hadist ditinjau dari aspek sumbernya (makalah studi hadist)

25
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an dan Nabi dengan sunnahnya merupakan dua hal pokok dalam seluruh bangunan dan sumber keilmuan ilam, sebagai sesuatu yang sentral dalam “jantung” umat Islam 1 . Hingga kini, kajian-kajian atas kedua sumber sentral tersebut terus berlanjut Pun, kajian terhadap hadis, baik kajian terhadap kandungan hadis maupun keilmuan dan studi perihal hadis itu sendiri. Masing-masing kajian memiliki pembahasan sendiri-sendiri. Istilah-istilah hadis mungkin sering kita temui. Tapi mungkin kita kadang bertanya-tanya: "Mengapa harus ada berbagai istilah dalam hadis?". "Mengapa tidak hadis saja?" Jawabannya adalah karena pada mulanya hadis tidak ditulis. Sehingga untuk menjaga menjaga keilmiahan dan keotentikan hadits para ilmuan (ulama hadis dalam hal ini) menggolongkan hadis dalam berbagai kelompok hadis. Dari sinilah berbagai istilah hadis muncul. Ada berbagai macam tinjauan dan segi pandang (perspective) terhadap pengelompokan hadis. Seperti telah kita pelajari tinjauan hadis dari segi 1 Fazlur Rahman dkk. Wacana Studi hadis Kontemporer, Yogyakarta: 2002 PT. Tiara Wacana Yogya, Hlm.3

Upload: bejokampungan

Post on 08-Feb-2016

92 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

BAB IPendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an dan Nabi dengan sunnahnya merupakan dua hal pokok

dalam seluruh bangunan dan sumber keilmuan ilam, sebagai sesuatu yang

sentral dalam “jantung” umat Islam1. Hingga kini, kajian-kajian atas kedua

sumber sentral tersebut terus berlanjut

Pun, kajian terhadap hadis, baik kajian terhadap kandungan hadis

maupun keilmuan dan studi perihal hadis itu sendiri. Masing-masing kajian

memiliki pembahasan sendiri-sendiri.

Istilah-istilah hadis mungkin sering kita temui. Tapi mungkin kita

kadang bertanya-tanya: "Mengapa harus ada berbagai istilah dalam hadis?".

"Mengapa tidak hadis saja?" Jawabannya adalah karena pada mulanya hadis

tidak ditulis. Sehingga untuk menjaga menjaga keilmiahan dan keotentikan

hadits para ilmuan (ulama hadis dalam hal ini) menggolongkan hadis dalam

berbagai kelompok hadis. Dari sinilah berbagai istilah hadis muncul.

Ada berbagai macam tinjauan dan segi pandang (perspective)

terhadap pengelompokan hadis. Seperti telah kita pelajari tinjauan hadis dari

segi kualitas dan kuantitasnya (Shahih, Hasan, Dloif) ada pula hadis dilihat

dari Jumlah perawi (Mutawattir, Ahad) berdasarkan sanad (Muallaq,

Mu’dal, Munqati’, Muttasil) dsb.

Lantas kemudian ada pula pengelompokan hadis dari perspective

lain, yaitu hadis di tinjau (dikelompokkan) dari segi atau aspek sumbernya,

atau dapat juga disebut dari segi penyandarannya.

Disinilah pemakalah akan mengambil pembahasan pada makalah

kali ini.

B. Rumusan Masalah

1 Fazlur Rahman dkk. Wacana Studi hadis Kontemporer, Yogyakarta: 2002 PT. Tiara Wacana Yogya, Hlm.3

Page 2: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

Pemakalah mencoba untuk sedikit menjelaskan hadis dari

persepektive aspek sumber, adapun poin-poin pada makalah adalah sebagai

berikut :

1. Apakah Hadis Marfu’ dan bagaimana Kehujahannya?

2. Apakah Hadis Mauquf dan bagaimana Kehujahannya?

3. Apakah Hadis Maqtu’ dan bagaimana Kahujahannya?

4. Apakah Hadis Qudsi?

Page 3: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

BAB IIPembahasan

1. Hadis Marfu’

Hadis Marfu’2 adalah :

قول من وسلم عليه الله صلى النبي إلى أضيف ماصفة أو أوتقرير أوفعل

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dalam bentuk perkataan, perbuatan, taqrir ataupun sifat.

Kata Marfu’ (مرفوع) secara harfiah berarti diangkat atau terangkat

hingga pada posisi yang tinggi. Maka hadits Marfu’ ( المرفوع (الحديث

adalah hadits yang oleh para muhadditsun dinyatakan sebagai hadits yang

disandarkan langsung pada Nabi saw3. Baik sanadnya bersambung secara

utuh (muttashil) ataupun tidak secara utuh (ghair muttashil), yakni terdapat

sanad yang terputus di dalamnya. Jika keterputusan terjadi pada dua titik

atau lebih secara tidak berurutan maka dinamakan hadits munqathi’ (

dan jika putusnya di dua titik secara berurutan maka disebut dengan ,(منقطع

istilah hadits mu’dlal (معضل). Hadits Marfu’ biasanya mempunyai ciri

adanya pernyataan “Nabi bersabda ( النبي+ قال) atau “Rasul bersabda ”(قال

”(الرسول atau “Rasul berbuat ( الرسول ”(فعل atau yang serupa. Hadits

yang demikian dikatakan sebagai Marfu’ karena memiliki sumber

pengambilan dari posisi yang tertinggi, yaitu Nabi Muhammad saw.

Contoh :

الشمس غروب بعد ركعتين نصلى : كنا قال عباس ابن عن

لم(مس ينهنا. )رواه يأمرون فلم ص. يرانا النبي وكان

2. Mahmud Al-Tahhan, Taisir Mustalah Al-Hadis, Beirut: Dar Al-Qur’an, 1979, hlm 1273 . Nawer yuslem, Ulumul Hadis, PT. Mutiara Sumber Widya, 2011, Hlm. 282

Page 4: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

Artinya: dari Ibnu Abbas ia berkata: kami pernah shalat dua rakaat

sesudah terbenam matahari, sedang Nabi melihat kami, tetapi beliau tidak

memerintah kami dan tidak melarang kami. (HR. Muslim).

Hadits diatas dianggap Marfu’ karena secara terang-terangan Nabi

malihat Ibnu Abbas melakukan sholat 2 rakaat, namun tidak menyuruh

ataupun melarang dengan kata lain Nabi membenarkan.

Macam-macam Hadits Marfu’

Mengingat bahwa unsur-unsur hadits itu dapat berupa perkataan,

perbuatan, maupun taqrir Nabi, maka apa yang disandarkan kepada Nabi

itupun dapat diklasifikasikan menjadi Marfu’ qauli, Marfu’ fi’li dan Marfu’

taqriri. 4

1. Marfu’ Qauly Hakiki

Ialah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi tentang

sabdanya, bukan perbuatannya atau iqrarnya, yang dikatakan dengan tegas

bahwa nabi bersabda. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan

lafazh qauliyah :

كذا …… يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمعت

“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ……… begini”

Contohnya :

الله صلى الله رسول قال: إن+ عنه الله رضى عمر ابن عن

بسبع الفذ+ صالة من أفضل الجماعة قال: صالة وسل+م عليه

)مسلم و البخاري ) رواه درجة عشرين و

4 Subhi Ash-Shalih,, Ulumul Hadits Wa Mushthalahuhu, Darul Ilmil Umayin, Bairut, 1981

Page 5: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

“Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat

jama’ah itu lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat

sendirian” ( HR Bukhari dan Muslim)

2. Marfu’ Qauly Hukmi

Ialah hadits Marfu’ yang tidak tegas penyandaran sahabat terhadap

sabda Nabi, melainkan dengan perantaran qarinah yang lain, bahwa apa

yang disandarkan sahabat itu berasal dari sabda nabi. Seperti pemberitaan

sahabat yang menggunakan kalimat :

كذا عن ……. نهينا بكذا أمرنا

“Aku diperintah begini…., aku dicegah begitu……”

Contohnya :

( عليه ) متفق اإلقامة يوتر و األذن ينتفع ان بالل أمر

“Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan iqamah”

(HR Mutafaqqun ‘Alaih)

Pada contoh diatas hadits tersebut dihukumkan Marfu’ dan

karenanya hadits yang demikian itu dapat dibuat hujjah. Sebab pada

hakikatnya si pemberi perintah iu tidak lain kecuali Nabi saw.

3. Marfu’ Fi’li Hakiki

Adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan

perbuatan Rasulullah saw. Contohnya :

عليه الله صل+ى رسواللله ان+ عنها الله رضى عائشة عن

+هم+ فى يدعوا كان وسل+م +ى الصالة, ويقول: )الل أعوذبك إن

البخارى( )رواهالمغرم( و المأثم من

Page 6: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

“Warta dari ‘Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw berdo’a di waktu Sholat,

Beliau berdo’a: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan

hutang” (HR Bukhari)

4. Marfu’ Fi’li Hukmi

Ialah perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan Rasulullah atau

diwaktu Rasulullah masih hidup. Apabila perbuatan sahabat itu tidak

disertai penjelasan atau tidak dijumpai suatu qarinah yang menunjukkan

perbuatan itu dilaksanakan di zaman Rasulullah, bukan dihukumkan hadits

Marfu’ melainkan dihukumkan hadits mauquf. Sebab mungkin adanya

persangkaan yang kuat, bahwa tindakan sahabat tersebut diluar pengetahuan

Rasulullah saw. Contohnya :

+ا قال الله رسول عهدى على الخيل لحوم نأكل جابر: كن

النسائى( )رواه

“Jabir r.a. berkata : Konon kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah

saw masih hidup” (HR Nasai)

5. Marfu’ Taqririyah Hakiki

Ialah tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada

memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif maupun negatif dari beliau.

Contohnya, Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a:

+ا الله رسول كان و الشمس غروب بعد ركعتين نصل+ كن

ينهنا ولم يأمرنا ولم يرانا سلم و عليه الله صلى

“Konon kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam,

Rasulullah saw mengetahui perbuatan kami, namun beliau tidak

memerintahkan dan tidak pula mencegah.”

Page 7: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

6. Marfu’ Taqririyah Hukmy

Ialah apabila pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat

sunnatu Abi Qasim, Sunnatu Nabiyyina atau minas Sunnati. Contohnya,

perkataan Amru Ibnu ‘Ash r.a kepada Ummul Walad:

+ة علين تلبسوا ال +نا سن داود( ابو )رواه نبي

“Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami.” (HR. Abu

Dawud)

Perkataan di atas tidak lain adalah sunnah Nabi Muhammad saw,

akan tetapi kalau yang memberitakan dengan kalimat minas sunnati dan

yang sejenis dengan itu seorang tabi’in, maka hadits yang demikian itu

bukan disebut hadits Marfu’, tetapi disebut hadits mauquf.

Adapun hukum Hadis Marfu’, tergantung pada kualitas dan

bersambung tidaknya sanad, sehingga dengan demikian memungkinkan

suatu Hadis Marfu’ itu berstatus Shahih, Hasan, atau Dha’if, Sebagian dari

Hadis Marfu’ dapat dipegang sebagai hujjah dan sebagian yang lain tidak.

Hal tersebut sesuai dengan kualitas Hadis tersebut.5

2. Hadis Mauquf

An-Nawawi, sebagaimana dikutip oleh Al-Suyuti mendefinisikan

Hadis Mauquf sebagai berikut :

نحوه أو فعال أو قواللهم بة الصحــا عن المروي+ ما وهو

منقطعا كان أو كان متصال

5. Nawer Yuslem, Ulumul.., hlm. 283

Page 8: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

“Berita yang hanya disandarkan sampai kepada sahabat saja, baik yang

disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung

maupun terputus.”6

Ajjaj al-khatib dalam Usul al-hadis maupun Al-Thahhan dalam Taisir

Mustalah Al-Hadis memberikan definisi yang tak jauh beda dengan definisi diatas.

Yang mana dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Segala sesuatu

yang diriwayatkan dari atau dihubungkan kepada seorang sahabat atau sejumlah

sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan maupun pengakuan disebut dengan

Hadis Mauquf. Contoh :

: حد\ثوا عنه الله رضي طالب بن علي : قال البخارى قول

ورسوله الله يكذ̀ب أن أتيدون عرفون، بما النا̂س .7

Bukhari berkata, “Ali r.a berkata, ‘Berbicaralah dengan manusia tentang apa

yang diketahui/dipahaminya, apakah kamu ingin bahwa Allah dan Rasulnya

didustai”

Contoh lain :

فال أصنحت واذا تنتظرالصباح فال أمسيت يقول: اذا

لموتك حياتك ومن لمرضك صح+تك من وخذ تنتظرالمساء

البخاري( )رواه

“Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu sore jangan menunggu

datangnya pagi hari, dan bila kau berada di waktu pagi jangan menunggu

datangnya sore hari. Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk waktu

sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu.” (HR. Bukhari)

6 As-Suyuti, Tadrib al-Rawi fi sayarh taqrib al-Nawawi, Beirut, Dar al-fikr, 1993, Hlm. 1167 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar al-fikr, 1410H/1981M, Juz 1 Hlm 41

Page 9: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

Hadits di atas adalah hadits mauquf, sebab kalimat tersebut adalah perkataan Ibnu

Umar sendiri, tidak ada petunjuk kalau itu sabda Rasulullah saw, yang ia ucapkan

setelah ia menceritakan bahwa rasulullah memegang bahunya dengan bersabda:

+ك الدنيا فى كن سبيل عابر او غريب كأن

“Jadilah kamu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang lewat di jalanan”

Hadis mauquf yang berstatus marfu’

Diantara hadis Mauquf terdapat hadis yang lafadz dan bentuknya

mauquf, namun setelah dicermati hakikatnya bermakna marfu’. Yakni

berhubungan dengan Rasulullah Saw. Hadis yang demikian oleh ulama’

dinamakan al-mauquf lafzan al-marfu’ ma’nan,

Diantara bentuk-bentuk hadis mauquf yang dihukumi atau berstatus marfu’

adalah8 :

1. Perkataan sahabat mengenai masalah-masalah yang bukan

merupakan ruang ijtihad dan tidak pula dapat ditelusuri melalui

pemahaman secara kebahasaan, dan tidak bersumber pada ahli kitab,

misalnya : berita tentang masa lalu perihal kejadian manusia, berita

tentang masa yang akan datang, perihal kedahsyatan hari kiamat

2. Perbuatan sahabat mengenai masalah yang bukan merupakan ruang

ijtihad, seperti shalat kusuf yang dilakukan ali r.a dengan cara

melakukan lebih dari 2 rukuk pada setiap raka’atnya.

3. Berita dari sahabat mengenai perkataan atau perbuatan mereka

tentang sesuatu serta tidak adanya sikeap keberatan yang muncul

mengenai perkataan atau perbuatan tersebut.

4. Penafsiran sahabat yang berhubungan dengan asbabun nuzul suatu

ayat Al-qur’an. Seperti perkataan Jabir 9:

8. Nawir Yuslem, Ulumul…, hlm. 2869 Muslim, Shahih Muslim, Juz 1 Hlm. 662

Page 10: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

جاء قبلها فى دبرها من امراته أتى : من تقول اليهود كانت

)رواه لكم...االية حرث : نساؤكم تعالى الله فأنزل أحوال،

مسلم(

Orang-orang Yahudi berkata, : “siapa yang menggauli isterinya dari arah

belakangnya, maka akan lahir anak yang juling mata-nya, “maka setelah

itu turunlah ayat Al-Qur’an yang menyatakan, “isteri-isteri kamu adalah

ibarat ladang perkebunanmu, ….(HR.Muslim)

Adapun hukum hadis mauquf bisa berkualias shahih, atau hasan bila

berstatus marfu’. Dan dapat dijadikan hujjah atau dalil dalam penetapan

hukum.10

Akan tetapi, apabila perkataan atau perbuatan sahabat tersebut tidak

berstatus marfu’. Para Ulama berbeda pendapat tentang ke-Hujjah-annya.

Menurut ulama Syafi’iyah dalam al-jadid, jika perkataan sahabat itu tidak

populer di masyarakat maka perkataan itu bukanlah ijma dan tidak pula

dijadikan hujjah. Sebaliknya jika perkataan atau perbuatan tersebut secara

consensus atau meminjam istilah Ibnu Qayyim, tidak ada sahabat lain yang

tidak menyetujuinya, maka para ulama sepakat fatwa tersebut diterima

sebagai Ijma’.11

Sebagian ulama menyebut hadis mauquf secara mutlaq sebagai atsar.12

3. Hadis Maqtu’

Secara etimologi, kata qatha’ adalah lawan dari washala ,(وصل)

yang berarti putus atau terputus. Sedangkan secara terminology, hadist

maqtu’ berarti13 :

10 Nawir Yuslem, Ulumul…, hlm. 28811 Ibn Qayyim. I’lam al-Muwaqqiin, Juz 4, Beirut, Dar al-fikr, 1977, hlm.12012 Nuruddin ‘itr, Ulumul hadis, Bandung, 2012 PT. Remaja Rosdakarya, Hlm.33813 Al-Suyuti, Tadrib al-Rawi, Hlm. 124

Page 11: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

أوفعـــال له قوال التـــابعي على الموقف وهو .

Yaitu, sesuatu yang terhenti (sampai) pada Tabi’I, baik perkataan maupun perbuatan tabi’I tersebut.

Atau, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan14 :

hصيف ما فعــل أو قول من دونه من أو التابعي إلى أ

Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’I atau generasi yang datang sesudahnya, yang berupa perkataan atau perbuatan.

Hadis maqtu’ tidaklah sama dengan Munqathi’, karena Maqtu’

adalah sifat dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi’in atau Tabi’ Tabi’in.

sementara Munqathi’ adalah sifat dari sanad15.

Contoh Hadis Maqtu’ seperti perkataan Sufyan Ats-Tsaury, seorang tabi’in

yang mengatakan:

+ة من وبعد ركعة عشرة اثنتى الفطر بعد يصل+ى أن السن

ركعات ست+ األضحى

“Termasuk sunnat ialah mengerjakan shalat 12 rakaat setelah shalat Idul

Fitri, dan 6 rakaat sehabis shalat Idul Adha.”

Hadits maqthu tidak dapat dijadikan hujjah, mengenai hadits ini para

ulama berpendapat, bahwa hadits maqthu itu tidak dapat dijadikan hujjah.

Karena status dari perkataan Tabi’in sama dengan perkataan Ulama

lainnya16.

14 Mahmud Al-Tahhan, Taisir Mustalah…hlm. 132.15 Nawir Yuslem, Ulumul…, hlm. 29316 Al-Thahhan, Taisir…. Hlm. 133

Page 12: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

4. Hadis Qudsi

Secara etimologi, Kata al-qudsi adalah nisbah, atau sesuatu yang

dihubungkan kepada al-quds, yang berarti “suci”, dengan demikian, Hadis

Qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat yang Quds, Yang maha

Suci, yakni Allah SWT17.

قوال وسلم عليه الله صلى الرسول فيه يصيف حديث كــل

وجل+ عز+ الله إلى .

Setiap hadis yang disandarkan Rasul SAW perkataannya kepada Allah

‘Azza wa jalla

Hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an dan bahkan berbeda. Adapun

diatara perbedaan anta hadis Qudsi dengan Al-Qur’an adalah :

1. Al-Qur’an lafadz dan maknanya dari Allah, Sedangkan hadis Qudsi

maknanya dari Allah, sementara Lafadznya dari Rasulullah.

2. Al-Qur’an jika dibaca menjadi kegiatan Ibadah, dan membaca Hadis

Qudsi bukan dihukumi sebagai Ibadah.

3. Al-Qur’an dapat dibaca ketika dalam shalat, sementara hadis qudsi

tidak dapat dibaca ketika shalat.

Kitab Al Ittihafatus Sunniyah bi al-ahadis al-qudsiyyah karya Abd

rauf al-manawi memuat hadis qudsi berjumlah 272 buah. Sebagian ulama’

lain mengatakan jumlah hadis qudsi tidak lebih dari 200 hadis.

Contoh hadis qudsi :

( انفــق وجل: انفــق عز الله قال مص. الله رسول عن

مســـــــــلم البخـــــــــرى رواه عليـــــــــك. )صـــــــــحيحArtinya: Dari Rasulullah SAW: telah berfirman Allah Azza wa Jalla.

17 Nawir Yuslem, Ulumul…, hlm. 278

Page 13: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

“berderma lah kalian, niscaya aku akan membalas derma atasmu” (Shahih

Riwayat Bukhari dan Muslim).

Para sahabat yang meriwayatkan hadits qudsi biasanya mereka

menggunakan salah satu dari dua lafadz-lafadz periwayatannya seperti:

ربـه عن يرويـه فيمـا وسـلم عليه الله صلى الله رسول قال

وجل عز

Rasulullah SAW pada apa yang diriwayatkannya dari Rab-nya 'Azza Wa

Jalla. Atau

عليــه اللــه صــلى الله رسول عنه رواه فيما تعالى، الله قال

وسلم

Allah Ta'ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah SAW dari-

Nya.

Page 14: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

BAB III

Kesimpulan

1. Hadits marfu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi saw, tidak

dipersoalkan apakah itu memiliki sanad dan matan yang baik atau

sebaliknya. Apabila ditinjau dari segi sanadnya, hadits marfu dapat

digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu hadits, shahih, hasan dan

dha’if . Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati hadits shahih

atau hadits hasan berdasarkan derajat kedhabitan dan keadilan perawi.

Bila sanadanya terputus dapat disifati hadits dha’if mengikuti macam-

macam putusnya perawi. Segala sesuatu yang disandarkan kepada

Nabi dapat diklasifikasikan menjadi marfu qauly, marfu fi’ly dan

marfu taqriry. Adapun hukum Hadis Marfu’, tergantung pada kualitas

dan bersambung tidaknya sanad, sehingga dengan demikian

memungkinkan suatu Hadis Marfu’ itu berstatus Shahih.

2. Segala sesuatu yang diriwayatkan dari atau dihubungkan kepada

seorang sahaba tau sejumlah sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan

maupun pengakuan. Adapun hukum hadis mauquf bisa berkualitas

shahih, atau hasan bila berstatus marfu’.

3. Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’i atau generasi yang datang

sesudahnya, yang berupa perkataan atau perbuatan disebut hadis

maqtu’. Hadits maqthu tidak dapat dijadikan hujjah, mengenai hadits

ini para ulama berpendapat, bahwa hadits maqthu itu tidak dapat

dijadikan hujjah.

4. Hadis Qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat yang Quds,

Yang maha Suci. Hadist ini maknanya dari Allah, sedangkan

Lafadznya dari Rasulullah, Hadis qudsi berbeda dengan al-qur’an.

Page 15: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

Daftar Pustaka

Fazlur Rahman dkk. Wacana Studi hadis Kontemporer, Yogyakarta: 2002

PT. Tiara Wacana Yogya

Subhi Ash-Shalih,, Ulumul Hadits Wa Mushthalahuhu, Darul Ilmil Umayin,

Bairut, 1981

Mahmud Al-Thahhan, Taisir Mustalah Al-Hadis, Beirut: Dar Al-Qur’an,

1979

Nawer yuslem, Ulumul Hadis, PT. Mutiara Sumber Widya, 2011

As-Suyuti, Tadrib al-Rawi fi sayarh taqrib al-Nawawi, Beirut, Dar al-fikr,

1993

Bukhari, Shahih al-Bukhari Juz 1, Beirut, Dar al-fikr, 1410H/1981M

Ibn Qayyim. I’lam al-Muwaqqiin, Juz 4, Beirut, Dar al-fikr, 1977

Nuruddin ‘itr, Ulumul hadis, Bandung, 2012 PT. Remaja Rosdakarya

http://ridwan202.wordpress.com/

http://wikipedia.com / wiki/Hadis

Page 16: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

STUDI HADIS

HADIS DITINJAU DARI ASPEK SUMBERNYA

Diajukan sebagai syarat mengikuti Ujian KomprehensifProgram Pascasarjana STAIN Samarinda 2013

Oleh :Muhammad Latif Fauzi

PROGRAM PASCASARJANA

Page 17: Hadist Ditinjau Dari Aspek Sumbernya (Makalah Studi Hadist)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINDA

2013

Kata Pengantar

Terhaturkan selakasa puji bagi Allah, atas segala curahan nikmat yang melimpah ruah. Sehingga dapat terselesaikannya makalah Studi hadis ini.

Tak lupa ta’dzim dan ucapan terima kasih kepada Dr. Mursalim, M.Ag sebagai dosen mata kuliah Studi Hadis atas kepercayaan beliau pada pemakalah untuk sedikit memaparkan pembahasan mengenai Hadis ditinjau dari Aspek Sumbernya.

Makalah ini disusun selain sebagai “jalan” dalam menempuh program pascasarjana PAI di STAIN Samarinda, diharapkan dapat menjadi pembelajaran baik dari segi kajian keilmuan maupun dari segi penulisan.

Pemakalah mengakui masih banyak kekurangan dalam penuangan materi, sistematika penulisan dan berbagai hal yang ada dalam makalah ini, untuk itu diharapkan kritik dan saran guna lebih membuka cakrawala keilmuan pemakalah dan menjadi acuan makalah-makalah selanjutnya.

Pemakalah