jbptunikompp gdl riswonosoe 24086 1 tesisri o

Upload: haritsah-rahmi

Post on 06-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    1/166

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    Saat ini persaingan bisnis dalam berbagai industri berlangsung secara

    dinamis sejalan dengan perubahan lingkungan eksternal. Tingkat persaingan

    yang semakin ketat, selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan

    sosial ekonomi memunculkan tantangan bagi perusahaan di era-global.

    Perubahan-perubahan tersebut memaksa perusahaan untuk melaksanakan

    pengembangan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang dimiliki perusahaan

    hendaknya tidak mudah ditiru oleh pesaing dan menopang tercapainya

    keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Lingkungan persaingan yang ketat

    (hypercompetitive environment), akan menyebabkan strategi bersaing yang

    dibutuhkan oleh organisasi merupakan strategi yang mampu memperbaiki

    kinerja sehingga dapat diterima dengan baik oleh pasar sasaran (target market).

    Globalisasi sebagai suatu fenomena yang ditandai dengan adanya peningkatan

    efektivitas di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan

    terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat (environmental turbulence)

    dengan berbagai implikasi yang luas terhadap berbagai aktivitas organisasi, baik

    bisnis maupun publik. Hammer & Champy (2004:92) menyatakan globalisasi

    bisnis yang terjadi telah berdampak pada apa yang disebut "3C" yakni

    Customer, Competition and Change. Pertama, customermemegang kekuasaan

    yang lebih besar dibanding produsen, sehingga telah mengubah filosofi mass

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    2/166

    2

    production menjadi mass customization. Kedua, persaingan semakin meningkat

    (competition intensities); Ketiga, perubahan (change) yang mempengaruhi

    seluruh aspek bisnis dan terjadi secara terus menerus, sehingga perubahan

    menjadi suatu hal yang normal.

    Dewasa ini banyak organisasi kelas dunia (world class organization)

    telah mengalami kesulitan menghadapi lingkungan yang terus berubah,

    implikasinya perencanaan sulit diformulasikan dan implementasi program bisnis

    secara efektif dan rasional sulit tercapai. Hal serupa dirasakan di Indonesia,

    iklim usaha telah banyak mengalami perubahan mendasar dalam sistem dan

    tatanan perekonomian nasional. Banyak organisasi domestik maupun asing di

    berbagai sektor usaha telah mencoba menjalankan berbagai program rekayasa

    engineering. Saat ini konsumen memiliki banyak pilihan produk dan jasa

    dengan berbagai tingkat mutu dan pelayanan. Hanya produk yang dapat

    memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen serta memberikan kepuasan

    yang dapat bertahan dalam persaingan. Selanjutnya, hanya perusahaan yang

    berwawasan pada pelanggan yang akan tetap hidup karena dapat menciptakan

    nilai yang lebih unggul dibanding pesaing-pesaingnya. Perusahaan dituntut

    untuk mampu menawarkan barang atau jasa dengan kualitas pelayanan yang

    diberikan pada konsumen dari waktu ke waktu. Konsumen yang semakin

    pandai dan terdidik menyebabkan keinginan dan kebutuhannya berubah sangat

    cepat. Perusahaan sudah semestinya lebih terfokus pada konsumen agar dapat

    memenangkan persaingan. Dengan memberikan kepuasan pada konsumen

    maka akan dapat membangun kepercayaan konsumen dan akhirnya tercipta

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    3/166

    3

    hubungan yang erat antara konsumen dan perusahaan. Kotler & Keller

    (2009:45) menyatakan menurut konsep pemasaran, perusahaan yang bisa bertahan

    dan memenangkan persaingan di pasar global adalah perusahaan yang mampu

    menawarkan nilai lebih dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Selanjutnya

    dikatakan bahwa tugas pemasar adalah memformulasikan kegiatan pemasaran dan

    implementasi program pemasaran yang sepenuhnya terpadu untuk menciptakan,

    mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai unggul (superior value) bagi

    konsumen.

    Lingkungan eksternal yang tidak langsung mempengaruhi organisasi

    (remote societal environment forces) adalah economic forces, technological

    forces, sociocultural forces dan political forces, dan lingkungan eksternal yang

    langsung mempengaruhi organisasi (actors task environment/industry) yaitu

    shareholder; supplier, competitors, employees, trade association, creditor,

    customer; community, special interest group, dan government. Mengingat

    pentingnya lingkungan eksternal bagi sebuah organisasi maka perlu melakukan

    penyelarasan antara kapabilitas organisasi yang merupakan sumber keunggulan

    bersaing organisasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara terus

    menerus. Untuk mengantisipasi ketidakpastian lingkungan tersebut, orientasi

    strategik memegang peranan yang sangat penting karena dapat diimplementasikan

    pada berbagai aspek dan fungsi dalam organisasi sebagai alat untuk menghasilkan

    kinerja. Teori kontigensi menyatakan bahwa antara strategi dan lingkungan

    eksternal menentukan kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan. Menurut para

    pakar dan peneliti, bahwa pada umumnya perusahaan yang menyelaraskan strategi

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    4/166

    4

    atau menunjukkan tingkat adaptif dan fleksibilitas yang tinggi dengan lingkungan

    eksternal memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan

    perusahaan yang kurang berhasil menyelaraskan strategi dengan lingkungan

    eksternalnya (Covin dan Slevin, 2001). Sementara Pulendran, Speed & Widing

    (2000) menyatakan melalui orientasi pasar atau menjadi market driven,

    perusahaan akan memperoleh informasi pasar yang cepat, aktual, akurat, dan

    berorientasi tindakan sebagai upaya untuk menghasilkan keunggulan berdaya

    saing berkelanjutan (Superior competitive advantage-SCA)melalui penyajian nilai

    unggul bagi pelanggan (Superior customer value-SCV). Hal ini menunjukkan

    bahwa pada persaingan bebas sekarang ini, sudah semestinya perusahaan

    merancang aktivitas organisasi yang berorientasi pasar.

    Proses penyusunan strategi pemasaran diawali dengan analisis situasi yaitu

    mengidentifikasi peluang pasar, menetapkan segmen, mengevaluasi persaingan,

    serta memeriksa kekuatan dan kelemahan organisasi. Dengan melakukan scanning

    lingkungan yang sistematis, pengambil keputusan dapat merevisi dan

    menyesuaikan strategi pemasarannya guna tantangan dan peluang yang ada

    (Kotler and Armstrong, 2006:88). Sedangkan secara teoritis upaya yang dapat

    dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk adalah dengan memperkecil

    kesenjangan (gap) antara penawaran jasa yang diberikan dengan harapan

    pelanggan (Zeithaml, Berry & Parasuraman 1988). Narver & Slater (1990)

    menjelaskan orientasi pasar diarahkan untuk menciptakan superior value bagi

    pelanggan dan superior performance bagi perusahaan, yang pada gilirannya akan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    5/166

    5

    memberikan kemampuan pada perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan

    jangka panjang. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Best bahwa :

    Gambar 1.1 Customer Focus, Customer Satisfaction, and profitability, Sumber:

    Best (2009:38).

    Saat ini potensi bisnis di Indonesia luar biasa untuk dikembangkan dan

    menarik untuk dibenahi serta dikelola dengan baik dimana jika melihat geografi

    Indonesia yang terdiri dari kepulauan, dan letaknya yang berada di garis

    khatulistiwa di antara dua benua, menjadikan Indonesia memiliki posisi geografis

    yang sangat strategis umumnya dalam usaha jasa transportasi, hal ini memberikan

    peluang dan kesempatan yang luas bagi dunia bisnis.

    Pertumbuhan usaha jasa transportasi darat yang tampak sangat pesat,

    merupakan suatu hal yang sangat menggembirakan. Terbuka kesempatan usaha

    dan kesempatan kerja, bukan saja bagi sumber daya manusia di bidang

    transportasi, tentu menjadi mata rantai kegiatan ekonomi yang merupakan dampak

    ganda dari kegiatan lalu lintas manusia, barang dan jasa yang diciptakannya.

    Namun demikian, masih banyak komplain yang diutarakan masyarakat pengguna

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    6/166

    6

    jasa angkutan darat (travel) dalam berbagai berita baik melalui media cetak koran

    di surat pembaca maupun tv, berkaitan buruknya pelayanan beberapa operator

    penyedia layanan jasa travel. Diantaranya seringkali terjadi penundaan

    keberangkatan, atau bahkan keberangkatan mengalami pembatalan, bagasi hilang,

    atau pelayanan yang tidak memuaskan sehingga menyebabkan penumpang

    melakukan komplain ke pihak perusahaan. Komplain pelanggan merupakan hal

    yang wajar dan seharusnya disambut dengan baik. Penanganan komplain yang

    efektif justru akan dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap

    perusahaan tersebut. Namun penanganan komplain yang buruk justru akan

    mengakibatkan pelanggan berpindah ke perusahaan lainnya, mengingat saat ini

    tingkat kompetisi bisnis angkutan darat (travel) sangat tinggi dengan banyaknya

    perusahaan baru yang berdiri, dengan berbagai macam tawaran pelayanan yang

    banyak memberikan janji terhadap para pelanggan atau para calon penumpang

    yang akan melakukan perjalanan darat.

    Berdasarkan hasil pra survei menunjukkan bahwa kinerja bauran

    pemasaran jasa berada pada kategori cukup setuju, ini mengindikasikan pelanggan

    merasa belum optimal pelayanan yang telah diterimanya dari perusahaan angkutan

    darat (travel) sehingga kecenderungan penilaian para pelanggan (penumpang)

    lebih besar pada kategori cukup setuju dibandingkan dengan kategori lainnya.

    Hasil pra survei memperlihatkan bahwa respon pelanggan terhadap kinerja bauran

    pemasaran jasa perusahaan transportasi darat (travel), yang setuju bahwa kinerja

    bauran pemasaran jasa dinyatakan baik yaitu sebesar 38.5%, dan cukup sebesar

    45,5%. Hasil ini akibat dari berbagai komplain berkaitan dengan terjadinya

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    7/166

    7

    kehilangan barang bawaan, koefisien pengaruh waktu pemberangkatan, tingkat

    kenyamanan, serta kualitas pelayanan yang kurang memadai yang dirasakan oleh

    pelanggan. Penumpang yang telah kecewa terhadap pelayanan kemudian tidak

    melakukan komplain seharusnya perlu diwaspadai karena umumnya penumpang

    tidak akan pernah kembali menggunakan jasa travel tersebut. Selain itu akan

    menimbulkan terjadinya dampak domino yang lebih hebat, dimana penumpang

    tersebut cenderung akan membicarakan kejelekan travel itu kepada orang lain dan

    bahkan menyarankan agar orang lain tidak mencoba-coba menggunakan travel

    tersebut.

    Hasil pra-survei terhadap keunggulan posisi perusahaan angkutan darat

    (travel) memperlihatkan bahwa respon pelanggan terhadap keunggulan posisional

    perusahaan angkutan darat (travel), menyatakan bahwa keunggulan posisi baik

    sebesar 34 %, dan cukup baik sebesar 48%. Masih dirasakan cukup baik

    disebabkan karena adanya variasi biaya dalam perjalanan dimana biaya yang

    terkadang naik pada saat menghadapi hari-hari besar perayaan keagamaan,

    kesesuaian kualitas layanan dengan tarif yang diterapkan, kemudian jenis dan

    umur kendaraan yang digunakan dalam perjalanan, serta pelayanan yang

    dirasakan oleh setiap pelanggan setelah menggunakan jasa perusahaan angkutan

    darat (travel) tersebut. Cravens & Piercy (2009:86) menyatakan segmentasi pasar

    merupakan proses penempatan para pembeli didalam sebuah pasar produk

    menjadi beberapa kelompok sehingga para anggota dari setiap segmen akan

    memberikan tanggapan yang sama terhadap setiap strategi positioning yang

    dilakukan:

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    8/166

    8

    Gambar 1.2, Segmentation in the Market Driven Strategy Process, Sumber: Cravens& Piercy (2009:86)

    Hasil pra survei citra terhadap perusahaan angkutan darat (travel)

    memperlihatkan bahwa respon konsumen terhadap nilai citra sebesar 49,2%

    (sedang). Citra berada pada interval sedang karena pelanggan dalam hal ini

    penumpang masih dicekam oleh berbagai kejadian kecelakaan transportasi darat

    saat perjalanan, sehingga mengakibatkan tingkat kepercayaan penumpangpun

    menurun. Tingkat kecelakaan lalu lintas darat dari berbagai perusahaan

    transportasi darat di Indonesia menunjukkan lemahnya pengelolaan sistem

    keamanan transportasi darat di tanah air, yang berdampak pada keputusan-

    keputusan yang merugikan penumpang implikasinya penumpang tidak percaya

    begitu saja bahwa perusahaan angkutan darat (travel) dapat menjamin keamanan

    dan keselamatan saat perjalanan. Tingginya tingkat kecelakaan transportasi darat

    di Indonesia, berdampak pada masalah image/citra buruk yang melekat pada

    perusahaan transportasi darat. Image yang muncul akan menimbulkan persepsi

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    9/166

    9

    nasional/internasional bahwa tingkat keselamatan dalam layanan kita setara

    dengan sebagian besar negara-negara berkembang di Afrika. Hal ini sesuai

    penelitian Ball dan Pedro (2006:391) yang menyatakan bahwa image akan

    memberikan pengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan. Kepercayaan

    (trust), menjadi sangat penting peranannya dalam membina hubungan, terutama

    pada usaha jasa yang penuh ketidakpastian, risiko dan kurangnya informasi

    diantara pihak-pihak yang saling berhubungan. Hal ini yang menyebabkan

    kosumen menginginkan kepercayaan penuh terhadap penyedia jasa. Menurut

    Jasfar F (2005:164).

    Wisatawan domestik merupakan salah satu segmen yang dilayani.

    Wisatawan domestik di Indonesia sebagian besar bergerak dengan menggunakan

    moda transportasi darat. Berdasarkan semua kategori yang diberlakukan oleh

    pemerintah dalam mencatat statistik jumlah wisatawan mancanegara, jumlahnya

    per September 2009 mencapai lebih dari 493.799 orang, sehingga nilai rupiah

    yang dibelanjakan dalam kerangka kegiatan wisata diklaim mencapai milyaran.

    Gambaran situasi itu mengindikasikan, betapa bisnis transportasi di Indonesia

    mempunyai prospek yang demikian cerah, bersamaan dengan harapan akan

    perannya yang penting dalam pengembangan kegiatan masyarakat. Berkaitan

    dengan pariwisata, perannya juga dominan untuk kegiatan internasional, walau

    harus berbagi dengan moda transportasi lain, yaitu angkutan udara dan laut.

    Belakangan ini memang timbul gejala paradoks antarmoda angkutan. Travel

    dalam negeri yang tumbuh pesat, sejalan dengan persaingan bisnis dalam merebut

    pasar penumpang, berkembang sedemikian rupa sehingga terjadi pergeseran

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    10/166

    10

    pasar, dimana calon penumpang bertambah dan memiliki berbagai pilihan moda

    angkutan darat, udara dan laut untuk melakukan perjalanan.

    Dengan melihat kondisi pasar tersebut maka perusahaan-perusahaan

    transportasi terus bergerak secara dinamis. Perkembangan yang terjadi saat ini

    mengarah pada pergeseran paradigma bisnis, dari semula berciri tradisional

    menuju pola bisnis yang lebih modern. Dimana kompetisi usaha semakin tajam

    sehingga perusahaan mulai membenahi diri dengan konsep dan model bisnis yang

    mampu bersaing, unggul pada produk dan jasa serta memberikan manfaat yang

    besar bagi perusahaannya. Bisnis dan usaha yang mampu berkembang dengan

    cepat memiliki orientasi pasar yang kuat. Mereka terus menerus selaras dengan

    kebutuhan pelanggan, strategi para pesaing, mengubah kondisi-kondisi

    lingkungan dan perkembangan teknologi, dan mereka mencari cara untuk

    mengembangkan secara berkelanjutan solusi-solusi yang mereka berikan terhadap

    target pelanggan (Best 2009:36). Proses ini memungkinkan mereka selalu

    bergerak, sering kali memimpin perubahan, dan berkinerja tinggi. Buchari Alma

    (2005b:372) menyatakan untuk membentuk citra baik terhadap organisasi, dalam

    rangka menarik minat sejumlah calon konsumen, maka perusahaan akan

    melaksanakan berbagai upaya strategi yang dikenal dengan strategi pemasaran.

    Kelangsungan organisasi tergantung pada sumber daya yang dimiliki dan

    strategi apa yang dipilih dalam memberdayakan sumber daya internal itu untuk

    merespons ancaman dan peluang eksternal (Barney dalam Campbell, 1997:26;

    Hit, Ireland dan Hoskisson, 1999:81). Pendapat ini didukung Urban dan Star

    (1991:79) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    11/166

    11

    mencapai kinerja pemasaran tergantung sejauh mana organisasi tersebut

    mampu menerapkan strategi pemasaran yang tepat pada konsumen sasarannya.

    Song & Parry (2001) menyatakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan

    pimpinan adalah membuat ukuran atau patokan dengan tujuan meningkatkan

    kinerja organisasi seperti peningkatan kinerja pemasaran, dan reputasi perusahaan,

    yang dapat mendorong laju perusahaan melakukan penetrasi pasar.

    Era transformasi dari perjalanan sains dan teknologi secara global

    melahirkan tantangan adaptasi dan tingkat penyesuaian dari berbagai sektor dan

    bidang serta tantangan persaingan semakin ketat dibutuhkan pelaksanaan strategi

    bauran pemasaran masa depan untuk menghadapi tantangan yang

    berkesinambungan dalam persaingan bisnis serta mampu menguasai dan

    memperoleh informasi tentang pasar, persaingan, dan kinerja pemasaran. Dengan

    informasi yang diperoleh dianalisis serta mengambil tindakan untuk

    merealisasikan peluang dan menghindari ancaman. Penerapan bauran pemasaran

    yang tepat dalam dunia usaha yang terstruktur baik akan menciptakan keunggulan

    bersaing yang kuat. Sektor usaha yang dirasakan semakin berkembang akibat dari

    adanya globalisasi ini adalah sektor jasa. Hal ini antara lain ditandai oleh adanya

    perubahan dalam kontribusi sektoral terhadap output nasional sebagai akibat

    terjadinya pergeseran tenaga kerja nasional dari sektor pertanian ke sektor industri

    untuk kemudian menuju ke sektor jasa. Sektor jasa sendiri dianggap sebagai

    tahapan tertinggi dalam proses perkembangan ekonomi (Lovelock; 2002: 7).

    Perspektif pemasaran strategik menempatkan nilai pelanggan sebagai

    dimensi inti dalam menciptakan posisi dan kinerja suatu organisasi (Day, 1999

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    12/166

    12

    dan Sucherly, 2003:6). Oleh karena itu penerapan strategi bauran pemasaran yang

    tepat merupakan sumberdaya yang sangat bernilai bagi suatu perusahaan. Kinerja

    bauran pemasaran sangat penting untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam

    lingkungan bisnis yang cepat. Pada hakikatnya memiliki keunggulan bersaing

    yang berkelanjutan serta mampu memuaskan konsumen baik dalam bisnis barang

    maupun jasa, merupakan unsur utama dalam mencapai kinerja perusahaan terbaik.

    Serta melalui terpeliharanya citra baik perusahaan, diharapkan perusahaan travel

    angkutan darat akan dapat meningkatkanprofitability usahanya dimasa yang akan

    datang. Tujuan utama dari pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan

    pelanggan. Oleh karena itu tantangan pertama dalam pemasaran adalah untuk

    melakukan pergeseran dan identifikasi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa

    yang dapat dikembangkan oleh perusahaan (Dalrymple dan Parson, 1995). Kasper

    (1999) mengutarakan bahwa untuk bisnis jasa, pelanggan sering menginginkan

    untuk mempunyai partner yang dia percayai (trust) dan memperhatikannya. Hal

    ini akan memberikan hubungan yang lebih personal dan dalam situasi ekstrim

    dikatakan One-on-One personal contact.

    Peningkatan permintaan akan jasa angkutan darat perlu mendapat

    perhatian dan penanganan yang serius agar dapat memfasilitasi dengan baik

    kebutuhan pelanggan (penumpang) moda transportasi angkutan darat, sehingga

    diperlukan peningkatan program kinerja bauran pemasaran jasa, keunggulan

    posisional dan citra yang memadai dalam menciptakan keunggulan bersaing

    perusahan jasa angkutan darat (travel).

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    13/166

    13

    Berdasarkan uraian di atas maka dirasakan perlu melakukan penelitian

    tentang Analisa Bauran Pemasaran Jasa dan Keunggulan Posisional sebagai

    Strategi Keunggulan Bersaing dampaknya terhadap Citra Perusahaan

    Angkutan Darat (Travel).

    1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Terciptanya fenomena ketidakpuasan dan kekurang-percayaan

    penumpang terhadap perusahaan angkutan darat (travel) menyebabkan

    terciptanya zona gap sehingga dibutuhkan usaha untuk menjembatani kegiatan

    masyarakat pengguna transportasi angkutan darat dimana perusahan tidak hanya

    harus mampu memberikan fasilitas akan tetapi faktor paling penting adalah

    bagaimana memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Keterkaitan

    sekelompok orang atau individu tertentu sebagai pengguna jasa yang lebih

    bersifat banyak menuntut, agresif, dan mudah kecewa akan memberikan suatu

    permasalahan jika pelayanan yang kita berikan dirasakan kurang memadai, hal

    ini yang perlu diantisipasi sedemikian rupa sehingga dapat diminimalisasi serta

    tidak terjadi kesenjangan antara penumpang dengan penyedia jasa (travel)

    khususnya masalah kebutuhan dan kepentingan pengguna jasa sewaktu

    menggunakan transportasi angkutan darat. Hal-hal yang dilakukan travel bagi

    pelanggan pada dasarnya adalah berupaya memuaskan pelanggan, mem-

    pertahankan pelanggan, membangun loyalitas, dan menciptakan customer

    relationship pada tingkat kepercayaan konsumen yang tinggi. Jika hal tersebut

    sudah dapat dicapai oleh perusahaan maka keunggulan bersaing dan citra baik

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    14/166

    14

    perusahaan angkutan darat (travel) dalam benak konsumen akan

    tertanam/diperoleh.

    Terciptanya peluang pasar membuat perusahaan-perusahaan mulai

    bersaing serta membenahi-diri dengan memberikan pelayanan superior baik

    melalui penerapan kinerja bauran pemasaran jasa, keunggulan posisional

    maupun citra kepada para pelanggan sehingga memiliki reputasi dan kinerja

    baik yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan.

    Melalui strategi kinerja bauran pemasaranjasa yang terdiri dari 7P, yaitu

    produk, harga, tempat atau saluran distribusi, promosi, orang atau sumberdaya

    manusia, tampilan fisik, dan proses yang dikembangkan perusahaan saat ini

    diharapkan mampu menjawab tingkat kebutuhan akan nilai kepuasan dan dapat

    memberikan pelayanan yang superior kepada pelanggan perusahaan angkutan

    darat (travel) di Indonesia.

    Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan kajian evaluasi dan analisa terhadap

    permasalahan menyangkut kinerja bauran pemasaran jasa, keunggulan posisi dan

    citra, sehingga kebutuhan pelanggan (penumpang) terakomodasi dibarengi dengan

    adanya perbaikan kualitas pengelolaan oleh pihak manajemen travel dalam

    menciptakan strategi keunggulan bersaing untuk mencapai target pasar.

    Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik dibutuhkan sebuah

    dasar filosofi bagi peneliti dalam berfikir ilmiah,

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    15/166

    15

    Sumber : Umi Narimawati (2010)

    Lebih lanjut, Umi Narimawati menyatakan bahwa masalah yang baik :

    Mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat/kontribusi. Fisibel/dapat dipecahkan (konkrit) dimana ada data dan metode

    pemecahannya.

    Menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan keilmuan. Spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya). Berguna untuk mengembangkan suatu teori.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    16/166

    16

    Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

    berikut :

    1. Bagaimana implementasi dan kinerja dari bauran pemasaran jasa diperusahaan angkutan darat (travel).

    2. Bagaimana implementasi dan kinerja keunggulan posisional sebagai strategikeunggulan bersaing pada perusahaan angkutan darat (travel).

    3. Bagaimana kinerja dari nilai citra yang dimiliki oleh perusahaan angkutandarat (travel).

    4. Sejauhmana pengaruh dari kinerja bauran pemasaran jasa dan keunggulanposisional sebagai strategi keunggulan bersaing serta dampaknya terhadap

    citra perusahaan angkutan darat (travel), baik secara parsial maupun simultan.

    1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka maksud

    dari penelitian ini adalah untuk menemukan fakta, data, dan semua hal yang

    berkaitan dengan permasalahan serta hubungan antar variabel penelitian,

    dengan tujuan penelitian adalah untuk memperoleh bukti empiris dan analisa

    fenomena mengenai pengaruh bauran pemasaran dan keunggulan posisional

    sebagai strategi keunggulan bersaing dampaknya terhadap citra perusahaan

    angkutan darat (travel).

    Penetapan tujuan dalam penulisan tesis ini dilakukan berdasarkan masalah

    yang dikaji, adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    17/166

    17

    1. Untuk memperoleh hasil analisis kinerja bauran pemasaran jasaperusahaan angkutan darat (travel).

    2. Untuk memperoleh hasil analisis kinerja keunggulan posisionalperusahaan angkutan darat (travel).

    3. Untuk memperoleh gambaran terhadap citra/image yang dimiliki suatumoda perusahaan angkutan darat (travel) dari konsumen dan masyarakat

    pengguna jasa.

    4. Untuk memperoleh hasil analisis besarnya pengaruh kinerja bauranpemasaran jasa, dan keunggulan posisional terhadap citra angkutan darat

    (travel).

    1.4Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Operasional :

    1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbanganbagi para manajer perusahaan angkutan darat (travel) dalam meningkatkan

    pelaksanaan kinerja bauran pemasaran jasa.

    2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu manajemen perusahaanangkutan darat (travel) dalam menentukan kebijakan terkait dengan

    pelaksanaan program peningkatan keunggulan posisional sebagai strategi

    keungulan bersaing perusahaan.

    3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat membantu manajemen perusahaanangkutan darat (travel) di Indonesia dalam upaya memperbaiki citra/imagenya

    dalam benak/pandangan konsumen pengguna jasa angkutan darat .

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    18/166

    18

    4. Besarnya pengaruh serta kinerja dari bauran pemasaran jasa dan strategikeunggulan posisional dapat menjadi dasar dan membantu manajemen dalam

    memperbaiki citra perusahaan angkutan darat (travel).

    1.4.2 Manfaat Pengembangan Ilmu :

    1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

    ekonomi dalam bidang manajemen pemasaran, khususnya sumbangan

    pengetahuan bagi para akademisi, dalam mengukur pelaksanaan kinerja

    bauran pemasaran jasa, keunggulan posisional, dan citra.

    2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang bermanfaat bagisemua pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan, terutama dalam

    merancang orientasi pemasaran strategik.

    3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para praktisi dan pakar dalamupaya mengembangkan variabel penelitian bauran pemasaran, keunggulan

    posisional dan citra.

    4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung dan acuanbagi penelitian lebih lanjut.

    1.5Pembatasan Masalah dan Asumsi

    1.5.1 Pembatasan Masalah

    Penelitian ini menganalisa kinerja bauran pemasaran (jasa),

    penerapan strategi keunggulan posisional dan citra dari perusahaan

    angkutan darat (travel), terbatas pada kebenaran dan kejujuran

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    19/166

    19

    pengisian data quesioner oleh para responden, dan permasalahan

    lainnya yang teridentifikasi tapi tidak berada dalam kerangka

    penelitian.

    1.5.2 Asumsi

    Pengetahuan ilmiah dapat menggambarkan semua yang terjadi

    secara nyata dan bersifat empirik (berdasar fakta). Metode ilmiah

    penelitian tesis ini mengikuti daur logico-hypothetico-verifikatifyaitu cara

    mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu

    struktur logis yang terdiri atas tahapan kerja : kebutuhan yang obyektif,

    perumusan masalah, pengumpulan teori, perumusan hipotesis,

    pengumpulan data/informasi/fakta, analisis data, dan penarikan

    kesimpulan. Perusahaan angkutan darat (travel) dapat memperbaiki citra

    dan mengoptimalkan peroleh profitnya apabila didukung oleh pelaksanaan

    bauran pemasaran jasa dan keunggulan posisional yang sangat baik. Data

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid, menggunakan model-

    model matematik, statistik, komputer dan berhubungan dengan data

    numerik yang bersifat obyektif. Variabel-variabel penelitiannya dapat

    diidentifikasi dan dapat diukur. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara

    mengumpulkan, mencatat & menganalisa data yang dikerjakan secara

    sistematis berdasarkan suatu metode yang sifatnya ilmiah.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    20/166

    20

    1.6Sistematika Penulisan

    Sistematika (outline) dari Tesis ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUANBerisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah,

    tujuan penelitian dan manfaat dilaksanakanya penelitian ini

    disertai dengan pembatasan masalah dan asumsi.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKABerisi tentang kajian pustaka yang menjadi landasan teoritis

    penelitian ini, beserta kerangka pemikiran dan hipotesis.

    BAB III METODE PENELITIANPenjelasan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini

    yang dilengkapi dengan operasionalisasi variabel, sumber dan

    cara penentuan data, teknik didalam pengumpulan data

    penelitian, serta rancangan analisis terhadap data dan pengujian

    hipotesisnya.

    BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPada bab ini diuraikan tentang pembahasan atas hasil penelitian

    yang telah dilaksanakan.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    21/166

    21

    BAB V KESIMPULAN DAN SARANBerisi tentang kesimpulan hasil dari penelitian yang dilengkapi

    dengan sejumlah saran dari peneliti

    Tesis ini juga dilegkapi dengan daftar lampiran yang berisitentang data-data penelitian.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    22/166

    22

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

    2.1. Kajian Pustaka

    Umi Narimawati (Research Methodolgy & Research Design 2010),

    menjelaskan tujuan studi pustaka atau telaah teori sebagai berikut :

    Tujuan :

    Untuk mencari teori/konsep/generalisasi yang dapat digunakan sebagailandasan teori/kerangka bagi penelitian yang akan dilakukan,

    Untuk mencari metodologi yang sesuai dengan penelitian yang akandilakukan. Untuk membandingkan antara fakta di lapangan dengan teori

    yang ada.

    Dilaksanakan dengan membaca sumber-sumber pustaka/bacaan sebagai berikut :

    Sumber acuan umum : buku teks, ensiklopedi, monograph dll (sumberteori-teori dan konsep-konsep),

    Sumber acuan khusus : jurnal, buletin, tesis, disertasi, majalah ilmiah,laporan penelitian, makalah seminar, internet dll (sumber generalisasi).

    2.1.1 Jasa

    Dalam berbagai literatur, para ahli pemasaran telah merumuskan berbagai

    definisi jasa. Beberapa definisi tentang jasa atau pelayanan adalah sebagai berikut.

    Kotler dan Keller (2009: 386), mendefinisikan jasa sebagai: A service is

    any act or performance that one party can offer to another that is essentially

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    23/166

    23

    intangibles and does not result in the ownership of anything, its production may

    or may be tied to a physical product., menurut Kotler, jasa adalah setiap

    tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain,

    yang pada dasarnya tidak berwujud (intangibles) dan tidak mengakibatkan

    kepemilikan apapun, produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan

    suatu produk fisik.

    Berry dalam Zeithaml dan Bitner (2003:2) menyatakan, bahwa: Service

    are deeds, process and performances include all economic activities whose output

    is not a physical or construction is generally consumed at the time is produced,

    and provide added value in forms (such as convinience, amusement, timeliness,

    comfort or health) that are essentially intangibles concerns or first purchaser.

    Definisi tersebut menyatakan bahwa jasa mencakup semua aktivitas ekonomi

    yang outputnya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum

    konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah

    yang diberikannya dalam bentuk (kemudahan, kecepatan, dan keramahan) yang

    secara prinsip tidak berwujud (intangibles) bagi pembeli pertamanya.

    Definisi lain diberikan Lovelock (2002:60) sebagai berikut: Service is a

    process and a system (jasa merupakan suatu proses dan suatu sistem). Dari

    definisi tersebut dapat diartikan bahwa jasa sebagai suatu proses adalah jasa yang

    dihasilkan dari tiga proses input, yaitu: orang (pelanggan), material, dan

    informasi. Sebagai suatu sistem, jasa adalah kombinasi antara service operations

    system dan service delivery system. Service operations system merupakan

    komponen-komponen yang terlihat pada operasi jasa yang dibagi menjadi

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    24/166

    24

    komponen yang berhubungan dengan service personal dan komponen yang

    berhubungan dengan fasilitas fisik, perlengkapan, dan aspek berwujud lainnya.

    Sedangkan service delivery system berkaitan dengan dimana, kapan, dan

    bagaimana jasa disampaikan kepada pelanggan. Untuk lebih jelasnya, kombinasi

    antara service operations system dan service delivery system dapat dilihat pada

    gambar 2.1 di bawah ini,

    CustomerTechnical

    Core

    Physical Support

    Contact Personnel

    OtherCustomers

    Backstage

    (Invisible)

    Front Stage

    (Visible to Customer)

    Gambar 2.1

    The Service Business as a System

    Sumber: Langeard, et. al dalam Lovelock, 2001: 59.

    Payne (1993:6) mengatakan bahwa jasa adalah suatu aktivitas yang

    mempunyai elemen intangibilitas yang terkait dengan yang melibatkan interaksi

    dengan pelanggan atau dengan benda disisi pelanggan dan tidak memindahkan

    status kepemilikan. Selanjutnya Kotler and Keller (2006:372) menyatakan bahwa

    jasa tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain

    yang secara prinsip tidak berwujud (intangible) dan tidak menyebabkan

    perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya dapat berbentuk secara fisik

    ataupun non-fisik.

    Dari beberapa definisi di atas, dapat terlihat bahwa jasa pada dasarnya

    dapat berupa tindakan apa saja yang bersifat tidak berwujud ( intangibles) dan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    25/166

    25

    tidak menghasilkan hak kepemilikan bagi penggunanya, serta dirancang untuk

    memuaskannya. Selain itu, jasa mempunyai dua pengertian yaitu sebagai sebuah

    proses dari orang, material dan informasi, serta sebagai sebuah sistem yang

    merupakan kombinasi dari service delivery operating system dan service delivery

    system.

    Dalrymple (1995:405) mendefinisikan produk sebagai berikut: Product

    can be defined goods and servicer that fill customerneed lebih luas lagi kotler

    (2000:399) menjelaskan pengertian produk:A Product as anything that can be

    offered to market to satisfy a want or need. Product that are marketed include

    physical goods, services, experiences, events, persons, places, properties,

    organizations, information, and ideas. Pelanggan sesungguhnya tidak membeli

    barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dari sesuatu yang ditawarkan. Apa yang

    ditawarkan menunjukkan sejumlah manfaat yang bisa didapat oleh pelanggan dari

    pembelian suatu barang atau jasa. Hal senada juga ditegaskan oleh Keegean

    (1995:477) bahwa : We shall define a Product, then , as a collection of physical,

    service, and symbolic attributes which yield satisfaction, or benefits, to user or

    buyer. Product management is concerned with the decition that affect the

    cutomers perception of the firm product offering

    Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa produk

    adalah merupakan seluruh penawaran dari perusahaan baik berupa fisik (barang)

    maupun tidak berfisik (jasa), dimana dapat memberikan nilai tambah dan manfaat

    bagi konsumen yang akan mengkonsumsi produk tersebut.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    26/166

    26

    2.1.1.1 Karakteristik Jasa

    Perusahaan angkutan darat (travel) yang bergerak dalam sektor jasa dalam

    menyusun kebijakan pemasarannya harus mempertimbangkan berbagai

    karakteristik (ciri-ciri) yang dimiliki oleh jasa.

    Secara umum menurut Kotler dan Keller (2009:389) jasa memiliki ciri

    utama yang sangat mempengaruhi rancangan kebijakan pemasaran yaitu

    intangibility, insparability, variability, perishability. Demikian pula halnya

    karakteristik dalam jasa angkutan darat (travel) yang meliputi:Intangibility (tidak

    terwujud), Inseparability (tidak dapat dipisahkan), Variability (bervariasi),

    Perishability (tidak tahan lama).

    1.Intangibility (tidak terwujud)

    Produk travel mempunyai sifat tidak terwujud karena tidak dapat dilihat,

    disentuh atau diraba sebelum dilakukan transaksi pembelian. Untuk mengurangi

    ketidakpastian, pembeli atau calon pembeli akan mencari tahu tentang kualitas

    produk travel tersebut sebelum dilakukan transaksi pembelian. Bila pelanggan

    membeli produk travel, maka hasil dari produk tersebut adalah digunakan,

    memanfaatkan sesuai dengan kegunaannya.

    Dalrymple dan Parsons (1995:470) mengemukakan bahwa, To over the lact

    of physical product, marketer need to develop a tangible representation of the

    service. Seorang pembeli akan menarik kesimpulan mengenai mutu jasa selain

    dari pelayaan juga menilai tempat (place), manusia (people), peralatan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    27/166

    27

    (equipment), alat komunikasi (comunication material), simbol-simbol (symbol),

    dan harga (price) yang mereka lihat. Permasalahan lain dari produk travel yang

    bersifat abstrak adalah konsumen mengalami kesulitan dalam mengingat akan

    konsep jasa yang bersifat tidak berwujud Salah satu solusinya adalah dengan

    menggunakan simbol fisik dalam advertising untuk memudahkan konsumen untuk

    mengerti akan jasa yang ditawarkan.

    Dalam jasa komponen produk tidak nyata adalah semua yang hanya dapat

    dirasakan dan dialami sebagai suatu pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan

    dan citra suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Faktor-faktor tidak nyata

    lain adalah hal-hal yang dapat memberikan rasa kenyamanan bagi penumpang

    sebagai manusia dan kesediaan untuk menyenangkan hati masyarakat pengguna

    lainnya.

    2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)Produk yang termasuk kelompok travel umumnya diproduksi secara

    khusus dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Jika jasa travel yang

    disampaikan kepada seseorang, maka orang yang menerima jasa tersebut

    merupakan bagian, karena pembeli hadir pada saat disampaikan jasa sehingga

    interaksi penyedia merupakan ciri khusus dari pemasaran travel. Lain halnya

    dengan barang yang biasanya di produksi dan kemudian dijual kepada pedagang

    besar dan selanjutnya dijual lagi kepada pengecer serta selanjutnya kepada

    konsumen akhir yang membutuhkannya.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    28/166

    28

    Dalam hal ini perusahaan travel perlu memperhatikan adanya saling

    pengertian antara penumpang dengan karyawan, tentang sistem pelayanan yang

    disediakan. Karena kontak pribadi antara karyawan travel dengan penumpang

    merupakan bagian dari produktravel.

    3. Variability (bervariasi)Kualitas produk travel sangat bervariasi karena merupakan non-

    standardized output, artinya memiliki variasi bentuk, kualitas, jenis dan

    tergantung pada siapa, kapan serta dimana jasa tersebut dihasilkan. Seringkali

    pembeli jasa menyadari akan keanekaragaman ini dan membicarakan atau

    mencari informasi kepada orang lain, utamanya pada orang yang pernah

    menggunakan jasa tersebut sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan

    jasa tersebut. Pada hari tertentu, penumpang travel mungkin menerima service

    excellence, tetapi karena ada karyawan baru, pelayanan untuk orang yang sama

    bisa lebih buruk, jauh dibawah pelayanan karyawan yang sebelumnya. Menurut

    Bovee, et al (Fandy Tjiptono; 2001:17), menyatakan, ada tiga faktor terbentuknya

    variability dalam kualitas jasa, yaitu: 1).Kerja sama atau partisipasi pelanggan

    selama penyampaian jasa, 2).Moral/motivasi karyawan dalam melayani

    pelanggan, 3).Beban kerja perusahaan.

    4. Perishability (tidak tahan lama)Jasa tidak dapat disimpan. Keadaan tidak tahan lama dari jasa bukanlah

    masalah bila permintaan stabil, karena mudah dilakukan persiapan dalam

    pelayanannya. Jika permintaan tidak stabil dalam artian berfluktuasi, maka

    perusahaan jasa akan mengalami kesulitan.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    29/166

    29

    Dalam industri travel produknya sangat tergantung pada waktu karena:

    Pertama produk angkutan darat (travel) hanya dapat dinikmati oleh penumpang

    pada saat dilakukan produksi yaitu pada saat keberangkatan kendaraan sampai

    tiba ditempat tujuan. Kedua apabila sampai pada saat keberangkatan kendaraan,

    produk tersebut tidak habis terjual maka sisa produknya tidak dapat disimpan

    untuk dijual pada kesempatan lain.

    2.1.1.2Sistem Manajemen Pemasaran Produk Jasa

    Gambar 2.2 Faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran perusahan, sumber :

    Kotler Keller (2006;27)

    Setiap bisnis jasa dapat dimasukkan sebagai suatu sistem yang terdiri dari

    operasi jasa, dimana input proses dan elemen-elemen dari produk jasa diciptakan

    dan disampaikan. Lovelock (2001:59), mengemukakan bahwa setiap produk atau

    jasa yang ditawarkan oleh perusahaan berkaitan dengan proses operasi dan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    30/166

    30

    penyerahan kepada konsumen, sehingga kinerja jasa (service performance) sangat

    ditentukan oleh dua kegiatan pokok yaitu sistem operasi jasa (service operating

    system) dan sistem penyampaian jasa (service delivery system). Lebih lanjut

    Lovelock (2001:38-39), menjelaskan bahwa ada empat komponen input yang

    dapat mempengaruhi proses pemasaran jasa pada perusahaan angkutan darat

    (travel) yaitu:

    People processing involves tangible actions to peoples bodies.

    People processing menekankan pada tindakan nyata yang diarahkan kepada

    konsumen, artinya tindakan ini dapat diarahkan kepada badan manusia yang

    merupakan interaksi antara karyawan yang ada pada perusahaan dengan

    penumpang, karena pada umumnya penumpang hadir pada saat proses jasa

    berlangsung sehingga puas atau tidaknya penumpang/calon penumpang

    bergantung pada interaksi personel karyawan

    Possession processing includes tangible actions to goods and other physicalpossessions belonging to the customer.

    Prossession processing, merupakan fasilitas yang ditawarkan oleh perusahaan

    kepada penumpang yang dipengaruhi oleh lokasi, jadwal pelayanan yang

    nyaman (convenience) dan teknologi informasi yang digunakan misalnya

    memesan tiket melalui telepon dan internet.

    Mental stimulus processing refers to intangible actions directed at peoplesminds

    Mental stimulus processing, merupakan proses interaksi dari setiap

    rangsangan pemikiran yang berasal dari penumpang travel yang

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    31/166

    31

    mempengaruhi sikap dan perilakunya, baik berupa penyajian entertainment

    melalui media radio, televisi maupun sebagai sponsor kegiatan olah raga dan

    hiburan dengan mendatangkan artis penyanyi yang terkenal.

    Information processing describes intangible actions directed at customer. Information procession, merupakan proses interpretasi setiap respons yang

    berasal dari pelanggan/penumpang travel terhadap informasi yang

    disampaikan oleh karyawan lini depan ( front office). Misalkan, perangkat

    pendukung sistem informasi travel pada bagian resepsionis dalam

    memberikan informasi kepada penumpang mengenai tiket sangat

    mempengaruhi interprestasi konsumen terhadap kualitas informasi yang

    diberikan. Pada saat ini penumpang travel tidak saja membutuhkan informasi

    mengenai pemesanan tiket, namun tiket kendaraan, penyewaan mobil, daerah

    wisata serta informasi lainnya. Pada bagian inilah perusahaan harus mampu

    mengakomodasi kebutuhan informasi bagi penumpang, sehingga dapat

    memuaskan konsumen.

    Sebagai suatu sistem bisnis, jasa travel merupakan kombinasi antara

    service operating system dan service delivery system, Lovelock (2001:52 ).

    1. Sistem Operasi Jasa (Service operating system)

    Merupakan satu-satunya sistem yang tampak di mata konsumen. Sebagai

    komponen yang tampak, sistem ini dibagi ke dalam dua subsistem, yaitu subsitem

    yang berhubungan dengan aktor/pelakunya dan subsistem yang berhubungan

    dengan penataan panggung/ruang (fasilitas fisik dan pelengkap).

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    32/166

    32

    Apa yang terjadi di belakang panggung (back stage) hanya menarik sedikit

    perhatian pelanggan. Pelanggan hanya menilai produksi yang mereka alami dalam

    penyajian jasa dan penerimaan hasil jasa. Bila di bagian ini gagal menyajikan

    tugas-tugas pendukung secara tepat, dampaknya akan muncul ke pelanggan.

    Proporsi dari keseluruhan operasi jasa yang visibel bermacam-macam, tergantung

    pada sifat pemrosesan jasa tersebut, apakah people-processing service,

    possession-procesing service atau information proccessing service.

    2. Sistem Penyampaian Jasa (service delivery system)

    Sistem ini menekankan pada where, when and how produk jasa

    disampaikan pada konsumen. seperti terlihat pada gambar 2.1, sistem mencakup

    elemen-elemen sistem pengoperasian yang terlihat dan juga pelanggan lainnya.

    Tanggung jawab untuk mendisain dan mengatur sistem penyampaian jasa tadinya

    ada ditangan manajer operasi, tatapi manajer pemasaran perlu untuk dilibatkan

    karena pemahaman manajer operasi yang baik akan kebutuhan konsumen serta

    perhatian adalah penting jika ingin sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.

    Tantangan kunci bagi desainer jasa adalah mempertemukan sifat dari sistem

    penyampaian dengan kebutuhan pilihan target kelompok konsumen. Elemen-

    elemen pada sistem penyampaian jasa ini, bila digabungkan dengan elemen-

    elemen lain seperti iklan, survei penelitian pemasaran dan lain-lain akan

    membentuk sistem yaitu sistem pemasaran jasa.

    Sistem pemasaran jasa di sini adalah gabungan dari komponen-komponen

    yang dapat menyumbangkan pandangan konsumen terhadap organisasi jasa secara

    keseluruhan, seperti usaha komunikasi dari bagian penjualan dan periklanan,

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    33/166

    33

    telepon, cerita-cerita dan editor dalam media massa, komunikasi dari mulut ke

    mulut dari pelanggan sekarang atau yang lalu, bahkan partisipasi dalam penelitian

    pemasaran. Lovelock (2007:53) menggambarkan sistem pemasaran jasa seperti

    pada Gambar 2.3:

    Gambar 2.3 Sistem Pemasaran Jasa

    Sumber : Lovelock. (2007:53)

    Advertising

    Sales Calls

    Market Research

    Surveys

    Billing/Statements

    Miscellaneous Mail

    Phone Call, Faxes, etc

    Random Exposure to

    Facilities/Vehicles

    Chance Encounters with Service

    Personel

    Word of Mouth

    Other Customer

    Other Customer

    Interior &

    Exterior

    Facilities

    Equipment

    Service People

    The

    Customer

    Techinical

    Core

    Service Operating System

    Service Delivery

    System

    Other Contact Point

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    34/166

    34

    Pada Gambar 2.3 tersebut misalkan seorang calon mengunjungi sebuah

    travel untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan travel. Calon

    penumpang tersebut selain melihat penumpang lainnya juga melihat lingkungan

    fisiknya yang terdiri dari gedung, interior, peralatan, perabotan dan sebagainya.

    Penumpang juga melihat customer service dan melakukan konfirmasi dengan

    karyawan lain seperti porter, dan pengemudi. Semua ini dapat dilihat oleh calon

    penumpang, yang tidak terlihat adalah proses produksi dan sistem organisasi yang

    mendukung usaha-usaha jasa yang terlihat tersebut. Jadi hasil jasa sangat

    dipengaruhi oleh sekumpulan besar elemen-elemen yang sangat beragam.

    2.1.2. Bauran Pemasaran Jasa

    Jasa merupakan aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu

    pihak ke pihak lainnya dan tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan. Jasa

    tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, berubah-ubah dan tidak tahan lama.

    Setiap karakteristik mempunyai masalah dan memerlukan strategi. Pada

    pemasaran jasa, pendekatan strategis diarahkan pada kemampuan pemasar

    menemukan cara untuk "mewujudkan" yang tidak berwujud, meningkatkan

    produktivitas penyedia yang tidak terpisahkan dari produk itu, membuat standar

    kualitas sehubungan dengan adanya variabilitas, dan mempengaruhi gerakan

    permintaan dan pemasok kapasitas mengingat jasa tidak tahan lama. Secara

    umum strategi pemasaran jasa diterapkan dalam konteks perusahaan secara

    keseluruhan, tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tapi juga

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    35/166

    35

    pemasaran internal untuk memotivasi karyawan dan pemasaran interaktif untuk

    menciptakan keahlian penyedia jasa.

    Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan

    serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk

    memperoleh profit. Hal ini berlaku bagi perusahaan yang bergerak di bidang

    industri jasa maupun industri non jasa. Walaupun terdapat kesamaan tujuan pada

    kedua jenis industri tersebut, diperlukan strategi pemasaran yang berbeda untuk

    masing masing jenis industri. Perbedaan strategi tersebut dipengaruhi oleh

    ciri-ciri dasar yang berbeda dari jenis produk yang dihasilkan.

    Zeithaml, Bitner dan Gremler (2006:25) menyatakan bauran pemasaran

    sebagai elemen-elemen yang dapat dikendalikan oleh organisasi dapat

    digunakan untuk memuaskan maupun berkomunikasi dengan pelanggan.

    Elemen-elemen tersebut akan menjadi variabel keputusan utama dalam setiap

    rencana pemasaran. Sedangkan strategi bauran pemasaran terdiri dari strategi

    produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi (Kotler dan

    Armstrong, 2006:45).

    Kotler dan Keller (2006: 48) mengemukakan definisi bauran pemasaran

    (marketing mix) sebagai berikut: "Marketing Mix the set of controllable tactical

    marketing tools product, price, place, and promotion that the firm blends to

    produce the response it wants in the target market". Bauran pemasaran adalah

    sekumpulan alat pemasaran taktis berupa produk, harga, tempat, dan promosi yang dapat

    dikontrol oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    36/166

    36

    Zeithaml and Bitner (2001: 18) mengemukakan definisi bauran pemasaran sebagai

    berikut: "Marketing mix defined as the elements an organizations controls that can

    be used to satisfy or communicate with customer. These elements appear as core

    decisions variables in any marketing text or marketing plan ". Dalam hal ini berarti

    bauran pemasaran jasa merupakan elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat

    dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan

    dipakai untuk memuaskan konsumen. Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat

    disimpulkan bahwa marketing mix merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait,

    dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai

    tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan

    konsumen.

    Selanjutnya Zeithaml, Bitner dan Gremler (2006:25-26) mengemukakan

    bauran pemasaran jasa yang diperluas (expanded marketing mix for services)

    dengan penambahan unsur non traditional marketing mix, yaitu people

    (orang), physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga

    menjadi tujuh unsur (7P). Masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran

    tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lain dan mempunyai

    suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya. (Zeithaml,

    2000: 18-21). Penambahan unsur bauran pemasaran jasa dilakukan antara lain

    karena jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk, yaitu tidak

    berwujud, tidak dapat dipisahkan, beraneka ragam dan mudah lenyap. Seperti

    yang dikemukakan oleh Zeithaml dan Bitner (2000:19) bauran pemasaran jasa

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    37/166

    37

    terdiri dari 7P yaituproduct, price, place, promotion, people, physical evidence,

    dan process.

    Ratih Hurriyati, (2005:49) menyatakan bahwa, untuk menjangkau pasar

    sasaran yang telah ditetapkan, maka setiap perusahaan perlu mengelola kegiatan

    pemasarannya dengan baik. Perusahaan harus dapat menyusun serta menggunakan

    controllable marketing variables, untuk mengantisipasi perubahan dari

    uncontrollable marketing variables, serta untuk mempengaruhi permintaan produk

    perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengkombinasikan unsur-unsur

    tersebut dalam proporsi yang tepat sehingga bauran pemasarannya sesuai dengan

    lingkungan perusahaan, dapat memuaskan pasar sasaran dan tetap sejalan dengan

    sasaran perusahaan dalam bidang pemasaran secara keseluruhan. Bauran pemasaran

    yang telah ditetapkan perusahaan sebaiknya selalu disesuaikan dengan kondisi dan

    situasi yang dihadapai perusahaan, jadi harus bersifat dinamis.

    Gambar : 2.4. Unsur Unsur Bauran Pemasaran Jasa (7P), sumber: Zeithaml

    Valerie & Bitner Mary Jo (2006:26)

    PLACE

    Channel typeExposure

    Intermediaris

    Outlet LocationTransportation

    PRICE

    Flexibility

    Price LevelTerms

    Differentiation

    Discounts

    PROMOTION

    Promotion blend

    Sales People

    Number Selection

    Training, Incentives

    Advertising

    Target, Media types,

    PRODUCT

    Physical good features

    Quality levelAccessories

    Packaging

    Warranties

    PEOPLE

    Employees

    Recruiting, Training,Motivation, Rewards,

    Teamwork

    Customers

    PHYSICAL

    EVIDENCEFacility Design

    EquipmentSignage

    Employee drees

    Other Tangible

    PROCESS

    Flow of activitiesStandardized

    Customized

    Number of steps

    Simple

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    38/166

    38

    2.1.2.1 Produk Jasa (The ServiceProduct)

    Produk jasa menurut Kotler (2000:428) merupakan "segala sesuatu yang

    dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau

    dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang

    bersangkutan". Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang atau

    pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk dapat berupa manfaat tangible

    maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Produk jasa merupakan suatu

    kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada

    dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpatisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi

    jasa tersebut. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi

    membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan. 'Apa yang ditawarkan'

    menunjukan sejumlah manfaat yang dapat pelanggan dapatkan dari pembelian

    suatu barang atau jasa, sedangkan sesuatu yang ditawarkan itu sendiri dapat

    dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

    a. barang nyata,

    b. barang nyata yang disertai dengan jasa,

    c. jasa utama yang disertai dengan barang dan jasa tambahan,

    d. murni jasa.

    Untuk merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami

    tingkatan produk, yaitu sebagai berikut :

    a. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnyadibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    39/166

    39

    b. Produk generik, (generic product) yaitu produk dasar yang mampumemenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal

    agar dapat berfungsi).

    c. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yangditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak)

    diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

    d. Produk pelengkap (augmented product), yaitu berbagai atribut produkyang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga

    dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan

    produk pesaing.

    e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yangmungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.

    Jadi pada dasarnya produk adalah sekumpulan nilai kepuasan yang

    kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli berdasarkan manfaat

    yang akan mereka terima dari produk tersebut.

    2.1.2.2. Tarif Jasa (Price)

    Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa

    karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan

    penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat yang

    dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam

    gambaran kualitas jasa. Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    40/166

    40

    menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan tinggi dan tarif

    diskon pada saat permintaan menurun.

    Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus

    memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan

    penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.

    Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus dipertimbangkan. Lebih

    jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada tipe

    pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Nilai jasa ditentukan oleh

    manfaat dari jasa tersebut. Secara singkat, prinsip-prinsip penetapan harga,

    seperti yang diusulkan oleh Kotler (1996) dikutip dari Zeithalm dan Bitner

    (2000:436) sebagai berikut:

    a. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkanharga, mencakup: pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat

    permintaan, prakiraan biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan

    produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga,

    serta menentukan harga akhir.

    b. Perusahaan tidak harus selalu berupaya mencari profit maksimum melaluipenetapan harga maksimum, tetapi dapat pula dicapai dengan cara

    memaksimumkan penerimaan sekarang, memaksimumkan penguasaan

    pasar atau kemungkinan lainnya.

    c. Para pemasar hendaknya memahami seberapa responsif permintaanterhadap perubahan harga.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    41/166

    41

    Prinsip-prinsip penetapan harga tersebut dapat digunakan secara bersamaan, baik

    untuk barang maupun jasa. Selanjutnya Zeithalm dan Bitner (2000:437), menjelaskan

    tiga dasar penetapan harga yang biasa digunakan dalam menetukan harga, yaitu (1)

    penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing), (2) penentuan harga

    berdasarkan persaingan (competition-based pricing) dan (3) penetapan harga

    berdasarkan permintaan (demand-based). Ketiga kategori tersebut dapat dilihat pada

    gambar 2.4., dimana pelaksanaannya dapat digunakan secara bersamaan baik untuk

    penentuan barang dan harga, namun penyesuaiannya harus dibuat dalam jasa.

    Zeithaml, Bitner dan Gremler (2006:513) menyatakan perusahaan jasa harus

    memahami bagaimana penetapan harga bekerja, tetapi pertama mereka harus

    memahami bagaimana pelanggan mempersepsikan harga-harga dan

    perubahannya. Zeithaml, Bitner dan Gremler (2006:26) menyatakan dalam

    bauran pemasaran jasa yang diperluas harga (price) meliputi: flexibility,

    price level, terms, differentiation, discounts, allowances.

    Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa biasanya akan

    menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan sedang tinggi dan

    tarif diskon pada saat permintaan sedang turun. Zeithaml, Bitner dan Gremler

    (2006:514) menyatakan untuk melihat bagaimana akuratnya referensi harga dari

    pelayanan jasa, anda dapat membandingkan mereka dengan harga aktual jasa dari

    para penyedia jasa di kota anda.

    2.1.2.3. Tempat/Lokasi Pelayanan (Place/Service Location)

    Untuk produk industri manufakturplace diartikan sebagai saluran distribusi

    ( zero channel, two level channels, dan multilevel channels), sedangkan untuk

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    42/166

    42

    produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi

    pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju

    merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan

    digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan

    dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana

    dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari

    jasa. Menurut Lovelock et all (2005:216), tempat/distribusi dapat berhubungan

    dengan jasa/pelayanan inti seperti juga pada jasa-jasa pengganti. Hal ini

    merupakan satu pembedaan penting, seperti banyak jasa-jasa inti memerlukan

    sebuah lokasi fisik yang terkadang membatasi penyebarannya. Zeithaml, Bitner

    dan Gremler (2006:26) menyatakan dalam bauran pemasaran jasa tempat

    (place) meliputi: channel type, exposure, intermediaries, outlet locations,

    transportation, storage, managing channels. Keputusan mengenai lokasi

    pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana

    penyerahan jasa kepada pelanggan dan bagaimana hal tersebut dapat

    berlangsung.

    Keanekaragaman jasa membuat penyeragaman strategi tempat menjadi sulit.

    Masalah ini melibatkan pertimbangan bagaimana interaksi antara organisasi

    penyedia jasa dan pelanggan serta keputusan tentang apakah organisasi tersebut

    memerlukan satu lokasi atau beberapa lokasi. Seseorang pemasar produk jasa

    seharusnya mencari cara untuk membangun pendekatan penyerahan jasa yang tepat

    serta menghasilkan keuntungan untuk perusahaannya. Lokasi berhubungan dengan

    keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai di mana operasi dan stafnya akan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    43/166

    43

    ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang

    terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan

    yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut:

    a. Pelanggan mendatangi penyedia jasa,

    b. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau

    c. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.

    Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa, letak

    lokasi menjadi sangat penting. Didalam interaksi ini penyedia jasa yang

    menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan menawarkan jasa mereka

    di beberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan, maka letak lokasi

    menjadi tidak begitu penting meskipun perlu dipertimbangkan pula jarak

    terhadap pelanggan untuk menjaga kualitas jasa yang akan diterima. Sementara

    itu dalam kasus penyedia jasa dan pelanggan mengunakan media perantara

    dalam berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun beberapa media

    perantara memerlukan interaksi fisik antara mereka dengan pelanggan.

    Penting tidaknya sebuah lokasi akan sangat tergantung pada jenis jasa

    yang ditawarkan. Cowell (1991:87) telah berhasil meringkas beberapa kunci

    yang harus dipertimbangkan oleh seorang manajer jasa sebagai berikut:

    a. Apa yang diperlukan pasar, bila jasa tidak tersedia di suatu lokasi yangnyaman pembelian jasa akan terhambat atau tertunda, selain itu

    menyebabkan pelanggan merubah pikiran atau merubah pilihan mereka.

    b. Kecenderungan apa yang ada di dalam sektor aktivitas jasa dimanaorganisasi jasa beroperasi, apakah persaingan dapat memasuki pasar.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    44/166

    44

    c. Sejauh mana kefleksibelan jasa, apakah jasa itu berorientasi teknologiatau orang dan sejauh mana keflesibelannya terpengaruh oleh lokasi.

    d. Apakah organisasi mempunyai kewajiban untuk menempatkan jasa disuatu lokasi yang nyaman.

    e. Apakah sistem prosedur dan teknologi baru dapat dipakai untukmengatasi kelemahan keputusan lokasi yang lama.

    f. Sejauh mana kepentingan jasa pelengkap terhadap keputusan lokasi.g. Apakah lokasi organisasi sejenis mempengaruhi keputusan lokasi.

    Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat digunakan oleh pemasaran jasa

    untuk membuat keputusan mengenai lokasi. Selain hal itu, pemilihan tempat

    atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor

    berikut:

    a. Akses, misalnya lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi umum.b. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi

    jalan.

    c. Lalu lintas (traffic), di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan,yaitu (1) banyaknya orang yang lalulalang dapat memberikan peluang

    besar terjadinya impulse buying, (2) kepadatan dan kemacetan lalu lintas

    dapat pula menjadi hambatan.

    d. Tempat parkir yang luas dan aman.e. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha di kemudian

    hari.

    f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    45/166

    45

    g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.

    f. Peraturan pemerintah.

    2.1.2.4. Promosi (Promotion)

    Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

    program pemasaran. Zeithaml, Bitner dan Gremler (2006:26) menyatakan

    promosi meliputi: promotion blend, sales people (selection, training &

    incentives), advertising (media types, types of ads), sales promotion,

    publicity and internet web strategy. Betapapun berkualitasnya suatu produk,

    bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk

    tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah

    membelinya. Pada hakikatnya menurut Buchari Alma (2004: 179):

    Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang merupakan

    aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

    mempengaruhi membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas

    perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan

    loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

    Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan,

    mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang

    perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi

    tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

    a. Menginformasikan (informing), dapat berupa:menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,

    memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,

    menyampaikan perubahan harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    46/166

    46

    suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh

    perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau

    kekhawatiran pembeli, dan membangun citra.

    b. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk membentuk pilihanmerek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi

    pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja

    saat itu juga, dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan

    wiraniaga (salesmen).

    c. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas: mengingatkan pembelibahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat,

    mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk

    perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada

    kampanye iklan, dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada

    produk perusahaan.

    Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang

    sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas

    khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut bauran promosi

    (promotion mix), yaitu mencakup: (1) Personal Selling, (2) Mass Selling, (3)

    Sales Promotion, (4) PublicRelation, dan (5)Direct Marketing.

    Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara

    penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada

    calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk

    sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    47/166

    47

    Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan media

    komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu

    waktu. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas.

    Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak

    digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk

    komunikasi tidak langsung, yang didasarkan pada informasi tentang

    keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa

    sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran

    seseorang untuk melakukan pembelian. AMA ( American Marketing

    Association) dalam Buchari Alma (2004:194) mendefinisikan iklan sebagai

    semua bentuk pembayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide,

    barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas. Sedangkan yang

    dimaksud dengan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan,

    perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan. Publisitas adalah bentuk

    penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang mana

    orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu. Publisitas

    merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk

    untuk membentuk citra produk yang bersangkutan. Dibandingkan dengan iklan,

    publisitas mempunyai kredibilitas yang lebih baik, karena pembenaran (baik

    langsung maupun tidak langsung) dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan.

    Promosi Penjualan (sales promotion) adalah bentuk persuasi langsung

    melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang

    pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    48/166

    48

    dibeli pelanggan. Tujuan dari promosi penjualan sangat beraneka ragam. Melalui

    promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi

    pelanggannya untuk mencoba produk pesaing, mendorong pelanggan membeli

    lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan impulse

    buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), atau mengupayakan kerjasama

    yang lebih erat dengan pengecer.

    Hubungan Masyarakat (Public relations) merupakan upaya komunikasi

    menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini,

    keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. Dalam hal

    ini yang dimaksud dengan kelompok itu adalah mereka yang terlibat, mempunyai

    kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai

    tujuannya. Kelompok-kelompok tersebut dapat terdiri atas karyawan dan

    keluarganya, pemegang saham, pelanggan, khalayak/orang-orang yang tinggal di

    sekitar organisasi, pemasok, perantara, pemerintah, serta media massa. Kegiatan-

    kegiatan public relations meliputi hal-hal berikut: (1) Press relations (2) Product

    publicity, (3) Corporate communication, (4) Lobbying, dan (5) Counselling.

    Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang

    memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang

    terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct marketing,

    komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dan tujuan

    agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui

    telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Teknik ini

    berkembang sebagai respon terhadap demasifikasi (pengecilan) pasar, dimana

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    49/166

    49

    semakin banyak ceruk pasar (market niche) dengan kebutuhan serta pilihan yang

    sangat individual.

    Word of Mouth pentingnya penyerahan (greater importance of referral) dan

    komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan salah satu ciri khusus

    dari promosi dalam bisnis jasa. Pelanggan sering kali memperhatikan dengan teliti

    penyerahan jasa dan kemudian menceritakan pengalamannya pada pelanggan

    potensial lainnya. Mereka yang senang dapat memberikan masukan pada penyedia

    jasa dan pada kenyataannya beberapa bisnis khususnya didirikan untuk

    menawarkan jasa seperti itu. Penelitian atas rekomendasi perseorangan melalui

    word of mouth menjadi salah satu sumber yang penting, di mana orang yang

    menyampaikan rekomendasi secara perorangan seringkali lebih disukai sebagai

    sumber informasi.

    Pelanggan memiliki harapan yang nyata. Pertama kali mereka

    memutuskan untuk membeli, pelanggan memulai interaksi dengan penyedia jasa

    dan menemukan kualitas teknik dan fungsional dari jasa yang ditawarkan.

    Sebagai hasil dari pengalaman dari interaksi dan menilai kualitas jasa tadi,

    pelanggan dapat menjadi tertarik atau dapat pula tidak kembali lagi. Positif atau

    negatifnya komunikasi word of mouth akan berpengaruh pada luasnya pengguna

    lain jasa.

    2.1.2.5. Orang/Partisipan (People)

    Menurut Zeithaml, Bitner and Gremler (2006; 26) "People is all human

    actors who play in service delivery and thus influence the buyer's perceptions:

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    50/166

    50

    namely, the firm's personnel, the customer, and other customers in the service

    environment"

    Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam

    penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen

    dari 'people' adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam

    lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian

    karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi

    konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter).

    Semua karyawan yang berhubungan dengan konsumen dapat disebut

    sebagai tenaga penjual. Dengan kata lain, dalam pengertian yang lebih luas,

    pemasaran merupakan pekerjaan semua personel organisasi jasa. Oleh karena itu

    penting kiranya semua perilaku karyawan jasa harus diorientasikan kepada

    konsumen. Itu berarti organisasi jasa harus merekrut dan mempertahankan

    karyawan yang mempunyai keahlian, sikap, komitmen, dan kemampuan dalam

    membina hubungan baik dengan konsumen.

    People dalam jasa ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam

    menjalankan segala aktivitas perusahaan, dan merupakan faktor yang memegang

    peranan penting bagi semua organisasi. Oleh perusahaan jasa unsur people ini

    bukan hanya memegang peranan penting dalam bidang produksi atau operasional

    saja, tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen.

    Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam

    mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan citra perusahaan yang

    bersangkutan. Elemenpeople ini memiliki 2 aspek, yaitu:

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    51/166

    51

    a. Service PeopleUntuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda,

    yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang

    baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan

    kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan

    meningkatkan nama baik dan citra perusahaan.

    b. CustomerFaktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para

    pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada konsumen lain,

    tentang kualitas jasa yang pernah dirasakannya dari perusahaan.

    Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan,

    motivasi, dan manajemen dari sumber daya manusia.

    Pentingnya sumber daya manusia dalam pemasaran jasa telah mengarah

    perhatian yang besar pada pemasaran internal. Pemasaran internal semakin diakui

    perusahaan jasa dalam menentukan suksesnya pemasaran ke pelanggan ekstemal.

    2.1.2.6. Sarana Fisik (Physical Evidence)

    Sarana fisik menurut Zeithaml, Bitner and Gremler (2006: 27) "The

    environment in which the service is delivered and where firm and customer

    interact and any tangible component that facilitate performance or

    communication of the service"

    Sarana fisik ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut

    mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    52/166

    52

    jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara

    lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan,

    logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang

    diberikan seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya. Lovelock (2002: 248)

    mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasarnya menggunakan

    tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut:

    a. An attention-Creating Medium. Perusahaan jasa melakukan diferensiansidengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk

    menjaring pelanggan dari target pasarnya.

    b. As a message-creating medium. Menggunakan simbol atau isyarat untukmengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai

    kekhususan kualitas dari produk jasa.

    c. An effect-creating medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suaradan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang

    ditawarkan.

    2.1.2.7. Proses(Process)

    Proses menurut Zeithaml, Bitner and Gremler (2006: 27) adalah "The

    actual procedures, mechanism, and flow of activities by which the service is

    delivered the service delivery and operating system"

    Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas

    yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti

    suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktifitasnya

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    53/166

    53

    untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan

    jasa, kerja sama antara pemasaran dan operasional sangat penting dalam elemen

    proses ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan keinginan konsumen.

    Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, maka kualitas jasa diantaranya dilihat

    dari bagaimana jasa menghasilkan fungsinya.

    Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa

    seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan jasa sebagai

    bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi

    adalah sangat penting untuk suksesnya pemasaran jasa.

    Seluruh aktifitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-

    prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanis-mekanisme, aktifitas-aktifitas dan

    rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan.

    Identifikasi manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyarat bagi

    perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa

    disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan (Ratih Hurriyati,

    2005:47-65).

    2.1.3 Keunggulan Posisional

    Cravens (2003:210) mengemukakan konsep penentuan posisi adalah

    manajemen memilih produk yang berarti, yang diperoleh dari kebutuhan pembeli

    dalam pasar sasaran. Konsep penentuan posisi menggambarkan persepsi atau

    asosiasi yang diinginkan manajemen dari pembeli pasar sasaran terhadap

    perusahaan atau produknya. Pemilihan konsep penentuan posisi memerlukan

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    54/166

    54

    informasi tentang keinginan, kebutuhan dan persepsi konsumen terhadap produk

    pesaing.

    Gambar 2.5 Steps in Market Segmentation, Targeting, and Positioning, Sumber:

    Kotler dan Armstrong (2006:183)

    Day George S (1999:131), mengemukakan bahwa keunggulan ini meliputi

    nilai pelanggan unggul (superior customer value) dan biaya relatif lebih rendah

    (lower relative cost). Superior customer value dapat diperoleh dengan men-

    ciptakan sesuatu yang berbeda dengan pesaing (differentiated positions).What

    we see in the market-from the advantage point of customers or competitors-is

    the positional superiority of a business. This can be achieved by providing

    superior customer value or reaching the lowest delivered cost. To succeed

    with a value strategy the price premium the customer is willing to pay must

    exceed the costs of providing the extra value. Similarly, a cost strategy must

    offer acceptable value to customers so prices are close to the average of the

    competitors. When the low-cost position is achieved by sacrificing too much

    quality or eliminating worthwhile features, the price discount demanded by

    customers will more than offset the cost advantage.

    Day (1999:128) menyatakan sumber-sumber yang dapat menciptakan

    kinerja yang superior, seperti terlihat pada gambar berikut :

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    55/166

    55

    Gambar 2.6 The Elements of Competitive Advantage, Sumber: Day(1999:128)

    Gambar 2.6 menunjukkan elemen yang dapat menciptakan kinerja superior

    terdiri dari segitiga faktor yang saling mempengaruhi yaitu: 1) sumber keunggulan

    (source of advantage) yaitu superior skills, superior resources, dan superior controls

    dan disebut sebagai faktor kunci sukses yang membangun keunggulan posisional

    (positions of advantage); 2) faktor keunggulan posisional terdiri dari superior

    customer value dan lower relative cost yang disebut sebagai faktor tujuan untuk

    pertumbuhan dan kemampulabaan dan dapat menciptakan prestasi akhir

    (performance outcomes); 3) performace outcomes terdiri dari satisfaction, loyalty,

    market share, dan profitability yang akan menjadi faktor investigasi yaitu sustain

    advantages (kelangsungan keunggulan).

    Superior customer value didefinisikan oleh Cravens, Piercy (2003:8)

    sebagai berikut : Customer value is the trade-off of benefits against the cost

    involved in acquiring a product. The bundle of benefits includes the product, the

    supporting services, the personnel involved in the purchase and use experience,

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    56/166

    56

    and the perceived image of product. The costs include the price of purchase, the

    time and energy involved, and the psychic cost (e.g., perceived risk).

    Strategi ini meliputi produk fisik, jasa pendukung, distribusi, harga dan

    kegiatan promosi. Efektifitas penentuan posisi keunggulan bersaing melihat pada

    bagaimana manajemen mencapai tujuan penentuan posisi keunggulan bersaing

    dalam pasar sasaran, yang dapat tercermin antara lain melalui penjualan, pangsa

    pasar, tingkat pertumbuhan, kepuasan konsumen, dan keunggulan bersaing

    lainnya.

    Kotler & Armstrong (2006:206) menyatakan :

    To build profitable relationships with target customers, marketers mustunderstand customer needs better than competitors do and deliver more

    value. To the extent that a company can position it self as providing

    superior value, it gains competitive advantage. But solid positions cannot

    be built on empty promises. If a company positions its product as offering

    the best quality and service, it must then deliver the promised quality andservice. Thus, positioning begins with actually differentiating the

    companys marketing offer so that it will give consumers superior value.

    Perusahaandapat menempatkan produknya dalam benak konsumen dalam

    pasar sasaran sedemikian rupa sehingga memperoleh posisi yang unik dan unggul

    dibandingkan dengan produk pesaing. Bagaimanapun kekuatan dan kelemahan

    para pesaing, perusahaan harus mampu memberikan nilai superiorkepada pasar

    sasaran. Untuk itu suatu perusahaan harus mencoba mendiferensiasikan

    produknya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Pengertian differensiasi

    dikemukakan oleh Kotler & Keller (2006:297) sebagai berikut: "Differentiation is

    the act of designing a set of meaningful differences to distinguish the company's

    offering from competitor's offerings." Diferensiasi adalah tindakan merancang

  • 8/3/2019 Jbptunikompp Gdl Riswonosoe 24086 1 Tesisri o

    57/166

    57

    satu set perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dengan

    penawaran pesaing. Lebih lanjut Kotler & Keller (2006:298)