
78
No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah % Sangat senang karena
semakin terbuka dan
mudah bergaul dengan
teman.
2 3,33
Apa harapan anda terhadap
proses pelaksanaan
pendidikan religiositas
yang akan datang.
Agar siswa lebih disiplin
saat pelajaran berlangsung.
17 28,33
Agar dalam pelaksanaan
pendidikan religiositas
lebih fariasi, tidak
monoton sehingga tidak
bosan.
12 20,00
Agar pelaksanaan
pelajaran pendidikan
religiositas tidak terlalu
serius tapi santai
8 13,33
Agar dalam pelaksanaan
pendidikan religiositas
semua siswa diberi
kesempatan untuk saling
berbagi pengalaman.
7 11,66
Agar siswa dapat bekerja
sama dengan teman yang
berbeda agama
7 11,66
3
Agar guru tidak memberi
banyak tugas.
2 3,33
79
No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah % Apa harapan anda terhadap
teman-teman sekelas anda
agar proses pelaksanaan
Pendidikan religiositas
dapat berjalan dengan baik
dan lancar
Agar teman-teman
menjaga ketenangan saat
pelajaran berlangsung,
mau mendengarkan guru
51 85,004
Agar tidak menyepelekan
pendidikan religiositas dan
lebih aktif dalam
mengikuti pelajaran
9 15,00
Berdasarkan tabel di atas pada item 1 menunjukkan 21 responden (35%)
memberi jawaban bahwa mereka merasa puas dengan proses pelajaran religiositas
karena membantu mereka untuk mengerti dan memahami ajaran dalam setiap agama.
Para responden memberi alasan senang karena dapat menambah wawasan tentang
agama, dan terbuka dengan agama lain. Hal ini terlihat dari 17 responden atau
28,33% yang memberi alasan tersebut di atas. Selain itu karena cara penyampaian
materi jelas (15,00%), pendidikan religiositas menambah kedekatan dengan Tuhan
11,66%. Responden merasa puas karena guru mengajar dengan santai (3,33%), dan
tidak membuat siswa bosan (1,66%). Dalam memberi alasan responden juga merasa
tidak puas dalam proses pembelajaran karena guru tidak menggunakan metode yang
menarik dan berfariasi (5,00%) dan responden merasa tidak puas (5,00 %) karena
guru tidak menggunakan metode yang menarik dan variasi.
Pada item nomor 2 di atas, 35,00% responden mengatakan senang terhadap
metode atau cara guru dalam proses pembelajaran pendidikan religiositas karena
80
guru menjelaskan dengan baik dan tidak membosankan. Guru menyampaiakn
terperinci dan mudah dipahami (23,33%), saling berbagi pengalaman (23,33%),
lumayan karena guru menerangkan dengan teliti dan jeli (5,00%), dan responden
juga mengatakan sangat senang karena semakin terbuka dan bergaul dengan teman
(3,33%).
Harapan para responden terhadap proses pelaksanaan pendidikan religiositas
agar proses pelaksanaan pendidikan religiositas lebih disiplin (28,33%). Pelaksanaan
pendidikan religiositas lebih fariasi, tidak monoton sehingga siswa tidak merasa
bosan. Hal ini dapat dilihat ada 20% responden menginkan harapan tersebut. Selain
itu responden mengharapkan agar pelaksanaan pelajaran pendidikan religiositas tidak
terlalu serius tapi santai (13,33%), dapat berbagi pengalaman dengan mereka yang
berbeda agama (11,66%), bisa bekerja sama dengan teman yang berbeda agama
(11,66%), agar guru tidak memberi tugas yang banyak (3,33%).
Untuk item nomor 4, harapan responden terhadap teman sekelas agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Harapan-harapan tersebut
adalah: 85,00% responden berharap agar dalam proses pelajaran berlangsung teman-
teman menjaga ketenangan dan mau mendengarkan setiap penjelasan dari guru.
Berdasarkan hasil tersebut penulis dapat menganalisa bahwa suasana kelas pada saat
pembelajaran berlangsung ribut dan siswa kurang mendengarkan penjelasan guru.
Suasana yang demikian kurang mendukung proses pembelajaran. Selain itu 15,00%
responden berharap agar tidak ada sikap dimana menyepelehkan pelajaran
religiositas dan diharapkan siswa aktif terlibat ketika proses pelajaran berlangsung
agar pembelajaran dapat berjalan baik. Perlu adanya perhatian dan kerja sama yang
81
baik dari guru untuk memotivasi siswa agar siswa semakin menyadari pentingnya
suasana yang baik dalam proses pembelajaran.
Untuk mengetahui kebenaran data penelitian maka penulis mengadakan
wawancara baik dengan siswa maupun guru untuk mengklarifikasi data penelitian,
mengecek kembali serta memferivikasi kebenaran data. Dari proses wawancara
tersebut dapat dinyatakan bahwa siswa masih ribut saat pelajaran berlangsung,
kurang bertanggung jawab atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan sehingga
perlu usaha peningkatan proses pembelajaran pendidikan religisositas.
Oleh karena itu pada Bab IV penulis mengusulkan rencana program
pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan siswa. Penulis juga
berharap agar RPP ini membantu guru dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan
religiositas dan membantu siswa dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
sehingga mampu mewujudkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil data yang penulis peroleh dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran pendidikan religiositas sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari sebagain besar siswa mengalami bahwa selama proses pembelajaran
mereka saling berbagi pengalaman iman, guru memberikan kesempatan kepada
mereka untuk bertanya dan sarana yang digunakan guru selalu berfariasi.
Secara teori pelaksanaan pendidikan religiositas dapat dikatakan sudah
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa bahwa semakin menghargai dan
bekerja sama dengan teman yang berbeda agama. Siswa senang dan bersemangat
82
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas, semakin terbuka, rajin, tekun belajar
serta tidak membolos saat pelajaran berlangsung. Penulis mempunyai kesan bahwa
siswa memiliki jawaban yang baik mengenai pertanyaan- pertanyaan yang ada.
Berdasarkan pembicaraan informal dengan guru dalam kenyataan yang dialami
bahwa berbeda dengan hasil jawaban yang telah diungkapkan oleh siswa. Di mana
siswa masih malas belajar, ribut pada saat jam pelajaran berlangsung dan hal ini
dapat dilihat seperti yang diungkapkan siswa mengenai hambatan pelaksanaan
pendidikan religiositas.
Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan religiositas adalah siswa kurang
disiplin waktu, kurang menghargai pelajaran pendidikan religiositas akibatnya siswa
sering ngobrol pada saat pelajaran berlangsung, mudah lalai dalam tugas, menyontek
pada saat ulangan. Menurut penulis hambatan tersebut di satu sisi guru kurang
mempersiapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi siswa. Di sisi lain
siswa malas dan kurang disiplin serta kurang adanya kesadaran dalam diri mengenai
pentingnya peran pendidikan religiositas. Kendala atau hambatan tersebut sungguh
merupakan suatu tantangan untuk mengupayakan agar semakin menyadarkan siswa
akan pentingnya peran pendidikan religiositas sehingga melalui pendidikan
religiositas ini membantu siswa untuk maju dan berkembang demi masa depan dan
cita-cita yang diharapkan. Perlu adanya metode pembelajaran yang menarik yang
memotivasi siswa untuk semakin menghargai, memahami pentingnya peran
pendidikan religiositas dalam hidupnya.
Siswa akan tumbuh dan berkembang apabila guru sebagai pendidik
mempunyai perhatian, mendukung serta memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam
83
proses pembelajaran. Perlu suasana yang kondusif dan metode pembelajaran yang
kreatif sehingga siswa mampu mengerti, memahami serta menghayati pentingnya
pendidikan religiositas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu pendampingan
atau pendekatan secara pribadi, serta perlu usaha dalam meningkatkan pelaksanaan
pendidikan religiositas sehingga memampukan siswa untuk berkembang ke arah
hidup yang lebih baik.
84
BAB IV
UPAYA PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
DEMI PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA KELAS VIII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
Berdasarkan fakta yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya
dalam Bab II mengenai gambaran umum pendidikan religiositas dan kecerdasan
spiritual serta melalui hasil penelitian pada Bab III, maka dalam bab IV ini penulis
mencoba memberikan sumbangan pemikiran di dalam rangka membantu
meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas demi mengembangkan kecerdasan
spiritual siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Proses pembelajaran pendidikan religiositas yang telah dilaksanakan selama ini
masih memiliki berbagai hambatan. Hambatan yang penulis temukan berdasarkan
hasil penelitian bahwa masih kurangnya kesadaran dalam diri siswa sendiri akan
pentingnya pelajaran pendidikan religiositas sehingga dalam mengikuti pelajaran
pendidikan religiositas siswa sering ribut/ngobrol pada saat jam pelajaran
berlangsung. Siswa malas serta mudah lalai dalam tugas dan kurang menghargai
pelajaran yang diselenggarakan. Untuk membantu agar psoses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan memotivasi siswa maka perlu rencana pembelajaran yang
kreatif.
85
Perencanaan dalam program pembelajaran merupakan bagian yang penting dan
perlu bagi setiap guru dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui
perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar serta
memahami setiap materi pembelajaran.
Maka pada bagian Bab IV ini penulis akan memberikan usulan Rencana
Program Pembelajaran (RPP) guna mendukung dalam pelaksanaan pendidikan
religiositas. Di satu sisi penulis berharap bahwa Rencana Program Pembelajaran
(RPP) ini membantu guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih
variatif dan di sisi lain memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti
proses pembelajaran pendidikan religiositas. Membantu guru untuk lebih kreatif
sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan. RPP yang telah
dipersiapkan dengan baik akan membantu keberhasilan pembelajaran.
Siswa diharapkan semakin memahami dan menyadari betapa pentingnya peran
pendidikan religiositas dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, antara lain
siswa semakin mampu bertanggung jawab atas hidup yang dijalani. Siswa mampu
memaknai setiap pengalaman lewat sikap dan tindakan yang dilakukan sehari-hari
sehingga apa yang dijalani sungguh mempunyai makna serta bermanfaat bagi hidup
dan masa depannya.
RPP akan berjalan dengan baik apabila guru memiliki spiritualitas. Guru yang
memiliki spiritualitas berarti guru sungguh-sungguh menghayati tugasnya sebagai
panggilan dari Tuhan. Guru sungguh menjalankan tugasnya dengan tulus ikhlas
dengan seluruh jiwa dan raganya mengabdi dan melayani tanpa paksaan. Guru
86
sungguh memiliki dedikasi dan penuh tanggung jawab dalam mengahayati tugasnya
sebagai suatu panggilan yang luhur untuk memajukan masa depan anak didik.
RPP akan berjalan dengan baik apabila ada suasana yang mendukung dalam
proses pembelajaran. Suasana yang membuat siswa merasa nyaman, bahagia dan
penuh semangat dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis membagi Bab IV ini
dalam tiga bagian. Bagian pertama, penulis menguraikan mengenai spiritualitas
guru, bagian kedua mengenai silabus serta Rencana Program Pembelajaran (RPP)
yang terdiri dari pengertian, tujuan serta langkah-langkah Rencana Program
Pembelajaran (RPP) serta usulan program yang terdiri dari latar belakang pemilihan
program, alasan pemilihan tema serta contoh persiapan RPP. Bagian ketiga
mengenai usaha membangun suasana kelas yang akrab dan harmonis sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.
A. Spiritualitas Guru
Sebagai seorang pendidik dan guru tentunya harus memiliki spiritualitas dalam
mendidik siswa. Guru merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Guru sebagai pendidik dan pengajar
diharapkan dapat menjadi pendamping siswa untuk berkembang menjadi manusia
yang utuh dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu seorang guru agama
Katolik perlu memiliki spiritualitas yakni:
mengikuti Yesus Kristus sebagai murid-murid-Nya. Spiritulitas kemuridan adalah semangat, sikap dasar dan gaya hidup sebagai murid-murid-Nya yakni berakar pada relasi yang intim dan mendalam dengan hidup Yesus Kristus. Sikap dasar dan semangat hidup Yesus diharapkan meresapi seluruh sisi hidup yang mencakup hidup doa, pemikiran, perasaan dan tindakan konkret. Cara hidup yang semacam itu akan mengantarkan orang pada kepenuhan hidup. Ini
87
sesuai dengan kehendak Allah yang disabdakan oleh Yesus agar setiap manusia dapat mengalami kesempurnaan dan kelimpahan hidup (Yoh 10:10b) (Heryatno, 2008 : 91).
Guru menghayati tugasnya sebagai panggilan mengikuti Yesus Kristus artinya
guru perlu memiliki sikap dan semangat seperti apa yang telah diteladankan oleh
Yesus Kristus. Yesus sebagai Sang Guru menjadi teladan bagi para guru, sehingga
apa yang akan diajarkan sungguh berlandaskan pada semangat hidup Yesus yakni
membawa semua orang pada kepenuhan hidup, menyelamatkan serta
membahagiakan siswa. Seperti apa yang dikatakan oleh Heryatno (2008: 95) bahwa:
Hidup Yesus menjadi arah dan dasar pelayanan mereka. Oleh karena itu para guru agama Katolik dipangil dan diutus oleh Yesus sendiri, maka sikap dan semangat Yesus pula yang sebaiknya mereka hidupi dan senantiasa menjiwai pelaksanaan tugas tersebut. Dengan demikian para guru agama menjadi saksi pewarta cinta kasih-Nya yang tanpa syarat.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa seorang guru
agama harus sungguh melayani, mengabdi dengan tulus tanpa adanya suatu paksaan.
Semangat dan hidup Yesus menjadi suatu dasar dan arah dalam melayani.
Spiritualitas seorang guru harus nampak dalam sikap dan tindakannya. Sikap dan
tindakan para guru adalah membantu siswa agar berkembang sesuai dengan tahap
perkembangan hidup mereka. Guru mengenal dan mengetahui situasi yang dialami
siswa. Guru perlu membangun relasi yang intim dan personal dengan Yesus,
sehingga sungguh mengasihi dan menghormati siswa. Para guru sungguh-sungguh
mencintai, menerima siswa sebagai pribadi-pribadi dengan seluruh hati, jiwa dan
hidup mereka. Dengan demikian para guru juga akan menjadi lebih kreatif, selalu
berusaha mencari dan menemukan sarana yang dapat memperkembangkan serta
membahagiakan mereka. Para guru menyadari bahwa penghayatan iman siswa dapat
88
meneguhkan iman mereka, sehingga semakin terbuka dan belajar dari siswa
(Heryatno, 2008: 96). Oleh karena itu guru perlu menghayati tugasnya sebagai suatu
panggilan demi kemajuan dan perkembangan siswa.
B. Sikap-sikap yang Perlu Diwujudkan oleh Guru
Para guru diharapkan membantu siswa untuk memperkembangkan setiap bakat
yang telah dilimpahkan oleh Tuhan. Para guru bekerja atas dasar kasih sehingga
dapat terjalin relasi hati ke hati dengan siswa. Para guru diharapkan ingin lebih
memperhatikan dan melayani dari pada ingin lebih diperhatikan dan dilayani. Para
guru membantu para siswa agar hidup mereka berkembang dan bahagia. Para guru
rela memberi diri dan melayani siapa saja yang membutuhkan terutama para siswa-
siswi yang memiliki banyak kesulitan dan masalah. Sikap dedikasi dalam
menjalankan tugas, penuh perhatian pada siswa, akrab dan bersaudara serta terbuka
pada bimbingan Roh Kudus sehingga para guru semakin menyadari bahwa Yesus
sendiri yang menjadi guru dan pendidik utama dan pertama mereka (Heryatno, 2008:
97). Yesus sebagai pedoman arah yang menjadikan dasar dalam melayani sehingga
sungguh membawa siswa menuju masa depan yang cerah.
Selain memiliki spiritualitas tersebut di atas, guru perlu memiliki suatu
kompetensi agar mencapai suatu proses pembelajaran. Seperti dikatakan oleh Gorky,
M. Sembiring (2008: 39) bahwa kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru antara lain
kompetensi pedagogi yakni kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
untuk kepentingan peserta didik. Kompetensi profesional yakni kemampuan guru
dalam penguasaan atas materi pelajaran secara luas dan mendalam, sehingga
89
kompetensi yang dimiliki guru sungguh mampu membawa peserta didik sehingga
semakin berkembang.
C. Rencana Program Pembelajaran (RPP)
1. Pengertian Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Rencana Program Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam silabus (KOMKAT, 2009: 65). Komponen RPP meliputi
identitas satuan pendidikan, rumusan standar kompetensi, kompentensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber atau
bahan atau alat peraga.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa ”Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Dapat dikatakan bahwa dalam proses
pembelajaran penting adanya suatau perencanaan. Oleh karena itu, sesuai dengan
Peraturan menteri Pendidikan Nasional nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
90
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis siswa (http://my oper.com/winslov/blog/indeks.dml/tag/rpp).
Dari pendapat tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa RPP merupakan suatu
rencana pembelajaran yang telah dirancang dan disiapkan agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
2. Tujuan Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar maka perlu
adanya tujuan dalam rencana program pembelajaran sehingga dalam proses
pembelajaran tersebut memiliki arah dan menghasilkan tujuan yang jelas. Tujuan
RPP adalah memberi landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai
kompetensi dasar (http://myoper.com/winslov/blog/indeks.dml/tag/rpp). Berdasarkan
pengertian tersebut bahwa tujuan rencana program pembelajaran ini adalah
membantu guru pelajaran pendidikan religiositas di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
dalam mendidik dan mendampingi siswa sehingga mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirancang dan direncanakan. Selain itu bahwa rencana program
pembelajaran ini juga membantu siswa semakin termotivasi dan semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran pendidikan religiositas.
Rencana program pembelajaran ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan
lancar sehingga guru merasa terbantu dalam memberikan semangat serta memotivasi
siswa agar semakin menyadari pentingnya pelajaran pendidikan religiositas.
91
3. Langkah-langkah Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Dalam menyusun RPP perlu adanya langkah-langkah. Adapun langkah-langkah
dalam menyusun RPP berdasarkan hasil Komisi Kateketik Keuskupan Agung
Semarang, (2009: 65-66) adalah:
a. Merumuskan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator sesuai dengan
silabus yang telah ditetapkan.
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus
dimiliki oleh siswa dan tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Indikator pembelajaran adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, respon
yang dapat dilakukan oleh siswa untuk menunjukan bahwa siswa telah memiliki
kompetensi dasar (Fauzi Anis, 2009:64). Silabus merupakan urutan penyajian
bagian-bagian materi pelajaran dan sistem penilaian suatu mata pelajaran dan untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa (Anis Fauzi, 2009: 62-63).
b. Mengembangkan materi pokok menjadi deskripsi materi.
Materi pokok adalah materi-materi tertentu yang relevan dan yang diproses dalam
pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan indikator. Materi pokok tersebut kemudian dikembangkan
menjadi beberapa uraian materi.
c. Menjabarkan kegiatan belajar dalam langkah-langkah rinci sebagai berikut:
(1) Pendahuluan.
92
Pendahuluan terdiri dari persepsi pembelajaran, pengantar dan kegiatan rutin
yang diperlukan untuk membuka pelajaran. Pendahuluan dimaksudkan agar
memotivasi siswa, memusatkan perhatian siswa, dan memberikan
kesinambungan terhadap materi sebelumnya.
(2) Kegiatan Inti.
Beberapa hal yang perlu dalam kegiatan inti adalah menggali dan mengolah
pengalaman yang menyangkut situasi siswa, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Penggalian dan pengolahan pengalaman dapat
menggunakan sarana kisah atau narasi (film, artikel, komik, gambar dan
sebagainya). Siswa diajak untuk menemukan ajaran atau nilai agama dan
kepercayaan yang menegaskan dan meneguhkan nilai-nilai universal, yang
telah ditemukan dalam refleksi sebelumnya. Pokok-pokok yang ditemukan
dalam refleksi lalu diungkapkan atau diekspresikan dengan berbagai sarana dan
kerativitas, kemudian merencanakan aksi, penutup diakhiri dengan evaluasi
d. Menetapkan metode yang sesuai dengan kegiatan belajar yang dikembangkan.
e. Menetapkan belajar dan media yang sesuai dengan rumusan kegiatan belajar.
Secara umum, ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik
adalah memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru
serta menjadi pengalaman belajar siswa. Langkah-langkah pembelajaran disusun
secara sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Langkah-langkah
pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila RPP digunakan oleh guru
lain mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
93
D. Usulan Rencana Program Pembelajaran (RPP)
1. Latar Belakang Pemilihan Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Dalam proses pembelajaran pendidikan religiositas, Rencana Program
Pembelajaran (RPP) berperanan penting untuk membantu guru dalam
mempersiapkan pembelajaran. Selain penting bagi guru dalam pembelajaran, juga
membantu siswa agar semakin meningkatkan dan menggairahkan semangat belajar.
Siswa diharapkan sungguh mengikuti dan menghargai seluruh proses pembelajaran,
semakin bertanggung jawab terhadap tugas-tugas serta semakin mengerti dan
mamahami materi pembelajaran. Berdasarkan keprihatinan tersebut penulis mencoba
memberikan usulan rencana program pembelajaran agar dapat membantu guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga siswa semakin tumbuh dan berkembang
serta berhasil dalam menggapai cita-cita.
Dari hasil penelitian dan pembicaraan singkat dengan guru bidang studi
pendidikan religiositas bahwa proses pelaksanaan pendidikan religiositas selama ini
kadang bersifat monoton. Artinya metode pembelajaran yang digunakan selama ini
kurang bervariasi yakni sering menggunakan metode informasi dan diskusi. Metode
yang kurang bervariasi ini dapat menimbulkan rasa jenuh atau bosan dalam diri
siswa sehingga siswa kurang termotivasi atau kurang semangat dalam mengikuti
proses pembelajaran.
2. Alasan Pemilihan Tema
Alasan penulis memilih tema berdasarkan situasi dan keadaan serta harapan
siswa yang selama ini penulis temukan. Pengambilan tema berdasarkan rencana
94
program pembelajaran yang disusun oleh Komisi Kateketik Keuskupan Agung
Semarang dan berdasarkan silabus yang ada. Penulis menggunakan silabus dan RPP
sebagai acuan dalam menggunakan rencana pembelajaran pendidikan religiositas
kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Penulis mengharapkan rencana program
pembelajaran ini menjawab kebutuhan guru dalam membantu mendampingi siswa
agar berkembang sebagai pribadi yang beriman dewasa, memiliki semangat dan
kemauan untuk terus belajar serta bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
Penulis mengharapkan bahwa kecerdasan spiritual siswa juga semakin berkembang
sehingga siswa mampu menemukan makna hidup, mampu menemukan makna
studinya, makna relasinya dengan teman-teman, mampu membedakan sikap baik dan
jahat, bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan serta mampu menentukan tujuan
hidup yang akan dicapai.
Berdasarkan harapan tersebut, penulis menyusun rencana program
pembelajaran (RPP) dengan beberapa tema. Penulis memilih tema umum
berdasarkan silabus yang dijabarkan dalam buku guru kelas VIII pendidikan
religiositas yakni “Menjadi Pribadi yang Berkualitas”. Tujuannya dalah agar siswa
semakin memahami dan menyadarai pentingnya menjadi pribadi yang berkualitas
sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkualitas.
Oleh karena itu penulis mengusulkan tiga sub tema berdasarkan silabus
Pendidian Religiositas untuk SMP kelas VIII antara lain:
Subtema I : Pribadi yang bertanggung jawab.
95
Tujuan : Agar siswa semakin menyadari dan memahami akan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih bertanggung
jawab dalam sikap dan tindakannya sehari-hari.
Subtema II: Menjadi pribadi yang dewasa.
Tujuan: agar siswa semakin menyadari dan memahami bahwa menjadi pribadi yang
dewasa membutuhkan suatu proses serta latihan yang terus-menerus sehingga
semakin berkembang dalam hal sikap, tutur kata serta tindakan yang sesuai dengan
pribadi dewasa.
Subtema III: Bekerja sama antar sesama tanpa saling membedakan.
Tujuan: Agar siswa semakin menyadari betapa pentingnya sikap kerja sama antar
sesama tanpa saling membedakan antara satu dengan yang lain sehingga mampu
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
SILABUS PENDIDIKAN RELIGIOSITAS Sekolah : SMP TELLA DUCE 2 YOGYAKARTA Kelas : VIII (delapan) Mata pelajaran : Pendidikan Religiositas Standar kompetensi : Memahami bahwa Tuhan mendekati dan mendorong manusia untuk mewujudkan
kebahagiaan hidup bersama, melalui kepedulian terhadap keluarga, persahabatan, pelayanan kepada sesama, terutama yang miskin dan menderita.
Penilaian
Kompetensi Dasar Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran/ Pengalaman
Belajar
Indikator Tehnik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1.Memahami Diri Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab
Menjadi Pribadi yang Bertanggung jawab 1. Arti pribadi
yang bertanggung jawab.
2. Unsur-unsur yang mendukung dan menghambat untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
1. Menjelaskan
arti pribadi yang bertanggung jawab
2. Menyebutkan
unsur-unsur yang mendukung dan menghambat untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab
1. Siswa dapat
mendeskripsikan arti pribadi yang bertanggung jawab.
2. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur yang mendukung dan menghambat untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Tes tulis
Uraian
1. Jelaskan arti
pribadi yang bertanggung jawab.
2. Sebutkan unsur-unsur yang mendukung dan menghambat untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
3. Sebutkan ciri-
ciri pribadi yang
2 x 40 menit
1. Buku Guru
SMP Pendidikan Religiositas Kelas VIII hal.82.
2. Pengalaman siswa.
3. Kitab Suci 4. Film “Ceng-
ceng Po ‘ 5. Kitab Suci
96
Penilaian Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran/ Pengalaman
Belajar
Indikator Tehnik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar
3. Ciri-ciri
pribadi yang bertanggung jawab.
4. Ajaran agama
dan kepercayaan yang berkaitan dengan pribadi yang bertanggung jawab.
5. Tindakan
menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
3. Menjelaskan
ciri-ciri pribadi yang bertanggung jawab
4. Mengkomuni
kasi ajaran agama dan kepercayaan yang berkaitan dengan pribadi yang bertanggung jawab.
5. Melaporkan
dan merefleksikan tindakan menjadi pribadi yang
3. Siswa dapat
menjelaskan ciri-ciri pribadi yang bertanggung jawab.
4. Siswa dapat
menyebutkan ajaran agama dan kepercayaan yang berkaitan dengan pribadi yang bertanggung jawab.
5. Merencanakan
dan melaksanakan tindakan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Penugasan
bertanggung jawab
4. Sebutkan ajaran
agama dan kepercayaan yang berkaitan dengan pribadi yang bertanggung jawab.
5. Buatlah
tindakan nyata untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
97
Penilaian Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran/ Pengalaman
Belajar
Indikator Tehnik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar
bertanggung jawab.
1.2.Memahami Diri Menjadi Pribadi yang Dewasa
Menjadi Pribadi yang Dewasa 1. Arti pribadi
yang dewasa 2. Ciri-ciri
pribadi yang dewasa
3. Ajaran agama yang berkaitan dengan pribadi yang dewasa
4. Tindakan pribadi yang dewasa
1. Menjelaskan
arti pribadi yang dewasa
2. Menyebutkan ciri-ciri pribadi yang dewasa
3. Mengkomunikasikan ajaran agama dan kepercayaan yang berkaitan dengan pribadi yang dewasa
4. Melaporkan dan merefleksikan tindakan pribadi yang dewasa.
1. Siswa dapat
menjelaskan arti pribadi yang dewasa.
2. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri pribadi yang dewasa.
3. Siswa dapat menyebutkan ajaran agama yang berkaitan dengan pribadi yang dewasa.
4. Siswa dapat merencanakan dan melaksanakan tindakan sebagai pribadi yang dewasa.
Tes tulis Penugasan
Uraian
1. Jelaskan arti
pribadi yangdewasa
2 x 40 menit
2. Sebutkan ciri-ciri
pribadi yang dewasa.
3. Sebutkan ajaran agama dan kepercayan mengenai pribadi yang dewasa.
4. Buatlah tindakan nyata mengenai pribadi yang dewasa.
1. Buku Guru
SMP Pendidikan Religiositas KelasVIII.
2. Pengalaman siswa.
3. Kitab Suci 4. Teks Cerita
tentang “Seorang Menemukan Kepompong Kupu-kupu”
98
Penilaian Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran/ Pengalaman
Belajar
Indikator Tehnik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar
99
99
E. Contoh Persiapan RPP
1. Contoh Persiapan Pertama
a. Identitas Pembelajaran
b. Bidang Studi : Pendidikan Religiositas.
c. Program : Tuhan Mendekati Manusia
d. Tema : Menjadi Pribadi yang Bertanggung jawab
e. Kelas : VIII.
f. Waktu : 2 X 45 Menit.
2. Pemikiran Dasar
Dalam situasi dunia jaman ini, manusia selalu berjuang untuk
mempertanggungjawabkan kehidupannya di hadapan Tuhan melalui sikap dan
tindakannya sehari-hari. Orang berjuang untuk menjadi lebih baik demi masa depan
dan cita-cita hidupnya. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa Tuhan
menciptakan manusia agar manusia menjadi berkembang ke arah hidup yang lebih
baik, untuk menjadi lebih bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan,
untuk saling menolong dan membantu satu dengan yang lainnya. Sikap bertanggung
jawab atas hidupnya serta saling menolong sama lain justru dapat membantu
meringankan beban penderitaan yang sedang dialami oleh sesama yang ada di sekitar
kita.
Dalam kehidupannya, banyak siswa-siswi saat ini mulai mengalami berbagai
macam pengaruh dan perkembangan jaman. Pengaruh dan perkembangan jaman
100
yang mereka hadapi kadang membuat mereka menjadi pribadi yang mudah ikut arus
dan terjerumus di dalamnya. Mereka menjadi kurang bertanggung jawab akan tugas
dan tanggug jawabnya sebagai sebagai pribadi yang sedang belajar meraih masa
depan dan cita-cita, misalnya untuk bersikap peduli dengan orang lain mereka
menjadi sulit, sehingga kurang adanya sikap saling menghargai satu dengan yang
lain. Maka tidak mengherankan jika mereka menjadi kurang bertanggung jawab akan
tugas-tugas yang diberikan, mereka menjadai lalai dalam tugas.
Sikap kurang bertanggung jawab, egois, kurang peduli terhadap orang lain,
tidak menutup kemungkinan akan memberi pengaruh pula dalam kehidupan
selanjutnya, serta memberi pengaruh terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Bahkan mereka yang terbentuk dengan sutuasi ini, perkembangan pribadinya tidak
bertumbuh secara maksimal. Munculnya sikap egois, ingin menang sendiri, kurang
peduli terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya, merupakan akibat dari mereka
yang tidak bertumbuh dalam sikap bahwa ia akan menjadi pribadi yang bertanggung
jawab dalam hidupnya.
Lewat proses pembelajaran ini, para siswa diajak untuk semakin peka, terbuka
serta peduli terhadap sesama yang menderita yang mengalami kekurangan sehingga
mereka menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Selain itu para siswa juga
diajak untuk mengembangkan sikap kecerdasan spiritual yang antara lain bahwa
siswa diajak untuk mamapu memaknai setiap pengalaman atau peristiwa hidup yang
mereka jumpai. Siswapun diajak terlibat lansung dengan melihat dan mengamati
sebuah film “Ceng-ceng Po”. Hal ini bertujuan agar siswa semakin menyadari
pentingya sikap bertanggung jawab sehingga mereka lebih peduli terhadap orang lain
101
dalam meraih masa depan mereka. Akhirnya dalam proses pembelajaran ini,
diharapkan para siswa semakin memahami dan menyadari bahwa dirinya adalah
pribadi yang lebih bertanggung jawab serta peduli terhadap orang lain dalam
mewujudkan masa depan dan cita-cita yang diharapkan.
3. Kompetensi Dasar
Siswa memahami diri menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
4. Hasil Belajar
Siswa semakin menyadari bahwa ia adalah pribadi yang bertanggung jawab dalam
mewujudkan cita-cita dan masa depan yang cerah.
5. Indikator
a. Siswa dapat mendeskripsikan arti pribadi yang bertanggung jawab.
b. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri pribadi yang bertanggung jawab.
c. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur pribadi yang bertanggung jawab.
d. Siswa dapat menyebutkan contoh tindakan pribadi yang bertanggung
jawab.
e. Siswa dapat mengkomunikasikan ajaran agama dan kepercayaan yang
berkaitan dengan pribadi yang bertanggung jawab.
6. Bahan Kajian
a. Pengalaman siswa
102
b. Refleksi dari film”Ceng-ceng Po”
c. Ajaran dari berbagai agama tentang manusia sebagai pribadi yang.
bertanggung jawab
7. Sarana
a. LCD dan Film “Ceng-ceng Po”
b. Sharing pengalaman siswa.
c. Kutipan ajaran masing-masing tentang manusia sebagai pribadi yang
bertanggung jawab.
8. Sumber Bahan
a. Buku Guru Pendidikan Religiositas Kelas VIII.
b. KOMKAT mengenai Silabus Pendidikan Religiositas.
c. Film”Ceng-ceng Po”.
d. Pengalaman siswa.
9. Langkah-langkah Pembelajaran
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
a) Pembukaan
Guru mengajak siswa
untuk membuka
pelajaran dengan doa.
Siswa ikut berdoa
Terciptanya suasana doa
b) Langkah Pertama
103
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
1. Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk menonton
film “Ceng-ceng Po”
2. Seteleh menonton
film, guru membagi
siswa ke dalam
beberapa kelompok
untuk berdiskusi dan
berbagi pengalaman.
3. Guru memberikan
beberapa pertanyaan
penuntun.
Siswa menonton
memperhatikan dengan
baik cerita film tersebut.
Siswa memperhatikan
dan mencatat nama-nama
anggota kelompok.
Siswa mencatat
pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan.
Siswa dapat melihat
sekaligus belajar dari
pengalaman tokoh-tokoh
yang ada dalam film
Ceng-ceng Po”
Terjalin kerjasama yang
baik
c) Langkah Kedua
1. Masing-masing
kelompok diminta
melaporkan hasil kerja
kelompoknya.
2. Memberi kesempatan
kepada anggota
kelompok yang
Kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
Siswa bertanya kepada
anggota kelompok yang
sedang
Adanya keterbukaan
antar siswa.
Terciptanya komunikasi
dan interaksi yang baik.
104
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
lainnya untuk bertanya
apabila ada hal-hal
yang kurang jelas
kepada kelompok yang
sedang
mempresentaikan
hasilnya.
mempersintasekan hasil
kelompok.
d) Langkah Ketiga
Guru mengajak siswa
untuk berdialog
mendalami dan
merefleksikan
pengalaman dengan
pertanyaan berikut:
1. Sebutkan ciri-ciri
Pribadi yang
bertanggungjawab
seperti yang ada dalam
film tersebut?
2. Melalui pengalaman
menonton film “Ceng-
ceng Po” apakah saya
Siswa memperhatikan
apa yang disampaikan
guru
Siswa merefleksikan
pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan.
Terciptanya suasana
saling memperhatikan
Siswa memaknai setiap
pengalaman yang ditemui
selama proses
pembelajaran.
105
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
semakin bertanggung
jawab dan menghargai
serta membantu orang
lain ?
3. Setelah menyaksikan
film tersebut, cara dan
sikap seperti apakah
yang bisa saya lakukan
untuk lebih
bertanggung jawab
juga dalam hal
membantu sesama
yang mengalami
kekurangan?
Siswa merefleksikan
pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan.
Siswa semakin diperkaya
oleh pengalaman-
pengalaman yang
ditemukan.
e) Langkah keempat.
Guru memberi
rangkuman dan
peneguhan atas
pengalaman-pengalaman
yang telah dibagikan
bersama.
Siswa mendengarkan apa
yang dikatakan guru.
Siswa semakin
diperteguh melalui
sharing pengalaman.
106
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
f) Langkah Kelima.
Guru mengajak siswa
dalam kelompoknya
untuk mendalami
kutipan ajaran agamanya
masing-masing
mengenai pribadi yang
bertanggung jawab
yang saling menolong
dengan pertanyan
penuntun:
1. Menurut agama dan
kepercayaanmu
pribadi
bertanggungjawab
yang seperti apakah
yang dikehendaki oleh
Tuhan? Jelaskan.
2. Apa yang saya
usahakan agar semakin
menjadi pribadi yang
bertanggung jawab?
Siswa bergabung dengan
teman-teman yang
seagama untuk
mendalami bersama
tentang pribadi yang
bertanggung jawab
Siswa mencatat
pertanyaan.
Siswa
mengkomunikasikan
pengalaman imannya.
Adanya ketebukaan satu
dengan yang lain.
Adanya saling
pengertian, menghargai
satu dengan yang lain.
Siswa mengenal dan
memahami ajaran agama
dan kepercayaan
mengenai menjadi
pribadi yang bertanngung
jawab.
Tewujudnya pribadi yang
bertanggung jawab.
107
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
Para siswa diminta untuk
mempresantasikan hasil
kerja kelompoknya.
Guru memberikan
kesempatan pada
kelompok yang lain untuk
bertanya pada kelompok
yang sedang
mempresentasikan
hasilnya.
Siswa melaporkan hasil
kerja kelompoknya
Terciptanya suasana
saling memahami,
mengerti serta
keterbukaan antar siswa.
g) Langkah Keenam
1. Guru meminta siswa
untuk membuat simbol
atau gambar mengenai
pribadi yang
bertanggun jawab.
2. Para siswa diminta
untuk membuat
rencana dan
melaksanakan
tindakan konkret
sebagai pribadi yang
Siswa membuat simbol
atau gambar tentang
manusia pribadi yang
bertanggung jawab.
Siswa membuat
perencanaan tindakan
konkret
Siswa memahami,
memaknai dan mengerti
simbol-simbol.
Terwujudnya pribadi
yang bertanggung jawab.
108
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
bertanggung jawab.
h) Langkah Ketujuh
Guru memberikan
beberapa pertanyaan
kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana
siswa sudah mengerti dan
memahami manusia
sebagai pribadi yang
bertanggung jawab.
1. Apa arti pribadi yang
bertanggung jawab.
2. Tindakan yang seperti
apakah menunjukan
pribadi yang
bertanggung jawab?.
Siswa memperhatikan
dan mendengar apa yang
disampaikan guru
Siswa menjawab
pertanyaan refleksi secara
tertulis.
Siswa semakin
diteguhkan.
Siswa semakin mengenal
pribadinya terutama sikap
yang perlu dikembangkan
dan diperbaiki.
b. Contoh Persiapan RPP Kedua.
1. Identitas Pembelajaran
a. Bidang Studi : Pendidikan Religiositas.
b. Program : Kehadiran Tuhan di tengah Manusia
c. Tema : Menjadi Pribadi yang Dewasa
109
d. Kelas : VIII.
e. Waktu : 2 X 45 Menit.
2. Pemikiran Dasar
Setiap orang tentunya memiliki adanya suatu perubahan dalam dirinya. Sama
halnya juga bahwa Allah menghendaki setiap manusia supaya berkembang dan
menghasilkan buah. Demikan pula dengan perkembangan setiap manusia. Orang
ingin agar pribadinya berkembang menjadi lebih dewasa, lebih baik serta lebih
sempurna.
Kedewasaan pribadi meliputi aspek jasmani, rohani maupun aspek sosial. Segi
jasmani meliputi perkembangan organ tubuh misalnya dari bayi menjadi anak-anak,
dari anak-anak menjadi remaja dari remaja menuju orang dewasa dan seterusnya.
Aspek sosial sesorang menjadi mudah bergaul, cepat menyesuaikan diri dengan
keadaan dan situasi yang baru di tempat baru. Secara rohani seseorang menjadi lebih
dekat dengan Allah. Allah dipandang bukan sebagai yang jauh, tatapi dekat dengan
kehidupan kita. Melalui kehidupan, peristiwa harian kita bisa merasakan kasih dan
cinta Allah.
Kedewasaan pribadi tidak bisa dilalui sendirian saja, tetapi membutuhkan
bantuan dan kerjasama dari orang lain, juga dari para pendidik. Oleh karena itu,
melalui proses pembelajaran ini, para siswa diajak untuk semakin menjadi pribadi
yang dewasa baik secara jasmani, rohani maupun secara psikologis. Memberi
kesempatan pada siswa untuk semakin berkembang menurut kemampuan yang ada
dalam dirinya. Siswapun di ajak terlibat lansung dengan mendengar cerita tentang
110
“Seorang menemukan Kepompong Seekor Kupu-kupu”. Melalui cerita ini membantu
agar siswa semakin menyadari pentingya menjadi pribadi yang dewasa. Menjadi
pribadi dewasa menutuhkan suatu proses serta latihan yang terus-menerus.
Akhirnya dalam proses pembelajaran ini, diharapkan para siswa semakin memahami
dan menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang dewasa yang berkembang
menjadi lebih baik dalam meraih masa depan dan cita-cita.
3 Kompetensi Dasar
Siswa memahami diri menjadi pribadi yang dewasa.
4. Hasil Belajar
Siswa semakin menyadari bahwa ia adalah pribadi yang dewasa, mampu untuk
bersikap dan bertindak ke arah hidup yang lebih baik.
5. Indikator
a. Siswa dapat mendeskripsikan arti pribadi yang dewasa.
b. Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri pribadi yang dewasa.
c. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur pribadi yang dewasa.
d. Siswa dapat menyebutkan contoh tindakan pribadi yang dewasa.
e. Siswa dapat mengkomunikasikan ajaran agama dan kepercayaan yang
berkaitan dengan pribadi dewasa.
6. Bahan Kajian
111
a. Pengalaman siswa
b. Refleksi dari cerita “Seorang Menemukan Kepompong Seekor Kupu-kupu”.
c. Ajaran dari berbagai agama tentang manusia sebagai pribadi dewasa
7. Sarana
a. Sharing pengalaman siswa.
b. Kutipan ajaran masing-masing tentang pribadi yang dewasa.
c. Kitab Suci masing-masing agama.
8. Sumber Bahan
a. Buku Guru Pendidikan Religiositas Kelas VIII.
b. Silabus Pendidikan Religiositas.
c. Teks Cerita tentang “Seorang Menemukan Seekor Kupu-kupu”.
d. Pengalaman siswa.
9. Langkah-langkah Pembelajaran.
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
a) Pembukaan
Guru meminta salah satu
siswa untuk memimpin
doa.
Siswa ke depan kelas
untuk memimpin doa.
Terciptanya suasana doa
dalam kelas
b) Langkah Pertama
1. Guru mengisahkan
Siswa mendengarkan
Terciptanya suasana
112
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
tentang “Seorang
menemukan
kepompong seekor
kupu-kupu”.
2. Setelah bercerita, guru
membagi siswa ke
dalam beberapa
kelompok untuk
berdiskusi dan berbagi
pengalaman.
3. Guru memberikan
beberapa pertanyaan
penuntun.
a. Mengapa kupu-kupu
tidak bisa berkembang
secara wajar?
b. Jika anda sebagai
kupu-kupu apa yang
anda alami dan
rasakan? Jelaskan.
serta memperhatikan
guru.
Siswa memperhatikan
dan mencatat nama-nama
anggota kelompok.
Siswa berdiskusi, berbagi
pengalaman dengan
teman sekelompok
Siswa saling berbagi
pengalaman mereka.
saling mendengarkan.
Terjalinnya kerjasama,
keterbukaan antar siswa.
Siswa mengenal,
menhargai anggota
kelompoknya.
Terjalin persaudaraan dan
keakraban antar siswa.
c) Langkah Kedua
113
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
1. Masing-masing
kelompok diminta
melaporkan hasil kerja
kelompoknya.
2. Memberi kesempatan
kepada anggota
kelompok yang
lainnya untuk bertanya
apabila ada hal-hal
yang kurang jelas
kepada kelompok yang
sedang
mempresentaikan
hasilnya.
Kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
Siswa bertanya kepada
anggota kelompok yang
sedang
mempersentasekan hasil
kelompok.
Tercipta suasana saling
mendukung.
Tercipta suasana saling
mendengarkan,
membantu antar teman
kelompoknya.
d) Langkah Ketiga
Guru mengajak siswa
untuk berdialog
mendalami dan
merefleksikan pengalaman
dengan pertanyaan
berikut:
1. Sebutkan ciri-ciri
Siswa mencatat dan
Terjadi komunikasi yang
baik antar guru maupun
siswa
Siswa menemukan
114
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
Pribadi yang dewasa
seperti apa yang ada
dalam cerita tersebut?
2. Melalui pengalaman
cerita “Seorang
menemukan
kepompong seekor
kupu-kupu”. apakah
saya semakin
menyadari bahwa
diriku semakin
berubah menuju
kedewasaan ?
3. Setelah mendengar
cerita tersebut, cara
dan sikap seperti
apakah yang bisa saya
lakukan untuk lebih
menjadi pribadi yang
dewasa dalam hidup
sehari-hari?
merefleksikan
pengalaman mereka
masing-masing.
makna dari
pengalamannya.
Semakin mengenal,
memahami isi dari cerita
yang telah didengarnya.
Mengenal sikap-sikap
yang ada dalam dirinya
terutama sikap yang perlu
dikembangkan dan
diperbaiki agar menjadi
pribadi yang dewasa
e) Langkah keempat. Siswa memperhatikan, Siswa semakin
115
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
Guru memberi rangkuman
dan peneguhan atas
pengalaman-pengalaman
yang telah dibagikan
bersama.
mencatat hal-hal penting
serta mendengarkan guru.
diperteguhkan melalui
sharing pengalaman.
f) Langkah Kelima.
Guru mengajak siswa
dalam kelompoknya untuk
mendalami kutipan ajaran
agamanya masing-masing
mengenai pribadi yang
dewasa dalam sikap, tutur
kata maupun dalam
tindakan melalui
pertanyan penuntun:
1. Menurut agama dan
kepercayaanmu
pribadi yang dewasa
seperti apakah yang
dikehendaki oleh
Tuhan? Jelaskan.
2. Apa yang saya
Siswa bergabung dengan
teman-teman yang
seagama untuk
mendalami bersama
tentang pribadi yang
dewasa
Siswa berdiskusi dengan
teman kelompoknya
Tercipta komunikasi
iman antar siswa
Terjalin kerjasama,
interaksi yang baik
dengan teman-teman.
116
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
usahakan agar semakin
menjadi pribadi yang
dewasa?
Para siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Guru memberikan
kesempatan pada
kelompok yang lain untuk
bertanya pada kelompok
yang sedang
mempresentasikan
hasilnya.
Siswa mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya
Siswa bertanya pada
kelompok yang
mempresentasikan
hasilnya.
Terciptanya suasana
keterbukaan antar siswa.
Menerima kebaikan yang
ada dari kelompok yang
lain.
g) Langkah Keenam
1. Para siswa diminta
untuk membuat
rencana dan
melaksanakan
tindakan konkret
sebagai pribadi yang
dewasa.
Siswa membuat
perencanaan tindakan
konkret
Terwujudnya tindakan
konkret dalam hidup
sehari-hari.
h) Langkah Ketujuh
117
KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA HASIL BELAJAR
Guru memberikan
beberapa pertanyaan
kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana
siswa sudah mengerti dan
memahami tentang
pribadi yang dewasa .
1. Apa arti pribadi yang
dewasa.
2. Tindakan yang seperti
apakah menunjukkan
pribadi yang dewasa?
Siswa memperhatikan
apa yang disampaikan
guru
Siswa menjawab
pertanyaan refleksi secara
tertulis.
Terjalin komunikasi yang
baik antar siswa.
Siswa menemukan
makna yang perlu
dikembangkan dalam
hidup sehari-hari
F. Membangun Suasana Kelas yang Kondusif
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila ada suasana kelas yang
mendukung. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru membantu peserta didik
dalam mengembangkan minat, bakat, kemampuan serta potensi-potensi yang
dimiliki. Oleh karena itu dalam membangun suasana kelas yang kondusif guru perlu
memperhatikan peserta didik secara pribadi (Suwarna, 2005: 11). Guru perlu
menjadi fasilitator yang memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik
agar dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,
118
tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Guru sebagai
fasilitator artinya guru lebih terbuka, mendengarkan peserta didik, mampu menerima
ide peserta didik. Suasana gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi
berbagai kemungkinan dan memasuki dunia yang penuh berbagai tantangan
(Suwarna, 2005:10).
Agar suasana dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar
maka perlu adanya pengelolaan kelas yang baik.
Pengelolaan kelas yang dimaksudkan adalah upaya menata dan mengoptimalkan kelas baik yang berupa fisik maupun non fisik, sehingga memungkinkan terciptanya iklim belajar yang optimal pula. Unsur-unsur fisik dalam kelas dapat berupa kursi, meja, gambar, dll.Unsur-unsur non fisik dapat berupa suara, aliran udara dan sebagainya (Maman Sutarman, 2004: 56).
Maka pengelolaan kelas dalam hal ini sangat penting untuk membangun suasana
kelas yang kondusif yang membantu tercapainya proses pembelajaran. Oleh karena
itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas antara lain:
1. Pengaturan kelas.
Suasana kelas yang baik merupakan suatu titik awal keberhasilan pembelajaran.
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang mendukung, tanpa adanya
tekanan-tekanan yang memungkinkan siswa untuk mampu berkomunikasi, baik
dengan guru, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya. Untuk dapat
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar serta meningkatkan
prestasi belajar siswa diperlukan pengorganisasian (Maman Sutarman, 2004: 56).
119
Pengorganisasian kelas meliputi pengaturan penggunaan waktu. Pengaturan
waktu pelajaran agama setiap semester sangat terbatas. Oleh karena itu perlu diisi
dengan kegiatan yang menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa. Pengaturan
ruangan dalam kelas. Agar terciptanya suasana yang menggairahkan dalam belajar,
perlu diperhatikan ruang belajar. Ruang belajar diatur sesuai dengan jumlah siswa
atau jumlah kelompok dalam kelas. Agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan cara belajar siswa, maka diperlukan pengelompokan siswa dalam
belajar (Maman Sutarman, 2004: 57). Jika pembagian kelompok tersebut
dilaksanakan dengan baik maka siswa akan lebih bergairah dalam belajar.
2. Pengelompokan Siswa Membantu Proses Pembelajaran
Pengaturan kursi, meja dan alat-alat lainnya harus mudah dipindahkan atau
diatur untuk kepentingan bekerja secara berkelompok. Ruang kelas dan segala
fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk melayani kegiatan pembelajaran. Dalam
kegiatan pembelajaran memungkinkan guru mengenal siswa yang mengalami
kesulitan belajar dan lebih mengenal siswa secara pribadi. Dalam hal ini guru perlu
mengetahui perbedaan antar siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga
pengelompokan siswa sungguh sesuai dengan minat, bakat, kemampuan yang
dimiliki siswa (Maman Sutarman, 2004: 61).
Dalam menciptakan iklim belajar yang nyaman, serasi dan damai maka guru
harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didik agar tidak
merusak suasana kelas. Kalau ada tingkah laku anak didik yang ramai, nakal,
120
mengantuk atau mengganggu teman yang lain maka guru harus mampu menangani
dan mengarahkan tingkah laku anak didik dan mengambil tindakan yang tepat.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini penulis menyampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan
atas keseluruhan bab yang ditulis. Selain itu penulis juga menyampaikan saran yang
diharapkan dapat berguna bagi siapa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran
pendidikan religiositas yang diselenggarakan di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
A. KESIMPULAN
1. Pendidikan Religiositas
Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu usaha
membantu seseorang untuk berkembang secara utuh ke arah hidup yang lebih baik.
Pendidikan religiositas sebagai pendidikan keimanan dimana tidak hanya mengolah
segi intelektual, pemahaman siswa, namun juga sampai menyentuh dalam
perwujudan serta penghayatan hidup konkret sehari-hari.
Pendidikan religiositas merupakan komunikasi iman bagi para siswa demi
membantu mereka untuk menjadi manusia yang utuh dan mampu menjadi pelaku
perubahan sosial. Maka proses pembelajaran yang dilaksanakan merupakan titik
awal dimana pembentukan manusia yang utuh dapat terwujudkan. Oleh karena itu
121
perlu usaha terus-menerus untuk membentuk pribadi yang dewasa dalam iman,
bersikap jujur serta bertanggung jawab atas hidup yang telah dianugerahkan Tuhan.
2. Pelaksanaan Pendidikan Religiositas di kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta
Pelaksanaan Pendidikan Religiositas di kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta perlu ditingkatkan.Guru perlu mempersiapkan metode pembelajaran
yang kreatif sehingga memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam mengikuti
seluruh proses pembelajaran. Sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran
pendidikan religiositas juga perlu dipersiapkan oleh guru sehingga siswa sungguh
memahami materi pembelajaran dan mampu mewujudkannya dalam hidup sehari-
hari.
3. Usaha Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Religiositas kelas VIII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Usaha meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas adalah melalui
rencana program pembelajaran yang lebih kreatif, yang memotivasi siswa serta
memberikan kesempatan pada siswa agar semakin berkembang. Rencana
pembelajaran ini penting karena membantu guru lebih mempersiapkan materi
pembelajaran dan mengajak siswa untuk lebih berpartisipasi aktif, disiplin, saling
menghargai serta saling berbagi pengalaman iman mereka. Untuk meningkatkan
pelaksanaan pendidikan religiositas perlu spiritualias guru serta perlu menciptakan
suasana kelas yang kondusif. Siswa sungguh mengalami bahagia nyaman serta
122
adanya rasa persaudaraan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
B. SARAN
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran sehubungan dengan
pentingya meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas demi mengembangkan
kecerdasan spiritual siswa sebagai berikut:
1. Guru
a. Hendaknya guru pendidikan religiositas mengelola proses pembelajaran
dalam suasana kondusif artinya siswa merasa nyaman, bersahabat dan senang
sehingga memotivasi mereka untuk lebih bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran.
b. Guru sebaiknya menggunakan media yang sungguh berpusat pada siswa dan
menggunakan sarana yang menarik sehingga menjadi lebih mudah
menemukan makna pembelajaran dan sekaligus bisa berkembang.
c. Guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi misalnya metode
diskusi, dialog, dan refleksi.
2. Sekolah
a. Perlu menyediakan sarana-sarana yang dapat mendukung proses
pembelajaran pendidikan religiositas.
a. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan para guru yang memungkinkan
para guru lebih berkembang serta kreatif dalam mendampingi siswa sehingga
123
baik siswa yang didampingi maupun guru bersama-sama semakin maju dan
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo & Irianti. (2003). Renungan dan Kebiasaan Menuju Kecerdasan Spiritual. Jakarta: Gramedia.
Budi Susilo. (2002). Profil SMP Stella Duce 2 Yogyakarta: SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Djahiri, A. Kosasih. (1985). Teknik Pengembangan Program Pengajaran VCT. Bandung: IPPMP Bandung.
Driyarkara, N. (1966). Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Edi.http://my oper.com/winslov/blog/indeks.dml/tag/rpp.accessed on Maret 20, 2010 Erwan Purwanto dan Dyah Ratih. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Gava Media. Fauzi, Anis. (2009). Pembelajaran Mikro Suatu Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Diadit
Media. Gorky, M.Sembiring. (2008). Menjadi Guru Sejati. Yogyakarta: Galangpress. Hardjana, A.M.(2005). Religiositas Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius Heryatno Wono Wulung, F.X. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Listia, Laode Lian. (2007). Problematika Pendidikan Agama di Sekolah. Yogyakarta.
Yogyakarta: Intitut Dian Interfidei. Maman Sutarman & Yosep Lalu. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Agama Katolik. Bahan untuk Penataran. Jakarta: Komkat KWI Mardiatmadja, B.S. (1986). Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. MPK dan Komkat KAS. (2001). GBPP Pendidikan Religiositas untuk SLTP.
Yogyakarta: Kanisisus. _________. (2005a). Silabus Pendidikan Religisitas untuk SMP. Yogyakarta:
Kanisius. _________. (2005b). Pendidikan Religiositas untuk SMP kelas 2. Buku Siswa.
Yogyakarta: Kanisius. __________. (2009). Pendidikan Religiositas Gagasan,Isi, dan Pelaksanaannya.
Yogyakarta: Kanisius. Suhardiyanto, H.J. (2008). Bahan Seminar Pendidikan Religiositas. Yogyakarta. Sukidi.(2002). Kecerdasan Spiritual, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suparno, Paul. (2004). Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Suwarna. (2005). Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidikan Professional.
Yogyakarta: Tiara Wacana Theofuri. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Kudus:Rasail Media Group.
124
Ryanto Theo. (2002). Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo
__________.& Martin. (2008). Membangun Hidup Religius yang Damai Sejahtera. Yogyakarta: Kanisius.
Tim Redaksi Kanisius. (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius. Wisnubrata. (2002). Kecerdasan Spiritual, Religiusitas yang Memerdekakan, dan
Masyarakat Sejahtera. Jakarta: Yayasan Bumi Aksara. Zohar & Marshall Ian. (2001). SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan.
Lampiran 1: Surat Persetujuan Penelitian dari Kaprodi
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Tromol pos 29, Yogyakarta 55002 Telp (0274)513301, 515352-Fax (0274) 562383
http:/www.usd.ac.id Email:[email protected] Hal : Permohonan Ijin Penelitian Kepada Yth. Dra. S. Listyawati SN Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2 Jl. Suryodiningratan N0.33 YOGYAKARTA Dengan Hormat, Dengan ini kami memohonkan ijin untuk mahasiswa kami, Nama : Mekhtilde Daso Nomor Mhs/NIRM : 051124014 Program Studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik (IPPAK)
Fakultas : Keguruan dan Ilmi Pendidikan Universitas : Sanata Dharma Yogyakarata Untuk melakukan penelitian dalam rangka pemenuhan tugas akhir. Adapun judul penelitian adalah “Peran Pendidikan Religiositas Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”. Sampel yang akan diteliti sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak. Atas perhatian dan ijin yang diberikan kami mengucapkan terima kasih. Yogyakarta, 1 Oktober 2009 Yogyakarta, 1 Oktober 2009 Menyetujui Pemohon Kaprodi IPPAK Drs. H.J. Suhardiyanto. SJ. Mekhtilde Daso
(1)
Lampiran 2: Surat Penelitian dari Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2 Yohyakarta. Kepada Yth. Drs. H. J. Suhardiyanto. SJ
Ketua Program Studi IPPAK
Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75
YOGYAKARTA
Dengan Hormat,
Dengan ini kami memberitahukan bahwa
Nama : Mekhtilde Daso
Nomor Mhs/NIRM : 051124014
Program Studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama
Katolik (IPPAK)
Fakultas : Keguruan dan Ilmi Pendidikan
Universitas : Sanata Dharma Yogyakarata
Telah mengadakan penelitian dalam rangka pemenuhan tugas akhir di lembaga SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta periode tahung 2009/2010. Adapun judul penelitian adalah
“Peran Pendidikan Religiositas Terhadap Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa
Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”. Sampel yang telah diteliti sebanyak dua
kelas yang yakni kelas Muria dan kelas Lawu.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 1 Novemper 2009
Mengetahui
Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2
Dra. S. Listyawati SN
(2)
I. IDENTITAS
NAMA :………………
KELAS :……………….
AGAMA :…………….....
II. PETUNJUK MENGERJAKAN KUESIONER:
a. Mohon bacalah pernyataan-pernyataan dengan seksama dalam kolom yang
telah disediakan.
b. Lingkarlah pada kolom yang anda anggap benar sesuai dengan suara hati
anda.
c. Contoh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
No Pernyataan SS S RR TS STS
1 Saya bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan guru.
5 4 3 2 1
Keterangan:
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
ALTERNATIF
JAWABAN
NO PERNYATAAN - PERNYATAAN
SS S RR TS STS
1 Selama proses pembelajaran guru dan murid
saling berbagi pengalaman hidup
5 4 3 2 1
2 Guru memberikan kepada siswa untuk
NO PERNYATAAN-PERNYATAAN SS S RR TS STS
mensharingkan pengalaman sesuai ajaran agama
masing-masing
5 4 3 2 1
3 Selama pelajaran guru memberikan kepada siswa
untuk bertanya
5 4 3 2 1
4 Selama pelajaran metode yang digunakan guru
selalu berfariasi
5 4 3 2 1
(3)
5 Guru menjelaskan dengan baik materi pelajaran 5 4 3 2 1
6 Saya semakin menghargai dan bekerja sama
dengan teman yang beda agama.
5 4 3 2 1
7 Saya lebih senang dan bersemangat mengikuti
pelajaran pendidikan religiositas
5 4 3 2 1
8 Saya semakin terbuka dengan teman yang beda
agama
5 4 3 2 1
9 Saya semakin mampu menemukan kebaikan-
kebaikan Tuhan dalam diri sesama
5 4 3 2 1
10 Saya semaikn rajin dan tekun belajar 5 4 3 2 1
11 Saya tidak tergoda untuk membolos dan mencari-
cari alasan untuk tidak mengikuti pelajaran
pendidikan religiositas.
5 4 3 2 1
12 Saya lebih menghormati guru dan orang tua 5 4 3 2 1
13 Saya semakin mudah bergaul dengan teman tanpa
memandang perbedaan agama, suku dan ras
5 4 3 2 1
14 Saya tidak membuang sampah di sembarang
tempat
5 4 3 2 1
15 Saya tidak menyontek pada saat ulangan 1 2 3 4 5
16 Saya terlambat atau kurang disiplin dalam
mengikuti pelajaran pendidikan religiositas
1 2 3 4 5
17 Saya malas mengikuti pelajaran pendidikan
religiositas
1 2 3 4 5
18 Saya kurang menghargai pendidikan religiositas 1 2 3 4 5
19 Saya sering ngobrol ketika guru memberi
penjelasan
1 2 3 4 5
20 Saya mudah lalai dalam tugas yang diberikan
guru
1 2 3 4 5
(4)
III. Petunjuk Pengisian
Mohon tulislah jawaban anda pada titik- titik yang telah disediakan.
1. Apakah anda merasa puas terhadap proses pembelajaran Pendidikan Religiositas,
di kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta? Mengapa?
…………………………………………………………….………….……………
………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………… ...................…………………
2. Apa harapan anda terhadap proses pelaksanaan Pendidikan Religiositas yang akan
dating?
.................................................................................................................................
..................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Apa harapan anda terhadap teman-teman sekelas agar proses pelaksanaan
pendidikan religiositas dapat berjalan dengan baik dan lancar
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
......................................................................................................................
Terima kasih selamat mengerjakan Tuhan memberkati.
(5)
Lampiran 4: Tuntunan Pertanyaan Wawancara kepada Guru
1. Bagaimana pengalaman ibu dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan religiositas?
2. Bagaimana ibu memilih sarana dan metode dalam proses pelaksanaan pendidikan religiositas? Metode mana yang biasa ibu gunakan? Mengapa?
3. Kesulitan-kesulitan apa saja yang ibu hadapi selama proses pembelajaran berlangsung?
4. Menurut pengamatan ibu, bagamana bagaiman tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran?
5. Apa usul dan saran ibu dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas?
(6)
Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Religiositas Tanggal Pelaksanaan : 29/10/09 Tempat : Ruang tamu SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Responden : Ibu Esty 1. Bagaimana pengalaman ibu dalam proses pelaksanaan pendidikan religiositas?
Jawab: banyak pengalaman yang saya dapatkan terlebih menghadapi berbagai karakter siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Situasi dan suasana yang saya hadapi tersebut mendorong saya untuk bisa mengatasi dan berusaha mencari cara yang terbaik agar mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
2. Bagaimana ibu memilih sarana dan metode dalam proses pelaksanaan pendidikan
religiositas? Metode mana yang biasa ibu gunakan? Mengapa? Jawab: metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan diskusi. Karena kalau menggunakan metode menonton film ruangan tidak ada. Ruangan yang ada sering dipakai untuk kegiatan bimbingan konseling.
3. Kesulitan-kesulitan apa saja yang ibu hadapi selama proses pelajaran berlangsung? Jawab: mereka seringkali masuk kelas terlambat dan ribut. Kadang mereka menganggap sepele dengan pelajaran pendidikan religisoitas, tetapi ada siswa yang sungguh-sungguh mau mendengarkan dengan baik.
4. Menurut pengamatan ibu, bagaimana tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran? Jawab: mereka lebih senang diskusi dalam mengikuti pelajaran pendidikan religiositas.
5. Apa usul dan saran ibu dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas? Jawab: saran saya menggunakan sarana metode pembelajaran yang lebih membuat siswa aktif
(7)
Lampiran 6: Tuntunan Pertanyaan Wawancara kepada siswa
1) Bagaimana tanggapan anda terhadap proses pelaksanaan pendidikan religiositas?
2) Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran pendidikan religiositas? Mengapa?
3) Bagaimana metode pembelajaran yang diberikan guru? 4) Apa yang Anda lakukan selama ini dalam mengikuti proses pembelajaran
pendidikan religiositas? 5) Bagaimana suasana kelas selama mengikuti proses pelajaran pendidikan
religiositas? 6) Apakah Pendidikan religiositas semakin memotivasi anda untuk semangat
dalam mengikuti proses pembelajaran? 7) Apa yang menjadi usul dan saran Anda untuk meningkatkan pelaksanaan
pendidikan religiositas?
(8)
Lampiran 7: Rangkuman Hasil Wawancara dengan Siswa
Tanggal Pelaksanaan : 10/10/09 Tempat : Pendopo SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Responden : 5 orang ( Ekis, Candra, Floren, Fransiska, Tyas)
1. Bagaimana tanggapan anda terhadap proses pelaksanaan pendidikan religiositas? Sebagaian siswa menjawab bahwa proses pelaksanaan pendidikan religiositas berjalan baik tapi ada beberapa siswa yang menjawab kadang bosan, jenuh, terlalu serius.
2. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran pendidikan religiositas? Mengapa? Siswa tidak merasa kesulitan dalam mengikuti pendidikan religiositas, namun kadang mereka malu apabila diminta guru untuk mensharingkan pengalaman imannya dengan teman lain.
3. Bagaimana dengan metode pembelajaran yang diberikan guru? Kadang metode yang diberikan membuat kami mengantuk, ada yang mengatakan jenuh dan bosan.
4. Apa yang Anda lakukan selama ini dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan religiositas? Mengerjakan tugas yang diberikan guru.
5. Bagaimana suasana kelas selama mengikuti proses pelajaran pendidikan religiositas? Hampar semua siswa menjawab bahwa suasana kelas selama mengikuti pelajaran pendidikan religiositas adalah siswa lebih banyak yang ribut, kurang memperhatikan guru.
6. Apakah Pendidikan religiositas semakin memotivasi anda untuk semangat dalam mengikuti proses pembelajaran? Ada siswa yang menjawab bahwa sungguh membantu, namun ada sebagaian besar siswa yang merasa dan menganggap sepele, kurang mengharagai pendidikan religiositas.
7. Apa yang menjadi usul dan saran anda untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan religiositas? Mereka sebagaian besar mengharapkan bahwa pelaksanaan pendidikan religiositas tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas tetapi bisa dilaksanakan di luar ruangan agar ada suasana yang beda yang membuat mereka lebih semanagt dalam mengikuti proses pelajaran.
(9)
Lampiran 8: Cerita mengenai Seorang Menemukan Seekor Kupu-kupu
Suatu hari dari lubang kecil muncul sesuatu. Seseorang sedang duduk dan mengamati beberapa jam kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti namun ia tetap berusaha terus untuk melewati lubang kecil tersebut. Kelihatannya ia telah berusaha semampunya, namun dia tidak bisa lebih jauh lagi. Orang yang mengamatinya tadi akhirnya memutuskan untuk membantu kupu-kupu. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, serta sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya yang mungkin akan berkembang menjadi seekor kupu-kupu. Dalam proses perkembangannya dan kenyataannya bahwa kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak disekitarnya dengan tubuh gelembung dan sayap-sayap mengkerut. Kupu-kupu tersebut tidak pernah bisa terbang. Orang tersebut tidak mengerti dan memahami sebuah perjuangan dan proses yang akan dilalui oleh kupu-kupu. Kebaikan dan ketergesaan orang tersebut justru menghambat dan mematikan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil. Sebenarnya, keberhentian kupu-kupu tadi merupakan jalan Tuhan untuk memasukkan cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang dengan bebasnya.
(10)
Lampiran 9: Contoh Jawaban Kuesioner
(11)