jurnal keperawatan -...

60
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2011 ISSN : 2086-9703 JURNAL KEPERAWATAN Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang. Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009. Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009. Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia

Upload: hacong

Post on 03-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2011 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN

• Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight)

Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang.

• Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi

Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.

• Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu

Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S

Tanjungpinang Tahun 2009.

• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria

Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.

• Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan

Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009.

• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009.

Penerbit:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

Kepulauan Riau, Indonesia

Page 2: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

VOLUME 1 NOMOR 1 TAHUN 2011

PENELITIAN HAL

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan

(Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang

Tuah Tanjungpinang.

(Syamilatul Khariroh, M. Sulaiman, Benny Wahyudi)

1-10

Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan

Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.

(Puji Agung Wibowo, Linda Widiastuti, Nurhidayati)

11-18

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam

Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang

Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun

2009.

(Syamilatul Khariroh, Dede satia S, Apit Komar)

19-28

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya

Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.

(Iwan Iskandar, Yoyok, Sumardiana)

29-37

Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit

Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S

Tanjungpinang Tahun 2009.

(Endang Abdullah, Yusnaini, Indah Prihatin)

38-44

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang Tahun 2009.

(Ekandra Indra Sadri, Afianti Asdarina, Marlina Invitasari)

45-53

Page 3: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober

Penanggung Jawab :

Prof. Elly Nurachmah, D.N.Sc.,RN

Letkol (Purn) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si

Penasehat :

Wakil Ketua I Stikes Hang Tuah

Wakil Ketua II Stikes Hang Tuah

Wakil Ketua III Stikes Hang Tuah

Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah

Ketua Program Studi D-III Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah

Penyunting :

Ketua :

Ernawati

Sekretaris :

Wasis Pujiati,S.Kep.Ns

Hotmaria Julia Dolok Saribu,S.Kep.Ns

Bendahara :

Lili Sartika, S.Farm, Apt

Penyunting Pelaksana :

Ikha Rahardiantini,S.Si,Apt,

Ummu Fadhilah, S.pd

Lidia Wati, S.Kep, Ns

Liza Wati, S.Kep, Ns

Meyli Nirna Sari, S.Kep, Ns

Irma Yuni, S.Kep, Ns

Pelaksana Tata Usaha:

Siti Halimah

Cian Ibnu Sina

Ummu Fadhilah

Distribusi dan Pemasaran :

Ade Pardi

Anas Fajri

Ahmad Hiyari

Alamat Redaksi:

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122

Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388

Page 4: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk

memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya

terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan

keperawatan.

Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu

memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang

Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.

Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah

khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para

dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.

Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan

bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal.

Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal

keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Maret 2011

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Endang Abdullah, S.Kp, M.Si

Letkol Purn

Page 5: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

1

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN KELEBIHAN BERAT BADAN (Overweight) PADA

MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

HANG TUAH TANJUNGPINANG.

Syamilatul Khariroh 1, M. Sulaiman 2, Benny Wahyudi 3

ABSTRAK

Kelebihan berat badan (overweight) merupakan masalah global di Indonesia, khususnya di Tanjungpinang.

Masalah tersebut mulai mendapat perhatian serius dikarenakan jumlahnya makin bertambah dan dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu penelitian ini mengambil bahasan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian overweight dengan tujuan memperoleh hubungan antara pola makan, jenis

makanan, mekanisme pertahanan diri dan status sosial ekonomi dengan kejadian overweight pada mahasiswa

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan di Kampus STIKES Hang Tuah Tanjungpinang di

mana peneliti akan menghubungkan faktor-faktor penyebab overweight dengan kejadian overweight pada

mahasiswa dengan menggunakan metodologi deskriptif cross sectional dengan populasi mahasiswa STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang sebanyak 415 orang dengan teknik pengambilan sampel judgemental sampling. Hasil analisis

pada penelitian ini didapat 12,29% mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berumur 18-25 tahun

menderita overweight dan faktor penyebab yang paling tinggi berperan pada penelitian ini adalah pola makan

mahasiswa (88,2%) serta dari uji kemaknaan Kai Kuadrat diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara pola

makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini hanya faktor

pola makan yang berhubungan bermakna dengan kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang dan disarankan agar mahasiswa dapat mengatur diit khususnya pola makan untuk mengurangi efek

dari overweight.

Kata kunci: kelebihan berat badan, mahasiswa STIKES hangtuah, faktor penyebab.

ABSTRACT

Excess weight (overweight) is a global problem, particularly in Indonesia in Tanjungpinang problems begin

serious attention due to the increased amount and may cause various diseases. Therefore, this research to take the

discussion about the factors associated with incident overweight with the goal of obtaining the relationship

between eating patterns, typed of food, self-defence mechanism and socio-economic status with the occurrence of

overweight students STIKES Hangtuah Tanjungpinang. This research is conducted in the campus STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang where researchers connect the factors that cause overweight with overweight incidence in

students using the descriptive cross-sectional methodology with the student population STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang of 415 people with the sampling technique judgemental sampling. The result of the analysis in this

study gained 12,29% STIKES Hang Tuah Tanjungpinang students aged 18-25 years suffering from overweight

and the factors that cause the high role in this researched is the pattern of student meals (88,2%) and from test

chi-square obtained the square meaningful relationship between eating patterns with the incident in the overweight

student. So that it can be in this research only factor eating pattern associated with significant event in the

overweight students STIKES Hang Tuah Tanjungpinang and suggested that students can manage diit especially

eating pattern to reduce the effects of overweight.

Key words : overweight, student population STIKES hangtuah, factors that cause.

LATAR BELAKANG

Kelebihan berat badan (Overweight)

merupakan masalah yang global pada saat

ini. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

menyatakan obesitas sebagai penyebab

kematian kedua di dunia setelah merokok.

Page 6: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

2

Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia

mengalami kelebihan berat badan dan

obesitas. Bahkan prevalensi penderitanya

meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut

dapat disebabkan kebiasaan pola makan dan

gaya hidup yang salah (Http :

//www.pdpersi.co.id).

Banyak orang mengartikan obesitas dan

overweight adalah sama, namun sebenarnya

obesitas dan overweight adalah dua hal

yang berbeda. Obesitas (kegemukan)

adalah suatu keadaan di mana terjadi

penumpukan lemak tubuh yang berlebih,

sehingga berat badan seseorang jauh diatas

normal dan dapat membahayakan

kesehatan, sedangkan overweight

(kelebihan berat badan) adalah keadaan di

mana berat badan seseorang melebihi berat

normal, tetapi obesitas merupakan bagian

dari overweight. (Http://

www.kabarindonesia.com).

Data yang dikumpulkan di seluruh dunia

memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi overweight pada 10 – 15 tahun

terakhir. Tahun 2007 didapat data angka

kejadian obesitas di Amerika 7,20%,

Perancis 20%, Jerman 30%, dan Inggris

25% dari 1000 penduduk. Saat ini

diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta

penduduk dunia menderita obesitas, dan

angka ini masih akan terus meningkat

dengan cepat. Jika keadaan ini terus

berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan

100% penduduk Amerika Serikat akan

menjadi obesitas (http : //www. Surya

Online.co.id).

Menurut Prof. Dr. Hamam Hadi,

M.S.,Sc.D dalam pidatonya tahun 2005

mengemukakan bahwa overweight

dianggap sebagai sinyal pertama dari

munculnya kelompok penyakit-penyakit

non infeksi (Non Communicable Disease)

yang sekarang ini banyak terjadi di negara-

negara maju maupun negara-negara yang

sedang berkembang. Fenomena ini sering

disebut “New World Syndrome” atau

sindroma Dunia baru dan ini telah

menimbulkan beban sosial-ekonomi serta

kesehatan masyarakat yang sangat besar di

negara-negara sedang berkembang

termasuk Indonesia (http : //www.gizi.net).

Prevalensi overweight meningkat sangat

tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai

contoh, 20,5% dari penduduk korea selatan

tergolong overweight dan 1,5 tergolong

obesitas. Berdasarkan kepustakaan, tercatat

pada Negara Thailand 16% penduduknya

mengalami overweight dan 4% mengalami

obesitas, daerah perkotaan Cina prevalensi

overweight adalah 12% pada laki-laki dan

14,4% pada perempuan, sedangkan di

pedesaan prevalensi overweight pada laki-

laki dan perempuan masing-masing adalah

5,3% dan 9,8% (Http : //www.gizi.net).

Overweight tidak hanya ditemukan pada

penduduk dewasa tetapi juga pada anak-

anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan

di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan

Page 7: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

3

bahwa prevalensi overweight mencapai

6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan

menjadi 13,8% pada kelompok umur 10

tahun. Negara Cina tercatat kurang lebih

10% anak sekolah mengalami overweight,

sedangkan di Jepang prevalensi overweight

pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara

5% s/d 11% (Http : //www.gizi.net).

Data tentang overweight di Indonesia

belum bisa menggambarkan prevalensi

obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data

obesitas pada orang dewasa yang tinggal di

ibukota provinsi seluruh Indonesia cukup

untuk menjadi perhatian kita. Survei

nasional yang dilakukan pada tahun

1996/1997 di ibukota seluruh provinsi

Indonesia menunjukkan bahwa 8,1%

penduduk laki-laki dewasa (≥ 18 tahun)

mengalami overweight (BMI 25-27) dan

6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk

wanita dewasa mengalami overweight dan

13,5% mengalami obesitas. Kelompok

umur 40-49 tahun overweight maupun

obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-

masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan

30,4% dan 43% Pada Wanita (Http :

//www.gizi.net).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Departemen Kesehatan maka

Tanjungpinang termasuk daerah yang

bermasalah dengan overweight. Mata

pencaharian kebanyakan pedagang dan

pekerja di perusahaan-perusahaan, jarang

kita jumpai tempat-tempat yang tidak

menjual makanan. Akibat dari pengaruh

kehidupan pesisir pantai seperti Negara

Malaysia, pola makan yang banyak berasal

dari biota laut yang tingkat gizinya relatif

tinggi sehingga dapat menimbulkan

masalah berat badan, pada tahun 2007

didapat sekitar 50 orang atau 20% dari 250

orang pasien yang datang ke rumah sakit

dengan Diabetes Melitus akibat efek dari

Obesitas.

Overweight sekarang banyak diderita

anak-anak usia sekolah dan dewasa.

Diperoleh data dari bagian administrasi

Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Hang

Tuah Tanjungpinang tercatat mahasiswa

Strata 1 dan Diploma III program Reguler

yang menderita overweight adalah sekitar

13,37% dari 374 mahasiswa dan sekitar

75% kasus overweight diderita oleh

mahasiswa berasal dari Kota

Tanjungpinang. Hal ini kemungkinan

disebabkan akibat pola makan, jenis

makanan, jumlah makanan dan tinggal

dengan orang tua sehingga semua

kebutuhan pangan, sandang, papan

terpenuhi.

BAHAN DAN CARA

Lokasi Penelitian ini mengambil tempat

di kampus STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang propinsi Kepulauan Riau,

yang berlokasi di jalan Nala No. 1, dengan

waktu pengambilan data dimulai dari

tanggal 12 Februri 2008 sampai dengan

Page 8: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

4

tanggal 1 April 2008. Dimulai dari tahap

Pengumpulan data penelitian dengan

pengukuran dan kuesioner sampai dengan

Pengumpulan laporan hasil penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan melalui cara-cara

berikut :

1. Observasi yaitu pengamatan langsung

dengan pencatatan terhadap obyek

yang diteliti berkaitan dengan berat

badan mahasiswa dan keinginannya

dalam menurunkan berat badan.

2. Wawancara, yaitu cara untuk

mendapatkan informasi dengan cara

tatap muka langsung, melakukan

tanya jawab dengan pihak-pihak yang

terkait yang berhubungan dengan

masalah penelitian ini, yaitu staf

bagian kemahasiswaan, ibu/bapak

asrama serta mahasiswa STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Angket/Kuesioner, yaitu

teknikpengumpulan data dengan cara

menyelidiki suatu masalah dan

menyampaikan pertanyaan tertulis

disertai pilihan jawaban untuk

dijawab oleh responden.

Analisis data dilakukan melalui analisis

univariat, bivariat atau analisis Chi Square

dengan menggunakan komputer. Analisis

Univariat digunakan untuk mengetahui

gambaran distribusi frekuensi atau besarnya

proporsi menurut karakteristik atau variabel

yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan

untuk mengetahui hubungan variabel

independen dengan variabel dependen. Test

kemaknaan menggunakan uji statistik Kai

Kuadrat menghasilkan nilai P, dengan α =

5%. Bila nilai P > 0.05 menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan proporsi antara

variabel independen dengan variabel

dependen, dengan kata lain tidak ada

hubungan yang bermakna. Bila nilai P ≤

0.05 menunjukkan ada perbedaan proporsi

antara variabel independen dengan variabel

dependen, dengan kata lain ada hubungan

yang bermakna.

HASIL

A. Analisis Univariat

Tabel 1.

Distribusi kejadian overweight pada

mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

Kejadian

overweight pada

mahasiswa

Jumlah Persen

overweight sedang 17 33,3

overweight berat 34 66,7

Total 51 100,0

Tabel 1 menunjukkan sebagian besar

responden mengalami overweight pada

tahap overweight berat yaitu sebesar 66,7%.

Tabel 2.

Distribusi Pola Makan pada mahasiswa STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang

Pola Makan Jumlah Persen

Sedikit 1 2,0

Sedang 28 54,9

Banyak 22 43,1

Page 9: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

5

Total 51 100,0

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar

responden mempunyai pola makan yang

sedang (kebiasaan makan 4 x 1 sehari)

sebesar 54,9%.

Tabel 3.

Distribusi Mekanisme Pertahanan Diri pada

mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

Mekanisme

Pertahanan Diri Jumlah Persen

Dengan hal lain 25 49,0

Dengan Makan 26 51,0

Total 51 100,0

Tabel 3 dapat di lihat sebagian besar

responden mempunyai mekanisme

pertahanan diri dengan cara makan yaitu

sebesar 51%.

B. Analisis Bivariat

Tabel 4.

Hubungan faktor pola makan dengan

Kejadian overweight pada Mahasiswa

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Kejadian

overweig

ht Pada

mahasisw

a/ Pola

Makan

Overweig

ht sedang Overweig

ht berat

Nila

i p

Jum

lah %

Jum

lah %

0.00

3

Sedikit 0 0,0 1 2,9

Sedang 5

88,

2 13

38,

2

Banyak 2

11,

8 20

58,

9

Total 7

10

0 34

10

0

Hasil analisis hubungan antara pola

makan dengan kejadian overweight pada

mahasiswa diperoleh bahwa kejadian

overweight pada mahasiswa dengan

kategori overweight sedang sebagian besar

terjadi pada mahasiswa dengan pola makan

sedang (88,2%) . Hasil uji statistik

diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat

disimpulkan ada perbedaaan proporsi

kejadian overweight pada mahasiswa

dengan pola makan mahasiswa. Tabel 5.

Hubungan faktor Mekanisme Pertahanan

diri dengan Kejadian overweight pada

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Tabel 5.

Hubungan faktor Mekanisme

Pertahanan diri dengan Kejadian

overweight pada STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

Kejadian

overweight

Pada

mahasiswa

/

Mekanism

e

pertahana

n diri

Overweigh

t sedang

Overweigh

t berat

Nilai

P

Juml

ah %

Juml

ah %

382 Sedikit 10 58,

8

15 44,

12

Sedang 7 41,

2

19 55,

88

Banyak 17 100 34 100

Total 17 100 34 100

Kejadian overweight pada mahasiswa

dengan overweight sedang, sebagian besar

menggunakan mekanisme dengan hal lain

selain makan seperti : tidur, bermain game,

olahraga, shopping, menyendiri, jalan-jalan

di tepi pantai, nonton TV/film atau tidak

masuk kuliah/absen pada perkuliahan yaitu

sebesar 58,8% . Hasil uji statistik diperoleh

nilai p = 0,382 maka dapat disimpulkan

Page 10: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

6

tidak ada perbedaaan proporsi kejadian

overweight pada mahasiswa dengan

mekanisme pertahanan diri mahasiswa.

Tabel 6.

Hubungan faktor Status Sosial Ekonomi dengan

Kejadian overweight pada Mahasiswa STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang. Kejadian

overweigh

t Pada

mahasisw

a / Status

Sosial

Ekonomi

Overweig

ht sedang

Overweig

ht berat

N

Nilai

p

Jum

lah %

Jum

lah %

0,176

Sedikit 1

5,

8 0 0,0

Sedang 0

58

,8 15 4,1

Banyak 6

35

,4 19 5,9

Total 7 00 34

10

0

Hasil analisis hubungan antara status

sosial ekonomi dengan kejadian overweight

pada mahasiswa diperoleh bahwa kejadian

overweight pada mahasiswa dengan

kategori overweight sedang (IMT 23,0-28,0

Kg/M²) sebagian besar terjadi pada

mahasiswa yang status sosial ekonominya

sedang (58,8%). Hasil analisis uji statistik

diperoleh nilai p = 0,176 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi

kejadian overweight pada mahasiswa

dengan status sosial ekonomi mahasiswa.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Pola Makan Mahasiswa.

Pola makan mahasiswa sebagian

besar pada tahap sedang yaitu kebiasaan

makan 4 x 1 piring sedang perhari. Hal

ini menunjukkan bahwa overweight

pada mahasiswa tidak selalu terjadi pada

pola makan yang berlebihan atau banyak

yang disebutkan pada teori,

dimungkinkan karena banyak makanan-

makanan selingan yang sering mereka

konsumsi baik pada waktu menjelang

siang, sore hari maupun menjelang tidur

sesuai dengan data yang diperoleh pada

kuesioner yang disebarkan dan

kemungkinan kecil terjadi pada

mahasiswa yang pola makannya sedikit

seperti data pada tabel 5 menunjukkan

hanya 2,0% dari responden yang pola

makannya sedikit.

2. Gambaran Jenis Makanan Mahasiswa

Jenis makanan yang dikonsumsi

mahasiswa sebagian besar karbohidrat

dikarenakan karbohidrat, contohnya nasi

merupakan makanan pokok penduduk

Indonesia dan khususnya di daerah

Tanjungpinang. Karbohidrat sangat

dibutuhkan oleh tubuh manusia

dikarenakan sebagian besar sekitar (60%

– 75%) energi yang dihasilkan tubuh

bersumber dari karbohidrat. Tetapi jika

energi tersebut tidak digunakan maka

energi tersebut yang dalam bentuk ADP

dan ATP akan menumpuk sehingga

mempercepat terjadinya overweight.

3. Gambaran Mekanisme Pertahanan Diri

Mahasiswa.

Mekanisme pertahanan diri yang

sering diistilahkan dengan koping pada

Page 11: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

7

mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang sebagian besar bersifat

positif antara lain: dengan olahraga,

jalan-jalan dan sebagian kecil yang

absen pada perkuliahan dan menyendiri.

Tetapi dari pengolahan data hanya beda

satu orang saja dengan koping makan,

hal ini memungkinkan sebagian

mahasiswa cenderung menjadi

overweight disebabkan oleh makan yang

tidak terkontrol tujuannya untuk

menghilangkan stres atau tekanan-

tekanan dari sekitar mahasiswa.

Makanan yang dikonsumsi pun banyak

mengandung karbohidrat dan lemak

yang sangat berpotensi menyebabkan

overweight.

4. Gambaran Status Sosial Ekonomi

Mahasiswa.

Status sosial ekonomi mahasiswa

sebagian besar merupakan dari keluarga

yang statusnya sedang dan tinggi yaitu

penghasilan orangtua diatas UMR

Tanjungpinang (≥ Rp. 900.000,-). Hal ini

dimungkinkan karena untuk kuliah di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

memerlukan biaya yang tidak sedikit

sehingga sebagian besar yang kuliah di

STIKES Hang Tuah merupakan

keluarga yang taraf ekonominya

menengah keatas.

5. Hubungan Pola makan dengan Kejadian

Overweight pada Mahasiswa.

Dari hasil analisis data diperoleh

bahwa pola makan mempunyai

perbedaan proporsi yang bermakna

dengan kejadian overweight atau dengan

kata lain ada hubungan yang bermakna

antara pola makan dengan kejadian

overweight mahasiswa ini dapat dilihat

pada uji kemaknaan menggunakan uji

Kai Kuadrat di mana didapat p < 0,05

sehingga H0 ditolak.

Hal ini disebabkan karena kebutuhan

akan nutrien (zat-zat gizi) yang

diperlukan melebihi dari yang

dibutuhkan oleh tubuh dengan kata lain

dengan pola makan yang berlebihan

akan terjadi penumpukan cadangan

makanan dalam bentuk cadangan lemak

dibawah jaringan kulit sehingga

menyebabkan overweight sesuai dengan

teori yang ada pada tinjauan pustaka.

6. Hubungan Jenis Makanan dengan

Kejadian Overweight pada Mahasiswa.

Dari hasil analisis didapat jenis

makanan tidak terlalu significant dengan

kejadian overweight pada mahasiswa

atau tidak ada hubungan antara jenis

makanan dengan kejadian overweight ini

dapat dilihat pada uji kemaknaan dengan

menggunakan uji Kai Kuadrat di mana

didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal

ditolak.

Hal ini dimungkinkan karena pada

kuesioner unsur-unsur nutrien kita

pisahkan satu persatu sedangkan setiap

Page 12: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

8

manusia membutuhkan semua unsur

yang ada pada zat-zat nutrien tersebut.

Pada teori disebutkan jenis makanan

dapat menyebabkan overweight tetapi

hal ini tidak harus menyebabkan

overweight dikarenakan pada

mahasiswa sebagian besar telah tahu

tentang pengaturan gizi seimbang dan

jarang dari mereka yang hanya

mengkonsumsi hanya salah satu unsur

nutrien.

7. Hubungan Mekanisme Pertahanan Diri

dengan Kejadian Overweight pada

Mahasiswa.

Dari hasil analisis diperoleh

mekanisme pertahanan diri atau koping

seseorang tidak ada perbedaan proporsi

atau tidak ada hubungan yang bermakna

antara mekanisme pertahanan diri

dengan kejadian overweight ini dapat

dilihat pada uji kemaknaan

menggunakan uji Kai Kuadrat di mana

didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal

ditolak.

Hal ini dimungkinkan karena

mekanisme pertahanan diri antara

koping dengan makan dan koping

dengan hal lain hanya terpaut satu orang

responden sehingga menunjukkan tidak

semua orang yang mengalami tekanan

atau stres menggunakan mekanisme

untuk mempertahankan diri dengan

pelarian makan. Sehingga mekanisme

pertahanan diri tidak selalu

menyebabkan terjadinya overweight,

tetapi dapat menjadi faktor predisposisi

terjadinya overweight.

8 Hubungan Status Sosial Ekonomi

dengan Kejadian Overweight Pada

Mahasiswa.

Dari hasil analisis menunjukkan

bahwa status sosial ekonomi tidak ada

perbedaan proporsi dengan kejadian

overweight pada mahasiswa atau dengan

kata lain tidak ada hubungan yang

bermakna antara status sosial ekonomi

dengan kejadian overweight pada

mahasiswa ini dapat dilihat dengan uji

kemaknaan dengan uji kai Kuadrat

dengan hasil nilai p > 0,05 sehingga H0

gagal ditolak.

KESIMPULAN

Obesitas dan overweight adalah dua hal

yang berbeda. Obesitas (kegemukan)

adalah suatu keadaan di mana terjadi

penumpukan lemak tubuh yang berlebih,

sehingga berat badan seseorang jauh diatas

normal dan dapat membahayakan

kesehatan, sedangkan overweight

(kelebihan berat badan) adalah keadaan di

mana berat badan seseorang melebihi berat

normal, tetapi obesitas merupakan bagian

dari overweight.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian overweight diantaranya adalah

pola makan, jenis makanan, mekanisme

pertahanan diri dan status sosial ekonomi.

Page 13: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

9

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,

2005, Buku Saku Praktikum

Kebutuhan Dasar Manusia; editor

Monica Ester, EGC, Jakarta.

Anas Tamsuri,2007. Gangguan Pengaturan

Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,

15 Agustus 2007

Azril Kimin, 2008,Kompres Panas atau

Dingin?, 05 November 2008. http:

//www.mail-

archive.com./[email protected]

edia majalah. com/

Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,

Ketika si Kecil Sakit, Terapi

Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua

di Rumah, terjemahan dari buku asli

What To Do When Your Child Gets

Sick oleh Ganjar D, Golden Books,

Jogjakarta.

Harnawatiaj,2008,Penyakit Demam

Berdarah,27 Maret 2008. http://

www. infopenyakit.

com/2008/03/penyakit demam-

berdarah-dbd.html

Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu

Kompres ? 05 November 2008.http:

//www.mail.archive.com/balitaanda

@indoglobal.com/msg.36569.html

Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,

Sains Dalam Keperawatan; Fisika,

Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa

Palupi Widiyastuti; editor bahasa

Indonesia Monica Ester, EGC,

Jakarta.

Litbang,2004,Penanganan Demam

Berdarah Harus Cepat,22 Februari

2004. http: //www.

balipost.co.id/BaliPoscetak/2004/2/

22/kas 2 html.26 k

Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,

Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.

Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,

Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.

Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit

Tropis, IDAI, 30 April 2008.

www.muslimah.or.id

Monica Ester, SKp, 1999, Demam

Berdarah Dengue, Diagnosis,

Pengobatan, Pencegahan dan

Pengendalian, EGC, Jakarta.

Muslimah,2008,Asuhan Keperawatan

Anak Dengan DHF, 29 September

2008.

Page 14: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

10

http://indonesianursing.com/2008/09/

29/askep anak dengan DHF

Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan

Memahami Berbagai Gangguan

Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,

Katahati, Jogjakarta.

Sudigdo Sastro Asmoro, Prof. DR. Dr, SpA.

(K), 2002, Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Edisi ke 2, CV Sagung

Seto,Jakarta.

Suharsimi Arikunto, DR, 1996, Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek,PT Rineka Cipta, Jakarta.

Suharsimi Arikunto,Prof.DR, 2002,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.

Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi

ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.

Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,

1988, Demam Berdarah Pada Anak.

Universitas Indonesia (UI-Press),

Jakarta.

Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,

2005, Demam Berdarah (Dengue)

Pada Anak, Universitas

Indonesia(UI-Press), Jakarta.

Soegeng Soegijanto, 2006, Demam

Berdarah Dengue Edisi Kedua

Cetakan I, Airlangga University

Press, Surabaya.

Susilawati,2004, Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan DHF.

WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan,

waspadai Demam Berdarah, 19

Januari 2004. Danlt;img src=danquot;

images/kata/a.040119;indosiar.com

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

Page 15: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

11

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN

DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT

INAP ANGGREK KELAS III RSU PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI

TANJUNG UBAN TAHUN 2009.

Puji Agung Wibowo1 ,Linda Widiastuti2, Nurhidayati3.

ABSTRAK

Pelayanan keperawatan sebagai salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang memerlukan aspek penilaian dan

perhatian khusus dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan penanganan dalam membantu memecahkan

permasalahan-permasalahan pelayanan kesehatan. Ada 5 dimensi karakteristik yang digunakan oleh klien/ pasien

dalam evaluasi pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yaitu.konsisten menjaga kepercayaan, kenyamanan,

rasa kasih sayang dan kejelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualiatas

pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pada pasien. Metode yang digunakan adalah deskripsi dengan

pendekatan cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dan metode analisa

construktif computer memberikan hasil pada pasien dengan ungkapan kepuasan (72,7%) dan tidak puas 27,3%)

rata-rata pasien yang menunjukkan ungkapan pelayanan baik dihitung (65,5%) dan pelayanan kurang baik

(34,5%) dari hasil tabulasi yang telah didapat bahwa p<0,05 arti Ho menolak, dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kepuasan pelayanan perawatan pasien di ruang Anggrek, rumah sakit

Provinsi Kepulauan Riau.

Kata Kunci : Pelayanan keperawatan, kepuasan pasien, dimensi karakteristik.

ABSTRACT

Service of nursing as one of the service type at hospital needing special assessment aspect because treatment is

tip of lance service of health and often used as indicator service of certifiable health and also share and

determining satisfaction level of patients. There are five characteristic dimensions that used by all clients / patients

in evaluating the quality of service including service of treatment that are reliability, responsiveness, assurance,

empathy, tangibles. As for intention of this research is to check relation between quality of service of treatment

with satisfaction level of patient. Method which used is descriptive with approach of cross-sectional. Analysis

which used is analysis of univariat and bivariat and Method analysis constructively computer give result of patient

by expressing to satisfy ( 72,7%) and dissatisfy (27,3), meanwhile patient express good service counted (65,5%)

and bad service counted (34,5%). From tabulation result traverse to be got that p < 0,05 meaning Ho refused,

hence result of research express that there is relation, having a meaning between service of treatment to

satisfaction of patient in Orchid room, Public Hospital of Province Archipelago Of Riau.

Key words : Service of nursing , satisfaction of patient, characteristic dimensions.

Page 16: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

12

LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan telah mengalami

proses perubahan orientasi nilai dan

pemikiran. Fungsi rumah sakit yang tadinya

sebagai tempat untuk pengobatan penyakit,

kini telah berkembang kearah kesatuan

upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat

mencakup aspek promotif, preventif dan

rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini

bukan hanya pada terselenggaranya

program saja tetapi telah menekankan aspek

mutu/kualitas pelayanan.

Kualitas pelayanan kesehatan seperti di

rumah sakit, merupakan suatu fenomena

unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat

berbeda diantara orang-orang yang terlibat

dalam pelayanan kesehatan. Kualitas

pelayanan menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap

pasien.

Pelayanan keperawatan sebagai salah

satu jenis pelayanan di rumah sakit yang

memerlukan aspek penilaian khusus dan

menjadi perhatian dikarenakan hal tersebut

berkaitan dengan penanganan dalam

membantu memecahkan permasalahan-

permasalahan pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan mempunyai posisi

yang strategis dalam menentukan mutu

karena jumlah perawat yang lebih banyak

dan paling lama kontak dengan pasien.

Dengan demikian maka keperawatan

adalah ujung tombak pelayan kesehatan dan

sering digunakan sebagai indikator

pelayanan kesehatan yang bermutu serta

berperan serta dalam menentukan tingkat

kepuasan klien.

BAHAN DAN CARA

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat

Inap Anggrek Kelas III Rumah sakit Umum

Provinsi Kepulauan Riau selama 1 bulan

dari tanggal 09 februari 2009 sampai

dengan tanggal 28 februari 2009.

Penelitian ini menggunakan teknik

questionnaire (angket). Teknik ini

merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab.

Questionnaire merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu mengenai informasi yang akan

diperoleh dari responden. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah questionnaire dengan likert scales

dengan memodifikasi pada bagian kualitas

pelayanan.

Pertanyaan dirancang berdasar pada

ukuran yang relevan dan saling membangun

terutama beberapa materi skala

pengukuran. Uji coba kuesioner dilakukan

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

pernyataan di dalam questionnaire.

Validitas menunjukkan sejauh mana alat

Page 17: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

13

ukur (instrument) dapat mengukur secara

tepat sesuatu yang akan diukur, sedangkan

reliabilitas menunjukkan kemampuan suatu

alat ukur (instrument) dapat mengukur

sesuatu yang akan diukur secara konsisten

dari waktu ke waktu. Uji validitas

menggunakan tehnik product moment

correlation dari Pearson dan uji reliabilitas

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

Pada uji validitas, untuk menguji tingkat

korelasi dari tiap pertanyaan, hasil uji r

hitung dibandingkan dengan r tabel.

Berdasarkan pada model ini, ditemukan

hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak

15 butir indikator yang menyusun model

pertanyaan pelayanan keperawatan

mempunyai nilai > 0, 434. Hasil dari uji

validitas menghasilkan 15 butir pernyataan

yang valid. Selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha pada 15 butir pertanyaan

yang telah dikatakan valid.

HASIL

a. Karakteristik Responden

Tabel 1.

Distribusi Responden

Menurut Umur di Instalasi Rawat Inap

Anggrek Klas III Rumah sakit Umum

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 UMUR FREKWENSI %

< 25 tahun 5 9,1

26-35 tahun 25 45,5

36 – 45 tahun 21 38,2

46 – 55 tahun 4 7,3

Jumlah 55 100

Terlihat bahwa dari 55 responden,

sebagian besar terdapat dari kelompok

umur 26 – 35 tahun sebanyak 25 orang

(45,5%).

Tabel 2.

Distribusi Responden

Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi Rawat Inap

Angrek Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau

Tahun 2009

PENDIDIKAN FREKWENSI %

SD 2 3,6

SLTP 13 23,6

SLTA 34 61,8

AKADEMI/PT 6 10,9

Jumlah 55 100

Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan

untuk mengelompokkan tingkat pendidikan

responden, hasil pengujian presentase

mendapatkan mayoritas dari mereka

berlatar belakang berpendidikan SLTA

dengan jumlah 34 orang (61,8%).

Tabel 3.

Distribusi Responden Berdasarkan

Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap

Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau

Tahun 2009

UMUR FREKWENSI %

PNS 8 14,5

TNI 7 12,7

SWASTA 35 63,3

LAINNYA 5 9,1

Jumlah 55 100

Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan

untuk mengelompokkan pekerjaan

responden, hasil pengujian presentase

mendapatkan mayoritas dari mereka adalah

Page 18: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

14

pegawai swasta dengan jumlah 35 orang

(63,3%).

B. Pelayanan Keperawatan

Tabel 4.

Kualitas Pelayanan Keperawatan

di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah

Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009

JENIS

PELAYANAN FREKWEN

SI %

Buruk 19 34,5

Baik 36 65,5

Jumlah 55 100

Hasil pengolahan data terhadap 55

jawaban responden didapatkan hasil 19

orang (34,5%) menyatakan pelayanan

keperawatan di Instalasi Rawat Inap

Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum

Provinsi Kepulauan Riau tergolong buruk

akan tetapi 36 orang (65,5 %) menyatakan

pelayanan keperc. Kepuasan Pasien

terhadap Pelayanan Keperawatan.

C. Kepuasan Pasien terhadap

Pelayanan Keperawatan

Tabel 5.

Tingkat Kepuasan Pasien terhadap

Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap

Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau

Tahun 2009

TINGKAT

KEPUASAN FREKWEN

SI %

Kurang Puas 15 27,3

Puas 40 72,7

Jumlah 55 100

Hasil pengolahan data tentang kepuasan

pasien didapatkan hasil 15 orang (27,3%)

menyatakan kurang puas dengan pelayanan

keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi

Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit

Umum Provinsi Kepulauan Riau akan tetapi

40 orang (72,7 %) menyatakan puas dengan

pelayanan keperawatan.

D. Analisa Hubungan Kualitas

Pelayanan Keperawatan dengan

Tingkat Kepuasan Pasien.

Tabel 6.

Hubungan kualitas pelayanan

keperawatan dengan tingkat

kepuasan pasien di Rawat Inap Anggek

Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2009

KEPUASAN KURANG

PUAS PUAS TOTAL

Buruk 12 7 19

Baik 3 33 36

Total 15 40 55

Chi Square Hitung = 18,846 df= 1

p = 0,00

PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari pengolahan

data terhadap ke 55 jawaban responden

dengan menggunakan uji chi Square dapat

disimpulkan bahwa p (0,00) < α (0,05), hal

ini berarti bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kualitas pelayanan

keperawatan dengan tingkat kepuasan

pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek

Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2009 (tabel 8).

Hasil pengolahan data tentang kepuasan

Page 19: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

15

pasien didapatkan hasil 40 orang (72,7%)

menyatakan puas dengan pelayanan

keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi

Rawat Inap Anggrek Kelas III Rumah Sakit

Umum Provinsi Kepulauan Riau, namun 15

orang (27,7 %) menyatakan kurang puas

dengan pelayanan keperawatan. Dari data

di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar

pasien puas dengan pelayanan keperawatan

yang telah dilakukan oleh perawat di

Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III

Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan

Riau, hal tersebut berarti bahwa apa yang

diterima pasien tentang pelayanan

keperawatan sesuai dengan harapan.

Sesuai dengan Pendapat dari Kotler

(2003 : 61) mendefinisikan kepuasan

sebagai perasaan senang atau kecewa

seseorang yang dialami setelah

membandingkan antara persepsi kinerja

atau hasil suatu produk dengan harapan-

harapannya.

Jika harapan pasien ini sesuai dengan

apa yang dialami dan dirasakan melebihi

harapannya sudah dapat dipastikan pasien

tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang

dialami dan dirasakan pasien tidak sesuai

dengan harapannya, misal pelayanannya

tidak ramah, tidak tanggap, pelayanan

lambat sudah dapat dipastikan pasien tidak

merasa puas. Kepuasan pasien dapat

diketahui setelah pasien menggunakan atau

menerima produk dan jasa pelayanan.

Dengan kata lain kepuasan pasien

merupakan evaluasi atau hasil evaluasi

setelah membandingkan apa yang dirasakan

dengan harapannya. (Kakawit, 1992)

Pasien yang puas akan setia lebih lama,

kurang sensitif terhadap harga dan memberi

komentar yang baik tentang pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Untuk

menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit

harus menciptakan dan mengelola suatu

sistem untuk memperoleh pasien yang lebih

banyak dan kemampuan untuk

mempertahankan pasiennya. Kotler (dalam

Zulian Yamit, 2005 : 80)

Hasil yang diperoleh dari pengolahan

data dengan menggunakan uji chi Square

dapat disimpulkan bahwa p (0,00) < α

(0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan

yang bermakna antara kualitas pelayanan

keperawatan dengan tingkat kepuasan

pasien di Instalasi rawat Inap Anggrek

Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2009. Berdasarkan

tabel 7 dapat disimpulkan bahwa dari 55

orang responden, 12 orang (21,82 %)

menyatakan kurang puas dengan pelayanan

keperawatan dan menyatakan bahwa

pelayanan keperawatan tersebut buruk, 7

orang (12,73%) menyatakan puas tapi

pelayanan keperawatan termasuk buruk,

sedangkan hasil lainnya adalah 3 orang

(5,45 %) orang menyatakan kurang puas

dengan pelayanan keperawatan tetapi

menyatakan pelayanan adalah baik, hal

tersebut berhubungan dengan faktor-faktor

Page 20: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

16

lain, dan yang terakhir 33 orang (60 %)

menyatakan puas dengan pelayanan

keperawatan yang baik. Dari data diatas

dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden menyatakan puas dengan

pelayanan keperawatan yang telah

dilakukan perawat di Instalasi Rawat Inap

Kelas III Rumah Sakit Umum Kepulauan

Riau. Dan jika dilihat tingkat hubungan

antara pelayanan keperawatan dengan

kepuasan maka sangat signifikan. Temuan

ini menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara kualitas

pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien.

Berarti makin tinggi kualitas pelayanan

keperawatan maka akan meningkat pula

kepuasan pasien, hal ini sebabkan harapan

mereka tentang pelayanan sesuai dengan

apa yang mereka terima. Menurut Azwar

(1996) kualitas pelayanan kesehatan

menunjukkan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan dalam menimbulkan

rasa puas pada diri setiap pasien. Makin

sempurna kepuasan tersebut, makin baik

pula kualitas pelayanan kesehatan.

Kepuasan pasien ini sangat penting karena

berhubungan dengan eksistensi suatu

Rumah Sakit, karena jika pasien puas dapat

membentuk persepsi dan selanjutnya dapat

memposisikan produk di layanan di mata

pelanggannya.

Dengan demikian diharapkan bahwa di

Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan

Riau sendiri untuk tetap menjaga mutu

pelayanan keperawatan dan meningkatkan

pelayanan keperawatan yang dianggap

pasien masih kurang sehingga harapan

pasien dapat terpenuhi dan tercipta

kepuasan.

KESIMPULAN

Fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk

pengobatan penyakit, kini telah

berkembang kearah kesatuan upaya

pelayanan untuk seluruh masyarakat

mencakup aspek promotif, preventif dan

rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini

bukan hanya pada terselenggaranya

program saja tetapi telah menekankan aspek

mutu/kualitas pelayanan. Semakin tinggi

kualitas pelayanan keperawatan maka akan

meningkat pula kepuasan pasien.

Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan

Riau harus tetap menjaga mutu pelayanan

keperawatan dan meningkatkan pelayanan

keperawatan yang dianggap pasien masih

kurang sehingga harapan pasien dapat

terpenuhi dan tercipta kepuasan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T, Y.1999, Management

Administrasi RS, Edisi kedua, UI,

Jakarta

Anjaswarrni T, et all, 2002, Jurnal

Keperawatan Indonesia, Vol

6,Fakultas Ilmu Keperawatan UI,

Jakarta

Page 21: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

17

Assauri, Sofjan. 2003, Customer Service

yang Baik Landasan Pencapaian

Customer Satisfaction dalam

Usahawan, No. 01, Tahun XXXII,

Januari, hal. 25-30 : Jakarta.

Azwar A, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan

Keperawatan Kesehatan, Pustaka

Sinar Harapan, Jakarta

________, 1996, Pengantar Administrasi

Kesehtan, Binarupa Aksara, Jakarta

Kesehatan RI, 2005, Instrumen Evaluasi

Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan Di Rumah Sakit, Ditjen

Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2001, Petunjuk

Pelaksanaan Indikator mutu

pelayanan Rumah Sakit, Ditjen

Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.

Gaspersz, Vincent. 2002, Manajemen

Kualitas dalam Industri Jasa.

Gramedia :Jakarta.

Kotler, Philip 2003, Marketing

Management. Prentice Hall : New

Jersey.

Notoatmodjo, Sukijo 2002. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Penerbit PT

Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan

Penelitian Ilmu Keperawatan :

Pedoman skripsi, Tesis dan instrumen

penelitian, Salemba Medika, Jakarta

Penelitian pengukuran mutu RS II, 2006,

http/:www.

images.trimor.multiply.com

RSUP Kepulauan Riau, 2008, Profil Rumah

Sakit Umum Provinsi Kepulauan

Riau.

____________, 2008, Rekam Medik

Rumah Sakit Umum Provinsi

Kepulauan Riau.

Purnama, Nursya,bani. 2006. Manajemen

Kualitas Perspektif Global. Edisi

Pertama, Cetakan Pertama. Penerbit

Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi

UII Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2002, SPSS Versi 10

Mengolah Data Statistik Secara

Profesional, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta

Supranto J, 2002 Metode riset Aplikasi

dalam Pemasaran, Edisi 7, Rineka

Cipta, Jakarta

Setiadi, 2007, Konsep dan penulisan Riset

Keperawatan, Edisi Pertama, Graha

Ilmu, Yogyakarta

Page 22: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

18

Tjiptono, Fandi dan Gregorius Candra.

2005. Service, Quality, and

Satisfaction. Andi Offset:

Yogyakarta.

________. 2005, Manajemen Kualitas

Produk dan Jasa. Edisi

Pertama,cetakan keempat, Penerbit

Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi

UII Yogyakarta.

Wexley KN, Yukl GA, 1998, Perilaku

Organisasi dan Psikologi Personalia,

Bina Aksara, Jakarta

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Mahasiswi STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang

Page 23: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

19

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN

KOMPRES DINGIN DALAM MEMBANTU MENURUNKAN SUHU

TUBUH PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG RAWAT INAP

PULAU SUBI KECIL RUMKITAL Dr. MIDIYATO S

TANJUNGPINANG TAHUN 2009.

Syamilatul Khariroh1, Dede Satia S2, Apit Komar3

ABSTRAK

Pemanfaatan kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu klien untuk menurunkan demam sampai saat

ini masih terdapat perbedaan terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Rumah Sakit TNI AL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk membuktikan efektifitas pemanfaatan

kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu menurunkansuhu tubuh klien dengan DHF yang mengalami

demam. Penelitian ini bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Kompres

Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang

Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Pengumpulan data melalui Pre

Eksperimen terhadap 30 responden masing-masing dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan

kompres hangat dan perlakuan kedua dengan kompres dingin pada pasien yang sama dalam waktu yang berbeda.

Hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (significant) suhu setelah diberikan kompres hangat

dibandingkan kompres dingin. Kompres hangat lebih efektif daripada kompres dingin. Perlu upaya peningkatan

pengetahuan perawat tentang perkembangan pemberian asuhan keperawatan kompres yang efektif, serta adanya

komitmen penyamaan visi dan protap pemberian kompres yang efektif di tempat-tempat pelayanan kesehatan,

perlunya penyampaian informasi pengetahuan yang tepat kepada masyarakat tentang pemberian kompres yang

efektif.

Kata Kunci : Efektif, Kompres Hangat, Kompres Dingin.

ABSTRACT

Utilization compress and warm in the cold compress to help clients to reduce fever, still there is a difference,

especially in the implementation of nursing care at the Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Goal of

this research is done to prove the effectiveness and utilization of warm compress cold compress to help reduce

body temperature with clients who have a fever DHF. This study is experiment that aims to determine the

effectiveness of warm compress and cold compress to help reduce the patients body temperature of children with

DHF in the inpatient room Subi Kecil Island Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang 2009. Collecting data

through Pre Experiment of 30 respondents each with two treatment that is the first treatment with the warm

compress and second treatment with the cold compress on the same patient in different time. The results obtained

that there are meaningful differences (significant) temperature after a given of warm compress compared to cold

compress. Warm compress more effectively that cold compress. Its need to increase nurse knowledge about the

development of the giving nursing care compress effective, and commitment of vision equation and effective

permanent procedure compress provision of places in health service, its need to delivery the right information to

the public about the effective using of compress. Key words : Knowledge, attitudes to smoking activity.

Key words : Effective,Warm Compress, Cold Compress.

LATAR BELAKANG

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue terutama terdapat pada anak dan

Page 24: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

20

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri

otot dan sendi, dan biasanya memburuk

pada dua hari pertama (Prof.dr.

ArjatmoTjokronegoro, 1996;417).

Demam pada penyakit demam berdarah

terjadi secara mendadak antara 38,50C-

400C. Pada anak-anak terjadi peningkatan

suhu yang mendadak. Demam akan terjadi

terus menerus dan hanya menurun sebentar

setelah diberikan obat penurun panas. Pada

hari sakit ke 3-5 terjadi gejala lanjutan yang

merupakan saat-saat berbahaya, suhu badan

akan turun jadi seolah-olah anak sembuh

karena sudah tidak demam lagi. Yang perlu

diperhatikan saat ini adalah tingkah laku si

anak. Apabila demam menghilang, anak

tampak segar dan mau bermain serta

makan/minum,biasanya termasuk demam

dengue ringan. Tetapi apabila demam

menghilang tetapi anak bertambah lemah,

ingin tidur dan tidak mau makan/minum

apapun, apalagi disertai nyeri perut, ini

merupakan tanda awal shock.

Dalam keadaan demam tubuh banyak

kekurangan cairan tubuh karena terjadi

penguapan yang lebih banyak daripada

biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila

anak terus menerus muntah atau tidak mau

minum, sehingga pertolongan pertama yang

terpenting adalah memberikan minum

sebanyak-banyaknya. Demam yang tinggi

juga akan mengurangi cairan tubuh dan

dapat menyebabkan kejang pada anak yang

mempunyai riwayat kejang bila demam

tinggi. Oleh karena itu harus segera

diberikan obat penurun panas. Kompres

dapat membantu bila anak menderita

demam terlalu tinggi. Sebagai tambahan,

untuk anak yang mempunyai riwayat

kejang demam disamping obat penurun

panas dapat diberikan obat anti

kejang.(Sabrina, 2008)

Suhu tubuh adalah cerminan dari

keseimbangan antara produksi dan

pelepasan panas. Keseimbangan ini diatur

oleh pengatur suhu (termostat) yang

terdapat di otak tepatnya di hipotalamus.

Pada orang normal, termostat ini diatur

pada suhu 36,5 0C - 37,2 0C. Sedangkan

bila kenaikan suhu lebih dari 41,20C

disebut hiperpireksia (dr. Sinarty Hartanto,

2008).

Demam adalah kondisi dimana otak

menetapkan suhu di atas seting normal

yaitu diatas 38 0C. Namun demikian, panas

yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5

0C. Akibat tuntutan peningkatan seting

tersebut maka tubuh akan memproduksi

panas. (dr. Purnamawati, 2007)

Kompres dilakukan untuk mengeluarkan

panas yang ada dalam tubuh. Panas tubuh

keluar melalui pembuluh-pembuluh darah

besar yang dekat dengan kulit yang berada

di leher, axila dan lipatan paha. Sehingga,

bila melakukan kompres untuk menurunkan

suhu tubuh, kompres di tempat tersebut,

jangan di dahi karena tidak banyak

manfaatnya. Kalau hanya dahi yang

Page 25: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

21

dikompres, maka yang dingin cuma

dahinya saja sementara tubuh tetap panas.

(dr. Sinarty Hartanto, 2008)

Namun perlu diingat, kompres dilakukan

bukan untuk keadaan darurat bila anak

demam. Kompres dipakai untuk membantu

penurunan suhu tubuh disamping

pemberian obat penurun panas. Jika anak

panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan

kompres tapi memberikan obat penurun

panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,

barulah dibantu dengan kompres. Jika

cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan

kompres lagi.(dr.Sinarty Hartanto, 2008 )

Beberapa tahun lalu, semua orang tua

menggunakan lap yang dibasahi air dingin/

es untuk mengompres anak bila demam,

seperti yang dianjurkan tenaga medis dan

buku-buku kesehatan. Dan beberapa tahun

belakangan mulai muncul anjuran dari

dunia medis untuk menggunakan kompres

panas atau air hangat, yang seakan-akan

menyalahkan teori kompres masa lalu.

Banyak orang tua yang bingung dengan

fenomena ini, metode kompres apa yang

akan dipilih.

Kedua metode kompres ini punya

argumen pembenaran sendiri-sendiri,

sehingga sulit untuk menyalahkan secara

mutlak. Yang setuju dengan kompres

dingin agaknya berlindung kepada hukum

fisika bahwa panas dari suatu tempat bisa

berkurang setelah diserap benda lain .

Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain

dingin maka suhu tubuh akan turun

mendekati normal. Yang setuju dengan cara

kompres panas berargumen kompres dingin

itu sebenarnya tidak begitu efektif

menurunkan panas. Karena kontak dengan

air dingin maka pembuluh darah yang

kontak dengan kain kompres dingin akan

menciut (vasokonstriksi) sehingga

menyulitkan pengeluaran panas. (Azril

Kimin, 2008)

Kompres untuk demam karena infeksi

virus pada penyakit DHF di kalangan

masyarakat (dan mungkin juga di kalangan

dokter) terdapat dua pendapat, yaitu

kompres hangat dan kompres dingin.

Pendapat tentang kompres dingin

berargumen bahwa panas tubuh harus

dibuang dengan cara kompres dengan

sesuatu yang dingin yang bisa menyerap

panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau

kompres dengan air hangat justru malah

sebaliknya.

Pendapat tentang kompres air hangat

berargumen bahwa kompres dingin justru

merangsang tubuh untuk memproduksi

panas karena saraf menerima informasi

bahwa di luar tubuh (di kulit) suhu lebih

rendah. Kalau kompres dengan air hangat

tubuh akan terangsang untuk mengeluarkan

keringat dan kemudian suhu tubuh akan

turun.

Senada dengan dikotomi di atas. Pakaian

untuk orang demam juga ada dua pendapat.

Pendapat yang pertama (mungkin

Page 26: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

22

pendukung kompres dingin) mengatakan

bahwa orang demam jangan diselimuti

bahkan pakaiannya harus tipis supaya panas

tubuh bisa bebas lepas keluar. Pendapat

yang lain (mungkin pendukung kompres

hangat) mengatakan bahwa orang demam

harus menggunakan pakaian tebal dan

diselimuti supaya berkeringat dan suhu

tubuh turun. (Harnawatiaj, 2008). Dari

fenomena tersebut tampak bahwa

informasi pengetahuan tentang kompres

masih belum diketahui secara

merata/meluas sepenuhnya oleh masyarakat

termasuk juga oleh tenaga kesehatan dokter

ataupun perawat.

Menurut Sabrina Maharani, Februari

2008 dalam bukunya berjudul “Mengenal

dan Memahami Berbagai Gangguan

Kesehatan Anak” mengatakan bahwa

pemberian kompres pada anak dengan DHF

adalah kompres hangat. Demikian juga

menurut Gloria Mayer & Ann Kuklierus,

Juli 2008 dalam bukunya berjudul “ What

To Do When Your Child Gets Sick”

mengatakan bahwa untuk membantu

menurunkan demam pada anak adalah

dengan mengompres air hangat hangat

kuku. Sedangkan menurut penelusuran

dalam beberapa journal dikatakan bahwa

kompres yang diberikan pada anak dengan

DHF adalah kompres dingin, sementara

pada jurnal lainnya mengatakan bahwa

kompres yang diberikan pada anak dengan

DHF adalah kompres hangat. Beberapa

penelusuran tersebut antara lain :

Tindakan yang perlu dilakukan untuk

orang yang akan atau sudah terkena demam

berdarah salah satunya adalah dengan

pemberian kompres dingin (Litbang, 2004).

Sedangkan menurut (Harnawatiaj,2008)

Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh

pada anak dengan DHF adalah pemberian

kompres hangat, dengan rasional

vasodilatasi dapat meningkatkan

penguapan yang mempercepat penurunan

suhu tubuh. Lain halnya menurut

(Hardiansyah, Juni 2008) bahwa

hiperpireksia pada DHF dapat diatasi

dengan memberikan kompres air hangat

atau dingin ditambah antipiretik, demikian

juga menurut (Pustekkom, 2005) bahwa

kompres yang diberikan pada anak dengan

DHF adalah kompres air es.

Pendapat (Arsifa, Maret 2007) bahwa

Penanganan kompres untuk anak dengan

DHF adalah kompres air hangat, tetapi

menurut (Susilawati, 2004) Intervensi

keperawatan pada diagnosa keperawatan

hipertermi (suhu tubuh lebih dari 40°C)

anak dengan DHF adalah berikan kompres

dingin (air biasa). Demikian juga menurut

(Muslimah, 2008) Pada intervensi

keperawatan hipertermi berhubungan

dengan infeksi virus dengue adalah

kompres air kran dengan rasional kompres

dingin akan terjadi pemindahan secara

konduksi. Pengobatan lain selain yang

Page 27: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

23

bersifat suportif dan simtomatif pada

penderita DHF adalah kompres hangat

(Maroji’, 2008)

Perencanaan Keperawatan pada

penderita DHF diantaranya adalah berikan

kompres hangat, rasional : dengan

vasodilatasi dapat meningkatkan

penguapan yang mempercepat penurunan

suhu tubuh (Effendy,Christiantie,1995).

Tetapi lain halnya dengan (Otong, 2004)

menurutnya Pertolongan Pertama pada

penderita Demam Berdarah Dengue salah

satunya adalah Pemberian Kompres Dingin.

Demikian juga menurut (WAP

INDOSIAR, 2004) bahwa Tindakan yang

harus dilakukan bila ada penderita Demam

Berdarah salah satunya adalah kompres

dengan air es, sama halnya menurut

(Harnawatiaj, 2008) menurutnya

Pengobatan penyakit Demam Berdarah

salah satu diantaranya adalah dengan

melakukan kompres dingin. Tetapi menurut

(Mother and Baby, 2007) bahwa pada saat

anak mulai demam, kompres dengan air

hangat. Sama halnya menurut pendapat

(Pusponegoro Hardiono, 2007) bahwa cara

mengompres yang benar pada anak yang

mengalami demam adalah lap dengan air

hangat.

BAHAN DAN CARA

Dalam penelitian menggunakan desain

Pre Eksperimen , untuk mencari perbedaan

yang bermakna efektifitas pemberian

kompres hangat dan kompres dingin dalam

membantu menurunkan suhu tubuh pasien

anak dengan DHF. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien anak

yang menderita DHF umur 0-12 tahun

dengan disertai tanda/gejala demam ≥ 38

0C. Lokasi penelitian di ruang rawat inap

pulau Subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S

Tanjungpinang mulai tanggal 30 Januari

sampai dengan 21 Februari 2009.

Prosedur pengumpulan data yaitu

dengan mengukur terlebih dahulu suhu

tubuh pasien sebagai langkah awal

penelitian selanjutnya dilakukan kompres

kepada pasien sesuai kriteria penelitian.

Kompres hangat dilakukan pada pagi hari

selama 15 menit, setelah dilakukan

kompres selanjutnya pasien diukur suhu

tubuhnya dengan menggunakan

thermometer air raksa. Kemudian pada

siang/sore harinya dilakukan kompres

dingin pada pasien yang sama. Selanjutnya

dilakukan tabulasi dan analisis data

menggunakan system komputer.

Untuk mengetahui apakah suhu

responden yang diberikan kompres dingin

dan kompres hangat adalah Matching

(sama), dilakukan uji statuistik Uji-t data

independent. Untuk mengetahui efektifitas

kompres dalam menurunkan suhu tubuh

dilakukan Uji-t data berpasangan (Paired t-

test). Penafsiran uji statistic digunakan cara

sebagai berikut :

Page 28: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

24

1) Jika nilai probabilitas (P-value)

> α, maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada

perbedaan antara pemberian kompres

dingin dengan kompres hangat dalam

menurunkan suhu tubuh pasien anak

dengan DHF.

2) Jika nilai probabilitas (p-value) <

α, maka Ho ditolak artinya ada perbedaan

antara pemberian kompres dingin dengan

kompres hangat dalam menurunkan suhu

tubuh pasien anak dengan DHF.

HASIL

Responden dalam penelitian ini

berjumlah 30 orang yaitu pasien anak yang

menderita DHF yang dibagi dalam dua

perlakuan kompres yaitu masing masing

dilakukan kompres hangat dan kompres

dingin dalam waktu yang berbeda. Sebelum

dilakukan kompres hangat maupun

kompres dingin terlebih dahulu diukur suhu

tubuh dari masing-masing pasien tersebut,

untuk selanjutnya dilakukan kembali

pengukuran suhu tubuh pasien setelah

dilakukan kompres hangat maupun

kompres dingin.

Rata-rata suhu tubuh pasien sebelum

dilakukan kompres hangat adalah 38,710C,

sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien

sesudah dilakukan kompres hangat adalah

36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum

dilakukan kompres dingin adalah 38,160C,

sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien

sesudah dilakukan kompres dingin adalah

37,290C.

Penelitian dilanjutkan dengan

melakukan Uji – t Data Independent

(Independent t-Test) bertujuan untuk

menguji metode pemberian kompres mana

yang lebih efektif dalam menurunkan suhu

tubuh pasien anak dengan DHF. Untuk

mengetahui distribusi frekuensi pengukuran

suhu tubuh rata-rata sebelum dan sesudah

dilakukan kompres hangat dan dingin pada

pasien anak dengan DHF, dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Pengukuran Suhu

Tubuh Rata-rata Sebelum dan Sesudah dilakukan

Kompres Hangat dan Dingin Pada Pasien Anak

Dengan DHF Di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil

Rumkital

Dr. Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Metode

Kompres

Suhu

rata-rata

sebelum

kompres

Suhu rata-

rata

sesudah

kompres

Nilai p

Kompres

Hangat

38,710C 36,630C 0,009

Kompres

Dingin

38,160C 37,290C 0,009

PEMBAHASAN

Dari penelitian dilakukan kompres

hangat dan kompres dingin untuk

mengetahui efektifitas penurunan suhu

tubuh. Penelitian di mulai dengan

melakukan uji dengan menggunakan

kompres hangat terlebih dahulu.

Kompres yang lazim digunakan untuk

membantu menurunkan suhu tubuh anak

yang mengalami demam adalah kompres

Page 29: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

25

hangat. Sebab dengan suhu di luar terasa

hangat maka tubuh akan

menginterpretasikan bahwa suhu di luar

cukup panas. Dengan demikian tubuh akan

menurunkan pengatur suhu di otak supaya

tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh

lagi. Disamping itu lingkungan luar yang

hangat akan membuat pembuluh darah tepi

di kulit melebar atau mengalami

vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori

kulit terbuka sehingga akan mempermudah

pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty

Hartanto,2007). Asuhan keperawatan

penurunan suhu tubuh pada anak dengan

DHF adalah pemberian kompres hangat,

dengan rasional vasodilatasi dapat

meningkatkan penguapan yang

mempercepat penurunan suhu tubuh.

(Harnawatiaj, Maret 2008)

Hasil analisis menunjukkan rata-rata

suhu sebelum dilakukan kompres hangat

adalah 38,71oC, sedangkan rata-rata suhu

setelah dilakukan kompres hangat adalah

36,63oC. Dari uji t data berpasangan

didapatkan p-value sebesar 0,000 yang

lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Ini

berarti bahwa Hipotesis Null ditolak,

interpretasinya adalah bahwa ada

perbedaan yang bermakna antara suhu

sebelum dan sesudah dilakukan kompres

hangat, kompres hangat efektif dalam

menurunkan suhu tubuh.

Penelitian kedua dengan menggunakan

kompres dingin. Hasil analisis

menggunakan kompres dingin adalah

38,16oC, rata-rata suhu setelah dilakukan

kompres dingin adalah 37,29oC. Dari uji t

data berpasangan didapatkan p-value

sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha

sebesar 0,05. Ini berarti bahwa Hipotesis

Null ditolak interpretasinya adalah bahwa

ada perbedaan yang bermakna antara suhu

sebelum dan sesudah dilakukan kompres

dingin. Kompres dingin juga efektif dalam

menurunkan suhu tubuh.

Hal ini sesuai dengan sebuah pendapat

bahwa pemberian kompres pada pasien

demam adalah dengan kompres dingin,

pendapat ini mengacu kepada hukum fisika

bahwa panas dari suatu tempat bisa

berkurang setelah diserap benda lain .

Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain

dingin maka suhu tubuh akan turun

mendekati normal (Azril Kimin,2008).

Pendapat lain tentang kompres dingin

mengatakan bahwa panas tubuh harus

dibuang dengan cara kompres dengan

sesuatu yang dingin yang bisa menyerap

panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau

kompres dengan air hangat justru malah

sebaliknya (Harnawatiaj, 2008).

Untuk menguji apakah perbedaan ini

bermakna secara statistik, dilakukan uji t

data independen. Hasil uji Levene’s Test for

Equality of Variances di dapatkan nilai p

sebesar 0,009 yang lebih rendah dari nilai

alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah

varian kedua sampel adalah berbeda,

Page 30: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

26

sehingga menggunakan asumsi varian yang

tidak sama (equal variances not assumed).

Hasil uji t-test for Equality of Means

menggunakan asumsi varian yang tidak

sama didapatkan nilai p (p-value) sebesar

0,000 yang lebih kecil dari alpha sebesar

0,05. Interpretasinya adalah terdapat

perbedaan yang bermakna rata-rata suhu

sebelum dilakukan kompres. Rata-rata

suhu sebelum kompres hangat lebih tinggi.

Rata-rata suhu setelah dilakukan

kompres hangat adalah 36,63oC, sedangkan

rata-rata suhu setelah dilakukan kompres

dingin adalah 37,29oC. Tampak bahwa

rata-rata suhu setelah diberikan kompres

hangat lebih rendah dari rata-rata suhu

setelah diberikan kompres dingin. Padahal

rata-rata suhu sebelum diberikan kompres

lebih tinggi pada sampel yang diberikan

kompres hangat. Untuk menguji apakah

perbedaan ini bermakna (significant) secara

statistik dilakukan uji t data independen.

Dari hasil uji t data independen bagian

pertama yaitu untuk menguji apakah kedua

sampel memiliki varian yang sama, dengan

menggunakan uji Levene’s Test for

Equality of Variances di dapatkan nilai p (p-

value) sebesar 0,055 yang lebih besar dari

alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah

varian kedua sampel adalah sama, sehingga

uji t menggunakan asumsi varian yang sama

(equal variances assumed). Hasil uji t-test

for Equality of Means menggunakan

asumsi varian yang sama didapatkan nilai p

(p-value) sebesar 0,000 yang lebih kecil

dari alpha sebesar 0,05. Interpretasinya

adalah Ho ditolak, artinya terdapat

perbedaan yang bermakna (significant)

suhu setelah diberikan kompres hangat

dibandingkan dengan kompres dingin.

Kompres hangat lebih efektif dalam

menurunkan suhu tubuh.

KESIMPULAN

Kompres dapat dipakai untuk membantu

penurunan suhu tubuh disamping

pemberian obat penurun panas. Jika anak

panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan

kompres tapi memberikan obat penurun

panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,

barulah dibantu dengan kompres. Jika

cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan

kompres lagi.

Ada 2 macam kompres yaitu kompres

hangat dan kompres dingin. Dari hasil

penelitian dapat didapat kesimpulan yaitu

Kompres hangat lebih efektif dalam

menurunkan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,

2005, Buku Saku Praktikum

Kebutuhan Dasar Manusia; editor

Monica Ester, EGC, Jakarta.

Anas Tamsuri, 2007. Gangguan Pengaturan

Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,

15 Agustus 2007. http:

Page 31: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

27

//nursingbegin.cm.gangguan-

pengaturan-suhu-tubuh/#.80

Arsifa,2007,Demam,18 Maret 2007.

http://arsifa.blog.friendster.com/page

/2/

Azril Kimin,2008,Kompres Panas atau

Dingin?,05 November 2008.

http://www.mail-

archive.com./[email protected]

ediamajalah.com/

Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,

Ketika si Kecil Sakit, Terapi

Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua

di Rumah, terjemahan dari buku asli

What To Do When Your Child Gets

Sick oleh Ganjar D, Golden Books,

Jogjakarta.

Harnawatiaj,2008,Penyakit Demam

Berdarah,27 Maret 2008.

http://www.infopenyakit.com/2008

/03/penyakitdemam-berdarah-

dbd.html

Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu

Kompres ? 05 November 2008. http:

//www.mail.archive.com/balitaanda

@indoglobal.com/msg.36569.html

Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,

Sains Dalam Keperawatan; Fisika,

Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa

Palupi Widiyastuti; editor bahasa

Indonesia Monica Ester, EGC,

Jakarta.

Litbang,2004,Penanganan Demam

Berdarah Harus Cepat, 22 Februari

2004. http:

//www.balipost.co.id/BaliPoscetak/2

004/2/22/kas 2 htnl.26

Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,

Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.

Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,

Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.

Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit

Tropis,IDAI,30 April 2008.

www.muslimah.or.id

Monica Ester, SKp, 1999, Demam

Berdarah Dengue, Diagnosis,

Pengobatan, Pencegahan dan

Pengendalian, EGC, Jakarta.

Muslimah,2008,Asuhan Keperawatan

Anak Dengan DHF, 29 September

2008.

http://indonesianursing.com/2008/09/

29/askep anak dengan DHF.

Page 32: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

28

Otong,2004,System informasi Kesehatan

Kota Balikpapan

Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan

Memahami Berbagai Gangguan

Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,

Katahati, Jogjakarta.

Santo Tomas, Universiy of Manila, 2006,

Mata Ajar Nursing.

Sudigdo Sastro

Asmoro,Prof.DR.Dr,SpA.(K), 2002,

Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Edisi ke 2, CV Sagung Seto, Jakarta.

Suharsimi Arikunto,DR,1996,Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.

Suharsimi Arikunto,

Prof.DR,2002,Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek,PT Rineka

Cipta,Jakarta.

Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi

ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.

Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,

1988, Demam Berdarah Pada Anak.

Universitas Indonesia (UI-Press),

Jakarta.

Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,

2005, Demam Berdarah (Dengue)

Pada Anak, Universitas

Indonesia(UI-Press), Jakarta.

Soegeng Soegijanto, 2006, Demam

Berdarah Dengue Edisi Kedua

Cetakan I, Airlangga University

Press, Surabaya.

Susilawati, 2004, Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan DHF.

WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan ,

waspadai Demam Berdarah, 19

Januari 2004

Danlt;img

src=danquot;images/kata/a.040119;

indosiar.com

W.F. Ganong, 1992, Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran Edisi 14 Cetakan I, alih

bahasa dr. Petrus Andrianto; editor dr.

Jonathan Oswari, EGC, Jakarta.

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 33: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

29

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT

MALARIA DI DESA TELUK BAKAU TAHUN 2009

Iwan Iskandar1, Yoyok2, Sumardiana3.

ABSTRAK

Wabah penyakit malaria terjadi Desa Teluk Bakau tahun 2007. Jika dibandingkan dengan daerah yang lain,

penyakit malaria di daerah Gunung Kijang selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam upaya

pencegahan penyakit malaria di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan desain cross

sectional yang sudah dilakukan di Desa Teluk Bakau kabupaten Bintan bulan pada Februari hingga Maret 2009.

Jumlah sampel adalah 80 orang . Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data

primer dan sekunder, dilakukan dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa tindakan ibu untuk mencegah malaria adalah 31% (38,8%) memiliki tindakan yang buruk

dalam upaya pencegahan penyakit malaria, dan 49 (61,2%) penduduk melakukan tindakan yang baik. Disamping

itu hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada tindakan yang signifikan dari pengetahuan, tingkah laku, umur

dan informasi kesehatan (p<0,05) dan untuk pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≥0,05).

Sesuai dengan hasil penelitian disarankan bahwa penting untuk meningkatkan peran serta petugas kesehatan untuk

memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan tindakan yang dilakukan untuk

pencegahan penyakit malaria.

Kata Kunci: Malaria, faktor-faktor, analisa univariat dan bivariat.

ABSTRACT

Insiden Malaria at Teluk Bakau Village get fisrt expert. Beside it, compared with the other district, happenings

Malaria at Gunung Kijang district always high from year to year. The purpose of this research to know factors

that relate with mother’s action to prevent Malaria at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s. This research is Cross

Sectional that was done at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s on February until March 2009. Amount of sample

is 80 people. Samples were gotby Stratified Random Sampling. Files were resud from primer and sekunder., done

by univariat and bivariat analyzes. The result of this research show that mother’s action to prevent Malaria are

31 (38,8%) people do bad action to prevent Malaria, and 49 (61,2%) people do good action. Beside it the result

of this research show that action has significant different for knowledge, attitude, age and health information

(p<0,05) and for education doesn’t show significant different (p≥0,05). According the result of this research

suggest that is important to increase the clown of healthy guard to give healthy information to society about

Malaria and the action that be done to prevent Malaria

Key words: Malaria, factor-factor, univariat and bivariat analyzes.

LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit infeksi akut mau

pun kronis yang disebabkan oleh

plasmodium malaria dengan demam yang

rekuren, anemia dan hepatosplenomegali

(Rampengan, 2000:18). Malaria

menyebabkan angka kesakitan dan

kematian yang tinggi dan memberikan

kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga

bagi banyak manusia di dunia. Itulah

sebabnya mengapa WHO menempatkan

malaria sebagai prioritas utama dalam

program penanggulangan dan penelitian

penyakit tropis yang disponsorinya. Di

Page 34: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

30

Indonesia penyakit malaria masih

merupakan penyebab utama kematian dan

diperkirakan 50 orang menderita malaria

per 1.000 orang penduduk. Diperkirakan 40

% dari penduduk dunia mempunyai resiko

terhadap malaria (Saroso, 2003:

[email protected]).

Penyakit malaria tersebar di seluruh

pulau di Indonesia dengan derajat endemis

yang berbeda-beda dan dapat terjangkit di

daerah ketinggian sampai 1800 meter di

atas permukaan laut. Angka kesakitan

malaria di pulau Jawa dan Bali pada tahun

1993 berkisar 1 sampai 2 per 1000

penduduk, sedangkan di luar Jawa dan Bali

10 kali lebih besar ( Rampengan, 2000:188

).

Penyakit malaria masih merupakan

penyakit endemis di Kabupaten Bintan

sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah

Kabupaten Bintan sebagai daerah

Kepulauan dan sebagian besar terdiri dari

rawa-rawa/perairan ditambah lagi

pelaksanaan pembangunan infrastruktur

baik industri, pertambangan, perkantoran

dan perumahan yang sedang giat-giatnya

dikembangkan mengakibatkan banyaknya

bekas-bekas galian yang menjadi

penampungan air hujan dan menjadi sarang

perkembangan nyamuk Anopheles yang

merupakan vektor penyebaran malaria

(DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).

Berdasarkan Annual Parasit Inciden

(API) di Kabupaten Bintan tahun 2007,

angka kejadian malaria Kecamatan Gunung

Kijang termasuk ke dalam 3 besar dengan

jumlah 8,2 per 1000 penduduk. Dan

berdasarkan Annual Malaria Inciden

(AMI), angka kejadian malaria di

Kecamatan Gunung Kijang adalah 76,2 per

1000 penduduk. Berdasarkan persentase

mKabupaten Bintan, Kecamatan Gunung

Kijang termasuk ke dalam rangking 4 besar

yaitu 10,81 persen.

Bedasarkan keterangan dari petugas

kesehatan setempat bahwa masih banyak

ibu di kecamatan Gunung Kijang tidak

mengikuti penyuluhan tentang malaria

sehingga pengetahuan mereka kurang

tentang penyakit malaria. Dan masih

banyak ibu di Kecamatan Gunung Kijang

juga belum menunjukkan sikap positif yang

menunjang terhadap pencegahan penyakit

malaria. Selain itu, dibandingkan dengan

kecamatan lain, insiden/angka kejadian

penyakit malaria di Kecamatan Gunung

Kijang selalu tinggi, pada tahun 2006

berjumlah 112,6 % dan 2007 terdapat 76,2

% (DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).

Profil Kesehatan Puskesmas Toapaya

Kecamatan Gunung Kijang menyebutkan,

dari distribusi 4 wilayah kerja puskesmas

Kawal, maka angka kejadian malaria di

Desa Teluk Bakau menduduki urutan

pertama. Adapun rekapitulasi malaria di

puskesmas tersebut adalah: Desa Teluk

Bakau: 57,08 persen, Desa Gunung Kijang:

Page 35: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

31

20,7 persen, Desa Malang Rapat: 15,67

persen dan Kelurahan Kawal: 6,54 persen.

Pernyataan Becker dalam Notoatmodjo

(2003: 14) mengatakan bahwa perilaku

kesehatan adalah hal-hal yang berhubungan

dengan tindakan atau kegiatan yang

dilakukan seseorang. Dalam hal ini

tindakan-tindakan yang dilakukan

menyangkut tindakan pencegahan penyakit,

kebersihan perorangan, dan sebagainya.

Maka dalam hal ini peranan ibu di dalam

rumah tangga dalam proses perubahan

perilaku sangat penting, dimana ibu sangat

banyak melakukan tindakan-tindakan di

dalam rumah tangga. Oleh karena itu

tindakan-tindakan dalam upaya

menciptakan kesehatan yang optimal di

dalam keluarga sangat ditentukan oleh

orang terdekat atau ibu dan termasuk

kedalam reinforcing factor yaitu faktor

pendorong terbentuknya perilaku. Faktor

pendorong terbentuknya perilaku dalam

pencegahan malaria antara lain:

pengetahuan, sikap, usia, tingkat

pendidikan, kepercayaan, tradisi dan norma

sosial.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yang memberikan gambaran

terhadap fenomena-fenomena,

menerangkan hubungan dan menguji

hipotesa-hipotesa. Dan menggunakan

pendekatan cross sectional, yaitu suatu

penelitian dimana variabel bebas

(independent variabel) adalah pengetahuan,

sikap, pendidikan, usia, informasi

kesehatan, dan variabel terikat (dependent

variabel) adalah tindakan ibu dalam upaya

pencegahan penyakit malaria yang diamati

dan di ukur dalam waktu yang bersamaan.

Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu di

desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan yang berjumlah

447 orang. Waktu pelaksanaan penelitian

bulan 1 November sampai 28 November

2008. Pengambilan sampel dengan cara

Stratified Random Sampling. Dengan

menggunakan pendekatan metode alokasi

proporsional.

Pengumpulan data dalam penelitian ini

diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh

melalui wawancara langsung dan observasi

dengan responden, yaitu dengan

menggunakan kuesioner sebagai panduan

yang dilaksanakan langsung oleh peneliti

pada responden. Data primer yang

dibutuhkan melalui wawancara langsung

berupa pengetahuan, sikap, pendidikan,

usia, informasi kesehatan dan tindakan.

Data sekunder merupakan data umum (data

demografis, data geografis, serta data

morbiditas). Data sekunder ini diperoleh

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

dan Puskesmas Kawal yang berada di

Kecamatan Gunung Kijang.

Page 36: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

32

Data di analisis secara statistik di mulai

dari analisis univariat dilakukan untuk

melihat distribusi frekuensi dari variabel

independen, yaitu pengetahuan, sikap, usia,

dan informasi kesehatan, serta variabel

dependen yaitu tindakan ibu dalam upaya

pencegahan penyakit malaria, dan data

bivariat untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan

dependen.

HASIL

a. Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Sikap Ibu Tentang Pencegahan Penyakit

Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung

Kijang

Kabupaten Bintan

Tahun 2008

Sikap Frekuensi

Jumlah %

Negatif 34 42,5

Positif 46 57,5

Jumlah 80 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa sikap ibu

yang memiliki sifat positif terhadap

pencegahan penyakit malaria sebanyak

57,5% (46), sedangkan yang memiliki sikap

negatif 42,5% (34).

Tabel 2.

Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Teluk

Bakau Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Frekuensi

Jumlah %

Rendah 67 83,8

Tinggi 13 16,2

Jumlah 80 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan ibu yang berpendidikan rendah

sebanyak 83,8% (67), yang berpendidikan

tinggi sebanyak 16,2% (13).

Tabel 3.

Distribusi Informasi Kesehatan Tentang Pencegahan

Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Frekuensi

Jumlah %

Tidak Pernah 17 21,3

Pernah 63 78,7

Jumlah 80 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa informasi

kesehatan tentang pencegahan penyakit

malaria tidak pernah sebanyak 21,3% (17),

yang pernah menerima informasi kesehatan

sebanyak 78,7%(63).

a. Analisis bivariat

Tabel 4.

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu

Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa

Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2008

Tin

gk

at

Pen

did

ika

n

Tindakan

Total

R

(95

%

CI)

Val

ue

P Buruk Baik

n % n % n % 1,01

5

0,29

3,43

1,0

00 Ren

dah

2

6

38

,8

4

1

61

,2

6

7

1

0

0

Ting

gi 5

38

,5 8

61

,5

1

3

1

0

0

Juml

ah

3

1

38

,8

4

9

61

,2

8

0

1

0

0

Page 37: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

33

Tabel 5.

Hubungan Usia Dengan Tindakan Ibu

Dalam Upaya Pencegahan Penyakit

Malaria di Desa Teluk Bakau

Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2008

Usi

a

Tindakan

Total

R

(95

%

CI)

Val

ue

P

P Buruk Baik

n % n % n % 8,44

4

3,02

23,5

4

0,00

05 Muda 2

2

6,7 1 3,3 3 00

Tua 9 19,

1

3

8

80,

9

4

7

10

0

Jumla

h

3

1

38,

8

4

9

61,

2

8

0

10

0

Tabel 6.

Hubungan Informasi Kesehatan Dengan Tindakan

Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di

Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Tahun 2009

Info

rma

si

Kes

eha

tan

Tindakan

Total

R

(95

%

CI)

Val

ue

P

P Buruk Baik

n % n % n % 8,12

5

2,33

-

28,2

7

0,0

01 Tida

k

Pern

ah

1

3

76,

5

4 23,

5

1

7

10

0

Pern

ah

1

8

28,

6

4

5

71,

4

5

3

10

0

Juml

ah

3

1

38,

8

4

9

61,

2

8

0

10

0

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa tindakan ibu sudah baik, terlihat dari

tindakan (practice) yang telah ibu lakukan

seperti membersihkan semak-semak

disekitar rumah, ikut serta dalam gotong-

royong membersihkan lingkungan,

memasang kawat kasa pada ventilasi,

memakai obat anti nyamuk serta pergi ke

petugas kesehatan jika ada anggota

keluarga yang sakit, tetapi ada sebagian ibu-

ibu melakukan tindakan yang buruk terlihat

dari observasi bahwa masih ada ibu yang

tidak membersihkan selokan untuk

menghindari air kotor yang tergenang dan

tidak memakai kelambu sewaktu tidur.

Tingkat Pengetahuan responden yang

berpengetahuan tinggi tentang penyakit

malaria lebih tinggi dibandingkan

responden berpengetahuan rendah tentang

pencegahan pencegahan penyakit malaria.

Sehingga tingkat pengetahuan sangat

dibutuhkan sebagai upaya untuk mengubah

perilaku individu.

Sikap responden yang memiliki sikap

positif tentang pencegahan penyakit

malaria, terlihat sikap-sikap yang mengarah

positif, seperti memasang kawat kasa pada

ventilasi, tidak membiarkan genangan air

kotor pada selokan, serta membersihkan

lingkungan sekitarnya. Namun masih ada

juga responden memiliki sikap negatif

tentang pencegahan penyakit malaria, ini

terlihat masih ada ibu-ibu yang masih

membiarkan anggota keluarga untuk berada

diluar rumah pada malam hari, serta

membuat kolam didekat rumah sehingga

dapat memudahkan nyamuk Anopheles

untuk berkembang biak. Secara teoritis

seseorang yang memiliki sikap yang positif

terhadap suatu objek, maka seseorang

Page 38: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

34

cenderung untuk melakukan atau bertindak

terhadap objek tersebut

Pendidikan ibu-ibu di daerah Teluk

Bakau Kecamatan Gunung Kijang masih

tergolong rendah. Tujuan dari pendidikan

adalah menuju kepada suatu perubahan,

yakni perubahan tingkah laku individu ke

arah yang diinginkan.

Usia ibu-ibu yang berusia lebih dari 40

tahun lebih banyak dibandingkan usia

kurang dari 39 tahun. Sehingga ada

kecenderungan orang yang berusia lebih tua

menganggap dirinya lebih rentan terkena

penyakit dan lebih berusaha tindakan

pencegahan.

Informasi Kesehatan menunjukkan

responden pernah mendapatkan informasi

kesehatan tentang pencegahan penyakit

malaria, dan ada beberapa responden yang

tidak pernah mendapatkan informasi

kesehatan tentang pencegahan penyakit

malaria. Semakin banyak informasi yang

diserap maka semakin banyak individu

untuk mengadopsinya kedalam suatu

tindakan, tetapi tidak lepas dari tingkat

pengetahuan seseorang

Analisis bivariat, meliputi hubungan

tingkat pengetahuan dengan tindakan ibu

dalam upaya pencegahan penyakit malaria,

responden dengan pengetahuan luas tentang

malaria akan semakin luas wawasan

berpikirnya,sehingga akan lebih terbuka

terhadap tindakan pencegahan terhadap

malaria. Hubungan sikap dengan tindakan

ibu dalam upaya pencegahan penyakit

malaria, menunjukkan responden yang

mempunyai sikap positif lebih sedikit

melakukan tindakan yang buruk ini sesuai

dengan theory of resoneed action dalam

Fishbeinh (1975:80).

Teori tersebut secara tidak langsung

menyatakan bahwa perilaku pada umumnya

mengikuti niat dan tidak pernah terjadi

tanpa ada niat seseorang, yang di pengaruhi

oleh sikap terhadap suatu tindakan atau

perilaku. Hubungan tingkat pendidikan

dengan tindakan ibu dalam upaya

pencegahan penyakit malaria menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

yang responden peroleh, maka belum tentu

dapat menjadikan seseorang itu menjadi

lebih tahu serta bertambah kedewasaan

dalam menggambil keputusan untuk

bertindak/berperilaku, melainkan dari

pengalaman dalam menghadapi anggotan

keluarga yang pernah menderita malaria.

Hubungan usia dengan tindakan ibu

dalam upaya pencegahan penyakit malaria

semakin dewasa seseorang tentunya ada

kecenderungan untuk memiliki pengalaman

hidup yang lebih banyak lagi. Semakin

dewasa usia responden maka akan memiliki

sikap positif terhadap penyakit malaria.

Hubungan informasi kesehatan dengan

tindakan ibu dalam upaya pencegahan

penyakit malaria (tabel 11) menunjukkan

adanya perbedaan yang bermakna

mengenai tindakan menurut informasi

Page 39: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

35

kesehatan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan bermakna tindakan

yang akan dilakukan antara responden yang

pernah mendapat informasi kesehatan

dengan responden yang tidak pernah

mendapat informasi kesehatan.

KESIMPULAN

Malaria adalah penyakit infeksi akut

maupun kronis yang disebabkan oleh

plasmodium malaria dengan demam yang

rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.

Malaria menyebabkan angka kesakitan dan

kematian yang tinggi dan memberikan

kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga

bagi banyak manusia di dunia.

Penyakit malaria masih merupakan

penyakit endemis di Kabupaten Bintan. Hal

ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan

sebagian besar terdiri dari rawa-

rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan

pembangunan infrastruktur baik industri,

pertambangan, perkantoran dan perumahan

yang sedang giat-giatnya dikembangkan

mengakibatkan banyaknya bekas-bekas

galian yang menjadi penampungan air

hujan dan menjadi sarang perkembangan

nyamuk Anopheles yang merupakan vektor

penyebaran malaria. Perlu adanya upaya

pencegahan penyakit malaria baik dari

petugas kesehatan, masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.

Jakarta : Rineka Cipta

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode

Sampel Pada Penelitian Kesehatan.

Jakarta : FKM UI

Azwar, Azrul. 1988. Epidemiologi. Jakarta

: PT. Bina Rupa Aksara.

Depkes RI. 1989. Pedoman Kegiatan Kader

dalam Pemberantasan dan

Pencegahan Penyakit Malaria.

Jakarta.

Entjang, Indang. 2000. Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti.

Friaraiyatini. 2005. Pengaruh Lingkungan

dan Perilaku Masyarakat, http:

//www.journal.unair.ac.id Download

tanggal 4 November 2008 jam 14.00

WIB.

Frued. Konsep Keluarga, http://www.

yenibeth. wordpress. com Download

Tanggal 4 November 2008 jam 15.00

WIB.

Page 40: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

36

Harijanto. 2000. Malaria Epidemiologi,

Patogenesis, Manifestasi Klinis dan

Penanganannya. Jakarta : EGC.

Hurlock, Elizabeth. Psikologi

Perkembangan Jakarta : Erlangga

Laporan Puskesmas Toapaya Tahun 2007.

Kabupaten Bintan.

Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta

: Ghalia Indonesia.

Nelson. 1991. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2

Edisi 15. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo,S . 2002.

MetodologiPenelitian Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta.

---. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : Rineka Cipta.

---. 2004. Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Prabowo. 2004. Pusat Penyakit Infeksi

Tropik, http://www.infeksi.com

Download tanggal 4 November 2008

jam 14.20 WIB.

Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun

2007.

Profil Kesehatan Puskesmas Topaya

Kabupaten Bintan Tahun 2007.

Purwanto. 1999. Pengantar Perilaku

Manusia. Jakarta : EGC.

Rampengan. 2000. Penyakit Infeksi Tropik

Pada Anak. Jakarta : EGC.

Sarafino. 1996. Health Psycology Biopsy

chososial Interaction. New York :

John Willey & Son Inc.

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka utama.

Sutanto. 2001. Modul Analisa Data.

Jakarta: FKM UI.

Sutisna. 2004. Malaria Secara Ringkas.

Jakarta: EGC.

Yahya. 2005. Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada

Anak di Kecamatan Sungai Liat

Kabupaten Bangka, http: //www.

litbangdepkes.go.id Download

Page 41: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

37

tanggal 4 November 2008 jam 14.00

WIB.

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 42: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

38

HUBUNGAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DAN

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN TINGKAT KEPUASAN

PASIEN DI UNIT RAWAT JALAN RSAL Dr. MIDIYATO S

TANJUNGPINANG TAHUN 2009

Endang Abdullah1, Yusnaini2, Indah Prihatin3.

ABSTRAK

Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan oleh pasien dan merupakan hasil penampilan atau

outcome jasa petugas kesehatan. Pasien merasa tidak puas atau merasa hak-haknya terabaikan maka mereka tidak

segan menggunakan media massa untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap rumah sakit. Jumlah

kunjungan pasien rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan, sedangkan tahun 2007 terjadi penurunan di

poliklinik RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pelayanan

petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien di unit rawat jalan RSAL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan

pendekatan analitik. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh

dari profil RSAL Midiyato S Tanjungpinang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan pelayanan

dokter baik 44%, pelayanan perawat baik 46%, lingkungan rumah sakit baik 44%, dan tingkat kepuasan pasien

baik 46%. Hasil uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter,

pelayanan perawat, dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien. Untuk meningkatkan tingkat

kepuasan pasien, disarankan kepada petugas kesehatan RSAL Midiyato S Tanjungpinang agar mengevaluasi

pelayanan, pemasangan poster-poster tentang penyakit dan pencegahannya serta dilakukan perbaikan terhadap

lingkungan rumah sakit di unit rawat jalan .

Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Petugas Kesehatan, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.

ABSTRACT

Patient Satisfaction is situation storey felt by patient and result of comparison from appearance or outcome from

service of health officer. Patient dissatisfy or feel its rightss is uncared hence them is not reluctant use the mass

media to lay open to feel the the disgrutled to hospital. Amount of visit of year outpatient 2006 happened by the

improvement, while at 2007 happened by the degradation compared in polyclinic of RSAL Dr. Midiyato S

Tanjungpinang. Target of this research is know the relation of service of officer of health and environment of

houspital with the storey of patient satisfaction in unit take care of the road of RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang

Year 2009. This research use the desain cross sectional study with the analytic approach. Primary data obtained

from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from profile of RSAL Midiyato S

Tanjungpinang. Result of research indicate that the patient with the good doctor service 44%, nurse service 46%,

unfavourable hospital environment 44%, and mount the good patient satisfaction 46%. Statistical Test result of

chi square is got by there is relation having a meaning of between doctor service, nurse service, and hospital

environment with the storey of patient satisfaction. To increase mount the patient satisfaction, suggested to officer

of health of RSAL Midiyato S Tanjungpinang so that evaluating service, pandemic poster installation and its

prevention is and also conducted.

Key words: Patient satisfaction, officer of health, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.

LATAR BELAKANG

Menurut Levey dan Lomba (1973) yang

dimaksud dengan pelayanan kesehatan

adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi untuk memelihara dan

Page 43: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

39

meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,

dan atau masyarakat (Azwar, 2002).

Departemen Kesehatan RI merumuskan

bahwa rumah sakit adalah suatu kompleks

atau ruang yang dipergunakan untuk

menampung dan merawat orang sakit dan

atau bersalin atau kamar-kamar orang sakit

yang berada dalam suatu perumahan khusus

seperti rumah bersalin, lembaga

masyarakat, atau kapal laut (Damayanti,

1997).

Soeprapto (2985) mendefinisikan rumah

sakit adalah suatu upaya pelayanan

kesehatan institusional yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif, melalui pelayanan medis,

pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan

pelayanan administratif, secara rawat jalan,

rawat darurat, rawat tinggal, dan memiliki

sekurang-kurangnya 25 tempat tidur

tersedia di samping itu dapat

menyelenggarakan pendidikan tenaga

paramedis, membantu pendidikan tenaga

medis, membantu penelitian dan

pengembangan kesehatan, serta membantu

kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.

Midiyato S adalah rumah sakit milik TNI

AL yang ada di Kota Tanjungpinang.

Tentunya RSAL ingin memberikan

pelayanan yang terbaik bagi konsumennya.

Pelayanan yang diberikan RSAL terdiri dari

Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit

Gawat Darurat, Poli Bedah, Poli gigi, Poli

Syaraf, Poli Anak, Poli Mata, Psikiatri, dan

Rawat Intensif yang terdiri dari ICU, kamar

operasi dan kamar perawatan, Instalasi

farmasi, Instalasi Radiologi, Instalasi

Laboratorium, Instalasi Gizi, Pelayanan

ambulance. Selain itu, RSAL juga memiliki

kelengkapan pelayanan spesialis; bedah,

penyakit dalam, anak, serta kandungan.

Berdasarkan hasil laporan medical

record mengenai jumlah kunjungan pasien

unit rawat jalan, jumlah kunjungan pasien

rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2005,

sedangkan pada kunjungan tahun 2007

terjadi penurunan dibanding dengan tahun

2006 di poliklinik RSAL Dr. Midiyato S

Tanjungpinang. Selain dari data di atas

penulis juga melakukan wawancara dengan

sepuluh orang pasien rawat jalan di poli

umum, kebidanan, penyakit dalam, dan

bedah pada tanggal 1 Januari 2009, yang

sebelumnya pernah mendapatkan

pelayanan rawat jalan sebelum penulis

melakukan penelitian, bahwa sepuluh

pasien ini mengatakan bahwa ia kurang

puas terhadap pelayanan yang diberikan

kepadanya seperti :

1. Dokter yang kurang ramah. Seperti tidak

menyambut pasien dengan senyum,

kurang tanggap seperti mengabaikan

keluhan yang dikemukakan oleh pasien

Page 44: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

40

dan kurang komunikatif seperti: kurang

memberikan informasi tentang penyakit

yang diderita oleh pasien.

2. Perawat yang kurang ramah. Seperti

tidak menyambut pasien dengan

senyum, kurang empati dalam

mendengarkan keluhan pasien dan

kurang komunikasi dalam memberikan

informasi yang diinginkan oleh pasien.

3. Lingkungan fisik yang masih kurang

nyaman. Lingkungan poli yang

dirasakan pasien mulai dari kerapian

seperti tata ruangan yang masih

semberawut dan ketenangan pasien

dalam menerima pelayanan seperti suara

yang ribut.

Hal-hal yang menjadi pemikiran peneliti

untuk melakukan penelitian di Unit Rawat

Jalan dikarenakan rawat jalan merupakan

salah satu ujung tombak pelayanan di

rumah sakit, dimana pelayanan yang

pertama kali diberikan sebelum pasien

mendapatkan pelayanan selanjutnya.

Adapun hal-hal yang akan diteliti antara

lain, bagaimanakah hubungan pelayanan

dokter dan perawat terhadap kepuasan

pasien serta hubungan lingkungan fisik

terhadap kepuasan pasien di rawat jalan

RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan suatu

penelitian yang bersifat diskriptif analitik

dengan pendekatan kuantitatif, untuk

mengetahui penilaian pasien terhadap

upaya pelayanan rawat jalan yang diberikan

oleh Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato.

S Tanjungpinang yang dihubungkan

dengan tingkat kepuasan pasien. Hal-hal

yang dilakukan peneliti adalah untuk

menerangkan hubungan dan menguji

hipotesis suatu masalah yang ingin

diketahui dengan menggunakan kuesioner.

Penelitian ini jika merupakan penelitian

cross sectional atau potong lintang, karena

data diambil pada suatu saat saja.

Data yang dikumpulkan meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer

berupa kuesioner (Nainggolan, D. 1999)

yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S

Tanjungpinang. Kuesioner dijawab sendiri

oleh pasien yang menjadi responden (self

administered questioner). Kuesioner ini

berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup yang

disusun berdasarkan definisi operasional

variabel-variabel penelitian.

Analisis univariat meliputi hasil

pengisian kuesioner oleh responden tentang

pelayanan yang diterima, yaitu mengenai

identitas pasien yang terdiri dari umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan status

pekerjaan. Bertujuan untuk melihat faktor-

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

kepuasan pasien di Rawat Jalan RSAL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang dan analisis

bivariat untuk melihat hubungan antara dua

Page 45: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

41

variabel independent (pelayanan dokter,

pelayanan perawat serta lingkungan fisik)

dengan variabel dependen (kepuasan pasien

di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S

Tanjungpinang).

HASIL

A. Analisis univariat

Tabel 1.

Distribusi Responden Menurut

Pelayanan Dokter di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Pelayanan Dokter n %

Baik

Kurang Baik

22

28

44

56

Jumlah 50 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa diketahui

dari 50 responden ada 28 pasien yang

berpendapat pelayanan dokter kurang baik

(56%).

Tabel 2.

Distribusi Responden Menurut

Pelayanan Perawat di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Pelayanan Perawat n %

Baik

Kurang Baik

23

27

46

54

Jumlah 50 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa 50

responden ada 27 pasien yang berpendapat

pelayanan perawat kurang baik (54%).

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Sakit di

Unit Rawat Jalan RSAL

Dr. Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Lingkungan Rumah Sakit n %

Baik

Kurang Baik

2

8

44

56

Jumlah 0 100 %

Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui

bahwa dari 50 responden ada 28 pasien

yang berpendapat Lingkungan Rumah Sakit

kurang baik (56%).

B. Analisis Bivariat

Tabel 4.

Hubungan Pelayanan Dokter dengan Tingkat

Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.

Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Pel

ay

an

an

Do

kte

r

Tingkat Kepuasan

Pasien Jumlah

Baik Kurang

Baik

n % n % n %

Baik 14 63,6 8 36,4 22 100

Kurang

Baik

9 32,1 19 63,9 28 100

Jumlah 23 46,0 27 54,0 50 100

X2 = 4,981 P = 0,02 Tabel 5.

Hubungan Pelayanan Perawat dengan Tingkat

Kepuasan Pasien

di Unit Rawat Jalan

RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang

Tahun 2009

Pel

ay

an

an

Per

aw

at

Tingkat Kepuasan

Pasien

Jumlah

Baik Kurang

Baik

n % n % n %

Baik 15 65,2 8 34,8 23 100

Kuran

g Baik

8 29,6 19 70,4 27 100

Jumla

h

23 46,0 27 54,0 50 100

X2 = 46,080 P = 0,000

Tabel 6.

Hubungan Lingkungan Rumah Sakit

Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat

Jalan RSAL Dr. Midiyato S

Page 46: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

42

Tanjungpinang Tahun 2009

Pel

ay

an

an

Per

aw

at

Tingkat Kepuasan

Pasien Jumlah

Baik Kurang

Baik

n % n % n %

Baik 14 63,

6

8 36,4 22 100

Kuran

g Baik

9 32,

1

19 63,9 28 100

Jumla

h

23 46,

0

27 54,0 50 100

X2 = 4,981 P = 0,026

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, data diolah

menggunakan analisis univariat dan

bivariat. Analisis univariat dapat di lihat

dari tabel 1 menunjukkan bahwa pelayanan

dokter kurang baik sebesar 56%. Hal ini

disebabkan bahwa pasien masih kurang

puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

dokter seperti kurangnya keterlibatan

pasien atau keluarga pasien dalam

mengambil tindakan pengobatan dan

kurang lengkapnya informasi dari dokter

dalam pelayanannya kepada pasien.

Menurut Jhon Ross dalam Aditama (2003)

ada tujuh keluhan pasien terhadap dokter di

rumah sakit. Keluhan itu meliputi tidak

diberi cukup waktu oleh dokter,

keangkuhan dokter, tidak diberi informasi

lengkap tentang penyakitnya, biaya yang

terlalu tinggi, tidak diberi informasi

lengkap tentang biaya, waktu tunggu terlalu

lama serta tidak adanya kerjasama antara

dokter pribadi dan spesialis konsul.

Tabel 2 menunjukkan pasien masih

kurang nyaman dengan perilaku perawat.

Pelayanan perawat masih dirasakan oleh

pasien kurang memuaskan disebabkan oleh

perawat masih kurang menunjukkan

empatinya kepada pasien serta kurang

proaktif dalam memberikan informasi

kesehatan pada pasien terutama dalam hal

penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut

Hidayat (2007) sebagai seorang perawat

proses keperawatan dapat digunakan

sebagai pedoman dalam pemecahan

masalah klien, dapat menunjukkan profesi

yang memiliki profesionalitas yang tinggi,

serta dapat memberikan kebebasan klien

untuk mendapatkan pelayanan yang cukup

sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat

dirasakan manfaatnya baik dari perawat

maupun klien.

Tabel 3 menunjukkan lingkungan rumah

sakit kurang baik sebesar 56%. Lingkungan

rumah sakit masih kurang memuaskan

untuk pasien unit rawat jalan dikarenakan

kenyamanan seperti kebersihan, keleluasan,

dan luas ruangan yang masih kurang untuk

pasien, sehingga membuat pasien tidak

betah berada di ruang unit rawat jalan

dengan waktu yang lama. Menurut

Sastrawati (1999), lingkungan Rumah Sakit

harus dapat memberikan kepuasan kepada

pasien dengan memeberikan kenyamanan

dan keamanan yang memadai seperti :

sirkulasi udara yang baik, suhu yang

terjaga, suasana tenang, penerangan cukup,

Page 47: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

43

kebersihan yang terjaga dan hal-hal yang

dapat memberikan kesenangan pada pasien.

Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 4

menunjukkan bahwa pasien dengan

pelayanan dokter kurang baik dan tingkat

kepuasan pasien kurang baik (63,9%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square

didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada

hubungan yang bermakna antara pelayanan

dokter dengan tingkat kepuasan pasien.

Adanya hubungan antara pelayanan dokter

dengan kepuasan pasien artinya semakin

tinggi angka kepuasan pasien dalam hal

pelayanan dokter maka semakin tinggi pula

tingkat kepuasan pasien. Dilihat dari hasil

uji statistik menunjukkan bahwa pasien

yang berpendapat pelayanan dokter baik

dan tingkat kepuasan pasien baik yaitu ada

14 dari 22 pasien (53,6%). Menurut Wijono

(1997), kepuasan pasien terhadap mutu

pelayanan Rumah Sakit sangat tergantung

dari pelayanan dokter yang menyangkut

tentang sifat dan kepribadian dokter seperti

tenggang rasa, simpatik, mudah dihubungi

dan memberikan kepercayaan serta

bagaimana cara mengurus pasien seperti

cermat dan teliti.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien

dengan pelayanan perawat kurang baik dan

tingkat kepuasan pasien kurang baik

(70,4%). Hasil uji statistik dengan uji chi-

square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)

artinya ada hubungan yang bermakna antara

pelayanan perawat dengan tingkat kepuasan

pasien. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa dari 23 pasien ada 15 (65,2%) pasien

yang berpendapat bahwa pelayanan

perawat baik dan tingkat kepuasan baik.

Artinya semakin tinggi angka kepuasan

pasien terhadap pelayanan perawat maka

tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Sitorus

pada tahun 2006 menyatakan bahwa

terdapat beberapa konsep dasar tentang

hubungan perawat terhadap kepuasan klien

yang sangat relevan dalam praktik

keperawatan professional, yaitu : hubungan

saling percaya, konsep empati, konsep

caring, dan konsep otonomi dan mutualitas.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien

dengan lingkungan rumah sakit kurang baik

dan tingkat kepuasan pasien kurang baik

(63,9%). Hasil uji statistik dengan uji chi-

square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)

artinya ada hubungan yang bermakna antara

lingkungan fisik dengan tingkat kepuasan

pasien. Kurangnya perhatian terhadap

lingkungan rumah sakit sangat

mempengaruhi kurangnya kenyamanan

pasien untuk berkunjung dalam menjalani

poses pelayanan kesehatan terutama pada

lingkungan fisik rumah sakit seperti

penatanan ruangan, ventilasi, penerangan

atau pencahayaan dan ketenangan di ruang

tunggu rawat jalan.

KESIMPULAN

Rumah sakit adalah suatu upaya

pelayanan kesehatan institusional yang

Page 48: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

44

menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif, melalui pelayanan medis,

pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan

pelayanan administratif, secara rawat jalan,

rawat darurat, rawat tinggal, di samping itu

rumah sakit dapat menyelenggarakan

pendidikan tenaga paramedis, membantu

pendidikan tenaga medis, membantu

penelitian dan pengembangan kesehatan,

serta membantu kegiatan penyelidikan

epidemiologi. Oleh karena itu untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya, perlu

dijaga hubungan yang baik antara dokter,

perawat dan lingkungan rumah sakit

terhadap pasien sehingga pasien bisa

mendapatkan pelayanan kesehatan yang

lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen

Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen

Administrasi Rumah Sakit, UI –

Press, Jakarta.

Ariawan, Iwan. 1998. Besar Sampel dan

Metode Sampel pada Penelitian

Kesehatan, FKM UI

Damayanti, Nyoma Anita. 1997. Dimensi

Tingkat Kepuasan Pasien di

Perkotaan Terhadap Sistem

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit,

Lembaga penelitian Universitas

Airlangga,.

Departemen Kesehatan RI. 1992.

Direktorat Rumah Sakit Umum dan

Pendidikan, Standar Pelayanan

Rumah Sakit,

Donabedian, Avedis. 1980. The Definition

ofQuality and Approches to It

Assesment. Michigan : Health

Administration Press.

Elsinarti, Marlia. 2003. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kepuasan

Pasien Terhadap Penyelenggaraan

Pelayanan Kesehatan di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Salak-

Bogor, Skripsi Sarjana FKM, UI

Depok.

Kurniawan, Triwahyudi. 2002. Faktor-

Faktoryang Berhubungan dengan

Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat

Jalan Runah Sakit Pelabuhan Jakarta,

Skripsi Sarjana FKM, UI Depok.

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 49: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

45

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

TAHUN 2009

Ekandra Indra Sadri1 , Afianti Asdarina2, Marlina Invitasari3.

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman yang lain sampai bayi berusia 6

bulan. Pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (23%) di Puskesmas Sei Jang Bukit Bestari masih di bawah

rata-rata pemberian ASI eksklusif Kota Tanjungpinang (6,8%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor –

faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan

pendekatan analitik. Sampel diambil secara total sampling berjumlah 57 Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6

bulan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan

tahunan Puskesmas Sei Jang tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif 1,8%, sikap positif 17,5%, dukungan petugas kesehatan baik 15,8%, dukungan keluarga baik 29,8%.

Hasil uji statistik chi square dengan 0,05 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu,

dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan

pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif, disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Sei Jang

Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif,

diadakan konseling ibu menyusui dan pemasangan poster-poster tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci: Asi Eksklusif, Pendekatan Analitik, UjiStatistik.

ABSTRACT

Exclusive mother milk is giving mother milk without other food and beverage addition until baby have age 6

month. Attainment of giving Coverage exclusive mother milk (23%) in Puskesmas Sei Jang of Hill Bestari still

below/under mean of attainment of gift coverage exclusive mother milk of Town Tanjungpinang (6,8%). Target

of this research is know the factor - factor of related to gift exclusive mother milk in region work the Puskesmas

Sei Jang of District of Hill of Bestari of Town of Tanjungpinang Year 2009. This research use the desain cross

sectional study with the analytic approach. Sampel taken totally is sampling amount to 57 Mother having age baby

4 - 6 month. Primary data obtained from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from

annual report of Puskesmas Sei Jang year 2007. Research result indicate that the mother giving mother milk

exclusively 1,8%, positive attitude 17,5%, good health officer support 15,8%, good family support 29,8%.

statistical Test result of chi square by 0,05 is got by there no relation having a meaning of between mother attitude,

support of health officer, and support of mother family with the giving exclusive mother milk. To increase

attainment of giving coverage exclusive mother milk, suggested to officer of health of Puskesmas Sei Jang of

District of Hill of Bestari of Town Tanjungpinang of so that more improving of counselling of about exclusive

mother milk, performed by konseling mother suckle and poster installation about its important giving exclusive

mother milk.

Key words: Exclusive mother milk, analytic approach, statistical Test result.

LATAR BELAKANG

Gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat

keseimbangan dan keserasian antara

perkembangan fisik dan perkembangan

mentalnya. Keadaan gizi yang lebih banyak

ditemukan di tentukan oleh konsumsi zat

Page 50: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

46

gizi pada masa lampau, ini berarti bahwa

konsumsi zat gizi masa kecil memberi andil

terhadap status gizi saat dewasa (Wiryo,

2001: 1).

Salah satu langkah awal

mewujudkannya adalah pemberian

makanan pertama dengan kualitas dan

kuantitas optimal (Iwan,

www.goegle.co.id). Soepamanto

mengatakan bahwa menyusui merupakan

cara pemberian makanan yang paling ideal

untuk anak umur 4-6 bulan pertama karena

Air Susu Ibu (ASI) dapat memenuhi

kebutuhan zat gizi bayi. Beragam gizi yang

dikandung ASI memberikan keseimbangan

yang ideal yang dibutuhkan bayi (Neilson,

1995: 1).

Kecukupan gizi akan membuat

pertumbuhan anak menjadi optimal

(Widyaastuti dan Widyani, 2002: 7).

Keadaan gizi kurang pada masa anak-anak

akan berdampak pada kelambatan

pertumbuhan dan perkembangannya

(Suharjo, 1992: 15). Salah satu penyebab

timbulnya gizi kurang adalah kurangnya

pemberian ASI oleh ibu pada bayinya

(Suharjo, 2003: 5).

Pada tahun 1999 setelah pengalaman

salama 9 tahun, UNICEF memberi

klarifikasi tentang rekomendasi jangka

waktu pemberian ASI eksklusif.

Rekomendasi terbaru UNICEF bersama

Worid Heatlh Asembly (WHA) dan banyak

negara lain adalah menetapkan jangka

waktu pemberian ASI eksklusif selama 6

bulan (Roesli, 2003: 3).

Fakta ilmiah membuktikan bayi dapat

tumbuh secara lebih cepat dan cerdas bila

diberi ASI secara ekslusif pada 4-6 bulan

pertama kehidupannya. Menurut dr. Utami

Roesli Spa. MBA ASI ekslusif lebih tepat

disebut pemberian ASI secara ekslusif

artinya hanya memberi ASI pada bayi

(Iwan, www.google.co.id). Berbagai

penelitian menunjukan bahwa menyusui

dapat meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan semakin banyak

bayi yang mendapat ASI maka semakin

tinggi tingkat IQ yang dicapai (Roesli,

2003: 28).

ASI mengandung semua gizi (Nutrient)

yang dibutuhkan untuk membangun dan

menyediakan energi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal. ASI

juga mengandung zat anti terhadap

penyakit-penyakit yang keberadaannya

tidak dapat diberikan dengan jalan lain

(Riadi dan Tjokronegoro, 1992: 1). ASI

adalah makanan yang paling baik dan tepat

untuk pertumbuhan dan perkembangan

yang sehat bagi bayi (Depkes, 1994: 1).

Menurut dr. Faizah Jasin (2000: 155) ASI

adalah makanan yang terbaik untuk

membantu bayi tumbuh sehat.

ASI ekslusif adalah pemberian ASI

tanpa makanan dan minuman lain. ASI

ekslusif yang dianjurkan 4 sampai 6 bulan

pertama kehidupan bayi (Depkes, 2002: 5).

Page 51: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

47

Dr. Utami Roesli (2003: 3) mengatakan

bahwa ASI ekslusif adalah bayi hanya

diberi ASI tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih

dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, nasi

dan tim, dan dianjurkan untuk jangka waktu

sampai 6 bulan. ASI ekslusif adalah bayi

hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan

minuman lain termasuk air putih kecuali

obat-obatan (Depkes, 2002: 6).

ASI mengandung susunan karbohidrat,

lemak, protein, mineral dimana zat-zat ini

sangat sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembang bayi. Karbohidrat yang banyak

dalam ASI adalah laktosa. Laktosa

merupakan karbohidrat rantai pendek yang

dengan cepat diubah menjadi energi yang

memenuhi pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001:

112). ASI mengandung laktosa yang lebih

tinggi, dalam usus laktosa akan membentuk

asam laktat. Asam laktat akan menghambat

pertumbuhan bakteri patologis, merangsang

pertumbuhan mikroorganisme yang

menghasilkan berbagai asam organik dan

mensintesa beberapa vitamin dalam usus,

memudahkan pengendapan kalsium

caseinat, memudahkan penyerapan

berbagai jenis mineral seperti kalsium,

pospor, magnesium (Moehji, 1992: 24).

ASI mengandung immunoglobulin

terutama Ig A. Antibodi ini banyak terdapat

dalam kolostrum dan lebih rendah pada air

susu berikutnya. Ig A bekerja dalam usus

menahan bakteri tertentu dan virus. ASI

mengandung laktoverin yang dapat

mengikat besi sehingga bakteri yang

berbahaya yang terdapat dalam usus tidak

memperoleh mineral untuk

pertumbuhannya, karena itu suplemen besi

melalui mulut tidak boleh diberikan pada

bayi yang disusui karena akan berpengaruh

terhadap peran laktoverin dalam proteksi

tubuh. ASI mengandung lisozim yaitu suatu

enzim yang dapat menghancurkan sejumlah

bakteri berbahaya dan berbagai virus. ASI

mengandung sel-sel darah putih selama dua

minggu pertama hingga 4000 sel per ml. Sel

ini mengeluarkan Ig A, laktoferin dan

lisozim dan interferon. Interferon adalah

suatu substansi yang dapat menghambat

aktivitas virus tertentu (Suharjo, 1992: 74).

ASI mengandung berbagai anti bodi

serta leukosit dan makrofa yang berguna

untuk mempertinggi kekebalan atau daya

tahan tubuh terhadap infeksi. ASI juga

mengandung hormon tiroid yang berguna

untuk melindungi otak bayi (Riadi dan

Tjokronegoro, 1992: 2).

ASI mengandung protein yang

berkualitas baik dari susu sapi meskipun

secara kuantitas protein susu sapi lebih

tinggi, tapi keadaan ini sesuai untuk

pertumbuhan bayi dan ginjalnya

(Soetjiningsih, 1997: 73). Protein ASI

mengandung sejumlah kasein,

laktoalbumin, laktoglobulin, dan asam

Page 52: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

48

amino yang sangat sesuai untuk

pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001: 112).

ASI mengandung Decosahexanic Acid

(DHA) dan Arachidonic Asid (AA) yang

merupakan asam lemak tak jenuh rantai

panjang yang diperlukan untuk

pembentukan sel-sel otak yang optimal.

DHA dan AA yang ada dalam ASI

jumlahnya sangat mencukupi untuk

pertumbuhan dan kecerdasan dikemudian

hari (Depkes, 2002: 8).

ASI mengandung vitamin B12 dan Asam

Folat dan mengandung Fe yang terikat

dengan protein sehingga absorbsinya lebih

mudah dan kuman yang memerlukan Fe

sukar untuk berkembang biak

(Soetjiningsih, 1997: 74).

Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, dari

4 Puskesmas yang ada di Kota

Tanjungpinang adalah Puskesmas Sei Jang

yang paling rendah persentase pemberian

ASI secara ekslusif yaitu pada tahun 2006

adalah 43,7% sedangkan persentase pada

tahun 2007 sebesar 13.47 %, tahun 2008

adalah 6,8%.

BAHAN DAN CARA

Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu

melihat gambaran faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian ASI pada

bayi umur di bawah 6 bulan di kecamatan

Bukit Bestari Kota Tanjungpinang tahun

2008 dengan desain cross sectional Study

yaitu variabel independen dan variabel

dependen diukur pada waktu yang sama.

Pengumpulan data meliputi data primer

diperoleh dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner) yang mencakup

sikap ibu terhadap pemberian ASI secara

eksklusif, dukungan dari petugas

kesehatan, dan dukungan dari keluarga.

Data Sekunder diperoleh daridata yang

didapat dari catatan dan laporan Dinas

Kesehatan Kota Tanjungpinang dan

petugas Puskesmas Sei Jang Kecamatan

Bukit Bestari Tanjungpinang Barat

mengenai jumlah responden yang

mempunyai bayi di bawah 6 bulan.

Analisis data meliputi analisis data

univariat yaitu untuk memperoleh

gambaran dari masing–masing variabel

dependen maupun variabel independen.

Data disajikan dalam tabel frekuensi.

Meliputi analisis bivariat yang bertujuan

untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel independen dengan variabel

dependen. Untuk membuktikan ada

tidaknya hubungan tersebut peneliti

menggunakan uji Chi Square dengan

menggunakan komputer. Jika nilai P = <

0,05 maka secara statistik disebut

bermakna dan jika nilai P = > 0,05 maka

hasil perhitungan disebut tidak bermakna.

Langkah kedua adalah mengkategorikan

variable penelitian termasuk pemberian

ASI eksklusif, sikap Ibu terhadap

Page 53: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

49

pemberian ASI eksklusif, dukungan

petugas kesehatan, dukungan keluarga.

HASIL

A. Analisis univariat

Tabel 1.

Distribusi Responden Menurut

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang Tahun 2008

Pemberian ASI Eksklusif Jumlah %

Tidak

Ya

56

1

98,2

1,8

Jumlah 57 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden

yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1

orang, yang tidak memberikan ASI

eksklusif sebanyak 56 orang.

Tabel 2.

Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu

di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang

Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang Tahun 2008

Sikap Ibu Jumlah %

Negatif

Positif

47

10

82,5

17,5

Jumlah 57 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu

bersikap negative sebanyak 47 (82,5%), ibu

yang bersikap positif sebanyak 10 (17,5%).

Tabel 3.

Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang Tahun 2008

Dukungan Petugas

Kesehatan Jumlah %

Kurang Baik

Baik

48

9

84,2

15,8

Jumlah 57 100 %

Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan

petugas kesehatan baik sebanyak 15,8% (9),

sedangkan yang kurang baik sebanyak

84,2% (48).

Tabel 4.

Distribusi Dukungan Keluarga Dalam Pemberian

ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari

Kota Tanjungpinang

Tahun 2008

Dukungan Keluarga Jumlah %

Kurang Baik

Baik

40

17

70,2

29,8

Jumlah 57 100 %

Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan

keluarga kurang baik sebanyak 70,2% (40),

sedangkan yang baik sebanyak 29,8% (17).

B. Analisis Bivariat

Tabel 5.

Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Sei Jang

Kecamatan Bukit Bestari

Kota Tanjungpinang

Tahun 2008

Sik

ap

Ib

u

Pemberian ASI

Eksklusif Jumlah

Tidak Ya

Jum

lah %

Ju

mla

h

% Jum

lah %

Positif 21 95,

5

1 0,

5

22 10

0

Negatif 35 100 0 0 35 10

0

Jumlah 56 98,

2

1 1,

8

57 10

0

X2 = 0,056 P

= 0,813 Tabel 6.

Hubungan Dukungan Petugas

Page 54: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

50

Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit

Bestari Kota

Tanjungpinang Tahun 2008

Sik

ap

Ib

u

Pemberian ASI

Eksklusif Jumlah Tidak Ya

Ju

ml

ah

% Ju

m

lah

% Jum

lah

%

Positif 21 95,

5

1 0,

5

22 100

Negatif 35 10

0

0 0 35 100

Jumlah 56 98,

2

1 1,

8

57 100

X2 = 0,00 P = 1,000

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dapat diambil

analisis bahwa pada tabel 1 dan tabel 2

menunjukkan sebagian besar responden

tidak memberikan ASI secara eksklusif

kepada bayi disebabkan karena ibu

memberikan makanan tambahan selain ASI

yang terlalu dini dan rendahnya minat ibu-

ibu membaca buku petunjuk ibu menyusui

atau buku-buku informasi lainnya.

Sebagian besar ibu juga memiliki sikap

negatif dikarenakan ibu menyusui bayi

tidak sesuai jadwal (bukan sesuai

kebutuhan bayi) dan keinginan ibu untuk

menjaga keindahahan tubuh dengan tidak

memberikan ASI.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan

petugas kesehatan sangat kurang. Hal ini

terlihat dari kurangnya petugas kesehatan

memberikan penyuluhan tentang ASI

eksklusif sehingga ibu lebih banyak

memberikan susu formula kepada bayi

setalah lahir. Ibu-ibu membutuhkan

bantuan dan informasi tentang ASI dan

menyusui sehingga menambahkan

keyakinan si ibu untuk dapat menyusui

bayinya (Depkes, 2002).

Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan

keluarga terhadap ibu diketahui masih

kurang dalam proses pemberian ASI secara

eksklusif karena anggota keluarga ibu

masih memberikan makanan tambahan dan

kurang mengerti tentang ASI eksklusif.

Dalam Penelitian Rustam (1997 : 47) di

Jakarta didapatkan, bahwa ibu-ibu yang

mendapat dorongan dari keluarga

mempunyai kemungkinan 3,26 kali lebih

besar untuk memberikan ASI secara

eksklusif dari pada yang tidak mendapat

dukungan keluarga.

Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 5

dan tabel 6. Tabel 5 menunjukkan bahwa

ibu yang memiliki sikap negatif dan tidak

memberikan ASI Eksklusif (100%). Hasil

uji statistik dengan uji chi-square

didapatkan p = 0,813 (p > 0,05) artinya

tidak ada hubungan yang bermakna antara

sikap ibu dengan pemberian ASI. Hasil

penelitian ini sama dengan hasil penelitian

Rekha Yulianifa tahun 2006 yang

mengatakan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap ibu dengan

pemberian ASI eksklusif. Begitu juga

dengan penelitian Syamsudirman tahun

2006 yang mengatakan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna dengan

Page 55: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

51

pemberian ASI. Berdasarkan hasil

penelitian dapat diketahui bahwa hampir

keseluruhan responden tidak memberikan

ASI eksklusif, sementara penilaian ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif cukup

positif.

Tabel 6 menunjukkan, ibu yang

mendapat dukungan petugas kesehatan

kurang baik dan tidak memberikan ASI

secara eksklusif (97,0%). Hasil uji statistik

dengan uji chi square diketahui bahwa nilai

p = 1,000 (p > 0,05) ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga ibu dengan

pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Irma Awana (2005 :

47) menunjukkan hasil yang sama yaitu

tidak ada hubungan yang bermakna antara

dukungan petugas kesehatan dengan

pemberian ASI eksklusif. Dukungan

petugas kesehatan yang baik terhadap

pemberian ASI eksklusif juga menambah

keyakinan, motivasi dan semangat si ibu

untuk memberikan ASI secara eksklusif

pada bayinya, si ibu akan mendapat

pengetahuan yang tinggi dari petugas

kesehatan.

Dukungan keluarga ibu baik dari orang

tua, mertua atau anggota keluarga yang lain

terutama dari suami terhadap pemberian

ASI eksklusif juga menambah keyakinan,

motivasi dan semangat si ibu untuk

memberikan ASI secara eksklusif pada

bayinya, si ibu akan mendapat perhatian

yang baik dari anggota keluarga. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soenarto (200 : 23-

38) yang mengatakan bahwa peranan

anggota keluarga sangat besar dalam

pemberian ASI eksklusif, suami yang

mengerti bahwa ASI dan menyusui paling

baik untuk bayi merupakan dukungan yang

baik untuk ibu agar berhasil menyusui

bayinya. Pendapat yang sama dari Roesli

(2000 :45) bahwa ibu memerlukan

dukungan keluarga saat si ibu menyusui

bayinya terutama dukungan dari suami.

KESIMPULAN

Menyusui merupakan cara pemberian

makanan yang paling ideal untuk anak

umur 4-6 bulan pertama karena Air Susu

Ibu (ASI) dapat memenuhi kebutuhan zat

gizi bayi. ASI mengandung semua gizi yang

dibutuhkan untuk membangun dan

menyediakan energi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal.

Oleh karena itu perlu kesadaran dari ibu

untuk memahami betapa pentingnya

pemberian ASI eksklusif serta perlunya

dukungan dari keluarga ibu sehingga ibu

bisa memberikan ASI secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Awana Irma, 2005. Hubungan Dukungan

Petugas Kesehatan dengan Pola

Inisiasi ASI Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Jujun Kabupaten Kerinci

Page 56: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

52

Tahun 2005. Skripsi, Fkep. Unja .

Jambi

Basuki, Endah. 2004 Penyuluhan Diabetes

Melitus. Dalam Sidarmawan

Soegondo, (ed) 2004.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu. Hlm 131-135. RSUP Dr.

Cipto Mangun Kusumo dan Depkes

RI.

Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010.

Jakarta.

__, 2000. Konseling Penyusui Pelatihan

Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Dinkes Kota Tanjungpinang, 2008 Laporan

Tahunan Puskesmas Kota

Tanjungpinang. Kepulauan Riau.

Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi.

Universitas sebelas Maret.

Khomson, Ali. 2004. Pengantar Pangan dan

Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada

King, Savage F. 1993. Helping Mother To

Breastfeed. Kenya African Medical

and Research Foundation. Menolong

ibu menyusui. 1993. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Lisdiana, Ir. 1998. Wapada Terhadap

Kelebihan dan Kekurangan Gizi.

Trubus Agriwidya.

Moehji, Sjahmien. 1992. Pemeliharaan Gizi

Bayi dan Balita. Jakarta: Bhratara.

Muchtadi, Deddy. 1998. Gizi Untuk Bayi

ASISusu Formula, dan Makanan

Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan.

Notoadmodjo, Soekirdjo. 2002. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Neilson, Joan. 1995. Succesful

breastfeeding. Diterjemahkan oleh

Giato dan YUstina Rostiawati. 1995.

Cara Menyusui yang Baik. Jakarta :

Arcan.

Puskesmas Sei Jang, 2007. Laporan

Tahunan Puskesmas Sei Jang.

Tanjungpinang.

Riadi, Sugeng dan Arjatno Tjokronegoro.

1992. Apa yang Ingin Anda Ketahui

Tentang ASI. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Soetijiningsih. 1998. ASI Petunjuk Untuk

Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.

Page 57: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

53

Soenarto, Yati dkk. 2000. Peningkatan

Cakupan Ibu Menyusui Eksklusif.

Yogyakarta: Laboratorium Penelitian

Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjahmada.

Suharjo. 1992. Pemberian Makanan Pada

Bayi dan Anak. Yogyakarta:

Kanisius.

Utami, Roesli. 2000. Mengenal ASI

Eksklusif. Jakarta: Pustaka

Pembangunan Swadaya Nusantara.

Utami, Roesli. 2003. Mengenal ASI

Eksklusif. Jakarta: Pustaka

Pembangunan Swadaya Nusantara.

Widyaastuti, Danis dan Retno Widyani.

2002Panduan Perkembangan Anak 1

– 6 Tahun. Jakarta : Puspa Swara.

Wiryo, Hanato. 2001. Peningkatan Gizi

Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui

dengan Bahan Makanan Lokal.

Mataram : Sagung Seto.

Yulianifa, Rekha. 2006. Hubungan

Karakteristik Ibu dengan Pemberian

ASI pada Bayi 6 – 12 Bulan di

Kabupaten Solok Selatan Tahun

2006. Skripsi, Jurusan Gizi Poltekes

Padang.

1. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

2. Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 58: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

54

PEDOMAN BAGI PENULIS

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH

TANJUNGPINANG

Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan

belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah

tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi

tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik

penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.

Petunjuk Penulisan 1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset

keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :

Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.

Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara

pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan

grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang

disajikan dalam tabel atau gambar.

Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil

Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.

Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil

tersebut dengan penelitian lain.

2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;

pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;

kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).

3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan

alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal

40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.

4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan

inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan

kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang

aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada

halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel

yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.

5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan

tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.

6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di

lampiri referensi.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber

pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:

(Novia, 2009:12).

8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).

9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi

ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi

nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.

10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam

bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,

Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang

Tuah di sertai tanda tangan penulis.

KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor

/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal

keperawatan STIKES Hang Tuah.

Page 59: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

Jenis Artikel

Penelitian

Ulasan artikel

Ringkasan

Laporan kasus

Penelitian klinis

Tinjauan pustaka

Lembar Metodologi

Halaman Judul

Judul Artikel

Nama lengkap penulis

Tingkat pendidikan penulis

Asal institusi penulis

Alamat lengkap penulis

Abstrak

Abstrak dalam Bahasa Indonesia

Abstrak dalam Bahasa Inggris

Kata kunci dalam Bahasa Indonesia

Kata kunci dalam Bahasa Inggris

Teks

Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan

Pendahuluan

Bahan dan Cara

Hasil

Diskusi

Kesimpulan

Kepustakaan

Gambar dan Tabel

Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab

Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar

Nama dan alamat untuk percetakan ulang

…………………………………………………………………………………………………………

… ………………………………………………………………………

Soft Copy

Penulis menjamin bahwa:

Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika-

sikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis

Tanda tangan penulis utama:

………………………………. Tgl…………………20………..

Page 60: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/Jurnal-Keperawatan-vol... · •Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan

FORMULIR BERLANGGANAN

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Nama :………………………………………………………………………………………

Mahasiswa

Individu

Instansi

Alamat :……………………………………………….......................................................................

…………………………………………………………………...............................

Telp: …………………………………………………..............................................

Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,

Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………

Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan

Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening

No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..

Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:

Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau

Telp / fax (0771) 316516

Pelanggan

Tgl. Pesanan :……………………. …………………..