jurnal jeruk

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di daerah tropis dan sub tropis. Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975 di Makasar dan pada tahun 1980 DHF telah dilaporkan telah tersebar secara meluas serta melanda di seluruh propinsi Indonesia. Dalam Temporaktif (2004) pada tahun 1998 jumlah penderita DBD mencapai 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4 persen). Sementara itu, jumlah korban penderita DBD 1999 sebanyak 21.134 orang, 2000 (33.443), 2001 (45.904), 2002 (40.377) dan 2003 (50.131). Dalam Pikiran Rakyat (2007) dipaparkan tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang banyak dilakukan adalah program 3M yaitu menutup, menguras dan menimbun. Selain itu dilakukan pula tindakan seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menggunakan repellent, menabur larvasida, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik secara berkala serta melakukan pengasapan (fogging) . Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari

Upload: aldilla-rizky

Post on 04-Aug-2015

180 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal jeruk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan

penyakit dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di daerah tropis dan sub tropis.

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975 di

Makasar dan pada tahun 1980 DHF telah dilaporkan telah tersebar secara meluas serta

melanda di seluruh propinsi Indonesia. Dalam Temporaktif (2004) pada tahun 1998 jumlah

penderita DBD mencapai 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4 persen).

Sementara itu, jumlah korban penderita DBD 1999 sebanyak 21.134 orang, 2000 (33.443),

2001 (45.904), 2002 (40.377) dan 2003 (50.131).

Dalam Pikiran Rakyat (2007) dipaparkan tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah

Dengue yang banyak dilakukan adalah program 3M yaitu menutup, menguras dan

menimbun. Selain itu dilakukan pula tindakan seperti memelihara ikan pemakan jentik,

menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,

menggunakan repellent, menabur larvasida, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik

secara berkala serta melakukan pengasapan (fogging) .

Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah

dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu

dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari

bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak

mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya

mudah hilang.

Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 255 famili dilaporkan mengandung

bahan pestisida, salah satunya adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia.Jeruk nipis mengandung

bahan beracun yang disebut limonoida (Kardinan,2001). Senyawa dengan golongan terpenoid

yaitu limonoida yang berfungsi sebagai larvasida (Ferguson, 2002).

Kelebihan pestisida nabati dibandingkan dengan pestisida sintetik pada senyawa yang

terkandung didalamnya. Dalam suatu ekstrak tumbuhan, selain beberapa senyawa aktif utama

biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang aktif, tetapi keberadaannya dapat

meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Hal ini memungkinkan serangga

tidak mudah menjadi resisten, karena kemampuan serangga membentuk system pertahanan

terhadap beberapa senyawa yang berbeda secara bersamaan lebih kecil daripada senyawa

insektisida tunggal.

Page 2: Jurnal jeruk

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

a.  Dapatkah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva

nyamuk Aedes aegypti L.?

b.  Bagaimanakah mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap

mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?

c. Bagaimanakah cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam

meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?

1.3  Uraian Singkat Gagasan Kreatif

Penyakit demam berdarah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya hal ini

dikarenakan kurang efektifnya pengendalian untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti. Cara

alternatif yang aman adalah menggunakan insektisida alami yang dapat membunuh jentik-

jentiknya. Salah satunya dengan daun jeruk nipis yang memiliki kandungan Limonoida yang

merupakan senyawa yang mempunyai efek larvasida paling potensial. Karena terbuat dari

bahan alami larvasida ini mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan

aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Selain itu, daun jeruk nipis

sering dijumpai dalam masyarakat sebagai bumbu dapur dan harganyapun relatif lebih

ekonomis.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap

mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L

b.   Untuk mengetahui mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap

mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.

c.  Uintuk mengetahui cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam

meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.

1.5 Manfaat

a.  Secara teoritis karya tulis ini memberikan informasi ilmiah kepada para akademisi tentang

pengaruh dan mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap

mortalitas Aedes aegypti L.

b. Secara aplikatif karya tulis ini memberikan sumbangan informasi cara alternatif kepada

masyarakat pada umumnya dan Departemen Kesehatan pada khususnya bahwa ekstrak daun

jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dimanfaatkan sebagai larvasida nabati yang ramah

lingkungan untuk memberantas larva nyamuk Aedes aegypti L.

Page 3: Jurnal jeruk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Tinjauan tentang nyamuk Aedes aegypty L.

Nyamuk Aedes aegypti L. berukuran lebih kecil daripada nyamuk Culex guinguef asciatus,

dengan warna dasar hitam belang-belang pada bagian tubuh, kaki dan ada gambaran putih

pada bagian dorsal toraksnya. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue bila

menghisap darah seorang penderita DBD, virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan

masuk kedalam hemoecoelum bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur, dari sini

sudah siap untuk ditularkan lagi. Aedes aegypti L. merupakan vektor nyamuk yang paling

efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antrofilik dan hidup dekat manusia dan

sering hidup di dalam rumah.

Sayap                                                                                         

Antena

Sersus                                 

Kaki Depan

Kaki Belakang

Gambar 2.1  Morfologi nyamuk Aedes aegypti L

Gandahusada,2000

Larva atau jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti L. berbentuk seperti cacing, aktif bergerak

dengan gerakan naik ke permukaan dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini

memakan mikroba, oleh karena itu larva Aedes aegypti L.disebut sebagai pemakan di dasar

(ground feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara (istirahat), posisi tubuh

tampak menggantung pada permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung 4-9 hari

untuk kemudian menjadi pupa

Nyamuk mengalami metamorforsis sempurna yaitu melalui empat tahap stadium : Telur-

larva-pupa-dewasa. Dalam daur hidup vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dikenal dua

alam/lingkungan kehidupan yaitu air (pra dewasa) dan di luar air (dewasa). Nyamuk Aedes

aegypti menyukai tempat-tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar

matahari langsung sebagai tempat peridukannya. Larva Aedes aegypti dapat hidup pada air

dengan pH antara 5,88.6 (Hidayat,1997).

Suhu mempengaruhi waktu untuk perubahan telur menjadi larva. Larva melakukan

pengelupasan kulit (moolting) setelah 2-4 hari mereka. Pengelupasan kulit terjadi pada setiap

pergantian stadium. Larva mengalami 4 stadium. Pertumbuhan larva rata-rata berlangsung 10

hari atau lebih untuk kemudian menjadi pupa (Gandahusada,2000).

Page 4: Jurnal jeruk

2.2    Tinjauan tentang Daun Jeruk

Komponen yang terdapat di dalam daun jeruk nipis setelah diambil minyak yang terkandung

di dalamnya adalah acetaldehyde, α penen, sabinen, myrcene, octano, talhinen, limonoida, T

trans-2 hex-1 ol, terpinen, trans ocimen, cymeno, terpinolene, cis-2 pent-1 ol. Senyawa

organik yang terdapat di dalamnya antara lain vitamin, asam amino, protein, steroid, alkaloid,

senyawa larut lemak, senyawa tak larut lemak. Senyawa yang khas adalah senyawa golongan

terpenoid yaitu senyawa limonoida. Senyawa ini yang berfungsi sebagai larvasida

(Ferguson,2002).

Tabel 2.1 Senyawa kimia dalam jeruk nipis

No.Chemicals ppm

1. α Linolenic acid190

2. α pinene 80

3. α terpinene 80

4. α terpineol 30

5. Ascorbic-acid 291

6. β pinene 90

7. β terpineol 70

8. Boneol 60

9. Calcium 90

10. Carbohydrates 59000

11. Citric acid 800

12. FAT 2000

13. Fiber 3000

14. δ Selinene 20

No.Chemicals ppm

15. Limonene 4700

16. Linolic acid 360

17. Lysine 140

18. Malic acid 2000

19. Niacin 1

20. Octanoic acid 2

21. Oleic acid 160

22. Palmitic acid 10

23. Potassium 820

Page 5: Jurnal jeruk

24. Protein 4000

25. Sodium 10

26. Stearic acid 10

27. Sugars 17400

28. Water 877000

Phytocemical and ethnobotanical data base (2005) dalam Andrianto (2006)

2.3   Senyawa Limonoida .

Senyawa limonoida terdapat dalam 2 bentuk yaitu limonoida aglicones (LA) dan limonoida

glucosides (LG). Limonoida aglicones (LA) menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan tidak

larut dalam air. Sedangkan limonoida glucosoides tidak menyebabkan rasa pahit pada jeruk

dan dapat larut dalam air. Limonoida aglicones selama proses maturasi (pemasakan) dari

buah proses ini disebut natural debithoring process (Jiaxing,2001).

CH2

CH3

H2C

H

Gambar 2.2  Struktur kimia Limonoida

(Gunawan dan Mulyani,2004)

Limonoida aglycones dibagi lagi menjadi 4 golongan yaitu limonin, colamin, ichangensin

dan 7a-acetate limonoida. Diantara empat golongan tersebut yang paling dominan dan

menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan mempunyai efek larvasida paling potensial adalah

limonoida. Kandungan senyawa limonoida paling tinggi pada tanaman jeruk didapatkan pada

bagian biji yaitu 927 μg/100 mg, pada bagian daun tanaman adalah 36,6 μg/100mg, pada

bagian kulit 2,5 μg/100 mg, dan yang paling sedikit pada buah yaitu hanya 0,7 μg/100mg.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Tipe Pendekatan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan sosial masyarakat

mengenai cara alternatif untuk memberantas nyamuk Aedes aegepty yang mengakibatkan

DBD (Demam Berdarah Dengue).

3.2    Analisis Data

Page 6: Jurnal jeruk

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto

(1998:25), analisa deskriptif kualitatif  adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata

atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Untuk menganalisa data yang berupa pesan, maka digunakan cara analisis isi (content

analysis). Analisa ini menghubungkan penemuan berupa kriteria atau teori. Analisis yang

dilakukan pada analisis isi karya tulis ini menggunakan interactive model (Miles dan

Huberman, 1994). Model ini terdiri dari empat komponen yang saling  berkaitan, yaitu (1)

Pengumpulan data, (2) Penyederhanaan atau reduksi data, (3) Penyajian data, dan (4)

Penarikan data pengujian atau verifikasi kesimpulan.

1.      Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder. Data kuantitatif dari peningkatan jumlah

penderita DBD, cara-cara pemberantasan nyamuk Aedes aegypti yang ada dalam masyarakat,

data mengenai kandungan daun jeruk nipis, serta data mengenai biologi, ekologi, daur hidup,

dan parasitologi nyamuk Aedes aegypti dimana data diperoleh dari dokumentasi yang diambil

dari berbagai sumber, berupa buku, jurnal penelitian, koran, majalah, maupun artikel di

internet yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji

2.      Reduksi Data

Reduksi data dalam karya tulis ini dilakukan dalam bentuk pemilihan, pemusatan pada

penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis atau intisari literatur.

Reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama penulisan karya tulis ini berlangsung

sampai karya tulis akhir lengkap tersusun. Reduksi data digunakan untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

3.      Penyajian Data

Sekumpulan informasi disusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data, penulis

dapat memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

4.      Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penulisan berlangsung. Verifikasi adalah

tinjauan ulang pada data-data yang ada.

Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu jalinan

yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Keterkaitan ketiga komponen-

Page 7: Jurnal jeruk

komponen analisis data menurut Miles dan Huberman dapat di lihat pada gambar di bawah

ini:

BAB IV

ANALISIS-SINTESIS

4.1 Analisis Pemberantasan Aedes aegepty sebagai Vektor Penyakit

Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit

yang disebabkan oleh Virus Dengue famili Flaviviridae, dengan genusnya

adalah flavivirus yang ditularkan ke tubuh manusia melalui nyamuk Aedes aegypti L yang

terinfeksi. Demam berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai demam mendadak,

perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat

menimbulkan shock (rejatan) dan kematian.

Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus (Chahaya,2003). Virus demam berdarah hanya

mengandung nukleoprotein yang dibungkus semacam amplop (envelope)

disebut capsid selalu memerlukan kehidupan lain atau yang sering disebut inang untuk

melanjutkan keberadaannya. Dalam hal ini nyamuk Aedes aegypti sebagai inang, karena

hanya dalam tubuh nyamuk Aedes virus dapat bereplikasi.

Pencegahan wabah DHF dilakukan karena tidak adanya obat antiviral spesifik untuk virus

dengue, dan belum adanya vaksin anti dengue yang efektif dan komersial, pemberantasan

nyamuk vektornya masih menjadi tumpuan utama dalam pencegahan dan pengendalian.

Pengendalian vektor dengan beberapa cara, antara lain adalah :

a. Kimia, dengan menggunakan insektisida pembasmi larva (larvasida)..

b. Biologi, misalnya penebar ikan pemakan jentik.

c. Fisik, dikenal dengan kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).

Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah

dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu

dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari

bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak

mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya

mudah hilang.

4.2 Ekstrak Daun Jeruk Nipis sebagai Larvasida Alami

Senyawa limonoid merupakan teranoriterpen yang terdapat dalam daun jeruk nipis

(Robinson,1994) yang berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh

Page 8: Jurnal jeruk

dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan

penghambat reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon

juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva

(Ruberto,2002).

Hal ini karena semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin banyak zat yang terkandung

dalam ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam larutan, yang berarti semakin

banyak pula racun yang dikonsumsi larva nyamuk Aedes aegypti, sehingga mortalitas

larva Aedes aegypti juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Prijono

(1994) dalam Nurhayati (2005) semakin pekat konsentrasi larutan berarti makin banyak

kandungan bahan aktif yang dapat mengganggu proses metabolisme. Begitu pula pada

kecepatan mortalitas larva Aedes aegypti L. dimana kepekatan konsentrasi larutan juga sangat

mempengaruhi kecepatan mortalitas. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia(christm.)

swingle.) pada konsentrasi 100 ppm adalah yang paling efektif karena dapat menyebabkan

mortalitas tertinggi pada larva nyamukAedes aegypti L. (Utomo, 2008).

Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau mengganggu

pertumbuhan hama sasaran adalah: (1).mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan

pupa, (2).mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) mengganggu proses

komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan serangga dewasa imago,

(5). Mengganggu/mencegah makan serangga, (6) menghambat proses metamorfosis pada

berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) menghambat pertumbuhan

penyakit. (Anonymous dalamSaraswati (2004). Cara masuk insektisida ke dalam tubuh

serangga dengan berbagai cara, diantaranya sebagai racun kontak, yang dapat masuk ke

dalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut, masuk

melalui alat pencernaan serangga dan yang terakhir dengan fumigant, yang merupakan racun

yang masuk melalui pernafasan serangga. Dan limonoid bersifat sebagai racun

(Kardinan,2001),

Menurut Untung (1993), insektisida dapat masuk ke dalam tubuh serangga melalui berbagai

cara antara lain: sebagai racun perut (stomach poison) yang masuk ke dalam tubuh serangga

melalui alat pencernaan serangga, racun kontak (contact poisoining) yang masuk melalui

kulit atau dinding tubuh, dan yang terakhir fumigant atau pernafasan yang masuk ke dalam

tubuh serangga melalui sistem pernafasan. Banyak senyawa yang merusak sistem saraf

dimana berperan menurunkan enzimasetilkolineterase. Enzim ini bertugas menghantarkan

pesan atau impuls dari saraf otot melalui sinapse.

Page 9: Jurnal jeruk

Sebagai racun perut limonoid dapat masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti L.

masuk ke pencernaan melalui rendaman konsentrasi ekstrak yang termakan. Insektisida akan

masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar

bersama darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan

kekurangan energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang

dan akhirnya mati.

Limonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun, Limonoid dinyatakan sebagai

modifikasi tripenes, yang mempunyai 4,4,8 trimethyl-17 furanyl steroid.Susunan sub grup

dan struktur ikatan itu mempengaruhi karakteristik sifat dasar yang dibentuk selama

pertumbuhan pada produk tanaman yang menghasilkannya. Sifat dasar limonoid mencakup:

kegunaannya sebagai insektisida, regulasi pertumbuhan insek, insek antifeedant, dan

pengaruh medis terhadap binatang dan manusia seperti antibakteri, viral, dan antifungi

(Anonymous,2007). Berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh

dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan

penghambat reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon

juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva

(Ruberto,2002).

Secara umum mekanisme kerja limonoid dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Aedes aegypti L

Upaya-upaya yang dilakukan

Pengobatan

Pencegahan

- Program 3 M

Pemberian

insektisida

Fogging  

(pengasapan)

- Memelihara ikan pemakan jentik

- Memasang kasa

- Menggunakan repellent

Bahan alami                         Bahan buatan       

Kerugian

- Nikotin (tembakau)      – Abate                   –

Resistensi pada populasi nyamuk

Page 10: Jurnal jeruk

- Rotenon (Umbi adung)                                – Hanya membasmi nyamuk pada daerah

tertentu saja

- Limonoida (jeruk nipis)                               – Tidak bisa membunuh larva

Kandungan ekstrak daun jeruk nipis

Limonoida

masuk

Sebagai Racun perut            pori-pori

permukaan tubuh larva nyamuk

Saluran pencernaan                                Analog

hormon juvenille

Menembus dinding usus                                 juvenille hormon

Peredaran darah

pergantian kulit

Metabolisme tubuh larva

Kekurangan energi untuk

aktivitas hidupnya

Kejang (konvulasi)

Larva mati

Menurut Sastrodiharjo (1984) saraf

pusat pada larva dari sepasang rantai

saraf yang terdapat di sepanjang

Page 11: Jurnal jeruk

tubuh bagian ventral. Pada tiap segmen terjadi suatu penggumpalan saraf yang disebut

ganglion. Pergantian kulit disebabkan karena sejumlah ekdison tertentu. Titer hormon juwana

(H.J) menetukan jenis stadium yang akan dialami oleh suatu serangga. Kalau titer H.J tinggi

pada waktu ekdison dikeluarkan, maka stadium yang akan ditempuh masih tetap larva. Pupa

akan terjadi bila titer H.J rendah dan titer H.J sangat rendah terjadilah imago. Selain

mempengaruhi proses pergantian kulit pada larva, limonoid yang menyebar ke jaringan saraf

akan mempengaruhi fungsi-fungsi saraf yang lain dan menyebabkan larva kejang yang akan

mengakibatkan terjadinya aktifitas mendadak pada saraf pusat. Selain itu juga limonoid dapat

masuk ke dalam tubuh larva Aedes aegypti melalui kulit atau dinding tubuh dengan cara

osmosis, karena kulit atau dinding tubuh larva bersifat permeable terhadap senyawa yang

dilewati, kemudian limonoid akan masuk ke sel-sel epidermis yang selalu mengalami

pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis mengalami

kelumpuhan (paralyisis) dan akhirnya mati.

Pernyataan Taruminkeng dalam Saraswati (1999) yang menyatakan langkah pertama dalam

respon fisik keracunan adalah respon fisik dan tingkah laku hewan uji. Pada dosis median,

secara khas keracunan racun saraf menimbulkan empat tahap simpton, yaitu eksitasi, kejang

(konvulsi), kelumpuhan (paralisis), dan kematian. Tahap kegelisahan (anxiety), pada tahap ini

serangga menunjukkan perilaku ”membersihkan badan” yaitu tampak bahwa serangga

membesihkan antena atau bagian tubuh lainnya dengan mulut. Larva yang keracunan

insektisida menggulung badanya dan melakukan gerakan teleskopik yaitu gerakan turun naik

dari permukaan air dengan cepat. Mortalitas dalam larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai

kriteria yaitu (1) gerak larva nyamuk Aedes aegypti tidak aktif (2) tubuh larva nyamuk Aedes

aegypti kaku (3) tidak bergerak apabila di sentuh dengan spatula/lidi (4) tubuh larva

nyamuk Aedes aegypti mengapung.

Penggunaan toksin yang berasal dari tanaman dapat digunakan untuk pemberantasan larva

nyamuk Aedes aegypti, karena dalam suatu ekstrak tumbuhan selain beberapa senyawa aktif

utama biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang efektif, tapi keberadaannya

dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi), hal ini memungkinkan

serangga tidak mudah menjadi resisten.

Larvasida dipergunakan dalam bentuk ekstrak yang diencerkan. Proses ekstraksi daun jeruk

nipis (Citrus aurantifolia Swingle) itu sendiri dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol

96%. Prosesnya adalah Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) seberat ± 300gr dicuci sampai

bersih kemudian dikeringanginkan. Setelah kering daun diblender/ digiling dengan

penggilingan tepung sehingga didapat serbuk kering. Selanjutnya serbuk bahan dimaserasi

Page 12: Jurnal jeruk

dengan etanol 96%, maserat diambil setiap 24 jam atau setiap hari dan maserasi dihentikan

apabila larutan memberikan maserat yang agak jernih. Maserat yang sudah didapatkan

selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45oC sampai kental.

Ekstrak yang sudah didapatkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan water steam dan

setelah selesai ”crude extract” disimpan di dalam lemari es dan siap digunakan. Cara

penggunaannya dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100 ppm

(100 mg ekstrak daun jeruk nipis per 1 liter air) ke dalam tempat penampungan air bersih

yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.

BAB V

PENUTUP

5.1   Kesimpulan

Dari hasil analisis-sintesis di atas, dapat disipulkan sebagai berikut :

a. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mampu meningkatkan mortalitas larva

nyamuk Aedes aegypti L karena kandungan Limonoida yang merupaka racun larvasida.

b.  Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai racun perut limonoid masuk ke

pencernaan tubuh Aedes Aegepty  dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama

darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi

untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.

c. Cara penggunaan larvasida ini dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan

konsentrasi 100 ppm ke dalam tempat penampungan air bersih yang memungkinkan larva

nyamuk Aedes aegypti berkembang.

5.2   Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Karya tulis ini dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai repellent pada nyamuk dewasa.

b. Perlu diinformasikan kepada masyarakat pada umumnya, dan Dinas Kesehatan pada

khususnya bahwa ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia(Christm.) Swingle.) dapat

digunakan sebagai alternatif larvasida nabati untuk membunuh larva nyamuk Aedes

aegypti L. pada konsentrasi 100 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2007. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis.Pikiran Rakyat. Bandung. edisi cetak.

Kamis, 16 Februari 2006. .

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Chahaya, Indra.2003.Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia. Bagian

Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Page 13: Jurnal jeruk

Gandahusada.2000. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FK UI.Jakarta.

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani.2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.Jakarta :

Penebar Swadaya.

Jiaxing,Li.2001.Abrief Introduction to citrus Limonoid,TAMU College,TAMUK citrus

Centre.

Kardinan,A.2001.Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi.PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

Miles, Matthew B dan Hubberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :

Universitas Indonesia Press

Robinson,Trevor.1995.Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.Kosasih

Padmawinata .Bandung: ITB Bandung.

Sastrodiharjo.1984.Pengantar Entomologi Terapan.Penerbit ITB Bandung.

Untung.1993.Konsep Pengendalian Hama Terpadu.Andi ofset.Yogyakarta.

Andrianto, Arief .2006.Uji Efektifitas Sari Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam

Menurunkan Suhu Tubuh Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Dengan Vaksin

Polio. Skripsi.UMM: Malang.

Hidayat,Choirul; Ludfi Santoso dan Hadi Suwarsono.Hasil Penelitian Pengaruh pH Air

Perindukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Aedes aegypti Pra Dewasa.Cermin

Dunia Kedokteran.No.119,1997.

Nurhasanah,S.2001.Efek Mematikan Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata) Terhadap Larva

Aedes aegypti.FK Universitas Sebelas Maret.

Nurhayati,Nunung.2005.Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Umbi Gadung

(Dioscorea hispida Dennst) Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L.Skripsi.UMM:

Malang. .

Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L)

Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi. UMM.Malang.

Anonymous.2004.http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs,20040326-

02,id.htmldiakses 3/3/09

Anonymous,2007. http://ms.wikipedia.org/wiki/aedes. diakses tanggal 11/08/2007

Anonymous.2007.http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2005/12/3/op2.HTM.

diakses   9/12/07

Anonymous.2007.http://images.google.co.id.diakses tanggal 9/12/07

Ferguson.2002.Medicinal Use of Citrus Scienses departmenr.Cooperative extension services

Institute of Food Agricultural Science, University of Florida, Gainesville (on

line),http://edis.ifas.ufl.edu/body Chi 96. diakses tanggal 11/08/2007

Page 14: Jurnal jeruk

Pikiran Rakyat.2007.Cegah Demam Berdarah dan Chikungunya” ,http://www. pikiran

rakyat.com. diakses tanggal 11/08/2007.

Ruberto,G.2002. Citrus Limonoids and Their Semisynthetic derivatives as

antifeedant.http://www.ncbi.nlm.nih. Department of Health&Human Services. Diakses

tanggal 13/03/2007