jenis pelumasan

39
PELUMAS MINERAL, SINTETIS DAN SEMI SINTETIS Jenis-jenis pelumas yang beredar di pasaran dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan kimia dari campuran kedua komponen inilah yang akan menentukan unjuk kerja pelumas secara keseluruhan. Dengan demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari komponen- komponen penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi kegunaan pelumas tersebut. Berdasarkan jenis base oilnya minyak pelumas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu minyak pelumas mineral, minyak pelumas sintetis dan minyak pelumas semi sintetis. Saat ini banyak dijumpai beragam jenis pelumas yang semuanya didasarkan atas penggunaan dan klasifikasi. Jenis-jenis pelumas tersebut dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan kimia dari

Upload: alex-manik

Post on 20-Jan-2016

72 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis Pelumasan

PELUMAS MINERAL, SINTETIS DAN SEMI SINTETIS

Jenis-jenis pelumas yang beredar di pasaran dibedakan menurut

sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen penyusunnya baik minyak

dasar (base oil) ataupun aditif.

Sifat fisika dan kimia dari campuran kedua komponen inilah yang

akan menentukan unjuk kerja pelumas secara keseluruhan. Dengan

demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari komponen-komponen

penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi kegunaan pelumas tersebut.

Berdasarkan jenis base oilnya minyak pelumas diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu minyak pelumas mineral, minyak pelumas sintetis dan

minyak pelumas semi sintetis.

Saat ini banyak dijumpai beragam jenis pelumas yang semuanya

didasarkan atas penggunaan dan klasifikasi. Jenis-jenis pelumas tersebut

dibedakan menurut sifat-sifat fisika maupun kimia dari komponen

penyusunnya baik minyak dasar (base oil) ataupun aditif. Sifat fisika dan

kimia dari campuran kedua komponen inilah yang akan menentukan

unjuk kerja pelumas secara keseluruhan.

Dengan demikian keragaman jenis pelumas ditentukan dari

komponen-komponen penyusun pelumas sesuai dengan spesifikasi

kegunaan pelumas tersebut. Berdasarkan jenis base oilnya minyak

pelumas diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

• Minyak pelumas mineral • Minyak pelumas sintetis • Minyak pelumas semisintetis

Page 2: Jenis Pelumasan

Sebenarnya base oil ini mempunyai segala kemampuan dasar yang

dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditifpun, sebenarnya minyak dasar

sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan. Namun unjuk

kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu

lama.

1. PELUMAS MINERAL

Pelumas mineral adalah semua pelumas yang dihasilkan dari refinery

minyak bumi. Yaitu dari pengolahan lanjut long residue yang merupakan

fraksi berat hasil destilasi minyak mentah jenis parafinik ataupun

naphtenik. Disebut long residue karena residu ini masih dapat diolah

lebih lanjut untuk menghasilkan base oil. Pengolahan long residue

menjadi base oil yang populer dilakukan adalah melalui proses Solvent

Refining. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a. High Vacuum Distillation

Dalam proses ini, fraksi long residue di destilasi di dalam kolom yang

bertekanan rendah atau vakum. Tujuan dari proses ini adalah untuk

memisahkan fraksi minyak pelumasnya. Fraksi-fraksi lanjutan yang

dihasilkan dalam distilasi vakum ini berturut-turut adalah :

• SPO (Spindle Oil) • LMO (Light Machine Oil) • MMO (Medium Machine Oil) • BO (Black Oil) atau Short Residue (SR)

Page 3: Jenis Pelumasan

Unit yang melaksanakan proses ini disebut High Vacuum Unit

(HVU). Pada prinsipnya HMU tidak berbeda dengan proses distilasi

biasa, dimana pemisahan fraksi demi fraksi dilakukan berdasarkan titik

didih masing-masing hidrokarbon dalam fraksi tersebut. Karena long

residue memiliki titik didih tinggi maka pelaksanaannya harus dilakukan

dengan tekanan hampa (vakum).

b. Furfural Extraction

Furfural adalah solven yang berfungsi memisahkan komponen base oil

dari komponen yang tidak dikehendaki berdasarkan perbedaan kelarutan

tiap-tiap komponen tersebut. Pemisahan dengan solven furfural inilah

yang menyebabkan keseluruhan proses pengolahan ini disebut Solvent

Refining. Proses ini bertujuan untuk menaikkan indeks viskositas dari

destilat pada HVU melalui penghilangan senyawa aromat yang memiliki

indeks viskositas rendah, peningkatan mutu dan kestabilan terhadap

oksidasi sekaligus mengurangi kemungkinan terbentuknya lumpur

(sludge), deposit karbon, dan varnish. Unit yang melaksanakan proses ini

disebut FEU (Furfural Extraction Unit).

c. Prophane Deasphalting

Proses ini dimaksudkan untuk mengambil senyawa-senyawa yang

tidak dikehendaki dalam black oil atau short residue, fraksi terberat pada

HVU. Proses yang digunakan adalah ekstraksi menggunakan propane dan

akan menghasilkan residu dengan BM besar seperti Asphalt dan Resin.

Kandungan asphalt ini perlu dipisahkan agar dapat dimanfaatkan sebagai

bahan asphalt dan fraksi minyak pelumasnya sebagai Deasphalted Oil

(DAO). Ekstrak yang terjadi akan dimasukkan ke FEU. Unit yang

melaksanakan proses ini adalah Propane Deasphalting Unit (PDU).

Page 4: Jenis Pelumasan

d. Dewaxing

Digunakan untuk menghilangkan wax, sehingga pour point dari base

oil yang dihasilkan dapat diturunkan hingga 5 – 15°F. Pelarut yang

digunakan dalam proses ini adalah MEK (Metil Etil Keton). Proses

dewaxing dilakukan pada suhu 10 – 25°C sehingga lilin akan mengkristal

dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa. Filtrat yang diperoleh

adalah produk akhir dari base oil.

e. Finishing

Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki warna minyak pelumas dan

stabilitas pelumas.

Page 5: Jenis Pelumasan

2. PELUMAS SINTETIS

Minyak pelumas sintetis dibuat dari hidrokarbon yang telah

mengalami proses khusus. Khusus yang dimaksud adalah bahwa minyak

ini dibuat tidak hanya sama dengan minyak mineral akan tetapi melebihi

kemampuan minyak mineral.

Melalui proses kimia dihasilkan molekul baru yang memiliki

stabilitas termal, oksidasi dan kinerja yang optimal. Sehingga harga

minyak sintetis lebih mahal daripada minyak mineral. Pada kenyataannya

minyak pelumas sintetis memang lebih unggul dalam unjuk kerja, baik

respon terhadap mesinnya maupun umur pemakaiannya.

Hal ini dikarenakan pembuatan minyak pelumas sintetis dirancang

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Untuk itu pemilihan minyak

pelumas yang tepat sangatlah penting. Dalam pembuatannya minyak

pelumas sintetis dikontrol struktur molekulnya dengan sifat-sifat yang

dapat diprediksi. Adapun jenis minyak sintetis yang banyak digunakan

adalah sebagai berikut :

Page 6: Jenis Pelumasan

a. Diester

Diester merupakan salah satu bahan yang menonjol dari minyak

pelumas sintetis. Diester mempunyai struktur yang paling sederhana

untuk digunakan sebagai minyak pelumas. Bahan ini banyak digunakan

sebagai minyak pelumas atau pelumas gemuk yang mempunyai titik

penguapan rendah pada mesin gas turbin. Diester diperoleh dari reaksi

sintesa produk minyak bumi, dan sebagian dari lemak binatang dan

minyak tumbuh-tumbuhan. Keuntungan diester adalah mempunyai

viskositas yang relatif konstan terhadap suhu yang cukup baik,

penguapannya sangat rendah, dan mempunyai stabilitas thermal yang

bagus. Biasanya bahan ini tidak korosif terhadap logam, tidak beracun

dan stabil terhadap hidrolisa. Sifat yang merugikan dari bahan ini adalah

dapat bereaksi terhadap karet. Karena sifat fire-resistant dan stabilitas

oksidasinya, maka pelumas diester banyak dipakai untuk kompresor

udara.

Page 7: Jenis Pelumasan

b. Fosfat Ester

Fosfat ester telah lama digunakan sebagai aditif di dalam minyak

pelumas mineral sebagai pelindung terhadap terjadinya pelumasan batas.

Fosfat ester merupakan senyawa biodegradable yang disintesa dari

komponen yang didapat dari coal tar. Karena natural ester merupakan

campuran yang komplek dan sering mengandung ortho cresol yang

beracun, maka diupayakan untuk mensintesa ester dengan bahan kimia

murni untuk membentuk minyak dasar sintetis yang tidak mengandung

cresol yang beracun. Sehingga natural ester dikombinasikan dengan

fosfat. Fosfat ester memberikan ikatan yang cukup mantap dan stabil

secara kimia yang memungkinkan untuk digunakan sebagai komponen

utama dari minyak pelumas sintetis. Disamping itu fosfat ester biasa

digunakan sebagai aditif EP. Stabilitas terhadap oksidasi dari bahan ini

cukup baik yaitu sampai F. Penggunaannya yang utama adalah sebagai

minyak hidrolikdengan 300 di dalam pesawat udara karena memberikan

sifat anti api yang baik.

c. Ester Silikat

Mempunyai IV yang tinggi yaitu 150 – 200 dan mempunyai

penguapan yang rendah. Ketahanan terhadap oksidasi pada suhu tinggi

tidak begitu baik, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan

aditif. Ester silikat tidak korosif terhadap logam, plastik maupun karet.

Tetapi pada suhu yang tinggi akan mengeraskan karet.

Page 8: Jenis Pelumasan

d. Glikol Polialkilena Dan Turunannya

Aplikasi dari glikol polialkilena (polieter) sangat luas yaitu sebagai

pelumas pada motor bakar, roda gigi, kompressor, pompa. Bahan ini tidak

begitu mahal dan mudah diperoleh di pasaran.

e. Silikon

Silikon merupakan minyak pelumas sintetis yang mempunyai

bermacam-macam tingkat viskositas, yang tergantung pada panjang

pendeknya rantai dari ikatan molekulnya. Silikon disintesa dari pasir

(SiO2). Sifat yang paling menonjol dari silikon ini adalah memberikan

kurva viskositas dengan suhu yang mendatar. Silikon memberikan

ketahanan oksidasi yang baik pada suhu biasa, tetapi cenderung

membentuk gel pada saat mengoksidasi sehingga tidak tepat digunakan

sebagai minyak pelumas mesin turbin pesawat udara.

f. Khlor Dan Fluor Hidrokarbon

Sifat utama dari senyawa ini adalah dapat memberikan respon yang

baik sebagai aditif EP dan low flammability. Aktifitas yang tinggi dari

atom khlor dapat terbebaskan pada kondisi beban yang berat dan suhu

tinggi. Dan hal ini menghasilkan produk yang korosifitasnya tinggi dan

beracun sehingga penggunaannya dalam industri dibatasi.

Page 9: Jenis Pelumasan

g. Poly Alkyl Glykol

Produksi komersialnya dibuat sekitar tahun 1930 an sebagai penganti

castor oil pada rem mobil. Polyalkylglycol dibuat dengan reaksi

polimerisasi menggunakan katalis. Reaksi dapat dikontrol untuk

mendapatkan range viskositas 8 – 19000 cSt. Biasa digunakan di industri

baja dan tekstil. Semua polyalkylglycol dapat menyerap air dari atmosfer

sehingga harus dijaga dari kemungkinan kontaminasi. Akan tetapi

kandungan air sampai 5% masih dapat ditoleransi. Pada temperatur

rendah polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus, tetapi pada

C membutuhkan aditif untuk meningkatkantemperatur tinggi sampai 250

stabilitas thermalnya. Pelumas sintetis ini tidak dapat digunakan di atas

temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai karakteristik yang bagus

sekali pada viskositas 160 – 400 yang tergantung sekali pada cara

memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap oksidasi

sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian aditif

pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral oil

pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar sintetis ini tidak

dapat digunakan di atas temperatur tersebut. Polyalkylglycol mempunyai

karakteristik yang bagus sekali pada viskositas 160 – 400 yang tergantung

sekali pada cara memproduksinya. Polyalkylglycol sangat rentan terhadap

oksidasi sehingga perlu ditambahkan aditif antioksidan. Umur pemakaian

aditif pada polyalkylglycol lebih lama bila dibandingkan dengan mineral

oil pada kondisi yang sama. Polyalkylglycol lebih polar dibandingkan

dengan senyawa ester, dan cocok sekali untuk seal dan plastik. Tetapi

tidak untuk cat.

Page 10: Jenis Pelumasan

h. Poly Alpha Olefin

Polyalphaolefin dibuat pertama kali di Jerman pada masa Perang

Dunia Kedua untuk menghemat pemakaian minyak mineral. Dan ternyata

memberikan unjuk kerja pada range temperatur yang luas.

Polyalphaolefin merupakan hidrokarbon sintetis, tidak seperti

hidrokarbon pada minyak pelumas mineral. Karena polyalphaolefin

merupakan cairan kimia murni yang dibuat dari polimerisasi katalitik

ethylene. Produk yang dihasilkan dipisahkan dari komponen yang reaktif

dan selanjutnya dipisahkan sesuai dengan viskositasnya. Dengan

penambahan sedikit aditif antioksidan, polyalphaolefin menjadi lebih

stabil bila dibandingkan dengan minyak mineral pada temperatur yang

sama. Polyalphaolefin menunjukkan lebih tahan bereaksi dengan air bila

dibandingkan dengan minyak mineral dan minyak sintetis yang lain.

Polyalphaolefin juga sangat cocok bila diblending dengan minyak

mineral. Sifat PAO yang menonjol adalah sebagai berikut :

- Titik tuangnya rendah - Volatilitasnya rendah - Good software compatibility - Stabilitas thermalnya bagus - Hidrolytic stability - Merupakan bahan kimia yang inert - Daya pelumasannya bagus

Karena PAO mempunyai titik tuang yang rendah, maka PAO

digunakan pada kompressor pendingin, kompressor amonia dan

kompressor fluorokarbon.

Page 11: Jenis Pelumasan

i. Polyolester

Sangat cocok digunakan untuk pelumasan batas. Mempunyai IV yang

tinggi bila dibandingkan dengan minyak mineral. Mempunyai stabilitas

thermal dan membuat mesin menjadi lebih bersih dan lebih sedikit

depositnya. Volatilitasnya paling rendah dibandingkan dengan minyak

pelumas sintetis yang lain. Polyolester dengan viskositas 4,4 cSt pada C

hanya menguap sekitar 2 %. Polyolester relatif biodegradable100 tetapi

prosesnya sangat lambat dibawah kondisi normal. Produk yang dihasilkan

tidak beracun. Keuntungan polyolester adalah dapat digunakan dengan

nitril rubber, yaitu tipe yang paling umum digunakan dengan minyak

mineral. Juga sangat compatible apabila dicampur dengan minyak

pelumas mineral. Banyak digunakan di berbagai industri. Hampir semua

aditif larut dalam polyolester (POE). Dapat digunakan sendiri atau

dikombinasikan dengan minyak pelumas sintetis lain atau minyak

pelumas mineral. POE mempunyai high temperatur properties yang

sangat bagus dan mampu meningkatkan properties pelumas melebihi

diester.

Aplikasi penggunaan POE :

- Minyak kompresor - Minyak turbin dan minyak hidrolik - Minyak gear - Pelumas bearing - Pelumas EP (Extreme Pressure) untuk boundary lubrication

Page 12: Jenis Pelumasan

Keuntungan Miyak Pelumas Sintetis

Meskipun harganya relatif lebih mahal, namun minyak pelumas

sintetis dewasa ini lebih banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena :

a) Umur pemakaiannya lebih lama karena meningkatkan stabilitas

thermal (VI tinggi) dan tahan oksidasi. Keuntungannya : oli yang

digunakan lebih sedikit, pemakaian filter awet, mengurangi

pengeluaran.

b) Mengurangi konsumsi oli karena volatilitasnya lebih rendah dan

densitas lebih tinggi.

c) Mempunyai spesifikasi yang dibutuhkan pemakai.

d) Pengoperasiannya lebih aman karena flash pointnya lebih tinggi.

Sehingga ongkos perawatan lebih rendah, penggantian spare part

lebih sedikit.

e) Sifat-sifatnya dapat diprediksi karena karakteristik produknya

uniform.

Kelebihan secara Teknis

Tingkat kecairan ( Viskositas ) yang terukur lebih baik terhadap

temperatur tinggi dan rendah.

Stabilitas kimia yang lebih baik.

Berkurangnya kehilangan masa akibat penguapan.

Tahan terhadap oksidasi, kerusakan akibat panas dan Pembekuan

Oli.

Masa kering yang lebih panjang, sehingga lebih sedikit

pembuangan pelumas.

Lebih hemat pada konfigurasi mesin tertentu.

Pelumasan lebih baik pada awal penghidupan mesin ( cold start ).

Page 13: Jenis Pelumasan

Kekurangan secara Teknis

Tingkat gesekan ( friction ) yang lebih rendah mengakibatkan oli

ini tidak cocok untuk situasi break-in ( misalnya pada saat awal

mesin baru dijalankan ) dimana gesekan diharapkan untuk

menghasilkan permukaan yang aus. Tetapi pembuatan mesin yang

lebih baik menyebabkan proses break-in tidak terlampau kritis

seperti dulu.

Berpotensi menyebabkan masalah dekomposisi pada lingkungan

kimia tertentu, terutama pada lingkungan industri.

Berpotensi menyebabkan retarkan stress pada komponen plastik

seperti polyoxymethylene, jika berpadu dengan plyalphaolefins.

Oli sintetik tidak dapat menahan lead dalam suspensi sebaik oli

mineral.

Oli sintetik tidak direkomendasikan pada mesin rotari kenderaan.

Page 14: Jenis Pelumasan

3. PELUMAS SEMI SINTETIS

Diperoleh dengan cara mencampur (blending) antara pelumas sintetis

dengan pelumas mineral. Sehingga diperoleh kombinasi dari 2 sifat

komponen penyusunnya. Dari unjuk kerja jelas lebih baik dari pelumas

mineral. Namun harganya juga jauh lebih kompromi dengan keuangan

kita daripada harga pelumas sintetis yang sangat mahal.

Untuk mesin motor baru seperti Honda Supra, Karisma, Astrea

Impressa, Yamaha F1-Z, RX-king, RX-Z, Kawasaki Ninja, Yamaha

Vega, Yupiter, Kawasaki Kaze, Suzuki Shogun dan sebagainya, bisa

memakai oli semi sintetis. Perpaduan unsur mineral dan kimia, mampu

menjaga kondisi mesin tetap prima, tanpa meninggalkan kemampuan

untuk melindungi komponen dalam mesin.

Page 15: Jenis Pelumasan

MUTU OLI

Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum

Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL,

kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf

kedua mununjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli

semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin

sesuai dengan kebutuhan mesin modern.

STANDARISASI OLI

- API (American Petroleum Institute) Service,

- JASO (Japan Automotive Standard Association),

-ACEA (Association Des Constructeurs Europeens d’ Automobiles),

- DIN (Deutsche Industrie Norm),

Semua oli baik mineral maupun synthetic sama-sama ada standar

APInya. Oli mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan oli

synthetic dari hasil campuran kimia. Bahan oli synthectic biasanya PAO

PolyAlphaOlefin). Jadi oli Mineral API SL kualitasnya tidak sama

dengan oli Synthetic API SL.

Oli synthetic biasanya disarankan untuk mesin2 berteknologi terbaru

(turbo, supercharger, dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan

yang lebih baik (racing) dimana celah antar part/logam lebih

kecil/sempit/presisi dimana hanya oli synthetic yang bisa melapisi dan

mengalir sempurna. Oli synthetic tidak disarankan untuk mesin yang

berteknologi lama dimana celah antar part biasanya sangat

besar/renggang sehingga bila menggunakan oli synthetic biasanya

menjadi lebih boros karena oli ikut masuk keruang pembakaran dan ikut

terbakar sehingga oli cepat habis dan knalpot agak berasap.

Page 16: Jenis Pelumasan

Jadi untuk mesin yang diproduksi tahun 2001 keatas disarankan sudah

menggunakan oli yang bertipe synthetic baik semi synthetic (campuran

dengan mineral oil) atau fully-synthetic. Sedangkan untuk pemakaian

sehari-hari cukup yang semi synthetic.

Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan

karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya

untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan dengan sejauh mana

oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar

permukaan logam.

Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient.

Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponen-

komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang

ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi

kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang

terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi

berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu

jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus

memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur

terendah ketika mesin dioperasikan.

Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur

oleh Society of Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan oli

tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan

pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas

akan bekerja pada kekentalan 30.

Page 17: Jenis Pelumasan

Tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai permintaan

mesin. Umumnya, mobil sekarang punya kekentalan lebih rendah dari

5W-30 . Karena mesin belakangan lebih sophisticated sehingga kerapatan

antar komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah kecil yang

hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tak baik menggunakan oli kental (20W-

50) pada mesin seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada

mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.

Untuk mesin lebih tua, clearance bearing lebih besar sehingga

mengizinkan pemakaian oli kental untuk menjaga tekanan oli normal dan

menyediakan lapisan film cukup untuk bearing.

Sebagai contoh dibawah ini adalah tipe Viskositas dan ambien

temperatur dalam derajat Celcius yang biasa digunakan sebagai standar

oli di berbagai negara/kawasan.

1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Swedia

2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Inggris

3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Indonesia

Klasifikasi oli sintetis tidak berbeda dengan oli biasa. Pelumas sintetis

mempunyai jenis klasifikasi tingkat kekentalan tunggal (single grade),

misalnya SAE 20, SAE 40 dan SAE 50. Ada juga jenis klasifikasi tingkat

kekentalan jamak (multigrade) antara lain SAE 15W-50 atau SAE 20W-

50. Bahkan, pada aplikasi motor balap atau mesin berteknologi mutakhir,

tingkat kekentalannya sering dibuat sangat ekstrem, misalnya SAE 5W-

50, SAE 10W-60. Mengingat oli sintetis memiliki banyak keunggulan

dan proses pembuatannya lebih rumit dibanding oli biasa, harganya pun

relatif mahal.

Page 18: Jenis Pelumasan

TIPE DAN MERK

Berikut contoh Jenis-jenis Oli yang umum dipakai dan peredarannya

mudah didapat di bengkel-bengkel resmi penyalur oli:

Mineral Oil :

- Sprinta 2000 : SAE 20W-50, API SG

- Evalube 4T : SAE 20W-50, API SF

- Mesran Super : SAE 20W-50, API SG

- Enduro 4T : SAE 20W-50, API SG

- Penzoil Motorcycle 4T : SAE 20W-50, API SF

Oli Repsol:

- Repsol Moto Racing 4T 10W50 Semi Synthetic Oil Sertifikasi:

API SJ; JASO MA

- Repsol Moto 4T 15W50 Mineral Oil

- Repsol Moto Sintético 4T 10W40 Semi Synthetic Oil Sertifikasi:

API SG; JASO MA; Honda Specs.

Oli Shell 4T:

- Shell Advance S4 SAE 10W-40, 15W-40, 20W-40, 20W-50,

SAE 40 Mineral oil Sertifikasi: API SF; belum JASO MA

menurut Shell Singapore () API SL; JASO MA menurut Shell USA

()

- Shell Advance SX4 SAE 10W-40, 15W-40, 15W-50 20W-50

Mineral oil

- Shell Advance VSX4 SAE 10W-40,

15W-50, 20W-40 Semi Synthetic oil Sertifikasi: API SL - JASO MA

Page 19: Jenis Pelumasan

- Shell Advance Ultra 4 SAE 10W-40, 15W-50 Synthetic oil

Sertifikasi: API SG menurut Shell Singapore API SL – JASO MA

menurut Shell USA

Oli Top1 :

- SMO-MC SAE 20W-50 Semi Synthetic Sertifikasi: API

- EVOLUTION SAE 15W-50 Synthetic Sertifikasi: API SL

Oli Esso ada 4 tipe :

- Esso 4T 20W-40, 20W-50 (recommended for engine <50cc)

Mineral Oil Sertifikasi: API SF - JASO MA - Esso 4T Power 10W-

40, 15W-40, 15W-50, 20W-50 Mineral Oil Setifikasi: API SG –

JASO MA

- Esso 4T Pace 10W-40 Semi Synthetic Oil Setifikasi: API SJ – JASO

MA

- Esso 4T Gold 10W-40, 15W-50 and 20W-50 Synthetic Oil

Setifikasi: API SJ, SH (15W-50) - JASO MA

Caltex:

- Caltex Revtex Fully Synthetic 4T SAE 10W40,

- Caltex Revtex Semi-Synthetic 4T SAE 20W50,

- Caltex Revtex Super 4T SAE 10W40, 20W40, 20W50, Sertifikasi:

API SG, JASO MA

- Caltex Revtex Plus 4T SAE 25W-40,

- Caltex Revtex 4T SAE 40, Sertifikasi: API SF, JASO MA

Page 20: Jenis Pelumasan

Mobil 1:

- Mobil Super 4T SAE 15W-50, Seritifikasi: API SG, JASO MA

- Mobil Extra 4T SAE 10W-40

- Mobil Racing 4T SAE 15W-50 Sertifikasi: API SJ, JASO MA

OLI AGIP :

- AGIP Super 4T MINERAL 15W-50

- AGIP TEC 4T SEMI-SINT. 15W-50

- AGIP Racing 4T SINT. 20W-50 Sertifikasi: API SJ

OLI MOTUL :

- MOTUL 3000 4T MINERAL 20W-50

- MOTUL 5100 Ester SEMI-SINT. 15W-50

- MOTUL 300V competition SINT. 15W-50 Sertifikasi: API SG –

JASO MA

Page 21: Jenis Pelumasan

USIA PAKAI

Ada satu ketidak sesuaian antara TESTING dengan REKOMENDASI

Penggunaan oli. Testing oli berdasarkan JAM TERBANG yaitu sekitar

200 jam (atau tepatnya 212 jam), yang mana fungsi oli sudah mengalami

degradasi. Sedang pemakaian oli direkomendasikan dalam JARAK

TEMPUH (5000 km, 10000 km atau bahkan ada yang lebih sampai

20000 km).

Oleh karena kondisi berkendaraan adalah bermacam-macam (Start,

jalan pelan, macet di jalan, ngebut, nunggu di traffic Light, nunggu keluar

belanja dari mall dsb), maka dibuatlah satu Standard kondisi “NORMAL

DRIVING” yang didasarkan pada “Kecepatan Konstan/Tetap pada

kelajuan 45 MPH (70 km/jam)”. Maka dengan kondisi kecepatan konstan

70 km/jam dan lama perjalanan adalah 200 jam, diatas kertas umur oli

adalah = 200 jam x 70 km/jam = 14 000 km.

Kondisi riil berkendara tidaklah sama dengan kondisi test

laboratorium, atau kondisi yang diasumsi oleh para pembuat mobil.

Untuk patokan memperpanjang umur mesin maka pergantian oli

dilakukan secara teratur :

1.Dino oil : antara 2000 km s/d 3000 km

2.Synthetic Based Oil (Semi Synthetic) : antara 3000 km s/d 5000 km

3.Fully-Synthetic Oil : antara 5000 km s/d 7000 km

Penggunaan oli lebih dari yang diatas tidaklah dilarang, dan menjadi

tanggung jawab diri masing-masing. Rekomendasi pembuat oli akan

berlindung dibalik pembuat mobil (sering dikatakan “See your Owner

Manual for Engine Oil Change Interval”). Sedang pembuat mobil sendiri

juga nggak mau kalau mobilnya bertahan lama sekali, sehingga pada

umumnya jika menggunakan DINO OIL (sebutan dari Mineral Oil).

Page 22: Jenis Pelumasan

pembuat mobil akan menuliskan dalam manualnya pada interval 5000

km (apa dasarnya? hanya asumsi mereka pada kebanyakan cara

berkendara konsumen, diasumsikan rata rata 25 km/jam). Untuk mobil-

mobil generasi terbaru, nggak ada kerisauan tentang pergantian oli,

karena ada computer yang akan memberikan peringatan “CHANGE

OIL”. Komputer ini bekerja dengan inputan :

1. Jumlah Stop and Go (Start dan Jalan)

2. Lama kelajuan dibawah kecepatan 70 km/jam

3. Lama kelajuan antara 70 s/d 110 km/jam

4. Lama kelajuan diatas 110 km/jam

5. Kemacetan di jalan dan di traffic Light.

6. Dan sebagainya

Dari semua inputan itu komputer akan menghitung waktu penggunaan

oli, sehingga pada 200 jam penggunaan oli, computer akan display

“CHANGE OIL” di screen dashboard mobil. Jadi nggak lagi ada

rekomendasi dalam berapa km penggunaan oli, karena memang nggak

sesuai. Test-nya dalam Jam Terbang, pemakaian dalam Jarak Tempuh.

Kalau dipaksakan sampai 10,000 km, dikhawatirklan sudah banyak

penumpukan Sludge pada komponen dalam mesin, viskositas sudah

mengalami degradasi, oli sudah banyak oksidasi, sudah banyak kotoran

(soot), sudah banyak terbentuk asam - oli mesin jadi terkontaminasi, yang

tentunya nggak bisa kita lihat dengan mata kasat (visual). Jika ini terus

berlangsung, pemakaian BBM akan boros, saluran pelumasan dalam

mesin lambat laun akan tersumbat, aliran oli jadi nggak lancar, cepat atau

lambat mesin mobil akan rusak. Yang bertepuk tangan adalah Pembuat

Mobil, karena model barunya akan segera laku.

Page 23: Jenis Pelumasan

Untuk synthetic, cari yang viscosity band-nya nggak terlalu jauh

(15W40 atau 20W50 misalnya). Kalau 0W40 terlalu banyak polimernya,

polimer ini yang cepat mengalami degradasi, walaupun oli syntheticnya

masih baik Yang paling bagus adalah jika ada timer (macam Lexus

RX300 atau Toyota Harrier). Timer hanya sebatas lamanya mesin bunyi

sampai mati bunyi mati itu saja, dan kita sendiri yang mesti ngejumlahin,

kalau udah 200 jam, mesti ganti oli, km tidak dilihat lagi.

Page 24: Jenis Pelumasan

ADDITIVE

Additive adalah dzat yang ditambahkan ke dalam oli. Jenisnya adalah

sbb :

1. ADDITIVE UNTUK PERLINDUNGAN PERMUKAAN

KOMPONEN MESIN

a. ANTI AUS : contohnya ZDDP (Zinc dithiophosphates), organic

phosphates, Asam phosphates, organic sulfur dan senyawa

chlorine, sulfurized fats, sulfides dan disulfides.

b. ANTI KARAT : contohnya Zinc dithiophosphates, metal

phenolates, basic metal sulfonates, fatty acids dan amines

c. PEMBERSIH KOTORAN (DETERGENT) : contohnya

Metallo-organic compounds of sodium, calcium dan

magnesium phenolates, phosphonates dan sulfonates

d. DISPERSANT : contohnya Alkylsuccinimides, alkylsuccinic

esters e. FRICTION MODIFIER

2. ADDITIVE UNTUK PERFORMA

a. Pour Point Depressant

b. Seal Swell Agent

c. Viscosity Modifier

3. PERLINDUNGAN OLI

a. ANTIFOAM

b. ANTI OXIDANT

c. METAL DEACTIVATOR