judul paperprisma.fp.ub.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/paper-ex... · 2018. 12. 4. · 1.1 latar...
TRANSCRIPT
JUDUL PAPER
Teknologi dan Rekayasa Budidaya Tanaman Dandelion dengan Karet Menggunakan
Prinsip Intercropping : Sebuah Upaya Peningkatan Produksi Getah Alam untuk
Mendukung Industri Karet di Indonesia
Diajukan untuk mengikuti
KOMPETISI PAPER NASIONAL
EXPLOSCIENCE 2017
BEM MIPA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dibimbing oleh:
Afifuddin Latif Adiredjo, SP.,M.Sc.,Ph.D
Diusulkan oleh :
Berliananda Maranditya 155040207111122/ 2015
Putri Nurul Aini 145040200111016/ 2015
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
HALAMAN ORISINALITAS
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. ii
HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 2
2.1 Budidaya Karet .......................................................................................................... 2
2.2 Potensi Dandelion ...................................................................................................... 2
2.3 Teknik Intercropping ................................................................................................. 3
BAB III. METODOLOGI PENULISAN .............................................................................. 4
3.1 Jenis Penulisan .......................................................................................................... 4
3.2 Teknik Penulisan ....................................................................................................... 4
3.3 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data ........................................................................ 4
3.4 Metode Analisis dan Sintesis .................................................................................... 4
BAB IV. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
4.1 Potensi Getah Dandelion dalam memproduksi getah alam ...................................... 4
4.2 Aplikasi Budidaya Intercropping Dandelion secara Polikultur dengan Pohon Karet
4.3 Desain Rekayasa Intercropping Dadelion dengan Pohon Karet dan Teknologi
budidaya ..................................................................................................................... 5
BAB V.KESIMPULAN ............................................................................................................ 8
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 8
5.2 Saran .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 11
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bunga dan akar Dandelion (Taraxacum officinale)........................................... 5
Gambar 2. Desain Rekayasa Intercropping Dandelion dan Pohon Karet .......................... 6
Gambar 3. Pertumbuhan benih dandelion yang disebar pada media tanah ......................... 7
vi
Teknologi dan Rekayasa Budidaya Tanaman Dandelion dengan Karet Menggunakan
Prinsip Intercropping : Sebuah Upaya Peningkatan Getah Alam untuk Mendukung
Industri Karet di Indonesia
Oleh: Berliananda Maranditya1, Putri Nurul Aini2
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang
Abstrak
Era millennium manusia tidak dapat hidup terlepas dari peralatan yang bersifat elastis. Terbukti
dengan meningkatnya kebutuhan akan karet pada bidang laboraturium, transportasi, peralatan
rumah tangga, hingga peralatan sekolah.Data Rubber Statistical Bulletin pada tahun 2017
menyatakan permintaaan karet didunia akan meningkat hingga 20 tahun kedepan, salah satunya
seperti dinegara Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Lebih dari setengah produksi karet yang
digunakan sekarang ini adalah sintetik, namun beberapa juta ton karet alami masih tetap produksi
setiap tahunnya dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri otomotif dan militer
karena bahan baku karet sintetis beracun (isosianat) dan bersifat karsinogenik. Karet adalah
polimer hidrokarbon yang terbentuk oleh emulsi kesusunan dikenal sebagai latex, diperoleh dari
getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet. Pohon jenis lainnya yang mengandung lateks adalah
Dandelion atau dikenal sebagai tanaman semak berumpun yang dapat tumbuh dimanapun.
Taraxacum officinale ini memiliki getah yang berkualitas dan dapat dijadikan sebagai bahan baku
karet dengan cara mengekstraknya. Disisi lain, produksi karet di Indonesia masih lebih rendah
dibandingkan negara Malasiya dan Singapura yang pada dasarnya lahan perkebunan negara
tersebut lebih kecil dari pada Indonesia, hal ini disebabkan cara budidaya yang kurang tepat. Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui cara budidaya polikultur dandelion yang bersifat
sustainable dengan pohon karet untuk meningkatkan produktifitas karet di Indonesia. Metode
penulisan ini mendeskripsikan secara kualitatif teknik budidaya dandelion. Oleh karena itu stategi
yang tepat agar produksi industri potensial ini dapat meningkat adalah dengan penerapan teknologi
budidaya polikultur Taraxacum officinale atau dandelion pada lahan perkebunan karet untuk
menciptakan sumber karet alam baru dan ekosistem yang mendukung bagi penyadapan pohon
karet.
Keyword : Latex, Karet, Polikultur, Taraxacum officinale,
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Situasi perkaretan dunia beberapa tahun terakhir mengalami kondisi yang sangat baik,
sehingga harga karet terus meningkat karena bertambahnya permintaan khususnya karet alam. Dari
data BPS (2011), tercatat bahwa sampai dengan tahun 2010 total ekspor produk yang mepunyai
Harmonize System (HS) 40 ini sebesar USD 9,373 milyar atau mempunyai kontribusi sebesar 5,94
persen dari total ekspor nasional. Dengan demikian besarnya ekspor komoditas tersebut hampir
tiga kali lipat bila dibandingkan tahun 2001 yang hanya sebesar 2,19 persen dengan nilai USD 1,2
milyar. Demikian juga bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya sebesar 4,22 persen atau
sebesar USD 4,9 milyar. Terkait kondisi harga karet dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi,
maka perluasan areal perkebunan karet Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan perlu
mendapatkan dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang
tinggi.Diperkirakan pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama karet dunia akan
tercapai dengan areal perkebunan karet Indonesia mencapai 4,5 juta ha dan mampu menghasilkan
3,3 juta ton.
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi produsen utama karet dunia
walaupun saat ini masih kedua setelah Thailand. Perkembangan cara penyajian karet alam ternyata
sangat menarik. Timbulnya industri karet dengan spesifikasi teknis merupakan perkembangan yang
sangat positif sebagai jawaban yang sangat nyata. Demikian pula adanya cara pengepakan yang
baik akan membuka era baru penyajian karet alam. Kondisi kemajuan seperti ini menyebabkan
para konsumen mulai berpaling lagi ke karet alam. Pembuatan karet secara kimia yang
menghasilkan karet tahan minyak pelumas. Penemuan karet termo-plastik yang berasal dari
campuran karet alam dan polipropilen.Perluasan penggunaan karet alam untuk pembuatan barang
bukan ban. Berdasarkan informasi tersebut, skenario moderat, Indonesia diperkirakan mempunyai
peluang untuk meningkatkan produksi yang sekaligus juga menambah volume ekspor. mencapai
2,2 % per tahun.
Perkembangan cara penyajian karet alam ternyata sangat menarik. Timbulnya industri karet
dengan spesifikasi teknis merupakan perkembangan yang sangat positif sebagai jawaban yang
sangat nyata. Dalam upaya memanfaatkan peluang tersebut, Indonesia masih menghadapi berbagai
masalah yang berkaitan dengan tidak stabilnya produktivitas Masalah utama yang menyebabkan
produktivitas karet tidak stabil adalah teknik budidaya karet yang tidak berkelanjutan. Perkebunan
karet rakyat biasanya dikelola dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai
kemampuan petani. Karet ditanam bersama dengan pohon-pohon lain seperti pohon buahbuahan
(contohnya durian, petai, jengkol, dan duku) maupun pohon penghasil kayu (contohnya meranti
dan tembesu) yang sengaja ditanam atau tumbuh sendiri secara alami. Sebaliknya, perkebunan
besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju dan intensif dalam bentuk perkebunan
monokultur, yaitu hanya tanaman karet saja, untuk memaksimalkan hasil kebun (Janudianto et,al,
2013).
Disisi lain terdapat tanaman yang berpotensi untuk menghasilkan getah alami yaitu
dandelion (Taraxacum officinale). Dandelion dapat tumbuh dengan mudah pada daerah tropis dan
2
dapat dibudidayakan bersamaan dengan pohon karet (Oscarsson, 2015). Oleh karena itu stategi
yang tepat agar produksi industri potensial ini dapat meningkat adalah dengan penerapan teknologi
budidaya polikultur Taraxacum officinale atau dandelion pada lahan perkebunan karet untuk
menciptakan sumber karet alam baru dan ekosistem yang mendukung bagi penyadapan pohon
karet.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi budidaya dandelion dengan pohon karet guna meningkatkan
produktivitas getah alam?
2. Bagaimana cara aplikasi teknologi dan rekayasa prinsip Intercropping tanaman dandelion
dengan pohon karet?
3. Tujuan
1. Memaksimalkan potensi dandelion dalam meningkatkan getah alami serta untuk
mempercepat waktu penyadapan pada pohon karet.
2. Aplikasi teknologi dan rekayasa prinsip Intercropping tanaman dandelion dengan pohon
karet
4. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai potensi intercropping Dandelion
guna meningkatkan produktivitas getah alami.
2. Menjadikan rekayasa budidaya intercropping sebagai salah satu pola tanam karet agar
tercipta ekosistem alami yang berlanjut bagi pertumbuhan pohon karet dan peningkatan
produksi getah alam.
3. Terciptanya teknologi dan rekayasa budidaya intercropping Dandelion dan pohon karet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Budidaya Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan
nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Saat ini karet yang digunakan pada industri
terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam adalah
memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang tinggi, plastisitas yang baik sehingga
pengolahannya mudah mempunyai daya aus yang tinggi, tidak mudah panas (low heat build up)
dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance) (Firdaus,
2007; Todaro, 1998).
Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25 –
30oC. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun dengan hari
hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m.
Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Berbagai
3
jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial.
Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-
6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan
tanaman/bibit yang ditanam, mutu bibit/benih dipengaruhi oleh mutu genetik, mutu fisiologi, mutu
fisik. Persiapan bahan tanam dilakukan sebelum penanaman dengan tenggang waktu kira-kira 1,0-
1,5 tahun (Firdaus, 2007; Wibawa, 2000; Rosyid, 2004).
Pemanfaatan oleh tanah konservasi pada tumpangsari berbasis karet dapat dilakukan dengan
cara menyiapkan lahan sedini mungkin menjelang musim tanam. Pengolahan tanah dapat
dilakukan secara minimal, misalnya dibajak dan digaru masing – masing sekali atau pengolahan
tanah hanya pada barisan tanam, atau tanpa olah tanah sama sekali, disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan diusahakan sebagai tanaman sela (Firdaus, 2007; Wibawa, 2000)
2.2 Potensi Dandelion (Taraxacum officinale)
Dandelion (Taraxacum officinale), termasuk dalam keluarga Asteraceae. Asal dari tumbuhan
ini adalah Eropa dan Asia, namun sudah menyebar ke segala tempat. Daun dandelion berukuran 5-
25 cm atau lebih, sederhana dan basal, membentuk roset akar tunggang di atas pusat. Kepala bunga
berwarna kuning sampai oranye, membuka pada siang hari, namun menutup pada malam hari.
Kepala ditopang oleh sebuah batang berongga (batang) yang naik 4-75 cm di atas daun dan
memancarkan susu getah ( lateks ) bila patah. (Marizka, 2014)
Dandelion memiliki potensi sebagai bahan baku pengganti alternatif karet alami yang
berkelanjutan untuk membuat ban dan produk karet berkualitas tinggi. Taraxacum officinale
memiliki getah yang potensial dapat diolah menjadi bahan baku plastik dan karet sintesis. Potensi
zat putih susu (lateks) yang terdapat pada dandelion dapat digunakan untuk memrpoduksi karet
secara berkelanjutan. (Marizka, 2014; Mouri, 2014)
2.3 Teknik Intercropping
Tumpangsari adalah teknik penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan atau satu
interval waktu yang singkat, pada sebidang tanah yang sama. Tumpangsari merupakan sistem
penanaman ditujukan untuk memanfaatkan lahan sebaik – baiknya agar diperoleh produksi yang
maksimum. Sistem ini dilakukan untuk menambah pendapatan masyarakat petani. Tumpangsari
(intercropping) merupakan pola tanam polikultur yang sering digunakan dalam pembudidayaan
tanaman. Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari)
sebaik-baiknya agar diperoleh produksi maksimal. Tumpangsari bertujuan untuk mendapatkan
hasil panen lebih dari satu kali dari satu jenis atau beberapa jenis tanaman dalam setahun pada
lahan yang sama (Windasari, 2013; Hasan, 2008; Jumin, 2002; Abidin, 1991;)
Teknologi tumpangsari diantara tanaman karet akan memberikan efisiensi pemanfaatan hara
tanaman, air dan cahaya , memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman, mengurangi
resiko kegagalan panen, ketidak pastian dan fluktuasi harga, pemeliharaan kebun lebih intensif,
meningkatkan produktifitas lahan, membantu percepatan peremajaan karet. Tanaman karet bisa
disadap dengan kriteria utama lilit batang pada ketinggian satu meter adalah minimal 45 cm. Llilit
batang merupakan indikator yang sangat baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan tanaman
4
karet. Pengaruh tanaman sela pada teknik tumpangsari terhadap pertumbuhan karet dapat dilihat
dari keragaman lilit batangnya. (Windasari, 2013; Todaro, 1998).
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan kualitatif. Metode penulisan ini
mendeskripsikan secarakualitatif metode intercropping dalam meningkatkan produksi getah alam.
3.2 Teknik Penulisan
Teknik penulisan ialah deskriptif, yaitu dengan menguraikan, menjabarkan dan merangkai
variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah pembahasan yang runut dan sistematis. Studi kajian
deskriptif ini dilakukan dengan mengambil studi kasus terhadap permasalahan produksi karet.
3.3 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka (library research) dan
penelusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain studi literatur. Sumber pustaka
studi yang didapatkan berasal dari membaca, menganalis dan mengkaitkan informasi dari sumber
bacaan dengan topik yang diangkat. Studi pustaka ini meliputi buku, dan jurnal penelitian yang
dianggap relevan dengan pembahasan. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini ialah data
sekunder atau data pendukung yang merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui media perantara.
3.4 Metode Analisis dan Sintesis
Proses analisisdilakukanpada data-data yang terkumpul yang kemudian dipaparkan dalam
pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi silang (cross link) antara data yang
terkumpul dengan teori dan konsep yang relevan. Kemudian dapat diambil titik utama yang
kemudian di olah menjadi beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan
rekomendasi yang terkait
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Potensi Dandelion
Dandelion (Taraxacum officinale) ditemukan di Kazakhstan saat perjalanan program
strategis di 1931-1932 untuk mengembangkan domestik sumber karet alam di Uni Soviet.
Dandelion terpilih sebagai tanaman terbaik calon karet dari 1.100 spesies tanaman yang telah diuji
(Venkatachalam et al, 2013). Akar liar dandelion Rusia mengandung 4 sampai 5% karet berkualitas
tinggi, diproduksi di latisifer yang menyertai ikatan pembuluh seluruh tanaman (Kekwick, 2001).
Dandelion Rusia dibudidayakan secara luas di Uni Soviet pada 1930-an. Pada tahun 1941, 67.000
ha dandelion Rusia mencakup sekitar 30% dari total konsumsi karet Uni Soviet. Disebabkan oleh
kekurangan karet alam selama Perang Dunia II, beberapa negara-negara lain secara independen
5
mulai tumbuh Rusia dandelion dalam program karet darurat: Amerika Serikat (Whaley dan Bowen,
1947), Inggris, Jerman (Whaley WG dan Bowen JS (1947), Swedia, Spanyol, dan negara-negara
lain (Hillebrand, 2012). Bidang terbaik USA budidaya menghasilkan sekitar 110 karet kg per
hektar, sementara yang terbaik hasil Rusia berada 200 karet kg per hektar. Sayangnya, agronomi
sifat dandelion Rusia dilaporkan menjadi agak kurang baik.
Dandelion adalah gulma yang tidak disukai oleh banyak tukang kebun, tetapi tanaman ini
memiliki banyak serangga musuh karena lateks mereka pahit. Para ilmuwan di Institut Max Planck
untuk Ekologi Kimia di Jena, Jerman, dan Universitas Bern, Swiss, telah menunjukkan bahwa
senyawa tunggal dalam getah melindungi akar dandelion terhadap larva cockchafer rakus. Para
ilmuwan menemukan konsentrasi tertinggi dari getah pahit di akar dandelion. Analisis komponen
getah dandelion menunjukkan bahwa zat tunggal diidentifikasi sebagai lakton seskuiterpen,
taraxinic acid β-D-glucopyranosyl ester (TA-G), secara negatif mempengaruhi pertumbuhan larva
cockchafer. Ketika zat murni ditambahkan ke pola makan larva buatan dalam jumlah ekologis yang
relevan, ulat memakan lebih sedikit. Para peneliti berhasil mengidentifikasi enzim dan gen yang
bertanggung jawab untuk pembentukan prekursor biosintesis TA-G, dan mampu merekayasa
tanaman dengan TAG lebih rendah. Akar tanaman rekayasa yang sedikit TA-G diserang lebih
banyak larva cockchafer. Sebuah percobaan taman umum dengan garis dandelion yang berbeda
mengungkapkan bahwa tanaman yang menghasilkan jumlah TA-G yang lebih tinggi
mempertahankan vegetatif lebih tinggi dan kebugaran reproduksi ketika mereka diserang oleh larva
cockchafer (Gershenzon,2016). Berikut adalah gambar tanaman dandelion (Taraxacum officinale).
Gambar 1. Bunga dan akar Dandelion (Taraxacum officinale) (Venkatachalam et al, 2013)
Sampai saat ini dandelion di Indonesia belum pernah dikembangkan menjadi tanaman
budidaya. Dandelion tumbuh disemak dan tanah-tanah yang tandus yang tidak digunakan. Benih
yang bersebaran dengan mudah saat tertiup oleh angin membuat dandelion mudah tumbuh dan
dapat tumbuh dimanapun.
4.2 Aplikasi Budidaya Intercropping Dandelion secara Polikultur dengan Pohon Karet
Teknik intercropping (tanam tumpangsari) adalah salah satu teknik budidaya yang
menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap
musim tanam, petani mengelola lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama. Aplikasi
rekayasa intrcropping ini akan diaplikasikan pada tanaman perkebunan yaitu karet. Secara umum,
ada dua sistem budidaya karet yang sering diterapkan oleh petani, yaitu secara monokultur (hanya
menanam tanaman karet saja) dan secara agroforestri/wanatani (menanam campur tanaman karet
bersama dengan tanaman lain). Masing–masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan seperti
sistem monokultur yang memiliki kelebihan dalam kuantitas produksi yang lebih banyak
6
dibandingkan dengan sistem agroforestri, sebaliknya kekurangan dari teknik monokultur
membutuhkan pengelolaan yang lebih intensif, artinya kebutuhan tenaga kerja lebih banyak.
Sedangkan pada sistem agroforestri yang diselingi oleh tanaman seperti petai cina, kelapa, dan
pohon jati dapat mengurangi produksi getah karena terjadi persaingan dalam mendapatkan zat hara
dari dalam tanah.
4.3 Desain Rekayasa Intercropping Dadelion dengan Pohon Karet dan Teknologi budidaya
Kaitan akan masalah monokultur karet akan penyerapan unsur hara dapat diselesaikan
dengan intercropping tanaman karet dengan dandelion. Hal tersebut dikarenakan sistem perakaran
karet yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral, dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3
tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun
maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada kondisi tanah yang
gembur, akar lateral dapat berkembang sampai kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk
menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai
kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada
musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadiharja, 1995) Oleh karena itu dengan
menggunakan rekayasa aplikasi intercropping yang memanfaatkan potensi dandelion dalam
memproduksi getah latex dan menjaga kelembaban tanaman karet sehingga mampu meningkatkan
produksi dari kedua tanaman tersebut. Berikut adalah desain intercropping dandelion dengan
tanaman karet:
Gambar 2. Desain Rekayasa Intercropping Dandelion dan Pohon Karet
Langkah utama yang terpenting dari aplikasi intecropping ini adalah dengan menentukan
jenis intercropping. Jenis intercropping yang diganakan dalam rekayasa budidaya ini adalah mixed
intercropping. Menanam dandelion dan karet pada secara bersama-sama dan serentak dengan tidak
memperhatikan jarak tanam. Berikut ini adalah langkah-langkah budidaya dandelion secara
intercropping dengan tanaman karet :
1. Persiapan Benih dandelion dan karet
Perbanyakan pariental Taraxacum officinale terlebih dahulu sebelum benih disebar secara
acak di lahan kebun karet. Dandelion adalah diploid obligat, yang berarti perlu reproduksi
seksual, sementara banyak poliploidi yang apomicts fakultatif, artinya mereka sebagian besar
waktu bereproduksi secara aseksual melalui apomixis, tetapi juga dapat bereproduksi secara
seksual (Mártonfiová, 2011). Reproduksi seksual jenis tertentu sel nucellus, yang disebut sel
induk, berkembang menjadi sel telur dan perlu untuk dibuahi oleh sel sperma (serbuk sari).
Dalam Taraxacum apomixis, telur berkembang melalui mitosis dari sel lain dalam nucellus dari
Pohon karet
Dandelion
7
sel induk, dan kemudian berkembang menjadi zigot tanpa pembuahan (van Dijk, et al., 2003).
Benih yang dihasilkan oleh apomixis secara genetik identik dengan pohon induk (Luo &
Cardina, 2012). Berikut ini adalah gambar perkembangan benih dandelion dari usia 7 hari
setelah tanam hingga 63 hari.
Gambar 3. Pertumbuhan benih dandelion yang disebar pada media tanah (Oscarsson,Lotta.2015)
Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara batang atas dengan batang
bawah yang tumbuh dari biji-biji karet pilihan. Okulasi dilakukan untuk mendapatkan bibit karet
berkualitas tinggi. Batang atas dianjurkan berasal dari karet klon PB260, IRR118, RRIC100 dan
batang bawah dapat menggunakan bibit dari biji karet klon PB20, GT1, dan RRIC100 yang
diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun.
2. Waktu penanaman
Benih dandelion dapat deisebarkan disekitar tanaman karet yang telah ditanam monokultur
dan berusia minimal 3 tahun. Penanaman dandelion saat mudah hanya dengan menggaru tanah
disekirat pohon karet dan meyebarkan benih ketanah dan menutupnya kembali. Pertimbangan
usia pohon karet yang minimal tida tahun ini karena perhubungan dengan perakaran tanaman
karet yang sudah mencapai 1,5 meter, sedangkan tanaman dandelion hanya berukuran 15-35
cm. Hal tersebut tidak menimbulkan perebutan nutrisi dalam tanah sehingga tanaman karet
dapat tumbuh dengan normal dan tidak terganggu. Selain itu waktu berbunga dandelion yang
hanya berkisar kurang dari 90 membuat lingkungan sekitar pohon karet menjadi tempat tinggal
musuh alami dan membantu menekan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman.
3. Pemeliharaan
Dandelion dan pohon karet yang ditanam dengan intercropping tidak membutuhkan
pemeliharaan yang intensif. Bentuk perawatan yang diberikan hanya membersihkan gulma yang
tumbuh liar disekitar dandelion. Disebabkan gulma yang lain dapat membuat menyebabkan
terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara tanah dengan dandelion.
4. Pemanenan
Pemanenan karet dapat dilakukan minimal pada pohon yang berusia 5 tahun, dan teknik
yang digunakan dalam pemanenan latex adalah penyadapan batang. Pada tanaman dandelion
dapat dilakukan panen saat usia tanaman 90 hari. Pemanenan dilakukan dengan mengambil
batang dan akar tanamannya, karena getah atau latex yang ada di tanaman dandelion ini terdapat
pada batang dan akarnya.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Potensi Dandelion sebagai tanaman budidaya dapat diterapkan di Indonesia, terlebih lagi
untuk meningkatkan produktivitas getah alam. Dandelion yang memiliki kemampuan untuk
bertahan hidup dan berkembang kondisi tanah yang apapun dapat mempermudah potensi budidaya.
Kualitas latex yang diperoleh dari akar dan batang tanaman dandelion serta watu panen yang lebih
singkat membuat potensi peningkatan kuantitas produksi karet Indonesia meningkat. Dengan
penggambungan teknologi dan rekayasa prinsip Intercropping tanaman dandelion dengan pohon
karet memungkinkan Indonesia menjadi peringkat satu negara pemasok karet dunia.
5.2 Saran
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan penulis dan adanya beberapa permasalahan, maka
saran yang dapat diberikan adalah penanganan pasca panen latex yang terdapat pada tanaman
dandelion agar didapatkan latex dengan jumlah yang optimum.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adri, Firdaus, Mugianto, Yardha dan Syari Edi. 2005. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Sistem
dan Usaha Agribisnis Berbasis Komoditas Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jambi.
Abidin, Z. 1991. Pengujian Waktu Tanam Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) dan Pemupukan TSP
pada Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Skripsi Fakultas Pertanian
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia.Jakarta : Derektorat Jendral
Perkebunan.
Basuki, Ir, Dr. dan Tjasadihardja, A. Ir. Dr. M.S. 1995. Warta Pusat Penelitian Karet. Volume 14
Nomor 2 (89-101) Juni 1995 Asosiasi Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Indonesia.
CV. Monora. Medan, hlm 91-92.
Gershenzon. 2016. The dandelion uses latex to protect its roots against insect feeding. PLOS
Biology 14(1): Intitute for Chemical Ecology.
Hasan Basri. 2008. Dasar – Dasar Agronomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hillebrand, A. et al., 2012. Down-regulation of small rubber particle protein expression affects
integrity of rubber particles and rubber content in Taraxacum brevicorniculatum. PLoS ONE,
Vol. 7 Issue 7, July, pp. 1-9.
Jumin, H. B. 2002. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013. Panduan budidaya karet untuk petani
skala kecil. Rubber cultivation guide for small-scale farmers. Lembar
Informasi AgFo 5. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia
Regional Program.
Luo, J. & Cardina, J., 2012. Germination patterns and implications for invasiveness in three
Taraxacum (Asteraceae) species. Weed Research, Vol. 52 Issue 2, April, pp. 112-121.
Mouri, H. 2014.Bridgestone Americas Center for Research and Technology.
Marizka, D.A. 2014.Pengembangan Inovasi Pemberdayaan Barang Jadi Karet. Bogor : IPB
Mártonfiová, L., 2011. Comparison of breeding behaviour of Taraxacum sect. Ruderalia and
Taraxacum sect. Erythrosperma (Asteraceae). Thaiszia Journal of Botany, pp. 177-184.
Oscarsson,Lotta.2015.a proof of concept for a new method of cultivation.Journal :Master thesis.
Production of rubber from dandelion, California : Departmeny of Plant Breeding
Perumal Venkatachalam, Natesan Geetha, Palanivel Sangeetha1 and Arjunan
Thulaseedharan.2013. Natural rubber producing plants: An overview. African Journal of
Biotechnology Vol. 12(12), pp. 1297-1310.
Todaro Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 2. Edisi Keenam. Alih
bahasa Haris Munandar.Jakarta : Erlangga
Whaley WG, Bowen JS (1947). Russian dandelion (Kok-Saghyz). An emergency source of natural
rubber. United States Department of Agriculture
Wibawa, G. 2000. Pengembangan Sistem Usahatani Berbasis Karet dalam Prosiding Evaluasi dan
Pemantapan Program Bersama Komisi Perkebunan Bogor. Bogor : Badan Penelitian dan
10
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Perkebunan. Hal 13-27.
Wibawa, G., M. Jahidin Rosyid, dan Anang Gunawan. 2000. Pola Tumpangsari Pada Perkebunan
Karet. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.
Windasari, N.P.I dan Made K.S.B. 2013. Analisis Pengaruh Tumpangsari terhadap Pendapatan
Petani di Desa Munduktemu Kabupaten Tabanan. Bali Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana 2 [5] : 254-259 ISSN: 2303-0178
Van Dijk, P., van Baarlen, P. & de Jong, J., 2003. The occurence of phenotypically complementary
apomixis-recombinants in crosses between sexual and apomictic dandelions (Taraxacum
officinale). Sexual Plant Reproduction, Volume 16 Issue 2, July, pp. 71-76
Rosyid, M.J., Thomas Wijaya., M.Lasminingsih., Shinta dan Lina. 2004. Potensi Usahatani Karet
di Propinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa. Sembawa.
11
RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Diri
Nama : Berliananda Maranditya
Tempat, tanggal lahir : Bojonegoro, 02 Maret 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 155040207111122
Jurusan/Angkatan : Pertanian/ 2015
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Alamat : Jalan Remujung Nomor 51B, Lowokwaru, Malang
Email : [email protected]
No. HP : 08816923685
2. Pengalaman Organisasi
- Staff Magang FORSIKA FP UB 2016
- Staff Magang PRISMA FP UB 2016
- Staff Pengurus Harian Departemen Kompetisi PRISMA FP UB 2017
- Member Departement Exchange Programe IAAS LC-UB 2017
3. Karya Tulis yang Pernah Dibuat
No Judul Karya Tulis Tahun
1 Kacamata Terapi Lgbt Sebagai Inovasi Penyelamatan
Anak Bangsa Indonesia
2016
2 Migrasi Energi Terbarukan Masyarakat Daerah 3T
Berbasis Chlorobacter DSSC
2016
3 ENOTECH (Egg Nano Technology) : Pengembangan
Teknologi Nano Partikel dari Daun Jati (Tectona
grandis) sebagai Bahan Pembuatan Telur Asin
Berkualitas Tinggi dan Rendah Kolesterol
2016
4 GENDANG KEPRAK (GEMBUS RENDANG
DALAM KEMASAN PRAKTIS): Kreasi Makanan
Khas Indonesia Sebagai Alternatif Santapan Siap Saji
2016
4. Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 Juara III PKM MABA FP UB UB 2015
2 Finalis LKTIN IASC III UB 2016
3 Finalis LKTIN Lumba-Lumba UNJ UNJ 2016
12
RIWAYAT HIDUP
5. Biodata Diri
Nama : Putri Nurul Aini
Tempat, tanggal lahir : Blitar, 10 April 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 145040200111016
Jurusan/Angkatan : Pertanian/ 2014
Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya
Alamat : Jalan Bendungan Sutami 317 F Malang
Email : [email protected]
No. HP : 085815142244
6. Pengalaman Organisasi
- Staff Kementerian Kebijakan Publik BEM FP UB 2015
- Staff Magang Departemen Kepenulisan Ilmiah PRISMA FP UB 2015
- Staff Pengurus Harian Departemen Kompetisi PRISMA FP UB 2016
- Ketua Departemen Kompetisi PRISMA FP UB 2017
7. Karya Tulis yang Pernah Dibuat
No Judul Karya Tulis Tahun
1 PKM-K “PORT-TEA” Modifikasi Gulma Krokot
(Portulaca oleracea) sebagai Pelopor Teh Herbal
2014
2 Inovasi Edible Coating pada Apel Malang sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Produksi Pasca Panen
2015
3 I-COUNT (Inovasi Colourful Gardening Activities) dalam
Pembentukan Karakter (K-A-C-S) Knowing, Action,
Caring and Sharing pada Anak Usia Emas
2016
8. Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 Juara III PKM-K MABA Rektor Cup UB Universitas Brawijaya 2014
2 Juara II LKTI Penulisan Ilmiah
Agroekoteknologi FP UB
FP UB 2015