jurusan d3 teknik elektronika fakultas · pdf fileskema alat yang sudah disiapkan. 5. ... 2.5...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
KONTROL SUHU EVAPORATOR PADA LEMARI ES
SATU PINTU
Oleh:
PUTU DHARMA SANJAYA
0605031032
JURUSAN D3 TEKNIK ELEKTRONIKAFAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHASINGARAJA
2010
BAB III
METODOLOGI
3.1. Perancangan Alat
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan perancangan alat
adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1 Flowchart pembuatan rangkaian kontrol suhu
Flowchart di atas merupakan gambaran mengenai tahapan demi tahapan
dalam melaksanakan proses pembuatan rangkaian kontrol suhu evaporator yang
dimulai dari awal hingga akhir sebagai berikut :
56
1. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data tentang
teori yang berkaitan dengan alat yang akan dibuat. Hal ini dilakukan agar
memudahkan dalam tehnik perhitungan, penentuan nilai-nilai komponen dan
pengenalan-pengenalan karakteristik komponen yang akan dipakai
2. Tahap kedua yaitu pengumpulan bahan alat ini merupakan persiapan
pengumpulan bahan-bahan awal sebelum merancang dan pembuatan kontrol
suhu evaporator. Agar nantinya tidak menghambat dalam pembuatan alat
selanjutnya.
3. Tahap ketiga yaitu melakukan rancangan desain rangkaian beserta nilai-nilai
komponen yang terpasang berdasarkan hasil perhitungan yang didapat juga
perancangan kontruksi alat kontrol suhu evaporator dan perancangan
kontruksi intalasi kabel instalasi ke kontrol suhu serta perancangan kontruksi
penempatan sensor LM35DZ di evaporator.
4. Tahap keempat yaitu melakukan persiapan pembuatan alat dengan mengecek
skema alat yang sudah disiapkan.
5. Tahap kelima yaitu melakukan pengumpulan komponen-komponen
elektronika yang akan dipakai dalam menyusun rangkaian yang telah
ditentuan berdasrakan hasil perancangan.. Apabila komponen yang dibutuhkan
tidak tersedia dalam ranncangan maka pada blok yang memakai komponen
tersebut dilakukan proses modifikasi atau penggantian komponen yang baru
dan memiliki fungsi yang sama. Jika semua komponen semua komponen
tersedia di pasaran maka dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.
6. Tahap keenam memasang komponen-komponen pada breadboard serta
mengatur tata letak komponen yang digunakan agar kelihatan rapi dan
memperhitungkan jalur pengkabelan supaya kelihatan tidak saling menyilang.
7. Tahap ketujuh yaitu meninjau kembali rangkaian yang sudah dirakit apakah
nilai komponen-komponen yang digunakan sudah sesuai dengan rancangan
pada gambar serta jalur-jalur pengkabelannya. Selanjutnya pengujian
rangkaian dilakukan. Apabila terjadi kesalahan (rangkaian tidak bisa bekerja)
maka dalam proses ini dilakukan pemeriksaan rangkaian yang dimulai dari
nilai komponen, jalur pengkabelan, dan penyolderannya. Jika tidak terjadi
kesalahan dalam tahap ini, maka dapat dilakukan proses berikutnya.
8. Tahap kedelapan yaitu melakukan proses perancangan jalur pola PCB, pada
proses ini terdiri dari beberapa pertimbangan :
Ø Yang dilakukan ialah menentukan tata letak komponen agar kelihatan rapi.
Ø Memperhitungkan jalur rangkaian agar tidak kelihatan saling menyilang.
Ø Menyesuaikan ukuran rancangan gambar pola PCB dengan lembar
pertinak lapis tembaga.
Bila pertimbangan-pertimbangan di atas sudah terpenuhi, selanjutnya
membuat pola PCB. Untuk mendapat hasil gambar yang lebih bagus, maka
penulis menggunakan suatu program pada komputer dengan program
diptrace.
9. Tahap kesembilan yaitu dilakukan proses perakitan rangkaian pada pola PCB.
Yang dilakukan ialah meletakkan komponen-komponen yang dibutuhkan
sesuai dengan nilai dan gambar rancangan, setelah itu dilanjutkan dengan
menyolder kaki-kaki komponen. Kaki komponen yang telah disolder dipotong
agar kelihan rapi. Proses ini merupakan proses akhir untuk membuat
rangkaian pola PCB permanen.
10. Tahap kesepuluh yaitu proses pengujian alat, alat yang sudah selesai dirakit
ditinjau kembali dari nilai-nilai komponen, jalur pengkabelannya, dan tata
letaknya. Bila sudah terpenuhi maka dilanjutkan dengan pengujian rangkaian.
11. Selanjutnya pemasangan rangkaian kontrol suhu evaporator pada cassing alat.
Setelah tahapan-tahapan yang dilakukan diatas selesai dan alat sudah
bekerja dengan normal sesuai dengan yang diharapakan maka selajutnya
menuju proses tahapan akhir yaitu pembuatan laporan tugas akhir.
3.1.1 Perancangan dan Pembuatan Konstruksi dan Desain Alat
Dalam perancangan dan pembuatan konstruksi dan desain alat kontrol
suhu evaporator agar dalam pembuatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar
maka susunan perancangan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini. dengan
spesifikasi lemari es :
v Merek : Uchida, Model VR-123.
v Volt : 220 Volt
v Cycle : 50 Hz
v Watt : 68 watt
v Refrigeran : R134A
v Ampere : 0,85A
Tahapan-tahapan pembuatan konstruksi dan desain alat dapat dijelaskan dengan
tahapan-tahapan di bawah ini :
1. Perancangan Konstruksi Elemen Panas di Evaporator
2. Perancangan Konstruksi Instalasi Kabel Kontrol
3. Perancangan Kontruksi Penyangga IC Sensor LM35
4. Perancangan casing alat
3.1.1.1 Perancangan Konstruksi Elemen Panas di Evaporator
Perancangan kontruksi elemen pemanas pada gamabar 3.2 dibuat
sedemikian rupa yang dimana elemen pemanas berbentuk persegi yang
dilapsi aluminium dipasang atau ditempel pada permukaan evaporator
secara horizontal. Agar pemasangan kuat dan tahan terhadap air, elemen
pemanas dilapisi plester aluminium, pemasangan elemen pemanas di
tempel pada posisi tengah-tengah dan pinggiran depan karena posisi inilah
yang tepat untuk mencairkan bunga es yang menempel pada permukaan
evaporator
Gambar 3.2 pemasangan elemen pemanas pada evaporator
dilihat dari bawah
3.1.1.2 Perancangan Konstruksi Instalasi ke Kabel Kontrol
Perancangan instalasi kabel kontrol dipasang disamping kanan body
lemari es dapat dilihat pada gambar 3.3 yang dibungkus selang plastik
bening agar keliatan rapi dan mencengah kerusakan akibat kabel terjepit
tembok, digigit hewan, maupun yang disebabkan oleh manusia. Untuk
instalasi kabel catu daya dipakai kabel serabut yang ukuran sedang dengan
kabel warna merah berkutub positif dan kabel warna hitam berkutub
negatif. Untuk kabel listrik elemen pemanas dipakai kabel serabut ukuran
1,5cm.Sedangkan Kabel output dari LM35 dipakai kabel pita berjumlah 3
kabel dengan dilapisi selang plastik kecil.
Gambar 3.3 Konstruksi Instalasi ke kabel kontrol suhu evaporator
3.1.1.3 Perancangan Kontruksi Penyangga IC Sensor LM35
Untuk perancangan penyangga IC sensor LM35 dipakai pelat
aluminium yang dibuat segi empat dengan tumpuan pelat aluminium yang
ditempel. Fungsi dari aluminium yang dibentuk segi empat ini untuk sebagai
pembatas antara es dan LM 35. karena LM tidak tahan terhadap air. Sehingga
Kabel disambungpada kabel AClemari es
LM 35 hanya mensensor suhu di sekitar evaporator. Untuk kontruksi antara
pelat dengan LM 35 dapat dilihat pada gambar 3.4
10cm
5cm
Gambar 3.4 Konstruksi Kontruksi Penyangga IC Sensor LM35
3.1.1.4 Perancangan casing alat kontrol dan catu daya
Perancangan casing rangkaian kontrol menggunakan kotak besi yang
sering dipakai untuk box trafo 2 ampere yang dapat dilihat pada gambar 3.5
Karena bentuknya yang pas dengan ukuran PCB rangkaian kontrol suhu
evaporator dan catu daya. Cassing sudah terdapat lubang kabel sehingga
keliahatan rapi. Pemasangan casing kontrol suhu evaporator dipasang diatas
body lemari es. Dan sebagai pengaman dari terjadi konslet antara PCB dengan
body diperlukan baut yang diisi pada lubang baut yang dirangkai sesuai kotak.
Untuk pendinginan rangkaian dipasang kipas angin ukuran kecil yang
menempel pada cassing. Dalam casing terdapat rangkaian catu daya, trafo 1
ampere, rangkaian kontrol suhu evaporator.
6,8cm
9,8 cm 13,8 cm
Gambar 3.5 Konstruksi casing alat kontrol dan catu daya
3.1.2 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian
Dalam pembuatan dan perancangan alat rangkaian kontrol suhu evaporator
dalam pengontrolan elemen pemanas secara close loop dibuat rangkaian saklar
suhu ON/OFF. Agar dalam pembuatannya teratur dan sesuai dengan yang
diharapkan maka dikerjakan sesuai dengan tahapan-tahapan berikut ini :
1. Perancangan Rangkaian Pembagi Tegangan ( Vref )
2. Perancangan Rangkaian Sensor Suhu ( Vin )
3. Perancangan Rangkaian Penyangga/Buffer
4. Perancangan Rangkaian Penguat Selisih/Komparator
5. Perancangan Rangkaian Driver Relay
6. Perancangan Rangkaian Catu Daya 12V DC
Kalau digambarkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapan-tahapan di atas
maka dapat dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.
Gambar 3.6. Blok Rangkaian Kontrol Suhu Evaporator
Dari Gambar 3.6 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua masukan
yang akan memasuki komparator yaitu pembagi tegangan dan sinyal fedback dari
sensor suhu. Dalam rangkaian komparator terdapat istilah tegangan referensi
(Vref) dan tegangan input ( Vin ) atau tegangan masukan. Pembagi tegangan
sebagai tegangan referensi ( Vref ) dan sinyal feedback dari sensor suhu LM35 DZ
sebagai tegangan input-an ( Vin ). Besarnya tegangan input-an dapat berubah-ubah
sejalan dengan berubahnya suhu yang disensor oleh LM35 DZ. Dengan adanya
dua masukan yang menuju komparator, maka komparator akan merespon dan
akan bekerja untuk memproses dua masukan tersebut untuk melakukan proses
perbandingan dengan hasil error. Error dapat berpolaritas negatif ( - ) atau
berpolaritas positif ( + ) untuk mengakibatkan transistor sebagai saklar berada
pada titik saturasi/jenuh error yang dirancang.
Hasil dari perbandingan/error selanjutnya masuk ke blok rangkaian
transistor yang membuat transistor sebagai saklar mencapai titik saturasi sehingga
berpengaruh nanti terhadap sensitifitas kinerja rangkaian kontrol ON/OFF.
Selanjutnya output LM358 dengan polaritas positif (+) sebesar 0,77 V akan
membuat transistor yang difungsikan sebagai switching mencapai titik
saturasi/jenuh. Akibat dari titik saturasi transistor tersebut relay yang difungsikan
sebagai saklar akan aktif, arus yang mengalir ke elemen pemanas akan
memutus/berhenti menghasilkan panas. Selanjutnya apabila Vref lebih kecil dari
Vin LM35 DZ, Vout dari rangkaian penguat selisih/komparator akan berpotensial
negatif yaitu sebesar -0,77 V. Transistor yang difungsikan sebagai switching tidak
mencapai titik saturasi, relay akan terbuka kontakknya elemen pemanas akan
terlaliri arus listrik kembali dan bekerja menghasilkan panas
Dalam perancangan alat kontrol suhu evaporator udara terdapat satu
rangkaian penguat selisih/komparator dangan satu Vinput-an. digunakan untuk
kontrol ON/OFF elemen pemanas. Pensaklaran elemen pemanas sesuai dengan
set-point yang telah ditentukan dari sebuah relay dengan sebuah transistor A1015
yaitu Q1 yang mengontak relay. Prinsif kerja untuk menggerakkan transistor
sebagai saklar mencapai titik saturasi sama dengan kontrol ON/OFF elemen
pemanas. Penguat selisih/komparator dengan error sebesar 0,77 V akan
mengakibatkan transistor mencapai titik saturasi.
3.1.2.1 Blok Perancangan Rangkaian Pembagi Tegangan ( Vref )
Dalam perancangan tegangan referensi yang presisi dapat dilihat pada
Gambar 3.7 di bawah ini
Gambar 3.7 Pembagi Tegangan Sebagai Tegangan Referensi
Dari Gambar 3.7 di atas untuk memperoleh tegangan referensi yang presisi
digunakan TL431 sesuai dengan datasheet (+2.5V precision voltage reference)
berfungsi sebagai regulator dengan output +2.5V. alasan digunakannya TL431 ini
adalah agar nantinya tegangan maksimal output-nya tidak melebihi tegangan +2,5
V sehingga membandingkan dengan tagangan output LM35 DZ tidak terlalu jauh.
Trimpot 2.2K (VR1) dan R3 1.2K membentuk rangkaian pembagi tegangan yang
akan menentukan harga tegangan refrensi (Vref) 0V/0ºC - 1,62V/162ºC. R4
ditentukan nilainya sebesar 1K. R4 ini digunakan untuk membatasi arus langsung
melalui IC TL431 sesuai dengan datasheet. Melalui persamaan ( 2-4 ) maka dapat
diperoleh Vout maksimal dari pembagi tegangan adalah sebesar :
TmVVout .10=
VataumVxmVVout
30,03003010
==
V
xV
KKKxV
RRRxVinVout
617.1
647.05.2
2.22.12.25.2
212
=
=
W+WW
=
+=
3.1.2.2 Blok Perancangan Rangkaian Sensor Suhu LM35 DZ
Sebagai sensor temperatur digunakan IC LM35 DZ yang telah dikalibrasi
langsung dalam oC. Tegangan keluarannya (VOut) akan mengalami perubahan 10
mV untuk setiap perubahan temperatur 1ºC. Memenuhi persamaan (2-10) dengan
T adalah temperatur yang dideteksi dalam derajat cecius. Untuk memurnikan Vout
LM35 DZ maka dipasang pada pin 1 dan pin 2 sebuah kapasitor milar (C1) 0,1μF.
Persamaan untuk memperoleh hasil perhitungan dapat menggunakan persamaan
di bawah ini :
Misal pada suhu 30ºC, output dari LM35 DZ pada pin 2 dapat dihitung
sebesar :
Dan misalnya pada suhu 10ºC, maka output keluarannya :
VataumVxmVVout
1,01001010
==
Gambar 3.8. Rangkaian Sensor Suhu LM35 DZ
3.1.2.3 Blok Perancangan Rangkaian Penyangga/Buffer
Penyangga mempunyai penguatan hampir satu dan impedansi masukan
yang sangat tinggi dengan keluaran impedansi rendah sehingga penyangga ini
hanya menyajikan beban ringan kepada rangkaian peka. Penyangga ini akan
menerima input-an/masukan dari rangkaian pembagi tegangan yang menjadi
tegangan referensi mewakili suhu. Dalam rangkaian ini digunakan IC LM358
yang memiliki dua buah rangkaian Op-Amp.
Gambar 3.9. Konfigurasi Masing-Masing Op-Amp Pada LM358
VinVout =
VV
VinVout
16,016,0 =
=
Tujuan dari penyangga ini adalah agar tegangan tidak drop/turun karena
pembebanan oleh blok rangkaian berikutnya yaitu pada rangkaian pembagi
tegangan dan memberikan arus pendorong yang cukup bagi beban. Tegangan
keluarannya adalah sama dengan masukan. Penyangga ini mempunyai umpan
balik negatif 100% karena keluarannya disambungkan kembali langsung dengan
masukan yang membalikkan.. Rangkaian buffer dapat dilihat pada Gambar 3.10
Op-Amp IC LM358 di bawah.
Gambar 3.10. Rangkaian Penyangga/Buffer
Sesuai dengan persamaan (2-12) yang menyatakan bahwa tegangan
keluaran dari rangkaian penyangga adalah sama besar dengan tegangan masuakan
Misal Vin yang masuk ke rangkaian buffer dari pembagi tegangan Vref
adalah sebesar 0,16V maka Vout yang keluar dari rangkaian buffer adalah sebesar
0,16V juga.
3.1.2.4 Blok Perancangan Rangkaian Penguat Selisih/Komparator
Rangkaian penguat selisih ini bertujuan untuk membandingkan kedua
masukan (V1) output dari sensor suhu LM35 DZ dan (V2) output dari rangkaian
pembagi tegangan. Gambar dibawah ini menunjukkan rangkaian penguat selisih
.
Gambar 3.11. Rangkaian Penguat Selisih/Komparator
Rangkaian penguat selisih berfungsi membandingkan kedua masukan VRef
dan VLM35 DZ yang terlihat pada Gambar 3.11 di atas. Misalkan tegangan masukan
VLM35 DZ 0,122 V dan masukan Vref diberi tegangan acuan/referensi lebih tinggi
dari 0,122V, yaitu 0,126V maka keluaran dari penguat selisih berpotensial negatif
(-). Sedangkan apabila masuakan dari VLM35 DZ tegangannya 0,128V dan masukan
VRef diberi tegangan lebih rendah dari 0,128 V, yaitu 0,126V maka keluaran dari
penguat selisih berpotensial positif (+). Jika masuakan dari keduanya sama (VRef =
VLM35DZ) keluaran tegangan dari penguat selisih adalah 0V. Keluaran/error dari
penguat selisih dirancang agar mampu menggerakkan transistor sebagai saklar
adalah sebesar 0,77 V
( )
)(94,047.02.0
1004700)126,0128,0(
1
235
+==
WW
-=
-=
positifyaPolaritasnV
KKVV
RRVrefVinV DZLMOut
( )
V
KKVV
RRVrefVinV DZLMOut
047.00,0
100470)126,0126,0(
1
235
==
WW
-=
-=
Tegangan keluaran dari penguat selisih/komparator dapat dihitung dengan
persamaan (2-11), yaitu :
Apabila,
Vref = 0,126 V
VLM35 DZ = 0,128 V
Apabila,
Vref = 0,126V
VLM35 DZ = 0,126V
Apabila,
Vref = 0,126 V
VLM35 DZ = 0,122V
( )
)(88,147.04,0
1004700)126,0122,0(
1
235
--=-=
WW
-=
-=
negatifyaPolaritasnV
KKVV
RRVrefVinV DZLMOut
3.1.2.5 Blok Perancangan Rangkaian Driver Relay
Rangkaian saklar elektronik akan memproses keluaran/error dari
komparator, membuat transistor mencapai titik saturasi adalah sebesar 0,77V.
Tegangan sebesar 0,77V yang nantinya masuk ke kaki basis dan mengakibatkan
transistor sebagai saklar mencapai titik saturasi.. Blok rangkaian saklar elektronik
mendapat sumber tegangan dari catu daya berupa tegangan dan arus searah. Saat
transistor sebagai saklar, maka transistor mengalirkan dan menghentikan arus
secara elektronik. Yang mengendalikan arus itu mengalir atau berhenti adalah
kaki basis. Apabila basis mendapat tegangan ≥ 0,77V maka basis aktif dan
mengalirkan arus melalui kaki kolektor menuju kaki emitor. Rangkaian driver
relay (penggerak relay) terdiri dari satu buah transistor, transistor difingsikan
sebagai swicth yang bekerja untuk mengaktifkan relay
Gambar 3.12. Rangkaian Penggerak Relay
Apabila basis transistor diberikan tegangan ≥ -0,77V maka arus mengalir
melalui kaki basis dan membuat transistor aktif. Karena aktif, maka mengalir arus
IE = IB + IC menuju negatif dan membuat relay aktif. Kalau relay aktif, maka dari
kondisi kontaknya terbuka kemudian tuas kontaknya ditarik dan menutup
sehingga arus terputus atau mengalir ke beban.
Pada Gambar 3.12 di atas relay dipasang pada kaki kolektor transistor,
sehingga besarnya arus kolektor (IC) sama dengan arus relay (IRelay) (IC = IRelay).
Relay tersebut memiliki resistansi sebesar 400Ω dan nilai tegangannya sebesar
12V. Dengan demikian besarnya IRelay dapat dicari dengan persamaan (2-9)
berikut.
Diketahui :
Resistansi Relay (Ohm) = 400Ω
Tegangan Relay = 12V
CElayCC VVV += Re
dc
CB
IIb
=
mAVrelayI
relayRrelayVrelayI
relayIIC
3040012
=W
=
=
=
Dari persamaan diatas didapat nilai IRelay sebesar 30mA. Agar mampu
mengantarkan arus sebesar 30mA, maka IC harus ≥ IRelay. Untuk itu transistor yang
digunakan sebagai penggerak relay yaitu transistor dengan tipeA1015, sebab
kemampuan maksimum hantar arus (IC) dari transistor tersebut adalah -150mA,
sehingga transistor aman untuk megantarkan arus relay sebesar 30mA
Di samping itu, dengan mengamati supply relay bekerja pada tegangan
nominal 12V dengan tegangan sumber 12V, maka :
Jadi dari persamaan (2.21) untuk mendapat tegangan relay nominal 12V
dengan sumber tegangan 12V dalam keadaan saturasi, maka VCE harus sama
dengan nol. Kondisi VCE = 0 adalah menyatakan transistor dalam kondisi
konduksi/menghantar (ON). Sehingga untuk membuat tansistor mengantar, maka
dibutuhkan arus basis (IB) yang dapat ditentukan dengan persamaan (2-8).berikut
ini.
mAmAI B 3030
30=
W=-
=
=-
=®+=
+=
KmA
VVR
RmAVV
IresistorIVRxresistorIV
VresistorVV
B
BES
83,186,0
7,012
.6,07,012
7,012
Diketahui :
βdc transistorA1015 = 50
Karena,
IC = IR IC = 30 mA
Maka,
Setelah nilai arus basis (IB) diketahui, maka dapat ditentukan tahanan basis
yang dipasang pada transistor tersebut adalah
Karena dipasaran tidak ada nilai resistor yang sesuai dengan perhitungan
maka digunakan resistor 10KΩ dan karena beban inductor bersifat induktif, maka
diperlukan dioda. Kegunaan dioda tersebut adalah untuk menghubung singkat
tegangan induksi yang biasanya muncul disaat saklar dalam keadaan off, sehingga
dapat menghindarkan kerusakan pada transistor. Relay 12V dengan tahanan
sebesar 400Ω di paralel dengan dioda rectifier 1N4002.
3.1.2.6 Blok Perancangan Rangkaian Catu Daya 12V DC
Rangkaian catu daya berfungsi untuk memberikan daya kepada masing-
masing rangkaian sehingga sistem beroprasi secara normal. Rangkaian catu daya
bermacam-macam tergantung dari tingkat kestabilan yang diinginkan dan
tegangan keluaran yang dibutuhkan untuk mengoprasikan suatu rangkaian.
Dengan menggunakan IC Regulator (IC penstabil tegangan) maka bentuk dari
rangkaian catu yang dibuat akan sederhana, murah dan tegangan keluaran yang
dihasilkan akan tetap konstan trgantung dari IC regulator yang dipilih dan
digunakan. Gambar 3.14 di bawah ini menunjukkan rancangan catu daya 12V
Gambar 3.13 Rangkaian Catu Daya12V DC
Prinsip kerja dari rangkaian catu daya DC di atas adalah tegangan PLN
220 volt AC diturunkan (step down) terlebih dahulu menjadi tegangan rendah
dengan bantuan trafo penurun tegangan sehingga menjadi 12V AC, karena
rangkaian membutuhkan tegangan searah maka gelombang tegangan keluaran dari
trafo skunder disearahkan dengan penggunaan dioda jembatan penyearah. Bentuk
gelombang yang disearahkan tersebut masih belum merupakan gelombang
tegangan DC murni sehingga pemasangan kapasitor elektrolit (C1) 2200μF 25V
secara paralel tersebut membantu menyaring tegangan yang masuk sehingga dapat
menghasilkan gelombang DC yang konstan. Karena rangkaian disupply oleh
tegangan 12V DC. Maka terminal keluaran pada capasitor (C1) dihubungkan
dengan IC regulator 7812. Untuk meningkatkan kestabilan tegangan keluaran
maka pada keluaran IC regulator ditambahkan dengan kapasitor (C2) 1000 μF
16V.
3.2 Cara kerja rangkaian kontrol suhu evaporator pada lemari es satu pintu
Secara terinci prinsif kerja rangkaian kontrol suhu evaporator pada lemari
es satu pintu dimulai saat suhu 300C dalam jarak maksimal 5cm dari sumber
dingin terukur oleh sensor LM 35 DZ pada suhu tertentu. Suhu pada jarak
maksimal 5cm disensor oleh LM35 DZ yang disuplai daya +12V diberi dari
rangkaian kontrol pemanas . Dengan disensornya suhu oleh sensor suhu LM 35
DZ maka dari pin ke-2 dari sensor suhu LM35 DZ sebagai Vout/tegangan
keluaran akan mengalami perubahan 10 mV untuk setiap perubahan temperatur
1ºC. Memenuhi persamaan ( 2-3 ) dengan T adalah temperatur yang dideteksi
dalam derajat celcius. Untuk memurnikan Vout LM35 DZ maka dipasang pada
pin 1 dan pin 2 sebuah kapasitor milar (C1) 0,1μF. Misal saat suhu yang disensor
oleh sensor suhu LM35 DZ adalah sebesar 12,6ºC maka Vout dari pin ke-2 sensor
suhu LM35 DZ adalah sebesar 0,128 V menurut pengukuran, sedangkan menurut
perhitungan adalah sebesar 0,126 V hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pengkalibrasian alat yang tidak tepat dan nilai komponen yang digunakan
memiliki toleransi yang cukup besar. Vout dari sensor suhu LM35 DZ ini akan
menjadi Vin dalam rangkaian penguat selisih/komparator nantinya. Untuk
tegangan referensi agar menghasilkan tegangan yang presisi digunakan TL431
sesuai dengan datasheet (+2.5V precision voltage reference) berfungsi sebagai
regulator dengan output +2.5V. Alasan digunakannya TL431 ini adalah agar
nantinya tegangan maksimal output-nya tidak melebihi tegangan +2,5 V sehingga
membandingkan dengan tagangan output LM35 DZ tidak terlalu jauh. Trimpot
2.2K (VR1) dan R3 1.2K membentuk rangkaian pembagi tegangan yang akan
menentukan harga tegangan refrensi (Vref) 0V - 1,62V. R4 ditentukan nilainya
sebesar 1K. R4 ini digunakan untuk membatasi arus langsung melalui IC TL431
sesuai dengan datasheet. Melalui persamaan ( 2-7 ) dalam perhitungan maka
dapat diperoleh Vout maksimal dari pembagi tegangan adalah sebesar 1,617 V
apabila dinyatakan dalam temperatur maka tegangan maksimal 1,617 V
menyatakan suhu 160ºC. Sebelum digunakan sebagai tegangan referensi (Vref)
Vout dari pembagi tegangan tadi masuk ke rangkaian penyangga/buffer. Tujuan
dari penyangga/buffer ini adalah agar tegangan tidak drop/turun karena
pembebanan pada blok rangkaian sebelumya yaitu pada rangkaian pembagi
tegangan.. Penyangga ini mempunyai umpan balik negatif 100% karena
keluarannya disambungkan kembali langsung dengan masukan yang
membalikkan sehingga tegangan keluarannya adalah sama dengan masukan.
Output dari rangkaian penyangga yaitu pada pin ke-7 akan menjadi Vref dalam
rangkaian penguat selisih nantinya. Rangkaian penguat selisih/komparator pada
IC LM358 pada Op-Amp A akan pelakukan perbadingan terhadap V1 dan V2
yang masuk ke dalam kedua input-annya. Dalam perancangan rangkaian ini Vout
dari rangkaian penyangga (Vref) terhubung dengan masukan membalik/ inverting
(+) pada komparator, sedangkan untuk Vout dari LM35 DZ (Vin) terhubung
dengan masukan tak membalik/ non inverting (-) pada rangkaian penguat
selisih/komparator. Rangkaian penguat selisih/komparator berfungsi
membandingkan kedua masukan VRef dan VLM35 DZ sehingga timbul error dari
perbandingan tersebut. Error ini dapat berpotensial negatif atau positif, misalkan
tegangan masukan VLM35DZ 0,122V dan masukan VRef diberi tegangan
acuan/referensi lebih tinggi dari 0,122V, yaitu 0,126 V maka keluaran dari
penguat selisih berpotensial negatif ( - ). Sedangkan apabila masukan dari VLM35
DZ tegangannya 0,128 V dan masukan VRef diberi tegangan lebih rendah dari
0,128V, yaitu 0,126V maka keluaran dari penguat selisih berpotensial positif ( + ).
Jika masuakan dari keduanya sama (VRef = VLM35DZ) keluaran tegangan dari
penguat selisih adalah 0V.
Hasil dari perbandingan/error selanjutnya masuk ke blok rangkaian
transistor sebagai saklar mencapai titik saturasi sehingga berpengaruh nanti
terhadap sensitifitas kinerja rangkaian kontrol ON/OFF. Pada saat mencapai
0,77 V akan membuat transistor yang difungsikan sebagai switching tidak
mencapai titik saturasi/jenuh. Akibat dari titik saturasi transistor tersebut relay
yang difungsikan sebagai saklar bergerak dan arus yang mengalir ke elemen
pemanas akan menyambung sehingga elemen pemanas hidup menghasilkan panas
Dalam perancangan kontrol suhu evapaporator keseluruhan akan terdapat satu
rangkaian penguat selisih/komparator dangan satu Vinput-an. diantaranya
digunakan untuk kontrol ON/OFF elemen pemanas. Pensaklaran elemen pemanas
sesuai dengan set-point yang telah ditentukan merupakan satu buah relay dengan
satu buah transistor A1015 yaitu Q1 yang mengontak satu buah relay. Untuk
menggerakkan transistor sebagai saklar mencapai titik saturasi sama dengan
kontrol ON/OFF elemen pemanas, penguat selisih/komparator dengan error
sebesar 0,77V akan mengakibatkan transistor mencapai titik saturasi dan elemen
pemanas akan dalam keadaan off. Error tersebut merupakan hasil perbandingan
terhadap Vin LM35 DZ dengan Vref tetapan yang diberikan sebesar 0,126V
mewakili suhu 12,6ºC.
3.3 Lokasi Penelitian
Sebelumnya penulis melakukan pembuatan kontrol otomatis, sebagai
langkah awal melakukan survey lemari es satu pintu yang menggunakan kontrol
manual. Tempat yang dijadikan survey yaitu bengkel perbaikan lemari es di kota
singaraja. Dalam melakukan tahap perancangan, pembuatan dan pengujian alat
control suhu evaporator ini dilakukan di Lab Jurusan Teknik Elektro Universitas
Pendidikan Ganesha. Perancangan dan pembuatan rangkaian kontrol suhu
evaporator ini dibuat , dikerjakan serta dilakukan pengujian alat di Work Shop
Jurusan D-3 Teknik Elektro UNDIKSHA Singaraja.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yang dibutuhkan
dalam pembuatan Tugas Akhir adalah beruapa kontrol suhu evaporator.
Dilakukan pengontrolan terhadap pensaklaran elemen pemanas dalam
menghasilkan panas dalam evaporator secara close loop . Subyek penelitian yang
dilakukan yaitu pada kontrol suhu evaporator, khususnya pada rangkaian
kontrolnya saja dan pengembangan kelistrikan lemari es satu pintu..
3.5 Instrumen Penelitian
Adapun peralatan yang digunakan saat melakukan penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Nama dan Jumlah Instrumen yang Digunakan dalam Proses Penelitian
No Nama Alat Jumlah Fungsi
1 Termometer digital 1 buah Mengukur besaran suhu yang terbacadari udara dingin lemari es
2 Multitester Digital 3 buah Mengukur besaran tegangan yangterdapat pada titik-titik pengukuran
3 Multitester Analog 1 buah Mengukur besaran tegangan yangterdapat pada titik-titik pengukuran
4 Kalkulator 1 buah Membantu dalam proses perhitungan
5 Stopwacth 1 buah Membantu dalam proses pengukuranwaktu
Sedangkan peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan alat kontrol suhu evaporator ini dapat dilihat pada tabel 3.2 dan Tabel
3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.2. Daftar Nama dan Fungsi Peralatan Pembuatan Alat
No Nama Alat Fungsi Jumlah
1 Soder listrik Untuk mematri pemasangan komponen 1 buah
2 Ragum Untuk penjepit dan pemipih benda kerja 1 buah
3 Gergaji besi Untuk Memotong benda kerja 1 buah
4 Bor dan matabor
Untuk membuat lubang atau rongga 1 buah
6 Kikir Besi(pipih, bulat,persegi )
Untuk membuat rata permukaan bendakerja
3 buah
7 Meteran danpenggaris
Untuk mengukur panjang atau lebar bendakerja
1 buah
8 Cutter Untuk memotong benda kerja 1 buah
9 Tang(kombinasi,cucut, potong )
Untuk memotong, mengerat benda kerja 3 buah
10 Obeng (-) (+) Untuk Pengerat baut 2 buah
11 Lem tembak Untuk mengelem benda kerja 1 Buah
Tabel 3.3. Daftar Nama Bahan-bahan Pembuatan Alat
No Nama Bahan Jumlah/Ukuran
1 Pipa PVC 1 m
2 Kipas angin kecil 1 Buah
3 Elemen Pemanas 1 Buah
4 Palster Aluminium Penambal seng. 6 m
5 Cassing Plat 1buah
6 Kaleng Cat 1 buah
8 Kabel tis 3 buah
9 Kabel AC serabut Secukupnya
10 Timah Secukupnya
11 Komponen-komponen elektronika daya (dalamrangkaian terlampir)
Secukupnya
12 Baut mur Secukupnya
13 Lem plastik Secukupnya
14 Baut ulir Secukupnya
15 Kabel kecil Secukupnya
16 Cuk AC Secukupnya
17 Kabel 3 jenis Secukupnya
18 Doubletip Secukupnya
19 Papan PCB dan pelarut Secukupnya
20 Soket Kabel 1 buah
3.6 Pengumpulan Data
1. Apabila hasil perancangan dan pembuatan telah sesuai dengan
tahapan-tahapan yang ditetapkan sebelumya maka, rangkaian kontrol
evaporator pada lemari es dilakukan pengujian perblok. Dilakukan
pencatatan dan pengumpulan data, yaitu melakukan pengukuran-
pengukuran tegangan dari tiap-tiap blok rangkaian dengan
menggunakan alat ukur multitester digital. Apabila hasil pengujian
rangkaian perblok rangkaian kontrol telah sesuai dengan yang
ditentukan melaui perancangan perhitungan sebelumnya maka proses
uji alat secara keseluruhan dilakukan. Data-data yang diambil dari
pengumpulan data untuk pengujian alat meliputi besaran tegangan
pada titik-titik pengujian, waktu yang diperlukan untuk mencapai
derajad suatu suhu, suhu yang dihasilkan oleh lemari es dalam waktu
tertentu serta kondisi elemen pemanas dalam suhu tertentu. Setelah
diperoleh data melalui pengukuran-pengukuran dan pengamatan maka
data yang didapat kemudian dilakukan analisa data.
3.7 Analisa Data
Data-data yang diambil dalam pengumpulan data sebelumnya terdiri dari
data hasil pengamatan dan pengukuran pada setiap rancangan, baik dari rancangan
konstruksi dan desain maupun data-data tentang pengujian rangkaian kontrol
elemen pemanas pada setiap blok rangkaian penunjang. Apabila telah sesuai
dengan perancangan sebelumya dengan batas toleransi yang ditetapkan maka
dilakukan pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian alat secara keseluruhan
dimulai dengan memberikan set-point sebesar 0,126V. Waktu pencapain suatu
titik suhu, kondisi dari elemen pemanas tercatat dalam sebuah tabel yang disajikan
secara jelas. Untuk melengkapi dan memperjelas dalam pembacaan tabel maka
dibuat suatu grafik hubungan antara suhu dengan waktu yang diperlukan untuk
mencapai suatu titik suhu dalam pengujian alat. Selanjutnya dilakukan
pembahasan melalui tabel dan grafik yang dibuat.