jurnal keperawatan -...

76
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703 JURNAL KEPERAWATAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Kelas I Dan Ii Sdn 04 Dan Sdn 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014 Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia

Upload: nguyenthien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN

• Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang

• Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

• Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal

• Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau

• Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Kelas I Dan Ii Sdn 04 Dan Sdn 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang

• Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014

• Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia

Page 2: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2013

PENELITIAN HAL

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang (Nur Meity Sulistia Ayu)

339 - 349

Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan Keprofesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang (Heri Priatna, Lili Sartika, Komala Sari)

350 - 361

Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal (Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)

362 - 368

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau (Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Umu Fadhilah, Ikha Rahardiantini)

369 - 377

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Kelas I Dan II SDN 04 Dan SDN 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang (Ernawati, Lili Sartika)

378 - 389

Pengaruh Buncis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Anggota Prolanis Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang (Fitri Susilawati, Hotmaria Julia Dolok Saribu, Yunita)

390 - 399

Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang (Irma Yuni, Eka Yusdiana, Zainudin, Tiara Angraini)

400 - 407

Page 3: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli

Penanggung Jawab :

Heri Priatna

Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu

Penyunting :

Ketua : Ernawati

Sekretaris : Rian Yuliana

Bendahara : Ria Muazizah

Penyunting Pelaksana :

Wasis Pujiati Liza Wati

Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu

Linda Widiastuti

Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah

Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah

Distribusi dan Pemasaran :

Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri

Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388

Page 4: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

PRAKATA

Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi

para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya

melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.

Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu

memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang

Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.

Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah

khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para

dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.

Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh

karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal

keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Juli 2013

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Drs.Heri Priatna, SStFT,SKM, MM

Page 5: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

339

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BREAST

CARE TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI

PADA IBU NIFAS DI RUMAH BERSALIN KASIH MURNI

TANJUNGPINANG

Nur Meity Sulistia Ayu1

ABSTRAK Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. Kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni tahun 2014. Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan pre and post test without control dan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 20 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%). Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 12 orang (60%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ρ = 0,005 (ρ < α = 0,05) yang menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang breast care berpengaruh terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan kesehatan mengenai breast care menjadi intervensi mandiri perawat yang harus diberikan pada ibu nifas guna mencegah terjadinya bendungan ASI.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Breast care, Perilaku ibu nifas, Pencegahan bendungan ASI

ABSTRACT Mother milk (ASI) is a natural nutrition which contain energy’s necessity and good substance for baby. Baby’s new born death (under age 28 days) in Indonesia can prohibit with ASI’s giving at the first hour after born. The purpose of this research is to knowing the effect of health education about breast care in behavior of ASI’s dam prevention for postpartum in Kasih Murni’s maternity home Tanjungpinang year 2014. The kind of this research is Quasy’s experiment with pre and post test without control and 20 postpartums which using accidental’s sampling technique. The hypotheses’s test has used is Wilcoxon’s test. The result of this research is behavior of ASI’s dam prevention before health education has given from most of respondent that had behavior less of 8 peoples (80%). The behavior of ASI’s dam prevention after gives health education get most of respondent that had good behavior about 6 peoples (60%). Wilcoxon test showed that ρ = 0.005 (ρ <α = 0.05), which concluded health education about breast care prevention dams affect the behavior of breastfeeding on postpartum mothers. This study recommends that health education about breast care nurses become independent intervention should be given to mothers to prevent post-partum breastfeeding dam. Key words : Health education, breast care, postpartum’s behavior, ASI’s dam

Page 6: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

340

LATAR BELAKANG

Air susu ibu (ASI) merupakan

nutrisi alamiah yang mengandung

kebutuhan energi dan zat yang sangat

baik bagi bayi. ASI merupakan

makanan satu-satunya yang paling

sempurna untuk menjamin tumbuh

kembang bayi, menunjang

perkembangan kognitif, emosi, spiritual

yang baik, dan memperkuat ikatan batin

antara ibu dan anak. Pemberian ASI

selama enam bulan pertama tanpa

diberikan makanan pendamping apapun

disebut ASI ekslusif. Pemberian ASI

ekslusif serta proses menyusui yang

benar merupakan sarana yang dapat

diandalkan untuk membangun sumber

daya manusia yang berkualitas. Terkait

dengan hal ini, ada suatu hal yang

sangat disayangkan, yakni rendahnya

pemahaman ibu, keluarga dan

masyarakat mengenai pentingnya ASI

bagi bayi. Akibatnya program

pemberian ASI tidak berlangsung

secara optimal.

Organisasi kesehatan sedunia

World Health Organization (WHO)

menyatakan pemberian ASI ekslusif

hingga usia enam bulan bisa mencegah

kematian lebih dari 200 ribu bayi setiap

tahun. Data menunjukkan dari 10 anak

di dunia hanya 4 anak yang saat ini

memperoleh ASI ekslusif. Menurut

penelitian WHO menunjukkan banyak

perempuan putus asa dalam

memberikan ASI dan menggunakan

susu formula sebagai penggantinya.

Penelitian ini juga menunjukkan hanya

1 dari 5 negara di dunia yang benar-

benar menerapkan aturan pemberian

ASI ekslusif. WHO menyatakan jika

setiap negara mampu menerapkan

peraturan pemberian ASI selama enam

bulan pertama, maka akan dapat

menyelamatkan 220 nyawa bayi setiap

tahunnya.

Menurut Soetjiningsih dalam

Rosmha (2013), berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2006 dan 2007 lebih dari

95% ibu pernah menyusui bayinya,

tetapi ibu yang menyusui dalam satu

jam pertama cenderung menurun yaitu

hanya 8% pada tahun 2006 dan 3,7%

pada tahun 2007. Ditegaskan oleh dr.

Utami Roesli bahwa sekitar 21.000

kematian bayi baru lahir (usia di bawah

28 hari) di Indonesia dapat dicegah

melalui pemberian ASI pada satu jam

pertama setelah lahir. Riset kesehatan

dasar (Riskesdas) menunjukkan cakupan

ASI pada bayi di Indonesia hanya 42%.

Angka ini jelas berada di bawah target

WHO yang mewajibkan cakupan ASI

hingga 50%. Data Riskesdas pada tahun

2007 menunjukkan kenaikan yaitu 32%,

tetapi tetap saja cakupan ASI tahun ini

masih memprihatinkan. Kenaikan

Page 7: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

341

cakupan ASI pertahun hanya berkisar

2% dan angka kelahiran di Indonesia

mencapai 4,7 juta jiwa pertahun, maka

bayi yang memperoleh ASI selama 6

bulan hingga 2 tahun tidak mencapai

dua juta jiwa.

Kesehatan dan kemauan ibu untuk

menyusui bayinya setelah persalinan

dapat mempengaruhi cakupan ASI

secara optimal. Ada sebagian ibu

mengalami masalah dalam proses

menyusui, sehingga menghambat proses

menyusui. Salah satu masalah dalam

proses menyusui yaitu terjadinya

pembengkakan payudara disertai rasa

nyeri dikarenakan saluran ASI yang

tersumbat. ASI tidak dikeluarkan dan

tidak disusui oleh bayi mengakibatkan

payudara mengalami bendungan ASI.

Setelah muncul masalah tersebut, ibu

tidak mengetahui jelas tentang kondisi

serta apa yang harus mereka lakukan.

Berdasarkan penelitian Ratna

Murniati tahun 2012, masalah bendungan

ASI di Indonesia paling banyak terjadi

pada ibu-ibu pekerja. Kesibukan

keluarga dan pekerjaan yang membuat

ibu tidak memberikan ASI pada

bayinya. ASI yang tersimpan penuh di

payudara akan mengakibatkan

bendungan. Data di salah satu

puskesmas daerah Semarang

menunjukkan dari 157 orang terdapat

45 orang (28,6%) kasus ibu menyusui

dengan bendungan ASI. Hal ini

disebabkan karena masih relatif

rendahnya kesadaran ibu untuk

memberikan ASI dan mencegah

terjadinya masalah dalam proses

menyusui.

Pada masa nifas dibutuhkan

upaya untuk mencegah masalah

bendungan ASI. Upaya yang perlu

diketahui yaitu dengan melakukan

perawatan payudara (breast care).

Melakukan perawatan payudara selain

berguna untuk mencegah masalah dalam

proses menyusui, juga berguna untuk

menjaga kesehatan dan keindahan

payudara ibu. Hasil penelitian Ratna

Murniati tahun 2012 menyatakan bahwa

ibu nifas melakukan praktik breast care

dengan tidak baik sebanyak 21

responden (65,6%). Ibu nifas yang

melakukan praktik breast care dengan

baik sebanyak 11 responden (34,4%).

Berdasarkan data dari Puskesmas

Batu X Tanjungpinang, jumlah ibu nifas

tahun 2013 di Kelurahan Pinang Kencana

yaitu 597 orang dan dari data tersebut,

termasuk di dalamnya 279 orang ibu nifas

terbanyak berasal dari RB (Rumah

Bersalin) Kasih Murni Tanjungpinang.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti pada bulan Februari 2014, peneliti

melakukan wawancara terbuka pada ibu

yang bersalin di RB Kasih Murni

Tanjungpinang. Peneliti menggunakan 20

Page 8: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

342

orang ibu nifas sebagai responden. Hasil

dari 20 orang responden, didapatkan 14

orang ibu yang menyusui mengalami

bendungan ASI dan tidak melakukan

pencegahan sebelumnya dengan perilaku

perawatan payudara (breast care).

Sebagian dari responden mengatakan

kurang mendapatkan informasi atau

pendidikan kesehatan tentang perawatan

payudara sesudah bersalin untuk

mencegah terjadinya bendungan ASI.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan

peneliti terhadap pihak RB Kasih Murni,

ada beberapa ibu nifas yang berkunjung

dengan keluhan nyeri payudara saat

menyusui.

Menurut Prawirohardjo (2007)

faktor penyebab masalah dalam proses

menyusui termasuk di dalamnya adalah

tingkat pendidikan dan kurangnya

informasi kesehatan tentang perawatan

payudara. Pemberian pendidikan

kesehatan ditujukan pada ibu nifas.

Informasi ini berguna untuk memotivasi

ibu melakukan perawatan payudara

sendiri setelah persalinan. Pendidikan

kesehatan yang diberikan yaitu tentang

teknik breast care yang baik, mencegah

terjadinya bendungan ASI, cara

menyusui yang benar, dan hal-hal lain

yang erat hubungannya dengan proses

menyusui. Berdasarkan uraian

permasalahan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan

tentang Breast Care terhadap Perilaku

Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu

Nifas di RB Kasih Murni tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain penelitian adalah model

atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang

memberikan arah terhadap jalannya

penelitian. Desain penelitian ditetapkan

berdasarkan tujuan dan hipotesis

penelitian. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian Quasi eksperimen dengan

desain penelitian pre and post test without

control. Desain penelitian ini tidak

menggunakan kelompok kontrol, peneliti

hanya melakukan intervensi pada satu

kelompok saja. Efektifitas perlakuan

dinilai dengan cara membandingkan nilai

post test dengan pre test.

Populasi ibu nifas tahun 2013 di

RB Kasih Murni berjumlah 279 orang.

Teknik sampling yang digunakan pada

penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik accidental sampling

yaitu dengan sampel pada penelitian ini

berjumlah 20 orang responden ibu nifas.

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan

pada Oktober 2013 s/d April 2014.

Pada setiap responden diberikan

intervensi berupa pendidikan kesehatan

melalui ceramah, leaflet dan alat peraga.

Page 9: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

343

Alat yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah kuesioner yang memuat 11

pertanyaan terstruktur untuk menilai

perilaku ibu nifas. Penilaian kuesioner

dengan jawaban yang benar diberi nilai 1

(satu) dan jawaban yang salah diberi nilai

0 (nol). Kuesioner memuat pertanyaan

yang berisikan tentang perilaku ibu dalam

melakukan perawatan payudara dan

melakukan pengosongan payudara

dengan benar.

Peneliti melakukan uji validitas

dengan 20 pertanyaan yang diberikan

kepada 20 responden ibu nifas di wilayah

Kelurahan Pinang Kencana dan diperoleh

11 pertanyaan yang valid. Jadi jumlah

pertanyaan yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah 11 pertanyaan

dengan nilai r hitung ˃ r tabel 0,361. Uji

reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha

Cronbach. Instrumen disebut reliable

apabila didapatkan nilai alfa (α) ˃ 0,60

(Dempsey, 2002). Peneliti melakukan uji

reliabilitas kuesioner dan hasil nilai α

(0,733).

Peneliti menggunakan pemberian

kode pada data untuk memudahkan

pengelompokan dan klasifikasi. Hasil

jawaban dengan menggunakan kode yaitu

kode 3 masuk dalam kategori perilaku

baik (≥75%), kode 2 yaitu kategori cukup

(50 – 75%), dan kode 1 yaitu kategori

kurang (≤50%).

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Univariat

Setelah data diolah dan dilakukan

analisa univariat untuk mengetahui

distribusi perilaku pencegahan bendungan

ASI dengan pemberian pendidikan

kesehatan tentang breast care pada ibu

nifas, dapat dilihat seperti pada tabel 1

berikut ini :

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden dengan Perilaku

Pencegahan Bendungan ASI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di RB Kasih Murni

Tanjungpinang Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 1 distribusi

frekuensi perilaku pencegahan bendungan

ASI sebelum diberikan pendidikan

kesehatan menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki perilaku kurang

sebanyak 16 orang (80%), sedangkan

perilaku pencegahan bendungan ASI

sesudah diberikan pendidikan kesehatan

No

Perilaku

Pencegahan

Bendungan

ASI

Pre test Post test

F % F %

1 Kurang 16 80 2 10

2 Cukup 4 20 6 30

3 Baik 0 0 12 60

Jumlah 10 100 10 100

Page 10: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

344

didapatkan sebagian besar responden

memiliki perilaku baik yaitu 12 orang

(60%).

B. Hasil Analisis Bivariat

Analisa bivariat untuk menunjukkan

adanya pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care (variabel independen)

terhadap perilaku pencegahan bendungan

ASI pada ibu nifas (variabel dependen).

Pada analisis ini dilakukan uji kenormalan

data dengan melihat hasil test of normality

Shapiro-wilk diperoleh hasil nilai

kemaknaan untuk kedua kelompok data pre

test 0,000 dan post test 0,002 maka data

tidak berdistribusi normal (ρ < 0,05).

Analisis pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care terhadap perilaku

pencegahan bendungan ASI dapat dilihat

pada tabel 2 berikut ini :

Berdasarkan Tabel 2 analisis

pengaruh pendidikan kesehatan tentang

breast care terhadap perilaku pencegahan

bendungan ASI menunjukkan bahwa

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

sebagian besar responden memiliki

perilaku kurang sebanyak 16 orang

(80%), sedangkan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan didapatkan

sebagian besar responden memiliki

perilaku baik yaitu 12 orang (60%). Hasil

statistik yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh

nilai kemaknaan dengan nilai ρ = 0,005.

Tabel 2 Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan

Kesehatan tentang Breast Care terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu Nifas di RB

Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014

Pendidikan

Kesehatan

Perilaku Pencegahan

Bendungan ASI Jumlah

Kurang Cukup Baik

F F %

Pre test 1

6

8

0 4 20 0 0 10

1

00

Post test 2 1

0 6 30

1

2

6

0 10

1

00

Statistik

( ρv ) 0,005

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa 80% perilaku pada

ibu nifas untuk melakukan pencegahan

bendungan ASI termasuk dalam kategori

kurang.

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas yang dapat diamati langsung

maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Aktivitas manusia yang timbul

juga dapat dipengaruhi adanya stimulus

atau rangsangan, baik dalam dirinya

sendiri (internal) maupun dari luar

individu (eksternal).

Page 11: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

345

Menurut peneliti, perilaku pencegahan

bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu

nifas tersebut dapat dibentuk ke arah yang

lebih baik dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori

yang telah dijelaskan di atas bahwa

stimulus untuk mengubah perilaku

manusia menjadi perilaku yang baik juga

dapat dirangsang oleh faktor eksternal.

Pemberian pendidikan kesehatan adalah

termasuk salah satu cara stimulus yang

berasal dari luar individu. Kesimpulan

dalam penelitian ini bahwa perubahan

perilaku yang dilakukan oleh ibu nifas ke

arah yang lebih baik masih dapat

dipengaruhi dengan cara memberikan

informasi kesehatan.

Berdasarkan hasil dari penelitian

menunjukkan 60% perilaku pencegahan

bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu

nifas termasuk dalam kategori baik. Pada

tahap evaluasi, peneliti juga melakukan

wawancara kepada responden bahwa

perubahan perilaku yang terjadi pada ibu

nifas ini karena adanya penambahan

informasi kesehatan yang lebih baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh

teori Green dalam Noorkasiani (2009),

bahwa bentuk perubahan perilaku

dipengaruhi oleh salah satu faktor

pendukung yaitu pendidikan kesehatan.

Pemberian informasi kesehatan yang baik

akan menghasilkan perubahan perilaku

yang positif dari diri seseorang.

Perubahan perilaku juga dapat

dipengaruhi oleh salah satu faktor lain

yaitu sikap ibu yang telah menyadari akan

pentingnya melakukan perilaku

pencegahan sejak dini untuk menghindari

dari masalah-masalah kesehatan yang ada

selama proses menyusui. Ibu yang telah

mendapatkan pendidikan kesehatan yang

baik, akan merespon dirinya sendiri untuk

menerapkan perilaku kesehatan ke arah

yang lebih baik lagi.

Menurut Nursalam (2008),

pendidikan kesehatan adalah suatu proses

yang direncanakan dengan sadar untuk

menciptakan peluang bagi individu-

individu untuk senantiasa belajar. Hal ini

menjadikan suatu proses perkembangan

atau perubahan ke arah yang lebih tahu

dan lebih baik. Pemberian pendidikan

kesehatan juga bertujuan untuk

membangun kesadaran individu untuk

senantiasa berperilaku hidup sehat. Pada

hakikatnya pendidikan kesehatan adalah

sebagai salah satu bentuk pemecahan

masalah kesehatan, meningkatkan

kemampuan atau perilaku individu untuk

mencapai kesehatan optimal, dan

pendidikan kesehatan merupakan peran

yang harus dilaksanakan dalam setiap

pemberian asuhan kepada individu atau

masyarakat.

Metode pemberian pendidikan

kesehatan yang diberikan secara

perorangan sangat efektif dalam

Page 12: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

346

perubahan perilaku, responden

memperhatikan penuh saat diberikan

informasi kesehatan. Pendidikan

diberikan dengan cara bimbingan dan

responden bersifat kooperatif.

Penggunaan media pendidikan kesehatan

yaitu leaflet dapat berpengaruh pada ibu

nifas, leaflet dapat mereka gunakan

sebagai pengingat pesan dan panduan

untuk mempraktekkan perilaku yang

sehat dari informasi kesehatan yang telah

diperoleh.

Hasil penelitian di atas jelas

menunjukkan bahwa setelah ibu nifas

mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang breast care, maka sudah

berpengaruh terhadap perubahan perilaku

ibu yang lebih baik dalam pencegahan

bendungan ASI.

B. Analisis Bivariat

Hasil penelitian menunjukkan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan, perilaku

ibu nifas dalam pencegahan bendungan

ASI mengalami perubahan ke arah yang

lebih baik. Perubahan perilaku ibu nifas

dapat dilihat dari hasil kategori perilaku

kurang sebanyak 80% sebelum

mendapatkan informasi kesehatan.

Setelah mendapatkan informasi

kesehatan, perilaku ibu nifas dalam

kategori baik yaitu sebanyak 60% dan

kategori kurang yaitu 10%.

Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon

dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS dilihat hasil ρ = 0,005 yang mana ρ

< 0,05 dinyatakan Ho ditolak, maka ada

pengaruh pendidikan kesehatan tentang

breast care terhadap perilaku pencegahan

bendungan ASI pada ibu nifas. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan

menurut Green dalam Noorkasiani (2009)

bahwa bentuk perilaku individu dapat

dipengaruhi oleh faktor pendukung

(enabling factors) yaitu dengan

pemberian pendidikan kesehatan.

Bentuk perubahan perilaku menurut

WHO dalam Notoatmodjo (2007)

meliputi ketersediaan individu untuk

berubah (readiness to change) yaitu setiap

individu atas kesadaran dirinya sendiri

bersedia untuk berubah atau berperilaku

yang lebih baik dari sebelumnya setelah

mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan kesehatan dirinya.

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah

perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga

kesehatan dirinya agar tidak sakit, oleh

sebab itu diperlukannya upaya perilaku

pencegahan penyakit (preventive) yang

penting dilakukan oleh setiap individu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Ratna Murniati (2012) bahwa

adanya hubungan pengetahuan ibu nifas

tentang bendungan ASI dengan

melakukan praktik pencegahan

Page 13: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

347

bendungan ASI atau melakukan perilaku

breast care. Kesimpulannya bahwa hasil

penelitian ini didukung juga oleh

penelitian Ratna Murniati yaitu

perubahan perilaku seseorang ke arah

yang positif juga dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu nifas.

Pada penelitian saat ini, peneliti

melakukan pemberian pendidikan

kesehatan tentang pentingnya perilaku

breast care yang juga dapat menambah

pengetahuan ibu nifas, sehingga

menimbulkan kesadaran pada ibu nifas

untuk melakukan perilaku breast care

dengan baik dan ibu lebih termotivasi

dalam melakukan perilaku hidup sehat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku pencegahan bendungan ASI

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

didapatkan sebagian besar responden

memiliki perilaku kurang sebanyak 8

orang (80%).

Perilaku pencegahan bendungan ASI

sesudah diberikan pendidikan kesehatan

didapatkan sebagian besar responden

memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang

(60%).

Ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care terhadap perilaku

pencegahan bendungan ASI pada ibu

nifas.

Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai pembelajaran dalam

pengembangan ilmu keperawatan,

khususnya di keperawatan maternitas.

Diharapkan bagi mahasiswa/i dengan

adanya hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai referensi dan acuan

pembelajaran dalam membuat tugas

perkuliahan tentang pendidikan kesehatan

dan perilaku pencegahan bendungan ASI

pada ibu nifas.

Diharapkan bagi bidan atau perawat

dapat mensosialisasikan pemberian

informasi atau penyuluhan kesehatan

pada ibu nifas dan hasil penelitian ini

dapat dijadikan masukan serta menambah

pengetahuan di RB Kasih Murni

Tanjungpinang tentang masalah

kesehatan khususnya tentang perilaku

pencegahan bendungan ASI.

Pada ibu setelah bersalin diharapkan

mampu melakukan breast care secara

mandiri dan melakukannya dengan rutin

minimal satu kali sehari. Peran keluarga

juga sangat penting dalam memberikan

dukungan dan motivasi pada ibu untuk

selalu menjaga keadaan payudara tetap

bersih dan sehat selama pross menyusui.

Perilaku breast care yang baik akan

mencegah terjadinya bendungan ASI,

membuat kondisi payudara yang sehat

dan memperlancar produksi ASI yang

baik sehingga terpenuhinya asupan ASI

bagi bayi.

Page 14: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

348

Dengan adanya hasil penelitian ini,

diharapkan kepada peneliti selanjutnya

untuk dapat melakukan penelitian yang

lebih mendalam lagi atau dengan

melakukan penelitian metode eksperimen

murni menggunakan variabel bebas

lainnya yang dapat berpengaruh dalam

mencegah atau mengatasi terjadinya

bendungan ASI pada ibu nifas dalam

proses menyusui.

KEPUSTAKAAN

Arifin, zaenal. (2008). Dasar-Dasar

Penelitian Karya Ilmiah.

Jakarta: GRASINDO

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2009).

Statistik untuk Kedokteran dan

Kesehatan: Edisi 4. Jakarta:

Salemba Medika

Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari

Pasca- Persalinan. Jakarta: Puspa

Swara.

Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset

Keperawatan: Buku Ajar dan

Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC

Dharma, Kelana Kusuma (2011).

Metodologi Penelitian

Keperawatan (Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan

Hasil Penelitian). Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Machfoeds, Ircham. (2007). Pendidikan

Kesehatan bagian dari Promosi

Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya

Mochtar. (2010). Sinopsis Obstetri,

Fisiologi, Patologi. Jakarta:

EGC.

Murniati, Ratna. (2012). Hubungan

Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Bendungan ASI dengan Praktik

Pencegahan Bendungan ASI

(Breast Care). Semarang:

UNIMUS.

Noorkasiani. (2009). Sosiologi

Keperawatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

. (2007). Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Pendidikan dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Page 15: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

349

. (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan

nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta:

PT Bina Pustaka.

Rosmha. (2013). Cakupan ASI 42 Persen,

Ibu Menyusui Butuh

Dukungan.

http://health.kompas.com/read/20

13/ 12/21/0917496. Diakses: 25

Januari 2014.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan

Pada Masa Nifas. Jakarta:

Salemba Medika.

Suherni, Hesty & Anita. (2009).

Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar

Asuhan kebidanan Pada Ibu

Nifas. Yogyakarta: CV. ANDI.

Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi

Penelitian Kesehatan Edisi 1.

Yogyakarta: CV. ANDI

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis

untuk Profesi Ners. Jakarta:

EGC.

Wati, Lidia. (2014). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset keperawatan.

Tanjungpinang: STIKES Hang

Tuah.

Wulanda, Febri. (2011). Biologi

Reproduksi. Jakarta: Salemba

Medika.

Wulandari, Eni. (2012). Tingkat

Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Bendungan ASI. Surakarta:

STIKES Kusuma Husada.

1 Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.

Kep, CWT : Dosen STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang.

Page 16: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

350

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

MAHASISWA S1 TINGKAT IV UNTUK MELANJUTKAN KEPROFESI

NERS DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Heri Priatna ¹, Lili Sartika ², Komala Sari ³

ABSTRAK Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2014. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,011 dan ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,031.

Kata kunci : Motivasi, Mahasiswa, Profesi Ners

ABSTRACT Nursing profession in Indonesia has developed so rapidly. This development impacts of the changing nature of nursing services of a professional vocational services rests on the mastery of science in nursing, including nursing services. It is a challenge for the nursing profession in developing professionalism at the same time must provide a quality service. This study aims to determine and identify the Factors Associate With Student Motivation Level IV S1 for profession Nursing Continuing To In STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research uses descriptive analytic study design, the approach or cross-sectional design. The population in this study were all students of nursing level IV S1 Hang Tuah STIKES Tanjungpinang totaling 32 people. The research was conducted in September – November 2014 using the research instrument in the form of a questionnaire with 32 statements and analyzes the result of this study conducted univariate and bivariate. Based on the results showed that tthere is a relationship between the ideals and motivations of student S1 level IV with a velue of p value = 0,011, there is no relationship between the ability of learnes with student motivation S1 level IV with a value of p value = 0,031. Key words : Motivation, Students, Nurses Profession PENDAHULUAN

Dalam mengembangkan

profesionalisme keperawatan, langkah awal

yang perlu ditempuh adalah dengan

melakukan penataan pendidikan

keperawatan dan memberikan kesempatan

kepada perawat untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi.

Pengembangan sistem pendidikan tinggi

keperawatan sangat penting dan berperan

dalam pengembangan pelayanan

keperawatan professional, pengembangan

teknologi keperawatan, pembinaan

kehidupan keprofesian, dan pendidikan

keperawatan berkelanjutan yang dicapai

melalui lulusan dengan kemampuan

professional. Pada saat ini berbagai upaya

untuk lebih mengembangkan pendidikan

Page 17: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

351

keperawatan professional. Lulusan S1

Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan

kejenjang Profesi Ners keperawatan.

Dalam hal ini dibutuhkan suatu penataan

yang mendasar dari S1 Keperawatan

kepeningkatan status Program Profesi Ners

Keperawatan dengan lebih menekankan

pada upaya meningkatkan kualitas lulusan.

Pendidikan keperawatan sebagai sarana

mencapai profesionalisme keperawatan

harus terus dipacu. Kepedulian terhadap

pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai

alasan yang cukup mendasar karena

keberhasilan pengembangan keperawatan

di Indonesia di masa mendatang sangat

bergantung pada penataan dan

pengembangan pendidikan tinggi

keperawatan (Nursalam, 2008).

Hal ini merupakan tantangan bagi

profesi keparawatan dalam

mengembangkan profesionlisme yang

sejalan dengan pelayanan yang berkualitas.

Profesi keperawatan di Indonesia masih

jauh jika dibandingkan dengan Negara

barat, dimana baru Sembilan tahun terakhir

ini di Indonesia baru menghasilkan Sarjana

Keperawatan yang professional ( Putri, HT

& Fanani, A. 2010).

Selama proses untuk dapat

meningkatkan pendidikan keperawatan

salah satu yang diperlukan adalah adanya

motivasi. Menurut Suciati dan Prasetya

(2001) dalam Nursalam (2008), adapun

beberapa unsur yang mempengaruhi

motivasi belajar diantaranya adalah cita-

cita/aspirasi, kemampuan peserta didik,

kondisi peserta didik, kondisi lingkungan

belajar, unsur-unsur dinamis dalam

pembelajaran, serta upaya pengajar dalam

membelajarkan peserta didik.

Kenyataan di Indonesia, sebagian besar

tingkat pendidikan keperawatan masih

rendah. Diakui oleh DIRJEN Bina Upaya

Kesehatan (BUK) bahwa, sebagian besar

atau 80 persen perawat yang bekerja di

rumah sakit vertikal, berpendidikan

Diploma III (D3), Diploma IV 0,5 persen,

Sarjana Strata Satu Keperawatan 1 persen,

Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua 0,4

persen. Sedangkan perawat yang

berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan

(SPK) sebanyak 7 persen (DEPKES, 2011).

Dari data pendahuluan yang didapat

pada bagian kemahasiswaan STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang diketahui untuk

lulusan tahun 2012-2013 dengan jumlah 66

lulusan, hanya 14 (21,21%) lulusan yang

melanjutkan ke Ners. lulusan 2013-2014

hanya 31 orang (67,39 %) dari 46

mahasiswa yang melanjutkan langsung ke

Ners.

Dari data tersebut memang terlihat

adanya peningkatan jumlah mahasiswa

yang melanjutkan ketingkat Ners

keperawatan, namun masih terdapat juga

mahasiswa yang tidak tertarik untuk

melanjutkan ke Ners Keperawatan di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Page 18: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

352

Sedangkan diharapkan pada akhir tahun

2015, mayoritas pendidikan perawat yang

ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria

minimal sebagai perawat profesional

(S1/Ners) (Nursalam, 2007).

Dengan fenomena di atas, peneliti

tertarik untuk meneliti tentang faktor –

faktor yang berhubungan dengan motivasi

mahasiswa S1 tingkat IV untuk

melanjutkan Profesi Ners keperawatan di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun

2014.

BAHAN DAN METODA

PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Non-

Eksperimen karena tidak ada intervensi dari

peneliti dan menggunakan desain penelitian

deskriptif analitik. Pendekatan yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah Cross Sectional, dimana dalam

penelitian ini menekankan waktu

pengukuran / observasi data variable

independen dan dependen hanya satu kali

pada satu saat dan dinilai secara simultan

pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut

(Nursalam,2008).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

september-November tahun 2014 di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh

adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Setiadi, 2007). Berarti dalam penelitian ini

sampel yang diambil adalah semua

mahasiswa S1 tingkat IV Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah

32 orang.

Di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu D3

keperawatan dan S1 keperawatan. Untuk

D3 keperawatan dengan masa pendidikan

akademik selama 3 tahun, dengan jumlah 6

kelas, untuk tingkat 1, 2 kelas, tingkat 2 : 2

kelas, dan tingkat 3 : 2 kelas. Sedangkan

untuk S1 keperawatan masa pendidikan

akademiknya lebih lama yaitu selama 4

tahun, dan ditambah 1 tahun profesi (Ners).

Jumlah kelas sebanyak 5 kelas, untuk

tingkat 1, 2, dan 3 hanya 1 kelas, dan tingkat

4 sebanyak 2 kelas. Dari sekian banyak

jumlah kelas dan mahasiswa hanya

mahasiswa/i S1 keperawatan tingkat IV

yang menjadi responden dalam penelitian

ini dan keseluruhannya memenuhi criteria

inklusi.

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metoda observasi partisipasif

berupa metoda kuesioner yaitu

pengumpulan data dengan cara

memberikan daftar pertanyaan / pernyataan

tertulis dengan beberapa pilihan jawaban

kepada responden. Jenis kuesioner adalah

kuesioner tertutup dan langsung, dimana

responden diminta memilih jawaban yang

sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.

Page 19: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

353

Dalam penelitian ini untuk variable

independen digunakan skala likert yang

telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan

pilihan ragu-ragu sehingga subjek akan

memilih jawaban yang pasti kearah yang

sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya.

Kuesioner terdiri dari 3 item tentang cita-

cita dan Aspirasi, kemampuan peserta didik

dan motivasi. Kemudia ke tiga indikator

tersebut dijabarkan kedalam 32 pernyataan.

Pengisian kuesioner oleh responden

dilakukan dengan tekhnik check-list .

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Merupakan analisa yang dilakukan pada

tiap variable dalam hasil penelitian. Pada

umumnya analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentasi tiap variable yang

disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :

1. Karakteristik responden

berdasarkan usia.

Tabel 1. Distribusi kelompok berdasarkan umur

responden

mur Frekuensi %

19 - 21 26 81,25 %

22 - 24 5 15,62 %

25 - 30 1 3,13%

Jumlah 32 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa

sebagian besar usia responden yang

berusia 19-21 tahun sebanyak 26

responden (81,25%), 5 orang berusia

antara 22-24 tahun (15,62%), dan I orang

responden berusia 25-30 tahun (3,13%).

2. Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin.

Tabel 2. Distribusi kelompok berdasarkan

jenis kelamin

Umur Frekuensi %

Laki-laki 7 21,86 %

perempuan 25 78,14 %

Jumlah 32 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian

besar responden adalah perempuan

sebanyak 25 orang (78,14%) dan laki-laki

sebanyak 5 orang (21,86%).

3. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan cita-cita, IPK dan

motivasi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden

Berdasarkan Cita-cita, IPK dan Motivasi

Cita-cita Frekuensi %

Ada 12 37,5%

Tidak Ada 20 62,5%

Page 20: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

354

IPK

Tinggi 19 59,4%

Rendah 13 40,6%

Motivasi

Tinggi

Rendah

16

16

50%

50%

Berdasarkan tebel3 diatas diketahui

bahwa sebagian besar responden tidak

memiliki cita-cita sebanyak 20 orang

(62,5%) dan hanya sebanyak 12 orang

(37,5%) yang memiliki cita-cita, sedangkan

responden yang memiliki nilai IPK yang

tinggi sebanyak 19 orang (59,4%) dari 32

orang dengan sebagian besar responden

yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang

memiliki motivasi yang tinggi.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan dan besarnya nilai

odds ratio antara faktor-faktor risiko

(variable independen) dengan motivasi

(variable dependen), dengan tingkat

kemaknaan 95%. Ada atau tidaknya

hubungan antara factor independent dengan

motivasi ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.

1. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi

dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat

IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian dijumpai

bahwa responden yang tidak ada cita-cita

sebanyak 14 responden ( 43,8%) memiliki

motivasi yang rendah, responden yang ada

cita-cita sebanyak 2 responden (6,2%)

memiliki motivasi yang rendah dan

responden yang tidak ada cita-cita

sebanyak 6 responden (18,8%) memiliki

motivasi yang tinggi, responden yang ada

cita-cita sebanyak 10 responden (31,2%)

memiliki motovasi yang tinggi. Oleh karena

nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara

cita-cita dan aspirasi dengan motivasi

Mahasiswa S1 tingkat IV untuk

melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.

Tabel 4. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke

Profesi Ners di STIKES HangTuah Tanjungpinang tahun 2014

Cita-cita

dan

Aspirasi

Motivasi

Mahasiswa S1

tingkat IV

untuk

melanjutkan

Jumlah

Page 21: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

355

2. Hubungan Kemampuan Peserta Didik

dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat

IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian

dijumpai bahwa responden yang

memiliki kemampuan peserta didik

(IPK) yang rendah sebanyak 10

responden ( 31,2%) memiliki

motivasi yang rendah, responden

yang memiliki kemampuan peserta

didik (IPK) yang tinggi sebanyak 6

responden ( 18,8%) memiliki

motivasi yang rendah dan responden

yang memiliki kemampuan peserta

didik (IPK) yang rendah sebanyak 3

responden ( 9,4%) memiliki motivasi yang

tinggi, responden yang memiliki

kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi

sebanyak 13 responden ( 40,6%) memiliki

motivasi yang tinggi.

Tabel 5. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke

Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.

Kemam

puan

Peserta

Didik

(IPK)

Motivasi

Mahasiswa S1

tingkat IV

untuk

melanjutkan ke

Profesi Ners

Jumla

h

X2

P Value

Renda

h

Tinggi

F

% F % F %

ke Profesi

Ners

X2 P

Valu

e Rend

ah

Tingg

i

F

%

F % F %

Tidak

Ada

1

4

43,

8%

6 18,

8%

2

0

100

%

6,53

3

0,011

Ada 2 6,2

%

1

0

31,

2%

1

2

100

%

Jumla

h

1

6

50

%

1

6

50

%

3

2

100

%

Page 22: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

356

Rendah 1

0

31,

2%

3 9,4

%

1

3

10

0%

4,6

64

0,031

Tinggi 6 18,

8%

1

3

40,

6%

1

9

10

0%

Jumlah 1

6

50

%

1

6

50

%

3

2

10

0

%

Berdasarkan perhitungan pada table

diatas diperoleh hasil pengolahan data

dengan menggunakan uji chi-square

diperoleh nilai X2 = 4,644 dan р value =

0,031. Oleh karena nilai р<0,05

(0,031<0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan kemampuan peserta

didik dengan motivasi Mahasiswa S1

tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi

Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Tahun 2014.

PEMBAHASAN

1. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan cita-cita dan aspirasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki cita-cita

dengan jumlah 12 orang dari 32 orang.

Banyaknya jumlah responden yang

memiliki cita dikaitkan dengan umur

responden yang sebagian besar berumur 19-

21 tahun. Dimana rentang usia tersebut

masuk dalam rentang usia remaja yang

produktif dan masih memiliki motivasi

yang tinggi.

Masa remaja adalah suatu stadium dalam

siklus perkembangan anak. Rentang usia

remaja berada dalam usia 12 sampai 21

tahun, dimana pada masa remaja ini,

merupakan masa pencarian dan

penjelajahan jati diri seseorang, termasuk

dalam menentukan masa depan melalui

pendidikannya (Djamarah, 2008),

Remaja dan kehidupan pendidikan

merupakan masa yang paling indah dalam

realitas sosial. Dan bagi remaja mereka

merasa sangat beruntung dengan kehidupan

mereka yang masih dapat melanjutkan

kejenjang yang lebih tinggi, untuk

mencapai cita-cita mereka. Adanya cita-cita

inilah yang menjadi faktor pendorong yang

menambah semangat serta memperkuat

motivasi seseorang, karena dengan

terwujudnya cita-cita yang diharapkan

maka akan terwujud pula aktualisasi diri

seseorang (Nursalam, 2008).

Page 23: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

357

2. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan kemampuan peserta

didik

Pada penelitian ini

kemampuan peserta didik responden dilihat

dari nilai IPK. Sebagian besar responden

memiliki IPK yang tinggi dengan jumlah 19

orang (59,4%) dari 32 orang. Hal ini juga

dikaitkan dengan umur responden yang

masih dalam tahap remaja, dimana dalam

usia remaja ini saat-saat penentuan masa

depan. Dan potensi yang dimiliki juga

banyak, termasuk dalam intelektual atau

intelegensi, serta kemampuan psikomotor

yang juga dapat memperkuat motivasi

dalam belajar untuk mencapai IPK yang

tinggi (Nursalam, 2008).

Selain itu menurut Djamarah (2008),

kuat lemahnya motivasi belajar seseorang

turut mempengaruhi keberhasilan belajar

terutama prestasi/nilai yang didapat. Karena

itu motivasi belajar perlu diusahakan,

terutama yang berasal dari dalam diri

seperti cita-cita, karena akan meningkatkan

prestasi belajar seseorang.

3. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan motivasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 32 responden didapatkan data sebagian

besar responden memiliki motivasi yang

tinggi yaitu sebanyak 16 orang (50%).

Dalam kehidupan masyarakat usia masih

dijadikan tolak ukur dalam menentukan

tingkat motivasi yang dimilliki untuk terus

belajar dan mengembangkan diri karena

ditunjang pertumbuhan fungsi tubuh

optimal serta kematangan emosional,

intelektual dan sosial. Hal ini juga

dikaitkan dengan usia responden, dimana

sebagian besar responden masih dalam

tahap remaja yaitu 19-21 tahun.

Maulana (2003) bagi orang yang sudah

tua cenderung memiliki motivasi yang

rendah untuk belajar dan mengembangkan

diri.

4. Hubungan cita-cita dan aspirasi

dengan motivasi mahasiswa S1

melanjutkan ke profesi Ners di Stikes

Hang Tuah Tanjungpinang

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa responden

yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita dan

aspirasi yaitu sebanyak 20 orang yang

terdiri dari 14 orang (43,8%) yang

motivasinya rendah dan 6 orang (18,8%)

yang motivasinya tinggi. Sedangkan untuk

responden yang memiliki/ada cita-cita dan

aspirasi yaitu sebanyak 12 orang yang tediri

dari 2 orang (6,2%) yang motivasinya

rendah dan sebagian besar dengan jumlah10

orang (31,2%) yang motivasinya tinggi.

Sehingga dapat dilihat bahwa responden

yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi,

motivasinya lebih tinggi dari pada

Page 24: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

358

responden yang tidak memiliki/tidak ada

cita-cita.

Hasil pengolahan data menggunakan uji

chi-square diperoleh nilai X2=6,533dan р

value = 0,011. Oleh karena nilai р<0,05

(0,011<0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan cita-cita dan aspirasi

dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV

untuk melanjutkan ke Profesi Ners di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun

2014.

Hal ini membuktikan bahwa cita-cita dan

aspirasi merupakan faktor yang dapat

menambah semangat sekaligus

memberikan tujuan yang jelas dalam

belajar, sehingga akan memperkuat

motivasi belajar. Karena cita-cita

merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri seseorang yang akan membuat

seseorang melakukan upaya lebih banyak.

Dan dengan tercapainya cita-cita maka akan

terwujud aktualisasi diri seseorang.

5. Hubungan kemampuan peserta didik

dengan motivasi mahasiswa S1

melanjutkan ke profesi Ners di Stikes

Hang Tuah Tanjungpinang

Hasil analisa data dengan uji

statistik chi-quadrat didapatkan р value =

0,031. Hal ini menunjukkan bahwa р < 0,05

(0,031<0,05) berarti H0 ditolak sehingga

terdapat hubungan antara kemampuan

peserta didik dengan Motivasi Mahasiswa

S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi

Ners di STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

Hal ini membuktikan bahwa semakin

tinggi tingkat kemampuan peserta didik

maka akan semakin memperkuat motivasi

untuk melanjutkan kejenjang yang lebih

tinggi lagi. Dan didapatkan data bahwa

responden dengan kemampuan peserta

didik yang rendah berjumlah 13 orang,

yang terdiri dari 10 orang (31,2%) memiliki

motivasi rendah dan 3 orang (9,4%)

memiliki motivasi tinggi. Sedangkan

responden dengan kemampuan peserta

didik yang tinggi, jumlahnya lebih banyak

dibandingkan dengan responden yang

kemampuan peserta didiknya rendah, yaitu

19 orang, yang terdiri dari 6 orang (18,8%)

motivasinya rendah dan 13 orang (40,6%)

motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat

bahwa responden yang kemampuan peserta

didiknya (IPK) rendah, tidak memiliki

motivasi yang tinggi. Berbeda halnya

dengan responden yang kemampuan

peserta didiknya tinggi (IPK) akan memiliki

motivasi yang tinggi pula.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa

tingkat IV Prodi S1 keperawatan STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang pada bulan

Page 25: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

359

September 2014, dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden tidak

memiliki cita-cita, dengan jumlah 20

orang (62,5%) dari32 orang.

2. Sebagian besar responden memiliki nilai

IPK yang tinggi dengan jumlah 19

orang (59,4%) dari 32 orang.

3. Ada hubungan antara cita-cita dan

aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1

tingkat IV untuk melanjutkan ke

Profesi Ners di STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang tahun 2014. dengan

nilai p value = 0,011.

4. Ada hubungan antara kemampuan

peserta didik dengan motivasi

mahasiswa S1 tingkat IV untuk

melanjutkan ke Profesi Ners di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

tahun 2014, dengan nilai p value =

0,031.

Saran

Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya hasil penelitian ini,

diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk

mengadakan penelitian yang lebih

mendalam mengenai faktor-faktor lain yang

kemungkinan berhubungan dengan

motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk

melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014,

agar nantinya hasil penelitian tersebut dapat

diajukan sebagai saran bagi pihak institusi

untuk meningkatkan kualitas baik dari segi

tim pengajar maupun peserta didik itu

sendiri.

Bagi Lokasi Penelitian/Institusi

Dari hasil penelitian ada beberapa

saran yang peneliti ajukan untuk lokasi

penelitian/pihak institusi :

Telah terbukti bahwa cita-cita

berhubungan dengan motivasi mahasiswa

S1 tingkat IV untuk melanjutkan keProfesi

Ners di STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang tahun 2014. yang memiliki

cita-cita cenderung motivasinya tinggi,

sehingga d iharapkan agar pihak institusi

bisa lebih memberikan dukungan, motivasi,

dan perhatian yang lebih bagi mahasiswa

yang benar-benar memilikicita-cita untuk

menjadi perawat yang profesional agar

dapat meningkatkan prestasi belajarnya,

seperti memberikan reward pada

mahasiswa yang berprestasi disetiap

semesternya, karena hal itu akan menambah

semangat, dan motivasi para mahasiswa

dalam mencapai prestasi dan cita-citanya

sebagai seorang perawat yang professional

dengan melanjutkan pendidikan Ners di

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES.2011. Perawat Mendominasi

Tenaga Kesehatan.

http://manajemen-rs.net /index. php?

option= com_content

Page 26: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

360

&view=article&id=185:perawat-

mendominasi-tenaga-

kesehatan&catid=51:berita&Itemid=

95. Diakses tanggal 23 Oktober 2011.

Jam : 13.20

Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar

Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta

Kurniawan, A. 2009.BelajarMudah SPSS

untuk Pemula.Yogyakarta : Media

Kom

Kusnanto.2004. Pengantar Profesi &

Praktik Keperawatan Profesional.

Jakarta : EGC

Marziati.2009. Motivasi Mahasiswa

Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Aceh Selatan untuk

Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat

Sarjana Keperawatan. Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara.

Maulana, I. 2003. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Motivasi

Perawat untuk Melanjutkan

Pendidikan pada Jenjang Pendidikan

Tinggi Keperawatan. Skripsi FK-

STIKES Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga, Banjarmasin.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nurhidayah, R.E. 2011. Pendidikan

Keperawatan. Medan : USU Pers

Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan

Dalam Keperawatan. Jakarta :

Slameba Medika

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta :

Salmeba Medika.

Putri, H.T & Fanani, A. 2010. Etika profesi

Keperawatan. Yogyakarta :

CiptaPustaka

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali

Pers

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset

Keperawatan. Yogyakarta :

GrahaIlmu

Suara, dkk. 2007. Konsep Dasar

Keperawatan. Jakarta : TIM

Suarli, S & Bahtiar, Y. Manajemen

Keperawatan. Jakarta :Erlangga

Page 27: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

361

Sumantri. 2002. Tantangan Pengembangan

Tenaga Kesehatan Masa Depan.

Majalah Bina Diknakes. Edisi 42.

Syarifudin. 2010. Panduan TA

Keperawatan dan Kebidanan dengan

SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera

Media.

Uno, H.B. 2010. Teori Motivasi &

Pengukurannya. Jakarta : Bumi

Aksara

Wati, L, dkk. 2011. Buku Panduan

Penyusunan Proposal dan Skripsi.

Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang.

WR. 2011. Pendidikan Dalam

Keperawatan. http: //dhanwaode.

wordpress.com/2011/01/26/pendidik

an-dalam-keperawatan /. Diakses

tanggal 12 Desember 2011. Jam :

13.30

Wuryanto, E. 2007. Menata Pendidikan

Perawat. http:// www. Suara

merdeka. com/ harian

0707/16/opi05.html. Diakses tanggal

13 Desember 2011.Jam : 11.53

1. Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas

Esa Unggul Jakarta / Ketua Stikes

Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Dosen Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang.

3. Dosen Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang.

Page 28: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

362

PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN

NYERI KASUS LOW BACK PAIN PADA LANSIA DIRUMAH BAHAGIA

BINTAN KELURAHAN KAWAL

Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3

ABSTRAK Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pengobatan Nyeri Punggung Bawah pada lansia tersebut bisa secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Pengobatan secara Farmakologis pada lansia biasa digunakan Ibuprofen. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres panas terhadap penurunan Nyeri Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen). Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas. Dengan sampel 20 lansia. instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scal, juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney hasil p-value = 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Saran agar menggunakan kompres panas dalam menurunkan low back pain pada lansia

Kata kunci : low back pain, Kompres panas, Lansia

ABSTRACT Advanced age pathological changes in Musculoskeletal System, namely Pain in the Lower Back and waist can occur in all age groups, but the cause is different. In the younger age groups, the cause is more likely to result in the connective tissue diseases such as Reiter's Syndrome or Ankylosing Spondylitis manifesting as pain Low Back Pain and sacroiliac joints. Lower Back Pain Treatment in the elderly can be Pharmacological and Non-Pharmacological. Pharmacological treatment in the elderly commonly used Ibuprofen. Objectives to be achieved from this study was to determine the effect of a hot compress to the decline Pain Low Back Pain in the Elderly at Home Happy Bintan Village Guard. This research uses experimental research design Semu (Quasi experiment). In this study, using the Draft "pretest and posttest Non-equivalent Control Group". In this study samples was determined using simple random sampling method, which is divided into two groups. The first group is no treatment or the experimental group, while the other group was the control group for comparison. population who suffer from lower back pain researchers only take elderly people aged 50 years and over. With a sample of 20 elderly. research instrument is a measuring instrument used to collect data in the form of sheets of observation and interviews to assess the extent to which respondents felt the pain scale. This study uses observation sheets Numerical Rating scal, also using hot water, bladder, and a small towel compress to give effect to the respondent. Test Statistics "unpaired t test" is the Mann-Whitney test results p-value = 0.04 where p-value <0.05 Ho rejected Then There's stated influences Hot Compress Case Against Pain Decrease Low Back Pain At Happy At home Elderly Bintan the Village Guard 2014. Suggestions to use hot compresses in reducing low back pain in the elderly Key words : low back pain, hot compress, Elderly

Page 29: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

363

PENDAHULUAN

Perubahan patologis usia Lanjut

pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri

pada Punggung Bawah dan pinggang dapat

timbul pada semua kelompok usia, tetapi

penyebabnya berbeda-beda. Pada

kelompok usia muda, penyebabnya lebih

cenderung akibat penyakit pada jaringan

ikat seperti Reiter’s Syndrome atau

Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi

sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi

Sakroiliaka. Pada kelompok usia

pertengahan, penyebab Nyeri Leher dan

Punggung umumnya bersumber dari

Myofascial Pain Syndrome dan Nyeri

Posttraumatic. Pada kelompok Usia Lanjut,

penyebab tersering dari Nyeri Leher dan

Punggung dapat berupa PSD (Penyakit

Sendi Degenerative), fraktur osteoporosis,

ataupun Spinal Stenosis (Padila, 2013).

Nyeri Punggung Bawah (Low Back

Pain) merupakan keluhan yang sering

dijumpai. Di Amerika Serikat lebih dari

80% jumlah penduduk pernah mengeluh

Low Back Pain dan di Indonesia

diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi.

Sehubungan dengan berbagai proses

Degeneratif, persentase Nyeri Pinggang

Bawah meningkat seiring dengan

bertambahnya usia (Rahmawati, 2008).

Nyeri Punggung Bawah (Low Back

Pain) Merupakan 10 besar penyakit rawat

jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Tanjungpinang, dan penderita Low Back

Pain yang didata oleh Dinas Kesehatan

pada tahun 2014 mulai dari bulan May

2014, hingga Agustus 2014. Dari data

tersebut persentase setiap bulan nya

penderita Low Back Pain pada bulan May

2014 berkisar 6,58%, pada bulan Juni 2014

berkisar 7,034 %, pada bulan Juli 2014

berkisar 7,95 %, dan pada bulan Agustus

2014 berkisar 9,80%. Dari data yang

didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau penderita Low Back Pain

penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum

Daerah Menurut Jenis Kelamin nya yang

paling banyak menderita Low Back

Painyaitu pada lansia perempuan (Provinsi

Kepulauan Riau, 2013).

Pengobatan Farmakologis yg lansia

dapatkan saat nyeri muncul yaitu berupa

obat Anti Nyeri berupa Ibuprofen untuk

menurunkan rasa nyeri klien Low Back

Pain. Hasil observasi yang didapatkan pada

salah satu lansia yang menderita nyeri

punggung bawah atau nyeri disekitar

pinggang bawah, lansia tersebut

mengatakan sulit tidur malam dikarenakan

nyeri dan juga sulit melakukan aktivitas

seperti sholat 5 waktu, berdiri berjalan dan

aktivitas lainnya. Dan lansia tersebut

mengatakan hanya menggunakan obat

gosok balsem yang dioles disekitar

punggung bawah yang nyeri atau pada saat

nyeri, namun nyeri tersebut masih

dirasakannya dan belum hilang.

Page 30: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

364

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Desain

Penelitian Eksprimen Semu (Quasi

Eksprimen) karena eksprimen ini belum

atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan

eksperimen sebenarnya, karena variabel-

variabel yang seharusnya dikontrol atau

dimanipulasi tidak dapat atau sulit

dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini menggunakan

Rancangan “Pretest and Posttest Non

equivalent Control Group”. Pada

penelitian ini sampel ditentukan dengan

menggunakan metode Simple Random

Sampling, yang dibagi menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama ada

kelompok perlakuan atau eksprimen,

sedangkan kelompok lainnya adalah

kelompok kontrol sebagai pembanding.

Populasi pada penelitian ini yaitu

lansia yang menderita Low Back Pain atau

Nyeri Punggung Bawah di wilayah Panti

Werda Kelurahan Bintan Kawal, dengan

jumlah 40 orang Lansia dari populasi yang

menderita nyeri punggung bawah peneliti

hanya mengambil lansia yang berusia 50

tahun ke atas.. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 20 lansia yang

menderita Low Back Pain atau Nyeri

Punggung Bawah di Rumah Bahagia Bintan

Kelurahan Kawal Tahun 2014.

Instrumen penelitian adalah alat-alat

yang akan digunakan untuk pengumpulan

data. Dalam penelitian ini alat ukur yang

digunakan untuk mengumpulkan data

berupa lembar observasi dan wawancara

untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang

dirasakan responden. Penelitian ini

menggunakan lembar observasi Numerical

Rating Scale dengan rentang Tidak Nyeri =

0, Nyeri Ringan = 1-3, Nyeri Sedang = 4-7,

Nyeri Berat = 8-10. Selain menggunakan

lembar observasi, peneliti juga

menggunakan air panas, buli-buli, dan

handuk kecil untuk memberikan efek

kompres pada responden.

Analisa Bivariat pada penelitian ini

menggunakan SPSS Uji Statistik “uji t tidak

berpasangan” adalah uji Mann-Whitney

(Uji Parametrik) karena syarat uji

parametrik yaitu skala pengukuran variabel

(variabel numerik), distribusi data normal,

dan varians data.

HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur

Pada bagian ini akan digambarkan

hasil penelitian mengenai usia berdasarkan

hasil dari data sekunder pada golongan

lansia, fase pre senium (55-65 tahun), fase

senium 65 tahun keatas.

Page 31: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

365

Tabel 6.1

Distribusi Frekuensi Usia Responden berdasarkan

umur pada Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia

Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014

No Umur Responden

Jumlah Responden

Presentase (%)

1 55-65 tahun 16 80 2 65 tahun

keatas 4 20

Total 20 100 Berdasarkan Tabel 6.1,

menunjukan jumlah responden pada

penelitian ini berjumlah 20 orang lansia,

sebagian besar responden dengan usia 55-

65 tahun (Fase Presenium) yaitu sebanyak

16 orang lansia dengan persentase 80%,

sedangkan untukusia 65 tahun keatas (Fase

Senium) yaitu sebanyak 4 orang lansia

dengan persentase 20%.

b. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai

Posttest Kelompok Eksperimen

Sebelum dan Sesudah dilakukan

Kompres Panas pada Nyeri Kasus

Low Back Pain.

Tabel 6.2

Nilai Pretest dan Posttest (Kelompok

Eksperimen) Nyeri Kasus Low Back Pain pada

Lansia Dipanti Werdha Rumah Bahagia Bintan

Kelurahan Kawal Tahun 2014

No Skala Nyeri Pretest Eksperimen

Posttest Eksperimen

n % n % 1 0 Tidak

Nyeri 0 0 0 0

2 1-3 Nyeri Ringan

2 20 4 40

3 4-7 Nyeri Sedang

6 60 5 50

4 8-10 Nyeri Berat

2 20 1 10

Total 10 10 Berdasarkan Tabel 6.2, pada nilai

Pretest kelompok eksperimen sebanyak 6

orang lansia mengalami nyeri sedang

dengan persentase 60%, dan nyeri berat

sebanyak 2 orang lansia dengan persentase

20%. Sedangkan pada nilai Posttest

kelompok eksperimen sebanyak 10 orang

lansia mengalami nyeri sedang dengan

persentase 50% dan nyeri ringan sebanyak

4 orang lansia dengan persentase 40%.

c. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai

Postest Kelompok Kontrol Sebelum

dan Sesudah dilakukan Kompres

Panas pada Nyeri Kasus Low Back

Pain. Tabel 6.3

Distribusi Nilai Pretest dan Postest (Kelompok

Kontrol) Nyeri Kasus Low Back Pain pada

Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan

Kelurahan Kawal Tahun 2014

No Skala Nyeri Pretest Kelompok

Kontrol

Post test Kelompok

Kontrol n

% n %

1 0 Tidak Nyeri

0 0 0 0

2 1-3 Nyeri Ringan

5 50

5 50

3 4-7 Nyeri Sedang

4 40

4 40

4 8-10 Nyeri Berat

1 10

1 10

Total 10 10 Berdasarkan Tabel 6.3, pada nilai

Pretest kelompok kontrol sebanyak 4 orang

lansia mengalami nyeri sedang dengan

Page 32: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

366

persentase 40%, dan nyeri berat sebanyak 1

orang lansia dengan persentase 10%.

Sedangkan pada nilai Posttest kelompok

kontrol sebanyaK 4 orang lansia mengalami

nyeri sedang dengan persentase 40%, dan

nyeri berat sebanyak 1 orang lansia dengan

persentase 10%.

2. Bivariat

Berdasarkan hasil analisa Bivariat

dapat diketahui bahwa nilai PostTest

Eksperimen dan nilai PostTest Kelompok

Kontrol, pada Lansia di Panti Werdha

Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal,

setelah dilakukan Uji Statistik Parametrik

“Uji t tidak berpasangan”. Diperoleh (p-

value= 0,04), Ho ditolak Bila p-value<

(0,05) maka Ho ditolak.

PEMBAHASAN

Dari keterangan tabel 6.1 dapat

diketahui karakteristik responden

berdasarkan usia yang terbagi menjadi dua

bagian. Menurut Masdani dalam Nugroho

(2009), menyatakan bahwa lanjut usia

merupakan kelanjutan dari usia dewasa,

lanjut usia dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu Fase Presenium (55-65 tahun) dan

Fase Senium ( 65 tahun keatas), pada bagian

ini hasil penelitian mengenai usia

responden berdasarkan hasil penelitian

yang didapatkan dari data sekunder.

Dari keterangan tabel 6.2 dapat

diketahui penurunan intensitas Skala Nyeri

kasus Low Back Pain yang dapat dilihat

pada nilai Pretest kelompok eskperimen.

Dimana ada 6 orang lansia mengalami nyeri

sedang. Nyeri sedang adalah secara objektif

klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik (Tamsuri, 2006).

Dari keterangan tabel 6.3 dapat

diketahui tidak ada penurunan Intensitas

Skala Nyeri kasus Low Back Pain yang

dapat dilihat pada nilai Pretest kelompok

kontrol. Dimana ada 4 orang lansia

mengalami Nyeri Sedang. Nyeri sedang

adalah secara objektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukan lokasi

nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik (Tamsuri,

2006).

Berdasarkan hasil analisis “uji t

tidak berpasangan” dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS dilihat hasil p-value

= 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan

Ho ditolak. Maka Ada pengaruh Kompres

Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus

Low Back Pain Pada Lansia Dirumah

Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun

2014.

Hasil ini sejalan dengan hasil

penelitian Rahmawati (2008), menunjukan

bahwa terdapat penurunan skala intensitas

nyeri setelah diberikan perlakuan berupa

kompres hangat terhadap penurunan nyeri

kasus Low Back Pain, dalam penelitian ini

Page 33: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

367

responden diberikan kompres hangat

sebanyak 10 orang lansia, setelah perlakuan

pada 4 orang lansia mengalami nyeri ringan

dengan persentase 40% dan nyeri sedang 5

orang lansia dengan persentase 50%.

Tindakan ini mengalihkan nyeri

secara efektif, tindakan ini mengalihkan

perhatian klien sehingga klien berfokus

pada stimulus taktil dan mengabaikan

sensasi nyeri, yang pada akhirnya dapat

menurunkan persepsi nyeri. Stimulasi kulit

juga dipercaya dapat meningkatkan

pelepasan endorfin yang memblok

transmisi stimulasi nyeri, menstimulasi

serabut saraf berdiameter besar A-Beta

sehingga menurunkan transmisi implus

nyeri melalui serabut kecil.A-Delta dan

serabut saraf C.

Kompres panas dengan

menggunakan buli-buli panas selain

menurunkan sensasi nyeri juga dapat

meningkatkan proses penyembuhan

jaringan yang mengalami kerusakan.

Penggunaan panas pada buli-buli tersebut

selain memberi efek mengatasi atau

menghilangkan sensasi nyeri, teknik ini

juga memberikan reaksi fisiologis antara

lain meningkatkan respons inflamasi,

meningkatkan aliran darah dalam jaringan,

penggunaan kompres panas (buli-buli

panas) sebaiknya dilakukan pada Nyeri

kasus Low Back Pain atau nyeri disekitar

pinggang bawah Punggung(Tamsuri,

2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui adanya penurunan Intensitas

Skala Nyeri pada kelompok eksperimen

(kelompok Intervensi) dimana Ho ditolak.

Artinya bahwa Ada Pengaruh Pemberian

Kompres Panas terhadap Penurunan Skala

Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di

Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal

Tahun 2014.

SARAN

Saran agar menggunakan kompres

panas dalam menurunkan low back pain

pada lansia

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. (2010). Statistik untuk Kedokteran

dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian

Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta :

TIM

Notoatmodjo (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Cetakan 1.

Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :

Salemba Medika

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik. Yogyakarta : NUMED

Page 34: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

368

PantiAnugrah. (2014). Data Jumlah Lansia

Dan Penderita LowBackPain

Puskesmas Bintan Kawal. (2014). Pasien

Low Back Pain Pengobatan Rawat

Jalan

Rahmawati, Soemantri & Yuswanto

(2008). Pengaruh Kompres Hangat

terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pinggang Bawah (Low Back Pain)

pada Lansia. Jurnal Ners vol. 1

Rumah Bahagia Bintan. (2014). Data

Jumlah Lansia dan Penderita Low

Back Pain

Syarifudin. (2010). Panduan TA

Keperawatan Dan Kebidanan dengan

SPSS. Yogyakarta : Grafindo Latera

Media

Tamsuri. (2006). Konsep dan

Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :

EGC

Tamsuri, (2007). Tanda-Tanda Vital Suhu

Tubuh. Jakarta : EGC

1. Endang Abdullah : Dosen STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Lidia Wati : Dosen STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang.

3. Komala Sari : Dosen STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang.

Page 35: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

369

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT

MEMBACA MAHASISWA KESEHATAN TANJUNGPINANG

KEPULAUAN RIAU

Soni Hendra Sitindaon1, Meily Nirnasari2, Umu Fadhilah3, Ikha Rahardiantini4

ABSTRAK

Minat membaca adalah salah satu bentuk kegiatan untuk memperkaya pengetahuan serta memperluas wawasan sehingga dapat menambah pengetahuan seseorang. Minat membaca generasi muda yang ada di Provinsi Kepri masih sangat kurang. Menurut data Badan Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD) Kepri tahun 2009, jumlah pengunjung hanya 32.280 orang saja atau sekitar 2.640 orang perbulan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau. Desain Penelitian menggunakan studi Crossectional. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kesehatan di Tanjungpinangyang berjumlah 770 orang, data yang digunakan dalah data primer. Analisis yang digunakan adalah Chi Square dengan minat membaca sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah: pengetahuan, ketersediaan buku, fasilitas dan motivasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa minat baca mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang sebagian besar masih rendah sekitar 50,2%. Idealnya dalam institusi Pendidikan Tinggi, mahasiswa lebih banyak waktunya dihabiskan di perpustakaan dengan membaca, sehingga akan memiliki wawasan yang luas. Kata Kunci : Minat membaca, Pengetahuan, Ketersediaan Buku, Ketersediaan Fasilitas, Motivasi

PENDAHULUAN

Menurut UU no 43 tahun 2007

tentang perpustakaan disebutkan bahwa

perpustakaan adalah institusi pengelola

koleksi karya tulis, karya cetak atau karya

rekam secara profesional dengan sistem

yang baku guna memenuhi kebutuhan

pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi dan rekreasi para pemustaka.

Perpustakaan harus mampu menyediakan

koleksi yang sanggup menjadi daya tarik

para pembaca itu sendiri. Ini merupakan

tugas dari pustakawan untuk mampu

memberdayakan perpustakaan agar mampu

berperan dalam dunia pendidikan (UUD RI,

2007).

Salah satu penyebab rendahnya

mutu pendidikan di Indonesia adalah

rendahnya minat baca masyarakat. Minat

untuk membaca di Indonesia masih

tergolong rendah, ini didasarkan pada data

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2006, bahwa masyarakat kita

belum menjadikan kegiatan membaca

sebagai sumber utama mendapatkan

informasi. Orang lebih memilih menonton

TV (85,9%) atau mendengarkan radio

(40,3%) dibandingkan dengan membaca

koran (23,5%).

Idealnya perpustakaan dapat

menyediakan referensi yang dibutuhkan

mahasiswa dengan segala fasilitas

penunjang yang diperlukan. Akan tetapi

Page 36: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

370

pada kenyataannya banyak perpustakaan

belum mampu menyediakannya. Banyak

hal yang menyebabkan kondisi seperti itu,

salah satunya adalah karena anggaran yang

disediakan oleh pemerintah untuk

pembelian buku dan makalah ilmiah masih

kurang. Hasil survey salah satu

perpustakaan menunjukkan bahwa

kebutuhan buku wajib mahasiswa hanya

bisa disediakan sebesar 20% dari total

kebutuhan. Belum lagi bicara soal fasilitas

lainnya seperti kursi baca dan meja baca

yang kurang menyenangkan, ruangan yang

kurang representatif, jam pelayanan yang

sangat terbatas dan lain-lain (Baderi, 2005).

Menurut data International

Association For Evaluation Of Educational

(IEA), (1992) melakukan riset tentang

kemampuan membaca murid-murid

sekolah dasar (SD) kelas IV di 30 negara.

Kesimpulan dari riset tersebut

menyebutkan bahwa Indonesia menempati

urutan ke-29. Angka-angka itu

menggambarkan betapa rendahnya minat

baca di Indonesia. Berbagai faktor yang

menyebabkan kondisi tersebut, antara lain:

faktor harga buku yang tidak terjangkau,

kurang tersedia tempat membaca yang

nyaman dan padatnya kurikulum.

Perpustakaan sebagai salah satu tempat

baca seharusnya didesain semenarik

mungkin, supaya pengguna merasa

nyaman dan betah berlama-lama

diperpustakaan. Selain itu perpustakaan

harus didukung oleh pustakawan yang

profesional sehingga mampu menarik para

pengguna untuk datang ke perpustakaan

(Kompas, 2002).

Minat baca generasi muda yang ada

di Provinsi Kepulauan Riau masih kurang.

Padahal untuk mendorong minat baca

tersebut, pihak Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau terus berupaya menambah

jumlah perpustakaan termasuk

meningkatkan status kantor Perpustakaan

menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip

Daerah (BPAD). Saat ini persediaan buku

di Badan Perpustakaan Arsip Daerah

(BPAD) Kepulauan Riau berjumlah 55.896

yang terdiri dari 10.313 judul buku dan 88

judul buku anak-anak. Kepala Badan

Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD)

Kepulauan Riau Amir Husein mengatakan

peningkatan status kantor perpustakaan

tersebut tidak diiringi dengan peningkatan

jumlah pengunjung perpustakaan. Jumlah

ini masih kecil dibandingkan dengan

peningkatan jumlah penduduk. Sepanjang

tahun 2009 jumlah pengunjung Badan

Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD)

Kepulauan Riau baru 32.280 orang atau

sekitar 2.640 orang per bulan, dibanding

dengan jumlah anggota tetap yang

membaca di luar perpustakaan sebanyak

2.500 orang per hari maka jumlah

pengunjung di Badan Perpustakaan Arsip

Daerah (BPAD) Kepulauan Riau hanya

sekitar 70 – 100 persen. Menurut Amir

Page 37: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

371

Husein, jika jumlah penduduk Kota

Tanjungpinang 180 ribu orang dan 60

persennya datang berkunjung ke Badan

Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD), maka

angka tersebut sudah sama dengan jumlah

pembaca di negara tetangga. Karena itu,

pihaknya berupaya memberikan waktu

membaca 6 hari dalam seminggu hingga

pukul 21.00 WIB (Detik kepri.com, 2010).

Hasil observasi yang dilakukan

peneliti menunjukan bahwa angka

kunjungan mahasiswa di perpustakaan

Stikes Hang Tuah Tanjungpinang pada

tahun 2013 sebanyak 3.219, jadi rata-rata

kunjungan perbulan adalah 268 kunjungan

atau rata-rata 11 kunjungan mahasiswa

perhari dari total 406 jumlah mahasiswa.

Dari studi pendahuluan dengan wawancara

dan observasi yang dilakukan terhadap 15

mahasiswa mahasiswa Kesehatan Stikes

Hang Tuah Tanjungpinang yang diambil

secara acak, mahasiswa mengatakan bahwa

kurangnya minat membaca disebabkan

adanya beberapa faktor, antara lain

kurangnya motivasi membaca dan

kurangnya sarana atau fasilitas

perpustakaan.

Melihat kondisi tersebut diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan minat membaca mahasiswa pada

lingkup yang lebih besar, yakni seluruh

mahasiswa kesehatan yang ada di

Tanjungpinang Tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain Penelitian menggunakan

studi Crossectional. Populasi di dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

kesehatan di Tanjungpinangyang berjumlah

770 orang, data yang digunakan dalah data

primer. Analisis yang digunakan adalah Chi

Square dengan minat membaca sebagai

variabel dependen dan variabel

independennya adalah: pengetahuan,

ketersediaan buku, fasilitas dan motivasi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan

melakukan wawancara langsung dengan

responden yang merupakan mahasiswa

Poltekes Kemenkes Tanjungpinang,

AKBID Anugrah Bintan, dan STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang yang terpilih

sebagai sampel.

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk

memberikan gambaran distribusi frekuensi

masing-masing variabel yang diteliti. Data

seluruh variabel dalam bentuk kategori,

sehingga hasil analisis yang ditampilkan

dalam bentuk proporsi.

Untuk mengetahui gambaran

distribusi frekuensi minat baca mahasiswa

Stikes Hang Tuah dapat dilihat pada tabel

5.1berikut :

Page 38: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

372

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Faktor –Faktor Yang

Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa

Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun

2014

N

o

Distribusi

Frekuensi Faktor

Minat Membaca

NN

persen

1. Minat Membaca

1=Minat

2=Tidak minat

113

114

49.8

50.2

2.

Pengetahuan

Baik

Buruk

133

94

58.6

41.4

3.

Ketersediaan Buku

Lengkap

Tidak Lengkap

1125

102

55.1

44.9

4.

Fasilitas

Perpustakaan

Lengkap

Tidak Lengkap

1125

102

53.7

46.3

5.

Motivasi Membaca

Tinggi

Rendah

1125

102

57.3

42.7

Pada tabel 5.1 terlihat bahwa minat

baca mahasiswa Kesehatan Kota

Tanjungpinang mayoritas responden 114

(50,2) tidak memiliki minat membaca di

perpustakaan.

Untuk faktor pengetahuan

sebagian besar responden 133 (58,6%)

responden memiliki pengetahuan baik.

Untuk faktor kesedian buku

diatas terlihat bahwa sebagian besar 125

(55,4%) responden mengatakan bahwa

perpustakaan mahasiswa Kesehatan Kota

Tanjungpinang memiliki fasilitas lengkap.

Untuk motivasi membaca, sebagian

besar responden 125 (57,3%) memiliki

motivasi tinggi.

B. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini dilihat

hubungan antara faktor: pengetahuan,

motivasi, ketersediaan fasilitas dan

ketersediaan buku dengan minat membaca

mahasiswa Tanjungpinang

Hasil analisis Bivariat selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2

Hubungan Pengetahuan dengan Minat Membaca

Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Tahun 2014

Variabel

Independen

Koefesien

Korelasi

p value

Pengetahuan 0,352 0,000

Ketersediaan buku 0,369 0,000

Faktor Fasilitas 0,482 0,000

Faktor Motivasi 0,280 0,000

Page 39: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

373

Pada tabel 5.2 menunjukkan minat

membaca responden tentang Faktor

pengetahuan didapatkan nilai r = 0,352

dengan p value 0,000 yang lebih kecil dari

nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang

diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang

signifikan antara minat membaca

mahasiswa dengan pengetahuan.

Pada tabel 5.2 menunjukkan minat

membaca responden tentang ketersediaan

buku didapatkan nilai r = 0,369 dengan p

value 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha

(0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari

hasil ini ada korelasi yang signifikan antara

minat membaca mahasiswa dengan

ketersediaan buku.

Pada tabel 5.2 menunjukkan minat

membaca responden tentang ketersediaan

fasilitas didapatkan nilai r = 0,482 dengan p

value 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha

(0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari

hasil ini ada korelasi yang signifikan antara

minat membaca mahasiswa dengan

ketersediaan fasilitas.

Pada tabel 5.2 menunjukkan minat

membaca responden tentang motivasi

didapatkan nilai r = 0,280 dengan p value

0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha

(0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari

hasil ini ada korelasi yang signifikan antara

minat membaca mahasiswa dengan

motivasi.

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Minat

Berdasarkan hasil penelitian tentang

minat baca mahasiswa kesehatan

Tanjungpinang tahun 2014 khususnya

mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi

Bidan Anugrah Bintan, diperoleh hasil

bahwa mahasiswa tidak berminat untuk

membaca di perpustakaan. Menurut

(perpustakaan nasional RI, 2008)

menyatakan bahwa minat baca seseorang

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya motivasi, yang tumbuh karena

adanya keinginan untuk bisa mengetahui

dan memahami sesuatu yang mendorong

serta menunjang kegiatan minat

pembelajaran.

Menurut L.Green bahwa minat

membaca seseorang itu dapat dipengaruhi

oleh faktor perilaku dan non perilaku.

Faktor perilaku meliputi : faktor

predisposisi yang mencakup pengetahuan

dan sikap terhadap minat baca, faktor

pendukung mencakup ketersediaan buku

serta fasilitas perpustakaan dan faktor

penguat meliputi perilaku petugas.

Sedangkan faktor non perilaku merupakan

faktor diluar perilaku seseorang yang tidak

dapat dikendalikan.

2. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian

tentang minat baca mahasiswa kesehatan

Page 40: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

374

Tanjungpinang tahun 2014 khususnya

mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi

Bidan Anugrah Bintan, diperoleh hasil

bahwa pengetahuan mahasiswa bertambah

baik yang berminat membaca di

perpustakaan. Menurut (Notoatmodjo,

2003) menyatakan pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu.

3. Ketersediaan Buku

Berdasarkan hasil penelitian tentang

ketersediaan buku yang ada di

perpustakaan, diperoleh hasil bahwa

ketersediaan buku di perpustakaan

Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang

Tahun 2014 meliputi perpustakaan STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang, Poltekes dan

Akademi Bidan Anugrah Bintan sudah

lengkap. Menurut L.Green ketersediaan

sumber buku adalah tersedia atau tidak

tersedianya buku yang dibutuhkan maupun

jumlah buku.

4. Ketersediaan Fasilitas

Berdasarkan hasil penelitian tentang

ketersediaan fasilitas di perpustakaan

mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang

Tahun 2014 yang meliputi perpustakaan

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang,

Poltekes dan akademi Bidan Anugrah

Bintan Di peroleh hasil bahwa fasilitas di

perpustakaan lengkap. Menurut L.Green

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung, atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas. Faktor

ini terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersediannya fasilitas-

fasilitas atau sarana yang merupakan

sumber daya untuk menunjang minat baca.

5. Motivasi Membaca

Berdasarkan hasil penelitian tentang

motivasi membaca di perpustakaan.

Mahasiswa kesehatan Tanjungpinang

Tahun 2014 yang meliputi perpustakaan

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang,

Poltekes dan Akademi Bidan Anugrah

Bintan, di peroleh hasil bahwa motivasi

membaca mahasiswa tinggi. Menurut

(Sarwono, 2000) dikemukakan bahwa

perbuatan atau perilaku individu manusia

ditentukan oleh faktor-faktor didalam diri

yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan

individu yang bersangkutan.

B. Analisis Bivariat

1. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Minat Membaca Di

Perpustakaan STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang Tahun 2014.

Hubungan faktor ketersediaan minat

baca mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang

menurut S. Sutarno ketika kita menganalisis

dan mengkaji pendapat atau pernyataan

Page 41: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

375

yang menyebutkan bahwa minat dan

budaya membaca mahasiswa masih rendah.

Perpustakaan merupakan sarana

yang sangat vital untuk mengantar

mahasiswa menjadi profesional, sebagai

media yang dapat menghubungkan segala

peristiwa pada masa lalu, sekarang dan

masa yang akan datang. Keberadaan

perpustakaan sangat diperlukan karena

perpustakaan semestinya dapat

memberikan segala kebutuhan minat

mahasiswa, khususnya minat mahasiswa

dalam membaca koleksi-koleksi

perpustakaan tersebut.

Minat baca merupakan suatu rasa

lebih suka dan rasa ketertarikan pada

membaca tanpa ada yang menyuruh. Minat

baca pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minat

baca.

Minat membaca merupakan salah

satu karakter yang harus dibentuk dalam

diri mahasiswa karena bagaimanapun

kegiatan membaca merupakan bagian.

Penting dalam belajar. Berdasarkan hal

tersebut maka Stikes Hang Tuah harus

memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada para mahasiswa untuk

mencari bahan-bahan bacaan yang

berkualitas guna mengembangkan

penguasaan materi guna meningkatkan

pengetahuan mahasiswa. Keaktifan

membaca akan membantu mahasiswa

dalam cara dan metode belajar yang efektif

dan efisien, baik dengan berkelompok

maupun secara individu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa

minat baca mahasiswa Kesehatan

Tanjungpinang sebagian besar masih

rendah sekitar 50,2%. Idealnya dalam

institusi Pendidikan Tinggi, mahasiswa

lebih banyak waktunya dihabiskan di

perpustakaan dengan membaca, sehingga

akan memiliki wawasan yang luas. Pada

akhirnya setelah menyelesaikan studinya

akan menjadi kaum intelektual dan

professional yang dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi minat membaca mahasiswa

kesehatan Tanjungpinang meliputi minat,

pengetahuan, ketersediaan buku dan

fasilitas serta motivasi mahasiswa.

2. Berdasarkan hasil penelitian

tentang minat membaca mahasiswa

kesehatan Tanjungpinang tahun 2014

khususnya mahasiswa STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi

Bidan Anugrah Bintan, diperoleh hasil

bahwa kesadaran mahasiswa untuk

Page 42: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

376

membaca di perpustakaan masih sangat

rendah sekitar 50,2%. Idealnya dalam

institusi Pendidikan Tinggi, mahasiswa

lebih banyak waktunya dihabiskan di

perpustakaan dengan membaca, sehingga

akan memiliki wawasan yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman. (2006). Peranan Teknologi

Informasi dalam Meningkatkan

Kegemaran Membaca dan Menulis

Masyarakat. Jurnal Pustakawan

Indonesia Volume 6, No.1.2006.

Deni Kurniadi. (2008). Strategi

Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat Melalui Optimalisasi

Peran Perpustakaan, Jakarta:

Perpustakaan Nasional RI.

Hageman, Gisela.2000. Motivasi Untuk

Pembinaan Organisasi. Jakarta:

Pustaka Binaman Pressindo.

http://makalah2002.wordpress.com/2009/0

2/19/hubungan-motivasi-belajar-

dengan-minat-baca-siswa-smp

(02/02/2012: 6.25 PM).

.http://kompas2002.wordpress.com/2009/0

2/19/rendahnya-dengan- minat-baca-

mahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).

.http://detikkepri.com2010.wordpress.com/

2009/02/19/rendahnya- dengan-

minat-baca-mahasiswa (16/02/2012:

8.30 PM).

Hidayat, Alimul, Aziz. (2008), Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa

data. Jakarta : Salemba Medika.

Kurniawati. (2007). Peran Perpustakaan

dalam Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat: Survei pada

Perpustakaan Umum Kota Jakarta

Selatan. Berkala Ilmu Perpustakaan

dan Informasi, Volume 3, No.7.2007.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka

Cipta.

__________. (2005). Metodologi

Pendidikan Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

___________.(2005), Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan

Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

. .(2003). Teori-Teori Belajar

dan Model-Model Pembelajaran

Untuk Peningkatan Minat Siswa.

Jakarta: Ditjen DIKTI.

Perpustakaan Nasional RI. (2008). Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 2007 Tentang

Perpustakaan. Jakarta : Salemba

Raya.

Sardiman. (2011). Interaksi danMotivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafinda Persada.

Page 43: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

377

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan

Riset Keperawatan. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Singarimbun. (2012). Pengembangan

Koleksi. Medan: Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera

Utara.

Slameto, 2005. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi. Jakarta:

Penerbit Renika Cipta.

Sugiyanto. (2008). Pengantar Ilmu

Perpustakaan, Pengembangan

Koleksi dan Layanan Perpustakaan.

Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

2009/02/19/hubungan-motivasi-belajar-

dengan-minat-baca-siswa-smp

(02/02/2012: 6.25 PM).

.http://kompas2002.wordpress.com/2009/0

2/19/rendahnya-dengan- minat-baca-

mahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).

.http://detikkepri.com2010.wordpress.com/

2009/02/19/rendahnya- dengan-

minat-baca-mahasiswa (16/02/2012:

8.30 PM).

Hidayat, Alimul, Aziz. (2008), Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa

data. Jakarta : Salemba Medika.

Kurniawati. (2007). Peran Perpustakaan

dalam Meningkatkan Minat Baca

Masyarakat: Survei pada

Perpustakaan Umum Kota Jakarta

Selatan. Berkala Ilmu Perpustakaan

dan Informasi, Volume 3, No.7.2007.

Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka

Cipta.

__________. (2005). Metodologi

Pendidikan Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

___________.(2005), Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Syarifudin, B. (2010), Panduan TA

Keperawatan dan Kebidanan dengan

SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera

Media.

Syamsul Bahri. (2008). Kebujakan

Nasional Pengembangan Minat

Baca. Perpustakaan Nasional RI

Winardi. (2001). Motivasi dan

Pemotivasian Dalam Manajemen.

Jakarta : Raja Grafindo Persada.

1. Soni Hendra Sitindaon, S.Kep, Ns :

Dosen STIKES Hang Tuah

Tanjungpinang Prodi DIII Keperawatan.

2. Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Prodi DIII Keperawatan.

3. Umu Fadhilah, S.Pd : Dosen STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang Prodi DIII

Keperawatan.

4. Ikha Rahardiantini, S.Si, Apt : Dosen

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Prodi DIII Keperawatan.

Page 44: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

378

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA KELAS I DAN II SDN 04 DAN SDN

010 KELURAHAN SENGGARANG TANJUNGPINANG

Ernawati 1, Lili Sartika 2

ABSTRAK Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan program Kementerian Kesehatan bagian Promosi Kesehatan

yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1996. Sekolah perlu memiliki lingkungan kehidupan yang menjamin adanya proses belajar mengajar serta menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya hidup sehat. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan teknik sampel simple random sampling sehingga didapatkan 110 responden yaitu siswa kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Kemudian data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Uji analisis menunjukkan bahwa nilai asym sig sebesar 0,000 (α=0,05) untuk variabel pengetahuan, sikap, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jajanan sehat di kantin dan peran guru sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jajanan sehat di kantin dan peran guru dalam perilaku hidup bersih dan sehat siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah yang sudah ada misalnya dengan membentuk dokter kecil atau kader kesehatan di sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sebagai upaya pemberdayaan siswa-siswi di sekolah. Selain itu juga dapat membuat sarana mencuci tangan disekolah untuk siswa-siswi yang dilengkapi dengan sabun untuk mencuci tangan

Kata Kunci : PHBS, pengetahuan, sikap, tempat sampah, jajanan sehat, guru.

PENDAHULUAN

Dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-

K) tahun 2005-2025 perilaku masyarakat

yang diharapkan dalam Indonesia Sehat

2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif

untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah risiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit dan masalah kesehatan lainnya,

sadar hukum, serta berpartisipasi aktif

dalam gerakan

kesehatan masyarakat, termasuk

menyelenggarakan masyarakat sehat dan

aman (safe community (Departemen

Kesehatan RI, 2009). Upaya untuk

mewujudkan visi Indonesia Sehat 2025

telah dilaksanakan sekolah sebagai salah

satu lembaga pendidikan dituntut untuk

mampu memberikan edukasi tidak hanya

dari segi akademik tetapi juga terkait

dengan perilaku hidup bersih dan sehat

pada siswa.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

merupakan program Kementerian

Kesehatan bagian Promosi Kesehatan yang

sudah dilaksanakan sejak tahun 1996.

Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS

dilakukan dengan melihat indikator PHBS

di tatanan rumah tangga. Meski sudah

berjalan selama 20 tahun, cakupan Rumah

Page 45: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

379

Tangga dengan PHBS baik masih jauh dari

target yang diharapkan. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukkan bahwa proporsi nasional

Rumah Tangga dengan PHBS baik hanya

32,3%, dengan proporsi tertinggi DKI

Jakarta (56,8%) dan proporsi terendah

Papua (16,4%). Angka ini menurun jika

dibandingkan dengan proporsi nasional

Rumah Tangga PHBS baik pada tahun 2007

yaitu sebesar 38,7%. Kepulauan Riau

sendiri berada pada urutan ke sepuluh dan

belum memenuhi target Kementerian

Kesehatan yaitu proporsi rumah tangga

dengan PHBS baik sebesar 70%. Terdapat

20 provinsi yang masih memiliki RT

dengan PHBS baik di bawah proporsi

nasional. Proporsi nasional RT PHBS baik

pada tahun 2007 adalah sebesar 38,7 %.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

2013 analisis kecenderungan secara rerata

nasional, terdapat peningkatan proporsi

penduduk berperilaku cuci tangan secara

benar pada tahun 2013 (47,0%)

dibandingkan tahun 2007 (23,2%).

Demikian pula dengan perilaku BAB benar

terjadi peningkatan dari 71,1 % menjadi

82,6 %. Peningkatan tertinggi proporsi

penduduk berperilaku cuci tangan benar

terjadi di Bangka Belitung dengan besar

kenaikan 35,0 % (20,6% pada tahun 2007

menjadi 55,6% pada Mei 2013).

Peningkatan terbesar proporsi penduduk

berperilaku BAB benar terjadi di Sumatera

Barat sebesar 14,8 % (Riskesdas, 2013).

Keberhasilan pelaksanaan program

dipengaruhi oleh pembinaan dari segi

sarana dan prasarana. Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa

baru 64,41% sarana yang telah dibina

kesehatan lingkungannya, yang meliputi

institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja

(59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas

kesehatan (77,02%) dan sarana lain

(62,26%) dimana masih belum berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga bisa

mempengaruhi keberhasilan pembinaan

program PHBS (Kementerian Kesehatan,

2011).

Penelitian mengenai Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat sendiri telah banyak

dilakukan. Remi Sumarta Saragih

melaksanakan penelitian mengenai

gambaran pelaksanaan perilaku hidup

bersih dan sehat pada siswa di Sekolah

Dasar Negeri Cikuda Jatinangor. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan PHBS di SDN Cikuda

Jatinangor masih mencapai 47%, sehingga

pihak sekolah perlu memberikan upaya

promotif dan menyediakan sarana dan

prasarana yang diperlukan (Saragih, 2012).

Janis, Umboh dan Malonda juga melakukan

penelitian dengan judul Gambaran Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat pada siswa SD

Negeri 30 Manado. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 79

Page 46: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

380

responden (52,7%) dan yang memiliki

pengetahuan kurang baik sebanyak 71

responden (47, 3%). Responden yang

memiliki sikap baik tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) sebanyak 123

responden (82%) dan yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 27 responden (18%).

Responden yang memiliki tindakan baik

tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) sebanyak 91 responden (60, 7%)

dan yang memiliki tindakan kurang baik

sebanyak 59 responden (39,3%).

Menurut data Dinas Kesehatan Kota

Tanjungpinang pada tahun 2012 jumlah SD

di Kota Tanjungpinang sebanyak 72 SD,

yang terdiri dari 10 SD yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Pancur

Tanjungpinang Barat, 4 SD di wilayah kerja

Puskesmas Melayu Kota Piring

Tanjungpinang Timur, 6 SD di wilayah

kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang

timur, 5 SD di wilayah kerja Puskesmas

Mekar Baru Tanjungpinang Timur, 2 SD di

wilayah kerja Puskesmas Seijang Bukit

Bestari, 4 SD di wilayah kerja Puskesmas

Kampung Bugis Tanjungpinang Kota. Dari

72 SD di Kota Tanjungpinang yang sudah

memenuhi kriteria indikator PHBS

sebanyak 43%, dan yang belum memenuhi

kriteria indikator PHBS sebanyak 56,9%

(Dinkes Kota Tanjungpinang, 2012).

SDN 04 dan SDN 010 merupakan

Sekolah Dasar di wilayah Kelurahan

Senggarang Tanjungpinang. Dari hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah

didapatkan data bahwa kedua SD tersebut

sudah pernah mendapatkan penyuluhan

terkait PHBS akan tetapi perilaku siswa

dalam menerapkan PHBS masih dianggap

kurang. Hal ini juga berkaitan dengan

karakter peserta didik dan ketersediaan

sarana dan prasarana. Selain itu kebiasaan

membuang sampah sembarangan masih

sering ditemukan pada siswa. Empat dari

lima siswa mengatakan tidak mencuci

tangan menggunakan sabun, tiga siswa

mengatakan tidak mencuci tangan sesudah

buang air kecil.

Kurangnya penerapan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat bisa dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Perilaku merupakan

sesuatu yang rumit dan berkaitan dengan

faktor-faktor pengetahuan dan sikap

individu. Selain itu perilaku juga berkaitan

dengan dimensi ekonomi dan dimensi nilai

dan norma. Berdasarkan fenomena di atas

maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Siswa Kelas I dan II di SDN 004 dan

SDN 010 Senggarang, Tanjungpinang

Kota.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

dengan metode korelasi. Pada penelitian

ini, yang menjadi populasinya adalah

Page 47: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

381

seluruh siswa kelas I dan II SDN 04 dan

SDN 010 Kelurahan Senggarang

Tanjungpinang sebanyak 153 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang

dilakukan adalah simple random sampling,

dimana peneliti memilih sampel dengan

memberikan kesempatan yang sama kepada

semua anggota populasi untuk ditetapkan

sebagai anggota sampel. Jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 110

siswa.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Januari s/d Agustus 2013. Alat

pengumpulan data ini menggunakan

kuesioner.

HASIL PENELITIAN

Distribusi frekuensi pengetahuan siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 66 60%

Kurang 44 40%

Total 110 100.0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan baik yaitu sebesar 60%.

Distribusi frekuensi sikap siswa kelas

I dan II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang

Sikap

Frekuensi

Persentas

e

Positif 63 57.27

Negatif 47 42.72

Total 110 100.0

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar

responden memiliki sikap positif yaitu sebesar

57,27%.

Distribusi Frekuensi Tempat

Pembuangan Sampah Siswa Kelas I dan

II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang

Tempat Pembuangan

Sampah Frekuensi Persentase

Baik 61 55,5%

Kurang 49 44,5%

Total 110 100.0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mengatakan

tempat pembuangan sampah baik yaitu sebesar

55,5%.

Distribusi Frekuensi Ketersediaan

Jajanan Sehat di Kantin Siswa Kelas I dan II

di SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang

Ketersediaan

jajanan sehat di

kantin Frekuensi Persentase

Baik 77 70%

Kurang 33 30%

Total 110 100.0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mengatakan

Page 48: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

382

ketersediaan jajanan sehat di kantin baik yaitu

sebesar 60%.

Distribusi Frekuensi Peran Guru

Menurut Siswa Kelas I dan II di SDN 04

dan SDN 010 Kelurahan Senggarang

Peran Guru Frekuensi Persentase

Baik 75 68,2%

Kurang 35 31,8%%

Total 110 100.%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mengatakan

bahwa peran guru baik yaitu sebesar 68, 2%.

Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Siswa Kelas I dan II di

SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang

Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Frekuensi Persentase

Baik 73 66,4%

Kurang 37 33,6%

Total 110 100.%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa sebagian besar responden memiliki

perilaku hidup bersih dan sehat baik yaitu

sebesar 66,4%.

Hubungan Tempat Pembuangan

Sampah dengan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Siswa Kelas I dan II SDN 04 dan SDN

010 Kelurahan Senggarang.

Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Total

Asymp.

Sig

Kurang Baik

Tempat

Pembua

ngan

Sampah

Kurang 31 18 49

28,2% 16,4% 44,5%

Baik 6 55 61

5,5% 50% 55,5%

Total 37 73 110

66,4% 33,6% 100.0% 0.000

Berdasarkan tabel di atas

didapatkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara tempat pembuangan sampah dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

Hubungan ketersediaan jajanan

sehat di kantin dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Siswa Kelas I dan II

SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang.

Page 49: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

383

Perilaku Hidup

Bersih dan

Sehat Total

Asymp.

Sig

Kurang Baik

Ketersed

iaan

Jajanan

Sehat di

Kantin

Kurang 30 3 33

27,3% 2,7

%

30.0%

Baik 7 70 77

6,4% 63,6

%

70.0%

Total 37 73 110

33,6% 66,4

%

100.0% 0.000

Berdasarkan tabel di atas didapatkan

hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Chi Square nilai asymp. Sig 0.000 yang

lebih kecil dari nilai α = 0.05 sehingga Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara

ketersediaan jajanan di kantin dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

Perilaku

Hidup Bersih

dan Sehat Total

Asymp

. Sig

Kurang Baik

Peran

Guru

Kurang 30 5 35

27,3% 34,5

%

31,8%

Baik 7 68 44

6,4% 61,8

%

68,2%

Total 37 73 100

33,6% 66,4

%

100.0

%

0.000

Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Chi

Square nilai asymp. Sig 0.000 yang lebih kecil

dari nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak, artinya

ada hubungan antara peran guru dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa kelas

I dan II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang.

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan

Perilaku Hidup dan Bersih

Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat pada siswa kelas I dan II

SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang.

Menurut Notoatmodjo (2007)

pengetahuan atau kognitif merupakan

Page 50: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

384

domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari

pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti awareness,

interest, evaluation, trial dan adaptation

dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(longlasting).

Penelitian serupa yang dilakukan oleh

Rorimpandey, Rattu dan Tumuraang

mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku hidup bersih dan sehat

siswa SMP Negeri 2 Tompaso

menunjukkan bahwa ada hubungan antara

peran orang tua, pengetahuan, sikap dan

sarana prasarana dengan PHBS siswa di

SMP Negeri 2 Tompaso. Akan tetapi

penelitian yang dilakukan oleh Wilar

(2012) tentang Analisis Faktor-faktor yang

berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Siswa di Sekolah Dasar GMIM

52 Mapanget Kecamatan Talawaan

menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku hidup bersih dan sehat

Dasar GMIM 52 Mapanget Kecamatan

Talawaan. Perbedaan hasil tersebut bisa

dilihat dari pengaruh usia responden. Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun)

seseorang tinggal mempertahankan prestasi

yang telah dicapai pada usia dewasa.

Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun)

adalah usia tidak produktif lagi dan hanya

menikmati hasil dari prestasinya. Semakin

tua semakin bijaksana, semakin banyak

informasi yang dijumpai dan sehingga

menambah pengetahuan (Cuwin, 2009).

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan

anak usia sekolah berada pada tahap

konkret dengan perkembangan kemampuan

anak yang sudah mulai memandang secara

realistis terhadap dunianya dan mempunyai

anggapan yang sama dengan orang lain.

Sifat ego sentrik sudah mulai hilang, sebab

anak mulai memiliki pengertian tentang

keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah

mulai dapat mengetahui tujuan rasional

tentang kejadian dan mengelompokkan

objek dalam situasi dan tempat yang

berbeda. Pada periode ini, anak mulai

mampu mengelompokkan, menghitung,

mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti

dalam penyelesaian masalah. Anak

menyelesaikan masalah secara nyata dan

urut dari apa yang dirasakan. Sifat pikiran

anak usia sekolah berada dalam tahap

reversibilitas, yaitu anak mulai memandang

sesutau dari arah sebaliknya atau dapat

Page 51: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

385

disebut anak memiliki dua pandangan

terhadap sesuatu. Perkembangan kognitif

anak usia sekolah memperlihatkan anak

lebih bersifat logis dan dapat

menyelesaikan masalah secara konkret.

Kemampuan kognitif pada anak terus

berkembang sampai remaja (Hurlock,

2004). Kemampuan anak usia sekolah yang

seperti ini memungkinkan mereka untuk

menjadi sasaran yang tepat dalam

menerima pendidikan kesehatan tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Hubungan Sikap dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara sikap dengan perilaku hidup bersih

dan sehat pada siswa kelas I dan II SDN 04

dan SDN 010 Kelurahan Senggarang.

Sikap adalah juga merespon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang – tidak senang, setuju –tidak setuju,

baik – tidak baik, dan sebagainya).

Newcomb, salah seorang ahli psikologi

sosial menyatakan bahwa sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap

belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)

atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor

predisposisi perilaku (reaksi tertutup)

(Notoatmodjo, 2005). Sikap salah satunya

dipengaruhi oleh konsep moral dan ajaran

dari lembaga pendidikan dan agama. Hal ini

sangat menentukan sistem kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi

sikap. Sekolah Dasar sebagai salah satu

lembaga pendidikan diharapkan dapat

mempengaruhi sikap siswa Sekolah Dasar

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.

Hubungan tempat pembuangan

sampah dengan perilaku hidup bersih dan

sehat

Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara tempat pembuangan sampah dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

Sampah adalah semua zat/benda yang

sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari

rumah-rumah maupun sisa-sisa proses

industri. Sampah menurut Soekidjo (2007)

adalah suatu bahan atau benda padat yang

sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau

benda-benda padat yang sudah tidak

digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan

dibuang.

Sekolah sebagai tempat berkumpulnya

banyak orang dapat menjadi penghasil

Page 52: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

386

sampah terbesar selain pasar, rumah tangga,

industri dan perkantoran. Secara umum

sampah dapat dipisahkan menjadi samapah

organik dan sampah anorganik. Sampah

organik/mudah busuk berasal dari: sisa

makanan, sisa sayuran dan kulit buah-

buahan, sisa ikan dan daging, sampah

kebun (rumput, daun dan ranting). Sampah

anorganik/tidak mudah busuk berupa :

kertas, kayu, kain, kaca, logam, plastik ,

karet dan tanah. Sampah yang dihasilkan

sekolah kebanyakan adalah jenis sampah

kering dan hanya sedikit sampah basah.

Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan

berupa kertas, plastik dan sedikit logam.

Sedangkan sampah basah berasal dari

guguran daun pohon, sisa makanan dan

daun pisang pembungkus makanan.

Hubungan ketersediaan jajanan di

kantin dengan perilaku hidup bersih dan

sehat

Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara ketersediaan jajanan sehat dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

Kantin sekolah dapat dikelompokkan

menjadi dua jenis yaitu kantin dengan

ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan

terbuka seperti koridor atau di halaman

sekolah. Meskipun kantin berada di ruang

terbuka, namun ruang pengolahan dan

tempat penyajian makanan harus dalam

keadaan tertutup. Kedua jenis kantin di atas

harus memiliki sarana dan prasarana

sebagai berikut: sumber air bersih, tempat

penyimpanan, tempat pengolahan, tempat

penyajian dan ruang makan, fasilitas

sanitasi, perlengkapan kerja dan tempat

pembuangan sampah yang tertutup

(Kementerian Kesehatan, 2011).

Jajanan yang tidak sehat di kantin akan

berpotensi mengganggu kesehatan siswa.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Nuryani

(2012) untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian

kontaminasi E.coli pada makanan jajanan di

Kantin Sekolah Dasar Negeri di Wilayah

Kecamatan Denpasar Selatan. Penelitian ini

dilakukan dengan desain cross sectional

pada 31 Kantin Sekolah Dasar Negeri di

Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan pada

bulan Januari- Maret Tahun 2012. Uji

statistik yang digunakan dengan

menggunakan chi square menunjukkan

kontaminasi E.coli positif pada makanan

jajanan di Kantin Sekolah Dasar Negeri di

Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan

sebesar 22 (71 %) dan negatif sebesar 9 (29

%). Faktor- faktor yang berhubungan

dengan kontaminasi E.coli pada makanan

jajanan di Kantin Sekolah Dasar Negeri di

Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan

adalah bahan makanan (p=0,037),

penyimpanan bahan makanan (p=0,041),

Page 53: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

387

pengolahan bahan makanan (p=0,037),

fasilitas sanitasi (p=0,015) dan tenaga

penjamah (p=0,037). Faktor yang paling

dominan berhubungan dengan kontaminasi

E.coli pada makanan jajanan di Kantin

Sekolah Dasar Negeri di Wilayah

Kecamatan Denpasar Selatan adalah faktor

fasilitas sanitasi khususnya air yang

dimanfaatkan.

Pengawasan terhadap kualitas

makanan, kebersihan, tenaga, peralatan,

dan ruangan kantin perlu dilakukan agar

tujuan penyediaan kantin sekolah dapat

tercapai. Pengawasan ini dapat ditugaskan

pada guru piket UKS (Usaha Kesehatan

Sekolah) atau guru yang mengajarkan

materi kesehatan/pendidikan jasmani dan

kesehatan.

Hubungan peran guru dengan perilaku

hidup bersih dan sehat

Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Chi Square nilai asymp.

Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan

antara tempat pembuangan sampah dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa

kelas I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang. Berdasarkan hasil

penelitian dapat Diana, Susanti, dan Irfan

(2011) diketahui bahwa dalam pelaksanaan

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada SD Negeri 001 Tanjung Balai

Karimun Kabupaten Karimun Tahun 2011

terdapat sebanyak 56,3% guru belum

berperan. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Linda dkk di PAUD pada

Kecamatan Jakarta Utara Tahun 2010

terdapat hubungan yang bermakna antara

peran guru dengan pelaksanaan Program

Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS)

yaitu sebesar 54,3% kurang berperan.

Mekanisme pembelajaran yang cenderung

dilakukan siwa mengenai perilaku hidup

bersih dan sehat adalah melalui mekanisme

imitasi. Kecenderungan anak meniru

perilaku orang dewasa dan selain orang tua

si anak, guru di sekolah merupakan orang

dewasa terdekat kedua bagi mereka.

Bahkan saat ini banyak kasus anak lebih

mempunyai kepercayaan terhadap guru

dibandingkan pada orang tua mereka

sendiri. Maka dari itulah guru harus bisa

menunjukan sikap dan keteladanan yang

baik di hadapan murid-muridnya. Selain

keteladanan, kewibawaan juga perlu.

Dengan kewibawaan, guru menegakan

disiplin demi kelancaran dan ketertiban

proses belajar mengajar. Dalam pendidikan,

kewibawaan rnerupakan syarat mutlak

mendidik dan membimbing anak. Untuk

meningkatkan peran guru terhadap

pelaksanaan Program Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) maka perlu

diadakan pelatihanyang terpadu dan

memberikan penyuluhan secara

menyeluruh bagi pendidik sehingga

Page 54: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

388

nantinya dapat diteruskan pada peserta

didik.

SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Diketahuinya hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat pada siswa kelas I dan

II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan

Senggarang

2. Diketahuinya hubungan antara sikap

dengan perilaku hidup bersih dan sehat

pada siswa kelas I dan II SDN 04 dan

SDN 010 Kelurahan Senggarang.

3. Diketahuinya hubungan antara tempat

pembuangan sampah dengan perilaku

hidup bersih dan sehat pada siswa kelas

I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

4. Diketahuinya hubungan antara

ketersediaan jajanan sehat dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada

siswa kelas I dan II SDN 04 dan SDN

010 Kelurahan Senggarang.

5. Diketahuinya hubungan antara tempat

pembuangan sampah dengan perilaku

hidup bersih dan sehat pada siswa kelas

I dan II SDN 04 dan SDN 010

Kelurahan Senggarang.

DAFTAR PUSTAKA

Diskes Kota Tanjungpinang, (2014) “Data

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Pada Anak SD”. Kota

Tanjungpinang:Agustus 2015

Dirjen Dikti. (2013). Panduan Pelaksanaan

Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat di Perguruan Tinggi

Edisi IX . Jakarta: Dirjen Dikti

Kemendikbud.

Kementerian Kesehatan. (2011). Pedoman

Keamanan Pangan di Sekolah

Dasar. Jakarta : Direktorat Bina Gizi

dan Kesehatan Ibu dan Anak

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan. (2011). Pedoman

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS).

http://www.promkes.depkes.go.id/d

l/pedoman_umum_PHBS.pdf.

Kementerian Kesehatan (2014). Profil

Kesehatan Indonesia 2014.

http://www.depkes.go.id/resources/

download/pusdatin/profil-

kesehatan-indonesia/profil-

kesehatan-indonesia-2014.pdf

Cipta:Jakarta

Notoadmodjo S. (2006). “Promosi

Kesehatan Teori Dan Aplikasinya

”.Rineka Cipta Jakarta:Jl. Jendral

Sudirman.

Page 55: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

389

Notoadmodjo Soekidjo,2012. “Promosi

Kesehatan dan perilaku

kesehatan”.Jakarta: Rineka Cipta

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar

2013. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

Kemenkes RI.

Page 56: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

390

PENGARUH BUNCIS TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA

DARAH PADA LANSIA ANGGOTA PROLANIS DENGAN DIABETES

MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS BATU X TANJUNGPINANG

Fitri Susilawati1, Hotmaria Julia Dolok Saribu2, Yunita3

ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal. Berdasarkan WHO baru-baru ini menyebutkan bahwa di seluruh dunia kurang lebih 3 juta orang meninggal dikaitkan dengan DM. Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. Hampir 99% penderita DM di puskesmas adalah lansia. Melihat permasalahan tersebut harus ada upaya penanggulangan yaitu dengan menggunakan buncis yang mengandung B-siterol dan Sigmasterol sebagai pendongrak produksi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus tipe II di puskesmas batu X Tanjungpinang tahun 2014. Metode yang digunakan yaitu pra eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest Posttest. Populasi dan sampel berjumlah 11 orang karena menggunakan teknik totaly sampling. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan p value diperoleh adalah 0,03 < 0,05 , maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang bermakna antara buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang bermakna antara buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang. Hendaknya buncis bisa menjadi pilihan dalam menurunkan kadar gula darah, sehingga menjadi solusi dalam penerapan praktek mandiri perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan.. Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Buncis, Lansia

Page 57: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

391

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit kronis yang

sering diderita oleh lansia yaitu Diabetes

melitus. Diabetes Mellitus (DM)

merupakan penyakit kronis yang

mengancam kehidupan saat ini, bahkan

dimungkinkan untuk saat yang akan datang.

Disebut mengancam karena sekali

terdiagnosa DM, maka seumur hidup akan

bergelut dengannya. Meskipun penyakit

kronis ini tidak dapat disembuhkan tetapi

dapat dikendalikan. Penderita mampu hidup

sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan

kontrol teratur (Adam, 2005). Menurut hasil

survey WHO, Indonesia menduduki

ranking ke 4 terbesar di dunia. Masih ada

badan atau organisasi lain yang juga

melakukan survey tentang jumlah penderita

diabetes di suatu negara yaitu International

Diabetes Federation (IDF) yang disponsori

oleh World Diabetes (Executive summary,

second edition), Indonesia dinyatakan

menduduki ranking ke 3 terbesar di dunia.

Pada tahun 2003 Indonesia masih

menduduki ranking ke 5 di bawah Amerika,

tetapi pada tahun 2005 Indonesia naik ke

atas menjadi ranking ke 3 dengan penduduk

penderita diabetes terbesar, bahkan

menggeser Rusia yang sebelumnya pada

tahun 2003 menduduki ranking ke 3

(Anonim, 2008).

Data yang didapat dari Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

menyebutkan bahwa proporsi penyebab

kematian pada kelompok umur 45-54 tahun

di perkotaan DM menduduki ranking ke-2,

yaitu sebesar 14,7 %. Di pedesaan DM

menduduki ranking ke-6 dengan jumlah

proporsi kematian sebesar 5,8%. Prevalensi

nasional DM berdasarkan pemeriksaan

hasil gula dasar pada penduduk berumur di

atas 15 tahun di perkotaan mencapai 5,7 %.

Hingga kini, masih tersisa 12 provinsi yang

memiliki tingkat prevalensi di atas

pevalensi nasional (Susanto, 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh

dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang,

jumlah penderita DM sepanjang tahun 2013

yang tercatat di seluruh puskesmas yang

ada di Tanjungpinang berjumlah 566 orang.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di 3

puskesmas yang ada di Tanjungpinang

yaitu: puskesmas Sei Jang, puskemas

Pancur dan puskesmas Batu X, didapati

bahwa Puskesmas Batu X memiliki jumlah

pasien DM terbesar dibandingkan dengan 2

puskesmas lainnya. Jumlah penderita DM

di puskesmas Batu X dari Januari hingga

Agustus 2014 ada 91 kasus penderita DM.

Hampir 99% penderita DM di puskesmas

adalah lansia mulai dari 45 hingga 70 tahun

lebih. Sedangkan dari anggota Prolanis

hingga April 2014 didapati jumlah lansia

yang menderita DM tipe II ada 11 orang.

Hal ini membuktikan bahwa mayoritas

penderita DM adalah mereka yang berusia

lanjut (lansia).

Page 58: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

392

Manfaat dari kandungan buncis

telah terbukti dalam penelitian, Yayuk

(2003) menggunakan tikus putih sebagai

binatang percobaan. Tikus putih berusia

tiga bulan itu oleh Yayuk diberi perlakuan

induksidiabetes. Artinya, "dengan sengaja"

si tikus putih dibuat mengidap diabetes

melitus. Sebelum diinjeksi dengan diabetes,

tikus tersebut telah diberi ekstrak buncis.

Ternyata dalam waktu 30 menit setelah

"dengan sengaja" dibuat menderita

diabetes, tekanan gula darah tikus-tikus

percobaan kembali normal, tanpa

mengalami penurunan pada tingkat

hipoglikemik (di bawah kadar gula normal).

Berdasar analisis Yayuk, di dalam

buncis terkandung zat yang dinamakan B-

sitosterol dan stigmasterol. Kedua zat inilah

yang mampu meningkatkan produksi

insulin. Insulin adalah suatu hormon yang

dihasilkan secara alamiah oleh tubuh kita

dari organ tubuh yang dinamakan pankreas.

Insulin berfungsi untuk menurunkan

kadargula dalam darah. Seseorang

mengalami diabetes mellitus bila pankreas

hanya sedikit menghasilkan insulin atau

tidak mampu memproduksi sama sekali.

Ternyata dua zat tadi yaitu B-sitosterol dan

stigmasterol mampu merangsang pancreas

untuk meningkatkan produksi insulinnya

(Yayuk, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh buncis terhadap

penurunan kadar gula darah pada lansia

anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus

tipe II di puskesmas batu X Tanjungpinang

tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

penelitian pra eksperimental dengan

rancangan penelitian One Group Pretest

Posttest. Penelitian ini dilakukan dengan

cara observasi pertama (pretest) terlebih

dahulu sebelum diberikan intervensi setelah

itu diberikan intervensi kemudian

dilakukan posttest (pengamatan akhir)

(Hidayat, 2008).

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Analisis data dilakukan dengan uji

univariat. Analisis data yang didapatkan

dari responden meliputi umur dan jenis

kelamin.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia

Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 11 hingga 18 Desember 2014 di

Puskesmas Batu X Tanjungpinang.

Responden dalam penelitian ini adalah

lansia anggota Prolanis yang berusia 48

sampai dengan 71 tahun yang mengalami

Diabetes Mellitus tipe II yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Batu X

Tanjungpinang dengan jumlah sampel 11

orang yang diambil secara tidak acak.

Page 59: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

393

Tabel 1 Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia

No Kategori N %

Usia

pertengahan

(middle age)

(45-59th)

10 91%

Usia lanjut

(elderly) (60-

74th)

1 9%

Jumlah

11 100%

Berdasarkan tabel 1, dapat

disimpulkan bahwa hampir seluruhnya

kelompok umur responden adalah

kelompok usia pertengahan (middle age)

(45-59th) sebanyak 10 orang (91%).

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2 Karakteristik Responden Jenis

Kelamin

No Kategori N %

1 Laki-laki 2 18,2

2 Perempuan 9 81,8

Jumlah 11 100%

Berdasarkan tabel 5.2, dapat

disimpulkan bahwa kelompok jenis

kelamin responden sebagian besar adalah

perempuan sebanyak 9 orang (81,8%).

B. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk

melihat pengaruh antara variabel

independen (buncis) pada variabel

dependen (penurunan kadar gula darah).

Sebelum itu dilakukan analisis kadar gula

darah sebelum dan setelah pemberian

buncis serta penurunan kadar gula darah,

seperti pada tabel ini:

1. Distribusi Kadar Gula Darah

pada Lansia Anggota Prolanis dengan

DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Batu

X Kota Tanjungpinang Sebelum

diberikan Buncis

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah pada

Lansia Anggota Prolanis dengan DM Tipe II sebelum

diberikan buncis (Pre Test) Di Wilayah Puskesmas

Batu X Kota Tanjungpinang

No Kategori

Kadar Gula Darah

N %

1 Hipoglikemia 0 0

2 Normal 0 0

3 Hiperglikemia 11 100

Page 60: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

394

Jumlah

11 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan

responden yaitu 11 orang (100%) menderita

hiperglikemia.

2. Distribusi Kadar Gula Darah

pada Lansia Anggota Prolanis dengan

DM Tipe II Di Wilayah Puskesmas Batu

X Kota Tanjungpinang Setelah

diberikan Buncis

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah pada

Lansia Anggota Prolanis dengan DM Tipe II setelah

diberikan buncis (Post Test) Di Wilayah Puskesmas

Batu X Kota Tanjungpinang

No Kategori

Kadar Gula

Darah

N %

1 Hipoglikemia 0 0

2 Normal 6 54,5

3 Hiperglikemia 5 45,5

Jumlah

11 100%

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan

bahwa lebih dari sebagian responden

dengan gula darah normal berjumlah 6

orang (54,5%), sedangkan responden yang

masih hiperglikemia berjumlah 5 orang

(45,5%).

3. Pengaruh Kadar Gula Darah

Setelah diberikan Buncis pada Lansia

Anggota Prolanis dengan DM Tipe II Di

Wilayah Puskesmas Batu X Kota

Tanjungpinang

Setelah mengetahui kadar gula

darah sebelum (pre test) dan setelah (post

test) konsumsi buncis, selanjutnya

dilakukan pengolahan data kadar gula darah

pre test dan post test pada penderita DM

tipe II dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Berikut ini hasil penelitian yang telah

dilakukan: Tabel 5 Analisis Konsumsi Buncis terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota

Prolanis dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas

Batu X kota Tanjungpinang

* α = 0,05

Tabel 5 analisis konsumsi buncis

terhadap penurunan kadar gula darah pada

lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II

di wilayah Puskesmas Batu X kota

Tanjungpinang menunjukkan bahwa dari

11 responden, sebelum diberikan buncis

seluruh respoden (100%) menderita

hiperglikemia, sedangkan setelah

mengkonsumsi buncis jumlah penderita

hiperglikemia turun menjadi 5 orang (45%)

dan responden yang lain kadar gula darah

menjadi normal sebanyak 6 orang (54,5%).

No Kriteria Sebelum Setelah

ρ F % F (%)

1 Hipoglikemia 0 0 0 0

2 Normal 0 0 6 54,5

3 Hiperglikemia 11 100 5 45,5

Jumlah 11 100 11 100 0,03

Page 61: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

395

Hasil penelitian dengan uji

Wilcoxon dapat dilihat nilai p value

diperoleh adalah 0,03. Kesimpulan adalah

0,03 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh buncis terhadap kadar gula darah

pada lansia Anggota Prolanis dengan DM

tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Kota

Tanjungpinang.

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti disimpulkan

bahwa hampir seluruhnya kelompok umur

responden adalah kelompok usia

pertengahan (middle age) (45-59th)

sebanyak 10 orang (91%). Menurut Price

(2006), seseorang yang mempunyai resiko

tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus

adalah usia diatas 45 tahun. Pada orang-

orang yang berumur fungsi organ tubuh

semakin menurun, hal ini diakibatkan

aktivitas sel beta pankreas untuk

menghasilkan insulin menjadi berkurang

dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun

sehingga tidak menerima insulin.

Sedangkan DM tipe II biasa terjadi

pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya

terjadi setelah usia 30 tahun (Soegondo

2008). Pada usia diatas 65 tahun, memiliki

peningkatan gula darah yang tinggi yaitu

gula darah puasa 100-125 mg/dl dan 2 jam

sesudah makan 145-180 mg/dl (Prawiro

2009). Selain itu pada penderita DM tipe 2

yang lebih tua (di atas 55 tahun) perubahan

glukosa darah yang ditimbulkan oleh

aktivitas fisik tidak sama dengan mereka

yang usianya lebih muda sehingga

diperlukan waktu beradaptasi yang lebih

lama.

2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti disimpulkan

bahwa kelompok jenis kelamin responden

sebagian besar adalah perempuan sebanyak

9 orang (81,8%). Hubungan lansung antara

jenis kelamin perempuan dengan penyakit

Diabetes Mellitus belum dapat dipastikan,

namun diduga berasal dari obesitas atau

kegemukan. Pada orang gemuk aktivitas

jaringan lemak dan otot menurun sehingga

dapat memicu munculnya Diabetes

Mellitus (Price, 2006).

Kurangnya aktivitas fisik

merupakan faktor risiko utama terjadinya

DM tipe II, sedangkan kegemukan atau

obesitas merupakan faktor risiko terpenting

untuk terjadinya diabetes. Aktivitas fisik

diketahui dapat memperbaiki sensitivitas

insulin (menurunkan resistensi insulin),

memodifikasi abnormalitas lemak

(menurunkan total lemak dan massa lemak)

dan hipertensi.

A. Kadar Gula Darah Pre Test

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti diketahui bahwa

Page 62: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

396

secara keseluruhan responden yaitu 11

orang (100%) menderita hiperglikemia.

Hiperglikemia merupakan kadar gula darah

yang melebihi dari normal. Kadar gula

darah sewaktu yang berada dalam rentang

normal adalah antara 110-200 mg/dl

(Nabyl, 2009).

Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi kadar gula darah naik

menurut Price (2006), yaitu: seseorang

yang mempunyai resiko tinggi untuk

terjadinya Diabetes Mellitus adalah usia

diatas 45 tahun, obesitas atau kegemukan,

pola makan, riwayat Diabetes Mellitus pada

keluarga dan kurangnya berolahraga atau

beraktivitas.

B. Kadar Gula Darah Post Test

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti disimpulkan

bahwa kadar gula darah responden yang

berjumlah 11 orang keseluruhan adalah

hiperglikemia, setelah diberikan buncis

secara keseluruhan mengalami penurunan.

Dari semua yang mengalami penurunan,

ada 6 orang yang kadar gula normal,

sedangkan 5 responden lainnya masih

hiperglikemia.

Pemantauan kadar gula darah.

Dalam Nabyl (2009), pemantauan status

metabolik penyandang DM merupakan hal

yang sangat penting. Hasil pemantauan

tersebut digunakan untuk menilai manfaat

pengobatan dan sebagai pedoman

penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-

obatan untuk mencapai kadar gula

(glukosa) darah senormal mungkin, serta

terhindar dari berbagai komplikasi.

Edukasi merupakan bagian integral

asuhan perawatan DM. edukasi adalah

pendidikan dan latihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan pada

pengelolaan DM yang diberikan kepada

setiap penderita DM. Selain kepada

penderita DM, edukasi juga diberikan

kepada anggota keluarganya, kelompok

masyarakat yang beresiko tinggi dan pihak

perencana kebijakan kesehatan (Shahab,

2006).

Melalui edukasi, penderita diabetes

(diabetisi) bisa mengetahui dan mengerti

tentang apa itu diabetes, masalah apa yang

harus dihadapi, mengapa penyakit ini perlu

dikendalikan secepatnya, dan seterusnya.

Apabila penderita mempunyai pengetahuan

yang cukup tentang DM, selanjutnya

diharapkan mengubah perilaku (life style)

yang kemudian dapat mengendalikan

kondisi penyakitnya (Soegondo, 2008).

Dalam edukasi ini ditekankan bahwa hal

yang terpenting dalam pengendalian

diabetes adalah perubahan pola makan dan

aktifitas fisik (olah raga), inilah yang

disebut dengan perubahan gaya hidup (life

style) (Kariadi, 2009).

C. Pengaruh Kadar Gula Darah

pada Lansia dengan DM Tipe II Sebelum

dan Sesudah diberikan Buncis Di

Page 63: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

397

Wilayah Puskesmas Batu X Kota

Tanjungpinang.

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti sebelum

pemberian buncis secara keseluruhan

responden yaitu 11 orang (100%) menderita

hiperglikemia. Setelah diberikan buncis

secara keseluruhan mengalami penurunan.

Dari semua yang mengalami penurunan,

ada 6 orang (54,5%) dengan kadar gula

normal, sedangkan 5 orang (45,5%) lainnya

masih hiperglikemia, hal ini dikarenakan

karena kadar gula darah yang terlalu tinggi.

Selain itu banyak faktor yang menyebabkan

kadar gula darh pada lansia tidak turun

antara lain : pengelolahan diet yang tidak

benar, dalam hal ini walaupun terapi

dilakukan namun pola makan tidak dijaga

akan membawa hasil yang tidak baik. Stress

juga dapat membuat kadar gula darah tidak

turun serta kepatuhan responden dalam

melakukan terapi mnegkonsumsi buncis

apakah rutin atau tidak.

Hasil yang diperoleh dari

pengolahan data didapat hasil 0,03

(ρ<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh konsumsi buncis terhadap kadar

gula darah pada lansia dengan DM tipe II di

wilayah Puskesmas Batu X Tanjungpinang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh buncis terhadap

penurunan kadar gula darah.

Buncis berkhasiat sebagai

antihiperglikemik, yakni zat yang mampu

mencegah kenaikan kadar glukosa dalam

darah. Buncis sangat cocok dikonsumsi

oleh penderita diabetes. Zat B-siterol dan

Sigmasterol ini terdapat dalam lemak yang

ada dalam kandungan buncis. Banyak

penelitian yang telah membuktikan efek

antihiperglikemik pada buncis salah

satunya Yayuk (2003), dengan judul

penelitian “Mekanisme Aktivitas

Antihiperglikemik Ekstrak Buncis pada

Tikus Diabetes dan Identifikasi Komponen

Aktif”, hasilnya yaitu ada pengaruh ekstrak

buncis terhadap penurunan gula darah pada

tikus diabetes.

Penelitian Askandar (1993)

menunjukkan bahwa penambahan buncis

sebanyak 600 gram/hari dalam diet selama

7 hari menunjukkan terjadinya penurunan

kadar glukosa darah sehingga 14% pada

penderita diabetes (Rizki, Farah. 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

mengenai pengaruh buncis terhadap

penurunan kadar gula darah pada lansia

anggota Prolanis dengan DM tipe II di

wilayah Puskesmas Batu X Tanjungpinang

tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa

konsumsi buncis memberi pengaruh pada

penurunan kadar gula darah. Hal ini

dibuktikan sebagai berikut:

1. Hampir seluruhnya kelompok

umur responden adalah kelompok usia

pertengahan (middle age) (45-59th)

Page 64: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

398

sebanyak 10 orang (91%). Dan kelompok

jenis kelamin responden sebagian besar

adalah perempuan sebanyak 9 orang

(81,8%).

2. Kadar gula darah sebelum

mengkonsumsi buncis yaitu semua

responden sebanyak 11 orang (100%)

menderita hiperglikemia.

3. Kadar gula darah setelah

mengkonsumsi buncis secara keseluruhan

mengalami penurunan namun hanya 6

orang responden (54,5%) dengan kadar

gula darah normal, sedangkan responden

yang masih hiperglikemia berjumlah 5

orang (45,5).

4. Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat

nilai p value diperoleh adalah 0,03.

Kesimpulan adalah ada pengaruh buncis

terhadap penurunan kadar gula darah pada

lansia dengan DM tipe II di wilayah

Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang

tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2005. Komplikasi Kronik

Diabetik Masalah Utama Penderita

Diabetes dan Upaya Pencegahan.

Bidang Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran. Universitas

Hasanudin.

Anonim. 2008. Diabetes Indonesia Ranking ke 3 di

Dunia. 2008. http://indodiabetes.com.

Diakses tanggal 29 September 2014

Kariadi, S. H. 2009. Diabetes? Siapa Takut:

Panduan Lengkap Diabetes,

Keluarganya dan Profesional

Medik. Bandung: PT.Mizan Pustaka

Price, A.S. 2006. Patofisiologi Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. Alih

Bahasa: dr. Brahn U. Jakarta : EGC

Re Nabyl. 2009. Cara Mencegah dan

Mengobati Diabetes Mellitus.

Yogyakarta: Aulia Publising.

Rizki, Farh. 2013. The Miracle of

Vegetable. Jakarta: AgroMedia

Pustaka

Santoso, Mardi. 2010. Senam Diabetes

Indonesia Seri 5. Yayasan Diabetes

Indonesia : Jakarta.

Shahab, Alwi. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta:

Universitas Indonesia

Soegondo Sidartawan ddk. 2009.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Yayuk. (2008). Mekanisme Aktivitas

Antihiperglikemik Ekstrak Buncis

pada Tikus Diabetes dan

Identifikasi Komponen Aktif. Bogor.

IPB (Bogor Agricultural

University).

1. Fitri Susilawati : Mahasiswi STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang

Page 65: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

399

2. Hotmaria Julia Dolok

Saribu,Ners.M.Kep : STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang

3. Yunita, Ners : Dosen STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang

Page 66: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

400

HUBUNGAN TINGKAT STRES MAHASISWA PRODI SI

DENGAN PERILAKU PROKRATINASI AKADEMIK DI STIKES HANG

TUAH TANJUNGPINANG

Irma Yuni1, Eka Yusdiana2, Zainudin3, Tiara Angraini4

ABSTRAK Prokratinasi berhubungan dengan sindrom-sindrom psikiatri. Seorang prokratinasi biasanya juga

mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, penyebab stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat stres mahasiswa prodi S1 dengan perilaku prokratinasi akademik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Populasi yang digunakan 40 orang sampel yang di ambil sebanyak 21 orang dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner banyak butir pernyataan yang digunakan 43 item. uji validitas menggunakan r hitug 0,514 uji reabilitas menggunakan Alpha Cronbach uji yang digunakan menggunakan uji colelasi gamma. Hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh responden 52,4% mengalami stres sedang dan lebih dari separuh responden 57,1% memiliki prokratinasi tinggi. Hasil analisis didapatkan ada hubungan signifikan antara tingkat stres dengan perilaku prokratinasi akademik dengan p value = 0,006 dibawah ≤ 0,05. Semoga penelitian ini bisa menambah pengetahuan, pemahaman kepada mahasiswa tentang tingkat stres dan perilaku prokratinasi akademik dan khususnya bagi institusi bisa memotivasi mahasiswa agar tidak melakukan perokratinasi akademik.

PENDAHULUAN Stres sudah menjadi bagian hidup,

mungkin tidak ada manusia yang belum

pernah mengalami stres. Stres kini menjadi

manusiawi selama tidak berlarut-larut dan

berkepanjangan. Stres dibagi menjadi tiga

tingkat diantaranya stres ringan, stres

sedang dan stres berat. Stres ringan

biasanya ditandai dengan gejala

penglihatan tajam, sering merasa letih tanpa

sebab dan perasaan tidak bisa santai. Stres

sedang berlangsung lebih lama dari

beberapa jam sampai beberapa hari,

biasanya ditandai dengan gejala sakit perut,

mules, otot-otot terasa tegang, dan

gangguan tidur sedangkan stres berat

biasanya ditandai dengan gejala sulit

beraktivitas, gangguan hubungan sosial,

sulit tidur, penurunan konsentrasi, keletihan

meningkat, tidak mampu melakukan

pekerjaaan sederhana dan perasaan takut

meningkat (Priyoto, 2013).

Di Amerika menunjukkan sekitar

75% orang dewasa mengalami stres berat

dan jumlahnya cenderung meningkat.

Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta

penduduk diperkirakan mengalami

gangguan kesehatan mental atau stres.

Angka tersebut mencapai 14% dari total

penduduk dengan tingkat stres akut (stres

berat) mencapai 1-3% (Legiran et. al 2013).

Ketika seseorang mengalami stres

banyak gejala yang akan dirasakan terutama

gejala fisiologis dan psikologis. Gejala

fisiologis yang dirasakan mudah masuk

Page 67: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

401

angina, mudah pening-pening, kejang otot

(kram) dan mengalami kegemukan atau

menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan

sedangkan gejala psikologis yang dirasakan

seperti perasaan keletihan, jenuh,

ketegangan, kegelisahan, ketidaktenangan,

kebosanan, cepat marah, cepat tersinggung,

merasa sedih, dan cendrung ingin terus

menunda pekerjaan (Priyoto, 2013).

Penundaan yang terus menerus

dilakukan biasanya disebut sebagai perilaku

prokratinasi. Prokratinasi dapat dipandang

dari berbagai segi, hal ini dikarenakan

prokratinasi melibatkan berbagai unsur

masalah yang kompleks, yang saling terkait

satu dengan yang lainnya. Seseorang yang

mempunyai kecendrungan untuk menunda

atau tidak segera memulai pekejaan, ketika

menghadapi suatu pekerjaan dan tugas

disebut seseorang yang melakukan

prokratinasi. Tidak peduli apakah

penundaan tersebut mempunyai alasan atau

tidak. Setiap penundaan dalam menghadapi

suatu tugas disebut prokratinasi (Ghufron

dan Risnawata, 2012).

Seseoran yang sering melakukan

prokratinasi mempunyai kesulitan untuk

melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang

telah ditentukan, sering mengalami

keterlambatan, mempersiapkan sesuatu

batas waktu yang telah ditentukan, dan

gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai

batas waktu yang telah ditentukan. Oleh

sebab itu, prokratinasi dapat dikatakan

sebagai salah satu perilaku tidak efisien

dalam menggunakan waktu dan adanya

kecendrungan untuk tidak segera memulai

suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu

tugas (Ghufron dan Risnawata, 2013).

Prokratinasi biasa terjadi pada

berbagai tugas terutama pada tugas

akademik. Menurut Green jenis tugas yang

menjadi objek prokratinasi akademik

adalah tugas yang berhubungan dengan

kinerja akademik. Perilaku-perilaku yang

mencirikan penundaan dalam tugas

akademik dipilih dari perilaku lainnya dan

dikelompokan menjadi unsur akademik.

Seseorang yang melakukan

prokratinasi akademik dapat disebabkan

oleh berbagai faktor terutama faktor

internal dan eksternal. Faktor internal dapat

dipengaruhi oleh kondisi fisik individu

seperti kelelahan dan kondisi psikologis

biasanya juga mempunyai tidur yang tidak

sehat, mempunyai depresi yang kronis,

penyebab stres. Faktor eksternal bisa

disebabkan oleh pengasuhan orang tua dan

kondisi lingkungan (Ghufron dan

Risnawata, 2013).

Berdasarkan dari data jadwal ujian

skripsi Mahasiswa Stikes Hang Tuah

Mahasiswa Program Studi SI Keperawatan

yang telah menyelesaikan Skripsi di

dapatkan dari jumlah mahasiswa sebanyak

40 mahasiswa. Terdapat 45% mahasiswa

yang tidak bisa melakukan sidang skripsi

Page 68: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

402

tepat pada waktu yang telah ditentukan oleh

pihak institusi.

Melihat kondisi tersebut diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Hubungan Tingkat Stres

Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku

Prokratinasi Akademik di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang tahun 2013.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan pendekatan korelasi.

Yaitu bertujuan untuk mengetahui

hubungan antar variabel dimana untuk

mengetahui apakah ada hubungan tingkat

stress mahasiswa dengan perilaku

prokratinasi akademik. Populasi dalam

penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan VI

di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang yang

telah menyelesaikan skripsi sebanyak 40

orang

HASIL PENELITIAN

C. Analisis Univariat

Analisia univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. pada

umumnya dalam analisis hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase setiap variabel

Untuk mengetahui gambaran

distribusi frekuensi mahasiswa Stikes Hang

Tuah dapat dilihat pada tabel 4.1berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Mahasiswa Prodi

S1 Keperawatan denganperilaku prokratinasi akademik Angkatan VI Di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang. (n = 21)

NNo Distribusi Frekuensi tingkat stres dan proklatinasi akademik

NN persen

1. Tingkat

stres Ringan

Sedang

Berat

2

11

8

9,5

52,4

38,1

2.

Prokratinasi

akademik

Rendah

Tinggi

9

12

42,9

57,1

Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa

lebih dari separuh responden (52,4 %)

mengalami stres sedang. Dan lebih dari

separuh responden (57,1 %) mengalami

prokratinasi tinggi.

D. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini dilihat

untuk melihat hubungan tingkat stres

dengan perilaku prokratinasi mahasiswa.

Hasil analisis Bivariat selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi S1

Keperawatan Dengan Perilaku Prokratinasi

Akademik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Page 69: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

403

Tingkat stres Prokratinasi akademik

Ringan n %

Sedang

n %

Berat n %

Total

n %

p.value

Rendah 1 4,75

1 5,24

7 32,65

9 42,9

0,006

Tinggi 1 4,74

10 47,16

1 5,44

12 57,1

Total 2 9,5

11 52,4

8 38,1

21 100

Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui

bahwa 52,4% responden yang mengalami

stres sedang, dan 57,1% responden

melakukan prokratinasi akademik tinggi.

Dapat disimpulkan bawa semakin tinggi

tingkat stres yang dialami maka semakin

tinggi pula perilaku prokratinasi akademik

yang dilakukan.

Hasil uji corelasi Gamma diperoleh

p-value = 0,006 ≤ dari 0,05. Dengan

demikian Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna

antara tingkat stres mahasiswa prodi S1

keperawatan dengan perilaku prokratinasi

akademik di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang

PEMBAHASAN

Hubungan Tingkat Stres

Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan

Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik

Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Berdasarkan tabel 4.2 Dari hasil uji statistik

yang dibuktikan dengan menggunakan uji

corelasi Gamma diperoleh nilai p value =

0,006 yang menunjukan adanya hubugan

yang bermakna antara tingkat stres dengan

perilaku prokratinasi pada mahasiswa

angkatan VI di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang.

Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi

S-1 Keperawatan Dengan Perilaku

Prokratinasi Akademik di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang angkatan VI menunjukan

bahwa dari 52,4% yang mengalami stres

sedang, terdapat 42,9% yang melakukan

prokratinasi rendah dan 57,1% yang

melakukan prokratinasi tinggi.

Dari analisa kuesioner yang peneliti

lakukan gejala stres yang banyak dirasakan

oleh mahasiswa yaitu merasa sulit untuk

beraktivitas. Tanda gejala stres sedang

berlangsung lebih lama dari beberapa jam

sampai beberapa hari. Situasi perselisihan

yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak

yang sakit atau ketidakhadiran yang lama

dari anggota keluarga merupakan penyebab

stres sedang. Ciri-cirinya yaitu sakit perut,

mules, otot-otot terasa tegang, gangguan

tidur badan terasa ringan (Priyoto, 2013).

Prokratinasi yang dilakukan

mahasiswa seperti lebih suka mengobrol

kepada teman-teman. Ferrari dkk (dalam

Ghufron dan Risnawita, 2013). mengatakan

bahwa sebagian suatu perilaku penundaan,

prokratinasi akademik dapat

termanifestasikan dalam indikator tertentu

yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri

tertentu.

Page 70: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

404

Berikut ini ciri-cirinya sebagai

berikut :

a. Penundaan untuk memulai dan

menyelesaikan tugas

Penundaan untuk memulai maupun

meyelesaikan tugas yang dihadapi.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi

tahu bahwa tugas yang di hadapi harus

segera diselesaikan. Akan tetapi, dia

menunda-nunda untuk mulai mengerjakan

atau menunda-nunda untuk menyelesaikan

sampai tuntas jika dia sudah mulai

mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

Orang yang melakukan prokratinasi

memerlukan waktu yang lebih lama

daripada waktu yang dibutuhkan pada

umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.

Seorang prokratinasi menghabiskan waktu

yang dimiliki untuk mempersiapkan diri

secara berlebihan. Selain itu, juga

melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan

dalam penyelesaian suatu tugas, tampa

menghitingkan keterbatasan waktu yang

dimilikinya. Kadang-kadang tindakan

tersebut mengakibatkan seorang tidak

berhasil menyelesaikan tugas secara

memandai. Ketelambatan, dalam arti

lambatnya kerja seseorang dalam

melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri

yang utama dalam prokratinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan

kinerja aktual

Seorang prokratinasi memunyai

kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan

sebelumnya. Seorang prokratinasi sering

mengalami keterlambatan dalam memenuhi

deadline yang telah ditentukan, baik oleh

orang lain maupun rencana yang telah dia

tentukan sendiri. Seorang mungkin telah

merencanakan mulai mengerjakan tugas

pada waktu yang telah iya tentukan sendiri.

Akan tetapi, ketika saatnya tiba dia tidak

juga melakukan sesuai dengan apa yang

telah iya rencanakan sehingga

menyebabkan keterlambatan ataupun

kegagalan untuk menyelesaikan tugas

secara memadai.

d. Melakukan aktivitas yang lebih

menyenangkan.

Melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas

yang harus dikerjakan. Seorang

prokrastinator dengan sengaja tidak segera

melakukan tugasnya. Akan tetapi,

menggunakan waktu yang dia miliki untuk

melakukan aktivitas lain yang dipandangi

lebih menyenangkan dan mendatangkan

hiburan, seperti membaca, (Koran, majalah,

atau buku ceritalainnya), nonton, ngobrol,

jalan, mendengarkan musik dan sebagainya

sehingga menyita waktu yang dia miliki

untuk mengerjakan tugas yang harus

diselesaikanya.

Prokratinasi berhubungan dengan

sindrom-sindrom psikiatri. Seorang

Page 71: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

405

prokratinasi biasanya juga mempunyai tidur

yang tidak sehat, mempunyai depresi yang

kronis, penyebab stres, dan berbagai

penyebab psikologis lainnya (Ghufron dan

Risnawita, 2016).

Dampak psikologis yang dirasakan

seperti keletihan, emosi, jenuh, kewalahan

dan pencapaian peribadi yang bersangkutan

menurun, sehingga berakibat pula

menurunnya rasa kompeten dan rasa

sukses.

Stres adalah kondisi yang tidak

menyenangkan dimana manusia melihat

adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai

beban atau diluar batasan kemampuan

batasan mereka untuk memenuhi tuntutan

tersebut (Nasir dan Muhith, 2011).

Menurut priyoto (2013), stres dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab salah

satunya adalah yaitu frustasi dan

ketidakpastian . frustasi adalah tidak

tercapainya keinginan atau tujuan karena

ada hambatan. Sedangkan ketidakpastian

yaitu Apabila seseorang sering berada

dalam keraguan dan merasa tidak pasti

mengenai masa depan atau perkerjaan. Atau

merasa selalu bingung atau tertekan, rasa

bersalah, perasaan khawatir dan inferior.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Melisa dan Astrini (2012)

dengan judul Hubungan antara Tingkat

Stres Dengan Perilaku Prokratinasi pada

mahasiswa Universitas Bina Nusantara

yang sedang mengerjakan skripsi pada

semester genap 2011/2012 dengan

menggunakan uji pearson correlation, hasil

penelitian menunjukan ada hubungan

signifikan antara tingkat stres dengan

perilaku prokratinasi akademik dengan nilai

p-value = 0,000. Kemudian sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Kurniati dan

Mamnu’ah (2014) dengan judul Hubungan

Prokratinasi Akademik dengan Tingkat

Stres pada Mahasiswa DIV Bidan pendidik

Anvullen di Stikes Aisyiyah Yogyakarta

Tahun 2014 dengan hasil uji kendall’s Tau,

dijumpai hubungan yang signifikan dimana

p-value 0,017 (<0,05).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan pada 21 responden pada

mahasiswa Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang angkatan VI, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih dari separuh (52,4%) responden

mengalami stres sedang.

2. Lebih dari separuh (57,1%) responden

melakukan prokratinasi tinggi.

3. Diketahui ada hubungan antara antar

tingkat stres mahasiswa prodi S1

keperawatan dengan perilaku

prokratinasi akademik di Stikes Hang

Tuah Tanjungpinang angkatan VI

dengan p-value 0,006 ≤ 0,05 dengan

menggunakan uji korelasi gamma.

DAFTAR PUSTAKA

Page 72: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

406

Abdul Nasir, Abdul Muhith, (2011). Dasar-

dasar keperawatan jiwa.

Jakarta:Salemba Medika, hal:76.

Dahlan, M. Sopiyudin, (2010). Membuat

proposal penelitian bidang

kedokteran dan kesehatan.

Jakarta:Evidace based medicine,

hal:56.

Dahlan, M. Sopiyudin, (2009). Statistik

untuk kesokteran dan kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika, hal:53.

Hidayat, aziz, (2011). Metode penelitian

keperawatan teknik analisa data.

Jakarta :Salema Medika, hal:74.

Kelana Kusuma Dharma, (2011).

Metodologi penelitian keperawatan.

CV. Trans Info Media, hal:164

Legiran, M.Zalili Azis & Nedya

Bellinawati (2013). Faktor resiko

stres dan perbedaanya pada

mahasiswa berbagai angkatan di

fakultas kedokteran universitas

muhammadiyah Palembang. Jurnal

Kedokteran dan Kesehatan vol.2,

no.2 (hal.198).

Melisa & Astrini (2012). Hubungan antara

tingkat stres dengan prilaku

prokratinasi akademik pada

mahasiswa universitas bina

nusantara yang sedang mengerjakan

skripsi pada tahun 2011/2012.

Diunduh dari

http://thesis.binus.ac.id/doc.Lain-

lain/2011-2-01085PS%20

Ringkasan 001. Pdf diakses pada

tanggal 15 juni 2014.

M. Nur ghufron & Rini risnawati, (2012).

Teori-teori psikologi. Jogjakarta:Ar-

ruzz Media, hal:150-151.

Putri sari indah & vivik (2012). Hubungan

prokrastinasi akademik dengan

ketidakjujuran akademik pada

mahasiswa psikologi uin suska riau.

Jurnal Psikologi vol. 8 No.1 (hal.34).

Priyoto, (2013). Konsep manajemen stres.

Jl.Sadewa No,1 Sorowajan Baru,

Yogyakarta,hal:1-2.

Suzanne C, Smeltzer Brende G. Bare,

(2013). Keperawatan medikal-

bedah. Jakarta:EGC, hal:124.

Soekidjo Notoatmodjo, (2012). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta, hal:182-183.8’

Saam Zulfan & wahyuni, Sri (2013).

Psikologi keperawatan.

Jakarta:Rajawali Pers, hal:125.

Page 73: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

407

Syarifudin, (2010). Panduan TA

keperawatan dan kebidanan dengan

SPSS. Yogyakarta: Granfindo Litera

Media, hal:69

Trisni Kurniati & Mamnu’ah (2013).

Hubungan prokratinasi akademik

dengan tingkat stres pada

mahasiswa D IV bidan pendidikan

anvullen di stikes aisyiyah

Yogyakarta.

http://opac.unisayogya.ac.id/id/eprin

t/1264 .

V.Wiratna Sujarweni, (2013). Metodologi

penelitian keperawatan.

Yogyakarta:Gava Media, hal:184.

Wayan sudarya, Wayan bagia & Wayan

suwendra (2013). Analisa faktor-

faktor yang mempengaruhi stres

pada mahasiswa dalam penyusunan

skripsi jurusan manajemen undiksha

angkatan 2009. e-Jornal Bisma

Universitas Pendidikan Gansesha

Jurusan Manajemen vol.2.

Page 74: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Umum

Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.

Petunjuk Penulisan 1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset

keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara

pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar.

Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain. Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil

tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;

pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).

3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.

4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.

5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.

6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12).

8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi

ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.

10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.

KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah.

Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan

Page 75: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar Nama dan alamat untuk percetakan ulang …………………………………………………………………………………………………………

… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika- sikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama: ………………………………. Tgl…………………20………..

Page 76: JURNAL KEPERAWATAN - stikeshangtuah-tpi.ac.idstikeshangtuah-tpi.ac.id/wp-content/uploads/jurnal-volume-3-nomor... · yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan

FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Nama :……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi Alamat :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: ………………………………………………….............................................. Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan Tgl. Pesanan :……………………. …………………..