jp kim ia311

10
IDENTIFIKASI KONTEKS-KONTEKS BUDAYA LOKAL YANG RELEVAN DENGAN MATERI KIMIA SMA I Wayan Redhana, I Nyoman Suardana, dan Ni Made Andayati Jurusan Pendidikan Kimia Jalan Udayana-Singaraja Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan: ( mengidentifikasi konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia di SMA, dan (2) mendeskripsikan pan- dangan guru-guru kimia terhadap integrasi konteks budaya lokal dalam pembela- jaran kimia di SMA. Penelitian dilakukan melalui studi dokumen dan studi lapang- an. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan ma- teri kimia dapat dikategorikan menjadi tujuh kelompok, yaitu ) keagamaan (misal upacara ngaben relevan dengan topik termokimia dan redoks), () pengobatan tra- disional (misalnya loloh relevan dengan larutan nonelektrolit), (3) pertanian (misal- nya penaburan aon pada tanah yang terkena damuh relevan dengan topik asam- basa), ) makanan tradisional Bali (misalnya dodol yang relevan dengan topik ko- loid), (5) bahan pembersih alami (misalnya air hasil rendaman abu untuk keramas rambut relevan dengan topik asam-basa), (6) keterampilan (misal-nya pembuatan gamelan dan bokor relevan dengan topik pemanfaatan unsur-unsur dalam kehi- dupan sehari-hari), dan ) aktivitas keseharian masyarakat (penggunaan daun ga- mal pada proses pemeraman pisang relevan dengan topik hidrokarbon). Kedua, guru-guru kimia berpendapat bahwa ada beberapa konteks budaya lokal yang re- levan dengan materi kimia dan bisa diterapkan dalam pembelajaran kimia , tetapi ada beberapa konteks budaya lokal yang lain sulit diintegrasikan dalam pembelajaran kimia Kata-kata kunci: konteks budaya lokal, pembelajaran kimia SMA ABSTRACT: The study aimed at: (1) identifying locally cultural contexts being relevant to the senior high school chemistry topics and describing teachers’ view toward integration of the locally cultural contexts in the chemistry learning. The study was conducted through document and field study. Data in the study were qualitative data and were analyzed descriptively. Findings of the study could be described as follows. Firstly, the locally cultural contexts being relevant to the the senior high school chemistry topics could be categorized into seven groups, that is: religion (for instance ngaben is relevant to the redox and thermochemistry topics), (2) traditional treatment (for instance loloh is relevant to the nonelectrolyte solution), (3) agricultural (for instance spreading aon is relevant to the acid-base topic), (4) Balinese food (dodol is relevant to the colloid topic), (5) natural cleaner (for instance water of ashes for cleaning hair is relevant to the acid-base topic), (6) skills (for instance making gamelan and bokor is relevant to the use of chemistry elements in daily life), and (7) daily activities of society (for instance use of daun gamal in the maturity of bananas is relevant to the hydrocarbon topic). Secondly, chemistry teachers viewed that some locally cultural contexts are relevant to the chemistry topics and could be applied in the chemistry teaching but some other contexts are difficult to be integrated in the chemistry teaching Keywords: The locally cultural contexts, chemistry learning

Upload: iwayanredhana

Post on 18-Dec-2014

777 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jp kim ia311

IDENTIFIKASI KONTEKS-KONTEKS BUDAYA LOKAL YANG RELEVAN DENGAN MATERI KIMIA SMA

I Wayan Redhana, I Nyoman Suardana, dan Ni Made Andayati Jurusan Pendidikan Kimia Jalan Udayana-Singaraja

Email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan: ( mengidentifikasi konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia di SMA, dan (2) mendeskripsikan pan-dangan guru-guru kimia terhadap integrasi konteks budaya lokal dalam pembela-jaran kimia di SMA. Penelitian dilakukan melalui studi dokumen dan studi lapang-an. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan ma-teri kimia dapat dikategorikan menjadi tujuh kelompok, yaitu ) keagamaan (misal upacara ngaben relevan dengan topik termokimia dan redoks), ( ) pengobatan tra-disional (misalnya loloh relevan dengan larutan nonelektrolit), (3) pertanian (misal-nya penaburan aon pada tanah yang terkena damuh relevan dengan topik asam-basa), ) makanan tradisional Bali (misalnya dodol yang relevan dengan topik ko-loid), (5) bahan pembersih alami (misalnya air hasil rendaman abu untuk keramas rambut relevan dengan topik asam-basa), (6) keterampilan (misal-nya pembuatan gamelan dan bokor relevan dengan topik pemanfaatan unsur-unsur dalam kehi-dupan sehari-hari), dan ) aktivitas keseharian masyarakat (penggunaan daun ga-mal pada proses pemeraman pisang relevan dengan topik hidrokarbon). Kedua, guru-guru kimia berpendapat bahwa ada beberapa konteks budaya lokal yang re-levan dengan materi kimia dan bisa diterapkan dalam pembelajaran kimia , tetapi ada beberapa konteks budaya lokal yang lain sulit diintegrasikan dalam pembelajaran kimia

Kata-kata kunci: konteks budaya lokal, pembelajaran kimia SMA

ABSTRACT: The study aimed at: (1) identifying locally cultural contexts being relevant to the senior high school chemistry topics and describing teachers’ view toward integration of the locally cultural contexts in the chemistry learning. The study was conducted through document and field study. Data in the study were qualitative data and were analyzed descriptively. Findings of the study could be described as follows. Firstly, the locally cultural contexts being relevant to the the senior high school chemistry topics could be categorized into seven groups, that is: religion (for instance ngaben is relevant to the redox and thermochemistry topics), (2) traditional treatment (for instance loloh is relevant to the nonelectrolyte solution), (3) agricultural (for instance spreading aon is relevant to the acid-base topic), (4) Balinese food (dodol is relevant to the colloid topic), (5) natural cleaner (for instance water of ashes for cleaning hair is relevant to the acid-base topic), (6) skills (for instance making gamelan and bokor is relevant to the use of chemistry elements in daily life), and (7) daily activities of society (for instance use of daun gamal in the maturity of bananas is relevant to the hydrocarbon topic). Secondly, chemistry teachers viewed that some locally cultural contexts are relevant to the chemistry topics and could be applied in the chemistry teaching but some other contexts are difficult to be integrated in the chemistry teaching

Keywords: The locally cultural contexts, chemistry learning

Page 2: Jp kim ia311

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1-2, April-Oktober 2013, 1-

Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan murid. Dalam

proses pembelajaran komunikasi yang terjalin hendaknya mempunyai hubungan timbal balik antara guru dan murid sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efi-sien. Khususnya dalam pembelajaran kimia, guru-guru kimia masih menerapkan me-tode ceramah dalam proses pembelajaran. Metode ceramah membuat siswa cende-rung menghafal contoh-contoh yang diberikan. Keadaan ini membuat siswa meng-alami kesulitan dalam memaknai konsep sehingga menyebabkan terjadinya miskon-sepsi (Sastrawidana & Selamat, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Redhana & Kirna (2004) menemukan bahwa se-telah pembelajaran pada topik struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia ternyata banyak siswa mengalami miskonsepsi. Terjadinya miskonsepsi ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep kimia lebih lanjut (Sastrawidana & Selamat, 2007). Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran kimia juga dise-babkan oleh karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang sebagian besar bersifat abstrak sehingga memerlukan pemahaman dan daya analisis yang tinggi. Hal ini menye-babkan siswa tidak dapat mengenali konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep itu sendiri (Nakhleh, dalam Sudria, 2006).

Ilmu kimia seperti halnya sains merupakan suatu sistem pengetahuan yang mencerminkan praktek-praktek budaya. Budaya yang dimaksud merupakan totalitas kompleks dari ide-ide dan objek konten yang merupakan hasil daya cipta sekelompok orang atau masyarakat yang diterima secara kolektif (Kemmeyer, dalam Basuki, 2008). Ilmu kimia yang merupakan produk budaya barat dapat berimplikasi pada pencapaian hasil belajar siswa yang berasal dari masyarakat dengan budaya yang berbeda.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut di atas ada-lah dengan mengkaitkan antara materi pelajaran kimia dengan budaya yang dimiliki oleh siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jegede dan Aikenhead (1999) mene-gaskan bahwa keberhasilan proses pembelajaran sains di sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki oleh siswa atau masyarakat tempat sekolah tersebut berada. Menurut Costa dan Ogawa (dalam Suastra, 2005), jika pembelajaran sains sejalan dengan budaya siswa sehari-hari, maka pembelajaran sains tersebut akan memiliki kecenderungan untuk memperkuat pandangan siswa terhadap alam. Se-baliknya, jika pembelajaran sains tidak sejalan dengan budaya sehari-hari siswa ten-tang alam, maka pembelajaran sains akan memiliki kecenderungan untuk memi-sahkan pandangan siswa terhadap alam. Dengan kata lain, siswa akan merasa ter-asing dengan budayanya sendiri. Ini mengakibatkan siswa belajar dengan cara meng-hafal (root learning) dan kurang mengarah pada belajar bermakna (meaningful learning). Pengintegrasian budaya lokal ke dalam pembelajaran penting dilakukan ka-rena pengintegrasian ini akan mampu mensinergikan antara budaya yang dimiliki oleh siswa dan materi-materi yang dipelajari oleh siswa.

Dalam kaitannya dengan penelitian budaya Bali, Anggreni (2008) menyatakan bahwa konsep-konsep sains asli Bali (indegeneus science) yang diintegrasikan dalam pembelajaran sains SMP dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: prameya (objek sains), pramna (proses sains), dan (3) susila (nilai sains). Di lain pihak, pengem-bangan model siklus belajar tri pramana dan catur pramana masing-masing dilakukan oleh Ardyana (2008) dan Rosmayuni (2008). Dari hasil penelitian tersebut dapat dika-takan bahwa penerapan model siklus belajar tri pramana dan catur pramana dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Namun, penelitian yang terkait dengan konteks-konteks budaya lokal Bali yang relevan dengan materi kimia SMA belum banyak dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, tulisan ini mengungkap secara detail konteks-konteks budaya lokal yang relevan

Page 3: Jp kim ia311

Redhana et al., Identifikasi Konteks-Konteks Budaya Lokal…

dengan materi kimia SMA. Kaitan antara konteks-konteks budaya lokal dan materi ki-mia SMA akan bermanfaat untuk pengembangan bahan ajar kimia SMA.

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengungkap tentang kon-

teks-konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia SMA. Penelitian ini dila-kukan melalui studi dokumen dan studi lapangan. Studi dokumen dilakukan dengan menganalisis standar isi mata pelajaran kimia SMA. Studi dokumen juga dilakukan de-ngan menganalisis sumber-sumber tertulis yang memuat konteks-konteks budaya lokal (Bali). Di lain pihak, studi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari la-pangan tentang konteks-konteks budaya lokal Bali yang relevan dengan materi kimia SMA. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan wawancara. Informan yang disasar pa-da studi lapangan ini adalah teoritisi dan praktisi yang memahami tentang budaya lokal Bali dan konsep-konsep kimia. Setelah data hasil studi dokumen dan lapangan dikum-pulkan, dibuat daftar hubungan antara kompetensi dasar kimia dan konteks-konteks budaya lokal Bali dibuat. Data yang diperoleh ini dinilai oleh empat orang guru kimia. Subjek penelitian ini berupa dokumen tertulis, guru-guru kimia, sedangkan objek pene-litian berupa pemahaman dan pandangan dari anggota masyarakat dan guru-guru ki-mia SMA tentang konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia. Instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman analisis dokumen dan pedoman wawan-cara. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari dua sumber, yaitu dokumen tertulis dan anggota masyarakat atau guru kimia yang berkompeten. Data ini dianalisis secara des-kriptif dengan memaparkan temuan-temuan penelitian sesuai dengan pokok permasa-lahan yang dikaji dilengkapi dengan intepretasi peneliti yang dibangun berdasarkan ke-lompok data.

Hasil Penelitian Identifikasi Konteks-Konteks Budaya Lokal yang Berhubungan dengan Aspek Kimia

Hasil studi dokumen dan lapangan menghasilkan konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia SMA. Konteks-konteks budaya lokal ini dapat dilihat pada Tabel

Page 4: Jp kim ia311

Tabel 01. Konteks-konteks budaya lokal yang terkait dengan materi kimia SMA

Standar kompetensi Kompetensi dasar Kategori konteks

budaya lokal Konteks budaya lokal

Bali Penjelasan

Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia

Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk

Keagamaan Garam merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam upakara segehan

Garam yang dipakai dalam banten segehan

adalah garam dapur. Komponen utama penyusun garam dapur adalah NaCl. Dalam gion aram dapur terdapat ikatan ion antara Na

+ dan ion Cl

-. Ii relevan dengan materi

ikatan ion.

Keagamaan Benda-benda pusaka Bali (tombak, keris) yang

terbuat dari logam. Pembuatannya biasanya melalui proses penempaan logam.

Logam yang digunakan sebagai benda pusaka mengandung ikatan logam antaratom logam. Pembuatan benda pusaka terkait dengan materi ikatan logam dan sifat logam, yaitu mudah ditempa.

Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri)

Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya

Keagamaan/ makanan khas Bali

Tape merupakan salah satu makanan khas Bali, selain itu tape digunakan sebagai sarana banten pada upacara agama Hindu di Bali

Tape terbuat dari beras ketan. Beras ketan mengandung amilum. Oleh ragi (mikrorganisme), amilum mengalami hidrolisis yang dibantu oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh ragi menghasilkan glukosa. Glukosa selanjutnya mengalami fermentasi menghasilkan etanol.

Pengobatan tradisional Bali

Cuka adalah larutan yang digunakan untuk mengobati bengkak dan kesemutan

Cuka dihasilkan dari oksidasi etanol, reaksinya:

C H OH(aq) + / O (g) CH COOH(aq) +

H O, relevan dengan topik persamaan reaksi.

Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-redukasi

Mengidentifikasi sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasilpercobaan

Keagamaan Laut merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk upacara meiikis oleh umat Hindu

Air laut merupakan contoh larutan elektrolit. Hal ini relevan dengan topik larutan elektrolit.

Penggunaan gula medadah (gula merah yang dicairkan) dalam kue khas Bali

Gula medadah merupakan contoh larutan nonelektrolit.

Pengobatan tradisional Bali

Penggunaan loloh daun

jambu biji untuk mengobati sakit diare

Loloh termasuk dalam larutan non elektrolit.

… Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1-2, April-Oktober 2013, 1-

Page 5: Jp kim ia311

Redhana et al., Identifikasi Konteks-Konteks Budaya Lokal…

Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi- reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya

Keagamaan Pembuatan tuak wayah

dengan menggunakan lawu. Tuak digunakan sebagai salah satu sarana dalam banten segehan

Lawu terbuat dari serabut kelapa yang dimasukkan ke dalam tuak yang sudah masam (tuak wayah) dan digunakan sebagai katalis dalam pembuatan tuak wayah.

Reaksinya: C H O → 2C H OH + 2CO Reaksi di atas merupakan reaksi redoks.

Aktivitas masyarakat Bali

Penggunaan minyak kelapa (lengis Bali) dalam

perawatan senjata dan beberapa perabot seperti golok, blakas, dan dapak

Minyak kelapa mampu melindungi perabotan yang terbuat dari logam dari proses oksidasi.

Keagamaan Pembakaran mayat dalam ngaben

Pada proses pembakaran mayat terjadi reaksi redoks, di mana karbohidrat, lemak, asam nukleat yang berasal dari unsur C dan H berubah menjadi CO . uap air. Mineral logam diubah menjadi oksida-oksida logam

Keagamaan Perkaratan benda-benda pusaka (tombak, keris). Benda-benda pusaka digunakan dalam upacara agama

Karat merupakan oksida besi. Ini relevan dengan topik reaksi redoks.

Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa

Aktivitas masyarakat Bali

Penggunaan daun gamal pada proses pemeraman pisang

Penggunaan daun gamal pada proses pemeraman pisang mampu merangsang kerja dari hormon etilen. Etilen (C H ) merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, pengembangan, dan pematangan seluruh tanaman. Etilen (C H ) merupakan contoh senyawa hidrokarbon.

Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm, dan reaksi endoterm

Aktivitas masyarakat Bali

Reaksi pembakaran yang terjadi dalam lomloman pada acara pengrupukan

Reaksi pembakaran lomloman merupakan contoh reaksi eksoterm. Ledakan terjadi sebagai akibat reaksi eksoterm pada pembakaran minyak tanah pada suhu tinggi (minyak tanah panas).

Keagamaan Reaksi pembakaran pada upacara ngaben (pembakaran mayat)

Pada pembakaran mayat dilepaskan panas oleh sistem (mayat yang dibakar) menuju lingkungan sehingga suhu di luar menjadi panas. Ini merupakan salah satu contoh dari reaksi eksoterm.

Page 6: Jp kim ia311

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1-2, April-Oktober 2013, 1-

Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya

Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm, dan reaksi endoterm

Aktivitas masyarakat Bali

Keagamaan

Reaksi pembakaran yang terjadi pada lomloman pada acara pengrupukan

Reaksi pembakaran lomloman merupakan

contoh reaksi eksoterm. Ledakan terjadi sebagai akibat reaksi eksoterm pada pembakaran minyak tanah pada suhu tinggi (minyak tanah panas).

Reaksi pembakaran pada upacara ngaben (pembakaran mayat)

Pada pembakaran mayat dilepaskan panas oleh sistem (mayat yang dibakar) menuju lingkungan sehingga suhu di luar menjadi panas. Ini merupakan salah satu contoh dari reaksi eksoterm.

Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri

Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Keagamaan Penggunaan pasepan dengan menggunakan kayu yang dipotong kecil-kecil dalam upacara agama Hindu

Penggunaan kayu yang ukurannya kecil dalam pasepan bertujuan untuk memperluas permukaan bidang sentuh sehingga reaksi pembakaran kayu cepat terjadi. Hal ini relevan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, khususnya pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.

Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan

Pertanian Penaburan aon ke daerah pesawahan yang kena damuh lengis

Abu dalam bahasa Bali disebut aon merupakan zat yang bersifat basa dan damuh lengis merupakan air atau embun

pagi yang bersifat asam. Proses ini merupakan penetralan asam basa.

Pengobatan tradisional Bali

Penggunaan pamor untuk mengobati sengatan lebah

Pamor bersifat basa, sedangkan sengatan lebah bersifat asam. Ini merupakan reaksi penetralan asam basa.

Aktivitas masyarakat Bali

Penggunaan pamor untuk nginang

Pamor merupakan basa, sedangkan sisa makanan mengandung asam. Hal ini merupakan prinsip reaksi asam basa.

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya

Keagamaan Pembuatan dodol pada hari penyajaan Galungan

Dodol merupakan salah satu contoh sistem koloid padat (tepung dan gula) dalam cair (air), sistem koloid ini disebut sol.

Keagamaan Campuran arang dan minyak kelapa digunakan untuk mewarnai nasi menjadi hitam pada banten segehan

Campuran antara arang dan minyak kelapa merupakan sistem koloid padat (arang) dalam cair (minyak) yang disebut dengan sol.

Bahan pembersih alami

Penggunaan air remasan daun pucuk untuk keramas

Air remasan daun pucuk merupakan salah satu bentuk koloid cair dalam cair (emulsi).

Page 7: Jp kim ia311

Redhana et al., Identifikasi Konteks-Konteks Budaya Lokal…

Bahan pembersih alami

Penggunaan hasil rendaman antara sekam padi dan air untuk keramas

Pencampuran antara abu sekam padi dan air merupakan salah satu bentuk koloid padat (abu) dalam cair (air)yang disebut dengan sol

Makanan khas Bali Penggunaan santan untuk pembuatan jaja Bali (jaja wajik, jaja sumping)

Santan pada dasarnya merupakan emulsi antara minyak dan air dengan protein sebagai pengemulsi atau emulgatornya.

Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari

Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan industri

Keagamaan Penyepuhan pernik-pernik pengangge pratima dengan

emas

Penyepuhan merupakan elektrolisis.

Keagamaan Perkaratan pada pis bolong atau uang kepeng. Pis bolong digunakan sebagai

sarana persembahyangan

Pis bolong yang digunakan dalam upacara persembahyangan sering mengalami korosi atau perkaratan. Ini relevan dengan topik korosi.

Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi dalamsel elektrolisis

Keterampilan masyarakat Bali

Penyepuhan perhiasan pratima

Penyepuhan merupakan proses elektrolisis.

Mendeskripsikan kecenderungan sifat fisik dan kimia unsur utama dan unsur transisi (titik didih, titik leleh, kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan, dan sifat khusus lainnya)

Keterampilan masyarakat Bali

Pandai besi memanaskan besi hingga meleleh sehingga dapat ditempa

Besi meleleh pada titik lelehnya. Ini merupakan salah satu sifat fisik unsur, yaitu titik leleh.

Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur-unsur dan senyawanya dalam kehidupan sehari-hari

Keterampilan masyarakat Bali

Bokor merupakan salah

satu sarana yang digunakan dalam upacara agama Hindu di Bali

Bokor terbuat dari kuningan (campuran

logam). Ini relevan dengan topik manfaat unsur-unsur dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya, dan makromolekul

Mendeskripsikan struktur, cara penulisan, tata nama, sifat, kegunaan, dan identifikasi senyawa karbon (haloalkana, alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, dan alkil alkanoat) Mendeskripsikan struktur, cara penulisan,tata nama, sifat, dan kegunaan

keagamaan Pembuatan tuak wayah dengan cara fermentasi nira. Tuak wayah digunakan sebagai tabuh-tabuh dalam banten

Hasil fermentasi ini akan menghasilkan tuak wayah yang mengandung alkohol.

Keagamaan Salah satu pelengkap banten segehan adalah minuman keras berupa arak, brem,dan tuak

Minuman keras ini (arak, brem, dan tuak) merupakan salah satu minuman yang beralkohol. Alkohol merupakan senyawa karbon. Ini relevan dengan topik senyawa karbon.

Page 8: Jp kim ia311

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1-2, April-Oktober 2013, 1-

benzena dan turunannya Mendeskripsikan struktur, tata nama, penggolongan, sifat dan kegunaan makromolekul (polimer, karbohidrat, dan protein)

Keagamaan Pembuatan banten pada umat Hindu di Bali yang biasanya menggunakan telur yang direbus

Telur merupakan salah satu sumber protein yang jika dipanaskan akan mengalami koagulasi. Ini relevan dengan topik protein.

Keagamaan Penggunaan nasi untuk banten saiban, banten segehan, dan untuk tumpeng

Nasi mengandung karbohidrat. Ini relevan dengan topik karbohidrat.

Page 9: Jp kim ia311

Pembahasan Data yang disajikan pada Tabel menunjukkan bahwa ada beberapa topik ki-

mia SMA yang konteks budaya lokalnya tidak ditemukan. Topik-topik yang tidak dite-mukan konteks budaya lokalnya adalah struktur atom, sistem periodik unsur, tata nama senyawa kimia, hukum-hukum dasar kimia, kesetimbangan, dan stoikiometri larutan. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar topik tersebut bersifat mikroskopis (tingkat ab-straknya tinggi). Di lain pihak, konteks-konteks budaya lokal cenderung bersifat ma-kroskopis. Kajian topik kimia di SMA yang sudah banyak mengarah ke aspek mikros-kopis menyebabkan sulit menemukan konteks budaya lokal yang relevan. Untuk topik-topik kimia yang memiliki tingkat aplikasi yang tinggi, masih bisa ditemukan konteks-konteks budaya lokal yang relevan, misalnya larutan, koloid, asam basa, reaksi redoks, kegunaan unsur-unsur dalam kehidupan sehari-sehari, karbohidrat, lemak, dan protein.

Berdasarkan kelestariannya, konteks budaya lokal dapat digolongkan menjadi dua, yaitu konteks budaya lokal yang bertahan dan ditemukan sampai sekarang (con-serve) dan konteks budaya lokal yang jarang ditemukan lagi atau hampir punah (non-conserve). Konteks budaya lokal yang conserve misalnya pembakaran mayat pada upacara ngaben, penggunaan gamelan untuk mengiringi upacara keagamaan/adat, pembuatan benda-benda pusaka dari logam, garam dalam banten segehan, penggu-naan tuak, serta arak dan berem untuk upacara bhuta yadnya. Sementara itu, konteks-konteks budaya lokal non-conserve misalnya penggunaan nasi ntip tepengan (bagian bawah nasi yang dimasak dalam panci yang sudah menjadi arang) sebagai obat sakit perut atau maag, penggunaan air rendaman sekam padi untuk keramas, penggunaan air remasan daun pucuk untuk keramas, dan penggunaan daun gamal pada proses pe-meraman pisang.

Berdasarkan hasil pendapat guru, konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan materi kimia SMA tidak semua bisa diintegrasikan dalam pembelajaran. Hal ini terkait dengan konteks budaya lokal itu sendiri, jika budaya lokal tersebut sudah punah dan siswa sudah tidak mengenalnya, maka penggunaan budaya lokal tersebut bukan-nya membantu siswa memahami materi yang dipelajari, malahan membingungkan sis-wa yang pada akhirnya akan menghambat pemahaman siswa terhadap materi yang di-pelajari. Misalnya, penggunaan air sekam untuk keramas.

Penggunaan konteks budaya lokal dalam pembelajaran kimia akan menjadikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru menjadi sangat kaya dan bermakna de-ngan pengalaman siswa. Keadaan ini akan menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang kaitan antara budaya lokal dan materi kimia yang sedang dipelajari. Tumbuhnya minat dan motivasi belajar ini akan mendorong siswa mempelajari sumber-sumber informasi secara mendalam, dan bahkan mencari sumber-sumber informasi yang lain. Dorongan motivasi ini mengaki-batkan siswa mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam mempelajari materi kimia. Ak-hirnya, siswa dapat memahamai materi kimia secara mendalam. Hal ini senada de-ngan pendapat para guru yang menyatakan bahwa pengintegrasian konteks budaya lokal menyebabkan siswa tertarik mengikuti pelajaran karena materi yang disampaikan memiliki keterkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini sejalan dengan juga apa yang dikemukakan oleh Baker & Taylor (1995) dan Cobern & Aikenhead (1996), yaitu penggunaan konteks budaya lokal dalam pembelajaran kimia mirip dengan pem-belajaran kontekstual, yaitu konteks yang digunakan dalam hal ini adalah budaya lokal.

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik ada-

lah sebagai berikut. Pertama, konteks-konteks budaya lokal yang relevan dengan topik kimia SMA dapat dikategorikan menjadi: (a) keagamaan (misal upacara ngaben rele-

Redhana et al., Identifikasi Konteks-Konteks Budaya Lokal…

Page 10: Jp kim ia311

Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 3, Nomor 1-2, April-Oktober 2013, 1-

van dengan topik termokimia dan redoks); (b) pengobatan tradisional (misalnya loloh relevan dengan larutan nonelektrolit); (c) pertanian (misalnya penaburan aon ke dae-rah yang kena damuh yang relevan dengan topik asam-basa); (d) makanan khas bali (misalnya dodol yang relevan dengan topik koloid); (e) bahan pembersih alami (misal air hasil rendaman abu untuk keramas relevan dengan topik asam-basa); (f) keteram-pilan (misal pembuatan gamelan dan bokor relevan dengan topik pemanfaatan unsur-unsur dalam kehidupan sehari-hari); (g) aktivitas keseharian masyarakat (penggunaan daun gamal pada proses pemeraman pisang relevan dengan topik termokimia). Kedua, guru-guru kimia SMA berpendapat bahwa ada beberapa konteks budaya lokal yang re-levan dengan topik kimia SMA dan bisa diintegrasikan ke dalam pembelajaran kimia, tetapi ada juga yang tidak bisa diintegrasikan dalam pembelajaran.

Daftar Rujukan Aikenhead, G. S., & Jegede, O. J., (1999). Cross-cultural science education: A cogni-

tive explanation of a cultural phenomenon. Journal of Research in Science Tea-ching, 36 -

Anggreni, K. (2008). Identifikasi konsep-konsep sains kimia asli (indigenous chemistry) yang relevan dengan konsep-konsep kimia dalam pembelajaran sains di SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Ardyana, I K. (2008). Penerapan pembelajaran dengan siklus belajar PSA (pratyaksa-sabda-anumana pramana) dan siklus belajar PAS (pratyaksa-anumana-sabda pramana) terhadap mutu pembelajaran kimia di kelas X dan X SMA Negeri 2 Singaraja pada tahun ajaran 2007/2008. Skripsi tidak diterbitkan. Singaraja: Uni-versitas Pendidikan Ganesha.

Baker, D. & Taylor The effect of cultural on the learning of science in non-wes-tern countries: The result of an integrated reseach review. Journal Science Edu-cation, 17 ), -

Basuki, A. (22 Nopember 2008). Identifikasi pengetahuan asli orang suku laut untuk pembelajaran kimia. Proseding Seminar Nasional kimia dan pendidikan Kimia.

Cobern & Aikenhead., G. S. Cultural aspects of learning science. Diakses 2 Juni 2002 dari http://www.wmichedu/slcpsp/121.hitm.

Redhana, I W. & Kirna, I M. (2004). Identifikasi miskonsepsi siswa SMA Negeri di kota Singaraja terhadap konsep-konsep kimia. Laporan Penelitian tidak dipublikasi-kan. Singaraja: IKIPN Singaraja.

Rosmayuni, A.P. (2008). Pengembangan model pembelajaran catur pramana dalam pembelajaran hidrokarbon. Skripsi tidak diterbitkan. Singaraja: Universitas Pend-idikan Ganesha.

Sastrawidana, I D. K. & Selamat, I N. (2007). Implementasi pembelajaran kooperatif dengan siklus ACE untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia siswa SMAN 4 Singaraja. Laporan Penelitianttidak diterbitkan: Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudria, I B. N. (2006). Pengembangan materi pelajaran kimia di SMP dalam rangka pendidikan “science for all.” Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: PPs UPI.