joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

23
TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN REVIEW JOURNAL Working Memory and Intelligence: A Brief Review JOKO SOEBAGYO 782612081

Upload: joko-soebagyo

Post on 22-Jun-2015

712 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

REVIEW JOURNAL

Working Memory and Intelligence: A Brief Review

JOKO SOEBAGYO782612081

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2013

Page 2: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

Ulasan (Review)

Dari judul jurnal yang di ulas terdapat ada tiga istilah psikologi yaitu:

memory, working memory dan inteligence.

A. Memori

1. Definisi Memori

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memori adalah

1) kesadaran akan pengalaman masa lampau yg hidup kembali; ingatan;

2) catatan yg berisi penjelasan;

3) peringatan; keterangan.

Menurut Tulving & Craik (dalam Meinisa, 2012) mendefinisikan

memori sebagai cara-cara yang dengannya kita mempertahankan dan

menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.

Menurut Passer dan Smith (dalam Meinisa, 2012) menyatakan

bahwa memori merupakan suatu proses yang meliputi perekaman,

penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori

bersifat sangat kompleks dan dinamis.

Menurut Matlin (dalam Meinisa, 2012) mendefiniskan memori

sebagai proses untuk mempertahankan informasi.

Menurut Galotti (dalam Meinisa, 2012) mendefinisikan memori

sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni :

penyimpanan (storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information

gathering).

Sebagai sebuah proses, memori menunjukkan suatu mekanisme

dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan

(retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai

Page 3: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernandez Blasi, 2003;

Crowder, 1976, dalam Paskah, 2009)

Menurut Santrock (dalam Meinisa, 2012) mendefiniskan memori

sebagai tempat penyimpanan informasi dari waktu ke waktu.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi perekaman,

penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman masa lampau

untuk digunakan saat ini.

2. Tahapan Memori

Atkinson dan Shiffrin (dalam Paskah, 2009) memperkenalkan model

tradisional dari memori yang terdiri dari tiga tahap, yaitu sensory

register/memory, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

Multi Store Model

(Atkinson and Shiffrin, 1968)

Menurut Lahey (dalam paskah, 2009) sensory register merupakan tahap

pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua

pengalaman sensori (berupa visual, auditori, dan sentuhan) hingga

akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung

Page 4: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat

diproses otak. Pada proses penyimpanan, informasi yang berada dalam

sensory register tidak bertahan lama hanya sepersekian detik.

Dalam memori jangka pendek, tempat penyimpanan informasi sementara

7+2 menit (Baddeley, 2001), terjadi kegiatan: analisis bacaan, pemecahan

masalah, kapasitas terbatas. Sedangkan dalam memori jangka panjang,

dapat menyimpan memori dalam jumlah tak terbatas tetapi tidak dapat

diukur jumlahnya.

Secara tabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel Perbedaan Tahap Memori

3. Pemrosesan Informasi dalam Memori

Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori

menurut Sternberg, 2006 (dalam Paskah, 2009), yaitu:

a) Encoding

Tahap pertama dalam pemrosesan informasi adalah encoding. Encoding

merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi sehingga

Fitur Sensory Register Memori jangkapendek

Memori jangkapanjang

Masuknyainformasi

Sebelum adanyaperhatian

Membutuhkanperhatian

Pengulangan

Caramempertahankaninformasi

Tidak mungkin Memberi lebihbanyak perhatiandan pengulangan

Menyusuninformasi dengantepat

Bentuk informasi Bentuk nyatadari input

Akustik, visual,dan makna

Berdasarkanmakna

Kapasitas Besar Kecil Tidak terbatasPenyebab lupa Faktor waktu Faktor waktu dan

adanyapergantianinformasi

Informasi tidakakan pernahhilang. Lupadisebabkan karenaketidakmampuanmemanggilinformasi dengansempurna

Durasi ±1 detik 7 – 9 menit Menit – tahunanPemanggilan - Secara otomatis Melalui proses

pencarian

Page 5: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

individu dapat menempatkannya di dalam memori. Individu mengubah

informasi ke dalam bentuk psikologis yang dapat diterima mental.

Biasanya kode yang digunakan adalah kode semantik, visual, dan akustik.

Kode semantic didasarkan pada makna dan merupakan kode yang

dominan di dalam memori jangka panjang (long term memory). Kode

akustik didasarkan pada bahasa dan merupakan kode memori yang

dominan dalam memori jangka pendek (short term memory). Materi yang

ada di dalam kode akustik biasanya terdiri dari urutan huruf, angka,

ataupun kata-kata yang tidak bermakna. Sedangkan kode visual diwakili

oleh gambar.

b) Penyimpanan (storage)

Pemrosesan yang kedua adalah penyimpanan yang berfungsi untuk

mempertahankan informasi.

c) Pemanggilan (retrieval)

Pemrosesan yang ke tiga adalah pemanggilan. Pemanggilan adalah proses

mengakses kembali informasi yang telah disimpan. Menurut Hunt & Ellis

(dalam Paskah, 2009) proses pemanggilan ada dua, yaitu: recall dan

recognition.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori

Menurut Gunawan (dalam Paskah, 2009) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi memori, yaitu:

a) Informasi yang tidak relevan dan tidak penting

Informasi yang tidak relevan dan tidak penting tidak akan mendapat

perhatian dari individu.

b) Interfensi atau gangguan

Jika ada gangguan pada saat individu ingin memasukkan informasi ke

dalam memori maka informasi yang dimasukkan akan kacau. Contoh,

kebisingan.

Page 6: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

c) Tidak fokus

Jika banyak informasi yang muncul pada saat kita ingin memasukkan

suatu informasi ke dalam memori maka hal ini mengakibatkan perhatian

terpecah.

d) Keadaan mental

Keadaan mental yang mempengaruhi memori adalah emosi. Keadaan

emosi akan mempengaruhi proses kognitif, seperti proses belajar dan

memori (Hunt & Ellis, 2004). Ganong (1973) menyatakan bahwa emosi

terdiri dari dua komponen, yaitu fisik dan mental. Komponen-komponen

tersebut meliputi kognitif (kesadaran akan sensasi), afek (perasaan akan

sesuatu), konatif (dorongan untuk berperilaku), dan perubahan fisik

(seperti hipertensi, berkeringat, dll). Mood merupakan pengalaman emosi

yang bertahan cukup lama (Matlin, 2005). Mood yang positif sangat

berperan dalam proses pemahaman. Sternberg (2006) menyatakan bahwa

hal-hal yang membangkitkan emosi akan merangsang sistem endokrin

untuk mengeluarkan hormon. Hormon tersebut akan menyebabkan

peningkatan kadar glukosa pada otak yang berfungsi untuk meningkatkan

memori. Pada proses belajar yang menjadi fokus perhatian adalah emosi

positif. Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif

dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan

informasi.

e) Fisik yang lelah

Kondisi fisik yang lelah juga sangat berpengaruh terhadap daya serap

informasi dan akan berpengaruh terhadap memori. Pikiran dan tubuh

saling mempengaruhi, saat pikiran sedang kacau maka kondisi tubuh akan

terpengaruh.

Page 7: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

f) Pengaruh zat kimia tertentu

Ada kebiasaan hidup yang kurang mendukung kerja otak, misalnya

kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, biasanya obat

terlarang. Buzan (2003) menyatakan bahwa alkohol akan mempengaruhi

memori jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten.

B. Working Memory

1. Definisi Working Memory

Working memory adalah suatu proses aktif menyimpan informasi hingga

informasi itu dikeluarkan, misalnya terus memikirkan dan mengulang-

ulang suatu nomor telepon kepada diri sendiri hingga memencet nomor

telepon yang dituju. Perlu diingat bahwa inti dari working memory adalah

bukan pada memindahkan informasi dari STM ke LTM, melainkan terus

mengingat informasi untuk kepentingan yang sementara atau mendadak.

Bagian-bagian otak yang mempengaruhi kinerja working memory adalah

frontal cortex, parietal cortex, anterior angulate, dan bagian dari basal

ganglia.

Terdapat banyak teori mengenai working memory yang berasal dari

penelitian pada hewan dan penelitian imaging atau pembayangan pada

manusia. Misalnya menurut Postle (2006), working memory berhubungan

dengan STM. Teori Cowan (2001) menyatakan bahwa working memory

bukan sistem yang terpisah, tapi merupakan bagian dari LTM.

Representasi dalam working memory merupakan subbagian dari

representasi LTM. Menurut Cowan (2001), kapasitas working memory

orang dewasa muda ± 7 chunks (digit, huruf, kata-kata atau unit lain), ± 4

chunks pada orang dewasa muda dan semakin sedikit pada anak-anak dan

orangtua. Proses pemindahan dari STM ke LTM meliputi pengkodean

atau konsolidasi informasi. Semakin lama suatu informasi tersimpan di

STM, semakin mungkin pula informasi tersebut masuk ke dalam LTM.

Page 8: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

2. Model Working memory

a. Baddeley and Hitch's Working Memory Model

Baddeley and Hitch's Working Memory Model

Page 9: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

b. Model Tannock

C. Intelligence

1. Definisi Intelligence

Menurut KBBI, intelligence berarti mempunyai atau menunjukkan

tingkat kecerdasan yang tinggi; berpikiran tajam; cerdas; berakal.

Page 10: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

Menurut J. Piaget, “Intelligence is assimilation to the extent that it

incorporates all the given data of experience within its framework ...There

can be no doubt either, that mental life is also accommodation to the

environment. Assimilation can never be pure because by incorporating

new elements into its earlier schemata the intelligence constantly modifies

the latter in order to adjust them to new elements.”

Menurut L. Thurstone, “Intelligence, considered as a mental trait,

is the capacity to make impulses focal at their early, unfinished stage of

formation. Intelligence is therefore the capacity for abstraction, which is

an inhibitory process.”

Menurut H. J. Eysenck, “Intelligence A: the biological substrate of

mental ability, the brains’ neuroanatomy and physiology; Intelligence B:

the manifestation of intelligence A, and everything that influences its

expression in real life behavior; Intelligence C: the level of performance

on psychometric tests of cognitive ability.” .

Menurut A. Binet, “It seems to us that in intelligence there is a

fundamental faculty, the alteration or the lack of which, is of the utmost

importance for practical life. This faculty is judgement, otherwise called

good sense, practical sense, initiative, the faculty of adapting ones self to

circumstances.”

Menurut A. Anastasi, “Intelligence is not a single, unitary ability,

but rather a composite of several functions. The term denotes that

combination of abilities required for survival and advancement within a

particular culture.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intelligence

adalah suatu kombinasi kemampuan mental, manifestasi mental dan

kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyesuaikan diri, survive

dan inisiatif dalam berbagai macam situasi atau keadaan dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 11: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

2. Jenis-jenis Intelligence

a. Menurut Howard Gardner pada tahun 1983 dalam bukunya The

Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen

kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi

Ganda) kemudian bertambah jadi delapan. Dalam buku terbarunya,

‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’

(1999), Howard Gardner, menambahkan dan menjelaskan 9

kecerdasan, yaitu: Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan

linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah

dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan

lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-

musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7)

kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas

sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain,

yaitu (8) kecerdasan naturalis (9) Kecerdasan eksistensial (kecerdasan

makna).

b. Menurut British psychologist Charles Spearman (1863-1945)

described a concept he referred to as general intelligence, or the g

factor. After using a technique known as factor analysis to to examine

a number of mental aptitude tests, Spearman concluded that scores on

these tests were remarkably similar. People who performed well on

one cognitive test tended to perform well on other tests, while those

who scored badly on one test tended to score badly on others. He

concluded that intelligence is general cognitive ability that could be

measured and numerically expressed.

c. Menurut Psychologist Louis L. Thurstone (1887-1955) offered a

differing theory of intelligence. Instead of viewing intelligence as a

single, general ability, Thurstone's theory focused on seven different

"primary mental abilities." The abilities that he described were: (1)

Page 12: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

Verbal comprehension (2) Reasoning (3) Perceptual speed (4)

Numerical ability (5) Word fluency (6) Associative memory (7) Spatial

visualization.

d. Menurut Robert Sternberg - Triarchic Theory of Intelligence: defined

intelligence as "mental activity directed toward purposive adaptation

to, selection and shaping of, real-world environments relevant to

one’s life." While he agreed with Gardner that intelligence is much

broader than a single, general ability, he instead suggested some of

Gardner's intelligences are better viewed as individual talents.

Sternberg proposed what he refers to as 'successful intelligence,'

which is comprised of three different factors: (1) Analytical

intelligence: This component refers to problem-solving abilities. (2)

Creative intelligence: This aspect of intelligence involves the ability to

deal with new situations using past experiences and current skills. (3)

Practical intelligence: This element refers to the ability to adapt to a

changing environment.

Berdasarkan informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

intelligence tidak dapat dipastikan secara konsep. Sampai saat ini, masih

dalam perdebatan konsep mana yang akan dijadikan acuan dalam dunia

akademik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence

Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh H. Jaali pada tahun 2007, faktor

yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:

1) Faktor Bawaan

Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas

kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah,

antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu

kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali,

meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

Page 13: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat

dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan

dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan

dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

3) Faktor Pembentukan

Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara

pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau

pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam

sekitarnya.

4) Faktor Kematangan

Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat

dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu

mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat

sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak.

Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk

menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan

faktor umur.

5) Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih

metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan

kebutuhannya.

Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan

yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat

hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

Page 14: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

D. Hubungan antara Working Memory dan Intelligence

1. Keterkaitan antara definisi Working Memory dan Intelligence

Berdasarkan definisi dari working memory dan intelligence, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara working

memory dan intelligence.

2. Penelitian yang relevan

Beberapa penelitian mengenai hubungan antara working memory dan

intelligence, yaitu:

1) Working memory capacity and its relation to general intelligence oleh

Andrew R.A. Conway, Michael J. Kane and Randall W. Engle yang

menyimpulkan bahwa in summary, several recent latent variable

analyses suggest that WMC accounts for at least one-third and

perhaps as much as one-half of the variance in g. What seems to be

important about WM span tasks is that they require the active

maintenance of information in the face of concurrent processing and

interference and therefore recruit an executive attention-control

mechanism to combat interference.

2) Working memory and intelligence are highly related constructs, but

why? oleh Roberto Coloma, Francisco J. Abada, Ángeles Quirogab,

Pei Chun Shiha, Carmen Flores-Mendozac yang menyimpulkan

bahwa in summary, working memory and intelligence are highly

related because they share capacity limits. These limits refer to both

the amount of information that can be temporarily retained in a

reliable state (short-term storage) and the ability to update the

relevant information. Both mechanisms could rely on discrete brain

regions belonging to frontal and parietal areas. Nevertheless, further

research is intensively required to test the likelihood of this tentative

psycho-biological model of the working memory–intelligence

relationship.

3) Working Memory and Intelligence—Their Correlation and Their

Relation: Comment on Ackerman, Beier, and Boyle (2005) oleh Klaus

Page 15: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

Oberauer (University of Potsdam), Ralf Schulze (Westfa¨lische

Wilhelms-Universita¨t Mu¨nster), Oliver Wilhelm (Humboldt-

University Berlin), Heinz-Martin Su¨ß (University of Magdeburg)

yang menyimpulkan bahwa The field is still far from consensus about

what WM is and how it functions, but there are various competing

theories that make testable empirical claims (for an overview, see

Miyake & Shah, 1999). Nothing comparable can be said about g.

4) Attention and working memory as predictors of intelligence oleh Karl

Schweizera dan Helfried Moosbruggera yang menyimpulkan bahwa

Overall, it is to be noted that about half of the variance of individual

differences in intelligence can be explained on the latent level by

means of attention and working memory in this study. Although this is

a considerable proportion of the variance of individual differences,

there is still a large proportion that needs to be predicted. To achieve

a higher rate in prediction, other sources have to be considered.

5) Working memory, fluid intelligence, and science learning oleh Kun

Yuan, Jeffrey Steedle, Richard Shavelson, Alicia Alonzo1, Marily

Oppezzo yang menyimpulkan bahwa Regarding the measurement of

WM, we found great variability among current measures. This variety

provided methods to measure WM from different perspectives, but

also created inconsistency and led to difficulty in comparing studies of

the relationship between WM and other constructs like fluid

intelligence and science achievement.

E. Kesimpulan

Kesimpulan dari review jurnal karya Weng-Tink Chooi dari Advanced

Medical & Dental Institute, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia

dengan judul Working Memory and Intelligence: A Brief Review adalah:

1. Ada kesalahan persepsi mengenai intelligence dan general intelligence

(g factor). Penulis jurnal menyamakan arti antara intelligence dan

Page 16: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

general intelligence (g factor). Berdasarkan definisi dan jenis-jenis

intelligence, sampai saat ini masih dalam perdebatan, apakah definisi dari

Howard Gardner, Charles Spearman, Louis L. Thurstone, atau Robert

Sternberg yang digunakan???

2. Beberapa penelitian yang relevan menghasilkan kesimpulan yang

berbeda-beda baik secara definisi maupun hasil sehingga dapat dikatakan

bahwa jurnal ini tidak dapat dijadikan acuan maupun pedoman dalam

penulisan laporan, makalah ataupun karya ilmiah lain dikarenakan

inkonsistensi definisi dan data.

F. Daftar Pustaka

1. Risky Amelia, Meinisa. (2012). Pengaruh Aroma Terhadap Kemampuan

Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara. Skripsi. USU: Tidak diterbitkan.

2. Aprianti Sitanggang, Paskah. (2009). Pengaruh Tayangan Humor

Terhadap Peningkatan Memori Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara. Skripsi. USU: Tidak diterbitkan.

3. Conway, Andrew R.A et. al. (2003). Working memory capacity and its

relation to general intelligence. Jurnal TRENDS in Cognitive Sciences .

(Online), Vol.7 No.12 December 2003.

(http://www.psychology.gatech.edu/renglelab/publications/2003/Working

memory capacity and its relation to general intelligence.pdf, diakses 07

Februari 2013).

4. Coloma, Roberto et. al. (2008). Working memory and intelligence are

highly related constructs, but why?. Science Direct. (Online)

(

http://www.uam.es/personal_pdi/psicologia/fjabad/cv/articulos/intelligenc

e/Workingmemoryandintelligence2008.pdf, diakses 07 Februari 2013).

5. Oberauer, Klaus et. al. (2005). Working Memory and Intelligence—Their

Correlation and Their Relation: Comment on Ackerman, Beier, and Boyle

(2005). Psychlogical Bulletin. (Online), Vol. 131, No. 1 2005,

(http://jtoomim.org/brain-training/working memory and intelligence their

Page 17: Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal

correlation and their relation comment on ackerman,beier and boyle.pdf,

diakses 07 Februari 2013).

6. Schweizera, Karl dan Helfried Moosbruggera. (2004). Attention and

working memory as predictors of intelligence oleh . Science Direct.

(Online), (http://jtoomim.org/brain-training/attention and working

memory as predictors of intelligence.pdf, diakses 07 Februari 2013).

7. Yuan, Kun et. al. (2006). Working memory, fluid intelligence, and science

learning oleh . Science Direct. (Online),

(

http://www.stanford.edu/dept/SUSE/SEAL/Reports_Papers/YuanEtal_W

orkingMemory.pdf, diakses 07 Februari 2013).

8. http://psychology.about.com/od/cognitivepsychology/p/intelligence.htm