jurnal 141102222325 conversion gate02

9
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR Asmawati 1 , H. Ismail 2 , H. Abdul Latief 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 Poltekes Kemenkes Makassar 3 RSUD Labuang Baji Makassar Alamat korespondensi : [email protected]/085299995376 ABSTRAK Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme dalam saluran kemih dan merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit yang dikenal sebagai infeksi nosokomial. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara lain usia, sistem imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangana Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang dan infeksi saluran kemih. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar yang terpasang kateter dan memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik sampling yaitu Accidental sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 pada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, nilai p = 0,027 pada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan pada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih menunjukkan nilai p = 0,166. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih. Sedangkan prosedur pemasangan kateter tidak ada hubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Lama Terpasang, Prosedur Pemasangan, Perawatan Kateter. PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya (Samad, 2012). Penyebab paling sering infeksi saluran kemih ialah dimasukkannya suatu alat ke dalam saluran perkemihan, misalnya pemasangan kateter (Potter dan Perry, 2012). Kateterisasi kandung kemih adalah

Upload: fitria-shizuoka-jiyeon

Post on 05-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH HAJI MAKASSAR

Asmawati1, H. Ismail2, H. Abdul Latief3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar2Poltekes Kemenkes Makassar3RSUD Labuang Baji Makassar

Alamat korespondensi : [email protected]/085299995376

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme dalam saluran kemih dan merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit yang dikenal sebagai infeksi nosokomial. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara lain usia, sistem imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangana Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang dan infeksi saluran kemih. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar yang terpasang kateter dan memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik sampling yaitu Accidental sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 pada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, nilai p = 0,027 pada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan pada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih menunjukkan nilai p = 0,166. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih. Sedangkan prosedur pemasangan kateter tidak ada hubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih.

Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Lama Terpasang, Prosedur Pemasangan, Perawatan Kateter.

PENDAHULUANInfeksi saluran kemih adalah suatu istilah

umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya (Samad, 2012).

Penyebab paling sering infeksi saluran kemih ialah dimasukkannya suatu alat ke dalam saluran perkemihan, misalnya pemasangan kateter (Potter dan Perry, 2012). Kateterisasi kandung kemih adalah memasukkan kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine (Lusianah, dkk, 2012). Kateterisasi urine dilakukan apabila urine tidak dapat dikeluarkan secara alami dan harus dialirkan keluar secara artificial.

Perawatan kateter urine adalah perawatan yang dilakukan menggunakan teknik aseptik dengan membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma

dan krusta yang terbentuk dari garam urine. Perawatan kateter urine menetap/ indwelling harus diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan asepsis yang ketat diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter (Sepalanita, 2012). ISK yang didapat di institusi kesehatan juga timbul akibat buruknya praktik cuci tangan pada personel kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi dan teknik kateterisasi yang tidak benar. (Potter dan Perry, 2012)

Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan dengan kateter dianggap relatif rendah dibandingkan infeksi nosokomial lainnya, tingginya prevalensi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian (Samad, 2013). Angka kunjungan rawat jalan pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit Amerika Serikat mencapai lebih dari 8 juta pertahun dan menghabiskan biaya USD 500

Page 2: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

milyar tiap tahunnya. Menurut Soewondo (2007), pasien rawat inap yang mengalami infeksi saluran kemih pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan Eropa menempati urutan pertama (42%), disusul infeksi luka operasi (24%) dan infeksi saluran napas (11%) (Sepalanita, 2012). Sekitar 50% pasien di rumah sakit dengan kateter permanen mengalami ISK dalam satu minggu setelah kateter dipasang. 90% infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria karena uretra wanita lebih pendek dan sangat dekat dengan vagina dan anus. (Baradero, dkk, 2009)

Sedangkan Data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Haji Makassar, sepanjang tahun 2013 diperoleh data jumlah penderita infeksi saluran kemih sebanyak 39 orang dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan 29 orang . Ditahun 2014 pada bulan Januari-Mei diperoleh data jumlah penderita infeksi saluran kemih sebanyak 16 orang dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 3 orang dan perempuan 13 orang.

Mengingat infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang serius yang dapat mengganggu kualitas kerja pasien, bila tidak mengetahui penanganan secara tepat dan akurat, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar”

BAHAN DAN METODEDesain, Lokasi, Populasi, dan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2013). Adapun pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terpasang kateter tetap, dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik Accidental Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.1. Kriteria inklusi

a. Pasien yang terpasang kateter b. Pasien dengan umur > 20 tahun

c. Pasien yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekslusia. Pasien yang didiagnosa menderita

infeksi saluran kemih tapi bukan akibat pemasangan kateter.

b. Pasien tidak bersedia menjadi responden.

Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan lembar kuesioner yang berisi data demografi responden, pertanyaan tentang prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data yang terdiri dari edting, coding, scoring, processing, dan cleaning.

Analisis DataSetelah dilakukan tabulasi data

selanjutnya data di olah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS vs. 18. Analisis data terdiri dari analisis univariat yang menunjukkan distribusi frekuensi dari karakteristik umum subjek penelitian, variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan analisis bivariabel, menunjukan hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan batas kemaknaan α=0,05.

HASIL PENELITIANAnalisis UnivariatTabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis kelamin di RSUD Haji Makassar

Jenis Kelamin Frekuensi PersenLaki-laki 11 36,7%

Perempuan 19 63,3%Total 30 100%

Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di RSUD Haji Makassar

Pendidikan Frekuensi PersenTidak sekolah 6 20%

SD 8 26,7%

SMP 7 23,3%

SMA 6 20,%Pendidikan

Tinggi3 10%

Total 30 100%

Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Umur di RSUD Haji Makassar

Umur Frekuensi Persen 20-50 tahun 13 43,3%

Page 3: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

51-60 tahun 9 30%≥ 61 tahun 8 26,7%

Total 30 100%

Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Haji Makassar

Status Perkawinan

Frekuensi Persen

Tidak kawin 6 20%

Janda/Duda 7 23,3%

Kawin 17 56,7%

Total 30 100%

Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di RSUD Haji Makassar

Pekerjaan

Frekuensi Persen

Tidak Bekerja 16 53,3%PNS 3 10%

Pegawai Swasta 3 10%Wiraswasta 2 6,7%

Lain-lain 6 20%Total 30 100%

Tabel 6 Distribusi Responden berdasarkan Agama di RSUD Haji Makassar

Agama Frekuensi PersenIslam 30 100%Total 30 100%

Tabel 7 Distribusi Responden berdasarkan Prosedur Pemasangan kateter di RSUD Haji Makassar

Prosedur Pemasangan

kateterFrekuensi Persen

Baik 27 90%Cukup 3 10%Total 30 100%

Tabel 8 Distribusi Responden berdasarkan Perawatan kateter di RSUD Haji Makassar

Perawatan Kateter

Frekuensi Persen

Baik 17 56,7%Cukup 13 43,3%Total 30 100%

Tabel 9 Distribusi Responden berdasarkan Lama kateter Terpasang di RSUD Haji Makassar

Lama kateter terpasang

Frekuensi Persen

Tidak Beresiko

18 60%

Beresiko 12 40%

Total 30 100%

Tabel 10 Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSUD Haji Makassar

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Frekuensi Persen

Bukan Infeksi Saluran Kemih

22 73,3 %

Infeksi Saluran Kemih

8 26,7%

Total 30 100%

Analisis BivariabelTabel 11 Hubungan Prosedur Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Haji Makassar

Prosedur Pemasangan Kateter

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Jumlah

Bukan Infeksi

Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

n % n % n %Baik 21 70 6 20 27 90Cukup 1 3,3 2 6,7 3 10

Total

22 73,3 8 26,7 30 100

α = 0,05 p = 0,166 n = 30

Tabel dan gambar 11 menunjukkan bahwa reponden yang mengalami infeksi saluran kemih dengan prosedur pemasangan kateter kategori baik lebih banyak dibandingkan responden yang mengalami infeksi saluran kemih dengan prosedur pemasangan kateter kategori cukup. Hal ini dapat di lihat pada distribusi data yang mengalami infeksi saluran kemih. ada 8 orang responden (26,7%) tetapi prosedur pemasangan kateter dengan kategori baik ada 6 orang (20%), sedangkan prosedur pemasangan kateter kategori cukup ada 2 orang (6,7%). Adapun responden yang tidak mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 22 orang (73,3%) dengan prosedur pemasangan kateter kategori baik sebanyak 21 orang (70%) dan prosedur pemasangan kateter kategori cukup ada 1 orang responden (3,3%).

Berdasarkan hasil analisis SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan p = 0,166 >

Page 4: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

α = 0,05 yang berarti hipotesis nol (H0) di terima dan hipotesis alternatif (Ha) di tolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD haji Makassar.

Tabel 12 Hubungan Perawatan kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSUD Haji Makassar

Peraw

atan Kateter

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

JumlahBukan Infeksi

Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

n % n % n %

Baik 16 53,3 1 3,3 17 56,7

Cukup

6 20 7 23,3

13 43,3

Total

22 73,3 8 26,7

30 100

α = 0,05 p = 0, 005 n = 30

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dari 30 orang responden dengan perawatan kateter kategori baik ada 17 orang (56,7%) dimana responden yang tidak mengalami infeksi saluran kemih ada 16 orang (53,3%) dan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 1 orang (3,3%). Sedangkan dengan perawatan kateter kategori cukup ada 13 orang (43,3%), dimana responden yang tidak mengalami infeksi saluran kemih ada 6 orang (20%) dan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 7 orang (23,3%).

Dari hasil analisis SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan p = 0,005 < α = 0,05 yang berarti hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD haji Makassar.

Tabel 13 Hubungan Lama Kateter Terpasang dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSUD Haji Makassar

Lama Kateter

Terpasang

Kejadian Infeksi Saluran Kemih

JumlahBukan Infeksi

Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

n % n % n %Tidak

Beresiko16

53,3

2 6,718

60

Beresiko 6 20 6 20  12

40

Total 22 73,3

8 26,7 30

100

α = 0,05 p = 0,027 n = 30

Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang lama kateternya terpasang tidak beresiko sebanyak 18 orang (60%), yang tidak mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan yang mengalami infeksi saluran kemih ada 2 orang (6,7%). Adapun yang lama kateternya terpasang beresiko ada 12 orang (40%), tidak mengalami infeksi saluran kemih dan yang mengalami infeksi saluran kemih masing-masing 6 orang (20%).

Dari hasil analisis SPSS dengan menggunakan uji statistik Chi-square koreksi Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan p = 0,027 < α = 0,05 yang berarti hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha) di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar

PEMBAHASAN1. Hubungan Prosedur Pemasangan Kateter

Dengan Kejadian Infeksi Saluran KemihBerdasarkan penelitian yang telah

dilakukan di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar di dapatkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas lebih dari 0,05 (p = 0,166 > α = 0,05) yang berarti Hipotesis nol (H0) di terima dan hipotesis alternatif (Ha) di tolak.

Meskipun menurut septiari (2012) bahwa prosedur pemasangan kateter merupakan salah satu penyebab

Page 5: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

terjadinya infeksi saluran kemih, namun teori tersebut bertentang dengan hasil penelitian yang peneliti peroleh.

Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhlis (2012) bahwa ada hubungan prosedur pemasangan kateter terhadap kejadian infeksi saluran kemih. Adanya pertentangan antara hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena keterampilan perawat yang berbeda-beda, seperti tehnik pemasangan yang memperhatikan tehnik aseptic. Mungkin juga karena instrument penelitian yang digunakan tidak akurat sehingga hasilnya tidak sama.

Septiari (2012) mengemukakan bahwa infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter dapat dicegah jika pemasangan kateter dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil dalam tehnik pemasangan kateter yang aseptik.

Dari hasil penelitian peneliti melihat bahwa prosedur pemasangan kateter yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan standar prosedur yang ada. Selaian itu, sebelum dan sesudah melakukan pemasangan kateter perawat cuci tangan sesuai prosedur yang berlaku sehingga kejadian infeksi saluran kemih jarang terjadi.

2. Hubungan Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar bahwa persentasi kejadian infeksi saluran kemih dengan perawatan kateter kategori cukup lebih tinggi dibandingkan perawatan kateter kategori baik. Setelah di lakukan analisa uji Chi-Square diperoleh hasil signifikan p = 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α (0,005 < 0,05) maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif diterima (Ha) yang berarti perawatan kateter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih.

Menurut teori yang di kemukakan oleh Muwarni (2009) bahwa kateter yang terpasang harus mendapat perawatan khusus karena selama kateter terpasang banyak sekresi dan kerak yang timbul di sekitar kateter yang merupakan sumber timbulnya infeksi. Selain itu, kerusakan sistem pemasangan kateter dapat meningkatkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.

Perawatan kateter urine menetap harus diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih (bakteriuria). Tindakan asepsis yang ketat diperlukan dalam perawatan kateter. Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit. Menurut Potter & Perry (2009), teknik asepsis adalah prosedur yang membantu mengurangi resiko terkena infeksi. Tindakan mencuci tangan mutlak harus dilakukan sebelum dan setelah penanganan kateter, selang dan kantong penampungan urine. (Sepalanita, 2012)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sepalanita (2012) bahwa perawatan kateter yang tidak aseptik dan tidak rutin dapat memicu terjadinya infeksi pada saluran kemih.

Peneliti berasumsi bahwa infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang dapat terjadi di rumah sakit karena perawatan kateter yang dilakukan oleh perawat tidak aseptik dan tidak rutin.

3. Hubungan Lama Kateter Terpasang Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar, hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kateter terpasang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih. Hal ini dapat dilihat dari uji statistik Chi-square yang diperoleh p < α (0,027 < 0,05) yang berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ernita (2012), tentang hubungan lamanya penggunaan kateter terhadap terjadinya infeksi saluran kemih di RSU Haji medan tahun 2012. Dari 20 responden yang mengalami infeksi saluran kemih akibat lama kateter terpasang sebanyak 14 orang (70%) dan tidak mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 6 orang (30%). Dengan kateter yang terlalu penggunaannya dapat menyebabkan kolonisasi bakteri.

Berdasarkan teori dalam penelitian Ernita (2012) bahwa penggunaan kateter dalam jangka waktu yang pendek (>72 jam) dapat mencegah infeksi saluran kemih, sedangkan penggunaan kateter dalam jangka waktu yang lama (≥72 jam) dapat menyebabkan resiko terkena infeksi saluran kemih.

Page 6: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Muhlis (2012) tentang hubungan antara pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap Di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. Hasil penelitiannnya menunjukkan 18 orang mengalami infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh lamanya kateter terpasang.

Peneliti berasumsi bahwa semakin lama penggunaan kateter pada pasien tanpa pergantian kateter maka kemungkinan untuk mengalami infeksi saluran kemih semakin besar. Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang terjadi pada pasien di rumah sakit yang biasanya menggunakan kateter terlalu lama dan tidak diganti.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap rumah sakit Umum Daerah Haji Makassar yang mengacu pada pembahasan dan tujuan penelitian maka dapat disimpulakan bahwa tidak ada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, ada hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih, dan ada hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih.

SARAN1. Bagi pihak Rumah sakit perlu

memperhatikan perawatan kateter yang terpasang pada pasien agar perawatannya dilakukan 2 kali dalam sehari dan memberikan pengetahuan/arahan kepada keluarga pasien yang biasanya melakukan perawatan kateter sendiri.

2. Bagi profesi keperawatan agar meningkatkan pemahaman dan keterampilan perawat dalam tehnik pemasangan dan perawatan kateter secara aseptik agar kejadian infeksi saluran kemih dapat dicegah.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih harus memperhatikan metode penelitian dan instrumen yang akan di gunakan sehingga dapat

menghasilkan penelitian yang benar-benar aktual.

DAFTAR PUSTAKACorwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku

Patofisiologi. Penerbit EGC: Jakarta.

Baradero, dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Ely, Achmad, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis I.: Salemba Medika: Jakarta.

Ernita, Friska. 2012. Hubungan Lamanya Penggunaan Kateter Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Di RSU Haji Medan Tahun 2012. (www. stikesdelhusada.ac.id). Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah:Sistem Perkemihan. Rapha Publishing: Yogyakarta.

Kasmad. 2010. Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. (ejournal.undip.ac.id/index.php/ medianers/article/download). Diakses pada tanggal 10 Mei 2014.

Lusianah, dkk. 2012. Prosedur Keperawatan. CV. TRANS INFO MEDIKA.: Jakarta Timur.

Mirozha, Eidho. 2009. Prevalensi Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Di Irna Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 1 Juli 2009 ??? 31 Desember 2009.( http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/44298815209_abs .pdf). diakses pada tanggal 13 Mei 2014.

Muhlis. 2012. Hubungan Antara Pemasangan Kateter Tetap Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada pasien Rawat Inap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. (http://E-library.stikesnh.ac.id .pdf ). diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

Murwani, Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Fitramaya: Yogyakarta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis

Page 7: Jurnal 141102222325 Conversion Gate02

Edisi. Salemba Medika: Jakarta Selatan.

Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:Penyakt Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Samad, Roni. 2012. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsudza Banda Aceh Tahun 2012. (online). (Uilis.Unsyiah.Ac.Id. Diakses pada tanggal 8 Mei 2014.)

Saryono dan Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Sepalanita, Widya. 2012. Pengaruh Perawatan Kateter Urine Ind WellingModel Americanassociation Of Critical Care Nurses (Aacn) Terhadap Bakteriuria Di Rsu Raden Mattaher Jambi

Septiari, Betty. 2012. Infeks Nosokomia. Nuha Medika: Yogyakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Suharyanto dan Madjid. 2013. Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Saluran Perkemihan. CV. TRANS INFO MEDIKA: Jakarta Timur.

Sumantri, Arif. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Pertama. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP: Jakarta.