98319-oktavia ningsih-fitk.pdf

146
 IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM -BASE D LEARNI NG  UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 83 Jakarta Utara) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Oktavia Ningsih 105 016 300 611 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN K EGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: rachmat-suryadi

Post on 07-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

    PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI

    (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 83 Jakarta Utara)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh :

    Oktavia Ningsih

    105 016 300 611

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

    Skripsi yang berjudul Implementasi Model Problem Based Learning untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri (Penelitian

    Tindakan Kelas Di SMA NEGERI 83 Jakarta Utara) disusun oleh Oktavia Ningsih, NIM 105016300611, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian

    Munaqasyah tanggal 12 Agustus 2010 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu,

    penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada bidang

    Pendidikan Fisika.

    Jakarta, 12 Agustus 2010

    Panitia Ujian Munaqasyah

    Tanggal Tanda Tangan

    Ketua (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) ,

    Baiq Hana Susanti, M.Sc.

    NIP. 19700209 200003 2 001

    ...................

    ........................

    Sekertaris (Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA),

    Nengsih Juanengsih,M.Pd

    NIP. 19790510 200604 2 001

    ...................

    .........................

    Penguji I,

    Dr.Sujiyo Miranto, M.Pd

    NIP. 19681228 200003 1 004

    ....................

    .........................

    Penguji II,

    Erina Hertanti,M.Si

    NIP. 19720419 199903 2 002

    ....................

    ..........................

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof.Dr.Dede Rosyada,M.A.

    NIP. 19571005 198703 1 003

  • Lembar Pengesahan Skripsi

    Implementasi Model Problem Based Learning untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri

    (Penelitian Tindakan Kelas di SMA N 83 Jakarta Utara)

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan

    mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    oleh :

    Oktavia Ningsih

    Nim : 105 016 300 611

    Yang mengesahkan,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd

    Nip : 19650115 198703 1 020

    Kinkin Suartini, M.Pd

    Nip : 19780406 200604 2 001

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • Barang siapa memiliki satu alasan untuk hidup dia bisa

    menahan hampir setiap keadaan (Friedrich Nietzche).

    Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

    kesanggupannya (Al Baqarah ayat 286).

    Apa yang kamu simpan untuk dirimu sendiri akan lenyap,

    apa yang kamu berikan pada orang lain akan kamu miliki

    selamanya (Alex Munthe).

    Semangat manusia tidak bisa dilumpuhkan, jika kamu

    masih bisa bernafas, kamu masih bisa mempunyai impian

    (Make Brown).

    Karya kecil ini kuperuntukkan:

    Ibu dan Alm ayahku tercinta, yang selalu membantuku

    dengan doa, kasih sayang dan semangat.

    Kakakku (Yuliana) dan adik-adikku (Yenny Puspita Sari,

    dan M.Rangga Putra Pratama) yang senantiasa memberiku

    dukungan.

  • ABSTRAK

    Oktavia Ningsih (105 016 300 611). Implementasi Model Problem-Based

    Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri.

    Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pendidikan Alam Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas kemampuan peserta didik

    dalam melakukan pemecahan masalah dan meningkatkan hasil belajar fisika pada

    konsep optik geometri melalui model problem-based learning. Subjek penelitian

    ini adalah peserta didik kelas X-D SMA N 83 Jakarta Utara yang berjumlah 29

    orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

    penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada model Kemmis dan Mc

    Taggart yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

    tahapan, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi

    Tindakan, dan 4) Refleksi .

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model problem-based

    learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri

    peserta didik. Rerata hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II berturut-

    turut adalah 52,38 dan 84,10 dengan nilai N-Gain sebesar 0,65 yang termasuk

    pada kategori sedang. Jumlah peserta didik yang sudah mencapai nilai di atas

    KKM juga mengalami peningkatan menjadi 100% pada siklus II dibandingkan

    pada siklus I sebanyak 24%. Hal ini jelas menunjukkan bahwa hasil belajar fisika

    pada konsep optik geometri peserta didik mengalami peningkatan yang sangat

    signifikan dibandingkan pada siklus I. Selain itu model problem based learning

    ternyata cukup efektif diterapkan pada konsep optik geometri.

    Kata kunci : Model Problem-Based Learning, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan

    Kelas (PTK)

  • ABSTRACT

    Oktavia Ningsih (105 016 300 611). Implementation of Problem-Based Learning

    Model of learning to improve learning result of optical physics in the concept of

    geometry. Physic Education Studies Program Department of Natural Science

    education Faculty and Teaching Tarbiya State Islamic University Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    This study aimed to describe the quality of students' abilities in problem solving

    and improve learning outcomes of physics in optical geometry concepts through

    problem-based learning model. The subjects were high school students grade XD

    N 83 North Jakarta about 29 people. This research is a qualitative research

    method action research (CAR), which refers to the model of Kemmis and Mc

    Taggart who performed a total of two cycles. Each cycle consists of four stages,

    namely: 1) Action Plan, 2) Implementation Measures, 3) Observation of Actions,

    and 4) Reflection.

    The results of this study indicate that the application of problem-based learning

    model can improve learning outcomes of physics on the concept of geometrical

    optics learners. The mean results of study of students in the first cycle and second

    cycle are respectively 52.38 and 84.10 with the N-Gain value of 0.65 which

    included the moderate category. The number of learners who have reached values

    above KKM also increased to 100% on the second cycle than in the first cycle as

    much as 24%. This clearly shows that the results of studying physics in

    geometrical optical concept of learners has increased significantly compared to

    the cycle I. Besides the problem based learning model proved effective enough

    optical geometry applied to the concept.

    Keywords: Problem Based Learning Model , Learning Outcomes, Classroom Action

    Research (CAR).

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

    ABSTRAK ...................................................................................................... ii

    ABSTRACT..................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

    DAFTAR ISI. ................................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

    C. Pembatasan Masalah. ................................................................... 5

    D. Perumusan Masalah ..................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian. ........................................................................ 6 F. Manfaat Penelitian. ...................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, dan HIPOTESIS

    TINDAKAN ...................................................................................... 7

    A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti............................................ 7 1. Pendekatan Konstruktivisme. ................................................. 7 2. Model Problem Based Learning. ............................................ 9

    a. Pengertian Model Problem Based Learning. .................... 14 b. Manfaat Model Problem Based Learning. ........................ 16 c. Karakteristik Model Problem Based Learning. ................. 16 d. Outcome dari Model Problem Based Learning. ................ 17 e. Implementasi Model Problem Based Learning

    dalam Pembelajaran. ........................................................ 17

    f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning .......................................................................... 20

    3. Hasil Belajar. ......................................................................... 22 a. Pengertian Hasil Belajar. .................................................. 22 b. Hubungan Pembelajaran PBL dengan Hasil Belajar. ........ 24

    4. Penelitian Tindakan Kelas. ..................................................... 25 a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas................................... 25 b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. ................................... 27 c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas. .......................... 27 d. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas. ....................... 28

    5. Konsep Optik Geometri. ........................................................ 29 a. Cermin. ............................................................................ 31 b. Pembiasan Cahaya dan Lensa. .......................................... 32

    6. Hasil Penelitian yang Relevan. ............................................... 38 B. Kerangka Pikir ............................................................................. 41

  • C. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 43

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 44

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 44 B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ...................................... 44 C. Subjek yang Terlibat .................................................................... 47 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian. .................................. 47 E. Tahapan Pelaksanaan Tindakan. .................................................. 48

    1. Penelitian Awal. ..................................................................... 48 a. Wawancara Kepada Guru dan Peserta Didik. ................... 48 b. Observasi Kegiatan Belajar Mengajar............................... 48

    2. Siklus I. ................................................................................. 49 a. Tahap Persiapan. .............................................................. 49 b. Tahap Pelaksanaan. .......................................................... 49 c. Tahap Pengamatan. .......................................................... 49 d. Tahap Refleksi. ................................................................ 50

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan. ................................ 50 G. Data dan Sumber Data. ................................................................ 50 H. Teknik Pengumpulan Data. .......................................................... 51 I. Instrumen-Instrumen Penelitian. .................................................. 51

    1. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan. ............................... 51 2. Tes Penguasaan Konsep. ........................................................ 51 3. Pedoman Observasi (Catatan Lapangan). ............................... 52 4. Kuesioner. ............................................................................. 53

    J. Teknik Pemeriksa Kepercayaan Studi. ......................................... 53 1. Uji Validitas........................................................................... 53 2. Uji Reliabilitas. ...................................................................... 55 3. Uji Tingkat Kesukaran. .......................................................... 56 4. Uji Daya Pembeda. ................................................................ 57

    K. Teknik Analisis Data. .................................................................. 58 1. Uji N-Gain. ............................................................................ 58 2. Keefektifan Model Problem Based Learning. ........................ 59

    L. Tindaklanjut Perencanaan. ........................................................... 59 1. Perencanaan Tindakan II. ....................................................... 59 2. Pelaksanaan Tindakan II. ....................................................... 59 3. Observasi Tindakan II. ........................................................... 59 4. Refleksi tindakan II. ............................................................... 59

    BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN .................................. 60

    A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ................................................ 60 B. Pemeriksa Keabsahan Data .......................................................... 61

    1. Uji Normalitas. ...................................................................... 61 2. Uji Homogenitas. ................................................................... 62

    C. Analisis Data ............................................................................... 62

  • 1. Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri. .......... 62 2. Respon Peserta didik terhadap Keefektifan Model

    Problem Based Learning. ....................................................... 64

    3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran. .................................... 68 D. Interpretasi Hasil Analisis. ........................................................... 70

    1. Siklus I. ................................................................................. 70 a. Tahap Perencanaan I. ....................................................... 70 b. Tahap Pelaksanaan I. ........................................................ 71 c. Tahap Observasi I. ........................................................... 75 d. Tahap Refleksi I. .............................................................. 75 e. Keputusan. ....................................................................... 76

    2. Siklus II. ................................................................................ 77 a. Tahap Perencanaan II. ...................................................... 77 b. Tahap Pelaksanaan II. ...................................................... 77 c. Tahap Observasi II. .......................................................... 79 d. Tahap Refleksi II. ............................................................. 80 e. Keputusan. ....................................................................... 80

    E. Pembahasan Hasil Penemuan Penelitian. ..................................... 81 F. Keterbatasan dalam Penelitian. .................................................... 83

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 84

    A. Kesimpulan .................................................................................... 84 B. Saran .............................................................................................. 85

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86

    LAMPIRAN. .................................................................................................. 89

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Hal

    Tabel 2.1 Tahapan Model Problem Based Learning ...................................... 18

    Table 3.1 Intervensi Tindakan ........................................................................ 46

    Tabel 3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 50

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Penulisan Instrumen Tes ................................................... 52

    Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner ......................................................................... 53

    Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Tes Penguasaan Konsep Fisika ........................... 61

    Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I ...................... 61

    Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. .................... 62

    Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Fisika. ............................ 62

    Tabel 4.5 Hasil Uji-t Tes Hasil Belajar Fisika. ................................................ 63

    Tabel 4.6 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 1. ............................. 65

    Tabel 4.7 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 2. ............................. 65

    Tabel 4.8 Presentase Respon Peserta Didik soal Nomor 3............................... 66

    Tabel 4.9 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 4. ............................. 66

    Tabel 4.10 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 5. ............................. 67

    Tabel 4.11 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik pada Siklus I. ................. 68

    Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik pada Siklus II. ............... 69

    Tabel 4.13 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta didik pada Siklus I. ............... 71

    Tabel 4.14 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta didik pada Siklus II. ............. 77

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Hal

    Gambar 2.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 29

    Gambar 2.2 Pemantulan Difuse ....................................................................... 30

    Gambar 2.3 Pemantulan Teratur ....................................................................... 30

    Gambar 2.4 Hukum Pemantulan Snellius ........................................................ 30

    Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar .................................. 31

    Gambar 2.6 Hukum Pembiasan Snellius ......................................................... 33

    Gambar 2.7 Pembiasan pada Kaca Planpararel. ............................................... 33

    Gambar 2.8 Pembiasan Cahaya pada Prisma. .................................................. 34

    Gambar 2.9 Pemantulan Sempurna. ................................................................ 35

    Gambar 2.10Bagan Kerangka Pikir. ................................................................. 42

    Gambar 3.1Bagan Penelitian Tindakan Kelas. .................................................. 45

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Hal

    Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................. 90

    Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen ........................................................... 101

    Lampiran 3 Hasil Uji Validitas .................................................................... 109

    Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 111

    Lampiran 5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ..................................................... 113

    Lampiran 6 Hasil Uji Daya Pembeda ........................................................... 115

    Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen. ............................................. 117

    Lampiran 8 Contoh Perhitungan Validitas. .................................................. 118

    Lampiran 9 Contoh Perhitungan Reliabilitas. ............................................... 119

    Lampiran 10 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran. ................................... 120

    Lampiran 11 Contoh Perhitungan Daya Pembeda. ......................................... 121

    Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. ......................................... 122

    Lampiran 13 Soal Tes Siklus I dan Siklus II. ................................................. 156

    Lampiran 14 Kisi-kisi Kuesioner. .................................................................. 163

    Lampiran 15 Kuesioner. ................................................................................ 164

    Lampiran 16 Lembar Observasi. .................................................................... 166

    Lampiran 17 Lembar wawancara dan Kuesioner. ........................................... 171

    Lampiran 18 Data Nilai Siklus I. ................................................................... 178

    Lampiran 19 Data Nilai Siklus II. .................................................................. 179

    Lampiran 20 Contoh Perhitungan Skor N-Gain. ............................................. 180

    Lampiran 21 Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I.......................... 181

    Lampiran 22 Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. ...................... 182

    Lampiran 23 Contoh Perhitungan Uji Normalitas. ......................................... 183

    Lampiran 24 Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I. ..................... 184

    Lampiran 25 Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. .................... 185

    Lampiran 26 Contoh Perhitungan Uji Homogenitas. ...................................... 186

    Lampiran 27 Uji-t. ......................................................................................... 187

    Lampiran 28 Contoh Perhitungan Uji-t. ......................................................... 188

    Lampiran 29 Perhitungan Presentase Kuesioner. ............................................ 189

    Lampiran 30 Catatan Lapangan. .................................................................... 191

    Lampiran 31 Silabus. ..................................................................................... 204

  • Kata Pengantar

    Segala puji bagi Allah SWT Sang Maharaja segala raja, Robbnya semua

    alam semesta, Sang Cahaya atas segala cahaya, Yang kasih sayang-Nya melebihi

    Maryam terhadap Isa. Salam kemuliaan bagi kekasih-Nya, yang hanya baginya

    seorang semua diwujudkan dari tiada, sang cermin dari Maharaja Cahaya, sang

    senyuman dari Yang Maha Penyayang, kekasih dari semua pencinta, Rasulullah

    Muhammad SAW, pembimbing bagi siapa yang mencari-Nya, pemegang kunci

    gerbang menuju-Nya.

    Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya

    penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Implementasi Model Problem

    Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Optik Geometri.

    Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang

    tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada orang-orang berhati mulia berikut ini:

    1. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

    Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Erina Hertanti, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    5. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd pembimbing I, yang telah meluangkan

    waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan

    nasehat, bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga penulisan skripsi

    ini dapat terselesaikan.

  • 6. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd pembimbing II, yang telah meluangkan waktu,

    tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan nasehat,

    bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga penulisan skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    7. Bapak Drs. Budi susilo, MM Kepala Sekolah SMA Negeri 83 Jakarta Utara

    yang sudah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan

    penelitian di sekolah tersebut.

    8. Bapak Sudiro, S.Pd Wakil Kepala Sekolah dan Guru Bidang Studi Fisika

    SMA Negeri 83 Jakarta Utara yang sudah memberikan kesempatan kepada

    peneliti untuk melakukan penelitian di kelas yang beliau ajar.

    9. Secara khusus untuk Ayahanda tercinta Santa Jadil (Alm), Ibunda tercinta

    Fatimah, Teteh Lia dan kedua adikku (Yeyen dan si bungsu Rangga) yang

    selalu mencurahkan kasih sayang kepada penulis, memberikan pegertian,

    memberikan motivasi, dan nasehat yang baik bagi keberhasilan penulis.

    Semoga Allah Swt membalas pengorbanannya.

    Tak akan cukup terima kasih penulis buat anda semua. Semoga Dia, Sang

    Maha Penjamin, yang selama ini memenuhi harapan dan keinginan penulis

    dengan kebijaksanaan-Nya, ke-Pemurahan-Nya, ke-Maha Kayaan-Nya, dan kasih

    sayang-Nya berkenan menggantinya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara

    dalam jalan lurus keridhaan-Nya, dan kelak dipersatukan dengan jalinan mawar

    wangi dalam istana terang kemilau, bersama para kekasi-Nya di muka singgasana

    Sang Maharaja Cahaya.

    Jakarta, April 2010

    OKTAVIA NINGSIH

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    OKTAVIA NINGSIH. Putri kedua dari Ayahanda Santa

    Jadil (Alm) dan Ibunda Fatimah yang lahir di Jakarta pada

    tanggal 04 Oktober 1987. Saat ini penulis bertempat

    tinggal di Jl. Lagoa Terusan Gg II B 2 No. 14 Rt 009 Rw

    002 Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja Jakarta Utara

    14270.

    Riwayat Pendidikan. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dian

    Kusuma Pertiwi, setelah lulus dari TK penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri

    Percontohan 11 Lagoa Jakarta Utara pada tahun 1999 dan melanjutkan pendidikan ke

    SMP Negeri 279 Jakarta Utara lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis lulus

    dari SMA Negeri 83 Jakarta Utara. Kuliah di Program Studi Pendidikan Fisika UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan lulus pada Sidang Munaqasyah Skripsi

    pada 12 Agustus 2010. Pada pendidikan dasar dan menengah penulis aktif dalam

    kegiatan ekstrakulikuler Pramuka, PMR, English Club, KIR dan ROHIS.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menurut Riyanto belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang

    berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

    perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

    nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.1

    Dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses

    belajar tersebut maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat

    bagi dirinya dan orang lain.

    Proses pembelajaran yang sesungguhnya ialah kegiatan belajar

    peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya

    menghapal dan bukan pula mengingat. Proses pembelajaran di kelas yang

    optimal dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal pula. Peningkatan

    hasil belajar peserta didik selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

    satunya ialah metode mengajar. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam

    memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses

    pembelajaran dikelas. Guru sebagai seorang pengajar kadang-kadang salah

    dalam menerapkan metode apa yang seharusnya digunakan dalam proses

    pembelajaran.

    Kesalahan dalam menerapkan metode mengajar dapat menimbulkan

    ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil belajar yang tidak optimal,

    kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang dapat menghambat proses

    pembelajaran. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus

    mampu memberikan motivasi yang besar pada peserta didik agar mereka

    dapat menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan metode

    dalam pembelajaran hendaknya dapat melibatkan peserta didik secara aktif,

    baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam

    1 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2009), hal.5

    1

  • 2

    pembelajaran fisika yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses

    pembelajaran.

    Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di sekolah

    SMAN 83 Jakarta Utara khususnya di kelas X-D, diperoleh hasil pertama,

    sebanyak 62,07% peserta didik di kelas X-D tidak menyukai mata pelajaran

    fisika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peserta didik menganggap

    bahwa materi pelajaran fisika sulit, inilah yang menyebabkan nilai fisika

    peserta didik di kelas X-D sangat rendah dibandingkan dengan kelas-kelas

    yang lain. Terutama pada konsep optik geometri. Kedua, konsep fisika yang

    dianggap sulit oleh peserta didik di kelas X-D adalah konsep optik geometri.

    Hal ini dapat dimaklumi karena konsep optik geometri bersifat matematis,

    sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan matematika yang

    cukup tinggi.

    Ketiga, setelah ditelaah ternyata konsep optik geometri bersifat

    kontekstual, karena banyak berkaitan atau ditemui peserta didik dalam

    kehidupan sehari-harinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan

    pembelajaran pada konsep optik geometri lebih baik menggunakan model

    atau pendekatan yang bersifat kontekstual. Keempat, metode pembelajaran

    yang sering digunakan oleh guru untuk mengajar fisika adalah ceramah,

    diskusi, eksperimen dan pemecahan masalah. Dari keempat metode yang

    sering digunakan di kelas X-D diatas metode ceramah lebih mendominan

    dibandingkan metode diskusi, eksperimen, dan pemecahan masalah yang

    hanya sesekali diterapkan. Kelima, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

    belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak

    semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam

    menyelesaikan permasalahan yang muncul didalam proses belajar mengajar.

    Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran

    yang dapat melibatkan peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri.

    Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam

    yang di dalamnya dipelajari tentang perilaku dan struktur benda secara fisis.

    Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup

  • 3

    ruang dan waktu.2 Tujuan dari mempelajari fisika adalah untuk mengetahui

    keteraturan alam berdasarkan pengamatan manusia melalui proses ilmiah.

    Namun disisi lain peserta didik beranggapan bahwa fisika merupakan salah

    satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika itu

    sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu

    penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran

    fisika, sehingga peserta didik tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang

    perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.

    Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya

    melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik

    dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya kritis dalam menyelesaikan

    permasalahan yang muncul didalam proses belajar mengajar. Salah satu

    materi pelajaran fisika yang menghubungkan antara konsep dengan kejadian-

    kejadian nyata di lingkungan peserta didik adalah konsep optik geometri

    karena didalamnya berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari para

    peserta didik. Selama ini peserta didik selalu kesulitan terutama dalam hal

    membedakan sifat bayangan maya dan nyata yang terbentuk khususnya pada

    cermin dan lensa. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya mereka

    menghafalkan setiap pembentukan bayangan, padahal pembelajaran yang

    diinginkan tidak seperti itu. Peserta didik diharapkan mampu memahami sifat

    bayangan maya dan nyata pada cermin dan lensa. Untuk mencapai tujuan

    tersebut, akan lebih baik jika peserta didik melihat langsung proses

    pembentukan bayangan tersebut, melalui percobaan laboratorium sehingga

    mereka dapat membedakan kedua sifat bayangan tersebut tanpa harus

    menghafal tetapi peserta didik harus memahami dengan benar sesuai dengan

    apa yang mereka lihat ketika melakukan percobaan.

    2 Http://id.Wikipedia.or/wiki/fisika diakses pada tanggal 23 desember 2009

  • 4

    Artinya pembelajaran fisika pada konsep optik geometri

    membutuhkan pemahaman tingkat tinggi, bukan hanya bersifat matematis.

    Konsep optik geometri merupakan konsep yang sangat erat kaitannya dengan

    kehidupan sehari-hari. Salah satu model yang mendorong peserta didik untuk

    memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan berusaha untuk memecahkan

    masalahnya adalah model problem based learning. Model problem based

    learning dapat melatih peserta didik untuk mengorganisasikan pengetahuan

    dan kemampuan peserta didik, karena menggunakan pendekatan pemecahan

    masalah. Pemecahan masalah akan mengembangkan motivasi, ketekunan,

    dan kepercayaan diri peserta didik. Model pembelajaran ini menyajikan

    masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan

    mendiskusikannya untuk menyelesaikan masalah.

    Pada model problem based learning pembelajaran dimulai setelah

    peserta didik dikonfrontasi dengan struktur masalah yang rill. Semua

    informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi, praktikum

    ataupun melalui diskusi dengan teman sebaya, untuk dapat memecahkan

    masalah yang dihadapi.3 Pembelajaran berdasarkan masalah dimaksudkan

    untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan dapat memotivasi peserta didik,

    karena melalui belajar berdasarkan masalah, peserta didik belajar bagaimana

    menggunakan sebuah proses literatif untuk menilai apa yang mereka ketahui,

    mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi

    dan secara kolaborasi menyelarasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah

    mereka kumpulkan.

    Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang

    melibatkan peserta didik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan

    hasil belajar fisika. Dipilihnya model problem based learning dalam

    penelitian ini karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong

    peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Berdasarkan

    3 I Nyoman Suardana, Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dengan

    pendekatan kooperatif berbantu modul untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

    mahasiswa pada perkuliahan kimia fisika I, dalam jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja: No. 4 TH.XXXIX, Oktober 2006. h.754

  • 5

    alasan-alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul: Implementasi Model Problem Based-Learning untuk

    Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

    maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1. Terdapat kesulitan peserta didik dalam memahami konsep Optik Geometri

    berdasarkan hasil observasi awal.

    2. Belum ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

    peserta didik pada konsep optik geometri.

    3. Terdapat faktor-faktor kesulitan yang dihadapi peserta didik ketika

    mempelajari konsep Optik Geometri.

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka masalah yang akan

    diteliti dibatasi pada penerapan model problem based learning dalam

    meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri. Ada pun

    masalah yang akan dibatasi pada:

    1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based

    learning menurut Arends yang terdiri dari 5 tahapan pembelajaran.

    2. Hasil belajar yang diteliti merupakan hasil belajar peserta didik pada ranah

    kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan

    Krathwohl yang mencakup aspek C1, C2, C3, C4 dan C5.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan Model Problem Based

    Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik

    geometri?.

    Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

  • 6

    1. Bagaimana hasil belajar fisika peserta didik setelah penerapan model

    problem based-learning ?

    2. Apakah model problem based-learning merupakan pembelajaran yang

    efektif diterapkan pada konsep optik geometri ?

    E. Tujuan Hasil Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui :

    1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik

    geometri.

    2. Keefektifan penerapan model problem based-learning dalam pembelajaran

    fisika pada konsep optik geometri.

    F. Manfaat Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik,

    guru, dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini secara:

    1. Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta

    didik dalam pempelajari konsep fisika.

    2. Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk

    menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran

    fisika.

    3. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam

    bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan

    menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah

    menyelesaikan studinya.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

    A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti

    Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik,

    para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma

    pembelajaran konstruktivisme untuk kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat

    pembelajaran dari belajar berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta

    didik. Ketika guru mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan

    kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan peserta didik, dapat

    mendorong peserta didik untuk belajar, atau memberi kesempatan peserta

    didik untuk berperan aktif mengonstruksi konsep-konsep yang akan

    dipelajari. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang

    dasar filosofinya konstruktivisme, yang kegiatan belajar mengajarnya

    berpusat pada peserta didik.4 Problem based learning adalah pembelajaran

    yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui

    tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari

    pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

    memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.5 Adapun dalam

    penelitian ini, fokus yang diteliti tentang model problem based learning

    untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik pada konsep Optik

    Geometri.

    1. Pendekatan Konstruktivisme

    Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

    pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik berdasarkan

    pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah

    4 I Wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based

    learning), dari Http://lubisgafura.wordpress.com/2007/12/16Pembelajaran-berbasis -masalah/

    5Ibid

    7

  • 8

    pengetahuan yang terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga

    dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek

    yang diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang

    berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri

    seseorang.6

    Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

    bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

    dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang

    baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan

    himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini

    menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih

    dinamis.7 Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang

    menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam indra manusia.

    Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah

    pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti

    tetapi tidak begitu terlihat dan tidak ditekankan.8 Kontruksi berarti

    bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme

    adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

    modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

    pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

    manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks

    yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah

    seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

    diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi

    makna melalui pengalaman nyata.9

    6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

    (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.264 7 http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme"/2009/10/20 8 Http://www.teachersrock.net/teori-konstruktivisme. html diakses pada tanggal 20

    oktober 2009 9Sutisna, Teori Pembelajaran Konstruktivisme, artikel diakses pada tanggal 20 oktober

    2009 dari http://sutisna.com/psikologi/psikologi_pendidikan/teori belajar konstruktivisme.

  • 9

    Teori konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus

    menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

    mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

    apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.10

    Sistem pendekatan

    konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down

    dari pada bottom up berarti peserta didik memulai dengan masalah

    kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar

    yang diperlukan.11

    Inti teori konstruktivisme ialah gagasan bahwa pelajar

    masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit

    kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri. Teori konstruktivisme

    melihat pelajar terus-menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-

    aturan lama dan kemudian mengubah aturan tersebut apabila hal itu tidak

    lagi berguna.12

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

    konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengacu kepada

    teori belajar konstruktivisme yang lebih menfokuskan pada kesuksesan

    peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan

    kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan

    dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih

    diutamakan untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui

    asimilasi dan akomodasi.

    2. Model Problem Based-Learning (PBL)

    Untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, diperlukan

    adanya pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara

    aktif dan mendorong peserta didik untuk lebih berpikir kreatif dalam

    memecahkan berbagai masalah yang berkenaan dengan materi

    10 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta:

    Prestasi Pustaka, 2007), hal. 13

    11 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 145 12 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009),

    hal. 6

  • 10

    pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang

    mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah

    ialah Model Problem-Based Learning.

    Problem-Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

    merupakan bagian dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning

    (CTL). CTL juga sering dikenal dengan istilah pendekatan kontekstual.

    Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah

    konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar

    tidak hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan

    pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat

    dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi

    mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme

    berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada

    awal abad 20 yang lalu.13

    Melalui landasan konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi

    alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL peserta didik

    diharapkan dapat belajar melalui mengalami, dengan menghafal.

    Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-obyektif,

    temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan,

    bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan

    atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada

    orang yang belajar.

    CTL itu sendiri merupakan konsep belajar yang membantu guru

    mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

    peserta didik dan mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya

    dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat diperlukan karena

    kebanyakan para peserta didik tidak dapat menerapakan pengetahuan

    yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang disebabkan kurang

    menariknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Untuk itu

    13Yatim Riyanto, Op.Cit, hal. 166

  • 11

    seorang guru harus jeli dalam menerapkan metode apa yang sesuai untuk

    peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.

    Peserta didik tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran,

    melainkan sebagai subjek yang berperan dalam proses pembelajaran.

    Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual

    harus menekankan pada hal-hal berikut:

    1) Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu

    pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

    sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berfikir

    kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

    pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

    2) Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan

    pengajaran yang memperkenankan peserta didik untuk mempelajari

    konteks bermakna

    3) Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan

    strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan

    menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

    4) Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang

    membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana

    lingkungan belajar peserta didik didesain agar peserta didik dapat

    melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk

    pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan

    tugas bermakna lainnya.

    5) Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu

    pendekatan pengajaran yang memungkinkan peserta didik

    menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi

    pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut

    dipergunakan kembali ditempat kerja.

    6) Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan

    penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-

  • 12

    layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk

    merefleksikan jasa-layanan tersebut.

    7) Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan

    pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta

    didik untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.

    Dari ketujuh komponen tersebut, konsep Belajar Berdasarkan

    Masalah termasuk di dalamnya. Maka dari itu jelaslah bahwa model

    pembelajaran berdasarkan masalah merupakan bagian dari pembelajaran

    Contextual Teaching and Learning yang berakar dari pembelajaran

    konstruktivisme.

    Sebagaimana umumnya model-model pembelajaran lain, problem

    based learning memiliki beberapa landasan teori khusus yang

    membedakannya dengan model pembelajaran lain. Beberapa teori yang

    melandasi problem based learning itu adalah sebagai berikut:14

    1. Dewey dan Kelas Demokratis

    Dewey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan agar

    sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan

    kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan

    yang nyata.15

    Dewey juga menganjurkan guru untuk mendorong peserta

    didik terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan

    membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual sosial.

    Pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat

    daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat

    dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang

    menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdaya

    guna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan bawaan

    peserta didik untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna

    14

    Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa) (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001), h. 15 24.

    15 Ibid. hal 16

  • 13

    secara jelas menghubungkan PBI kontemporer dengan filosofi pendidikan

    dan pedagogi Dewey.

    2. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme

    Jean Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki rasa ingin

    tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di

    sekitarnya.16

    Rasa ingin tahu ini, memotivasi mereka secara aktif untuk

    membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang

    mereka hayati.

    Pada semua tahap perkembangan, setiap anak perlu memahami

    lingkungan mereka. Tugas pendidikan yang berkaitan dengan hal itu

    adalah memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori

    yang menjelaskan lingkungan itu. Peserta didik dalam segala usia secara

    aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun

    pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-

    menerus tumbuh dan berubah pada saat peserta didik mendapat

    pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi

    pengetahuan awal mereka.

    Lev Vygotsky juga mengemukakan pendapat yang sama dengan

    Piaget yaitu perkembangan intelektual terjadi pada saat individu

    berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang ketika mereka

    berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh

    pengalaman ini.17

    Peserta didik mempunyai dua tingkat perkembangan,

    yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.

    Konsep ini disebut dengan zone of proximal development. Tingkat

    perkembangan aktual didefinisikan sebagai penggunaan fungsi

    intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk belajar sesuatu yang

    khusus atas kemampuannya sendiri. Sedangkan tingkat perkembangan

    potensial didefinisikan sebagai tingkat ketika seorang individu dapat

    memfungsikan atau mencapai tingkat itu dengan bantuan orang lain,

    16 Ibid . hal 17 17 Ibid. hal 18

  • 14

    seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang kemampuannya lebih

    tinggi.18

    3. Bruner dan Pembelajaran Penemuannya

    Jerome Bruner mengajukan sebuah model pembelajaran yang

    menekankan pentingnya membantu peserta didik memahami struktur

    atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu.19

    Hal ini akan menuntut peserta

    didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

    berdasarkan masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner, yaitu

    scaffolding. Bruner memberikan scaffolding sebagai suatu proses ketika

    seorang peserta didik dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui

    kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang

    guru atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.20

    a. Pengertian Model Problem Based-Learning

    Banyak pakar pendidikan mendefinisikan Problem Based-Learning

    diantaranya yaitu menurut Duch, Problem Based-Learning adalah metode

    pendidikan yang mendorong peserta didik mengenal cara belajar dan

    bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-

    masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan

    keingintahuan peserta didik sebelum mulai mempelajari suatu subjek.

    Model problem based learning memfokuskan pada peserta didik dengan

    mengarahkan peserta didik menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat

    langsung secara aktif. Dalam pembelajaran kelompok model ini dapat

    membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir

    peserta didik dalam mencari pemecahan masalah.21

    Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan

    pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang

    otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri

    mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

    18 Ibid. hal 19 19 Ibid. hal 20 20 Ibid hal 22 21Yatim Riyanto. Op.Cit, hal. 288

  • 15

    mengembangkan kemandirian dan percaya diri.22

    Menurut I Wayan bahwa

    Problem Based-Learning adalah suatu model pembelajaran yang

    melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-

    tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari

    pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

    memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.23

    Menurut Arends salah satu model pembelajaran yang dapat

    membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model

    Problem Based-Learning. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran

    peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat

    menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan

    yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan

    keterpecayaan dirinya.24

    Menurut Hamzah problem based-learning merupakan salah satu

    metode pembelajaran dimana Authentic Assesment dapat diterapkan

    secara komprehensif.25

    Problem based-learning merupakan metode

    instruksional yang menantang peserta didik agar mau belajar bekerja sama

    dalam kelompok untuk mencari solusi untuk masalah yang nyata. Masalah

    ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan

    analisis peserta didik atas materi pelajaran. 26

    Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat

    disimpulkan bahwa model problem based learning memfokuskan peserta

    didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendorong peserta

    didik agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan-permasalahan

    22 Trianto, Op.Cit ,hal. 68 23 I Wayan Dasna, Op.Cit

    24Nurhayati Abas, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based-

    Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 051, Th. Ke-10, November 2004, hal. 833

    25 Mrih Kuwato, Peningkatan Pembelajaran Antropologi Melalui Problem Based-Learning pada Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajarn 2006/2007, dalam Jurnal yang berjudul WIDYATAMA Vol.3, No.4 Desember 2006, hal.45-60.

    26M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based-Learning, (Jakarta:

    Kencana,2009). h.21

  • 16

    yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya yang ada

    kaitannya antara materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian

    peserta didik. Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang

    membantu peserta didik untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan

    penerapan model problem based-learning tersebut.

    b. Manfaat Model Problem Based-Learning (PBL)

    Problem based-learning tidak dirancang untuk membantu guru

    memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.

    Problem based-learning dikembangkan untuk membantu peserta didik

    mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan

    keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui

    keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi

    pembelajaran yang otonom dan mandiri. Menurut Sudjana manfaat khusus

    yang diperolah dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.

    Tugas guru adalah membantu para peserta didik merumuskan tugas-tugas,

    dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak

    dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.27

    c. Karakteristik Model Problem Based-Learning

    Problem based-learning memiliki karakteristik-karakteristik

    sebagai berikut :28

    1) Belajar dimulai dengan suatu masalah.

    2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia

    nyata peserta didik.

    3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar

    disiplin ilmu.

    4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam

    27Anwar Holil, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dari http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah.html

    28 I Wayan Sadia, Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Cycle Learning Dalam Pembelajaran Fisika, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Jakarta, No.1 Th.XXXX Januari 2007, h. 3

  • 17

    membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

    sendiri.

    5) Menggunakan kelompok kecil.

    6) Menuntut peserta didik untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka

    pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

    d. Outcome dari Model Problem based-learning

    Ada tiga hasil belajar (outcome) yang diperoleh dari pembelajar

    yang diajar dengan menggunakan model Problem based-learning yaitu:29

    1) Inquiry dan keterampilan melakukan pemecahan masalah.

    2) Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors).

    3) Keterampilan belajar mandiri (skill for independent learning.)

    e. Implementasi Model Problem based-learning dalam Pembelajaran

    Secara umum penerapan model ini di mulai dengan adanya

    masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh peserta

    didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau mungkin juga

    diberikan oleh pengajar. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di

    sekitar masalah tersebut, dengan arti lain peserta didik belajar teori dan

    metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat

    perhatiannya. Pemecahan masalah dalam Problem based-learning harus

    sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta

    didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh

    sebab itu, penggunaan Problem based-learning dapat memberikan

    pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada

    peserta didik. Ada 5 tahap utama dalam Problem based-learning.yang

    dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi

    masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja peserta didik.

    Kelima tahapan tersebut disajikan pada Tabel dibawah ini.

    29I Wayan Dasna Op.Cit. h. 2

  • 18

    Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan model Problem based-learning menurut

    Arends

    Tahap Tingkah Laku Guru

    Tahap 1

    Orientasi peserta didik

    kepada masalah

    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

    menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

    memotivasi peserta didik terlibat pada

    aktivitas pemecahan masalah yang

    dipilihnya.

    Tahap 2

    Mengorganisasi peserta

    didik untuk belajar

    Guru membantu peserta didik

    mendefinisikan dan mengorganisasikan

    tugas belajar yang berhubungan dengan

    masalah tersebut.

    Tahap 3

    Membimbing

    penyelidikan individu

    maupun kelompok

    Guru mendorong peserta didik untuk

    mengumpulkan informasi yang sesuai,

    melaksanakan eksperimen, untuk

    mendapatkan penjelasan dan pemecahan

    masalah.

    Tahap 4

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Guru membantu peserta didik dalam

    merencanakan dan menyiapkan karya yang

    sesuai seperti laporan, video, dan model dan

    membantu mereka untuk berbagi tugas

    dengan temannya.

    Tahap 5

    Menganalisis dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Guru membantu peserta didik untuk

    melakukan evaluasi terhadap penyelidikan

    mereka dan proses yang mereka gunakan.30

    Pada fase pertama hal-hal yang perlu dielaborasi antara lain:

    1. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar

    30 Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Op.Cit, h. 13

  • 19

    informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan

    penting dan menjadi pembelajaran mandiri.

    2. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban

    mutlakbenar dan sebagian bear permasalahan kompleks memiliki

    banyak solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.

    3. Selama fase investigasi pelajar, peserta didik didorong untuk melontarkan

    pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi

    peserta didik harus berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-

    temannya.

    4. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong

    untuk mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka.

    Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan

    keterampilan kolaborasi di antara peserta didik dan membantu mereka untuk

    menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pada tahap ini pula guru

    diharuskan membantu peserta didik merencanakan tugas insvestigatif dan

    pelaporannya.

    Pada fase ketiga, guru membantu peserta didik menentukan metode

    investigasi. Penentuan tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendak

    dicari jawabannya atau dicari solusinya.

    Pada fase keempat, penyelidikan diikuti dengan pembuatan artefak

    dan exhibits. Artefak dapat berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses

    yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan.

    Artefak dapat berupa model-model yang mencakup representasi fisik dari

    situasi masalah atau solusinya. Exhibit adalah pendemonstrasian atas produk

    hasil investigasi atau artefak tersebut.

    Pada fase kelima, tugas guru adalah membantu peserta didik

    menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan

    keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. Lingkungan belajar dan

    sistem pengelolaan pembelajaran berbasis masalah harus ditandai oleh

    keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, dan atmosfer kebebasan

    intelektual. Dalam pengelolaan model problem based learning memerhatikan

  • 20

    hal-hal seperti situasi multitugas yang akan berimplikasi pada jalannya

    penyelesaian masalah, pekerjaan peserta didik, dan gerakan dan perilaku di

    luar kelas.31

    f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem based-learning

    Seiring perkembangan zaman, Problem based-learning mulai

    merambah kedunia pendidikan. Secara perlahan ilmu-ilmu pengetahuan

    umum mulai melakukan penerapan model Problem based-learning, hal ini

    banyak terlihat dari hasil-hasil penelitian dalam dunia pendidikan yang

    menerapkan model Problem based-learning dalam proses pembelajaran di

    sekolah.

    Problem based-learning ini mengkolaborasikan antara pemberian

    materi dan pemecahan masalah. Peserta didik dibagi kedalam beberapa

    kelompok, kemudian mereka diberi perlakuan sesuai dengan tahapan-

    tahapan yang terdapat dalam Problem based-learning. Dalam Problem

    based-learning, peserta didik dituntut bertanggung jawab atas pendidikan

    yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada

    guru. Problem based-learning membentuk peserta didik mandiri yang

    dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan

    mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor

    yang memandu peserta didik menjalani proses pendidikan. Ketika peserta

    didik menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar Problem based-

    learning, peranan tutor dalam proses pembelajaran akan berkurang

    keaktifannya.

    Proses belajar dalam Problem based-learning dibentuk dari

    ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal

    tersebut digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik untuk belajar

    mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga

    nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan

    masalah-masalah yang akan dihadapi. Masalah-masalah yang didesain

    31 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya :

    PUSTAKAPELAJAR 2009), Hal. 74

  • 21

    dalam Problem based-learning memberi tantangan pada peserta didik

    untuk lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu

    menyelesaikan masalah secara efektif.

    Peserta didik dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk

    menyelesaikan dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-

    tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami

    lebih baik permasalahan - permasalahan dan mencari bagaimana cara

    memecahkannya. Langkah selanjutnya, peserta didik mulai mencari

    informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, informasi

    online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui

    cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap

    individu. Setelah mendapatkan informasi, mereka kembali pada masalah

    dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari untuk lebih

    memahami dan menyelesaikannya. Di akhir proses, peserta didik

    melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik yang

    mambangun bagi teman-temannya.

    Dari uraian di atas jelas bahwa Problem based-learning dapat

    mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar mandiri. Maka

    dari itu dapat dikatakan bahwa Problem based-learning sebaiknya

    digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai kelebihan diantaranya :

    (1) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

    pelajaran. (2) menantang kemampuan peserta didik serta memberikan

    kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. (3)

    meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. (4) membantu peserta

    didik mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

    kehidupan nyata. (5) membantu peserta didik untuk mengembangkan

    pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

    merekalakukan. (6) mendorong peserta didik untuk melakukan evaluasi

    sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.(7) memperlihatkan

    kepada peserta didik bahwa mata pelajaran apapun pada dasarnya

    merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta

  • 22

    didik bukan hanya sekedar belajar dari guru dan buku. (8)

    mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan

    mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

    pengetahuan baru. (9) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

    mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.32

    Selain kelebihan, tentunya model Problem based-learning juga

    mempunyai kelemahan. Adapun kelemahanya ialah : (1) untuk peserta

    didik yang malas tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai. (2)

    membutuhkan banyak waktu dan dana. (3) tidak semua mata pelajaran

    dapat diterapkan dengan model ini. 33

    3. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Witerington dalam Ngalim Purwanto bahwa belajar

    adalah sesuatu perubahan yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

    dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian

    atau suatu pengertian.34

    Belajar adalah proses perubahan dari belum

    mampu menjadi sudah mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

    Perubahan yang terjadi harus secara relative yang bersifat menetap

    (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak,

    tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu,

    perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.35

    Belajar adalah suatu

    proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

    ditampakkan dalam bentuk peningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah

    laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

    32 Wina Sanjaya, Op.Cit, h.220 33 http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah/

    34 M.Ngalim Prwanto,Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000),

    hal.84 35 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

    Brothers, 2006), hal.76

  • 23

    pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.36

    Sedangkan hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai,

    pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.37

    Menurut

    Bloom, hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

    psikomotorik.38

    Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan

    bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil

    pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana

    tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,melainkan

    komprehensif.39

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

    dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah hasil penilaian setelah peserta

    didik melakukan pembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah

    seperti yang telah diuraikan di Bab I, maka hasil belajar yang dimaksud

    pada penelitian ini hanya terbatas pada hasil penilaian kognitif.

    Faktor-faktor yang dapat memyebabkan timbulnya kesulitan-

    kesulitan dalam belajar di sekolah itu banyak dan beragam. Penyebab

    kesulitan belajar tersebut dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar

    yaitu faktor yang berasal dari diri individu peserta didik yang belajar dan

    faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Faktor internal yang ada

    pada diri peserta didik adalah faktor kemampuan intelektual seperti

    perasaan, minat , motivasi, kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar,

    kemampuan menginggat, dan kemmapuan alat inderanya dalam melihat

    dan mendengar. Sedangkan faktor eksternal yang ada di luar diri peserta

    didik adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi belajar mengajar seperti

    guru, kualitas proses belajar mengajar serta lingkungan seperti teman

    sekelas, keluarga dan sebagainya.40

    36 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembanggunan Swadaya

    Nusantara: 2008), hal. 1 37 Agus Suprijono, Op.Cit. hal. 5 38 Agus Suprijono, Op.Cit. hal. 6 39 Agus Suprijono, Op.Cit. hal.7 40 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hal. 89

  • 24

    Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

    dalam belajar dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan

    faktor eksternal. Dalam faktor internal yang mempengaruhi adalah faktor

    biologis (jasmaniah) dan faktor psikologis (rohaniah), sedangkan untuk

    faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi faktor lingkungan keluarga,

    faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor

    waktu.41

    Dari pendapat di atas, diketahui bahwa strategi merupakan salah

    salah satu faktor yang menentukan dalam pembelajaran fisika.

    Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila diimbangi dengan

    strategi belajar yang tepat, dalam hal ini pemilihan metode dan

    penggunaan model pembelajaran yang tepat sebagai alat hasil belajar

    peserta didik. Pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif

    dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat bekerja sama dan saling

    membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    b. Hubungan Pembelajaran Problem Based Learning dengan Hasil

    Belajar.

    Pengajaran dengan penerapan model problem based learning

    dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-

    banyaknya kepada peserta didik. Model problem based learning

    dikembangkan terutama untuk membantu peserta didik dalam

    mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan

    keterampilan intelektual, serta belajar tentang berbagai peran orang

    dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi

    dan menjadi pembelajaran yang otonom serta mandiri.

    Maka dari itu, untuk mencapai itu semua diperlukan suatu

    kesungguhan dari semua pihak dalam pelaksanaan penerapan model

    problem based learning. Dengan kesungguhan dan dukungan dari semua

    pihak, maka tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil yang optimal

    dalam hal ini ialah hasil belajar peserta didik. Dengan adanya model

    41 Thursan Hakim, Op.Cit. hal. 11

  • 25

    problem based learning, peserta didik lebih ditempatkan sebagai subjek

    yang berperan dalam proses pembelajaran.

    Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aeni dalam

    skripsi yang berjudul: Pendekatan Konstruktivisme dengan Model

    Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman

    Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Menyimpulkan bahwa penerapan model

    problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan

    peserta didik dalam proses pembelajaran dan kemampuan peserta didik

    dalam memecahkan masalah.

    Penelitian yang telah dilaakukan Suherman dalam skripsi yang

    berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika melalui Penerapan

    Model Pembelajaran Problem Based Learning. Dari penelitian yang

    telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan

    menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat

    meningkatkan hasil belajar peserta didik.

    Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, model problem

    based learning secara umum dapat meningkatkan hasil belajar peserta

    didik. Peningkatkan ini tidak hanya berupa Peningkatan kognitifnya saja,

    melainkan peningkatkan pada ranah afektif dan psikomotornya juga.

    Karena model problem based learning fokus perhatian pembelajaran tidak

    hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas

    penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis dan

    pensil. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model problem

    based learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan peserta didik

    yang merupakan hasil penyelidikan mereka.

    4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika

    yang bernama kurt lewin pada tahun 1946. Inti gagasan lewin inilah yang

    selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis,

  • 26

    Robin Mc.Taggart, John Elliot, Dave Ebbut dan masih banyak lagi yang

    lainnya. Di Indonesia sendiri PTK baru diperkenalkan pada akhir dekade

    80-an.42

    Penelitian Tindakan Kelas atau disingkat dengan PTK dalam

    bahasa Inggris dikenal dengan nama class action research (CAR)

    merupakan penelitian tindakan pada level kelas. Penelitian Tindakan Kelas

    dibentuk oleh tiga kata, yaitu penelitian; tindakan; dan kelas. Penelitian

    adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi

    tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk

    meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

    peneliti. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

    dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian

    siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok pserta didik yang dalam waktu

    yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Berdasarkan

    uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu

    pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang

    sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

    Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

    dilakukan oleh peserta didik.43

    Hopkins menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

    salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis, sebab penelitian

    ini menyangkut kegiatan yang dipraktikkan oleh guru sehari-hari. Menurut

    Suhadjono, Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang

    dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

    kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang

    terjadi di kelas, bukan pada input kelas ataupun out put. 44

    Dengan demikian, PTK dapat diartikan sebagai jenis penelitian

    tindakan yang dilakukan oleh guru di kelasnya tempat ia mengajar. Tujuan

    42 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),

    h. 3

    43 Ibid. hal. 3 44 Ibid hal. 58

  • 27

    PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran,

    keterampilan guru mengajar, profesionalosme guru, serta untuk

    menumbuhkan budaya meneliti ilmiah di kalangan pengajar.

    PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan

    profesionalismenya dengan lima alasan, yaitu:

    1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap

    terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

    2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.

    3) PTK dapat membuat guru mampu memperbaiki proses pembelajaran

    melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

    4) PTK dalam pelaksanaannya tidak membuat guru meninggalkan

    kelasnya sehingga kegiatan pembelajaran tidak terganggu.

    5) PTK dapat membuat guru menjadi kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

    b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

    Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas

    umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:45

    1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil

    pembelajaran.

    2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para guru dan dosen agar

    lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran.

    3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen

    dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah

    pembelajaran.

    4) Meningkatkan kolaborasi antar dosen dan guru dalam memecahkan

    masalah pembelajaran.

    c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

    Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik sebagai berikut:

    46

    45 Sukarno, Penelitian Tindakan Kelas Prinsip-Prinsip Dasar, Konsep dan

    Implementasinya, (Surakarta: Media Perkasa, 2009), h. 7 46 Ibid. h. 7

  • 28

    1) Permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang

    benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi.

    2) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Artinya guru tidak

    harus sendirian berupaya memperbaiki praktik pembelajarannya.

    3) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan

    tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

    d. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

    Hopkins menyebutkan ada enam prinsip dasar yang melandasi

    penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu: 47

    1) Tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan

    pembelajaran yang baik dan berkualitas.

    2) Kegiatan meneliti dalam PTK merupakan bagian integral dari

    pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode

    pengumpulan data.

    3) Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus

    diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

    4) Masalah yang ditanggani adalah masalah-masalah pembelajaran yang

    rill dan merisaukan pertanggungjawaban profesional dan komitmen

    terhadap mutu pembelajaran.

    5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

    meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

    Model PTK sudah banyak dikembangkan oleh para ahli, dalam

    penelitian ini model PTK yang digunakan adalah model PTK yang

    dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTanggart. Model

    yang dikembangkan oleh Kemmis dan MCTanggart pada dasarnya

    merupakan pengembangan dari model PTK Kurt Lewin, seorang ahli

    pendidikan yang pertama kali mengenalkan PTK. Model PTK Kemmis

    dan MC Tanggart terdiri dari empat komponen dasar, yaitu:

    47 Ibid. h. 10

  • 29

    Bagan Penelitian Tindakan Kelas

    Gambar 2.1 : Model PTK Kemmis dan Tanggart (Suharsimi hal. 16)

    1) Menyusun rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan

    tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana

    tindakan tersebut dilaksanakan.

    2) Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan

    didalam kancah, mengenakan tindakan dikelas.

    3) Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.

    4) Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali

    apa yang sudah terjadi.

    5. Konsep Optik Geometri

    Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang

    elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan

    kecepatan 3 x 108 m/s. cahaya memiliki beberapa sifat, yaitu : Dapat

    mengalami pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), pelenturan (difraksi),

    dapat dijumlahkan (interferensi), dapat diuraikan (dispersi), dapat diserap

    arah getarnya (polarisasi) dan bersifat sebagai gelombang dan partikel.

    Perencanaan

    Tindakan

    Observasi

    Refleksi

    SIKLUS I

    Perencanaan

    Tindakan

    Observasi

    Refleksi

    SIKLUS II

  • 30

    Cahaya dapat mengalami pemantulan. Pemantulan cahaya ada 2 jenis,

    yaitu :

    1. Pemantulan Difuse ( pemantulan baur) yaitu : pemantulan cahaya

    kesegala arah.

    Gambar 2.2 Pemantulan Difuse

    2. Pemantulan teratur yaitu pemantulan cahaya yang mempunyai arah

    teratur.

    Gambar 2.3 Pemantulan Teratur

    Sifat-sifat pemantulan berkas cahaya dapat diselidiki oleh Willebord

    Snellius(1581-1626). Dari hasil penyelidikannya dapat dihasilkan suatu

    hukum yang disebut Hukum Pemantulan snellius, yang berbunyi :

    1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar

    ketiganya berpotongan pada satu titik.

    2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (p).

    Gambar 2.4 Hukum Pemantulan Snellius

    a. Cermin

    Pemantulan cahaya oleh cermin berlangsung secara teratur

    sehingga menghasilkan pantulan yang jelas. Hukum pemantulan:

    i p

  • 31

    1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang

    datar ketiganya berpotongan pada satu titik.

    2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (p).

    Pembentukan bayangan pada cermin datar:

    Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan Cermin Datar

    Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin datar sesuai dengan

    gambar diatas adalah: sifat kesebangunan OAB dengan OAB diperoleh :

    1. AB = AB atau h = h

    2. OA = OA atau s=s

    3. Bayangannya bersifat maya dan tegak

    4. Pembesaran bayangan (M) = 1

    Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya lengkung.

    Ada dua jenis ce