judul: ibm kelompok tani lontar di desa …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/proposal... · gambar...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
JUDUL: IbM KELOMPOK TANI LONTAR
DI DESA TIANYAR KECAMATAN KUBU
Oleh: I Made Suarsana, S.Pd. M.Si., 0017028301 Ketua
I Nyoman Sukarta, S.Pd. M.Si., 0006027609 Anggota I Nyoman Rediasa, S.Sn.,M.Si., 0027047907 Anggota
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA/FMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Nopember, 2014
ii
iii
RINGKASAN
Kecamatan Kubu merupakan sentra lontar di Kabupaten Karangasem, bahkan di Bali. Lebih dari 90% kebun lontar Bali ada di Kecamatan Kubu. Produk lontar yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah nira, daun dan buahnya. Per hektar idealnya lahan ditanami 277 pohon. Produktivitas nira lontar per pohon dengan 5 mayang bisa mencapai 6,7 liter perhari. Pemanenan daun tidak akan mempengaruhi produksi nira bila dipanen tidak lebih dari 1 pelepah per bulan. Demikian besar potensi pertanian lontar tetapi belum dikelola petani dengan optimal. Hasil analisis situasi menunjukkan 1) produktivitas pertanian lontar masih sangat rendah yang disebabkan minimnya lontar yang tumbuh di lahan mereka, lontar tumbuh secara alami tanpa ada upaya budidaya, 2) keterampilan pengolahan produk lontar masih kurang beragam, produk olahan petani yang bernilai ekonomi tinggi hanya berupa gula padat (gule ental) atau gula cair (juruh), 3) pemasaran produk lontar dan olahannya masih dilakukan kepada tengkulak dikarenakan para petani sudah terikat hutang. Beberapa terobosan yang dibutuhkan petani lontar di Desa Tianyar guna mengoptimalkan potensi lontar pada lahannya adalah 1) revitalisasi lontar melalui pembenihan, pembibitan dan penanaman lontar serta pemanenan efektif. Petani diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya lontar sehingga mampu mengelola lahan secara efektif dan berkelanjutan. 2) diversifikasi produk olahan lontar. Petani dilatih dan disiapkan untuk mampu memproduksi minuman probiotik berbahan nira serta membuat anyaman lidi (inka) yang diminati pasar. Untuk realisasi terobosan tersebut, a) revitalisasi dilakukan dengan pembibitan seribu kitrik lontar, penanaman bibit lontar, petani langsung dilatih dan didampingi dalam pembenihan, pembibitan penanaman dan pemeliharaan lontar. b) diversifikasi dilakukan dengan pemberian alat dan sampel bahan untuk produksi minuman probiotik serta anyaman inka seperti panci pastereusasi, inkubator, kompor dan stater bakteri. Para petani dilatih dan didampingi langsung memproduksi minuman probiotik dan inka. Hasil pelaksanaan P2M 1) telah mampu membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya lontar mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta pemanenan yang efektif, 2) Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman probiotik, 3) telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan membuat anyaman lidi lontar berupa inka serta 4) telah memiliki pengetahuan tentang prosedur pendirian koperasi sebagai langkah inisiasi pembentukan koperasi tani lontar.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “IbM Kelompok
Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamatan Kubu” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Pada kesempatan yang berbahagian ini izinkan kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai
program ini untuk dibiayai, Kelompok Tani Lontar dan Kelompok Wanita yang telah menjadi
mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, Bapak Kelian Banjar Dinas Darma
Winangun, Pihak Kedesaan Tianyar, yang telah memberikan izin dan dukungan terhadap
pelaksanaan kegiatan ini. Dan semua pihak yang telah membatu pelaksanaan program ini.
Adapun laporan ini sangatlah jauh dari kesempurnaaan secara tata penulisan yang
kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan
program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Tani Lontar, besar harapan kami adanya
saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini demi perbaikan di kegiatan-
kegiatan sejenis lebih lanjut. Terima kasih.
Tim IbM
v
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. ii
RINGKASAN……………………………………………………………… iii
PRAKATA ………………………………………………………………... iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… Vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… Vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi…………………………………………………. 1- 5
1.2. Permasalahan Mitra…………………………………………....... 5 - 6
BAB II TARGET LUARAN……………………………………………… 7
BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………………. 8 - 9
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kinerja LPM Undiksha Satu Tahun Terakhir……………… 10
4.2. Jenis Kepakaran dalam Pemecahan Masalah Mitra beserta
Pakarnya Masing-masing……………………………………
11
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan …………………………………. 12 - 21
5.2 Pembahasan ..….................................................................... 22 - 23
BAB VI PENUTUP
6. 1. Simpulan ……………………………. …………………….. 24
6. 2. Saran ………………….. ………. …………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Potensi Lontar pada Kelompok Mitra ………………………… 2
Tabel 2. Rekapitulasi Banyak serta Pembiayaan Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat LPM Undiksha Tahun 2012 ………………
10
Tabel 3. Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan beserta Pakarnya Masing-
Masing …………………………………………………………..
11
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 5.1. Bakal Benih serta Bibit Lontar Siap Tanam ………………... 13
Gambar 5.2. Penyerahan Bibit Siap Tanam dan Simulasi Penanaman
Lontar ………………………………………………………..
14
Gambar 5.3. Bahan, Alat dan Contoh Desain untuk Produksi Anyaman
Lidi Lontar …………………………………………………..
15
Gambar 5.4. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Anyaman Hari I ……….. 16
Gambar 5.5. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Anyaman Hari II …….. 18
Gambar 5.6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik ….. 21
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01. Budidaya tanaman Lontar Lampiran 02. Pembuatan Minuman Probiotik Berbahan Nira Lampiran 03. Hasil Anyaman Lidi Lontar
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Bali kini memiliki kebun pohon lontar seluas 2.043 hektar dan sekitar
1.861 hektar berada pada daerah kritis Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten
Karangasem, pohon lontar sebagian besar ( sekitar 1.665 hektar) tumbuh di
wilayah Kecamatan Kubu ( Kompas, 2009). Kecamatan Kubu terdiri dari 9 buah
desa dengan kondisi topografis yang hampir sama yaitu lahan kering, berpasir dan
berbatu akibat tertutupi muntahan material vulkanik Gunung Agung tahun 1963
silam. Salah satu desa di Kecamatan ini dengan potensi tanaman lontarnya adalah
Desa Tianyar.
Di Desa Tianyar, keberadaan tanaman lontar hampir dapat ditemui pada
setiap lahan yang dimiliki petani. Luas areal perkebunan lontar di Desa Tianyar
adalah 219 hektar dengan produktivitas 253 kg/ha/tahun (Nuroniah dkk, 2010).
Penduduk Desa Tianyar sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan. Hasil utama pertaniannya adalah jagung, palawija, singkong, mangga
dan lontar.
Lontar merupakan vegetasi alami yang telah ada seiring dengan eksistensi
masyarakat Tianyar. Dengan kondisi lahan pertanian yang kering, lontar benar-
benar menjadi tumpuan hidup mereka. Pada musim penghujan, memang petani
bisa bercocok tanam palawija dan ketela pohon namun di musim kemarau itu
tidak mungkin dilakukan. Hasil panen dari bercocok tanam ini tentunya tidak
mampu mencukupi kebutuhan pangan sepanjang tahun. Satu-satunya harapan para
petani untuk menggantungkan hidupnya adalah hasil panen dari pohon lontar.
Nira sering disebut sebagai pohon kehidupan sebab hamper semua bagian dari
lontar memiliki nilai ekonomi tinggi baik nira, daun dan lidinya buah dan juga
batangnya.
Meskipun lontar memiliki beragam potensi yang sedemikian besar, hal
tersebut tidak serta merta membuat masyarakat tertarik untuk
membudidayakannya. Khusus di Desa Tianyar Kecamatan Kubu, keberadaan
2
tanaman ini perlu mendapat perhatian khusus. Terjadi konversi lahan lontar yang
cukup luas akibat dialihfungsikan sebagai lahan tambang batu dan pasir (Galian
Golongan C). Di samping itu terjadi pula pergeseran nilai-nilai sosial terutama di
kalangan anak-anak muda. Generasi muda di Tianyar mulai enggan memanjat
pohon lontar karena pekerjaan tersebut harus berkotor-kotor sehingga dianggap
tidak memiliki gengsi. Para pemuda lebih memilih merantau ke kota. Pekerjaan
menyadap nira saat ini hanya dilakukan oleh generasi tua yang berusia di atas 40
tahun, padahal dahulu hampir seluruh penduduk Tianyar mampu dan mau
memanjat karena kebanyakan hidup mereka ditopang oleh hasil pohon lontar.
Akibatnya banyak pohon lontar produktif yang ditebangi, sedangkan tanaman
mudanya tidak terpelihara dan bahkan cenderung dimatikan oleh masyarakat
setempat. Keadaan ini mengakibatkan jumlah populasinya turun drastis.
Berdasarkan penelurusan yang dilakukan Madya (2008) di Kantor Kecamatan
Kubu, diperoleh data luas wilayah Kecamatan Kubu sebesar 23.477 hektar.
Namun berdasarkan data Statistik TanamanPerkebunan Rakyat UPP-PPITP
Kecamatan Kubu 2009 total luas areal perkebunan lontar di Kecamatan Kubu
berkurang menjadi 1.494 hektar. Bila hal ini dibiarkan niscaya dalam beberapa
tahun ke depan akan terjadi pelangkaan lontar.
Kelompok tani yang hingga saat ini masih aktif menghasilkan produk
pertanian lontar adalah Kelompok Tani Amerta Sari Winangun dan Kelompok
Tani Ternak Kelapa Udhyana Santana. Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketua kelompok masing-masing diperoleh data berikut.
Tabel 1. Potensi Lontar pada Kelompok Tani Amerta Sari Winangun &
Kelompok Tani Ternak Kelapa Udhyana Santana
No Kelompok Tani Luas Lahan (Hektar)
Banyak Pohon
Pohon Jantan
Pohon Betina
1 Amerta Sari Winangun 5 85 55 30 2 Kelapa Udhyana
Santana 6,5 110 75 35
Pohon lontar terdiri dari dua jenis kelamin yaitu kelamin jantan dan kelamin
betina. Perbedaanya adalah kalau yang betina dapat menghasilkan buah untuk
dikembangbiakan sebagai regenerasi, sedangkan yang jantan tidak dapat
menghasilkan buah.
3
Ditinjau dari aspek produksi dan manajemen hasil pertanian lontar pada
kedua kelompok didapat fakta sebagai berikut.
1. Hasil utama pertanian lontar adalah nira. Nira umumnya disadap dari pohon
lontar jantan. Nira yang dihasilkan mereka olah menjadi gula padat (gule
ental) atau gula cair (juruh). Penyadapan nira dilakukan oleh kaum pria
dengan kemampuan 20 sampai dengan 25 pohon sehari dengan pemanenan
per pohon sehari dilakukan dua kali pagi dan sore. Rata-rata produksi per
pohon perhari sekitar 1,5 – 3 liter. Penyadapan dilakukan pada musim
kemarau mulai dari bulan April dan puncaknya pada bulan September-
Oktober. Pengolahannya menjadi gule ental atau juruh dilakukan oleh kaum
ibu-ibu. Proses pengolahan cukup lama bisa mencapai 3 jam dan
menghabiskan kayu bakar yang tidak sedikit.
Rata-rata 10 liter nira akan menghasilkan 1,5 liter juruh atau 1,5 kg gule
padat. Menurut Fox (1996) sebatang pohon lontar dengan 5 mayang dapat
menghasilkan nira 6,7 liter per hari sedangkan pohon dengan 1 mayang dapat
menghasilkan nira 2,25 liter per hari. Dengan asumsi seorang petani mampu
menyadap 20 pohon perhari dan pohon lontar memiliki 5 mayang maka
produksi nira perhari mencapai 134 liter atau setara 20 liter juruh (20 kg gule
ental). Potensi yang sungguh besar. Namun pada kedua kelompok tani yang
ada masing-masing kepala keluarga belum mampu berproduksi secara optimal
karena kepemilikan pohon lontar jantan di areal mereka masih kurang dari 20
pohon. Padahal menurut Nuroniah dkk (2010) per hektarnya jumlah pohon
yang dapat ditanam adalah sejumlah 277 pohon. Dan berdasarkan data luas
lahan total yang dimiliki kedua kelompok adalah 11,5 hektar ( ada 195 pohon
di atasnya) maka produktivitas nira akan dapat dioptimalkan dengan
menambah jumlah pohon seluruhnya menjadi 3.185 pohon. Namun
permasalahannya mereka tidak memiliki pengetahuan tentang pembibitan dan
penanaman pohon lontar. Pohon yang ada di lahan tumbuh secara alami dan
merupakan warisan dari generasi sebelumnya. Beberapa petani terkadang
mencoba menanam lontar dengan memindahkan biji yang telah tumbuh ke
lokasi yang diinginkan, tetapi kelanjutan hidup tanaman tersebut sangatlah
sulit. Menurut Budiharta (2006) bibit lontar memang amat sensitif karena
4
memindahkan pada saat telah menjadi semai (tanaman muda) sangatlah sulit
dan rawan mati.
2. Selain nira, produk pohon lontar lainnya yang telah dimanfaatkan petani
adalah daun. Permintaan akan daun lontar saat ini cukup tinggi. Daun lontar
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan berbagai alat upacara dan
benda-benda seni seperti tas, topi, tikar, sandal dan berbagai cindera mata
lainnya. Pada kedua kelompok tani ini, terutama pada pohon jantan yang
memproduksi nira, pemanenan daun jarang dilakukan. Mereka khawatir
pemanenan daun akan mempengaruhi produksi nira. Padahal kekhawatiran
mereka tidak sepenuhnya benar bila pemanenan dilakukan dengan cara dan
waktu yang tepat. Agar tetap produktif pemanenan daun dapat dilakukan 1
pelepah per pohon per bulan. Dengan kepemilikan pohon yang hanya 195
pohon, pada kedua kelompok ini seandainya dipanen perbulannya mereka
menghasilkan 195 pelepah sedangkan lahan yang ada ditanami 277 pohon per
hektarnya maka produksi daun bisa mencapai 3.185 pelepah. Bila satu pelepah
dihargai Rp 10.000 – Rp 15.000 maka pendapatan perbulan dari daun bisa
mencapai Rp 31.850.000 – Rp 47.775.000. Potensi yang sangat besar namun
belum tersentuh.
3. Produk pohon lontar lain yang bernilai ekonomis adalah buah lontar. Buah
lontar muda dapat langsung dimakan, teksturnya seperti jeli dengan rasa
cairan seperti air kelapa. Buah hanya dihasilkan oleh pohon betina. Karena
rasanya yang manis dan kenyal, permintaan akan buah ini cukup tinggi.
Namun pada kedua kelompok tani ini, nilai ekonomis buah lontar tidak
dimanfaatkan. Selama ini buah lontar hanya digunakan sebagai pakan sapi.
Umumnya satu buah lontar berisi 3 biji. Di pasar perbijinya buah lontar
harganya bisa mencapai Rp 500.
4. Pemasaran produk gula aren oleh para petani biasanya dijual ke para
pengepul. Para petani biasanya bon barang kebutuhan sehari-hari di pengepul
dengan syarat para petani harus menjual gula yang dihasilkan pada mereka.
Sedangkan daun lontar biasanya dijual di pohon kepada tengkulak dengan
harga 5-7 ribu rupiah. Padahal harga di pasaran adalah 10 – 15 ribu rupiah.
5
Daun biasanya dikirim ke daerah sentra kerajinan yaitu ke Klungkung dan
Gianyar.
Demikian besar potensi yang dimiliki pohon lontar namun belum
sepenuhnya diketahui dan dikelola petani secara optimal. Permasalahan utama
yang dihadapi petani saat ini adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan
oleh masih kurangnya jumlah pohon di lahan yang mereka miliki. Para petani
belum menyadari potensi besar yang dimiliki pertanian lontar karena selama ini
mereka mengelola lontar apa adanya sebagaimana yang dilakukan oleh generasi
sebelumnya. Hal yang sangat disayangkan pula adalah mulai bergesernya nilai-
nilai sosial terutama di kalangan anak-anak muda. Generasi muda di sana mulai
enggan memanjat pohon lontar karena pekerjaan tersebut harus berkotor-kotor
sehingga dianggap tidak memiliki gengsi. Para pemuda lebih memilih merantau
ke kota meskipun pekerjaan yang dijalani umumnya adalah buruh kasar.
Pekerjaan menyadap nira saat ini hanya dilakukan oleh generasi tua yang berusia
di atas 40 tahun, padahal dahulu hampir seluruh penduduk Tianyar mampu dan
mau memanjat karena kebanyakan hidup mereka ditopang oleh hasil pohon lontar.
1.2. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi yang penulis lakukan maka dapat dirumuskan
permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra adalah sebagai berikut.
1. Rendahnya kuantitas produk tanaman lontar yang disebabkan jumlah tanaman
lontar belum memadai. Pohon lontar yang ada sebagian besar merupakan
warisan dari generasi sebelumnya atau pohon yang tumbuh secara liar. Belum
ada usaha sadar dari petani untuk menambah jumlah pohon baru. Hal ini
disebabkan oleh belum dimilikinya pengetahuan tentang pembibitan dan pola
efektif penanaman lontar.
2. Pengetahuan dan Keterampilan pengolahan hasil pertanian lontar masih sangat
minim. Ada 4 keterampilan yang merupakan kearifan lokal yang telah dimiliki
oleh petani lontar di Desa Tianyar yaitu keterampilan membuat nira,
keterampilan mengolah nira menjadi gula, tuak dan arak, keterampilan
menganyam daun lontar menjadi tikar, tamas, dan perlengkapan upacara
lainnya, serta keterampilan membuat anyaman lidi lontar menjadi inka.
Besarnya biaya produksi pembuatan gula aren seringkali membuat para petani
6
memilih untuk mengolah nira menjadi tuak dan arak. Oleh karenanya para
petani perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan pengolahan nira selain
gula aren, tuak dan arak, misalnya salah satunya adalah pembuatan minuman
probiotik. Lidi lontar juga sangat potensial untuk diolah menjadi anyaman
yang bernilai ekonomi tinggi namun tentunya anyaman dengan sentuhan
inovasi dan kreasi pada bentuk dan desainnya.
3. Manajemen/pengelolaan lontar yang belum optimal. Dengan lahan yang
beserta pohon lontar yang dimiliki serta sumber tenaga yang ada seharusnya
seharusnya pertanian lontar memiliki prospek yang cerah. Lahan per
hektarnya bisa ditanami sekitar 277 lontar, dengan kemampuan panjat
perorang per hari adalah 20 pohon maka pertaniaan ini dapat mempekerjakan
sekitar 13 orang perhektarnya. Sungguh industri yang padat karya bila bisa
dikelola ke arah tersebut. Berkaitan dengan aspek pemasaran produk pertanian
juga masih tradisional dan cenderung melemahkan posisi petani. Hasil
produksi gula dan daun lontar dijual kepada para pengepul dengan harga yang
ditentukan oleh pengepul. Permainan harga yang dilakukan pengepul
seringkali merugikan petani, dan petani juga tidak berdaya dibuatnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil diskusi pengusul dengan kedua kelompok
mitra maka disepakati prioritas persoalan yang diselesaikan beserta solusinya
sebagai berikut.
1. Peningkatan jumlah tanaman lontar per hektarnya menjadi 277 pohon. Untuk
itu diperlukan pengadaan jumlah minimal sejumlah 3 ribu kitri. Dengan
asumsi harga bibit Rp 15.000 per kitri (sudah termasuk ongkos kirim) maka
dengan keterbatasan yang ada maka solusi yang disepakati adalah dari
kebutuhan bibit hanya 500 kitri yang dibeli sisanya diproduksi sendiri oleh
petani melalui pelatihan dan pendampingan. Para petani juga akan dilatih dan
didampingi dalam penanaman, pemeliharaan dan pola pemanenan efektif.
2. Peningkatan keterampilan pengolahan hasil pertanian lontar misalnya
mengolah nira menjadi minuman probiotik dan dan lidi lontar menjadi
anyaman yang bernilai ekonomi.
7
BAB 2 TARGET LUARAN
Luaran yang ingin dicapai melalui program IBM ini adalah sebagai
berikut.
1. Kedua kelompok mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
budidaya tanaman lontar. Sebagai kriterianya adalah 85 % dari anggota
kelompok petani lontar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dalam pembibitan, cara penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon
lontar.
2. Adanya kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan
dalam mengolah nira menjadi minuman Probiotik (yogurt) dengan target
produksi 10 liter perorang perhari.
3. Adanya kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan membuat
kerajinan anyaman lidi lontar dengan kemampuan produksi minimal 5
anyaman perorang per hari.
4. Terbentuknya koperasi petani lontar yang mampu memfasilitasi para petani
dalam pemasaran produk dan peminjaman modal usaha.
8
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program IbM ini dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan
kelompok petani secara ekonomis. Solusi yang ditawarkan adalah revitalisasi
pertanian lontar dan pengembangan usaha produk olahan lontar. Adapun metode
pelaksanaan program yang akan dilakukan adalah :
1. Penyuluhan tentang budidaya lontar dan manajemen pertanian lontar
Para petani lontar diberikan wawasan berikut.
a. Pengenalan Jenis Lontar yang meliputi jenis-jenis tanaman lontar,
deskripsi botani serta sebaran dan potensi alami.
b. Pengetahuan tentang budidaya lontar yang meliputi persyaratan tumbuh,
pembenihan dan pembibitan, dan penanaman dan pemeliharaan.
c. Pengetahuan tentang pemanenan efektif baik pemanenan nira maupun
pemanenan daun.
d. Pengetahuan tentang manajemen pertanian lontar berupa optimalisasi
potensi lahan, sumber tenaga dan peningkatan nilai ekonomis produk
olahan lontar.
Wawasan ini penting bagi petani sehingga mereka bisa memperlakukan lahan
dan tanaman lontarnya secara efektif dalam rangka meningkatkan
produktivitas pertanian.
2. Pelatihan dan pendampingan pembenihan dan pembibitan tanaman
lontar
Setelah para petani diberi wawasan tentang teknik pembibitan lontar,
selanjutnya para petani dilatih langsung untuk praktek pembenihan dan
pembibitan lontar. Para petani dilatih dan didampingi dalam kegiatan berikut.
1. Penyeleksian buah sebagai benih yang unggul
2. Pembibitan dengan menggunakan kantung plastik dan tanpa kantong
plastik.
Uraian tentang teknik pembibitan lontar secara rinci dapat dibaca pada
lampiran 01
9
3. Pelatihan Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Lontar
Penanaman efektif di sini adalah penanaman lontar setelah factor
teknis dan agroklimat tanaman diperhatikan dengan tepat dan sesuai. Ditinjau
dari factor teknis, penanaman yang efektif harus memperhatikan lahannya
(lahan kering, gambut, berbatu, atau lahan miring), agar hasil yang diharapkan
bisa optimal. Pemeliharaan tanaman lontar pasca tanam juga sangat penting
untuk diperhatikan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Penjelasan teknik penanaman dan pemeliharaan lontar dapat dibaca pada
lampiran 01.
4. Pelatihan Produksi Minuman Probiotik Berbahan Baku Nira
Nira lontar untuk minuman fermentasi belum dimanfaatkan sama
sekali, padahal minuman fermentasi sangat baik untuk kesehatan.
Pengubahan nira menjadi minuman probiotik yang bermutu, melibatkan peran
teknologi. Teknologi di sini adalah teknologi fermentasi dan teknologi
mikrobiologi. Sebagaimana yang telah dikembangkan dari penelitian Natsir
dkk, 2006. Lampiran 2.
5. Pelatihan Produksi Kerajinan Anyaman Lidi Lontar
Kerajinan lidi merupakan salah satu dari beribu hasil karya seni olah
tangan manusia. Dengan satu bahan dasar berupa lidi yang telah diolah
terlebih dahulu dengan kreatifitas sehingga terciptalah barang kerajinan lidi
yang bermanfaat. Hasil-hasil kerajinan akan dilatihkan berupa perabot rumah
tangga dan hiasan-hiasan rumah lainnya yaitu piring, mangkuk, keranjang-
buah, tempat lampu hias, dan lain-lain. Beberapa bentuk dan desain anyaman
yang akan dilatihkan dapat dilihat pada lampiran 03.
6. Pembentukan koperasi tani lontar
Sebagai tujuan awal dibentuknya koperasi adalah untuk memfasilitasi petani
dalam pemasaran produk pertanin maupun produk olahan yang dihasilkan
serta permasalahan modal usaha. Oleh karenanya setelah koperasi terbentuk,
bersama pengurus akan mengadakan survey pasar ke pabrik kecap, toko
penjual makanan dan minuman, sentra penjualan kerajinan tangan.
10
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kinerja Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Satu Tahun
Terakhir.
Kinerja Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik dalam
dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM
Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari aktivitas pusat-pusat layanan yang ada di LPM yang secara intensif melayani
kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, baik itu (1)
pusat layanan pendidikan masyarakat, (2) pusat layanan pengembangan
SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan penerapan ipteks,
maupun (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis. Pada tahun 2012,
LPM Undiksha telah melaksanakan pengabdian sebanyak 51 kegiatan baik pada
skim PM-PMP, KKN-PPM, IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link, maupun DIPA dengan
sumber dana utama dari DP2M Dikti dan DIPA Undiksha serta dana pendamping
dari Pemkab. Total dana pelaksanaan untuk kegitan pengabdian tahun 2012
adalah sebesar Rp 2.744.600.000,-. Adapun rincian kegiatan pengabdian
masyarakat tahun 2012 pada masing-masing skim dapat diuraikan sebagai
berikut.
Tabel 2. Rekapitulasi Banyak serta Pembiayaan Kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat LPM Undiksha Tahun 2012
No Skim Pengabdian Banyak Kegiatan Total Dana (Rp)
1 PM-PMP 5 420 juta
2 KKN-PPM 1 65 juta
3 IbW 4 900 juta
4 IbM 12 510 juta
5 IbIKK 4 584,6 juta
6 Hi-Link 1 140 juta
7 DIPA 24 120 juta
Jumlah 51 2.744,6 juta
11
4.2. Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan dalam Pemecahan Masalah Mitra
Beserta Pakarnya Masing-Masing
Kebutuhan jenis kepakaran serta pakarnya masing-masing diuraikan
sebagai berikut.
Tabel 3. Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan beserta Pakarnya Masing-Masing
N
o
Jenis
Kepakaran
Pakar Keterangan
1. Budidaya lontar Tim pengabdian Tim pengabdian akan dipersiapkan
untuk mahir dalam budidaya lontar
dengan mengikuti pelatihan dari
petugas penyuluh pertanian yang
berkompeten
2. Pembuatan
Minuman
Probiotik
I Nyoman
Sukarta, S.Pd.
M.Si.
Memiliki keahlian dalam bidang
analisis kimia. Selain menguasai
cara pembuatan minuman
Probiotik berbahan nira dan juga
memiliki keahlian berkaitan
dengan pengawetan produk
anyaman agar tahan lama.
3. Desain Anyaman I Nyoman Rediasa, S.Sn. M.Si.
Ahli dalam membuat desain dan motif anyaman yang diminati pasar.
12
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “IbM Kelompok
Tani Lontar” pada Kelompok Tani Amerta sari Winangun dan Kelompok Tani
ternak Kelapa Udhyana Santana menyasar para 22 orang petani yang terdiri dari
12 petani laki-laki dan 10 orang petani perempuan. Petani laki-laki dilibatkan
dalam revitalisasi lontar melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam
budidaya tanaman lontar serta pemanenan yang efektif sedangkan ibu-ibu
dilibatkan dalam diversifikasi produk olahan lontar berupa produksi anyaman
Inka dan minuman probiotik berbahan nira. Program telah terlaksana yaitu berupa
1) Pengadaan Bibit lontar siap tanam , 2) Penyuluhan, pelatihan dan
Pendampingan Budidaya dan Pemanenan Lontar, 3) Pelatihan produksi kerajinan
anyaman lidi lontar (Inka), 4) pemberian bahan dan alat produksi anyaman serta
5) pelatihan pembuatan minuman probiotik berbahan nira.
Hasil pelaksanaan masing-masing sub kegiatan dapat dipaparkan sebagai berikut.
5.1.1. Penyuluhan, Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Lontar dan
Pemanenan Efektif (5 & 6 Juli 2014)
Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok mitra
yaitu belum dimilikinya pengetahuan tentang pembibitan dan pola efektif
penanaman dan pemanenan lontar maka program P2M ini dilaksanakan dalam
bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa penyuluhan, pelatihan dan
pendampingan budidaya dan pemanenan Lontar. Harapannya kelompok mitra
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam pembibitan, cara
penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon lontar.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 5 dan
6 Juli 2014. Pada hari I dilakukan penyuluhan tentang budidaya dan manajemen
pertanian lontar oleh tim pengabdian melalui ceramah, simulasi dan pemberian
pamflet kepada para petani. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan
pendampingan pembenihan dan pembibitan lontar. Setelahnya petani diharapkan
melakukan pembibitan sendiri sesuai dengan kebutuhan bibit pada lahannya
13
dengan terlebih dahulu memberikan alat dan bahan pembibitan berupa polybag,
biji lontar, ember, bambu, centong dan sebagainya serta pamflet berupa panduan
pembenihan dan pembibitan tanaman lontar.
Gambar 5.1. Bakal Benih serta Bibit Lontar Siap Tanam
Pada hari II, para petani dilatih dan didampingi dalam penanaman dan
pemeliharaan lontar. Pada lahan sampel, para petani didampingi dalam melakukan
penanaman bibit lontar yang diberikan oleh tim pengabdian. Kegiatan penanaman
hanya berupa simulasi mengingat pada bulan Juli ini, di Desa Tianyar sedang
menghadapi musim kemarau. Secara jelas pada kegiatan penyuluhan telah
dipaparkan kepada mereka terkait penanaman dan pemeliharaan tanaman lontar.
Di samping juga kepada para petani telah diberikan pamflet yang berisikan
panduan penanaman dan pemeliharaan lontar.
14
Gambar 5.2. Penyerahan Bibit Siap Tanam dan Simulasi Penanaman Lontar
5.1.2. Pelatihan Produksi Kerajinan Anyaman Lidi Lontar (9 & 10 Juli
2014)
Sebagian kaum ibu pada kelompok mitra sebenarnya telah memiliki
keterampilan membuat anyaman lidi lontar yang dikenal sebagai inka namun
anyaman yang dibuat selama ini hanya dibuat untuk kebutuhan sendiri dengan
desain yang sederhana. Lidi lontar memang sangat potensial untuk diolah
menjadi anyaman yang bernilai ekonomi tinggi namun tentunya anyaman dengan
sentuhan inovasi dan kreasi pada bentuk dan desainnya. Oleh karenanya kegiatan
P2M dilakukan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa pelatihan
produksi anyaman inka dengan desain inovatif yang diminati pasar. Harapannya
kaum ibu di kelompok mitra bisa memproduksi anyaman lidi lontar yang
berkualitas dengan desain yang menarik dan laku di pasaran.
15
Gambar 5.3. Bahan, Alat dan Contoh Desain untuk Produksi Anyaman Lidi Lontar
Pelatihan dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 9 dan 10 Juli 2014.
Pada hari pertama, kepada para peserta dilatihkan keterampilan dasar menganyam
yaitu mulai dari 1)ngerot, menghaluskan lidi dengan cara meraut hingga mudah
dianyam, 2) ngetogang, memilah lidi berdasarkan panjangnya dengan cara
dipegang ujungnya kemudian dalam posisi tegak dihentakkan ke alas/lantai, 3)
Nyaak, membentuk pola bintang pada alas inka dan diikat dengan melingkatkan
lidi pada pola bintang yang terbentuk, 3)ngulat, menganyam untuk membentuk
pinggiran inka biasanya dengan pola biasa (1-3-2), oval (4-4-4) atau bokor (3-2-
2), 4) ngeret, merapatkan anyaman sehingga teratur dan rapi, 5) ngejitin, membuat
bibir pada alas inka.6) ngetep, memotong lidi untuk merapikan inka yang telah
terbentuk. Kemampuan awal peserta sangat bervariasi, dan di akhir pelatihan hari
pertama 8 dari 10 peserta telah mampu menghasilkan inka perdananya.
16
Pada hari kedua, kepada para peserta diberikan pemantapan keterampilan
dasar, kemudian kepada mereka dikenalkan beberapa desain baru yang bisa
mereka tiru nantinya. Selanjutnya kepada peserta dipaparkan peluang dan
manajemen produksi inka. Tim P2M juga menggali kendala kesulitan yang akan
17
dihadapi kelompok mitra ketika mereka membuat usaha anyaman lidi lontar. Dari
pertemuan di hari kedua ini terungkap beberapa permasalahan yang mungkin akan
mereka hadapi ketika mereka akan mulai berproduksi nantinya terutama dalam hal
pemasaran. Menurut Ni Nyoman Atini, salah satu peserta yang selama ini telah
berproduksi anyaman inka, terkait pemasaran bukan menjadi permasalahan,
karena pesanan inka yang beliau terima saat ini hampir tak pernah sepi. Beliau
sering mensuplai untuk daerah Gianyar dan Klungkung. Beliau juga menyanggupi
siap membantu memasarkan produk inka yang akan dihasilkan oleh peserta,
tentunya anyaman yang telah disortir sesuai dengan standar mutunya selama ini.
Menanggapi hal tersebut, akhirnya diputuskan dibentuk kelompok pengerajin inka
yang beranggotakan 10 orang peserta tersebut. Pogram terdekat, untuk mampu
menghasilkan anyaman dengan kalitas baik mereka akan lanjut berlatih dengan
dikomandani Ni Nyoman Atini. Kelompok yang terbentuk juga menyepakati
untuk terus mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya yang saat itu disepakati
setiap tanggal 25.
Kegiatan diakhiri dengan pemberian alat dan bahan produksi anyaman lidi
lontar dengan harapan program ini berlanjut sampai pada terbentuknya kelompok
pengerajin anyaman lidi lontar.
18
5.1.3. Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik Berbahan Nira
Hasil utama pertanian lontar adalah nira. Petani biasanya mengolah nira
menjadi gula merah, juruh (gula cair) atau tuak (sejenis minuman keras).
Pengolahan nira menjadi gula memakan waktu yang lama dengan konsumsi kayu
bakar yang tidak sedikit. Pengolahan 10 liter nira paling banyak mampu
menghasilkan 1,5 kg gula merah. Oleh karenanya kegiatan P2M dilakukan dalam
bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa pelatihan minuman probiotik
berbahan nira. Harapannya kaum ibu di kelompok mitra bisa menjadi kelompok
industri rumah tangga yang mampu memproduksi minuman probiotik berbahan
nira.
Pelatihan pembuatan minuman probiotik dilakukan pada tanggal 26 juli
2014. Pembuatan Minuman fermentasi nira Lontar ini menggunakan metode
yang dikembangkan dari penelitian Natsir dkk, 2006, yaitu volume nira lontar
dan susu skim dengan perbandingan 4:1 yang telah dipasteurisasi kemudian
ditambahkan biakan dengan perbandingan campuran nira dan susu skim
ditambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater, setelah campuran nira
lontar dan susu skim didinginkan hingga suhu 40˚C, kemudian diinkubasi pada
suhu 37˚C selama 18 jam hingga menjedal.
19
Setelah dipanen kemudian dilakukan pengemasan pada kondisi steril. Adapun
dokumentasi kegiatan adalah sebagai berikut.
a) Ketua Tim IbM mengantarkan kegiatan pelatihan kepada kelompok mitra
b) Kelompok mitra antusias menyimak pengarahan Ketua IbM
c) Anggota Tim IbM sekaligus sebagai d) Narasumber memotivasi para peserta
Nira & susu dicampur 4:1
Pasteurisasi 80oC, 30 menit
Pendinginan
Inokulasi : tambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater
Inkubasi 37oC, 18 menit
20
narasumber pelatihan pembuatan minuman probiotik berbahan nira
tentang keunggulan minuman probiotik berbahan nira dan keuntungan ekonomisnya.
e) Persiapan bahan berupa nira, susu, dan stater bakteri.
f) Proses pencampuran nira dan susu dengan perbandingan 4 : 1
g) Proses pasteurisasi dengan mendidihkan sambil di aduk-aduk secara merata selama 30 menit.
h) Menghentikan pemanasan. Selanjutnya campuran didinginkan hingga mencapai suhu kamar .
21
i) Proses inokulasi: penambahan 2,5% biakan bakteri ke campuran yang telah dingin.
j) Campuran yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi. Sambil menunggu proses, ditampilkan tayangan bagaimana kelanjutan dari proses tersebut.
Gambar 5.6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik
5.1.4. Pembentukan Koperasi Tani Lontar
Ide pembentukan koperasi tani lontar didasari permasalahan yang dihadapi
petani dalam pemasaran produk lontar dan kesulitan modal. Pemasaran gula
merah dan lontar selama ini dilakukan ke para pengepul dengan harga yang
ditentukan oleh pengepul. Tentu saja kondisi ini kurang menguntungkan bagi
petani karena seringkali para pengepul mempermainkan harga produk. Oleh
karenanya tim pengabdian mengadakan sosialisasi kepada kelompok mitra terkait
kemungkinan dibentuknya koperasi yang diharapkan mampu memfasilitasi
mereka dalam modal dan pemasaran hasil pertanian maupun produk olahan lontar.
Namun ide ini belum dapat terealisasi karena belum terkumpulnya modal awal
yang cukup untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh
koperasi yang akan terbentuk serta belum dimiliknya tenaga terampil yang
nantinya mampu untuk mengelola koperasi.
22
5.2 . PEMBAHASAN
Kegiatan IbM Kelompok Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamaatan Kubu
telah berlangsung dengan baik. Hal ini nampak dari telah tercapainya target luaran
yang diharapkan dari kegiatan ini.
Pertama, para petani telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup dalam pembibitan, cara penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon
lontar. Umpan balik dari petani diperoleh bahwa banyak pengetahuan baru yang
telah mereka peroleh terkait pertanian lontar. Mereka juga telah mampu membibit
lontar sendiri, serta tahu bagaimana cara menanamnya agar hasil pertanian lontar
lebih optimal. Hasil kegiatan ini juga telah mampu menyadarkan petani tentang
pola pemanenan (terutama daun) yang keliru yang berdampak pada penurunan
produktivitas lontar. Kendala kegiatan ini muncul pada saat pembibitan dan
penanaman. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan, daerah sasaran sedang
menhadapi musim kemarau. Benih-benih hasil pemilahan yang telah disemai
sedikit yang dapat tumbuh. Tindak lanjut permasalahan ini adalah berbekal
pengetahuan dan keterampilan serta alat dan bahan yang telah diberikan kepada
para petani, kelak pada musim yang tepat, mereka menerapkan teknik budidaya
lontar ini sehingga mampu menghasilkan bibit lontar unggul minimal untuk
ditanam pada lahan sendiri.
Kedua, telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan
kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman Probiotik
(yogurt) serta membuat kerajinan anyaman lidi lontar dengan desain yang inovatif
yang diminati pasar. Kaum perempuan dari petani lontar dikumpulkan untuk
dilatih dan didampingi dalam membuat anyaman lidi lontar dan minuman
probiotik berbahan nira. Kepada mereka juga diberikan alat dan bahan untuk
berproduksi. Berkaiatan dengan pembuuatan anyaman lidi lontar, sebenarnya
beberapa dari peserta telah memiliki keterampilan dasar menganyam sehingga
fokus kegiatan ini lebih diarahkan pada pengenalan desain anyaman baru yang
menarik dan diminati pasar. Untuk pembuatan minuman probiotik berbahan nira
merupakan pengetahuan baru bagi mereka. Mereka sangat penasaran dengan cara
pembuatan dan hasilnya. Karena proses pembuatannya sederhana, para peserta
23
tidak mengalami kesulitan berarti. Dengan demikian telah terjadi transfer ipteks
kepada kelompok mitra.
Ketiga, telah dilakukan inisiasi pembentukan koperasi tani lontar namun
belum sampai terealisasi pada terbentuknya koperasi. Dua kendala utama yang
dihadapi yaitu belum terkumpulnya modal awal yang cukup untuk mendukung
usaha yang dilaksanakan oleh koperasi serta belum tersedianya tenaga terampil
yang nantinya mampu untuk mengelola koperasi. Walaupun demikian, kami
optimis ke depan koperasi tani lontar akan terbentuk karena posisinya yang vital
dalam mendukung eksistensi pertanian lontar di Kubu, terlebih lagi perhatian
pemerintah terhadap perkoperasian di tanah air cukup tinggi.
Terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
ini, ada hal menarik yang kami dapatkan yaitu, kelompok mitra sangat antusias
dan respek dengan setiap kegiatan yang diselenggarakan. Mereka sangat
kooperatif dalam memfasilitasi setiap kegiatan yang dilakukan. Kehadiran dan
partisipasi mereka sangat tinggi. Hal ini menandakan bahwa kelompok mitra
menyamput positif kegiatan yang telah dilakukan.
24
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan program “IbM Kelompok
Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamatan Kubu” adalah sebagai berikut.
1. Kelompok mitra telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
budidaya lontar mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta
pemanenan yang efektif.
2. Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks
terapan dalam mengolah nira menjadi minuman probiotik
3. Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan
membuat anyaman lidi lontar berupa inka. Kelompok inijuga telah dibekali
manajemen usaha dan pemasaran.
4. Kelompok mitra telah memiliki pengetahuan tentang prosedur pendirian
koperasi sebagai langkah inisiasi terbentuknya koperasi tani lontar.
6. 2. Saran
Potensi besar yang dimiliki pertanian lontar di Desa Tianyar agar terus
digali dan dioptimalkan sehingga lontar menjadi komoditi unggulan di desa ini
yang bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Kepada kelompok
mitra diharapkan menindaklanjuti program rintisan ini yaitu program revitalisasi
lontar melalui pelatihan dan pendampingan budidaya lontar serta diversifikasi
produk olahan lontar sehingga ke depan pohon lontar di Desa Tianyar tetap lestari
dan lontar bisa menjadi penyokong perekonomian masyarakat.
Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Dinas Pertanian Kecamatan Kubu
diharapkan mulai menaruh perhatian besar terhadap eksistensi pertanian lontar
mengingat dari waktu ke waktu jumlah pohon lontar terus berkurang baik karena
penebangan maupun konversi lahan. Begitu pula Dinas Koperasi dan UKM agar
lebih proaktif merangsang kelompok-kelompok usaha untuk membentuk koperasi
mengingat keterujian koperasi yang telah mampu mensejahterakan anggotanya.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiharta, S. 2006. Menyadap Nira, Menenggak rupiah.
http://www.krpurwodadi.lipi.go.id. Diakses pada tanggal 15 April 2013.
2. Fox, J.J. 1996. Panen Lontar : Perubahan Ekologi dalam Kehidupan
Masyarakat Pulau Rote dan Sawu. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
3. Natsir, W.E. dkk. 2003. Susu fermentasi Lactobacillus casei subsp.casei R.35:
Pengaruhnya terhadap kadar kolesterol kelinci, Prosiding. Volume I.
Pertemuan Ilmiah Tahunan. 2003.
4. Madya, I W. 2003. Pemberdayaanmasyarakat Miskin Didaerahkering
Berbasis Kearifan Lokal Lontar.
5. Nuroniah, H.S dkk. 2010. Lontar sebagai Sumber Energi Bioetanol. Bogor :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan.
6. http://nasional.kompas.com/read/2009/04/19/10223023/ diakses pada tanggal 18 Pebruasi 2013.
26
LAMPIRAN 01 :
BUDIDAYA TANAMAN LONTAR I. PEMBENIHAN & PEMBIBITAN TANAMAN LONTAR
Pengelolaan perbenihan yang baik untuk mendapatkan benih yang
bermutu, diawali dengan mempertimbangkan sumber benih dimana benih
bermutu dikumpulkan untuk bahan pengembangbiakan dan perbanyakan tanaman.
a. Sumber Benih
Benih diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai secara fisik
(fenotipe) batang pohon besar dengan pelepah daun tegak, rimbun dan
memiliki jumlah malai pertandan yang banyak.
b. Pengumpulan Buah
Buah yang digunakan sebagai bahan pertanaman (benih) harus matang dan
sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna ungu kecoklatan. Selain
warna, buah tua dicirikan dengan adanya retak pada kulit buahnya.
c. Ekstrasi Buah
Buah lontar hasil pengumpulan tidak langsung diekstraksi tapi dibiarkan
hingga mengering dan membentuk serabut yang lama kelamaan akan
melapuk. Proses keringnya buah dan pelapukan membuthkan waktu yang
cukup lama yaitu antara 3 -4 bulan atau lebih.
Buah lontar matang untuk benih Buah lontar yang sudah mulai mengering
d. Perkecambahan
Benih disemaikan di bedeng persemaian dengan media campuran pasir dan
tanah (1:1) dengan cara membenamkan benih pada kedalaman 10cm. Benih
akan berkecambah 45-60 hari setelah tanam. Setelah muncul apokol,
kecambah disapih dan dipindahkan ke polybag ukuran diameter 25 cm yang
27
telah diisi ¾ bagiannya dengan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang
(1:2). Polybag diletakan di atas rak bamboo yang renggang dengan ketinggian
> 1 meter dari atas permukaan tanah untuk memberi ruang terhadap
pertumbuhan apokol dan akar primer. Kelembaban udara bedeng perlu dijaga
tetap tinggi karena pertumbuhan apokol dan perakaran di lapang memerlukan
kadar air tanah yang tinggi yaitu sekitar 30,6 -44,5%. Persentase kecambah
yang muncul dari benih dengan proses seperti ini yaitu sekitar 27,6% (Taulu
& Kaunang, 1992).
e. Pembibitan
Setelah kecambah tumbuh dalam polybag di bedeng semai, yang ditandai
dengan pemunculan akar primer yang panjang (bisa mencapai 1 meter), maka
daun payung pertama akan muncul yaitu kurang lebih setelah 9-12 bulan.
Setelah tanaman berumur 12 - 16 bulan dalam polybag,maka tanaman siap
untuk dipindah ke lapang. Media pembibitan yang digunakan adalah
campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 (v/v).
II. PENANAMAN & PEMELIHARAAN Bibit dari polybag ditanam dengan jarak 3 x 6 m. Lubang tanam dibuat dengan
ukuran 40 x 40 cm dan kedalaman >1 m, setelah sebelumnya diberi pupuk kandang. Pada
umur 4-6 tahun setelah penanaman biasanya tumbuh roset. Pertumbuhan batang sekitar
30 cm per tahun.
Apabila lahan untuk pertanaman sudah tersedia dan tanah sudah diolah, maka penanaman
lontar dapat langsung dilakukan di lapang tanpa melalui proses pembibitan. Benih yang
sudah berkecambah (tumbuh apokol) ditanam langsung ke dalam lubang tanam dengan
kedalaman 10-20 cm, kemudian permukaan tanah ditutup dan diberi ajir penanda.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, karena pertumbuhan awal
apokol memerlukan kelembaban tanah yang cukup tinggi (Rh±44%).
Tanaman hasil penanaman perlu dipelihara dengan memberi pupuk secara teratur
setiap 6 bulan sekali pada tahun pertama. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi
kompetisi hara dengan tanaman gulma, terutama ketika tanaman lontar masih kecil.
Pengendalian terhadap serangan penyakit perlu dilakukan dengan menyemprotkan larutan
fungisida untuk menekan serangan jamur. Sedangkan pengendalian terhadap serangan
hama terutama kumbang dapat dikurangi dengan menaburkan bubuk nematisida.
28
III. PEMANENAN
a. Pemanenan daun Pemangkasan pelepah secara berlebihan dapat memperpendek usia prouktif
lontar. Pemangkasan pelepah tidak akan mengganggu produksi nira lontar apabila
dilakukan secara bertahap. Produksi nira akan tetap baik apabila pada setiap pohon lontar
terdapat 40 pelepah daun segar. Pemangkasan pelepah tidak boleh lebih dari 12-14 batang
per tahun, atau hanya sekitar1batang pelepah per bulan.
b. Penyadapan Nira
Pohon lontar dapat disadap niranya sejak umur 10 tahun. Musim sadap
berlangsung dua kali dalam setahun yaitu musim timur (Maret sampai Juni) dan
musim fanduk (Agustus sampai November). Dalam memilih pohon yang akan
disadap, penyadap memilih pohon jantan yang mayangnya sudah berkembang
sepenuhnya, semua tunas-tunasnya yang bercabang sudah tumbuh, dan bunga-
bunga kecil mulai tumbuh satu per satu. Untuk pohon betina, harus dipilih
sebelum tumbuh buah pada mayangnya.
29
Lampiran 02:
PEMBUATAN MINUMAN PROBIOTIK BERBAHAN NIRA
Probiotik seperti lactobacillus sp.sangat baik tumbuh pada media yang
mengandung gula sederhana dam sedikit unsur nitrogen dan mengandung protein.
dan diketahui bahwa media nira aren cocok untuk dijadikan minuman probiotik
dengan total Bakteri Probiotik Optimum Tertinggi yaitu pada Nira Aren
dimana dihasilkan 45,35 x 1013 cfu/ml. Pembuatan Minuman fermentasi nira
Lontar menggunakan metode yang dikembangkan dari penelitian Natsir dkk,
2006, yaitu volume nira lontar dan susu skim dengan perbandingan 4:1 yang
telah dipasteurisasi kemudian ditambahkan biakan dengan perbandingan
campuran nira dan susu skim ditambahkan 2,5% biakan bakteri dalam
medium stater, setelah campuran nira lontar dan susu skim didinginkan hingga
suhu 40˚C, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 jam hingga
menjedal.
Setelah dipanen kemudian dilakukan pengemasan pada kondisi steril. Pengemasan
menggunakan botol-botol yang menarik.
Alat pasteurisasi dan inkubator yang akan digunakan dirancang sendiri. Prinsip
kerja alat pasteurisasi ini adalah mengaduk bahan secara merata disertai dengan
pemanasan dengan suhu terkontrol untuk mensterilkan produk dari bakteri
penyebab penyakit pada suhu yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak merusak
produk dan produk aman untuk dikonsumsi.
Nira & susu dicampur 4:1
Pasteurisasi 80oC, 30 menit
Pendinginan
Inokulasi : tambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater
Inkubasi 37oC, 18 menit
30
Sedangkan inkubator prinsif kerjanya adalah menjamin ruang dengan suhu
konstan sesuai kebutuhan. Pada inkubator proses fermentasi akan berlangsung.
Semakin tinggi suhu semakin aktif bakteri bekerja dan semakin cepat proses
fermentasi. Inkubator dibuat dengan kotak stryrofoam dipasangi lampu 5 watt
sesuai kebutuhan.
31
LAMPIRAN 03
CONTOH BEBERAPA PRODUK ANYAMN YANG TELAH DIHASILKAN