jenis, fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. ·...

61
1 Pengembangan Mata Kuliah HUKUM PERUNDANG – UNDANGAN JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Oleh : Made Nurmawati , SH.MH Dr, I Gde Marhaendra Wija Atmaja, SH.M.HUM Fakultas Hukum Universitas Udayana 2017

Upload: others

Post on 19-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

1

Pengembangan Mata Kuliah HUKUM PERUNDANG – UNDANGAN

JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Oleh : Made Nurmawati , SH.MH

Dr, I Gde Marhaendra Wija Atmaja, SH.M.HUM

Fakultas Hukum Universitas Udayana

2017

Page 2: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya,

pengembangan materi kuliah hukum perundang-undangan terkait jenis, fungsi dan

materi peraturan perundang-undangan dapat terselesaiakan. Materi ini dimaksudkan

untuk memperbaiki format, mereformulasi jenis-jenis tugas serta pemutahiran

substansi dan referensi. Materi ini dimaksudkan sebagai materi pengembangan dan

tambahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun

bagi dosen dan tutor, sehingga diharapkan pelaksanaan perkuliahan berjalan lebih

baik.

Substansi kuliah ini sudah memakai model pembelajaran berbasis KKNI (

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ), sebagaimana diamanatkan dalam

peraturan perundang-undangan. Dalam Pengembangan materi ini terdapat materi

terkait, jenis-jenis peraturan perundang-undangan, fungsi peraturan perundang-

undangan dan materi muatan peraturan perundanga-undangan, yang dilengkapi

dengan tugas serta bahan bacaan.

Dengan selesainya materii ini, sepatutnya diucapkan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan para Pembantu Dekan yang

telah berkomitmen untuk mengembangkan matakuliah berbasis KKNI..

2. Para pihak yang telah membantu penyelesaian bahan ini .

Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan tulisan ini.

Semoga bermanfaat terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan mencapai hasil

sesuai dengan kompetensi yang direncanakan.

Denpasar, 13 Nopember 2017

Penyusun.

Page 3: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................... 3

1. Pendahuluan .................................................................. 4

2. Capaian Pembelajaran .................................................. 5

3. Indikator Capaian .......................................................... 5

4. Penyajian Materi

4.1. Jenis Peraturan Perundang-undangan ................. 6

4.2. Fungsi Peraturan Perundang-undangan .............. 27

4.3. Materi muatan Peraturan Perundang-undangan.... 52

5. Penutup

5.1. Resume ................................................................. 57

5.2. Latihan .................................................................. 57

BAHAN BACAAN ............................................................. 58

Page 4: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

4

JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Pendahuluan

Mengawali pertemuan ke-6 pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diajak

mempelajari mengenai jenis, fungsi dan materi muatan dari peraturan perundang-

undangan baik ditingkat pusat maupun daerah. Untuk mendapatkan peraturan

perundang-undangan yang baik melalui pembentukan peraturan perundang-

undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar,

maka diperlukan pula ketentuan yang pasti, baku, dan standar tentang jenis dan

materi muatan peraturan perundang-undangan. Menurut A. Hamid S. Attamimi

pembentukan peraturan peraturan perundang-undangan adalah pembentukan norma

hukum yang berlaku keluar dan mengikat secara umum yang dituangkan dalam jenis-

jenis peraturan perundang-undangan sesuai hierarkinya.1 Untuk dapat menuangkan

norma hukum tersebut dalam berbagai jenis peraturan perundang-undangan, penting

memperhatikan materi muatannya. Pentingnya pemahaman dan ketentuan tentang

jenis, hierarki, dan materi muatan peraturan perundang-undangan ditunjukkan pula

dengan adanya salah satu asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik, yakni asas “kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan”.2 Yang

dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” adalah

bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan. Hal lainnya yang perlu untuk dipahami pula oleh mahasiswa

adalah terkait fungsi dari peraturan perundang-undangan. Secara umum, peraturan

perundang-undangan fungsinya adalah mengatur sesuatu materi tertentu untuk

memecahkan suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Selain fungsi umum

tersebut, setiap peraturan perundang-undangan juga memiliki fungsi khusus sesuai

dengan jenis peraturan perundang-undangan tersebut.

1 A.Hamid S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam

penyelenggaraaan Pemerintahan Negara, Suatu studi analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan dalam kurun waktu Pelita I-Pelita IV,untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

2 Pasal 5 huruf c UU 12/2011.

Page 5: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

5

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa diharapkan

memahami jenis, fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang ada,

seperti Undang-Undang Dasar (UUD), Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

(TAP MPR), Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres),

Peratudan Daerah (Perda) Propinsi dan Peraturan Daerah (perda) Kabupaten. Materi

perkuliahan pada pertemuan ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami

bahan kajian pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

2. Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa memahami

jenis, fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan. 3. Indikator Capaian

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa mampu:

a. Memahami jenis peraturan perundang-undangan di tingkat pusat.

b. Memahami jenis peraturan perundang-undangan di Daerah.

c. Memahami fungsi dari peraturan perundang-undangan

d. Mamahami materi muatan peraturan perundang-undangan di tingkat pusat.

e. Memahami materi muatan peraturan perundang-undangan di tdaerah

4. Penyajian Materi Materi perkuliahan pada pertemuan ini terdiri dari:

1. Jenis Peraturan Perundang-undangan

2. Fungsi Peraturan Perundang-undangan

3. Materi muatan Peraturan Perundang-undangan 4.1. Jenis Peraturan Perundang-undangan

Dalam berbagai literatur yang ada, terdapat berbagai penyebutan berkaitan

dengan “jenis” peraturan perundang-undangan, dimana ada yang memakai

nomenklatur “jenis” ada juga yang memakai nomenklatur “bentuk”. Arti jenis dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online berarti: (1) yang mempunyai ciri (sifat,

keturunan, dan sebagainya) yang khusus; macam: (2) mutu.3 Sedangkan arti kata bentuk berarti: 1 lengkung; lentur; 2 bangun; gambaran; 3 rupa; wujud; 4 sistem;

susunan (pemerintahan, perserikatan, dan sebagainya):; 5 wujud yang ditampilkan

3 http://kbbi.kata.web.id/jenis/

Page 6: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

6

(tampak): ; 6 acuan atau susunan kalimat; 7 kata penggolong bagi benda yang

berkeluk (cincin, gelang, dan sebagainya).4

Dari pengertian tersebut maka jelas bahwa terdapat perbedaan antara

pengertian “jenis” dan “bentuk”. Bentuk lebih menekankan kepada wujud lahiriah,

sedangkan jenis lebih kepada macam atau ragam dari sesuatu yang mempunya sifat-

sifat yang sama. Terkait dengan berbagai macam peraturan perundang-undangan

seperti UUD, TAP MPR, UU dan sebagainya, maka lebih tepat memakai nomenklatur

“jenis” Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan pengunaan nomenklatur ”bentuk”

lahiriah (konverm), maka menunjuk pada: Judul, Pembukaan, konsideran, batang

tubuh, penutup dan penjelasan.5

Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan sangat penting dalam

perancangan atau penyusunan peraturan perundang-undangan, karena:

Pertama: setiap pembentukkan peraturan perundang-undangan harus mempunyai

landasan atau dasar yuridis yang jelas, dan apabila tidak terdapat landasan tersebut

maka batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Kedua: hanya peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi

daripada peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk dapat dijadikan

landasan atau dasar yuridis.

Ketiga: pembentukkan peraturan perundang-undangan berlaku prinsip bahwa

peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dapat

menghapuskan peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih rendah.

Prinsip ini mengandung:

1) Pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada hanya mungkin

dilakukan oleh peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih

tinggi. 2) Peraturan perundang-undangan yang sederajat bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan sederajat lainnya, maka berlaku peraturan

perundang-undangan yang dianggap terbaru dan yang lama telah

dikesampingkan (lex posterior derogar priori).

4 http://kbbi.web.id/bentuk 5 Dalam Lampiran II UU No.12 Tahun 2011 pada Bab IV menggunakan istilah Bentuk Rancangan

Peraturan Perundang-undangan yang berisi kerangka peraturan perundang-undangan memuat:Judul,Pembukaan, , Batang Tubuh , Penutup, Penjelsan (jika diperlukan) dan Lampiran (jika diperlukan).

Page 7: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

7

3) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

rendah, maka berlaku peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

tingkatannya.

4) Peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang umum

yang diatur oleh peraturan yang sederajat, maka berlaku peraturan

perundang-undangan yang mengatur bidang khusus tersebut (lex

specialis derogate lex generalis).

Keempat: pengetahuan mengenai seluk beluk peraturan perundang-undangan untuk

menciptakan suatu sistem peraturan peraundang-undangan yang tertib sebagai salah

satu unsur perundang-undangan yang baik.

Dalam perkembangan ketatanegaraan di Indonesia dikenal ada berbagai jenis

peraturan perundang-undangan. Secara eksplisit dalam UUD Tahun 1945 hanya

menyebutkan jenis peraturan perundang-undangan yaitu: UU, Perpu, dan PP,

sedangkan peraturan lainnya tumbuh dan berkembang sejalan dengan

perkembangan praktek ketatanegaraan Indonesia. Berikut jenis peraturan perundang-

undangan di Indonesia berdasarkan sejarahnya:

Masa Hindia Belanda

Belanda datang ke Indonesia pada Tahun 1596, dimana hukum yang berlaku

di Indonesia adalah hukum tidak tertulis (Hukum Adat). Namun dengan masuknya

Belanda ke Indonesia dan mendirikan perserikatan dagang yang dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) maka terjadi perubahan terkait

hukum yang ada. Masuknya VOC akibat diberikannya hak octrooi kepada VOC

oleh Staten Generaal, yaitu badan federatif tertinggi negara-negara Belanda, hal ini

berdampak pada terjadinya dualisme hukum yakni adanya Hukum Adat dan Hukum

yang dibuat oleh pemerintah Belanda. Hukum Belanda adalah hukum yang

diberlakukan bagi orang eropa, khususnya Belanda di pusat-pusat dagang VOC,

yang pada awalnya berlaku bagi kapal-kapal VOC. Hukum tersebut terutama berupa

hukum disiplin (tucht recht). Namun pada akhirnya hukum Belanda juga diberlakukan

kepada pribumi dalam beberapa hal. Menurut Utrecht, hukum Belanda yang berlaku

di daerah kekuasaan VOC terdiri dari :6

6 E. Utrecht. 1965. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II. Universitas, Bandung,dikutip dari

https://e-kampushukum.co.id/2016/05/tata-hukum-di-indonesia-pada-masa-voc.html

Page 8: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

8

1. Hukum Statuta (yang termuat dalam statuten van Batavia)

2. Hukum Belanda yang kuno

3. Asas-asas hukum Romawi

Pada masa ini peraturan yang tertinggi adalah perintah dari Raja Belanda, kemudian

yang ada dibawahnya adalah “Heeren Zewentie” yaitu peraturan yang dibuat di plakat-

plakat buatan VOC untuk mengatasi keadaan-keadaan yang perlu penanganan

secara khusus. Pada masa Gubernur Jenderal Van Diemen (1636-1646) meminta bantuan Joan Maetsyucker, seorang pensiunan dari Hof Van Justitie (setingkat MA)

untuk mengumpulkan dan menyusun plakaat yang telah diterbitkan. Pada Tahun

1642, “Heeren Zewentie” berhasil dihimpun (dikodifikasi), kemudian diumumkan

dengan nama Statuten Van Batavia (Statuta Betawi). Statuta tersebut berlaku sebagai

hukum positif dan memiliki kekuatan berlaku yang sama sebagaimana peraturan lain

yang telah ada. Mengenai pemberlakuannya, Statuta Betawi ditujukan kepada orang

pribumi maupun orang pendatang. Kemudian pada Tahun 1766 dihasilkan

kumpulan plakaat ke-2 diberi nama Statuta Bara.7

Selanjutnya pada masa penjajahan Belanda berdasarkan Pasal 36 Netherland

Gronwet 1814, menentukan bahwa “Raja yang berdaulat punya kekuasaan tertinggi

atas daerah-daerah jajahan dan harta milik negara di daerah-daerah lain....”. Dalam

melaksanakan kekuasaannya raja membuat peraturan bersifat umum yang biasa disebut dengan “Algemene Verordering” (peraturan pusat) atau “Koninklijk Besluit”

(besluit raja=keputusan/penetapan) yang berlaku dibidang eksekutif untuk daerah jajahan dan “Aglemene Maatregel van Bestuur”(AmvB) yang berlaku untuk

pemerintah Belanda. Peraturan ini dibuat oleh raja (kroon) bersama dengan parlemen

Belanda (staten general). 8

Setelah adanya kodifikasi pada tanggal 1 Oktober 1838, Komisi Undang-undang untuk Hindia Belanda membuat peraturan yaitu : Algemene Bapalingen van

Wetgeving (AB) (stb.1847.No.23) atau ketentuan umum tentang perundang-

undangan. Selain peraturan tersebut dihasilkan pula beberapa kodifikasi yaitu :

a.Reglement of de Rechterlijke Organisatie (RO) atau peraturan organisasi

pengadilan;

b.Burgerlijke Wetboek (BW) Kitab Undang-undang Hukum Sipil;

7 Ibid 8 http://www.bphn.go.id/data/documents/ae_peraturan_perundang-

undangan_peninggalan_kolonial_belanda.pdf

Page 9: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

9

c.Wetboek van Kophandel (WvK) KUHD

d.Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering (RV) peraturan tentang Acara Perdata.

e.Inlandsch Reglement (IR) yaitu reglement bumi putera (peraturan tentang acara

perdata yang berlaku untuk Bumi Putera), belakangan peraturan ini berubah menjadi

HIR (Herzeine Inlandsch Reglement). 9

Selanjutnya antara Tahun 1855-1926 terjadi perubahan Grondwet di negeri

Belanda, dari monarki konstitusional menjadi monarki konstusional parlemen. Dari

perubahan tersebut membuat kekuasaan raja atas daerah jajahan menadi sedikit

terkurangi. Bentuk undang-undang (wet) pada waktu ini dinamakan Regerings

Reglement (RR) diundangkan mulai tanggal 1 Januari 1854 stb.1854 No.2) yang

mengatur tentang kebijakan pemerintah di Hindia Belanda. Kemudian pada tahun 1918 dibentuk sebuah “Volksraad” (wakil rakyat) untuk ikut serta dalam pembuatan

undang-undang. Pada Tahun 1922 terjadi perubahan grondwet di negeri Belanda.

Grondwet tersebut kemudian diberi nama “Indische Staatregeling” (stb.1925, Nomor

415) yang memberi kekuasaan kepada daerah jajahannya untuk membuat peraturan

sendiri. Dengan demikian Jenis Peraturan pada masa Hindia Belanda yang dibentuk

antara lain:10 1. Reglement op het beleid der Regering van Nederlands Indies yang disingkat

dengan Regering Reglement (RR), dan kemudian berubah menjadi Wet op the

Staatsinrichting van Netherlands Indie (IS) dianggap sebagai Undang-Undang

Dasar] 2. Ordonantie Gouvernour Genneral adalah peraturan setingkat UU yang terdiri dari 2

jenis yaitu: a. Ordonansi yang dibuat oleh Gubernur Jendral dengan persetujuan

Voolksraad, yang mengatur mengenai pokok-pokok persoalan menyangkut

Nederland Indie; dan

b. Ordonansi yang ditentukan dalam Grondwet atau Wet yaitu:

1) Regeringsverordening (R.V) setingkat Peraturan Pemerintah, adalah

peraturan untuk melaksanakan wetten, AMVB dan ordonansi dan

dapat mencantumkan ketentuan pidana;

9 Ibid 10 Rahmat Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,

Jakarta, hlm.54

Page 10: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

10

2) Gouvernements Besluit (Keputusan Pemerintah) merupakan

peraturan untuk mengatur hal-hal yang bersifat administratif, dan

tidak dapat mencantumkan ketentuan pidana. 3. AMVB dan Wetten, yang dibuat oleh Raja ( Kroon) bersama dengan parlemen

Belanda (Staten General)

Masa Pendudukan Jepang

Jepang tidak lama berkuasa di Indonesia, dan pada masa berkuasanya Jepang

jenis peraturan perundang-undangan yang ada adalah:11

1. Osamu seirei, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Seikosikikan

(pemerintah sipil);

2. Osamu Kanrei, merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Staf

(Gunseikan ).

Peaturan tersebut diudangkan dalam Lembaran Negara yang disebut Kanpo

Masa Kemerdekaan

Masa ini terbagi dalam beberapa periode yakni masa setelah kemerdekaan

tanggal 17 Agustus Tahun 1945 yaitu berlakunya UUD Tahun 1945, masa berlakunya

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS), Undang-Undang Dasar Sementara

(UUDS), dan Masa Reformasi (UUD Tahun 1945 Pasca amandement) Masa berlakunya UUD Tahun 1945. Pada masa awal kemerdekaan dan berlakunya UUD Tahun 1945, jenis

peraturan perundang-undangan yang ada masih belum tersusun karena situasi dan

kondisi masa itu, misalnya adalah kadang-kadang berbentuk nota-nota dinas,

maklumat, surat-surat edaran dan lain sebagainya diperlakukan sebagai peraturan

yang seakan mengikat secara hukum. Bahkan, Wakil Presiden mengeluarkan

Maklumat yang isinya membatasi tugas dan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat

(KNIP) yang saat itu berperan sebagai lembaga legislatif, tetapi maklumat itu dibuat

tanpa nomor, sehingga dikenal kemudian sebagai Maklumat No.x tertanggal 16

Oktober 1945. Dalam UUD Tahun 1945 jenis peraturan yang ada adalah: Undang-

Undang yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1), Peraturan Pemerintah (Pasal 5 ayat 2)

dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (perpu) yang diatur dalam

11 Ibid, hlm.58.

Page 11: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

11

Pasal 22 ayat (1). Namun dalam prakteknya dikeluarkan juga beberapa peraturan

perundang-undangan lainnya yaitu: Penetapan Presiden (Penpres), Peraturan

Presiden (Perpres), Penetapan Pemerintah, Maklumat Presiden dan Maklumat Wakil

Predsiden.

KRIS TAHUN 1949

Dalam Konstitusi RIS yang berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949, bentuk-

bentuk peraturan yang tegas disebut adalah Undang-Undang Federal, Undang-

Undang Darurat, dan Peraturan Pemerintah. UU Federal adalah merupakan UU yang

dibuat oleh pemerintah federal. Undang-Undang Darurat;12adalah UU yang

dikeluarkan untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan federal yang karena

keadaan-keadaan yang mendesak perlu diatur dengan segera. Peraturan ini

mempunyai kekuasaan dan kuasa UU Federal.

Peraturan Pemerintah13, adalah peraturan untuk menjalankan ketentuan UU

yang ditetapkan oleh Pemerintah.Peraturan ini dapat memuat ancaman hukuman

atas pelanggaran aturan-aturannya. Berdasarkan Pasal 127 KRIS terdapat 3 macam

Undang-Undang Federal yaitu:

1. UU yang dibentuk pemerintah bersama dengan DPR dan Senat yang mengatur

tentang daerah bagian dan bagiannya, hubungan antara RIS dengan daerah

bagiannya;14

2. Undang-undang yang dibentuk Pemerintah bersama-sama dengan DPR; 15

dan

3. Undang –Undang yang dibentuk Pemerintah bersama-sama dengan DPR dan

Senat, khusus mengenai Perubahan KRIS.16

Pada saat berlakunya KRIS, dikeluarkan UU No.1 Tahun 1950 tentang Jenis

dan Bentuk Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Negara

Bagian Republik Indonesia Yogyakarta yang merupakan negara bagian dari RIS. UU

ini dikeluarkan oleh Negara RI di Jogyakarta (negara bagian), sedangkan untuk RIS

(pemerintah federal) berlaku UU Drt 2-1950. Jenis peraturan berdasarkan Pasal 1

Undang-Undang tersebut adalah:

12 Pasal 139 KRIS 13 Pasal 141 KRIS 14 Pasal 127a KRIS 15 Pasal 127b KRIS 16 Pasal 190 KRIS

Page 12: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

12

a.Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

b.Peraturan Pemerintah,

c.Peraturan Menteri. UUDS TAHUN 1950 Degan berlakunya UUDS tanggal 17 Agustus Tahun 1950, jenis peraturan

perundang-undangan yang ada adalah:

a. Undang-Undang (Pasal 89);

b. Undang-Undang Darurat (Pasal 196 )

c. Peraturan Pemerintah (Pasal 98 )

Selain peraturan tersebut diatas, terdapat peraturan lainnya yakni:

a. Peraturan Menteri

b. Keputusan Menteri; dan

c. Peraturan Tingkat Daerah DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli Tahun 1959, maka Bangsa Indonesia

kembali kepada UUD Tahun 1945. Karena itu jenis peraturan perundang-undangan

adalah apa yang tertuang didalam UUD Tahun 1945, dan apa yang tertuang dalam

Surat Presiden kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR)

No. 2262/HK/59 tanggal 20 Agustus 1959 yang selanjutnya dijelaskan lebih lanjut

dengan Surat Presiden No. 3639/HK/59 tanggal 26 November 1959. Dengan

demikian “bentuk-bentuk” peraturan-peraturan Negara setelah UUD adalah:

1. Undang-Undang;

2. Peraturan Pemerintah;

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

Penyebutan jenis-jenis tersebut dalam Undang-Undang Dasar bersifat

enunsiatif dalam arti tidak menutup kemungkinan untuk mengatur bentuk-bentuk lain

yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan. Karena itu berdasarkan Surat Presiden

No.2262/HK/1959 tertanggal 20 Agustus 1959 yang ditujukan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dinyatakan bahwa di samping bentuk-bentuk

peraturan perundang-undangan tersebut di atas, dikeluarkan bentuk-bentuk peraturan

yang lain, yaitu:

1. Penetapan Presiden untuk melaksanakan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi

Angkatan Perang tanggal 5 Juli 1959 tentang Kembali Kepada UUD Tahun

1945.

Page 13: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

13

2. Peraturan Presiden, yaitu peraturan yang dikeluarkan untuk melaksanakan

penetapan Presiden, ataupun peraturan yang dikeluarkan berdasarkan Pasal

4 ayat (1) UUD Tahun1945.

3. Peraturan Pemerintah, yaitu untuk melaksanakan Peraturan Presiden,

sehingga berbeda pengertiannya dengan Peraturan Pemerintah yang

dimaksudkan dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945.

4. Keputusan Presiden yang dimaksudkan untuk melakukan atau meresmikan

pengangkatan-pengangkatan.

5. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri yang dibuat oleh kementerian-

kementerian negara atau Departemen-Departemen pemerintahan, masing-

masing untuk mengatur sesuatu hal dan untuk melakukan atau meresmikan

pengangkatan-pengangkatan.

Dalam susunan tersebut di atas, jelas terdapat kekacauan antara satu bentuk

dengan bentuk peraturan yang lain. Bahkan, dalam praktek, bentuk yang paling

banyak dikeluarkan adalah Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden. banyak

materi yang seharusnya diatur dalam UU, justru diatur dengan Penetapan Presiden

ataupun Peraturan Presiden.

Setelah runtuhnya Pemerintahan Orde Lama, pada Tahun 1966, MPRS

mengeluarkan TAP MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Produk-

Produk Legislatif Negara di Luar Produk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

yang tidak sesuai dengan UUD Tahun 1945 dan Ketetapan MPRS No.

XX/MPRS/1966, yaitu tentang Memorandum DPRGR mengenai Sumber Tertib

Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Perundangan Republik Indonesia. TAP

MPRS tersebut dimaksudkan untuk menata dan mendudukkan secara konstitusional

jenis dan bentuk peraturan perundang-undangan yang banyak “menyimpang” dari

UUD Tahun 1945.

Dalam Lampiran II Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966, ditentukan bentuk

peraturan dengan tata urutan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar.

2. Ketetapan MPR.

3. Undang-Undang/Perpu.

4. Peraturan Pemerintah.

5. Keputusan Presiden.

Page 14: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

14

6. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya seperti Peraturan Menteri, Instruksi

Menteri, dan lain-lain.

Jenis peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam TAP MPRS

tersebut banyak mengandung kelemahan , salah satu contoh adalah tidak diaturnya

secara tegas jenis peraturan tingkat daerah khususnya Peraturan Daerah (Perda),

sehingga terkesan kurang dihormatinya Perda dan Keputusan Kepala Daerah yang

bersifat pengaturan (regeling) sebagai bagian dari sistem peraturan perundang-

undangan nasional.

Setelah runtuhnya Pemerintahan Orde Baru, MPR menetapkan TAP MPR

No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-

undangan sebagai pengganti TAP MPRS No. XX/MPRS/1966. Jenis dan tata urutan

(susunan) peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 2 TAP MPR

No.III/MPR/2000 adalah:

1. UUD 1945;

2. Ketetapan (TAP) MPR;

3. Undang-Undang (UU);

4. PeraturanPemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);

5. PeraturanPemerintah (PP);

6. KeputusanPresiden (Keppres); dan

7. Peraturan Daerah (Perda).

Selanjutnya dalam Pasal 3 ditentukan bahwa:

(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik

Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.

(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan

putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat

yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(3) Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk

melaksanakan UndangUndang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam hal

ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan

Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut;

Page 15: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

15

b. Dewan Perwakilan Rakyat dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah

pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan;

c. Jika ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, peraturan pemerintah pengganti

undang-undang tersebut harus dicabut.

(5) Peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah

undang-undang.

(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk

menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi

negara dan administrasi pemerintahan.

(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di

atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan:

a. Peraturan daerah propinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah propinsi

bersama dengan gubernur;

b. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah

kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

c. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau

yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan desa atau yang

setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

TAP MPR No. III/2000 tidak berlaku lama, selanjutnya pada Tahun 2004

dikeluarkanlah UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, dimana dalam Pasal 7 ditentukan :

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah.

(2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:

a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi

bersama

dengan gubernur;

b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat

daerah

kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

Page 16: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

16

c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa

atau nama

lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Berdasarkan hierarchi pada Pasal 7 tersebut, maka dalam UU No.10 Tahun

2004 dikenal dan diakui secara formal satu jenis peraturan baru yakni Peraturan Desa

(Perdes) yang kedudukannya berada dibawah Perda Kabupaten. Jenis peraturan

perundang-undangan selain yang ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) tersebut, dikenal

juga jenis lainnya yang mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan Pasal 7 ayat ( 4)

yang menyebutkan bahwa: Jenis Peraturan Perundang-undangan selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai

kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-

undangan yang lebih tinggi. Dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (4) tersebut disebutkan

bahwa jenis Peraturan Perundang-undangan selain dalam ketentuan ini, antara lain,

peraturan yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan

Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan,

lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentak oleh undang-undang atau

pemerintah atas perintah undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

UU No.10 Tahun 2004 kemudian dirubah kembali dengan UU No.12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan . Perubahan terhadap

UU No.10 Tahun 2004 dilakukan karena Undang-Undang ini banyak mengandung

kelemahan-kelemahan yaitu antara lain:17

a. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan

kerancuan atau multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;

b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;

c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan perkembangan atau

kebutuhan hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan; dan

d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan

sistematika.

17 Penjelasan Umum UU No.12 Tahun 2011

Page 17: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

17

Dalam Pasal 7 ayat (1) UU N0.12 Tahun 2011 menyebutkan jenis dan hierarki

Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dari uraian tersebut maka sama halnya dengan UU No.10 Tahun 2004, dalam

UU ini juga diakui jenis peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) yang menentukan bahwa: Jenis Peraturan

Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,

badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang

atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Peraturan ini mempunyai kekuatan

mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi.

Ketentuan tersebut mengindikasikan terdapat 2 jenis peraturan perundang-

undangan yakni peraturan perundang-undangan didalam hierarchi dan diluar

hierarchi yang diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 UU 12/2011. Jenis peraturan

perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 dapat

disebut sebagai Jenis Peraturan Perundang-undangan Di Dalam Hierarki, untuk

membedakan dengan jenis peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal

8 ayat (1) UU 12/2011, yang dapat disebut Jenis Peraturan Perundang-undangan di

Luar Hierarki.

Berikut tabel jenis Peraturan Perundang-undangan menurut TAP MPRS

XX/MPRS/1966, TAP MPR III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2014 dan UU No.12

Tahun 2011.

Tabel 1

Perbandingan Jenis Peraturan Perundang-undangan menurut :

Page 18: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

18

TAP MPRS XX/MPRS/1966, TAP MPR III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2014 dan

UU No.12 Tahun 2011.

No. TAP MPRS XX/MPRS/1966

TAP MPR III/MPR/2000

UU No.10 Tahun 2014

UU No.12 Tahun 2011

1 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945

2 Ketetapan MPR Ketetapan MPR UU/Perpu Ketetapan MPR

3 UU/Perpu UU PP UU/Perpu

4 PP Perpu Perpres PP

5 Keppres PP Perda Propinsi Perpres

6 Peraturan

pelaksanaan

lainnya seperti

Peraturan Menteri,

Instruksi Menteri,

dan lain-lain.

Keppres Perda

Kabupaten

Perda Propinsi

7 - Perda Perdes Perda

Kabupaten

Sumber:Penulis

Kekuatan hukum mengikat peraturan perundang-undangan tersebut diatas

adalah sesuai dengan hierarchinya (Pasal 7 ayat 2 UU No.12 Tahun 2011). Yang

dimaksud dengan “hierarki” menurut Penjelasan pasal tersebut adalah: penjenjangan

setiap jenis Peraturan Perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa

Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan

Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Dengan demikian dari pemaparan tersebut diatas adanya kesesuaian antara

jenis, hierarki, dan materi muatan”, adalah sebagai salah satu asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang baik (Pasal 5 huruf c UU 12/2011),

menunjukkan pentingnya pemahaman dan ketentuan tentang jenis, hierarki, dan

materi muatan peraturan perundang-undangan. Asas ini dapat dicermati dalam Kotak

berikut:

Page 19: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

19

KOTAK:

ASAS KESESUAIAN ANTARA JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN

PASAL 5 PENJELASAN PASAL 5 ANOTASI

Dalam membentuk

Peraturan Perundang-

undangan harus

dilakukan

berdasarkan

pada asas

Pembentukan

peraturan Perundang-

undangan yang baik,

yang meliputi:

.........................

c. kesesuaian antara

jenis, hierarki, dan

materi muatan;

..............

Huruf c

Yang dimaksud dengan

“asas kesesuaian antara

jenis, hierarki, dan materi

muatan” adalah bahwa

dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-

undangan harus benar-

benar memperhatikan

materi muatan yang tepat

sesuai dengan jenis dan

hierarki Peraturan

Perundang-undangan.

A. Hamid S.

Attamimi18

mengetengahkan

Asas-asas

Pembentukan

Peraturan Perundang-

unangan Yang Patut,

yang dibagi ke dalam

Asas-asas formal dan

Asas-asas material.

Asas yang keempat

dari Asas-asas formal

itu adalah “asas

materi muatan yang

tepat”.

Asas “materi muatan yang tepat” itu oleh A. Hamid S. Attamimi diturunkan dari

asas “organ/lembaga yang tepat”, yang oleh karena itu ia sebut juga sebagai asas

“organ/lembaga dan materi muatan yang tepat” .19 Saat memberikan komentar

tentang asas “organ/lembaga yang tepat” dari Van der Vlie, A. Hamid S. Attamimi

mengemukakan:20

“Berbeda dengan di Negeri Belanda di Republik Indonesia mengenai

organ/lembaga yang tepat itu perlu dikaitkan dengan materi muatan dari jenis-

jenis peraturan perundang-undangan. Menurut hemat penulis, materi muatan

peraturan perundang-undangan itulah yang menyatu dengan kewenangan

masing-masing organ/lembaga yang membentuk jenis peraturan perundang-

undangan bersangkutan. Atau dapat juga sebaliknya, kewenangan masing-

18 A Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan....., opcit, hlm.345-346 19 Ibid 20 Ibid

Page 20: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

20

masing organ/lembaga tersebut menentukan materi muatan peraturan

perundang-undangan yang dibentuknya”.

UU No. 12 Tahun 2011 mengatur asas organ/lembaga yang tepat dalam Pasal

5 huruf b, yakni asas “kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat”. Asas

tersebut berikut artinya dapat disimak dalam Kotak berikut:

KOTAK:

ASAS KELEMBAGAAN ATAU PEJABAT PEMBENTUK YANG TEPAT

PASAL 5 PENJELASAN PASAL 5

Dalam membentuk Peraturan

Perundang-undangan harus

dilakukan berdasarkan pada

asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang

baik, yang meliputi:

.........................

b. kelembagaan atau pejabat

pembentuk yang tepat;

..............

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kelembagaan

atau pejabat pembentuk yang tepat” adalah

bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-

undangan harus dibuat oleh lembaga negara

atau pejabat Pembentuk Peraturan

Perundang-undangan yang berwenang.

Peraturan Perundang-undangan tersebut

dapat dibatalkan atau batal demi hukum

apabila dibuat oleh lembaga negara atau

pejabat yang tidak berwenang.

Pemahaman yang dapat diperoleh dari uraian tersebut diatas adalah bahwa

apabila Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga negara atau

pejabat berisi materi muatan yang tidak tepat, maka itu masuk kategori Peraturan

Perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak

berwenang, dan oleh karena itu dapat dibatalkan atau batal demi hukum.

Apa arti “dapat dibatalkan”?; Apa arti “batal demi hukum”? Dalam hukum

administrasi, suatu keputusan tidak sah akan berakibat batal keputusan tersebut.

Dibedakan tigas jenis pembatalan suatu ketetapan tidak sah, yakni batal karena

hukum, batal, dan dapat dibatalkan.21 Rinciannya dalam tabel berikut:

21 Utrecht, E, 1986, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Edisi Fotografi.

Page 21: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

21

KONSEP ISI KONSEP

Batal demi Hukum

(nietigheid van

rechtswegw)

Keputusan yang batal demi hukum adalah suatu

ketetapan yang isinya menetapkan adanya akibat suatu

perbuatan itu untuk sebagian atau seluruhnya bagi

hukum dianggap tidak ada, tanpa diperlukan keputusan

pengadilan atau Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

yang berwenang menyatakan batalnya ketetapan

tersebut.

Jadi ketetapan batal sejak dikeluarkan, bagi hukum

dianggap tidak ada tanpa diperlukan suatu keputusan

hakim atau suatu keputusan badan pemerintah lain yang

berkompeten untuk menyatakan batalnya sebagian atau

seluruhnya.

Batal (nietigheid) Ketetapan batal merupakan suatu tindakan atau perbuatan

hukum yang dilakukan yang berakibat suatu perbuatan

dianggap tidak pernah ada.

Dapat Dibatalkan (nietigheidbaar)

Keputusan dapat dibatalkan yaitu suatu keputusan dapat

dinyatakan batal setelah adanya pembatalan oleh hakim

atau instansi yang berwenang membatalkan, dan

pembatalan tidak berlaku surut.

Jadi bagi hukum perbuatan dan akibat-akibat hukum

yang ditimbulkan dianggap sah sampai dikeluarkan

keputusan pembatalan (ex-nunc) kecuali undang-

undang menentukan lain.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

(UU30/2014) mengenal dua jenis pembatakan keputusan, yaitu dibatalkan dan dapat

dibatalkan. Rinciannya dalam tabel berikut:

Tabel : dibatalkan dan dapat dibatalkan KONSEP ISI KONSEP

Dibatalkan

Keputusan pembatalan dilakukan oleh: a. Pejabat

Pemerintahan yang menetapkan Keputusan; b. Atasan

Page 22: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

22

Pejabat yang menetapkan Keputusan; atau c. atas

Putusan Pengadilan.

Akibat hukum Keputusan dan/atau Tindakan dibatalkan:

a. tidak mengikat sejak Keputusan dan/atau Tindakan

tersebut ditetapkan; dan segala akibat hukum yang

ditimbulkan dianggap tidak pernah ada.

Dapat Dibatalkan Keputusan pembatalan dilakukan oleh: a. Pejabat

Pemerintahan yang menetapkan Keputusan; b. Atasan

Pejabat yang menetapkan Keputusan; atau c. atas

Putusan Pengadilan.

Akibat hukum Keputusan dan/atau Tindakan dapat

dibatalkan: a. tidak mengikat sejak saat dibatalkan atau

tetap sah sampai adanya pembatalan; dan berakhir

setelah ada pembatalan.

Terkait dengan pernyataan “Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat

dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat

yang tidak berwenang” bermakna:

Pertama, Peraturan Perundang-undangan dapat dibatalkan adalah Peraturan

Perundang-undangan dinyatakan batal setelah adanya keputusan pembatalan oleh

hakim atau instansi yang berwenang membatalkan, dan pembatalan tidak berlaku

surut. Jadi bagi hukum perbuatan dan akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh

Peraturan Perundang-undangan dianggap sah sampai dikeluarkan keputusan pembatalan (ex-nunc).

Kedua, Peraturan Perundang-undangan yang batal demi hukum adalah

Peraturan Perundang-undangan yang akibat hukumnya baik sebagian maupun

seluruhnya bagi hukum dianggap tidak ada, tanpa diperlukan keputusan pembatalan

oleh hakim atau instansi yang berwenang membatalkan. Jadi Peraturan Perundang-

undangan batal sejak dikeluarkan, bagi hukum dianggap tidak ada tanpa diperlukan

suatu keputusan hakim atau instansi yang berkompeten untuk menyatakan batalnya

sebagian atau seluruhnya.

Page 23: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

23

Persoalannya, siapa yang pada akhirnya menentukan Peraturan Perundang-

undangan batal demi hukum, akan menjadi problem hukum tersendiri. Oleh karena itu

dapat dipahami dalam UU 30/2014 tidak dikenal keputusan batal demi hukum.

Berikut dijelaskan jenis-jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011: a.Undang-Undang Dasar Salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang mempunyai kedudukan

yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundang-undangan adalah UUD Tahun

1945. Hal tersebut telah diatur dengan tegas dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun

2011. Dengan kedudukan yang tertinggi itu berarti bahwa peraturan yang berada

dibawahnya harus berdasar atau bersumber pada UUD Tahun 1945. Dalam Pasal 3

ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan :Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan

Perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “hukum dasar” adalah norma dasar

bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang merupakan sumber hukum

bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.22

Menurut A.Hamid S Attamimi, UUD Tahun 1945 tidak tepat disebut sebagai

salah satu jenis peraturan perundang-undangan dengan mengatakan bahwa: UUD

Tahun 1945 dan Ketetapan MPR tidak tepat masuk dalam jenis peraturan perundang-

undangan karena termasuk dalam aturan dasar.Sedangkan yang termasuk peraturan

perundang-undangan adalah undang-undang/perpu, Pertauran Pemerintah,

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Lembaga Pemerintah Non

Departemen, Keputusan Direktur Jendral Departemen, keputusan kepala badan

negara diluar jajaran pemerintah yang dibentuk dengan undang-undang, Peraturan

Daerah Tingkat I, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Keputusan Gubernur

Kepala Daerah , Keputusan Bupati/Wali Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II.23

Eksistensi UUD Tahun 1945 sendiri diakui dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Tahun

1945 yang menyebutkan bahwa; MPR berwenang mengubah dan menetapkan

Undang-Undang Dasar.

22 Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 23 A.Hamid S Attamimi, Peranan Keputusan Presiden ..... op cit,hlm.58.

Page 24: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

24

b.Ketetapan MPR Ketetapan MPR adalah Putusan majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai

pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR.24

Sedangkan Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat”

dalam UU No.12 Tahun 2011 adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang

Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960

sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.25 c.Undang-Undang (UU) / Perpu

Jenis peraturan perundang-undangan yang ketiga menurut UU No,12 Tahun

2011 adalah Undang-Undang (UU). Landasan Hukum UU diatur dalam Pasal 20 ayat

(1) dan Pasal 5 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa :

yang memegang kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang adalah DPR.

Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 3 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan: Undang-

Undang adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Dengan demikian maka dalam pembentukan UU lembaga legislatif

memepunyai peranan yang sangat menentukan keabsahan dan kekuatan mengikat

UU itu untuk umum. 26 Menurut para ahli hukum antara lain P.J.P.Tak27 dalam

bukunya Rechtsvorming in Netherland pengertian UU dibagi menjadi: UU dalam arti

materiil (wet materiele zin) dan UU dalam arti formal (wet formele zin). UU dalam arti

formil adalah apabila pemerintah bersama dengan parlemen mengambil keputusan –

maksudnya untuk membuat UU- sesuai dengan prosedur . Sedangkan UU dalam arti

materiil adalah jika suatu lembaga yang mempunyai kewenangan membentuk

peraturan perundang-undangan mengeluarkan suatu keputusan yang isinya mengikat

masyarakat secara umum. Atau dengan kata lain UU dalam arti Materiil melihat UU

24 Lihat Pasal 3 ayat (2) Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan

Peraturan Perundang-undangan. 25 Pasal 7 ayat (1) huruf b UU No.12 Tahun 2011 26 Jimly Assidiqie,2006, Perihal ........., op cit, hlm.32-33. 27 HAS Natabaya, 2008, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta, Konstitusi Press,

hlm.11.

Page 25: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

25

dari segi isi, materi dan dan substansinya. Sedangkan UU dalam arti formil dilihat dari

segi bentuk dan pembentukannya. Pembedaan tersebut hanya dilihat dari segi

penekanannya yaitu sudut penglihatan, yaitu undang-undang yang dilihat dari segi

materinya dan undang-undang yang dilhihat dari segi bentuknya.28

Sedangkan arti Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

dalam angka 4 pasal 1 UUNo.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa: Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang

ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Perpu

ditetapkan tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan bersama Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan hanya dapat dilakukan dalam hal ikhwal kegentingan memaksa.

Perpu harus mendapatkan persetujuan DPR pada sidang berikutnya untuk dapat

berubah menjadi UU. Bila tidak maka Perpu tersebut harus dicabut.

d.Peraturan Pemerintah (PP)

Dasar hukum PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan

: Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

sebagaimana mestinya. Yang dimaksud dengan Peraturan Pemerintah adalah

Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan

Undang-Undang sebagaimana mestinya (Pasal 1 angka 5) UU No.12 Tahun 2011.

Dengan demikian maka tidak akan ada PP jika tidak ada UU yang menjadi induknya.

Menurut A Hamid S Attamimi, kharakteristik dari PP adalah:29

1. PP tidak dapat lebih dulu dibentuk tanpa ada UU yang menjadi induknya;

2. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila UU yangbersangkutan tidak

mencantumkan sanksi pidana;

3. Ketentuan PP tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan UU yang

bersngkutan;

4. PP dapat dibentuk meski ketentuan UU yang bersangkutan tidak memintanya

secara tegas;

6. Ketentuan-ketentuan PP berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan.

PP tidak berisi penetapan semata-mata.

28 Ibid, hlm 34-35. 29 Dalam Maria Farida Indrati Soeprapto, 1998, Ilmu Perundang-Undangan –Dasar-dasar

Pemebentukannya, Kanisius, Jogyakarta, hlm.99.

Page 26: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

26

e.Peraturan Presiden (Perpres). Peraturan Presiden adalah salah satu jenis peraturan perundang-undang yang

baru ditentukan dengan tegas dalam UU No.10 Tahun 2004. Sebelum keluarnya UU

No.10 Tahun 2004 dalam hierarchi PPU dikenal istilah Keputusan Presiden (Keppres)

yang mempunyai sifat mengatur. Setelah keluarnya UU No.10 Tahun 2004, istilah

keputusan kemudian diganti dengan istilah “Peraturan”, hal ini dimaksudkan untuk

lebih memperjelas bentuk peraturan apakah berupa “regelings” (pengaturan) ataukah

“beschiking” (penetapan). Kedua bentuk tersebut mempunyai sifat yang berbeda

yaitu; jika berbentuk pengaturan maka bersifat deuerhaftig yakni berlaku terus

menerus, dan jika bentuknya adalah “keputusan” maka sifatnya adalah einmalig yaitu

sekali selesai.

Dasar hukum Perpres terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang

menentukan bahwa: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut UndangUndang Dasar. Dalam rangka melaksanakan

kekuasaan pemerintahan tersebutlah, presiden dapat mengeluarkan Perpres. Yang

dimaksud dengan Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan

oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (Pasal 1 angka 6, UU

No.12 Tahun 2011).

Rumusan tersebut jelas menegaskan bahwa kewenangan untuk membentuk

Perpres adalah ditangan Presiden, dan pembentukan Perpres dilakukan dalam

rangka pelaksanaan pemerintahan oleh presiden.

Dari segi wewenang Perpres dapat dibedakan:

1. Perpres sebagai pelaksanaan kewenangan dari presiden baik presiden sebagai

kepala negara maupun kepala pemerintahan. Disini Presiden mempunyai

kewenangan secara mandiri untuk membuat Perpres yang tidak tetap batas

lingkupnya. Kewenangan disini merupakan kewenangan atributif yang diberikan

berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD Tahun 1945. Perpres mandiri ini adalah

konsekwensi dari kedudukan presiden sebagai penyelenggara pemerintahan

negara tertinggi, dimana kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangan Presiden (

cocentration of power and responsibility upon the President).

Page 27: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

27

2. Perpres dapat juga dibentuk karena delegasi (delegated legislation), sebagai

peraturan delegasi untuk melaksanakan perintah UUD, UU maupun PP.30

5. Peraturan Daerah Propinsi

Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6) ditentukan bahwa:

pemerintahan daerah berhak untuk menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Perda terbagi

menjadi Perda Propinsi dan Perda Kabupaten. Yang dimaksud dengan Perda Propinsi

adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur (Pasal 1 angka 7 UU

No.12 Tahun 2011). Termasuk dalam Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang

berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan

Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

(Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf f) UU No.12 Tahun 2011.

6. Peraturan Daerah Kabupaten,

Adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota (Pasal

1 angka 8). Termasuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Qanun yang

berlaku di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh (Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf g).

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.80 Tahun 2015 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah, dalam Pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa

Peraturan Daerah Provinsi atau nama lainnya dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut perda adalah peraturan perundang-

undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah. 5.2. Fungsi Peraturan Perundang-undangan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Fungsi : 1. jabatan (pekerjaan) yg

dilakukan: 2.faal (kerja suatu bagian tubuh): 3 Mat besaran yg berhubungan, jika

besaran yg satu berubah, besaran yg lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5.

Ling peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (seperti

30 Pantja Astawa,Suprin Na’a, Op Cit, hlm.68.

Page 28: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

28

nomina berfungsi sbg subjek).31 Terkait peraturan perundang-undangan maka fungsi

peraturan perundang-undangan dapat diartikan sebagai kegunaan peraturan

perundang-undangan secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenisnya. Atau

dapat dikatakan bahwa peraturan perundang-undangan adalah sebagai instrumen

kebijakan (beleids instrument), yang dikeluarkan oleh pejabat atau lembaga yang

berwenang yang memiliki kegunaan atau fungsi-fungsi tertentu.

Ada perbedaan antara fungsi hukum dan fungsi peraturan perundang-

undangan. Fungsi hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum,

sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu

sumber hukum, yaitu peraturan perundang-undangan itu sendiri.32

Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh Ismail Hasani dan

Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, mengemukakan bahwa peraturan perundang

undangan memiliki fungsi :33

a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;

b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkunganya;

c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan antar kelompok

(mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok

marginal);

d. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;

e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial,

perluasan akses dan redtribusi sumber daya,;dan

f. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector ekonomi.

Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan

dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.34

1.Fungsi Internal. Adalah fungsi peraturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum (hukum

perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum. Secara internal, peraturan

perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi pembaharuan

hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, dan fungsi kepastian hukum:35

31 http://kbbi.co.id/arti-kata/fungsi 32 Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Op. Cit, h.60-65. 33 Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33 34 Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta, hlm. 47. 35 Ibid,hlm 17-20

Page 29: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

29

a. Penciptaan hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem kaidah hukum

yang berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui beberapa cara yaitu melalui

putusan hakim (yurisprudensi). Kebiasaan yang tumbuh sebagai praktek dalam kehidupan masyarakat atau negara, dan peraturan perundang-undangan

sebagai keputusan tertulis pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang

yang berlaku secara umum. Secara tidak langsung, hukum dapat pula terbentuk

melalui ajaran-ajaran hukum (doktrin) yang diterima dan digunakan dalam

pembentukan hukum.

Salah satu cara utama penciptaan hukum di Indonesia adalah melalui

pembentukan peraturan perundang-undangan. Atau dengan kata lain bahwa

peraturan perundang-undangan merupakan sendi utama sistem hukum

nasional. Pemakaian peraturan perundang-undangan sebagai sendi utama

sistem hukum nasional karena:

1. Sistem hukum Indonesia – sebagai akibat sistem hukum Hindia Belandia –

lebih menampakkan sistem hukum kontinental yang mengutamakan bentuk sistem hukum tertulis (geschrevenrecht, written law).

2. Politik pembangunan hukum nasional mengutamakan penggunaan peraturan

perundang-undangan sebagai Instrumen utama. Bandingkan dengan hukum

yurisprudensi dan hukum kebiasaan. Hal ini antara lain karena pembangunan

hukum nasional yang menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai

instrument dapat disusun secara berencana (dapat direncanakan). b. Fungsi Pembaharuan Hukum

Artinya bahwa peraturan perundang-undangan merupakan instrumen dalam pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan dengan

penggunaan hukum kebiasaan atau hukum yurisprudensi. Telah

dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-undangan dapat

direncanakan melalui program legislasi baik nasional maupun daerah ,

sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncakan. Pembaharuan tidak

hanya dilakukan terhadap hukum yang sudah ada tetapi dapat juga pula

dipergunakan sebagai sarana memperbaharui yurisprudensi, Hukum

kebiasaan atau hukum adat.

Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan antara

lain dalam rangka mengganti peraturan perundang-undangan dari masa

pemerintahan Hindia Belanda. Termasuk pula adalah memperbaharui

Page 30: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

30

peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah kemerdekaan yang

sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat .

Terhadap hukum kebiasaan atau hukum adat, peraturan perundang-

undangan berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau hukum adat yang tidak

sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada. Pemanfaatan peraturan

perundang-undangan sebagai instrumen pembaharuan hukum kebiasaan

atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam hal-hal tertentu kedua

hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid terhadap perubahan.36

c. Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum

Pada saat ini, di Indonesia masih berlaku berbagai sistem

hukum, yaitu: sistem hukum Eropa kontinental (Barat), sistem hukum adat,

sistem hukum agama (khususnya lslam) dan sistem hukum nasional”.37 Hal ini

menunjukkan adanya pluralisme hukum di Indonesia.38 Menurut Erman

Rajagukguk bahwa kendala terberat adanya pluralisme hukum adalah dalam

mewujudkan kepastian hukum. Hukum di Indonesia menurut guru besar

tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor politik. Bahkan pemberantasan korupsi

sampai saat ini pun oleh Erman diakui sangat sulit karena dalam

penegakannya banyak mempertimbangkan faktor politik.39

Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah dimaksudkan

meniadakan berbagai sistem hukum, terutama sistem hukum yang hidup sebagai satu kenyataan yang dianut dan dipertahankan dalam pergaulan

masyarakat. Pembangunan sistem hukum nasional adalah dalam

rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun

dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme kaidah

hukum sepenuhnya bergantung pada kebutuhan hukum masyarakat. Kaidah

hukum dapat berbeda antara berbagai kelompok masyarakat, tergantung pada

keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian

36 Bagir Manan, Sleten, 1993, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta,, hlm. 6 37 Bagir Manan, 1994, Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah, Jakarta, hlm. 6 38 Pluralisme hukum menurut Erman Rajagukguk dalam Kongres Internasional ke-15 Mengenai

Pluralisme Hukum yang diselenggarakan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Depok, Kamis (29 Juni Tahun 2006) diartikan sebagai sebagai situasi dimana terdapat dua atau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu kehidupan sosial. Pluralisme hukum harus diakui sebagai sebuah realitas masyarakat.

39 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-diakui

Page 31: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

31

fungsi peraturan perundang-undangan adalah mengintegrasikan berbagai

(pluralisme) peraturan yang ada. Pemahaman akan pluralisme hukum menurut

The Commission on Folk Law and Legal Pluralism Prof. Anne Griffith perlu

diberikan kepada pengambil kebijakan, ahli hukum, antopolog, sosiolog dan

ilmuwan sosial lainnya.40

d. Fungsi kepastian hukum Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) adalah merupakan

asas penting dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan penegakan hukum

(hendhaving, uitvoering). Adanya peraturan perundang-undangan dapat

memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi daripada pada hukum

kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Namun, perlu diketahui,

kepastian hukum peraturan perundang-undangan tidak semata-mata diletakkan pada bentuknya yang tertulis (geschreven, written) yakni selain

harus memenuhi syarat-syarat formal, juga harus memenuhi syarat-syarat lain, yaitu: Jelas dalam perumusannya (unambiguous), Konsisten dalam

perumusannya baik secara intern maupun ekstern. Konsisten secara intern

mengandung makna bahwa dalam peraturan perundang-undangan yang sama

harus terpelihara hubungan sietematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan

susunan dan bahasa. Konsisten secara eketern, adalah adanya hubungan

“harmonisasi” antara berbagai peraturan perundang-undangan.

Selain itu adalah memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dan

mudah dimengerti. Bahasa peraturan perundang-undangan haruslah bahasa

yang umum dipergunakan masyarakat. Tetapi ini tidak berarti bahasa hukum

tidak penting. Bahasa hukum –baik dalam arti struktur, peristilahan, atau cara

penulisan tertentu harus dipergunakan secara ajeg karena merupakan bagian

dan upaya menjamin kepastian hukum Melupakan syarat-syarat di atas,

peraturan perundang-undangan mungkin menjadi lebih tidak pasti

dibandingkan dengan hukum kebiasaan, hukum adat, atau hukum

yurisprudensi.

2. Fungsi Eksternal, adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan

tempat berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum,

40 Ibid

Page 32: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

32

yang meliputi fungsi perubahan, fungsi stabilisasi, fungsi kemudahan. Dengan

demikian, fungsi ini dapat juga berlaku pada hukum-hukum kebiasaan, hukum

adat, atau hukum yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi sosial ini akan lebih

diperankan oleh peraturan perundang-undangan, karena berbagai pertimbangan

yang sudah disebutkan di muka. Fungsi sosial ini dapat dibedakan:41 1. Fungsi perubahan, yaitu fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan (law

as social engineering). Peraturan perundang-undangan diciptakan atau

dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat di bidang ekonomi, sosial,

maupun budaya. Masyarakat “patrilineal” atau “matrilineal” dapat didorong

menuju masyarakat “parental” melalui peraturan perundang-undangan

perkawinan. 2. Fungsi stabilisasi, Peraturan perundang-undangan dapat pula berfungsi

sebagai stabilisasi. Peraturan perundang-undangan di bidang pidana, di bidang

ketertiban dan keamanan adalah kaidah-kaidah yang terutama bertujuan

menjami stabilitas masyarakat. Kaidah stabilitas dapat pula mencakup kegiatan

ekonomi, seperti pengaturan kerja, pengaturan tata cara perniagaan dan lain-

lain. Demikian pula di lapangan pengawasan terhadap budaya luar, dapat pula

berfungsi menstabilkan sistem soeial budaya yang telah ada.

3. Fungsi kemudahan, Peraturan perundang-undangan dapat pula dipergunakan

sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas).

Peraturan perundang-undangan yang berisi ketentuan insentif seperti

keringanan pajak, penundaan pengenaan pajak, penyederhanaan tata cara

perizinan, struktur permodalan dalam penanaman modal merupakan kaidah-

kaidah kemudahan. Namun perlu diperhatikan, tidak selamanya, peraturan

kemudahan akan serta merta membuahkan tujuan pemberian kemudahan.

Dalam penanaman modal misalnya, selain kemudahan-kemudahan seperti

disebutkan di atas diperlukan juga persyaratan lain seperti stabilitas politik,

sarana dan prasarana ekonomi, ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.

Selain fungsi-fungsi tersebut, terkait dengan adanya beberapa jenis peraturan

perundang-undangan, maka masing-masing peraturan peraturan perundang-

41 Bagir Manan, Beberapa masalah..............., Op Cit,hlm.21-22

Page 33: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

33

undangan tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu . Secara khusus fungsi peraturan

perundang-undangan dirinci sebagai berikut yakni:

1. Fungsi UUD Tahun 1945. Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam

Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian sebagai hukum dasar, UUD 1945

berisi norma-norma dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh

semua komponen masyarakat . UUD adalah merupakan hukum dasar, yaitu hukum

dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum

tertulis dan memiliki kedudukan yang tertinggi dalam hierarchi peraturan perundang-

undangan sebagaimana yang ditetukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun

2011. Artinya bahwa setiap produk hukum dibawahnya seperti Tap MPR, undang-

undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, Perda ataupun setiap tindakan

atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan

yang lebih tinggiyakni UUD Tahun 1945.

Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945 mempunyai

fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945 mengontrol apakah

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai

pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu

UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara,

aparat negara, dan warga negara.

2. Fungsi Ketetapan MPR

fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum

yang ada di bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku,

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang

Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960

sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. 3.Fungsi Undang-Undang dan Perpu Ada beberapa Fungsi Undang-Undang yaitu:

Page 34: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

34

1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

tegas-tegas menyebutnya;

2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang

Tubuh UUD 1945;

3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;

Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) pada

dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak

pada Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR

dalam keadaan normal sedangkan PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya

adalah Undang-undang dibuat dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan

yang memaksa.

Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:

1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang

Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;

2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang

Tubuh UUD 1945;

3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;

4. Fungsi Peraturan Pemerintah

Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi

PP adalah :

1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas

menyebutnya;

2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undang-

undang yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.

5. Fungsi Perpres Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :

1. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan

kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);

2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;

Page 35: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

35

3. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan

Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.

4. Fungsi Peraturan Daerah

Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi Peraturan

Daerah adalah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan

menjabarkan lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

sebagaimana diatur dalam Pasal 236 ayat (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintah

Daerah (sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki

Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh

bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. sebagai

penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat

di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan

kesejahteraan daerah. Sedangkan menurut Kepala pusat penyuluhan hukum Badan

Pembinaan Hukum Nasional, Peraturan Daerah mempunyai berbagai fungsi

yaitu:42

a) sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas

pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan

Daerah.

b) merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki

Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh

bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

c) sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi

masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara

42 https://saepudinonline.wordpress.com/2013/05/01/fungsi-perda-dalam-peraturan-perundang-

undangan/

Page 36: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

36

kesatuan Republik indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945.

d) sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

5.3. Materi Muatan Istilah “materi muatan peraturan perundangan” diperkenalkan oleh A. Hamid S.

Attamimi, yang disampaikan secara lisan dalam Lokakarya mengenai Pengembangan

Ilmu Hukum, di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 22 Pebruari 1979.

Naskahnya diselesaikan sesudahnya, dimuat dalam Majalah Hukum dan

Pembangunan, Nomor 3 Tahun 1979.43 A.Hamid S Attamimi secara tidak langsung

mengartikan materi muatan peraturan perundang-undangan sebagai materi yang

harus dimuat dalam masing-masing jenis peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 13 UU NO.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa

: Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat

dalam Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan

hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian apa yang

merupakan materi suatu peraturan perundang-undangan adalah berbeda-beda

tergantung jenis, fungsi dan materinya. Dalam menyusun materi muatan

peraturan perundang-undangan ada beberapa asas yang harus dipenuhi

yaitu:44

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

43 A. Hamid S. Attamimi, 1982, “Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan”, BPHN, Himpunan

Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Tanggal 1 s/d 20 Juni 1981, Diterbitkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, ,hlm.282-292. 44 Pasal 6 UU No.12 Tahun 2011

Page 37: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

37

Dalam Penjelasan UU No.12 Tahun 2011, disebutkan arti dari asas-asas

tersebut adalah :

a. Asas pengayoman” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk menciptakan

ketentraman masyarakat.

b. Asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak

asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.

c. Asas kebangsaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk

dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan harus mencerminkan musyawarah untukmencapai mufakat

dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Asas kenusantaraan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah

Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di

daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f. Asas bhinneka tunggal ika” adalah bahwa Materi Muatan Peraturan

Perundangundangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku

dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-

undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

negara.

h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap

Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang

bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,

golongan, gender, atau status sosial.

i. Asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan

Peraturan Perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam

masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

Page 38: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

38

j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa setiap Materi

Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan,

keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan

kepentingan bangsa dan negara.

Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan

Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum

Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “asas

lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang

bersangkutan”, antara lain:45

a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa

kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas

kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik

Materi muatan dari jenis-jenis peraturan perundang-undangan dapat

dijabarkan sebagai berikut: 5.3.1. Materi Muatan UUD UUD adalah merupakan hukum dasar negara. Atau the basic of the national legal order/ Sebagai the basic of the national legal order maka UUD atau konstitusi

akan menjadi sumber bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang ada

dibawahnya. Perbedaan antara UUD dengan peraturan perundang-undangan yang

ada dibawahnya , salah satunya adalah dari segi materi muatan. Menurut

K.C.Wheare46 UUD adalah suatu dokument hukum sehingga akan merupakan :

a.Pernyataan pilihan (a short of manifesto);

b.Pengakuan dan keyakinan ( a consession of faith);

c.Pernyataan mengenai cita-cita bangsa/negara (a statement of ideals);

d.Piagam negara ( a charter of the land).

Karena itu menurut K.C.Wheare bahwa UUD sebagai suatu aturan hukum mengatur/

berisi aturan-aturan negara yang mengatur tentang :47

1. Susunan (structure) pemerintahan, yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif;

2. Hubungan timbal balik (mutual relation ) antara alat-alat perlengkapan

negara;

45 Lihat Penjelasan Pasal 6 ayat (2) UU No.12 Tahun 2011 46 K.C.Wheare, 1975, Modern Constitution, Oxford University Press,hlm.32 47 Ibid

Page 39: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

39

3. Hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dengan masyarakat

(community), agar hak –hak masyarakat dan warga negara tidak dilanggar;

4. The quarantes of citizen.

Sedangkan menurut Struycken, Materi UUD berisi48:

1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau;

2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan;

3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu

sekarang maupun yang akan datang;

4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan

hendak dipimpin.

Menurut Sri Sumantri Martosoewignyo , Materi muatan konstitusi setidaknya

berisi tiga hal pokok yaitu: 49

1. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan Warga Negara;

2. Ditetapkannya susunan ketatanegraan suatu negara yang bersifat

fundamental; dan

3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat

fundamental. Sedangkan materi muatan konstitusi menurut Mr. J.G Steenbeekseperti yang

dikutip oleh Dahlan Thaib, Jaiz Hamidi dan N’imatul Huda, mulai dari Jaminan Hak

Asasi Manusia dan hak warga negaranya, susunan dasar ketatanegaraan negara

yang bersangkutan, dan susunan dasar pembagian dan pembatasan tugas

ketatanegaraa telah mengalami perubahan mendasar.50

Terkait materi UUD Tahun 1945 apa yang merupakan materi mutan UUD

Tahun 1945 tidak diatur dalam UU No.12 Tahun 2011. Hal ini dapat dipahami karena

kedudukan dari UU No.12 Tahun 2011adalah lebih rendah dibandingkan dengan

UUD, sehingga UU No.12 tidak mengatur materi muatan UUD. Materi UUD Tahun

1945, dapat dilihat dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945 yaitu: Pembukaan dan

Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di

dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal Undang-

Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 Pasal

48 Dalam I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na,a, Ibid, hlm.95 49 Dalam H.R.Soemantri Martosoewignyo, 2006, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi ( Sebelum

dan Sesudah Perubahan UUD 1945), Bandung, Alumni, hlm.2. 50 Dahlan Thaib, Jaiz Hamidi dan N’imatul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Rajawali Pers,

2003), hlm. 16.

Page 40: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

40

(Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2

pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat

penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal

UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-

bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara garis besar materi

yang termuat dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945 adalah sebagai berikut:

1. Bentuk dan Kedaulatan

2. MPR (Pasal 2-3)

3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4- Pasal 16)

4. Kementrian Negara (Pasal 17)

5. Pemerintahan Daerah (Pasal 18)

6. DPR (Pasal 19 – 22B)

7. DPD (Pasal 22C)

8. Pemilihan Umum (Pasal 22 E)

9. Hal Keuangan (Pasal 23 – 23 D)

10. BPK (Pasal 23E

11. Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 – 25)

12. Wilayah Negara (Pasal 25A)

13. Warga Negara dan Penduduk (Pasal 26 – 28)

14. HAM (Pasal 28A -28J)

15. Agama (Pasal 29)

16. Pertahanan dan Keamanan Negara (Pasal 30)

17. Pendidikan dan Kebudayaan ( Pasal 31-32)

18. Perekonomian dan Kesejahtraan Sosial (Pasal 33- 34)

19. Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Pasal

35 -36);

20. Perubahan UUD.

Selain hal tersebut UUD Tahun 1945 juga memuat 3 pasal tentang Aturan

Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. 5.3.2. Materi Muatan Ketetapan MPR

Dalam UU No.12 Tahun 2011 tidak termuat materi muatan Ketetapan MPR.

Dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b, hanya menyebutkan bahwa: “Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih

Page 41: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

41

berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang

Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960

sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. Dengan demikian yang menjadi

materi Ketetapan MPR yang masih diakui adalah materi ketetapan MPRS dan

Ketetapan MPR yang masih berlaku, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan

Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:

I/MPR/2003. Berikut ini Ketetapan-Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku dan

tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang adalah:

1. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis

Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah

Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan

Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau

Ajaran Komunis/Marxisme, Leninisme; dan

2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka

Demokrasi Ekonomi;

Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang

dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR

sesuai UUD 1945. Adapun Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum nasional

adalah sebagai salah satu sumber hukum nasional. 5.3.1. Materi Muatan Undang-Undang

Dalam Pasal 10 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan:

(1) Materi muatan yang harus diatur dengan UndangUndang berisi:

a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;

c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;

d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau

e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.

Ketentuan tersebut diatas dapat dijabarkan dalam bentuk tabel berikut:

Page 42: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

42

KOTAK: MATERI MUATAN YANG HARUS DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG

PASAL 10 PENJELASAN PASAL 10 ANOTASI

(1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi: a. pengaturan lebih

lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;

c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;

a. tindak lanjut atas

putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau

- - Ayat (1) ......... Huruf c Yang dimaksud dengan “perjanjian internasional tertentu” adalah perjanjian internasional yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau perjanjian tersebut mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-Undang dengan persetujuan DPR. Huruf d Yang dimaksud dengan ”tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi” terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Materi muatan yang dibuat, terkait dengan ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang yang secara tegas dinyatakan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan

- Pasal 10 ayat (1) huruf b tidak sesuai dengan asas lex posteriore derogat lex priori. Di sisi lain ketentuan itu menunjukkan pendelegasian kewenangan mengatur dari undang-undang kepada undang-undang lainnya. -

Page 43: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

43

e. pemenuhan

kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. -

-

(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.

Ayat (2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum.

-

Salah satu materi muatan Undang-Undang adalah “perintah suatu Undang-

Undang untuk diatur dengan Undang-Undang”. Hal ini tidak sesuai dengan asas

preferensi, bahwa undang-undang yang berlaku belakangan menyampingkan undang-undang yang berlaku terdahulu (lex posteriore derogat lex priori), dan

bukannya undang-undang terdahulu menentukan materi muatan undang-undang

yang kemudian dibentuk.

Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi pengaturan

lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, terdapat dalam sejumlah pasal UUD 1945 dengan penanda “dengan

undang-undang” atau “dalam ndang-undang”. Secara lebih terperinci materi muatan

yang harus diatur dengan UU dapat dilihat dalam tabel berikut:

No

KOTAK: MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

PENGATURAN LEBIH LANJUT MENGENAI KETENTUAN UUD 1945 1

Pasal 2 (1)UUD 1945:

Majelis Permusyawaratan Rakyat

terdiri atas anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dan anggota

Dewan Perwakilan Daerah yang

dipilih melalui pemilihan umum dan

ANOTASI

Rumusan diatur dengan undang-undang bermakna hal yang diatur

dalam ketentuan itu harus

dirumuskan dalam sebuah undang-

undang yang khusus diterbitkan

Page 44: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

44

2

3

4

5

6

7

diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Pasal 6 (2) UUD 1945:

Syarat-syarat untuk menjadi

Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Pasal 6A (5) UUD 1945:

Tata cara pelaksanaan pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.

Pasal (3) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut tentang

perjanjian internasional diatur

dengan undang-undang.

Pasal 12 UUD 1945:

Presiden menyatakan keadaan

bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 15 UUD 1945:

Presiden memberi gelar, tanda jasa,

dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 16 UUD 1945:

untuk kepentingan itu (Majelis

Permusyawaratan Rakyat 2013).

lihat anotasi 1

Rumusan diatur dalam undang-undang bermakna hal yang diatur

dalam ketentuan itu dapat menjadi

materi suatu atau beberapa

undang-undang yang tidak khusus

diterbitkan untuk kepentingan itu

(Majelis Permusyawaratan Rakyat

2013).

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

Page 45: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

45

8

9

10

11

Presiden membentuk suatu dewan

pertimbangan yang bertugas

memberikan nasihat dan

pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.

Pasal (4) UUD 1945:

Pembentukan, pengubahan, dan

pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.

Pasal 18 (1) UUD 1945:

Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu

dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,

dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 18 (7) UUD 1945:

Susunan dan tata cara

penyelenggaraan pemerintahan

daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A (1) UUD 1945:

Hubungan wewenang antara

pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah provinsi, kabupaten, dan

kota, atau antara provinsi dan

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

Page 46: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

46

12

13

14

15

kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan

memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah.

Pasal 18B (1) UUD 1945:

Negara mengakui dan

menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang

bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 18B (2) UUD 1945:

Negara mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih

hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan

prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Pasal 19 (2) UUD 1945:

Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.

Pasal 20A (4) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut tentang hak

Dewan Perwakilan Rakyat dan hak

anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

Page 47: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

47

16

17

18

19

20

21

Pasal 22A UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut tentang tata

cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang.

Pasal 22B UUD 1945:

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

dapat diberhentikan dari jabatannya,

yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

Pasal 22C (4) UUD 1945:

Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.

Pasal 22D (4) UUD 1945:

Anggota Dewan Perwakilan Daerah

dapat diberhentikan dari jabatannya,

yang syarat-syarat dan tata caranya

diatur dalam undang-undang. Pasal 22E (6) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut tentang

pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Pasal 23A UUD 1945:

Pajak dan pungutan lain yang

bersifat memaksa untuk keperluan

negara diatur dengan undang-undang.

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

Page 48: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

48

22

23

24

25

26

27

28

Pasal 23B UUD 1945:

Macam dan harga mata uang

ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 23C UUD 1945:

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.

Pasal 23D UUD 1945:

Negara memiliki suatu bank sentral

yang susunan, kedudukan,

kewenangan, tanggung jawab, dan

independensinya diatur dengan undang-undang.

Pasal 23E (3) UUD 1945:

Hasil pemeriksaan tersebut

ditindaklanjuti oleh lembaga

perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23G (2) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut mengenai

Badan Pemeriksa Keuangan diatur

dengan undang-undang. Pasal 24 (3) UUD 1945:

Badan-badan lain yang fungsinya

berkaitan dengan kekuasaan

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

Page 49: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

49

29

30

31

32

33

kehakiman diatur dalam undang-undang.

Pasal 24A (5) UUD 1945:

Susunan, kedudukan, keanggotaan,

dan hukum acara Mahkamah Agung

serta badan peradilan di bawahnya

diatur dengan undang-undang.

Pasal 24B (4) UUD 1945:

Susunan, kedudukan, dan

keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.

Pasal 24C (6) UUD 1945:

Pengangkatan dan pemberhentian

hakim konstitusi, hukum acara serta

ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang- undang.

Pasal 25 UUD 1945:

Syarat-syarat untuk menjadi dan

untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 25A UUD 1945:

Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah sebuah negara

kepulauan yang berciri Nusantara

dengan wilayah yang batas-batas

lihat anotasi 1

lihat anotasi 1

lihat anotasi 2

lihat anotasi 2

Page 50: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

50

34

35

36

37

dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 26 (1) UUD 1945:

Yang menjadi warga negara ialah

orang-orang bangsa Indonesia asli

dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang

sebagai warga negara.

Pasal 26 (3) UUD 1945:

Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang.

Pasal 28 UUD 1945:

Kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan dan

sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28J (2) UUD 1945:

Dalam menjalankan hak dan

kebebasannya, setiap orang wajib

tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang

dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai

dengan pertimbangan moral, nilai-

lihat anotasi 2

lihat anotasi 1

Page 51: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

51

38

39

40

41

nilai agama, keamanan, dan

ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis.

Pasal 30 (5) UUD 1945:

Susunan dan kedudukan Tentara

Nasional Indonesia, Kepolisian

Negara Republik Indonesia,

hubungan kewenangan Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia di dalam

menjalankan tugasnya, syarat-

syarat keikutsertaan warga negara

dalam usaha pertahanan dan

keamanan negara, serta hal-hal

yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

Pasal 31 (3) UUD 1945

Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 33 (5) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut mengenai

pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Page 52: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

52

Pasal 34 (4) UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut mengenai

pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Pasal 36C UUD 1945:

Ketentuan lebih lanjut mengenai

Bendera, Bahasa, dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.

Sumber: Penulis

5.3.2. Materi Muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Dalam KRIS dan UUDS Tahun 1950 Perpu disebut dengan istilah UU

Darurat.51 Istilah UU Darurat ini menggambarkan pengertiannya sebagai emergency

law (emergency legislation).52 Perpu sebagai salah satu jenis peraturan perundang-

undangan diatur dalam Pasal 22 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa: (1) dalam

hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan

Pemerintah sebagai pengganti undang-undang; (2) Peraturan Pemerintah itu harus

mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut,

dan (3) jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus

dicabut. Selanjutnya

Dengan demikian dari rumusan pasal tersebut ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dari segi kedudukan dan keberadaan Perpu:53

1. bahwa dilihat dari segi jenis/bentuknya Perpu adalah Peraturan Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945, Namun

51 Lihat Pasal 139 KRIS, dan Pasal 96 UUDS. 52 Jimly Assidiqie, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan keempat, Jakarta, Pusat

Studi Hukum Tata Negara,Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hlm.29 53 Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Op Cit, hlm.63, lihat juga Jimly Assidiqie,2006, Perihal Undang-

Undang, Jakarta, Konstitusi Press. hlm.80-87.

Page 53: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

53

dalam keadaan yang memaksa peraturan pemerintah itu, dari segi

materinya dapat memuata ketentuan-ketentuan yang sama dengan UU;

2. Dalam UUD Tahun 1945 tidak ada istilah resmi terkait Perpu,

sehinggadapat ditafsirkan bahwa istilah perpu dapat diganti dengan UU

Darurat misalnya;

3. Perpu hanya dapat ditetapkan Presiden apabila ada kegentingan yang

memaksa, yang tidak boleh dicampur adukkan dengan pengertian keadaan

bahaya. Dalam pengertian “kegentingan yang memaksa” terkandung sifat

darurat atau emergency yang memberi dasar kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Perpu. Emergency itu sendiri timbul dari

penilaian subyektif Presiden belaka mengenai tuntutan keadaan

mendesak untuk bertindak cepat dan tepat mengatasi keadaan tersebut

(noodverordeningsrecht).

4. Pada dasarnya Perpu sederajat dengan atau memiliki kekuatan yang sama

dengan UU, DPR harus aktif mengawasi baik dalam penetapan maupun

pengawasan Perpu;

5. Perpu bersifat sementara.

Hal lainnya juga yang membedakan Perpu dan UU menurut Bagir Manan

adalah mengenai sifat pengaturan kedua produk hukum tersebut. Jika UU adalah

merupakan produk tindakan pengaturan kenegaraan , sedangkan Perpu merupakan

tindakan produk pengaturan yang bersifat pemerintahan.54 Namun pendapat tersebut

menurut Jimly Assidiqie tidaklah tepat karena banyak juga UU yang dibentuk berkaitan

dengan kepentingan pemerintahan dan karena itu dapat dikatakan sebagai tindakan

pemerintahan. Misalnya, pembentukan UU tentang pemekaran suatu kabupaten atau

provinsi tertentu jelas berkaitan dengan pemerintahan.55

Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Materi

muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi

muatan Undang-Undang.Dengan demikian apa yang menjadi materi muatan Perpu

adalah sama dengan materi muatan UU sebagaimana telah disebutkan diatas.

5.3.3. Materi Muatan Peraturan Pemerintah

54 Jimly Assidiqie, Ibid, hlm.83 55 Ibid

Page 54: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

54

Dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyebutkan : Presiden menetapkan

peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

Ketentuan tersebut menegaskan bahwa PP hanya dapat ditetapkan oleh Presiden

jika ada UU induknya. Kewenangan Presiden untuk menetapkan PP adalah

merupakan salah satu wujud dari fungsi Presiden sebagai kepala pemerintahan,

yakni kepala kekuasaan eksekutif dalam negara, sehingga dalam rangka menjalankan

UU , Presiden mempunyai kekuasaan untuk menetapkan PP ( pouvoir reglementair).

Hal yang sama juga diatur dalam Pasal 12 UU No,12 Tahun 2011 yang

menentukan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk

menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka PP

berisi pengaturan lebih lanjut dari UU.J.A.H Logemann mengatakan:Dit is een zeer

ruime bevoegheid, maar het moet uitvoering blijven, geen aan vulling ( ini adalah suatu

kewenangan yang sangat luas, tetapi ia (PP) harus tetap sebagai pelaksana belaka,

tidak ada penambahan).56

Terkait materi yang memuat sanksi pidana, atau pemaksa, bila UU tidak

mencantumkannya maka dalam PP tidak boleh mencantumkan sanksi pidana

maupun sanksi pemaksa.

5.3.4. Materi Muatan Peraturan Presiden

Pasal 13 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan

Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk

melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

5.3.5. Materi Muatan Peraturan Daerah Propinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten

Dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi muatan

Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi

muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi.

56 Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Op Cit, hlm.66.

Page 55: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

55

Sedangkan dalam Pasal 236 ayat (1) UU No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa: Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda. Selanjutnya dalam Pasal 236

ayat (3) ditentukan bahwa: Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

materi muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan

b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi. Dalam ayat (4) : Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Namun khusus untuk materi yang terkait dengan ketentuan pidana, Pasal 15

UU No.12 Tahun 2011 menentukan:

(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam:

a. Undang-Undang;

b. Peraturan Daerah Provinsi; atau

c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa

ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat

ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Selain rumusan dalam UU No.12 Tahun 2011 penjabaran lebih lanjut tentang

materi muatan Perda Propinsi dan Perda Kabupaten diatur lebih lanjut dalam

Permendagri N.80 Tahun 2015. Dalam Pasal 4 ayat (2) Permendagri No.80 Tahun

2015 menentukan bahwa materi muatan Perda adalah:

a. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan

b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi. Dalam Pasal 4 ayat (3) ditentukan bahwa selain materi muatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam Pasal 5 ditentukan bahwa Perda provinsi memuat materi muatan untuk mengatur:

a. kewenangan provinsi;

b. kewenangan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;

Page 56: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

56

c. kewenangan yang penggunanya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu

provinsi;

d. kewenangan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah

kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan/atau

e. kewenangan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan

oleh daerah provinsi.

Perda kabupaten/kota memuat materi muatan untuk mengatur:

a. kewenangan kabupaten/kota;

b. kewenangan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota;

c. kewenangan yang penggunanya dalam daerah kabupaten/kota;

d. kewenangan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam daerah

kabupaten/kota; dan/atau

e. kewenangan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila

dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.

Selain materi tersebut, dalam Pasal 5 Permendagri No.80 Tahun 2015

disebutkan bahwa ada materi lain yang dapat dimuat dalam Perda yaitu:

(1) Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan

penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau

pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

(4) Perda dapat memuat ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan pada keadaan

semula dan sanksi administratif.

(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. penghentian tetap kegiatan;

e. pencabutan sementara izin;

f. pencabutan tetap izin;

g. denda administratif; dan/atau

Page 57: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

57

h. sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 236 ayat (3) UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemda menentukan: Perda

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan: a.

penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan b. penjabaran

lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat

memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5. Penutup a. Resume.

Dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan Indonesia, mulai jaman

penjajahan Belanda hingga pasca reformasi terdapat berbagai jenis peraturan

perundang-undangan yang ada. Dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangn disebutkan dalam Pasal 7 ayat (1) jenis dan hierarci

peraturan perundang-undangan terdiri dari: UUD Tahun 1945, Ketetapan MPR,

UU/Perpu, PP, Perpres , Perda Propinsi dan Perda Kabupaten. Selain peraturan

perundang-undangan yang terdapat didalam hierarchi juga terdapat peraturan

perundang-undangan diluar hierachi sebagaimana yang disebut dalam Pasal 8 ayat

(1) UU No.12 Tahun 2011.

Fungsi dari peraturan perundang-undangan secara umum terbagi menjadi 2

yakni fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal adalah: fungsi

penciptaan hukum, fungsi pembahuaruan hukum, fungsi integrasi pluralisme sistem

hukum dan fungsi kepastian hukum. Sedangkan fungsi eksternal meliputi :fungsi untuk

melakukan perubahan, fungsi stabilitas dan fungsi kemudahan. Selain fungsi tersebut

masing-masing peraturan perundang-undangan juga mempunya fungsi khusus

sesuai dengan jenis peraturan perundang-undangan tersebut.

Materi peraturan perundang-undangan berbeda-beda sesuai dengan jenis

peraturan perundang-undangan. Apa yang merupakan materi muatan UU/Perpu, PP,

Perpres, Perda Propinsi dan Perda Kabupaten telah diatur dalam UU No.12 Tahun

2011.

Page 58: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

58

b. Latihan

1. Dalam UU No.12 Tahun 2011 dikenal jenis peraturan perundang-undangan

di dalam hierarchi dan diluar hierarchi. Bagaimana kekuatan mengikat

peraturan perundang-undangan diluar hierarchi tsb?

2. Jelaskan dan berikan contoh apa fungsi internal dari peraturan perundang-

undangan?

3. Jelaskan apa yang menjadi materi muatan Perda Provinsi?

a. Bahan Bacaan Assidiqie, Jimly,2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan keempat,

Jakarta, Pusat Studi Hukum Tata Negara,Fakultas Hukum Universitas

Indonesia,

----------- , Perihal Undang-Undang, Jakarta, Konstitusi Press,2006

Attamimi, A.Hamid S, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam

penyelenggaraaan Pemerintahan Negara, Suatu studi analisis mengenai

Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan dalam kurun waktu Pelita I-

Pelita IV,untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas

Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hlm.289. dalam I Gde Pantja Astawa, dan Suprin Na’a,Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-

undangan di Indonesia, 2008, Alumni,Bandung,

Attamimi, A. Hamid S. 1982, “Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan”,

BPHN, Himpunan Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang

Peraturan Perundang-undangan Tanggal 1 s/d 20 Juni 1981, Diterbitkan oleh

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, Utrecht, E, 1986, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Edisi Fotografi.

HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Jakarta,

Konstitusi Press, 2008. Indrati Soeprapto, Maria Farida , Ilmu Perundang-Undangan –Dasar-dasar

emebntukannya, Kanisius, Jogyakarta, 1998/ Manan, Bagir, Sleten, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta, 1993. Manan, Bagir , Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah, Jakarta,

1994, Martosoewignyo, H.R.Soemantri , Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi (

Sebelum dan Sesudah Perubahn UUD 1945), Bandung, Alumni, 2006.

Page 59: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

59

Rajagukguk, Erman, dalam Kongres Internasional ke-15 Mengenai Pluralisme

Hukum yang diselenggarakan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Depok, Kamis (29 Juni Tahun 2006) diartikan sebagai sebagai situasi

dimana terdapat dua atau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu

kehidupan sosial. Pluralisme hukum harus diakui sebagai sebuah realitas

masyarakat.

Utrecht. E. 1965. Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II. Universitas,

Bandung,dikutip dari https://e-kampushukum.co.id/2016/05/tata-hukum-di-

indonesia-pada-masa-voc.html Trijono, Rahmat , Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Papas

Sinar Sinanti, Jakarta, 2013 undangan_peninggalan_kolonial_belanda.pdf

K.C.Wheare, 1975, Modern Constitution, Oxford University Press,hlm.32

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15089/pluralisme-hukum-harus-di

http://kbbi.kata.web.id/jenis/

http://kbbi.web.id/bentuk

http://www.bphn.go.id/data/documents/ae_peraturan_perundang-

Page 60: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

60

PERTEMUAN TUTORIAL

1. Pendahuluan. Dalam pertemuan kedua ini, mahasiswa berdiskusi mengenai Peraturan Desa

(Perdes). Setelah melakukan tutorial ini, mahasiswa diharapkan memahami salah

satu jenis peraturan perundang-undangan yakni perdes, terkait kedudukan,fungsi dan

materi muatannya. Materi tutorial ini sangat penting sebagai landasan untuk

memahami bahan kajian pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Karena itu, dalam tutorial ini mahasiswa harus mendiskusikan mengenai Perdes yang terdapat dalam penyajian materi Problem Task.

2. Penyajian Materi: Problem task.

Peraturan Desa

Sebelum berlakunya UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yakni dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, dikenal satu jenis peraturan perundang-undangan

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) yakni Peraturan Desa (Perdes).

Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Peraturan Desa /peraturan yang setingkat adalah

Peraturan Perundangundangan yang dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama

lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Dari segi hierarchinya

kedudukan Perdes adalah berada dibawah Perda Kabupaten. Namun setelah UU

No.10 Tahun 2004 diganti dengan UU No.12 Tahun 2011 Peraturan Desa tidak lagi

ada dalam hierarchi peraturan perundang-undangan Indonesia sebagaimana

dituangkan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011. ). Namun dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa muncul kembali pengaturan Perdes.

Pertanyaan:

1. Bagaimana kedudukan Perdes dalam sistem hukum perundang-undangan

Indonesia setelah berlakunya UU No.12 Tahun 2011?

2. Apa Fungsi dari Perdes?

3. Apa yang menjadi materi muatan Perdes?

Page 61: JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN · 2017. 12. 26. · 2017. 12. 26. · 4 JENIS, FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Pendahuluan Mengawali

61

3. Penutup

Dalam penyajian materi: Problem Task tersebut di atas dideskripsikan adanya

jenis-jenis peraturan perundang-undangan yang diatur dalam UU No.12 Tahun 2011

, dimana Perdes tidak disebut dengan jelas dan tegas didalam hierarchi peraturan

perundang-undangan.

Pada akhir tutorial, mahasiswa wajib menyetor laporan kegiatan tutorial, yang

mendeskripsikan secara rinci seluruh kegiatan dalam tutorial tersebut, yaitu: siapa pemimpin diskusi (discussion leader) dan pencatat (note taker), siapa yang aktif, dan

alokasi waktu selama tutorial. Laporan tutorial wajib dikumpulkan pada saat

berakhirnya waktu seluruh kegiatan tutorial.

4. Bahan Bacaan

Lihat bahan bacaan pada perkuliahan diatas.