jurnal nominal / volume iii nomor 2 / tahun 2014 … · · 2015-10-16nilai sekarang (present...
TRANSCRIPT
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
25
ANALISIS PENGARUH INDEKS HARGA KONSUMEN, JUMLAH UANG
BEREDAR (M1), KURS RUPIAH, DAN INDEKS S&P 500 TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN: STUDI EMPIRIS PADA BURSA EFEK INDONESIA
Heriyanto
Ming Chen
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan keseimbangan jangka panjang
antara variabel makroekonomi (yang diproksi dengan variabel indeks harga konsumen,
jumlah uang beredar, kurs rupiah terhadap dollar, dan Indeks S&P 500) dengan indeks harga
saham gabungan (IHSG). Data bulanan variabel makroekonomi dan IHSG selama periode
Januari 2005 – Desember 2013 digunakan untuk pengujian hubungan keseimbangan jangka
panjang. Data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi yang terdiri dari variabel
indeks harga konsumen, jumlah uang beredar, kurs rupiah terhadap dollar, Indeks S&P 500,
dan IHSG. Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis pengujian residual (dari model regresi berganda) dengan
pendekatan Granger Residual Test digunakan untuk memastikan tidak terjadi spurious
regression (regresi palsu). Selanjutnya, analisis data dengan pengujian Johannsen
Cointegration Test digunakan untuk menguji keberadaan hubungan keseimbangan jangka
panjang antara variabel makroekonomi dan IHSG. Tahap akhir analisis data dilakukan dengan
pengujian vector error correction model (VECM) dan Granger Causality Test yang bertujuan
untuk menguji kemungkinan adanya hubungan biderectional (dua arah) antara variabel
makroekonomi dan IHSG.
Hasil pengujian menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel kurs
rupiah terhadap dollar dan Indeks S&P 500 berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan, sedangkan variabel indeks harga konsumen dan jumlah uang
beredar tidak berpengaruh signifikan. Hasil pengujian dengan menggunakan Granger
Residual Test menunjukkan bahwa tidak terdapat spurious regression. Sementara itu, hasil
pengujian dengan menggunakan Johannsen Cointegration Test menunjukkan bahwa terdapat
hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel makroekonomi dan IHSG. Terkait
dengan kemungkinan adanya hubungan biderectional antara variabel makroekonomi dan
IHSG, hasil pengujian dengan menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) dan
Granger Causality Test menunjukkan bahwa hubungan antara variabel makroekonomi dan
IHSG adalah hubungan satu arah.
Kata Kunci: spurious regression, granger residual test, granger causality test, vector error
correction model.
Abstract: This study aims to test the long term equilibrium association between
macroeconomic variables (which proxied by consumer price index variable, money supply,
rupiah kurs relative to dollar, and S&P 500 index) and composite index (IHSG). Monthly
data of macroeconomic variables and IHSG covers January to December 2013 were used to
test the existence of long term equlibrium association. Research data collected by using
documentation method which involve consumer price index variable, money supply, rupiah
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
26
kurs relative to dollar, S&P 500 index, and IHSG. After the data has been collected, the data
will be analyzed by using multiple regression analysis. Residual test analysis (from multiple
regression analysis) which aims to ensure that spurious regression does not existence, has
been analyzed by using Granger Residual Test. After that, data analysis by using Johannsen
Cointegration Test was used to test the existence of long term equilibrium association
between macroeconomic variable and IHSG.The last step of data analysis were analyzed by
using vector error correction model (VECM) and Granger Causality Test which aims to test
the possibility existence of biderectional association (two ways)between macroeconomic
variables and IHSG. Result testing by using multiple regression anaylsis show that rupiah
kurs relative to dollar and S&P 500 Index that significantly influence the IHSG movement
while consumer price index variable and money supply does not significantly influence IHSG
movement. Result testing by using Granger Residual Test show that spurious regression does
not existence. Meanwhile, result testing by using Johannsen Cointegration Test show that
long term equilibrium association between macroeconomic variables and IHSG is exist.
Related to the possibility existence of bidirectional association between macroeconomic
variables and IHSG, result testing by using vector error correction model (VECM) and
Granger Causality Test show that the association between macroeconomic variables and
IHSG is one way association.
Keywords: spurious regression, granger residual test, granger causality test, vector error
correction model.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penelitian empiris terkait pengaruh
variabel makroekonomi terhadap return
saham telah banyak dilakukan, baik di
pasar modal yang bertumbuh/maju
(developed markets) maupun di pasar
modal yang berkembang (emerging
markets). Beberapa penelitian empiris yang
dilakukan di pasar modal bertumbuh
(developed markets) memberikan bukti
yang cukup kuat terkait dengan
pembuktian bahwa return saham
berfluktuasi seiring dengan perubahan
dalam variabel makroekonomi
(Gunasekarage et.al., 2004). Sehubungan
dengan hasil penelitian tersebut, muncul
dugaan dari beberapa penelitian terkait
dengan keberadaan hubungan yang kuat
antara indeks harga saham
keseluruhan/gabungan (aggregate equity
prices) dan variabel makroekonomi.
Argumen yang mungkin bisa
menjelaskan hasil penelitian di atas adalah
terkait dengan adanya hubungan bahwa
nilai intrinsik dari saham bergantung pada
nilai sekarang (present value) dari dividen
yang akan diterima di masa yang akan
datang, yang merupakan hasil distribusi
dari laba perusahaan. Lebih lanjut,
besarnya laba perusahaan dipengaruhi oleh
aktivitas riil ekonomi. Oleh karena itu,
dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara kondisi fundamental
ekonomi (economic fundamentals) dan
harga saham. Penelitian awal terkait
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
27
dengan topik ini dilakukan oleh Bodie
(1976), Fama dan Schwert (1977), Jaffe
dan Mandelker (1977), Lintner (1973),
Nelson (1976), dan Oudet (1973) yang
menemukan bahwa ada hubungan yang
negatif antara return saham dan perubahan
pada harga secara umum (inflasi). Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Fisher (1979) yang merumuskan
hipotesis terdapat hubungan yang positif
antara return yang diharapkan dan tingkat
inflasi yang diharapkan.
Berbeda dengan hasil penelitian di
pasar modal bertumbuh (developed
markets), beberapa penelitian yang
dilakukan di pasar modal berkembang
(emerging markets) kurang memberikan
dukungan secara empiris terkait
pembuktian pengaruh variabel
makroekonomi terhadap return saham
(Gunasekarage et.al., 2004). Penelitian
tersebut diantaranya dilakukan oleh
Harvey (1995) dalam Gunasekarage et.al.
(2004) yang menunjukkan bahwa pengaruh
return pasar modal dunia (world equity
market returns), return atas indeks nilai
tukar mata uang asing, harga minyak,
world industrial production, dan tingkat
inflasi dunia (world inflation rate) tidak
cukup kuat dalam menjelaskan return di
pasar modal berkembang (emerging
markets), serta penelitian Fifield et.al.
(2002) yang menunjukkan bahwa variabel
ekonomi lokal (seperti gross domestic
product, inflasi, money supply, dan suku
bunga) dan variabel ekonomi dunia (seperti
industrial production dan inflasi) hanya
dapat menjelaskan sampai pada tingkat
14,6% atas variasi (fluktuasi) pada return
bulanan dari sampel yang terdiri atas 13
pasar modal berkembang (emerging
markets) untuk periode 1987-1996.
Berdasarkan tinjauan pada teori dan
hasil yang beragam pada penelitian
sebelumnya, maka penelitian ini akan
difokuskan pada pasar modal yang
termasuk dalam emerging markets, yaitu
BEI, dan menggunakan variabel-variabel
makroekonomi yang umumnya digunakan
dalam penelitian sebelumnya, yaitu Indeks
Harga Konsumen (IHK), jumlah uang
beredar (M1), kurs rupiah, dan Indeks S&P
500 untuk menjelaskan pergerakan IHSG
di BEI periode Januari 2005-Desember
2013. Adapun tujuan digunakannya
beberapa variabel makroekonomi dari
penelitian sebelumnya adalah untuk
menguji konsistensi (reliabilitas) hasil
penelitian sebelumnya dengan
menggunakan periode yang relatif cukup
panjang.
Selain itu, penelitian ini juga akan
menguji kestabilan hubungan jangka
panjang (stationarity) antara variabel
makroekonomi dan IHSG untuk
memastikan tidak adanya spurious
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
28
regression sebagai akibat penggunaan
analisis data secara time series.
Rumusan Masalah Penelitian
Terkait dengan beberapa hal di atas
maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variabel
makroekonomi, yang diproksi dengan
indeks harga konsumen, jumlah uang
yang beredar (M1), kurs rupiah,
Indeks S&P500 terhadap pergerakan
IHSG?
2. Bagaimana hubungan keseimbangan
jangka panjang antara variabel
makroekonomi, yang diproksi dengan
indeks harga konsumen, jumlah uang
yang beredar (M1), kurs rupiah, dan
Indeks S&P500, dengan pergerakan
IHSG?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah dinyatakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji secara empiris pengaruh
variabel makroekonomi, yang diproksi
dengan indeks harga konsumen,
jumlah uang yang beredar (M1), kurs
rupiah, Indeks S&P500 terhadap
pergerakan IHSG.
2. Menguji secara empiris hubungan
keseimbangan jangka panjang antara
variabel makroekonomi, yang diproksi
dengan indeks harga konsumen,
jumlah uang yang beredar (M1), kurs
rupiah, Indeks S&P500 dan
pergerakan IHSG.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Bagi Pemerintah, dapat menjadi
panduan dalam menyusun kebijakan
(terkait dengan penentuan suku bunga,
tingkat inflasi, dan jumlah uang
beredar) untuk mengatur kondisi
perekonomian agar dapat meningkatan
kinerja (pertumbuhan) pasar modal.
Sebaliknya, pemerintah juga dapat
menjadikan kondisi pasar modal
sebagai dasar untuk menyusun
kebijakan ekonomi guna menjaga
kestabilan kondisi perekonomian.
2. Bagi investor, dapat memberikan
informasi tentang variabel-variabel
makroekonomi yang dapat
dipertimbangkan untuk memprediksi
kondisi pasar modal sehingga dapat
diperoleh keputusan investasi yang
tepat.
3. Bagi akademisi, dapat memberikan
informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan referensi untuk
mengembangkan peneletian di masa
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
29
mendatang terkait dengan topik
hubungan variabel makroekonomi dan
IHSG.
Pengaruh Indeks Harga Konsumen
Terhadap Pergerakan IHSG
Indeks harga konsumen dalam
penelitian ini merupakan proksi dari
tingkat inflasi. Gunasekarage et.al. (2004)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa
peningkatan (penurunan) inflasi akan
menurunkan (meningkatkan) daya beli
investor sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi keputusan investasi dari
investor lokal di pasar modal. Nugroho
(2008) dalam penelitiannya juga menduga
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
inflasi dan pergerakan IHSG. Namun,
Nugroho (2008) memberikan argumen
dengan perspektif yang sedikit berbeda. Ia
menyatakan bahwa peningkatan tingkat
inflasi akan menyebabkan suku bunga akan
meningkat dan pada akhirnya akan
mengurangi tingkat investasi. Lebih lanjut,
ia berargumen bahwa dalam kondisi inflasi
biasanya pemerintah akan menaikkan suku
bunga untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Namun kenaikan
suku bunga tersebut akan menyebabkan
investor enggan melakukan investasi
karena bunga pinjaman yang harus
dibayarkan menjadi lebih tinggi.
Akibatnya, pada kondisi ini investor lebih
suka menyimpan dana di bank dan
memperoleh pendapatan dari bunga
tabungan dan pasar saham menjadi kurang
menarik. Kondisi ini menyebabkan harga
saham bereaksi secara negatif, yaitu harga
saham menurun.
Pengaruh Jumlah Uang yang Beredar
(M1) Terhadap Pergerakan IHSG
Gunasekarage et.al. (2004) juga
menggunakan variabel jumlah uang yang
beredar sebagai salah satu proksi dari
variabel makroekonomi yang menjelaskan
pergerakan indeks harga saham pasar. Ia
mengungkapkan bahwa variabel jumlah
uang yang beredar (M1) menyediakan
sebuah ukuran atas tingkat likuiditas
kegiatan perekonomian dan memberikan
indikator bahwa setiap perubahan dalam
jumlah uang yang beredar akan
mempengaruhi keputusan investasi dari
investor. Argumen Gunasekarage et.al.
(2004) ini diperkuat oleh hasil
penelitiannya yang menunjukkan bahwa
dengan menggunakan vector error
correction models (VECM) didapatkan
dukungan atas argumen bahwa nilai lag
dari variabel makroekonomi seperti indeks
harga konsumen, jumlah uang yang
beredar, dan tingkat bunga treasury bill
memiliki pengaruh yang signifikan pada
indeks pasar saham.
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
30
Sementara itu, Nugroho (2008)
menyatakan bahwa jumlah uang yang
beredar dengan pertumbuhan yang wajar
dapat memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan ekonomi dan pasar
ekuitas dalam jangka pendek. Namun,
lebih lanjut ia menyatakan bahwa
pertumbuhan jumlah uang beredar yang
drastis akan memicu inflasi yang pada
akhirnya memberikan pengaruh negatif
terhadap pasar ekuitas.
Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap
Pergerakan IHSG
Gunasekarage et.al. (2004) juga
menggunakan variabel kurs valuta asing
sebagai proksi variabel makroekonomi
untuk menjelaskan pergerakan IHSG.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa
peningkatan (penurunan) dalam tingkat
kurs valuta membuat pasar modal di
Srilanka menjadi lebih murah (lebih
mahal) bagi investor asing sehingga
fluktuasi pada tingkat kurs valuta asing
akan memiliki dampak pada keputusan
investasi saham dari investor asing.
Sementara itu, Nugroho (2008)
juga menyatakan adanya hubungan
variabel kurs valuta asing dan pergerakan
IHSG. Namun, ia memberikan argumen
yang berbeda terkait hubungan antara
variabel kurs dan IHSG. Ia menyatakan
bahwa bagi investor depresiasi rupiah
terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia dalam
keadaan kurang baik. Argumen ini
didasarkan pada pendapat Sunariyah
(2006) yang menyatakan bahwa depresiasi
rupiah dapat terjadi apabila faktor
fundamental perekonomian Indonesia
dalam keadaan tidak baik. Kondisi ini
tentunya menambah risiko bagi investor
apabila melakukan investasi di bursa
saham Indonesia. Lebih lanjut, Jose Rizal
(2007) dalam Nugroho (2008) menyatakan
bahwa investor akan cenderung untuk
menghindari risiko sehingga investor akan
cenderung melakukan aksi jual dan
menunggu hingga situasi perekonomian
dirasakan membaik. Selanjutnya, aksi jual
yang dilakukan investor pada akhirnya
akan mendorong penurunan indeks harga
saham di BEI.
.
Pengaruh Indeks S&P 500 Terhadap
Pergerakan IHSG
Acikalin et. al. (2008)
mengungkapkan bahwa pengaruh
perubahan variabel makroekonomi
terhadap return saham di pasar modal tidak
dapat dipastikan (ditentukan) mengingat
kondisi (karakteristik) ekonomi di tiap
negara berbeda-beda. Acikalin et. al.
(2008) mengungkapkan bahwa sebagian
besar penelitian bahkan mengungkapkan
bahwa variabel global lebih konsisten
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
31
pengaruhnya terhadap return saham di
pasar modal dibandingkan variabel
makroekonomi domestik (lokal). Argumen
ini sejalan dengan hasil penelitian Abugri
(2008) yang memberikan bukti empiris
bahwa variabel suku bunga treassury bill
dan MSCI World Index (sebagai proksi
atas variabel global) merupakan variabel
yang paling konsisten (arah dan
signifikansi koefisien) mempengaruhi
return pasar modal.
Sementara itu, variabel Indeks S&P
500 digunakan oleh Gunasekarage et.al.
(2004) sebagai proksi variabel
makroekonomi global untuk menjelaskan
pergerakan Indeks Harga Saham di Bursa
Srilanka. Gunasekarage et.al. (2004)
mengungkapkan bahwa banyak literatur
menduga bahwa pasar modal di Amerika
Serikat memberikan pengaruh yang
signifikan pada sebagian besar pasar modal
di dunia. Indeks S&P 500 merupakan salah
satu dari 3 indeks utama di Amerika
Serikat, (dua indeks harga saham lainnya)
yaitu Nasdaq Composite dan Indeks Dow
Jones. Namun, Witjaksono (2010) dalam
penelitiannya menggunakan Indeks Dow
Jones. Berdasarkan pendapat dari
Sunariyah (2006) dalam Witjaksono
(2010), pergerakan Indeks Dow Jones
dapat mempengaruhi pergerakan IHSG di
BEI. Sunariyah (2006) memberikan
argumen bahwa meningkatnya Indeks Dow
Jones memberikan indikator atas kinerja
perekonomian Amerika Serikat yang
mengalami peningkatan. Lebih lanjut ia
menyatakan bahwa sebagai salah satu
negara tujuan ekspor Indonesia,
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun
aliran modal masuk, baik investasi
langsung maupun melalui pasar modal.
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis Hubungan
Antara Indeks Harga Konsumen, Jumlah
Uang yang Beredar (M1), Kurs Rupiah,
Indeks S&P 500 dan IHSG
Sumber: Gunasekarage et. al. (2004),
Nugroho (2008), dan Witjaksono (2010)
METODE PENELITIAN
Data
Analisis dalam penelitian ini terkait
dengan hubungan atau interaksi antara
variabel makroekonomi, yang diproksi
Indeks
Harga
Konsumen
Kurs Rupiah
Indeks S&P
500
Jumlah
Uang yang
Beredar
(M1)
IHSG
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
32
dengan indeks harga konsumen, jumlah
uang yang beredar (M1), kurs rupiah,
Indeks S&P 500, dan IHSG. Adapun data
dalam penelitian ini adalah data bulanan
yang dimulai dari Januari 2005-Desember
2013. Data penelitian ini dimulai dari
Januari 2005 karena tersedianya data (baik
variabel independen dan dependen) sampai
dengan periode Desember 2013.
Definisi Operasional dan Sumber Data
Pengertian mengenai masing-
masing variabel penelitian dan sumber data
penelitian akan ditampilkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Sumber Data Penelitian
No
.
Nama
Variabel
Definisi Operasional Pengukuran Skala Sumber
Data
1 IHSG suatu nilai yang
digunakan untuk
mengukur kinerja
saham yang tercatat
dalam suatu bursa efek
Data bulanan dari periode
Januari 2005- Desember
2013
Rasio www.fina
nce.yahoo.
com
2 Indeks
harga
konsume
n
Angka indeks yang
menggambarkan
perubahan harga barang
dan jasa yang
dikonsumsi oleh
masyarakat secara
umum pada suatu
periode waktu tertentu
dengan periode waktu
yang telah ditetapkan
Data bulanan dari periode
Januari 2005- Desember
2013
Rasio www.bps.
go.id
3 Jumlah
uang
yang
beredar
(M1)
Jumlah uang yang
beredar yang
dirumuskan secara
sempit (M1), meliputi
uang kartal dan
Data bulanan dari periode
Januari 2005- Desember
2013
Rasio www.bi.g
o.id
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
33
deposito yang dapat
digunakan sebagai alat
tukar
4 Kurs
rupiah
Kurs mata uang
domestik terhadap mata
uang asing. Pada
penelitian ini
menggunakan US
Dollar karena merujuk
pada literatur
Gunasekarage et.al.
(2004), diduga bahwa
pasar modal Amerika
Serikat mempengaruhi
sebagian besar pasar
modal di dunia.
Data bulanan dari periode
Januari 2005- Desember
2013
Rasio www.bi.g
o.id
www.orta
x.org
5 Indeks
S&P 500
sebuah indeks yang
terdiri dari saham 500
perusahaan dengan
modal-besar,
kebanyakan berasal dari
Amerika Serikat.
Indeks S&P 500
merupakan indeks di
bursa Amerika Serikat
yang paling banyak
diperhatikan setelah
Indeks Dow Jones
Data bulanan dari periode
Januari 2005- Desember
2013
Rasio www.fina
nce.yahoo.
com
Sumber: Nugroho (2008, hal. 23), Gunasekarage et.al. (2004)
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
34
Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Berganda
Pemilihan teknik analisis statistik
dalam suatu penelitian pada umumnya
didasarkan pada beberapa hal seperti: tipe
penelitian (deskriptif atau inferensial),
jenis variabel (dependen dan independen),
tingkat pengukuran variabel (nominal,
ordinal, interval, atau rasio), banyaknya
variabel (satu atau lebih dari satu), dan
maksud statistik (kecenderungan memusat,
variabilitas, hubungan korelasi atau
asosiasi, pembandingan, interaksi,
kecocokan, dan sebagainya).
Berdasarkan kriteria pemilihan
teknik analisis statistik di atas, maka
penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi berganda. Alasan pemilihan
tersebut karena beberapa hal seperti:
1. Memiliki 1 variabel dependen (IHSG)
dan lebih dari satu variabel
independen (ada 4 yaitu indeks harga
konsumen, jumlah uang yang beredar,
kurs rupiah, Indeks S&P 500)
2. Baik variabel dependen maupun
variabel independen di atas memiliki
skala rasio
3. Maksud penelitian ini adalah untuk
menguji bentuk hubungan (pengaruh)
kausal dari variabel independen dan
dependen.
Uji Kointegrasi-Johanssen dan
Residual-Granger
Guna memastikan tidak adanya
spurious regression dan untuk melihat
hubungan keseimbangan jangka panjang
antara variabel makroekonomi, yang
diproksi dengan indeks harga konsumen,
jumlah uang yang beredar (M1), kurs
rupiah, Indeks S&P 500, dan IHSG. Secara
spesifik, tujuan dari digunakan pengujian
kointegrasi-Johanssen adalah untuk
melihat apakah ada hubungan
keseimbangan jangka panjang antara
variabel makroekonomi dan IHSG,
sedangan pengujian residual-Granger
digunakan untuk melihat apakah nilai
historis (lag) dari variabel makroekonomi
mempengaruhi pergerakan IHSG dan
memastikan tidak adanya spurious
regression.
Tahapan Analisis Data
Melakukan Analisis Regresi Berganda
Mengacu pada penelitian
Witjaksono (2010) dan Nugroho (2008)
yang melakukan pengujian terkait
pengaruh variabel makroekonomi terhadap
indeks harga saham, penelitian ini juga
menggunakan teknik analisis regresi
berganda. Namun, beberapa peneliti
menyatakan bahwa hubungan antar
variabel makroekonomi dan indeks harga
saham merupakan hubungan jangka
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
35
panjang dan melibatkan hubungan dalam
nilai lag dari masing-masing variabel.
Persamaan umum regresi berganda terkait
dengan pengaruh variabel makroekonomi
terhadap IHSG dirumuskan sebagai
berikut:
Keterangan:
IHSGt : Indeks Harga Saham
Gabungan bulan ke t
IHKt : Indeks Harga Konsumen
bulan ke t
M1t : Jumlah Uang Beredar
Sempit bulan ke t
KRt : Kurs Rupiah bulan ke t
ISP&500t : Indeks S&P500 bulan ke t
α0 : Konstanta
β1=β2=β3=β4 : Koefisien masing-masing
variabel makroekonomi
et : error term bulan ke t
Melakukan Pengujian Stasioneritas
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji unit root. Menurut
Nachrowi dan Usman (2006) , uji unit root
merupakan pengujian yang sangat populer.
Penelitian ini dikenalkan oleh David
Dickey dan Wayne Fuller. Berdasarkan
model Augmented Dickey-Fuller (ADF)
test, tersedia tiga model yang dapat
digunakan, yaitu dengan intecept dan
trend, hanya intercept, serta tanpa intercept
dan trend. Mengacu pada penelitian
Gunasekarage et.al. (2004) maka
digunakan model dengan intercept saja
serta model intercept dan trend.
Melakukan Pengujian Kointegrasi
Pengujian kointegrasi digunakan
untuk memastikan bahwa model regresi
yang dilakukan bukan merupakan regresi
yang spurious (palsu atau lancung).
Nachrowi dan Usman mengungkapkan
bahwa kadangkala dalam penelitian
dijumpai dua variabel random yang
masing-masing merupakan random walk
(tidak stasioner), tetapi kombinasi linier
antara dua variabel tersebut merupakan
time series yang stasioner. Sebagai indikasi
adanya spurious regrresion, Granger dan
Newold dalam Nachrowi dan Usman
menyatakan bahwa model regresi akan
menghasilkan nilai R2 > statistik Durbin-
Watson. Sementara itu, Hansen dan
Juselius (2002) dalam Gunasekarage et.al.
(2004) menyatakan bahwa untuk
menemukan kointegrasi antar variabel
yang tidak stasioner, setidaknya ada 2
variabel dari semua variabel yang termasuk
dalam sistem kointegrasi, memiliki tingkat
integrasi 1 atau dinyatakan dengan simbol
I(1). Secara umum, dalam ekonometrika,
variabel yang saling berkointegrasi
dikatakan memiliki (dalam kondisi)
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
36
hubungan keseimbangan jangka panjang
(long-run equilibrium).
Melakukan Pengujian Granger-
Causality
Penelitian terkait dengan
penggunaan variabel makroekonomi pada
umumnya menunjukkan adanya hubungan
timbal balik. Nachrowi dan Usman
mengungkapkan beberapa contoh seperti
hubungan antara nilai kurs rupiah terhadap
dollar dan IHSG, serta hubungan antara
inflasi dan jumlah uang yang beredar.
Terkait dengan hal ini, beberapa penelitian
banyak menggunakan Uji Kausalitas
Granger. Uji ini pada intinya
mengindikasikan apakah suatu variabel
mempunyai hubungan dua arah, atau hanya
satu arah saja. Namun, Nachrowi dan
Usman memberikan penekanan bahwa
pada pengujian kausalitas-Granger yang
diuji adalah pengaruh masa lalu terhadap
kondisi sekarang, sehingga data yang
digunakan adalah data time series.
Melakukan Pengujian VECM
Pada dasarnya pengujian VECM
hampir sama dengan pengujian VAR.
Perbedaannya adalah pengujian VECM
melakukan pengujian dalam bentuk first
difference (perubahan). Adapun langkah
awal dalam melakukan pengujian VECM
adalah melakukan pengujian kointegrasi
antar variabel (minimal ada satu variabel
yang berkointegrasi) dan pengujian
hubungan kausalitas antar variabel, di
mana dalam penelitian ini digunakan
pengujian Kausalitas-Granger.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dengan melakukan pengujian statistik
deskriptif dapat diketahui karakteristik data
penelitian yang digunakan. Statistik
deskriptif untuk masing-masing variabel,
yaitu indeks harga saham gabungan
(IHSG), indeks harga konsumen (IHK),
jumlah yang yang beredar (M1), kurs
rupiah (KR), dan Indeks S&P 500
(ISP500) disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel
Penelitian
Statistics
IHSG IHK M1 KR ISP
500
Mea
n
2.7124
E3
1.320
5E2
5.131
6E5
9.555
7E3
1.29
09E
3
Medi
an
2.5010
E3
1.310
0E2
4.811
8E5
9.295
5E3
1.28
92E
3
Mod
e
1.03E3a 110.0
8a
2.40E
5a
9480.
00
735.
09a
Std.
Devi
1.2104
6E3
1.366
79E1
1.919
43E5
8.006
80E2
2.12
572
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
37
Statistics
IHSG IHK M1 KR ISP
500
ation E2
Skew
ness
.213 .325 .413 1.708 -
.071
Std.
Error
of
Skew
ness
.233 .233 .233 .233 .233
Kurt
osis
-1.268 -.848 -.970 2.672 .342
Std.
Error
of
Kurt
osis
.461 .461 .461 .461 .461
Mini
mum
1029.6
1
110.0
8
2.40E
5
8508.
00
735.
09
Maxi
mum
5068.6
3
164.0
1
8.87E
5
1.22E
4
184
8.36
Sumber: data diolah
Pengujian Asumsi Klasik
Hasil pengujian asumsi klasik yang
disajikan pada bab ini merupakan hasil
pengujian asumsi klasik pada data (nilai)
variabel penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan proses transformasi data dalam
bentuk first different (pembedaan pertama).
Hal ini dilakukan karena pada pengujian
asumsi klasik dengan menggunakan data
awal (mentah), hasil pengujian
menunjukkan bahwa model regresi
mengalami gejala autokorelasi. Adapun
hasil pengujian asumsi klasik lainnya,
menunjukkan bahwa model regresi
memiliki residual yang terdistribusi
normal, tidak mengalami gejala
multikolinearitas, dan tidak mengalami
gejala heteroskedastisitas.
Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan
untuk melihat apakah distribusi residual
dalam model regresi berdistribusi normal
atau tidak.
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas
Ketera-
ngan
Nilai Z
Kolmo
gorov-
Smir-
nov
Signi-
fikan-
si
Hasil
Residual 0,792 0,557
Ter-
distri-
busi
Nor-
mal
Sumber: data diolah
Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen).
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
38
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinieritas
Menggunakan Nilai Tolerance dan VIF
Varia-
bel
Nilai
Tole-
rance
Nilai
VIF Hasil
DIHK 0,920 1,087
Tidak terdapat
gejala
multikolinearitas
DM1 0,986 1,015
Tidak terdapat
gejala
multikolinearitas
DKR 0,767 1,303
Tidak terdapat
gejala
multikolinearitas
DISP500 0,733 1,364
Tidak terdapat
gejala
multikolinearitas
Sumber: data diolah
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah jika tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian
heteroskedastisitas terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Vari-
abel
t-
statis
tic
Signifik
ansi Hasil
DIHK 0,798 0,427
Tidak
terdapat
gejala
heteroskedast
isitas
DM1 0,083 0,934
Tidak
terdapat
gejala
heteroskedast
isitas
DKR 2,107 0,038
Terdapat
gejala
heteroskedast
isitas
DISP5
00
-
0,823 0,412
Tidak
terdapat
gejala
heteroskedast
isitas
Sumber: data diolah
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Masalah
autokorelasi sering terjadi pada data runtut
waktu (time series). Model regresi yang
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
39
baik adalah model regresi yang bebas dari
masalah autokorelasi. Pengujian
autokorelasi pada penelitian ini
menggunakan uji Durbin Watson.
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi
Du DW 4-du Hasil
1,76 1,861 2,24 Tidak terdapat
gejala
autokorelasi
Sumber : data diolah
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan model regresi berganda.
Model regresi linier berganda digunakan
untuk menguji pengaruh variabel
independen (lebih dari satu) terhadap
variabel dependen. Hasil pengujian
hipotesis dengan menggunakan model
regresi linier berganda ditunjukkan oleh
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis
Varia
bel
Koefis
ien
Nilai
t-
statis
tic
Signifik
ansi
DIHK
-1,416 -
0,61
5
0,540
DM1 0,000 - 0,885
0,14
6
DKR
-0,186 -
4,41
6
0,000
DISP
500
1,360 5,03
9 0,000
Sumber: data diolah
Hasil dari pengujian hipotesis pada
tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya
variabel kurs rupiah terhadap dollar (DKR)
dan Indeks S&P 500 (ISP500) yang
berpengaruh secara signifikan terhadap
pergerakan indeks harga saham gabungan
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
(< 0,05). Adapun secara spesifik,
berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa
variabel kurs rupiah terhadap dollar
berpengaruh negatif terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan, sedangkan
variabel Indeks S&P 500 berpengaruh
positif terhadap pergerakan indeks harga
saham gabungan. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis variabel kurs rupiah
terhadap dollar dan variabel Indeks S&P
500 berpengaruh terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan diterima
(terdukung).
Sementara itu, variabel indeks
harga konsumen (sebagai proksi atas
inflasi) dan jumlah uang beredar
ditemukan tidak berpengaruh signifikan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
40
terhadap pergerakan indeks harga saham
gabungan (signifikansi masing-masing
koefisien variabel > 0,05). Oleh sebab itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
indeks harga konsumen (proksi atas inflasi)
dan jumlah uang beredar berpengaruh
terhadap pergerakan indeks harga saham
gabungan tidak terdukung dalam penelitian
ini.
Terkait dengan isu mengenai
adanya indikasi regresi lancung atau semu
(spurious regression), maka dalam
penelitian ini dilakukan pengujian
kointegrasi dengan menggunakan
pengujian Johannsen dan pengujian
Engler-Granger. Adapun alasan
dilakukannya pengujian kointegrasi adalah
dikarenakan hasil pengujian model regresi
linier berganda dengan menggunakan data
awal (mentah) menghasilkan nilai R2 >
Nilai statistik DW, yaitu 0,971 > 0,670
yang menandakan adanya indikasi hasil
regresi merupakan regresi palsu (spurious
regression) (Granger dan Newold dalam
Nachrowi dan Usman (2006). Nachrowi
dan Usman (2006) menekankan bahwa
dalam membuat regresi, peneliti harus
berhati-hati terhadap regresi data time
series yang variabel terikat dan variabel
bebasnya tidak stasioner. Lebih lanjut,
Nachrowi dan Usman (2006) menjelaskan
bahwa bila regresi palsu diinterpretasikan
maka dikuatirkan hasil analisis akan salah
atau tidak sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya. Adapun analisis yang keliru
dapat berakibat pada kesalahan terkait
dengan keputusan yang diambil yang pada
akhirnya dapat membuat kekeliruan dalam
proses pembuatan kebijakan dan
berdampak buruk bagi berbagai pihak.
Tabel 4.7. Hasil Uji Stasioneritas
Menggunakan Pengujian Augmented
Dickey-Fuller
Variab
el
Nilai t
hitung
Critical Value
1% 5% 10%
Level
IHSG -
0,7851
70
-
3,4925
23
-
2,8886
69
-
2,5813
13
IHK -
2,0531
42
-
3,4925
23
-
2,8886
69
-
2,5813
13
M1 0,5451
57
-
3,5006
69
-
2,8922
00
-
2,5831
92
KD -
0,8503
28
-
3,4925
23
-
2,8886
69
-
2,5813
13
ISP50
0
-
0,4331
61
-
3,4931
29
-
2,8889
32
-
2,5814
53
First
Differ
ent
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
41
DIHS
G
-
8,8518
41
-
3,4931
29
-
2,8889
32
-
2,5814
53
DIHK -
10,600
75
-
3,4931
29
-
2,8889
32
-
2,5814
53
DM1 -
2,1258
50
-
3,5006
69
-
2,8922
00
-
2,5831
92
DKD -
4,7688
64
-
3,4943
78
-
2,8894
74
-
2,5817
41
DISP5
00
-
8,2806
78
-
3,4931
29
-
2,8889
32
-
2,5814
53
Sumber: data diolah
Tabel 4.7 menunjukkan hasil
pengujian stasioneritas variabel-variabel
(independen dan dependen) dalam
penelitian, baik pada tingkat level maupun
diferensiasi pertama (first different).
Tabel 4.8. Hasil Uji Kointegrasi
Menggunakan Pengujian Engle-Granger
Varia
bel
Nilai t
hitung
Critical Value
1% 5% 10%
Level
Resid
01
-
4,6053
28
-
3,4925
23
-
2,8886
69
-
2,5813
13
Sumber: data diolah
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
dengan menggunakan pengujian Engle-
Granger, di mana terlihat bahwa residual
(dari hasil regresi liner berganda dengan
menggunakan data awal) stasioner pada
tingkat level. Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan kointegrasi antar
variabel-variabel dalam penelitian.
Tabel 4.9. Hasil Uji Kointegrasi
Menggunakan Pengujian Johannsen
Hyph
othes
ized
No.
Of
CE
(s)
Trac
e
Stati
stic
Critic
al
Value
(0,05
)
Pro
b.
Max-
Eigen
Statist
ic
Cri
tic
al
Val
ue
(0,
05)
Pr
ob
.
None 78,9
2025
69,81
889
0,00
79
41,57
579
33,
87
68
7
0,
00
50
At
most
1
37,3
4446
47,85
613
0,33
15
18,96
463
27,
58
43
4
0,
41
73
At
most
2
18,3
7983
29,79
707
0,53
82
11,24
897
21,
13
16
2
0,
62
25
At
most
3
7,13
0865
15,49
471
0,56
25
4,337
171
14,
26
46
0,
82
22
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
42
0
At
most
4
2,79
3694
3,841
466
0,09
46
2,793
694
3,8
41
46
6
0,
09
46
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel 4.9, dapat dilihat bahwa terdapat
setidaknya satu hubungan kointegrasi antar
variabel dalam penelitian. Hal ini terlihat
dari signifikannya nilai trace statistic
maupun max-eigen statistic (lebih kecil
dari 0,05) pada hipotesis alternatif terdapat
setidaknya satu hubungan kointegrasi antar
variabel dalam penelitian. Hasil pengujian
kointegrasi, baik dengan menggunakan
pengujian Engle-Granger maupun
Johannsen, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan kointegrasi antar variabel dalam
penelitian. Adapun hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan keseimbangan
jangka panjang antara variabel indeks
harga saham gabungan dengan variabel
indeks harga konsumen, jumlah uang
beredar, kurs rupiah terhadap dollar, dan
Indeks S&P 500 sehingga hipotesis terkait
dengan adanya hubungan keseimbangan
jangka panjang antar variabel dalam
penelitian ini diterima.
Dikarenakan pengujian kointegrasi
menunjukkan adanya hubungan
keseimbangan jangka panjang antar
variabel dalam penelitian dan pengujian
stasioneritas menunjukkan bahwa pada
umumnya variabel-variabel dalam
penelitian stasioner pada bentuk
diferensiasi pertama, maka pengujian
hipotesis dengan menggunakan model
persamaan regresi linier berganda
dilakukan pada bentuk diferensiasi
pertama. Adapun hasil terkait dengan nilai
R2 dan DW dari model regresi liner
berganda (dalam bentuk diferensiasi
pertama) dalam penelitian ini disajikan
pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Model Summary Model
Regresi Linier Berganda (Menggunakan
Bentuk Diferensiasi Pertama)
R R2 Adjuste
d R2
Std.
Error of
the
Estimate
Durbi
n-
Watso
n
0,67
8
0,45
9 0,438
123,5110
0 1,861
Sumber: data diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa
variabel indeks harga konsumen, jumlah
uang yang beredar, kurs rupiah terhadap
dollar, dan Indeks S&P 500 mampu
menjelaskan variabilitas pergerakan indeks
harga saham gabungan sebesar 45,9%.
Adapun 54,1% dari variabilitas pergerakan
indeks harga saham gabungan dijelaskan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
43
oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini. Adapun
nilai R2 < nilai statistik DW, yaitu 0,459 <
1,861, mengindikasikan bahwa hasil
regresi linier berganda dalam penelitian ini
bukan merupakan regresi palsu (spurious
regression) (Granger dan Newold dalam
Nachrowi dan Usman, 2006).
Pengujian selanjutnya adalah
pengujian Error Correction Model (ECM),
yaitu teknik untuk mengoreksi
ketidakseimbangan (disekuilibrium) jangka
pendek menuju pada keseimbangan jangka
panjang. Tabel 4.11 menunjukkan hasil
pengujian ECM.
Tabel 4.11. Hasil Uji Error Correction
Model
Variab
le
Coeffici
ent
Standa
rd
Error
t-
statisti
c
Prob
.
DIHK -
0,98494
3
2,2727
24
-
0,4333
76
0,66
57
DM1 0,00042
1
0,0007
36
0,5719
74
0,56
86
DKR -
0,21519
2
0,0435
91
-
4,9365
80
0,00
00
DISP5
00
1,30781
7
0,2663
04
4,9109
91
0,00
00
Resid0 - 0,0630 - 0,03
1(-1) 0,13514
3
70 2,1427
39
45
Sumber: data diolah
Berdasarkan pengujian ECM pada
tabel 4.11, disimpulkan bahwa model
koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan
sudah valid (Winarno, 2011) karena nilai
statistik t untuk koefisien residual cukup
tinggi (di atas 2) dan nilai Prob < 0,05.
Pengujian selanjutnya adalah
menggunakan pengujian VECM untuk
melihat adanya kemungkinan hubungan
kausalitas antara variabel dependen (indeks
harga saham gabungan) dan variabel
independen (indeks harga konsumen,
jumlah uang yang beredar, kurs rupiah
terhadap dollar, dan Indeks S&P 500).
Adapun pengujian VAR maupun VECM
mensyaratkan adanya pengujian kausalitas
(menggunakan uji kausalitas granger) dan
pengujian kointegrasi. Tabel 4.12
menyajikan data terkait pengujian
kausalitas dengan menggunakan uji
kausalitas Granger.
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
44
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Kausalitas
Granger
Null Hypothesis: Obs
F-
Stati
stic
Prob.
IHK does not Granger
Cause IHSG 102
3.5
981
1
0.005
1
IHSG does not Granger
Cause IHK
1.3
866
7
0.236
7
M1 does not Granger
Cause IHSG 102
1.2
172
9
0.307
4
IHSG does not Granger
Cause M1
3.4
850
9
0.006
3
KR does not Granger
Cause IHSG 102
0.2
476
5
0.940
0
IHSG does not Granger
Cause KR
1.5
188
6
0.191
7
ISP500 does not
Granger Cause IHSG 102
0.5
531
4
0.735
5
IHSG does not Granger
Cause ISP500
1.4
353
7
0.219
1
M1 does not Granger
Cause IHK 102
1.8
926
4
0.103
3
IHK does not Granger Cause
M1
1.0
206
4
0.410
3
KR does not Granger
Cause IHK 102
0.3
827
8
0.859
4
IHK does not Granger Cause
KR
10.
461
3
6.E-
08
ISP500 does not
Granger Cause IHK 102
1.4
072
6
0.229
1
IHK does not Granger Cause
ISP500
3.6
086
9
0.005
0
KR does not Granger
Cause M1 102
1.1
229
2
0.353
9
M1 does not Granger Cause
KR
3.1
628
9
0.011
2
ISP500 does not
Granger Cause M1 102
1.4
901
6
0.200
8
M1 does not Granger Cause
ISP500
0.8
907
7
0.490
8
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
45
ISP500 does not
Granger Cause KR 102
0.8
117
2
0.544
3
KR does not Granger Cause
ISP500
0.7
874
8
0.561
4
Sumber: data diolah
Hasil pengujian Tabel 4.12
menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel independen (variabel
makroekonomi) dan variabel dependen
(variabel IHSG) relatif menunjukkan
hubungan satu arah. Adapun pengujian
selanjutnya, yaitu pengujian untuk
menentukan panjang lag optimal yang
akan digunakan dalam pengujian
kointegrasi dan pengujian dengan VECM.
Tabel 4.13 menunjukkan hasil pengujian
panjang lag optimal. Berdasarkan hasil
pengujian pada tabel 4.13, terlihat bahwa
pemilihan lag paling optimal adalah lag 5
dengan menggunakan basis nilai adjusted
R2, akaike AIC, schwarz SC.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Pemilihan Lag
Optimal Menggunakan VAR
L
a
g
Krit
eria
D(I
HS
G)
D(I
HK)
D(
M1)
D(K
R)
D(IS
P50
0)
2 Adj
uste
-
0.03
-
0.02
0.1
593
0.0
861
-
0.01
d
R2
999
3
979
7
62 75 7531
Aka
ike
AI
C
13.
203
49
6.3
673
88
22.
274
56
14.
428
73
10.8
6854
Sch
war
z
SC
13.
481
52
6.6
454
22
22.
552
59
14.
706
76
11.1
4657
3
Adj
uste
d
R2
0.0
750
58
-
0.02
295
0
0.1
784
60
0.1
598
09
0.07
6763
Aka
ike
AI
C
13.
135
39
6.4
121
51
22.
299
98
14.
395
79
10.8
1951
Sch
war
z
SC
13.
542
22
6.8
189
80
22.
706
80
14.
802
62
11.2
2634
4
Adj
uste
d
R2
0.1
883
19
-
0.01
110
5
0.1
595
30
0.3
083
04
0.19
9895
Aka
ike
AI
C
13.
053
38
6.4
493
79
22.
371
63
14.
249
27
10.7
2245
Sch
war
13.
590
6.9
865
22.
908
14.
786
11.2
5963
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
46
z
SC
55 57 81 45
5
Adj
uste
d
R2
0.1
904
90
0.1
325
28
0.2
581
05
0.4
348
73
0.16
0460
Aka
ike
AI
C
13.
096
36
6.3
417
81
22.
289
93
14.
089
49
10.8
1607
Sch
war
z
SC
13.
765
47
7.0
108
91
22.
959
04
14.
758
60
11.4
8518
Sumber: data diolah
Langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian kointegrasi dengan
menggunakan pengujian Johannsen. Tabel
4.14 menunjukkan hasil pengujian
kointegrasi.
Tabel 4.14. Hasil Uji Kointegrasi
Menggunakan Pengujian Johannsen
Hyph
othes
ized
No.
Of
CE
(s)
Tr
ace
Sta
tist
ic
Criti
cal
Valu
e
(0,0
5)
Pr
ob.
Max
-
Eige
n
Stati
stic
Cri
tic
al
Va
lue
(0,
05)
Pro
b.
None 10 60.0 0. 43.8 30 0.0
2.3
96
9
6141 00
00
1973 .43
96
1
006
At
most
1
58
.57
71
5
40.1
7493
0.
00
03
34.6
7169
24
.15
92
1
0.0
013
At
most
2
23
.90
54
5
24.2
7596
0.
05
56
13.0
9660
17
.79
73
0
0.2
217
At
most
3
10
.80
88
5
12.3
2090
0.
08
84
8.40
1168
11
.22
48
0
0.1
504
At
most
4
2.
40
76
85
4.12
9906
0.
14
26
2.40
7685
4.
12
99
06
0.1
426
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel 4.14 diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat dua hubungan kointegrasi antar
variabel dalam penelitian. Nilai trace
statistic dan max-eigen statistic memiliki
probabilitas kurang dari 0,05 yang berarti
hipotesis nol yang menyatakan tidak ada
kointegrasi ditolak atau hipotesis alternatif
yang menyatakan terdapat kointegrasi
tidak dapat ditolak. Dengan demikian, hasil
pengujian kointegrasi menunjukkan bahwa
di antara pergerakan indeks harga saham
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
47
gabungan, indeks harga konsumen, jumlah
uang yang beredar, kurs rupiah terhadap
dollar, dan Indeks S&P 500, memiliki
hubungan stabilitas atau keseimbangan dan
kesamaan pergerakan dalam jangka
panjang.
Tabel 4.15. Hubungan Kausal Antara
IHSG, Indeks Harga Konsumen, Jumlah
Uang yang Beredar (M1), Kurs Rupiah,
dan Indeks S&P 500 Dengan
Menggunakan Model VECM (Data
Diferensiasi Pertama)
Panel A: Pengaruh Variabel
Makroekonomi pada DIHSG
Lag
(n)
Variabel Independen
DI
HS
Gt-
n
DIH
Kt-n
DM
1t-n
DK
Dt-
n
DISP50
0t-n
1 0.
59
20
70
(0.
37
88
9)
[
1.5
62
65]
-
28.4
4007
(8.3
4430
)
[-
3.40
832]
-
0.00
8102
(0.0
0217
)
[-
3.73
813]
0.
44
79
38
(0.
13
17
1)
[
3.4
01
02]
0.44107
9
(0.6277
1)
[
0.70268
]
2 0. - - 0. 1.10794
38
86
02
(0.
33
87
0)
[
1.1
47
35]
21.7
3000
(7.9
2277
)
[-
2.74
273]
0.00
6964
(0.0
0204
)
[-
3.40
595]
35
56
26
(0.
12
45
2)
[
2.8
56
08]
3
(0.6281
1)
[
1.76393
]
3 0.
81
90
80
(0.
29
79
4)
[
2.7
49
10]
-
9.61
2405
(7.3
2497
)
[-
1.31
228]
-
0.00
3976
(0.0
0179
)
[-
2.21
917]
0.
23
93
68
(0.
11
12
1)
[
2.1
52
36]
0.05142
5
(0.6165
2)
[
0.08341
]
4 0.
48
06
34
(0.
24
70
9)
[
1.9
4.01
3352
(6.4
6924
)
[
0.62
037]
-
0.00
0921
(0.0
0138
)
[-
0.66
716]
0.
05
91
31
(0.
09
14
7)
[
0.6
-
0.18740
7
(0.5856
2)
[-
0.32002
]
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
48
45
14]
46
42]
5 0.
25
81
33
(0.
18
56
9)
[
1.3
90
15]
1.47
6289
(4.1
8643
)
[
0.35
264]
-
0.00
0978
(0.0
0099
)
[-
0.99
097]
0.
03
12
64
(0.
06
55
3)
[
0.4
77
11]
0.07987
7
(0.4887
4)
[
0.16344
]
Panel B: Pengaruh DIHSG pada Variabel
Makroekonomi
Variabel Dependen
DI
HS
Gt
DIH
Kt
DM
1t
DK
Dt
DISP50
0t
DIH
SGt-
1
0.
59
20
70
(0.
37
88
9)
[
1.5
62
65]
-
0.01
9149
(0.0
1320
)
[-
1.45
040]
-
77.8
6543
(39.
5019
)
[-
1.97
118]
0.
08
82
53
(0.
58
09
7)
[
0.1
51
91]
0.01373
5
(0.1182
7)
[
0.11614
]
DIH
SGt-
2
0.
38
86
02
(0.
33
87
0)
[
1.1
47
35]
-
0.00
9600
(0.0
1180
)
[-
0.81
347]
-
45.0
9150
(35.
3114
)
[-
1.27
697]
0.
12
49
02
(0.
51
93
4)
[
0.2
40
50]
-
0.00639
3
(0.1057
2)
[-
0.06047
]
DIH
SGt-
3
0.
81
90
80
(0.
29
79
4)
[
2.7
49
10]
0.00
2350
(0.0
1038
)
[
0.22
637]
-
37.1
2795
(31.
0628
)
[-
1.19
526]
-
0.2
30
24
0
(0.
45
68
5)
[-
0.5
03
97]
0.05901
6
(0.0930
0)
[
0.63458
]
DIH
SGt-
4
0.
48
06
34
(0.
24
70
9)
0.00
0117
(0.0
0861
)
[
0.01
363]
-
38.2
1061
(25.
7613
)
[-
1.48
-
0.1
02
57
8
(0.
37
88
0.02257
2
(0.0771
3)
[
0.29266
]
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
49
[
1.9
45
14]
326] 8)
[-
0.2
70
74]
DIH
SGt-
5
0.
25
81
33
(0.
18
56
9)
[
1.3
90
15]
0.00
1382
(0.0
0647
)
[
0.21
358]
20.8
9738
(19.
3592
)
[
1.07
946]
-
0.0
69
67
7
(0.
28
47
2)
[-
0.2
44
72]
0.00659
1
(0.0579
6)
[
0.11371
]
Sumber: data diolah
Analisis dan Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah
terhadap dollar berpengaruh negatif (secara
signifikan) terhadap pergerakan indeks
harga saham gabungan. Adapun tanda
negatif pada koefisien menunjukkan bahwa
apabila nilai kurs rupiah terhadap dollar
mengalami peningkatan (melemah atau
depresiasi) maka akan menyebabkan
penurunan pada indeks harga saham
gabungan. Sebaliknya, penurunan nilai
kurs rupiah terhadap dollar (menguat atau
apresiasi) maka akan menyebabkan
peningkatan pada indeks harga saham
gabungan. Namun, secara teoritis
(konseptual), dapat dikatakan bahwa
apresiasi mata uang suatu negara akan
berpengaruh positif pada pergerakan
indeks harga saham gabungan di pasar
modal negara tersebut, dan begitupun
untuk kondisi sebaliknya. Hal ini sejalan
dengan sebagian besar hasil penelitian
(misal: Abugri, 2008; Muradoglu et. al.,
2001; Acikalin et. al., 2008; serta Maysami
et.al. 2004) yang pada umumnya
menemukan bukti empiris bahwa apresiasi
(depresiasi) nilai tukar mata uang
(exchange rate) meningkatkan
(menurunkan) indeks harga saham.
Adapun penjelasan lebih lanjut atas hasil
pengujian ini adalah terkait dengan
argumen yang dikemukakan oleh Maysami
et. al. (2004) yang menyatakan bahwa
dampak nilai tukar mata uang (exchange
rate) pada kondisi ekonomi tergantung
pada tingkat perdagangan internasional dan
keseimbangan transaksi perdagangan suatu
negara atau dengan kata lain hubungan
nilai tukar mata uang (exchange rate)
dengan indeks harga saham akan
tergantung pada dominasi relatif dari
tingkat ekspor dan tingkat impor suatu
negara.
Faktor dari luar negara seperti
Indeks S&P 500 terbukti berpengaruh
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
50
positif terhadap pergerakan indeks harga
saham gabungan. Hasil ini sejalan dengan
pendapat Acikalin et. al. (2008) yang
menyatakan bahwa sebagian besar
penelitian mengungkapkan bahwa variabel
global lebih konsisten pengaruhnya
terhadap return saham di pasar modal
dibandingkan variabel makroekonomi
domestik (lokal). Hasil penelitian Abugri
(2008) yang memberikan bukti empiris
bahwa variabel suku bunga treassury bill
dan MSCI World Index (sebagai proksi
atas variabel global) merupakan variabel
yang paling konsisten (arah dan
signifikansi koefisien) mempengaruhi
return pasar modal.
Variabel indeks harga konsumen
(IHK) dan variabel jumlah uang yang
beredar (M1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan indeks harga saham
gabungan. Hasil ini menunjukkan bahwa
variabel makro (internal atau lokal) di
Indonesia relatif tidak berpengaruh
terhadap pergerakan indeks harga saham
gabungan
Secara umum, hasil penelitian
dengan menggunakan regresi linier
berganda dengan pendekatan OLS berbeda
dengan hasil penelitian menggunakan
model pendekatan VECM. Hasil penelitian
dengan regresi linier berganda (OLS)
menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah
terhadap dollar berpengaruh negatif
terhadap indeks harga saham gabungan,
sedangkan variabel Indeks S&P 500
berpengaruh positif terhadap indeks harga
saham gabungan. Sementara itu, hasil
penelitian dengan menggunakan VECM
menunjukkan bahwa variabel perubahan
indeks harga konsumen dan variabel
perubahan jumlah uang yang beredar
berpengaruh negatif terhadap perubahan
indeks harga saham gabungan, sedangkan
variabel perubahan kurs rupiah terhadap
dollar berpengaruh positif terhadap
perubahan indeks harga saham gabungan.
Pengujian VECM menunjukkan hasil yang
berbeda karena pengujian ini melibatkan
pengaruh lag dan kemungkinan adanya
hubungan dua arah antara variabel
independen dan variabel dependen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, dengan menggunakan data
variabel-variabel makroekonomi selama
periode Januari 2005 – Desember 2013,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengujian dengan menggunakan
model regresi linier berganda degan
pendekatan OLS, memperoleh hasil
sebagai berikut:
Hanya variabel kurs dupiah
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
51
terhadap dollar (negatif) dan
Indeks S&P500 (positif) yang
berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan indeks harga saham
gabungan. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel eksternal (kondisi
perekonomian di luar negeri)
memiliki pengaruh yang lebih
dominan terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan.
Hasil ini memperkuat argumen
Gunasekarage et.al. (2004) yang
menyatakan bahwa variabel
makro eksternal cenderung lebih
berpengaruh terhadap pergerakan
indeks harga saham gabungan
dibandingkan dengan variabel
makro internal (di dalam suatu
negara).
2. Hubungan antara variabel
makroekonomi (indeks harga
konsumen, jumlah uang beredar, kurs
rupiah terhadap dollar, dan Indeks
S&P 500) dan variabel indeks harga
saham gabungan adalah hubungan satu
arah di mana variabel makroekonomi
(indeks harga konsumen, jumlah uang
beredar, kurs rupiah terhadap dollar,
dan Indeks S&P 500) berpengaruh
terhadap variabel indeks harga saham
gabungan, namun tidak sebaliknya.
Hasil ini menunjukkan bahwa pasar
modal di Indonesia belum mampu
menggerakan perekonomian
Indonesia.
3. Terdapat hubungan keseimbangan
jangka panjang antara variabel
makroekonomi (indeks harga
konsumen, jumlah uang beredar, kurs
rupiah terhadap dollar, dan Indeks
S&P 500) dan variabel indeks harga
saham gabungan.
Saran
Berdasarkan keterbatasan yang
dialami dalam penelitian ini, maka berikut
ini beberapa hal yang dipertimbangkan
dapat berguna bagi penelitian selanjutnya:
1. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan variabel suku bunga
Bank Indonesia yang diperkirakan
memiliki pengaruh yang lebih
signifikan pada pergerakan indeks
harga saham gabungan di Bursa Efek
Indonesia. Secara teoritis, suku bunga
berpengaruh negatif terhadap indeks
harga saham gabungan di pasar modal.
Peningkatan suku bunga akan
meningkatkan rate of return yang
diisyaratkan oleh investor sehingga
harga saham akan cenderung
mengalami penurunan (teori penilaian
nilai perusahaan).
2. Penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan kemungkinan
adanya efek periode waktu pada hasil
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
52
penelitian. Sebagai contoh, di antara
periode 2008 dan 2009 terdapat pola
yang cukup signifikan pada
pergerakan kurs rupiah terhadap dollar
yang mengalami deperesiasi cukup
signifikan serta Indeks S$P 500 yang
mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini disebabkan karena
adanya krisis global yang di alami
oleh negara-negara di Amerika
Serikat, Eropa, dan Asia. Terkait
dengan hal ini, penelitian selanjutnya
dapat mempertimbangkan efek waktu
dalam pengujian dengan menggunakan
pengujian Chow ( Chow Test)
(Ghozali, 2011).
3. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan lingkup penelitian yang
lebih luas, yaitu melibatkan beberapa
negara untuk melihat apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara
hubungan variabel makroekonomi
dengan indeks harga saham gabungan
pada masing-masing negara, sehingga
diperoleh kesimpulan yang lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abugri, B.A., 2008, Empirical relationship
between macroeconomic volatility
and stock returns: Evidence from
Latin American Markets,
International Review of Financial
Analysis, No. 17 pp. 396-410.
Acikalin, S., Aktas, R., Unal, S., 2008,
Relationships Between Stock
Markets and Macroeconomic
Variables: An Empirical Analysis
of The Istanbul Stock Exchange,
Investment Management and
Financial Innovations, Vol. 5 No.1.
Bekhet, H.A. dan Matar, A., 2013, Co-
integration and causality analysis
between stock market prices and
their determinates in Jordan,
Economic Modelling, No. 35 pp.
508 – 514.
Du, Ding, 2006, Monetary Policy, Stock
Returns, and Inflation, Journal of
Economics and Business, Vol. 58,
pp. 36–54.
Flannery, M.J. dan Protopapadakis, A.A.,
2002, Macroeconomic Factors Do
Influence Aggregate Stock Returns,
The Review of Financial Studies,
Vol. 15, No.3: 751-782.
Gan, C. et.al., 2006, Macroeconomic
Variables and Stock Market
Interactions: New Zealand
Evidence, Investment Management
and Financial Innovations, Vol. 3:
89-101.
Gunasekarage, A. et.al., 2004,
Macroeconomic Influence on the
Stock Market: Evidence From an
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
53
Emerging Market in South Asia,
Journal of Emerging Market
Finance, 3: 285-304.
Hosseini, S.M., Ahmad, Z., Lai, Y.W.,
2011, The Role of Macroenomic
Variables on Stock Market Index in
China and India, International
Journal of Economics and Finance,
Vol. 3 No. 6 pp. 233-243.
Ibrahim, M.H., 2002, Volatility
Intereactions Between Stock
Returns and Macroeconomic
Variables: Malaysian Evidence,
Savings and Development, Vol. 26
No. 2, pp. 183-195.
Kuok, P. and Chu, K., 2011, Relationship
Between Macroeconomic Variables
and Net Asset Values (NAV) of
Equity Funds: Cointegration
Evidence and Vector Error
Correction Model of The Hong
Kong Mandatory Provident Funds
(MPFs), Journal of International
Financial Markets, Institutions, &
Money, Vol. 21, pp. 792-810.
Maysami, R.C., Howe, L.C., Hamzah,
M.A., 2004, Relationship between
Macroeconomic Variables and
Stock Market Indices:
Cointegration Evidence From Stock
Exchange of Singapore’s All-s
Sector Indices, Jurnal Pengurusan,
Vol. 24, pp. 47-77.
Muradoglu, G., Metin, K., Argac, R., 2001,
Is There a Long Run Relationship
Between Stock Returns and
Monetary Variables: Evidence
From An Emerging Market,
Applied Financial Economics, No.
11 pp. 641-649.
Nachrowi, N.D. dan Usman, H., 2006,
Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan, Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Nugroho, H., 2008, Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Jumlah Uang Beredar Terhadap
Indeks LQ45 (Studi Kasus pada
BEI Periode 2002-2007), Tesis
Program Studi Magister
Manajemen Universitas
Diponegoro.
Tim Studi Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan, 2008,
Analisis Hubungan Kointegrasi dan
Kausalitas Serta Hubungan
Dinamis Antara Aliran Modal
Asing, Perubahan Nilai Tukar, dan
Pergerakan IHSG di Pasar Modal
Indonesia,
http://www.bapepam.go.id/pasar_m
odal/publikasi_pm/kajian_pm/studi
-2008/Aliran_Dana_Asing.pdf
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
54
Witjaksono, A.A., 2010, Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Harga Minyak Dunia, Harga Emas
Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei
225, dan Indeks Dow Jones
terhadap IHSG (Studi Kasus pada
IHSG di BEI Selama Periode 2000-
2009), Tesis Program Studi
Magister Manajemen Universitas
Diponegoro.