jurnal episiotomi

8
Tujuan : Untuk menginvestigasi hubungan antara ti pe geo metri dari e pisio tomi d a n injuri spinter anal obstetrik (OASIS) karena sudut episiotomi 40-60 berhubunga n dengan kejadian OASIS yang lebih sedikit daripada episiotomi dengan sudut tajam. Desain : Casecontrol study. Setting : University Hospital of North Norway, Tromsø and Nordland Hospital , Bodø, N orway. Sample : tujuh puluh empat wanita yang melahirkan pervaginam dan dilakukan epis iotomi. Kasus (n = 37) mendapatkan OASIS pada saat melahirkan, sementara kontrol (n = 37) tidak. kelompok ini telah disesuaikan dengan instrume n persalinan. metod e : dua grup y ang di bandi ngkan adalah wani ta yan g hany a melakukan persa lin an pervaginam. Scar dari episiotomi diidentifikasi dan difoto dan pengukuran yan g relevan diambil. data dianalisis menggunakan analisis kondisional logistik. Outcome utama: pengukuran rata-rata sudut episiotomi, panjang dan dalamnya insis i. Hasil : risiko t erjadi nya O ASI S men uru n 70% (odds ratio [OR] 0.30; 95% CI 0.14 0 .66) untuk setiap peningkatan 5.5 mm kedalaman episiotomi, menurun 56% (OR 0.44;  95% CI 0.230.86) untuk setiap 4.5 mm peningkatan jarak dari midline sampai titik insisi episiotom i, dan penurunan 75% (OR 0.25;95% CI 0.10 0.61) untuk setiap 5.5 mm peningkatan panjang episiotomi. Akhirnya, tidak ada perbedaan sudut rata-rata an tara dua grup tetapi ada hubungan U-shaped antara sudut dan OASIS (OR 2.09; 95% CI 1.02 4.28) dengan pening katan risiko (OR 9.00; 95% CI 1.171.0) terjadinya OASIS ketika sudutnya lebih kecil daripada 15 atau >60 . Kesim pu lan : PEnelitian ini menun ju kkan bah wa scar episio to mi dengan kedalaman > 16 mm, panjang > 17 mm, titik insisi > 9 mm ke lateral dari midpoint and kisaran sudut 30 60 secara signifikan berhubungan dengan rendahnya risiko OASIS. Pengurangan/Penyusutan jaringan harus  dipertimbangkan. Pendahuluan Injuri spincter anal obstetrik (OASIS) adalah penyebab terbanyak inkontinensia a nal pada wanita OASIS adalah robekan berat pada perineal selama persalinan pervaginam, menyebabk an rupture spincter anal parsial atau pun total. kurang lebih 30-50% wanita yang mengalami OASIS akan menderita inkontinensia ana l setelah perbaikan primer. hal ini akan menganggu secara fisik dan mental seseorang. Beberapa faktor obstet rik berkaitan dengan peningkatan risiko OASIS telah diidetifikasi dan sering diperdebatkan, episiotomi sering dianggap satu-satunya penyebab. kebanyakan di negara-negara barat, episiotomi hanya direkomendasikan atas indika si. Hal ini juga direkomendasikan oleh pedoman di Norwegia dan jumlah rata-rata episiotomi saat ini pada kelahiran diantara 12-15%. tujuan dari episiotomi adala h untuk mempercepat persalinan pada kasus fetal distress, peningkatan area jalan  lahir seperti pada kasus distokia bahu, atau untuk meminimalisir risiko OASIS. Ada beberapa variasi dari episotomi, dan tiga jenis yang digambarkan. (1) medial  episiotomi dilakukan dengan insisi membagi jaringan perineal pada midline ke ba

Upload: aan-anhar

Post on 12-Oct-2015

147 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apik

TRANSCRIPT

Tujuan : Untuk menginvestigasi hubungan antara tipe geometri dari episiotomi dan injuri spinter anal obstetrik (OASIS) karena sudut episiotomi 40-60 berhubungan dengan kejadian OASIS yang lebih sedikit daripada episiotomi dengan sudut tajam.Desain : Casecontrol study.Setting : University Hospital of North Norway, Troms and Nordland Hospital, Bod, Norway.Sample : tujuh puluh empat wanita yang melahirkan pervaginam dan dilakukan episiotomi. Kasus (n = 37) mendapatkan OASIS pada saat melahirkan, sementara kontrol (n = 37) tidak. kelompok ini telah disesuaikan dengan instrumen persalinan.metode : dua grup yang dibandingkan adalah wanita yang hanya melakukan persalinan pervaginam. Scar dari episiotomi diidentifikasi dan difoto dan pengukuran yang relevan diambil. data dianalisis menggunakan analisis kondisional logistik.Outcome utama: pengukuran rata-rata sudut episiotomi, panjang dan dalamnya insisi.Hasil : risiko terjadinya OASIS menurun 70% (odds ratio [OR] 0.30; 95% CI 0.140.66) untuk setiap peningkatan 5.5 mm kedalaman episiotomi, menurun 56% (OR 0.44; 95% CI 0.230.86)untuk setiap 4.5 mm peningkatan jarak dari midline sampai titik insisi episiotomi, dan penurunan 75% (OR 0.25;95% CI 0.100.61) untuk setiap 5.5 mm peningkatan panjang episiotomi. Akhirnya, tidak ada perbedaan sudut rata-rata antara dua grup tetapiada hubungan U-shaped antara sudut dan OASIS (OR 2.09; 95% CI 1.024.28) dengan peningkatan risiko (OR 9.00;95% CI 1.171.0) terjadinya OASIS ketika sudutnya lebih kecil daripada 15 atau >60.Kesimpulan : PEnelitian ini menunjukkan bahwa scar episiotomidengan kedalaman > 16 mm, panjang > 17 mm, titik insisi > 9 mmke lateral dari midpoint and kisaran sudut 3060 secara signifikanberhubungan dengan rendahnya risiko OASIS. Pengurangan/Penyusutan jaringan harus dipertimbangkan.PendahuluanInjuri spincter anal obstetrik (OASIS) adalah penyebab terbanyak inkontinensia anal pada wanitaOASIS adalah robekan berat pada perineal selama persalinan pervaginam, menyebabkan rupture spincter anal parsial atau pun total.kurang lebih 30-50% wanita yang mengalami OASIS akan menderita inkontinensia anal setelah perbaikan primer.hal ini akan menganggu secara fisik dan mental seseorang. Beberapa faktor obstetrik berkaitan dengan peningkatan risiko OASIS telah diidetifikasi dan sering diperdebatkan, episiotomi sering dianggap satu-satunya penyebab.kebanyakan di negara-negara barat, episiotomi hanya direkomendasikan atas indikasi. Hal ini juga direkomendasikan oleh pedoman di Norwegia dan jumlah rata-rata episiotomi saat ini pada kelahiran diantara 12-15%. tujuan dari episiotomi adalah untuk mempercepat persalinan pada kasus fetal distress, peningkatan area jalan lahir seperti pada kasus distokia bahu, atau untuk meminimalisir risiko OASIS.Ada beberapa variasi dari episotomi, dan tiga jenis yang digambarkan. (1) medial episiotomi dilakukan dengan insisi membagi jaringan perineal pada midline ke bawahmenuju kanal anal. (2) Mediolateral episiotomi dilakukan dengan point insisi pada midline dengan sudut meningkat antara 40-60 ke arah kiri atau pun kanan dari kanal anal.(3) Lateral Episiotomi dilakukan dengan point insisi menuju kiri atau kanan dari midline, pada arah jam 4-5 atau 7-8 dan sudut potongnya adalah 40-60 dari midline.Ada bukti kuat yang melawan midline episiotomi, menunjukan hubungan yang jelas dengan peningkatan risiko OASIS. Konsensus kurang berperan dalam mediolateral episiotomi. penelitian akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa mediolateral episiotomi adalah suatu proteksi mencegah OASIS dalam tindakan operatif persalinan pervaginam dan wanita primipara. bagaimanapun, andrew et al melakukan penelitian prospektif yang menunjukan bahwa mediolateral episiotomi adalah faktor risiko yang kuat untuk terjadinya trauma perineal. dua penelitian kohort mengindikasikan bahwa mediolateral episiotomi adalah pencegahan pada persalinan pervaginam pertama.sebaliknya tidak untuk persalinan pervaginam kedua atau lebih.Pertanyaan tentang teknik spesifik dari mediolateral episiotomi bermunculan. Kalis et al mengungkapkan bagaimana mediolateral episiotomi digunakan di beberapa rumah sakit eropamendapatkan sedikit persetujuan dan penilaian individual sangat dilebih-lebihkan. Penelitian lain menunjukan bagaimanan para ahli kesehatan melakukan mediolateral episiotomisecara berbeda, menyebabkan beberapa potongan episiotomi yang lebih dekat ke midline daripada yang diharapkan. ketidaksesuaian definisi dan teknik menjadi pokok pertanyaanapakah ketidaktepatan kesimpulan mungkin telah diambil dan mungkin hal ini menyesatkan dalam membandingkan laporan. bagaimanapun, penelitian - penelitian yang mengevaluasi teknik episiotomi menujukan bahwa suatu sudut secara signifikan berkaitan dengan OASISdan cidera ini tampaknya lebih sering terjadi pada mediolateral episiotomi dengan sudut < 40.kami memutuskan untuk menginvetigasi karakteristik episiotomi berdasarkan sudut, panjang, kedalaman dan titik insisi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menetukan hubungan adntarabebrapa karakteristik episiotomi ini dengan kejadian OASIS.Metodedesain dan populasi penelitianpenelitian ini diadakan di Rumah Sakit Universitas Norwegia Utara dan Rumah Sakit Nordland, Norwegia. kami melakukan rancangan penelitian case control menggunakanthe electrnic patient journal sustem partus (CSAM Health AS, Lysaker, Norway), yang mengidentifikasi peserta yang memenuhi syarat. informasi OBstetrik untuk semua kelahiranyang diperoleh selama pencarian dari tahun 2004-2011. wanita dimasukan dalam penelitian jika mereka telah melakukan sekali persalinan pervaginam dan dilakukan episiotomi.Grup ini telah dibagi lebih lanjut menggunakan klasifikasi Sultan untuk episiotomi.Wanita yang secara klinis teridentifikasi robekan perineal derajat 3 atau 4 saat melahirkan. digolongkan menjadi 3a, 3b,3c atau 4, yang diklasifikasikan sebagai kasus,sebaliknya kontrolnya adalah wanita tanpa OASIS. Wanita pada grup kasus dan kontrol dimana menggunakan ventouse/forceps dikelompokkan karena berkaitan kuat antara OASISdengan persalinan instrumental. perhitungan Power menggunakan hasil dari Andrews et al. telah mengerjakan sudut episiotomi, dengan antisipasi selisih 11 diantara grup-grup,dengan standar deviasi 13, memberikan suatu tingkat power yang signifikan 5% dan 90%. Ukuran sample yang dibtuhkan 37 wanita pada setiap grup.sebanyak 53 wanita dengan OASIS dan 75 wanita kontrol dihubungi dan diajak untuk berpartisipasi melalui surat dan panggilan telepon. total 5 wanita yang diekslusi karenabahasa atau kehamilannya dan 49 wanita menolak untuk berpartisipasi( 16 kasus OASIS dan 33 Kontrol yang sesuai). 74 wanita memenuhi syarat yang ingin berpartisipasidalam penelitian. wanita yang diinklusi menandatangani surat informed consent dan dipanggil untuk pemeriksaan fisik.TeknikPenelitian ini berusaha mengukur garis dan sudut diantara titik tepat pada posterior fourset, episiotomi dan bebrapa titik anterior dari epitelium anal, diberi nama jaraka, b, c, d, e dan sudut a (figure 1). jarak diukur dalam milimeter dan sudutnya X/360 dari satu lingkaran penuh. Jarak a (midline) didefinisikan sebagai panjang antara posterior fourset sampai kanal anal, jarak b : kedalaman caudal end dari pintasan garis episiotomi 'a' secara tegak lurus, c: jarak terpendek dari titik caudal episiotomisampai ke kanal anal, d: jarak dari posterior fourset sampai titik insisi episiotomi. Panjang episiotomi 'e' didefinisikan sebagai panjang dari lingkaran terluar darilabia, yang terekspos seluruhnya, tetapi tidak terlalu sering diregangkan dan sudut (a), sebuah sudut antara (midline) dan episiotomi. Pada pemeriksaan fisik, introitus/perineum vagina dinilai dari scar episiotomi, dan diambil gambar. semua wanita pada posisi litotomi dengan lutut bersadar pada holder.Kamera nikon Coolpix S8000 digunakan. Kamera sudah terfiksir pada tripod dan kamera sudah disetting horisontal, dengan 40cm jarak dari introitus vagina. fokus utama adalah pembukaan vagina, dan anal dan pembukaan vagina akan dimasukan dalam foto disamping episiotomi (figure 2). Untuk referensi pengukuran suatu pengaris surgeri (CODMAN) telah digunakan untuk pemotretan,posisi vertikal terhadap episiotomi.Scar episiotomi ditandai dengan pen surgeri (CODMAN) sebelum pengambilan foto. Untuk menambahkan keterangan pada foto dan menggambar semua garis antara fix point seperti pada gambar 1. Adobe Photoshop Ver CS5 (Adobe Systems Inc, San Jose, CA, USA) digunakan. seluruh foto diambil oleh 1 orang dan 4 foto diambil dari setiap wanita. dua pakar abstetrikdibutakan untuk kasus dan kontrol melakukan seleksi dari foto, satu dari setiap kasus dan kontrol. semua garis yang berkaitan dan sudut untuk pengukuran lebih lanjut digambar dua kalikedalam dua indentikal set dari foto tersebut. Garis-garis digambar oleh komputer drafter sewaan bersama dengan seorang investigator (MS) dan bersama ahli obstetrik yang berpengalamanyang dibutakan. Seorang drafter mengukur dua set garis pada saat yang berbeda. Penelitian ini disetujui oleh komite etik region norwegia utara (163/2008)StatistikPersetujuan antara dua bacaan telah dievaluasi menggunakan Bland-Altman plot, intraclass correlation coefficient (ICC)and coefficient of variation (CV). An ICC < 0.90 mengindikasikan kesepakatan yang sangat baik, CV < 15% dirasa cukup. 23-25 data dianalisis menggunakan SPSS versi 18 (SPSS Inc, Chicago, IL, USA).Model regresi kondisional logistik digunakan untuk menilai selisih antara kasus dan kontrol dan untuk menghitung odd ratio (OR) untuk OASIS. OR diperkirakan tiap peningkatan SD pada variabel kontinyu. sepasang kombinasi cara untuk karakteristik episiotomi secara serempak dimasukan ke dalam model regresi untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik episiotomi yang lain.tingkat yang sangat penting seluruhnya di set pada 0.05. Hubungan disesuaikan terhadap berat lahir.untuk melihat hubungan antara OASIS dan kisaran sudut, dan sudut yang sangat sempit dan sangat lebar kami transformasikan dalam variabel kontinyu 'sudut' dalam kategori(0-15, 16-30, 31-45, 46-60, >60). keduanya OR mentah dan yang telah disesuaikan telah diperkirakan. lebih lanjut, untuk menangkap kemungkinan 'U shape' hubungan antara variabel kontinyu dari sudut dan OASIS, hubungan linier dan kuadran diuji. Untuk sensitifitas extreme value dari berat lahir diidentifikasi dan diekslusi. seluruh analisis statistik kemudian dieksekusi.HasilGambaran Karakteristik pada kasus dan kontrol dilaporkan pada tabel 1. wanita dengan OASIS melahirkan bayi secara signifikan dengan berat lahir yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak terdapat cidera.(3764 vs 3377 g, P= 0.009). lingkar kepala rata-rata juga lebih tinggi secara signifikan pada grup kasus dibandingkan kontrol (36.9 versus 35.9 cm, P = 0.036).Reliabilitas interobserver didasarkan pada gambar yang direplikasi dan pengukuran dari semua gambar. ICC 0,88 (95% CI 0.80-0,92), dan CV 15,4% untuk jarak a; ICC 0.99 (95% CI 0,99-0,99) dan CV 6,7% untuk jarak b; ICC 0,98 (95% CI 0,94-0,98) dan CV 9,7% untuk jarak c; ICC 0,92 (95% CI 0,78-0,90) dan CV 29,9% untukjarak d; ICC 0,98 (95% CI 0,96-0,99) dan CV 8,5% untuk e; dan ICC 0,99 (95% CI 0,99-0,99) dan CV 7,9% untuk sudut episiotomi. Untuk semua pengukuran, sebuah Bland-Altman Plot telah dibuat.Menggabungkan ICC, CV dan Bland-Altman Plot jarak b, c, d, e dan sudut memberikan kesepakatan tingkat tinggi sedangkan jarak hanya menunjukkan tingkat kesepakatan yang moderat.Analisis regresi kondisional logistik univariabel menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kasus dan kontrol(Tabel 2). Jarak rata-rata b lebih kecil pada kelompok kasus (11 mm) dibandingkan dengan kelompok kontrol (16 mm). Ini jugakasus untuk jarak rata-rata d (6 banding 9 mm) serta panjang episiotomi rata-rata e (13 vs 17 mm). sudut rata-rata tidak berbeda antara kedua kelompok. Namun,signifikan pada 'U-shape' berhubungan antara sudut dan OASIS ditangkap (OR 2,09, 95% CI 1,02-4,28) dan ketika sudut berubah ke variabel dikotomis sepertisudut sempit 60 dibandingkan kisaran sudut 15-60, ada perbedaan yang signifikan antara kelompok. Hanya enam perempuan tanpa OASIS (16%) yang memilikisudut episiotomi 60, sedangkan 14 wanita dengan OASIS (38%) menunjukkan sudut episiotomi 60.Perkiraan Odds ratio menunjukkan bahwa ada 70% penurunan risiko (OR 0,30, 95% CI 0,14-0,66) ruptur spincter anal obstetrik untuk setiap kenaikan 5,5 mmkedalaman episiotomi. Selain itu, dengan meningkatkan jarak dari fourchette posterior ke titik insisi dari episiotomi sebesar 4,5 mm risiko untuk OASIS menurun sebesar 56% (OR 0,44, 95% CI 0,23-0,86).Ada juga penurunan risiko 75% (OR 0,25, 95% CI 0.10-0.61) OASIS untuk setiap kenaikan 5,5 mm panjang episiotomi, dan ada peningkatan risiko cedera saat sudut 60 (OR 9,0, 95% CI 1,1-71,0).Sudut dikategorikan dalam 0-15 (OR 10.03, 95% CI,68-147,64), 16-30 (OR 1.12,95% CI 0,22-5,76), 31-45 (referensi), 46-60 (OR 0,75,95% CI 0,16-3,56) dan> 60 (OR 8.88, 95% CI 0.59-133,83) tidak mencapai signifikansi.Hasil tetap sama setelah disesuaikan dengan berat lahir. Tidak termasuk dua nilai ekstrim dari berat lahir (5254 dan 1922 g) dari perhitungan tidak mengubah temuan.Dalam satu set terpisah dari model multivariabel kita memasukan kombinasi berpasangan dari variabel kontinyu signifikan b, d dan e.Pada model dengan d dan b, d tidak signifikan berkaitan dengan OASIS (P = 0,41), sedangkan kedalaman b adalah (P = 0,01). Pada model dengan d dan e, d tidak signifikan (P = 0,19), sedangkan panjang e adalah (P = 0,01) dan dengan model kedalaman b dan panjang e ada kecenderungan non signifikan untuk kedua pengukuranterhadap kaitannya dengan OASIS (b: P = 0,07, panjang: P = 0,06).DiskusiStudi kasus-kontrol ini menunjukkan bahwa titik insisi, panjang dan kedalaman serta sudut semua parameter berhubungan dengan cedera sfingter anal. Insisi yang sangat dekat ke fourchette posterior, episiotomi pendek, sudut kecil 60 dan kedalaman pendek merupakan faktoryang meningkatkan risiko derajat ketiga dan keempat robekan perineum. Dengan kata lain efek protektif tampaknya tergantung pada seluruh aspek geometris yang dibuatsaat episiotomi dan fix point pada vagina dan lubang anus.Selanjutnya, kedalaman dan panjang episiotomi adalah karakteristik yang paling signifikan terkait dengan rendahnya risiko OASISbila dibandingkan dengan titik insisi. Temuan kami mungkin menunjukkan bahwa untuk membongkar perineum cukup dengan episiotomi yang harus pada panjang dan kedalaman tertentu.Panjang (a) antara fourchette posterior dan pembukaan anal tidak berbeda secara signifikan diantara kelompok, baik itu jarak c, panjang dari end caudal episiotomi ke lubang anus. Kurang signifikannya perbedaan antara kelompok untuk jarak a, menunjukkan bahwa perbaikan primer setelah cedera telah berhasil menjaga perineal pada kelompok kasus.Hubungan yang signifikan antara OASIS dan panjang episiotomi, titik insisi, kedalaman dan sudut bertahan tanpa penyesuaian dibuat untuk berat lahir atau ketika outlierdikeluarkan. Hal ini sesuai dengan temuan.sebelumnya Hanya beberapa laporan yang mengontrol atau menggambarkan teknik episiotomi dan melaporkan perbandingan hasilnya.Tincello et al, adalah orang pertama yang mempertanyakan teknik episiotomi mediolateral dan untuk mengangkat isu tentang derajat bantuan pada perineum berkaitan dengan sudutepisiotomi. Para peneliti berteori bahwa episiotomi sudut 30 atau kurang berfungsi sebagai insisi midline dimana tidak membongkar perineum yang cukup. Penulis juga mengusulkan bahwa episiotomi dengan sudut sangat lebar dapat menyebabkan kurangnya tekanan pada perineum.Dengan kuesioner bergambar penulis menunjukkan bahwa asumsi teknik episiotomi sama untuk semua perawat tidaklah valid. Mereka juga menemukan bahwa dokter menggunakan episiotomi lebih panjang dan lebih miring daripada bidan.Selanjutnya, dalam sebuah studi observasional dengan Andrews et al, sudut episiotomi diukur segera setelah perbaikan. hal itu menunjukkan bahwa episiotomi miring lebih tajam(26 versus 37) Dikaitkan dengan peningkatan signifikan dalam risiko OASIS. Sebuah studi kasus-kontrol dengan total100 primipara telah mendapatkan temuan serupa. Kasusnya adalah 54 wanita dengan robekan derajat ketiga, dan 46 wanita tanpa cedera merupakan kelompok kontrol. Para penulis menemukan bahwa sudut rata-rata secara signifikan lebih kecil dalam kelompok kasus (30) dibandingkan pada kelompok kontrol (38).Hasil kami juga menunjukkan variasi dalam praktek. meskipun menyadari adanya perubahan perineum dan penyusutan setelah kelahiran kami masih terkejut dengan variasi dalam teknik episiotomi. Gambar 2 menunjukkan beberapa Variasi: episiotomi pendek dekat dengan midline, dibandingkan dengan episiotomi dengan pengukuran terkait dengan sedikitnya risiko OASIS.Selain itu, mendukung teori Tincello et al, kami mengkonfirmasi bahwa sudut yang sangat kecil ( 60) berkaitan OASIS.Kami menemukan hubungan 'U-Shape' antara sudut dan OASIS, yang menunjukkan bahwa sudut scar episiotomi mulai dari 30 sampai 60 memiliki resiko OASIS minimal.Mengingat penyusutan dan perubahan jaringan perineal setelah kelahiran, hasil kami mendukung temuan penelitian klinis lainnya.Korelasi yang lemah antara sudut episiotomi pada waktu dipotong dan sudut scar episiotomi diukur saat kunjungan postnatal dilaporkan dalam dua studi.Menurut Kalis et al, ada penyusutan episiotomi sebesar rata-rata 12 setelah 6 bulan. Sebuah penyusutan yang sama diamati oleh van Dillen et al. Para penulis memeriksa episiotomi pada 25 perempuan segera setelah kelahiran dan membandingkannya dengan pengukuran yang dilakukan pada saat kontrol setelah melahirkan.Sudut rata-rata episiotomi berturut-turut adalah 38,6 7,8 dibandingkan dengan 31,2 11,5. Menurut Andrews et al, sudut sebesar 26 secara bermakna berkaitan dengan OASIS dibandingkan dengan sudut 37, yang diukur langsung setelah melahirkan.Mengingat kedua hasil (26-12), Sebuah scar episiotomi dengan sudut 15 akan menyerupai sudut episiotomi saat lahir berkaitan dengan peningkatan risiko OASIS.Di sisi lain, sudut 60 mungkin akan menyerupai sudut episiotomi >70 di waktu kelahiran.Untuk pengetahuan kita, ini adalah studi pertama yang menyelidiki apakah titik insisi dari episiotomi yang jauh dari midline berkaitan dengan OASIS.Di Finlandia, episiotomi lateral menjadi metode pilihan dalam beberapa dekade. dispekulasikan bahwa tradisi ini berkaitan dengan rendahnya jumlah kasus OASIS.Namun, asumsi ini dibuat melalui penelitian besar kohort. Sebuah penurunan Frekuensi OASIS yang signifikan terlihat setelah program intervensi dilakukan pada lima tempat persalinan di Norway. Intervensi terdiri dari program pelatihan klinis yang bertujuan untuk membentuk tim persalinan dengan empat tujuan pengajaran primer. Salah satunya adalah untuk melakukan episiotomi lateral yang bukan mediolateral, dan hanya atas indikasi.Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa wanita dengan episiotomi dimana titik insisi pada lateral midline memiliki risiko OASIS rendah dibandingkan wanita dengan titik insisi dekat dengan midline(Gambar 2).Manfaat titik insisi yang berada jauh dari midline adalah mengarahkan tekanan jauh dari midline.Tidak seperti penelitian kami, Andrews et al, tidak menemukan hubungan yang signifikan antara panjang episiotomi dengan OASIS.Mereka menyarankan bahwa episiotomi yang lebih panjang dengan sudut besar menjadikan jarak yang lebih jauh ke lubang anus, yang mana bisa mengurangi risiko OASIS.Studi ini menunjukkan bahwa jarak dari ujung episiotomi ke lubang anus (jarak c) bukanlah karakteristik yang berhubungan dengan OASIS.Di sisi lainKedalaman (jarak b), adalah karakteristik dengan berhubungan kuat dengan OASIS. Ketika mempertimbangkan struktur geometris midline,pembukaan vagina, titik insisi episiotomi dan panjang episitomi, karakteristik kedalaman b mungkin yang paling menjelaskan karena merupakan fungsi dari panjang d dan e dan sudut a.Teknik Episiotomi adalah prosedur dimodifikasi, Oleh karena itu penting untuk membuat catatan dari parameter yang dimaksud dalam penelitian ini.Dengan ini dapat menjadi pertimbangan dan menolong mereka dalam praktek yang berpotensi dapat menurunankan kejadian OASIS. 48% dari episiotomipada kelompok kasus dan 16% pada kelompok kontrol tidak memiliki karakteristik seperti kedalaman >16 mm, panjang >17 mm, titik insisi > 9 mm lateral midline dan berbagai sudut 30-60, yang secara signifikan terkait dengan risiko OASIS yang rendah.Hal ini kebutuhan pokok untuk pengawasan dan standarisasi hands-on training.Penelitian ini memiliki keterbatasan. Dengan 37 wanita dalam setiap Kelompok itu adalah sebuah penelitian kecil. Oleh karena itu hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.pengukuran dikumpulkan pada waktu setelah kelahiran, kita tidak tahu ukuran yang benar dari episiotomi saat lahir. Pada saat kelahiran distensi perineum dan edema yang disebabkan oleh tekanan kepala, menyebabkan perineum menjadi lebih besar daripada saat perbaikan dan kontrol postnatal.Oleh karena itu, pengukuran dalam Penelitian ini tentu akan lebih kecil daripada saat episiotomi dilakukan. 100 dan 28 perempuan diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,16 (13%) perempuan dikelompok kasus dan 33 (26%) pada kelompok kontrol tidak ingin dimasukkan dalam penelitian. Lebih banyak perempuan kontrol yang tidak mau berpartisipasi daripada wanita dalam kelompok kasus.Hal ini mungkin mempengaruhi hasil kami, yang perlu dikonfirmasi dalam penelitian yang akan datang dan lebih baik dalam percobaan terkontrol acak.kesimpulanStudi kasus-kontrol ini mendukung penelitian Teknik episiotomi lain, menunjukkan bahwa episiotomi dengan sudut sempit meningkatkan risiko OASIS. Selain itu, Temuan kami menunjukkan bahwa pengukuran seperti titik insisi, panjang episiotomi dan kedalaman dapat mengurangi risiko OASIS.Kedalaman dan panjang episiotomi adalah hal khusus yang penting. Ini adalah sebuah penelitian kecil, penelitian dengan teknik yang spesisifik dan sampel yang lebih besar diperlukan untuk penelitian lebih lanjutdalam menyelidiki pengaruh ukuran geometris pada OASIS.Ucapan Terima KasihKami berterima kasih kepada Mr Stein Erik Hansen atas kontribusinya terhadap mengukur foto dan gambar, Mr Ba rd Kjersem untuk memberikan informasi berharga tentang fotografi medis dan Mrs Cathrine Annette Planke untuk koreksi cetakan bahasa Inggris.Pengungkapan kepentinganTidak ada konflik kepentingan.Kontribusi terhadap kepenulisanMS melakukan penelitian, melakukan analisis dan mepimpin penulisan artikel. EB berkontribusi untuk mempelajari desain, membantu dengan metode statistik dan membantu untuk menafsirkanhasil serta mengawasi penelitian. TW membantu dengan metode statistik dan membantu untuk menginterpretasikan hasil. BV membantu dengan pengumpulan data. Po dan JP memahami dan mengawasi penelitian. Semua penulis membantu dalam kritik revisi naskah dan telah membaca dan menyetujui versi terakhir dari artikel.Rincian persetujuan etikaPersetujuan untuk studi ini diberikan oleh Etika Regional Komite North Norway (163/2008) dan semua pesertamemberikan persetujuan mereka untuk berpartisipasi.PendanaanPenelitian ini didukung oleh hibah dari Lembaga Kesehatan wilayah Norwegia Utara.