jurnal 4(1)
TRANSCRIPT
![Page 1: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/1.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 1/9
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)
Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto
Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat
dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria menghadapi banyak masalah, antaralain adanya kebingungan identitas diri dan ketidakterimaan sosial dari lingkungan. Saat
kesejahteraan subjektif menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat sebagai reaksi
atas banyaknya artikel psikologi yang mengungkap keadaan negatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenaikesejahteraan subjektif dan mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif pada Waria PSK. Subjek penelitian ini adalah Waria, berumur di
atas 35 tahun, mempunyai pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, tidak memiliki pekerjaan sampingan serta berdomisili di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara
mendalam, observasi, kartu stimulus kata dan, kuesioner terbuka. Dalam penelitian ini
digunakan teknik triangulasi metode sebagai teknik pemeriksaan data. Berdasar hasil penelitian dan analisis data, diketahui bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif Waria PSK adalah pemahaman agama dan
spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan adanya tujuan hidup. Pembentukan kesejahteraan subjektif pada Waria
diawali oleh bagaimana mereka menerima kehidupan, baik kondisi internal maupun
eksternal. Penerimaan ini selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap
masalah yang mereka hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan juga mempengaruhiwaria PSK. Bila waria PSK memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial
yang baik, maka ia cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik;
sehingga akan menumbuhkan kesejeahteraan subjektif yang positif dalam diri mereka.
Kata kunci : kesejahteraan subjektif, Waria, Pekerja Seks Komersial (PSK)
PENDAHULUAN
Keberadaan waria merupakan realitas
yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan
bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria
merupakan salah satu transgender, yaitu sikapdan perilaku maskulin berubah atau merubah
diri ke sikap dan perilaku feminim (Sarah,
2007). Keputusan atau dorongan individuuntuk menjadi waria melalui proses yang
panjang. Waria banyak menghadapi masalah
dari dalam maupun dari luar sebagai
konsekuensi pemilihan hidup sebagai waria.
Pertama, mereka cenderung mengalamikebingungan identitas diri. Kedua, adanya
ketidakterimaan sosial dari lingkungan atas
penentangan konstruksi gender. Selanjutnya,
mereka juga menghadapi rumitnya legalitas,hukum norma tertulis maupun tidak tertulis
yang menempatkan pada hak dan
kewajibannya, serta mereka juga mempunyaidorongan seksual yang sama dengan manusia
![Page 2: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/2.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 2/9
lainnya (Lerner dan Spanier dalam
Koeswinarno, 2004). penerimaan dan
pengakuan waria di Indonesia, baru sebatasrealitas informal oleh sebagian masyarakat.
Uraian di atas, memunculkan pertanyaan :
Bagaimana gambaran hidup waria PSK?Bagaimana gambaran evaluasi hidupnya? Apayang menjadi tolok ukur waria PSK dalam
mengevaluasi hidupnya?
Saat kesejahteraan subjektif menjaditopik pembicaraan yang cukup hangat sebagai
reaksi atas banyaknya artikel psikologi yang
mengungkap keadaan negatif. Diener &
Scollon (2003) mengemukakan bahwakesejahteraan subjektif berhubungan dengan
bagaimana seseorang merasakan dan berpikir
mengenai kehidupannya, baik emosi ataupunkognisi saat ini atau masa lampau, meliputi :
kepuasan hidup, emosi positif, kepuasan pada
domain tertentu seperti kepuasan kerja dan
perkawinan, dan tingkat kualitas emosi positifatau negatif.
Diener et al (1999) mengungkapkan
bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari duakomponen, yaitu afek dan kepuasan hidup.
Afek merupakan gambaran evaluasi langsung
individu atas peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya, individu akan beraksi dengan afek positif jika mengalami sesuatu yang baik, dan
sebaliknya. Afek positif yang dominan
cenderung direfleksikan sebagai kesejahteraansubjektif yang tinggi. Menurut Tallegen
(dalam Diponegoro, 2004), terdapat 10 kata
sifat yang mempunyai daya ungkap afek positif, yaitu : penuh perhatian, berminat,
waspada, bergairah, antuasias, inspiratif,
bangga, kuat, aktif, dan teguh pendirian.
Sedangkan afek negatif diungkap dengan 10kata sifat sebagai berikut : penuh tekanan,
terganggu, bersalah, takut, memusuhi,
pemarah, malu, gelisah, gugup, dan khawatir.
Lebih lanjut Diener (1999)mengemukakan bahwa kepuasan hidup
merupakan bentuk kemampuan seseorang
untuk menikmati pengalaman disertai dengankegembiraan. Penilaian kepuasan didasarkan
pada perbandingan antara kondisi diri tertentu
dibandingkan dengan berbagai standar, yang
mencakup : orang lain, kondisi masa lalu,tingkat aspirasi dan ide dari kepuasan, dan
kebutuhan atau tujuan lain.
Terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi kesejahteraan subjektifindividu, antara lain : (a) penilaian individu
terhadap kesehatannya (kesehatan subjektif);
(b) penghasilan dikaitkan dengan pemenuhankebutuhan dasar; (c) kemakmuran; (d) agama,
dicerminkan dalam perlaku religius; (e)
pernikahan, yang berefek pada adanya
dukungan emosional dan ekonomi; (f) pendidikan, yang memungkinkan individu
untuk lebih maju dalam mencapai tujuan atau
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnya; (g) kepribadian; (h) tujuan,
individu bereaksi positif ketika tujuannya
mengalami peningkatan, dan sebaliknya; (i)
perilaku coping yang efektif.Waria pekerja seks komersial (PSK)
adalah individu yang memiliki jenis kelamin
satu, namun berperilaku dan mengenakan pakaian dari lawan jenisnya untuk memenuhi
hasrat dalam dirinya untuk diterima dan
diperlakukan sebagai lawan jenis, dan
memiliki pekerjaan sebagai penjual jasa (jasaseks) tanpa melibatkan emosi individu.
Terbentuknya kepribadian waria dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor lingkunganseperti pola asuh, pendidikan, hambatan
perkembangan seksual, maupun faktor bawaan
seperti masa prenatal, hormonal dan konstitusi pembawaan. Hambatan dalam memilih
lapangan pekerjaan, baik dari aspek fisik
maupun sosial, mengakibatkan sulitnya waria
untuk bekerja pada sektor formal. Sektorinformal yang mudah diakses waria adalah
sebagai pelayanan jasa kecantikan dan
pelayanan jasa seksual.
Berdasarkan uraian di atas, disusunkerangka pikir penelitian sebagai berikut :
![Page 3: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/3.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 3/9
Pilihan hidup menjadi Waria
berdampak pada masalah penerimaan sosial,
seperti tidak diterimanya waria olehlingkungan mengingat nilai-nilai agama dan
sosial di Indonesia tidak mengizinkan perilaku
transeksual, sehingga peluang kerja menjadi
sempit. Dalam diri individu Waria sendiri jugamemiliki kesulitan dalam penerimaan diri dan
kebingungan identitas, di samping adanya
kebimbangan antara menjadi diri sendiridengan mematuhi norma-norma yang
melarang menjadi Waria. Kondisi ini akan
berpengaruh pada kesejahteraan subjektif
Waria tersebut. Kesejahteraan subjektif initerdiri dari dua komponen, yaitu afek dan
kepuasan hidup. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain : kemakmuran,agama dan tujuan hidup.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah. Adapun fokus penelitiannyaadalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana
waria mengevaluasi kehidupannya baik secara
kognitif maupun afeksi, baik kehidupan
sekarang maupun kehidupan sebelumnyaSubjek penelitiannya mempunyai
keterbarasan karakteristik sebagai berikut : (1)
Waria, (2) umur di atas 35 tahun, (3) jenis pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, (4)
tidak memiliki pekerjaan sampingan, (5)
berdomisili di Yogyakarta, dan (6) bersedia
menjadi subjek penelitian dan dibuktikandengan surat keterangan
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :1. Wawancara mendalam yang terfokus (in
depth focused interview).
Metode ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna
subjektif yang dipahami individu
mengenai topik yang diteliti, dan
bermaksud melakukan eksplorasi terhadapisu tersebut (Poerwandari, 1998). Adapun
pedoman wawancara adalah:
Waria PekerjaSeks Komersial
PSKKepuasan
Hidup
Afek
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
PermasalahanInternal
PermasalahanSosial
Kesejahteraan
subjektif
![Page 4: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/4.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 4/9
Tabel 1.
Pedoman wawancara subjek
Kondisi subjek internal Demografi
Penerimaan diri
Kepribadian dan deskripsi subjekKondisi subjek eksternal Pengakuan dan penerimaan keluarga dan lingkunganInteraksi sosial : keluarga dan pasangan, teman dan
lingkungan
Afek
Kepuasan hidup Kepuasan terhadap diri sendiri
Kepuasan terhadap pekerjaan
Kepuasan terhadap pasangan
Kepuasan terhadap hidup yang dimiliki
Faktor-faktor yang berpengaruh Tujuan dan harapan masa depan
Kemakmuran
Nilai-nilai religiusitas dan spiritualitasMakna kesejahteraan subjektif
2. Observasi. Hasil dari observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk data
tambahan dalam memahami fenomena
yang diteliti.3. Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu
yang didalamnya berisikan 22 jenis emosi
manusia manusia yang disarikan olehDiponegoro (2004) dari berbagai pendapat
ahli psikologi.4. Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu
yang didalamnya berisikan 22 jenis emosimanusia manusia yang disarikan oleh
Diponegoro (2004) dari berbagai pendapat
ahli psikologi.5. Kuesioner terbuka, yang ditujukan pada
kepada significant person dengan tujuan
untuk menambah data penelitian dan pengecekan data dari hasil wawancara
dengan subjek penelitian.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan pada penelitian ini didasarkan atas berbagai kriteria,yaitu kredibilitas, keteralihan,
kebergantungan, dan kepastian (Lincoln dan
Guba, dalam Poerwandari, 1998). Untuk
mencapai kriterium kepercayaan penelitiandigunakan teknik pemeriksaan data melalui
pengecekan responden, pengecekan sejawat
serta teknik triangulasi metode. Usaha untuk
membangun keteralihan dalam penelitian ini
dilakukan dengan jalan melakukan uraian
penelitian yang rinci dan terorganisir.Kriterium kebergantungan diupayakan dengan
beberapa cara, antara lain dengan membuat
langkah-langkah penelitian seoperasional danserinci mungkin, berdiskusi dengan teman
sejawat dan para ahli, dan menggunakan berbagai metode pengumpulan data.
Langkah-langkah analisis yangdigunakan adalah (1) pengelompokan data
dalam tema besar (open coding ); (2)
pengorganisasian data dalam tema dan konsepinti penelitian (axial coding ); (3)
perbandingan antar data dan ditunjang konsep
teoritis (selective coding); dan (4) interpretasidan elaborasi, menggabungkan berbagai
temuan
PELAKSANAAN DAN
HASIL PENELITIAN
1. Persiapan PenelitianTahap-tahap persiapan meliputi : (1) studi
pendahuluan, yang berupa studi pustaka
![Page 5: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/5.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 5/9
permasalahan melalui media cetak dan
elektronik; dan (2) pembentukan raport
pada komunitas waria, dengan melakukankunjungan informal pada tokoh-tokoh
waria dan acara perkumpulan waria; (3)
pencarian subjek penelitian, dipilihsebanyak tiga calon subjek dengan kriteria berdasar kesediaan dan waktu yang
dimiliki; dan (4) penyusunan pedoman
wawancaara2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian diawali dengan penjelasan
prosedur pengambilan data. Subjek
mengisi lembar kesediaan sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan
penggunaan kartu stimulus untuk
membantu subjek mengungkap kondisi
afek yang dirasakan subjek. Pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik pengecekan kembali terhadap subjek dan
significant person. Pengambilan data
dilaksanakan tanggal 5 Juni 2007 sampaidengan 21 Juni 2007.3. Deskripsi hasil penelitian
Setelah pengumpulan data dari masing-
masing subjek penelitian, maka hasil penelitian diolah dengan metode kualitatif.
Data yang diorganisasikan, kemudian
dimasukkan dalam 3 kategori dan
beberapa sub kategori. Hasil pengorganisasian data disajikan dalam
tabel 2, di bawah ini :
Tabel 2.
Kondisi Hidup subjekKondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Penerimaan diriatas status waria
Memiliki penerimaan diriyang cenderung tinggiatas status waria
Memiliki penerimaan diriyang rendah atas statuswaria yang dimilikinya
Memiliki penerimaan diriyang cenderung rendahatas status waria
Kepribadian Subjek memiliki sifat
periang
Coping yang diguna-
kan bermacam-
macam
Subjek memiliki sifat
mudah gembira
Subjek merupakan
individu yang mu-dah
menerima pendapatdan penilaian oranglain
Subjek merupakan
individu yang tidak peduli dengan orang
lain mengenai dirinya
Subjek merupakanindividu yang tidakmemikirkan hari esok
Demografi Memiliki pasangan
yang telah dijalin
selama 12 tahun
Pendaparan 25.000 –
30.000 / hari
Pendidikan hinggakelas 5 SD dan
pernah mengikutikursus masak
Tidak memiliki pa-
sangan
Tidak memiliki ri-wayat penyakit da-
lam status kesehatan
Pendaparan 25.000 – 30.000 / hari
Pendidikan lulus SD
Memiliki pasangan le-
bih muda yang telah
dijalin 1,5 tahun
Pendapatan tak tentu
tetapi cenderung tidakdapat memenuhi kebu-
tuhan
Kondisi fisikdan kesehatan
Memiliki penyakityang belum bisa di-sembuhkan
Memiliki doronganseksual terhadap laki-
laki dan tidak meng-alami penurunan atas
dorongan terhadap
Memiliki doronganseksual terhadap la-ki-laki, namunmengalami penu-
runan atas doronganterhadap seks
Memiliki kesehatan
yang cenderung baik
Subjek mudah sakit flukarena pekerjaannyayang mengharuskan
begadang
Memiliki dorongan
sek-sual terhadap laki-laki
![Page 6: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/6.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 6/9
seks
Kondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Pengakuan dan
penerimaan darikeluarga, ling-
kungan asal, dan
lingkunganmigrasi
Diakui dan diterima se-
bagai wanita dan wariaoleh keluarga, pasangan,
keluarga pasangan, ling-
kungan asal, dan ling-kungan migrasi
Subjek belum come-out pada keluarga dan
lingkungan asal
Diakui dan diterima
sebagaimana layak-
nya wanita oleh ling-kungan migrasi
Diakui dan diterima oleh
lingkungan migran, ling-kungan asal, keluarga, dan
pasangan
Interaksi di luar
keluarga
Subjek mayoritas berte-
man dengan perempuandan waria. Meskipun
begitu, bagi subjek itu bukan merupakan ham-
batan
Subjek cenderung berin-
teraksi dengan perempu-an
Subjek merasa tidak
mengalami hambatan da-lam berinteraksi dengandunia luar. Meskipun se-ring dihina waktu kecil,
namun subjek tidak mera-sa minder. Subjek aktifikut kegiatan
kemasyarakatan
Interaksi di da-
lam keluaraga
Subjek dalam keluarga
sedarah, memiliki hu- bungan yang dekat de-ngan ibu dan saudaranya.
Namun tidak denganayah. Saat ini Subjek da-
lam interaksi keluarga ha-nya melalui surat atau te-lepon. Subjek disukaioleh keluarga pasangansebagaimana perempuan
Subjek senang dengan
figur ayah, dekat dengansosok ibu, dan memilikihubungan yang baik de-ngan saudara. Namunsaat ini Subjek berada
jauh dari lingkungan ke-luarga subjek.
Subjek dekat dengan ibu
dan saudara perempuan.Subjek tidak dekat denganayah karena subjek merasatidak nyaman. Saat iniorangtua subjek sudah me-
ninggal dunia dan subjekhanya berkomunikasi de-ngan saudaranya melaluisurat.
![Page 7: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/7.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 7/9
4. Pembahasan dan Analisis
Seluruh subjek penelitian sejak kecil
cenderung memiliki sifat feminin yang tinggi.Mereka menyatakan dirinya layaknya seperti
perempuan sejak kecil, baik perilaku maupun
mental. Mereka ingin diterima olehlingkungan sebagai anggota kelompok lawan jenisnya. Untuk itu mereka berusaha
mengubah kondisi fisik dengan cara suntik
silikon. Penerimaan sosial menjadi kebutuhan bagi seluruh subjek; meskipun dalam
kehidupan para subjek, penerimaan dan
pengakuan lingkungan atas status waria yang
didapat subjek berbeda-beda.Dalam interaksi dengan lingkungan
sosial khususnya lingkungan migran, semua
subjek diterima dan diakui oleh masyarakatsetempat. Akan tetapi, subjek masih belum
diterima oleh masyarakat luas, seperti dihina
dan dilecehkan. Aksi penerimaan sosial dari
masyarakat ini dihadapi subjek dengan bermacam-macam strategi coping, sesuai
dengan kepribadian subjek. Disebabkan
karena strategi coping yang tidak tepat, subjekmemiliki penerimaan diri yang rendah.
Seluruh subjek bekerja sebagai pekerja
seks komersial (PSK). Motivasi subjek
sebagai PSK bervariasi, ada yang untukmencari nafkah, atau bertemu teman, ataupun
mencari hiburan dan pemuasan kebutuhan atas
dorongan terhadap laki-laki. Perbedaan inimenyebabkan perbedaan kepuasan terhadap
pekerjaan. Warr (dalam Siegrist, 2003)
mengungkapkan bahwa kepuasan hidup dankepuasan kerja saling berhubungan. Dua daari
tiga subjek memiliki pasangan hidup,
sedangkan satu subjek tidak memiliki
pasangan hidup. Pilihan subjek untukmempunyai pasangan hidup ataupun tidak
serta kesadaran terhadap siapa dirinya
membuat subjek memiliki kepuasan dalam
hidup subjek.Pemahaman agama dan spiritualista
hanya dirasakan dan dilaksanakan oleh satu
subjek saja. Pemahaman tersebut membuatsubjek memiliki rasa berdosa yang besar atas
pekerjaan sebagai PSK, sehingga subjek takut
terhadap kematian dan Tuhan. Coping
(melakukan ibadah wajib dan sunah) yangdilakukan subjek tidak bisa memecahkan
masalah, hanya bersifat mengurangi beban
psikologis. Akibatnya, subjek tetap memilikiafek negatif. Berbeda dengan dua subjeklainnya, karena nilai-nilai religiusitas
cenderung rendah, sehingga kedua subjek
tidak memiliki afek negatif.Shepard (1979) mengemukakan bahwa
penerimaan diri pada individu menunjukkan
kepuasan dan kebahagiaan individu terhadap
dirinya. Dalam penelitian ini, hanya satusubjek (subjek I) yang menerima kondisi
hidupnya. Subjek tersebut mengakui dirinya
bahagia karena dapat menerima segalanyadengan ikhlas. Sedangkan dua subjek lainnya
(Subjek II dan III) belum memiliki sikap
”nrimo” sepenuhnya atas hidup mereka.
Penjabaran kondisi hidup yangdimiliki subjek di atas memunculkan berbagai
kesejahteraan subjektif dari para subjek.
Subjek pertama cenderung memiliki tingkatkesejahteraan tinggi, karena adanya sikap
”nrimo” yang membantu subjek untuk
menikmati hidup. Subjek kedua memiliki
penerimaan diri yang rendah dan belummemiliki sikap ”nrimo”. Hal ini menguatkan
ketidakpuasan subjek atas keseluruhan
kehidupan, sehingga subjek mempunyaikesejahteraan subjektif yang rendah.
Berdasar uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif pada waria PSK diawali oleh bagaimana
mereka menerima kehidupan, baik kondisi
internal maupun eksternal. Penerimaan inilah
yang selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka
hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan
masyarakat juga mempengaruhi waria PSK.
Bila waria PSK memiliki penerimaan hidupdan didukung penerimaan sosial yang baik,
maka ia cenderung memiliki strategi
penyelesaian masalah yang baik; dan padaakhirnya akan menumbuhkan kesejeahteraan
![Page 8: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/8.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 8/9
subjektif yang positif dalam diri mereka.
Sebaliknya, bila waria PSK tidak memiliki
penerimaan hidup dan didukung penerimaansosial yang baik, maka ia cenderung tidak
memiliki strategi penyelesaian masalah yang
baik pula; dan ini menumbuhkankesejahteraan subjektif yang negatif dalam dirimereka.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini, yaitu :1. Seluruh subjek memiliki gangguan
identitas kelamin transeksual dari kecil,
sehingga seluruh subjek memiliki perbedaan dengan laki-laki pada
umumnya.
2. Para subjek penelitian memiliki tingkat
kesejahteraan subjektif yang bervariasi.Dua dari tiga subjek memiliki tingkat
kesejahteraan subjektif yang tinggi.
3. Dalam penelitian ini ditemukan adanyasikap ”menerima” terhadap kehidupan.
Sikap ”nrimo” membantu subjek untuk
menikmati dan tidak apatis terhadap
kehidupan yang dimilikinya.4.
Kesejahteraan subjektif waria PSK
dipengaruhi oleh agama, kemakmuran,
kepribadian, penerimaan diri, pengakuandan penerimaan sosial, dan tujuan hidup.
5. Penggunaan strategi coping yang tepat
dalam menghadapi masalah dapatmeningkatkan kessejahteraan subjektif
subjek.
Saran
1.
Bagi kaum waria
a. Waria hendaknya perlu memikirkan
kembali apakah dirinya siap menjadiwaria dengan segala konsekuensinya
agar penerimaan diri cenderung tidak
menurun.
b. Sikap nrimo pada kehidupan
membantu waria menikmati kondisi
hidupnya, sehingga dapat tercipta afek positif dan kepuasan dalam hidupnya.
c. Menggunakan strategi coping yang
tepat dalam menghadapi masalah,sehingga dapat menyelesaikan masalahyang menjadi sumber tekanan.
d. Tingkat kesejahteraan subjektif dapat
ditingkatkan dengan beberapa cara,antara lain : meningkatkan keahlian
yang dimiliki agar dapat mandiri
secara ekonomi tanpa harus tergantung
pada pekerjaan sebagai PSK; menjagakondisi tubuh waria yang rentan
dengan PMS (penyakit menular
seksual); meningkatkan kualitas relasisosial sehingga dapat membantu waria
dalam menjalani hidup.
2. Bagi masyarakat
a. Orangtua hendaknya mulaimenanamkan perbedaan seks dan
pengembangan peran sosial pria dan
wanita yang tepat ke anak-anaknyasejak mereka balita.
b. Orangtua harus memperhatikan
anaknya apabila ada kelainan dalam
bertingkah laku, sehingga proses untukmenjadi waria dapat diminimalkan.
c. Bagi masyarakat umum, diharap lebih
dapat memahami fenomena wariasecara lebih manusiawi.
3. Bagi praktisi psikologi
Praktisi psikologi dapat mengambilmanfaat teoritis penelitian ini, yaitu bahwa
kesejahteraan subjektif seseorang
dipengaruhi berbagai faktor; dan individu
membutuhkan penerimaan sosial atasdirinya, baik berupa pengakuan atas
eksistensinya maupun dalam berinteraksi
sosial.
4. Bagi peneliti selanjutnyaPeneliti sebaiknya berlatih terlebih dahulu
untuk meningkatkan kepekaan dalam
melakukan wawancara agar dapatmerespon dengan baik setiap jawaban
![Page 9: JURNAL 4(1)](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022021115/5695cf011a28ab9b028c2eac/html5/thumbnails/9.jpg)
7/23/2019 JURNAL 4(1)
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-41 9/9
subjek. Selain itu, peneliti juga perlu
melakukan rapport kepada subjek
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E., & Smith,
H.L. 1999. Subjective Well-Being : Three
Decades of Progress. Psychological Bulletin. 125 (2), 276 - 302
Diener, E. & Scollon, C. 2003. Subjective
Well Being is Desirable, but not the
Summum Bonum. Workshop on Well
Being. Diakses tanggal 22 Maret 2007,dari www.psych.edu.
Diponegoro, M. 2004. Peran Nilai Ajaran
Islam terhadap Kesejahteraan Subjektif
Remaja Islam. Disertasi. (Tidakditerbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM
Koeswinarno. 2004. Hidup sebagai Waria.
Yogyakarta : LKis Pelangi
Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan PsikologiFakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Sarah, Y., dkk. 2007. Waria : Kami Memang
Ada. Yogyakarta : Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia.
Siegrist, J., 2003. Subjective Well Being : NewConceptual and Methodological
Development in Health Related Social
Sciences. Workshop on Well Being.
Diakses tanggal 22 Maret
2007.,www.psych.edu.