jurnal ilmu eksakta universitas islam lamongan · pdf filejurnal ilmu eksakta ... metode...

35
Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791 Dewan Redaksi Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan ISSN : 2302-3791 Pelindung : Rektor Universitas Islam Lamongan H. Bambang Eko Mulyono, SH, S.pN, M.Hum, M.MA Dr. Kasuwi Saiban, MA Dr. Abu Azam Al Hadi, MA Dr. Nurul Badriyah, MM Penanggung Jawab Divisi Pengembangan Kajian Ilmu Eksakta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Lamongan Dewan Redaksi : Zainal Abidin, ST, M.Eng Kurnia Yahya, S.Kom, M.Kom Nur Azizah Affandy, ST, MT Tata Usaha : Joko Ismul Kholif, S.Pd Alamat Redaksi : Bidang Pengembangan Kajian Ilmu Eksakta LPPM Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Jawa Timur 0322-324706 www.unisla.ac.id email : [email protected]

Upload: trinhthuy

Post on 30-Jan-2018

270 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 1

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Dewan Redaksi

Jurnal Ilmu Eksakta

Universitas Islam Lamongan

ISSN : 2302-3791

Pelindung :

Rektor Universitas Islam Lamongan

H. Bambang Eko Mulyono, SH, S.pN, M.Hum, M.MA

Dr. Kasuwi Saiban, MA Dr. Abu Azam Al Hadi, MA Dr. Nurul Badriyah, MM

Penanggung Jawab

Divisi Pengembangan Kajian Ilmu Eksakta

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Universitas Islam Lamongan

Dewan Redaksi :

Zainal Abidin, ST, M.Eng

Kurnia Yahya, S.Kom, M.Kom Nur Azizah Affandy, ST, MT

Tata Usaha :

Joko Ismul Kholif, S.Pd

Alamat Redaksi :

Bidang Pengembangan Kajian Ilmu Eksakta LPPM Universitas Islam Lamongan

Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Jawa Timur

0322-324706 www.unisla.ac.id email : [email protected]

Page 2: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 2

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Sejak 9 September 2012 Jurnal Ilmu Eksakta mendapatkan ISSN, jurnal terbit 6 bulan

sekali setiap bulan Maret dan September. Jurnal ini merupakan wadah kajian keilmuan

untuk bidang ilmu eksakta bagi dosen dan mahasiswa fakultas teknik, fakultas

perikanan, fakultas peternakan dan kebidanan di lingkungan Universitas Islam

Lamongan.

Materi jurnal terdiri dari hasil-hasil penelitian, kajian ilmiah, maupun hasil pengabdian

masyarakat di bidang ilmu eksakta. Kami berusaha agar kualitas dan kontinuitas

penerbitan dapat terlaksana, seiring dinamika dalam pengembangan iklim akademis di

Universitas Islam Lamongan.

Semoga artikel jurnal Ilmu Eksakta dapat bermanfaat bagi seluruh civitas akademika

universitas Islam Lamongan pada khususnya dan masyarakat akademis umumnya.

Redaksi,

Page 3: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 1

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Penggunaan Pupuk Organik Cair Sebagai Pemacu Tumbuhnya

Plankton Untuk Kelangsungan Dan Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Endah Sih Prihatini *), Kismiyati **), dan Gunanti Mahasri **) * Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan

** Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair terhadap kelimpahan

plankton pada media pemeliharaan udang vannamei, kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vannamei.

Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).Bahan uji yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pupuk organik cair yang terbuat dari fermentasi susu, gula tetes (mollases), pupuk urea,

pupuk TSP dan ragi. Perlakuan yang digunakan adalah dosis pupuk organik cair yang berbeda yaitu ; perlakuan A (0

ppm), B (0,001 ppm), C (0,002 ppm), D (0,003 ppm) dan

E (0,00 5 ppm) masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Analisis data menggunakan Analisis Varian

(ANAVA) dan untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair berpengaruh nyata pada kelimpahan

plankton pada media pemeliharaan udang vannamei dan kelangsungan hidup udang vannamei. Penggunaan pupuk

organik cair tidak berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan harian udang vannamei dan pertumbuhan mutlak panjang

tubuh udang vannamei. Perlakuan penggunaan pupuk organik cair dosis 0,005 ppm meningkatkan kelimpahan

plankton sebesar 6172,5 sel/liter dan kelangsungan hidup sebesar 82,5%.

Kata kunci : Pupuk organik cair, Plankton, Kelangsungan hidup, Pertumbuhan, Udang vannamei.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang merupakan komoditi yang makin menonjol dalam budidaya di tambak antara lain mempunyai

kandungan protein dan nilai ekonomis yang tinggi di pasaran dalam negeri dan luar negeri. Udang vannamei lebih

tahan terhadap penyakit, responsif terhadap pakan. (Wyban and Sweeney, 1991).

Menurut data Statistik Departemen Kelautan dan Perikanan (2011) pada tahun 2010 produksi udang

Indonesia mengalami penurunan 10,61 % dari 661868 ton menjadi 591.647 ton. Penurunan produksi tersebut

disebabkan penyakit Infection Myonecrosis Virus (IMNV) dan meningkatnya pencemaran dan kerusakan pada

tambak akibat sisa pakan yang berlebihan dan pemakaian bahan kimia pupuk dan pestisida.

Keberhasilan budidaya udang ditentukan adanya ketersediaan pakan yang cukup baik secara kualitatif

maupun kuantitatif akan mempercepat kelangsungan dan pertumbuhan. Pakan udang dibedakan menjadi dua yaitu

pakan buatan dan pakan alami . Pakan alami adalah makanan alami yang tumbuh di alam dan dapat melimpah di

dalam perairan setelah mendapat pemupukan (Djariyah , 1995).

Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang ditambahkan dalam perairan untuk

pertumbuhan plankton (Hardjowigeno, 1987). .

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan udang adalah pakan. Adanya plankton dalam

perairan bermanfaat sebagai pakan alami bagi udang Fitoplankton dapat menyerap senyawa yang berbahaya bagi

udang antara lain: NH3 , NO2- mengakibatkan kualitas air menjadi baik (Effendi, 1980). Pupuk organik cair

mempunyai kandungan keseimbangan unsur makro dan unsur mikro yang diperlukan untuk tumbuhnya

plankton (Maclean et al, 1989). Pupuk organik cair ini terbuat dari fermentasi susu, pupuk urea, pupuk TSP, gula tetes

(molasses) dan ragi . Menurut Marlina (2009) salah satu species ragi adalah saccharomyces cereviceae berbentuk oval

bersifat fermentatif yaitu melakukan fermentasi yang memecah glukosa menjadi karbondioksida dan alkohol.

Karbondioksida, air, klorofil dan sinar matahari diperlukan fotosintesis fitoplankton. Berdasarkan latar belakang,

maka perlu dilaksanakan penelitian tentang penggunaan pupuk organik sebagai perangsang tumbuhnya plankton

untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

Rumusan masalah Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberian pupuk organik cair berpengaruh terhadap kelimpahan plankton pada media pemeliharaan

udang vannamei (Litopenaeus vannamei) ?

2. Apakah pemberian pupuk organik cair berpengaruh pada kelangsungan hidup udang vannamei (Litopenaeus

vannamei) ?

3. Apakah pemberian pupuk organik cair berpengaruh pada pertumbuhan udang vannamei (Litopenaeus

vannamei) ?

Page 4: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 2

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan antara lain adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair terhadap kelimpahan plankton pada media air

pemeliharaan udang vannamei (litopenaeus vannamei)

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair terhadap kelangsungan hidup udang vannamei

(Litopenaeus vannamei)

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan udang vannamei

(Litopenaeus vannamei)

Manfaat penelitian adalah :

1. Manfaat teoritis adalah sebagai masukan atau sumbangan pada bidang ilmu budidaya bahwa penggunaan pupuk

organik cair terutama menumbuhkan pakan alami , meningkatkan kelangsungan , pertumbuhan dan kualitas air

udang vannamei. (Litopenaeus vannamei)

2. Manfaat praktis sebagai informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan pupuk organik cair ini bisa digunakan

aplikasi di tammedia untuk meningkatkan kesuburan perairan, meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas

air.

II. METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Oktober - 25 Nopember 2012. Tempat penelitian dilakukan di

laboratorium kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk organik cair. Pupuk organik cair terbuat dari fermentasi susu,

gula tetes (molasses), pupuk dan ragi. Sumber air yang digunakan berasal dari air tambak di Lamongan. Pakan udang

yang digunakan adalah pellet dengan kandungan protein 30 %.

Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah ember volume 40 liter sebanyak 20 buah, akuarium. blower,

timbangan analitik, penggaris dan benang. Termometer, DO meter, pH meter. Refraktometer, pipet, gelas ukur,

corong, kertas saring, test kit untuk mengukur NH3 alkalinitas dan CO2, mikroskop, plankton net. Sedgewich rafter

untuk menghitung plankton.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Lengkap (Sastrosupadi, 1973

dan Sujana 1985).

Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dan empat kali ulangan yaitu :

A. Pemberian pupuk organik cair dengan jumlah 0 ppm

B. Pemberian pupuk organik cair dengan jumlah 0,001 ppm

C. Pemberian pupuk organik cair dengan jumlah 0,002 ppm

D. Pemberian pupuk organik cair dengan jumlah 0,003 ppm

E. Pemberian pupuk organik cair dengan jumlah 0,005 ppm

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada stadia

post larva 13 dengan berat 0,06 – 0,076 gram per ekor yang berasal berasal dari Paciran Lamongan. Sujana (1985)

sebagian dari populasi disebut sampel.

Page 5: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 3

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Variabel penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah dosis pupuk organik cair (x) sedang variabel terikat

(y) adalah kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan udang vannamei, kelangsungan hidup dan pertumbuhan

berat udang vannamei. sebagai parameter utama.

Prosedur penelitian

Pembuatan pupuk organik cair

Proses pembuatan pupuk organik cair meliputi :. Air sebanyak 72 l dipanaskan sampai mendidih dicampur

tetes tebu (molasses) 22,5 l diaduk hingga rata, dimasukkan dalam panci atau fermentor ditambahkan pupuk urea 70

g, pupuk TSP sebanyak 14 g sebelumnya digerus sampai halus, susu 70 g dan ragi 28 g diberi air hangat secukupnya

hingga berbusa, fermentor ditutup rapat selama 66 jam atau 2,5 hari. Selama proses fermentasi akan timbul

gelembung udara CO2. Salah satu tanda fermentasi selesai tidak terlihat gelembung udara (Paturan et al, 1982).

Persiapan media air pemeliharaan udang vannamei

Dalam penelitian ini digunakan 20 media dan diisi 20 liter air yang diletakkan secara acak. Sebelum dilakukan

penelitian, media disterilisasikan dengan larutan khlorin 150 ppm. Media air dikeringkan selama 10 jam. Hal ini

bertujuan agar khlorin habis menguap. Pemasangan aerasi ini penting sekali sebagai sumber oksigen dan sirkulasi air.

Pelaksanaan penelitian

Larva udang uji yang berukuran 0,06 – 0,076 gram/ekor masing – masing dengan kepadatan 10 ekor/media

dipelihara selama satu bulan. Pengukuran berat dengan timbangan analitik dilakukan 5 kali selama penelitian

dengan selang 7 hari. Pengukuran kualitas air dilakukan 11 kali. Kualitas air yang diukur adalah suhu, kekeruhan,

salinitas, oksigen terlarut, pH, NH3, alkalinitas dan CO2.

Pemberian pupuk organik cair sesuai dengan perlakuan : A (0 ppm), B (0.001 ppm), C (0,002 ppm), D

(0,003 ppm), dan E (0,005 ppm). Pada awal dan akhir pemeliharaan udang vannamei diadakan pengamatan plankton

dari masing – masing perlakuan.

Pengumpulan Data

Parameter penelitian ini dikelompokan menjadi 2 yaitu parameter utama dan parameter penunjang.

A.Parameter Utama

Kelimpahan Plankton pada Media Air Pemeliharaan Udang Vannamei.

Untuk identifikasi plankton adalah mengambil sampel dengan plankton net. Hasil penyaringan sampel

plankton dimasukkan dalam botol sampel 10 ml dan diberi formalin 4 %. Selanjutnya sampel plankton dibawa ke

laboratorium untuk diamati dengan mikroskop. Jenis plankton yang ditemukan, diamati dan dicatat. Plankton

diidentifikasi dengan menggunakan acuan dari Davis (1955), Sachlan (1982).

Penentuan jumlah/kelimpahan plankton adalah mengambil air sampel pada botol penampung sampel

plankton sebanyak 1 ml . Perhitungan kelimpahan plankton dengan menggunakan sedgewich rafter yang terlebih

dahulu dibersihkan dan dikeringkan dulu dengan kertas tissue kemudian air sampel diteteskan menggunakan pipet

tetes sampai penuh, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali.

Menghitung jumlah plankton menurut Romimohtarto dan Juwono (2006), Isnantyo dan Kurniastuty (1995) dengan

rumus :

N = ExVxm

Dxsxn

Keterangan :

N = Jumlah sel/liter.

n = Jumlah sel yang dihitung pada seluruh lapang pandang sel.

m = Jumlah tetes contoh yang diperiksa (1 ml).

s = Volume contoh dengan pengawetnya (10 ml).

D = Luas gelas penutup (1000 mm2).

E = Luas total yang diamati (1000 mm2).

V = Volume air tersaring (10 liter).

2. Kelangsungan Hidup Udang Vannamei

Pengamatan kelangsungan hidup udang vannamei dilakukan dengan menghitung kematian vannamei selama

penelitian (Nejad et al, 2006). Kemudian dihitung dengan rumus :

SR = 0N

Nt X 100 %

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup udang (ekor).

Nt : Jumlah udang akhir penelitian (ekor).

No : Jumlah udang awal penelitian.

Page 6: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 4

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

3. Pertumbuhan berat udang vannamei.

Salah satu parameter pertumbuhan adalah laju pertumbuhan harian. Laju pertumbuhan harian udang

vannamei diketahui dengan melakukan pengukuran bobot udang pada awal dan akhir percobaan. Laju pertumbuhan

spesifik (SGR) menurut Abdullah (1984) dihitung dengan menggunakan rumus:

a = persen 10010

w

wt

Dimana:

a : Laju Pertumbuhan Harian individu.

wo : Berat awal rata – rata (gram).

wt : Berat akhir rata-rata (gram).

T : Selang waktu pengamatan (hari).

Pertumbuhan mutlak panjang tubuh menurut Abdullah (1984) dihitung dengan rumus :

h = ht – ho

h : pertumbuhan mutlak panjang tubuh udang vannamei.

ht : Rata-rata panjang tubuh udang vannamei pada akhir penelitian.

ho : Rata-rata panjang tubuh udang vannamei pada awal penelitian.

B. Parameter Penunjang

Parameter penunjang yang diamati adalah suhu, kekeruhan, salinitas, pH, oksigen terlarut, NH3, alkalinitas dan

CO2.

Analisis Data

Data yang diamati meliputi kelimpahan plankton media air pemeliharaan udang vannamei, kelangsungan

hidup dan pertumbuhan udang vannamei. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) dengan

selang kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah perlakuan memberikan pengaruh. Data selanjutnya dianalisis

menggunakan uji lanjutan yaitu uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (

Kusriningrum, 2008).

III.HASIL PENELITIAN

1. Jenis dan Kelimpahan Plankton Pada Media Air Pemeliharaan Udang Vannamei

Penelitian mengenai penggunaan pupuk organic cair sebagai pemacu tubuhnya plankton untuk

kelangsungan dan pertumbuhan udang vannamei diperoleh hasil beberapa data antara lain adalah : Jenis dan

kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan udang vannamei sebelum dilakukan penelitian (table 1).

Tabel 1. Jenis dan Kelimpahan Plankton pada Media Air Pemeliharaan UdangVannamei sebelum

dilakukan penelitian.

No Species Devisio/Kelompok Jumlah (Sel/ liter)

1 Anabaena sp Cyanophyta 595

2 Oscillatoria sp Cyanophyta 505

3 Tetraselmis sp Chlorophyta 486

4 chlorella sp Chlorophyta 514

5 Navicula sp Chrysophyta 408

6 Alonella sp Arthropoda 192

7 Diapthomus spp Arthropoda 363

8 Melosira Chrysophyta 237

9 protococcus sp Chlorophyta 315

10 Gyrosigma Chrysophyta 250

11 Scenedesmus sp Chlorophyta 135

Jumlah 4.000

Page 7: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 5

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

No Sp Divisio/Phyllum PERLAKUAN

A B C D E

1 Chlorella sp Chlorophyta 502 602 635 637 676

2 Tetraselmis sp Chlorophyta 496 588 623 648 673

3 Protococcus sp Chlorophyta 485 466 582 585 585

4 Cosmarium sp Chrysophyta - 234 441 443 445

5 Diapthomus sp Arthropoda 325 545 585 587 590

6 Navicula sp Chrysophyta 345 455 470 475 476

7 Melosira sp Chrysophyta 200 514 520 525 526

8 Scenedesmus sp Chlorophyta 355 450 485 538 541

9 Dunaliella Sp Chlorophyta - 395 575 582 592

10 Alonella Sp Arthropoda 182 275 285 287 289

11 Gyrosigma Chrysophyta 218 412 425 428 430

12 Anabaena Sp Cyanophyta 872 240 210 200 165

13 Oacillatoria Cyanophyta 818 387 252 208 185

Jumlah 4798 5563 6088 6143 6173

Jenis dan kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan udang vannamei sesudah penelitian (tabel 2).

Tabel 2. Jenis dan kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan udang vannamei sesudah penelitian.

Penelitian penggunaan pupuk organik cair terhadap kelimpahan plankton padamedia air pemeliharaan udang

vannamei selama satu bulan, hasil analisis varians (ANAVA) masing –masing perlakuan menunjukkan perbedaan

yang nyata (P< 0,05) terhadap kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan udang vannamei. Hasil uji jarak

berganda menunjukkan rata- rata kelimpahan plankton tertinggi 6172,5 sel/liter pada media pemeliharaan udang

vannamei adalah perlakuan E (0.005 ppm). Perlakuan terendah terdapat pada perlakuan A (0 ppm) dengan rata-rata

kelimpahan plankton sebesar 4797,5 sel/liter. Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C, D dan E. Perlakuan

B berbeda nyata dengan perlakuan C, D , E dan A. Perlakuan C tidak berbeda nyata dengan perlakuan D dan E tetapi

berbeda nyata dengan perlakuan A dan B.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Rata- rata Kelimpahan Plankton pada media Air Pemeliharaan Udang Vannamei dengan

Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk Organik Cair (ppm).

Dosis pemberian pupuk

organik cair (ppm)

Rata-rata kelimpahan plankton

(sel/liter)

A (0 ) 4797,5c ± 297,8

B (0,001) 5562,5b ± 412,3

C (0,002) 6087,5a ± 306,5

D (0,003) 6142,5a ± 330,87

E (0,005) 6172,5a ± 619,35

Keterangan : Huruf superscript pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

Perlakuan A = Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 0 ppm

Perlakuan B = Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 0,001 ppm

Perlakuan C = Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 0,002 ppm

Perlakuan D = Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 0,003 ppm

Perlakuan E = Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 0,005 ppm

Kelangsungan Hidup Udang Vannamei

Hasil analisis varian (ANAVA) penggunaan pupuk cair organik terhadap kelangsungan hidup udang

vannamei menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap

kelangsungan hidup udang vannamei. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup

udang vannamei tertinggi terdapat pada perlakuan (82,50 %), kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan A

( 62,50 %). Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, C, D dan E. Perlakuan B, C, D dan E tidak berbeda nyata

atau sama. Hasil analisis varian (ANAVA) pengaruh dosis pupuk organik cair terhadap kelangsungan hidup udang

vannamei yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dapat dilihat pada tabel 4.

Page 8: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 6

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Table 4. Pengamatan Rata-rata Kelangsungan Hidup Udang Vannamei (%) pada Perlakuan Penggunaan

Dosis Pupuk Organik Cair (ppm).

Penggunaan dosis pupuk organik

cair (ppm)

Rata-rata kelangsungan hidup udang

vannamei (%)

A (0) 62,5b ± 5,0000

B (0,001) 72,5a

± 5,7735

C (0,002) 77,5a

± 5,0000

D (0,003) 80,0a

± 0,0000

E (0,005) 82,5a

± 5,0000

Keterangan : huruf Superscript pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05).

Pertumbuhan Udang vannamei baik Laju Pertumbuhan Harian dan Pertumbuhan mutlak panjang tubuh.

Hasil analisis varian (ANAVA) penggunaan pupuk cair organik terhadap laju pertumbuhan harian udang

vannamei menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P > 0,05) terhadap

laju pertumbuhan harian udang vannamei (tabel 5) dan pertumbuhan mutlak panjang tubuh udang vannmei (tabel 6).

Table 5. Pengamatan Rata- rata Laju Pertumbuhan Harian Udang Vannamei (%) Pada Perlakuan Penggunaan

Dosis Pupuk Organik Cair (ppm).

Penggunaan dosis pupuk organik

cair (ppm)

Rata-rata laju pertumbuhan harian

udang vannamei (%)

A (0) 4,286a ± 0,7333

B (0,001) 4,487a

± 0,5659

C (0,002) 4,8603a

± 0,2584

D (0,003) 4,8775a

± 0,2627

E (0,005) 4,9655a

± 0,0469

Keterangan : huruf Superscript pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05)

Table 6. Pengamatan Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Panjang Tubuh Udang Vannamei(cm) Pada Perlakuan

Penggunaan Dosis Pupuk Organik Cair (ppm)

Penggunaan dosis pupuk organik

cair (ppm)

Rata-rata pertumbuhan mutlak

panjang tubuh udang vannamei (cm)

A (0) 3,2175a ± 0,5131

B (0,001) 3,5300a

± 0,3174

C (0,002) 3,8125a

± 0,6412

D (0,003) 4,0500a

± 0,5014

E (0,005) 3,9200a ± 0,5972

Keterangan : huruf Superscript pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P >0.05

ppm).

IV.PEMBAHASAN

1. Jenis dan Kelimpahan Plankton pada Media Air Pemeliharaan Udang Vannamei

Penambahan pupuk organik cair terhadap rata – rata kelimpahan plankton pada media air pemeliharaan

udang vannamei menunjukkan hasil kelimpahan plankton yang berbeda nyata pada masing – masing perlakuan. Hasil

tersebut membuktikan bahwa pupuk organik cair mempunyai potensi sebagai pupuk. Pada dasarnya pupuk organik

cair mengandung makronutrien dan mikronutrien yang dapat menjadi nutrien untuk tumbuhnya plankton.

Kandungan unsur makro pada pupuk organik cair misal nitrogen lebih kecil dari kebutuhan minimum unsur

hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan plankton sebesar 0,35 ppm (Sachlan, 1985). Sedangkan kandungan

unsur mikro masih dalam batas layak untuk pertumbuhan plankton kecuali pada unsur hara boron lebih besar dari

batas minimum kebutuhan pertumbuhan plankton sebesar 0,435 ppm. Menurut Hardjowigeno (1987) Kebutuhan

maksimum unsur mikro tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Hasil fermentasi ragi pupuk organik cair tidak bersifat racun

sesuai pendapat Paturan et al (1982) bahwa hasil fermentasi ragi menghasilkan nutrien yang sesuai kondisi yang

ramah lingkungan.

Pembuatan pupuk organik cair berasal dari fermentasi susu, pupuk urea, pupuk TSP, gula tetes (mollases)

dan ragi (Saccharomyces cereviceae). Ragi yang hidup dapat memproduksi enzim amilase, lipase dan protease yang

dapat merubah molekul kompleks menjadi molekul sederhana dan membantu proses pencernaan zat makanan dalam

organ pencernaan (Shin, 1996)

Penambahan dosis pupuk organik cair dapat meningkatkan kelimpahan plankton disebabkan karena adanya

proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan mikroba dekomposer (Saccharomyces cereviceae) dan bakteri yang

terdapat dalam pupuk organik cair untuk mencukupi kebutuhan unsur hara di perairan yang dibutuhkan plankton.

Page 9: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 7

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Didukung pendapat Soedibya dan Siregar (2007) bahwa mikroba seperti bakteri dan jamur sangat efektif dalam

mendegradasi senyawa komplek menjadi senyawa sederhana dalam menyediakan nutrisi esensiel.

Hasil penelitian pada perlakuan E (0,005 ppm) meningkatkan plankton sebesar 6,172,5 sel/ml, hasil ini lebih

kecil dibanding dengan kebutuhan plankton untuk budidaya udang vannamei berkisar antara 6.700 – 11.300 sel/liter

(Taufik ,1988). Hal ini disebabkan pupuk organik cair bukan merupakan pupuk utama tetapi sebagai pelengkap atau

supplement untuk menumbuhkan plankton.

Kelangsungan Hidup Udang Vannamei Kelangsungan hidup udang vannamei sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya. Kondisi

lingkungan yang menurun menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada udang dan pada kondisi ekstrim akan

menyebabkan kematian pada udang yang dipelihara. Pengukuran kekeruhan berkisar antara 32,3 – 39,7 cm hal ini

sesuai dengan pendapat Taufik (1988) bahwa kekeruhan air yang baik untuk pertumbuhan plankton berkisar antara 30

– 40 cm. Jenis plankton yang dominan pada penelitian adalah Tetraselmis sp dan Chlorella sp, adanya plankton

tersebut menjadi pakan alami untuk udang. Hal itu sesuai dengan pendapat Sachlan (1982) pakan alami yang baik

untuk udang antara lain adalah Tetraselmis sp, Chlrorella sp dan Dunaliella sp. Warna air penelitian adalah hijau

muda, hal itu sesuai pendapat Mintardjo et al (1989) warna air hijau muda adalah dominan chlorophyta dalam hal ini

Tetraselmis sp, Chlorella sp. Protococcus sp, Scenedesmus sp, Cosmarium sp dan Dunaliella sp. Penggunaan pupuk

organik cair dalam perairan sangat penting bagi pertumbuhan plankton. Pupuk dapat meningkatkan kadar bahan

nutrien zat hara yang diperlukan untuk tumbuhnya plankton. Tumbuhnya plankton ditentukan oleh beberapa faktor

antara lain adalah sinar matahari, suhu, kadar garam, sifat tanah dan unsur hara sebagai nutrien untuk makanan

plankton (Sarief, 1989). Penggunaan pupuk organik cair akan menambah kelimpahan plankton dan mampu

memperbaiki kondisi lingkungan perairan. Plankton dalam perairan akan memanfaatkan NH3 dan CO2 dan

menyumbangkan O2 melalui proses fotosintesis. Pupuk organik cair berasal dari fermentasi ragi. Fermentasi akan

menghasilkan mikroba yang nantinya akan mendegradasi zat komplek menjadi zat sederhana salah satunya adalah

NO3-, PO3.

Pertumbuhan Udang vannamei baik Laju Pertumbuhan Harian dan pertumbuhan mutlak panjang tubuh

Hasil analisis varian (ANAVA) masing-masing perlakuan menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata (P >

0,05). Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik cair tidak berpengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan harian

udang vannamei. Hal itu sesuai dengan pernyataan Sarief (1989) bahwa pemberian pupuk pada perairan tidak

langsung berpengaruh pada pertumbuhan, pupuk yang ada dalam perairan akan menjadi nutrien untuk tumbuhnya

fitoplankton, fitoplakton dimakan zooplankton yang nantinya dimakan udang vannamei. Perlakuan dengan pemberian

pupuk organik cair akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan tanpa pemberian pupuk organik

cair. Hal itu disebabkan pemberian pupuk organik cair akan meningkatkan kelimpahan plankton, yang akan menjadi

pakan tambahan untuk udang vannamei.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah:

1. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh terhadap kelimpahan plankton pada media air pemeliharan udang

vannamei. Semakin tinggi dosis pupuk organik cair semakin meningkat kelimpahan plankton.

2. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh terhadap kelangsungan hidup udang vannamei. Semakin tinggi dosis

pupuk organik cair semakin meningkat kelangsungan hidup udang vannamei.

3. Pemberian pupuk organik cair tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan udang vannamei baik laju pertumbuhan

harian dan pertumbuhan mutlak panjang tubuh.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan pupuk organik cair dengan dosis 0,005 ppm pada

kolam/tammedia secara langsung sehingga faktor lingkungan khususnya pengaruh tanah dapat diketahui.

2. Penggunaan pupuk organik cair dengan dosis 0,005 ppm diharapkan petani bisa meningkatkan kualitas air dan

produksi ikan dan udang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A.,1984. Pengaruh taraf pemberian makanan dan kualitas ransum terhadap retensi energi dan protein

ikan mas(Cyprinus carpio L) karya ilmiah Program Pasca Sarjana, Fakultas Perkanan, Institut Pertanian

Bogor, Bogor 52 Hal.

Davis, C.C.,1955, The Marin And Freshwater Plankton, Michigan , State University Press, USA. pp : 15 - 20

Direktorat Jendral Perikanan dan Kelautan, 2011, Pusat Data Statistik dan Informasi , Direktorat Jendral Perikanan

dan Kelautan, Departemen Perikanan dan Kelautan, Jakarta , 10 hal.

Djariyah, A.S. ,1995. Pakan Alami Ikan, Kanisius, Yogyakarta hal 7 – 10

Page 10: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 8

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Effendi, M.I.,1980. Biologi Perikanan, Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan, IPB, Bogor. 163 hal

Hardjowigeno, S.,1987, Ilmu Tanah, PT Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta

Isnantyo, A. dan Kurniastuty, 1995. Tehnik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton , Kanisius, Yokyakarta. hal 34 –

85.

Kusriningrum, R,. 2008, Perancangan Percobaan, University Airlangga Press, Surabaya.

Maclean , M.H.,K.J. Ang Janet, H. Brown, and K. Jannay, 1989. The Effect Organic Fertilizer and Formulated In

Pound Culture of The Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii (deman) prawn production, Journal

Aquaculture, 20 (4): 399 – 406.

Marlina, 2009 , Biokonversi Limbah Industri Peternakan, J. Ilmu Ternak, 2 (1) : 104 - 107

Nazir, M., 1988, Metode Penelitian,Ghalia Indonesia, Jakarta hal 115 – 125

Nejad,S.Z.,M.N.Rezaei,G.A.Takami,D.L.Loveltt,A.R. Mirvaghefi, M. Shakouri, 2006, The Effect Baccillus spp

Bacteria used as Probiotics On Digestive Enzyme Activity, Survival and Growth In The Indian White Shrimp

Fenneropenaeus indicus. Aquaculture. 252 : 516 -624

Paturan, J., K.A. Gray and LS. Zhao. 1982. By Product of The Cane Sugar Industry for Ethanol Fermentation, J.

Chem. Biol. 3 (1) : 25 - 32

Rohmimohtarto, K. Dan S. Juwono, 2006. Biologi Laut.Penerbit Djambatan, Jakarta hal : 343 - 350

Sachlan, M. 1982. Planktonology. Fakultas Perikanan dan Peternakan Universitas Diponegoro Semarang . 182 hal

Sastrosupadi, A., 1973. Statistik Percobaan, Lembaga Penelitian Tanaman Industri, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Malang hal 50 – 60

Sarief, 1989, Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian, Pustaka Buana, Bandung, 197 hal

Shin, T.H., 1996 , Practical Uses o Yeast Cultur (CYC – 100) in Swine Chemical, co LTD, Poultry and Ruminan,

Rations, ChoonyA Ang Seoul Korea

Sudjono. 1985. Desain dan Analisiss Eksperimen. Penerbit Tarsito Bandung. hal 76 – 85

Soedibya, P.H.T dan A.S. Siregar, 2007, Evaluasi Penggunaan Pupuk Biostimulan Sebagai Upaya Pengkayaan Pakan

Alami Dan Percepatan Tumbuh Ikan Gurami (Oshphronemus gouramy) in Hatchery Pond. J. Ichthyos , 7 (1)

: 37 -44

Taufik,A. 1988, Peubah Penting Mutu Air Tammedia Udang, Seminar budidaya udang intensif, Panca Utama Human

Resourses Development, Jepara. Hal 1 – 19

Wyban, J..A. and J.N.Sweeney, 1991, Intensif Shrimp Production Technology, The Oceanic Institut Shrimp Manual

Honolulu. 158 pp.

Page 11: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 9

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Analisis Margin Dan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di Desa Palasa

Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep (MarketingMarginAnalysisAndEfficiencyIn TheVillage OfSeaweed Palasa, Sumenep District)

Dona Wahyuning Laily *)

*) Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan judul analisis margin dan efisiensi pemasaran rumput laut di Kabupaten

Sumenep untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran, jumlah margin dan keuntungan, serta efisiensi pemasaran

yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara kepada

petani rumput laut. Populasi penelitian ini adalah petani rumput laut daerah pesisir, pengumpul rumput laut, eksportir

maupun industri rumput laut yang ada di daerah Jawa Timur. Pemilihan sampel (responden) dilakukan dengan

menentukan sampel petani (simple random sampling), sampel pedagang ditentukan secara purposive, yaitu dengan

memilih pedagang yang menyalurkan rumput laut dari Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian menunjukkan,

bahwapola distribusinya atau penyalurannya rumput laut di Desa Talasa, Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep

ada dua macam saluran yaitu pertama dari petani ke pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir

ke eksportir. Kedua dari petani ke pedagang pengumpul, dan terakhir ke eksportir;usaha rumput laut yang

dilakukan di desa mandalle kecamatan mandalle menunjukkan bahwa margin pada saluran I sama saja dengan margin

pada saluran II dan keuntungan yang diperoleh pada saluran I lebih kecil dari pada saluran II;saluran yang pendek

(saluran II) lebih efisien daripada saluran yang panjang (saluran I).

Kata Kunci : Margin, Efisiensi, Rumput laut.

ABSTRACT

The research has been donewith the title Marginand Marketing Efficiency Analysis of seaweedin the Palasa

Villages, Sumenepregion, inPangkeptoknow marketingchannels, number ofmarginsand profits, as well as marketing

efficiency from marketing agencies. Data were collected throught observation and interviewwithseaweed farmers. The

population consist of coastal seaweed farmers, seaweedcollectors, exportersandseaweedindustryin Esat Java. Selection

ofthe sample(respondents) was conductedby determiningthe samplefarmers(simple random sampling). A

purposivesample oftraders were determinedby selectingachannelmerchantof Sumenep region seaweed. The results

showedthat the pattern ofdistributionof seaweed in Sumenep region were a) from farmerstotraders, wholesalers

andthen to theexporter. b) fromfarmerstotraders, and then to the exporter. Marginsonchannel I the same as

channelIIwith themarginsandprofits earnedonchannel I was smaller thanchannelII; shortchannel(channelII) was

moreefficient thana longchannel(channel I).

Keywords: Margin, Efficiency, Seaweed.

I. PENDAHULUAN

Sumberdaya kelautan berperan penting dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah dan nasional

untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk. Sumberdaya kelautan tersebut

mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

dimanfaatkan dengan biaya eksplorasi yang murah sehingga mampu menciptakan kapsitas penawaran yang

kompetitif. Di sisi lain kebutuhan pasar yang semakin besar karena kecenderungan permintaan global yang semakin

meningkat.

Indonesia menjadi salah satu penghasil utama rumput laut dan mampu memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan

pasaran dunia. Matadagangan bernilai ekonomi tinggi itu terus diintensifkan pengembangannya dengan sasaran

mampu menghasilkan 1,9 juta ton pada 2009. Indonesia memiliki potensi pengembangan rumput laut seluas

1.110.900 hektar, hingga saat ini baru dimanfaatkan seluas 222.180 hektar atau sekitar 20 % (Anggadiredja, 2007).

Oleh karena itu, rumput laut sebagai salah satu komoditas perdagangan dunia, telah banyak dikembangkan di daerah

oleh masyarakat petani, seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Sumatera, Jawa dan daerah

lainnya.

Jawa Timur menyimpan potensi sumberdaya kelautan, baik hayati maupun non hayati yang cukup

menjanjikan untuk dikelola. Potensi ini bukan hanya menjadi aset lokal namun juga nasional jika dikelola dan

dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Salah satu komoditas marikultuer yang sedang dikembangkan dan merupakan

salah satu program pengembangan ekonomi pesisir di Jawa Timur saat ini adalah rumput laut.

Dalam pembangunan wilayah pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakkan

pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan non

Page 12: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 10

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

migas yang mempunyai prospek yang cukup baik karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang

sangat luas yaitu untuk bahan makanan, industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil, industri kulit, obat-obatan

dan lain-lain.

Jawa Timur merupakan provinsi penyumbang terbesar produksi rumput laut nasional. Peningkatan produksi

tercapai karena lahan yang luas untuk pengembangan rumput laut di daerah ini, yakni 250 ribu hektare. Prospek

rumput laut sangat cerah dikarenakan kebutuhan pasar dunia akan rumput laut mencapai 300 ribu ton per tahun

(Tribun timur, Edisi : 17 Juli 2008 ). Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur (2008) produksi

rumput laut nasional mencapai 1.728.475 ton basah pada tahun 2007 lalu atau setara 172.847,5 ton kering. Sementara

produksi rumput laut Jawa Timur telah mencapai 670.740 ton basah atau setara dengan 63.074 ton kering (36,5%).

Usaha untuk meningkatkan produksi rumput laut sangat memungkinkan dapat dicapai, karena daerah Jawa Timur

dinilai memiliki potensi sumberdaya perikanan pantai yang cukup besar, teknologi budidaya dan pasca panen mudah

dilaksanakan serta tidak membutuhkan modal yang besar.

Desa palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Timur yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Luas wilayah laut mencapai 28.000 Km2, dan lahan yang

berpotensi untuk budidaya rumput laut yang seluas 23.000 Ha (Nur, 2007). Dijelaskan, setiap tahun biasanya

produksi rumput laut Kabupaten Sumenep semakin meningkat tajam. Dari tahun 2006 sebanyak 47.789 ton kering

ekspor, 2007 sebanyak 63.393 ton kering eksport dan tahun 2008 mencapai 71.250 ton kering ekspor. Dan dipastikan

untuk produksi tahun 2009 ini akan meningkat lagi dari tahun sebelumnya. ( Ren, Adjie ).

Kegiatan budidaya rumput laut yang semakin berkembang di Desa Palasa, Kecamatan Talango Kabupaten

Sumenep, sehingga produksi rumput laut juga ikut meningkat. Peningkatan jumlah produksi tersebut mendorong

terlaksananya kegiatan pemasaran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran.

Kondisi harga yang sanagat berfluktuasi, yang menimbulkan ketidak pastian pendapatan yang diperoleh

petani dan lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data dan

informasi yang memadai untuk mengetahui margin, kentungan dan tingkat efisiensi pemasaran yang diperoleh pada

tiap lembaga.

Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran rumput laut di Desa Palasa, Kecamatan Talango, Kabupaten

Sumenep.

2. Berapa jumlah margin dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pesaran

3. Berapa persen tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran

Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran rumput laut di Kabupaten Sumenep

2. Untuk mengetahui jumlah margin dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasar

Manfaaat Penelitian

Luaran yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang margin, keuntungan

dan tingkat efisiensi yang diperoleh setiap labaga pemasaran rumput laut. Sekaligus dapat dijadikan pedoman oleh

pemerintah dalam membuat kebijakan tentang kegiatan usaha rumput laut di Kabupaten Sumenep.

III. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Palasa, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa

Timur.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data, sebagai berikut :

1. Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses penyelenggaran kegiatan pada

obyek penelitian.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada petani dan pedangang rumput laut.

Page 13: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 11

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Teknik Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah petani rumput laut daerah pesisir, pengumpul rumput laut, eksportir

maupun industri Rumput Laut yang ada di daerah Jawa Timur. Pemilihan sampel (responden) dilakukan dengan

menentukan sampel petani (simple random sampling), Sampel pedagang ditentukan secara purposive, yaitu dengan

memilih pedagang yang menyalurkan rumput laut dari Desa Palasa. Teknik pengumpulan data primer melalui

observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada petani rumput laut, pedagang pengumpul,

pengusaha rumput laut/eksportir, industri rumput laut.

Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder adalah studi kepustakaan melalui dokumen, terbitan, ataupun

publikasi dari instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan perdagangan, Dinas perikanan, Kadin , Badan Pusat

Statistik serta publikasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) dan lain-lain.

Jenis dan sumber data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari, (1) identitas

responden (umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman bertani atau berdagang rumput laut), (2)

Bentuk saluran pemasaran rumput laut (lembaga yang dilalui dalam memasarkan rumput laut), (3) Margin dan

keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran (harga beli, harga jual dan jumlah rumput laut yang dijual setiap

lembaga pemasaran, biaya yang dikeluarjkan setiap lembaga), (4) Tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing

lembaga pemasaran (harga beli, harga jual (eceran) dan biaya yang dikelurkn.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kantor-kantor atau instansi terkait yang erat kaitannya

dengan penelitian ini. Kantor-kantor yang dijadikan sumber data adalah Dinas Kelautan/perikan, Biro Pusat Statistik,

Kantor Kecamatan dan Kantor Kabupaten setempat. Adapun jenis data sekunder yang dibutuhkan adalah : keadaan

umum wilayah, jumlah petani rumput laut , jumlah produksi rumput laut, jumlah penduduk keselutruhan, jumlah

petani rumput laut

Analisis Data

Data akan dianalisis berdasarkan rumus sebagai berikut :

1. Untuk menghitung jumlah margin pemasaran yang diperoleh pada masing- masing lembaga pemasaran,

digunakan rumus sebagai berikut :

M = Hp – Hb .................... ( Hanafiah dan Saefuddin, 1986 )

Dimana M = Margin Pemasaran

Hb = Harga Pembelian

Hp = Harga Penjualan

2. Untuk menghitung persentase margin, digunakan rumus :

%M = M/HE x 100 % ( Hanafiah dan Saefuddin, 1986 )

Dimana %M = Presentase Margin

HE = Harga Eceran

M = Margin

3. Untuk mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus

sebagai berikut :

Π = M – Bp (Adiwilaga, 1996)

Dimana Π = Keuntungan Lembaga Pemasaran

M = Margin Pemasaran

Bp = Biaya Penjualan

4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran rumput laut pada masing-masing lembaga pemasaran, digunakan

rumus sebagai berikut :

Eps = x 100 % (Soekartawi, 2002)

Dimana Eps = Efisiensi Pemasaran

Bp = Biaya Pemasaran

HE = Harga Eceran

Kriteria : - Eps < 5 % Efisien

- EEp > 5 % tidak Efisien

Definisi Opersional Variabel

1. Petani Rumput Laut, adalah individu ataupun kelompok orang yang melakukan budidaya rumput laut.

2. Pedagang pengumpul adalah mereka yang memiliki modal kerja- aktif membeli dan mengumpulkan rumput laut

dari petani rumput laut.

3. Pedagang besar adalah individu atau badan yang membeli rumput laut dari pedagang pengumpul

Bp

HE

Page 14: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 12

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

4. Eksportir adalah orang atau perusahaan yang melakukan pemasaran rumput laut ke Luar Negeri, baik dalam

bentuk bahan baku, setengah jadi dan lain-lain

5. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh lembaga dalam memasaran rumput laut

6. Margin pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan harga beli rumput laut yang dilakuan oleh suatu

lembaga pemasaran.

7. Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara biaya pemasaran dengan total nilai penjualan rumput laut yang

dinyatakan dalam bentuk persen.

8. Keuntungan pemasaran adalah selisi dari margin yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan pada setiap

lembaga pemasaran.

9. Rantai pemasaran adalah lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran rumput laut dari petani rumput

laut sampai kepada eksportir rumput laut.

10. Lembaga pemasaran adalah individu atau badan yang melaksanakan kegiatan pemasaran rumput laut, misalnya

produsen (petani rumput laut, pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Petani Rumput Laut

Petani yang melakukan usaha budidaya rumput laut berupaya semaksimal mungkin dengan harapan bisa

memperoleh produksi yang tinggi dan mempunyai nilai jual dengan harga yang layak sehingga bisa memperoleh

pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan juga untuk penambahan modal dalam

penambahan jumlah bentangan.

Tabel 1. Jumlah Produksi, Penerimaan Kotor, Pembiayaan, dan Keuntungan/Pendapatan Petani Rumput Laut di Desa

Palasa.

No.

Resp

Jumlah Bentangan Biaya

(Rp)

Penerimaan Kotor

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

A B C D E = (D – C)

1 300 5.400.000 7.000.000 1.600.000

2 250 4.685.000 5.600.000 915.000

3 150 3.465.000 4.950.000 1.485.000

4 500 9.000.000 11.250.000 2.250.000

5 100 1.600.000 2.400.000 800.000

6 100 2.265.000 3.000.000 735.000

7 250 4.835.000 6.600.000 1.765.000

8 100 2.200.000 3.000.000 800.000

9 50 900.000 1.200.000 300.000

10 90 1.580.000 2.500.000 920.000

11 150 3.700.000 5.000.000 1.300.000

12 100 1.200.000 2.000.000 800.000

13 120 2.640.000 3.500.000 860.000

14 100 1.494.000 2.000.000 506.000

15 300 4.600.000 6.000.000 1.400.000

16 300 4.600.000 6.000.000 1.400.000

17 300 5.400.000 7.000.000 1.600.000

18 80 1.560.000 2.500.000 940.000

19 200 3.700.000 4.800.000 1.100.000

20 700 15.550.000 17.600.000 2.050.000

Jumlah 80.374.000 103.900.000 23.526.000

Rata-rata 4.018.700 5.195.000 1.176.300

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010

Pendapatan petani sebagai pengelola agribisnis diperoleh dari total nilai output dikurangi total nilai input

yang dipakai dalam proses produksi, sedangkan untuk menghitung pendapatan keluarga petani diperoleh dari

pendapatan petani sebagai pengelola ditambah unsur biaya yang menjadi pendapatan atau sumbangan keluarga kepada

produksi, diantaranya sewa tanah milik sendiri, bunga modal milik sendiri, dan jasa tenaga kerja kelurga petani

(Sobirin, 1993 dalam Saununu, 2007). Kenyataan yang didapati dalam penelitian di lapangan, dimana kebanyakan

petani rumput laut di Desa Palasa belum memberikan nilai biaya terhadap jasa tenaga kerja diri sendiri maupun bagi

keluarga petani.

Tabel 1 menunjukkan bahwa petani rumput laut di Desa Palasa sebanyak 20 orang memperoleh pendapatan

sebanyak Rp. 23.526.000,- per siklus atau pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.176.300,-. Pendapatan terendah

Page 15: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 13

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

diperoleh sebesar Rp. 300.000,- sedangkan pendapatan tertinggi diperoleh sebesar Rp. 2.250.000,-. Berdasarkan hasil

penelitian pada petani rumput laut, dapat dikatakan usaha budidaya rumput laut mampu memperoleh keuntungan atau

pendapatan bagi petani di Desa Palasa.

Sementara untuk perhitungan R/C Ratio, maka diperoleh nilai sebesar 1,3. Dengan demikian, usaha budidaya

rumput laut di Desa Palasa layak untuk dikembangkan.

Lembaga Pemasaran Rumput Laut Eucheuma cottinii

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran rumput laut jenis Eucheuma cottinii di Desa Palasa

Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep adalah :

Produsen (petani)

Produsen adalah petani yang melakukan usaha budidaya rumput laut di sekitar pantai (pesisir). Lahan yang

digunakan untuk membudidayakan rumput laut adalah laut lepas yang dikuasai oleh Negara, jadi petani hanya

memiliki hak guna pakai.

Batas lahan yang digunakan sesuai dengan jumlah bentangan tali yang dimiliki oleh tiap-tiap petani dan

penguasaan lahan tersebut tidak dimiliki secara permanen tetapi hanya dikuasai sepanjang mereka melakukan

kegiatan budidaya.

Produksi rumput laut yang dipanen sebagian dijadikan sebagai bibit kembali dan sebagian dikeringkan untuk

dijual kepada pedagang. Pengeringan rumput laut dilakukan di atas rumah panggung yang telah dibuat di atas laut.

Pengeringan dilakukan selama kurang lebih 4 hari apabila kondisi cuaca cerah.

Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung kepada petani yang ada di Desa Palasa.

Umumnya rumput laut yang dibeli adalah rumput laut yang telah dikeringkan oleh produsen atau petani rumput laut

yang telah dikemas dengan menggunakan karung yang berisi rata-rata 60-80 kg rumput laut. Pedagang pengumpul

membeli rumput laut kering pada petani dengan harga antara Rp. 6000 – Rp. 9000 per kg.

Pedagang Besar

Pedagang Besar adalah pedagang yang membeli rumput laut dari pedagang pengumpul yang umumnya

berada di Sumenep. Pedagang besar memiliki modal yang besar sehingga mereka dapat menampung sementara

rumput laut untuk menunggu harga yang cocok atau harga yang lebih tinggi.

Eksportir

Eksportir adalah pedagang yang membeli rumput laut dari pedagang besar dan selanjutnya dijual ke luar

negeri.. Eksportir sebagai lembaga pemasaran melakukan kontrol kualitas yang paling ketat untuk memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan oleh konsumen luar negeri. Syarat-syarat yang biasa ditetapkan oleh pembeli adalah

rumput laut dengan kadar air 35 % dan bebas dari benda-benda asing misanya pasir, batu, kayu, dan sebagainya.

Saluran Pemasaran Rumput Laut

Saluran pemasaran rumput laut yang ada di Desa Palasa melalui beberapa lembaga diantaranya

petani/produsen rumput laut, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan eksportir. Adapun pola distribusi atau

penyaluran rumput laut dapat dilihat pada gambarberikut.

Gambar 1. Saluran Pemasaran Rumput Laut dari Petani di Desa Palasa

Gambar 1. Saluran Pemasaran dari Petani Rumput Laut di Desa Palasa Kecamatan Palango Kabupaten Sumenep

Gambar tersebut menunjukkan bahwa pemasaran rumput laut mulai dari petani samapai diekspor melaui dua

saluran yaitu 1) petani menjual kepada pedagang pengumpul, selanjutnya melalui pedagang besar dan terakhir

disalurkan kepada pengusaha ekpor. 2) petani menjual kepada pedagang pengumpul dan selanjutnya tidak lagi

melalui pedagang besar, tetapi langsung di bawa kepada pengusaha ekspor.

Margin dan Keuntungan Lembaga Pemasaran

Margin dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang menyalurkan rumput laut

dari Desa Mandalle dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saluran I, margin yang diperoleh oleh pedagang besar lebih besar jika

dibandingkan dengan magin yang diperoleh oleh pedagang pengumpul. Total rata-rata margin yang diperoleh oleh

lembaga pemasaran rumput laut sebesar 750 rupiah per kg. Pada saluran II, margin yang diperoleh oleh pedagang

pengumpul sebesar 750 rupiah per kg. Pedagang pengumbul pada saluran II ini langsung menjual kepada padagang

ekspor.

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Eksportir

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul

Eksportir

Page 16: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 14

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Tabel. 2. Margin dan Keuntungan Pemasaran Rumpt Laut setiap Lembaga Pemasaran di Desa Palasa Kecamatan

Talango Kabupaten Sumenep

Lembaga Pemasaran

Rata-rata Margin (Rp/Kg) Keuntungan (Rp/kg)

Saluran I Saluran II Saluran I Saluran II

Pedagang Pengumpul 200 750 118 529

Pedagang Besar 550 378

Jumlah 750 750 496 529

Sumber : Data Primer setelah diolah

Margin pemasaran yang diperoleh oleh ke dua saluran tersebut sama saja jumlahnya yaitu 750 rupiah per kg.

Hal ini menunjukkan bahwa pedagang ekpor tidak membedakan harga antara pedagang besar dengan pedagang

pengumpul.

Jika dilihat dari keuntungan yang diperole oleh lembaga pemasaran yang menangani ruput laut dari Desa

Mandalle bahwa pada saluran I, pedagang besar juga memperoleh keuntungn yang lebih besar jika dibandinkan

dengan pedagang pengumpul. Jumlah keuntungan yang diperoleh oleh saluran I tersebut sebesar 496 rupiah per kg.

Jumlah keuntungan yang diperoleh pada saluran II sebesar 529 rupiah per kg. Hal ini menunjukkan bahwa saluran II

(saluran yang pendek) lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan saluran I (saluran yang lebih panjang)

Efisiensi Pemasaran

Efisisiensi pemasaran yang diperoleh pada tiap lembaga dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Efisiensi Pemasaran Rumput Laut di Desa Palasa Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep

Lembaga Pemasaran

Efisiensi Pemasaran (%)

Keterangan Saluran I Saluran II

Pedagang Pengumpul 0,9 2,3 I & II Efisien

Pedagang Besar 1,8 Efisien

Jumlah 1,3 2,3 Efisien

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada saluran I, pedagang pengumpul lebih efisien jika dibandingkan dengan

pedagang besar. Jumlah efisiensi yang diperoleh oleh lembaga pemasaran rumput laut pada saluran I sebesar 2,7 %..

Pada saluran II, jumlah efisiensi yang diperoleh oleh pedagang pengumpul sebesar 2,3 %. Hal ini menunjukkan

bahwa saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien daripada saluran yang panjang (Saluran I)

V. KESIMPULAN

1. Pola distribusinya atau penyalurannya rumput laut di Desa Palasa Kecamatan Talango ada dua macam saluran

yaitu pertama dari petani ke pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir.

Kedua dari petani ke pedagang pengumpul, dan terakhir ke eksportir.

2. Usaha rumput laut yang dilakukan di Desa Palasa Kecamatan Talango menunjukkan bahwa margin pada saluran

I sama saja dengan margin pada saluran II dan keuntungan yang diperoleh pada saluran I lebih kecil dari pada

saluran II. p

3. Saluran yang pendek (saluran II) lebih efisien daripada saluran yang panjang (Saluran I)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Alumni Bandung. Bandung

Anggadiredja, J.T. 2007. Potential and Prospect of Indonesia Seaweed Industry Development. The Indonesia

Agency for the Assessment and Application of Technology – Indonesia Seaweed Society. Jakarta.

Assauri. 1987. Prinsip Margin Pemasaran. Erlangga, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2007. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sulawesi

Selatan. Makassar.

Downey, W.B and Ericson 1992. Manajemen Agribisnis Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hanafiah, dan Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Kotler P. 1991. Prinsip Pemasaran. Edisis Bahasa Indonesia. Jakarta.

Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Yakarta

Nur, S. 2007. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangkep Di Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Sektor

Perikanan dan Perkebunan Dalam Rangka Mempercepat Pembangunan Daerah. Disampaikan Pada Seminar

Dalam Rangka Dies Natalis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Sabtu, 17 Pebruari 2007.

Rahardi, dkk. 1993. Manajemen Produksi Perikanan, Erlangga. Yakarta

Sa’id, E.G dan Intan A.H. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia . Jakarta.

Page 17: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 15

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Saununu, P C. 2007. Analisis Pengembangan Agribisnis Jagung di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.

Saefuddin, A,M. 1995. Harga Margin Pemasaran. Universitas Kelautan Bogor. Bogor.

Soekartawi. 1993. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 1995. Linear Programming Teori dan Aplikasinya, Khusus dalam Bidang Pertanian. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Soekartawi, DR. 1998. Prinsip Dasar Manajemen Pemasran Hasil-hasil Pertanian. Rajawali Pres. Yogyakarta.

Soekartawi, DR. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasran Hasil-hasil Pertanian. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Stanton, W.J. 1993. Prinsip Pemasaran Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Surabaya.

Swastha. 1991. Saluran Pemasaran (Konsep dan Strategi) Analisis Kuantitatif, BPFE Yogyakarta.

1993. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta.

Tribun Timur. Edisi Kamis, 17 Juli 2008. Potensi Rumput Laut.

Ujung Pandang Ekspres. Edisi : 29 Oktober 2008. Produksi Rumput Laut 1.728.475 Ton.

Vincent, G. 1999. Ekonomi Manajerial. Gramedia, Jakarta.

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 18: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 16

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Pengembangan Budidaya Dan Teknologi Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos –

chanos Forsskal) Di Kabupaten Lamongan Guna Meningkatkan Nilai Tambah

Faisol Mas‘ud *)

*)Dosen Fakultas Perikanan

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK Kabupaten Lamongan memiliki potensi perikanan budidaya dan perairan umum cukup besar, terdiri dari :

Tambak 1.745,40 ha, Sawah tambak 23.454,73 ha, dan kolam 341,66 ha; dan potensi perairan umum meliputi :

Rawa 7.087 ha, Waduk 3.068 ha; dan Sungai 855,50 Km, sedangkan produksi perikanan budidaya dan perairan

umum mencapai 42.234,38 ton dengan nilai Rp. 794.786.072 yang diusahakan oleh pembudidaya ikan sebanyak

31.767 RTP, dan nelayan perairan umum sebanyak 6.886 orang. Tujuan dari penelitian untuk meningkatkan

kwantitas hasil produksi Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal), meningkatkan kwantitas hasil produksi teknologi

pengolahan ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal), meningkatkan perekonomian petani tambak. usaha budidaya

bandeng sawah tambak yang sesuai anjuran CBIB sangat layak untuk dikembangkan. Apabila hal ini dikaitkan

dengan kesejahteraan keluarga pembudidaya maka jika dianalogkan pendapatan pembudidaya rata – rata per bulan

dengan usaha budidaya ikan menerapkan CBIB = Rp.3.000.000 .dimana penghasilan tersebut lebih dari UMR

Kabupaten Lamongan Rp.1.075.700,00 pada tahun 2013.

Kata Kunci : Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal), CBIB

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Perikanan dan Kelautan Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Lamongan merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari pelaksanaan Pembangunan Nasional. Dalam pelaksanaan Pembangunan Perikanan

diharapkan dapat mendorong dan mengembangkan kegiatan produksi berbasis ekonomi kerakyatan, meningkatkan

perolehan devisa dari hasil perikanan, pengentasan kemiskinan dan mempercepat pembangunan ekonomi pedesaan,

penyerapan tenaga kerja, peningkatan sumberdaya manusia serta menjaga sumberdaya ikan.

Kabupaten Lamongan memiliki potensi perikanan budidaya dan perairan umum cukup besar, terdiri dari :

Tambak 1.745,40 ha, Sawah tambak 23.454,73 ha, dan kolam 341,66 ha; dan potensi perairan umum meliputi :

Rawa 7.087 ha, Waduk 3.068 ha; dan Sungai 855,50 Km, sedangkan produksi perikanan budidaya dan perairan

umum mencapai 42.234,38 ton dengan nilai Rp. 794.786.072 yang diusahakan oleh pembudidaya ikan sebanyak

31.767 RTP, dan nelayan perairan umum sebanyak 6.886 orang.

Dari potensi tersebut khususnya untuk sawah tambak merupakan jati diri ekonomi masyarakat Kabupaten

Lamongan, yang tersebar di Kecamatan Turi, Kalitengah, Laren, Karanggeneng, Sukodadi, Lamongan, Babat,

Sekaran, Maduran, Pucuk, Karangbinangun, dan Glagah. Jenis ikan utama yang dibudidayakan adalah ikan Bandeng

(Chanos chanos Forsskal). Dalam kegiatan budidaya, pada awalnya benih Bandeng (Nener) berasal dari laut yang

ditangkap oleh nelayan pantai. Nener pada musim tertentu terdapat melimpah disekitar kawasan hutan bakau yang

bebas polusi.

Pada saat ini nener dapat diproduksi di panti-panti perbenihan (Hatchery). Produksi ikan Bandeng di sawah

tambak rata-rata 800 kg/MT/Ha. Sebagian besar budidaya ikan Bandeng masih dikelolah secara tradisional dan

bersifat polikultur dengan ikan Nila, Tombro dan Tawes. Pada tahun 80-an, sebagian tambak Bandeng beralih fungsi

menjadi tambak udang windu (Penaeus monodon) lalu beralih lagi ke udang vanamei. Beberapa pembudidaya juga

melakukan polikultur bandeng-udang dan hasilnya relatif bagus. Ada juga yang mengembangkan bandeng-udang-

rumput laut.

Kebutuhan ikan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, disisi lain

hasil tangkapan nelayan cenderung turun sehingga ketergantungan pada usaha budidaya ikan semakin tinggi.

Pemanfaatan potensi perikanan melalui kegiatan penangkapan yang dilakukan tak terkendali dalan jangka panjang

dapat mengancam kelestarian yang mengarah pada kepunahan. Karena keterbatasan tersebut maka peningkatan

produksi perikanan diarahkan pada kegiatan budidaya. Hal ini merupakan tantangan karena wilayah pantai, laut dan

perairan umum yang sangat potensial untuk budidaya masih terbuka lebar. Budidaya tambak yang dikenal luas oleh

masyarakat pesisir adalah budidaya bandeng. Selama ini pola budidaya yang diterapkan masih bersifat tradisional

sehingga dengan sentuhan teknologi dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) diharapkan produktifitasnya dapat

ditingkatkan.

Peningkatan produksi dapat dilaksanakan dengan kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi maupun

diversifikasi. Mengingat perluasan sawah tambak atau pencetakan sawah tambak baru kecil kemungkinannya untuk

Page 19: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 17

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

dapat dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, maka kegiatan yang sangat rasional adalah intensifikasi dan

diversifikasi. Secara umum kegiatan budidaya yang dilakukan disawah tambak masih bersifat tradisional yang cirinya

dengan penggunaan input yang rendah sehingga produktifitasnya juga rendah. Diharap dengan sentuhan teknologi

yang tepat guna ( penambahan padat tebar, penggunaan pakan ikan yang berkualitas) dapat mendongkrak

produktifitas ikan khususnya ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal).

Keunggulan ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) sebagai komoditas budidaya adalah dapat tumbuh

bagus dalam tambak tradisional, bersifat herbivora, tahan terhadap serangan penyakit, dapat dipanen dua kali dalam

setahun, dapat dibudidayakan dengan sistem polikultur bersama jenis ikan lain, udang dan rumput laut, harga jualnya

relatif stabil dan produknya dapat segera diserap dipasar. Pembudidaya bandeng sering didatangi pembeli dan

transaksi jual beli dilakukan ditambak. Bahkan ada juga pembudidaya yang bekerjasama dengan pabrik pengolahan

ikan. Sebagian besar bandeng dipasarkan dalam bentuk presto dan atau bandeng asap. Modifikasi olahan bandeng

juga terus dilakukan, antara lain dalam bentuk olahan bandeng tandu (tanpa duri), otak-otak bandeng dan bandeng

crispy (di filled dan digoreng kering).

Kedepan, pola budidaya bandeng perlu dikembangkan lebih intensif karena laju konversi lahan tambak

terjadi sepanjang waktu. Berkembangnya industri dan kota baru dikawasan pantai dikhawatirkan akan berdampak

pada penurunan produksi dan produktifitas bandeng. Di sisi lain kebutuhan bandeng terus meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk dan makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sumber protein yang

menyehatkan dan berlemak rendah. Untuk melindungi kawasan tambak diperlukan upaya yang sinergis antara

pengambil kebijakan, pembudidaya dan pengusaha agar budidaya bandeng lebih luas. Target peningkatan produksi

perikanan budidaya termasuk bandeng sebesar 40.377 ton pada tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam renstra

KKP perlu diimbangi secara nyata melalui upaya pengembangan budidaya secara sistematik pada segenap lini

produksi.

Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan kwantitas hasil produksi Ikan Bandeng (Chanos chanos

Forsskal), untuk meningkatkan kwantitas hasil produksi teknologi pengolahan ikan Bandeng (Chanos chanos

Forsskal), untuk meningkatkan perekonomian petani tambak.

TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,80 km2 atau setara dengan 181.280 Ha. Secara Geografis

Kabupaten Lamongan terletak antara 6o 51’ 54’’ sampai dengan 7

o 23’ 6’’ LS dan terletak antara 112

o 4’ 4’’ sampai

dengan 112o 35’ 45’’ BT. Secara administratif Kabupaten Lamongan berbatasan:

Sebelah Timur : Kabupaten Gresik

Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto

Sebelah Utara : Laut Jawa

Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan adalah sebanyak 474

desa/kelurahan (462 desa dan 12 kelurahan). Jumlah dusun sebanyak 1.486 dusun dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak

6.843 RT. Dalam bagian tinjauan aspek fisik suatu kawasan perencanaan berfungsi untuk mengetahui batas – batas

daerah perencanaan, mengenali kondisi dari suatu kawasan sehingga dapat dijadikan acuan untuk perencanaan

wilayah pada masa mendatang.

POTENSI DAN DISTRIBUSI IKAN BANDENG DI KABUPATEN LAMONGAN

Ikan bandeng bentuk tubuhnya ramping, mulut terminal, tipe sisik cycloid, Jari – jari semuanya lunak,

jumlah sirip punggung antara 13 – 17, sirip anal 9 –11, sirip perut 11 – 12, sirip ekornya panjang dan bercagak,

jumlah sisik pada gurat sisi ada 75 – 80 keping, panjang maksimum 1,7 in biasanya 1,0 in (Amri ,K dan

Khairuman, 2008).

Gambar 1. Ikan Bandeng

Page 20: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 18

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Secara taksonomi sistematika bandeng menurut Nelsen 1984 adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordate

Subphylum : Vertebrate

Superklas : Gnathostomata

Klas : Osteichthyes

Subklas : Teleostei

Ordo : Gonorynchiformies

Subordo : Chanoidei

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos Forsk

Dalam usaha pembudidayaan ikan, lingkungan perairan yang cukup luas merupakan nilai lebih yang dimiliki

Indonesia. Peningkatan budidaya perikanan dalam hal ini budidaya ikan bandeng biasa dijadikan alternatif upaya

pemenuhan gizi dan pangan serta upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Ikan bandeng merupakan salah satu

komoditas perikanan yang dianggap bernilai ekonomis tinggi sehingga sangat potensial untuk dibudidayakan secara

optimal. Untuk menggali potensial tersebut, dibutuhkan pemahaman mengenai ikan bandeng dan seluk beluknya.

TEKNIK BUDIDAYA IKAN BANDENG AIR TAWAR

Bandeng dapat dipelihara di air tawar karena sifat eurihaline, artinya ikan mampu hidup dikisaran salinitas

yang tinggi, meskipun untuk memijahkan induk dan larva masih membutuhkan air asin. Bahkan, di air yang

salinitasnya 0 per mil, seperti banyak sawah Bonorowo di Jawa Timur yang airnya tawar, bandeng mampu hidup dan

tumbuh besar.

Ikan Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh tumbuhan). Ikan ini memakan klekap yang tumbuh di

pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, kelekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng

terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatome), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman

ganggang (Najas dan Ruppia). Tumbuh tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah

dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk.

CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) CBIB adalah cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang

terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi,

pakan, obat ikan dan bahan kimia serta biologis. Sedangkan definisi menurut codex alimentarius adalah kegiatan dari

sektor perikanan budidaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan aman yang sesuai

dengan undang-undang dan peraturan mengenai pangan. Istilah CBIB sendiri baru digunakan secara resmi melalui

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 02/MEN/2007. Tujuan diterapkannya CBIB adalah untuk menjamin

mutu dan keamanan pangan hasil pembudidayaan ikan.

Dalam budidaya ikan yang baik harus memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut :

– Biosecurity (Kemanan dalam Biologi) : upaya mencegah/mengurangi peluang masuknya suatu penyakit

kesuatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari satu tempat ketyempat lain yang masih bebas.

– Food Safety (keamanan pangan).

– Enviromental Friendly ( Ramah Lingkungan)

Sedangkan Kontaminan yang membahayakan keamanan pangan adalah :

- Kimia : Residu obat hewan dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam budidaya, kontaminan dari

populasi, pakan dsb (Logam berat, Pastisida, Antibiotika).

- Biologi : Mikro-organisme (Salmonella, Cholera, dll).

- Fisik Serpian kayu, logam, rambut dll).

DASAR HUKUM PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

1. PerMen KP No. PER.01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan.

2. PerMen KP No.PER.02/MEN/2007 tentang Monitoring Residu Obat, Bahan Kimia, Bahan Biologi dan

kontaminan Pada Pembudiayaan Ikan.

3. KepMen KP No. KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

4. KepMen KP No.KEP.02/MEN/2007 Tentang CBIB.

5. Kep Dirjen PB No. 116/DPB/HK.150. D4/I/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Monitoring Residu Obat,

Bahan Kimia, Biologi atau Kontaminan pada Pembudayaan Ikan.

6. Kep Dirjen PB No. 44/DJ-PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi CBIB.

Page 21: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 19

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada diwilayah Kecamatan Turi, Laren, Kalitengah, Karanggeneng, Sukodadi,

Lamongan, Babat, Sekaran, Brondong, Karangbinangun, dan Glagah. Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan

yaitu mulai 27 Februari 2013 sampai 27 Maret 2013.

Materi Penelitian

Materi penelitian ini menggunakan 11 Kecamatan potensi perikanan di Kabupaten Lamongan, yang meliputi

pola budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif yaitu untuk mencari data dan informasi yang

diperlukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan para pemangku kepentingan serta Instansi terkait

untuk mendapatkan data sekundernya.

Jenis dan Sumber Data

Ada 2 jenis sumber data yaitu :

(1) Data Primer yaitu data yang diambil berdasarkan hasil wawancara dan groundedcheck berupa lokasi

tambak, luas lahan tambak, status kepemilikan lahan tambak, pola budidaya, saat tebar benih, nener dan

asal nener,harga nener, padat penebaran, penanggulangan hama penyakit, lama budidaya, panen,

penanganan pasca panen dan pemasaran.

(2) Data Sekunder yaitu data yang diambil oleh peneliti dari data – data dokumen yang sudah tersedia dari

Instansi terkait.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitihan ini bersifat survey eksploratif yang dimaksudkan untuk mencari data dan informasi secara

langsung untuk mendapatkan data sekundernya. Analisis data dilakukan dengan cara menginterpretasikan temuan-

temuan yang diperoleh dilapangan, terutama mengenai pola budidaya, pengolahan pascapanen dan pemasaran serta

diversifikasi aneka produk olahan bandeng.

Data primer diambil berdasarkan hasil wawancara dan groundchek berupa lokasi tambak, luas lahan tambak,

pola budidaya saat tebar benih, nener dan asal nener, harga nener,padat penebaran, penanggulangan hama dan

penyakit, lama budidaya, panen, penanganan pasca panen. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, hasil

penelitihan terdahulu, BPS dan laporan tahunan.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Hasil Penelitian

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ini adalah Pola budidaya bandeng yang diterapkan oleh masyarakat

sebagian besar masih bersifat tradisional, terutama pada tambak-tambak lama yang menganut sistem lebon dan

polikultur. Tambak-tambak polikultur bandeng dengan udang dan kerapu bersifat semi intensif dengan perlakuan

pakan tambahan dan kincir air sebagai aerasi.

Perikanan budidaya ke depan merupakan tumpuan utama dalam meningkatkan produktivitas perikanan.

Untuk Kabupaten Lamongan produksi perikanan budidaya tahun 2013 mencapai 39.201 ton dan pada tahun 2014

diproyeksikan akan naik menjadi 40.377 ton atau naik sebesar 3 % per tahun. (Renstra Kab.Lamongan 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka dapat diperoleh data produksi ikan bandeng pada Tahun

2011,2012 dan 2013 di 11 kecamatan lokasi penelitian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 1. Data Produksi Ikan Bandeng Tahun 2011 sebagai berikut :

No Kecamatan Produksi (Kg) Tahun 2011

Sawah Tambak Tambak Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Lamongan

Sekaran

Sukodadi

Glagah

Karangbinangun

Turi

Kalitengah

Karanggeneng

Babat

Laren

Brondong

1.620.027

69.460

119.347

2.332.074

1.572.056

1.657.240

773.302

861.935

225.702

279.112

-

-

-

-

497.313

-

-

-

-

-

-

788.609

1.620.027

69.460

119.347

2.829.387

1.572.056

1.657.240

773.302

861.935

225.702

279.112

788.609

Jumlah 9.510.255 1.285.922 10.796.177

Page 22: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 20

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Tabel 2. Data Produksi Ikan Bandeng Tahun 2012 sebagai berikut :

No Kecamatan Produksi (Kg) Tahun 2012

Sawah Tambak Tambak Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Lamongan

Sekaran

Sukodadi

Glagah

Karangbinangun

Turi

Kalitengah

Karanggeneng

Babat

Laren

Brondong

1.219.352

114.267

111.611

2.029.786

2.432.487

2.028.500

533.488

890.841

370.906

304.682

-

-

-

-

414.075

-

-

-

-

-

-

151.725

1.219.352

114.267

111.611

2.443.861

2.432.487

2.028.500

533.488

890.841

370.906

304.682

151.725

Jumlah 10.035.920 565.800 10.601.720

Tabel 3. Data Produksi Ikan Bandeng Tahun 2013 sebagai berikut :

No Kecamatan Produksi (Kg) Tahun 2013

Sawah Tambak Tambak Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Lamongan

Sekaran

Sukodadi

Glagah

Karangbinangun

Turi

Kalitengah

Karanggeneng

Babat

Laren

Brondong

1.104.908

136.493

87.384

2.712.745

3.447.719

2.213.047

896.329

800.993

351.170

376.754

-

-

-

-

501.672

-

-

-

-

-

-

98.284

1.104.908

136.493

87.384

3.214.417

3.447.719

2.213.047

896.329

800.993

351.170

376.754

98.284

Jumlah 12.127.542 599.956 12.727.498

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan 2013

Dari tabel diatas menunjukkan adanya penurunan pada Kecamatan Lamongan pada Tahun 2011 sebesar

1.620.027 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 1.104.908 kg/th, Sukodadi pada Tahun 2011 sebesar 119.347 kg/th dan

Brondong pada Tahun 2011 sebesar Rp. 788.609 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 98.284 kg/th. Kemudian terjadi

penurunan pada Kecamatan Karangbinangun pada Tahun 2011 sebesar 1.572.056 kg/th ke Tahun 2013 sebesar

3447.719 kg/th, Sekaran pada Tahun 2011 sebesar 69.460 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 136.493 kg/th, Turi pada

Tahun 2011 sebesar 1.657.240 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 2.213.047, Laren pada Tahun 2011 sebesar 279.112 kg/th

ke Tahun 2013 sebesar 376.756 kg/th dan terjadi kenaikan dan penurunan pada Kecamatan Glagah pada Tahun 2011

sebesar 2.829.387 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 3.214.417 kg/th , Karanggeneng pada Tahun 2011 sebesar 861.935

kg/th ke Tahun 2013 sebesar 800.993 kg/th, Kalitengah pada Tahun 2011 sebesar 773.302 kg/th ke Tahun 2013

sebesar 896.329 th/kg dan Babat pada Tahun 2011 sebesar 225.702 kg/th ke Tahun 2013 sebesar 351.170 kg/th. Hal

ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

Grafik 1. Penurunan Nilai Produksi Bandeng dari Tahun 2011 ke Tahun

2013 di Kecamatan Lamongan, Sukodadi dan Brondong

Page 23: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 21

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

2011 2012 2013

Sekaran

Karangbinangun

Turi

Laren

Grafik 2. Kenaikan Nilai Produksi Bandeng di Kecamatan Karangbinangun

Sekaran, Turi dan Laren

Grafik 3. Kenaikan dan Penurunan Nilai Produksi Bandeng di Kecamatan

Glagah, Karanggeneng, Kalitengah, dan Babat

Ketiga grafik tersebut melihatkan laju produksi ikan bandeng di masing – masing wilayah dengan berbagai

analisa, ada yang mengalami kenaikan, penurunan dan bersifat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor

teknis, yaitu lahan yang semakin kurus akibat budidaya yang terus menerus tanpa adanya pengolahan lahan, faktor

benih yang ditebar semakin susah didapatkan apalagi benih yang berkualitas bagus, faktor cuaca yang kadang sangat

ekstrem membuat pertumbuhan bandeng agak terlambat dan faktor manajemen pakan serta probiotik dalam usaha

budidaya ikan bandeng membuat pertumbuhan ikan bandeng semakin optimal sehingga didapatkan produksi yang

cukup tinggi.

Gambar 4. Produksi Bandeng di 11 Kecamatan Tahun 2011, 2012 dan 2013

Page 24: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 22

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Produksi bandeng dari grafik terlihat ada penurunan pada tahun 2012 yang dikarenakan oleh faktor musim

penghujan yang ekstrem dan lama. Hal ini mengakibatkan terjadi hambatan pada produksi badeng, pemupukan tidak

dapat dilakukan secara efektif sehingga pertumbuhan bandeng lambat karena plankton sulit terbentuk. Selain itu

dalam usaha penggelondongan juga terjadi hambatan karena lahan tidak bisa dipersiapkan maksimal sehingga

berpengaruh pada produksi pembesarannya.

Pada tahun 2013 terjadi kenaikan produksi bandeng yang disebabkan oleh pembudidaya sudah dapat

melakukan budidaya secara normal (iklim dan sumber benih / gelondong memenuhi kebutuhan). Selain itu ada

pembinaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan terhadap persiapan benih unggul bandeng

diantaranya dengan program desiminasi benih badeng yang bekerja sama dengan BPPAP Situbondo. Meskipun ada

beberapa kecamatan mengalami penurunan produksi bandeng tetapi secara keseluruhan mengalami kenaikan.

Sehubungan dengan program penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik, terutama dalam budidaya ikan

Bandeng di Kabupaten Lamongan, masih belum optimal. Sampai dengan tahun 2013 jumlah pembudidaya ikan

Bandeng yang sudah tersertifikasi CBIB kurang dari 50 orang. Dari hasil quisioner lebih dari 90% pembudidaya ikan

Bandeng di 11 Kecamatan lokasi penelitian belum tersertifikasi. Dari total pemdbudidaya ikan bandeng di Kabupaten

Lamongan sebanyak 25.284 orang. Hal ini menunjukkan perlunya sosialisasi tentang penerapan CBIB di wilayah

Kabupaten Lamongan.

Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan bandeng 25.284 orang dengan areal luas 23.454 Ha menghasilkan

bandeng sebanyak 12.727.498 kg dengan rata-rata produksi 700-800 kg/ha dengan produksi yang masih relatif kecil.

Ini masih dapat ditingkatkan secara kwalitatif dan kwantitatif.

Melihat data dari masyarakat pembudidaya, tambak yang masih sangat minim yang tercakup dalam cara

budidaya ikan yang baik hanya ada 50 orang dari 25.284 orang pembudidaya ikan. Maka peningkatan pengetahuan

masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan tentang CBIB sangat perlu ditingkatkan. Untuk peningkatan

produktifitas secara kwantitatif dan kwalitatif.

Apabila peningkatan pengetahuan tentang CBIB pada petambak dapat dilakukan, maka peningkatan produksi

akan bisa melampui proyeksi kenaikan produksi yang diproyeksikan.

Penanganan Bandeng Pasca Panen

Teknik Penanganan Bandeng Pascapanen sangat berpengaruh terhadap kualitas kesegarannya. Ikan bandeng

bersifat perishable, mudah busuk dan mudah rusak. Pemeliharaan mutu ikan lebih sulit dibanding dengan mutu

makanan berdaging lainnya. Secara umum otot ikan hidup bersifat elastis dan kendur. Segera setelah tubuh ikan mulai

kaku akibat kematian, seluruh badan ikan menjadi keras, kaku dan tidak elastis yang dikenal dengan rigomortis

dimana seluruh badan ikan menjadi kaku.

Pasca rigormortis, mutu ikan akan menurun dengan cepat manakala tidak ditangani dengan baik karena

akibat terhentinya pernafasan akan memicu pecahnya sel-sel ATP, otolisis dari enzim proteolytic yang terdapat pada

otot, oksidasi lemak dan aktivitas metabolisme mikroorganisme. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap mutu

kesegaran ikan antara lain adalah jenis ikan, pola budidaya dan pemberian pakan, ukuran ikan, jarak tambak ke pasar

ikan atau Coldstorage, tempat ikan dan sarana pengangkutan. Beberapa petambak di Kab.Lamongan menemukan

fakta bahwa bandeng yang dipelihara tanpa tambahan pakan pellet dan hanya memakan kelekap memiliki ketahanan

yang lebih bagus dibandingkan dengan hanya diberi pakan pellet.

Untuk mempertahankan mutu dan kesegaran bandeng diperlukan penanganan yang cepat dalam suhu dingin.

Segera setelah dipanen dan diangkat dari tambak, bandeng sebaiknya segera dicuci dan dimasukkan dalam wadah

palka yang telah disiapkan dan diberi lapisan es. Beberapa pembudidaya belum menerapkan cara panen yang baik

karena biasanya bandeng diangkat dari tambak lalu diletakkan diatas pematang berumput, dipilah berdasarkan ukuran

lalu dimasukkan kedalam keranjangbambu, ditimbang, lalu diatasnya ditutup rerumputan, selanjutnya dinaikkan

diatas sepeda motor dan dibawah kepasar untuk dijual atau ke pengepul. Cara panen demikian hampir dilakukan di

setiap Kecamatan. Bahkan kadang bandeng diangkut ke pasar menggunakan mobil bak terbuka tanpa tutup sama

sekali dan dibiarkan kena panas matahari langsung.

Cara panen yang demikian berbeda dengan yang dianjurkan dalam SNI 7309;2009. Menurut acuan SNI

7309;2009, cara panen bandeng harus dilakukan dengan cepat menggunakan jaring krikit dengan mesh size 2 inch.

Bandeng yang ditangkap segera dibersihkan dan dimasukkan kedalam wadah penampungan yang telah diberi air es

dan garam 3%. Perbandingan ikan dan es adalah 1:1 atau pada suhu 5oC. Cara panen bandeng berdasarkan SNI

tersebut perlu disosialisasikan kepada pembudidaya serta seluruh pembudidaya dan seluruh pandega agar mutu

bandeng dapat dipertahanklan sejak diangkat dari tambak.

Demikian juga proses pengangkutan munuju ke pasar. Alat transportasi yang digunakan seyognyanya

menggunakan mobil bok tertutup agar bandeng tidak terpapar matahari langsung karena paparan panas dan udara

terbuka memicu kontaminasi serta mempercepat proses penurunan kualitas kesegarannya.Dari hasil pengamatan

dilapangan, bandeng diperlakukan seperti palawijo yang setelah ditimbang diletakkan begitu saja dilantai pasar tanpa

alas. Rantai pemasaran bandeng ada beberapa tahap yang masing-masing mensyaratkan kualitas mutu tertentu.

Bandeng segar yang langsung diolah akan menghadirkan cita rasa yang enak, rasanya manis dan gurih khas ikan tanpa

anyir dan teksturnya lembut. Hal tersebut akan berbeda dengan bandeng yang sudah turun tingkat kesegarannya yang

ditandai dengan rasa tawar, bau anyir dan tekstur dagingnya lembek.

Page 25: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 23

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Dari hal yang demikian untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan masyarakat diperlukan adanya

penyuluhan yang lebih inten dan terus menerus kepada para petambak pembudidaya ikan untuk lebih meningkatkan

kwalitas hasil panen. Penanganan yang kurang memenuhi standart, dapat menurunkan kwalitas produksi sampai 10%.

Berdasarkan data pengolahan pasca panen tahun 2013, melibatkan sebanyak 1.825 orang pada tiap

kecamatan yang teramati, melalui berbagai perlakuan dan data real pada lampiran 1 data UKM pengolahan hasil yang

diperoleh 78 orang memperlihatkan minimnya pengolahan hasil produksi secara berkala komersil. Hal ini dapat

dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Produk olahan yang ada di Kabupaten Lamongan yang paling banyak

dilakukan adalah pengasapan dengan jumlah 73 UKM dan othak-othak sejumlah 5 UKM.

Untuk itu masih diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan pada usaha peningkatan pengolahan pasca

panen dari sentra-sentra produksi di kecamatan lainnya. Sehingga mampu meningkatkan nilai tambah pada produk

hasil panen bandeng. Untuk kesejahteraan masyarakat paling tidak masih bisa ditingkatkan 20% dari data yang ada

sekarang pada kecamatan yang belum ada usaha pengolahan pasca panen pada kecamatan lainnya.

Analisa Usaha Dan Kesejahteraan Pembudidaya

Analisa usaha yang dilakukan adalah laba rugi dan analisa biaya manfaat berdasarkan data primer dan

responden. Mayoritas pembudidaya lebih memilih membesarkan bandeng untuk tujuan konsumsi. Beberapa

penggelondongan juga sebagai pembudidaya dan pedagang. Pembudidaya yang berhasil dengan tingkat kehidupan

yang sejahtera melakukan usaha pembesaran dan pengolahan bandeng dengan didukung oleh istri, anak-anak yang

telah dewasa dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah atau rumahnya berdekatan. Kerjasama usaha dalam

rumah tangga pembudidaya sebagian besar adalah suami berperan sebagai pengolah tambak, istri mengolah bandeng

sesuai pesanan atau dikirim kepasar untuk kemudian melakukan penjualan secara bersama-sama.

Kisaran harga bandeng pada tahun 2014 saat penelitihan ini dilakukan bersifat fluktuatif dan dinamis. Harga

bandeng konsumsi ukuran 250-300 g/ekor yaitu Rp. 17.000,- sampai dengan Rp. 19.000,- per kg. Sedangkan ukuran

100-200 g/ekor yaitu Rp.13.000,- sampai Rp.15.000,-

Berikut contoh analisa usaha produksi ikan Bandeng konsumsi pada lahan sawah tambak per Ha di salah satu

pembudidaya ikan di Kecamatan Karangbinangun sesuai dengan CBIB dan sawah tambak yang dikelola secara

tradisional dalam satu periode pemeliharaan selama ± 3-4 bulan adalah sebagai berikut :

ANALISA USAHA PEMBESARAN DISAWAH TAMBAK SISTEM POLIKULTUR TRADISIONAL

DENGAN PENERAPAN CBIB

A. ASUMSI

Tambak pembesaran ukuran 10.000 m²

Masa pemeliharaan bandeng yaitu 90-120 hari

Tebar benih gelondongan bandeng Uk. 7-9 cm

(1 ekor/m)

: 10.000 ekor (benih kualitas baik)

Tebar benur udang vaname (5 ekor/m)

: 50.000 ekor (benih lokal kualitas

baik)

Tebar benih nila ukur 3-4 cm (1 ekor/m) : 5.000 ekor ( benih monosex)

Tebar benih tewas ukur 2-3 cm (1 ekor/m) : 2.000 ekor

Tebar benih tombro ukur 2-3 cm (1 ekor/2m) : 2.000 ekor

B. INVESTASI

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

1. Sewa Sawah Tambak 1 tahun 6.000.000 6.000.000

2. Pompa Air 1 Unit 3.500.000 3.500.000

3. Ember 4 Unit 35.000 140.000

4. Keranjang panen 10 Unit 25.000 250.000

5. Serok 3 Unit 35.000 105.000

6. Jaring biosecurity 1 unit 1.500.000 1.500.000

Total Investasi 11.495.000

C. MODAL USAHA

1. Biaya Tetap

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

a. Sewa Sawah Tambak 1 Tahun 6.000.000 5.000.000

b. Penyusutan : (16 % selama

Page 26: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 24

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

5 th)

- Pompa Air 560.000

- Ember pakan 22.400

- Keranjang panen 40.000

- Jaring biosecurity

240.000

Total Biaya Tetap 6.862.400

2. Biaya Tidak Tetap

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

a. Bibit bandeng 10.000 Ekor 250 2.500.000

b. Benih udang vaname 50.000 Ekor 25 1.250.000

c. Benih Nila 5.000 Ekor 50 250.000

d. Benih tawes 2.000 Ekor 15 30.000

e. Benih Tombro 2.000 Ekor 50 100.000

f. Pupuk

- Organik 400 Kg 500 200.000

- Urea 400 Kg 2.200 280.000

- SP 36 200 Kg 2.000 400.000

- Garam 250 Kg 750 187.500

g. Pakan Ikan 2.500 Kg 7.500 18.750.000

h. Pakan udang 250 Kg 9.500 2.375.000

i. BBM 300 Liter 5.500 1.650.000

j. Tenaga kerja (1 org selama

3 bulan) 3 OB 750.000 2.250.000

k. Obat – obatan (Probiotik) 12 Paket 40.000 480.000

l. Biaya Panen 1 Paket 1.500.000 1.500.000

Total Biaya Tidak Tetap 32.802.500

Total Modal Usaha

39.664.900

D. PENDAPATAN

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

- Rata – rata SR untuk semua

ikan/udang 80%

- SR naik karena perlakuan

benih sebelum tebar lebih

optimal dengan proses

aklimatisasi dan

pendederan

- Panen Bandeng Uk. 5

ekor/kg 1600 Kg 15.000 24.000.000

- Panen Udang Vaname 90

ekor/kg 444 Kg 40.000 17.760.000

- Panen Nila 6 ekor/kg 650 Kg 12.000 7.800.000

- Panen Tawes 8 ekor/kg 200 Kg 8.000 1.600.000

- Panen Tombro 10 ekor/kg 160 Kg 12.000 1.920.000

- Jumlah Panen 3054 Kg

Total pendapatan 53.080.000

D. MARGIN

KEUNTUNGAN

Keuntungan 13.415.100

Rentabilitas Pendapatan

67,64 %

Rasio Pendapatan 3,0

Page 27: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 25

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

ANALISA USAHA PEMBESARAN DISAWAH TAMBAK SISTEM POLIKULTUR TRADISIONAL

TANPA PENERAPAN CBIB

A. ASUMSI

Tambak pembesaran ukuran 10.000 m²

Masa pemeliharaan bandeng yaitu 90 hari

Tebar benih gelondongan bandeng Uk. 7-9 cm

(1 ekor/m)

: 10.000 ekor

Tebar benur udang vaname (5 ekor/m) : 50.000 ekor

Tebar benih nila ukur 3-4 cm (1 ekor/m) : 5.000 ekor

Tebar benih tewas ukur 2-3 cm (1 ekor/m) : 2.000 ekor

Tebar benih tombro ukur 2-3 cm (1 ekor/2m) : 2.000 ekor

B. INVESTASI

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

1. Sewa Sawah Tambak 1 tahun 6.000.000 6.000.000

2. Pompa Air 1 Unit 3.500.000 3.500.000

3. Ember 4 Unit 35.000 140.000

4. Keranjang panen 10 Unit 25.000 250.000

5. Serok 3 Unit 35.000 105.000

Total Investasi 9.890.000

C. MODAL USAHA

1. Biaya Tetap

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

a. Sewa Sawah Tambak 1 Tahun 6.000.000 6.000.000

b. Penyusutan : (16 % selama

5 th)

- Pompa Air 560.000

- Ember pakan 22.400

- Keranjang panen 40.000

Total Biaya Tetap 6.622.400

2. Biaya Tidak Tetap

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

a. Bibit bandeng 10.000 Ekor 200 2.000.000

b. Benih udang vaname 50.000 Ekor 18 900.000

c. Benih Nila 5.000 Ekor 45 225.000

d. Benih tawes 2.000 Ekor 15 30.000

e. Benih Tombro 2.000 Ekor 50 100.000

f. Pupuk

- Organik 400 Kg 500 200.000

- Urea 600 Kg 2.200 1.320.000

- SP 36 400 Kg 2.000 800.000

- Garam 400 Kg 750 300.000

g. BBM 250 Kg 5.500 1.375.000

h. Tenaga kerja (1 org selama

3 bulan) 3 OB 750.000 2.250.000

i. Obat – obatan (Probiotik) 12 Paket 40.000 480.000

j. Biaya Panen 1 Paket 1.500.000 1.500.000

Total Biaya Tidak Tetap 11.480.000

Total Modal Usaha

18.102.400

Page 28: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 26

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

D. PENDAPATAN

Uraian Volume Harga Satuan Jumlah

- Rata – rata SR untuk semua

ikan/udang 75%

- Panen Bandeng Uk. 10

ekor/kg 750 Kg 13.000 9.750.000

- Panen Udang Vaname 150

ekor/kg 250 Kg 27.000 6.750.000

- Panen Nila 12 ekor/kg 312 Kg 10.000 3.120.000

- Panen Tawes 10 ekor/kg 150 Kg 8.000 1.200.000

- Panen Tombro 12 ekor/kg 125 Kg 12.000 1.500.000

- Jumlah Panen 1587 Kg

Total pendapatan 22.320.000

D. MARGIN

KEUNTUNGAN

Keuntungan 4.217.600

Rentabilitas Pendapatan

46,60 %

Rasio Pendapatan 4,3

Dari hasil analisa laba rugi tersebut diketahui bahwa margin keuntungan lebih banyak didapatkan dari usaha

budidaya ikan bandeng dengan menerapkan CBIB dengan margin keuntungan Rp. 13.415.100,00 sehingga didapatkan

Rentabilitas Pendapatan sebesar 67,64 % dan Rasio Pendapatan usaha budidaya ikan bandeng sebesar 3,0. Apabila

melakukan usaha budidaya ikan bandeng secara tradisional tanpa penerapan CBIB dengan margin keuntungan

Rp.4.217.600,00 sehingga didapatkan Rentabilitas Pendapatan sebesar 46,60 % dan Rasio Pendapatan usaha budidaya

ikan bandeng sebesar 4,3. Rentabilitas ekonomi usaha budidaya ikan bandeng konsumsi diperoleh dari (Laba Usaha /

Modal Usaha) x 100 % jadi laba usaha tersebut dikalikan 2 (dua) karena dalam 1 tahun mampu melakukan 2 kali

siklus budidaya ikan bandeng.

Perbedaan dari usaha budidaya ikan bandeng dengan menerapkan CBIB dan usaha budidaya ikan bandeng

tanpa menerapkan CBIB terletak pada usaha penebaran benih yang berkualitas dan tidak, selain itu juga faktor

keamanan usaha budidaya dari gangguan predator, hama dan penyakit dapat dicegah dengan menggunakan jaring

biosecurity yang mengelilingi pematang sawah tambak, pada usaha budidaya ikan bandeng mampu menerapkan

manajemen pakan sesuai dengan anjuran CBIB sehingga pertumbuhan ikan bandeng dan ikan lain cederung lebih

cepat dan optimal dan selain itu juga faktor menajemen pengelolaan kualitas air dengan menggunakan probiotik yang

mampu menstabilkan kondisi perairan sehingga ikan dapat tumbuh secara optimal dan tanpa harus mengeluarkan

banyak pupuk sistetis (urea, sp36, dll) bisa dikatakan lebih mengurangi penggunaan pupuk sintesis.

Kita bisa melihat dari hasil pembahasan tersebut bahwa apabila usaha budidaya ikan bandeng kita

dibudidayakan secara konsep CBIB mulai dari pengolahan lahan dasar tambak, pemupukan berimbang sesuai anjuran,

penebaran benih yang baik minimal sesuai dengan SNI, manajemen pengelolaan kualitas air dan manajemen pakan

serta proses pemanenan, maka secara tidak langsung usaha budidaya ikan bandeng akan menghasilkan produksi yang

optimal. Artinya usaha budidaya bandeng sawah tambak yang sesuai anjuran CBIB sangat layak untuk

dikembangkan. Apabila hal ini dikaitkan dengan kesejahteraan keluarga pembudidaya maka jika dianalogkan

pendapatan pembudidaya rata – rata per bulan dengan usaha budidaya ikan menerapkan CBIB = Rp.3.000.000

.dimana penghasilan tersebut lebih dari UMR Kabupaten Lamongan Rp.1.075.700,00 pada tahun 2013.

Dengan demikian usaha budidaya ikan bandeng sangat perlu dikembangkan dan usaha pengolahan hasil

perikanan terutama dari ikan bandeng juga perlu didorong ataupun dilatih guna menambah pendapatan dari nilai

produksi. Misalkan, 1 kg ikan bandeng ukur 3 – 4 ekor/kg harga Rp. 15.000 – Rp. 17.000 dan apabila dilakukan usaha

pengolahan berupa bandeng asap saja nilai produksi dari 1 ekor bisa dihargai sampai Rp. 6.000 – Rp. 7.000.- dari

margin nilai pendapatan inilah yang mendorong untuk dilakukannya pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan

terutama dengan komoditi ikan bandeng.

Page 29: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 27

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV tersebut diatas, maka peneliti dapat mengambil beberapa

kesimpulan :

1. Pola Budidaya Bandeng yang dilakukan oleh masyarakat Lamongan sebagian bersifat tradisional dan spesifik

lokasi.

2. Usaha budidaya ikan bandeng dengan menerapkan CBIB lebih layak dan berpeluang sangat bagus dibanding

tanpa menerapkan CBIB.

3. Penanganan pasca panen masih sangat sederhana, bandeng hasil panen langsung dimasukkan keranjang –

keranjang bambu lalu ditutup dengan rerumputan, ditimbang lalu di bawah ke TPI untuk dilelang.

4. Pengolahan bandeng dilakukan pada skala home industri adalah bandeng asap, bandeng presto, otak-otak

bandeng, bandeng tandu dan bandeng krispi.

5. Pengembangan teknik pengolahan diarahkan pada diversifikasi produk bandeng tanpa duri serta bandeng duri

lunak untuk menjangkau pasar yang lebih luas lagi dan didistribusikan secara nasional dan atau ekspor.

Bandeng Asap Masih ada duri Rp.15.000/ekor, sedangkan tanpa duri Rp. 17.000/ekor

Bandeng yang digunakan ukuran 3-4 ekor/kg yang bila dijual segar harga Rp.15.000-17.000/kg.

Dengan pengasapan nilai produksi bisa naik tiga kali.

Kendala bandeng asap : alat yang dipunya masih terbatas, tenaga pemasaran kurang dan kemasan kurang

menarik.

6. Pola pemasaran bandeng dilakukan dengan dua cara, yaitu pembelian langsung dan lelang di TPI.

7. Pola kemitraan yang telah terjalin ada empat yaitu (1) antara pembudidaya dengan pengepul, (2)

pembudidaya dengan eksportir, (3) pembudidaya dengan pabrik pakan dan (4) pembudidaya dengan industri

pengolahan.

Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan saran – saran sebagai berikut :

(1) Perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur jalan produksi, pengairan dan TPI untuk mempercepat proses

penanganan pasca panen dan pengolahan.

(2) Usaha budidaya bandeng masih perlu pembinaan dan bimbingan terutama mengenai teknis budidaya, proses

produksi, teknik penanganan pasca panen dan pengolahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alit, AA.2007. Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan Bandeng Pada Skala Rumah Tangga di Pesisisr Pantai

Kecamatan Gerogok Bulelelng Bali Utara, Aquakultura Indonesiaa 8(3) :189-196

Bungin, MB, 2008. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, kencana

Prenada Media Group, Jakarta.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan, 2013, Laporan Tahunan Bidang Perikanan Budidaya

Ismail dkk, 1993. Pedoman Teknis Usaha Pembesaran Ikan Bandeng di Indonesia, Seri Pengembangan Hasil

Penelitian Perikanan No.26/1993, Badan Penelitihan dan Pengembangan Pertanian Jakarta.73 h.

Mansur A dan Tonnek, S. 2003.Prospek Budidaya Bandeng dalam Karamba Jaring Apung Laut dan Muara Sungai;

Balai Penelitian Perikanan Pantai; Jurnal Litbang Pertanian 2(3), h.79-85

Sabarudin, Coco Kokarkin dan Abidin Nur II., 1995. Biologi Bandeng, dalam Teknologi Pembenihan Bandeng secara

Terpadu; BBAP Jepara.128h.

Silalahi, U., 2009. Metode Penelitihan Sosial, Refika Aditama, Bandung, h.90-127,180-186,280-316.

SNI 01-6150-1999, Produksi Benih Bandeng Kelas Benih Sebar; Ringkasan SNI Perikanan Budidaya, Jakarta, 2h

SNI 01-6149-1999, Produksi Benih Bandeng Kelas Benih Sebar; Ringkasan SNI Perikanan Budidaya, Jakarta, 2h

SNI 01-6148-1999, Produksi Benih Bandeng Kelas Benih Sebar; Ringkasan SNI Perikanan Budidaya, Jakarta, 1h

UU RI Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Woo,KH.,1984. Biological Produktivity UNDP/FAO Network of Aquculture Centre in Asia, Philippines,24p

http://www.vwrypdf.com Rakitan Teknologi Penggelondongan Nener Bandeng oleh Zulkifli dkk,8h.

http://www.dkp.go.id/indek.php/ind/new/2431; Permintaan naik budidaya bandeng kembali dilirik

Page 30: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 28

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Margin Pemasaran Komoditas Ikan Patin Di Desa Kedungwangi Dan Desa

Nogojatisari Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan

Wachidatus Sa’adah *)

*)

Dosen Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari

perairan umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Tujuan

penelitian Untuk mengetahui peningkatan margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa Kedungwangi dan

NogoJatisari.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat

konsumen Rp 15.000,00 per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 2.500 Margin terbesar terjadi pada

lembaga pemasaran ditingkat pedagang pengumpul, yaitu sebesar Rp 1.000,00 per kg ikan patin, sementara untuk

pedagang pasar dan pengecer hanya sebesar Rp 500,00 per kg ikan. Namun keuntungan yang diterima pedagang pasar

dan pengecer lebih kecil dari pedagang pengumpul. Untuk Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul

4% dengan fisherman share 96% nilai marketing margin di tingkat pendagang pasar 11% dengan fisherman shere 89%

dan nilai marketing margin di tingkat pedagan pengecer 14% dengan fisherman share 86% bila dilihat nilai

marketing margin dan fisherman share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share lebih besar

dari nilai marketing margin. dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng

pada setiap pendagang perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien

karena nilai fisherman share lebih besar dari nilai margin.

Untuk mendapatkan hasil penjualan yang tinggi , disarankan kepada petani untuk menjual langsung kependagang

pengecer, tidak hanya kepada pengumpul saja. Apabila hasil ikan patin yang dipanen dalam jumlah yang banyak maka

stok/persediaan ikan patin untuk dikirim ke Kabupaten Lamongan dan kedaerah pemasaran lainnya.

Kunci: Margin Pemasaran, Ikan Patin

PENDAHULUAN

Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari

perairan umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Usaha ini

sangat diharapkan dapat lebih berperan serta dalam menyediakan bahan makanan yang berprotein dan bernilai gizi

yang tinggi, peningkatan peluang kerja dan mendorong kesejahteraan masyarakat serta pendapatan negara melalui

kegiatan ekspor komoditi perikanan

telah banyak petani ikan yang membuka usaha budidaya ikan patin siam meskipun hanya dalam skala

tertentu Keberhasilan usaha ikan patin sangat ditentukan oleh input yang berkualitas yang diperoleh dari proses

produksi yang baik pula. Kualitas dan kuantitas benih ikan sangat menentukan output ikan patin yang akan dihasilkan.

Mengingat pentingnya kegiatan pemasaran bagi petani ikan, maka masalah pemasaran harus diperhatikan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Permasalahan yang sering dijumpai dalam pemasaran ikan patin

yaitu masalah sistem jual beli ikan yang tidak cash. Kondisi seperti ini tentu berakibat kepetani ikan itu sendiri

terutama mereka harus menambah biaya pakan kalau seandainya pedagang tersebut terlambat membeli ikan yang

sudah selayaknya dipanen.

Hasil panen ikan dibeli oleh padagang pengempul yang ada di sekitar Lamongan, namun pemasaran selama

ini hanya dipasarkan dipasar lokal. Akibat supplay ikan patin yang banyak dari lamongan menyebabkan pasar lokal

kelebihan daya tampung, sehingga ada pemikiran bagi pedagang pengumpul untuk memasarkan ikan patin ke

kabupaten Jombang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa

Kedungwangi dan Nogojatisari

METODE PENELITIAN

Objek penelitian yang menjadi sumber data penelitian adalah para petani ikan dan pendagang ikan di Desa

Nogojatisari Dan Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, dan penelitian ini dilakukan pada

bulan Januari 2013. yang diteliti kasus margin pemasaran komonditas ikan patin Desa Kedungwangi dan Nogojatisari,

Kecamatan Sambeng, KabupatenLamongan.

Data dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung pada responden yang berpedoman pada daftar

pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan prosedur penelitian Purposive Sampling. Data

yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Page 31: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 29

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Data yang terkumpul dilapangan ditabulasikan dalam suatu daftar tabel yang kemudian di analisis secara

deskriptif untuk menggambarkan keadaan dari tujuan penelitian. Untuk mengetahui biaya produksi atau biaya

pemasaran dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran dicari dengan rumus sebagai berikut:

a. Biaya produksi yang dikeluarkan petani ikan di tentukan dengan rumus

BP = BV + BT

Dimana :

BP = Biaya produksi,

BV = Biaya variabel

BT = Biaya tetap.

b. Keuntungan yang diperolah patani ikan ditentukan dengan rumus

K = P – BP

Dimana :

K = Keuntungan,

P = Penerimaan

BP = Biaya produksi

c. Marketing margin dihitung dengan menggunakan rumus

𝑀𝑀 = 𝐻𝐾 − 𝐻𝑃

𝐻𝐾𝑥 100%

Dimana :

MM = Marketing margin

HK = Harga di konsumen

HP = Harga diprodusen

d. Fisherman share ditentukan dengan rumus

𝐹𝑆 = 𝐻𝑃

𝐻𝐾𝑥 100%

Dimana :

FS = Fisherman share,

HP = Harga di produsen,

HK = Harga di konsumen

e. Efisiensi pemasaran ditentukan dengan cara membandingkan nilai marketing margin dengan fisherman share,

dengan ketentuan bila marketing margin lebih kecil dari fisherman share maka pemasaran dikatakan masih

efisien, dan sebaliknya tidak efisien bila marketing margin lebih besar dari fisherman share.

PEMBAHASAN

1. Produksi Ikan Patin

Produksi ikan hasil budidaya di Kecamatan Sambeng tercatat sebanyak yang terdiri dari beberapa jenis ikan,

antara lain ikan patin dari 2 responden petani ikan patin yang menjadi sampel yang memilki luas kolam mulai dari 200

meter persegi hingga 750 meter persegi dengan rata-rata 3.398 meter persegi menghasil tingkat kelangsungan hidup

ikan patin sebanyak 217,5%. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan bila petani dapat menekan mortalitas ikan

selama pemeliharaan yang mortalitasnya mencapai 20% dari jumlah benih yang di tebar ke kolam, dan memberi

pakan yang cukup serta berkualitas. Pakan yang diberikan petani ikan ke ikan peliharaan berupa pakan pellet, tapi

karena harga pakan cukup tinggi maka dalam pemberian pakan petani tidak sepenuhnya menggunakan pellet sehingga

pertumbuhan ikan menjadi pertumbuhan ikan menjadi lambat dan masa panen pun tertunda sampai 8 bulan atau 9

bulan pemeliharaan.

Sementara masalah yang dihadapi petani ikan dalam menjalankan usahanya adalah masalah dana operasional

untuk memulai pemeliharaan ikan setelah panen, karena petani baru bisa mendapatkan uang hasil penjualan ikan

setelah 1-2 minggu ikan terjual, sehingga yang seharusnya petani dapat langsung menebar benih ikan yang baru

terpaksa menundanya sampai ada dana untuk musim pemeliharaan berikutnya.

Tabel 1. Luas kolam, Padat Tebar, Mortalitas, dan Tingkat Kelangsungan hidup (SR %) Ikan Patin

Resp Unit Kola

m

Luas Kola

m (m

2)

Padat Tebar (Ekor/

m2)

Mortalitas (%)

(SR % )

1 2

2 2 1 4 3

600 300 200 750 430

3750 1875 2500 2344 1792

20 10 10 20 5

80 90 90 80 95

Page 32: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 30

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Jumlah

12 1752 4380 65 435

Rata-rata

6 876 2190 32,5 217,5

Data Primer, 2012

2. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan

Keuntungan merupakan hal yang menjadi tujuan bagi setiap pengusaha, dan begitu pula bagi seorang petani

ikan yang membudidayakan ikan patin dalam kolam serta para pedagang yang memasarkan ikan hasil budidaya.

Keuntungan merupakan hal yang menjadi tujuan bagi setiap pengusaha, dan begitu pula bagi seorang petani

ikan yang membudidayakan ikan patin dalam kolam serta para pedagang yang memasarkan ikan hasil budidaya. Besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh setiap pengusaha sangat tergantung pada besarnya penerimaan yang

diterima dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha yang dilakukan. Untuk petani ikan besarnya

keuntungan ditentukan oleh jumlah nilai penjualan ikan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode

pemeliharaan. Sedangkan untuk pedagang ikan besarnya keuntungan yang diperoleh ditentukan oleh nilai penjualan

dikurangi dengan biaya pemasaran selama proses pemasaran.

3. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan

Untuk mengetahui berapa besar biaya dan keuntungan yang diperoleh petani pembudidaya ikan patin di

Kecamatan Sambeng Tabel 2 memberikan gambaran.

Keuntungan petani ikan terendah diperoleh di Desa Kedungwangi sebesar Rp. 1.988.000 dan tertinggi

diperoleh Desa Nogojatisari sebesar Rp. 19.470.000 dengan rata-rata keuntungan sebesar Rp. 20.315.000 atau sekitar

Rp. 1.550 per kg ikan. Keuntungan sebesar itu bukan merupakan keuntungan yang diterima tepat untuk masa 7 bulan

pemeliharaan.Keuntungan yang diterima petani cukup yaitu sekitar Rp. 1.550,- per kg ikan yang dihasilkan.

Keuntungan ini merupakan keuntungan atas biaya aktual (nyata) saja yang dikeluarkan petani, sedangkan biaya tidak

nyata belum diperhitungkan sebagai biaya Secara rata-rata biaya aktual yang dikeluarkan petani ikan untuk

menghasilkan 1 kg ikan patin diperkirakan sebesar Rp. 6.100 yang meliputi biaya pembelian benih ikan, pakan, kapur,

bahan pembasmi hama penyakit (putas). Biaya terbesar dikeluarkan berupa biaya pembelian pakan yaitu hampir 80%

sedangkan pembelian bibit hanya sekitar 10% dan sisanya untuk keperluan pembelian yang lain.

Tabel 2. Biaya Produksi, Penerimaan dan Keuntungan Budidaya Ikan Patin dalam Kolam

Resp Luas Kolam (m2)

Biaya Produksi (Rp 000)

Penerimaan (Rp 000)

Keuntungan (Rp 000)

1

2

600 300 200 750 430

18.030 17.750 16.800 18.100 18.440

37.500 21.093 28.125 22.504 20.428

19.470 3.343

11.325 4.404 1.988

Jumlah 40.730

Rata-rata 20.315 Data Primer, 2012

4. Efisiensi Pemasaran Ikan Patin Untuk mengetahui suatu sistem pemasaran komoditi (ikan patin) apakah masih efisien atau sudah tidak

efisien lagi, maka kita harus ketahui berapa besar nilai marketing margin dan nilai fisherman share dari komoditi yang

dipasarkan. Marketing margin adalah perbedaan harga pada tingkat produsen dengan harga ditingkat konsumen.

Marketing margin terdiri dari komponen biaya pemasaran dan keuntungan yang diterima oleh pedagang. Artinya

besarnya marketing magin tidak hanya ditentukan oleh keuntungan yang diambil pedagang, tapi juga ditentukan oleh

biaya yang dikeluarkan pedagang yang bersangkutan. Biasanya pedagang dalam menetapkan harga penjualan yang

dapat memberikan sejumlah keuntungan tertentu baginya didasarkan atas harga pokok penjualan. Dalam hal ini

jumlah pengeluaran pedagang dalam arti biaya pemasaran merupakan komponen yang sangat menentukan besarnya

marketing margin.

Page 33: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 31

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Tabel 3. Harga Beli dan Harga Jual Ikan Patin serta Perbedaan Harga pada Masing-masing Lembaga Pemasaran

No

Lembaga Pemasaran

Harga Beli (Rp/ kg)

Harga Jual

(Rp/ kg)

Margin (Rp)

1 2 3 4 5

Petani Ikan Pengumpul Pedagang pasar Pengecer konsumen

- 12.500 13.500 14.000 15.500

12.500 13.500 14.000 15.500

-

- 1000,00

500,00 1500,00

-

Data Primer, 2012

Harga ikan patin ditingkat produsen Rp. 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat konsumen Rp. 15.500,00

per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp. 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran

ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp. 1.500,00per kg ikan patin, sementara untuk pedagang pengumpul

hanya sebesar Rp. 1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp. 500,00 per kg ikan. Namun keuntungan

yang diterima pedagang pasar lebih kecil dari pedagang pengumpul. Jadi rendahnya tingkat keuntungan yang diterima

pedagang pasar disebabkan karena pedagang pasar menjual ikan dengan jumlah yang lebih banyak.

Tabel 4. Marketing Margin dan Fisherman Share Pemasaran Ikan Patin

No.

Harga Jual (Rp/ kg) Marketing Margin (%)

Fisherman Share (%)

1 Patani Ikan 12.500,00

Pengumpul 13.000

4 96

2 Patani Ikan 12.500,00

Pedagang pasar 14.000

11 89

3 Patani Ikan 12.500,00

Pengecer 15.500

20 80

Data Primer, 2012

Bila dilihat nilai marketing margin dan nilai fisherman sharenya, yang mana nilai marketing margin lebih

kecil dari nilai fisherman sharenya. Ini menunjukan bahwa pemasaran ikan patin asal Kecamatan Sambeng tujuan

pemasaran Kabupaten Lamongan masih efisien. Lebih lanjut pada tabel terlihat nilai marketing margin setiap

tingkatan menunjukkan semakin besar bila rantai pemasaran semakin panjang, sementara fisherman sharenya akan

semakin kecil. Ini menunjukkan besarnya nilai marketing margin dan nilai fisherman share ada kaitannya dengan

panjang rantai pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran yang harus dilalaui suatu komoditi untuk sampai ke

konsumen maka akan semakin besar nilai marketing margin dan semakin kecil nilai fisherman share, dan ini artinya

harga yang diterima produsen akan semakin lebih rendah dari harga yang dibayar konsumen atau harga yang harus

dibayar konsumen akan jauh lebih tinggi dari harga yang diterima produsen. Suatu sistem pemasaran sudah dikatakan

tidak efisien lagi bila nilai marketing magin lebih besar dari nilai fisherman sharenya, karena pada kondisi ini harga

yang harus dibayar konsumen sudah diatas 50% dari harga jual produsen sehingga pada kondisi ini hanya

pedaganglah yang menikmati keuntungan dari sistem pemasaran ini, sedangkan produsen dan konsumen sudah

dirugikan. Petani dirugikan karena keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh pedagang,

sedangkan konsumen dirugikan karena harus membayar jauh lebih mahal dari harga yang sewajarnya.

Hal ini sesuai dengan Hanafiah (1983) yang menyatakan perbedaan nilai marketing margin dengan fisherman

share dipengaruhi oleh jarak antara produsen dan kosumen. Semakin jauh jarak dari produsen ke konsumen maka

semakin besar nilai marketing margin dan nilai fisherman share semakin kecil, selain itu perbedaan nilai ini juga

disebabkaan oleh biaya pengangkutan.

KESIMPULAN

Pemasaran ikan patin dari kecamatan Sambeng sampai konsumen berjalan dengan lancar. lembaga

pemasaran yang berperan yaitu petani, pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang pengecer.

Keuntungan bersih antara petani ikan patin, pedagang pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang pengecer

berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul lebih besar dibanding

pedagang pasar dan pedagang pengecer.

Page 34: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 32

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

1. Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat konsumen Rp 15.500,00 per

kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran

ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.500,00 per kg ikan patin, sementara untuk pedagang pengumpu

hanya sebesar Rp 1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp 500,00 per kg ikan.

2. Sudioyono, A., 2002. Pemasaran Pertanian Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul 4%

dengan fisherman share 96% nilai marketing margin di tingkat pedagang pasar 11% dengan fisherman shere

89% dan nilai marketing margin di tingkat pedagang pengecer 20% dengan fisherman share 80% bila dilihat

nilai marketing margin dan fisherman share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share

lebih besar dari nilai marketing margin.

3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng pada setiap pedagang

perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien karena nilai fisherman

share lebih besar dari nilai margin.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.

Asyari, dkk, 1992. Makalah Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar di Kolam dengan

Kepadata ikan yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.

Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius.

Yogyakarta

Hanafiah, AM dan AM. Saefuddin, 1986. Tataniaga Hasil.

Kamaluddin., 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id

Khairuman dan Dodi S. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media. Jakarta.

Kordik, M.G.H.2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara.

Yogyakarta.

Marzuki, 1986. Riset Pemasaran. http:/ dianblogspot.com. Diakses pada tanggal 26 mei 2012.

Rahmat. 2010. http//Kepadatan Ikan Khusus_patin.com diakses pada tanggal 01 Januari 2012 pukul 08.00 WIB.

Universitas Muhammadiyah,Malang.

Page 35: Jurnal Ilmu Eksakta Universitas Islam Lamongan · PDF fileJurnal Ilmu Eksakta ... Metode penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... Salah satu faktor yang

P a g e | 33

Universitas Islam Lamongan | ISSN : 2302-3791

Halaman ini sengaja dikosongkan