juni 2020 ringkasan eksekutif...kinerja npi ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global...

15
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian global menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi di bulan Mei 2020 sebagai hasil dari dimulainya relaksasi atas kebijakan pembatasan sosial. Geliat ekonomi tersebut tercermin dalam PMI Manufaktur global yang sudah meninggalkan titik terendahnya meski secara umum masih berada dalam level kontraksi. Tingkat pemulihan aktivitas di Tiongkok sudah lebih dari 90%, melanjutkan tren ekspansif di bulan Mei dengan PMI Manufacturing sebesar 50,7. Kondisi yang berbeda dialami oleh Amerika Serikat yang tengah menghadapi empat gejolak besar dalam perekonomiannya yakni wabah Covid-19 yang meluas, pengangguran yang melonjak tajam, tensi sosial politik domestik yang meningkat, serta isu geopolitik dengan Tiongkok yang semakin meruncing. Di bulan Mei 2020, tekanan di pasar keuangan global dan juga pasar keuangan Indonesia terus mereda. IHSG yang sempat terkoreksi dalam di bulan Maret 2020, kembali meningkat di dua bulan berikutnya. Namun demikian, perbaikan indeks saham masih relatif terbatas, dan belum mampu kembali ke level di akhir tahun 2019. Di pasar SBN, yield SBN Pemerintah kembali menurun yang dipengaruhi oleh tingginya minat investor asing dan dalam negeri yang tercermin dari capital inflow (NFB) sebesar Rp7,07 triliun di bulan Mei. Sejalan dengan semakin tingginya likuiditas valas di dalam negeri, nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,8% (mtm) dibanding akhir bulan April 2020. Posisi cadangan devisa pada bulan Mei 2020 yang mencapai USD130,5 miliar, setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, memberikan ruang yang cukup bagi Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah. Setelah melonjak cukup tinggi di bulan Maret, kondisi likuiditas perekonomian nasional di bulan April 2020 memburuk, tercermin pada laju pertumbuhan uang beredar (M1 dan M2) yang kembali menurun signifikan di bulan April. Pertumbuhan kredit pada bulan April 2020 juga tercatat melambat sebesar 5,06% yoy atau -1,61 (mtm). Untuk merespon hal tersebut, sepanjang Bulan Mei 2020, BI dan OJK secara konsisten menerapkan langkah ekspansif dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Di samping kebijakan suku bunga acuan, BI terus meningkatkan intensitas kebijakan intervensi, baik di pasar primer maupun sekunder. Sementara itu, OJK mengeluarkan aturan lanjutan dari POJK No. 11/POJK.03/2020 terkait relaksasi bank umum konvensional, syariah, serta bank perkreditan rakyat untuk mendorong likuiditas di sektor perbankan. Laju inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah sebesar 2,19% (yoy) dan secara kumulatif mencapai 0,90% (ytd). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi April 2020 yang mencapai 2,67% (yoy). Komponen inflasi inti mencapai 2,65% (yoy), mengalami penurunan dari 2,85% (yoy) di April 2020, dan melanjutkan tren perlambatan yang telah terjadi sejak Oktober 2019. Laju inflasi volatile food turun mencapai 2,52% (yoy), jauh lebih rendah dari angka Maret yang mencapai 5,04% (yoy) didorong oleh melimpahnya pasokan beberapa komoditas pangan di tengah permintaan yang masih terbatas. Komponen administered price mencapai 0,28% (yoy), meningkat dari bulan April yang mengalami deflasi 0,09% (yoy) dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di triwulan I 2020 mencatatkan defisit cukup besar yaitu mencapai USD8,5 miliar, berbalik dari triwulan IV 2019 yang mencatatkan surplus sebesar USD4,28 miliar. Defisit yang cukup besar ini disebabkan oleh defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD3,92 miliar dan defisit transaksi modal dan finansial sebesar USD2,9 miliar. Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, neraca perdagangan di bulan Mei 2020 mengalami perbaikan dengan mencatatkan surplus sebesar USD 2,09 miliar, setelah pada bulan sebelumnya defisit. Surplus tersebut didukung oleh surplus non migas sebesar USD2,1 miliar, sementara defisit migas mengecil menjadi sebesar USD0,01miliar. Secara kumulatif, dalam periode Januari-Mei 2020 neraca perdagangan masih mengalami surplus sebesar USD4,31 miliar. Ekspor bulan Mei 2020 mencapai USD10,53 miliar, menurun sebesar 28,9% (yoy), sedangkan nilai impor di bulan Mei 2020 sebesar USD8,44 miliar, mengalami kontraksi tajam sebesar 42,2% (yoy). Hingga minggu kedua Juni 2020, berbagai indikator sektor riil seperti jumlah kunjungan wisatawan, penjualan listrik, dan penjualan kendaraan, mengalami penurunan yang sangat dalam. Hal ini mengindikasikan pada triwulan-II 2020 perekonomian Indonesia akan tumbuh negatif. Dari sisi konsumsi, pada bulan April-Mei 2020 konsumsi masyarakat terus menunjukkan indikasi perlambatan. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) maupun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami kontraksi semakin dalam. Aktivitas investasi juga melambat yang antara lain diindikasikan oleh penurunan penjualan semen dan mobil niaga, penurunan penyaluran kredit investasi dan modal kerja, serta menurunnya aktivitas manufaktur dimana Purchasing Manager Index (PMI) masih berada pada level yang sangat rendah pada Mei 2020, setelah sebelumnya mencatat rekor terendah pada April 2020. Namun demikian, indikator data high- frequency seperti Google Mobility Index menunjukkan mulai terjadinya aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Juni 2020

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian global menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi di bulan Mei 2020 sebagai hasil dari dimulainya relaksasi atas kebijakan pembatasan sosial. Geliat ekonomi tersebut tercermin dalam PMI Manufaktur global yang sudah meninggalkan titik terendahnya meski secara umum masih berada dalam level kontraksi. Tingkat pemulihan aktivitas di Tiongkok sudah lebih dari 90%, melanjutkan tren ekspansif di bulan Mei dengan PMI Manufacturing sebesar 50,7. Kondisi yang berbeda dialami oleh Amerika Serikat yang tengah menghadapi empat gejolak besar dalam perekonomiannya yakni wabah Covid-19 yang meluas, pengangguran yang melonjak tajam, tensi sosial politik domestik yang meningkat, serta isu geopolitik dengan Tiongkok yang semakin meruncing.

Di bulan Mei 2020, tekanan di pasar keuangan global dan juga pasar keuangan Indonesia terus mereda. IHSG yang sempat terkoreksi dalam di bulan Maret 2020, kembali meningkat di dua bulan berikutnya. Namun demikian, perbaikan indeks saham masih relatif terbatas, dan belum mampu kembali ke level di akhir tahun 2019. Di pasar SBN, yield SBN Pemerintah kembali menurun yang dipengaruhi oleh tingginya minat investor asing dan dalam negeri yang tercermin dari capital inflow (NFB) sebesar Rp7,07 triliun di bulan Mei. Sejalan dengan semakin tingginya likuiditas valas di dalam negeri, nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,8% (mtm) dibanding akhir bulan April 2020. Posisi cadangan devisa pada bulan Mei 2020 yang mencapai USD130,5 miliar, setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, memberikan ruang yang cukup bagi Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Setelah melonjak cukup tinggi di bulan Maret, kondisi likuiditas perekonomian nasional di bulan April 2020 memburuk, tercermin pada laju pertumbuhan uang beredar (M1 dan M2) yang kembali menurun signifikan di bulan April. Pertumbuhan kredit pada bulan April 2020 juga tercatat melambat sebesar 5,06% yoy atau -1,61 (mtm). Untuk merespon hal tersebut, sepanjang Bulan Mei 2020, BI dan OJK secara konsisten menerapkan langkah ekspansif dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Di samping kebijakan suku bunga acuan, BI terus meningkatkan intensitas kebijakan intervensi, baik di pasar primer maupun sekunder. Sementara itu, OJK mengeluarkan aturan lanjutan dari POJK No. 11/POJK.03/2020 terkait relaksasi bank umum konvensional, syariah, serta bank perkreditan rakyat untuk mendorong likuiditas di sektor perbankan.

Laju inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah sebesar 2,19% (yoy) dan secara kumulatif mencapai 0,90% (ytd). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi April 2020 yang mencapai 2,67% (yoy). Komponen inflasi inti mencapai 2,65% (yoy), mengalami penurunan dari 2,85% (yoy) di April 2020, dan melanjutkan tren perlambatan yang telah terjadi sejak Oktober 2019. Laju inflasi volatile food turun mencapai 2,52% (yoy), jauh lebih rendah dari angka Maret yang mencapai 5,04% (yoy) didorong oleh melimpahnya pasokan beberapa komoditas pangan di tengah permintaan yang masih terbatas. Komponen administered price mencapai 0,28% (yoy), meningkat dari bulan April yang mengalami deflasi 0,09% (yoy) dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di triwulan I 2020 mencatatkan defisit cukup besar yaitu mencapai USD8,5 miliar, berbalik dari triwulan IV 2019 yang mencatatkan surplus sebesar USD4,28 miliar. Defisit yang cukup besar ini disebabkan oleh defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD3,92 miliar dan defisit transaksi modal dan finansial sebesar USD2,9 miliar. Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, neraca perdagangan di bulan Mei 2020 mengalami perbaikan dengan mencatatkan surplus sebesar USD 2,09 miliar, setelah pada bulan sebelumnya defisit. Surplus tersebut didukung oleh surplus non migas sebesar USD2,1 miliar, sementara defisit migas mengecil menjadi sebesar USD0,01miliar. Secara kumulatif, dalam periode Januari-Mei 2020 neraca perdagangan masih mengalami surplus sebesar USD4,31 miliar. Ekspor bulan Mei 2020 mencapai USD10,53 miliar, menurun sebesar 28,9% (yoy), sedangkan nilai impor di bulan Mei 2020 sebesar USD8,44 miliar, mengalami kontraksi tajam sebesar 42,2% (yoy).

Hingga minggu kedua Juni 2020, berbagai indikator sektor riil seperti jumlah kunjungan wisatawan, penjualan listrik, dan penjualan kendaraan, mengalami penurunan yang sangat dalam. Hal ini mengindikasikan pada triwulan-II 2020 perekonomian Indonesia akan tumbuh negatif. Dari sisi konsumsi, pada bulan April-Mei 2020 konsumsi masyarakat terus menunjukkan indikasi perlambatan. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) maupun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami kontraksi semakin dalam. Aktivitas investasi juga melambat yang antara lain diindikasikan oleh penurunan penjualan semen dan mobil niaga, penurunan penyaluran kredit investasi dan modal kerja, serta menurunnya aktivitas manufaktur dimana Purchasing Manager Index (PMI) masih berada pada level yang sangat rendah pada Mei 2020, setelah sebelumnya mencatat rekor terendah pada April 2020. Namun demikian, indikator data high-frequency seperti Google Mobility Index menunjukkan mulai terjadinya aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah.

Juni 2020

Page 2: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 2

PEREKONOMIAN GLOBAL

Perekonomian global menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi di bulan Mei sebagai hasil dari mulai dilakukannya relaksasi

atas kebijakan pembatasan sosial sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Geliat ekonomi tersebut tercermin dalam PMI

Manufaktur global yang sudah mulai meninggalkan titik terendahnya meski secara umum masih berada dalam level kontraksi.

Perbaikan aktivitas ekonomi global mendorong peningkatan harga komoditas secara umum. Harga minyak menjadi salah satu komoditas dengan rebound tertinggi karena faktor harapan perbaikan demand serta kesepakatan pemotongan produksi OPEC. Di sisi lain, harga komoditas pertanian masih konsisten melambat akibat tingkat permintaan yang rendah selama restriksi Covid-19 berlaku global. Harga emas sebagai safe haven asset masih berada dalam tren peningkatan mencerminkan tingkat ketidakpastian yang masih tinggi.

Meskipun terdapat indikasi perbaikan, kontraksi pertumbuhan ekonomi di Q2-2020 di berbagai negara tidak terhindarkan

akibat kebijakan restriksi ketat yang berlaku sejak Maret. Untuk keseluruhan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi global

diperkirakan akan mengalami kontraksi, sebelum akhirnya mengalami peningkatan di 2021 yang antara lain didukung oleh

pemberian stimulus besar-besaran. Besarnya pemberian stimulus tersebut seiring dengan kenaikan risiko akibat peningkatan utang

khususnya di negara maju. Risiko utang dapat menjadi sumber tekanan baru bagi kinerja ekonomi global, akibat kenaikan beban

biaya bagi sumber pendanaan dan likuiditas di pasar keuangan global.

Sebagai negara awal yang terlihat mampu mengendalikan penyebaran Covid-19, pemulihan ekonomi Tiongkok menjadi perhatian dunia. Tingkat pemulihan aktivitas di Tiongkok sudah lebih dari 90%, seiring dengan semakin banyaknya pekerja yang kembali ke pabrik dan mulai memproduksi barang dan jasa. Kondisi ini mendorong aktivitas manufaktur Tiongkok untuk melanjutkan tren ekspansif di bulan Mei dengan PMI Manufacturing sebesar 50,7. Meskipun demikian, tingkat permintaan ekspor masih sangat lemah dipengaruhi oleh perkembangan pandemi di luar Tiongkok yang masih tinggi. Dari sisi non manufaktur, pemulihan aktivitas di Tiongkok utamanya ditopang oleh kegiatan konstruksi yang didominasi oleh pembangunan proyek-proyek infrastruktur Pemerintah.

Page 3: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 3

Perbaikan konsumsi di Tiongkok masih tertahan oleh penurunan penghasilan dan kehati-hatian masyarakat. Tingkat

kepercayaan konsumen masih rendah dan penjualan ritel di bulan April masih terkontraksi 7,5% meskipun mulai membaik

dibanding bulan Maret yang tumbuh -15,8%, didorong oleh penjualan produk-produk personal care, peralatan kantor, dan

telekomunikasi. Inflasi tercatat lebih rendah di bulan April (3,3%) yang menunjukkan masih adanya penurunan permintaan.

Dampak dari pandemi menyebabkan peningkatan pengangguran yang juga berimbas ke penurunan tingkat penghasilan

masyarakat. Disposable income tumbuh negatif 3,9% pada kuartal I 2020, sementara tingkat pengangguran di perkotaan masih

tumbuh tinggi sebesar 6% di bulan April 2020, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata 5,1% dalam 4 tahun terakhir.

Kinerja ekspor dan impor Tiongkok masih sangat tertekan akibat lemahnya permintaan eksternal dan domestik. Ekspor Tiongkok sempat mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,5% di bulan April didorong oleh peningkatan permintaan medical supplies untuk penanganan pandemi dari negara-negara Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Pada bulan Mei, ekspor Tiongkok kembali jatuh ke -3,3% didorong oleh keberlanjutan pelemahan demand (penundaan/pembatalan pesanan) akibat lockdown di berbagai negara, meskipun permintaan medical supplies masih menguat. Sementara itu, impor masih terus terkontraksi sangat dalam sebesar -14,2% di bulan April dan -16,7% di bulan Mei, terendah dalam 4 tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat permintaan dalam negeri yang masih lemah dan penurunan harga komoditas, terutama minyak. Ke depan, kinerja ekspor impor masih akan sangat dipengaruhi perkembangan pandemi dan komitmen Tiongkok untuk memenuhi kesepakatan dagang Fase I dengan Amerika Serikat.

Di bagian dunia lain, Amerika Serikat tengah menghadapi empat gejolak besar dalam perekonomiannya, yakni wabah Covid-19

yang meluas, pengangguran yang melonjak tajam, tensi domestik yang meningkat, serta isu geopolitik dengan Tiongkok yang

semakin meruncing. Semua gejolak tersebut dikhawatirkan dapat menekan lebih dalam perekonomian AS dan mempengaruhi

confidence di pasar keuangan secara global. Dampak dari berbagai tekanan sendiri tercermin di sektor keuangan yang masih

menunjukkan volatilitas yang tinggi, terutama pada indeks dolar yang melemah.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN DAN NILAI TUKAR

Pada bulan Mei 2020, tekanan di pasar keuangan global dan juga pasar keuangan Indonesia terus mereda. Di pasar saham, IHSG

yang sempat terkoreksi dalam di bulan Maret 2020, kembali meningkat di dua bulan berikutnya. Namun demikian, perbaikan

indeks saham masih relatif terbatas, dan belum mampu kembali ke tingkat pada akhir tahun 2019. Pada akhir Maret 2020 IHSG

yang di tutup pada tingkat 4538,9, mulai berbalik dan di akhir Mei 2020 ditutup pada tingkat 4753,61. Dengan demikian, IHSG telah

meningkat 4,7% dibanding akhir Maret 2020, namun masih terkontraksi sebesar 25,5% dibandingkan posisinya di akhir tahun 2019.

Page 4: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 4

Mulai pulihnya aktivitas ekonomi dan pelonggaran pembatasan di beberapa negara telah mendorong perbaikan persepsi pasar

dan investor tentang prospek dan kepastian kinerja ekonomi global, termasuk negara berkembang. Perbaikan kinerja pasar

saham domestik juga terlihat dari mulai positifnya arus masuk modal asing yang pada bulan-bulan sebelumnya masih mencatatkan

net outflow. Secara umum, nilai arus modal masuk (Net Foreign Buying/NFB) pada bulan Mei 2020 mencapai 7,6 triliun. Salah satu

sumber inflow di bulan Mei adalah terkait dengan adanya akusisi Bank Permata oleh Bangkok Bank. Arus modal masuk di bulan

tersebut juga terjadi pada akhir Mei 2020 yang dipengaruhi sentimen terhadap gejolak sosial yang terjadi di Amerika Serikat.

Perbaikan kinerja pasar keuangan juga terlihat pada pasar SBN Indonesia. Yield SBN Pemerintah kembali menurun di bulan Mei

2020. Yield SBN 5 tahun dan 10 tahun mencapai 6,82% dan 7,34%, lebih rendah dibanding posisi April sebesar 7,27% dan 7,87%.

Penurunan yield tersebut dipengaruhi oleh tingginya minat investor asing dan dalam negeri. Pada bulan tersebut, pasar SBN telah

mencatat capital inflow (NFB) sebesar Rp7,07 triliun. Perbaikan persepsi investor dan juga gejolak sosial di AS juga merupakan

faktor yang turut berkontribusi pada arus modal investasi asing.

Selama bulan Mei terjadi arus modal masuk (NFB) sebesar Rp14,7 triliun di pasar saham dan SBN, jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang masih mencatat outflow (NFS) sekitar Rp11 triliun. Perkembangan ini juga tentu mempengaruhi

pasokan valas di dalam negeri dan nilai tukar Rupiah. Dengan semakin tingginya likuiditas valas di dalam negeri, maka nilai tukar

Rupiah kembali terapresiasi. Per akhir Mei 2020, nilai tukar Rupiah ditutup pada tingkat Rp14.733 per Dollar AS, yaitu menguat

2,8% (mtm) dibanding akhir bulan April 2020. Namun demikian, bila dibandingkan posisi akhir tahun 2019, maka selama tahun

2020, nilai tukar Rupiah masih mengalami depresiasi sebesar 6,0% (ytd). Secara rata-rata, nilai tukar Rupiah selama Januari hingga

Maret 2020 mencapai Rp14.684 per dollar AS. Di samping apresiasi yang terjadi, volatilitas nilai tukar juga mengalami penurunan

yang cukup tajam. Pada bulan April 2020, kurs Rupiah bergerak dengan kisaran perubahan sebesar Rp1.584, sementara di bulan

Mei pergerakan nilai tukar sebesar Rp394, menunjukkan pergerakan nilai tukar yang jauh lebih stabil.

Sejalan dengan peningkatan arus modal masuk, posisi cadangan devisa pada bulan Mei juga mencatat peningkatan. Pada akhir

bulan tersebut, cadangan devisa tercatat sebesar USD 130,5 miliar, meningkat USD2,6 miliar dari bulan sebelumnya. Nilai tersebut

setara dengan 8,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Kondisi ini menunjukkan posisi cadangan devisa

yang aman bila dibandingkan dengan benchmark internasional sebesar 3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri

pemerintah. Dengan demikian, Bank Indonesia memiliki ruang gerak yang cukup dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah ke

depan.

MONETER, LIKUIDITAS, DAN PERBANKAN

Dilihat dari instrument suku bunga, kebijakan moneter hingga Mei 2020 masih tetap pada posisi sebelumnya. Tingkat suku

bunga yang telah diturunkan ke 4,5% pada Maret 2020, masih tetap dipertahankan pada tingkat yang sama hingga akhir Mei

2020. Hal tersebut diharapkan mampu memberi insentif tambahan dan keringanan bagi perekonomian serta perbankan yang

tengah mengalami perlambatan aktivitas ekonomi. Ruang gerak yang tersedia bagi kebijakan suku bunga yang rendah

didukung oleh rendahnya tingkat inflasi dan juga terjaganya nilai tukar Rupiah.

Perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi juga mulai terlihat di beberapa indikator moneter. Perlambatan aktivitas

ekonomi antara lain tercermin pada perlambatan pertumbuhan uang beredar, yang mencerminkan penggunaan uang untuk

Page 5: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 5

transaksi ekonomi. Setelah melonjak cukup tinggi di bulan Maret, laju pertumbuhan uang beredar (M1 dan M2) kembali

menurun signifikan di bulan April 2020. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan PSBB yang dimulai sejak April telah

memberi dampak pada aktivitias ekonomi dan produksi, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa

waktu ke depan.

Operasi moneter yang mengalami kontraksi pada April 2020 akibat peningkatan kewajiban sistem moneter kepada

pemerintah pusat berupa simpanan, baik Rupiah maupun valas menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan pada

M2. Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan yang terjadi pada seluruh jenis

penggunaan kredit, baik kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi. Hal ini berdampak pada perlambatan aktiva dalam

negeri bersih, yakni dari 11,4 persen menjadi 6,2 persen (yoy) pada April 2020. Namun, peningkatan cadangan devisa pada

Bulan April mampu membuat aktiva luar negeri bersih tumbuh dibandingkan bulan sebelumnya yang disebabkan

peningkatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk.

Sepanjang Bulan Mei, BI dan OJK secara konsisten menerapkan langkah ekspansif dengan prinsip kehati-hatian. Di samping

kebijakan suku bunga acuan, BI terus meningkatkan intensitas kebijakan intervensi, baik di pasar primer maupun sekunder.

Selain itu, BI juga terus memperkuat operasi moneternya serta secara kontinu melakukan pendalaman di pasar keuangan syariah.

Sementara itu, OJK baru saja mengeluarkan aturan lanjutan dari POJK No. 11/POJK.03/2020 terkait relaksasi bank umum

konvensional, syariah, serta bank perkreditan rakyat. Beberapa kelonggaran yang diberikan antara lain relaksasi pelaporan atas

restrukturisasi kredit, penundaan implementasi Basel III Reforms, serta pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) kurang dari 0,5 persen. Kebijakan ini ditempuh dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja perbankan yang diprediksi

akan mengalami penurunan pasca PSBB yang mulai diberlakukan sejak April.

Berdasarkan data SEKI Bank Indonesia terkini, kinerja perbankan pada bulan April 2020 mulai menunjukan perlambatan. Hal ini

ditunjukkan dengan kinerja penyaluran kredit yang tumbuh 5,06% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan dengan bulan Maret.

Apabila diperbandingkan secara bulanan, kinerja kredit bulan April mengalami kontraksi -1,61 (mtm). Performa kredit yang lemah

ini disebabkan oleh kontraksi kredit sebesar -1,29 yoy di sektor perdagangan dan perlambatan kredit dari sektor industri

pengolahan.

Sementara dari sisi rumah tangga, pertumbuhan kredit konsumsi juga mengalami perlambatan (4,1% yoy). Penurunan terbesar

terjadi di kredit kendaraan bermotor yang terkontraksi sebesar -1,92% (yoy). Melemahnya pertumbuhan penyaluran kredit ini

mengindikasikan bahwa penyebaran Covid-19 mulai memberikan dampak negatifnya kepada aktivitas perekonomian di Indonesia.

Penurunan tren juga ditunjukan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga April 2020, DPK tumbuh 8,75% (yoy), atau

lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Secara umum, pertumbuhan DPK didorong oleh produk giro

yang tumbuh sebesar 16,23% (yoy). Apabila kita melihat lebih dalam, pertumbuhan ini utamanya didorong oleh depresasi nilai

tukar Rupiah, ditunjukkan dengan giro valas yang tumbuh sebesar 38,81% (yoy). Kenaikan ini juga berkontribusi terhadap total

Page 6: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 6

pertumbuhan DPK (share-to-growth) sebesar 2,4%. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, DPK pada

bulan April mengalami kontraksi sebesar -3.71% (mtm). Nilai tukar Rupiah pada bulan April yang lebih kuat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya menekan penurunan DPK pada bulan ini. Selain itu, penurunan saldo DPK juga terjadi di seluruh produk

simpanan berdenominasi Rupiah. Giro, deposito dan tabungan terkontraksi masing-masing sebesar -8.34%, -0.09%, dan -1,05%

(mtm).

Suku bunga acuan tahun ini hingga bulan April telah mengalami penurunan sebesar 50 basis poin. Penurunan suku bunga acuan

ini direspon positif dengan penurunan suku bunga di dalam sistem perbankan. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) harian

telah turun sebesar 56 basis poin dan JIBOR 3 bulan turun sebesar 61 basis poin. Secara otomatis, suku bunga simpanan pun juga

mengalami penurunan. Bank BUMN yang merupakan market leader di pasar perbankan Indonesia menawarkan suku bunga

deposito yang lebih rendah hingga April. Suku bunga deposito 1 bulan yang merupakan komposisi terbesar diantara seluruh tenor

deposito (42.8%) telah turun 21 basis poin.

Di sisi lain, suku bunga pinjaman juga mengalami penurunan pada bulan April. Suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi,

dan kredit konsumsi Bank BUMN mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 34, 49, dan 52 basis

poin. Penurunan suku bunga kredit ini lebih besar atau sama dengan penurunan suku bunga simpanan dan dapat menurunkan

profitabilitas yang akhirnya akan menekan likuiditas dan solvabilitas perbankan. Penurunan yang relatif dalam ini diperkirakan

akibat dari kebijakan restrukturisasi kredit secara masif demi menjaga kesinambungan dunia usaha, khususnya UMKM.

PERKEMBANGAN HARGA

Perkembangan harga di tingkat konsumen kembali mencatatkan penurunan di bulan Mei. Laju inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah mencapai 0,07% (mtm) atau 2,19% (yoy). Secara kumulatif, laju inflasi mencapai 0,90% (ytd), di bawah pola historis 2017-2019 yang mencapai 1,49% (ytd). Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi April 2020 yang mencapai sebesar 0,08% (mtm) atau 2,67% (yoy). Rendahnya laju inflasi pada Mei mengindikasikan masih berlanjutnya pelemahan permintaan sebagai dampak wabah Covid-19 dan kebijakan PSBB di beberapa daerah. Di samping itu, melimpahnya pasokan karena panen mendorong terjadinya deflasi pada beberapa komoditas pangan. Inflasi Mei yang juga bertepatan dengan periode Ramadan dan Idul Fitri memiliki pola yang jauh berbeda dengan pola historis yang biasanya meningkat didorong oleh naiknya permintaan yang cukup signifikan. Dengan kata lain, dampak musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri jauh lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perlambatan inflasi terjadi pada hampir seluruh kelompok pengeluaran, kecuali kesehatan serta perawatan jasmani dan jasa lainnya. Selain itu, penurunan inflasi secara umum juga dipengaruhi oleh

perlambatan inflasi yang juga terjadi di tingkat perdagangan besar. Inflasi Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Mei 2020 kembali menurun hingga mencapai 0,86% (yoy). Angka ini terus menurun dibandingkan bulan Maret dan April 2020 sebesar 1,76% dan 1,59% (yoy).

Jika dilihat secara spasial, 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi. Kota yang mencatatkan inflasi tertinggi ialah Tanjung Pandan sebesar 1,20% (mtm) dipengaruhi inflasi pangan pada komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan ikan segar. Sementara deflasi terdalam terjadi di kota Luwuk, mencapai -0,39% (mtm) akibat penurunan harga aneka cabai dan sayuran karena faktor panen. Salah satu tantangan yang muncul di tengah wabah adalah distribusi barang dari daerah sentra ke daerah konsumen. Hal ini tercermin dari perbedaan kondisi di mana beberapa daerah masih mengalami inflasi yang bersumber dari pangan, sementara daerah lainnya mengalami deflasi karena pasokan yang berlebihan.

Komponen inflasi inti kembali mengalami penurunan, mencapai 2,65% (yoy) pada Mei 2020 dari 2,85% (yoy) di April 2020.

Komponen ini menyumbang sebesar 0,04% (mtm) terhadap inflasi umum. Inflasi inti Mei 2020 berada pada tingkat yang lebih

rendah, masih melanjutkan perlambatan, dipengaruhi oleh kondisi permintaan yang melemah secara umum akibat dampak dari

Page 7: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 7

pandemi Covid-19. Melemahnya tingkat permintaan masyarakat juga tercermin dari tren penurunan kredit konsumsi dan indeks

keyakinan konsumen. Selain itu, terbatasnya tekanan eksternal yang tercermin dari penurunan harga komoditas, terjaganya

stabilitas nilai tukar, serta terkendalinya ekspektasi inflasi juga mempengaruhi penurunan inflasi inti.

Komponen administered price pada bulan ini mencapai 0,28% (yoy), meningkat dari bulan April yang mengalami deflasi 0,09% (yoy) dipengaruhi oleh kenaikan tarif transportasi. Secara bulanan, kelompok ini menyumbang 0,12% (mtm). Setelah empat bulan berturut-turut menyumbangkan deflasi, tarif angkutan udara di bulan Mei mengalami peningkatan seiring relaksasi kebijakan transportasi. Kebijakan kenaikan sementara tarif batas atas dan bawah untuk angkutan udara serta beroperasinya kereta api luar biasa mendorong kenaikan tarif transportasi. Di samping itu, inflasi rokok masih berlanjut, terutama rokok kretek filter serta kenaikan harga LPG 3kg karena faktor kuota dan kendala distribusi di beberapa daerah.

Sementara itu, laju inflasi volatile food kembali menurun cukup dalam di bulan Mei mencapai 2,52% (yoy), jauh di bawah angka

April 2020 sebesar 5,04% (yoy). Komponen ini memberikan sumbangan sebesar -0,09% (mtm) pada inflasi bulanan. Melambatnya

inflasi volatile food didorong oleh melimpahnya pasokan beberapa komoditas pangan di tengah permintaan yang masih terbatas.

Beberapa komoditas yang mengalami deflasi, antara lain aneka cabai, telur ayam ras, dan bawang putih dipengaruhi oleh pasokan

dari panen dan impor. Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami inflasi, seperti bawang merah, daging ayam ras, daging sapi,

tempe, dan ikan segar seiring pasokan yang terbatas di tengah permintaan yang meningkat menjelang Idul Fitri. Di masa pandemi

ini, Pemerintah terus berupaya untuk mengantisipasi gejolak harga pangan guna menjamin akses masyarakat terhadap kebutuhan

dasar pangan dapat terpenuhi. Untuk itu, koordinasi kebijakan antara TPIP dan TPID semakin diperkuat, khususnya untuk

memastikan efektivitas kerja sama antar daerah dalam menjamin ketersediaan pasokan pangan antarwaktu dan antarwilayah.

Page 8: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 8

KINERJA NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di triwulan I 2020 mencatatkan defisit cukup besar yaitu mencapai USD8,5 miliar, berbalik

dari triwulan IV 2019 yang mencatatkan surplus sebesar USD4,28 miliar. Defisit yang cukup besar ini disebabkan oleh defisit

neraca transaksi berjalan sebesar USD3,92 miliar dan defisit transaksi modal dan finansial sebesar USD2,9 miliar. Kebijakan

pembatasan dan penurunan lalu lintas antar negara yang diterapkan berbagai negara, telah mempengaruhi kinerja ekspor impor

yang berdampak juga pada perkembangan neraca jasa, khususnya jasa transportasi barang dan penumpang serta neraca

pariwisata. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh di berbagai negara tersebut juga menyebabkan perlambatan aktifitas ekonomi

global dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kinerja transaksi berjalan untuk triwulan I 2020 mencapai -USD3,9 miliar (-1,42% PDB), jauh lebih baik bila dibandingkan trwulan IV 2019 dimana mencapai defisit sebesar -2,47% PDB. Perbaikan tersebut didorong oleh perbaikan surplus neraca perdagangan barang, ditopang oleh surplus neraca non migas dan penurunan defisit migas. Namun apabila dilihat lebih dalam, perbaikan ini didorong oleh kontraksi impor (-13,4% qtq) yang lebih besar daripada ekspor (-6,1% qtq). Penurunan defisit neraca jasa dan pendapatan primer juga mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan.

Untuk neraca jasa, defisit sedikit menurun dan mencapai USD1,9 miliar, didorong oleh penurunan defisit jasa transportasi, baik jasa freight maupun jasa transportasi penumpang. Penurunan ini seiring dengan penurunan volume ekspor dan impor dan kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara. Kebijakan ini juga telah mempengaruhi penurunan surplus neraca jasa perjalanan akibat adanya penurunan jumlah kedatangan wisatawan ke dalam negeri (-35,01% qtq) dan penurunan jumlah pelawat ke luar negeri (41,46% qtq). Neraca pendapatan primer mencatatkan defisit sebesar USD8,1 miliar, sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh penurunan pembayaran imbal hasil investasi portofolio di tengah sedikit peningkatan pembayaran neto atas hasil investasi langsung. Sementara itu, neraca pendapatan sekunder mencatatkan surplus sebesar USD1,6 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan surplus tersebut utamanya didorong oleh menurunnya penerimaan remitasi (-10,3% qtq) sejalan dengan menurunnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan penurunan hibah pemerintah sejalan dengan pola musiman.

Kinerja transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2020 mengalami penurunan sangat dalam dan mencapai defisit sebesar

USD2,9 miliar (-1,1% PDB). Posisi ini jauh dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan surplus USD12,6 miliar. Defisit

terutama didorong oleh net outflow pada komponen investasi portfolio dan juga investasi instrumen derivatif yang disebabkan

oleh ketidakpastian pasar keuangan global sebagai dampak eskalasi pandemik Covid-19. Hal ini mendorong terjadinya arus modal

keluar menuju instrumen-instrumen safe haven.

Page 9: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 9

Neraca investasi portofolio triwulan I 2020 mencatatkan defisit sebesar USD5,8 miliar, terkontraksi jauh dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat surplus hingga USD7 miliar. Defisit ini didorong oleh aliran keluar dana asing sebesar USD5,7 miliar dan

adanya pembelian neto surat berharga luar negeri (outflow) USD97 juta. Pada sisi sektor publik, tercatat investor asing melakukan

penjualan SUN sehingga share kepemilikan asing jauh mengalami mengalami penurunan dari 45,9% menjadi 38,3%. Share

kepemilikan SBI juga menurun dari 5,0% menjadi 1,6%. Sementara itu, investasi portofolio di sektor swasta mencatatkan adanya

inflow dari instrumen surat utang sejalan dengan adanya penerbitan global bond oleh beberapa perusahaan khususnya yang

bergerak di sektor energi minyak dan gas.

Investasi langsung masih mencatatkan surplus sebesar USD3,5 miliar. Didorong oleh berkurangnya arus keluar investasi langsung,

sejalan dengan peningkatan ketidakpastian global. Sementara itu investasi lainnya mencatatkan defisit sebesar USD0,5 miliar yang

utamanya didorong oleh adanya penempatan simpanan dan aset lain sektor swasta di luar negeri.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : PERKEMBANGAN KINERJA PERDAGANGAN

Neraca perdagangan di bulan Mei 2020 jauh mengalami perbaikan dengan mencatatkan surplus sebesar USD 2,09 miliar, setelah pada bulan sebelumnya defisit. Surplus tersebut didukung oleh surplus non migas sebesar USD2,1 miliar, sementara defisit migas mengecil menjadi sebesar USD0,01 miliar. Terciptanya surplus ini terjadi karena impor yang terkontraksi lebih tajam dibandingkan terkontraksinya ekspor. Hal ini menandakan masih adanya pelemahan aktifitas ekonomi baik secara global maupun domestik akibat masih berlakunya pembatasan sebagai pencegahan penyebarluasan pandemic Covid-19.

Page 10: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 10

Secara kumulatif, Jan-Mei 2020 surplus sebesar USD4,31 miliar, membaik dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami defisit mencapai USD2,67 miliar. Surplus ini ditopang oleh surplus sektor non migas yang mencapai USD7,67 miliar. Kondisi ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan surplus sebesar USD1,68 miliar dan defisit migas yang menurun tipis.

Ekspor bulan Mei 2020 mencapai USD10,53 miliar, menurun sebesar 13,4% (mtm) dan 28,9% (yoy), melanjutkan tren penurunan pada bulan sebelumnya. Penurunan ekspor pada bulan Mei disebabkan oleh turunnya ekspor non migas sebesar 14,8% (mtm), sementara ekspor migas masih meningkat sebesar 15,6% (mtm). Ekspor di semua sektor mengalami kontraksi. Sektor manufaktur sebagai sektor yang dominan, memasuki

pertumbuhan negatif sebesar 0,1% (ytd) walau bulan sebelumnya masih positif. Komoditas lemak dan minyak hewan, besi dan baja, alas kaki masih bertumbuh positif sehingga penurunan tidak terlalu dalam. Ekspor sektor pertambangan juga terus mengalami tekanan (-21%, ytd). Penurunan disebabkan baik faktor harga maupun volume. Komoditas yang mengalami tekanan cukup besar yaitu bahan bakar mineral (terutama batubara) dan juga bijih, terak dan abu logam. Hanya sektor pertanian yang masih tumbuh positif (5,6%, ytd) walaupun sudah melambat dan proporsinya kecil dalam basket ekspor. Komoditas yang masih bertumbuh positif diantaranya buah-buahan, sayur dan juga gandum, serta ikan dan udang.

Nilai impor di bulan Mei 2020 sebesar USD8,44 miliar, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya, dengan kontraksi yang lebih tajam yaitu mencapai 32,6% (mtm) dan 42,2% (yoy). Kontraksi impor disebabkan oleh penurunan baik impor non migas maupun migas, dimana impor non migas turun sebesar 33,3% (mtm) dan 37,3% (yoy) dan impor migas turun sebesar 23% (mtm) dan 69,8% (yoy). Secara golongan penggunaan, di bulan Mei 2020 impor mengalami kontraksi tajam pada semua jenis barang. Impor menurut penggunaannya mengalami kontraksi yang semakin dalam, melanjutkan penurunan bulan sebelumnya. Impor barang modal mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar -19,4% (ytd). Aktivitas investasi mengalami tekanan seiring meningkatnya ketidakpastian demand ke depan. Komoditas mesin dan peralatan mekanis serta peralatan listrik yang memiliki share terbesar mengalami penurunan cukup tajam. Untuk impor bahan baku yang memiliki share terbesar dalam basket impor juga terkoreksi cukup besar (-15,6%, ytd). Industri domestik mengurangi impor bahan baku seiring penurunan kegiatan produksi. Komoditas besi dan baja mengalami penurunan besar hingga 27%. Sedangkan impor barang konsumsi mengalami penurunan semakin besar yaitu menjadi -9,7% (ytd). Masyarakat yang di bulan sebelumnya menjaga konsumsi, nampaknya mulai mengurangi konsumsi akan barang impor. Ditengah perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi permintaan barang ekspor dari Indonesia terutama negara mitra

utama, terdapat kabar baik dari Tiongkok dimana tren ekspor ke negara tersebut mulai bergerak naik sejalan dengan mulai

membaiknya aktivitas ekonomi negara tersebut. Demand dari Tiongkok yang masih positif meliputi komoditas seperti besi paduan

nikel, batu bara, bijih aluminium, baja. Berlanjutnya output ekspor ini ke Tiongkok dapat menjadi penolong kinerja ekspor dalam

jangk pendek. Oleh karena itu, keberlangsungan sektor terkait komoditas tersebut setidaknya perlu dijaga.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : INDIKATOR PERTUMBUHAN EKONOMI

Berbagai indikator perekonomian terkini sampai dengan minggu kedua Juni 2020, seperti jumlah kunjungan wisatawan, penjualan listrik, dan penjualan kendaraan, mengalami penurunan yang sangat dalam. Hal ini mengindikasikan pada triwulan-II 2020 perekonomian Indonesia akan tumbuh negatif. Namun demikian, indikator data high-frequency seperti Google Mobility Index menunjukkan perekonomian sudah mulai beraktivitas kembali di tengah pelonggaran PSBB di beberapa wilayah.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada April 2020 mengalami penurunan tajam, hanya sebanyak 160 ribu orang, atau tumbuh negatif sebesar -87,4% (yoy). Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar -64,9% (yoy) dengan jumlah kunjungan wisman sebanyak 471 ribu orang. Jumlah kunjungan wisman yang datang melalui pintu masuk udara mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar -99,9% (yoy), yang terjadi di seluruh pintu masuk udara. Dari data kunjungan

Page 11: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 11

pada April 2020, wisman yang datang dari wilayah Afrika mengalami penurunan terbesar yaitu -99,4% (yoy), sedangkan penurunan kunjungan terkecil terjadi pada wisman yang datang dari wilayah Asia selain ASEAN yaitu sebesar -79,4% (yoy). Sementara menurut kebangsaan, kunjungan wisman paling banyak berasal dari Timor Leste (52,2%), diikuti Malaysia (38,96%).

Seiring dengan semakin menurunnya jumlah kunjungan wisatawan, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di hotel berbintang juga mengalami penurunan, dimana TPK pada April 2020 hanya 12,67%, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya (TPK 32,2%). TPK terendah pada April 2020 tercatat di Provinsi Bali yang hanya sebesar 3,22%, sementara penurunan TPK tertinggi terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yang turun sebesar 57,39 poin, diikuti Privinsi Bali 57,11 poin, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan pembatalan berbagai kegiatan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) sebagai dampak pandemi Covid-19 menjadi penyebab rendahnya tingkat okupansi hotel.

Dari sisi konsumsi, pada bulan April-Mei 2020 konsumsi masyarakat terus menunjukkan indikasi perlambatan. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) maupun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami kontraksi semakin dalam. Tingkat IPR April 2020 sebesar 190,7 atau terkontraksi -16,8% (yoy), lebih dalam dari penurunan bulan sebelumnya yang sebesar -4,5% (yoy). Pada bulan Mei 2020, IPR diperkirakan akan sedikit membaik di level 192,5. Sementara IKK bulan April dan Mei 2020 masing-masing turun ke level 84,4 dan 77,8, atau terkontraksi cukup dalam mencapai -33,8% (yoy) di bulan April dan -39,3% (yoy) di bulan Mei 2020.

Penurunan penjualan terjadi pada seluruh kelompok komoditas, terutama terjadi pada sub kelompok sandang, rekreasi, dan barang lainnya, sejalan dengan ditutupnya area perbelanjaan (Mall) dan tempat wisata. Selain itu, permintaan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Peralatan Informasi dan Komunikasi juga mengalami penurunan seiring berkurangnya mobilitas masyarakat akibat anjuran pemerintah untuk di rumah saja serta kecenderungan masyarakat untuk lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan pokok di tengah pandemi Covid-19. Sementara itu, pelemahan optimisme konsumen di bulan Mei 2020 disebabkan menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang berada di level 50,7 (zona pesimis), sementara itu ekspektasi kondisi ekonomi ke depan masih berada di zona optimis yang berada di level 104,9. Penurunan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) dipengaruhi oleh menurunnya seluruh komponen, baik ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, maupun pembelian barang tahan lama. Hal ini disebabkan PSBB yang berdampak pada sektor usaha yang berhenti sementara, yang berpengaruh kepada meningkatnya tenaga kerja yang dirumahkan maupun terkena PHK, penurunan penghasilan rutin maupun omset usaha, dan penurunan pembelian barang tahan lama seperti elektronik, furniture dan perabot rumah tangga.

PSBB yang membatasi pergerakan orang dan barang serta kegiatan ekonomi juga turut berdampak pada

Page 12: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 12

penurunan kredit konsumsi yang pada bulan April 2020 hanya mampu tumbuh 4,1% (yoy), merupakan yang terendah sejak menunjukkan penurunan sejak Januari 2020 yang mencapai 6,2% (yoy), dan Maret 5,4% (yoy).

Dampak PSBB lebih lanjut juga sangat terlihat pada penjualan mobil nasional bulan Mei 2020 yang mengalami penurunan cukup signifikan dengan hanya menjual 3.551 unit atau tumbuh negatif sebesar -95,8% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi di bulan April 2020 yang tumbuh -90,6% (yoy). Penjualan mobil tersebut merupakan yang terendah sejak Mei 1999. Penurunan tersebut didorong oleh penurunan penjualan mobil penumpang yang mencapai -95,9% (yoy). Sementara penurunan penjualan sepeda motor pada April 2020 sebesar -79,3% (yoy). Penjualan mobil dan motor terpukul seiring berkurangnya mobilitas masyarakat, lesunya sektor pariwisata dan berkurangnya kebutuhan kendaraan untuk mengangkut wisatawan, serta penurunan aktivitas ekspor komoditas.

Dari sisi uang beredar, pada bulan April 2020 likuiditas perekonomian (M2) tumbuh sebesar 8,6% (yoy), turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 12,1% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham, lebih lanjut perlambatan tersebut dipengaruhi kontraksi operasi keuangan pemerintah dan perlambatan penyaluran kredit akibat pandemi Covid-19. M1 tumbuh melambat dari 15,4% (yoy) pada Maret 2020 menjadi 8,4% (yoy) pada April 2020 terutama disebabkan oleh perlambatan giro rupiah.

Dari sisi investasi, hingga akhir Mei 2020 indikator investasi menunjukkan adanya perlambatan, seiring dengan maraknya penghentian aktivitas pembangunan baik pada proyek Pemerintah maupun swasta. Konsumsi semen dan penjualan mobil komersial pada bulan Mei 2020 melanjutkan kontraksi yang telah terjadi sejak Januari 2020. Konsumsi semen dalam negeri di bulan Mei 2020 terkontraksi semakin dalam sebesar -38,3% (yoy). Sementara itu penjualan mobil niaga juga mengalami kontraksi sangat dalam hingga -91,8% (yoy) pada Mei 2020.

Sementara itu, indikator pertumbuhan penyaluran kredit perbankan untuk investasi dan modal kerja juga menunjukkan adanya perlambatan. Pada bulan April 2020, pertumbuhan kredit masih belum kuat, tercermin dari angka pertumbuhan kredit sebesar 4,9% (yoy). Capaian tersebut merupakan pertumbuhan kredit terendah sejak tahun 2009. Perlambatan penyaluran kredit didorong oleh perlambatan seluruh komponen, termasuk kredit modal kerja (KMK), dan Kredit Investasi (KI) yang masing-masing tumbuh melambat sebesar 8,4% (yoy) dan 3,4% (yoy).

Perlambatan aktivitas investasi juga diindikasikan oleh menurunnya aktivitas manufaktur, dimana Purchasing Manager Index (PMI) masih berada pada level yang sangat rendah pada Mei 2020, setelah sebelumnya

Page 13: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 13

mencatat rekor terendah pada April 2020. Terjadi penurunan dari sisi output, permintaan, dan utilisasi tenaga kerja. Di sisi lain terjadi peningkatan biaya input akibat kurangnya material. Kondisi ini diperkuat dengan data penjualan listrik golongan industri yang terkontraksi tajam pada bulan April dan berlanjut pada bulan Mei 2020 hingga mencapai -33,08% (yoy). Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan aktivitas manufaktur.

Di sisi lain, data survei aktivitas bisnis sektor manufaktur juga menunjukkan penurunan di triwulan I 2020, meskipun ekspektasi aktivitas bisnis di triwulan II sedikit lebih baik meskipun masih dalam zona negatif. Plot indikator survei tersebut menunjukkan adanya korelasi antara survei aktivitas bisnis manufaktur dengan growth manufaktur, dimana survei ini menjadi leading indicator untuk data growth sektor manufaktur.

Penurunan aktivitas ekonomi juga tercermin melalui data high-frequency Google, yang mencatat adanya pengurangan mobilitas masyarakat sebesar 24,7% sejak kebijakan Work From Home (WFH) diberlakukan pada pertengahan Maret. Sektor retail dan rekreasi, serta transportasi menjadi sektor yang paling terdampak dari kebijakan PSBB oleh pemerintah. Sementara itu, DKI Jakarta dan Bali merupakan provinisi dengan penyusutan aktivitas yang paling besar. Namun demikian, data Google Mobility menunjukkan adanya tren pemulihan aktivitas ekonomi seiring dengan relaksasi PSBB di berbagai daerah. Rata-rata indeks mobilitas pada bulan Juni sebesar 19,2%, meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 26,4%.

Page 14: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 14

Page 15: Juni 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja NPI ini terkontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, Sementara itu, neraca perdagangan di bulan

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 15

Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun : Thomas NPD Keraf, Rahadian Zulfadin, Andriansyah, Ahmad Wira Kusuma, Lilik Surya N., Radityo Harya Pamungkas, Dwi Anggi Novianti, Dedy Sunaryo, Aktiva Primananda H. , Johan Zulkarnain Kasim, Ilham Satriyo Nugroho, Andi Yoga Trihartanto, Wignyo Parasian, Yayu Andini, Ika Kartika Sari, Galuh Chandra Wibowo, Rizki Saputri Layout : Patria Yoga Asmara Sumber Data : CEIC, Bloomberg, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.