hukum tertulis/ peraturan perundang-undangan

47
HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn.

Upload: melosa

Post on 01-Feb-2016

99 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn. HUKUM TERTULIS Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan bersama manusia dalam masyarakat agar dapat berjalan tertib dan teratur PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

HUKUM TERTULIS/PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

M. Hamidi Masykur, S.H., M.Kn.

Page 2: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦HUKUM TERTULIS

Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk mengatur kehidupan bersama manusia dalam masyarakat agar dapat berjalan tertib dan teratur

◦ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

Page 3: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

LEMBAGA PRODUKDASAR HUKUM

DALAM UUD dan UU 10 TAHUN 2004

MPR UUD 1945TAP MPRTUS MPR

Pasal 3*** UUD 1945

PRESIDEN UUPERPUPPPERPRES

Pasal 5(1)* ,Ps.20(1) ,Pasal 21UUD’45Pasal 22 UUD’45Pasal 5 (2) UUD’45UU 10 TAHUN 2004

DPR UU Pasal 20 (1 dan 2)* dan 21* UUD’45Lihat amandemen I, II dan IV

Page 4: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

AZAS PEMBENTUKANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK (pasal 5 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

1. kejelasan tujuan;

2. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

3. kesesuaian antara jenis dan muatan;

4. dapat dilaksanakan;

5. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

6. kejelasan rumusan; dan

7. keterbukaan.

Page 5: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

AZAS MATERI MUATANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (pasal 6 (1) UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

1. pengayoman;

2. kemanusiaan;

3. kebangsaan;

4. kekeluargaan;

5. kenusantaraan;

6. bhineka tunggal ika;

7. keadilan;

8. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

9. ketertiban dan kepastian hukum; dan atau

10. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Page 6: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

JENIS DAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN(Pasal 7 (1) UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;

4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah.

Page 7: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Contoh 1:

Ketentuan UUD dilaksanakan dengan UU:

◦Pasal 2 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang undang

◦ KETENTUAN PASAL 2 UUD DILAKSANAKAN DENGAN UU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DAN DPRD

Page 8: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Contoh 2:

Ketentuan UUD dilaksanakan dengan Keppres Pasal 17 UUD 45:◦ (1) Presiden dibantu oleh menteri menteri negara.◦ (2) Menteri menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)◦ (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)◦ KETENTUAN PASAL 17 UUD DILAKSANAKAN DENGAN KEPUTUSAN

PRESIDEN TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN, KEPPRES SUSUNAN ORGANISASI DEPARTEMEN

Page 9: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

LEMBAGA NEGARA&

PRODUK HUKUM LEMBAGA NEGARA

Page 10: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT(MPR)

◦Pasal 2**** UUD 45: Susunan terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD

◦Pasal 3*** UUD 45: MPR Berwenang mengubah dan menetapkan UUD

◦UUD termasuk dalam jenis peraturan per-UU-an yang diatur dalam UU no. 10 Tahun 2004

Page 11: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PRODUK HUKUM MPR:(pasal 98 TAP MPR No. I/MPR/83 tentang Peraturan Tata tertib MPR)

◦ TAP MPR◦ Adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke luar

dan ke dalam Majelis◦ TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif dilaksanakan

dengan UU

◦ TAP MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dilaksanakan dengan Keppres

◦ TUS MPR◦ Adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke

dalam Majelis◦ Pasal 2(3) UUD 45: Segala putusan MPR ditetapkan dengan suara yang

terbanyak.

Page 12: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PRESIDEN◦Pasal 4 (1) UUD 45: Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan

◦Pasal 5 (1)* UUD 45: Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR

◦Pasal 5 (2) UUD 45 :Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya

◦Pasal 20 (3)* Jika rancangan undang undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

◦Pasal 20 (4)* UUD 45: Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang

Page 13: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦Pasal 20 (5)** UUD 45: Dalam hal rancangan undang undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undangundang tersebut disetujui, rancangan undang undang tersebut sah menjadi undang undang dan wajib diundangkan.

◦Pasal 22 UUD 45: (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undangundang.

Page 14: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PRODUK HUKUM PRESIDEN(Pasal 1 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

Undang- undang adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Peraturan pemerintah pengganti undang- undang adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.

Peraturan pemerintah adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang- undang sebagaimana mestinya.

Peraturan Presiden adalah peraturan peraturan perundang- undangan yang dibuat oleh presiden.

Page 15: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

• Pasal 20: • (1)* DPR memegang kekuasaan membentuk UU.• (2)* Setiap rancangan UU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat

persetujuan bersama.

• Pasal 21: Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan UU.*)

Kesimpulan: Presiden maupun DPR berhak mengajukan rancangan UU

Page 16: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG

• Undang- undang adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

• Paul Laban (Jerman): 2 pengertian UU1. UU dalam arti materiel: penetapan

kaidah hukum yang tegas, sehingga hukum mempunyai kekuatan mengikat

2. UU dalam arti formil: setiap keputusan yang merupakan UU karena cara terjadinya

Page 17: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦Apabila UU telah disahkan Presiden, untuk memiliki kekuatan hukum harus diundangkan dalam Lembaran Negara oleh sekretaris negara pada tanggal yang sudah ditentukan dalam UU tersebut

◦Apabila tidak terdapat tanggal, maka mulai berlaku 30 hari sejak diundangkan dalam Lembaran negara (untuk Jawa Madura) dan 100 hari (diluar Jawa Madura)

◦Berlaku fictie hukum: ◦ “SETIAP ORANG DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA SUATU

UNDANG-UNDANG, SEHINGGA BAGI ORANG YANG MELANGGGAR KETENTUAN UU TIDAK ADA ALASAN YANG MENGATAKAN BAHWA BELUM MENGETAHUI ADANYA UU TERSEBUT”

Page 18: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI UUMateri muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:

1.hak-hak asasi manusia;

2.hak dan kewajiban warga negara;

3.pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta  pembagian kekuasaan negara;

4.wilayah negara dan pembagian daerah;

5.kewarganegaraan dan kependudukan; dan

6.keuangan negara.

Di samping itu, materi muatan Undang-Undang juga bisa berasal dari perintah Undang-Undang lain.

Page 19: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦Dari 6 materi , terdapat sekitar 38 delegasian yang ditentukan dalam UUD 1945

◦Dari 6 dan 38 indikasi,  ditambah delegasian dari UU lain, Permintaan atau kebutuhan masyarakat (nasional atau internasional) dan Kebutuhan penyelenggaraan kepemerintahan

◦ Telah ditetapkan oleh Baleg dan pemerintah  terdapat 284 RUU yang akan dibahas dalam periode 2004-2009.

◦Mampukah DPR dan Pem.?

Page 20: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG(PERPU / NOODVERORDENINGSRECHT)

• Pasal 1 UU 10 Tahun 2004: • Peraturan pemerintah pengganti undang- undang adalah peraturan

perundang- undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.

• Pasal 22 UUD 45:• (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undangundang.• (2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan DPR dalam

persidangan yang berikut.• (3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus

dicabut.

Page 21: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• Attamimi:• Noodverordeningsrecht Presiden adalah kewenangan Presiden untuk

membentuk peraturan pengganti dan karena itu setingkat UU serta memberlakukannya sebelum memperoleh persetujuan DPR

Keterangan:• Diperlukan agar keselamatan negara dapat dijamin oleh pemerintah dalam

keadaan genting, agar dapat bertindak cepat dan sesuai dengan UU.

• BERDASAR PERTIMBANGAN KEADAAN YANG MENDESAK PERLU DIKELUARKAN UU DENGAN SEGERA

• Tetap harus dimintakan persetujuan oleh DPR

• Perpu memiliki kedudukan yang sama dengan UU

Page 22: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Contoh PERPU1. Undang Undang no. 56 prp

Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

2. Undang Undang no. 51 prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah tanpa Ijin yang Berhak atau Kuasanya

3. Undang Undang no. 1 prp Tahun 1992 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya UU no. 14 Tahun 1992 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Page 23: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI PERPU

◦ SAMA DENGAN MATERI MUATAN UU

◦ LEBIH KE “HAL IKHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA”

◦ SUBSTANSI DIGANTUNGKAN PADA KEBUTUHAN PRESIDEN DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN MATERI MUATAN UU

◦ KEABSAHAN SUBSTANSI DIGANTUNGKAN PADA PERSETUJUAN DPR

Page 24: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UU Darurat(dasar: pasal 96-97 UUD Sementara dan Konstitusi RIS)

• Pasal 96 UUDS:• Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggungjawab sendiri menetapkan

UUDarurat…. Karena keadaan yang mendesak• UUDarurat mempunyai kekatan dan sederajad dengan UU

• Pasal 97 UUDS:• UUDarurat disampaikan kepada DPR pada sidang berikutnya• Jika ditolak oleh DPR maka peraturan ini tidak berlaku karena hukum

• Contoh:• UU no. 1 Drt tahun 1951 tentang Pemindahan Hak-hak atas Tanah dan

Benda-benda Tetap Lainnya yang takluk pada Hukum Eropa

• Kesimpulan:• Kedudukan sama dengan PERPU, • Perbedaan PERPU berdasar UUD 45, UUDarurat berdasar UUDS dan

Konstitusi RIS

Page 25: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PEMERINTAH (PP)• Pasal 1 UU 10 Tahun 2004:

• Peraturan pemerintah adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang- undang sebagaimana mestinya.

• Pasal 5 ayat 2 UUD 45:

• Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya

• Fungsi PP:

• Melaksanakan ketentuan UU, karena UU hanya berisi ketentuan pokok, sehingga ketentuan rinci diserahkan pada peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya

• Peraturan delegasi dari UU• Materi PP:

• Penjabaran, penguraian, perincian lebih lanjut dari ketentuan UU

Page 26: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Contoh:◦ Pasal 19 UUPA : untuk kepastian hukum, diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah RI menurut ketentuan yang diatur dalam PP. ◦ PP 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah , diganti dengan PP no. 24

Tahun 1997

◦ Pasal 67 UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: untuk pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam PP◦ PP 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU no. 1 Tahun 1974◦ Ada pula PP yang berlakukan walaupun dalam UU tidak secara tegas diminta

dalam UU Perkawinan, misalnya:

◦ PP no. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi pegawai negeri Sipil

◦ PP no. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Izin Perkawinan dan perceraian Bagi Pegawai negeri Sipil

Page 27: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Mengapa menggunakan istilah Peraturan Pemerintah?

◦Dokumen sidang BPUPKI dan PPKI: tidak ada penjelasan

◦ Sangat dimungkinkan diperoleh dari nama peraturan serupa pada masa Hindia belanda (terjemahan dari Regeringsvervodening ◦ regering = pemerintah◦ Vervordening = peraturan

Page 28: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• Presiden dengan kekuasaan eksekutif, dalam menjalankan UU memiliki kekuasaan menetapkan PP

• Kekuasaan reglementaire • kekuasaan yang dimiliki oleh kepala negara yang dilaksanakan secara bebas

• dengan tujuan menjalankan atau secara harfiah untuk mengatur bekerjanya suatu UU dan untuk melaksanakan sebaik-baiknya

• Kekuasaan legislatif presiden ≠ kekuasaan reglementaire

Page 29: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Attamimi:1. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana atau denda apabila UU

yang khusus “dijalankan” olehnya juga tidak mencantumkan sanksi pidana atau denda.

2. PP dapat dibentuk walau tidak ada UU yang memerintahkan dengan tegas adanya kewenangan yang sudah “dilakukan” secara tidak langsung dalam UUD 45 ayat 2 dalam wujud kekuasaan reglementaire.

3. PP tidak dapat mengubah materi yang ada dalam UU yang “dijalankan”. Mengubah materi meliputi menambah, mengurangi, menyisipi, memodifikasi pengertian.

4. PP hanya dapat berisi peraturan (regeling) atau kombinasi peraturan dan penetapan (beschikking)

5. Kecuali sangat diperlukan, PP tidak mendelegasikan lagi kewenangannya kepada peraturan yang lebih rendah

Page 30: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI MUATAN PP◦ PP adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (Pasal 1 angka 5 UU P3).

◦Dalam penyusunan PP ini Presiden menetapkan PP untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya.

◦ “sebagaimana mestinya” adalah materi muatan yang diatur dalam PP tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam UU yang bersangkutan (Penjelasan Pasal 10 UU P3).

◦ Pemahaman makna tersebut terkait dengan lingkup pengaturan yang diamanatkan oleh UU itu sendiri, artinya, delegasian materi tertentu yang diperintahkan oleh UU kepada PP tidak melebar atau meluas melampaui apa yang diperintahkan.

Page 31: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦Materi muatan PP adalah materi muatan UU, dalam arti bahwa PP tersebut rangkaian yang selalu mengikuti rangkaian di depannya dalam rangka melengkapi dan memperlancar pelaksanaan UU.

◦ Perbedaannya hanya terletak pada larangan pencantuman pidana dan larangan-larangan lain yang sifatnya  memberikan beban kepada masyarakat (terkait dengan HAM).

◦Materi muatan PP bersubstansi di sekitar tugas, fungsi, dan wewenang kepemerintahan yang memang diperintahkan untuk melaksanakan UU.

◦ Ciri materi muatan PP lebih kepada hal-hal yang sifatnya teknis  atau administratif untuk menjalankan UU.

Page 32: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PRESIDEN

•Peraturan Presiden adalah peraturan peraturan perundang- undangan yang dibuat oleh presiden.

•Materi muatan Peraturan Presiden berisi •materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau

•materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.

Page 33: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI PERATURAN PRESIDEN• Sesuai dengan kedudukan Presiden menurut UUD, Perpres adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1) UUD 45.

• Perpres dibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut perintah UU atau PP baik secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan pembentukannya (Penjelasan Pasal 11 UU P3).

        

Page 34: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PP ≠ PERPRES◦ Persamaan:

◦ diperintahkan oleh UU ◦ ditandatangani Presiden dan sama-sama melaksanakan UU.

◦ Perbedaan:◦ Materi Perpres mengarah pada pembentukan suatu institusi di bawah

Presiden yang pembentukannya diperintahkan UU (susunan organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang institusi tersebut).

◦ Tidak terkait dengan lintas sektoral

◦ Praktik: penentuan instrumen sering tidak konsisten.

Page 35: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH(Pasal 1 dan 12 UU 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

• Peraturan daerah adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.

• Materi muatan Peraturan Daerah adalah: • seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan

• menampung kondisi khusus daerah serta • penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Page 36: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI PERDA

(UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH No. 32 Th. 2004)

•Pasal 10: muatan umum untuk Perda setelah dikurangi urusan Pemerintah (pemerintah pusat) yang meliputi (6):1. politik luar negeri;2. pertahanan;3. keamanan;4. yustisi;5. moneter dan fiskal nasional; dan6. agama.

Page 37: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lanjutan….• Pelimpahan sebagian urusan Pemerintah kepada perangkat Pemerintah  atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa;

• Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; dan penugasan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

• Delegasian dari peraturan perundang-undangan di atasnya.

Page 38: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦ Pasal 7 (2) UU 10 tahun 2004: Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :

a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi bersama dengan gubernur;

b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

◦ Pasal 7 (3) UU 10 tahun 2004 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan yang setingkat diatur dengan Peraturan Daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Page 39: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦ Pasal 26 UU 10 tahun 2004: Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah atau gubernur, atau bupati/walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, atau kota.

◦ Pasal 28 UU 10 tahun 2004 ◦ Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh gubernur atau

bupati/walikota disampaikan dengan surat pengantar gubernur atau bupati/walikota kepada dewan perwakilan rakyat daerah oleh gubernur atau bupati /walikota

◦ (2) Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh dewan perwakilan daerah disampaikan oleh pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah kepada gubernur atau bupati/walikota

Page 40: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI MUATAN PERATURAN PER-UU-AN

• SANGAT TERKAIT DENGAN JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• JENIS SATU JENJANG KE ATAS ATAU KE BAWAH TIPIS DAN TUMPANG TINDIH

• JENJANG SEMAKIN KE ATAS, SEMAKIN ABSTRAK, BEGITU SEBALIKNYA

• JENJANG SEMAKIN KE BAWAH SEMAKIN MUDAH DILAKSANAKAN, BEGITU SEBALIKNYA

Page 41: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI MUATANPRODUK MATERI MUATAN DASAR

UU Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 meliputi :1.hak-hak asasi manusia2.hak dan kewajiban warga negara;3.pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara;4.wilayah negara dan pembagian daerah;5.kewarganegaraan dan kependudukan;6.keuangan negara,Di samping itu, materi muatan Undang-Undang juga bisa berasal dari perintah Undang-Undang lain.

Pasal 8 UU 10/2004

PERPU S.D.A. Pasal 9 UU 10/2004

PP menjalankan UU sebagaimana mestinya Pasal 10 UU 10/2004

PERPRES materi yang diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan PP

Pasal 11 UU 10/2004

Page 42: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATERI MUATANPRODUK MATERI MUATAN DASAR

PERDA • Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

• Muatan umum untuk Perda setelah dikurangi urusan Pemerintah (pemerintah pusat) yang meliputi (6), pelimpahan pemerintah dan pendelegasian UU

UU no. 10 tahun 2004

UU no. 32 Tahun 2004

Page 43: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan per-UU-an selain dalam UUD’45 dan UU 10 tahun 2004

(1). Keputusan Presiden:

◦ Keputusan = besluit= kehendak dari pemerintah atau pembuat per-UU-an

◦ Keppres dapat berupa:◦ Peraturan/regeling: bersifat umum, berlaku untuk semua warga negara◦ Penetapan: beschikking: bersifat khusus/einmahlig (bersifat satu kali,

tidak terus menerus)◦ Pengangkatan rektor

◦ Pemberian tanda jasa

◦ Pemberian grasi, abolisi

Page 44: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

◦ TAP MPR XX/MPR/1966 (ket.: sudah tidak berlaku): keppres bersifat khusus (einmahlig) adalah untuk melaksanakan ketentuan UUD yang bersangkutan, TAP MPR dalam bidang eksekutif dan Peraturan Pemerintah.◦ Pendapat ini tidak sepenuhnya benar:

◦ YA: Einmahlig: amnesti, grasi, abolisi, pengangkatan duta

◦ TIDAK: persamaan kedudukan dalam pemerintahan

◦ Keppres mandiri: materi muatannya bukan merupakan aturan pelaksanaan yang menjabarkan atau memerinci peraturan perundangan lainnya, misalnya Keppres no. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Page 45: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(2). Instruksi Presiden

◦ Instruksi hanya diberikan oleh pejabat kepada bawahannya, sehingga hanya berlaku dan mengikat kepada bawahannya

◦ Contoh Instruksi Presiden no. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, berisi instruksi Presiden kepada Menteri Agama untuk menyebarluaskan kompilasi Hukum Islam, yang berisi:

1. Buku I: tentang Hukum Perkawinan

2. Buku II: tentang Kewarisan

3. Buku III: tentang Perwakafan

Page 46: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

(3). Menteri

◦Menteri adalah pembantu presiden dan dalam tugasnya bertanggungjawab kepada Presiden

◦Di bidang pembuatan peraturan perundangan juga berasal dari Presiden◦ Peraturan Menteri: peraturan pelaksanaan dari Peraturan pemerintah,

Keputusan Presiden atau UU◦ Contoh : PP Pendaftaran tanah dengan Peraturan Menteri Agraria no. 2 tahun

1978 ditetapkan biaya yang harus dipungut

◦ Keputusan Menteri: peraturan pelaksaan dari Instruksi Presiden atau UU◦ Contoh: Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 dengan Keputusan menteri Agama

no. 154 tahun 1991 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden no. 1 Tahun 1991.

Page 47: HUKUM TERTULIS/ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SEKIAN ..SEKIAN ..TERIMA KASIHTERIMA KASIH