jurnal keperawatan -...

113
Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014 ISSN : 2086-9703 JURNAL KEPERAWATAN Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang Rawat Inap Rsud Kota Tpi Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015 Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014 Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia

Upload: vannhu

Post on 01-Feb-2018

264 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN

• Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang

Rawat Inap Rsud Kota Tpi

• Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar

Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015

• Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue

Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical

Pada Mechanical Neck Pain

• Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi

Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat

• Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang

• Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes

Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014

• Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang

Penerbit:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

Kepulauan Riau, Indonesia

Page 2: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014

PENELITIAN HAL

Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase

Intention Diruang Rawat Inap Rsud Kota Tpi

(Liza Wati, Ernawati, Meily Nirna Sari)

408 -

Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap

Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015

(Nur Meity Sulistia Ayu)

404-418

Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada

Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi

Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain

(Sudaryanto)

419-436

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan

Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat

(Wasis Pujiati, Ernawati, Daratullaila)

437-449

Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang

(Zurrahman, Lidia Wati, Komala Sari)

450-466

Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang

Tahun 2014

(Urai Muhamad Bawadi, Soni Hendra Sitindaon, Komalasari)

467-478

Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang

(Ivana Arleni, Nur Meity, Zakiah Rahman)

479-488

Page 3: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli

Penanggung Jawab :

Heri Priatna

Penasehat :

Nur meity Sulistia Ayu

Penyunting :

Ketua :

Ernawati

Sekretaris :

Rian Yuliana

Bendahara :

Ria Muazizah

Penyunting Pelaksana :

Wasis Pujiati

Liza Wati

Yusnaini Siagian

Hotmaria Julia Dolok Pasaribu

Linda Widiastuti

Pelaksana Tata Usaha:

Siti Halimah

Cian Ibnu Sina

Ummu Fadhilah

Distribusi dan Pemasaran :

Agus Bahtiar

Ade Pardi

Anas Fajri

Alamat Redaksi:

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122

Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388

Page 4: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

PRAKATA

Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi

para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya

melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.

Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu

memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang

Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.

Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah

khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para

dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.

Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh

karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal

keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Januari 2014

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM

Page 5: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

408

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SWITCHING

BARRIER DENGAN REPURCHASE INTENTION DIRUANG RAWAT

INAP RSUD KOTA TPI

Liza Wati1, Ernawati2, Meily Nirna Sari3

ABSTRAK

Pertumbuhan dan perubahan lingkungan eksternal menyebabkan persaingan terhadap mutu pelayanan antara

rumah sakit secara global. Meningkatnya sosial ekonomi, pendidikan, perkembangan pola penyakit, teknologi

kesehatan, dan trend berobat keluar negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit dalam

mempertahankan pasiennya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Karakteristik Responden dan

Switching Barrier dengan repurchase intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015.

Desain penelitian korelasional. Sampel 66 responden dengan propporsional random sampling. Alat ukur kuesioner

dengan 43 pertanyaan. Analisis data univariat, korelasi Spearman dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian

menunjukkan ada korelasi karakteristik responden yaitu jarak (p=0,001), biaya pengobatan (p=0,000) dan

pengalaman rawatan (p=0,000) dengan repurchase intention. Terdapat korelasi switching barrier dengan

repurchase intention yaitu dimensi Alternative of attractiveness (p=0,001) dan interpersonal relathionship

(p=0,000) dimana korelasi yang paling kuat adalah pada dimensi interpersonal relathionship dengan nilai

koefesien korelasi r = 0,500. Rekomendasi bagi manajemen keperawatan harus inovatif mengembangkan strategi

switching barrier yang sudah seperti peningkatan hubungan perawat pasien, caring perawat dan responsif perawat

terhadap pasien.

Kata kunci : Switching barrier, pelayanan keperawatan, repurchase intention pasien

Daftar Pustaka : (1987- 2014)

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah bagian integral dari

suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan

fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif) (WHO,2010), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat (Ahira, 2012).

Investasi pada rumah sakit dalam beberapa

tahun terakhir ini banyak diminati.

Pertumbuhan rumah sakit sejak tahun 2008 –

2010 cendrung meningkat dengan rata-rata

pertumbuhan per tahun sekitar 1,14%.

Pertumbuhan dan perubahan eksternal

rumah sakit meningkatkan persaingan antara

rumah sakit dengan memberikan pelayanan

berkualitas. Meningkatnya sosial ekonomi,

pendidikan, perkembangan pola penyakit,

teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar

negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi

rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya.

Tuntutan inilah yang mendorong manajemen

rumah sakit untuk meningkatkan kualitas

pelayanannya (Trisnantoro, 2005).

Peningkatan kualitas akan

meningkatkan minat penggunaan jasa kembali

Page 6: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

409

oleh pasien (repurchase intention). Menurut

Soderlund dan Ohman, 2003., Hicks, dkk ,

(2005) minat menggunakan jasa kembali

(repurchase Intention) merupakan sikap

mengenai bagaimana seseorang akan

berperilaku (loyal) dimasa yang akan datang

dan komitmen tersebut muncul setelah

konsumen melakukan pembelian jasa dan

timbul karena kesan positif terhadap jasa yang

didapat.

Upaya mempertahankan pasien lebih

efesien dan efektif dibanding mendapatkan

pasien baru (Hasan, 2008; Lele dan Sheth,

1995). Banyak perusahaan kehilangan 25 %

langganan mereka setiap tahun, dengan

perkiraan biaya mencapai $2 hingga $4 miliar

dan mengakuisisi pelanggan baru dapat

menelan biaya lima kali lipat lebih besar

dibandingkan memuaskan dan

mempertahankan pelanggan lama (Kotler &

Keller, 2009). Sejumlah faktor berperan dalam

masalah minat pelanggan selain faktor kualitas

layanan, yaitu dipengaruhi juga oleh

karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan

hambatan pindah (switching barrier) (Budi

Suharjo dalam Palupi, 2006). Perubahan

teknologi dan strategi diferensiasi dari

perusahaan menyebabkan switching barrier

menjadi faktor penting bagi loyalitas konsumen

(Aydin dan Ozer, 2005). Menurut Bloemer et al

(1998) dalam industri yang dikategorikan

memiliki switching barrier yang rendah

konsumennya akan kurang loyal dibanding

industri jasa dengan switching barrier yang

tinggi.

Strategi rumah sakit untuk

meningkatkan switching barrier dari segi

jumlah dan mutu pelayanan pada ruang

perawatan perlu ditingkatkan lagi untuk tahun

2015. Laporan RSUD Kota Tanjungpinang

Tahun 2012-2013 terjadi penurunan kunjungan

pasien baru dan pasien lama dan diikuti juga

penurunan kinerja pelayanan kesehatan.

Berdasarkan kinerja rawat inap dari tahun 2008

– 2013 yaitu BOR rata-rata 66,5 % (cendrung

menurun). Pelayanan keperawatan yang belum

sesuai dengan standar pelayanan minimal

(SPM), tindakan keperawatan yang dilakukan

belum sesuai dengan standar operasional

prosedur, kepatuhan perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan belum

sesuai dengan SAK. Adanya rumah sakit

pemerintah yang mulai dibangun, rumah sakit

swasta dan klinik-klinik pengobatan, serta trend

masyarakat berobat keluar negeri ini menjadi

Page 7: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

410

ancaman minat pasien berobat di RSUD Kota

Tanjungpinang.

BAHAN DAN METODE

Desain Penelitian

Rancangan penelitian korelasional.

untuk menganalisis hubungan, kekuatan

hubungan, arah hubungan atau prediksi besaran

perubahan yang terjadi pada variabel terikat jika

variabel bebas berubah (Dharma,2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara karakteristik responden dan

switching barrier dengan repurchase intention

diruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan diruang rawat inap

RSUD Kota Tanjungpinang yaitu :

Bougenville, Teratai, Dahlia, dan Anggrek.

Waktu penelitian pada bulan April s/d Juli

2015.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

pasien rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.

Sampel 66 orang pasien dengan teknik proporsi

random sampling.

Variabel

Variabel dependen adalah repurchase

intention (7 item pernyataan), variabel

independen adalah karakteristik responden dan

switching barrier (36 item pernyataan).

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

Karakteristik Responden

Tabel 5.1 .1 Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap

RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)

Karakteristik

Responden

f %

Umur

Dewasa Awal (

18-40 tahun)

31 47,0

Dewasa Madya (

41-60 tahun)

26 39,4

Dewasa Akhir ( >

60 tahun )

9 13,6

Jenis Kelamin

Laki - laki 32 48,5

Perempuan 34 51,5

Pendidikan

Rendah (SD - 46 69,7

Page 8: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

411

SMP )

Tinggi ( SMA - PT

)

20 30,3

Pekerjaan

Bekerja 51 77,3

Tidak bekerja 15 22,7

Jarak tempat tinggal

Dekat ( < 5 KM ) 36 54,5

Jauh (> 5 KM ) 30 45,5

Sumber biaya

pengobatan

Asuransi 55 83,3

Pribadi 11 16,7

Pengalaman rawatan

Pernah

Tidak pernah

40

26

60,6

39,4

66 100

Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui

bahwa responden terbanyak berasal dari

kelompok umur dewasa awal (47 %), jenis

kelamin perempuan (51,7%), berpendidikan

tinggi ( 69,7 %), dan bekerja (77,3 %).

Berdasarkan jarak tempat tinggal sebagian

besar responden didapatkan tinggal dekat dari

rumah sakit (54,5%), pada umumnya

menggunakan asuransi (83,3 %) dan lebih dari

separuh pernah dirawat (60,6 %).

Repurchase intention

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Repurchase

intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)

No Kategori f %

1.

2.

Minat

Kurang minat

38

28

57,6

42,4

66 100

Berdasarkan tabel 5.1.2 Berdasarkan

tabel didapatkan sebagian besar pasien yang

cendrung minat menggunakan kembali

pelayanan keperawatan yaitu sebanyak 40

orang (60,6 %).

Switching Barrier dan dimensi

Switching Barrier

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Switching Barrier Ruang Rawat

Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015

(n=66)

Page 9: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

412

Berdasarkan tabel didapatkan sebagian

besar switching cost tinggi (50%), Alternative

of attractiveness tinggi (54,5%),, interpersonal

relathionsip baik (60,6%), service recovery

baik (69,7%) dan switching barrier tinggi

(54,5%).

Analisis Korelasi Bivariat

Tabel 5.2.1 Hubungan karakteristik responden

dan Switching barrier dengan Repurchase

intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)

Variabel Independen r p

value

Karakteristik

responden

Umur 0,153 0,221

Jenis Kelamin 0,097 0,440

Pendidikan 0,234 0,058

Pekerjaan 0,338 0,120

Jarak tempat tinggal 0,386 0,001

Sumber biaya

pengobatan

0,466 0,000

Pengalaman rawatan 0,500 0,000

Switching Barrier 0,509 0,000

Switching cost 0,184 0,139

Alternative of

attractiveness

0,386 0,001

Interpersonal

relationship

0,500 0,000

Servive recovery 0,234 0,058

Pada tabel 5.2.2 didapatkan

karakteristik umur (p value = 0,221), jenis

kelamin (p value = 0,440), pendidikan (p value

Kategori F %

Switching cost

Tinggi

Rendah

33

33

50,0

50,0

Alternative of

attractiveness

Tinggi

Rendah

36

30

54,5

45,5

Interpersonal relationship

Baik

Kurang baik

40

26

60,6

39,4

Servive recovery

Baik

Kurang Baik

46

20

69,7

30,3

Switching barrier

Tinggi

Rendah

36

30

54,5

45,5

66 100

Page 10: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

413

= 0,058) dan pekerjaan (p value = 0,120) artinya

tidak ada korelasi yang signifikan dengan

repurchase intention.

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan

koefesien korelasi jarak dengan repurchase

intention pasien didapatkan nilai r = 0,386

dengan p value 0,000 (p value < 0,05).

Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan

antara jarak dengan repurchase intention

dengan kekuatan hubungan cukup dan arah

hubungan positif yang artinya semakin dekat

jarak pasien di RSUD Kota Tanjungpinang

memiliki repurchase intention yang tinggi.

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan

koefesien korelasi sumber biaya dengan

repurchase intention pasien didapatkan nilai r =

0,466 dengan p value 0,000 (p value < 0,05).

Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan

antara sumber biaya dengan repurchase

intention dengan kekuatan hubungan cukup dan

arah hubungan positif yang artinya pasien yang

menggunakan asuransi di RSUD Kota

Tanjungpinang memiliki repurchase intention

yang tinggi.

Pada tabel 5.2.1 menunjukkan

koefesien korelasi pengalaman rawatan dengan

repurchase intention pasien didapatkan nilai r =

0,500 dengan p value 0,000 (p value0,05).

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada

korelasi yang signifikan antara pengalaman

rawatan dengan repurchase intention, kekuatan

hubungan yang kuat dan arah hubungan positif

artinya semakin sering dirawat repurchase

intention tinggi.

Menunjukkan koefesien korelasi

Switching barrier dengan repurchase intention

pasien didapatkan nilai r = 0,509 dengan p value

0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada

korelasi yang signifikan antara switching

barrier dengan repurchase intention dengan

kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan

positif yang artinya semakin tinggi switching

barrier di RSUD Kota Tanjungpinang maka

semakin tinggi repurchase intention

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan Switching cost dengan

repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184

dengan p value = 0,139 yang lebih besar dari

nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

Switching cost dengan repurchase intention.

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value

Page 11: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

414

= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat

korelasi yang signifikan antara Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan

kekuatan hubungan yang kuat dan arah

hubungan positif yang artinya semakin baik

Alternative of attractiveness maka semakin

tinggi repurchase intention

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan interpersonal

relationship dengan repurchase intention

pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value

= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat

korelasi yang signifikan antara interpersonal

relationship dengan repurchase intention

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan

kekuatan hubungan yang kuat dan arah

hubungan positif yang artinya semakin baik

interpersonal relationship semakin tinggi

repurchase intention.

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan service recovery dengan

repurchase intention pasien diperoleh nilai r =

0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih besar

dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

antara service recovery dengan repurchase

intention .

PEMBAHASAN

Hubungan Karakteristik Pasien

dengan Repurchase Intention

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan

repurchase intention. Sejalan dengan penelitian

Munawaroh tentang analisis karakteristik dan

kepuasan responden dengan loyalitas bahwa

tidak ada hubungan umur dengan kesetian

dalam penggunaan pelayanan kesehatan dengan

p value= 0,43. Dalam penelitian ini sebagian

besar responden berada pada rentang usia

dewasa awal (18 – 40 tahun ).

Laporan survei kesehatan rumah tangga

(SKRT) tahun 2001 menyatakan 39 %

penduduk yang mengalami disabilitas atau

gangguan fungsi tubuh, 30 % diantaranya pada

golongan umur di bawah 35 tahun, meningkat

dengan bertambahnya umur & mencapai 80 %

pada golongan umur 65 tahun keatas. Dengan

hasil laporan SKRT ini dapat disimpulkan

bahwa semakin meningkat usia, semakin besar

pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan,

sehingga kemungkinan untuk pemanfaatan

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit akan

Page 12: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

415

tinggi dan hal ini dapat mencerminkan loyalitas

apabila pemanfaatan tersebut dilakukan

terhadap rumah sakit yang sama.

Hasil penelitian ini menyatakah bahwa

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

minat penggunaan pelayanan kembali oleh

responden. Penelitian ini sama juga dengan

hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak ada

hubungan jenis kelamin dengan loyalitas atau

minat menggunakan pelayanan kesehatan

kembali (p value=0,964). Pada penelitian ini

sebagian besar perempuan sebagai ibu rumah

tangga yang bukan pengambil keputusan,

sehingga dimana mereka mencari dan memilih

rumah sakit sebagai tempat pelayanan

tergantung dari suami atau yang berperan

sebagai pengambil keputusan.

Chandra (2010) dalam penelitiannya

menyetujui tidak adanya perbedaan antara

pasien dengan jenis kelamin wanita atau pria

terhadap perilaku loyal pasien tersebut. Namun

Kotler & Keller (2009) menyatakan konsumsi

dan selera seseorang dibentuk oleh jenis

kelamin dan Supriyanto dan Ernawaty (2010)

juga menyatakan ada perbedaan tertentu antara

wanita dan laki-laki, misalnya dalam perbedaan

kebutuhan, keinginan dan harapan. Perbedaan

pendapat ini dengan hasil penelitian mungkin

terjadi karena distribusi jenis kelamin pada

penelitian ini homogen pada jenis kelamin pria,

sehingga bias dalam informasi yang dihasilkan

mungkin saja terjadi.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara

pendidikan dengan repurchase intentio.

Penelitian ini juga didukung peneliyian

Munawaroh bahwa tidak ada hubungan

pendidikan dengan loyalitas pasien (p

value=0,964). Hal ini dapat disebabkan oleh

kemungkinan pasien datang kembali berobat ke

RSUD Kota Tanjungpinang karena pengaruh

sumber biaya pengobatan, jarak dan

pengalaman dirawat sebelumnya.

Berbeda dengan hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh

Harun dan Yusrizal (2001), yang mengatakan

bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan

loyalitas pelanggan. Sehubungan dengan ini,

Setiawan (2011) menjelaskan bahwa salah satu

faktor yang memegang peranan di dalam

pembentukan perilaku adalah faktor intern,

seperti kecerdasan atau pengetahuan, dan

kecerdasan atau pengetahuan tersebut dapat

diasah melalui pendidikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan

Page 13: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

416

pasien terhadap minat penggunaan kembali

pelayanan keperawatan di RSUD Kota

Tanjungpinang. Pasien yang bekerja atau tidak

bekerja lebih banyak menggunakan kartu BPJS

sementara RSUD Kota menjadi salah satu

tempat rujukan pasien untuk berobat. Berbeda

dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harun

dan Yusrizal (2001), yang mengatakan bahwa

pekerjaan memiliki hubungan dengan loyalitas

pelanggan.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat

tinggal pasien dengan repurchase intention,

semakin dekat jarak tempat tinggal pasien dari

RSUD Kota Tanjungpinang maka pasien akan

cenderung menggunakan kembali pelayanan

keperawatan. Hasil penelitian sejalan dengan

penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal

(2001), yang menyatakan bahwa jarak tempat

tinggal pasien dengan rumah sakit memiliki

hubungan dengan loyalitas pelanggan.

Kemudian Guswan (2009) dalam penelitiannya

tentang loyalitas pasien di RS Gigi Mulut

Pendidikan Universitas Trisakti Tahun 2009,

juga menyatakan adanya pengaruh yang

signifikan antara jarak tempat tinggal pasien

dengan loyalitas.

Lokasi adalah yang paling diperhatikan

bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak

yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari

pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu

studi mengatakan bahwa alasan yang penting

untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat

dengan lokasi. Keputusan untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari

kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang

dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan

kesehatan. Konsumen sering tergantung kepada

informasi yang disediakan oleh institusi

pelayanan kesehatan ditambah dengan

profesinya.Faktor-faktor lain yang berpengaruh

antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan mutu

pelayanan (Mills, 1990).

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara sumber biaya

pengobatan dengan repurchase intention,

dimana responden dengan sumber biaya

pengobatan asuransi cenderung menggunakan

kembali pelayanan keperawatan di RSUD Kota

Tanjungpinang. Hasil penelitian ini juga dapat

dipengaruhi oleh mayoritas responden yang

bekerja sebagai karyawan swasta dan

menggunakan sumber biaya pengobatan dari

asuransi atau perusahaan tempat mereka

bekerja yang telah menjalin kerjasama dengan

Page 14: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

417

RSUD yang ada di kota Tanjungpinang seperti

RSUD Provinsi, RSAL Dr. Midiyato,S dan

termasuk RSUD Kota Tanjungpinang.

Hasil penelitian sejalan dengan

penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal

(2001), yang mengatakan bahwa penanggung

biaya memiliki hubungan dengan minats

pelanggan. Kemudian Guswan (2009) dalam

penelitiannya tentang loyalitas pasien di RS

Gigi Mulut Pendidikan Universitas Trisakti

Tahun 2009, juga menyatakan adanya pengaruh

yang signifikan antara sumber biaya

pengobatan dengan loyalitas.

Berdasarkan pengalaman rawatan

diketahui bahwa sebagian besar responden

(60,6 %) pernah dirawat di RSUD Kota

Tanjungpinang sebelumnya, nilai p value 0,142

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara lama rawatan dengan repurchase

intention. Namun sikap positif pasien terbentuk

melalui pengalaman yang diperoleh selama

menerima pelayanan, sehingga untuk

membentuk pasien yang setia maka rumah

sakit harus berusaha sebaik-baiknya

memberikan pelayanan berkualitas yang sesuai

harapan pasien. Pasien yang sebagian besar

mempunyai sikap loyal dari pengalaman

dirawat juga mempunyai perbadingan antara

rumah sakit yang pernah digunakan

sebelumnya. Karena faktor pengalaman

merupakan penyebab perubahan dalam

pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengalaman

yang menyenangkan selama dirawat di rumah

sakit mempunyai efek yang bermakna pada

persepsi pasien terhadap mutu.

Rangkuti (2006), bahwa kebutuhan

merupakan tujuan yang menggerakkan

pelanggan melakukan pembelian, sedangkan

sikap adalah evaluasi pelanggan atas

kemampuan atribut suatu produk atau merk

alternative dalam memenuhi kebutuhan itu,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap

mempengaruhi perilaku pembelian. Setiap

pasien sebagai pelanggan akan mempunyai

respon terhadap evaluasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

dirasakan saat dirawat. Dan mereka akan

membandingkan antara layanan yang

diharapkan (expectation) dan kinerja

(performa).

Harapan yang dimaksud berasal dari

banyak faktor (Zeithaml et al., 1996) seperti

past experience merupakan tingkat pengalaman

masa lalu yang dialami oleh seseorang

konsumen dapat mempengaruhi tingkat harapan

Page 15: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

418

konsumen tersebut. Selain itu What of mouth

communication yaitu apa yang didengar dari

konsumen lain yang telah menikmati kualitas

pelayanan yang diberikan perusahaan,

merupakan faktor potensial mempengaruhi

harapan konsumen.

Hubungan Switching Barrier dengan

Repurchase Intention

Hasil penelitian menunjukkan

koefesien korelasi Switching barrier dengan

repurchase intention pasien didapatkan nilai r =

0,509 dengan p value 0,000 yang lebih kecil

dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang

diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang

signifikan antara Switching barrier dengan

repurchase intention dengan kekuatan

hubungan kuat dan arah hubungan positif yang

artinya semakin tinggi switching barrier di

RSUD Kota Tanjungpinang maka semakin

tinggi repurchase intention.

Minat konsumen membeli ulang adalah

salah satu keberhasilan dari suatu perusahaan,

terutama perusahaan jasa (Butcher,2005).

Menurut Hellier,dkk (2003) minat membeli

ulang merupakan keputusan konsumen untuk

melakukan pembelian kembali suatu produk

atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh

dari perusahaan yang sama, melakukan

pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa

tersebut dan ada kecendrungan dilakukan secara

berkala.

Hal tersebut memperkuat secara

empirik teori yang menyatakan bahwa loyalitas

pelanggan dipengaruhi oleh hambatan pindah

seperti yang dikemukakan oleh Bansal dan

Taylor dalam Ranaweera dan Prabhu (2003)

serta Keaveney (1995). Rahadian (2006) dalam

penelitiannya tentang loyalitas pelanggan juga

memperkuat hasil penelitian ini, yang

menyatakan bahwa hambatan pindah

mempunyai pengaruh terhadap loyalitas

pelanggan. Kemudian Fornell (1992) juga

menyatakan semakin besar rintangan untuk

berpindah akan membuat pelanggan menjadi

loyal.

Minat ( intention) merupakan

pernyataan sikap mengenai bagaimana

seseorang akan berperilaku dimasa yang akan

datang (Soderlund dan Ohman, 2003). Minat

membeli ulang (Repurchase Intention )

merupakan suatu komitmen konsumen yang

terbentuk setelah konsumen melakukan

pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini

timbul karena kesan positif konsumen terhadap

suatu merek dan konsumen merasa puas

terhadap pembelian tersebut (Hick,dkk,2005).

Page 16: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

419

Dengan pengalaman yang konsumen peroleh

dari suatu produk dan jasa tertentu maka akan

menimbulkan kesan positif terhadap produk

tersebut dan konsumen akan melakukan

pembelian ulang (Hellier,dkk,2003).

Hubungan Switching Cost dengan

Repurchase Intention

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan Switching cost dengan

repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184

dengan p value = 0,139 yang lebih kecil dari

nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

Switching cost dengan repurchase intention

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.

Biaya perpindahan merupakan biaya

pemutusan hubungan dalam sudut pandang

ekspektasi terhadap semua kerugian akibat

mengentikan hubungan atau berpindah ke

alternative lain ( Harsono,2005). Biaya

perpindahan merupakan salah satu faktor yang

mendorong apakah konsumen tetap termotivasi

untuk mempertahankan suatu pilihan atau

berpindah ke alternative lain. Ketika pembeli

mempertimbangkan alternatif lain dari

penggunaan selama ini maka salah satu yang

dipertimbangkan adalah implikasi biaya atau

seperti yang dikatakan Mowen & Minor (2002)

disebut sebagai resiko.

Switching cost adalah biaya yang

menghalangi konsumen untuk berpindah dari

produk atau jasa perusahaan saat ini kepada

produk atau jasa competitor (Lovelock dan

Wright, 2005). Artinya ketika suatu hubungan

ditetapkan, satu pihak akan bergantung kepada

pihak lain. Salah satu yang menyebabkan

switching cost tinggi adalah baiknya kualitas

pelayanan. Pasien akan merasa rugi saat harus

berpindah berobat ke rumah sakit lain yang

pelayanannya tidak berkualitas. Dalam hal rugi

atau tidak dalam masalah kesehatan pasti setiap

orang tidak mau mengambil resiko. Mereka akan

mencari rumah sakit yang menurut mereka

memenuhi harapan. Kualitas meliputi setiap

aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya

merupakan suatu pengalaman emosional bagi

pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang

dengan pembelian mereka, merasa bahwa

mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan

ingin memastikan bahwa uang mereka telah

dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa

bangga akan hubungan mereka dengan sebuah

perusahaan yang bercitra mutu tinggi.

Hubungan Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

Page 17: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

420

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value

= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat

korelasi yang signifikan antara Alternative of

attractiveness dengan repurchase intention

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan

kekuatan hubungan cukup kuat dan arah

hubungan positif yang artinya semakin baik

Alternative of attractiveness maka semakin

tinggi repurchase intention.

Daya tarik alternatif mengacu pada

reputasi, gambaran alternatif dan kualitas dari

persaingan yang ada dipasar. Seberapa banyak

sesuatu yang lebih buruk atau lebih baik dalam

berbagai dimensi atau suatu alternative

konsumen akan produk (Julander dan

Soderlund, 2003). Daya tarik berorientasi pada

persepsi pelanggan mengenai alternative pilihan

dari persaingan yang ada di pasar. Konsumen

membandingkan persepsi jumlah resiko yang

muncul dalam keputusan pembelian dengan

kriteria kepribadian mereka tentang seberapa

besar resiko. Kepercayaan pasien terhadap

pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit

meliputi kepercayaan terhadap penyakit, dokter

dan petugas kesehatan terutama perawat.

Faktor need atau kebutuhan terhadap

pelayanan yang berkualitas tak dapat diabaikan

untuk menilai daya tarik pasien terhadap

penggunaan rumah sakit yang ada di kota

Tanjungpinang. RSUD Kota Tanjungpinang

merupakan salah satu rumah sakit rujukan di

kepulauan riau dan letaknya dekat dengan

pelabuhan. Sehingga memudahkan transportasi

dan evakuasi pasien dari berbagai pulau dan

kepri. Tarif atau biaya, fasilitas dan pelayanan

personil merupakan faktor need dari penggunaan

pelayanan kesehatan selain lokasi, informasi dan

kecepatan layanan yang ada.

Hubungan Interpersonal Relationship

dengan Repurchase Intention

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan interpersonal

relationship dengan repurchase intention

pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value

= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).

Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat

korelasi yang signifikan antara interpersonal

relationship dengan repurchase intention

pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan

kekuatan hubungan yang kuat dan arah

hubungan positif yang artinya semakin baik

Page 18: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

421

interpersonal relationship semakin tinggi

repurchase intention

Hubungan interpersonal mengacu pada

hubungan yang dijalin antara pelanggan dan

karyawan maupun hubungan antara sesama

pelanggan (Jones,dkk,2000). Hubungan

interpersonal mengacu pada kekuatan pribadi

dikembangkan antara pelanggan dan karyawan

mereka (Julander,2003). Hubungan

interpersonal penting dalam memberikan status

yang tinggi dari interaksi yang dibangun.

Individu lebih mungkin untuk berhubungan

dengan kelompok yang mempunyai hubungan

kuat.

Pelanggan dapat memperoleh manfaat

psikososial dari hubungan dengan karyawan

atau supplier maupun hubungan dengansesama

pelanggannya (Jones,dkk,2000). Ulaga dan

Edgert (2005) menyebutkan bahwa manfaat

sosial merupakan bagian dari keseluruhan

manfaat yang diterima pelanggan dalam

pertukaran untuk harga yang dibayarkan. Jika

hubungan cukup kuat, maka kemungkinan

pelanggan untuk tetap mengkonsumsi produk

juga tinggi, hal ini dapat dibangun melalui

interaksi antara pelanggan dan supplier saat

transaksi. Hubungan antar personal berarti

hubungan psikologis dan sosial yang merupakan

manivestasi diri sebagai perusahaan yang peduli,

dapat dipercaya, akrab dan komunikatif

(Gremler, 1995 dalam Lupiyoadi dan A.

Hamdani, 2006:198). Oleh karena itu, investasi

hubungan khusus membantu meningkatkan

ketergantungan pelanggan dan menekan

hambatan pindah (Jones, Mothersbaugh, dan

Betty, 2000 dalam Lupiyoadi dan A. Hamdani,

2006).

Hubungan Service Recovery dengan

Repurchase Intention

Hasil analisis didapatkan untuk

mengetahui hubungan service recovery dengan

repurchase intention pasien diperoleh nilai r =

0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih kecil

dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini

adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan

antara service recovery dengan repurchase

intention pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.

Pemulihan layanan adalah berbagai hal

yang dilakukan perusahaan setelah terjadi suatu

kegagalan jasa dalam pelayanan. Pemulihan

layanan terjadi ketika adanya keluhan pelayanan

dari pelanggan yang tidak puas akan layanan

dari perusahaan tersebut. Menurut Lovelock dan

Wright (2007) service recovery adalah upaya

sistematis oleh perusahaan setelah kegagalan

jasa untuk memperbaiki suatu masalah dan

Page 19: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

422

mempertahankan kehendak baik pelanggan.

Pemulihan layanan adalah salah satu determinan

signifikan kepuasan dan loyalitas pelanggan

yang tidak puas melalui kebijakan pemulihan

jasa yang efektif (Tjiptono,2007).

Setiap organisasai yang berorientasi

pada pelanggan memberikan kesempatan yang

luas kepeda para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan

mereka. Hal ini juga dapat dilakukan dengan

cara meletakkan kotak saran di koridor,

menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien

yang akan keluar, dan mempekerjakan staf

khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat

juga menyediakan hot lines bagi pelanggan

dengan gratis, juga dapat menambah web pages

dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi

dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber

gagasan yang baik yang meyakinkan pelayanan

kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam

rangka menyelesaikan masalah.

Para manajer menggunakan kepuasan

sebagai variable yang sangat penting untuk

mengukur pemasaran pelayanan perawatan

kesehatan dengan kebiasaan atau perilaku

pembelian berulang-ulang (minat untuk

kembali) yang menghasilkan ukuran kepuasan

maximal. Karena nilai dan harapan pasien

menentukan aspek interpersonal dari kualitas,

kepuasan pasien merupakan indikator dari

perawatan, pengkomunikasian ke penyedia

layanan berkaitan dengan kebutuhan dan

harapan pasien telah dipenuhi. Jadi fokus

perhatian pasien dalam pelayanan keperawatan

adalah apa yang mereka rasakan sesuai dengan

yang mereka harapkan. Tidak banyak pasien

memikirkan bagaimana upaya rumah sakit

untuk memulihkan layanan karena yang bisa

dirasakannya adalah kepuasan pelayanan

keperawatan saat dirawat saja. Jasa adalah

setiap tindakan atau perbuatan yang dapat

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,

yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi

jasa bisa berhubungan dengan produk fisik

maupun tidak (Philip Kotler,1994).

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan sebagai berikut : responden

terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa

awal (47 %), jenis kelamin perempuan

(51,7%), berpendidikan tinggi (69,7%), dan

bekerja (77,3%). Berdasarkan jarak tempat

tinggal sebagian besar responden didapatkan

tinggal dekat dari rumah sakit (54,5%), pada

Page 20: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

423

umumnya menggunakan asuransi (83,3 %) dan

lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %).

Sebagian besar switching cost tinggi (50%),

Alternative of attractiveness tinggi (54,5%),,

interpersonal relathionsip baik (60,6%),

service recovery baik (69,7%) dan switching

barrier tinggi (54,5%).

Sebagian besar pasien yang cendrung

minat menggunakan kembali pelayanan

keperawatan yaitu sebanyak 40 orang (60,6 %).

Berdasarkan analisis didapatkan ada

korelasi antara jarak, sumber biaya dan

pengalaman rawatan dengan Repurchase

Intention. Terdapat korelasi antara Alternative

of attractiveness dan interpersonal relationship

dengan Repurchase Intention dimana korelasi

yang paling kuat adalah interpersonal

relationship.

2. Saran

Bagi Manajemen Keperawatan di RSUD

Kota Tanjungpinang

a. Untuk menjaga minat responden yang

sudah baik terhadap pelayanan

keperawatan, perlu dilakukan upaya

peningkatan Switching Barrier secara

terus menerus terutama dalam dimensi

Interpersonal relationship terhadap

pasien yang dinilai memiliki pengaruh

paling besar dalam aspek switching

barrier terhadap minat pasien dalam

penelitian ini.

b. Aspek dari switching barrier yang

terkait dengan kualitas pelayanan

keperawatan yang perlu ditingkatkan

adalah pemahaman perawat tentang

manajemen mutu serta aplikasi dalam

manejemen ruangan dalam rangka

mengelola pelayanan keperawatan

beserta ruang rawat yang berorientasi

pada kebutuhan pasien, dengan metode

penugasan yang efektif maka kebutuhan

pasien akan lebih terpenuhi.

c. Melakukan evaluasi secara berkala

sesuai standar yang ditetapkan rumah

sakit mengenai interpersonal

relationship yaitu hubungan perawat

pasien dalam pelayanan keperawatan

dan melakukan sistem keluhan dan saran

dengan customer care secara rutin

dengan memberikan kesempatan seluas

luasnya pada pasien untuk memberikan

saran, pendapat dan keluhan. Media

yang dapat digunakan meliputi kotak

saran dengan menyedikan kartu

komentar yang dapat diisi langsung.

Page 21: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

424

Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini digunakan sebagai dasar

penelitian berikutnya dengan menggunakan

variabel lain yang berhubungan dengan

minat pasien seperti word of smooth, minat

mereferensikan, nilai pelangga, kepuasan

pasien, citra rumah sakit dan-lain sebagainya

dengan repurchase intention pasien.

Pengumpulan data dapat lebih

dikembangkan dengan menggunakan

kuesioner dan wawancara mendalam serta

dengan rancangan penelitian yang berbeda

agar data atau informasi yang didapatkan

dapat lebih akurat dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. (2012) Rumah Sakit - Sejarah dan

Jenis-jenis Rumah Sakit

http://www.anneahira.com/rumah-

sakit-20850.htm

Andreassen, T. W. and Bodil, L. 1998. The

Impact of Corporate Image on Quality,

customer Satisfaction and Loyalty for

Customers with Varying degrees of

Service Expertise. International

Journal of Service Industry

Management vol.9 No.1: 7-23.

Azwar, A, (1996), Pengantar Administrasi

Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta

Asmuji (2012). Manajeman Keperawatan:

Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta,Ar-

Ruzz Media

Baroroh (2010). Bloemer. J., Ko de.R., Pascal

.P, (1998). Investigating Drivers of

Bank Loyalty: The Complex

Relationship Between Image, Service

Quality, and Satisfaction,

International Journal of Bank

Marketing, Vol 16, Issue 7 Date.

Borg and Gall. (1989). Educational Research,

New York :Pinancing. Washington:

The Word Bank

Baloglu, S. (2002). “Dimensions of Customer

Loyalty”, European Journal of

Marketing, page 1372-1388.

Bungin, H.M. (2009). Metodologi Penelitian

Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu –

Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Penerbit

Kencana

Budiastuti. (2002). Kepuasan Pasien Terhadap

Pelayanan Rumah Sakit. Diakses

November 2009 dari

http://www.\kepuasan-pasien-

terhadap-pelayanan rumahsakit «

Page 22: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

425

ArtikelPsikologiKlinisPerkembangand

anSosial.htm

Cronin, J., Michael G. B. & Thomas M. (2000).

“Assesing The Effects of Quality,

Value, and Customer Satisfaction on

Con-sumer Behavioral Intentions in

Service Envi-ronment”, Journal of

Retailing, page 193-218.

Dahlan,M.S. (2009) Statistik untuk kedokteran

dan kesehatan : deskriptif, bivariat,

dan multivariat, dilengkapi dengan

menggunakan SPSS, Jakarta : Salemba

Medika.

Destiana. (2006). Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Loyalitas Pelanggan PT. POS

INDONESIA (Persero) Kantor Pos

Tasikmalaya. Tesis. Tasikmalaya.

Fakultas Ekonomi Program Studi

Manajemen.

Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) Nasional Tahun 2007.

http://www.litbang.depkes.go.id/.

Dharma, K.K (2011), Metode Penelitian

Keperawatan: Panduan Melaksanakan

dan menerapkan Hasil Penelitian,

Jakarta, TIM

Dharmestha, S dan Hani H., (2008),

Manajemen Pemasaran : Analisa

Perilaku Konsumen, edisi pertama,

cetakan keempat, BPFE, Yogyakarta

Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian

Mannajemen, Edisi Kedua, Penerbit:

Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang .

Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu

pendekatan sistem. (Edisi 2).

Penerjemah: Sukmana, Dika dan

Sukmana Widya. Philadelphia: WB

Saunders. (Sumber asli diterbitkan

1994)

Griffin, J. (2005). Customer Loyalty:

Menumbuhkan & Mempertahankan

Kesetiaan Pelanggan. Penerbit

Erlangga, Jakarta

Goetsch, D.L & Davis, S, (1994). Introduction to

Total Quality, Quality, Productivity,

Competitiveness, Englewood Cliffs,

NJ, Prentice Hall International Inc

Guntur, M dan Bambang,S. (2001). Analisis

Service Quality Terhadap Kepuasan

Pelanggan pada PDAM Kota Surakarta

Universitas Muhammadiyah. Surakarta

Gunawan.A. ( 2013). Komunikasi Interpersonal

dan Fasilitas Kesehatan: Pengaruhnya

Terhadap Kepercayaan, Loyalitas dan

Page 23: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

426

WOM Rumah Sakit. Jurnal bisnis

manajeme.

Gunawan, Ketut. (2009). Kualitas Layanan dan

Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah

Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja–

Bali). Jurnal ekonomi

Haryono, E, Hari, K. & M. Syafril, N. (2006).

Hubungan Persepsi terhadap Kualitas

Pelayanan dengan Minat Pemanfaat-

an Pelayanan Rawat Inap Puskesmas

dan Balai Pengobatan Swasta di

Kabupaten Tapanuli Tengah,

Working Paper Series No.4,

Universitas Gadjah Mada.

Hasan Ali, (2008), Marketing, cetakan pertama,

Penerbit : Buku Kita, Yogyakarta

Hutton, J. D and Lynne, R. 1995. Healthscapes:

The Role of Facility and Physical

Environment on Consumer Attitudes,

Satisfaction, Quality assessments, and

Behaviors. Health Care Management

Review 20: 48-60.

Imbalo S. Pohan. (2007). Jaminan Mutu

Layanan Kesehatan. Cetakan I,

Jakarta :EGC

Jacobalis, S (1989). Menjaga Mutu Pelayanan

Rumah Sakit. Citra Windu Satria,

Jakarta

Jackovist, D.S., (1999), Ambulatory Patient

Satisfaction : A Systematic Approach

to Collecting and Reporting

Information, Journal for Healthcare

Quality, November / December

Jane et al. (2011). How satisfaction modifies

the strength of the influence of perceived

service quality on behavioral intentions.

Journal Leadership in Health Services 24.2 :

91-105.

Kotler,P., dan Keller,L., (2008), Manajemen

Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid I

dan II, terjemahan Hendra Teguh,

Penerbit : Prenhalindo, Jakarta

Kotle,P. (2009). Manajemen Pemasara.,Edisi

13. Jakarta : Erlangga

Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran,

Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT

Prenhalindo.

Kotler, P. (1994), Marketing Management ;

Analysis, Planning, Implementation

and Control (8th ed),

International Edition, Englewood

Cliffs, Prentice Hall, New Jersey.

Kozier, B et. al. (2009). Fundamentals of

nursing, concept, process, and

Page 24: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

427

practice. New Jersey, U.S.A : Multi

Media.

Leboeuf, M. (1992). Memenangkan dan

Memelihara Pelanggan.Jakarta :

Pustaka Tangga

Lele, M.M, dan Sheth. (1995). Pelanggan

Kunci Keberhasilan. Jakarta, Mitra

Utama .

Leebov, W & Scott, G .(1994). Service Quality

Improvement : The Customer

Satisfaction Strategy for Health

Care. American Hospital Publishing

Inc,USA.

Lestari, dkk (2000) Analisa Faktor Penentu

Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah

Sakit Pku Muhammadiyah Bantul

Lim, C.P and Nelson K.H.Tang.2000. A Study

of Patients Expectation and

Satisfaction in Singapore Hospital

International. Journal of Health Care

Quality Assurance 13 No.7: 290-299.

Lupiyoadi, R dan A. Hamdani. (2013).

Manajemen Pemasaran. Jakarta:

Salemba Empat

Lovelock, C and Wright, L. (2005). Principles of Service Marketing and Managemen. Mardalis.A.( 2005). Meraih Loyalitas

Pelanggan. Jakarta : Balai Pustaka

Munijaya, I.G.( 2004). Manajemen Kesehatan.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,

EGC

M.Zid .(2013). Berobat keluar negeri tetap

trend. Kliping Pusat Komunikasi

Setjen Kementerian Kesehatan RI.

Jakarta : Kompas 7 Maret 2013 edisi

pagi hal : 13

Mabow, (2009). Minat Pembeli Dalam

Psikologi

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010).

Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan: Teori dan Aplikasi.

Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Nguyen, N and Gaston L. 2002. Contact

Personnel, Physical Environment and

Perceived Corporate Image of

Intangible Services by New Clients.

International Journal of Service

Industry Management 13: 242-262.

Nordby, H (2004); Communicative challenges

for paramedics: language and

interpretation; Scand J Trauma Resusc

Emerg Med 12; 178-181

Nursalam. (2011). Manajemen

Keperawatan.edisi 3. Jakarta :

Salemba Medika.

Page 25: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

428

Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty

?, Journal Of Marketing.

http://www.jstor.org/pss/1252099

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Tanjungpinang Tahun 2013

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Tanjungpinang Tahun 2013

Pavarini, P, S. Sanders & M. Lindsay (2012);

Health Care Reform Going Forward:

What’s the Impact on Providers?

Becker’s Hospital Review, December.

Peters, J. H, (1999). Service Management,

Jakarta, Trisakti University Jakarta

Peters, Thomas J & Waterman, Robert

H, 1984, In Search of Excellence :

Lessons from America’s Best-Run

Companies, New York : Harper &

Row, Pub.

Reichheld, F. F. (2001). Loyalty rules !.

Harvard Business School Press, US.

Sangadji,E.M dan Sopiah (2013) perilaku

konsumen pendekatan praktis. ANDI

Yogyakarta

Setiawan, S.( 2011). Loyalitas Pelanggan Jasa.

IPB Press, Bogor.

Sharma, R.D. & Hardeep,C (1999); A Study of

Patient Satisfaction in Outdoor

Services of Private Health Care

Facilities; Vikalpa, Vol. 24, No. 4,

October- December 59-76 Singer et al

(2009)

Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan (2000);

Determinants of Relationship Quality

and Loyalty in Personalized Services;

Asia Pacific Journal of Management,

17 (3), 399-422.

Stewart, AL,et al,(2013) AE 12 ISSN: 2302 -

4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013

Journal of Business an

Entrepreneurship

Subihaini. 2002. “Analisis Konsekuensi

Keperilakuan Kualitas layanan: Suatu

Penelitian Empiris.” USAHAWAN

No. 02 Thn XXXI Februari 2002 : 29-

37.

Suhanura, A. (2008). Analisis Loyalitas

Pelanggan Poli Kebidanan dan

Kandungan Rumah Sakit Asri Tahun

2008, Thesis. FKM UI.

Suharno.M. dan Shihab.(2012). Pengaruh

Dimensi Reliabilitas, Dimensi

Tangibel dan Dimensi Empati

Terhadap Loyalitas Pasien (Studi

Kasus: Pasien Rawat Jalan RS

MRCCC Siloam Semanggi). Jurnal

Page 26: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

429

Manajemen dan Bisnis Sriwijaya

Vol.10 No.19 Juni 2012

Sulni,dkk, (2013) . Hubungan Mutu Pelayanan

Kesehatan Dengan Loyalitas Pasien

Di Puskesmas Baranti Kabupaten

Sidrap Tahun 2013. Jurnal fakultas

kesehatan masyarakat Universitas

Hasanudin

Supramono dan Haryanto.(2003). Desain

Proposal Penelitian Studi Pemasaran.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Supriyanto, S dan Ernawaty. (2010).

Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.

ANDI, Yogyakarta.

Swansburg. (2000). Pengantar kepemimpinan

dan managemen keperawatan.

Jakarta: EGC

Sarwono,J (2006). Metode Penelitian

Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta;

Graha Ilmu, 2006, Hal. 111) – SP

Sabihaini. (2002). “Analisis Konsekuensi

Keperilakuan Kualitas Layanan:

Suatu Kajian Empirik”, Usahawan,

hal: 29-36.

Tjiptono, F. (1999). Prinsip-prinsip Total

Quality Service, Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Tjiptono, F.(2001). Perspektif Manajemen dan

Pemasaran Kontemporer, Penerbit

Andi, Jogyakarta.

------------------. (2007). Manajemen Jasa.

Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Tjiptono,F dan Gregorius,C, (2005), Service

Quality & Satisfaction, edisi pertama,

cetakan pertama, Andi, Yogyakarta

Thomas, R.K. (2005). Marketing Health

Service. Health Administration Press,

Chicago.

Trarintya,MAP. (2011). Pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan dan

word of mouth ( studi kasus pasien

rawat jalan di wing amerta rsup

sanglah denpasar ). Tesis Program

Pasca Sarjana universitas udayana

denpasar. (Tidak dipublikasikan)

Trisnantoro,L. (2005). Aspek stretegis

manajemen rumah sakit

Ulfa,R. (2011). Hubungan Karakteristik

Pasien, Kualitas Layanan dan

Hambatan Pindah dengan Loyalitas

Pasien di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Tugu ibu Depok.(tidak

dipublikasikan)

Westbrook, R.A. (1987),

"Product/Consumption-Based

Page 27: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

430

Affective Responses and Post-

Purchase Processes," Journal of

Marketing Research, 24 (August),

pp. 258-270.

Watzlawick, P, J.B. Bavelas & D.D. Jackson

(2011); Pragmatics of Human

Communication: A study of

interactional patterns, pathologies,

and paradoxes; jurnal of W.W.

Norton & Company

Winardi. 1991. Marketing dan Perilaku

Konsumen, Penerbit Mandar Maju,

Bandung.

Wloszczak, S, Anna, M.J. Jarost & M.

Goniewicz (2013); Professional

communication competences of

paramedicspractical and educational

perspectives; Annals of Agricultural

and Environmental Medicine, Vol

20, No 2, 366–372

Zolnierek, K.B.H. & M.R. Dimatteo (2009);

Physician Communication and

Patient Adherence to Treatment: A

Metaanalysis; Medical Care, August;

47 (8): 826-834.

Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L.,

(1990), Delivering Quality Service :

Balancing Customer Perception and

Expectations, The free press, New

york.

1 Liza Wati, S.Kep, Ns, M.Kep : Dosen

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

2 Ernawati, S.Psi, M.Si : Dosen

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

3 Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Page 28: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

431

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT

INTERACTION (ATI) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2015

Nur Meity Sulistia Ayu1

ABSTRAK

Mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan kemampuan individu dalam pembelajaran dibutuhkan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahaiswa yang dikenal dengan metode pembelajaran

aptitude treatment interaction (ATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

aptitude treatment interaction (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test post test without

control design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment interaction

(ATI), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa S1 semester 2 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang TA 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan

consecutive sampling sebanyak 36 responden. Uji paired sample t-test dengan p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa

ada pengaruh metode pembelajaran ATI (p-value = 0,000 < 0,05) terhadap peningkatan motivasi belajar ilmu

keperawatan dasar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. Sedangkan hasil uji multivariat

melalui uji one way anova untuk data pre-test, post-test dengan p value 0,05 menunjukkan bahwa kelompok

kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi belajar paling baik dibandingkan kelompok kemampuan lainnya

adalah kelompok kemampuan tinggi dan rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ATI

berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan

motivasi paling baik adalah kelompok tinggi dan rendah.

Kata kunci : Aptitude treatment interaction (ATI), motivasi belajar, mahasiswa

ABSTRACT

Accommodate and appreciate individual differences in learning ability required a learning model that can enhance

learning motivation mahaiswa known methods of learning aptitude treatment interaction (ATI). This study aimed

to determine the effect of learning model aptitude treatment interaction (ATI) to increase student motivation to

learn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research is a quasi-experimental design with pre test post test

without control design. The independent variables in this study is a model of learning aptitude treatment

interaction (ATI), while the dependent variable is the motivation to learn. The population in this study were all

students of STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of Academic Year 2014/2015. Consecutive sampling was used for

36 respondent. Paired samples t-test with a p-value ≤ 0.05 indicates that there is influence learning methods ATI

(p-value = 0.000 <0.05) increased learning motivation. While the results of multivariate analysis through one way

aNOVA test 0.05 indicates that group has an increased ability to learn best motivation than among other

capabilities are high and low ability groups. The study concluded that the learning method ATI affect the increased

motivation to learn and the ability to have an increased motivation is best high and low groups.

Key words : Aptitude treatment interaction (ATI), motivation to learn, students

Page 29: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

432

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat

penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia,

pendidikan diatur dalam Undang-Undang

tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional

yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan

bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (UUSPN No. 20 tahun

2003).

Meninjau realitas saat ini, pendidikan di

Indonesia berada dibawah standar pendidikan

internasional. Berdasarkan data laporan dalam

Education For All (EFA) Global Monitoring

Report 2011 yang dikeluarkan PBB bidang

pendidikan, UNESCO, menunjukkan bahwa

indeks pembangunan pendidikan (Education

Development Index/EDI) Indonesia menurut

data tahun 2008 adalah 0,934. Indeks ini

mengantarkan peringkat Indonesia dalam hal

pendidikan menurun dari 65 menjadi 69 dari

127 negara di dunia. Penurunan peringkat ini

menjadi cerminan bahwa kualitas pendidikan di

Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi

(Kompas, 2011).

Sesuai dengan masalah pendidikan tersebut

serta memperhatikan isu dan tantangan masa

kini serta kecenderungan di masa depan, maka

dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

daya manusia (SDM), perlu diciptakan

pendidikan yang unggul. Pendidikan yang

unggul yang dimaksud yaitu pendidikan yang

dapat mengembangkan potensi dan kapasitas

peserta didik secara optimal.

Beberapa saat yang lalu, kurikulum

pendidikan 2013 secara resmi disosialisaikan

dan akan diimplementasikan ke seluruh

Indonesia. Termasuk kurikulum 2013, dalam 10

tahun terakhir, kurikulum pendidikan di

Indonesia berganti sebanyak 3 kali. Pertama,

tahun 2004 KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) digunakan sebagai acuan

pendidikan, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) pada tahun 2006. Yang menjadi

alasan pergantian KTSP ke Kurikulum 2013

menurut kementrian pendidikan adalah karena

tuntutan zaman.

Karena zaman berubah, maka kurikulum

harus lebih berbasis pada penguatan penalaran,

Page 30: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

433

bukan lagi hafalan semata. Hal ini mengacu

pada survei Trends in International Math and

Science oleh Global Institute pada tahun 2007

yang menyimpulkan hanya 5 persen siswa

Indonesia yang mampu mengerjakan soal

berkategori tinggi yang memerlukan penalaran

dan 78 persen siswa Indonesia dapat

mengerjakan soal berkategori rendah yang

hanya memerlukan hafalan (Rianto, 2013).

Meskipun sejak 2004 yang lalu

DEPDIKNAS telah mendeklarasikan

diberlakukannya pendidikan KBK diseluruh

lembaga pendidikan di Indonesia, namun model

pembelajaran yang diterapkan disekolah-

sekolah saat ini pada umumnya masih

berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat

konvensional. Berbagai hasil penelitian

menyatakan bahwa model pembelajaran

konvensional belum mampu menjadikan semua

mahasiswa dikelas bisa menguasai kompetensi

minimal yang telah ditetapkan.

Dalam mengimplementasi KBK, kegiatan

pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa,

berlangsung dalam suasana mendidik,

menyenangkan dan menantang dengan berbasis

prinsip pedagogis dan andragogis.Dalam KBK

itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas

itu terdapat dua model yakni : model individual

dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas

dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik

model pembelajaran aptitude treatment

interaction (ATI) (Nurdin, 2005).

Banyak peneliti yang mencoba

mendiskripsikan dan menghubungkan gaya

belajar. Diantara penelitian yang mengangkat

tema gaya belajar seperti; penelitian Adel, et.al.

(2003) yang bermaksud membandingkan

kecenderungan gaya belajar menemukan bahwa

mahasiswa program studi akuntansi cenderung

memiliki gaya belajar yang berbeda

dibandingkan mahasiswa program studi

manajemen dan mahasiswa bisnis, sehingga

perbedaan gaya belajar tersebut mempengaruhi

strategi dosen pengampu dalam menyajikan

mata kuliah. Menurut penelitian Pujiningsih

(2007) preferensi gaya belajar mahasiswa yang

bermaksud mengidentifikasi kecenderungan

gaya belajar dan perbedaan gaya belajar. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak

adanya perbedaan gaya belajar diantara

mahasiswa ketiga prodi tersebut menunjukkan

kecenderungan gaya belajar yang sama yaitu

perceptive dan reflector. Penelitian tersebut

tidak menghubungkan kecenderungan gaya

belajar terhadap hasil belajar.

Page 31: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

434

Namun penelitian sebagaimana diuraikan

diatas, cenderung hanya menganggap gaya

belajar sebagai suatu proses penerimaan

pembelajaran saja tanpa adanya tindak lanjut.

Begitu juga dengan penelitian yang

menghubungkan gaya belajar dengan variabel

lain. Kita tahu bahwa gaya belajar merupakan

cara yang dianggap paling efektif dalam

menerima dan memperoses informasi yang

bersifat individual dan psikologis sehingga

dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup

dengan angket yang memuat indikator sifat-

sifat individu yang selanjutnya dikaitkan

dengan gaya belajar.

Setiap individu memiliki cara sendiri yang

dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga

pengaruh motivasi pada belajar sebagaimana

menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan

berkembang dengan jalan datang dari dalam diri

individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari

lingkungan (ekstrinsik) sedangkan motif

tumbuh dan berkembangnya motivasi dibagi

atas motif primer dan motif skunder.

Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu

konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana

cara terbaik yang dapat diterapkan untuk

membelajarkan siswa dan faktor pendukung

yang memotivasi mahasiswa belajar (Makmun,

2012).

Menyamaratakan pembelajaran bagi

semua kelompok kemampuan mahasiswadirasa

tidaklah adil, karena semestinya setiap

kelompok kemampuan mendapatkanlayanan

pembelajaran yang berbeda sesuai dengan

kemampuan masing-masing(Nurdin, 2005).

Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengarah

pada bagaimana interaksi atau hubungan antara

bakat dengan perlakuan pada masing-masing

mahasiswa karena kemampuan awal atau bakat

mahasiswa (aptitude) mencerminkan

karakteristik mahasiswa tersebut. Oleh karena

itu, perlu diberikan perlakuan (treatment) yang

sesuai dengan karakteristiknya agar proses

pembelajaran mencapai keberhasilan. Sehingga

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

menuntut kemampuan setiap individu sesuai

pendidikan yang dijalani dapat termotivasi dan

tercapai visi dan misi pendidikan saat ini

(Nurdin, 2005). Sedangkan Kurikulum yang

diterapkan di STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang berbasis kompetensi baru

dilaksanakan pada tahun ini. Dan ini

menunjukkan bahwa suatu indikasi perlunya

perkembangan pendidikan dari sistem

pembelajarannya. Sistem KBK yang diterapkan

Page 32: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

435

di STIKES Hang Tuah masih banyak

menggunakan metode ceramah dan diskusi

yang kadang menyamaratakan kemampuan

mahasiswa untuk dituntut dapat memahami

pembelajaran serta bersifat aplikatif. Hal ini

tentunya kurang adil bagi kelompok mahasiswa

yang memiliki kemampuan yang rendah

dibandingkan kemampuan diatasnya. Oleh

karena itu, pendidikan dengan sistem KBK ini

perlu didukung dengan suatu metode yang

memperhatikan keragaman kemampuan

individu, dimana hal ini masih dalam lingkup

KBK dengan pembagian kelompok dan

perlakuan yang berbeda tiap kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara kepada

19 orang responden mahasiswa program studi

S-1 keperawatan STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang Semester II didapatkan bahwa

pada umumnya (100%) mengatakan metode

pembelajaran ATI ini belum pernah diterapkan

di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan

mereka juga belum pernah mendengar istilah

metode pembelajaran ATI. Dan mengatakan

bahwa sistem pengajaran di STIKES Hang

Tuah didominasi dengan ceramah konvensional

dan penugasan jika pengajar berhalangan untuk

hadir. Dari 19 mahasiswa yang diwawancarai

terdapat 7 mahasiswa yang memiliki nilai rata-

rata dibawah standar dengan 4 mahasiswa

kurang dari sebagian (57%) tidak memuaskan

dan 3 mahasiswa kurang dari sebagian (43%).

Hasil wawancara pada mahasiswa tersebut yang

dikategorikan rendah ini didapatkan bahwa

mereka tidak bisa mengikuti cara belajar teman-

temannya, dan terkadang malu untuk bergabung

seakan mereka tidak bisa. Sehingga mereka

terbiasa mempelajari sendiri namun tidak

sepaham dengan kemampuan diatas mereka.

Dari uraian di atas, penulis tertarik,

berinisiatif, dan akhirnya mengadakan

penelitian untuk mengetahui pengaruh metode

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar

STIKES Hang TuahTanjungpinang tahun 2015.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah Quasy Experiment Design,

pre and post test without control group design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

dengan metode consecutive sampling pada 36

responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 6

bulan pada bulan Oktober 2014 s/d April 2015.

Page 33: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

436

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden Berdasarkan

Kelompok Kemampuan (Aptitude).

Berdasarkan nilai aptitude testing

dengan caramenginventarisasi hasil belajar

seluruh siswa di kelas. Hal ini dilakukan

dengan cara mengujisiswa dengan soal

pengetahuan satu tingkat dibawah

pengetahuan mereka saat ini.

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan

KelompokKemampauan (Aptitude)

Tahun 2015

NO KELOMPOK FREKUENSI PERSENTASE

1 Tinggi 6 17%

2 Sedang 16 44%

3 Rendah 14 39%

TOTAL 36 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas, karakteristik

responden berdasarkan kemampuan kurang dari

sebagian yaitu 16 orang responden (44%)

memiliki kemampuan sedang.Sementara

karakteristik responden berdasarkan

kemampuan rendahdidapatkan kurang dari

sebagian yaitu 14 orang responden (39%) dan

kelompok tinggi hanya didapatkan kurang dari

sebagianyaitu 6 orang responden (17%).

2. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan

Pembelajaran Dengan Metode ATI.

Dari hasil penelitian yang dilakukan

didapati hasil distribusi sebagai berikut :

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI

Tahun 2015

NO KRITERIA

MOTIVASI

FREKUENSI PERSENTASE

1 Baik 18 50%

2 Tidak Baik 18 50%

TOTAL 36 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas,

karakteristik responden berdasarkan tingkat

motivasi memiliki jumlah responden yang sama

lebih dari sebagian yaitu 18 responden (50%)

memiliki tingkat motivasi baik dan tidak baik

sebelum diberikan pembelajaran ATI.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran ATI

Tahun 2015

Page 34: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

437

3. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan

Pembelajaran Dengan Metode ATI.

Berdasarkan tabel 3 di atas, karakteristik

responden berdasarkan tingkat motivasi,

sebagian besar yaitu 30 responden (83%)

memiliki tingkat motivasi baik sedangkan

karakteristik responden berdasarkan tingkat

motivasi kurang dari sebagian yaitu 6

responden (17%) memiliki tingkat motivasi

tidak baik setelah diberikan pembelajaran ATI.

4. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan

Pembelajaran Dengan Metode ATI

Berdasarkan Kelompok Kemampuan

(Aptitude) Peserta Didik.

Tabel 4

Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan

Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok

Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik

Tahun 2015

NO APTITUDE

MOTIVASI

BAIK TIDAK BAIK

F % F %

1 Tinggi 6 33% 0 0%

2 Sedang 10 56% 6 33%

3 Rendah 2 11% 12 67%

TOTAL 18 100% 18 100%

Berdasarkan tabel 4 di atas, karakteristik

responden berdasarkan kemampuan (aptitude)

dan tingkat motivasi sebelum diberikan

pembelajaran ATI lebih dari sebagian yaitu 12

responden (67%) memiliki tingkat motivasi

tidak baik dan kurang dari sebagian yaitu 2

responden 11%) memiliki tingkat motivasi baik

pada kelompok rendah. Sementarakurang dari

sebagian yaitu 6 responden (33%) memiliki

tingkat motivasi tidak baik pada kelompok

sedang dan lebih dari sebagian yaitu 10

responden (56%) memiliki tingkat motivasi

baik pada kelompok sedang.

NO KRITERIA

MOTIVASI

FREKUENSI PERSENTASE

1 Baik 30 83%

2 Tidak Baik 6 17%

TOTAL 36 100%

Page 35: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

438

5. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan

Pembelajaran Dengan Metode ATI

Berdasarkan Kelompok Kemampuan

(Aptitude) Peserta Didik.

Tabel 5

Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan

Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok

Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik

Tahun 2015

NO APTITUDE

MOTIVASI

BAIK

TIDAK

BAIK

F % F %

1 Tinggi 6 17% 0 0%

2 Sedang 12 33% 2 6%

3 Rendah 12 33% 4 11%

TOTAL 30 83% 6 17%

Berdasarkan tabel 5 di atas,

karakteristik responden berdasarkan

kemampuan (aptitude) dan tingkat motivasi

sesudah diberikan pembelajaran ATI kurang

dari sebagian yaitu 4 responden (11%)

memiliki tingkat motivasi tidak baik dan kurang

dari sebagian yaitu 12 responden (33%)

memiliki tingkat motivasi baik pada

kemampuan rendah. Sementara kurang dari

sebagian yaitu 2 responden (6%) memiliki

tingkat motivasi tidak baik dan kurang dari

sebagian yaitu 12 responden (33%) memiliki

tingkat motivasi baik pada kelompok sedang.

Analisis bivariat pada penelitian ini

menggunakan uji Paired Sample T-Test yang

termasuk ke dalam uji statistik parametrik. Pada

statistik parametrik, datanya berdistribusi

normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

0,000 lebih kecil dari nilai ρ= 0,05 dan variasi

datanya homogen.

Tabel 6

Tingkat Motivasi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Pembelajaran ATI Peserta

DidikTahun 2015

Variabel

Mean

SD

Min Maks ρvalue

Motivasi

Pretest 3.7 0.3 3.7 4.2 0.000

Posttest 4.4 0.5 3.8 5.0

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

untuk motivasi sebelum pembelajaran ATI,

peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-

rata 3,7. Sedangkan setelah pembelajaran ATI,

peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-

rata 4,4. Terlihat bahwa probabilitas atau ρ

Page 36: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

439

value 0,000. Karena 0,000 < 0,05, maka H0

ditolak. Dapat disimpulkan bahwa motivasi

sebelum dan sesudah pembelajaran ATI

berbeda secara nyata.Atau, pembelajaran ATI

tersebut efektif dalam peningkatan motivasi

belajar secara bermakna.

Analisis multivariat dalam penelitian ini

menggunakan ujiOne Way Anova dimana uji

tersebut digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan rata-rata antara tiga

variabel bebas (independent) yang dalam hal ini

adalah metode pembelajaran ATI yang dibagi

menjadi tiga kelompok kemampuan dengan

satu variabel terikat (dependent) sebagai

motivasi belajar.

Tabel 7

Hasil Uji ANOVA Data Normal Gain Angket

Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan

NO KLP

MOTIVASI

MEAN SD MIN MAX

ρ

value

1 TINGGI 0.9 0.1 0.9 1.0

0.001 2 SEDANG 0.2 0.3 0.1 0.8

3 RENDAH 0.7 0.4 0.2 0.9

TOTAL 1.8 0.8 1.22 2.76

Berdasarkan tabel 7 dari hasil pengujian

diperoleh output yang menunjukkan bahwa ρ

value, sebesar 0.001 < 0.05. Hal ini berarti H0

ditolak, kesimpulannya bahwa semua

kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda.

Artinya terdapat perbedaan peningkatan

motivasi belajar yang signifikan peserta didik

kemampuan tinggi, sedang dan rendah sebelum

dilakukan perlakuan dengan peserta didik

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah setelah

dilakukan perlakuan metode pembelajaran ATI.

Tabel 8

Hasil Uji Post Hoc Data Normal Gain Angket

Motivasi Belajar

Per Kelompok Kemampuan

Untuk melihat kelompok mana yang lebih

baik peningkatan motivasi belajar ilmu

keperawatan dasar, maka harus dilanjutkan

dengan uji Post Hoc.

NO KLP

MEAN

DIF

ρvalue

1 TINGGI

SEDANG 0.8* 0.002

RENDAH 0.3 0.372

2 SEDANG

TINGGI -0.8* 0.002

RENDAH -0.5* 0.004

3 RENDAH

TINGGI -0.31 0.372

SEDANG 0.5* 0.004

Page 37: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

440

Dengan melihat ada tidaknya tanda

* pada kolom Mean Difference, terlihat

bahwa:

1) Mean dari kelompok sedang berbeda secara

nyata dengan kelompok tinggi dan rendah

2) Mean dari kelompok rendah berbeda secara

nyata dengan kelompok sedang

3) Mean dari kelompok tinggi berbeda secara

nyata dengan kelompok sedang.

Dari tabel Post Hoc Testdi atas

memperlihatkan bahwa kelompok yang

menunjukan adanya perbedaan rata-rata

motivasi belajar paling dominan (ditandai

dengan tanda bintang "*") adalah Kelompok

tinggi, sedang dan rendah.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum

dilakukan pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI)lebih dari sebagian yaitu

18orang responden (50%) memiliki tingkat

motivasi tidak baik dan baik yang berdasarkan

hasil pengukuran dengan menggunakan lembar

observasi dan kuesionerAttention, Confident,

Relevance, Satisfaction (ACRS).

Motivasi secara umum mengacu pada

adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan

kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu,

dalam mempelajari motivasi kita akan

berhubungan dengan hasrat, keinginan,

dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).

Motivasi juga merupakan keseluruhan

daya penggerak baik dari dalam diri maupun

dari luar dengan menciptakan serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

tertentu yang menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat

tercapai (Haryanto, 2010)

Pendapat lain menurut John Elder dalam

Notoatmodjo (2010) mendefinisikan motivasi

sebagai : interaksi antara perilaku dan

lingkungan sehingga dapat meningkatkan,

menurunkan atau mempertahankan perilaku.

Definisi ini lebih menekankan pada hal-hal

yang dapat diobservasi dari proses

motivasi.Sedangkan secara psikologi, berarti

usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tergerak melakukan sesuatu

karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya, atau mendapat kepuasan

dengan perbuatannya.

Seseorang mendapat dorongan untuk

melakukan suatu aktivitas didasari atas adanya

bioghenic theoriesdan sociogenic theories.

Bioghenic theories yang menyangkut proses

biologis lebih menekankan pada mekanisme

Page 38: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

441

pembawaan biologis. Sedang yang sociogenic

theories lebih menekankan adanya pengaruh

kebudayaan atau kehidupan masyarakat

(Haryanto, 2010).

Dengan demikian, dapatlah ditegaskan

bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan soal

kebutuhan. Sebab kebutuhan seseorang akan

terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada

sesuatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut timbul

karena adanya keadaan yang tidak seimbang,

tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut

suatu kepuasan.Hal ini menunjukkan bahwa

kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-

ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu

sendiri.

Perlu ditegaskan, bahwa motivasi

bertalian dengan suatu tujuan. Dengan

demikian, motivasi mempengaruhi adanya

kegiatan. Sehubung dengan hal tersebut ada tiga

fungsi motivasi yaitu mendorong manusia

untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan

menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

adanya pengaruh antara metode pembelajaran

ATI dengan peningkatan motivasi belajar.

Dimana Ho ditolak yang berarti adanya

pengaruh yang bermakna antara metode

pembelajaran ATI terhadap peningkatan

motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.

Hal ini berkelanjutan juga dengan hasil

dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Agustina (2010) yang melakukan penelitian

berjudul hubungan minat dan motivasi menjadi

perawat dengan prestasi belajar pada

mahasiswa program studi DIII keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi

Husada Tulungagung Tahun 2010, data

dianalisis dengan derajat kemaknaan α =

0,01,ada hubungan yang signifikan antara minat

dengan prestasi belajar karena diperoleh r

hitung > r tabel yaitu 0,764 >0,159 (ρ= 0.0002)

ada hubungan yang signifikan antara motivasi

dengan prestasi belajar karena diperoleh r

hitung > r tabel yaitu 0,632 > 0,159 (ρ= 0.0003)

ada hubungan yang signifikan antara minat dan

motivasi secara bersama – sama dengan prestasi

belajar dengan nilai F hitung > dari F tabel yaitu

103,58> 4,78.

Responden yang memiliki tingkat

motivasi tidak baik disebabkan karena

kurangnya motivasi didalam dirinya atau

motivasi intrinsik yang merupakan produk dari

pemikiran, harapan dan tujuan seseorang.

Menurut Nurdin (2005) “Model pembelajaran

Page 39: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

442

Aptitude-treatment Interaction (ATI) adalah

suatu konsep atau pendekatan yang memiliki

sejumlahstrategi pembelajaran (treatment) yang

efektif digunakan individu tertentu sesuai

dengan kemampuan masing-masing”.

Nurdin (2005) menyatakan “Model

pembelajaran Aptitude-Treatment Interaction

(ATI) bertujuan untuk menciptakan dan

mengembangkan suatu model pembelajaran

yang betul-betul peduli dan memperhatikan

keterkaitan antara kemampuan (aptitude)

seseorang dengan pengalaman belajar atau

secara khas dengan model pembelajaran

(treatment)”. Untuk mencapai tujuan tersebut

model pembelajaran ATI berupaya menemukan

dan memilih sejumlah pendekatan, metode atau

cara, strategi yang akan digunakan sebagai

perlakuan (treatment) yang tepat, yaitu

perlakuan yang sesuai dengan perbedaan

kemampuan siswa.

Oleh sebab itu, motivasi sebelum

pembelajaran ATI, peserta didik mempunyai

nilai motivasi rata-rata 3,7306. Sedangkan

setelah pembelajaran ATI, peserta didik

mempunyai nilai motivasi rata-rata

4,3661dengan probabilitas atau p value 0,000.

Karena 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa motivasi sebelum dan

sesudah pembelajaran ATI berbeda secara

nyata.Atau, pembelajaran ATI tersebut efektif

dalam peningkatan motivasi belajar secara

bermakna.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden berdasarkan

kemampuankurang dari sebagian yaitu

16orang responden (44%) memiliki

kemampuan sedang. Sementara

karakteristik responden berdasarkan

kemampuan kurang dari sebagian yaitu 14

orang responden (39%) memiliki

kemampuan rendah dan kurang dari

sebagianyaitu 6 orang responden (17%)

memiliki kemampuan tinggi.

2. Karakteristik responden berdasarkan

tingkat motivasi sebagian besar yaitu 30

responden (83%) memiliki tingkat motivasi

baik sedangkan karakteristik responden

berdasarkan tingkat motivasikurang dari

sebagian yaitu 6 responden (17%) memiliki

tingkat motivasi tidak baik setelah

diberikan pembelajaran ATI.

3. Pada kelompok setelah dilakukan

pembelajaran ATI, hasil uji statistik

Page 40: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

443

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara

Pembelajaran dengan Metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) Terhadap

Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Hal

ini dibuktikan oleh hasil ρ value= 0,000,

yang mana lebih kecil nilainya dari 0,05,

maka keputusannya Ho Ditolak yang

artinya ada pengaruh yang bermakna antara

metode pembelajaran ATI terhadap

peningkatan motivasi belajar STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.

4. Hasil uji statistik dengan uji One Way-

ANOVA berdasarkan kelompok

kemampuan peserta didik bahwa semua

kelompok mempunyai rata-rata yang

berbeda. Artinya terdapat peningkatan

motivasi belajar yang signifikan antara

peserta didik kemampuan tinggi, sedang

dan rendah sebelum dilakukan perlakuan

dengan peserta didik kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah setelah dilakukan

perlakuan metode pembelajaran ATI. Hal

ini dibuktikan oleh hasil ρ value = 0.001,

yang mana lebih kecil nilainya dari 0.05,

maka keputusannya Ho Diterima yang

berarti ada perbedaan rata-rata terhadap

semua kelompok kemampuan tinggi,

sedang dan rendah sebelum diberikan

perlakuan dengan kelompok kemampuan

yang sudah diberikan perlakuan.

B. Saran

1. Karena telah terbukti terdapat pengaruh

metode pembelajaran ATI terhadap

peningkatan motivasi belajar maka

diharapkan kepada tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan maupun pembaca

dapat menggunakan metode pembelajaran

ATI yang memperhatikan keseragaman

kemampuan individu dalam meningkatkan

motivasi belajar peserta didik selain

pembelajaran konvesional.

2. Selain sasarannya kepada individu

diharapkan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan (DIKBUD) dapat

mengembangkan informasi mengenai

pembelajaran dengan metode Aptitude

Trearment Interaction (ATI) sebagai

metode pembelajaran dalam meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, sehingga

peserta didik berpacu dalam meningkatkan

kemampuan individu untuk menunjang

dunia pendidikan

3. Diharapkan bagi peneliti lain agar terus

mengembangkan penelitian tentang

Page 41: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

444

penggunaan metode pembelajaran ATI

terhadap peningkatan motivasi belajar

dengan membandingkan penggunaan

metode pembelajaran lain dalam

meningkatkan motivasi belajar.

KEPUSTAKAAN

Agustiana, Sri, (2010). Hubungan Minat dan

Motivasi menjadi Perawat dengan

Prestasi Belajar pada Mahasiswa

Program Studi D III Keperawatan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hutama Abdi Husada Tulungagung.

Skripsi tidak diterbitkan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi

Husada Tulungagung.

Arikunto, Suharsimi, (2010). Manajemen

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Astuti, PD, (2013). Efektivitas Metode

Pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) Terhadap

Peningkatan Pemahaman Konsep dan

Motivasi Belajar Matematika Peserta

Didik.

Cronbach, L. J., Snow, R.1969. Final Report

Individual Differences in Learning

Ability as a Function of Intructional

Variables. California: School of

Education Stanford Univercity

Standford

Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodologi

Penelitian Keperawatan. Jakarta :

Trans Info Media

Djamarah, B, S, (2010). Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta :

Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Jakarta : Salemba.

Oemar Hamalik. 2003. Proses belajar

Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rianto, (2013). Perubahan Kurikulum menjadi

Kurikulum 2013.

http://www.kurikulumindonesia.com/

Diakses: 20 April 2014.

Santrock, J.W. (2008). Educational psychology,

(2nded.). Jakarta : Kencana.

Page 42: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

445

Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo Persada

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor

Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Cipta

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan:

Teori dan Praktek (Edisi Kedelapan).

Jakarta: PT Indeks

Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : PT. Refika Aditama

Syafruddin, N, (2005). Model Pembelajaran

yang Memperhatikan Keragaman

Individu Siswa Dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Ciputat :

Quantum Teaching

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan

dengan Pendekatan Baru. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

UNPAD. Diskusi Edufest 2011 Tentang Kritisi

Mutu Pendidikan. Artikel :

http://www.unpad.ac.id/archives/4623

3. Diakses : 10 Januari 2014

Wati, Lidya, (2013). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset Keperawatan. Skripsi

Tidak Diterbitkan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Tanjungpinang

Winkel. W. S. (2007). Psikologi Pengajaran.

Yogyakarta : Media Abadi

Woolfolk, Anita. 2004. Educational

Psychology (Ninth Edition). Boston:

Allyn and Bacon

Woolfolk, Anita. 2009. Educational

Psychology: Active Learning Edition

(Edisi Sepuluh). Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

1 Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns,

M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 43: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

446

PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE

MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE

MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK

SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA

MECHANICAL NECK PAIN

Sudaryanto

Jl. Bendungan Bili-Bili No. 1 Karunrung (Akper Tidung), Makassar, Sulawesi Selatan

Fisioterapis-Poltekkes Negeri Makasar

[email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan

low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft

Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani

kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Tujuan:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan

hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi

cervical pada mechanical neck pain. Metode: Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design

dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue

Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization.

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk

mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah

intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada

kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata

sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah

keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada

kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan

perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan

kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil: Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel t-

test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok

perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization

menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar

secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Kesimpulan: Dengan

demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya

Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada

mechanical neck pain.

Kata kunci : mechanical neck pain, teknik mulligan, soft tissue mobilization

ABSTRACT

Background: Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in

many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of

manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very

rarely used by physiotherapist in fields of practice. Objective: This study aimed to know the effectiveness between

Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion

extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. Method: The study design was a pre

test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft

Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue

Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to

measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention

and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people

Page 44: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

447

in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69

with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12

people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94

with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were

11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). Result: The results of hypothesis testing using

independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension,

rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral

flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue

Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that

significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Conclusion: Thus, it can be

concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to

the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.

Key words : mechanical neck pain, mulligan technique, soft tissue mobilization

PENDAHULUAN Secara mekanikal, cervical spine

merupakan regio yang paling mobile dan

memiliki peluang terjadinya perubahan beban

mekanikal kaitannya dengan perubahan posisi

kepala dan perubahan postur cervicothoracal.

Perubahan biomekanik cervical spine dapat

mempengaruhi struktur cervical spine dimana

cervical spine menerima beban kepala dengan

distribusi yang tidak merata, dan hal ini lebih

banyak mempengaruhi lower cervical karena

lower cervical menjadi paling besar menerima

beban akibat perubahan biomekanik tersebut.

Keadaan ini dapat memicu terjadinya nyeri

tengkuk.

Nyeri tengkuk merupakan kondisi yang

umum terjadi dimana sekitar 60% orang di

dunia dapat mengalami nyeri tengkuk pada

setiap waktu dalam kehidupannya. Tipe nyeri

tengkuk yang paling sering terjadi adalah non-

spesific neck pain yang biasa dinamakan secara

sederhana dengan istilah “mechanical neck

pain”. Mechanical neck pain mencakup kondisi

minor strain/sprain pada otot dan ligamen serta

disfungsi facet joint. Kebiasaan postur yang

jelek merupakan faktor kontribusi dari

mechanical neck pain.

Dalam penelitian epidemiologi, insiden

mechanical neck pain paling banyak dialami

populasi usia 18 – 30 tahun sampai usia

pertengahan. Mechanical neck pain merupakan

problem klinis yang signifikan dengan

prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi

low back pain. Suatu evidence synthesis di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita

mechanical neck pain yang melapor sendiri

pada populasi umum berkisar antara 146 dan

213 per 1000 pasien per tahun. Hasil penelitian

multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah

sakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri

Page 45: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

448

leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24%

dari populasi umum.

Mechanical neck pain, secara khas

digambarkan sebagai nyeri lokal atau non-

radikular pain dengan intensitas nyeri

meningkat saat terjadi gerakan pada cervical.

Suatu riwayat penyakit yang jelas dan

pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu

jika nyeri tengkuk tergolong ke dalam

mechanical neck pain dengan memperhatikan

ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala

patologi major seperti fraktur, myelopathy,

neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada

tidaknya tanda-tanda neurologis (refleks

tendon, gangguan sensorik/motorik).

Mechanical neck pain merupakan nyeri

leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper

extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher,

occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai

dengan namanya “mechanical” maka kondisi

ini sangat berhubungan dengan mekanik

gerakan.

Mechanical neck pain sering

berhubungan dengan kebiasaan postur yang

jelek terutama dalam aktivitas pekerjaan.

Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur

statik yang repetitif memberikan peluang

terjadinya mechanical neck pain. Beberapa

penelitian menunjukkan hubungan yang sangat

kuat antara mechanical neck pain dengan

pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik,

penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja

yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik

dalam posisi duduk, semuanya berhubungan

dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi

duduk dengan postur yang jelek merupakan

posisi yang paling sering menyebabkan stress

postural pada cervical, dimana sering terjadi

duduk dengan kepala dalam posisi protrude.

Sumber gejala dari mechanical neck

pain khususnya berasal dari zygapophyseal

joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan

umumnya menyebabkan keterbatasan gerak ke

segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi

dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak

cervical pada mechanical neck pain sangat

berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh

minor positional fault pada facet joint dan

muscle guarding/splinting pada otot-otot

paravertebralis cervical, levator scapulae, dan

upper trapezius.

Beberapa intervensi dapat diterima

sebagai standar penatalaksanaan untuk

mechanical neck pain seperti traksi, latihan

aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous

electrical nerve stimulation (TENS), edukasi

Page 46: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

449

pasien, dan obat-obatan antiinflamasi non-

steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial

menyangkut efektifitasnya masih kurang.

Manual terapi dan/atau mobilisasi spine

umumnya digunakan dalam penatalaksanaan

mechanical neck pain. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi

spine pada cervical spine merupakan intervensi

yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan

untuk pasien-pasien mechanical neck pain.

Meskipun demikian, beberapa pengamatan

peneliti di beberapa Rumah Sakit dan lahan

praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih

jarang sekali menggunakan intervensi manual

terapi spine.

Manual terapi spine memiliki beberapa

metode, antara lain adalah Soft Tissue

Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue

mobilization merupakan salah satu metode

manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus

vertebra khususnya mechanical neck pain.

Muscle Energy Technique merupakan salah

satu metode Soft tissue mobilization yang biasa

dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic

soft tissue yang menggabungkan arah dan

kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi

isometrik, yang didesain untuk memperbaiki

fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri.

Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang

ditujukan pada normalisasi struktur-struktur

jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek

(tension/hipertonus), namun secara tidak

langsung memberikan implikasi pada sendi

yang berkaitan dengan otot yang memendek,

sehingga metode ini dapat juga digunakan

untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi

melalui efeknya pada jaringan lunak yang

disfungsi.

Myofascial Release Technique

merupakan salah satu metode Soft tissue

mobilization yang memfokuskan pada jaringan

lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk

memberikan regangan atau elongasi pada

struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir

adalah mengembalikan kualitas cairan atau

lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas

jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi

normal.

Kedua metode Soft tissue mobilization

di atas sangat berperan di dalam menurunkan

ketegangan otot dan taut band yang akhirnya

berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak

sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan

topik “Combined Effect of Myofascial Release

And Muscle Energy Technique In Subjects With

Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya

Page 47: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

450

penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak

sendi cervical yang bermakna pada pasien-

pasien mechanical neck pain.

Problem keterbatasan gerak yang

ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet

joint) tidak dapat secara efektif dan efisien

diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena

target jaringan dari metode ini adalah jaringan

lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki

dampak secara tidak langsung pada facet joint.

Penambahan teknik Mulligan pada intervensi

soft tissue mobilization dapat menghasilkan

peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang

lebih efektif dan efisien dimana problem sendi

akan terlepas secara maksimal. Secara khas,

konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam

posisi weight bearing dan arah mobilisasi

paralel terhadap bidang gerak facet spinal.

Passive oscillatory mobilization yang

dinamakan dengan “NAGs” (Natural

Apophyseal Glides) dan sustained mobilization

dengan gerakan aktif yang dinamakan

“SNAGs” (Sustained Natural Apophyseal

Glides) merupakan teknik utama dari konsep

pengobatan pada spine.

Penelitian Kumar et al. (2011), dengan

topik “Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on

Pain at available end range in Cervical Spine:

A Randomised Controlled Trial” menunjukkan

hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical

dan penurunan nyeri yang signifikan pada

pasien-pasien mechanical neck pain.

Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung

dengan hasil penelitian sebelumnya maka

peneliti mencoba mengambil topik tentang

“Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue

Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue

Mobilization dalam meningkatkan lingkup

gerak sendi cervical pada mechanical neck

pain”.

Metode Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik

Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan

Tantular No. 6 Renon Denpasar, yang

dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal

1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen

dengan pre test – post test control group design.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektifitas dari penambahan teknik Mulligan

pada intervensi soft tissue mobilization terhadap

peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada

mechanical neck pain.

Populasi dan Sampel

Page 48: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

451

Populasi dalam penelitian ini adalah

sejumlah pasien yang datang berkunjung di

Poliklinik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital

dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher

selama penelitian berlangsung. Sampel

penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil

dari populasi terjangkau dan sesuai dengan

kriteria inklusi dalam pengambilan sampel.

Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh

jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8

dibulatkan menjadi 17) pada setiap kelompok

sampel sehingga total sampel sebanyak 34

orang. Namun selama penelitian berlangsung,

terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok

kontrol dan 1 orang yang drop out pada

kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel

pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total

sampel sebanyak 32 orang.

Kelompok kontrol

Kelompok kontrol diberikan intervensi

soft tissue mobilization, terdiri atas Muscle

Energy Technique (MET) dan Myofascial

Release Technique (MRT). MET dilakukan

sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan,

frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval

waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali

terapi. MRT dilakukan 30 kali stroking pada

jaringan lunak setiap kali kunjungan, frekuensi

3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari,

jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.

Kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan diberikan

intervensi teknik Mulligan dan soft tissue

mobilization. Penambahan teknik Mulligan

dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan

setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali

seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah

terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.

Cara Pengumpulan Data

Sebelum diberikan intervensi pertama

maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup

gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup

gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan

menggunakan goniometer. Pada akhir

intervensi keempat yaitu sesudah intervensi

dilakukan kembali pengukuran lingkup gerak

sendi cervical dengan menggunakan

goniometer yang sama.

Prosedur pengukuran lingkup gerak

sendi cervical:

1. Pengukuran LGS ekstensi cervical

a. Center fulcrum dari goniometer

diletakkan pada external auditory

meatus.

Page 49: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

452

b. Lengan proksimal goniometer harus

tegak lurus atau paralel dengan lantai.

c. Lengan distal goniometer harus segaris

dengan base of the nares.

d. Selama pengukuran, lengan proksimal

goniometer dipertahankan tetap tegak

lurus dengan lantai sedangkan lengan

distal tetap dipertahankan mengikuti

gerakan dan segaris dengan base of the

nares.

2. Pengukuran LGS rotasi cervical

a. Center fulcrum dari goniometer

diletakkan diatas pusat os cranial dari

kepala

b. Lengan proksimal harus paralel dengan

garis imajinasi antara kedua processus

acromion.

c. Lengan distal harus segaris dengan

ujung hidung.

d. Selama pengukuran, lengan proksimal

dipertahankan tetap paralel dengan

garis imajinasi antara kedua processus

acromion sedangkan lengan distal tetap

dipertahankan mengikuti gerakan dan

segaris dengan ujung hidung.

3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical

a. Center fulcrum dari goniometer

diletakkan diatas processus spinosus

vertebra C7.

b. Lengan proksimal harus segaris dengan

vertebra thoracal sehingga tegak lurus

dengan lantai.

c. Lengan distal harus segaris dengan

midline dorsal kepala, patokan

menggunakan occipital protube-rance

external.

d. Selama pengukuran, lengan proksimal

dipertahankan tetap segaris dengan

vertebra thoracal sedangkan lengan

distal tetap dipertahankan mengikuti

gerakan dan segaris dengan occipital

protuberance external.

Analisis data

Dalam menganalisis data penelitian

yang telah diperoleh, maka peneliti

menggunakan beberapa uji statistik sebagai

berikut:

1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan

karakteristik sampel berdasarkan usia,

jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.

2. Uji Persyaratan Analisis, menggunakan uji

Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah

data berdistribusi normal (p>0,05) atau

tidak berdistribusi normal (p<0,05), dan

Page 50: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

453

menggunakan uji Levene’s test untuk

mengetahui apakah sampel homogen

(p>0,05) atau sampel tidak homogen

(p<0,05).

3. Uji analisis komparatif, menggunakan uji

statistik parametrik atau non-parametrik.

Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan

data berdistribusi normal maka digunakan

uji statistik parametrik yaitu uji paired

sample t dan uji independent sample t.

4. Uji paired sample t digunakan untuk

menganalisis data pre test dan post test

pada setiap kelompok sampel dengan

hipotesis statistik yaitu taraf signifikansi

95% (nilai p < 0,05). (5) Uji independent

sample t digunakan untuk menganalisis

data post test antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan dengan tujuan untuk

membuktikan efektifitas dari penambahan

teknik Mulligan, dengan hipotesis statistik

yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p <

0,05).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1

Rerata dan Persentase Sampel

berdasarkan karakteristik Sampel

n Rerata ± SB

Karakteristik

sampel

(%) Kontrol Perlakuan

Umur

(tahun)

16 35,69±7,

525

35,94±6,

952

J.K :

Laki – laki

Perempuan

7 (43,8)

9 (56,2)

-

-

-

-

A.K :

Kanan

Kiri

12 (75)

4 (25)

-

-

-

-

Keterangan :

J.K = jenis kelamin

A.K = arah keterbatasan

Tabel di atas menunjukkan nilai rerata

dan persentase sampel berdasarkan

karakteristik sampel. Dilihat dari umur

diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk

kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ±

6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong

ke dalam usia dewasa baik pada kelompok

kontrol maupun kelompok perlakuan.

Kemudian, dilihat dari jenis kelamin pada

kelompok kontrol diperoleh sampel laki-laki

sebanyak 7 orang (43,8%) dan sampel

perempuan sebanyak 9 orang (56,2%).

Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh

Page 51: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

454

sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%)

dan sampel perempuan sebanyak 6 orang

(37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada

kelompok kontrol diperoleh data bahwa

keterbatasan kearah kanan sebanyak 12 orang

(75%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 4

orang (25%). Sedangkan pada kelompok

perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan

kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan

keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang

(31,2%).

Tabel 2

Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai

pre test, post test dan selisih

Klp

sampel

Rerata LGS dan Simpang Baku

Pre test Post test Selisih

Ekstensi :

Kontrol

Perlakuan

53,31±5,606

49,12±6,386

67,25±4,041

71,19±4,651

13,94±4,419

22,06±5,483

Rotasi :

Kontrol

Perlakuan

56,69±3,478

56,00±3,882

69,25±2,176

72,94±2,265

12,56±3,366

16,94±3,872

Lat.fleksi

Kontrol

Perlakuan

32,50±2,066

32,44±2,128

42,38±2,527

45,13±1,455

9,88±1,544

12,69±2,243

Tabel di atas menunjukkan nilai rerata

sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test

dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari

LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar

53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar

67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar

13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi,

diperoleh rerata pre test sebesar 56,69o ± 3,478

dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176

dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366.

Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi

diperoleh rerata pre test sebesar 32,50o ± 2,066

dan rerata post test sebesar 42,38o ± 2,527

dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544.

Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS

ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12o

± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19o ±

4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06o ±

5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata

pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post

test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata

sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari

LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test

sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test

sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata

sebesar 12,69o ± 2,243.

Uji Normalitas Data dan

Homogenitas Varian

Page 52: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

455

Tabel 3

Uji normalitas data dan homogenitas varian

Kelompok

data

p uji normalitas

(Shapiro Wilk)

Homogenitas

dengan

Levene’s test Kontrol Perlakua

n

Ekstensi :

Sebelum

Sesudah

0,248

0,158

0,375

0,480

0,447

0,502

Rotasi :

Sebelum

Sesudah

0,580

0,093

0,542

0,069

0,485

0,876

Lat.fleksi :

Sebelum

Sesudah

0,055

0,129

0,521

0,254

0,451

0,010

Tabel di atas menunjukkan hasil uji

normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji

homogenitas varian dengan Levene’s test.

Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh hasil uji

Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum

intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada

kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu

nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji

Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah

intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada

kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu

nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi,

hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol

sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada

kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu

nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji

Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah

intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada

kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu

nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal. Dilihat dari LGS lateral

fleksi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok

kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05

dan pada kelompok perlakuan sebelum

intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk pada

kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai

p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah

intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Berdasarkan uji homogenitas dengan

Levene’s test diperoleh data untuk LGS ekstensi

sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang

Page 53: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

456

berarti data bersifat homogen dan sesudah

intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data

bersifat homogen. Dilihat dari LGS rotasi, hasil

uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai

p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan

sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang

berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS

lateral fleksi, hasil uji Levene’s test sebelum

intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data

bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu

nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat

homogen.

Melihat keseluruhan hasil uji

persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat

mengambil keputusan untuk menggunakan uji

statistik parametrik (uji paired sample t) untuk

masing-masing kelompok sampel (kontrol dan

perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji

independent sample t) untuk membuktikan

efektifitas antara kedua kelompok sampel,

sebagai pilihan pengujian statistik

Uji Beda Rerata LGS cervical

sebelum dan sesudah intervensi pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Tabel 4

Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan

sesudah intervensi pada kelompok kontrol

Kelompok

data

Sebelum Sesudah p

Ekstensi :

Rerata

SB

53,31

5,606

67,25

4,041

0,0001

Rotasi :

Rerata

SB

55,75

3,022

69,25

2,176

0,0001

Lat.fleksi :

Rerata

SB

32,19

2,455

42,38

2,527

0,0001

Tabel diatas menunjukkan hasil

pengujian hipotesis menggunakan uji paired

sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari

LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah

intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh

nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan

rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum

dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari

LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

lateral fleksi yang bermakna sebelum dan

sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa

intervensi Soft Tissue Mobilization dapat

memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi

Page 54: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

457

dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada

kondisi mechanical neck pain.

Tabel 5

Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan

sesudah intervensi pada kelompok perlakuan

Kelompok

data

Sebelum Sesudah p

Ekstensi :

Rerata

SB

49,12

6,386

71,19

4,651

0,0001

Rotasi :

Rerata

SB

54,94

3,623

72,69

2,358

0,0001

Lat.fleksi :

Rerata

SB

30,94

2,144

45,00

1,549

0,0001

Tabel diatas menunjukkan hasil

pengujian hipotesis menggunakan uji paired

sample t untuk kelompok perlakuan. Dilihat

dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah

intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh

nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan

rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum

dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari

LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS

lateral fleksi yang bermakna sebelum dan

sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa

intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue

Mobilization dapat memberikan peningkatan

LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical

yang bermakna pada kondisi mechanical neck

pain.

Uji Beda Rerata LGS cervical

sesudah intervensi antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan

Tabel 6

Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah

intervensi antara kontrol dan perlakuan

Kelompok

data

Kontrol Perlakuan p

Ekstensi :

Rerata

SB

67,25

4,041

71,19

4,651

0,016

Rotasi :

Rerata

SB

69,25

2,176

72,69

2,358

0,0001

Lat.fleksi

:

42,38

45,00

0,002

Page 55: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

458

Rerata

SB

2,527 1,549

Tabel diatas menunjukkan hasil uji

independent sample t untuk pengujian hipotesis

diatas, mulai dari LGS ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi

diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada

perbedaan rerata sesudah intervensi LGS

ekstensi yang bermakna antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan. Dilihat dari

LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang

berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah

intervensi LGS rotasi yang bermakna antara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi

diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada

perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral

fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan

bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue

Mobilization menghasilkan peningkatan

lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi cervical yang lebih besar secara

signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue

Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil

pengujian hipotesis diatas telah membuktikan

bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue

Mobilization lebih baik daripada hanya Soft

Tissue Mobilization dalam meningkatkan

lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan

lateral fleksi cervical pada mechanical neck

pain”.

Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue

Mobilization serta hanya Soft tissue

Mobilization terhadap peningkatan LGS

ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada

mechanical neck pain

Mechanical neck pain merupakan

kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi

facet joint cervical dan muscle spasm atau

muscle tightness disekitar leher, sehingga

kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak

pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi

dan lateral fleksi cervical.

Problem keterbatasan gerak ekstensi,

rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan

oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri

umumnya dirasakan pada akhir

keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan

penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa problem keterbatasan

ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet

joint cervical, sedangkan problem keterbatasan

rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan

Page 56: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

459

oleh muscle spasm atau muscle tightness pada

otot-otot leher terutama splenius capitis,

semispinalis cervicis dan upper trapezius.

Soft Tissue Mobilization dapat

memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi

dan lateral fleksi cervical yang bermakna,

dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan

oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR)

dan reciprocal inhibition (RI) serta efek

elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI

dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy

Technique, sedangkan efek elongasi serabut

otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial

Release Technique. Menurut Chaitow (2006),

efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks

relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi

stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi

golgi tendon organ (GTO) pada otot yang

bersangkutan dimana GTO memiliki sifat

inhibitor yang dapat mempengaruhi

sekumpulan motor neuron sehingga efek

tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus

atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang

dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi

kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat

menginhibisi tonus otot agonis yang

spasme/tightness sehingga akan menunjukkan

penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi

(Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot

yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique

dapat mengeliminir penghambat restriktif

sehingga akan terjadi peningkatan lingkup

gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi

serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial

Release Technique juga dapat mengaktivasi

golgi tendon organ (GTO) pada

musculotendinogen junction. Menurut Kisner

and Colby (2007), adanya stretch pada serabut

otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas

GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada

level otot yang mengalami ketegangan

khususnya jika gaya stretch dipertahankan

dalam waktu yang lama. Inhibisi dari

komponen kontraktile otot oleh GTO dapat

memberikan kontribusi terhadap refleks

relaksasi otot sehingga memungkinkan

terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.

Menurut Mulligan, lesi pada facet joint

cervical umumnya menyebabkan minor

positional fault didalam permukaan facet joint

sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis

pada cervical. Minor positional fault atau minor

subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan

teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan

adalah mengombinasikan mobilisasi gerak

asesori dengan gerak fisiologis secara aktif

Page 57: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

460

dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris

selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular

atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang

pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang

merupakan salah satu metode Mulligan dapat

mengembalikan minor positional fault

permukaan sendi facet dan mengembalikan

keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga

efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan

gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik

SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada

regio cervical karena adanya efek sebelumnya

dari Soft Tissue Mobilization yang

menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan

otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan

kontribusi yang besar terhadap peningkatan

lingkup gerak sendi cervical.

Efektifitas antara teknik Mulligan

dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya

Soft Tissue Mobilization terhadap

peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral

fleksi cervical pada mechanical neck pain

Penambahan teknik Mulligan pada

intervensi Soft Tissue Mobilization dapat

menghasilkan peningkatan LGS ekstensi,

rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara

signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue

Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik

Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor

positional dari facet joint. Menurut Exelby

(2002), keterbatasan gerak cervical dapat

disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari

posisi permukaan sendi facet atau dapat

dikatakan terjadi minor subluksasi didalam

sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang

berulang dan kontinyu dapat mengoreksi

adanya minor subluksasi didalam sendi facet

sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi

facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup

gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri.

Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum

aplikasi teknik SNAGs sangat besar

manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur dan

efek dari teknik SNAGs, hal ini karena

intervensi Soft Tissue Mobilization dapat

memberikan penurunan tonus otot-otot leher

secara signifikan sehingga memudahkan

pelaksanaan teknik SNAGs dan menghasilkan

efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup

gerak sendi cervical dan bebas nyeri.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

“Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization

lebih baik daripada hanya Soft Tissue

Page 58: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

461

Mobilization dalam meningkatkan lingkup

gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral

fleksi cervical pada mechanical neck pain”.

Daftar Pustaka

Chaitow, L, “Muscle Energy Technique. Third

Edition”, Churchill Livingstone,

Edinburgh, 2006

De-las-Penas, C.F., del-Cerro, L.P., Blanco,

C.R., Conesa, A.G., Page, J.C.,

Miangolarra, “Changes in Neck Pain

and Active Range of Motion After A

Single Thoracic Spine Manipulation in

Subjects Presenting with Mechanical

Neck Pain : A Case Series”, Journal of

Manipulative and Physiological

Therapeutics, Vol 30: Number 4, 2007

Donatelli, R.A., Wooden, M.J, “Orthopaedic

Pysical Therapy. Third Edition”,

Churchill Livingstone, New York, 2001

Exelby, L, “The eMulligan concept: Its

application in the management of

spinal conditions”, Manual Therapy,

Vol 7: 64-70, 2002

Grant, K.E., Riggs, A, “Myofascial Release”,

Wiley Interscience, New York, 2009

Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M.,

Johnson, C.D, “Conservative

management of uncomplicated

mechanical neck pain in a military

aviator”, The Journal of the Canadian

Chiropractic Association, Vol. 8: 676–

680, 2004

Kenny, T., Kenny, B, “Non-spesific Neck

Pain”, 2010. Available from

www.patient.co.uk/ health/non-

specific-neck-pain, diakses tanggal 12

Desember 2012.

Kisner, C., Colby, L.A, “Therapeutic Exercise

Foundations And Techniques”, Fifth

Edition, F.A. Davis Company,

Philadelphia, 2007

Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A, “Efficacy

of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at

available end range in Cervical Spine:

A Randomised Controlled Trial”,

Indian Journal of Physiotherapy and

Occupational Therapy, Vol 5: 154-158,

2011

Makofsky, H.W, “Spinal Manual Therapy”,

Slack Incorporated, USA, 2010

McKenzie, R., Kubey, C, “7 Steps To A Pain-

Free Life”, Penguin Group Inc, New

York, 2000

McKenzie, R., May, S, “The Cervical &

Thoracic Spine Mechanical Diagnosis

Page 59: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

462

& Therapy”, Volume One, Spinal

Publications, New Zealand, 2008

Nayak, S.K, “Combined Effect of Myofascial

Release And Muscle Energy Technique

In Subjects With Mechanical Neck

Pain”, dissertation, Rajiv Gandhi

University Of Health Sciences

Karnataka, Bangalore, 2012

Sjahrir, “Nyeri Leher dan Nyeri Kepala”, tesis,

Universitas Sumatera Utara, Medan,

2004

Steve, “Mechanical Neck Pain is also cal led

Axial Neck Pain”, 2005. Available

from

www.necksolutions.com/mechanical-

neck-pain.html, diakses tanggal 12

Desember 2012

Touche, R.L., de-las-Penas, C.F., Carnero, J.F.,

Parreno, S.D., Alemany, A.P., Nielsen,

L.A, “Bilateral Mechanical-Pain

Sensitivity Over the Trigeminal Region

in Patients With Chronic Mechanical

Neck Pain”, The Journal of Pain, Vol

11: No 3, 256-263, 2010

Walker, M.J., Boyles, R.E., Young, B.A.,

Strunce, J.B., Garber, M.B, “The

Effectiveness of Manual Physical

Therapy and Exercise for Mechanical

Neck Pain : A Randomized Clinical

Trial”, SPINE, Vol 33: Number 22:

2371–2378, 2008

Page 60: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

463

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE

PADA SISWI SDN 011 KELAS V DAN VI TANJUNGPINANG BARAT

Wasis Pujiati1, Ernawati2, Daratullaila3

ABSTRAK

Menarche menjadi tanda seorang remaja putri sudah memasuki tahap kedewasaan khususnya organ tubuh sistem

reproduksi merupakan masa penting dalam siklus kehidupan perempuan. Kecemasan menghadapi menarche dapat

terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan kesehatan dari orang tua yang

kurang.Pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat

dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat

kecemasan menghadapi menarche. Berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok

eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000 dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna antara

pendidikan kesehatan tentang menstruasi dalam penurunan kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDN

011 kelas V dan VI Tanjungpinang Barat.

Kata kunci: Menarche, Kecemasan, Pendidikan kesehatan

PENDAHULUAN

Remaja merupakan tahapan antara fase

anak dan dewasa yang ditandai dengan

perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan

emosi. Dari beberapa literature usia remaja

antara 12-24 tahun dan 15-24 tahun (WHO,

2007 cit Efendi dan Makhfudli, 2009). Masa

remaja merupakan masa peralihan antara masa

anak-anak, dimulai saat terjadinya kematangan

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang

dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).Data

demografi menunjukkan bahwa penduduk

dunia jumlah populasi remaja merupakan

populasi yang besar. Menurut World Health

Organization (WHO) sekitar seperlima dari

penduduk dunia dari remaja berumur 10-19

tahun.Sekitar sembilan ratus juta berada di

negara sedang berkembang. Sementara di

Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total

237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67%

yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja,

49,30% dari total remaja tersebut berjenis

kelamin perempuan. Wilayah Pekanbaru

memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun

sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri

berjumlah 39.821 jiwa (Safitri et al., 2013).

Pada tahun 2013 terdapat jumlah remaja pada

usia 10-14 tahun sebanyak 170.056 orang atau

8,0% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun

139.143 orang atau 6,5%. Sedangkan untuk

wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan data

Page 61: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

464

yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Kota

Tanjungpinang tahun 2015 terdapat jumlah

remaja pada usia 10-14 tahun 22.687 orang,

untuk remaja putri berjumlah 10.943 orang atau

48% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun

sebanyak 19.187 orang, untuk remaja putri

sebanyak 9.375 orang atau 49% (Dinas

Kependudukan Kota Tanjungpinang).

Menarche yang menjadi tanda seorang

remaja putri sudah memasuki tahap

kedewasaan khususnya organ tubuh sistem

reproduksi merupakan masa penting

dalamsiklus kehidupan perempuan

(Soetjiningsih, 2004).Masa ini juga menjadi

pertanda berbagai perubahan yang terjadi dalam

siklus kehidupan seorang anak. Perubahan tidak

hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga

meliputi perubahan dalam status sosial,

psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual

(Triyanto, 2013). Kecemasan adalah rasa

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan merupakan kekuatan yang besar

untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah

laku normal maupun tingkah laku yang

menyimpang, yang terganggu dan kedua-

duanya merupakan pernyataan, penampilan dari

pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso,

2003). Kecemasan dalam menghadapi

menarche dapat terjadi karena kurangnya

informasi tentang menstruasi dan pendidikan

dari orang tua yang kurang. Orang tua

menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang

tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak

akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan

menimbulkan kecemasan pada anak tersebut.

Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi

kecemasan tersebut salah satunya adalah

dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri

tentang menstruasi sejak dini dengan cara

pemberian informasi kesehatan reproduksi

remaja melalui pendidikan kesehatan

khususnya tentang menstruasi (Proverawati,

2009).

Pendidikan kesehatan merupakan

kegiatan untuk membantu individu, kelompok

dan masyarakat dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk

mencapai hidup sehat secara optimal

(Triwibowo et al., 2013). Pendidikan kesehatan

tentang reproduksi remaja khususnya tentang

menstruasi merupakan masalah penting yang

perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.

Apabila kecemasan tidak dapat diatasi, disini

peran dari orang tua sangat penting dimana baik

orang tua ataupun remaja putri itu sendiri harus

lebih terbuka tentang masalah kesehatan

Page 62: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

465

terutama kesehatan reproduksi (Proverawati,

2009). Orang tua berusaha menjalin komunikasi

dengan anak sehingga setiap permasalahan

yang terjadi, dapat diketahui termasuk pada saat

anak mendapatkan menstruasi pertama kali

(menarche). Sebaiknya, orang tua dapat

menempatkan diri sebagai teman curhat,

sehingga akan menjadi orang pertama yang

mendengar segala permasalahan anaknya

(Somendawai, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan di SDN

011 Tanjungpinang Barat kepada 20 siswi kelas

V dan VI didapatkan 9 siswi (40%) telah

mengalami menstruasi, dan 11 siswi (60%)

belum mengalami menstruasi mengatakan

merasa takut saat menghadapi menstruasi. Dari

9 siswi yang mengalami menstruasi

mengatakan timbul perasaan takut karena tidak

mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi

sebelumnya. Sedangkan, 11 siswi yang belum

mengalami menstruasi merasa cemas.

Berdasarkan wawancara dari ke empat SD

tersebut, SDN 011 paling banyak mengalami

kecemasan dalam menghadapimenarche.

Berdasarkan data yang diperoleh diatas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi

SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang

Barat”.

Tinjauan Pustaka

Kesehatan reproduksi merupakan

bagian kesehatan yang sangat penting yang

kurang mendapat perhatian.Pada wanita

biasanya pertama kali mengalami menstruasi

(menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran,

2012). Usia 12-16 termasuk fase remaja awal,

dimana fase ini terdapat pada usia Sekolah

Dasar. Perubahan fisik yang cepat di masa

pubertas terjadi beriringan dengan emosi yang

tidak stabil dan pertumbuhan psikis pada

remaja. Hal tersebut dapat menimbulkan

perasaan bingung, berbagai pertanyaan,

ketakutan dan kecemasan.Remaja putri akan

kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang

pertama (menarche) jika sebelumnya ia belum

pernah mengetahui atau membicarakannya

dengan teman sebaya maupun ibu mereka.

Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi

pada remaja putri akan berdampak terhadap

kesiapan dalam menghadapi menarche.

Sebelum menghadapi menstruasi pertama

(menarche) kesiapan mental sangat diperlukan

karena akan timbul perasaan cemas dan takut

(Proverawati, 2009).

Page 63: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

466

Usia remaja sering dicirikan sebagai

masa pubertas. pubertas dapat diartikan sebagai

tahap ketika seorang remaja memasuki masa

kematangan seksual dan mulai berfungsi organ-

organ reproduksi (Khuzaiyah, 2015). Ciri-ciri

pubertas pada laki-laki antara lain pertumbuhan

bulu-bulu badan dan suara berubah menjadi

lebih dalam. Sedangkan ciri-ciri pubertas pada

perempuan, antara lain pertumbuhan payudara

dan kedatangan menstruasi yang pertama yang

disebut dengan menarche (Khuzaiyah, 2015).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif dengan menggunakan rancangan

penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

siswi kelas V dan VI (enam) di SDN 011

Tanjungpinang Barat dengan jumlah 64 orang

yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

siswi SDN 011 Tanjungpinang Barat kelas V

dan VI (enam) yang belum mengalami

menstruasi (menarche). Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 64 siswi. Sebagai berikut:

Kriteria Inklusi

1) Responden terdaftar sebagai siswi kelas V

dan VI (enam)

di SDN 011 Tanjungpinang Barat dan aktif

mengikuti belajar mengajar

2) Siswi yang belum mengalami menarche

Pada penelitian ini sampel di bagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, dimana

terdiri dari 32 orang kelompok eksperimen dan

32 orang kelompok kontrol. Dalam pembagian

kelompok ini peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah

sistematik random sampling. Pemilihan sampel

menggunakan nama abjad siswi kelas V dan VI

(enam), dimana untuk nama abjad bernomor

ganjil, siswi di tempatkan pada kelompok

eksperimen dan untuk nama abjad bernomor

genap dimasukkan ke dalam kelompok kontrol.

Responden dengan 2 kelompok eksperimen dan

kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan

bersedia menjadi responden, melakukan pretest

pada kedua kelompok selama 15 menit dengan

menggunakan kuesioner, memberikan

pendidikan kesehatan kepada kelompok

eksperimen dengan metode ceramah

menggunakan media film dan leaflet selama 30

menit, dan memberikan leaflet kepada

kelompok kontrol, melakukan posttest pada

kelompok eksperimen dan kontrol selama 15

menit. Sebelum dilakukan pendidikan

Page 64: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

467

kesehatan responden dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kontrol.Masing-masing kelompok terdiri dari

30 orang.Peneliti melakukan penelitian dengan

menggunakan kuesioner dan peneliti juga

membuat jadwal penyampaian pendidikan

kesehatan tentang menstruasi dengan metode

ceramah kepada kelompok

eksperimen.Sebelum diberikan pendidikan

kesehatan, peneliti melakukan pretest atau tes

awal pada kelompok eksperimen dan kontrol

dalam waktu 15 menit, kemudian setelah itu

peneliti memberikan pendidikan kesehatan

tentang menstruasi kepada kelompok

eksperimen dengan metode ceramah dengan

menggunakan LCD dan leaflet dilakukan satu

kali pertemuan dalam waktu 30 menit kepada

responden. Pada kelompok kontrol diberikan

leaflet kepada responden. Selanjutnya setelah

diberikan pendidikan kesehatan kepada

kelompok eksperimen dan pemberian leaflet

kepada kelompok kontrol dilakukan posttest

atautes akhir pada kelompok eksperimen dan

kontrol dalam waktu 15 menit.Instrument yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan

metode pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan/pernyataan tertulis

dengan beberapa pilihan jawaban kepada

responden. Dalam penelitian ini alat ukur yang

digunakan untuk mengumpulkan data berupa

instrument HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale).

Hasil Penelitian dan pembahasan

1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap

Tingkat Kecemasan Menghadapi

Menarche Pada Kelompok Eksperimen.

Tabel 1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap

Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Pada Kelompok Eksperimen

Tingkat

Kecemasan

Pre

Test

(n=30)

(%) Post

Test

(n=30)

(%) P

value

Ringan 1 3,1 3 9,4

0,000 Sedang 6 18,75 14 43,8

Berat 17 53,1 15 46,9

Berat

Sekali

8 25 0 0

Tabel 1 menunjukkan bahwa

mayoritas responden pada kelompok

eksperimen sebelum diberikan pendidikan

kesehatan tingkat kecemasan sebanyak 17

responden (53,1%) mengalami kecemasan

Page 65: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

468

berat. Sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tingkat kecemasan berat yang

dialami oleh responden menurun sebanyak 15

responden (46,9%). Hasil p value = 0,000 (p

value< α= 0,05) tingkat kecemasan, dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

ada pengaruh yang bermakna antara

pendidikan kesehatan tentang menstruasi

terhadap tingkat kecemasan menghadapi

menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI

Tanjungpinang Barat.

2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi Menarche Pada

Kelompok Kontrol.

Tabel 2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap

Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche

Pada Kelompok Kontrol

Tingkat

Kecemasan

Pre

Test

(n=30)

(%) Post

Test

(n=30)

(%) P

value

Ringan 2 6,3 1 3,1

0,487 Sedang 17 53,1 14 43,8

Berat 12 37,5 17 53,1

Berat

Sekali

1 3,1 0 0

Tabel 2 menunjukkan bahwa

mayoritas responden pada kelompok kontrol

tingkat kecemasan sebanyak 17 responden

(53,1%) mengalami kecemasan sedang. Sama

sebelum dan sesudah tanpa diberikan

perlakuan tingkat kecemasan responden

meningkat menjadi 17 responden (53,1%)

mengalami kecemasan berat. Hasil p value=

0,487 (p value>α= 0,05) tingkat kecemasan,

dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak

yang artinya tidak ada pengaruh yang

bermakna antara pendidikan kesehatan

tentang menstruasi terhadap tingkat

kecemasan menghadapi menarche pada siswi

SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang

Barat.

Pembahasan

1. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menarche Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.

Menstruasi merupakan siklus

masa subur telah dimulai dan terjadi saat

lapisan dalam dinding rahim luruh dan

keluar dalam bentuk kumpulan darah

(Pudiastuti, 2012). Walaupun menstruasi

Page 66: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

469

adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh

setiap perempuan normal hal ini akan

menjadi masalah apabila remaja putri belum

pernah mengetahui tentang menstruasi.

Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi

pada remaja putri akan berdampak terhadap

kesiapan dan mengalami kecemasan dalam

menghadapi menarche (Proverawati, 2009).

Berdasarkan teori Pieter et al

(2011), menyatakan bahwa kecemasan

merupakan pengalaman emosi dan suatu

anggapan tanpa ada objek yang spesifik

sehingga orang merasakan suatu perasaan

yang was-was (khawatir) seperti ada sesuatu

yang buruk akan terjadi dan pada umumnya

disertai gejala otonomik yang berlangsung

beberapa waktu.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat kecemasan siswi SDN 011

Tanjungpinang Barat sebelum diberikan

pendidikan kesehatan sebagian besar

memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak

17 responden (53,1%) dan kecemasan berat

sekali sebanyak 8 responden (25%) hal ini

disebabkan karena ketidaktahuan responden

mengenai apa itu menstruasi dan cemas

menghadapi menarche. Hal ini sesuai

dengan teori Notoatmodjo (2010), yang

menyatakan bahwa pengetahuan adalah

hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat mempengaruhi

persepsi individu terhadap objek.

2. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menarche Sesudah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.

Dalam penelitian ini dapat

dilihat bahwa sesudah siswi SDN 011

Tanjungpinang Baratdiberikan pendidikan

kesehatan tentang menstruasi ternyata ada

pengaruh terhadap penurunan tingkat

kecemasan kearah yang lebih baik, yang

awalnya sebelum diberikan pendidikan

kesehatan responden mengalami kecemasan

berat sekali sebanyak 8 responden (25%)

dan kecemasan berat sebanyak 17 responden

(53,1%) dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan, kecemasan berat sekali yang

dialami oleh responden menjadi kecemasan

berat sebanyak 0 responden (0%) dan terjadi

peningkatan yang awalnya responden

mengalami kecemasan sedang sebanyak 6

responden (18,75%) meningkat menjadi 14

Page 67: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

470

responden (43,%) dan kecemasan ringan

sebanyak 1 responden (3,1%) meningkat

menjadi 3 responden (9,4%).

Pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode ceramah dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang

menstruasi. Menurut teori Widyanto (2014),

metode ceramah merupakan penyampaian

pesan/informasi secara verbal atau lisan

yang meliputi tanya jawab, dan memberikan

gambar salah satunya dengan menggunakan

media film sebagai alat dalam memberikan

pendidikan kesehatan tentang menstruasi.

3. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menarche Sebelum Diberikan

Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok

Kontrol.

Menurut teori Proverawati (2009),

yang menyatakan bahwa perasaan bingung,

cemas, gelisah, dan tidak nyaman selalu

menyelimuti perasaan seorang wanita yang

mengalami menstruasi pertama (menarche).

Namun hal ini akan semakin parah apabila

pengetahuan remaja mengenai menstruasi

ini sangat kurang dan pendidikan dari orang

tua yang kurang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat kecemasan

siswi SDN 011 kelas V dan VI

Tanjungpinang Baratsetelah dilakukan

pretest pada kelompok kontrol sebagian

besar memiliki tingkat kecemasan sedang

sebanyak 17 responden (53,1%), kecemasan

berat sebanyak 12 responden (37,5%)dan

kecemasan berat sekali sebanyak 1

responden (3,1%). Distribusi tingkat

kecemasan menghadapi menarche pada

awal penelitian (pretest) menunjukkan

sebagian besar responden baik pada

kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol memiliki tingkat kecemasan dalam

kategori sedang dan berat. Kondisi ini

menunjukkan bahwa sebagian besar siswi

memiliki perasaan cemas akan datangnya

menstruasi pertama (menarche).

4. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi

Menarche Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok

Kontrol.

Menurut Pieter et al (2011), tingkat

kecemasan atau ansietas terdapat empat

tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, berat

sekali (panik). Dari hasil penelitian setelah

dilakukan posttest pada kelompok kontrol

didapatkan bahwa jumlah responden yang

mengalami cemas ringan sebanyak 2

responden (6,3%), cemas sedang 17

Page 68: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

471

responden (53,1%), cemas berat 12

responden (37,5%). Dalam hal ini bahwa

tingkat kecemasan pada kelompok kontrol

tidak mengalami perubahan kearah yang

lebih baik.Hal ini dibuktikan dari hasil yang

didapat yaitu pada tingkat kecemasan

sebelum dan sesudah tanpa diberikan

perlakuan pendidikan kesehatan tentang

menstruasi. Didapatkan pretest kelompok

kontrol 2 responden (6,3%) yang mengalami

cemas ringan dan cemas berat sebanyak 12

responden (37,5%), selanjutnya pada

posttest responden yang mengalami cemas

ringan menurun menjadi 1 responden (3,1%)

dan 17 responden yang mengalami

peningkatan menjadi cemas berat (53,1%).

Meningkatnya tingkat kecemasan

siswi pada kelompok kontrol tersebut

disebabkan dari lingkungan sekolah maupun

di lingkungan keluarga itu sendiri karena

remaja putri tidak diberikan atau penjelasan

mengenai menstruasi disekolah belum

pernah diadakan penyuluhan kesehatan atau

pun materi pelajaran mengenai kesehatan

reproduksi.

5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Menstruasi Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Siswi SDN 011 Kelas

V dan VI Tanjungpinang Barat.

Pada penelitian ini responden dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pada

kelompok eksperimen didapatkan bahwa

tingkat kecemasan siswi SDN 011

Tanjungpinang Barat mengalami penurunan

yang lebih baik karena kelompok

eksperimen diberikan pendidikan kesehatan

tentang menstruasi menggunakan media

visual yang singkat yang mudah dimengerti

oleh responden. Dari hasil penelitian pada

kelompok eksperimen didapatkan hasil p

value=0,000 (p value<α=0,05) dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

ada pengaruh yang bermakna antara

pendidikan kesehatan tentang menstruasi

terhadap tingkat kecemasan menghadapi

menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan

VI Tanjungpinang Barat.

Hal ini sesuai dengan teori

Widyanto (2014), yang menyatakan bahwa

pendidikan kesehatan merupakan proses

mekanisme dan interaksi yang terjadi

terhadap perubahan kemampuan (perilaku)

pada diri subjek tersebut sehingga hasil yang

diharapkan dapat merubah perilaku maupun

Page 69: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

472

persepsi dari subjek belajar. Dalam

penelitian Perestroika (2011), mengatakan

bahwa pemberian pendidikan kesehatan

reproduksi remaja khususnya tentang

menstruasi dapat diberikan melalui

penyuluhan, sehingga kecemasan remaja

putri terhadap menarche dapat berkurang

atau bahkan tidak ada.

Pada hasil penelitian oleh Fajria

(2010), yang menyimpulkan adanya

pengaruh pengetahuan menstruasi terhadap

kecemasan menghadapi menstruasi pada

siswi kelas V dan VI SDN Ardimulyo 3

Singosari tahun 2010. Dengan hasil p

value=0,000. Dengan demikian maka

pendidikan kesehatan tentang menstruasi

terbukti bahwa ada pengaruh yang

signifikan terhadap penurunan tingkat

kecemasan menghadapi menarche pada

siswi SDN 011 Kelas V dan VI

Tanjungpinang Barat mengenai menstruasi.

Sedangkan pada kelompok kontrol

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perubahan pada tingkat kecemasan kearah

yang lebih baik pada pretest dan posttest.

Hal ini terbukti dengan didapatkannya hasil

p value=0,487 (p value>α=0,05) tingkat

kecemasan, dapat disimpulkan bahwa Ho

gagal ditolak yang artinya tidak ada

pengaruh yang bermakna antara pendidikan

kesehatan tentang menstruasi terhadap

tingkat kecemasan menghadapi menarche

pada siswi SDN 011 kelas V dan VI

Tanjungpinang Barat

Dalam penelitian ini kelompok

kontrol tidak diberikan perlakuan

pendidikan kesehatan tentang

menstruasi.Selain itu, informasi yang masih

kurang khususnya kesehatan tentang

menstruasi serta pendidikan pada responden

yang masih tingkat dasar sehingga

mempengaruhi pengetahuan dan emosional

mereka dan mudah mengalami kecemasan.

Kecemasan tersebut disebabkan oleh

ketidaktahuan remaja putri tentang

perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi

saat remaja sehingga menstruasi dianggap

sebagai hal yang tidak baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh

Fajria (2010), yang mengatakan bahwa

pendidikan kesehatan adalah suatu

pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan menanamkan keyakinan

sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi

juga mau serta bisa melakukan suatu

tindakan yang ada hubungannya dengan

Page 70: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

473

kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang

menarche bertujuan untuk memberikan

informasi kepada siswi SD tentang

pengertian, tanda dan gejala menarche.

Dengan pemberian informasi tersebut

diharapkan pengetahuan siswi tentang

menarche meningkat dan dapat mengurangi

kecemasan yang dialami oleh siswi. Dalam

hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa pendidikan kesehatan tentang

menstruasi sangat bermanfaat dan berguna

jika diberikan kepada remaja putri untuk

dapat meningkatkan pengetahuan dan

menurunkan tingkat kecemasan remaja putri

mengenai menstruasi karena dapat

mempengaruhi persepsi remaja putri untuk

menghadapi menarche.

Kesimpulan dan Saran

Ada pengaruh yang bermakna antara

pendidikan kesehatan tentang menstruasi

terhadap penurunan tingkat kecemasan

menghadapi menarche pada siswi SDN 011

kelas V dan VI Tanjungpinang Barat

dinyatakan dengan hasil p value= 0,000 (p

value<α=0,05). Untuk itu kepada pihak terkait

Diharapkan dapat memberikan pendidikan

kesehatan khususnya tentang kesehatan

reproduksi ke berbagai sekolah, terutama pada

sekolah dasar (SD) dimana pada tingkat ini

remaja akan menghadapi masa pubertas. kepada

remaja putri dapat membicarakan atau lebih

terbuka tentang kesehatan reproduksi kepada

orang tua, agar mendapatkan informasi yang

tepat.

Daftar Pustaka

Abrahams, Peter. (2010). Panduan Kesehatan

Dalam Kehamilan. Tangerang:

Karisma Publishing Group

American Academy of Child and Adolescent’s

Facts for Families.(2008). Stage of

Adolescent Development.

Anwar, M. B, A., & Prabowo, P. (2011).Ilmu

Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dharma, Kelana Kusuma, (2011).Metodologi

Penelitian Keperawatan (Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil

Penelitian). Jakarta: Trans Info Media

Dinas Kependudukan Kota Tanjungpinang

2015

Efendi, F., Makhfudli.(2009). Keperawatan

Kesehatan Komunitas (teori dan

praktik dalam keperawatan).Jakarta:

Salemba Medika.

Page 71: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

474

Efendi, Ferry & Makhfudli. (2013).

Keperawatan Kesehatan Komunitas

(Teori dan Praktik dalam

Keperawatan). Jakarta: Salemba

Medika

Ersiana.(2014). Hubungan Obesitas Dengan

Gangguan Siklus Menstruasi Pada

Remaja Di SMK Mahardika Dabo

Singkep. Tanjungpinang: STIKES

Hang Tuah

Fajria.(2010). Pengaruh Pengetahuan

Menstruasi Terhadap Kecemasan

Menghadapi Menstruasi Pada Siswi

Kelas V Dan VI SDN Ardimulyo 3

Singosari.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode

Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika

Khuzaiyah, Siti. (2015). The Secret Of Teens

Guide Book For Teen Mengatasi Masa

Pubertas Seksualitas dan Pergaulan.

Yogyakarta: Andi Publisher

Kusmiran, Eny, (2012). Kesehatan Reproduksi

Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba

Medika

Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar

Menstruasi (Solusi Atasi Segala

Keluhannya). Yogyakarta: Buku Biru

Lowdermilk, Perry, Cashion. (2013). Buku

Keperawatan Maternitas (Edisi 8),

Alih Bahasa dr. Felici Sidartha dan dr.

Anesia Tania. Jakarta : Salemba

Medika

Naviati, Elsa. (2011). Hubungan Dukungan

Perawat Dengan Tingkat Kecemasan

Orang Tua di Ruang Rawat Anak.

Depok: Universitas Indonesia

Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasinya.Jakarta : Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, (2013).Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pendekatan Praktis

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Perestroika, Grhasta Dian.(2011). Pengaruh

Penyuluhan Menstruasi Terhadap

kecemasan Menghadapi Menarche

Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 2

Punggelan Banjarnegara. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pertiwi, A. (2014). Hubungan antara usia

menarche dan depresi pada remaja

Page 72: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

475

dengan mengontrol pengaruh variabel

perancu lainnya. Surakarta

Pieter, Herri Z. J.B., & Saragih, M.

(2011).Pengantar Psikopatologi untuk

Keperawatan. Jakarta: Kencana

Priyono, Dewi. (2010). Paham Analisis Statistik

Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom

Proverawati, Atikah. (2009). Menarche

(Menstruasi Pertama Penuh Makna).

Yogyakarta: Nuha Medika

Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). 3 Fase Penting

Pada Wanita. Jakarta: Gramedia

Rifrianti, Destri. (2013). Tingkat Kecemasan

Siswi Kelas VII Dalam Menghadapi

Menarche Di SMP Warga Surakarta.

Surakarta: STIKES Kusuma Husada

Surakarta

Safitri, Arneliwati, Erwin. (2013). Analisis

Indikator Gaya Hidup Yang

Berhubungan Dengan Usia Menarche

Remaja Putri. Pekanbaru: Universitas

Riau

Siswosudarmo, R., Emilia, O. (2008). Obstetri

fisiologi. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM.

Pustaka Cendikia Press: Yogyakarta.

Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang

Remaja Dan Permasalahannya.

Jakarta: Sagung Seto.

Somendawai.(2010). Panik Saat Puber? Say

No!!. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Syarifudin.(2010). Panduan TA Keperawatan

Dan Kebidanan Dengan SPSS.

Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Triwibowo, Cecep & Pusphandani, M.

(2013).Kesehatan Lingkungan dan K3.

Yogyakarta: Nuha Media

Videbeck, Sheila L. (2012). Buku Ajar

Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Widyanto, Faisalado Candra. (2014).

Keperawatan Komunitas dengan

Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha

Medika

Page 73: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

476

PENGARUH REBUSAN BELIMBING WULUH TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI POSYANDU LANSIA CAMAR PUSKESMAS SEI JANG

TANJUNGPINANG

Zurrahman¹, Lidia Wati², Komala Sari³

ABSTRAK

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut

DEPKES hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Di KEPRI khususnya

di Tanjungpinang hipertensi merupakan penyakit terbesar ke-2. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh

rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap penurunan tekanan darah, dengan metode Quasi Experimen

menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 18 responden

wanita yang dibagi menjadi dua kelompok: 9 responden eksperimen dan 9 responden kontrol. Rebusan belimbing

wuluh diberikan 1kali sehari sebanyak 200 ml selama 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya pengaruh

rebusan belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah, dengan menggunakan uji Wilcoxon Test

.menunjukan nilai 𝜌 responden eksperimen = 0,025 (< 0,05), nilai 𝜌 responden kontrol = 0,317 (> 0,05).

Disimpulkan bahwa rebusan belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

Kata Kunci : Rebusan Belimbing Wuluh, Tekanan Darah Tinggi.

ABSTRACT

Hypertension is increase in systolic blood pressure 140 mm Hg or diastolic blood pressure of 90 mmHg .

According the Department of Health hypertension is a leading cause of death after stroke and tuberculosis 3 . In

KEPRI especially Tanjungpinang hypertension is a disease of the 2nd largest . This study aims to determine the

effect of stew starfruit ( Averrhoa bilimbi ) to decrease blood pressure , with Quasi Experiment method using a

design Non Equivalent Control Group. Samples in this study were 18 female respondents divided into two groups

: 9 respondents experimental and 9 respondents control . Starfruit decoction is given once a day as much as 2oo

ml for 7 days. The results obtained show the influence of starfruit stew to decrease blood pressure , using the

Wilcoxon test . Shows the experimental value of ρ = 0.025 respondents ( < 0.05 ) , the value ρ = 0.317 control

respondents ( > 0.05 ) . It was concluded that the decoction starfruit effect on blood pressure reduction

Keywords : Stew starfruit , High Blood Pressure

PENDAHULUAN

Hipertensi atau yang lebih dikenal

dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80

mmHg. Menurut World Health Organization

(WHO), batas tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah kurang dari 130/85

mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih

dari140/90 mmHg dinyatakan hipertensi,

batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18

tahun (Adib dalam Ramadi, 2012).

Hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari

populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Hal itu disampaikan Menkes dr.

Page 74: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

477

Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika

membuka The 4th Scientific Meeting on

Hypertension pada hari ini, Sabtu, 13 Februari

2010 di Jakarta (DEPKES, 2010).

Pada umumnya peningkatan tekanan

darah (hipertensi) terjadi seiring bertambahnya

umur terutama setelah umur 40 tahun (Depkes,

2006). Sejalan dengan proses pertambahan

umur, resiko seseorang terkena penyakit

kardiovaskuler meningkat. Hal ini dikarenakan

efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami

penurunan dan masalah-masalah yang

berhubungan dengan fungsi sistem tersebut

(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Survei

epidemiologi menunjukan bahwa umur

merupakan satu dari prediktor terkuat

terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk

hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi

berkembang setelah umur mencapai 45 tahun

(Black dalam Kartikawati, (2008).

Penyebab penyakit hipertensi secara

umum diantaranya aterosklerosis (penebalan

dinding arteri yang menyebabkan hilangnya

elastisitas pembuluh darah), keturunan,

bertambahnya jumlah darah yang dipompa

kejantung, penyakit ginjal, kelenjer adrenal dan

sistem saraf simpatis, obesitas, tekanan

psikologis, stress dan ketegangan bisa

menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).

Pemerintah Indonesia telah memberikan

perhatian serius dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular

termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat

dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun

2005 dalam melaksanakan pencegahan dan

penanggulangan penyakit jantung dan

pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes

mellitus dan penyakit metabolik, kanker,

penyakit kronik dan penyakit generatif lainnya

serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

Dalam pencegahan dan penanggulangan

hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu

penyusunan berbagai kebijakan berupa

pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian

hipertensi. Pencegahan dan penanggulangan

hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi

dan kondisi daerah (local area

specific). Memperkuat logistik dan distribusi

untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung

dan pembuluh darah termasuk hipertens.

Meningkatkan surveilans epidemiologi dan

sistem informasi pengendalian hipertensi.

Mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan

Page 75: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

478

serta memperkuat jejaring serta monitoring dan

evaluasi pelaksanaan (DEPKES, 2010).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun

terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di

Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu

milyar orang didunia atau satu dari empat orang

dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,

diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan

meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun

2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa

dihampir semua Negara mengalami penyakit

hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk

dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas

utama yang status kesehatannya akan menjadi

lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya

(Adib dalam Ramadi, 2012).

Di Amerika, prevalensi tahun 2005

adalah 21,7%. Prevalensi di Vietnam pada

tahun 2004 mencapai 34,5%. Thailand (1989)

17%. Malaysia (1996) 29, 9 %. Filipina (1993)

22%, dan Singapura (2004) 24,9% (Dinkes

Kota Semarang, 2007)

Berdasarkan analisis prevalensi yang

dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan

Kesehatan (2008), hasilnya menunjukan bahwa

34,9% penduduk Indonesia terkena hipertensi.

Prevalensi terbesar terdapat propinsi Kepulauan

Riau sebesar 45,0%. Papua sebesar 24,7%.

Jawa dan Bali sebesar 22,24% dan Sumatra

sebesar 9,17%.

Berdasarkan data dari penelitian

terdahulu pada tahun 2012, di dapatkan data

dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

yang berbasis puskesmas sentinel pada tahun

2009-2010 terjadi penurunan signifikan. Pada

tahun 2009 penderita hipertensi masih

menduduki peringkat pertama untuk penyakit

tidak menular yang banyak diderita oleh

penduduk Kepulauan Riau dengan persentase

64%. Namun data pada 2010 terjadi penurunan

jumlah persentase dimana untuk tahun 2010

menjadi 54,7% (P2PL, Dinkes Provinsi KEPRI,

2010). Menurut data IPKM DINKES Provinsi

Kepri tahun 2010, Kota Tanjungpinang

menduduki peringkat pertama dengan jumlah

13,04%, Kabupaten Lingga kedua denga

persentase 10,04%, dan peringkat terakhir Kota

Batam dengan 5,47% (DINKES KEPRI dalam

Hidayatullah, 2012).

Berdasarkan data yang didapatkan

peneliti dari Dinas Kesehatan Kota

Tanjungpinang pada tahun 2011 hipertensi

menduduki peringkat kedua dari daftar penyakit

paling sering terjadi dengan jumlah kejadian

11.448 kejadian. Pada tahun 2012 terjadi

penurunan jumlah kejadian menjadi 8.718

Page 76: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

479

kejadian, namun hipertensi masih menduduki

peringkat kedua dari daftar penyakit paling

sering terjadi di Kota Tanjungpinang. Menurut

data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota

Tanjungpinang tahun 2012, Puskesmas Sei jang

menduduki peringkat pertama dengan jumlah

kejadian 1.769 kejadian, Puskesmas

Tanjungpinang kedua dengan jumlah kejadian

1.389 kejadian. dan Puskesmas Kampung Bugis

menduduki peringkat ketiga dengan jumlah

kejadian 639 kejadian. Dari 1.769 kejadian

hipertensi yang terjadi di Puskesmas Sei Jang

1.479 kasus terjadi pada usia 45 tahun ke atas,

dan 290 kasus terjadi pada usia di bawah 45

tahun. (DINKES Kota Tanjungpinang, 2012).

Berdasarkan data yang didapat peniliti

dari Puskesmas Sei Jang Kota Tanjugpinang

dari tujuh posyandu lansia yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Seijang, posyandu

lansia “Camar” yang memilki jumlah penderita

hipertensi terbanyak yaitu 24 orang, posyandu

lansia “Ananda” di peringkat kedua dengan 12

orang dan posyandu lansia “Asoka” diperingkat

ketiga dengan delapan orang penderita.

(Puskesmas Sei Jang, 2012).

Beberapa penelitian di Indonesia

menjelaskan prevalensi hipertensi berkisar

antara 17-22 persen, jadi mengobati hipertensi

dimasyarakat dengan benar akan dapat

menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit

jantung koroner, karena hipertensi merupakan

faktor resiko penting penyebab penyakit

jantung koroner. Tujuan pengobatan hipertensi

saat ini adalah untuk menurunkan tekanan

darah, juga ditujukan untuk menurunkan

komplikasi kardiovaskuler. Menurut konsensus

JNCV12 pengobatan non farmakologik

didahulukan, jika gagal penderita hipertensi

harus menelan obat-obatan farmakologi seumur

hidup (Penerbit Buku Kompas, 2006)

Salah satu dari penanganan

nonfarmakologis dalam menyembuhkan

penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer.

Terapi komplementer bersifat terapi

pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan

terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,

meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi

dan refleksologi. Terapi herbal banyak

digunakan oleh masyarakat dalam menangani

penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek

samping yang sedikit (Sustrani dalam

Hidayatullah, 2012).

Banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat

digunakan untuk terapi herbal dalam

pengobatan hipertensi, diantaranya adalah

bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing

Page 77: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

480

wuluh dan daun alpukat. Bawang putih dan

seledri kurang disukai oleh masyarakat karena

rasanya yang kurang enak untuk dijadikan obat.

Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh

memiliki rasa asam yang pada umumnya

kurang disukai oleh masyarakat. Daun alpukat

memiliki rasa yang sedikit pahit jika diseduh

(Rachdian dalam Hidayatullah, 2012). Namun

Belimbing Wuluh jika di konsumsi dalam

bentuk air rebusan dapat mengurangi rasa asam

yang dikandungnya.

Yuni Herlinawati (2006), mengatakan

dibalik rasanya yang asam, Belimbing Wuluh

memiliki khasiat kesehatan luar biasa, penyakit

yang bisa diatasi oleh Belimbing Wuluh

meliputi diabetes mellitus, rematik, hipertensi,

gondongan, cacar air, wasir, penurunan

kolesterol, pencegahan kanker dan pelancar

pencernaan. Kandungan kalium membuat

Belimbing Wuluh menstabilkan tekanan darah.

Berdasarkan uraian di atas peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian secara

langsung untuk mengetahui pengaruh rebusan

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Posyandu Lansia

Camar Puskesamas Sei Jang Kota

Tanjungpinang.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain : Desain penelitian yang

digunkan adalah Quasy Exsperiment dengan

rancangan penelitian Non Equivalent Control

Group.

Tempat dan Waktu : Penelitian ini dilakukan

pada minggu ketiga bulan Juni tahun 2013

selama satu minggu yaitu dari tanggal 17

sampai dengan tanggal 23, dan dilaksanakan di

Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang

Kota Tanjungpinang.

Sampel : Sampel yang digunakan diambil

menggunakan tehnik Purposive Sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang

dengan rincian 10 orang sebagai kelompok

eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok

kontrol. Keseluruhan sampel merupakan

penderita hipertensi yang berada di wilayah

kerja posyandu lansia camar puskesmas sei jang

tanjungpinang, yang berjenis kelamin

perempuan dan yang menderita hipertensi

ringan, sedang dan berat.

Alat ukur : Alat ukur pada penelitian ini yaitu

sphygmomanometer dan lembar obserbvasi.

Sphygmomanometer adalah alat mekanik yang

digunkan untuk mengukur tekanan darah.

Page 78: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

481

Tekanan responden pada kelompok eksperimen

diukur sebelum dan sesudah diberikan rebusan

belimbing wuluh setiap dua hari sekali selama

satu minggu, sedangkan tekanan darah

responden pada kelompok kontrol diukur tanpa

pemberian perlakuan kemudian hasilnya dicatat

pada lembar obserbvasi.

Prosedur : Responden dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelopok kontrol. Kelompok eksperimen diberi

perlakuan berupa terapi rebusan belimbing

wuluh 1 kali sehari (per 200ml) selama

seminggu dimana sebelum dan sesudah

perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah

rseponden. Sedangkan pada kelompok kontrol

hanya dilakukan pengukuran tekanan darah saja

tanpa perlakuan berupa pemberian terapi

rebusan belimbing wuluh.

Karakteristik Responden

Merupakan ciri-ciri dari responden yang

terdapat didalam penelitian ini yang meliputi

usia dan derajat hipertensi yang diderita.

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Karakteristik Kelompok

Eksperimen

No Kategori F (%)

1 Usia :

• 45-59 Tahun

(Middle Age)

• 60-69 Tahun

(Elderly)

• >70 Tahun (Old)

4

5

0

44,4%

55,6%

0%

Jumlah 9 100%

2 Derajat Hipertensi :

• Ringan

• Sedang

• Berat

4

4

1

44,4%

44,4%

11,2%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

karakteristik responden kelompok eksperimen

sebagian besar berusia 45-59 tahun (Middle

Age) sebanyak empat orang (44,5%), dan

sebagian besar responden menderita hipertensi

sedang sebanyak lima orang (55,6%).

Tabel 2. Karakteristik Kelompok

Kontrol

No Kategori F (%)

1 Usia :

• 45-59 Tahun

(Middle Age)

4

5

0

44,4%

55,6%

0%

Page 79: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

482

• 60-69 Tahun

(Elderly)

• >70 Tahun (Old)

Jumlah 9 100%

2 Derajat Hipertensi :

• Ringan

• Sedang

• Berat

4

4

1

44,4%

44,4%

11,2%

Jumlah 9 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

karakteristik responden kelompok control

sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak

lima orang (55,6%), dan sebagian besar

responden menderita hipertensi ringan

sebanyak empat orang (44,4%) dan menderita

hipertensi sedang sebanyak empat orang

(44,4%).

HASIL

Analisa Perbedaan Tekanan Darah

Dalam analisa ini bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

distribusi tekanan darah pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol pada

pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan

akhir (post test) yang dilakukan uji kemaknaan

menggunakan uji Mann-Whitney.

Tabel 3. Analisa Perbedaan Tekanan

Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol pada Pengukuran Awal (Pre Test)

Tekanan

darah

Kelompok

Eksperime

n

Kelompok

Kontrol

Stati

stik

F % F % 𝝆

Normal

Tinggi

Hipertens

i Ringan

Hipertens

i Sedang

Hipertens

i Berat

0

4

5

0

0%

44,4%

55,6%

0%

0

4

4

1

0%

44,4%

44,4%

11,2%

0,80

4

Jumlah 9 100% 9 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui

sebagian besar tekanan darah kelompok

eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test)

adalah hipertensi sedang sebanyak lima orang

Page 80: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

483

(55,6%), sedangkan sebagian besar tekanan

darah kelompok kontrol pada pemeriksaan awal

(pre test) adalah hipertensi ringan sebanyak

empat orang (44,4%) dan hipetensi berat

sebanyak empat orang (44,4%), kemudian

didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,804.

Tabel 4. Analisa Perbedaan Tekanan

Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol pada Pengukuran Akhir (Post Test)

Tekanan

darah

Kelompok

Eksperime

n

Kelompok

Kontrol

Stati

stik

F % F % 𝝆

Normal

Tinggi

Hipertensi

Ringan

Hipertensi

Sedang

Hipertensi

Berat

1

6

2

0

11,1%

66,7%

22,2%

0%

0

5

3

1

0%

55,6%

33,3%

11,1%

0,20

3

Jumlah 9 100% 9 100%

Berdasarkan table di atas dapat diketahui

sebagian besar tekanan darah kelompok

eksperimen pada pemeriksaan akhir (post test)

adalah hipertensi ringan yaitu sebanyak enam

orang (66,7%), sedangkan sebagian besar

tekanan darah kelompok kontrol pada

pemeriksaan akhir (post test) adalah hipertensi

ringan sebanyak lima orang (55,6%), kemudian

didapat uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,203.

Analisa Pengaruh Rebusan

Belimbing Wuluh

Dalam analisa ini bertujuan untuk

menterhui ada atau tidak pengaruh rebusan

belimbing wuluh (variabel independen)

terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi (variabel dependen) yang

dilakukan uji kemaknaan menggunakan uji

Wilcoxon Test.

Tabel 5. Analisis Pengaruh Rebusan

Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada kelompok eksperimen

Tekanan

darah

Sebelum

Terapi

Setelah

Terapi

Stati

stik

F % F % 𝝆

Page 81: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

484

Normal

Tinggi

Hipertensi

Ringan

Hipertensi

Sedang

Hipertensi

Berat

0

4

5

0

0%

44,4%

55,6%

0%

1

6

2

0

11,1%

66,7%

22,2%

0%

0,04

6

Jumlah 9 100% 9 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

tekanan darah kelompok eksperimen pada

pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post

test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)

terdapat empat orang (44,4%) yang menderita

hipertensi ringan dan lima orang (55,6%) yang

menderita hipertensi sedang, sedangkan pada

pemeriksaan akhir (post test) terdapat satu

orang (11,1%) memiliki tekanan darah normal

tinggi, enam orang (66,7%) menderita

hipertensi ringan dan dua orang (22,2%)

menderita hipertensi sedang, kemudian didapat

hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,046.

Tabel 6. Analisis Pengaruh Rebusan

Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Kelompok Kontrol

Tekanan

darah

Sebelum

Terapi

Setelah

Terapi

Stati

stik

F % F % 𝝆

Normal

Tinggi

Hiperten

si Ringan

Hiperten

si Sedang

Hiperten

si Berat

0

4

4

1

0%

44,4%

44,4%

11,2%

0

5

3

1

0%

55,6%

33,3%

11,1%

0,31

7

Jumlah 9 100% 9 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

tekanan darah kelompok kontrol pada

pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post

test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)

terdapat empat orang (44,4%) yang menderita

hipertensi ringan, empat orang (44,4%)

menderita hipertensi sedang dan satu orang

(11,2%) menderita hipertensi berat, sedangkan

pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat lima

orang (55,6%) menderita hipertensi ringan, tiga

orang (33,3%) hipertensi sedang, dan satu orang

(11,2%) menderita hipertensi berat, kemudian

Page 82: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

485

didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan

nilai 𝜌 = 0,317.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini termasuk

dalam batasan usia pertengahan (middle age =

45-59 tahun), lanjut usia (elderly = 60-69

tahun), dan usia lanjut tua (old = >70 tahun)

karna pada batasan usia tersebut seseorang

sangat rentan untuk terkena penyakit hipertensi.

Pada umumnya peningkatan tekanan darah

(hipertensi) terjadi seiring bertambahnya umur

terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006).

Sejalan dengan proses pertambahan umur,

resiko seseorang terkena penyakit

kardiovaskuler meningkat, hal ini dikarenakan

efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami

penurunan dan masalah-masalah yang

berhubungan dengan fungsi sistem tersebut

(Pattel dalam Kartikawati, 2008).

Berdasarkan keterangan tabel 1 dan 2

menunjukan adanya kesesuaian dengan survei

epidemiologi yang menunjukan bahwa umur

merupakan satu dari prediktor terkuat

terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk

hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi

berkembang setelah umur mencapai 45 tahun

(Black dalam Kartikawati, 2008).

Analisa Perbedaan Tekanan Darah

Pada tabel 3 dapat diketahui hasil analisa

perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol pada pemeriksaan awal

(pre test) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu =

0,804, membuktikan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan tekanan darah kelompok

eksperimen dan kontrol pada pemeriksaan awal

(pre test).

Pada tabel 4 dapat diketahui hasil analisa

perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen

dan kontrol pada pemeriksaan akhir (post test)

yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu = 0,203,

membuktikan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap tekanan darah kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol pada

pemeriksaan akhir (post test).

Berdasarkan keterangan dari tabel 3 dan

4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap tekanan

darah kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan

pemeriksaan akhir (post test) . Tidak

terdapatnya hasil perbedaan tekanan darah

yang besar (signifikan) dapat dikaitkan dengan

teori yang mengatakan bahwa terapi herbal

akan memberikan efek atau manfaat yang besar

jika diberikan dalam jangka waktu yang

Page 83: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

486

panjang panjang (Astawan dalam Hidayatullah,

2012).

Analisa Pengaruh Rebusan

Belimbing Wuluh

Pada tabel 5 dapat diketahui hasil analisa

pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Posyandu Lansia Camar

Puskesmas Sei Jang terhadap responden

kelompok eksperimen (responden yang

diberikan terapi rebusan belimbing wuluh) yang

didapat nilai 𝜌 < 0,05 yaitu = 0,046,

membuktikan adanya perbedaan tekanan darah

yang signifikan pada pemeriksaan awal (pre

test) dan pemeriksan akhir (post test).

Pada tabel 6 dapat diketahui analisa

pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Posyandu Lansia Camar

Puskesmas Sei Jang pada responden kontrol

(responden yang tidak diberikan terapi rebusan

belimbing wuluh) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05

yaitu = 0,317 yang membuktikan bahwa tidak

adanya perbedaan tekanan darah yang

signifakan pada pemeriksaan awal (pre test) dan

pemeriksaan akhir (post test).

Berdasarkan keterangan dari tabel 5 dan

6 dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan

tekanan darah yang signifikan terhadap

kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal

(pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan

tidak ada perbedaan tekanan darah yang

signifikan terhadap kelompok kontrol pada

pemeriksan awal (pre test) dan pemeriksaan

akhir (post test), yang telah dibuktikan dengan

menggunakan uji statistik Wilcoxon Test

dimana didapat nilai 𝜌 pada kelompok

eksperimen lebih kecil (<) dari 0,05 dan nilai

lebih 𝜌 pada kelompok kontrol lebih besar (>)

dari 0,05, hasil ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa penderita penyakit darah

tinggi pada umumnya kekurangan kalium,

potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,

mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

yang mengandung kalium, potasium, dan

kalsium seperti yang tekandung dalam

belimbing wuluh merupakan cara yang tepat

untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Nisa

2012).

Keterbatasa Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menemukan

berbagai macam bentuk keterbatasan ketika

melakukan penelitian, sehingga dengan

berbagai keterbatasan tersebut menjadikan

penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang

Page 84: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

487

maksimal. Adapun keterbatasan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini objek yang digunakan

sebagai sampel adalah manusia sehingga

sangat sulit untuk melakukan kontrol yang

ketat terhadap faktor-faktor yang dapat

meningkatkan tekanan darah khususnya

faktor pola makan.

2. Penelitian ini merupakan penelitian herbal

atau alami yaitu salah satu cara mengontrol

tekanan darah tanpa mengunakan obat-

obatan kimia, selain tidak memiliki efek

samping yang besar pengobatan herbal

merupakan pengobatan yang dapat member

efek yang besar dalam waktu yang lama,

maka dalam penelitian ini kurang lamanya

waktu pemberian terapi sehingga tidak

menimbulkan efek yang begitu besar.

3. Pada penelitian ini desain penelitian yang

digunakan kurang tepat karna itu terdapat

beberapa kerancuan dari hasil penelitian ini.

4. Pada penelitian tidak dilakukannya validitas

alat yang digunakan (sphygmomanometer)

sehingga dapat memunculkan keraguan

pada akurasi alat ketika digunakan pada saat

melakukan pengukuran.

PENUTUP

Kesimpulan

Pemberian terapi rebusan belimbing

wuluh pada penderita hipertensi menunjukan

adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi, yaitu dapat

dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang

menunjukan adanya pengaruh rebusan

belimbimg wuluh terhadap menurunkan

tekanan darah. Tekanan darah pada responden

yang menderita hipertensi ringan, sedang, dan

berat mengalami penurunan. Hal ini di buktikan

dari hasil pengukuran tekanan darah responden

eksperimen yang diberikan terapi rebusan

belimbing wuluh dan responden kontrol yang

tidak diberikan terapi rebusan belimbing wuluh.

Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah

terapi, dimana didapat hasil sebagai berikut:

a. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap

responden eksperimen dari sembilan orang

(100%) responden terdapat empat orang

(44,4%) yang menderita hipertensi ringan

dan lima orang (55,6%) yang menderita

hipertensi sedang. Pada pengukuran akhir

(post test) terhadap responden eksperimen

terjadi penurunan tekanan darah, yaitu

dimana penderita hiperte si ringan menjadi

enam orang (66,7%), hipertensi sedang

turun menjadi dua orang (22,2%) dan

Page 85: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

488

terdapat satu orang (11,1%) memiliki

tekanan darah normal tinggi.

b. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap

responden kontrol dari sembilan orang

(100%) responden terdapat empat orang

(44,4%) yang menderita hipertensi ringan,

empat orang (44,4%) yang menderita

hipertensi sedang dan terdapat satu orang

(11,2%) yang menderita hipertensi berat.

Pada pengukuran akhir (post test) tidak

terdapat perbedaan tekanan darah yang

berarti yaitu yang menderita hipertensi

ringan menjadi lima orang (55,6%),

hipertensi sedang menjadi tiga orang

(33,3%), dan hipertensi berat masih satu

orang (11,1%).

c. Pada analisa pengaruh rebusan belimbing

wuluh terhadap penurunan tekanan darah

dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon

Test didapat nilai 𝜌 pada kelompok

eksperimen = 0,046 (< 0,05) dan nilai 𝜌 pada

kelompok kontrol = 0,317 (> 0,05), hal

menunjukkan bahwa berdasarkan uji

statistik bahwa terdapat pengaruh rebusan

belimbing wuluh terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di

Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang

Tanjungpinang.

d. Berdasarkan analisa perbedaan tekanan

darah kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dengan menggunakan uji statistic

Mann-Whitney didapat nilai 𝜌 pada

pemeriksaan awal (pre test) = 0,804 (> 0,05)

dan nilai 𝜌 pada pemeriksaan akhir (post

test) = 0,203, hal ini menunjukkan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

tekanan darah kelompok eksperimen dan

kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan

pemeriksaan akhir (post test)

Saran

a. Diharapkan masyarakat lebih memberikan

perhatian yang serius terhadap pengobatan

herbal dalam mengontrol tekanan darah

pada penderita hipertensi. Pengobatan

herbal seperti rebusan belimbing wuluh

selain mudah didapat dan tidak memberikan

efek samping yang berbahaya juga tergolong

ekonomis (murah). Dengan demikian

penderita hipertensi dapat mengontrol

tekanan darahnya tanpa harus

mengkonsumsi obat-obatan yang pastinya

akan memberikan efek samping yang kurang

baik bila dikonsumsi secara terus-menerus.

b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk

dapat ikut berperan dalam

Page 86: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

489

mensosialisasikan atau memberikan

pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih

mengenal obat-obatan herbal dalam

mengontrol tekanan darah terhadap

penderita hipertensi.

c. Diharapkan adanya pengembangan

penelitian yang serupa mengenai

pengobatan herbal dari jenis dan desain yang

berbeda serta waktu penelitian yang lebih

lama untuk dapat melihat pengaruh secara

signifikan sehingga akan terus didapat hasil

penelitian yang lebih baik.

d. Karna sudah terdapat beberapa penelitian

pengobatan herbal dalam mengontrol

hipertensi seperti jus timun, air putih, pisang

dan termasuk rebusan belimbing wuluh,

maka peneliti berharap adanya

pengembangan penelitian dalam hal

membanding keefektifan terhadap

penurunan tekanan darah dari beberapa

pengobatan herbal di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi

Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info

Media: Jakarta Timur. hal: 197-204

Depkes. (2010). Hipertensi Penyebab

Kematian Nomor Tiga.

http://www.depkes.go.id. Di akses: 5 April

2013.

Freyanti, Veni Aznur. (2012). Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kunjungan

Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sei Jang Kota

Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi

Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.

hal: 10-37

Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia

dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.

Jakarta: EGC, hal:

Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat &

Khasiatnya, Seri 1 .Depok: Penebar

Swadaya, hal: 36-38.

Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk

Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Jakarta:

Puspa Swara, hal: 61.

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Metode

Penelitian Keperawatan dan Tehnik

Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

hal: 76.

Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus

Timun Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Panncur.

Skripsi Tidak diterbitkan.

Page 87: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

490

Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah.

Hal: 9 dan 39-45

Kusnul, Zauhani & Munir, Zainal (2012). Efek

Pemberian Jus Mentimun Terhadap

Penurunan Tekanan Darah. Skripsi

Tidak diterbitkan. Stikes Bahrul Ulum.

Hal:

Lathifah, Qurrotu A, (2008). Uji Efektifitas

Ekstrak Kasar Senyawa Anti Bakteri

Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut.

Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Sains

dan TeknologiI. Universitas Islam Negeri

(UIN) Malang. Diakses 5 Maret 2013.

Hal: 20-24.

M. Wijoyo, Padmiarso, (2011). Rahasia

Penyembuhan Hipertensi Secara Alami.

Bogor: Bee Media AGRO, Hal: 9-19.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, hal:

Penerbit Buku Kompas, (2006). Rahasia Sehat

dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta:

PT. Kompas Media Nusantara, hal: 199-

200.

Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar

Air Seni. Jakarta: Penebar Sebaya, hal:

24.

Purwaningsih, Eko, (2007). Multiguna

Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact,

Hal: 1-3.

Ramadi, Afdhal, (2012). Perbedaan Pengaruh

Pemberian Seduhan Daun Alpukat

(PerseagratissimaGaerth) Terhadap

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Laki-Laki Yang Perokok Dengan Bukan

Perokok Di Wilayah Kerja Puskesma

Padang Pasir Kota Padang Tahun 2012.

Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas.

Diakses 5 Maret 2013. Hal: 1-2

Riyanto, (2009). Pengolahan dan Analisi Data

Kesehatan. Yogjakarta: Ruha Medika,

hal:

Sari, Wening, et al, (2008). Care youself,

hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+, hal: 74.

Shinta, (2012). Hubungan Peran Keluarga

Dalam Perawatan Kesehatan Lansia

Dengan Kejadian Hipertensi Di

Puskesmas Sei Jang Tahun 2012. Skripsi

Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.

hal:

Smeltzer & Bare, (2001). Buku Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Jakarta: EGC, hal:

Page 88: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

491

Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan

Hipertensi, Asam urat, dan Obesitas.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

hal: 52-53.

Sutanto, (2010). Cekal (Cegah & Tangkal)

Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi

Offset, hal: 1-34.

Syarifudin, (2010). Panduan TA Keperawatan

dan Kebidanan dengan SPSS.

Yogyakarta: Grafindo Litera Media, hal:

Stanley, Mickey & Beare, Gauntlett Patricia,

(2002). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik Edisi 2. Jakarta; EGC. hal: 11.

Wati, Lidia, (2013). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset Keperawatan.

Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang, hal:1-61.

Widharto, (2009). Bahaya Hipertensi. Klaten:

PT Sunda Kelapa Pustaka, hal: 3-36.

1 Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah

Tanjungpinang.

2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Page 89: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

492

PENGARUH AIR REBUSAN LIDAH BUAYA TERHADAP

PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG

TANJUNGPINANG TAHUN 2014

Urai Muhamad Bawadi1, Soni Hendra Sitindaon2, Komalasari3

ABSTRAK

Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang

berarti “rasa manis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan lidah buaya terhadap

penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tahun 2014.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pra eksperimen dan jenis pendekatan

yang digunakan adalah one group pretest postest tanpa kelompok kontrol. Jumlah populasi sebanyak 1393 orang

penderita Diabetes Mellitus dan sampel dengan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian yang

diperoleh yaitu kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan semua responden kadar

gula darah >200mg/dL sebanyak 12 orang (100%). Kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan lidah buaya

didapatkan sebagian besar responden kadar gula darah <150mg/dL sebanyak 6 orang (50%).

Kata Kunci : Lidah buaya, Diabetes Mellitus

ABSTRACT

Diabetes Mellitus comes from the Greek diabainein which means "hit" or "fountain ", mellitus which means

"sweet taste ". The aim of this research is to find out the influence decoction aloe vera to experienced the blood

sugar at patients with diabetes mellitus in the Community Health Center Sei Jang in 2014. Types of research that

is quantitative research with the method Pre experiments and type of approach that is used is one group pretest

postest without controls. Number of population as many as 1393 people with Diabetes Mellitus and samples with

Purposive sampling techniques %12 people. Instruments that used is sheets observation. Hypothesis test is trial

Wilcoxon. Results of research, the blood sugar level before given decoction aloe vera obtained all respondents

blood sugar level >200mg/dl as many as 12 people (100%). Blood sugar level after given decoction aloe vera

found most respondents blood sugar level <150mg/dl as much as 6 people (50%).

Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive

PENDAHULUAN

Berkembangnya suatu negara menjadi

salah satu faktor permasalahan baru

terutama permasalahan tentang gaya hidup

masyarakat di dunia. Dengan meningkatnya

beban kerja

masyarakat khususnya masyarakat perkotaan,

serta semakin tinggi penggunaan bahan-bahan

additive (bahan tambahan makanan) dalam

makanan ataupun bahan baku makanan maka

semakin tinggi pula penyakit-penyakit yang

ditimbulkan sebagai akibat kurang

seimbangnya pola hidup dan pola makan yang

dilakukan. Salah satu penyakit yang disebabkan

oleh buruknya pola hidup dan pola makan ini

Page 90: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

493

adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus

(DM) adalah hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop

elektron (Mansjoer, 2001).

Ketua Umum Persatuan Diabetes

Indonesia (PERSADIA, 2013) Prof. Sidartawan

Soegondo menjelaskan, jika tidak diintervensi

dengan baik DM menimbulkan komplikasi dan

mengakibatkan kecacatan, bahkan kematian. Di

antaranya luka yang sulit sembuh, bahkan bisa

terjadi pembusukan pada kaki dan berakibat

diamputasi. Juga menyebabkan kebutaan dan

katarak dini, gagal ginjal, penyumbatan

pembuluh darah jantung yang mengakibatkan

penyakit jantung koroner. Terjadi gangguan

saraf berupa kesemutan, baal, stroke, dan

impotensi (Sukmasari, 2014).

Studi terbaru dari International

Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012

mengatakan penderita DM di seluruh dunia

mencapai 371 juta orang. Posisi pertama adalah

Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak

63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa,

Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa,

Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan

jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa,

saat ini Indonesia menempati peringkat ketujuh

dalam daftar negara dengan penderita DM

terbanyak di dunia, lebih buruk dibanding tahun lalu

dimana Indonesia berada pada peringkat kesepuluh.

Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati

urutan ke-7 penyebab kematian dunia.

Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan

pada tahun

2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi)

sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2010).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

2013 menunjukan tren penderita DM

meningkat. Ini seiring dengan juga

meningkatnya proporsi obesitas atau

kegemukan yang juga terus meningkat yaitu

dari 18,8% tahun 2007 menjadi 26.6% di 2013.

Obesitas pada perempuan cenderung lebih

tinggi dibanding laki-laki. Perempuan

meningkat dari 14,8% (2007) menjadi 32,9%

(2013), sedangkan laki-laki hanya 13,9%

menjadi 19,7%. Kenaikan DM pun lebih tinggi

pada perempuan yaitu 7,7% sedangkan laki-laki

5,6%. ( Depkes, 2013).

Angka kejadian DM di provinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2011 menduduki

posisi ke 3 dengan jumlah angka kejadian

Page 91: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

494

mencapai 2121, setelah Hipertensi dan Asma.

Berikut prevalensi data DM di setiap

kabupaten/kota berdasarkan kunjungan :

Lingga 62 kasus, Natuna 230 kasus, Karimun

489 kasus, Bintan 337 kasus, dan

Tanjungpinang 1649 kasus (Dinkes Provinsi

Kepri, 2011).

Angka penderita DM di Tanjungpinang

setiap tahunnya meningkat dari tahun 2012

hingga tahun 2013. Penderita DM pada tahun

2012 mencapai angka 1.785 orang, sementara

jumlah penderita DM pada tahun 2013

meningkat sebanyak 1904 orang (106%)

penderita dan jumlah keseluruhan penderita

pada tahun 2013 mencapai 3689. Berikut

Prevalensi angka kunjungan penderita DM

tahun 2013 di setiap Puskesmas di kota

Tanjungpinang : Puskesmas Mekar Baru

terdapat 150 kunjungan, Puskesmas Kampung

Bugis 232 kunjungan, Puskesmas Melayu Kota

Piring 294 kunjungan, Puskesmas Batu 10

sebanyak 371 kunjungan, Puskesmas Sei Jang

1393 kunjungan, dan Puskesmas

Tanjungpinang Kota 1249 kunjungan. Dari data

tersebut diketahui angka kunjungan tertinggi

pada penderita DM di Kota Tanjungpinang

terdapat pada Puskesmas Sei Jang dengan

jumlah kunjungan sebanyak 1393 (DINKES

Kota Tanjungpinang, 2013).

Beberapa upaya untuk penyembuhan

dilakukan, mulai dari penanganan secara medis,

pengaturan pola makan dan perbaikan pola

hidup dengan olahraga yang teratur, akupuntur,

ataupun dengan penggunaan tanaman obat-

obatan yang lebih dikenal dengan pengobatan

herbal. Penggunaan tanaman herbal di percaya

dapat memperbaiki kondisi pasien DM dengan

konsumsi herbal yang teratur dibantu dengan

pola makan dan pola hidup yang teratur juga

(Suryo, 2010).

Sifat pengobatan herbal adalah

memperbaiki sistem tubuh yang rusak, yang

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan,

maka kesembuhan suatu penyakit termasuk DM

bukanlah hal yang tidak masuk akal. Saat ini

sudah banyak tanaman bermanfaat untuk

melawan DM. Khasiat anti diabetik pada

tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah

maupun empiris. Beberapa herbal yang

digunakan sebagai sediaan untuk mengobati

DM mulai fase penurunan kadar gula darah,

pengganti insulin, penyembuh luka atau

gangren yang biasanya diderita oleh penderita

DM ataupun untuk memperbaiki fungsi

pangkreas

Page 92: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

495

diantaranya adalah mimba, lidah buaya,

ciplukan, daun sendok, tapak liman, mengkudu,

buncis, pare, bungur, duwet, kacang panjang,

taoge, sambiloto, daun anting-anting, dan

beberapa tanaman lainnya (Suryo, 2010).

Salah satu tanaman herbal yang sangat

bermanfaat dan berkhasiat dalam menurunkan

kadar gula darah pada penderita DM dan

komplikasinya adalah lidah buaya atau Aloe

Vera.

Lidah buaya menurut sejarahnya di bawa

ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17.

Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas

sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat

tradisional, dan bahan kecantikan. Budidaya

komersial dan perluasan penggunaan untuk

bahan baku produk minuman dimulai pada

tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan

lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di

kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti

Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga

memiliki lahan perkebunan lidah buaya

(Kristianto,2005).

Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya

mngandung bahan kimia seperti aloin,

barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin,

aloesin, rhein, homonatolin, aloidoside A, B;

bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan

rhein, serta polifenol berkhasiat sebagai laksatif

(pencahar/ urus-urus). Polisakarida sebagai

penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi

peradangan (Putra, 2013)

Kandungan dari lidah buaya yang

dianggap mampu menurunkan kadar gula darah

adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah

kering lidah buaya yang mengandung

hypoglycemic (Jatnika & Saptoningsih, 2009).

Berdasarkan uraian permasalahan di

atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Apakah Ada Pengaruh

Air Rebusan Lidah Buaya terhadap Penurunan

Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes

Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang

tahun 2014?”

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain penelitian adalah model atau

metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan

arah terhadap jalannya penelitian. Desain

penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan

hipotesis penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode

penitian pra-eksperimen dengan rancangan one

Page 93: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

496

group pretest posttest yaitu rancangan tanpa

kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah

dilakukan observasi pertama (Pretest) yang

memungkinkan menguji perubahan-perubahan

yang terjadi setelah adanya eksperimen

(Notoatmojo, 2010).

Populasi penderita Diabetes Mellitus di

Wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014

berjumlah 1393 orang. Teknik sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu

dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 12

orang responden penderita Diabetes Mellitus.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei

sampai 10 Juni tahun 2014. Tempat penelitian

ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei

Jang Tanjungpinang.

Pemilihan responden berdasarkan kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Pada

setiap responden diberikan perlakuan berupa air

rebusan lidah buaya yang diminum pagi dan

sore hari sebanyak 300 ml selama 14 hari secara

teratur tanpa putus dan di cek nilai gula darah

sewaktu sebelum diberikan minum air rebusan,

hari ke tujuh dan hari ke lima belas, jika

responden tidak minum secara teratur maka

responden tersebut harus mengulang dari awal

atau mengganti dengan responden yang

lainnya. Alat pengumpulan data menggunakan

lembar observasi yang di dapatkan dari hasil

pengecekkan Glukometer.

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Merupakan analisa yang dilakukan pada

tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada

umumnya analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentasi tiap variabel yang

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

1. Data gula darah sewaktu sebelum perlakuan

Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu

Sebelum Perlakuan Pada Penderita Diabetes

Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang

No Responden Jumlah GDS

01 255 mg/dl

02 482 mg/dl

03 317 mg/dl

04 414 mg/dl

05 303 mg/dl

06 452 mg/dl

07 386 mg/dl

Page 94: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

497

08 253 mg/dl

09 465 mg/dl

10 378 mg/dl

11 237 mg/dl

12 349 mg/dl

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat

diketahui bahwa dari 12 orang penderita

Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah

sewaktu sebelum diberikan perlakuan diatas

normal (70-140 mg/dl). Kadar gula darah

sewaktu paling tinggi dari data tersebut adalah

responden nomor 02 yaitu 482 mg/dl dan yang

paling rendah adalah responden nomor 11 yaitu

237 mg/dl.

2. Data gula darah sewaktu sesudah perlakuan

Tabel 2. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu

Sesudah Perlakuan Pada Penderita Diabetes

Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang

No

Responden

Jumlah

GDS

01 125 mg/dl

02 219 mg/dl

03 137 mg/dl

04 169 mg/dl

05 144 mg/dl

06 207 mg/dl

07 132 mg/dl

08 87 mg/dl

09 210 mg/dl

10 153 mg/dl

11 92 mg/dl

12 138 mg/dl

Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa dari

12 orang penderita diabetes mellitus, dengan

kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan

perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu

pada nomor responden 02 (219 mg/dl) dan

kadar gula darah terendah yaitu pada nomor 08

(87 mg/dl).

B. Hasil Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel

dependen (kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus) dan variabel independen (air

rebusan lidah buaya). Uji kemaknaan

menggunakan Uji Wilcoxon Test, untuk

mengetahui nilai rata-rata antar satu kelompok

dengan kelompok lain, dimana antara suatu

kelompok lain tidak saling berhubungan yang

menghasilkan ρ, dengan α = 0,05.

Page 95: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

498

Berdasarkan data dari tabel 2 dan 3,

dilakukan analisa data dengan menggunakan

Uji Wilcoxon Test yang merupakan uji beda dua

sampel berpasangan. Berikut ini dalam tabel 5.5

hasil penelitian yang telah dilakukan :

Tabel 3. Distribusi adar Gula Darah

Sewaktu Sebelum Perlakuan Pada Penderita

Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas

Sei Jang

No

Reponden

Jumlah

GDS

Pretest

Jumlah

GDS

Posttest

Rentang

Penuruna

n

P

Value

01 255 mg/dl 125

mg/dl

130

mg/dl

0,002

02 482 mg/dl 219

mg/dl

263

mg/dl

03 317 mg/dl 137

mg/dl

180

mg/dl

04 414 mg/dl 169

mg/dl

245 mgdl

05 303 mg/dl 144

mg/dl

159

mg/dl

06 452 mg/dl 207

mg/dl

245

mg/dl

07 386 mg/dl 132

mg/dl

254

mg/dl

08 253 mg/dl 287

mg/dl

166

mg/dl

09 465 mg/dl 210

mg/dl

255

mg/dl

10 378 mg/dl 153

mg/dl

225

mg/dl

11 237 mg/dl 92

mg/dl

145

mg/dl

12 349 mg/dl 138

mg/dl

211

mg/dl

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat terjadi

penurunan dari rentang GDS yang sebelumnya

responden merupakan penderita diabetes

mellitus yang kadar gula darah diatas normal

yaitu > 140 mg/dl setelah pemberian air rebusan

lidah buaya. Saat ini terdapat 6 orang dari

responden mengalami penurunan mencapai

kadar gula darah normal yaitu berkisar antara 70

– 140 mg/dl dan pada responden yang lain

mengalami penurunan yang sangat drastis,

sebanyak 2 kali lipat seperti yang terjadi pada

responden 02, 04, 06, 09, 10, 12.

Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji Wilcoxon Test diperoleh ρ value 0,002 <

Page 96: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

499

0,05, dengan demikian Ho ditolak. Maka dapat

disimpulkan ada pengaruh air rebusan lidah

buaya terhadap penurunan kadar gula darah

pada penderita diabetes mellitus di wilayah

kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian awal pada

penderita Diabetes Mellitus di Wilayah kerja

Puskesmas Sei Jang terdapat 1393 jumlah

kunjungan penderita Diabetes Mellitus. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil sampel

sebanyak 12 orang yang berusia 45 – 65 tahun

sebagai kelompok eksperimen dengan

menggunakan desain one group pretest-postest,

yaitu menjadikan perbandingan awal (pretest)

sebagai acuan perubahan setelah dilakukan

penelitian (posttest).

Sebelum memberikan terapi air rebusan

lidah buaya peneliti melakukan pengecekkan

awal, ditemukan hasil kadar gula darah

responden secara keseluruhan berada di atas

nilai normal yaitu >140 mg/dl. Menurut ADA

(2009) terlepas dari waktu setelah makan, kadar

gula darah sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

atau lebih tinggi menunjukkan diabetes,

terutama bila digabungkan dengan salah satu

tanda dan gejala diabetes, seperti sering kencing

dan haus yang ekstrim.

Pada nomor responden 01 jumlah GDS

255 mg/dl, responden 02 jumlah GDS 482

mg/dl, responden 03 jumlah GDS 317 mg/dl,

responden 04 jumlah GDS 414 mg/dl,

responden 05 jumlah GDS 303 mg/dl,

responden 06 jumlah GDS 452 mg/dl,

responden 07 jumlah GDS 386 mg/dl,

responden 08 jumlah GDS 253 mg/dl,

responden 09 jumlah GDS 465 mg/dl,

responden 10 jumlah GDS 378 mg/dl,

responden 11 jumlah GDS 237 mg/dl,

responden 12 jumlah GDS 349 mg/dl.

Saat dilakukan pemberian terapi air

rebusan lidah buaya secara rutin pagi dan sore,

dilakukan pengecekkan gula darah untuk

melihat sudah sampai sejauh mana penurunan

kadar gula darah, di hari ke 4 dan ke 8 yang

bertujuan untuk mengurangi resiko yang

mungkin terjadi seperti penurunan kadar gula

darah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan

hipoglikemia sehingga terjadi ketidaksadaran

diri, mual dan muntah-muntah.

Pada pengecekkan terakhir hari ke 15

terjadi penurunan kadar gula darah, dari 12

responden yang telah berhasil mengalami

penurunan yang diharapkan, didapati 6

responden dari 12 responden yang

penurunannya mencapai angka normal yaitu 70

Page 97: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

500

– 140 mg/ dl. Pada nomor responden 01 jumlah

GDS 255 menjadi 125 mg/dl, responden 02

jumlah GDS 482 menjadi 219 mg/dl, responden

03 jumlah GDS 317 menjadi 137 mg/dl,

responden 04 jumlah GDS 414 menjadi 169

mg/dl, responden 05 jumlah GDS 303 menjadi

144 mg/dl, responden 06 jumlah GDS 452

menjadi 207 mg/dl, responden 07 jumlah GDS

386 menjadi 132 mg/dl, responden 08 jumlah

GDS 253 menjadi 87 mg/dl, responden 09

jumlah GDS 465 menjadi 210 mg/dl, responden

10 jumlah GDS 378 menjadi 153 mg/dl,

responden 11 jumlah GDS 237 menjadi 92

mg/dl, responden 12 jumlah GDS 349 menjadi

138 mg/dl.

Berdasarkan tabel 5.5 di uji

menggunakan uji Wilcoxon Test didapatkan

hasil yang sangat baik dengan jumlah ρ Value

adalah 0.02, jika ρ lebih kecil maka Ho ditolak.

Dengan demikian ada pengaruh air rebusan

lidah buaya terhadap penurunan kadar gula

darah pada penderita diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan

penilitian yang telah dilakukan oleh Mustofa

(2012) dan Endang (2006) bahwa lidah buaya

berpengaruh untuk menurunkan kadar gula

darah.

Dari distribusi sebelum dan sesudah

pemberian air rebusan lidah buaya dapat dilihat

perbedaan penurunan yang signifikan hal ini

sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam buku

Wijoyo (2012) bahwa lidah buaya merupakan

obat tradisional dalam mengobati diabetes

mellitus. Sedangkan menurut Duke (2002)

kandungan yang dimiliki lidah buaya yaitu

saponin yang bersifat anti bakteri dan jamur

serta mengurangi penyerapan glukosa pada

tubuh, flavonoid untuk meningkatkan produksi

insulin dan meregenerasi pulau Langerhans

Pankreas terutama sel β, polifenol sebagai anti

histamine atau anti alergi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian air rebusan lidah buaya

terhadap penderita diabetes mellitus

mendapatkan hasil yang diharapkan, dimana

telah terjadi penurunan kadar gula darah,

sehingga ada pengaruh dari air rebusan lidah

buaya. Dari 12 responden yang telah berhasil

mengalami penurunan yang diharapkan,

didapati 6 responden dari 12 responden yang

penurunannya mencapai angka normal yaitu 70

– 140 mg/dl dan 6 orang responden berhasil

mengalami penurunan kadar gula darah

meskipun tidak mencapai angka normal.

Namun penelitian ini telah mencapai hasil yang

Page 98: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

501

diharapkan serta maksimal karena air rebusan

lidah buaya telah mampu menurunkan kadar

gula darah pada 12 responden. Hal ini dapat di

buktikan berdasarkan hasil penelitian :

1. Sebelum diberikan air rebusan lidah buaya

terdapat jumlah kadar gula darah yang

tinggi berkisar antara 237 mg/dl hingga 482

mg/dl dari 12 orang responden.

2. Setelah diberikan air rebusan lidah buaya

terjadi penurunan pada penderita kadar gula

darah tinggi, berkisar antara 87 mg/dl

hingga 219 mg/dl dari 12 orang responden.

3. Ada pengaruh air rebusan lidah buaya

terhadap penurunan kadar gula darah pada

12 orang responden penderita diabete

mellitus dengan ρ Value 0,005.

Untuk masyarakat diharapkan mampu

memahami fungsi Toga, khususnya tanaman

lidah buaya yang sebenarnya terdapat banyak di

sekitar lingkungan masyarakat dengan

demikian angka penderita DM akan menurun

jika masyarakat tahu cara pengolahannya.

Diharapkan adanya sosialisasi

penggunaan Toga khususnya tanaman lidah

buaya yang berguna menurunkan kadar gula

darah pada penderita diabetes mellitus pada saat

Keperawatan Komunitas.

Perlu dikembangkan penelitian yang

serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk

menentukan seberapa besar dosis yang

diberikan untuk pasien dengan jumlah kadar

gula darah yang berbeda untuk mencapai hasil

yang optimal.

KEPUSTAKAAN

Andrianto, Tuhana Taufiq, (2011). Ampuhnya

Terapi Herbal Berantas Berbagai

Penyakit Berat. Yogyakarta: Najah.

Anonim, (2001). Plant Remidies Aloe Vera

Research.

www.internethealthlibrary.com. Di

akses: 13 Maret 2014.

Chan, Arifin, (2013). Pengaruh Air Rebusan

Buah Mahkota Dewa Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah pada

Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjungpinang

Tahun 2013. Skripsi Tidak diterbitkan.

Tanjungpinang. STIKES Hangtuah.

Depkes. (2013). Wanita Lebih cenderung

Diabetes Dibanding Pria.

www.depkes.go.id. Di akses: 16 Maret

2014.

DetikHealth, (2014). Waspada Sering Lapar,

Haus, dan Pipis Bisa jadi Gejala

Page 99: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

502

Diabetes. www.detik.com. Di akses: 10

maret 2014.

Dharma, Kelana Kusama, (2011). Metodologi

Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Djubaedah, E. (2003). Pengolahan lidah buaya

dalam sirup. Pra-Forum Apre2siasi dan

Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar

Industri Agro, Bogor.

Duke, (2002). Plant Contituent and Biological

Effect Databases : Chemicals and their

Biological Activities in : Aloe vera

(L).www.ars-grin.gov/cgi-

bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Di akses:

15 Maret 2014.

Furnawanthi, Irni, (2002). Khasiat dan Manfaat

Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.

Jakarta: Gramedia Pustaka.

Jatnika, Ajat & Saptoningsih. (2009). 1001

Obat Herbal, cet. 1. Jakarta: Agro

Media Pustaka.

Kristianto, Yohanes, (2005). Olahan Lidah

Buaya, Cet.1. Surabaya: Trubus

Agrisarana.

Mansjoer, Arif, dkk, (2001). Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta:

Media Aesculapius.

Misnadiarly, (2006). Diabetes Mellitus

Gangren, Ulcer, Infeksi. Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Ningsih, Widarti, (2012). Pengaruh Senam

Diabetes Mellitus (DM) Terhadap

Penurunan Kadar Glukosa Darah pada

Penderita DM Tipe II di Unit

PERSADIA Cabang Kota

Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi

Tidak diterbitkan: Tanjungpinang.

STIKES Hangtuah.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Oci, Yonita .M, (2013). Khasiat Sakti Tanaman

Obat untuk Diabetes. Jakarta: Dunia

Sehat.

Putra, Winkanda Satria, (2013). Sehat dengan

Herbal tanpa Dokter. Yogyakarta:

Citra Media.

Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi

Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Saraswati, Sylvia, (2009). Diet Sehat Untuk

Penyakit Asamurat Diabetes

Hipertensi Dan Stroke. Yogyakarta: A

Plus.

Page 100: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

503

Sari, Kumala Ruma, O.L, (2006). Pemanfaatan

Obat Tradisional Dengan

Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya. Jurnal Ilmu Farmasi

vol. III, no. 1 (hal. 1)

Sunaryati, Sinta Septi, (2011). 14 Penyakit

Paling Sering Menyerang dan Sangat

Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks.

Suryo, Joko, (2010). Rahasia Herbal

Penyembuh Diabetes Edisi 2.

Yogyakarta: B First.

Wati, Lidia, (2014). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset

Keperawatan.Tanjungpinang: STIKES

Hang Tuah.

Wijoyo, Padmiarso M, (2012). Cara Tuntas

Menyembuhkan Diabetes dengan

Herbal. Jakarta: Pustaka Agro

Indonesia

1. Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang Prodi S1 Keperawatan.

2. Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Page 101: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

504

PENGARUH JUS TOMAT PLUM TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH

KERJA POSYANDU LANSIA CAMAR TANJUNGPINANG

Ivana Arleni 1, Nur Meity 2, Zakiah Rahman3

ABSTRAK

Hipertensi tidak dapat diremehkan, karena dampaknya dapat mengancam keselamatan jiwa. Tomat merupakan

bahan makanan tinggi asam folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 360

mg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen

semu dengan rancangan non equivalent control group. Jumlah populasi sebanyak 20 orang dan sampel dipilih 10

orang menggunakan purposive sampling dengan tekanan darah 140-160 mmHg. Analisis data menggunakan uji

wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2.000 dengan

signifikansi 0,046 < 0,05. Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi. Disarankan agar penggunaan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan lagi kepada

penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang.

Kata Kunci : Jus Tomat plum, Penurunan Tekanan Darah, Hipertensi

ABSTRACT Hypertension can not be underestimated, because the impact can be life threatening. Tomato is a food ingredient

with high folic acid, vitamin c, and potassium. The potassium content in 100 gram tomato is 360 mg. Objective

this studi is to know the effect of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension at

working area of Camar elderly service post Tanjungpinang. This studi is an quasi experiment with non equivalent

control group design. Total Population is 20 people, and sample choise 10 people use purposive sampling with

blood pressure 140-160 mmHg. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on

analysis resulting z observation -2.000 with significance of 0,046 < 0,05. These data show there is influence of

tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension. It is recommended to use more tomato

juice was introduced again to the patient with hypertension at working area Camar elderly service Post

Tanjungpinang.

Keyword : Plum Tomato Juice, Blood Pressure, Hypertension

PENDAHULUAN

Hipertensi tidak dapat diremehkan.

Penyakit kardiovaskuler ini perlu mendapat

perhatian yang serius karena dampaknya

membahayakan kesalamatan jiwa. Hipertensi

yang tidak tertangani dengan baik dapat

berujung pada kematian. Oleh karena itu

hipertensi menjadi masalah kesehatan global

yang memerlukan perhatian khusus karena

dapat menyebabkan kematian yang utama di

negara-negara maju maupun negara

berkembang.

WHO (2010) menyebutkan bahwa

berdasarkan Data Global Status Report on

Noncommunicable Disesases, 40 % negara

ekonomi berkembang memiliki penderita

hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35

Page 102: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

505

%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak

penderita hipertensi sebanyak 46 %.

Sementara kawasan Amerika menempati posisi

buncit dengan 35 %. Di kawasan Asia

Tenggara sendiri, 36 % orang dewasa

menderita hipertensi. Kemudian menurut

Khancit (perwakilan WHO untuk Indonesia)

pada tahun 2011 mencatat ada satu miliar

orang yang terkena hipertensi

Penderita hipertensi di Indonesia sendiri

prevalensinya terus terjadi peningkatan. Hasil

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

pada tahun 2004 27,5 % tercatat menderita

hipertensi. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) tahun 2007 menunjukkan

prevelensi hipertensi secara nasional mencapai

31,7%. Diperkirakan meningkat lagi menjadi

37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada

tahun 2025. Data Kementrian Kesehatan RI

menunjukkan pada tahun 2009 prevalensi

hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat

menjadi 34,1% pada tahun 2010.

Tekanan darah sangat bervariasi

tergantung pada keadaan, akan meningkat saat

aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun

selama tidur. Hipertensi juga berkaitan dengan

gaya hidup masyarakat seperti merokok,

konsumsi alkohol yang berlebih, makanan

tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi,

kurangnya asupan kalium dan serat. Selain

mengkonsumsi obat-obatan, penyakit darah

tinggi juga dapat di obati secara herbal, dimana

yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-

sayuran, daun-daunan, dan akar-akaran yang

mengandung kalium, potassium, dan kalsium.

Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam

folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan

kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg.

Kalium dapat menurunkan tekanan darah

dengan mengurangi natrium dalam urine dan

air dengan cara yang sama seperti deuretic.

Hasil penelitian tahun 2004 pada pasien

hipertensi rawat jalan di Bandung menunjukkan

penurunan tekanan sistolik 10,28 mmHg dan

diastolik 3,49 mmHg dengan melakukan

intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat

dari 150 gram tomat buah dan 5 gram gula pasir

dengan lama intervensi 2 hari berturut-turut

(Gunawan IZ et al, 2005). Sementara itu,

penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan

Ningsih (2010) menunjukkan hasil bahwa

pemberian 200 ml jus tomat (lycopersium

commune) sebanyak satu kali dalam sehari

selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan

Page 103: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

506

tekanan darah sistolik sebesar 11.76 mmHg

(84%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82

mmHg (96%) pada wanita postmenopause

hipertensif.

Pada tahun 2011 jumlah penderita

hipertensi di wilayah Provinsi Kepri yakni

sebanyak, Bintan 13%, Karimun 12%, Lingga

6%, Batam 7%, Natuna 15% dan

Tanjungpinang memiliki penderita hipertensi

sebanyak 47%. Berdasarkan data dinas

kesehatan kota Tanjungpinang pada tahun

2012, hipertensi menempati urutan kedua dalam

daftar 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah

kerja puskesmas diantaranya puskesmas KM.

10 sebanyak 11%, puskesmas Kp. Bugis 13%,

puskesmas Mekar Baru 3%, Puskesmas Kota

Piring 10 %, Puskesmas Pancur 28% dan

puskesmas Sei jang memiliki jumlah warga

terbanyak yang menderita hipertensi yaitu

sebesar 35%. Sedangkan, data penderita

hipertensi di puskesmas Sei Jang tahun 2013

periode bulan Januari yakni sebanyak 154

orang, terdiri dari 64 orang laki-laki dan 90

orang perempuan. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pengaruh Jus Tomat Plum

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi”.

METODE

Desain penelitian yang digunakan pada

penelitian ini berupa desain penelitian

kuantitatif yang berbentuk eksperimen semu (

quasi eksperiment ) dimana desain penelitian ini

merupakan suatu metode penelitian yang

menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

subjek dengan atau kelompok pembanding

namun tidak dilakukan randomisasi untuk

memasukkan subjek kedalam kelompok

perlakuan atau kontrol ( Dharma, 2011).

Rancangan penelitian ini menggunakan

rancangan non equivalent control group yaitu

dalam rancangan ini, pengelompokan anggota

sampel pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol tidak dilakukan secara

random atau acak ( Notoatmodjo, 2010).

Populasi, sampel dan teknik

sampling

Populasi dalam penilitian ini mencakup

semua Lansia yang terdaftar di posyandu lansia

CAMAR Tanjungpinang, yang berjumlah 20

lansia.

Pemilihan sempel menggunakan tehnik

purposive sampling yang merupakan pemilihan

sampel yang di kehendaki peneliti sehingga

sempel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya

Page 104: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

507

(Notoatmodjo, 2010). Sampel berjumlah 10,

dimana 5 sampel sebagai kelompok eksperimen

dan 5 orang sebagai kelompok kontrol.

HASIL

Penelitian tentang “Pengaruh Jus

Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang

Tahun 2013 “ telah dilaksanakan pada tanggal

24 Juni 2013 sampai dengan 30 Juni 2013 di

wilayah kerja posyandu lansia camar

Tanjungpinang tahun 2013.

A. Analisa Univariat

Tabel 1

Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus

Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi

Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun

2013

No Kriteria F %

1

2

normal

tinggi

0

5

0

50

Jumlah keseluruhan 5 50%

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan data

mengenai tekanan darah pada penderita

hipertensi pada kelompok eksperimen pretest

diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut

dapat dilihat bahwa sebelum diberi terapi jus

tomat plum dari 5 orang responden seluruhnya

menderita hipertensi katagori tinggi.

Tabel 2

Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus

Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi

Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun

2013

No Kriteria F %

1

2

normal

tinggi

0

5

0

5

Jumlah keseluruhan 5 50%

Pada tabel 2 menunjukkan data

mengenai tekanan darah pada penderita

hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada saat

dilakukan pre test dari 5 orang responden

seluruhnya menderita hipertensi katagori tinggi.

Tabel 3

Distribusi Tekanan Darah Post Test Terapi Jus

Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi

Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun

2013

Page 105: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

508

No Kriteria F %

1

2

normal

tinggi

4

1

40

10

Jumlah

keseluruhan

5 50%

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan data

mengenai tekanan darah pada penderita

hipertensi pada kelompok eksperimen posttest

diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut

dapat dilihat bahwa setelah diberi terapi jus

tomat plum dari 5 orang responden sebagian

besar mengalami penurunan tekanan darah.

Tabel 4

Distribusi Tekanan Darah Post Test Pada

Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol Di

Wilayah KerjaPosyandu Lansia Camar

Tanjungpinang Tahun 2013

No Kriteria F %

1

2

normal

tinggi

1

4

10

40

Jumlah keseluruhan 5 50%

Pada tabel 4 menunjukkan data mengenai

tekanan darah pada penderita hipertensi pada

kelompok kontrol saat post test. Dari tabel

tersebut dapat dilihat bahwa pada saat

dilakukan post test dari 5 orang responden 40%

menderita hipertensi tinggi.

B. Analisa Bivariat

Tabel 5

Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum

TerhadapTekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Kelompok eksperimen Di Wilayah

Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang

Tahun 2013

No Kriteria

Pre

test

Post

test

statistik

1

2

normal

tinggi

0

5

4

1

0,046

Hasil perhitungan yang diperoleh dari

pengolahan data dari 5 orang responden

menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon dapat

dilihat nilai p value yang diperoleh adalah

0,046. Keputusannya adalah jika p ≤ 0,05 maka

Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

ditolak artinya ada pengaruh pemberian jus

tomat plum terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi di wilayah kerja

posyandu lansia camar Tanjungpinang.

Tabel 6

Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum

TerhadapTekanan Darah Pada Penderita

Page 106: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

509

Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja

Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun

2013

No Kriteria

Pre

test

Post

test

statistik

1

2

normal

tinggi

0

5

1

4

0,317

Hasil perhitungan pengolahan data dari

5 orang responden menunjukkan bahwa hasil

uji wilcoxon dapat dilihat nilai p value yang

diperoleh adalah 0,317. Keputusannya adalah

jika p > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa Ho gagal ditolak artinya

tidak ada pengaruh pemberian jus tomat plum

terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi kelompok kontrol di

wilayah kerja posyandu lansia camar

Tanjungpinang.

PEMBAHASAN

A. Tekanan Darah Pre Test Pada Penderita

Hipertensi Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan

darah sebelum diberi terapi jus tomat plum pada

penderita hipertensi kelompok eksperimen dan

kontrol dapat disimpulkan bahwa keseluruhan

responden mengalami hipertensi katagori tinggi

(≥140 mmHg).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi

berarti ada tekanan tinggi di dalam pembuluh

darah arteri. Tekanan darah dikatakan normal

pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah

antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg

disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg

sudah tergolong hipertensi.

Menurut Najammudin (2010) gangguan

kardiovaskuler sangat dipengaruhi juga dengan

proses menua. Hal ini pada akhirnya juga akan

menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.

perubahan-perubahan normal pada jantung

meliputi kekuatan otot jantung berkurang,

elastisitas dinding pembuluh darah berkurang

dan kemampuan memompa dari jantung harus

bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi.

B. Tekanan Darah Kelompok Eksperimen

Setelah Diberi Terapi Jus Tomat Plum

Tekanan darah responden yang awalnya

dengan katagori tinggi, setelah diberi terapi jus

tomat sebagian besar mengalami penurunan

tekanan darah menjadi katagori rendah

(normal). Dapat disimpulkan bahwa terapi jus

tomat plum yang diberikan memberi pengaruh

terhadap penurunan tekanan darah.

Page 107: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

510

Tomat dapat menurunkan tekanan darah

tinggi secara alami karena mengandung

magnesium dan kalsium yang tinggi. Selain itu,

tomat juga merupakan sumber likopen handal

yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan

darah. Likopen adalah karotenoid yang tidak

memiliki efektivitas sebagai pro vitamin A,

tetapi memiliki khasiat lain yang bermanfaat

bagi kesehatan. Pigmen merah-jingga ini

merupakan antioksidan yang sangat baik untuk

melindungi sel dari radikal bebas yang larut

dalam lemak, termasuk peroksida lipid yang

menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat

mencegah hipertensi (Sutomo, 2009).

C. Tekanan Darah Post Test Pada Penderita

Hipertensi Kelompok Kontrol

Tekanan darah pada penderita hipertensi

kelompok kontrol saat pos test mayoritas masih

bertekanan darah katagori tinggi, dikarenakan

pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan.

Pengobatan pada penderita hipertensi

memang dilakukan secara teratur dan diberikan

selama hidupnya. Bila tidak diobati, dalam

jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan

komplikasi atau sakit yang lebih parah

(Sudarmoko, 2010).

Penderita penyakit darah tinggi dapat

menurunkan tekanan darahnya pada keadaaan

normal dengan melakukan berbagai macam

cara. Contohnya, dengan mengonsumsi obat-

obatan yang diresepkan dokter, dengan cara

mengonsumsi buah-buhan dan sayuran yang

dapat menurunkan tekanan darah, menerapkan

pola pikir seimbang, menerapkan pola hidup

sehat dan lain-lain (Nisa, 2012).

D. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Kelompok Eksperimen Di

Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar

Tanjungpinang Tahun 2013

Hasil yang diperoleh dari pengolahan

data didapat hasil 0,046 (p < 0,05), ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

jus tomat plum terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

posyandu lansia camar Tanjungpinang tahun

2013.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

ada pengaruh positif pemberian jus tomat plum

terhadap penurunan tekanan darah. Tomat yang

diberikan untuk terapi adalah tomat jenis plum.

Tomat plum dipilih karena umumnya tomat

jenis ini dipakai untuk tumisan dan masakan

yang membutuhkan waktu memasak yang

relatif lama seperti membuat saos tomat dan

Page 108: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

511

diolah sebagai jus tomat. Jus tomat yang

diberikan yaitu sebanyak 200ml dengan

kekentalan 60% selama 7 hari sekali satu kali.

Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa

Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam

folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium

dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Kalium

dapat menurunkan tekanan darah dengan

mengurangi natrium dalam urine dan air dengan

cara yang sama seperti deuretic ( Nisa, 2012).

Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian lainnya seperti penelitian pada tahun

2004 pada pasien hipertensi rawat jalan di

Bandung menunjukkan penurunan tekanan

sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg

dengan melakukan intervensi menggunakan jus

tomat yang terbuat dari 150 gram tomat buah

dan 5 gram gula pasir dengan lama intervensi 2

hari berturut-turut (Gunawan IZ et al, 2005).

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh

Lestari dan Ningsih (2010) menunjukkan hasil

bahwa pemberian 200 ml jus tomat

(lycopersium commune) sebanyak satu kali

dalam sehari selama 7 hari berpengaruh

terhadap penurunan tekanan darah sistolik

sebesar 11.76 mmHg (84%) dan tekanan darah

diastolik sebesar 8.82 mmHg (96%) pada

wanita postmenopause hipertensif.

Penelitian serupa juga dilakukan di

Wonorejo. Penelitian ini dilakukan selama 2

hari dan responden diukur tekanan darahnya 5

menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,

90 menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji

analisa statistik menunjukkan ada pengaruh

pemberian jus tomat terhadap penurunan

tekanan darah sistolik dan diastolik dan

penurunan terbesar pada 30 menit setelah

pemberian jus tomat (Raharjo, 2007).

E. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Kelompok kontrol Di Wilayah

Kerja Posyandu Lansia Camar

Tanjungpinang Tahun 2013

Hasil yang diperoleh dari pengolahan

data kelompok kontrol didapat hasil 0,317 (p <

0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh pemberian jus tomat plum terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia

camar Tanjungpinang tahun 2013. Tidak

adanya pengaruh pemberian jus tomat plum

terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi kelompok kontrol

dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan

perlakuan (terapi jus tomat plum) kelompok ini

hanya sebagai pembanding.

Page 109: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

512

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh

jus tomat terhadap penurunan tekanan darah

dapat disimpulkan bahwa mayoritas penderita

hipertensi yang ada di wilayah kerja posyandu

lansia camar mengalami penurunan tekanan

darah setelah diberi terapi selama 7 hari sekali.

Maka disarankan jus tomat plum dapat lebih

dikenalkan sebagai obat nonfarmakologis

dalam pengobatan tekanan darah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anjdati Soeria, (2013). 101 Resep Ampuh

Sembuhkan Asam Urat, Hipertensi

dan Obesitas. Yogjakarta: Aroska

Anne Selby, (2005). Makanan Berkhasiat :

25 Makanan Bergizi Super untuk

Kesehatan Prima. Jakarta: Erlangga

Apriany Rista Emiria Afrida, Tatik Mulyati

(2012). Asupan Protein, Lemak

Jenuh, Natrium, Serat dan IMT

Terkait dengan Tekanan Darah

Pasien Hipertensi. Jurnal of

Nutrition College vol. 1, no. 1 (hal

700-714)

Budi Sutomo, (2009). Menu Sehat Penakluk

Hipertensi. Jakarta: Demedia

Pustaka

Dahlan M Sopiyudin, (2009). Statistik

untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta : Salemba Medika

Dharma kelana kusama, (2011).

Metodologi Penelitian

Keperawatan. Jakarta : Trans Info

Media

Dr. Setiawan Dalimarta. (2005). Atlas

Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3.

Jakarta: Puspa Swara

Gray Huan H, Dawkind Keith D, Simpson

Iain A, & Morgan Jhon M. (2005).

Lecture Notes Kardiologi. Jakarta :

Erlangga

Intan Nisa, (2012). Ajaibnya Terapi Herbal

Tumpas Penyakit Darah Tinggi.

Jakarta: Dunia Sehat

Julianti D.E , S.P, Nunung Nurjanah, S.P, &

Soetrisno Uken S.S, PhD. (2005).

Bebas Hipertensi dengan Terapi

Jus. Jakarta: Puspa Swara

Lestari A.P, Rahayuningsih (2012).

Pengaruh Pemberian Jus Tomat

(Lycopersicum commune) terhadap

Tekanan Darah Wanita

Postmenopause Hipertensif. Jurnal

of Nutrition College vol. 1, no. 1

(hal 26-37)

Page 110: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

513

Lidia Wati, S.Kep, Ns, Soni Hendra S.Kep,

Ns, & Nur Meity S.A, S.Kep, Ns,

M.Kep, CWT (2013). Panduan

Penyusunan Metodologi Riset

Keperawatan. Tanjungpinang.

Stikes Hang Tuah.

Lingga Lanny Phd, (2012). Bebas

Hipertensi tanpa Obat. Jakarta:

Agro Media Pustaka

Muhammad Najamuddin, (2010). 100

Tanya-Jawab Kesehatan Harian

untuk Lansia. Yogjakarta. Tunas

Publishing

Notoatmodjo Soekidjo, (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Potter A. Patricia, RN, BSN, MSN & Perry

Griffin Anne, RN, BSN, MSN, Edp,

(2005). Fundamental Keperawatan

Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4

Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC

1 Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah

Tanjungpinang.

2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Page 111: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

PEDOMAN BAGI PENULIS

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Umum

Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan

belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah

tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi

tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik

penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.

Petunjuk Penulisan 1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset

keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :

Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.

Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara

pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan

grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang

disajikan dalam tabel atau gambar.

Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil

Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.

Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil

tersebut dengan penelitian lain.

2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;

pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;

kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).

3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan

alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal

40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.

4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan

inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan

kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang

aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada

halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel

yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.

5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan

tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.

6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di

lampiri referensi.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber

pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:

(Novia, 2009:12).

8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).

9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi

ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi

nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.

10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam

bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,

Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang

Tuah di sertai tanda tangan penulis.

KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor

/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal

keperawatan STIKES Hang Tuah.

Jenis Artikel

Penelitian

Ulasan artikel

Ringkasan

Page 112: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

Laporan kasus

Penelitian klinis

Tinjauan pustaka

Lembar Metodologi

Halaman Judul

Judul Artikel

Nama lengkap penulis

Tingkat pendidikan penulis

Asal institusi penulis

Alamat lengkap penulis

Abstrak

Abstrak dalam Bahasa Indonesia

Abstrak dalam Bahasa Inggris

Kata kunci dalam Bahasa Indonesia

Kata kunci dalam Bahasa Inggris

Teks

Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan

Pendahuluan

Bahan dan Cara

Hasil

Diskusi

Kesimpulan

Kepustakaan

Gambar dan Tabel

Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab

Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar

Nama dan alamat untuk percetakan ulang

…………………………………………………………………………………………………………

… ………………………………………………………………………

Soft Copy

Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan.

Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika-

sikan dalam bentuk apapun.

Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis

Tanda tangan penulis utama:

………………………………. Tgl…………………20………..

Page 113: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-keperawatan... · khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi

FORMULIR BERLANGGANAN

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Nama :………………………………………………………………………………………

Mahasiswa

Individu

Instansi

Alamat :……………………………………………….......................................................................

…………………………………………………………………...............................

Telp: …………………………………………………..............................................

Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,

Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………

Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan

Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening

No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..

Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:

Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau

Telp / fax (0771) 316516

Pelanggan

Tgl. Pesanan :……………………. …………………..