jurnal_transportasi

Upload: amos-noz

Post on 09-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN LAIK FUNGSI JALAN PADA DAERAH RAWAN KECELAKAAN(STUDI KASUS: PEREMPATAN JL. A. YANI - JL. BUDI UTOMO - JL. M. T. HARYONO)

Bayu Andila PratamaProgram Studi D3 Teknik Sipil Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo KendariJalan H.E.A Mokodompit Kendari

ABSTRAKPenelitian ini mengambil sudut pandang dari tingkat kelaikan fungsi jalan sebagai penyebab kecelakaan yang terjadi pada daerah rawan kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat kelaikan fungsi jalan terhadap kecelakaan yang terjadi pada daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan yakni pengumpulan data kecelakaan untuk melihat faktor penyebab kecelakaan dan pengukuran serta pengamatan langsung di lapangan terhadap parameter faktor jalan penyebab kecelakaan yakni faktor geometri jalan, faktor struktur perkerasan jalan, faktor pemanfaatan bagian-bagian jalan dan faktor manajemen dan rekayasa lalu lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan yang terjadi pada daerah rawan kecelakaan dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2008 hingga tahun 2012) adalah sebanyak 12 kasus kecelakaan dimana 9 kasus diantaranya disebabkan oleh faktor jalan dengan persentase 75% dan 3 kasus selebihnya disebabkan oleh faktor manusia dengan persentase 25%. Faktor jalan (kelaikan fungsi jalan) penyebab kecelakaan dibagi lagi menjadi 4 parameter yakni faktor struktur perkerasan jalan sebanyak 4 kasus dengan persentase 44,44%, faktor manajemen dan rekayasa lalulintas sebanyak 3 kasus dengan persentase 33,33%, dan faktor geometri jalan sebanyak 2 kasus dengan persentase 22,22%. Berdasarkan seluruh hasil penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa tingkat kelaikan fungsi jalan sangat berpengaruh terhadap kecelakaan yang terjadi.

Kata Kunci : laik fungsi jalan, kecelakaan, daerah rawan kecelakaan.

ABSTRACT

This study takes the point of view of the level of function airworthiness as the cause of road accident in accident prone area. This research was conducted in two phases namely accident data collection to see accident prone areas and the fact ors of accident cause and measurment also direct observation in the location on parametric factors causing road accidents namely road geometry factor, pavement structure factor, utilization of the road section factor and management and traffic engineering factor.The result showed the number of accident that happened in accident prone areas in the five years period (from 2008 to 2012) are 12 cases which 9 cases of accident are caused by human factor with percentage of 25%. Road factor (road worthiness function) as the cause of accident is further divided into 4 parameters namely pavement structure as much as 4 cases with percentage of 44,44%, traffic management an engineering factors as much as 3 cases with percentage 33,33%, and road geometry factor as much as 2 cases wit percentage 22,22%.Based on all the result of research conducted indicated that the level of road function airworthiness affect the accident happened.

Keywords: road worthy functions, accident, accident prone ereas.

1. PendahuluanPesatnya pembangunan suatu daerah disertai dengan pertambahan jumlah kendaraan yang tidak terkendali akan membawa dampak kepada peningkatan kecelakaan lalu lintas di jalan. Secara garis besar ada empat faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor lingkungan. Faktor manusia berpengaruh pada pola perjalanan masing-masing individu yang akan mempengaruhi pola perjalanan secara umum sehingga terjadi konflik lalu lintas. Faktor kendaraan berpengaruh dari tingkat kehandalan komponen-komponen kendaraan untuk melakukan manuver pada saat tertentu sebagai reaksi dalam ruang geraknya. Faktor lingkungan berpengaruh pada pertimbangan cuaca yang tidak menguntungkan yang dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi tingkat pengaruhnya belum dapat ditentukan. Sedangkan Faktor jalan berpengaruh pada kehandalan infrastruktur jalan untuk mendukung keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengemudi dalam berkendara di jalan raya termasuk permasalahan kelaikan fungsi jalan itu sendiri. Jumlah kecelakaan yang tinggi pada suatu ruas jalan merupakan indikasi rendahnya tingkat keamanan dan kenyamanan jalan tersebut. Kota Kendari yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu kota yang ada di Indonesia dengan tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Menurut data dari Polres Kendari, diketahui bahwa dalam lima tahun terakhir jumlah peristiwa kecelakaan terbanyak berturut-turut sejak tahun 2008 hingga 2012 terjadi pada perempatan Jl. A. Yani Jl. M. T. Haryono Jl. Budi Utomo. Angka kecelakaan tersebut adalah angka kecelakaan yang tercatat saja (reported accidents), kenyataannya bisa melebihi dari angka kecelakaan tersebut, karena pada kenyataannya masyarakat kadang enggan melaporkan kejadian kecelakaan tersebut pada pihak yang berwenang. Dari data tersebut maka diperlukan adanya upaya untuk mengurangi jumlah kecelakaan. Berdasarkan dengan masalah tersebut di atas, maka peneliti ingin menganalisa tingkat kelaikan fungsi jalan pada daerah-daerah rawan kecelakaan yang ada di kota Kendari (studi kasus: Perempatan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M.T. Haryono).2. Tinjauan Pustaka2.1 Jalan PerkotaanTipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. 1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD). 2. Jalan empat lajur dua arah. a. Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD). b. Terbagi (dengan median) (4/2 D). 3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D). 4. Jalan satu arah (1-3/1).

2.2 Parameter Penilaian Kondisi Kelaikan Fungsi Jalana. Geometri JalanPotongan Melintang Badan Jalan1. Jalur dan Lajur Lalu Lintas

Gambar 2.1 Bagian-bagian jalanKeterangan gambar:a. Jalur lalu lintasb. Lajur lalu lintasc. Bahu jaland. Jalur pejalan kakie. Saluran drainasef. Sempadan jalang. Ruang manfaat jalan (rumaja)h. Ruang milik jalan (Rumija)i. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja)Jumlah lajur untuk tipe jalan arteri adalah: Jalan bebas hambatan: minimal 2 lajur/arah Jalan raya: minimal 2 lajur/arah Jalan sedang: minimal 2 lajur/2 arah Jalan kecil: minimal 2 lajur/2arahJumlah lajur untuk tipe jalan kolektor adalah: Jalan bebas hambatan: minimal 2 lajur/arah Jalan raya: minimal 2 lajur/arah Jalan sedang: minimal 2 lajur/2 arah Jalan kecil: minimal 2 lajur/2arahLebar lajur untuk tipe jalan arteri adalah: Jalan bebas hambatan: minimum 3,5 m Jalan raya: minimum 3,5 m Jalan sedang: minimum 3,5 m Jalan kecil: minimum 2,75 mLebar lajur untuk tipe jalan kolektor adalah: Jalan bebas hambatan: minimum 3,5 m Jalan raya: minimum 3,5 m Jalan sedang: minimum 3,5 m Jalan kecil: minimum 3,5 m2. Bahu JalanBerdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas:1. Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat.2. Bahu yang di perkeras.Dilihat dari letaknya bahu jalan terhadap arah lalu lintas, maka bahu jalan dapat dibedakan atas:1. Bahu kiri/bahu luar adalah bahu yang terletak di sebelah kiri dari jalur lalu lintas.2. Bahu kanan/bahu dalam adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.Lebar bahu untuk jalan arteri (primer) adalah: Jalan bebas hambatan: 2,5 m Jalan raya: 2 m Jalan sedang: 1,5 m Jalan kecil: 0,5 m

Lebar bahu untuk jalan arteri (sekunder) adalah: Jalan bebas hambatan: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan raya: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan sedang: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan kecil: 0,25 m (kiri/kanan)Lebar bahu jalan untuk jalan kolektor (primer) adalah: Jalan bebas hambatan: 2,5 m Jalan raya: 2 m Jalan sedang: 1,5 m Jalan kecil: 0,5 mLebar bahu untuk jalan kolektor (sekunder) adalah: Jalan bebas hambatan: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan raya: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan sedang: 0,25 m (kiri/kanan) Jalan kecil: 0,25 m (kiri/kanan)3. Median Median merupakan suatu bagian tengah jalan yang secara fisik memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah.Lebar median jalan ada dua yaitu: Tipe ditinggikan (minimum 1,2 m) Tipe diturunkan (minimum 0,9 m)Tipe median jalan ada tiga yaitu: Median datar adalah jarak dua buah garis utuh lebih besar dari 18 cm, di dalamnya terdapat marka serong. Median diturunkan adalah cekung, dengan kemiringan 6 - 15% dari sisi luar ke tengah median. Median ditinggikan adalah tinggi median dari permukaan jalan adalah 18 25 cm, menggunakan kerb.

Jenis perkerasan median adalah: Median datar (hanya menggunakan marka) Median diturunkan (permukaan hanya menggunakan material yang mampu meredam kecepatan) Median ditinggikan (menggunakan kerb, dengan tingi 18 - 25 cm, menggunakan beton/rumput pada permukaan)Bukaan median jalan (arteri) adalah: Antar kotaJarak bukaan: minimum 5 mLebar bukaan: minimum 7 m Dalam kotaJarak bukaan: minimum 0,5 mLebar bukaan: minimum 4 mBukaan median jalan (kolektor) adalah: Antar kota Jarak bukaan: minimum 3 mLebar bukaan: minimum 4 m Dalam kotaJarak bukaan: minimum 0,3 mLebar bukaan: minimum 4 mb. Struktur Perkerasan Jalan1. Jenis Perekerasan Jalan/Kesesuaian Struktur Perkerasan Jalan dengan Lalu Lintas yang Dilayani, Kelas Fungsi Jalan, dan Kelas Penggunaan Jalana. Jalan bebas hambatan: super paved, beton semen, beton aspal.b. Jalan raya: beton aspal, perkerasan beraspal.c. Jalan sedang: perkerasan beraspal.d. Jalan kecil: perkerasan beraspal, jalan kerikil/tanah.

2. Kondisi Perkerasan Jalan1. Kedalaman lubanga. Shallow: 50 mm2. Intensitas lubanga. Baik: 0 - 40 m2/Kmb. Sedang: 40 - 200 m2/Kmc. Rusak: 200 - 600 m2/Kmd. Rusak berat: >600 m2/Km3. Lebar retaka. Retak buaya: retak yang mempunyai celah lebih besar atau sama dengan 3 mm, saling berangkai membentuk kotak-kotak kecil menyerupai kulit buaya.b. Retak acak: retak yang terjadi pada tempat-tempat tertentu secara acak.c. Retak melintang: retak yang terjadi melintang sumbu jalan.d. Retak memanjang: retak yang terjadi memanjang atau sejajar sumbu jalan.4. Intensitas retaka. Baik: 0 100 m2/Kmb. Sedang: 100 500 m2/Kmc. Rusak: 500 1.000 m2/Kmd. Rusak berat: >1.000 m2/Km5. Tekstur perkerasan jalana. Baik: permukaan jalan rata tanpa ada perubahan bentuk.b. Kegemukan: permukaan jaln licin dan mengkilat,tidak ada batu yang tampak pada saat hari sedang terik permukaan jalan menjadi lunak dan lengket.c. Pelepasan butir: keadaan dimana bahan pengikat aspal tidak mengikat batu sehingga banyak batu yang terlepas.d. Kekurusan: permukaan jalan hancur dan hampir seluruh bahan pengikat aspal hilang.e. Pengelupasan: pelepasan permukaan jalan secara melempeng.f. Permukaan rapat: keadaan permukaan jalan yang licin.c. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas1. MarkaMarka jalan meliputi tanda garis membujur, garis melintang, kerucut lalu lintas serta lambang-lambang lainnya yang ditempatkan di atas permukaan jalan.Marka persimpangana. Garis pengarah: lebar garis = 0,12 mb. Garis stop: lebar garis = 0,3 mc. Garis pendekat: Arteri:v = 60 Km/jam, panjang garis = 18 mv = 30 Km/jam, panjang garis = 9 m Kolektor:v = 60 Km/jam, panjang garis = 18 mv = 30 Km/jam, panjang garis = 9 m Lebar garis = 0,15 md. Zebra cross: panjang garis minimum = 2,5 m, lebar garis = 0,30 cm, jarak antar garis = 0,30 m2. Rambua. Rambu laranganb. Rambu peringatanc. Rambu perintahd. Rambu petunjuke. Rambu sementaraf. Papan tambahan

3. Pulau JalanPulau jalan adalah bagian dari persimpangan yang ditinggikan dengan kerb, yang dibangun sebagai pengarah arus lalu lintas, serta merupakan tempat untuk pejalan kaki pada saat menunggu kesempatan menyeberang.Macam-macam pulau jalan ada tiga yaitu: Pulau kanal: untuk mengatur dan memperlancar lalu lintas. Pulau pemisah: untuk memastikan arus lalu lintas searah dan berlawanan. Pulau pengaman: untuk pejalan kaki.4. TrotoarLebar trotoar dibutuhkan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 - 3 m merupakan nilai yang umum digunakan.d. Pemanfaatan Bagian-bagian Jalan1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.Lebar dan tinggi rumaja :a. ArteriJalan bebas hambatan: 42,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 14 m 35,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 11 m 28,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 7 mJalan raya: 38,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 14 m 31,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 11 m 24,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 7 mJalan sedang: 13,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 7 mJalan kecil: 8,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 5,5 m 5,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2,5 m Tinggi rumaja = 5 m Kedalaman rumaja 1,5 mb. Kolektor Jalan bebas hambatan: 42,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 14 m 35,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 11 m 28,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 7 mJalan raya: 38,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 14 m 31,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 11 m 24,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2 x 7 mJalan sedang: 13,0 m untuk lebar jalur lalu lintas = 7 mJalan kecil: 8,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 5,5 m 5,5 m untuk lebar jalur lalu lintas = 2,5 m Tinggi rumaja = 5 m Kedalaman rumaja 1,5 m

Pemanfaatan rumaja :Rumaja diperuntukkan untuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, pelengkap jalan, bangunan pelengkap jalan lainnya.2. Ruang Milik Jalan (Rumija)Rumija terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.Lebar Rumija :a. Arteri Jalan bebas hambatan: 30 m Jalan raya: 25 m Jalan sedang: 15 m Jalan kecil: 11 mb. Kolektor Jalan bebas hambatan: 30 m Jalan raya: 25 m Jalan sedang: 15 m Jalan kecil: 11 mPemanfaatan Rumija :Pelebaran jalan atau penambahan lajur lalu lintas dimasa yang akan datang, kebutuhan ruang untuk pengaman jalan, ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai landscape jalan, kebutuhan ruang untuk penempatan utilitas.

3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)Ruwasja adalah ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang pengunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.Lebar ruwasja :a. Arteri Primer: minimum 15 m Sekunder: minimum 15 mb. Kolektor Primer: minimum 10 m Sekunder: minimum 5 mPemanfaatan Ruwasja :Diperuntukkan bagi pemandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan dan pengamanan fungsi jalan.2.3 KecelakaanKecelakaan lalu lintas menurut UU RI Pasal 1 No. 22 tahun 2009 pasal 1 adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. 2.4 Daerah Rawan KecelakaanDaerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko dan potensi kecelakaan yang tinggi pada suatu ruas jalan. Lokasi rawan kecelakaan lalu lintas adalah lokasi tempat sering terjadi kecelakaan lalu lintas dengan tolak ukur tertentu, yaitu ada titik awal dan titik akhir yang meliputi ruas (penggal jalur rawan kecelakaan lalu lintas) atau simpul (persimpangan) yang masing-masing mempunyai jarak panjang atau rasidu tertentu. Ruas jalan di dalam kota ditentukan maksimum 1 (satu) km dan di luar kota ditentukan maksimum 3 (tiga) km. Simpul (persimpangan) dengan radius 100 meter.

Tabel 2.1 Tolak ukur kerawanan kecelakaan lalu lintas pada ruas dan simpulLokasi Rawan KecelakaanDalam KotaLuar Kota

Pada ruas dan simpul jalanMinimal 2 kecelakan lalulintas dengan akibat meninggal dunia atau 5 kecelakaan lalu lintas dengan akibat luka/rugi material (pertahun)Minimal 3 kecelakaan lalulintas dengan akibat meninggal dunia atau 5 kecelakaan lalulintas dengan akibat luka/rugi material (pertahun)

2.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu LintasFaktorfaktor penyebab kecelakaan dibagi atas 4 kelompok yaitu:1. Faktor manusia2. Faktor kendaraan3. Faktor jalan4. Faktor lingkungan

3. Metode PenelitianPenelitian ini mencangkup penelitian dan pengamatan visual serta pengukuran-pengukuran langsung terhadap tingkat kelaikan fungsi jalan pada titik-titik rawan kecelakaan atau daerah rawan yakni pada perempatan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo - Jl. M. T. Haryono berdasarkan geometri jalan, struktur perkerasan jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas, dan pemanfaatan bagian-bagian jalan sesuai dengan standar laik fungsi jalan nasional dengan sumber data kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Polres Kendari dalam kurun waktu lima tahun terakhir.Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data kecelakaan lalu lintas Kota Kendari yang diperoleh dari Polres Kendari dalam kurun lima tahun terakhir kemudian menggabungkan kesemua data tersebut untuk mendapatkan titik rawan kecelakaan atau daerah rawan kecelakaan di Kota Kendari. Setelah titik rawan kecelakan didapatkan kemudian dilakukan pengukuran terhadap tingkata kelaikan fungsi jalan di daerah tersebut dengan membagi ruas jalan masingmasing menjadi 4 segmen kemudian diteliti dan diukur berdasarkan parameter yang dicari. Pengukuran tingkat kelaikan fungsi jalan mengambil parameter penelitian yakni Penelitian teknis Geometri Jalan (jalur dan lajur lalu lintas, bahu jalan dan median jalan), teknis Struktur Perkerasan Jalan (jenis perkerasan jalan, kondisi perkerasan jalan), dan teknis Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (marka, rambu, pulau jalan, trotoar) berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan sebagai acuan.Setelah hasil pengukuran didapatkan maka kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan hasil penelitian yakni tingkat kelaikan jalan pada daerah rawan kecelakaan tersebut.

Mulai

Pengambilan Data

Survey

Data SekunderKondisi jalanData PrimerData kecelakaan lalu lintas

Analisis Data

Pengolahan Data

Hasil

Gambar 3.1 Diagram penelitian

4. Hasil PenelitianHasil penelitian meliputi: Hasil penelitian teknis Geometri Jalan, teknis Struktur Perkerasan Jalan, teknis Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan teknis Pemanfaatan Bagian-bagian Jalan.4.1 Hasil Penelitian Parameter Kelaikan Fungsi JalanPenelitian ini dilakukan dengan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan sebagai acuan. Penelitian parameter kelaikan fungsi jalan meliputi: Penelitian teknis Geometri Jalan (jalur dan lajur lalu lintas, bahu jalan dan median jalan), teknis Struktur Perkerasan Jalan (jenis perkerasan jalan, kondisi perkerasan jalan), dan teknis Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (marka, rambu, pulau jalan, trotoar).a. Hasil Penelitian Teknis Geometri JalanPenelitian dilakukan terhadap kondisi geometri jalan di lokasi penelitian untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter teknis geometri jalan tersebut. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4.

Hasil penelitian teknis geometri jalan menunjukkan bahwa kondisi geometri jalan pada lokasi penelitian sebagian besar tidak memenuhi standar kelaikan fungsi jalan.b. Hasil Penelitian Teknis Struktur Perkerasan Jalan Penelitian dilakukan terhadap kondisi struktur perkerasan jalan di lokasi penelitian untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter teknis struktur perkerasan jalan tersebut. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.5, tabel 4.6, tabel 4.7, dan tabel 4.8.

Hasil penelitian teknis struktur perkerasan jalan menunjukkan bahwa kondisi struktur perkerasan jalan pada lokasi penelitian sebagian kecil tidak memenuhi standar kelaikan fungsi jalan.c. Hasil Penelitian Teknis Pemanfaatan Bagian-Bagian JalanPenelitian dilakukan terhadap kondisi pemanfaatan bagian-bagian jalan di lokasi penelitian untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan tersebut. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.9, tabel 4.10, tabel 4.11, dan tabel 4.12.

Hasil penelitian teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan menunjukkan bahwa kondisi pemanfaatan bagian-bagian jalan pada lokasi penelitian hampir seluruhnya tidak memenuhi standar kelaikan fungsi jalan.d. Hasil Penelitian Teknis Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Penelitian dilakukan terhadap kondisi manajemen dan rekayasa lalu lintas di lokasi penelitian untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter teknis manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan tersebut. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.13, tabel 4.14, tabel 4.15, dan tabel 4.16.

Hasil penelitian teknis manajemen dan rekayasa lalu lintas menunjukkan bahwa kondisi manajemen dan rekayasa lalu lintas pada lokasi penelitian sebagian besar tidak memenuhi standar kelaikan fungsi jalan.4.1.2 Faktor Penyebab kecelakaanFaktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pada perempatan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M. T. Haryono merupakan gabungan dari beberapa faktor yaitu faktor teknis kelaikan fungsi jalan meliputi kondisi geometri jalan, struktur perkerasan jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pengemudi yang lalai mengendarai kendaraannya.Faktor penyebab kecelakaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 dan diagram berikut.

Gambar 4.1. Diagram faktor penyebab kecelakaanDari tabel dan diagram penyebab kecelakaan di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor jalan. Hal ini menunjukan bahwa 75% penyebab kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh tingkat kelaikan fungsi jalan yang rendah di daerah tersebut.4.2 Pembahasan4.2.1 Hubungan Tingkat Kelaikan Fungsi Jalan Terhadap Kecelakaan Lalu LintasTingkat kelaikan fungsi jalan terhadap jumlah kecelakaan yang terjadi adalah suatu hal dimana keadaan fisik suatu jalan menjadi tolak ukur terhadap tingkat kecelakaan yang terjadi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan telah dijabarkan pada tabel kronologi kecelakaan di atas menunjukkan bahwa kecelakaan yang terjadi di lokasi penelitian (persimpangan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M. T. Haryono) hampir seluruhnya diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kelaikan fungsi jalan yang sesuai standar.Berdasarkan data kecelakan lalu lintas yang diperoleh dari Polres Kendari selama lima tahun terakhir yakni yang dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2012 menyatakan jumlah kecelakaaan terbanyak terdapat di persimpangan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo - Jl. M. T. Haryono yakni sebanyak 12 kasus kecelakaan. Dari 12 kasus kecelakaan tersebut, 9 kasus diantaranya disebabkan oleh parameter kelaikan fungsi jalan itu sendiri sedangkan sisanya yakni 3 kasus kecelakaan disebabkan oleh faktor pengemudi. Faktor kelaikan fungsi jalan itu sendiri dibagi lagi menjadi 4 parameter yakni faktor geometri jalan sebanyak 2 kasus kecelakaan, faktor struktur perkerasan jalan sebanyak 4 kasus, faktor manajemen dan rekayasa lalu lintas sebanyak 2 kasus dan faktor pemanfaatan bagian-bagian jalan sebanyak 0 kasus. Persentase dari masing-masing parameter tersebut dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 4.2. Diagram persentase parameter faktor jalanDiagram persentase faktor parameter jalan di atas menunjukan bahwa penyebab kecelakaan yang terjadi berasal dari 22,22% untuk faktor geometri jalan, 44,44% untuk faktor struktur perkerasan jalan, 0% untuk pemanfaatan bagian-bagian jalan, dan 33,33% untuk manajemen dan rekayasa lalu lintas. Faktor struktur perkerasan jalan menjadi faktor tertinggi penyebab terjadinya kecelakaan di daerah tersebut. Faktor-faktor tersebut secara langsung menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Lubang-lubang dan lendutan penyebab kecelakaan yang terdapat di jalan itu sendiri merupakan bagian dari kerusakan struktur perkerasan jalan, begitu pula dengan tidak adanya garis pengarah merupakan bagian dari tidak sempurnanya manajemen dan rekayasa lalu lintas serta median dan lebar lajur yang tidak efisien merupakan bagian dari kesalahan teknis geometri jalan. Hal ini mengindikasikan bahwa sangat diperlukan penanganan terhadap ketidaklaikan fungsi jalan di daerah tersebut khususnya pada faktor struktur perkerasan jalan untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi.Berdasarkan seluruh hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa tingkat kelaikan fungsi jalan sangat berpengaruh pada kecelakaan yang terjadi. Semakin rendah tingkat kelaikan fungsi jalan maka semakin tinggi jumlah kecelakaan yang terjadi.5. KesimpulanDari hasil penelitian pada daerah rawan kecelakaan yaitu persimpangan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M. T. Haryono yang berdasarkan pada acuan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Secara keseluruhan jumlah kecelakaan yang terjadi pada persimpangan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M. T. Haryono adalah sebanyak 12 kasus kecelakaan dan 9 kasus diantaranya disebabkan oleh tingkat kelaikan fungsi jalan yang rendah pada daerah tersebut yakni 2 kasus kecelakaan yang terjadi dengan persentase 22,22% akibat faktor geometri jalan yang tidak memenuhi standar, 4 kasus kecelakaan dengan persentase 44,44% yang disebabkan oleh faktor struktur perkerasan jalan yang juga tidak memenuhi standar dan 3 kasus kecelakaan dengan persentase 33,33 % yang disebabkan karena tidak sempurnanya faktor manajemen dan rekayasa lalu lintas. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kelaikan fungsi jalan pada persimpangan Jl. A. Yani Jl. Budi Utomo Jl. M. T. Haryono rendah sehingga menjadi daerah yang tingkat kecelakaannya paling tinggi selama lima tahun terakhir.2. Berdasarkan seluruh hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa tingkat kelaikan fungsi jalan sangat berpengaruh pada kecelakaan yang terjadi. Semakin rendah tingkat kelaikan fungsi jalan maka semakin tinggi jumlah kecelakaan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKAAnonim.Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).Departemen Pekerjaan Umum.Direktorat Jendral Bina Marga.Jakarta:1997.C.S.T., Kansil.Disiplin Berlalulintas Dijalan Raya.Jakarta.Rineka Cipta:1991.Hobbs, FD.Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas.Edisi 2.Gadja Mada University Pres.Yogyakarta:1995.Jotin, C. Kent B. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi.Jilid 1.Edisi Ke Tiga Erlangga.Jakarta:2003.Vazza, Herry.Petunjuk Teknik Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan.Direktorat Bina Teknik.Direktorat Jenderal Bina Marga.Jakarta:2011.Direktorat Jenderal Bina Marga, RSNI T-14-2004-B, Pedoman Perencanaan Geometri Jalan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1997.Direktorat Jenderal Bina Marga, 013/T/Bt/1995, Pedoman Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1995.Direktorat Jenderal Bina Marga, 05/T/BNKT/1991, Survey Kondisi Jalan Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1991.Direktorat Jenderal Bina Marga, 009/PW/2004, Perencanaan Fasilitas Pengendali Kecepatan Lalu Lintas, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 2004.Direktorat Jenderal Bina Marga, 01/P/BNKT/1991, Pemasangan Marka dan Rambu Jalan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1991.Direktorat Jenderal Bina Marga, 001/P/BNKT/1991, Pemasangan Marka dan Rambu Jalan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1991.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. xxx/PRT/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan.Repermen PTJ lampiran, 16 Desember 2010.