jp kim ia312

9

Click here to load reader

Upload: iwayanredhana

Post on 21-May-2015

365 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jp kim ia312

INDIKATOR DIMENSI PROSES LITERASI SAINS

I Wayan Redhana, I Wayan Subagia, dan Luh Gede Risa Handayani Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha

Jalan Udayana-Singaraja Bali Email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian deskriptif ini bertujuan mendeskripsikan tingkat literasi sa-ins siswa kelas IX SMP Negeri se-kota Singaraja untuk dimensi proses. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri se-Kota Singaraja sebanyak 1532 siswa yang berasal enam lima SMP, yaitu SMP Negeri 2, , , , dan 7 Singa-raja pada tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian sebanyak 330 siswa yang di-ambil dengan teknik proportional random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil tes literasi sains. Data ini dianalisis secara deskriptif dengan mengkategori-sasikan hasil literasi sains setiap indikator dimensi proses. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa indikator dimensi proses yang paling dikuasai oleh siswa SMP Ne-geri kelas IX se-kota Singaraja adalah indikator mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, sedangkan indikator dimensi proses yang kurang dikuasai oleh siswa diban-dingkan kedelapan indikator lainnya adalah indikator mengidentifikasi isu ilmiah.

Kata-kata kunci: literasi sains, dimensi proses

ABSTRACT: Descriptive study aimed at describing the level of scientific literacy of students at class of IX of SMP Negeri Singaraja for process dimensions. The popu-lation of study was students of class of IX of SMP Negeri Singaraja having total number of students were 1532 students coming from six SMP, namely SMP Ne-geri 2, , , , and 7 Singaraja in academic year 2011/2012. The sample of the study was 330 students. Data were collected by scientific literacy test. Data were analyzed descriptively by categorizing each indicator of process dimensions. The results showed that the best indicator of the process dimensions mastered by stu-dents was an indicator of applying scientific knowledge, while the indicator of the process dimensions that are less mastered by the students compared to eight other indicators was the indicator of identifying scientific issues.

Keywords: scientific literacy, process dimension

Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan masyara-

kat. Tanpa adanya pendidikan, maka masyarakat khususnya dan Negara pada umum-nya akan menjadi bangsa yang terbelakang, bangsa yang kurang memiliki wawasan yang luas. Hal ini akan berakibat negara tidak mampu mengikuti perkembangan jaman yang terjadi.

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pe-warisan budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai kebudayaan ter-sebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Bentuk transformasi tersebut berupa nilai-nilai seperti nilai-nilai kejujuran serta rasa tanggung jawab. Pendidikan sains memiliki peran penting dalam mentransformasikan nilai-nilai tersebut karena melalui belajar sains dapat dibentuk sikap ilmiah, seperti jujur. Selain dapat membentuk sikap ilmiah, tujuan pendidikan sains yang lain adalah siswa dapat melek terhadap sains (literasi sains) (Hartoto, 2009). Sebaliknya, orang yang buta sa-ins bukan berarti tidak tahu sains. Mereka mengetahui tentang sains (sebatas pema-haman konsep sains), tetapi belum tentu memiliki kemampuan (ability) untuk mema-hami bagaimana proses dan cara mengatasi masalah-masalah sains.

Page 2: Jp kim ia312

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1- April-Oktober 2013 -

Literasi sains (scientific literacy) merupakan sebuah konsep yang sangat penting diketahui oleh siswa karena dapat membantu kita memahami isu-isu yang ada. Me-nurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik simpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (Yusuf, 2003).

Literasi sains merupakan suatu konsep tentang kecakapan manusia. Oleh ka-rena itu, dapat dirumuskan ciri-ciri atau karakteristik orang yang memiliki kecakapan tersebut. Seperti halnya tentang pengertian literasi sains yang memiliki banyak definisi, begitu juga halnya untuk karakteristik orang yang scientifically literate (melek sains). Karakteristik itu telah dirumuskan dengan berbagai cara serta penekanan yang ber-variasi dalam aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hurd dan Gallagher (dalam Wattimena, 2010) menyebutkan beberapa karakteristik yang dapat diklasi-fikasikan ke dalam ranah afektif yaitu orang yang melek sains menghargai perkem-bangan sosio histori sains dan menghargai hubungan sosial kultural sains. Selain itu, terdapat pula rumusan yang dikemukakan oleh National Science Teacher Association (NSTA) (dalam Wattimena, 2010). Menurut dokumen yang dikeluarkan NSTA itu, orang yang melek sains mengetahui peranan sains dalam masyarakat dan menghargai budaya tempat mereka berada. Orang seperti itu menghargai penemuan-penemuan konsep dan prosedur penyelidikan ilmiah. Mereka memahami tentang hubungan an-tara sains dan masyarakat, etika yang mengontrol para ilmuwan, serta hakikat sains yang meliputi konsep-konsep dasar dan hubungan antara sains dan kemanusiaan.

Melihat betapa pentingnya literasi sains untuk siswa, maka diperlukan pengu-kuran terhadap tingkat literasi sains siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat literasi sains siswa adalah dengan memberikan tes literasi sains. Pengukuran tingkat literasi sains ini sangat penting dilakukan bagi seluruh siswa pada umumnya. Namun, pengukuran ini lebih penting ditujukan kepada siswa yang berumur 15 tahun. Hal ini disebabkan oleh idealnya umur 15 tahun, yaitu siswa telah menye-lesaikan masa akhir belajarnya selama 9 tahun (program wajib belajar 9 tahun).

Siswa berumur 15 tahun yang sudah literasi terhadap sains akan memperli-hatkan pemahaman mereka terhadap proses sains, serta menerapkan semua penge-tahuan, pemahaman, dan keterampilannya dalam situasi nyata yang dihadapinya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan tes literasi sains. Tes literasi sains melibatkan seluruh dimensi dalam literasi sains, seperti dimensi proses dan dimensi sikap. Dimensi proses yang terdapat dalam tes yang diberikan berjumlah sembilan indikator, yaitu mengi-dentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, menggunakan bukti ilmiah, mengidentifikasi bukti il-miah, mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, menarik dan mengevaluasi simpulan, me-ngomunikasikan simpulan yang valid berdasarkan bukti, serta memahami penyelidikan ilmiah. Kesembilan indikator dimensi proses ini tercermin dalam soal literasi sains dan secara tidak langsung dapat mengukur bagaimana pemahaman siswa terhadap ke-sembilan indikator tersebut.

Namun pelaksanakan tes literasi sains ini di Bali, khususnya di Singaraja masih jarang diterapkan sehingga pendidik, masyarakat, dan siswa belum mengetahui ba-gaimana tingkat literasi sains mereka. Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan mendeskripsikan literasi sains siswa kelas IX SMP Negeri se-Kota Singaraja untuk dimensi proses.

Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, peneli-

tian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan kegiatan pene-litian yang mengumpulkan data pada saat tertentu dengan tujuan penting yaitu men-

Page 3: Jp kim ia312

Redhana et al., Indikator Dimensi Proses Literasi Sains…

deskripsikan keadaan alami yang terjadi saat itu (Sukardi, 2003). Tahap pertama da-lam penelitian ini adalah penyusunan Instrumen. Instrumen yang digunakan dalam pe-nelitian ini merupakan instrumen yang diadaptasi dari tes literasi sains yang telah di-gunakan dalam PISA 2000, PISA 2003 dan PISA 2006 sebanyak 115 soal yang men-cakup materi fisika, kimia, dan biologi. Setelah diteliti lebih jauh, ternyata dimensi pro-ses yang digunakan oleh tes literasi sains tersebut merupakan kombinasi dari PISA 2000, PISA 2003 dan PISA 2006 yang berjumlah 9 indikator dimensi proses. Sembilan indikator dimensi proses yang terdapat pada tes literasi sains dapat dilihat pada Tabel

Tabel 01. Sebaran indikator dimensi proses pada PISA 2000, 2003 dan 2006

Indikator PISA

Mengidentifikasi isu ilmiah Menjelaskan fenomena ilmiah 2003 dan 2006 Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains Menggunakan bukti ilmiah Mengidentifikasi bukti ilmiah Mengaplikasikan pengetahuan ilmiah Menarik dan mengevaluasi simpulan Mengomunikasikan simpulan yang valid berdasarkan bukti ilmiah Memahami penyelidikan ilmiah

Tes literasi sains PISA tersebut menggunakan Bahasa Inggris dan jumlah soal

yang ada cukup banyak sehingga peneliti menterjemahkan tes tersebut dan hanya menggunakan sebagian soal saja. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 26 soal yang dipilih berdasarkan pertimbangan sebaran materi dan jumlah indikator di-mensi proses yang dikerjakan selama dua jam pelajaran. Tahap kedua adalah tahap uji coba instrumen. Pada tahap ini dilakukan uji coba keterbacaan kepada lima orang siswa untuk mengetahui apakah mereka sudah memahami maksud dari tes yang telah diterjemahkan oleh peneliti dilihat dari segi kalimat, bahasa, dan teknik penulisannya. Uji keterbacaan dilaksanakan melalui focus group discussion kepada lima orang siswa SMP kelas VIII yang terdiri atas dua orang siswa laki-laki dan tiga orang siswa perem-puan. Pelaksanaan uji keterbacaan dimulai dengan membagikan setiap tes literasi sa-ins kepada setiap siswa. Siswa diminta membaca soal pertama kemudian memberikan tanggapan terhadap soal tersebut apakah mereka sudah memahami soal tersebut atau tidak. Langkah yang sama juga dilakukan terhadap soal nomor dua sampai soal nomor . Hasil yang diperoleh melalui uji keterbacaan adalah, secara umum, siswa sudah memahami maksud dari tes. Namun, ada beberapa hal yang kurang dipahami oleh siswa, yaitu arti beberapa kata pada tes, seperti: (a) arti kata emisi pada soal nomor 14, enamel pada soal nomor 19, dan komposisi pada teks tentang perubahan iklim, (b) mereka tidak memahami pertanyaan nomor 15 tentang lalat dan nomor 17 tentang klon anak sapi, dan (c) mereka tidak memahami nomor baris dalam sebuah teks (seperti teks pada kloning). Perbaikan yang dilakukan berkaitan dengan hasil uji keterbacaan adalah dengan: (a) memberikan keterangan tentang arti kata emisi dan enamel pada soal bersangkutan, (b) menjelaskan maksud pertanyaan nomor 15 dan 17, kemudian memberikan beberapa alternatif pertanyaan kepada siswa, dan (c) memberikan nomor setiap baris dari soal.

Tahap ketiga adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, penulis melakukan pe-ngumpulan data tentang literasi sains siswa dengan memberikan tes literasi sains ke-pada siswa kelas IX di SMP N 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 Singaraja. Tahap selanjutnya adalah analisis data hasil penelitian yang dilakukan secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap terakhir adalah pelaporan hasil penelitian. Pada tahap ini laporan dibuat dari hasil penelitian yang telah dianalisis.

Page 4: Jp kim ia312

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1- April-Oktober 2013 -

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di ke-las IX SMP Negeri se-kota Singaraja, yaitu SMPN 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 Singaraja. SMPN 1 Singaraja tidak terlibat dalam penelitian ini karena peneliti tidak memperoleh ijin dari kepala sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Pemilihan lokasi pene-litian ini didasarkan pada pertimbangan, yaitu: (1) keenam sekolah tersebut merupakan merupakan sekolah negeri yang ada di kota Singaraja yang memiliki kemampuan dan prestasi yang berbeda-beda dan (2) sekolah tersebut berlokasi di wilayah kecamatan Buleleng sehingga memudahkan dalam melaksanakan penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri yang ada di ko-ta Singaraja, yaitu sebanyak 1532 siswa dengan rincian, SMP Negeri 2 Singaraja se-banyak 259 siswa, SMP Negeri 3 Singaraja sebanyak 277 siswa, SMP Negeri 4 Singa-raja sebanyak 251 siswa, SMP Negeri 5 Singaraja sebanyak 319 siswa, SMP Negeri 6 Singaraja sebanyak 333 siswa, dan SMP N 7 Singaraja sebanyak 93 siswa. Dari po-pulasi ini, beberapa siswa digunakan sebagai sampel. Pengambilan sampel dari po-pulasi tersebut mengikuti rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2009). Berdasarkan rumus Isaac dan Michael, sampel yang diperlukan jika populasinya 1532 (dibulatkan menjadi 1600) pada taraf signifikansi 5% sebanyak 286 siswa yang tersebar di enam sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara me-random kelas di setiap sekolah sehingga diperoleh karakteristik sampel yang dapat di-lihat pada Tabel 3.2, dengan jumlah total sampel sebanyak 330 siswa.

Tabel 02. Sampel penelitian di setiap sekolah

Nama Sekolah Kelas yang Digunakan Sebagai Sampel Jumlah Sampel

SMP N 2 Singaraja Dua kelas = IXC dan IXD 50 siswa SMP N 3 Singaraja Dua kelas = IXA dan IXB 68 siswa SMP N 4 Singaraja Dua kelas = IXB3 dan IXB4 67 siswa SMP N 5 Singaraja Dua kelas = IXA dan IXB 59 siswa SMP N 6 Singaraja Dua kelas = IXB4 dan IXB5 65 siswa SMP N 7 Singaraja Satu kelas = IXB 21 siswa

Jumlah 330 siswa

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara testing sehingga pada akhirnya

data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil skor tes literasi sains. Data tersebut dianalisis secara deskriptif dengan mengkategorisasikan skor literasi sains berdasarkan skor literasi sains siswa untuk dimensi proses.

Hasil Penelitian Persentase Indikator Dimensi Proses

Penilaian literasi sains yang dilakukan oleh PISA melibatkan beberapa dimensi, salah satunya adalah dimensi proses. Dimensi proses merupakan salah satu dimensi pada PISA 2000 dan 2003, sedangkan pada PISA 2006 dan 2009 dimensi proses di-sebut sebagai kompetensi. Pada tes literasi sains yang digunakan peneliti, dimensi proses yang terdapat pada tes literasi sains mencakup dimensi proses pada PISA 2000, 2003, 2006, dan 2009 yang berjumlah sembilan indikator. Hasil tes literasi sains setiap indikator untuk seluruh siswa SMP se-kota Singaraja dapat dilihat pada Tabel .

Tabel 03. Skor tes literasi sains setiap indikator dimensi proses

Indikator X n X Y %

Mengidentifikasi isu ilmiah Menjelaskan fenomena ilmiah Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains

Page 5: Jp kim ia312

Redhana et al., Indikator Dimensi Proses Literasi Sains…

Menggunakan bukti ilmiah Mengidentifikasi bukti ilmiah Mengaplikasikan pengetahuan ilmiah Menarik dan mengevaluasi simpulan Mengomunikasikan simpulan yang valid berdasarkan bukti ilmiah

Memahami penyelidikan ilmiah

Jumlah

Keterangan : n = jumlah siswa; X = skor literasi sains; X = rata-rata dapat dicari dengan cara skor literasi sains dibagi jumlah siswa; Y = skor total setiap indikator; % = persentase dapat di-

hitung dengan rumus = 100%Y

X

Berdasarkan Tabel 03 , indikator dimensi proses yang memiliki persentase paling

tinggi adalah indikator mengaplikasikan pengetahuan ilmiah ( ) dan persentase terendah adalah mengidentifikasi isu ilmiah ( ). Persentase tersebut menggam-barkan persentase indikator dimensi proses untuk keenam SMP Negeri se-kota Singa-raja.

Pembahasan Salah satu dimensi literasi sains yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian

literasi sains adalah dimensi proses. Pada dimensi proses, antara PISA 2000 dan 2003 terdapat beberapa perbedaan. PISA 2000 menekankan lima proses ilmiah, yaitu: (1) mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, se-perti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains; dan (2) mengi-dentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan iden-tifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu; (3) me-narik dan mengevaluasi simpulan yang melibatkan kemampuan menghubungkan sim-pulan dengan bukti yang mendasari atau yang seharusnya mendasari simpulan itu; (4) mengomunikasikan simpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat simpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia; dan (5) mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep sains dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya (OECD, 2009).

Adapun kemampuan siswa yang diharapkan pada dimensi ini meliputi beberapa kemampuan dalam: (a) menggunakan pengetahuan atau konsep-konsep secara ber-makna, (b) mengidentifikasi masalah, (c) menganalisis dan mengevaluasi data atau peristiwa, (d) merancang penyelidikan, (e) menggunakan dan memanipulasi alat, ba-han dan prosedur, serta (f) memecahkan masalah dalam rangka memahami fakta-fak-ta tentang alam dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu aspek domain pena-laran dan analisis pada dimensi kognitif literasi sains. Penalaran dan analisis berkaitan dengan sains yang menggunakan pemikiran kompleks dan menuntut penggunaan ke-terampilan berpikir tingkat tinggi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa aspek kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan siswa dalam menganalisis masalah untuk menentukan hubungan-hubungan, konsep-konsep dan langkah-langkah pemecahan masalah yang relevan, membangun penjelasan tentang strategi-strategi pemecahan masalah, menafsirkan atau menggunakan diagram dan grafik untuk memisualisasikan pemecaham masalah dan memberi bukti tentang alasan penggunaan strategi untuk memecahkan masalah.

Pada PISA 2003 terdapat tiga proses, yaitu: (1) menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena ilmiah, (2) memahami penyelidikan ilmiah dan, (3) menafsirkan bukti ilmiah (OECD, 2009). PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mem-persiapkan warga negara masa depan, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi

Page 6: Jp kim ia312

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1- April-Oktober 2013 -

dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karena itu, pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memahami hakekat, prosedur, dan kekuatan sains.

Pada PISA 2006 dan 2009, dimensi proses sains disebut juga kompetensi. PISA 2006 memberikan beberapa prioritas untuk kompetensi yang secara umum terdiri atas mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti il-miah. Beberapa proses kognitif memiliki arti khusus dan keterkaitan dengan literasi sa-ins. Di antara proses kognitif yang tersirat dalam kompetensi dibagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan penalaran yang berasal dari fakta-fakta untuk menuju prinsip umum, sedangkan penalaran de-duktif yaitu penalaran dari umum ke khusus, misalnya menyampaikan argumen berda-sarkan data untuk mendapatkan fakta-fakta. Adapun penjelasan dari kompetensi lite-rasi sains adalah sebagai berikut.

Mengidentifikasi Isu Ilmiah Membedakan isu ilmiah dan bukan ilmiah merupakan hal yang sangat penting

dari masalah yang ada. Kompetensi ini mencakup mengenali pertanyaan yang digu-nakan untuk penyelidikan ilmiah dalam suatu situasi tertentu dan mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah mengenai topik tertentu. Selain itu, kompetensi ini juga mencakup kata kunci dari penyelidikan ilmiah, misalnya hal yang harus diban-dingkan, variabel yang harus diubah atau dikendalikan, informasi tambahan yang di-perlukan, dan tindakan yang harus diambil sehingga data yang relevan dapat dikum-pulkan.

Menjelaskan Fenomena Ilmiah Kompetensi ini melibatkan penerapan ilmu pengetahuan yang tepat dalam situasi

tertentu yang mencakup menjelaskan atau menafsirkan fenomena dan memprediksi perubahan, serta melibatkan kegiatan mengidentifkasi deskripsi yang tepat.

Menggunakan Bukti Ilmiah Kompetensi menggunakan bukti ilmiah mencakup kegiatan mengakses informasi

ilmiah dan memproduksi argumen serta simpulan berdasarkan bukti ilmiah. Aspek lain dari kompetensi ini adalah merefleksikan implikasi sosial perkembangan ilmiah atau teknologi yang mana siswa harus mampu mempresentasikan dengan jelas dan logis hubungan antara bukti dan simpulan atau keputusan. Penjabaran kompetensi secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 04.

Tabel 04. Kompetensi sains PISA

Mengidentifikasi isu Menjelaskan fenomena ilmiah Menggunakan bukti ilmiah

Mengenal isu yang memungkinkan untuk diinvestigasi secara ilmiah

Menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi tertentu

Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengomunikasikan simpulan

Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah

Menggambarkan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan yang terjadi

Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan di balik simpulan

Mengenal kata kunci dari penyelidikan ilmiah

Mengidentifikasi deskripsi, penjelasan, dan prediksi yang tepat

Merefleksikan implikasi sosial dari ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi

Page 7: Jp kim ia312

Redhana et al., Indikator Dimensi Proses Literasi Sains…

Tabel 05. Kategori pengetahuan dan teknologi PISA

Topik Deskripsi

Sistem fisika Struktur materi (misalnya model partikel)

Sifat materi (misalnya perubahan materi, konduktivitas termal dan listrik)

Perubahan kimia (misalnya reaksi, transfer energi, dan asam atau basa)

Gerakan dan kekuatan (misalnya kecepatan dan gesekan)

Energi dan transformasi (misalnya konservasi, disipasi, dan reaksi kimia)

Interaksi energi dan materi (misalnya cahaya dan gelombang radio, suara, dan gelombang seismik)

Sistem kehidupan

Sel (misalnya struktur dan fungsi, DNA, tanaman, dan hewan)

Manusia (misalnya kesehatan, gizi, penyakit, subsistem, yaitu pencernaan, respirasi, sirkulasi dan ekskresi, dan reproduksi)

Populasi (misalnya spesies, evolusi, keanekaragaman hayati, dan variasi genetik)

Ekosistem (misalnya rantai makanan dan aliran energi)

Biosfer (misalnya jasa ekosistem) Sistem ruang dan bumi

Struktur sistem bumi (misalnya litosfer, atmosfer,dan hidrosfer)

Energi dalam sistem bumi (misalnya, iklim global)

Perubahan dalam sistem bumi (misalnya lempeng tektonik, siklus geokimia, kekuatan konstruktif,dan destruktif)

Sejarah bumi misalnya fosil, asal-usul dan evolusi bumi di ruang angkasa (misalnya sistem gravitasi dan tata surya)

Sistem teknologi Peran ilmu pengetahuan berbasis teknologi (misalnya memecahkan masalah, membantu manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan, desain, dan melakukan investigasi)

Hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi

Konsep, misalnya perdagangan

Selain dimensi proses, terdapat pengetahuan ilmiah yang secara tidak langsung

menjadi perantara untuk mengetahui bagaimana penguasaan siswa terhadap indikator dimensi proses. Pengetahuan ilmiah terdiri atas pengetahuan tentang alam dan tek-nologi dan pengetahuan tentang sains. Pada pengetahuan tentang alam dan teknologi, dipilih dari bidang utama fisika, kimia, biologi, dan ilmu bumi ruang angkasa serta tek-nologi sesuai dengan kriteria, yaitu: (1) relevansi dalam situasi kehidupan nyata, (2) pengetahuan yang dipilih mewakili konsep-konsep ilmiah yang penting, dan (3) penge-tahuan yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Pada Tabel 05 dibe-rikan kategori ilmu pengetahuan dan contoh konten yang dipilih dengan menerapkan kriteria di atas. Pada pengetahuan tentang sains, sudah diberikan contoh-contoh kon-ten yang dijabarkan pada Tabel 06. Kategori pertama adalah penyelidikan ilmiah, yaitu pusat penyelidikan sebagai proses sentral dari ilmu pengetahuan dan berbagai kom-ponen proses yang ada. Kategori kedua berkaitan erat dengan penjelasan ilmiah yang merupakan hasil dari penyelidikan ilmiah.

Pada penelitian ini, penulis mengombinasikan dimensi proses sains PISA 2000, 2003, 2006 dan 2009 (dimensi proses sains pada PISA 2006 dan 2009 disebut seba-gai kompetensi) sehingga berjumlah sembilan indikator dimensi proses. Secara keselu-ruhan, indikator yang paling dikuasai oleh siswa SMP kelas IX se-kota Singaraja ada-lah indikator mengaplikasikan pengetahuan ilmiah. Hal ini disebabkan oleh secara umum siswa dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dalam kehidupan nyata. Soal yang berkaitan dengan indikator ini ada-lah soal ozon: “Tanpa lapisan ozon baik manusia akan lebih rentan terhadap penyakit

Page 8: Jp kim ia312

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1- April-Oktober 2013 -

tertentu karena sinar ultraviolet matahari akan menembus atmosfer dengan intensitas yang tinggi mencapai bumi. Sebutkan salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan!”

Tabel 06. Kategori ilmu pengetahuan tentang sains

Topik Deskripsi

Penyelidikan ilmiah

Asal (misalnya rasa ingin tahu dan pertanyaan-pertanyaan ilmiah)

Tujuan (misalnya untuk menghasilkan bukti yang membantu menjawab pertanyaan ilmiah dan ide-ide saat ini/model/teori panduan pertanyaan)

Percobaan

Jenis data misalnya kuantitatif (pengukuran) dan kualitatif (observasi)

Pengukuran (misalnya pengulangan,variasi, akurasi/presisi dalam peralatan, dan prosedur)

Karakteristik hasil (misalnya empiris, tentatif dan dapat diuji) Penjelasan ilmiah

Jenis (misalnya hipotesis, teori, model, dan hukum)

Pembentukan (misalnya representasi data, peran pengetahuan yang masih ada dan bukti baru, kreativitas, imajinasi, dan logika)

Aturan (misalnya harus secara logis dan konsisten)

Hasil (misalnya menghasilkan pengetahuan baru, metode baru, teknologi baru, menimbulkan pertanyaan baru, dan investigasi)

Persentase tertinggi kedua yang dikuasi siswa adalah indikator menggunakan

bukti ilmiah (55,86%). Hal ini mengindikasikan bahwa sebanyak 55,86% siswa SMP Negeri se-Kota Singaraja sudah dapat menguasai aspek-aspek yang termasuk dalam indikator menggunakan bukti ilmiah, seperti kegiatan mengakses informasi. Aspek lain dari indikator ini adalah merefleksikan pada implikasi sosial perkembangan ilmu dan teknologi. Siswa harus mampu mempresentasikan dengan jelas dan logis hubungan antara bukti dan simpulan atau keputusan.

Persentase terendah diperoleh siswa untuk indikator mengidentifikasi isu ilmiah. Membedakan isu ilmiah dan bukan ilmiah merupakan hal yang sangat penting dari ma-salah yang ada. Persentase terendah yang diperoleh siswa dari indikator ini mengin-dikasikan bahwa siswa masih kurang menguasai cara membedakan isu ilmiah dan bu-kan ilmiah sehingga secara tidak langsung juga kurang menguasai aspek mengenali pertanyaan yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah dalam suatu situasi tertentu dan mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah mengenai topik tertentu. Rendahnya penguasaan indikator tersebut disebabkan oleh siswa kurang melatih pi-kirannya untuk membedakan isu ilmiah dan bukan ilmiah. Selain itu, siswa juga kurang berlatih soal-soal tentang pertanyaan ilmiah atau pertanyaan bukan ilmiah sehingga siswa kurang bisa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hal itu.

Persentase terendah kedua mengenai indikator dimensi proses yang kurang di-kuasai oleh siswa adalah indikator mengidentifikasi bukti ilmiah ( ). Hal ini me-nandakan bahwa siswa SMP belum dapat sepenuhnya membedakan bukti ilmiah dan bukan ilmiah yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan iden-tifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains. Rendahnya persentase tersebut disebabkan oleh kegiatan pem-belajaran siswa kurang terbiasa mengerjakan soal dan berdiskusi tentang pernyataan-pernyataan yang termasuk bukti ilmiah dan bukan ilmiah. Siswa cenderung lebih ba-nyak mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan pemahaman konsep sehingga mereka menjadi kurang mengerti ketika diberikan soal yang berhubungan dengan indi-kator ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan kepe-kaan mereka terhadap pernyataan yang termasuk bukti ilmiah dan bukan ilmiah adalah dengan cara berlatih soal-soal berkaitan dengan hal tersebut dan berdiskusi dengan teman-teman.

Page 9: Jp kim ia312

Redhana et al., Indikator Dimensi Proses Literasi Sains…

Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa in-

dikator dimensi proses yang paling dikuasai oleh siswa SMP Negeri kelas IX se-kota Singaraja adalah indikator mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, sedangkan indikator dimensi proses yang kurang dikuasai oleh siswa dibandingkan kedelapan indikator lainnya adalah indikator mengidentifikasi isu ilmiah. Penelitian ini merekomendasikan bahwa hasil literasi sains siswa ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memperba-harui kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga nantinya literasi sains siswa dapat ditingkatkan. Selain itu, diperlukan adanya penelitian yang serupa dengan penelitian ini dengan populasi dan sampel yang lebih luas sehingga dapat dilihat secara riil kondisi literasi sains siswa SMP di Kabupaten Buleleng pada khususnya dan Bali pada umum-nya.

Daftar Rujukan Hartoto. ( ). Tujuan Pendidikan. Diakses tanggal 30 Juli 2011 dari http://fatamor-

ghana.wordpress.com. Sukardi. ( ). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Ak-

sara. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). ( ). Assesmen

Fremework, Key Competencies in Reading, Mathematics and Science. Diakses 3 Desember 2011 dari http://www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820. pdf.

Walker, M. ( ). PISA 2009 Plus Result Performance of 15-Years-Olds in Reading, Mathematics and Science for 10 Additional Participants. Diakses 10 Januari 2012 dari https://mypisa.acer.edu.au/images/mypisadoc/acer_pisa% 202009%2B% 20 international. pdf.