krim jeruk nipis

72
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Upload: oktaviacx

Post on 07-Feb-2016

85 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

krim

TRANSCRIPT

Page 1: Krim Jeruk Nipis

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: Krim Jeruk Nipis

FORMULASI KRIM ANTIBAKTERI DENGAN KOMBINASI

EKSTRAK PROPOLIS LEBAH LOKAL (Trigona spp) DAN

JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle)

SKRIPSI

Oleh:

DICKY MUHAMAD ZAIN NPM: 10060307019

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1433 H / 2012 M

Page 3: Krim Jeruk Nipis

FORMULASI KRIM ANTIBAKTERI DENGAN KOMBINASI

EKSTRAK PROPOLIS LEBAH (Trigona spp) DAN JERUK

NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi

pada Program Studi Farmasi FMIPA Unisba

Oleh:

DICKY MUHAMAD ZAIN NPM: 10060307019

Februari 1433 H / 2012 M

BANDUNG

Page 4: Krim Jeruk Nipis

JUDUL : FORMULASI KRIM ANTIBAKTERI DENGAN KOMBINASI

ESTRAK PROPOLIS LEBAH LOKAL (Trigona spp) DAN

JERUK NIPIS (Cirtus aurantifolia Swingle)

NAMA : DICKY MUHAMAD ZAIN NPM : 10060307019

Setelah membaca Skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami

telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai Skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Serta I

Dina Mulyanti, M.Si., Apt. G.C. Eka Darma, S.Farm., Apt.

NIK. D. 08.0.477 NIK. D. 0.10.521

Pembimbing Serta II

Mahani, SP.,M.Si.

NIK. 197407162008121001

Mengetahui

Dekan FMIPA Unisba Ketua Program Studi Farmasi

M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si. H. Embit Kartadarma, DR., M.App.Sc., Apt.

NIP. 198008142005012005 NIK. D. 06.0.437

Page 5: Krim Jeruk Nipis
Page 6: Krim Jeruk Nipis

RIWAYAT PENULIS

BIODATA

Nama : DICKY MUHAMAD ZAIN

Tempat/Tgl. Lahir : BANDUNG, 25/02/1989

Jenis Kelamin : LAKI-LAKI

Agama : ISLAM

Pekerjaan : WIRASWATA

Alamat : JL.SMPN 1 CILEUNYI No.66

RT/RW : 01/002

Desa/Kel. : CIMEKAR

Kecamatan : CILEUNYI

Telepon : 022-7813785 (rumah) / 02292260614 (ponsel)

Nama Ibu Kandung : ADE TOHAROH

Nama Ayah Kandung : SURYAMAN

Alamat Orang Tua : JL. SMPN 1 CILEUNYI No. 66

RT/RW : 01/002

Desa/Kel. : CIMEKAR

Kecamatan : CILEUNYI

Telepon : 022-7813785 (rumah)

PENDIDIKAN

1. TK AS Syifa, Bandung (1994-1995)

2. SDN 02 Cigadog, Tasikmalaya (1995-2001)

3. SMPN 42, Bandung ( 2001-2004)

4. SMUN 1 Cileunyi, Bandung (2004-2007)

5. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universtias Islam Bandung (2007-2012)

Page 7: Krim Jeruk Nipis

FORMULASI KRIM ANTIBAKTERI DENGAN KOMBINASI EKSTRAK

PROPOLIS LEBAH LOKAL (Trigona spp) DAN JERUK NIPIS

(Citrus aurantifolia Swingle)

Dicky Muhamad Zain

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap efek antibakteri dari ekstrak propolis dan sari

jeruk nipis. Ekstrak propolis 0,1% dan sari jeruk nipis 20% diketahui memiliki

efek antibakteri dengan memberikan zona hambatan pada Staphylococcus aureus

sebesar 9,53 mm dan 0,52 mm, serta memiliki efek antibakteri pada

Propionibacterium acnes sebesar 5,53 mm dan 2,51 mm. Namun keduanya tidak

berefek pada Escherichia coli. Pada penelitian ini dibuat krim ekstrak propolis 1%

(F1) dan kombinasi ekstrak propolis 0,1% - sari jeruk nipis 20% (F2). Kedua krim

kemudian dievaluasi organoleptik, pH dan viskositasnya serta diuji hambatannya

terhadap P.acnes, S.aureus dan E.coli. Hasil penelitian menunjukan krim F1 dan

F2 kehilangan aktivitas antibakterinya terhadap P. acnes, namun tetap memiliki

diameter hambat sebesar 4,51 mm terhadap S. aureus.

Kata kunci : Ekstrak, propolis, jeruk nipis, krim, antibakteri, Staphylococcus

aureus, Propionibacterium acnes, Escherichia coli.

Page 8: Krim Jeruk Nipis

FORMULATION OF ANTIBACTERIAL CREAM BY A COMBINATION OF

LOCAL BEE (Trigona spp) PROPOLIS EXTRACT AND LIME

(Citrus aurantifolia Swingle)

Dicky Muhamad Zain

Email: [email protected]

Has been conducted a research of antibacterial effects of propolis extract lime

juice. 0.1% propolis extract and 20% lime juice gives an effect antibacterial as on

Staphylococcus aureus by showed an inhibitory diameter of 9.53 mm and 0,52

mm, respectively, and on Propionibacterium acnes by 5.33 mm and 2.51 mm,

respectively. However, neither of them have showed an effect on Escherichia coli.

In this research, a cream of 1% propolis extract cream (F1) and a cream of

combination of 0.1% propolis extract – 20% lime juice (F2) were produced. Bolt

of creams were evaluated for their organoleptics, pH, viscosities and their

inhibitions on P.acnes, S.aureus, and E.coli. Results showed that creams F1 and

F2 lost their antibacterial activities on P. acnes, but retained their inhibitory

diameter of 4.51 mm on S. aureus.

Keywords: Extract, propolis, lime juice, cream, antibacterial, Staphylococcus

aureus, Propionibacterium acnes, Escherichia coli.

Page 9: Krim Jeruk Nipis

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Formulasi Krim Antibakteri dengan Kombinasi Ekstrak Propolis

Lebah lokal (Trigona spp) Dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)”.

Di buatnya skripsi ini dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.

2. Bapak Embit Kartadarma, DR., M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Islam Bandung.

3. Ibu Dina Mulyanti, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Utama yang telah

mengarahkan penulis dengan penuh kesadaran, memberikan banyak

bimbingan, motivasi dan bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak G.C Eka Darma, S.Farm., Apt., dan Bapak Mahani, SP.,Msi selaku

Pembimbing Serta yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,

motivasi, bantuan dan masukan yang membangun untuk penyusunan

skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung,

yang telah memberikan bantuan dan ilmu yang berguna kepada penulis

selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

6. Bapak Dedi yang telah membantu dalam keperluan perkuliahan dan

pembuatan surat-surat.

7. Orangtua tercinta yang senantiasa mendo’akan, dan memberikan dukungan

yang tiada henti, kasih sayang serta semangat kepada penulis selama masa

perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan perhatian, dukungan,

motivasi, do’a dan kasih sayang, bantuan serta keberadaan kalian dalam

Page 10: Krim Jeruk Nipis

hidupku, juga teman-teman Farmasi 2007 dan 2008 atas kebersamaan

selama ini.

9. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan, dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sebagai proses penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Bandung, 18 Sya’ban 1432 H

20 Februari 2012 M

Penulis

Page 11: Krim Jeruk Nipis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR .................................. .................................. i

DAFTAR ISI .......................................................... ......................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......... ................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ....... ............................................................... viii

PENDAHULUAN .................................................................. .......... 1

BAB

I TINJAUAN PUSTAKA ............................................. .......... 4

1.1. Propolis …………….............................................................. 4

1.1.1. Pengertian propolis ................................................................ 4

1.1.2. Klasifikasi lebah …………………………………………..... 4

1.1.3. Jenis-jenis lebah …………………………………………….. 4

1.1.4. Cara Pengumpulan Propolis…………………………………. 6

1.1.5. Karakteristik Fisik Propolis………………………………...... 8

1.1.6. Kandungan Propolis ………………………………………... 8

1.2. Jeruk Nipis ........................................................................... 9

1.2.1. Klasifikasi………………………………………………….... 10

1.2.2. kandungan jeruk nipis …………………………………….... 10

1.3. Kulit ………………………………………………………... 11

1.3.1. Anatomi fisiologi kulit ……………………………………… 11

1.3.2. Absorsi perkutan ……………………………………………. 13

1.4. Antibakteri ………………………………………………… 14

1.5. Bakteri yang digunakan ………………………………….. 16

1.5.1. Staphylococcus aureus ……………………………………... 16

1.5.2. Propionibacterium acnes …………………………………... 17

1.5.3. Escherichia coli …………………………………………….. 18

1.6. Ekstraksi ………………………………………………….... 19

1.6.1. Jenis-jenis ekstraksi ………………………………………... 20

1.7. Krim ……………………………………………………….. 21

1.7.1. Pengolongan krim ………………………………………….. 21

a. Berdasarkan tipe emulsi ……………………………………. 21

b. Berdasarkan bentuk ………………………………………… 21

c. Berdadsarkan tipe fungsinya ……………………………….. 22

1.7.2. Formula umum krim ……………………………………….. 23

1.7.3. Formula sediaan ……………………………………………. 24

1.8. Data Preformulasi ………………………………………… 25

II METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 28

III. BAHAN, ALAT DAN HEWAN PERCOBAAAN ............. 29

3.1. Bahan...................................................................................... 29

3.2. Alat ........................................................................................ 29

Page 12: Krim Jeruk Nipis

IV PROSEDUR KERJA ...................................................... .... 30

4.1. Pengupulan Bahan dan Determinasi .................................. 30

4.2. Persiapan Propolis dan Jeruk Nipis .................................. 30

4.3. Penapisan Fitokimia ............................................................ 30

4.4. Ekstraksi Propolis ............................................................... 33

4.5. Karakteristik Mutu Ekstrak ……………………………... 33

4.5.1. Pemeriksaan mikroskopik ekstrak ......................................... 33

4.5.2. Pentuaan kadar air ekstrak ..................................................... 33

4.5.3. Penetapan kadar abu total ...................................................... 34

4.5.4. Penentuan pH ekstrak ............................................................ 35

4.6. Penyiapan Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ................................................................. 35

4.6.1. Penyiapan biakan Propionibacterium acnes,

Staphylococcus aureus, Escherichia coli ..…......................... 36

4.6.2. Pembuatan media uji Nutrien Agar (NA) …………………... 36

4.6.3. Penentuan KHM bakteri …………………………………… 36

4.7. Formulasi Krim …………………………………………… 37

4.7.1. Pembuatan krim antibakteri ekstrak propolis

dan sari jeruk nipis ………………………………………… 38

4.8. Evaluasi Krim ………………………………………........... 39

4.8.1. Evaluasi organoliptik ……………………………………….. 39

4.8.2. Evaluasi viskositas ………………………………………….. 39

4.8.3. Evaluasi homogenitas………………………………………... 39

4.8.4. Pengukuran pH sediaan ……………………........................... 40

4.9. Uji Sediaan Mikrobiologi …………………………………. 40

4.9.1. Uji KHM sediaan krim antibakteri…………………………... 40

V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 41

5.1. Determinasi Bahan ………………………………………… 41

5.2. Penapisan Fitokimia ………... …………………………..… 41

5.3. Ekstraksi Propolis …………………………………………. 41

5.4. Uji Parameter Ekstrak ……………………………………. 43

5.5. Uji KHM Ekstrak Propolis dan Sari Jeruk Nipis .............. 43

5.6. Formula Akhir Krim Antibakteri Ekstrak Propolis

dan Sari Jeruk Nipis .............................................................. 45

5.7. Evaluasi Sediaan Krim Antibakteri ……………………….. 47

5.8. Uji Mikrobiologi Sediaan ....................................................... 49

VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 50

6.1. Kesimpulan ............................................................................. 50

6.2. Saran ........................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 51

LAMPIRAN ....................................................................................... 54

Page 13: Krim Jeruk Nipis

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat determinasi jeruk nipis .............................................. 54

2 Surat keterangan bahan ....................................................... 55

3 Tabel V.11 hasil uji viskositas (F1) ................................... 56

4 Tabel V.12 hasil uji viskositas (F2) …………………….... 56

5 Gambar 4 hasil uji KHM ekstrak propolis ……………….. 57

6 Gambar 5 hasil uji KHM sari jeruk nipis ………………… 58

Page 14: Krim Jeruk Nipis

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I.1 Kandungan propolis ……………………………………... 9

I.2 Formulasi sediaan krim antibakteri ……………………… 24

IV.3 Formulasi krim antibakteri ekstrak propolis dan jeruk

nipis ……………………………………………………… 39

V.4 Hasil pengujian fitokimia ………………………………... 42

V.5 Hasil pengujian parameter ekstrak ………………………. 44

V.6 Hasil pengujian KHM ekstrak propolis ………………….. 45

V.7 Hasil pengujian KHM sari jeruk nipis …………………... 45

V.8 Formula akhir krim antibakteri………………………....... 47

V.9 Hasil pengukuran pH sediaan ……………………………. 49

V.10 Hasil pengukuran mikrobiologi sediaan …………………. 50

L.5.11 Hasil uji viskositas (F1) …………………………………. 56

L.5.12 Hasil uji viskositas (F2) …………………………………. 56

Page 15: Krim Jeruk Nipis

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

I.1 Propolis Trigona ................................................................... 7

I.2 Jeruk nipis .......................................................................... 9

I.3 Anatomi kulit ……………………………………………… 12

L.4 Foto hasil Uji KHM sari jeruk nipis .................................... 57

L.5 Foto hasil uji KHM ekstrak propolis ……………………… 58

Page 16: Krim Jeruk Nipis

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Propolis

1.1.1. Pengertian propolis

Propolis adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu dari pucuk daun

yang muda, kemudian dicampur dengan air liurnya. Propolis berasal dari kata

Yunani, yaitu “Pro” artinya sebelum atau pertahanan dan “Polis” artinya kota atau

sarang lebah. Propolis dipakai sebagai perekat sarang lebah, dan melindungi larva

lebah dari serangan bakteri (Hasan, 2010:9).

1.1.2 Klasifikasi lebah

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Apidae

Bangsa : Apini

Genus : Trigona

Spesies : Trigona spp (Indra,2009:1)

1.1.3. Jenis - jenis lebah

1) Lebah tanpa sengat (Trigona spp)

Lebah ini berasal dari genus Tirgona dan merupakan lebah asli Asia.

Karakteristik yang dimilikinya yaitu menghasilkan madu yang berasal

Page 17: Krim Jeruk Nipis

Aktivitas antibakteri propolis yang berasal dari daerah geografik berbeda dapat

berbeda pula. Penelitian yang dilakukan ilmuan terkenal dari Rusia, V.P.

Kivalkina dalam majalah Antibiotics, menjelaskan tentang pengujian khasiat

antibakteri dalam propolis. Penelitian dilakukan terhadap 28 jenis propolis yang

berasal dari Rusia, Bulgaria, dan Cekoslovakia. Kivalkina menyatakan

bagaimanapun cara propolis diambil, tetap memiliki khasiat tersendiri dan

memiliki khasiat antibakteri walaupun telah tersimpan lama. Salah satu jenis

lebah yang mampu menghasilkan propolis dalam jumlah banyak yaitu jenis

Trigona spp (Mahani dkk, 2011:37).

Selain propolis, jeruk nipis juga memiliki aktivitas antibakteri yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau bersifat bakteriostatik. Jeruk nipis

(Citrus aurantifolia Swingle) dikenal juga dengan nama latin Citrus limonellus

Mig. Kandungan jeruk nipis diantaranya limonen, karbohidrat, asam sitrat,

vitamin C, dan Vitamin A (Sethpakdee, 1992:126). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa jeruk nipis memiliki konsentrasi hambat minimum untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus spp, Staphylococcus aureus, Eschericha coli dan

Salmonela spp (Onyeagba dkk,2004:3:552). Namun, pada Propionibacterium

acne harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi hambat

minimum dari jeruk nipis pada bakteri. Selain antibakteri, jeruk nipis juga dapat

mengecilkan pori-pori dan menghaluskan kulit (Rukmana, 1996:18-21).

Propolis memiliki keunggulan apabila digunakan dalam sediaan kosmetik,

karena propolis juga diketahui juga berefek pada regenerasi jaringan serta

memiliki aktivitas antioksidan dan antifungi. Ekstrak propolis dapat dibuat dalam

Page 18: Krim Jeruk Nipis

berbagai bentuk sediaan seperti krim, gel, salep, sampo, dan pasta. Sediaan

kosmetika berbentuk krim memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah

mudah menyebar secara merata pada kulit, lebih nyaman untuk digunakan, dan

mudah dicuci. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap aktivitas

antibakteri ekstrak propolis lebah lokal (Trigona spp) dan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle), serta formulasinya ke dalam bentuk sediaan krim.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

dan dapat digunakan untuk menunjang penelitian selanjutnya bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tujuan utama pembuatan formulasi krim antibakteri ekstrak propolis dan

jeruk nipis adalah untuk membuat suatu bentuk sediaan baru dari produk propolis

dan jeruk nipis yang dalam pengunaannya dapat diaplikasikan dengan nyaman,

aman dan berkhasiat sebagai antijerawat.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap aktivitas antibakteri

ekstrak propolis lebah lokal (Trigona spp) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia

Swingle), serta formulasinya ke dalam bentuk sediaan krim dan akan dilihat

diameter hambatnya pada bakteri E. coli, S. aureus dan P. acnes. asam dan tahan

terhadap fermentasi. Lebah trigona sebelum nya tidak populer karena produksi

madunya sangat rendah. Namun, kini menjadi populer karena ternyata handal

dalam memproduksi propolis.

2) Lebah hutan ( Apis dorsata)

Apis dorsata dapat ditemukan hampir di seluruh kepulauan di Indonesia,

kecuali Maluku dan irian jaya. Dari subspecies A. Dorsata, dua di

Page 19: Krim Jeruk Nipis

antaranya terdapat di Indonesia, yaitu A. Dorsata dorsata dan A.d binhami.

Subspecies yang ketiga A.d breviligula terdapat di Filipina.

Jenis lebah ini belum dapat dibudayakan, umumnya hidup secara alami di

hutan Sumatra, Jawa, kalimantan, sulawesi, dan kepulauan Nusantara

Tenggara. Sampai saat ini, lebah hutan memberikan kontribusi sangat

besar bagi dunia perlebahan karena produksi madunya yang cukup tinggi.

Selain itu, kegiatan pemugutan madu lebah hutan merupakan salah satu

peluang kegiatan bagi masyarakat di sekitar hutan.

3) Lebah lokal (Apis cerena)

Apis cerena tersebar hampir di semua kepulauan di Indonesia, kecuali di

Maluku dan Irian jaya. Meskipun produktivitasnya tergolong rendah, lebah

ini cocok dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan dan gizi

masyarakat karena mudah diperoleh harganya relatif rendah.

4) Lebah kerdil (Apis florea)

Jenis lebah ini sampai sekarang masih diperbincangkan karena belum

diketahui secara pasti keberadaannya. Spesimen lebah ini dapat ditemukan

di museum.

5) Lebah kecil (Apis andreniformis)

Jenis lebah ini membuat sarang tunggal di semak-semak sehingga

membuatnya mirip dengan A. florea. Penyebaran lebah ini di Sumatera,

Jawa, kalimatan, dan Nusa tengara. Jika dilihat dari produktivitas yang

rendah dan kurang ekonomis.

6) Lebah merah (Apis koschevnikovi)

Page 20: Krim Jeruk Nipis

Jenis lebah ini biasa ditemukan di sekitar Muaro, Solok, Sumatra Barat,

dan sekitar Barabai Kalimantan Selatan. Lebah merah ini sedikit lebih

besar dari lebah lokal dan memiliki warna bulu kemerahan. Namun,

hingga kini belum diusahakan secara komersial.

7) Lebah gunung (Apis nuluensis)

Apis nuluensis baru ditemukan di Sabah Kalimantan, pada ketinggian di

atas 1,700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keberadaan lebah gunung

di tempat yang lain merupkan tantangan bagi para peneliti pelebahan di

Indonesia.

8) Lebah lokal Sulawesi (Apis nigrocincta)

Sampai saat ini A. Nigrocincta baru ditemukan di Sulawesi, Sangih. Jenis

lebah ini mirip dengan A. Cerena, hanya warna tubuhnya lebih kuning.

(Mahani dkk, 2011:2-4).

1.1.4. Cara pengumpulan propolis

Biasanya untuk pengupulan propolis Trigona spp dilakukan dengan

mengambil sarangnya. Karena lokasinya menyebar dan menyatu dengan sarang,

hati-hati ketika memotongynya. Setelah dipotong, cungkil mengunakan pisau.

Bagian yang diambil adalah bagian yang banyak mengandung propolis, sarang

pembungkus madu. Bagian yang tersisa tetap dibagian bendala agar mengandung

pakan lebah, seperti madu, royal jelly, dan polen. Bagian yang banyak

mengandung larva/tempayak, jangan diambil karena penting untuk menambah

populasi.

Page 21: Krim Jeruk Nipis

Sarang pembungkus madu yang kaya propolis, dipotong menjadi beberapa

bagian kecil. Selanjutnya, masing-masing potongan diperan perlahan agar

madunya keluar. Madunya ditampung, sementra sarangnya (propolis)

dikumpulkan (Mahani dkk, 2011:22-23).

Propolis yang diperoleh dengan cara ini memang tidak murni, masih

tercampur dengan bahan lain, seperti sarang lebah, madu, royal jelly, dan polen.

Pemurnian dengan cara dilarutkan dengan air panas dan disaring kain tidak

dianjurkan. Cara ini dapat merusak komponen aktif propolis karena propolis rusak

pada suhu 700C atau lebih. Bentuk lebah trigona dapat dilihat pada Gambar I.1.

Gambar I.1 Lebah lokal Trigona spp (Mahani dkk,2011:2).

1.1.5. Karakteristik fisik propolis

Propolis mempunyai warna yang berkisar dari kuning sampai coklat gelap,

tergantung dari sumber resinnya. Kebanyakan propolis segar memiliki kandungan

lilin dan kontaminasi yang terlihat secara visual serendah mungkin. Pada suhu

25-450C propolis sangat lengket, tetapi suhu kurang dari 15

0C dan khususnya

Page 22: Krim Jeruk Nipis

ketika dibekukan dan disimpan pada suhu mendekati titik beku, propolis akan

menjadi keras dan rapuh. Propolis biasanya berubah menjadi cair pada suhu 60-

700C, tetapi terdapat pula propolis yang memiliki titik leleh pada suhu 100

0C

(Krell, 1996). Propolis Trigona spp memiliki karakteristik fisik padatan yaitu

plastis, liat, dan lengket. Namun, jika disimpan dalam suhu rendah berubah sifat

plastis, liat, dan lengket masih agak sedikit bertahan (Mahani dkk, 2011: 21-22).

1.1.6. Kandungan propolis

Propolis memiliki komponen kimia yang kompleks. Berdasarkan

tumbuhan asal resin pembentukan serta pengetahuan tentang senyawa aktif

propolis, maka telah ditentukan komponen yang terkandung di dalam propolis

(misalnya propolis asal Rusia, Brasilia, dan Eropa). Umumnya propolis

mengandung resin (45-55%), lilin dan asam lemak (25-35%), minyak esensial

(10%), pollen (5%), dan komponen organik serta mineral (5%). Ada pun

komponen umum propolis yang berasal dari berbagai daerah tertera pada tabel

berikut (Hasan, 2010:10).

Tabel I.1 Kandungan propolis (Hasanl,2010:10).

Daerah asal Tumbuhan sumber

resin

Komponen utama

Eropa, Asia ,

Amerika Utara

Populus spp Pinoserebrin, pinobanksin,

pinobanksin3-O-acetate,

chrysin, galangin,

caffeates(benzly,

phenylethyl,prenyl)

Page 23: Krim Jeruk Nipis

Rusia utara Betula

verrucosa(birch)

Acacetin, opigenin, ermanin,

rhamnocitrin, kaemferid, α-

acetoxybetulenol.

Brazil Baccahris spp.

Araucaria spp.

Prenylated p-coumaric acids,

prenylated acetophenones,

diterpenic acids.

Kepulauan Canary - Furoruran lignans

1.2. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

Jeruk nipis dikenal dengan sebutan lime, jeruk pecel, limau nipis

(malaysia). Jeruk nipis memiliki habistus perdu, dengan tinggi sekitar 3,5 meter

dan memiliki daun yang manjemuk, elips atau bulat telur, pangkal daun membulat

dan berujung tumpul. Buah jeruk nipis buni, berdiameter 3,5 sampai 5 cm,

memiliki warna hijau ketika masih muda dan menjadi kuning setelah tua. Biji

berbentuk bulat telur, pipih, putih kehijauan (Syamsuhidayat dan Hutape, 1991:

144).

Gambar I.2 Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) (Dalimartha, 2000:85).

1.2.1. Klasifikasi

Jeruk nipis termasuk divisi magnoliophyta, subdivisi Rosidae, kelas

magnoliopsida, bangsa sapindales, suku rutacea, marga citrus, jenis citrus

auratifolia dan berikut klasifikasi menurut (Cronquist, 1981: Xii-XVi).

Page 24: Krim Jeruk Nipis

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Subdivisio : Rosidae

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Species : Citrus aurantiifolia (Cristm.) Swingle.

1.2.2. Kandungan Jeruk nipis

Jeruk nipis mengandung saponin, flavonoid dan minyak atsiri

(Syamsuhidayat dan Hutape, 1991:144). Mengandung minyak atsiri dengan

komponen siral, limonen, feladren, glikosida hesperidin, rutin dan aurantiamartin.

Buah jeruk nipis juga mengandung vitamin C, B dan A. Buah jeruk juga

mengandung zat bioflovanoid, pektin, dan enzim, protein, lemak dan pigmen

(karoten dan klorofil). Sari buah jeruk nipis mengandung asam sitrat 7%. Dan

minyak atsiri limonen. Buah matang berumur lebih dari 3 bulan, terutama sari

buahnya mengadung 8% asam sitrat dari berat. Ekstrak air 41% dari berat buah,

vitamin C 4, 6%, air 91%, karbohidrat 5,9%, protein 0,5% dan lemak 2,4%

(Sethpakdee, 1992:126-128).

1.3. Kulit

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, di mana pada kulit

orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit

menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam

Page 25: Krim Jeruk Nipis

fungsi dan kegunaan. Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika

dan kimia. Kulit berfungsi sebagai thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh,

melindungi tubuh dari serangan mikroorganisame, sinar ultraviolet, dan berperan

pula dalam mengatur tekanan darah (Rina, 2011:8).

1.3.1. Anatomi fisiologi kulit

Kulit merupakan jaringan yang lentur dan elastis, menutupi seluruh

permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada

pengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk

mengeluarkan kotoran.

Kulit terbentuk dari tumpukan 3 (tiga) lapisan berbeda yang berurutan dari

luar kedalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh

darah dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan jaringan

dibawah kulit yang berlemak atau yang disebut hipodermis. Kulit mempunyai

aneksa, kelenjar keringat dan kelenjar sebum yang berasal dari lapisan hipodermis

atau dermis dan bermuara pada permukaan dan membentuk daerah yang tidak

berkesinambungan pada epidermis (Rina, 2011:8)

Page 26: Krim Jeruk Nipis

Gambar I.3 Anatomi Kulit (Rina, 2011:9).

1) Epidermis

Epidermis merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200 µm dengan sel

yang berdiferensiasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju ke

permukaan dengan proses keratinisasi. Epidermis dibedakan atas 2 bagian

yaitu lapisan malfigi yang hidup, menempel pada dermis, dan lapisan

tanduk yang tersusun atas sekumpulan sel mati yang mengalami

keratinisasi.

2) Dermis dan Hipodermis

Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata

3-5 mm, peranan utamanya adalah sebagai pemberi nutrisi pada epidermis.

Berdasarkan tinjauan kualitatif dan susunan ruang serabut kolagen dan

elastin, dermis terdiri atas dua lapisan anatomi yaitu lapisan papiler

jaringan kendor yang terletak tepat dibawah epidermis, dan lapisan

retikuler pada bagian dalam yang merupakan jaringan penyangga yang

padat. Anyaman pembuluh darah dan pembuluh getah bening terletak pada

daerah papiler dengan kedalaman 100-200 µm. Hipodermis dan jaringan

penyangga kendor, mengandung sejumlah kelenjar lemak dan juga

mengandung glomerulus kelenjar keringat.

Page 27: Krim Jeruk Nipis

3) Anestis Kulit

Anestis kulit terdiri atas sistem pilosebasea dan kelenjar sudoripori. Setiap

bulu membentuk saluran epidermis yang masuk kedalam dermis dan

selanjutnya membentuk selubung luar bulu tersebut. Bagian yang paling

dalam, tertanam oleh akar pada sebuah papilla dari jaringan penyangga

dermik yang mempunyai banyak pembuluh darah. Selubung epitel bagian

dalam mengelilingi rambut melalui dari akarnya sampai ditempat yang

berhubungan dengan kelenjar sebasea (Rina,2011:10).

1.3.2. Absorbsi perkutan

Kulit karena impermeabilitasnya dapat dilewati oleh sejumlah senyawa

kimia dalam jumlah sedikit. Bila suatu sistem obat digunakan secara topikal,

maka obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringan

kulit. Obat dapat berdifusi ke jaringan kulit melalui daerah kantung rambut,

kelenjar keringat atau di antara kelenjar keringat dan kantung rambut. Ada 4 jenis

kulit wajah, yaitu:

1) Kulit kering

Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam jumlah

sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit terlihat

kusam.

2) Kulit berminyak

Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam

jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah

berjerawat.

Page 28: Krim Jeruk Nipis

3) Kulit normal

Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak

karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal: kulit tampak lembut,

cerah dan jarang mengalami masalah.

4) Kulit kombinasi

Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan keringat tidak

merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan dagu

tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak lembut.

(Dwikarya, 2003:121-123).

1.4. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk membasmi bakteri

khususnya yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi

bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, zat antibakteri dapat dikelompokkan menjadi

2 macam, yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Bakterisid bersifat membunuh

bakteri, sedangkan bakteriostatik memiliki kemampuan menghambat

perkembangbiakan bakteri. Konsentrasi minimal yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya dikenal sebagai konsentrasi

hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM). Antibakteri

tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila

kadar antibakterinya ditingkatkan. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri

dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1) Mencegah sintesis dinding sel

Page 29: Krim Jeruk Nipis

Mencegah sintesis dinding sel dan merusak dinding sel, menyebabkan

tekanan osmotik dalam sel lebih tinggi daripada lingkungan luar sel

sehingga sel akan mengalami lisis.

2) Mempengaruhi fungsi membran

Merusak atau memperlemah satu atau lebih dari fungsi membran.

Sehingga berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri akan keluar

yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida.

3) Mempengaruhi sintesis protein

Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan

tRNA. Ribosom pada bakteri terdiri atas dua subunit yang berdasarkan

konstanta sedimentasi, dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk

berfungsi pada sintesis protein kedua komponen ini akan bersatu pada

pangkal rantai mRNA yang menjadi ribosom 70S. Sintesis protein

merupakan hasil akhir dari dua proses utama yaitu transkripsi atau sintesis

asam ribonukleat yang DNA dependen dan translasi atau sintesis protein

yang RNA dependen. Apabila salah satu dari dua proses ini dihambat

maka tidak akan terjadi sintesis protein.

4) Menganggu metabolisme asam nukleat

DNA dan RNA memegang peranan penting di dalam proses kehidupan

normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada

Page 30: Krim Jeruk Nipis

pembentukan atau pada fungsi zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

total pada sel (Syahrurachman,1994 155-156).

1.5. Bakteri yang digunakan

1.5.1. Staphylococcus aureus

S. aureus termasuk bakteri Gram positif, melalui sistem pewarnaan Gram

dapat mengikat pewarna utama (Kristal violet) dengan kuat sehingga tidak dapat

dilunturkan oleh pelarut (alkohol) dan tidak diwarnai lagi oleh pewarna lawan

(safranin), berikut ini klasifikasi dari Staphylococcus aureus:

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus (Holt,1994:532).

Pengamatan secara mikroskopis, sel bakteri tampak berwarna biru ungu atau

violet, berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 1 µm, tidak bergerak aktif dan

tidak membentuk spora, pada biakan cair dapat terlihat berbentuk tunggal,

berpasangan, berempat atau membentuk rantai. Susunan bergerombol adalah

susunan yang paling khas. Koloni pada biakan padat berbentuk bulat, halus

menonjol dan berkilau, membentuk berbagai pigmen (Jawetz dkk., 2008:225).

Page 31: Krim Jeruk Nipis

1.5.2. Propionibacterium acnes

Genus Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput

lendir manusia dan berikut sistematika bakteri Propionibacterium acnes:

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Family : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium

Species : Propionibacterium acnes (Holt,1994:596).

Pada pewarnaan Gram, kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang, dengan

ujung yang melengkung, berbentuk gada atau lancip, dengan pewarnaan yang

tidak rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat

(Rina,2011:16).

P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase,

yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat

menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acnes kadang-

kadang menyebabkan infeksi katup jantung prostetik dan pintas cairan

serebrospinal (Bojar,2004:22)

P. acnes merupakan suatu bakteri gram positif, anaerob fakultatif, tumbuh

dipori yang kecil, dan kembangbiak relatif lambat (inkubasi 18-24 jam).

Pertumbuhan optimum terjadi pada suhu 30-37°C. Koloni bakteri ini pada media

agar berwarna kuning muda sampai merah muda dan memiliki bentuk yang khas

(Rina,2011:16).

1.5.3. Escherichia coli

Page 32: Krim Jeruk Nipis

E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang lurus, berukuran

panjang 1-3 nm, dan lebar 0,4-0,7 nm, bergerak dengan flagel peritrik atau tidak

dapat bergerak, merupakan kuman perut pada bagian flora normal saluran usus

dan bersifat patogen opportunis (Bonang dan Koeswardono, 1982:17).

E. coli mempunyai sifat yang unik karena dapat menyebabkan infeksi

primer pada usus misalnya diare pada anak-anak dan traveler’s diarrhea, seperti

juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus

(Karsinah dkk, 1994:154).

E. coli berbentuk batang gemuk berukuran 2,4 μm x 0,4 μm sampai 0,7

μm, termasuk Gram negatif tidak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora

Bersifat aerob atau fakultatif aerob dan tumbuh pada pembenihan biasa dan

berikut Klasifikasi dari Escherichia coli:

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Enterobacteriaceae

Marga : Escherichia

Jenis : Escherichia coli (Holt,1994:175).

Suhu optimum pertumbuhannya yaitu 37º C. E. coli meragi laktosa, glukosa,

sukrosa, maltosa dan manitol dengan asam dan gas. Pada uji indol dan uji merah

metil menunjukkan hasil positif (+), sedangkan pada uji Proskauer dan uji sitrat

menunjukkan hasil negatif (-). E. coli tidak menghidrolisis urea dan tidak

membentuk H2S.

Page 33: Krim Jeruk Nipis

Dinding sel bakteri Gram negatif merupakan struktur yang berlapis-lapis

dan sangat kompleks. Komponen khusus dinding sel merupakan selaput ganda

fosfolipid ini diganti dengan molekul polisakarida. Bakteri E. coli pada umumnya

tidak menyebabkan penyakit bila masih berada dalam usus, tetapi dapat

menyebabkan penyakit pada saluran kencing, paru-paru, saluran empedu,

peritonium, dan saluran otak bila mencapai jaringan di luar saluran pencernaan,

pada keadaan yang kurang baik seperti prematur, usia tua, terserang penyakit lain,

setelah imunisasi, bakteri ini dapat mencapai saluran darah dan akan terjadi sepsis

(Jawetz ddk., 1986:234).

1.6. Ekstraksi

Ekstraksi adala jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu

padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan

pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang

datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan

cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah

menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak

larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan

terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di

luar bahan (Wientarsih, I dan Prasetyo B, 2006:9).

Page 34: Krim Jeruk Nipis

1.6.1. Jenis-jenis ekstraksi

a. Cara Dingin

1) Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metoda pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi

kinetik berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan ekstraksi

maserat pertama dan seterusnya.

2) Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang

umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan

bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan

ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang

jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara Panas

1) Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatife konstan dengan adanya

pendingin balik.

2) Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relatife konstan dengan adanya pendingin balik.

(Wientarsih, I dan Prasetyo B, 2006:9).

Page 35: Krim Jeruk Nipis

1.7. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah krim

secera tradisional telah digunakan untuk sediaan padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair, diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau

minyak dalam air (Depkes RI, 1995:6).

1.7.1. Penggolongan Krim

a. Berdasarkan Tipe Emulsi

krim merupakan bentuk sediaan yang mempunyai konsistensi relatif cair

sehingga berdasarkan tipe emulsinya, krim dapat dibagi menjadi :

1) Krim minyak dalam air, lebih disukai karena mudah tercampur dalam air

sehiga mudah menyebar dengan rata pada permukaan kulit, mudah dicuci

dengan air, tidak mengganggu fungsi kulit, kontak dengan kulit baik dan

mempunyai penampilan yang menarik.

2) Krim air dalam minyak, mengandung sejumlah besar komponen lemak

sehingga sulit dicuci oleh air, terasa berlemak jika digunakan dan

terkadang setelah disimpan selama beberapa waktu menunjukan adanya

pemisahan fase minyak pada permukaannya (Agistri,2007:21).

b. Berdasarkan bentuk

Krim yang mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau terdispersi

dalam bahan dasar yang sesuai, sehingga berdasarkan bentuknya, krim

dapat dibagi menjadi :

Page 36: Krim Jeruk Nipis

1) Krim cair, yaitu krim dengan konsentrasi encer, biasanya mengandung

banyak air.

2) Krim padat, yaitu krim dengan konsentrasi padat, biasanya mengandung

sedikit air dan banyak mengandung lemak.

c. Berdasarkan tipe fungsinya

Dengan bentuk dan tipe emulsi yang berbeda, krim mempunyai beberapa

fungsi diantaranya Berdasarkan tipe fungsinya, krim dapat dibagi menjadi:

1) Krim pembersih (cleansing cream), digunakan untuk rias wajah, kotoran

dan minyak pada wajah dan leher.

2) Krim pendingin (cold cream), biasanya digunakan untuk melindungi kulit

dari kekeringan.

3) Krim pijat (massage cream), digunakan unutk melicinkan bagian tubuh

yang akan dipijat.

4) Krim dasar (foundation cream), digunakan pada wajah yang telah

dibersihkan sebagai alas bedak.

5) Krim tangan dan badan (hand and body cream), digunakan untuk menjaga

kulit dan badan.

6) Krim cukur (shaving cream), digunakan untuk mencegah luka serta iritasi

pada kulit yang mungkin ditimbulkan oleh alat pencukur.

7) Krim perwarna rambut (hair dye cream), dipergunakan untuk

mengemblikan atau memperjelas warna rambut yang asli atau untuk

mewarnai rambut sesuai dengan keinginan.

Page 37: Krim Jeruk Nipis

8) Krim serbaguna (all purpose cream), dapat digunakan untuk

melembabkan, melembutkan dan memberi nutrisi pada kulit

(Agistri, 2007:22).

1.7.2. Formula Umum Krim

Krim yang diformulasikan sebagai emulsi ari dalam minyak atau minyak

dalam air memiliki formula umum sebagai berikut:

1) Zat aktif

Zat aktif yang umum dalam sediaan krim adalah zat yang larut dalam air

atau larut dalam minyak dan zat tersebut memberikan efek lokal atau

sistemik pada kulit.

2) Bahan dasar

Karena krim merupakan suatu emulsi minyak dalam air atau air dalam

minyak, maka bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan krim adalah

campuran minyak atau lemak dalam air.

3) Bahan tambahan

Bahan tambahan biasanya digunakan untuk memberikan keadaan yang

lebih baik dari suatu krim, bahan tambahan yang digunakan adalah

pengawet, zat pengemulsi emulgator, antioksidan, peningkat penetrasi,

pendapar, humektan, dan peningkat viskositas (Agistri, 2007:23-24).

Page 38: Krim Jeruk Nipis

1.7.3 Formulasi Sediaan

Tabel I.2 formulasi sediaan

Bahan

Konsentrasi dalam persen %

F1 F2

F1.1 F1.2 F1.3 F1.4 F1.5 F2.1 F2.2 F2.3 F2.4 F2.5

Propolis

(zat aktif) 1% X X X X X

Jeruk nipis Y Y Y Y Y

gliserin (basis) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Propilen glikol

(humektan ) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Glyserin

monostearat

(emulgator )

5 6 7 8 9 5 6 7 8 9

Na laurly sulfat

(emulgator) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Metil paraben

(pengawet) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Propil paraben

(pengwet ) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Setil alkohol

(pengental) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

α tokoferol

(antioksidan) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Aquadest ad 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan :

X = Konsentrasi propolis yang diambil dari uji orientasi KHM yang terbaik.

Y = Konsentrasi sari jeruk nipis yang diambil dari uji orientasi KHM yang terbaik.

Page 39: Krim Jeruk Nipis

1.9. Data Preformulasi

1) Gliserin

Gliserin (Gliserol), CH2OH.CHOH.CH2OH. Gliserin adalah cairan seperti

sirup jernih dengan rasa manis, dapat bercampur dengan air dan alkohol,

gliserin lebih kental dibandingkan alkohol. Gliserin bersifat sebagai

bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai

suatu pelarut pembantu bersama-sama air atau alkohol. Banyak

digunakan untuk preparat obat dalam. Konsentrasi gliserin maksimal

yang diperbolehkan untuk sediaan tropical kurang dari 30% (Rowe &

Weller, 1994:257).

2) α Tokoferol

Tokoferol berbentuk cairan berminyak yang bersifat transparan, kental,

sedikit berbau, dan mempunyai warna berkisar dari kuning muda sampai

coklat kemerahan. Tokoferol bersifat tidak larut dalam air tetapi larut

dalam pelarut organik seperti etanol, kloroform, dan heksana

(Musalmah ddk., 2004:12).

α-tokoferol mempunyai kecenderungan menjadi pro-oksidan pada dosis

tinggi dan menyebabkan tekanan oksidatif yang dapat memodulasi sinyal

transduksi, mengalihkan gen dan mempengaruhi respon sel seperti

perkembangbiakan, diferensiasi dan reproduksi. Untuk itu, α-tokoferol

harus digunakan secara hati-hati (Gulcin, 2005:425).

Page 40: Krim Jeruk Nipis

3) Setil Alkohol

Pemerian berwarna putih, rasa lemah, memiliki bau khas, berbentuk granul

dan kubus. Kelarutan bahan ini larut dengan adanya peningkatan

temperatur, praktis tidak larut air, praktis tidak larut dalam etanol 95%.

Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan air tidak dapat tengik.

Ketidakcampuran dengan bahan pengoksida yang kuat. Digunakan pada

sediaan topikal sebagai pelunak dengan konsentrasi 2-5%

(Rowe & Weller, 1994:130).

4) Propilen glikol

Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2. Pemerian

cairan kental, jernih, tidak berwarna rasa khas praktis tidak berbau,

menyerap air pada udara lembab. Kelarutan bercampur dengan air, dengan

aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa

minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak

(Depkes RI, 1995). Digunakan pada sedian topikal digunakan sebagai

humektan dengan konsentrasi 15% (Rowe & Weller, 1994:521).

5) Metil paraben (Nipagin)

Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0%

dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3. Pemerian serbuk hablur halus, putih,

hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa

tebal. Kelarutan sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter

(Depkes RI, 1995:551).

Page 41: Krim Jeruk Nipis

6) Propil paraben (Nipasol)

Propil paraben adalah bahan yang tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 105,0% C10H12O3. Pemerian bahan ini adalah serbuk hablur putih;

tidak berbau; tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air; larut

dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih digunakan

pengawet pada topikal dengan konsentrasi 0,01-0,6

(Depkes RI, 1995:713).

7) Gliserin monostearat

Gliserin monostearat digunakan sebagai emulsi nonionik, pengental,

emolien dan dalam berbagai industri makanan, farmasi, dan diaplikasikan

dalam dunia kosmetik. Gliserin monostearat bersifat sebagai pelarut

untuk senyawa polar dan nonpolar yang dapat membentuk emulsi air

dalam dan minyak dalam air. Gliserin monostearat juga dapat digunakan

sebagai dispending agent untuk pigmen dalam minyak, atau sebagai

pelarut untuk fosfolipid seperti lesitin (Rowe & Weller, 1994:264)

8) Natrium lauril sulfat

Natrium lauril sulfat adalah campuran dari natrium alkil sulfat, sebagian

besar mengandung natrium lauril sulfat, CH3 (CH2) 10CH2 OSO3 Na.

kandungan campuran natrium klorida dan natrium sulfat tidak lebih dari

8,0 % Pemerian hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda agak

berbau khas. Kelarutan mudah larut dalam air, membentuk larutan

opalesen. Penggunaan Natrium sulfat pada sediaan topikal dengan

konsentrasi 0,5-2,5 (Depkes RI, 1979:713).

Page 42: Krim Jeruk Nipis

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia

Swingle) yang diperoleh dari industri JENIPER (jeruk nipis peras) yang didapat

dari kuningan dengan usia buah 3 bulan dan propolis mentah lebah lokal (Trigona

spp) yang diperoleh dari CV. Nutrima Bogor, dengan karakternya padatan, dan

berwarna coklat gelap.

Penelitian diawali dengan penapisan fitokimia pada propolis mentah dan

sari jeruk nipis, dilanjutkan dengan ekstraksi propolis Trigona spp. setelah didapat

ekstrak kental propolis maka pengujian dilanjutkan dengan menguji kadar air

ekstrak, kadar abu larut asam, kadar abu tidak larut asam, mengukur pH ekstrak

propolis dan pH sari jeruk nipis yang dilakukan di laboratorium kimia organik

Universitas Padjajaran Bandung.

Ekstrak propolis dan sari jeruk nipis kemudian diuji untuk menentukan

nilai KHM dari kedua tersebut terhadap P. acnes, E. coli dan S. aureus penentuan

KHM ini dilakukan dengan metode difusi agar. Formulasi krim dibuat dengan

menggunakan gliserin sebagai basis krim dengan konsentrasi 10% dan gliserin

monostearat sebagai emulgator dengan variasi konsentrasi. Setelah itu, dilakukan

evaluasi sediaan meliputi pemantauan organoleptis, homogenitas, pH sediaan dan

uji mikrobiologi dari sediaan.

Page 43: Krim Jeruk Nipis

BAB III

BAHAN DAN ALAT

3.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak propolis, sari

jeruk nipis, glisein, natrium lauril sulfat, metil pareben, propil paraben, setil

alkohol, propilenglikol, gliserin monostearat, α tokoferol, alkohol, aquadest,

nutrient agar, Propionibacterium acnes, Escherichia coli, dan Staphylococcus

aureus dan nutrien Broth.

3.2. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mortar, stamper, corong, cawan

porselen, tabung reaksi, penangas air, gelas ukur, labu Erlenmeyer, pipet tetes,

kapas, gelas pengaduk, kompor, penjepit kayu, rotary evaporator, cawan

penguap, cawan petri, tabung maserator, plat platina, pH meter Beckham, Rion

viskometer, inkubator Memmert.

Page 44: Krim Jeruk Nipis

BAB IV

PROSEDUR KERJA

4.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi

Propolis Trigona spp diperoleh dari CV. Nutrima Bogor. Warna Propolis

yang digunakan berwarna coklat kehitam-hitaman pekat dan berbentuk padatan.

Jeruk nipis didapat dari Industri JENIPER (jeruk nipis peras) Kuningan Jawa

Barat. Jeruk tersebut berasal dari Indramayu, jeruk yang digunakan berwarna

hijau kekuning-kuningan dan berbenutuk bulat agak lojong. Determinasi jeruk

nipis dilakukan di Herbarium Bandungense SITH, ITB.

4.2. Persiapan Propolis dan Jeruk nipis

Propolis yang masih dalam keadaan padatan dicuci dan dikeringkan

kemudian dipotong kecil-kecil, selanjutnya propolis tersebut dimasukan ke dalam

wadah. Jeruk nipis yang diperoleh disimpan di dalam lemari pendingin.

4.3. Penapisan Fitokimia

1) Alkaloid

Simplisia dibasakan dengan amonia 10% dan tambahkan kloroform gerus

kuat lalu lapisan kloroform di pipet setelah itu tambahkan ke dalamnya

HCl 2N. Kocok kuat hingga terbentuk 2 lapisan kemudian Lapisan dipipet

kemudian dibagi 3 bagian filtrat 1 ditambahkan pereaksi Mayer.

Page 45: Krim Jeruk Nipis

Terjadinya kekeruhan atau adanya endapan putih menunjukan adanya

alkaloid, filtrat 2 ditambahkan pereaksi Dragendorf, terjadinya endapan

jingga coklat menunjukan adanya alkaloid, filtrat 3 digunakan sebagai

blanko.

2) Tanin

Sejumlah kecil simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas

air, kemudian disaring. Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan larutan

gelatin 1%. Adanya endapan putih menunjukan adanya tannin.

3) Flavonoid

Sejumlah serbuk simplisia dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk

magnesium dan HCl 2N. Kemudian campuran dipanaskan di atas penangas

air selama 30 menit lalu disaring. Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan

amil alkohol, lalu dikocok kuat. Indikasi terbentuknya warna kuning

hingga merah yang dapat ditarik dengan amil alkohol menunjukan adanya

flavonoid.

4) Monoterpen dan seskuiterpenoid

Simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat

ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga

kering. Selanjutnya ke dalam residu diteteskan larutan vanillin 10% dalam

H2SO4 pekat melalui pinggir cawan. Indikasi terjadinya warna

menunjukan adanya monoterpen dan seskuiterpenoid.

Page 46: Krim Jeruk Nipis

5) Steroid dan triterpenoid

Simplisia digerus dengan eter kemudian dipipet dan disaring. Filtrat

ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga

kering. Selanjutnya dalam residu diteteskan pereaksi Liebermann

Burchard. Terjadinya warna ungu menunjukan golongan triterpenoid,

warna biru hijau menunjukan golongan steroid

6) Kuinon

Sejumlah kecil simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas

air kemudian disaring. Kemudian ke dalam filtrat ditambahkan larutan

KOH 5%. Indikasi terbentuknya warna kuning hingga merah menunjukkan

adanya golongan kuinon.

7) Saponin

Sejumlah kecil simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas

air kemudian disaring. Selanjutnya filtrat dikocok kuat secara vertikal.

Terbentuknya busa yang persisten pada penambahan asam atau pada

pendiaman selama lebih kurang 20 menit, menunjukan adanya golongan

saponin.

8) Senyawa polifenolat

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dengan

penangas air, selanjutnya di saring ke dalam filtrat ditambahkan larutan

pereaksi FeCl3. Warna biru hitam menunjukan senyawa polifenolat

(Harborne, 1987:234).

Page 47: Krim Jeruk Nipis

4.4. Ekstraksi Propolis

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sejumlah 1 kg propolis di

ekstraksi menggunakan etanol 70% sebanyak 5 L. Rendam selama 7 hari setiap

hari kocok selama 30 menit. Ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap

vakum berputar (rotary evaporator) hingga diperoleh ekstrak kental, selanjutnya

ekstrak yang didapat disalut dengan propilenglikol. Kemudian ektrak diuapkan

diatas penangas air dengan suhu 37°C (Mahani dkk, 2011:27).

4.5. Karakteristik Mutu Ekstrak

Karakteristik mutu ekstrak meliputi mikroskopis, penentuan kadar air,

penentuan kadar abu, dan penentuan pH.

4.5.1. Pemeriksaan mikroskopis ekstrak

Pemeriksaan mikroskopis ektrak dilakukan dengan mengamati warna, bau,

adanya lendir, pengotor, dan ukuran partikel.

4.5.2. Penentuan kadar air ekstrak

Tabung penerima dan kondensor dibersihkan dengan dibilas menggunakan

air dan dikeringkan. Sejumlah 200 ml toluena dan 2 ml air dimasukan ke dalam

labu destilasi. Labu dipanaskan hingga larutan mendidih selama 2 jam, kemudian

didinginkan selama 30 menit dan volume air dibaca pada skala dengan ketelitian

0,05 ml. Hasil yang di peroleh disebut volume destilasi pertama. Sejumlah zat uji

yang diperkirakan mengandung 2 sampai 3 ml air ditimbang seksama dan

dimasukkan ke dalam labu destilasi. Ke dalam labu dimasukkan juga beberapa

potongan batu didih. Lalu dipanaskan berlahan-lahan selama 15 menit. Saat

larutan mulai mendidih, penyulingan dimulai dengan kecepatan 2 tetes per detik

Page 48: Krim Jeruk Nipis

hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan dinaikan menjadi 4 tetes

per detik sehingga air tersuling seluruhnya. Bagian dalam kondensor dibilas

dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama kurang lebih 5 menit kemudian

pemanasan dihentikan dan tabung penerima didinginkan pada suhu kamar. Air

yang masuk menempel pada dinding tabung penerima dilepaskan dengan

mengetuk-ngetuk tabung. Lapisan air dan toluena dibiarkan memisah dan volume

terbaca disebut volume destilasi ke dua (Depkes RI, 2000:14).

4.5.3. Penetapan kadar abu ekstrak

Penetapan kadar abu pada ekstrak meliputi penetapan kadar abu total,

penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu yang larut

air.

1) Penetapan kadar abu total ekstrak

Sampel ekstrak yang telah digerus sebanyak 3 gram dan ditimbang

seksama, dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah

dipijarkan, lalu diratakan. Sampel dipijarkan perlahan sampai arang habis,

dinginkan, kemudian ditimbang. Air panas dapat ditambahkan jika dengan

cara ini arang tidak dapat dihilangkan, kemudian disaring melalui kertas

saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang

sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan sampai

bobot tetap, kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap ekstrak.

Page 49: Krim Jeruk Nipis

2) Penetapan kadar abu yang tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL

asam klorida encer (10%) selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam

asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring

bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap,

timbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap

ekstrak.

3) Penetapan kadar abu yang larut air

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL

air selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut, disaring melalui

krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas dan

dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450oC, sampai bobot

tetap, ditimbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut

dalam air. Kadar abu yang larut dalam air dihitung terhadap ekstrak

(Dirjen POM RI, 1997:155).

4.5.5. Penentuan pH ekstrak

Pengukuran pH digunakan pH meter Beckman. Timbang seksama

sejumlah tertentu ekstrak dimasukkan dalam gelas beker ditambahkan 30ml

akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut, pH diukur dengan pH meter

yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam larutan tersebut kemudian

dilihat pada LCD display sampai tanda “drift” pada layar hilang dan dicatat

hasilnya (Depkes RI, 1995:1039).

Page 50: Krim Jeruk Nipis

4.6. Penyiapan Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Penyiapan uji kosentrasi hambat minimum ini meliputi penyiapan biakan

bakteri Propionibacterium acnes, Staphilococcus aureus dan Escherichia coli

pembuatan media uji nutrient agar, dan penentuan KHM bakteri.

4.6.1. Penyiapan biakan Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli

Tuangkan 1-2 ml Nutrien Borth (NB) yang sudah disterililasikan ke dalam

tabung reaksi yang telah di sterilkan, kemudian ambil bakteri yang akan

disuspensi sebanyak 1 ose dan celupkan kedalam NB tadi kemudian aduk,

inkubasikan selama 18-24 jam dalam suhu 37Co.

4.6.2. Pebuatan media uji Nutrient Agar (NA)

Adapun caranya adalah dengan melarutkan media Nutrient Agar (NA)

kedalam aquades dengan takaran 20 g per liter. Kemudian media ini disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

4.6.3. Penentuan KHM bakteri

Ekstrak propolis dan sari jeruk nipis diuji aktivitas antibakterinya terhadap,

P. acne, S. aureus dan E. coli. Ekstrak propolis yang digunakan adalah 0,1%,

0,25%, 0,5%, dan 0,75%, sedangkan sari jeruk nipis yang digunakan adalah 7%,

10%, 15%, dan 20%. Metode yang digunakan adalah metode difusi agar.

Sebanyak 20 ml media NA yang sudah steril diinokulasikan dengan 200 µL

biakan bakteri uji lalu digoyang-goyangkan untuk memperoleh suspensi bakteri

yang homogen dalam nutrient agar, dan dibiarkan hingga memadat. Langkah

selanjutnya adalah melubangi media agar dengan alat cork borer. Kemudian ke

Page 51: Krim Jeruk Nipis

dalam lubang dimasukan ekstrak propolis atau sari jeruk nipis. Sampel ekstrak

propolis maupun jeruk nipis lalu dibiarkan meresap ke dalam lapisan agar dan

diberi kode sesuai dengan konsentrasi ekstrak propolis dan sari jeruk nipis

tersebut, kemudian diinkubasikan selama 18 - 24 jam pada suhu kamar. Dalam uji

ini hasil positif ditandai dengan terbentuknya daerah bening pada daerah lubang.

Besar kecilnya zona bening yang terbentuk menunjukkan adanya penghambatan

bakteri.

4.7. Formulasi Krim

Secara umum formulasi krim dibagi menjadi dua kelompok, kelompok

pertama dibuat lima formula tanpa penambahan sari jeruk nipis dan penggunaan

ekstrak propolis 1% dengan konsentrasi basis yang bervariasi. Kelompok kedua

dibuat lima formula dengan ekstrak propolis serta sari jeruk nipis yang digunakan

berdasarkan penentuan KHM.

4.7.1 Pembuatan Krim Antibakteri Propolis dan Sari Jeruk nipis

Pengawet yang digunakan dalam formulasi krim antibakteri adalah

kombinasi metil paraben dan propil paraben. Fasa minyak yang digunakan adalah

gliserin ditambahkan antioksidan α tokoferol, dan setil alkohol yang juga larut

dalam fasa minyak. Natrium lauril sulfat dan propilenglikol merupakan fase air

selanjutnya kedua fase tersebut dipanaskan hingga suhu 65°C diatas penangas air.

selanjutnya kedua fasa tersebut kemudian dimasukkan dalam stirer, diaduk

hingga membentuk massa krim. Selanjutnya propil dan metil paraben

ditambahkan kedalam sediaan setelah terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 ml air

Page 52: Krim Jeruk Nipis

hangat. Setelah basis dingin, kemudian zat aktif ekstrak propolis dan sari jeruk

nipis dimasukkan dalam stirer secara geometris dan diaduk hingga homogen dan

pengadukan dilanjutkan sampai 15 menit hingga krim benar-benar homogen.

4.8. Evaluasi

Evaluasi krim meliputi organoleptis, viskositas, homogenitas dan pH

sediaan.

4.8.1. Evaluasi organoleptis

Pengamatan organoleptis yang dilakukan terhadap krim yang dibuat

mencakup perubahan bau, terjadinya pertumbuhan jamur dan terbentuknya lapisan

dipermukaan sediaan krim selama penyimpanan satu bulan.

4.8.2. Evaluasi viskositas

Krim yang telah dibuat dimasukkan didalam gelas piala 100 ml, diukur

viskositasnya dengan viskometer Rion. Viskositas krim diamati pada tiap minggu

selama satu bulan dan diamati kerusakan sediaan selama penyimpanan.

4.8.3. Evaluasi homogenitas

Sejumlah krim yang di buat dioleskan tipis pada kaca obyek kemudian

diamati homogenitas sediaan.

4.8.4. Pengukuran pH sediaan

Sediaan diukur pHnya menggunakan pH meter Beckman. Sebelum

digunakan pH meter dikalibari dengan larutan dapar dengan pH 4 dan pH 7

kemudian ditimbang seksama sejumlah tertentu krim dimasukkan dalam gelas

beker ditambahkan 30ml akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut, diukur

Page 53: Krim Jeruk Nipis

pH-nya dengan pH meter yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam

larutan tersebut kemudian dilihat pada LCD display sampai tanda “drift” pada

layar hilang dan dicatat hasilnya.

4.9. Uji Sediaan Mikrobiologi

4.9.1. Uji KHM sediaan krim antibakteri

Pada pengujian sediaan Mikrobiologi prosedur kerjanya sama dengan uji

KHM pada umumnya hanya pada uji ini yang digunakan hanya sediaan krim,

dengan cara ditimbang krim sebanyak 1 g dan ditambahkan aquadest hingga 1 ml.

Lalu krim dimasukan ke dalam lubang biarkan meresap ke dalam lapisan agar

dan diberi kode sesuai dengan konsentrasi ekstrak propolis dan sari jeruk nipis,

kemudian diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu kamar.

Page 54: Krim Jeruk Nipis

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Determinasi Bahan

Hasil determinasi Citrus aurantifolia Swingle fruktus menunjukan bahwa

buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

jenis Citrus aurantifolia Swingle. Hasil determinasi terdapat pada Lampiran 1,

serta surat keterangan barang yang menyatakan bahwa Propolis yang digunakan

adalah propolis mentah lebah Trigona spp yang berasal dari Sulawesi Selatan,

terdapat pada Lampiran 2.

5.2. Penapisan Fitokimia

Penelitian ini diawali dengan skrining fitokimia Propolis dan Jeruk nipis.

Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat dalam Table V.4.

Tabel V.4 Hasil pengujian fitokimia

Golongan senyawa Propolis Jeruk nipis

Alkaloid - -

Senyawa pilipenolat - +

Flavonoid + -

Tanin - -

Monoterpenoid dan sesquiterpenoid + +

Streroid dan triterpenoid - -

Kuinon + -

Saponin + -

Page 55: Krim Jeruk Nipis

Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa propolis yang digunakan

mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, monoterpen dan

seskuiterpen,kuinon, serta saponin. Adanya saponin di dalam propolis dapat

berfungsi sebagai antibakteri karena saponin mempunyai struktur seperti sufaktan

yang mempunyai gugus polar dan non polar sehingga saponin mempunyai

kemampuan sebagai antibakteri dengan merusak sel membran bakteri. Oleh

karena itu, aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh propolis berasal dari

metabolit sekunder tersebut meskipun perlu isolasi lebih lanjut.

5.3. Ekstraksi Propolis

Hasil dari ekstraksi propolis yang dilakukan dengan cara dingin

menggunakan teknik maserasi, berupa filtrat yang berwarna kuning transparan,

memiliki bau yang khas menyengat. Pada ekstraksi propolis ini setiap harinya

harus digoyang-goyangkan selama 30 menit dikarenakan propolis yang

dimasukan kedalam maserator berupa potongan-potongan kecil bukan dalam

bentuk serbuk. Tujuannya digoyang-goyang supaya pelarut diharapkan bisa

masuk pori-pori propolis.

Setelah dari maserator didapat filtrat propolis kemudian dipekatkan

dengan mengunakan rotary evaporator, sebelum dilakukan rotary labu ditimbang

terlebih dahulu, berat labu kosong yang didapat adalah 330 g penimbangan labu

ini untuk menentukan berat ekstrak propolis yang didapat. Proses filtrat propolis

sampai mendapatkan ekstrak yang diinginkan dibutuhkan waktu sekitar empat

jam. Setelah didapat ekstrak yang diinginkan maka pada labu harus cepat

Page 56: Krim Jeruk Nipis

ditibambang berat labu yang didapat adalah 360 g, jadi berat labu isi – labu kosng

dan berat ekstrak tersebut adalah 30 g. Hasil dari ekstrak propolis yang sudah

dipekatkan berwarna coklat kehitaman berbau khas propolis. Ekstrak propolis

yang didapat harus disalut dengan propilenglikol (b/v) berarti 30g dalam 30 ml

propilenglikol hal tersebut dikarenakan propolis mudah teroksidasi dengan

adanya cahaya.

5.4. Uji Parameter Ekstrak

Uji parameter ekstrak yang meliputi uji kadar air, kadar abu, kada abu

larut air, kadar abu tidak larut asam. dilakukan di labolatorium kimia organik

Universitas Padjajaran Bandung. Hasil dari uji parameter ekstrak dapat dilihat

pada Tabel V.5.

Tabel V.5 Hasil pengujian parameter ekstrak

Ekstrak propolis

Kadar Air ekstrak 6,064 %

Kadar abu ekstrak 1,8959 %

Kadar abu larut air 98,4146%

Kadar abu tidak larut asam 1,5845 %

Pemeriksaan karakteristik ekstrak dilakukan penetapan kadar air, kadar

abu. Penetapan kadar air ekstrak dilakaukan untuk mengetahui kandungan air

yang berada dalam ekstrak dan kontaminasi didalam yang mungkin ada dalam

ekstrak karena kadar air terlalu tinggi dalam ekstrak dapat menyebabkan

terjadinya pertumbuhan mikroba. Tujuan pengujian pengujian ini untuk

menghambat pertumbuhan mikroba dalam ekstrak. Kadar abu total menunjukan

Page 57: Krim Jeruk Nipis

jumlah logam alkali dan logam tanah serta silikat yang terkandung pada ekstrak.

Pada uji kadar abu larut air sangat besar dikarenakan ekstrak propolis menjadi abu

sehingga kadar abu nya sangat tinggi.

5.5. Uji KHM Propolis dan Sari Jeruk Nipis

Setelah mendapatkan ekstrak tahap selanjutnya adalah Uji KHM ekstrak

propolis dan sari jeruk nipis, hasil pengujian KHM dapat dilihat pada Tabel V.6

dan 7.

Tabel V.6 Hasil pengujian KHM ekstrak propolis

Konsentrasi

(%)

Diameter Hambat propolis

P. acnes (mm) S. aureus (mm) E. coli (mm)

0,1 5,58 9,53 -

0,25 - 4,56 -

0,5 - - -

0,75 - - -

1,1 - - -

1,25 - - -

1,5 - - -

1,75 - - -

Tabel V.7 Hasil pengujian KHM sari jeruk nipis

Konsentrasi

(%)

Diameter Hambat sari jeruk nipis

P. acnes (mm) S. aureus (mm) E. coli (mm)

1 - - -

3 - - -

5 - - -

7 - 0,52 -

10 0,52 1,54 -

15 1,93 5,54 -

20 2,51 7,25 -

Page 58: Krim Jeruk Nipis

Aktivitas antibakteri dari propolis diketahui dengan mengamati diameter

hambat yang terbentuk pada medium agar yang sudah mengandung bakteri uji

dengan mengukur. Daerah bening yang terbentuk pada medium yang

menggambarkan adanya aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Tiga

jenis bakteri digunakan dalam pengujian konsentrasi hambat minimum adalah S.

aureus (bakteri Gram positif), P. acnes, dan E.coli (bakteri Gram negatif).

Bakteri-bakteri tersebut dipilih karena merupakan flora normal yang banyak

ditemukan dikulit terutama kulit wajah (S. aureus dan P. acnes). Propolis

menunjukkan aktivitas antibakterinya pada S. aureus (0,1% dan 0,25 %) dan P.

acnes (0,1%), sedangkan pada medium yang berisi E. coli tidak menunjukkan

adanya aktivitas, pada konsentrasi 1,1% sampai dengan 1,75% propolis tidak

menghambat. Oleh karena itu, dari uji KHM propolis dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi 0,1% propolis menunjukkan konsentrasi optimum dalam menghambat

pertumbuhan bakteri, sedangkan pada E. coli sama sekali tidak menghambat.

Selain digunakan propolis, dalam penelitian ini juga digunakan jeruk nipis

yang diketahui mempunyai aktivitas antibakteri terutama pada bakteri di wajah

yang dapat menyebabkan jerawat. Dari hasil penapisan fitokimia, jeruk nipis

mengandung metabolit sekunder senyawa polifenolat serta monoterpenoid dan

seskuiterpenoid. Pada uji KHM, jeruk nipis menunjukkan adanya aktivitas

antibakteri pada S. aureus di semua konsentrasi dan P. acnes pada konsentrasi 10,

15, 20%, sedangkan pada medium yang berisi E.coli sama sekali tidak ada

aktivitas dari jeruk nipis disemua konsentrasi pada semua konsentrasi yang

digunakan dalam penentuan KHM. Adanya aktivitas antibakteri yang dihasilkan

Page 59: Krim Jeruk Nipis

oleh jeruk nipis dapat dikarenakan oleh pH yang sangat asam, yaitu 2,66 yang

diperoleh dari hasil penentuan pH dari jeruk nipis tersebut. pH yang sangat rendah

ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri bahkan menyebabkan bakteri tidak

dapat bertahan hidup di lingkungan pH yang sangat asam tersebut.

5.6. Formula Akhir Krim Antibakteri Propolis dan Jeruk nipis

Pada orientasi formula sebelumnya sediaan krim yang dibuatkan hanya

menggunakan Na lauril sulfat namun zat aktif bersifat asam maka ditambahkan

gliserin monostearat guna menstabilkan formula sediaan. Formula krim akhir

terdapat pada tabel V. 8.

Bahan Formula krim dalam Persen (%)

F1 F2

Propolis 1% 0,1 Jeruk nipis - 20

gliserin 10 10

Propilen glikol 10 10

Gliserin monostearat 8 9

Natrium Lauril sulfat 0,5 0,5

Metil paraben 0,2 0,2

Propil paraben 0,2 0,2

Setil alkohol 3 3

α tokoferol 0,01 0,01

Aquadest ad 100 100

Tabel V. 8 Formula akhir krim antibakteri

Emulgator yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium lauril sulfat yang

merupakan salah satu surfaktan anionik sehingga akan membentuk monolayer

pada permukaan air minyak. Selain itu digunakan juga gliserin monostearat

sebagai emulgator yang larut dalam fasa minyak. Pada formulasi krim juga perlu

Page 60: Krim Jeruk Nipis

adanya pengawet (kombinasi metil dan propil paraben) tujuan ditambahkan

pengawet dikarenakan sediaan dipakai berulang, dan sediaan krim mengandung

air yang rentan terhadap kontaminasi mikroba serta antioksidan (α tokoferol)

untuk mencegah oksidasi zat-zat yang mudah teroksidasi dalam sediaan. Pada

penelitian ini, krim yang dibuat ditujukan untuk diaplikasikan pada wajah

sehingga membutuhkan humektan (propilen glikol) untuk memudahkan

penggunaan dan memberikan efek lembut dan nyaman. Hasil krim yang terbentuk

F1 berwarna putih kecolatan, berbau khas dan F2 warna putih agak kehijauan dan

bau menyerupai jeruk nipis.

5.7. Evaluasi Sediaan Krim Antibakteri

Evaluasi yang dilakukan terhadap sediaan krim yang sudah dibuat meliputi

uji organoleptik, viskositas, homogenitas, pH, dan KHM. Secara fisik, sediaan

krim memberikan penampilan yang baik dan mempunyai aroma jeruk nipis. Pada

uji organoleptis setelah empat minggu tidak terjadi pertumbuhan mikroba baik

pada F1 maupun F2.

Hasil pengukuran viskositas terhadap sediaan krim selama empat minggu

menunjukkan adanya perubahan viskositas, baik terhadap krim yang hanya

mengandung propolis maupun mengandung kombinasi propolis dan jeruk nipis.

Hasil dari pengukuran viskositas menunjukan bahwa dari formula F1 pada

konsentrasi gliserin monosetarat 8% menunjukan nilai viskositas yang lebih baik

dibandingkan formula yang lain. Pada formula F2 viskositas yang lebih baik

bandingkan formula yang lain adalah pada konsentrasi gliserin monostearat 9 %

Page 61: Krim Jeruk Nipis

dikarenakan pada konsentrasi tersebut viskositasnya mendekati stabil. Pengukuran

viskositas yang diamabil dari semua formula nilai viskositasnya turun naik hal

tersebut dikarenakan pada saat uji viskositas krim yang digunakan berulang

seharusnya diganti tiap minggunya. Lampiran 4.

Uji homogenitas yang telah dilakukan menghasilkan sediaan krim F1 dan

F2 yang homogen. Dikarenakan pada saat di oleskan pada kaca arloji krim

tersebar merata. Homogenitas ini akan berpengaruh terhadap kehomogenan dari

zat aktif saat produk diaplikasikan pada kulit yang akan berkaitan dengan aktifitas

dari zat aktif tersebut sebagai antibakteri.

Pada evaluasi pH terjadi perbedaan pH yang signifikan antara krim yang

hanya mengandung propolis dengan krim yang mengandung kombinasi propolis

dengan jeruk nipis. Hal tersebut dikarenakan jeruk nipis mempunyai pH yang

sangat rendah sehingga penambahan jeruk nipis pada sediaan krim menghasilkan

penurunan pH dari sediaan yang cukup besar. pH sediaan krim ini penting untuk

diperhatikan karena apabila sediaan mempunyai pH yang terlalu asam dapat

mengiritasi kulit (pH normal kulit 4,2 – 5,6) sehingga perlu dilakukan uji in vivo

untuk melihat pengaruh pH yang rendah terhadap iritasi kulit.

Tabel V.9 Hasil pengukuran pH sediaan krim antibakteri

Konsentrasi %

Krim Propolis

Krim proplis duplo

Krim propolis+jeruk

nipis

Krim propolis +jeruk

nipis duplo

5 4,27 4,99 2,13 2,20

6 4,33 5,55 2,16 2,03

7 3,71 5,39 2,02 2,04

8 3,84 4,93 2,01 2,08

9 3,85 4,97 2,07 2,04

Page 62: Krim Jeruk Nipis

5.8. Uji Mikrobiologi Sediaan

Pada uji sediaan mikrobiologi sediaan, dilakukan uji KHM dengan metode

difusi agar hasil yang didapat dari Uji KHM sediaan ada dalam Tabel V. 10.

Tabel V.10 Hasil pengujian mikrobiologi sediaan

Diameter Hambat

P. acnes (mm) S. aureus (mm) E. coli (mm)

Krim propolis + jeruk

nipis

- 4,51 -

Ekstrak propolis

0,1%

5,03 8,06 -

Jeruk nipis 20% 1,5 8,04 -

Krim propolis 1% - 2,50 -

Ekstrak Propolis 1% - - -

Dapat dilihat pada tabel V.10 hasil dari pengujian KHM sediaan, bahwa

krim F1 maupun F2 hanya menghambat S. aureus. Sementara ekstrak propolis

0,1% maupun jeruk nipis 20% dapat menghambat P. acnes. Setelah

diformulasikan dalam bentuk krim propolis dan jeruk nipis ternyata efek hilang,

hal tersebut kemungkinan dikarenakan konsistensi krim yang tinggi menyebabkan

yang ekstrak propolis dan jeruk nipis sulit berdifusi keluar dan memberikan efek.

Page 63: Krim Jeruk Nipis

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak propolis dan sari jeruk nipis

menunjukan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Stahpylococcus aureus dan

propionibacterium acne. Namun tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Escherichia coli, ekstrak propolis 0,1% dan sari jeruk nipis 20% diketahui

memiliki efek antibakteri dengan memberikan zona hambatan pada

Staphylococcus aureus sebesar 9,53 mm dan 0,52 mm, serta memiliki efek

antibakteri pada Propionibacterium acnes sebesar 5,53 mm dan 2,51 mm. Hasil

dari pengujian aktivitas antibakteri dengan melihat KHM sediaan diketahui bahwa

krim F1 maupun F2 hanya menghambat pertumbuhan S. aureus.

6.2. Saran

Perlunya dilakukan uji stabilitas krim dan uji iritasi secara in vivo, serta

perlu adanya pengembangan formulasi krim yang lebih baik.

Page 64: Krim Jeruk Nipis

DAFTAR PUSTAKA

A.E. Zainal Hasan. (2010). Sehat dan Cantik dengan Propolis. IPB Press : Bogor.

Agistri A. (2007). Formulasi krim Antioksidan dengan Ekstrak Propolis lebah

(Apis cerana Linn), skripsi, Universitas Padjajaran.

Agus Syahrurachman, dkk. (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi.

Revisi. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Aiache, J.M. and J. Devissaguet. (1993). Farmasetika2: Biofarmasi, terjemahan

Soeratri W., ed.ke-2, Airlangga University Press, Surabaya.

Anief. Moh.(1999). Ilmu Meracik Obat, Cetakan ke-7, Gajah Masha University

Press, Yogyakarta, 28.

Ardo Sabir.(2005). Aktifitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona Spp terhadap

Bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Majalah kedokteran Gigi (Dent.J.),

Vol. 38. No.3 Juli-September.

Aulia, I.A. (2008). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik

Daun Arbenan (Duchesnea indica(Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus

aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta

Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah, Surakarta.

Balsam, M.S., Sagarin, E. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second

edition. New york. eCAM. 2005.

Bankova V. (2005). Chemical composition of European propolis: expected and

unexpected results Z Naturforsch.

Bonang, G. dan Koeswardono, E.S. (1981). Mikrobiologi Kedokteran untuk Lab

dan Klinik. Gramedia, Jakarta.

Jhon G. Holt, dkk.(1994). Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9 th

edition.Williams & Wilkins Company.

Bojar, R.A and keith T. Holland. (2004). Acne and Propionibacterium acnes, clin,

Dermatol.

Capuccino, James G., Natalie Sherman. (2001). Microbiology : A Laboratory

Manual, Sixth Edition, Benjamin Cummings, San Fransisico.

Caroline.S. (2006). Formulasi Gel ekstrak The daun Hijau dan Penentuan

Aktivitas Antibakterinya Terhadap Propionibacteria acnes, Skripsi, Sekolah

Farmasi ITB.

Cronquist,A. 1981. An Integrated System of classification of Flowering Plants.

Columbia University press, New York.

Dalimartha, Setiawan. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus

Agriwidya, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia edisi

III, Departemen Kesehatan: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi

IV, Departemen Kesehatan: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2000).Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan: Jakarta.

Page 65: Krim Jeruk Nipis

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (1997). Materia Medika jilid

II. Depkes RI. Jakarta.

Dwikarya, Maria. (2003). Cara Tuntas Membasmi Jerawat. Kawan Pustaka:

Jakarta.

Ganiswarna, S, G. (1995). “Farmakologi dan Terapi”, Edisi 4, Bagian

Farmakologi-Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Giamalva, H. D., Church, D. F. and Pryor, W. A. (1985). A Comparison of

TheRates of Ozonation of Biological Antioxidant and Oleate and

LinoleateEster. Biochems.Biophys. Res. Commun.

Glucin, I, beydemir, S. dan Hisar, O. (2005). Effect of α-tocopherol on

Antioksidant Enzymes Aktivities and Lipid Peroxidatioin in Rainbow Trout

(Oncorhynchus Mykiss). Acta Veterinaria Hungarica 53 (4).

Gordon, A. J. and Ford, R. A. (1972). The Chemist’s Companion. John Willey

&Sons, New YorkGulcin, I., Beydemir, S. dan Hisar, O. 2005.

Gupte S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara. Jakarta.

Harry, R.G. (1975). Harry’s Cosmetology. Volume 1. Sixth edition. London :

Chemical Publishing Company Inc.

Harborne, JB (1987). Metode Fitokimia. Penerbit ITB, Bandung.

Indra Saputra.(2009). Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.

Pandeglang setelah terpapar cairan Rumen Sapi. Skripsi, Institut Pertanian

Bogor. IPB.

Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Books, J. S. Butel, L.N Ornston,

1996, Mikrobiologi kedokteran, Terjemahan E. Nugroho, dan R. F. Mau

lany, ed ke-20, EGC,: Jakarta.

Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Books, J. S. Butel, L.N Ornston,

2008, Mikrobiologi kedokteran, Terjemahan E. Nugroho, dan R. F. Mau

lany, ed ke-23, EGC,: Jakarta.

Karsinah, L.,H.M. Suharto dan H.W.Mardiastuti. (1994). Buku Ajar

Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta.

Krell R. (1996). and 2005. Value-added products form beekeeping. FAO services

Bulletin 124. Roma.

Lachman L. (1999). Teori Dan praktek Farmasi Industri, Terjemahan Siti

Suyatmi Edisi II. Universitas Indonesia:Jakarta.

Mahani, Rokim A. Karim & Nunung Nurjanah, 2011, Keajaiban Propolis

Trigona. Pustaka Bunda : Jakarta.

Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S. chan. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2,

Universitas Indonesia : Jakarta.

Musalmah M, Then SM, Mat TG, Wan NWZ. (2006). Comparative effects of α-

tocopherol and γ-tocotrienol against hydrogen peroxide induced apoptosis

on primary-cultured astrocytes. Journal Neurological Sciences.

Onyeagba R.A, Ugbogu O.C, Okeke C.U. and Irokasi.O. (2004). Studies on the

antimicrobial effects of garlic (Allium Sativum, Linn) ginger (Zingiber

officinale Roscoes) and lime(Citrus aurantifolia Linn). Afarican journal of

Biotechnology vol.3.

Page 66: Krim Jeruk Nipis

Rina S. (2011). Formulasi Krim ekstrak Daun papaya (Carica papaya Linn) dan

Madu sebagai Antijerawat (Antiacne) yang diuji pada Bakteri, Skripsi,

Universitas Islam Bandung.

Rowe, Sheskey and Weller. (1994). Handbooks of Pharmaceutical Exipients,

Pharmaceutical press : London.

Rukmana, R. (1996) Jeruk Nipis, Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Sawaya, A.C.H.F., Souza, K.S., Marcucci, M.C., Cunha, I.B.S. &

Shimizu,M.T.(2004) Analysis of Composition of Brazilian Propolis Extracts

by Chromatography and Evaluation of Their In Vitro Activity Against Gram

positive bacteria. Brazilian Journal of Microbiology.

Sethpakdee, S. (1992). Citrus aurantifolia, in: Edible Fruit and Nut: Prosea Plant

Resources of South East Asia 2, Verheji. E.W.M and Conorel. R.E (Eds.),

126-128.

Shiombing. (1997). Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University press.

Yogyakarta.

Syamsuhidayat, S., dan J.R. Hutape. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia,

Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 144.

Wibowo. S. Daniel. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. PT. Gramedia : Jakarta, 29.

Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Wientarsih, I dan Prasetyo B. 2006. Diktat Farmasi dan Ilmu Reseptier.

Bogor:PPDH FKH IPB.

Page 67: Krim Jeruk Nipis

LAMPIRAN

Page 68: Krim Jeruk Nipis

Lampiran 1

SURAT DETERMINASI

Page 69: Krim Jeruk Nipis

Lampiran 2

SURAT KETERANGAN BARANG

Page 70: Krim Jeruk Nipis

Lampiran 3

TABEL HASIL PENGUJIAN VISKOSITAS KRIM ANTIBAKTERI

Tabel V.11 Hasil pengujian viskositas krim propolis 1% (F1)

konsentrasi Minggu

1(cp) 2(cp) 3(cp) 4(cp)

5% 2400 2400 2600 2300

6% 2800 2800 2950 2600

7% 3300 2900 2900 2500

8% 2300 2250 2300 2200

9% 3100 3050 2700 2900

Tabel V.12 Hasil pengujian viskositas Krim propolis + jeruk nipis (F2)

Konsentrasi Minggu

1(cp) 2(cp) 3(cp) 4(cp)

5% 1400 1950 1300 1300

6% 1900 2250 1750 1800

7% 1500 1800 1800 1950

8% 1850 1900 1900 1850

9% 3000 2900 2950 2950

Page 71: Krim Jeruk Nipis

Lampiran 4

GAMBAR HASIL UJI KHM EKSTRAK PROPOLIS DAN SARI JERUK

NIPIS

Jeruk nipis

Gambar 4 hasil uji KHM sari jeruk nipis

Page 72: Krim Jeruk Nipis

Lampiran 5

GAMBAR HASIL UJI KHM EKSTRAK PROPOLIS

Propolis

Gambar 4 hasil uji KHM ekstrak propolis