jenis-jenis hadist
DESCRIPTION
makalh tentang hadistTRANSCRIPT
![Page 1: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/1.jpg)
3. BENTUK-BENTUK HADIST
Ada beberapa bentuk hadits antara lain :
a. Hadits Qawli
Hadits qawli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa
perkataan, ucapan, ataupun sabda yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa, dan keadaan
yang berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak, atau lainnya. Contohnya, hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Ubadah ibn al-Shamith bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
الكتاب بفاتحة يقرأ لم لمن صالة ال
Artinya: ”Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat al-Fatihah”.
(Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
b. Hadits Fi’li
Hadits fi’li ialah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad saw yang sampai kepada
kita. Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir ibn ‘Abd Allah:
فإذا هت توج حيث راحلته على يصلي وسلم عليه الله صلى الله رسول كان
القبلة فاستقبل نزل الفريضة أراد
Artinya: ”Rasulullah saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun tunggangannya
menghadap. Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari tunggangannya, lalu
menghadap ke kiblat ”. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
c. Hadits Taqriri
Maksud hadits taqriri ialah Penetapan (Taqririyyah) yaitu perkataan atau perbuatan tertentu
yang dilakukan oleh sahabat di hadapan Nabi Muhammad atau sepengetahuan beliau, namun
beliau diam dan tidak menyanggahnya dan tidak pula menampakkan persetujuannya atau
malahan menyokongnya. Hal semacam ini dianggap sebagai penetapan dari Nabi Muhammad
walaupun beliau dalam hal ini hanya bersifat pasif atau diam. Sebagai contoh, pengakuan Nabi
Muhammad terhadap ijtihad para sahabat berkenaan dengan shalat Ashar di perkampungan Bani
Quraizhah, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abd Allah Ibn Umar:
![Page 2: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/2.jpg)
فقال الطريق في العصر بعضهم فأدرك قريظة بني في إال العصر أحد يصلين ال
للنبي فذكر ذلك منا يرد لم نصلي بل بعضهم وقال نأتيها حتى نصلي ال بعضهم
منهم واحدا يعنف فلم وسلم عليه الله صلى
Artinya: “Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali (setelah
sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka mendapati (waktu) ‘Ashar di
perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak boleh shalat sehingga sampai di
perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami shalat (dalam perjalanan), tidak
ada di antara kami yang membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi saw, ternyata
beliau tidak menyalahkan seorang pun dari mereka”. (Shahih al-Bukhari, III: 499, hadits 894)
d. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang belum sempat beliau
realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura sebagai
diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:
يا قالوا بصيامه وأمر عاشوراء يوم وسلم عليه الله صلى الله رسول صام حين
عليه الله صلى الله رسول فقال والنصارى اليهود تعظمه يوم إنه الله رسول
يأت فلم قال التاسع اليوم صمنا الله شاء إن المقبل العام كان فإذا وسلم
وسلم عليه الله صلى الله رسول ي توف حتى المقبل العام
Artinya: “Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat
untuk berpuasa, mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia adalah hari yang
diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Rasulullah saw menjawab, ”Tahun yang akan
datang, insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan(nya)”. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas
mengatakan, “Belum tiba tahun mendatang itu, Rasulullah saw pun wafat”. (Shahih Muslim, V:
479, hadits 1916)
e. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadits yang menyebutkan hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan
fisik, sifat-sifat, dan kepribadiannya. Contohnya, pernyataan al-Barra` ibn ‘Azib berikut ini:
![Page 3: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/3.jpg)
البائن ك بالطويل ليس خلقا وأحسنه وجها اس الن أحسن م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول ان
بالقصيوال
Artinya: “Rasulullah saw adalah manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh. Kondisi
fisiknya, tidak tinggi dan tidak pendek ”. (Shahih al-Bukhari, XI: 384, hadits 3285)
4. HADIST QUDSI DAN HADIST NABAWI
a. Hadist Qudsi
Hadits qudsi Secara etimologi merupakan nisbah kepada kata Quds , nisbah ini mengesankan
rasa hormat, karena materi kata itu menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa .
Maka kata taqdis berarti menyucikan Allah. Sedangkan secara terminologis, pengertian hadist
qudsi ialah hadist yang oleh Nabi SAW, disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi
meriwayatkan bahwa itu adalah kalam Allah. Maka Rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari
lafal Nabi sendiri.
Contoh Hadist Qudsi :
1. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah saw “Ketika Allah
menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya
sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku” (diriwayatkan oleh
Muslim begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)
2. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliu bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga jenis
orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari qiyamat, seseorang yang bersumpah atas
namaku lalu mengingkarinya, seseorang yang menjual orang yang telah merdeka lalu memakan
(uang dari) harganya dan seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu
menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya” (Hadits diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan begitu juga Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.)
b. Hadist Nabawi
Hadist Nabawi Secara etimologi ialah hadist (baru) dalam arti bahasa lawan Qadim (lama).
Sedangkan secara terminologis , Pengertian hadist ini ialah apa saja yang disandarkan kepada
Nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan atau sifat.
![Page 4: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/4.jpg)
Contoh Hadist Nabawi :
1. Hadist Riwayat Ali ra, ia berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : Janganlah engkau berdusta
mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku, maka ia akan
masuk neraka.
2. Hadist Riwayat Ibnu Umar ra. Ia berkata : Nabi SAW. Bersabda : Islam dibangun di atas lima
perkara, mengesankan Allah mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan dan
menunaikan Haji.
5. PERSAMAAN HADITS QUDSI DENGAN HADITS NABAWI
Hadits qudsi dengan hadits nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan,yaitu sama-sama
bersumber dari Allah SWT.Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
. يوحي وحي اال هو ان الهوي عن ينطق وما
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Q.S.An-Najm [53]:3-4)
6. PEBEDAAN ANTARA HADITS QUDSI DENGAN HADITS NABAWI
Terdapat perbedaan antara hadist Nabawi dengan Hadist Qudsi antara lain:
a. Hadits Nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad. Adapun hadits qudsi
dinisbahkan kepada Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus sebagai penyambung lidah dari-
Nya.
b. Bentuk hadits Nabawi ada dua macam :
a) Tauqifi, yaitu hadist yang kandungannya diterima oleh Nabi Muhammad melalui wahyu,
kemudian beliau sampaikan kepada umatnya.
b) Taufiqi, yaitu hadist yang tercipta murni dari pemahaman Nabi Muhammad terhadap al-Quran,
atau dari perenungan dan ijtihad beliau. Adapun keseluruhan kandungan hadits qudsi bersumber
dari Allah.
![Page 5: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/5.jpg)
7. PERBEDAAN ANTARA AL-QURAN DENGAN HADIST QUDSI
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan Hadist Qudsi, antara lain :
a. Al-Quran mampu mengungguli sastra Arab yang waktu itu merupakan sastra yang terbaik,
sehingga orang Arab tidak mampu membuat karya sastra yang seindah dan sebaik al-Quran,
walaupun hanya satu surat. Tidak demikan halnya dengan hadits qudsi .
b. Lafadz dan arti al-Quran berasal dari Allah. Sedangkan hadits qudsi , artinya berasal dari Allah,
akan tetapi lafadznya dari Nabi Muhammad.
c. Tidak boleh meriwayatkan al-Quran secara makna. Adapun hadits qudsi , boleh
meriwayatkannya secara makna.
d. Al-Quran tidak boleh dipegang oleh orang yang mempunyai hadats. Al-Quran juga tidak boleh
dibaca oleh orang yang mempunyai hadats besar. Dua larangan ini tidak berlaku di dalam hadits
qudsi.
e. Al-Quran harus dibaca di dalam shalat. Sedangkan hadits qudsi , apabila dibaca di dalam shalat
maka dapat menyebabkan shalat menjadi batal.
f. Al-Quran ditransformasikan secara tawattur. Oleh karena itu, ia berstatus qath’i al-tsubut.
Adapun mayoritas hadits qudsi ditransformasikan secara ahad (individual), sehingga ia berstatus
dhanni al-Tsubut.
g. Orang yang mengingkari al-Quran terkategorikan sebagai orang kafir, karena al-Quran bersifat
qath’i al-Tsubut. Sedangkan orang yang mengingkari hadits qudsi tidak dianggap orang kafir,
karena hadits qudsi bersifat dhanni al-Tsubut.
h. Membaca al-Quran termasuk ibadah. Satu huruf al-Quran sebanding dengan 10 kebaikan. Hal
ini tidak berlaku pada hadits qudsi .
i. Di dalam al-Quran terdapat penamaan ayat dan surat untuk kalimat-kalimatnya. Tidak demikian
dengan hadits qudsi .
![Page 6: jenis-jenis hadist](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022020208/5695cff11a28ab9b02903a33/html5/thumbnails/6.jpg)
http://butterflyonly.wordpress.com/2013/10/23/pengertian-hadits-sunnah-khabar-dan-astar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Qudsi
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/10/pengertian-al-quran-hadits-qudsi-hadits.html
http://syariah99.blogspot.com/2013/05/pengertian-struktur-dan-bentuk-bentuk.html
rofistera.files.wordpress.com/2013/03/ilmu-hadits-untuk-pemula-gratis.doc
yudistirafrance.files.wordpress.com/2010/12/pengertian-hadits.doc
bpibeasiswadepag.yolasite.com/resources/Ulumul%20Hadits(edit).doc