lembaga pemerintahan dan perundang-undangan

57
Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan diembannya tugas negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum tersebut maka pembentukan berbagai peraturan di Negara Republik Indonesia menjadi sangat penting, oleh karena campur tangan negara dalam mengurusi kesejahteraan rakyat dalam bidang hukum, sosial, politik, ekonomi, budaya, lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan yang diselenggarakan dengan pembentukan peraturan-peraturan negara tak mungkin lagi dihindarkan. Lembaga-lembaga Pemerintahanpun tak luput kita soroti sebagai Lembaga yang berperan dalam pembentukan suatu peraturan perundang-undangan baik itu sesudah ataupun sebelum amandemen UUD 1945. B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan dan fungsi Lembaga-lembaga Pemerintahan sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945? 2. Apa hubungan antara Lembaga-Lembaga Pemerintahan dengan Undang-Undang sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945? 1

Upload: universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah-jakarta

Post on 12-Feb-2017

1.470 views

Category:

Law


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan diembannya tugas negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum

tersebut maka pembentukan berbagai peraturan di Negara Republik Indonesia

menjadi sangat penting, oleh karena campur tangan negara dalam mengurusi

kesejahteraan rakyat dalam bidang hukum, sosial, politik, ekonomi, budaya,

lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan yang diselenggarakan dengan

pembentukan peraturan-peraturan negara tak mungkin lagi dihindarkan. Lembaga-

lembaga Pemerintahanpun tak luput kita soroti sebagai Lembaga yang berperan

dalam pembentukan suatu peraturan perundang-undangan baik itu sesudah ataupun

sebelum amandemen UUD 1945.

B. Rumusan Masalah

1. Apa tujuan dan fungsi Lembaga-lembaga Pemerintahan sebelum dan sesudah

amandemen UUD 1945?

2. Apa hubungan antara Lembaga-Lembaga Pemerintahan dengan Undang-Undang

sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ilmu Perundang-undangan.

2. Menambah wawasan serta memahami lebih dalam tentang Lembaga

Pemerintahan dan Perundang-undangan sebelum dan sesudah perubahan UUD

1945.

1

Page 2: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

BAB II

PEMBAHASAN

LEMBAGA PEMERINTAH

DAN PERUNDANG-UNDANGAN

(SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945)

A. PRESIDEN

Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan Presiden Republik Indonesia adalah :

Kepala Negara

Mandataris MPR, dan

Penyelenggara Tertinggi Pemerintah Negara Republik Indonesia, yang didalamya

tercangkup pula Penyelenggara Tertinggi Perundang-Undangan Negara.

Sistem Pemerintah Negara Republik Indonesia seperti yang terkandung dalam

Undang-Undang Dasar 1945, mencerminkan kehidupan ketatanegaraan yang khas

Indonesia. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa kedaulatan

berada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat. Sebagai Mandataris dari MPR Presiden Republik Indonesia bertugas

menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar haluan negara yang ditetapkan

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Presiden Republik Indonesia diangkat oleh Majelis, ia tunduk dan bertanggung

jawab kepada Majelis, dan ia berkewajiban menjalankan putusan-putusan Majelis.

Presiden Republik Indonesia adalah Penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi

dibawah Majelis, dan dalam menjalankan Pemerintahan Negara, kekuasaan dan

tanggung jawab adalah ditangan presiden (concentration of power and responsibility

upon the president).

2

Page 3: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Dapat disimpulkan bahwa kekuasaan-kekuasaan terpusat pada Presiden, oleh

karena kedaulatan kedaulatan ditangan rakyat Indonesia, dan yang menjalankan

kedaulatan itu ialah Lembaga Tertinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan

Rakyat. Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat

Indonesia ini mula-mula dengan kualitas sebagai Konstituante menetapkan Undang-

Undang Dasar Negara, kemudian setelah itu menetapkan pula garis-garis besar haluan

negara, dan memilih serta menganggakat Kepala Negara (Presiden) dan Wakilnya.1

Dengan demikian, sesuai Undang-Undang Dasar 1945 Presiden Republik

Indonesia bertugas:

1. Menjalankan Undang-Undang Dasar 1945

2. Menjalankan garis-garis besar haluan negara; dan

3. Menjalankan Pemerintahan Negara pada umumnya

B. MENTERI-MENTERI NEGARA

Dikutip dari buku Ilmu Perundang-undangan karya Maria Farida, ia menuliskan

bahwasannya Menteri sebagai pemimpin Departemen, Menteri mengetahui seluk

beluk, hal-hal yang mengenai lingkungan kerjanya dan bidang tugasnya, oleh karena

itu Menteri mempunyai pengaruh besar terhadap Presiden dalam menentukan politik

negara yang berhubungan dengan Departemennya. Memang, Menteri-menteri itu

adalah pemimpin-pemimpin Negara. Untuk menetapkan politik pemerintahan dan

koordinasi di dalam pemerintahan Negara, para Menteri bekerja sama satu sama lain

seerat-eratnya di bawah pimpinan Presiden.

Dalam pandangan Maria Farida di atas, dapat dipahami bahwa pada hakikatnya

menteri adalah pemimpin negara. Mereka bekerja sama dengan Presiden dalam

pemerintahan negara, bahkan para menteri juga memiliki pengaruh besar terhadap

politik negara.

1 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 136

3

Page 4: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Dalam sistem pemerintahan Indonesia yang dianut UUD NRI tahun 1945, para

menteri adalah pemimpin pemerintahan di bawah Presiden. Para menteri secara riil

memimpin pemerintahan dalam bidang-biang tertentu sesuai tugas pokok dan fungsi

kementerian yang dipimpinnya. Para menteri adalah pemimpin negara yang

menjalankan tugas sehari-hari di tingkat riil dan operasional di bawah pimpinan

Presiden. Para menteri tidak dapat melemparkan tanggung jawab dan pelaksanaan

tugasnya kepada Presiden selama hal itu memang mennjadi tugas dan tanggung jawab

kementerian di mana ia memimpin, baik tanggung jawab secara hukum, politik,

maupun moral. Berikut ialah Pasal 17 UUD 1945 (sebelum amandemen) tentang

Menteri:

Pasal 17 ayat (1): Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara

Ayat (2): Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

Ayat (3): Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan

Dalam prakteknya, kekuasaan pemerintah (pouvoir executif) lebih banyak

dijalankan oleh Menteri-menteri tersebut. Oleh karenanya, Menteri tidak hanya

pegawai pemerintah biasa. Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945, dapat diketahui bahwa

Indonesia menganut sistem Presidensiil. Sehingga dengan diterapkanya sistem ini,

para menteri tersebut tidak bertanggung jawab kepada DPR seperti pada sistem

Parlementer. Namun Menteri-menteri tersebut bertanggung jawab kepada Presiden,

mereka diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Mengenai hubungan Menteri-menteri dengan Departemen Pemerintahan, banyak

pemahaman yang berbeda-beda tentang Pasal 17 ayat (3) di atas. Pemahaman yang

berbeda ini timbul karena dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat pula

Menteri-menteri Negara yang tidak memimpin suatu Departemen.

Pengertian “Departemen” pada saat pembentukan UUD 1945 adalah “bagian”,

sehingga istilah Departemen Pemerintahan maksudnya adalah “Bagian

Pemerintahan”, dengan perkataan lain setiap Menteri Negara yang ada (sebelum

4

Page 5: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

amandemen UUD 1945) memimpin bagian pemerintahan sesuai tugasnya. Contoh

dari pemahaman tersebut misalnya, Menteri Negara Ristek yang memimpin bagian

pemerintahan di bidang Riset dan Teknologi (pada masa itu, pengertian ini sama

dengan Departemen Pemerintahan).2

Selama ini Menteri-menteri yang membantu Presiden adalah Menteri-menteri

Negara, yang dalam penyebutannya dibedakan sebagai Menteri Koordinator

(Menko), Menteri Negara (Meneg), dan Menteri Departemen yang biasa disebut

dengan istilah Menteri saja.3

Tugas Menteri-menteri Negara dalam membantu Presiden sesuai dengan kedudukan,

dan tugasnya adalah sebagai berikut:4

1. Menteri Koordinator (Menko)

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Thn. 1978 tentang Kedudukan, Tugas pokok,

Fungsi dan Tata kerja Menteri Koordinator serta Susunan Organisasi Staf Menteri

Koordinator Republik Indonesia, yang dimaksud dengan Menteri Koordinator

(Menko) dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia ialah:

Menteri Negara pembantu Presiden dengan tugas pokok mengkoordinasikan

penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu

dalam kegiatan pemerintahan negara.

2. Menteri Negara (Meneg)

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 Thn. 1993 tentang Kedudukan, Tugas

Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara, maka yang

2 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 157 3 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 1564 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 140

5

Page 6: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

dimaksud dengan Menteri Negara adalah pembantu Presiden yang menangani bidang

tugas tertentu yang melampaui bidang tugas suatu Departemen.

3. Menteri Departemen (Menteri)

Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Departemen (Menteri

yang memegang Departemen serta susunan Organisasinya ditetapkan dengan

keputusan Presiden No. 15 Thn. 1984.

Semua Departemen tersebut dipimpin oleh seorang menteri yang bertanggung

jawab kepada Presiden. Dari Menteri-menteri Negara yang pernah disebutkan, maka

Menteri Negara yang termasuk dalam Lembaga-lembaga Pemerintah dalam

Perundang-undangan adalah hanya Menteri Departemen (Menteri yang memegang

Departemen). Menteri Koordinator dan Menteri Negara bukan merupakan lembaga-

lembaga pemerintah dalam perundang-undangan, sebab dalam pembentukan

perundang-undangan yang berwenang adalah Menteri Departemen. Menteri

Koordinator dan Menteri Negara hanya dapat membuat peraturan yang bersifat intern,

dalam lingkungannya sendiri jadi tidak berwenang membentuk peraturan yang

mengikat umum.

C. KEPALA LEMBAGA PEMERINTAHAN NON DEPARTEMEN

Di dalam penyebutannya lembaga pemerintahan departemen ini mempunyai

bermacam-macam penamaan. Ada yang disebut “Badan” (Badan Administrasi

Kepegawaian Negara). Ada yang disebut “Lembaga” (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia). Ada yang disebut “Biro” (Biro Pusat Statistik). Ada yang disebut

“Dewan” (Dewan Pertahanan Keamanan Nasional). Bahkan ada yang tidak disebut

kelembagaan tetapi langsung pada aktivitasnya, seperti Arsip Nasional.5

5 Philip M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Proyek Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, (Surabaya: 1990), hal 171. Dikutip dari Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 141

6

Page 7: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

D. DIREKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN

Direktorat Jenderal Departemen ini mulai dikenal dengan dikeluarkannya

Keputusan Presiden No. 44 th. 1974, tentang pokok-pokok Organisasi Departemen

Republik Indonesia. Dengan adanya Keputusan Presiden tersebut, Direktur Jenderal

Departemen dapat mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang bersifat teknis.

Kewenangan ini timbul untuk melaksanakan lebih lanjut kebijakan dari Menterinya

yang merupakan delegasian.

“Keputusan Presiden No.44 th. 1974 tentang pokok-pokok

Organisasi Departemen Republik Indonesia, menegaskan dalam Pasal

14 Huruf A, antara lain bahwa Direktorat Jenderal menyelenggarakan

fungsi perumusan kebijakan teknis, ini berarti bahwa Direktorat

Jenderal dapat mengeluarkan Peraturan-peraturan atas namanya sendiri

yang isinya memberikan rincian yang bersifat teknis, dan

kebijaksanaan pelaksanaan bidang pemerintahan yang digariskan oleh

menteri”.

Sebelum ditetapkan Keputusan Presiden No. 44 th. 1974, Direktorat Jenderal dari

suatu Departemen mengeluarkan peraturan-peraturan atau atas nama Menteri atau

tanpa suatu dasar hukum. Terdapat dasar bagi Peraturan Direktorat Jenderal,

meskipun terbatas dalam ruang lingkup kebijaksanaan Menterinya dan sifatnya hanya

teknis.6

Dengan demikian maka pada saat ini setiap Direktorat Jenderal Departemen dapat

mengeluarkan peraturan yang bersifat teknis sesuai bidang tugas yang dilimpahkan

padanya.

6 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 141

7

Page 8: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

E. BADAN NEGARA

Lembaga Pemerintahan dalam perundang-undangan yang terkait di tingkat pusat

adalah Badan Negara. Badan Negara ini merupakan lembaga-lembaga Pemerintahan

yang dibentuk dengan suatu Undang-Undang dan berfungsi menyelenggarakan

urusan-urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, misalnya

Pertamina, BI, Perusahaan Jawatan Kereta Api. Badan-badan Negara ini diberi

kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang merupakan

pelaksanaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan suatu atribusi,

dimana kewenangan ini ditentukan dalam Undang-Undang pembentukannya.

Keberadaan Badan-badan Negara pada akhir-akhir ini semakin berkurang karena

berubahnya bentuk dan fungsi dari Badan-badan Negara itu, misalnya Perusahaan

Jawatan Kereta Api berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api, sehingga

keberadaan peraturan-peraturan dari Badan-badan Negara ini semakin lama semakin

berkurang.7

F. PEMERINTAH DAERAH SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum Amandemen) ditentukan bahwa

daerah negara Republik Indonesia yang merupakan negara kesatuan dibagi-bagi

menjadi daerah-daerah yang lebih kecil dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini ditentukan di dalam Pasal 18 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan

pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan

mengingat dasar permusyawaratan dalam sisem pemerintahan negara dan hak-hak

asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

7 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 142

8

Page 9: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Pembagian daerah ini dilakukan oleh karena Indonesia mempunyai wilayah yang

luas dan terdiri atas pulau-pulau yang terpisah-pisah oleh lautan, sehingga dengan

pembagian wilayah tersebut penyelenggaraan pemerintahan negara dapat

terselenggara dengan baik dan cepat. Pembagian daerah ini tidak menjadikan adanya

negara di dalam negara Republik Indonesia, hal ini dijelaskan dalam Penjelasan Pasal

18 UUD 1945, yang menentukan sebagai berikut:

“Oleh karena Negara Kesatuan Indonesia itu suatu ‘eenheidstaat’, maka

Indonesia tidak akan mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat ‘staat’

juga.

Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan

dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom (streek

dan locale rechtsgemeen-schappen) atau bersifat administrasi belaka, semuanya

menurut aturan yang ditetapkan dalam undang-undang”

Sesuai dengan isi dan jiwa Pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya, Pemerintah

diwajibkan untuk melaksanakan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang

ketatanegaraan. Undang-Undang yang terakhir dibentuk untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 18 UUD 1945 adalah Undang-Undang No.5 Th. 1974 tentang pokok-

pokok Pemerintah di Daerah, dikenal adanya Daerah Otonom yang dibentuk

berdasarkan asas desentralisasi, dan Wilayah Administratif yang dibentuk

berdasarkan asas dekonsentrasi seperti tertuang dalam Pasal 3 ayat (1), dan Pasal 72

Undang-Undang No.5 Th. 1974 tersebut. Kedua pasal tersebut menentukan sebagai

berikut:

Pasal 3

Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah

Tingkat I dan Daerah Tingkat II.

Pasal 72

9

Page 10: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

1. Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi, wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi dalam wilayah-wilayah Propinsi dan Ibukota Negara.

2. Wilayah Provinsi dibagi dalam wilayah-wilayah Kabupaten dan Kotamadya.

3. Wilayah Kabupaten dan Kotamadya dibagi dalam wilayah Kecamatan

Menurut Undang-Undang No. 5 Th. 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Konstruksi yang demikian ini dianggap dapat

menjamin adanya kerjasama yang serasi antara Kepala Daerah dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah untuk mencapai tertib pemerintahan di Daerah.

Dalam penjelasan dari Undang-Undang No.5 Th. 1974 dinyatakan bahwa dengan

konstruksi tersebut, maka dalam menyelenggarakan pemerintah Daerah ada

pembagian tugas yang jelas, dan dalam kedudukan yang sama tinggi antara Kepala

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yaitu Kepala Daerah memimpin bidang

eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bergerak dalam bidang legislatif.

Menurut Undang-Undang NO. 5 Th. 1974 pembentukan Peraturan Daerah

dilakukan bersama-sama oleh Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Peraturan Daerah yang telah dibuat bersama-sama dan telah mendapatkan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut ditetapkan dan ditandatangani oleh

Kepala Daerah serta Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, hal ini sesuai Pasal 38

dan Pasal 44 ayat (2) dari Undang-Undang No. 5 Th. 1974, yang berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 38

Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

menetapkan Peraturan Daerah.

Pasal 44

10

Page 11: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

(2) Peraturan Daerah ditandatangani oleh Kepala Daerah dan ditandatangani

serta oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam penjelasan Undang-Undang No.5 Th. 1974 tersebut ditegaskan pula

bahwa, walaupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah unsur Pemerintah

Daerah, tetapi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak boleh mencampuri bidang

eksekutif tanpa mengurangi hak-haknya sesuai dengan Undang-Undang ini. Didang

eksekutif adalah wewenang dan tanggungjawab Kepala Daerah sepenuhnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, yang dimaksud dengan Pemerintah

Daerah adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah Tingkat I adalah Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I

bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I.

2. Pemerintah Daerah Tingkat II adalah Bupati/Walikotamadya/Kepala

Daerah Tingkat II bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Tingkat II.

G. KEPALA DAERAH

Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, Daerah Tingkat I dan Daerah

Tingkat II dipimpin oleh seorang Kepala Daerah, sedangkan dalam rangka

pelaksanaan asas dekonsentrasi setiap wilayah dipimpin oleh seorang Kepala Wilayah

yang disebut Gubernur untuk Provinsi dan Ibukota Negara (Daerah Tingkat I), dan

Bupati untuk Kabupaten dan Walikotamadya untuk kotamadya (Daerah Tingkat II),

serta Walikota untuk Kota Administrastratif dan Camat untuk Kecamatan.

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No.5 Th.1974 yang menganut

adanya asas desentralisasi dan dekonsentrasi, luas/batas Wilayah Daerah otonom itu

sama dengan luas/batas wilayah administratif sehingga dikenal adanya dua fungsi

dari kepala daerah yaitu: fungsi sebagai kepala daerah otonom yang memimpin

penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalanya Pemerintahan

Daerah, dan fungsi sebagai Kepala Wilayah yang memimpin penyelenggaraan urusan

11

Page 12: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Pemerintahan umum yang menjadi tugas Pemerintahan pusat di daerah. Dalam

hubunganya dengan peraturan perundang-undangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat

I (KDH I) dan Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II (Bupati atau

Kotamadya KDH II) merupakan Lembaga-lembaga Pemerintahan yang dapat

mengeluarkan perundang-undangan yang bersifat pemerintahan atau delegasian.8

LEMBAGA PEMERINTAH

DAN PERUNDANG UNDANGAN

(SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945)

Setelah pemerintahan orde baru mengakhiri masa pemerintahannya pada tanggal

20 Mei 1998 melalui suatu gerakan reformasi, disusul dengan percepatan pemilu di

tahun 1999, UUD 1945 yang selama pemerintahan orde baru disakralkan dan tidak

dapat diubah oleh MPR sekalipun, maka pada tanggal 9 Oktober 1999 untuk pertama

kalinya UUD 1945 dilakukan perubahan oleh MPR.

A. PRESIDEN

Presiden Republik Indonesia sesudah Perubahan UUD 1945 adalah:

Kepala Negara

Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Sistem Pemerintahan Republik Indonesia menurut perubahan UUD 1945,

mengalami beberapa pergeseran. Di dalam perubahan UUD 19451 ditegaskan dalam

Pasal 1 ayat (2) bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

menurut Undang-Undang Dasar.” Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) tersebut apabila 8 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 146-147

12

Page 13: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

dikaitkan dengan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang menetapkan bahwa “ Presiden

Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang

Dasar”, dapat menimbulkan berbagai penafsiran.

Sampai saat ini banyak pihak mengartikan bahwa ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD

1945 Perubahan tersebut merupakan pembagian kewenangan terhadap lembaga-

lembaga Negara untuk melaksanakan kedaulatan rakyat. Pendapat tersebut dituliskan

oleh MPR sebagai berikut:

1. Perubahan ketentuan Pasal 1 ayat (2) ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan

dan meneguhkan paham kedaulatan rakyat yang dianut Negara Indonesia yakni

pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh sebuah

lembaga Negara yaitu MPR, tetapi melalui cara-cara dan oleh berbagai lembaga

yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945 (sesudah perubahan)

2. Rumusan baru ini justru merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan

rakyat yang secara tegas dinyatakan pada Pembukuan Undang-Undang Dasar

1945, alenia IV. Sedangkan rumusan sebelumnya (sebelum perubahan), dimana

kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, justru telah mereduksi

paham kedaulatan rakyat itu menjadi paham kedaulatan Negara, suatu paham

yang hanya lazim dianut di Negara-Negara yang masih menerapkan paham

totalitarian atau otoritarian.

3. Atas dasar pemikiran bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat ditentukan oleh

Undang-Undang Dasar 1945, maka UUD 1945 yang menentukan bagian-bagian

mana dari kedaulatan rakyat yang diserahkan pelaksanaanya kepada badan atau

lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh

Undang-Undang Dasar 1945 itu bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh

rakyat, artinya tidak diserahkan kepada lembaga atau badan manapun melainkan

langsung dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu.

4. Perubahan ketentuan ini mengalihkan Negara Indonesia dari sistem MPR

kepada sistem kedaulatan rakyat yang diatur melalui Undang-Undang Dasar

13

Page 14: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

1945. Undang-Undang Dasar-lah yang menjadi dasar dan rujukan utama dalam

menjalankan kedaulatan rakyat.

5. Perubahan ini menetapkan bahwa kedaulatan tetap ditangan rakyat, sedangkan

lembaga-lembaga negara melaksanakan bagian-bagian dari kedaulatan itu

menurut wewenang, tugas, dan fungsi yang diberikan oleh Undang-Undang

Dasar 1945. Dengan perubahan ini maka tidak dikenal lagi dengan istilah

lembaga tertinggi Negara ataupun lembaga tinggi Negara. Kedudukan masing-

masing lembaga Negara tergantung pada wewenang,tugas dan fungsi yang

diberikan oleh Undang-Undang.

Sedang menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden

Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang

Dasar.”

Sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan, maka Presiden dalam menjalankan

Pemerintahan Negara memegang kekuasaan dan tanggung jawab sebagai

penyelenggara tertinggi Pemerintahan Negara, sehingga Presiden juga penyelenggara

tertinggi Perundang-Undangan Negara bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Selain itu, banyak pendapat yang menyatakan bahwa dengan perubahan UUD

1945 maka keberadaan Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara sudah tidak

ada lagi, namun demikian jika dilihat dari rumusan alinea yang kelima yang

menyatakan bahwa “kedudukan masing-masing lembaga Negara tergantung pada

wewenang, tugas dan fungsi yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945.”

Sebenarnya tidak ada lembaga Negara yang dapat menandingi kedudukan MPR,

apabila ditinjau dari wewenang, tugas, dan fungsinya yang diberikan oleh Undang-

Undang Dasar 1945.

Sebagai pemegang kekuasaan untuk menetapkan dan mengubah Undang-Undang

Dasar, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah salah satunya lembaga yang

lebih utama dari lembaga-lembaga lainya. Dengan demikian sebutan Lembaga

Tertinggi atau Lembaga Tinggi Negara, bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan,

14

Page 15: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

tetapi haruslah dipahami berdasarkan “wewenang, tugas dan fungsi yang diberikan

oleh Undang-Undang Dasar 1945”, oleh karena UUD 1945 Sebelum dan sesudah

diubah juga tidak pernah menyatakan adanya lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi

Negara.

Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, diperlukan adanya peraturan perundang-

undangan, sehingga sebagai Presiden Republik Indonesia, ia adalah Kepala Negara

dan sekaligus Kepala Kepemerintahan Tertinggi Negara Republik Indonesia, yang

didalamnya tercangkup pula Penyelenggara Tertinggi perundang-undangan Negara.

Dalam tugasnya sebagai Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara, Presiden

dibantu oleh seorang Wakil Presiden, Pejabat-pejabat setingkat Mentri (Jaksa Agung

Republik Indonesia), Menteri-menteri Negara, dan juga Kepala Lembaga

Pemerintahan Non Departemen.

Sehubungan dengan perubahan UUD 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat

menghapus Dewan Pertimbangan Agung, maka sejak 28 Desember 2006 telah

disahkan dan diundangkan Undang-Undang No.19 Th. 2006 tentang Dewan

Pertimbangan Presiden.

Dewan Pertimbangan Presiden adalah Lembaga Pemerinah yang bertugas

memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden dalam menjalankan

kekuasaan pemerintahan Negara, baik diminta atau tidak diminta. Dalam rangka

menjalankan fungsinya Dewan Pertimbangan Presiden, atas permintaan Presiden

dapat mengikuti kunjungan kerja dan kunjungan kenegaraan.9

B. MENTERI-MENTERI NEGARA

Sesudah amandemen UUD 1945, penyebutan menteri-menteri yang membantu

Presiden seperti yang telah dijelaskan di atas mengalami beberapa perubahan. Tidak

9 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 148

15

Page 16: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

hanya dalam hal penyebutannya saja, namun kedudukan, tugas, fungsi, susunan

organisasi, dan tata kerjanya mengalami beberapa perubahan pula yang nanti akan

penulis uraikan di pembahasan berikutnya.

Amandemen UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara dibantu oleh Menteri-menteri Negara, hal ini dirumuskan pada

Pasal 17 sebagai berikut:

(1) Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

(3) Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan negara

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran Kementrian Negara diatur dalam

Undang-undang

Dapat dipahami bahwa Pasal 17 Ayat (3) sebelum amandemen UUD 1945

dihapus karena menimbulkan perbedaan penafsiran atau pemahaman dan dianggap

sudah tidak sesuai dengan praktiknya atau dengan keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 17 UUD 1945 setelah amandemen (Perubahan),

maka Menteri-menteri Negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

tersebut tentunya bertanggung jawab kepada Presiden bukan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam Pasal 17 setelah adanya perubahan tersebut letak

ketentuan mengenai kementerian negara ini masuk dalam Bab tersendiri dalam UUD

NRI Tahun 1945 (BAB V tentang Kementerian Negara) namun ditinjau dari

materinya, kementerian negara ini masih merupakan bagian dari kekuasaan

pemerintahan negara atau Presiden.

Meskipun kedudukan Menteri sebagai pembantu Presiden tentu saja berbeda

dengan kedudukan Wakil Presiden yang juga sama-sama sebagai pembatu Presiden.

Kedudukan Wakil Presiden lebih tinggi derajat dan bobot serta lingkup tugasnya

dibandingkan kedudukan menteri sebagai pembantu Presiden.

16

Page 17: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Perbedaan mendasar materi pada Pasal 17 di atas setelah perubahan dan sebelum

perubahan terletak pada ayat (4). Pengesahan ayat (4) dilakukan pada Perubahan

Ketiga (2001), berbeda dengan dengan pengesahan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

yang dilakukan pada Perubahan Pertama (1999). Pengesahan ayat (4) yang jauh

waktunya dibanding ayat (1), (2), (3) disebabkan rumusan ayat ini disusun dan

disahkan setelah terjadinya peristiwa pembubaran dua departemen (Departemen

Sosial dan Departemen Penerangan) oleh Presiden Abdurahman Wahid.10

Pasal 17 ayat (2) menegaskan bahwa pemilihan seseorang menjadi menteri dan

diberhentikan adalah merupakan hak prerogatif Presiden. Dengan demikian siapa

yang hendak diangkat sebagai menteri dan kapan akan diberhentikan dari jabatan

menteri sepenuhnya menjadi kekuasaan Presiden. Dalam memilih Presdien bebas

mengambil dari berbagai rekrutmen, tergantung kebutuhan zaman dan program kerja

yang disusunnya. Kondisi bangsa saat itu, dan bahkan sesuai kehendak dan seleranya

sendiri. Presiden dapat merekrtu menteri dari kalangan profesional, akademisi, atau

pakar, partai politik, tokoh masyarakat, birokrasi, militer, dan polisi, serta sumber-

sumber rekrutmen lainnya.

Walaupun demikian, namun dalam pelaksanaannya hal ini bergantung pada

kondisi riil perpolitikan nasional. Apabila sistem kepartaian yang dianut adalah

sistem multi partai dalam pengertian jumlah partai sangat banyak, maka besar

kemungkinan pilihan Presiden juga dipengaruhi partai politik yang menjadi

pendukung Presiden dalam pemilu maupun di DPR yang lazimnya akan membentuk

koalisi.11

Menteri-menteri Negara dalam membantu Presiden untuk melaksanakan bidang

urusan pemerintahan saat ini diatur dalam aturan Presiden No. 9 Thn. 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementrian Negara

Republik Indonesia, yang ditetapkan dan mulai berlaku pada tanggal 31 Januari 2005.

10 Patrialis Akbar, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 159-16011 Ibid., hal. 162

17

Page 18: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Dalam aturan Presiden itu, kita mendapati bahwa penyebutan “Menteri” pada UUD

1945 sebelum amandemen diubah menjadi “Kementrian” sesudah amandemen.

Berdasarkan Peraturan Presiden di atas, saat ini Kemenetrian Negara Republik

Indonesia terdiri atas:

1. Kementrian Koordinator

2. Kementrian yang berbentuk Departemen yang selanjutnya disebut

Departemen

3. Kementrian Negara

1. Kementrian Koordinator

Kementrian Koordinator adalah unsur pelaksana pemerintah, yang dipimpin oleh

Menteri Koordinator (Menko), yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.

Kementrian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalam

mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan

pelaksanaan kebijakan di bidangnya.

Dalam melaksakan tugasnya, kementrian koordinator melaksanakan fungsi:

a. Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangnya

b. Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya

c. Pengendalian penyelengaraan kebijakan, sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b

d. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawabnya

e. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

f. Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden

g. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas

dan fungsinya kepada Presiden

18

Page 19: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Saat ini terdapat tiga Kementrian Koordinator, yaitu:

1). Kementrian Koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan yang mempunyai

tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan

kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan

keamanan.

2). Kementrian Koordinator bidang perekonomian yang mempunyai tugas membantu

Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyususan kebijakan, serta

mensinkronkan kebijakan di bidang perekonomian.

3). Kementrian Koordinator bidang kesejahteraan rakyat, yang mempunyai tugas

membantu Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan

kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat

dan penanggulangan kemiskinan.

2. Departemen

Departemen adalah unsur pelaksana pemerintah, yang dipimpin oleh Menteri

yang berada dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen mempunyai tugas

membantu Presiden dalam menyelengarakan sebagian tugas pemerintahan di

bidangnya masing-masing.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa setelah penyusunan ayat (1),

(2), dan (3) terjadi pembubaran dua Departemen yakni Departemen Sosial dan

Departemen Penerangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap Departemen menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksaan, dan kebijakan teknis di

bidangnya

b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya

c. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawabnya

19

Page 20: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas

dan fungsinya kepada Presiden.

Saat ini berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Thn. 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Indonesia terdapat 20 (dua puluh) Departemen, yang perumusan tugas dan fungsinya

masing-masing diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

1) Departemen dalam Negeri – Pasal 29 dan Pasal 30

2) Departemen Luar Negeri – Pasal 31 dan Pasal 32

3) Departemen Pertahanan – Pasal 33 dan Pasal 34

4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia – Pasal 35 dan Pasal 36

5) Departemen Keuangan – Pasal 37 dan Pasal 38

6) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – Pasal 39 dan Pasal 40

7) Departemen Perindustrian – Pasal 41 dan Pasal 42

8) Departemen Perdagangan – Pasal 43 dan Pasal 44

9) Departemen Pertanian – Pasal 45 dan Pasal 46

10) Departemen Kehutanan – Pasal 47 dan Pasal 48

11) Departemen Perhubungan – Pasal 49 dan Pasal 50

12) Departemen Kelautan dan Perikanan – Pasal 51 dan Pasal 52

13) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi – Pasal 53 dan Pasal 54

14) Departemen Pekerjaan Umum – Pasal 55 dan Pasal 56

15) Departemen Kesehatan – Pasal 57 dan Pasal 58

20

Page 21: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

16) Departemen Pendidikan Nasional – Pasal 59 dan Pasal 50

17) Departemen Sosial – Pasal 61 dan Pasal 62

18) Departemen Agama – Pasal 63 dan Pasal 64

19) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata – Pasal 65 dan Pasal 66

20) Departemen Komunikasi dan Informatika – Pasal 67 dan Pasal 68

3. Kementrian Negara

Kementrian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah, yang dipimpin oleh

Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kementrian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan

kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan pemetintahan negara.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementrian Negara menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan nasional di bidangnya

b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya

c. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawabnya

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas

dan fungsinya kepada Presiden

Saat ini berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Thn. 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kelola Kerja Kementerian Negara

Republik Indonesia terdapat 10 (sepuluh) Kementerian Negara yang peruusan tugas

dan fungsinya masing-masing diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

1) Kementerian Negara Riset dan Teknologi – Pasal 92 dan Pasal 93

2) Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah – Pasal 94 dan

Pasal 95

21

Page 22: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

3) Kementerian Negara Lingkungan Hidup – Pasal 96 dan Pasal 97

4) Kementerian Negara Pemerdayaan Perempuan – Pasal 98 dan Pasal 99

5) Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara – Pasal 100 dan Pasal 101

6) Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal – Pasal 102 dan Pasal 103

7) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan – Pasal 104 dan Pasal 105

8) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara – Pasal 106 dan Pasal 107

9) Kementerian Negara Perumahan Rakyat – Pasal 108 dan Pasal 109

10) Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga – Pasal 110 dan Pasal 111

Semua Kementerian tersebut dipimpin oleh seorang Menteri Negara yang

bertanggung jawab kepada Presiden. Namun, Menteri Negara yang memegang

Kementerian di atas tidak termasuk dalam lembaga-lembaga Pemerintahan dalam

Perundang-undangan, begitupun dengan Menteri Koordinator yang memegang

Kementerian Koordinator. Hanya Menteri-menteri Departemen (Menteri yang

memegang Departemen) yang merupakan lembaga pemerintahan dalam perundang-

undangan, dalam artian bahwa hanya menteri-menteri Departemen saja yang

berwenang untuk membentuk perundang-undangan yang bersifat mengikat.

Sedangkan untuk Menteri yang lainnya, mereka hanya berwenang membuat peraturan

di lingkungannya sendiri.

C. LEMBAGA PEMERINTAHAN NON DEPARTEMEN

Lembaga Pemerintahan Non Departemen didirikan dengan tujuan untuk

melaksanakan tugas khusus yang didelegasikan kepadanya oleh presiden12. Oleh

karena itu, LPND terletak dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yang dipimpin oleh

Presiden. Selain itu, pembentukan dan pembubarannya tergantung pada keinginan

Presiden; Presiden dapat membentuk yang baru atau membubarkan yang lain semata-

mata tergantung pada keinginannya saja.

12 Lihat Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

22

Page 23: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Pada umumnya, pembentukan sebuah LPND dahulunya dilakukan dengan sebuah

keputusan presiden tersendiri. Meskipun, sejak pemerintahan Megawati

Soekarnoputri, pembentukan seluruh LPND dilakukan dengan sebuah Keputusan

Presiden saja, seperti Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 (selanjutnya Keppres

No.103 Tahun 2001). Selanjutnya, setelah pengundangan UU No.10 Tahun 2004

pada 24 Juni 2004, seluruh Keputusan Presiden yang bersifat mengatur harus

dikategorikan dan harus berbentuk Peraturan Presiden13. Oleh karena itulah,

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan Peraturan Presiden dalam

melakukan perubahan terhadap Keppres No.103 Tahun 2001. Dengan menggunakan

Keputusan Presiden atau peraturan presiden dalam pembentukan atau pembubaran

sebuah LPND, Presiden harus mendasarkan pembentukan peraturan presiden atau

keputusan presiden itu pada perintah pembentukan, baik secara tegas maupun tidak,

dari UUD 1945, undang-undang, atau peraturan pemerintah14. Alasan hukum

mengapa peraturan presiden membutuhkan perintah pembentukannya karena

peraturan presiden terletak di bawah UUD 1945, undang-undang, dan peraturan

pemerintah dalam hirarki peraturan perundang-undangan15. Oleh karena itu

pembentukan peraturan presiden tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya16.

Pada tanggal 13 September 2001, Presiden Megawati Soekarnoputri membatalkan

Keppres No.166 Tahun 2000 dan menggantikannya dengan Keppres No.103 Tahun

2001. Peraturan terakhir ini masih berlaku sampai sekarang meskipun telah

mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir atas Keppres No.103 Tahun

2001 dilakukan oleh Peraturan Presiden No.11 Tahun 2005 tentang Perubahan

Kelima Keppres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen (selanjutnya Perpres No.11 Tahun 2005). Keempat perubahan

sebelumnya dilakukan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2002, Keputusan

13 Lihat Pasal 56 UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.14 Ibid, Pasal 11 dan Penjelasannya. 15 Ibid, Pasal 7 ayat (1). 16 Ibid, Pasal 7 ayat (5) dan Penjelasannya.

23

Page 24: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Presiden No.46 Tahun 2002, Keputusan Presiden No.30 Tahun 2003, dan Keputusan

Presiden No.9 Tahun 2004. Sebelumnya, sebagaimana ditentukan dalam Keppres

No.103 Tahun 2001, terdapat dua puluh lima (25) LPND, namun, dalam proses

perubahan Keppres No.103 Tahun 2001, terdapat empat (4) LPND yang dibubarkan17

dan dibentuk sebuah LPND baru18. Saat ini terdapat 22 LPND, yaitu:

1. Lembaga Administrasi Negara (LAN);

2. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI);

3. Badan Kepegawaian Negara (BKN);

4. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PERPUSNAS);

5. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);

6. Badan Pusat Statistik (BPS);

7. Badan Standarisasi Nasional (BSN);

8. Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN);

9. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);

10. Badan Intelijen Negara (BIN);

11. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG);

12. Badan Koordinasi Kelurga Berencana Nasional (BKKBN);

13. Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN);

14. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL);

15. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP);

16. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);

17. Badan Pengajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);

18. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);

19. Badan Pertanahan Nasional (BPN);

17 Lihat Keputusan Presiden No.3 Tahun 2002, Keputusan Presiden No.30 Tahun 2003, Keputusan Presiden No.9 Tahun 2004, dan Perpres No.11 Tahun 2005. 18 Lihat Keputusan Presiden No.46 Tahun 2002.

24

Page 25: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

20. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM);

21. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS);

22. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

23. Lembaga Informasi Nasional (LIN)

24. Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata (BP BUDPAR)

Secara teoritis, LPND dapat dikategorikan sebagai sebuah agensi eksekutif19

karena dikepalai oleh pimpinan tunggal20 yang dapat diberhentikan hanya

berdasarkan keinginan presiden semata, tanpa membutuhkan persetujuan dari

lembaga negara lainnya21.

Dengan menempatkan LPND di bawah presiden, Kepala atau Ketua LPND juga

akan bertanggung jawab langsung kepada presiden dan Kepala/Ketua LPND dapat

memberikan laporan, nasehat, dan pertimbangannya mengenai tugas khususnya

kepada presiden melalui menteri yang mempunyai kewenangan dalam

mengkoordinasikannya22. Terdapat beberapa menteri yang diberi tugas untuk

berkoordinasi dengan suatu LPND dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya.

Sebagai contoh, Menteri yang ditunjuk untuk mengkoordinasikan BPOM adalah

Menteri Kesehatan23. Hal ini merupakan konsekuensi hukum dari peraturan yang

membentuk LPND dan letak LPND dalam struktur ketatanegaraan Republik

Indonesia. Singkatnya, LPND ini memiliki kewenangan yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

19 GARY LAWSON, FEDERAL ADMINISTRATIVE LAW, West Group, 2nd edition, 2001, Hal.7. dikutip dari Peneletian Badan Pengawasan Obat dan Makanan.20 Ibid.21 Lihat Pasal 109 Keppres No.103 Tahun 2001. 22 Lihat Pasal 105 Keppres No.103 Tahun 2001. 23 Lihat Pasal I Angka 3 Perpres No.11 Tahun 2005.

25

Page 26: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

D. DIREKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN

Direktorat Jenderal Departemen ini mulai dikenal dengan dikeluarkannya

Keputusan Presiden No. 44 th. 1974, tentang pokok-pokok Organisasi Departemen

Republik Indonesia. Dengan adanya Keputusan Presiden tersebut, Direktur Jenderal

Departemen dapat mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang bersifat teknis.

Kewenangan ini timbul untuk melaksanakan lebih lanjut kebijaksanaan dari

Menterinya yang merupakan delegasian.

Saat ini kewenangan Direktorat Jenderal diatur pula dalam Peraturan Presiden

NO. 9 Th. 2005 tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan, Organisasi, dan Tata

Kerja Kementerian Negara Republik Indonesi, dasarnya Pasal 74 sampai dengan

pasal 77.

Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Depertemen

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan dipimpin oleh

Direktur Jenderal.

Direktorat Jenderal mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

standarisasi teknis dibidangnya, Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderal

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan Depertemen dibidangnya.

b. Pelaksanaan kebijakan dibidangnya

c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur dibidangnya.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Dengan demikian pada saat ini setiap Direktorat Jenderal Departemen dapat

mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat teknis sesuai bidang tugas yang

dilimpahkan padanya.

26

Page 27: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

E. BADAN “HUKUM” NEGARA

Peristilahan Badan Hukum Negara ini mulai dikembangkan sejak berlakunya era

Reformasi, perubahan UUD 1945. Badan Hukum Negara adalah Lembaga Negara

atau Lembaga Pemerintahan yang dibentuk dengan suatu Undang-Undang, dan

berfungsi menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan bidang tugas

dan kewenanganya seperti Bank Indonesia.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No.23 Th.1999 tentang Bank Indonesia, yang

telah diubah dengan Undang-Undang No.3 Th.2004 tentang perubahan atas Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

dirumuskan tentang status Bank Indonesia sebagai berikut :

1. Bank Indonesia adalah Bank sentral Republik Indonesia

2. Bank Indonesia adalah Lembaga Negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas campur tangan Pemerintah atau

pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-

Undang.

3. Bank Indonesia adalah Badan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.

Selain itu dalam ketentuan umum Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Bank

Indonesia dirumuskan bahwa :

“Peraturan Bank Indonesia adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia dan mengikat setiap orang atau badan dan dimuat dalam

Lembaga Negara.”

Berdasarkan rumusan dalam Undang-undang Bank Indonesia atau pasal-pasal

tersebut, dan dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang

No. 10 Th. 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, maka

27

Page 28: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

peraturan Bank Indonesia merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan

ditingkat pusat.24

F. PEMERINTAH DAERAH SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945

Melalui sidang umum MPR tahun 1999 ada 9 Pasal mengenai pemerintahan

daerah yang digugat, yakni pasal 5 ayat satu, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat 2, Pasal

14, Pasal 15, Pasal 17 ayat 2 dan 3, Pasal 20, dan Pasal 21.

Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 2000, MPR melalui sidang tahunan

menyetujui untuk melakukan perubahan kedua terhadap UUD 1945 dengan

mengubah atau menambah pasal 18, pasal 18 A, Pasal 18 B, Pasal 19, Pasal 20 ayat 5,

pasal 20 A, pasal 22 A, Pasal 22 B, Bab IXA Pasal 25 E Bab X, Pasal 26 ayat2 dan

ayat 3, Pasal 27 ayat 3 Bab X A, Pasal 28 A, Pasal 28 B, Pasal 28 C, Pasal 28 D,

Pasal 28 E, Pasal 28 F, Pasal 28 G, Pasal 28 H, Pasal 28 I, Pasal 28 J Bab XII, Pasal

30 BAB XV, Pasal 36 A, Pasal 36 B, dan Pasal 36 C.

Ketentuan di dalam pasal 18 diubah, dan berikut Pasalnya:

Dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Pasal 18 dirumuskan secara keseluruhan sebagai berikut:

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan

undang-undang.

2) Pemerintahan Daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

24 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 178

28

Page 29: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan

umum.

4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah

daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

5) Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah

Pusat.

6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-

peraturan lainnya untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam

undang-undang.

Karena terjadi perubahan terhadap Pasal 18 UUD 1945, maka penjelasan UUD

1945 yang selama ini “ikut-ikutan” menjadi acuan dalam mengatur pemerintahan

daerah tidak berlaku lagi. Dengan demikian, satu-satunya sumber konstitusional

pemerintah daerah adalah Pasal 18, Pasal 18 A, dan Pasal 18 B. Selain meniadakan

kerancuan, penghapusan penjelasan Pasal 18 sekaligus juga sebagai penataan tatanan

UUD baik dari sejarah pembuatan, penjelasan (dibuat kemudian) maupun

meniadakan “keganjilan” bahkan “anomali”25 selain tidak lazim UUD memiliki

penjelasan, juga selama ini penjelasan dianggap sebagai sumber hukum di samping

(bukan sederajat dengan) ketentuan batang tubuh UUD.26

Perubahan Pasal 18 (baru) ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas pembagian

daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi daerah provinsi dan

dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Ketentuan Pasal 18 ayat 1

ini mempunyai keterkaitan erat dengan ketentuan Pasal 25 A mengenai wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Istilah “dibagi atas” (bukan “terdiri atas”)

25 Bagir Manan, menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yoyakarta: Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII, 2001), hal. 7.26 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), Hal. 143

29

Page 30: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

dalam ketentuan Pasal 18 Ayat (1) bukanlah istilah yang digunakan secara kebetulan.

Istilah itu langsung menjelaskan bahwa negara kita adalah negara kesatuan di mana

kedaulatan negara berada di tangan pusat. Hal ini konsisten dengan kesepakatan

untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan. Berbeda dengan istilah “terdiri

atas” yang lebih menunjukan substansi federalisme karena istilah itu menunjukan

letak kedaulatan berada di tangan negara-negara bagian.27

Baik secara konseptual maupun hukum, Pasal-pasal baru pemerintahan daerah

dalam UUD memuat berbagai paradigma baru dan arah politik pemerintahan daerah

yang baru pula. Hal-hal tersebut tampak dari prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan

berikut:28

1. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18 Ayat (2)). Ketentuan ini

menegaskan bahwa pemerintahan daerah adalah suatu pemerintahan otonom

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan daerah

hanya ada pemerintahan otonomi (termasuk tugas pembantuan). Prinsip baru

dalam Pasal 18 (baru) lebih sesuai dengan gagasan daerah membentuk

pemerintahan daerah sebagai satuan pemerintahan mandiri di daerah yang

demokratis. Tidak ada lagi unsur pemerintahan sentralisasi dalam

pemerintahan daerah. Gubernur, bupati, dan walikota semata-mata sebagai

penyelenggara otonomi di daerah.

2. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya (Pasal 18 Ayat (5)). Meskipun

secara historis UUD 45 menghendaki otonomi seluas-luasnya tetapi karena

tidak dicantumkan, yang terjadi adalah penyempitan otonomi daerah menuju

pemerintahan sentralisasi. Unutk menegaskan kesepakatan yang telah ada

pada saat penyusunan UUD 45 dan menghindari pengibirian otonomi menuju

sentralisasi, maka sangat tepat, Pasal 18 (baru) menegaskan pelaksanaan

otonomi seluas-luasnya. Daerah berhak mengatur dan mengurus segala urusan 27 MPR RI, Panduan dalam Memasyarakatkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MRP RI, 2003), hal. 102-103.28 Ibid

30

Page 31: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

atau fungsi pemerintahan yang oleh Undang-undang tidak ditentukan sebagai

yang diselenggarakan pusat.

3. Prinsip kekhusussan dan keragaman daerah (Pasal 18 A Ayat (1)) prinsip ini

mengandung makna bahwa bentuk dan isi otonomi daerah tidak harus

seragam (uniformitas) bentuk dan isi otonomi daerah ditentukan oleh berbagai

keadaan khusus dan keragaman setiap daerah.

4. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak-hak tradisionalnya (Pasal 18 B Ayat (2)). Yang dimaksud masyarakat

hukum adat adalah masyarakat hukum (recht gameenschap) yang berdasarkan

hukum adat atau adat istiadat seperti desa, marga, negara, gampong,

meusanah, huta, negoric, dan lain-lain. Masyarakat hukum adalah kesatuan

masyarakat bersifat teritorial atau genealogis yang memiliki kekayaan sendiri,

memiliki warga yang dapat dibedakan dengan warga masyarakat hukum lain

dan dapat bertindak ke dalam atau keluar sebagai satu kesatuan hukum

(subjek hukum) yang mandiri dan memerintah diri mereka sendiri. Kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum tidak hanya diakui tetapi dihormati artinya

mempunyai hak hidup yang sederajat dan sama pentingnya dengan kesatuan

pemerintahan lain seperti kabupaten dan kota.

Pengakuan dan penghormatan itu diberikan sepanjang masyarakat hukum dan

hak-hak tradisional masih nyata ada dan berfungsi (hidup), dan sesuai dengan

prinsip-prinsip negara kesatuan. Pembatasan ini perlu, untuk mencegah

tuntutan seolah-olah suatu masyarakat hukum masih ada sedangkan kenyataan

telah sama sekali berubah atau hapus antara lain karena terserap pada satuan

pemerintahan lainnya. Juga harus tunduk pada prinsip negara kesatuan.

5. Prinsip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus

dan istimewa (Pasal 18 G Ayat (1)). Ketentuan ini mendukung keberadaan

berbagai satuan pemerintahan bersifat khusus atau istimewa (baik di tingkat

provinsi, kabupaten, dan kota atau desa).

6. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum

(Pasal 18 Ayat (3)). Hal ini telah terealisasi dalam pemilihan umum anggota

31

Page 32: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

DPRD tahun 2004. Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara

demokratis.29

7. Prinsip hubungan pusat dan daerah harus dilaksanakan secara selaras dan adil

(Pasal 18 A Ayat (2)). Prinsip ini diterjemahkan dalam UU No. 32 Thn. 2004

tentang pemerintahan daerah dengan menyatakan bahwa hubungan itu

meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan

sumber daya alam, dan sumber daya lainnya, yang dilaksanakan secara adil

dan selaras (Pasal 2 Ayat (5) dan (6)).

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945 Perubahan, kemudian

ditetapkanlah Undang-Undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang

merupakan pengganti Undang-Undang No. 22 Th. 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Kewenangan Pemerintah daerah dalam perundang-undangan ialah membentuk

Peraturan Daerah yang kemudian dirumuskan secara lebih konkret dalam Pasal 136

Undang-Undang No. 32 Th. 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Yang berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 136

1) Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan DPRD.

2) Perda dibentuk dalam rangka pengelengaraan otonomi daerah

provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan.

3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran lebih lanjut

dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memerhatikan ciri

khas masing-masing daerah.

4) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dengan bertentangan dengan

kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

29 Menurut UU No. 18 Thn. 2001 Pasal 12 Ayat (1): “Gubernur dan wakil gubernur NAD dipilih secara langsung setiap lima tahun melalui pemilihan yang demokratis, bebas, rahasia,serta dilaksanakan secara jujur dan adil. Demikian pula dalam UUD no. 32 Thn 2004 Pasal 56 Ayat (1) mengatur pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

32

Page 33: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

5) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku setelah diundangkan dalam

lembaran daerah.

Berdasarakan rumusan dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 Perubahan dan Pasal

136 Undang-Undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka

kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pembentukan Peraturan Daerah tersebut

diberikan secara atribusi, baik melalui pasal 18 ayat (6) UUD 1945 Perubahan, dan

Pasal 136 Undang-Undang No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintaha Daerah.

G. KEPALA DAERAH

Dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-undang No.32 Thn. 2004 tentang pemerintahan

daerah ditetapkan antara lain bahwa, setiap daerah dipimpin oleh kepala

pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah. Selain itu, dalam Pasal 25 Huruf G

ditetapkan bahwa kepala daerah berfungsi untuk melaksanakan tugas dan wewenang

(lain) yang sesuai dengan pertaturan perundang-undangan. Rumusan tersebut sejalan

dengan ketentuan dalam Pasal 146 Undang-undang No. 32 Thn. 2004 tentang

pemerintahan daerah, yang menetapkan bahwa kepala daerah mempunyai

kewenangan untuk membentuk peraturan kepala daerah ataupun keputusan kepala

daerah seperti rumusan berikut:

Pasal 146

(1) Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan,

kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan/atau keputusan kepala

daerah

(2) Peraturan kepala daerah dan/atau keputusan kepala daerah sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan kepentingan umum Perda

dan pertauran perundang-undangan yang lebih tinggi.

33

Page 34: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Sebagai penyesuaian terhadap berlakunya Undang-undang No.10 Thn. 2004

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan saat ini pembentukan ketentuan

yang bersifat mengatur (regeling) dilakukan dengan Peraturan Kepala Daerah,

sedangkan pembentukan ketentuan yang bersifat menetapkan (beschikking) dilakukan

dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

34

Page 35: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Setiap Lembaga Pemerintahan punya proporsinya masing-masing dalam

pembentukan Undang-Undang Dasar 1945, artinya dalam Lembaga-lembaga tersebut

(Presiden, Mentri-mentri Negara, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen,

Direktorat Jendral Departemen, Badan Negara, Pemerintah Daerah, Kepada Daerah)

mempunyai tugas dan wewenangnya masing-masing baik sebelum perubahan UUD

1945 maupun setelah perubahan UUD 1945.

Kekuasaan Presiden dalam pembentukan Undang-undang sebelum perubahan

UUD1945, Presiden bahkan merupakan lembaga yang memegang kekuasaan untuk

membentuk undang-undang. Sedangkan sesudah perubahan UUD1945, Presiden

masih pula dilibatkan seperti hak untuk mengajukan rancangan undang-undang,

pembahasan yang dilakukan secara bersama dengan DPR terhadap RUU dan

pengesahan RUU menjadi undang-undang yang juga dilakukan oleh pesiden.

Sebelum perubahan (amandemen) UUD 1945 presiden merupakan lembaga yang

memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Sedangkan sesudah amandemen

UUD1945 Presiden masih dilibatkan dalam pembentukan Undang-undang seperti hak

untuk mengajukan rancangan undang-undang, pembahasan yang dilakukan bersama

DPR terhadap rancangan Undang-undang dan pengesahan rancangan Undang-undang

menjadi Undang-undang yang juga dilakukan oleh presiden.

Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945 (sebelum amandemen) tentang Menteri, Ayat

(1): Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara; Ayat (2): Menteri-menteri itu

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; Ayat (3): Menteri-menteri itu memimpin

Departemen Pemerintahan. Maka dari Pasal di atas dapat kita pahami bahwa dalam

melaksanakan tugasnya Presiden dibantu oleh para menteri yang berarti menteri pun

memiliki pengaruh terhadap pembentukan perundang-undangan dalam mengajukan

rancangan undang-undang.

Menteri Negara yang termasuk dalam Lembaga-lembaga Pemerintah dalam

Perundang-undangan hanya Menteri Departemen (Menteri yang memegang

35

Page 36: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Departemen) sedangkan Menteri Koordinator dan Menteri Negara bukan merupakan

lembaga-lembaga pemerintah dalam perundang-undangan, sebab dalam pembentukan

perundang-undangan yang berwenang adalah Menteri Departemen. Menteri

Koordinator dan Menteri Negara hanya dapat membuat peraturan yang bersifat intern,

dalam lingkungannya sendiri jadi tidak berwenang membentuk peraturan yang

mengikat umum.

Amandemen UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara dibantu oleh Menteri-menteri Negara, hal ini dirumuskan pada

Pasal 17 ialah (1) Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara; (2) Menteri-menteri

itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; (3) Setiap Menteri membidangi urusan

tertentu dalam pemerintahan negara; (4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran

Kementerian Negara diatur dalam Undang-undang.

Setelah Amandemen tersebut, yang merupakan lembaga pemerintahan dalam

perundang-undangan hanya Menteri-menteri Departemen (Menteri yang memegang

Departemen), dalam artian bahwa hanya menteri-menteri Departemen saja yang

berwenang untuk membentuk perundang-undangan yang bersifat mengikat.

Sedangkan untuk Menteri yang lainnya, mereka hanya berwenang membuat peraturan

di lingkungannya sendiri.

Direktorat Jenderal Departemen (sebelum amandemen) dapat mengeluarkan

peraturan perundang-undangan yang bersifat teknis sesuai dengan Keputusan Presiden No.

44 th. 1974, tentang pokok-pokok Organisasi Departemen Republik Indonesia, ini

berarti bahwa Direktorat Jenderal dapat mengeluarka Peraturan-peraturan atas

namanya sendiri yang isinya memberikan rincian yang bersifat teknis, dan

kebijaksanaan pelaksanaan bidang pemerintahan yang digariskan oleh menteri”.

Lembaga Pemerintahan Non Departemen didirikan dengan tujuan untuk

melaksanakan tugas khusus yang didelegasikan kepadanya oleh presiden. Oleh

karena itu, LPND terletak dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yang dipimpin oleh

presiden. Selain itu, pembentukan dan pembubarannya tergantung pada keinginan

36

Page 37: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

presiden; presiden dapat membentuk yang baru atau membubarkan yang lain semata-

mata tergantung pada keinginannya saja. Semua Lembaga Pemerintahan Non

Departemen memiliki kewenangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undang

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Negara sebelum amandemen UUD1945 merupakan lembaga-lembaga

Pemerintahan yang dibentuk dengan suatu Undang-Undang dan berfungsi

menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan

masyarakat, sedangkan sesudah amandemen UUD 1945 ada beberapa pembaharuan

Pasal tentang Badan Negara.

Pemerintahan Daerah sebelum Perubahan UUD 1945 menurut Undang-Undang

No. 5 Th. 1974 pembentukan Peraturan Daerah dilakukan bersama-sama oleh Kepala

Daerah dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, sedangkan setelah Perubahan UUD

1945 perubahan Pasal diberlakukan guna menyesuaikan dengan dinamika yang ada

sekarang.

Kepala Daerah sebelum amandemen UUD 1945, berwenang membentuk suatu

kepemerintahan yang sifatnya pemerintahan dan delegasian, sesudah amandemen

UUD 1945 Kepala Daerah masih berwenang membentuk suatu peraturan perundang-

undangan yang sifatnya pemerintahan sesuai daerah yang dipimpinya sesuai Pasal

146 UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA

37

Page 38: Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan

Bagir Manan, menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yoyakarta: Pusat Studi Hukum

Fakultas Hukum UII, 2001).

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,

(Yogyakarta: Kanisius, 2007).

Patrialis Akbar, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2013).

Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

MPR RI, Panduan dalam Memasyarakatkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MRP RI, 2003).

Keputusan Presiden No.3 Tahun 2002, Keputusan Presiden No.30 Tahun 2003,

Keputusan Presiden No.9 Tahun 2004, dan Perpres No.11 Tahun 2005.

Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

Pasal 56 UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan.

38