jawaban pbl

31
1. Penggolongan obat ( bebas, bebas terbatas, keras, narkotik, psikotropik, owa) dan contoh-contohnya. Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat digolongkan sebagai berikut : Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan o Obat Bebas Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol, Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam (OBH). Obat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik. o Obat Bebas Terbatas (Daftar W: Warschuwing) Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam kemasannya: P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya. P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan P3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan. P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar. P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan. P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan. Contoh obat : CTM, Antimo, noza Obat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter) Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter o Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya) Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket

Upload: tony-ramirez

Post on 26-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mn

TRANSCRIPT

1. Penggolongan obat ( bebas, bebas terbatas, keras, narkotik, psikotropik, owa) dan contoh-contohnya.Untuk memudahkan pengawasan, penggunaan dan pemantauan, obat digolongkan sebagai berikut : Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan

o  Obat Bebas

Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol, Vitamin-C, Asetosal (aspirin), Antasida Daftar Obat Esensial (DOEN), dan Obat Batuk Hitam (OBH).Obat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.

o Obat Bebas Terbatas  (Daftar W: Warschuwing)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam kemasannya:P1. Awas! Obat Keras. Bacalah Aturan Memakainya.P2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelanP3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dan badan.P4. Awas! Obat Keras. Hanya Untuk Dibakar.P5. Awas! Obat Keras. Tidak Boleh Ditelan.P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.Contoh obat : CTM, Antimo, nozaObat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter

o Obat Keras (Daftar G : Gevarlijk : berbahaya)

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat, semua obat antibiotik (ampisilin, tetrasiklin, sefalosporin, penisilin, dll), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat diabetes,obatpenenang,dll)  Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

o Obat Psikotropika dan Narkotika  (Daftar O)

a.PsikotropikaObat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital, ekstasi, sabu-sabu Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.

b. Narkotika

   Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, PetidinNarkotika digolongkan menjadi 3 golongan : Narkotika golongan I 

Contohnya : Tanaman  Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium masak, candu, jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dll

Narkotika golongan II

Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dll

Narkotika golongan III 

Contohnya: Asetildihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dihidrokodeina, Etilmorfina, dllObat narkotika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter

Lebih jelasnya lihat 5 artikel Narkotika, Penggolongan Narkotika, dan Narkotika golongan I, II, III dan UU Narkotika No. 35 thn 2009 di : LABEL NARKOTIKA

Berdasarkan Cara Atau Jalur Pemakaian Berdasarkan Sumber Atau Asalnya Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan, Berdasarkan Bentuk Sediaan Berdasarkan Penamaan Penggolongan Obat Berdasarkan Keamanan Jika Diberikan Selama Kehamilan Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi

2. Tata aturan penyimpanan obat dan contoh-contoh penyimpanan sediaan farmasi tertentu.

Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :a. Alfabetis berdasarkan nama generik

Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama generiknya. Saat menggunakan sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial direvisi atau diperbaharui.

b. Kategori terapetik atau farmakologiObat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya.

c. Bentuk sediaanObat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup, tablet, injeksi, salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya. Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur obat secara rinci.

d. Frekuensi penggunaanUntuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya disimpan pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan obat.

Tempat penyimpanan obat•Disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk obat yang mudah menguap (ether, halotane)•Disimpan terlindung dari cahaya (tablet, kaplet, sirup)•Disimpan dengan zat pengering/penyerap lembab (kapsul)•Disimpan pada suhu 15-30° C (tablet, kaplet, sirup)•Disimpan pada suhu 5-15° C (minyak atsiri, salep mata, krim, ovula, suppositoria, tingtur)•Disimpan di tempat dingin suhu 0-5 ° C (vaccina)

Kondisi Penyimpanan KhususBeberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan,yaitu.

o Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam

lemari khusus dan terkunci.o Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk

menjamin stabilitas sediaan.o Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang

berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:(a) Menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) dalam penyusunan obat yaitu yang masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umunya obat yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif lebih tua dan masa kadaluarsanya mungkin lebih awal.(b) Disusun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan teratur.(c) Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam almari khusus sesuai persyaratan yang ada, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat narkotika.(d) Obat yang dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan mudah terkontaminasi bakteri disimpan ditempat yang sesuai.(e) Obat disimpan dalam rak dan diberikan nomor kode, dan dipisahkan obat dalam dengan obat untuk pemakaian luar.(f) Dicantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.(g) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka obat dibiarkan tetap dalam boks masing-masing, diambil seperlunya.

(h) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang sehingga obat dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluarsa habis.

3. Metode-metode penyimpanan obat.Sistem penyimpanan barang di apotek terdiri atas:1) FIFO (First in first out)2) FEFO (First expired first out)

4. Metode penataan obat / perbekalan farmasi. Berdasarkan sifat khusus obat (pengaruh suhu penyimpanan, sifat mudah terbakar,dll.) Berdasarkan golongan obat (obat bebas, keras, psikotropika dannarkotika) Berdasarkan jenis nama obat (generik atau obat bermerk dagang) Berdasarkan efek farmakologis Berdasarkan bentuk sediaan Alfabetis

Prinsip penataan perbekalan farmasi

Obat golongan narkotika, disimpan di ruang peracikan, di lemari khusus narkotika Obat golongan psikotropika, disimpan di ruang peracikan, di lemari khusus terpisah dengan sediaan

farmasi yang lain Obat golongan Keras, disimpan di ruang peracikan, dikelompokkan :

o obat bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul, pil)

o obat bentuk semi padat (salep, cream, pasta, jelly)

o obat cairan (sirup)

o obat injeksi (vial, ampul, infus)

o lemari pendingin (vaccin, suppositoria, ovula, injeksi.

Obat HV/OTC, disimpan di ruang penjualan obat bebas, di bagian depan, perlu diperhatikan :o desain lemari/rak (fungsional dan estetika)

o estetika (seni keindahan dalam menata dan mendesain rak/lemari obat OTC, agar menarik

bagi konsumen) o tata letak/lay out (susunan barang memberi kenyamanan dan kemudahan untuk diakses)

o tanda (petunjuk tempat golongan obat sesuai fungsinya)

5. Skrining resep

Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standard pelayanan kefarmasian di apotek, Apoteker dalam melakukan skrining resep meliputi :

1). Persyaratan adsministratif : Nama, SIP, dan Alamat dokter. Tanggal penulisan resep Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta Cara pemakian yang jelas. Informasi lainnya

Keterangan  : 

Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek dan dapat pula nomor telp. Jam dan hari praktek

Nama kota serta tanggal resep itu ditulis dokter Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. Merupakan tanda tangan/paraf dokter/ dokter gigi /

dokter hewan yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep itu otentik Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien Nama pasien ditulis dibelakang kata Pro : merupakan identifikasi pasien dan sebaiknya

dilengkapi dengan alamat yang memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada pasien

2). Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara dan lama pemberian.

DosisDosis adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi tidak tercapai. Jika belebih (overdose) bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan sampai dengan kematian

PotensiPotensi obat adalah kekuatan obat atau potensi suatu obat diberikan sesuai dengan umur dan seberapa parah penyakit yang diderita pasien

Stabilitas Pemilihan obat tergantung juga pada kestabilan suatu sediaan. Misalnya untuk obat-obat yang

tidak stabil terhadap udara, maka pemberian obat oleh dokter juga harus diperhatikan. Inkompaktibilitas Inkompaktibilitas adalah ketidak campuran suatu obat. Ketidak campuran ini

termasuk interaksi farmasetis. Inkompaktibilitas ini terjadi di luar tubuh ( sebelum diberikan ) antara obat yang tidak dapat campur. Pencapuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, perubahan warna, dll. atau mungkin juga tidak terlihat interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Rosyidah, 2009)

Cara PemberianAturan pakai obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan bahasa latin, aturan pakai ditandai dengan signatura (Zaman dan J, 1990)

3). Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan

6. Penyimpanan resep dan copy resep.

Resep yang telah dikerjakan diatur menurut tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan minimal tiga tahun.         Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.         Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek, dan harus dibuat berita acara pemusnahan.         Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang

mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.         Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.         Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.

7. Kelengkapan surat pesanan obat/perbekalan farmasiPBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab.

8. Proses KIETahapan Proses Konseling

Pengenalano Tujuan:

o Pendekatan dan membangun kepercayaan

o Tehnik:

o Memperkenalkan diri

o Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama ?

Penilaian awalo Tujuan:

Menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi.Perhatikan…!Pasien baru / lama ?Peresepan baru / lama / OTC ?

o Tehnik : ThreePrime Questions

Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Obat Anda ?Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Cara Pakai Obat Anda ?Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Harapan setelah minum/memakai Obat Anda ?

PelaksanaanPemberian informasi

o Tujuan :

Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahami dan mengikuti regimen terapi.o Tehnik : Show & Tell

Melakukan CeritaMelakukan PeragaanMalalui Gambar, Tayangan

Verifikasio Tujuan :

Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang sudah disampaikan.Mengulang hal-hal penting.

o Tehnik : fill in the gaps

Meminta Pasien utk Mengulang InstruksiYakin Bahwa pesan tidak ada terlewatKoreksi bila ada Salah Informasi

PenutupTindak lanjut

o Tujuan :

o Mengikuti perkembangan pasien

o Monitoring keberhasilan pengobatan.

Tehnik :Membuat patient medication record(PMR)Komunikasi melalui telepon.

9. Pelaporan obat Macam laporan yang dibuat apotek

o Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan obat-obat yang sering disalahgunakan

per bulan o Laporan statistika resep dan penjualan obat generik berlogo per bulan

o Laporan daftar hadir tenaga kesehatan

o Laporan jumlah tenaga farmasi per tiga bulan

o Laporan perpajakan per tahun

o Laporan keuangan

10. DRP dan contoh kasusnya

Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya (Hepler, 2003)

DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah yang terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll), dan DRP potensial adalah masalah yang akan terjadi

pada saat setelah penggunaan obat (misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb). Ada 8 jenis Drug Related Problem, yaitu :1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication)Ada indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani dalam resep tersebut, misalnya pasien mengeluh nyeri di persendian, sedang dalam resep tersebut tidak ada obat untuk mengatasi masalah nyeri tersebut.2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection)Pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan beresiko, misalnya pasien demam dikasih antibiotik rifampisin, ini jelas pemilihan bat salah. atau obat yang dipilih memiliki kontraindikasi atau perhatian (caution) terhadap pasien.3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication)Obat yang ada dalam resep, tidak sesuai dengan indikasi keluhan penyakit pasien.4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien.5. Dosis Terlalu Besar (Over Dosage)Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar, diatas dosis maksimum, hal ini dapat berakibat fatal.6. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (Adverse Drug Reactions)Obat yang diberikan memberikan efek samping yang memberatkan kondisi pasien, misalnya captopril menyebabkan batuk yang mengganggu (efek samping ini tidak selalu terjadi, karena sensitifitas setiap orang berbeda-beda).7. Interaksi Obat (Drug Interactions)Obat-obatan dalam resep saling berinteraksi seperti warfarin dan vitamin K bersifat antagonis, atau obat dengan makanan semisal susu dan tetrasiklin membentuk khelat/kompleks yang tidak bisa diabsorpsi.8. Gagal Menerima Obat (Failure to receive medication)Obat tidak diterima pasien bisa disebabkan tidak mempunyai kemampuan ekonomi, atau tidak percaya dan tidak mau mengkonsumsi obat-obatan. atau bisa juga disebabkan obat tidak tersedia di apotek sehingga pasien tidak dapat memperoleh obat.

11. Interaksi obat di fase farmakokinetik, contoh obatnya dan penanganannyaInteraksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnyaa. Interaksi Pada Absorbsi Obat

a) Efek perubahan pH gastrointestinalSebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung lebih besar terjadi pada pH rendah daripada pada pH tinggib) Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplekSebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat membentuk khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen, seperti kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang kurang diserap dan mengurangi efek antibakteri c) Perubahan motilitas gastrointestinalPropantelin misalnya, menghambat pengosongan lambung dan mengurangi penyerapan parasetamol (asetaminofen), sedangkan metoklopramid memiliki efek sebaliknya d) Induksi atau inhibisi protein transporter obatDigoksin adalah substrat P-glikoprotein, dan obat-obatan yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin, dapat mengurangi ketersediaan hayati digoksine) Malabsorbsi dikarenakan obat

Neomisin menyebabkan sindrom malabsorpsi dan dapat mengganggu penyerapan sejumlah obat-obatan termasuk digoksin dan metotreksat

b. Interaksi Pada Distribusi Obata) Interaksi ikatan proteinb) Induksi dan inhibisi protein transport obat

c. Interaksi Pada Metabolisme Obata) Perubahan pada metabolisme fase pertamab) Induksi Enzimc) Inhibisi enzimd) Faktor genetik dalam metabolisme obate) Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi

d. Interaksi Pada Ekskresi Obat

a) Perubahan pH urinb) Perubahan ekskresi aktif tubular renalc) Perubahan aliran darah renal

12. Efek samping obat dan penanganannya NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory) memicu perdarahan lambung

Obat-obat anti inflamasi seperti asam mefenamat, NA diklofenak biasanya digunakan untuk demam, nyeri ringan. Jika anda memiliki masalah dengan pencernaan sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter/Apoteker sebab obat-obat ini bisa memicu luka dan perdarahan di lambung jika diminum saat perut kosong. Penangannnya : minum obat-obat’an ini 5-10 menit setelah makan, makanan ini berfungsi untuk melapisi mukosa lambung agar produksi asam lambung yang meningkat tidak mengiritasinya.

Obat asma memicu sariawanSteroid untuk asma yang diberikan dalam bentuk spray (semprotan) bisa memicu sariawan di mulut jika obat ini tidak semuanya masuk ke paru-paru, namun berbalik ketika baru mencapai tenggorokan. Risiko ini bisa diatasi dengan berkumur setelah penyemprotan, atau menggunakan alat khusus untuk memastikan arah semprotan sudah tepat menuju ke tenggorokan. Penanganannya : berkonsultasilah kepada dokter /Apoteker cara penggunaan sediaan spray sehingga obat dapat maksimal masuk ke dalam tubuh.

Obat kolesterol memicu nyeri ototBeberapa orang yang memang menderita nyeri otot kronis, efek samping semacam ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah karena sudah terbiasa. Namun bagi sebagian orang akan sangat mempengaruhi kualitas hidup dan mengurangi produktivitas saat bekerja. Sekitar 1 dari 20 pemakai obat kolesterol paling populer yakni statin mengalami efek samping berupa nyeri otot. Jika sekiranya kondisi ini mengganggu aktivitas, konsultasikan dengan dokter untuk menurunkan dosisnya atau menggantinya dengan obat lain.

Obat hipertensi memicu disfungsi ereksiObat-obat penurun tekanan darah diberikan untuk mencegah serangan jantung sehingga penderita hipertensi bisa hidup lebih lama. Namun beragam efek samping mulai dari pembengkakan sendi hingga tidak bisa ereksi kadang membuat si penderita merasa frustras. Efek samping obat hipertensi memang sangat beragam, beberapa di antaranya juga memicu pusing dan batuk-batuk. Mintalah dokter untuk menyesuaikan dosis dan kombinasi obat agar efek samping yang muncul bisa diminimalkan.

Obat jantung memicu sakit kepala ringan

Obat-obat anti angina bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah. Mekanisme ini ampuh untuk mencegah serangan jantung, namun efek sampingnya bisa menyebabkan nyeri hebat di kepala karena efek vasodilatasi obat. Jika dibandingkan dengan risiko kematian yang begitu tinggi pada serangan jantung maka obat ini masih diresepkan. Resiko lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh

ARV (obat HIV) memicu OsteoporosisEfek samping ini sering terjadi pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS) Mineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh. Pastikan konsumsi cukup zat kalsium dalam makanan dan suplemen.

13. Obat-obatan untuk pasien dengan kondisi khusus (ibu hamil, pediatric, ibu menyusui)

Daftar Obat (YANG AMAN) untuk Wanita HamilTidak semua obat aman digunakan oleh ibu hamil, lihat Ibu Hamil harus Lebih Mengenali Obatnya. Lalu, obat apa saja sih yang masih diperkenankan untuk digunakan pada ibu hamil. Mari kita liat daftarnya.

No Kategori Pilihan Obat Keterangan

1 Analgetik

Parasetamol(B)(dapat digunakan dengan dosis normal pada semua umur kehamilan, untuk indikasi analgetik antipiretik)

Aspirin dapat digunakan, namun untuk trimester ketiga harus dihindari.

 

Untuk antiinflamasi,NSAIDs seperti ibuprofen dan diklofenak dapat digunakan pada 2 trimester awal.

 

Selektif COX-2 Inhibitor tidak direkomendasikan karena data yang masih kurang.

2 GoutProbenecid (B)(drug of choice)

 

Ibuprofen (C)(antinyeri untuk serangan gout, dengan beberapa batasan)

Menjadi golongan D ketika usia kehamilan lebih dari 30 minggu

3 Antialergi Loratadine (B)(first choice)

H1-blocker generasi pertama dilaporkan dapat menyebabkan neonatal respiratory depression

  Cetirizine (B)(second choice)

4 Asma Salbutamol (C), Metaproterenol(C), dan

Direkomendasikan dalam sediaan inhalasi

Terbutaline(B)kerja pendek(Agonis B2-adrenergik kerja pendek)

 

Beclomethasone(B) atau Budesonid (B)(Inhalasi kortikosteroid)

Oral Beclomethasone atau Budesonid masuk  kategori C

5Ekspektoran dan Mukolitik

N-asetilsistein(B), Ambroksol(C), dan Bromheksin (A)(first choice)

Mukolitik yang mengandung iodine dikontraindikasikan terutama setelah trimester pertama (dapat menekan fungsi tiroid ).

6 Gastritis

Antasida dan sukralfat (B)(dapat digunakan pada semua trimester)

 

Ranitidin (B)(diberikan ketika antasida atau sukralfat tidak menunjukkan perbaikan gejala)

Ranitidin lebih dipilih daripada simetidin(B) sehubungan antiandrogenic dari simetidin.

  Omeprazol (C)Pilihan utama untuk reflux esophagitis

7 Konstipasi Lactulose (B)

8 Antidiare Loperamid (C)

9 Antikolesterol

Cholestyramine(C) dan Colestipol (B)(hanya digunakan jika indikasi kuat untuk diberikan)

HMG CoA reduktase tidak boleh diberikan(X)

10 AntibiotikPenisilin (B)(antibiotik pilihan untuk wanita hamil)

Dapat diberikan pada dosis biasa

 Cephalosporin(B)(dipilih golongan yang lebih lam)

  Beta lactam lainHanya jika penisilin atau cephalosproin tidak efektif

 

Eritromisin(B)merupakan pilihan utama untuk golongan macrolide

Spiramisin (C)(pilihan untuk toksoplasma pada trimester pertama)

11 Tuberkulosis Isoniazid (C)dan Pyridoxin Tes fungsi hati setiap bulan

  Rifampisin (C)

 

Ethambutol (C)(Kombinasi ethambutol dengan isoniazid dan Rifampisin merupakan first line)

Pirazinamid (C)digunakan jika first line tidak efektif

 

14. Pilihan terapi penyakit menggunakan obat-obat swamedikasi (batuk-pilek, diare)15. Pilihan terapi penyakit menggunakan obat-obat keras sesuai guideline ( Penyakit kulit, hipertensi dan

komplikasinya, diabetes mellitus, asma)

16. Pembuatan copy resep, etiket dan peracikan obat resep.

Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan.

Bagian-bagian salinan resep:

1. Nama dan alamat apotek2. Nama dan APA dan nomor SIA3. Nama, umur, pasien4. Nama dokter penulis resep5. Tanggal penulisan resep6. Tanggal dan nomor urut pembuatan7. Tanda R/8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det” atau “ne deteur” untuk obat yang

belum diserahkan9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya.

Contoh penulisan copy resep:

Keterangan:

1. Tamofen sudah diambil sebanyak 30 tablet, diketahui dari copy resepnya terdapat tanda det. det (detur) à sudah diambil semua.

2. Theragran M belum diambi oleh pasien, diketuhui dari copy resepnya tertulis ne det (belum diserahkan).Misalkan pad copy resep untuk Tamofen tertulis det X, berarti untuk Tamofen sudah diserahkan sebanyak 10 tablet kepada pasien (bisa jadi karena sediaan di apotek hanya tinggal 10 tablet), dan pasien masih bisa mengambil 20 tablet lagi dengan copy resepnya (total 30 tablet).

Jika tertulis det XX, berarti pasien baru mendapat Tamofen 20 tablet dan copy resepnya masih bisa digunakan untuk menebus 10 tablet lagi (total 30 tablet).

Lalu bagaimana jika terdapat iter?Iter berarti resep boleh diulang. Iter yang ditulis pada kiri atas maka seluruh sediaan dalam resep boleh diulang, namun penulisan iter yang terletak di sebelah kiri salah satu sediaan maka yang diulang hanya sediaan yang ada disamping tulisan iter tersebut.

Iter yang tertulis 2 x berarti obat dalam resep boleh diberikan sebanyak 3 kali, dimana pengambilan yang pertama menggunakan resep asli, pengambilan yang kedua menggunakan copy resep pertama (pengulangan yang ke-1x), dan pengambilan yang kedua dengan menggunakan copy resep kedua (pengulangan yang ke-2x).

Lalu bagaimana jika pasien saat datang pada tanggal 2/4 (pengambilan yang kedua) ternyata di Apotek hanya ada 10 tablet Tamofen?

 Kita ganti kasus yuk. Misal dokter menuliskan resep, nah yang ditulis itu resep obat branded (obat dengan merek dagang). Namun ketika pasien datang ke apotek, ternyata pasien mengalami hambatan finansial (tidak bisa menebus obat karena uangnya kurang). Dengan pertimbangan daripada pasien tidak mendapat obat, maka apoteker yang bertugas merekomendasikan obat generik. PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam pasal 24 berbunyi:

“mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien”maka jika pasien setuju maka obat boleh diganti.

Lalu bagaimana kita menulis copy resepnya?

Etiket untuk sediaan farmasi terdiri dari 2 macam, yaitu etiket putih dan etiket biru (berwarna). Etiket putih untuk obat dalam, etiket biru untuk obat luar. Lalu kalo sediaan injeksi kita kasih etiket yang mana ya? inhaler bagaimana? suppositoria? obat kumur?

Nah, memang inilah yang menjadi pertanyaan “kapan obat termasuk dalam klan obat dalam dan kapan termasuk klan obat luar”. Yang menjadi pembeda sebenarnya cukup mudah, jika suatu obat masuk ke dalam tubuh melalui kerongkongan dan mengikuti saluran cerna maka obat termasuk ke dalam golongan obat dalam. Namun jika obat tidak masuk kerongkongan maka dikategorikan obat luar. Agar lebih mudah ini saya berikan daftarnya.

Pada etiket tertulis :1. Pada sebelah atas : nama Apotek, alamat apotek, nama apoteker, Nomor SIK Apoteker, atau Nomor SIA.2. Sebelah kiri atas : nomor resep3. Sebelah kanan atas : tempat dan tanggal pembuatan resep4. Ditengah simetris : nama pasien5. Dibawah nama pasien : cara pemakaian6. Pada obat luar ( etiket biru ) perlu ditulis pada bagian bawah : “ Obat Luar” 2. Cara memberi etiketa. Diambil etiket sesuai dengan penggunaan sediaan, warna biru untuk sediaan untuk pemakaian luar, etiket

putih untuk sediaan yang digunakan secara oral.b. Etiket diambil disesuaikan dengan kemasan sediaan yang digunakan.c. Etiket dirapikan dengan cara digunting tepi-tepi sisa potongan yang kurang rapi. 3. Signa

a. Signa dituliskan rapi, nama ditengah dengan penulisan cara pakai yang rapi, jelas dan mudah dibaca oleh pasien ( karena bisa berakibat fatal hanya karena salah penulisan signa atau salah persepsi tentang cara pakai/aturan pakai hanya karena tulisan yang tidak jelas).

b. Membubuhkan paraf kecil pada sisi sebelah kiri sebagai identitas pembuat resep. 4. Label 1. Dibawah etiket kalau perlu ditambahkan label “ Kocok Dahulu” untuk sediaan-sediaan yang

membutuhkan label kocok dahulu seperti sediaan syrup, emulsi, suspensi, infusa, sediaan cair yang mengandung minyak atsiri, potio yang mengandung bahan tidak larut, liquor/ mixtura/ lotio yang mengandung bahan tidak larut.

2. Selain label kocok dahulu kalau perlu ditambahkan label “ Tidak Boleh Diulang Tanpa Resep Dokter” untuk obat- obat golongan keras dan narkotika.

Obat luar (etiket biru/berwarna)

No Bentuk sediaan Keterangan

1 Salep, KrimSifat hanya topikal atau di kulit saja

2 InjeksiMeskipun masuk tubuh tapi tidak melalui saluran cerna

3 Transdermal Sesuai alasan di atasnya

4 SuppositoriaTidak masuk kerongkongan dan saluran cerna

5 Inhaler Masuknya ke saluran pernapasan bukan saluran

cerna

6 Obat kumur

Sebelum masuk kerongkongan sudah dikeluarkan

Peracikan

Aturan Peracikan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

m.f misce facCampur dan buatlah

Aturan peracikan atau pembuatan terlihat pada bagian yang diawali dengan m.f.

a.a. anaMasing-masing

Hati-hati, ad berbeda dengan aa. Jika ad maka ditambahkan bahan tersebut sampai volume/bobot total sesuai dengan yang tercantum dalam resep. Jadi angka yang tertulis adalah hasil akhir.Namun jika tertulis aa maka tambahkan bahan tersebut sesuai yang tercantum dalam resep. Jadi angka yang tertulis adalah jumlah bahan yang ditambahkan.

Jika tertulis aa ad, maka perlu dihitung dahulu selisih bobot/volume antara sediaan akhir yang ingin dibuat dengan bobot/volume bahan yang ada.

aa p.aeq.ana partes aequales

Masing-masing sama banyak

a.d. ad sampai

add adde Tambahkan

Berbeda lagi dengan aa dan ad. Kalo adde berarti tinggal ditambahkan bahan sesuai yang tertulis dalam resep.

ad.libit. ad libitum Sesukanya

Contoh pada pembuatan pulveres maka bahan pengisi dapat diberi perintah ini agar hasil akhir pulveres dapat didekatkan ke 250mg atau 500mg.

q.s quantum satis Secukupnya Lihat komen atas

d.t.d da tales doses

Berikan dalam dosis demikian

Jika ada dtd maka penimbangan dilakukan dengan mengalikan masing masing bahan dengan jumlah sediaan yang dibuat, sehingga bobot setiap bahan dalam tiap sediaan akhir akan sesuai dengan yang tertulis di resep.Jika tanpa dtd maka penimbangan dilakukan sesuai yang tertulis dalam resep.

Oleh karena itu dosis obat yang menggunakan dtd akan lebih besar daripada yang tidak menggunakan dtd.

d.i.d da in dimidioBerikan setengahnya

Ingat yang dimaksud setengah adalah jumlah sediaannya,bukan dosisnya.Contoh di resep tertulis 10 kapsul, maka dibuat 5 kapsul saja, bukan dibuat 10 kapsul dengan dosis setengahnya.

cito cito Segera

Jika ada aturan ini maka resep harus didahulukan.p.i.m

periculum in mora

Berbahaya jika ditunda

div.in.part.aeq.

Divide in partes aequales

Bagilah dalam bagian-  

bagian yang sama

g gramma Gram Jika bahan dalam resep tidak tertulis satuannya, maka diasumsikan adalah dalam gram.Hati-hati penulisan gram cukup g saja, jika gr maka akan menjadi grain.

gr grainKurang lebih 65 mg

d.c.fda cum formula

Berikan dengan resepnya  

 

Lokasi penggunaan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

a.d. auris dextrae Telinga kanan  

a.l. auris laevae Telinga kiri  

i.o.din oculo dextro Pada mata kanan Jika kedua mata maka

dapat ditulis dengan o.d.s (oculo dextro et sinistro)i.o.s

In oculo sinistro Pada mata kiri

us. ext.u.e.

usus externumUntuk pemakaian luar

Kadang tertulis ad.us.ext (ad usum externum)ext.ut.

externe untendum

Pemakaian sebagai obat luar

us.int. usus internumUntuk pemakaian dalam

Lihat topik etiket, untuk membedakan etiket obat luar dengan obat dalam.

loc.dol locus dolens Tempat yang nyeri  

i.v intra venaKe dalam pembuluh darah  

i.m Intra muscularKe dalam jaringan otot  

p.o per oral Melalui mulut  

s.c sub cutan Di bawah kulit  

oris oris Mulut  

fl flesh Botol  

 

Bentuk sediaan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

ampl. ampula Ampul  

aurist. auristillae Obat tetes telinga  

bol. boli Pil besar  

caps. capsule Kapsul  

collut. collutio Obat cuci mulut Bedanya gargarisma untuk kumur di mulut dan tenggorokan, namun collutio cukup di mulut saja.garg. gargarisma Obat kumur

crem. cremor Krim  

emuls. emulsum Emulsi  

pulv. pulveres Serbuk terbagi  

narist. naristillae Obat tetes hidung  

oculent. oculentum Salep mata  

past.dentifr.pasta dentrificia Pasta gigi  

pil. pilula Pil  

pot. potio Obat minum  

pulv. pulvis Serbuk  

pulv.adsp.pulvis adspersorius Serbuk tabur  

sol. solutio Larutan  

tinc. tincturaTingtur

Pengertian Peracikan obat : 1. Peracikan Obat (Dispensing) : adalah perubahan bentuk atau penyerahan obat dengan maksud kesehatan (Reglement DVG) 2. Peracikan Obat (Dispensing) : adalah semua kegiatan yang terjadi setelah resep ditangani di apotik sampai obat dan atau bahan obat lain yang di resepkan diserahkan pada pasien. (Standard for dispensing Procedures, Azwar Daris)

3. Peracikan Obat (Compunding ) : preparation, mixing, assembling, packaging or labeling of a drug or device as a result of a practitioner’s prescription drug order based on the patient/pharmacist/prescriber relationship in professional practice.(FDA-Act 1990)

Ketentuan Umum Peracikan 1. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar hendaknya digerus halus terlebih dahulu. 2. Obat yang bekhasiat keras dalam jumlah sedikit dicampur dengan zat tambahan dalam mortir. 3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar merata. 4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu. (BJ-nya besar dimasukkan dulu) 5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu. (Bj-nya besar dimasukkan dulu) 6. Jangan menggerus bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus

1.Serbuk yang halus dan berwarna Serbuk sangat halus dan berwarna. Misalnya : rifampisin, stibii penta sulfidum. Serbuk dapat masuk ke dalam pori-pori mortir dan warnanya sulit hilang, maka pada waktu menggerus mortir dilapisi zat tambahan.

Resep 1 : Penyelesaian resep 1 :

1. Pahami maksud/tujuan/permintaan dari resep m.f.pulv : misce fac pulveres = campur dan buatlah serbuk terbagi No. : nomero = banyaknya/jumlah

2. Pemerian bahan : Rhifampisin : serbuk halus, berwarna coklat tua

3. Penimbangan bahan:Ditimbang rhifampisin 1500 mg, SL 1000 mg

4. Pembuatan S.t.d.d.pulv.1 : signa ter de die pulveres 1 = tandailah 3 x sehari 1 bungkus

Penyelesaian resep 2 :

1. Pahami maksud/tujuan/permintaan dari resep : m.f.pulv : misce fac pulveres = campur dan buatlah serbuk terbagi d.t.d : da tales doses = berilah sekian takaran

No.: nomero = banyaknya/jumlah S.t.d.d.pulv.1 : signa ter de die pulveres 1 = tandailah 3 x sehari 1 bungkus Cara pembuatan....................????????? :

Penyelesaian resep 1 :

1. Pahami maksud/tujuan/permintaan dari resep m.f.pulv : misce fac pulveres = campur dan buatlah serbuk terbagi dtd : da tales doses = Berikan sebanyak.... No. : nomero = banyaknya/jumlah

2. Pemerian bahan : Rhifampisin : serbuk halus, berwarna coklat tua

3. Penimbangan bahan Ditimbang rhifampisin 150 mg x 12 = mg, INH 60 mg x 12 = mg B6 5 mg x 12 = mg SL 50 mg x 12 = mg

4. Pembuatan...???? S.t.d.d.pulv.1 : signa ter de die pulveres 1 = tandailah 3 x sehari 1 bungkus