jurnal pendikar_implementasi pendidikan karakter di smp negeri 8 merauke

17
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Tritunggal Allah Yang Mahakudus karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 Merauke. Tesis ini dibuat sebagai syarat guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih. Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura yang telah membuka Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cendrawasih. 2. DR. Leonard Sagisolo, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan (MMP) Universitas Cenderawasih Jayapura. 3. DR. F.X. Soewarto CT, MS Sebagai Pembimbing I, yang telah membantu penulis sampai dengan menyelesaikan tesis ini. 4. DR. C. Tanto, M.Si, Sebagai Pembimbing II, yang telah membantu penulis sampai dengan menyelesaikan tesis ini. 5. Dosen Pengajar pada Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih yang telah membekali penulis dengan banyak ilmu pengetahuan. 6. Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC (Uskup Agung Merauke) yang telah berkenan menjadi perantara rahmat Tuhan berupa pemberian beasiswa kepada penulis melalui kerjasama dengan PT. Mahanusa Capital. 7. PT. Mahanusa Capital yang telah memberikan bantuan biaya studi secara penuh kepada penulis melalui program Mahanusa Capital Scholarship 8. Bapak Widjaja Tannady sebagai Direktur PT Mahanusa Capital yang telah memfasilitasi penulis dalam mendapatkan Mahanusa Capital Scholarship. 9. Bapak Bupati Kabupaten Merauke yang telah memberikan bantuan biaya studi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 10. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Merauke yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 11. Kepala Sekolah dan Dewan Guru dan staf TU SMP Negeri 8 Merauke yang banyak memberikan dukungan pada penulis. 1

Upload: stefsmp8

Post on 30-Sep-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tritunggal Allah Yang Mahakudus karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 Merauke. Tesis ini dibuat sebagai syarat guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih. Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura yang telah membuka Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cendrawasih. 2. DR. Leonard Sagisolo, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan (MMP) Universitas Cenderawasih Jayapura.3. DR. F.X. Soewarto CT, MS Sebagai Pembimbing I, yang telah membantu penulis sampai dengan menyelesaikan tesis ini.4. DR. C. Tanto, M.Si, Sebagai Pembimbing II, yang telah membantu penulis sampai dengan menyelesaikan tesis ini.

5. Dosen Pengajar pada Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih yang telah membekali penulis dengan banyak ilmu pengetahuan.6. Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC (Uskup Agung Merauke) yang telah berkenan menjadi perantara rahmat Tuhan berupa pemberian beasiswa kepada penulis melalui kerjasama dengan PT. Mahanusa Capital.7. PT. Mahanusa Capital yang telah memberikan bantuan biaya studi secara penuh kepada penulis melalui program Mahanusa Capital Scholarship8. Bapak Widjaja Tannady sebagai Direktur PT Mahanusa Capital yang telah memfasilitasi penulis dalam mendapatkan Mahanusa Capital Scholarship.9. Bapak Bupati Kabupaten Merauke yang telah memberikan bantuan biaya studi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.10. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Merauke yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.11. Kepala Sekolah dan Dewan Guru dan staf TU SMP Negeri 8 Merauke yang banyak memberikan dukungan pada penulis.12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi perbaikan.Merauke, 27 Januari 2015Stephanus TriyonoImplementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 MeraukeStephanus Triyono

Universitas Cencerawasih Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Magister Manajemen Pendidikan

e-mail: [email protected]: Penelitian tentang implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke ini bertujuan: 1) untuk mengetahui perencanaan dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter; 2) untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter; 3) untuk mengetahui monitoring dan evaluasi implementasi pendidikan karakter; dan 4) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke.

Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan karena penelitian ini menekankan pada upaya untuk mengkaji secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke. Penelitian menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data dan menemukan fakta-fakta berdasarkan hasil data yang diperoleh.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Implementasi pendidikan karakter secara umum sudah direncanakan dengan baik, pendidikan karakter diintegrasikan dalam semua mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler; Tetapi dari segi pengorganisasian tidak ada sosialisasi maupun pelatihan secara khusus; 2) Implementasi pendidikan karakter sudah sangat baik, meskipun ada nilai-nilai karakter yang tidak dimasukkan dalam silabus maupun RPP, namun terlaksana dalam pembelajaran di kelas maupun kegiatan pengembangan diri atau ekstrakurikuler; 3) Monitoring dan evaluasi implementasi pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah maupun guru. Monitoring dapat dilakukan dengan baik, tetapi evaluasi tidak dilakukan; 4) Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter yang utama adalah adanya dukungan dari semua pihak baik Pemerintah, Kepala Sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, Orang tua maupun siswa. Faktor penghambat yang utama adalah masih kurangnya sarana prasarana dan tidak adanya sosialisasi. Kata Kunci : Implementasi, Pendidikan, KarakterA. PendahuluanKrisis karakter adalah fenomena yang kini melanda bukan saja di Indonesia tapi juga hampir di seluruh negara di dunia. Krisis karakter ini tidak saja melanda generasi tua, tetapi juga generasi muda bahkan anak-anak. Kini sering sekali tersaji di media massa baik di televisi, radio atau surat kabar, berita-berita tentang kasus pembunuhan, korupsi, konflik antar warga, antar suku, tawuran pelajar, perilaku menyimpang dan lain-lain, yang juga dapat ditemukan di lingkungan hidup masyarakat luas, juga di sekolah-sekolah.

Krisis ini sebenarnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa. Manusia Indonesia tidak bermasalah dengan kecerdasannya, IQ atau otaknya, tapi yang menjadi masalah justru pada hati nuraninya dan secara eksplisit berkaitan langsung dengan jati diri dan karakternya (Soemarsono, 2008: 7). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini, jiwa nasionalisme Indonesia semakin terkikis atau semakin memudar, yang ditandai dengan berkembangnya semangat individualisme, hedonisme, bahkan separatisme. Sahetapey dalam Sigit Dwi Kusrahmadi (2007:2) mengatakan bahwa pembusukan moral bangsa ini bagaikan ikan yang rusak berawal dari kepalanya. Para pemimpin negara pada hakekatnya tidak memperjuangkan kepentingan rakyat, melayani rakyat dengan sebaik-baiknya, tetapi justru haus kekuasaan dan materi untuk memuaskan diri. Persoalan yang tidak kalah serius adalah pada bidang pendidikan. Praktik-praktik kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari menyontek pada saat ujian sampai plagiarisme (http:/ilman05.blogspot.com, 5 Agustus 2014). Jika sebagai peserta didik sudah terbiasa dengan tipu menipu atau manipulasi ujian, bagaimana nanti apabila sudah lulus kuliah atau bekerja? Bukankah itu akan melahirkan kembali koruptor-koruptor baru? Hal inilah kiranya yang menjadi penyebab mengapa korupsi seakan tidak pernah mati dan bahkan menjadi budaya lestari yang turun temurun di negara kita.

SMP Negeri 8 Merauke berdiri pada tahun 1988. Terletak di wilayah eks transmigrasi Satuan Pemukiman 2 (SP 2) Kampung Yasa Mulya. Lokasi ini merupakan lokasi pertama yang dibuka di wilayah Tanah Miring. Ditilik dari peserta didik, SMP Negeri 8 Merauke mempunyai peserta didik yang sangat majemuk. Bagi SMP Negeri 8 Merauke, penerapan pendidikan karakter bangsa adalah suatu keharusan sebagai tanggung jawab terhadap masa depan anak-anak negeri. Keseriusan pemerintah untuk mengoptimalkan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional di atas, antara lain tampak dari adanya kebijakan pendidikan karakter yang disuarakan sejak tahun 2003. Pendidikan karakter diharapkan agar diterapkan oleh semua satuan pendidikan secara terintegrasi dalam pembelajaran di kelas dan kultur sekolah. Senada dengan komitmen pemerintah di atas, Koesoema (2010:116) menegaskan bahwa pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Peran pendidikan karakter bukan saja bersifat integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual subjek didik, melainkan juga bersifat kuratif, baik secara personal maupun sosial, yakni bisa menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial.

Persoalan pendidikan karakter yang telah demikian mendesak. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mempertanyakan dan menelusuri sejauh mana sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan perannya mengimplementasikan kebijakan pendidikan karakter. Selain itu, penulis juga merasa perlu untuk menelaah bagaimana mengelola pendidikan karakter di lingkungan sekolah.

Hasil observasi awal di atas dikuatkan oleh pernyataan Kepala Sekolah melalui wawancara informal yang dilakukan peneliti. Kepala Sekolah menegaskan bahwa SMP Negeri 8 Merauke adalah sekolah yang sangat menekankan pendidikan karakter, bahkan jauh sebelum pemerintah menyuarakan urgensi pendidikan karakter.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, peneliti yang adalah salah seorang guru di SMP Negeri 8 Merauke, tertarik untuk mendalami implementasi pendidikan karakter pada SMP Negeri 8 Merauke. Peneliti memilih satuan pendidikan SMP Negeri 8 Merauke sebagai obyek penelitian. Alasannya, sekolah ini memiliki komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Pendalaman tentang implementasi pendidikan karakter ini diungkapkan dalam tesis yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter pada SMP Negeri 8 Merauke

B. Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian dibatasi pada: (1) Penyusunan rencana dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter (2) Implementasi pendidikan karakter (3) Monitoring dan evaluasi pendidikan karakter dan (4) Faktor yang pendukung dan faktor penghambat pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah perencanaan dan pengorganisasian pendidikan karakter?, (2) Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter?, (3) Bagaimanakah monitoring dan evaluasi pendidikan karakter?, dan (4) Apakah faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke?D. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang perencanaan dan pengorganisasian pendidikan karakter, (2) Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang implementasi pendidikan karakter, (3) Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang monitoring dan evaluasi pendidikan karakter, (4) Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke .E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu (1) manfaat teoretik yakni mengembangkan keilmuan dalam mengimplementasikan pendidikan pendidikan karakter dan menjadi acuan bagi para peneliti selanjutnya untuk fokus yang sama atau dengan kajian yang lebih luas, (2) manfaat praktis pada bidang-bidang atau institusi-institusi, sebagai berikut: a) Bagi sekolah, penelitian ini memberikan manfaat praktis yaitu sebagai acuan untuk menyusun rencana dan pengorganisasian, mengimplementasikan, monitoring dan evaluasi pendidikan karakter di sekolah. b) Bagi guru penelitian ini memberikan gambaran bagaimana masing-masing guru menyusun persiapan, melaksanakan dan mengorganisasikan serta mengevaluasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran. c) bagi Siswa sebagai subyek didik tentu saja dapat mengetahui nilai-nilai karakter bangsa dan menemukan cara untuk menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. d) Bagi orang tua, penelitian ini dapat membantu bagaimana orang tua memposisikan diri dalam mendukung pendidikan anaknya, terutama dalam mendukung sekolah untuk menerapkan pendidikan karakter. e) komite sekolah pun dapat mengambil peran dalam membantu sekolah menerapkan pendidikan karakter. f) Bagi Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten, penelitian ini tentu merupakan sumbangan bagi implementasi pendidikan karakter di sekolah-sekolah di Kabupaten Merauke.F. Tinjauan Pustaka1. Konsep Dasar Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan

Menurut John Dewey dalam Muslich (2011:67) pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Sementara itu dalam konteks Indonesia, pengertian pendidikan secara sistematis tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi demikian:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Jadi, pengertian pendidikan mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia. Bahkan, pendidikan adalah hidup itu sendiri, sebab pendidikan berlangsung seumur hidup (long life education), mencakup segala lingkungan dan situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo, 2001:3).

b. Pengertian Karakter

Secara etimologis istilah karakter berasal dari bahasa Yunani karasso, berarti cetak biru, format dasar, atau sidik seperti dalam sidik jari. Interpretasi atas istilah ini bermacam-macam. Mounier (dalam Koesoema, 2010:90-91) mengajukan dua cara interpretasi, yaitu pertama, karakter sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita (karakter bawaan atau given character). Kedua, karakter sebagai tingkat kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter adalah sebuah proses yang kehendaki (willed). Senada dengan pengertian karakter di atas, Ohoitmur (dalam Rataq dan Korompis, 2011:11), menegaskan bahwa karakter personal terdiri dari dua unsur yakni karakter bawaan dan karakter binaan. Karakter bawaan merupakan karakter yang secara hereditas menjadi ciri khas kepribadiannya. Sedangkan karakter binaan merupakan karakter yang berkembang melalui pembinaan dan pendidikan secara sistematis.Menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam Kemendiknas (2010:12) karakter diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Berkarakter berarti berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama dan lingkungannya dengan cara mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya.

Penulis sependapat dengan Marvin W. Berkowitz (2002:69) bahwa karakter adalah sebagai berikut: Character as an individuals set of psychological characteristics that affect that persons ability and inclination to function morally. Simply put, character is comprised of those characteristics that lead person to do the right thing or not to do the right thing. Karakter adalah kumpulan dari karakteristik psikologis individual yang mempengaruhi bakat seseorang dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan moralitas. Dengan kata lain karakter itu terdiri dari karakteristik-karakteristik yang menuntun seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik atau melakukan sesuatu yang tidak baik.

c. Pengertian Pendidikan Karakter

Elkind dan Sweet dalam Kemendiknas (2010:13) menyebutkan pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. Pendidikan karakter adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli dan bertindak menurut nilai-nilai etika. Sementara itu menurut Ramli dalam Kemendiknas (2010:13), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Dalam konteks Indonesia, Kemendiknas (2011) secara detail menyebutkan delapan belas nilai dalam pendidikan karakter, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, dan peduli sosial, serta tanggung jawab. 2. Desain Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang efektif dan utuh menyertakan tiga basis desain dalam pemrogramannya. Tiga basis yang dimaksud adalah basis kelas, basis kultur sekolah dan basis komunitas. Berikut intisari desain pendidikan karakter menurut Koesoema (2012:105-153).

a. Pendidikan karakter berbasis kelas

Desain kurikulum pendidikan karakter berbasis kelas terjadi melalui dua ranah yang berjalan seiring, yaitu intstruksional dan non-instruksional. Ranah instruksional terkait secara langsung dengan tindakan pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas, yakni proses pembelajaran bersama terhadap materi kurikulum yang diajarkan. Sedangkan ranah non-instruksional mengacu pada unsur-unsur di luar dinamika belajar mengajar di dalam kelas, seperti motivasi, keterlibatan, manajemen kelas, pembuatan norma, aturan dan prosedur, komitmen bersama, dan lingkungan fisik.

b. Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah

Dalam konteks pendidikan, kultur sekolah merupakan sebuah pola perilaku dan cara bertindak yang telah terbentuk secara otomatis menjadi bagian yang hidup dalam sebuah komunitas pendidikan. Dasar pola perilaku dan cara bertidaknya adalah norma sosial, peraturan sekolah, dan kebijakan pendidikan di tingkat lokal. Oleh karena itu kultur sekolah dapat dikatakan seperti kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) yang lebih efektif memengaruhi pola perilaku dan cara berpikir seluruh anggota komunitas sekolah. Kultur sekolah berjiwa pendidikan karakter terbentuk ketika dalam merancang sebuah program, setiap individu dapat bekerja sama satu sama lain melaksanakan visi dan misi sekolah melalui berbagai macam kegiatan.

Pada pendidikan karakter berbasis kultur sekolah terdapat integrasi antara idealisme lembaga pendidikan, yakni visi dan misi, dengan berbagai macam struktur yang mendefinisikan kinerja individu melalui cakupan tanggung jawabnya. Dalam mengembangkan pendidikan karakter berbasis kultur sekolah, berbagai macam momen dalam dunia pendidikan dapat menjadi titik temu. Momen pendidikan ini dapat bersifat struktural, polisional, dan eventual. Momen pendidikan yang struktural adalah peristiwa yang berkaitan erat dengan proses regulasi dan administrasi sekolah. Momen struktural ini di antaranya adalah proses pembentukan kesepakatan kerja, peraturan yayasan, peraturan sekolah, job description setiap jabatan dan kedudukan.

Sasaran pertama pendidikan karakter berbasis kultur sekolah mengarah pada pertumbuhan lembaga pendidikan sebagai komunitas moral. Prinsip-prinsip moral dasar semestinya menjadi dasar bertindak dan pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah berbuat baik, jangan merusak, setiap individu berharga di dalam dirinya, dan prinsip moral dasar tersebut mesti senantiasa diingat oleh para pendidik dan pengambil keputusan.

Di samping itu, menumbuhkan kultur demokratis dalam lingkungan sekolah merupakan salah satu strategi pengembangan pendidikan karkater berbasis kultur sekolah. c. Pendidikan karakter berbasis komunitas

Lembaga pendidikan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki ikatan yang erat dengan komunitas-komunitas lain, baik yang terlibat secara langsung atau tidak langsug. Komunitas-komunitas itu antara lain:1) Komunitas sekolah: siswa, guru, karyawan, staf sekolah, dll.2) Komunitas keluarga: orang tua, wali siswa, komite sekolah.3) Komunitas masyarakat: LSM, pengusaha, berbagai perkumpulan sosial, dll.4) Komunitas politik: pejabat birokrasi negara bidang pendidikan, mulai dari pejabat di tingkat dinas pendidikan sampai kementrian pendidikan nasional.Pendidikan karakter berbasis komunitas berusaha merancang berbagai macam corak kerja sama dan keterlibatan antara lembaga pendidikan dengan komunitas-komunitas dalam masyarakat. Tujuannya adalah agar kehadiran lembaga pendidikan semakin bermakna dan bermutu, mampu menjawab aspirasi setiap anggota komunitas tentang harapan mereka, fungsi, dan peran lembaga pendidikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Tahapan Pendidikan Karakter

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan desiring the good atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek knowing the good (moral knowing), tetapi juga desiring the good atau loving the good (moral feeling), dan acting the good (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.4. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP

Menurut Kemendiknas (2010: 29-32), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter meliputi: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, serta tindak lanjut.

G. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah atau natural setting (Sugiyono, 2011:14). Pengujian kredibilitas data dipergunakan teknik perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunun, dan triangulasi (Sugiyono, 2006:367-378). Aktivitas dalam analisis data mengikuti flow model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2006:337), yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. H. Hasil Penelitian Dan PembahasanBerdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai implementasi pendidikan karakter bangsa di SMP Negeri 8 Merauke sebagai berikut:1. Perencanaan dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter.

a. Perencanaan dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter pada bidang studi.1) Pada umumnya semua guru sudah mengintegrasikan 18 nilai karakter dalam perencanaan pembelajaran yaitu pada silabus dan RPP.

2) Ada beberapa nilai karakter yang tidak dimasukkan dalam perencanaan karena materi yang tidak sesuai. 3) Ada juga beberapa nilai karakter yang tidak diintegrasikan karena guru kurang memahami adanya 18 nilai karakter.

b. Perencanaan dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter pada kegiatan ekstra kurikuler.

1) Semua nilai karakter yang berjumlah 18 nilai karakter dapat diintegrasikan dalam perencanaan dan pengorganisasian kegiatan kepramukaan dan OSIS.

2) Pada kegiatan UKS dan karate, hanya beberapa nilai karakter yang dapat dimasukkan dalam perencanaan implementasi pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan materi kegiatan atau latihan yang tidak sesuai. c. Perencanaan dan pengorganisasian implementasi pendidikan karakter pada manajemen sekolah

Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah tidak membuat perencanaan khusus untuk implementasi pendidikan karakter. Hal ini disebabkan karena untuk menjalankan tugas pengelolaan sekolah sebenarnya sudah ada acuannya yaitu semua peraturan atau regulasi yang terkait dengan pengelolaan pendidikan di sekolah, antara lain UU No 20 tahun 2003 beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

d. Faktor pendukung dan penghambat

1) Kegiatan perencanaan dan pengorganisasian ini sangat didukung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, kepala sekolah, guru, TU dan komite sekolah.

2) Yang menjadi penghambat dalam kegiatan perencanaan dan pengorganisasian adalah tidak adanya sosialisasi pendidikan karakter pada guru. Selain itu, sekolah juga tidak melakukan analisis konteks terhadap kondisi sekolah/satuan pendidikan (internal dan eksternal) yang dikaitkan dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolah.2. Implementasi pendidikan karakter pada SMP Negeri 8 Merauke

a. Pada umumnya semua guru mengintegrasikan 18 nilai karakter pada proses pembelajaran, termasuk nilai religius yang oleh beberapa guru tidak dibuat perencanaannya.

b. Seperti yang direncanakan, kegiatan ekstra kurikuler kepramukaan dan OSIS dapat mengintegrasikan 18 nilai karakter. Sementara kegiatan UKS dan karate hanya dapat mengintegrasikan beberapa nilai karakter yang sesuai dengan materi pelatihan.

c. Pada kegiatan manajemen sekolah, kepala sekolah dan guru melaksanakan dengan penciptaan budaya sekolah yang berkarakter, yang dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan.

d. Faktor pendukung dan penghambat

1) Kegiatan implementasi pendidikan karakter pada SMP Negeri 8 Merauke sangat didukung oleh kepala sekolah dan guru.

2) Yang menjadi penghambat implementasi pendidikan karakter pada SMP Negeri 8 Merauke adalah adanya guru yang belum memahani akan 18 nilai karakter.

3. Monitoring dan Evaluasi implementasi pendidikan karakter pada SMP Negeri 8 Merauke

a. Monitoring dilakukan secara berjenjang dimana pengawas memonitoring kepala sekolah, kepala sekolah kepada guru dan guru kepada siswa.

Monitoring kepala sekolah terhadap guru biasanya dilakukan melalui supervisi baik secara administrasi maupun supervisi pada proses pembelajaran di kelas. Sedangkan monitoring guru terhadap siswa dilakukan dengan menerapkan pemberian reward and punishment.

b. Evaluasi secara khusus terhadap implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke belum dilaksanakan.

c. Faktor pendukung dan penghambat

1) Factor pendukung monitoring dan evaluasi implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke adalah adanya kegiatan pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan kepala sekolah dan guru.

2) Faktor penghambat monitoring dan evaluasi implementasi pendidikan karakter adalah belum adanya instrument evaluasi pendidikan karakter di SMP Negeri 8 Merauke.

I. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut.1. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pembelajaran hendaknya sudah terungkap dalam langkah-langkah yang jelas dalam RPP dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

2. Sekolah sebaiknya melaksanakan analisis konteks terhadap kondisi sekolah/satuan pendidikan (internal dan eksternal) yang dikaitkan dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolah.

3. Guru sebagai pendidik, hendaknya memanfaatkan perannya dengan maksimal. Guru menjadi sosok figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap anak didik, sehingga hendaknya guru dapat menjadi teladan bagi siswa.4. Berkaitan dengan monitoring, hendaknya kepala sekolah dapat menjalankan salah satu tugas pokoknya sebagai supervisor dengan baik, sehingga implementasi pendidikan karakter bangsa dapat berjalan optimal.5. Sosialisasi kepada guru dan siswa sebaiknya dilakukan, terutama kaitannya dengan implementasi pendidikan karakter bangsa.6. Sosialisasi dengan orang tua siswa perlu dilakukan sehingga orang tua terdorong untuk mendukung dalam implementasi pendidikan karakter bangsa ini.Daftar Kepustakaan:Djohar, Pendidikan Agama yang Aktual bagi Remaja, Naskah seminar, (Yogyakarta: 2007).http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/pendidikan-karakter.html diakses 6 Januari 2014

Kambey, Daniel C. 2006. Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Tri Ganesha Nusantara.

Koesoema, Doni A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.________________ 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Kusdi, 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our Schools can Teach Respect and Responsibility, (edisi Indonesia oleh Juma Abdu Wamaungo, 2012, Mendidik untuk membentuk karakter), Jakarta: Bumi Aksara.Megapolitan, Tawuran Antarpelajar, [Online] (http://www.megapolitan.com, diakses 21 Desember 2012).

Meitasari Tjandrasah (penerj). 2005. Mencari Nilai-Nilai Moral: Bagaimana Anda Dapat Hidup Seutuhnya dan Bahagia Sepenuhnya Berasal dari Dalam Keluar. Batam: Gospel Press.

Moleong, Lexy J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad Erwansyah (2010) tentang Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Atas Oleh Guru Bimbingan dan Konseling (BK). http://dx.doi.org/10.12928/EMPATHY.v2i1.1547, diakses 6 Januari 2014

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Novan Ardy Wiyani. 2013. Konsep, Praktik, & Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. 2010. Kementerian Pendidikan Nasional.

Pendidikan Karakter. 2013. (online) (http://www.m- edukasi.web.id/2013/07/ pendidikan- karakter.html)

Poeji Noegroho. E, 2006, Biasa Menyontek Melahirkan Koruptor, http:/ilman05.blogspot.com

Ratag, Mezak A. & Korompis, Ronald, 2009. Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan tentang Pendidikan Menurut Ronald Korompis. Tomohon: Yayasan Pendidikan Lokon.Rifai, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Sagala, Syaiful, 2010. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Sudrajat, Akhmad. 2008. Hakikat Pendidikan. (online) (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/hakikat-pendidikan/) diakses 6 Januari 2014.Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan, 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Soemarsono, Soedarsono,H. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sungkowo,M. 2002. Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta: Depdiknas Dirjend. Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Suwarno, Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini, 2011. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wikipedia Indonesia, Manajemen, [Online] (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia.manajemen, diakses 5 April 2013).109

114

1