jurnal kohesifitas suporter tim sepak bola persija

17
JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA Bayu Wicaksono Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Suporter sebuah tim adalah salah satu faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan dari sisi luar lapangan pertandingan. Bahkan keberadaan supporter ini sendiri mampu memberikan dukungan moral yang cukup besar bagi para pemainnya. Gemuruh suara para supporter ketika pertandingan seringkali terdengar sebelum hingga pertandingan berakhir, bahkan dukungan pun terus diberikan oleh para supporter yang tidak dapat menyaksikan pertandingan secara langsung. Inilah mengapa dukungan supporter menjadi hal yang sangat penting bagi semangat para pemain. Sepak bola adalah permainan yang sangat lekat dengan masyarakat Indonesia. Olah raga ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terlepas dari faktor umur, jenis kelamin, dan status sosial di masyarakat. Banyaknya Tim sepak bola yang ada di setiap wilayah Indonesia menimbulkan antusias penduduk setiap wilayah untuk mendukung tim sepak bola dari wilayahnya sendiri. Hal ini pula yang melatar belakangi adanya tim suporter sepak bola Persija, atau yang lebih dikenal dengan The Jakmania. Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas pada The Jakmania. Kekompakan yang ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji kelompok suporter ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti mengambil langkah ini karena melihat adanya sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994) menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak adanya kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal tersebut dapat dilihat dari: a. Aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng, berkumpul setiap hari, bakti sosial dan nonton bola bareng). b. Aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan, patungan untuk menyewa kendaraan). c. Proses pengambilan keputusan (berdiskusi, solusi, pengambilan keputusan). d. Identitas kelompok (Warna, tulisan, logo-logo, atribut Persija) e. Kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul, mencari

Upload: doanthuy

Post on 12-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

Bayu Wicaksono

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

ABSTRAKSI Suporter sebuah tim adalah salah satu

faktor pendukung yang tidak bisa dilepaskan

dari sisi luar lapangan pertandingan. Bahkan

keberadaan supporter ini sendiri mampu

memberikan dukungan moral yang cukup besar

bagi para pemainnya. Gemuruh suara para

supporter ketika pertandingan seringkali

terdengar sebelum hingga pertandingan

berakhir, bahkan dukungan pun terus diberikan

oleh para supporter yang tidak dapat

menyaksikan pertandingan secara langsung.

Inilah mengapa dukungan supporter menjadi hal

yang sangat penting bagi semangat para

pemain.

Sepak bola adalah permainan yang

sangat lekat dengan masyarakat Indonesia.

Olah raga ini digemari oleh berbagai kalangan

masyarakat, terlepas dari faktor umur, jenis

kelamin, dan status sosial di masyarakat.

Banyaknya Tim sepak bola yang ada di setiap

wilayah Indonesia menimbulkan antusias

penduduk setiap wilayah untuk mendukung tim

sepak bola dari wilayahnya sendiri. Hal ini pula

yang melatar belakangi adanya tim suporter

sepak bola Persija, atau yang lebih dikenal

dengan The Jakmania.

Mengacu pada antusiasme supporter

sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada

kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui

faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

pada The Jakmania. Kekompakan yang

ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga

akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk

mengkaji kelompok suporter ini.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif yang

ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti

mengambil langkah ini karena melihat adanya

sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal

ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994)

menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk

penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu

masalah yang memiliki sifat kekhususan

(particulary), dapat dilakukan baik dengan

pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan

sasaran perorangan (individual) maupun

kelompok, bahkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan tampak adanya kohesivitas individu

dalam kelompok kecil The Jakmania, hal

tersebut dapat dilihat dari:

a. Aktifitas kelompok dalam komunitas (main

bola bareng, berkumpul setiap hari, bakti

sosial dan nonton bola bareng).

b. Aktifitas kelompok kecil (pulang pergi

bersama saat menonton pertandingan,

patungan untuk menyewa kendaraan).

c. Proses pengambilan keputusan (berdiskusi,

solusi, pengambilan keputusan).

d. Identitas kelompok (Warna, tulisan, logo-logo,

atribut Persija)

e. Kohesivitas kelompok di luar lapangan

(proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas

sebelum pertandingan, aktifitas setelah

pertandingan, tempat berkumpul, mencari

Page 2: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan

yel-yel, membeli air dan rokok, tegur sapa,

menuju tempat parkir, perjalanan pulang,

membahas pertandingan).

f. Kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk

dukungan, aktifitas ketika pertandingan,

mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain,

bernyanyi bersama, merayakan gol,

merayakan kemenangan).

Selain melihat kohesivitas, peneliti juga

menemukan faktor-faktor yang menyebabkan

kohesivitas individu dalam kelompok kecil The

Jakmania adalah:

a. Latar belakang kelompok (jumlah anggota,

teman nongkrong, tujuan yang sama).

b. Aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola

bareng, satu lingkungan, main bola, bakti

sosial, nonton bola).

c. Kebersamaan kelompok ( proses

menumbuhkan keterikatan, saling membantu,

saling menolong).

Kata kunci: Kohesivitas, TheJakmania, Suporter

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Persija adalah sebuah klub sepak bola

yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada

tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan

Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam

kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi

Utama Liga Indonesia memberikan warna

tersendiri, bukan hanya oleh permainannya

yang menawan tetapi juga pada suporter

pendukung yang menamai dirinya The

Jakmania.

The Jakmania adalah kelompok

suporter pendukung tim sepak bola Persija yang

terbentuk karena suatu alasan, yaitu sama-

sama mendukung tim sepak bola Persija dan

berupaya untuk mengorganisir para suporter

Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga

Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997.

Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari

100 orang, dengan pengurus sebanyak 40

orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang

dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong

merupakan sosok yang paling dikenal saat itu

dan memimpin The Jakmania pada periode

1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu

masa kepemimpinan Gugun Gondrong

digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin

selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan

Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan

anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator

Wilayah (Wikipedia, 2007).

Selain kegiatan mendukung Persija

dalam pertandingan, anggota The Jakmania

juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang

dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana

dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun

anggota membahas perkembangan The

Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap

bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini

juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru

dalam rutinitas tersebut (Wikipedia, 2007).

Dalam kelompok The Jakmania terdapat

kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu

kelompok yang bekerja sama dengan Radio

Utan Kayu yang setiap seminggu sekali

mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak

Angel yaitu kelompok perempuan yang

Page 3: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

mendukung tim Persija, Jak Online yaitu

kelompok yang mempunyai kegiatan untuk

memberikan fasilitas informasi tentang Persija

melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu

kelompok pengguna kendaraan vespa yang

mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah

kelompok suporter yang mendukung persija saat

bertanding di kandang lawan (Wikipedia, 2007).

Kelompok-kelompok yang ada dalam

The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang

tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil

yang tidak tercatat berdasarkan pembagian

kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini

memiliki aktifitas seperti berangkat bersama-

sama dari suatu tempat menuju stadion tempat

lokasi pertandingan Persija dan pulang

bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok

The Jak Kukusan merupakan salah satu

kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan

pembagian kelompok diatas.

Hal-hal tersebut diataslah yang

melatarbelakangi peneliti mengangkat tema

kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan

sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya

pandangan masyarakat yang bertentangan

mengenai suporter sepak bola. Masyarakat

memandang kegiatan suporter sepak bola dapat

memicu timbulnya agresifitas yang merugikan

banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas

yang dapat membangun serta bersifat positif.

Theodore Caplov (dalam Sarwono,

2005) membagi kelompok kecil menjadi dua

jenis berdasarkan ukurannya antara lain,

kelompok primer dan non-primer. Kelompok

primer adalah kelompok yang jumlah

anggotanya 2-20 orang dan tiap anggota

berinteraksi dengan setiap anggota lainnya

dalam kelompok (keluarga, sahabat).

Sedangkan, kelompok non-primer adalah

kelompok yang jumlah anggotanya 3-30 orang

dan interaksi antar anggotanya tidak seintensif

pada kelompok primer (teman sekelas,

kelompok arisan, panitia kecil).

Aristoteles (dalam Budiyanto, 2004)

mengatakan bahwa manusia adalah zoon

politicon atau makhluk yang pada dasarnya

selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan

sesama manusia lainnya. Status makhluk sosial

melekat pada diri setiap individu. Ia tidak dapat

bertahan hidup secara utuh hanya dengan

mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir

sampai meninggal dunia manusia memerlukan

bantuan atau kerja sama dengan orang lain.

Dalam ilmu-ilmu sosial seperti Ekonomi,

Hukum, Sosiologi, dan sebagainya, termasuk

juga Psikologi Sosial, sering memasukkan

istilah-istilah seperti kelompok umur, kelompok

urban, kaum imigran, generasi muda, golongan

menengah, dan sebagainya. Istilah-istilah itu

bermaksud untuk menggambarkan satu

kumpulan (agregat) manusia dengan ciri-ciri

tertentu walaupun individu-individu manusia

anggota kumpulan itu sama sekali belum pernah

saling berhubungan, dan sebagaimana kita

ketahui tidak setiap kumpulan orang dapat

dipertimbangkan sebagai kelompok.

Pengertian kelompok berbeda dengan

pengertian agregat. Agregat lebih menunjuk

pada kumpulan individu yang tidak berinteraksi

satu sama lain namun bagaimanapun juga

dapat terjadi bahwa suatu agregat dapat

Page 4: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

berubah menjadi sebuah kelompok (Sarwono,

2005).

Menurut Johnson (Sarwono, 2005)

kelompok adalah dua individu atau lebih yang

berinteraksi tatap muka (face to face

interaction), yang masing-masing menyadari

keanggotaannya dalam kelompok, masing-

masing menyadari keberadaan orang lain yang

juga anggota kelompok, dan masing-masing

menyadari saling ketergantungan secara positif

dalam mancapai tujuan bersama.

Bebearapa ahli psikologi sosial seperti

Durkheim dan Warriner berpandangan bahwa

kelompok merupakan sesuatu yang riil yang

dapat diperlakukan sebagai objek di dalam

lingkungan kita (dalam Sarwono, 2005). Sejalan

dengan pandangan ini, adalah pandangan yang

mendukung bahwa perilaku sosial lebih dapat

dijelaskan dengan menekankan keunikan

proses-proses kelompok daripada dijelaskan

dalam tingkat individu. Dengan demikian,

sebuah kelompok itu lebih dari sekedar

berkumpulnya secara kebetulan orang-orang

yang bersama-sama berbagi ide. Sebagai

contoh, sebuah kerusuhan yang muncul setelah

selesainya suatu pertandingan olah raga.

Interaksi sosial semacam ini hanya

dapat dipahami dengan menganalisa perilaku

dalam tingkat kelompok, sebagai kebalikan dari

tingkat individual. Tajfel (dalam Sarwono, 2005)

mendukung analisa perilaku kelompok, dan

berpandangan bahwa untuk perilaku sosial perlu

mempertimbangkan kelompok sebagai entitas

sederhana yang nyata, karena keanggotaan

dalam kelompok merupakan bagian integral dari

konsep diri (self-concept).

Pakar psikologi sosial antara lain:

Cattel, Bennis dan Sheppard, Schutz ( Sarwono,

2005) menempatkan penelitian dan

pembahasan tentang perilaku kelompok dalam

prioritas yang cukup tinggi. Keterpaduan

kelompok (group cohesiveness) diterangkan

oleh berbagai teori. Sebagian tidak berdasarkan

eksperimen seperti diusung Le Bon, Mc Dougall,

dan Bion, sebagian lagi berdasarkan

eksperimen seperti yang diusung oleh Festinger

dan Lott dan Lott.

Menurut Mc Dougal (dalam Sarwono,

2005) kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh

faktor-faktor, antara lain kelangsungan

keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu

yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran

setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan,

ada organisasi dalam kelompok (ada

deferensiasi dan spesialisasi fungsi), dan

kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu

siapa saja yang termasuk kelompok, bagaimana

caranya ia berfungsi dalam kelompok,

bagaimana struktur dalam kelompok),

pengetahuan tentang kelompok, keterikatan

(attachment) kepada kelompok.

Menurut Festinger (dalam Sarwono,

2005) keterpaduan kelompok diawali oleh

ketertarikan terhadap kelompok dan anggota

kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi

sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut

adanya saling ketergantungan. Pada gilirannya

kekuatan-kekuatan di lapangan itu akan

menimbulkan perilaku kelompok yang berupa

kesinambungan keanggotaan dan penyesuaian

terhadap standar kelompok, misalnya kelompok

suporter tim sepak bola yang tetap konsisten

Page 5: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

dengan standar kelompoknya untuk

memberikan dukungan terhadap tim tersebut,

kelompok penggemar motor besar yang tetap

konsisten dengan standar kelompoknya yang

mengharuskan menggunakan motor besar.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah

penelitian di atas, maka peneliti ingin

mengetahui:

1. Bagaimanakah kohesivitas individu dalam

kelompok kecil The Jakmania?

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

individu dalam kelompok kecil The

Jakmania?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimanakah kohesivitas individu

dalam kelompok kecil The Jakmania, serta ingin

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan

kohesivitas individu dalam kelompok kecil The

Jakmania.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

kelompok The Jakmania memiliki bentuk

kohesivitas seperti aktifitas kelompok dalam

komunitas, aktifitas kelompok kecil, proses

pengambilan keputusan, identitas kelompok,

kohesivitas kelompok di luar lapangan,

kohesivitas kelompok di lapangan.

Hal itu menjadi bukti bahwa dengan

serangkaian tindakan dan perilaku tersebut The

Jakmania bisa didekati melalui teori psikologi

sosial dan psikologi kelompok. Dengan demikian

penelitian ini bermanfaat dan memperkaya

khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi

sosial dan psikologi kelompok.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi kelompok The Jakmania khususnya bagi

komunitas The Jakmania Kukusan dan secara

umum untuk kelompok dan komunitas lainnya.

Kohesivitas yang dibangun The Jakmania

merupakan hasil dari hubungan antar individu di

dalam kelompok yang mengarah kepada

terbentuknya kebersamaan. Kohesivitas itu

merupakan cerminan dari tindakan positif

anggota The Jakmania yang mendukung klub

sepakbola Persija.

TINJAUAN PUSTAKA A. Kohesivitas

1. Pengertian Kohesivitas Hornby (2000) mendefinisikan kohesif

adalah pembentukan agar menjadi sebuah

kesatuan. Selanjutnya, Alwi dkk (2005)

mendefinisikan kohesif adalah melekat satu

dengan yang lain, berpadu, berlekatan .

Festinger (dalam Ahmadi, 2002)

mendefinisikan kohesivitas kelompok adalah

kekuatan yang memelihara dan menjaga

anggota dalam kelompok. Selanjutnya, Back

(dalam Sarwono, 2005) mendefinisikan

kohesivitas adalah daya tarik terhadap anggota

kelompok atau ketertarikan interpersonal,

dimana pengertian kohesivitas dikaitkan sebagai

Page 6: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

daya tarik anggota kelompok terhadap anggota

lainnya.

Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005)

menyatakan bahwa kohesivitas kelompok

adalah ketertarikan terhadap kelompok dan

anggota kelompok dan dilanjutkan dengan

interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang

menuntut saling ketergantungan. Selanjutnya,

Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas

kolompok adalah saling tertariknya atau saling

senangnya anggota satu dengan yang lain

dalam kelompok.

Dengan demikian dapat disimpulkan

kohesivitas adalah ketertarikan anggota-anggota

dalam kelompok untuk melekat satu dengan

yang lain agar menjadi sebuah kesatuan.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas kelompok Kohesivitas kelompok terbentuk karena

adanya daya tarik antar anggota kelompok atau

kelompok itu sendiri. Pada beberapa kelompok,

ikatan diantara anggota-anggota kuat dan

menetap. Pada kelompok lain ikatan tersebut

merenggang, dengan hilangnya rasa

“berkelompok” dan semakin lama anggota-

anggotanya cenderung memisahkan diri.

Albert Myers (dalam Ahmadi, 2002)

berdasarkan eksperimen yang dilakukan

terhadap sejumlah regu tembak yang

dipertandingkan, menyimpulkan bahwa

ancaman dapat menimbulkan dan meningkatkan

kohesivitas.

McDougall (dalam Sarwono, 2005)

menyimpulkan bahwa kohesivitas kelompok

dapat tumbuh jika ada faktor-faktor yang

menimbulkannya, yaitu:

a. Kelangsungan keberadaan kelompok

(berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti

keanggotaan dan peran setiap anggota.

b. Adanya tradisi, kebiasaan, dan adat.

c. Ada organisasi dalam kelompok.

d. Kesadaran diri kelompok, yaitu setiap

anggota tahu siapa saja yang termasuk

dalam kelompok, bagaimana caranya ia

berfungsi dalam kelompok,bagaimana

struktur dalam kelompok, dan sebagainya.

e. Pengetahuan tentang kelompok.

f. Keterikatan (attachment) kepada kelompok.

3. Dampak dari kohesivitas kelompok Menurut Lott dan Lott (dalam Sarwono,

2005) kohesivitas kelompok akan menimbulkan

dampak sebagai berikut :

a. Agresivitas sebagai reaksi terhadap

gangguan dari luar.

b. Evaluasi diri: menilai diri sendiri sebagai

dinilai positif oleh orang-orang yang

menyenangi dan menilai positif terhadap

orang-orang yang disenangi.

c. Evaluasi yang berlebihan tentang

keunggulan atau ketidakmampuan seeorang

dibandingkan anggota kelompok lainnya.

d. Evaluasi positif terhadap kelompok dan hal-

hal yang terkait dengan kelompok.

e. Persepsi tentang kesamaan antar pribadi

dalam hal sikap, perilaku, dan kepribadian.

f. Komunikasi yang lebih bebas hambatan.

g. Konformitas pada standar kelompok yang

bersangkutan dengan sikap dan penampilan.

Page 7: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

4. Ciri-ciri kelompok yang kohesif Ciri-ciri kohesifitas kelompok menurut

Suryabrata (2007) dapat dilihat dari:

a. Setiap anggota kelompok mengenakan

identitas yang sama.

b. Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan

sasaran yang sama.

c. Setiap anggota kelompok merasakan

keberhasilan dan kegagalan yang sama.

d. Setiap anggota kelompok saling berkerja

sama dan berkolaborasi.

e. Setiap anggota kelompok memiliki peran

keanggotaan.

f. Kelompok mengambil keputusan secara

efektif.

B. Definisi Suporter Hornby (2000) mendefenisikan suporter

adalah seseorang yang mendukung sebuah

kelompok atau pemikiran. Alwi dkk (2005)

mendefinisikan suporter adalah orang yang

memberikan dukungan, sokongan, dalam

pertandingan.

Alwi (2005) mendefinisikan pendukung

adalah orang mendukung, menyokong, dan

menunjang. Hornby (2000) mendefinisikan

pendukung adalah seseorang yang secara

sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung

sebuah teori, konsep, kegiatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan

suporter adalah seseorang yang memberikan

dukungan kepada sebuah kelompok dalam

pertandingan.

C. Tim Sepak Bola Persija

1. Sejarah

Persija singkatan dari Persatuan Sepak

Bola Jakarta adalah sebuah klub sepak bola

Indonesia yang berbasis di Jakarta dan memiliki

julukan Macan Kemayoran. Persija saat ini

bermain di Divisi Utama Liga Indonesia.

Persija didirikan pada tahun 1928,

dengan cikal bakal bernama Voetbalbond

Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah

satu klub yang ikut mendirikan Persatuan Sepak

Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan

keikutsertaan wakil VIJ, Mr.Soekardi dalam

pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo

Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930 (Wikipedia,

2007).

2. Prestasi Persija

Klub Sepak Bola Persija memiliki

stadion yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta,

yang memiliki kapasitas berjumlah 30.000

penonton. Klub ini mendapatkan mendapatkan

perhatian yang besar dari Gubernur Jakarta

waktu itu ,Sutiyoso yang merupakan Pembina

Persija. Keberadaan Persija dalam kancah Liga

Indonesia memiliki banyak prestasi, di

antaranya:

a. 1931 Juara – VIJ Jakarta ( nama awal

Persija)

b. 1933 Juara – VIJ Jakarta

c. 1934 Juara – VIJ Jakarta

d. 1938 Juara – VIJ Jakarta

e. 1964 Juara – Persija Jakarta

f. 1974 Juara – Persija Jakarta

g. 1975 Persija Jakarta dan PSMS Medan

(juara bersama)

h. 1977 Juara – Persija Jakarta

Page 8: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

i. 1979 Juara – Persija Jakarta

j. 1990 Divisi Utama Peringkat 10

k. 1995 Peringkat 12 Wilayah Barat

l. 1995 Peringkat 13 Wilayah Barat

m. 1996 Peringkat 10 Wilayah Barat

n. 1998 4 Besar Liga Indonesia

o. 1999 4 Besar Liga Indonesia

p. 2001 Juara Liga Bank Mandiri

q. 2002 8 Besar Liga Bank Mandiri

r. 2003 Peringkat 7 Liga Bank Mandiri

s. 2004 Peringkat 3 Liga Bank Mandiri

t. 2005 Runner-Up Liga Indonesia

u. 2005 Runner-Up Copa Indonesia

v. 2006 Liga Indonesia 8 Besar

w. 2006 Copa Indonesia Juara

D. Kohesivitas Suporter Tim Persija

The Jakmania memiliki kohesivitas yang

dapat terlihat pada saat memberikan dukungan

kepada tim Persija saat menghadapi

pertandingan dengan menggunakan baju yang

berwarna orange yang merupakan seragam dari

tim sepak bola Persija. Selain memberikan

dukungan kepada Persija dalam pertandingan,

The Jakmania juga melakukan kegiatan seperti

Jak On Air yaitu kegiatan yang diadakan dengan

bekerja sama dengan Radio Utan Kayu. Mereka

melakukan siaran radio secara langsung

seminggu sekali dengan mendatangkan pemain-

pemain Persija. Jak Angel yaitu komunitas

perempuan yang mendukung tim Persija, Jak

Online adalah kegiatan untuk bertukar informasi

tentang Persija melalui jalur internet, dan

Jakscooter merupakan komunitas pengguna

kendaraan vespa yang mendukung persija

Persija (Wikipedia, 2007).

Kohesifitas kelompok The Jakmania ini

sebagian sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Suryabrata (2007) mengenai

ciri-ciri kohesifitas kelompok antara lain:

a. Setiap anggota kelompok mengenakan

identitas yang sama.

b. Setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan

sasaran yang sama.

c. Setiap anggota kelompok merasakan

keberhasilan dan kegagalan yang sama.

d. Setiap anggota kelompok saling berkerja

sama dan berkolaborasi.

e. Setiap anggota kelompok memiliki peran

keanggotaan.

f. Kelompok mengambil keputusan secara

efektif.

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian

yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif. Usman dan Purnomo (2006)

mendefinisikan metode penelitian kualitatif

adalah metode yang berusaha memahami dan

menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu

menurut perspektif peneliti sendiri. Metode

penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang

wajar (natural setting) dan lebih berdasarkan

pada filsafat fenomenologis yang

mengutamakan penghayatan. Akan tetapi dalam

penelitian ini lebih ditekankan pada penelitian

studi kasus yang merupakan bagian dari

penelitian kualitatif. Yin (1994) menyimpulkan

studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian

(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang

Page 9: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat

dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif

maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan

(individual) maupun kelompok, bahkan

masyarakat luas.

Selanjutnya, Mulyana (2002)

menjelaskan bahwa studi kasus ditekankan oleh

beberapa peneliti karena memfokuskan apa

yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus

tunggal. Penekanan studi kasus adalah

memaksimalkan pemahaman tentang kasus

yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan

generalisasi.

Metode penelitian studi kasus

bermaksud mempelajari secara intensif tentang

latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi

suatu sosial, individu, kelompok, lembaga, dan

masyarakat (Usman & Purnomo, 2006).

Ciri-ciri studi kasus menurut Mulyana

(2002):

a. Studi kasus bukan metodologi penelitian,

tetapi suatu bentuk studi (penelitian)

tentang masalah yang khusus (particular).

b. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal

(ditujukan per orangan/individual) atau suatu

kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok

profesional, dan lain-lain.

c. Masalah yang dipelajari bersifat kompleks

atau sederhana. Masalah sederhana

misalnya anak yang mengalami

penyimpangan perilaku.

d. Tujuan yang ingin dicapai adalah

pemahaman yang mendalam tentang suatu

kasus.

e. Studi kasus tidak bertujuan melakukan

generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan

terhadap beberapa kasus.

f. Hal-hal yang umum juga dipelajari dalam

studi kasus tetapi lebih fokus kearah yang

spesifik atau unik.

B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek

Subjek adalah anggota The Jakmania

dan merupakan bagian dari kelompok The

Jak Kukusan yang melakukan aktifitas

berangkat bersama-sama dari suatu tempat

menuju lokasi pertandingan Persija dan

pulang bersama-sama menuju tempat asal.

Peneliti memilih The Jak Kukusan

karena keaktifan para pendukung tim sepak

bola Persija ini yang secara wilayah berada

di luar Jakarta yaitu di Depok, walaupun kota

Depok memiliki tim sepak bola sendiri yaitu

Persikad, tetapi kesetiaan suportivitas tetap

kepada Persija.

2. Metode Pengambilan Subjek

Metode pengambilan subjek dalam

metode studi kasus ini dilakukan dengan

cara memilih berdasarkan karakteristik

subjek yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Jumlah Subjek

Menurut Foreman (dalam Black &

Champion, 2001) dalam penelitian studi

kasus sampel penelitian dapat dikenakan

pada seseorang, sekelompok orang seperti

misalnya suatu perkumpulan atau keluarga,

suatu kelas orang seperti profesor atau para

pencuri, suatu unit ekologis seperti misalnya

Page 10: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

rukun tetangga atau komunitas, suatu unit

budaya seperti misalnya sebuah peragaan

atau lembaga. Berdasarkan pendapat di

atas, maka jumlah subjek dalam penelitian ini

adalah 2 orang yang masih dalam satu

kelompok pada komunitas The Jak Kukusan.

C. Tahap-tahap Penelitian Menurut Usman dan Purnomo (2006)

tahap persiapan dan pelaksanaan dalam

penelitian kualitatif meliputi beberapa tahap:

1. Studi Pendahuluan

Pada tahap ini studi pendahuluan berguna

untuk menjajaki keadaan di luar lapangan, di

mana peneliti harus mengetahui masalah

apa yang layak dan penting untuk diteliti.

(Sebelum melakukan penelitian, peneliti

melakukan kegiatan untuk melihat kelayakan

dan kepatutan dari masalah yang akan diteliti

pada kelompok yang bersangkutan disertai

adanya konsultasi dan bimbingan dari dosen

pembimbing.)

2. Pembuatan Pradesain Penelitian

Pada tahap ini penelitian tidak bertujuan

untuk menguji atau membuktikan teori seperti

dalam metode kuantitatif, melainkan peneliti

harus dapat mengembangkan teori yang

akhirnya menemukan teori baru berdasarkan

data yang didapatkan dilapangan.

3. Seminar Pradesain

Pada tahap ini seminar berguna untuk

mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal

yang perlu mendapatkan perbaikan. Setelah

pradesain selesai dibuat, maka perlu

diseminarkan atau meminta persetujuan

pembimbing, barulah peneliti terjun

kelapangan untuk mengumpulkan data yang

relevan. (Peneliti melakukan seminar di

depan kelas, di hadapan dosen pembimbing

dan rekan kuliah. Seminar ini dilakukan pada

saat mata kuliah seminar studi kasus.)

4. Memasuki Lapangan

Pada tahap ini langkah awal peneliti adalah

memilih lokasi situasi sosial yang

mengandung unsur tempat, pelaku, dan

kegiatan.

a. Tempat adalah wadah dimana manusia

melakukan kegiatan tertentu.

b. Pelaku adalah semua orang yang terdapat

dalam wadah tertentu.

c. Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan

dalam wadah tertentu.

5. Pengumpulan data

Pada tahap ini data yang dikumpulkan oleh

peneliti meliputi tempat, pelaku, dan kegiatan

yang diperoleh dari lapangan.

6. Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh dari

lapangan harus segera dianalisis setelah

dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk

laporan lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Menurut Usman dan Purnomo (2006)

mendefinisikan wawancara adalah tanya jawab

Page 11: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

lisan dua orang atau lebih secara langsung.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu

Pewawancara yang disebut intervieuwer,

sedangkan orang yang diwawancarai disebut

interviewee. Menurut Denzin (dalam Black &

Champion, 2001) mendefinisikan Interview atau

wawancara adalah pertukaran percakapan

dengan tatap muka dimana seseorang

memperoleh informasi dari yang lain.

Jenis wawancara menurut Guba dan

Lincoln (dalam Moleong, 2007) dapat dibagi

beberapa jenis yaitu:

1.) Wawancara oleh tim atau panel

Wawancara oleh tim berarti wawancara

dilakukan tidak hanya oleh satu orang,

tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap

sesorang yang diwawancarai. Di pihak lain,

seseorang pewawancara dapat saja

memperhadapkan dua orang atau lebih

yang diwawancarai sekaligus, yang dalam

hal ini dinamakan panel.

2.) Wawancara tertutup dan terbuka

Pada wawancara tertutup biasanya yang

diwawancarai tidak mengetahui, tidak

menyadari bahwa mereka diwawancarai,

dan tidak mengetahui tujuan wawancara.

Sedangkan pada wawancara terbuka

subjek mengetahui bahwa ia sedang

diwawancarai dan mengetahui pula apa

maksud dan tujuan wawancara itu.

3.) Wawancara riwayat secara lisan

Jenis ini adalah wawancara yang dilakukan

sedemikian rupa sehingga terwawancara

berbicara terus menerus, sedangkan

pewawancara duduk mendengarkan

dengan baik diselingi dengan sekali-kali

mengajkan pertanyaan.

4.) Wawancara terstruktur dan wawancara tak

tersruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara

yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang

akan diajukan. Sedangkan wawancara tak

terstruktur adalah wawancara dimana

pernyaan biasanya tidak disusun terlebih

dahulu, malah disesuaikan dengan

keadaan dan ciri yang unik dari responden.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan tipe wawancara terbuka. Hal ini

akan memungkinkan peneliti untuk memiliki

panduan dalam mengajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan hal yang diteliti, namun pada

saat yang bersamaan tetap fleksibel, itu semua

tergantung pada perkembangan dan situasi

dalam wawancara.

2. Observasi

Menurut Black & Champion (2001)

observasi adalah mengamati dan mendengar

perilaku seseorang selama beberapa waktu

tanpa melakukan manipulasi dan pengendalian,

serta mencatat penemuan yang memungkinkan

atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam

tingkat penafsiran analisis.

Menurut Young (dalam Ahmadi, 2002)

observasi adalah suatu penyelidikan yang

dijalankan secara sistematis, dan dengan

sengaja diadakan dengan menggunakan alat

indera (terutama mata) terhadap kejadian-

kejadian yang langsung ditangkap pada waktu

kejadian itu terjadi.

Page 12: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

Menurut Usman dan Purnomo (2006)

observasi adalah pengamatan dan pencatatan

yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

diteliti. Dalam observasi peneliti secara terus

menerus melakukan pengamatan atas perilaku

seseorang, mencatat ucapan-ucapan, ekspresi-

ekspresi dari responden dalam suatu

wawancara.

Menurut Usman dan Purnomo (2006)

Metode observasi dibagi menjadi enam teknik,

yaitu

a) Observasi Partisipasi adalah observasi yang

dilakukan jika observer terlibat langsung

secara aktif dalam objek yang diteliti.

b) Observasi Nonpartisipasi adalah observasi

yang dilakukan jika observer tidak terlibat

langsung secara aktif dalam objek yang

diteliti.

c) Observasi Sistematis adalah observasi yang

sudah ditentukan terlebih dahulu

kerangkanya, kerangka itu memuat faktor-

faktor yang akan diobservasi menurut

kategorinya.

d) Observasi Nonsistematis adalah observasi

yang belum ditentukan terlebih dahulu

kerangkanya.

e) Observasi Eksperimental adalah observasi

yang dilakukan terhadap situasi yang

disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti

sesuatu yang dicobakan.

f) Observasi Noneksperimental adalah

observasi yang dilakukan terhadap situasi

yang belum disiapkan atau alami untuk

meneliti sesuatu yang dicobakan.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik observasi partisipasi

dimana peneliti terlibat langsung secara aktif

dalam objek yang diteliti sehingga

memungkinkan informasi yang diperoleh dapat

lebih maksimal dan diharapkan akan membantu

dalam penelitian.

E. Alat Bantu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan alat bantu pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pertanyaan

– pertanyaan yang berkenaan dengan masalah

penelitian. Pedoman wawancara ini disusun

berdasarkan teori –teori yang berhubungan

dengan topik penelitian. Manfaat dari pedoman

wawancara ini adalah agar wawancara yang

dilakukan tdak menyimpang dari tujuan

penelitian. Pedoman wawancara ini memiliki 3

bagian, yaitu :

a Introduksi: berisi hal – hal yang perlu

disampaikan kepada subjek sehubungan

dengan kegiatan wawancara yang akan

dilaksanakan.

b Data partisipan: Berisi hal-hal umum yang

perlu diketahui seperti usia subjek, latar

belakang pendidikan subjek dan lain

sebagainya.

c. Pertanyaan –pertanyaan terbuka: Berisi hal-

hal yang ingin ditanyakan peneliti kepada

subjek yang sesuai dengan masalah dan

tujuan penelitian

2. Alat Bantu Pengumpul Data

Tape Recorder digunakan sebagai alat

bantu pada saat wawancara, ini dimaksud agar

Page 13: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

memudahkan peneliti dalam mencatat jawaban

yang subjek berikan. Penggunaan alat perekam

dilakukan atas sepengetahuan dan seizin

subjek.

Kamera digunakan sebagai alat bantu

pada saat observasi, ini dimaksud agar

memudahkan peneliti dalam mengobservasi

kejadian di lapangan. Penggunaan alat perekam

dilakukan atas sepengetahuan dan seizin

subjek.

F. Keakuratan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa uji keakuratan, antara

lain:

1. Uji Kredibilitas

Kredibilitas adalah kepercayaan

terhadap data hasil penelitian kualitatif. Untuk

mencapai kredibilitas dapat dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya adalah dengan

mengunakan proses triangulasi dan

meningkatkan ketekunan (keajegan

pengamatan).

Menurut Wiersma (dalam Sugiyono,

2007) triangulasi adalah pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Patton (dalam Moleong, 2007)

mengemukakan empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan, yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif.

b. Triangulasi Metode

Pengecekan derajat kepercayaan penemuan

hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

c. Triangulasi penyidik

Adanya pengamat diluar peneliti untuk

keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data. Adanya pengamat lain

membantu mengurangi kemelencengan

dalam pengumpulan data.

d. Triangulasi Teori

Pengunaan berbagai teori yang berlainan

untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

2. Uji Dependability

Dependability adalah uji yang dilakukan

dengan melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Cara untuk melakukan

dependability adalah dilakukan oleh auditor

yang independen atau pembimbing mengaudit

keseluruhan aktifitas peneliti dalam melekukan

penelitian (bagaimana peneliti mulai

menentukan masalah atau fokus, memasuki

lapangan, menentukan sumber data, sampai

membuat kesimpulan dapat ditunjukan oleh

peneliti).

3. Uji Confirmability

Confirmability adalah menguji hasil

penelitian yang dikaitkan dengan proses yang

dilakukan.

Page 14: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

G. Analisis Data

Dalam menganalisa penelitian kualitatif

terdapat beberapa langkah, antara lain:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Menyajikan kedalam pola sehingga

memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut. Dalam penyajian data, verbatim

disusun berdasarkan tema-tema. Dalam

koding dilakukan 2 tahap. Yang pertama,

pertanyaan dan jawaban serta observasi

disusun menjadi tiga kolom (baris,

wawancara, tema) serta urutan penyajian

berdasarkan baris. Yang kedua pertanyaan

dan jawaban serta observasi yang sudah

disusun dikelompokkan berdasarkan tema-

tema, sehingga baris berubah lalu dibuat

baris baru. Selanjutnya hasil koding tahap

kedua dibaca berulang-ulang.

3. Conclusion Drawing/verication

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan

beberapa hal yaitu:

1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil

The Jakmania.

Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri

kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap

anggota kelompok mengenakan identitas yang

sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan

dan sasaran yang sama, setiap anggota

kelompok merasakan keberhasilan dan

kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok

saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap

anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan,

kelompok mengambil keputusan secara efektif.

Berdasarkan penelitian kohesivitas

dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas

kelompok dalam komunitas (main bola bareng

adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan,

berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil

(pulang pergi bersama saat menonton

pertandingan Persija secara langsung,

patungan), proses pengambilan keputusan

(berdiskusi untuk menentukan keputusan yang

terbaik, setiap anggota mempunyai solusi),

identitas kelompok (menggunakan atribut

Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok

di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung

gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan

yel-yel bersama), kohesivitas kelompok

dilapangan (kelompok bergabung dengan The

Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersama-

sama, merayakan gol bersama, merayakan

kemenangan bersama).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

individu dalam kelompok kecil The Jakmania.

Menurut McDougall (dalam Sarwono,

2005) kohesivitas dalam kelompok dapat

dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan

Page 15: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama)

dalam arti keanggotaan dan peran setiap

anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat,

ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri

kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang

termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya

ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur

dalam kelompok, dan sebagainya),

pengetahuan tentang kelompok, keterikatan

(attachment) kepada kelompok.

Selain dapat melihat kohesivitas dalam

kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat

faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

individu dalam kelompok kecil The Jakmania.

Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman

nongkrong (jarak rumah yang berdekatan

menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah

anggota (dengan anggota yang berjumlah 10

orang menyebabkan setiap individu dapat

mengenal lebih dalam dengan anggota

kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota

dalam kelompok memiliki keinginan yang sama

yaitu ingin tim yang didukungnya menang).

Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti

main bola bareng (setiap anggota kelompok

memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok

seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut

dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola

bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti

nonton Liga Champion bersama anggota

kelompok dan aktifitas tersebut dapat

meningkatkan kekompakan, karena setiap

anggota dapat saling bertemu). Ketiga

kebersamaan kelompok seperti proses

menumbuhkan keterikatan (pada saat

berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau

dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat

meningkatkan keterikatan antara anggota

kelompok), saling membantu dan menolong

(setiap anggota The Jak saling membantu jika

ada yang kesusahan dan setiap anggota The

Jak harus saling menolong, perilaku tersebut

dapat meningkatkan kekompakkan dan

kebersamaan setiap anggota).

Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang

menyebabkan adanya keterkaitan antara dua

hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut

dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

individu dalam kelompok kecil The Jakmania

yang saling berkesinambungan.

PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian

ini adalah

1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil

The Jakmania, hal ini dilihat dari: Aktifitas

kelompok dalam komunitas(main bola

bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan

nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil

(pulang pergi bersama, patungan, pulang

dan pergi bersama), proses pengambilan

keputusan kelompok (berdiskusi, solusi,

pengambilan keputusan), identitas kelompok

(warna, tulisan, logo-logo, warna, logo,

atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar

lapangan (proses menumbuhkan keterikatan,

aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas

setelah pertandingan, tempat berkumpul,

mencari kendaraan, menaiki kendaraan,

menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok,

tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan

Page 16: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

pulang, membahas pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk

dukungan, aktifitas ketika pertandingan,

mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain,

bernyanyi bersama, merayakan gol,

merayakan kemenangan).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas

individu dalam kelompok kecil The Jakmania

adalah sebagai berikut: Latar belakang

kelompok (jumlah anggota, teman

nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan

kegiatan kelompok (main bola bareng, satu

lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton

bola), kebersamaan kelompok (proses

menumbuhkan keterikatan, saling membantu,

saling menolong).

A. Saran Terdapat beberapa saran yang peneliti

ingin berikan:

1. Saran untuk subjek

Dalam kesempatan ini penulis ingin

memberikan saran kepada subjek agar dapat

mempertahankan kohesivitas dan

komunikasi yang telah terjalin baik dalam

kelompok.

2. Saran untuk kelompok

Bagi kelompok diharapkan dapat

mempertahankan kohesivitas dengan cara

menjalankan kegiatan-kegiatan positif seperti

nonton bola bersama, main bola bersama,

sehingga dapat meningkatkan kekompakan

para anggotanya.

3. Saran untuk peneliti berikutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian yang sudah

dilakukan oleh peneliti, seperti mencari

subjek yang berbeda daerah dengan

penelitian ini, serta kegiatan yang dilakukan

oleh kelompok komunitas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2002). Psikologi sosial. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta.

Alwi, H. (2005). Kamus besar bahasa indonesia.

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Black, J. A., & Champion, D. J. (2001). Metode

dan masalah penelitian sosial. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Budiyanto. (2004). Kewarganegaraan untuk

SMA kelas X. Jakarta: Erlangga.

Hornby, A. S. (2000). Oxford advanced learner’s

dictionary of current english. United

Kingdom: Oxford University Press.

Moleong, L. (2007). Metodelogi penelitian

kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, D. (2002). Metodologi penelitian

kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial:

Psikologi kelompok dan psikologi terapan.

Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. (2007). Memahami penelitian

kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Page 17: JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM SEPAK BOLA PERSIJA

Sukardi. (2005). Metodologi penelitian

pendidikan. Jakarta; Balai Pustaka.

Suryabrata, C. (2007). Ciri-ciri kelompok yang

kohesif. http://www.bpkpenabur.or.id/kps-

jkt/berita/9810/artikel.htm. 21 Maret 2007

Usman, H., & Purnomo, S. A. (2006).

Metodelogi penelitian sosial. Jakarta:

Balai Pustaka.

Yin, R. K. (2002). Studi kasus: Desain &

metode. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wikipedia. (2007). Jakmania.

http://id.wikipedia.org/wiki/the_jakmania.ht

m. 21 Maret 2007