juknis pantai berpasir

103
ii Oleh Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia PEDOMAN TEKNIS KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 2014 P P E E N N G G E E L L O O L L A A A A N N L L A A H H A A N N B B E E R R M M A A S S A A L L A A H H P P A A N N T T A A I I B B E E R R P P A A S S I I R R D D E E N N G G A A N N C C E E M M A A R R A A

Upload: buithu

Post on 31-Dec-2016

248 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Juknis Pantai Berpasir

ii

Oleh

Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho

Susi Abdiyani Arina Miardini Dona Octavia

PEDOMAN TEKNIS

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

2014

PPPEEENNNGGGEEELLLOOOLLLAAAAAANNN LLLAAAHHHAAANNN BBBEEERRRMMMAAASSSAAALLLAAAHHH

PPPAAANNNTTTAAAIII BBBEEERRRPPPAAASSSIIIRRR DDDEEENNNGGGAAANNN CCCEEEMMMAAARRRAAA

Page 2: Juknis Pantai Berpasir

i

KATA PENGANTAR

Buku ―PENGELOLAAN LAHAN BERMASALAH PANTAI BERPASIR

DENGAN CEMARA LAUT‖ merupakan salah satu bentuk sarana BPTKPDAS

untuk memperkenalkan hasil penelitian kepada masyarakat luas,

khususnya di daerah pantai berpasir dengan permasalahan lahan marjinal.

Kegiatan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan lahan

pantai berpasir di Kebumen berangkat dari presentasi hasil penelitian dari

kantor BPTKPDAS kepada Dinas-Dinas yang ada di Kebumen. Selanjutnya

pada saat itu Ibu Bupati (Ir. Rustriningsih) meminta untuk ada penelitian

yang ada di pantai selatan Kebumen, mengingat kondisi pantai yang

gersang dan panas sehingga pengunjung wisata sangat rendah. Begitu

juga permasalahan lahan pantai dan pesisir selatan yang luas dan

memanjang tidak dapat diusahakan untuk tanaman hortikultura karena

gangguan uap air garam dan angin kencang dari laut.

Tahun 2005 kegiatan penelitian BPTKPDAS dengan tanggul angin

Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) di mulai dengan melibatkan

masyarakat desa Karanggadung khususnya Kelompok Tani Pasir Makmur.

Kegiatan diawali dengan meyakinkan ke masyarakat bahwa pantai

berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim (hortikultura) asal sudah

ada tanaman tanggul di depannya atau dekat pantai. Awalnya masyarakat

kurang percaya sehingga perlu diajak studi banding ke pantai Samas

Jogyakarta yang sudah ada tanaman Cemara lautnya. Sepulang dari studi

banding masyarakat yakin bahwa pantai yang nampaknya gersang, jika

dikelola dengan baik akan menghasilkan yang jauh lebih produktif

dibandingkan dengan tanah mineral biasa. Selanjutnya kegiatan tersebut

berlanjut sampai sekarang ini dan menjadi show window BPTKPDAS.

TIM PENELITI PANTAI BERPASIR

Page 3: Juknis Pantai Berpasir

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii

I.PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 5

C. Sasaran ................................................................................................ 5

D. Batasan Istilah ...................................................................................... 5

II.PERENCANAAN .................................................................. 8

A. Pengorganisasian .................................................................................. 8

B. Pemetaan Lokasi ................................................................................... 9

C. Kebutuhan ........................................................................................... 13

D. Penentuan ........................................................................................... 18

III.PELAKSANAAN ............................................................... 20

A. Persiapan............................................................................................. 20

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin ............................................................. 27

C. Penanaman .......................................................................................... 28

D. Pemeliharaan ....................................................................................... 40

E. Pemanenan Hasil .................................................................................. 43

IV. MONITORING ................................................................ 46

A. Pengamatan Tanah .............................................................................. 46

B. Pengamatan Iklim .............................................................................. 48

C. Pengamatan Tanaman .......................................................................... 56

D. Pengamatan Erosi ................................................................................ 57

Page 4: Juknis Pantai Berpasir

iii

V.EVALUASI ........................................................................ 66

A. Tingkat Prosentase Tumbuh .................................................................. 66

B. Tingkat Prosentase Hasil........................................................................

C. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan .................................................... 68

D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani .......................................................... 69

E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ............................................. 71

F. Analisa Input dan Analisa Output ..............................................................

G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin ...................................................... 75

H. Tingkat Adopsi Masyarakat ................................................................... 76

VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN ......................................... 82

A. Pemeliharaan Plot Penelitian .................................................................. 82

B. Perbedaan Sebelum dan Sesudah Penanaman Cemara Laut ..................... 84

C. Matinya Cemara Laut Di Pantai ............................................................. 86

VII. PENUTUP ..................................................................... 91

Page 5: Juknis Pantai Berpasir

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ...........84

Page 6: Juknis Pantai Berpasir

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut ................................................ 4

Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005 .............. 9

Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut ................................... 18

Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ... 21

Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan ........................................................... 21

Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) ......... 29

Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang ............. 30

Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). ....... 31

Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata .......... 32

Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 ....... 33

Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru ... 34

Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain : Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura) ................... 35

Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.36

Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir ......... 39

Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman) .............................................................. 42

Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan ... 44

Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai .... 45

Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. ... 47

Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen ..................... 47

Page 7: Juknis Pantai Berpasir

vi

Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan .... 48

Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ...... 49

Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen ....................... 50

Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 ................. 51

Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit (150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. ...... 52

Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan Minimum ...................................................................... 53

Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 ................. 54

Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013 ........ 55

Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan) ... 56

Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk Instalasi Air Sumur Renteng ................................................. 57

Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 ....... 58

Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 .. 58

Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 . 59

Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 ............................. 60

Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 ..... 61

Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013 ................................................................................... 62

Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen . 63

Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013. ....................................... 64

Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen. ....................... 65

Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. .............. 67

Page 8: Juknis Pantai Berpasir

vii

Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun 2013 ......................................................................... 68

Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar ....................... 69

Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan Wisata Semakin Sejuk dan Indah .......................................... 72

Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ................ 73

Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung 2011-2013........................................................................... 74

Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- ............. 75

Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ...................... 77

Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka 78

Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut ......................................... 79

Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen. ........................... 79

Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ........................ 80

Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa . 81

Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang ........................... 89

Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 89

Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll .... 90

Page 9: Juknis Pantai Berpasir

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Page 10: Juknis Pantai Berpasir

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan bermasalah merupakan lahan yang tidak layak atau tidak

sesuai dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga agar lahan

bermasalah dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan. Macam-

macam permasalahan lahan dapat terjadi karena : 1. Proses alami 2. Proses

buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses permasalahan lahan alami meliputi :

lahan marjinal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll),

lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan tanah bencana (berapi,

tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses permasalahan lahan

buatan meliputi lahan kritis, lahan asam/sulfat masam, dan lahan bekas

tambang. Proses permasalahan lahan akibat kombinasi antara faktor alam

dengan buatan manusia meliputi : lahan banjir, kekeringan, dan longsor.

Salah satu permasalahan lahan di Indonesia adalah lahan pantai

berpasir mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki

wilayah pantai yang luas dan panjang. Bentuk lahan (landform) wilayah

pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai berlumpur (muddy

shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau

andesit (Bloom, 1979). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat

hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh

ombak menuju pantai dan dari gisik (beach) yang merupakan hasil erosi

angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir terjadi terus-menerus.

Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik

untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya (Sukresno, 1998).

Pengertian tanah berpasir merupakan tanah yang mengandung

banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah

(Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai (Dahlan, 1992) memiliki karakter

yang sangat khas sebagai ciri yang mencolok pada daerah pesisir pantai

antara lain : a). Angin kencang dengan hembusan garam, b). Kadar garam

Page 11: Juknis Pantai Berpasir

2

tinggi dalam tanah, c). Porositas tinggi, dan d). Pergerakan pasir yang

bebas. Sifat Fisik tanah pantai berpasir butirannya kasar mengandung

kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari

merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan. Sifat Kimia tanah

pantai berpasir kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium

(K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan

pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, Supriyadi, dan

Sudihardjo, 2000). Dengan kandungan garam-garaman yang tinggi

menyebabkan tanah pantai berpasir memiliki pH tanah berkisar antara 6

sampai 7. Sifat Biologi tanah pantai berpasir memiliki sedikit

mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak

bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam

tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain :

tanah Alluvial, Regosol atau Entisols.

Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir meliputi

(Gambar 1) : a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi

erosi, d). agregat tanah lemah. Cara mengatasi permasalahan tanah

berpasir tersebut antara lain dengan : 1). pemberian mulsa, 2).

menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan

organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5.

menggunakan Bio-P 2000z. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan

tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis dan bila

tidak segera ditangani berdampak negatif pada lahan yang akan terjadi

semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai

berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu

untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan

bernilai ekonomi tinggi.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai

berpasir, dibutuhkan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan

Page 12: Juknis Pantai Berpasir

3

konservasi yang bisa meningkatkan produktivitas lahan yang berimplikasi

pada tereduksinya marjinalitas lahan dan peningkatan pendapatan

masyarakat sekitar area tersebut dengan penanaman cemara laut

(Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin (Nurahmah dkk, 2007).

Page 13: Juknis Pantai Berpasir

4

Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir dengan Cemara Laut

Page 14: Juknis Pantai Berpasir

5

B. Maksud dan Tujuan

Petunjuk teknis ini bertujuan memberikan informasi kepada

khalayak umum bagaimana memberdayakan lahan bermasalah pantai

berpasir yang marjinal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara

laut (cemara udang/Casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman budidaya

(hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pesisir selatan (Sukresno

dkk, 2000).

C. Sasaran

Pelaksanaan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan

pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia sp.

(pembiakan dan pola tanam) sebagai pengendali erosi angin, model

pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka dan

terong) yang ditanam di belakang tanaman tanggul angin, sehingga dapat

meningkatkan produktivitas lahan marjinal.

D. Batasan Istilah

Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan

berhubungan dengan masalah pengelolaan wilayah pantai, antara lain:

1. Lahan bermasalah adalah lahan yang diakibatkan oleh rendahnya

sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan

tanaman karena faktor bawaan/alami atau faktor buatan (eksploitasi

lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan yang salah dll).

2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi

laut, atau tepi perairan yang luas.

3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut,

yang meliputi pantai dan daratan didekatnya (pesisir) yang masih

terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan).

Page 15: Juknis Pantai Berpasir

6

4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah

Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan

kelerengan kurang dari 8% (topografi datar).

5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut

pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan

kerikil di permukaannya.

6. Beting Gisik, adalah gundukan alami memanjang searah garis

pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena

pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas).

7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai,

diantara beting gisik, biasanya tergenang air.

8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk

dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin.

9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena

pengikisan gelombang atau arus laut.

10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui

permukaan tanah maupun lewat bawah tanah.

11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air.

12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang

tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan).

13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau

batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh

suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat

partikel tanah atau batuan itu sendiri.

14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu

usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan

mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal,

baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun

sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.

Page 16: Juknis Pantai Berpasir

7

15. Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang

terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan

laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi

kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu

dan ditanami dengan vegetasi tertentu. Tanaman sabuk hijau

berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman,

mencegah angin kencang dari lautan, dan pengendali iklim mikro.

Page 17: Juknis Pantai Berpasir

8

II.PERENCANAAN

A. Pengorganisasian

Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah

(RLKT) Pantai berpasir melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan

berpasir dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat serta

kenyamanan berwisata, melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat

meliputi instansi pemerintahan dan masyarakat sekitar sehingga perlu

dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi

rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi dkk, 2007).

Konsultasi dan koordinasi dari tingkat Kabupaten (Dinas Kehutanan

dan Dinas Wisata), Kecamatan (Polsek dan Kantor Camat), Kelurahan

sampai Kelompok Tani (Kontak Tani, Tokoh Masyarakat dan Tokoh

Agama). Disamping itu juga ditetapkan salah satu rumah penduduk

sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) sebagai kantor anggota kelompok,

tempat diskusi, dan menyimpan peralatan serta output tulisan hasil

penelitian. Sehingga Sekretariat KT juga sebagai pusat sosialisasi hasil

penelitian dan pusat informasi agenda acara KT.

Pertemuan KT ditetapkan rutin setiap bulan dan bergilir dari rumah

ke rumah anggota KT, kadang juga dilakukan di Balai Desa atau di

Sekolah (SD Negeri I Karanggadung), dan di lokasi (Pondok Kerja).

Kegiatan penanaman cemara laut juga melibatkan Bapak-Bapak dan Ibu-

Ibu anggota KT serta anak-anak sekolah.

Page 18: Juknis Pantai Berpasir

9

B. Pemetaan Lokasi

Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai

dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul

angin dan tanaman budidaya (Gambar 1) dengan menggunakan GPS

(Global Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan bermasalah di

pantai berpasir (pantai selatan) di Desa Karanggadung, Kecamatan

Petanahan, dan Kabupaten Kebumen (Harjadi dan Octavia, 2008).

Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,

Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005

a. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir

Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam

klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut

klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih

dikenal dengan nama Entisol pantai.

1. Sifat Fisik Tanah

i. Tekstur dan Struktur

Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung

lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2%

(Sudihardjo, 2000). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih

Page 19: Juknis Pantai Berpasir

10

besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan

liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah

tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel

debu dan liat yang aktif. Tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal,

berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat

agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm.

ii. Porositas dan Temperatur

Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit

menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka

bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah

menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap

proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air

atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan

dan pemupukan organik yang lebih intensif .

Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan

karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir

memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat

tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia

serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 -

0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). Tanah pasir menyimpan air sangat

rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia.

2. Sifat Kimia Tanah

i. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat

atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan

humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah berpasir

berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan

dengan pemupukan organik.

Page 20: Juknis Pantai Berpasir

11

ii. pH Tanah (Kemasaman Tanah)

Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena

kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta

kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat

menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan

kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini

disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada

potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan

menyerapnya. Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4), salinitas

menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat

pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan

biomassa tumbuhan.

3). Sifat Biologi Tanah

Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit

sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah

berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah berpasir tidak

mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak

menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar,

suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah berpasir

sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah berpasir menjadi kurang subur

(Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan bahan organik

sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga dapat

meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan

actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat tanah.

Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai

dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah

adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri

atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa

kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola

Page 21: Juknis Pantai Berpasir

12

dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang

lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah

bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur

kasar (Madjid, 2009).

Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur

hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga

sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki

KTK yang rendah (Utami, 2009).

b. Tanaman Tanggul Angin

Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut

dengan memperhatikan aspek sebaran arah dan kecepatan angin

tahunan. Jalur tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin saat musim

kemarau dan musim badai (angin kencang). Hal-hal yang perlu dirancang

antara lain:

a. Penetapan jarak antar tanggul angin dengan bibir pantai (<

100 m) dan tebal lapisan (> 5 tanaman Cemara Laut).

b. Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out

sebaran (apakah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau

selang-seling ‘untu walang‘).

c. Tanaman Budidaya

Pemetaan lokasi penanaman tanaman budidaya dengan

memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang

perlu dirancang antara lain:

a. Pemilihan jenis tanaman budidaya sesuai dengan kebutuhan

petani/masyarakat setempat dan sesuai ditanam di pantai.

b. Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang

ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.

Page 22: Juknis Pantai Berpasir

13

c. Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing

bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran).

Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk

buatan (urea, TSP, ZA dan KCl)

C. Kebutuhan

a. Kebutuhan Bahan

Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan

jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang

akan ditanami. Kebutuhan bibit tanaman semusim bibit bawang merah

sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan

Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah

berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk

anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, racun insektisida (serangga), dan

fungisida (jamur).

b. Kebutuhan Alat

Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan

rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan

peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana

pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon,

gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan

pengamatan perlakuan, antara lain: penjerap pasir (sand trap),

evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan),

anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer

tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat

yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet,

poster, tulisan ilmiah dan laporan. Sedangkan untuk mengumpulkan

informasi sosek (sosial ekonomi) dengan blanko kuisioner.

Page 23: Juknis Pantai Berpasir

14

c. Kebutuhan Tenaga

Tenaga yang dibutuhkan terdiri atas tenaga pengamat untuk data

iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat

pertumbuhan tanaman. Disamping itu untuk keamanan melibatkan

seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung

untuk mengawasi kalau ada pengunjung wisata yang sengaja atau

sekedar iseng merusak tanaman.

d. Kebutuhan Biaya

Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk

(organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp.

25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-.

Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari

Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta

pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

e. Kebutuhan Lahan

Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam

yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan

kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata

Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan

pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir

seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim.

f.Kebutuhan Ameliorat

Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat

bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah

berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik

akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas yang

rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak

Page 24: Juknis Pantai Berpasir

15

liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi

agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.

Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa

penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam

media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang

sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar

pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 60,83%

dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir

mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 65,55% dan

penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan

pengaruh yang berbeda nyata.

Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik

mampu menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan

memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga

mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air,

meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan

sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga

mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah

lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah

meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak

kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.

Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah

dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan

derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari

halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003).

Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak

berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah,

dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan

organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang

berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga meningkatkan

Page 25: Juknis Pantai Berpasir

16

kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan

kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih

bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang

ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999

dalam Atmojo, 2003).

Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat

meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan

organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak

(misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses

dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena

terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi.

Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita

tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik

yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-

kation basa (Atmojo, 2003).

Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan

organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang

mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang

bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus

sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih

mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa

humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina

memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian setengah pupuk organik dan

pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah

secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja.

g. Kebutuhan Saprotan

Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan

produktivitas lahan pantai berpasir yang marjinal. Dosis ameliorat pupuk

Page 26: Juknis Pantai Berpasir

17

kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman budidaya

tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I. Dosis pupuk kimia per

hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha.

Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi

dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah

meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami.

Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan

terutama tapak/site untuk pertumbuhan di lahan berpasir agar dapat

tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan

tanaman dengan meminimalkan pembatas (constrain) pertumbuhan

seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan

bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia.

Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih

mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan

tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan

inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009).

Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi

tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena

dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut

kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu,

pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan

mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan.

Page 27: Juknis Pantai Berpasir

18

D. Penentuan

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata (±300 m) yang

sebelumnya di sebelah utara tanggul pasir (Gumuk Pasir) dan

selanjutnya dikembangkan di sebelah selatan yang berdekatan dengan

garis pantai dengan jarak kurang dari < 100 m (Gambar 3). Disamping

itu lokasi pengembangan berdekatan dengan desa Tanggul Angin yang

merupakan pemukim eksodan yaitu pemukiman kembali penduduk

yang pulang kampung dari transmigrasi dan korban bencana tsunami

serta tidak memiliki tempat tinggal.

Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan

Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut

Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan

pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan tanah terlantar tanpa vegetasi yang berjarak

kurang dari 100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah

pantai ke arah daratan sejauh kurang lebih 300 m.

b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %)

Page 28: Juknis Pantai Berpasir

19

c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur)

d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah

(pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi.

e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D

(sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson.

b. Mess Pos Pengamatan

Pos pengamatan yang berfungsi sekaligus sebagai Sekretariat

Kelompok Tani (KT) berada pada jarak kurang lebih 500 meter dari

lokasi penanaman agar akses mudah terjangkau. Pos tersebut dekat

juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi dengan petugas dari

kantor Pariwisata semakin intensif. Pos Pengamatan (Sekretariat KT)

berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi para Petugas,

tempat berkumpul dan diskusi dengan masyarakat, tempat informasi

dan penyuluhan, dll.

c. Tempat Pertemuan Kelompok Tani

Jadwal pertemuan Kelompok Tani (KT) direncanakan di kantor

Sekretariat KT, yaitu dengan bergilir dari rumah ke rumah setiap bulan

sekali. Pertemuan KT kadang juga dilakukan di pantai sebelum

penanaman, kadang di Balai Desa dan kadang juga di ruang sekolah.

Pertemuan rutin KT dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi

anggota KT juga meningkatkan soliditas kelompok disamping juga

proses pembelajaran saling diskusi dan bertukar pengalaman.

Page 29: Juknis Pantai Berpasir

20

III.PELAKSANAAN

A. Persiapan

a. Persiapan Lokasi

Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal

tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi

penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :

Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai –

Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13

Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan

Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl.

Ampera No. 11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311

Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388

tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran

no. 2, Telp. 0287-381570 Kebumen 54311

Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA

mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku

selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat

tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii)

Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai

Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung.

Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan

beberapa tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut :

perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk

penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan

kebun bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 4 dan 5).

Page 30: Juknis Pantai Berpasir

21

Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan

Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam di Lapangan

Page 31: Juknis Pantai Berpasir

22

Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 buah untuk tanaman

buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya

tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk

tanaman lainnya.

Pembelian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang

subur untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman.

Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah

dengan EM-4 untuk mepercepat dekomposisi pematangan pupuk

organik.

Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran

tanaman pandan berduri.

Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar

pantai, agar tanah terjaga kelembabannya.

Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami

untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan

dan semusim.

Perbaikan instalasi air dan perbaikan sumur renteng dengan

mencoba diesel penyedot air dan didistribusikan keseluruh

penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim.

Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengechek data

(verifikasi) dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu

tanah (30, 90 dan 150 cm), curah hujan, kecepatan dan arah

angin, erosi angin, dan evaporasi.

Page 32: Juknis Pantai Berpasir

23

b. Persiapan SDM

Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan

melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan

pendekatan pada masyarakat.

1. Konsultasi dan Koordinasi

i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan)

Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian

di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh kantor Solo yang saat

itu bernama BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai–Indonesia Bagian Barat).

Bentuk dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam

bentuk : mendampingi setiap konsultasi dengan beberapa kantor dinas

yang terkait di kabupaten pemerintah daerah Kebumen, dan PKL

(Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat

langsung di lapangan dan saat pertemuan dengan Kelompok.

ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat

karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak berpotensi

untuk diusahakan tanaman atau istilah warga pasti merugi atau tidak

untung. Dengan adanya lokasi pengembangan penelitian lahan pantai

berpasir ditunjang dengan fasilitas jalan JLSS (Jalan Lintas Selatan

Selatan) jl. Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata

akan lebih mudah dan diharapkan pariwisata semakin berkembang.

iii. Dinas Pariwisata

Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan

untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah

pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi selalu

mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas

Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata Petanahan

di Desa Karanggadung.

Page 33: Juknis Pantai Berpasir

24

2. Koordinasi di Daerah

i. Kecamatan Petanahan

Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan

Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa

Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak

tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan

dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan

tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul.

ii. Polsek Petanahan

Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah

dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara

intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di

lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai

sekarang.

iii. Desa Karanggadung

Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis

(Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar

anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan

penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap

tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan

petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang didampingi oleh

PKL berupa :

- Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri anggota

dan mantan lurah, bapak lurah dan bapak RT serta para tokoh

masyarakat (TOGA = Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh

Masyarakat) lainnya yang tertarik.

- Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang

tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan

Page 34: Juknis Pantai Berpasir

25

September dan Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi

air dan sumur renteng.

- Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan

kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari

menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dengan

menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian pupuk kandang.

c. Koordinasi dengan UKP

1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor

bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat

laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh

judul-judul yang dipayunginya.

2. UKP yang berjudul ―Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan

Terdegradasi‖ di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul

yang dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang,

BPPK Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di

Surakarta, Loka Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar.

3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi

dalam 3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan

terdegradasi dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan,

(iii) model dan teknik konservasi.

4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu

pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP

(Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang

pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan).

5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih

intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan

diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi

minimal triwulanan.

Page 35: Juknis Pantai Berpasir

26

d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani

Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya

pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah

pola pikir masyarakat sekitar pantai berpasir. Masyarakat di sekitar pantai

berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami

menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang

menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua

sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok

Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan atau milik

peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB, sehingga semua anggota kelompok

tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan

mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok.

e. Persiapan Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi :

1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan

lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar.

2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA

(Tanggul Angin), antara lain : vegetatif dengan camara laut

(Casuarina equisetifolia sp.) dan mekanis dengan daun kelapa atau

anyaman bambu.

3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur

tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan

ketimun, jagung (Zea mays L.).dll.

4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang

dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk an-

organik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.

5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya

antara lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang

panjang, pompa air, dll.

Page 36: Juknis Pantai Berpasir

27

6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap,

evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara,

kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah.

7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster,

kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek

dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan.

B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin

a. Tanggul Angin Mekanis

Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi

sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang

menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga

berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan

tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin

dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anayaman

bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau

seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut.

b. Tanggul Angin Vegetatif

Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup

sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat

dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai

ditanam di pantai, memiliki akar kokoh (bibit dari biji, generatif) dan daun-

daunnya rapat dan batang meninggi. Beberapa tanaman yang cocok

ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin antara lain :

ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen yang merupakan

pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan penanaman Camera

laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari cangkok (vegetatif),

namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya dengana tanaman

generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang yang kokoh.

Page 37: Juknis Pantai Berpasir

28

c. Tanggul Angin Sementara

Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif.

Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa,

gedek bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat

menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin

sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi

bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin

sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat

tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung,

sorghum dll.

C. Penanaman

a. Tanaman Tanggul Angin

Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman

tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25

m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk

melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman

tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl).

Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan

dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‗gigi

belalang‘ atau ―nguntu walang‖ selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data

biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan

yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA

cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap

bulannya.

Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada

anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun

beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut.

Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara

Page 38: Juknis Pantai Berpasir

29

laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan

merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat

dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih

cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang

berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 6). Semakin tua >10 tahun

umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk

cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).

Cangkang masih hijau, belum matang

Cangkang isi biji berwarna kuning

Cangkang kosong jatuh di tanah

Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas)

Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna

kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar

di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur

dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan

agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan

dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika

sudah berumur 2 bulan atau kecambah sudah kelihatan batang coklat dan

daun sudah bercabang dipindahkan kedalam polybag (Gambar 7).

Page 39: Juknis Pantai Berpasir

30

Bibit umur 1 bulan di tempat persemaian

Bibit umur 2 bulan dipindah ke polybag

Bibit umur 3 bulan disirami pagi dan siang

Bibit umur 6 bulan tinggi >60 cm diameter >5 mm

Bibit umur 8 bulan siap ditanam

Bibit umur setahun, sudah lewat umur

Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang

Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji, dan

setelah banyak cabang dibawah segera di lakukan pruning agar

pertumbuhan meninggi. Pengembangan Cemara laut untuk konservasi

tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari biji yang memiliki

akar tunggang yang kuat dan berumur panjang (Gambar 8).

Page 40: Juknis Pantai Berpasir

31

Cemara dari Cangkok

Cemara dari Biji

Cemara setelah Prunning

Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning (dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi).

Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi

wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal dari

manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi Demplot

dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang peringatan dan tanda

batas pinggir lokasi (Gambar 9).

Page 41: Juknis Pantai Berpasir

32

Papan lokasi Demplot

Papan Sekretariat

Papan batas pinggir

Peringatan di pantai

Papan depan wisata

Batas lokasi

Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata

Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut

dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi

tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar

10). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil

dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena

tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun

(penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan

keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm.

Page 42: Juknis Pantai Berpasir

33

Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011

dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009

b. Tanaman Tahunan

Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di

Kebumen dapat dimanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada

perakaran untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai

berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung,

Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara

laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal,

Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 11).

Page 43: Juknis Pantai Berpasir

34

Pandan berduri

Akasia

Widuri

Cemara laut

Rumput berduri

Jarak pagar

Kebun campuran

Kelapa

Gamal

Bekol

Buah Naga

Jambu mete

Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru

c. Tanaman Semusim

Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir

antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data

pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007

menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang

Page 44: Juknis Pantai Berpasir

35

menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29

ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe

tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan

Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga

fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp

2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan

harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan

harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg.

Gambar 12 dibawah ini merupakan demplot pengembangan

tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu

masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada

masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir.

Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah

banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan

antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.

Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :

Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura)

Page 45: Juknis Pantai Berpasir

36

Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS

Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot

tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula

marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar.

Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola

lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan

komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling

favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 13).

Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut :

Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.

d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan

Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman

pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 14). Tanaman ini

menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang cenderung kering dan

Page 46: Juknis Pantai Berpasir

37

menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir yang kering dengan

struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman

bawah, disamping itu juga adanya seresah daun-daun dan ranting yang

berguguran. Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran

sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun

kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa.

Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur

tanah dan menjaga kelembaban tanah.

Page 47: Juknis Pantai Berpasir

38

Rumput Merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hackn

Ipomea pescaprea

Pandan berduri Pandanus tectorius

Buah Pandanus tectorius

Pongamia pinnata

Rumput Gulung

Rumput Teki

Saccharum spontaneum

Page 48: Juknis Pantai Berpasir

39

Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L)

Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.)

Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don)

Tapak liman (Elephanthopus scaber L)

Widuri

Tanaman Widuri

Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir

Page 49: Juknis Pantai Berpasir

40

D. Pemeliharaan Tanaman Semusim

a. Pemupukan

1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau

awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur

dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah

bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea =

100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg.

2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK

200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan

disebar merata dalam tanah.

3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200

kg/ha diberikan 25 HST.

b. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu

penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani)

Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap

dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu

tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar

tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar.

c. Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman)

1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk

pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan

GOAL 2E sebanyak 1½ tutup untuk 1 tangki air.

2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15

hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari),

dengan :

(a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)

(b) Larvin = 1 sendok

(c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)

Page 50: Juknis Pantai Berpasir

41

(d) Barer = 10 cc (1 tutup)

3. Umur 25 sampai 45 hari (Gambar 15)

(a) N-Balancer = 10 cc

(b) Manzate 200 = 1 sendok makan

(c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup

(d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur,

dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter).

Page 51: Juknis Pantai Berpasir

42

Racun sayur daun

Danvil 50SC

Goal 2E

Puanmor

Balancer

Larvin

DuPont Manzate 200

Borer

Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman)

Page 52: Juknis Pantai Berpasir

43

E. Pemanenan Hasil

Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk

penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan

modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180

juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m

dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20

g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta.

Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga

kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak

kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin

langka (Gambar 16). Sebelumnya pupuk kandang berlimpah dan harga

sangat murah, namun akhir-akhir ini kondisinya berbalik yaitu harga

pupuk kandang cukup mahal yang sebelumnya hanya membayar upah

para pengangkut saja, sedangkan sekarang ini harga pupuk kandang per

colt pick-up Rp 150.000,-

Page 53: Juknis Pantai Berpasir

44

Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan

Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan

Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat

untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan

dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat

dengan pantai < 0,5 km, yang sebelumnya mereka menjauh dari garis

pantai yaitu > 1 km (Gambar 17). Beberapa rumah sudah dibangun dekat

dengan pantai, sehingga potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa

dimungkinkan didirikan tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti

yang telah dikembangkan di Pantai Glagah, karena selama ini rumah-

rumah penduduk di Petanahan sudah sering disewakan untuk pedagang

musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan

Tahun Baru).

Page 54: Juknis Pantai Berpasir

45

Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai

Page 55: Juknis Pantai Berpasir

46

IV. MONITORING

A. Pengamatan Tanah

Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol

atau Entisols yang kurang subur. Ketidak suburan lahan tersebut dicirikan

oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang

menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur hara NPK di pantai

berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara lainnya kecuali Na

(Natrium) karena banyak mengandung garam-garaman NaCl (Gambar

18). Kondisi yang paling baik pada lahan bepasir yang sudah ada

tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan dari petani

dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk an-organik

(NPK).

Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu pH 6-7, dan pH

terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia

NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim

karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam

keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai

selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan

pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di pantai

selatan disebabkan oleh adanya pegunungan kapur sepanjang pantai yang

dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman, sehingga intrusi air

dari laut ke daratan telah menjadi tawar.

Page 56: Juknis Pantai Berpasir

47

Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara

Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan.

Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan

yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah

tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 19).

Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir

Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen

Page 57: Juknis Pantai Berpasir

48

B. Pengamatan Iklim

Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering

karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang

rendah (Gambar 20). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir

menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air,

sehingga menjadi kering dan mudah terbakar.

Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang

panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan

Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai

berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain (Gambar

21) : penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan

kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat yang

bahannya dari besi karena akan mudah rusak (karatan dan keropos).

Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap (penjerap

erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer (kecepatan

& arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik erosi, batas

Page 58: Juknis Pantai Berpasir

49

tepi lokasi, Hand Phone dan Tustel. Disarankan untuk alat-alat yang

bahan dasarnya dominan dari logam agar hati-hati penggunaannya di

pantai seperti HP (Hand Phone), Tustel/Kamera, Handycam, dll. Untuk

mencegah kerusakan akibat uap garam-garman sebaiknya dibungkus

dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat

halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan

menyebabkan karatan sehingga beberapa onderdil di dalam yang berasal

dari logam jadi macet/rusak.

Pengamatan Cemara laut

Lahan Pasir bermasalah

Anemometer

Stik erosi dari Pralon

Evaporimeter

Pembuatan stik erosi

Suhu Tanah 30,90,150cm

Ombrometer

Diameter pohon

Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin.

Page 59: Juknis Pantai Berpasir

50

a. Kelembaban Ruang dan Udara

Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang

hari di pantai Petanahan, Desa Karanggadung (Gambar 22). Kelembaban

ruang terendah bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang

tertinggi pada bulan Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada

bulan Desember di pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang

hari (60%).

Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa

Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen

Kelembaban udara di pagi hari 76% lebih tinggi dibandingan pada

siang yang hanya 72%, sedangkan untuk kelembaban ruang tidak

berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai 74% (pagi). Kisaran

kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara dari 60-75%.

Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan pada siang hari,

sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari disamping juga

lebih panas.

Page 60: Juknis Pantai Berpasir

51

b. Suhu Ruang dan Udara

Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari,

yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman (Gambar 23). Pada pagi hari, suhu ruang terendah

25 oC (Januari) sampai tertinggi 30 oC (April). Suhu udara pada pagi hari

terendah 23 oC (November dan Desember) dan tertinggi 26 oC (Maret dan

Januari).

Kaitan suhu (temperatur) udara dengan pengunjung wisata,

dimana setelah jam 09.00 pagi temperatur sudah mulai panas maka

pengunjung datang pada pagi hari sebelum jam tersebut. Jika tidak pagi

hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam 15.00 karena

suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 oC

sampai 27 oC (November dan Desember), sedangkan suhu udara dari 24

oC (November dan Desember) sampai 28 oC (Maret).

Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013

Page 61: Juknis Pantai Berpasir

52

c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit

Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 oC -34 oC dan suhu

terpanas pada kedalaman solum tanah 30-90 cm karena pada kedalaman

tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi

(Gambar 24). Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air

hujan maka harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya

dari inti bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah

terendah pada top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka

suhu tanah akan menurun.

Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit

(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen.

Page 62: Juknis Pantai Berpasir

53

Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi 34oC untuk

kedalaman regolit 90-150 cm dari permukaan tanah (Gambar 19).

Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah

lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga

disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara 30-50 cm agar

suhu tanah diperoleh paling rendah.

d. Curah Hujan

Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah

hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah selama

6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (Gambar 25).

Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah

dan Minimum

Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari

tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 26. Curah hujan tertinggi

terjadi pada tahun 2010 dan saat itu sempat menimbulkan tsunami kecil

dan meluapnya air laut ke daratan sehingga merusak pepohonan dan

Page 63: Juknis Pantai Berpasir

54

beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada saat tsunami datang

ditandai dengan permukaan air laut yang surut secara mendadak sehingga

dasar lautan nampak sampai sepanjang sekitar 200 m, dan selanjutnya air

naik mendadak dengan cepat melebihi batas tinggi permukaan. Pada

tahun 2013 relatif hujan sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan

kering yaitu bulan Juli-September (Gambar 26).

Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013

Total hujan tahun 2013 sebanyak 2489,4 mm, puncak tertinggi

pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli,

Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365

hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun.

Page 64: Juknis Pantai Berpasir

55

Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada

tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang

relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi.

Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan total

hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup tinggi

268 hari (Gambar 27).

Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan ,

Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 – 2013

e.Evaporasi

Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang

hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari

(06.00-12.00), sedangkan pengamatan malam hari sebagai hasil

penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.00–18.00). Oleh karena

itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih tinggi dari

pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga yang dekat pantai lebih

tinggi penguapannya dibandingkan yang jauh dari pantai, karena

Page 65: Juknis Pantai Berpasir

56

kecepatan angin menambah tingginya penguapan disamping panas

matahari (Gambar 28).

Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari

Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan)

Page 66: Juknis Pantai Berpasir

57

C. Pengamatan Erosi

a. Erosi angin

Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat

dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh

dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT),

diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau

pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masing-

masing dipasang 5 alat penangkap disebelah paling atas (PA), atas (A),

tengah (T), bawah (PB), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 29.

Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk

Instalasi Air Sumur Renteng

Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh

dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah pada

jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 gram

(lihat Gambar 30).

Page 67: Juknis Pantai Berpasir

58

Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006

Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya

menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang

jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g (Gambar 31).

Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006

Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti

bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin

dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena

angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu

lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi

Page 68: Juknis Pantai Berpasir

59

pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian

barat (Gambar 32).

Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006

Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan

membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai

Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan

tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa

daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada

daerah lembah akan semakin berkurang.

Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari

pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan

orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk

melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi

penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya

mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-).

Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik,

ke empat jalur tersebut adalah (Gambar 33) :

1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut.

2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara.

3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir.

4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim.

Page 69: Juknis Pantai Berpasir

60

Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di

Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013

Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan

tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan

pasir (Gambar 34 dan 35). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk

setiap stik diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S),

Timur (T), dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari

keempat penjuru tersebut.

Page 70: Juknis Pantai Berpasir

61

Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari

Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013

Page 71: Juknis Pantai Berpasir

62

Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013

b. Kecepatan angin

Kecepatan angin siang hari (>5 km/jam) lebih cepat dibandingkan

malam hari (< 1 km/jam), dan pada malam hari sering 0 km/jam karena

saat itu berhembus angin dari daratan ke lautan, pada siang hari angin

berhembus dari lautan (Gambar 36). Dengan bantuan ombak kecepatan

angin di siang hari meningkat sampai 20 km/jam.

Page 72: Juknis Pantai Berpasir

63

Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen

Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau

kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data

pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali

mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau

kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak

karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman. Kecepatan angin

tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni pada siang hari (7

m/det), lihat Gambar 37.

Page 73: Juknis Pantai Berpasir

64

Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,

Petanahan, Kebumen Tahun 2013.

Data arah angin dapat dilihat pada Gambar 38, yang

menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu Utara (360), Timur Laut

(TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180), Barat Daya (BD), Barat

(270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu diwaspadai berasal dari

Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak dan sering terjadi

tsunami atau air pasang.

Page 74: Juknis Pantai Berpasir

65

Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen.

Page 75: Juknis Pantai Berpasir

66

V.EVALUASI

A. Tingkat Prosentase Tumbuh

Pengembangan cemara laut disampaikan pada saat pertemuan

Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke rumah petani

mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara

vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara

generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah

berumur lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kaut dan tahan terhadap

iklim yang ekstrim di pantai, dan dari perkembangan biji dari cangkang

yang berwarna hijau, kuning dan coklat dipilih biji yang masih berwarna

kuning. Semakin tua umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan

semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang

mengarah keatas (autotorof).

Perkembangan Cemara laut Cangkok, Biji, dan setelah diprunning,

dapat dilihat pada Gambar 39. Pada upaya pengelolaan lahan marjinal

seperti pantai berpasir untuk pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya

menggunakan bibit cemara laut yang berasal dari biji karena memiliki akar

tunggang yang kuat dan berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daun-

daun cemara laut yang berguguran tidak diambil untuk bahan bakar

pembuatan gula kelapa, tetapi dibarkan tetap disitu agar terbentuk humus

untuk menjaga kelembaban dan bahan organik.

Page 76: Juknis Pantai Berpasir

67

Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan

dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013.

Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual

dapat dilihat pada Gamabr 10 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan

pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi sat ini tahun 2013. Dalam

rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda

dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman (Gambar

40). Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari 74,3% menjadi

65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei 2013) menjadi

11,8 cm (November 2013).

Page 77: Juknis Pantai Berpasir

68

Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh

Tahun 2013

B. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan

Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering

karena evapotranspirasi dan ketersediaan air tanah yang rendah (Gambar

41). Namun beberapa tanaman dekat lokasi BPTKPDAS ada tanaman

cemara laut yang mati akibat busuk akar akibat pupuk kandang yang

diberikan belum sampai pada kematangan dekomposisi yang sempurna

sudah dijadikan press-block dan dipergunakan untuk media tanam.

Page 78: Juknis Pantai Berpasir

69

Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim

Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar

D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani

Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali

kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran cukup

tinggi, namun setelah ada persoalan intern kelompok tani dan waktu jeda

yang berkaitan dengan keproyekan maka tingkat kehadiran rendah. Hal

ini disebabkan belum ada kegiatan pada lahan pantai pasir. Tingkat

kehadiran anggota kelompok tani cukup rendah sekitar 30—40% dari

jumlah anggota kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah.

Sosialisasi dan pengalaman petani yang telah berusahatani di pantai pasir

pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain. Apalagi

terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TP DAS

IBB. Hal tersebut mendorong Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk

bergabung dengan Kelompok Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan

tersebut, tingkat kehadiran anggota kelompok tani meningkat menjadi

70—80% per pertemuan. Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok

makin meningkat. Kelompok tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan

baru bagi kegiatan rehabilitasi lahan pantai. Apalagi dengan

mengintegrasikan tanaman tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata,

wisata pantai, dan ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan

Page 79: Juknis Pantai Berpasir

70

pendapatan maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Adanya ternak selain akan meningkatkan pendapatan juga

menyediakan bahan untuk rehabilitasi lahan pantai melalui kotorannya.

Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah partisipasi

yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan rehabilitasi

lahan pantai dilakukan dengan system upahan, pada saat ini setelah

pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan system

insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil diberikan

anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk setiap pekerjaan

yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak diupah lagi tetapi

menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok tani bersedia

menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di upah. Kelompok

tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi manfaat ekonomi

bagi mereka. Untuk itu perlu dikembangkan system dana bergulir untuk

pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai berpasir.

Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, rata-

rata per orang 10-15 kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap

manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam)

dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam). Deresan pagi dan sore

dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama

setengah jam dengan setengah batok kelapa. Perolehan hasil deresan

rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,- dan harga di pasar

Rp.5.000,-, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30 hari x

5 kg x Rp.3.500,- = Rp. 525.000,-. Kualitas kelapa deres lebih baik pada

musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas menurun

pada musim kemarau yaitu hany 2-3 kg/hari sedangkan musim penghujan

3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik oranglain

dengan sistem maro, dan milik wisata dengan cara minta ijin dengan

Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp 1500,-. Sehingga untuk

Page 80: Juknis Pantai Berpasir

71

20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa sebanyak 20 pohon x Rp

1.500,- = Rp. 30.000,-.

Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang

berasal dari asli kelapa saja, putih untuk campuran pasir gula, dan basah

untuk kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum‘at ada yasinan dari

rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir 20-30 orang

mulai jam 08.30 sampai 11.00 WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi. Khusus

malam jum‘at kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar kota yang

datang ke tempat wisata (Punden/Makam) dengan membayar secara

sukarela, dengan juru kunci Pak Manten Abdur Rachman.

E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai

Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim

mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung

wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun semakin

meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan anak

sekolah (Gambar 42).

Page 81: Juknis Pantai Berpasir

72

Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan

Wisata Semakin Sejuk dan Indah

Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana

jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari

tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata

Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 359.075.125,-

dengan kenaikan 56,7% (Gambar 43). Puncak kunjungan selalu pada saat

lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan

September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai

merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan

saja.

Page 82: Juknis Pantai Berpasir

73

Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa

Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013

Jumlah pengunjung wisata tidak selalu selaras dengan

pendapatan obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis

maka hanya terkena satu parkiran kendaraan saja, sedangkan jika mereka

Page 83: Juknis Pantai Berpasir

74

naik motor maka akan meningkatkan total pendapatan wisata (Gambar

44).

Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung

2011-2013

Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain

dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan

yang berlaku :

Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan

Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana

yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata

Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama ini

dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai.

Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai

berpasir.

Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada.

Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam

pengembangan lahan pantai berpasir.

Page 84: Juknis Pantai Berpasir

75

Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi

persoalan yang timbul kedepan.

Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai

berpasir.

G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin

Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan

nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga

kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada

hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah.

Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana

jadi sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari

tahun ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata

Rp.155,365,000 dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500

dengan kenaikan 63,7% (Gambar 45). Puncak kunjungan selalu pada saat

lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru

2011. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang

sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja.

4054

1,511

11590

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

Bulan Pengamatan Tahun 2011

Pen

gu

nju

ng

(Jiw

a)

&

Park

ir(R

p.1

000,-

)

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Pem

asu

kan

Wis

ata

(R

p.1

000,-

)

Pengunjung

Parkir

Pemasukan

Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September 2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,-

Page 85: Juknis Pantai Berpasir

76

Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lahan pantai berpasir

antara lain juga diamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat, yaitu :

Investasi awal pengembangan lahan pantai berpasir, jaringan irigasi

sumur renteng, pembangunan tanggul angin permanen dan

sementara, pembangunan site budidaya pertanian dan buah-buahan.

Input output usahatani (tenaga kerja, bibit, pupuk, racun hama

penyakit, output usahatani pokok dan sampingan) dalam volume dan

harganya.

Kondisi ekonomi masyarakat pantai dan kondisi ekonomi rumah

tangga petani pelaksana plot pengembangan.

Pemanfaatan lahan pantai selama ini.

Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan

pantai berpasir untuk usaha tani.

Minat masyarakat terhadap jenis-jenis tanaman budidaya yang akan

ditanam dan potensi pasar bagi jenis-jenis tanaman budidaya

tersebut.

H. Tingkat Adopsi Masyarakat

Dari tanaman semusim yang pernah diperkenalkan BPTKPDAS

berdampak dalam bentuk pengembangan tanaman semusim (hortikultura)

telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir (Gambar 46).

Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak

produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan

dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada

tanah mineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous

sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi

baik, disamping itu tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan

hama penyakit/gulma, dan mudah dalam pengolahan lahannya karena

tanahnya ringan.

Page 86: Juknis Pantai Berpasir

77

Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara

Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah

Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,

Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat

dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok harus sering

dilakukan (Gambar 47). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan

dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di

lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrut orang di lokasi

yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat lapangan.

Page 87: Juknis Pantai Berpasir

78

Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan

Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka

Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir

secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari

yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rendang pada

saat ini (2013). Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan

adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai

(Gambar 48).

Dampak kegiatan penanaman cemara laut dari BPTKPDAS juga

telah dikembangkan oleh UGM dengan tanaman yang sama beserta para

mahasiswanya yang sedang KKN dimulai tahun 2007. Selanjutnya pada

tahun 2011 Hutan Cemara laut milik UGM diresmikan oelh Menteri

Kehutanan dengan nama WANAGAMA III, yang terletak sebelah barat

lokasi demplot milik BPTKPDAS Solo (Gambar 49).

Page 88: Juknis Pantai Berpasir

79

Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah Penghijauan dengan Cemara Laut

Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen.

Page 89: Juknis Pantai Berpasir

80

Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan

BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman

semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir

(Gambar 49).

Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermaslaah atau tidak

produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan

dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada

tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous

sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi

baik, tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama

penyakit/gulma,

Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara

Menengok di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas

Penjelasan Kepala Desa kepada Bapak dan Ibu Guru SD

Silaturahmi ke rumah-rumah warga

Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya

Page 90: Juknis Pantai Berpasir

81

Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,

Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat

dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok haru sering

dilakukan (Gambar 51). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan

dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di

lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrurt orang di lokasi

yang berpendidikan minimal SLTP.

Kerjasama dengan anggota Kelompok Tani

Pertemuan Kelompok Tani di Balai Desa

Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh

Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa

Page 91: Juknis Pantai Berpasir

82

VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN

A. Pemeliharaan Plot Penelitian

a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS, yang

mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut sejak

tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak dari

kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas Kehutanan

di Kebumen bekerja sama dengan UGM dengan anggaran dari

BPDAS SOP Jogyakarta, untuk pengembangan Cemara laut

sepanjang pantai selatan dari Samas sampai Cilacap.

b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS yang

dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo untuk

lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar masyarakat bisa

tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu oleh pengunjung

dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat.

c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai

sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anak-

anak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir

dari tempat lain sebagai ajang studi banding.

d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang

pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke kantor

BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan tentang

tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman Cemara laut di

sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas Kehutanan Cilacap

dan Dinas Kehutanan Kebumen.

e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata Pantai

Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan nyaman

dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai sekarang

jumlah pengunjung selalu meningkat dan berdampak pada

Page 92: Juknis Pantai Berpasir

83

pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa Karanggadung, Kec.

Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat.

f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena

produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang

sebelumnya merupakan lahan marjinal/gersang dan iklim yang

ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang

menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering.

g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat,

yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak

kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m

kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir

pantai atau garis pantai tertinggi.

h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan adanya tanaman

penghalang seperti Cemara laut maka jika ada tsunami atau air

pasang dari lautan yang sangat tinggi maka benda-benda atau

kotoran dari laut tidak segera menghantam rumah-rumah yang bisa

menyebabkan roboh dan korban jiwa yang banyak.

i. Mencegah abrasi dengan adanya tanaman Cemara laut sehingga

garis pantai tidak mudah berkurang karena adanya ombak lautan

selatan yang sangat besar.

j. Kesejahteraan masyarakat meningkat dengan peningkatan

pengunjung dengan pelayanan menyewakan tikar, warung, parkir,

Musholla, sewa rumah dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).

k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa

dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif

dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai

Karanggadung, Kec Petanahan.

Page 93: Juknis Pantai Berpasir

84

l. Masyarakat yang banyak dilibatkan merasa bersyukur dan senang

karena ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan yang

tidak produktif/bermaslah/marjinal dan ternyata setelah dikelola

dengan penambahan pupuk kandang, ameliorat dan adanya

tanggul angin dari Cemara laut maka lahan pantai akan bisa

menghasilkan tiga kali lipat dari tanah mineral biasa, selama

ketersediaan air untuk tanaman tercukupi dengan penyiraman

setiap hari dilakukan pagi dan sore.

m. Untuk anak-anak sekolah dapat dimanfaatkan belajar di alam atau

sebagai laboratorium lapangan, dengan belajar langsung di

lapangan maka pengenalan tanaman dari cara menanam sampai

pada proses pertumbuhan dapat dilihat secara langsung. Antusias

dari para pelajar SD (Sekolah Dasar) baik dari murid-murid maupun

guru dan Kepala sekolah sangat tinggi.

A. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman

Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai

Karanggadung, Petanahan dapat dibandingkan kondisi pada saat sebelum

ada cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai

SEBELUM SESUDAH

a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai Desa tidak perduli dengan keberadaan pantai yang gersang, termasuk juga dari Polsek tidak peduli dengan keamanan di laut bagi para pengunjung wisata.

b. Masyarakat kurang tertarik dengan lahan pantai yang

a. Aparat dan instansi terkait dari Pemda lewat Dinas Kehutanan Kebumen bekerja sama dengan BPDAS SOP dan UGM mengembangkan Cemara laut, dan Polsek menempatkan aparatnya untuk pengamanan pantai dan pesisir pantai

b. Masyarakat mulai berebut lahan untuk mengkapling lahan pantai

Page 94: Juknis Pantai Berpasir

85

gersang, sehingga waktu diminta untuk mengelola lahan tidak ada yang mau walaupun diberi lahan secara gratis

c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir yang suka mabuk dan menjadi preman dengan meminta uang keamanan bagi para pengunjung dan meminta hasil pertanian sangat mengganggu perkembangan ekonomi dan pertanian di pantai, karena pendatang takut

d. Kelompok Tani yang dulunya hanya jadi-jadian atau nama saja sehingga setiap ada bantuan dari Pemerintah seperti sapi dan perahu nelayan maka selalu cepat diambil dan dijual kembali untuk dijadikan uang dan segera dapat dimanfaatkan atau dipakai untuk mabuk dan judi

e. Obyek Wisata hanya untuk kunjungan nyepi karena ada Punden PANDAN KUNING bagi pengalap berkah dan untuk perbuatan mesum, sehingga semakin menambah gelap suasana pantai dan seram serta menakutkan di malam hari

f. Pengelolaan lahan Pantai Berpasir tidak ada yang berminat dan tidak mau karena tahu bahwa lahan pantai yang gersang dan panas tidak bisa menghasilkan apapun. Seandainya diolah pun akan membutuhkan input yang sangat besar dan hasilnya tidak seberapa, karena kondisi iklim yang ekstrim, unsur hara yang rendah, tanah yang miskin, dan adanya uap garam-garaman

walau diminta untuk sewa tahunan pada kantor wisata, dan wisata mulai memetakan persil magersari bagi pengelola lahan

c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir berangsur-angsur berkurang, dan sebagian sudah mau bercocok tanam seperti Iping dan Alm.Dirun sebagai Kepala Keamanan desa, sehingga tidak ada yang suka memalak atau mengganggu hasil pertanian pada saat panen

d. Kelompok Tani sudah mantap karena ada pendampingan dengan pertemuan setiap awal bulan malam kamis sehingga bantuan terus mengalir seperti sapi kepada KTT Bhakti Usaha dan perahu nelayan, karena kebiasaan buruk masyarakat sudah berkurang banyak

e. Obyek Wisata menjadi bersih, nyaman, sejuk dan pengunjung semakin banyak berdatangan, sehingga dengan perlahan-lahan kegiatan yang mengarah negatif semakin berkurang atau hampir menghilang dan jadi segar menyenangkan

f. Pengelolaan Lahan Pantai Berpasir dari perpakiran, penempatan warung, sampai pada pengelolaan lahan semakin bergairah dan bersaing dengan para pendatang dari luar, sehingga di musim liburan rumah-rumah penduduk laku disewakan untuk menginap para pengunjung atau pedagang musiman dari tempat lain untuk beradu meraup keuntungan besar-besaran.

Page 95: Juknis Pantai Berpasir

86

g. Rumah penduduk yang paling dekat sekitar 2 km dari garis pantai untuk berjaga-jaga kalau air pasang (tsunami) dan mencegah angin kencang yang mengandung uap garam-garaman yang akan merusak perabot atau barang-barang yang dari logam karena mudah karatan atau keropos/hancur

h. Para pengunjung atau pedagang musiman jika mau menginap menggunakan rumah-rumah penduduk yang boleh disewa atau ditempati sementara selama liburan hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal serta Tahun Baru).

g. Rumah penduduk mulai tahun 2010 sudah mulai banyak yang didirikan dengan jarak kurang dari 1 km dari pantai walaupun belum permanen (dari bambu dan papan). Tapi mulai tahun ini sudah mulai membangun rumah permanen dari tembok, sehingga akan meningkatkan harga tanah di sekitar pantai (pesisir)

h. Dalam waktu dekat kalau pengunjung atau pedagang musiman akan menginap bisa di Losmen atau Home Stay yang mulai akan didirikan seperti yang sudah banyak penginapan di pantai Glagah.

C. Matinya Cemara Laut Di Pantai

a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat

1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani

maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut

merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan

manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut.

2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau Kelompok

Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat kepedulian

masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat.

3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat

terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marjinal jika

dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan faktor

penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat ditanam

dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral biasa.

Page 96: Juknis Pantai Berpasir

87

b. Kurangnya perawatan cemara laut

1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan

secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan

masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek

masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja.

2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain

untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk kandang

yang sudah matang dengan tingkat C/N < 1/3.(mineralisasi)

3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi

untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi

akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan.

c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai

1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garam-

garaman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman

muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38 oC

menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah.

2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak

maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali.

d. Tidak memperhatikan bulan penanaman

1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September

dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling

tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 oC.

2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan termasuk

rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang stress

mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang ekstrim, tetapi

setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3 bulan.

Page 97: Juknis Pantai Berpasir

88

e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard

1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang

berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan umur

bibit 6 bulan sampai satu tahun.

2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan

dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat

membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit

tidak patah akarnya.

3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah

tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik.

4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada

disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah dibawah

perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman gamal.

f. Cara penanaman yang tidak tepat

1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang

cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan

menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat

terpaan angin laut.

2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik

untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap

mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur

hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi

sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran

3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah mengandung

penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar, seperti terjadi

pada pupuk kandang yang dibuat press block yang belum

mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk kandang

yang belum matang sebagai media yang baik untuk pertumbuhan

jamur yang akan merusak akar tanaman.

Page 98: Juknis Pantai Berpasir

89

Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan pupuk kandang yang belum matang

Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen.

Page 99: Juknis Pantai Berpasir

90

Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll

Page 100: Juknis Pantai Berpasir

91

VII. PENUTUP

Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara

lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 oC sampai 28 oC, dan

kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga

lingkungan wisata akan semakin nyaman dan sejuk. Dengan

meningkatnya kenyamanan wisata berdampak pada peningkatan

pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun

2010 sampai 2013. Disamping itu yang dulu kunjungan wisata

terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal

dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata pada

bulan-bulan lainnya.

Dengan adanya tanggul angin cemara laut dengan melibatkan

masyarakat dan anggota Kelompok Tani Pasir Makmur maka cemara laut

dapat terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar pesisir pantai ikut menjaga

dan mengawasi, serta mengamankan karena merasa memiliki Cemara

laut. Manfaat yang dapat dipetik dengan adanya cemara laut maka lahan

dibelakang dapat dibudidayakan untuk tanaman semusim atau tanaman

hortikultura dan hasilnya jauh lebih baik dari tanah mineral biasa karena

sedikit hama dan aerasi yang lebih baik. Dengan adanya cemara laut

maka iklim mikro semakin baik yaitu angin berkurang, uap garam-

garaman terhalang, suhu rendah, tempat rindang sehingga nyaman untuk

berteduh bagi para pengunjung wisata. Peningkatan kenyaman dan

keindahan lingkungan berdampak pada peningkatan pengunjung wisata.

Peningkatan pengunjung wisata dan ditambah dengan produktivitas lahan

yang membaik tentunya akan meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani Desa Karanggadung.

Dengan semakin rapatnya wind break dari cemara laut

berdampak pada tanaman di belakangnya tidak terganggu oleh adanya

erosi angin, uap garam-garaman, dan uap air yang tinggi, sebaliknya

Page 101: Juknis Pantai Berpasir

92

lahan berubah menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan

suhu menurun serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang

diperoleh dari petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan

berpasir dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas

tanaman yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah

yang mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand).

Kegiatan Pemeliharaan Plot-plot penelitian sangat penting sebagai

show windows dan sekaligus sebagai laboratorium lapangan, hal tersebut

karena penelitian yang berkaitan dengan tanaman keras dibutuhkan waktu

yang lama (>20 tahun). Disamping dapat dipakai sebagai ruang pamer

untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan

Balitbanghut dan dilaksanakan oleh BPTKPDAS Solo kepada instansi lain.

Plot penelitian tersebut dapat dipakai sebagai laboratorium pada para

Pelajar atau Mahasiswa dan sebagai tempat studi banding bagi para

petani yang ada di daerah pesisir dan yang sbelumnya kurang yakin

bahwa lahan marjinal seperti pantai berpasir dapat dibudidayakan untuk

tanaman hortikultura dan hasilnya bisa lebih baik dibandingkan tanah

mineral biasa.

Sebaiknya untuk plot-plot penelitian dapat diperluas pada daerah

lain yang tersebar terutama pada lahan-lahan yang sebelumnya

bermasalah, misalnya tanah masam gambut (Histosols), tanah tandus dan

berbatu (Entisols), tanah bekas letusan gunung berapi (Andisols), tanah

bekas tambang (kapur, feldspar, emas, batu bara), dll.

Pada pantai berlumpur biasa dikembangkan tanaman Mangrove

maka untuk pantai berpasir disarankan untuk dikembangkan tanaman

Cemara laut. Untuk sosialisasi teknik penanaman cemara laut di pantai

berpasir maka perlu dibuat Buku Pedoman Teknis Penanaman Cemara

Laut di Pantai Berpasir yang berjudul ―PENGELOLAAN LAHAN

BERMASALAH PANTAI BERPASIR DENGAN CEMARA‖.

Page 102: Juknis Pantai Berpasir

93

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. & S. Purwanti. 2002. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil

Beberapa Varietas Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai. Agrivet. 6(2):107-118.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah

dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Balai Penelitian Tanah (BPT).2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Edisi 1. BalaiPenelitian Tanah, BadanLitbangPertanian, DepartemenPertanian.

Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta.

Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong. 2009. Long-term manure and fertilizer effects on soil organic matter fractions and microbes under a wheat–maize cropping system in northern china. Geoderma 149: 318 -324.

Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo, 2007. Laporan Hasil Proyek (LHP) ‖Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir‖. DepHut, Balitbanghut, BPK Solo.

Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun 2208. Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA). Bogor.

Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Nugroho, A.W dan Sumardi. 2010. Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan Cemara Udang (Casuarina Equisetifolia Linn.) pada Gumuk Pasir Pantai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII No.4: 381-397, 2010

Page 103: Juknis Pantai Berpasir

94

Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E. 2007. Tekhnis Perbanyakan Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.

Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif

Organik, Pupuk Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap Tanaman Bawang Merah di Wilayah Pesisir Pantai Selatan DIY. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.

Sukresno, 1998. Laporan ―Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan

Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan DIY. Dephut, Balitbanghut, BTPDAS. Solo.

Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000. Pengembangan Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya Tanaman Semusim di Pantai Selatan Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi UGM. Yogyakarta.

Sulastri, F. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan Mulsa Jerami terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di Kawasan Pantai Pandansari Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan.