jurnal 4(1)

9
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK  Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria menghadapi banyak masalah, antara lain adanya kebingungan identitas diri dan ketidakterimaan sosial dari lingkungan.  Saat kesejahteraan subjektif menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat sebagai reaksi atas banyaknya artikel psikologi yang mengungkap keadaan negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai kesejahteraan subjektif dan mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada Waria PSK. Subjek penelitian ini adalah Waria, berumur di atas 35 tahun, mempunyai pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, tidak memiliki  pekerjaan sampingan serta berdomisili di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan  pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, kartu stimulus kata dan, kuesioner terbuka. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi metode sebagai teknik pemeriksaan data.  Berdasar hasil penelitian dan analisis data, diketahui ba hwa faktor   faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif Waria PSK adalah pemahaman agama dan  spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan  sosial, dan adanya tujuan hidup. Pembentukan kesejahteraan subjektif pada Waria diawali oleh bagaimana mereka menerima kehidupan, baik kondisi internal maupun eksternal. Penerimaan ini selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan juga mempengaruhi waria PSK. Bila waria PSK memil iki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial  yang baik, maka ia cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik;  sehingga akan menumbuhkan kesejeahteraan subjektif yang positif dalam diri mereka.  Kata kunci : kesejahteraan subjektif, Waria, Pekerja Seks Komersial (PSK) PENDAHULUAN Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan  bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria merupakan salah satu transgender, yaitu sikap dan perilaku maskulin berubah atau merubah diri ke sikap dan perilaku feminim (Sarah, 2007). Keputusan atau dorongan individu untuk menjadi waria melalui proses yang  panjang. Waria banyak menghadapi masalah dari dalam maupun dari luar sebagai konsekuensi pemilihan hidup sebagai waria. Pertama, mereka cenderung mengalami kebingungan identitas diri. Kedua, adanya ketidakterimaan sosial dari lingkungan atas  penentangan konstruksi gender. Selanjutnya, mereka juga menghadapi rumitnya legalitas, hukum norma tertulis maupun tidak tertulis yang menempatkan pada hak dan kewajibannya, serta mereka juga mempunyai dorongan seksual yang sama dengan manusia

Upload: sebastian-ivan-kristianto

Post on 17-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 1/9

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF

WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)

Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto

Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

 Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat

dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria menghadapi banyak masalah, antaralain adanya kebingungan identitas diri dan ketidakterimaan sosial dari lingkungan.  Saat

kesejahteraan subjektif menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat sebagai reaksi

atas banyaknya artikel psikologi yang mengungkap keadaan negatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenaikesejahteraan subjektif dan mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

kesejahteraan subjektif pada Waria PSK. Subjek penelitian ini adalah Waria, berumur di

atas 35 tahun, mempunyai pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, tidak memiliki pekerjaan sampingan serta berdomisili di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan

 pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara

mendalam, observasi, kartu stimulus kata dan, kuesioner terbuka. Dalam penelitian ini

digunakan teknik triangulasi metode sebagai teknik pemeriksaan data. Berdasar hasil penelitian dan analisis data, diketahui bahwa faktor  –  faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan subjektif Waria PSK adalah pemahaman agama dan

 spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan adanya tujuan hidup. Pembentukan kesejahteraan subjektif pada Waria

diawali oleh bagaimana mereka menerima kehidupan, baik kondisi internal maupun

eksternal. Penerimaan ini selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap

masalah yang mereka hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan juga mempengaruhiwaria PSK. Bila waria PSK memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial

 yang baik, maka ia cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik;

 sehingga akan menumbuhkan kesejeahteraan subjektif yang positif dalam diri mereka.

 Kata kunci : kesejahteraan subjektif, Waria, Pekerja Seks Komersial (PSK)

PENDAHULUAN

Keberadaan waria merupakan realitas

yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan

 bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria

merupakan salah satu transgender, yaitu sikapdan perilaku maskulin berubah atau merubah

diri ke sikap dan perilaku feminim (Sarah,

2007). Keputusan atau dorongan individuuntuk menjadi waria melalui proses yang

 panjang. Waria banyak menghadapi masalah

dari dalam maupun dari luar sebagai

konsekuensi pemilihan hidup sebagai waria.

Pertama, mereka cenderung mengalamikebingungan identitas diri. Kedua, adanya

ketidakterimaan sosial dari lingkungan atas

 penentangan konstruksi gender. Selanjutnya,

mereka juga menghadapi rumitnya legalitas,hukum norma tertulis maupun tidak tertulis

yang menempatkan pada hak dan

kewajibannya, serta mereka juga mempunyaidorongan seksual yang sama dengan manusia

Page 2: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 2/9

lainnya (Lerner dan Spanier dalam

Koeswinarno, 2004). penerimaan dan

 pengakuan waria di Indonesia, baru sebatasrealitas informal oleh sebagian masyarakat.

Uraian di atas, memunculkan pertanyaan :

Bagaimana gambaran hidup waria PSK?Bagaimana gambaran evaluasi hidupnya? Apayang menjadi tolok ukur waria PSK dalam

mengevaluasi hidupnya?

Saat kesejahteraan subjektif menjaditopik pembicaraan yang cukup hangat sebagai

reaksi atas banyaknya artikel psikologi yang

mengungkap keadaan negatif. Diener &

Scollon (2003) mengemukakan bahwakesejahteraan subjektif berhubungan dengan

 bagaimana seseorang merasakan dan berpikir

mengenai kehidupannya, baik emosi ataupunkognisi saat ini atau masa lampau, meliputi :

kepuasan hidup, emosi positif, kepuasan pada

domain tertentu seperti kepuasan kerja dan

 perkawinan, dan tingkat kualitas emosi positifatau negatif.

Diener et al (1999) mengungkapkan

 bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari duakomponen, yaitu afek dan kepuasan hidup.

Afek merupakan gambaran evaluasi langsung

individu atas peristiwa yang terjadi dalam

hidupnya, individu akan beraksi dengan afek positif jika mengalami sesuatu yang baik, dan

sebaliknya. Afek positif yang dominan

cenderung direfleksikan sebagai kesejahteraansubjektif yang tinggi. Menurut Tallegen

(dalam Diponegoro, 2004), terdapat 10 kata

sifat yang mempunyai daya ungkap afek positif, yaitu : penuh perhatian, berminat,

waspada, bergairah, antuasias, inspiratif,

 bangga, kuat, aktif, dan teguh pendirian.

Sedangkan afek negatif diungkap dengan 10kata sifat sebagai berikut : penuh tekanan,

terganggu, bersalah, takut, memusuhi,

 pemarah, malu, gelisah, gugup, dan khawatir.

Lebih lanjut Diener (1999)mengemukakan bahwa kepuasan hidup

merupakan bentuk kemampuan seseorang

untuk menikmati pengalaman disertai dengankegembiraan. Penilaian kepuasan didasarkan

 pada perbandingan antara kondisi diri tertentu

dibandingkan dengan berbagai standar, yang

mencakup : orang lain, kondisi masa lalu,tingkat aspirasi dan ide dari kepuasan, dan

kebutuhan atau tujuan lain.

Terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi kesejahteraan subjektifindividu, antara lain : (a) penilaian individu

terhadap kesehatannya (kesehatan subjektif);

(b) penghasilan dikaitkan dengan pemenuhankebutuhan dasar; (c) kemakmuran; (d) agama,

dicerminkan dalam perlaku religius; (e)

 pernikahan, yang berefek pada adanya

dukungan emosional dan ekonomi; (f) pendidikan, yang memungkinkan individu

untuk lebih maju dalam mencapai tujuan atau

 beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya; (g) kepribadian; (h) tujuan,

individu bereaksi positif ketika tujuannya

mengalami peningkatan, dan sebaliknya; (i)

 perilaku coping  yang efektif.Waria pekerja seks komersial (PSK)

adalah individu yang memiliki jenis kelamin

satu, namun berperilaku dan mengenakan pakaian dari lawan jenisnya untuk memenuhi

hasrat dalam dirinya untuk diterima dan

diperlakukan sebagai lawan jenis, dan

memiliki pekerjaan sebagai penjual jasa (jasaseks) tanpa melibatkan emosi individu.

Terbentuknya kepribadian waria dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik faktor lingkunganseperti pola asuh, pendidikan, hambatan

 perkembangan seksual, maupun faktor bawaan

seperti masa prenatal, hormonal dan konstitusi pembawaan. Hambatan dalam memilih

lapangan pekerjaan, baik dari aspek fisik

maupun sosial, mengakibatkan sulitnya waria

untuk bekerja pada sektor formal. Sektorinformal yang mudah diakses waria adalah

sebagai pelayanan jasa kecantikan dan

 pelayanan jasa seksual.

Berdasarkan uraian di atas, disusunkerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Page 3: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 3/9

 

Pilihan hidup menjadi Waria

 berdampak pada masalah penerimaan sosial,

seperti tidak diterimanya waria olehlingkungan mengingat nilai-nilai agama dan

sosial di Indonesia tidak mengizinkan perilaku

transeksual, sehingga peluang kerja menjadi

sempit. Dalam diri individu Waria sendiri jugamemiliki kesulitan dalam penerimaan diri dan

kebingungan identitas, di samping adanya

kebimbangan antara menjadi diri sendiridengan mematuhi norma-norma yang

melarang menjadi Waria. Kondisi ini akan

 berpengaruh pada kesejahteraan subjektif

Waria tersebut. Kesejahteraan subjektif initerdiri dari dua komponen, yaitu afek dan

kepuasan hidup. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi antara lain : kemakmuran,agama dan tujuan hidup.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah. Adapun fokus penelitiannyaadalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana

waria mengevaluasi kehidupannya baik secara

kognitif maupun afeksi, baik kehidupan

sekarang maupun kehidupan sebelumnyaSubjek penelitiannya mempunyai

keterbarasan karakteristik sebagai berikut : (1)

Waria, (2) umur di atas 35 tahun, (3) jenis pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, (4)

tidak memiliki pekerjaan sampingan, (5)

 berdomisili di Yogyakarta, dan (6) bersedia

menjadi subjek penelitian dan dibuktikandengan surat keterangan

Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut :1.  Wawancara mendalam yang terfokus (in

depth focused interview).

Metode ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna

subjektif yang dipahami individu

mengenai topik yang diteliti, dan

 bermaksud melakukan eksplorasi terhadapisu tersebut (Poerwandari, 1998). Adapun

 pedoman wawancara adalah:

 

Waria PekerjaSeks Komersial

PSKKepuasan

Hidup

Afek

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

PermasalahanInternal

PermasalahanSosial

Kesejahteraan

subjektif

Page 4: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 4/9

 

Tabel 1.

Pedoman wawancara subjek

Kondisi subjek internal Demografi

Penerimaan diri

Kepribadian dan deskripsi subjekKondisi subjek eksternal Pengakuan dan penerimaan keluarga dan lingkunganInteraksi sosial : keluarga dan pasangan, teman dan

lingkungan

Afek

Kepuasan hidup Kepuasan terhadap diri sendiri

Kepuasan terhadap pekerjaan

Kepuasan terhadap pasangan

Kepuasan terhadap hidup yang dimiliki

Faktor-faktor yang berpengaruh Tujuan dan harapan masa depan

Kemakmuran

 Nilai-nilai religiusitas dan spiritualitasMakna kesejahteraan subjektif

2.  Observasi. Hasil dari observasi dalam

 penelitian ini digunakan untuk data

tambahan dalam memahami fenomena

yang diteliti.3.  Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu

yang didalamnya berisikan 22 jenis emosi

manusia manusia yang disarikan olehDiponegoro (2004) dari berbagai pendapat

ahli psikologi.4.  Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu

yang didalamnya berisikan 22 jenis emosimanusia manusia yang disarikan oleh

Diponegoro (2004) dari berbagai pendapat

ahli psikologi.5.  Kuesioner terbuka, yang ditujukan pada

kepada  significant person  dengan tujuan

untuk menambah data penelitian dan pengecekan data dari hasil wawancara

dengan subjek penelitian.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan pada penelitian ini didasarkan atas berbagai kriteria,yaitu kredibilitas, keteralihan,

kebergantungan, dan kepastian (Lincoln dan

Guba, dalam Poerwandari, 1998). Untuk

mencapai kriterium kepercayaan penelitiandigunakan teknik pemeriksaan data melalui

 pengecekan responden, pengecekan sejawat

serta teknik triangulasi metode. Usaha untuk

membangun keteralihan dalam penelitian ini

dilakukan dengan jalan melakukan uraian

 penelitian yang rinci dan terorganisir.Kriterium kebergantungan diupayakan dengan

 beberapa cara, antara lain dengan membuat

langkah-langkah penelitian seoperasional danserinci mungkin, berdiskusi dengan teman

sejawat dan para ahli, dan menggunakan berbagai metode pengumpulan data.

Langkah-langkah analisis yangdigunakan adalah (1) pengelompokan data

dalam tema besar (open coding ); (2)

 pengorganisasian data dalam tema dan konsepinti penelitian (axial coding ); (3)

 perbandingan antar data dan ditunjang konsep

teoritis (selective coding); dan (4) interpretasidan elaborasi, menggabungkan berbagai

temuan

PELAKSANAAN DAN

HASIL PENELITIAN

1.  Persiapan PenelitianTahap-tahap persiapan meliputi : (1) studi

 pendahuluan, yang berupa studi pustaka

Page 5: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 5/9

 permasalahan melalui media cetak dan

elektronik; dan (2) pembentukan raport

 pada komunitas waria, dengan melakukankunjungan informal pada tokoh-tokoh

waria dan acara perkumpulan waria; (3)

 pencarian subjek penelitian, dipilihsebanyak tiga calon subjek dengan kriteria berdasar kesediaan dan waktu yang

dimiliki; dan (4) penyusunan pedoman

wawancaara2.  Pelaksanaan penelitian

Penelitian diawali dengan penjelasan

 prosedur pengambilan data. Subjek

mengisi lembar kesediaan sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data

menggunakan teknik wawancara dan

 penggunaan kartu stimulus untuk

membantu subjek mengungkap kondisi

afek yang dirasakan subjek. Pemeriksaan

keabsahan data menggunakan teknik pengecekan kembali terhadap subjek dan

 significant person. Pengambilan data

dilaksanakan tanggal 5 Juni 2007 sampaidengan 21 Juni 2007.3.  Deskripsi hasil penelitian

Setelah pengumpulan data dari masing-

masing subjek penelitian, maka hasil penelitian diolah dengan metode kualitatif.

Data yang diorganisasikan, kemudian

dimasukkan dalam 3 kategori dan

 beberapa sub kategori. Hasil pengorganisasian data disajikan dalam

tabel 2, di bawah ini :

 

Tabel 2.

Kondisi Hidup subjekKondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Penerimaan diriatas status waria

Memiliki penerimaan diriyang cenderung tinggiatas status waria

Memiliki penerimaan diriyang rendah atas statuswaria yang dimilikinya

Memiliki penerimaan diriyang cenderung rendahatas status waria

Kepribadian   Subjek memiliki sifat

 periang

  Coping yang diguna-

kan bermacam-

macam

  Subjek memiliki sifat

mudah gembira

  Subjek merupakan

individu yang mu-dah

menerima pendapatdan penilaian oranglain

  Subjek merupakan

individu yang tidak peduli dengan orang

lain mengenai dirinya

 

Subjek merupakanindividu yang tidakmemikirkan hari esok

Demografi   Memiliki pasangan

yang telah dijalin

selama 12 tahun

  Pendaparan 25.000  –  

30.000 / hari

  Pendidikan hinggakelas 5 SD dan

 pernah mengikutikursus masak

  Tidak memiliki pa-

sangan

  Tidak memiliki ri-wayat penyakit da-

lam status kesehatan

  Pendaparan 25.000  –  30.000 / hari

  Pendidikan lulus SD

  Memiliki pasangan le-

 bih muda yang telah

dijalin 1,5 tahun

  Pendapatan tak tentu

tetapi cenderung tidakdapat memenuhi kebu-

tuhan

Kondisi fisikdan kesehatan

 

Memiliki penyakityang belum bisa di-sembuhkan

  Memiliki doronganseksual terhadap laki-

laki dan tidak meng-alami penurunan atas

dorongan terhadap

 

Memiliki doronganseksual terhadap la-ki-laki, namunmengalami penu-

runan atas doronganterhadap seks

  Memiliki kesehatan

yang cenderung baik

 

Subjek mudah sakit flukarena pekerjaannyayang mengharuskan

 begadang

  Memiliki dorongan

sek-sual terhadap laki-laki

Page 6: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 6/9

seks

Kondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Pengakuan dan

 penerimaan darikeluarga, ling-

kungan asal, dan

lingkunganmigrasi

Diakui dan diterima se-

 bagai wanita dan wariaoleh keluarga, pasangan,

keluarga pasangan, ling-

kungan asal, dan ling-kungan migrasi

  Subjek belum come-out  pada keluarga dan

lingkungan asal

  Diakui dan diterima

sebagaimana layak-

nya wanita oleh ling-kungan migrasi

Diakui dan diterima oleh

lingkungan migran, ling-kungan asal, keluarga, dan

 pasangan

Interaksi di luar

keluarga

Subjek mayoritas berte-

man dengan perempuandan waria. Meskipun

 begitu, bagi subjek itu bukan merupakan ham-

 batan

Subjek cenderung berin-

teraksi dengan perempu-an

Subjek merasa tidak

mengalami hambatan da-lam berinteraksi dengandunia luar. Meskipun se-ring dihina waktu kecil,

namun subjek tidak mera-sa minder. Subjek aktifikut kegiatan

kemasyarakatan

Interaksi di da-

lam keluaraga

Subjek dalam keluarga

sedarah, memiliki hu- bungan yang dekat de-ngan ibu dan saudaranya.

 Namun tidak denganayah. Saat ini Subjek da-

lam interaksi keluarga ha-nya melalui surat atau te-lepon. Subjek disukaioleh keluarga pasangansebagaimana perempuan

Subjek senang dengan

figur ayah, dekat dengansosok ibu, dan memilikihubungan yang baik de-ngan saudara. Namunsaat ini Subjek berada

 jauh dari lingkungan ke-luarga subjek.

Subjek dekat dengan ibu

dan saudara perempuan.Subjek tidak dekat denganayah karena subjek merasatidak nyaman. Saat iniorangtua subjek sudah me-

ninggal dunia dan subjekhanya berkomunikasi de-ngan saudaranya melaluisurat.

Page 7: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 7/9

4.  Pembahasan dan Analisis

Seluruh subjek penelitian sejak kecil

cenderung memiliki sifat feminin yang tinggi.Mereka menyatakan dirinya layaknya seperti

 perempuan sejak kecil, baik perilaku maupun

mental. Mereka ingin diterima olehlingkungan sebagai anggota kelompok lawan jenisnya. Untuk itu mereka berusaha

mengubah kondisi fisik dengan cara suntik

silikon. Penerimaan sosial menjadi kebutuhan bagi seluruh subjek; meskipun dalam

kehidupan para subjek, penerimaan dan

 pengakuan lingkungan atas status waria yang

didapat subjek berbeda-beda.Dalam interaksi dengan lingkungan

sosial khususnya lingkungan migran, semua

subjek diterima dan diakui oleh masyarakatsetempat. Akan tetapi, subjek masih belum

diterima oleh masyarakat luas, seperti dihina

dan dilecehkan. Aksi penerimaan sosial dari

masyarakat ini dihadapi subjek dengan bermacam-macam strategi coping,  sesuai

dengan kepribadian subjek. Disebabkan

karena strategi coping  yang tidak tepat, subjekmemiliki penerimaan diri yang rendah.

Seluruh subjek bekerja sebagai pekerja

seks komersial (PSK). Motivasi subjek

sebagai PSK bervariasi, ada yang untukmencari nafkah, atau bertemu teman, ataupun

mencari hiburan dan pemuasan kebutuhan atas

dorongan terhadap laki-laki. Perbedaan inimenyebabkan perbedaan kepuasan terhadap

 pekerjaan. Warr (dalam Siegrist, 2003)

mengungkapkan bahwa kepuasan hidup dankepuasan kerja saling berhubungan. Dua daari

tiga subjek memiliki pasangan hidup,

sedangkan satu subjek tidak memiliki

 pasangan hidup. Pilihan subjek untukmempunyai pasangan hidup ataupun tidak

serta kesadaran terhadap siapa dirinya

membuat subjek memiliki kepuasan dalam

hidup subjek.Pemahaman agama dan spiritualista

hanya dirasakan dan dilaksanakan oleh satu

subjek saja. Pemahaman tersebut membuatsubjek memiliki rasa berdosa yang besar atas

 pekerjaan sebagai PSK, sehingga subjek takut

terhadap kematian dan Tuhan. Coping  

(melakukan ibadah wajib dan sunah) yangdilakukan subjek tidak bisa memecahkan

masalah, hanya bersifat mengurangi beban

 psikologis. Akibatnya, subjek tetap memilikiafek negatif. Berbeda dengan dua subjeklainnya, karena nilai-nilai religiusitas

cenderung rendah, sehingga kedua subjek

tidak memiliki afek negatif.Shepard (1979) mengemukakan bahwa

 penerimaan diri pada individu menunjukkan

kepuasan dan kebahagiaan individu terhadap

dirinya. Dalam penelitian ini, hanya satusubjek (subjek I) yang menerima kondisi

hidupnya. Subjek tersebut mengakui dirinya

 bahagia karena dapat menerima segalanyadengan ikhlas. Sedangkan dua subjek lainnya

(Subjek II dan III) belum memiliki sikap

”nrimo” sepenuhnya atas hidup mereka.

Penjabaran kondisi hidup yangdimiliki subjek di atas memunculkan berbagai

kesejahteraan subjektif dari para subjek.

Subjek pertama cenderung memiliki tingkatkesejahteraan tinggi, karena adanya sikap

”nrimo” yang membantu subjek untuk

menikmati hidup. Subjek kedua memiliki

 penerimaan diri yang rendah dan belummemiliki sikap ”nrimo”. Hal ini menguatkan

ketidakpuasan subjek atas keseluruhan

kehidupan, sehingga subjek mempunyaikesejahteraan subjektif yang rendah.

Berdasar uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif pada waria PSK diawali oleh bagaimana

mereka menerima kehidupan, baik kondisi

internal maupun eksternal. Penerimaan inilah

yang selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka

hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan

masyarakat juga mempengaruhi waria PSK.

Bila waria PSK memiliki penerimaan hidupdan didukung penerimaan sosial yang baik,

maka ia cenderung memiliki strategi

 penyelesaian masalah yang baik; dan padaakhirnya akan menumbuhkan kesejeahteraan

Page 8: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 8/9

subjektif yang positif dalam diri mereka.

Sebaliknya, bila waria PSK tidak memiliki

 penerimaan hidup dan didukung penerimaansosial yang baik, maka ia cenderung tidak

memiliki strategi penyelesaian masalah yang

 baik pula; dan ini menumbuhkankesejahteraan subjektif yang negatif dalam dirimereka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang diperoleh dari

 penelitian ini, yaitu :1.  Seluruh subjek memiliki gangguan

identitas kelamin transeksual dari kecil,

sehingga seluruh subjek memiliki perbedaan dengan laki-laki pada

umumnya.

2.  Para subjek penelitian memiliki tingkat

kesejahteraan subjektif yang bervariasi.Dua dari tiga subjek memiliki tingkat

kesejahteraan subjektif yang tinggi.

3.  Dalam penelitian ini ditemukan adanyasikap ”menerima” terhadap kehidupan.

Sikap ”nrimo” membantu subjek untuk

menikmati dan tidak apatis terhadap

kehidupan yang dimilikinya.4.

 

Kesejahteraan subjektif waria PSK

dipengaruhi oleh agama, kemakmuran,

kepribadian, penerimaan diri, pengakuandan penerimaan sosial, dan tujuan hidup.

5.  Penggunaan strategi coping   yang tepat

dalam menghadapi masalah dapatmeningkatkan kessejahteraan subjektif

subjek.

Saran

1. 

Bagi kaum waria

a.  Waria hendaknya perlu memikirkan

kembali apakah dirinya siap menjadiwaria dengan segala konsekuensinya

agar penerimaan diri cenderung tidak

menurun.

 b.  Sikap nrimo pada kehidupan

membantu waria menikmati kondisi

hidupnya, sehingga dapat tercipta afek positif dan kepuasan dalam hidupnya.

c.  Menggunakan strategi coping   yang

tepat dalam menghadapi masalah,sehingga dapat menyelesaikan masalahyang menjadi sumber tekanan.

d.  Tingkat kesejahteraan subjektif dapat

ditingkatkan dengan beberapa cara,antara lain : meningkatkan keahlian

yang dimiliki agar dapat mandiri

secara ekonomi tanpa harus tergantung

 pada pekerjaan sebagai PSK; menjagakondisi tubuh waria yang rentan

dengan PMS (penyakit menular

seksual); meningkatkan kualitas relasisosial sehingga dapat membantu waria

dalam menjalani hidup.

2.  Bagi masyarakat

a.  Orangtua hendaknya mulaimenanamkan perbedaan seks dan

 pengembangan peran sosial pria dan

wanita yang tepat ke anak-anaknyasejak mereka balita.

 b.  Orangtua harus memperhatikan

anaknya apabila ada kelainan dalam

 bertingkah laku, sehingga proses untukmenjadi waria dapat diminimalkan.

c.  Bagi masyarakat umum, diharap lebih

dapat memahami fenomena wariasecara lebih manusiawi.

3.  Bagi praktisi psikologi

Praktisi psikologi dapat mengambilmanfaat teoritis penelitian ini, yaitu bahwa

kesejahteraan subjektif seseorang

dipengaruhi berbagai faktor; dan individu

membutuhkan penerimaan sosial atasdirinya, baik berupa pengakuan atas

eksistensinya maupun dalam berinteraksi

sosial.

4.  Bagi peneliti selanjutnyaPeneliti sebaiknya berlatih terlebih dahulu

untuk meningkatkan kepekaan dalam

melakukan wawancara agar dapatmerespon dengan baik setiap jawaban

Page 9: JURNAL 4(1)

7/23/2019 JURNAL 4(1)

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 9/9

subjek. Selain itu, peneliti juga perlu

melakukan rapport   kepada subjek

 penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E., & Smith,

H.L. 1999. Subjective Well-Being : Three

Decades of Progress.  Psychological Bulletin. 125 (2), 276 - 302

Diener, E. & Scollon, C. 2003. Subjective

Well Being is Desirable, but not the

Summum Bonum. Workshop on Well

Being. Diakses tanggal 22 Maret 2007,dari www.psych.edu. 

Diponegoro, M. 2004. Peran Nilai Ajaran

Islam terhadap Kesejahteraan Subjektif

Remaja Islam.  Disertasi.  (Tidakditerbitkan). Yogyakarta : Fakultas

Psikologi UGM

Koeswinarno. 2004.  Hidup sebagai Waria.

Yogyakarta : LKis Pelangi

Poerwandari, E.K. 1998.  Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.

Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana

Pengukuran dan Pendidikan PsikologiFakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sarah, Y., dkk. 2007. Waria : Kami Memang

 Ada. Yogyakarta : Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia.

Siegrist, J., 2003. Subjective Well Being : NewConceptual and Methodological

 Development in Health Related Social

Sciences. Workshop on Well Being.

Diakses tanggal 22 Maret

2007.,www.psych.edu.