artikelpklachmadfathony105080301111043 150209180704 conversion gate02

14
PROSES PEMBUATAN NUGGET IKAN TUNA (Thunnus sp.) DI POKLAHSAR “PENI” DESA HADILUWIH KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN JAWA TIMUR ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH : ACHMAD FATHONY NIM. 105080301111043 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Upload: suryantiwardani

Post on 13-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikelpklachmadfathony105080301111043 150209180704 Conversion Gate02

TRANSCRIPT

  • PROSES PEMBUATAN NUGGET IKAN TUNA (Thunnus sp.) DI POKLAHSAR PENI

    DESA HADILUWIH KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN

    JAWA TIMUR

    ARTIKEL PRAKTEK KERJA LAPANG

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI HASIL PERIKANAN

    JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

    OLEH :

    ACHMAD FATHONY

    NIM. 105080301111043

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • PROSES PEMBUATAN NUGGET IKAN TUNA (Thunnus sp.) DI POKLAHSAR PENI DESA HADILUWIH KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN

    JAWA TIMUR

    The Process of Making Nugget of Tuna (Thunnus Sp.) in Poklahsar PENI Village Hadiluwih Sub District Ngadirojo of Pacitan Regency

    East Java

    Achmad Fathony*) dan Sukoso

    Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

    *) [email protected]

    ABSTRAK

    Meningkatnya produksi perikanan laut terutama produksi ikan tuna menghasilkan devisa cukup besar bagi pendapatan negara. Disamping itu ikan tuna tersebut digunakan sebagai bahan baku olahan diversivikasi produk perikanan seperti nugget. Oleh sebab itu maksud dari Praktek Kerja Lapang ini untuk mengetahui dan memahami cara pengolahan nugget ikan tuna di POKLAHSAR PENI Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan JawaTimur. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 7 Juli 2013. Metode pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan meode deskriptif sedangkan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi. Alur proses pembuatan nugget ikan tuna diantaranya sebagai berikut; persiapan bahan baku dan bahan tambahan, penggilingan fillet daging ikan tuna, penggilingan bahan tambahan, pencampuran adonan, pencetakan, pengukusan, pelumuran tepung panir, pengemasan, pengepresan, penyimpanan dan pemasaran. Demi menghasilkan produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi, POKLAHSAR PENI menerapkan sanitasi dan hygiene pada bahan baku, air, peralatan yang digunakan, karyawan, lingkungan dan produk akhir. Hasil analisa proksimat nugget ikan tuna adalah kadar protein 9,24%, kadar lemak 0,14%, kadar air 54,83%, kadar abu 2,65%, dan kadar karbohidrat 33,14%. Kata Kunci: Ikan tuna, proses pembuatan nugget, sanitasi dan analisa proksimat

    ABSTRACT

    Increasing production marine fisheries especially the production of tuna fish produce foreign exchange large enough for state revenues. Besides of tuna is use as raw materials processed diversivikasi fishery products as nuggets. Therefore mean from practice work roomy this to know and understand the processing nuggets of tuna in POKLAHSAR PENI village Hadiluwih sub-district Ngadirojo district Pacitan JawaTimur. Practice work roomy this held on june 2 to 7 july 2013. A method of taking data was by with meode descriptive while technique adoption of the data done by means of observation, interview active participation and documentation. Grooves process of making nuggets tuna fish are as follow; preparation raw material and extra ingredient, milling fillet flesh of tuna milling extra ingredient, mixing dough, printing, steaming, make of bread flour, packaging, pressing, storage and marketing. To produce products qualified and safe to eat, POKLAHSAR PENI apply sanitation and hygiene on raw materials, water, equipment used, employees, environment and a finished product. The analysis result of proximate nuggets of tuna is levels of a protein 9,24 %, levels fat 0,14 %, the water level 54,83 %, levels ashes 2.65 %,and levels carbohydrates 33,14 %. Key Word: Tuna, Process of Making Nuggets, Sanitation And Analysis Proximate

  • 1

    PENDAHULUAN

    Salah satu potensi sumberdaya ikan yang

    menghasilkan devisa cukup besar bagi

    pendapatan negara adalah perikanan tuna. Tuna

    adalah termasuk jenis ikan Scombridae yang

    sangat aktif di perairan pantai dan laut lepas.

    Ikan tuna albakora (Thunnus alalunga) merupakan

    jenis ikan tuna yang mempunyai nilai ekonomis

    tinggi. Potensi ikan tuna albakora di perairan

    samudera hindia sebelah selatan Jawa hinga

    Sumba di perkirakan sebesar 1.329 ton atau

    dengan tingkat pemanfaatan hanya sekitar

    46,80%, sehingga produksi ikan ini masih dapat

    lebih ditingkatkan lagi (Juriono, 2000).

    Disamping itu Peranginangin (2010)

    menjelaskan bahwa salah satu usaha untuk

    meningkatkan nilai dan mengoptimalkan

    pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut

    adalah dengan pengembangan produk bernilai

    tambah, baik olahan tradisionai maupun

    modern. Namun produk bernilai tambah yang

    diproduksi di Indonesia masih dari ikan

    ekonomis seperti tuna. Sedangkan apabila ingin

    mengubah nilai jual Ikan non ekonomis maka

    salah satu cara yang bisa ditempuh adalah

    melalui teknologi produk perikanan

    (pengembangan produk hasil perikanan) agar

    lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai

    dengan selera pasar dalam rangka memenuhi

    kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui

    asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil

    perikanan dan ketahanan pangan.

    Menurut Hadi (2008), pola konsumsi

    masyarakat pada saat ini cenderung mengalami

    perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan

    mereka yang lebih memilih hal-hal yang praktis

    terutama untuk dikonsumsi. Salah satu makanan

    yang sering dikonsumsi adalah makanan olahan

    siap saji yang terbuat dari daging ayam yaitu

    chicken nugget. Ditambahkan Menurut Rospiati

    (2006), pada dasarnya produk fish nugget hampir

    sama dengan chicken nugget dan shrimp nugget.

    Perbedaannya terletak pada jenis dan

    karakteristik bahan baku yang digunakan.

    Nugget ikan tuna yang menggunakan bahan

    pengikat maizena dan emulsifier SPI (Soy Protein

    Isolate) menunjukkan hasil yang relatif lebih

    dapat diterima oleh panelis jika dibandingkan

    dengan kombinasi bahan pengikat dan

    emulsifier yang lain (terigu dan kasein). Batter

    yang digunakan berasal dari formula maizena 80

    g, garam 12 g, bumbu nugget 3 g dan air 300 ml.

    Oleh sebab itu, Praktek Kerja Lapang ini

    bertujuan untuk mempelajari proses pengolahan

    dan kandungan gizi nugget ikan tuna (Thunnus

    sp.) di POKLAHSAR PENI Desa Hadiluwih

    Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan.

    METODE

    Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan

    pada tanggal 2 sampai 7 Juli 2013 di

    POKLAHSAR PENI Desa Hadiluwih

    Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan-Jawa

    Timur. Metode yang digunakan pada

    pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah

    metode deskriptif. Metode deskriptif

    merupakan metode penyelidikan yang

    menuturkan dan mengklasifikasikan data yang

    diperoleh dari berbagai teknik pengambilan data

    (Marzuki, 1986).

    Dalam pelaksanaan PKL ini kegiatan

    yang dilakukan meliputi observasi, wawancara,

    partisipasi aktif serta dokumentasi. Observasi

    berarti teknik pengumpulan data dimana orang

    melakukan pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis terhadap gejala/fenomena yang

    diselidiki (Marzuki, 1986). Dalam Praktek Kerja

    Lapang, observasi tersebut dilakukan terhadap

  • 2

    metode yang digunakan dalam proses

    pembuatan nugget ikan tuna (Thunnus sp.) mulai

    dari awal proses sampai akhir proses serta aspek

    sanitasi dan hygiene.

    Wawancara merupakan suatu proses

    interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil

    wawancara ditentukan oleh beberapa faktor

    diantaranya pewawancara, responden, topik

    penelitian yang tertuang dalam daftar

    pertanyaan dan situasi wawancara (Masri dan

    Effendi, 1989). Wawancara ini merupakan suatu

    metode berdialog dengan pihak sentra usaha

    pengolahan ikan tuna yang meliputi pemilik

    usaha pengolahan ikan tuna, karyawan dan

    masyarakat yang terlibat dalam usaha

    pengolahan ikan tuna. Hal-hal yang ditanyakan

    dalam proses wawancara meliputi sejarah

    berdirinya home industry, struktur organisasi home

    industry, ketenagakerjaan, penggunaan modal,

    biaya produksi, produksi, pemasaran hasil,

    manajemen, permasalahan yang dihadapi dan

    faktor-faktor yang mempengaruhi usaha serta

    segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

    pembuatan nugget ikan tuna (Thunnus sp.).

    Biasanya, diajukan suatu tanya jawab langsung

    yang tersusun dalam suatu daftar pertanyaan

    atau quisioner.

    Partisipasi aktif adalah suatu proses

    pengamatan yang dilakukan dengan ikut

    berperan aktif dalam kegiatan (Nawawi, 1989).

    Partisipasi aktif artinya mengikuti sebagian atau

    keseluruhan kegiatan secara langsung dalam

    suatu aliran proses di suatu unit produksi.

    Dalam praktek kerja lapang ini untuk

    mengetahui bagaimana proses pembuatan

    nugget ikan tuna dengan mengikuti secara

    langsung kegiatan proses pengolahan. Kegiatan

    partisipasi aktif ini diikuti mulai dari persiapan

    bahan baku, pelaksanaan pembuatan nugget

    ikan tuna, hingga sampai produk siap untuk

    dipasarkan.

    Menurut Arikunto (2006), teknik

    dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

    dengan cara mengumpulkan catatan dan

    gambar. Teknik ini bertujuan untuk

    memperkuat data-data yang telah diambil

    dengan mengguanakan teknik pengambilan data

    sebelumnya. Kegiatan dokumentasi pada

    Praktek Kerja Lapang ini yaitu

    mendokumentasikan proses pengolahan bahan

    baku hingga menjadi produk nugget ikan tuna

    yang siap dipasarkan.

    Selain pengambilan data primer

    (observasi, wawancara, partisipasi aktif serta

    dokumentasi), juga dilakukan pengambilan data

    sekunder. Dalam Praktek Kerja Lapang ini data

    sekunder diperoleh dari laporan-laporan,

    pustaka-pustaka serta data yang diperoleh dari

    lembaga penelitian. Untuk data internal

    merupakan data yang diperoleh dari dalam

    lokasi Praktek Kerja Lapang yaitu di Desa

    Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten

    Pacitan yang meliputi : letak geografis

    perusahaan, struktur organisasi perusahaan,

    lokasi dan tata letak perusahaan, keadaan tenaga

    kerja, dan besarnya produksi pembuatan nugget

    tuna (Thunnus sp.) pada periode bulan dan tahun.

    Sedangkan data eksternal merupakan data yang

    diperoleh dari pihak luar baik dari lembaga

    pemerintah, lembaga swasta serta masyarakat

    yang terkait dalam usaha pembuatan nugget

    ikan tuna (Thunnus sp.).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Keadaan Umum Lokasi Usaha

    POKLAHSAR PENI merupakan

    kelompok pengolah dan pemasar yang bergerak

    dibidang pengolahan ikan tuna (Thunnus sp.)

  • 3

    yang berlokasi di Desa Hadiluwih Kecamatan

    Ngadirojo Kabupaten Pacitan-Jawa Timur.

    Lokasi usaha ini terletak tepat dipinggir jalan

    raya yang menghubungkan Trenggalek - Pacitan

    dengan luas area kontruksi bangunan seluas 15 x

    30 meter. Letak geografisnya bersinggungan

    langsung dengan pusat aktifitas perekonomian,

    khususnya area pelabuhan/TPI Anakan dan

    akses transportasi yang mudah dijangkau serta

    dekat dengan kawasan wisata Pantai Taman dan

    Pantai Soge.

    Lokasi yang digunakan untuk tempat

    pengolahan produk olahan ikan Tuna dan

    rumput laut terdiri dari 4 ruangan yaitu ruangan

    pertama adalah tempat penerimaan bahan baku,

    pencucian bahan baku yang baru datang atau

    baru dibeli dengan cara dicuci, dihilangkan isi

    perut dan insang serta dilakukan proses

    pemfilletan, proses penggilingan fillet ikan tuna.

    Ruangan yang kedua adalah ruang proses.

    Semua kegiatan pengolahan dilakukan pada

    ruang proses, mulai dari pembuatan adonan,

    penambahan bumbu-bumbu, pencetakan hingga

    menjadi produk akhir olahan ikan tuna.

    Ruangan yang ketiga yaitu adalah ruang

    packaging, ruang pengemasan produk olahan

    ikan tuna dan rumput laut, dimulai dari

    penimbangan hingga proses pengemasan

    menggunakan vacum sealer. Ruang keempat yaitu

    ruang penyimpanan produk yaitu menggunakan

    freezer untuk produk semi basah dan untuk

    produk kering di simpan dalam etalase.

    2. Struktur Organisasi

    POKLAHSAR PENI ini berbentuk

    kelompok usaha bersama dimana pemimpin

    tertinggi ataupun yang berlaku sebagai pembina

    adalah Bapak Anang Widagdo dengan dibantu 9

    tenaga kerja tetapnya. Selain itu, POKLAHSAR

    PENI ini mempunyai struktur organisasi

    dibawah pembina yaitu antaralain ketua umum

    oleh Ibu Sri Hastuti, sekertaris oleh Bapak Haris

    Sukarto dan bendahara oleh Ibu Miswati.

    Pekerja lebih diprioritaskan dari masyarakat desa

    Hadiluwih yang utamanya mempunyai

    penghasilan minim atau masih menjadi

    pengangguran.. Tidak ada persyaratan khusus,

    hanya membutuhkan profesionalitas dalam

    bekerja sehingga hasil yang dicapai sesuai

    dengan yang diinginkan.

    3. Kesejahteraan Tenaga Kerja

    Tenaga kerja POKLAHSAR PENI

    berasal dari lingkungan sekitar tempat usaha

    yang merupakan para pemuda-pemudi dan ibu-

    ibu RT (Rumah Tangga). Tenaga kerja

    berjumlah 9 orang yang semuanya merupakan

    tenaga kerja tetap. Tenaga kerja pada bagian

    produksi sebanyak 6 orang khususnya kaum

    putri atau ibu-ibu rumah tangga dan 3 orang

    lainnya yaitu kaum pria atau pemuda pada

    bagian penerimaan bahan baku, pemfilletan dan

    penggilingan. Sedangkan untuk bagian

    pemasaran dilakukan oleh agen-agen pemasar

    dari produk olahan tuna POKLAHSAR

    PENI.

    Sistem pemberian upah pada pekerja di

    POKLAHSAR PENI yaitu menggunakan

    system borong kerja. Jadi upah yang mereka

    dapatkan yaitu setimpal dengan produk yang

    mereka hasilkan perkemasan. Upah yang

    diberikan perkemasanya yaitu senilai Rp 500,00.

    Biasanya apabila ada pesanan, produksi hingga

    mencapai 1000 bungkus per harinya. Pada

    POKLAHSAR PENI waktu kerja dimulai

    pada pukul 09.00 WIB dimana waktu tersebut

    dirasa sudah cukup longgar bagi ibu ibu

    rumah tangga setelah menyelesaikan pekerjaan

  • 4

    rumah dan produksi diakhiri hingga jam 16.00

    WIB. Namun tenggang waktu produksi

    tergantung banyak sedikitnya produksi, apabila

    sedang banyak orderan biasanya jam produksi

    ditambah hingga jam malam. Untuk jam

    istirahat yaitu jam 12.00 12.30 WIB.

    Kesejahteraan pekerja di POKLAHSAR

    PENI sangat diperhatikan. Fasilitas yang

    didapat para pekerja berupa penginapan, makan

    dan minum serta mendapatkan kaos atau

    seragam untuk berkarya dalam pengolahan hasil

    perikanan di POKLAHSAR PENI.

    4. Proses Produksi

    4.1 Persiapan Bahan

    Bahan baku yang digunakan

    POKLAHSAR PENI adalah ikan tuna

    (Thunnus sp.). Klasifikasi ikan tuna menurut

    Saanin (1984) sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Chordata

    Sub phylum : Vertebrata Thunnus

    Class : Teleostei

    Sub Class : Actinopterygii

    Ordo : Perciformes

    Genus : Thunnus

    Species : Thunnus sp.

    Ikan tuna yang digunakan sudah dalam

    bentuk fillet. Dalam 1 adonan nugget ikan

    membutuhkan fillet daging ikan tuna sebanyak 3

    Kg. Selain itu juga membutuhkan bahan-bahan

    tambahan seperti tepung terigu, tepung tapioka,

    tepung roti, es batu/es serut, telur, bawang

    putih, garam dapur, merica, susu skim, minyak

    goreng, baking powder, MSG dan gula pasir.

    Tabel 1. Formula nugget ikan tuna per 3 Kg

    bahan

    Jenis Bahan Satuan Jumlah

    Ikan Tuna (gram) 3000

    Tepung Tapioka Tepung Terigu Tepung Roti Telur Garam Dapur Gula Pasir Es Batu Bawang putih Merica Susu Skim Minyak Goreng Baking Powder MSG

    (gram) (gram) (gram) (butir) (gram) (gram) (bungkus) (gram) (gram) (gram) (ml) (gram) (gram)

    1000 2000 1000 10 200 210 5 200 20 20 75 4,5 50

    Sumber: POKLAHSAR PENI (2013).

    4.2 Penggilingan Fillet ikan Tuna

    Bahan baku yang ada berupa fillet daging

    ikan tuna, kemudian fillet daging tersebut digiling

    supaya halus. Pelumatan daging ikan bertujuan

    agar adonan daging ikan tuna sebagai bahan

    baku lebih mudah bercampur dengan bahan

    tambahan lain terutama dengan bumbu-bumbu.

    Pada tahap ini, penggilingan fillet daging ikan

    tuna menggunakan mesin penggiling daging.

    4.3 Penggilingan Bahan Tambahan

    Untuk bahan tambahan yang masih

    berbentuk partikel-partikel padatan/kasar

    seperti bawang putih, telur, merica, gula pasir,

    garam dapur, MSG dan es batu di giling terlebih

    dahulu dalam mesin penggiling. Hal ini

    bertujuan untuk memudahkan bercampur

    dengan bahan-bahan yang lain.

    4.4 Pencampuran Adonan

    Setelah semua bahan tambahan

    dihaluskan menggunakan mesin penggiling,

    selanjutnya dilakukan pencampuran adonan.

    Tujuan dilakukan pencampuran adonan supaya

    adonan antara bahan tambahan dan bahan baku

    menyatu dan merata dalam satu adonan. Untuk

    pencampuran yang pertama dilakukan

    pencampuran antara bumbu yang telah

    dihaluskan dengan lumatan daging ikan tuna

    yang telah digiling oleh mesin penggiling.

    Setelah itu dilakukan pencampuran dengan

  • 5

    menambahkan tepung terigu dan tepung tapioka

    dengan cara memasukkannya kedalam mesin

    penggiling secara sedikit demi sedikit. Tujuan

    ditambahkan tepung terigu dan tepung tapioka

    yaitu supaya adonan lebih kenyal. Selanjutnya

    adonan diaduk menggunakan mesin penggiling

    hingga merata. Setelah adonan rata lalu

    dipindahkan dalam baskom untuk tahap

    selanjutnya.

    Setelah pencampuran adonan selesai,

    dlakukan penambahan bahan tambahan lagi

    antara lain baking powder, susu skim dan

    minyak goreng. Tujuan dilakukan penambahan

    baking powder pada adonan nugget yaitu supaya

    adonan dapat mengembang. Kemudian

    dilakukan penambahan susu skim bertujuan

    untuk menambah nilai gizi dari nugget ikan tuna

    tersebut dan menjadikan tekstur adonan

    menjadi lembut. Selain itu dilakukan

    penambahan minyak goreng pada adonan, hal

    ini bertujuan supaya adonan tidak lengket.

    Setelah semua bahan tambahan di maskukkan

    kedalam adonan, lalu adonan diiuleni atau

    diaduk-aduk hingga merata. Selanjutnya

    dibiarkan sekitar 5 menit supaya adonan

    mengembang, kemudian menuju tahapan

    selanjutnya.

    4.5 Pencetakan

    Selanjutnya adonan nugget ikan tuna

    dimasukkan kedalam loyang untuk dicetak

    untuk menjadi bentuk balok. Akan tetapi

    sebelum adonan dimasukkan kedalam loyang,

    terlebih dahulu loyang dilapisi dengan plastik

    sebagai alas dan diolesi dengan minyak goreng

    secukupnya dengan tujuan supaya adonan tidak

    lengket dalam cetakan. Setelah pengolesan

    minyak goreng pada loyang selesai maka adonan

    nugget ikan tuna dimasukkan kedalam loyang.

    Tebal adonan yang dimasukkan kedalam loyang

    yaitu setengah dari tinggi loyang. Hal tersebut

    dikarenakan untuk mengantisipasi ketika terjadi

    pengembangan pada adonan setelah proses

    pengukusan.

    4.6 Pengukusan

    Pada tahap pengukusan, adonan yang

    telah dicetak dalam loyang dikukus dalam

    dandhang yang telah dipanaskan dalam kompor

    gas. Sebelum proses pengukusan, dandhang

    yang telah berisi air terlebih dahulu dipanaskan

    dalam kompor gas. Setelah panas, adonan yang

    ada dalam loyang dimasukkan kedalam

    dandhang dan dikukus selama 40 menit. Tujuan

    dikukus yaitu supaya adonan nugget menjadi

    matang dan tidak banyak menyerap air bebas

    pada nugget.

    Setelah 40 menit dikukus, nugget ikan

    tuna ditiriskan. Penirisan nugget ikan tuna

    dilakukan pada para-para. Penirisan dilakukan

    selama 10 menit. Tujuan dari penirisan adalah

    untuk menghilangkan air sisa rebusan dan

    menurunkan suhu nugget ikan tuna. Nugget

    ikan tuna yang masih panas sebaiknya jangan

    dikemas, karena akan mengurangi daya simpan

    nugget ikan tuna. Karena apabila nugget ikan

    masih panas dan dikemas akan mengeluarkan

    uap air kemudian uap air ini tidak bisa keluar

    karena kemasan sudah tertutup oleh seal. Dan

    uap air ini bisa menyebabkan tumbuhnya

    mikroorganisme yang akan menurunkan daya

    simpan nugget ikan tuna tersebut. Setelah

    proses penirisan, nugget yang masih dalam

    bentuk besar atau menyerupai tebal loyang

    maka dilakukan proses pengirisan yang lebih

    kecil dan sesuai selera.

    4.7 Pelumuran Tepung Panir

    Sebelum dilakukan pelumuran tepung

    panir, terlebih dahulu ducelupkan dalam larutan

    butter mix. Larutan butter mix ini terdiri dari

  • 6

    tepung terigu, merica, baking powder, telur dan

    air. Cara pembuatan butter mix yaitu pertama

    tepung terigu, merica dan baing powder

    dicampur jadi satu dalam satu wadah. Kemudian

    ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk

    hingga merata. Selanjutnya di tambahkan telur

    dan diaduk kembali hingga merata. Tujuan di

    tambahkan telur yaitu untuk merekatkan tepung

    panir pada nugget ikan tuna.

    Setelah adonan butter mix jadi,

    selanjutnya nugget ikan tuna dicelupkan dalam

    adonan butter mix. Tujuan pencelupan dalam

    adonan butter mix yaitu untuk merekatkan

    nugget dengan tepung panir dan untuk

    menambah cita rasa dari nugget ikan tersebut.

    Setelah itu, dilakukan proses pelumuran dengan

    tepung panir. Tujuan dilumuri tepung panir

    yaitu untuk melapisi nugget agar terlihat lebih

    cantik/menarik dan menciptakan rasa renyah

    pada nugget ikan tuna tersebut.

    4.8 Pengemasan

    Setelah tahap pelumuran dengan tepung

    panir, selanjutnya adalah tahap pengemasan.

    Nugget ikan tuna dikemas menggunakan plastik

    PE. Dalam kemasan produk sudah tertera label

    kemasan produk olahan ikan tuna dari

    POKLAHSAR PENI. Dalam 1 plastik

    kemasan diisi sebanyak 9 potong nugget ikan

    tuna.

    Selanjutnya, setelah kemasan-kemasan

    yang telah diisi nugget ikan tuna kemudian

    ditutup dengan menggunakan vacuum sealer.

    Vacuum sealer adalah alat pengemas yang

    menggunakan metode vakum (pengosongan

    udara) agar tidak ada udara yang masuk dan

    produk juga terhindar dari kontaminasi

    lingkungan.

    4.9 Penyimpanan

    Langkah terakhir pada proses

    pembuatan nugget ikan tuna ini adalah

    penyimpanan pada freezer. Nugget ikan tuna

    yang telah dikemas, disimpan pada freezer

    dengan suhu -4oC. Karena, penyimpanan suhu

    dingin dapat memperpanjang masa simpan.

    5. Sanitasi dan Hygiene

    5.1 Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku

    Bahan baku utama dalam proses

    pembuatan nugget adalah ikan tuna. Ikan tuna

    yang digunakan untuk pembuatan nugget ini

    diperoleh dari Pelabuhan/TPI Anakan-

    Sidomulyo. Pelabuhan/TPI Anakan-Sidomulyo

    merupakan pelabuhan sekaligus tempat

    pelelangan ikan yang menjual hasil tangkapan

    nelayan-nelayan di sekitar Teluk Pacitan,

    khususnya di Kecamatan Ngadirojo. Untuk

    mempertahankan mutu, daging ikan tersebut

    harus dicuci dan dibilas sampai bersih. Menurut

    Hadiwiyoto (1993) proses pencucian bertujuan

    untuk menghilangkan semua jenis kotoran

    seperti darah, lendir maupun lumpur.

    5.2 Sanitasi dan Hygiene Air

    POKLAHSAR PENI menggunakan

    air yang berasal dari air sumur yang bersih, tidak

    berwarna, jernih dan tidak berbau. Menurut

    Purnawijayanti (2001), air yang dapat digunakan

    dalam pengolahan makanan minimal harus

    memenuhi syarat air yang dapat diminum.

    5.3 Sanitasi dan Hygiene Peralatan

    Peralatan yang digunakan dalam proses

    pembuatan nugget ikan tuna (Thunnus obesus)

    sudah sepenuhnya memenuhi persyaratan

    sanitasi dan hygiene. Semua alat yang digunakan,

    mulai dari alat-alat dapur yang terbuat plastik

    sampai yang logam sebelum dan setelah

    digunakan dicuci bersih dan disimpan ditempat

    yang bersih. Menurut Buckle et al. (2009), alat

  • 7

    harus dibersihkan sebaik mungkin sehingga

    tidak ada sisa organik yang nampak oleh mata.

    Tindakan ini dapat dibantu dengan

    menggunakan detergen dan apabila bahan ini akan

    digunakan harus dibasuh/dibilas secara baik

    dan air bersih.

    5.4 Sanitasi dan Hygiene Pekerja

    Di POKLAHSAR PENI, tempat

    pembuatan nugget ikan tuna para pekerja tidak

    menggunakan perlengkapan khusus yang

    berfungsi untuk menjaga dari kontaminasi

    silang, karena masih berskala home industry. Selain

    itu tidak memakai perlengkapan lain yang

    biasanya dipakai pada industri yang berskala

    besar seperti penutup hidung atau masker, topi

    atau pakaian khusus untuk pekerja. Sehingga

    produk masih mungkin terkontaminasi oleh

    para pekerja.

    5.5 Sanitasi dan Hygiene Lingkungan

    Lingkungan tempat pembuatan nugget

    ikan tuna terhindar dari kontaminasi serangga

    dan tempat produksi tersebut berada jauh dari

    sumber kontaminasi seperti pembuangan

    limbah rumah tangga. Selain itu setelah

    melakukan proses produksi, ruangan tersebut

    langsung dibersihkan, sehingga tetap terjaga

    kebersihannya. Meskipun terlihat bersih tetapi

    tidak menutup kemungkinan terhindar dari

    mikroba.

    5.6 Sanitasi dan Hygiene Produk Akhir

    Sanitasi dan hygiene produk akhir

    merupakan hal yang sangat penting mengingat

    produk ini adalah untuk konsumsi manusia.

    Pengawasan terhadap kebersihan produk dan

    lingkungan sekitar hendaknya perlu ditingkatkan

    untuk mencegah masuknya kontaminan yang

    dapat menurunkan kualitas produk. Organisme

    penyebab penyakit dapat ditularkan ke dalam

    bahan pangan melalui lingkungan yang

    tercemar. Pencemaran dari keadaan demikian

    yang memungkinkan organisme-organisme ini

    masuk dan tumbuh dalam bahan pangan yang

    akan menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan

    manusia.

    6. Karakteristik Kimia Nugget Ikan

    Tuna

    Analisis proksimat bertujuan untuk

    menentukan komposisi kimia utama dari bahan

    baku dan produk, yaitu ikan tuna dan nugget

    ikan tuna. Parameter analisis nugget ikan tuna

    adalah kadar protein, lemak, air, abu dan

    karbohidrat. Analisis proksimat ini dilakukan di

    Laboratorium Pengujian Mutu dan

    Keamananan Pangan, Fakultas Teknologi

    Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Hasil

    analisis proksimat daging ikan tuna dan nugget

    ikan tuna dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat

    Sumber: *) Widiastuti (2008)

    **) Laboratorium Pengujian

    Mutu dan Keamanan

    Pangan

    6.1 Kadar Protein

    Berdasarkan hasil analisis proksimat

    nugget ikan tuna, diperoleh nilai kadar protein

    sebesar 9,24 %, lebih rendah dibandingkan

    dengan nilai kadar protein pada ikan tuna segar

    yaitu sebesar 22,2% (Widiastuti, 2008).

    Rendahnya nilai protein disebabkan karena

    Komposisi

    Kandungan (%)

    Ikan Tuna*)

    Nugget Ikan Tuna

    **)

    Kadar Protein 22,2 9,24

    Kadar Lemak 2,1 0,14

    Kadar Air 74,2 54,83

    Kadar Abu 1,4 2,65

    Kadar Karbohidrat

    0,1 33,14

  • 8

    adanya protein yang larut air pada saat tahap

    pengukusan. Menurut Hadiwiyoto (1993), suhu

    tinggi dapat menyebabkan protein terdenaturasi

    sehingga ikatan peptida akan pecah, yang

    akhirnya menurunkan kadar protein dalam

    bahan.

    6.2 Kadar Lemak

    Berdasarkan hasil analisis proksimat

    nugget ikan tuna, diperoleh nilai kadar lemak

    sebesar 0,14%, lebih rendah dibandingkan

    dengan nilai kadar lemak pada ikan tuna segar

    yaitu sebesar 2,1% (Widiastuti, 2008). Hal ini

    sesuai dengan pernyataan Desroseir (1988) yang

    menjelaskan bahwa protein, lemak dan

    karbohidrat yang telah mengalami perlakuan

    saat pengolahan menjadi berubah besar

    konsentrasinya dibandingkan dengan bahan

    makanan yang belum diolah. Hal ini disebabkan

    oleh adanya penambahan macam bumbu

    tambahan yang kosentrasi parameter selain

    lemak lebih tinggi sehingga menjadikan

    kosentrasi pada nugget lebih rendah.

    6.3 Kadar Air

    Berdasarkan hasil analisis proksimat

    nugget ikan tuna, diperoleh nilai kadar air

    sebesar 54,83%, lebih rendah dibandingkan

    dengan nilai kadar air pada ikan tuna segar yaitu

    sebesar 74,2% (Widiastuti, 2008). Menurut

    Hadiwiyoto (1993), suhu panas akan

    menyebabkan berbagai perubahan pada daging,

    antara lain kadar airnya akan menurun,

    disebabkan sebagian air yang ada akan menguap

    (keluar), keadaan fisikawi daging akan berubah

    menjadi keras, warna daging akan berubah,

    aktifitas air akan turun dan sebagian protein

    akan terdenaturasi.

    6.4 Kadar Abu

    Berdasarkan hasil analisis proksimat

    nugget ikan tuna, diperoleh nilai kadar abu

    sebesar 2,65%, lebih tinggi dibandingkan

    dengan nilai kadar abu pada ikan tuna segar

    yaitu sebesar 1,4% (Widiastuti, 2008).

    Peningkatan pada kadar abu disebabkan oleh

    penambahan beberapa bahan yang

    menyebabkan mineral dalam bahan pangan

    meningkat. Kandungan mineral beberapa bahan

    yang menyebabkan peningkatan diantaranya,

    garam dengan kandungan abu sebesar 99,80%

    dan gula 0,01% (USDA, 2009) yang digunakan

    sebagai bahan tambahan dalam adonan nugget

    ikan tuna.

    6.5 Kadar Karbohidrat

    Berdasarkan hasil analisis proksimat

    nugget ikan tuna, diperoleh nilai kadar

    karbohidrat sebesar 33,14%, lebih tinggi

    dibandingkan dengan nilai kadar karbohidrat

    pada ikan tuna segar yaitu sebesar 0,1%

    (Widiastuti, 2008). Tingginya kadar karbohidrat

    ini dapat dipengaruhi oleh adanya penambahan

    bahan tambahan seperti gula pasir, tepung

    tapioka, tepung terigu, bawang putih, dll.

    Menurut Sediaoetama (2008), kadar karbohidrat

    pada tepung tapioka adalah 6,9%/100 gram

    bahan. Menurut USDA (2009), kadar

    karbohidrat pada gula pasir sebesar 99,98 gram

    bahan, sehingga dapat meningkatkan kandungan

    karbohidrat pada nugget ikan tuna.

    7. Pemasaran Nugget Ikan Tuna

    Menurut Dardiani dan sari (2010),

    pemasaran merupakan aspek yang sangat

    mendasar dalam mencapai keuntungan suatu

    usaha. Jika produk yang dihasilkan tidak

    memiliki sasaran pasar maka produk tersebut

    tidak akan terjual. Oleh karena itu, sebelum

    melakukan usaha seorang pengusaha sebaiknya

    berfikir dan berorientasi ke aspek pemasaran

    terlebih dahulu. Untuk pemasaran biasanya

  • 9

    dilakukan oleh agen-agen pemasar. Produk

    nugget ikan tuna dari POKLAHSAR PENI

    ini sudah beredar dari ke daerah Pacitan,

    Ponorogo dan Magetan. Sarana transportasi

    yang digunakan oleh para agen biasanya

    menggunakan mobil box atau motor box viar.

    Biasanya para agen-agen juga tak lupa membawa

    coolbox yang disertai dengan es curai karena

    mempertahankan suhu rendah, sehingga

    memungkinkan produk tetap segar dan awet.

    8. Analisa Usaha Nugget Ikan Tuna

    8.1 Permodalan

    Permodalan adalah barang atau uang

    yang bersama-sama dengan faktor produksi lain

    dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan

    barang-barang baru (Hernanto, 1991) semisal

    pada POKLAHSAR PENI memproduksi

    nugget ikan tuna. Modal meliputi modal tetap

    dan modal kerja. Modal tetap diartikan sebagai

    modal yang tidak akan habis dalam satu masa

    produksi. Modal tetap atau yang bisa dikatakan

    investasi yang digunakan pada pengolahan

    nugget ikan tuna sebesar Rp 24.652.000,00

    Sedangkan untuk modal kerja merupakan modal

    yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan

    produk yang dipasarkan atau bisa disebut

    dengan biaya produksi, modal kerja yang

    digunakan sebesar Rp 66.896.640,00

    8.2 Biaya Produksi

    Biaya produksi Menurut Hernanto

    (1991), adalah biaya yang dikeluarkan suatu

    perusahaan dalam proses produksi sampai

    menjadi produk yang siap dipasarkan. Biaya

    produksi ini meliputi biaya tetap (Fixed cost) dan

    biaya tidak tetap (Variable cost). Biaya tetap

    adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

    dalam satu masa produksi meliputi modal tetap,

    upah karyawan, pajak usaha, penyusutan, dan

    biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap adalah

    biaya yang berubah, besar kecilnya tergantung

    biaya skala produksi yang meliputi biaya bahan

    baku, biaya bahan tambahan dan lain

    sebagainya. Biaya tetap (Fixed cost) pada

    pengolahan nugget ikan tuna ini sebesar Rp

    71.698.000,00. Sedangkan biaya tidak tetap

    sebesar Rp 66.896.640,00.

    8.3 Keuntungan

    Keuntungan usaha akan diperoleh jika

    total penerimaan lebih besar daripada total biaya

    pengeluaran. Dimana pendapatan usaha

    merupakan selisih antara penerimaan dan total

    biaya pengeluaran. Total biaya pembuatan

    nugget ikan tuna di POKLAHSAR PENI per

    tahun sebesar Rp 138.594.640,00. Sedangkan

    jumlah total hasil usaha per tahun Rp

    192.000.000,00. Sehingga keuntungan bersih

    proses pembuatan nuget ikan tuna per tahun

    sebesar Rp 53.405.360,00.

    8.4 Analisa Break Even Point (BEP)

    Analisis Break Even Point (BEP) Menurut

    Hernanto (1991), adalah analisis yang dilakukan

    untuk mengetahui batas usaha yang masih

    memungkinkan agar tidak mengalami kerugian.

    Dalam perhitungan menggunakan analisis BEP

    diperoleh hasil bahwa produk BEP berdasarkan

    unit sebesar 23.900 bungkus yang Artinya, usaha

    pembuatan nugget ikan tuna ini tidak rugi dan

    tidak untung (impas) saat produk laku sebanyak

    23.900 bungkus dalam tiap tahunnya dan

    berdasarkan sales sebesar Rp 108.633.333,00

    yang Artinya, usaha pembuatan nugget ikan

    tuna ini tidak rugi dan tidak untung (impas) saat

    dihasilkan pendapatan sebesar Rp

    108.633.333,00

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • 10

    1. Kesimpulan

    - Bahan baku yang digunakan pada proses

    pembuatan nugget adalah ikan tuna

    (Thunnus sp.).

    - Bahan-bahan tambahan yang digunakan

    pada proses pembuatan nugget ikan tuna

    yaitu tepung terigu, tepung tapioka,

    tepung roti, es batu/es serut, telur,

    bawang putih, garam dapur, merica, susu

    skim, minyak goreng, baking powder,

    MSG dan gula pasir.

    - Pada proses pembuatan nugget ikan tuna

    di POKLAHSAR PENI meliputi

    beberapa tahap yaitu Persiapan bahan

    baku, persiapan bahan tambahan,

    penggilingan daging fillet ikan tuna,

    penggilingan bahan tambahan,

    pencampuran adonan, pencetakan,

    pengukusan, pelumuran tepung panir,

    pengemasan dan penyimpanan.

    - Hasil analisa proksimat nugget ikan tuna

    adalah kadar protein 9,24%, kadar lemak

    0,14%, kadar air 54,83%, kadar abu

    2,65%, dan kadar karbohidrat 33,14%.

    2. Saran

    Saran untuk POKLAHSAR PENI

    yaitu agar selalu memperhatikan kondisi sanitasi

    dan hygiene pada saat proses pembuatan nugget

    ikan tuna mulai dari kesehatan pekerja,

    kebersihan dan lain sebagainya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

    Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

    Buckle, K.A; R.A. Edwards; G.H.Fleet;

    M.Wootton.2009. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.

    Desrosier, N. W. 1988. Element of Food Technology

    Principles and Practice. Public Company. Westpart. New York.

    Hadi, Novian. 2008. Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Konsumsi Chiken Nugget (Kasus Delfarm & So Good Perumahan Villa Ciommas Indah Bogor). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

    Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Daging, Ikan, Dan Telur. Liberty. Yogyakarta.

    Hernanto, B. R. 1991. Ilmu Usaha Tani. Jakarta.

    Penebar Swadaya. Juriono. 2000. Aplikasi Model Schaefer

    terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tuna Albakora (Thunnus alalunga) di Perairan Selatan Jawa Hingga Sumbawa. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

    Marzuki. 1986. Metode Riset. Fakultas

    Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

    Nawawi, H. 1983. Metodologi Penelitian Sosial.

    Gajah Mada Unversity Press. Yogyakarta.

    Peranginangin, R. 2010. Peningkatan Nilai

    Tambah Ikan Pelagis gelondongan menjadi Produk Siap Saji Kualitas Ekspor untuk Mendukung Kemandirian dan Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta Pusat.

    Purnawijayanti, H. 2001. Sanitasi Higiene dan

    Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.

    Rospiati, Epi. 2006. Evaluasi Mutu dan Nilai

    Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna (Thunnus sp.). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi

    Ikan. Jilid I dan II. Penerbit Bina Cipta. Bandung.

  • 11

    Sediaoetama, A.D. 2008. Ilmu Gizi. Fakultas

    Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

    USDA National Nutrient Database for

    Standard Reference. 2009. Food List Nutrion.

    Widiastuti, I. 2008. Analisis Mutu Ikan Tuna

    Selama Lepas Tangkap Pada Perbedaan Preparasi dan Waktu Penyimpanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.