jawaban indah

25
SKENARIO a BLOK 21 I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Stiffness : spasme involunter otot-otot; kekakuan peningkatan tonus otot 2. Ibuprofen : obat antiinflamasi nonsteroid yang digunakan dalam pengobatan nyeri, demam, dismenorea, osteoarthritis, arthritis rheumatoid kelainan peradangan yang rematik dan non rematik lainnya serta nyeri kepala vaskuker 3. Acetaminophen : analgesic dan antipiretik yang mempunyai efek serupa dengan aspirin tetapi hanya sedikit mempunyai efek antiinflamasi 4. Osteophit : tonjolan tulang atau pertumbuhan berlebihan pada tulang 5. Narrow joint space : penyempitan celah sendi 6. Varus angulation : melengkung ke dalam;menunjukkan deformitas dengan sudut bagian tersebut mendekati garis tengah badan 7. Tenderness : nyeri saat tekanan dilepas 8. Coarse Crepitus : suara bunyi tulang yang menandakan ada nya perubahan kontur tulang 9. Exquisite : tajam atau hebat sekali II. IDENTIFIKASI MASALAH 1

Upload: meylinda-lin

Post on 20-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

NIII

TRANSCRIPT

SKENARIO a

BLOK 21

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Stiffness : spasme involunter otot-otot; kekakuan peningkatan

tonus otot

2. Ibuprofen : obat antiinflamasi nonsteroid yang digunakan dalam

pengobatan nyeri, demam, dismenorea, osteoarthritis, arthritis

rheumatoid kelainan peradangan yang rematik dan non rematik

lainnya serta nyeri kepala vaskuker

3. Acetaminophen : analgesic dan antipiretik yang mempunyai efek

serupa dengan aspirin tetapi hanya sedikit mempunyai efek

antiinflamasi

4. Osteophit : tonjolan tulang atau pertumbuhan berlebihan pada

tulang

5. Narrow joint space : penyempitan celah sendi

6. Varus angulation : melengkung ke dalam;menunjukkan deformitas

dengan sudut bagian tersebut mendekati garis tengah badan

7. Tenderness : nyeri saat tekanan dilepas

8. Coarse Crepitus : suara bunyi tulang yang menandakan ada nya

perubahan kontur tulang

9. Exquisite : tajam atau hebat sekali

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Wanita 66 tahun menderita nyeri lutut kanan sejak 4 tahun lalu.

2. Ia mengeluh kaku selama 15 menit ketika bangun pagi dan

semakin sore semakin parah.

3. Ketika ia naik tangga nyeri semakin terasa dan tidak berkurang

walaupun diberikan ibuprofen ataupun acetaminophen.

4. Gambaran radiologi lutut 6 minggu lalu menujukkan adanya

osteopit dan penyempitan celah sendi yang berat.

5. Pemeriksaan fisik

1

III. ANALISIS MASALAH

1.Wanita 66 tahun menderita nyeri lutut kanan sejak 4 tahun lalu.

a. bagaimana anatomi sendi lutut ?mores ve inda

Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang

menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari

sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk

menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain6 :

Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi

Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang

bersendi supaya jangan lepas bila bergerak

Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang

mengatur luasnya gerakan.

Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi

gesekan antara tulang pada permukaan sendi.

Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang

merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga

tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh.

Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan

dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan

oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi

gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan

cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di

sekitar sendi.

2

Gambar 1. anatomi sendi lutut3

Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk

oleh os femur (tulang paha), tibia (tulang kering), dan patela (tempurung

lutut). Beberapa otot-otot dan ligamen mengontrol gerakan lutut dan

melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua ligamen di kedua

sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral, menstabilkan

lutut dari sisi satu ke sisi lainnya3. Terdapat ligamentum pada sendi lutut

yang terbagi menjadi ligamentum extracapsular dan ligamentum

intracapsular.

a. ligamentum extracapsular

1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada

tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari

bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus

lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian

atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo

infraglenoidalis tibiae.

Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,

letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah.

5. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua

meniscus , terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum

ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai

pada sebagian orang.

b. ligamentum intra capsular

3

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang

sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri

dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya

pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama

antara femur dan tibiae.

1. Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae

dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada

bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris.

Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang

bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi

untuk mencegah femur

bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam

keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae

tertarik ke posterior.

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris

posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan

pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-

serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan

menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat

posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum

cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap

tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum

posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.

anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari sepasang ligamen

pada anatomi lutut dari tengah sendi lutut menyilang, dan ini adalah tempat

"cruciatum" berasal. Terdapat juga anterior cruciate ligament (ACL) dan

posterior cruciate ligament (PCL). Kedua ligamen berfungsi untuk menstabilkan

lutut dari depan selama kegiatan normal dan atletis. Ligamen lutut memastikan

4

bahwa berat badan yang ditularkan melalui sendi lutut ini berpusat di dalam sendi

meminimalkan jumlah keausan pada tulang rawan di dalam lutut3.

Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan

("kartilago artikular"). Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi

antara permukaan tulang rawan femur dan tibia. Kedua struktur ini disebut

meniskus medial dan meniskus lateral. Meniscus adalah peredam kejut

berbentuk tapal kuda yang membantu untuk pusat kedua sendi lutut selama

aktivitas dan untuk meminimalkan jumlah stres pada tulang rawan artikular.

Kombinasi dari meniscus dan tulang rawan pada permukaan lutut menghasilkan

permukaan yang mulus hampir tanpa gesekan3.

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada

potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung,

melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.

Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris6.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus

tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.

1. Cartilago Semilunaris Medialis

5

Gambar 2. Ligament sendi lutut 3

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh

lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada

area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan

cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut

ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area

intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada

simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan

inilah cartilago semilunaris relatif tetap6.

2. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu

anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan

eminentia intercondylaris.

Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior,

tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan

fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti

ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.

Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh

tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini.

Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang

terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris

medialis

b. bagaimana proses pembentukan tulang ? au gaga anis

c. apa etiologi nyeri lutut ? (secara umum) neni sab adi

d. apa penyebab dan mekanisme nyeri lutut pada scenario ? mey vhandy

gaga

e. bagaimana hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan keluhhan ?

tya neni amel

2. Ia mengeluh kaku selama 15 menit ketika bangun pagi dan semakin

sore nyeri semakin parah.

a. bagaimana mekanisme kekakuan pada skenario ? ind Audrey tya

6

b. mengapa nyeri semakin sore semakin parah ? sab adi ve

c. apa dampak kekakuan selama 15 menit ? gaga mores au

3. Ketika ia naik tangga nyeri semakin terasa dan tidak berkurang

walaupun diberikan ibuprofen ataupun acetaminophen.

a. bagaimana farmakologi : - ibuprofen vhan neni anis

- acetaminophen ve tya inda

PARACETAMOL

Obat Generik

Paracetamol / Parasetamol

Obat Bermerek :

Alphamol, Biogesic, Bodrexin Demam, Contratemp, Cupanol, Dumin,

Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Grafadon, Ikacetamol, Itamol, Itamol

Forte, Kamolas, Lanamol, Maganol, Moretic, Naprex, Nasamol, Nufadol,

Pamol, Panadol Biru, Praxion, Progesic, Propyretic, Pyrex, Pyridol,

Sanmol, Sanmol Tablet, Tempra, Turpan, Xepamol

Penyakit Terkait : Sakit Kepala, Migrain, Demam

KOMPOSISI

Paracetamol Tablet : Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar)

mengandung Parasetamol 125 mg.

Paracetamol Sirup 160 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar)

mengandung Parasetamol 160 mg.

Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar)

mengandung Parasetamol 250 mg.

FARMAKOLOGI

Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai

efek mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik).

Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang

7

nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara

menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.

Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan

demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada radang

sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab

peradangan dan pembengkakan sendi.

Efek Samping

Reaksi alergi terhadap derivat p-amino fenol jarang terjadi.

Manifestasinya berupa eriferm atau urtikaria dan gejala yang lebih berat

berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesic

dosis besar menahun , terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan

nefropatianalgesik. Dosis toksis yang paling serius ialah nekrosis hati.

Nekrosis tubulus renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi.

Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram

(200-250 mg/kgBB) parasetamol.

[Farmakologi dan Terapi ed. 3, hal. 190-191]

Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol serupa dengan

salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai

sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang

diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-

inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan

sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis

prostaglandin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak

terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan

keseimbangan asam basa. [Farmakologi dan Terapi ed. 5, hal. 238]

Farmakokinetik : Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam

waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke

seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein

plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian

8

asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian

kecil lainnya dengan asam sulfat. Selian itu, obat ini juga dapat mengalami

hidroksilasi dan menimbulkan methamoglobinemia dan hemolisis eritrosit.

Obat ini diekskresikan melalui ginjal sebagian kecil sebagai parasetamol

(3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. [Farmakologi dan

Terapi ed. 5, hal.238]

INDIKASI

Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi,

nyeri pasca operasi minor, nyeri trauma ringan.

Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada

kondisi demam, paracetamol hanya bersifat simtomatik yaitu meredakan

keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati penyebab

demam itu sendiri.

KONTRAINDIKASI

Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi

terhadap Paracetamol.

Penderita gangguan fungsi hati berat.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak

menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.

Gunakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Penggunaan paracetamol melebihi dosis yang dianjurkan dapat

menyebabkan efek samping yang serius dan overdosis.

Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hati/liver,

penyakit ginjal dan alkoholisme. Penggunaan parasetamol pada penderita

yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi

hati.

Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita G6PD deficiency.

9

Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui.

Parasetamol bisa diberikan bila manfaatnya lebih besar dari pada risiko

janin atau bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI namun efek

pada bayi belum diketahui pasti.

EFEK SAMPING

Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.

Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan

kerusakan hati.

Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan kulit, bengkak

di wajah (mata, bibir), sesak napas, dan syok.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Paracetamol Tablet

Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 – 4 kali sehari.

Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml

Anak usia 0 – 1 tahun : ½ sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 1 – 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 6 – 9 tahun : 2 – 3 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 9 – 12 tahun : 3 – 4 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

KEMASAN

Paracetamol tablet 500 mg.

Paracetamol sirup 125 mg/5 ml.

Paracetamol sirup 160 mg/5 ml.

Paracetamol sirup 250 mg/5 ml.

10

Paracetamol suppositoria.

(mekanisme kerja, indikasi , kontraindikasi , dosis, efek samping )

b. mengapa pemberian ibuprofen dan acetaminophen tidak mengurangi

nyeri ? anis mey neni

c. mengapa ketika naik tangga nyeri semakin terasa ? adi ve vhandy

4. Gambaran radiologi lutut 6 minggu lalu menujukkan adanya

osteopit dan penyempitan celah sendi yang berat.

a. bagaimana interpretasi gambaran radiologi ? sertai

gambar inda au sab

1. Radiografi

Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA sudah cukup

memberikan gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang

lebih canggih.

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah 2,4,17 :

a. penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian

yang menganggung beban)

b. peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral

c. kista tulang

d. osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)

e. perubahan struktur anatomi sendi

f. Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi masih tampak

normal.

g. Bila dicurigai terdapat robekan meniskus atau ligamen, dapat dilakukan

pemeriksaan MRI yang akan menunjukkan gambaran tersebut lebih jelas.

Walaupun demikian, MRI bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan

seringkali tidak merubah rancangan terapi.

Tabel – 3 Kriteria perubahan radiologi menurut Kellgren & Lawrence 17

Kriteria Perubahan1 Pembentukan osteofit pada sisi sendi atau pada perlekatan ligamentum 2 Periarticular ossicles (kista), ditemukan terutama pada sendi DIP dan PIP3 Penyempitan rongga sendi disebabkan karena sklerosis tulang subkondral4 Daerah kista dengan dinding sklerotik pada tulang subkondral

11

5 Perubahan bentuk ujung tulang, sebagian besar pada kaput femoralis

Berdasarkan kriteria radiologi di atas maka digunakan sistem grading, yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada Osteoartritis

Derajat 1 : Osteoartritis Meragukan

Derajat 2 : Osteoartritis Minimal

Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedang)

Derajat 4 : Osteoartritis Berat

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence. 0 : tidak ada gambaran osteoartritis. 1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit minimal. 2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik.

3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit 4 : osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral

Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan gambaran radiologis Grade Classification  Description0 Normal No features of OA1 Doubtfull Mungkin ada osteopit, Penyempitan diragukan. 2 Mild Osteopit nyata. Normal joint space, tapi mulai

ada penyempitan 3 Moderate Osteopit terbentuk moderate, multiple,

penyempitan nyata, Subchondral sclerosis, kemungkinan ada deformitas.

4 Severe Deformitas nyata, Subchondral sclerosis berat. The epidemiology of chronic rheumatism, Kellgren ,vol. 2. Atlas of standard radiographs. Oxford: Blackwell Scientific; 1963.

Gambar – 4 Gambaran Radiologi pada Osteoartritis

12

Gambar – a Gambar – bInterpretasi :

Gambar – a : Gambaran sendi tungkai normal

Gambar – b : Adanya pembentukan osteofit dan penyempitan celah

sendi pada sendi tungkai

Dari hasil Kriteria perubahan radiologi menurut Kellgren & Lawrence :

Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedang)

PERBANDINGAN GAMBARAN SENDI PADA KEADAAN NORMAL, OA, DAN RA

Diambil dari : Osteoartritis. Dalam www.cvtechnologies.com

b. apa indikasi dan cara dari pemeriksaan radiologi ? neni sab vhandy

c. bagaimana mekanisme pembentukan osteophit dan penyempitan celah

sendi ? anis mores gaga

5. pemeriksaan fisik

a. bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan

fisik ? imt amel mey tya

coarse crepitus tya au inda

Krepitasi

Gejala ini merupakan khas untuk OA, lebih berarti untuk pemeriksaan

klinis OA lutut. Krepitus merupakan sensasi tulang bergesekan dengan tulang

13

lain. Pada awalnya, hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah

atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah

beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini

mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi

digerakkan atau secara pasif dimanipulasi.

Mekanisme Abnormal

Kartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah; pada sendi

sehat, kartilago melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain dengan

gesekan sekecil mungkin, seperti “gelas dengan gelas”. Kartilago biasanya

menyerap nutrisi dan cairan seperti spons, dan ini dapat mempertahankan

kartilago tetap sehat dan licin. Pada OA, kartilago tidak mendapatkan nutrisi

dan cairan yang dibutuhkan. Lama-kelamaan kartilago dapat mengering dan

retak, bukannya membuat gerakan halus sepeti “gelas pada gelas “, kartilago

yang kasar bergerak seperti kertas amplas dengan kertas amplas lain. Pada

kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan terjadinya kontak

antara tulang dengan tulang.

Kartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi mekanis

utama. Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus sehingga pada

pergerakan sendi satu tulang menggelincir tanpa hambatan terhadap tulang yang lain

(dengan cairan sinovium sebagai pelumas). Kedua, kartilago sendi merupakan

penyerap beban (shock absorber) dan mencegah pengumpulan tekanan pada tulang

sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi mendapat beban. 2

Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).

Kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks

ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%),

proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan terdiri dari

14

inti protein dengan cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama krondoitin sulfat dan

keratin sulfat. Proteoglikan membentuk kesatuan dengan asam hialuronat, dan

keduanya berperan dalam menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago. Selain itu,

proteoglikan juga berperan dalam menahan beban tekanan (tensile strength),

sedangkan kolagen berperan dalam menahan beban regangan dan beban gesekan

(shear strength). 2

OA dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu (1) sifat biomaterial kartilago sendi

dan tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendi sehingga

jaringan rusak; atau (2) beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan

kartilago atau tulang kurang baik. 2

Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai OA, yaitu

kerusakan fokal kartilago sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru

(osteofit) pada dasar lesi kartilago dan tepi sendi. Perubahan mana yang lebih dahulu

timbul, korelasi, dan patogenesisnya sampai sekarang belum dipahami dengan baik.

Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan antara

enzim degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degradatif terdapat lisosomal protease

(cathepsin), plasmin, dan matrix metalloproteinases / MMPs (stromelysin, collagenase,

dan gelatinase) yang merusak makromolekul matriks kartilago (proteoglikan dan

kolagen). Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim tissue inhibitor of

metalloproteinases (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang disintesis

oleh kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1

(IGF-1), transforming growth factor- β (TGF-β), dan basic fibroblast growth factor yang

berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.

Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan

sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1)

atau faktor stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit mononuklear, sel

sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago dan menekan sintesi

proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan matriks kartilago secara

15

langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan proteoglikan, perubahan sifat-sifat

kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago, sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago

secara progresif.

varus angulation sab adi neni

tenderness ve mores anis

6. Bagaimana cara penegakan diagnosis kasus ini ? vhandy gaga sab

7. WD dan DD au mores vhandy

8. Etiologi gaga ve anis

9. Epidemiologi mey tya au

10. Faktor resiko amel neni adi

11. Patofisiologi mores anis mey

12.Manifestasi klinis inda ve sab

Manifestasi Klinisa. Nyeri sendi dan kaku pada sendi yang sering bergerak

bertambah dengan gerakan dan berkurang dengan istirahat

b. Hambatan gerakan sendic. Kaku pagid. Krepitasie. Pembesaran sendif. Perubahan gaya berjalan

13.Tatalaksana adi mey inda

14. Prognosis amel mores vhandy

15. Komplikasi tya adi gaga

16. Kdu amel mey

16

IV. HIPOTESIS

Ny.A 66 tahun mengalami nyeri lutut kanan sejak 4 tahun lalu

dikarenakan osteoarthritis.

1. Learning issue

1. Osteoarthritis mey vhandy ve

2. Anatomi dan fisiologi lutut mores anis audrey

3. NSAID sab inda neni

4. Arthritis amel tya gaga adi

Seperti biasa , 12 TNR spasi 1.5 dilengkapi DAFTAR PUSTAKA

DAN SINTESIS TOLOOOOONG NIAN DICARI . dikumpul paling

lambat hari jumat jam 7 malam , trims . mohon kerjasamanya ya teman

teman .

17