jurnal praktikum kosmetika salisilat fix

Upload: indrasuari-anak-agung-ayu

Post on 18-Jul-2015

778 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

JURNAL PRAKTIKUM KOSMETIKA FORMULASI KRIM ASAM SALISILAT ALISA

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Made Surya Wedana JS Nyoman Yudi Kurniawan A.A.Ayu Indrasuari Putu Yunia Irmayanti Jesica Arikumalasari Putu Aan Pustiari (0808505022) (0808505029) (0908505027) (0908505053) (0908505062) (0908505074)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2012

BAB I I. PENGERTIAN DAN PENJELASAN SEDIAAN 1.1 Krim Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim yaitu: 1. Krim tipe air-minyak (A/M) contohnya sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan cera. 2. Krim tipe minyak-air (M/A) contohnya sabun monovalen seperti triethanolaminum stearat, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2005). Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Ansel, 2005). Krim dapat digunakan pada luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semipermeabel, setelah air menguap pada tempat yang digunakan. Tetapi emulsi air di dalam minyak dari sediaan semipadat cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit (Lachman, 2008). Stabilitas krim akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu, perubahan komposisi dan disebabkan juga oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Zat pengawet yang umumnya digunakan dalam krim yaitu metil paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%. Dalam penandaan sediaan krim, pada etiket harus tertera Obat Luar dan pada penyimpanannya harus dalam wadah tertutup baik atau tube dan disimpan di tempat sejuk (Depkes RI, 1979). 1.2. Kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter

persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, dan bahu (Suryarahman, 2011). Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Suryarahman, 2011). Epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan merkel. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi sel kulit pada epidermis setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis. 3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Stratum Basal (Stratum Germinativum). Terdapat aktivitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Stratum germinativum merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit (Suryarahman, 2011). Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin, berfungsi sebagai struktur penunjang, suplai nutrisi, dan respon inflamasi. Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papiler

yang tipis mengandung jaringan ikat longgar dan lapisan retikuler yang tebal terdiri dari jaringan ikat padat (Suryarahman, 2011). Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis (Suryarahman, 2011). Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Subkutis/hipodermis berfungsi sebagai isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan penahan goncangan dari luar (Suryarahman, 2011).

Gambar 1. Bagian-bagian kulit (McGrath et al., tt) 1.3. Obat Antijamur Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur seperti, kurap, kandidiasis (thrush), infeksi sistemik serius seperti meningitis kriptokokal, dan lain-lain. Obat tersebut biasanya diperoleh dengan resep dokter atau dibeli over-the-counter. Anti jamur bekerja dengan memanfaatkan perbedaan antara sel mamalia dan jamur untuk membunuh organisme jamur tanpa efek yang berbahaya pada host (Anonim, tt). Jamur adalah eukariota yang berbeda secara umum dengan eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi structural, serta pertumbuhan dan

reproduksinya. Jamur bersifat heterotrof dan memperoleh makanannya dengan cara menyerap molekul-molekul organik kecil dari medium di sekitarnya. Untuk memperoleh molekul-molekul organik kecil tersebut, tubuh jamur mensekresikan enzim-enzim hidrolitik ke dalam makanan yang berada di sekitarnya. Ada beberapa jamur yang bersifat parasit pada hewan dan menyerang organ tertentu yang dapat menyebabkan kematian (Anonim, tt).

II. FORMULA 2.1. Formula Utama Bahan Persentase (%)

Salisylic acid Stearic acid Cetyl alcohol Glycerin Potassium hydroxide Propyl paraben Methyl paraben Purified water Total

6,00 15,00 5,00 5,00 1,00 0,05 0,10 68,65 100,00 (Purushothamrao et al., 2011)

2.1.1. Perhitungan Formula Utama Nama Bahan Asam Salisilat Asam stearat Setil alkohol Gliserin Kalium hidroksida Propil paraben Metil Paraben Air Murni Rentang Konsentrasi Menurut Pustaka (%) 1-6% 1-20% 2-10% < 30% 0,01-0,6% 0,02-0,3% Fungsi Konsentra si yang Dipakai (%) 5 15 5 5 1 0,03 0,06 69,91 Penimba ngan 1 Sediaan 0,5 g 1,5 g 0,5 g 0,5 g 0,1 g 3 mg 6 mg 7 mL Penimban gan 2 Sediaan 1g 3g 1g 1g 0,2 g 6 mg 12 mg 14 mL Penambah an bahan 10% 1,1 g 3,3 g 1,1 g 1,1 g 0,22 g 6,6 mg 13,2 mg 15,4 ml

Zat aktif Emulsifiyi ng agent Stiffening agent Emolien Alkalizing agent Pengawet Pengawet Basis

2.2. Formula Alternatif

(Niazin, 2004)2.2.1. Perhitungan Formula Alternatif

Nama Bahan

Glyceryl stearat PEG-75 stearat Asam stearat Minyak mineral Air Deionisasi Asam salisilat

Rentang Konsentra si Menurut Pustaka (%) 1-20% 1-32% 1-6%

Fungsi

Konsentr asi yang Dipakai (%) 7,5 7,5 0,5 8 66,5 10

Penimba ngan 1 Sediaan (gram) 0,75 0,75 0,05 0,8 6,65 1

Penimban gan 2 Sediaan (gram) 1,5 1,5 0,1 1,6 13,3 2

Penambah an bahan 10% (gram) 1,65 1,65 0,11 1,76 14,63 2,2

Emolient Basis minyak Emulsifiying agent Basis minyak Pelarut Bahan aktif

III. BAHAN DAN ALAT 3.1. Bahan Asam salisilat Asam stearat Minyak mineral

3.2. Alat Beaker glass Cawan petri Batang pengaduk Timbangan analitik Termometer Gelas ukur Sendok tanduk Sudip Pipet tetes Pot cream Penangas air

Aqua destilata Glyseryl monostearate PEG 75 stearat Cetyl alkohol Gliserin KOH NaOH Propilparaben Metilparaben Aquadest

3.3. Pemerian Bahan a. Asam Salisilat Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5 % C7H6O3. BM=138,12 Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.

Kelarutan

:larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.

Suhu lebur

: antara 158,5 dan 161.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Khasiat: keratolitikum, antifungi. (Depkes RI, 1979) b. Asam Stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2. (Depkes RI, 1979). Pemerian Kelarutan : zat padat keras mengkilat susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. (Depkes RI, 1979). : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. (Depkes RI, 1979). Suhu lebur : tidak kurang dari 54.(Depkes RI, 1979). Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. (Depkes RI, 1979). Khasiat: zat tambahan. (Depkes RI, 1979). Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan stabil; antioksidan juga dapat ditambahkan kedalamnya. (Rowe et al, 2003). Inkompatibilitas : Asam stearat tidak kompatibel dengan logam hidroksida dan mungkin tidak kompatibel dengan basa, bahan pereduksi, dan oksidator. (Rowe et al, 2003).

c. Minyak Mineral (Parafin Cair) Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj. (Depkes RI, 1979)

Pemerian Kelarutan

: cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. (Depkes RI, 1979) : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. (Depkes RI, 1979).

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Khasiat: basis minyak. (Rowe et al, 2003) Stabilitas : teroksidasi bila terpapar panas dan cahaya. (Rowe et al, 2003) Inkompatibilitas : dengan bahan oksidator kuat. (Rowe et al, 2003) d. Deionized water (Aqua destilata) Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. BM= 18,02. Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. (Depkes RI, 1979) e. Glyceryl Monostearate Pemerian : Glyceryl monostearate berwarna putih krem seperti lilin padat dalam bentuk manik-manik/beads, serpih, atau serbuk. Licin saat disentuh dan memiliki bau dan rasa sedikit berlemak. C21H42O4, BM=358.6 Kelarutan : larut dalam etanol panas, eter, kloroform, aseton panas, minyak mineral, dan fixed oils. Praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat terdispersi dalam air dengan bantuan sejumlah kecil sabun atau surfaktan lainnya. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya. Khasiat Stabilitas : Emolien; bahan pengemulsi; bahan pelarut; bahan stabilisasi; bahan sustained-release; lubrikan tablet dan kapsul. : Jika disimpan pada suhu hangat, bilangan asam gliseril monostearat meningkat pada penuaan dikarenakan proses saponifikasi ester dengan sejumlah air. Antioksidan yang efektif dapat ditambahkan, seperti butylated hydroxytoluene dan propyl gallate. Inkompatibilitas : Tingkat self-emulsifying dari gliseril monostearat tidak kompatibel dengan zat asam (Rowe et al, 2003) Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

f. PEG 75 Stearat Sinonim Pemeriaan Kelarutan Titik lebur Kegunaan Stabilitas : PEG 4000 monostearat : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading; praktis tidak berbau; tidak berasa. :Mudah larut dalam air, dalam ethanol (95%)P dan dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P : 50 580 C ( Ansel, 2005) : Sebagai bahan tambahan (basis Suppositoria) : polietilen glikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, meskipun tingkat dengan berat molekul kurang dari 2000 adalah higroskopis. Polietilen glikol tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak menjadi tengik. Inkompatibilitas : Reaktivitas kimia polietilena glikol terutama terbatas pada dua kelompok hidroksil terminal, yang dapat berupa esterifikasi atau dieterkan. Namun, semua tingkat dapat menunjukkan beberapa aktivitas oksidasi karena adanya pengotor peroksida dan produk sekunder yang terbentuk oleh autoksidasi. Nilai polietilen glikol cair dan padat mungkin tidak kompatibel dengan beberapa pewarna. Efek fisik yang disebabkan oleh basis polietilen glikol termasuk pelunakan dan pencairan dalam campuran dengan fenol, asam tannic, dan asam salisilat. (Rowe et al, 2003) g. Gliserin Sinonim Rumus empiric Berat molekul Fungsi : trihidroxypropane glycerol : C3H8O3 : 92,09 : Antimikroba>20%, emolient sampai 30 %, humektan sampai 30 %, plasticizer, solvent, pemanis, agen pengion. Presentase penggunaan senagai emolien dan humectan < 30 % (Rowe et al, 2006). Pemerian Kelarutan : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental, larutan higroskopis, rasa manis. : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak larut, air mudah larut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

(Depkes RI, 1979). h. Metylparaben Sinonim Rumus empirik Berat molekul Fungsi Pemerian Kelarutan : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M. : C8H8O3 : 152,15 : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3% : kristal putih, tidak berbau, panas : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400, (Rowe et al, 2006). i. Setil Alkohol Pemerian Kelarutan : Setil alkohol berupa lilin, serpihan putih, granul, atau kubus; berbau lemah dan rasa hambar. : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan meningkat dengan meningkatnya suhu, praktis tidak larut dalam air. Larut ketika mencair dengan lemak, parafin cair dan padat, dan isopropil miristat. Titik lebur : 45-52C jawab untuk menurunkan titik leleh ibuprofen, yang menghasilkan kecenderungan menempel selama proses pembentukan lapisan film kristal ibuprofen. Fungsi : agen pengeras (Rowe et al., 2009) Inkompaktibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. Setil alkohol bertanggung

Presentase penggunaan untuk sediaan topikal 0,02-0,3 %

IV. CARA KERJA 4.1. Formula Utama 1. Ditimbang semua bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan tabel penimbangan2. Dicampurkan bahan-bahan fase minyak (asam stearat dan setil alkohol) dalam cawan

porselin dan dilebur di atas penangas pada suhu 70oC, dan disertai dengan pengadukan yang konstan

3. Dicampurkan fase air (air, gliserin, dan potassium hidroksida) dan dipanaskan kira-kira sampai mencapai suhu yang sama dengan fase minyak. 4. Fase air ditambahkan ke fase minyak sedikit demi sedikit disertai dengan pengadukan menggunakan pengaduk magnetik, dan campuran perlahan-lahan didinginkan. 5. Setelah dingin, ditambahkan asam salisilat ke dalam basis, diaduk dengan menggunakan pengaduk magnetik 6. Kemudian ditambahkan pengawet peopil paraben dan metil paraben, dan diaduk dengan pengaduk magnetik 7. Sediaan yang telah selesai, dimasukkan ke dalam kemasan dan diberi etiket serta brosur. 4.2. Formula Alternatif 1. Ditimbang semua bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan tabel penimbangan2. Dicampurkan glyceryl stearat, PEG-75 stearat, asam stearat, mineral oil dan deionized

water dengan suhu 75oC.3. Didinginkan campuran tersebut dengan pengadukan lembut. Setelah suhu turun, kira-

kira 30oC ditambahkan asam salisilat, diaduk hingga homogen. 4. Sediaan yang telah selesai, dimasukkan ke dalam kemasan dan diberi etiket serta brosur

V. EVALUASI SEDIAAN 5.1. Fisika 5.1.1. Pengujian Organoleptis Pengujian dilakukan dengan melihat bau, warna dan bentuk sediaan yang dibuat secara visual. 5.1.2. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. 5.1.3. Pengukuran Viskositas Sediaan Viskositas formula krim diukur dengan menggunakan viscometer Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear rates yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30, 0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan sebagai equilibration dengan rentang shear rate dari 0,2 s-1 hingga 1.0 s-1. Penentuan viskositas dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot pada rheogram (Purushothamrao et al., 2011). 5.1.4. Uji Daya Sebar Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994). 5.1.5. Uji Lekat Sampel 0,25 gram diletakan diatas 2 gelas obyek yang telah ditentukan. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas obyek kemudian gelas obyek dipasang pada alat uji. Alat uji diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasannya gel dari gelas obyek (Miranti, 2009). Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

5.2. Kimia 5.2.1. Pengukuran pH Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI, 1995).

VI. KEMASAN DAN ETIKET

VII. LEMBAR PENGAMATAN 6.1. Fisika 6.1.1. Bau Warna Bentuk 6.1.2. Uji Organoleptis : ................................... : ................................... : ...................................

Homogenitas

............................................................................................................................................. ...................................................................................................................................... 6.1.3. Viskositas Sediaan Kecepatan Uji I Uji II Uji III

6.1.4.

Daya Sebar

Berat Kaca Penutup = .............................. Berat cream = ........................................... Beban Diameter I Diameter II Diameter III Diameter rata-rata

6.1.5.

Daya Lekat Beban Waktu I Waktu II Waktu III

6.2. Kimia 6.2.1. Pengukuran pH Pengukuran pH sediaan cream menunjukkan pH = ...............

DAFTAR PUSTAKA Anief, M. 2005. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. Anonim. tt. Evolusi Fungi dan Hewan. (cited 07 March, 2012). Available at :http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196307011988031SAEFUDIN/Evolusi_fungi_dan_hewan.pdf

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI Press : Jakarta. Niazi, S. K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Semisolid Products. Volume 4. Boka Raton : CRC Press. Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Pharmaceutical Press. London. Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010. Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Int J Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010 ISSN: 0975-0525. 4