jurusan hukum ekonomi islam (muamalah)...
TRANSCRIPT
1
STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG MODEL SPIRITUAL MARKETING DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah
Disusun oleh : Herry Aslam Wahid
NIM: 042311171
JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM (MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2011
i
ii
iii
iv
MOTTO
M آEFG <I@> JK ا=CD7 أن ;@5=5ا <> => ;:578ن 2
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan”
iv
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan berbangga hati, perjuangan,
pengorbanan, niat, dan usaha keras yang kadang sering dibalut dengan
keringat dan air mata telah turut memberikan warna dalam proses
penyusunan skripsi ini, maka dengan bangga kupersembahkan karya skripsi
ini terkhusus untuk orang-orang yang selalu tetap berada di dalam kasih
sayang-Nya. Kupersembahkan khusus orang-orang yang selalu setia berada
dalam ruang dan waktu kehidupanku, special thanks to :
(Bapak [Abdul Wahid] –Ibunda [Sri Usmini])
M Mba’ Ika Herlin Widyastuti 2
M Mba’ Lia 2
M Si Kecil Fathira “rara” Amalia Santosa 2
M Ahmad Dhani & Republik Cinta Artis Manajemen 2
MBALADEWA Komunitas Restoe Boemi di Seluruh Dunia 2
v
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan
tanggung jawab, penulis
menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang ditulis
oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini berisi
pemikiran-pemikiran orang lain,
kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
DEKLARATOR
HERRY ASLAM WAHID
N I M : 0 4 2 3 1 1 1 7 1
vii
ABSTRAK Spiritual marketing merupakan konsep marketing yang tergolong baru dan
menjadi solusi alternatif dalam praktek bisnis di tengah persaingan usaha yang mulai meninggalkan nilai dari praktek bisnis yang sesungguhnya. Spiritual marketing yang bertumpu pada Al-Quran dan Hadits serta pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW masih sangat relevan jika dijelaskan dan dipraktekkan secara detail kepada para pelaku bisnis. Ketidakjelasan dan minimnya pemahaman para pelaku bisnis tentang nilai bisnis yang sesungguhnya sehingga tidak jarang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan bisnis yang maksimal menyebabkan para praktisi bisnis idealis melakukan ijtihad dalam menjawab permasalahan yang timbul. Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor Bank Syariah pertama di Indonesia dengan slogan ”pertama murni syariah” mencoba menerapkan konsep spiritual marketing dalam proses operasional kesehariannya, dengan demikian bukan hanya produk-produknya melainkan juga proses menjalankan bisnis jasa keuangannya yang juga harus mengedepankan etika binis Islami. Bagaimana dengan pemikiran Muhammad Syakir Sula terkait konsep spiritual marketing? Bagaimana kerangka metodologis yang digunakan oleh Muhammad Syakir Sula? Dan bagaimana aplikasi pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual markering dalam Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang?
Muhammad Syakir Sula menawarkan konsep dan pemahaman yang berbeda dari pendapat kebanyakan praktisi bisnis tentang definisi dari marketing yang kemudian disebut dengan spiritual marketing. Spiritual marketing dipahami Muhammad Syakir Sula adalah bukan berarti seseorang melakukan bisnis yang hanya berhubungan dengan ritual ibadah, melainkan spiritual marketing yang dimaksudkan adalah mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para pesaing kita. Bahkan juga ditegaskan bahwa kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing. Skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) dan lapangan (Field Research) untuk menggambarkan pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing. Penulis juga melakukan penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Semarang sehingga mengetahui bagaimana penerapan konsep spiritual marketing dalam perjalanan operasional Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan penyusun, ditemukan bahwa terdapat persamaan dalam konsep dan praktek spiritual marketing antara pemikiran Muhammad Syakir Sula dengan praktek operasional Bank Mualamat Indonesia Cabang Semarang, baik itu mengenai pemahaman mengenai spiritual marketing, praktek etika bisnis syariah, dan pengelolaan bisnis dengan mengedepankan aspek keadilan. Metode yang digunakan Muhammad Syakir Sula dalam merumuskan konsep Spiritual Marketing adalah dengan Riset Partisipatori, yaitu riset dimana beliau berada dalam sistem yang sedang diamati. Beliau menceritakan apa yang dilihat, lakukan dengan teman-teman sesama marketer dan businessman. Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing bisa untuk diaplikasikan pada industri keuangan bank atau non bank syariah ataupun bank konvensional, industri bisnis dll. Di samping itu, penerapan konsep spiritual marketing diberbagai industri binis memiliki peluang yang besar mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang telah mengalami kejenuhan dengan praktek-
vii
viii
praktek bisnis yang sudah jauh dari nilai bisnis yang sesungguhnya, kejujuran, transparansi dan keadilan.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala karunia,
taufiq, hidayah dan nikmat Nya bagi kita semua khususnya bagi penyusun, hingga
detik ini kita masih diberikan kenikmatan berupa kesehatan dan akal sehat
sehingga penyusun dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD
SYAKIR SULA TENTANG MODEL SPIRITUAL MARKETING DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus
Implementasi Konsep Spiritual Marketing Di Bank Muamalat Indonesia
Cabang Semarang)” ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak sekali
bimbingan, arahan, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Para Rektor IAIN Walisongo Semarang selama penyusun menimba
ilmu di IAIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A,
dengan gaya khas beliau yang “ndesani” membuat inspirasi penyusun
untuk senantiasa bersikap lugas, tegas, cerdas dan ramah. Prof. Dr. H.
Muhibbin, MA, meski hanya sempat menikmati kepemimpinan beliau
yang singkat, namun beliau sedikit banyak telah berjasa utamanya
sewaktu penyusun masih aktif menjadi aktifis mahasiswa.
2. Bapak Muhammad Syakir Sula yang telah rela meluangkan waktu
ditengah kepadatan aktifitas kesehariannya untuk menjawab beberapa
pertanyaan dari penyusun.
3. Dekan Fakultas Syariah yang sangat saya kagumi, Bpk. Dr. Imam
Yahya, M.Ag “sudah saatnya yang muda yang berbicara”. Terimakasih
atas nasehat dan motofasinya ramadhan kemarin.
4. Ketua Jurusan Muamalah yang sekarang menjadi Pembantu Dekan I
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Bpk. Drs. H. Abdul
Ghofur, M.Ag, terimakasih atas saran, nasehat dan motifasinya, maaf
ix
x
pak…sudah sering merepoti dan sudah bersedia menjadi tempat keluh
kesah penyusun.
5. Bapak Ketua, Sekretaris dan Staf Jurusan Muamalah Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang, Bpk. Moh. Arifin, M.Hum, Afif Noor dan
Pak Arfan dengan penuh perhatian yang selalu mendorong penyusun
untuk secepatnya menyelesaikan studi.
6. Terkhusus untuk dosen pembimbing skripsi penyusun, Bapak Drs.
Sahidin, M.Si dan Drs. H. Wahab Zainuri, M.M, terimakasih atas
waktu dan masukannya, tanpa sentuhan anda semua, mungkin
penyusun tidak bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Pak
Sahidin terimakasih atas kesabarannya, Pak Wahab, saya berhutang
budi banyak sama bapak…bapak luar biasa.
7. Pengelola Perpustakaan Fakultas dan Institut yang telah memberikan
ijin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini. Meski mulai semester IV penyusun kehilangan kartu perpus
namun keberadaannya sangatlah penting.
8. Perpustakaan Program Pascasarjana (S2) IAIN Walisongo yang
mengijinkan penulis untuk Ngerepoti membuka-buka Tesis yang
judulnya ada kaitannya dengan judul Skripsi ini. Khusus untuk Bu
Noor Rosyidah dan Djunaidi Abdullah yang Tesisnya cukup
membantu untuk bahan telah pustaka.
9. Para Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Walisongo
khususnya Dosen Jurusan Muamalah [Pak Khoirin, P. Shoim, Bu
Mujibatun, Bu Antin, Bu Muyas, Bu Ari Kristin, Bu Indah, Pak Hasan,
Pak Rustam, Pak Saekhu, Pak Johan Arifin “makasih udah minjemi
saya buku pak…”, Pak Suwanto. Staf Fakultas Syariah [Mas Yono, Bu
Shoim,] yang telah membekali berbagai pengetahuan administrasi
kepada penyusun.
10. Bapak dan Ibu yang senantiasa tiada henti-hentinya mendoakan dan
memperjuangkan anak putra tunggal dan ragil untuk menjadi anak
yang berbakti dan berguna pada nusa, bangsa dan agama. Doa restu
dan ridhomu adalah spirit hidupku. Kakak-kakak ku dan keluarga
besar Bani Choiriyah, Mba’ Ika Herlin atas segala bantuan, fasilitas
x
xi
dan perjuangannya untukku [ade’ gak akan melupakan jasa-jasa mu.
Mba’ Lia dan keponakan pertama ku yang paling imut dan cerdas. Si
kecil Fathira “Rara” Amalia Santosa yang selalu menghibur dan
memberi inspirasi penulis disaat mengalami penat yang sangat luar
biasa.
11. Segenap jajaran direksi Bank Indonesia Semarang, Bpk. Dr. H. Zaeni
Aboe Amin (mantan kepala BI Semarang), Pak Slamet Sulistyono
“Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada penyusun”, Pak
Bambang, Mas Catur (iBi), Pak Samhudi dan Bu Novita Wulandari,
karena anda semua, penyusun semakin yakin untuk mengejar mimpi
ini.
12. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso Pati, KH.
Muhammad Rohmad Noor, Gus Totok, Gus Aris, Kang Ali, Kang
Salim, Kang Kus, Mbah Di, Toyib, Zuliana dkk semua alumni Jin-Jat
2004.
13. Alumni MA Salafiyah Kajen Pati (Jin-Jat 04), Agus Salim, Gus Rijal,
neng Lala dkk semua, kalian memang sahabat yang luar biasa.
14. Segenap Pengurus Wilayah PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis dan
Usaha Kecil) Jawa Tengah. Pak Budi, Pak Isroi, Pak Widi, Pak
Hunaifi, Pak Tegar, Pak Rusdinono, Pak Rudi Rusmanto, Pak Taufiq,
Pak Sabilal. Terimakasih atas kesempatan dan kepercayaannya.
15. Khusus kepada bapak Mustafa Edwin Nasution (Ketua Umum DPP
Ikatan Ahli Ekonomi Islam) dan Agustianto (Sekjend DPP IAEI).
Bersyukur bisa menjalin tali silaturrahmi dengan Bapak.
16. Ketua IMA [Indonesian Marketing Association] JATENG Pak Bayu
Krishna, Vinchen, Mba Annisa dan Crew SWA Consult Manajemen.
Serta Goup Gambang Katresnan Laskar LQ (Listening Quotient)
Semarang, Terimakasih banyak atas waktu, pikiran dan tenaganya
untuk berdiskusi tentang marketing dan motivasi spiritualitas nya.
Bapak memang Luar Biasa…
17. Kepala Desa dan segenap warga Desa Cepokomulyo Bapak Ahmad
Syaifuddin Zuhri, S.TH.i beserta keluarga [Umi, Rizal, Wawa, Pipis],
xi
xii
terimakasih atas sambutan yang sangat luar biasa karena banyak
merepotkan waktu penyusun KKN.
18. Alumni TIM KKN Tematik PBA IAIN Walisongo Semarang
Angkatan ke 51 Posko 29 Desa Cepokomulyo Kecamatan Gemuh
Kabupaten Kendal. Neng Zulfa (Selamat menempuh hidup baru), Bu
Nenek, Warto, Dian, Nafi’ Ndut, Atik, Usna (gantian besok aku yang
ke USA ya us...), Titik, dan Hartono. Terimakasih atas saran, kritik dan
motivasinya.
19. Sahabat-sahabat di Intra kampus, Pengurus BEMJ Muamalah-
Ekonomi Islam Periode 2007, Maskur, Rifa, Atik, Mei, Hasan, Icha EI
A&B, Novi, Nafis, Agus, dan Adi. Icha, Aril, (BEMJ D3 PBS).
20. Wadyabala JUSTISIA dari semua angkatan yang jelas banyak
membantu penulis, waktu untuk berdiskusi, kesempatan menulis,
peminjaman buku, canda dan tawa kalian sebagai penyemangat hidup
dikala penulis terpuruk karena konflik internal. Crew 2007 (Ainung,
Malikah Soli, Rifa, Ifa,). Crew 2006 (Nikmah, Fian, Obed, Munif
Bam, Yayan), Crew 2005 (Hamdani, Ela, Lina, Rouf), Crew 2004
(Emnas, Yoni, Hendi, Djo2, Kopling, Ovi, Ana, Una, Rofi) Crew
Senior “eLSA Semarang” (Mz Wi2t, Umam [bentar lagi aku nyusul ke
Australi mas…], Teddy, Iman, Mba Uun, Mba Fauzun, Mas Arif, Mas
Ikrom, Mas Najib, Mas Suji, Mba Ika NF, dll) terimakasih semua udah
turut membentuk karakter dan mengkadar saya.
21. Pengurus FoSSEI Komisariat Semarang dan Koord. Regional Jawa
Tengah KSEI UNDIP (Imam Ali M, Abra, Dimas, Ismail, Yoga,
Andrian dkk), KSEI STAIN Surakarta (Imam Ali S, Rahmad Daryono
Kun), KSEI STAIN Salatiga (Ismail), KSEI UNNES (Jamal,
Romadona, Dliyaul Haq dkk), KSEI UNISSULA (Eko), KSEI STIE
BPD JATENG (Yudistira, Jannah, Nur Hasanah) KSEI UMS
Surakarta (Nanung, William dan Heri), KSEI UNSOED Surakarta
(Andri, Dliyaul Haq, Muharam dan Pak Eko), KSEI UMP Purwakarta
(Andi), KSEI STAIN Pekalongan (Amir Mahmud).
22. Temen-temen ISMEI Koord. Wilayah VI JATENG-DIY, Fikri,
Himawan, Hastomo [BEM FE UNISSULA], Kang Maman, Yuli
xii
xiii
[BEM FE STIE BPD JATENG], Yulius [BEM FE UDINUS], Malik
[BEM FE USM], Mba Ari, Geisha, Ruli [BEM FE UNIMUS], Dani
[BEM FE UNNES], Yopi [BEM FE UPS Tegal], Brasto, Dian [BEM
FE STIE SBI Jogja], Irfana [BEMJ Muamalah UIN Jogja], Hilal,
Ridwan [UII Jogja], Syamsul, Ana [UIN Bandung].
23. Ade-ade ku di Forum Studi Hukum Ekonomi Islam (ForSHEI), Hasan,
Munif, Uswatun, Elly, Udin, Puje, Robe, Anik Demak, Nata, Tiyas,
NH, Nazil, Ulil, Fathur, Baiti, Amik, Ubet, Munif, Endang, Ulin Naim,
Salamah, Maria Ulfa, Shodiq, Irham, Mujab, Khudhori, Khafid, Bu
Nyai Cilik Asiroh, Sofa, omen, Fitri, Iqbal, Riri, Aam, Sumi, Tika dll.
Teruslah semangat untuk berjuang dakwah Ekonomi Syariah, saya
terus mendukung kalian, ForSHEI LUAR BIASA..!!!
24. UKMI KSMW (Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Studi
Mahasiswa Walisongo) yang dalam waktu + 6,5 tahun setia untuk di
“tiduri” menemani penulis dalam suka dan duka. Tempat bersejarah
dan menjadi saksi bisu dalam perjalanan kesuksesan kehidupan penulis
kelak. Mantan Assisten pribadiku “Anas Naruto”, Anam, Gendut
Umam, Ali Rambo, Rohwan, Tajudin dan Silahuddin, Kemin. Juga An
Niswa, ada Jannah, Muyas dan de’ Ika.
25. Semua pihak insan akademisi dan praktisi perbankan Syariah dan
Ekonomi Islam di Indonesia khususnya Semarang. Dari ASBISINDO
Semarang Pak Adjat, Pak Imam Samekto [Bank BNI Syariah], Pak
Donny, Bu Ira yang cukup banyak membantu penyusun, Mba Dewi
[Bank Muamalat Cabang Semarang], Pak Ian [Bank Syariah Mandiri],
Pak Titis [Asuransi Syariah Bumiputera], Pak Zulfa (pimpinan BII
Syariah), Pak Zainal dan Pak Haris (Pimpinan BPD Jateng Syariah),
Pak Indro Setiadji (BTN Syariah), Pak Mujahid (BPRS PNM Binama),
Pak Kamto (BPRS Artha Surya Barokah), Pak Anang (BPRS Suriyah)
dan Pak Ari (BPRS Mitra Harmoni).
26. Pengurus MES Kota Semarang, Pak Nyata Nugraha [Ketua Umum
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Semarang], Mas Asyrof [Rumah
Zakat Semarang], Bu Hasanah [POLINES], Mas Mirza [Pengusaha
Komputer], Prof. Rofiq (MUI), Pah Hafidh (Notaris), Pak Adi
xiii
xiv
(POLINES), Pak Agung (UNNES), Mas Slamet, Mas Dwi, Mas Iwan,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berproses
bersama dalam rangka Memasyarakatkan Ekonomi Syariah dan
Mensyariahkan Ekonomi Masyarakat.
27. Pak Fanny (Pusat Informasi Pasar Modal Semarang), terimakasih atas
kesempatan waktu yang diberikan untuk diskusi seputar pasar modal
syariah. Pak Irwan (Bursa Efek Indonesia), bapak luar biasa. Pak
Touriq dan Pak Bima (BAPEPAM-LK).
28. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Rayon Syariah dan Komisariat Walisongo Semarang periode 2004-
2008. Shodiq, (Ke.Ra 2007), Yayan & segenap pengurus (Ke.Ra
2008), Nedi (Pak Komis 2006). Tetap semangat, Revolusi belum Usai,
Tangan Terkepal dan Maju Ke Muka..!!!
29. Teman-teman Class, (Iid, Aan, Istiqomah, Lily, Habibi, V-3, Umari,
H5, Hawin, Ervin, Irsyad, Choliq), kapan kita ke Jepara lagi choi…
30. Teman-teman Reason Institute (RI), Qosim (Kapan Wisuda sim…),
Ely, Hariroh, Nurul, Viroh, Afifah, Rofi, Gozy, Anas. Jaga persatuan
dan kesatuan, jaga tali silaturrahmi di antara kita meski udah lulus,
tetap jalin komunikasi. Jangan pernah sakit hati. I LOVE U All.
31. Temen-temen UKM Musik, Emen, iin, adi, arif, Ali Kabel dkk,
terimakasih udah dikasih kesempatan untuk belajar Drum.
32. Temen-temen Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Walisongo Semarang
2008 Handik, Ma’as, Ahwan, Toni, Setiawan, Bobo, Dian, Rina,
Dayat, sory choi…aku gak bisa maksimal di DEMA.
33. BALADEWA KRB (Komunitas Restoe Boemi) Jateng, Hendra, Sufan,
Anto, Ridho, Dimas, Edo, Mba Tita, Ovi Pao, Hikmah. Mas Kiki
(KRB Pusat), kalian lah inspirator terhebat yang pernah ada di
Indonesia dan bahkan di muka bumi ini. Salam satu hati, The Legend
Of DEWA 19.
34. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala
bantuan baik moral maupun material dalam upaya penyelesaian
penyusunan skripsi ini.
xiv
xv
35. Para Rival yang turut membenci dan hendak menyingkirkan penyusun
dari peredaran, tanpa kalian, aku tidak bisa sedewasa ini dalam
menghadapi masalah, terimakasih telah memusuhiku.
36. Terkhusus to adindaku Aniqotus Sa’adah, tidak usah cerewet,
terimakasih atas kesabarannya, ahirnya kita wisuda bareng.
Besar harapan, tulisan, ide, gagasan dan apa yang telah penyusun
dokumentasikan dalam bentuk karya tulis ini dapat bermanfaat menjadi salah satu
warna dalam hasanah ilmu dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca untuk menuju proses
kesempurnaan. Tulisan ini hanyalah sebagai sebuah karya sederhana yang
pastinya akan sangat berharga pada kesempatan mendatang.
Semarang, 30 Juni 2011
Penyusun
Herry Aslam Wahid
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......………………....………………………………. .... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........……………………………..……..... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ... iii HALAMAN MOTTO …...………………………………………………..….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..…. v HALAMAN DEKLARASI ….……………………………………………..... vi HALAMAN ABSTRAK ….…………………………………………...…....... vii KATA PENGANTAR …………….……………………………………......... viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………......... xiv BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….…... 1
A. Latar Belakang Masalah ……………..…………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………….………….…………….. 8
C. Tujuan Penelitian …………………….………………………...… 8
D. Telaah Pustaka …………………….……………………………… 9
E. Metode Penelitian ………………………………………………… 12
F. Sistematika Penulisan ………………………………………......... 15
BAB II KERANGKA TEORITIK SPIRITUAL MARKETING …...……. 17 A. Definisi Spiritual Marketing ………………………….................... 17
B. Dasar Hukum Spiritual Marketing ……………………………….. 23
C. Sistem Kerja Spiritual Marketing ………………………………… 33
D. Spiritual Marketing dalam Prespektif Etika Bisnis Syariah ……... 41
E. Spiritual Marketing dalam Prespektif Keadilan Ekonomi Syariah... 48
F. Syariah Marketing ………………………………………………... 53
BAB III PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING …………………….............................. 63
A. Biografi dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula ………………. 63
1. Biografi Muhammad Syakir Sula …………………..................... 63
2. Karya-karya Muhammad Syakir Sula …………………………... 70
xvi
xvii
3. Kerangka Metodologis Karya Muhammad Syakir Sula tentang
Spiritual Marketing ....................................................................... 74
a. Dasar-Dasar Spiritual Marketing ……………………………. 74
b. Karakteristik Spiritual Markating …………………………... 79
c. Konsep Spiritual Marketing ……………………………....... 85
d. Relevansi Spiritual Marketing dengan Syariah Marketing…... 101
A. Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang ………………............. 107
1. Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ……... 107
2. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ……………… 113
3. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ……………………. 114
4. Prestasi yang diraih Bank Muamalat Indonesia ……………… 114
5. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia …………………. 116
6. Aplikasi Spiritual Marketing di Bank Muamalat Indonesia
Cabang Semarang ……………………………………………. 120
BAB IV ANALISIS ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR
SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING ………………… 128
A. Analisis Kerangka Metodologis Pemikira Muhammad Syakir
Sula tentang Spiritual Marketing ……………………………….. 128
B. Analisis tentang Relevansi antara Model Spiritual Marketing
dengan Syariah Marketing ……………………………………… 139
C. Analisis tentang Implementasi Spiritual Marketing di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Semarang ………………………… 146
BAB V PENUTUP …………………………………………………………. 153
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 153
xvii
xviii
B. Saran …………………………………………………………….. 156
C. Penutup ………………………………………………………….. 158
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 159
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah bisnis tidak dapat dipandang sebelah mata. Bisnis
merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu
bisnis berjalan terus, tanpa pandang bulu, apakah yang menjalankan bisnis
tersebut sebagai orang muslim atau non muslim. Bagi orang muslim, bisnis
bukanlah fenomena baru, namun ia merupakan fenomena yang telah lama
dijalankan oleh panutan umat muslim, yaitu Rasulullah SAW.
Di dalam kehidupannya, umat muslim dituntun oleh pedoman
hidupnya, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an menegaskan tentang hal yang sangat
diyakini oleh umat Islam, bahwa kitab samawi ini merupakan petunjuk yang
sempurna dan abadi bagi seluruh umat manusia. Sehingga, Al-Qur’an sudah
pasti mengandung prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang fundamental
di mana jawaban untuk setiap permasalahan dapat ditemukan termasuk
masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia bisnis.1
Dengan bergulirnya waktu yang membawa perubahan pola
kehidupan manusia, perkembangan dunia bisnis melaju dengan pesat disertai
juga dengan kecanggihan teknologi yang modern. Hasilnya, bisnis tersebut
menghasilkan output yang berkualitas serta diimbangi dengan input untuk
bisnis tersebut juga maksimal.
1 Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis,
(Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002), hal. ix-x.
1
2
Namun demikian, dalam proses pelaksanaan bisnis tersebut, kadang
masih sering dijumpai beberapa persoalan yang sebenarnya tidak etis ketika
diterapkan dalam menjalankan bisnis tersebut. Persoalan moral dan etika
yang sudah mengalami pergeseran jauh dari prinsip suatu bisnis, yaitu
kejujuran dan keadilan. Kondisi yang semacam ini semakin membuat market
share dalam sebuah bisnis menjadi bertambah luas. Klasifikasi karekter
pasar menjadi banyak, sehingga dengan demikian, usaha untuk merebutkan
pasar yang masih mengambang tersebut menjadi incaran banyak pelaku
usaha merebut simpatik para konsumen.
Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Syakir Sula dalam
bukunya Syariah Marketing, Berbisnis berlandaskan prinsip syariah sangat
mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, selalu bersikap
bersahabat dengan orang lain. Dan orang lain pun dengan mudah bersahabat
dan bermitra dengannya. Rasulullah SAW pernah bersabda : ”Semoga Allah
memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati (sopan) pada saat
dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya” (al Hadits).2
Demikian halnya dengan syariah marketing yang dalam teori dan
aplikasinya juga mengedepankan sisi moral dan etika. Marketing syariah
menekankan pentingnya menjalin relasi dan tali silaturrahmi kepada semua
stakeholder yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisnis.
Manusia tak dapat lepas dari kodrat sebagai makhluk sosial atau
saling membutuhkan dengan manusia lainnya. Hal tersebut juga
2 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2006), hal. 17.
3
diungkapkan oleh Marthin Luther King, Jr. yang dikutip oleh Andrew Ho
dan Aa Gym yaitu, “Kita terperangkap dalam satu kerjasama mutual (saling
menguntungkan), terikat dalam setiap tujuan”. Network marketing adalah
satu sarana yang secara positif menjawab kebutuhan manusia sebagai
mahluk sosial, karena dalam bisnis Network marketing manusia dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama sekaligus bertumbuh dan
sukses bersama.3
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam pengantar buku Syariah
Marketing menjelaskan bahwa dalam syariah juga mengajarkan
responsibilitas. Seorang pemasar belum akan berakhir sebelum ia mampu
mempertanggungjawabkan segenap produk dan proses pemasaran di
hadapan Allah SWT di Padang Mahsyar nanti. Karena, Dialah Tuhan bagi
segenap nasabah, karyawan, generasi penerus, pemerintah dan masyarakat.4
Dalam buku Syariah Marketing, Muhammad Syakir Sula mencoba
menerapkan prinsip syariah Islam dalam setiap aktifitas bisnis yang
dilakukan oleh setiap orang. Orientasi tidak hanya sebatas keduniawian saja
akan tetapi juga orientasi akhirat juga turut diperhatikan bahwa yang
demikian itu sesungguhnya ada dan perlu kita persiapkan.
Seorang marketer yang memegang teguh nilai-nilai syariah Islam
tidak hanya bertanggung jawab pada pimpinan atau atasan bisnisnya,
melainkan lebih dari itu, bahwa konsep syariah marketing mengajarkan
kepada marketer bahwa selain bertanggung jawab kepada atasan, juga akan
3 Andrew Ho dan Aa Gym, The Power of Network Marketing: Hikmah Silaturahmi dalam Bisnis, (Bandung: MQS Publishing, 2006), hal. 19.
4 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. xix-xx.
4
dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Sehingga ketika ajaran
yang sedemikian itu dapat dijadikan bahan pijakan, seorang marketer akan
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar tanpa
menyalahi ajaran atau tuntunan agama Islam. Dengan demikian aspek
spiritualitas tetap menjadi perhatian oleh para pelaku bisnis.
Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan
dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebagiaan kepada semua
pihak, berarti belum melaksanakan Spiritual Marketing. Sebaliknya, jika
dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan
kejujuran dan keadilan, sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual
marketing, apapun bidang yang kita geluti.5
Di masa yang akan datang, ada sebuah pergeseran pasar dari tingkat
intelektual atau rasional, menuju ke emosional, dan akhirnya bertransformasi
ke spiritual. Pasar spiritual ini akan mempertimbangkan kesesuaian produk,
keuntungan finansial dan nilai-nilai spiritual yang diyakininya.
Namun, tidak serta merta pasar rasional akan berpindah ke spiritual.
Disinilah tantangan terbesar sistem syariah dalam membidik pasar rasional.
Padahal seperti kita ketahui bahwa pasar rasional atau pasar mengambang
merupakan pasar terbesar. Contoh pasar ini adalah pasar korporasi dan kelas
menengah ke atas. Mereka tidak terlalu fanatik terhadap salah satu sistem,
tapi lebih melihat prospektif finansial.
5 Ibid, hal. 17.
5
Syakir Sula telah memberikan contoh kongkrit bagaimana seseorang
ketika dalam menjalankan bisnisnya harus mengedepankan nilai spiritual.
Tidak terkecuali dalam proses marketingnya. Kenyataan yang ada bahwa
pada saat sekarang ini, banyak sekali para pelaku usaha atau bisnis
melupakan nilai etika dan semangat spiritual dalam berbisnis tersebut,
sehingga tidak mengherankan jika hal ini juga berakibat buruk terhadap
proses selanjutnya dan juga berakibat buruk terhadap pelakunya.
Keterpurukan kondisi bisnis yang seperti saat inilah yang kemudian perlu
dirubah paradigma dan sistemnya agar tercipta iklim bisnis yang nyaman
dan aman sesuai dengan harapan dan keinginan kita bersama.
Menurut Syakir Sula, arti dari Spiritual Marketing sebagaimana
tercermin dari konsep marketing syariah adalah bagaimana kita mampu
memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis,
baik dari diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal
dan bahkan para pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus
menghargai pesaing.
Lebih lanjut, Syakir menjelaskan bahwa spiritual marketing
bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua
pihak yang terlibat. Di dalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran.
Tidak ada pihak yang terlibat di dalamnya merasa dirugikan. Tidak akan ada
pula pihak yang berburuk sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual dalam
berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya,
6
semakin spiritual seseorang, ia pun akan lebih mampu menjalankan
bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.6
Dalam tataran aplikasi, Syakir Sula menunjukkan 17 (tujuh belas)
strategi untuk mengimplementasikan prinsi-prinsip di atas. Strategi tersebut
antara lain meliputi : mengembangkan spiritual based organization,
menunjukkan respek yang tinggi terhadap pesaing, mencermati global
paradox nasabah, jeli dalam menentukan ceruk pasar (segmentation),
mampu mencuri hati dan jiwa nasabah (customer’s heart and soul), mampu
untuk menjadi beda dalam hal konten dan konteks penggarapan pasar,
bersikap transparan, menyuguhkan nilai tambah yang proporsional kepada
segenap stakeholders, jujur dalam memberikan marketing mix (barang,
harga, promosi, pengiriman dan layanan purna jual) serta mengembangkan
budaya kerja yang etis dan bermoral.
Dalam hal ini, Syakir Sula telah mengimplementasikannya dalam
perjalanan karier beliau dalam dunia bisnis. Dimulai dari implementasinya
pada Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Takaful, Perum Pegadaian
Syariah, dan Batasa Capital Investment Management. Dalam tataran
Individu, Syakir Sula mencontohkan dengan mencermati pola bisnis dan
marketing Rasulullah SAW.7
Syakir Sula telah membuktikan bagaimana beliau pertama kali
mendirikan perusahaan asuransi Islam pada masa itu. Dengan kegigihan,
semangat dan sistem Islami yang digunakan oleh beliau dalam memasarkan
6 Ibid, hal. 16-19. 7 Ibid, hal. xxi.
7
produk dari asuransi itu, pada tahun 2004 asuransi yang didirikan oleh beliau
berhasil mendapatkan penghargaan dan menjadi kiblatnya asuransi Islam di
dunia. Tak lain asuransi tersebut adalah asuransi Takaful yang mengalami
perkembangan yang cukup pesat di Indonesia.
Sosok Muhammad Syakir Sula sendiri sudah tidak asing lagi di mata
para aktifis ekonomi syariah baik dari praktisi dan akademisi. Seseorang
yang dengan gigih untuk berjuang mewujudkan angan-angan beliau yang
belum tercapai untuk saat ini, yaitu bagaimana bisa merubah sistem ekonomi
yang mengandung unsur ribawi yang dianut oleh bangsa ini menjadi sebuah
sistem ekonomi yang bebas riba yaitu dengan memakai sistem yang
berdasarkan pada syariah Islam.
Prinsip-prinsip syariah marketing ini beliau gunakan saat masih
menjadi tenaga marketing pada perusahaan asuransi Islam Takaful ketika
baru awal-awal berdiri. Dengan kecerdasan dan kemampuan beliau untuk
membaca peluang pasar dan dikombinasikan dengan prinsip-prinsip tadi,
beliau berhasil untuk memperoleh hasil yang maksimal hasil dari usaha dan
jerih payahnya. Ini menunjukkan bagaimana sistem marketing yang dipakai
oleh Muhammad Syakir Sula menuai kesuksesan tanpa menafikan faktor-
faktor lain yang juga turut menjadi faktor penentu dalam kesuksesan beliau
dalam merintis asuransi Takaful.
Dalam penulisan karya ilmiah sebagai salah satu persyaratan wajib
untuk menempuh gelar S1 pada ilmu Hukum Ekonomi Islam ini, penulis
mencoba menguraikan konsep Spiritual Marketing untuk dapat dijadikan
8
sebagai bahan penulisan skripsi. Masih banyak sekali uraian-uraian tentang
konsep M. Syakir Sula dalam konsep Spiritual Marketing yang tertuang
dalam buka Syariah Marketing yang disusun dengan tokoh marketing
kenamaan, Hermawan Kartajaya. Untuk itu pada penyusunan karya ilmiah
ini nanti akan penulis uraikan secara jelas sesuai kemampuan yang dimiliki
oleh penulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
persoalan yang ingin penulis cari pemecahanya adalah :
1. Bagaimana kerangka metodologis pemikiran Muhammad Syakir Sula
tentang Spiritual Marketing ?
2. Bagaimana relevansinya antara spiritual marketing dengan syariah
marketing ?
3. Bagaimanakah implementasi spiritual marketing di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas,
Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui kerangka metodologis pemikiran Muhammad Syakir
Sula tentang spiritual marketing.
2. Untuk mengetahui relevansi antara konsep spiritual marketing dan
syariah marketing.
9
3. Untuk mengetahui implementasi konsep spiritual marketing dalam
Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
D. Telaah Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail seperti yang
telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis berusaha
untuk melakukan kajian awal terhadap pustaka ataupun karya-karya yang
mempunyai relevansi terhadap topik yang ingin diteliti.
Sepengetahuan penulis, belum terlalu banyak karya yang membahas
masalah Spiritual Marketing yang menjadi obyek penelitian. Sebagai wujud
untuk menghindari terjadinya plagiat penelitian, maka berikut ini akan
penulis sajikan beberapa pustaka yang berupa skripsi yang relevan dengan
judul yang penulis teliti.
Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah (Sejarah Sosial
Ekonomi Masa Rasulullah), Tesis yang disusun oleh Junaidi Abdillah,
mahasiswa pascasarjana IAIN Walisongo konsentrasi Hukum Islam. Dalam
tesis ini membahas secara global tentang praktek pemasaran Rasulullah
SAW dan sejarah singkat kondisi sosio kultur masyarakat arab pada masa
itu.
Pemasaran Dalam Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus
Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang), masih
sama yaitu tesis yang disusun oleh Noor Rosyidah, pada tesis ini lebih
banyak membahas konsep marketing perspektif fiqh muamalah dan
dikaitkan dengan praktek pemasaran pada salah satu yayasan di Semarang.
10
Dari kedua tesis tersebut, penulis tidak menemukan sama sekali
pembahasan mendalam mengenai konsep spiritual marketing seperti yang
telah digagas oleh Muhammad Syakir Sula. Memang yang menjadi obyek
dalam penelitian ini sama, yakni Rasulullah SAW yang diakui dunia bahwa
beliau adalah seorang sosok manusia yang mempunyai jiwa
entrepreneurship dan marketer terbaik dunia.
Meski demikian, kedua tesis tersebut berbeda dengan skripsi penulis
yang berjudul “Studi Analisis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang
Spiritual Marketing Dan Implementasinya Dalam Perbankan Syariah”.
Dengan demikian skripsi penulis masih berpeluang untuk mengkaji dan
meneliti lebih lanjut.
Adapun buku-buku yang penulis jadikan bahan telaah adalah sebagai
berikut ;
Buku Syariah Marketing karya Muhammad Syakir Sula dan
Hermawan Kertajaya menjadi salah satu referensi utama pada telaah pustaka
sripsi ini. Karena di dalam buku ini dengan landasan konsep yang kuat dan
disertai dengan berbagai contoh kasus nyata, menunjukkan kepada para
pelaku bisnis bagaimana menerapkan konsep Syariah Marketing sebagai
sebuah solusi untuk memenangkan pasar perbankan, asuransi, dan lembaga-
lembaga keuangan syariah lainnya di Indonesia. Di dalam buku ini juga
banyak dibahas tentang konsep Spiritual Marketing yang menjadi inti dari
konsep Syariah Marketing.
11
Buku referensi utama selanjutnya adalah berjudul Marketing Bank
Syariah (Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah) karya
Ali Hasan, S.E., M.M. Dalam buku ini, Ali Hasan menjelaskan secara detail
teori dan praktik marketing yang berpegang pada nilai-nilai spiritual pada
bank syariah. Mulai dari sisi perencanaan sampai dengan langkah strategis
untuk memenangkan persaingan pasar bank syariah.
Marketing Muhammad SAW; Strategi Handal dan Jitu Praktik
Bisnis Nabi Muhammad SAW karya Thorik Gunara dan Utus Hardiono
Sudibyo, sebuah buku yang mengulas secara rinci strategi marketing yang
dijalankan oleh Rasulullah SAW. Dalam buku ini dijelaskan tentang Mind
Share, Market Share, Heart Share dan Soul Share yang kesemuanya itu
merupakan kajian dalam ilmu marketing dan dikaitkan dengan kepribadian
Rasulullah SAW.
Buku The Power of Network Marketing; Hikmah Silaturrahmi dalam
Bisnis karya Andrew Ho dan Aa Gym yang membahas tentang pentingnya
menjalin komunikasi dengan silaturrahmi kepada networking yang kita
miliki meski berbeda agama, suku, ras, budaya, bangsa dan Negara. Buku
tersebut banyak mengulas tentang kekuatan networking yang dibangun
dalam bidang bisnis, betapa indah dan membawa dampak positif yang begitu
besar.
Buku Karya M. Quraish Shihab, yang berjudul Berbisnis Dengan
Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia-Akhirat, yang lebih banyak
membahas tentang etika dan prinsip berbisnis yang harus dilakukan seorang
12
muslim, dalam berbinis, idelanya tidak hanya menjaga hubungan baik
dengan para stakeholdernya, tetapi yang patut diperhatikan juga adalah
mengenai menjaga hubungan seorang manusia dengan tuhannya dalam
bermuamalah.
Buku Muhammad Bussiness Strategy and Ethics, karya M. Suyanto
menjelaskan secara detail tentang sejarah dan macam-macam bisnis yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa arab kuno pra Islam, kondisi dan produknya.
Dijelaskan pula dalam buku ini bagaimana etika dan strategi bisnis yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari beberapa buku yang telah diuraikan penulis diatas, adalah
sebagian kecil dari sekian banyak buku yang membahas tentang marketing,
sehingga masih terdapat banyak buku yang dapat dijadikan referensi oleh
penulis.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah sekumpulan teknik atau cara yang
digunakan dalam penelitian yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan hasil penelitian.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur penelitian ini
13
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library
Research) dan lapangan (Field Research) dengan jalan membaca,
menelaah buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan pemikiran
Muhammad Syakir Sula. Di samping menelaah dari buku karya dan
wawancara (via email) dengan Muhammad Syakir Sula juga melakukan
wawancara dengan pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
2. Sumber Data
Adapun cara kerja teknis metode penelitian ini dengan menggunakan
sumber data yang dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian sebagai sumber informasi yang dicari.9 Data primer juga
disebut dengan istilah data asli. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah buku dan hasil wawancara langsung yang
dilakukan dengan Muhammad Syakir Sula maupun Via E-Mail
([email protected]). Sumber data primer yang kedua
yaitu hasil wawancara dengan Bank Muamalat Indonesia Cabang
Semarang.
b. Data Sekunder
8Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), hal. 4. 9 Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 91.
14
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer dan dapat
diperoleh dari luar objek penelitian.10 Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah segala data yang tidak berasal dari sumber
data primer yang dapat memberikan dan melengkapi serta
mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik yang
berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang
berhubungan dengan objek penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, karena jenis penelitiannya menggunakan library
research dan field research, maka metode pengumpulan datanya
dilakukan melalui :
a. Wawancara, dilakukan dengan objek penelitian yaitu Muhammad
Syakir Sula dan Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
b. Observasi, dilakukan dengan mengamati, mencermati dan
menganalisis di tempat objek penelitian, yakni Bank Muamalat
Indonesia Cabang Semarang.
c. Dokumentasi, penelusuran terhadap bahan-bahan pustaka yang
menjadi sumber data penelitian.
4. Metode Analisis
Analisis data merupakan faktor yang (juga) penting dalam suatu
penelitian. Analisis adalah suatu proses menghubung-hubungkan,
memisahkan, dan mengelompokkan antara fakta yang satu dengan fakta
10 Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hal. 11.
15
yang lain sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai akhir
pembahasan.11
Untuk itu, digunakan metode Deskriptif Analisis yakni
menggambarkan dan dengan pendekatan ini maka corak khas atau
karakteristik sang tokoh akan menjadi penelitian. Analisis ini untuk
menggambarkan profil Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang
dan pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing serta
implementasinya pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
F. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yang
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Hal tersebut bertujuan
agar pembahasan skripsi ini tersusun secara sistematis sehingga
mempermudah pembahasan dan pemahaman. Untuk itu penulis perlu
kiranya mengetengahkan dan menuangkan sistematika penulisannya yaitu
sebagai berikut:
Bab Pertama adalah Pendahuluan, yang berisikan Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Dalam bab ini menjelaskan
secara global tentang penulisan skripsi ini.
Bab Kedua tentang Kerangka Teoritik Spiritual Marketing. Pada bab
ini berisi tentang Definisi Spiritual Marketing, Dasar Hukum Spiritual
Marketing, Sistem Kerja Spiritual Marketing, Spiritual Marketing Dalam
11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal.
85.
16
Perspektif Etika Bisnis Syariah, Spiritual Marketing Dalam Perspektif
Keadilan Ekonomi Syariah dan Syariah Marketing.
Bab Ketiga meliputi Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang
Spiritual Marketing. Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab yaitu pertama
tentang Biografi dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula di dalamnya berisi
Karya-karya Muhammad Syakir Sula, dan Kerangka Metodologis Pemikiran
Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing (meliputi Dasar-dasar
Spiritual Marketing, Karakteristik Spiritual Marketing, Konsep Spiritual
Marketing, Relevansi Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing). Dan
sub bab yang kedua adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang, di
dalamnya membahas tentang Latar Belakang Bank Muamalat Indonesia,
Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia, Visi dan Misi Bank
Muamalat Indonesia, Prestasi Yang diraih Bank Muamalat Indonesia dan
Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia.
Bab Keempat tentang Analisis Pemikiran Muhammad Syakir Sula
Tentang Spiritual Marketing. Di dalamnya berisi tentang Analisis Kerangka
Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual
Marketing, Analisis Tentang Relevansi Antara Model Spiritual Marketing
Dengan Syariah Marketing, dan Analisis Tentang Implementasi Spiritual
Marketing Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
Bab Kelima Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dari apa yang
telah dibahaas pada bab-bab sebelumnya, termasuk juga di dalamnya
termasuk Saran-saran, dan Penutup.
17
BAB II
KERANGKA TEORITIK SPIRITUAL MARKETING
A. Definisi Spiritual Marketing
Perkembangan ekonomi syariah sendiri mampu mengembalikan
nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat.
Dalam dunia bisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran
dan prinsip-prinsip Islam lainnya. Rasulullah SAW. sendiri telah
memberikan contoh kepada manusia tentang cara-cara berbisnis yang
berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, sikap amanah, serta tetap
memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah yang menjadi landasan dalam
melakukan spiritualisasi marketing. Oleh karena itu, mencontoh cara
Rasulullah SAW. dengan mengutamakan nilai-nilai spiritual (Islam) adalah
tindakan yang sangat terpuji yang direkomendasikan oleh banyak ayat Allah
dalam Al-Qur’an.12
Dalam spiritualisasi marketing, marketing dirancang berdasarkan
tiga kombinasi penting; pertama, pemasaran pada tingkat kecerdasan
intelektual fokusnya adalah strategi, program (product, place, price,
promotion – marketing mix), diferensiasi, dan selling. Kedua, pemasaran
pada tingkat kecerdasan emosional/ felling/ rasa ditandai dengan hadirnya
konsep customer relationship, emotional branding, dan experiental
marketing yang intinya adalah memasukkan value emosional untuk
12 Ali Hasan, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar
Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 5.
17
18
memanjakan pelanggan dengan cinta yang menciptakan pengalaman-
pengalaman baru dalam mengkonsumsi produk. Ketiga, pemasaran pada
level kecerdasan spiritual – pemasaran dibimbing oleh nilai-nilai akidah
yaitu kejujuran, amanah (kredibel, tanggungjawab), fathanah (cerdas dan
bijaksana), tabligh (komunikatif), dan sebagainya (disebut soul marketing)
yang telah dicontohkan dan disabdakan oleh Rasulullah lima belas abad
silam. Spiritual marketing mendorong marketer agar menjadikan kegiatan
pemasaran itu sebagai ibadah untuk menciptakan kemakmuran dan dakwah
fastabiqul khoiroh.13
Ketiga pilar konsep spiritual marketing diatas menggambarkan
kondisi persaingan bisnis saat ini, jika dulu seseorang ketika melakukan
bisnis dengan mengedepankan rasionalitas untung rugi, kemungkinan untuk
mencapai kepuasan secara materi akan didapatkannya dengan mudah.
Sebaliknya, jika seseorang dalam menjalankan bisnis dengan
mengedepankan emosional bisa dimungkinkan akan sedikit mengalami
”keterlambatan” dalam meraih keuntungan materi, dari sinilah konsep
spiritual marketing diharapkan mampu memberikan tawaran model
marketing yang merambah keduanya, antara rasional dan emosional dapat
berjalan beriringan dengan mengedepankan profesionalitas bisnis yang
dilandasi dengan nilai-nilai syariah Islam.
Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan
perilaku yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain, dan
13 Ibid, hal. 9.
19
orang lain pun dengan mudah dapat bersahabat dan bermitra dengannya.
Rasulullah SAW. pernah bersabda, ”Semoga Allah memberikan rahmat-Nya
kepada orang yang murah hati (sopan) pada sat dia menjual, membeli, atau
saat dia menuntut haknya” (Hadits).14
Pemasaran (marketing) merupakan salah satu dari kegiatan-
kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan
mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis
tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan,
maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka
untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat
berjalan lancar.15
Firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an mengajarkan untuk
senantiasa rendah hati, berwajah manis, bertutur kata yang baik, berperilaku
sopan termasuk dalam aktivitas berbisnis.
TUWY Z \]_إن[ ا cefg رضkا lm nop Zس وc]s^_ ك]uv fxyp Zو
� �}p� إن[ )١٨(آ�[ c~|gل m|}ر g ���وا ���g lm uy�وا
f�oW_ت ا{y_ ات{�kا f��١٩(أ(
Artinya : ”janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam
14 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 17. 15 Basu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 1990), hal. 5.
20
berjalan, lunakkanlah suaramu. Sungguh seburuk-buruk suara
ialah suara keledai” (QS. Luqman: 18-19)
Proses marketing dalam sebuah bisnis tidak hanya sebatas
mengejar laba sebanyak-banyaknya untuk mendongkrak pendapatan
penjualan produk. Marketing juga tidak hanya sebuah langkah yang
sesederhana seperti yang kita bayangkan, lebih dari itu bahwa marketing
akan membawa kepuasan tersendiri bagi seorang marketer khususnya dalam
aspek religiusitas dan itu semua tinggal bagaimana kita melihat dan
mengimplementasikannya.
Paradigma yang menganggap bahwa marketing digunakan untuk
mendapatkan uang hanya akan menghasilkan marketer-marketer yang hanya
memikirkan hasil akhir berupa materi sehingga tidak lagi memandang
pentingnya etika dalam berbisnis. Saling menjatuhkan, menjilat ke atas, dan
menginjak ke bawah hingga melakukan kebohongan seakan-akan telah
disahkan sebagai salah satu bagian dari strategi marketing. Komunikasi
yang disampaikan dalam program promosi sebuah produk yang membesar-
besarkan produk secara berlebihan yang sebenarnya tidak mencerminkan
keadaan produk sesungguhnya sehingga menipu konsumen merupakan salah
satu contoh yang banyak dijumpai. Pergeseran pola pemasaran dari pola
tradisional ke pola ”baru” atau yang diklaim sebagai marketing modern
semakin mengecilkan nilai etika dalam berbisnis.16
16 Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad SAW; Strategi
Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Bandung: PT. Karya Kita, 2007), hal. 3-4.
21
Marketing atau pemasaran tidak akan pernah habis baik dari
konsep maupun implementasi selagi kehidupan manusia terus berlangsung.
Karena dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sebagian manusia cara
berjual beli. Agar jualan yang dilakukan lancar dan memenuhi target yang
ditentukan maka dibutuhkan pemasaran. Disamping itu juga didasarkan
pada pemahaman bahwa pada hakekatnya semua manusia yang ada di bumi
ini mau tidak mau harus terlibat dengan proses pemasaran baik langsung
maupun tidak langsung. Gagal dalam melakukan pemasaran berarti orang
ini siap gagal dalam kehidupan.17
Definisi spiritual marketing sebagaimana yang dimaksudkan oleh
Muhammad Syakir Sula dalam buku Syariah Marketing bukan berarti dia
hanya melakukan bisnis yang hanya berhubungan dengan ritual ibadah,
melainkan spiritual marketing dimaksudkan kita mampu memberikan
kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik diri kita
sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para
pesaing kita. Bahkan disini ditegaskan bahwa kita harus mencintai
pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing.18
Suatu bisnis sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan
dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua
pihak, berarti belum melaksanakan spiritual marketing. Sebaliknya, jika
dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan
kejujuran dan keadilan, maka sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual
17 Muhammad Thalib, 46 Bimbingan Bisnis dan Pemasaran Islami, (Bandung: Gema Risalah Press, 1999), hal. 3.
18 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 16.
22
marketing, apapun bidang yang kita geluti. Dalam bisnis travel haji
misalnya, sekalipun mengurusi orang yang sedang menjalankan ibadah haji,
jika dalam pengelolaannya terdapat penyimpangan-penyimpangan dari segi
fasilitas dan akomodasi tetapi setelah sampai di tanah suci tidak sesuai
dengan yang dijanjikan dan dipromosikan sebelumnya berarti sesungguhnya
bisnis ini tidak berjalan dengan konsep bisnis syariah dan ia pun belum
menjalankan spiritual marketing.
Spiritual marketing juga disebut dengan istilah ”pemasaran langit”
yang berarti pemasaran yang memperhatikan pengawasan Pengusa tertinggi
alam jagat raya ini, Allah Maha Kuasa, Allah Maha pencipta, Allah Maha
Pemberi Rizki, Maha Pengambil Keputusan, Maha Adil. Seluruh hidup kita
sebagai manusia selalu menghambakan diri kepada-Nya. Tidak ada lagi
yang lebih kuasa kecuali Dia sang Maha Kuasa. Hal ini kita ucapkan setiap
kali kita sholat, pada rakaat pertama Ya Allah sesungguhnya shalatku, amal
ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semesta alam.19
Praktek pemasaran (marketing) tidak hanya dikenal dalam hal
tertentu saja, akan tetapi pemasaran atau yang lebih akrab disebut dengan
marketing juga berlaku dalam banyak hal akan tetapi dengan penggunaan
istilah yang berbeda. Ini merupakan salah satu bukti bahwa marketing
menjadi sebuah kebutuhan seseorang untuk mencapai kebutuhan yang
berorientasi pada keberlangsungan kehidupannya.
19 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 263.
23
Dalam praktek agama dikenal dengan ‘dakwah’, dalam politik ada
‘propaganda’, dalam bercinta ada ‘rayuan’ juga dalam kejahatan ada
‘hasutan’ dan dalam bisnis ada ‘promosi’. Dakwah, propaganda, rayuan,
atau hasutan pada dasarnya memiliki kesamaan fungsi, yaitu
mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang, meyakinkan seseorang pada
sesuatu, dan memintarkan atau ‘membodohkan’ seseorang tentang sesuatu.
Tujuannya agar seseorang mengakui, memiliki, mengikatkan diri pada
sesuatu.
B. Dasar Hukum Spiritual Marketing
Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah 20
menjelaskan bahwa marketing bisa disebut dengan wakalah21 yang secara
syar’i dalil-dalil tentang pemasaran tersebut dengan seluruh ruang lingkup
atau elemen-elemen pemasaran yang ada di dalamnya dapat ditemukan
dalam dalil-dalil syar’i tentang wakalah, simsar atau perwakilan.
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-
tafwidh. Wahbah az-Zuhaili dalam al-fiqh al-Islami wa Adillatuha al-Juz
’ar-Rabi’ mengatakan bahwa wakil dari segi bahasa mengandung dua
20 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 426-427. 21 Kata wakalah atau wikalah menurut bahasa adalah pelimpahan atau penyerahan (al-
tafwidh). Sedangkan menurut istilah, wakalah adalah melimpahkan atau menyerahkan urusan kepada seseorang yang mampu melaksanakannya untuk menggantikannya dalam mengerjakan urusan tersebut selama ia masih hidup. Baca: Musthafa Dib Al-Bugha, Fiqh Al-Mu’awadhah, (Damaskus: Darul Mustafa, 2009), diterjemahkan oleh Fakhri Ghafur dengan judul Buku Pintar Transaksi Syariah; Menjalin Kerjasama Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan
Panduan Islam, (Jakarta: Hikmah, 2010), hal. 315.
24
makna, yaitu : ”penjagaan” dan ”peyerahan kuasa”. Wakil yang bermakna
penjagaan terdapat dalam firman Allah,
)١٧٣(وc�_}ا cs��e ا_[\ وx�� ا_}آ�� .......Artinya :
”.....Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan dia sebaik-baik
pemelihara” (QS. Ali Imran: 173)
Kalimat al-wakil di sini bermakna ”penjaga”, al-wakalah dengan
maka ”penyerahan kuasa”. Firman Allah,
�~}آ[� ا_o~}آ}ن .......... m \]_١٢(و�� ا( Artinya :
”....Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu
berserah diri” (QS. Ibrahim:12)
Sedangkan yang dimaksudkan wakalah dalam konteks marketing
adalah pelimpahan wewenang dari seseorang kepada orang lain dalam
mengurusi tentang pemasaran dalam suatu perusahaan yang meliputi :
1. Strategi Pemasaran (yaitu Segmentasi, Targeting, dan Positioning)
2. Taktik Pemasaran (yaitu differentiation, marketing mix, dan selling)
3. Peningkatan value pemasaran (yaitu brand, service, dan process)
Dari sudut Ijma, sebagaimana dijelaskan pula oleh Wahbah az-
Zuhaili,22 para Ulama bersepakat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah
(perwakilan). Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan
alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong menolong atas
dasar kebaikan dan takwa sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah SAW
dan dijelaskan juga dalam firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 2:
22 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan Sistem
Operasional, Op. Cit, hal. 430.
25
�}ى وcxp Zو�}ا �� ا��� وا_uxوان وcxpو�}ا �� ا_f� وا_~[....
)٢(واp[�}ا ا_[\ إن[ ا_[\ uYu� ا_c�xب Artinya :
”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam
(mengerjakan) dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah:2)
Dalam Islam (kajian Fiqh Muamalah), memang belum ada
penjelasan yang secara spesifik menjelaskan tentang marketing, hal ini
dikarenakan pada saat itu (masa Rasulullah SAW) istilah marketing belum
dikenal. Istilah marketing dikategorikan menjadi sesuatu yang baru dalam
dunia perdagangan modern dan masuk dalam klasifikasi ilmu manajemen.
Namun jika dilihat dari aspek implementasi, hal ini sebenarnya pernah dan
sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Ketentuan lain dalam bisnis Islami yang tertuang dalam kaidah
Ushul Fiqh yang mengatakan ;
cgاfe ]�eاو ا Z e م]fe c¢f� ] Zو¢£� إf� �� ن{o�o_ا
Artinya : “Kaum muslim terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis
yang mereka buat, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang
halal atau yang menghalalkan yang haram)”
Pemasaran dalam fikih Islam disebut wakalah atau perwakilan.
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat. Wakalah dapat juga didefinisikan sebagai sebuah disiplin bisnis
26
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan
values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya.23
Penggunaan akad Wakalah dalam proses marketing dimaksudkan
sebagai bentuk perwakilan dan atau pelimpahan wewenang dari perusahaan
kepada para marketer yang menjadi sub bagian tersendiri dalam struktur
organisasi perusahaan. Dengan demikian, seorang marketer memiliki hak,
tugas dan tanggungjawab untuk turut serta terlibat secara langsung dalam
laju organisasi perusahaan untuk mencapai visi-misi perusahaan dengan
tidak mengesampingkan untuk mendapatkan laba dengan cara atau jalan
yang baik.
Secara prinsip, penggunaan akad Wakalah untuk membahasakan
marketing dalam fiqh Islam hampir sama dengan praktek akad Wakalah
dalam perbankan syariah. Yang intinya adalah untuk mempermudah dan
memberikan pelayanan secara optimal kepada konsumen (dalam marekting)
atau nasabah (dalam perbankan).
Karena, berbicara dalam konteks perusahaan tentunya tidak bisa
semuanya dikerjakan hanya cukup satu atau dua divisi dalam struktur
perusahaan, artinya diperlukan divisi khusus untuk melakukan ekspansi
pasar untuk memenangkan persaingan bisnis dan tentunya dengan tujuan
untuk semakin membuat pelanggan atau calon konsumen yang belum
tergarap sekalipun memperoleh kemudahan terhadap produk dari
23 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), hal.
207.
27
perusahaan tersebut. Dengan konsep Wakalah disini, diharapkan cita-cita,
target dan visi perusahaan dapat diraih dengan maksimal.
Istilah marketing atau pemasaran dapat dikategorikan suatu istilah
baru dalam tradisi keilmuan fiqh muamalah. Hal ini dapat dilacak dari
kajian-kajian fiqh muamalah yang belum menemukan istilah teknis bernama
marketing atau pemasaran. 24 Sebab jika dilihat dari sejarahnya, konsep
marketing dimunculkan oleh para praktisi sebagai bentuk manajemen
strategi agar hasil penjualan yang dituju dapat memenuhi target. Marketing
dalam bisnis adalah sebuah konsep yang dimunculkan untuk menghasilkan
sebuah penjualan atau lebih jauh diharapkan dapat mendatangkan tugas
untuk perusahaan atau individu.
Jika kita telisik lebih jauh lagi, dengan bercermin pada sikap, sifat,
dan ucapan Rasulullah SAW dalam melakukan praktek bisnis atau
perdagangan pada masa itu, marketing menjadi sesuatu yang disahkan
dalam artian tidak termasuk hal-hal yang dilarang atau diharamkan oleh
agama Islam. Karena jika kita kaji dari disiplin ilmu marketing itu sendiri di
dalamnya terdapat nilai-nilai ajaran yang juga telah diajarkan dalam agama
Islam, yang masuk dalam kategori kajian Fiqh Muamalah.
Fiqh Muamalah dari dua kata, yaitu fiqh dan muamalah. Fiqh
menurut bahasa berarti paham, sedang menurut istilah adalah pengetahuan
hukum Syara’ dengan jalan Ijtihad. Kata muamalah menurut bahasa adalah
24 Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Muamalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP
STMIK YKPN, 2007), hal. 112.
28
saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal,25 sedang menurut istilah
pengertiannya adalah aktifitas untuk menghasilkan duniawi yang
menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi. Menurut Yusuf Musa yang
dikutip Abdul Majid, muamalah adalah peraturan Allah yang diikuti dan
ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.26
Sebagai contoh, lihatlah Nabi Muhammad SAW. yang dalam
hidupnya melakukan perdagangan atau bisnis. Dalam hal marketing di sini,
lebih ditekankan pada karakter dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam
melakukan proses bisnis. Nabi Muhammad telah menunjukkan bagaimana
cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap
amanah sekaligus bisa tetap memperoleh keuntungan yang optimal.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat pada Al-
Qur’an dan Al-Hadits, Nabi Muhammad melakukan bisnis secara
professional. Nilai-nilai tersebut menjadi suatu landasan yang dapat
mengarahkan untuk tetap dalam koridor yang adil dan benar. Landasan atau
aturan-aturan inilah yang menjadi suatu syariah atau hukum dalam
melakukan suatu bisnis.27
Dalam kajian Fiqh Muamalah, marketing diklasifikasikan dalam
ketegori akad Ghoiru Musamma, yaitu akad-akad yang mana syara’ tidak
menyebutkan dengan terminologi tertentu dan tidak pula menerangkan
akibat hukum yang ditimbulkannya. Akad ini berkembang berdasarkan
25 Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 14. 26 Abdul Majid, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah Dan Hukum Kebendaan Dalam Islam,
(Bandung : IAIN SGD, 2006), hal. 1. 27 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. xxvii.
29
kebutuhan manusia dan perkembangan kemaslahatan masyarakat. Sehingga
dalam hal ini diperlukan adanya ijtihad hukum Islam untuk mengkaji
keabsahan dari praktek marketing agar menjadi jelas hukumnya sehingga
masyarakat tidak merasa gusar dan ragu ketika mempraktekkan proses
marketing tersebut, dari sinilah maka terwujudnya khaira ummah khususnya
dalam bidang ekonomi menjadi prioritas utama.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai badan otoritas pemberi
fatwa terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut bidang keagamaan
diharapkan dapat memberikan pencerahan dan penegasan dengan
mengeluarkan fatwa bahwa pada prinsipnya marketing adalah
diperbolehkan tentunya yang didasarkan dengan ketentuan-ketentuan
syara’.
Dari segi pemenuhan terhadap syarat dan rukun, marketing masuk
dalam ketegori akad shahih. Yaitu akad yang memenuhi seluruh persyaratan
yang berlaku pada setiap unsur akad. Akibat hukum yang ditimbulkan
berlaku semenjak berlangsungnya akad. Maka setelah berlangsung ijab
kabul antara kedua belah pihak (distributor-konsumen) seketika itu
pemilikan benda berpindah kepada pembeli.
Dengan menggunakan pemahaman sederhana, bahwa konsep
marketing dalam disiplin ilmu modern adalah dibolehkan dan disahkan oleh
agama karena tidak mengandung unsur yang dapat merusak dan merugikan
kehidupan dan keimanan seorang manusia. Konsep yang demikian sangat
30
erat dengan konsep yang dicetuskan oleh Muhammad Syakir Sula tentang
spiritual marketing.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pemasaran pada
hakekatnya adalah salah satu bentuk muamalah (usaha) yang diperbolehkan
dalam Islam. Sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari
hal-hal yang terlarang oleh aturan main yang ditentukan (baca: syariah).
Konsep-konsep yang tercakup dalam pemasaran seperti : kebutuhan,
penawaran, keinginan dan permintaan, produk-produk (barang-barang
layanan, dan ide), nilai (value), biaya dan kepuasan, pertukaran dan
transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemesan, serta prospek,28
pada dasarnya semuanya tidak bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-
Nya. Sebagaimana dalam kaidah Ushul fiqh yang berbunyi :
��kا �m د{�� ¥g{xo_وا ¥]Wy_ا �~e ن{�Y ��_]u_ا �� c¦�_ا ¥_
�YfW]~_وا Artinya :
“Yang menjadi pegangan (pokok) dalam transaksi dan mu’amalah
adalah keabsahan, sehingga dijumpai dalil yang membatalkan dan
mengharamkan“29
Kaidah-kaidah muamalah tersebut secara tegas juga sesuai dengan
sabda Nabi Muhammad SAW yang lebih menyerahkan urusan dunia
(Muamalah) kepada umatnya. Dalam sebuah haditsnya Nabi bersabda ;
آ� دg c��}ر § ا�� ا�~�Artinya :
28 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran Dan Prinsip-Prinsip
Pemasaran, (Jakarta: Prehalindo and Prentice Hall, 1996), hal. 9. 29 Ahmad Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Media Group, 2006), hal. 137.
31
“Kamu sekalian lebih mengetahui untuk urusan-urusan duniamu”
(HR Muslim)
Terdapat juga kaidah ushul fiqh yang paling mendasar yang juga
dapat dijadikan sebagai landasan hukum tentang spiritual marketing, adapun
kaidah tersebut adalah :
gcxo_cىm ��kاc£oYfWp �� ��_]u_ل[ اuY �~e ¥ecا� ¥ Artinya :
”pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
Jika kita lihat dari proses marketing secara keseluruhan mulai dari
proses penciptaan, penawaran maupun perubahan nilai (value) tidak boleh
ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
dalam Islam. Selama proses tersebut dapat dijamin akan terhindar dari hal-
hal yang saling merugikan dengan mendzolimi satu dengan yang lain maka
bentuk transaksi apapun dalam bisnis diperbolehkan dalam agama Islam.
Karena sesungguhnya Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya
yang terdapat dalam Surat Shaad ayat 24.
� ا_|¦cء g اf�ªوإن[ آ \«cx� �_إ �~¬x� �ال �o® u�_ لc�
� °sg}ا وo�}ا ا_cW_c]yت و��� Y±]_ا Zإ �x �� �£�x l²��_
)٢٤(..............cg ه� Artinya :
”Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat
(berbisnis) itu sebagian dari mereka berbuat dzolim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, dan amat sedikit mereka ini.........” (QS. Shaad : 24) Dari hadits dan kaidah-kaidah diatas pada prinsipnya pemasaran
adalah jenis muamalah yang masuk dalam urusan keduniaan yang
32
diperbolehkan Nabi Muhammad SAW. Allah SAW dan Rasul-Nya telah
menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan kedua belah pihak dalam
suatu transaksi dagang sebagai sesuatu yang halal dan melarang mengambil
benda orang lain tanpa persetujuan dan izin orang tersebut. Selain untuk
menjaga perdamaian dan ketertiban masyarakat, hal ini juga sangat penting
untuk memelihara hubungan yang baik dan harmonis di kalangan
masyarakat.30
Marketing sebagai istilah baru yang dikenalkan oleh ekonom barat,
perlu dilihat komponen yang ada di dalamnya. Jika dilihat dari definsi yang
disampaikan oleh para ekonom, maka dalam pemasaran mengandung unsur:
a. Perencanaan (niat), pekerjaan apapun dalam ajaran islam selalu
didahului niat
b. Proses penyaluran (pelaksanaan pekerjaan)
c. Barang sebagai objek kebendaan
d. Produsen (termasuk di dalamnya penjual)
e. Konsumen (pembeli)
f. Pengawasan
Semua unsur dalam proses pemasaran tidak dilarang oleh syara’,
namun yang ditekankan hanyalah tidak merugikan terhadap orang lain baik
dari segi bendanya atau prosesnya. Hukum asal pemasaran di dalam hukum
syara’ dapat kita temukan pada kitab al buyu dalam literatur klasik (fiqh)
yang bersumber Al Quran dan Hadits nabi, baik yang dilarang maupun yang
30 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insani Press, 2004), hal. 74-75.
33
dianjurkan. Pengaturan dalam pemasaran diantaranya adalah kebolehan atas
jual beli (bisnis) dan larangan melakukan riba (QS. 2: 275) serta hadits yang
mengatakan ketika Rasul ditanya tentang usaha apa yang terbaik, maka
jawabannya adalah seorang pria berusaha dengan tangannya sendiri dan
setiap perdagangan diberi kebajikan.31
C. Sistem Kerja Spiritual Marketing
Spiritual bagi sebagian orang sering kali, meminjam isitilah jawa
diidentikkan dengan ”lelakon” yang biasanya dilakukan dengan bersemedi
di tempat-tempat sepi dan diyakini dihuni oleh mahluk halus yang bertujuan
untuk mendapatkan sesuatu yang diharapakan seseorang yang
melakukannya dapat tercapai. Dilihat dari aspek tujuannya, sama dengan
spiritual dalam konteks marketing. Yaitu sama-sama bertujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih dengan jalan ”khusus” yang mesti dilaluinya.
Seperti yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian, bahwa
spiritualitas dalam hal bisnis tidak dipandang sebagai praktik-praktik
menjalankan ritual ibadah dalam Agama. Spiritualitas yang di maksudkan
adalah suatu potensi built in dalam setiap pribadi manusia, apapun agama
dan keyakinan religiusitasnya.32
Sistem kerja spiritual marketing jelas sangat berbeda jauh dengan
sistem kerja marketing konvensional, meski tidak ada istilah atau ungkapan
khusus tentang marketing konvensional. Dalam spiritual marketing sisi
31 Lihat, Tesis karya Noor Rosyidah, Pemasaran Dalam Perspektif Muamalah; Studi
Kasus Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008), hal. 42-43
32 Ary Ginanjar Agustian, Spiritual Company; Kecerdasan Spiritual Pembawa Sukses Kampiun Bisnis Dunia, (Jakarta : Arga Publishing, 2010), hal. 26
34
moral dan etika antara sesama dan dengan Tuhan-Nya lebih diutamakan
semata agar bisnis dan proses marketing yang dilakukannya membawa
barakah dan manfaat di dunia dan akhirat.
Sedangkan pada konsep sistem marketing konvensional, dalam
prosesnya cenderung lebih menggunakan cara yang didasarkan pada meraih
keuntungan maksimal dan berlipat ganda tanpa memedulikan bagaimana
cara yang dipakai untuk meroleh kesemuanya itu apakah sesuai dengan
norma dan etika atau tidak, apakah bertentang dengan ajaran agama atau
tidak, semua itu tidak dijadikan pijakan dalam beraktifitas bisnis.
Karena itu pula, Islam sangat mengecam seseorang yang dalam
menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangannya semakin jauh dari nilai-
nilai ketuhanan. Firman Allah dalam surat An Nur ayat 37 :
� ذآf ا_[\ وإc�م ا_y[ ة وإc~Yء � ·� Zرة وc¬p �£�£ p Z لc«ر
[آcة )٣٧(...............ا_Artinya :
“Mereka tidak lalai dari mengingat Allah dalam
melakukan bisnis dan jual beli. Mereka mendirikan shalat dan
membayar zakat”… (QS.An Nur: 37)33
Dari ayat tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa seluruh
aktivitas bisnis tidak boleh melupakan Tuhan dan jauh dari nilai-nilai
keilahian, baik dalam kegiatan produksi, distribusi, strategi pemasaran,
maupun pada saat menikmati kesuksesan (menerima penghargaan dan
applause).
33Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: CV.
Penerbit Diponegoro, 2000), hal. 283
35
Sistem kerja konsep spiritual marketing dijelaskan sebagai berikut :
a. Strategi Marketing, dirancang untuk memenangkan customer mind
(Mind Share), alat untuk memenangkan itu marketer harus mampu
melakukan segementasi, menetapkan target pasar (targeting) dan
memposisikan produk secara tepat di benak konsumen (positioning)
yang lebih baik dari kompetitor.
b. Program Marketing, ada juga yang menyebutnya dengan istilah taktik.
Komponen program marketing terdiri atas : (product, price, place,
promotion, differentation, dan selling). Aspek ini merupakan tools
untuk menguasai market share.
c. Value Marketing, nilai yang dipersepsikan pelanggan terhadap tawaran
kualitas produk, service and brand, jika value ini bagus maka kegiatan
pemasaran dapat memperoleh heart share pelanggan.
d. Soul Marketing, adalah upaya menggerakkan daya tarik pasar rasional,
emosi, dan spiritual (tidak terbatas pada agama tertentu), yang dimulai
dengan cara [1] Membangun visi bisnis spiritual, [2] Membangun
silaturrahmi, [3] Membangun customer partnership, [4] Membangun
kepercayaan [5] Memperkuat empati, [6] Membahagiakan pelanggan,
[7] Membangun marketing with love, [8] Menjual produk berkualitas,
[9] Membangun promosi yang simpatik, [10] Membangun
profesionalitas marketer, dan [11] Menjadi peminjam yang terhormat.
Jika Soul Marketing memperoleh respon positif dari masyarakat, maka
keranjang perusahaan akan penuh dengan wallet share pelanggan.
36
e. Implementasi, Al-Qur’an memerintahkan setiap manusia wajib
mewujudkan kebahagiaan akhirat tanpa melupakan kebahagiaan dunia,
karena itu implementasi spiritualisasi marketing harus
mempertimbangkan kombinasi untung rugi (rasional), halal haram, riba
(emosional) dam keberkahan produk yang dikonsumsi atau digunakan
(spiritual) sebagai daya tarik untuk menciptakan transaksi bisnis sebagai
salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan.
Lebih jelas, sistem kerja spiritual marketing dapat dijelaskan pada
gambar berikut:
34
34 Ali Hasan, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar
Bank Syariah, Op. Cit., hal.10-12.
Strategi Mind Share
Soul Marketing
Marketing Share
Spiritual Marketing Program
Heart Share Value
Wellet Share
Customer Trust
OK
Customer Loyality
Customer Satisfaction
Customer Trusted
Floating Segment
Customer Distrust
Not OK
37
Dengan menerapkan sistem kerja spiritual marketing seperti yang
dijelaskan pada bagan di atas, tidak menafikan akan keberadaan target
keuntungan yang melimpah atas sebuah bisnis. Yang membedakan adalah
bagaimana cara yang ditempuhnya untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal tersebut. Dalam arti lain dengan menggunakan sistem kerja
spiritual markeing orientasinya bukan hanya pada persoalan duniawi tetapi
juga pada aspek ukhrowi.
Al-Qur’an dan sunah tidak melarang beribadah dengan motivasi
meraih surgawi atau menghindar dari siksa neraka, demikian juga tidak
melarang meraih keuntungan sebagai motivasi berbisnis (dan marketing
sebagai bagian dari strategi bisnis), memperoleh penghasilan/ gaji/ imbalan
sebagai motivasi bekerja. 35
Inti dari sistem kerja spiritual marketing adalah didasarkan pada
sifat jujur yang merupakan sifat para nabi dan rasul yang diturunkan Allah
SWT. Nabi dan rasul datang dengan metode (syariah) yang bermacam-
macam, tetapi sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran.
Sistem kerja spiritual marketing tidak menafikan kualitas dari
produk yang hendak ditawarkan pada konsumen, produk yang ditawarkan
juga menjadi prioritas utama untuk meraih costumer loyality. Islam juga
mengajarkan kepada ummatnya dalam bermuamalah untuk juga
memperhatikan sisi kualitas barang yang hendak dipasarkan atau dijual
kepada orang lain. Karena sesungguhnya dalam Al-Qur’an sendiri memuji
35 Ibid., hal. 12.
38
kelompok kecil yang berkualitas dan mengecam kelompok yang banyak
yang tidak berkualitas. Dalam surat At-Taubah ayat 25 Allah berfirman :
��pfªإذ أ�¬�~�� آ ��se م{Yة وf�ªآ �_fy� u�آ� ا_[\ g lm}ا¢
� c»�� ��s� و¹�cº ���� اkرض co ر¹�e ��[ و_[�~� ²p �m
�Yfug)٢٥( Artinya :”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin)
di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
hunain, yaitu di waktu kamu berbangga karena banyaknya
jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun” (QS. At Taubah: 25)
Karena itu sedikit atau kecil selama berkualitas lebih utama
daripada banyak yang tidak berkualitas. Manusia tidak dinilai dari
penampilannya, jasmani atau pakainnya, tetapi lebih pada kualitas akal,
ilmu, iman, dan ahlaknya. Sedikit yang bersinambung menjadi lebih baik
karena ”sedikitnya” tidak mengundang keletihan dan ”kesinambungannya”
dapat mengantar pada peningkatan kualitasnya.36
Dewasa ini, persoalan kualitas dari sebuah produk menjadi
tantangan dan persoalan tersendiri dari sebuah usaha. Apalagi jika dikaitkan
dengan kebijakan pemerintah yang menganut paham pasar bebas atau yang
biasa disebut AFTA (ASEAN Free Trade Agreement)37 dimana pada aspek
36 M. Quraish Shihab, Berbisnis Dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia-
Akhirat, (Tangerang: Lentera Hati, 2008), hal. 145. 37 Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara
anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative advantage), serta pro dan kontra dibidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.
39
kualitas barang menjadi satu keharusan yang harus dipenuhi agar sebuah
produk dapat bersaing, laku dan diterima di masyarakat.
Akan tetapi persoalannya akan berbeda jika dari kita sendiri
mengesampingkan arti penting dari sisi kualitas produk. Hal ini semakin
diperparah jika pelaku usaha hanya berorientasi mengejar target permintaan
pasar dan lupa akan hal penting lainnya yaitu kualitas. Maka dari itulah
perlu adanya kesadaran diri pelaku bisnis dalam menjalankan bisninya
dengan dilandasi nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dalam semua proses
berbisnis untuk mencapai hasil yang maksimal, termasuk kejujuran dalam
memasarkan produk. Karena posisi seorang marketer menjadi ujung tombak
dalam berbisnis, disnilah dibutuhkan seorang marketer yang mampu
mengilhami dan melakukan proses marketing dengan penuh kejujuran.
Islam menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam kerjasama bisnis sebagaimana Islam
menghargai nilai-nilai keadilan, dan mengecam kedzaliman, sebab
kedzaliman akan menciptakan kecurangan, karena itu hanya dengan
kejujuran keadilan dapat diwujudkan.38
Bagi pelaku bisnis, kejujuran dan keadilan merupakan satu hal
yang sulit untuk dilakukan, namun inilah tantangannya. Tantangan yang
harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik, sebagai seorang muslim yang
baik, tentunya kejujuran dan keadilan harus ditaatinya agar kerjasama dalam
menjalankan bisnis membawa keselamatan dunia dan akhirat.
38 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah; Kaya Di Dunia Terhormat di Akhirat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 242.
40
Belajar dari pengalaman hidup Nabi Muhammad SAW yang dari
sejak kecil sudah dididik untuk hidup mandiri dan berwirausaha. Saat itu
beliau biasa mengembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di
Makkah dengan imbalan uang berupa dinar. Padahal, beliau hidup di tengah
keluarga yang berkecukupan. Keluarga ayahnya adalah pembesar Quraisy.
Namun, beliau telah menunjukkan karakater kepemimpinan yang telah
dibina sejak kecil.
Pada usia 25 tahun, beliau mulai bisnis hingga mancanegara.
Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran dan kemuliaan akhlak
beliau, Khadijah pun menawarkan kerjasama kepada Muhammad SAW.
untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan
lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang lain.
Muhammad SAW menerima tawaran ini dan beliau pun berangkat ke
Negeri Syam (sekarang Suriah dan Libanon).
Ahlak Muhammad SAW yang mulia dan kejujuran serta
kecakapannya dalam berbisnis, membuat namanya terkenal di seantero
Jazirah Arabia. Hal ini membuat Khadijah jatuh hati. Akhirnya, Khadijah
pun menikah dengan Muhammad Al Amin.39
Dalam melakukan usaha perdagangan itulah sekaligus Rasulullah
juga turut mempraktekkan bagaimana menjadi seorang markter yang baik
dan sukses, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya masyarakat kota
39Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Op. Cit., hal. iv.
41
Makkah saat itu mengagumi dan menyanjung tentang etikad dan cara yang
dipakai Rasulullah dalam berbisnis.
D. Spiritual Marketing Dalam Perspektif Etika Bisnis Syariah
Etika binis lahir di Amerika pada tahun 1970-an kemudian meluas
ke Eropa tahun 1980-an dan menjadi fenomena global di tahun 1990-an.
Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan
masalah-masalah moral dari bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di
Amerika Serikat. Ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih
menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007
di Bali. Ketika sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan
etika industri negara-negara maju yang menjadi sumber penyebab global
warming agar dibatasi, Amerika menolaknya.40
Istilah etika41 diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard
of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Etika ialah
suatu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral
yang dilakukan oleh seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar
mengenai perilaku standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika
manajemen ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Dengan
40 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op. Cit, hal. 198-199. 41 Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan yang merupakan
bagian dari filsafat. Menurut Webster Dictionary etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisir tentang tindakan moral yang benar. Perbedaan antara akhlak dan etika ialah etika merupakan cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlak ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran dari Allah SWT dan Rasul (Ibid, hal. 204).
42
demikian maka sesungguhnya perilaku yang etis itu ialah perilaku yang
mengikuti yang mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur
dan sumber utamanya adalah Al-Qur’an dan Hadits.42
Proses marketing yang sering kali bersinggungan dengan orang lain
yang memiliki tingkat pemahaman dan selera yang berbeda perlu
memperhatikan sensitifitas dari calon konsumennya. Untuk memikat
konsumen itulah diperlukan adanya pendekatan-pendekatan emosional dan
berkesinambungan dengan cara yang santun.
Dalam etika bisnis, proses marketing yang sesungguhnya adalah
dengan tetap mengedepankan sisi etika kepada para stakeboleder-nya.
Menjalin relasi (baca: Silaturrahmi) dan hubungan baik mutlak diperlukan
untuk menjaga kepercayaan antara yang berkepentingan. Karena, dengan
bersilaturrahmi itulah seseorang akan dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang ada pada masing-masing individu.
Bersilaturrahmi berarti membuka diri untuk memperoleh ide atau
gagasan-gagasan brilian. Bersilaturrahmi merupakan saat yang paling tepat
bagi kita untuk saling mencurahkan gagasan. Curah gagasan atau
brainstorming akan memudahkan kita untuk memperoleh segudang gagasan
dalam waktu cepat. Semakin kaya dengan gagasan semakin melimpah ide.
Alhasil, semakin leluasa menikmati hidup penuh solusi dan karya.43
42 Ibid, hal. 202. 43 Andrew Ho dan Aa Gym, Op. Cit., hal. 148.
43
Upaya untuk bersilaturrahmi merekatkan persaudaraan sendiri
sebenarnya sudah merupakan bagian dari ibadah. Akan tetapi, silaturrahmi
akan lebih powerfull apabila di dalamnya terkandung pula semangat untuk
saling memperbaiki kualitas ibadah.44
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 ;
)٥٦(و¹�v cg ا_¬�[ وا��¾ إu�x�_ Zون Artinya :
”Dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku”45 (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen sangat
dibutuhkan untuk menjaga pemasukan tetap dalam sebuah usaha, ketika
konsumen tersebut sudah beralih kepada pilihan lain dari produk yang biasa
digunakan, secara tidak langsung ini akan berimplikasi pada pemasukan
bisnis yang kita geluti.
Konsumen merupakan stakeholder yang hakiki dalam bisnis
modern. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya konsumen yang
menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Slogan The
Customer is King bukan hanya bermaksud menarik sebanyak mungkin
konsumen, melainkan mengungkapkan tugas pokok produsen atau penyedia
jasa untuk mengupayakan kepuasan konsumen.
Karena itu dalam hubungannya, produsen harus memperlakukan
konsumen dengan baik. Hal ini secara moral tidak saja merupakan tuntutan
etis, melainkan juga sebagai syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan
44 Ibid., hal. 150. 45 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Op.Cit, hal. 417.
44
bisnis. Disinilah kemudian terdapat pergeseran dari konsumen ke pelanggan
yaitu konsumen tetap menjadi penentu keberhasilan suatu bisnis.46
Kaitannya dengan menjaga hubungan baik antara produsen dan
konsumen disinilah nanti peran dari marketing akan sangat menentukan.
Menjadi hal yang sia-sia jika sebuah perusahaan meski memiliki nama besar
dan jaminan kulaitas produk yang bagus akan tetapi pada tataran proses
marketingnya ada yang menciderai konsumennya. Yang terjadi konsumen
akan merasa dirugikan dan sakit hati jika pada tahap awal sudah merasa
tidak nyaman untuk hendak menggunakan atau membeli sebuah produk.
Untuk itu dalam etika bisnis Islam terdapat lima pilar yang dijadikan
seorang marketer untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang berakibat
fatal dalam menjalankan tugas bisnisnya. Lima konsep dasar tersebut ialah ;
1. Konsep Ihsan
Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja
tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada optimalisasi
sehingga memperoleh hasil maksimal, ini tidak sama dengan
perfeksinonisme melainkan optimalisme. Perfeksinonisme tidak
dianjurkan karena ini tidak mungkin dicapai oleh manusia, karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
2. Itqan
Berarti membuat sesuatu dengan teliti dan teratur, jadi harus bisa
menjaga kualitas produk yang dihasilkan, adakan penelitian dan
46 Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Op.Cit, hal. 103-105.
45
pengawasan kualitas sehingga hasilnya maksimal. Allah SWT. telah
menjanjikan bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka dia akan
menunjukkan jalan kepadanya dalam mencapai nilai yang setinggi-
tingginya.
3. Konsep Hemat
Hemat telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu
kepada ummat Islam. Kita harus hemat, jangan boros. Pekerjaan
memboros-boroskan harta adalah teman syaitan. Kita harus hemat
dengan harta tapi tidak kikir dan tidak menggunakannya kecuali untuk
sesuatu yang benar-benar bermanfaat.
4. Kejujuran dan Keadilan
Inilah konsep yang membuat ketenangan hati bagi orang yang
melaksanakannya. Kejujuran yang ada pada diri seseorang yang mebuat
orang lain senang berteman dan berhubungan dengan dia. Di dalam
bisnis pemupukan relasi sangat mutlak diperlukan, sebab relasi ini akan
sangat membantu kemajuan bisnis dalam jangka panjang.
5. Kerja Keras
Rasulullah SAW. sangat terkenal dengan pelaksanaan konsep ini. Kita
mengetahui bagaimana Rasulullah SAW. masa kecilnya telah mulai
bekerja keras mengembalakan domba orang-orang makkah dan beliau
menerima upah dari pengembalaan itu. Setelah umur dua belas tahun
46
beliau mulai berdagang bersama kafilahnya dari satu kota ke kota
lainnya. Sangat dianjurkan kerja keras itu dilakukan sejak pagi hari. 47
Dalam melakukan proses marketing juga perlu diwaspadai dampak
negatif psikologis yang mungkin akan timbul, sehingga membahayakan
kepribadian seseorang, seperti yang dilansir Dewan Syariah Partai Keadilan,
yaitu adanya eksploitasi obsesi yang berlebihan untuk mencapai terget
jaringan dan penjualan. Karena terpacu oleh sistem ini, maka suasana yang
tak kondusif kadang mengarah pada pola hidup hura-hura ala jahiliyah.48
Menurut sistem etika Islam, manusia menduduki tempat pusat di
alam. Ia bukan hanya elemen dalam kemahaluasan ciptaan Tuhan,
melainkan memberikan tujuan bagi semua yang maujud. Etika Islam
didasarkan atas pengakuan yang jelas bahwa sifat-sifat dasar alam manusia
dapat dinetralkan dengan baik pada suatu tingkat pribadi. Mereka tidak
pernah dapat dihapuskan sama sekali dalam eksistensi sosialnya. Islam tidak
menwarkan kepada umat manusia serangkaian improvisasi idealistis
melainkan suatu perspektif yang pasti. Tak satupun sistem etika yang
mengabaikan hukum-hukum alam demi beberapa macam idealisme
munafiq. Dapat menemukan tempat dalam suatu wahyu yang diturunkan,
karena hanya tuhanlah yang paling mengetahui mahluknya :49
��s�Wg �_ا ��� ذ{�cإ�[£� آ �£Tه� رcp° cg �Y±v°)١٦(
47 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op.Cit., hal. 205-207. 48 Http://Agustianto.Niriah.Com/2008/05/16/Multilevel marketing dalam perspektif fiqih
islam, diakses pada tanggal 16 Mei 2008. 49 Syed Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis, (London: The
Islamic Fondation, 1981). Diterjemahkan oleh Husin Anis dan Asep Hikmat dengan judul Etika dan Ilmu Ekonomi; Suatu Sintesis Islami, (Bandung: Mizan, 1985), hal. 77.
47
Artinya : “Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh
Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat baik” (QS. Adz-Dzariyat : 16)50
Kedudukan etika dalam kajian filsafat merupakan pokok bahasan
yang penting, selain persoalan metafisika, estetika, dan epistimologi. Dalam
lingkup kajian filsafat, estetika menjadi salah satu bagian pembahasan
dalam bidang aksiologi. Hal ini dikaitkan karena etika membahas dan
mempersoalkan tentang nilai.51
Etika sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia
merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi
sebagai manusia. Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani (ethikos)
mempunyai beragam arti; Pertama, sebagai analisis konsep-konsep
mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah,
wajib, tanggung jawab dll. Kedua, pencarian ke dalam watak moralitas atau
tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara
moral.52
Sebagaimana dikutip oleh Muhammad dan R. Fauroni, dalam
khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai al-akhlak, al-adab atau
50 Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 416. 51 Muhammad, dan R. Lukman Fauroni, Op. Cit., hal. 68. 52 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19,
(Yogyakarta: Kanisius, 1999), hal. 5.
48
al-falsafah al-adabiyah, 53 yang mempunyai tujuan untuk mendidik
moralitas manusia.54
Jika ditinjau dari beberapa pengertian, pendapat dan prinsip-prinsip
etika dalam berbisnis di atas, konsep marketing telah mengadopsi beberapa
hal yang terdefinisikan dan yang menjadi prinsip dalam etika bisnis tersebut.
Dengan demikian, spiritual marketing merupakan sebuah konsep marketing
yang familier atau sangat dekat dengan etika bisnis Islami.
Dengan dimulai dari proses penciptaan, penawaran dan penjualan,
dalam konsep marketing syariah telah diuraikan secara jelas bagaimana agar
beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses marketing dapat sesuai
dengan ajaran Islam (syariah).
E. Spiritual Marketing Dalam Perspektif Keadilan Ekonomi Syariah
Dalam sistem ekonomi syariah, keadilan55 merupakan nilai paling
asasi dalam ajaran Islam. menegakkan keadilan dan memberantas
kedzaliman adalah tujuan utama dari risalah para Rasulnya. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Hadid ayat 25.
53 Elias A. Elias dan Ed. E. Elias, Modern Dictionary Engglish Arabaic, (Kairo: Elias
Modern Publishing House & Co, 1986), hal. 254. 54 Hans Daiber, in Seyyer Hossein Nasr and Oliver Leaman, History of Islamic
Philosophy, (London: Rotledge, 1996), hal. 842-843. 55 Terminologi keadilan dalam Al-Qur’an disebutkan dalam berbagai istilah, antara lain
‘adl, qisth, mizan, hiss, qasd atau variasi ekspresi tidak langsung sementara untuk terminologi ketidakadilan adalah zulm, itsm, dhalal, dan lainnya. Setelah kata ‘Allah’ dan ‘pengetahuan’, keadilan dengan berbagai terminologinya merupakan kata yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur’an. (Baca : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yoyakarta kerjasama dengan BI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 59.
49
ان _��}م �o_ب واc~�_ا �£xg cs_ _u� أرcsÀ رcs��_c csÀت وأ�
�x�_س وc]s^_ ·mcsgو uYu� س§ \�m uYuW_ا cs_ ا_c]sس Á��_c وأ�
� ÂfysY ورU�²_c \À إن[g \]_ا Y � Ã٢٥(ا_[\ �}ي( Artinya :
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-
rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha kuat lagi Maha Perkasa”
Seluruh ulama terkemuka sepanjang sejarah Islam menempatkan
keadilan sebagai unsur paling utama dalam maqashid syariah. Ibn Taimiyah
menyebut keadilan sebagai nilai utama dari tauhid, sementara Muhammad
Abduh menganggap kedzaliman (zulm) sebagai kejahatan yang paling buruk
(aqbah al-munkar) dalam kerangka nilai-nilai Islam. Sayyid Qutb menyebut
keadilan sebagai unsur pokok yang komprehensif dan terpenting dalam
semua aspek kehidupan.56
Salah satu dari prinsip dalam bermuamalah yang harus menjadi
akhlak dan harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap adil (al ‘adl).
Cukuplah bagi kita bahwa al-Qur’an telah menjadikan tujuan semua risalah
langit adalah melaksanakan keadilan. Al-‘Adl (Yang Maha Adil) adalah
termasuk diantara nama-nama Allah (Asma’ Al Husna). Lawan kata dari
keadilan adalah kedzaliman (ad-dzulm) yaitu sesuatu yang diharamkan
56 Ibid., hal. 59.
50
Allah atas diri-Nya sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-hamba-
Nya.57
Keadilan menjadi pilar utama dalam kegiatan berbisnis termasuk
dalam proses marketingnya. Bagaimana seorang marketer dituntut untuk
mampu bersikap adil kepada para konsumennya. Adil dalam memeberikan
informasi dan pelayanan ketika menawarkan sebuah produk agar konsumen
tidak merasa dirugikan. Adil kepada Allah SWT dengan menyalurkan
hartanya kepada yang kurang mampu, dengan demikian seorang marketer
yang mengilhami konsep spiritual marketing bukan hanya dituntut untuk
bertanggung jawab dalam hal keadilan kepada sesama melainkan juga
kepada Allah SWT.
Dalam Islam, keadilan merupakan sesuatu yang mutlak harus
dirasakan dan dicapai serta dipenuhi oleh penguasa. Agama Islam menyuruh
berpegang teguh keadilan itu dengan sepenuh-penuhnya, tidak memandang
kerabat jauh atau dekat, terhadap dirinya sendiri dan kaum keluarga ataupun
terhadap yang mampu atau miskin, karena mereka semua berhak
mendapatkan keadilan. Ajaran Islam memperlakukan hukum secara adil
kepada siapapun.58
Keadilan merupakan suatu masalah yang sangat sulit diterapkan,
mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Terutama keadilan
dibidang ekonomi dan hukum. Keadilan itu termasuk kata abstrak yang
berasal dari kata abdi. Menurut Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat
57 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 112. 58 Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1995), hal. 469.
51
sebelah (tidak memihak), sepatutnya tidak sewenang-wenang. Menurut
Mahmoud Syaltout, keadilan adalah puncak kebahagiaan yang diusahakan
oleh setiap orang untuk memperoleh hak mereka, diberi pahala karena amal
soleh seseorang di akhirat kelak. Al Marbawy dalam kamusnya “keadilan
itu adalah kebenaran, tidak dzalim”.59
Islam menyuruh berpegang teguh keadilan itu dengan sepenuhnya,
tidak memandang kerabat jauh atau dekat, terhadap diri sendiri dan kaum
keluarga atau pun terhadap yang mampu atau pun yang miskin, karena
mereka semua berhak untuk mendapatkan keadilan. Agama Islam
memperlakukan hukum secara adil kepada siapapun.60
Keadilan ekonomi, menurut Syafi’i Antonio, yaitu bahwa konsep
persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam
masyarakat dan di hadapan hukum harus diimbangi dengan keadilan
ekonomi. Tanpa pengimbangan tesebut, keadilan sosial akan kehilangan
makna. Dengan keadilan ekonmi, setiap individu akan mendapatkan haknya
sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap
individu pun harus terbebas dari eksploitasi individu lainnya. Islam dengan
tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain.61
Eksploitasi manusia pada semua tingkatan dalam bentuk apapun
dan dalam kondisi apapun adalah anti Islam dan harus diakhiri. Adanya
unsur eksploitasi berarti mengindikasikan bahwa dalam proses marketing
tersebut tidak memperhatikan sisi keadilan. Ini jelas sangat bertentangan
59 Ibid, hal. 46. 60 Ibid, hal. 466-469. 61 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. 14.
52
dengan Al-Qur’an. Karena sesungguhnya Islam mendukung prinsip
keadilan. Merujuk pada Al-Qur’an, peranan firman-firman Allah SWT yang
disampaikan oleh Rasul-Nya adalah untuk menegakkan keadilan. Kaum
muslim yang berkedudukan sebagai pemimpin diharapkan untuk bertindak
adil terhadap pengikut atau bawahannya.
Secara umum, Islam mendukung semua prinsip dalam pendekatan
keadilan distributif terhadap etika, namun dalam proporsi yang seimbang.
Islam tidak mendukung prinsip keadilan buta. Kebutuhan semata-mata tidak
memerlukan keadilan. Karenanya, seorang muslim yang tengah berusaha
untuk keluar dari situasi menindas lebih membutuhkan bantuan dibanding
orang yang sekedar menuntut hak sebagian kekayaan dari orang-orang
kaya.62
Spiritual marketing mengambil teladan Rasulullah SAW dalam
konsepnya. Yaitu bagaimana prinsip keadilan dilakukan dengan tegas
terhadap berbagai bentuk kegiatan perdagangan di jaman Rasulullah SAW.
Beliau menjaga semua bentuk perdagangan yang mempunyai arti keadilan
dan kesamarataan bagi semua pihak dan melarang segala bentuk
perdagangan yang tidak adil ataupun mendorong pada keributan dan
pertengkaran perdagangan (mirip perjudian) atau mengandung unsur riba
dan tipu muslihat ataupun bentuk perdagangan yang menyebabkan
keuntungan bagi seseorang tetapi merugikan orang lain.63
62 Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Op.Cit, hal. 50-53. 63 A Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf, 1995), hal. 36.
53
Keadilan merupakan prinsip dasar dan utama yang harus
ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan
berekonomi. Prinsip ini mengarahkan setiap individu agar dalam melakukan
aktifitas ekonominya tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Islam
juga pada dasarnya juga menganut kebebasan terikat, maksudnya kebebasan
dalam melakukan transaksi dengan tetap memegang nilai-nilai keadilan,
ketentuan agama dan etika.64 Inilah menjadi alasan mengapa Muhammad
Syakir Sula dalam konsepnya mengenai spiritual marketing tetap
mengedepankan sisi moral dan etika bisnis yang berkeadilan.
F. Syariah Marketing
Kata “syariah” (asy-syariah) telah ada dalam bahasa Arab sebelum
Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat dan Injil.
Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali, yang selalu
mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan sebagai
wujud kekuasaan-Nya atas segala perbuatan manusia”.65
Sedangkan kata syariah dalam al-Qur’an, disebutkan hanya sekali,
yaitu pada surat al-Jaatsiyah :
Z �Y±]_أه}اء ا ·�]~p Zو c£x�]pcm fgkا �g ¥xYf� �� كcsx« ]��
)١٨(oxY}ن Artinya :
64 Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, (Kairo, Mesir:
Maktabah Wahbah, 1995). Diterjemahkan oleh Zainal Arifin dan Dahlia Husin dengan judul, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 173.
65 Encyclopedia Britannica, X, (Micropeadia), hal 49. Penulis kutib dari Muhammad Said Al-Asymawi, Ushul Asy-Syariah (Nalar Kritis Syariah), Kairo, Mesir. 1978.
54
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui” (QS. Al-Jatsiyah, 45:18).
Kemudian kata itu muncul dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan
derivatnya sebanyak tiga kali:
cgإ_�� و cs�eوا_[±ي أو ce{� \ �]و� cg �Yu_ا �g ��_ عf�
fاه�� و�À{g و���� )١٣( ……و�[cs� \ إArtinya :
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kapada
Ibrahim, Musa, dan Isa ...” (QS. Asy-Syuura, 42:13).
… c«c£sgو ¥�f� ��sg csx« Ç��_ ÈW_ا �g ءكc«….)٤٨( Artinya :
“Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, Kami berikan aturan
(syariah) dan jalan”.(QS. Al-Maidah, 5:48).
¥oآ Z{_ذن \ ا_[\ و§Y �_ cg �Yu_ا �g �£_ ا{�f� ءcآf� �£_ أم
� _£� �±اب أ_�� �o_c]É_وإن[ ا �£s� l��_ �yÊ_٢١(ا( Artinya
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan
Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah)
tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-
orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (QS. Asy-Syuura, 42:21).
Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau, berasal dari kata syir’ah dan
syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil
55
air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan
bantuan alat lain.66
Syekh Al-Qaradhawi,67 mengatakan cakupan dari pengertian syariah
menurut pandangan Islam, sangatlah luas dan konprehensif (al-Syumul),
didalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai
dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga
(seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan,
industri, perbankan, asuransi, utang piutang, marketing, hibah), aspek
ekonomi (permodalan, zakat, bait al mal, fa’i, ghanimah) , aspek hukum dan
peradilan, aspek undang-undang, hubungan antar negara dan sebagainya.
Beberapa ucapan Rasulullah SAW berikut telah menjadi kaidah yang
sangat berharga bagi para pekerja keras yang menjujung tinggi
profesionalisme dan kejujuran.
“Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan
sebuah kewajiban, disamping tugas-tugas lain yang diwajibkan”. (HR. Al Baihaqi). “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk dalam
golongan para nabi, orang-orang yang benar tulus, dan para
syuhada”. (HR. Al Tirmidzi, Al Darimi, Al Daruqutni). “Allah SWT memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang
bersikap baik ketika menjual, membeli dan mebuat suatu
pernyataan”. (HR. Al Bukhari). Hadits-hadits ini banyak menjadi panduan bagi pelaku bisnis syariah
yang ingin mengembalikan cara-cara bisnis yang beradab dan bermoral,
tanpa ada penipuan, penzaliman, dan eksploitasi kelemahan orang lain untuk
66 Lihat Mu’jam Alfazh al-Qur’an al-Karim, Kairo: majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, juz 2, hal. 13.
67 Yusuf al-Qaradhawi, Op. Cit, hal.
56
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Bisnis syariah adalah bisnis yang
santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-
masing sebagaimana yang dicontohkan dalam bisnis Nabi Muhammad
SAW.68
Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada lagi yang perlu diragukan
untuk mengetahui secara eksplisit hukum dari proses marketing dalam
berbisnis karena sesungguhnya baik dalam Al-Qur’an dan Hadits telah
sedikit banyak memberikan penjelasan meskipun tidak terdapat definisi
secara spesifik tentang marketing. Dan ini merupakan momentum yang tepat
untuk kembali kepada ruh marketing yang sesungguhnya seperti yang telah
dipraktekkan Rasulullah SAW.
Pembahasan mengenai marketing atau pemasaran seperti yang telah
sedikit dijelaskan diawal, dalam Islam memang tidak ada yang secara
spesifik membahasnya. Tetapi jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip Fiqh
Muamalah, marketing tidak menjadi sesuatu yang dipermasalahkan
statusnya. Dalam perspektif hukum Islam pun, pemasaran menjadi sesuatu
yang sah karena di dalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam.
Berangkat dari definisi pemasaran yang disepakati dewan World
Marketing Association (WMA) dalam World Marketing Conference di
Tokyo pada April 1998, 69 Muhammad Syakir Sula mendefinisikan
68 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. 45-46 69 Pemasaran didefinisikan sebuah disiplin bisnis srategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya. (Marketing is a strategic business discipline that directs the process of creating, offering, and
57
marketing perspektif syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu
inisiator kepada stakeholders-nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam (Marketing Syariah
is a strategis business discipline that directs the process of creating,
pffering, and changing value from one initiator to its stakeholders, and the
whole process should be in accordance with muamalah principles in
Islam).70
Pemasaran dalam perspektif syariah juga dapat didefinisikan segala
akifitas bisnis dalam bentuk kegiatan penciptaan nilai (value-creating) yang
memungkinkan pelakunya bertumbuh serta mendayagunakan
kemanfaatannya yang dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan,
dan keikhlasan sesuai proses yang berprinsip pada akad bermuamalah
Islami.71
Agustianto menjelaskan bahwa dalam kegiatan muamalah (baca:
berbisnis) hendaknya dilandasi dengan menggunakan prinsip Islami
(Syariah). Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa bisnis dalam Syariah
Islam pada dasarnya termasuk kategori muamalah yang hukum asalnya
adalah boleh berdasarkan kaidah Ushul Fiqh,
��kا ¥gcxo_cىm ¥ecا� �~e ]لuY ��_]u_ا �� c£oYfWp
changing value from one initiator to its stakeholders). Definisi pemasaran ini dipresentasikan oleh Hermawan Kertajaya dalam World Marketing Conference di Tokyo pada April 1998 dan telah diterima oleh anggota dewan World Marketing Association (WMA) sebagai satu-satunya proposal definisi pemasaran yang meliputi seluruh dunia dana akan didistribusikan kepada para akademisi sebagai sebuah dokumen diskusi yang formal.
70 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah, Op.Cit, hal. 425. 71 Abdullah Amrin, Op .Cit, hal. 207.
58
Artinya : ”Pada dasarnya segala hukum dalam muamalah adalah boleh,
kecuali ada dalil/prinsip yang melarangnya”
Islam memahami bahwa perkembangan budaya bisnis berjalan
begitu cepat dan dinamis. Berdasarkan kaidah fiqih di atas, maka terlihat
bahwa Islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan berbagai
improvisasi dan inovasi melalui sistem, teknik dan mediasi dalam
melakukan perdagangan. Namun, Islam mempunyai prinsip tentang
pengembangan sistem bisnis yaitu harus terbebas dari unsur dharar
(bahaya), jahalah (ketidakjelasan) dan zhulm ( merugikan atau tidak adil
terhadap salah satu pihak). Sistem pemberian bonus harus adil, tidak
menzalimi dan tidak hanya menguntungkan orang yang di atas. Bisnis juga
harus terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari tujuh unsur, yaitu :
1. Maysir (judi)72
2. Zhulm (Aniaya)
3. Gharar (penipuan)
4. Haram73
72 Dari beberapa definisi fiqih, hakikat Maysir dapat disimpulkan sebagai suatu permainan yang mengandung zero sum game, yaitu menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain akibat permainan tersebut. Lihat saja misalnya dalam perjudian, ada bandar dan ada beberapa pemain. Setiap pemain menyerahkan uang untuk dipertaruhkan. Ketika salah satu pemain menjadi pemenang, dia akan memperoleh uang taruhan dari beberapa pemain yang lain, sementara para pemain yang lain harus menanggung kerugian. Inilah Maysir. Apakah para pemain judi tidak menggunakan perhitungan yang matang dalam permainan tersebut? Walapun pada beberapa kasus, bisa jadi mereka menggunakan perhitungan yang matang, namun mereka akan kehilangan kontrol jika sudah terlena (baik ketika menang atau kalah), sehingga yang lebih mendominasi adalah mengikuti hawa nafsu. Di sinilah kemudian kita mengaitkan dan mengidentikkan Maysir (perjudian) dengan tindakan spekulatif yang dilarang. Sehingga, dalam hal ini Islam melarang Maysir karena Islam sangat menganjurkan usaha produktif. Dengan melarang maysir maka Islam telah memberikan seluruh insentif kepada sektor yang produktif dan menutup sama sekali celah mengalirnya insentif kepada sektor yang tidak produktif (spekulasi).
59
5. Riba (bunga)74
6. Iktinaz atau Ihtikar dan
7. Bathil75
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
umat Islam senantiasa diharuskan untuk mencari nafkah dan rezeki untuk
kehidupannya dengan jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama Islam.
Selain itu, umat Islam juga diharuskan untuk bekerja keras sesuai dengan
kapasitas dan kemampuannya dan tidak memaksakan, karena jika hal ini
dipaksakan yang terjadi adalah seorang manusia akan cenderung
menggunakan segala cara agar mendapatkan penghasilan semaksimal
mungkin.
Dalam marketing, sebuah usaha keras mutlak dibutuhkan seorang
marketer agar target angka penjualan perusahaan dapat dicapai dengan
menggunakan akal pikiran dan kemampuan yang dia miliki. Artinya tidak
memaksakan kehendak diluar kapasitas kemampuannya, dengan demikian
73 Menurut Cyril Glasse (baca: Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Cet. Ke 2. 1999) judul buku asli yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gufron A. Mas’adi [The Concise Encyclopaedia of Islam], definisi dari Haram (Lit. “larangan” berdasarkan ketentuan atau alasan wahyu). Sesuatu yang hukumnya haram. Menurut Fiqh (Hukum Islam) setiap perbuatan digolongkan kepada lima (5) kategori hukum. Yaitu Haram (larangan keras), Makruh (dibenci), Mubah (netral), Sunnah (anjuran), dan Fard (wajib).
74 Riba (berasal dari akar kata Raba: “berkembang”, “meningkat”, “melebihi”). Kelebihan keuntungan------“interest”-------- dari peminjaman uang dan barang yang menurut hukum Islam dilarang sebesar apapun. Pada beberapa negara Islam dewasa ini, keharaman praktek riba diberlakukan secara keras. Namun dalam hal ini, Muhammad Abduh menegaskan bahwa “interest yang bersifat moderat (adil) syah hukumnya”. Ia secara euphimisne dapat dipandang sebagai komisi untuk dapat mempertahankan ketentuan harfiah agama. Maka sejumlah lembaga perbankan berusaha mencarikan solusi yang mengembangkan sistem Mudhorobah. Sistem ini menempatkan pihak pemodal sebagai mitra usaha, yang pada akhirnya manfaatnya akan kembali kepada kedua kelompok tersebut.
75 Agustianto, Multi Level Marketing dalam Perspektif Fiqih Islam,
http://agustianto.niriah.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2008.
60
maka yang terjadi adalah seorang manusia akan terhindar dari hal-hal yang
dilarang oleh agama dalam bermuamalah.
c�cxg رc£]s_ا csx«١١(و( Artinya :
“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (An-Naba’ : 11)
Al-Qur’an mewajibkan setiap orang Islam supaya bekerja keras
menurut kadar usaha dan kemampuan untuk kesejahteraan hidupnya. Ia
mengingatkan umat Islam bahwa disegenap penjuru dunia terdapat sumber
rezeki tersebut. Umat Islam diseru supaya merantau di muka bumi untuk
mencari sumber kehidupan (setelah selesai beribadah). Firman Allah :
Ëm \]_ا ��m �g ²}ا~ ذا ¹��� ا_y[ ة f�~�cmوا lm اkرض وا
)١٠(واذآfوا ا_[\ آf�ªا _WÊp ��]x}ن Artinya :
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung” (Al-Jum’ah : 10)
Selain itu dalam Islam juga menganjurkan kepada para pemeluknya
untuk senantiasa mencari mata pencaharian yang layak dan yang tidak
melanggar ajaran agama Islam. Dalam hal ini pernah dijelaskan dalam
sebuah hadits yang menjelaskan bahwa salah satu pekerjaan yang baik dan
membawa berkah adalah perdagangan (perniagaan, jual beli, bisnis) seperti
yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dalam berbagai atsar disebutkan bahwa Luqman Al Hakim berkata
kepada anaknya,
61
“Wahai anakku, perhatikanlah mata pencaharian yang halal, karena jika seseorang menjadi miskin, maka dia bias terkena salah satu dari tiga
perkara; kelemahan dalam agamanya, kelemahan dalam akalnya dan
kepribadiannya yang menurun. Yang lebih besar dari tiga perkara ini
adalah adanya orang lain yang menganggap remeh terhadap dirinya”.
Perdagangan dan proses marketing merupakan serangkaian atau
satu kesatuan yang saling berkaitan. Ibarat sebuah mobil, perdagangan
merupakan body mobilnya dan marketing adalah bahan bakarnya. Ketika
salah satu dari kedua unsur ini tidak terpenuhi maka mobil tersebut tidak
bisa berjalan dan macet. Begitu juga dengan berbisnis, meskipun ada barang
dagangan namun tidak ada aktifitas marketing maka sudah dapat dipastikan
bahwa perdagangan tersebut tidak bisa berjalan dan membuahkan hasil.
Marketing dalam sebuah usaha juga turut membentuk kepribadian
dan lingkungan yang selalu mengedepankan keadilan. Pada aspek ini sangat
jarang diperhatikan oleh seorang marketer konvensional yang hanya
berorientasi pada target dan keuntungan yang maksimal tanpa mau
mempertimbangkan sisi konsumennya.
Dilihat dari prinsip dan prosesnya, maka marketing menjadi
sesuatu yang disahkan dan diperbolehkan oleh agama (baca: Islam), meski
dalam Al-Qur’an dan literatur lainnya tidak ada yang menyebutkan secara
detail tentang marketing, akan tetapi Rasulullah SAW sebagai manusia yang
dijadikan panutan oleh umatnya telah pernah melakukan hal yang demikian
yang pada saat itu belum ada sebutan istilah marketing, seiring dengan
perkembangan zaman maka yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dalam
62
berbisnis termasuk di dalamnya melakukan marketing pada saat itu sudah
dapat mencerminkan bahwa yang demikian itu adalah marketing.
Prinsip dasar pemasaran dalam Islam adalah adanya unsur
kebebasan dalam melakukan transaksi (tijarotan an taradhin) dengan
mengindahkan keridhaan dan melarang pemaksaan. Pada zaman Rasulullah
perdagangan yang dilakukan selalu didasarkan pada prinsip kebebasan.
Artinya kebebasan tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang bersangkutan,
yaitu antara penjual dan pembeli dimana tidak ada jual beli paksa. Salah
satu bentuk konkretnya terdapat dalam kitab bulugh al maram. Dalam bab
al bai bahwa Rasulullah melarang orang kota menjemput pedagang-
pedagang dari desa yang masih berada di luar kota untuk membeli barang
mereka dengan harga murah di mana orang-orang desa tersebut tidak diberi
kesempatan untuk masuk kota agar menjual barang dagangannya di pasar.
Sistem kebebasan ini merupakan suatu upaya untuk mempersingkat mata
rantai antara produsen dan konsumen.76
Berangkat dari pemahaman semacam ini, jika dilakukan sebuah
analogi berfikir maka sesungguhnya prinsip-prinsip yang terdapat dalam
pemasaran tidak bertentangan dalam ajaran Islam bahkan dalam perspektif
manajemen pemasaran menjadi sesuatu yang penting dalam transaksi jual
beli.77
76 Tentang riwayat tersebut dapat dilihat dalam al Hafidz Ibn Hajar al ‘Asqalani, Bulugh
Al Maram min Adillah al ahkam, (Surabaya: Salim Nabhan, t. th.), hal. 161. 77 Lihat, tesis yang disusun oleh Djunaidi Abdullah, Mahasiswa Program Pascasarjana
IAIN Walisongo Semarang, dengan judul Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah SAW (Sejarah Sosial Ekonomi Masa Rasulullah). 2008, hal. 64
63
BAB III
PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG
SPIRITUAL MARKETING
A. Biografi Dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula
1. Biografi Muhammad Syakir Sula
Muhammad Syakir Sula, lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 12
Februari 1964. Ia dikenal sebagai pakar Marketing Syariah, selain
dikenal luas sebagai praktisi dan pakar asuransi syariah, Syakir Sula
merupakan pembicara seminar serta penulis kolom dan buku yang
cukup produktif.
Jenjang pendidikan beliau diawali mulai dari pendidikan SD s.d.
SMA di Palopo, Sulawesi Selatan, Institut Pertanian Bogor (IPB)
selama 1 (satu) tahun, kemudian berlanjut di Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.
Selama masih duduk di bangku perkuliahan, aktifitas kegiatan
beliau tercatat di beberapa organisasi diantaranya adalah kajian-kajian
Jamaah Tarbiyah, Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar
Muhamadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pengajian Isa Bugis, Pengajian
Islam Jama’ah Darul Islam, Jama’ah Imran, Pengajian Bang Imad dan
Miftah Farid, dll.
Awal ketertarikan beliau untuk menekuni kajian ekonomi
syariah adalah ketika beliau masih berusia sangat muda. Pada tahun
63
64
1979-an, beliau adalah seorang remaja belia yang tekun untuk
menyimak khutbah jumat disebuah masjid. Beliau tertarik dengan
uraian ekonomi syariah yang sering disampaikan oleh sang khotib
jum’ah tersebut, karena rasa keingintahuan beliau yang begitu besar,
beliau terus memburu jadwal khutbah sang khatib yang sering
menyampaikan khutbah jum’ah tentang ekonomi syariah tersebut.
Kemana pun sang khatib tersebut ceramah, ia berusaha untuk terus
mengikutinya.
Sang khatib tersebut tak lain adalah Prof. Dr. Halide, seorang
pakar ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang sejak 1977
sudah giat untuk mengampanyekan konsep ekonomi syariah di
Indonesia.
Muhammad Syakir Sula merupakan salah satu dari 6 (enam)
orang pemegang gelar professional ahli asuransi syariah (FIIS - Fellow
of Islamic Insurance Society) di Indonesia, selain gelar professional ahli
asuransi konvensional (AAIJ). Mantan Direktur Tehnik & Direktur
Marketing Takaful Group ini, juga aktif sebagai Dewan Pengawas
Syariah (DPS) di 4 (empat) perusahaan asuransi syariah yaitu Nasional
Reinsurance - Syariah, Asuransi Panin Life - Syariah, Asuransi Central
Asia - Syariah, dan Perum Sarana Penjaminan - Syariah.
Beliau telah berpengalaman belasan tahun sebagai direktur
marketing di beberapa perusahaan berbasis syariah seperti asuransi
syariah (sebagai Direktur Takaful) , perbankan syariah (Asisten
65
Direksir BMI), pasar modal syariah (CEO di Batasa Group) dan juga
properti (Direktur The Nobel).78
Saat ini Muhammad Syakir Sula aktif sebagai Dewan Pengawas
Syariah (DPS) di beberapa perusahaan asuransi dan bank syariah antara
lain DPS Bank BTN Syariah, DPS Asuransi Panin Life (syariah), DPS
Asuransi Central Asia Raya (syariah), DPS Nasional Re (syariah) dan
DPS Jamkrindo (Penjamin Syariah), selain sebagai anggota KPS-BI
(Komite Perbankan Syariah) di Bank Indonesia, dan Staff Ahli Direksi
ICDIF-LPPI (Internasional Center of Development in Islamic Finance),
dan juga bergabung sebagai advesor di salah satu perusahaan
securitas “Risk & Risk” Management.
Sebagai aktifis ekonomi syariah, Muhammad Syakir Sula adalah
Sekjen MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), Wakil Ketua Umum IAEI
(Ikatan Ahli Ekonomi Islam), Ketua III PKES (Pusat Komunikasi
Ekonomi Syariah), Ketua Umum IIIS (Internasional Islamic Insurance
Society), Anggota Pleno DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-MUI),
Sekretaris LPK MUI (Lembaga Perekonomian & Keuangan Majelis
Ulama Indonesia), Deputi Ketua Divisi Humas BWI (Badan Wakaf
Indonesia), dan Wakil Ketua Komite Tetap Keuangan Syariah KADIN
Indonesia.
78 Lihat profil Muhammad Syakir Sula di
http://www.syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=26&Itemid=36 diakses hari senin, tanggal 13 Desember 2010 pukul 12.47.
66
Dalam bidang akademisi beliau adalah pengajar Islamic
Insurance di Program S2 dan S3 IEF (Islamic Economic & Finance)
Trisakti University, Pengajar Sharia Marketing Management di
Program Eksekutif MBA in Sharia Banking & Finance ITB-ICDIF
LPPI, dan pengajar tetap di IIIS (International Islamic Insurance
Society). Dia juga masih aktif sebagai Ketua Yayasan Fi Zhilal Al
Quran Jatinangor Bandung, sebuah pesantren mahasiswa yang ia
dirikan dan dipimpinnya 20 tahun yang lalu, ketika masih kuliah di
Universitas Padjadjaran Bandung, juga Dewan Pembina Yayasan Teuku
Laksamana Haji Ibrahim Pesantren Modern Islam ‘Dayah Jeumala
Amal’ Aceh Darussalam.79
Di bidang Bisnis & Entertainment Syariah menjadi kesibukan
beliau setelah selesai sebagai Direktur di Asuransi Takaful, Asisten
Direksi di Bank Muamalat, dan CEO di Batasa Tazkia Consulting.
Dalam bidang Entertainment Syariah beliau membuat program ”The
Spirit of Hijrah” (dokudrama yang bernuansa spiritual) dan Talkshow –
”MTZ” (MUI Menjawab Tantangan Zaman) – program sosialisasi
fatwa-fatwa MUI. President Director ”SS Production” (Production
House), membuat sinetron-sinetron bernuansa syariah, a.l: sinetron
”CEO Spiritual”, sinetron ”Marketing Bahlul”, reality show ”Spiritual
Business” dan Komisaris Utama PT. Amanah Bagi Bangsa, perusahaan
yang khusus melakukan workshop buku ”Amanah Bagi Bangsa
79 Ibid.
67
(Konsep & Sistem Ekonomi Syariah)”. Terakhir, sebagai Direktur
Utama The Noble, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
properti/apartemen.80
Dua tahun terahir ini, yaitu dimulai pada tahu 2009 pada bulan
suci Ramadhan beliau menggagas sebuah acara yang bertajuk ”Sukses
Syariah”. Sebuah tayangan edukatif yang bertujuan untuk sosialisasi
tentang perbankan syariah yang ditayangkan setiap hari di Metro TV
selama bulan suci Ramadhan waktu sahur.
Tapak kesuksesan beliau diawali ketika tahun 1995 ia diajak
mendirikan lembaga asuransi Islam yang kini bernama Takaful.
Bersama pakar ekonomi syariah lain, Syafi’i Antonio, dan beberapa
aktivis lainnya, Syakir Sula menjadi think tank lembaga asuransi
syariah pertama dan satu-satunya ketika itu. Beliau juga ikut merintis
Takaful dari nol. Mulai dari seorang agen pemasaran sampai menjadi
seorang direktur.
Saat ini, Takaful sudah menemukan masa kejayaannya, pada
tahun 2004 yang lalu asuransi Takaful menjadi perusahaan asuransi
terbaik. Karena perkembangan asuransi syariah di Indonesia ini cukup
baik, maka menjadi kebanggaan tersendiri ketika Indonesia saat ini
menjadi kiblat dunia, jika asuransi umum berkiblat ke London,
sedangkan asuransi jiwa ke Amerika, maka asuransi Islam ke Indonesia,
yaitu ke AASI.
80 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. vii-vii.
68
Karir Muhammad Syakir Sula di Takaful, menjadi cikal bakal
dalam menekuni dunia ekonomi syariah untuk kemudian merambah di
bidang lain. Beliau kemudian pindah ke Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dan dalam waktu yang sama beliau menjadi seorang konsultan di
pegadaian Syariah, Broker Syariah, Reksadana Syariah, dan lain
sebagainya.
Ada sebuah obsesi beliau yang hingga saat ini masih terpendam,
yaitu negeri ini harus bisa mengganti sistim ekonomi ribawi ke sistem
Islami. Alasan beliau adalah karena umat Islam merupakan umat
mayoritas di negara ini, dan sistim ekonomi syariah telah terbukti
mampu mengatasi terpaan krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu.
Beberapa latar belakang pendidikan dan aktifitas beliau di
beberapa oraganisasi, baik keagaaman dan bisnis yang turut membentuk
kepribadian dan kedisiplinan dalam keilmuan yang menjadi bidang
beliau. Dimulai dengan menjadi seorang pengasuh yayasan kecil yang
tanpa disangka bahwa semua itu memberikan manfaat bagi beliau saat
beliau merintis usaha dalam bidang asuransi Islam, dimana dituntut
untuk mampu memimpin sekian banyak orang yang menjadi nasabah
dan memahami karakter masing-masing nasabah agar tetap loyal.
Keberhasilan beliau dalam bidang marketing juga tidak jauh
beda dengan kesuksesan yang beliau alami ketika menjalankan usaha
asuransi Islam Takaful, karena kedua proses tersebut berjalan
69
beriringan yang mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu meraih
kesuksesan dengan jalan yang dihalalkan oleh agama Islam.
Kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan kehidupan beliau
saat masih muda membuat corak pemikirannya yang selalu Islam
Minded. Segala sesuatu harus sesuai dengan aturan agama Islam. Tidak
mengherankan ketika hal ini juga berpengaruh terhadap perilaku dan
pemikiran beliau dalam berbagai persoalan.
Saat ini beliau tinggal di sebuah apartemen di jalan raya
Casabalanca, bersama istri dan seorang putrinya. Untuk mengatur
jadwal kesibukan beliau maka dibuatlan “The Maestro Management”
sebuah manajemen yang mengatur dan me-manage seluruh waktu dan
aktifitasnya.
Secara kebetulan, penyusun telah beberapa kali bertemu secara
langsung dengan Muhammad Syakir Sula di event-event berbeda yang
berkaitan dengan ekonomi Syariah. Pertemuan pertama dimulai pada
event M-Life (Muslim Life) Festifal yang diselenggarakan oleh
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, PP MES, DPP IAEI, dan
FoSSEI di Jakarta dua tahun silam (September 2009). Kemudian
dilanjut dengan pertemuan kedua sewaktu penyusun mengikuti kegiatan
Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) Forum Silaturrahim Dan Studi
Ekonomi Islam (FoSSEI) IX di IAIN Sumatera Utara bulan Maret yang
lalu dimana pada saat itu beliau menjadi salah satu nara sumber pada
acara tersebut. Dan yang pertemuan terakhir dan mendapat sambutan
70
khusus dari beliau adalah sewaktu Silaturrahmi Nasional Masyarakat
Ekonomi Syariah pada Desember 2010 di Jakarta.
Dari pertemuan singkat tersebut, terlepas dari segala kekurangan
beliau sebagai ”manusia biasa”, namun penyusun memiliki penilain
tersendiri bagi beliau. Sosok yang smile, seorang motivator, lugas,
ramah dan sedikit humoris.
2. Karya-karya Muhammad Syakir Sula
Sebagai seorang penulis yang produktif, beberapa buku telah
beliau terbitkan diantaranya adalah buku dengan judul Asuransi Syariah
(Life And General); Konsep dan Operasional (Gema Insani, 2004)
sebagai sebuah buku pertama dan terlengkap yang membahas tentang
Asuransi Syariah. Buku ini menjadi teks book untuk mahasiswa
program Strata 1 (S.1) sampai dengan Strata tiga (S.3) Perguruan
Tinggi di Indonesia.
Buku pertama karya beliau ini bisa dikatakan sebagai buku
refleksi pengalaman-pengalaman beliau selama berkecimpung dalam
dunia Asuransi Syariah. Di awal bab telah sedikit dijelaskan bahwa
beliau dan beberapa tokoh aktifis ekonomi syariah saat itu merupakan
pendiri asuransi syariah pertama di Indonesia, Takaful. Sehingga dalam
buku pertama karya beliau ini bisa dikatakan lengkap mencakup semua
hal dalam asuransi syariah khususnya dan dalam bisnis secara Islami
umumnya, tidak terkecuali dalam bidang pemasaran. Meski dalam buku
ini hanya sedikit pembahsannya tentang marketing Islami mungkin
71
inilah awal inspirasi beliau untuk menyusun buku selanjutnya yang
berjudul Syariah Marketing.
Buku Syariah Marketing merupakan buku kedua yang beliau
susun bersama Hermawan Kartajaya (pakar marketing dunia) dan
berhasil menjadi buku best seller yang menjadi referensi utama pada
penyusunan karya ilmiah ini. Berawal dari buku inilah yang kemudian
beliau selain diakui sebagai pakar Asuransi Syariah juga sebagai pakar
marketing syariah. Ini tidak terlepas dari pengalaman beliau sebagai
seorang marketer Asuransi Syariah Takaful yang beliau dirikan bersama
teman-teman aktifis ekonomi syariah lainnya pada saat itu. Karena
banyaknya antusias masyarakat yang ingin mengetahui pemikiran
beliau tentang Syariah Marketing dan Asuransi Syiariah, maka
dibuatlah website www.syakirsula.com yang berisi khusus
penyampaian informasi dan membahas permasalahan tentang Ekonomi
Syariah.
Buku selanjutnya adalah berjudul ”Amanah Bagi Bangsa;
Sistem Ekonomi Syariah” yang disusun bersama dengan teman-teman
seperjuangan beliau di pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
pusat. Buku yang memiliki ketebalan hingga ratusan halaman ini
menjadi banyak rujukan bagi pegiat wacana ekonomi syariah di
Indonesia, selain disusun oleh kebanyakan pakar ekonomi syariah
dimasing-masing bidang pembahasan dan penyampaian materi dalam
72
buku ini terkesan ringan dan mudah dipahami namun tidak mengurangi
kualitas dan esensi tulisannya.
Tidak lama setelah beliau mengeluarkan buku Marketing
Syariah, kemudian beliau menghadirkan buku Marketing Bahlul yang
merupakan kelanjutan dari buku Marketing Syariah, dalam buku
tersebut Syakir Sula membongkar dan sekaligus meluruskan kembali
fungsi marketing dengan pendekatan etika-etika sehingga tak ada lagi
penyimpangan dan virus dalam pengembangan lembaga keuangan
syariah.
Di dalam buku Marketing Bahlul tersebut dijelaskan dengan
pendekatan ajaran agama Islam apa yang boleh dilakukan dan apa yang
tak boleh dilakukan. Sehingga dalam buku tersebut memberikan
pedoman bagi para marketing khususnya para eksekutif, bagaimana
cara memarketingkan produknya yang halal sehingga hal ini akan
menciptakan bisnis yang dikembangkan selalu berkelanjutan.
Yang melatarbelakangi Muhammad Syakir Sula untuk menulis
buku tesebut adalah ketika kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di
dalamnya masalah marketing. Kegiatan ekonomi tersebut saat ini
cenderung mengalami disorientasi dan cenderung
mengejar keuntungan yang instan, maka terkadang kegiatan marketing
yang sebenarnya terdapat unsur nilai mulia dan penuh etika itu telah
berubah dengan kebahlulan dan kebusukan. Fenomena itulah yang
73
sering kali menjadi pemandangan salama ini dalam melakukan
marketing untuk menawarkan produk yang kita tawarkan.
Dalam buku tersebut memuat 33 cerita yang dialami secara
langsung oleh Muhammad Syakir Sula, ada sebuah kenyataan bahwa
dalam melakukan entertaint marketing yang selama ini dilakukan oleh
para eksekutif banyak sekali melakukan penyimpangan-penyimpangan
secara etika dan moral. Apabila fenomena ini terus dipertahankan maka
sangat dimungkinkan akan merusak dunia peradaban marketing.
Syakir Sula mencontohkan bagaimana dalam olah raga Golf
yang halal didalamnya diwarnai dengan perjudian dan bercampur
dengan maksiat. Padahal olahraga Golf merupakan olahraga yang
menyehatkan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikiran.
Selain itu, Syakir Sula juga mencontohkan dalam kegiatan
negoisasi bisnis sering melakukan pelanggaran dari segi riswah dengan
melakukan suap. Kegiatan tersebut tanpa kita sadari sering kali
dijumpai dalam kegiatan marketing.
Berangkat dari kenyataan yang ada dan yang terjadi didalam
kehidupan nyata sehari-hari dalam bidang bisnis membuat Muhammad
Syakir Sula merasa peduli dan berkewajiban untuk ikut berdakwah
meluruskan kegiatan bisnis yang menyalahi aturan agama dan etika
yang berkembang di masyarakat. Meluruskan perilaku bisnis yang salah
menjadi perilaku bisnis yang beretika berdasarkan ajaran agama (baca:
74
Islam). Buku-buku karya beliau kurang lebihnya merupakan respon
positif melihat kondisi masyarakat yang sedemikian itu.
Kontribusi beliau memang bisa dikatakan belum seberapa jika
dibandingkan dengan para Ulama yang memiliki kewajiban besar untuk
menuntun ummat Islam ke jalan yang benar sesuai tuntunan agama
Islam. Namun setidaknya apa yang telah beliau lakukan selama ini
sudah sangat baik. Hal yang paling sederhana bisa dilihat manakala
beliau dkk mendirikan asuransi syariah Takaful, inilah komitmen beliau
untuk mewujudkan obsesi untuk menjauhkan Indonesia dari sistem
ekonomi ribawi.
Kontribusi beliau dalam ekonomi syariah tidak hanya sebatas
mengeluarkan karya-karya bermutu yang didokumentasikan dalam
bentuk buku. Lebih dari itu beliau juga sebagai seorang kolumnis
dibeberapa surat kabar nasional dan juga sering menjadi pembicara
pada event-event skala regional, nasional dan bahkan internasional. Ini
menjadi satu bukti komitmen beliau untuk mewujudkan visi dan ambisi
beliau yang tidak mudah diraih untuk mewujudkannya.
3. Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing a. Dasar-dasar Spiritual Marketing
Banyak orang yang mengatakan bahwa pasar syariah adalah
pasar yang emosional (emotional market), sedangkan pasar
konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Dengan
arti lain orang tertarik berbisnis pada pasar syariah karena alasan-
75
alasan keagamaan (baca: Islam) yang lebih bersifat emosional,
bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial yang
bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar konvensional atau non-
syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial yang
sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang
digelutinya tersebut mungkin menyimpang atau malah
bertentangan dengan ajaran agama (Islam).
Pendapat yang demikian itu tidak bisa selalu dibenarkan.
Karena sesungguhnya orang-orang yang ada dipasar emosional
sangat rasional dalam menentukan pilihan. Mereka tidak hanya
mempertimbangkan faktor sentimen keagamaan melainkan juga
untung-ruginya sampai kepada akhirat. Begitu juga sebaliknya
orang yang berada dipasar rasional tidak bisa selamanya
dibenarkan bahwa mereka murni rasional, karena pada saat kondisi
tertentu mereka sebenarnya masuk pada wilayah pasar emosional.
Dengan demikian, stigma yang muncul di masyarakat bahwa
pasar konvensional yang lebih rasional lebih menguntungkan dari
pada pasar syariah yang lebih emosional dan hanya diperuntukkan
bagi umat Islam adalah tidak tepat. Islam adalah agama yang
universal, membawa pesan kebaikan bagi manusia dan sekalian
alam. Merubah persepsi masyarakat yang sudah cenderung
mengakar dalam pikiran mereka merupakan hal yang tidak mudah
untuk dilupakan, namun dimasa mendatang akan ada semacam
76
pergeseran persepsi dari pasar tingkat intelektual atau rasional
menuju ke emosional dan pada akhirnya akan bertransformasi ke
pasar spiritual.
Melihat kondisi tersebut, Muhammad Syakir Sula dan
Hermawan Kertajaya merumuskan sebuah konsep dengan apa yang
disebut syariah marketing sebagai sebuah solusi yang didalamnya
merupakan suatu proses bisnis yang keseluruhan prosesnya
menerapkan nilai-nilai Islam. Suatu cara bagaimana memasarkan
suatu proses bisnis yang mengedepankan nilai-nilai yang
mengagungkan keadilan dan kejujuran.81
Faktor spiritual merupakan faktor kunci terakhir yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan. Sebagai
seorang pemimpin sifat mempengaruhi dan bisa dijadikan panutan
anak buahnya haruslah ada. Artinya pemimpin yang memiliki
kharisma kepribadian yang bisa mempengaruhi perilaku dan etos
kerja bawahannya sehingga hal ini juga akan berdampak pada hasil
akhir usahanya.
Stephen R. Covey penulis buku legendaris, The 7 Habit of
Highly Effective People, di penghujung karirnya dia menerbitkan
buku baru, The 8th habit: From Effectiveness to Greatness. Covey
menyimpulkan bahwa faktor spiritual merupakan kunci terakhir
yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam suatu perusahaan.
81 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. xxv-xxvi.
77
Covey menyebutnya dengan ”Voice”. Seorang pemimpin harus
memiliki empat style, ”The 4 Roles of Leadership”, yaitu
Pathfinding (perintisan), Aligning (penyelarasan), Empowering
(pemberdayaan), dan Modeling (panutan). Pada akhir bagian inilah
Covey kemudian menyadari bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang bisa jadi panutan (Modelling), seorang pemimpin
haruslah memimpin berdasarkan prinsip.82
Terdapat tiga hal yang dijadikan sebagai dasar spiritual
markerting, pertama mengenai kondisi pasar yang mengalami
pergeseran dari era rasional ke emosional dan ke spiritual. Kondisi
yang semacam ini perlu diapresiasi dengan menghadirkan konsep
syariah marketing sebagai sebuah sistem dan panduan bagi seorang
marketer mengingat adanya perubahan situasi yang cukup
signifikan. Jika metode ini tidak ditempuh, sedangkan konsep lama
sudah tidak akan berlaku maka konsekuensinya adalah hasil
penjualan dan produksi dalam sebuah usaha mengalami penurunan.
Dasar Kedua dari syariah marketing adalah adanya
perumusan konsep spiritual marketing yang dijadikan sebagai
landasan jiwa berbisnis. Spiritual marketing merupakan wilayah
yang pada saat ini menjadi puncak dari semua proses marketing
yang berlangsung. Wilayah spiritual kembali dilirik dan dijadikan
82 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 9.
78
sebagai prinsip dalam melakukan aktifitas bisnis termasuk di
dalamnya adalah marketing.
Dasar marketing syariah yang Ketiga didasarkan pada
karakteristik marketing syariah itu sendiri dengan mengulas banyak
tentang kepribadian Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai obyek
contoh dalam berbisnis umat manusia. Sifat wajib Rasul seperti
Shidiq, Amanah, Tabligh, Fatonah menjadi acuan dan contoh
konkrit yang perlu dijadikan pelajaran bagi para pelaku bisnis pada
masa saat ini.
Penggunaan label Syariah tidak hanya pada persoalan
perbankan saja, namun dalam persoalan marketing pun
menggunakan label atau istilah Syariah. Terlepas dari anggapan
banyak orang bahwa penggunaan istilah Syariah hanyalah label
belaka, namun pada tataran aplikasinya tidak jauh berbeda dengan
konsep yang selama ini tertanam dalam pemahaman mereka, tidak
lain adalah pola pemahaman dengan menggunakan paham
konvensional.
Pada dasarnya, marketing dalam perspektif Syariah adalah
sebuah prinsip kegiatan marketing yang di dalamnya menggunakan
prinsip atau nilai-nilai ajaran Islam (baca : Syariah). Pemasaran
harus dikembalikan kepada karakteristik yang sebenarnya, yakni
Religius, Etis, Realistis, dan Humanistis. Sudah bukan rahasia lagi,
ada tenaga pemasaran (marketer) yang melakukan berbagai macam
79
cara untuk mendapatkan bisnis. Mereka, terpaksa atau pun tidak,
memberikan bermacam-macam servis kepada calon klien/ nasabah/
pemberi proyek. Servis itu bisa berupa uang, barang, hingga
pelayanan di tempat tidur, baik dilakukan sendiri maupun
membayar penyedia jasa layanan seks, Cara-cara marketing yang
seperti ini tidaklah benar.
Konsep dasar spiritualisasi marketing adalah tata olah cipta,
rasa, hati dan karsa (implementasi) yang dibimbing oleh integritas
keimanan, ketakwaan, dan ketaatan kepada syariat Allah SWT. Jika
iman, takwa, dan taat syariat ini semu, maka aktifitas marketing
yang dilakukan tidak ada sangkut pautnya dengan syariat Islam.
Dalam Al-Quran dan Hadits kita dapat melihat bagaimana ajaran
Islam mengatur kehidupan bisnis (pemasaran) seorang muslim.83
Rasulullah SAW. sendiri telah mencontohkan kepada kita
sebagai ummatnya dalam melakukan proses berbinis yang selalu
dilandasi spiritualisasi untuk mencapai hasil yang maksimal
horisontal dan vertikal.
b. Karakteristik Spiritual Marketing
Karekteristik spiritual marketing adalah dalam prosesnya
yang mengedepankan sisi etika dan dilandasi semangat ke
Tuhanan, tidak hanya sebatas melakukan proses bisnis untuk
mencari keuntungan duniawi melainkan juga untuk meraih
83 Ibid, hal. 12.
80
kebahagiaan ukhrawi. Dalam melakukan proses bisnis selalu
diniatkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Berbeda dengan orientasi dengan pola manajemen modern
yang menghasilkan output maksimal melalui proses efektif dan
efisien yang pada akhirnya nilai-nilai yang menggerakkan manusia
dalam proses perubahan dimoneterisasi dan dikemas dalam
parameter tunggal yang disebut uang.
Spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai
nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, sehingga
ia sampai pada suatu tingkat ketika semua stakeholders utama
dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham),
pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh
kebahagiaan. Lebih dari itu, bagi seorang muslim, spiritual
marketing mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat
ganjaran pahala dari Allah SWT di akhirat kelak.84
Terdapat 4 (empat) karakteristik spiritual marketing seperti
yang dijelaskan oleh Muhammad Syakir Sula tentang Syariah
Marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar
(marketer). Karakteristik Pertama adalah Teistis (Rabbaniyah),
bagaimana jiwa seorang marketer meyakini bahwa hukum-hukum
syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling
adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk
84 Ibid, hal. 21.
81
kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling
mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan
menyebarluaskan kemaslahatan.85
Karatkteristik Kedua adalah Etis (Akhlaqiyyah),
Keistimewaan lain dari Syariah marketer selain karena teistis
(Rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah
akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya, karena
nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang
diajarkan oleh semua agama.86
Manusia yang dinisbahkan oleh Tuhan sebagai tempatnya
salah lupa. Sehingga manusia dalam hal ini dituntut untuk memiliki
sifat tanggung jawab moral sebagai seorang manusia. Tanggung
jawab dijelaskan sebagai berikut :
”Responsibility = having the character of a free moral agent;
capable of determining one’s own acts, capable of deterred by
consideration of sanction or consequences”87
Dari definisi diatas memberikan penjelasan yang dititik
beratkan pada dua hal kepada marketer syariah. Yang pertama
adalah harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap
sesuatu perbuatan. Kesanggupan untuk menetapkan sikap yang arif,
sopan dan bisa menghargai klien atau konsumen untuk meraih
simpatik. Dengan demikian maka seorang marketer syariah harus
85 Ibid., hal. 28. 86 Ibid, hal. 32 87 Burhanuddin Salam, Etika Individual; Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), 2000, hal. 43.
82
tegas terhadap dirinya sendiri untuk menentukan sikap dan perilaku
sebelum bersinggungan langsung dengan orang lain. Yang kedua
adalah kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan.
Memikul resiko disini dimaksudkan adalah siap dengan segala
konsekuensi yang akan dan yang telah terjadi. Konsekuensi
selanjutnya berarti bahwa terhadap sesuatu perbuatan hanya
terdapat dua alternatif penilaian yaitu tahu bertanggung jawab atau
tidak tahu bertanggung jawab.
Karakteristik yang ketiga adalah Realistis (Al-waqiyyah).
marketer syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel,
sebagaimana keluwesan Syariah islamiyah yang melandasinya.
Syariah marketer adalah para pemasar professional dengan
penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, apapun model atau
gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan
kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.88
Seorang marketer syariah dituntut untuk mampu menguasai
keadaan pada saat menghadapi konsumen. Harus bisa sedikit
memahami karakteristik sifat dan perilaku konsumen agar terhindar
dari kesalahan. Memang untuk berusaha memahami karakter
kepribadian seseorang sangatlah sulit, namun demikian hal ini tidak
kemudian menjadi hal yang tidak perlu dilakukan, hanya saja
88 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 35.
83
paling tidak sebagai seorang marketer yang bertanggung jawab,
hendaknya ada sedikit kemauan untuk memahami karakter
kepribadian konsumen. Bagaiamana sikap dan penampilan seorang
marketer saat dia menghadapi calon konsumen atau nasabah (dalam
perbankan) yang memiliki reputasi dan integritas tinggi dalam
kepribadiannya dan bagaiamana pula seorang marketer harus
menghadapi seorang yang lebih tua atau nasabah biasa yang beda
dengan nasabah-nasabah borjuis lainnya. Tentunya ini semua
membutuhkan pemahaman karakter individual dari konsumen,
kesabaran dan keuletan, untuk itulah seorang marketer syariah
harus bisa bersikap fleksibel namun tidak melupakan sisi
spiritualnya.
Kemudian karaktersistik yang keempat adalah Humanistis
(Insaniyyah). Keistimewaan karakteristik yang ini adalah sifatnya
yang humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga
dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang
dengan panduan syariah. Syariah islam diciptakan untuk manusia
sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit,
kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki
sifat universal sehingga menjadi siyari’ah humanistis universal.
Pada karakteristik yang terakhir ini yang cukup menarik bagi
penyusun, universalisme syariah Islam. Dengan kata lain syariah
84
Islam bukan hanya diperuntukkan bagi ummat Islam seperti yang
selama ini diklaim oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai
paling berhak dan paling benar. Karakteristik Insaniyyah ini
sekaligus menjadi jawaban atas persepsi masyarakat baik yang
muslim ”setengah hati” dan yang non muslim yang beranggapan
bahwa dalam persoalan bisnis sesuatu yang ada label syariahnya
adalah hanya diperuntukkan hanya untuk orang Islam. Sehingga
pendapat yang demikian itu tidak dapat dibenarkan sepenuhnya.
Bahkan di salah satu UUS Bank Syariah di kota Semarang, pada
produk tertentu yang dikeluarkannya banyak yang dari umat non
muslim yang menggunakan produk tersebut.
Pakar ekonomi Islam Dr Jafril Khalil mengungkapkan,
perspektif pemasaran dalam Islam yakni Ekonomi Rabbani
(divinity), realistis, humanis, dan keseimbangan. Inilah yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
konvensional. Marketing menurut Islam memiliki nilai dan
karakteristik yang menarik. Khalil menambahkan, marketing
syariah meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak. Selain itu, marketing
syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral didalam
pelaksanaannya. Karena itu, marketing syariah menjadi penting
bagi para tenaga pemasaran untuk melakukan penetrasi pasar.
85
Dilihat dari karakteristik spiritual marketing, sesungguhnya
konsep ini bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan
transparan bagi semua pihak yang terlibat. Didalamnya tertanam
nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat
didalamnya merasa dirugikan. Tidak ada pihak pula yang berburuk
sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis ini juga
akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya, semakin
spiritual seseorang, ia pun akan lebih mampu menjalankan
bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.89
c. Konsep Spiritual Marketing
Muasal konsep spiritual marketing adalah Sejalan dengan
perkembangan dunia. Setelah September Attack,90 orang melihat IQ
(Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) saja tidak
cukup, namun juga harus ada SQ (Spiritual Quotient).
Seperti yang telah sedikit dijelas diawal, bahwa yang
dikedepankan dari konsep spiritual marketing adalah pada sisi
akhlak. Akhlaq kepada partner kerja, pimpinan, kompetitor dan
khususnya akhlak kepada Tuhan-Nya. Sehingga dalam prosesnya
pun juga harus mempertimbangkan beberapa hal tersebut diatas.
89 Ibid,, hal. 19. 90 September Attack merupakan tragedi dunia yang banyak memakan korban meninggal
dunia, yaitu runtuhnya dua bangunan raksasa sebagai simbol kekuatan Negara Adidaya (USA). Hancurnya World Trade Center karena diserang oleh kelompok teroris yang pada saat itu diisukan dilakukan oleh umat Islam. Peristiwa dengan skenario besar dan melibatkan banyak tokoh dunia tersebut terjadi pada tanggal 11 September 2001, peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan istilah September Attack.
86
Dari sisi manajemen, sebuah perusahaan yang membutuhkan
jasa marketer untuk ekspansi pasar keluar juga turut
memperhatikan pola manajemen yang diberlakukan dalam
perusahaannya.
Menurut A. Riawan Amin91 majemen modern yang berlaku
sampai saat ini hanya memperhatikan hasil yang maksimal dengan
proses yang seefisien mungkin dengan tolok ukur uang. Beliau
berpendapat bahwa hal yang semacam ini haruslah dirubah dengan
pendekatan manajemen yang kembali keasal. Yakni nilai-nilai
Illahiyah yang dipraktekkan sang pencipta dan pemelihara dalam
mengelola alam semesta. Dengan demikian, nilai-nilai alamiah
yang bersifat universal dan menjadi hukum semesta (sunnatullah).92
Bertumpu dari gagasan ini, maka paradigma ilmu
manajemenpun harus diganti. Manajemen tidak lagi dalam
pengertian getting things done through the people, melainkan
getting God’s will done by the people. Pengertiannya, seluruh
upaya manusia untuk menciptakan pertambahan nilai bagi
kesejahteraan haruslah menempatkan manusia sebagai sebuah
subyek perubahan (khalifatullah fil ardh), bukan mendegradasi
manusia sebagai faktor produksi atau perbudakan.93
91 A. Riawan Amin, The Celestial Mangement, Cet. V (Jakarta: Senayan Abadi
Publishing,, 2006), hal. 92 www.pa-ambarawa.go.id, diposting oleh Rocahanah pada Jumat. 5 Juni 2009 93 Ibid.
87
Manejemen dalam Islam diartikan dengan mengatur segala
sesuatu agar dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah.
Bersumber dari nash-nash Al-Qur’an dan dan hadits berasaskan
pada nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat
pada waktu itu. Manajemen dalam Islam bersandar pada ijtihad
pemimpin dan umatnya, dengan catatan tidak boleh bertentangan
dengan konsep dasar dan prinsip hukum yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits.94
Negara Islam pada masa Rasulullah SAW, Khulafaur
Rasyidin, Dinasti Umayyah dan Abasiyah telah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan
pengawasan (controlling)95.
Sebagaimana salah satu karakteristik konsep spiritual
marketing adalah yang mengedepankan akhlak dalam prosesnya,
dalam Islam terdapat sembilan macam etika (akhlaq) yang harus
dimiliki seorang tenaga pemasaran. Dalam buku syariah marketing
yang disusun oleh Muhammad Syakir Sula bersama pakar
pemasaran Hermawan Kertajaya dijelaskan, kesembilan etika
tersebut adalah :
1. Memiliki kepribadian spiritual (Taqwa)
2. Berkepribadian baik dan simpatik (Shiddiq)
94 Mohamad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic; Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 274.
95 Ibid, hal. 274.
88
3. Berlaku adil dalam berbisnis (al-'Adl)
4. Melayani nasabah dengan senyum dan rendah hati (Khitmah)
5. Selalu menepati janji dan tidak curang (Tahfif)
6. Jujur dan terpercaya (Amanah)
7. Tidak suka berburuk sangka
8. Tidak suka menjelek-jelekkan; dan
9. Tidak melakukan suap (Riswah).
Dengan kesembilan etika pemasaran yang harus dimiliki
seorang tenaga marketing ini, maka akan menjadi sikap yang
optimis bahwa produk-produk Syariah akan laku dan mampu
bersaing dengan produk konvensional yang telah lebih dulu eksis,
untuk kemudian merebut pangsa pasarnya.
Perkembangan ekonomi syariah yang mampu
mengembalikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan
perekonomian masyarakat telah muncul kesadaran akan pentingnya
etika, kejujuran dan prinsip-prinsip Islam lainnya dalam dunia
bisnis. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
berbisnis semasa beliau yang berpegang teguh pada kebenaran,
kejujuran, amanah tetapi tidak mengesampingkan keuntungan yang
maksimal. Rasulullah SAW adalah prototipe sukses dalam
melakukan spiritualisasi marketing.
Dalam dunia marketing, dikenal tiga medan pertempuran
yang harus dimenangkan. Yaitu : Pertama, strategi. Di sini, aspek
89
segmentasi, targeting, dan positioning harus lebih baik dari
kompetitor, untuk memenangkan perang pemikiran, how to win the
mind share (bagaimana menang di benak nasabah).
Segmentasi 96 merupakan cara membagi pasar berdasarkan
pada variabel-variabel tertentu seperti faktor geografi, demografi,
psikologi, perilaku dan akhirnya pada variabel terkecil, yaitu
individu. Segmentasi yang berkesinambungan menjadi hal penting
bagi sebuah perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan (need)
pasar yang selalu berubah-ubah. Segmentasi juga dapat diartikan
kegiatan yang tidak mempunyai batasan. Semakin kreatif melihat
pasar, kita akan menyadari bahwa masih banyak segmen yang
belum tersentuh. Kreatifitas menjadi kunci dalam melihat pasar
dari sisi yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh pesaing.97
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pemikiran
masyarakat semakin dewasa dan cerdas dalam memilih sebuah
produk. Untuk itu sebuah perusahaan tidak cukup melakukan
proses segmentasi akan tetapi juga melakukan proses identifikasi
pasar secara baik dan cermat. Hal ini dimaksudkan untuk
memahami dan mengetahui keinginan pasar secara lebih detail.
96 Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran
perusahaan. Titik awal dari pembahasan segmentasi mana pun adalah pemasaran masal. Dalam pemasaran masal penjual menjalankan produksi masal, distribusi masal, distribusi masal, dan promosi masal atas suatu produk bagi semua pembeli. Argumen bagi pemasaran masal adalah bahwa ia menciptakan pasar potensial terbesar, yang akan meghasilkan biaya yang lebih rendah yang pada gilirannya dapat menghasilkan harga yang lebih rendah atau marjin yang lebih tinggi (Baca : Philip Kotler, Marketing Management, 10 th alih bahasa oleh Hendra Teguh dan Benjamin Molan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2004), hal. 292.
97 Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Op.Cit, hal. 12-15.
90
Karena salah satu penyebab gagalnya sebuah perusahaan dalam
persaingan usaha secara global adalah kurangnya ketepatan mereka
dalam melakukan segmentasi pasar.
Rasulullah SAW mencontohkan melakukan segmentasi
dalam hal bisnis adalah ketika beliau melakukan beberapa
kunjungan ke Bahrain yang terletak di bagian timur semenanjung
Arabia. Pasca penakhlukan kota Makkah Rasulullah memanggil
Al-Ashajj seorang pemimpin ditempat itu, kemudian Rasulullah
mengajukan beberapa macam pertanyaan tentang penduduk
berbagai kota dan urusan-urusan mereka. Al-Ashajj merasa
terheran-heran dan terkesan dengan pengetahuan Rasulullaah SAW
yang lebih banyak mengetahui nama-nama kota ditempatnya
daripada dia sendiri.
Pengetahuan yang rinci tentang kebiasaan didaerah itu, cara
hidup penduduk Bahrain, cara mereka makan dan minum
menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah berulang kali
mengunjungi Bahrain untuk keperluan bisnis ke pasar Mushaqqar.
Dari sini dapat dilihat bahwa Rasulullah telah melakukan segmetasi
pasar berdasarkan faktor geografis, demografis, dan psikologis.
Pasar inilah yang kemudian menjadi bidikan Rasulullah SAW
dalam menjalankan bisnisnya.
Langkah kedua untuk memenangkan Mind Share adalah
targeting. Targeting adalah proses pemilihan target dan
91
mencocokkan reaksi pasar dengan kebutuhan dasar, kemampuan
daya beli dan keterbatasan yang dimiliki. Sebelum sebuah produk
usaha atau jasa diluncurkan ke masyarakat, pemilihan target setelah
segmentasi menjadi sebuah keharusan. Sebab sebuah produk atau
jasa tidak dapat memasuki semua segmen yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses targeting. Kejelian untuk
memilih target market yang tepat akan mempermudah masuknya
sebuah produk baru. Apalagi dengan kondisi bahwa produk baru
tersebut belum mempunyai pesaing.98
Langkah selanjutnya adalah positioning, positinoning adalah
menempatkan produk sebuah perusahaan ke dalam benak costumer
secara luas, sehingga akan tertanam dalam benak passar bahwa
perusahaan adalah definisi dari kategori produk yang dijual.
Positioning bukan bagaimana menempatkan produk atau jasa
dalam pasar, bukan sebatas pandangan pasar akan produk atau jasa
yang akan diawarkan dan tidak melihat pada besar atau kecilnya
pangsa pasar tetapi positioning benar-benar berhubungan dengan
benak atau dalam hal ini perception (persepsi). Positioning adalah
bagaimana agar pelanggan mengingat produk atau jasa yang
ditawarkan.99
Medan pertempuran dalam marketing yang harus
dimenangkan Kedua, adalah taktik. Dalam bisnis harus mengenal
98 Ibid., hal. 18. 99 Ibid., hal. 22.
92
dan memperhatikan aspek diferensiasi (keunikan) dari produk kita.
Diferensiasi adalah sebuah pembeda atau bagaimana caranya agar
mejadi berbeda dengan produk atau perusahaan lain. Salah satu
cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan sebuah diferensiasi
adalah dengan mengintegrasikan konten (Content), konteks
(Context), dan infrastruktur (infrastructure) yang kita miliki
sehigga dapat menjadi nilai lebih yang dapat kita tawarkan kepada
pelanggan. Esensi dari diferensiasi adalah agar lebih dikenal
sehingga menjadi identitas diri.100
Dan yang Ketiga, marketing mix atau 4P (product, price,
place, promotion) dan selling. Kelima aspek ini merupakan
kekuatan utama untuk memenangkan persaingan di pasar. How to
win the market share (bagaimana memenangkan pasar).
Sementara itu, Muhammad Syakir Sula mengatakan, secara
umum pangsa pasar syariah terbagi dua, yakni pasar rasional dan
emosional. Pasar rasional adalah pasar yang didasarkan pada nilai-
nilai rasional, seperti tingkat profit, kualitas layanan dan produk.
Pangsa pasar ini disebut pasar mengambang.
Sedangkan yang dimaksud dengan pasar emosional adalah
pasar yang memilih bisnis berbasis syariah karena pertimbangan
halal haram dan kekhawatiran terhadap riba. Tapi, persepsi ini
sering dianggap salah oleh praktisi bisnis syariah. Sesungguhnya,
100 Ibid., hal. 34.
93
pasar emosional ini justru yang rasional, karena mereka
menghitung untung rugi di setiap hal yang mereka lakukan.
John Naisbitt, dalam bukunya Megatrend 2000 pernah
mengungkapkan bahwa abad ke 21 merupakan abad kebangkitan
agama millennium baru (the age of religion). Berikut ini kutipan
dari John Naisbitt :
“…in turbulent times, in times of great change, people head for
the two extremes, fundamentalism and personal spiritual
experience…with no membership lists or even coherent
philosophy or dogma, it is difficult to define or measure the
unorganized new age movement. But in every major U.S and
Europeaan City, thousands who seek insight and personal
growth cluster around a metal physical bookstore, a spiritual
teacher or an education center”
Artinya :
“Ada pergolakan waktu yang cukup besar yang membawa perubahan. Dimana otak manusia terbagi menjadi dua bagian yang ekstrim, yaitu kembali ke fundamentalisme dan pengalaman keagamaan pribadi mereka. Pergerakan yang tanpa dibarengi dengan daftar keanggotaan peribadahan atau pengetahuan filsafat yang mendalam. Ini sangat sulit untuk mengukur besarnya jumlah orang yang tidak terorganisir dalam perubahan tersebut. Sebuah fenomena menarik yang banyak terjadi di USA dan kota-kota eropa di mana banyak manusia yang tercurahkan dengan cara banyak mencari sejumlah buku-buku metafisik. Mereka juga mencari guru spiritual atau pusat pendidikan.”101
Spiritual 102 erat kaitannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh
101 John Naisbitt ang Patricia P. Megatrend 2000, Terj. Megatrend 2000, (Jakarta :
Paramadina, 2005), hal. 99. 102 Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama atau religion,
dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai faktor
94
individu. Spiritual juga merupakan sebuah konsep yang dapat
diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual merupakan aspek yang
menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki
dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi,
menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.103
Dilihat dari sisi dimensi spiritual, konsep marketing
sebagaimana yang telah ada akan mendapat posisi tersendiri dari
sekian konsep marketing yang ada. Bukan hanya sekedar untuk
memotivasi meraih hasil yang maksimal, bukan hanya
menggerakkan segala kemampuan yang dimiliki oleh seorang
marketer, namun juga bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
manusia dari hati, sikap dan pikiran manusia.
Pada level Intelektual (rasional), pemasar menyikapi
pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan
sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi, targeting,
positioning, marketing-mix, branding dan sebagainya. Kemudian di
kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan psikologi. (Baca : dr. Hj. Liza, http://drlizaibadah.blogspot.com, diakses pada hari Minggu, tanggal 11 November 2007).
103 Jeanny Ivones, http://nezfine.wordpress.com , diakses pada tanggal 5 Mei 2010.
Spiritual
Kerohanian
Kejiwaan
Psikis
Jasmaniah
Kebatinan
95
level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan
perasaan pelanggan menjadi penting. Disini pelanggan dilihat
sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan emosi dan
perasaannya.
Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang
tidak semata-mata menghitung untung atau rugi, tidak terpengaruh
lagi dengan hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang
mendorongnya, karena didalamnya terkandung nilai-nilai spiritual.
Bagi kaum muslim, Spiritual Marketing sangat syarat dengan
nilai-nilai syariah dan dalam implementasinya selalu dijiwai oleh
nilai-nilai kebenaran yang terpancar dari Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai
nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia
sampai pada suatu tingkat ketika semua Stakeholders utama dalam
bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok,
distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh
kebahagiaan. Lebih dari itu, bagi seorang muslim, spiritual
marketing mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat
ganjaran pahala dari Allah SWT di akhirat kelak.104
Selain itu dalam syariah marketing, bisnis yang disertai
keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah,
maka seluruh bentuk transaksinya insya Allah menjadi ibadah
104 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 20-21.
96
dihadapan Allah. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya
untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual
brand, yang memiliki kharisma, keunggulan, dan keunikan yang
tak tertandingi.105 Seperti yang dijelaskan Al-Quran dalam Surat Al
Baqarah ayat 265 :
�g c~��ªpة ا_[\ وcºfg ءc²~ � ÊsY�}ن أg}ا_£� اY±]_ا �ªgو
� Ëmن �Êxº c£¹ أآpÎm �وا c£c�ة أ{ f ¥]s« �ªoآ �£�Ê�أ
_Ï f�y ن{oxp co \]_وا Ã�¦m �وا c£�yY �265Ð Artinya :
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan
jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletaj didataran
tinbggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu akan
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah :
265)106
Salah satu contoh penerapan spiritual marketing adalah yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarut Tauhid pimpinan K.H.
Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal dengan panggilan Aa
Gym. Spiritual marketing tidak berarti dia melakukan bisnis hanya
yang berhubungan dengan masalah agama, atau yang berhubungan
dengan ritual ibadah, tetapi spiritual marketing yang dimaksud di
sini artinya kita mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap
orang yang telibat dalam berbisnis, baik diri kita sendiri,
105Baca artikelnya Ahmad Kurnia, Op. Cit. 106 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hal. 35.
97
pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para
pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga
menghargai para pesaing.107
Bekerja adalah ibadah, prinsip tersebut harus selalu dipegang
teguh oleh seorang pelaku marketing agar tidak hanya melihat dan
mengerjakan sesuatu tidak hanya berorientasi pada kepentingan
duniawi melainkan juga kepentingan akhirat. Dengan diniati
bekerja adalah Ibadah maka seseorang dalam menjalankan
bisnisnya selalu ingat akan keberadaan Tuhan-Nya sehingga ketika
dia hendak melakukan sesuatu yang melanggar menurut ketentuan
agama dia akan terhindar.
Allah SWT berfirman :
��o_cx_رب ا \]_ lpcogي وc�Wgو l���و lp � ]إن ��
)١٦٢( Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad) Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS:
6: 162).
Yang membedakan bekerja dengan niatan ibadah dan bekerja
dengan yang tidak diniati ibadah adalah yang pertama, akan
cenderung menghalalkan segala cara untuk tujuan mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya. Sedang yang kedua adalah
melihat hasil yang baik hanya diperoleh dengan cara yang baik,
107 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 16.
98
yakni cara-cara yang dibenarkan Allah. Mungkin keuntungan yang
diperolehnya memang tidak banyak, tapi berkah.108
Bekerja, kata K.H. Abdullah Gymnastiar, semestinya menjadi
sarana ibadah kita. Kita per-sembahkan yang terbaik dalam
pekerjaan kita bukan karena ingin mendapat uang yang banyak,
melainkan inilah bentuk pengabdian kita dalam hidup. Prestasi kita
adalah mempersembahkan yang terbaik, bukan mendapatkan yang
terbaik.
Maka sedari mula, ketika kaki hendak dilangkahkan menuju
tempat kerja, niat untuk ibadah itu harus terpatri. Bahwa kita akan
mempersembahkan yang terbaik. Kalau menjadi akuntan, akan
jujur dalam membuat laporan keuangan. Kalau pedagang, tidak
mengurangi timbangan. Kalau hakim, tidak akan main mata dengan
terdakwa. Dan kalau bankir, tidak menerima hadiah apa pun dari
nasabah yang difasilitasi pembiayaan.
Kerja benar-benar untuk ibadah. Kerja sebagai cerminan
tanggung jawab menggunakan detik per detik, menit per menit, dan
jam per jam waktu yang diberikan Allah untuk segenap aktivitas
yang diridhai-Nya. Tujuan-tujuan duniawi yang hendak diraih
dengan bekerja, tidak melupakannya dari ketaatan kepada Allah.109
Begitu pula dalam praktik bisnis kita, karena sesungguhnya
setiap diri kita adalah sedang berbisnis dengan Allah, namun ada
108 http://thecelestialway.com, diakses pada tanggal 4 Juni 2010. 109 Ibid.
99
yang rugi dan ada yang beruntung. Yang beruntung adalah surge-
Nya yang menjadi tempat kembali kelak di hari akhir. Sedangkan
bagi yang merugi adalah neraka-Nya yang menjadi tempat
kembalinya. Ini adalah pilihan bagi pelaku bisnis. Mau beruntung
atau mau merugi dan masing-masing pilihan mengandung
konsekuensi logis yang akan dijalani.110
Ketika seorang marketer memiliki prinsip bekerja adalah
ibadah bukan kemudian berarti lepas dari segala konsekuensi yang
ada. Konsekuensi seorang marketer yang berprinsip bekerja adalah
ibadah akan berdampak pada bekerja tidak lagi sebatas karena
dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Tetapi, yang jauh
lebih penting dari itu adalah meningkatkan kualitas pekerjaannya.
Seorang yang beriman tidak akan menyelesaikan pekerjaannya
secara asal-asalan. Apalagi, dia berlaku seenaknya, melakukan
kecurangan, atau bahkan korupsi. Sebab, meskipun atasan mereka
tidak melihat secara langsung, tapi Allah Maha Mengawasi hamba-
hamba-Nya.
Selain harus dengan kesungguhan, pekerjaan itu perlu
ditunaikan dengan ikhlas. Ikhlas menjadi etos kerja khas dalam
Islam. Tanpa nilai keikhlasan, kerja yang bernilai ibadah tidak akan
mendatangkan pahala dan keberkahan Allah. Allah mengingatkan
dalam firman-Nya;
110 Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor : Penerbit Pustaka Iqro
Internasional, 2010), hal. 4
100
y|g \]_وا اu�x�_ Zوا إfgأ cgء وcÊse �Yu_ا \_ ��
........)٥( Artinya : ”Dan mereka (jin dan manusia) tidak disuruh beribadah kepada
Allah, melainkan dengan penuh keikhlasan karena-Nya dalam
menjalankan agama yang lurus….” (Q.S. 98: 5)
Sering kali pekerjaan sudah kita tunaikan dengan baik, tidak
diapresiasi oleh pimpinan. Kedongkolan atau bahkan sumpah
serapah kadang tertumpah. Namun yang seperti ini tidak terjadi
pada diri orang yang ikhlas. Baginya, pimpinan bisa saja lalai, tapi
Allah SWT tidak pernah melalaikan sekecil apa pun amal kebaikan
yang telah dikerjakan hambanya.111
Kehidupan yang spiritual adalah hidup dalam limpahan kasih,
dengan cara yang membuat kehidupan semakin kaya bagi semua
orang. Bagaiamana kita dapat hidup dalam suasana yang mampu
meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan diri sendiri,
dengan lingkungan sekitar (masyarakat dan bisnis), jika kita tidak
dapat menghayati sesama. Spiritual kristen dan moral kristen
menyatu dalam kehidupan yang baik. Spiritual erat kaitannya
dengan sumber tindakan-tindakan kita. Jika kita memahami bahwa
tujuan hidup adalah menjalin keakraban dengan Tuhan, maka tidak
akan terjadi perpisahan yang sesungguhnya antara kehidupan moral
dan spiritual. Makna kehidupan yang kita cari, rasa lapar kita akan
kasih, serta keinginan untuk menjalin hubungan atau mencari
111 Ibid.
101
pemenuhan merupakan tanggapan terhadap Tuhan yang
memberikan diri-Nya.112
Tujuan utama dari konsep spiritual sebagai bagian dari
konsep marketing syariah adalah bagaimana menciptakan iklim
yang tetap berlandaskan pada nilai kejujuran dan keadilan atau
dengan kata lain sesuai dengan norma dan etika yang diajarkan
dalam agama.
Spiritual marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi
yang adil dan transparan bagi semua pihak yang telibat. Di
dalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak
yang terlibat di dalamnya yang merasa dirugikan. Tidak akan ada
pula pihak yang berburuk sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual
dalam berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side kita.
Sebaliknya semakin spiritual seseorang, ia akan lebih mampu
menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua
pihak.113
d. Relevansi Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing
Syakir Sula menyatakan bahwa terdapat relevansi antara
spiritual marketing dengan syariah marketing. Beliau memahami
hanya sebagai perbedaan istilah saja. Karena sesungguhnya yang
lebih tepat adalah dengan menggunakan istilah “Marketing Islami”,
112 Richard M. Gula S.S, The Good Life: Where Morality and Spiritually Converge,
Barkeley, California, 1999), hal. 111. 113 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 17.
102
karena beliau menulis buku Syariah Marketing dengan seorang
sahabat yang sekaligus guru marketing beliau yang kebetulan non
muslim, maka dalam buku tersebut banyak menggunakan istilah
marketing syariah atau spiritual marketing dan tidak menggunakan
istilah marketing Islami.
Dilihat dari sisi etika bisnis114 syariah, antara spiritual dan
syariah marketing bukanlah sesuatu yang dianggap menyalahi
aturan main dalam bisnis justru sebaliknya, yaitu yang sangat
dianjurkan. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa
belakangan ini marak terjadi praktek-praktek bisnis yang tidak
mengedepankan etika. Bahkan dengan kompetitornya terkadang
tidak jarang akan menggunakan segala cara untuk mengalahkannya
atau dengan bahasa yang lebih ekstrim akan menghancurkan usaha
pesaingnya. Dalam Islam, hal ini sangat dilarang. Islam
mengajarkan kepada ummatnya ketika dalam berbisnis setidaknya
bisa menghormati dan bersaing secara sehat dengan kompetitornya
dan menempatkannya sebagai salah satu yang bisa dijadikan
motifasi untuk selalu terus berusaha meningkatkan perbaikan
kualitas usaha dan produk.
114 Munculnya wacana pemikiran etika bisnis, didorong oleh realitas bisnis yang
mengabaikan nilai-nilai moralitas. Bagi sebagian pihak, bisnis adalah aktifitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata-mata. Karena itu, cara apapun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut. Konsekuensinya bagi pihak ini, aspek moralitas tidak bisa dipakai untuk menilai bisnis. Aspek moralitas tidak bisa dipakai untuk menilai bisnis, dianggap akan menghalangi kesuksesannya. Pada satu sisi, aktifitas bisnis dimaksudkan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, sementara prinsip-prinsip moralitas membatasi aktifitas bisnis. (Baca : Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Op. Cit, hal. 1.
103
Persaingan dalam dunia bisnis merupakan sesuatu yang lazim
terjadi. Kita tidak akan bisa lari dari kenyataan ini, maka yang
dilakukan tidak lain adalah hadapi dan selesaikan persaingan itu
dengan tetap mengedepankan nilai-nilai etika bisnis dalam Islam.
Dalam dunia perdagangan (persaingan bisnis), Islam sebagai
salah satu aturan hidup yang khas telah memberikan aturan-aturan
yang jelas dan rinci tentang hukum dan etika persaingan serta telah
disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Hal itu dimaksudkan
dengan tujuan untuk menghindari adanya persaingan-persaingan
yang tidak sehat.115
Larangan untuk menghancurkan orang lain selaras dengan
salah satu misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyelesaikan
konflik dan konfrontasi secara adil, menyatukan masyarakat
dengan ajaran kasih sayang dan mengajarkan norma-norma budi
luhur.116
Syakir Sula menyatakan bahwa syariah marketing
berdasarkan nilai Islam, beliau berbagi ilmu lewat bukunya Syariah
Marketing meski beragama Katolik, Hermawan yang juga ikut
menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku tersebut
mengakui bahwa sifat universal ada dalam prinsip ajaran agama
Islam. Termasuk juga di dalamnya konsep marketing.
115 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hal. 99. 116 Ibid., hal. 104.
104
Mengambil contoh Nabi Muhammad SAW, dengan konsep
rahmatan lil alamin, Nabi Muhammad SAW ingin nilai spiritual
dalam Islam ini tak hanya di monopoli oleh umat Islam, tetapi umat
lain pun boleh mempelajari dan menerapkannya. Menurut
Hermawan tidak menjadi masalah bila konsep Syariah Marketing
dijual dan dijadikan tema di Indonesia. Karena ini semua
merupakan nilai Islam yang merupakan agama yang dianut oleh
mayoritas populasi di Indonesia dan itu semua harus ditonjolkan.
Konsep Syariah Marketing, meluruskan konsep yang keliru
dalam marketing. Dapat dicontohkan bagaimana marketing
diartikan sebagai cara untuk menjual produk sebanyak-banyaknya,
mengemas produk dalam model terbaik, mendorong agar orang
mau membeli sekalipun dengan model pemaksaan dan lainnya.
Semua Itu merupakan konsep yang keliru dan harus diluruskan. Inti
utama dari konsep syariah marketing adalah integritas dan
kejujuran.
Secara umum etika yang harus dijunjung tinggi dalam
memasarkan satu produk atau brand adalah memiliki kepedulian
spiritual (takwa), berperilaku baik dan simpatik, adil dalam
berbisnis, melayani dan rendah hati, menepati janji dan tidak
curang, jujur dan terpercaya, tidak suka berburuk sangka, tidak
105
suka menjelek-jelekan orang lain serta menghindari sogok atau
Riswah.117
Menurut Syakir Sula terdapat kesalahan dalam pengertian
dan implementasi marketing pada saat ini, dan itu yang
membedakan marketing syariah dan marketing konvensional
dijelaskan oleh Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya
yang dianalogikan dengan istilah Kelirumologi (meminjam istilah
bahasa Jaya Suprana). Kelirumologi yang dimaksud disini adalah
sembilan prinsip yang disalahartikan. Misalnya marketing diartikan
untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau
marketing yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya
padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala
cara agar orang mau bergabung dan belanja. Dalam konsep
marketing syariah, diajarkan kepada orang untuk jujur pada
konsumen atau orang lain. Nilai Syariah mencegah orang
(marketer) terperosok pada hal-hal yang dianggap keliru. Ada nilai-
nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia
meruapakan seorang Muslim.
Syariah Marketing, menekankan pada aspek moralitas dalam
menangani seluruh masalah kehidupan karena itu hukum-hukum
yang ditetapkan Allah. Termasuk dalam aspek ekonomi atau bisnis,
selalu dikaitkan-Nya dengan moral yang melahirkan hubungan
117 Republika On Line, Nilai Marketing Islam Universal, Jakarta : Rabu, 19 April 2006
106
timbal balik yang harmonis. Peraturan, syarat yang mengikat, serta
sanksi yang menaati, merupakan tiga hal yang selalu berkaitan
dengan bisnis, dan diatas ketiga hal tersebut ada etika. Dalam moral
ini setidaknya bisa dilihat pada pesan Nabi Muhammad SAW :
fºZر وfºZار
Artinya : ”tidak dibenarkan merugikan diri sendiri tidak juga orang lain” (HR Ibnu Majah).
Ini berarti bahwa setiap orang paling tidak harus menahan
diri sehigga tidak merugikan siapapun. Sabda ini meunutut
pebisnis, bahkan semua berinteraksi dengan pihak lain, untuk
memperlakukan mitranya sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Tanpa itu, yang bersangkutan tidak dinilai Nabi sebagai seorang
yang sempurna imannya.
Jika moralitas dipisahkan dari suatu kegiatan, termasuk
kegiatan ekonomi, maka stabilitas dan keseimbangan sosial akan
sangat rapuh dan akhirnya akan runtuh.118
Spiritual marketing merupakan pembeda yang pokok antara
pemasaran biasa dengan marketing syariah. Sesungguhnya spiritual
marketing ini dapat dilaksanakan dengan optimal jika dalam segala
aktifitas sehari-hari kita menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya
pemilik kepentingan (The Ultimate Stakeholder). Akuntabilitas dan
responsibilitas diterjemahkan sebagai pertanggungjawaban di
padang mahsyar (yaumul hisab) kelak, yang merupakan pengadilan
118 M. Quraish Sihab, Op. Cit., hal. 14-15.
107
abadi terhadap sepak terjang manusia (termasuk para pelaku
bisnis), baik yang tersurat maupun yang tersirat.119
Ismail Yusanto, menjelaskan bahwa yang membedakan
antara marketing Islami dengan marketing konvensional adalah,
dalam manajemen marketing Islami pemasaran dalam koridor
jaminan halal, sedangkan marketing konvensional pemasaran
mengahalalkan segala cara.120
B. Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang
1. Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia
Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia
perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan
penerapan konsep perbankan konvensional. Konsep perbankan syariah
sendiri di Indonesia mulai diperkenalkan dengan mulai beroperasinya
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. dan menjadi bank umum
syariah pertama di Indonesia.121
Terlepas dari persoalan sosial-politik yang melatar
belakanginya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan pionir bank
syariah yang kali pertama berdiri di Indonesia, setelah pada tahun-tahun
119 Muhammad Abdul Ghani, The Spiritually in Bussines, Terj. Pencerahan Hati Bagi Pelaku Usaha, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005), hal.
120 Loc.Cit, Menggagas Bisnis Islami. hal. 23. 121 Lembaga Keuangan Syariah yang pertama berdiri yaitu berupa Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Munculnya BMI ini dilatarbelakangi oleh adanya rekomendasi lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan yang berlangsung di Cisarua Bogor 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 2010. Berdasarkan amanat Munas IV MUI dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Baca : Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah; Dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 9.
108
sebelumnya (era 80-an) persoalan mengenai bank syariah hanya sebatas
wacana dan bahan diskusi. Meskipun berpenduduk mayoritas muslim
terbesar di dunia, Indonesia masih tertinggal dengan Malaysia yang saat
itu sudah lebih dahulu memiliki Bank Syariah. Pada awal pendiriannya,
BMI juga menggunakan jasa tenaga kerja dari Malaysia untuk
menjalankan roda usahanya.
Namun begitu bukan berarti kemudian bank syariah di Indonesia
berpeluang kecil untuk merebut pangsa pasar dalam kancah persaingan
bisnis internasional. Bahkan Bank Indonesia dengan semangat dan
optimisme tinggi bertekad memiliki visi untuk menjadikan Perbankan
Syariah Indonesia Sebagai Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN.
Mungkin terlalu besar dan percaya diri untuk mewujudkan visi tersebut
bisa tercapai, namun hal itu sepertinya perlahan tapi pasti akan segera
terwujud. Perlu adanya kerjakeras dan dukungan dari semua pihak
untuk mewujudkan mimpi besar tersebut. Saat ini mungkin sudah
sedikit bisa dilihat dari laporan perkembangan terakhir bank syariah
yang secara perlahan menunjukkan esksistensi dan laju
pertumbuhannya.
Di Semarang, Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada
tahun 1994 atau tiga tahun setelah didirikannya BMI secara nasional.
Saat ini memiliki + 180 karyawan yang tersebar di beberapa kantor
cabang pembantu. Ada 9 (Sembilan) kantor cabang pembantu, yaitu di
Kendal, Magelang, Wonosobo, Gombong, Rembang, Kudus, Pati,
109
Cepu, dan Salatiga. Memiliki 4 (empat) kantor kas, di kompleks Masjid
Raya Baiturrahman, Pedurungan, Banyumanik dan Ungaran.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) lahir sebagai hasil kerja dari
kelompok kerja tersebut. dan Akta pendirian Bank Muamalat
ditandatangani pada 1 November 1991, dengan komitmen saham
sebanyak Rp. 84 Milyar. Dengan tambahan dana dari Presiden RI
menjadi sebesar Rp. 106.126.382.000,00. Dengan modal awal itu Bank
Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Hingga September 1999,
BMI memiliki 45 outlet yang tesebar di Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Balikpapan dan Makassar. Dari sekian banyak bank syariah
di Indonesia, Bank Muamalat adalah bank yang pertama kali
menerapkan sistem syariah dalam aliran arus uangnya. Sekitar hampir
13 tahun beroperasi, Bank Muamalat tidak pernah sedikitpun terkena
angin tidak sedap perekonomian, apalagi saat terjadi krisi ekonomi pada
tahun 1998, yang mana terjadinya inflasi mencapai 300% dan
meningkatnya tingkat suku bunga pada bank-bank konvensional
sehingga mengakibatkan banyak bank konvensional terpaksa diluqidasi.
Namun eksistensi BMI itu tidak terlepas dari kepercayaan nasabah
terhadap produk-produk (sistem bagi hasil/bebas bunga) yang
ditawarkan kepada mereka dan jumlah asset yang aman di Bank
Muamalat karena tidak terkait dengan BLBI.
Dalam operasinya Bank Muamalat memiliki beberapa produk
perbankan yang baisanya juga dipakai oleh perbankan syariah lainnya,
110
diantaranya adalah produk penghimpunan dana, produk penyaluran
dana, produk jasa perbankan. Produk-produk disediakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat selaku nasabah bank. Produk penghimpunan
dana meliputi tabungan (Wadi’ah yad dhamanah dan Mudharabah),
Giro (Wadiah yad dhamanah), Deposito (Mudharabah), Investasi
khusus (Mudharabah Muqayyadah). Sedangkan untuk produk
penyaluran dana meliputi pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, produksi agribisnis (Salam),
Manufaktur/kontruksi (Ishtisna), surat berharga (Mudharabah, Qardh,
Bai’ Al Dayn). Produk jasa perbankan meliputi Anjak Piutang
(Hiwalah), dana talangan (Qardh), LC, Transfer, Kliring (wakalah),
pinjaman sosial (qadrul hasan), save deposite (Wadiah Amanah,
Ujrah), jual beli valas (Sharf), gadai (rahn), pay roll (ujrah, wakalah),
bank garansi (kafalah), sewa-beli (ijarah wa igtina), pembiayaan untuk
akusisi asset (ijarah muntahiya bittamlik).
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991,
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992.
Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
111
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank
Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai
bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa
maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun
waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi
112
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang
oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang
tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit
dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru
dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat,
Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari
para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap
sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak
memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan
dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun
pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru
dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di
tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa
Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru
memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
113
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan
laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
2. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Dewan Pengawas Syariah :
- K.H. Ma’ruf Amin
- Prof. Dr. H. Muardi Chatib
- Prof. Dr. Umar Shihab
Dewan Komisaris :
- Widigdo Sukarman
- Emirsyah Satar
- Andre Mirza Hartawan
- Irfan Akhmed Akhtar
- Abdulla Saud Abdul Aziz Al-Mulaifi
114
- Sultan Muhammed Hasan Abdul Rauf
Dewan Direksi :
- Arviyan Arifin
- Andi Buchari
- Farouk Abdullah Alwyni
- Luluk Mahfudah
- Adrian Asharyanto Gunadi122
3. Visi Dan Misi Bank Muamalat Indonesia
Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
Misi Menjadi “Role Model” Lembaga Keuangan Syariah dunia
dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.123
4. Prestasi Yang Diraih Bank Muamalat Indonesia
Ada banyak sekali penghargaan yang diraih oleh PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk. Diantaranya adalah :
a. MUI AWARDS 2004
Penghargaan sebagai Bank terbaik yang menjalankan operasional
secara syariah.
b. KLIFF AWARD 2004
122 Annual Report Bank Muamalat , Memperkokoh Landasan Usaha, 2009), hal. 8-9. 123 Buku Panduang Bank Muamalat, Model Layanan Muamalat FAST Service; Friendly,
Accessible, Secure, To You Needs, hal. 7.
115
The Most Outstanding Performance by an Islamic Bank.
Dikeluarkan oleh Islamic Financial Forum yang berbasis di Kuala
Lumpur melalui Centre for Research and Training (CERT) bekerja
sama dengan Dow Jones Indexes New York - USA.
c. Majalah MODAL
Peringkat 1 kategori The Top of Mind (Bank Syariah yang mudah
diingat), hasil survey Karim Business Consultants (KBC) dan
Majalah Modal edisi Maret 2004.
d. SUPERBRANDS
Satu dari 101 perusahaan yang memiliki brand/merek yang kuat
(Superbrands) di Indonesia.
e. Majalah SWA
Edisi No. 10/XVI/16-29 Mei 2000. Peringkat ke 2 Terbaik dalam
Tingkat Kepuasan Nasabah. Edisi 18 April 2001. Peringkat ke 6
sebagai Bank paling dikenal masyarakat. Bank paling aman di atas
bank asing dan bank swasta lain.
f. Indonesian Best Brand 2005 "Top Five"
Edisi No. 16/XXI/14-17 Agustus 2005 The Celestial Management
sebagai Konsep Manajemen Paling Berpengaruh Edisi 24 Oktober
2005 Innovation in Customer Mode of Entry
g. InfoBank Award 2002 Rating peringkat ke 17 Bank dengan
predikat sangat bagus.
116
h. InfoBank Award 2003 Rating peringkat ke 7 Bank dengan predikat
sangat bagus untuk kategori bank beraset Rp 1 triliun - Rp 20
triliun.
i. InfoBank Award 2004 Bank dengan predikat sangat bagus.
j. Majalah Pilars
Sepuluh Besar Bank dengan Predikat Teraman versi Majalah Pilars
Bisnis Edisi No. 10/VII, 12 Mei 2003.
k. AS/NZS ISO 9001 : 2000
Quality Manajemen system – Requirements
l. International Islamic Bank Award (IIBA)
The Most Efficiency Bank The Most Convenient Musholla
m. Majalah Property & Bank
Bank Pelopor KPR Syariah di Indonesia124
5. Produk Dan Jasa Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia (BMI) memliki dua jenis produk,
yang pertama adalah Produk Penyimpanan Dana dan yang kedua adalah
produk Pengelolaan Dana.
Pada sisi produk penyimpanan dana (shohibul maal), BMI
memiliki 8 (delapan) macam produk, yaitu ;
- Tabungan Ummat, merupakan sarana investasi murni sesuai
syariah dalam mata uang Rupiah yang memungkinkan kita
melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah.
124 Annual Report Bank Muamalat, Op.Cit, hal. 113-115.
117
- Tabungan Ummat Junior, adalah Tabungan khusus untuk pelajar.
- Kartu Shar-E. Kini tidak ada lagi hambatan bagi masyarakat untuk
bertransaksi dengan bank syariah. Bank Muamalat tetap membantu
untuk berinvestasi murni sesuai syariah dengan cara yang mudah
dan murah, di manapun kita berada. Shar-E adalah investasi
syariah yang dikemas secara khusus dalam bentuk paket perdana
seharga Rp. 125.000.- dan dapat diperoleh di Kantor-Kantor Pos
Online di seluruh Indonesia. Share-E memiliki tiga kelebihan yaitu
(i) Easy : mudah untuk memilikinya, mudah penyetorannya, mudah
pengelolaan dananya. Dengan membeli paket perdana Shar-E calon
nasabah akan langsung menjadi Nasabah Bank Muamalat. (ii)
Everywhere : cukup dengan membeli paket Shar-E di kantor pos
online terdekat di seluruh Indonesia. Selanjutnya calon nasabah
dapat melakukan penyetoran tabungan investasi melalui seluruh
kantor pos online. Dan (iii) Extraordinary : setiap bulan nasabah
akan memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan
ke rekening nasabah setiap bulannya.
- Tabungan Haji Arafah
Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan
bagi Anda yang berniat melaksanakan ibadah haji secara terencana
sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang Anda
kehendaki. Manfaatkan keunggulan Tabungan Haji Arafah untuk
mempersiapkan rencana Anda ke Baitullah secara terencana.
118
- Giro Wadiah
Giro Wadiah Bank Muamalat dalam mata uang rupiah maupun
valas, pribadi ataupun perusahaan, ditujukan untuk mendukung
aktivitas usaha Anda.
- Deposito Mudharabah
Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD
dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi
Anda yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah.
Dana Anda akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai
berbagai macam usaha produktif yang berguna bagi kepentingan
Ummat.
- Deposito Fulinves
Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD
dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi Anda
yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito
ini dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
- DPLK Muamalat
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan
Badan Hukum yang menyelanggarakan Program Pensiun, yaitu
suatu program yang menjanjikan sejumlah uang yang
pembayarannya secara berkala dan dikaitkan dengan pencapaian
usia tertentu.
119
Pada sisi pengelolaan dana, BMI memiliki lima bentuk
pengelolaan dana (mudharib), yaitu :
- Piutang Murabahah. Merupakan penyaluran dana dengan sistem
jual beli. Bank akan membelikan barang-barang halal apa saja yang
Anda butuhkan kemudian menjualnya kepada Anda untuk diangsur
sesuai dengan kemampuan Anda. Produk ini dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan ivestasi :
pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dll) maupun
pribadi (misalnya pembelian kendaraan bermotor, rumah, dll)
- Piutang Ishtisna’. Merupakan penyaluran dana untuk pengadaan
objek / barang investasi yang diberikan berdasarkan pesanan Anda.
- Pembiayaan Mudharabah. Merupakan pembiayaan dalam bentuk
modal/dana yang diberikan oleh Bank untuk Anda kelola dalam
usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya dalam
pembiayaan ini Anda dan Bank sepakat untuk berbagi hasil atas
pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh
pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang
dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing,
usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja dan
investasi.
120
- Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama perkongsian yang
dilakukan antara Anda dan Bank Muamalat dalam suatu usaha
dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama
berdasarkan porsi dana yang ditanamkan. Jenis usaha yang dapat
dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha
atas dasar kontrak dan lain-lain.
- Rahn (gadai). Bekerjasama dengan Perum Pegadaian membentuk
Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS). Rahn (Gadai Syariah) adalah
perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan
berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan. Anda
hanya cukup mengisi dan menandatangani Surat Bukti Rahn, serta
kemudian dana segarpun dapat segera Anda terima dengan jumlah
maksimal 90% dari nilai taksir terhadap barang yang diserahkan.
Penggunaan Rahn diantaranya adalah Untuk usaha, biaya
pendidikan dan kebutuhan konsumtif lainnya sesuai syariah.
Layanan Gadai Syariah ini dapat diperoleh pada seluruh Counter
Syariah PT. Pegadaian.
6. Aplikasi Spiritual Marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Semarang
Penyusun melakukan wawancara secara langsung dengan Head
Marketing BMI cabang Semarang pada Selasa, 23 November 2010
setelah sebelumnya membuat janjian terlebih dahulu. Wawancara
121
dilakukan selama + 1 jam dikantor BMI Semarang Jl. Soegijapranata.
Terdapat 27 pertanyaan yang penyusun ajukan kepada Head Marketing
BMI Semarang (draft wawancara sebagaimana tercantum dalam
lampiran).
Dalam konteks marketing, BMI Cabang Semarang lebih banyak
menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada calon nasabahnya. Hal
ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa masyarakat Kota
Semarang yang plural, tidak hanya muslim saja. Meskipun lebih banyak
nasabah yang beragama Islam namun tidak bisa dijadikan justifikasi
bahwa mereka benar-benar memahami atau tingkat sensitifitas mereka
tentang syariah masih lemah. Dengan demikian secara tidak langsung
BMI Cabang Semarang telah melakukan salah satu prinsip syariah
markering yaitu humanistis (Al-Insaniyyah).
Dalam kesehariannya, Bank Muamalat Indonesia Cabang
Semarang bukanlah bank syariah yang kaku, fanatis terhadap idiologi
tertentu dan eksklusif. Hal ini bisa dibuktikan dengan penampilan para
karyawannya yang fleksibel namun elegan tanpa mengurangi estetika.
Beraga budaya, karakter dan idiologi yang ada didalamnya bukanlah
menjadi persoalan tersendiri, tetapi hal tersebut menjadi keniscayaan
dan perbedaan yang patut disyukuri. Dengan demikian Bank Muamalat
Indonesia Cabang Semarang telah menerapkan dengan apa yang disebut
Realistis (Al-Waqi’iyah) dalam prinsip-prinsip syariah marketing.
122
Secara kebetulan penyusun juga merupakan salah satu nasabah
dari sekian ratus atau bahkan ribuan nasabah Bank Muamalat Indonesia
Cabang Semarang. Selama menjadi nasabah dan melakukan transaksi
secara langsung, penyusun menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan
BMI Cabang Semarang sudah bisa dikatakan melakukan konsep
spiritual marketing meskipun belum seutuhnya. Dari sisi penampilan
karyawan yang rapi, dinamis dan elegan, pelayanan125 yang sopan dan
ramah bisa dilihat dalam prosesnya. Dalam hal ini etika dan etiket
karyawan bank dalam BMI benar-benar diterapkan dalam keseharian
pelayanan kepada nasabah di BMI Cabang Semarang.126
Mulai menyapa dengan senyum oleh satpam, menyampaikan
salam dan menanyakan perihal maksud datang ke kantor BMI, jika pada
saat itu harus antre untuk medapatkan pelayanannya disalah satu sudut
ruangan kantor disediakan ruang tunggu dilengkapi dengan bacaan-
bacaan ringan mulai dari majalah dan bulletin islami dan surat kabar.
kemudian dibantu secara langsung menandakan bahwa karyawan BMI
Cabang Semarang telah benar-benar menghilhami dan menerapkan
125 Pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara langsung melayani pelanggan. Artinya karyawan berhadapan langsung dengan pelanggan atau menempatkan sesuatu dimana pelanggan atau nasabah sudah tahu tempatnya atau pelayanan melalui telepon. Atau pelayanan yang tidak langsung oleh karyawan akan tetap dilayani oleh mesin seperti mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan pelanggan akan sesuatu produk atau jasa yang mereka butuhkan. (Baca: Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 15.
126Etika dan etiket memiliki perbedaan yang mendasar, dapat dijelaskan disini perbedaan antara keduanya. (1) Etiket adalah cara sedangkan etika adalah niat, (2) Etiket adalah formalitas sedangkan etika adalah nurani, (3) Etiket bersifat relatif sedangkan etika adalah agak mutlak, dan (4) Etiket adalah lahiriah sedangkan etika adalah batiniah. Lihat ; Mahmoeddin, Etika Bisnis Perbankan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 30-31.
123
prinsip syariah baik dari sisi manajemen dan marketingnya. Inilah yang
biasa disebut dengan prinsip Etis (akhlaqiyah) dalam syariah marketing.
Dari sisi Teistis (Rabbaniyah), bisa dilihat dari keunikan design
ruangan kantor BMI Cabang Semarang atau bahkan kantor cabang BMI
yang lainnya. Yaitu keberadaan Musholla umum yang ditempatkan
diruang depan dekat dengan ruang customer service dan teller. Berbeda
dengan perusahaan atau bank konvensional yang menempatkan
Musholla berada di belakang gedung atau kantor atau bahkan diruang
sempit yang sebenarnya tidak layak dijadikan sebagai tempat Ibadah,
parahnya lagi adalah kadang menempatkan musholla dekat dengan
tempat MCK. Bank syariah yang lain dikota Semarang pun berbeda
design ruangannya dengan BMI Cabang Semarang dimana penempatan
mushollanya kebanyakan berada di belakang atau tempat yang lain
yang tidak bisa diketahuai atau dilihat langsung oleh nasabah.
Termasuk ketika melakukan proses rekruitmen pegawai atau
karyawan, BMI juga melakukan tes kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient) secara tertulis dan praktek membaca Al-Qur’an. Jika terdapat
nasabah yang belum lancar membaca Al-Qur’an dan praktek sholat
wajibnya Bank akan memfasilitasinya dengan memberikan waktu
khusus kepada nasabah untuk belajar membaca Al-Qur’an dan praktek
sholat wajib dengan mendatangkan ustadz, hal ini biasanya
dilaksanakan satu bulan sekali.
124
Spiritualisasi sebagai prinsip dan etos kerja ditunjukkan oleh
manajemen BMI, dimana setiap hari ketika hendak memulai
aktifitasnya didahului dengan membaca doa pagi secara berjamaah dan
ketika hendak pulang ditutup dengan doa sore.127 Pada setiap malam
Jumat diadakan membaca surah Yasin secara berjamaah. Tidak hanya
itu, setiap satu bulan sekali atau peringatan hari-hari besar Islam juga
mengadakan pengajian rutin dengan mendatangkan ustadz dari luar
yang diisi dengan materi-materi tausiah yang bermuatan mengenai
persoalan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk membekali agar
karyawan senantiasa menerapkan prinsip atau etos kerja Islami dalam
prakteknya.
BMI cabang Semarang senantiasa lebih mengedepankan akhlaq
dalam memberikan pelayanan kepada nasabanya. Ketika ada nasabah
yang hendak mengajukan pembiayaan, faktor utama yang akan dinilai
oleh manajemen adalah kejujuran dan akhlaq nasabah yang terkait.
Banyak faktor yang bisa dijadikan penilaian untuk mengetahui tingkat
kejujuran dan akhlaq dari nasabah. Penilain kejujuran dan akhlaq
nasabah ini bisa dilihat dengan adanya laporan track record dari bank-
bank Syariah yang lain jika nasabah tersebut tidak hanya mengajukan
pembiayaan pada BMI saja.128
127 Lihat ; Model Layanan Bank Muamalat Indonesia dengan prinsip FAST (Friendly,
Accessible, Secure, To You Needs) Service 128 Bank bisa memperoleh informasi lebih detail mengenai calon nasabah yang
mengajukan pembiayaan dari sumber informasi eksternal pemohon, sumber eksternal tersebut bisa diperoleh dari SID-BI (Sistem Informasi Debitur-Bank Indonesia), DHN (Daftar Hitam Nasional), Negative List, dan Trade Checking. Sedangkan dari faktor internal pemohon bisa dianalisis melalui
125
Sebelum seorang account officer melakukan analisis atas
permohonan yang diterimanya, ia harus terlebih dahulu mengumpulkan
informasi sebanyak dan selengkap mungkin mengenai pemohon
pembiayaan. Kegiatan ini termasuk dalam investigasi terhadap calon
nasabah. Dalam dunia pembiayaan dikenal prinsip 5C129 dalam rangka
mengenali pemohon sebagai calin nasabah.130
Dalam melakukan ekspansi pasar industri keuangan syariah, saat
ini fokus garapan BMI cabang Semarang adalah kelas menengah ke atas
disamping memang juga sudah ada peraturan dari bank Indonesia
bahwa bank umum (syariah) diperbolehkan melakukan pembiayaan
diatas nilai nominal 500 Jt dan minimal 100 Jt. Dalam melakukan
segmentasi dan ekspansi pasar, marketing BMI melakukan pendekatan-
pendekatan kultural masyarakat, hal ini dilakukan dengan cara promosi
dan sosialisasi tentang bank syariah di forum-forum pengajian RT,
arisan ibu PKK dan organisasi instansi pemerintah.
Prinsip humanistis dalam syariah marketing, dilakukan BMI
cabang semarang dengan bukti bahwa adanya nasabah yang non
data tertulis dan data dari hasil survei. (Baca : Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami Praktek Proses Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta: Elex Media Computindo, 2009), hal. 56-58).
129 5 C yaitu (1) Charakter; merupakan penilaian terhadap individu-individu sejauh mana dapat mengemban amanah pembiayaan dari bank, (2) Capacity; penilaian mengenai kemampuan pemohon dalam menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan pada akhirnya mampu membayar kewajiban kepada bank, (3) Capital; penilaian terhadap permodalan usaha yang dijalankan termasuk juga penilaian atas aspek keuangan pemohon, (4) Condition; penilaian terhadap kondisi umum yang mempengaruhi kegiatan usaha seperti kondisi pasar, persaingan dagang, peraturan pemerintah, peraturan Negara lain terkait ekspor-impor dlsb, (5) Colateral; penilaian atas aspek jaminan yang diperlukan untuk meng Cover pembiayaan yang diberikan bank. (Ibid,, hal. 55-56).
130 Ibid.
126
muslim meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Setidaknya hal ini
menjadi bukti bahwa konsep ekonomi syariah adalah rahmatan lil
alamin, fleksibel dan berlaku untuk semua orang. Dalam prakteknya,
BMI tidak memandang siapapun orang yang hendak melakukan
transaksi selama nasabah tersebut bisa bekerjasama dengan sistem BMI
sesuai standar operasional procedure (SOP) yang ditetapkan oleh
manajemen. Hal ini juga mematahkan anggapan sebagian masyarakat
yang mengatakan bahwa institusi dengan label syariah adalah hanya
dari, oleh dan untuk orang berjenggot dan jilbaber.
Dalam konteks persaingan usaha antar bank syariah yang
tergabung dalam Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) Kota
Semarang, BMI melakukan persaingan usaha secara sehat dan dinamis.
Hal ini dikarenkan selain membawa institusi atas nama syariah juga
dikarenakan bahwa bank syariah di Indonesia memiliki visi-misi dan
“common enemy”, yaitu merebut pangsa pasar bank konvensional yang
memiliki jumlah asset jauh lebih besar dari bank syariah. Menjadi suatu
kewajaran karena memang bank konvensional berdiri jauh lebih awal
dibandingkan dengan bank syariah yang baru berusia + 18 tahun.
Kita tidak akan bisa lari dari kenyataan bahwa kita manusia
tempatnya salah dan lupa. Hal ini juga berlaku pada system kerja dan
kinerja manajemen dan karyawan BMI dalam melaksanakan aktifitas
perbankannya. Tidak jarang BMI juga mendapatkan keluhan saran dan
kritik dari nasabah atas kekecewaan dengan kualitas pelayanan dan
127
produk BMI, namun BMI cabang Semarang tidak bersikap apatis
dengan adanya hal tersebut, adanya kritik dan saran dari nasabah
dianggap sebagai masukan secara tidak langsung untuk membenahi
kualitas pelayanan BMI. Secara umum, memang saat ini bank Syariah
masih terus dan akan selalu berbenah untuk menuju sedikit
kesempurnaan. Yang dilakukan BMI cabang Semarang ketika
mendapatkan keluhan dan complain dari nasabah adalah dengan diajak
berdialog dan mengklarifikasi kalau memang ada yang perlu
diklarifikasi. Dengan demikian maka kemungkinan akan terjadi akibat
yang lebih besar akan tercegah sejak awal.
128
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMAD SYAKIR SULA TENTANG
SPIRITUAL MARKETING
A. Analisis Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula
Tentang Spiritual Marketing
Dari era rasional menuju ke era emosional kemudian bertransformasi
ke era spiritual. Pembacaan arah bisnis kedepan oleh Muhammad Syakir
Sula di atas memberikan gambaran kepada pelaku bisnis bahwa kedepan,
konsumen akan lebih variatif dan teliti dalam memilih produk. Jika saat ini
kebanyakan pelaku bisnis hanya mengandalkan strategi bisnis dengan pola
marketing dengan mengandalkan pendekatan rasional, tampaknya sudah
mulai sedikit pudar dikarenakan pangsa pasar yang dengan kemampuan akal
pikiran akan lebih selektif dalam melihat dan memilih produk. Selain itu sisi
traumatis konsumen atas kualitas produk dan pelayanan juga menjadi faktor
tersendiri.
Pembacaan peluang bisnis yang mengedepankan pendekatan rasional
semakin berada diposisi yang berat ketika para pelaku bisnis juga
menggunakan strategi marketing dengan pola pendekatan emosional dalam
menawarkan produknya yang didasarkan atas kondisi masyarakat saat ini.
Kemajemukan masyarakat, beragam pilihan dan pola pikir masyarakat yang
semakin maju menuntut sebuah usaha baik dalam bidang industri
perdagangan dan jasa harus memutar otak 180 derajat untuk merumuskan
128
129
strategi pemasarannya agar produk yang ditawarkan mendapatkan posisi
dibenak masyarakat atau konsumen. Hal ini mutlak dilakukan oleh
perusahaan agar laju usahanya tetap berjalan dan mendapatkan keuntungan
yang diharapkan.
Dari era emosional kemudian menuju ke era spiritual, penyusun
beranggapan bahwa pada era ini lebih karena disebabkan oleh faktor
traumatis atau kekecewaan pelanggan atas kualitas produk dan pelayanan
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan keinginan untuk
mendapatkan lebih atas produk yang mereka beli, tidak hanya pada sebatas
kepuasan duniawi melainkan pada kepuasan pada aspek ukhrowi.
Diakui atau tidak, keadaan persaingan dunia usaha dengan sistem
perekonomian dan perdagangan saat ini menjadikan banyak perusahaan
“tidak terlalu serius” untuk memberikan kualitas produk barang dan jasa
serta pelayanannya. Kualitas produk dan pelayanan cenderung dinomor
duakan sedangkan pencapaian target keuntungan yang maksimal dijadikan
paling utama dalam usahanya. Sehingga hal ini mengakibatkan rawan terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam persaingan usaha yaitu menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin,
padahal dalam Islam hal ini tidak diperbolehkan.
Keadaan ini semakin diperparah ketika sebuah perusahaan
mengabaikan hak-hak yang harus didapatkan oleh konsumen ketika
memakai produk atau jasa dari sebuah perusahaan. Jelas hal ini sangat
bertentangan dengan Undang-undang perlindungan konsumen nomor 8
130
tahun 1999 sebgaimana yang dijelaskan pada pasal 4 yang menyebutkan
hak-hak konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa
b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan
atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang telah dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa
d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa
yang digunakan
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian,
apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaiamana mestinya
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya131
131 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), hal. 38.
131
R.A. Sonny Keraf menjelaskan bahwa pada umumnya konsumen
dianggap mempunyai hak tertentu yang wajib dipenuhi oleh produsen, yang
disebut sebagai hak kontraktual. Hak kontraktual adalah hak yang timbul
dan dimiliki seseorang ketika ia memasuki suatu persetujuan atau kontrak
dengan pihak lain. Maka hak ini hanya terwujud dan mengikat orang-orang
tertentu yaitu orang-orang yang mengadakan persetujuan atau kontrak satu
dengan yang lainnya. Hak ini tergantung dan diatur oleh aturan yang ada
dalam masing-masing masyarakat.132
Semakin maraknya wacana soal perlindungan konsumen merupakan
momentum dimana hak-hak seorang konsumen akan sepenuhnya bisa
didapatkan. Hak itu tak lain guna meningkatkan martabat seorang
konsumen. Paling tidak untuk mewujudkan hal itu perlu dilakukan langkah
penyadaran akan pentingnya memahami hak-hak konsumen sendiri.
Menurut mantan Presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy, ada empat hak
dasar yang harus dimiliki oleh konsumen diantaranya adalah :
1. Hak memperoleh keamanan (the right to safety)
2. Hak memilih (the right to choose)
3. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed)
4. Hak untuk didengar (the right to heard)133
Keempat hak tersebutlah yang dirasa penting sekali untuk dimiliki
oleh seorang konsumen demi meningkatkan martabat hidupnya. Dan oleh
132 R.A. Sonny Keraf, Etika Bisnis; Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1998), hal. 184. 133 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Penerbit Rasail, 2007), hal.
129.
132
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), doktrin diatas dijadikan
sebagai landasan kerjanya yang dinamakan sebagai Panca Hak Konsumen
yang terdiri dari :
1. Hak atas keselamatan dan keamanan
2. Hak atas informasi
3. Hak untuk memilih
4. Hak untuk didengar
5. Hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik134
Perilaku penyimpangan aktifitas bisnis oleh sebagian pengusaha
khusunya dalam proses marketingnya membuat Muhammad Syakir Sula
untuk merumuskan konsep marketing yang didasarkan atas ajaran agama
(baca: Islam) dengan harapan proses bisnis yang sesungguhnya halal baik
dari sisi produk, aktifitas usaha dan proses marketingnya dapat kembali ke
jalur yang sebenarnya, yaitu sesuai dengan norma dan etika. Namun lebih
dari itu Muhammad Syakir Sula mencoba mengajak untuk melampaui hal-
hal yang bersifat duniawi saja, yaitu juga berorientasi pada kepentingan
ukhrowi. Yang demikian ini adalah berbisnis dengan qolbu.
Hati adalah sumber pokok bagi segala kebaikan dan kebahagiaan
seseorang. Hati merupakan kesempurnaan hidup dan cahayanya. Betapa
indahnya sekiranya kita dapat mengelola bisnis kita dengan hati yang
bening. Kita menjalani hidup ini dan segala dinamikanya dengan hati yang
bersih. Kitapun akan memperoleh rizki dari sumber yang halal, karena
134 Ibid, hal. 129.
133
segala aktifitas kita dilandasi dengan niat baik, tanpa prasangka buruk, tanpa
penipuan, tanpa kebohongan. Semuanya ikhlas semata-mata mencari
keridhaan Allah SWT.135
Spiritual marketing sebagaimana yang digagas oleh Muhammad
Syakir Sula, tidak menafikan adanya target perusahaan untuk mencapai
keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya
road map dan strategic plan yang jelas dan berjalan sesuai dengan aturan
yang ada. Selain itu juga dibutuhkan adanya kesinambungan dan dinamisasi
antar organ perusahaan, sehingga semua organ tersebut dapat berjalan
dengan sendirinya dengan saling keterkaitan. Dengan demikian maka
diharapkan sebuah perusahaan baik dalam bidang perdagangan dan jasa
diharapkan juga menerapkan Total Quality Management yaitu dengan
semangat memegang teguh etika bisnis untuk meraih hasil yang maksimal.
Seperti halnya dengan kualitas, definisi TQM juga ada bermacam-
macam. TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke
dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi
lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.136
Tujuan utama TQM adalah untuk mereorientasi sistem manajemen,
perilaku staf, fokus organisasi, dan proses-proses pengadaan pelayanan
135 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op. Cit., hal. 262. 136 Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, Edisi Revisi,
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003), hal. 4
134
sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik,
pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan, keinginan, dan
keperluan pelanggan.137
Agar TQM berhasil, maka baik klien maupun tim kerja harus
menjadi mitra aktif dalam pengembangan pelayanan. Secara khusus, agar
pelanggan puas maka staf dan karyawan harus memiliki keahlian yang
dibutuhkan dan rasa memiliki terhadap pelayanan. Pegawai pada semua
tingkatan harus bisa melatih keleluasaan dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan, baik di dalam maupun diluar organisasi. Untuk berpindah dari
lingkungan yang struktural dan hierarkis menuju ke pemberdayaan baru
yang cukup substansial.138
Alur TQM dapat dijelaskan sebagai berikut :139
Pendekatan proses spiritual marketing yang dilakukan oleh
Muhammad Syakir Sula dengan menggunakan metode pendekatan dari sisi
akhlaq memiliki nilai lebih dari proses marketing tersebut. Kebanyakan
pelaku marketing yang mengesampingkan etika menjadi fokus garapan
tersendiri yang masih layak dan mampu untuk merubah kondisi yang ada.
137 Kuat Ismanto, Manajemen Syariah; Implementasi TQM Dalam Lembaga Keuangan
Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 62. 138 Ibid, hal. 63. 139 Ibid, hal. 61.
Input Keinginan Kebutuhan
Harapan pelanggan
Output
Kepuasan pelanggan
Proses
Total Quality Management
(TQM)
135
Pada tahap tertentu dalam hidup ini, banyak dari kita yang terdorong
untuk menanamkan cara hidup yang lebih spiritual. Barangkali ada sebuah
kekosongan yang menjerit minta diisi dengan sesuatu yang terdefinisikan,
yang akan menjadi katalisator bagi pencarian kita akan jalan baru yang lebih
baik untuk tetap hidup. Mungkin keinginan untuk melakukan ini disebabkan
oleh kematian anggota keluarga, perceraian, kesadaran akan diri kita yang
tidak abadi, atau karena semua orang yang kita kenal tampaknya lebih
bahagia dibandingkan dengan kita. Terkadang ketertarikan dalam memulai
jalan spiritual ditimbulkan oleh sebuah pengalaman mistis. Kita diberikan
sekilas gambaran, kejernihan sesaat, bahwa ada sesuatu yang lebih dalam
hidup ini dari apa yang telah kita temukan sejauh ii dalam keberadaan fisik
kita. Apapun alasannya tiba-tiba saja kita menginginkan arti yang lebih
dalam hidup kita.140
Dari sedikit penjelasan Owens diatas, menggambarkan kondisi saat
ini yang menempatkan spiritual menjadi daya tarik sendiri dan mulai
dibutuhkan oleh seseorang. Spiritual menjadi magnet tersendiri ketika
kebanyakan ulama (baca: Kyai) masih acuh dengan konsep perbankan
syariah yang telah jelas mengharamkan riba dan masih tetap membiarkan
melakukan transaksi keuangan dengan bank konvensional. Jika hanya
menggunakan pendekatan rasional dan emosional saja dirasa tidak cukup,
maka dimensi spirituallah yang akan menjadi jawaban terakhirnya.
140 Elizabeth Owens, Discovery Your Spiritual Life, Terj. Sinari Jalan Setapak Jiwa Anda,
dialihbahasakan oleh Hendry M. Tanaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2004), hal. 1.
136
Muhammad Syakir Sula merumuskan konsep spiritual dalam
marketing adalah berangkat dari pengalaman pribadi yang telah menekuni
dunia marketing selama bertahun-tahun ketika beliau bekerja pada
perusahaan asuransi dll. Dari pengalaman beliau tersebut dengan kesadaran
diri sepenuhnya dan dihadapkan pada kenyataan yang ada bahwa proses
berbisnis dan marketing yang menyalahi konsep dasarnya maka spiritual
marketing saat ini dirasa menjadi jawaban yang tepat.
Ketika seorang marketer telah menemui titik kejenuhan dan merasa
putus asa dengan segala usaha yang dilakukannya tidak kunjung
membuahkan hasil atau hasil yang didapatkannya tidak memenuhi target
yang telah ditetapkan perusahaan dan ini berpotensi buruk bagi marketer
untuk menghalalkan segala cara untuk mengejar target tersebut apabila
seorang marketer tersebut tidak memiliki benteng yang kuat untuk
menahannya, benteng itulah yang kemudian bisa disebut dengan spiritual.
Dengan demikian spiritualisasi pada diri seorang marketer saat ini memang
dirasa sangat diperlukan.
Manakala seorang hamba Allah diuji oleh Allah, maka mula-mula ia
akan melespaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu.
Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang lain,,
seperti kepada para pengusa, raja (pimpinan), orang-orang kaya atau para
hartawan. Jika ia sakit maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter.
Jika hal ini pun tidak berhasil, maka ia akan kembali menghadapkan
wajahnya kepada Allah SWT. Untuk memohon dan meratap kepada-Nya.
137
Selagi ia masih dapat menolong dirinya, ia akan meminta pertolongan
kepada orang lain. Dan selagi pertolongan dari orang lain masih ia dapatkan
maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah SWT.141
Jika dalam hal ini seorang hamba tidak mendapatkan pertolongan
dari Allah dan selalu meratap denga penuh harap, kecemasan dan sekali-kali
Allah tidak menerima ratapannya tersebut. Maka akan tampaklah ketentuan
dan keputusan Allah kepada hamba itu dan lepaslah ia dari hal-hal
keduniaan, selanjutnya hanyalah ruhnya saja yang tinggal padanya.
Dalam demikian ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau
perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepercayaan yang
sesungguhnya tentang tauhid (keesaan Allah). Pada hakikatnya tidak ada
pelaku, penggerak atau yang mendiamkan kecuali Allah saja. Tidak ada
kebaikan dan keburukan, tidak ada kerugian dan keuntungan, tidak ada
faidah dan tidak ada anugerah, tidak ada terbuka dan tidak ada pula yang
tertutup melainkan semuanya adalah ada di tangan Allah SWT.142
Pembahasan dan aktualisasi spiritual marketing tidak hanya
mencakup pada keduniawian saja, lebih jauh dari itu, ia mencakupi sesuatu
hal yang sulit untuk dijangkau oleh akal pikiran manusia. Di level spiritual
ini, pemasaran sudah disikapi sebagai “bisikan nurani” dan panggilan jiwa
(calling). Disini praktek pemasaran dikembalikan kepada fungsinya yang
141 Abdul Wahab Bin Ahmad Imam Asy-Sya’rani, Quantum Qalbu; 80 Ajaran Kunci
Kecerdasan, Kekuatan, dan Kebersihan Hati, (Yogyakarta: Diva Prress, 2008), hal. 12. 142 Ibid, hal. 13.
138
hakiki dan dijalankan dengan moralitas kental. Prinsip-prinsip kejujuran,
empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama menjadi dominan.143
Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak
semata-mata menghitung lagi untung atau rugi, tidak lagi terpengaruh lagi
dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang
mendorongnya, karena didalamnya mengandung nilai-nilai spiritual.
Spiritual dalam pengertian kristiani, seperti yang saya kutip dari buku
Syariah marketing, mungkin seperti yang dikatakan Robert L. Wise dalam
bukunya, Spiritual Abundance. Sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata
dan hanya bisa dirasakan dalam hati atau sesuatu seperti itu.144
Dari aspek fiqh muamalah, penyusun melihat terdapat beberapa
ketimpangan dalam hal penggunaan akad (istilah dalam Fiqh Muamalah).
Dimana Muhammad Syakir Sula memasukkan marketing dalam ketegori
Wakalah yang hemat penulis disini lebih cenderung diartikan sebagai wakil
atau pelimpahan wewenang untuk menjalan tugas perusahaan.
Penggunaan istilah wakil disini menurut penyusun dapat diartikan
bahwa divisi marketing beserta para marketernya tidak masuk dalam
lingkaran perusahaan atau tidak masuk dalam sub divisi tersendiri dalam
struktur perusahaan. Dengan artian, marketer disini diartikan sebagai tenaga
kerja (SDM) yang diambilkan dari luar struktur perusahaan, bisa dengan
menggunakan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tidak tetap. Sehingga
dalam konteks ini penggunaan istilah Wakalah untuk membahasakan
143 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit., hal. 5. 144 Ibid., hal. 7.
139
marketing bisa dikatakan tepat. Dalam implementasinya, ketika seorang
marketer selesai menjalankan tugas perusahaan maka selesai pula tugas dan
tanggungjawabnya dan berhak untuk memperoleh upah atas tugas tersebut.
Namun permasalahan akan berbeda ketika marketing disini
dimaksudkan masuk dalam sub divisi tersendiri dalam struktur perusahaan.
Yaitu marketing lebih tepatnya diklasifikasikan dalam akad Ijarah (sewa),
dimana perusahaan menyewa atas jasa marketer untuk memasarkan produk
perusahaan, sehingga dalam hal ini terdapat hubungan timbal balik yang
seimbang antara perusahaan dan marketernya. Menurut dan sepengetahuan
penyusun, antara manajemen perusahaan dengan karyawan hubungan yang
terjadi lebih tepat dikatakan sebagai Ijarah.
B. Analisis Tentang Relevansi Antara Model Spiritual Marketing Dengan
Syariah Marketing
Spiritual Marketing adalah perilaku marketing yang berjalan secara
professional, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dan
dilandasi oleh nilai-nilai iman yang kuat. Artinya perilaku dan tindak tanduk
orang-orang marketing spiritual selalu terpelihara dari penyimpangan nilai-
nilai moral dan karenanya Allah pun senantiasa memudahkan langkah-
langkahnya.145
Sedangkan syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif,
fanatisme dan rigit. Bukan pula konsep yang kampungan, kaku dan tidak
gaul. Syariah marketing adalah konsep marketing yang fleksibel
145 Muhammad Syakir Sula, Marketing Bahlul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 30-31.
140
sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya.
Marketer syariah bukan juga marketer yang harus memakai jubah,
memanjangkan jenggot, celana panjang diatas mata kaki seperti orang
kebanjiran dan mengharamkan dasi karena simbol barat. Marketer syariah
adalah para marketer professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan
bersahaja, bekerja dengan professional, mengedepankan nilai-nilai religius,
kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas
marketingnya.146
Syariah dalam konteks hukum sebagai sebuah pedoman yang
memberikan penjelasan dan mengatur kehidupan manusia terdapat batasan-
batasan yang diperbolehkan dan larangan yang harus dijauhi oleh manusia.
Dalam hal bisnis, sesungguhnya seseorang juga tidak lepas dari syariah itu
sendiri, dimana Islam telah banyak mengatur segala kegiatan aktifitas bisnis
dalam Al-Qur’an meskipun tidak secara eksplisit membahasnya karena
perubahan zaman dan waktu yang terjadi.
Namun yang demikian itu bukankan kemudian syariah telah menjadi
satu aturan yang usang dan kuno yang tidak perlu untuk diikuti. Syariah
Islam berlaku untuk semua ummat Islam dimanapun dan kapanpun, ketika
menghadapi keadaan yang berubah seiring berjalannya waktu, maka
penafsiran tentang elemen-elemen yang terdapat dalam syariah itu sendiri
harus ditafsirkan ulang agar syariah tersebut bisa menjawab dan mampu
memberikan pencerahan kepada ummat manusia pada zamannya.
146 Ibid., hal. 18-19.
141
Dalam dunia bisnis termasuk didalamnya marketing juga tidak luput
dari ketentuan syariah sebagaimana dimaksud diatas. Yaitu seperangkat
aturan yang mengatur pola kehidupan manusia untuk mewujudkan
kesejahteraan sesuai dengan tuntunan agama Islam. Hal ini dimaksudkan
agar dalam prosesnya, bisnis tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
agama (baca: Islam) yang pada akhirnya dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain.
Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu Miskawih. Ia
mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq
sehingga membutuhkan atauran-aturan syariat, nasihat, dan ajaran-ajaran
tradisi yang terkait sopan santun. Ibnu Miskawih memperhatikan pula
proses pendidikan akhlak pada anak. Dalam pandangannya, kejiwaan anak-
anak bagaikan mata rantai dari jiwa kebinatangan dan jiwa manusia yang
berakal.147
Agama Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan
ketentuan-ketentuan bagi umat manusia dalam melakukan aktifitasnya di
dunia termasuk dalam bidang perekonomian. Semua ketentuan diarahkan
guna agar setiap individu dalam melakukan aktifitasnya dapat selaras
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan
berpegang pada aturan-aturan Islam manusia dapat mencapai tujuan yang
147 Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 22.
142
tidak semata-mata bersifat materi melainkan didasarkan pada falah
(kesejahteraan).148
Dalam syariah marketing dimana di dalamnya menganjurkan kepada
para pelaku (marketer) untuk menjalankan proses marketingnya senantiasa
mengedepankan etika atau akhlak dalam prosesnya sesuai dengan tuntunan
syariah Islam sebagaimana yang telah ada adalah didasarkan pada Nabi
Muhammad SAW.
Rasulullah SAW telah melarang para sahabatnya yang melakukan
tindakan penyimpangan dan sebaliknya menganjurkan mereka untuk
mempraktekkan cara-cara yang terpuji. Beliau memerintahkan mereka agar
bekerja bukan hanya untuk mengejar materi, namun juga untuk mencari
pahala di sisi Allah SWT. Beliau melarang mereka untuk melakukan sesuatu
yang bukan ditunjukkan kepada Allah. Dengan demikian mereka tidak akan
menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan harta dunia.149
Banyak yang mengatakan bahwa untuk sukses di dunia marketing
hanya bisa dengan menghalalkan segala cara. Dalam hal ini Muhammad
Syakir Sula mengatakan dengan tegas bahwa kesimpulan yang demikian itu
adalah salah besar. Dari hasil riset dan pengalaman beliau selama belasan
tahun malang melintang dalam dunia marketing mengatakan bahwa teori
dan kesimpulan seperti itu sangat keliru. Lebih lanjut beliau mengatakan
bahwa kesuksesan yang diperoleh dengan menghalalkan segala cara adalah
148 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hal. 153. 149 Abdurrahman Isa As Salim, “Hisbatun Nabi SAW; Musyaahadaat Wa Waqaa’I Minas
Siiratin Nabawiyah, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hal. 161.
143
kesuksesan yang bersifat semu atau kegagalan yang tertunda. Betapa banyak
pelaku binis termasuk marketer yang memperoleh harta yang banyak
dengan menjual diri, melakukan cara-cara entertainment yang menyimpang
dari ketentuan syariah atau memperoleh harta dengan cara mengambil harta
orang lain dengan cara-cara batil, menyuap dan menipu. Pada akhirnya dia
akan kembali pada posisi semua, posisi yang melarat, kembali kepada tidak
punya apa-apa kecuali penderitaan hidup di akhir hayat. Ini yang kemudian
beliau sebut dengan kegagalan yang tertunda. Bahkan dari hasil riset dan
pengamatan beliau selama ini, Justru orang-orang yang melakukan bisnis
dengan cara-cara yang halal merekalah yang pada akhirnya menikmati hasil
jerih payahnya dengan bahagia di hari tua. Dan ini yang kemudian beliau
sebut dengan kesuksesan yang tertunda.150
Sebagaimana yang dikutip oleh Kuat Ismanto dalam buku Asuransi
Syariah, M. Umar Capra 151 mengungkapkan bahwa dalam Islam,
peningkatan spiritual adalah suatu unsur penting dari kesejhateraan manusia
dan usaha apa pun yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang bertentangan
dengannya akan berakhir dengan kegagalan.152
Spiritual marketing dan syariah marketing terdapat relevansi diantara
keduanya yang dalam ajaran Islam mecakup dua dimensi pokok, yaitu
dimensi vertikal (hablum minallah) dan dimensi horizontal (hablum
minannas) dimana kedua dimensi tersebut memiliki keterkaitan dalam arti
150 Muhammad Syakir Sula, Marketing Bahlul, Op. Cit., hal. 312-313. 151 M. Umar Capra, Islam and The Economic Challenge, (Leicester: Islamic Foundation,
1995), hal. 6. 152 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Op.Cit, hal. 153.
144
Ibadah yaitu ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Kualitas tertinggi
dari ketaatan yang bersifat vertikal adalah takwa, sementara kualitas
tertinggi dari ketaatan yang bersifat horizontal adalah berlaku adil.
Kejujuran merupakan salah satu tangga untuk mencapai tingkat adil yang
dimaksud. Dimensi vertical dalam ajaran Islam bersifat mahdhah, yakni
ibadah yang telah ditentukan cara pelaksanaannya dan tidak bisa direkayasa,
sementara dimensi horizontal bersifat ghoiru mahdhah, menyeluruh dan
mujmal, yang meliputi segala aspek kehidupan yang masih harus dipahami
dan ditafsirkan.153
Aktifitas marketing merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang
bersifat horizontal sebagaimana dimaksud diatas, meski dalam Islam tidak
terdapat istilah secara eksplisit menyebut dan membahas tentang marketing,
namun dilihat dari sisi aktifitasnya maka marketing dikelompokkan ke
dalam masalah muamalah, yakni masalah-masalah yang berkaitan dengan
hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Penekanan pada aspek syariah dalam marketing masuk ke dalam
dimensi horizontal, dimana dalam aplikasinya seorang marketer syariah
dituntut untuk mampu membawa dan menjadikan prinsip-prinsip syariah
Islam dalam aktifitas bisnisnya sebagai sebuah pedoman. Syariah disini bisa
dicontohkan adalah berlaku adil, jujur, transparansi, dan berakhlaq baik
sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam
melakukan interkasi dengan klien atau nasabah.
153 Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 8.
145
Sedangkan penekanan pada aspek spiritual dalam marketing masuk
dalam dimensi vertikal. Bagaimana seorang marketer senantiasa memiliki
keyakinan dan memiliki pandangan visi yang lebih jauh tentang aktifitas
bisnis yang dilakukannya. Syariah sebagai jembatan untuk meraih visi
tersebut harus senantiasa tertanam dalam diri seorang marketer. Hingga
pada saatnya nanti seorang marketer akan mendapatkan tidak hanya satu
kepuasan melainkan dua kepuasan atas usaha yang dilakukannya, yaitu
kepuasaan jasmaniyah dan rohaniyah atau materi dan immateri.
Melihat kondisi saat ini dimana masyarkat sudah mulai mendekati
titik jenuh atas kenyataan praktek bisnis yang menjauhi prinsi-prinsip
syariah yang mengedepankan etika, maka dipandang perlu adanya
reformulasi sistem dengan mengadopsi pada ajaran agama (Islam) yang
diharapkan kedepannya dapat tercipta sebuah iklim usaha bisnis yang sehat,
kondusif dan saling menguntungkan tanpa harus ada yang merasa saling
dirugikan.
Pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah merupakan kewajiban para ilmuan Muslim sepanjang sejarah.
Dalam konteks sekarang, pengembangan tersebut bisa dilakukan dengan
cara penemuan baru hasil penelitian dan atau dari konversi ilmu
pengetahuan yang telah ada kemudian disesuaikan dengan prinsip syariah.
Pendekatan kedua ini cenderung lebih mudah karena berangkat dari
pengalaman yang ada. Namun kelemahannya keterikatan dengan ketentuan
146
peraturan sebelumnya sebagai variabel membuat pengembangan ilmu
pengetahuan ini terkesan tidak independen.154
C. Analisis Implementasi Spiritual Marketing Di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Semarang
Dengan berpijak pada penelitian lapangan yang telah penyusun
lakukan dengan wawancara secara langsung kepada Head Marketing BMI
cabang Semarang, dalam konteks marketing, BMI Cabang Semarang lebih
cenderung banyak menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada calon
nasabahnya. Hal ini dimaksudkan selain untuk mengajak bermitra dalam
urusan bisnis juga bertujuan menjalin tali silatuttahmi, kedepan diharapkan
dengan menjalin tali silaturrahmi ini nasabah juga menjadi agen marketing
diluar sistem secara tidak langsung dengan segenap pengalaman positif
selama menjadi nasabah BMI Cabang Semarang.
Adanya kenyataan bahwa masyarakat Kota Semarang yang plural,
tidak hanya muslim saja menjadikan tantangan tersendiri bagi segenap tim
marketing BMI Semarang. Tentunya hal ini membutuhkan pola pendekatan
atau strategi marketing yang berbeda namun tidak kemudian berarti harus
meninggalkan nilai-nilai universal Islam seperti yang terkandung dalam
konsep spiritual marketing.
Meskipun mayoritas nasabah beragama Islam namun hal ini tidak
bisa dijadikan justifikasi bahwa mereka benar-benar memahami tentang
syariah khususnya perbankan syariah. Sehingga pada permasalahan ini,
154 Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah; Tinjauan Hukum, (Yogyakarta: UII Press,
2008), hal. 3.
147
tenaga marketing BMI Cabang Semarang dituntut untuk mampu
mengkomunikasikan dan menggaet nasabah dengan baik, penuh kejujuran
dan mampu memberikan penawaran dalam bentuk materi yang bisa bersaing
dengan bank syariah dan atau bank konvensional. Karena diakui atau tidak
penawaran keuntungan dalam bentuk materi sampai saat ini masih menjadi
faktor terkuat yang menjadi pertimbangan bagi seseorang yang hendak
berinvestasi di bank Syariah khususnya BMI Cabang Semarang. Pada aspek
ini, BMI Cabang Semarang dengan mengikuti SOP (Standar Operasional
Procedure) yang telah ditetapkan oleh BMI Pusat harus bisa melakukan
improvisasi untuk menjawab tantangan dan persoalan yang terjadi didaerah.
Kesuksesan perjalanan bisnis jasa keuangan syariah yang diraih BMI
tidak bisa lepas dari dua faktor. Pertama adalah value added dari prosentase
skema bagi hasil dari produk-produk yang ditawarkan oleh manajemen
BMI. Namun jika menilik dari kondisi pasar saat ini yang terbagi menjadi
tiga (rasional, emosional dan spiritual), maka nilai tambah dalam skema
bagi hasil yang ditawarkan ini menempati pasar rasional.
Kedua, kualitas pelayanan manajemen BMI dengan segala kegiatan
operasionalnya yang didasarkan dengan mengedepankan nilai-nilai
universal Islam seperti yang tercantum dalam konsep spiritual marketing.
Pangsa pasar ini menempati posisi pasar emosional dan atau spiritual. Tidak
sedikit dari nasabah BMI Cabang Semarang yang bermitra dengan BMI atas
dasar pertimbangan nilai-nilai keislaman (aspek halal-haram). Pasar inilah
148
yang mengalamai kejenuhan atas praktek-praktek binsis yang menyalahi
prinsip bisnis yang sesungguhnya.
Dari sini, seorang marketer BMI Cabang Semarang harus bisa
mengkolaborasikan dan memetakan pasar-pasar tersebut untuk kemudian
bisa merumuskan strategi marketing berikutnya untuk merebut pangsa pasar
dan meraih hasil yang optimal tentunya dengan cara yang baik dan benar
sesuai dengan syariah Islam.
Jika ada anggapan bahwa segala sesuatu yang menggunakan atau
berkaitan dengan label syariah adalah tujuan oleh segelintir orang yang
menghendaki penerapan syariah Islam dalam sistem pemerintahan dan
politik di Indonesia adalah salah. Hal ini sering kali penyusun dengar
langsung dari beberapa orang yang anti dengan keberadaan konsep ekonomi
syariah dalam segala bidang termasuk didalamnya adalah perbankan dan
marketing. Penyusun sangat setuju dengan adanya konsep ekonomi syariah
khususnya perbankan syariah, namun kemudian hal ini bukan berarti
penyusun juga setuju dengan penerapan Syariah Islam untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, agama yang membawa
rahhmat bagi sekalian alam, tidak hanya ummat Islam saja, namun Islam
juga membawa rahmat bagi orang yang non. Hal ini juga dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dalam berbagai bidang termasuk muamalah. Bagaimana
beliau melindungi dan memberikan rekomendasi ummat Islam saat itu untuk
menjamin kebebasan mereka dalam melakukan ibadah agama yang
149
dianutnya. Jika ditarik pada ranah konsep spiritual marketing, menyikapi
perbedaan yang ada membutuhkan strategi tersendiri agar produk yang
ditawarkan mampu mendapatkan tempat di masyarakat yang beragam
karakter dan kebutuhannya.
Spiritualisasi sebagai prinsip dan etos kerja ditunjukkan oleh
manajemen BMI, dimana setiap hari ketika hendak memulai aktifitasnya
didahului dengan membaca doa pagi secara berjamaah dan ketika hendak
pulang ditutup dengan doa sore. 155 Pada setiap malam Jumat diadakan
membaca surah Yasin secara berjamaah. Tidak hanya itu, setiap satu bulan
sekali atau peringatan hari-hari besar Islam juga mengadakan pengajian
rutin dengan mendatangkan ustadz dari luar yang diisi dengan materi-materi
tausiah yang bermuatan mengenai persoalan agama Islam. Hal ini
dimaksudkan untuk membekali agar karyawan senantiasa menerapkan
prinsip atau etos kerja Islami dalam prakteknya.
Menurut penyusun, spiritualisasi dalam BMI tidak hanya pada aspek
pelayanan, marketing dan manajemen. Melainkan juga design ruangan
dimana BMI kebanyakan selalu menempatkan musholla berada diruang
depan. Lebih dari itu adalah persoalan warna sebagai differensiasi156 BMI
dengan bank syariah yang lain, yaitu warna ungu.
Dilihat dari penafsiran makna warna-warni dalam feng shui, Ungu
adalah sebagai warna yang bermakna impresif, kemewahan, dan spiritual.
155 Lihat ; Model Layanan Bank Muamalat Indonesia dengan prinsip FAST (Friendly,
Accessible, Secure, To You Needs) Service 156 Diferensiasi Bank Muamalat: Institusi Islam yang berkiprah di bidang keuangan,
bukan sekedar bank yang dijalankan dengan system syariah, akhlak dan akidah.
150
Ungu dapat dipakai di ruang tidur atau ruang meditasi. Sebaiknya, warna
ungu ini tidak digunakan di dapur atau kamar mandi.157 Warna ungu juga
berarti menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual,
pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan,
upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan
yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.
Menurut psikolog, warna ungu mempunyai efek tenang dan
menyejukkan. Seringkali warna ungu dikaitkan dengan kesan yang
berhubungan tentang wawasan yang luas, martabat, kehormatan, intuisi, dan
sejahtera bahkan kesan anggun. Pengaruh warna ini dapat menginspirasikan
pikiran dan membuat hati lebih tenang. Karena sifatnya yang tenang dan
menyejukkan, ruang kerja dan ruang tidur sangat cocok jika diberi warna
ungu. Sebaliknya warna ungu tidak tepat untuk ruang tempat beraktivitas.
Yang unik, warna ungu sangat cocok untuk Anda yang sedang menjalani
program diet karena mampu mengurangi rasa lapar. Warna ungu juga cocok
untuk mengontrol rasa marah dan bisa meringankan suasana hati.
Sisi positif dari warna ungu ternyata jauh lebih banyak dari sisi
negatifnya. Hal ini pulalah yang menyebabkan Pasha dan kawan-kawan
memberi nama Grup Band mereka dengan ungu, dan terbukti fans dari grup
band ini berasal dari semua kalangan bukan hanya dari para janda. Begitu
pula dengan Rako Prijanto, Sutradara dari film ungu violet yang sempat
meledak di pasaran di pasaran pada tahun 2005, menilai warna ungu
157 Istanto Adi Nugroho, Arti Warna Warni Dalam Feng Shui, di http://id.istanto.net,
diakses pada hari Senin, tanggal 5 Oktober 2009 pukul 10:53 WIB.
151
bukanlah suatu warna yang menakutkan dan identik dengan janda. Sehingga
mengangkat warna ini untuk judul filmnya.
Saat ini mitos warna ungu yang diidentikan dengan janda lambat
laun memang semakin berkurang. Dimana saat ini banyak anak muda dan
anak gadis yang menyukai warna ini. Hal ini ditunjukan dari banyak sekali
barang-barang yang dibuat untuk kalangan remaja dengan warna ungu. Jadi,
memang tidak ada alasan yang jelas, kenapa warna ungu diidentikan dengan
janda.158
Dalam dunia perdagangan (persaingan bisnis), Islam sebagai salah
satu aturan hidup yang khas, telah memberikan aturan-aturan yang jelas dan
rinci tentang hukum dan etika persaingan, serta telah disesuaikan dengan
ajaran-ajaran Islam. Hal itu dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari
adanya persaingan-persaingan yang tidak sehat. Paling tidak ada tiga unsure
yang perlu untuk dicermati dalam membahas persaingan bisnis menurut
Islam yaitu (1) pihak-pihak yang bersaing, (2) cara persaingan, dan (3)
produk barang atau jasa yang dipersaingkan. Ketiga hal tersebut merupakan
unsur terpenting yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan masalah
persaingan bisnis dalam perspektif Islam.159
Karena usaha dan kerja keras serta etos kerja Islami yang menjadi
pijakan oleh manajemen dan karyawan BMI, semua itu membuahkan hasil
dengan diraihnya beberapa penghargaan bergengsi skala nasional.160 Meski
158 http://dharmaditya.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 Juni 2010, pukul 15.47. 159 Johan Arifin, Fiqh Perlindungan Konsumen, Op. Cit., hal. 49. 160 Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh BMI antara lain: (1) Best Islamic Bank
Poll sebagai The Best Islamic Bank in Indonesia tahun 2006, 2008, 2009 dan 2010, (2) Best
152
hal itu tidak menjadi target utama dalam pengelolaan industri keuangan
BMI, namun setidaknya penghargaan tersebut menjadi nilai plus tersendiri
untuk BMI. Di wilayah Semarang, bidang hukum atau kenotariatan BMI
diakui bank Indonesia sebagai bank syariah yang memiliki notaris terbaik
dari sekian banyak notaris bank-bank syariah yang lain di Semarang.
Islamic Finance House dari Alpha South East Asia tahun 2009, (3) penghargaan Infobank Golden Trophy Award 2009 dari Infobank Award 2009, (4) The Most Profitable Bank tahun 2009 dari Islamic Finance Award 2009, dan (5) The Best Islamic Saving Account tahun 2010 dari Bank Loyalty Award [IBLA]. Annual Report Bank Muamalat, Op. Cit,, hal. 13-15.
153
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat, mengamati dan mencermati uraian bab pertama sampai
dengan bab ke empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Muhammad Syakir Sula mencoba menguraikan secara lengkap dan
didasarkan pada bukti-bukti empiris tentang penyalahgunaan tugas yang
sebenarnya oleh seorang marketer. Beliau menilai bahwa yang terjadi
sekarang ini adalah kebanyakan seorang marketer menghalalkan segala
cara untuk memperoleh laba perusahaan yang maksimal dan hal tersebut
sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Atas dasar tersebut
Muhammad Syakir Sula mencoba mereformulasi dengan memberikan
tawaran konsep baru, sebuah marketing yang didasarkan kepada ajaran
agama Islam dengan memiliki karakteristik tesitis (Robbaniyah), etis
(akhlaqiyah), realistis (Al-Waqi’iyah), dan Humanistis (Insaniyyah).
Konsep spiritual marketing didasarkan atas adanya realitas yang
terjadi dimana saat ini sudah mulai ada pergeseran pola pikir masyarakat
terhadap kebutuhan kehidupan. Kalau dulu kebanyakan orang berada di
pasar rasional yang mempertimbangkan untung rugi ketika memakai
produk atau menggunakan jasa tertentu, maka saat ini pasar tersebut
terbagi kedalam pasar emosional dimana masyarakat lebih
mempertimbangkan aspek keabsahan secara dogma agama, tidak
memperdulikan apakah produk atau jasa yang digunakannya untung atau
153
154
rugi tetapi yang paling penting masyarakat yang berada di pasar ini adalah
kehalalan versi agama. Indikasi dari adanya kedua pasar tersebut maka
kedepan aka nada wilayah garapan atau peluang potensi pasar yang cukup
menggiurkan jika mampu mengelola dan menguasai pasar tersebut yaitu
pasar yang didasarkan atas aspek spiritualitas. Kenyataan yang terjadi saat
ini adalah masyarakat mulai jenuh dengan pola-pola pemasaran
konvensional yang masih jarang mengedepankan sisi etika dalam
prosesnya. Pasar spiritual menjadi salah satu solusi alternatif untuk
merebut persaingan dunia usaha dengan menggunakan pendekatan
religius. Dengan tetap mengutamakan hasil akhir yang maksimal namun
tidak mengesampingkan proses yang terjadi didalamnya yaitu dengan cara
yang sesuai dengans syariah Islam.
2. Terdapat benang merah antara konsep spiritual marketing dan syariah
marketing. Untuk mewujudkan konsep syariah marketing maka
diperlukan adanya piranti dalam hal ini adalah marketer (pelaku
marketing) yang benar-benar memahami syariah Islam dan memiliki jiwa
spiritual yang baik. Seorang marketer syariah hendaknya memahami
secara komprehensif tentang konsep tersebut. Penegasan orientasi kerja
seorang marketer syariah tidak hanya sebatas pendapatn keutungan yang
besar namun mengesampingkan etika cara untuk mendapat keuntungan
tersebut. Selain itu syariah marketing juga memberikan konsep bahwa
seorang marketer harus bisa bertanggungjawab selain kepada
pimpinannya juga kepada sesama dan yang lebih penting adalah kepada
155
Tuhan-Nya. Agar seorang marketer menjalankan amanahnya sesuai
dengan prinsip syariah, maka dia harus memiliki pola komunikasi,
manajemen dan kepribadian yang dilandasi oleh spiritual.
3. Implementasinya konsep spiritual marketing di Bank Muamalat Indonesia
Cabang Semarang sudah memenuhi standar operasional procedure yang
ditetapkan oleh perusahaan dan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
etika bisnis syariah termasuk didalamnya mengenai proses marketingnya.
Meskipun masih terdapat kekurangan, namun hal tersebut menjadi suatu
kewajaran karena hakikatnya di dunia ini tidak ada yang sempurna
kecuali Allah SWT. Namun begitu bukan berarti tidak ada usaha untuk
senantiasa terus melakukan inovasi, evaluasi dan perbaikan untuk
meningkatkan kualitas pelayanannya. Seiring dengan berjalannya waktu
dan permasalahan dunia usaha khususnya bidang perbankan yang
semakin kompleks maka manajemen dituntut untuk melakukan
perubahan-perubahan serta inovasi baik dari sisi produk dan sistem
pelayanannya agar nasabah atau konsumen tetap loyal menggunakan jasa
dari Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
Khusus Bank Syariah yang belum menerapkan pola pelayanan
yang didasarkan pada ajaran syariah Islam, masih diperlukan adanya
pengawasan dan pendampingan yang lebih intensif baik dari Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan pemegang otoritas kebijakan perbankan
dalam hal ini Bank Indonesia agar bank syariah tersebut berjalan sesuai
156
dengan koridor hukum Islam yang dijadikan dasar dalam manajemen dan
pengelolaannya.
B. Saran-Saran
Sebagai seorang pegiat dan aktifis ekonomi syariah, dalam konteks
wacana dan gerakan tentang Spiritual Marketing yang digagas oleh
Muhammad Syakir Sula ini, penyusun dapat memberikan saran sbb :
1. Hendaknya implementasi konsep spiritual marketing syariah tidak hanya
fokus pada sektor bisnis yang eksekutif, melainkan juga merambah pada
sektor yang lebih mikro. Kepada pengusaha-pengusaha mikro kecil dan
menengah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dlsb. Sehingga
hal ini akan mencapai hasil yang lebih maksimal dan terintegrasi dengan
sektor bisnis kelas eksekutif. Dengan demikian akselerasi penerapan
konsep spiritual marketing dalam kegiatan bisnis syariah dapat dengan
mudah dipahami dan dipraktekkan oleh pelaku usaha dan atau lembaga
keuangan mikro kecil syariah. Maka sebuah sistem bisnis syariah akan
dapat berjalan sesuai dengan yang semestinya.
2. Dalam konteks implementasi konsep spiritual marketing di bank syariah,
hendaknya konsep spiritual dalam marketing dijadikan pijakan dalam
berbagai aktifitas perbankan. Karena diakui atau tidak, saat ini masih
terdapat bank syariah yang tidak “syariah” dengan arti bahwa bank
syariah tersebut belum memhami dan menjalankan konsep spiritual dalam
kegiatan perbankanya. Sehingga hal ini berdampak pada semakin
apatisnya masyarakat terhadap keberadaan bank syariah yang secara teori
157
dan prakteknya justru lebih menguntungkan, disisi lain saat ini bank
syariah masih mencari-cari formula yang tepat untuk sosialisasi dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bank syariah. Bank
syariah yang tidak “syariah” inilah yang masih perlu untuk belajar
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan bisnis
atau transaksinya dengan memperkuat spiritualitas karyawannya.
Terhadap bank-bank syariah yang sudah dan atau sedang
menerapkan konsep spiritual marketing, hendaknya senantiasa menjaga
kualitas pelayanannya dan lebih meningkatkan dengan selalu
mengedepankan etika yang dilandasi spiritualisasi dalam aktifitas
pelayanannya.
3. Kampanye atau sosialisasi konsep ekonomi syariah umumnya dan
spiritual marketing khususnya hendaknya dilakukan secara sinergis,
berkesibambungan, bertahap dan konsisten. Agar pencapaian target dan
sasaran dapat tercapai dan terstruktur. Melibatkan stakeholder yang
memiliki kesamaan visi-misi sama agar sosialisasi konsep ekonomi
syariah dapat berjalan dengan cepat, mudah dan efisien. Dengan demikian
mimpi besar Muhammad Syakir Sula dan aktitis ekonomi syariah lainnya
untuk mewujudkan sebuah system bisnis yang Islami di Indonesia dapat
segera terwujud.
158
C. Penutup
Tiada puji syukur alhamdulillah yang patut dipersembahkan kecuali
kepada Allah SWT yang dengan karunia dan rahmatnya telah mendorong
penyusun hingga dapat merampungkan tulisan yang sederhana ini.
Demikian penyusunan Skripsi sebagai tugas akhir dan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syariah dibuat.
Penyusun sadar betul bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan yang harus dibenahi untuk menuju proses
mendekati kesempurnaan. Dalam hubungan ini sangat didasari bahwa tulisan
ini dari segi metode apalagi materinya jauh dari kata sempurna. Namun
demikian tiada gading yang tak retak dan tiada usaha besar akan berhasil
tanpa diawali dari yang kecil.
Untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penyusun harapkan.
Harapan kami semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca yang budiman pada umumnya. Terimakasih.
159
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Djunaidi, Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Walisongo
Semarang, dengan judul Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah
SAW (Sejarah Sosial Ekonomi Masa Rasulullah). 2008
Abdul Ghani, Muhammad, The Spiritually in Bussines, Terj. Pencerahan Hati
Bagi Pelaku Usaha, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005)
A. Elias, Modern Dictionary Engglish Arabaic, (Kairo: Elias Modern Publishing
House & Co, 1986)
Agustian, Ary Ginanjar, Spiritual Company; Kecerdasan Spiritual Pembawa
Sukses Kampiun Bisnis Dunia, (Jakarta : Arga Publishing, 2010)
Ahmad Imam Asy-Sya’rani, Abdul Wahab Bin, Quantum Qalbu; 80 Ajaran
Kunci Kecerdasan, Kekuatan, dan Kebersihan Hati, (Yogyakarta: Diva
Prress, 2008)
Alma, Buchari dan Juni Priansa, Donni, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2009)
Al-Bugha, Musthafa Dib, Fiqh Al-Mu’awadhah, (Damaskus: Darul Mustafa,
2009), diterjemahkan oleh Fakhri Ghafur dengan judul Buku Pintar
Transaksi Syariah; Menjalin Kerjasama Bisnis dan Menyelesaikan
Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, (Jakarta: Hikmah, 2010)
Amin, A. Riawan, The Celestial Mangement, Cet. V (Jakarta: Senayan Abadi
Publishing,, 2006)
Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006)
Annual Report Bank Muamalat , Memperkokoh Landasan Usaha, 2009)
Anshori, Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah; Dalam Lembaga Keuangan,
Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008)
Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Penerbit Rasail, 2007)
__________, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009)
Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam,
(Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2004)
Azwar, Saifudin, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
160
Buku Panduan Bank Muamalat, Model Layanan Muamalat FAST Service;
Friendly, Accessible, Secure, To You Needs
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah; Tinjauan Hukum, (Yogyakarta: UII Press,
2008)
Daiber, Hans, in Seyyer Hossein Nasr and Oliver Leaman, History of Islamic
Philosophy, (London: Rotledge, 1996)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
CV. Penerbit Diponegoro, 2000)
Encyclopedia Britannica, X, (Micropeadia)
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, Edisi Revisi,
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003)
Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet. Ke 2.
1999) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gufron A. Mas’adi
[The Concise Encyclopaedia of Islam]
Gula S.S, Richard M., The Good Life: Where Morality and Spiritually Converge,
Barkeley, California, 1999)
Gunara, Thorik dan Hardiono Sudibyo, Utus, Marketing Muhammad SAW;
Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Bandung:
PT. Karya Kita, 2007)
Hadi, Sutrisno, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993
Haider Naqvi, Syed Nawab, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis,
(London: The Islamic Fondation, 1981). Diterjemahkan oleh Husin Anis
dan Asep Hikmat dengan judul Etika dan Ilmu Ekonomi; Suatu Sintesis
Islami, (Bandung: Mizan, 1985)
Hidayat, Mohamad, an Introduction to The Sharia Economic; Pengantar Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010)
Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syariah; Kaya Di Dunia Terhormat di Akhirat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
_________, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan
Pasar Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
161
Ho, Andrew dan Gym, Aa, The Power of Network Marketing: Hikmah
Silaturahmi dalam Bisnis, (Bandung: MQS Publishing, 2006)
Ibn Hajar al ‘Asqalani, al Hafidz, Bulugh Al Maram min Adillah al ahkam,
(Surabaya: Salim Nabhan, t. th.)
Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1995)
Isa As Salim, Abdurrahman, “Hisbatun Nabi SAW; Musyaahadaat Wa Waqaa’I
Minas Siiratin Nabawiyah, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi
Soffandi dengan judul Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001)
Ismanto, Kuat, Manajemen Syariah; Implementasi TQM Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
____________, Asuransi Syariah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Jazuli, Ahmad, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Media
Group, 2006)
Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Kamaludin, Ahmad dan Alfan, Muhammad, Etika Manajemen Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2010)
Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)
Keraf, R.A. Sonny, Etika Bisnis; Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1998)
Kertajaya, Hermawan dan Syakir Sula, Muhammad, Syariah Marketing,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2006)
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary, Dasar-Dasar Pemasaran Dan Prinsip-
Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Prehalindo and Prentice Hall, 1996)
___________, Marketing Management, 10 th alih bahasa oleh Hendra Teguh dan
Benjamin Molan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2004)
162
Laksmana, Yusak, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami
Praktek Proses Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta: Elex Media
Computindo, 2009)
Magnis Suseno, Franz, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19,
(Yogyakarta: Kanisius, 1999)
Mahmoeddin, Etika Bisnis Perbankan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994)
Majid, Abdul, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah Dan Hukum Kebendaan Dalam
Islam, (Bandung : IAIN SGD, 2006)
Miru, Ahmad dan Yodo, Sutarman, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2007)
Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis,
(Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002)
M. Umar Capra, Islam and The Economic Challenge, (Leicester: Islamic
Foundation, 1995)
Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Muamalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP
STMIK YKPN, 2007)
Mu’jam Alfazh al-Qur’an al-Karim, Kairo: majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, juz
2
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004)
Nas, Muammar, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor : Penerbit Pustaka
Iqro Internasional, 2010)
Owens, Elizabeth, Discovery Your Spiritual Life, Terj. Sinari Jalan Setapak Jiwa
Anda, dialihbahasakan oleh Hendry M. Tanaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer, 2004)
Patricia P, John Naisbitt, Megatrend 2000, Terj. Megatrend 2000, (Jakarta :
Paramadina, 2005)
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yoyakarta
kerjasama dengan BI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008)
163
Qardhawi, Yusuf, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, (Kairo, Mesir:
Maktabah Wahbah, 1995). Diterjemahkan oleh Zainal Arifin dan Dahlia
Husin dengan judul, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997), Cet. 1
Rahman, A Fazlur, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf, 1995)
Rosyidah, Noor, Pemasaran Dalam Perspektif Muamalah; Studi Kasus
Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang,
(Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008)
Salam, Burhanuddin, Etika Individual; Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta), 2000
Shihab, M. Quraish, Berbisnis Dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses
Dunia-Akhirat, (Tangerang: Lentera Hati, 2008)
Said Al-Asymawi, Muhammad, Ushul Asy-Syariah (Nalar Kritis Syariah), Kairo,
Mesir. 1978
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995)
Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 1990)
Syafei, Rahmat, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006)
Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan
Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004)
__________, Muhammad, Marketing Bahlul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008)
Thalib, Muhammad, 46 Bimbingan Bisnis dan Pemasaran Islami, (Bandung:
Gema Risalah Press, 1999)
Media Internet :
Republika On Line www.nezfine.wordpress.com www.agustianto.niriah.com www.thecelestialway.com www.syakirsula.com www.id.istanto.net www.pa-ambarawa.go.id www.dharmaditya.wordpress.com
www.drlizaibadah.blogspot.com
164
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Herry Aslam Wahid Tempat/ Tanggal Lahir : Pati, 17 Desember 1986 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat Asal : Ds. Kedungbang Kec. Tayu Kab. Pati Rt/w : 1/01
Kp 59155 Alamat sekarang : Kantor UKMI KSMW PKM Kampus 3 Lt. 2 No Telephone/ HP : 085 290 5000 51/ 081 575 975 688 Orang Tua : Bapak : Abdul Wahid : Ibu : Sri Usmini Pekerjaan : Bapak : Wiraswasta : Ibu : PNS Riwayat Pendidikan :
� Formal : 1. MI Mabdaul Huda Kedungbang Lulus Tahun 1998 2. MTs Perguruan Islam Al Huda (PIA) Tayu Lulus Tahun 2001 3. MA SALAFIYAH Kajen Lulus Tahun 2004 4. Fakultas Syariah IAIN Walisongo Lulus Tahun 2011
� Non Formal : 1. Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso Pati 2001 s.d. 2004 2. Computer Course “Ikha Jaya” Tayu 2004 3. Peserta Workshop dan Konser Paduan Suara Nasional (Indonesian Muslim
Choir) di 3 Kota (UIN Jogja, UIN Jakarta dan IAIN Semarang) tahun 2005 4. Peserta Workshop Penulisan Karya Ilmiah Inovatif Mahasiswa oleh IAIN
Walisongo Semarang tahun 2006 5. Peserta Workshop Paduan Suara Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang
tahun 2005 6. Peserta Workshop Kepemimpinan Mahasiswa oleh IAIN Walisongo
Semarang tahun 2006 7. Peserta Workshop Penelitian Sosial Mahasiswa oleh IAIN Walisongo
Semarang tahun 2006 8. Peserta Workshop Akuntansi Zakat Mahasiswa oleh IAIN Walisongo
Semarang tahun 2007 9. Peserta Workshop dan Seminar International oleh Departemen Luar Negeri
RI dan Asia Pacific and African Affairs tahun 2007 10. Peserta Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) dan Konferensi Internasional
FoSSEI ke VIII di Universitas Udayana Denpasar Bali tahun 2009 dan Ke IX di IAIN Medan Sumatera Utara tahun 2010
11. Peserta Seminar dan Simposium Internasional Forum Riset Perbankan Syariah (FRPS) Bank Indonesia di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Desember 2010
12. Peserta Training LQ (Listening Quetion) oleh SWA Consult Manajemen Semarang tahun 2008
Selain yang tersebut diatas masih banyak kegiatan pelatihan, workshop dan seminar yang pernah diikuti penulis baik sebagai peserta atau panitia (ketua) untuk menambah pengalaman pendidikan diluar bangku kuliah. Kesemuanya bisa skala internal Fakultas (Mahasiswa), Regional maupun Nasional.
165
Pengalaman Organisasi :
� Intra Kampus : 1. Departemen Luar Negeri UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) FOSIA (Forum
Silaturrahmi Annisa) Badan Koordinasi Mahasiswa (BKM) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo tahun 2005
2. Tim Redaksi Majalah Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) JUSTISIA Fakultas Syari’ah tahun 2005
3. Crew UKM Musik (Drummer dan Paduan Suara) tahun 2005 4. Departemen Kajian dan Wacana Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Muamalah-Ekonomi Islam tahun 2006 5. Departemen Luar Negeri UKMI KSMW tahun 2006 6. Lit.Bang.Der (Penelitian, Pengembangan dan Pengkaderan) UKM FOSIA
tahun 2007 7. Presiden BEMJ Muamalah-Ekonomi Islam tahun 2007 8. Lit. Bang LPM Justisia Fakultas Syari’ah tahun 2008 9. Koord. UKM Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Walisongo tahun
2008 � Ekstra Kampus :
1. Pengurus Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Pati di Semarang sebagai Dept. Luar Negeri tahun 2005
2. Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syari’ah sebagai Lembaga Studi Advokasi Rayon Syari’ah (LSARS) tahun 2005
3. Pengurus PMII Rayon syari’ah sebagai Koord. Dept. Bakat dan Minat tahun 2006
4. Pengurus PMII Komisariat Walisongo sebagai Dept. Luar Negeri tahun 2007 5. Pengurus Besar PMII masa bhakti 2011-2013 bidang Keagamaan 6. Dept. Pusat Informasi dan Publikasi Pengurus Koordinator Wilayah VI
Jateng-DIY Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) tahun 2007 7. Koord. Daerah ISMEI Kota Semarang tahun 2007 8. Sekretaris Majelis Pertimbangan FoSSEI Regional (MPFR) Forum
Silaturrahmi dan Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Regional Jawa Tengah tahun 2009
9. Pengurus Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES) Kota Semarang sebagai Dept. Pusat Informasi dan Publikasi tahun 2008-2011
10. TIM Laskar LQ (Listening Quetion) oleh SWA Consult Manajemen Semarang tahun 2008
11. Lit. Bang Forum Studi Hukum Ekonomi Islam (ForSHEI) Muamalah tahun 2008 s.d. sekarang
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 30 Juni 2011
Herry Aslam Wahid
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175