jeruk
TRANSCRIPT
Perkembangan Produksi Buah
Lokal Pada Jeruk di Indonesia
Wahyu Fikrinda
Peta Perdagangan Buah Dunia
Sumber: mapstop.co.uk
Peta Perdagangan Jeruk Dunia
Sumber: discoverlife.org
Ekspor-Impor Jeruk Indonesia
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata-rata
pertumbuhan
(2007-2011)
Impor 119740 143770 216785 203916 231542 20%
Ekspor 1109 1402 1108 1339 1005 0%
Sumber: Ditjen Hortikultura (2012)
Kebijakan Pengembangan
Buah Nasional
Pemerintah menutup Pelabuhan Tanjung Priok mulai
bulan Juni 2012 Permentan Nomor 42 Tahun 2012.
Jalur Masuknya Komoditi Hortikultura
4 Pelabuhan (P. Laut Belawan
Medan, P. Laut Batam, P. Tanjung Perak, P.
Tanjung Priok)
3 Bandara (B. Soekarno Hatta, B. Hasanuddin Makasar,
B. Ngurah Rai Denpasar)
Jenis Utama Jeruk di Indonesia
dan Sentra Produksi
• Pontianak, Garut, Banyumas, Lumajang Jeruk Siam
• Garut, Grabak, Tawangmangu, Bali, Sumatra Barat, NTT Jeruk Keprok
• Brastagi, Pacitan Jeruk Manis
• Madiun, Magetan, Bali Jeruk Pamelo
Sumber: www.iptek.net.id
Produksi Jeruk Indonesia
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pro
du
ksi (
Ton
)
Tahun
Jeruk
Jeruk Besar
Jeruk Siam
Sumber: Ditjen Hortikultura (2012)
Produktivitas Jeruk Indonesia
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pro
du
ktiv
itas
(to
n/h
a)
Tahun
Jeruk
Jeruk Besar
Jeruk Siam
Sumber: Ditjen Hortikultura (2012)
Jeruk Siam
Jeruk Manis
Jeruk Keprok
Jeruk Keprok
Jeruk Pamelo
•Asal : Malesia (Malaysia, Filipina, Thailand Selatan, Indonesia, Papua Nugini)
• Penyebaran : Indochina, Jepang Selatan, India, dan Amerika Tropik
• Produsen : China, Jepang, Vietnam, Malaysia, Indonesia dan Thailand
Pamelo
DAERAH PENYEBARAN PAMELO
Potensial dikembangkan di Indonesia karena : ukuran buah besar, rasa khas (segar) mengandung vit C, flavonoid, pektin dan minyak atsiri. daya simpan 4 bulan. Pengembangan area dan varietas sampai saat ini masih terbatas.
Pamelo
Jawa 2
MAGETAN
Pamelo Magetan Srinyonya Adas Duku
Bali Merah Bali Putih Nambangan
ACEH : Giri matang SUMEDANG : Cikoneng
KUDUS : Muria PATI : Bageng
1. Kelestarian plasma nutfah karena
cekaman biotik dan abiotik. 2. Kemurnian varietas dan ketersediaan
bibit. 3. Agroklimat yang sesuai terbatas.
KELEMAHAN
Dilakukan:
Kebun Koleksi
in-situ
ex-situ
Pelestarian plasma nutfah
Konservasi Ex-situ
Kebun Koleksi
perlu lahan, tenaga, biaya dan
pemeliharaan
rentan serangan biotik dan abiotik
Alternatif : konservasi in vitro
Hemat area, tenaga, biaya, waktu, dan mudah dalam pertukaran plasma nutfah
Konservasi in vitro
Jangka Pendek : subkultur Jangka Menengah : media, osmotik regulator, retardan, suhu rendah Jangka Panjang : kriopreservasi
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
0 1 2 3 4 5 6 7
pan
jan
g t
un
as (
cm
)
bulan ke
1/2MS sukrosa0%1/2MS sukrosa10%1/2MS sukrosa20%1/2MS sukrosa30%MS sukrosa 0%
Gambar 1. Pertumbuhan tunas pamelo ‘Adas Duku’ pada konservasi
dengan pengenceran media MS dan konsentrasi sukrosa
1/2MS sukrosa 0% 1/2MS sukrosa 1% 1/2MS sukrosa 2% 1/2MS sukrosa 3%
MS sukrosa 0% MS sukrosa 1% MS sukrosa 2% MS sukrosa 3%
Gambar 2 Keragaan visual kultur pamelo ‘Adas Duku’ pada konservasi dengan
pengenceran media MS dan konsentrasi sukrosa 7 BSK
Peubah yang
diamati
Macam
Eksplan
Media
Sukrosa Sorbitol
Paklobutrasol
0 ppm 7,5 ppm 15 ppm 0 ppm 7,5 ppm 15 ppm
Jumlah daun Pucuk 0 -25.43 -38 -56 -50.8 -56
Panjang
batang
(cm)
Tunas 0 -7.692 -62 -38 -84.6 -100
Pucuk 0 -11.54 -15 -31 -34.6 -23
Tunas 0 -22.67 -75 -46 -65.1 -87
Panjang akar Pucuk 0 -53.12 -51 -88 -89.9 -70
(cm) Tunas 0 -84.62 -79 -68 -81 -92
Jumlah akar Pucuk 0 -53.57 -57 -93 -75 -64
Tunas 0 -20 0 -30 -20 -50
Tabel 1 Persentase pertumbuhan relatif pamelo ‘Adas Duku’ pada
media osmotikum dan retardan setelah tujuh bulan
konservasi
Keterangan : Tanda (-) = pertumbuhan terhambat
Gambar 3 Keragaan visual planlet pucuk kecambah pamelo ‘Adas
Duku’ pada konservasi dengan osmotikum dan retardan
Sukrosa 3% Paklo 0 ppm Sukrosa 3% Paklo 7,5 ppm Sukrosa 3% Paklo 15 ppm
Sorbitol 2% Paklo 0 ppm Sorbitol 2% Paklo 7,5 ppm Sorbitol 2% Paklo 15 ppm
a. Sukrosa 3%
Paklobutrasol 0 ppm b. Sukrosa 3%
Paklobutrasol 7,5 ppm
c. Sukrosa 3%
Paklobutrasol 15 ppm
d. Sorbitol 2%
Paklobutrasol 0 ppm
e. Sorbitol 2%
Paklobutrasol 7,5 ppm f. Sorbitol 2%
Paklobutrasol 15 ppm
Gambar 4 Keragaan visual planlet dari tunas adventif pamelo ‘Adas
Duku’ pada konservasi dengan osmotikum dan retardan
Upaya Perbaikan Produktivitas dan Kualitas
Perbaikan Kualitas Bibit
Rekayasa Pembungaan dan Pembuahan
Perbaikan Mutu Buah
1. Perbaikan Kualitas Bibit
Identifikasi Kultivar
Penelitian batang bawah
Penelitian Stek
Strangulasi
Identifikasi Kultivar dengan Analisis Isozim
Terjadi perbedaan pola pita isozim
peroksidase, esterase dan malat
dehidrogenase
Isozim glutamat oksaloasetat
transaminase tidak terdapat perbedaan
Isozim
enzim yang terdiri atas molekul-molekul yang mempunyai struktur kimia berbeda tetapi mengkatalis reaksi kimia yang sama.
Penggunaan : Identifikasi kultivar
Menentukan asal bibit Menentukan keturunan hasil (serbuk silang/sendiri)
Menguji kesamaan kultivar Rahayu dan Susanto, (1999)
Analisis isozim metode elektroforesis model horisontal Isozim glutamat oksaloasetat transaminase Isozim peroksidase Isozim esterase Isozim malat dehidrogenase
Cikoneng Nambangan
JC Rangpur Lime
0
-1
1
2
3
-2
-3
AN AD BM BP SR BG CK
Zimogram isoenzim peroksidase
pada berbagai kultivar jeruk
pamelo (AN : Adas Nambangan;
AD : Adas Duku, BM : Bali Merah;
BP : Bali Putih; SR : Srinyonya;
BG : Bageng; CK : Cikoneng).
ANALISIS ISOENZIM (Rahayu, 2010)
PER
Fungsi Batang Bawah
Meningkatkan adaptasi terhadap lingkungan sub-optimal .
Meningkatkan ketahan terhadap hama dan penyakit .
Memperbaiki keragaan/ performance batang atas .
Memperbaiki produktivitas dan kualitas buah.
Susanto et al. (2000)
Javansche Citroen, Rough Lemon, Rangpur Lime dan
Swingle Citrumelo vs Cikoneng dan Nambangan
Pertumbuhan Vegetatif Respon Nambangan lebih pesat
Evaluasi Lanjutan Putri et al. (2002)
Javansche Citroen dan Swingle Citrumelo
Rangpur Lime
Rough Lemon
berpotensi mendorong batang atas lebih vigor
berpotensi menghambat pertumbuhan batang atas
Intermediet vs Cikoneng dan Nambangan
(Ratnasari dan Susanto, 2003)
Javansche Citroen
Rough Lemon
leafy flowers
leafless flowers
Fruitset berkisar antara 2.26-3.35%. Fruitset yang dihasilkan dari leafy flowers umumnya lebih tinggi dari pada leafless flowers.
Buah yang dihasilkan mempunyai bobot 760-912 g, kandungan padatan terlarut total 10.9-11.7% dan
kandungan asam mencapai 0.4-0.6%
vs Cikoneng dan Nambangan
Interstock
Tujuan: Menjembatani batang atas dan batang bawah yang tidak/ kurang kompatibel
Syarat: Interstock harus kompatibel dengan batang atas dan batang bawah
Interstock
Interstock Citrumelo berpotensi mendorong
pertumbuhan dan menghasilkan bunga lebih banyak.
Interstock Rangpur Lime berpotensi mengerdilkan tanaman tetapi mendorong pembentukan bunga yang relatif banyak.
Interstock Troyer menghasilkan bunga BA terendah
Tabel 14. Total Bunga, Frekuensi Berbunga, Waktu Sampai Berbunga, dan
Pertambahan Bunga Tanaman Jeruk Besar pada Berbagai Interstock
yang Berbeda.
Perlakuan
Total
Bunga
(Kuntum)
Frekuensi
Berbunga
(KSP)
Waktu
Sampai
Berbunga
(MSP)
Pertamban
Bunga
(Kuntum)
BA:
Nambangan
10.81 a
1.74 a
2.81 a
2.58 a
Cikoneng 3.31 b 1.53 b 1.72 b 1.72 b
Interstock:
Flying Dragon
7.75
1.53
1.88
2.11
Troyer 4.13 1.60 2.78 1.99
Citrumelo 8.88 1.68 2.14 2.41
Rangpur Lime 7.5 1.73 2.27 2.09
Sisipan
Untuk meningkatkan pertumbuhan batang atas yang lambat dengan menyisipkan batang bawah lain
Pada Pamelo ‘Tosa Buntan’ penyisipan berakibat pertumbuhan vigor, GA meningkat, bunga sedikit.
Perbanyakan Tanaman Jeruk Pamelo
• Alternatif untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar
Okulasi
• Sifat bibit sama dengan induknya • Tidak dapat memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar
• Banyak dilakukan dalam pembibitan • Kurang disukai sebagian petani karena dianggap menurunkan kualitas buah • Sebagian petani lebih suka perbanyakan dengan cangkok daripada okulasi
Cangkok
Stek
STEK
Keberhasilan ditandai dengan adanya regenerasi akar dan tunas pada bahan stek.
Auksin
Zat pengatur tumbuh berperan dalam keberhasilan stek.
IAA, IBA, NAA
Menggunakan sebagian batang, akar, atau daun untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
Area Penyetekan
Pembentukan Akar
Akar primer pada pamelo yang terbentuk akibat induksi IBA 200 ppm
Perlakuan Persentase stek berakar
Jenis Auksin
NAA 14.67 b
IBA 26.67 a
Konsentrasi Auksin (ppm)
0 6.67 b
100 13.33 b
150 20.00 ab
200 36.67 a
250 26.67 ab
Interaksi tn
Tabel 2. Pembentukan Stek Berakar pada Beberapa Jenis dan Konsentrasi Auksin
Pembentukan Tunas dan Daun
• Pembentukan tunas sebagai tahap awal pembentukan daun.
Perlakuan Persentase stek bertunas
Jenis Auksin
NAA 13.33
IBA 9.33
Konsentrasi Auksin (ppm)
0 6.67 b
100 10.00 b
150 10.00 b
200 26.67 a
250 3.33 b
Interaksi tn
Tabel 4. Pembentukan Stek Bertunas pada Beberapa Jenis dan Konsentrasi Auksin
Keberhasilan Stek
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek
Perlakuan Persentase stek berakar-bertunas (%)
Jenis Auksin
NAA 8.00
IBA 10.67
Konsentrasi Auksin (ppm)
0 3.33 b
100 6.67 b
150 6.67 b
200 26.67 a
250 3.33 b
Interaksi tn
Tabel 7. Pembentukan Stek Berakar-bertunas pada Beberapa Jenis dan Konsentrasi Auksin
Strangulasi Bibit Jeruk
Strangulasi pada
tanaman jeruk belum
menghasilkan (bibit)
Merangsang
pembentukan tunas
vegetatif
Pembentukan kanopi
pohon
Perbaikan keragaan
bibit pamelo
Jumlah Tunas Vegetatif
Ket:
T0 : Tanpa Perlakuan Strangulasi, T1 : Strangulasi Single, T2: Strangulasi Double, jarak
antar kawat 5 cm, T3: Strangulasi Double, jarak antar kawat 10 cm, T4; Strangulasi
Double, jarak antar kawat 15 cm.
Keragaan Bibit Jeruk
Tanpa Strangulasi
Strangulasi dengan Perbedaan Jarak Antar Kawat
Perbaikan Pembungaan
P
Aplikasi GA
Percobaan Susanto et al.
GA disemprotkan pada waktu yang berbeda.
Penghambatan pembungaan maksimal terjadi:
- Saat muncul flush,
- Saat tejadinya proses induksi pembungaan
- Saat diferensiasi primordia
Pemanfaaatan Growth Retardant
Mengontrol pertumbuhan vegetatif
Meningkatkan pembungaan melalui
pengontrolan produksi GA
Tabel 5. Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Bunga, Buah dan
Fruit set Kumquat pada Berbagai Dosis Paclobutrazol
Perlakuan
Waktu
Berbunga
(Minggu ke-) Jumlah Bunga
Jumlah
Buah Fruit set
Kontrol 11.17a 18.67b 10.83b 57.80
50 mg 10.17a 17.33b 11.50b 62.30
100 mg 7.00b 46.17a 29.67a 59.29
200 mg 6.50b 65.00a 44.50a 70.06
Gambar 4. Jumlah Kuncup Bunga pada Berbagai Perlakuan Waktu Aplikasi Paclobutrazol
0
20
40
60
80
100
120
2 4 6 8 10 12 14 16
Minggu Setelah Perlakuan (MSP)
Ju
mla
h K
un
cu
p B
un
ga
Kontrol
Februari
Maret
April
Mei
Perlakuan Waktu Aplikasi Paclo
Perlakuan Buah akhir Fruit set akhir (%)
Kontrol 0.57b 9.52
Februari 3.86b 16.22
Maret 2.86b 14.41
April 13.71ab 17.60
Mei 23.00a 32.20
Respon ** tn
Water Supply Arrangement
Nakajima et al. (1993)
Water stress (-24) – (-28) bars
- Sep-Dec (4 bulan) lebih baik daripada
3, 2 dan 1 bulan
- Fruitset antara 1.6-2.2% tidak berbeda
nyata
- Fruitset leafy 5-6 kali fruitset leafless
Percobaan Strangulasi (1):
Susanto et al. (2002)
kontrol
1,6 mm
2,0 mm
Selama
2 bln
> 80 % tanaman berbunga
2 mm memberikan hasil
yang paling tinggi untuk peubah
Jml tunas generatif, Jml bunga
dan jml buah/tanaman
Tabel 1. Pengaruh Strangulasi terhadap Jumlah Tunas Vegetatif per Tanaman
46.6b 43.9b 40.3b 2.0 mm
49.8b 47.1b 42.6b 1.6 mm
Diameter Kawat
69.2a 61.3 a 58.4 a Kontrol
16 MSP 12 MSP 8 MSP Perlakuan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji Duncan’s Multiple Range Test pada taraf 5 %
Pada jeruk besar ‘Nambangan’
Tabel 3. Pengaruh Strangulasi Terhadap Jumlah Bunga, Fruitset, dan Jumlah Buah
Terbentuk per Tanaman
Tabel 2. Pengaruh Strangulasi Terhadap Pertumbuhan Generatif dan Kandungan
Karbohidrat Daun
13.4 a 9.2a 8.6a 87 2.0 mm
13.2 a 4.2ab 9.6a 80 1.6 mm
Diameter
Kawat
11.9 b 0.0 b - 0 Kontrol
Kandungan
Karbohidrat Daun
(%)
Jumlah Tunas
Generatif/ Tan.
Waktu
Berbunga
(MSP)
Jumlah Tanaman
Berbunga (%)
Perlakuan
Keterangan: sama dengan Tabel 1
10.4a 38.6a 26.9a 2.0 mm
6.6ab 40.5a 16.3b 1.6 mm
Diameter Kawat
0.0b - 0.0c Kontrol
Jumlah Buah
Terbentuk Fruitset (%) Jumlah Bunga Perlakuan
Keterangan: sama dengan Tabel 1
Karakterisasi dan Evaluasi Aksesi Pamelo
(Citrus maxima (Burm.) Merr.)
(Rahayu dan Susanto, 2012)
Tidak Berbiji
Berbiji
Buah Tidak Berbiji
- tanpa biji sama sekali
- biji mengalami aborsi
- memiliki biji yang
tereduksi
- berbiji amat sedikit
Buah tidak berbiji:
- jeruk mandarin :< 5 biji per buah (Varoquaux et al. 2000)
- grapefruit :< 6 biji per buah (Chacoff dan Aizen 2007)
• Pamelo berbiji: spheroid (seperti bola), dan ellipsoid (bulat panjang)
• Pamelo tidak berbiji: pyriform (seperti buah pir)
Bentuk Buah
spheroid ellipsoid pyriform
Pengelompokan berdasarkan
jumlah biji Berbiji
Potensial
tidak Berbiji
Tidak Berbiji
Cikoneng ST Adas Duku
Jawa 2
Sri Nyonya Bali Putih
Jawa 3
Magetan Muria Merah 2
Nambangan
Bali Merah 2
Jawa 1
Bali Merah 2
Bageng
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persen Viabilitas (TTC)
abb
01020304050
Ber
biji
Tid
ak
berb
iji
Jumlah Biji
Via
bili
tas
(%)
Berbiji
Potensial tidak
berbiji
Tidak berbiji
Viabilitas Tepung Sari (Pewarnaan)
Hasil Penyerbukan
Aksesi
Perlakuan Kesim-
pulan E PSd-A PSd-B PT PSg-B
B Jawa3 Ο ● ● ● - P, SC,
OF
PTB Nam-
bangan - Ο ● ● ●
P, SC,
OF
Bali
Merah1 Ο Ο ● ● ●
P, SC,
OF
TB Bali
Merah2 Ο Ο
P, SC,
OF
Bageng Ο Ο ● Ο ●
P, SC,
OF
Kandungan Naringin Berbagai Aksesi Pamelo
a aab
d
abcabc
cda
aa
ab b
c
0100200300400500600700
Cik
onen
gST
Jaw
a2
Ada
sDuk
u
Mag
etan
SriNyo
nya
Bali P
utih
Mur
iaM
erah
2
Nam
bang
an
Bali M
erah
1
BaliM
erah
2
Jaw
a1
Mur
iaM
erah
1
Bag
eng
Aksesi
Na
rin
gin
(m
ikro
g.m
l-1
)
a aab
d
abcabc
cda
aa
ab b
c
0100200300400500600700
Cik
onen
gST
Jaw
a2
Ada
sDuk
u
Mag
etan
SriNyo
nya
Bali P
utih
Mur
iaM
erah
2
Nam
bang
an
Bali M
erah
1
BaliM
erah
2
Jaw
a1
Mur
iaM
erah
1
Bag
eng
Aksesi
Na
rin
gin
(m
ikro
g.m
l-1
)
Kandungan naringin antar kelompok aksesi
aab
b
0
100
200
300
400
Berbiji Potensial tidak
berbiji
Tidak berbiji
Kelompok aksesi
Na
rin
gin
(m
ikro
gra
m.m
l-
1)
Cara menghasilkan buah tidak berbiji
• Tanaman triploid
• Kultur endosperma
• Iradiasi
• Zat pengatur tumbuh
• Aksesi tidak berbiji
• Pengaturan penyerbukan
Penyebab Buah Tidak Berbiji
• Sterilitas jantan
• Sterilitas betina
• Self-incompatibility
• Partenokarpi
• Triploidi
• Perbedaan reseptivitas putik terhadap tepungsari
76
Evaluasi Kualitas
1. Penampakan Ukuran: berat, volume
Bentuk: diameter/dept ratio, kemulusan, uniformitas
Warna: uniformitas, intensitas
Glossy: mengkilap, adanya lapisan lilin alami
Cacat external/internal
- Morphology: sprouting, germination
- Physical and mechanical: pengkerutan, layu, memar, pecah
- Physiological: cold injury
- Pathologist, Enthomologist: decay, blossom end rot, insect
attack
2. Texture kekerasan/kelunakan
crispiness
succulence
juiciness
77
Evaluasi Kualitas
3. Flavor Sweetness
Sourness
Astringency (oleh tannin)
Bitterness (oleh alkaloid)
Aroma (oleh volatile components)
4. Nilai Nutrisi Carbohydrates
Protein
Lipids
Vitamin
Mineral
5. Keamanan Zat toxic: glucosidal pada cassava
Contaminant: mycitoxin, bacterial toxins,
heavy metals (Hg, Pb)
Synthetic toxicants: polusi, residu pestisida
Terima
Kasih