jurnal its pengolahan pasir besi
TRANSCRIPT
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
Analisa Proses Reduksi Besi Oksida Dengan Variasi Reduktor ( Arang, Batubara, Grafit ) dan
lama penyinaran Menggunakan Gelombang Mikro Dimas Nur Muharram
1, Sungging Pintowantoro, ST., M.T., Ph.D.
2, Ir. Muctar Karokaro, M.Sc
2
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
2 Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
ABSTRAK
ABSTRAK
Besi dapat diperoleh dari proses ekstraksi bijih besi, salah satunya pasir besi. Proses reduksi pasir besi dengan penyinaran gelombang mikrodengan daya 800 watt ini menggunakan variabel
reduktor arang, batubara, grafit serta lama penyinaran 40 menit, 50 menit, dan 60 menit. Sampel
hasil reduksi diamati perubahan fasa dengan pengujian XRD dan perubahan mikrostrukturnya
dengan pengujian SEM-EDX untuk menjelaskan mekanisme terjadinya proses reduksi pada pasirbesi dan reduktor . Dari hasil tersebut didapatkan waktu tinggal reduksi yang paling optimal yaitu 60
menit. Serta untuk variasi reduktor yang optimum yangdigunakan adalah grafit dengan mencapai
peningkatan kadar Fe 76,703 % . dan dengan semakin lama penyinaran didapatkan semakin peningkatan kadar Fe.
Kata kunci : Pasir Besi, Microwave, Reduksi
PENDAHULUAN
Dalam industri baja dikenal adanya
proses metalurgi. Metalurgi itu sendiri
didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk
memperoleh sampai pengolahan logam yang
mencakup tahapan dari pengolahan bijih
mineral, pemerolehan (ekstraksi) logam,
sampai ke pengolahannya untuk menyesuaikan
sifat-sifat dan perilakunya sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam pemakaian untuk
pembuatan produk rekayasa tertentu.
Berdasarkan tahapan rangkaian
kegiatannya, salah satunya dikenal sebagai
metalurgi ekstraksi. Metalurgi ekstraksi
banyak melibatkan proses-proses kimia, baik
yang temperatur rendah dengan cara pelindian
maupun pada temperatur tinggi dengan cara
proses peleburan untuk menghasilkan logam
dengan kemurnian tertentu, dinamakan juga
metalurgi kimia. Adapun proses-proses dari
ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu
sendiri antara lain adalah pirometalurgi (proses
ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
tinggi) dan hidrometalurgi (proses ekstraksi
yang dilakukan pada temperatur yang relatif
rendah dengan cara pelindian dengan media
cairan).
Pemanfaatan pasir besi di dalam
negeri sampai saat ini sebagai bahan baku
pembuatan semen, sedangkan pemanfaatannya
diluar negeri untuk bahan baku pembuatan
besi telah dilakukan sejak lama yaitu oleh
pabrik besi baja di Selandia Baru dan RRC.
Mineralnya berupa titaomagnetite yang
bersifat ferromagnet. Karena kandungan Fe
yang rendah, maka harus dilakukan suatu cara
untuk meningkatkan kandungan Fe dari
konsentrat pasir besi.
Sebuah teknologi revolusioner pembuatan
baja telah dikembangkan oleh para peneliti
berdasarkan penggunaan energi microwave.
Teknologi ini dapat menghasilkan DRI (Direct Reduced Iron) dari besi atau baja dari
campuran, yang terdiri dari bubuk oksida besi,
karbon bubuk dan flux agent. Teknologi ini dapat diproyeksikan untuk menghilangkan
banyak langkah produksi baja saat ini, seperti
pembuatan kokas, sintering, iron making dengan BF (Blast Furnace).
METODOLOGI
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah XRF test untuk mengetahui
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
komposisi dari spesimen yang dilakukan pada
Reduksi pasiir besi dengan berbagai reduktor Kemudian dilakukan pengujian XRD untuk
mengetahui senyawa apa yang terbentuk
kemudian dilakukan uji SEM untuk
mengetahui morfologi permukaan dari sampel. Spesimen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah spesimen Pasir besi dari
lumajang yang telah di sparasi sebanyak 2 kali agar didapat biji besi yang maksimal,
sedangkan reduktornya yaitu arang, batubara,
dan grafit..
a. Tes XRF
Setelah spesimen dilakukan
penyinaran gelombang mikro maka perlu diketahui unsur apa yang ada pada tiap sampel.
Oleh karena itu Untuk mengetahui unsur hasil
reduksi tersebut pada sampel dapat diketahui dengan melakukan pengujian XRF.
Dari pengujian XRF yang dilakukan, maka didapatkan hasil suatu % unsur, hal ini
dilakukan agar dapat mengetahui berapa
banyak perubahan kandungan unsur Fe yang
terdapat pada setiap variabel reduktor dan lama penyinaran. Serta juga mengetahui
seberapa banyak kandungan slug atau
pengotor pada setiap sampel.
b. Tes XRD Setelah spesimen dilakukan
penyinaran gelombang mikro maka perlu
diketahui bagaimana reduksi yang terjadi pada
tiap sampel. Untuk mengetahui gambaran reaksi reduksi pada sampel dapat diketahui
dengan melakukan pengujian XRD.
Pengujian XRD dilakukan dengan
mengambil sample yang berupa serbuk
sebanyak 0.05 gram menggunakan alat Philips Analytical Pengujian dilakukan dengan sinar
X menggunakan range sudut yang tergolong
panjang, yakni 5o-90
o dan menggunakan
panjang gelombang sebesar 1.54056 .
c. Ujis SEM-EDX SEM-EDX dilakukan setelah uji XRF
dilakukan. Spesimen. Analisa SEM
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) FEI, Inspect-S50. Spesimen dipreparasi
dengan dilapisi emas dan dilakukan
pengamatan pada 15-20 kV. Selama pengujian
SEM, morfologi permukaan profil diamati
untuk memperoleh informasi tentang
morfologi produk korosi. Perbesaran gambar spesimen 5000 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Uji XRF Dari pengujian XRF yang dilakukan,
maka didapatkan hasil suatu % unsur, hal ini
dilakukan agar dapat mengetahui berapa banyak perubahan kandungan unsur Fe yang
terdapat pada setiap variabel reduktor dan
lama penyinaran. Serta juga mengetahui seberapa banyak kandungan slug atau
pengotor pada setiap sampel.
Tabel 1 Hasil uji XRF komposisi pasir besi dan arang 40 : 11,4 gram ( dalam % berat )
Mn P S Si Fe C
40
men
it
0,62
7
0,00
9
0,01
1
14,9
64
69,6
58
3,6
5
50
men
it
0,62
8
0,01
0
0,00
6
13,0
05
72,2
33
2,0
5
60
men
it
0,48
8
0,00
9
0,11
9
9,02
2
74,4
60
2,1
9
Tabel 2 hasil uji XRF komposisi pasir besi
dan batubara 40 : 10,84 gram ( dalam % berat)
Mn P S Si Fe C
40
men
it
0,56
5
0,02
0
0,00
3
11,2
0
70,7
92
1,5
3
50
men
it
0,47
5
0,01
2
0,11
6
9,50
8
74,2
62
1,4
8
60
men
it
0,469
0,012
0,081
9,915
74,123
1,63
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
Tabel 3 hasil uji XRF komposisi pasir besi
dan grafit 40 : 9,04 gram ( dalam % berat )
Mn P S Si Fe C
40
men
it
0,486
0,013
0,005
7,974
73,014
1,38
50
men
it
0,49
2
0,01
3
0,00
3
9,28
5
74,5
33
0,6
5
60
men
it
0,47
0
0,01
8
0,07
1
11,6
03
76,7
03
0,7
3
Pada hasil uji XRF tabel 1 terlihat
adanya peningkatan kadar Fe. Komposisi pasir besi dan arang 40 : 11,4 gram untuk waktu
penyinaran gelombang mikro selama 40 menit
terdapat kadar Fe sebesar 69,658%. Pada waktu penyinaran selama 50 menit mengalami
peningkatan kadar Fe yaitu sebesar 72,233%
namun peningkatan yang signifikan ini terjadi
pada waktu penyinaran selam 60 menit yaitu kadar Fe hanya berubah menjadi 74,460%.
Pada hasil uji XRF tabel 2 terlihat adanya peningkatan kadar Fe. Komposisi pasir
besi dan batubara 40 : 10,84 gram untuk waktu
penyinaran gelombang mikro selama 40 menit terdapat kadar Fe paling besar yaitu 70,792%.
Pada waktu penyinaran selama 50 menit
mengalami peningkatan kadar Fe cukup besar
yaitu sebesar 74,262% dan pada waktu penyinaran selam 60 menit yaitu kadar Fe
mengalami sedikit penurunan menjadi
74,123%.
Pada tabel 3 Saat komposisi 40 : 9,04
gram dilakukan penyinaran selama 40 menit,
peningkatan kadar Fe menjadi 73,014%.
Peningkatan kadar Fe juga terjadi kembali
pada lama penyinaran gelombang mikro
selama 50 menit dan 60 menit yaitu sebesar
74,533% dan 76,703%.
Pada perbedaaan variasi reduktor antara
arang, batubara, dan grafit yang dipakai dapat diketahui peningkatan kadar Fe yang terjadi
dengan melihat hasil dari pengujian XRF.
Dengan variasi reduktor yang memiliki fix karbon yang sama yaitu 99,7 % mengalami
peningkatan kadar Fe dimana terjadi
peningkatan yang cukup signifikan dari kadar awal 69.07 %. Kenaikan kandungan Fe yang
baik ke-1 terjadi pada kompossi pasir besi dan
grafit sebesar 40 : 9,04 gram dengan lama
Penyinaran gelombang mikro selama 60 menit pada komposisi ini terjadi peningkatan yang
cukup besar yaitu sebesar 76,703% Fe.
Kemudian yang baik ke-2 Pada waktu 50 menit dengan komposisi pasir besi dan grafit
40 : 9,04 gram dengan peningkatan 74,533%
Fe. Peningkatan terbesar ke-3 terjadi pada penyinaran gelombang mikro selama 60 menit
dengan perbandingan pasir besi dan grafit 40 :
11,4 gram yaitu sebesar 74,460% Fe. Pada
reduktor arang memiliki hasil kadar Fe yang paling rendah, hal ini dikarenakan
kemungkinan masih adanya senyawa pengotor
yang lain yang terbentuk pada proses reduksi. Grafik peningkatan kadar Fe pada berbagai
perbandingan reduktor ini dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1 Grafik peningkatan kadar Fe pada
berbagai reduktor ( arang, batubara, grafit )
Grafik yang sangat signifikan pada
peningkatan kadar Fe terjadi pada kompossi
pasir besi dan grafit 40 : 9,04 gram dengan
lama Penyinaran gelombang mikro selama 60
menit.
b. Hasil uji XRD
Setelah spesimen dilakukan
penyinaran gelombang mikro maka perlu diketahui bagaimana reduksi yang terjadi pada
tiap sampel. Untuk mengetahui gambaran
reaksi reduksi pada sampel dapat diketahui dengan melakukan pengujian XRD.
65
70
75
80
0 40 50 60
Kad
ar F
e (
% )
Waktu Lama Penyinaran ( menit )
arang
batubara
grafit
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
Gambar 4 Hasil Uji XRD sample komposisi
pasir besi dan arang 40 : 11,4 dengan lama penyinaran 40 menit, 50 menit dan 60 menit
Gambar 5 Hasil Uji XRD sample komposisi pasir besi dan grafit 40 : 9,04
dengan lama penyinaran 40 menit, 50 menit
dan 60 menit
Gambar 6 Hasil Uji XRD sample komposisi
pasir besi dan batubara 40 : 10,8 dengan lama
penyinaran 40 menit, 50 menit dan 60 menit
Dari analisa XRD untuk komposisi
pasir besi dan arang dengan perbandingan 40 : 11,4 gram pada lama penyinaran gelombang
mikro selama 60 menit nampak senyawa yang
terbentuk berupa magnetit (Fe3O4) dan ferrit
(Fe). Namun senyawa wustit (FeO) tidak terlihat. Akan tetapi unsur ferrit (Fe) nampak
pada gambar 4 dengan tinggi puncak/peak 100
paling tinggi. Pada penyinaran gelombang mikro selama 50 menit, senyawa magnetit
tereduksi lebih baik dengan ditandai dengan
semakin banyaknya unsur besi yang terbentuk. Ini ditandai dengan unsur Fe berada pada peak
yang lebih banyak dibandingkan pada
penyinaran gelombang mikro selama 40 menit.
Pada komposisi 40 : 9,04 dalam lama penyinaran gelombang mikro yang berbeda
yaitu selama 40 menit, 50 menit, dan 60 menit
terlihat masih sedikitnya terbentuk unsur Fe. Senyawa magnetit yang terbentuk masih
belum tereduksi secara menyeluruh sehingga
pertumbuhan wustite tidak terjadi dengan maksimal. Namun Hal ini dapat dilihat pada
gambar 5 bahwasannya unsur Fe yang banyak
terjadi dan terbentuk pada lama penyinaran
mikrowave selama 60 menit. Akan tetapi pada lama penyinaran 50 menit senyawa wustit
belum muncul dikarenakan senyawa magnetit
yang tereduksi kurang maksimal, dan pada lama penyinaaran 40 menit senyawa magnetit
yang ada dan sedikit Fe yang terjadi.
Hasil uji XRD Pada komposisi pasir besi dan
batubara dengan perbandingan 40 : 10,8 masih
banyak terdapatnya senyawa magnetit dan
wustit hal ini dapat dilihat pada gambar 6, hal ini dikarenakan Peningkatan senyawa magnetit
sehubungan dengan pertambahan waktu
penyinaran gelombang mikro. Wustite yang terbentuk masih belum tereduksi secara
maksimal. Namun kandungan Fe pun juga
mengalami peningkatan terutama pada lama
penyinaran 60 menit. Dari hasil uji XRD terhadap semua kompisisi, Peningkatan
reduksi yang paling besar terdapat pada
komposisi pasir besi dan grafit 40 : 9,04 gram pada waktu penyinaran selama 60 menit,
seperti terlihat pada gambar 4.3 yaitu unsur Fe
yang terbentuk dengan baik berada pada sudut 2 Theta sebesar 45
o dengan besar
intensitas/peak 110 disertai dengan persebaran
unsur Fe yang banyak. Pembentukan unsur Fe
terjadi seiring dengan reduksi magnetite menjadi wustite dengan baik.
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
c. Hasil uji SEM-EDX Berikut adalah Hasil uji SEM-EDX
Gambar 7. Mikrostruktur rasio pasir besi dan
Arang dengan lama penyinaran 60 menit
Gambar 8. Mikrostruktur rasio pasir besi dan
Batubara dengan lama penyinaran 60 menit
Gambar 9. Mikrostruktur rasio pasir besi dan
Grafit dengan lama penyinaran 60 menit
Pada pengujian SEM EDX yang
ditunjukkan pada gambar 7, gambar 8, serta
gambar 9 menunjukkan bahwa tiap area yang ditandai sebagian besar terkandung unsur Fe,
O, dan C. Pada gambar 4.4 daerah yang
ditandai terkandung %Wt Fe sebesar 41,12, %Wt O sebesar 22,95, serta %Wt C sebesar
03,01. Pada gambar 4.4 juga didapat %At Fe
sebesar 22,14 %At O sebesar 43,15, serta %At
C sebesar 07,53.
Pada gambar 8 terjadi kenaikan baik
pada %Wt maupun %At untuk unsur Fe dan unsur C jika dibandingkan dengan gambar 7
%Wt Fe menjadi 29,60, %Wt O berubah
menjadi sebesar 36,59, serta %%Wt C menjadi
56,32. %At Fe pada gambar 4.5 sebesar 13,05, %At O sebesar 56,32, serta %At C sebesar
09,65.
Pada gambar 9 besaran %Wt maupun
%At tidak terlalu berubah jika dibandingkan
dengan gambar 4.5. %Wt Fe sebesar 71,33, %Wt O sebesar 13,98, serta %Wt C sebesar
9,86. Pada skala atomik %At Fe sebesar 49,49,
%At O sebesar 33,84, serta %At C sebesar
19,30.
Dari pengujian yang dilakukan pada tiap rasio pasir besi dan kokas dengan lama
penyinaran yang bervariasi antara 40, 50, 60 menit terdapat kandungan Fe pada tiap pasir
besi dan variasi reduktor (arang, batubara,
grafit) sebesar 40:11,4 gram , 40 : 10,88 gram ,
serta40 : 9,04.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan telah terjadi
peningkatan kadar Fe seiring dengan dilakukannya lama penyinaran gelombang
mikro terhadap pasir besi dan berbagai
reduktor.
Berdasarkan hasil uji XRF Kandungan
konsentrat Fe paling besar terdapat pada
kompossi pasir besi dan garfit sebesar 40 :
9,04 gram dengan lama Penyinaran gelombang
mikro selama 60 menit yaitu sebesar 76,703 %
Fe.
Penggunaan mikrowave dengan daya
800 watt pada penyinaran gelombang mikro
belum bisa mereduksi secara sempurna pasir
besi menjadi Fe. Karena pada Proses reduksi
yang terjadi dengan penggunaan daya 800 watt
masih banyak terdapat magnetite (Fe3O4)
% berat Fe = 41,12 O = 22,95 C = 03,01 % atom Fe = 22,14 O = 43,15 C = 07,53
% berat Fe = 29,60 O = 36,59 C = 04,70 % atom Fe = 13,05 O = 56,32 C = 09,65
% berat Fe = 71,33 O = 13,98 C = 9.86 % atom Fe = 49,49 O = 33,85 C = 19.30
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
SARAN
1. Proses reduksi selanjutnya sebaiknya
menggunakan microwave dengan daya
yang lebih besar.
2. Proses reduksi selanjutnya sebaiknya
dilakukan dengan variasi waktu yang
agak lama.
3. Penambahan pyrometer pada
mikrowave untuk mengetahui
kenaikan temperatur tiap detik.
DAFTAR PUSTAKA
Hendarto, Arie. Pemamfaatan Biji Besi
Untuk Industri Baja, Iptek Voice,
The Sound of Science, 2010.
Pickles, C. A. Microwaves In Extractive
Metallurgy Part 1 Review of
Fundamentals, Departement of
Mining Engineering, Queens
University, Goodwin Hall, Kingston,
Ontario, Canada K7L 3N6. Minerals
Engineering 22 (2009) 1102-1111.
Haque, Kazi E. Microwave Energy For
Mineral Treatment Processes A
Brief Review, CANMET, 555 Booth
Street, Ottawa, Ontario, Canada K1A
0G1, International Journal Of Mineral
Processing, 57_1999, 1-24.
Herdianti, Hedi. Studi Pendahuluan Reduksi
Pasir Besi dengan rduktor batubara,
Tugas Akhir ITB,2007.
Takayama,S.,Matubara,A. And
Sano,Saburo,microwave frequency
effect for reduction of
magnetite.2008.
K. Nagata, R. Kojima, T Murakami, M. Susa
and H. Fukuyama: ISIJ nt., 41
(2001)1316.
J. Jimbo, H. Tanaka, T. Sakaguchi and Y.
Kuwata: Kobelco Tech.Rev,.22
(1990),60.
T. Coetsee,P.C. Pistorius and E.E. de Villiers:
Miner. Eng., 15(2002),919.
T. Harada, H. Tanaka and H. Sugitatsu: Kobe
Steel Eng.,Rep., 51(2001),23.
Y. Sawa,T. Yamamoto,K.Takeda and H. Itaya:
Itaya: ISIJ int.,41(2001),S17.
K.Takeda: Kinzoku, 75 (2005),547.
Kelly, R. A., and Rowson, N.A. Microwave
Reduction of Oxidised Ilmenite
Concentrates, School of Chemical
Engineering, The University of
Birmingham, Birmingham BT15 2TT,
UK. Mineral Engineering, Vol. 8, No.
11, pp 1427-1438, 1995.
M. A. M. Kharaisheh, T.J.R. Cooper and T. R.
A Magee: J. Food Eng.,33 (1997),207
-
Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2012
A. Idris,K. Khalid and W. Omar: Appl.
Therm.Eng.,24(2004),905
W. H. Sutton: Ceram. Bull., 68 (1989),376.
R. Roy, R. Peelamedu, l. Hurtt, J. Cheng and
D. Agrawal: Matel.Res.
Innovate.,6(2002),128.
N. Standish and W. Huang: ISIJ Int., 31
(1991),241
S. Zhong, H. E. Geotsman and R. L. Bleifuss:
Miner. Metall. Process., 300
(1996),174.
K. Nagata, K Ishizaki and T. Hayashi: Proc.
Of the 5th japan-BrazilZymp. On Dust
Processing Energy Enviroment in
Metallurgical industries,1, (2004),617.
J. Chen, L. Liu, J. Zeng, R. Ren and J. Liu:
Iron steel, 39 (2004),1.
K. Morita, M. Guo, N. Oka and N. Sano: J.
Mater. Cycles wastemanag., 9 (2002),
93.
Sandy, Herman. Analisis Ukuran Partikel
campuran ( pasir besi, batubara, dan
CaO ) dan lama penyinaran 2011.