jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...

100
PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT Oleh : TARJONO NIM : 205011000317 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 2010 M

Upload: ngophuc

Post on 07-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DI SMP PGRI 1 CIPUTAT

Oleh : TARJONO

NIM : 205011000317

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H / 2010 M

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : TARJONO NIM : 205011000317 Jurusan/Semester : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2005 Alamat : Jl. Karang Anyar 1 Patrol Baru Rt.01/02

Patrol – Indramayu 45257 Judul Skripsi : “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Desember 2009 Yang Menyatakan

TARJONO

PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DI SMP PGRI 1 CIPUTAT

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S.Pd.I)

Oleh

TARJONO

205011000317

Pembimbing

Bahrissalim, M.Ag

NIP : 19680307199803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi Berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. yang disusun oleh Tarjono

Nomor Induk Mahasiswa 205011000317, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan. Telah selesai melewati bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang Munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan

fakultas.

Jakarta, Januari 2010

Yang mengesahkan, Pembimbing skripsi

Bahrissalim, M. Ag NIP. 19680307199803 1 002

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Diajukan kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada 15 Februari 2010 dihadapan dewan

penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang

Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 15 Februari 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A. ………………….. ………………….. NIP. 19580112.198803.1.002 Sekrtaris Panitia (sekretaris Jurusan) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A. ………………….. ………………….. NIP. 19670328.200003.1.001

Penguji I Dr. Zaimuddin, M.A ………………….. ………………….. NIP. 19590705. 199103.1.002 Penguji II Drs. H. M. Alisuf Shobri ………………….. ………………….. NIP. 150 033 454

Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP: 19571005.198703.1.001

ABSTRAK

TARJONO, Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat. Universitas Islam Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Desember 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa, Sekolah yang dipilih adalah SMP PGRI 1 Ciputat.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dengan tanya jawab langsung, sedangkan angket diberikan kepada siswa. Dari populasi sebanyak 100 orang telah terpilih sampel sebanyak 33 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara acak (Random Sampling) artinya setiap populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis. Sedangkan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan penulis menyebarkan angket yang ditujukan kepada siswa kelas 8-1, 8-2, 8-3 SMP, angket tersebut terdiri dari 30 item pertanyaan.

Dalam menganalisa, penelitian ini memperoleh angka 0,06 dari perhitungan rumus “r” Product Moment, kemudian rxy tersebut dibandingkan dengan “r” tabel dari derajat bebas (degree of freedom) 31 maka diperoleh angka 0,348 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,449 pada taraf sigifikansi 1%. Pada taraf signifikasi 5% dan pada taraf signifikasi 1% hasil yang di peroleh dari perbandingan tersebut ternyata rxy lebih kecil dari “r” tabel baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% atau dengan kata lain 0,06<0,348 dan untuk mengetahui seberapa besar kedua variabel mempengaruhi maka penulis menghitung koefisien penentuan (Coeficient of Determination) mendapat angka prosentasi 0,36%, jadi diantara variabel tersebut 36% saling mempengaruhi

Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1Ciputat.

Saran yang penulis sampaikan dari hasil penelitian ini bagi kepala sekolah selaku pimpinan di lembaga pendidikan hendaknya selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama kreativitas guru dalam mengajar. Dan bagi para guru hendaknya selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar. Supaya pelajaran yang di sampaikan mudah di mengerti oleh siswa dan siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, sebab guru adalah motivator bagi siswanya.  

 

 

i  

KATA PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan

inayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dalam menyelesaiakan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari

kekurangan dan kelemahan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna.

Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing skripsi Bahrissalim M.A. yang telah meluangkan

waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan,

petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

4. Semua Dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang telah mengajarkan mata

kuliah kepada penulis, khususnya Pendidikan Agama Islam.

5. Pimpinan perpustakaan Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam,

perpustakaan Utama beserta staffnya yang telah memberikan fasilitas

untuk mengadakan studi pustaka.

6. Bapak Cartam, S.Pd., M.Pd. kepala sekolah SMP PGRI 1 Ciputat beserta

staf dan seluruh dewan guru semua yang telah banyak membantu penulis

selama melaksanakan penelitian.

7. Bapak M. Syarifuddin S.Pd.I yang telah meluangkan waktu, selalu

mendoakan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis.

ii  

8. Bapak Drs. Amin Mukhtar kepala sekolah MI Nurun Najjah II Rengas

Ciputat Timur beserta staf dewan guru semua yang telah banyak

membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Ayahanda Muari dan ibunda tercinta Karniti, yang selalu mendoakan dan

memberikan support, baik moril maupun materil dan memberikan nasihat

serta bimbingan kepada penulis untuk selalu semangat meneruskan

perjuangan, harapan dan cita-cita.

10. Adik-adikku tercinta (Taryana, Siti Fitriyah), yang selalu mendoakan

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus tercinta

ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Kepada Mardhiya Adnin terima kasih atas supportnya, dan yang tak henti-

hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

12. Semua sahabat-sahabat seperjuanganku PAI A & B angkatan tahun 2005,

Andi, Dahlan, Deni, Fitri, Mely, Lia, Lina, Shaufi, yang telah memberikan

dorongan, spirit, dan saling membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Teman-teman Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI

Jakarta, (Amar, Yogi, Zaenal, Hasyim, Wildan, Anton, Opick dll) yang

senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat, masukan, ide

dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik sangat penulis butuhkan demi kebaikan penulisan skripsi,

karena penulis yakin dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kurang

lebihnya kami mohon maaf. Wallahu ‘alam bishowab.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 07 Januari 2010

Penulis

Tarjono

NIM : 205011000317

iii  

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah Penelitian ................................................... 5

D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 7

2. Kedudukan Guru ........................................................................ 10

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Pendidikan Agama Islam ........................................................... 11

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 12

5. Pengertian Kreativitas Guru

Pendidikan Agama Islam ........................................................... 13

6. Faktor-faktor yang Membentuk Kreativitas ............................... 16

7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif......................................................... 20

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar ......................................................... 23

2. Pengertian Belajar ...................................................................... 24

3. Indikator Prestasi Belajar ........................................................... 25

4. Ciri-ciri Kriteria Kegiatan Belajar ............................................. 28

5. Teori-teori Belajar ...................................................................... 30

iv  

6. Macam-macam Teori belajar ..................................................... 30

7. Aplikasi Teori Belajar dalam Pendidikan .................................. 33

C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 34

D. Hipotesis ....................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36

B. Variabel Penelitian ....................................................................... 36

C. Metode Penelitian ......................................................................... 36

D. Populasi dan Sampel .................................................................... 37

1. Populasi .................................................................................... 37

2. Sampel ...................................................................................... 37

E. Instrumen ...................................................................................... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40

1. Observasi .................................................................................. 40

2. Wawancara ............................................................................... 40

3. Angket ...................................................................................... 40

G. Teknik Analisa Data ..................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian ............................... 44

B. Deskripsi Data .............................................................................. 52

C. Prestasi Belajar Siswa .................................................................. 70

D. Analisa Data ................................................................................. 71

E. Interprestasi Data .......................................................................... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 78

B. Saran ............................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v  

DAFTAR TABEL

1. Tabel Indikator Prestasi Belajar….. .............................................................. 25

2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…. ....................................................... 38

3. Tabel Frekuensi…. ........................................................................................ 41

4. Tabel Skala Prosentase….. ............................................................................ 42

5. Tabel Indeks Korelasi “r”…. ........................................................................ 43

6. Tabel Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir…. ................................ 45

7. Tabel Keadaan Ruang Kelas….. ................................................................... 45

8. Tabel Data Ruangan Lain…. ........................................................................ 45

9. Tabel Data Guru….. ...................................................................................... 46

10. Tabel siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama

Islam… ......................................................................................................... 53

11. Tabel guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu

pembahasan.. ................................................................................................. 53

12. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang

disampaikan .................................................................................................. 54

13. Tabel Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan

kembali materi sebelumnya........................................................................... 54

14. Tabel Guru agama Islam mengarahkan bakat yang anda miliki... ................ 55

15. Tabel Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan

pengajaran... .................................................................................................. 55

16. Tabel Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus... ............................ 56

17. Tabel Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda... ................................. 56

18. Tabel Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar... ...... 57

19. Tabel Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar... ............ 57

20. Tabel Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah... . 58

21. Tabel Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama

Islam.... .......................................................................................................... 58

22. Tabel Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang

anda belum mengerti... .................................................................................. 59

vi  

vii  

23. Tabel Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu

pada anda... .................................................................................................... 59

24. Tabel Anda bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru

agama Islam... ............................................................................................... 60

25. Tabel Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga.. ......... 60

26. Tabel Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah

proses pembelajaran.... .. ............................................................................... 61

27. Tabel Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam

belajar... ......................................................................................................... 61

28. Tabel Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru

agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami... ............ 62

29. Tabel Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus.. ..................................... 62

30. Tabel Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat

yang baik.. ..................................................................................................... 63

31. Tabel Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat

kesalahan.. ..................................................................................................... 63

32. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas kelompok... ............................. 64

33. Tabel Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca Al-

Quran sebelum belajar... ............................................................................... 64

34. Tabel Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam

belajar... ......................................................................................................... 65

35. Tabel Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan

materi pembelajaran... ................................................................................... 65

36. Tabel Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara

berdiskusi yang baik.. .................................................................................... 66

37. Tabel Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu

menggunakan media gambar......................................................................... 66

38. Tabel Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal

di papan tulis.. ............................................................................................... 67

39. Tabel Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam

mengajar... ..................................................................................................... 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman sekarang ini banyak siswa yang malas belajar, hal ini

dikarenakan bukan hanya pengaruh lingkungan, tetapi hal ini juga disebabkan

kurangnya kreativitas guru dalam mengajar, sehingga siswa jenuh dengan cara

yang digunakan guru dalam pembelajaran. Masa depan suatu bangsa sangat erat

kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun

pendidikan untuk mencerdaskan generasi mudanya. Sedangkan keberhasilan suatu

bangsa dalam membangun mutu pendidikannya sangat ditentukan oleh mutu

gurunya.

Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat lansung pada

rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk

melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui alur

pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Dalam proses

pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer

of knowledge), tetapi juga berfungsi menanamkan nilai (values) serta membangun

karakter (character buiding) peserta didik secara berkelanjutan.1

Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa

dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya

merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang

dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang

berkembang mencari bentuk kedewasaan.

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu,

kepribadian guru terdiri atas aspek jasmaniah, intelaktual, sosial, emosional dan

moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan

yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri

                                                            1 Asrorun Ni’am, H.M. Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta, Elsas, 2006) cet.ke-1

h 3-6.  1

  2

individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil

perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari

lingkungan dan pengalaman hidupnya.

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan

intelaktual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan,

pemecahan masalah, latihan-latihan Afektif dan keterampilan. Guru sebagai

pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang

diajarkannya.2

Guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru pendidikan agama Islam harus

kreatif dalam memilih metode dan dalam melaksanakan pengajaran. Kreativitas

guru pendidikan agama Islam harus disesuaikan dengan kondisi siswanya, agar ia

mengetahui gagasan dan metode apa yang harus ia pergunakan dalam pengajaran.

Tanpa adanya kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, siswanya

tidak akan termotivasi untuk belajar dan untuk berprestasi. Guru yang baik ialah

guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui

kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan

mengajar yang memberikan ilham, guru yang baik memberikan gagasan-gagasan

yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya.3

Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan

baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri-ciri

kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian

(orisinalitas) dalam pemikiran. Biasanya orang menganggap bahwa keberbakatan

hanya ditentukan oleh kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, kenyataan

menunjukkan tidaklah demikian halnya. Misalnya seorang mempunyai bakat

teknik, tetapi tanpa ada kreativitas pada dirinya untuk mencoba-coba,

bereksperimen untuk menciptakan sesuatu yang baru, serta dorongan dan

semangat yang kuat dalam mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah ia

                                                            2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-253.  3 Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jogja:

PT Tiara Wacana, 1994) cet. ke-1 h.36.  

  3

mulai, meskipun mengalami banyak rintangan atau kegagalan, maka ia tidak akan

menghasilkan karya-karya yang bermakna. 4

Untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar, guru

harus kreatif dalam menyampaikan pelajaran, serta menggunakan metode yang

menarik, yang membuat siswa semangat dalam belajar, sehingga pelajaran yang

disampaikan cepat dimengerti oleh siswa. Dengan adanya kreativitas guru dalam

mengajar, akan mendorong siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar,

sehigga apa yang mereka cita-citakan dapat tercapai, dan siswa sebagai penerus

bangsa dapat terwujud.

Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya

mengembangkan pendidikan pada saat sekarang ini sangat diperlukan, terutama

bagi seorang guru, ia harus kreatif dalam proses belajar mengajar guna untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan peserta didik yang dari

lahirnya memiliki potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi

peserta didik tersebut harus dilaksanakan oleh guru yang kreatif.

Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan

aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong

yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak,

telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial).

Peran pendidiklah yang mengaktualkan yang masih kuncup, dan mengembangkan

lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal

mungkin sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan kualitas dan

kreativitas yang dimilki guru5

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas,

kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan

peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan

menyenangkan. Saylor (1998 : 227) dalam E. Mulyasa buku yang berjudul

"kurikulum yang disempurnakan" menyatakan bahwa "Instructional is thus the

                                                            4 Utami Munandar, Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: PT

Gramedia, 1984) cet. ke-1 h.7.  5 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya,), cet. k- 4 2007, h.4.  

  4

implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving

teachcingin the sense of student, teacher interaction in an aducational setting".6

Guru secara fungsional memegang peranan yang sangat menentukan

dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek,

merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, membimbing siswa,

mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas

proses dan hasil pembelajaran tersebut.

Dengan demikian guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar

penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi

dasar. Apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau

mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip

pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan

penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih

dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi

tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga professional,

yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara

intensif.

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun

iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab

itu, guru harus dapat menerapkan berbagai model belajar mengajar secara tepat.

Meskipun disadari bahwa menentukan model pembelajaran yang dianggap paling

tepat adalah suatu yang sulit, namun banyak model pembelajaran yang dapat

digunakan, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, tergantung

tujuan pembelajaran itu sendiri.

                                                            6  E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2006), cet. Ke-1 h. 189-190. 

  5

B. Identifikasi Masalah

Mengingat pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah

yang berhubungan dengan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, diantaranya yaitu:

1. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan

semangat belajar siswa.

2. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan

potensi siswa.

3. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga, dan biaya serta

untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya

pembatasan masalah. Dengan demikian, maka penelitian ini dibatasi pada masalah

“Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah Kreativitas Guru

Pendidikan Agama Islam berpengaruh positif Terhadap Peningkatan Prestasi

Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.

  6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI

1Ciputat kreatif dalam mengajar.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan

menghambat kreativitas guru dalam mengajar.

3. Apakah kreativitas guru dalam mengajar membuat siswa semangat

dalam belajar.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kreativitas guru

Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di

SMP PGRI 1 Ciputat.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

akademik pada umumnya. Terutama peningkatan pembelajaran.

2. Bagi para guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan

baik dan tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.

3. Sedangkan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini bermanfaat untuk

menambah wawasan tentang metode pembelajaran atau cara yang tepat

digunakan dalam menunjang proses pembelajaran.

 

  

BAB II

Landasan Teori

A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti "Orang yang kerjanya

mengajar".1 Dalam bahasa Inggris dijumpai kata teacher yang berarti

"pengajar".2 Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar

di rumah, mengajar ekstrakurikuler, memberi les tambahan pelajaran, educator,

pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah.

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada kepentingan guru lebih

banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mua’lim yang berarti orang

yang mengetahui dan banyak yang digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk

menunjuk pada arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.3

Kata berikutnya yang dekat dengan istilah guru atau pendidik adalah istilah

murabbi yang dapat dipahami dari do’a seorang anak kepada kedua orang tuanya

yang telah mendidiknya sewaktu kecil. Kata murabbi secara eksplisit tidak

dijumpai dalam al-Quran. Yang ada dalam al-Quran adalah kata rabbaya.4

Terdapat dalam firman Allah:

 ☺  

  ☺  

 ☺ ⌧ ☺⌧ 

   

                                                            1 Amier Dain Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h.333. 2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h.581. 3 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. ke-1 h. 41-42. 4 Abuddin Nata,…..h.46-47. 

7

  8

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa’24)5

Pendidikan agama Islam menurut Ahmad Marimba yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam.6

Menurut Alisuf Sabri, pendidikan agama Islam (PAI) adalah “sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.”7

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dalam Bab I pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Guru adalah

pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang melakukan bimbingan jasmani dan rohani secara sadar berdasarkan hukum- hukum Islam untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran agama Islam.

Tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Guru sebagai pribadi

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu.

Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas

aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek

kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang

memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk

sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri

                                                            5 Depag RI, Al-Quran dan Terjemah…..h.387. 6 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma’arif,

1989), Cet. Ke- 8, h. 23. 7 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: UIN Pers, 2005), Cet. Ke- 1, h. 111. 8 Direktoat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun 2006, Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006) h.83.  

 

  9

dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman

hidupnya.

b. Guru sebagai pendidik dan pengajar

Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua

peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas

utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara

psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa

berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggung

jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial

berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang

dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara

moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia

pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi

pegangannya.9

Guru (pendidik) adalah: individu yang mampu melaksanakan tindakan

mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.10

Menurut Langeveld Guru (pendidik) adalah: orang yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan dan kedewasaan seorang anak.11

Ny. Roestiyah mendefinisikan bahwa guru (pendidik) adalah: bukan hanya

sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya didepan kelas tetapi

merupakan seorang tenaga professional yang dapat menjadikan siswa mampu

merencanakan, menganalisa, menyimpulkan masalah-masalah yang dihadapi.12

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan

intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan

pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.

                                                            9 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-252. 10 Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Prana, 1997), h. 122. 11 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.10. 12 Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.177  

  

  10

c. Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama

tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahamannya, masalah

dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. Agar tercapai

kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang

lebih dekat dan akrab, melakukan pengamatan dari dekat serta mengadakan

dialog-dialog secara langsung.13

2. Kedudukan Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 ayat (1) Guru mempunyai kedudukan

sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) pengakuan kedudukan guru

sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan

dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 kedudukan guru sebagai tenaga professional

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional.14

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang

peranan yang penting. Peranan penting guru dalam proses belajar mengajar belum

dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang

paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap,

sistem nilai, perasaan, motivasi kebebasan dan lain-lain yang diharapkan

merupakan hasil dari proses pengajaran yang tidak dapat dicapai melalui alat-alat

tersebut. Disinilah manusia dalam hal ini guru lebih unggul dalam mencetak

generasi penerus yang berwawasan luas serta berbudi pekerti mulia dari pada alat-

                                                            13 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h.253-254. 14 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.86.  

 

  11

alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah

kehidupan.15

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar

dinas, dalam bentuk pengabdian. Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru

professional mengelompokan tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang

profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih,

mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan

dirinya sebagai orang tua kedua. Dia harus mampu menarik simpati para

muridnya sehingga dia menjadi idola para siswanya. Tugas guru dalam bidang

masyarakat karena masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih

terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat

dapat memperoleh ilmu pengetahuan.16

Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di lingkungan sekolah tetapi

juga di luar sekolah. Dalam hal ini mau tidak mau guru harus memperhatikan

sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Karena dalam kenyataannya tugas

seorang guru dapat dikatakan sempurna disamping mengajar ilmu, ia pun turut

menanamkan pada batin siswanya segala sesuatu aturan yang baik serta nilai-nilai

kehidupan yang pantas menurut pandangan umum, yang didalamnya tentu saja

menyangkut tata krama, sopan santun, wibawa, martabat dan faktor-faktor

kepribadian primer lainnya, yang tentu saja masih ada hubungan dengan

pelajaran.

                                                            15 Abudin Nata, Filsafat pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana), h. 68.  16 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1998), h.5.  

 

  12

Jabatan guru mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas seorang

dokter menolong orang sakit agar sembuh kalau tidak ditolong akan mati. Guru

pun pekerjaannya menolong anak bodoh menjadi pandai, anak yang nakal menjadi

tidak nakal, dan anak yang malas menjadi tidak malas.17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab

guru tidak hanya sebagai pendidik, mengajar dan melatih tapi guru juga

mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas dokter menolong orang sakit

menjadi sembuh sedangkan guru membantu anak dari yang tidak bisa membaca

dan menulis sampai bisa membaca dan menulis, membimbing siswa yang nakal

menjadi tidak nakal, memotivasi siswa yang malas menjadi rajin belajar.

4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan melaksanakan

sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan latihan. Adapun kompetensi guru

merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban

secara bertanggung jawab dan layak.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dalam Bab IV pasal 10 ayat (1) kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.18

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka guru harus meningkatkan

kompetensinya. Diantara kriteria-kriteria kompetensi yang harus dimiliki guru

meliputi kompetensi kognitif (bidang intelektual), kompetensi afektif (bidang

sikap), dan kompetensi psikomotorik (perilaku/performance).

Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti

penjelasan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan

tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas,

                                                            17 Roestiyah N.K, Didatik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara 1986), h.31.  18 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.88.  

 

  13

pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa serta pengetahuan umum

lainnya. Kompetensi bidang afektif, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap

berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap

menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata

pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesi, memiliki

kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam

berbagai keterampilan atau perilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing,

menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, dan lain-lain.19 Dari uraian di atas

maka seorang guru dalam mengajar harus memiliki ketiga kompetensi tersebut,

dengan memiliki ketiga kompetensi maka seorang guru akan memiliki kreativitas

yang tinggi dalam mengajar.

5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

Akhir-akhir ini baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam tulisan populer

selalu ditekankan perlunya perangsang kreativitas sejak kecil sampai dewasa

melalui pendidikan formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga,

maupun di dalam masyarakat.

Apa sebetulnya kreativitas? kata kreativitas dapat diartikan melalui dua

segi, yaitu secara etimologi dan terminologi. Dalam tinjauan etimologi, kreativitas

berasal dari bahasa Inggris yaitu “to create” yang artinya “mencipta” turunan kata

sifatnya adalah “creative”. Dalam kamus bahasa Indonesia adalah memiliki daya

cipta: memiliki kemampuan untuk mencipta.20 Di dalam al-Quran ada disebut

empat sifat Allah sebagai maha pencipta yaitu al-Khaliq, al-Khallaq, al-Badi’, dan

al-Musawwir. Seperti berturut-turut digambarkan dalam ayat-ayat berikut:

           

⌧      ⌧   

                                                            19 Moh Uzer Usman, Op, cit, h. 14. 20 WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h.46 

  

  14

“Itulah Tuhanmu, tiada Tuhan kecuali Dia, pencipta segala sesuatu. Dialah pengurus segala sesuatu”. (Q.S. Al-An’am; 102). Selanjutnya ayat:

   ☺  

        

   

“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Yaasiin 81).

Demikian juga ayat:

 ☺      

        ⌧   

 ⌧    

“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-an’am: 101).

Begitu juga ayat:

    

 ⌧    

    

  

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Ali-Imran:6).

Itulah empat gelar Tuhan sebagai pencipta, barang kali manusia berlaku

pada penciptaan bentuk ketiga, yaitu dalam hal penciptaan yang terus-menerus,

  

  15

yakni merubah suatu bentuk ke bentuk lain, seperti halnya, mencipta rumah dari

kayu atau batu dan lain-lain.21

Sedangkan secara terminologi, kata kreativitas banyak diartikan oleh

beberapa ahli: Menurut George J. Seidel dalam The Crisis Of Creativity,

kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-

kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar

pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan

manapun”.22

Sedangkan David Campbell mengartikan kreativitas adalah kegiatan yang

mendatangkan hasil yang sifatnya:

a. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.

b. Berguan (asefull): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.

c. Dapat dimengerti (understanble): hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat lain waktu.23

Mengupas arti kreativitas menurut Utami Munandar, “harus diakui bahwa

memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas,

karena kreativitas merupakan konsep majemuk dan multidimensional24 akan

tetapi, Utami yang berpendapat bahwa kreativitas sebagai salah satu ciri anak

berbakat mengemukan bahwa:

a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru

berdasarkan data, infromasi, atau unsur-unsur yang ada.

b. Kreativitas (berpikir kreatif atau divergen) adalah kemampuan

berdasarkan data atau infromasi yang tersedia menemukan banyak                                                             

21 Hasan Langgulung, Kreativitas dan pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), cet ke-1, h. 45-47.

 22 Julius Candra, Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan,

(Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet ke-1, h.15. 23 David Campbell, disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas,

(Yogyakarta: Kanisius, 1986) h. 11-12.  24 Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Gramedia,

1997), h.7.  

 

  16

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekananya pada

kuantitas, ketepatgunaan, dan keseragaman jawaban.

c. Secara personal kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang

mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan orisinalitas

dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,

memperkaya, memperinci) suatu gaagsan.25

Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, seperti yang telah

dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan

seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya

itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan

dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi)

berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan

tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat

dibuat lain waktu.

6. Faktor-Faktor yang membentuk Kreativitas

Kreativitas seseorang dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, tidak

tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat

pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa

pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan bahwa

bakat kreatif itu dapat ditingkatkan, oleh karena itu perlu dipupuk sejak dini. Hal

ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

   ☺   

   ☯   

   ☺   

 ⌧    

    

                                                            25  Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:

Gramedia, 1999), cet. Ke-3, h. 47-50  

 

  17

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".(Q.S. Al-Imran: 190-191)

Dalam ayat di atas diterangkan bahwa kebesaran Allah yang telah

diciptakan berupa langit dan bumi tidak untuk dinikmati saja tetapi juga

dipikirkan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk dipergunakan

memikirkan tentang keindahan ciptaan-Nya. Dengan kata lain bahwa dalam diri

manusia sesungguhnya terdapat suatu potensi yang berupa akal. Bagaimana

potensi itu dapat dikembangkan maka tergantung pada manusia itu sendiri,

lingkugan, pendidikan yang diperolehnya. Memang harus diakui bahwa setiap

orang mempunyai bakat yang berbeda walaupun kreativitas merupakan potensi

positif yang dimiliki oleh banyak individu, namun kalau tidak dipupuk bakat

tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa menjadi bakat yang terpendam yang

tidak dapat diwujudkan.

Tentu kita mengingingkan yang demikian, karena kita tahu kreativitas itu

penting bagi kelangsungan peradaban manusia kearah masa depan yang

prospektif. Sebab itu tidak banyak faktor yang perlu kita ketahui, yang dapat

berpengaruh dan membentuk kreativitas.

Menurut Utami Munandar yang dikutip oleh Fuad Nashori, faktor-faktor

yang mempengaruhi kreativitas terdiri atas aspek kognitif, dan aspek kepribadian.

Faktor kognitif (kemampuan berpikir) terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan

memperkaya bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor

kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat

mandiri, berani mengambil resiko dan asertif, tipe kepribadian.26

                                                            26 H. Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharan, Mengembangkan Kreativitas Dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-1, h 53-54.  

 

  18

Dalam pengembangan kreativitas, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik faktor pendukung atau pun faktor penghambat. Faktor

tersebut bisa berasal dari dalam guru dan dapat pula berasal dari luar guru,

sebagaimana diungkapkan oleh Robert W. Olson.27

Faktor Penghambat:

Intern:

1) Adanya transfer kebiasaan 2) Takut gagal 3) Ketidak mampuaan mengenal masalah 4) Pendirian yang tidak tetap 5) Terlalu cepat berpuas diri Ekstern: 1) Waktu yang terbatas 2) Lingkungan 3) Kritik yang dilancarkan orang lain

Faktor Pendukung:

Intern:

1) Adanya motivasi untuk mengenal suatu masalah 2) Berani dan percaya diri 3) Adanya motivasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan sendiri dan

orang lain Ekstern: 1) Adanya dukungan dari lingkungan 2) Materi yang cukup 3) Waktu luang 4) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan.

Pada dasarnya faktor-faktor penghambat tersebut dapat dihindari dan

faktor-faktor pendukung dapat ditingkatkan dengan menciptakakn lingkungan

serta suasana yang dapat membantu meningkatkan kreativitas guru. Pertimbangan

                                                            27 Robert Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh

Alfonsus Samosir, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.25-41.   

 

  19

ini didasarkan pada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa suasana kerja yang

mati hanya akan membunuh daya inovatif dan kreativitas guru. Kreativitas itu

penting dalam pendidikan, karena mengemukakan empat alasan.

1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan

perwujudan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu

kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga

memberikan kepuasaan kepada individu.

4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

hidupnya.28

Kreativitas merupakan suatu potensi yang dimiliki setiap orang tidak

bergantung pada usia, jenis kelamin, dan kedudukan hidup seseorang. Namun

yang terpenting adalah bakat kreatif itu dipupuk dan dikembangkan sejak dini.

Dalam upaya pengembangan kreativitas, dan menjaga usaha agar

pengembangan itu berjalan lancar. Maka perlu diperhatikan komponen-

komponen untuk membangun kretivitas dan cara untuk mengembangkan

kretivitas.

1) Komponen-komponen membangun kreativitas

a) Kraetivitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.

b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang

antara jasmani dan rohani.

c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.

d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan

tutur kata yang diucapkan seseorang.

2) Cara-cara mengembangkan kreativitas

a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan

untuk berpikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau

                                                            28 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi

Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), Cet ke-3, h. 45-46.   

 

  20

umum, informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan

informasi peluang yang bervariasi.

b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak

langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat

menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.

c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan

pilihan yang bervariasi, sehingga kelak terdapat banyak pilihan.29

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang ingin

membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Jika

jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide dan gagasan yang

dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau

gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang

menghasilkan ide atau gagasan-gagasan tersebut.

7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif

Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru kreatif

dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut:

1). Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan

memprakarsai belajar sendiri (self-initialed learning) pada sebagian

siswa. Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar

dilaksanakan, tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi

respon yang kreatif dari siswa, seperti melakukan aktifitas untuk

mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, melaksanakan

eksperimen dan mengambil kesimpulan sementara terhadap

eksperimen yang dilakukan tersebut.

2). Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter,

kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk

berkreatif, jenis kebebasan yang diperlakukan agar siswa menjadi

                                                            29 Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987), h.

161-162.   

 

  21

kreatif adalah kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik,

dan kebebasan untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan.

3). Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (Over Learn)

untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan, dan

memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima

kenyataan bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka

harus memiliki disiplin keras kepada diri mereka sendiri.

4). Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia

memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubungan-

hubungan yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari

pemecahan-pemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat

perkiraan secara cepat. Menemukan ide-ide sampingan untuk

membentuk ide-ide baru. Dia mendorong siswa untuk

mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak mungkin antara

elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang tidak

masuk akal atau meyimpang dari yang biasa.

5). Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup

kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil

penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian

pokok persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah

hasil penyelidikan.

6). Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote

intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk

mengangkat posisi observasi yang mereka lakukan untuk

memvariasikan pendekatan menuju masalah-masalah yang akan

dipecahkan.

7). Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri

kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation).

8). Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih

sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua

stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah

  

  22

yang bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum, bahkan

terhadap masalah sehari-hari.

9). Guru yang kreatif mengetahui bagaimana mengungkapkan pertanyaan,

tetapi pertanyaan tersebut harus bersifat operasional dan terbuka

(Open-Ended), bermakna bagi siswa, serta jawabannya bukan bersifat

fakta. Pertanyaan operasional bertitik pangkal kepada usaha yang

kreatif dari siwa untuk memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut.

10). Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan

kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian

orang yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk

menerima dan menyesuaikan diri mereka pada sesuatu ketidak

pastian.

11). Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat, dan struktur-

struktur, keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam

kreativitas yang bersifat pribadi, bila hal itu berhubungan dengan

keahlian menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang,

menggunakan warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti

dalam bernyanyi, dan menggunakan kayu seperti pertukangan.

12). Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara

keseluruhan. Melihat suatu masalah secara keseluruhan lebih baik dari

pada melihat suatu masalah sepotong-sepotong.

Parnes (1972) mengungkapkan bahwa kemampuan kreativitas didapatkan

dengan masalah yang mengacu kepada lima macam perilaku kreatif yaitu:

1). Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang

serupa untuk memecahkan suatu maalah.

2). Fleksibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk memproduksi

sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang

bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang

berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,

  

  23

mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu

menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara berfikir.

3). Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon atau

tanggapan yang unik atau luar biasa.

4). Elaboratio (keterperincian), yaitu kemampuan dalam mengembangkan

gagasan dan menambahkan, memperinci detil-detil dari suatu objek,

gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5). Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan

masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.30

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa, disamping mampu

mengajar, semua guru tentu saja diharapkan untuk mampu membangkitkan

kreativitas siswa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kreatif,

menstimulus siswa memotivasi, mendorong siswa untuk dapat mengevaluasi

sendiri kemajuannya, dan yang lebih utama tersebut memiliki perilaku kreatif

seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan terhadap

suatu masalah.

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Prestasi: hasil yang telah

dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.”31 Bila diartikan secara bahasa,

“kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa

Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.”32 Sedangkan menurut Nana

Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau

                                                            30 Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 44. 31 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001)

cet ke.1, h. 330. 32 Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 1990) h.2.  

 

  24

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”.33

Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari ujian

semester. Karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain, menurut Neni Zikri

Iska “prestasi adalah tolok ukur belajar yang problematik”34 maksudnya ialah

bahwa prestasi bergantung pada banyak faktor disamping faktor belajar, perasaan,

kelelahan dan motivasi.

Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah kognitif,

afektif dan psikomotor, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan cerminan

proses seseorang, tidak hanya pada aspek penggetahuan terhadap materi tertentu

tetapi juga perilaku dan sikap yang ditunjukan lewat pergaulan dan interaksi

seseorang baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar sekolah.

Di sekolah, siswa dibebankan sejumlah materi pelajaran yang harus

dipelajari dalam waktu tertentu, diakhir waktu yang telah ditentukan akan

dilaksanakan evaluasi belajar yang diselenggarakan oleh sekolah dalam bentuk

ulangan semester dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Ulangan semester merupakan gambaran dari hasil belajar dan hasil mengajar guru

dalam satu semester, biasanya hasil belajar itu ditunjukan dalam bentuk nilai

angka maupun huruf dan dibukukan yang disebut raport.

Raport merupakan hasil evaliuasi belajar siswa yang disajikan untuk

melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan,

meskipun raport tidak mewakili secara keseluruhan prestasi sesungguhnya yang

telah dicapai oleh siswa, karena biasanya guru tidak bisa memperhatikan siswa

secara individual dari sisi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya,

penilaian guru sering bersifat subjektif dan tidak memenuhi keseluruhan indikator

prestasi yang telah ditetapkan. Karena perubahan belajar sering kali tidak bisa

                                                            33 Nana sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1992) cet ke-4, h.22.  34 Neni Zikri Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers,

2006) cet ke-1, h. 85.  

  

  25

diraba, yang bisa dilakukan hanyalah melihat pencapaian indikator secara umum

atau pada ranah yang ingin dinilai.

2. Pengertian Belajar

Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ”Belajar: berusaha, berlatih,

untuk mendapat pengetahuan”.35 Sedangkan menurut kamus psikologi, “Belajar:

1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku,

sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman. 2. Proses mendapatkan reaksi-

reaksi sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus”.36 Beberapa definisi belajar

adalah ”Belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan tingkah

laku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.37 Sedangkan menurut James

O. Whittaker, “Learning may be defined as a process by which behavior

originates or is altered through training or experience.”(belajar dapat di

definisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan dan pengalaman).38 Senada dengan definisi di atas adalah yang

dikemukakan oleh Arthur T Jersid bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku

karena pengalaman dan latihan.”39 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, ”secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

inidividu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.40

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang

didapatkan oleh seseorang.

3. Indikator Prestasi Belajar

                                                            35Dessy Anwar,….,,h..85. 36 J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002), h.  37 Neni Zikri Iska…,,h.76.  38 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet.2. h. 55. 39 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara, 1993), h.98. 40 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-

3, h.68.   

 

  26

Tabel 1

Indikator Prestasi

Ranah/Jenis prestasi Indikator Cara evaluasi

a. Ranah Cipta

(Kognitif).

1. Pengamatan.

2. Ingatan.

3. Pemahaman.

4. Penerapan.

5. Analisis

1. Dapat menunjukan

2. Dapat

membandingkan.

3. Dapat

menghubungkan.

1. Dapat

menyebutkan.

2. Dapat menunjukan

kembali.

1. Dapat menjelaskan

2. Dapat

mendefinisikan

dengan lisan

sendiri

Dapat

memberikan

contoh.

1. Dapat

menggunakan

secara tepat.

1. Dapat

1. Tes Lisan.

2. Tes Tertulis.

3. Observbasi.

1. Tes Lisan.

2. Tes Tertulis.

3. Observasi.

1. Tes Lisan.

2. Tes Tertulis.

1. Tes Tertulis.

2. Pemberian

Tugas.

3. Observasi.

1. Tes Tertulis.

  

  27

(Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti).

6. Sintesis (Membuat

paduan baru dan

utuh).

b. Ranah Rasa

(Afektif).

1. Penerimaan.

2. Sambutan.

3. Apresiasi (sikap

menghargai).

menguraikan.

2. Dapat

mengklasifikasika

n.

1. Dapat

menghubungkan.

2. Dapat

menyimpulkan.

3. Dapat

menggeneralisasik

an (membuat

prinsip umum).

1. Menunjukan sikap

menerima.

2. Menunjukan sikap

menolak.

1. Kesediaan

berpartisipasi/terli

bat.

2. Kesediaan

memanfaatkan.

1. Menanggap

penting dan

bermanfaat.

2. Pemberian

Tugas.

1. Tes Tertulis.

2. Pemberian

Tugas.

1. Tes Tertulis.

2. Tes Skala Sikap

3. Observasi.

1. Tes Skala Sikap

2. Pemberian

Tugas.

3. Observasi.

1. Tes Skala

Penilaian sikap

/sikap.

  

  28

4. Internalisasi

(pendalaman).

5. Karakteristik

(penghayatan).

c. Ranah Karsa

(Psikomotor)

1. Keterampilan

bergerak dan

bertindak.

2. Kecakapan

ekspresi verbal

2. Menganggap

indah dan

harmonis

3. Mengagumi.

1. mengakui dan

menyakini.

2. Mengingkari.

1. melembagakan

atau meniadakan.

2. menjelmakan

dalam pribadi dan

perilaku

sehari-hari.

1. mengkoordinasika

n gerak mata,

tangan, kaki dan

anggota tubuh

lainnya.

1. Mengucapkan.

2. membuat mimik

2. Pemberian

Tugas.

3. Observasi.

1. Tes Skala Sikap

2. Pemberian

Tugas ekspresif

(yang

menyatakan

sikap) dan

proyektif (yang

menyatakan

pikiran/ramala).

1. Pemberian

Tugas ekspresip

dan proyektif.

2. Observasi.

1. Observasi.

2. Tes Tindakan.

1. Tes Lisan.

2. Observasi.

  

  29

dan non verbal. dan gerak jasmani 3. Tes Tindakan.

4. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan Belajar

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan

di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri

kegiatannya sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual

maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan

kegitan belajar dapat ditandai dengan adanya:

a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti

perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata

dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotor),

dan juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan,

pemahaman dan aplikasi.

b. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata,

perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil

belajar: afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil

belajar kognitif tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis dan

evaluasi.

c. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di atas bagi individu

merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau

psikomotor, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh

  

  30

atau sebagai kemampuan hasil perbaikan/peningkatan dari

kemampuan sebelumnya.

d. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang

belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan,

merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih,

menirukan).

Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental

pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

1. Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

2. Suatu perangsang atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan

atau materi yang akan dipelajari.

3. Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa

tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau

perubahan fisiologis.

4. Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.41

Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa ciri- ciri dari kegiatan belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial bagi setiap individu

baik dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.

5. Teori –Teori Belajar

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli

yang bersifat teoritis itu biasanya berisi “konsep” (pengertian/definisi) dan

“prinsip” (aplikasi konsep/cara-cara pelaksanaan konsep tersebut).

Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi itu dapat

dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya;

Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa

Gestalt.

6. Macam-Macam Teori Belajar

                                                            41 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…56-58.  

 

  31

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana

masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah:

daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya.

Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar

berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu

sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini.

Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan

untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk

kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan

tujuan pembentukan formil.

b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi

Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan

perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar

berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan

yang erat antara stimulus dan respon

Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan

memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan

rumus: S – R = Bond.

Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme (Thordike)

dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori

Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan

Teori Conditioning dari Guthrie.

1). Teori Connectionisme

Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan

respon (R).

Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan

beberapa hokum atau ketentuan; yaitu:

  

  32

a). Law of Effect

Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan

perasaan senang atau puas.

b). Law Exercise atau Law of Use and Dissue

Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan

akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh

karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak

latihan ulangan, dan pembiasaan.

c). Law of Multiple Respon

Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas

diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”,

yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama

kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik.

d). Law of Assimilation atau Law of Analogy

Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap

situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang

sudah dialami/diketahui.

e). Law of Readines

Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung

oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya

semakin mantap.42

2). Teori Conditioning

a). Teori Conditioning Pavlop dan Watson (Classical Conditioning)

Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan

sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya

sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar

tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik

                                                            42 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, ( Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…62-65.  

 

  33

tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan

Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan

antara stimulus dan respon.

b). Teori Conditioning dari Skinner (Operant Conditioning)

Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F.

Skinner (1904-1906). Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang

diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari

Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan

penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant

Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect.43

c). Teori conditioning dari Guthrie

Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan

rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-

respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang

kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya.

Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/rentetan unit tingkah laku

yang terus menerus.

Jadi proses terbentuknya rentetan/rangkaian tingkah laku tersebut menurut

Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering

diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu

dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk

pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.

c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau

Insight Full Learning.

                                                            43 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), cet.1.h..67-69.   

 

  34

Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagian-

bagian/unsur-unsur. Dan bahwa manusia itu adalah organisme yang aktif berusaha

mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari

dalam maupun dari luar diri individu.

Oleh karena itu menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar itu bukan hanya

sekedar proses assosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan

koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulangan-

ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman

(insight).

7. Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sengaja didirikan oleh

pemerintah atau masyarakat untuk mempersiapkan anggota masyarakat atau

warga Negara yang sesuai dengan tujuan masyarakat atau negara. Jadi sekolah

bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak didik sebagai calon

anggota masyarakat/warga Negara yang berkualitas yang memiliki bekal

kemampuan, pengetahuan dan sikap yang memadai yang diperlukan oleh

masyarakat dan Negara.

Oleh karena itu maka sebaiknya ketiga jenis teori belajar tersebut

dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan

pendidikan sekolah tercapai dengan baik. Yaitu, teori belajar Ilmu Jiwa Daya

digunakan untuk membentuk kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya,

teori belajar Ilmu Jiwa Asossiasi dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan,

menanamkan sikap dan keterampilan, sedangakan teori Ilmu JIwa Gestalt

digunakan untuk pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman

dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.44

Dari teori belajar yang disebutkan diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa teori belajar adalah cara atau teknik yang digunakan dalam proses belajar

mengajar. Teori belajar menurut jiwa daya meliputi daya ingat, daya berfikir, dan

                                                            44 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,( Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…69-75.  

 

 

  

35

daya fantasi. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi lebih menekankan kepada

segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon. Sedangkan aplikasi teori

belajar dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik

serta pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran

serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru

pendidikan agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan

sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang

baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada

sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi

atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan

hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu.

Prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusian siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Dengan demikian, jika kreativitas guru pendidikan agama Islam

berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, maka prestasi belajar siswa

akan meningkat.

D. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji

penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan

agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru

pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A . Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat, adapun waktu

penelitiannya mulai pada bulan Agustus sampai bulan November 2009

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian.1 adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Independent variabel, yaitu variabel pengaruh kreativitas guru

pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan

dengan huruf (X).

b. Dependent variabel, yaitu variabel prestasi belajar siswa SMP PGRI 1

Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (Y).

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasi, yakni “melihat hubungan antara variabel- variabel yang diteliti. Metode

korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan

variabel yang lain” dan “bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau

lebih”. Metode ini diharapkan dapat menemukan pengaruh kreativitas guru

pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

Disamping itu, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk

memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:

                                                            1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rimeka

Cipta, 1996), Cet. Ke- 10, h.99 

36

37

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku

yang relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Fiel Research) yaitu penelitian untuk memperoleh

data- data lapangan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam

setiap penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP

PGRI 1 Ciputat yang berjumlah 100 orang. Penelitan ini tidak meneliti

seluruh siswa, tapi hanya sebagian saja karena keterbatasan penelitian.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber

data. Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampeling. Jadi

setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel, maka penelitian mengambil sampel sebanyak 33 orang.

E. Instumen

1. Instrument penelitian

Instrument penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang

valid mengenai pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa adalah berbentuk angket.

Angket yang digunakan terdiri dari 15 butir soal (variable X) dan 15 butir

soal (variable Y) yang disebarkan kepada 33 siswa.

 

38

Tabel 2

Kisi-kisi Instrument Penelitian

No Variabel Dimensi Dimensi Variabel Indikator Jumlah

Item

No Item

1 Kreativitas

guru

pendidikan

agama

Islam

(variabel

X).

1a. kreativitas

memerlukan

kesehatan jasmani

dan rohani.

1b. kreativitas

memerlukan

pertumbuhan pribadi

yang seimbang

antara jasmani dan

rohani.

1c. kreativitas

memerlukan

kemerdekaan

berfikir dan bekerja.

1. Guru yang kreatif

memperlakukan

proses belajar

mengajar dengan

memprakarsai belajar

sendiri pada sebagian

siswa.

2. Guru yang kreatif

menciptakan

lingkungan belajar

yang tidak otoriter.

3. guru yang kreatif

mendorong siswa

belajar lebih banyak

(over learn).

1. guru dapat

menjalankan

tugasnya sebagai

pengajar dan

pendidik, dengan

mengajar secara

up to date sesuai

dengan

kebutuhan siswa.

2. guru yang

dalam mengajar

selalu

menggunakan

metode yang

dapat

memotivasi

siswa dalam

belajar.

3. guru bisa

meningkatkan

kualitas

mengajarnya.

5

5

4

9, 10,

17, 18,

24

6, 21, 23, 26, 28

4, 16, 25, 30

 

39

1d. keadaan atau

trauma batin akan

tercermin dari

penampilan dan tutur

kata yang diucapkan

seseorang.

4. guru yang kreatif

mendorong individu

untuk mengevaluasi

sendiri kemajuan

hasil belajarnya.

4. guru

memotivasi

siswa untuk

mempertahankan

prestasi

belajarnya.

5

2, 3, 5, 11, 22

2 Prestasi belajar siswa (Y).

2a. ranah kognitif

meliputi:

pengamatan,

ingatan,

pemahaman,

penerapan, analisis

dan sintesis.

2b. ranah afektif

meliputi:penerimaan

, sambutan, apresiasi

(sikap menghargai),

internalisasi

(pendalaman),

karakteristik

(penghayatan).

2c. ranah psiko

motorik meliputi:

keterampilan

bergerak dan

bertindak, kecakapan

ekpresi verbal dan

non verbal.

1. Perubahan

tingkah laku yang

aktual atau

potensial.

2. Perubahan

tingkah laku

sebagai hasil

belajar di atas

bagi individu

merupakan

kemampuan baru

3. Adanya usaha

atau aktifitas yang

sengaja dilakukan

oleh orang yang

belajar dengan

pengalaman.

1. siswa

memiliki

pengetahuan dan

pemahaman

yang baik.

2. siswa

memperoleh

nilai yang baik

atau bagus

(afektif)

3. siswa dapat

mempertahankan

prestasi

belajarnya.

5

3

3

1, 8, 13,

19, 27

7, 12, 20

14, 29,

15

 

40

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi sebagaimana lazimnya

yang dilakukan oleh para mahasiswa tarbiyah dalam membuat karya ilmiah, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara lansung ke objek

penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang di selidiki. Teknik

ini dilakukan dengan cara mengamati lansung objek penelitian di lapangan

dan kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi

belajar siwa di SMP PGRI Ciputat.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan

secara langsung informasi atau keterangan-keterangan untuk memperoleh

informasi yang objektif, penulis mengadakan wawancara dengan kepala

sekolah dan guru pendidikan agama Islam SMP PGRI 1 Ciputat untuk

melengkapi data-data yang di perlukan dan sebagai bahan analisa.

3. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis, yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam hal ini adalah siswa-

siswi kelas VIII yang berjumlah 40 responden mengenai masalah yang

akan diteliti.

Adapun angket yang akan disebarkan untuk variabel kreativitas guru

pendidikan agama Islam dan prestasi hasil belajar siswa terdiri dari 30

item, yang tertera pada tebel berikut ini.

 

41

G. Teknik Analisis Data

Dalam pegelolaan data, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

1. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan

dikembalikan oleh responden satu persatu dari nomor satu sampai terakhir.

2. Coding yaitu setelah data tersebut diedit, lalu penulis mengkode dan

mengkelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan

sebagai berikut.

Tabel 3

Frekuensi

Alternatif Jawaban Skor

Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang- kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

3. Tabulating yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang

telah tersusun secara rapih dan dirinci dalam bentuk tabel. Hal ini

dilakukan untuk memudahan penulis dalam mengelola data yang telah

diedit.

4. Prosentase

Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara

deskriptif dengan rumus prosentase, yaitu:

P = F/N X 100

Keterangan:

P = Prosentase yang dicari.

F = Frekuensi jawaban responden.

N= Jumlah responden (number of case).

 

42

Tabel 4

Skala Prosentase

No Prosentase Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90%-99% Hampir seluruhnya

3 60%-89% Sebagian besar

4 51%-59% Lebih dari setengahnya

5 50% Setengahnya

6 40%-49% Hampir setengahnya

7 10%-39% Sebagian kecil

8 1%-9% Sedikit sekali

9 0% Tidak ada sama sekali

5. Korelasi

Untuk menganalisis hubungan antara variabel X (pengaruh kreativitas guru

pendidikan agama Islam) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa)

digunakan tekhnik analisis korelasional dengan mencari angka indeks

korelasi “r” Product Moment antara variabel X dan Variabel Y (rxy)

dengan rumus:

rxy = ( )( )

( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN

YXYN

∑−∑∑−∑

∑∑−∑ 

keterangan :  

Rxy = angka indeks korelasi "r" produk moment

N = Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = jumlah seluruh skor y

 

 

43

Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya adalah

diadakan interpretasi data dengan dua cara yaitu:

a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti

dibawah ini:

Tabel 5

Angka Indeks Korelasi “r”

Besarnya “r”

Product Moment

Interpretasi

0,00-0,20

0,20-0,40

0,40-0,70

0,70-0,90

0,90-1,00

Variabel X dan Y terdapat korelasi sangat lemah

Variabel X dan Y terdapat korelasi yang rendah

Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang/ cukup

Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ tinggi

Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ sangat tinggi

b. Interpretasi nilai “r” Product Moment dengan rumus:

df=N-nr

keterangan: df = derajat bebas

N = banyak responden yang diteliti

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.

Setelah hasil dicocokkan dengan tabel koefisien korelasi “r” Product

Moment untek berbagai df, baik pada taraf signifikansi 1% ataupun pada taraf

siknifikansi5%.

Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar konstribusi

varibel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:

KD = r kuadrat X 100%

Keterangan:

KD = koefisien determination (konstribusi variabel X terhadap variabel )

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.2 

                                                            2 Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada 2005), hal

180-193. 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian

Sejarah Berdiri

1. 1975 – 1979 Terdaftar

Pada tahun 1979 pendiri SMP PGRI 1 Ciputat mendapat izin dari Kantor

Wilayah DEPDIKBUD Jakarta Raya dengan nomor izin: 329/I/01-4/R-

4/79 tertanggal 29 maret 1979 (Terdaftar).

2. 1979 – 1986 Diakui

Pada tanggal 25 Februari 1986, SMP PGRI 1 Ciputat telah berstatus

“Diakui” dengan surat keputusan Dirjen Dikdasmen dengan nomor: B.02.

0075 tanggal 25 Februari 1986, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS):

204020417055 dan Data sekolah nomor: B.040.52.002.

3. 1986 – 2004 Disamakan

Pada tahun 1992 status SMP PGRI 1 Ciputat berubah dari diakui menjadi

“DISAMAKAN” dengan Nomor: 876/I/ 1982 tertanggal 27 November

1992 dan diakreditasi ulang dengan status tetap disamakan pada tahun

1999 dengan Nomor: 16581a/I.02/Kep/1999.

4. 2004 – 2005 terakreditasi A

Pada November 2004 kembali diakreditasi ulang, dengan keputusan Badan

Akreditasi Sekolah (BAS) Daerah Kabupaten Tangerang Nomor:

008/BASDA/KAB-TNG/2004 tertanggal 29 Desember 2004, status sekolah

menjadi Terakreditasi A.

44

  45

Tabel 6

Data Siswa dalam 4 (empat) tahun terakhir

Kelas I Kelas II Kelas III Jml Total Siswa

(Kelas I + II + II) Jml

Siswa Jml

RombelJml

SiswaJml

RombelJml

SiswaJml

Rombel Siswa Rombel

Tahun 2003 / 2004 356 8 538 11 492 11 1386 30

Tahun 2004 / 2005 503 11 358 8 518 11 1379 30

Tahun 2005 / 2006 438 10 480 11 360 8 1278 29

Tahun 2006/ 2007 389 10 413 10 457 11 1259 31

Tahun 2007/ 2008 347 9 369 10 394 10 1110 29

Tahun 2008/2009 334 8 330 8 357 9 1023 25

Tahun 2009/2010 455 10 335 8 319 8 1.109 26

Tabel 7

Keadaan Ruang Kelas

Jumlah ruang kelas asli (d) Jumlah Ruang lainnya yang digunakan

Untuk r. kelas (e)

Jumlah ruang yang digunakan u. R. Kelas (f)=(d+e)

Ukuran 7x9 m2

(a)

Ukuran >63 m2

(b)

Ukuran< 63m2

(c)

Jumlah =(a+b+c)

(d)

Ruang Kelas - 24 - 24 24

Tabel 8

Data Ruang Lain

Jenis Ruangan

Jumlah (buah) Ukuran (m) Jenis Ruangan Jumlah

(buah) Ukuran (m)

1. Perpustakaan

1 6 X 9 4. Lab. Bahasa - -

2. Lab. IPA 1 8 X 9 5. Asrama Guru - - 3. Keterampilan

1 6 X 9 6. Lab. Audio Visual

1 7 X 8

 

  46

Tabel 9 Data Guru :

Jumlah Guru/Staf SMP

Negeri Jumlah Guru/Staf SMP

Swasta Keterangan

Guru Tetap (PNS) - Guru PNS (DPK) 9 Guru Kontrak - Guru Tetap Yayasan (GTY) 3 Guru Honorer Sekolah

- Guru Bantu Sekolah (GBS) 2

- Guru Tidak Tetap (Honorer) 15 Guru PNS 14 Staf Tata Usaha - Staf Tata Usaha 9 Tata Laksana 5

Visi:

• Menjadi sekolah unggulan yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK, serta

berwawasan lingkungan budaya.

Misi:

• Menyiapkan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan landasan IMTAQ.

• Meningkatkan pengetahuan peserta didik yang cerdas, terampil dan

berbudi luhur.

• Menjadikan lulusan sebagai calon pemimpin masa depan yang menguasai

IPTEK.

Model kreativitas guru pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1

Ciputat:

a. Menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran

Dalam pembahasan tentang materi wudhu pertama-tama guru pendidikan

agama Islam sebelum memulai pelajaran diawali dengan membaca basmallah dan

mengucapkan salam (assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu), kemudian

guru memeriksa kebersihan ruangan kelas dan kerapihan siswa, setelah itu siswa

membaca do’a dan membaca ayat al-Quran yang berhubungan dengan materi

 

  47

pelajaran secara bersama-sama, setelah itu guru mengabsen siswa untuk

mengetahui siapa saja siswa yang tidak hadir pada pelajaran pendidikan agama

Islam pada pertemuan kali itu, setelah itu guru pendidikan agama Islam

menanyakan kembali pelajaran minggu yang lalu agar siswa tidak lupa begitu

saja, kemudian guru pendidikan agama Islam melanjutkan materi selanjutnya

yaitu materi tentang wudhu, setelah itu guru pendidikan agam Islam memberikan

apersepsi kepada siswa dan memberikan pertanyaan-pertanyaan sekitar materi

wudhu, seperti kenapa kita sebelum shalat diwajibkan untuk berwudhu? kenapa

kita juga harus suci dari hadast besar dan hadast kecil sebelum melaksanakan

shalat? Maka beragam jawaban dari siswa yang hadir ketika itu ada yang

menjawab karena Allah itu suci jadi kalau kita akan melaksanakan shalat harus

suci dari hadast besar dan hadast kecil, diantaranya untuk menghilangkan hadats

kecil yaitu dengan berwudhu, ada juga yang menjawab karena Allah itu bersih

maka sebelum kita melaksanakan shalat kita harus bersih-bersih dulu dengan

berwudhu dll.

Setelah guru pendidikan agama Islam mendengar berbagai jawaban dari

siswa, maka guru pendidikan agama Islam mulai menerangkan materi wudhu

dengan menggunakan metode ceramah, guru pendidikan agama Islam

menjelaskan pengertian wudhu menurut bahasa dan istilah, menyebutkan syarat-

syarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari wudhu, sunnat-sunnat

wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Kemudian guru juga menjelaskan

tentang tata cara berwudhu dengan menggunakan media visual yaitu gambar

orang yang sedang melakukan wudhu disertai guru langsung

mendemonstrasikannya (mempraktekannya) di depan kelas dan seluruh siswa

memperhatikannya, ditengah pelajaran ada salah seorang siswa yang membuat

kegaduhan dengan mengajak salah seorang temannya untuk bercanda maka guru

pendidikan agama Islam menghentikan sejenak proses belajar mengajar kemudian

guru pendidikan agama Islam menenangkan seluruh siswa dan menegur siswa

yang membuat kegaduhan tadi, kemudian guru pendidikan agama Islam

melanjutkan kembali pelajaran, setelah selesai menerangkan dan menjelaskan

materi tentang wudhu guru pendidikan agama Islam menanyakan kepada seluruh

 

  48

siswa yang berada di dalam ruangan kelas apakah kalian semua sudah paham

mengenai pengertian dari wudhu menurut bahasa dan istilah, kalian bisa

menyebutkan syarat-syarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari

wudhu, sunnat-sunnat wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu.

Setelah itu guru mengajak siswa keluar kelas dan menuju ketempat

wudhu, sebelum sampai ketempat wudhu ada beberapa siswa yang bercanda-

canda, dan guru agama Islam menegurnya dan menertibkannya, ada siswa yang

minta ijin untuk pergi ke kamar kecil. Setelah itu guru pendidikan agama Islam

menyuruh beberapa siswa untuk mempraktekkan tata cara wudhu yang baik dan

benar dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikannya dengan seksama,

setelah dirasa seluruh siswa cukup memahami tentang materi wudhu maka guru

pendidikan agama Islam mengakhiri pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan

hamdalah dan siswa diminta untuk kembali ke kelas dengan tertib dan guru

pendidikan agama Islam mengikutinya dari belakang agar tidak mengganggu

kelas lain.1

b. Menjadikan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa selalu

semangat dalam belajar dan tidak merasa jenuh.

Sebelum memulai proses belajar mengajar guru pendidikan agama Islam

memeriksa kebersihan kelas dan memeriksa kerapihan siswa, setelah itu guru

pendidikan agama Islam menyuruh siswa untuk berdoa bersama, kemudian guru

pendidikan agama Islam memulai pelajaran dengan menanyakan pelajaran yang

sebelumnya, hal ini dilakukan agar pelajaran yang sebelumnya tidak dilupakan

siswa begitu saja, kemudian guru melanjutkan materi pelajaran berikutnya.

Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru pendidikan agama Islam

tidak hanya menggunakan metode ceramah saja tetapi juga menggunakan metode

yang lain hal ini dilakukan agar siswa mudah memahami pelajaran dan siswa

semangat dalam belajar dan juga siswa tidak jenuh dalam belajar.

                                                            1 Pengamatan penulis pada hari Rabu, tanggal 02 September 2009, jam 10.00 WIB di SMP

PGRI 1 Ciputat 

 

  49

Guru pendidikan agama Islam ketika mengajar pertama-tama

menggunakan metode ceramah, untuk lebih mudah dipahami siswa, kemudian

guru pendidikan agama Islam menggunakan metode demonstrasi, untuk lebih

meningkatkan ingatan atau pemahaman siswa guru pendidikan agama Islam juga

Memberikan tugas rumah.

Dalam proses pembelajaran kadang-kadang guru pendidikan agama Islam

menyelinginya dengan humor-humor kecil yang tujuannya adalah agar proses

belajar mengajar tidak terlalu tegang, dan menghilangkan kejenuhan bisa juga

untuk menghilangkan rasa kantuk dari beberapa siswa sehingga memotivasi siswa

lebih semangat lagi dalam belajar dan proses belajar mengajar tidak

menjenuhkan.2

c. Siswa diberikan kebebasan berpikir dan berpendapat dalam

proses pembelajaran sehingga suasana belajar lebih hidup

Pertama-tama sebelum melakukan diskusi, guru pendidikan agama Islam

membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru pendidikan agama

Islam memberikan arahan kepada siswa tentang tata cara berdiskusi yang baik.

Setelah itu guru pendidikan agama Islam memberikan materi pelajaran

kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, sebelum kelompoknya maju

kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setelah didiskusikan

materinya oleh kelompok masing-masing, guru pendidikan agama Islam meminta

perwakilan dari masing-masing kelompok untuk maju kedepan untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan yang tidak maju diminta untuk

membantu perwakilan kelompoknya untuk menjawab dari pertanyaan kelompok

lain yang diberikan kepadanya.

Dalam berdiskusi guru pendidikan agama Islam bertindak sebagai

fasilitator, sementara yang lebih aktif adalah siswa, dalam berdiskusi siswa

diharapkan mampu mengeluarkan pendapatnya, dengan berdiskusi dapat melatih

ketajaman berpikir siswa dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa.

                                                            2 Pengamatan penulis pada hari Senin, tanggal 14 September 2009, jam 07.00 WIB di

SMP PGRI 1 Ciputat 

 

  50

Selanjutnya guru pendidikan agama Islam juga menggunakan metode

Problem solving dalam pembelajarannya agar siswa mampu menyelesaikan

masalah yang ada disekitarnya dan untuk lebih meningkatkan kedewasaan

berpikir siswa.

Metode problem solving merupakan pemberian suatu masalah kepada

siswa dan diharapkan siswa mampu memecahkan masalah itu dan menemukan

jalan untuk penyelesaian. Pertama-tama guru membagi siswa kedalam beberapa

kelompok, kemudian guru memberikan suatu masalah kepada siswa dan

menyuruh siswa untuk mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, dan

menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi mereka, setelah itu guru meminta agar

salah seorang dari perwakilan kelompok untuk maju kedepan membacakan hasil

dari diskusinya

Metode problem solving ini bertujuan untuk menyiapkan diri siswa agar

mampu hidup ditengah-tengah masyarakat serta mampu menyikapi dengan

dewasa segala permasalahan yang akan mereka temui di lingkungan masyarakat,

selanjutnya penggunaan metode problem solving ini juga dapat menumbuhkan

rasa tanggung jawab siswa dalam kehidupan bermasyarakat.3

d. Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas

bisa juga di luar kelas.

Guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan proses belajar

mengajar bukan hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga membawa siswa

keluar kelas seperti ke lapangan sekolah untuk mempraktekkan tentang materi

ibadah haji.

Pertama-tama guru pendidikan agama Islam masuk ke dalam kelas,

memeriksa kebersihan kelas, dan kerapihan siswa-siswanya, setelah itu guru

pendidikan agama Islam mengabsen untuk mengetahui siswa-siswa yang tidak

masuk, setelah itu guru pendidikan agama Islam menanyakan kembali materi

sebelumnya, sebelum dilanjutkan ke materi berikutnya, setelah itu guru

                                                            3 Pengamatan penulis pada hari Selasa, tanggal 02 November 2009, jam 08.30 WIB di

SMP PGRI 1 Ciputat 

 

  51

pendidikan agama Islam menjelaskan tentang materi ibadah haji, dengan

menggunakan metode ceramah dan visual gambar orang yang sedang

melaksanakan ibadah haji, setelah siswa memahami materi ibadah haji, kemudian

guru pendidikan agama Islam memberitahukan kepada siswa bahwa belajar pada

pertemuan kali ini dilakukan di luar kelas untuk mempraktekkan ibadah haji.

a). Guru ketika di luar kelas

Ketika berhadapan dengan kelompok siswa, guru pendidikan agama Islam

ketika seorang siswa bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti siswa, guru

pendidikan agama Islam menjawabnya dengan senang hati, serta menjelaskan

dengan lemah lembut, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa

guru pendidikan agama Islam menjelaskan sampai siswa memahami.

b). Guru ketika diminta pendapat

Ketika guru guru pendidikan agama Islam dimintai pendapat oleh

muridnya, maka guru pendidikan agama Islam memberikan pendapatnya dengan

baik, serta menjeaskannya dengan sepenuh hati dan penuh semangat serta tulus

ikhlas.

c). Guru Ketika jam istirahat

Ketika jam istirahat guru pendidikan agama Islam duduk di tempat piket,

dan tempat lalu lalangnya siswa, dan guru menyapa siswa serta bercanda-canda

serta bercengkrama bersama-sama hal ini bermanfaat untuk menambah keakraban

guru dengan siswa sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Dengan keakraban

yang terjalin, membuat siswa tidak malu dan sungkan- sungkan untuk

menceritakan permasalahan yang mereka hadapi dan mempertanyakan suatu hal

kepada guru tentang suatu hal yang tidak dimengerti siswa.

d). Guru Ketika melihat siswa yang merokok dan berpakaian tidak rapih

Guru pendidikan agama Islam ketika melihat muridnya merokok, guru

pendidikan agama Islam langsung menegur siswa tersebut dan menasehatinya.

 

  52

Apabila siswa tidak mau diberi nasehat sampai tiga kali, maka guru pendidikan

agama Islam memberikan hukuman agar siswa jera dan tidak mengulanginya lagi.

Ketika guru pendidikan agama Islam melihat seorang siswa yang tidak

rapi ketika berada disekolah, guru pendidikan agama Islam langsung menegurnya

agar selalu rapi saat berada dilingkungan sekolah, dan apabila siswa tidak

mematuhinya maka siswa dikenakan hukuman.4

B. Deskripsi Data

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu pengaruh

kreativitas guru pendidikan agama Islam (X) sebagai variabel bebas, dan prestasi

belajar siswa (Y) sebagai variabel terikat. Setiap variabel penelitian akan

dijelaskan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Data statistik yang

akan dianalisis adalah skor- skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan di

lapangan. Data yang diperoleh kemudin dianalisa dengan menggunakan tabel

didtribusi frekuensi dan menghitung prosentase setiap alternatif jawaban. Untuk

menghitung prosentase setiap alternatif jawaban, peneliti menggunakan rumus:

P = F/N X 100

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini:

                                                            4 Pengamatan penulis pada hari Kamis, tanggal 03 Desember 2009, jam 11.20 WIB di

SMP PGRI 1 Ciputat 

 

  53

a. Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

Tabel 10

Siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

31

2

-

-

93,93%

6,06%

-

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa selalu memahami pelajaran

yang disampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 93,93%, yang menjawab sering sebesar 6,06%.

Tabel 11

Guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu

pembahasan

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

6

7

18

2

18,18%

21,21%

54,54%

6,06%

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang

meminta pendapat siswa dalam belajar pada suatu pembahasan. Hal ini terlihat

dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 18,18%, yang menjawab sering

sebesar 21,21%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 54,54%, yang menjawab

tidak pernah 6,06%.

 

  54

Tabel 12

Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

19

11

3

-

57,57%

33,33%

9,09%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu

memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari

jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering

sebesar 33,33%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 9,09%.

Tabel 13

Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan kembali

materi sebelumnya

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

19

9

5

-

57,57%

27,27%

15,15%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu

mengingatkan kembali materi sebelumnya, sebelum memulai materi baru. Hal ini

terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang

menjawab sering sebesar 27,27%, yang menjawab kadang-kadang sebesar

15,15%.

 

  55

Tabel 14

Guru agama Islam mengarahkan bakat yang saya miliki

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

10

4

14

5

30,30%

12,12%

42,42%

15,15%

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang

mengarahkan bakat yang dimiliki siswa. Hal terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang

menjawab kadang-kadang sebesar 42,42%, yang menjawab tidak pernah 15,15%.

Tabel 15

Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan pengajaran

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

20

7

6

-

60,60%

21,21%

18,18%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa media pembelajaran yang digunakan

selalu sesuai dengan keperluan pengajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa

yang menjawab selalu sebesar 60,60%, yang menjawab sering sebesar 21,21%,

yang menjawab kadang-kadang 18,18%.

 

  56

Tabel 16

Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

10

9

14

-

30,30%

27,27%

42,42%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadang-kadang nilai pendidikan

agama Islam siswa bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab

selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering 27,27%, yang menjawab kadang-

kadang 42,42%.

Tabel 17

Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

27

4

2

-

81,81%

12,12%

6,06%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu merasa nyaman belajar di

sekolah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar

81,81%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang

sebesar 6,06%.

 

  57

Tabel 18

Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

26

5

2

-

78,78%

15,15%

6,06%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa guru agama Islam selalu memberikan

semangat dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu

sebesar 78,78%, yang menjawab sering sebasar 15.15%, yang menjawab kadang-

kadang sebesar 6,06%.

Tabel 19

Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

28

5

-

-

48,48%

15,15%

-

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu

membimbing siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 48,48%, yang menjawab seringsebesar 15,15%.

 

  58

Tabel 20

Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

12

11

10

-

36,36%

33,33%

30,30%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menyuruh

siswa mengulang pelajaran di rumah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar 33,33%, yang

menjawab kadang- kadang sebesar 30,30%.

Tabel 21

Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama Islam

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

19

6

8

-

57,57%

18,18%

24,24%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu mengerjakan tugas rumah

yang diberikan guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 18,18%, yang

menjawab kadang-kadang sebesar 24,24%.

 

  59

Tabel 22

Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang anda

belum mengerti

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

3

5

21

4

9,09%

15,15%

63,63%

12,12%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa kadang- kadang bertanya kepada

guru agama Islam tentang pa yang belum dimengerti. Hal ini terlihat dari jawaban

siswa yang menjawab selalu sebesar 9,09%, yang menjawab sering sebesar

15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 63,63%, yang menjawab tidak

pernah sebesar 12,12%.

Tabel 23

Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu pada

anda

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

12

12

8

1

36,36%

36,36%

24,24%

3,03%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa selalu terbayang oleh siswa ketika guru

agama Islam menceritakan sesuatu kepada siswa. Hal ini terlihat bahwa jawaban

siswa yang menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar

36,36%. Yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab tidak

pernah sebesar 3,03%.

 

  60

Tabel 24

Siswa bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru agama

Islam

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

11

4

16

2

33,33%

12,12%

48,48%

6,06%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang bisa

menyimpulkan pelajaran yang di sampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini

terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang

menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang sebesar

48,48%, yang menjawab tidak pernah sebesar 6,06%.

b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Tabel 25

Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

3

-

6

24

9,09%

-

18,18%

72,72%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa guru agama Islam dalam mengajar

tidak pernah mengunakan alat peraga, hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu 9,09%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang

menjawab tidak pernah sebesar 72,72%.

 

  61

Tabel 26

Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah proses

pembelajaran

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

15

8

8

2

45,45%

24,24%

24,24%

6,06%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu memperoleh

pengetahuan yang belum di ketahui setelah proses pembelajaran. Hal ini terlihat

dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering

sebesar 24,24%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab

tidak pernah sebesar 6,06%.

Tabel 27

Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam belajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

15

4

14

-

45,45%

12,12%

42,42%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu memahami

keinginan siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab

selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab

kadang-kadang sebesar 42,42%.

 

  62

Tabel 28

Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru

agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

25

4

2

2

75,75%

12,12%

6,06%

6,06%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu bersemangat dalam

belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai

sehingga mudah dipahami. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab

selalu sebesar 75,75%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab

kadang- kadang sebesar 6,06%, yang menjwab tidak pernah sebesar 6,06%.

Tabel 29

Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

9

9

15

-

27,27%

27,27%

45,45%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang mendapatkan

nilai yang bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar

27,27%, yang menjawab sering sebesar 27,27%. Yang menjawab kadang- kadang

sebesar 45,45%.

 

  63

Tabel 30

Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat yang baik

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

11

5

4

13

33,33%

15,15%

12,12%

39,39%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah

mendemontrasikan di depan kelas cara shalat yang baik. Hal ini terlihat dari

jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang menjawab sering

sebesar 15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 12,12%, yang menjawab

tidak pernah sebesar 39,39%.

Tabel 31

Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat

kesalahan

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

17

11

3

2

51,51%

33,33%

9,09%

6,06%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama islam selalu menegur

dan mengingatkan siswa ketika berbuat kesalahan. Hal ini terlihat dari jawaban

siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar

33,33%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 9,09%, yang menjawab tidak

pernah sebesar 6,06%.

 

  64

Tabel 32

Guru agama Islam memberikan tugas kelompok

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

1

1

9

22

3,03%

3,03%

27,27%

66,66%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah

memberikan tugas kelompok kepada siswa. Hal ini terlihat dari jawaban siswa

yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering sebesar 3,03%, yang

menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah sebesar

66,66%.

Tabel 33

Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca al-quran

sebelum belajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

9

6

9

9

27,27%

18,18%

27,27%

27,27%

Jumlah 33 100%

Dari jawaban diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam ada yang selalu

membiasakan murid-muridnya untuk membaca al-Qur’an, ada yang sering, ada

yang kadang - kadang, ada yang tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa

yang menjawab selalu sebesar 27,27%, yang menjawab sering sebesar 18,18%,

yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah

sebesar 27,27%.

 

  65

Tabel 34

Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam belajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

22

5

6

-

66,66%

15,15%

18,18%

-

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu membantu

siswa yang bermasalah dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang

menjawab selalu sebesar 66,66%, yang menjawab sering sebesar 15,15%, yang

menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%.

Tabel 35

Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan materi

pembelajaran

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

19

7

6

1

57,57%

21,21%

18,18%

3,03%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menggunakan

metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban

siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar

21,21%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang menjawab tidak

pernah sebesar 3,03%.

 

  66

Tabel 36

Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara berdiskusi

yang baik

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

17

6

9

1

51,51%

18,18%

27,27%

3,03%

Jumlah 33 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam berdiskusi guru agama islam

selalu mengarahkan siswa cara berdiskusi yang baik. Hal ini terlihat dari jawaban

siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar

18,18%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak

pernah sebesar 3,03%.

Tabel 37

Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu menggunakan

media gambar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

1

2

8

22

3,03%

6,06%

24,24%

66,66%

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah

menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi wudhu. Hal ini terlihat

dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering

sebesar 6,06%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab

tidak pernah sebesar 66,66% .

 

 

 

67

Tabel 38

Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal di papan tulis

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

11

11

10

1

33,33%

33,33%

30,30%

3,03%

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada siswa yang menjawab guru

agama Islam selalu meminta siswa menyelesaikan soal di papan tulis, ada yang

menjawab sering dan ada yang menjawab kadang- kadang dan sedikit sekali yang

menjawab tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu

sebesar 33,33%, yang menjawab sering 33,33%. Yang menjawab kadang- kadang

sebesar 30,30 %, yang menjawab tidak pernah 3,03%.

Tabel 39

Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

-

-

-

33

-

-

-

100%

Jumlah 33 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah

menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa

yang menjawab tidak pernah sebesar 100%.

  68

Responden

X No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 92 Ade S 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 1 2 3 3 4 3 4 1 2 4 4 2 3 3 1 89 Anggi A 4 2 4 4 1 2 4 4 4 4 3 3 2 2 4 1 4 2 4 2 4 4 1 4 4 3 3 2 3 1 88 Andika SP 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 1 3 3 4 4 3 4 1 3 3 3 2 1 4 1 76 Bella AW 4 2 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 1 3 3 4 3 1 2 2 3 2 3 2 1 2 1 89 Cahyo EP 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 4 4 3 1 1 1 1 3 4 4 1 4 1 77 Dicky P 4 2 2 2 4 2 2 4 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 4 3 1 4 3 3 4 3 2 1 3 1 80 Dimas AN 4 2 3 2 1 4 2 3 4 4 2 2 1 3 1 4 3 2 4 2 1 4 1 2 4 4 3 3 4 1 90 Dewi KN 4 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 2 2 4 4 4 1 2 1 88 Dewi M 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 1 4 3 4 4 1 4 1 2 4 2 2 1 2 1 92 Dhea 4 4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 2 3 4 2 1 4 4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 1 2 1 98 Dewi A 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 2 1 4 1 94 Eria 4 2 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 1 1 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 93 Firman MR 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 1 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 4 1 91 Gilang RP 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 1 2 2 4 4 1 3 1 4 4 4 4 1 3 1 95 Gladis C 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 4 4 2 4 4 2 2 2 4 4 1 1 1 91 Igusti ABA 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 1 4 2 4 2 2 3 1 4 4 4 4 1 4 1 76 Irfan D 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 2 2 4 1 3 2 2 1 2 2 4 2 1 3 1 79 Jiman NA 4 2 3 3 1 4 3 4 4 4 2 4 2 4 2 1 2 2 3 3 2 4 2 1 4 4 1 1 2 1 92 Luthfiani ZP 4 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 1 4 4 4 4 3 1 2 1 4 4 2 3 1 85 Meri Juniarti 4 2 4 3 2 4 4 4 3 4 2 3 1 4 2 2 3 2 4 2 2 4 1 4 4 2 3 2 3 1

M. Abbi AlAzzis 3 2 4 3 2 3 2 3 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 1 3 2 2 1 1 4 4 4 1 2 1 79

89 M Rakkha 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 3 2 1 3 2 3 3 3 4 1 3 1

 

 

 

69

Novia I 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 2 4 1 1 4 2 4 2 4 4 1 4 4 3 3 2 3 1 88

Putri M 4 1 4 4 1 2 4 2 4 3 2 4 1 4 4 1 3 2 2 4 1 3 1 1 2 2 2 1 3 1 73

R Atika SW 4 2 4 4 1 2 4 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 2 4 4 4 4 1 3 2 4 3 2 4 1 90

Shena Y DK 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 1 2 4 4 4 4 1 1 1 2 4 4 1 4 1 91

Sunny S 4 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 2 2 4 1 4 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 2 2 1 93

Teguh S 4 2 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 4 4 3 1 4 1 1 4 4 4 1 2 1 87

Trisna K 4 2 4 4 2 4 2 4 2 3 3 2 2 2 4 1 4 2 3 2 4 4 1 2 4 3 4 2 4 1 85

Rizki A 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 2 2 2 2 1 3 4 2 3 1 3 1 1 4 4 3 1 2 1 81

Windi PS 4 1 4 4 1 2 4 2 4 4 4 3 2 2 3 1 2 2 4 3 1 3 1 1 2 2 2 1 3 1 73

Yuni K 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 2 3 3 1 1 3 4 2 1 4 1 93

Zulfikar 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 1 3 2 4 2 1 3 2 3 4 1 4 1 2 1 83

2860

  70

C. Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa

Prestasi belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa untuk mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk scor yang diperoleh dari hasil test mengenai

sejumlah materi pelajaran. Jadi seorang guru harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

sehingga memperoleh nilai yang lebih tinggi.

Maka dari itu penulis menganalisa data yang telah diperoleh dari nilai raport sebagaimana

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 40

Prestasi hasil belajar pendidikan agama Islam siswa

No Responden Kelas Skor/ nilai No Responden Kelas Skor/ nilai

1 Ade VIII-1 89 18 Jiman VIII-2 66 2 Anggi VIII-1 85 19 Luthfiani VIII-2 79 3 Andika   VIII-1 82 20 Mery VIII-2 70 4 Bella VIII-1 77 21 M abbi VIII-2 74 5 Cahyo VIII-1 84 22 Rakha VIII-2 77 6 Dicky VIII-1 70 23 Novia VIII-3 73 7 Dimas VIII-1 70 24 putri VIII-3 93 8 Dewi VIII-1 81 25 Atika VIII-3 84 9 Dewi VIII-1 76 26 Shena VIII-3 70 10 Dhea VIII-1 77 27 Suny VIII-3 80 11 Dewi VIII-1 77 28 Teguh VIII-3 93 12 Erina VIII-2 70 29 Trisna VIII-3 81 13 Firman VIII-2 81 30 Rizki VIII-3 70 14 Gilang VIII-2 83 31 Widi VIII-3 81 15 Gladis VIII-2 70 32 Yuni VIII-3 70 16 Igusti VIII-2 73 33 Zulfikar VIII-3 77 17 Irfan VIII-2 70

 

  71

D. Analisa Data

Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

antara variabel X (kreativitas guru pendidikan agama Islam), dan variabel Y (prestasi belajar)

terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Untuk itu menggunakan rumus korelasi product

moment untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif yang signifikan atau tidak diantara

kedua variabel tersebut.

Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” product moment tersebut, maka langkah yang

ditempuh adalah:

a. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X) kreativitas guru pendidikan

agama Islam

b. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y) prestasi belajar siswa

c. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam tabel kerja atau tabel

perhitungan yang terdiri dari enam kolom:

Responden X X2 Y Y2 XY

1 92 8464 89 7921 8188 2 89 7921 85 7225 7565 3 88 7744 82 6724 7216 4 76 5776 77 5929 5852 5 89 7921 84 7056 7476 6 77 5929 70 4900 5390 7 80 6400 70 4900 5600 8 90 8100 81 6561 7290 9 88 7744 76 5776 6688 10 92 8464 77 5929 7084 11 98 9604 77 5929 7546 12 94 8836 70 4900 6580 13 93 8649 81 6561 7533 14 91 8281 83 6889 7553 15 95 9025 70 4900 6650

 

  72

16 91 8281 73 5329 6643 17 76 5776 70 4900 5320 18 79 6241 66 4356 5214 19 92 8464 79 6241 7268 20 85 7225 70 4900 5950 21 79 6241 74 5476 5846 22 89 7921 77 5929 6853 23 88 7744 73 5329 6424 24 73 5329 93 8649 6789 25 90 8100 84 7056 7560 26 91 8281 70 4900 6370 27 93 8649 80 6400 7440 28 87 7569 93 8649 8091 29 85 7225 81 6561 6885 30 81 6561 70 4900 5670 31 73 5329 81 6561 5913 32 93 8649 70 4900 6510 33 83 6889 77 5929 6391

∑N=33 2860 249332 2553 199065 221348

d. setelah diketahui N = 33 sikma X dan seterusnya Xy, maka dapatlah dicari indeks

korelasinya, dengan menggunakan rumus:

rxy = ( )( )

( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN

YXYN

∑−∑∑−∑

∑∑−∑ 

Keterangan:

Rxy = angka indeks korelasi "r" produk moment

N = Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = jumlah seluruh skor y

 

  73

Diketahui:

N = 33

X = 2860

Y = 2553

XY = 221348

X2 = 249332

Y2 = 199065

( ) ( )( ) ( )( ) ( )

= 651780919906533817960027933233

2553286022134833−−

−XX

XX

)

   

= ( ) ( )

( )( 651780965691458179600822795673015807304484

−−−

 

= ( )( )5233648356

2904   

=2482403616

2904 

= 7254,49823

2904 

= 0,05828549

= 0,06

Dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda

positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh sebesar 0,06. Apabila hasil tersebut

diinterpretasikan secara kasar atau sederhana dengan mencocokan hasil perhitungan dengan

angka indeks korelasi “r” Product Moment

ternyata besarnya rxy (yaitu 0,06) yang besrnya sekitar antara 0,00 – 0,20 berarti korelasi positif

antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang lemah atau rendah.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil

perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel dan sebelum dibandingkan terlebih dahulu dicari

derajat kebebasannya atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

df = N – nr

= 33 – 2

= 31

 

  74

Dengan memeriksa tabel nilai “r” Product Moment ternyata bahwa dengan df sebesar 31,

pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,349 sedangkan pada tarif signifikansi 1%

diperoleh r tabel sebesar 0,449.

Jika dilihat dari harga r tabel, rxy lebih kecil dari pada harga r tabel baik pada taraf

signifikansi 5% (0,06 ≤ dari 0,349), maupun pada taraf signifikansi 1% (0,06 ≤ 0,449). Dengan

demikian. Hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya, terdapat pengaruh positif yang signifikan

antara pengaruh kreaativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa, meskipun hubungan positif itu hanya pada taraf lemah atau rendah saja.

Setelah uji hipotesis di lakukan, maka untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel

X dan variabel Y yang dinyatakan dalam persen, digunakan rumus koefisien tertentu

(determinasi) dengan r = 0,06

KD = r2 x 100%

= 0,062 x 100%

= 0,0036 x 100%

= 0,36

Dari hasil penelitian koefisien determinasi diatas, nampaklah bahwa r2 diperoleh sebesar

0,36. Ini berarti X memberikan konstribusi yang lemah atau rendah.

E. Interpretasi Data

Setelah penulis mengolah data, didapatkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi hasil belajar

siswa. Sehingga menjawab rumusan masalah yang terdapat dalam bab satu bahwa kreativitas

guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa mempunyai pengaruh

yang (tidak bertanda negatif). Hal ini diperkuat dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, serta diperolehnya prestasi belajar siswa yang baik

pada diri siswa. Dengan kreativitas yang positif, menjadikan siswa termotivasi lagi untuk lebih

meningkatkan prestasi belajarnya dalam pelajaran pendidikan agama Islam, sehingga tujuan dari

kreativitas guru pendidikan agama Islam untuk mengingkatkan prestasi belajar siswa dapat

terwujud. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment, didapatkan r hitung sebesar 0,06 sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kreativitas

guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa memiliki tingkat

korelasi yang lemah karena rentang nilai 0,00- 0,200 adalah tingkat korelasi lemah.

 

  75

Hal ini menunjukan bahwa Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam

Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa sebesar 0,06% sedangkan 99,94% Dipengaruhi

oleh faktor lain. Kemungkinan ini bisa terjadi karena faktor psikologis siswa yang terkadang

suka malas membaca buku. Sehingga kurang meningkatnya prestasi belajar siswa, keterbatasan

kreativitas guru dalam mengajar, kreativitas guru hanya dilakukan kadang-kadang saja, keadaan

lingkungan keluarga hanya menyerahkan anaknya untuk didik di sekolah saja tanpa mendidik

dan melatih anaknya belajar di rumah disebabkan oleh kesibukan orang tua, lingkungan

masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar mengajar dan proses peningkatan

prestasi belajar siswa serta pengaruh globalisasi yang begitu cepat.

Sesuai dengan r hitung yang didapatkan yaitu 0,06 maka uji hipotesis yang menyatakan:

Ha : Terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan

prestasi belajar siswa.

Ho : Tidak terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam

peningkatan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan data di atas, dinyatakan bahwa terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru

pendidikan agama Islam dalam peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga guru mempunyai

konstribusi dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam dan keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar.

Sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam bab satu, yaitu “apakah kreativitas guru

pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?” dapat

dijawab bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa. Hal ini berkaitan erat dengan pembahasan yang terdapat dalam bab dua

sekaligus dengan kerangka berpikir yang menyatakan bahwa kreativitas guru pendidikan agama

Islam adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada pelajaran pendidikana agama Islam. Dengan kreativitas guru

pendidikan agama Islam dalam mengajar, motivasi yang diberikan guru pendidikan agama Islam

dalam mengajar terhadap siswa, sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori- teori terbukti dengan fakta yang penulis

dapatkan dari hasil penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat, khususnya mata pelajaran pendidikan

agama Islam berupa kreativitas guru dalam mengajar sehingga teori- teori yang ada bisa

dikatakan diterima dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari data diatas, dapat terlihat

 

  76

perkembangan siswa, sehingga kreativitas guru pendidikan agama Islam dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan r hitung sebesar 0,06 yang menyatakan

terdapat tingkat korelasi yang lemah/ rendah antara pengaruh kreativitas guru pendidikan

agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan jawaban

responden yang menyatakan respon yang positif terhadap semua pertanyaan yang buat penulis.

Pemantauan juga dilakukan guru bidang studi pada saat proses belajar mengajar berlansung

karena kedisiplinan dan kesungguhan siswa dalam belajar juga merupakan penilaian dari

kreativitas guru. Dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam, adanya peningkatan prestasi

belajar siswa sehingga siswa lebih berprestasi dengan baik.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Utami Munandar:

”Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu”.5 Dengan landasan teori diatas, dapat disimpulakan bahwa kreativitas guru pendidikan

agama Islam membuat siswa lebih bersungguh- sungguh dalam belajar, hal ini memberikan

motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar sendiri karena guru pendidikan

agama Islam hanya memberikan arahan dan siswa yang melaksanakannya. Kesadaran siswa

dalam mengarahkan dirinya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar, membuat ia menjadi

lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga teori yang dikatakan Utami

Munandar dapat diterima kebenarannya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dalam pelaksanaannya, kreativitas guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

mempunyai faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dalam

kreativitas guru yaitu sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti (buku pelajaran yang

cukup dan berstandar nasional, ruangan belajar yang cukup memadai, tersedianya alat-alat

pembelajaran dan tersedianya komputer), perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang

mengharuskan guru untuk kreatif dalam mengajar seperti (adanya laptop, LCD), sumber daya

guru yang memadai untuk melakukan kreativitas seperti (latar belakang pendidikan yang

memadai, keterampilan dalam menggunakan fasilitas yang ada), antusias belajar murid yang                                                             

5 Utami Munandar, Menegmbangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999) Cet ke – 3, h.  

 

 

 

77

                                                           

tinggi seperti (rasa keingintahuan siswa, dan semangat siswa dalam menerima pelajaran), materi

pelajaran yang akan disampaikan seperti (materi pelajaran yang membantu siswa dalam

mencapai cita-citanya, kecintaan guru terhadap profesinya yang sangat tinggi seperti (keinginan

untuk mengembangkan profesionalitas guru, dan melakukan terobosan baru dalm pendidikan

kearah yang lebih baik). Sedangkan faktor penghambat kreativitas guru yaitu keterbatasan sarana

dan prasarana sekolah seperti (tidak tersedianya buku yang cukup, keterbatasan alat elektronik

sebagai penunjang proses pembelajaran seperti komputer dll), kurangnya kesiapan guru dalam

mengajar seperti (guru kurang mempersiapkan diri untuk melakukan pembelajaran, kurangnya

penguasaan diri terhadap materi yang akan disampaikan), lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar untuk meningkatkatkan prestasi

belajar siswa seperti (keadaan keluarga yang kurang baik, kurangnya perhatian orang tua

disebabkan kesibukan, dan lingkungan masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam kelancaran

dalam proses belajar mengajar), kurangnya semangat siswa dalam belajar dan membaca buku

seperti (kurang membaca buku karena malas, tidak menggunakan waktu dengan sebaik baiknya,

kurangnya motivasi dalam belajar), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima pelajaran

seperti (ada masalah sehingga siswa tidak fokus belajar, kurangnya ketekunan dalam belajar,

kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk belajar)6. Tidak ada sesuatu yang sempurna dalam

teknisnya, Faktor penghambat yang ada, tidak menyurutkan langkah, tetapi sebagai bahan

evaluasi untuk mencapai ketuntasan dalam belajar yang lebih baik lagi dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik diharapkan dapat

memberikan motivasi yang positif sehingga terwujudnya prestasi belajar yang baik.

 6 Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, hari Senin tanggal 26 Oktober 2009, jam 09.30 di SMP

PGRI 1 Ciputat 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap pengaruh kreativitas

guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, penulis

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada bab satu, yaitu “Apakah

Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Positif Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa”, jawabannya adalah berpengaruh positif

karena terlihat dari hasil instrumen yang di buat penulis. Dari hasil pengolahan

data, menunjukkan skor lemah terhadap pengaruh kreativitas guru pendidikan

agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat.

Setelah penulis melakukan pengolahan data, didapatkan bahwa hipotesis

nihil yang berbunyi “tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas

guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa”,

ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang berbunyi “terdapat pengaruh yang

signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa” diterima.

Jadi terdapat korelasi yang tidak bertanda negatif antara pengaruh

kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa karena r hitung < dari r tabel, r hitung = 0,06, termasuk ke rentang nilai 0,00

sampai dengan 0,20 yang mengatakan tingkat korelasi tidak bertanda negatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kreativitas guru pendidikan

agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat

memiliki korelasi yang lemah.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kumpulan data, maka penulis dapat

mengemukakan saran- saran sebagai berikut:

78

 

 

79

1. Hendaknya kreativitas guru pendidikan agama Islam dapat berpengaruh

positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Guru hendaknya sebelum melaksankan pengajaran, membuat skenario

kreativitas agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga

dapat meminimalisir kelebihan waktu yang digunakan.

3. Hendaknya kreativitas dapat dijadikan bahan referensi bagi guru untuk

mengetahui prestasi belajar peserta didik sehingga dapat ditingkatkan lagi

prestasi belajar peserta didik kearah yang lebih baik, agar kreativitas yang

dilakukan dalam pembelajaran dapat ditingkatkan pula.

4. Hendaknya pelaksanaan kreativitas guru pendidikan agama Islam

dilaksanakan dengan fasilitas yang memadai, supaya memudahkan

tercapainya tujuan pembelajaran.

5. Hendaknya pelaksanaan kreatifitas guru pendidikan agama Islam terhadap

peningkatan prestasi belajar siswa dapat membantu guru dalam memantau

prestasi belajar setap peserta didik.

6. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dapat menjadi pegangan

buat para pendidik agar bisa mengatasi kesulitan belajar siswa dalam

mencapai prestasi belajar yang baik.

7. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar

mengajar harus dilakukan setiap pembelajaran dan bervariasi, sehingga peserta

didik tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran.

8. Hendaknya peserta didik tidak hanya mendengarkan saja dalam belajar tetapi

ikut kreatif dalam menyumbangkan pendapatnya dalam proses belajar

mengajar.

9. Hendaknya dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya kreatif dalam

mengajar tetapi juga harus kreatif dalam menentukan metode atau cara dalam

melaksanakan pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat

tercapai.

10. Hendaknya pendidik menggunakan sarana dan prasarana yang ada, ketika

melakukan kreativitas dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abditama, Cet ke- 1. 2001. Arifin, Zaenal. Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 1990. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rimeka Cipta,

Cet. Ke- 10. 1996. Buchori, Mochtar. Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, Jogja: PT Tiara

Wacana, Cet. Ke- 1, 1994. Campbell, David. disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta:

Kanisius, 1986. Candra, Julius. Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan,

Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke- 1. 1994. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002. Depag RI, Al-Quran dan Terjemah. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: 2006. Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN Jakarta

Press, Cet. Ke- 1. 2005. Indrakusuma, Amier Dain. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Iska, Neni Zikri. Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brothers, Cet ke- 1.

2006. Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Prana, 1997. John M. Echols, dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1982. Langgulung, Hasan. Kreativitas dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. Ke- 1.

1991. Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif, Cet. Ke-8,

1989. MP, Samuel. Mari Mempertinggi Kreativitas, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987.

  80

81

Mulyasa, E. Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke- 1. 2006.

Munandar, Utami. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia,

Cet. ke- 1, 1984. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang

Tua, Jakarta: PT. Gramedia, Cet ke- 3. 1999. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, Cet.

Ke- 3. 1999.

____________. Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia, 1997. N.K, Roestiyah. Didatik Metodik, Jakarta: Bina Aksara 1986. ____________. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharan. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif

Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus, Cet. Ke- 1. 2002. Nata, Abuddin. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, Cet. Ke- 1. 2001. ____________. Filsafat pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana. Ni’am, Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: Elsas, Cet. Ke- 1. 2006. Oslon, Robert. Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh Alfonsus

Samosir, Jakarta: Erlangga, 1992. Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, Cet ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, Cet.ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. ______________. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: UIN Pers, Cet. ke-1, 2005.

82

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998. ___________. Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet ke- 4.

1992. Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada 2005. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. ______________________. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 3. 2004. Thontowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan, Bandung: Aksara, 1993. WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979.  

HASIL WAWANCARA

Nama Interviwee : Cartam, S.Pd. M.Pd.

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009

Pukul : 09.00 – 10.00 WIB

Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat.

1. Apakah guru mengajar siswa dengan latar belakang pendidikannya? Jawab: Ia karena sesuai dengan bidangnya masing-masing akan lebih fokus dan lebih terarah sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya. Apabila tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya maka proses pembelajarannya tidak akan berhasil dengan semaksimal mungkin.

2. Apakah kepala sekolah mendistribusikan guru dalam mengikuti penataran/pelatihan pembelajaran kreatif? Jawab: Disini sekolah mengadakan pelatihan baik secara intern di sekolah sendiri, kerja sama dengan Diknas, ada yang mengikuti penataran berskala gugus yaitu di kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat Provinsi dan Nasional guna menambah wawasan dan mengikuti pembaruan dalam dunia pendidikan.

3. Langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Disini ada langkah-langkah: MGMP (Musyawarh Guru Mata Pelajara) yaitu, untuk membentuk kelompok guru, dan guru diberikan tanggung jawab dalam rangka meraih keunggulan prestasi seperti bina prestasi, bina prestasi ini ada Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Inggris, dan sebagainya ini adalah langkah-langkah untuk meningkatkan kretivitas yang dilakukan oleh pihak sekolah dan disini juga banyak kretivitas guru mulai dari KKM, RPP, Bedah LKS, Bedah buku paket dan lain-lain.

4. Bagaimana tentang penyediaan dana untuk kegiatan kreativitas guru? Jawab: Kami merencanakan melalui dana RAPBS, kas intern sekolah yang tersedia dari pemerintah dan alhamdulillah sekolah kita hampir setiap tahun baik dari APBD maupun dari APBN mendapatkan tunjangan untuk meningkatkan mutu.

5. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Sarana disini ada Lab Bahasa, Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang Audio Visual, dan disini juga kalau ada kegiatan yang tidak bisa dilakukan di dalam sekolah, kita mengadakan kerja sama dengan dunia luar seperti dengan gelanggang olah raga, ada renang, atletik, seperti di ragunan, senayan, dan kolam renang yang ada di sekitar Ciputat ini.

6. Program apa saja yang Bapak persiapkan untuk memajukan kreativitas guru di sekolah ini? Jawab: Programnya yaitu ada peningkatan SSN dari sekolah rintisan menjadi sekolah SSN dan untuk jangka panjangnya menjadi SBI ini adalah kreativitas guru untuk ditingkatkan karena menunjang untuk keberhasilan sekolah.

7. Desain lingkungan belajar seperti apa yang dipersiapkan oleh Bapak untuk pengembangan kreativitas siswa? Jawab: Ada yang kurikulum, ada yang ekstrakurikuler, ada yang disini juga pengembangan bakat dan minat bahkan ekstrakurikuler ada yang sifatnya wajib dan tidak wajib, atau berupa pilihan PMR, PRAMUKA, merupakan kewajiban ekstrakurikuler wajib, sedangkan olah raga, ada Foot Ball, Basket Ball, Futsal, Volley Ball, merupakan pilihan, kenapa demikian dalam rangka membentuk siswa yang mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat dan bakatnya.

8. Bagaimana tanggapan para guru disini terhadap kebijaksanaan Bapak dalam program pengembangan kreativitas yang telah Bapak laksanakan? Jawab: Alhamdulillah baik secara pribadi maupun kelompok tanggapannya cukup antusias dalam rangka menegakan kedisiplinan dan meningkatkan mutu pendidikan misalnya dalam rangka kebersihan atau dalam rangka Rohis yang dibina setiap hari jum’at para guru senantiasa sigap untuk melaksanakannya dan alhamdulillah pada tahun 2009 ini setelah adanya studi banding ke Kunignan dan Cibinong alhamdulillah

sekolah kita bisa meningkatkan terutama adalah di bidang kedisiplinan Rohis bahkan diberbagai bidang prestasi lainnya.

9. Bagaimana Bapak mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kreativitas guru? Jawab: Apa bila ada maslah yang sifatnya perlu dimusyawarahkan dengan jalan musyawarah dan mencari solusi baik secara internal berupa konsultasi dengan pihak-pihak lembaga yang berkaitan misalnya masalah kesehatan kita bekerja sama dengan Puskesmas, masalah ketertiban dengan Kodim, dan masalah keamanan dengan Kepolisian dan dengan para alumni yang menjabat Lurah atau yang menjabat lembaga-lembaga yang lainnya. Alhamdulillah permasalahan ini seperti pengadaan tanah kita juga bisa benar-benar diakui dan untuk secara kelembagaan kerja sama dengan Dinas yang ada di kabupaten kota, Propinsi, maupun secara Nasional, dan untuk kretivitas guru hasilnya dari sertifikasi hampir 40% guru disini sudah disertifikasi karena kreativitas yang dimilki guru tersebut sudah memenuhi syarat, tanpa ditunjang kreativitas.

10. Berapa kali dalam sebulan Bapak melakukan pengawasan kesetiap kelas untuk melihat perkembangan kreativitas guru? Jawab: Untuk pengawasan ini berjenjang ada yang dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah, ada yang dilakukan wakil kepala urusan, ada yang langsung dilakukan oleh Kepala Sekolah, kepala sekolah kita adalah minimal sebulan sekali mendapat laporan dari para urusan, dan seminggu sekali menapat laporan dari para wakil dan untuk supervisi itu adalah sebulan sekali bahkan kami mengadakan breefing pada tahun ajaran ini selama 15 menit sebelum masuk senantiasa breefing untuk menyatukan visi dan misi dan mengatasi permasalahan-permasalahan itu yang ada lebih cepat, lebih baik teratasi dan solusinya untuk bisa dicarikan dan penyelesaiannya dengan baik Insya Allah dengan kreativitas kebersamaan semua instrumen yang ada di sekolah dapat menciptakan situasi sekolah yang kondusif, bermutu, dan berkuallitas.

HASIL WAWANCARA

Nama Interviwee : M. Syarifuddin, S.Pd.I

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam

Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009

Pukul : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat

1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai guru?

Jawab: Saya sebenarnya sudah mengajar sejak masih kuliah sekitar tahun 1993 mengajar di lembaga-lembaga privat dan majelis-majelis taklim, Sejak tahun 1998 baru saya mengajar jadi guru di SMP PGRI 1 Ciputat.

2. Kenapa Bapak mau menjadi guru?

Jawab: Saya mau menjadi guru karena ada beberapa alasan. a. Karena panggilan jiwa. b. Ingin mengamalkan ilmu. c. Karena saya suka sama anak-anak. d. Karena ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. e. Karena menjadi guru memiliki ibadah.

3. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas?

Jawab: Kretivitas adalah usaha seseorang untuk dapat menampilkan sesuatu yang berbeda guna memberikan suatu kreasi dalam memberikan suatu materi agar suasana belajar lebih kondusif.

4. Apakah Bapak kreatif dalam mengajar?

Jawab: Tidak terlalu kreatif tapi saya berpenampilan menarik, simpatik, enerjik, dan humoris dan selalu memberikan kenyamanan dan anak-anak merasa merugi jika tidak mengikuti pelajaran saya, dan saya selalu berkata I love You Full.

5. Apa yang mendukung kreativitas Bapak dalam mengajar?

Jawab: Materi pelajaran yang akan saya sampaikan Karena kecintaan saya terhadap profesi saya menjadi guru.

6. Kendala apa saja yang menghalangi kreativitas Bapak?

Jawab: Semangat murid dalam belajar dan membaca buku. Kemampuan siswa dalam belajar.

7. Apakah dalam mengajar Bapak menggunakan metode yang sesuai dengan

materi pelajaran?

Jawab: Ya, itu penting agar materi yang akan saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa dan siswi.

8. Hal apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa?

Jawab: Memberikan motivasi kepada para siswa/siwi dalam menuntut ilmu. Memberikan pengarahan akan pentingya belajar. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya sebgai murid. Mengajarkankan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tua.

9. Menurut Bapak apakah kreativitas Bapak berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa?

Jawab: Sedikit atau banyak pasti berpengaruh terhadap prestasi siswa dan jika disertai dengan pendekatan yang intensif didalam memberikan motivasi dalam meningkatkan prestasi siswa.

10. Apakah kepala sekolah guru lain serta karyawan turut membantu bapak

dalam kreativitas belajar kreatif?

Jawab: Ya, khususnya kepala sekolah banyak mengadakan Raker, Seminar dan lain-lain.

BIOGRAAFI PENUULIS

dari tahuPondok Pdan men2002. Sepengalamsebuah tmelanjutkJakarta, F

SelamBerawal ke organiTarbiyahgempa Jo

SelainNURUNmelaksandiakhir kPendidikCiputat.menyampbelajar ag

TARAnyJawPenmemsamseormen

un 1996 samPesantren T

neruskannya etelah lulus man hidup hitoko onderdkan pendidiFakultas Ilm

RJONO, diyar I, Desa

wa Barat, pandidikan Agmasuki pend

mpai tahun 1rang ayah yaneruskan penmpai1999. K

Takhsinul Akdi SMK M

ia berkelanaingga sampadil motor sikannya di P

mu Tarbiyah d

ilahirkan di Patrol Baru

da hari Rabgama Islam didikan das1996. Kemuang bernamandidikannyaKemudian skhlak, Wino

Muhammadiya berbekal dai di kota yaselama bebePerguruan Tdan Kegurua

sebuah desau, Kecamatabu tanggal 2

angkatan tasarnya di Sudian setelaha Muarih dana di MTS Al-setelah ia l

ong, Cirebonyah Kandandoa restu da

ang sejuk yaierapa tahun

Tinggi Univean, Jurusan P

a yang daman Patrol, K22 Juli 1983ahun 2005.

SDN Patrol h ia lulus, an ibunya yan-Hidayah Paulus, ia me

n, tidak samng haur, Indan ijazah SMitu kota kem

n sampai taersitas IslamPendidikan A

ai tepatnya Kabupaten In3, adalah ma

Pada tahunLor III Su

anak pertamng bernama

atrol Baru, Selanjutkan p

mpai 1 tahundramayu tahMK ia men

mbang Banduahun 2004,

m Negeri SyaAgama Islam

di Blok Kandramayu 4ahasiswa Jurn 1990 ia mukra, Indramma dari pasa

Karniti, meukra, Indram

pendidikannyn kembali puhun 1999 sacari jati diriung, ia beker

yang kemuarif Hidayat

m.

arang 45257 rusan mulai mayu, angan milih

mayu, ya di ulang ampai i dan rja di udian tullah

ma menjadi mdari ketika iisasi Persatu

h Xtensi (FOogja, ia ikut

mahasiswa iia pertama kuan Mahasisw

ORMAT X), ypula pada pe

ia cukup aktikali menjadi wa Indramayyang mengirerkaderan H

if diberbagaiseorang mahyu (PERMArimkan anggimpunan Ma

i organisasi hasiswa baru

AI-AYU) DKgotanya ke Joahasiswa Isl

ekstra maupu, pada tahun

KI Jakarta, Fogja untuk mam (HMI).

pun intra kamn 2005, ia morum Mahas

membantu ko

mpus. masuk siswa orban

n aktivitasnNAJJAH II Pnakan kegiatkuliahnya, ikan Agama Hal ini ia mpaikan mategama sehing

nya sebagai Pondok Ranjtan Praktek Pia tertarik

a Islam Terhmengharapkaeri pelajarangga cita-cita

mahasiswaji, Rengas, CProfesi Kegumenulis skrhadap Penian semoga gn sehingga dan tujuan p

, ia juga pCiputat Timuuruan Terparipsi denganingkatan Prguru Pendidi

lebih menapendidikan n

ernah ikut ur Tangerandu (PPKT) dn judul: Perestasi Belakan Agama

arik dan lebnasional dapa

membantu ng Selatan. Kdi SMP PGRengaruh Krajar Siswa d

Islam semakbih memotivat tercapai. 

mengajar dKemudian iaRI 1 Ciputatreativitas Gdi SMP PGkin kreatif dvasi siswa u

di MI a pun . Dan Guru

GRI 1 dalam untuk