jurusan muamalah fakultas syari’ah institut agama islam...

111
ANALISIS TERHADAP HASIL PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG ZAKAT SEBAGAI PAJAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari’ah Oleh: AZIZAH ILMIYANTI NIM: 082311003 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Upload: vanduong

Post on 09-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

ANALISIS TERHADAP HASIL PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN

TENTANG ZAKAT SEBAGAI PAJAK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu-Ilmu Syari’ah

Oleh:

AZIZAH ILMIYANTI

NIM: 082311003

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Page 2: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu
Page 3: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu
Page 4: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

MOTTO

Ÿωuρ ãΨ ôϑ s? ç� ÏY õ3tG ó¡n@ ∩∉∪ š�Îh/ t�Ï9 uρ ÷� É9 ô¹$$ sù ∩∠∪

DAN JANGANLAH KAMU MEMBERI (DENGAN MAKSUD)

MEMPEROLEH (BALASAN) YANG LEBIH BANYAK. DAN UNTUK

(MEMENUHI PERINTAH) TUHANMU, BERSABARLAH. (QS. AL-MUDATSIR:

6-7)

Page 5: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

PERSEMBAHAN

� Bapak dan Ibu tercinta, karya ini terbingkai dari keringat dan air matamu yang

senantiasa jatuh penuh keridlaan demi ego diriku.

� Kedua adikku yang menjadi motivasi dan penyemangat, terima kasih atas

perhatian dan motivasinya.

� Sahabat-sahabatku yang selalu menghibur dan menemani hari-hariku tanpa kalian

terasa sunyi.

� Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, semoga karya ini menjadi bukti cinta dan

pengabdianku kepadamu dan bukan pertanda perpisahanku denganmu.

Page 6: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

bhwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 07 Juni 2012

Deklarator,

Azizah Ilmiyanti

082311003

Page 7: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia tertanggal 22 Januari 1998 Nomor : 157/1987 dan 0593b/1987.

Page 8: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

ABSTRAK

Pemikiran hukum Islam sebagai produk pemahaman dari pesan-pesan teks al-Quran dan

Hadits selalu mengalami perkembangan. Problematika mengenai zakat dan pajak di kalangan

muslim menjadi sangat krusial. Zakat merupakan kewajiban seorang muslim, tapi ada kewajiban

lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu membayar pajak. Fazlur Rahman

mengartikan zakat sebagai pajak yang didasarkan pada al-Qur’an. Zakat sendiri sebenarnya

adalah ajaran agama samawi yang telah dilestarikan dan diamalkan. Setelah Islam hadir, zakat

kemudian diadopsi serta dilanjutkan sebagai ibadah ma>liyah ijtima>’iyyah.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kontruksi pemikiran Fazlur

Rahman terhadap penetapan zakat sebagai pajak, (2) Untuk mengetahui metode pemikiran Fazlur

Rahman terhadap penetapan zakat sebagai pajak berdasarkan hukum Islam.

Metode Penelitian yang digunakan (1) jenis penelitian kualitatif, yang bersifat

kepustakaan atau Library Research, (2) metode pengumpulan data adalah dokumentasi, (3)

metode analisis data yang digunakan adalah content analysis.

Hasil penelitian menunjukkan Pertama, penetapan zakat sebagai pajak yang dicetuskan

oleh Fazlur Rahman merupakan hasil pemikiran Fazlur Rahman, yang dimaksudkan agar sistem

perpajakan yang ada di Pakistan dirasionalkan dan diefesienkan dengan menetapkan kembali

zakat. penetapan zakat sebagai pajak dapat menjadi efektif, apabila didukung adanya suatu

institusi zakat yang disahkan atau dilembagakan oleh pemerintah, sehingga zakat bisa berfungsi

secara maksimal dalam perannya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kedua, Metode

yang digunakan Fazlur Rahman terkait pemikirannya dalam penetapan zakat sebagai pajak yaitu

menggunakan metode “double movement of interpretation”, Metode pemikiran Fazlur Rahman

dalam penetapan zakat sebagai pajak dapat dilihat dari aspek maqa>s}id sya>ri’ah yaitu untuk

menciptakan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan dengan cara penafsiran kembali terhadap

kategori delapan ashnaf oleh Fazlur Rahman yang mencakup seluruh aspek pembiayaan negara,

meliputi biaya pertahanan, pendidikan, komunikasi dan bahkan biaya pendelegasian diplomatik.

Metode pemikiran Fazlur rahman juga dapat dilihat dari aspek pengembangan illat hukum yaitu

agar tercipta kesejahteraan sosial, ekonomi, politik dan keuangan, dengan cara distribusi

kekayaan sehingga kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya, hal ini sesuai

dengan tujuan zakat yang terdapat dalam QS. al-Hasyr ayat 7 yang menetapkan prinsip bahwa

kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya.

Page 9: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

KATA PENGANTAR

ا�� � رب ا���� �� ا�� ان �إ�� إ� ا� و أ�� ان �� ا �� ور����

��� ا�� ب� �ا�!�$ �# �! ��"� �� و�! ا���ب� ا

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada

kata yang pantas diucapkan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Analisis Terhadap Hasil Pemikiran Fazlur Rahman

Tentang Zakat Sebagai Pajak”, disusun sebagai kelengkapan guna memenuhi sebagian

dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Hukum Islam di Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat berhasil

dengan baik tanpa adanya bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.A. selaku Dekan Fakultas Syari’ah, yang telah

memberi kebijakan teknis di tingkat fakultas.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag. dan Bapak Drs. Saekhu, MH., selaku

Pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dan keteladanan telah

berkenan meluangkan waktu dan memberikan pemikirannya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam pelaksanaan penulisan skripsi.

Page 10: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberi bekal ilmu pengetahuan serta staf dan karyawan fakultas syari’ah,

dengan pelayanannya.

4. Orang tua atas do’a restu dan pengorbanan baik secara moral ataupun material

yang tidak mungkin terbalas.

5. Segenap pihak yang tidak mungkin disebutkan, atas bantuannya baik moril

maupun materiil secara langsung atau tidak dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua amal dan kebaikannya yang telah diperbuat akan mendapat

imbalan yang lebih baik lagi dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat. Amin…

Semarang, Juni 2012

Penyusun

Azizah Ilmiyanti

082311003

Page 11: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………. v

HALAMAN DEKLARASI ………………………………………… vi

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………. vii

HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………. xi

HALAMAN KATA PENGANTAR ………………………………. x

DAFTAR ISI ………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1

B. Perumusan Masalah ………………………………. 7

C. Tujuan Penelitian ………………………………… 7

D. Telaah Pustaka …………………………………… 8

E. Metode penelitian ………………………………… 10

F. Sistematika Penulisan …………………………….. 12

BAB II ZAKAT DAN PAJAK MENURUT HUKUM ISLAM

A. Konsep Dasar Zakat ……………………………… 15

B. Konsep Dasar Pajak ……………………………… 26

C. Macam-macam Zakat dan Pajak …………………. 34

Page 12: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

D. Pendapat Ulama’ Terhadap Kewajiban Zakat dan Pajak…….

………………………………………….. 43

BAB III KONTRUKSI PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN DALAM

PENETAPAN ZAKAT SEBAGAI PAJAK

A. Biografi dan Karya Fazlur Rahman ………………… 46

B. Pemikiran Fazlur Rahman mengenai Zakat sebagai Pajak

……………………………………………………….. 57

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemikiran Fazlur Rahman dalam

Penetapan Zakat sebagai Pajak ……………… 61

D. Metode Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat sebagai

Pajak ………………………………………. 67

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMIKIRAN FAZLUR

RAHMAN TENTANG ZAKAT SEBAGAI PAJAK

A. Analisis Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat sebagai

Pajak ………………………………………. 76

B. Analisis Metode Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat

sebagai Pajak …………………….. 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………… 91

B. Saran ………………………………………………. 92

C. Penutup …………………………………………… 93

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

Page 13: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemikiran hukum Islam sebagai produk pemahaman dari pesan-pesan

teks al-Quran dan Hadits selalu mengalami perkembangan. Hal ini tidak lepas

dari kondisi dan tuntunan masyarakat yang sarat dengan dinamika. Berkaitan

dengan permasalahan tersebut, maka peran ijtihad sebagai upaya untuk

menggali dan mengembangkan hukum Islam menjadi sangat penting.

Keberadaan hukum Islam menjadi suatu kekuatan yang dinamis dan

kreatif. Hal ini dapat dilihat dari ajaran Rasulullah SAW kepada sahabat

dalam menghadapi realitas sosiologis umat pada waktu itu. Ijtihad yang

dilakukan sahabat pada masa Nabi masih hidup, tidak mengalami problem

metodologis, karena apabila para sahabat mendapatkan kesulitan dalam

menyimpulkan hukum, mereka dapat langsung berkonsultasi kepada Nabi.1

Namun keadaan demikian berubah setelah Rasulullah wafat. Para

sahabat tidak hanya dihadapkan pada masalah-masalah baru, tetapi juga

krusial terutama polemik tentang siapa yang pantas mengganti Nabi untuk

1 Lihat, Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, Terj. Drs. Moh. Said. MA, dkk.,

Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama

Islam, 1985, hal. 22. Tiga generasi pertama setelah wafat Nabi (632 M) atau dengan kata lain abad I

Islam dalam banyak hal adalah periode yang sangat penting dalam hukum Islam, meskipun karena

kurangnya bukti-bukti kontemporer merupakan periode yang sangat kabur. Dalam periode ini banyak

gambaran hukum Islam yang berbeda terwujud dan masyarakat Islam awal menciptakan institusi-

institusi hukum sendiri.

Page 14: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

2

memimpin umat dan kasus-kasus lain yang belum mendapatkan legalitas

syara’.2 Satu-satunya pilihan bagi para sahabat adalah melakukan ijtihad

dengan berpedoman kepada al-Quran, al-Hadits dan tindakan-tindakan

normatif Nabi yang pernah mereka saksikan.3

Dari sisi ini jelas bahwa ijtihad adalah konsep yang fundamental dan

sangat aktif dalam pembentukan syari’ah selama abad VIII dan XI M. Begitu

syari’ah matang sebagai sistem perundang-undangan dan pengembangan

berbagai prinsip dan aturan yang segar dirasakan sudah cukup, maka ruang

ijtihad tampak menyempit menuju titik kepunahannya. Fenomena ini dikenal

dalam sejarah yurisprudensi Islam sebagai tertutupnya pintu ijtihad.4

Selaras dengan pendapat di atas, bahwa dalam sejarah fiqh Islam,

fungsi ijtihad pernah mengalami kemandegan, karena munculnya institusi

ijtihad yang telah dibatasi oleh kelembagaan para mujtahid mutlak, seperti

institusi empat imam madzhab yang sangat populer itu. Fazlur Rahman

berpendapat bahwa tidak ada yang tahu kapan pintu ijtihad itu ditutup dan

tepatnya siapa yang menutupnya, meskipun ada orang yang berpendapat

bahwa pintu ijtihad ditutup oleh para pengarang di kemudian hari.

2 Amir Mu’allim dan Yusdani, Ijtihad dan Legislasi Muslim Kontemporer, Yogyakarta: UII

Press, 2005, hal. 3-4. 3 Sunah yang terkenal mendukung ijtihad adalah riwayat percakapan antara Nabi dengan

Mu’adz bin Jabal ketika ia ditunjuk menjadi gubernur/hakim ke Yaman. Diriwayatkan, Nabi bertanya

kepada Mu’adz tentang sumber yang akan digunakan dalam memerintah provesi dan memutuskan

perkara di sana. Mu’adz menjawab, pertama-tama akan mencari dari al-Qur’an, jika al-Quran tidak

memberikan jawaban, maka akan dicari dari Sunah Nabi. Jika tidak ada sunah yang dapat diterapkan,

ia akan menggunakan pendapat/keputusan pribadi. (ajtahidu ra’yi). Nabi dikabarkan menyetujui

urutan-urutan sumber syari’ah itu. 4 Abdullah Ahmad An-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, Yogyakarta: LKIS, 2004, hal. 46.

Page 15: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

3

Tertutupnya pintu ijtihad berdasarkan state of affair (kondisi) pada waktu itu.

Secara formal tidak ada yang namanya penutupan pintu ijtihad oleh siapapun

atau otoritas/ sumber tinggi apapun dalam Islam, namun state of affair

perlahan-lahan tapi pasti berlaku dalam dunia Islam di mana pemikiran

seluruhnya sebagai aturan umum terhenti.5

Fazlur Rahman juga merupakan ulama modern. Pemikiran Fazlur

Rahman ditandai dengan cara pikir kritis, analitis dan sistematis.

Menurut Fazlur Rahman, ijtihad adalah:

Ijtihad berarti upaya memahami makna suatu teks atau

preseden di masa lampau yang mengandung suatu aturan, dan

mengubah aturan tersebut dengan cara memperluas atau

membatasi atau pun memodefikasinya dengan cara-cara yang

lain sedemikian rupa sehingga suatu situasi baru dapat dicakup

ke dalamnya.6

Pengertian ijtihad menurut Fazlur Rahman yang dipahami dari teks di

atas, bahwa ijtihad merupakan upaya memahami makna suatu teks atau

preseden di masa lampau yang mempunyai suatu aturan dan untuk mengubah

suatu aturan tersebut dengan memperluas atau membatasi ataupun

memodifikasinya dengan cara-cara sedemikian rupa, hingga suatu situasi baru

dapat dicakup di dalamnya dengan suatu solusi baru. Implikasi metodologi

yang terdapat dalam definisi di atas adalah bahwa teks (al-Quran dan Sunnah)

5 Fazlur Rahman,” Islamic Methodology in History”, diterjemahkan Anas Mahyuddin,

Membuka Pintu Ijtihad, Bandung: Pustaka, 1995, hal. 149. 6 Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition Terj.

Ahsin Mohammad, Islam dan Modernitas: Tentang Tranformasi Intelektual, Bandung: Pustaka, 1985,

hal.8.

Page 16: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

4

dapat dipahami untuk digeneralisasikan sebagai prinsip-prinsip yang dijadikan

sebagai aturan baru. Kajian ijtihad yang dipahami dari pendapat Fazlur

Rahman yaitu meliputi, pemahaman teks dalam keutuhan konteksnya di masa

lampau, pemahaman situasi baru yang sedang terjadi sekarang dan

pengubahan aturan-aturan hukum yang terkandung di dalam teks tersebut.7

Ijtihad adalah salah satu alternatif yang dipilih oleh Fazlur Rahman

dalam upaya pembaharuan hukum Islam. Dalam sejumlah karya

penelitiannya, Fazlur Rahman menekankan aspek metodologi pemikiran Islam

di mana hukum merupakan aspek yang dominan dalam pemikiran

metodologinya. Ide dan pemikiran Fazlur Rahman terkait dengan metodologi

hukum Islam terdapat dalam beberapa bukunya, seperti Islamic Methodology

in History, Islam, Islam and Modernity: Transformation of Intellectual

Tradition, dan Major Themes of the Qur’an.8 Misalnya dengan metode

historis untuk mempermudah dan mengembangkan ijtihad, dalam

mempertahankan serta mensistematiskan sebuah bangunan teoritis suatu

pemikiran yang di dalam kategori sosial sering kali dibedakan dengan istilah

normatif.9 Salah satu hasil ijtihad Fazlur Rahman adalah mengenai sistem

zakat dan pajak, sebuah konsep Fazlur Rahman yang diterapkan kepada

masyarakat untuk menjadikan zakat sebagai pajak.

7 Ibid., hal. 9. 8 Ghufron A. Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman tentang: Metodologi Pembaharuan Hukum

Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal. 6. 9 Fazlur Rahman, “Islam dan Modernitas,” Loc. Cit.

Page 17: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

5

Menurut Fazlur Rahman, zakat merupakan satu-satunya pajak yang

diharuskan oleh al-Qur’an.10

Zakat sendiri sebenarnya adalah ajaran agama

samawi yang telah dilestarikan dan diamalkan. Setelah islam hadir, zakat

kemudian diadopsi serta dilanjutkan (tahmi>l) sebagai ibadah ma>liyah

ijtima>’iyyah. Hal ini bisa dipahami dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ ayat

73:

Νßγ≈ uΖù= yè y_uρ Zπ £ϑÍ←r& šχρ ߉öκu‰ $tΡÌ� øΒ r'Î/ !$uΖ øŠym÷ρ r& uρ öΝÎγø‹ s9 Î) Ÿ≅÷è Ïù ÏN≡ u ö� y‚ø9 $# uΘ$s%Î) uρ Íο4θ n= ¢Á9 $#

u !$tFƒÎ) uρ Íο 4θ Ÿ2“9 $# ( (#θ çΡ% x. uρ $oΨ s9 tωÎ7≈ tã ∩∠⊂∪ )ا�����٧٣: (

Artinya: “Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-

pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan Kami wahyukan

kepada mereka agar berbuat kebajikan, melaksanakan shalat, dan

menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah”.11

(QS. al-

Anbiya’: 73)

Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa ibadah

zakat telah menjadi bagian yang telah disampaikan peneliti di muka bahwa

zakat adalah ibadah ma>liyah ijtima>’iyyah yang menjurus pada aspek sosial

kemasyarakatan terutama di bidang ekonomi untuk mencapai kesejahteraan

dan keadian yang menjadi fitrah manusia.

Zakat merupakan kewajiban seorang muslim, tapi ada kewajiban lain

yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu membayar pajak.

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan

10 Fazlur Rahman, Islamic Modernism: Its Scope, Method and Alternatives, International

Journal of Middle Eastern Studies, vol. 1, no. 4, 1970, hal.327. 11 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Sygma

Publishing, 2011, hal. 328.

Page 18: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

6

peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama

melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan

pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,

membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak

dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta

terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Diskusi mengenai hubungan zakat dan pajak nampaknya telah dimulai

sejak masa-masa awal pengembangan Islam. Terjadi tatkala pasukan

muslimin baru saja berhasil menaklukkan Irak. Khalifah Umar, atas saran-

saran pembantunya memutuskan untuk tidak membagikan harta rampasan

perang, termasuk tanah bekas wilayah taklukan. Tanah-tanah yang direbut

dengan kekuatan perang ditetapkan menjadi milik kaum muslimin. Sementara

tanah yang ditaklukkan dengan perjanjian damai tetap dianggap milik

penduduk setempat. Konsekuensinya, penduduk di wilayah Irak tersebut

diwajibkan membayar pajak (kharaj), bahkan sekalipun pemiliknya telah

memeluk ajaran Islam.12

Hal ini menjadi awal berlakunya pajak bagi kaum

muslimin di luar zakat. Hubungan zakat dan pajak menjadi terbalik. Dimulai

dengan kemunduran kaum Muslimin, penjajahan Eropa dan hegemoni

peradaban Barat sehingga hukum-hukum syar’i semakin ditinggalkan, dan

sebaliknya hukum-hukum Barat buatan manusia diutamakan. Kewajiban zakat

12 Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah menurut Hukum Syara’

dan Undang-Undang,Yogyakarta: Magista Insania Press, 2006, hal.69.

Page 19: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

7

disub-ordinasikan dan diganti dengan kewajiban pajak. Akibatnya muncul

pertanyaan: Wajibkah kaum Muslimin membayar zakat sementara ia telah

membayar pajak, padahal sebenarnya pajak tidak mempunyai hubungan

keterkaitan langsung dengan keyakinan agama. Oleh sebab itu antara zakat

dan pajak tidaklah bisa dipersamakan, sehingga muncul perdebatan tentang

kewajiban membayar zakat setelah pajak ataupun sebaliknya.

Dengan adanya kontroversi di masyarakat terkait dengan kewajiban

pajak dan zakat, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pemikiran Fazlur

Rahman mengenai zakat sebagai pajak. melalui sebuah penelitian yang

berjudul, “Analisis Terhadap Hasil Pemikiran Fazlur Rahman Tentang

Zakat Sebagai Pajak”. Dengan penelitian ini, diharapkan kontroversi

tersebut dapat disikapi secara objektif dan proporsional.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dalam penelitian ini

permasalahan yang dikaji yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kontruksi pemikiran Fazlur Rahman terhadap penetapan

zakat sebagai pajak?

2. Bagaimana Metode Pemikiran Fazlur Rahman terhadap penetapan

zakat sebagai pajak ditinjau berdasarkan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Page 20: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

8

1. Untuk mengetahui kontruksi pemikiran Fazlur Rahman terhadap

penetapan zakat sebagai pajak.

2. Untuk mengetahui metode pemikiran Fazlur Rahman terhadap

penetapan zakat sebagai pajak berdasarkan hukum Islam.

D. Telaah Pustaka

Dalam melakukan penelitian terhadap pemikiran Fazlur Rahman

terhadap penetapan zakat sebagai pajak, maka perlu kiranya perlu dilakukan

telaah terhadap studi-studi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat relevansi dan sumber-sumber yang akan dijadikan

rujukan dalam penelitian ini dan sekaligus sebagai upaya menghindari

duplikasi terhadap penelitian ini. Sebagai wujud untuk menghindari terjadinya

plagiat penelitian, maka berikut ini akan penulis sajikan beberapa pustaka

yang berupa skripsi yang relevan dengan judul yang penulis teliti, di

antaranya yaitu:

Lukman Hakim dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pendapat

Yusuf Al-Qardawy Tentang Pajak Tidak Bisa Mengganti Zakat”, menurut

analisis penulis, pajak tidak bisa mengganti zakat, karena keduanya memiliki

perbedaan yang prinsipil. Perbedaan itu dapat ditinjau dari berbagai segi, di

antaranya: ditinjau dari dasar hukumnya bahwa kewajiban zakat berdasarkan

hukum yang ditegaskan dalam al-Qur'an dan dijelaskan di dalam Sunnah al-

Rasul. Oleh karena itu, zakat adalah kewajiban agama, merupakan rukun dari

Page 21: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

9

kelima rukun Islam. Walaupun di dalamnya mengandung unsur

kehartabendaan sosial, namun ia adalah ibadah saudara sekandung shalat.

Tarif dan nishab ditentukan oleh Allah SWT sedangkan alokasi

pendayagunaanya mendapat ketentuan dari Allah SWT. Sedangkan kewajiban

pajak bersumber pada peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

negara, melalui badan yang berwewenang untuk itu, yaitu di Indonesia adalah

Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden dengan persetujuan

DPR melembagakan pajak. Pemerintah menuntut pelanggaran dan kejahatan

pajak, menentukan tarif, menurunkannya, menaikkannya, bahkan

menghapuskannya sama sekali apabila keadaan menghendakinya.13

M. Idil Ghufron menulis skripsi “Penerapan Zakat atas Konsep Pajak

(sebagai alternatif dalam mendistribusikan keuangan Negara untuk rakyat)”.

Penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian normatif kualitatif (library

research). Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Idil Ghufron dapat

disimpulkan bahwa perbedaan dan persamaan antar zakat dan pajak banyak

pemikir yang ikhtilaf. Di antaranya Amin Aziz, Yusuf Qardhawi dan Masdar

farid Mas’udi. Pajak dan zakat saling melengkapi baik dalam cara

pembayarannya ditentukan ukuran yang jelas dan tidak semua harus

membayar. Dan penerapan zakat atas konsep pajak akan sangat

menguntungkan kedua belah pihak antar negara, pemerintah dan rakyat, serta

13 Lukman Hakim, Analisis Pendapat Yusuf Al-Qardawy Tentang Pajak Tidak Bisa

Mengganti Zakat, Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Semarang.

Page 22: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

10

dapat menjadi alternatif yang sangat tepat dalam mendistribusikan keuangan

negara untuk rakyat.14

Berdasarkan keterangan di atas, maka skripsi yang penulis susun ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah penelitian

terdahulu belum menyentuh persoalan zakat sebagai pajak perspektif Fazlur

Rahman.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Tulisan ini bersifat kepustakaan atau Library Research yaitu penelitian

yang dilakukan dengan menggunakan kepustakaan atau literature baik berupa

buku, laporan ataupun catatan hasil penelitian terdahulu.15

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.16

2. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka pengumpulan

datanya adalah dengan menelusuri dan me-recover buku-buku dan tulisan-

14 Moh. Idil Ghufron, Penerapan Zakat Atas Konsep Pajak (Sebagai Alternatif Dalam

Mendistribusikan Keuangan Negara Untuk Rakyat, Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri

Malang. 15 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2002, hal. 11. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2001, hal. 3.

Page 23: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

11

tulisan dalam bentuk lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Di samping

itu juga ditelusuri serta dikaji buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang

mendukung kedalaman dan ketajaman analisis dalam penelitian ini. Dalam

penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari.17

Data primer ini adalah buku karya Fazlur Rahman yaitu;

Islamic Methodology in History, Modernity: Transformation of

Intellectual Tradition, dan Major Themes of the Qur’an.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber lain, tidak

langsung diperoleh dari subyek penelitiannya.18

Data sekunder ini

didapat dari buku-buku karya orang lain yang masih ada hubungannya

dengan data primer, seperti buku Islam dan Tantangan Modernitas;

Studi atas Pemikiran Fazlur Rahman karya Taufik Adnan Amal.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah

dokumentasi yaitu metode pencarian data mengenai hal-hal variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, notulen, dan lain-lain.19

17 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, cet. I, hal. 91. 18 Ibid. 19 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2002, hal. 206.

Page 24: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

12

Dalam hal ini penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan

dengan pemikiran Fazlur Rahman mengenai zakat sebagai Pajak baik yang

berasal dari data primer maupun data sekunder.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik content

analysis. Data-data yang penulis kumpulkan adalah bersifat deskriptif dan

data tekstual yang bersifat fenomenal, maka dalam mengelola data tersebut

penulis menggunakan analisis isi, sebagaimana dikatakan Sumardi

Suryabrata, sebagai content analysis.20

maksudnya jika analisisnya berupa

non-statistic maka digunakan data yang bersifat deskriptif dan data ini sering

dianalisis menurut isinya karena itu analisis semacam ini juga disebut analisis

isi. Dengan metode ini penulis akan melakukan analisis data dan pengolahan

secara ilmiah tentang zakat sebagai pajak dalam bab IV.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-

masing mempunyai titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang

saling mendukung dan saling melengkapi. Adapun garis besar sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, terdiri atas:

A. Latar Belakang Masalah

20 Saifuddin Azwar, Op.cit., hal. 91.

Page 25: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

13

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Telaah Pustaka

E. Metode penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II: Zakat dan Pajak Menurut Hukum Islam, membahas tentang:

A. Konsep Dasar Zakat

B. Konsep Dasar Pajak

C. Macam-macam Zakat dan Pajak

D. Pendapat Ulama’ Terhadap Kewajiban Zakat dan Pajak

BAB III: Kontruksi Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat

sebagai Pajak

A. Biografi dan Karya Fazlur Rahman

B. Pemikiran Fazlur Rahman mengenai Zakat sebagai Pajak

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemikiran Fazlur Rahman dalam

Penetapan Zakat sebagai Pajak

D. Metode Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat

sebagai Pajak

BAB IV: Analisis Hukum Islam terhadap Pemikiran Fazlur Rahman

tentang Zakat sebagai Pajak

Page 26: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

14

A. Analisis Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat

sebagai Pajak

B. Analisis Metode Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan

Zakat sebagai Pajak

BAB V: Penutup, yang berisi meliputi:

A. Kesimpulan

B. Saran

C. penutup

Page 27: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

15

BAB II

ZAKAT DAN PAJAK MENURUT HUKUM ISLAM

A. Konsep Dasar Zakat

1. Definisi Zakat

Kata zakat merupakan kata dasar (mas}dar) dari zaka> yang

berarti berkala, tumbuh, bersih dan baik.1 Dalam literatur lain zakat juga

memiliki beberapa arti, yaitu al-Barakatu (keberkahan), at- Tah>}aratu

(kesucian), as- S{alahu (kebersihan).2

Secara terminologi, zakat adalah nama suatu ibadah wajib yang

dilaksanakan dengan memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik

sendiri kepada orang yang berhak menerimanya menurut yang ditentukan

syariat Islam.3

Selain definisi di atas, beberapa ulama lain memberikan definisi

sebagai berikut:

1. Menurut Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar,

sebagaimana yang dikutip oleh TM. Hasbi Ash-Shiddieqy

dalam bukunya Pedoman Zakat, zakat adalah :

�� ����� ����� ��� �������� �������� ������ ���������� ����� �! �"#�$ �%��&'�'#� �(���#�$ ��)���*+#� �(�� �������� ,-� ���.�/

1Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terj. Didin Hafidudin (ed,) et. al. Jakarta: Litera

Antarnusa, 1987, hal. 34. 2 Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, cet. II, Jakarta: Gema Insani

Press, 2002, hal. 7. 3 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: Gramedia, 2007, hal. 10.

Page 28: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

16

“Memberi sesuatu bagian dari harta yang sudah sampai

nishab kepada orang fakir dan sebagainya yang tidak bersifat

dengan sesuatu halangan syara’ yang tidak membolehkan kita

memberikan kepadanya”.4

2. Menurut Sayid Sabiq di dalam kitabnya Fiqhus Sunnah

menerangkan bahwa :

��0�� 12�#� "�#�$ �"#�3�+ �4� &5�� �(�� �(�6���7� �/������� 8��# 9:�6�$ 1;�<8�#�

“Zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta’ala

yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.”5

3. Yusuf Qardhawi mengemukakan definisi zakat adalah sejumlah

harta tertentu yang diwajibkan Allah menyerahkannya kepada

orang-orang yang berhak.6

Dari pemaparan di atas terdapat perbedaan rumusan dan pengertian

zakat yang dikembangkan oleh para ulama, walaupun dapat dipahami

esensi dari kesemuanya adalah sama. Zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.7

2. Dasar Hukum Zakat

Dasar hukum disyariatkannya zakat terdapat dalam al- Qur’an dan

Hadits dan di antaranya sebagai berikut:

a. al- Qur’an

4 TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 1996,

cet. ke-1, hal. 2. 5 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Beirut : Dar Al-Fikr, 1992), hal.276. 6 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Uchtiar Baru Van Hoeve, 1997,

cet. 1, hal. 1986.

7 UU No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 29: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

17

õ‹è{ ô ÏΒ öΝ ÏλÎ;≡ uθøΒr& Zπ s%y‰|¹ öΝ èδã�Îdγ sÜ è? Ν Íκ Ïj. t“ è?uρ $pκ Í5 Èe≅ |¹uρ öΝ Îγ ø‹n=tæ ( ¨βÎ) y7 s?4θn=|¹

Ö s3y™ öΝçλ°; 3 ª!$# uρ ìì‹ Ïϑy™ íΟŠ Î=tæ ∩⊇⊃⊂∪ )٣٠ا: ا�����(

Artinya:“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan

dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa

kamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah

Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.8 (QS. At- Taubah: 103)

!$tΒuρ Ο çF÷� s?# u ÏiΒ $\/ Íh‘ (# uθç/ ÷�z Ïj9 þ’ Îû ÉΑ≡ uθøΒr& Ĩ$Ζ9 $# Ÿξsù (#θç/ ö�tƒ y‰Ψ Ïã «!$# ( !$tΒuρ

Ο çF÷� s?# u ÏiΒ ;ο 4θx. y— šχρ߉ƒ Ì�è? tµ ô_uρ «!$# y7 Í× ¯≈ s9 'ρé'sù ãΝ èδ tβθà� ÏèôÒßϑø9 $# ∩⊂∪

)٣٩: ا��وم(Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta

manusia bertambah, Maka tidak bertambah pada pandangan

Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu

maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, Maka itulah

orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.9 (QS.Ar-

Ruum: 39)

Di dalam al-Qur'an terdapat beberapa kata, yang walaupun

mempunyai arti yang berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala

dipergunakan untuk menunjukkan makna zakat, yaitu infaq, sedekah dan

hak. Zakat disebut infa>q (at-Taubah: 34) karena hakikatnya zakat adalah

penyerahan harta untuk kebajikan- kebajikan yang diperintahkan Allah

SWT. Disebut s}adaqah (at- Taubah: 60 dan 103) karena memang salah

satu tujuan utama zakat adalah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada

Allah SWT. Zakat disebut hak, oleh karena memang zakat itu merupakan

8 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Sygma Publishing, 2011,

hal. 203. 9 Ibid., hal. 408.

Page 30: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

18

ketetapan yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada

mereka yang berhak menerimanya (mustah}iq).10

b. Hadits

Selain dari al-Qur’an dasar hukum wajibnya zakat dijelaskan

dalam beberapa hadits Nabi SAW di antaranya yaitu:

���=8>�� ������ � ���: 8?#�8��@ ���( �����A�> � �( ���<��8��B ���( �$�6���5 � �( ������" ���( � ���> �4� �����2�- � �( CD���- ���3���> � �( ����( � 8��E ���?�- B4� � ���F���� 8( *�#���8- B4� "*A��

:*A�6�� �/���A� ���3�G ���3HI� �$�#�� "��#���( �!� CJ CD�>� �F�: �$�#�. "�F�>�; CD�( �K �$��/# �$*K C4� ���$&� "���6��BJ �4� �!�L�( �M�: CD��� ���# ��I��#�@ �!� N�A��OF�: CD8( C4� �!��+���P � �A���F�: �����E ���A���Q� �!1< "&J �����: ���#���A�R �!�L�( �M�: CD��� ���# ��I�#��@ �!� N�A���F�: CD8( C4� �$�!�+���P � �A���F�: ���>�SHR �!�� "�����#��F�: 1+TU��1I ���( CD�������V�F�: ��1+��)>� �A1! "� ���V��F�: )X���#� ����(

Artinya :“Telah mengabarkan kepada kita dari Abu Ashimi

Dhohaqu bin Mahladin, dari Zakariya bin Ishaq, dari yahya bin Adillah

Soifiyyi, dari Abi Ma’bad, dari Ibnu Abbas ra, bawasannya Nabi SAW

pernah mengutus ke negeri Yaman, lalu beliau bersabda “Ajaklah mereka

supaya mengakui bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali

Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah, jika mereka telah

mentaati yang demikian itu, maka berilah pelajaran kepada mereka.

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima kali

dalam sehari semalam. Jika mereka telah mentaati yang demikian itu,

maka berilah pelajaran kepada mereka. Sesungguhnya Allah telah

mewajibkan kepada mereka zakat dalam harta benda mereka yang

diambil dari orang-orang kaya diantara mereka lalu diberikan kepada

orang-orang fakir diantara mereka”.11

(HR. Bukhori)

���� � �� ��� �� ����ال � ���� ه�� �� ا� �� �ر��د � ا� �� �� ا��ال�� #��� ا� ا� ل-�ر �ل+ *�� ا� "(ر ة���ه "ا �� �ن�ال& $�ل#" أ ��

*ل ع�5� أ��<� =�م�/ال م-� *ل ;:7م *�2آز د67� ��� �5لم �23ا �م :��/* و����� �ن@�/زA7-+* �� ��� =�م/ل�ا م-BCD �EF م@/* �G�" � +/* ��� �� نأ �Iل� منأ ل-�

2K ŸŸ ��� كF�آ ŸŸωωωω uu uuρρρρ ¨¨ ¨¨ tt tt || ||¡¡¡¡ øø øøtttt ss ss†††† tt tt ÏÏ ÏÏ%%%% ©© ©©!!!! $$ $$#### tt ttββββθθθθ èè èè==== yy yy‚‚‚‚ öö öö7777 tt ttƒƒƒƒ !! !!$$$$ yy yyϑϑϑϑ ÎÎ ÎÎ//// ãã ããΝΝΝΝ ßß ßßγγγγ9999 ss ss????#### uu uu ªª ªª!!!! $$ $$#### ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ ÏÏ ÏÏ&&&& ÎÎ ÎÎ#### ôô ôôÒÒÒÒ ss ssùùùù uu uuθθθθ èè èèδδδδ #### ZZ ZZ���� öö öö yy yyzzzz ΝΝΝΝ çç ççλλλλ °° °°;;;; (( (( öö öö≅≅≅≅ tt tt////

10 Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Shadaqah, Jakarta: Gema

Insani, 1998, hal. 15. 11 Imam Abi Abillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Buhori, Juz. III, Beirut:

Darul Fikr, 1986, hal. 215.

Page 31: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

19

uu uuθθθθ èè èèδδδδ @@ @@���� ŸŸ ŸŸ°°°° öö ööΝΝΝΝ çç ççλλλλ °° °°;;;; (( (( tt ttββββθθθθ èè èè%%%% §§ §§θθθθ ss ssÜÜÜÜ ãã ãã‹‹‹‹ yy yy™™™™ $$$$ tt ttΒΒΒΒ (( ((####θθθθ èè èè==== ÏÏ Ï󃃃 rr rr2222 ÏÏ Ïϵµµµ ÎÎ ÎÎ//// tt ttΠΠΠΠ öö ööθθθθ tt ttƒƒƒƒ ÏÏ ÏÏππππ yy yyϑϑϑϑ≈≈≈≈ uu uuŠŠŠŠ ÉÉ ÉÉ)))) øø øø9999 $$ $$#### 33 33 ¬¬ ¬¬!!!! uu uuρρρρ ßß ßß^≡≡≡≡ uu uu���� ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ ÏÏ ÏÏNNNN≡≡≡≡ uu uuθθθθ≈≈≈≈ yy yyϑϑϑϑ ¡¡ ¡¡¡¡¡¡9999 $$ $$#### ÇÇ ÇÇÚÚÚÚ öö öö‘‘‘‘ FF FF{{{{ $$ $$#### uu uuρρρρ 33 33 ªª ªª!!!! $$ $$#### uu uuρρρρ $$$$ oo ooÿÿÿÿ ÏÏ ÏÏ3333 tt ttββββθθθθ èè èè==== yy yyϑϑϑϑ ÷÷ ÷÷èèèè ss ss???? ×× ××���� ÎÎ ÎÎ6666 yy yyzzzz )������ ��(

Artinya : “Dari Ali bin Abdillah, bercerita kepada Hasyim bin Qosim,

lalu bercerita kepada Abdurrahman bin Abdillah bin Dinar, dari ayahnya Abdurrahman Sholihis Sama’ dari Abu Hurairah ra, ia berkata Rasulullah

SAW bersabda: “Barang siapa yang dikarunia harta oleh Allah, lalu tidak

menunaikan zakatnya, maka kelak pada hari kiamat hartanya itu akan

diserupakan dalam rupa ular berbisa yang memiliki dua bintik hitam di atas

kedua matanya yang akan melilitnya, lalu mematuk kedua rahannya. Ular

tersebut akan berkata “Aku adalah kekayaanmu dan harta simpananmu”.

Selanjutnya, beliau membacakan firman Allah “Sekali-kali janganlah orang-

orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari

karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang

mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya pada hari kiamat.

Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) dilangit dan dibumi. Dan

Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan”.12 (HR. Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan bahwa keberadaan zakat dianggap

sebagai ma'lu>m minad-di>n bid}-d}aru>rah atau diketahui secara

otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman

seseorang.13

3. Sejarah disyari’atkannya Zakat

Ajaran zakat bukan milik Islam semata karena syari’at zakat sudah

ada pada agama-agama samawi sebelum datangnya ajaran Islam yang

dibawa Rasulullah saw.

öΝ ßγ≈uΖù=yèy_ uρ Zπ £ϑÍ←r& šχρ߉öκ u‰ $tΡÌ�øΒ r'Î/ !$uΖøŠ ym÷ρr& uρ öΝ Îγ ø‹s9 Î) Ÿ≅ ÷èÏù ÏN≡ u�ö y‚ø9 $# uΘ$s% Î) uρ

Íο 4θn=¢Á9 $# u!$tFƒ Î) uρ Íο 4θŸ2“9 $# ( (#θçΡ% x. uρ $oΨ s9 tωÎ7≈ tã ∩∠⊂∪ )٧٣: �ا�����(

Artinya: “Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-

pemimpin yang member petunjuk dengan perintah Kami dan Kami

12 Ibid., hal.218. 13Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, Bandung: Mizan, 1994, hal. 231.

Page 32: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

20

wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat,

dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah”.14

(QS. al-Anbiya’: 73)

Enam abad sebelum datangnya Islam yaitu pada zaman Nabi Isa

AS. Ajaran zakat sudah disyari’atkan, sebagaimana firman Allah SWT:

Í_ n=yèy_uρ % º. u‘$t7 ãΒ tør& $tΒ àMΖà2 Í_≈ |¹÷ρr& uρ Íο 4θn=¢Á9 $$Î/ Íο 4θŸ2“9 $# uρ $tΒ àM øΒߊ $|‹ym )٣١: ��ی�( ∪⊆⊃∩

Artinya: “Dan dia menjadikan aku seorang yang dberkahi di mana saja

aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan)

shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”.15

(QS.

Maryam: 31)

Muhammad SAW diutus ketika umat manusia dalam keadaan yang

sangat memperihatinkan yaitu penindasan manusia atas manusia,

pemegang kekuasan memperlakukan rakyatnya dengan semena-mena.

pemegang kekuasaan cenderung mengklaim bahwa rakyat itu miliknya,

yang boleh diperlakukan dengan cara dan untuk tujuan apa saja yang ia

suka. Untuk memberikan legitimasi pada klaimnya, para penguasa kala itu

membangun mitos-mitos yang menerangkan seolah kekuasan yang

dipegang diterima langsung dari Tuhan, dan dimanfaatkan untuk tujuan-

tujuan yang juga digariskan oleh Tuhan, rakyat selaku budak kekuasan

harus loyal kepada pihak yang berkuasa. Sebagai konsekuensi ekonomis

kesetiaan rakyat diukur dengan materi dengan bukti konkrit bersedia

menyisihkan apa yang mereka miliki bagi kepentingan penguasa itu

14 Departemen Agama RI, Op.cit., hal. 328. 15 Ibid., hal.307.

Page 33: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

21

sendiri. Dalam sejarah kekuasaan raja-raja di kepulauan Nusantara,

konsekuensi ekonomis itulah yang dikenal dengan sebutan “upeti”.16

Upeti sebagaimana halnya sesaji merupakan suatu konsep yang

berangkat dari keyakinan bahwa segala sesuatu berpusat pada Tuhan, atau

dewa yang maha menentukan. Jika sesuatu yang baik maupun yang buruk

berpangkal dari Tuhan atau dewa, maka segala sesuatu juga harus diurus

langsung dengan tuhan atau dewa itu, melalui cara-cara tertentu yang

dikenal sebagai doa. Pada mulanya tuhan dan doa merupakan dua perkara

yang dipersepsi sebagai bersifat ruhani semata. Tetapi dengan

dimaterialisirnya tuhan atau dewa yang ruhani serta ghaib, juga dengan

dimateialisirkannya doa oleh manusia. Doa tidak lagi dihayati sebagai

moment ruhani, melainkan sudah ditransformasikan dalam wujud materi

yang disebut “sesaji”.17

Dalam konteks sejarah yang demikian ini Muhammad SAW diutus

Tuhan mentransformasikan kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip

keruhanian yang sejati. Menurut Masdar, Islam datang bukan untuk

menghapus lembaga “upeti” atau membuat lembaga baru sebagai

tandingan atau alternatif, tetapi dengan spirit “zakat” menjadikan lembaga

upeti yang membuat kemadlaratan orang banyak dapat ditransformasikan

untuk menegakkan kemaslahatan orang banyak.18

Sehingga kekayaan dan

fasilitas tidak hanya beredar di antara kelompok tertentu saja.

16 Masdar Farid Mas’udi, Agama Keadilan: Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, cet. III

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hal. 103-105. 17 Ibid., hal. 105. 18 Ibid., hal. 111.

Page 34: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

22

Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, zakat telah difardlukan

Allah sejak permulaan Islam,19

yakni sebelum Nabi hijrah ke Madinah.

Pada awalnya zakat yang disyari’atkan itu tidak disertai dengan ketentuan

tentang zakat baru dalam bentuk seruan untuk mengeluarkan zakat secara

sukarela. Baru setelah tahun kedua Hijriah (623 M), sudah ditentukan jenis

harta yang harus dizakati beserta kadar dan ukurannya masing-masing.20

Pada waktu itu ketentuan tentang penerima zakat (mustahiq),

hanya mengatur tentang zakat yang akan diberikan kepada fakir dan

miskin. Hal ini didasarkan pada ketetapan firman Allah SWT:

βÎ) (#ρ߉ö6 è? ÏM≈ s%y‰¢Á9 $# $£ϑÏèÏΖsù }‘ Ïδ ( βÎ) uρ $yδθà� ÷‚è? $yδθè?÷σ è?uρ u!# t�s) à� ø9 $# uθßγ sù ×�ö yz öΝ à6 ©9 4 ã�Ïe� s3ムuρ Ν à6Ζtã ÏiΒ öΝ à6 Ï?$t↔ Íh‹y™ 3 ª!$# uρ $yϑÎ/ tβθè=yϑ÷ès? ×� Î6 yz ∩⊄∠⊇∪

)٢٧١: ا����ة(Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik.

Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada

orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan

menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha

Mengeahui apa yang kamu kerjakan”.21

(QS. al- Baqarah: 271)

Ketetapan tentang penerima zakat (mustahiq) secara lengkap, baru

diatur pada tahun 9 H.22

4. Mustahiq dan Muzaki zakat

a. Mustahiq Zakat

19 Fazlur Rahman, Islam, Terj. Ahsin Muhammad, cet I, Bandung: Pustaka, 1984, hal. 40. 20 Hasbi Ash-Shiddiqiey, Op.cit., hal. 8. 21 Departemen Agama RI, Op.cit., h. 46. 22 Hasbi Ash- Shiddiqiey, Op.cit., h. 10.

Page 35: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

23

Mustahiq zakat yaitu istilah untuk orang yang berhak menerima

zakat, berdasarkan Qs. At-Taubah: 60 yang termasuk mustahiq zakat

adalah sebagai berikut:

1. Fakir

Menurut jumhur ulama fiqih, fakir adalah orang-orang yang tidak

mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, tempat dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk

dirinya sendiri maupun keluarga dan orang-orang yang menjadi

tanggungannya.23

Pada umumnya, orang fakir disamakan dengan orang

miskin. Namun menurut Wahbah al-Zuhayly, orang fakir memiliki

kemampuan harta di bawah orang miskin.24

2. Miskin

Jumhur ulama mengatakan bahwa orang miskin adalah orang yang

mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan diri

dan tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak mencukupi.25

3. ‘Amil

‘Amil adalah orang-orang yang ditugaskan oleh imam, kepala

pemerintah atau wakilnya, yang bertugas untuk mengumpulkan harta zakat

dan mengurus administrasinya.26

‘Amil merupakan orang yang

bertanggung jawab melaksanakan segala sesuatu yang berkenaan dengan

23 Abdul Aziz Dahlan (eds), Op.cit.., hal. 1996. 24 Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, terj. Agus Effendi dan B. Fannany,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, hal. 281. 25 Abdul Azis Dahlan (eds), loc. cit., 26 Sayyid Sabiq, Op.cit., hal. 91.

Page 36: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

24

zakat mulai dari mendata wajib zakat, mengumpulkan, membukukan,

memelihara dan mendistribusikan zakat.

4. Muallaf

Muallaf adalah orang-orang yang masih lemah niatnya dalam

memeluk Islam, maka seorang pemimpin perlu membujuk hatinya dengan

sesuatu pemberian untuk menguatkan keislamannya, dengan pemberian

sebagian zakat itu diharapkan orang-orang yang setaraf dengannya ikut

masuk Islam.27

5. Riqa>b

Yang artinya adalah budak belian yang diberi kebebasan usaha

mengumpulkan kekayaan agar bisa menebus dirinya untuk merdeka.28

6. Gharim

Gharim adalah orang-orang yang mempunyai hutang yang

dipergunakan untuk perbuatan yang bukan untuk maksiat, dan zakat

diberikan agar mereka dapat membayar hutangnya.29

7. Sabi>lillah

Menurut jumhur ulama sabi>lillah adalah membelanjakan dana

zakat untuk orang-orang yang berperang dan petugas-petugas penjaga

perbatasan/ untuk jihad. Sebagian ulama madzhab Syafi’i dan Hanbali

mengatakan, dana zakat tidak boleh dibagikan kecuali kepada orang-orang

27 Abdul Rochim dan Fathoni, Syariat Islam: Tafsir Ayat-Ayat Ibadah, Edisi I, Jakarta:

Rajawali, Cet. ke-1, 1987, hal. 255. 28 Syukir Ghazali dan Amidhan (eds), Pedoman Zakat, Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat

dan Wakaf, 1985, hal.123. 29 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, Cet. ke-2, 2002,

hal. 193.

Page 37: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

25

yang berperang dan orang-orang yang berjihad yang fakir. Pendapat ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa orang kaya yang berperang itu

sudah dapat mempersiapkan diri dan menyiapkan perlengkapannya.

Sedangkan orang fakir yang ikut perang, dibiayai negara tidak termasuk

dalam kelompok sabi>lillah.30

8. Ibnu Sabil

Menurut Ahmad Azhar Basyir, Ibnu Sabil adalah orang yang

sedang dalam perantauan atau perjalanan. Kekurangan atau kehabisan

bekal, untuk biaya hidup atau pulang ketempat asalnya. Yang termasuk

golongan ini adalah pengungsi-pengungsi yang meninggalkan kampung

halamannya untuk menyelamatkan diri atau agamanya dari tindakan

penguasa yang sewenang-wenang.31

b. Muzakki Zakat

Muzakki yaitu orang yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat.

Seseorang tidak diwajibkan berzakat selama ia belum mampu memenuhi

kewajiban pokoknya. Menurut para ulama yang dimaksud dengan

kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan

menyebabkan kerusakan dan kemelaratan dalam hidup. Para ulama telah

memasukan syarat ini sebagai syarat kewajiban wajib zakat karena

biasanya orang yang mempunyai kelebihan kebutuhan pokoknya maka

30 Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial, Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet.

IV, 2004, hal. 146. 31 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, Yogyakarta: Lukman Offset, Cet. ke-1, 1997, hal.

84.

Page 38: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

26

orang tersebut dianggap mampu dan kaya. Kebutuhan pokok yang

dimaksud ini meliputi makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Syarat orang yang wajib zakat adalah:

1) Islam

Zakat merupakan sebuah ibadah dan hanya wajib dilakukan setelah

seseorang memeluk agama Islam. Dengan Islamnya seseorang, maka ia

menjadi seorang wajib zakat yang akan mengantarkannya mendapatkan

penghormatan dari Allah SWT.

2) Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, Zakat tidak wajib atas hamba

sahayanya karena hamba sahayanya tidak mempunyai hak milik.

Tuannyalah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya.32

3) Baligh dan berakal

Keduanya dipandang sebagai syarat oleh madzab Hanafi. Dengan

demikian, Zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila

sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib

mengerjakan ibadah; seperti shalat dan puasa, sedangkan menurut. jumhur,

keduanya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu, Zakat wajib

dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat tersebut

dikeluarkan oleh walinya.33

B. Konsep Dasar Pajak

1. Pengertian pajak

32 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Madzab, Cet. 7, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008, hal. 98. 33 Ibid., hal. 100.

Page 39: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

27

Pajak dalam bahasa Arab disebut kharaj yang berarti

mengeluarkan.34

Secara etimologis kharaj adalah sejenis pajak yang

dikeluarkan pada tanah yang ditaklukkan dengan kekuatan senjata,

terlepas dari apakah si pemilik seorang muslim.35

Dalam pengertian lain,

kharaj adalah sesuatu yang dikeluarkan. Misalnya dengan dikeluarkannya

pungutan dari hasil tanah pertanian. Secara etimologi mempunyai arti

sebagai iuran yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada

negara/ pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli

barang dan sebagainya.36

Terdapat berbagai ragam mengenai definisi pajak dikalangan para

sarjana ahli di bidang perpajakan. Menurut Adriani yaitu:

“Pajak adalah iuran negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah”.37

Sedangkan menurut S. I. Djajaningrat yaitu:

Pajak yaitu suatu kewajiban menyeraahkan sebagian daripada

kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan

perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah

serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari

negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.38

34 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pon.Pes

Al-Munawir, 984, h. 356. 35 M. Abdul Mannan, Teori & Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1997, h. 250. 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1994, hal. 812. 37 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, cet. V, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hal. 23. 38 Ibid., hal. 3.

Page 40: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

28

Berdasar pada definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan mengenai ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu:

a. Pajak dipungut oleh negara (pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah), berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

b. Pembayaran pajak tidak mendapat kontraprestasi individu oleh

pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlah

pembayaran pajak dengan kontra prestasi yang diperoleh secara

individu.

c. Penyelenggaraan pemerintahan secara umum merupakan kontra

prestasi dari negara terhadap wajib pajak.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah dan jika

masih surplus digunakan untuk “public investment”.

e. Pajak dipungut disebabkan adanya sutu keadaan, kejadian atau

perbuatan yang memberikan pada seseorang kedudukan tertentu.

f. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu

mengatur atau mengontrol masyarakat sebagai wajib pajak.

Selain itu pajak harus memiliki unsur sebagai berikut. Unsur

adalah sesuatu yang harus ada supaya sesuatu itu ada. Maka dapat

disebutkan unsur-unsur pajak adalah:

1. Adanya penguasaan pemungut pajak

2. Adanya subjek pajak

3. Adanya objek pajak

4. Adanya masyarakat atau kepentingan umum

Page 41: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

29

5. Adanya surat ketetapan pajak (SKP)

6. Adanya Undang-Undang pajak yang mendasari

2. Fungsi Pajak

Sebagai salah satu sumber penerimaan negara pajak memiliki

fungsi sebagai mana dijelaskan di bawah ini:

Fungsi pajak terbagi dua, yaitu:39

a. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi.

Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai salah satu sumber

penerimaan negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk

pembangunan. Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pemasukan dana

ke kas negara melaui cara ekstensifikasi maupun intensifikasi

pemumgutan pajak dengan penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.

Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat

yang digunakan pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dibidang sosial dan ekonomi maupun tujuan-tujuan tertentu di

luar bidang keuangan, serta dapat mengendalikan kegiatan masyarakat

agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.

39 Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi, 2003, hal.10.

Page 42: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

30

3. Teori-Teori Pemungutan Pajak

Beberapa teori yang memberikan dasar pembenaran (justification)

untuk menjawab berbagai perdebatan yang ada di kalangan para sarjana

dan pemikir masalah pemungut pajak mengenai apakah negara dibenarkan

memungut pajak dari rakyat adalah sebagai berikut:

a. Teori Asuransi

Teori ini menyatakan bahwa pajak disamakan dengan pembayaran

premi untuk perlindungan, sebagaimana terdapat dalam asuransi

pertanggungan.40

Beberapa pakar menentang teori asuransi sebagai dasar

pemungutan pajak karena dalam hal timbul kerugian, tidak ada

penggantian secara langsung dari negara, serta antara pembayaran jumlah

pajak dengan jasa yang diberikan oleh negara tidaklah terdapat hubungan

langsung.41

b. Teori Kepentingan

Para penganut teori ini mengatakan bahwa negara berhak

memungut pajak dari penduduknya, karena penduduk negara tersebut

mempunyai keentingan kepada negara. Makin besar kepentingan

penduduk kepada negara, maka makin besar pula perlindungan negara

kepadanya. Sama dengan teori asuransi, teori ini mempunyai kelemahan

antara lain tentang fungsi negara untuk melindungi segenap rakyatnya.

Negara tidak boleh pilih-pilih dalam melindungi penduduknya. Di

40 Tony Marsyahrul, Pengantar Perpajakan (Rev), Jakarta: Grasindo, 2001, hal. 10. 41 Prof. Supramono, Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan

Perhitungan Yogyakarta: CV. Andi Offset, hal. 2.

Page 43: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

31

samping itu jika ditinjau dari unsur definisi pajak, maka adanya hubungan

langsung atau kontra pretasi (dalam hal ini kepentingan wajib pajak) telah

menggugurkan eksistensi pajak itu sendiri.42

c. Teori Daya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa biaya-biaya atas perlindungan yang

diberikan oleh negara kepada warga negara haruslah dipikul oleh segenap

orang yang menikmatinya dalam bentuk pajak. Berdasarkan asas keadilan,

pajak yang dikenakan terhadap masyarakat tergantung dari daya pikul

masing-masing masyarakat. Daya pikul seseorang dapat diukur

berdasarkan besarnya penghasilan yang telah mempertimbangkan

pengeluaran seseorang sehingga masyarakat dengan penghasilan yang

lebih tinggi memiliki daya pikul yang lebih tinggi pula.43

d. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini didasari paham organisasi negara (organische Staatsleer)

yang mengajarkan bahwa negara sebagai organisasi mempunyai tugas

untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil

tindakan atau keputusan yang diperlukan termasuk keputusan dibidang

pajak. Dengan sifat seperti itu maka negara mempunyai hak mutlak untuk

memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda baktinya.

Menurut teori ini dasar hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat

dengan negara, di mana negara berhak memungut pajak dan rakyat

berkewajiban membayar pajak. Kelemahan dari teori ini adalah negara

42 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, Jakarta: Granit, 2005, hal. 77-78. 43 Prof. Supramono, Theresia Woro Damayanti, Op.cit., h. 2.

Page 44: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

32

bisa menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam

pemungutan pajak.44

e. Teori Daya Beli

Teori ini adalah teori modern, teori ini tidak mempersoalkan asal

mulanya negara memungut pajak melainkan banyak melihat kepada

"efeknya" dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar keadilannya.

Menurut teori ini pajak digunakan untuk menarik daya beli

masyarakat. Pajak yang dipungut oleh negara dapat mengurangi

penghasilan yang akan digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi

sehingga akibat dari pemungutan pajak adalah berkurangnya daya beli

masyarakat secara individu. Pada akhirnya, negara akan menyalurkan

kembali daya beli yang sudah ditarik ini kepada masyarakat secara umum

dalam bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.45

Teori-teori ini merupakan pemecahan atas dasar menyatakan

keadilannya pemungutan pajak oleh negara, sehingga para ahli atau

pemikir menamakannya sebagai asas menurut falsafah hukum, yang dalam

"The four maxims" termasuk maxim pertama. Meskipun demikian,

beberapa prinsip telah berhasil juga dikembangkan sepanjang masa

sehingga memberikan suatu kerangka yang dapat digunakan sebagai

kriteria-kriteria sistem perpajakan yang adil. Prinsip-prinsip ini adalah

antara lain prinsip manfaat dan prinsip kemampuan membayar.46

44 Erly Suandy, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, 2000, h. 20. 45 Prof. Supramono, Theresia Woro Damayanti, Op.cit., hal. 3. 46 R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: PT Eresco, 1981,

hal. 35.

Page 45: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

33

4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi 3 bagian. Menurut

Waluyo dalam bukunya “Perpajakan”, menuliskan bahwa:47

1. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kepercayaan kepada

wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib

pajak itu sendiri.

b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

2. Official Assessment System.

Sistem pemungutan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah

terlebih dahulu ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk

melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang

dipersamakan, seperti karcis dan atau nota pesanan (bill).

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

47 Waluyo, Perpajakan Indonesia: pembahasan sesuai dengan ketentuan pelakanaan

perundang-undangan perpajakan terbaru, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hal. 19.

Page 46: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

34

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

3. Withholding Tax System.

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang

adalah pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

C. Klasifikasi Zakat dan Pajak

1. Klasifikasi Zakat

Ahli fiqh membagi zakat kepada dua macam, pertama zakat fitrah,

kedua zakat ma>l (harta). Dalam fiqih zakat, ditentukan harta-harta yang

wajib dikeluarkan zakatnya (al-amwal al-zakawiyah). Macam-macam

zakat dijelaskan sebagai berikut:

a. Zakat Nafs (Jiwa) atau Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah suatu zakat yang dikeluarkan oleh orang-orang

muslim sebagai pembersih dirinya dan menjadi tanggungannya, disamping

untuk menghilangkan cela yang terjadi selama puasa pada bulan

Ramadhan.48

Kadar zakat fitrah di ukur dengan takaran, yaitu satu sha’ bahan

makanan pokok masyarakat, atau sekitar 2,25 kg. Berdasarkan hal ini,

48 Ahmad Husnan, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru, Jakarta: al-Kautsar,

1996, h.81.

Page 47: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

35

seorang muslim wajib mengeluarkan satu sha’¦ bahan makanan pokok di

negerinya, atau seberat timbangan yang setara dengannya.

b. Zakat Ma>l (Harta)

Zakat Ma>l atau zakat harta adalah zakat yang harus dikeluarkan

yang berkaitan dengan pemilikan sejumlah harta yang ada bagi orang

Islam, terhadap zakat harta pelaksanaannya didasarkan kepada dua hal,

yaitu umur didapatnya harta tersebut (haul) dan ukuran minimal untuk

menilai jumlah harta sehingga harta dapat dikeluarkan zakatnya (nishab).

Dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal

4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat adalah:

1. Emas, perak dan logam mulia lainnya.

2. Uang dan surat berharga lainnya.

3. Perniagaan.

4. Pertanian, perkebunan dan perhutanan.

5. Peternakan dan perikanan.

6. Pertambangan.

7. Perindustrian.

8. Pendapatan dan jasa.

9. Rika>z

Di bawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib

dikeluarkan zakatnya:

1) Zakat Emas, Perak dan Uang

Page 48: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

36

Emas, perak dan uang wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah

dipunyai (dimiliki secara pasti) selama satu tahun penuh dan mencapai

nisabnya. Nisab untuk emas, perak dan uang adalah sebagai berikut:

− Emas nisabnya adalah 20 dinar, lebih kurang sama dengan 96 gram

emas murni. Setelah dimiliki selama satu tahun, wajib dikeluarkan

zakatnya sebesar 2,5 %.

− Perak nisabnya adalah 200 dirham, beratnya sama dengan lebih

kurang 672 gram. Setelah dimiliki selama satu tahun, wajib

dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 %. Berdasarkan beberapa hadits,

emas dan perak yang menjadi perhiasan wanita yang cukup senisab

dan dimiliki cukup setahun pula, hendaklah dikeluarkan zakatnya

sebanyak 2,5 %.

− Untuk uang giral maupun kartal, nisabnya adalah sama dengan

nilai atau harga 96 gram emas, bila disimpan cukup setahun,

zakatnya adalah 2,5 %.

− Adapun barang sebangsa permata, seperti intan, berlian, yakut,

zamrud dan segala jenis batu mulia, bebas tidak terkena zakat.

Kecuali apabila barang-barang tersebut merupakan barang

dagangan. Sehingga zakatnya bukan zakat dari jenis benda-benda

tersebut melainkan karena benda dagangan yang sudah tentu nilai

uang yang diperhitungkan dan sudah sampai satu tahun atau haul.49

2) Zakat perdagangan dan perusahaan

49 Ridwan Syamsuri, Zakat di dalam Islam, Jakarta: Pradnya Paramita, 1988, h.62.

Page 49: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

37

Zakat perdagangan yang dimaksud bukan merupakan zakat profesi

sebagai pedagang, melainkan zakat yang dihasilkan dari keuntungan

berniaganya selama satu tahun (masa haul) yang dihitung sejak waktu

pembelian barangnya. Besarnya nishab barang perniagaan ini sama dengan

nishab emas dan perak, senilai 85 gram emas, zakatnya sebesar 2,5 %.

Zakat perdagangan ini didasarkan atas potensial berkembangnya

suatu harta kekayaan (usaha). Segala benda yang dapat dijadikan potensial

berkembangnya terhadap suatu harta, maka dapat dikenakan zakat. Tetapi

tidak semua benda yang berda dalam suatu tempat perniagaan dapat

dikenakan pajak, misalnya: timbangan barang, takaran, etalase tempat

penyimpanan barang dagangan atau barang lain yang digunakan sebagai

perkakas perniagaan. Sebab tidak berpotensi untuk berkembang, juga sejak

semula penjual tidak mempunyai niat menjual perkakas tersebut.

Para pakar zakat menganalogikan zakat perindustrian sama dengan

zakat perdagangan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas

yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 %. Mencapai nishab pada

setiap akhir tahun, atau pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

bagi para pemegang saham. Secara umum pola pembayaran dan

penghitungan zakat perusahaan adalah sama dengan zakat perdagangan.

Sedangkan nisab untuk zakat perusahaan menurut Didin Hafidhuddin

adalah senilai 85 gram emas. Pola perhitungan zakat perusahaan,

didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan

kewajiban atas aktiva lancar atau seluruh harta (di luar sarana dan

Page 50: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

38

prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan

kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 % sebagai zakatnya.50

3) Zakat Pertanian, Perkebunan dan Perikanan

Para ahli membuat istilah penyebutan zakat pertanian beraneka

ragam. Ada yang menyebutkan, zakat hasil bumi, zakat tanaman dan buah-

buahan, zakat biji-bijian dan buah-buahan, serta zakat tanaman dan buah-

buahan, serta zakat tanaman dan buah-buahan, serta zakat tumbuh-

tumbuhan (nabat). Namun dari semua istilah tersebut pada intinya adalah

sama, yakni zakat yang dikeluarkan dari hasil bumi. Di tanah air kita,

selain hasil bumi juga terdapat hasil laut yang perlu dikeluarkan

zakatnya.51

Menurut Didin Hafidhuddin, pengeluaran zakat hasil bumi tidak

harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali

panen atau menuai. Nishab zakat pertanian adalah mulai 5 wasaq. Untuk

menentukan nishab hasil pertanian yang lain seperti kopi, cengkih, panili,

lada, apel, kapas, dan sebagainya, diperhitungkan harga nishab hasil

tanaman yang menjadi bahan makanan pokok tersebut.

Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya yang

tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.

Namun jika dilihat dari surat al-Baqarah ayat 267 sebagaimana sudah

disebutkan di atas, jelas bahwa setiap usaha yang menghasilkan uang dan

memenuhi syarat baik nisab dan haulnya wajib dikeluarkan zakatnya. Dan

50 Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Op.cit., h. 102. 51 Ibid., h. 39.

Page 51: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

39

pada umumnya mengenai harta yang diperdagangkan itu nisabnya sama

nilainya dengan nisab emas dan perak dan kadar zakatnya juga 2,5 %.

Adapun waktu mengeluarkan zakatnya seperti tanaman, yaitu disaat hasil

itu diperoleh.

4) Zakat Pertambangan

Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil

bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi

dan sebagainya.52

Harta makdin (pertambangan) yang berupa besi, baja,

tembaga, kuningan, timah, minyak, batu bara, dan lain-lain di Indonesia

dikuasai oleh negara. Adapun yang berupa batu-batuan, emas dan perak,

oleh pemerintah masyarakat masih diperbolehkan menambangnya. Makdin

yang dikenakan zakat, yaitu 2,5%. Adapun nishabnya seharga nisab emas

ialah 20 dinar atau 96 gram.53

5) Zakat Peternakan

Syarat wajib zakat atas pemilik binatang tersebut antara lain:

a. Islam

b. Merdeka

c. Milik sempurna

d. Cukup Nishab

e. Sampai setahun lampaunya

52 TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Op.cit., h. 149. 53 Syukri Ghozali, et. al. Pedoman Zakat 9 seri, Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana

Keagamaan Islam, 2001, h.149.

Page 52: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

40

Pemilik ternak telah memiliki binatang ternak tersebut selama 1

tahun.

f. Digembalakan di rumput yang mubah

Binatang tersebut makan dari makanan rumput liar bukan rumput

yang dibeli atau sengaja ditanam. Tidak diberi makan oleh pemiliknya

sedangkan binatang yang diberi makan (diambil makannya), tidak wajib

dizakati.

g. Anak binatang setelah lahir sampai nishabnya menurut tahun ibunya

atau kelahirannya, apabila ditambah dengan binatang lain dengan jalan

dibeli atau dipusakai atau sebagainya, dipisahkan perhitungan tahunnya

dari binatang yang telah cukup nishabnya itu.

h. Binatang yang dipakai untuk membajak sawah atau menarik gerobak,

tidak wajib dizakati. Sebagaimana juga kain yang dipakai atau perkakas

rumah tangga yang sengaja dipakai sendiri.

6) Zakat Pendapatan dan Jasa profesi

Zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari

hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik dokter, arsitek, notaris, ulama/dai,

karyawan, guru, dan lain-lain. Menurut Yusuf Qardhawi, profesi

(pekerjaan) yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertama, pekerjaan

yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berkat

kecekatan tangan maupun otak. Kedua, pekerjaan yang dikerjakan

seseorang buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun

perorangan dengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan telapak

Page 53: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

41

tangan, otak, atau pun kedua-duanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti

itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium. Ada tiga kemungkinan

kesimpulan dalam menentukan nishab, kadar dan waktu mengeluarkan

zakat profesi. Hal ini sangat bergantung pada Qiyasi (analogi) yang

dilakukan:54

a. Jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab, kadar dan

waktu mengeluarkannya sama dengannya dan sama juga dengan zakat

emas dan perak. Nishabnya senilai 85 gram emas, kadar zakatnya 2,5 %

dan waktu mengeluarkannya setahun sekali, setelah dikurangi kebutuhan

pokok. Contoh: Bila A berpenghasilan Rp. 5.000.000,00 setiap bulan dan

kebutuhan pokok perbulannya Rp. 3.000.000,00 maka besar zakat yang

dikeluarkannya adalah 2,5 % X 12 X Rp.2.000.000,00 atau sebesar Rp.

600.000,00 per tahun atau Rp. 50.000,00 per bulan.

b. Jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya senilai 653 kg

padi atau gandum, kadar zakatnya sebesar 5% dan dikeluarkan pada setiap

mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan sekali. Dalam

contoh kasus di atas, maka kewajiban zakat A adalah sebesar 5 % X Rp.

2.000.000,00 atau sebesar Rp. 1.200.000,00 per tahun atau Rp. 100.000,00

per bulan.

c. Jika dianalogikan pada zakat rikaz, maka zakatnya sebesar 20 % tanpa

adanya nishab, dan dikeluarkan pada saat menerimanya. Pada contoh di

54 Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Op.cit., h. 96-98.

Page 54: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

42

atas, maka A mempunyai kewajiban zakat sebesar 20 % X Rp.

5.000.000,00 atau sebesar Rp. 1.000.000,00 setiap bulan.

7) Barang Temuan (Rikaz)

Dalam kitab-kitab fiqih barang yang wajib dizakati hanya emas dan

perak saja. Demikian juga dengan barang temuan, yang dizakati terbatas

pada emas dan perak saja. Nisab untuk barang tambang adalah sama

dengan nisab emas (96 gram) dan perak (672 gram), kadarnya pun sama,

yaitu 2,5 %. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-barang tambang

adalah setiap kali barang itu selesai dibersihkan (diolah).55

2. Klasifikasi Pajak

Dalam pengelompokannya terdapat beberapa pembagian pajak

sebagai berikut:56

a. Menurut Golongannya, yaitu:

1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contohnya: pajak penghasilan,

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

b. Menurut sifatnya,

55 Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan wakaf, Jakarta: UI Press, 1988, h.

47. 56 Mardiasmo, Op.cit., hal. 5-6.

Page 55: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

43

1. Pajak subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subyektifnya, artinya berpangkal pada diri orang atau badan

yang dikenai pajak (wajib pajak). Dalam hal ini yang diperhatikan

pertama kali adalah subyeknya (orang atau badan) dan baru

kemudian dicari obyeknya. Contoh: pajak penghasilan.

2. Pajak obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya tanpa

memperhatikan atau mempersoalkan keadaan subyek (wajib

pajak). Contohnys: Pajak Penjualan atas barang mewah.

c. Menurut lembaga pemungutannya

1. Pajak pusat, yaitu pajak yang kewenangan pemungutannya berada

pada pemerintah pusat. Contohnya: pajak penghasilan.

2. Pajak daerah, yaitu pajak yang kewenangan pemungutannya berada

pada pemerintah daerah, baik pada pemerintah daerah tingkat I

maupun pada pemerintah tingkat II. Contohnya: Pajak Kendaraan

Bermotor.

D. Pendapat Ulama’ terhadap Kewajiban Zakat dan Pajak

Secara garis besar pandangan ulama tentang zakat dan pajak dapat

digolongkan menjadi 3:

1. Pendapat ulama’ yang mengatakan bahwa zakat dan pajak berbeda

baik asas maupun tujuannya.

Ulama yang termasuk pada kelompok ini diantaranya yaitu: M.

Umer Chapra, dalam Islam and The Economic Challenge menyatakan:

“Hak negara Islam untuk meningkatkan sumber-sumber daya lewat

pajak disamping zakat telah dipertahankan oleh sejumlah fuqaha

Page 56: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

44

yang pada prinsipnya telah mewakili madzhab fiqih. Hal ini

disebabkan karena dana zakat dipergunakan pada prinsipnya untuk

kesejahteraa kaum miskin, padahal negara memerlukan sumber

dana yang lain agar dapat melakukan fungsi-fungsi alokasi,

distribusi dan stabilisasi secara efektif. Hal ini dibela para fuqaha

berdasarkan hadits: “Pada hartamu ada kewajiban lain selain

zakat”.57

Abu yusuf dalam kitabnya al-kharaj menyatakan bahwa semua

khulafa ar-Rasyidin terutama Umar, Ali dan Umar Ibn Abdul Azis

dilaporkan telah menekankan bahwa pajak harus dikumpulkan dengan

keadilan dan kemurahan, tidak diperbolehkan melebihi kemampuan rakyat

untuk membayar, juga jangan sampai mereka tidak mampu memenuhi

kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Abu Yusuf mendukung hak

penguasa untuk meningkatkan atau menurunkan pajak menurut

kemampuan rakyat yang terbebani. 58

2. Pendapat ulama yang meyakini bahwa kewajiban terhadap harta

hanya berlaku pada zakat bukan pajak.

Ulama’ yang termasuk kelompok ini daiantaranya yaitu Dr. Hasan

Turobi dari Sudan, dalam bukunya Principle of Governance, Freedom and

Responsibility In Islam, beliau menyatakan:

“Pemerintah yang ada di dunia muslim dalam sejarah yang begitu

lama, pada umumnya tidak sah.” Karena itu, para fuqaha khawatir

jika diperbolehkan menarik pajak akan disalahgunakan dan

menjadi suatu alat penindasan.59

57 M. Umar Chapra, Islam and The Economic Challenge, terj. Ikhwan Abidin Basri, Islam

dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hal. 294. 58 Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal.

183. 59 Ibid., hal.186.

Page 57: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

45

3. Pendapat ulama yang mengatakan bahwa zakat dan pajak adalah

satu (sama) dan tidak terpisah.

Pendapat dari golongan ketiga adalah Imam Nawawi beliau berkata

bahwa pemungutan kharaj dari tanah itu 1/10, sedangkan kewaiban

zakatnya adalah 1/10. Oleh karena pembayaran kharaj 1/10 itu dianggap

sebagai ganti pembayaran zakat yang besarnya juga 1/10 dan baik kharaj

maupun zakat keduanya adalah kepentingan umum.60

60 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2003,

Jilid V, hal. 541-542

Page 58: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

46

BAB III

KONSTRUKSI PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN

DALAM PENETAPAN ZAKAT SEBAGAI PAJAK

A. Biografi dan karya Fazlur Rahman

1. Biografi Fazlur Rahman

Fazlur Rahman merupakan intelektual muslim kontemporer yang

dilahirkan pada tanggal 21 September 1919, di daerah Hazara ketika India

belum terpecah menjadi India dan Pakistan, daerah tersebut sekarang terletak

di sebelah Barat Laut Pakistan.1 Fazlur Rahman dilahirkan di lingkungan

masyarakat yang taat beribadah kepada Allah SWT. Dalam pengakuannya,

Fazlur Rahman dan keluarganya mempraktikkan ibadah sehari-hari secara

teratur seperti dan lain-lain. Pada umur sepuluh tahun ia sudah hafal seluruh

ayat-ayat al-Qur’an.2 Ayahnya, Maulana Syahab al-Din, seorang ulama

terkenal lulusan madrasah Deoband. Meskipun berpendidikan agama sistem

tradisional, Syahab al-Din sangat menghargai sistem pendidikan modern.

Pendidikan dalam keluarga benar-benar sangat efektif dalam

membentuk watak dan kepribadian Fazlur Rahman. Ada beberapa faktor yang

telah membentuk karakter dan kedalaman keberagamaan Fazlur Rahman,

1 Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, terjm. Taufiq Adnan Amal,

Bandung: Mizan, 1993, hal. 13. 2 M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, Yogyakarta: UII

Press, 2000, hal. 9.

Page 59: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

47

salah satunya adalah pengajaran dari ibunya tentang kejujuran, kasih sayang,

serta kecintaan sepenuh hati seorang ibu. Hal lain adalah ayahnya tekun

mengajarkan agama kepada Fazlur Rahman di rumah dengan disiplin yang

tinggi sehingga ia mampu menghadapi bermacam peradaban dan tantangan di

dunia modern.3 Fazlur Rahman banyak dididik ilmu agama oleh orang tuanya

dengan madzhab fiqh tertentu yakni mazhab Hanafi. Selain itu ketika Fazlur

Rahman hidup di Pakistan telah lebih dahulu berkembang pemikiran yang

agak liberal seperti Syah Waliyullah, Syah Abdul Aziz, Sayyid Ahmad

Syahid, Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, dan Sir Muhammad Iqbal.

Dari para pemikir tersebut tentunya juga mempengaruhi pola pikir Fazlur

Rahman.

Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan studinya ke Lahore dan

memasuki sekolah modern. Pada tahun 1940 Fazlur Rahman menyelesaikan

BA-nya dalam bidang sastra Arab pada Universitas Punjab. Kemudian, dua

tahun berikutnya (1942) dia menyelesaikan Masternya dalam bidang yang

sama pada Universitas yang sama pula. Empat tahun kemudian (1946) Fazlur

Rahman berangkat ke Inggris untuk pengembaraan intelektualnya keluar

negeri dengan masuk di Universitas Oxford di bawah bimbingan Prof. S. Van

Den Bergh dan H.A.R. Gibb dalam program doctor filsafat Islam (Ph.D). Pada

tahun 1949 Fazlur Rahman menyelesaikan studinya dengan disertasi tentang

3 Ibid., hal. 10.

Page 60: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

48

Ibnu Sina.4 Dua tahun kemudian disertasinya diterbitkan oleh Oxford

University Press dengan judul Avecinna’s Psychology.

Ketika kuliah di Oxford University, pendidikan yang sudah maju di

Barat, maka Fazlur Rahman mempunyai kesempatan untuk mempelajari

beberapa bahasa-bahasa Barat. Paling tidak ia menguasai bahasa Latin,

Yunani, Inggris, Jerman, Persia, Turki, Arab, dan Urdu.5 Penguasaan bahasa

yang bagus sangat membantunya dalam memperdalam dan memperluas ilmu

pengetahuan, terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-

literatur keislaman yang ditulis oleh para orientalis dalam bahasa mereka.

Dengan pengalaman ini, Fazlur Rahman tidak menjadikan apologetik, tetapi

justru lebih memperlihatkan penalaran yang objektif. Dengan demikian

banyak intelektual Muslim yang menjadikannya sebagai panutan dalam

pemikiran Islam.

Kendatipun Fazlur Rahman banyak menimba ilmu dari para sarjana

Barat, tidak berarti Fazlur Rahman selalu berfikiran sama dengan pemikiran

para sarjana Barat. Fazlur Rahman tetap kritis dalam menilai pandangan-

pandangan yang diajukan para orientalis. Bahkan sejauh formulasi yang

dibentuk tidak memiliki argumen yang kuat atau karena kesalahpahaman

mereka terhadap masalah yang sedang dianalisis Fazlur Rahman tidak segan-

segan untuk mengkritiknya. Fazlur Rahman juga mengkritisi praktik dan atau

4 Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian Terhadap Metode, Epistomologi dan Sistem Pendidikan,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal. 62. 5 Ibid.

Page 61: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

49

sistem politik dan sosial yang dikembangkan Barat yang secara moral objektif

telah jauh dari kebaikan.6

Dengan gelar akademik yang disandangnya dan penguasaan bahasa

yang sangat bagus, Fazlur Rahman benar-benar seorang Scholar yang

mumpuni dalam berbagai bidang kajian keislaman. Ia menguasai secara luas

dan mendalam sejarah Islam dalam bidang pemikiran, perkembangan sosial

politik dan budaya. Demikian pula ia sanggup membaca dengan cermat

khazanah klasik keilmuan Islam di segala bidang, betapa pun kunonya buku

tersebut yang belum menggunakan bahasa yang standar.

Setelah mendapatkan gelar doctor dalam bidang Filsafat Islam (Ph.D)

Fazlur Rahman tidak langsung pulang kampung, melainkan dia masih tetap

tinggal di Inggris dengan ikut mengembangkan karirnya sebgai seorang dosen

studi Persia dan filsafat Islam di Universitas Durham dari tahun 1950 hingga

tahun 1958.7 Selanjutnya pada tahun 1958 ia hijrah ke Kanada, ia di sana

diangkat sebagai lector kepala (associate professor) di Institut Studi Islam

Universitas Mc.Gill, Kanada. Pada tahun 1961 Fazlur Rahman diundang

untuk pulang di tanah airnya, Pakistan oleh seorang Presiden Ayyub Khan

yang memerintah pada waktu itu, untuk membantu pembaruan di Pakistan.

Terutama di lembaga Riset Islam Pakistan dan selanjutnya ia diangkat sebagai

6 M. Hasbi Amiruddin, Op.cit., hal. 11. 7 Ilyas Supena, Desain Ilmu-ilmu Keislaman dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur

Rahman, Semarang: Walisongo Press, hal. 45.

Page 62: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

50

direktur lembaga tersebut pada tahun 1961- 1969. Pada tahun 1964, Fazlur

Rahman juga ditunjuk sebagai salah seorang anggota Dewan Penasehat

Ideologi Negara Islam Pakistan yang salah satu tugasnya adalah meninjau

seluruh hukum, baik yang telah ada maupun yang akan dibuat agar selaras

dengan pesan-pesan al-Qur’an dan Sunnah serta mengajukan rekomendasi

kepada pemerintah pusat dan daerah bagaimana seharusnya kaum muslim

Pakistan menjadi muslim yang terbaik. Kedua lembaga ini yakni lembaga

Riset Islam Pakistan dan Dewan Penasehat Ideologi Negara Islam Pakistan

memiliki hubungan yang sangat erat, karena masing-masing dapat meminta

bahan-bahan dan mengajukan saran-saran mengenai suatu rancangan undang-

undang yang diajukan kepadanya.8

Fazlur Rahman menerima tawaran Ayyub Khan tersebut dengan

harapan ia dapat mengajukan gagasan-gagasan pembaruan dalam dunia Islam.

Gagasan-gagasan tersebut kemudian ia lontarkan dalam tiga jurnal yang

diterbitkan lembaga riset Islam yakni Dirasah Islamiyah (Arab), Islamic

Studies (Inggris) dan Fikr -O-Nazr (Urdu). Melalui jurnal tersebut, bidang-

bidang kajian Islam Fazlur Rahman bukan hanya sejarah filsafat dan

pemikiran Islam pada umumnya, melainkan juga bidang-bidang lain yang

lebih praktis seperti riba dan bunga bank, sistem ekonomi, lembaga

8 Ibid.

Page 63: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

51

perkawinan dan keluarga, masalah-masalah kesehatan pengobatan, sistem

politik dan kenegaraan dan sistem pendidikan.

Usaha-usaha tersebut dilakukannya dengan memberi makna baru

terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan metodologi tafsir baru. Gagasan

pembaruan Fazlur Rahman tersebut yang pada dasarnya adalah representative

kelompok neo-modernis berkaitan dengan al-Sunnah dan al-Hadīth, riba dan

bunga bank, zakat, fatwa-fatwa tentang kehalalan binatang yang disembelih

dengan alat mekanik dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut banyak

mengundang kontroversi berskala nasional, yang puncaknya terjadi pada

bulan September 1967 ketika dua bab pertama karya monumentalnya “Islam“

dipublikasikan dalam jurnal berbahasa Urdu yang bernaung di bawah lembaga

Riset Islam. Dalam buku tersebut Fazlur Rahman mengatakan bahwa secara

keseluruhanya al-Qur’an adalah kalam Allah SWT, dan dalam pengertian

biasa juga seluruhnya merupakan perkataan nabi Muhammad SAW.9

Pernyataan tersebut seperti bisa diduga akan menimbulkan reaksi keras oleh

kalangan ulama tradisionalis dan fundamentalis di Pakistan. Bahkan tidak

sedikit yang menuduh Fazlur Rahman sebagai munkiru al-Qur’ān. Kondisi itu

diperparah dengan terjadinya demonstrasi masa dan aksi mogok kerja yang

berskala massif di beberapa kota di Pakistan pada awal September 1968. Aksi

massa menurut beberapa kalangan dinilai sebagai bersifat politis, memang

9 Fazlur Rahman, Islam, terjemahan Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1984, hal. 31.

Page 64: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

52

dalam waktu yang cukup lama belum juga bisa diredakan. Salah satu pendapat

yang menyatakan aksi masa tersebut bersifat politis adalah Esposito.

Menurutnya Aksi massa tersebut sebenarnya bukan hanya datangnya dari

penyataan Fazlur Rahman, melainkan juga adanya faktor politik yang

sebenarnya lebih ditujukan untuk menentang kepemimpinan Ayyub Khan.10

Akhirnya, karena menemukan dirinya tanpa dukungan dan kurang

strategis dalam mengembangkan pembaruan Islam, Fazlur Rahman

mengajukan pengunduran dirinya dari jabatan Direktur Lembaga Riset Islam

pada 5 September 1968 yang langsung dikabulkan oleh Ayyub Khan. Dan

setahun kemudian pada tahun 1969 Fazlur Rahman melepaskan

keanggotaannya dari Dewan Penasehat Ideologi Islam Pakistan.11

Pertimbangan pengunduran dirinya dari kedua lembaga tersebut merupakan

faktor yang sangat menentukan bagi keputusan Fazlur Rahman untuk segera

meninggalkan Pakistan di tengah hujatan dan sorotan kritik atas pandangan-

pandangannya sebagai seorang yang dianggap terlalu liberal.

Setidaknya terdapat beberapa faktor yang secara garis besar dapat

menjelaskan terjadinya kontroversi dan oposisi terhadap Fazlur Rahman di

Pakistan dan pengunduran dirinya selaku direktur Riset Islam dan

Keanggotaan Dewan Penasehat Ideologi Islam Pakistan. Ulama tradisionalis

10 John L. Esposito, Pakistan : Pencarian Identitas Islam, dalam Islam dan Perubahan Sosial

Politik di Negara Berkembang, Terjemahan Wardah Hafiz, Yogyakarta : PLP2M, 1985, hal. 286. 11 Abd. A’la, Dari Neo-Modernisme ke Islam Liberal: Jejak Fazlur Rahman dalam Wacana

Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003, hal. 37.

Page 65: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

53

dan fundamentalis Pakistan dan oposan Fazlur Rahman yang paling setia dan

tangguh selama Fazlur Rahman menetap di Pakistan, tidak pernah memaafkan

“dosa” Fazlur Rahman karena mendapatkan didikan di Barat dan berhubungan

dengan Barat. Lantaran alasan ini pula, mereka tidak pernah merestui

penunjukkannya selaku Direktur Lembaga Riset Islam Pakistan. Bagi mereka

jabatan tersebut adalah hak privilese eksklusif seorang ‘alim yang terdidik

secara tradisional. Demikian pula, kolaborasi Fazlur Rahman dengan

pemerintahan Ayyub Khan kurang menguntungkan bagi Fazlur Rahman

karena kemarahan para ulama tradisionalis dan fundamentalis kepada Ayyub

Khan ditumpahkan padanya. Di samping itu gagasan-gagasan pembaruan

yang dikemukakan Fazlur Rahman terlalu liberal bagi mereka dan

menyudutkan kalangan tradisionalis dan fundamentalis Pakistan.

Latar belakang ketidaksenangan dan penentangan kaum tradisionalis

dan fundamentalis Pakistan terhadap Fazlur Rahman bersifat complicated

tersebut, pada akhirnya mendorong Fazlur Rahman untuk mengembangkan

pembaruan pemikiran Islam di negara lain yang dapat menerima pemikiran-

pemikiran progresifnya. Pada musim semi tahun 1969, Fazlur Rahman

diangkat menjadi guru besar tamu di Universitas California, Los Anggles dan

kemudian ditarik Universitas Chicago sebagai professor pemikiran Islam.

Page 66: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

54

Pada tahun 1986, ia direkrut oleh Horald H. Swift menjadi guru besar di

Chicago University hingga wafatnya pada Juli 1988.12

2. Karya-karya Fazlur Rahman

Perkembangan pemikiran dan karya-karya Fazlur Rahman dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga periode, yaitu periode pembentukan (formasi),

periode perkembangan, dan periode kematangan. Periode pertama disebut

periode pembentukan karena pada periode ini Fazlur Rahman mulai

meletakkan dasar-dasar pemikirannya dan mulai berkarya. Periode ini dimulai

sejak Fazlur Rahman belajar sampai dengan menjelang pulang ke negerinya,

Pakistan. Pada periode ini, Fazlur Rahman berhasil menulis tiga karya

intelektualnya, yaitu: Avicenna’s Psychology (1952), berisikan kajian dari

pemikiran Ibn Sina yang terdapat dalam kitab Kitab al-Najat, Avicenna’s De

Anima, being the Psychological Part of Kitab al-Shifa’, merupakan suntingan

dari kitab al-Nafs yang merupakan bagian dari Kitab al-Shifa’ dan Prophecy

in Islam: Philosophy and Orthodoxy.13

Periode kedua disebut periode perkembangan, periode ini dimulai

sejak kepulangan Fazlur Rahman dari Inggris ke Pakistan sampai menjelang

keberangkatannya ke Amerika. Periode ini ditandai dengan suatu perubahan

yang radikal. Fazlur Rahman secara intens terlibat dalam upaya-upaya untuk

merumuskan kembali Islam dalam rangka menjawab tantangan-tantangan dan

12 Fazlur Rahman, Op.cit., hal. 15. 13 Ali Masrur, Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an: Model Penafsiran Fazlur Rahman, Yogyakarta:

PT. Tiara Wacana, 2002, hal. 46.

Page 67: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

55

kebutuhan-kebutuhan masyarakat muslim kontemporer, khususnya bagi

Pakistan. Keterlibatan Fazlur Rahman ini menghasilkan karya yang berbentuk

buku, Islamic Methodology in History (1965), karya ini membahas konsep

sunnah, ijtihad, dan ijma’. Intisari dari buku tersebut adalah pemikiran bahwa

dalam perjalanan sejarah telah terjadi pergeseran dari otoritas sunnah Nabi

menjadi sunnah yang hidup dan akhirnya menjadi hadits.

Menurut Fazlur Rahman, sunnah Nabi merupakan sunnah yang ideal,

sunnah yang hidup merupakan interpretasi dan implementasi kreatif para

sahabat dan tabi’in terhadap sunnah ideal tersebut. Sedangkan hadits

merupakan upaya penuturan sunnah dalam suatu catatan. Dari sunnah

tersebut, ia ingin membangun kembali mekanisme “Sunnah-Ijtihad-Ijma’”.

Buku kedua yang dihasilkan Fazlur Rahman dalam periode ini adalah berjudul

Islam (1966) buku ini merupakan upaya Fazlur Rahman dalam menyajikan

sejarah perkembangan Islam secara umum, yaitu kira-kira selama empat belas

abad keberadaan Islam. Dalam buku ini, Fazlur Rahman lebih dominan

mengemukakan kritik historis, di samping sedikit memberikan harapan dan

saran-saran.14

Periode ketiga disebut dengan periode Kematangan, karya-karya

intelektual Fazlur Rahman sejak kepindahannya ke Chicago (1970) mencakup

hampir seluruh kajian Islam normatif maupun historis. Dalam periode ini ia

14 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas (Studi atas Pemikiran Hukum

Fazlur Rahman), Bandung: Mizan, 1989, hal. 123-124.

Page 68: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

56

berhasil menyelesaikan beberapa buku; pertama, Philosophy of Mulla Sadra

Shirazi (1975), buku ini merupakan kajian historis Fazlur Rahman terhadap

pemikiran Shadr al-Din al-Shirazi (Mulla Sadra). Di dalamnya

mengungkapkan tentang sanggahan bahwa tradisi filsafat Islam telah mati

setelah diserang bertubi-tubi oleh al-Ghazali untuk membantah pandangan

sarjana barat modern yang keliru tentang hal tersebut.

Buku kedua, Major Themes of Qur’an (1980), buku ini berisi delapan

tema pokok al-Qur’an, yaitu; Tuhan, Manusia sebagai Individu, Manusia

sebagai anggota Masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi,

setan dan kejahatan, serta lahirnya masyarakat muslim. Melalui karya ini,

Fazlur Rahman berhasil membangun suatu landasan filosofis yang tegar untuk

perenungan kembali makna dan pesan al-Qur’an bagi kaum muslimin

kontemporer. Buku ketiga yang dihasilkan Fazlur Rahman adalah "Islam and

Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (1982).”15

Dalam

buku ini Fazlur Rahman berbicara tentang pendidikan Islam dalam perspektif

sejarah dengan al-Qur’an sebagai kriteria penilai.

Buku terakhir yang dihasilkan oleh Fazlur Rahman adalah Health and

Medicine in Islamic Tradition (1987). Buku ini berusaha memotret kaitan

antar organis antara Islam sebagai sistem kepercayaan dan Islam sebagai

sebuah tradisi pengobatan manusia. Dengan menjelajahi teks-teks al-Qur’an

15 Ibid,. h. 136.

Page 69: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

57

dan Hadits Nabi serta sejarah kaum muslim, Fazlur Rahman memperlihatkan

bahwa perkembangan ilmu pengobatan dalam tradisi Islam digerakkan oleh

motivasi etika agama dan keyakinan, bahwa mengobati orang sakit adalah

bentuk pengabdian kepada Allah. Di samping itu, Fazlur Rahman juga

menunjukan bahwa tergesernya ilmu pengobatan Islam oleh ilmu pengobatan

barat telah memunculkan problem etis, yaitu hilangnya dimensi religius-

spiritual dalam pengobatan manusia.16

B. Pemikiran Fazlur Rahman mengenai Zakat sebagai Pajak

Fazlur Rahman dikenal sebagai seorang tokoh intelektual Islam

modern yang ternama. Salah satu pemikirannya yaitu mengenai zakat dan

pajak. Pada awal 1966, Fazlur Rahman menyarankan pemerintah Pakistan,

lewat Dewan Penasehat Ideologi Islam, bahwa struktur perpajakan sebaiknya

dirasionalkan dan diefisienkan dengan menerapkan kembali zakat,

membenahi kembali tarifnya mengingat makin melambungnya anggaran

belanja pemerintah, dan memperluas cakupannya kepada sektor investasi

kekayaan sehingga dapat memperbaiki motivasi Islami para pembayar pajak

dan meminimalkan pengelakan pembayaran pajak.

Saran Fazlur Rahman didasarkan pada penafsirannya terhadap rincian

distribusi zakat dalam surat at-Taubah: 60 yang merupakan pengejawantahan

salah satu prinsip keadilan sosial dan ekonomi dalam QS. al-Hasyr: 7 yang

menyatakan bahwa kekayaan tidak boleh beredar hanya dikalangan orang-

16 Ali Masrur, Loc. Cit.

Page 70: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

58

orang kaya. Fazlur Rahman berpandangan bahwa kategori-kategori yang

ditetapkan dalam QS. al-Taubah: 60 tersebut sedemikian luasnya sehingga

merangkum seluruh aktivitas negara. Kesejahteraan sosial dalam arti luas,

yang diisyaratkan oleh ayat tersebut meliputi membantu orang-orang yang

terjerat hutang, gaji pegawai administratif (kolektor pajak), pengeluaran

diplomasi (untuk menarik hati orang-orang ke dalam islam), pertahanan,

pendidikan, komunikasi dan kesehatan.17

Tetapi ketika saran tersebut

disiarkan melalui harian nasional berbahasa Urdu, mulai 16 Mei 1966 dan

seterusnya maka suatu kontroversi berskala nasional kembali meledak.

Oposisi dari kalangan ulama demikian hebatnya, sehingga anggota-anggota

Dewan Penasihat Ideologi Islam, termasuk ‘Ala Al-Din Shiddiqi (pemimpin

Dewan Penasihat Ideologi Islam) mengeluarkan pernyataan pers bahwa

mereka maupun Dewan Penasihat tidak terlibat atau bertanggungjawab atas

pandangan Fazlur Rahman.

Lebih jauh Fazlur Rahman menyatakan bahwa:

Zakat was the only permanent tax envisaged by the qur’an and

the prophet, that the statement of the items of its expenditure in

the qur’an is so comprehensive that, for that period, it contains

all the areas of public expenditures from defense through

communications (welfare of the “wayfarers” as the Qur’an has

it), to social welfare, and that, therefore, the muslims might

consider adjusting somewhat the zakat-rate and the basis of its

collection to modern needs. 18

17 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, Terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Penerbit

Pustaka, 1995, hal. 60-61 18 Fazlur Rahman, “Some Islamic Issues in the Ayyub Khan Era”, Essays on Islamic

Civilization, ed. Donald P. Little, Leiden: E.J. Brill, 1976, hal. 295.

Page 71: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

59

Perlu adanya langkah penyesuaian (readjustment) tarif zakat selaras

dengan kebutuhan kontemporer yang dapat diaplikasikan sebagai pengganti

pajak-pajak sekuler di negara-negara Islam. Ini sekaligus akan memberi

motivasi religius kepada para wajib pajak.19

Menurut Fazlur Rahman pada saat itu cakupan zakat disalah pahami,

zakat dipahami sebagai pajak kekayaan yang dikenakan terhadap kekayaan

seseorang yang tertimbun dan merupakan surplus (tidak terhadap pendapatan

tahunan sebagaimana pendapat beberapa penulis). Khususnya dalam periode

modern, zakat lantas murni menjadi santunan yang bersifat sukrela, sedang

kedudukannya yang dulu diganti oleh pajak sekuler yang datang dari negara

modern. Fazlur Rahman sangat menyayangkan sikap ulama yang menolak

langkah penyesuaian tarif zakat dengan dalih apabila zakat tidak dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat Islam, pemerintah dapat menetapkan pajak

lainnya. Penetapan pajak-pajak yang tidak islami ini, bagi Fazlur Rahman

merupakan esensi sekularisme.20

Kalangan modernis Pakistan, pada ujung kontroversi ini, menyalahkan

Fazlur Rahman bahwa ia terlalu tergesa-gesa mengadakan perubahan dalam

praktek zakat yang telah mapan. Mereka memang sepakat dengan Fazlur

Rahman, tetapi mereka menghendaki secara bertahap yaitu:

19 Taufik Adnan Amal, Op.cit., hal. 218. 20 Fazlur Rahman, Op.cit., hal. 119-120. Lihat juga artikelnya, “Islam Modernism”, hal. 327-

328.

Page 72: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

60

1. Pemerintah dapat mengumpulkan zakat berdasarkan kesukarelaan.

2. Pemerintah mengubah zakat menjadi pajak formal.

3. Selanjutnya seluruh sistem perpajakan dimasukkan ke dalam naungan

zakat dengan mengubah strukturnya seperti yang disarankan Fazlur

Rahman.

Fazlur Rahman sendiri menilai bahwa kalangan modernis demikian

pula dengan kalangan ulama terlalu kaget melihat formulasi intelektual Fazlur

Rahman tentang zakat, karena sepanjang menyangkut sisi praktisnya, Fazlur

Rahman tidak menyarankan suatu perubahan seketika dalam sistem

perpajakan, sebab hal ini hanya mungkin dilakukan di bawah suatu rezim

modernis yang luar biasa adikaryanya.21

Tetapi, terdapat tuntutan yang umum dikalangan masyarakat muslim

untuk memperbaharui zakat menjadi pajak. Ini dibuktikan dalam dua

konstitusi Pakistan yang terakhir, dan beberapa negara Timur Tengah pun

telah mendirikan lembaga (kantor) untuk mengatur pembayaran zakat secara

kolektif. Namun dalam ekonomi yang sedang berkembang, para industrialis

besar biasanya bisa mengelak darinya manakala zakat masih dipahami dalam

pengertian Abad Pertengahan. Sebab, mereka biasanya punya tanggungan

utang yang besar terhadap bank dan sedikit punya surplus uang tunai (dan

21Fazlur Rahman, “Some Islamic Issues in The Ayyub Khan Era,” Loc.cit.,; dan artikelnya,

“Islamic Modernism: Its Scope, Method and Alternatives,” International Journal of Middle Eastern

Studies, vol. 1, 1970, hal. 327-328.

Page 73: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

61

karena itu bisa dikategorikan “debitur”). Fenomena yang lebih menyakitkan

lagi adalah bahwa banyak orang-orang termasuk para industrialis mengelak

untuk membayar pajak “sekuler” Negara dan mengurangi rasa kesadaran

mereka dengan membayar zakat yang bebannya sedikit.22

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemikiran Fazlur Rahman

1. Aspek Ekonomi

Latar belakang aspek ekonomi yang melatar belakangi pemikiran

Fazlur Rahman disebabkan makin melambungnya anggaran belanja

pemerintah Pakistan pada saat itu. Ketidakstabilan keadaan politik Pakistan

pada tahun 1965 yang disebabkan kekalahan perang menghadapi India

membuat Pakistan terpuruk, sehingga juga berpengaruh pada bidang ekonomi.

Selain itu, pemikiran Fazlur Rahman lahir disebabkan banyaknya pengelakan

terhadap pajak. Mayoritas penduduk Pakistan adalah Muslim, mereka

menganggap pajak adalah pengaruh pemikiran Barat, sehingga banyak terjadi

pengelakan pajak. Oleh karena itu, Fazlur Rahman ingin merasionalkan dan

mengefisienkan sistem perpajakan dengan membenahi sistem zakat.

2. Aspek Sosial

Pakistan, sebuah negara yang didirikan bagi umat Islam,

diproklamirkan pada tanggal 15 Agustus 1947. Kelahiran negara ini

merupakan buah perjuangan umat Islam yang panjang di India untuk

22 Fazlur Rahman, “Islamic Modernism: Its Scope, Method and Alternatives,” Op.cit., hal.

328.

Page 74: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

62

melepaskan diri dari dominasi mayoritas umat Hindu. Negara Pakistan yang

diimpikan para arsiteknya adalah sebuah negara ideologis, dimana kaum

muslimin mampu menerapkan ajaran Islam dan hidup selaras dengan

petunjuknya. Lebih jauh negara baru ini merupakan negara demokrasi dengan

konsep kedaulatan rakyat sebagai basisnya. Oleh karena itu, ijma’ sebagai

pelaksanaan ijtihad kolektif dipandang perlu sehingga disetujuilah para ulama

masuk ke dalam dewan legislatif untuk membantu dan memimpin

perbincangan-perbincangan tentang masalah yang bertalian dengan hukum,

setidak-tidaknya dalam tingkatan peralihan hingga hukum Islam telah

dimodernisasi. Ide-ide inilah yang kemudian menjadi basis pemikiran politik

kaum modernis muslim Pakistan.

Fazlur Rahman hidup di tengah-tengah pertarungan ketat antara

golongan-golongan modernis dan fundamentalis yang merumuskan sebuah

Negara Islam Pakistan. Pertarungan ini berawal dari gagasan modernis, seperti

Iqbal. Ia merumuskan suatu konsepsi kenegaraan Islam dalam bingkai term-

term ideologi modern ketika Pakistan belum merdeka, kemudian

dikemukakan pada sidang tahunan Muslim League di akhir 1930. Konsepsi

Iqbal ini pada dasarnya adalah sebagai kelanjutan dari gagasan Sir Sayyid

Ahmad Khan dan Maulana Muhammad ‘Ali. Secara personal, Iqbal mencela

ide-ide sekuler negara modern semisal nasionalisme, sosialisme, komunisme,

demokrasi, dan jargon Barat sekuler lainnya. Sebagai solusinya, Iqbal

Page 75: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

63

menganggap bahwa Islam menjadi obat penawar bagi penyakit-penyakit

manusia.23

Ide Iqbal ini, tentu saja tidak serta-merta diterima oleh ulama, karena

tampaknya tidak memaksimalkan peran mereka di lembaga pemerintahan,

bahkan akan mengebiri mereka. Akhirnya, mereka mengusulkan sebuah

negara yang didasarkan atas teori-teori politik tradisional Islam (khilafah dan

imamah), sebagaimana yang pernah diberlakukan pada periode Islam awal.

Akan tetapi, apa yang diinginkan oleh para perancang Pakistan adalah negara

demokrasi, maka ulama harus mencari cara di mana konsep-konsep ideal

kenegaraannya dapat selaras dengan nilai-nilai demokrasi.24

Di samping kalangan ulama yang bersikeras menolak paham

modernis, terdapat kaum fundamentalis yang salah seorang tokoh yang ada

dibelakangnya adalah Abu A’la al-Maududi. Tokoh ini menyebut “negara

Islam-nya”dengan “kerajaan Tuhan” (illah al-hukumat). Di samping kalangan

tradisionalis dan fundamentalis yang dihadapi kalangan modernis, ada juga

23 Namun demikian, Iqbal memiliki konsepsi yang sama sekali berbeda, dalam memandang

“Islam” sebagai sebuah agama, dengan ulama-ulama yang selama ini menjadi pengayom bagi

masyarakat Muslim Pakistan. Sekalipun Iqbal mengusulkan tebentuknya sebuah Negara Islam Pakistan

yang merdeka dan berdaulat, namun ia membedakan antara Islam dan sebagai dasar hukum

kenegaraan dengan teokrasi yang mengandung makna fanatisme. Inilah ide dasar Iqbal yang kelak

mendasari pemikiran politik kalangan modernis 24 Sibawaihi, Eskatologi al-Ghazali dan Fazlur Rahman: Studi Komparatif Epistemologi

Klasik Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Islamika, 2004, hal. 47

Page 76: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

64

kalangan sekularis yang menuntut Pakistan menjadi suatu negara sekuler

modern tanpa mengacu sama sekali pada prinsip-prinsip Islam.25

Uraian-uraian di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa negara

Pakistan yang diimpikan para arsiteknya adalah sebuah negara ideologis,

negara di mana kaum Muslim mampu menerapkan ajaran Islam dan mampu

hidup dengan petunjuknya. Lebih jauh, negara baru ini merupakan sebuah

negara demokrasi dengan konsep kedaulatan rakyat sebagai basisnya.26

Dengan adanya pertarungan ideologi ini, Fazlur Rahman tampil dan

mengemukakan gagasan-gagasan pembaruannya. Selain merupakan respon

terhadap kontroversi akut di Pakistan, juga secara baik mewakili sudut

pandang kubu modernis, sekalipun pada akhirnya berbagai interpretasi dari

kalangan kubu modernis. Tetapi paling tidak, itulah setting historis yang

melatar belakangi seorang Fazlur Rahman dan turut membentuk gagasan-

gagasannya serta ikut pula menentukan jalan hidupnya di kemudian hari.27

3. Aspek Intelektual

Setelah tiga tahun di Kanada, Fazlur Rahman memulai proyek paling

ambisius dalam hidupnya yang kemudian menjadi titik tolak dalam karirnya.

Pakistan, di bawah jendral Ayyub Khan, mulai memperbarui usahanya pada

pembentukan politik dan identitas negara. Antusias Fazlur Rahman sendiri

25 Ibid., hal. 48 26 Taufik Adnan Amal, Op.cit., hal. 57 27 Sibawaihi, Op. cit., hal. 48-49

Page 77: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

65

terhadap masalah ini bisa dibuktikan dari kenyataan bahwa ia meninggalkan

karir akademiknya yang bergengsi di Kanada demi tantangan yang

menghadang di Pakistan. Pada awal-awal pembentukan Pusat Lembaga Riset

Islam (Central Institute of Islamic research), ia memulai menjadi profesor

tamu dan kemudian menjadi direktur selama satu periode (1961-1968). Di

samping sebagai direktur di lembaga ini, Fazlur Rahman juga bekerja pada

Dewan Penasihat Ideologi Islam (Advisory Council of Islamic Ideology),

sebuah badan pembuat kebijakan tertinggi di Pakistan. Pada sisi lain dengan

posisi sebagai direktur lembaga riset, Fazlur Rahman memprakarsai

penerbitan Journal of Islamic Studies yang hingga kini masih terbit secara

berkala dan merupakan jurnal ilmiah keagamaan bertaraf internasional.

Penunjukan Fazlur Rahman untuk mengepalai lembaga tersebut

kurang mendapat restu dari kalangan ulama tradisional. Menurut mereka,

jabatan direktur lembaga tersebut seharusnya merupakan hak istimewa ulama

yang terdidik secara tradisional. Sementara Fazlur Rahman dianggap sebagai

kelompok modernis dan telah banyak terkontaminasi dengan pikiran-pikiran

Barat. Dengan kondisi awal semacam ini dapat dimaklumi jika selama

kepemimpinan Fazlur Rahman, lembaga riset tersebut selalu mendapat

tantangan keras dari kalangan tradisionalis dan fundamentalis (neo-revivalis).

Puncak dari tantangan ini meletus ketika dua bab pertama dari karya

pertamanya, Islam diterjemahkan ke dalam Bahasa Urdu dan dipublikasikan

pada jurnal Fikr-u-Nazr. Ketegangan-ketegangan ini terus berlanjut ditambah

Page 78: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

66

dengan ketegangan politik antara ulama tradisional dengan pemerintah di

bawah kepemimpinan Ayyub Khan yang dapat digolongkan modernis.

Akhirnya pada saat-saat inilah, Fazlur Rahman merasa terpaksa “hengkang”

dari Pakistan.28

Setelah mengakhiri jabatannya selaku anggota Dewan Penasihat

Ideologi Islam Pemerintah Pakistan, Fazlur Rahman hijrah ke Amerika dan

sejak tahun 1970 menjabat sebagai Guru Besar Kajian Islam dalam berbagai

aspeknya di Departemen of Near Eastern Languages and Civilazition,

University of Chicago. Kepindahannya ke Chicago salah satu pusat studi

Islam terkemuka di Amerika Serikat yang juga merupakan salah satu sarang

Orientalisme Barat tentu saja menimbulkan tanda Tanya besar. Tampaknya

oposisi yang tak sehat dari kalangan tradisionalis dan fundamentalis Pakistan

terhadapnya telah membuat Fazlur Rahman menyadari bahwa negeri asalnya

itu, demikian juga dengan negeri-negeri Muslim lainnya belum siap

menyediakan lingkungan kebebasan intelektual yang bertanggung jawab.

Menurut Fazlur Rahman, “Vitalitas kerja intelektual pada dasarnya

bergantung pada lingkungan kebebasan intelektual, karena pemikiran bebas

dan pemikiran merupakan dua patah kata yang sinonim dan seseorang tidak

dapat berharap bahwa pemikiran akan bisa tetap hidup tanpa kebebasan

pemikiran Islam. Begitu halnya seluruh pemikiran juga membutuhkan suatu

28 Sibawaihi, Op. cit., hal. 52-53

Page 79: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

67

kebebasan yang dengannya perbedaan pendapat, konfrontasi pandangan-

pandangan, dan perdebatan antara ide-ide dijamin”, karena di Barat kebebasan

intelektual itu diperoleh Fazlur Rahman, maka tentu saja ia tidak segan-segan

hijrah ke sana daripada berkembang di Pakistan atau di negeri-negeri Muslim

lainnya yang “belum dewasa” secara intelektual.29

D. Metode Pemikiran Fazlur Rahman dalam Penetapan Zakat sebagai

Pajak

Fazlur Rahman dikenal sebagai seorang pemikir neo-modernis yang

paling serius dan produktif dan juga sebagai seorang tokoh intelektual Muslim

yang memiliki latar belakang yang menarik. Fazlur Rahman memiliki latar

belakang tradisi keilmuan yang bertentangan, keilmuan madrasah India

Pakistan yang tradisional dan keilmuan Barat yang liberal, keduanya

berpengaruh dalam membentuk intelektualismenya.

Fazlur Rahman dilahirkan di Pakistan, suatu negara ideologis, negara

di mana kaum muslim mampu menerapkan ajaran islam dan hidup selaras

dengan berbagai petunjuk. Negara Pakistan merupakan suatu negara yang

baru muncul pada tahun 1947 yang merupakan negara demokrasi dengan

konsep kedaulatan rakyat sebagai basisnya.30

Meskipun Fazlur Rahman

terdidik dalam lingkungan tradisional, sikap kritis mengantar jati dirinya

sebagai seorang pemikir yang berbeda dengan kebanyakan alumni madrasah.

29 Taufik Adnan Amal, Op.cit, hal. 104. 30 Ibid., hal. 57

Page 80: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

68

Sikap kritis yang menggambarkan ketidakpuasannya terhadap sistem

pendidikan tradisional, terlihat dengan keputusannya melanjutkan studi ke

Barat di Universitas Oxford Inggris. Keputusan tersebut merupakan awal

sikap kontroversinya yang mendapat kecaman keras dari kalangan ulama-

ulama Pakistan kala itu yang memandang negatif setiap kecenderungan ke

Barat, sekalipun sikap tersebut ditempuh demi kebaikan dan kemajuan umat

Islam.31

Rupanya Fazlur Rahman senasib dengan Sayyid Ahmad Khan, yang

jauh sebelum Fazlur Rahman, pernah menerima kecaman serupa lantaran

sikapnya yang pro terhadap politik Inggeris di India, dan lantaran

pemikirannya yang rasional ia dituduh oleh para ulama sebagai seorang

kafir.32

Sekembalinya ke tanah airnya, Pakistan, pada tahun 1962, ia diangat

sebagai Direktur pada Institute of Islamic Research. Belakangan, ia juga

diangkat sebagai anggota Advisory Council of Islamic Ideology oleh

Pemerintah Pakistan pada tahun 1964. Lembaga tersebut bertujuan untuk

menafsirkan Islam dalam term-term rasional dan ilmiah dalam rangka

menjawab tantangan kebutuhan-kebutuhan masyarakat modern yang

progresif. Sedangkan Dewan Penasihat Ideologi Islam bertugas meninjau

seluruh hukum, baik yang sudah maupun yang belum ditetapkan, dengan

31 Ghufron A. Mas‘udi, Op.cit., hal. 15 32 Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1992, hal.168

Page 81: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

69

tujuan menyelaraskannya dengan al-Quran dan Sunah. Kedua lembaga ini

memiliki hubungan kerjasama yang erat, karena Dewan Penasihat bisa

meminta lembaga riset untuk mengumpulkan bahan-bahan dan mengajukan

saran mengenai rancangan undang-undang.33

Karena tugas yang diemban oleh kedua lembaga inilah Fazlur Rahman

intens dalam usaha-usaha menafsirkan kembali Islam untuk menjawab

tantangan masa itu. Tentu saja gagasan-gagasan liberal Fazlur Rahman, yang

mempresentasikan kaum modernis, selalu mendapat serangan dari kalangan

ulama tradisionalis dan fundamentalis di Pakistan. Ide-idenya di seputar riba

dan bunga bank, sunah dan hadits, zakat, proses turunnya wahyu al-Quran,

fatwa mengenai kehalalan binatang sembelihan secara mekanis dan lain-lain,

telah meledakkan kontroversi-kontroversi berskala nasional yang

berkepanjangan. Bahkan pernyataan Fazlur Rahman dalam karya magnum

opus-nya, bahwa Alquran itu secara keseluruhan adalah kalam Allah dalam

pengertian bisa juga seluruhnya adalah perkataan Muhammad, telah

menghebohkan media massa selama kurang lebih setahun. Banyak media

yang menyudutkannya. Al-Bayyinat, media kaum fundamentalis, misalnya,

menetapkan Fazlur Rahman sebagai "munkir al-Qur’ân". Puncak kontroversi

33 Taufik Adnan Amal, "Fazlur Rahman dan Usaha-Usaha Neo-Modernisme Islam Dewasa

ini" dalam Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif: Neomodernisme Islam Fazlur Rahman (Terj.). Cet.

ke-5. Mizan: Bandung, 1993, hal. 13-14

Page 82: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

70

ini adalah demonstrasi massa dan aksi mogok total, yang menyatakan protes

terhadap buku tersebut.

Tampak jelas, Fazlur Rahman banyak terinspirasi oleh tindakan-

tindakan kebijaksanaan Umar bin Khattab yang kreatif dan inovaif. Sepintas

lalu tindakan-tindakannya itu seakan-akan merupakan penyimpangan, namun

sebenarnya ia menghidupkan ruh al-Quran dan sunnah.34

Dengan demikian,

Fazlur Rahman bukanlah seorang tokoh parsial dalam aspek pemikiran

tertentu, tetapi ia hampir-hampir menguasai segala aspek pemikiran Islam

dalam posisi yang seimbang, Keseluruhan pemikirannya merupakan wujud

kesadarannya akan krisis yang dihadapi dunia Islam dewasa ini yang sebagian

besar berakar dari sejarah Islam sendiri, dan sebagian lainnya dari tantangan

modernitas. Dengan dorongan penuh tanggung jawab terhadap Islam, umat

dan masa depan mereka di tengah-tengah tantangan modernitas dewasa ini,

Fazlur Rahman mengabdikan potensi intelektualnya untuk mengatasi krisis

tersebut.35

Dalam menghadapi perkembangan islam kontemporer membuat

Fazlur Rahman berpikir keras dalam menemukan pre-skripsi yang mampu

mengatasi problem yang muncul. Oleh karena itu, menurut Fazlur Rahman

perlu dilakukan reinterpretasi pesan al-Qur’an. Menurut Fazlur Rahman,

34 Fazlur Rahman, Islam Modern Tantangan Pembaruan Islam Terjemahan oleh Rusdi Karim

& Hamid Basyaib, Cet. ke-1, Yokyakarta: Salahuddin Press, 1987, hal. 4 35 Ibid., hal. 31-32

Page 83: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

71

untuk melakukan reinterpretasi al-Qur’an tersebut diperlukan seperangkat

metodologi yang sistematis dan komprehensif. Secara global, proses

interpretasi dilakukan melalui mekanisme gerakan ganda (double movement)

yaitu bertolak dari situasi kontemporer menuju situasi al-Qur’an diturunkan,

kemudian kembali lagi ke situasi yang dihadapi sekarang.36

Karena seperti

disinyalir Fazlur Rahman, al-Qur’an merupakan respon Ilahi, yang

disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW terhadap situasi sosial-moral

masyarakat Arab. Metode double movement memiliki dua gerakan, yaitu:

1. Gerakan pertama

Gerakan pertama dari metode double movement terdiri dari dua

langkah, pada dasarnya merupakan penjabaran dari tiga pendekatan

pemahaman dan penafsiran Alquran, yaitu pendekatan historis, kontekstual,

dan sosiologis. Agaknya gerakan pertama ini lebih dikhususkan terhadap ayat-

ayat hukum. Rumusan gerakan pertama ini diungkapkan sebagai berikut:

Langkah pertama, orang harus memahami arti atau makna

suatu pernyataan (ayat) dengan mengkaji stuasi atau problema historis

di mana pernyataan Alquran tersebut merupakan jawabannya. Tentu

saja sebelum mengkaji ayat-ayat spesifik dalam situasi-situasi

spesifiknya, suatu kajian situasi makro dalam batasan-batasan

masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga bahkan keseluruhan

kehiupan masyarakat di Arabia pada saat Islam datang dan khususnya

di Makkah dan sekitarnya, harus dilakukan terlebih dahulu. Langkah

kedua, adalah menggeneralisasikan respon-respon spesifik tersebut

dan menyatakannya sebagai ungkapan-ungkapan yang memiliki tujuan

moral sosial umum, yang dapat disaring dari ungkapan ayat-ayat

36 Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition,

(Chicago and London: The University of Chicago, 1982), hal. 5

Page 84: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

72

spesifik dalam sinar latar belakang sosio-historis dan dalam sinar

"rationes leges" ('illat hukm) yang sering digunakan. Benarlah bahwa

langkah pertama yaitu memehami makna dari suatu pernyataan

spesifik –sudah memperlihatkan ke arah langkah kedua – dan

membawa kepadanya. Selama proses ini perhatian harus ditujukan

kepada ajaran Alquran sebagai suatu keseluruhan, sehingga setiap arti

tertentu yang dipahami, setiap hukum yang dinyatakan, dan setiap

tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Alquran

sendiri menda'wakan secara pasti bahwa "ajaran tidak mengandung

kontradiksi", melainkan koheren dengan keseluruhan.37

Ide pokok yang terkandung dalam gerakan pertama, sebagaimana

dikutip di atas adalah penerapan metode berpikir induktif: "berpikir dari ayat-

ayat spesifik menuju kepada prinsip", atau dengan kata lain adalah "berpikir

dari aturan-aturan legal spesifik menuju pada moral sosial yang bersifat umum

yang terkandung di dalamnya. Terdapat tiga perangkat untuk dapat

menyimpulkan prinsip moral-sosial. Pertama adalah perangkat ilat hukum

(ratio logis) yang dinyatan dalam Alquran secara eksplisit; kedua, ilat hukum

yang dinyatakan secara implisit yang dapat diketahui dengan cara

menggeneralisasikan beberapa ungkapan spesifik yang terkait; ketiga adalah

perangkat sosio-historis yang bisa berfungsi untuk menguatkan ilat hukum

implisit untuk menetapkan arah maksud tujuannya, juga dapat berfungsi untuk

membantu mengungkapkan ilat hukum beserta tujuannya yang sama sekali

tidak dinyatakan.38

2. Gerakan kedua

37Ghufron A. Mas’adi, Op.cit., hal.152. 38 Ibid., hal.153.

Page 85: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

73

Gerakan kedua merupakan upaya perumusan prinsip-prinsip umum,

nilai-nilai dan tujuan-tujuan Alquran yang telah disistematisasikan melaui

gerakan pertama terhadap situasi dan atau kasus aktual sekarang. Rumusan

gerakan kedua ini dinyatakan Fazlur Rahman sebagai berikut:

Gerakan kedua harus dilakukan dari pandangan umum (yaitu

yang telah disistematisasikan melalui gerakan pertama) menjadi

pandangan-pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan

direalisasikan sekarang ini. Artinya, ajaran-ajaran yang bersifat umum

tersebut harus dirumuskan dalam konteks sosio-historis yang konkrik

sekarang ini. Sekali lagi kerja ini memerlukan kajian yang cermat atas

situasi sekarang dan analisis berbagai unsur komponennya, sehingga

kita dapat menilai situasi sekarang yang diperlukan dan menentukan

prioritas-prioritas baru untuk bisa mererapkan nilai-nilai Alquran

secara baru pula.39

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa dalam gerakan kedua ini terdapat

dua kerja yang saling terkait. Pertama adalah kerja merumuskan prinsip

umum Alquran menjadi rumusan-rumusan spesifik, maksudnya yang

berkaitan dengan tema-tema khusus, misalnya prinsip ekonomi qurani; prinsip

demokrasi qurani; prinsip hak-hak asasi qurani dan lain-lain, di mana rumusan

prinsip-prinsip tersebut harus mempertimbangkan konteks sosio-historis yang

konkrit, dan bukan rumusan spekulatif yang mengawang-awang, kerja

pertama tidak mungkin terlaksana kecuali disertai kerja kedua yaitu

pembahasan secara akurat terhadap kehidupan actual yang sedang

berkembang dalam segala aspeknya: ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain.

Kenyataan kehidupan aktual suatu masyarakat atau bangsa memiliki corak-

39Fazlur Rahman, Islam Modern Tantangan Pembaruan Islam, Op.cit., hal. 7

Page 86: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

74

corak tertentu yang bersifat situasional dan kondisional. Selain itu, ia sarat

akan perubahan-perubahan. Oleh karena itu, tanpa pencermatan situasi dan

kondisi aktual, akan cenderung kepada upaya pemaksaan prinsip-prinsip

qurani, sedangkan yang diinginkan Fazlur Rahman bukanlah seperti itu,

melainkan hanyalah "perumusan" prinsip umum Alquran dalam konteks

sosio-historis aktual. Bahkan suatu prinsip tidak dapat diterapkan sebelum ia

dirumuskan kembali.

Operasionalisasi metode double movement diantaranya yaitu

penumbuhan etika al-Qur’an ke dalam konteks kontemporer. Hal ini

merupakan gerakan kedua dari metode tafsir yang digagas Fazlur Rahman.

Mekanisme penumbuhan ini meliputi modifikasi aturan-aturan lama selaras

dengan situasi kontemporer, asalkan tidak memperkosa prinsip-prinsip yang

telah disistematisasikan ke dalam etika al-Qur’an. Namun sebelumnya, perlu

dilakukan kajian dan analisis terhadap situasi kontemporer beserta berbagai

komponennya demi kesuksesan penumbuhan etika al-Qur’an.40

Adapun prinsip yang dapat direduksi dari etika al-Qur’an adalah

prinsip keadilan sosial dan ekonomi. Melalui prinsip ini, aturan lama akan

dimodifikasi selaras dengan situasi kontemporer. Demikian juga dengan hal-

hal yang ada dalam situasi kontemporer akan dirubah senada dengan prinsip-

prinsip tersebut.

40 Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, Op.cit.,

hal. 7.

Page 87: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

75

Salah satu prinsip keadilan sosial dan ekonomi yang diletakkan al-

Qur’an adalah mengenai distribusi zakat (QS. Al-Hasyr: 7). Sebagai korelasi

prinsip ini, al-Qur’an menetapkan zakat yang tujuan-tujuannya (siapa saja

yang berhak menerima) dirinci dalam QS. At-Taubah: 60. Fazlur Rahman

berpandangan bahwa kategori-kategori yang ditetapkan dalam ayat tersebut

sedemikian luasnya sehingga merangkum seluruh aktivitas Negara.

Kesejahteraan sosial dalam arti yang tidak hanya mencakup seperti yang

tertera dalam QS.At-taubah ayat 60 secara tekstual, melainkan yang

diisyaratkan oleh ayat tersebut meliputi kebutuhan negara.

Page 88: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

76

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMIKIRAN

FAZLUR RAHMAN TENTANG ZAKAT SEBAGAI PAJAK

A. Analisis Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap Penetapan Zakat Sebagai

Pajak

Lahirnya pemikiran Fazlur Rahman tidak berasal dari ruang hampa

tanpa ada dialektika dengan realitas sosial. Dengan demikian sangat

dimungkinkan adanya pengaruh yang ikut mendorong lahirnya gagasan

tentang zakat sebagai pajak. Salah satu pemikiran Fazlur Rahman yaitu

mengenai zakat sebagai pajak. Fazlur Rahman menganggap bahwa zakat

adalah the only tax imposed by the Qur’an1 (pajak yang diberlakukan oleh al-

Qur’an).

Pemikiran Fazlur Rahman mengenai zakat sebagai pajak, berlainan

dengan pemikiran Masdar Farid Mas’udi yang mengatakan pajak itu zakat.

Tentang pelaksanaan zakat. Masdar mengatakan bahwa seperti halnya ruh dan

badan, zakat dan pajak memang berbeda, tetapi bukan terpisah. Zakat adalah

ruh dan pajak adalah badannya sebagai konsep keagamaan, zakat bersifat

ruhaniah dan personal, sementara konsep kelembagaan dari zakat itu sendiri

yang bersifat sosial, tidak lain pada apa yang kita kenal selama ini dengan

1Fazlur Rahman,“Islamic Modernism: It’s Scope, Method and Alternatives,” International

Journal of Middle Eastern Studies, vol. 1, 1970, hal. 327.

Page 89: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

77

sebutan pajak. Dalam pandangan Masdar zakat sesungguhnya adalah ajaran

moral atau etika transendental untuk pajak serta pembelanjaannya yang pada

gilirannya juga untuk negara.2 Menurut analisis penulis, pendapat Masdar

lebih menekankan untuk pembayaran pajak, dengan alasan bahwa pajak itu

zakat; uang Allah untuk kemaslahatan rakyat. Sedangkan menurut Fazlur

Rahman zakat merupakan suatu pajak yang didasarkan pada al-Qur’an.

Perintah zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak

terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dari aspek al-

adalah al-ijtima>’iyah (keadilan sosial). Implikasi zakat dapat meminimalisir

kesenjangan sosial dalam masyarakat, sebab zakat diharapkan dapat

meningkatkan dan menumbuhkan perekonomian baik individu maupun

masyarakat. Hal ini perlu dibuktikan dengan logika ekonomi (kebijakan

fiskal), karena masih banyak orang yang menganggap bahwa zakat

merupakan faktor pengurang pendapatan kena pajak seseorang. Untuk itu,

para ekonom Islam dan ahli hukum Islam harus mampu menjelaskan dengan

nalar yang dapat diterima oleh masyarakat yang lebih mengedepankan

rasionalitas (masyarakat sekuler).

Ijtihad dalam masalah zakat telah dilakukan pada masa khulafaur

rasyidin. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar terjadi pembangkangan

masyarakat dalam membayar zakat. Abu Bakar berpendapat untuk

2 Masdar F. Mas’udi, Menggagas Ulang Zakat sebagai Etika Pajak dan Belanja Negara

untuk Rakyat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005, hal.70.

Page 90: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

78

memerangi mereka. Abu Bakar banyak mendapat kritik dari Sahabat

yang lain, terutama Umar yang mengatakan bahwa jika seseorang masih

mengucap dua kalimat syahadat, maka tidak boleh diperangi. Namun

demikian, Abu Bakar tetap bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya

hingga akhirnya para Sahabat yang lain menyetujui dan mengakui

kebenarannya. Menurut penulis, sebagai kepala negara saat itu, sikap Abu

Bakar untuk memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat adalah

tindakan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan keadaan. Karena jika

sumber dana terkurangi, hal itu akan berpengaruh pada keberlangsungan

pemerintahan serta mengakibatkan terhalanginya kaum lemah untuk

mendapatkan haknya.

Pada masa Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau tidak

memberikan bagian zakat kepada muallaf, padahal dalam al-Qur`an surat

at-Taubah: 60 disebutkan bahwa di antara golongan penerima zakat adalah

al-muallafatu qulu>buh}um. Umar melakukan hal itu atas pertimbangan

bahwa Islam sudah kuat dan orang-orang yang baru masuk Islam sudah

tidak perlu diperlakukan secara istimewa .3

Penulis sepakat dengan pemikiran Fazlur Rahman yang menetapkan

zakat sebagai pajak di Pakistan pada tahun 1966, menurut analisis penulis

bahwa penetapan zakat sebagai pajak dapat dilakukan atas pertimbangan

3 Masdar Farid Mas’udi, Pajak itu Zakat; Uang Allah untuk Kemaslahatan Rakyat, Bandung:

PT. Mizan Pustaka, 2010, hal. 121.

Page 91: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

79

bahwa formulasi hukum islam tidak bersifat kaku dan berhenti pada

pemahaman tekstual terhadap al-Qur`an dan sunnah Rasul. Sebagai

contoh yaitu ij t ihad yang dilakukan oleh abu bakar dan umar bin

khattab yang terlihat dari hasil contoh ijtihad mereka bahwa ketika

merumuskan hukum Islam, kondisi sosiologis senantiasa diperhatikan dan

mempunyai pengaruh di dalamnya. Ini menjadi bukti bahwa perhatian

terhadap realitas sosial memang ditekankan dalam rangka menentukan

hukum Islam.

Islam sebagai agama terakhir, yang diyakini sebagai agama

yang s}a>lihun li kulli zama>n wa maka>n tentunya diharapkan bisa

menyikapi perkembangan zaman tersebut dengan bijaksana. Demikian pula

hukum Islam yang dijadikan sandaran kaum muslimin dalam melaksanakan

aktivitas kesehariannya, juga perlu memperhatikan realitas kehidupan saat

ini. Hukum-hukum Islam hendaknya sejalan dengan perkembangan zaman,

sehingga ia menjadi hukum yang bisa dimengerti dan bisa dijalankan

oleh masyarakat modern, tanpa adanya unsur pemaksaan dan pemberatan.

Untuk itu, dalam rangka merumuskan hukum I s l a m , pemahaman terhadap

realitas sosial kekinian menjadi penting. Gagasan ini sejalan dengan kaidah

ushul, taghayyuru al-ahka>m bi taghayyuri al-azminah wa al- amkinah yang

berarti bahwa penyempurnaan konsep hukum selalu melibatkan ruang dan

Page 92: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

80

waktu yang memagari masyarakat.4 Fazlur Rahman, seorang tokoh

pembaharu asal Pakistan mencetuskan pemikiran tentang penetapan zakat

sebagai pajak. Gagasan tersebut sekedar memberi alternatif atas masalah

ekonomi yang terjadi di Pakistan pada masa Ayyub Khan. Pada masa

pemerintahan Ayyub khan pengelakan terhadap pembayaran zakat masih

banyak terjadi. Hal itu dikarenakan zakat saat itu masih dipahami sebagai

zakat di abad pertengahan. Para kaum industrialis memahami zakat ditunaikan

bagi mereka yang mempunyai surplus uang tunai, sedangkan bagi mereka

yang mempunyai sedikit surplus uang tunai tidak diwajibkan berzakat (dan

karena itu bisa dikatakan “debitur”).

Menurut analisis penulis penetapan zakat sebagai pajak yang

dicetuskan oleh Fazlur Rahman merupakan hasil pemikiran Fazlur Rahman,

yang dimaksudkan agar sistem perpajakan yang ada di Pakistan dirasionalkan

dan diefesienkan dengan menetapkan kembali zakat. Zakat seyogyanya bisa

menjadi sumber penerimaan negara terbesar, karena Pakistan pada masa

pemerintahan Ayub Khan mayoritas penduduknya beragama Islam.

Menurut hemat penulis, inti dari pemikiran Fazlur Rahman mengenai

penetapan zakat sebagai pajak dipengaruhi oleh dua alasan. Pertama, adalah

pergolakan pemikiran ideologis negara Pakistan pada masa-masa awal

berdirinya, di mana Fazlur Rahman turut terlibat di dalamnya. Zakat sebagai

4 Said Agil Husin al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani,

2004, hal.4.

Page 93: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

81

pajak yang ditetapkan oleh Fazlur Rahman dimaksudkan sebagai solusi

kondisional Pakistan. Kedua, penetapan pemikiran Fazlur Rahman tersebut

menggunakan prinsip pendekatan kontekstual, yakni metode yang

memandang adanya keterkaitan suatu pemikiran dengan lingkungannya atau

konteksnya.

Zakat merupakan sistem keuangan, ekonomi, sosial, politik moral dan

agama sekaligus. Zakat merupakan sebuah sistem ekonomi, karena zakat

merupakan pajak harta yang ditentukan. Ada yang sebagai pajak individu

(seperti zakat fitrah) dan apa yang berupa pajak kekayaan yang dipungut dari

modal dan pendapaan (seperti zakat mal). Zakat merupakan sumber keuangan

negara (baitul mal) dalam islam yang dipergunakan untuk membebaskan

setiap orang dari kesusahan dan menanggulangi kebutuhan masyarakat dalam

bidang ekonomi.

Zakat adalah sistem sosial, karena berfungsi menyelamatkan manusia

dari keemahan baik karena faktor bawaan ataupun karena kecelakaan. Secara

filosofis sosial zakat dikaitkan dengan perinsip ”keadilan sosial” dilihat dari

segi kebijaksanaan dan setrategi pembangunan dan distribusi pendapatan

masyarakat, pemerataan kegiatan pembangunan, serta pemberantasan

kemiskinan (memperkecil kesenjangan antara si kaya dengan si miskin).

Zakat juga merupakan sebuah sistem politik, karena pada dasarnya

kebijakan penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat dikelola

Page 94: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

82

oleh negara melalui sebuah lembaga khusus (amil zakat) dengan

memperhatikan asas keadilan.

Penetapan zakat sebagai pajak dapat menjadi efektif, apabila didukung

adanya suatu institusi zakat yang disahkan atau dilembagakan oleh

pemerintah, sehingga zakat bisa berfungsi secara maksimal dalam perannya

untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Hasil pemikiran Fazlur Rahman

mengenai penetapan zakat sebagai pajak, jika dihubungkan dengan

pengelolaan zakat di Indonesia yaitu pemerintah seharusnya menetapkan

regulasi mengenai penetapan sanksi yang tegas bagi para muzakki yang

mengelak membayar zakat oleh pemerintah Indonesia, hal ini dilakukan agar

zakat dapat berjalan secara maksimal dengan adanya sanksi yang tegas bagi

muzakki yang mengelak membayar zakat. Seandainya penetapan zakat

sebagai pajak yang dilakukan dalam suasana pelaksanaan zakat yang belum

berjalan secara maksimal, maka hal ini akan mempengaruhi sumber

penerimaan negara. Pajak notabennya sebagai sumber penerimaan negara

terbesar di Indonesia, tentu saja penetapan zakat sebagai pajak apabila

pelaksanaan zakat tidak berjalan maksimal tentu akan sangat berpengaruh

pada kondisi perekonomian di Indonesia yang juga akan merembet ke

beberapa aspek dari tingkat kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesehatan dan

semua aspek sosial masyarakat lainnya.

B. Analisis Metode Pemikiran Fazlur Rahman Terhadap Penetapan Zakat

Sebagai Pajak

Page 95: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

83

Menurut Fazlur Rahman, zakat merupakan satu-satunya pajak yang

ditetapkan dalam al-Qur’an. Konsep zakat merupakan implikasi dari prinsip

keadilan yang merata dalam al-Qur’an yang tertuang dalam firman Allah QS.

al-H~asyr: 7:

!$Β u !$sùr& ª!$# 4’n?tã Ï&Î!θ ß™u‘ ô ÏΒ È≅÷δr& 3“tà) ø9 $# ¬T sù ÉΑθ ß™§= Ï9 uρ “Ï%Î! uρ 4’n1öà) ø9 $# 4’yϑ≈ tGuŠ ø9 $# uρ

ÈÅ3≈|¡ yϑø9 $#uρ Èø⌠$# uρ È≅‹ Î6¡¡9 $# ö’s1 Ÿω tβθ ä3 tƒ P's!ρ ߊ t ÷t/ Ï!$uŠ ÏΨ øîF{ $# öΝä3Ζ ÏΒ 4 !$tΒuρ ãΝä39 s?#u

ãΑθ ß™§9 $# çνρ ä‹ã‚sù $tΒuρ öΝä39 pκtΞ çµ ÷Ψ tã (#θßγtFΡ$$sù 4 (#θà) ¨?$#uρ ©!$# ( ¨βÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s) Ïè ø9 $# ∩∠∪

Artinya: “Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-

Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka

adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya

harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara

kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa

yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.

Walaupun ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan pembagian

harta rampasan perang kepada para Muhajirin yang miskin tanpa mengikut

sertakan orang-orang Madinah yang lebih lumayan perekonomiannya

sehingga mereka mengajukan keberatan, namun ayat tersebut menurut Fazlur

Rahman menunjukkan sebuah tema penting di dalam kebijaksanaan ekonomi

al-Qur’an secara garis besarnya. Dengan demikian, ayat tersebut bagi

penduduk Makkah ditunjukkan untuk memperingatkan penduduk Makkah

yang memupuk kekayaan dan memeras orang-orang miskin, sedangkan bagi

Page 96: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

84

penduduk Madinah ayat tersebut berisi tentang kebijakan ekonomi melalui

penetapan zakat.

Tujuan-tujuan zakat ini diterangkan secara mendetail di dalam QS. at-

taubah: 60, berikut ini:

$yϑΡÎ) àM≈ s% y‰¢Á9 $# Ï !# t s)à� ù=Ï9 ÈÅ3≈|¡yϑø9 $# uρ t,Î#Ïϑ≈ yè ø9 $#uρ $pκö* n= tæ Ïπ x� ©9 xσ ßϑø9 $# uρ öΝåκæ5θ è=è% †Îûuρ

É>$s%Ìh9 $# tÏΒÌ≈ tó ø9 $# uρ †Îû uρ È≅‹ Î6 y™ «!$# È ø⌠$#uρ È≅‹Î6¡¡9 $# ( Zπ ŸÒƒÌsù š∅ ÏiΒ «!$# 3 ª!$# uρ

íΟŠ Î= tæ ÒΟ‹Å6 ym ∩∉⊃∪

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan

Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Penafsiran Fazlur Rahman terhadap QS. at-Taubah: 60 yaitu mengenai

kategori-kategori distribusi zakat memiliki cakupan yang luas termasuk

kesejahteraan sosial yang terdiri dari membantu orang-orang yang terjerat

hutang, gaji pegawai administratif (pengumpul pajak), pengeluaran diplomasi

(untuk menarik hati orang-orang ke Islam), pertahanan, pendidikan, kesehatan

dan komuniaksi. Kategori-kategori tersebut sedemikian luasnya sehingga

mencakup seluruh aktifitas negara sebagaimana diungkapkan oleh Fazlur

Rahman.5 Dilihat dari aspek maqa>s}id sya>ri’ah, penetapan zakat sebagai

pajak bermaksud untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang

5 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, Terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Penerbit

Pustaka, 1995, hal. 60-61.

Page 97: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

85

dilakukan dengan cara penafsiran kembali terhadap kategori delapan ashnaf

oleh Fazlur Rahman. Melalui penelitian yang mendalam akan diketahui

bahwa semua syariat agama mengandung maksud, tujuan dan hikmah bagi

kepentingan hamba. Semua perintah dan larangan dalam syariat agama

mengandung kemaslahatan, baik yang mudah diketahui maupun yang belum

diketahui karena akal manusia tidak mampu memahaminya. Tuhan tidak

mensyariatkan hukum-hukum secara kebetulan dan tanpa hikmah. Syara’

bermaksud dengan hukum-hukum itu untuk mewujudkan maksud-maksud

umum. Kita tidak dapat memahami hakikat nash terkecuali jika kita

mengetahui apa yang dimaksud oleh syara’ dalam menetapkan nash-nash

syariat itu. Harus diingat bahwa petunjuk-petunjuk lafazh dan ibarat-ibaratnya

kepada makna yang kadang-kadang mempunyai lebih dari satu penafsiran

makna. Untuk mentarjih penafsiran makna yang lebih tepat maka perlu

memahami maksud syara’ (maqashid syari’ah). Segala hukum muamalah,

akal dapat mengetahui maksud-maksud syara’ dalam menetapkan hukum

yaitu berdasarkan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia dan menolak

masfadat terhadap mereka. Jadi segala yang membawa manfaat-maslahat

adalah mubah dan segala yang membawa madharat-masfadat adalah haram.

Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir neomodernis. Berkaitan

dengan tema pemikiran Fazlur Rahman tentang zakat sebagai pajak, penulis

melihat adanya usaha Fazlur Rahman untuk meramu metode baru, namun

sebenarnya metode pembaharuan hukum Islam yang disampaikan Fazlur

Page 98: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

86

Rahman merupakan kelanjutan dari sebuah proses kesinambungan pemikiran

klasik. Metode yang digunakan Fazlur Rahman terkait pemikirannya dalam

penetapan zakat sebagai pajak yaitu menggunakan “metode tafsir”, metode ini

merupakan metode yang ditawarkan Fazlur Rahman untuk mengatasi krisis

islam dan kemodernan. Metode tafsir yang digunakan Fazlur Rahman terdiri

dari dua gerak ganda yang disebut “a double movement of interpretation”.6

Gerakan double movement Fazlur Rahman secara implisit menekankan

pada aspek pemikiran hukum islam. Langkah pertama dari dua gerakan tafsir

Fazlur Rahman adalah memahami ungkapan-ungkapan al-Qur’an untuk

digeneralisasikan kepada prinsip-prinsip moral soial dengan cara mengaitkan

ungkapan-ungkapan spesifik al-Qur’an beserta latar belakang sosio-historis

dan dengan mempetimbangkan ratio legis (‘illat al-hukmu) yang dinyatakan

dalam ungkapan-ungkapan al-Qur’an. Langkah kedua dari metode tafsir

Fazlur Rahman adalah merumuskan prinsip-prinsip umum tersebut ke dalam

konteks sosio-hisoris aktual sekarang ini.7 Kemudian untuk mengoperasikan

metode ini, Fazlur Rahman menerapkan tiga tahapan, yaitu: pertama,

merumuskan world view (pandangan dunia) atau theology al-Qur’an8. Kedua,

6 Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition,

(Chicago and London: The University of Chicago, 1982), hal. 5. 7 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, hal.5-6. 8 Adalah suatu pandangan di mana al-Qur’an harus dipahami dalam konteksnya yang tepat,

dalam artian konteks dan latarbelakang perjuangan nabi.

Page 99: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

87

mensistematiskan etika al-Qur’an, dan ketiga menumbuhkan konteks al-

Qur’an pada masa kini.9

Istilah-istilah teknis yang digunakan Fazlur Rahman dalam rumusan

metodiknya di atas, seperti istilah “legal specific al-Qur’an”, “prinsip moral-

sosial”, “latar belakang sosio-historis” dan “ratio legis (‘illat al-hukmu)”,

merupakan istilah-istilah teknis dalam disiplin ilmu ushul fiqh (pemikiran

hokum Islam). Istilah-istilah teknis tersebut dalam konstruksi pemikiran

Fazlur Rahman merupakan “aturan-aturan (hukum) Islam dalam aspek

hubungan kehidupan masyarakat”.

Fazlur Rahman menyebut metodenya sebagai metode tafsir al-Qur’an,

tapi substansi metode tersebut hanya cocok diterapkan dalam aspek tertentu

kandungan al-Qur’an, yakni aspek hukum Islam. Metode tafsir Fazlur

Rahman tidak cocok diterapkan pada seluruh kandungan al-Qur’an selain

hukum Islam. Jadi, metode tafsir Fazlur Rahman secara substansial

merupakan metode “ushul fiqh”. Dapat diduga alasan Fazlur Rahman dibalik

penyebutan istilah metodenya sebagai metode penafsiran adalah perumusan

“nuansa baru” yang bermotif penafsiran dibandingkan dengan ushul fiqh yang

selama ini berkembang yang bermotif pemahaman redaksional. Pernyataan

Fazlur Rahman sendiri menegaskan bahwa upaya intelektual yang terdiri dari

dua gerakan penafsiran tersebut, secara teknis disebut “ijtihad” atau “jihad

9 Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode Epistomologi dan Sistem Pendidikan,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hal.136.

Page 100: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

88

intelektual”. Jelaslah ungkapan Fazlur Rahman tersebut memperkuat analisis

penulis, bahwa metode Fazlur Rahman pada dasarnya merupakan metode

ushul fiqh. Adapun metode penafsiran tersebut merupakan pendekatan

metodisnya.

Menurut analisis penulis, pemikiran Fazlur Rahman dalam penetapan

zakat sebagai pajak dengan menggunakan metode tafsir dengan dua gerakan

ganda (double movement of interpretation) yang telah dijelaskan di atas.

Metode tersebut menurut penulis terkandung unsur kajian ushul fiqh. Hal ini

terbukti dengan adanya istilah “ratio legis (‘illat hukum) yang digunakan oleh

Fazlur Rahman. ‘Illat al-hukmu merupakan salah satu rukun dari qiyas.

Metode qiyas adalah metode penggalian hukum islam dengan cara

menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar

nas�hnya dengan cara menganalogikan kepada sesuatu peristiwa yang ada

nashnya dalam al-Qur‘an maupun Sunnah, karena adanya persamaan ‘illat al-

hukmu.10

Dalam struktur qiyas terdapat empat unsur yang saling terkait.

Pertama, al-as}l yaitu suatu kasus yang ada hukumnya dalam teks. Kedua, al-

furu>’,yaitu suatu kasus yang tidak ada hukumnya dalam teks. Ketiga, al-

h}ukm yaitu hukum as}l yang ada pada teks dan keempat, al-‘illat, yaitu

kondisi yang dijadikan landasan oleh hukum yang mempertemukan as}l dan

furu>’.11

Qiyas merupakan penerapan hukum analogis terhadap hukum

10 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Toha Putra, 1994,, hal. 66. 11 Ibid.,hal. 80.

Page 101: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

89

sesuatu yang serupa karena persamaan ‘illat. Dengan demikian, maka akan

melahirkan hukum yang sama pula antara peristiwa yang tidak ada nashnya

dengan peristiwa yang sudah ada nashnya dalam al-Qur‘an maupun Sunnah.

Dengan demikian qiyas itu merupakan hal yang fitri dan ditetapkan

berdasarkan penalaran yang jernih, sebab asas qiyas adalah menghubungkan

dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan sifat yang

membentuknya. Apabila pendekatan analogis itu menemukan titik persamaan

antara sebab dan sifat-sifat antara dua masalah tersebut, maka konsekuensinya

harus sama pula hukum yang ditetapkan.12

Operasional penggunaan qiyas

dimulai dengan mengeluarkan hukum yang terdapat pada kasus yang

memiliki nash. Cara ini memerlukan kerja nalar yang luar biasa dan tidak

cukup hanya dengan pemahaman lafaz� saja. Selanjutnya, mujtahi>d mencari

dan memilih ada tidaknya ‘illat tersebut pada kasus yang tidak ada nashnya.

Apabila ternyata ada ‘illat, maka mujtahi>d menggunakan ketentuan hokum

pada kedua kasus itu berdasarkan keadaan ‘illat. Dengan demikian, yang

dicari mujtahid disini ‘illat hukum yang terdapat pada nash (hukum pokok).13

Selanjutnya, jika ‘illat tersebut ternyata betul-betul terdapat pada kasus lain,

maka ketentuan hukum pada kasus-kasus itu adalah satu, yaitu ketentuan

12 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, hal. 337. 13 Rahmad Syafe‘i, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka setia, 1998, hal. 87.

Page 102: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

90

hukum yang terdapat pada nash menjalar pada kasus-kasus lain yang tidak

ada nashnya.14

‘Illat al-hukmu berarti ratio legis yaitu alasan di balik hukum.

Mengenai pemikiran Fazlur Rahman dalam penetapan zakat sebagai pajak,

ratio legis (‘Illat al-hukmu) tujuan pajak yaitu agar terjadi kesejahteraan

sosial, ekonomi, politik dan keuangan, dengan cara distribusi kekayaan

sehingga kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya, hal ini

sesuai dengan tujuan zakat yang terdapat QS. al-Hasyr: 7 yang menetapkan

prinsip bahwa kekayaan tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya.

Sistem distribusi zakat menurut Fazlur Rahman harus diperluas sehingga

mencakup sektor investasi kekayaan dan seluruh aspek pembiayaan negara.

Sistem distribusi zakat diperluas dimaksudkan agar zakat tidak dipahami

hanya sebagai sumbangan sukarela.

Fazlur Rahman mencetuskan pemikiran mengenai zakat sebagai pajak

dimaksudkan agar peran zakat di Pakistan itu maksimal dan posisi zakat tidak

tergeser dan tidak diambil alih oleh pajak sekuler pada sebuah negara modern.

Metode yang digunakan Fazlur Rahman lebih menggunakan istilah dari unsur

Barat, ini dikarenakan Fazlur Rahman banyak menghabiskan waktunya

menempuh pendidikannya di Barat. Walaupun begitu, pemikiran dan metode

yang digunakannya tidak berseberangan dengan hukum Islam.

14 Ibid.

Page 103: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab pada

penulisan skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Fazlur Rahman menetapkan zakat sebagai pajak, dengan alasan bahwa

zakat sesungguhnya adalah ajaran umum al-Qur’an tentang keadilan sosio-

ekonomi. Zakat pada masa Nabi sudah menjadi sumber penerimaan

negara. Nabi kemudian menetapkan tarifnya yang diselaraskan dengan

kebutuhan normal masyarakatnya. Sementara kebutuhan masyarakat

modern dewasa ini telah berkembang sangat luas. Dengan pertimbangan

semacam ini, Fazlur Rahman menyarankan perlunya penyesuaian tarif

zakat dengan kebutuhan-kebutuhan modern serta aplikasinya sebagai

pengganti pajak-pajak sekular di negara-negara Islam.Fazlur Rahman

mencetuskan pemikiran mengenai zakat sebagai pajak dimaksudkan agar

peran zakat di Pakistan itu maksimal dan posisi zakat tidak tergeser dan

tidak diambil alih oleh pajak sekuler pada sebuah negara modern. Oleh

karena itu, menurut Fazlur Rahman umat Islam perlu memperbaiki

lembaga zakat sebagai sistem pajak. Menurut penulis, penetapan zakat

sebagai pajak juga harus diimbangi dengan regulasi mengenai penetapan

sanksi yang tegas bagi para muzakki yang tidak membayar zakat oleh

pemerintah Indonesia, hal ini dilakukan agar zakat dapat berjalan secara

Page 104: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

92

maksimal dengan adanya sanksi yang tegas bagi muzakki yang mengelak

membayar zakat.

2. Metode pemikiran Fazlur Rahman dalam penetapan zakat sebagai pajak

yaitu “double movement of interpretation”. Metode pemikiran Fazlur

Rahman dalam penetapan zakat sebagai pajak dapat dilihat dari aspek

maqa>s}id sya>ri’ah yaitu untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat

yang dilakukan dengan cara penafsiran kembali terhadap kategori delapan

ashnaf oleh Fazlur Rahman yang mencakup seluruh aspek pembiayaan

negara, meliputi biaya pertahanan, pendidikan, komunikasi dan bahkan

biaya pendelegasian diplomatik. Metode pemikiran Fazlur rahman juga

dapat dilihat dari aspek pengembangan illat hukum yaitu agar tercipta

kesejahteraan sosial, ekonomi, politik dan keuangan, dengan cara

distribusi kekayaan sehingga kekayaan tidak hanya berputar di kalangan

orang-orang kaya, hal ini sesuai dengan tujuan zakat yang terdapat QS. al-

Hasyr: 7 yang menetapkan prinsip bahwa kekayaan tidak hanya berputar di

kalangan orang-orang kaya. Fazlur Rahman menyatakan bahwa ayat

tersebut merupakan petunjuk umum yang salah satu realisasi hukumnya

adalah perlunya institusi zakat. Menurut Fazlur Rahman, zakat harus

mencakup seluruh aktivitas dan kebutuhan dana sebuah negara modern.

B. Saran-saran

1. Upaya untuk memperbarui hukum Islam agar tetap relevan dengan sosio-

kultural perlu terus digiatkan. Sebab, dengan terus mencari format

idealmelalui ijtihad inilah hukum Islam akan tetap relevan.

Page 105: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

93

2. Dalam menggagas sebuah pemikiran hukum sangat penting menggunakan

metode yang benar-benar relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan metode yang tepat akan semakin menguatkan kajian akademik

hukum Islam. Sehingga akan selalu muncul metode-metode baru yang

relevan untuk mengkaji hukum Islam.

3. Untuk menghasilkan produk pemikiran yang applicable perlu

dipertimbangkan implikasi dan relevansinya. Sebab, sedalam dan sekuat

apapun dalil yang digunakan (teks formal) tanpa mempertimbangkan

realitas, pemikiran tersebut akan kandas pada wilayah konsep semata. Di

sinilah diperlukan kajian sosio-historis agar sebuah pemikiran dapat

diterapkan sesuai kebutuhan sosial masyarakat.

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat

dan ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Penulis

menyadari bahwa meskipun telah diupayakan semaksimal mungkin namun

tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Namun demikian semoga tulisan ini ada

manfaatnya bagi pembaca budiman.

Page 106: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

DAFTAR PUSTAKA

A’la,Abd. Dari Neo-Modernisme ke Islam Liberal: Jejak Fazlur Rahman dalam

Wacana Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 2003.

al-Munawar,SaidAgilHusin,HukumIslamdanPluralitasSosial,Jakarta: Penamadani,

2004.

Amal, Taufik Adnan, "Fazlur Rahman dan Usaha-Usaha Neo-Modernisme Islam

Dewasa ini" dalam Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif: Neomodernisme

Islam Fazlur Rahman (Terj.). Cet. ke-5. Mizan: Bandung, 1993.

_________________, Islam dan Tantangan Modernitas (Studi atas Pemikiran

Hukum Fazlur Rahman), Bandung: Mizan, 1989.

Amiruddin, M. Hasbi, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, Yogyakarta:

UII Press, 2000.

An-Na’im,Abdullah Ahmad,Dekonstruksi Syari’ah, Yogyakarta: LKIS, 2004.

an-Nawawi, Imam, al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2003,

Jilid V.

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Ash-Shiddieqy, TM. Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra,

1996, cet. ke-1.

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, cet. I.

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Zakat, Yogyakarta: Lukman Offset, Cet. ke-1, 1997.

Bohari, Pengantar Hukum Pajak, cet. V, Jakarta: Rajawali Pers, 2004.

Brotodihardjo, R. Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: PT Eresco,

1981.

Bukhori, Imam, Shohih Bukhori, Juz 2, Semarang: Toha Putra, t.th.

Chapra, M. Umar, Islam and The Economic Challenge, terj. IkhwanAbidinBasri,

Islam dan Tantangan Ekonomi,Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Page 107: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Uchtiar Baru Van Hoeve,

1997, cet. 1.

Damayanti, Prof. Supramono, TheresiaWoro, Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan

Perhitungan Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Daud, Muhammad, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan wakaf, Jakarta: UI Press, 1988.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Sygma

Publishing, 2011.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1994.

DidinHafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, cet. II, Jakarta: Gema Insani

Press, 2002.

Esposito, John L., Pakistan : Pencarian Identitas Islam, dalam Islam dan Perubahan

Sosial Politik di Negara Berkembang, Terjemahan Wardah Hafiz, Yogyakarta

: PLP2M, 1985.

Ghazali, Syukir ,Amidhan (eds), Pedoman Zakat, Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat

dan Wakaf, 1985.

Ghozali, Syukri, et. al. Pedoman Zakat 9 seri, Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana

Keagamaan Islam, 2001.

Ghufron, Moh. Idil, Penerapan Zakat Atas Konsep Pajak (Sebagai Alternatif Dalam

Mendistribusikan Keuangan Negara Untuk Rakyat, Skripsi Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Malang.

Gusfahmi, Pajak Menurut Syari’ah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Hafiduddin, Didin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Shadaqah, Jakarta: Gema

Insani, 1998.

Hakim, Lukman, Analisis Pendapat Yusuf Al-Qardawy Tentang Pajak Tidak Bisa

Mengganti Zakat, Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri

Semarang.

Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Page 108: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

Husnan, Ahmad, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru, Jakarta: al-Kautsar,

1996.

Khallaf, Abdul Wahhab,Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Toha Putra, 1994.

Mannan, M. Abdul, Teori & Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1997.

Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi, 2003.

Marsyahrul, Tony, Pengantar Perpajakan (Rev), Jakarta: Grasindo, 2001.

Mas‘udi, Ghufron A., Pemikiran Fazlur Rahman tentang Metodologi Pembaharuan

Hukum Islam, Cet. ke-1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Mas’udi, MasdarFarid, Agama Keadilan: Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, cet. III

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993).

__________________,Pajak itu Zakat; Uang Allah untuk Kemaslahatan

Rakyat,Bandung:PT. Mizan Pustaka, 2010.

__________________, Menggagas Ulang Zakat sebagai Etika Pajak dan Belanja

Negara untuk Rakyat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005.

Masrur, Ali, Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an: Model Penafsiran Fazlur Rahman,

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2001.

Mu’allim,Amir,Yusdani, Ijtihad dan Legislasi Muslim Kontemporer, Yogyakarta: UII

Press, 2005.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, Cet. ke-2,

2002.

Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta:

Pon.Pes Al-Munawir, 984.

Nasution, Harun, Pembaruan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Nurmantu, Safri, Pengantar Perpajakan, Jakarta: Granit, 2005.

Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Terj. DidinHafidudin (ed,) et. al. Jakarta:

LiteraAntarnusa, 1987.

Page 109: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

Rahman, Fazlur, Tema Pokok al-Qur’an, Terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Penerbit

Pustaka, 1995.

______________, “Islamic Modernism: ItsScope, Method and Alternatives,”

International Journal of Middle Eastern Studies, vol. 1, 1970.

______________, “Some Islamic Issues in the Ayyub Khan Era”, Essays on Islamic

Civilization, ed. Donald P. Little, Leiden: E.J. Brill, 1976.

_____________, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition

Terj. Ahsin Mohammad, Islam dan Modernitas: Tentang Tranformasi

Intelektual, Bandung: Pustaka, 1985.

_____________, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition,

(Chicago and London: The University of Chicago, 1982).

_____________, Islam Modern Tantangan Pembaruan Islam Terjemahan oleh Rusdi

Karim & Hamid Basyaib, Cet. ke-1, Yokyakarta: Salahuddin Press, 1987.

_____________, Islam, Terj. Ahsin Muhammad, cet I, Bandung: Pustaka, 1984.

_____________, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, terjm Taufiq Adnan

Amal, Bandung: Mizan, 1993.

_____________,“Islamic Methodology in History”, diterjemahkan Anas Mahyuddin,

Membuka PintuIjtihad, Bandung: Pustaka, 1995.

Rochim, Abdul dan Fathoni, Syariat Islam: Tafsir Ayat-Ayat Ibadah, Edisi I, Jakarta:

Rajawali, Cet. ke-1, 1987.

Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, Beirut : Dar Al-Fikr, 1992.

Sari, Elsi Kartika, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: Gramedia, 2007.

Schacht, Joseph, An Introduction to Islamic Law, Terj. Drs. Moh. Said. MA, dkk.,

Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana

Perguruan Tinggi Agama Islam, 1985.

Sibawaihi, Eskatologi al-Ghazali dan Fazlur Rahman: Studi Komparatif

Epistemologi Klasik Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Islamika, 2004.

Suandy, Erly, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Page 110: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

Supena, Ilyas, Desain Ilmu-ilmu Keislaman dalam Pemikiran HermeneutikaFazlur

Rahman, Semarang: Walisongo Press.

Sutrisno, Fazlur Rahman: Kajian terhadap Metode Epistomologi dan Sistem

Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Syafe‘i, Rahmad, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka setia, 1998.

Syamsuri, Ridwan, Zakat di dalam Islam, Jakarta: Pradnya Paramita,1988.

Waluyo, Perpajakan Indonesia: pembahasan sesuai dengan ketentuan pelakanaan

perundang-undangan perpajakan terbaru, Jakarta: Salemba Empat,2002.

Yafie, Ali, Menggagas Fiqh Sosial, Bandung: Mizan, 1994, hal. 231.

Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

____________________, Zakat Dalam Perspektif Sosial, Jakarta: Pustaka Firdaus,

Cet. IV, 2004.

Zuhaily, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, terj. Agus Effendi dan B.

Fannany, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.

Page 111: JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain...lain yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan harta yaitu

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Azizah Ilmiyanti

Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 06 September 1990

Alamat Asal : Jl. Bhakti No.54 Burikan Kudus

Pendidikan : - MI Banat NU Kudus

- MTs Banat NU Kudus

- MA Banat NU Kudus

- Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2008

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Azizah Ilmiyanti