julia kristeva's paper

14
I. Pengantar Teori feminisme posmodern mula- mula mendapatkan suara dari feminis Perancis, seperti Luce Irigaray, Julia Kristeva dan Helene Cixous, yang menghasilkan karya mereka dari tafsir psikoanalisis posmodern Lacan. Para feminis Perancis ini belum banyak menghasilkan teori sosial yang sistematis. Akan tetapi, mereka menulis esai dalam tafsir sastra, filsafat, budaya dan psikoanalisis yang menantang banyak konvensi stilistik atas teori sosial kritis karena mereka mencoba menunjukkan apa yang mereka sebut dengan L’ecriture feminine, atau tulisan perempuan. Mengikuti Lacan, para teoretisi feminis ini berpandangan bahwa perempuan memiliki hubungan yang berbeda dengan ketidaksadaran mereka (yang, kata Lacan, terstruktur seperti bahasa) dibandingkan dengan hubungan yang dimiliki laki- laki. Laki- laki menempati ruang simbolik dan teknologis, sementara perempuan menempati wilayah imajiner. Ini mirip dengan argumen feminis bahwa laki- laki menempati wilayah berbeda yang di dalamnya mereka menjalani kehidupan sehari- hari secara berbeda. Tema kunci pertama feminisme posmodern adalah pernyataan bahwa pembebasan diraih melalui narativitas atau pengkisahan yang membentuk identitas feminis dan menciptakan budaya feminis. Ini adalah alasan mengapa 1

Upload: susi-fauziah

Post on 14-Jun-2015

1.074 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

This paper discusses about the biography and Kristeva's main thoughts.

TRANSCRIPT

Page 1: Julia Kristeva's paper

I. Pengantar

Teori feminisme posmodern mula- mula mendapatkan suara dari feminis

Perancis, seperti Luce Irigaray, Julia Kristeva dan Helene Cixous, yang

menghasilkan karya mereka dari tafsir psikoanalisis posmodern Lacan. Para

feminis Perancis ini belum banyak menghasilkan teori sosial yang sistematis.

Akan tetapi, mereka menulis esai dalam tafsir sastra, filsafat, budaya dan

psikoanalisis yang menantang banyak konvensi stilistik atas teori sosial kritis

karena mereka mencoba menunjukkan apa yang mereka sebut dengan L’ecriture

feminine, atau tulisan perempuan. Mengikuti Lacan, para teoretisi feminis ini

berpandangan bahwa perempuan memiliki hubungan yang berbeda dengan

ketidaksadaran mereka (yang, kata Lacan, terstruktur seperti bahasa)

dibandingkan dengan hubungan yang dimiliki laki- laki. Laki- laki menempati

ruang simbolik dan teknologis, sementara perempuan menempati wilayah

imajiner. Ini mirip dengan argumen feminis bahwa laki- laki menempati wilayah

berbeda yang di dalamnya mereka menjalani kehidupan sehari- hari secara

berbeda.

Tema kunci pertama feminisme posmodern adalah pernyataan bahwa

pembebasan diraih melalui narativitas atau pengkisahan yang membentuk

identitas feminis dan menciptakan budaya feminis. Ini adalah alasan mengapa

feminis Perancis menghabiskan banyak waktu untuk menteorikan tulisan sebagai

satu aktivitas yang terjenderkan. Mereka melihat perempuan dan laki- laki yang

“menceritakan” (berbicara dan menulis) dunia dengan cara yang berbeda

mencerminkan sifat yang berbeda, hubungan dengan kenirsadaran, dan posisi

subjek mereka. Selama posmodernis menyatakan bahwa manusia sebagian besar

diposisikan oleh bahasa dan wacana mereka, mudah kiranya untuk melihat

mengapa feminis Perancis menempatkan begitu banyak penekanan pada

narativitas feminis sebagai sarana pembebasan, identitas dan penciptaan budaya.

Seperti Lyotard, feminis posmodern menolak pandangan bahwa terdapat

narasi tunggal seperti Marxisme yang merangkum sejarah dan pengalaman

1

Page 2: Julia Kristeva's paper

manusia. Feminis posmodern melawan bukan hanya narasi besar secara umum

namun juga narasi laki- laki selama cerita laki- laki tentang masyarakat cenderung

mengabaikan atau mengacaukan pengalaman perempuan. Seperti halnya argumen

feminis Afrika bahwa feminisme kulit putih tidak memiliki pengalaman sebagai

perempuan kulit berwarna, feminis posmodern juga berpandangan bahwa “cerita”

laki- laki secara sifat berbeda dengan “cerita” perempuan.

Tema kunci kedua feminisme posmodern adalah perbedaan, yang

sebagaimana dinyatakan oleh Lyotard dan Derrida, lebih merupakan ciri posisi

subjek manusia dan narasi yang mereka hasilkan, bukannya kesamaan dan

kemiripannya. Dalam menentukan apakah “mendukung” atau “menantang”

kesamaan, narativis posmodern meniadakan kemungkinan bagi narasi umum.

Feminis posmodern menolak kemungkinan bahwa narasi umum (besar) dapat

menekankan baik kesamaan atau perbedaan, misalnya menteorikan penindasan

yang dialami semua orang dan pada saat yang sama menteorikan penindasan

perempuan secara khusus.

II. Biografi Julia Kristeva

Julia Kristeva lahir di Bulgaria pada tanggal 24 Juni 1941. Saat berumur

23 tahun (pertengahan 1960- an), dia pindah ke Paris dan tinggal di sana sampai

sekarang. Dia memiliki minat yang sangat besar pada bahasa dan linguistik, dan

pemikirannya dipengaruhi oleh Lucian Goldmann dan Roland Barthes. Dia juga

mendalami psikoanalisis Freud dan Lacan, dan berkarir sebagai seorang peneliti

dan akademisi. Dia adalah seorang filosof, kritikus satra, ahli psikoanalis,

sosiologis, feminis dan sekarang ia juga menjadi seorang novelis.

Kristeva bergabung dengan kelompok 'Tel Quel' pada tahun 1965, dimana

dia bertemu dengan pria yang kelak menjadi suaminya, Phillipe Sollers, dan

menjadi anggota aktif kelompok itu yang berfokus pada politik bahasa.

Kelompok Tel Quel menganggap sejarah sebagai interpretasi teks dan tulisan

sejarah hanyalah sebuah produksi politik dan bukanlah tulisan yang objektif.

2

Page 3: Julia Kristeva's paper

Artikel- artikel yang ditulis Kristeva mulai diterbitkan oleh kelompok Tel Quel

dan jurnal Critique pada tahun 1967, dan pada tahun 1970 dia menjadi anggota

dewan editor.

Bersama dengan Roland Barthes, Todorov, Goldmann, Gérard Genette,

Lévi-Strauss, Lacan, Greimas, dan Althusser, Kristeva menjadi salah satu tokoh

strukturalis ternama saat strukturalisme memegang peranan penting dalam ilmu

kemanusiaan. Karyanya juga memainkan peranan penting dalam pemikiran post-

strukturalisme. Penelitiannya di bidang linguistik, termasuk minatnya pada

seminar yang diadakan Lacan pada tahun yang sama, dituliskan dalam karyanya

Le Texte Du Roman (1970), Séméiotiké: Recherches pour une sémanalyse (1969),

dan akhirnya, La Revolution du langage poetique (desertasi doktornya) pada

tahun 1974. Publikasi selanjutnya membuatnya diterima menjadi anggota

kehormatan linguistik di University of Paris, dan sebagai tamu kehormatan di

Columbia University di New York.

Kristeva juga menunjukkan pengaruhnya dalam analisis kritik, teori

budaya dan feminisme setelah menerbitkan buku pertamanya Semeiotikè pada

tahun 1969. Ia menghasilkan hasil karya yang sangat banyak termasuk buku dan

essay mengenai intertekstualitas, semiotika dan penolakan secara psikologis

(abjection) di bidang linguistik, teori dan kritik sastra, psikoanalis, biografi dan

autobiografi, analisis politik dan budaya, seni dan sejarah seni.

Dalam karyanya, Kristeva menggunakan pendekatan psikoanalis untuk

kritik poststruktural. Sebagai contoh, pandangannya tentang subjek dan

pembentukannya mirip dengan pandangan Sigmund Freud dan Jacques Lacan.

Akan tetapi, Kristeva menolak pemahaman subjek dalam strukturalis. Sebaliknya,

ia menganggap kalau subjek selalu berada “dalam proses” atau “dalam krisis.”

Hal ini merupakan kontribusinya dalam kritik post strukturalis terhadap

strukturalisme, sementara menerapkan ajaran psikoanalis.

3

Page 4: Julia Kristeva's paper

Salah satu proposisi Kristeva yang paling penting adalah Semiotika (yang

berbeda dengan Semiotikanya Ferdinand De Saussure). Bagi Kristeva, semiotika

berkaitan erat dengan infantile pre-Oedipal yang mengacu pada pemikiran Freud,

Otto Rank dan khususnya Melanie Klein dan psikoanalis British Object Relation,

dan Lacanian (pre-mirror stage). Hal ini merupakan bidang emosional yang

berkaitan dengan insting kita, yang berada dalam nadi dan unsur prosodi

(suprasegmental) bahasa, dan bukan berada dalam arti denotasi dari kata- kata.

Dalam artian ini, semiotika melawan simbol, yang menghubungkan kata- kata

dengan arti dalam arti matematis dan lebih sempit. Dia juga terkenal karena

konsep abjection (ide yang berkaitan dengan kekuatan psikologis utama berupa

penolakan, yang diarahkan terhadap figur ibu), dan intertekstualitas.

III. Kristeva dan feminisme

Walaupun Kristeva tidak pernah menyatakan tulisannya sebagai tulisan

feminis, banyak feminis yang menggunakan karya Kristeva untuk memperluas

dan mengembangkan berbagai macam diskusi dan debat tentang teori dan kritik

feminis. Tiga pemikiran Kristeva yang dianggap penting oleh teori feminis adalah

sebagai berikut:

1. Usaha Kristeva untuk memasukkan kembali tubuh ke dalam wacana

ilmu kemanusiaan;

2. Fokus Kristeva pada pentingnya maternal dan preoedipal dalam

pembentukan subjektivitas; dan

3. Ide Kristeva tentang penolakan sebagai sebuah penjelasan untuk

penindasan dan diskriminasi.

Tubuh

Teori- teori tentang tubuh sangat penting bagi para feminis karena dalam

sejarah kemanusiaan, tubuh diasosiasikan dengan feminin, perempuan atau wanita

4

Page 5: Julia Kristeva's paper

dan dianggap rendah sebagai makhluk yang lemah, tak bermoral, tidak bersih atau

inferior. Melalui tulisan- tulisannya selama tiga dekade terakhir, Kristeva

menciptakan teori tentang hubungan antara pikiran dan tubuh, budaya dan alam,

psikis dan soma, materi dan perwakilan, dengan berpendapat bahwa kedua

tindakan badaniah tersebut telah dicabut dalam perwakilan dan bahwa logika

penandaan telah berlaku pada materi tubuh. Kristeva menggambarkan tindakan

badaniah sebagai "batas antara 'soma' dan ‘psikis', antara biologi dan perwakilan.

Kristeva terkenal dengan pembedaan antara "semiotika" dan "simbol,"

yang dia kembangkan dalam karya awalnya termasuk Revolution in Poetic

Language , "From One Identity to the Other" dalam Desire in Language, dan

Powers of Horror. Dia menyatakan bahwa semua signifikasi terdiri dari dua

elemen. Elemen semiotika adalah tindakan badaniah yang dilepaskan dalam

proses signifikasi. Semiotika diasosiasikan dengan ritme, nada, dan tindakan yang

menandakan gerakan menandai. Seiring dengan pelepasan mekanisme, hal itu

juga diasosiasikan dengan tubuh ibu, sumber pertama dari ritme, nada, dan

gerakan untuk setiap manusia karena kita semua bertempat di tubuh tersebut.

Simbol elemen dari signifikasi diasosiasikan dengan tata bahasa dan struktur

signifikasi. Elemen simbol adalah hal yang membuat referensi menjadi mungkin.

Sebagai contoh, kata- kata memiliki arti referensi karena simbol struktur dari

bahasa. Sebaliknya, kita dapat mengatakan kalau kata- kata memberikan arti pada

kehidupan (arti tanpa referensi) yang disebabkan oleh isi semiotiknya. Tanpa

simbol, semua signifikasi akan menjadi gumaman atau delirium. Akan tetapi,

tanpa semiotika, semua signifikasi akan menjadi kosong dan tidak penting bagi

kehidupan kita. Intinya, signifikasi memerlukan dua-duanya semiotika dan

simbol; tidak ada signifikasi tanpa kedua unsur tersebut.

Seperti halnya tindakan badaniah yang dinyatakan dalam bentuk

signifikasi, logika signifikasi sudah beroperasi dalam materialitas tubuh. Kristeva

menyarankan kalau operasi identifikasi dan differensiasi yang diperlukan untuk

signifikasi ditandai dalam penyatuan tubuh dan khususnya pengeluaran makanan.

Proses "identifikasi" dan "differensiasi" tubuh ini diatur oleh tubuh ibu sebelum 5

Page 6: Julia Kristeva's paper

kelahiran dan oleh ibu pada saat anaknya masih bayi. Dia juga mengajukan bahwa

ada aturan ibu atau hukum yang menandakan hukum Ayah, yang menurut

psikoanalis Freudian diperlukan untuk signifikasi. Jadi, aturan atau tata bahasa

dan hukum dari bahasa sudah beroperasi pada tahap tersebut.

Tubuh Ibu

Mengikuti Melanie Klein dan bertolak belakang dengan Freud dan Lacan,

Kristeva mementingkan fungsi ibu dan kepentingannya dalam pengembangan

subjektivitas dan akses pada budaya dan bahasa. Sementara Freud dan Lacan

mempertahankan pendapat mereka bahwa anak memasuki kehidupan sosial

dengan memenuhi fungsi ayah, khususnya ancaman ayah tentang pengebirian,

Kristeva mempertanyakan mengapa, jika motivasi kita untuk memasuki

kehidupan sosial, kenapa kebanyakan dari kita tidak menjadi psikotik? Dia juga

mempertanyakan ide Freudian-Lacanian bahwa ancaman ayah menyebabkan anak

untuk meninggalkan tubuh ibu yang aman dan nyaman. Mengapa meninggalkan

tempat yang seperti surga jika yang akan kau dapatkan nanti adalah ketakutan dan

ancaman? Dia tertarik pada perkembangan awal subjektivitas, yang disebabkan

oleh situasi oedipal Freud dan tahap cermin Lacan.

Kristeva berargumen kalau peraturan ibu adalah hukum sebelum hukum

ayah. Dia menuntut wacana baru tentang keibuan yang mengakui kepentingan

fungsi ibu dalam pengembangan subjektivitas dan dalam budaya. Dia juga

berargumen kalau kita tidak memiliki wacana yang cukup tentang keibuan.

Agama, khususnya Katolik (yang menganggap ibu suci), dan ilmu pengetahuan

(yang mengurangi ibu sebagai alam) adalah satu- satunya wacana tentang ibu

yang tersedia dalam budaya Barat.

Selain itu, Kristeva menyatakan kalau fungsi ibu tidak bisa dikurangi

menjadi ibu, feminin atau wanita. Dengan mengidentifikasi hubungan ibu dengan

anak sebagai fungsi, ia memisahkan fungsi untuk memenuhi kebutuhan anak akan

cinta dan nafsu. Sebagai seorang wanita dan ibu, seorang wanita mencintai dan

6

Page 7: Julia Kristeva's paper

memiliki nafsu karena ia adalah makhluk sosial dan wicara. Sebagai seorang

wanita dan ibu, dia selalu didiskriminasi. Tetapi, jika dia memenuhi fungsi ibu,

dia tidak didiskriminasi. Analisis Kristeva menyatakan bahwa siapapun bisa

memenuhi fungsi ibu, perempuan atau lelaki.

Dengan memaksakan pendapatnya bahwa tubuh ibu bertindak antara alam

dan budaya, Kristeva mencoba melawan stereotipe yang mengurangi keibuan

menjadi alam. Bahkan jika ibu tidak menjadi subjek atau agen dari kandungannya

dan kelahirannya, dia tidak pernah berhenti untuk menjadi subjek aktif. Bahkan, ia

menggunakan tubuh ibu dengan dua dalam satunya, atau lainnya, sebagai sebuah

model untuk semua hubungan subjek. Seperti tubuh ibu, dia menyebut setiap dari

kita sebagai subjek dalam proses. Sebagai subjek dalam proses, kita selalu

bernegosiasi dengan yang lain, yaitu kembalinya yang direpresi. Seperti tubuh

ibu, kita tidak pernah benar- benar menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri.

Beberapa feminis telah menemukan ide Kristeva subjek dalam feminis sebagai

alternatif yang dapat digunakan daripada ide tradisional tentang subjek terpadu

yang otonom (maskulin).

Penolakan dan Sexisme

Kristeva mengembangkan sebuah ide tentang penolakan yang sangat

berguna untuk mendiagnosa dinamika penindasan. Dia menggambarkan

penolakan sebagai sebuah tindakan psikis yang mana identitas grup dan subjek

dibentuk dengan cara mengesampingkan apapun yang mengancam batasan

seseorang. Ancaman utama pada subjek baru adalah ketergantungannya pada

tubuh ibu. Oleh karena itu, penolakan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi ibu.

Dia juga mengklaim bahwa pembunuhan ibu adalah kepentingan kita karena

untuk menjadi subjek (dalam budaya patriarkal) kita harus menolak tubuh ibu.

Akan tetapi, karena wanita tidak bisa menolak tubuh ibu yang mengidentifikasi

mereka sebagai perempuan, mereka mengembangkan seksualitas yang terdepresi.

Oleh karena itu, kita memerlukan tidak hanya wacana baru tentang keibuan tetapi

juga wacana tentang hubungan antara ibu dan anak perempuan, sebuah wacana

7

Page 8: Julia Kristeva's paper

yang tidak melarang cinta lesbian antara perempuan yang mana subjektivitas

perempuan dilahirkan.

Kristeva menyarankan kalau penolakan yang salah adalah salah satu sebab

dari penindasan perempuan. Dalam budaya patriarkal, perempuan telah dikurangi

menjadi fungsi ibu; atau dengan kata lain, perempuan telah dikurangi menjadi

fungsi reproduksi. Jadi, jika diperlukan untuk menolak fungsi ibu untuk menjadi

seorang subjek, dan perempuan, keibuan dan femininitas semuanya telah

direduksi menjadi fungsi ibu, maka dalam patriarkal, ibu, keibuan, dan femininitas

semuanya ditolak bersamaan dengan fungsi ibu. Penolakan yang salah tempat ini

adalah salah satu cara penindasan dan penurunan harkat perempuan dalam budaya

patriarkal.

IV. Kesimpulan

Julia Kristeva adalah salah seorang tokoh feminis Perancis yang juga

dianggap sebagai tokoh feminis posmodern. Sebagai seorang filosof, kritikus

satra, ahli psikoanalis, sosiologis, feminis dan juga novelis, ia telah menghasilkan

banyak tulisan yang digunakan untuk memperluas dan mengembangkan berbagai

macam diskusi dan debat tentang teori dan kritik feminis. Tiga pemikiran Kristeva

yang dianggap penting oleh teori feminis adalah sebagai berikut: Usaha Kristeva

untuk memasukkan kembali tubuh ke dalam wacana ilmu kemanusiaan; Fokus

Kristeva pada pentingnya maternal dan preoedipal dalam pembentukan

subjektivitas; dan ide Kristeva tentang penolakan sebagai sebuah penjelasan untuk

penindasan dan diskriminasi.

8

Page 9: Julia Kristeva's paper

Daftar Pustaka

Agger, ben. 2003. Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Cavallaro, dani. 2004. Teori Kritis dan Teori Budaya. Yogyakarta: Niagara.

Lechte, john. 2001. 50 Filsuf Kontemporer Dari Strukturalisme Sampai Postmodernitas. Yogyakarta: Kanisius.

Nietzsche. 2008. Zarathustra. Yogyakarta: Quills Book Publisher.

Piliang, yasraf amir. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Yusuf, akhyar. 2009. Pengetahuan Ilmiah Dan Pengetahuan Naratif Pada Posmodernisme Francois Lyotard. Depok: Universitas Indonesia.

Zarate, oscar dan Rupert Woodfin. 2008. Marxisme Untuk Pemula. Yogyakarta: Resist Book.

9