jember fashion carnaval sebagai bentuk genre seni pertunjukan baru

27
JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU Nama : Chandra Ayu Proborini Nim : 10020134231 Prodi/Jur. : Tari/ Sendratasik Fakultas : Bahasa dan Seni Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya Pembimbing : Dra. Eko Wahyuni Rahayu, M.Hum. Abstrak Kabupaten Jember saat ini telah memiliki ikon pariwisata yang namanya telas dikenal dunia, yakni adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). JFC merupakan fashion Carnaval Pertama di Indonesia. Karnaval peragaan busana yang dilakukan pada catwalk sepanjang 3,6 kilometer ini setiap tahun pergelarannya selalu menarik perhatian masyarakat dan media, hal ini disebabkan karena setiap busana yang dipamerkan selalu memberikan sentuhan estetika sehingga membentuk sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan busana. Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan, maka dalam penelitian ini akan membahas : bagaimana asal-usul dan perkembangan JFC dan bagaimana bentuk pertunjukan JFC. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Analisis data menggunakan analisis domain dan analisis taksonomi. Hasil penelitian ini memberikan deskripsi tentang asal- usul terbentuknya JFC yang berawal dari sebuah peragaan fashion dan bentuk pertunjukan dari JFC yang merupakan sebuah bentuk genre seni pertunjukan baru. Kata Kunci : Jember Fashion Carnaval, Karnaval, bentuk pertunjukan, Fashion.

Upload: alim-sumarno

Post on 07-Feb-2016

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : CHANDRA AYU PROBORINI

TRANSCRIPT

Page 1: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

JEMBER FASHION CARNAVAL

SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Nama : Chandra Ayu ProboriniNim : 10020134231Prodi/Jur. : Tari/ SendratasikFakultas : Bahasa dan SeniNama Lembaga : Universitas Negeri SurabayaPembimbing : Dra. Eko Wahyuni Rahayu, M.Hum.

Abstrak

Kabupaten Jember saat ini telah memiliki ikon pariwisata yang namanya telas dikenal dunia, yakni adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). JFC merupakan fashion Carnaval Pertama di Indonesia. Karnaval peragaan busana yang dilakukan pada catwalk sepanjang 3,6 kilometer ini setiap tahun pergelarannya selalu menarik perhatian masyarakat dan media, hal ini disebabkan karena setiap busana yang dipamerkan selalu memberikan sentuhan estetika sehingga membentuk sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan busana.

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah di jelaskan, maka dalam penelitian ini akan membahas : bagaimana asal-usul dan perkembangan JFC dan bagaimana bentuk pertunjukan JFC. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Analisis data menggunakan analisis domain dan analisis taksonomi.

Hasil penelitian ini memberikan deskripsi tentang asal-usul terbentuknya JFC yang berawal dari sebuah peragaan fashion dan bentuk pertunjukan dari JFC yang merupakan sebuah bentuk genre seni pertunjukan baru.

Kata Kunci : Jember Fashion Carnaval, Karnaval, bentuk pertunjukan, Fashion.

Page 2: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Pendahuluan

Saat ini Jember telah dikenal di mata dunia karena telah memiliki sebuah produk

budaya yang mengikon dan telah dikenal oleh masyarakat dunia, pertunjukan tersebut

bernama Jember Fashion Carnaval (JFC). Jember Fashion Carnaval merupakan sebuah

pertunjukan peragaan busana hasil kreativitas putra-putri daerah Jember yang dilakukan di

luar ruangan dan dikemas dalam bentuk karnaval yang diadakan setiap satu tahun sekali.

JFC pada awalnya digagas oleh seorang desainer busana putra daerah Jember yang

bernama Dynand Fariz. Dynand Fariz sebagai seorang kreator mencoba menyelenggarakan

event peragaan busana hasil karya desain para putra-putri daerah Jember tidak di atas

panggung, melainkan di jalanan dalam bentuk karnaval. Uji coba peragaan busana (fashion

show) dalam bentuk karnaval tersebut diselenggarakan pertama kali pada tahun 2003,

tepatnya pada bulan Januari. Jalan yang dipilih sebagai arena pergelaran yakni antara alun-

alun sampai Gedung Olahraga Kaliwates di Kota Jember yang berjarak kurang lebih 3,6

kilometer.1 Ternyata penyelenggaraan fashion show dalam bentuk karnaval itu dapat menjadi

pertunjukan yang spektakuler dan menarik perhatian masyarakat Kota Jember. Atas

keberhasilan dalam penyelenggaraan event fashion karnaval yang perdana tersebut, Dynand

Fariz semakin bersemangat untuk terus mengembangkan kreativitasnya. Selanjutnya, melalui

semangat juang dan kreativitas Dynand Fariz yang terus diasahnya, maka fashion show dalam

bentuk karnaval itu diselenggarakan ulang oleh pada tahun yang sama yaitu pada bulan

Agustus tahun 2003. Penyelenggaraan ulang fashion show dalam bentuk karnaval yang

dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2003 tersebut berhasil mencuri perhatian masyarakat

yang luar biasa, tidak saja masyarakat dari Kota Jember, namun juga masyarakat dari luar

Jember, terutama para wartawan media massa juga banyak tertarik untuk meliput dan

memberitakan event tersebut.

Suatu hal yang menarik dari JFC, selain peragaan busana hasil desain putra-putri

daerah Jember itu dipergelarkan di jalan, JFC tidak hanya sekedar peragaan busana berjalan

saja, tetapi dalam JFC peragaan busana dilakukan dengan menari dan bermain teatrikal. Pada

umumnya peragaan busana hanya dilakukan dengan runway yang dilakukan oleh seorang

model dengan berjalan di atas catwalk, akan tetapi pada JFC berbeda, yakni runway yang

dilakukan sepanjang jalan lebih memberikan sentuhan estetika sebagai sebuah produk seni

pertunjukan dalam bentuk karnaval yang dapat dinikmati penonton secara umum dan dalam

jumlah yang sangat banyak di sepanjang jalan yang dilalui oleh para peraga fashion show.

Hal tersebut dapat melahirkan sebuah genre seni pertunjukan baru yang berbasis peragaan 1 www.jemberfashioncarnival.com (diakses tanggal 29 Januari 2014)

Page 3: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

busana. Sebagaimana diungkapkan oleh Sal Murgianto, bahwa yang disebut seni pertunjukan

tidak terbatas pada tontonan di atas panggung saja, tetapi juga yang di luar panggung seperti

olahraga, permainan, sirkus, karnaval, perjalan ziarah, nyekar dan ritual.2

Secara visual Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan seni pertunjukan yang

berbentuk karnaval (pawai atau arak-arakan) yang bersifat modern. Dalam konteks seni

tradisional biasanya pawai atau arak-arakan dilakukan dengan mengarak benda-benda pusaka

atau tokoh-tokoh tertentu yang dispesialkan atau diagungkan, sedangkan JFC merupakan

sebuah genre seni pertunjukan modern yang menampilkan keindahan hasil kreativitas desain

rias busana yang disajikan secara teatrikal didukung oleh berbagai unsur dan cabang seni di

antaranya adalah: seni tari, seni teater, seni musik, dan seni rupa. Sebagai produk seni

pertunjukan. JFC memiliki berbagai elemen pendukung pertunjukan, meliputi tema dan

cerita, karakter tokoh, gerak tari, dan musik dalam bentuk marching band. Semua elemen

tersebut tergabung dalam satu kesatuan bentuk pertunjukan yang sangat khas dan memiliki

karakteristik gaya yang spesifik sebagai identitas JFC.

Dalam perspektif dunia kreativitas budaya, JFC merupakan pelopor karnaval modern

bagi daerah-daerah dan kota-kota di Indonesia. Dalam kurun waktu 12 tahun, JFC telah

memperoleh berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, karena

kepeloporannya dalam dunia karnaval modern. Salah satu prestasi yang diperoleh JFC adalah

meraih predikat karnaval terbaik Indonesia dan dapat menduduki peringkat keempat untuk

karnaval terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De

Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman.3 Melalui JFC yang memiliki popularitas

mendunia tentunya hal tersebut dapat membuktikan bahwa genre seni pertunjukan ini

memiliki kualitas yang layak untuk di apresiasi. Bahkan pada saat pergelaran JFC yang setiap

tahunnya dilaksanakan, dapat dipastikan berlangsung meriah dan selalu dinanti para

wisatawan dan media. Terbukti bahwa tidak hanya media massa dalam negeri saja yang

meliput event JFC, tetapi media massa luar negeri juga tak mau kalah turut ikut berpartisipasi

meliput peristiwa budaya tersebut. Berbagai keunikan, keindahan, dan kemegahan dari JFC

diberitakan secara menarik, mengagumkan, dan spektakuler.

JFC telah membentuk genre seni pertunjukan baru, sehingga hal tersebut menjadi

landasan peneliti dalam melakukan pengkajian lebih dalam terhadap pertunjukan fashion

carnaval tersebut. Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini

2 Sal Murgianto, “Kajian Pertunjukan” dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi Kajian tradisi Lisan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), hal. 6-23.

3 Cakwigi, “ Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia” dalam [email protected] (diakses 21 Januari 2013).

Page 4: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

bertujuan untuk mendeskripsikan asal-usul dan perkembangan JFC serta bentuk pertunjukan

dari JFC.

Asal-usul dan Perkembangan Jember Fashion Carnaval

Kabupaten Jember saat ini namanya sudah dikenal oleh masyarakat dunia dengan

keberadaan ikon pariwisata Jember Fashion Carnaval (JFC). Dalam perjalanan administrasi

kepemerintahan, secara historis Jember pada abad ke-19 (jaman kolonial Belanda) dahulu

merupakan bagian dari Distrik Bondowoso atau merupakan sebuah afdeling, yakni bagian

dari Kabupaten Bondowoso4. Oleh karena kondisi topografi Jember yang subur, maka

pemerintah kolonial pada waktu itu melakukan pengembangan bidang perkebunan di wilayah

Jember. Berbagai tanaman perkebunan dibudidayakan di sekitar lereng pegunungan

Argopuro. Dalam perkembangannya, akhirnya Jember dipisahkan dari wilayah Kabupaten

Bondowoso dan berdiri menjadi wilayah kabupaten tersendiri.5

Dalam Majalah Halo Jember disebutkan bahwa, pada sekitar tahun 1850 George

Birnie seorang berkebangsaan Belanda keturunan Skotlandia membuka perkebunan tembakau

di Jember dan hasilnya dipasarkan ke Eropa. Andreas Harsono menyebutkan bahwa, Birnie

dalam mengelola perkebunan mendatangkan pekerja dari luar Jember seperti Tulungagung,

Blitar, dan Pulau Madura. Selain itu, Birnie juga menikahi Rabina yaitu seorang perempuan

Jawa, dan mengirim anak-anak mereka ke Belanda untuk belajar. Birnie tak hanya menanam

tembakau yang menjadi bahan baku cerutu, tetapi juga menanam kopi, karet, dan kakao. Atas

keberhasilan Birnie dalam tata kelola perkebunan, maka menjadikan Jember sebagai pusat

penelitian kopi dan kakao.6 Hal tersebut terbukti dengan adanya pusat penelitian kopi dan

kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) yang masih aktif hingga

sekarang. Pusat penelitian tersebut terletak di jalan PB. Sudirman 90 Jember.

Adanya penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada awal terbentuknya,

wilayah Kabupaten Jember merupakan daerah yang dibentuk untuk pengembangan sektor

perkebunan, Sehingga pada awal pemerintahan wilayah Jember dikenal dengan wilayah

industri perkebunan, bukan sebuah wilayah industri wisata. Pada awal mula pengembangan

industri pariwisata, Jember hanya mengandalkan potensi alam (natural heritage) yang ada di

wilayah Jember, mengingat bahwa kekayaan alam Jember memiliki potensi untuk

4 Pemkab Jember, “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Perkembangan Kabupaten Jember”, (Jember : Pemkab Jember), hal.21.

5 Tim Redaksi, “Djember Tempo Doeloe, Seboeah Kota Pada Satoe Masa”, dalam Majalah Halo Jember edisi IV : (Jember: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2010), hal.4.

6 Tim Redaksi, “Berawal Dari Birnie”, dalam Majalah Halo Jember edisi II : (Jember: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2009), hal.14-22.

Page 5: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

dikembangkan menjadi industri pariwisata dari pada kekayaan budayanya (cultural heritage).

Jember memiliki keindahan alam dan beberapa pantai yang layak untuk dipamerkan kepada

wisatawan, seperti Pantai Papuma, Pantai Watu Ulo, Air Terjun Tancak, dan lainnya. Pada

masa pemerintahan bupati MZA Djalal, pemerintah Kabupaten Jember berusaha

mengembangkan secara maksimal sektor pariwisata Kabupaten Jember, dan pada saat itu

obyek wisata alam Pantai Papuma menjadi andalan dalam menarik para wisatawan. Oleh

sebab itu dalam mendukung keberhasilan di bidang pariwisata tersebut Pemerintah Daerah

Kabupaten Jember menetapkan suwar-suwir dan prol tape sebagai makanan khas Jember dan

menjadikannya kekayaan wisata kuliner. Melalui hal itu Jember juga dikenal sebagai Kota

bermasyarakat pandalungan yang merupakan penghasil tembakau dan suwar-suwir.

Setelah mengembangkan industri pariwisata melalui kekayaan alam dan kuliner

dianggap kurang berhasil karena tidak mampu bersaing secara global, Pemerintah Daerah

Kabupaten Jember terus berusaha menonjolkan kekayaan seni budaya (cultural heritage)

dalam memajukan industri pariwisatanya. Seiring dengan upaya tersebut pada tahun 2003

lahir event budaya yang disebut dengan Jember Fashion Carnaval (JFC) yang diprakarsai

oleh Dynand Fariz. Dynand Fariz adalah seorang putra daerah asli Jember. Sebagai seorang

desainer busana, Dynand Fariz memiliki latar belakang pendidikan lulusan Jurusan Tata

Busana Fakultas Pendidikan Teknik IKIP Surabaya (sekarang UNESA). Selain menjadi

desainer, Dynand Fariz juga menjadi dosen di almamaternya yaitu di Prodi Pendidikasn Tata

Busana Fakultas Teknik UNESA dan menjadi pengajar di ESMOD Jakarta sampe sekarang.

Lahirnya Jember Fashion Carnaval (JFC) berawal pada tahun 2002, adanya sebuah

acara Fashion Week yang diselenggarakan oleh sebuah rumah mode milik Suyanto yang ada

di kota Jember. Suyanto adalah kakak kandung dari Dynand Fariz, dan Rumah mode tersebut

diberi nama Dynand Fariz International High Fashion Center. Dalam misi mengembangkan

usaha rumah mode tersebut, Suyanto membuat acara pekan mode yang diilhami dari acara

Fashion Week yang ada di negara-negara fashion dunia. Pekan mode merupakan sebuah

acara dimana pada satu minggu seluruh karyawan rumah mode diwajibkan untuk memakai

busana yang pada saat itu sedang tren di dunia, yaitu busana dengan bahan bermotif army

(doreng/baju tentara).7 Seluruh karyawan dari Dynand Fariz International High Fashion

Center pada acara Pekan Mode tersebut diwajibkan memakai busana army pada saat bekerja

selama satu minggu dan harus dipakai dari rumah.8

7 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 20148 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014

Page 6: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Dalam mempersiapkan pelaksanaan Fashion Week tahun berikutnya yaitu tahun 2003,

timbul gagasan dari para karyawan untuk menyelenggaran pekan mode Dynand Fariz ini

ditampilkan berkeliling kampung dan alun-alun kota Jember. Hal itu dimaksudkan agar

nantinya lebih banyak masyarakat yang mengetahui dan mengapresiasinya. Pelaksanaan

pekan mode yang pertama kali dilakukan di muka umum ini diikuti oleh 50 karyawan yang

terdiri dari karyawan rumah mode Dynand Fariz, karyawan Salon Karisma yang merupakan

salon milik Suyanto, dan Salon Dyfa yang merupakan salon milik Dynand Fariz.9

Pelaksanaan pekan mode yang pertama kali dilaksanakan di muka umum ini, tanpa

disangka sangat menyedot banyak perhatian masyarakat pada saat itu. Melihat adanya reaksi

positif dari masyarakat, kemudian Dynand Fariz berserta Suyanto mempunyai ide untuk

mengemas acara pekan mode tersebut lebih profesional hingga tercetus adanya ide membuat

sebuah pertunjukan karnaval yang dikemas secara profesional dan modern. Dalam proses

mewujudkan ide membuat pertunjukan karnaval ini Dynand Fariz bersama Suyanto dan

timnya melakukan analisis, identifikasi, dan melakukan research terlebih dahulu terhadap

kondisi sosial budaya masyarakat Jember untuk dapat mempersiapkan dengan sangat matang.

Akhirnya terbentuklah sebuah pertunjukan Fashion Carnaval pertama di Indonesia dengan

nama Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan konsep 4E (education, entertainment,

exhibition, dan economi) serta visi-misi yang sudah direncanakan. Konsep dan visi-misi yang

direncanakan tentunya sangat positif dan sejalan dengan ketetapan dan peraturan

pemerintahyang sedang berlaku.

Setelah terbentuk sebuah nama dengan konsep pertunjukan yang matang, maka

Dynand Fariz dan timnya menentukan kapan pertunjukan karnaval ini dilakukan. Setelah

mengadakan diskusi beberapa kali dengan tim maka disepakati bahwa Jember Fashion

Carnaval (JFC) akan tampil perdana pada tanggal 1 Januari 2003 yang bertepatan dengan

HUT Kota Jember. Penempatan tanggal yang bersamaan ini dilakukan dengan tujuan agar

pelaksanaan JFC nantinya didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Jember.

Pada awal pelaksaan pergelaran JFC banyak sekali kendala yang dialami, salah

satunya adalah mengenai surat perijinan dari pemerintah. Pada waktu itu Pemerintah Daerah

Kabupaten Jember belum menyutujui proposal yang sudah diajukan sejak bulan Agustus

2002. Sulitnya pemberian surat ijin tersebut dengan alasan bahwa tema yang dibawakan pada

saat itu adalah tentang Amerika, yang pada saat itu masih hangatnya konflik Amerika dan

Irak, selain itu rute yang digunakan untuk karnaval merupakan rute yang melawan arus lalu

9 Wawancara dengan Fefi selaku Senior Talent JFC 1-13, 8 Maret 2014

Page 7: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

lintas.10 Tetapi dengan berbagai usaha yang dilakukan, pihak Jember Fashion Carnaval

Council (JFCC) berhasil meyakinkan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dengan

menjelaskan konsep dan visi misi dari JFC, akhirnya dua hari sebelum hari pelaksanaan baru

mendapatkan ijin penyelenggaraan dan ditandatangani oleh bupati tertanggal 31 Desember

2002. Akhirnya karnaval dapat terlaksana dengan baik pada tanggal 1 Januari 2003.

Jember Fashion Carnaval (JFC) perdana pada tahun 2003, sangat menarik perhatian

masyarakat, karena menampilkan sebuah pertunjukan karnaval yang berbeda dari biasanya

yaitu menampilkan hasil kreativitas desain busana. Jember Fashion Carnaval (JFC) yang

pertama berhasil dilaksanakan dengan sukses, tidak dapat dipungkiri bahwa ternyata antusias

masyarakat kota Jember sangat baik sekali, sehingga hal ini dapat menarik perhatian dan

mendapatkan respon para penonton. Melihat keberhasilan event tersebut, pemerintah daerah

dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Jember sangat mengapresiasi dan mendukung

pelaksanaan Fashion Carnaval tersebut. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember

dibuktikan dengan pemberian fasilitas sarana dan perijinan pergelaran. Oleh sebab itu pada

tahun yang sama Pemerintah Daerah Kabupaten Jember mengagendakan event JFC ke-2

dalam acara peringatan Hari Proklamasi Republik Indonesia bersamaan dengan diadakannya

Gerak Jalan TAJEMTRA (Tanggul-Jember Tradisional). Pada pergelaran ke dua ternyata

juga lebih banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat bahkan dari luar daerah Jember

dan para wartawan media, sehingga Pemerintah Daerah mulai memperhatikan dan

mengagendakan event JFC untuk diselenggarakan setiap tahun dan menjadi agenda wisata

tahunan.

JFC sebagai sebuah pertunjukan fashion Carnaval pertama di Indonesia ini sudah

menunjukkan kualitas dan prestasinya baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut

membuktikan bahwa JFC merupakan sebuah produk seni pertunjukan modern yang

mempunyai standart estetika pertunjukan dan memang layak untuk diapresiasi. sehingga hal

ini dapat menambah genre seni pertunjukan yang sudah ada sebelumnya.

Bentuk Pertunjukan Jember Fashion Carnaval (JFC)

Jember fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah sajian bentuk karnaval yang

berbeda dari karnaval-karnaval yang sudah ada. JFC merupakan sebuah bentuk pertunjukan

karnaval yang mengusung peragaan busana, apabila peragaan busana biasanya dilakukan

pada cathwalk dalam ruangan, namun JFC mengemas peragaan busana tersebut untuk

diperagakan di luar ruangan, yaitu cathwalk sepanjang 3,6 kilometer. Dalam JFC peragaan 10 Wawancara dengan Budi Setiawan selaku Event Director JFC, 30 Januari 2014

Page 8: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

busana tersebut dikemas dengan menggabungkan beberapa elemen seni pertunjukan lain

seperti tari, drama dan musik. Hal inilah yang menjadikan JFC membentuk sebuah genre

bentuk seni pertunjukan baru yang mempunyai kemasan pertunjukanya berwujud berbeda.

Dalam tulisan ini, bentuk pertunjukan dari JFC yang dibahas mengacu pada

bagaimana deskripsi dan elemen pendukung apa saja yang tampak sehingga membentuk JFC

menjadi sebuah pertunjukan yang utuh. Bentuk pertunjukan JFC tersebut, meliputi nama

pertunjukan, waktu pelaksanaan, tema, tata rias dan busana, elemen elemen pertunjukan, dan

urutan petunjukan. Adapun pembahasan bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut.

1. Nama/ Judul Pertunjukan

Nama merupakan sebuah tanda dalam mewakili rangkaian pertunjukan. Seperti yang

dikatakan oleh Umberto Eco bahwa tanda merupakan nama bagi sebuah unit yang terdiri dari

bentuk isi dan bentuk ekspresi, dimana tanda berfungsi sebagai ekspresi dari isi dan tanda

tersebut bersifat komunikatif.11 Dari pernyataan tersebut maka nama yang diberikan tentunya

harus merefleksikan bagaimana gambaran dari seni pertunjukan ini

Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah nama yang diberikan untuk

pertunjukan fashion carnaval yang memiliki relasi dengan bidang seni lain seperti tari, drama

dan musik. Nama JFC yang bersifat presentasional ini diberikan dengan maksud dimana

nama ini dapat memberikan gambaran kepada masayarakat luas bagaimana bentuk isi dari

pertunjukan dan sebagai tanda agar dikenal masyarakat dan menjadikan pertunjukan ini

bersifat komunikatif, sehingga dengan nama Jember Fashion Carnaval (JFC) masyarakat

mempunyai tafsir dan gambaran bahwa JFC merupakan sebuah pertunjukan fashion carnaval

dari kota Jember yang didalamnya terdapat unsur seni rupa, seni tari, seni drama, dan seni

musik.

2. Waktu Pelaksanaan Pertunjukan

Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan pergelaran besar yang masuk kedalam

agenda pariwisata tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember yaitu Bulan Berkunjung

Jember (BBJ). BBJ diadakan pada setiap bulan Proklamasi Republik Indonesia. Oleh

karenanya JFC dilaksanakan dalam rentang waktu satu tahun sekali yaitu antara bulan Juli-

Agustus.

11 Umberto Eco, Teori Semiotika, “Signifikansi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi-Tanda”, (Indiana: Indiana University Press, 1976), hal. 70-71.

Page 9: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

3. Tema

Tema merupakan sebuah hal dimana menjadi pijakan dalam merencanakan

bagaimana nantinya pertunjukan ini berlangsung. Secara intrinsik tema berarti inti, esensi

atau pokok ide suatu ceritera/penceritaan yang berfungsi menentukan titik tolak cerita.12

Berdasarkan tema inilah ditentukan defile (sub tema) apa saja yang ditampilkan pada JFC,

dan bagaimana batasan-batasan desain busana, bagaimana pengemasan pertunjukannya, serta

pesan-kesan apa yang disampaikan kepada masayarakat.

Tema yang diambil untuk Jember Fashion Carnaval (JFC) selama 12 tahun setiap

tahunya selalu berganti, dan pastinya memberikan pesan yang berbeda. Pemilihan tema

dilakukan dengan me-research trend fashion yang populer pada tahun berikutnya, sehingga

tema yang dikemas merupakan sebuah fenomena baru. Dari trend fashion yang sudah

ditemukan dilakukan pemilihan trend yang sesuai dengan konsep karnaval dan lokal kearifan,

sehingga terbentuk tema yang dapat terbagi menjadi berbagai macam sub tema/defile yang

menarik, penuh kreativitas dan tentunya membawa pesan moral yang baik.

Salah satu contoh defile tersebut adalah defile Madura (Madurese) dalam tema

Extremagination pada JFC ke 11 tahun 2012. Sesuai dengan pesan dan kesan yang ingin

disampaikan kepada masyarakat pada tema besar JFC 11 pada waktu itu, yaitu setiap orang

memiliki imajinasi yang luar biasa. Defile Madura membawa pesan bahwa Indonesia

memiliki banyak suku bangsa yang masing masing mempunyai ciri khas tersendiri, dan salah

satunya adalah Madura. Dalam hal ini defile Madura memperlihatkan desain busana dengan

karakter masyarakat Madura melalui balutan warna khas Madura yaitu merah, hijau dan

kuning serta properti lain seperti pecut khas Madura yang semuanya dikreasikan membentuk

sebuah busana yang megah, spektakuler dan penuh kreativitas.

Gambar 1 Defile Madura (Dok. Chandra, 2012)

4. Tata Rias dan Busana

Tata rias yang digunakan dalam JFC secara garis besar adalah tata rias fantasi. Menurut

Supriyono pada prinsipnya tata rias fantasi lebih mementingkan ketrampilan bagaimana

mewujudkan ide cerita dalam bentuk tata rias dan busana yang komunikatif simbolik atau 12 Autar Abdillah, “Dramaturgi 1”, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hal. 40.

Page 10: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

realis, berceritera secara visual, pesan atau misi, mudah di tangkap orang lain.13 Sesuai

dengan ungkapan Supriono, tata ria fantasi yang digunakan dalam JFC, menyesuakan defile

apa yang diperagakan, karena hal tersebu mendukung penampilannya sehingga pesan atau

visi yang dibawakan dapat sampai kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah make up

fantasi pada defile Savana. Pada defile ini tata rias yang digunakan merupakan tata rias

fantasi yang mendukung visualisasi talent dalam penokohan harimau. Hal tersebut tentu

membantu dalam dalam pendalaman karakter serta penyampaian pesan dan kesan kepada

penonton.

Gambar 2 Defile Octopus JFC 11 (Dok. Chandra, 2013)

Tata busana yang digunakan dalam JFC, merupakan busana yang sedang trend pada

waktu pelaksanaan pergelaran. Busana yang digunakan merupakan hasil kreativitas para

talent dalam memvisualisasikan tema dan defile yang akan dibawakan. Para talent bebas

dalam mengkreasikan busana tersebut, namun harus tetap sesuai dengan aturan baku

pembuatan busana per-defile. Salah satu contohnya adalah aturan baku dalam pembuatan

busana defile Bamboo (bambu). Dalam pembuatan busana pada defile Bamboo, bahan utama

dalam menyusun detail-detail busananya adalah menggunkan bambu. Oleh karenanya

asesoris tambahan yang digunakan harus menggunakan warna yang identik dengan warna

bambu, yakni hijau tua, muda, cokelat muda, orannye dan kuning. Untuk ukuran volume

busana pada dasarnya setiap defile sama, para talent dibebaskan dalam menentukan ukuran

volume busana, namun harus disesuaikan dengan proporsi tubuh masing-masing talent.

13 Supriyono, Tata Rias Panggung, Teori, Dasar, Teknik, (Malang: Bayumedia, 2011), hal. 94.

Page 11: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Gambar 3 Defile Bamboo JFC 12 (Dok. Chandra, 2014)

5. Elemen Bentuk Pertunjukan

Pada JFC terdapat beberapa elemen yang mendukung kesatuan bentuk pertunjukan,

diantaranya adalah elemen tari, teatrikal (drama), musik dan urutan pelaksanaan

pertunjukannya. Berikut penjelasan dari elemen-elemen tersebut.

a. Tarian Pendukung

Dalam mengemas sebuah fashion karnaval tentunya pihak JFCC menggabungkan

berbagai unsur pertunjukan agar pertunjukan lebih menarik dan mempunyai tambahan nilai

estetika yang berstandart, salah satunya adalah unsur tari. Tarian yang digunakan dalam JFC

sangat bergantung terhadap bentuk dan volume busana serta tema dari defile yang dibawakan

talent.14 Hal ini terjadi karena setiap talent akan membuat busana sesuai dengan kreativitas

masing-masing, sehingga terdapat volume busana yang sangat besar dan ada juga yang kecil

dan mempengaruhi gerak talent pada saat menari. Sedangkan tema dari defile juga

menentukan tarian pendukung yang ditarikan, seperti halnya tema yang dibawakan bisa saja

tema tradisional atau apakah tema modern dan tentunya tarian pendukung yang akan

ditarikan akan disesuaikan dengan tema dari setiap defile.

1) Koreografi

Untuk mendukung performa dari penampilan para talent JFC, dalam in house training

selama 6 bulan sebelum hari pelaksanaan, selain mendapatkan materi dasar tentang fashion

juga terdapat materi koreografi. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan

batasan kepada para talent nantinya agar mengetahui bagaimana bentuk gerak tari yang akan

dibawakan sesuai dengan defile dan bentuk busana masing-masing serta bagaimana gerak-

gerak baku yang wajib untuk ditarikan pada saat pertunjukan nanti.

Salah satu contoh gerak tari dalam defile Bali, maka setiap talent dari defile Bali

mempelajari dasar-dasar dari tari bali, seperti Agem, Adeg Tri Bangga, dan Sleded. Semua

gerak dasar tersebut harus dapat dikuasai oleh para talent. Setelah menguasai gerak dasar

tersebut, maka kemudian para talent bebas dalam mngkreasikan gerak dasar tersebut sesuai

dengan busana yang telah mereka desain dan proses tersebut dipandu serta mendapatkan

pemantauan oleh senior talent.

2) Fashion Runway14 Wawancara dengan Fefi selaku Senior Talent JFC 1-13, 8 Maret 2014

Page 12: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Sesuai dengan namanya bahwa fashion merupakan peragaan busana sedangkan runway

berasal dari dua kata bahasa inggris yaitu “run” yang artinya berlari dan “way” yang artinya

jalan. Dalam hal ini runway diartikan berjalan di jalan, jadi fashion runway adalah peragaan

peragaan fashion yang sedang berlangsung dengan tanpa pause (berhenti). Dimana dalam

runway para talent hanya berjalan dengan ekspresi yang sesuai karakter dan berjalan sesuai

aturan fashion tanpa berhenti.

Fashion runway biasanya digunakan para talent pada saat mengatur formasi barisan

dalam setiap defile. Hal ini dimaksudkan untuk memperindah perpindahan formasi yang

dilakukan. Fashion runway harus dengan ekspresi yang sesuai dengan karakter yang sedang

diperagakan. Pada fashion runway gerak tari tidak banyak dilakukan karena pada dasarnya

fashion runway yang dilakukan hanya mengutamakan perpindahan formasi.

3) Fashion Dance

Jember Fashion Carnaval (JFC) bukan hanya sekedar peragaan fashion dengan

berjalan tetapi juga dengan menari (dance). Oleh karena itu materi fashion dance diberikan

untuk mendukung performa para talent pada saat pertunjukan berlangsung. Fashion dance

merupakan gerak-gerak tari yang dilakukan pada saat peragaan busana, jadi gerak tari yang

dilakukan disini dilakukan sambil berjalan. Dimana dalam hal ini para talent diharuskan bisa

menari sambil berjalan memperagakan busana mereka.

Fashion dance biasanya dilakukan pada saat para talent menyelesaikan atraksi per-

defile yang kemudian dilanjutkan dengan cathwalk menuju GOR Kaliwates. Jadi Fashion

dance merupakan sebuah gerakan penghubung dari atraksi yang kemudian dilanjutkan

dengan cathwalk. Gerakan-gerakan dalam Fashion dance biasanya lebih mnegarah pada

gerakan tari modern yang sifatnya lebih bebas, yaitu sesuai dengan kreativitas para talent.

4) Pose

Materi pose merupakan materi dimana para talent mempelajari tentang berpose. Pose

merupakan gerakan dimana pada saat cathwalk kemudian talent berhenti di beberapa titik

dengan sengaja untuk memamerkan detail desain busana yang sedang dipakai. Tentunya

dalam JFC pose sering sekali digunakan untuk memperlihatkan detail desain busana yang

memang dibuat dengan penuh kreativitas. Pada saat pose selain ekspresi tubuh juga harus

memperlihatkan detail-detail terhadap busana yang sedang dipakai oleh talent.

Terdapat beberapa jenis pose yang harus dikuasai oleh talent yaitu:

Pose 90°

Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 90° kearah kanan dari

posisi semula.

Page 13: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Pose 180°

Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 180° kearah kanan dari

posisi semula.

Pose 360°

Pose dimana talent harus mengubah posisi arah tubuh sebesar 360° kearah kanan dari

posisi semula.

Untuk pose 360° boleh dilakukan langsung sekaligus berputar sampai 360° atau

dilakukan dengan melakukan dua kali pose 180° sekaligus.

5) Attraction dance

Attraction dance merupakan materi yang diberikan per-defile, karena setiap defile

akan mempunyai atraksi tersendiri pada saat pertunjukan. Dalam hal ini atraksi yang

dimaksud adalah atraksi yang dilakukan dengan menari pada saat memperagakan kostum

yang sesuai dengan defilenya. Atraksi ini dilakukan selain untuk memberikan sentuhan

pertunjukan yang manarik, atraksi bertujuan untuk menyampaikan pesan dan kesan yang

ingin disampaikan dari tema kostum kepada penonton.

Salah satunya adalah atraksi pada defile Octopus, penampilan atraksi defile Octopus

ini menampilkan atraksi dance yang menceritakan perburuan liar gurita yang saat ini banyak

dilakukan oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini pesan yang disampaikan adalah mengenai

perburuan gurita yang tidak dibatasi yang bisa merusak ekosistem laut Indonesia.

Gambar 4 Attraction Dance defile Octopus JFC ke-

12 (Dok. Chandra, 2013)

6) Freestyle dance

Freestyle dance merupakan tarian dimana tari tersebut dilakukan secara bebas oleh

para talent. Bebas yang dimaksud adalah sesai dengan karakter busana yang dipahami

masing-masing talent. Freestyle dance dalam JFC digunakan untuk menarik perhatian

penonton pada saat cathwalk menuju GOR Kaliwates.

Dalam freestyle dance, gerak-gerak tari yang dilakukan adalah bebas, namun harus

sesuai dengan karakter busana masing-masing tokoh defile yang sedang dibawakan. Dalam

Page 14: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

freestyle dance ini tidak terdapat gerakan baku, karenakan dalam hal ini yang paling utama

adalah bagaimana menarik perhatian penonton sehingga terdapat interaksi antara penonton

dan para talent. Oleh karena itu kepekaan para talent dalam memahami kondisi penonton

yang sedang mengapresiasi di pinggiran cathwalk sangat diperlukan.

7) Stamina

Stamina merupakan latihan fisik dalam in house training JFC. Latihan stamina akan

diberikan secara berkala dengan tujuan fisik para talent pada saat pertunjukan dilaksanakan

akan tetap sehat dan bugar. Sehingga dapat melewati cathwalk sepanjang 3,6 kilometer

disertai berbagai dance dan atraksi dengan lancar.

Latihan stamina biasanya diawali dengan pemanasan dasar olah tubuh agar tubuh para

talent siap untuk bergerak. Setalah pemanasan maka akan dilanjutkan dengan fashion dance

yang diiringi dengan musik tempo cepat. Namun apabila 3 bulan sebelum hari pelaksanaan,

latihan stamina akan diawali dengan make-up terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar para

talent terbiasa melakukan atraksi fashion dengan menggunakan kostum. Dan satu bulan

sebelum hari pelaksanaan maka latiahan stamina akan menggunakan busana dan make-up

lengkap dan dilakukan diluar ruangan.

b. Teatrikal (Drama)

Teatrikal merupakan hal yang penting dalam menyampaikan pesan kesan yang ingin

disampaikan kepada penonton, karena hal ini berhubungan dengan interaksi dengan

penonton. Dimana penonton merupakan unsur penting dalam pertunjukan, yaitu sebagai

penikmat dan pengapresiasi petunjukan. Berikut beberapa hal yang perlu dikuasai oleh para

talent agar dapat melakukan interaksi denga penonton.

1) Eye Contact

Eye contact wajib dilakukan dalam JFC karena interaksi ini merupakan interaksi yang

paling dasar yang harus dilakukan karena hanya interaksi menggunakan mata. Setiap talent

wajib melakukan eye contact kepada penonton, hal ini dilakukan untuk mendapatakan kesan

dimana penonton akan merasa mendapatkan perhatian dan dapat berinteraksi dengan talent

meskipun hanya dengan pandangan mata.

2) Penokohan

Penokohan yang dimaksudkan dalam JFC adalah bagaimana setiap talent dapat

mendalami karakter yang di bawakan baik karakter busana yang meliputi bentuk dan volume

atau tokoh yang sedang dia bawakan apakah itu manusia, hewan dan benda. Apabila semua

talent berhasil dalam mendalami karakter tokoh yang mereka bawa, maka secara tidak sadar

mereka akan mudah mengekplorasi gerakan yang sesuai dengan karakter masing-maisng

Page 15: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

defile. Sehingga hal ini dapat membuat masyarakat antusias dalam mengapresiasinya. Karena

dapat menyampaikan pesan-kesan terhadap penonton dengan baik sesuai dengan standart

pertunjukan pada umumnya.

Gambar 5 Penokohan hewan dalam JFC (Dok. Chandra. 2014)

b. Musik Pengiring

Dalam sebuah peragaan fashion karnaval seperti JFC tentunya musik pengiring

menjadi elemen yang penting dalam mendukung pertunjukannya. Musik pengiring dalam

JFC yang dipilih bukan hanya sekedar memilih sebagai musik ilustrasi melainkan musik

yang dipilih haruslah sesuai dengan tema defile. Sehingga nantinya musik tersebut dapat

mendukung penampilan talent dan membantu dalam menyampaikan kesan dan pesan yang

disampaikan.

Setiap defile mempunyai musik pengiring yang berbeda-beda karena menyesuikan

temanya. Tempo, dinamika, dan irama musik sangatlah menentukan bagaimana para talent

bergerak baik itu gerak fashion, tari dan atraksi. Musik pengiring yang dipilih biasanya

berbentuk sebuah intsrumen yang diaransemen ulang. Salah satunya adalah musik pengiring

defile Borobudur. Musik pengiring defile Borobudur merupakan hasil aransemen dari

perpaduan alat musik gamelan Jawa dan alat musik modern.

6. Urutan Pertunjukan Jember Fashion Carnaval (JFC)

a. Pra Acara

Pada awal acara pergelaran Jember Fashion Carnaval (JFC) dibuka dengan

sambutan-sambutan dan langsung dibuka dengan JFC Marching Band. Dalam sesi acara ini

JFC marching Band melakukan atraksi yang sudah dipersiapakan.

Page 16: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Gambar 6 Opening JFC Marching Band (dok. Chandra. 2014)

b. Pose on main stage

Setelah dibuka oleh JFC marching band kemudian dilanjutkan perfom tiap defile yang

sebelumnya sudah ditentukan urutanya. Para talent yang perfom keluar dari panggung utama

(main stage) kemudian berpose di panggung selama beberapa saat dan kembali melanjutkan

berjalan menuju Zone A.

c. Parade

Setelah pose dilakukan di main stage maka selanjutanya para talent akan melanjutkan

berjalan menuju zone A. Parade yang dilakukan di zone A adalah fashion dance, attraction

dance, dan fashion runway.

Gambar 7 Atraksi defile Tsunami JFC (Dok. Chandra. 2014)

d. Cathwalk

Setelah pause on main stage dan parade maka seluruh talent baik itu talent JFC atau

talent dari JFC marching band maka berjalan/ melakukan cathwalk disepanjang jalan 3,6

kilometer garis akhir yang sudah ditentukan yaitu bertempat di GOR Kaliwates Jember. Di

sepanjang cathwalk para talent harus bisa memperagakan busanannya sesuai dengan karakter

tokoh defile yang sedang diperagakan.

Gambar 4.17 Gambar denah stage dan cathwalk (Dok. Chandra.2014)

Page 17: JEMBER FASHION CARNAVAL SEBAGAI BENTUK GENRE SENI PERTUNJUKAN BARU

Simpulan

Jember Fashion Carnaval (JFC) merupakan sebuah bentuk pertunjukan karnaval

yang memamerkan bermacam-macam kreasi dan desain busana putra putri daerah asal

Jember yang sangat kreatif serta megah dan merupakan produk budaya asli dari kota Jember.

JFC terbentuk dari sebuah acara Pekan mode yang diadakan oleh rumah mode Dynand Fariz

International High Fashion Center. Dimana rumah pekan mode yang diadakan tersebut

terilhami dari sebuah acara Fashion Week di negara-negara fashion dunia.

JFC melahirkan sebuah genre seni petunjukan baru, dimana sebuah event peragaan

busana dilakukan di luar ruangan, dalam hal ini tempat pertunjukannya adalah jalan

sepanjang 3,6 kilometer, yang dikolaborasikan dengan elemen seni pertunjukan lain yaitu

drama, tari dan musik, sehingga hal tersebut menjadikan JFC mempunyai sebuah

karakteristik tersendiri dan standart estetika yang layak untuk diapresiasi. Adapun Kajian

bentuk pertunjukan meliputi keseluruhan elemen yang terlihat secara kasat mata yaitu : (1)

Nama Jember Fashion Carnaval (JFC), (2) Waktu pelaksanaan diantara bulan Juli dan

Agustus, (3) Tema setiap tahunya berubah menyesuaikan fenomena dan isu yang sedang

terjadi, (4) Tarian pendukung yang terdiri dari kelas koreografi, fashion runway, fashion

dance, pose, attraction dance, freestyle dance dan stamina, (5) Teatrikal yang terdiri dari eye

kontak, penokohan, (6) Musik pengiring disesuaikan pada setiap tema dan defilenya, (7)

Urutan pertunjukan terdiri dari pra acara, pose on main stage, parade dan catwalk.

Daftar Pustaka

Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya: Unesa University Press.

Cakwigi. 2013. Jember Fashion Carnaval 2013 dari Rakyat Untuk Indonesia, (Online), ([email protected], diakses 21 Januari 2013).

Eco, Umberto. 1976. Teori Semiotika, Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi-Tanda. Terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Murgianto, Sal. 1998. ”Kajian Pertunjukan” dalam Pudentia MPSS (editor) Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Supriyono. 2011. Tata Rias Panggung, Teori, Dasar, Teknik. Malang: Bayumedia.

Tim Redaksi. 2009-2013. Majalah Halo Jember Edisi I - 10. Jember : Kantor Pariwisata Kabupaten Jember.

www.jemberfashioncarnival.com, (Online), (diakses tanggal 29 Januari 2014)